analisis pengukuran kinerja dengan metode balanced
TRANSCRIPT
ANALISIS PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE BALANCED
SCORECARD PADA LEMBAGA PENGELOLA ZAKAT
BAZIS DKI JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Sosial Islam (S.Sos)
Oleh:
Indah Nurwasilah
1111053000027
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
KONSENTRASI MANAJEMEN ZISWAF
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439H/2018
i
ii
ABSTRAK
Indah Nurwasilah, NIM : 111105300027, Analisis Pengukuran Kinerja
Dengan Metode Balanced Scorecard Pada Lembaga Pengelola Zakat BAZIS
DKI Jakarta, dibimbing oleh Lili Bariadi, MM. M.SI.
Penelitian ini bertujuan untuk menilai kinerja Lembaga Pengelola Zakat dalam
perspektif Balanced Scorecard dengan menggunakan penelitian kualitatif. Data
dikumpulkan melalui wawancara dan data tertulis.
Berdasarkan analisis disimpulkan bahwa 1) kinerja LPZ dalam perspektif
keuangan sudah cukup baik dikarenakan selalu mengalami kenaikan pengumpulan
dan ZIS dan mengalami 99.9% pendayagunaannya tersalurkan dengan baik. 2)
dalam perspektif pelanggan juga sudah cukup baik karna banyak muzakki yang
mau menyalurkan dana zakatnya melalui BAZIS DKI dikarenakan melihat
pendayagunaannya tepat dan terpercaya, juga selalu memberikan inovasi untuk
menarik muzakki. 3) persperktif proses bisnis internal, BAZIS DKI terus
menjalankan program yang sudah ada. 4) perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan, pegawai diberikan pelatihan tentang bidang pekerjaannya masing-
masing.
Kata Kunci : Lembaga Pengelola Zakat, Balanced Scorecard (perspektif
keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan).
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan kehadirat Illahi Rabbi, Allah
SWT. yang telah memberikan bermacam-macam kenikmatan yang tak dapat
terhitung oleh akal manusia sekalipun. Shalawat seiring salam senantiasa tercurah
limpahkan kepada baginda besar kita Nabi Muhammad SAW. Sang pencerah
yang telah membawa umatnya dari zaman kebodohan hingga zaman globalisasi
seperti saat ini yang tauladannya selalu menjadi sandaran umat manusia.
Berkat karunia dan rahmat-Nyalah alhamdulillah penyusun dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Pengukuran Kinerja Dengan
Metode Balanced Scorecard Pada Lembaga Pengelola Zakat BAZIS DKI
Jakarta”. Penyusunan skrispsi ini adalah sebagai syarat Akhir Program Strata I
Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Konsentrasi Zakat Infaq Wakaq
Dan Shadaqah (ZISWAF).
Dalam penulisan skrispsi ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi
ini. Sulit rasanya untuk penulis menyelesaikan skripsi ini tanpa bantuan semua
pihak yang terkait dikarenakan penulis hanyalah manusia biasa yang masih haus
akan ilmu. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan tanda
terimakasih kepada :
1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Suparto, M. Ed, Ph.D
selaku Wakil Dekan I, Ibu Dr. Roudhonah, MA selaku Wakil Dekan II,
iv
Bapak Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III. Terima kasih atas
pelayanan yang diberikan kepada penulis. Semoga Bapak dan Ibu menjadi
pemimpin yang diberkahi Allah SWT. Aamiin.
2. Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA selaku Ketua Jurusan Manajemen
Dakwah. Bapak Drs. Sugiharto, MA selaku Sekretaris Jurusan Manajemen
Dakwah, beserta para dosen yang saya tidak sebutkan namanya satu
persatu. Terimakasih banyak atas segala ilmu dan pelayanan yang
diberikan kepada penulis. Semoga menjadi amal baik dan syafaat di
akhirat kelak. Aamiin.
3. Bapak Lili Bariadi, MM. M.SI selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
selalu sabar memberikan masukan, kritikan, saran dan arahan kepada
penulis sehingga skrispsi ini bisa diselesaikan dengan baik. Penulis sangat
mengagumi sosok beliau. Semoga Allah selalu menganugrahkan kebaikan
untuknya. Aamiin.
4. Para penguji skripsi yang memacu penulis agar menjadi orang yang kuat
baik secara mental maupun akademis. Trimakasih atas dukungannya.
Semoga beliau-beliau diberikan kebahagiaan dunia dan akhirat oleh Allah
SWT. Aamiin.
5. Keluarga besar BAZIS DKI yang telah bersedia memberikan informasi
baik secara lisan maupun tulisan. Barakallahu lakum.
6. Ayahanda H. Ahmad Hafidz Hasyim dan Ibunda Faidiyah yang
merupakan konsultor pribadi terbaik bagi penulis atas segala keluh kesah
sekaligus penyemangat ulung yang doanya tak kunjung-kunjung henti
v
dibisikkan dalan sujud-sujudnya dan tidak pernah lelah memberikan
nasehat yang teramat berguna. Semoga senantiasa dalam dekapan kasih
sayang Nya. Kakak-kakak tercinta Abang Zuhdi dan Ka Mala juga Abang
Rifqi dan Ka Uwi yang selalu meberikan petuah-petuah yang menjadi
cambuk keras untuk penulis sehigga terselesaikanlah skripsi ini. Untuk
adik tersayang Annisa Fakhirah yang terkadang suka menyinggung penulis
untuk mengerjakan skripsi ini hingga selesai. Dan tidak lupa untuk Nenek
tercinta Hj. Maronih yang selalu memanjatkan doa yang indah untuk
penulis. I love them.
7. Seluruh sahabat seperjuangan yang sangat luar biasa Manajemen Dakwah
angkatan 2011 yang lulus terlebih dahulu daripada saya, namun juga terus
selalu mengingatkan saya untuk tetap faight, seperti Tami Cahirunnisa,
Aretha Poetry Qonita, Muhammad Muflih, Aam Abdussalam, M. Aris
Munandar, Illiyen Farida. Tidak lupa juga untuk Muhammad Kemal
temannya Adi Alvian yang sudah sangat membantu pada akhir-akhir
pembuatan skripsi ini.
8. Teman-teman sekolah Madrasah Aliyah Al-Falah angkatan 37 yang terus
memberikan sindiran keras sehingga pada akhirnya saya bisa sadar untuk
mau menyelesaikan skripsi ini. Terkhusus untuk Lia Nur Aulia yag selalu
memberikan nasehat dan masukannya. Siti Khaerani yang sangat
membantu untuk merapikan dan menyempurnakan skripsi ini. Rahmatun
Nazilah yang juga terus mengingatkan tentang skripsi ini. Nida yang sudah
bersedia meminjamkan laptop untuk penulis. Laily Fadhilah yang sudah
vi
memberikan informasi seputar kampus. Dan masih banyak lagi yang tidak
bisa penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih atas semangat kalian,
sehingga menularkan dan menyadarkan penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini.
9. Sahabat-sahabat tercinta SD ku Ayu Mutia Rachmawati, Ika Dewi Safitri,
Alvin Novita Sari, Gina Adriana, Aprilia Syafrida Putri yang juga tidak
pernah bosan mengingatkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Love
you so much, Girls!
10. Teman-teman seperjuangan Radio Komunitas RDK FM UIN, yang juga
sudah memotivasi saya untuk bisa menyelesaikan skripsi ini.
11. Teman-teman Sales Office and Ticketing Garuda Indonesia, baik yang
berada di SO Puri Indah Mall maupun SO Bintaro Jaya Exchange Mall,
terkhusus untuk Tim Bintaro terima kasih atas pengertiannya dan izin
untuk cutinya, yang juga telah memberikan semangat dan motivasi untuk
penulis.
12. Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi. Keduanya telah banyak membantu penulis mendapatkan
buku referensi yang penulis butuhkan. Ungkapan terima kasih juga penulis
ajukan kepada segenap staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
Akhir kata penulis berharap semoga segala usaha, bantuan, pengorbanan, doa
dan harapan kita semua mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, penulis mohon
vii
maaf jika ada kekurangan serta kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena
itu masukkan dan saran sangat terbuka sebagai bahan penyempurnaan untuk
selanjutnya. Semoga bermanfaat. Aamiin.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Jakarta 05 Juni 2018
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................................... 1
B. Batasan dan Perumusan Masalah ...................................................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................................................... 7
D. Tinjauan Pustaka ............................................................................................................... 8
E. Sistematika Penulisan ...................................................................................................... 10
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................................... 13
A. Pengukuran Kinerja ......................................................................................................... 13
1. Pengertian Pengukuran Kinerja ................................................................................... 13
2. Manfaat Pengukuran Kinerja ...................................................................................... 15
3. Pengukuran Kinerja Pada Organisasi Nirlaba ............................................................. 17
4. Indikator Pengukuran Kinerja ..................................................................................... 19
B. Balanced Scorecard dan Perspektifnya ........................................................................... 20
1. Pengertian Balanced Scorecard .................................................................................. 20
2. Perspektif Dalam Balanced Scorecard........................................................................ 22
C. Lembaga Pengelola Zakat ............................................................................................... 32
1. Pengertian Lembaga Pengelola Zakat ......................................................................... 32
2. Asas-asas Lembaga Pengelola Zakat .......................................................................... 33
3. Karakteristik Lembaga Pengelola Zakat ..................................................................... 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................... 36
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................................... 36
B. Metode Pengambilan Sampel .......................................................................................... 36
C. Metode Pengumpulan Data ............................................................................................. 38
D. Teknik Penulisan ............................................................................................................. 40
BAB IV ANALISIS DATA ....................................................................................................... 41
A. Sejarah Singkat BAZIS DKI Jakarta ............................................................................... 41
B. Profil BAZIS DKI Jakarta ............................................................................................... 43
ix
C. Visi dan Misi BAZIS DKI Jakarta .................................................................................. 45
D. Susunan Organisasi BAZIS DKI Jakarta ........................................................................ 46
E. Program Pendayagunaan Dana ZIS Pada BAZIS DKI Jakarta ....................................... 56
F. Hasil Penelitian ............................................................................................................... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................... 66
A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 66
B. Saran ................................................................................................................................ 67
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 69
LAMPIRAN-LAMPIRAN........................................................................................................ 71
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Kerangka Kerja Balanced Scorecard................................................ 21
Gambar 2. 2 Perspektif Pelanggan – Ukuran Utama ............................................ 26
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemiskinan merupakan salah satu masalah serius yang di hadapi oleh
Indonesia dan harus segera mungkin mencari solusi dan jalan keluar untuk
mengurangi kemiskinan tersebut. Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah
muslim ingin memanfaatkan dana zakat sebagai salah satu cara untuk menekan
angka kemiskinan. Usaha masyarakat muslim di Indonesia dalam menanggulangi
kemiskinan ini bukanlah suatu hal yang mengada-ada, temporer, setengah hati,
atau bahkan bukan hanya sekedar mencari perhatian semata.
Pengurangan angka kemiskinan bagi masyarakat muslim justru
menjadi asas yang khas dan sendi-sendi yang kokoh. Hal ini dibuktikan dengan
zakat yang telah dijadikan oleh Allah SWT. sebagai sumber jaminan hak-hak
orang-orang fakir dan miskin itu sebagai bagian dari salah satu rukun Islam.1
Zakat memiliki potensi yang sangat besar untuk membantu
mengurangi kemiskinan. Selain itu, di dalam Islam juga telah ada perintah untuk
mengeluarkan zakat. Sebagaimana Firman Allah SWT. Surat al-Baqaroh ayat 110:
1 Muhammad Yusuf al-Qaradhowi, Konsesi Islam dalam Mengentas Kemiskinan,
Terj. Umar Fanany, Surabaya: PT. Bina Ilmu, hal: 105.
2
“Dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat dan apa-apa yang kamu usahakan
dari kebaikan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pada sisi Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan”.
Dikarenakan zakat memiliki potensi yang sangat besar untuk
membantu mengatasi kemiskinan di Indonesia, maka perlu adanya pengelolaan
dana tersebut secara baik, jujur, adil, amanah, dan profesional. Tujuannya adalah
agar zakat bisa tersalurkan kepada mustahik (istilah untuk orang yang menerima
zakat) tidak bersifat konsumtif semata. Pendistribusian zakat yang profesional ini
diharapkan bersifat produktif, misalnya peminjaman modal usaha dalam rangka
peningkatan ekonomi. Para pemerhati zakat sepakat untuk dapat mengumpulkan,
mendistribusikan, dan mendayagunakan zakat secara optimal, maka zakat harus
dikelola melalui lembaga.
Perkembangan zakat di Indonesia secara kelembagaan telah
mengalami perkembangan. Hal ini dapat dilihat bahwa betapa banyaknya lembaga
zakat yang didirikan oleh pemerintah maupun swasta. Namun, dengan banyaknya
didirikan lembaga-lembaga zakat tersebut dirasa belum optimal karena kurangnya
pemahaman dan aturan bagi para dermawan untuk menyalurkan sebagian hartanya
melalui amalan zakat, infak, sedekah, maupun wakaf. Selain itu, banyak oknum-
oknum masyarakat yang melakukan modus penipuan yang mengatasnamakan
lembaga zakat demi meraup harta kekayaan dengan mudah dan cepat, sehingga
dengan adanya kasus tersebut membuat para dermawan atau muzakkienggan dan
tidak percaya untuk menyalurkan Zakat Infaq Shadaqoh dan Wakaf (ZISWAF)
kepada lembaga zakat.
3
Lembaga zakat merupakan salah satu perusahaan atau organisasi jenis
nirlaba, artinya yaitu perusahaan atau organisasi yang tidak mencari keuntungan.
Perusahaan atau organisasi seperti ini dapat menggunakan balanced scorecard
dalam pengukuran kinerjanya.
Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang penting dalam
perusahaan, baik itu perusahaan yang bertujuan mencari keuntungan (profit)
maupun perusahaan yang bertujuan dalam kegiatan sosial (nonprofit). Pengukuran
kinerja dikatakan penting mengingat melalui pengukuran kinerja dapat diketahui
seberapa tepat para pegawai menjalankan fungsinya. Pengertian kinerja atau
performance merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan
suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi
dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu
organisasi.
Kegiatan analisis kinerja merupakan kegiatan menginterpretasikan
atau pemahaman pengunaan data dan informasi yang berhasil dikumpulkan guna
membuat kesimpulan dan temuan evaluasi kinerja.
Selama ini pengukuran kinerja yang banyak digunakan oleh
perusahaan adalah pengukuran tradisional, yang hanya menitik beratkan pada
ukuran keuangan yang bersifat perkiraan dan cenderung suatu hal yang sudah
terjadi. Untuk mengatasi keterbatasan kinerja tradisional, Robert S. Kaplan dari
Havard Business School dan David P. Norton yang merupakan Presiden
4
Renaissance Solution, Inc., mengemukakan sistem pengukuran kinerja baru yaitu
balanced scorecard.
Balanced scorecard merupakan suatu sistem manajemen, pengukuran,
dan pengendalian yang secara cepat, tepat, dan komprehensif dapat memberikan
pemahaman kepada manajer tentang performance bisnis. Pengukuran kinerja
tersebut memandang unit bisnis dari emapat perspektif, yaitu perspektif keuangan,
perspektif pelanggan, proses bisnis dalam perusahaan, serta proses pembelajaran
dan pertumbuhan, yang diturunkan dari proses penerjemahan strategi perusahaan
yang dilaksanakan secara eksplisit dan ketat ke dalam berbagai tujuan dan ukuran
yang nyata.2
Ditinjau dari sistem manajemen strategis, balanced scorecard dapat
dikatakan sebagai intinya. Perusahaan dalam menghadapi lingkungan bisnis tidak
hanya berorientasi pada masa yang akan datang tetapi juga harus bisa
mengantisipasi perubahan dalam jangka pendek dan menengah secara holistik.
Oleh karena itu, memahami langkah-langkah manajemen strategis diperlukan
untuk dapat menciptakan perencanaan yang matang untuk masa depan
perusahaan.
2 Mulyadi, 2001, Alat Manajemen Kontemporer Untuk Pelipatganda Kinerja
Keuangan Perusahaan, Salemba Empat: Jakarta.
5
Dalam bukunya Mulyadi menyatakan3, “Balanced Scorecard merupakan
alat manajemen kontemporer yang didesain untuk meningkatkan kemampuan
perusahaan dalam melipatgandakan kinerja keuangan luar biasa
secaraberkesinambungan (sustainable outstanding financial performance)”.
Penggunaan balanced scorecard pada awalnya merupakan eksperimen
untuk memperbaiki pengukuran kinerja para eksekutif di perusahaan bermotif
keuntungan (profit). Namun, dalam perkembangan selanjutnya, balanced
scorecard dapat diterapkan secara efektif sebagai inti sistem manajemen strategis
pada semua tipe organisasi apa saja, termasuk organisasi yang bermotif laba,
organisasi sektorpublik, maupun organisasi sosial atau tanpa motif keuntungan
(non profit).
Balanced scorecard telah diterapkan diberbagai perusahaan baik yang
bersifat profit oriented sampai perusahaan yang birsifat nirlaba. Penelitian tentang
analisis pengukuran kinerja dengan menggunakan balanced scorecard masih
sedikit ditemukan.
3 Roberts S. Kaplan dan David P. Norton, Balanced Scorecard: Menerapkan
Strategi Menjadi Aksi, (Jakarta: Erlangga, 2000), edisi terj…, hal: 71.
6
Oleh karena itu dengan adanya pengukuran kinerja dengan metode
balanced scorecard ini diharapkan mampu memberikan informasi pada pembaca
dan Badan Amil Zakat Infak Sodaqoh (BAZIS) DKI Jakarta sebagai Lembaga
Pengelola Zakat (LPZ) yang menyeluruh mengenai kinerja perusahaan agar
dengan adanya informasi tersebut, manajemen dapat melakukan tindakan yang
sesuai dengan kebutuhan perusahaan sehingga perusahaan dapat berjalan dengan
baik.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang analisa pengukuran kinerja lembaga amil zakat yang berbasis
balanced scorecard. Oleh karena itu, penulis mengambil judul ANALISIS
PENGUKURAN KINERJADENGAN METODE BALANCED SCORECARD
PADA LEMBAGA PENGELOLA ZAKAT BAZIS DKI JAKARTA.
B. Batasan dan Perumusan Masalah
Untuk menghindari terlalu meluasnya masalah yang dibahas, maka
pembatasan masalah pada penelitian ini hanya sampai pada kinerja Lembaga
Pengelola Zakat pada tahun 2014 - 2015 melalui pendekatan balanced scorecard.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan di atas,
maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kinerja Lembaga Pengelola Zakat BAZIS DKI Jakarta
bila dilihat dari perspektif keuangan?”
2. Bagaimana kinerja Lembaga Pengelola Zakat BAZIS DKI Jakarta
bila dilihat dari perspektif pelanggan?
7
3. Bagaimana kinerja Lembaga Pengelola Zakat BAZIS DKI Jakarta
bila dilihat dari perspektif internal bisnis?
4. Bagaimana kinerja Lembaga Pengelola Zakat BAZIS DKI Jakarta
bila dilihat dari perspektif pertumbuhan dan pembelajaran?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini diharapkan bisa menjawab dari rumusan
masalah yang telah disebutkan di atas. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
ini adalah:
1. Untuk melhat kinerja Lembaga Pengelola Zakat BAZIS DKI
Jakarta dalam perspektif keuangan.
2. Untuk melhat kinerja Lembaga Pengelola Zakat BAZIS DKI
Jakarta dalam perspektif pelanggan.
3. Untuk melhat kinerja Lembaga Pengelola Zakat BAZIS DKI
Jakarta dalam perspektif internal bisnis.
4. Untuk melhat kinerja Lembaga Pengelola Zakat BAZIS DKI
Jakarta dalam perspektif pertumbuhan dan pembelajaran.
Adapun setelah selesainya penelitian yang telah dilaksanakan ini
diharapkan dapat memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis (keilmuan)
Mengembangkan ilmu pengetahuan manajemen agar terus
berupaya menyiapkan, menyempurnakan, dan mencari strategi-
strategi baru yang tepat dan terencana dengan baik untuk
8
menjadikan lembaga-lembaga mampu bertahan dalam
menyesuaikan perkembangan zaman.
2. Manfaat Praktis
a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan saran
alternatif tentang implementasi balanced sscorecard yang lebih
baik dan dapat berpengaruh pada peningkatan kinerja lembaga
agar dapat mencapai tujuannya.
b) Dapat diterapkan di lembaga-lembaga pengelola zakat lainnya
baik yang belum berbadan hukum, sedang berproses berbadan
hukum, maupun yang telah berbadan hukum untuk
meningkatkan dan terus mengembangkan potensi-potensi
kinerja lembaga yang dikelolanya untuk mendulang prestasi
yang sangat unggul serta bermanfaat bagi umat.
D. Tinjauan Pustaka
Adapun review skripsi terdahulu dalam menunjang penelitian ini
dengan melihat beberapa penelitian skripsi sebelumnya, antara lain :
1. Karya miliki Firdha Yoshi Nuraida, Jurusan Muamalah Ekonomi
Perbankan Islam Fakultas Syari’ah, Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Syekh Nurjati Cirebon 2012 M/1433 H. tentang KINERJA
LEMBAGA AMIL ZAKAT DALAM PENDISTRIBUSIAN
ZAKAT PRODUKTIF DI LEMBAGA AMIL ZAKAT PKPU
KCP CIREBON. Yang menjadi pembedanya adalah bahwa
penelitian yang penulis tuliskan ini adalah untuk menganalisa
9
pengukuran kinerja LPZ berbasis metode balanced scorecard.
Sedangkan penelitian karya milik Firdha ini hanya meneliti tentang
kinerja LPZ saja tanpa menggunakan metode balanced scorecard.
2. Karya milik Chandra Wibawa, Konsentrasi Perbankan Syariah,
Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2009
M. tentang ANALISIS BALANCED SCORECARD TERHADAP
KINERJA BPRS AL-SALAAM. Pada penelitian karya milik
Chandra ini yang menjadi objek penelitiannya adalah lembaga
keuangan syariah. Sedangkan yang penulis tuliskan dalam
penelitian ini objek penelitiannya adalah lembaga amil zakat.
3. Karya milik Ahmad Rosid, Program Studi Teknik Industri,
Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
2009, tentang PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN
DENGAN METODE BALANCED SCORECARD DAN ANALYTIC
NETWORK PROCESS (ANP) (Studi kasus PT. Setiaji Mandiri).
Yang menjadi pembeda antara penelitian karya milik Ahmad Rosid
dengan penelitian milik penulis adalah bahwa karya milik Ahmad
Rosid ini menggunakan metode balance scorecard dan analytic
network process, sementara karya milik penulis sebatas
menggunakan metode balanced scorecard saja.
4. Karya milik Wayan Adhitya Nugroho, Program Studi Akuntansi,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
10
2013, tentang ANALISIS PENGUKURAN KINERJA
PERUSAHAAN DENGAN KONSEP BALANCED SCORECARD
(STUDI KASUS PT. WIJAYA KARYA). Yang menjadi pembeda
antara karya milik Wayan dengan penelitian milik penulis adalah
terletak pada objeknya.
5. Karya milik Nurul Umam Nurwafi Chamdan, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta 2010,
tentang
PENERAPAN METODE BALANCED SCORECARD SEBAGAI
PENGUKURAN KINERJA PADA LEMBAGA KEUANGAN
SYARIAH (BMT) BINA INSAN MANDIRI GONDANGREJO.
Yang menjadi pembeda antara karya milik Nurul dengan penelitian
milik penulis adalah terletak pada objeknya.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini terdiri dari lima bab, adapun rincian
pembahasannya adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini memuat tentang latar belakang masalah,
Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan
Manfaat penelitian, Tinjauan pustaka, dan Sistematika
Penulisan.
11
BAB II : LANDASAN TEORI
Pada bab ini memuat tentangpengertian balanced
scorecard serta perspektifnya, pengertian kinerja, manfaat
pengukuran kinerja, pengukuran kinerja pada organisasi
nirlaba, pengertian lembaga pengelola zakat, asas-asas
lembaga pengelola zakat, serta karakteristik lembaga
pengelola zakat.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi Ruang Lingkup Penelitian, Metode
Pengambilan Sampel, Metode Pengumpulan Data, dan
Teknik Penulisan.
BAB IV : GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN DAN
ANALISIS DATA
Dalam Bab ini membahas biografi BAZIS DKI Jakarta,
meliputi Sejarah Berdirinya, Visi Misi, dan Struktur
Organisasi, Program Pendayangunaannya, dan Analisa
Data
12
BAB V : PENUTUP
Bab ini merupakan bagian akhir dari seluruh rangkaian
pembahasan dalam penelitian ini. Bab ini berisi mengenai
kesimpulan dan saran yang sudah diterangkan di bab-bab
sebelumnya, dan juga berisi beberapa saran-saran untuk
pengembangan lebih lanjut.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengukuran Kinerja
1. Pengertian Pengukuran Kinerja
Secara umum, istilah kinerja seringkali digunakan untuk
mengukur prestasi atau tingkat keberhasilan dalam bekerja dari
individu maupun kelompok kerja. Kinerja juga merupakan gambaran
tentang tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program
dan juga kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, serta misi
suatu organisasi yang tertuang ke dalam perencanaan strategis pada
suatu organisasi.
Kinerja adalah hasil yang diperoleh oleh suatu organisasi baik
organisasi tersebut bersifat profit oriented dan non profit oriented
yang dihasilkan selama satu periode waktu. Kinerja merupakan
gambaran mengenai sejauh mana keberhasilan atau kegagalan
organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsi pokoknya dalam
rangka mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misinya. Dengan kata
lain, kinerja merupakan prestasi yang dapat dicapai oleh organisasi
dalam periode tertentu.
Kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti sesuatu
yang dicapai atau prestasi yang dicapai atau diperlihatkan sehingga
kinerja dapat diartikan sebagai prestasi kinerja oleh individu
14
perusahaan.4
Menurut Stolovitch dan Keeps, kinerja juga merupakan
seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian
dan pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta sehingga kinerja itu
sendiri dapat dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan
tercapai dengan baik.5
Sedangkan pengukuran kinerja menurut Suyadi Prawirosetno
adalah suatu hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau
kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan
organisasi secara legal, tidak melanggar hukum, dan sesuai dengan
moral dan etika.6
Berdasarkan beberapa pengertian kinerja dan pengukuran
kinerja di atas, dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja dapat
didefinisikan sebagai hasil akhir dari seluruh kegiatan yang dilakukan
oleh perusahaan yang disesuaikan dengan kriteri-kriteria yang telah
ditetapkan. Selain itu, kinerja juga mencerminkan prestasi yang dicapai
oleh suatu organisasi.
4Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , Balai
Pustaka, 1997), Cet. Ke-9, hal:22. 5Veithzal Rivai dan Ahmad Fawzi Basri, Performance Appraisal Systemyang tepat
untuk menilai kinerja karyawan dan meningkatkan daya saing perusahaan, (Jakarta, Rajawali
Press, 2005), hal: 14. 6 Joko Widodo, Membangun Birokrasi Berbasis Kinerja, (Malang, 2005), hal:14.
15
2. Manfaat Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja perlu dilakukan oleh setiap perusahaan
ataupun organisasi. Manfaat mengetahui pengukuran kinerja sangat
berarti untuk pegawai atau karyawan, yang melakukakan penilaian
(biasa dilakukan oleh atasan,supervisor, pimpinan, manajer,
konsultan), dan tak lupa juga berarti untuk perusahaan atau organisasi
itu sendiri.
Adapun manfaat pengukuran kinerja tersebut adalah:7
I. Manfaat bagi karyawan
a) Meningkatkan motivasi
b) Meningkatkan kepuasan kerja
c) Adanya kejelasan standar hasil yang mereka harapkan
d) Umpan balik dari kinerja lalu yang akurat dan konstruktif
e) Pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan menjadi lebih
besar
f) Pengembangan perencanaan untuk meningkatkan kinerja
dengan membangun kekuatan dan mengurangi kelemahan
g) Peningkatan pengertian tentang nilai pribadi
7 Veithzal Rivai dan Ahmad Fawzi Basri, Performance Appraisal System yang tepat
untuk menilai kinerja karyawan dan meningkatkan daya saing perusahaan, (Jakarta, Rajawali
Press, 2005), hal: 55.
16
II. Manfaat bagi penilai (atasan, supervisior, pimpinan, manajer,
konsultan)
a) Kesempatan untuk mengukur dan mengidentifikasikan
kecendrungan kinerja karyawan untuk perbaikan manajemen
selanjutnya
b) Kesempatan untuk mengembangkan suatu pandangan umum
tentang pekerjaan individu dan departemen yang lengkap
c) Memberikan peluang untuk mengembangkan sistem
pengawasan baik untuk pekerjaan manajer sendiri, maupun
pekerjaan bawahannya
d) Identifikasi gagasan untuk peningkatan tentang nilai pribadi
dan peningkatan kepuasan kinerja
e) Pemahaman yang lebih baik tentang karyawan, tentang rasa
takut, harapan dan aspirasi mereka
f) Sebagai sarana untuk meningkatkan motivasi karyawan
dengan lebih memusatkan perhatian kepada mereka secara
pribadi
III. Manfaat bagi perusahaan
a) Kebaikan seluruh simpul unit-unit yang ada dalam
perusahaan, karena:
Komunikasi menjadi lebih efektif mengenai tujuan
perusahaan dan nilai budaya perusahaan
Peningkatan rasa kebersamaan dan loyalitas
17
Peningkatan kemampuan dan kemauan untuk menggunakan
keterampilan atau keahlian memimpinnya dan
mengembangkan kemauannya dan keterampilan karyawan
b) Meningkatkan pandangan secara luas menyangkut tugas yang
dilakukan oleh masing-masing karyawan
c) Meningkatkan motivasi karyawan, keharmonisan hubungan
dalam pencapaian tujuan perusahaan
3. Pengukuran Kinerja Pada Organisasi Nirlaba
Kinerja pada dasarnya adalah sebuah konsep multidimensi yang
tidak dapat hanya disamakan dengan aspek tertentu. Kinerja sebuah
organisasi dapat berupa kompetisi, waktu, kualitas, inovasi,
efisiensi, efektivitas, dan dimensi lain.8
Umumnya setiap dimensi
kinerja tersebut ada pada setiap organisasi, tetapi karena sifat dari
masing-masing organisasi dan karakteristik dari stakeholder-nya, tiap
organisasi itu mencapai dimensi kinerja yang berbeda berdasarkan
fokus organisasinya masing-masing.
Organisasi nirlaba merupakan organisasi yang tidak berorientasi
pada pencarian laba melainkan sebuah wadah yang bertujuan untuk
8 Fitzgerald, L., Johnston, R., Brignall, T.J., dan Silvestro, R. (1991). Performance
Measurement In Service Businesses. London: Chartered Institute of Management Accountants.
18
mensejahterakan kehidupan sosial masyarakat. Organisasi nirlaba
mengikuti tempat ibadah, sekolah, rumah sakit, universitas, organisasi
politik, yayasan sosial, pemerintah, dan termausk pula di dalamnya
organisasi pengelola zakat. Bagi para stakeholder organisasi nirlaba,
pengukuran kinerja dapat digunakan sebagai evaluasi atas
akuntabilitas internal dan eksternal organisasi tersebut. Evaluasi
kinerja organisasi nirlaba biasanya dilakukan pada tingkat kegiatan
dan layanan yang memungkinkan administrator untuk mengontrol
kegiatan mereka.9
Menurut Ramanathan10
, ukuran-ukuran kinerja organisasi nirlaba
dapat berupa:
1. Benefit, menyatakan ukuran keuangan dari nilai-nilai sosial yang
dilekatkan pada jasa organisasi. Penilaian keuangan dari benefit
mencakup dua komponen, yaitu:
a. Pengeluaran sosial, baik swasta maupun pemerintah yang perlu
dilakukan bila tidak ada jasa yang diberikan oleh organisasi
yang bersangkutan. Peningkatan pendapatan masyarakat
karena meningkatnya produktivitas, kondisi hidup, kualitas
lingkungan, dan lain-lain yang terjadi karena adanya jasa dari
organisasi nirlaba bersangkutan.
9 Lulu Mutia. Skripsi: “Analisis Pengukuran Kinerja Organisasi Pengelola Zakat
Berdasarkan Klasifikasinya: Studi Kasus Tiga Lembaga Amil Zakat Nasional”. Universitas Indonesia. 2012.
10 Ramanathan, A. R. Management Control In Non Profit Organization. Mc Graw. 1892.
19
2. Outcome, menyatakan ukuran non-keuangan dari manfaat sosial
yang diberikan oleh organisasi. Biasanya ukuran ini lebih mudah
diukur daripada benefit. Sebagai contoh outcome adalah jumlah
pasien yang dapat disembukan.
3. Output, menyatakan berbagai ukuran dari volume kegiatan tanpa
memerhatikan apakah output tersebut mengarahkan organisasi
pada outcome yang diharapkan. Contohnya adalah jumlah pasien
yang dirawat.
4. Input, menunjukkan ukuran non-keuangan dari jenis-jenis sumber
daya yang digunakan organisasi.
5. Cost, menunjukkan nilai keuangan dari semua sumber daya yang
digunakan oleh organisasi untuk meningkatkan jasanya.
4. Indikator Pengukuran Kinerja
Indikator pengukuran kinerja pada organisasi nirlaba menurut
Duan di dalam bukunya dilakukan dengan melihat pada indikator
keuangan dan indikator non-keuangan.11
a. Indikator Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan memiliki makna penentuan ukuran-ukuran
tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan
11
Duan, H. A Survey of Non-Profit Organization Evaluation Methods. Henan
University of Science and Technology. 2010.
20
dalam menghasilkan laba.12
b. Indikator Kinerja Non-Keuangan
Indikator non-keuangan menurut Kaplan dan Norton
dimaksudkan sebagai pelengkap pengukuran kinerja organisasi.
Indikator non-keuangan menggambarkan kemampuan organisasi
untuk melakukan perbaikan dan perubahan, cara organisasi
mengatur proses bisnis internalnya, sampai dengan menciptakan
nilai untuk konsumennya.
B. Balanced Scorecard dan Perspektifnya
1. Pengertian Balanced Scorecard
Dalam bukunya Mulyadi menyatakan, “Balanced Scorecard
merupakan alat manajemenkontemporer yang didesain untuk
meningkatkan kemampuan perusahaan dalam melipatgandakan
kinerja keuangan luar biasa secara berkesinambungan (sustainable
outstanding financial performance)”.13
Balanced Scorecard terdiri dari dua kata, yaitu kartu skor
(scorecard) dan berimbang (balanced). Kartu skor adalah kartu yang
digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja suatu organisasi atau skor
individu.sedangkan kata berimbang dimaksudkan untuk kinerja
12 Sucipto. Penilaian Kinerja Keuangan. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara. 2003. 13
Roberts S. Kaplan dan David P. Norton, Balanced Scorecard: Menerapkan
Strategi Menjadi Aksi, (Jakarta: Erlangga, 2000), edisi terj…, hal: 71.
21
organisasi atau individu diukur secara berimbang dari dua aspek, yaitu
keuangan dan non keeuangan, jangka pendek dan jangka panjang,
internal dan eksternal.
Konsep Balanced Scorecard (BSC) merupakan pendekatan baru
terhadap manajemen, yang dikembangkan pada tahun 1990-an oleh
David Norton dan Robert Kapalan. Balanced Scorecard adalah sebuah
perencanaan strategis dan sistem manajemen yang digunakan secara
Gambar 2. 1Kerangka Kerja Balanced Scorecard
22
luas baik dalam organisasi yang berorientasi laba maupun dalam
organisasi nirlaba di seluruh dunia dalam kegiatan-kegiatan usaha
untuk menyelaraskan visi dan strategi organisasi, meningkatkan
komunikasi internal dan eksternal, dan mengawasi kinerja organisasi
sesuai dengan tujuan stratejik perusahaan.
Menurut Kaplan, Balanced Scorecard adalah kumpulan suatu
ukuran kinerja ysng terintegrasi oleh empat perspektif yang ada di
dalamnya yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif
proses bisnis internal, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
2. Perspektif Dalam Balanced Scorecard
a) Perspektif Keuangan
Balanced scorecard tidak mengabaikan kebutuhan akan data
keuangan. Data yang tepat waktu dan akurat mengenai data pendanaan
akan selalu menjadi prioritas, dan para controller atau manajer akan
melakukan apa saja yang diperlukan untuk menyediakan data tersebut.
dengan menggunakan database perusahaan, diharapkan bahwa proses
pengelolaan data dapat menjadi terpusat dan otomatis. Tujuan
keuangan pada umumnya berhubungan dengan arus kas perusahaan,
kemampulabaan perusahaan dan yang perlu ditambahkan dalam
keuangan, adalah penilaian risiko dan biaya manfaat data.
Perspektif keuangan tetap menjadi perhatian dalam balanced
scorecard karena ukuran keuangan merupakan ikhtisar dari
23
konsekuensi ekonomi yang terjadi akibat keputusan dan tindakan
ekonomi yang diambil. Tujuan pencapaian kinerja keuangan yang
baik merupakan fokus dari tujuantujuan yang ada dalam tiga
perspektif lainnya. Sasaran-sasaran perspektif keuangan dibedakan
pada masing-masing tahap dalam siklus bisnis yang oleh Kaplan dan
Norton dibedakan menjadi tiga tahap:
a. Growth (Berkembang) Berkembang merupakan tahap pertama
dan tahap awal dari siklus kehidupan bisnis. Pada tahap ini
suatu perusahaan memiliki tingkat pertumbuhan yang sama
sekali atau paling tidak memiliki potensi untuk berkembang.
Untuk menciptakan potensi ini, kemungkinan seorang
manajer harus terikat komitmen untuk mengembangkan suatu
produk atau jasa baru, membangun dan mengembangkan
fasilitas produksi, menambah kemampuan operasi,
mengembangkan sistem, infrastruktur dan jaringan distribusi
yang akan mendukung hubungan global, serta mengasuh dan
mengembangkan hubungan dengan pelanggan. Perusahaan
dalam tahap pertumbuhan mungkin secara aktual beroperasi
dengan cash flow negatif dan tingkat pengembalian atas
modal yang rendah. Investasi yang ditanam untuk kepentingan
masa depan sangat memungkinkan memakai biaya yang lebih
besar dibandingkan dengan jumlah dana yang mampu
dihasilkan dari basis operasi yang ada sekarang, dengan
24
produk dan jasa dan konsumen yang masih terbatas. Sasaran
keuangan untuk growth stage menekankan pada pertumbuhan
penjualan di dalam pasar baru dari konsumen baru dan atau
dari produk dan jasa baru.
b. Sustain Stage (Bertahan) Bertahan merupakan tahap kedua
yaitu suatu tahap dimana perusahaan masih melakukan
investasi dan reinbestasi dengan mempersyaratkan tingkat
pengembalian yang terbaik, Dalam tahap ini perusahaan
berusaha mempertahankan pangsa pasar yang ada dan
mengembankannya apabila xxxvi mungkin. Investasi yang
dilakukan umumnya diarahkan untuk menghilangkan
kemacetan, mengembangkan kapasitas dan meningkatkan
perbaikan operasional secara konsisten. Pada tahap ini
perusahaan tidak lagi bertumpu pada strategi-strategi jangka
panjang. Sasaran keuangan tahap ini lebih diarahkan pada
besarnya tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan.
c. Harvest (Panen) Tahap ini merupakan tahap kematangan
(mature), suatu tahap dimana perusahaan melakukan panen
(harvest) terhadap investasi mereka. Perusahaan tidak lagi
melakukan investasi lebih jauh kecuali hanya untuk
memelihara dan perbaikan fasilitas, tidak untuk melakukan
ekspansi atau membangun suatu kemampuan baru. Tujuan
utama dalam tahap ini adalah memaksimumkan arus kas yang
25
masuk ke perusahaan. Sasaran keuangan untuk harvest adalah
cash flow maksimum yang mampu dikembalikan dari
investasi dimasa lalu. Dalam perspektif financial, balanced
scorecard diterapkan untuk membantu tercapainya tujuan
keuangan. Tujuan keuangan menggambarkan tujuan jangka
panjang perusahaan. Tujuan keuangan menjadi fokus dan
ukuran di semua perspektif scorecard lainnya. Pengukuran
kinerja keuangan menunjukkan apakah perencanaan dan
pelaksanaan strategi memberikan perbaikan yang mendasar,
perbaikan pada sasaran yang secara khusus berhubungan
dengan keuntungan yang terukur. Dalam perspektif finansial,
terdapat tiga aspek dari strategi yang dilakukan suatu
perusahaan, yaitu:
a) Pertumbuhan pendapatan dan kombinasi pendapatan
yang dimiliki suatu organisasi bisnis.
b) Penurunan biaya dan peningkatan produktivitas.
c) Penggunaan aset yang optimal dan strategi informasi.
b) Perspektif Pelanggan
Pada perspektif pelanggan dalam Balanced scorecard, perusahaan
melakukan identifikasi pelanggan dan segmen pasar yang akan
dimasuki, dimana perusahaan akan beroperasi dan kemudian
mengukur kinerja berdasarkan target segmen tersebut. Segmen pasar
merupakan sumber yang menjadi komponen penghasil tujuan
26
keuangan perusahaan. Perspektif pelanggan memungkinkan
perusahaan melakukan identifikasi dan pengukuran proporsi nilai
yang akan diberikan perusahaan kepada pelanggan dan pasar sasaran.
Sumber: Kaplan, Robert S dan David P. Norton, 1996.
Dalam perspektif pelanggan, Kaplan dan Norton menjelaskan ada
dua kelompok pengukuran yang terkait yaitu14
:
14
Roberts S. Kaplan dan David P. Norton, Balanced Scorecard: Menerapkan
Strategi Menjadi Aksi, (Jakarta: Erlangga, 2000), edisi terj…, hal: 58.
PANGSA
PASAR
Retensi
Pelanggan
Profitabilitas
Pelanggan
Akuisisi
Pelanggan
Kepuasan
Pelanggan
Gambar 2. 2 Perspektif Pelanggan – Ukuran Utama
27
1. Kelompok Inti
1) Pangsa pasar: mengukur seberapa besar pororsi
segmen pasar tertentu yang dikuasai oleh
perusahaan.
2) Tingkat perolehan para pelanggan baru: mengukur
seberapa banyak perusahaan berhasil menarik
pelanggan-pelanggan baru.
3) Kemampuan mempertahankan para pelanggan
lama: mengukur seberapa banyak perusahaan
berhasil mempertahankan pelanganpelanggan
lama.
4) Tingkat kepuasan pelanggan: mengukur seberapa
jauh pelanggan merasa puas terhadap layanan
perusahaan.
5) Tingkat profitabilitas pelanggan: mengukur
seberapa besar keuntungan yang berhasil diraih
oleh perusahaan dari penjualan produk kepada
para pelanggan.
2. Kelompok Penunjang.
1) Atribut-atribut produk (fungsi, harga dan mutu)
Tolok ukur atribut produk adalah tingkat harga
eceran relatif, tingkat daya guna produk, tingkat
pengembalian produk oleh pelanggan sebagai
28
akibat ketidak sempurnaan proses produksi, mutu
peralatan dan fasilitas produksi yang digunakan,
kemampuan sumber daya manusia serta tingkat
efisiensi produksi.
2) Hubungan dengan pelanggan Tolok ukur yang
termasuk sub kelompok ini, tingkat fleksibilitas
perusahaan dalam memenuhi keinginan dan
kebutuhan para pelanggannya, penampilan fisik
dan mutu layanan yang diberikan oleh pramuniaga
serta penampilan fisik fasilitas penjualan.
3) Citra dan reputasi perusahaan beserta produk-
produknya dimata para pelanggannya dan
masyarakat konsumen.
c) Perspektif Proses Bisnis Internal
Menurut Kaplan dan Norton dalam proses bisnis internal, manajer
harus bisa mengidentifikasi proses internal yang penting dimana
perusahaan diharuskan melakukan dengan baik karena proses internal
tersebut mempunyai nilai-nilai yang diinginkan konsumen dan dapat
memberikan pengembalian yang diharapkan oleh para pemegang
saham. Tahapan dalam proses bisnis internal meliputi:15
15
Roberts S. Kaplan dan David P. Norton, Balanced Scorecard: Menerapkan
Strategi Menjadi Aksi, (Jakarta: Erlangga, 2000), edisi terj…, hal: 83
29
1. Inovasi. Inovasi yang dilakukan dalam perusahaan biasanya
dilakukan oleh bagian riset dan pengembangan. Dalam tahap
inovasi ini tolok ukur yang digunakan adalah besarnya
produk-produk baru, lama waktu yang dibutuhkan untuk
mengembangkan suatu produk secara relatif jika
dibandingkan perusahaan pesaing, besarnya biaya, banyaknya
produk baru yang berhasil dikembangkan.
2. Proses Operasi. Tahapan ini merupakan tahapan dimana
perusahaan berupaya untuk memberikan solusi kepada para
pelanggan dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan
pelanggan. Tolok ukur yang digunakan antara lain
Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE), tingkat kerusakan
produk pra penjualan, banyaknya bahan baku terbuang
percuma, frekuensi pengerjaan ulang produk sebagai akibat
terjadinya kerusakan, banyaknya permintaan para pelanggan
yang tidak dapat dipenuhi, penyimpangan biaya produksi
aktual terhadap biaya anggaran produksi serta tingkat efisiensi
per kegiatan produksi.
3. Proses Penyampaian Produk atau Jasa pada Pelanggan.
Aktivitas penyampaian produk atau jasa pada pelanggan
meliputi pengumpulan, penyimpanan dan pendistribusian
produk atau jasa serta layanan purna jual dimana perusahaan
berupaya memberikan manfaat tambahan kepada pelanggan
30
yang telah membeli produknya seperti layanan pemeliharaan
produk, layanan perbaikan kerusakan, layanan penggantian
suku cadang, dan perbaikan pembayaran.
d) Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Perspektif keempat dalam balanced scorecard mengembangkan
pengukuran dan tujuan untuk mendorong organisasi agar berjalan dan
tumbuh.
Tujuan dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah
menyediakan infrastruktur untuk mendukung pencapaian tiga
perspektif sebelumnya. Perspektif keuangan, pelanggan dan sasaran
dari proses bisnis internal dapat mengungkapkan kesenjangan antara
kemampuan yang ada dari orang, sistem dan prosedur dengan apa
yang dibutuhkan untuk mencapai suatu kinerja yang handal.
Untuk memperkecil kesenjangan tersebut perusahaan harus
melakukan investasi dalam bentuk reskilling employes. Adapun
faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah:16
a. Karyawan. Hal yang perlu ditinjau adalah kepuasan
karyawan dan produktivitas kerja karyawan. Untuk
mengetahui tingkat kepuasan karyawan perusahaan perlu
melakukan survei secara reguler. Beberapa elemen kepuasan
16
Roberts S. Kaplan dan David P. Norton, Balanced Scorecard: Menerapkan
Strategi Menjadi Aksi, (Jakarta: Erlangga, 2000), edisi terj…, hal: 110.
31
karyawan adalah keterlibatan dalam pengambilan keputusan,
pengakuan, akses untuk memperoleh informasi, dorongan
untuk melakukan kreativitas dan inisiatif serta dukungan dari
atasan. Produktivitas kerja merupakan hasil dari pengaruh
agregat peningkatan keahlian moral, inovasi, perbaikan
proses internal dan tingkat kepuasan konsumen. Di dalam
menilai produktivitas kerja setiap karyawan dibutuhkan
pemantauan secara terus menerus.
b. Kemampuan Sistem Informasi. Perusahaan perlu memiliki
prosedur informasi yang mudah dipahami dan mudah
dijalankan. Tolok ukur yang sering digunakan adalah bahwa
informasi yang dibutuhkan mudah didapatkan, tepat dan tidak
memerlukan waktu lama untuk mendapat informasi tersebut.
c. Motivasi, pemberdayaan dan keselarasan xliii Pegawai yang
memiliki informasi yang berlimpah tidak akan memberikan
kontribusi pada keberhasilan usaha, apabila mereka tidak
mempunyai motivasi untuk bertindak selaras dengan tujuan
perusahaan atau tidak diberi kebebasan dalam pengambilan
keputusan atau bertindak.
32
C. Lembaga Pengelola Zakat
1. Pengertian Lembaga Pengelola Zakat
Pelaksanaan zakat pada dasarnya terdapat di dalam al-Qur’an
Surat at-Taubah ayat 60.
Artinya: Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-
orang fakir, orang-orang miskin, amil zakat, para muallaf yang
dibujuk hatinya untuk memerdekakan budak, orang-orang yang
berhutang untuk jalan Allah, dan untuk mereka yang sedang dalam
perjalanan sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah. Dan Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. At-Taubah: 60)
Imam Qurtubi menafsirkan ayat tersebut dan menyatakan
bahwa amil itu adalah orang yang ditugaskan oleh imam atau
pemerintah untuk mengambil, menuliskan, menghitung, dan
mencatatkan zakat yang diambilnya dari muzakki (sebutan untuk
orang yang berzakat) untuk kemudian diberikan kepadayang berhak
menerimanya.17
17 Al-Qurtubi, al-jami’ Li Ahkam Al-qur’an, Beirut Libanon, Daar el-Kutub ‘Ilmiyyah 1413
H/1993M Jilid VII-VIII, hlm, 112-113. Dikutip dariwww.konsultanekonomi.blogspot.co.id
33
Secara definisi, Lembaga Pengelola Zakat (LPZ) merupakan
sebuah institusi yang bertugas dalam pengelolaan zakat, infaq, dan
shodaqoh, baik yang dibentuk oleh pemerintah seperti Badan Amil
Zakat (BAZ), maupun yang dibentuk oleh masyarakat dan dilindungi
oleh pemerintah seperti Lembaga Amil Zakat (LAZ).18
Pengelolaan
zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengkoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat.
Di Indonesia pengelolaan zakat diatur berdasarkan Undang-
Undang No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat dengan
Keputusan Menteri Agama (KMA) No. 581 tahun 1999 Tentang
Pelaksanaan Undang-Undang No. 38 tahun 1999 danKeputusan
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji No.
D. D/291 tahun 2000 tentang Pedoman Tehnis Pengelolaan Zakat.
2. Asas-asas Lembaga Pengelola Zakat
Sebagai sebuah lembaga, Lembaga Pengelolaan Zakat memiliki
asas-asas yang menjadi pedoman kerjanya. Dalam UU No. 23 Tahun
2011 disebutkan bahwa asas-asas lembaga pengelola zakat adalah:19
18
Undang-undang Republik indonesia Nomor 23 tahun 2011 Tentang Pengelolaan
Zakat, Pasal 1 ayat 1. Dikutip dari www.bloghukums.blogspot.co.id 19
Undang-undang Republik indonesia Nomor 23 tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat,
Pasal 12. Dikutip dari www.bloghukums.blogspot.co.id
34
a) Syariat Islam. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Lembaga
Pengelola Zakat haruslah berpedoman sesuai dengan syariat Islam,
mulai dari tata cara perekrutan pegawai hingga tata cara
pendistribusian zakat.
b) Amanah. Lembaga Pengelola Zakat haruslah menjadi lembaga
yang dapat dipercaya.
c) Kemanfaatan. Lembaga Pengelola Zakat harus memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi mustahik.
d) Keadilan. Dalam mendistribusikan zakat, Lembaga Pengelola
Zakat harus mampu bertindak adil.
e) Kepastian hukum. Muzakki dan mustahik harus memiliki jaminan
dan kepastian hukum dalam proses pengelolaan zakat.
f) Terintegrasi. Pengelolaan zakat harus dilakukan secara hierarkis
sehingga mampu meningkatkan kinerja pengumpulan ,
pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.
g) Akuntabilitas. Pengelolaan zakat harus bisa
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dan mudah diakses
oleh masyarakat dan pihak lain yang berkepentingan.
Lembaga pengelola zakat yang berkualitas sebaiknya mampu
mengelola zakat yang ada secara efektif dan efisien. Program-program
penyaluran zakat harus benar-benar menyentuh mustahik dan
memiliki nilai manfaat bagi mustahik tersebut. lembaga pengelola
zakat juga harus bersifat responsif terhadap kebutuhan mustahik,
35
muzakki, dan alam sekitarnya. Hal ini mendorong amil zakat untuk
bersifat proaktif, antisipatif, inovatif, dan kreatif sehingga tidak hanya
bersifat pasif dan reaktif terhadap fenomena sosial yang terjadi.20
Selain itu, seluruh organ organisasi pengelola zakat telah memahami
dengan baik syariat dan seluk beluk zakat sehingga pengelolaan zakat
tetap berada dalam hukum Islam, tentunya hal ini sejalan dengan asas-
asas pengelolaan zakat.
3. Karakteristik Lembaga Pengelola Zakat
Di Indonesia terdapa dua jenis lembaga yang bersifat yayasan
namun memiliki karakteristik yang berbeda. Kedua lembaga tersebut
adalah lembaga yang bersifat profit atau berlaba (mencari keuntungan)
dan lembaga nonprofit atau nirlaba (tidak mencari keuntungan).
Lembaga nirlaba didirkan benar-benar bukan untuk mencari laba
sedikit pun. Sumber dana lembaga nirlaba itu sendiri berasal dari
donasi masyarakat dan digunakan sepenuhnya untuk kegiatan
operasional untuk mencapai visi dan misi lembaga.21
Dilihat dari tugas dan fungsi Lembaga Pengelola Zakat (LPZ),
jelaslah bahwa LPZ adalah salah satu dari sekian banyak lembaga yang
sifatnya nirlaba. Oleh karena itu, LPZ memiliki karakteristik yang
20Mahmudi, “Penguatan Tata Kelola dan Reposisi Kelembagaan Organisasi
Pengelola Zakat”. Ekbisi 2009, volume 4 Nomor 1:69-84. 21
www.bloghukums.blogspot.co.id
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penulis menggunakan jenis penelitian studi kasus. Studi kasus adalah
penelitian tentang status subyek penelitian yang berkenan dengan suatu
fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas.22
Metodologi
penelitian mempunyai peranan penting untuk membantu menyelesaikan
masalah dengan mudah dan terarah.
Diperlukan suatu model rumusan masalah untuk menentukan
permasalahan apa yang terdapat di dalam perusahaan, kemudian model
tersebut digunakan untuk membantu menyelesaikan masalah. Dalam
menentukan model rumusan masalah perlu serangkaian hipotesa yang
membantu alur pemikiran untuk mengambil keputusan akhir yang baik
dan berguna untuk diterapkan pada objek penelitian.
B. Metode Pengambilan Sampel
Proses pengambilan sampel merupakan proses yang sangat penting.
Hal ini juga harus didukung dengan ketepatan dan keakuratan dalam
pengambilan sampel. Sampel yang tidak memiliki hal tersebut akan
menghasilkan kesimpulan penelitian yang tidak diharapkan atau dapat
22 Maxfield FN. “The Case Study, Education, Reset”, Di dalam Nazir M. 1999.
Metode Penelitian. Cetakan keempat, Ghalia Indonesia, Jakarta. 1930.
37
menghasilkan kesimpulan yang salah.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling atau sampel bertujuan, dimana sampel yang diambil
tidak ditekankan pada jumlah melainkan pada kualitas pemahamannya
kepada masalah yang akan diteliti. Peneliti tidak menentukan sejumlah
sampel, tetapi peneliti menentukan jumlah informan untuk diwawancarai
guna memperoleh informasi tentang permasalahan yang diteliti. Peneliti
berusaha mendapatkan informasi sebanyak mungkin yang dapat diperoleh
dari berbagai sumber. Dalam menentukan informan, peneliti menggunakan
teknik bola salju (snowball sampling). Menurut pendapat Yin sebagaimana
dikutip oleh Sutopo, Snowball sampling merupakan penggunaan sampling
tanpa persiapan tetapi mengambil orang pertama yang dijumpai, dan
selanjutnya dengan mengikuti petunjuknya untuk mendapatkan sampling
berikutnya sehingga mendapatkan data lengkap dan mendalam, ibaratnya
bola salju yang menggelinding, semakin besar.23
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
untuk memperoleh data yang mendalam diperlukan informan tersebut
dianggapmencukupi kemudian informan tersebut diminta menunjukkan
subyeklain yang dianggap mengetahui permasalahan ini lebih luas,
sehingga diperoleh data yang mendalam dan benar-benar mendukung
tercapainya hasil penelitian.
23
Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta : Sebelas Maret
University Press. Hal: 37.
38
C. Metode Pengumpulan Data
Ketepatan memilih dan menentukan jenis sumber data akan
menentukan ketepatan dan kekayaan data atau informasi yang diperoleh.24
Menurut Lofland dan Lofland sebagaimana yang dikutip Moleong25
,
“Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan
tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain”.
Artinya sumber data dalam penelitian kualitatif adalah manusia,
tingkahlaku, dokumen serta benda-benda lain. Jenis sumber data yang
akan digunakan dalam penelitian ini meliputi :
a. Kata – kata dan tindakan informan Kata – kata dan tindakan
orang – orang yang diamati atau diwawancarai merupakan
sumber data utama. Informan adalah orang yang dimanfaatkan
untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar
penelitian. Kegunaan informan bagi peneliti adalah membantu
agar secepatnya dan tetap seteliti mungkin dapat
membenamkan diri dalam konteks setempat terutama bagi
peneliti yang belum mengalami latihan etnografi. Informan
dalam penelitian ini adalah manajer dalam lembaga tersebut
beserta staf – stafnya
24 Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta : Sebelas Maret
University Press. Hal: 49. 25 Moleong, Dr. Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung :
PT Remaja Rosdakarya. Hal: 112.
39
dan para muzakkinya.26
a. Sumber Tertulis Bahan tambahan yang berasal dari sumber
tertulis dapat terbagi atas sumber buku dan majalah ilmiah,
sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi.
b. Tempat dan peristiwa Tempat dan peristiwa yang digunakan
dalam penelitian ini adalah tempat dan peristiwa – peristiwa
yang terjadi di kantor BAZIS DKI Jakarta.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
a. Wawancara Menurut Lexy J. Moleong27
, “Wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan
oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewer)
yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu”.
b. Observasi. Data didapat dari pengamatan langsung peneliti di
BAZIS DKI Jakarta terhadap permasalahan di bidang
pengukuran kinerja menggunakan metode balanced scorecard.
c. Dokumentasi. Dalam teknik ini peneliti mengumpulkan data
dengan menganalisis dokumen dan arsip yang ada di BAZIS
DKI Jakarta yang berhubungan dengan kendala - kendala yang
dihadapi dalam bidang pengukuran kinerja perusahaan
26 Moleong, Dr. Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya. Hal: 90. 27
Moleong, Dr. Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya. Hal: 186.
40
menggunakan metode balanced scorecard.
D. Teknik Penulisan
Dalam penulisan ini penulis berpedoman dan mengacu kepada
buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.” Yang diterbitkan oleh CEQDA,
April 2007, Cet. Ke-2
41
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Sejarah Singkat BAZIS DKI Jakarta
Secara langsung menjadi latar belakang berdirinya BAZIS DKI
Jakarta didasari oleh beberapa faktor. Pertama, atas saran sebelas tokoh ulama
nasional yang berkumpul di Jakarta pada 24 September 1968 yang tujuannya
untuk membahas beberapa persoalan umat, khusunya pelaksanaan zakat di
Indonesia. Di antara rekomendasi hasil musyawarah tersebut adalah:
1. Perlunya pengelola zakat dengan system administrasi dan tata
usaha yang baik sehingga bisa dipertanggungjawabkan
pengumpulan dan pendayagunaannya kepada masyarakat.
2. Bahwa zakat merupakan potensi umat yang sangat besar yang
belum dilaksanakan secara maksimal. Karenanya, diperlukan
efektivitas pengumpulan zakat sehingga dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan pembangunan.
Saran sebelas ulama itu ditanggapi secara serius oleh Presiden RI yang
kemudian memberikan seruan dan edaran kepada para pejabat dan instansi terkait
untuk menyebarluaskan dan membantu terlaksananya pengumpulan zakat secara
nasional.
Kedua, atas dasar seruan Presiden Republik Indonesia pada peringatan
Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW. di Istana Negara, pada tanggal 26 Oktober
42
1968 tentang perlunya intensifikasi pengumpulan zakat sebagai potensi yang besar
untuk menunjang pembangunan.
Dua hal inilah yang melatarbelakangi pendirian BAZIS Provinsi DKI
Jakarta. Selanjutnya, secara resmi Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Ali Sadikin
mengeluarkan Surat Keputusan No. Cb. 14/8/18/68 tertanggal 5 Desember 1968
tentang Pembentukan Badan Amil Zakat, berdasarkan syariat Islam dalam
wilayah DKI Jakarta.28
Berdasarkan keputusan tersebut, maka susunan organisasi BAZ
dibentuk mulai tingkat Provinsi DKI Jakarta dan penyalurannya terutama
ditujukan kepada fakir miskin.
Sejak berdiri dari tahun 1968 hingga tahun 1973, Badan Amil Zakat
(BAZ) DKI Jakarta telah berjalan dengan cukup baik. Hanya saja pada aspek
penghimpunan zakat yang terlihat belum optimal. Jumlah dana zakat yang
terhimpun masih jauh dan potensi ZIS yang dapat digali dari masyarakat. Hal ini
disebabkan lembaga ini membatasi diri pada penghimpunan dana zakat saja. Oleh
sebab itu, untuk memperluas sasaran operasional dank arena semakin kompleknya
permasalahan zakat di Provinsi DKI Jakarta maka Gubernur Provinsi DKI Jakarta
pada 1973 melalui keputusan No. D.III/B/14/6/73 tertanggal 22 Desember 1973,
menyempurnakan BAZ ini menjadi Badan Amil Zakat dan Infaq Shodaqoh yang
selanjutnya disingkat menjadi BAZIS. Dengan demikian, pengelolaan dan
pengumpulan harta masyarakat menjadi lebih luas, karena tidak hanya mencakup
28
www.bazisdki.go.id/page/index/sejarah-bazis
43
zakat, akan tetapi lebih dari itu, mengelola dan mengumpulkan infaq dan
shodaqoh serta amal sosial masyarakat yang lain.
B. Profil BAZIS DKI Jakarta
BAZIS DKI Jakarta merupakan sebuah badan pengelola zakat resmi
yang dibentuk Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Badan ini berdiri secara resmi
pada tahun 1968 sejak dikeluarkannya Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI
Jakarta (ketika itu dijabat oleh Ali Sadikin) No. Cb. 14/8/18/68 tertanggal 5
Desember 1968 tentang Pembentukan Badan Amil Zakat, berdasarkan syariat
Islam dalam wilayah DKI Jakarta.
Menjelang berdirinya BAZIS DKI Jakarta , wacana tentang perlunya
pengelolaan zakat secara kelembagaan dan professional terus bergelora di
kalangan masyarakat muslim. Pada tanggal 24 September 1968, sebelas ulama
berkumpul di Jakarta yang terdiri dari: Prof. Dr. Hamka, KH. Ahmad Azhari, KH.
Moh. Syukri Ghazali, Moh. Sodry, KH. Taufiqurrahman, KH. Moh. Soleh
Su’aidi, M. Ali Al Hamidy, Mukhtar Luthfy, KH. A. Malik Ahmad, Abdul Kadir,
dan KH. M. A. Zawawy. Pertemuan ini menghasilkan rekomendasi, yaitu:
1. Perlunya pengelola zakat dengan sistem administrasi dan tata
usaha yang baik sehingga bisa dipeertanggungjawabkan
pengumpulan dan pendayagunaannya kepada masyarakat.
2. Bahwa zakat merupakan potensi umat yang sangat besar yang
belum dilaksanakan secara maksimal. Karenanya, diperlukan
44
efektivitas pengumpulan zakat sehingga dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan pembangunan.
Lahirnya Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Zakat telah memberikan angina segar bagi dunia perzakatan yang lebih baik.
Namun, hal itu juga menuntut semua lembaga pengelola zakat untuk berbenah diri
sesuai dengan regulasi yang baru tersebut. untuk merespon perkembangan
tersebut, Gubernur Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan Surat Keputusan No. 120
Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Amil Zakat Infaq Shodaqoh
Provinsi DKI Jakarta.29
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur No. 120 Tahun 2002 yang
tertuang pada BAB II Pasal 3, tugas pokok BAZIS DKI Jakarta adalah:
1. Menyelenggarakan pengumpulan dan pendayagunaan zakat,
infaq, dan shodaqoh sesuai dengan fungsi dan tujuannya.
2. Dalam melakasanakan tugasnya, BAZIS bersifat obyektif dan
transparan.
Surat Keputusan Gubernur ini juga menyebutkan tentang fungsi
BAZIS DKI Jakarta yang tertuang pada BAB II Pasal 4, yaitu:
1. Penyusunan program kerja
2. Pengumpulan segala macam zakat infaq shodaqoh dari
masyarakat termasuk pegawai di wilayah Provinsi DKI Jakarta
3. Pendayagunaan zakat infaq shodaqoh sesuai dengan ketentuan
hukumnya
29
www.bazisdki.go.id/page/index/profil-bazis
45
4. Penyuluhan kepada masyarakat dalam upaya peningkatan
kesadaran menunaikan ibadah zakat infaq shodaqoh
5. Pembinaan pemanfaatan zakat infaq dan shodaqoh agar lebih
produktif dan terarah
6. Koordinasi, bimbingan dan pengawasan kegiatan pengumpulan
zakat infaq dan shodaqoh yang dilaksanakan oleh pelaksana
pengumpulan BAZIS
7. Penyelenggaraan kerja sama dengan Badan Amil Zakat Infaq
Shodaqoh dan Lembaga Amil Zakat yang lain
8. Pengendalian atas pelaksanaan pengumpulan dan
pendayagunaan zakat infaq shodaqoh
9. Pengurusan fungsi-fungsi ketatausahaan, perlengkapan,
kerumah-tanggaan dan sumber daya manusia.
C. Visi dan Misi BAZIS DKI Jakarta
Adapun visi dan misi BAZIS DKI Jakarta adalah sebagai berikut
Visi
“Menjadi Badan Pengelola ZIS yang unggul dan terpercaya.”
Misi
“Mewujudkan optimalisasi pengelolaan ZIS yang amanah,
profesional, transparan, akuntabel, dan mandiri menuju
masyarakat yang bertaqwa, sejahtera, dan berdaya.”
46
D. Susunan Organisasi BAZIS DKI Jakarta
Susunan organisasi BAZIS DKI Jakarta berdasarkan Surat
Keuputusan Gubernur Nomor 120 Tahun 2002 adalah sebagai berikut.
KEPALA DAN WAKIL KEPALA
Kepala : Drs. H. Djubaidi Adih
Wakil Kepala : Drs. Ahmad Haerurohim, M.Si.
SEKRETARIAT
Kepala Sekretariat : Mustopa, S.Ag, M.Ag.
Kasubbag Umum : Sukiyana, S.Sos.
Anggota : Lukman Hakim
Mohammad Mahdi
Ranta
Yani Tantini
Kasubbag Humas : Erwanto, SH.
Kasubbag Infokom : Aan Endawati Junia
Kasubbag Litbang : Riza Fauzi, ST.
BIDANG PENGUMPULAN
Kabid. Pengumpulan : R. Jumhana, SE.
Kasie. Himpunan Zakat : Akhmad Sonhaji. S.Ag.
Kasie. Bina Muzakki : Arifin, SE, MM.
BIDANG PENDAYAGUNAAN
Kabid. Pendayagunaan : Drs. Muh. Chabib
Kasie. Layanan Mustahik : Dewi Insiyah, SE.
47
Kasie. Bina Usaha Produktif : Jaenudin, SE.
BIDANG DANA
Kabid. Dana : Wahyu Hermana, SE.
Kaise. Kas : St. Urfiah Astuti, BBA.
Kasie. Akuntansi : Mansyur, SE, M.ak
PELAKSANA BAZIS KOTAMADYA/KABUPATEN ADMINISTRASI
Kasubbag TU
Kasie. Pengumpulan
Kasie. Penyaluran
Adapun tugas dari setiap bagian yang ada dalam struktur organisasi
tersebut adalah sebagai berikut.30
Kepala memiliki tugas:
a. Memimpin pelaksanaan tugas dan fungsi BAZIS DKI Jakarta
b. Memimpin dan mengkoordinasikan kegiatan Sekretariat, Bidang
Pelaksana BAZIS Kotamadya/Kabupaten Administrasi termasuk
petugas Operasional BAZIS Kecamatan, Kelurahan, dan Unit Satuan
Kerja
Wakil Kepala memiliki tugas:
a. Membantu Kepala dalam memimpin pelaksanaan tugas dan fungsi
BAZIS DKI Jakarta
b. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan yang dilimpahkan kewenangannya
oleh Kepala
30
Data BAZIS DKI Jakarta
48
c. Mewakili Kepala apabila berhalangan melaksanakan tugas dan
fungsinya
d. Melaksanakan pengendalian administratif pelaksanaan kegiatan BAZIS
Sekretariat memiliki tugas dan fungsi:
Tugasnya melaksanakan koordinasi, konsolidasi internal dan pengendalian
administrasi kegiatan BAZIS yang berhubungan dengan fungsi-fungsi
pembinaan dan administrasi kepegawaian sumber daya manusia; tata rumah
tangga dan inventarisasi kantor; penelitian dan pengembangan; program
kerja hubungan lembaga, serta informasi dan komunikasi yang membawahi
aplikasi fungsi Sistem Informasi Manajemen BAZIS.
Fungsinya:
a. Penyusunan surat menyurat dan kearsipan
b. Pengurusan perlengkapan dan kerumahtanggaan
c. Pembina sumber daya manusia
d. Pelaksanaan urusan kepegawaian
e. Pengelolaan keuangan anggaran yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
f. Pelaksanaan hubungan masyarakat dan penyuluhan
g. Pengembangan sistem informasi manajemen
h. Pembentukan dan pembinaan jaringan kerja
i. Penelitian dan pengembangan
j. Penyusunan program kerja
49
Sub Bagian Umum memiliki tugas:
a. Menerima, mencatat, dan mendistribusikan surat
b. Menyediakan, mengurus, memelihara, dan mendistribusikan
perlengkapan kantor dan barang inventaris
c. Mengatur penyelenggaraan rapat, menerima tamu, keprotokolan, tata
tertib, keamanan, dan keindahan gedung kantor
d. Mengurus, menyiapkan, dan menyajikan data kepegawaian atau personil
e. Mengurus dan melaksanakan peningkatan kemampuan profesionalisme
(kafaah atau keahlian, amanah dan himmatul amal atau etos kerja)
personil, kesejahteraan, dan disiplin, kenaikan pangkat, mutasi,
penghargaan, pemberhentian, dan pension pegawai atau personil
f. Menerima, membukukan, dan mengeluarkan keuangan dari sumber APBD
g. Menyiapkan bahan, mengkoordinasikan penyusunan rencana program
dan anggaran
h. Melaksanakan pengendalian dan evaluasi anggaran
Sub. Bagian Hubungan Masyarakat memiliki tugas:
a. Mengkomunikasikan kepentingan BAZIS dengan lembaga-lembaga lain
b. Membentuk dan membina jaringan kerja BAZIS
c. Menyiapkan materi sosialisasi zakat pada masyarakat luas
d. Melaksanakan dan mengkoordinaasikan upaya pemasyarakatan ibadah
zakat melalui jaringan kerja BAZIS
Sub Bagian Informasi dan Komunikasi memiliki tugas:
50
a. Mengembangkan sistem informasi manajemen yang dapat menyajikan
data dan informasi yang dibutuhkan oleh bidang serta pihak terkait
b. Menjaga berjalannya operasionalisasi dan pemeliharaan sistem
informasi
Sub Bagian Penelitian dan Pengembangan memiliki tugas:
a. Melakukan penelitian dan pengembangan organisasi serta program-
programnya
b. Mrnyusun sistem dan prosedur operasi standar
c. Menghimpun dan menyusun program kerja BAZIS
d. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan program kerja
Bidang Pengumpulan memiiki tugas dan fungsi.
Tugasnya, melaksanakan usaha-usaha pengumpulan zakat, infaq, dan
shadaqah
Fungsinya:
a. Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pengumpulan zakat, infaq dan
shadaqah dari sumber-sumber yang mencakup wilayah, korporat, dan
perorangan
b. Pengembangan upaya-upaya pengumpulan zakat, infaq, dan shadaqah
c. Pendataan muzakki, munfiq, dan mutashaddiqdan memasukkan data
tersebut ke dalam SIM BAZIS
d. Pembinaan terhadap muzakki, munfiq, dan mutashaddiqterutama untuk
menjaga silaturahim dan komunikasi serta citra BAZIS
e. Penyiapan bahan laporan pengumpulan zakat, infaq, dan shadaqah
51
Sie. Himpun Muzakki memiliki tugas:
a. Merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pengumpulan zakat,
infaq, dan shadaqah dari sumber-sumber yang mencakup wilayah,
korporat, dan perorangan
b. Mendistribusikan kelengkapan administrasi operasional pengumpulan
zakat, infaq, dan shadaqah
c. Melakukan pengembangan secara terus menerus terhadap upaya-upaya
pengumpulan zakat, infaq, dan shadaqah
d. Menyiapkan bahan laporan hasil pengumpulan zakat, infaq, dan
shadaqah
Sie. Bina Muzakki memiliki tugas:
a. Menerima dan meneliti bukti penerimaan dan penyetoran zakat, infaq,
dan shadaqah, baik melalui bank, petugas operasional maupun yang
langsung dari muzakki, munfiq, dan mutashaddiq
b. Mencatat data setiap muzakki, munfiq, dan mutashaddiq dan besarnya
zakat, infaq, dan shadaqah yang diberikan
c. Meenyampaikan tanda bukti penerimaan zakat, infaq, dan shadaqah
kepada Sie. Akuntansi
d. Melakukan pendataan muzakki, munfiq, dan mutashaddiq dan
memasukan data tersebut ke dalam SIM BAZIS
e. Melakukan upaya-upaya pembinaan terhadap muzakki, terutama untuk
menjaga silaturahim dan komunikasi serta citra BAZIS
Bidang Pendayagunaan memiliki tugas dan fungsi
52
Tugasnya, melaksanakan usaha-usaha pelayanan dan pembinaan mustahik
serta pengembangan usaha produktif
Fungsinya:
a. Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pendayagunaan zakat, infaq,
dan shadaqah
b. Penelitian (seleksi persyaratan) calon mustahik
c. Pendistribusian zakat, infaq, dan shadaqah kepada para mustahik
d. Pencatatan penyaluran zakat, infaq, dan shadaqah
e. Pengembangan pendayagunaan infaq dan shadaqah untuk usaha-usaha
produktif
f. Pembinaan mustahik
g. Penyiapan bahan pelaporan pendayagunaan zakat, infaq, dan shadaqah
Sie. Layanan Mustahik memiliki tugas:
a. Menerima dan menyeleksi permohonan calon mustahik
b. Mencatat mustahik yang memenuhi syarat menurut kelompoknya
masing-masing
c. Menyiapkan rancangan keputusan tentang mustahik yang menerima
zakat, infaq, dan shadaqah
d. Melaksanakan penyaluran zakat, infaq, dan shadaqah sesuai dengan
keputusan yang telah ditetapkan
e. Mencatat penyaluran zakat, infaq, dan shadaqah dan menyerahkan tanda
bukti penerimaan kepada Sie. Akuntansi
53
f. Melaksanakan kegiatan penyaluran dana yang bersifat respon cepat
terhadap permasalahan masyarakat incidental (musibah)
g. Menyiapkan bahan laporan penyaluran zakat, infaq, dan shadaqah
Sie. Bina Usaha Produktif memiliki tugas:
a. Melaksanakan penelitian mustahik calon penerima dana produktif
b. Melaksanakan penyaluran dana produktif kepada mustahik
c. Melaksanakan pengurusan pengembalian dana produktif dan atau hasil
pengembangan
d. Melaksanakan pencatatan/pembukuan penyaluran dan pengembalian
dana produktif
e. Melaksanakan pengawasan, dan evaluasi terhadap pemanfataan dana
produktif yang telah diterima para mustahik
f. Melakukan usaha-usaha perintisan pembentukan unit-unit usaha BAZIS
yang tetap berorientasi pada pelayanan masyarakat
g. Menyiapkan bahan pelaporan hasil pendayagunaan infaq dan shadaqah
untuk usaha produktif
Bidang Dana memiliki tugas dan fungsi
Tugasnya menerima, membukukan, dan menyalurkan hasil penerimaan
zakat, infaq, dan shadaqah, menyusun laporan keuangan.
Fungsinya:
a. Penerimaan hasil pengumpulan zakat, infaq, dan shadaqah
b. Pembukuan penerimaan dan pengeluaran zakat, infaq, dan shadaqah
c. Pengeluaran hasil pengumpulan zakat, infaq, dan shadaqah
54
d. Pelaporan penerimaan dan pengeluaran zakat, infaq, dan shadaqah
e. Penyusunan dan pengelolaan anggaran
Sie. Kas memiliki tugas:
a. Menerima hasil pengumpulan zakat, infaq, dan shadaqah
b. Menerima pengembalian dana produktif beserta hasil pengembangan
c. Menyetorkan hasil penerimaan ke Bank
d. Menyampaikan tanda terima bukti setoran ke Sie. Akuntansi
e. Menyiapkan administrasi pengeluaran uang
f. Menyelenggarakan Buku Kas dan Bank
g. Menyampaikan tanda terima bukti penyaluran ke Sie. Akuntansi
Sie. Akuntansi memiliki tugas:
a. Menerima dan meneliti berkas tanda terima bukti setoran dan
penyaluran
b. Membukukan tanda terima bukti setoran dan penyaluran ke dalam buku
jurnal, buku besar, buku pembantu
c. Menyusun laporan keuangan
d. Menyiapkan bahan untuk diaudit oleh akuntan publik
Pelaksana BAZIS Kotamadya/Kabupaten Administrasi memiliki tugas dan
fungsi
Tugasnya, melaksanakan pengumpulan dan penyaluran zakat, infaq, dan
shadaqah
Fungsinya:
55
a. Pendataan muzakki, munfiq, dan mutasaddik termasuk sumber-sumber
zakat, infaq, dan shadaqah baru serta mustahik di wilayah
Kotamadya/Kabupaten Administrasimasing-masing
b. Pengumpulan zakat, infaq, dan shadaqah dari sumber-sumber zakat,
infaq, dan shadaqah
c. Penyaluran zakat, infaq, dan shadaqah kepada para mustahik
d. Pengkoordinasian pengumpulan dan penyaluran zakat, infaq, dan
shadaqah yang dilakukan oleh perangkat tingkat Kecamatan dan
Kelurahan
e. Pengelolaan umum ketatausahaan
f. Pelaporan kegiatan pengumpulan dan penyaluran zakat, infaq, dan
shadaqah di wilayah Kotamadya/Kabupaten Administrasi
Sub. Bagian Tata Usaha memiliki tugas:
a. Mengerjakan urusan surat-menyurat dan kearsipan
b. Melakukan urusan sumberdaya amil
c. Mengelola urusan keuangan anggaran
d. Mengurus keperluan perlengkapan dan rumah tangga
e. Menyusun laporan
Sie. Pengumpulan memiliki tugas:
a. Melakukan pendataan terhadap muzakki dan sumber zakat, infaq, dan
shadaqah lainnya
b. Melakukan usaha penggalian sumber zakat, infaq, dan shadaqah baru
56
c. Melakukan pengumpulan zakat, infaq, dan shadaqah dan menyetorkan
hasilnya ke Bank yang ditunjuk serta menyampaikan tanda bukti
penerimaan setoran kepada BAZIS Provinsi
d. Mencatat dan membukukan hasil pengumpulan zakat, infaq, dan
shadaqah
e. Mengkoordinasikan kegiatan pengumpulan zakat, infaq, dan shadaqah
oleh perangkat tingkat Kecamatan dan Kelurahan
f. Menyiapkan bahan laporan pengumpulan zakat, infaq, dan shadaqah
Sie. Penyaluran memiliki tugas:
a. Melakukan pendataan terhadap mustahik di wilayahnya
b. Menyalurkan dana zakat, infaq, dan shadaqah kepada mustahik sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan
c. Mencatat dan membukukan penyaluran zakat, infaq, dan shadaqah
d. Menyiapkan bahan laporan penyaluran dana zakat, infaq, dan shadaqah
E. Program Pendayagunaan Dana ZIS Pada BAZIS DKI Jakarta
BAZIS DKI Jakarta memiliki beberapa program pendayagunaan
dana Zakat Infak Shadaqah (ZIS) yang telah disalurkan oleh muzakki.
Program pendayagunaan tersebut adalah sebagai berikut.31
1. JAKARTA BERTAKWA
a. Bantuan Personal
31 Data BAZIS DKI Jakarta
57
Guru ngaji
Guru honorer
Guru TKA/TPQ/TPA
Merbot
b. Bantuan Kegiatan
Mualaf
Syiar agama, kelompok kajian, dan majlis ta’lim
c. Bantuan Fisik
Tempat ibadah
Majlis ta’lim
Yayasan keagamaan
2. JAKARTA CERDAS
a. Bantuan Personal
Beasiswa SLTA
Beasiswa S1
Beasiswa Santri
Beasiswa Guru PAUD
Pondok dhuafa
Biaya tunggakan sekolah
Beasiswa kaderasasi ulama dan mubaligh
Pembinaan qori/qoriah
58
Bantuan S2 dan S3
b. Bantuan Fisik
Bantuan Lembaga Pendidikan
3. JAKARTA MANDIRI
a. Pelatihan Skill/Kemandirian
Monitoring mustahik
Servis handphone
Montir
Menjahit
Tata boga
b. Hibah
Modal usaha
4. JAKARTA PEDULI
a. Pemberian Santunan
Bantuan sarana
Penyaluran bantuan
Biaya berobat
Rumah dhuafa
Gharimin dan Ibnu Sabil
Jamaah haji meninggal
Dhuafa korban bencana
Anak yatim
59
5. JAKARTA SADAR ZAKAT
a. Penerbitan Buku, Majalah, Brosur, Kalender dan lain-lain
Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pengumpulan
Peduli Ramadhan dan Gema Muharram
Perpanjangan operasioanal billboard
Pelaksanaan dan publikasi audit
Pembuatan souvenir
Media luar ruangan
Media cetak dan dakwah
Penerbitan buku, majalah, dan brosur
F. Hasil Penelitian
1. Perspektif Keuangan
BAZIS DKI dari tahun ke tahun mengalami peningkatan
untuk penyaluran dan penghimpunan zakat. Persepktif keuangan
juga dilihat dari bagaimana pendayagunaan zakat tersebut bisa
tersalurkan dengan baik.
Dari tahun 2015, pengumpulan berhasil dicapai di atas
130miliar, sedangkan dari segi pendayagunaan mencapi di atas 99
%. Hanya 0 sekian persen, yg tidak tersalurkan, dalam arti 0 sekian
persen tersebut memang sengaja dialihkan sebagai dana cadangan
jika memang terjadi bencana alam, contoh banjir, tanah longsor
dan lain sebagainya.
60
Manajemen keuangan BAZIS DKI Jakarta dilakukan dalam
beberapa langkah:
a. Menyusun rencana anggaran. Termasuk di dalamnya target dan
strategi penghimpunan, jumlah dana dan mustahik baik
lembaga dan individu.
b. Membuat panduan umum pengelolaan berbasis akuntansi
syariah. Sehingga akuntabilitas dan kredibilitas pengelolaan
ZIS dapat dipertanggungjawabkan.
c. Melakukan pengendalian dalam penghimpunan dan
penyaluran.
Di dalam perspektif keuangan, juga bisa dilihat dari
bagaiman pendayagunaan dana ZIS tersebut bisa tersalurkan
dengan baik. Ada dua kategori pendayagunaan ZIS di BAZIS DKI,
yaitu bantuan dan santunan. Bantuan adalah dana yang diberikan
untuk dipergunakan kepentingan sarana ibadah, pendidikan Islam,
beasiswa pendidikan, modal usaha, dan lain-lain. Sedangkan
santunan adalah pemberian dana untuk keperluan konsumtif,
seperti untuk membeli makanan dan pakaian bagi fakir miskin, dan
orang-orang yang ditimpa musibah.
Dalam kaitannya dengan penanggulangan dan
pendayagunaan dan penanggulangan kemiskinan di Ibukota ini,
BAZIS DKI telah memberikan perannya. Dapat dilihat dari
beberapa aspek, diantaranya:
61
a. Dilihat dari aspek ekonomi, sudah banyak masyarakat
DKI Jakarta yang dapat mempertahankan dan
mengembangkan usahanya.
b. Dari aspek sosial, dapat membantu memenuhi
kebutuhan primer (sandang, pangan, dan papan) bagi
sebagian masyarakat Jakarta.
2. Perspektif pelangan
Pada lembaga zakat, yang memang kita ketahui bukanlah
sebuah lembaga yang mengedepankan laba. Jadi, penilaian dalam
perspektif ini dilakukan dengan cara melihat berapa banyak jumlah
muzakki (penyalur zakat) pada lembaga tersebut.
Sedikit banyaknya muzakki ditarik dari pegawai PEMDA
DKImelalui surat edaran Gubernur. Setiap PNS (PEGAWAI
Negeri Sipil) diwajibkan mengeluarkan dan ZIS (Zakat, Infaq,
Shodaqoh) sebesar 2,5% bagi yang muslim. Dan bagi PNS
nonmuslim, hanya dihimbau untuk menyisihkan beberapa persen
dari penghasilannya sebagai amal sosial.
Muzakki yang ada di BAZIS DKI bukan hanya berasal dari
kalangan PNS saja. Akan tetapi, untuk masyarakat luas yang ingin
menyalurkan dana ZIS bisa ke BAZIS DKI, bisa melalui beberapa
bank mitra, baik itu bank yang bersifat konvensional maupun
syariah yang telah menjalin kerjasama dengan BAZIS DKI.
62
Kinerja dari BAZIS DKI untuk menarik muzakki juga
bukan hanya terhenti di situ. BAZIS DKI juga melakukan
kerjasama dengan beberapa Universitas, salah satunya UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta untuk melakukan sosialisasi mengenai
pentingnya berzakat, infaq, dan shodaqoh.
3. Perspektif Proses Bisnis Internal
Terdapat 3 tahapan di dalam perspektif proses bisnis
internal, yaitu sebagai berikut.
a. Inovasi. Adapun BAZIS DKI telah melakukan
kerjasama di beberapa universitas, seperti UIN Syarif
Hidayatullah, Universitas Ibnu Khaldun, dan lain
sebagainya untuk dilakukan sosialisasi mengenai zakat,
infaq, shodaqoh.
b. Proses operasi. Tahapan ini merupakan tahapan dimana
perusahaan dalam hal ini yaitu BAZIS DKI berupaya
untuk membuka wadah bagi muzakki yang ingin
menyalurkan dana ZIS, yaitu dengan cara membuka
rekening di beberapa bank mitra agar muzakki lebih
mudah dalam melakukan penyaluran dana tersebut.
Kemudian BAZIS DKI juga melakukan penyaringan
musahik yang berhak menerima dana ZIS dan
63
disalurkanlah dana tersebut untuk memenuhi kebutahan
dari mustahik.
c. Proses penyampaian produk atau jasa pada pelanggan.
Pada BAZIS DKI sendiri dibentuk beberapa bagian
dalam struktur organisasi untuk memudahkan dalam
penyaluran dana ZIS.
Berbicara mengenai inovasi, BAZIS DKI memiliki
keinginan untuk meningkatkan jumlah ZIS. Oleh sebab itu, BAZIS
DKI berusaha memberikan kepuasan dan kenyamanan masyarakat
dalam melakoni ibadah ini. Upaya yang ditempuh adalah dengan
cara berikut ini.
1) Program “Jemput Bola”, dalam hal ini petugas BAZIS
DKI mendatangi muzakki untuk mengambil dana ZIS
yang sudah diinformasikan dan disiapkan.
2) SMS Infaq. BAZIS DKI yang bekerjasama dengan PT.
Manajemen Qalbu Multi Media, menyediakan layanan
pembayaran infaq melalui SMS ponsel.
3) Mempertemukan muzakki setiap ramadhan para
muzakki dipertemukan.
4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
Dalam perspektif ini, BAZIS DKI kerap kali membuat
pelatihan untuk menunjang kualitas kerja pegawai. Seperti
64
membuat pelatihan dan seminar. Bahkan menurut salah seorang
staff BAZIS DKI, sarana dan prasaran yang diberikan oleh
pemerintah sudah cukup mumpuni untuk menunjang kinerja dari
setiap staff di bagian masing. Tercipta lingkungan kerja yang akrab
dan nyaman sehingga memudahkan proses kerja dar masing-
masing bagian.
Prestasi yang diraih BAZIS DKI tidak lepas dari adanya
motivasi dan control. Motivasi yang dimaksud adalah dorongan
yang timbul pada diri seseorang untuk melakukan suatu tindakan.
Adapun control dalam hal ini adanya pengeendalian dan
pengawasan.
Dalam kaitannya dengan motivasi, ada dua hal yang
dilakukan pihak manajemen BAZIS DKI kepada semua unsur yang
terlibat di dalamnya. Ada motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik.
Pada motivasi intrinsik adalah dorongan yang muncul pada
diri seseorang. Maksudnya adalah para pekerja yang terlibat di
dalamnya ditanamkan rasa ikhlas dalam bekerja, karena
sesungguhnya bekerja pada lembaga seperti ini memiliki tujuan
utama untuk kemaslahatan umat. Bekerja pada lembaga zakat
adalah salah satu bentuk tabungan akhirat.
Sedangkan motivasi ektrinsik merupakan dorongan yang
muncul dari luar diri seseorang. Di sinilah mendapatkan
65
penghargaannya di dunia. Karena pihak BAZIS DKI akan
memberikan penghargaan dan hadiah bagi pegawai yang
berprestasi. Tujuannya guna memberikan apresiasi kepada para
pegawai. Dan pada praktiknya dengan adanya hal tersebut dapat
meningkatkan penghimpuna ZIS dan kinerja pegawai BAZIS dari
masing-masing wilayah.
66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Perancangan system pengukuran kinerja yang dibuat untuk
BAZIS DKI Jakarta dengan menggunakan pendekatan Balanced
Scorecard, dimana sasaran-sasaran strategi BAZIS DKI dapat
dikelompokkan menjadi seperti berikut.
a. Perspektif keuangan, diutamakan dalam perancangan
strategi BAZIS DKI memiliki dua sasaran strategi, yaitu
dilihat dari penghimpunan dana ZIS dan pendayagunaan
dan ZIS.
b. Perspektif pelanggan, BAZIS DKI menetapkan sasaran
strategi dengan cara memberikan peluang kepada
masyarakat luas untuk bisa menjadi muzakki melalui bank
mitra yang bekerjasama dengan BAZIS DKI dan kegiatan
sosialisasi terhadap mahasiswa di beberapa universitas.
c. Perspektif proses bisnis internal, menciptakan inovasi
program dalam pemberdayaan dana ZIS.
d. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, ditetapkan
sebagai prioritas terakhir dari seluruh perspektif yang ada
pada metode Balanced Scorecard lainnya. Dan memiliki
sasaran untuk mengembangkan peningkatan SDM amil.
67
Penentuan ukuran hasil pencapaian pada perspektif keuangan
ditunjukkan dengan melihat adanya peningkatan setiap tahunnya,
terkhusus di dua tahun pada 2015-2016 dalam perolehan dana ZIS
yang diterima oleh pihak BAZIS DKI, dan dilihat pula dari
keberhasilan pendayagunaan dana ZIS tersebut.
Penentuan ukuran hasil pencapaian pada perspektif pelanggan
ditunjukkan dengan edukasi terhadap muzakki selain yang berasal dari
PEMDA DKI, seperti masyarakat luas dan mahasiswa.
Penentuan ukuran hasil pencapaian pada perspektif proses bisnis
internal dilihat dengan adanya inovasi program pendayagunaan.
Pencapaian hasil pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
dapat ditunjukkan dengan adanya pelatihan dan training motivation
dan musyawarah kerja.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran
yang dapat diberikan antara lain:
1. BAZIS DKI sebaiknya melakukan tindakan korektif pada
indicator kinerja yang belum optimal dengan
mengidentifikasikan penyebab dan memperbaikinya. Hal ini
terkait kinerja pada perspektif proses bisnis internal, agar dapat
lebih invotif.
68
2. BAZIS DKI sebaiknya merepakan system pengukuran kinerja
dengan menerapkan konsep pengukuran Balanced Scorecard
agar perusahaan mampu menilai kinerjanya secara
komprehensif, koheren, seimbang, dan terukur.
3. Penelitian selanjutnya disarankan untuk merancang
perencanaan strategi di masa yang akan dating dngan
pendekatan balanced scorecard sebagai tindak lanjut dari
pengukuran kinerja yang tela dilakukan.
69
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qaradhowi, Muhammad Yusuf. Konsesi Islam dalam Mengentas Kemiskinan,
Terj. Umar Fanany, Surabaya: PT. Bina Ilmu, hal: 105.
Al-Qurtubi, Al-jami’ Li Ahkam Al-qur’an, Beirut Libanon, Daar el-Kutub
‘Ilmiyyah 1413 H/1993M Jilid VII-VIII, hlm, 112-113. Dikutip
dariwww.konsultanekonomi.blogspot.co.id
Duan, H. A Survey of Non-Profit Organization Evaluation Methods. Henan
University of Science and Technology. 2010.
Fitzgerald, L., Johnston, R., Brignall, T.J., dan Silvestro, R. (1991). Performance
Measurement In Service Businesses. London: Chartered Institute of
Management Accountants.
Fitzgerald, L., Johnston, R., Brignall, T.J., dan Silvestro, R. (1991). Performance
Measurement In Service Businesses. London: Chartered Institute of
Management Accountants.
https://www.bloghukums.blogspot.co.id diakses pada 30 Mei 2018
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ,
Balai Pustaka, 1997), Cet. Ke-9, hal:22.
Lulu Mutia. Skripsi: “Analisis Pengukuran Kinerja Organisasi Pengelola Zakat
Berdasarkan Klasifikasinya: Studi Kasus Tiga Lembaga Amil
Zakat Nasional”. Universitas Indonesia. 2012.
Mulyadi, 2001, Alat Manajemen Kontemporer Untuk Pelipatganda Kinerja
Keuangan Perusahaan, Salemba Empat: Jakarta.
Mahmudi, “Penguatan Tata Kelola dan Reposisi Kelembagaan Organisasi
Pengelola Zakat”. Ekbisi 2009, volume 4 Nomor 1:69-84.
Ramanathan, A. R. Management Control In Non Profit Organization. Mc Graw.
1892.
Roberts S. Kaplan dan David P. Norton, Balanced Scorecard: Menerapkan
Strategi Menjadi Aksi, (Jakarta: Erlangga, 2000), edisi terj…, hal:
71.
70
Roberts S. Kaplan, et al. Balanced Scorecard: Menerapkan Strategi Menjadi Aksi,
(Jakarta: Erlangga, 2000)
Sucipto. Penilaian Kinerja Keuangan. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara. 2003.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2011 Tentang Pengelolaan
Zakat, Pasal 1 ayat 1. Dikutip dari
www.bloghukums.blogspot.co.id
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2011 Tentang Pengelolaan
Zakat, Pasal 12. Dikutip dari www.bloghukums.blogspot.co.id
Veithzal Rivai dan Ahmad Fawzi Basri, Performance Appraisal Systemyang tepat
untuk menilai kinerja karyawan dan meningkatkan daya saing
perusahaan, (Jakarta, Rajawali Press, 2005), hal: 14.
Veithzal Rivai dan Ahmad Fawzi Basri, Performance Appraisal System yang
tepat untuk menilai kinerja karyawan dan meningkatkan daya
saing perusahaan, (Jakarta, Rajawali Press, 2005), hal: 55.
71
LAMPIRAN-LAMPIRAN
72
FOTO 1. Saat melakukan wawancara dengan Bapak Sukiyana,
selaku KASUBBAG Umum
73
FOT
O 2. Saat melakukan wawancara dengan Ka Dzaki Mubarok selaku staff
penghimpunan.
FOTO 3. Saat melakukan wawancara dengan bagian KASUBBAG LITBANG
74
PERTANYAAN WAWANCARA
Nama : Sukiyana, S.Sos
Pekerjaan/Jabatan : Kasubag Umum
Tanggal Wawancara : 18 April 2016
Jam : 10:30 WIB
Tempat : Kantor BAZIS DKI Jakarta
1. Bagaimana pengukuran kinerja di BAZIS DKI yang dlihat dari
metode balanced scorecard pada perspektif keuangan?
75
Jawab : kalau BAZIS DKI Alhamdulillah dari tahun ke tahun selalu
meningkat dari segi pengumpalan dana ZIS, pada tahun 2015 data hasil
pengumpulan mencapai sekitar 130 miliar. Namun juga tidak hanya dari
segi pengumpulan saja, melainkan dari segi pendayagunaannya yang
tersaurkan di atas 99%, hanya 0 sekian persen yang tidak tersalurkan
dalam arti itu sebagai dana cadangan untuk bencana.
2. Apakah terdapat strategi khusus dalam hal menarik muzakki?
Jawab : kalau saya melihat bagian kepegawaian, dari penarikan ZIS
berdasarkan PEMDA DKI bahwa setiap PNS diharapkan mengeluarkan
2,5% untuk dan ZIS, dan itu bagi PNS yang muslim. Namun, bagi PNS
yang nomuslim hanya dihimbau untuk sebagai dana amal social.
3. Lalu bagaimana dengan muzakki di luar PNS?
Jawab : hasil pengumpulan dari PNS ada sebagian dari dan ZIS
masyarakat luar, karena kita punya rekening yang tersebar di bank syariah
maupun non syariah. Diaharapkan dengan adanya rekening tersebu dari
bank dapat memberikan kepercaaan untuk setiap yang mau menyalurkan
dana ZISnya. Ketika muzakki memerlukan administrasi tertulis bisa
dilaporkan lalu kami mengirimkan tanda terima ke yang bersangkutan
melalui email atau pos. Lalu dana ZIS yang terkumpul juga bukan hanya
dari situ aja, tapi dari pengusaha-pengusaha nasional dan pejabat DKI
terutama pada bulan ramadhan yang akan dikumpulkan di JCC untuk kami
himbau mengeluarkan dana ZIS bagi yang muslim dan dana social bagi
76
nonmuslim. Di samping iu juga ada sekarang lagi digalang kerjasama ke
beberapa universitas seprti UIN, Ibnu Khaldun, IKJ, Pancasila..
4. Dari dana yang sudah terkumpul apakah bisa menjalankan semua
program yang sudah terprogram?
Jawab : jadi BAZIS itu hanya sebagai pelaksana, jadi ada dewan
pertimbangan melalui rapat pleno untuk memutuskan nanti berapa persen
yang harus disalurkan, nah kita tinggal menjalankannya. seperti yang
tercantum di SK Gubernur.
5. Apakah pernah ada dilakukan penilaian tentang pelayanan BAZIS
DKI dari muzakki?
Jawab : kami ada audit independent, yang ditunjuk oleh komisi pengawas.
6. Apakah BAZIS DKI sudah menetapkan strategi untuk jangka
panjang dan pendek dalam hal pengumpulan dana ZIS?
Jawab : kami memiliki strategi menarik masyarakat supaya lebih percaya
kepada BAZIS dengan cara kita menyelurkan pendayagunaan itu secara
transfer. Kalo BAZIS DKI adalah lebaga pemerintah yang memberikan
pelayanan terbaik untuk masyarakat denga prinsip cepat, cepat, dan
memenuhi. Jadi dengan sendirinya masyarakat akan percaya.
7. Bagaimana cara BAZIS DKI mempertahankan pegawai?
Jawab : dikarenakan semuanya adalah PNS jadi harus mau gak mau betah
dan bertahan. Untuk yang non PNS itu kendalanya ada di BAZIS Provinsi.
PNS hanya sekitar 44 orang dan yg non PNS sekitar 46 orang.
77
8. Bagaimana meningkatkan kinerja dari para pegawai?
Jawab : Kalau PNS ada pelatihan sendiri melalui diklat provinsi, seperti
kepemimpinan, b.inggris, dan sebagainya. Kalau yang non PNS kita
berikan peluang untuk tetap menjalankan pendidikan dengan dispensasi
waktu dari pimpinan dan kita sebagian ada yang kita bantu untuk masalah
biaya pendidikannya.
9. Lalu mustahiknya berasal dari mana saja?
Jawab : mustahiknya dari DKI, tapi ada juga yang dari luar DKI.
10. Apakah dari dana ZIS yang sudah diberikan kepada mustahik, ada
yang bertransformasi dari mustahik menjadi muzakki, mengingat
tujuan pemberian dana ZIS tersebut pun seperti itu?
Jawab : yang terasa itu adalah dari mahasiswa yang menerima dana
beasiswa. Kalau dari yang bantuan bina usaha kecil, itu di samping mereka
meminjam tanpa bunga, diharapkan dia bisa menyalurkan dana infaq.
11. Lalu jika melihat dari program pendayagunaan, apakah setiap
tahunnya pasti ada inovasi program?
Jawab : kami tetap menjalankan program yang sudah ada, namun jika ada
peluang untuk program baru kami tidak menutup kemungkinan. Itu
tergantung dari dewan pertimbangan dan komisi pengawas.
Menyetujui,
78
PERTANYAAN WAWANCARA
Nama : Dzaki Mubarok
Pekerjaan/Jabatan : Staff Penghimpunan Zakat
Tanggal Wawancara : 18 April 2016
Jam : 10:55 WIB
Tempat : Kantor BAZIS DKI Jakarta
1. Bagaimana perasaan bapak bekerja di sini?
Jawab : Alhamdulillah senang, kalau di sini Alhamdulillah beban kerja
tidak terlalu berat ketika saya bandingkan dengan institusi zakat yang lain.
79
Tapi yang saya rasakan ketika saya pulang ke rumah tidak ada beban kerja
lagi.
2. Menurut bapak, kalau untuk petunjuk pelaksanaan tugasnya sendiri
apa sudah cukup jelas?
Jawab : sudah jelas, langsung dari atasan. Misalnya ada berkas yang
masuk ke pemimpinan lalu diarahkan ke saya.
3. Lalu kalau untuk lingkungan kerjanya sendiri separti apa?
Jawab : kalau untuk sarana yang diberikan kelengkapan untuk bekerja
saja, dan untuk internal di kantor Alhamdulillah lengkap.
4. Lalu bagaimana hubungannya langsung ke atasan?
Jawab : saya merasakan asik-asik aja sih
5. Lalu apakah ada bimbingan langsung dari atasan?
Jawab : waktu di awal saya bekerja ada bimbingan langsung, tapi kalo
untuk saat ini, kalau saya tidak ada pertanyaan ya sudah dianggap sudah
mengerti.
6. Apakah pernah merasa kurang kerja sama dengan tim?
Jawab : pernah ada rasa kaya gitu tapi ternyata setelah dimusywarahkan
ya adil ko.
7. Jika sedang merasa ada masalah, siapa yang menangani?
Jawab : biasanya sih ada litbang, tapi kalau saya sering sharing ke atasan
saya langsung atau kepala sie. masing-masing.
8. Bagaimana pelatihan yang diberikan untuk pegawai?
80
Jawab : agak sedikit kurang pelatihan dan pemberian pengetahuan tentang
zakat, tapi kalau untuk pelatihan di bidang masing-masing sudah
mencukupi, hanya pengetahuan sebagai amil aja yg agak kurang.
Menyetujui,
PERTANYAAN WAWANCARA
Nama : Riza Fauzi, S.T
Pekerjaan/Jabatan : Kasubag Litbang
Tanggal Wawancara : 18 April 2016
Jam : 10:55 WIB
Tempat : Kantor BAZIS DKI Jakarta
1. Bagaimana perasaan bapak bekerja di BAZIS DKI ini?
81
Jawab : ya biasa aja sih, engga ada beban, masih bisa diatasi. Saya
kerja udah dari tahun 2005.
2. Bagaimana dengan petunjuk kerja yang diberikan?
Jawab : sudah cukup jelas sih
3. Lingkungan kerjanya sendiri gimana?
Jawab : udah seperti keluarga sih di sini
4. Kalau hubungannya ke atasan gimana?
Jawab : dengan atasan juga baik, seperti yang saya bilang karna
sudah terjalin seperti keluarga.
5. Bagaimana yang diberikan dari BAZIS DKI?
Jawab : pelatiahannya sih udah cukup ya tapi ya paling ada
beberapa yang harus diberikan seperti pengetahuan tentang amil zakat
dan lain sebagainya.
6. Kalau untuk sarana yang diberikan?
Jawab : kalau saya sih sudah merasa cukup, tapi perlu ada sedikit
yang harus diupgrade.
Menyetujui,
82
83