analisis novel
TRANSCRIPT
Tentang
Titip Rindu Buat IbuKarya Novia Syahidah
DAR! MIZAN
Disusun untuk memenuhi salah satu tugasMata Kuliah Kajian Prosa dan Fiksi
Dari Dosen : Hj. Iis Ristiani, SPd, MPd
Disusun Oleh :
Waway SuwarlanKelas A Non Reguler Karangtengah
Tingkat III
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Suryakancana Cianjur
2007
ANALISIS NOVEL
Judul Novel : Titip Rindu Buat Ibu
Nama Pengarang : Novia Syahidah
Nama Penerbit : DAR! MIZAN
Edisi : I Muharram 1424 H / Maret 2003
Jumlah Halaman : 216 Halaman
Tahapan Analisis :
1. Fakta Cerita :
A. Tokoh : - Nama para tokoh
- Karakter tokoh
- Jenis tokoh
- Teknik penyajian tokoh
B. Plot : - Peristiwa penting yang terjadi
- Jenis plot
- Kemungkinan awal cerita yang muncul
C. Setting : - Unsur latar
- Tipe latar
2. Sarana Cerita : - Judul
- Sudut Pandang / Point of view
- Gaya dan nada
3. Tema Cerita : - Jenis tema yang terkandung dalam novel
- Penafsiran tema
- Kesimpulan
HASIL ANALISISPADA NOVEL ” TITIP RINDU BUAT IBU ”
KARYA NOVIA SYAHIDAH
I. Fakta Cerita : Nama para tokoh, Karakter tokoh dan
Jenis tokoh
Nom
or
Nama Para
Tokoh
Karakter Tokoh Jenis Tokoh
1. Faisal Tokoh utama yang
Islami dalam cerita
novel
Titip Rindu Buat Ibu
karya Novia Syahidah,
yang berjuang dengan
menggebu untuk
memperjuangkan jati
dirinya karena tidak
diakui kesukuannya
sebagai putera
Minang, karena terlahir
dari seorang ibu
berdarah Melayu.
Seperti yang terdapat
pada penggalan cerita
berikut :
”Biarlah Buya, saya
yakin akan janji Allah.
”
( Titip Rindu Buat Ibu :
a. Tokoh Faisal yang
diperankan termasuk
jenis tokoh
beridentitas
jelas yang memiliki
nama seperti dalam
penggalan cerita,
tetapi
lebih cenderung
termasuk tokoh
sentral,
hampir ada pada
setiap
bagian cerita contoh
sbb:
“ Jangan berbohong
pada Buya, Faisal.
Kau
tidak bisa menutupi
perasaanmu.”
Pemuda
13 ) bernama Faisal itu
mengangkat
kepalanya,
ada riak bening
berpendar di
matanya
yang hitam.
( Titip rindu buat ibu
: 12 )
b. Termasuk jenis
tokoh
protagonis
c. Termasuk jenis
tokoh
tipikal ( typical
character)
d. Termasuk jenis
tokoh
kompleks
2. Haji Mahmud Seorang tokoh ulama dan merupakan guru
mengaji
Faisal yang
senantiasa,
dengan penuh
kearifan
mendidik Faisal
serta
senantiasa
memberikan
semangat berjuang
kepada Faisal.
Seperti pada
Termasuk jenis tokoh
tipikal karena
dipandang orang yang
memiliki pengaruh yang
besar di kalangan
masyarakat, selain
seorang tokoh ulama,
tokoh tersebut
merupakan seorang
yang disegani, dan
banyak dibahas dan
dimunculkan dalam
beberapa episode.
Termasuk pula tokoh
penggalan
cerita berikut :
“ Bagus, Buya senang
mendengarnya, kau
memang harus
memiliki
semangat yang
tinggi
untuk mengahadapi
setiappersoalan.
Juga
kesabaran dan
kebeningan hati.
ketulusan Paderi.”
Haji
Mahmud
menyemangati.
( Titip rindu buat
ibu :13)
beridentitas jelas
karena memiliki nama
3. Husin Berperan sebagai
saudara
tiri Faisal dari lain
ibu Yang
bernama Rohana,
merupakan tokoh
yang
sangat membenci
Faisal
saudara tirinya
Merupakan seorang
tokoh beridentitas
jelas, tetapi cenderung
lebih termasuk pada
jenis tokoh antagonis,
tokoh Husin adalah
orang yang menentang
tokoh utama Faisal,
dengan ejekan-
ejekannya, hinaan, dan
cacianSeperti pada
penggalan cerita
berikut ini :
“Seharusnya kalau kau
pergi, bawalah seorang
pengawal ! “sebuah
suara memotong
kalimat Sutan Syarif.
Serentak mereka
menoleh, Husin berdiri
tersenyum dekat pintu,
senyum itu jelas
mengandung
cemoohan. Faisal jadi
terdiam di kaki tangga,
( Titip rindu buat ibu :
24 )
4. Sutan Syarif Tokoh yang berperan
sebagai ayah/orang
tua Faisal, seorang
pemangku adat di
suku pilliang dari
Lareh Kota Pilliang
Minangkabau,
meupakan seorang
tokoh yang tidak
menegakan
ketegasan dalam
prinsip, karena dap[at
dipaksa menikah lagi
kepada Rohana yang
masih sepupunya,
sehingga terpaksa
berpisah karena
Aminah
Termasuk seorang
tokoh tipikal, karena
banyak dimunculkan
dalam cerita, tetapi
tokoh Sutan Syarif
cenderung pula
merupakan seorang
tokoh beridentitas
jelas ( memiliki nama ),
Termasuk tokoh
5. Aminah Seorang wanita
berdarah melayu
yang menikah dengan
Sutan Syarif dan
berputera Faisal,
terkesan berkarakter
wanita yang lemah
dan tidak kuasa
menentang adat,
pergi meninggalkan
suami dan anaknya
Faisal karena
pernikahannya tidak
disetujui oleh Datuk
Naro Penghulu adapt
Suku Piliiang paman
Sutan Syarif dan
sangat membenci
Aminah.
sederhana yang
memiliki kualitas
pribadi tertentu dan
segala keterbatasannya
hidup di lingkungan
yang tidak memilki
kesamaan suku
Termasuk tokoh yang
beridentitas jelas
karena memiliki nama
Termasuk tokoh
berkembang/ dinamis
6. Rohana Seorang wanita masih
sepupu Sutan Syarif
ayah Faisal, ibu tiri
Faisal berdarah
Minang merupakan
seorang tokoh yang
menyebabkan
terjadinya perpisahan
Faisal dengan ibunya
Aminah padahal
Rohana pun sudah
mempunyai suami
Sutan Sati yang
dianggap tidak
Termasuk jenis tokoh
yang beridentitas jelas,
karena memiliki nama.
Termasuk jenis tokoh
yang antagonis, karena
sangat membenci
Aminah ibu Faisal
mampu oleh Datuk
Naro akhirnya mereka
jadi menikah karena
dipaksa menikah.
7. Syeikh Ibrahim Seorang tokoh ulama
yang merupakan guru
mengaji Faisal setelah
Haji Mahmud
Merupakan tokoh
yang memiliki
karismatik dan
religius serta banyak
menggembleng Faisal
menjadi seorang
pemuda yang
memilikikepribadian
muslim yang kuat.
Termasuk tokoh
beridentitas jelas
karena memiliki nama
Termasuk tokoh tipikal
dengan karisma dan
disegani oleh berbagai
kalangan pemangku
adapt
8. Datuak Naro Paman Sutan Syarif
( mamak ) sebagai
penghulu adat di
lareh suku kota
Pilliang, berwatak
egois dan selalu ingin
dituruti, selalu
memaksakan
kehendak, berwatak
keras. Sehingga
Sutan Syarif sendiri
sangat segan
terhadap pamannya
yang telah memaksa
untuk menikah
kembali dengan
Termasuk jenis tokoh
yang beridentitas jelas,
karena memiliki nama.
Termasuk pula jenis
tokoh antagonis karena
berwatak selalu
memaksakan
kehendaknya dan
egois.
sepupunya Rohana.
9. Tuangku Khatib
dan Siti
Rangkayo
Orangtua Sutan Syarif
pemangku adapt suku
Pilliang sebelum
Sutan Syarif ,
Tuangku Khatib yang
mendukung
pernikahan Sutan
Syarif dengan Aminah
walaupun bukan dari
suku Piliang, tetapi
seorang wanita
berdarah melayu
Termasuk tokoh
beridentitas jelas
karena memiliki nama
Termasuk tokoh tipikal
dengan karisma dan
disegani oleh berbagai
kalangan pemangku
adat
Suku Pilliang di Lareh
Lima Puluh Kota
10 Sutan Sati Seorang tokoh yang
berwatak pendiam
tidak banyak tingkah,
karena merasa bukan
orang yang mampu
menurut Datuk Naro
penghulu adapt suku
Piliang, merupakan
korban paksaan
Datuk Naro karena
dipaksa untuk
menceraikan Rohana.
Termasuk tokoh
beridentitas jelas
karena memiliki nama
Termasuk tokoh
sederhana berwatak
jujur dan berbudi halus
namun bukan dari
kalangan bangsawan
11 Pak Cik Paman Aminah dari
suku melayu, yang
sangat menyayangi
Aminah dan
mendukung Aminah
untuk menikah
dengan Sutan Syarif,
Termasuk tokoh
beridentitas jelas
karena memiliki nama
Termasuk tokoh
sederhana berwatak
jujur dan berbudi halus
berwatak arif dan
banyak membela dan
membimbing Aminah.
namun bukan dari
kalangan bangsawan
12 Hanifah Sepupu Aminah yang
dibebaskan Tuangku
Khatib bersama-sama
dengan Aminah dari
perbudakan Belanda,
mendukung
pernikahan Aminah
dengan Sutan SyariF,
masih berdarah
melayu.
- jenis tokoh
beridentitas
jelas karena memiliki
nama
- Jenis tokoh sederhana
dan
termasuk figuran
13 Haji Burhan,
Datuk Bandaro,
H. Arifin, Datik
Ameh, Sutan
Baro, Angku
Garang
Pono, dll
Tokoh-tokoh yang
berkarakter lemah
dalam prinsi dan
keyakinan.
Merupakan tokoh –
tokoh antagonis yang
membantu masuknya
faham komunis dari
PKI ke daerah Luhak
Lima Puluh Kota
termasuk Pilliang dan
Ambacang
- Jenis tokoh termasuk
para
tokoh yang
beridentitas
jelas karena masing-
masing
memiliki nama
- Jenis tokoh antagonis
Karena merupakan
sikap
menentang toloh
utama
14 Ujang
Rizal
Sulaeman
Tokoh yang termasuk
teman faisal yang
berwatak seserhana
dan banyak
membantu tokoh
- Jenis tokoh
beridentitas
jelas karena memiliki
nama
utama Sesama murid
ketika mengaji di
Seikh Hakim
- Termasuk tokoh
sederhana
15 Datuk Sutan
Malin
Sutan Tangkeh
Datuk Sutan
Dirajo
Para tokoh petinggi
adat Minang dari
berbagai suku yang
ada di lareh-lareh
suku Berkarakter
tokoh yang tegas dan
paling disegani oleh
berbagai kalangan
dan semua warga
Minang dari semua
suku.
- Jenis tokoh termasuk
para
tokoh yang
beridentitas
jelas karena
memiliki
nama
- Termasuk jenis
tokoh
Protagonist
- Termasuk tokoh
berkembang
TEKNIK PENYAJIAN TOKOHYANG TERDAPAT DALAM NOVEL TITIP RINDU BUAT IBU KARYA NOVIA SYAHIDAH
Nom
or
Jenis teknik penyajian tokoh
Analitik Dramatik
1. Pengarang dalam cerita ini
menggunakan pula cara
analitik dengan adanya
penjelasan tentang karakter
dan watak tokoh
Dalam novel ini, pengarang
cenderung lebih banyak
menggunakan teknik naming
adanya pemberian nama tokoh
dan identitas yang jelas seperti
; Faisal, Haji Mahmud, Datuak
Naro, Sutan Syarif, Tuangku
Khatib, Rohana, Husin, dll
Seperti penggalan cerita
berikut :
Haji Mahmud yang biasa
dipanggil Buya itu menarik
nafas panjang perlahan
disentuhnya bahu Faisal
( Titip Rindu Buat Ibu : 12 )
2. Menyebutkan pula kualitas
tokoh
Menjelaskan tentang kualitas
Faisal seorang tokoh utama
dalam cerita, kualitas Faisal
yang disajikan Novia adalah
seorang yang sabar, pejuang
yang ulet penjelasan kualitas
seorang tokoh dalam cerita,
seperti penggalan cerita
berikut :
Buya saya tidak ingin
mengeluh. Sebab, Allah tidak
suka pada seorang pengeluh.
( Titip Rindu Buat Ibu : 12 )
3. Pelukisan tokoh cerita
dilakukan dengan deskripsi,
uraian, dan penjelasan secara
langsung
Adanya dialog antar tokoh
dalam isi cerita atau adanya
percakapan dalam bentuk
kalimat yang dilontarkan para
tokoh dalam cerita
Adanya penjelasan langsung
tentang tokoh yang
dimunculkan
4. Tokoh dihadirkan dengan jelas
dan tidak berbelit-belit
Cerita dihadirkan dalam
bentuk drama dengan adanya
percakapan / dialog dalam
cerita dalam wujud kata-kata
( kalimat percakapan antar
tokoh ).
5. Tokoh dihadirkan kediriannya,
baik sikap, sifat, watak,
maupun tingkah lakunya.
Menggunakan teknik cakapan
yang merupakan unsur
dramatik yang meliputi dialog
dan ragam dialog yang
lainnya.
6. Tokoh dihadirkan dengan
perilaku sebagai wujud dari
pengolahan sikap dan pikiran
para tokoh
Menggunakan teknik pikiran
tokoh seperti rasa khawatir
Faisal terhadap Datuak Naro
walaupun sangat membenci
dan tidak mengakui
kesukuannya
7. Tokoh dihadirkan dengan
perbuatan / tingkah laku yang
disampaikan melalui konsep
kata dan ucapan dalam bentuk
kalimat-kalimat dalam isi
cerita
Menggunakan teknik
perbuatan atau tingkah laku
tokoh dengan adanya wujud
kata-kata / ucapan
Serta menggunakan teknik
sikap tokoh karena adanya
uraian pengarang tentang
sikap-dan perilaku para tokoh
dalam cerita.
B. PLOT
1. Peristiwa penting yang terjadi dalam cerita novel
Titip rindu buat ibu
Nomo
r
Peristiwa Penting yang
terjadi
Penggalan Cerita
1. Faisal selalu mendapatkan
hinaan dan perlakuan yang
tidak pantas dari saudara
tirinya Husin yang
menganggap bahwa Faisal
adalah seorang yang tidak
jelas kesukuannya dan tidak
mengakui sebagai keturunan
Minang.
” Buya, sebenarnya saya tidak
ingin mengeluh. Sebab, Allah
tidak suka pada seorang
pengeluh. Tapi……, saya tidak
tahu lagi harus bagaimana
menghadapi Husin. ” Pemuda
itu kembali menunduk.
( Titip Rindu Buat Ibu : 12 )
2. Sutan Syarif ayah Faisal
dipaksa menikah lagi dengan
sepupunya Rohana, padahal
Sutan Syarif sudah menikah
dengan Aminah dan telah
mempunyai anak “ Faisal “
”Pokoknya kamu harus
menikah lagi dengan gadis
yang berasal dari kampung
ini ! ”Urang awak !”Suara
Datuak Naro yang
menggelegar seakan tak
hendak menutup-nutupi semua
itu dari pendengarannya.
” Tapi saya sudah menikah ,
Mak !” suara Sutan Syarif
suaminya, terdengar bergetar.
Aku tidak mau tahu ! Sebagai
kemenakan kau harus menurut
kata Mamak ! sebagai
Tungganai Rumah Gadang, aku
merasa malu punya cucu tak
bersuku ! Pokoknya kau harus
kawin lagi ! Dan perempuan
yang akan menjadi isterimu itu
adalah Rohana !” tegas Datuak
Naro.
( Titip Rindu Buat Ibu : 32 )
3. Perpisahan Faisal dengan Pembicaraan itu terdengar
ibunya Aminah, karena
perkawinan Aminah dengan
Sutan Syarif tidak disetujui
oleh pamannya Datuak Naro,
Aminah bukan berasal dari
Minang tetapi seorang
wanita berdarah melayu.
sangat jelas olehnya, sejelas ia
melihat jari-jemarinya yang
gemetar waktu itu. Dan semua
itu telah cukup baginya
sebagai pukulan terakhir,
sebelum ia memutuskan untuk
pergi secara diam-diam.
Meninggalkan Ranah Minang
yang sangat dicintainya,
meskipun ia bukan berasal dari
sana.
Ya akhirnya ia harus pergi
jauh. Meninggalkan buah hati
dan tambatan jiwanya. Dua
sosok yang selalu mengisi
mimpi-mimpinya selama
sepuluh tahun terakhir ini
( Titip Rindu Buat Ibu : 35 )
4. Aminah ibu Faisal pergi
secara diam-diam
meninggalkan Sutan Syarif
suaminya dan anaknya
Faisal karena sudah tidak
tahan menerima perlakuan
Datuk Naro paman Sutan
Syarif yang tidak menyetujui
pernikahannya
Ya, akhirnya ia harus pergi
jauh. Meninggalkan buah hati
dan tambatan jiwanya. Dua
sosok yang selalu mengisi
mimpi-mimpinya selama
sepuluh tahun terakhir ini
selalu mencoba untuk tidak
menangis setiap terbangu dari
mimpi-mimpi itu. Ia mencoba
tegar meski tak urung batinnya
tetap merintih pilu.
( Titip Rindu Buat Ibu : 36 )
5. Masuknya paham komunis
( PKI ) ke Piliang karena
dukungan Datuk Naro , Husin
Para tokoh adat banyak yang
terlibat mendukung masuknya
PKI ke Pilliang dan Ambacang
dan Datuk Ameh, Haji Husin,
Sutan Bandaro, Pono, Angku
Garang dll.
seperti penggalan berikut :
“ Angku Haji, sebaiknya kita
bahu-membahu dengan PKI
dalam menumpas mereka. Jadi
kita akan mendapat dukungan
dan dua keuntungan sekaligus,
Bagaimana ?” Datuak Ameh,
pentolah PKI di Luhak Lima
Puluh Kota angkat bicara.
“ Betul juga itu, Angku ! Saya
setuju !“ Datuak Naro yang
sejak tadi hanya diam tampak
bersemangat, disampingnya
Haji Burhan mengangguk
setuju.
( Titip Rindu Buat Ibu : 45 )
6. Terjadinya pemberontakan
PKI terhadap Belanda
sehingga banyak para tokoh
ulama Minang yang
ditangkap Belanda dan
diasingkan salah satunya
Datuk Naro dan Datuk Ameh
“ Buya ! Buya !” sebuah
teriakan mengejutkan seisi
surau. Zainal yang dating
setengah berlari, langsung
melompat naik ke atas surau.
“ Ada apa Zainal ? Seperti
dikejar hantu saja,” kata Syaikh
Hakim heran.
“ Gawat, Buya ! Di Silungkang
telah terjadi kerusuhan hebat !
Kata orang-orang dari
Bukittinggi, PKI melakukan
pemberontakan di sana
terhadap Belanda !” lapor
Zainal terengah-engah. ( Titip
Rindu Buat Ibu : 112 )
7. Datuak Naro dan tokoh adat
lainnya banyak yang terlibat
melakukan pemberontakan
terhadap Belanda dengan
PKI diuber Belanda
tertangkap dan dibuang ke
Boven Digul
Abak tak tahu bagaimana harus
menceritakannya padamu. Abak
benar-benar tidak menyangka
Tungganaimu terlibat di
dalamnya bahkan ia disebut-
sebut sebagai penggerak orang-
orang dari Luhak Lima Puluh
Kota, berdua dengan Datuak
Ameh.” Wajah Sutan Syarif
nampak prihatin,
“ Lalu apakan sekarang beliau
sudah kembali ke sini Bak ?”
Tanya Faisal khawatir.
( Titip Rindu Buat Ibu : 122
)
8. Pertemuan kembali dan
berkumpul antara ayah, ibu,
dan Faisal dengan tidak
disangka-sangka di daerah
Pitapang yang akhirnya
mengadakan upacara
Malakok di Pitapang dan
akhirnya Faisal mendapatkan
jati dirinya sebagai putera
Minang setelah acara
malakok di Pitapang dan
termasuk warga di Lareh
Pitapang
Sutan Syarif terdiam. Matanya
terus mengamati perempuan
ber-lilik putih itu. Dan semakin
diamatinya semakin ia merasa
ada yang aneh.
Gerak-geriknya membuat Sutan
Syarif menahan nafas tiba-tiba.
Wajahnya terlihat menegang.
( Titip Rindu Buat Ibu ; 184 )
Yang kemudian disaksikannya
adalah tertegun wanita itu
menatap Faisal dan ia seperti
tidak percaya begitu melihat
wanita itu tiba-tiba
menghambur memeluk
puteranya. Sutan Syarif benar-
benar tertegun. Tanpa terasa
matanya merebak memanas.
Semua seperti mimpi baginya.
( Titip Rindu Buat Ibu : 185 )
2. Jenis Plot yang digunakan dalam novel “ Titip rindu
buat ibu “
Nomo
r
Jenis Plot yang
digunakan
Penggalan Cerita
1. Pada awal cerita
merupakan pelukisan
watak tokoh dan
pengarang Novia
Syahidah cenderung
menggunakan plot
mundur di bagian
awal cerita.
Pada bagian awal cerita Novia
Syahidah menceritakan tentang
beberapa peristiwa yang terjadi di
masa-masa yang silam melalui
pembicaraan atau dialog tokoh utama
Faisal dengan Haji Mahmud seperti
penggalan cerita berikut ini :
“ Bukan, itu lain lagi. Nah pada abad
ke – 16 Pasai telah beruah menjadi
kerajaan Islam yang kuat
menggantikan Malaka. Sebab
kebijakan dagang Portugis pada
waktu itu telah membuat pelabuhan-
pelabuhan di Malaka sepi dan
berpindah ke Sumatera. Di
Minangkabau yang terkenal adal;ah
Pelabuhan Ulakan di Pariaman. Maka,
tersebutlah seorang putera Ulakan
yang belajar ke Pasai dan kembali ke
kampong halamannya sebagai ulama.
Beliau itulah Seikh Burhanuddin
Ulakan,” jelas Haji Mahmud panjang
lebar.
( Titip Rindu Buat Ibu : 18 )
2. Plot yang digunakan
Novia Syahidah
dalam novel ini
menggunakan plot
Kronologis/ Lurus/
Maju/ Progresif
Pada bagian tengah
cerita menggunakan
plot maju/ alur cerita
yang terus
berkesinambungan
Pada bagian tengah merupakan alur
cerita maju karena satu bagian
dengan bagian seterusnya merukan
kelanjutan yang berkesinambungan
3. Pada bagian akhir
cerita menggunakan
plot tertutup karena
pada bagian ini Novia
Syahidah
menyudutkan
pembaca kepada
satu arah yang
diinginkan
pengarang.
Pengarang mengarahkan pembaca
kepada sesuatu yang diinginkan
pengarang seperti pada penggalan
cerita berikut :
Faisal mengangguk membenarkan.
Ya, sejarah telah banyak
membuktikan betapa perjuangan tak
kenal kata menyerah. Sebab
perjuangan itu sendiri tak mengenal
kata akhir.
( Titip Rindu Buat Ibu
: 211 )
3. Kemungkinan yang dimunculkan pengarang pada novel “ Titip
rindu buat ibu “
Nom
or
Kemungkinan yang
muncul pada awal cerita
Penggalan Cerita
1. Awal cerita mungkin pula
merupakan penggambaran
khusus tentang konflik yang
akan berbuntut pada
peristiwa selanjutnya
“ Bagaimana keadaanmu, Nak ?”
Sapa
Haji Mahmud lembut. Pemuda
yang
duduk di hadapannya
menunduk
dalam. “ Apakah saufara tirimu
itu
masih suka berbuat jahat
padamu ?”
“ Tidak, Buya.”
“ Jangan berbohong pada Buya,
Faisal.
Kau tidak bisa menutupi
perasaanmu.
Haji Mahmud menatap prihatin.
( Titip Rindu Buat Ibu : 12
)
2. Peristiwa awal mungkin
merupakan penggambaran
khusus tentang watak
tokoh utama
Menjelaskan tentang watak
tokoh utama Faisal tentang
kesabaran dan ketegasannya :
Buya saya tidak ingin mengeluh.
Sebab, Allah tidak suka pada
seorang pengeluh.
( Titip Rindu Buat Ibu : 12 )
3. Bagian awal cerita mungkin
merupakan sebuat
introduksi tokoh utama
atau tokoh lain yang
dianggap penting, baik cara
analitik maupun cara
dramatik
Haji Mahmud yang biasa
dipanggil Buya itu menarik nafas
panjang. Perlahan disentuhnya
bahu pemuda itu. Ada rasa kasih
yang memancar tulus dari sorot
mata tuanya. Mata yang
senantiasa tampak teduh dan
siap memberikan empatinya
pada pemuda yang berparas
elok itu
( Titip Rindu Buat Ibu : 12 )
4. Bagian awal cerita mungkin
merupakan hal yang
mengarahkan pembaca
kepada teknik yang dipakai
pengarang baik teknik
Akuan dan Diaan
Pada bagian awal cerita
pengarang berada di luar cerita
karena langsung pada dialog
para tokoh yang terlibat tokoh
Haji Mahmud dan Faisal tokoh
utama dalam cerita ini.
C. SETTING : UNSUR LATAR DAN TIPE LATAR
No Unsur Latar Tipe Latar
1.
2.
3.
Unsur latar yang
digunanakan Novia Syahidah
dalam novel ini, meramu
berbagai unsur latar
sehingga variasi unsur latar
tersebut menjadi padu pada
cerita
Berikut adalah unsur-unsur
latar yang digunakan :
Latar Tempat :
Cerita ini diangkat Novia
Syahidah di daerah
Ambacang , Piliiang Luhak
Lima Puluh Kota yang ada
di daerah Minangkabau
Sumatera Barat
Latar Waktu :
Novel ini menceritakan
perjuangan yang gigih
seorang tokoh Faisal dalam
mencari jati dirinya sebagai
keturunan Minang , dan
ketika itu terjadi pada
jaman penjajahan Belanda di
Indonesia, serta merambah
masuknya paham komunis
Novia Syahidah sebagai
pengarang cenderung meramu
berbagai tipe latar dalam
ceritanya.Pengarangmenggunaka
n lebih cenderung pada tipe latar
netral dan tipe latar tipikal.
Berikut penggalan cerita yang
bertipe latar :
Malam kian larut, namun cahaya
lampu di surau Haji Mahmud
masih tampak menyala. Suara
binatang malam yang bersahut-
sahutan membuat suasana terasa
semarak dengan taburan bintang
di langit biru.
( Titip Rindu Buat Ibu :
52 )
Sumatera Barat dirundung
malang, paham komunis yang
baru masuk ke wilayah tersebut
telah menyebar dan meresap
begitu cepat laksana api yang
melalap padang ilalang di musim
kemarau.
( Titip Rindu Buat Ibu :
4.
PKI termasuk Sumatera
Barat khususnya
Minangkabau
Latar Alam Sekitar
Pengarang novel ini banyak
menggunakan alam sebagai
latar alam sekitar dalam
mengawali cerita hampir di
setiap plot baik awal
maupun akhir dari plot
tersebut
Latar Sosial
Pengarang mengangkat
cerita ini kental bernuansa
adat Minang
dari latar belakang adat
Minang dengan segala seluk
beluk adat istiadat nya yang
terdapat di Minangkabau.
82 )
Angin yang bertiup malam itu
membuat kegelapan menggigit
tulang. Suara binatang malam
riuh rendah mendendangkan
nyanyian malam.
( Titip Rindu Buat Ibu : 12 )
Tuangku Khatib tersenyum. “
Jangan salah paham Angku. Saya
orang yang sangat menjunjung
adat. Angku tidak perlu
meragukan hal itu. Tapi saya juga
sangat menaati agama, Angku
jangan lupa dengan pepatah adat
kita.
Kemenakan tunduk kepada
mamak, Mamak tunduk
kepada penghulu, Penghulu
tunduk kepada mufakat,
mufakat tunduk kepada yang
benar, dan yang benar itu
berdiri sendiri.
( Titip Rindu Buat Ibu :
150 )
SARANA CERITA
JUDUL, SUDUT PANDANG / POINT OF VIEW, GAYA DAN NADA
No Judul Sudut Pandang Gaya dan Nada
1.
2.
3.
Judul cerita Titip
Rindu Buat Ibu :
Mengacu kepada
suasana cerita
karena adanya
peristiwa perpisahan
antara tokoh utama
Faisal dengan
ibunya Aminah
karena masalah
kesukuan yang
ditentang oleh
Tungganainya
Datuak Naro
Mengacu pada
konflik yang muncul
seperti
tidak diakuinya
Faisal sebagai
putera Minang
karena Faisal
dilahirkan dari
seorang ibu
berdarah Melayu
Mengacu pada akhir
cerita yaitu adanya
peristiwa pertemuan
Faisal , Sutan Syarif
ayahnya dengan
ibunya Aminah yang
Sudut Pandang yang
digunakan pengarang
:
Pengarang adalah
pencerita yang
serba tahu,
menceritakan apa
yang dikehendakinya
untuk melengkapi
ceritanya
Pengarang
menggunakan pula
sudut pandang
objective Point of
View : Pengarang
hanya
menceritakan apa
yang
terjadi dari tokoh-
tokoh yang
dimunculkannya
Pengarang berada di
luar cerita dengan
begitu pengarang
menggunakan sudut
pandang Diaan-
Mahatahu karena
pengarang tidak
terlibat di dalam
cerita itu, alur cerita
yang ada bertumpu
Gaya bahasa yang
digunakan
cenderung lebih
banyak
menggunakan
Metafora, Refetisi,
serta gaya bahasa
pengarang sendiri
sebagai orang
keturunan
Mingkabau
Pengarang
menggunakan
diksi yaitu pilihan
kata yang
sesuai dengan
makna konotasi
dan denotasi yang
cenderung
bernuansa daerah
Minangkabau
Terdapat juga
imaji literal
karena pengarang
dalam ceritanya
banyak
menggunakan
rangkaian kata
yang dapat
dikembangkan
telah berpisah
sekian tahun yang
lalu.
pada karakter tokoh-
tokohnya sehingga
pengarang berada di
luar cerita.
Nada dari novel
ini kental dengan
nuansa
Minangkabau
sesuai dengan
status pengarang
sendiri sebagai
orang
Minangkabau,
sarat dengan
nuansa islami
khas
Minangkabau
Mengungkapkan
kerinduan tokoh
utama kepada
sang ibu karena
peristiwa
perpisahan
karena adapt dan
egoisnya sang
penghulu adat di
daerah yang
dimaksud dalam
cerita itu.
TEMA JENIS TEMA, PENAFSIRAN TEMA, DAN KESIMPULAN
Jenis Tema dan makna Penafsiran Tema
Pengarang Novia Syahidah dalam
novel ini menggunakan berbagai
tema yang terkandung dalam
ceritanya :
1. Termasuk tema tradisional
kebenaran
dan keadilan mengalahkan
segalanya
2. Tema utama dalam cerita itu
adalah
perjuangan gigih seorang Faisal
dalam
suasana penjajahan Belanda
memperjuangkan jati dirinya
sebagai
keturunan Minang.
3. Sesuai dengan tingkatan cerita
itu
mengandung tema tingkat
social
karena cerita itu berhubungan
dengan
masalah perjuangan, budaya
daerah,
adat istiadat, cinta kasih,
kerinduan
seorang anak terhadap
orangtuanya.
Tema yang terkandung dalam
novel karya Novia Syahidah ini
adalah perjuangan Faisal yang
gigih untuk mencari kejelasan jati
dirinya, kesukuannya, sarat
dengan nuansa adat istiadat
daerah Minangkabau
Cerita pada novel ini lepas
bernuansa islami yang khas
Minangkabau
Novel ini sarat dengan gaya
bahasa yang berhubungan
dengan adat istiadat
Bagi Faisal ibunya adalah nafas,
pelita yang membuat api
rindunya menyala-nyala jika
bukan karena adapt dan aturan
adat Minang yang diterapkan
salah tak mungkin terjadi
perpisahan antara Faisal dan
Ibunya.
KESIMPULAN :
1. Novia Syahidah sebagai pengarang novel “ Titip Rindu Buat Ibu “
banyak
menghubungkan ceritanya dengan adapt istiadat Minangkabau
sesuai dengan asal
tanah kelahiran Novia Syahidah sendiri yang berasa dari Ranah
Minang.
2. Pengarang lebih banyak menggunakan bahasa metafora dan Repetisi,
hal ini
terdapatnya rangkaian kata dan istilah yang berhubungan dengan
bahasa
Minangkabau.
3. Konflik yang dimunculkan oleh Novia Syahidah pada cerita novel ini
terkesan datar karena pengaruh yang dirasakan pembaca pada novel
ini kurang terlibat baik emosi maupun penafsiran pembaca pada
kelanjutan cerita sampai dengan akhir cerita yang disuguhkan hanya
konflik biasa.