analisis perdagangan

Upload: andy-xesepian

Post on 10-Jul-2015

90 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA SEBELUM DAN SEMENJAK KRISIS TAHUN 1997Oleh: Florentinus Nugro Hardianto"

AbstractEconomic crisis hit Asian in 1997. Since then, Indonesian international trade activities have suffered from turmoil that could potentially impede their future development This article purports to analyse whether there is a difference between Indonesian international trade development before crisis and after crisis period. Analytical methods employed are descriptive and non-parametric statistics. Findings show that in genera~ there is a difference in Indonesian international trade development between the precrisis and post-erisis period. It indicates that economic crisis is hypothesised to influence the development of Indonesian international trade, both within and outside ASEAN region. The government should realise this fact, and should produce and enact economic policies leading the country to revive the performance of its international trade that plunged on account of crisis. Thesepolicies have to be directed towards outward-oriented strategy since it is deemed more effective than inward-oriented strategy in boosting up economic growth and development of a country with open economy.

. Mahasiswa Magister Sains Ilmu Ekonomi UGMhttp://www.univpancasila.ac.id 7/31

Ana/isis Perdagangan Inlemasiona/ Indonesia Sebe/urn dan Semenjak Krisis Tahun 1997

Pendahuluan Krisis ekonomi melanda kawasan Asia semenjak tahun 1997. Diawali dari Thailand, Icrisisekonomi kemudian merembet ke negara tetangga di kawasan ASEAN,dan bahkan sampai juga ke Korea 5elatan. Krisis yang dialami Indonesia, Thailand, Malaysia, dan Korea 5elatan pada waktu itu pada dasarnya mempunyai substansi sama seperti berikut ini (A. Tony Prasetiantono,1998:4). Thailand mengalami krisis, terutama karena adanya overspending dan overinvestment yang menyebabkan penumpukan utang luar negeri (US$ 120 milyar), Icredit macet (30 persen), dan defisit besar dalam transaksi berjalan (US$ 14,5 milyar). Dalam kasus Malaysia, krisis terjadi karena ambisi besar untuk mewujudkan proyek-proyek raksasa, seperti pembangunan Petronas Twin Tower, kota teknologi Putrajaya, maupun pembangunan bandar udara terbesar di Asia. Konsekuensidari proyek yang memboroskan devisa itu adalah besarnya defisit transaksi berjalan yang dapat mengancam nilai tukar ringgit. Di Korea 5elatan, penyebab krisis karena perilaku moral hazard para pelaku bisnis yang cenderung ekspansif sehingga menggelembungkan utang luar negerinya hingga mencapai nilai di atas US$ 120 milyar, serta tingginya tingkat kemacetan kredit. 5elanjutnya, perekonomian Indonesia menghadapi masalah jangka pendek (short term), serta masalah jangka menengah dan panjang (medium and long term). Masalah jangka pendeknya adalah kelangkaan pasokan devisa, sedangkan masalah jangka menengah dan panjangnya adalah banyaknya distorsi dalam pasar sehingga menimbulkan inefisiensi ekonomi. Semenjak terjadinya krisis, aktivitas perekonomian Indonesia mengalami gangguan. "A quite catastrophic economic collapse." Demikianlah Hal Hill (2000:xiv) menyebut runtuhnya perekonomian Indonesia akibat pengaruh krisis ekonomi yang melanda kawasan Asia sejak tahun 1997. Menurutnya, Indonesia paling buruk terkena krisis karena terjadi penurunan ekonomi secaratajam, peningkatan inflasi, masalah keuangan yang serius, dan masalah sosial & politik yang semakin dalam sehingga masa depan perekonomiannya menjadi suram dan tidak pasti. Gangguan tersebut juga terjadi pada aktivitas perdagangan intemasionalnya. Transaksi ekspor dan impor banyak tersendat. Kalkulasi harga produk ekspor atau impor sulit ditetapkan secara berkelanjutan karena volatilitasnya tingkat kurs rupiah per dolar AS. Gangguan lain yang juga sangat dirasakan para pelaku di lapangan adalah penolakan letter of credit (ljC) kalangan perbankan di luar negeri. "Dalam hal ekspor nonmigas ini, ada bahan baku yang perlu diimpor untuk menghasilkan produk ekspor tersebut. Tetapi di waktu-waktu akhir-akhir ini, dalam mengimpor bahan baku kita kesulitan dana. ljC dari Indonesia umumnya tidak diterima oleh kalangan perbankan di luar negeri. Apabila ljC ini tidak dapat diterima, tentu saja akan menghambat proses produksi dengan segala akibatnya," jelas Moerdiono (Kompas, 23/01/1998) yang saat itu menjabat sebagai menteri sekretaris negara. 5ejumlah gangguan yang timbul dari adanya krisis seperti di atas berpotensi menghambat perkembangan perdagangan internasional Indonesia pada masa-masa selanjutnya. Tentu potensi tersebut tidak diharapkan terealisir. Dalam konteks ini, ada satu pertanyaan penting yang bisa diangkat ke permukaan. Pertanyaan yang dimaksud adalah apakah ada perbedaan kinerja perdagangan internasional Indonesia antara sebelum dan semenjak terjadinya krisis tahun 1997. Pertanyaan inilah yang menjadi permasalahan utama penelitian yang akan dibahas dalam paper ini. Karenanya, paper ini bertujuan mengetahui adakah perbedaan perkembangan perdagangan internasional Indonesia antara sebelum dan semenjak krisis tahun 1997.JURNAL EKUBANK, Volume 1 Edisi Maret 2007 http://www.univpancasila.ac.id

2

7/31

Analisis Perdagangan Intemasional

Indonesia Sebelum dan Semenjak Krisis Tahun 1997

Dalam pembahasannya, paper ini terbagi atas enam bagian. Pertama adalah pendahuluan yang berisi latarbelakang, permasalahan, tUjuan, dan organisasi penelitian. Kedua yakni kajian pustaka yang akan membahas sejumlah teori yang berkaitan dengan perdagangan internasional. Ketiga ialah metode penelitian yang akan menjelaskan karakteristik data, metode pengumpulan data, dan metode analisis data. Keempat adalah bagian deskripsi perdagangan internasional Indonesia sebelum dan semenjak krisis tahun 1997. Pada bagian kelima akan dibahas sejumlah temuan analisis sekaligus pembahasannya. Kemudian paper ini akan diakhiri dengan penutup berisi kesimpulan dan saran.

Kajian PustakaTeori perdagangan internasional berusaha menjelaskan mengapa dan bagaimana suatu negara memutuskan membuka perekonomiannya untuk melakukan perdagangan internasional, yakni mengadakan transaksi jual (ekspor) dan beli (impor) komoditas tertentu dengan negara lain. Teari tersebut, selanjutnya dapat digunakan untuk menganalisa terjadinya perdagangan antarnegara, dampaknya terhadap perekonomian suatu negara, dan manfaat/keuntungan sebagai akibat adanya perdagangan internasional (Paul R. Krugman, dan Maurice Obstfeld,1997:3; Nopirin,1997:7). setidaknya ada tiga kelompok teori perdagangan internasional (Miltiades Chacholiades (1990); Dominick Salvator (2004); Dennis R. Appleyard dan Alfred J. Field (1998); logo Wolter dan Kaj Areskoug (1981); James R. Markusen, dan James R. Melvin (1998. Pertama adalah kelompok teori klasik. Menurut teori klasik, suatu negara melakukan perdagangan ke luar negeri karena memiliki absolute advantage (Adam Smith), comparative advantage (John Stuart Mill), dan comparative cost (David Ricardo). Kemudian yang kedua adalah kelompok teari Neo-Klasik. Teori neo-klasik menekankan pentingnya proporsi faktor produksi terkait faktor endowment (Eli Hecksher dan Bertil Ohlin), perbedaan teknologi, dan perbedaan selera suatu negara dalam perdagangan antarnegara. Ketiga adalah kelompok teari alternatif. Teori alternatif menjelaskan fen omena perdagangan internasional dengan mengemukakan pentingnya siklus kehidupan produk (Raymond Vernon), kesamaan harga faktor produksi, kesenjangan imitasi terkait inovasi produk (Michael V. Posner), dan aspek competitive advantage (Michael Porter). Seperti telah dikemukakan di atas, perdagangan internasional menunjukkan adanya keterbukaan suatu perekonomian dengan dunia luar. Dalam perkembangannya, suatu negara tidak hanya menjalin hubungan dagang secara bilateral, tetapi juga secara multilateral. cakupan multilateral kemudian banyak melahirkan perjanjian-perjanjian atau organisasi-organisasi untuk mengaturnya. Beberapa diantaranya adalah perjanjian General Agreement on Tariff and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO). Menurut A. Tony Prasetiantono (1997:17), GATT dirancang untuk menciptakan perdagangan dunia yang lebih bebas dan adil, melalui upaya pengurangan tarif perdagangan dan penghapusan hambatan-hambatan perdagangan nontarif. Ada tiga asas yang mendasari mekanisme GATT, yakni nondiskriminasi, penghapusan hambatan perdagangan, terutama nontarif, dan konsultasi di antara negara-negara untuk menyelesaikan pertikaian perdagangan dalam kerangka kerja GATT. Sedangkan pembentukan WTO sebagai kelanjutan dari Putaran Uruguay, sebenarnya hanya meneruskan banyak mekanisme kerja pokok GATT, tetapi lebih banyak bidang di luar perdagangan barang. Sebagai sebuah organisasi . (berbeda dengan status GATT yang hanya "persetujuan umum"), WTO diharapkan lebih mempunyai "gigi", misalnya menjatuhkan sanksi kepada anggotanya yang melanggar peraturan. Perkembangan demikian menunjukkan bahwa perdagangan internasional sebenarnya telah mencapai tahap global (globalizatIon), dan terintegrasi (integrated). Adanya integrasi ekonomi dapat memberi sejumlah manfaat, yakni: mendorong terjadinya peningkatan efisiensi melalui spesialisasi produksi masing-masing negara, memperluas pasar prod uk sehingga dapat meningkatkan produksi total dan mengoptimalkan pemanfaatan kapasitas produksi, meningkatkan bargaining position setiap negara yang terintegasi ekonominya di forum internasional dan pasar global, memunculkan rangsangan investasi yang lebih tinggi di kawasan JURNALEKUBANK, olume 1 Edisi Maret 2007 V http://www.univpancasila.ac.id 3 7/31

Ana/isis Perdagangan Intemasiona/

Indonesia sebe/urn dan 5emenjak Krisis Tahun 1997

yang terlntegrasl, dan mendorong perkembangan teknologi produksi sebagai akibat adanya inovasi untuk menghasilkan produk berkualitas dengan harga kompetitif (Eddy Suandi Hamid,1993:101-102). 5elanjutnya menurut Michael P Todaro (2000:474), perdagangan intemasional berhubungan dengan upaya mencapai keberhasilan pembangunan suatu negara. Menurutnya, perclagangan merupakan stimulator penting pertumbuhan ekonomi karena memperbesar kapasitas konsumsi negara, meningkatkan output dunia, memberikan akses kepada sumber daya langka dan pasar dunia, meningkatkan pendapatan riil negara, dan meningkatkan efisiensi penggunaan faktor produksi. Untuk mencapai semua manfaat tersebut, lanjutnya, suatu negara sebaiknya melaksanakan kebijakan perdagangan internasionaJ dengan pendekatan outwardlooking. Pendekatan strategi pembangunan dengan orientasi keluar (oulward-oriented development strategY) menurut penelitian yang dilakukan Bela Balassa(dalam Gerald M. Meier dan James E. Rauch, 2000:159-180) menunjukkan lebih efektif memperbaiki kinerja ekspor, pertumbuhan ekonomi, dan kesempatan kerja apabila dibandingkan dengan pendekatan inwardoriented development strategy. Hipotesls Penelitlan Penelltian Inl bertujuan untuk mengetahul adakah perbedaan perkembangan perdagangan internasional Indonesia antara sebelum dan semenjak terjadinya krisis ekonomi tahun 1997. Agar dapat menjawab pertanyaan di atas sebagai tujuan penelitian, penelitian ini akan menguji tiga hipotesis nor (Ho) sebagai berikut: HJ : Dalam Iingkup perdagangan intra-ASEAN, tidak ada perbedaan perkembangan ekspor, impor, dan trade balance Indonesia antara sebelum dan semenjak krisis. H2: Dalam Iingkup perdagangan extra-ASEAN, tidak ada perbedaan perkembangan ekspor, impor, dan trade balance Indonesia antara sebelum dan semenjak krisis. H3 : Dalam Iingkup total (intra+extra-ASEAN), tidak ada perbedaan perkembangan ekspor, impor, dan trade balance Indonesia antara sebelum dan semenjak krisis. 5ecara keseluruhan terdapat sembilan hipotesis nol (Ho) yang akan diuji dengan menggunakan statistik non-parametrik paired Silmple t test. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif analitik dengan memanfaatkan metode analisis statistik deskriptif dan non-parametrik. Statistik deskriptif dipakai untuk melihat gambaran periJaku data penelitian sehingga bisa diketahui kecenderungan dan variabilitasnya. Kemudian statistik non-parametrtik digunakan untuk menguji hipotesa ada-tidaknya perbedaan perkembangan perdagangan internasional Indonesia antara sebelum dan semenjak krisis tahun 1997. Statistik non-parametrik yang dipilih adalah paired sample t test (uji t untuk dua sampel yang berpasangan). Paired Silmple t test berfungsi menguji dua sampel yang berpasangan, apakah mempunyai rata-rata yang secara nyata berbeda ataukah tidak (Singgih Santoso dan Fandy Tjiptono,2002:161). Sampel berpasangan (paired Silmple) adalah sebuah sampel dengan subyek yang sama namun mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda. Dalam penelitian ini sampelnya adalah perdagangan internasionaJIndonesia dengan berbagai variasi data yang pengukurannya dibedakan antara sebelum dan semenjak krisis tahun 1997. 5ebelumnya telah dltentukan dahulu data penelitian. Data yang dimaksud adalah nitai export merchandices, import merchandices, dan trade balance merchandices (ekspor minus Impor) Indonesia baik di dalam maupun di luar kawasan ASEAN. Data berhasil diperoleh dari publikasi sekretariat ASEAN(www.aseansec.org). Data untuk periode sebelum krisis adalah data tahun 1993-1996, sedangkan semenjak krisis adalah data tahun 1998-2001. Dengan pembagian dua kelompok periode tersebut diharapkan bahwa penelitian ini dapat menangkap pengaruh situasi krisis ekonomi terhadap perkembangan perdagangan internasional Indonesia.

4

JURNAL EKUBANK, Volume 1 Edisi Maret 2007 http://www.univpancasila.ac.id

7/31

Ana/isis Perdagangan Intemasiona/

Indonesia Sebe/um dan Semenjak Krisis Tahun 1997

Perdagangan Intemasional Indonesia Sebelum dan Semenjak Krisis Perdagangan internasional Indonesia sepanjang periode 1993-2001 cenderung mengalami peningkatan. Kondisi tersebut dapat dilihat dari data ekspor, impor, dan trade balance (ekspor minus impor) Indonesia baik perdagangan yang terjadi dengan mitra dagang di dalam kawasan ASEAN (intra-ASEAN) maupun di luar kawasan ASEAN(extra-ASEAN). 5emua indikator perdagangan internasional tumbuh sekitar 0,5%-2,5% untuk periode 1993-2001, kecuali indikator ekspor Indonesia di luar ASEAN (extra-ASEAN) yang pertumbuhannya nol persen (0%) untuk periode yang sama. Pertumbuhan tersebut dapat dilihat secara visual pada gratik 1-3. Secara gratis, perdagangan internasional Indonesia menunjukkan trend menaik sepanjang periode 1993-2001 baik dalam ruang Iingkup intra-ASEAN, extra-ASEAN, maupun intra+extra-ASEAN). Kasus khusus terjadi pada tren impor Indonesia yang bergerak menurun setelah krisis tahun 1997 pada lingkup extra-ASEANdan semua kawasan, sedangkan ekspornya cenderung tetap meningkat setelah terjadi krisis.

Perkembangan

Indikator Perdagangan International

15~Ojjo

Grafik I Perdagangan Internasional di Dalam ASEAN (US$)

Indonesia

l=~.~:~:x~, , ,., , 1993 1995 1997Tahun

)(

Ekspor -Impor Trade Balance

-.

1999

2001

Sumber: Basil Deskripsi Data

Sumber: Hasil Deskripsi Data

Perkembangan

Grafik 2 Perdagangan Internasionallndonesia di Luar ASEAN (US$)

600000OO

Indikator Perdagangan InternasionaI

~= I400000oo i! 30000000 ;! 1993 1994 1995 1996 1997Tahun

50000000

---Ekspor ~Impor Trade BalIDlce

1998

1999

2000

200 I

Sumber: Hasil Deskripsi Data

JURNAL EKUBANK, Volume 1 Edisi Maret 2007 http://www.univpancasila.ac.id

5 7/31

Ana/isis Perdagangan Intemasiona/

Indonesia Sebe/um dan Semenjak Krisis Tahun 1997

Grafik 3 Perkembangan Perdagangan Internasional Indonesia di Dalam & Luar Kawasan ASEAN (US$)80000000

~=:;=:l ~::~):-> ~Indikator 60000000k~!:.:~

,J:.

"'! '

..

~