analisis pelaksanaan program antenatal care di …
TRANSCRIPT
ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS
CIPUTAT TIMUR TAHUN 2015
Skripsi
Oleh:
Wanda Jaya Purnama
NIM: 1111101000016
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2015 M
iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
Skripsi, Juni 2015
Wanda Jaya Purnama, NIM: 1111101000016
Analisis Pelaksanaan Program Antenatal Care di Puskesmas Ciputat Timur Tahun
2015
xii + 88 halaman, 3 tabel, 4 gambar, 54 bacaan
ABSTRAK
Salah satu upaya dalam menurunkan angka kematian ibu yaitu dengan
pelayanan Antenatal K1 dan K4. Pelayanan antenatal (antenatal care/ANC) penting
untuk memastikan kesehatan ibu selama kehamilan dan menjamin ibu untuk
melakukan persalinan di fasiltas kesehatan dengan selamat. Tahun 2013 Puskesmas
Ciputat Timur hanya dapat memberikan pelayanan K4-K1 yaitu sebanyak 71% ibu
hamil dengan target 1323. Terjadinya suatu penurunan pada tahun 2014, yang mana
berdasarkan data laporan tahunan tahun 2014 didapatkan data pelayanan K4-K1 atau
Antenatal Care hanya mencapai angka 58% dari 1471 ibu hamil yang ditargetkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran input, proses, output,
pengawasan, serta gambaran umpan balik yang dilakukan oleh Puskesmas Ciputat
Timur dalam pelaksanaan pelayanan Antenatal care.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang
menghasilkan data deskriptif. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Ciputat Timur.
Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih dua bulan dimulai sejak bulan Maret
hingga April 2015. Informan yang menjadi narasumber dalam penelitian ini antara
lain adalah kepala Puskesmas Ciputat Timur, pemegang program KIA Puskesmas
Ciputat Timur, ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan rajin (4 kali), ibu
hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan kurang (1 kali), dan ibu hamil yang
tidak pernah melakukan pemeriksaan kehamilannya di Puskesmas Ciputat Timur.
Cakupan pelayanan antenatal yang tidak tercapai sesuai dengan target yang
sudah ditetapkan dapat dikarenakan oleh beberapa hal, yaitu diantaranya yaitu sikap
sebagian petugas yang tidak ramah kepada pasien, belum bagusnya fasilitas USG
yang dimiliki Puskesmas, lama dalam proses pendaftaran, serta kurang efektifnya
program koin kepuasan untuk mengetahui seberapa jauh kepuasan pasien terhadap
pelayanan yang telah diberikan.
iv
ABSTRACT
One of the efforts in reducing maternal mortality is the Antenatal care K1 and
K4. Antenatal care (ANC) is important to ensure maternal health during pregnancy
and as a guarantee to take the health facility for childbirth safely. In 2013, Puskesmas
of East Ciputat can only provide K4-K1, there were 71 pregnant women with the
target was 1323. The occurrence of a decline in 2014, which is based on data from
the annual report of 2014, data obtained K4-K1 or Antenatal Care only reached
number 58 from 1471 pregnant women were targeted.
This research is intended to describe the input, process, output, monitoring,
and feedback overview conducted by the Puskesmas of East Ciputat in the
implementation of antenatal care services.
This research is qualitative research that produces descriptive data. This
research was conducted in Puskesmas East Ciputat. This research was conducted for
approximately two months starting from March to April 2015. The informant, the
informant in this study include the head of the Puskesmas East Ciputat, holders of
KIA program Puskesmas East Ciputat, pregnant women antenatal diligent (4 times),
pregnant women antenatal care less (1 time), and pregnant women who never do
pregnancy checks on Puskesmas East Ciputat.
Antenatal care coverage is not achieved in accordance with the targets set can
be caused by several things, some of them are the attitude of some officers who are
not friendly to the patient, not good ultrasound facilities owned health centers, long
in the registration process, as well as the lack of effective programs for the
satisfaction coins knowing how far the patient's satisfaction with the services
rendered.
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, “Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”
Alhamdulillahirobbil alamin, puji sukur penulis ucapkan kepada Allah SWT
yang telah memberikan rahmat, hidayah dan nikmat yang berlimpah, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Analisis Pelaksanaan
Program Antenatal Care di Puskesmas Ciputat Timur Tahun 2015”. Sholawat
serta salam penulis haturkan kepada Rasulullah SAW, semoga kita semua
mendapatkan syafaatnya di akhirat nanti. Amin.
Dalam penulisan penelitian ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
penelitian ini, khususnya kepada:
1. Ibu Fajar Ariyanti, Ph.D selaku Kepala Program Studi Keehatan Masyarakat.
2. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar, MARS sebagai pembimbing I yang telah
banyak memberikan ide, masukkan kritik dan saran perbaikan terhadap
skripsi ini.
3. Ibu Yuli Amran, MKM sebagai pembimbing II yang telah membimbing dan
memberikan inspirasi serta motivasi bagi penulis selama penyusunan skripsi
saya.
4. Para dosen-dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat dan dosen-dosen
Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat.
5. Ibu, Bapak dan Keluarga yang selalu memberikan dukungan, nasihat serta
do’a yang selalu dipanjatkan demi kelancaran penyusunan skripsi ini.
vi
6. Pihak Puskesmas Ciputat Timur yang telah mempersilahkan saya untuk
melakukan penelitian dan juga terimakasih telah memberikan data yang saya
butuhkan.
7. Ibu alfiah selaku pemegang program KIA yang sudah membantu saya dalam
mengumpulkan data.
8. Petugas Puskesmas Ciputat Timur yang telah membantu dalam pengumpulan
data.
9. Teman-teman yang sudah membantu dan memberi semangat serta dorongan
agar saya menjadi pribadi yang lebih baik.
Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih kurang dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan saran perbaikan dari pembaca.
“Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu”
vii
DAFTAR ISI
Lembar Pernyataan ................................................................................................. i
Abstrak ..................................................................................................................... iii
Abstract ..................................................................................................................... iv
Kata Pengantar ........................................................................................................ v
Daftar Isi ................................................................................................................... vii
Daftar Tabel .............................................................................................................. xi
Daftar Gambar ......................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 3
C. Pertanyaan Penelitian ..................................................................................... 3
D. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4
1. Tujuam Umum ......................................................................................... 4
2. Tujuan Khusus .......................................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 4
1. Bagi Institusi Pendidikan UIN Syarif Hidayatullah ................................. 4
2. Bagi Puskesmas Ciputat Timur ................................................................ 4
3. Bagi Peneliti Lain ..................................................................................... 5
F. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Antenatal Care ................................................................................................ 6
1. Pengertian Antenatal Care........................................................................ 6
2. Tujuan, Fungsi, dan Manfaat Antenatal Care .......................................... 8
3. Standar Pelayanan Antenatal Care ........................................................... 10
viii
B. Pelaksanaan Program Antenatal Care di Puskesmas ..................................... 21
1. Input ......................................................................................................... 21
2. Proses ....................................................................................................... 29
3. Output ....................................................................................................... 31
4. Pengawasan .............................................................................................. 32
5. Umpan Balik ............................................................................................ 33
C. Kerangka Teori............................................................................................... 33
BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEINISI ISTILAH
A. Kerangka Pikir ............................................................................................... 35
B. Definisi Istilah ................................................................................................ 36
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................................... 41
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................................... 41
C. Informan Penelitian ........................................................................................ 41
D. Sumber Data ................................................................................................... 42
E. Metode Pengumpulan Data ............................................................................ 42
F. Instrumen Penelitian....................................................................................... 43
G. Pengolahan dan Analisis Data ........................................................................ 44
H. Penyajian Data ............................................................................................... 44
I. Triangulasi Data Penelitian ............................................................................ 44
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Input Pelayanan Antenatal Care .................................................................... 46
1. Sumber Daya Manusia (SDM) ................................................................. 46
2. Fasilitas ................................................................................................... 51
3. Sumber Dana ............................................................................................ 54
4. Kebijakan dan SOP .................................................................................. 55
B. Proses ............................................................................................................ 56
C. Output ............................................................................................................. 58
D. Pengawasan ................................................................................................... 59
ix
E. Umpan Balik .................................................................................................. 60
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian .................................................................................. 61
B. Input ............................................................................................................... 62
1. Sumber Daya Manusia (SDM) ................................................................. 62
2. Fasilitas ................................................................................................... 69
3. Sumber Dana ............................................................................................ 71
4. Kebijakan dan SOP .................................................................................. 73
C. Proses ............................................................................................................ 76
D. Output ............................................................................................................. 78
E. Pengawasan ................................................................................................... 80
F. Umpan Balik .................................................................................................. 81
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................................... 84
1. Gambaran Input Dalam Pelaksanaan Pelayanan Antenatal Care Di
Puskesmas Ciputat Timur ........................................................................ 84
a. SDM ................................................................................................... 84
b. Fasilitas .............................................................................................. 85
c. Suber Dana ......................................................................................... 85
d. Kebijakan dan SOP ............................................................................ 85
2. Gambaran Proses Dalam Pelaksanaan Pelayanan Antenatal Care Di
Puskesmas Ciputat Timur ........................................................................ 85
3. Gambaran Output Dalam Pelaksanaan Pelayanan Antenatal Care Di
Puskesmas Ciputat Timur ........................................................................ 86
4. Gambaran Pengawasan Dalam Pelaksanaan Pelayanan Antenatal Care Di
Puskesmas Ciputat Timur ........................................................................ 86
5. Gambaran Umpan Balik Dalam Pelaksanaan Pelayanan Antenatal Care
Di Puskesmas Ciputat Timur ................................................................... 87
B. Saran ............................................................................................................... 87
1. Saran Untuk Dinas Kota Tangerang Selatan ............................................ 87
x
2. Saran Untuk Puskesmas Ciputat Timur ................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Istilah ............................................................................................ 38
Table 5.1 Tenaga Kesehatan Program KIA di Puskesmas Ciputat Timur
Tahun 2015 ................................................................................................................ 49
Table 5.2 Tenaga Kesehatan Program KIA di Puskesmas Ciputat Timur
Berdasarkan Pendidikan Terakhir .............................................................................. 51
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Alur Pelayanan Antenatal Terpadu ........................................................ 32
Gambar 2.2 Krangka Teori Penelitian ....................................................................... 36
Gambar 3.1 Kerangka Pikir Penelitian....................................................................... 37
Gambar 6.1 Alur Pelayanan Antenatal Terpadu ........................................................ 47
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puskesmas dalam menjalankan fungsinya sebagai pelayanan kesehatan
masyarakat, Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari
sistem kesehatan nasional yang merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama.
Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni Upaya Kesehatan
Wajib dan juga Upaya Kesehatan Pengembangan. Salah satu dari enam upaya
kesehatan wajib Puskesmas yaitu upaya kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga
Berencana (KIA/KB).
Berdasarkan data MDGs tahun 2011, Indonesia masih memiliki masalah
dalam mencapai tujuan MDGs yang kelima yaitu meningkatkan kesehatan ibu,
khususnya pada target menurunkan angka kematian ibu. Indonesia hanya baru
dapat menekan dari 390 (tahun 1991) menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup
(tahun 2007), yang mana target pada tahun 2015 yang sudah ditetapkan yaitu
102 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan data Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menyebutkan bahwa AKI di Indonesia
sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini menjadi masalah tentunya
dibidang kesehatan, sehingga timbul beberapa pertanyaan mengapa tujuan
tersebut masih belum tercapai.
2
Salah satu upaya dalam menurunkan angka kematian ibu yaitu dengan
pelayanan Antenatal K1 dan K4. Pelayanan antenatal (antenatal care/ANC)
penting untuk memastikan kesehatan ibu selama kehamilan dan menjamin ibu
untuk melakukan persalinan di fasiltas kesehatan dengan selamat. Para ibu yang
tidak mendapatkan pelayanan antenatal cenderung bersalin di rumah (86,7
persen) dibandingkan dengan ibu yang melakukan empat kali kunjungan
pelayanan antenatal atau lebih (45,2 persen) (Data MDGs, 2010).
Pemeriksaan kehamilan sangat penting dilakukan oleh semua ibu hamil
untuk mengetahui pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Hampir seluruh ibu
hamil di Indonesia (95,4%) sudah melakukan pemeriksaan kehamilan (K1)
dengan frekuensi minimal 4 kali selama masa kehamilannya adalah 83,5 persen.
Adapun untuk cakupan pemeriksaan kehamilan pertama pada trimester pertama
adalah 81,6 persen dan frekuensi ANC 1-1-2 atau K4 (minimal 1 kali pada
trimester pertama, minimal 1 kali pada trimester kedua dan minimal 2 kali pada
trimester3) sebesar 70,4 persen. Tenaga yang paling banyak memberikan
pelayanan ANC adalah bidan (88%) dan tempat pelayanan ANC paling banyak
diberikan di praktek bidan (52,5%).
Berdasarkan data profil kesehatan Dinas Kesehatan Kota Tangerang
Selatan tahun 2013 didapatkan jumlah kunjungan K1 di seluruh Puskesmas
yang ada di Kota Tangerang Selatan sebanyak 32.961, dan kunjungan K4
sebanyak 30.936 ibu hamil (Profil Dinkes Kota Tangsel 2013).
Berdasarkan data dari laporan tahunan Tahun 2013 Puskesmas Ciputat
Timur, didapatkan data pelayanan K4-K1 mencapai 71% ibu hamil dengan
target 1323. Terjadinya suatu penurunan pada tahun 2014, yang mana
3
berdasarkan data laporan tahunan tahun 2014 didapatkan data pelayanan K4-K1
atau Antenatal Care hanya mencapai angka 58% dari 1471 ibu hamil yang
ditargetkan (Laporan Tahunan PKM Ciputat Timur 2013 dan 2014).
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pencapaian pelayanan K4-K1
masih jauh dari target yang sudah ditetapkan. Sehingga perlunya peninjauan
mengapa pelayanan tersebut belum pencapai target yang sudah ditetapkan, serta
adanya isu dari masyarakat bahwa banyaknya komplein masyarakat terhadap
petugas yang dimiliki oleh Puskesmas Ciputat Timur. Dari kondisi tersebut,
maka peneliti ingin melihat apa saja yang menjadi penyebab program tersebut
tidak tercapai sebagaimana mestinya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang yang sudah dijelaskan diatas, yang
menjadi permasalahan adalah belum tercapainya target pelayanan Antenatal K4-
K1 yang ada dialam program KIA Puskesmas Ciputat Timur, dan bahkan
terjadinya penuruan angka cakupan K1-K4 dari tahun 2013 hingga 2014.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana pelaksanaan pelayanan Antenatal Care di Puskesmas Ciputat
Timur berdasarkan pendekatan sistem?
4
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum:
Diketahuinya pelaksanaan program Antenatal care di Puskesmas
Ciputat Timur berdasarkan pedekatan sistem.
2. Tujuan Khusus:
a. Diketahuinya gambaran input dalam pelaksanaan pelayanan Antenatal
care di Puskesmas Ciputat Timur.
b. Diketahuinya gambaran proses dalam pelaksanaan pelayanan Antenatal
care di Puskesmas Ciputat Timur.
c. Diketahuinya gambaran output dalam pelaksanaan pelayanan Antenatal
care di Puskesmas Ciputat Timur.
d. Diketahuinya gambaran pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan
Antenatal care di Puskesmas Ciputat Timur.
e. Diketahuinya gambaran umpan balik dalam pelaksanaan pelayanan
Antenatal care di Puskesmas Ciputat Timur.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa
dan dosen mengenai sistem pelaksanaan program Antenatal Care.
2. Manfaat Bagi Puskesmas Ciputat Timur
Mendapatkan masukan untuk perbaikan dan kelanjutan dari
implementasi program Antenatal Care di Puskesmas Ciputat Timur.
5
3. Manfaat Bagi Peneliti Lain
Sebagai referensi yang dapat dijadikan bahan bacaan dan rujukan oleh
peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan
pelaksanaan program Antenatal Care.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian yang berjudul “Analisis Pelaksanaan Program Antenatal Care di
Puskesmas Ciputat Timur Tahun 2015” dilakukan oleh mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta semester VIII. Peneliti ingin mengetahui
pelaksanaan, capaian kinerja serta faktor penghambat dan pendukung dalam
pelayanan Antenatal Care di Puskesmas Ciputat Timur. Penelitian ini bersifat
kualitatif dengan pengambilan data primer dan sekunder. Pengambilan data
primer dilakukan dengan cara wawancara mendalam kepada Kepala Puskesmas
Ciputat Timur, pemegang program KIA, ibu hamil yang tidak pernah melakukan
kunjungan antenatal, ibu hamil yang cukup sering melakukan kunjungan, ibu
hamil yang jarang melakukan kunjungan, dan juga ibu hamil yang rutin
melakukan kunjungan antenatal ke Puskesmas Ciputat Timur. Pengambilan data
sekunder dilakukan dengan telaah dokumen yang didapatkan dari Puskesmas
Ciputat Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2015.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Antenatal Care
1. Pengertian Antenatal Care
Menurut Depkes RI (2010) pelayanan antenatal merupakan pelayanan
kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih untuk ibu selama masa
kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang
ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan. Pengertian antenatal care
adalah perawatan kehamilan. Antenatal care adalah pengawasan kehamilan
untuk mengetahui kesehatan umum ibu, menegakkan secara dini penyakit
yang menyertai mereka, menegakkan secara dini komplokasi kehamilan,
dan menetapkan risiko kehamilan (risiko tinggi, risiko meragukan, risiko
rendah) (Manuaba, 2006). Definisi lain mengatakan bahwa Antenatal care
merupakan pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada
petumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.
Antenatal care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama
ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.
Menurut Manubua (1998), pemeriksaan antenatal adalah pemeriksaan
kehamilan untuk mengoptimalisasikan kesehatan mental dan fisik ibu hamil,
sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan memberikan
ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar. Definisi lain juga
mengatakan bahwa antenatal care adalah perawatan selama kehamilan
sebelum bayi lahir yang lebih ditekankan pada kesehatan ibu.
7
Pelayanan antenatal yang berkualitas dapat mandeteksi terjadinya
risiko pada kehamilan yaitu mendapatkan akses perawatan kehamilan
berkualitas, memperoleh kesempatan dalam deteksi secara dini terhadap
komplikasi yang mungkin timbul sehingga kematian maternal dapat
dihindari (Mufdlilah, 2009). Kualitas pelayanan antenatal diberikan selama
masa hamil secara berkala sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal yang
telah ditentukan untuk memelihara serta meningkatkan kesehatan ibu
selama hamil sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat menyelesaikan
kehamilan dengan baik dan melahirkan bayi yang sehat.
Menurut standar WHO, seorang ibu hamil yang mendapatkan
pelayanan antenatal dengan minimal 4 kali selama kehamilannya, yaitu 1
kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester ke dua, dan 2 kali pada
trimester ke tiga untuk memantau keadaan ibu dan janin secara seksama
sehingga dapat mendeteksi secara dini dan dapat memberikan intervensi
secara tepat (WHO, 2007).
Pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil biasa dikenal dengan sebutan
K1 dan K4. K1 adalah kunjungan baru ibu hamil, yaitu kunjungan ibu hamil
yang pertama kali pada masa kehamilan. Cakupan K1 dibawah 70%
(dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil dalam kurun waktu satu tahun)
menunjukkan keterjangkauan pelayanan antenatal yang rendah, yang
mungkin disebabkan pola pelayanan yang belum cukup aktif. Rendahnya
K1 menunjukkan bahwa akses petugas kepada ibu masih perlu ditingkatkan.
K4 adalah kontak minimal 4 kali selama masa kehamilan untuk
mendapatkan pelayanan antenatal, yang terdiri atas minimal 1 kali kontak
8
pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada
trimester ketiga. Cakupan K4 di bawah 60% (dibandingkan jumlah sasaran
ibu hamil dalam kurun waktu satu tahun) menunjukkan kualitas pelayanan
antenatal yang belum memadai. Rendahnya K4 menunjukkan rendahnya
kesempatan untuk menjaring dan menangani risiko tinggi obstetri (Depkes
RI, 2006).
Pelayanan antenatal meliputi 5 hal yang biasa dikenal dengan istilah
5T, yaitu timbang berat badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri,
nilai status imunisasi TT, dan memberikan Tablet Fe (tablet tambah darah)
(Depkes RI, 2009).
2. Tujuan, Fungsi, dan Manfaat Antenatal Care
Tujuan antenatal care ialah untuk mengetahui data kesehatan ibu
hamil dan perkembangan bayi intrauterine sehingga kesehatan yang optimal
dapat dicapai dalam menghadapi persalinan, peurperium, dan laktasi, serta
mempunya pengetahuan yang cukup tentang pemeliharaan bayinya (Ida,
2000).
Menurut Manubua (2003), dalam arti sempit tujuan antenatal care
adalah:
a. Mengawasi ibu hamil selama masa kehamilan sampai persalinan.
b. Merawat dan memeriksa ibu hamil. Jika didapatkan kelainan
sejak dini yang dapat mengganggu tumbuh kembang janin, harus
diikuti upaya untuk memberikan pengobatan yang adekuat.
9
c. Menemukan penyakit ibu sejak dini yang dapat dipengaruhi atau
mempengaruhi kesehatan janin serta berusaha mengobatinya.
d. Mempersiapkan ibu sehingga proses persalinan yang dialaminya
dapat dijadikan pengalaman yang menyenangkan dan diharapkan.
e. Mempersiapkan ibu hamil agar dapat memelihara bayi dan
menyusui secara optimal.
Menurut Depkes RI (2009), tujuan pelayanan antenatal adalah
mengantarkan ibu hamil agar dapat bersalin dengan sehat dan memperoleh
bayi yang sehat, mendeteksi dan mengantisipasi dini kelainan kehamilan,
dan deteksi serta antisipasi dini kelainan janin.
Menurut Lily (2009), tujuan pengawasan antenatal adalah:
a. Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat
sat kehamilan, persalinan dan nifas
b. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai kehamilan,
persalinan dan kala nifas.
c. Memberi nasihat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan,
persalinan, kala nifas, laktasi, dan aspek le;uarga berencana.
d. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.
Tujuan dari pemeriksaan kehamilan adalah mengetahui dan mencegah
sedini mungkin kelinan yang dapat timbul, meningkatkan dan menjaga
kondisi badan ibu dalam menghadapai kehamilan, persalinan, dan
menyusui, serta menanamkan pengertian pada ibu tentang pentingnya
penyuluhan yang diperlukan wanita hamil (Saminem, 2006). menurut
10
Handrawan, pemeriksaan kehamilan bertujuan agar kehamilan berlangsung
sehat, ibu sehat dan anak yang dikandungnya pun sehat, dengan demikian
anak siap dilahirkan secara sehat pula.
Pemeriksaan kehamilan sebaiknya segera dilakukan setelah datang
bulan, tujuan dari pemeriksaan awal sebagai berikut:
a. Memastikan benar-benar hamil atau tidak.
b. Mengetahui keadaan kesehata ibu dan anak.
c. Mengetahui umur kehamilan.
d. Merencanakan evaluasi dan rencana selama kehamilan
berlangsung, apa yang boleh dan tida boleh dilakukan.
Pengawasan antenatal memberikan manfaat dengan ditemukannya
berbagai kelainan yang menyertai kehamilan secara dini sehingga dapat
diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah pertolongan
persalinannya.
3. Standar Pelayanan Antenatal Care
Pelayaan antenatal yang lengkap mencakup banyak hal, seperti
anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan kebidanan, pemeriksaan
laboratorium sesuai indikasi, serta intervensi dasar dan khusus (sesuai resiko
yang ada). Penerapan operasional dikenal dengan standar 5T untuk
pelayanan antenatal (timbang berat bada dan tinggi badan, ukur tekanan
darah, pemberian imunisasi tetanus toksoid secara lengkap, pengukuran
11
tinggi fundus uteri, pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama
kehamilan) (Safrudin, 2007).
Pada Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan
Anak (PWS-KIA) (2010), pelayanan antenatal sesuai setandar meliputi
anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan
laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai
risiko yang ditemukan dalam pemeriksaan). Pada buku pedoman ANC
terpadu, dikatakan bahwa dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga
kesehatan harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar
yang terdiri dari:
a. Timbang berat badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin.
Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kilogram selama
kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya
menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.
b. Ukur lingkar lengan atas (LILA).
Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk
skrining ibu hamil berisiko kurang energi kronis (KEK). Kurang
energy kronis disini maksudnya ibu hamil yang mengalami
kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa
bulan/tahun) dimana LILA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil
dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah
(BBLR).
12
c. Ukur tekanan darah.
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan
antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan
darah e” 140/90 mmHg) pada kehamilan dan preeklampsia
(hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai bawah; dan atau
proteinuria).
d. Ukur tinggi fundus uteri
Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak
dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan
umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin.
Standar pengukuran menggunakan pita pengukur setelah
kehamilan 24 minggu.
e. Hitung denyut jantung janin (DJJ)
Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya
setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120/menit
atau DJJ cepat lebih dari 160/menit menunjukkan adanya gawat
janin.
f. Menentukan presentasi janin
Dilakukan pada akhir trimester II dan selanjutnya setiap kali
kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk
mengetahui letak janin. Jika, pada trimester III bagian bawah
janin bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke panggul
berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada masalah lain.
13
g. Beri imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil
harus mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu
hamil diskrining status imunisasi TT-nya. Pemberian imunisasi
TT pada ibu hamil, disesuai dengan status imunisasi ibu saat ini.
h. Beri tablet tambah darah (tablet besi)
Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus
mendapat tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan
diberikan sejak kontak pertama.
i. Periksa laboratorium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal meliputi:
1) Pemeriksaan golongan darah,
Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya
untuk mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga
untuk mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-
waktu diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.
2) Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan
minimal sekali pada trimester pertama dan sekali pada
trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui
ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak selama
kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempengaruhi
proses tumbuh kembang janin dalam kandungan.
3) Pemeriksaan protein dalam urin
14
Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan
pada trimester kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini
ditujukan untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil.
Proteinuria merupakan salah satu indikator terjadinya
preeclampsia pada ibu hamil.
4) Pemeriksaan kadar gula darah.
Ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes Melitus harus
dilakukan pemeriksaan gula darah selama kehamilannya
minimal sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester
kedua, dan sekali pada trimester ketiga (terutama pada akhir
trimester ketiga).
5) Pemeriksaan darah Malaria
Semua ibu hamil di daerah endemis Malaria dilakukan
pemeriksaan darah Malaria dalam rangka skrining pada kontak
pertama. Ibu hamil di daerah non endemis Malaria dilakukan
pemeriksaan darah Malaria apabila ada indikasi.
6) Pemeriksaan tes Sifilis
Pemeriksaan tes Sifilis dilakukan di daerah dengan risiko
tinggi dan ibu hamil yang diduga Sifilis. Pemeriksaaan Sifilis
sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada kehamilan.
7) Pemeriksaan HIV
Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko
tinggi kasus HIV dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV.
Ibu hamil setelah menjalani konseling kemudian diberi
15
kesempatan untuk menetapkan sendiri keputusannya untuk
menjalani tes HIV.
8) Pemeriksaan BTA
Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai
menderita Tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi
Tuberkulosis tidak mempengaruhi kesehatan janin. Selain
pemeriksaaan tersebut diatas, apabila diperlukan dapat
dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya di fasilitas rujukan.
j. Tatalaksana/penanganan Kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil
pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada
ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan
tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk
sesuai dengan sistem rujukan.
k. KIE Efektif
KIE efektif dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang
meliputi:
1) Kesehatan ibu
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan
kehamilannya secara rutin ke tenaga kesehatan dan
menganjurkan ibu hamil agar beristirahat yang cukup
selama kehamilannya (sekitar 9-10 jam per hari) dan tidak
bekerja berat.
16
2) Perilaku hidup bersih dan sehat
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan
badan selama kehamilan misalnya mencuci tangan sebelum
makan, mandi 2 kali sehari dengan menggunakan sabun,
menggosok gigi setelah sarapan dan sebelum tidur serta
melakukan olah raga ringan.
3) Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan
persalinan
Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari
keluarga terutama suami dalam kehamilannya. Suami,
keluarga atau masyarakat perlu menyiapkan biaya
persalinan, kebutuhan bayi, transportasi rujukan dan calon
donor darah. Hal ini penting apabila terjadi komplikasi
kehamilan, persalinan, dan nifas agar segera dibawa ke
fasilitas kesehatan.
4) Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta
kesiapan menghadapi komplikasi
Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenai tanda-tanda
bahaya baik selama kehamilan, persalinan, dan nifas
misalnya perdarahan pada hamil muda maupun hamil tua,
keluar cairan berbau pada jalan lahir saat nifas, dsb.
Mengenal tanda-tanda bahaya ini penting agar ibu hamil
segera mencari pertolongan ke tenaga kesehtan kesehatan.
17
5) Asupan gizi seimbang
Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan
asupan makanan yang cukup dengan pola gizi yang
seimbang karena hal ini penting untuk proses tumbuh
kembang janin dan derajat kesehatan ibu. Misalnya ibu
hamil disarankan minum tablet tambah darah secara rutin
untuk mencegah anemia pada kehamilannya.
6) Gejala penyakit menular dan tidak menular.
Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala-gejala
penyakit menular (misalnya penyakit IMS,Tuberkulosis)
dan penyakit tidak menular (misalnya hipertensi) karena
dapat mempengaruhi pada kesehatan ibu dan janinnya.
7) Penawaran untuk melakukan konseling dan testing HIV di
daerah tertentu (risiko tinggi).
Konseling HIV menjadi salah satu komponen standar
dari pelayanan kesehatan ibu dan anak. Ibu hamil diberikan
penjelasan tentang risiko penularan HIV dari ibu ke
janinnya, dan kesempatan untuk menetapkan sendiri
keputusannya untuk menjalani tes HIV atau tidak. Apabila
ibu hamil tersebut HIV positif maka dicegah agar tidak
terjadi penularan HIV dari ibu ke janin, namun sebaliknya
apabila ibu hamil tersebut HIV negative maka diberikan
bimbingan untuk tetap HIV negatif selama kehamilannya,
menyusui dan seterusnya.
18
8) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI
kepada bayinya segera setelah bayi lahir karena ASI
mengandung zat kekebalan tubuh yang penting untuk
kesehatan bayi. Pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi
berusia 6 bulan.
9) KB paska persalinan
Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya ikut
KB setelah persalinan untuk menjarangkan kehamilan dan
agar ibu punya waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak,
dan keluarga.
10) Imunisasi
Setiap ibu hamil harus mendapatkan imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) untuk mencegah bayi mengalami tetanus
neonatorum.
11) Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain
booster)
Untuk dapat meningkatkan intelegensia bayi yang akan
dilahirkan, ibu hamil dianjurkan untuk memberikan
stimulasi auditori dan pemenuhan nutrisi pengungkit otak
(brain booster) secara bersamaan pada periode kehamilan.
Pada (SOP) pelayanan antenatal Dinas Kesehatan Kota Tangerang
selatan, yaitu bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan
19
masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi
ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk
memeriksakan kehamilan sejak dini secara teratur.
Bidan memberikan sedikitnya empat kali pelayanan antenatal
pemeriksaan meliputi: anamnesis, pemantauan ibu dan janin dengan
seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan
juga harus mengetahui kehamilan risti khususnya anemia, kurang gizi,
hipertensi, PMS/HIV serta memberikan pelayanan imunisasi, memberikan
penyuluhan kesehatan, mencatat data yang tepat setiap kali kunjungan.
Apabila ada masalah bidan harus mampu mengambil tindakan yang
diperlukan dan merujuknya untuk tindakan selanjutnya (SOP Pemeriksaan
dan Pemantauan Antenatal Dinkes Tangsel). Prasyarat yang harus dimiliki
adalah:
a) Bidan mampu memberikan pelayanan antenatal berkualitas,
termasuk penggunaa KMS BUMIL, Kartu ibu.
b) Alat untuk pelayanan antenatal tersedia dalam keadaan baik dan
berfungsi, antara lain: stetoskop, tensimeter, meteran kain,
timbangan pengukur lingkar lengan atas, stetoskop janin.
c) Tersedia obat dan bahan lain : Tablet FE, Vaksin TT, Asam folat.
d) Menggunakan KMS Ibu Hamil, kartu ibu, buku KIA.
e) Terdapat sistem rujukan yang berfungsi dengan baik.
f) Bidan harus bersikap ramah, sopan, dan bersahabat setiap
kunjungan.
(1) Pada Kunjungan Pertama
20
(a) Melakukan anamnesis riwayat dan mengisi KMS ibu
hamil/ buku KIA, kartu ibu secara lengkap.
(b) Memastikan kehamilan tersebut diinginkan.
(c) Tentukan hari taksiran persalinan (HTP). Jika hari pertama
haid terakhir tidak diketahui, tanyakan kapan pertama kali
merasakan gerakan janin dan disesuaikan dengan tinggi
fundus uteri.
(d) Memeriksa HB
(e) Berikan Imunisasi TT
(2) Pada Setiap Kunjungan Bidan Harus
(a) Menilai keadaan umum dan psikologos ibu.
(b) Memeriksakan unrine untuk tes protein dan glukosa urine
atas indikasi. Bila terdapat kelainan segera dirujuk.
(c) Mengukur berat badan dan mengukur lingkar lengan atas,
jika beratnya tidak bertambah atau lingkar lengan atas gizi
buruk berika penyuluhan tentang gizi dan segera dirujuk
untuk mendapatkan penanganan.
(d) Mengukur tekanan darah, bila terdapat kelainan segera
dirujuk.
(e) Periksa HB pada kunjungan pertama dan pada kehamilan
ke 28 minggu, atau sesering mungkin jika ada tanda-tanda
anemia.
(f) Tanyakan pakah ibu hamil meminum tablet FE.
21
(g) Tanyakan pada ibu apakah ada tanda gejala penyakit
infeksi menular (PMS).
(h) Lakukan pemeriksaan fisik ibu secara lengkap dan
menyeluruh.
(i) Ukur tinggi fundus uteri dengan meteran kain.
(j) Tanyakan apakah ibu merasakan gerakan janin.
Dengarkan jantung janin.
(k) Nasehat perawatan diri, tanda-tanda bahaya kehamilan,
gizi dan anemia.
(l) Dengarkan keluhan ibu.
(m) Bicarakan persiapan transportasi rujukan, anggaran
persiapan apabila terjadi komplikasi.
(n) Catat seluruh temuan dari KMS, kartu ibu untuk
menentukan tindakan selanjutnya.
B. Pelaksanaan Program Antenatal Care di Puskesmas
Pelaksanaan program ini akan peniliti jelaskan dengan pendekatan sistem,
yang terdiri dari input (SDM, fasilitas, sumber dana, serta kebijakan dan SOP),
proses (proses pelayanan antenatal care), output (cakupan pelaksanaan K1-K4),
umpan balik, dan pengawasan.
1. Input
Input (masukan) merupakan kumpulan bagian atau elemen yang
terdapat dalam sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem
22
tersebut (Azwar, 2010). Menurut Griffin (2002), input adalah sumber daya
material, manusia, finansial, dan informasi yang diperoleh organisasi dari
lingkungannya. Input dalam penelitian ini antara lain: SDM, fasilitas,
sumber dana, serta kebijakan dan SOP.
a. SDM
M.T.E. Hariandja (2002), Sumber Daya Manusia merupakan
salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu perusahaan
disamping faktor yang lain seperti modal. Oleh karena itu SDM harus
dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
organisasi. Menurut Mathis dan Jackson (2006) SDM adalah
rancangan sistem-sistem formal dalam sebuah organisasi untuk
memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif dan efisien
guna mencapai tujuan organisasi.
Menurut Hasibuan (2003) Pengertian Sumber Daya Manusia
adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang
dimiliki individu. Pelaku dan sifatnya dilakukan oleh keturunan dan
lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh
keinginan untuk memenuhi kepuasannya.
b. Fasilitas
Menurut Peraturan Pemerintah no 46 tahun 2014, fasilitas
Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.
23
Menurut Moekijat (2001) dalam Ermiati dan Sembiring (2012),
secara sederhana yang dimaksud dengan fasilitas adalah suatu sarana
fisik yang dapat memproses suatu masukan (input) menuju keluaran
(output) yang diinginkan. Selanjutnya menurut Buchari (2001) dalam
Ermiati dan Sembiring (2012) fasilitas adalah penyedia perlengkapan
– perlengkapan fisik untuk memberikan kemudahan kepada
penggunanya, sehingga kebutuhan – kebutuhan dari pengguna
fasilitas tersebut dapat terpenuhi.
c. Sumber Dana
Menurut undang-undang no 36 tahun 2009 pada bab XV dan
pasal 170 yang mana sumber pembiayaan kesehatan berasal dari
pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat/swasta dan sumber lain.
yang mana yang berasal dari pemerintah yaitu APBN, sedangkan yang
berasal dari pemerintah daerah sering disebut dengan APBD, dan juga
yang berasal dari masyarakat/swasta yaitu seperti halnya suatu
pemberian dari masyarakat itu sendiri dengan se ikhlasnya ataupun
seperti badan penyelenggara asuransi, sedangkan yang sumber lain itu
seperti halnya bantuan biaya dari luar negri.
1) Pemerintah (APBN)
Anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) adalah
suatu daftar yang memuat rincian pendapatan dan
pengeluaran negara untuk waktu tertentu, biasanya satu
tahun. Pada masa orde baru, APBN berlaku dari tanggal 1
24
april sampai dengan 31 maret tahun berikutnya, namun saat
ini APBN dihitung sejak tanggal 1 januari sampai dengan 31
desember.
Anggaran pendapatan dan belanja negara harus memenuhi
fungsi alokasi, distribusi dan stabilisasi.
a) Fungsi alokasi, di dalam APBN dijelaskan sumber
pendapatan dan pendistribusiannya. Pendapatan yang
paling besar dari pemerintah berasal dari pajak,
penghasilan dari pajak dapat di alokasikan ke berbagai
sektor pembangunan. Dengan pedoman APBN,
pendapatan yang bersumber dari pajak dapat
digunakan untuk membangun sarana umum, dan
pengeluaran lainnya yang bersifat umum.
b) Fungsi distribusi, pajak yang ditarik dari masyarakat
dan masuk menjadi pendapatan dalam APBN tidak
selalu harus didistribusikan untuk kepentingan umum,
melainkan dapat pula didistribusikan dalam bentuk
dana subsidi dan dana pension. Pengeluaran pemerintas
semacam ini disebut transfer payment. Transfer
payment dapat membatalkan pembiayaan ke salah satu
sektor, kemudian dipindahkan ke sektor yang lain.
c) Fungsi stabilisasi, APBN berfungsi sebagai pedoman
agar pendapatan dan pengeluaran keuangan negara
teratur sesuai dengan yang telah ditetapkan. Dengan
25
demikian, akan mempermudah pencapaian berbagai
sasaran yang telah ditetapkan. Dengan menetapkan
APBN sesuai alokasi yang ditentukan akan menjaga
kestabilan arus uang dan barang sehingga dapt
menghindari terjadinya inflasi atau deflasi.
Di dalam UU No 36 tahun 2009 tentang kesehatan
mengatur besaran anggaran kesehatan pusat adalah 5% dari
APBN di luar gaji, sedangkan APBD Propinsi dan Kab/Kota
10% di luar gaji, namun pada kenyataannya anggaran untuk
kesehatan Cuma mendapat angka 2,37%. padahal menurut
Mentri Kesehatan Achmad Sujudi (waktu itu), idealnya
anggaran kesehatan minimalnya 4% dari APBN, bandingkan
misalnya dengan anggaran pertahanan yang mencapai 5,5%
dari APBN. Padahal jika pemerintah mau, pemerintah bisa
saja menjaring dana Rp 1 triliun saja dari BLBI yang di
selewengkan yang totalnya berjumlah Rp 51 triliun untuk
menangani permasalahan kesehatan buruk balita di Indonesia.
2) Pemerintah Daerah (APBD)
APBD merupakan suatu gambaran atau tolak ukur penting
keberhasilan suatu daerah di dalam meningkatkan potensi
perekonomian daerah. Artinya, jika perekonomian daerah
mengalami pertumbuhan, maka akan berdampak positif
26
terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) ,
khususnya penerimaan pajak-pajak daerah (Saragih, 2003).
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah
yang disetujui oleh DPRD dan ditetapkan dengan peraturan
daerah. APBD memiliki fungsi otorisasi, perencanaan,
pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Fungsi
otorisasi mengandung arti bahwa Perda tentang APBD
menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja
pada tahun yang bersangkutan. Fungsi perencanaan berarti
bahwa APBD menjadi pedoman bagi manajemen dalam
merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan,
sedangkan fungsi pengawasan terlihat dari digunakannya
APBD sebagai standar dalam penilaian penyelenggaraan
pemerintahan daerah (Nordiawan, 2007).
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002
menyatakan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) disusun berdasarkan pendekatan kinerja,
yaitu suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya
pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi
biaya atau input yang ditetapkan. Selanjutnya, Pemerintah
Daerah bersama-sama dengan DPRD akan menyusun Arah
dan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) yang memuat petunjuk dan ketentuan umum
27
yang disepakati sebagai pedoman dalam penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Begitupun juga keputusan didalam UU No 36 tahun 2009
yang menyatakan bahwa salah satu sumber dana pada sektor
kesehatan yaitu dari APBD provinsi dan kabupaten/kota,
yang mana untuk sektor kesehatan dikeluarkan dana yaitu
sebesar 10% dari APBD.
3) Masyarakat/swasta
Sumber dana dari anggaran masyarakat/swasta yaitu
dapat berasal dari individual ataupun perusahaan. Sistem ini
mengharapkan agar masyarakat (swasta) berperan aktif
secara mandiri dalam penyelenggaraan maupun
pemanfaatannya. Hal ini memberikan dampak adanya
pelayanan-pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh pihak
swasta, dengan fasilitas dan penggunaan alat-alat
berteknologi tinggi disertai peningkatan biaya pemanfaatan
atau penggunaannya oleh pihak pemakai jasa layanan
kesehatan tersebut.
Kesehatan oleh masyarakat/swasta dapat dirincikan
sebagai berikut:
a) Pengeluaran rumah tangga untuk pembiayaan
kesehatan (out of pocket atau Direct payment), biaya
ini digunakan untuk membiayai pelayanan kesehatan
atau operasional rumah sakit.
28
b) Pembiayaan oleh perusahaan swasta dan BUMN non
DEPKES untuk membiayai para karyawan, biaya
digunakan untuk membiayai pelayanan atau
operasional rumah sakit.
c) Pembiayaan melalui asuransi kesehatan, yaitu PT
Askes, Asabri dan Jasa Raharja.
4) Bantuan Luar Negri
Sumber pembiayaan kesehatan, khususnya untuk
penatalaksanaan penyakit – penyakit tertentu cukup sering
diperoleh dari bantuan biaya pihak lain, misalnya oleh
organisasi sosial ataupun pemerintah negara lain. Antara lain
berasal dari WHO, UNICEF serta pinjaman luar negri dan
sebagainya.
d. Kebijakan dan SOP
Kebijakan adalah suatu kecermatan, ketelitian, dan langkah
yang diambil untuk mengatasi suatu masalah (Aam, 2006). Thomas R
Dye (1975), dalam Ayuningtias (2014) yang mengatakan bahwa
kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk
dilakukan atau tidak dilakukan (whatever governments choose to do
or not to do). Seorang ahli lainnya, Crinson (2009) menyatakan
kebijakan merupakan sebuah konsep, bukan fenomena spesifik
maupun konkrit, sehingga pendefinisiannya akan menghadapi banyak
kendala atau dengan kata lain tidak mudah.
29
Melihat pengertian mengenai kebijakan publik diatas, definisi
tersebut pun dapat diaplikasikan untuk memahami pengertian
kebijakan kesehatan. Kebijakan publik yang bertransformasi menjadi
kebijakan kesehatan ketika pedoman yang ditetapkan bertujuan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Dumilah, 2014).
Standar Operasional Prosedur adalah pedoman atau acuan
untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat
penilaian kinerja instasi pemerintah berdasarkan indikator indikator
teknis, administrasif dan prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur
kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan. Tujuan SOP
adalah menciptakan komitment mengenai apa yang dikerjakan oleh
satuan unit kerja instansi pemerintahan untuk mewujudkan good
governance (Tjipto).
Dilihat dari fungsinya, SOP berfungsi membentuk sistem kerja
dan aliran kerja yang teratur, sistematis, dan dapat
dipertanggungjawabkan; menggambarkan bagaimana tujuan
pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang
berlaku; menjelaskan bagaimana proses pelaksanaan kegiatan
berlangsung; sebagai sarana tata urutan dari pelaksanaan dan
pengadministrasian pekerjaan harian sebagaimana metode yang
ditetapkan; menjamin konsistensi dan proses kerja yang sistematik;
dan menetapkan hubungan timbal balik antar Satuan Kerja.
2. Proses
30
Proses adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam
sistem yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang
direncanakan (Azwar, 2010). Loudon dan Loudon (2004) dikutip dalam
Sukoco (2007) mengatakan bahwa perubahan dari input menjadi output yang
diinginkan dilakukan pada saat pemrosesan yang melibatkan metode dan
prosedur dalam sistem. Biasanya, aktivitas ini akan secara otomatis
mengklasifikasikan, mengonversasikan, menganalisis, serta memperoleh
kembali data atau informasi yang dibutuhkan.
Proses pelayanan kesehatan pada Unit KIA dimulai saat pasien datang
ke unit pelayanan pendaftaran untuk dilakukan pendaftaran, kemudian
petugas mencari kartu status pasien berdasarkan nomor indeks pasien.
Konsep alur pelayanan antenatal terpadu di puskesmas dapat dilihat pada
gambar dibawah ini:
Gambar 2.1
31
Alur Pelayanan Antenatal Terpadudi Puskesmas
Sumber: Pedoman ANC Terpadu 2010
3. Output
Output (keluaran) adalah kumpulan bagian atau elemen yang
dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam sistem (Azwar, 2010). Menurut
Hatry yang dikutip dalam Tjandra (2006), output adalah jumlah barang atau
jasa yang berhasil diserahkan kepada konsumen (diselesaikan) selama
periode pelaporan. Output yang akan dibahas pada penelitian ini adalah
cakupan pelaksanaan K1-K4.
1) Pengertian K1
Menurut Marmi yang dikutip dalam inayah (2013), dalam rangka
pelayanan kesehatan ibu dan anak dalam mencegah tingginya AKI
dilakukan pelayanan ANC/pemeriksaan ibu hamil di puskesmas atau
rumah sakit. Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui
pelayanan kunjungan baru ibu hamil (K1) untuk melihat akses dan
pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar paling sedikit empat kali
(K4) dengan distribusi sekali pada triwulan pertama, sekali pada triwulan
dua, dan dua kali pada triwulan ketiga.
Seperti yang tertera pada pedoman pelayanan antenatal terpadu
(2010), K1 adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan
32
yang mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan
komprehensif sesuai standar. Kontak pertama harus dilakukan sedini
mungkin pada trimester pertama, sebaiknya sebelum minggu ke 8.
2) Pengertian K4
K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang
keempat (atau lebih) untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai
standar yang ditetapkan (Rahmawati, 2013). K4 menurut pedoman
pelayanan antenatal terpadu (2010) yaitu ibu hamil dengan kontak 4 kali
atau lebih dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi, untuk
mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar.
Kontak 4 kali dilakukan sebagai berikut: sekali pada trimester I
(kehamilan hingga 12 minggu) dan trimester ke-2 (>12 - 24 minggu),
minimal 2 kali kontak pada trimester ke-3 dilakukan setelah minggu ke
24 sampai dengan minggu ke 36. Kunjungan antenatal bisa lebih dari 4
kali sesuai kebutuhan dan jika ada keluhan, penyakit atau gangguan
kehamilan. Kunjungan ini termasuk dalam K4.
4. Pengawasan
Loudon dan Loudon (2004) mengatakan bahwa pengawasan seperti
halnya elemen sistem yang lain. Fungsi pengawasan bertujuan agar
penggunaan sumber daya dapat lebih diefisienkan, dan tugas-tugas staf untuk
mencapai tujuan program dapat lebih ddiefektifkan (Muninjaya, 2004).
33
Pengawasan yang dilaksanakan dengan tepat akan memberikan manfaat,
antara lain:
a. Dapat mengetahui sejauh mana kegiatan program sudah dilaksanakan
oleh staf, apakah sesuai dengan standar atau rencana kerja, apakah
sumber dayanya (staf, sarana dan sebagainya) sudah digunakan
dengan sesuai dengan yang telah ditetapkan.
b. Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf dalam
melaksanakan tugas-tugasnya.
c. Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya lainnya mencukupi
kebutuhan dan telah dimanfaatkan secara efisien.
d. Dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan.
e. Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan,
dipromosikan atau diberikan pelatihan lanjutan (Muninjaya, 2004).
5. Umpan Balik
Pemberian umpan balik mutlak diperlukan oleh sebuah sistem, karena
hal tersebut akan membantu organisasi untuk mengevaluasi dan memperbaiki
sistem yang ada sekarang menjadi lebih baik (Sukoco, 2007). Umpan balik
merupakan hasil atau akibat yang berbalik guna bagi rangsangan atau
dorongan untuk bertindak lebih lanjut atau merupakan tanggapan langsung
dari pengamatan sebagai hasil kelakuan individu terhadap individu lain
(Uripni, 2002). Menurut Azwar (2010), yang dimaksud dengan umpan balik
adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari sistem
dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut. Notoatmodjo
34
mengungkapkan salah satu contoh umpan balik pelayanan Puskesmas antara
lain keluhan-keluhan pasien terhadap pelayanan.
C. Kerangka Teori
Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teori
pendekatan sistem. Muerdick dan Ross (1993) mendefinisika sistem sebagai
seperangkat elemen yang digabungkan satu dengan yang lainnya untuk suatu
tujuan bersama. Menurut Mc. Leod (1995), mendefinisikan sistem sebagai
sekelompok elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk
mencapai tujuan. Pendekatan sistem adalah penerapan dari cara berfikir yang
sistematis dan logis dalam membahas dan mencari pemecahan dari suatu
masalah atau keadaan yang dihadapi (Azwar, 2010).
Sistem terbentuk dari elemen atau bagian yang saling berhubungan dan saling
mempengaruhi. Apabila salah satu bagian atau sub sistem tidak berjalan dengan
baik, maka akan mempengaruhi bangian yang lain. Menurut Loudon dan Loudon
(2004) dikutip dalam Sukoco (2007), sistem idealnya memiliki lima unsur yaitu:
input, proses, output, umpan balik, serta pengawasan.
INPUT:
1. SDM
2. Fasilitas
3. Sumber Dana
4. Kebijakan
dan SOP
PROSES:
Proses Pelayanan
Antenatal Care
OUTPUT:
Cakupan
pelaksanaan
program K1-K4
PENGAWASAN
35
Gambar 2.2 Krangka Teori Penelitian
Sumber: Sukoco, Badri M. (2007)
BAB III
KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH
A. Kerangka Pikir
Untuk mempermudah pemahaman dalam menganalisa pelaksanaan program
Antenatal Care di Puskesmas Ciputat Timur maka disusunlah sebuah kerangka
pikir. Berdasarkan kerangka teori, peneliti menggunakan metode pendekatan
sistem dengan lima elemen yaitu input (SDM, fasilitas, sumber dana, serta
kebijakan dan SOP), proses (proses pelayanan antenatal care), output (cakupan
pelaksanaan K1-K4), umpan balik, dan pengawasan.
Berikut kerangka pikir yang dibuat peneliti untuk mempermudah cara berfikir
dan pemaparan hasil penelitian ini:
UMPAN BALIK
36
Gambar 3.1 Kerangka Pikir Penelitian
37
B. Definisi Istilah
Tabel 3.1 Definisi Istilah
No Istilah Definisi Cara Ukur Alat Ukur Sumber Informasi
1. SDM Sumber daya manusia
yang tersedia di
Puskesmas Ciputat
Timur khususnya pada
pelayanan KIA, serta
pendidikan, cara
memberikan pelayanan,
dan juga sikap petugas.
Wawancara
mendalam dan telaah
dokumen
Pedoman Wawancara
dan daftar dokumen
1. Kepala Puskesmas.
2. Pemegang program
KIA.
3. Ibu hamil.
38
2 Fasilitas Sarana prasarana yang
disediakan Puskemas
dalam pelaksanaan
pelayanan Antenatal
Care.
Wawancara
Mendalam dan
telaah dokumen
Pedoman wawancara
dan daftar dokumen
1. Kepala Puskesmas.
2. Pemegang program
KIA.
3. Ibu hamil.
3 Sumber dana Merupakan sumber
finansial yang dimiliki
oleh pihak Puskesmas
Ciputat Timur untuk
melaksanakan program
Antenatal Care.
Wawancara
Mendalam
Pedoman wawancara 1. Kepala Puskesmas
2. Pemegang program
KIA.
4 Kebijakan dan SOP Merupakan standar atau
acuan yang dibuat oleh
Puskesmas maupun
Wawancara
Mendalam dan
telaah dokumen serta
Pedoman wawancara
dan daftar dokumen
dan pedoman
1. Kepala Puskesmas.
2. Pemegang program
KIA.
39
Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan untuk
menjalankan program,
dalam hal ini dapat
berupa kebijakan,
undang-undang serta
SOP.
observasi observasi
5 Proses Pelayanan
Antenatal Care
Merupakan sebuah
sistem atau alur
pelaksanaan pelayanan
Antenatal Care di
Puskesmas Ciputat
Timur.
Wawancara
Mendalam dan
observasi
Pedoman wawancara
dan pedoman
observasi
1. Kepala Puskesmas
2. Pemegang program
KIA.
3. Ibu hamil.
40
6 Cakupan
pelaksanaan program
K1-K4
Merupakan hasil capaian
kunjungan K1-K4 yang
diperoleh oleh
Puskesmas Ciputat
Timur.
Telaah dokumen Daftar dokumen Dokumen laporan
tahunan
7 Pengawasan Merupakan pengawasan
yang dilakukan oleh
kepala Puskesmas
terhadap pelaksana
program Antenatal Care.
Wawancara
mendalam
Pedoman wawancara 1. Kepala Puskesmas.
2. Pemegang program
KIA.
8 Umpan balik Merupakan tindak lanjut
pihak Puskesmas
terhadap kepuasan dan
ketidak puasan pasien
Wawancara
mendalam dan telaah
dokumen
Pedoman wawancara
dan daftar dokumen
1. Kepala Puskesmas.
2. Pemegang program
KIA.
41
terhadap pelayanan
antenatal terhadap
pelayanan antenatal
berikutnya
42
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa gambaran dan kata-kata tertulis atau
lisan dari informan serta perilaku yang diamati. Peneliti menggunakan
metode penelitian kualitatif dengan tujuan ingin mendapatkan data yang
mendalam dari sumber informan mengenai pelaksanaan program Antenatal
Care di Puskesmas Ciputat Timur.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Ciputat Timur. Penelitian ini
dilakukan selama kurang lebih dua bulan dimulai sejak bulan Maret hingga
April 2015.
C. Informan Penelitian
Dalam penelitian ini, pemilihan informan dilakukan dengan
menggunakan metode purposive sampling. Metode ini merupakan teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu, misalnya
orang yang paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia
sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi
43
obyek/situasi yang diteliti (Sugiyono, 2009). Dalam penelitian ini peneliti
dalam pengambilan informan berdasarkan jarak rumah informan dengan
Puskesmas, sehingga informan yang ambil adalah informan yang rumahnya
jauh denga Puskesmas dan rumahnya yang dekat dengan Puskesmas
Informan yang menjadi narasumber dalam penelitian ini antara lain adalah:
1. Kepala Puskesmas Ciputat Timur.
2. Pemegang program KIA Puskesmas Ciputat Timur.
3. Ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan rajin (4 kali).
4. Ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan kurang (1 kali).
5. Ibu hamil yang tidak pernah melakukan pemeriksaan kehamilannya di
Puskesmas Ciputat Timur.
D. Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan untuk mendapatkan informasi
yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain yaitu:
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari informan, dan
didapatkan dengan wawancara mendalam serta observasi lapangan.
2. Data sekunder, yaitu data yang didapatkan dari dokumen atau data yang
dimiliki oleh Puskesmas Ciputat Timur.
E. Metode Pengumpulan Data
1. Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam merupakan salah satu metode yang digunakan
dalam penelitian ini, dimana peneliti mendapatkan informasi secara
44
langsung dari informan, serta bertatap muka dengan informan tersebut
(face to face). Wawancara mendalam peniliti lakukan kepada pemegang
program KIA, Kepala Puskesmas, serta ibu hamil.
2. Observasi
Obserasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang
dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap fenomena-fenomena yang dijadikan obyek
pengamatan (Djaali, 2007). Dalam observasi ini, yang peneliti lakukan
adalah melihat kesesuaian alur pelayanan dengan kebijakan serta SOP
yang sudah di buat.
3. Telaah Dokumen
Telaah dokumen yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
pemeriksaan dokumen-dokumen yang dimiliki. Pada penelitian ini
peneliti akan menggunakan undang-undang serta SOP yang sudah
dirancang oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, serta data
cakupan program K1-K4 Puskesmas Ciputat Timur. Hasil pengamatan
dan wawancara peneliti bandingkan kesesuaiannya menggunakan
dokumen-dokumen tersebut.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian menggunakan pedoman wawancara untuk
mewawancarai informan terkait dengan pelaksanaan program Antenatal
Care. Instrumen penelitian lain dalam pengumpulan data adalah pedoman
observasi serta melakukan telaah dokumen. Selain itu, peneliti juga
45
menggunakan alat bantu berupa alat tulis, kamera untuk pengambilan
gambar dan perekam suara untuk merekam pembicaraan selama wawancara
berlangsung agar dapat memperkuat akurasi data.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah analisis domain, yaitu untuk
memperoleh gambaran yang umum serta menyeluruh tentang tema
penelitian yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan hasil telaah
dokumen dan hasil observasi, sehingga dapat lebih mudah dipahami.
H. Penyajian Data
Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk narasi dan
dilengkapi dengan matriks hasil wawancara. Penyajian data akan didukung
dengan hasil observasi lapangan dan telaah dokumen.
I. Triangulasi Data Penelitian
Pendekatan penelitian kualitatif memiliki sampel yang sedikit,
sehingga untuk menjaga keabsahan data yang didapat dilakukan dengan
triangulasi, dintaranya:
1. Triangulasi Sumber
Dilakukan dengan cara cross check data dengan fakta dari
sumber lainnya yang terkait untuk menggali topik yang sama. Seperti
melakukan wawancara mendalam terhadap kepala puskesmas,
46
pemegang program KIA, serta ibu hamil yang ada dalam lingkungan
kerja Puskesmas Ciputat Timur.
2. Triangulasi Metode
Dilakukan dengan menggunakan metode pengumpulan data yang
berbeda-beda untuk mendapatkan data, diantaranya wawancara
mendalam, observasi dan telaah data sekunder berupa dokumen
pencapaian pelaksanaan program K1-K4.
47
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Input Pelayanan Antenatal Care
Input dari pelayanan Antenatal Care ini antara lain SDM, fasilitas, sumber
dana, serta kebijakan dan SOP dalam melaksanakan pelayanan Antenatal Care
di Puskesmas Ciputat Timur.
1. Sumber Daya Manusia (SDM)
Untuk mengetahui gambaran sumber daya manusia yang ada di
Puskesmas Ciputat Timur, peneliti menggunakan dua aspek yaitu berdasarkan
aspek kuantitas dan juga aspek kualitas.
a. Gambaran Kuantitas
Setelah dilakukannya telaah dokumen terkait SDM yang dimiliki
Puskesmas didapatkan data seperti dibawah ini.
Tabel 5.1
Tenaga Kesehatan Program KIA di Puskesmas Ciputat Timur
Tahun 2015
No Jenis Tenaga Jumlah Tenaga Status Kepegawaian
PNS PTT Honorer
Bidan 9 Orang 4 2 3
Jumlah 9 Orang 4 2 3
Sumber : Data Puskesmas Ciputat Timur Tahun 2015
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dalam
pelaksanaan program KIA terdapat sembilan tenaga kesehatan yang
48
berprofesi sebagai bidan, yang terdiri dari empat orang berstatus
PNS, dua orang berstatus PTT, dan tiga orang berstatus honorer.
Berdasarkan hasil dari kegiatan wawancara yang telah
dilakukan dengan Kepala TU dan pemegang program KIA, peneliti
menyimpulkan bahwa jumlah SDM yang dimiliki puskesmas
sebanyak sembilan orang, dan diperlukannya penambahan SDM
dikarenakan banyak nya tugas yang diemban oleh SDM yang ada
di program KIA seperti adanya kegiatan di luar gedung, di dalam
gedung dan yang bertugas di malam hari, kemudian pelayanan
antenatal tidak dapat diberikan dengan maksimal apabila adanya
ibu yang melahirkan pada saat pelayanan antenatal sedang
berlangsung dikarenakan kekurangan SDM.
Kesimpulan tersebut didukung oleh pernyataan kepala TU
Puskesmas Ciputat Timur dibawah ini:
“Kalo menurut saya sih ya masih perlu ditambah sekitar dua
orang lagi, soalnya petugasnya cuma ada sembilan orang dan
tugasnya juga terbagi-bagi, ada yang bertugas diluar gedung
dan ada juga yang bertugas didalam gedung, belum lagi ada
yang jaga malam, jadi sedikit apa ya namanya ya,,, sedikit
kesusahan dalam memberikan pelayanan yang baik apabila
pasien sedang banyak, dan apa lagi kalo ada ibu yang
melahirkan.”
Penjelasan tersebut sesuai dengan pernyataan yang diberikan
oleh pemegang program KIA di bawah ini:
“Untuk petugas yang memberikan pelayanan di KIA untuk
sekarang sih masih kurang ya, soalnya kan tugas kita cukup
banyak juga, soalnya ada yang bertugas di dalam dan luar
gedung.”
“Kalo pagi itu ada petugas yang harus ke posyandu-posyandu,
trus ada juga yang lepas jaga, maksudnya yang dia abis jaga
49
malam kan paginya dia ga masuk lagi, trus belum lagi kalo
ada misalkan ibu yang mau lahiran, ya mau ga mau kita
menggunakan petugas yang sedang memberikan pelayanan di
ruangan KIA, dan sedangkan di ruangan KIA itu ada pasien,
jadi terpaksa pemeriksaan pasien KIA tertunda.”
“Kemudian kita juga ga punya dokter spesialis kandungan,
jadi pemeriksaan kandungan dengan USG cuma dapat melihat
posisi janinnya saja, dan belum dapat melihat tanda-tanda
kelainan janin dan sebagainya, sehingga dapat diintervensi
dengan tepat.”
b. Gambaran Kualitas
1) Pendidikan
Setelah dilakukannya telaah dokumen diketahui data sebagai
berikut:
Tabel 5.2
Tenaga Kesehatan Program KIA di Puskesmas Ciputat Timur
Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan Terakhir Jumlah Tenaga
D4 1 Orang
D3 8 Orang
Dari tabel diatas diketahui bahwa jumlah tenaga
kesehatan ibu dan anak yang dimiliki Puskesmas Ciputat
Timur yang berpendidikan D4 yaitu berjumlah satu orang, dan
petugas yang berpendidikan D3 berjumlah delapan orang.
2) Tindakan Pelayanan
Sebagian besar informan yang sudah pernah
memeriksakan kehamilannya di Puskesmas mengatakan
50
bahwa cara petugas melakukan pemeriksaan sudah bagus,
namun ada informan yang mengatakan bahwa bidannya seperti
baru-baru tau dan sebagian besar tugasnya dilakukan oleh
anak magang. Kemudian ada informan yang mengatakan
bahwa petugas selalu ada di tempat dan bekerja dengan cepat.
Pernyataan tersebut didukung dengan hasil wawancara yang
telah dilakukan peneliti seperti dibawah ini.
“Kayanya bidannya baru baru ya atau gimana? Kayak
kurang begitu ngerti, kan banyak asisten-asistennya
kayak anak-anak magang gitu, jadi kayak yang
ngetensi itu anak-anak magang trus bidannya cuma
yang nyatet-nyatet gitu.” (R1)
“Petugas bidannya bagus sih, kemarin kerna HB saya
rendah jadi daya disaranin sesar, kerna kan setiap
periksa ke puskesmas selalu di periksa HB nya sama
bidannya.” (R2)
“Bagus sih, kalo lagi periksa bidannya ada terus, jadi
ga takut kalo mau periksa bidannya ga ada.” (R3)
“Bidannya bagus sih, rapih, terus banyak yang muda-
muda juga, trus cepet kerjanya gitu mas, ga leyeh-
leyeh.” (R4)
“Kalo menurut saya bidannya sih bagus kerjanya, tapi
ilmunya kan lebih tinggi dokter, lebih paham dokter,
soalnya kan dokternya itu spesialis kandungan, jadi
lebih baik, mangkanya saya lebih milih periksa di
peraktik dokter swasta.” (K1)
“Petugasnya sih bagus, kita dateng merekanya udah
ada di ruang KIA” (K2)
“Baik sih kalo menurut saya bidannya, baiknya itu dia
nanyanya lembut, terus bisa diajak ngobrol.” (K3)
“Mereka itu meriksanya bagus, mungkin kerna mereka
udah paham kali ya apa aja yang di alami ibu hamil.”
(K4)
51
3) Sikap
Sikap merupakan sesuatu yang dapat memberikan
dampak bagi penilaian pasien terhadap seorang petugas yang
memberikan pelayanan. Sebagian informan yang sudah pernah
memeriksakan kehamilannya di Puskesmas mengatakan
bahwa petugas di Puskesmas bersikap baik, akan tetapi ada
juga sebagian informan yang menyatakan petugas bersikap
tidak ramah kepada pasien. Pernyataan tersebut didukung
pernyataan pasien yang didapatkan berdasarkan dari kegiatan
wawancara yang telah dilakukan seperti di bawah ini.
“Sikap bidannya juga ramah sih, cuma kalo bidan yang
kayak udah senior gitu kayaknya agak jutek gitu..
kayaknya dia udah tau, jadi dianya kayak sombong
gitu,,,,” (R1)
“Petugasnya baik sih, ga jutek, kerna saya kalo periksa
dapetnya bidan yang itu-itu terus, jadi ga ketemu sama
bidan yang jutek.” (R2)
“Tapi ada bisannya yang jutek, jadi agak males kalo
dapet bidan yang jutek gitu.” (R3)
“Baik sih kalo menurut saya, tapi ada tuh yang jutek,
makanya kalo saya periksa sama dia saya langsung
males.” (R4)
“Petugas ditempat saya periksa lebih baik sih
hehehe,,, dibandingin sama puskesmas sini, soalnya
ada teroma juga sih, petugas Puskesmas jutek banget.
Terus kan ilmunya juga lebih tinggi dokter, lebih
paham dokter, soalnya kan dokternya itu spesialis
kan,,, spesialis kandungan, jadi kan lebih baik lah.”
(K1)
“Tapi ya gitu kalo lagi apesnya kita dapet bidan yang
jutek, tapi kalo lagi mujur ya dapet bidan yang baik.”
(K2)
52
“Kebetulan pas waktu saya periksa kemarin saya di
periksanya sama bidan yang jutek mas” (K3).
“Ya begitu, saya pernah di periksa sama bidan yang
jutek, ga tau dia kenapa jutek begitu, mungkin kerna
lagi dapet kali ya.” (K4)
Sumber daya manusia atau petugas antenatal juga
berpengaruh bagi ibu yang tidak pernah melakukan
pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Ciputat Timur.
Sebagaimana yang di ungkapkan oleh informan dibawah ini.
“Dari awal sih saya emang periksa di dokter, karna di
dokterkan lebih teliti kan,,, lebih nyaman,,,” (T1)
“Petugas puskesmasnya katanya judes-judes sih,, udah
terkenal judes nya disitu,, iya petugasnya jutek-jutek,
kan kita jadinya enek, jadi ogah mau kesana.” (T2)
“Saya ogah priksa ke puskesmas, itu ya kerna dulu
waktu saya lahiran di puskesmas anak pertama,
pelayanan nya jelek banget,,, dari situ saya males ke
puskesmas lagi,,” (T3)
2. Fasilitas
Fasilitas merupakan suatu alat yang dapat mendukung terjadinya
pelayanan antenatal di suatu instansi kesehatan. Fasilitas tidak kalah
pentingnya dengan sumber daya manusia, jika tidak adanya fasilitas maka
sumber daya manusia yang dimiliki tidak dapat bekerja dengan baik,
sehingga kedua komponen ini saling berhubungan satu sama lain.
Fasilitas yang memadai akan dapat memberikan pelayanan yang
memuaskan bagi setiap orang yang memanfaatkan fasilitas tersebut. Fasilitas
pelayanan antenatal yang dimiliki Puskesmas Ciputat Timur sudah cukup
53
baik dan lengkap dan juga sudah memiliki USG. Pernyataan tersebut didasari
oleh pernyataan yang diberikan oleh kepala TU di bawah ini.
“Persediaan peralatan buat antenatal untuk saat ini sudah cukup baik
ya, ya paling USG kita masih terbatas, belum sebagus di rumah sakit.”
Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan yang diberikan oleh
pemegang program KIA Puskesmas Ciputat Timur.
“Peralatan kita disini untuk pemeriksaan ibu hamil sudah lengkap ya,
mulai dari timbangan badan, tempat tidur terus sampe USG kita juga
ada.”
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, fasilitas ataupun
peralatan antenatal yang dimiliki oleh Puskesmas Ciputat Timur sudah sesuai
dengan ketentuan yang tercantum di dalam SOP Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan dan dapat berfungsi dengan baik.
Sebagian besar informan yang sudah pernah memeriksakan
kehamilannya di Puskesmas mengatakan bahwa peralatan yang dimiliki
sudah lengkap, akan tetapi sebagian responden mengatakan bahwa USG yang
dimiliki Puskesmas belum begitu bagus kualitasnya. Di bawah ini adalah
pernyataan pasien sekaligus informan mengenai fasilitas pelayanan antenatal
yang dimiliki oleh Puskesmas Ciputat Timur.
“Peralatannya lengkap sih, cuma USG nya, USG nya masih yang dua
dimensi, jadi kalo mau lihat lebih kita harus dirujuk dulu kerumah
sakit.” (R1)
“Kalo perlatannya sih USG nya yang masih kurang bagus ya, terus di
puskesmas ga bias ngelahirin caesar jadi saya kemarin di rujuk ke
rumah sakit.” (R2)
54
“Peralatannya ada ko, kalo saya periksa disitu pake alat-alat, kayak
tensi, terus timbangan badan, terus ada tempat tidurnya juga, lengkap
lah.” (R3)
“Kalo menurut saya sih peralatannya sih udah lengkap, soalnya setiap
saya kesana buat periksa, mereka ga pernah bilang mereka ga punya
alatnya, ya paling kalo buat lahiran Caesar baru di Puskesmas ga bisa
katanya.” (R4)
“Peralatannya lengkap sih, bisa cek leb, terus ada USG nya juga, ya
walaupun USG nya ga begitu jelas sih mah, soalnya kan katanya baru
dua dimensi.” (K2)
“Peralatannya cukup lengkap ya, cuma ya itu saya cek USG lagi di luar
kerna di Puskesmas USG nya kurang bagus.” (K3)
“Peralatannya ada sih, kayang timbangan, terus tempat tidurnya, terus
ada alat buat ngukur lengan saya, terus ada USG nya juga.” (K4)
Salah satu informan yang memeriksakan kehamilan kurang (1 kali) ke
Puskesmas Ciputat Timur hanya memeriksakan kehamilannya satu kali
dikarenakan fasilitas yang dimiliki Puskesmas tidak sebaik fasilitas yang
dimiliki tempat beliau memeriksakan kehamilannya pada pemeriksaan
berikutnya. Pernyataan tersebut didukung oleh hasil wawancara di bawah ini.
“Namanya juga kan hamil pertama, pastikan kepo maksudnya pengen
tau perkembangan bayi detailnya seperti apa,,, kan kalo di puskesmas
kan paling kita cuma bisa,,,, USG juga belum ada, makanya gamau ke
puskesmas,, jadi kedokter aja. Teruskan USG disitu juga ga jelas, cuma
bisa liat geraknya tapi kan ga detail, kalo di dokterkan tau umurnya
berapa minggu,,, sampe panjang anaknya juga kan udah ketauan, tapi
kalo di puskesmas kan belom ketauan gitu,,, soalnya saya kan pernah cek
HB disitu, trus di USG tapi ga ketauan anaknya udah umur berapa
minggu.” (K1)
Salah satu kemungkinan penyebab ibu hamil yang tidak pernah
memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas Ciputat Timur disebabkan oleh
peralatan yang dimiliki oleh Puskesmas masih kurang memadai bagi mereka,
atau juga dikarenakan fasilitas di tempat mereka periksa kehamilan lebih baik
55
dibandingkan dengan peralatan yang dimiliki oleh Puskesmas. Sebagaimana
yang diungkapkan oleh informan penelitian di bawah ini dengan pertanyaan
bagaimana pendapat anda tentang peralatan yang dimiliki oleh tempat anda
memeriksakan kehamilan?.
“Perlatan disana lengkap sih, saya mau periksa apa aja disana
peralatannya ada, sampe-sampe saya lahiran juga disana.” (T1)
“Lengkap sih peralatannya, kan kalo di Puskesmas katanya USG nya
kurang bagus ya, kalo di tempat saya udah bagus, itu juga saya dapet
cerita dari tetangga saya.” (T2)
“Kalo menurut saya sih bagus mas, terus lengkap juga, soalnya selama
ini saya belum pernah disuruh periksa di tempat lain kerna peralatannya
mereka ga ada.” (T3)
“Lengkap banget disitu mah, selama saya periksa alat-alat nya selalu
ada.” (T4)
3. Sumber Dana
Menurut undang-undang no 36 tahun 2009 pada bab XV dan pasal 170
yang mana sumber pembiayaan kesehatan berasal dari pemerintah,
pemerintah daerah, masyarakat/swasta dan sumber lain. Pembiayaan yang
berasal dari pemerintah yaitu APBN, sedangkan yang berasal dari pemerintah
daerah sering disebut dengan APBD, dan juga yang berasal dari
masyarakat/swasta yaitu seperti halnya suatu pemberian dari masyarakat itu
sendiri dengan seikhlasnya ataupun seperti badan penyelenggara asuransi,
sedangkan yang sumber lain itu seperti halnya bantuan biaya dari luar negri.
Terkait pendanaan atau sumber dana yang dimiliki Puskesmas Ciputat
Timur tidak ada permasalahan mengenai hal tersebut, dikarenakan semua
pembiayaan di biayai oleh pemerintah daerah. Pernyataan tersebut didukung
oleh pernyataan dari kepala TU Ciputat Timur di bahwa ini.
56
“Kalo untuk masalah pendanaan sih tidak ada masalah ya,
alhamdulillah selama ini untuk masalah pendanaan kita lancer-lancar
aja. Karena kan kita dana nya juga dari pemerintah daerah, jadi
sistemnya kita ngajuin dana berdasarkan kegiatan apa yang ingin kita
lakukan pada tahun tersebut.”
Pernyataan dari kepala TU tersebut juga didukung oleh pernyataan dari
pemegang program KIA, seperti di bawah ini.
“Kalo masalah dana kita tidak ada masalah, kan semua dibiayain sama
pemerintah.”
4. Kebijakan dan SOP
Kebijakan dan SOP merupakan pegangan bagi suatu organisasi dalam
menjalankan program-programnya. Begitu juga dengan halnya program
antenatal care juga sudah sepantasnya memiliki kebijakan dan SOP. Kepala
TU menagatakan bahwa kebijkan mengenai pelayanan antenatal Puskesmas
menggunakan kebijakan dari Kementerian Kesehatan dan juga Dinas
Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan juga kebijakan Puskesmas itu sendiri.
Berikut pernyataan kepala TU mengenai kebijakan yang ada.
“Kalo Puskesmas pastinya udah ada kebijakan dari Kemenkes sama
Dinkes juga ya, tapi ya Puskesmas juga punya kebijakan sendiri,
seperti kalo untuk pelaksanaannya itu ya kita ada juga bikin kebijakan
tersendiri, seperti jam kerja, yang mana jam kerja di mulai jam 07:30,
kemudian pelayanan tutup sampai jam 11, kalau diatas jam 11 pasien
masih ada mau mendaftar untuk melakukan pemeriksaan kehamilan,
itu kita tolak, akan tetapi berbeda apabila dalam keadaan darurat
yang benar-benar harus ditolong, kalo hal seperti itu kita masih
menerima, karena jam kerja slesai jam 14.00.”
Pernyataan kepala TU di atas juga didukung oleh pernyataan dari
pemegang program KIA di bawah ini.
“Engga ada masalah sih tentang kebijakannya.”
57
SOP yang di buat oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tidak
begitu mudah untuk dipahami, sehingga sistem pelayanan antenatal mengacu
kepada buku pedoman antenatal terpadu yang di terbitkan oleh Kementerian
Kesehatan. Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan dari kepala TU
dibawah ini.
“Kalo menurut saya SOP nya Dinkes itu belum terlalu rinci ya, jadi
masih seperti gambaran umumnya saja, tidak rinci harusnya
bagaimana, seperti apa diteil pelaksanaannya, yang kayak gitu belum
keliat di SOP.”
Pernyataan kepala TU di atas juga didukung oleh pernyataan dari
pemegang program KIA di bawah ini.
“SOP dari Dinkes kita ga pake ya, kita pakenya panduan antenatal
terpadu dari Kemenkes, soalnya SOP Dinkes masih belum jelas,
maksudnya ga ngerti kalo ngikutin SOP itu.”
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, Puskesmas telah
memiliki pedoman maupun Standar Operasional Prosedur dalam
memberikan pelayanan antenatal terpadu.
B. Proses
Merupakan sebuah sistem atau alur pelaksanaan pelayanan antenatal care
yang di laksanakan oleh Puskesmas Ciputat Timur. Sistem alur pelayanan
antenatal sesuai dengan alur pelayanan yang ada di dalam buku pedoman
antenatal terpadu Kementerian Kesehatan. Berikut adalah pernyataan kepala TU
mengenai proses pelayanan antenatal.
“Ya pasien dimulai dari ngambil nomer antrian di loket, terus ntar mereka di
panggil berdasarkan nomor untuk pendataan mengenai data diri, kemudian
pasien diberikan nomor antrian poli KIA, setelah rekam medis diantar ke
ruang KIA, kemudian pasien dipanggil berdasarkan nomor urutan mereka,
setelah itu dilakukan pemeriksaan, kemudian pasien bisa mengambil obat
58
atau kalau tidak ada obat yang diperlukan, pasien dapat langusng pulang
kerumah.”
Pernyataan serupa yang berikan oleh pemegang program KIA, yaitu.
“Kalo sistem pelayanan antenatal kita ngikutin yang ada di panduan
antenatal care terpadu dari Kemenkes, jadi di panduan itu mulai dari
langkah awal pasien daftar diloket, kemudian diperiksa kemudian pasien bisa
pulang.”
Informan yang sudah pernah memeriksakan kehamilannya di Puskesmas
sebagian besar mengatakan bahwa proses pelayanan di Puskesmas lama pada
saat sistem pendaftaran di loket. Di bawah ini adalah pernyataan yang diberikan
informan mengenai proses pelayanan antenatal di Puskesmas Ciputat Timur.
“Sebenernya sih pemeriksaannya itu paling cuma lima menit, cuma di cek
timbang badan dan segala macem, trus dicek keadaan bayinya, udah gitu
doing. Tapi yang lama tuh ngantrinya, ngantri nomer, trus ngantri
didalemnya juga bisa sampe sejam lebih buat ngantri doang.” (R1)
“Kalo periksa di Puskesmas itu lama mas, maksud saya tuh lama ngantrinya,
tapi kalo pas periksa itu cuma sebentar, ngantrinya yang lama banget.” (R2)
“Antrinya yah yang lama, bisa sampe satu jam kita nunggu di loket, mana
orang lagi hamil, trus harus ngantri lagi kan, kan kadang agak empet gitu.”
(R3)
“Ngantrinya kaga ketulungan, padahal periksanya itu mah cepet, ngantrinya
itu looh yang lama banget, ga tau itu kenapa bisa ngantri lama begitu.” (R4)
“Kemarin saya pas periksa prosesnya cepet, pas udah selesai di periksa di
ruang KIA saya langsung di suruh ke lab buat periksa HB sama darah, tapi
menunggu di loket nya itu yang agak lama, harus bener-bener ngantri dari
pagi.” (K1)
“Kemarin saya cuma cek darah, terus timbang badan, terus cek HB juga, dan
sebagainya. Tapi yang bikin saya males itu ngantrinya itu loh, lama
bangeet.” (K2)
“Ya begitu, ada beberapa kali pemeriksaan gitu mas, kayak lengan saya
diukur, terus ditensi, terus di timbang badannya, terus di cek di leb. Tapi ya
gitu biasa lamanya di loket.” (K3)
59
“Puskesmasnya bagus, terus pelayanan bidannya juga bagus sih, tapi ya
nunggu di loket pas mau daftarnya itu mas yang lama banget.” (K4)
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, urutan pemeriksaan antenatal
sesuai dengan urutan yang ada di dalam buku pedoman antenatal terpadu yang
dibuat oleh Kementerian Kesehatan, yaitu dengan ibu mendaftar di loket,
kemudian masuk kedalam ruangan KIA, kemudian di periksa di ruangan
pemeriksaan KIA, jika dibutuhkannya cek laboratorium, pasien di bawa ke
laboratorium untuk melakukan pengecekan, setelah itu ibu hamil dapat
mengambil obat ke apotek, kemudian ibu hamil dapat pulang kerumah.
Selain memberikan pelayanan di puskesmas, Puskesmas dalam memberikan
pelayanan antenatal juga melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan
masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memoivasi ibu,
suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan
kehamilannya sejak dini dan teratur. Seperti yang diungkapkan oleh pemegang
program KIA dibawah ini.
Kita pernah juga ngunjungin kerumah-rumah ibu yang gak mau periksa ke
Kepuskesmas, atau juga ngasih penyuluhan kepada ibu-ibu resti.
Setelah dilakukannya telaah dokumen didapatkan hasil bahwa tidak adanya
data mengenai laporan kunjungan kerumah yang telah di lakukan oleh pihak
Puskesmas, baik di dalam profil Puskesmas, maupun laporan tahunan.
C. Output
Merupakan hasil capaian kunjungan K1-K4 yang diperoleh oleh Puskesmas
Ciputat Timur. Berdasarkan data dari laporan tahunan Tahun 2013 Puskesmas
60
Ciputat Timur, didapatkan data pelayanan K4-K1 mencapai 71% ibu hamil
dengan target 1323. Terjadinya suatu penurunan pada tahun 2014, yang mana
berdasarkan data laporan tahunan tahun 2014 didapatkan data pelayanan K4-K1
atau Antenatal Care hanya mencapai angka 58% dari 1471 ibu hamil yang
ditargetkan (Laporan Tahunan PKM Ciputat Timur 2013 dan 2014).
D. Pengawasan
Pengawasan merupakan hal yang penting dalam menjalankan suatu program,
dengan adanya pengawasan maka dapat memastikan apakah program berjalan
sesuai dengan apa yang sudah direncanakan. Kepala Puskesmas melakukan
pengawasan kerja karyawan dipagi hari, kemudian setiap satu minggu sekali
Puskesmas melakukan kegiatan lokbul setelah jam pelayanan selesai, yang
bertujuan untuk mengevaluasi setiap kegiatan yang sudah dilakukan. Di bawah
ini adalah pernyataan kepala TU mengenai pengawasan yang dilakukan
terhadapa pelaksanaan program antenatal care.
“Ya saya sih biasanya kalo pagi suka ngawasin kerja karyawan-karyawan,
itu sampe jam 10, setelah itu saya kembali ke ruangan saya buat ngerjain
tugas yang lainnya. Kemudian kita biasanya setiap jum’at setelah jam
pelayanan habis, kita melakukan lokbul, jadi fungsinya untuk mengevaluasi
setiap kegiatan yang sudah dilakukan.”
Di bawah ini penjelasan dari pemegang program KIA mengenai pengawasan
dari kepala Puskesmas.
“Kalo pengawasan sehari-hari, kapus itu ya sekedar melihat-melihat saja,
tapi kita ada yang namanya lokbul seminggu sekali, jadi kalo ada keluhan
pasien atau permasalahan apa tentang pelayanan, disitu dibahas.”
61
E. Umpan Balik
Pemberian umpan balik mutlak diperlukan oleh sebuah sistem, karena hal
tersebut akan membantu Puskesmas untuk mengevaluasi dan memperbaiki
sistem yang ada sekarang menjadi lebih baik. Untuk mendapatkan umpan balik
dari pasien yang sudah menerima pelayanan di Puskesmas, Puskesmas Ciputat
Timur membuat sistem koin kepuasan pasien, dengan tujuan untuk mengetahui
seberapa puas pasien dengan pelayanan yang telah diberikan selama ini. Hasil
dari catatan koin kepuasan yang dikumpulkan setiap harinya, kemudian dibahas
pada kegiatan lokbul, kemudian memperbaiki pelayanan apabila banyak pasien
yang merasa tidak puas. Di bawah ini adalah pernyataan kepala TU mengenai
kegiatan umpan balik yang dilakukan oleh Puskesmas.
“Setiap hari bagian administrasi bertugas untuk menghitung koin kepuasan
yang didapatkan di setiap ruang pelayanan, kemudian setelah dicatat, setiap
seminggu sekali kita akan evaluasi jika banyak koin yang tidak puas kita
bahas apa penyebabnya.”
Kemudian didukung oleh pernyataan dari pemegang program KIA.
“Ya biasanya koin-koin itu kita evaluasi di lokbul yang setiap seminggu
sekali kita laksanakan, jasi kita bisa perbaiki apabila banyak pasien yang
merasa tidak puas.”
Setelah dilakukannya telaah dokumen yaitu melihat catatan harian capaian
koin kepuasan diketahui bahwa ada beberapa kolom harian yang tidak diisi
selama dua bulan terakhir.
62
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif yang
menghasilkan data deskriptif. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
dengan wawancara, observasi dan telaah dokumen. Adapun keterbatasan dalam
penelitian yang dilakukan tentang analisis pelaksanaan program antenatal care
di Puskesmas Ciputat Timur tahun 2015 antara lain:
1. Wawanca cara dengan kepala Puskesmas tidak dapat terlaksana sehingga
digantikan dengan mantan kepala TU Puskesmas Ciputat Timur yang
masih menjabat pada tahun 2014, sehingga hasil yang didapatkan tidak
berdasarkan dari pernyataan kepala Puskesmas yang masih menjabat
pada tahun 2014. Permasalahan tersebut dikarenakan pemerintah Kota
Tangerang Selatan sedang melakukan mutasi kerja termasuk kepala
Puskesmas dan juga kepala TU. Dikarenakan peneliti tidak mengetahui
tempat kerja mantan kepala Puskesmas Ciputat Timur, peneliti memilih
untuk mewawancarai mantan kepala TU Puskesmas Ciputat Timur.
63
B. Input Pelayanan Antenatal Care
Pada PMK no 75 tahun 2014 pasal sembilan ayat empat dikatakan bahwa
pendirian Puskesmas harus memnuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana,
peralatan kesehatan, ketenagaan, kefarmasian dan laboratorium.
Input merupakan suatu elemen yang terdapat di dalam sistem dan merupakan
elemen yang sangat penting di dalam berfungsinya suatu sistem (Azwar, 2010).
Apabila suatu input tidak tersedia dengan baik, maka akan dapat menghambat
jalannya suatu proses dan dapat menghambat suatu sistem dalam mencapai
tujuannya. Begitu juga dalam penelitian ini. Dalam menjalankan pelayanan
antenatal care, suatu Puskesmas harus dapat menyediakan input dengan baik.
Input dalam penelitian ini antara lain yaitu SDM, fasilitas, sumber dana, serta
juga kebijakan dan SOP.
1. Sumber Daya Manusia (SDM)
Pembahasan mengenai gambaran sumber daya manusia Puskesmas
Ciputat Timur pada penelitian ini akan membahas dari dua aspek, yaitu
dari aspek kuantitas dan juga aspek kualitas.
a. Gambaran Kuantitas
Menurut M.T.E. Hariandja (2002), sumber daya manusia
merupakan salah satu faktor penting yang berperan dalam
pelaksanaan pelayanan antenatal. Berdasarkan hasil wawancara
dan telaah dokumen yang telah dilakukan diketahui bahwa jumlah
sumber daya manusia yang berada di ruangan KIA berjumlah
sembilan orang. Sembilan orang petugas KIA bertanggung jawab
64
memberikan beberapa pelayanan diantaranya pelayanan di luar
gedung, di dalam gedung, serta pelayanan persalinan.
Dari jumlah serta tugas yang dimiliki tersebut, informan dari
pihak Puskesmas mengatakan bahwa sumber daya manusia yang
dimiliki tersebut masih kurang dan diperlukannya penambahan
sumber daya manusia di ruang KIA. Tingginya jumlah dan jenis
pekerjaan yang harus dilaksanakan dengan sumber daya manusia
dengan jumlah yang masih kurang, maka akan menimbulkan
beban kerja yang tinggi bagi petugas, kemudian dengan tingginya
beban kerja yang dimiliki petugas, akan dapat mempengaruhi
kinerja petugas tersebut. Sebagaimana yang disebutkan oleh
Hurrel dalam Dian (2008) bahwa beban kerja petugas yang terlalu
berat dapat menimbulkan stress kerja pada petugas. Apabila
petugas mengalami stress kerja tentunya petugas tidak dapat
melakukan kegiatan pelayanan antenatal dengan baik, sehingga
akan berdampak kepada pasien yang sedang melakukan
pemeriksaan kehamilan.
Puskesmas Ciputat Timur merupakan Puskesmas mampu
PONED, yaitu Puskesmas yang mampu menyelenggarakan
pelayanan obstetric neonatal emergensi dasar (PONED). Setelah
dilakukannya telaah dokumen terhadap pedoman pelaksanaan
Puskesmas PONED, tenaga kesehatan yang dimiliki oleh
Puskesmas sudah memenuhi standar tenaga kesehatan menurut
buku pedoman Puskesmas mampu PONED, yang mana di dalam
65
buku pedoman tercantum bahwa minimal bidan yang harus
dimiliki oleh Puskesmas yaitu sebanyak lima orang dan
berpendidikan minimal D3, dan sedangkan bidan yang dimiliki
oleh Puskesmas Ciputat Timur sebanyak delapan orang bidan
yang berpendidikan D3. Analisis data tersebut menunjukkan
bahwa secara standar minimal petugas pelayanan kesehatan,
Puskesmas Ciputat Timur tidak mengalami kekurangan SDM
KIA.
b. Gambara Kualitas
1) Pendidikan
Secara nasional pendidikan merupakan sarana yang
dapat mempersatukan setiap warga Negara menjadi satu
bangsa, pendidikan juga dapat menjadi wahana baik bagi
Negara untuk membangun sumber daya manusia yang
diperlukan dalam pembangunan (Tim Pengembang Ilmu
Pendidikan FIP UPI, 2007). Pengertian lain mengatakan
bahwa pendidikan merupakan hajat orang banyak dan akan
menjadi barometer bagi setiap manusia, sehingga semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin luas dan bernas
pola pikir, pola tindak dan pola lakunya (Isjoni, 2006).
Teori tersebut didukung dengan hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh Mardiyoko (2008), diketahui bahwa
tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap kemampuan
66
seseorang dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung
jawabnya sesuai dengan kompetensi. Menurut penelitian
tersebut dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka semakin memahami pula rasa
tanggung jawabnya dalam menjalankan tugasnya.
Petugas yang memberikan pelayanan antenatal kepada
ibu hamil di Puskesmas Ciputat Timur terdiri dari bidan yang
berpendidikan D4 berjumlah satu orang, dan petugas yang
berpendidikan D3 berjumlah delapan orang, dengan begitu
petugas yang melakukan pelayanan antenatal berpendidikan
kebidanan dan hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan di
dalam buku pedoman PWS-KIA bahwa tenaga kesehatan
yang berkompeten memberikan pelayanan antenatal kepada
ibu hamil adalah dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan
dan perawat, akan tetapi pelayanan yang membutuhkan
keahlian dokter spesialis tidak dapat diberikan karena
Puskesmas masih belum memiliki dokter spesialis kebidanan
sepertinya tercantum pada buku pedoman PWS-KIA.
2) Tindakan Pelayanan
Tindakan merupakan wujud kebudayaan sebagai suatu
tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu (Efendi
dan Makhfudli, 2009). Pelayanan adalah proses pemenuhan
kebutuhan melalui aktivitas orang lain secarang langsung,
67
dan pelayanan yang diperlukan manusia pada dasarnya ada
dua jenis yaitu layanan fisik yang sifatnya pribadi sebagai
manusia dan layanan administratif yang diberikan oleh orang
lain selaku anggota organisasi baik itu organisasi massa
ataupun Negara (Nogi, 2007).
Pada buku pedoman pelayanan antenatal terpadu tahun
2010 dikatakan bahwa Pelayanan antenatal terpadu adalah
pelayanan antenatal komprehensif dan berkualitas yang
diberikan kepada semua ibu hamil yang bertujuan untuk
memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan
antenatal yang berkualitas sehingga mampu menjalani
kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan
melahirkan bayi yang sehat. Kualitas pelayanan antenatal
yang diberikan akan mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan
janinnya, ibu bersalin dan bayi baru lahir serta ibu nifas.
Hasil penelitian mengatakan bahwa sebagian besar
informan yang sudah pernah memeriksakan kehamilannya di
Puskesmas mengatakan bahwa cara petugas melakukan
pemeriksaan sudah bagus, namun ada informan yang
mengatakan bahwa bidannya seperti baru-baru tahu atau
kurang paham dan sebagian besar tugasnya dilakukan oleh
anak magang. Menurut buku pedoman antenatal terpadu
tahun 2010 dalam pelayanan antenatal terpadu tenaga
kesehatan harus dapat memastikan bahwa kehamilan
68
berlangsung normal, mampu mendeteksi dini masalah dan
penyakit yang dialami ibu hamil, melakukan intervensi secara
akurat sehingga ibu hamil siap untuk menjalani persalinan
normal.
Jika dilihat dari pernyataan informan yaitu bahwasanya
bidannya seperti baru-baru tahu atau kurang paham dan
sebagian besar tugasnya dilakukan oleh anak magang maka
ditakutkan pelayanan antenatal yang diberikan kurang
maksimal dan tidak sesuai dengan apa yang di inginkan di
dalam buku pedoman antenatal terpadu, sehingga dengan
demikian pihak Puskesmas sebaiknya meningkatkan sistem
pelayanan dengan lebih baik lagi yang sesuai dengan buku
pedoman antenatal. Penignkatan pelayanan tersebut perlu
dilakukan dikarenakan akan mempengaruhi terhadap
kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan, hal
tersebut serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Puas dkk yang menyatakan bahwa adanya hubungan antara
tindakan yang diberikan oleh petugas dengan tingkat
kepuasan pasien.
3) Sikap
Seperti yang dikatakan sebagian besar informan yang
sudah pernah memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas
Ciputat Timur mengutarakan bahwa cara petugas dalam
69
melakukan pemeriksaan sudah bagus, akan tetapi sebagian
dari petugas bersikap tidak ramah. Sikap tersebut bisa
disebabkan dari tingginya beban kerja ataupun adanya suatu
masalah pribadi yang dipikirkan oleh petugas tersebut.
Seperti yang dikatakan oleh Gunarsah (2008) bahwa sikap
adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan dengan cara
merasakan , berpikir, bertingkah laku dalam suatu situasi.
Pernyataan tersebut didukung oleh Rangkuti (2006) yaitu
sikap merupakan suatu kecenderungan untuk berprilaku dan
dapat dipengaruhi oleh situasi.
Menurut Ivancevich et al (2007) mengatakan bahwa sikap
membangun dasar emosional hubungan interpersonal
seseorang dan identifikasi dengan orang lain serta sikap
diorganisasikan dan dekat dengan inti kepribadian. Sebagian
besar infoman yang tidak pernah memeriksakan
kehamilannya di Puskesmas Ciputat Timur beralasan tidak
ingin melakukan pemeriksaan kehamilannya ke Puskesmas
Ciputat Timur dikarenakan sikap petugas yang tidak ramah,
sehingga mereka lebih memilih untuk memeriksakan
kehamilannya di fasilitas kesehatan swasta.
Kepala Puskesmas serta pemegang program KIA sudah
sebaiknya lebih menekankan kepada karyawannya untuk
bersikap lebih ramah lagi kepada setiap pasien, karena
sebagian besar informan menyatakan bahwa sikap dari
70
petugas menunjukkan sikap yang tidak ramah dan akan
mempengaruhi ibu hamil enggan untuk melakukan
pemeriksaan antenatal di Puskesmas Ciputat Timur.
Pernyataan tersebut sesuai dengan penelitian Lailatul dkk
(2013) yang menunjukkan bahwa adanya hubungan antara
sikap petugas dengan pemanfaatan pelayanan oleh ibu hamil
yang diberikan oleh Puskesmas.
2. Fasilitas
Kelengkapan fasilitas merupakan suatu faktor yang harus di
penuhi oleh setiap wadah pemberi pelayanan kesehatan, dengan
terlengkapinya fasilitas yang akan digunakan dalam memberikan suatu
pelayanan, maka pelayanan akan dapat diberikan dengan maksimal.
Buchari (2001) dalam Ermiati dan Sembiring (2012) mengatakan fasilitas
adalah penyedia perlengkapan – perlengkapan fisik untuk memberikan
kemudahan kepada penggunanya, sehingga kebutuhan – kebutuhan dari
pengguna fasilitas tersebut dapat terpenuhi.
Puskesmas Ciputat Timur memiliki satu ruangan pelayanan
antenatal, yaitu ruangan kesehatan ibu dan anak. Berdasarkan wawancara
dengan pihak Puskesmas diketahui bahwa tidak adanya permasalahan
mengenai fasilitas yang dimiliki Puskesmas Ciputat Timur saat ini.
Setelah dilakukannya observasi lapangan diketahui bahwa fasilitas
ataupun peralatan yang miliki Puskesmas untuk melakukan pelayanan
antenatal sudah sesuai dengan ketentuan yang dibuat oleh Dinas
71
Kesehatan Kota Tangerang selatan yang dicantumkan di dalam SOP,
diantaranya yaitu: stetoskop, tensimeter, meteran kain, timbangan,
pengukur lingkar lengan atas serta stetoskop janin.
Setelah dilakukannya kegiatan wawancara dengan ibu hamil yang
sudah pernah memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Ciputat Timur
diketahui bahwa sebagian besar informan yang sudah pernah
memeriksakan kehamilannya di Puskesmas mengatakan bahwa peralatan
yang dimiliki sudah lengkap, akan tetapi sebagian responden mengatakan
bahwa USG yang dimiliki Puskesmas belum begitu bagus kualitasnya.
Dari pernyataan infoman tersebut baik informan yang rajin melakukan
pemeriksaan dan informan yang kurang dalam melakukan pemeriksaan
diketahui bahwa tidak adanya pengaruh dari fasilitas yang dimiliki oleh
Puskesmas dengan kunjungan pemeriksaan kehamilan.
Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Lailatul dkk (2013) yang
menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan antara ketersediaan
pelayaan kesehatan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal, tidak
adanya hubungan tersebut dikarenakan hampir seluruh responden
menyatakan bahwa ketersediaan pelayanan kesehatan sudah cukup.
Lengkap atau tidaknya suatu fasilitas atau peralatan yang dimiliki
Puskesmas dalam memberikan pelayanan antenatal akan dapat dirasakan
oleh pasien secarang langsung, sehingga pasien dapat menilai apakah
pelayanan yang diberikan sudah baik atau belum. Pasien akan merasa
terlayani dengan baik apabila pasien tersebut dapat di layani dengan
segala peralatan yang dibutuhkan dalam pemeriksaan, dan akan
72
berdampak kepada pemikiran pasien apakah mereka sudah terlayani
dengan puas atau belum.
Hasil penelitian Puas dkk (2012) mengatakan bahwa adanya
hubungan antara kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan
dengan kelengkapan fasilitas yang dimiliki, dengan adanya tingkat
kepuasan tersebut maka akan mempengaruhi apakah pasien tersebut
menggunakan jasa pelayanan tersebut kembali atau tidak. Hasil
penelitian tersebut sesuai dengan hasil dalam penelitian ini, yaitu
ditemukan hasil bahwa salah satu informan yang memeriksakan
kehamilan kurang (1 kali) ke Puskesmas Ciputat Timur hanya
memeriksakan kehamilannya satu kali dikarenakan fasilitas yang dimiliki
Puskesmas tidak sebaik fasilitas yang dimiliki tempat beliau
memeriksakan kehamilannya pada pemeriksaan berikutnya.
Setelah dilakukannya wawancara dengan ibu hamil yang belum
pernah memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas Ciputat Timur,
permasalahan tersebut juga menjadi salah satu kemungkinan penyebab
ibu hamil yang tidak pernah memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas
Ciputat Timur disebabkan oleh peralatan yang dimiliki oleh Puskesmas
masih kurang memadai bagi mereka, atau juga fasilitas di tempat mereka
periksa kehamilan lebih baik dibandingkan dengan peralatan yang
dimiliki oleh Puskesmas.
3. Sumber Dana
73
Sumber dana merupakan salah satu input yang mendukung
terlaksananya suatu proses. Proses akan berjalan sesuai dengan keinginan
apabila didukung penuh dari segi pembiayaannya. Begitu juga dengan
pelayanan antenatal, pelayanan akan berjalan dengan baik apabila
pelaksaan pelayanan tersebut didukung oleh pendanaan yang memadai.
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa tidak ada
permasalahan bagi Puskesmas Ciputat Timur mengenai pembiayaan
dalam melaksanakan pelayanan antenatal, hal tersebut dikarenakan
sumber pembiayaan Puskesmas berasal dari pemerintah daerah.
Berdasarkan undang-undang no 36 tahun 2009 pada bab XV dan pasal
170 yang mana sumber pembiayaan kesehatan berasal dari pemerintah,
pemerintah daerah, masyarakat/swasta dan sumber lain. Pembiayaan
yang berasal dari pemerintah yaitu APBN, sedangkan yang berasal dari
pemerintah daerah sering disebut dengan APBD, dan juga yang berasal
dari masyarakat/swasta yaitu seperti halnya suatu pemberian dari
masyarakat itu sendiri dengan seikhlasnya ataupun seperti badan
penyelenggara asuransi. Selain dengan pembiayaan, Puskesmas juga
menerima biaya dari pasien yang menggunakan jaminan kesehatan yang
di miliki oleh masyarakat seperti BPJS, Askes, Jamkesda dan
Jamkesmas. Penggunaan jaminan kesehatan ini diatur dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang
pedoman pelaksanaan program jaminan kesehatan nasional.
Berdasarkan dari pernyataan dari kepala program KIA, diketahui
bahwa tidak adanya permasalahan terkait pendanaan dalam menjalankan
74
program KIA. Setiap permasalahan pendanaan dari setiap kegiatan yang
dilakukan sudah terpenuhi dengan baik. Sistem pembiayaan Puskesmas
Ciputat Timur yaitu dengan cara mengajukan jumlah dana dari setiap
kegiatan apa saja yang ingin dilaksanakan pada bulan tersebut. Setelah
permohonan tersebut di berikan ke Dinas Kesehatan dan kemudian
disetujui oleh Dinas Kesehatan, maka dana yang diajukan oleh
Puskesmas dapat diterima dan digunakan sebagaimana mestinya.
4. Kebijakan dan SOP
Kebijakan merupakan suatu keputusan atau langkah yang diambil
oleh organisasi untuk dapat mencapai output ataupun tujuan yang
diinginkan, dan dengan terpenuhinya elemen input dengan baik, maka
akan sangat membantu berjalannya sebuah proses untuk mencapai output
yang telah direncanakan.
Puskesmas Ciputat Timur dalam hal ini menganut beberapa
kebijakan yaitu berupa kebijakan dari Kementerian Kesehatan dan juga
kebijakan Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Disamping
menganut kebijakan tersebut, Puskesmas Ciputat Timur juga memiliki
kebijakan tersendiri guna memberikan pelayanan antenatal yang optimal
kepada masyarakat, diantaranya yaitu seperti kebijakan operasional
seperti jam pelayanan antenatal yang mana dimulai dari jam 7:30 sampai
dengan jam 11:00, apabila ada ibu hamil dalam keadaan darurat yang
benar-benar harus di periksa atau di tolong, maka Puskesmas masih
75
menerima pemeriksaan dikarenakan jam operasional kerja Puskesmas
berakhir pada pukul 14.00.
Selain adanya kebijakan yang di anut, Puskesmas juga memiliki
suatu standar prosedur dalam menjalankan pelayanan antenatal.
Puskesmas pada dasarnya tidak memiliki SOP yang dibuat sendiri oleh
pihak Puskesmas, melainkan menggunakan SOP yang dibuat oleh Dinas
Kesehatan Kota Tangerang Selatan.
SOP yang dibuat oleh Dinas Kesehatan menurut kepala TU belum
terlalu rinci bagaimana prosedur dalam menjalankan pelayanan antenatal,
sehingga sulit untuk dipahami dan di terapkan. Diketahui hasil dari
wawancara dengan pemegang program KIA Puskesmas Ciputat Timur
mengatakan bahwa dalam pelayanan antenatal di Puskesmas Ciputat
Timur tidak menggunakan pedoman yang ada di dalam SOP Dinas
Kesehatan, akan tetapi proses pelayanan antenatal menggunakan
prosedur yang ada di dalam buku pedoman antenatal terpadu yang dibuat
oleh Kementerian Kesehatan tahun 2010.
Tidak digunakannya SOP Dinkes Tangsel dikarenakan isi dari
SOP pemeriksaan antenatal sulit untuk dipahami dan diterapkan sesuai
dengan pernyataan yang diutarakan oleh kepala TU. Seperti halnya
contoh yaitu, bidan mampu memberikan pelayanan antenatal yang
berkualitas, dari pernyataan tersebut tidak ada penjelasan di dalam SOP
bagaimana yang dimaksud dengan pelayanan antenatal yang berkualitas.
76
Kurang bagusnya SOP yang dimiliki diketahui setelah
dilakukannya telaah dokumen terhadap SOP Dinas Kesehatan Kota
Tangerang selatan didapatkan hasil bahwa adanya SOP mengenai
pemeriksaan pada kunjungan pertama, namun peroses yang harus
dilakukan pada pemeriksaan kedua hingga keempat tidak diatur dalam
SOP. Setelah dilakukannya telaah dokumen terhadap pedoman antenatal
terpadu tahun 2010 diketahui bahwa terdapat jenis-jenis pemeriksaan
yang harus dilakukan pada setiap pemeriksaan yaitu mulai dari
pemeriksaan pertama hingga keempat.
Dimilikinya suatu standar operasional prosedur yang jelas akan
dapat memberikan pelayanan yang baik yaitu pelayanan yang yang
diberikan sesuai dengan standar operasional prosedur. Dengan baiknya
mutu pelayanan yang diberikan kepada pasien, akan menimbulkan rasa
kepuasan bagi pasien terkait pelayanan yang diberikan. Pernyataan
tersebut sejalan dengan hasil penelitian Puas (2012) yang mengatakan
bahwa adanya hubungan antara kepuasan pasien dengan pelayanan yang
diberikan sesuai dengan standar operasional prosedur.
Pihak Puskesmas maupun pihak Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan sudah sebaiknya memperbaiki SOP yang ada pada
saat ini, supaya setiap kegiatan yang dilakukan sesuai dengan prosedur
yang telah ditetapkan. Pernyataan tersebut sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Atmoko, (2010), yaitu Standar Operasional Prosedur
(SOP) adalah pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan
sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instansi pemerintah
77
berdasarkan indikator-indikator teknis, administrasi dan prosedural sesuai
dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang
bersangkutan. Tujuan SOP adalah menciptakan komitmen mengenai apa
yang dikerjakan oleh satuan unit kerja instansi pemerintahan untuk
mewujudkan good governance.
C. Proses
Proses adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem
yang berfungsi untuk mengubah masukan (input) menjadi keluaran (outout)
yang direncanakan (Azwar, 2010).
Setelah dilakukannya observasi lapangan dan wawancara dengan pihak
Puskesmas diketahui bahwa proses atau alur pelayanan antenatal di Puskesmas
Ciputat Timur merujuk pada alur pelayanan antenatal yang ada di dalam buku
pedoman antenatal terpadu tahun 2010 yang dibuat oleh Kementerian
Kesehatan, seperti gambar di bawah ini:
Gambar 6.1
78
Alur Pelayanan Antenatal Terpadu di Puskesmas Menurut Buku
Pedoman Antenatal Terpadu
Bermula dari pasien mengambil nomor antrian di loket, kemudian pasien
akan di panggil sesuai nomor antrian yang mereka miliki untuk pendataan diri,
kemudian pasien diberikan nomor antrian poli KIA, kemudian apabila data
pasien sudah masuk di poli KIA pasien akan dipanggil berdasarkan nomor
antrian yang mereka pegang, kemduian pasien diperiksa oleh petugas, pabila
diperlukannya cek laboratorium, maka pasien akan di perintahkan untuk periksa
di laboratorium, kemudian apabila tidak diperlukannya pemeriksaan, pasien di
persilahkan mengambil obat ke apotek jika ada obat yang dibutuhkan, dan
apabila tidak ada obat yang diperlukan, maka pasien dapat pulang kerumah.
Berbeda dengan pasien yang memerlukan rujukan, apabila petugas Puskesmas
tidak mampu menangani pasien bisa jadi dikarenakan keterbatasan alat, maka
pasien akan dibuatkan surat rujukan oleh pihak Puskesmas ke fasilitas kesehatan
yang lebih baik. Selain proses alur pelayanan mulai dari pasien mendaftar
hingga pulang, sistem alur pemeriksaan antenatal juga merujuk pada tahapan
pemeriksaan antenatal yang ada di dalam buku pedoman antenatal terpadu tahun
2010.
Alur pelayanan tersebut merupakan sebuah prosedur yang harus dimiliki
untuk dapat mencapai output yang diinginkan. Seperti yang diutarakan oleh
Loudon dan Loudon (2004) dikutip dalam Sukoco (2007) mengatakan bahwa
perubahan dari input menjadi output yang diinginkan dilakukan pada saat
pemrosesan yang melibatkan metode dan prosedur dalam sistem. Apabila suatu
79
proses dijalankan dengan menggunakan metode dan prosedur yang baik, makan
proses pelayanan antenatal dapat berjalan dengan baik.
Hasil dari wawancara dengan ibu hamil yang sudah pernah
memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Ciputat Timur sebagian besar dari
mereka mengatakan bahwa proses pemeriksaan kehamilan di dalam ruangan
KIA berjalan dengan cepat, akan tetapi yang menjadi keluhan adalah lama waktu
tunggu pendaftaran pada loket yang cukup lama. Lamanya antrian pada loket
membuat pasien sedikit kecewa terhadap pelayanan Puskesmas Ciputat Timur.
Penyebab lamanya proses pendaftaran di loket dikarenakan semua jenis
pasien diantaranya pasien BPJS, pasien umum, serta pembuatan rujukan masih
di proses pada loket yang sama, sehingga petugas loket tidak dapat memberikan
pelayanan yang cepat. Pemecahan masalah tersebut dapat diatasi dengan
membedakan loket pendaftara bagi pasien BPJS, pasien umum, serta pembuatan
rujukan.
D. Output
Output yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data cakupan
pelayanan antenatal Puskesmas Ciputat Timur. Berdasarkan data yang didapat
diketahui bahwa data pelayanan K4-K1 mencapai 71% ibu hamil dengan target
1323. Terjadinya suatu penurunan pada tahun 2014, yang mana berdasarkan data
laporan tahunan tahun 2014 didapatkan data pelayanan K4-K1 atau Antenatal
Care hanya mencapai angka 58% dari 1471 ibu hamil yang ditargetkan (Laporan
Tahunan PKM Ciputat Timur 2013 dan 2014). Pencapaian tersebut berbading
80
terbalik dengan target yang diinginkan pemerintah, pemerintah setiap tahunnya
menargetkan yaitu pencapaian pelayanan antenatal setiap tahunnya harus terus
meningkat, akan tetapi capaian yang didapatkan Puskesmas Ciputat timur
mengalami penurunan pada tahun 2013 dan 2014.
Menurut Hatry yang dikutip dalam Tjandra (2006), output adalah jumlah
barang atau jasa yang berhasil diserahkan kepada konsumen (diselesaikan)
selama periode pelaporan. Dengan rendahnya hasil cakupan yang diperoleh
Puskesmas Ciputat Timur, Puskesmas sudah seharusnya meningkatkan cakupan
terhadap pelayanan antenatal ke masyarakat supaya dapat meningkatkan ibu
hamil sehat sehingga dapat mencegah kematian ibu pada saat melahirkan.
Gusti (2008) mengatakan bahwa output adalah barang atau jasa yang
dihasilkan secara langsung dari pelaksanaan kegiatan berdasarkan input yang
digunakan. Bagusnya pencapaian output tidak lepas dari baiknya input yang
dimiliki, begitu juga sebaliknya apabila input yang dimiliki tidak baik makan
output yang dihasilkan akan tidak baik juga.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketidak tercapaiannya pelayanan
antenatal sesuai dengan target yang sudah ditetapkan dapat dikarenakan input
masih kurang baik, diantaranya yaitu: Sikap sebagian petugas yang tidak ramah
kepada pasien, belum bagusnya fasilitas USG yang dimiliki Puskesmas. Selain
kurang baiknya input yang dimiliki, proses pendaftaran yang lama dalam sistem
pendaftaran juga dapat mempengaruhi rendahnya capaian pelayanan antenatal,
kemudian program koin kepuasan yang untuk mengetahui seberapa jauh
kepuasan pasien terhadap pelayanan yang telah diberikan masih belum berjalan
81
secara efektif, sehingga pihak Puskesmas kurang optimal dalam memperbaiki
kekurangan-kekurangan dari pelayanan sebelumnya.
E. Pengawasan
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan diketahui bahwa kepala
Puskesmas Ciputat Timur melakukan pengawasan kerja karyawan setiap
harinya, kemudian setiap satu minggu sekali Puskesmas melakukan kegiatan
lokbul setelah jam pelayanan selesai, yang bertujuan untuk mengevaluasi setiap
kegiatan yang sudah dilakukan.
Fungsi pengawasan bertujuan agar penggunaan sumber daya dapat lebih
diefisienkan, dan tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan program dapat lebih
diefektifkan (Muninjaya, 2004). Pengawasan yang dilaksanakan dengan tepat
akan memberikan manfaat, antara lain:
a. Dapat mengetahui sejauh mana kegiatan program sudah dilaksanakan
oleh staf, apakah sesuai dengan standar atau rencana kerja, apakah
sumber dayanya (staf, sarana dan sebagainya) sudah digunakan
dengan sesuai dengan yang telah ditetapkan.
b. Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf dalam
melaksanakan tugas-tugasnya.
c. Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya lainnya mencukupi
kebutuhan dan telah dimanfaatkan secara efisien.
d. Dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan.
e. Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan,
dipromosikan atau diberikan pelatihan lanjutan (Muninjaya, 2004).
82
Melihat masih rendahnya cakupan pelayanan antenatal Puskesmas
Ciputat Timur, sudah sepantasnya kepala Puskesmas memberikan pengawan dan
perhatian lebih terhadap pelaksanaan pelayanan antenatal dengan tujuan agar
seluruh ibu hamil yang ada di dalam cakupan kerja Puskesmas Ciputat Timur
mendapatkan pelayanan yang maksimal dari Puskesmas.
F. Umpan Balik
Dalam upaya untuk mendapatkan umpan balik dari pasien terhadap
pelayanan yang telah diberikan oleh pihak Puskesmas, Puskesmas Ciputat Timur
memiliki sistem koin kepuasan pasien. Koin kepuasan pasien tersebut bertujuan
untuk dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dibanding pelayanan yang
telah diberikan terdahulu. Upaya yang telah dilakukan oleh Puskesmas Ciputat
Timur untuk mendapatkan umpan balik didukung oleh penyataan Sukoco (2007)
mengenai manfaat dilakukannya proses umpan balik, yaitu pemberian umpan
balik mutlak diperlukan oleh sebuah sistem, karena hal tersebut akan membantu
organisasi untuk mengevaluasi dan memperbaiki sistem yang ada sekarang
menjadi lebih baik.
Sistem penilaian koin kepuasan pasien dilakukan setiap hari setelah jam
pelayanan selesai. Penghitungan koin kepuasan tersebut dilakukan oleh petugas
bagian administrasi. Hasil dari catatan koin kepuasan yang dikumpulkan setiap
hari tersebut kemudian di bahas pada kegiatan lokbul, yang mana kegiatan
lokbul tersebut dilakukan pada setiap hari jum’at setelah jam pelayanan selesai.
Jika ditemukannya tingkat ketidak puasan yang tinggi, maka dalam kegiatan
83
tersebut akan dilakukannya pembahasan mengenai permasalahan mengapa
banyak pasien yang merasa tidak puas serta membahas bagaimana solusinya.
Setelah dilakukannya telaah dokumen, diketahui bahwa masih adanya
kolom penghitungan kepuasan yang tidak terisi, hal tersebut dikarenakan sistem
koin kepuasan tidak berjalan. Proses dari sistem koin kepuasan ini yaitu dimulai
dari petugas memberikan koin kepada pasien yang telah selesai menerima
pelayanan kemudian pasien memasukkan koin tersebut kedalam kotak yang
telah disediakan di dekat pintu disetiap ruang pelayanan termasuk loket, serta
ruang pelayanan lainnya. Apabila kegiatan penghitungan koin kepuasan tersebut
tidak dilaksanakan setiap hari, maka akan mempersulit pihak Puskesmas untuk
mengetahui sejauh mana hasil dari pelayanan yang diberikan kepada pasien.
Pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan Uripni (2002) mengenai umpan
balik, yaitu umpan balik merupakan hasil atau akibat yang berbalik guna bagi
rangsangan atau dorongan untuk bertindak lebih lanjut atau merupakan
tanggapan langsung dari pengamatan sebagai hasil kelakuan individu terhadap
individu lain.
Puskesmas dalam hal ini sudah sebaiknya untuk meningkatkan kerja
sistem koin kepuasan yang digunakan untuk mengetahui umpan balik dari
pasien. Meningkatkan kerja sistem koin kepuasan ini bertujuan untuk dapat
mengetahui sejauh mana kepuasan pasien terhadap pelayanan yang telah
diberikan oleh pihak Puskesmas.
Berhasilnya atau tidaknya suatu program dapat ditentukan oleh baik atau
tidaknya sistem yang dimiliki. Sistem yang dimaksud dalam hal ini adalah input,
proses, output, pengawasan, serta umpan balik. Komponen utama yang
84
mempengaruhi tercapainya sauatu output atau tidak adalah input, setelah
tersedianya input dengan baik maka akan mempermudah proses pelaksanaan
program tersebut, dengan berjalannya suatu proses dengan baik, makan output
yang dihasilkan pun akan baik. Selain komponen input, pengawasan dari atasan
juga dapat mempengaruhi hasil yang didapatkan, dengan adanya pengawasan
yang diberikan yaitu mulai dari mengawasi pada komponen input, proses, serta
output, akan mempermudah jalannya suatu sistem. Umpan balik dalam suatu
sistem akan sangat membantu dalam memperbaiki input yang telah dimiliki,
karena dengan diadakannya kegiatan umpan balik maka kekurangan yang ada
pada input dapat diketahui dan diperbaiki.
85
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Gambaran Input Dalam Pelaksanaan Pelayanan Antenatal Care Di
Puskesmas Ciputat Timur.
a. Sumber Daya Manusia (SDM)
1) Kuantitas
Jumlah SDM yang dimiliki puskesmas sebanyak sembilan
orang, dan sudah memnuhi standar minimal bidan dalam buku
pedoman Puskesmas mampu PONED.
2) Kualitas
a) Pendidikan
Jumlah tenaga kesehatan ibu dan anak yang dimiliki
Puskesmas Ciputat Timur yang berpendidikan D4 yaitu
berjumlah satu orang, dan petugas yang berpendidikan D3
berjumlah delapan orang.
b) Tindakan Pelayanan
Cara petugas melakukan pemeriksaan sudah bagus, bidannya
seperti baru-baru mengerti dan sebagian besar tugasnya
dilakukan oleh anak sekolah yang sedang praktek lapangan.
86
c) Sikap
Petugas Puskesmas bersikap ramah dalam memberikan
pelayanan, dan juga ada sebagian petugas yang bersikap tidak
ramah kepada pasien.
b. Fasilitas
Fasilitas pelayanan antenatal yang dimiliki Puskesmas Ciputat Timur
sudah cukup baik dan lengkap dan juga sudah sesuai dengan standar
fasilitas yang tercantum di dalam SOP Dinas Kesehatan Kota Tangerang
Selatan.
c. Sumber Dana
Pembiayaan dalam menjalankan pelayanan antenatal di Puskesmas
Ciputat Timur tidak memiliki kendala, dikarenakan semua pembiayaan di
biayai oleh pemerintah daerah.
d. Kebijakan/SOP
Kebijkan mengenai pelayanan antenatal Puskesmas menggunakan
kebijakan dari Kementerian Kesehatan dan juga Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan dan juga kebijakan Puskesmas itu sendiri, diantaranya
adalah jam operasional kerja. Sistem pelayanan antenatal Puskesmas
Ciputat Timur mengacu kepada buku pedoman antenatal terpadu yang di
terbitkan oleh Kementerian Kesehatan.
2. Gambaran Proses Dalam Pelaksanaan Pelayanan Antenatal Care Di
Puskesmas Ciputat Timur.
Sistem alur pelayanan antenatal sesuai dengan alur pelayanan yang
ada di dalam buku pedoman antenatal terpadu Kementerian Kesehatan.
87
Proses pelayanan pemeriksaan antenatal berjalan dengan cepat, namun
proses pada loket pendaftaran berjalan lama. Puskesmas juga melakukan
kunjungan kerumah bagi ibu hamil yang tidak memeriksakan kehamilannya.
3. Gambaran Output Dalam Pelaksanaan Pelayanan Antenatal Care Di
Puskesmas Ciputat Timur.
Ketidak tercapaiannya pelayanan antenatal sesuai dengan target yang
sudah ditetapkan dapat dikarenakan input masih kurang baik, diantaranya
yaitu: Sikap sebagian petugas yang tidak ramah kepada pasien, belum
bagusnya fasilitas USG yang dimiliki Puskesmas. Selain kurang baiknya
input yang dimiliki, proses pendaftaran yang lama dalam sistem pendaftaran
dapat mempengaruhi rendahnya capaian pelayanan antenatal, kemudian
program koin kepuasan yang untuk mengetahui seberapa jauh kepuasan
pasien terhadap pelayanan yang telah diberikan masih belum berjalan secara
efektif, sehingga pihak Puskesmas kurang optimal dalam memperbaiki
kekurangan-kekurangan dari pelayanan sebelumnya.
4. Gambaran Pengawasan Dalam Pelaksanaan Pelayanan Antenatal Care Di
Puskesmas Ciputat Timur.
Kepala Puskesmas Ciputat Timur melakukan pengawasan kerja
karyawan, kemudian setiap satu minggu sekali Puskesmas melakukan
kegiatan lokbul setelah jam pelayanan selesai, yang bertujuan untuk
mengevaluasi setiap kegiatan yang sudah dilakukan.
88
5. Gambaran Umpan Balik Dalam Pelaksanaan Pelayanan Antenatal Care Di
Puskesmas Ciputat Timur.
Puskesmas Ciputat Timur menggunakan sistem koin kepuasan pasien,
hasil dari catatan koin kepuasan yang dikumpulkan setiap harinya, kemudian
di bahas pada kegiatan lokbul.
B. Saran
1. Saran Untuk Dinas Kota Tangerang Selatan
Memperbaiki SOP yang telah dibuat untuk tujuan untuk
mempermudah petugas dalam memahami dan menjalankan sistem pelayanan
yang sesuai dengan standar yang telah dibuat.
2. Saran Untuk Puskesmas Ciputat Timur
a. Kepala Puskesmas serta pemegang program KIA sudah sebaiknya
lebih menekankan kepada karyawan untuk bersikap lebih ramah lagi
kepada setiap pasien, bisa dengan cara memberikan pelayanan
pelayanan prima kepada setiap petugas.
b. Memperbaiki sarana dan prasarana penunjang pelayanan kesehatan
terutama pelayanan antenatal seperti meningkatkan kualitas USG.
c. Puskesmas sebaiknya memiliki SOP sendiri akan tetapi tetap merujuk
kepada SOP yang dibuat oleh Dinas Kesehatan, agar dapat
mempermudah dalam melaksanakan pelayanan antenatal.
d. Membedakan loket pendaftaran bagi pasien BPJS, pasien umum, serta
pembuatan rujukan, sehingga proses pelayanan di loket dapat
berjalan dengan cepat.
89
e. Meningkatkan kerja sistem koin kepuasan yang bertujuan untuk dapat
mengetahui sejauh mana kepuasan pasien terhadap pelayanan yang
telah diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Atmoko, Tjipto. 2010. Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah.
Ayuningtyas, Dumilah. 2014. Kebijakan Kesehatan: Prinsip dan Praktik. Jakarta: RajaGrafindo
Persada.
Azwar, Azrul. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan. Tangerang: Bina Rupa Aksara.
Departemen Kesehatan RI. 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Dian, Prihatini Lilis. 2008. Tesis : Analisis Hubungan Beban Kerja Dengan Stress Kerja Perawat
di Tiap Ruang Rawat Inap RSUD Sidkalang. Diakses dari www.respiratory.usu.ac.id
pada 31 Mei 2015.
Dierjen Bina Kesehatan Masyarakat. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. Jakarta:
Kementerian Kesehatan.
Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan
Anak (PWS KIA). Jakarta: Kementrian kesehatan.
Djaali dan Pudji Mulyono. 2007. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan.
Direktorat Bina Kesehatan Ibu. 2010. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu
dan Anak. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Efendi, Ferri. Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Ermiati, Cut dan Teridah Sembiring. Pengaruh Fasilitas Dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Studi Kasus Ptpn Ii Kebun Sampali
Medan. Darma Agung.
Griffin, Ricky. 2004. Manajemen. Jakarta: Erlangga.
Gunarsa, Singgih D. Gunarsa, Ny. Singgih D. 2008. Psikologi perawatan. Jakarta: Gunung
Mulia.
Gusti, I Agung Rai. 2008. Audit Kinerja Pada Sektor Publik: Konsep, Praktik, dan Studi Kasus.
Jakarta: Salemba Empat.
Isjoni, H. 2006. Pendidikan Sebagai Investasi Masa Depan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Ismaniar, Nur Inayah dkk. 2013. Analisis Perilaku Konsumen Terhadap Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan Antenatal Care di Puskesmas Antara Kota Makassar. Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Ivancevich, John M. et al. 2007. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Erlangga.
Kementrian Kesehatan RI.2013 Profil Kesehatan Indonesia 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan
RI.
Kantor Utusan Khusus Presiden Republic Indonesia Untuk Millenium Development Goals.
Meningkatkan Kesehatan Ibu. http://indonesiamdgs.org/articles/view/mdg-5-
meningkatkan-kesehatan-ibu-1. Diakses pada 27 Desember 2014.
Kurikulum Pelatihan Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS.
Laporan Pencapaian MDGs Tahun 2010.
Laporan Tahunan Puskesmas Ciputat Timur tahun 2013.
Laporan Tahunan Puskesmas Ciputat Timur tahun 2014.
Laporan RISKESDAS tahun 2013.
Manuaba, I.B.G, dkk. 2003. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2000. Kepanitraan Klinik Obstetri dan Ginekologi. Jakarta EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
Untu Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Manuaba, Ida Ayu Chandranita, dkk. 2006. Buku Ajar Patologi Obstetric Untuk Mahasiswa
Kebidanan. Jakarta: EGC.
Muninjaya, Gde. 2004. Manajemen Kesehatan, Edisi 2. Jakarta: EGC.
Mardiyoko, Ibnu. 2008. Skripsi: Hubungan Kualifikasi Petugas Penerimaan Pasien Baru Rawat
Jalan Dalam Kualitas Pelayanan di RS Bethesda Yogyakarta. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah.
Nadesul, Hendrawan. Cara Sehat Selama Hamil. Puspa Suara.
Nogi, Hessel S. Tangkilisan. 2007. Manajemen Publik. Jakarta: Grasindo.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-Prinsip Dasar). Jakarta:
Rineka Cipta.
Profil kesehatan Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2014.
Puas, Romadhan. Dkk. 2012. Jurnal: Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Mutu Pelayanan
Keperawatan di Instalasi RawatInap Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Daya
Makassar. Volume 1 nomor 1. ISSN: 2302-2531.
Raco, J.R. Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya, Grasindo,
Jakarta, 2010.
Rangkuti, Freddy. 2006. Measuring Customer Satisfaction. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Saminem. 2006. Kehamilan Normal: Seri Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.
Sukoco, Badri M. 2007. Manajemen Administrasi Perkantoran Modern. Erlangga.
Syafrudin dan Hamidah. 2007. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.
Somantri, Gumilar Rusliwa. 2005. Memahami Metode Kualitatif. Universitas Indonesia. Depok.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan: Bagian I –
Ilmu Pendidikan Teoritis. Imperial Bhakti Utama.
Tjandra, W. 2006. Riawan. Hukum Keuangan Negara. Jakarta: Grasindo.
Uripni, Christina Lia. dkk. 2002. Komunikasi Kebidanan. Jakarta: EGC.
Pedoman Puskesmas Mampu PONED.
Peraturan Pemerintah no 46 Tahun 2014 Tentang Sistem Informasi Kesehatan.
Peraturan Menteri Kesehatan No 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
Profil Puskesmas Ciputat Timur Tahun 2014.
Pusat Data dan informasi. 2006. Glosarium Data dan Informasi Kesehatan. Jakarta: Depkes RI.
Wibisono, Hermawan dan Ayu Bulan Feby Kurnia Dewi. 2009. Solusi Sehat Seputar Kehamilan.
Jakarta: AgroMedia Pustaka .
Yulaikhah, Lily. 2006. Kehamilan: Seri Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.
Lampiran:
1. Matriks hasil wawancara dengan pemberi pelayanan (Puskesmas)
Pertanyaan Kepala TU Pemegang Program KIA Kesimpulan
1. SDM
Persediaan SDM KIA di
Puskesmas pada saat ini.
Perlu ditambah sekitar dua orang
lagi. Petugasnya ada sembilan
orang. Ada yang bertugas diluar
gedung dan ada juga yang
bertugas didalam gedung, dan
jaga malam,
Ada yang bertugas di dalam dan
luar gedung. Dan ada yang jaga
malam. Tidak memiliki dokter
spesialis kandungan.
Menurut kepala TU jumlah
SDM yang dimiliki
puskesmas sebanyak
sembilan orang, dan di
perlukannya penambahan
sekitar dua orang lagi. Kedua
responden mengatakan
bahwa kegiatan di program
KIA yaitu ada kegiatan di
luar gedung, didalam gedung
dan yang bertugas dimalam
hari. Pemegang program
KIA mengatakan bahwa
Puskesmas tidak memiliki
dokter spesialis kandungan.
2. fasilitas
Persediaan fasilitas yang
dimiliki Puskesmas pada
saat ini dalam
melaksanakan pelayanan
antenatal.
Sudah cukup baik dan lenkap,
Puskesmas juga sudah memiliki
USG.
Sudah lengkap, timbangan badan,
tempat tidur dan USG.
Informan mengatakan bahwa
fasilitas pelayanan antenatal
yang dimiliki Puskesmas
Ciputat Timur sudah cukup
baik dan lengkap dan juga
sudah memiliki USG.
3. Sumber Dana
Persediaan dana yang
dimiliki Puskesmas untuk
menjalankan pelayanan
antenatal.
Tidak ada masalah. Dana dari
pemerintah daerah, sistemnya
kita ngajuin dana berdasarkan
kegiatan apa yang ingin kita
lakukan pada tahun tersebut.
Tidak ada masalah dana, semua
dana yang dibutuhkan dibiayai
oleh pemerintah.
Informan mengatakan bahwa
tidak adanya permasalahan
dana yang dihadapi Puskesmas
Ciputat Timur dalam
menjalankan pelayanan
antenatal, dikarenakan semua
pembiayaan di biayai oleh
pemerintah daerah.
4. Kebijakan dan SOP
a. Tentang kebijakan
yang dikeluarkan
dalam pelaksanaan
antenatal care.
Mengikuti kebijakan yang ada
dari Kementerian Kesehatan dan
juga Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan. Puskesmas
Tidak ada permasalahan
mengenai kebijakan.
Kepala TU menagatakan
bahwa kebijkan mengenai
pelayanan antenatal Puskesmas
menggunakan kebijakan dari
juga memiliki kebijakan sendiri,
seperti kebijakan waktu kerja.
Kementerian Kesehatan dan
juga Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan dan juga
kebijakan Puskesmas itu
sendiri. Pemegang program
KIA mengatakan bahwa tidak
ada permasalahan mengenai
kebijakan pelaksanaan
pelayanan antenatal.
b. Mengenai SOP yang
dikeluarkan oleh
Dinas Kota
Tangerang Selatan
terkait pelayanan
antenatal.
SOP Dinkes belum terlalu rinci,
masih seperti gambaran
umumnya saja.
SOP dari Dinkes tidak kita begitu
di pergunakan, tetapi Puskesmas
menggunakan buku panduan
antenatal terpadu dari Kemenkes.
SOP Dinkes masih belum jelas.
Kepala TU mengatakan bahwa
SOP yang di buat oleh Dinas
Kesehatan Kota Tangerang
Selatan belum terlalu rinci dan
masih seperti gambaran
umumnya saja, sedangkan
menurut pemegang program
KIA SOP Dinkes masih belum
jelas. Sistem pelayanan
antenatal Puskesmas Ciputat
Timur mengacu kepada buku
pedoman antenatal terpadu
yang di terbitkan oleh
Kementerian Kesehatan.
5. Proses
Sistem alur pelayanan
antenatal di Puskesmas
Ciputat Timur.
Pasien dimulai dari mengambil
nomor antrian di loket,
kemudian mereka di panggil
berdasarkan nomor untuk
pendataan mengenai data diri,
kemudian pasien diberikan
nomor antrian poli KIA, setelah
rekam medis diantar ke ruang
KIA, kemudian pasien dipanggil
berdasarkan nomor urutan
mereka, setelah itu dilakukan
pemeriksaan, kemudian pasien
bisa mengambil obat atau kalau
tidak ada obat yang diperlukan,
pasien dapat langusng kembali
kerumah.
Mengikuti yang ada pada
panduan antenatal care terpadu
dari Kemenkes. Melakukan
kunjungan kerumah ibu yang
tidak memeriksakan
kehamilannya.
Dari penjelasan kepala TU dan
pemegang program KIA,
sistem alur pelayanan antenatal
sesuai dengan alur pelayanan
yang ada di dalam buku
pedoman antenatal terpadu
Kementerian Kesehatan.
Puskesmas juga melakukan
kunjungan kerumah ibu yang
tidak memeriksakan
kehamilannya.
6. Pengawasan
Sistem pengawasan yang
diberikan terhadap
pelaksanaan program
KIA khusus nya
pelayanan antenatal.
Biasanya pagi ngawas kerja
karyawan-karyawan sampai jam
10. Kemudian setiap hari jum’at
melakukan lokbul, fungsinya
untuk mengevaluasi setiap
kegiatan yang sudah dilakukan.
Pengawasan sehari-hari kepala
Puskesmas sekedar melihat-lihat.
Ada lokbul seminggu sekali.
Kedua informan mengatakan
bahwa kepala Puskesmas
Ciputat Timur melakukan
pengawasan kerja karyawan,
kemudian setiap satu minggu
sekali Puskesmas melakukan
kegiatan lokbul setelah jam
pelayanan selesai, yang
bertujuan untuk mengevaluasi
setiap kegiatan yang sudah
dilakukan.
7. Umpan Balik
Tindak lanjut terhadap
koin kepuasan pasien.
Setiap seminggu sekali ada
evaluasi jika banyak koin yang
tidak puas.
Koin-koin tersebut di evaluasi
pada lokbul setiap seminggu
sekali.
Hasil dari catatan koin
kepuasan yang dikumpulkan
setiap harinya, kemudian di
bahas pada kegiatan lokbul,
kemudian memperbaiki
pelayanan apabila banyak
pasien yang merasa tidak puas.
2. Matriks hasil wawancara dengan ibu hamil yang melakukan pemeriksaan rajin (4 kali)
Pertanyaan Ibu Hamil Kesimpulan
R1 R2 R3 R4
1. SDM
a. Cara petugas
melakukan
pemeriksaan
Sepertinya
bidannya baru-
baru, seperti
kurang begitu
mengerti. Banyak
asisten-asistennya
seperti anak-anak
magang. Yang
melakukan tensi
anak-anak magang.
Bidannya hanya
melakukan
pencatatan-
pencatatan.
Bidannya bagus.
Setiap periksa ke
puskesmas selalu di
periksa HB oleh
bidan.
Bidannya bagus,
bidannya selalu
ada di tempat.
Bidannya bagus,
bekerja dengan
cepat, tidak lama.
Sebagian besar
informan
mengatakan
bahwa cara
petugas
melakukan
pemeriksaan
sudah bagus,
namun ada
informan yang
mengatakan
bahwa bidannya
seperti baru-baru
tau dan sebagian
besar tugasnya
dilakukan oleh
anak magang.
Kemudian ada
b. Sikap petugas
Sikap bidannya
ramah, bidan yang
keliatan seperti
sudah senior
kelihatan jutek.
Petugasnya baik,
tidak jutek,
dikarenakan setiap
periksa dengan
bidan yang baik.
Biasanya ada yang
jutek.
Baik, tetapi ada
yang jutek.
informan yang
mengatakan
bahwa petugas
selalu ada di
tempat dan
bekerja dengan
cepat.
Sebagian besar
informan
mengatakan
bahwa petugas di
Puskesmas
bersikap baik,
akan tetapi ada
juga sebagian
petugas yang
bersikap tidak
ramah kepada
pasien.
2. Fasilitas
Peralatan yang
dimiliki oleh
Puskesmas Ciputat
Timur.
Peralatannya
lengkap. USG nya
masih yang dua
dimensi.
USG nya yang
masih kurang bagus.
Peralatannya ada.
Lahiran Caesar
tidak bisa di
Puskesmas
dikarenakan
peralatan tidak
memadai.
Peralatannya sudah
lengkap. Untuk
lahiran caesar di
Puskesmas tidak
bisa.
Seluruh informan
mengatakan
bahwa peralatan
yang dimiliki
sudah lengkap,
akan tetapi
sebagian
responden
mengatakan
bahwa USG yang
dimiliki
Puskesmas belum
begitu bagus
kualitasnya.
Kemudian
sebagian
responden
mengatakan
bahwa lahiran
Caesar tidak bisa
dilakukan di
Puskesmas karena
peralatan yang
tidak memadai.
3. Proses
Proses pelayanan
pemeriksaan selama
melakukan
pemeriksaan
kehamilan.
Pemeriksaannya
hanya sekitar lima
menit. Tetapi
mengantrinya yang
lama.
Lama pada saat
mengantrinya.
Periksa itu hanya
sebentar.
Antrianya yang
lama.
Padahal periksanya
cepat, ngantrinya
yang lama sekali.
Seluruh informan
mengatakan
bahwa proses
pelayanan di
Puskesmas lama
pada saat
mengantri, akan
tetapi pemeriksaan
di dalam ruangan
berjalan dengan
cepat.
3. Matriks hasil wawancara dengan ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kurang (1 kali)
Pertanyaan Ibu Hamil Kesimpulan
K1 K2 K3 K4
1. SDM
a. Penampilan
petugas.
b. Cara petugas
melakukan
pemeriksaan.
Penampilan
petugasnya bagus,
rapih.
Bidannya bagus
kerjanya, tetapi
ilmunya lebih
tinggi dokter
kandungan, oleh
karena itu saya
lebih memilih
untuk periksa di
tempat peraktik
swasta.
Penampilannya
bagus-bagus.
Petugasnya bagus.
Penampilan
bidannya bagus.
Bidannya baik.
Penampilan bidan
nya bagus, terlihat
rapih.
Melakukan
pemeriksaan bagus.
Seluruh informan
mengatakan
bahwa
penampilan
petugas sudah
bagus.
Sebagian besar
informan
mengatakan
bahwa cara bidan
melakukan
pemeriksaan
sudah bagus, akan
tetapi ada satu
informan yang
lebih percaya
terhadap kinerja
c. Sikap petugas
Petugas ditempat
saya periksa lebih
baik dibandingkan
dengan petugas
puskesmas sini,
soalnya ada
terauma, petugas
Puskesmas jutek.
Ada bidan yang
baik dan ada bidan
yang jutek.
Kemarin saya di
periksa dengan
bidan yang jutek.
Saya pernah di
periksa sama bidan
yang jutek.
dokter kandungan
sehingga
membuat
informan tersebut
memeriksakan
kehamilannya di
tempat praktik
swasta.
Sebagian
informan
mengatakan
bahwa pernah
diperiksa oleh
petugas yang
jutek atau tidak
ramah, dan ada
juga informan
yang mengatakan
bahwa ada juga
yang baik.
Kemudian ada
informan
mengatakan
bahwa petugas
ditempat beliau
periksa lebih baik
dibandingkan
dengan petugas
Puskesmas.
2. Fasilitas
Peralatan yang
dimiliki oleh
Puskesmas Ciputat
Timur
Di puskesmas USG
juga belum ada.
USG di puskesmas
juga tidak jelas.
Peralatannya
lengkap, terus ada
USG nya juga,
walaupun USG nya
tidak begitu jelas.
Peralatannya cukup
lengkap, hanya saja
Puskesmas USG
nya kurang bagus.
Peralatannya ada,
ada USG nya juga.
Sebagian besar
responden
mengatakan
peralalatan di
Puskesmas sudah
lengkap, akan
tetapi USG yang
dimiliki masih
kurang bagus
kualitasnya.
3. Proses.
Proses pelayanan
pemeriksaan selama
melakukan
pemeriksaan
kehamilan.
Prosesnya cepat,
Menunggu di loket
yang cukup lama.
Ngantrinya lama
sekali.
Lamanya di loket.
Nunggu di loketnya
lama sekali.
Seluruh informan
mengatakan
bahwasanya
proses yang lama
ada pada
pendaftaran di
loket.
4. Matriks hasil wawancara dengan ibu hamil yang tidak pernah melakukan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Ciputat Timur.
Pertanyaan Ibu Hamil Kesimpulan
T1 T2 T3 T4
1. Alasan
Alasan ibu tidak
memeriksaan
kehamilan ke
Puskesmas Ciputat
Timur.
Karena di dokter
lebih teliti.
Petugas
puskesmasnya
katanya galak-
galak.
Pelayanan
Puskesmas jelek
sekali.
Lumayan jauh
jarak Puskesmas
nya dari rumah.
Sebagian
responden
mengatakan
bahwa pelayanan
puskesmas tidak
baik, terkhusus
pada petugas dan
fasilitasnya.
Kemudian ada
responden yang
lebih memilih ke
peraktek dokter
swasta dan ada
juga yang
beralasan
dikarenakan jarak
antara rumah
dengan
puskesmas cukup
jauh.
2. Tempat Periksa
Tempat melakukan
pemeriksaan
kehamilan selama
ini.
Saya periksanya di
praktek dokter di
daerah Pondok
Ranji.
Ke praktek bidan di
daerah sini.
Di di dekat sini ada
praktek bidan.
Di dekat sini ada
peraktek dokter
kandungan.
Sebagian
informan ada
yang lebih
memilih praktek
dokter, da nada
juga sebagian
yang memilih
praktek bidan.
3. SDM
a. Penampilan
petugas di
tempat periksa
Penampilannya
rapih.
Petugasnya rapih,
bersih, dan
penampilannya
enak dilihat.
Penampilannya
bersih, bajunya
juga rapih.
Dokternya rapih,
pake jas dokter,
terus bersih.
Informan
mengatakan
bahwa
penampilan
petugas di tempat
mereka priksa
rapih dan bersih.
b. Cara petugas
melakukan
pemeriksaan.
c. Sikap petugas
Perawatannya
bagus.
Alhamdulillah
ramah-ramah.
Petugasnya
melayani dengan
baik.
Bidannya ramah-
ramah.
Pemeriksaannya
bagus.
Petugasnya baik-
baik, mudah
senyum, ramah,
dan enak buat
diajak konsultasi.
Petugasnya baik,
melayaninya bagus.
Ramah, bisa diajak
berbincang-
bincang.
Informan
mengatakan
bahwa cara
petugas
melakukan
pemeriksaan
dilakukan dengan
baik.
Seluruh informan
mengatakan
bahwa petugasnya
memiliki sikap
yang ramah dan
baik.
4. Fasilitas
Peralatan yang
dimiliki oleh tempat
Perlatan disana
lengkap.
Lengkap
peralatannya, kalau
di Puskesmas
Kalau menurut
saya bagus,
lengkap.
Lengkap sekali
disitu.
Menurut
informan, fasilitas
yang dimiliki oleh
ibu memeriksakan
kehamilannya.
katanya USG nya
kurang bagus.
tempat mereka
periksa kehamilan
sudah lengkap
dan bagus.
LEMBAR OBSERVASI
PELAKSANAAN PROGRAM PELAYANAN ANTENATAL
NO KETERANGAN YA TIDAK
1. Adanya pedoman maupun SOP pelayanan antenatal √
2. Adanya peralatan pemeriksaan kehamilan yang sesuai
dengan SOP Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan
berfungsi dengan baik.
√
3. Adanya tenaga kesehatan poli untuk memberikan pelayanan
antenatal terpadu sesuai standar.
√
4. Adanya informasi sistem dan tempat rujukan bagi masing-
masing kasus dalam pelaksanaan pelayanan antenatal
terpadu.
√
5. Adanya pedoman pelaksanaan program terkait dengan
pelayanan Antenatal terpadu.
√
6. Menggunakan pedoman pelaksanaan program terkait dalam
menyelenggarakan pelayanan antenatal terpadu.
√
7. Memberikan pelayanan dan konseling kesehatan termasuk
gizi.
√
8. Melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan
tepat waktu bila diperlukan.
√
9. Melakukan Tatalaksana/penanganan Kasus (melakukan
rujukan apabila kasus tidak dapat ditangani)
√
10. Melakukan KIE efektif √
11. Melakukan anamnesa:
a. Menanyakan keluhan atau masalah yang dirasakan
oleh ibu saat ini.
√
b. Menanyakan tanda-tanda penting yang terkait dengan
masalah kehamilan dan penyakit yang kemungkinan
diderita ibu hamil
√
c. Menanyakan status kunjungan (baru atau lama),
riwayat kehamilan yang sekarang, riwayat kehamilan
dan persalinan sebelumnya dan riwayat penyakit yang
diderita ibu.
√
d. Menanyakan status imunisasi Tetanus Toksoid. √
e. Menanyakan jumlah tablet Fe yang dikonsumsi. √
f. Menanyakan obat-obat yang dikonsumsi seperti:
antihipertensi, diuretika, anti vomitus, antipiretika,
antibiotika, obat TB, dan sebagainya.
√
g. Di daerah risiko tinggi IMS, tanyakan gejala IMS dan
riwayat penyakit pada pasangannya. Informasi ini
penting untuk langkahlangkah penanggulangan
penyakit menular seksual.
√
h. Menanyakan pola makan ibu selama hamil yang
meliputi jumlah, frekuensi dan kualitas asupan
makanan terkait dengan kandungan gizinya.
√
i. Menanyakan kesiapan menghadapi persalinan dan
menyikapi kemungkinan terjadinya komplikasi dalam
kehamilan
√
12. Pencatatan pelayanan antenatal terpadu menggunakan
formulir yang sudah ada yaitu :
a. Kartu Ibu atau rekam medis lainnya yang disimpan di
fasilitas kesehatan
√
b. Register kohort ibu, merupakan kumpulan data-data
dari kartu ibu.
√
c. Buku KIA (dipegang ibu). √
d. Pencatatan dari program yang sudah ada (Catatan dari
Imunisasi, dari Malaria, gizi, KB, TB, dll)
√
13. Pelaporan pelayanan antenatal terpadu menggunakan
formulir pelaporan yang sudah ada, yaitu :
a. Pws kia √
b. Pws imunisasi √
LEMBAR OBSERVASI BENTUK PEMERIKSAAN
No Jenis
Pemeriksaan
K1 K2 K3 K4
Standar Hasil
observasi
Standar Hasil
observasi
Standar Hasil
observasi
Standar Hasil
observasi
1 Tekanan
darah
√ √ √ √ √ √ √ √
2 Timbang
berat badan
√ √ √ √ √ √ √ √
3 LILA √ √
4 TFU √ √ √ √ √ √ √ √
5 Presentasi
janin
√ √
6 DJJ √ √ √ √ √ √ √ √
7 Pemberian
tablet besi
√ √
8 Pemberian
imunisasi
TT
√ √
9 Pemeriksaan
HB
√ √ √ √
10 Cek
golongan
darah
√ √
11 Cekprotein
pada urin
√ √ √ √ √ √
12 Cek kadar
gula darah
√ √
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
ANALISIS PELAYANAN ANTENATAL (K1-K4)
DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR TERHADAP KEPALA PUSKESMAS
1. Bagaimana pendapat anda terkait persediaan SDM KIA di Puskesmas pada saat ini?
2. Bagaimana pendapat anda terkait persediaan fasilitas yang dimiliki Puskesmas pada saat
ini dalam melaksanakan pelayanan antenatal?
3. Bagaimana pendapat anda terkait persediaan dana yang dimiliki Puskesmas untuk
menjalankan pelayanan antenatal?
4. Bagaimana menurut anda tentang kebijakan yang dikeluarkan terkait pelaksanaan
antenatal care?
5. Apa saja kesulitan bagi pihak Puskesmas dalam melaksanakan kegiatan antenatal care?
Seperti kesulitan dalam melayani dengan tepat waktu, kesulitan memberikan pelayanan
dikarenakan SDM KIA yang masih kurang, dan sebagainya.
6. Bagaimana menurut anda dengan SOP yang dikeluarkan oleh Dinas Kota Tangerang
Selatan terkait pelayanan antenatal?
7. Bagaimana sistem pengawasan yang diberikan terhadap pelaksanaan program KIA khusus
nya pelayanan antenatal?
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
ANALISIS PELAYANAN ANTENATAL (K1-K4)
DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR TERHADAP PEMEGANG PROGRAM KIA
1. Bagaimana pendapat anda terkait persediaan SDM KIA di Puskesmas pada saat ini?
2. Bagaimana pendapat anda terkait persediaan fasilitas yang dimiliki Puskesmas pada saat
ini dalam melaksanakan pelayanan antenatal?
3. Bagaimana pendapat anda terkait persediaan dana yang dimiliki Puskesmas untuk
menjalankan pelayanan antenatal?
4. Bagaimana menurut anda tentang kebijakan yang dikeluarkan terkait pelaksanaan
antenatal care?
5. Apa saja kesulitan bagi pihak Puskesmas dalam melaksanakan kegiatan antenatal care?
Seperti kesulitan dalam melayani dengan tepat waktu, kesulitan memberikan pelayanan
dikarenakan SDM KIA yang masih kurang, dan sebagainya.
6. Bagaimana menurut anda terkait SOP yang dikeluarkan oleh Dinas Kota Tangerang
Selatan terkait pelayanan antenatal?
7. Bagaimana sistem pelayanan antenatal yang diberikan kepada pasien?
8. Menurut anda bagaimana gambaran letak Puskesmas Ciputat Timur?
9. Bagaimana sistem pengawasan yang diberikan terhadap pelaksanaan program KIA khusus
nya pelayanan antenatal?
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
ANALISIS PELAYANAN ANTENATAL (K1-K4)
DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR TERHADAP IBU HAMIL YANG SUDAH PERNAH
MELAKUKAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR
1. Sudah berapa kali ibu melakukan pemeriksaan kandungan ke Puskesmas Ciputat Timur?
2. Bagaimana pengalaman anda selama melakukan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas
Ciputat Timur?
3. Apa manfaatnya bagi imu hamil jika memeriksakan kandungan ke tenaga kesehatan?
4. Bagaimana pendapat anda tentang cara petugas KIA dalam memberikan pelayanan pada
saat anda melakukan pemeriksaan?
5. Bagaimana pendapat anda tentang sikap petugas KIA dalam memberikan pelayanan pada
saat anda melakukan pemeriksaan?
6. Bagaimana pendapat anda tentang peralatan yang dimiliki oleh Puskesmas Ciputat Timur?
7. Bagaimana menurut anda proses pelayanan selama anda melakukan pemeriksaan?
8. Bagaimana menurut anda tentang jarak Puskesmas dengan rumah anda?
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
ANALISIS PELAYANAN ANTENATAL (K1-K4)
DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR TERHADAP IBU HAMIL YANG BELUM PERNAH
MELAKUKAN PEMERIKSAAN KANDUNGAN DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR
1. Apa alasan ibu tidak memeriksaan kehamilan ke Puskesmas Ciputat Timur?
2. Selama ini kemana anda melakukan pemeriksaan kehamilan?
3. Apa manfaatnya bagi imu hamil jika memeriksakan kandungan ke tenaga kesehatan?
4. Bagaimana pendapat anda tentang cara petugas di tempat anda periksadalam memberikan
pelayanan pada saat anda melakukan pemeriksaan?
5. Bagaimana pendapat anda tentang sikap petugas KIA dalam memberikan pelayanan pada
saat anda melakukan pemeriksaan?
6. Bagaimana pendapat anda tentang peralatan yang dimiliki oleh Puskesmas Ciputat Timur?
7. Bagaimana menurut anda tentang jarak Puskesmas dengan rumah anda?
Daftar Barang Pelayanan Antenatal Care
Ruang Tunggu KIA
Ruangan KIA
Proseses Pelayanan Antenatal