analisis nilai tambah dan risiko rantai pasok ...eprints.ums.ac.id/76729/11/naskah...

20
ANALISIS NILAI TAMBAH DAN RISIKO RANTAI PASOK KERIPIK BAYAM (Studi Kasus: UKM Khasanah) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Oleh: RINA AMBARWATI D 600 150 079 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019

Upload: others

Post on 06-Nov-2020

23 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN RISIKO RANTAI PASOK ...eprints.ums.ac.id/76729/11/NASKAH PUBLIKASI-512.pdfHasil analisis nilai tambah dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Analisis Nilai

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN RISIKO RANTAI PASOK KERIPIK BAYAM

(Studi Kasus: UKM Khasanah)

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik

Oleh:

RINA AMBARWATI

D 600 150 079

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019

Page 2: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN RISIKO RANTAI PASOK ...eprints.ums.ac.id/76729/11/NASKAH PUBLIKASI-512.pdfHasil analisis nilai tambah dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Analisis Nilai

i

HALAMAN PERSETUJUAN

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN RISIKO RANTAI PASOK KERIPIK

BAYAM

(Studi Kasus: UKM Khasanah)

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

RINA AMBARWATI

D 600 150 079

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

Munajat Tri Nugroho, S.T., M.T., Ph.D.

NIK. 810

Page 3: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN RISIKO RANTAI PASOK ...eprints.ums.ac.id/76729/11/NASKAH PUBLIKASI-512.pdfHasil analisis nilai tambah dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Analisis Nilai

ii

HALAMAN PENGESAHAN

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN RISIKO RANTAI PASOK KERIPIK

BAYAM

(Studi Kasus: UKM Khasanah)

OLEH

RINA AMBARWATI

D 600 150 079

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari Rabu, 07 Agustus 2019

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1 Munajat Tri Nugroho, S.T., M.T., Ph.D.

(Ketua Dewan Penguji) (………………….)

2 Ir. Much. Djunaidi, S.T., M.T.

(Anggota 1 Dewan Penguji) (………………….)

3 Dr. Ir. Indah Pratiwi, S.T., M.T.

(Anggota 2 Dewan Penguji) (………………….)

Dekan Fakultas Teknik,

(Ir. Sri Sunarjono, M.T., Ph.D.)

NIK. 628

Page 4: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN RISIKO RANTAI PASOK ...eprints.ums.ac.id/76729/11/NASKAH PUBLIKASI-512.pdfHasil analisis nilai tambah dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Analisis Nilai

iii

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan

tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas,

maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 07 Agustus 2019

RINA AMBARWATI

NIM. D 600 150 079

Page 5: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN RISIKO RANTAI PASOK ...eprints.ums.ac.id/76729/11/NASKAH PUBLIKASI-512.pdfHasil analisis nilai tambah dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Analisis Nilai

1

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN RISIKO RANTAI PASOK KERIPIK BAYAM

(Studi Kasus: UKM Khasanah)

Abstrak

UKM Khasanah merupakan salah satu UKM di Kabupaten Boyolali yang

mengolah bayam menjadi keripik bayam. Pengolahan bayam tersebut merupakan

salah satu cara untuk meningkatkan nilai tambah bayam. Dalam pengolahan dan

pemasaran keripik bayam juga memiliki beberapa risiko yang harus dihadapi.

Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu analisis nilai tambah dan risiko rantai

pasok keripik bayam. Metode yang digunakan untuk pengukuran nilai tambah

rantai pasok adalah metode Hayami. Sedangkan, metode yang digunakan untuk

menganalisis risiko rantai pasok keripik bayam adalah House of Risk (HOR).

Berdasarkan hasil pengolahan dengan metode Hayami, nilai tambah terbesar

dihasilkan oleh mata rantai supplier yaitu sebesar 62,43% dan nilai tambah

terendah dihasilkan oleh mata rantai retailer yaitu sebesar 2,47%. Berdasarkan

hasil pengolahan dengan metode House of Risk fase 1 dapat diidentifikasi bahwa

terdapat 20 risiko pada mata rantai supplier, 29 risiko pada mata rantai produsen

dan 10 risiko pada mata rantai retailer. Pada house of risk fase 2 didapatkan hasil

bahwa strategi mitigasi risiko pada mata rantai supplier berjumlah 9, strategi

mitigasi risiko pada mata rantai produsen berjumlah 13, strategi mitigasi risiko

pada mata rantai retailer berjumlah 6.

Kata Kunci: Keripik Bayam, Nilai Tambah, Metode Hayami, Analisis Risiko, House of Risk

Abstract

UKM Khasanah is one of the UKM in Boyolali Regency which processes spinach

into spinach chips. Processing of spinach is one way to increase the added value

of spinach. In processing and marketing spinach chips also have several risks that

must be faced. Therefore, it is necessary to do an analysis of value added and the

risk of supply chain spinach chips. The method used to measure supply chain

value added is Hayami’s method. Meanwhile, the method used to analyze the risk

of supply chain spinach chips is House of Risk (HOR). Based on the results of

processing by Hayami method, the biggest added value is produced by the

supplier chain, which is 62.43% and the lowest added value is generated by the

retailer chain, which is 2.47%. Based on the results of processing with the House

of Risk phase 1 method, it can be identified that there are 20 risks in the supplier

chain, 29 risks in the producer chain and 10 risks in the chain of retailers. In house

of risk phase 2, it was found that the risk mitigation strategies in the supplier chain

amounted to 9, the risk mitigation strategies in the producer chain amounted to 13,

the risk mitigation strategies in the retailer chain amounted to 6.

Keywords: Spinach Chips, Added Value, Hayami’s Method, Risk Analysis, House of Risk

Page 6: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN RISIKO RANTAI PASOK ...eprints.ums.ac.id/76729/11/NASKAH PUBLIKASI-512.pdfHasil analisis nilai tambah dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Analisis Nilai

2

1. PENDAHULUAN

Bayam dikategorikan sebagai salah satu jenis sayuran dengan harga jual

rendah, oleh karena itu diperlukan suatu cara pengolahan bayam untuk

meningkatkan nilai tambahnya. Pengolahan bayam menjadi keripik bayam

merupakan salah satu cara untuk meningkatkan nilai tambah bayam. Boyolali

merupakan salah satu kota yang terkenal sebagai pembuat keripik bayam.

Boyolali sendiri merupakan kota penghasil bayam terbesar kedua di Jawa

Tengah dengan angka produksi sebesar 216.869 kuintal pada tahun 2016 (BPS

JATENG, 2017).

Salah satu merk keripik bayam yang terkenal di Boyolali adalah keripik

Khasanah. Keripik bayam Khasanah diproduksi oleh UKM Khasanah di

Dukuh Sumber RT 12/RW 02, Kelurahan Sumber, Kecamatan Simo,

Kabupaten Boyolali. UKM Khasanah mendapatkan bayam dari petani secara

langsung dan mengolahnya dengan teknik yang masih manual yaitu dimulai

dari proses pencucian bayam, dilanjutkan dengan pemisahan daun bayam dari

batangnya, penggorengan daun bayam dengan tepung hingga proses

pengemasan.

UKM Khasanah dalam pengolahan dan pemasaran keripik bayam juga

memiliki beberapa risiko yang harus dihadapi diantaranya yaitu kelangkaan

bayam, bayam mudah layu dan keripik bayam mudah hancur. Risiko-risiko

yang terjadi dapat menghambat proses produksi dan mengurangi nilai tambah

yang diperoleh tiap rantai pasok.

Berdasarkan kondisi yang telah diuraikan maka perlu dilakukan suatu

analisis nilai tambah dan risiko rantai pasok keripik bayam. Metode yang

digunakan untuk pengukuran nilai tambah rantai pasok adalah metode

Hayami. Sedangkan, metode yang digunakan untuk menganalisis risiko rantai

pasok keripik bayam adalah House of Risk (HOR).

2. METODE

Dilakukan penelitian pada mata rantai supplier, produsen dan retailer. Metode

yang digunakan untuk pengukuran nilai tambah rantai pasok adalah metode

Hayami. Dengan metode ini, dapat diketahui besarnya nilai tambah, nilai

output dan produktivitas. Sedangkan, metode yang digunakan untuk

Page 7: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN RISIKO RANTAI PASOK ...eprints.ums.ac.id/76729/11/NASKAH PUBLIKASI-512.pdfHasil analisis nilai tambah dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Analisis Nilai

3

menganalisis risiko rantai pasok keripik bayam adalah House of Risk (HOR).

Metode HOR dapat mengidentifikasi kejadian risiko yang muncul, penyebab

risiko yang diprioritaskan dan menentukan strategi pengelolaan risiko.

2.1 Metode Pengumpulan Data

Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan menyebarkan

kuesioner kepada pihak terkait. Data keuangan, data kendala yang terjadi

pada masing-masing jaringan rantai pasok keripik bayam serta

penyebabnya diperoleh dari observasi dan wawancara kepada pihak

terkait. Untuk data mengenai nilai severity, occurrence dan correlation

dari setiap dampak risiko dan penyebab risiko diperoleh dari menyebarkan

kuesioner kepada pihak terkait.

2.2 Perhitungan Nilai Tambah

Analisis nilai tambah metode Hayami merupakan metode yang

memperkirakan perubahan nilai bahan baku setelah mendapatkan

perlakuan. Hayami dkk, (1987) menjelaskan langkah-langkah perhitungan

nilai tambah dalam tabel 1.

Tabel 1. Prosedur Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami

No Variabel Nilai

Output, Input dan Harga

1 Output (kg/hari) A

2 Input bahan baku (kg/hari) B

3 Input tenaga kerja (jam/hari) C

4 Faktor konversi (1)/(2) D = A/B

5 Koefisien tenaga kerja (3)/(2) E = C/B

6 Harga produk (Rp/kg) F

7 Upah rata-rata (Rp/jam) G

Penerimaan dan Keuntungan

8 Input bahan baku (Rp/kg) H

9 Input lain (Rp/kg) I

10 Nilai produk (Rp/kg) J = D x F

11 a. Nilai tambah (Rp/kg) K = J – H – I

b. Rasio nilai tambah (%) L = (K/J) x 100%

12 a. Pendapatan tenaga kerja (Rp/kg) M = E x G

b. Bagian pendapatan tenaga kerja (%) N = M/K x 100%

13 a. Keuntungan pemrosesan (Rp/kg) O = K - M

b. Tingkat Keuntungan (%) P = (O/J) x 100%

Page 8: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN RISIKO RANTAI PASOK ...eprints.ums.ac.id/76729/11/NASKAH PUBLIKASI-512.pdfHasil analisis nilai tambah dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Analisis Nilai

4

2.3 Perhitungan House of Risk (HOR)

Metode House of Risk (HOR) terbagi kedalam 2 fase. HOR fase 1

merupakan bagian mengidentifikasi risk event (kejadian risiko) dan risk

agent (penyebab risiko). HOR fase 2 merupakan bagian merumuskan

strategi mitigasi risiko dan menentukan derajat kesulitan serta total

keefektifan penerapan mitigasi risiko (Pujawan dan Geraldin, 2009).

Tahapan-tahapan dalam metode HOR dapat dilihat pada gambar 1.

Menentukan Aktivitas Proses Supply

Chain Pada Perusahaan Berdasarkan

Metode Supply Chain Operations

Reference (SCOR)

Melakukan Identifikasi Risiko Dan

Penyebab Risiko

Menentukan Severity

Risk Event

Menentukan Occurance

Risk Agent

Menentukan Korelasi

Risk Event & Risk Agent

Menghitung Nilai Aggregate Risk

Potential (ARP)

Menentukan Prioritas Risk Agent dari

Nilai ARP Tertinggi dengan Diagram

Pareto

Menentukan Strategi Mitigasi Risiko

Menentukan Korelasi Antara Strategi

Mitigasi Risiko dengan Penyebab

Risiko

Menentukan

Keefektifan

Menentukan Derajat

Kesulitan Penetapan

Mitigasi Risiko

Menentukan

Keefektifan Derajat

Kesulitan

Menentukan Ranking Prioritas Strategi

Mitigasi Risiko

Hou

se of R

isk F

ase 1

H

ou

se of R

isk F

ase 2

Gambar 1. Tahapan-Tahapan Metode HOR

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jaringan rantai pasok keripik bayam UKM Khasanah terdiri terdiri

dari supplier, produsen dan retailer atau pedagang kecil. Jaringan rantai

3.1 Identifikasi Model Rantai Pasok Keripik Bayam

Page 9: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN RISIKO RANTAI PASOK ...eprints.ums.ac.id/76729/11/NASKAH PUBLIKASI-512.pdfHasil analisis nilai tambah dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Analisis Nilai

5

pasok keripik bayam UKM Khasanah termasuk cukup sederhana, dapat

dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Model Rantai Pasok Keripik Bayam

Supplier rantai pasok keripik bayam UKM Kasanah adalah Pak

Ngatimin selaku petani bayam yang berasal Desa Ngampon, Kecamatan

Ampel, Kabupaten Boyolali. Bayam raja sebagai bahan baku utama hanya

bisa didapatkan di tempat tersebut. UKM Khasanah adalah produsen yang

fokus mengolah bayam menjadi keripik bayam. Retailer UKM Khasanah

adalah toko-toko dan pedagang kecil. Retailer yang bekerja sama secara

tetap dengan UKM Khasanah adalah toko Lany Snack dan toko Tiga

Saudara. Pada model rantai pasok keripik bayam, konsumen merupakan

jaringan akhir.

3.2 Identifikasi Aliran Produk, Informasi & Keuangan Rantai Pasok Keripik

Bayam

Hasil penelitian mengenai aliran produk, informasi dan keuangan

rantai pasok keripik bayam dapat dilihat pada gambar 3.

Keterangan : Aliran Produk

Aliran Informasi

Aliran Keuangan

Gambar 3. Aliran Produk, Informasi & Keuangan Rantai Pasok Keripik

Bayam

Aliran produk, aliran informasi & aliran keuangan rantai pasok

keripik bayam berjalan dengan baik. Aliran barang terjadi dari hulu ke

hilir. UKM khasanah selaku produsen mengambil bayam langsung ke

petani dan mengirimkan produk jadi berupa keripik bayam ke retailer.

Proses return barang hanya dilakukan antara retailer dan produsen. Aliran

informasi terjadi dari hulu ke hilir dan dari hilir ke hulu. Aliran informasi

meliputi informasi harga barang, jumlah barang yang dibeli, waktu

pengambilan/pengiriman, informasi jumlah produk yang di-return serta

Produsen

Keripik Bayam

Retailer Keripik

Bayam

Supplier

Bayam Konsumen

Produsen

Keripik Bayam

Retailer

Keripik Bayam Konsumen Supplier

Bayam

Page 10: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN RISIKO RANTAI PASOK ...eprints.ums.ac.id/76729/11/NASKAH PUBLIKASI-512.pdfHasil analisis nilai tambah dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Analisis Nilai

6

menyampaikan keluhan konsumen mengenai produk. Aliran keuangan

terjadi dari hilir ke hulu, semua sistem pembayaran dilakukan secara

langsung lunas. Hal tersebut menguntungkan bagi semua pihak.

3.3 Analisis Nilai Tambah Rantai Pasok

Analisis nilai tambah rantai pasok keripik bayam dilakukan dengan

metode Hayami. Analisis dilakukan pada masing-masing rantai pasok

yang terdiri dari satu petani bayam, satu pengolah bayam dan dua retailer.

Berikut merupakan hasil analisis nilai tambah masing masing rantai pasok.

Hasil analisis nilai tambah dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Analisis Nilai Tambah Terbesar

No Mata Rantai Nilai Tambah (Rp) Rasio

1 Supplier Rp 7.392.000,00 62,43%

2 Produsen Rp 17.826,23 45,13%

3 Retailer Rp 666,67 2,47%

Nilai tambah terbesar dihasilkan oleh mata rantai supplier yaitu

sebesar 62,43%. Hal ini terjadi karena pada proses penanaman bayam,

petani tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli bahan baku, proses

penanaman bayam tergolong mudah dan hasil panen yang melimpah. Nilai

tambah terbesar kedua dihasilkan oleh mata rantai produsen yaitu sebesar

45,13%. Sedangkan, nilai tambah terendah dihasilkan oleh mata rantai

retailer yaitu sebesar 2,47%. Hal tersebut terjadi karena retailer langsung

menjual kembali keripik bayam dari mata rantai sebelumnya tanpa

melakukan pengolahan produk kembali. Cara yang dapat dilakukan oleh

mata rantai retailer supaya dapat meningkatkan nilai tambah produk serta

keuntungan adalah dengan melakukan penambahan jumlah penjualan

produk keripik bayam.

3.4 Analisis House of Risk (HOR)

Analisis risiko rantai pasok keripik bayam dilakukan dengan

metode House of Risk (HOR). Analisis dilakukan pada masing-masing

rantai pasok yang terdiri dari satu petani bayam, satu pengolah bayam dan

dua retailer. Berikut merupakan hasil analisis nilai tambah masing masing

rantai pasok.

Page 11: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN RISIKO RANTAI PASOK ...eprints.ums.ac.id/76729/11/NASKAH PUBLIKASI-512.pdfHasil analisis nilai tambah dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Analisis Nilai

7

3.4.1 Analisis risiko mata rantai supplier

Berdasarkan pemetaan aktivitas menggunakan konsep SCOR

dapat diidentifikasi bahwa terdapat 20 risiko serta 18 penyebab

risiko pada mata rantai supplier. Setelah dilakukan penilaian melalui

kuesioner, selanjutnya diidentifikasi tingkat hubungan/correlation

(Rij) antara risk event (i) dan risk agent (j) untuk mengetahui

seberapa kuat pengaruh penyebab risiko terhadap dampak risiko,

kemudian dilakukan perhitungan ARP.

Pada house of risk fase 1 didapatkan hasil bahwa penyebab

risiko dominan pada mata rantai supplier berjumlah 7. Dilakukan

penyusunan strategi mitigasi risiko yang bertujuan untuk

meminimalisir terjadinya risiko. Penyusunan strategi mitigasi risiko

dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Strategi Mitigasi Risiko Mata Rantai Supplier

Simbol

Risk

Agents

Keterangan Deskripsi Strategi Mitigasi Risiko

Simbol

Strategi

Mitigasi

A2 Tidak melakukan pendataan terhadap

jumlah stock dan pemakaian bahan

baku

Merupakan agen risiko yang dapat menyebabkan kesalahan penentuan

jumlah bahan baku dan bahan-baku

habis sebelum waktunya

Melakukan pendataan terhadap jumlah stock dan pemakaian bahan

baku

PA1

A3 Cuaca buruk Merupakan agen risiko yang dapat

menyebabkan bahan baku langka, Ph

tanah tidak seimbang, pupuk serta obat

cepat habis dan kualitas bayam buruk

Menerapkan safety stock bahan baku PA2

Penyiangan rutin PA3

Meningkatkan wawasan dengan cara

rajin mengikuti penyuluhan pertanian

PA4

A8 Bayam terserang

hama

Merupakan agen risiko yang dapat

menyebabkan kualitas bayam buruk

Penyiangan rutin PA3

Pemberian obat secara sistematik PA5

A10 Tempat penyimpanan

terlalu lembab

Merupakan agen risiko yang dapat

menyebabkan bibit bayam busuk

Menyimpan bibit dalam toples PA6

A7 Kurangnya keahlian

sumber daya manusia

Merupakan agen risiko yang dapat menyebabkan kesalahan perencanaan

perawatan peralatan produksi, kesalahan

pemilihan indukan bayam dan kesalahan

pemilihan bibit bayam

Meningkatkan wawasan dengan cara

rajin mengikuti penyuluhan pertanian

PA4

A11 Penyimpanan terlalu

lama

Merupakan agen risiko yang dapat menyebabkan bibit bayam busuk dan

bayam hasil panen layu

Menyimpan bibit bayam pada tempat

yang sejuk dan kering

PA7

Melakukan penyiraman air pada

bayam

PA8

A14 Pembangunan irigasi

oleh pemerintah

Merupakan agen risiko yang dapat

menyebabkan sawah kekurangan air

Pembangunan irigasi dilakukan waktu

intensitas hujan turun sedang

PA9

Dari 7 penyebab risiko, telah disusun 9 strategi mitigasi. Pada

House of Risk fase 2 dilakukan identifikasi tingkat korelasi antara

strategi mitigasi risiko dengan penyebab risiko (Ejk), selanjutnya

dilakukan perhitungan keefektifan strategi mitigasi (TEk),

Page 12: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN RISIKO RANTAI PASOK ...eprints.ums.ac.id/76729/11/NASKAH PUBLIKASI-512.pdfHasil analisis nilai tambah dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Analisis Nilai

8

kemudian menentukan skala drajat kesulitan (Dk) dan melakukan uji

keefektifan derajat kesulitan (ETDk). Setelah semua langkah selesai,

langkah terakhir adalah melakukan perankingan seperti pada tabel 4.

Tabel 4. House of Risk Fase 2 Mata Rantai Supplier

Risk

Agents

(Ai)

Keterangan

Strategi Mitigasi Risiko

ARPj PA1 PA2 PA3 PA4 PA5 PA6 PA7 PA8 PA9

A2 Tidak melakukan

pendataan terhadap

jumlah stock dan

pemakaian bahan baku

9 360

A3 Cuaca buruk 3 3 3 144

A8 Bayam terserang hama 9 9 144

A10 Tempat penyimpanan

terlalu lembab 9 90

A7 Kurangnya keahlian

sumber daya manusia 9 84

A11 Penyimpanan terlalu lama 9 9 84

A14 Pembangunan irigasi oleh

pemerintah 9 54

Total effectiveness of proactive action

k (TEk) 3240 432 1728 1188 1296 810 756 756 486

Difficulty of performing action k (Dk) 3 4 3 3 3 3 3 3 4

Effectiveness to difficulty ratio of

action k (ETDk) 1080 108 576 396 432 270 252 252 121,5

Rank of proactive action k 1 9 2 4 3 5 6 6 8

Berdasarkan tabel 4. dapat diketahui strategi mitigasi risiko

dengan nilai tertinggi hingga terendah. Strategi mitigasi risiko

dengan nilai tertinggi merupakan strategi mitigasi risiko yang paling

utama untuk diimplementasikan. Urutan strategi mitigasi risiko dapat

dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Strategi Mitigasi Risiko Dominan Mata Rantai Supplier

Simbol Strategi Mitigasi Risiko Deskripsi Pelaksanaan Strategi

PA1 Melakukan pendataan terhadap

jumlah stock dan pemakaian

bahan baku

Dilakukan pendataan mengenai jumlah bahan baku yang

diperlukan dalam setiapkali produksi dan dilakukan

pencatatan setiap penggunaan bahan baku sehingga petani

tidak mengalami kekurangan atau kelebihan bahan baku

PA3 Penyiangan rutin Dilakukan penyiangan secara rutin setiap seminggu sekali

sehingga sawah terbebas dari gulma dan tanah tetap

gembur

PA5 Pemberian obat secara sistematik Dilakukan pemberian obat secara rutin setiap seminggu

sekali sehingga bayam terbebas dari hama

PA4 Meningkatkan wawasan dengan

cara rajin mengikuti penyuluhan

pertanian

Untuk menambah wawasan petani mengenai cara

menanam dan cara merawat bayam dengan baik sehingga

dihasilkan bayam yang sehat dan panen yang melimpah

maka petani sebaiknya rajin mengikuti penyuluhan

pertanian

Page 13: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN RISIKO RANTAI PASOK ...eprints.ums.ac.id/76729/11/NASKAH PUBLIKASI-512.pdfHasil analisis nilai tambah dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Analisis Nilai

9

Simbol Strategi Mitigasi Risiko Deskripsi Pelaksanaan Strategi

PA6 Menyimpan bibit dalam toples Bibit bayam sebaiknya disimpan dalam toples supaya

kelembaban udara terjaga

PA7 Menyimpan bibit bayam pada

tempat yang sejuk dan kering

Supaya bibit bayam dapat bertahan lama bibit bayam

perlu disimpan dalam tempat sejuk dan kering

PA8 Melakukan penyiraman air pada

bayam

Dilakukan penyiraman air pada bayam yang telah dipetik

supaya bayam tetap segar dan tidak mudah layu

PA9 Pembangunan irigasi dilakukan

waktu intensitas hujan turun

sedang

Jika terdapat rencana pembangunan irigasi maka

sebaiknya pembangunan tersebut dilakukan pada bulan

dimana hujan turun dalam intensitas sedang, contohnya

pada bulan maret. Sehingga bayam tetap mendapatkan air

dan proses pembangunan juga tidak terhambat.

PA2 Menerapkan safety stock bahan

baku

Tanaman membutuhkan lebih bayak pupuk dan obat saat

musim penghujan, oleh karena itu perlu adanya bahan

baku cadangan supaya petani tidak kehabisan bahan baku

3.4.2 Analisis risiko mata rantai produsen

Berdasarkan pemetaan aktivitas menggunakan konsep SCOR

dapat diidentifikasi bahwa terdapat 29 risiko dan 25 penyebab risiko

pada mata rantai produsen. Setelah dilakukan penilaian melalui

kuesioner, selanjutnya diidentifikasi tingkat hubungan/correlation

(Rij) antara risk event (i) dan risk agent (j) untuk mengetahui

seberapa kuat pengaruh penyebab risiko terhadap dampak risiko,

kemudian dilkukan perhitungan ARP.

Pada house of risk fase 1 didapatkan hasil bahwa penyebab

risiko dominan pada mata rantai produsen berjumlah 13. Dilakukan

penyusunan strategi mitigasi risiko yang bertujuan untuk

meminimalisir terjadinya risiko. Penyusunan strategi mitigasi risiko

dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Strategi Mitigasi Risiko Mata Rantai Produsen

Simbol

Risk

Agents

Keterangan Deskripsi Strategi Mitigasi Risiko

Simbol

Strategi

Mitigasi

A11 Kurangnya keahlian

sumber daya manusia

pada UKM

Merupakan agen risiko yang dapat

menyebabkan kesalahan perencanaan

perawatan peralatan produksi, daun bayam banyak terbuang saat pemisahaan

daun dari batang, adonan tidak enak,

keripik bayam kurang matang saat

digoreng dan keripik bayam gosong

Merekrut tenaga kerja yang

benar-benar ahli ahli PA1

Melakukan training secara rutin

mengenai prosedur kerja

PA2

Briefing setiap pagi dengan

karyawan

PA3

A12 Human error Merupakan agen risiko yang dapat

menyebabkan jumlah bahan baku yang

diterima tidak sesuai dengan yang dipesan, timbangan produk keripik

bayam dalam kemasan tidak sesuai, keripik bayam hancur saat dimasukan

kedalam mobil dan terjadi kecelakaan

saat pengiriman produk

Melakukan training secara rutin

mengenai prosedur kerja PA2

Briefing setiap pagi dengan

karyawan

PA3

Page 14: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN RISIKO RANTAI PASOK ...eprints.ums.ac.id/76729/11/NASKAH PUBLIKASI-512.pdfHasil analisis nilai tambah dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Analisis Nilai

10

Simbol

Risk

Agents

Keterangan Deskripsi Strategi Mitigasi Risiko

Simbol

Strategi

Mitigasi

A2 Tidak melakukan pendataan terhadap

jumlah stock dan

pemakaian bahan baku

Merupakan agen risiko yang dapat menyebabkan kesalahan penentuan

jumlah bahan baku dan bahan-baku

habis sebelum waktunya

Melakukan pendataan terhadap jumlah stock dan pemakaian

bahan baku

PA4

A10 Peralatan produksi

rusak

Merupakan agen risiko yang dapat

menyebabkan rencana produksi

berubah, gas meledak dan timbangan

tidak sesuai

Melakukan perawatan alat

produksi secara rutin PA5

A1 Permintaan produk

tiba-tiba bertambah

Merupakan agen risiko yang dapat

menyebabkan kesalahan penentuan jumlah bahan baku, kesalahan

penentuan jumlah target produksi dan

menyebabkan rencana produksi berubah

Melakukan perjanjian dengan

retailer mengenai permintaan

produk dadakan

PA6

A9 Bahan baku langka Merupakan agen risiko yang dapat

menyebabkan jumlah bahan-baku tidak

terpenuhi sehingga pengiriman produk

ke retailer terlambat

Menerapkan safety stock bahan

baku PA7

A22 Target produksi tidak

terpenuhi

Merupakan agen risiko yang dapat

menyebabkan keterlambatan pengirimaan produk ke retailer dan

proses return juga terlambat

Menerapkan metode peramalan PA8

A3 Cuaca buruk Merupakan agen risiko yang dapat menyebabkan bahan baku langka dan

kualitas bahan baku tidak sesuai standar

Menerapkan safety stock bahan

baku

PA7

A18 Terlalu lama didinginkan di ruangan

terbuka

Merupakan agen risiko yang dapat menyebabkan produk kotor, basah dan

melempem

Mempersingkat waktu

pendinginan produk

PA9

A14 Metode penyimpanan

bahan baku salah

Merupakan agen risiko yang dapat menyebabkan bahan baku rusak saat

disimpan

Menyimpan bahan baku dalam

tempat yang sejuk dan lembab

PA10

A25 Tidak melakukan maintenance pada alat

transportasi

Merupakan agen risiko yang dapat menyebabkan alat transportasi rusak

saat digunakan

Melakukan maintenace alat

transportasi secara rutin

PA11

A13 Rendahnya kemampuan supplier

memenuhi permintaan

kualitas bahan baku

Merupakan agen risiko yang dapat menyebabkan kualitas bahan baku tidak

sesuai standar dan daun bayam mudah

tergulung saat digoreng

Memilih supplier dengan kualitas

bahan baku terbaik

PA12

A23 Tidak menerapkan

safety stock produk

jadi

Merupakan agen risiko yang dapat

menyebabkan keterlambatan pengiriman produk dan keterlambatan proses

penggantian produk ke retailer

Menerapkan safety stock produk

jadi

PA13

Dari 13 penyebab risiko, telah disusun 13 strategi mitigasi. Pada

House of Risk fase 2 dilakukan identifikasi tingkat korelasi antara

strategi mitigasi risiko dengan penyebab risiko (Ejk), selanjutnya

dilakukan perhitungan keefektifan strategi mitigasi (TEk),

kemudian menentukan skala drajat kesulitan (Dk) dan melakukan uji

keefektifan derajat kesulitan (ETDk). Setelah semua langkah selesai,

langkah terakhir adalah melakukan perankingan seperti pada tabel 7.

Page 15: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN RISIKO RANTAI PASOK ...eprints.ums.ac.id/76729/11/NASKAH PUBLIKASI-512.pdfHasil analisis nilai tambah dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Analisis Nilai

11

Tabel 7. House of Risk Fase 2 Mata Rantai Produsen

Risk Agents

(Ai) Keterangan

Strategi Mitigasi Risiko ARPj

PA1 PA2 PA3 PA4 PA5 PA6 PA7 PA8 PA9 PA10 PA11 PA12 PA13

A11 Kurangnya keahlian sumber

daya manusia pada UKM 9 9 3 192

A12 Human error 3 3 158

A2 Tidak melakukan pendataan

terhadap jumlah stock dan

pemakaian bahan baku

9 156

A10 Peralatan produksi rusak 9 132

A1 Permintaan produk tiba-tiba

bertambah 9 114

A9 Bahan baku langka 9 114

A22 Target produksi tidak terpenuhi 9 114

A3 Cuaca buruk 9 108

A18 Terlalu lama didinginkan di

ruangan terbuka 9 102

A14 Metode penyimpanan bahan

baku salah 3 72

A25 Tidak melakukan maintenance

pada alat transportasi 9 72

A13 Rendahnya kemampuan supplier

memenuhi permintaan kualitas

bahan baku

9 60

A23 Tidak menerapkan safety stock

produk jadi jadi 9 54

Total effectiveness of proactive action k (TEk) 1728 2202 1050 1404 1188 1026 1998 1026 918 216 648 540 486

Difficulty of performing action k (Dk) 3 4 3 3 3 5 5 4 3 4 3 4 3

Effectiveness to difficulty ratio of action k (ETDk) 576 550,5 350 468 396 205,2 399,6 256,5 306 54 216 135 162

Rank of proactive action k 1 2 6 3 5 10 4 8 7 13 9 12 11

Page 16: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN RISIKO RANTAI PASOK ...eprints.ums.ac.id/76729/11/NASKAH PUBLIKASI-512.pdfHasil analisis nilai tambah dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Analisis Nilai

12

Berdasarkan tabel 7. dapat diketahui strategi mitigasi risiko

dengan nilai tertinggi hingga terendah. Strategi mitigasi risiko

dengan nilai tertinggi merupakan strategi mitigasi risiko yang paling

utama untuk diimplementasikan. Urutan strategi mitigasi risiko dapat

dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Strategi Mitigasi Risiko Dominan Mata Rantai Produsen

Simbol Strategi Mitigasi Risiko Deskripsi Pelaksanaan Strategi

PA1 Merekrut tenaga kerja yang benar-

benar ahli

Supaya proses produksi berjalan secara efektif dan produk yang

dihasilkan baik, maka sebaiknya UKM Khasanah merekrut

tenaga kerja yang sudah ahli dalam bidang masing-masing

PA2 Melakukan training secara rutin

mengenai prosedur kerja

Dilakukan training secara rutin setiap sebulan sekali supaya

tenaga kerja semakin ahli dan menghindari human error

PA4 Melakukan pendataan terhadap jumlah

stock dan pemakaian bahan baku

Dilakukan pendataan mengenai jumlah bahan baku yang

diperlukan dalam setiapkali produksi dan dilakukan pencatatan

setiap penggunaan bahan baku sehingga produsen tidak

mengalami kekurangan atau kelebihan bahan baku

PA7 Menerapkan safety stock bahan baku Bayam akan mengalami penurunan hasil panen saat musim

penghujan, oleh karena itu perlu adanya bahan baku cadangan

supaya produsen tidak kehabisan bahan baku

PA5 Melakukan perawatan alat produksi

secara rutin

UKM Khasanah perlu merawatan alat produksi secara rutin

setiap seminggu sekali yaitu pada hari Minggu sehingga alat

produksi bekerja dengan baik, bersih dan tidak mudah rusak

PA3 Briefing setiap pagi dengan karyawan Karyawan dibriefing setiap pagi guna mengingatkan tugas

masing-masing karyawan, menjelaskan target produksi pada

hari tersebut dan mendekatkan hubungan antara karyawan

dengan pemilik UKM.

PA9 Mempersingkat waktu pendinginan

produk

Setelah bayam digoreng, lama waktu penirisan dan

pendinginan keripik bayam diruangan terbuka adalah maksimal

15 menit, hal tersebut dapat mencegah produk kotor serta

melempem

PA8 Menerapkan metode peramalan Peramalan merupakan salah satu metode yang efektif untuk

memperkirakan jumlah permintaan produk dan jumlah bahan

baku yang dibutuhkan beberapa bulan kedepan. Dengaan

menerapkan metode peramalan, maka produsen dapat membeli

bahan baku yang dibutuhkan secara tepat

PA11 Melakukan maintenace alat

transportasi secara rutin

UKM Khasanah perlu merawatan alat transportasi secara rutin

setiap seminggu sekali yaitu pada hari Minggu sehingga alat

transpotasi aman dan tidak rusak saat dihunakan

PA6 Melakukan perjanjian dengan retailer

mengenai permintaan produk dadakan

Dibuat perjanjian antara retailer dengan UKM Khasanah

mengenai permintaan produk dadakan. Perjanjian tersebut

meliputi maksimal jumlah permintaan produk, proses

pengiriman dan harga produk, sehingga kedua belah pihak

diuntungkan

PA13 Menerapkan safety stock produk jadi Dilakukan penambahan jumlah produksi supaya produsen

memiliki produk cadangan saat bahan baku langka dan saat

retailer tiba-tiba meminta produk tambahan

PA12 Memilih supplier dengan kualitas

bahan baku terbaik

Dilakukan penyeleksian terhadap supplier supaya UKM

Khasanah mendapatkan bahan baku bayam dengan kualitas

baik

PA10 Menyimpan bahan baku dalam tempat

yang sejuk dan lembab

Bahan baku disimpan dalam tempat yang sejuk dan lembab

yang merupakan tempat yang ideal untuk menyimpan bahan

baku supaya awet

Page 17: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN RISIKO RANTAI PASOK ...eprints.ums.ac.id/76729/11/NASKAH PUBLIKASI-512.pdfHasil analisis nilai tambah dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Analisis Nilai

13

3.4.3 Analisis risiko mata rantai retailer

Berdasarkan pemetaan aktivitas menggunakan konsep SCOR

dapat diidentifikasi bahwa terdapat 10 risiko dan 13 penyebab risiko

pada mata rantai retailer. Setelah dilakukan penilaian melalui

kuesioner, selanjutnya diidentifikasi tingkat hubungan/correlation

(Rij) antara risk event (i) dan risk agent (j) untuk mengetahui

seberapa kuat pengaruh penyebab risiko terhadap dampak risiko,

kemudian dilakukan perhitungan ARP retailer 1 dengan retailer 2.

Pada house of risk fase 1 dilakukan perhitungan rata-rata nilai

ARP antara retailer 1 dengan retailer 2 dan didapatkan hasil bahwa

penyebab risiko dominan pada mata rantai retailer berjumlah 7.

Dilakukan penyusunan strategi mitigasi risiko yang bertujuan untuk

meminimalisir terjadinya risiko. Penyusunan strategi mitigasi risiko

dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Strategi Mitigasi Risiko Mata Rantai Retailer

Simbol

Risk

Agents

Keterangan Deskripsi Strategi Mitigasi Risiko

Simbol

Strategi

Mitigasi

A3 Bahan baku langka Merupakan agen risiko yang dapat menyebabkan jumlah produk keripik bayam tidak terpenuhi

sehingga produk terbatas dan harga produk naik

Menerapkan safety stock produk PA1

Melakukan koordinasi secara

rutin dengan produsen melalui

telepon

PA2

A6 Harga produk tiba-

tiba naik

Merupakan agen risiko yang dapat menyebabkan

biaya pembelian bahan baku melebihi anggaran

Menerapkan safety stock produk PA1

Melakukan koordinasi secara

rutin dengan produsen melalui

telepon

PA2

A13 Tidak hati-hati dalam

menata produk

Merupakan agen risiko yang dapat menyebabkan

produk hancur Membuat rak PA3

Selalu melakukan pengecekan

produk yang diterima PA4

Briefing setiap pagi dengan

karyawan

PA5

A8 Human error Merupakan agen risiko yang dapat menyebabkan jumlah produk yang diterima tidak sesuai dengan

yang dipesan dan keripik bayam hancur karena

kurang hati-hati saat penataan produk

Briefing setiap pagi dengan

karyawan

PA5

A2 Tidak melakukan pendataan terhadap

jumlah stock dan

pemakaian produk

Merupakan agen risiko yang dapat menyebabkan kesalahan penentuan jumlah produk yang akan

dibeli dan produk terjual habis sebelum waktunya

Melakukan pendataan terhadap jumlah stock dan pemakaian

produk

PA6

A10 Bahan baku jelek Merupakan agen risiko yang dapat menyebabkan

kualitas produk tidak sesuai standar

Selalu melakukan pengecekan

produk yang diterima

PA4

Melakukan koordinasi secara rutin dengan produsen melalui

telepon

PA2

A11 Pengemasan kurang

rapat

Merupakan agen risiko yang dapat menyebabkan

kualitas produk menurun selama proses

penyimpanan

Selalu melakukan pengecekan

produk yang diterima

PA4

Page 18: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN RISIKO RANTAI PASOK ...eprints.ums.ac.id/76729/11/NASKAH PUBLIKASI-512.pdfHasil analisis nilai tambah dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Analisis Nilai

14

Dari 7 penyebab risiko, telah disusun 6 strategi mitigasi. Pada

House of Risk fase 2 dilakukan identifikasi tingkat korelasi antara

strategi mitigasi risiko dengan penyebab risiko (Ejk), selanjutnya

dilakukan perhitungan keefektifan strategi mitigasi (TEk),

kemudian menentukan skala drajat kesulitan (Dk) dan melakukan uji

keefektifan derajat kesulitan (ETDk). Setelah semua langkah selesai,

langkah terakhir adalah melakukan perankingan seperti pada tabel 10

dan tabel 11.

Tabel 10. House of Risk Fase 2 Mata Rantai Retailer 1

Risk

Agents

(Ai)

Keterangan Strategi Mitigasi Risiko

ARPj PA1 PA2 PA3 PA4 PA5 PA6

A3 Bahan baku langka 9 3 126

A6 Harga produk tiba-tiba naik 3 9 90

A13 Tidak hati-hati dalam menata produk 1 1 9 72

A8 Human error 9 69

A2 Tidak melakukan pendataan terhadap

jumlah stock dan pemakaian produk 9 48

A10 Bahan baku jelek 1 3 36

A11 Pengemasan kurang rapat 9 36

Total effectiveness of proactive action k (TEk) 1404 1224 72 504 1269 432

Difficulty of performing action k (Dk) 4 3 5 3 3 4

Effectiveness to difficulty ratio of action k (ETDk) 351 408 14,4 168 423 108

Tabel 11. House of Risk Fase 2 Mata Rantai Retailer 2

Risk

Agents

(Ai)

Keterangan Strategi Mitigasi Risiko

ARPj PA1 PA2 PA3 PA4 PA5 PA6

A3 Bahan baku langka 9 1 126

A6 Harga produk tiba-tiba naik 9 9 90

A13 Tidak hati-hati dalam menata produk 1 3 9 72

A8 Human error 9 69

A2 Tidak melakukan pendataan terhadap

jumlah stock dan pemakaian produk 9 48

A10 Bahan baku jelek 1 3 36

A11 Pengemasan kurang rapat 9 36

Total effectiveness of proactive action k (TEk) 1944 972 72 648 1269 432

Difficulty of performing action k (Dk) 4 3 4 3 3 3

Effectiveness to difficulty ratio of action k (ETDk) 486 324 18 216 423 144

Dilakukan perhitungan rata-rata nilai ETD antara retailer 1

dengan retailer 2 dan dapat diketahui strategi mitigasi risiko dengan

nilai tertinggi hingga terendah. Strategi mitigasi risiko dengan nilai

tertinggi merupakan strategi mitigasi risiko yang paling utama untuk

Page 19: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN RISIKO RANTAI PASOK ...eprints.ums.ac.id/76729/11/NASKAH PUBLIKASI-512.pdfHasil analisis nilai tambah dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Analisis Nilai

15

diimplementasikan. Urutan strategi mitigasi risiko dapat dilihat pada

tabel 12.

Tabel 12. Strategi Mitigasi Risiko Dominan Mata Rantai Retailer

Simbol Strategi Mitigasi Risiko Deskripsi Pelaksanaan Strategi

PA5

Briefing setiap pagi dengan

karyawan

Karyawan dibriefing setiap pagi guna

mengingatkan tugas masing-masing karyawan,

menjelaskan target penjualan pada hari tersebut

dan mendekatkan hubungan antara karyawan

dengan pemilik toko

PA1

Menerapkan safety stock produk Dilakukan penambahan jumlah pembelian produk

supaya produsen memiliki produk cadangan saat

bahan baku langka

PA2

Melakukan koordinasi secara rutin

dengan produsen melalui telepon

Selalu koordinasi dengan produsen mengenai

harga produk jumlah, produk yang dibeli dan

waktu pengiriman produk sehingga dalam

penjulan retailer tidak mengalami kerugian

PA4

Selalu melakukan pengecekan

produk yang diterima

Dilakukan pengecekan kualitas dan jumlah pada

setiap produk yang diterima dari produsen. Hal

tersebut dapat meminimalisir produk yang

diterima tidak sesuai standar, hancur dan

jumlahnya tidak sesuai

PA6

Melakukan pendataan terhadap

jumlah stock dan pemakaian

produk

Dilakukan pendataan mengenai jumlah produk

yang diterima dan dilakukan pencatatan setiap

produk yang terjual sehingga retailer tidak

mengalami kekurangan produk

PA3

Membuat rak Retailer membuat rak yang berfungsi sebagai

tempat penyimpanan produk. Rak membuat

tumpukan produk lebih rapi sehingga produk

keripik bayam tidak mudah hancur dan kemasan

tidak mudah rusak

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian analisis nilai tambah dan risiko rantai pasok

keripik bayam yang telah dilakukan pada mata rantai supplier, produsen, dan

retailer dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

a. Rantai pasok keripik bayam terdiri dari 3 jaringan yaitu petani bayam yang

bertindak sebagai supplier, UKM Khasanah bertindak sebagai produsen

pengolah bayam menjadi keripik bayam dan retailer atau pedagang kecil yang

bertindak sebagai penyalur produk kepada konsumen.

b. Aliran produk, aliran informasi & aliran keuangan rantai pasok keripik bayam

berjalan dengan baik. Aliran barang terjadi dari hulu ke hilir. Aliran informasi

terjadi dari hulu ke hilir dan dari hilir ke hulu. Aliran keuangan terjadi dari

hilir ke hulu, semua sistem pembayaran dilakukan secara langsung lunas. Hal

tersebut menguntungkan bagi semua pihak.

Page 20: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN RISIKO RANTAI PASOK ...eprints.ums.ac.id/76729/11/NASKAH PUBLIKASI-512.pdfHasil analisis nilai tambah dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Analisis Nilai

16

c. Nilai tambah terbesar dihasilkan oleh mata rantai supplier yaitu sebesar

62,43%. Sedangkan, nilai tambah terendah dihasilkan oleh mata rantai retailer

yaitu sebesar 2,47%. Hal tersebut terjadi karena retailer langsung menjual

kembali keripik bayam dari mata rantai sebelumnya tanpa melakukan

pengolahan produk kembali. Cara yang dapat dilakukan oleh mata rantai

retailer supaya dapat meningkatkan nilai tambah produk serta keuntungan

adalah dengan melakukan penambahan produk.

d. Berdasarkan pemetaan aktivitas menggunakan konsep SCOR dapat

diidentifikasi bahwa terdapat 20 risiko serta 18 penyebab risiko pada mata

rantai supplier, 29 risiko serta 25 penyebab risiko pada mata rantai produsen

dan 10 risiko serta 13 penyebab risiko pada mata rantai retailer. Pada house of

risk fase 1 didapatkan hasil bahwa penyebab risiko dominan pada mata rantai

supplier berjumlah 7, penyebab risiko dominan pada mata rantai produsen

berjumlah 13 dan penyebab risiko dominan pada mata rantai retailer

berjumlah 7.

e. Pada house of risk fase 2 didapatkan hasil bahwa strategi mitigasi risiko pada

mata rantai supplier berjumlah 9, strategi mitigasi risiko pada mata rantai

produsen berjumlah 13, strategi mitigasi risiko pada mata rantai retailer

berjumlah 6.

DAFTAR PUSTAKA

BPS Jateng. 2017. Luas Panen dan Produksi Tanaman Sayuran dan Buah-buahan

Semusim Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Tengah, 2015–2016.

(https://jateng.bps.go.id/, diakses diakses 2 Desember 2018).

Hayami ,Y; Kawagoe, T; Morooka, Y dan Siregar, M. 1987 . Agricultural

Marketing and Processing in Upland Java. A Perspective from a Sunda

Village. Bogor: The CPGRT Centre.

Pujawan, I Nyoman dan Geraldin, Laudine H. 2009. “House of Risk: a Model for

Proactive Supply Chain Risk Management”. Business Process

Management Journal, Vol. 15 (6), pp: 953-967.