analisis novel 2
DESCRIPTION
AnalisisTRANSCRIPT
ANALISIS NOVEL
Judul Novel : Riak Hati Garsini
Nama Pengarang : Pipiet Senja
Nama Penerbit : As-Syamil
Edisi : Agustus 2002
Jumlah Halaman : 150 halaman
Tahapan Analisis :
1. Fakta Cerita :
A. Tokoh : - Nama para tokoh
- Karakter tokoh
- Jenis tokoh
- Teknik penyajian tokoh
B. Plot : - Peristiwa penting yang terjadi
- Jenis plot
- Kemungkinan awal cerita yang muncul
C. Setting : - Unsur latar
- Tipe latar
2. Sarana Cerita : - Judul
- Sudut Pandang / Point of view
- Gaya dan nada
3. Tema Cerita : - Jenis tema yang terkandung dalam novel
- Penafsiran tema
- Kesimpulan
HASIL ANALISISPADA NOVEL ” RIAK HATI GARSINI ”
KARYA PIPIET SENJA
I. Fakta Cerita : Nama para tokoh, Karakter tokoh dan Jenis tokoh
Nom
or
Nama Para
Tokoh
Karakter Tokoh Jenis Tokoh
1. Garsini sebagai seorang gadis
yang tomboy, berpakaian
khas laki-laki, seorang
gadis yang benyak
menerima perlakuan
kasar dari ayahnya Boru
Siregar karena adat
bataknya yang
mengistimewakan anak
laki-laki, merupakan
seorang gadis yang ulet
untuk mewujudkan
impiannya demi
persamaan hak dan
derajat dalam lingkungan
keluarganya
Seperti pada penggalan
cerita berikut ini :
“ He, Garsini!” Dia
berpapasan dengan
ayahnya di depan kamar.
“ Kalau adikmu teriak-
teriak begitu, cepatlah
datang ! Monyet……..!!”
( Riak Hati Garsini :
a. Tokoh Guru Isa
termasuk
jenis tokoh
beridentitas
jelas karena
memiliki
nama seperti
dalam
penggalan cerita,
tetapi
lebih cenderung
termasuk tokoh
sentral,
hampir ada pada
setiap
bagian cerita
contoh sbb:
b. Termasuk jenis
tokoh
protagonis
c. Termasuk jenis
tokoh
tipikal ( typical
character)
d. Termasuk jenis
2 ) tokoh
kompleks
2. Butet Adik perempuan Garsini
yang masih kecil
berwatak manja sesuai
dengan usianya yang
masih 4 tahun layaknya
seorang anak, namun
sama sering
mendapatkan perlakuan
kasar dari kakak laki-
lakinya Ucok dan
ayahnya.
Seperti pada penggalan
cerita berikut :
Braak……! Dia
membuka pintu kamar.
Tampak adknya yang
berumur empat tahun ,
bertubuh kecil mungil
dan selalu tampak
ringkih itu, sedang
berguling-guling di
lantai. Agaknya dia baru
saja dipukuli Papa.
( Riak Hati
Garsini : )
Termasuk jenis tokoh
beridentitas jelas
karena memiliki nama
Termasuk pula tokoh
berkembang karena
hampir berperan
seperti tokoh utama
banyak di bahas
dalam penggalan-
penggalan cerita
3. Ucok Berperan sebagai anak
laki-laki dari seorang
ayah suku batak
berwatak culas dan
sering membuat Butet
adiknya menangis,
Merupakan seorang
tokoh beridentitas
jelas, karena memiliki
nama, tetapi
cenderung termasuk
pada jenis tokoh
diperlkukan sebagai
anak kesayangan
papanya karena anak
laki-laki
Seperti pada penggalan
cerita berikut :
“Teteeeeh…!
Teteeeh….!” Ini si Bang
Ucok nakal…….!
Ya Allah, gumam Garsini
gemas, tiba-tiba
dilihatnya bayangan si
Ucok berkelebat ke
dapur. Garsini tak
sempat menegurnya
karena anak itu sudah
melesat kembali ke luar
melalui pintu samping
( Riak Hati Garsini : 2
)
antagonis karena
Ucok seorang pemalas
dan berwatak culas,
Seperti pada
penggalan cerita
berikut :
“Teteeeeh…!
Teteeeh….!” Ini si
Bang Ucok nakal…….!
Ya Allah, gumam
Garsini gemas, tiba-
tiba dilihatnya
bayangan si Ucok
berkelebat ke dapur.
Garsini tak sempat
menegurnya karena
anak itu sudah
melesat kembali ke
luar melalui pintu
samping
( Riak Hati Garsini :
2 )
4. Boru Siregar Ayah Garsini, Butet dan
Ucok bertempermen
keras dengan adapt
bataknya yang fanatik,
lebih berkesan
membedakan rasa kasih
sayangnya kelada anak
laki-laki ketimbang
anaknya yang
perempuan
Seperti pada penggalan
cerita berikut :
Termasuk jenis tokoh
yang beridentitas jelas
karena memiliki nama
Termasuk tokoh tipikal
karena disegani dan
dihormati orang
sebagai orang yang
menginginkan
ketenangan dan
ketenteraman
“ He, Garsini!” Dia
berpapasan dengan
ayahnya di depan kamar.
“ Kalau adikmu teriak-
teriak begitu, cepatlah
datang ! Monyet……..!!”
( Riak Hati Garsini : 2
)
TEKNIK PENYAJIAN TOKOHYANG TERDAPAT DALAM NOVEL TITIP RINDU BUAT IBU KARYA NOVIA SYAHIDAH
Nom
or
Jenis teknik penyajian tokoh
Analitik Dramatik
1. Pengarang dalam cerita ini
menggunakan pula cara
analitik dengan adanya
penjelasan tentang karakter
dan watak tokoh
“ Nanti saja, “ sahut ibunya
lesu. Namun wanita itu
memperhatikan puteri
sulungnya dengan kritis. Masih
suka pakai jeans belel itu ,
Neng ? Kenapa dengan
rokmu ? “
( Riak Hati Garsini : 8 )
Dalam novel ini, pengarang
cenderung lebih banyak
menggunakan teknik naming
adanya pemberian nama tokoh
dan identitas yang jelas seperti
; Garsini, Butet, Ucok Boru
Siregar, Aliet Sartika, dsb
Seperti penggalan cerita
berikut :
“Teteeeeh…! Teteeeh….!” Ini
si Bang Ucok nakal…….!
Ya Allah, gumam Garsini
gemas, tiba-tiba dilihatnya
bayangan si Ucok berkelebat
ke dapur. Garsini tak sempat
menegurnya karena anak itu
sudah melesat kembali ke luar
melalui pintu samping
( Riak Hati Garsini
: 2 )
2. Menyebutkan pula kualitas
tokoh
Pandangan seperti itu selalu
ditanamkan ayahnya kepada
keluarga, hingga Garsini hapal
betul sejak kecil. Jiwanya tentu
saja memberontak dengan
pandangan ngaco macam itu.
Untuk itu Garsini ingin
membuktikan bahwa dirinya
walaupun perempuan memiliki
potensi dan keunggulan yang
sama dengan anak laki-laki.
Hal ini yang memicu Garsini
untuk meraih prestasi
( Riak Hati Garsini
: 4 )
Menjelaskan tentang kualitas
para tokoh seperti penampilan
Garsini yang tomboy, namun
ulet dalam mewujudkan
impiannya
seperti penggalan cerita
berikut :
“ Nanti saja, “ sahut ibunya
lesu. Namun wanita itu
memperhatikan puteri
sulungnya dengan kritis. Masih
suka pakai jeans belel itu ,
Neng ? Kenapa dengan
rokmu ? “
( Riak Hati Garsini :
8 )
3. Pelukisan tokoh cerita
dilakukan dengan deskripsi,
uraian, dan penjelasan secara
langsung
Adanya dialog antar tokoh
dalam isi cerita atau adanya
percakapan dalam bentuk
kalimat yang dilontarkan para
tokoh dalam cerita
Adanya penjelasan langsung
tentang tokoh yang
dimunculkan
4. Tokoh dihadirkan dengan jelas
dan tidak berbelit-belit
Cerita dihadirkan dalam
bentuk drama dengan adanya
percakapan / dialog dalam
cerita dalam wujud kata-kata
( kalimat percakapan antar
tokoh ).
5. Tokoh dihadirkan kediriannya,
baik sikap, sifat, watak,
maupun tingkah lakunya.
Menggunakan teknik cakapan
yang merupakan unsur
dramatik yang meliputi dialog
dan ragam dialog yang
lainnya.
6. Tokoh dihadirkan dengan
perilaku sebagai wujud dari
pengolahan sikap dan pikiran
para tokoh
Menggunakan teknik pikiran
tokoh seperti timbulnya tekad
yang bulat Garsini dalam
memperjuangkan hak dan
persamaan derajat yang sama
dalam lingkungan
keluarganya.
7. Tokoh dihadirkan dengan
perbuatan / tingkah laku yang
disampaikan melalui konsep
kata dan ucapan dalam bentuk
kalimat-kalimat dalam isi
cerita
Menggunakan teknik
perbuatan atau tingkah laku
tokoh dengan adanya wujud
kata-kata / ucapan
Serta menggunakan teknik
sikap tokoh karena adanya
uraian pengarang tentang
sikap-dan perilaku para tokoh
dalam cerita.
B. PLOT
1. Peristiwa penting yang terjadi dalam cerita novel Titip rindu buat ibu
Nomo Peristiwa Penting yang Penggalan Cerita
r terjadi
1. Garsini sering mendapatkan
perlakuan kasar dari
ayahnya yang membedakan
rasa kasih sayangnya dan
cenderung lebih menyayangi
anak laki-laki
“ He, Garsini!” Dia berpapasan
dengan ayahnya di depan
kamar. “ Kalau adikmu teriak-
teriak begitu, cepatlah datang !
Monyet……..!!”
( Riak Hati Garsini : 2
2. Garsini sering mendapatkan
perlakuan kasar dari Sintya
Yang belakangan diketahui
bahwa sintya adalah saudara
tirinya dari hasil
perselingkuhan papanya
Habiis takabur dia sih ! Sintia
ikut nimbrung “ Mentang-
mentang baru dapat lomba
fisika, ya ? “ cetusnya sinis
sekali.
“ Bukan begitu Mbak Tia,”
bantah Garsini tak enak Senior
yang satu ini entah kenapa,
rasanya sering sekali sinis dan
sirik terhadap dirinya.
( Riak Hati Garsini :
16 )
3. Ibu Garsini sakit keras dan dirawat di RSCM
Hari Jumat yang kelabu, tulis
Garsini dalam buku hariannya.
Ada banyak kejadian yang
dialaminya hari ini. Pukul tiga
dinihari, dia mengantar ibunya
ke RSCM. Pok Simah dan Bang
Acep, pasangan yang baik hati
itu turut mengantar
( Riak Hati Garsini
: 27 )
4. Garsini menemukan ayahnya Garsini masih sempat melihat
Boro Siregar berselingkuh
ketika dia mau mengabari
kepada ayahnya bahwa
ibunya sakit keras, ternyata
ada di tempat
perselingkuhannya yaitu
dengan mamanya Sintia
seseorang berkelebatdi balik
gorden. Dia pun masih bias
melihat sepasang sepatu
permpuan, tas, dan pakaian di
sofa ruang tengah. Dia
mengenali semua benda itu. Ya,
sumpaaaah ! matanya belum
lamur dan tahu persis itu adalah
milik sintia kakak kelasnya .
( Riak Hati Garsini
: 29 )
5. Seperti disambar petir siang
bolong ketika secara diam-
diam mendengarkan
pertengkaran ibu dan
ayahnya, ketika ayahnya
meragukan Garsini sebagai
anaknya
( Riak Hati Garsini : )
6. Garsini berangkat ke Jepang
melanjutkan kuliah dari
beasiswa Menbusho
Ayahnya Boru Siregar sadar
dari kekhilafannya dan
kembali berkumpul dengan
Garsini, Ibu dan adik-adiknya
2. Jenis Plot yang digunakan dalam novel “ Titip rindu buat ibu “
Nomo Jenis Plot yang Penggalan Cerita
r digunakan
1. Pengarang Pipiet
Senja cenderung
menggunakan alur
maju dalam
mengisahkan
peristiwa yang terjadi
Pada bagian awal cerita Pipiet Senja
menggambarkan tentang peristiwa
dan konflik awal untuk konflik yang
akan muncul bagi tokoh utama
( Riak Hati Garsini : )
2. Plot cerita bagian
tengah merupakan
sambungan-
sambungan cerita
awal sehingga
merupakan
kelanjutan cerita
tersebut
Pada bagian tengah merupakan alur
cerita maju karena satu bagian
dengan bagian seterusnya merupaka
kelanjutan yang saling berhubungan.
( Riak Hati Garsini : )
3. Pada bagian akhir
cerita menggunakan
plot tertutup karena
pada bagian ini Novia
Syahidah
menyudutkan
pembaca kepada
satu arah yang
diinginkan
pengarang.
Pengarang mengarahkan pembaca
kepada sesuatu yang diinginkan
pengarang seperti pada penggalan
cerita berikut :
( Riak Hati Garsini : )
3. Kemungkinan yang dimunculkan pengarang pada novel “ Titip
rindu buat ibu “
Nom
or
Kemungkinan yang
muncul pada awal cerita
Penggalan Cerita
1. Awal cerita mungkin pula
merupakan penggambaran
khusus tentang konflik yang
akan berbuntut pada
peristiwa selanjutnya ( Riak Hati Garsini : )
2. Peristiwa awal mungkin
merupakan penggambaran
khusus tentang watak
tokoh utama
Menjelaskan tentang watak
tokoh utama Garsini tentang
prilaku tomboy dan acuh tak
acuh serta perlakuan kasar
ayahnya padanya
( Riak Hati Garsini : )
3. Bagian awal cerita mungkin
merupakan sebuat
introduksi tokoh utama
atau tokoh lain yang
dianggap penting, baik cara
analitik maupun cara
dramatik
( Riak Hati Garsini : )
4. Bagian awal cerita mungkin
merupakan hal yang
mengarahkan pembaca
kepada teknik yang dipakai
pengarang baik teknik
Akuan dan Diaan
( Riak Hati Garsini : )
C. SETTING : UNSUR LATAR DAN TIPE LATAR
No Unsur Latar Tipe Latar
1.
2.
3.
Unsur latar yang digunakan
Novia Syahidah dalam novel
ini, meramu berbagai unsur
latar sehingga variasi unsur
latar tersebut menjadi padu
pada cerita
Berikut adalah unsur-unsur
latar yang digunakan :
Latar Tempat :
Cerita ini diangkat Novia
Syahidah di daerah
Ambacang , Piliiang Luhak
Lima Puluh Kota yang ada
di daerah Minangkabau
Sumatera Barat
Latar Waktu :
Novel ini menceritakan
situasi tidak tenang karena
pertempuran yang terjadi
pada masa penjajahan
Belanda sejak September
1946 hingga September
1947
pada jaman penjajahan
Belanda di Indonesia, yang
menimbulkan rasa kerakutan
dan kecemasan
Muchtar Lubis sebagai
pengarang
cenderung meramu berbagai tipe
latar
dalamceritanya.Pengarangmengg
unakan
tipe latar tipikal,
dan latar tempat, bahkan latar
waktu
Berikut penggalan cerita yang
bertipe, latar-latar tersebut :
( Jalan Tak Ada Ujung : )
( Jalan Tak Ada Ujung : )
4. Latar Alam Sekitar
Pengarang menggunakan
pula latar alam sekitar yang
menggambarkan suasana
alam pada waktu terjadi
pertempuran
Latar Sosial
Pengarang mengangkat
cerita ini menggunakan pula
latar social dari berbagai
tokoh yang disajikan dalam
novel tersebut, misalnya,
Guru Isa seorang guru, Hazil
seorang pemuda anak
kepala Landraad, dsb
( Jalan Tak Ada Ujung : )
( Jalan Tak Ada Ujung : )
SARANA CERITA
JUDUL, SUDUT PANDANG / POINT OF VIEW, GAYA DAN NADA
No Judul Sudut Pandang Gaya dan Nada
Judul cerita Jalan Tak
Ada Ujung
Sudut Pandang yang
digunakan pengarang
Gaya bahasa yang
digunakan
1.
2.
3.
Mengacu kepada
suasana cerita
karena adanya
peristiwa
Mengacu pada
konflik yang muncul
seperti
Mengacu pada akhir
cerita yaitu akibat
yang timbul dari
suatu pertempuran
adanya rasa takut
dan cemas
:
Pengarang adalah
pencerita yang
serba tahu,
menceritakan apa
yang dikehendakinya
untuk melengkapi
ceritanya
Pengarang
menggunakan pula
sudut pandang
objective Point of
View : Pengarang
hanya
menceritakan apa
yang
terjadi dari tokoh-
tokoh yang
dimunculkannya
Pengarang berada di
luar cerita dengan
begitu pengarang
menggunakan sudut
pandang Diaan-
Mahatahu
Suasana yang timbul
di hati pembaca
terhadap tokoh
utama lebih condong
pada rasa iba
cenderung lebih
banyak
menggunakan
majas Refetisi,
hyperbola, dan
metafora bahkan
majas Repetisi
lebih cenderung
mendominasi
pada alur cerita
novel ini
Terdapat juga
imaji literal
karena pengarang
dalam ceritanya
banyak
menggunakan
rangkaian kata
yang dapat
dikembangkan
Nada dari novel
ini adalah
munculnya rasa
takut dan cemas
kare pertempuran
TEMA JENIS TEMA, PENAFSIRAN TEMA, DAN KESIMPULAN
Jenis Tema dan makna Penafsiran Tema
Pengarang Muchtar Lubis dalam
novel ini menggunakan berbagai
tema yang terkandung dalam
ceritanya :
1. Termasuk tema tradisional
kebenaran
dan keadilan mengalahkan
segalanya
2. Tema utama dalam cerita itu
adalah
perjuangan
3. Sesuai dengan tingkatan cerita
itu
mengandung tema tingkat
sosial
karena cerita itu berhubungan
dengan
masalah perjuangan, dan
penyesalan
karena pengkhianatan
Tema yang terkandung dalam
novel karya Muchtar Lubis ini
adalah perjuangan manusia yang
tidak ada habisnya, salah satu
penyebabnya adalah adanya rasa
ketidak puasan hati pada sesuatu
yang diinginkannya, peperangan
karena nafsu serakah ingin
menguasai milik dan hak orang
lain
KESIMPULAN :
1. Muchtar Lubis sebagai pengarang novel “ Jalan Tak Ada Ujung “
banyak
menghubungkan ceritanya dengan situasi perjuangan pada jaman
penjajahan
2. Pengarang lebih banyak menggunakan bahasa metafora dan Repetisi
3. Konflik yang dimunculkan oleh Muchtar Lubis pada cerita novel ini
terkesan datar karena pengaruh yang dirasakan pembaca pada novel
ini kurang terlibat baik emosi maupun penafsiran pembaca pada
kelanjutan cerita sampai dengan akhir cerita yang disuguhkan hanya
konflik biasa.