analisis manajemen persediaan bahan baku dengan metode …

16
ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE ECONOMICAL ORDER QUANTITY (EOQ) PADA PT. TSUZUKI INDONESIA MANUFACTURING Yusuf Nugroho) 1 , Hamdan Amaruddin, S.E., M.E.) 2 Prodi Manajemen, Universitas Pelita Bangsa E-mail : [email protected]; [email protected] ABSTRAK Penentuan kuantitas persediaan bahan baku merupakan hal yang sangat penting untuk kelangsungan proses produksi dalam perushaan. Kuantitas persediaan bahan baku yang terlalu besar akan menambah biaya pengontrolan bahan serta akan terjadi penurunan kualitas bahan baku karena penyimpanan yang lama. Sebaliknya jika perushaan mengalami kekurangan persediaan, proses produksi tidak akan berjalan lancar dan akan menimbulkan kerugian. Dalam penelitian ini, peneliti akan memberiakn usulan perbaikan penentuan persediaan bahan baku dengan menerapkan metode Economical Order Quantity (EOQ). Penentuan persediaan bahan baku pada PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing saat ini mengacu pada kebijakan manajemen. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi kasus. Penelitian studi kasus menurut Arikunto (2006:142) dalam Alfiah (2011:46) yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Mengacu pada pendapat tersebut, populasi dan sampel dalam penelitian ini tidak ada karena penelitian ini hanya meneliti pengambilan keputusan pembelian bahan baku. Obyek penelitin ini adalah PT. TIM. Berdasarkan data yang ada, maka penelitian ini mengambil data pembelian dan pemakaian bahan baku Tahun 2018 menggunakan metode economical order quantity (EOQ). Dari hasil analisis yang dilakukan, dengan menerapkan economical orde quantity (EOQ) shaft stator 155.087 pcs dengan frekuensi pembelian 10 kali, set ring 15 mm 248.510 pcs dengan frekuensi pembelian 6 kali, needle brg 142.499 pcs dengan frekuensi pembelian 11 kali, plug 5,3 229.732 pcs dengan frekuensi pembelian 7 kali, dan plug 5,8 1.161.752 pcs dengan frekuensi 7 kali. Persediaan pengamanan (safety stock) shaft stator 8.517 pcs, set ring 15 mm 8.517 pcs, needle brg 8.598 pcs, plug 5,3 8,598 pcs dan plug 5,8 42.996 pcs. Titik pemesanan kembali (reorder point) shaft stator 17.034 pcs, set ring 15 mm 17.196 pcs, needle brg 17.196 pcs, plug 5,3 17.196 pcs dan plug 5,8 85.992 pcs. Total biaya persediaan (total inventory cost) shaft stator Rp 3.126.156.121,01, set ring 15 mm Rp 98.248.474,55, needle brg Rp 828.870.286,17, plug 5,3 Rp 99.284.501,21 dan plug 5,8 Rp 494.552.941,00. Dengan perhitungan menggunakan metode economical order quantity, perusahaan sebaiknya

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU

DENGAN METODE ECONOMICAL ORDER QUANTITY (EOQ)

PADA PT. TSUZUKI INDONESIA MANUFACTURING

Yusuf Nugroho) 1, Hamdan Amaruddin, S.E., M.E.)2

Prodi Manajemen, Universitas Pelita Bangsa

E-mail : [email protected]; [email protected]

ABSTRAK

Penentuan kuantitas persediaan bahan baku merupakan hal yang sangat penting untuk

kelangsungan proses produksi dalam perushaan. Kuantitas persediaan bahan baku yang

terlalu besar akan menambah biaya pengontrolan bahan serta akan terjadi penurunan

kualitas bahan baku karena penyimpanan yang lama. Sebaliknya jika perushaan

mengalami kekurangan persediaan, proses produksi tidak akan berjalan lancar dan akan

menimbulkan kerugian. Dalam penelitian ini, peneliti akan memberiakn usulan

perbaikan penentuan persediaan bahan baku dengan menerapkan metode Economical

Order Quantity (EOQ). Penentuan persediaan bahan baku pada PT. Tsuzuki Indonesia

Manufacturing saat ini mengacu pada kebijakan manajemen.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi kasus. Penelitian

studi kasus menurut Arikunto (2006:142) dalam Alfiah (2011:46) yaitu suatu penelitian

yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam suatu organisasi, lembaga atau

gejala tertentu. Mengacu pada pendapat tersebut, populasi dan sampel dalam penelitian

ini tidak ada karena penelitian ini hanya meneliti pengambilan keputusan pembelian

bahan baku. Obyek penelitin ini adalah PT. TIM. Berdasarkan data yang ada, maka

penelitian ini mengambil data pembelian dan pemakaian bahan baku Tahun 2018

menggunakan metode economical order quantity (EOQ).

Dari hasil analisis yang dilakukan, dengan menerapkan economical orde quantity

(EOQ) shaft stator 155.087 pcs dengan frekuensi pembelian 10 kali, set ring 15 mm

248.510 pcs dengan frekuensi pembelian 6 kali, needle brg 142.499 pcs dengan

frekuensi pembelian 11 kali, plug 5,3 229.732 pcs dengan frekuensi pembelian 7 kali,

dan plug 5,8 1.161.752 pcs dengan frekuensi 7 kali. Persediaan pengamanan (safety

stock) shaft stator 8.517 pcs, set ring 15 mm 8.517 pcs, needle brg 8.598 pcs, plug 5,3

8,598 pcs dan plug 5,8 42.996 pcs. Titik pemesanan kembali (reorder point) shaft

stator 17.034 pcs, set ring 15 mm 17.196 pcs, needle brg 17.196 pcs, plug 5,3 17.196

pcs dan plug 5,8 85.992 pcs. Total biaya persediaan (total inventory cost) shaft stator

Rp 3.126.156.121,01, set ring 15 mm Rp 98.248.474,55, needle brg Rp

828.870.286,17, plug 5,3 Rp 99.284.501,21 dan plug 5,8 Rp 494.552.941,00. Dengan

perhitungan menggunakan metode economical order quantity, perusahaan sebaiknya

menerapkan karena perusahaan dapat melakukan pembelian bahan baku dengan jumlah

yang optimal dan frekuwensi pemesanan yang minimal.

Kata Kunci : Persediaan Bahan Baku, Reorder Point (ROP), Safety Stock (SS), Total Inventory

Cost (TIC), Economic Order Quantity (EOQ).

1. Latar Belakang

Setiap perusahaan baik itu perusahaan

jasa ataupun perusahaan manufaktur

memiliki tujuan utama yaitu memperoleh

laba. Laba yang diperoleh oleh perusahaan

manufaktur sangat berkaitan dengan

kelancaran proses produksi. Apabila produksi

berjalan lancar, maka perusahaan dapat

memenuhi permintaan delivery ke customer

sesuai jadwal yang sudah ditetapkan dan

penilaian atau performa perusahaan akan

baik, sehingga tidak menutup kemungkinan

akan mendapatkan proyek-proyek baru.

Tetapi sebaliknya, delivery ke customer tidak

berjalan sesuai jadwal yang ditetapkan

apabila produksi tidak berjalan lancar dan

penilaian atau performa perusahaan akan

jelek yang akan mengakibatkan tidak akan

mendapatkan proyek baru atau bahkan di

coret dari daftar supplier.

Demi tercapainya kelancaran proses

produksi, persediaan bahan baku menjadi

kunci utama. Perusahaan harus menerapkan

atau memperhitungkan pembelian dan

persediaan bahan baku yang baik dan tepat,

maka diperlukan pengawasan terhadap

pembelian dan persediaan bahan baku pada

perusahaan manufaktur agar proses produksi

tetap berjalan. Dalam pembelian dan

persediaan bahan baku harus dipastikan

sesuai kebutuhan produksi. Jika perusahaan

mengalami kelebihan persediaan, maka akan

menambah biaya untuk pengotrolan bahan

tersebut dan juga kemungkinan akan

terjadinya penurunan kualitas yang akan

menimbulkan bahan tidak bisa digunakan

sehingga perusahaan akan mengalami

kerugian. Sebaliknya jika perusahaan

mengalami kekurangan persediaan, proses

produksi tidak akan berjalan lancar dan akan

menimbulkan pengiriman atau delivery

terhambat.

Economical Order Quantity (EOQ)

merupakan suatu metode yang dapat

digunakan untuk menetapkan persediaan

yang paling optimal. Menurut Gitosudarmo

(2002: 101) dalam Rahardyan Dwa Prihasdi

(2012), menyatakan bahwa EOQ sebenarnya

adalah merupakan volume atau jumlah

pembelian yang paling ekonomis untuk

dilaksanakan pada setiap kali pembelian.

persediaan bahan baku dapat dibuat

minimum, biaya serendah-rendahnya, dan

mutu lebih baik. Penggunaan metode ini

dalam pengambilan keputusan pembelian

bahan baku akan mampu meminimumkan

terjadinya out of stock sehingga proses

produksi dapat berjalan dengan lancar juga

dapat mewujudkan efisiensi persediaan

bahan baku. Penghematan biaya

penyimpanan bahan baku dan penggunaan

gudang juga dapat dilakukan dengan metode

ini. Begitu juga risiko yang timbul karena

persediaan bahan baku yang menumpuk di

gudang dapat pula diatasi dengan

memanfaatkan metode ini (Rahardyan Dwa

Prihasdi 2012).

Dalam proses pembelian bahan baku

terdapat perbedaan antara departemen PPIC

dan kebijakan perusahaan atau manajemen.

Manajemen mengharapkan persediaan bahan

baku dapat disediakan sebanyak-banyaknya

atau bias memenuhi kebutuhan 9-10 hari

kedepan, kebijkan tersebut diambil untuk

menghindari terjadinya persediaan bahan

baku yang kosong atau menipis yang

dikhawatirkan akan mengganggu

berlangsungnya proses produksi dan akan

mengakibatkan terganggunya pengiriman

atau delivery.

Departemen PPIC berpendapat, apabila

pembelian dilakukan berlebihan akan

menyebabkan adanya penumpukan bahan

baku, akan berkurangnya kualitas bahan baku

karena penyimpanan yang terlalu lama,

berpotensi terjadinya persediaan yang tidak

ada pergerakan dikarenakan customer atau

pelanggan sudah menghentikan produksi atau

ganti model. Persediaan barang yang berlebih

juga akan berdampak pada perputaran

keuangan perusahaan, yang seharusnya uang

bisa digunakan untuk pembelian bahan yang

lebih menguntungkan atau diperlukan.

Tabel 1.01 Persediaan Bahan Baku

PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing Tahun

2018 Bahan

Baku

Persediaan

Bahan Baku

Biaya Penyimpanan

Shaft

Stator

25.404 Rp 1,149,556,404.00

Set Ring

15MM

91.603 Rp 76,580,108.00

Needle

BRG

63.006 Rp 786,944,940.00

Plug 5,3 72.906 Rp 70,791,726.00

Plug 5,8 395.280 Rp 375,120,720.00

Total Rp 2,458,993,898.00

Sumber: data perusahaan yang diolah dan

diambil tahun 2018

Berdasarkan Tabel 1.01 diketahu bahwa

jumlah persediaan bahan baku dapat

menimbulkan biaya penyimpanan. Jumlah

persediaan pada tahun 2018 menimbulkan

biaya sebesar Rp 2.458.993.898,00.

Penyimpanan bahan baku yang terlalu besar

merupakan pemborosan ongkos yang terlalu

besar, dan juga akan menimbulkan

penurunan kualitas bahan baku karena

penyimpanan yang lama. Belum adanya

penelitian tentang manajemen persediaan

bahan baku pada PT. Tsuzuki Indonesia

Manufacturing memotivasi peneliti untuk

mengetahui lebih jauh tentang manajemen

persediaan. Dalam melakukan penelitian ini,

penulis menggunakan metode Economical

Order Quantity (EOQ) untuk menentukan

persediaan bahan baku yang optimal. Dari

latar belakang yang sudah diuraikan diatas,

maka penulis melakukan penelitian dengan

judul “ANALISIS MANAJEMEN

PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN

METODE ECONOMICAL ORDER

QUANTITY (EOQ) PADA PT.TSUZUKI

INDONESIA MANUFACTURING ”.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Persediaan (inventory) adalah stock

atau simpanan barang-barang yang disimpan

perusahaan dalam persediaan yang

berhubungan dengan bisnis yang dilakukan

(Stevenson dan Chuong, 2014: 180).

Persediaan adalah kekayaan lancar yang

terdapat dalam perusahaan dalam bentuk

persediaan bahan mentah (bahan baku/raw

material), barang setengah jadi (work in

process), dan barang jadi (finished

goods)(Prawirosentono, 2009:65 dalam

Candra Yuliana Topowijiyono dan Nengah

Sudjana, 2016).

Ristono (2009:1) mendefinisikan

persediaan dapat diartikan sebagai barang-

barang yang disimpan untuk digunakan atau

dijual pada masa atau periode yang akan

datang. Persediaan terdiri dari persediaan

bahan baku, persediaan setengah jadi, dan

persediaan barang jadi. Herjanto (2008:237),

persediaan adalah bahan atau barang yang

disimpan yang akan digunakan untuk

memenuhi tujuan tertentu, jadi dapat

disimpulkan persediaan yaitu sebagai barang-

barang yang disimpan untuk digunakan pada

periode yang akan datang untuk memenuhi

tujuan tertentu. Menurut Handoko

(2011:333), Persediaan (Inventory) adalah

suatu istilah umum yang menunjukkan segala

sesuatu atau sumber daya organisasi yang

disimpan dalam antisipasinya terhadap

pemenuh permintaan.

Persediaan merupakan hal yang

terpenting dalam suatu perusahaan dan

mempunyai pengaruh penting pada fungsi

bisnis terutama fungsi operasional

pemasaran. Setiap perusahaan yang bergerak

dibidang industri tidak akan lepas dari

persediaan. Bahan baku merupakan hal

paling utama yang harus ada didalam

perusahaan, terutama perusahaan industri,

karena bahan baku merupakan bagian dari

suatu proses produksi yang harus ada didalam

perusahaan dan tidak dapat diabaikan

keberadaannya, baik dalam kuantitas maupun

kualitas yang telah ditentukan oleh

perusahaan (Azmi Fahma Amrillah,

2016;36).

Persediaan bahan baku pembantu

memiliki pengaruh signifikan terhadap

proses produksi. Perusahaan yang bergerak

dibidang industri sering mengalami kendala

didalam menjalankan suatu kegiatan

produksinya, kendala tersebut diantaranya

adalah mengenai besar kecilnya suatu

persediaan bahan baku pembantu yang ada di

perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan

pengendalian persediaan bahan baku

pembantu untuk mengantisipasi kendala

tersebut. Pengendalian persediaan bertujuan

agar barang jadi dapat sessuai dengan yang

diinginkan oleh pelanggaan (Azmi Fahma

Amrillah, 2016;36).

Persediaan bahan baku yang dimiliki

perusahaan mempunyai fungsi tersendiri bagi

perusahaan yang dapat berguna di masa

depan. Menurut Handoko (2015:335-336)

perusahaan melakukan penyimpanan

persediaan barang karena berbagai fungsi,

yaitu:

1. Fungsi Decoupling

Fungsi penting persediaan adalah

memungkinkan operasi-operasi

perusahaan internal dan eksternal

mempunyai kebebasan (independensi).

Persediaan decouples ini

memungkinkan perusahaan dapat

memenuhi permintaan langganan tanpa

menunggu supplier.

2. Fungsi Economics Lot Sizing

Melalui penyimpanan persediaan,

perusahaan dapat memproduksi dan

membeli sumber-sumber daya dalam

kuantitas yang dapat mengurangi biaya-

biaya per unit, Dengan persediaan lot

size ini akan mempertimbangkan

penghematan-penghematan.

3. Fungsi Antisipasi

Sering perusahaan menghadapi

fluktuasi permintaan yang dapat

diperkirakan dan diramalkan berdasar

pengalaman atau data masa lalu.

Disamping itu, perusahaan juga sering

dihadapkan pada ketidakpastian jangka

waktu pengiriman barang kembali

sehingga harus dilakukan antisipasi

untuk cara menanggulanginya.

Terdapat berbagai macam jenis

persediaan, setiap jenis mempunyai

arakteristik yang berbeda. Persediaan

jenisnya dapat dibedakan menurut Assauri

(2008:171) dalam David Wijaya et al

(2016:581-582) sebagai berikut:

1. Persediaan bahan baku (Raw Material

Stock)

Persediaan dari barang-barang

berwujud yang digunakan dalam proses

produksi, barang mana dapat diperoleh

dari sumber-sumber alam ataupun dibeli

dari supplier atau perusahaan yang

menghasilkan bahan baku bagi

perusahaan pabrik yang

menggunakannya.

2. Persediaan bagian produk (Purchased

part)

Persediaan barang-barang yang terdiri

dari part atau bagian yang diterima dari

perusahaan lain, yang dapat secara

langsung diassembling dengan part lain,

tanpa melalui proses produksi.

3. Persediaan bahan-bahan pembantu atau

barang-barang perlengkapan (Supplies

Stock)

Persediaan barang-barang atau bahan-

bahan yang diperlihatkan dalam proses

produksi untuk membantu berhasilnya

produksi atau yang dipergunakan dalam

bekerjanya suatu Persediaan barang

setengah jadi atau barang dalam proses

(Work in process / progress stock)

Persediaan barang-barang yang keluar

dari tiap-tiap bagian dalam satu pabrik

atau bahan-bahan yang telah diolah

menjadi suatu bentuk, tetapi lebih perlu

diproses kembali untuk kemudian

menjadi barang jadi.

4. Persediaan barang jadi (Finished goods

stock)

Barang-barang yang telah selesai

diproses atau diolah dalam pabrik dan

siap untuk dijual kepada pelanggan atau

perusahaan lain.

Biaya persediaan merupakan semua

pengeluaran dan kerugian yang harus

dibayarkan akibat dari adanya inventory,

yaitu termasuk harga pembelian, ordering

cost, biaya bongkar, biaya simpan, dan biaya

kehabisan inventory (Baroto, 2002:55 dalam

Candra Yuliana Topowijiyono dan Nengah

Sudjana, 2016). Terdapat dua jenis biaya

persediaan yang diperhitungkan dalam

penggunaan EOQ menurut Syamsuddin

(2007:295) dalam Candra Yuliana

Topowijiyono dan Nengah Sudjana (2016)

dalam yaitu :

1. Biaya pemesanan adalah biaya-biaya

yang berubah sesuai dengan frekuensi

pemesanan yaitu biaya-biaya

administrasi, biaya pembongkaran dan

pemasukan barang ke dalam gudang,

biaya pengiriman dan pembuatan cek

untuk pembayaran dll. Biaya

pemesanan ini akan semakin kecil

dengan semakin besarnya kuantitas

barang yang dipesan dalam setiap kali

pemesanan karena hal ini berarti

semakin sedikitnya frekuensi

pemesanan.

2. Biaya pemeliharaan adalah biaya-biaya

yang berubah sesuai dengan perubahan

nilai persediaan. Adapun biaya-biaya

yang termasuk dalam kategori biaya

pemeliharaan adalah biaya

penyimpanan atau sewa gudang, biaya

asuransi, cadangan (biaya yang

disisihkan) untuk memungkinkan

rusaknya barang dalam persediaan,

biaya obsilescene, dan biaya atas modal

yang terikat dalam persediaan.

Pengendalian persediaan merupakan

fungsi manajerial yang sangat penting bagi

perusahaan, karena persediaan fisik pada

perusahaan akan melibatkan investasi yang

sangat besar pada pos aktiva lancar.

Pelaksanaan fungsi ini akan berhubungan

dengan seluruh bagian yang bertujuan agar

usaha penjualan dapat intensif serta produk

dan penggunaan sumber daya dapat

maksimal. Istilah pengendalian merupakan

penggabungan dari dua pengertian yang

sangat erat hubungannya tetapi dari masing-

masing pengertian tersebut dapat diartikan

sendiri-sendiri yaitu perencanaan dan

pengawasan. Pengawasan tanpa adanya

perencanaan terlebih dahulu tidak ada

artinya, demikian pula sebaliknya

perencanaan tidak akan menghasilkan

sesuatu tanpa adanya pengawasan (M.

Trihudiyatmanto, 2017:222).

Menurut Widjaja (1996:4) dalam M.

Trihudiyatmanto (2017:222), perencanaan

adalah proses untuk memutuskan tindakan

apa yang akan diambil dimasa depan.

Perencanaan kebutuhan bahan adalah suatu

sistem perencanaan yang pertama-tama

berfokus pada jumlah dan pada saat barang

jadi yang diminta yang kemudian

menentukan permintaan turunan untuk bahan

baku, komponen dan sub perakitan pada saat

tahapan produksi terdahulu

(Horngren,1992:321 dalam M.

Trihudiyatmanto, 2017:222).

Pengawasan bahan adalah suatu fungsi

terkoordinasi didalam organisasi yang

terusmenerus disempurnakan untuk

meletakkan pertanggungjawaban atas

pengelolaan bahan baku dan persediaan pada

umumnya, serta menyelenggarakan suatu

pengendalian internal yang menjamin adanya

dokumen dasar pembukuan yang mendukung

sahnya suatu transaksi yang berhubungan

dengan bahan, pengawasan bahan meliputi

pengawasan fisik dan pengawasan nilai atau

rupiah bahan (Supriyaono, 1999:400 dalam

M. Trihudiyatmanto, 2017:223).

Pengendalian adalah proses manajemen

yang memastikan dirinya sendiri sejauh hal

itu memungkinkan, bahwa kegiatan yang

dijalankan oleh anggota dari suatu organisasi

sesuai dengan rencana dan kebijaksanaannya

(Widjaja, 1996:3 dalam M. Trihudiyatmanto,

2017:223). Pengendalian berkisar pada

kegiatan memberikan pengamatan,

pemantauan, penyelidikan dan

pengevaluasian keseluruh bagian manajemen

agar tujuan yang ditetapkan dapat tercapai.

Pengendalian persediaan dapat

dikatakan sebagai suatu kegiatan untuk

mengontrol jumlah persediaan bahan baku

dan persediaan barang jadi, maka perusahaan

dapat menghindari tergangunya proses

produksi dan mengetahui peenjualan dan

pembeliaan yang optimal (Assauri,2008;248

dalam Azmi Fahma Amrillah 2016;37).

Riyanto (2010:78) dalam Handoko

(2011:339), mengatakan “EOQ adalah

jumlah kuantitas barang yang dapat diperoleh

dengan biaya yang minimal, atau sering

dikatakan sebagai jumlah pembelian yang

optimal. Model ini digunakan untuk

menentukan kuantitas pesanan persediaan

yang minimumkan biaya langsung

penyimpanan persedian dan biaya

kebalikannya (inverse cost) pemesanan

persediaan.

Economic Order Quantity adalah salah

satu metode yang digunakan dalam

penentuan jumlah kuantitas pemesanaan

yang optimal (Syamsuddin, 2011:294). Menurut Gitosudarmo (2002:101) dalam M.

Trihudiyatmanto (2017:223) EOQ

sebenarnya merupakan volume atau jumlah

pembelian yang paling ekonomis untuk

dilaksanakan pada setiap kali untuk

memenuhi kebutuhan itu maka dapat

diperhitungkan pemenuhan kebutuhan

(pembeliannya) yang paling ekonomis yaitu

sejumlah barang yang akan dapat diperoleh

dengan pembelian dengan menggunakan

biaya yang minimal. EOQ (Economic Order

Quantity) adalah jumlah pesanan yang dapat

meminimumkan total biaya persediaan,

pembelian yang optimal. Dalam mencari

berapa totalbahan yang tetap untuk

dibelidalam setiap kali pembelian untuk

menutup kebutuhan selama satu periode.

1. Pemakaian Senyatanya.

2. Waktu tunggu.

3. Model Pembelian Bahan.

4. Persediaan Bahan Pengaman (Safety

Stock).

5. Pemesanan Kembali (reorder point)

Economic Order Quantity (EOQ)

merupakan salah satu model klasik yang

pertama kali diperkenalkan oleh FW Harris

pada tahun 1915, tetapi lebih dikenal dengan

metode Wilson dikarenakan pada tahun 1934

metode EOQ dikembangkan oleh Wilson

(Sofyan, 2013:54). Kuantitas pesanan

ekonomis atau EOQ adalah jumlah

persediaan yang dipesan pada suatu waktu

yang menimbulkan biaya persediaan

tahunan. (Carter, 2012:314). Jumlah pesanan

ekonomis merupakan metode yang akan

membantu manajemen dalam mengambil

keputusan agar pengadaan investasi dalam

perusahaan tidak berlebihan dan tidak akan

terjadi kekurangan dengan jumlah yang

optimal.

Terdapat beberapa asumsi dalam

metode EOQ menurut Heizer dan Render

(2011:92), yaitu:

1. Jumlah pembelian tetap.

2. Lead time konstan.

3. Barang yang dipesan selalu tersedia.

4. Tidak ada diskon.

5. biaya melakukan pemesanan dan biaya

menyimpan persediaan merupakan

biaya variabel dalam waktu tertentu.

6. Pemesanan dilakukan pada waktu yang

tepat untuk menghindari stock out.

Economical Order Quantity (EOQ)

dapat digunakan untuk mendapatkan

besarnya pembelian bahan baku yang

optimal sekali pesan dengan biaya

minimal. Perhitungan Economical Order

Quantity (EOQ) menurut M.

Trihudiyatmanto (2017:225), dapat

dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

𝐸𝑂𝑄 =√2𝑆𝐷

Keterangan :

D : Kebutuhan (unit/periode)

S : Biaya pemesanan setiap kali pesan

h : Biaya penyimpanan per unit per periode

Persediaan pengaman adalah persediaan

yang dilakukan untuk mengantisipasi adanya

ketidakpastian permintaan dan kekurangan

bahan baku (Ristono,2009:7).

Ahyari (dalam Meilani dan

Saputra)(2013:328) mengatakan: Safety

Stock adalah jumlah persediaan bahan yang

minimum yang harus ada untuk menjaga

kemungkinan keterlambatan datangnya

bahan yang dibeli agar perusahaan tidak

mengalami stock out atau gangguan kegiatan

kelancaran produksi karena kehabisan bahan

yang umumnya menimbulkan elemen biaya

stock out.

Persediaan pengaman ini diperlukan

karena dalam kenyataanya jumlah bahan

baku yang diperlukan untuk proses produksi

tidak selalu tepat seperti yang direncanakan

dan apabila bahan baku tersebut dalam

keadaan nol atau habis tanpa ada stok

pengaman, dapat mengakibatnya terhentinya

proses produksi yang menimbulkan kerugian

bagi perusahaan.

Rumus untuk menghitung safety stock

menurut Slamet (2007:161) adalah sebagai

berikut:

Safety stock = (Pemakaian Maksimum –

Pemakaian Rata-rata) Lead Time.Menurut

Heizer dan Render (2015:567) “Titik

pemesanan ulang atau Reorder Point yaitu

tingkat persediaan, ketika persediaan telah

mencapai tingkat tertentu, pemesanan harus

dilakukan”. Jika titik pemesanan ulang

ditetapkan terlalu rendah, persediaan bahan

atau barang akan habis sebelum persediaan

pengganti diterima sehingga produksi dapat

terganggu atau permintaan pelanggan tidak

dapat dipenuhi. Namun, jika titik persediaan

ulang ditetapkan terlalu tinggi maka ketika

persediaan baru sudah datang, sedangkan

persediaan di gudang masih banyak, keadaan

ini mengakibatkan pemborosan biaya dan

investasi yang berlebih.

𝑅𝑂𝑃 = ( 𝑑 𝑥 𝐿 ) + 𝑆𝑎𝑓𝑒𝑡𝑦 𝑆𝑡𝑜𝑐𝑘

Total Biaya persediaan (TIC) adalah

total biaya yang dikeluarkan untuk

mengadakan persediaan mulai dari

pemesanan bahan sampai dengan barang

sebut terjual pada konsumen. Perhitungan

total biaya persediaan (Total Inventory Cost)

digunakan untuk membuktikan bahwa

dengan adanya jumah pembelian ahan baku

yang optimal, yang dihitung dengan

menggunakan metode EOQ akan dicapai

total biaya bahan baku yang minimal

(Alfiah,2011).

Adapun rumus untuk menghitung Total

Inventory Cost (TIC)adalah sebagai berikut:

𝑇𝐼𝐶 = √2. 𝐷𝑆𝐻

Dimana:

TIC(Q) = total biaya persediaan per tahun.

D = jumlah kebutuhan barang dalam unit.

H = biaya penyimpanan (unit per periode).

S = biaya pemesanan setiap kali pesanan.

3. METODE PENELITIAN

Dalam melakukan penelitian ini penulis

menggunakan metode kuantitatif dengan

desain studi kasus. Penelitian studi kasus

menurut Arikunto (2006:142) dalam Alfiah

(2011:46) yaitu suatu penelitian yang

dilakukan secara intensif, terinci dan

mendalam suatu organisasi, lembaga atau

gejala tertentu. Penelitian ini adalah studi

kasus tentang penggunaan model Economical

Order Quantity (EOQ) dalam pembelian

bahan baku di PT. Tsuzuki Indonesia

Manufacturing berdasarkan data histori

pembelian pada periode januari 2018 sampai

desember 2018.

Penelitian ini dilakukan di PT. Tsuzuki

Indonesia Manufacturing Karawang yang

beralamat di Jalan Harapan Raya Lot JJ Blok

3B Kawasan Industri KIIC Karawang, Jawa

Barat 41361 Indonesia Phone : (0267)

8634902-04 Fax : (0267) 8634905 dan waktu

penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai

Agustus 2109.

Persediaan bahan baku yang ada pada

perusahaan harus tersedia untuk menjamin

proses produksi agar berjalan lancar. Akan

tetapi perusahaan harus memastikan

persediaan bahan baku jangan terlalu besar

sehingga modal yang tertanam atau biaya yang

ditimbulakan dengan adanya persediaan juga

tidak besar dan untuk menghindari penurunan

atau penyusutan kualitas barang kareana

penyimpanan terlalu lama. Untuk menentukan

penyediaan bahan baku dapat menggukan

metode economical order quanlity, yaitu

jumlah pembelian bahan baku yang dapat

diperoleh dengan biaya ekonomis setiap kali

pembelian. Metode EOQ merupakan model

persediaan yang memiliki komponen

perhitungan yaitu jumlah pemesanan, biaya

pemesanan dan biaya penyimpanan.

Tujuan perhitungan dengan Metode

economical order quanlity untuk menentukan

pembelian yang ideal, artinya antara

pembelian dan pemakaian seimbang. Jumlah

pemesanan. Apabila digambarkan dalam

desain penelitian, maka desain penelitian ini

sebagai berikut :

Penelitian ini merupakan penelitian

kasus karena penelitian ini dilakukan secara

intensif, terinci, dan mendalam terhadapa

pengambilan keputusan pembelian bahan

baku PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing.

Hal ini sesuai pendapat (Arikunto, 1998:115

dalam M. Trihudiyantmanto, 2017:224)

bahwa penelitian yang dilakukan secara

intensif, terinci dan mendalam terhadap obyek

suatu organisasi, lembaga atau gejala-gejala

tertentu yang diteliti.

Mangacu pada pendapat tersebut,

populasi dan sampel dalam penelitian ini tidak

ada karena penelitian ini hanya meneliti

pengambilan keputusan pembelian bahan

baku di satu perusahaan sebagai sumber data,

yaitu pengambilan keputusan pembelian

bahan baku pada PT. Tsuzuki Indonesia

Manufacturing tahun 2018.

Dalam upaya memperoleh data yang

memeberikan gambaran permasalahan secara

keseluruhan digunakan metode pengumpulan

data sebagai berikut :

1. Wawancara

Proses tanya dan jawab secara langsung

kepada pihak PT. Tsuzuki Indonesia

Manufacturing agar mendapatkan data

yang lengkap sehubungan masalah yang

akan diteliti.

2. Observasi

Observasi penelitian ini melakukan

pengamatan secara langsung ke

perusahaan dengan melihat data

pembelian dan pemakaian barang pada

PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing.

3. Studi Dokumen

Dokumentasi ditunjukan untuk

memperoleh data langsung dari tempat

penelitian, Dengan metode ini penelitian

dapat memperoleh data dengan

mengetahui proses produksi,

permasalahan yang terjadi pada

persediaan barang atau safety stock.

Untuk menganalisis data penelitian yang

diperoleh, digunakan metode deskriptif

analisis dan kuantitatif nonstatistik. Dengan

metode ini, data penelitian disusun,

diinterpretasikan, dideskripsikan, dan

dianalisis. Hasilnya dibandingkan dengan

kebijakan yang diterapkan perusahaan jika

perusahaan menggunakan metode Economical

Order Quantity (EOQ). Adapun alat analisis

data yang digunakan untuk menganalisis data

penelitian ini meliputi analisis pembelian

bahan baku, persediaan pengamanan (safety

stock), titik pemesanan kembali (reorder

point), biaya total persediaan (total enventory

cost).

Metode analisis data yang digunakan

untuk menjawab permasalahan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Analisis Pembelian Bahan Baku

Untuk dapat menentukan jumlah

pemesanan atau pembelian yang optimal

tiap kali pemesanan perlu ada

perhitungan kuantitas pembelian optimal

yang ekonomis atau Economic Order

Quantity (EOQ).

Adapun langkah-langkahnya sebagai

berikut :

𝐸𝑂𝑄 = √2𝑆𝐷

𝐻

Dimana:

EOQ = jumlah pembelian optimal yang

ekonomis.

S = biaya pemesanan (persiapan

pesanan dan penyiapan mesin)

perpesanan.

D = Penggunaan/permintaan yang

diperkirakan per periode waktu.

H = Biaya penyimpanan per unit per

tahun.

2. Persediaan Pengamanan (Safety Stock)

Perhitungan safety stock digunakan untuk

mengetahui berapa besar perusahaan harus

mencadangkan persediaan bahan baku

sebagai pengaman terhadap kelangsungan

proses produksi perusahaan. Untuk

menaksir besarnya safety stock menurut

Slamet (2007:161),dapat digunakan

metode perbedaan pemakaian maksimum

dan pemakaian rata-rata. Metode ini

dilakukan dengan menghitung selisish

antara pemakaian maksimum dengan

pemakaian rata-rata dalam jangka waktu

tertentu, kemudian selisih tersebut

dikalikan dengan lead time. Adapun rumus

untuk menghitung safety stock adalah

sebagai berikut:

Safety stock = (Pemakaian Maksimum –

Pemakaian Rata-rata) Lead Time

3. Titik Pemesanan Kembali (Reorder

Point)

Reorder point dapat diketahui dengan

menetapkan penggunaan selama lead time

dan ditambah dengan penggunaan selama

periode tertentu sebagai safety stock,

dengan menggunakan rumus :

Adapun rumus ROP adalah sbg

berikut:

𝑅𝑂𝑃 = ( 𝑑 𝑥 𝐿 ) + 𝑆𝑎𝑓𝑒𝑡𝑦 𝑆𝑡𝑜𝑐𝑘

4. Biaya Total Persediaan (Total

Inventory Cost)

Analisis ini untuk mengetahui berapa

total persediaan yang terdiri dari biaya

pembelian bahan baku, biaya

penyimpanan dan biaya pemesanan.

Adapun rumusnya adalah : Total biaya

persediaan bahan baku = biaya

pembelian bahan baku + biaya

pemesanan + biaya penyimpanan

TIC =

Dimana:

TIC(Q) = total biaya persediaan per

tahun

D = jumlah kebutuhan barang dalam

unit

H = biaya penyimpanan (unit per

periode)

S = biaya pemesanan setiap kali pesanan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Persediaan Shaft Stator Yang Optimal

Dengan Metode EOQ

Pembelian shaft stator pada PT. Tsuzuki

Indonesia Manufacturing ditunjukkan pada

Tabel 5.01 sebagai berikut :

Tabel 5.01 Pembelian Shaft Stator

PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing Tahun

2018

Tabel 5.02 Pemakaian Shaft Stator

PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing Tahun

2018

Bulan Tahun 2018

Januari 143.929

Februari 130.285

Maret 138.567

April 152.129

Mei 157.435

Juni 87.977

Juli 131.336

Agustus 131.842

September 153.921

Oktober 159.677

November 160.380

Desember 123.021

Jumlah 1.670.499

Rata-Rata 139.208,25

Tabel 5.03 Biaya Pemesanan Shaft Stator

PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing Tahun

2018

Tabel 5.04 Biaya Penyimpanan Shaft Stator

PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing Tahun

2018

Berdasarkan uraian diatas, jumlah

pembelian shaft stator yang dihitung dengan

menggunakan metode EOQ pada PT.

Tsuzuki Indonesia Manufacturing adalah

sebagai berikut :

a. Perhitungan Economical Order

Quantity (EOQ)

𝐸𝑂𝑄 = √2𝑆𝐷

𝐻

= √2 𝑥 334.099.800 𝑥 1.628.824

45.251

= 155.087,24 𝑝𝑐𝑠

(Dibulatkan menjadi 155.087 pcs)

Frekuensi pembelian = 1.628.824

155.824= 10,45

(Dibulatkan menjadi 10 kali)

b. Persediaan Pengamanan (Safety Stock)

Safety stock = (Pemakaian Maksimum –

Pemakaian Rata-rata) Lead Time

= (138.574 – 135.735)x 3

= 2.839 x 3

= 8.517 Pcs

Persediaan pengamanan (safety stock)

yang harus ada untuk shaft stator pada PT.

Tsuzuki Indonesia Manufacturing 8.517 pcs.

c. Titik Pemesanan Kembali (Reoder

Point)

ROP = ( d x L ) + Safety Stock

ROP = (2.839 x 3 ) + 8.517

ROP = 8.517 + 8.157

ROP = 17.023 pcs

d. Total Biaya Persediaan (Total Inventory

Cost)

𝑇𝐼𝐶 = √2. 𝐷𝑆𝐻

𝑇𝐼𝐶 √2 𝑥 1.628.824 𝑥 334.099.800 𝑥 45.251

𝑇𝐼𝐶 = 7.017.855.301,99

Persediaan Set Ring 15 mm Yang Optimal

Dengan Metode EOQ

Pembelian set ring 15 mm pada PT.

Tsuzuki Indonesia Manufacturing

ditunjukkan pada Tabel 5.05 sebagai berikut

Tabel 5.05 Pembelian Set Ring 15 mm

PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing Tahun

2018

Tabel 5.06 Pemakaian Set Ring 15 MM

PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing Tahun

2018

Bulan Pembelian Plan

Pemakaian

Pemakaian

Max

Plan

Stock

Plan Stock

Max

Des 2017 17.796 17.796

Januari 143.929 140.261 141.261 21.464 20.706

Februari 130.285 124.509 127.833 27.240 23.158

Maret 138.567 140.545 141.349 25.263 20.376

April 152.129 153.462 158.570 23.930 13.935

Mei 157.435 156.899 160.041 24.466 11.329

Juni 87.977 79.881 81.858 32.562 17.448

Juli 131.336 135.498 137.036 28.399 11.748

Agustus 131.842 129.091 131.545 31.151 12.045

September 153.921 145.551 149.266 39.521 16.700

Oktober 159.677 150.487 155.221 48.711 21.156

November 160.380 147.508 151.815 61.583 29.721

Desember 123.021 125.133 127.338 59.471 25.404

Jumlah 1.670.499 1.628.824 1.662.891

Rata-Rata 139.208,25 135.735 138.574

Bulan Jumlah Pemesanan Biaya Pemesanan Total Biaya Pemesanan

Januari 225.447 Rp 200,00 Rp 28.785.800,00

Februari 130.200 Rp 200,00 Rp 26.057.000,00

Maret 129.000 Rp 200,00 Rp 27.713.400,00

April 184.800 Rp 200,00 Rp 30.425.800,00

Mei 157.200 Rp 200,00 Rp 31.487.000,00

Juni 74.400 Rp 200,00 Rp 17.595.400,00

Juli 129.600 Rp 200,00 Rp 26.267.200,00

Agustus 105.600 Rp 200,00 Rp 30.784.200,00

September 120.000 Rp 200,00 Rp 31.935.400,00

Oktober 141.600 Rp 200,00 Rp 32.076.000,00

November 135.000 Rp 200,00 Rp 32.076.000,00

Desember 98.500 Rp 200,00 Rp 24.099.800,00

Jumlah 1.670.499 Rp 334.099.800,00

Tahun Biaya Penyimpanan

2018 Rp 45.251,00

Bulan Tahun 2018

Januari 225.447

Februari 130.200

Maret 129.000

April 184.800

Mei 157.200

Juni 74.400

Juli 129.600

Agustus 105.600

September 120.000

Oktober 141.600

November 135.000

Desember 98.500

Jumlah 1.631.347

Rata-Rata 135.945,58

Bulan Pembelian Plan

Pemakaian

Pemakaian

Max

Plan

Stock

Plan Stock

Max

Des 2017 77.063 77.063

Januari 225.447 137.241 139.373 165.264 163.137

Februari 130.200 121.572 122.364 173.892 170.973

Maret 129.000 150.154 156.169 152.738 143.805

April 184.800 140.473 142.399 197.065 186.204

Mei 157.200 151.998 150.307 202.268 193.097

Juni 74.400 86.537 90.393 190.131 177.105

Juli 129.600 123.416 125.186 196.315 181.519

Agustus 105.600 130.792 134.700 171.123 152.419

September 120.000 131.253 132.272 159.870 140.147

Oktober 141.600 147.849 154.520 153.621 127.226

November 135.000 141.395 144.370 147.226 117.865

Desember 98.500 119.728 124.753 125.998 91.603

Jumlah 1.631.347 1.582.412 1.616.807

Rata-Rata 135.945,58 131.867,7 134.733,9

Tabel 5.07 Biaya Pemesanan Set Ring 15 mm

PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing Tahun

2018

Tabel 5.08 Biaya Penyimpanan Set Ring 15 mm

PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing Tahun 2018

Tahun Biaya Penyimpanan

2018 Rp 836,00/pcs

a. Perhitungan Economical Order

Quantity (EOQ)

𝐸𝑂𝑄 = √2𝑆𝐷

𝐻

= √2 𝑥 16.313.470𝑥 1.582.412

836

= 248.510,54 𝑃𝑐𝑠

(Dibulatkan menjadi 248.510 pcs)

Frekuensi pembelian = 1.582.412

248.510= 6,36

(Dibulatkan menjadi 6 kali)

b. Persediaan Pengamanan (Safety Stock)

Safety stock = (Pemakaian Maksimum –

Pemakaian Rata-rata) Lead Time

= (134.734 – 131.868)x 3

= 2.866 x 3

= 8.598 Pcs

c. Titik Pemesanan Kembali (Reoder

Point)

ROP = ( d x L ) + Safety Stock

ROP = (2.866 x 3 ) + 8.598

ROP = 8.598 + 8.598

ROP = 17.196 pcs

d. Total Biaya Persediaan (Total Inventory

Cost) 𝑇𝐼𝐶 = √2. 𝐷𝑆𝐻

𝑇𝐼𝐶 = √2 𝑥 1.582.412 𝑥 16.313.470 𝑥 836

𝑇𝐼𝐶 = 207.754.813,45

Persediaan Needle BRG Yang Optimal

Dengan Metode EOQ

Pembelian needle BRG pada PT. Tsuzuki

Indonesia Manufacturing ditunjukkan pada

Tabel 5.09 sebagai berikut

Tabel 5.11 Pembelian Needle BRG Pada

PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing

Tahun 2018

Tabel 5.10 Pemakaian Needle BRG

PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing Tahun

2018

Bulan Jumlah Pemesanan Biaya Pemesanan Total Biaya Pemesanan

Januari 225.447 Rp 10,00 Rp 2.254.470,00

Februari 130.200 Rp 10,00 Rp 1.302.000,00

Maret 129.000 Rp 10,00 Rp 1.290.000,00

April 184.800 Rp 10,00 Rp 1.848.000,00

Mei 157.200 Rp 10,00 Rp 1.572.000,00

Juni 74.400 Rp 10,00 Rp 744.000,00

Juli 129.600 Rp 10,00 Rp 1.296.000,00

Agustus 105.600 Rp 10,00 Rp 1.056.000,00

September 120.000 Rp 10,00 Rp 1.200.000,00

Oktober 141.600 Rp 10,00 Rp 1.416.000,00

November 135.000 Rp 10,00 Rp 1.350.000,00

Desember 98.500 Rp 10,00 Rp 985.000,00

Jumlah 1.631.347 Rp 16.313.470,00

Bulan Tahun 2018

Januari 207.300

Februari 125.100

Maret 141.750

April 152.550

Mei 139.950

Juni 82.350

Juli 128.250

Agustus 113.400

September 121.500

Oktober 139.500

November 126.900

Desember 124.200

Jumlah 1.602.750

Rata-Rata 133.562,5

Bulan Pembelian Plan

Pemakaian

Pemakaian

Max

Plan

Stock

Plan Stock

Max

Des 2017 77.063 77.063

Januari 207.300 137.246 139.373 147.117 144.990

Februari 125.100 121.572 122.364 150.645 147.726

Maret 141.750 150.154 156.169 142.241 133.307

April 152.550 140.473 142.399 154.318 143.457

Mei 139.950 151.998 150.307 142.271 133.100

Juni 82.350 86.537 90.392 138.084 125.058

Juli 128.250 123.416 125.186 142.918 128.122

Agustus 113.400 130.792 134.700 125.526 106.822

September 121.500 131.253 132.272 115.773 96.049

Oktober 139.500 147.849 154.520 107.424 81.029

November 126.900 141.395 144.370 92.929 63.559

Desember 124.200 119.728 124.753 97.401 63.006

Jumlah 1.602.750 1.582.412 1.616.807

Rata-Rata 133.562,5 131.868 134.734

Tabel 5.11 Biaya Pemesanan Needle BRG

PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing Tahun

2018

Tabel 5.12 Biaya Penyimpanan Needle BRG

PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing Tahun

2018

Tahun Biaya Penyimpanan

2018 Rp 12.490,00/pcs

a. Perhitungan Economical Order Quantity

(EOQ)

𝐸𝑂𝑄 = √2𝑆𝐷

𝐻

= √2 𝑥 80.137.500𝑥 1.582.412

12.490

= 142.498,88𝑃𝑐𝑠

(Dibulatkan menjadi 142.499 pcs)

Frekuensi pembelian = 1.582.412

142.499= 11,10

(Dibulatkan menjadi 11 kali)

b. Persediaan Pengamanan (Safety Stock)

Safety stock = (Pemakaian Maksimum –

Pemakaian Rata-rata) Lead Time

= (134.734 – 131.868)x 3

= 2.866 x 3

= 8.598 Pcs

c. Titik Pemesanan Kembali (Reoder Point)

ROP = ( d x L ) + Safety Stock

ROP = (2.866 x 3 ) + 8.598

ROP = 8.598 + 8.598

ROP = 17.196 pcs

d. Total Biaya Persediaan (Total Inventory

Cost) 𝑇𝐼𝐶 = √2. 𝐷𝑆𝐻

𝑇𝐼𝐶 = √2 𝑥 1.582.412 𝑥 80.137.500 𝑥 12.490

𝑇𝐼𝐶 = 1.779.811.037,83

Persediaan Plug 5,3 Yang Optimal Dengan

Metode EOQ

Pembelian plug 5,3 pada PT. Tsuzuki

Indonesia Manufacturing ditunjukkan pada

Tabel 5.13 sebagai berikut :

Tabel 5.13 Pembelian Plug 5,3

PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing Tahun

2018

Tabel 5.14 Pemakaian Plug 5,3

PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing Tahun

2018

Bulan Jumlah Pemesanan Biaya Pemesanan Total Biaya Pemesanan

Januari 207.300 Rp 50,00 Rp 10.365.00,00

Februari 125.100 Rp 50,00 Rp 6.255.000,00

Maret 141.750 Rp 50,00 Rp 7.087.500,00

April 152.550 Rp 50,00 Rp 7.627.500,00

Mei 139.950 Rp 50,00 Rp 6.997.000,00

Juni 82.350 Rp 50,00 Rp 4.117.500,00

Juli 128.250 Rp 50,00 Rp 6.412.500,00

Agustus 113.400 Rp 50,00 Rp 5.670.000,00

September 121.500 Rp 50,00 Rp 6.075.000,00

Oktober 139.500 Rp 50,00 Rp 6.975.000,00

November 126.900 Rp 50,00 Rp 6.345.000,00

Desember 124.200 Rp 50,00 Rp 6.210.000,00

Jumlah 1.602.750 Rp 80.137.500,00

Bulan Tahun 2018

Januari 219.265

Februari 140.000

Maret 150.000

April 170.000

Mei 120.000

Juni 100.000

Juli 100.000

Agustus 100.000

September 120.000

Oktober 150.000

November 130.000

Desember 120.000

Jumlah 1.619.265

Rata-Rata 134.938,8

Bulan Pembelian Plan

Pemakaian

Pemakaian

Max

Plan

Stock

Plan Stock

Max

Des 2017 70.448 70.448

Januari 219.265 137.246 139.373 152.467 150.340

Februari 140.000 121.572 122.364 170.895 167.976

Maret 150.000 150.154 156.169 170.741 161.807

April 170.000 140.473 142.399 200.268 189.407

Mei 120.000 151.998 150.307 168.271 159.100

Juni 100.000 86.537 90.392 181.734 168.708

Juli 100.000 123.416 125.186 158.318 143.552

Agustus 100.000 130.792 134.700 127.526 108.822

September 120.000 131.253 132.272 116.273 96.549

Oktober 150.000 147.849 154.520 118.424 92.029

November 130.000 141.395 144.370 107.029 77.659

Desember 120.000 119.728 124.753 107.301 72.906

Jumlah 1.619.265 1.582.412 1.616.807

Rata-Rata 134.938,8 131.868 134.734

Tabel 5.15 Biaya Pemesanan Plug 5,3

PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing Tahun

2018

Tabel 5.16 Biaya Penyimpanan Plug 5,3

PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing Tahun

2018

Tahun Biaya Penyimpanan

2018 Rp 971,00/pcs

a. Perhitungan Economical Order Quantity

(EOQ)

𝐸𝑂𝑄 = √2𝑆𝐷

𝐻

= √2 𝑥 16.192.500𝑥 1.582.412

971

= 229.732,33𝑃𝑐𝑠

(Dibulatkan menjadi 228.732 pcs)

Frekuensi pembelian = 1.582.412

229.732= 6,88

(Dibulatkan menjadi 7 kali)

b. Persediaan Pengamanan (Safety Stock)

Safety stock = (Pemakaian Maksimum –

Pemakaian Rata-rata) Lead Time

= (134.734 – 131.868)x 3

= 2.866 x 3

= 8.598 Pcs

c. Titik Pemesanan Kembali (Reoder Point)

ROP = ( d x L ) + Safety Stock

ROP = (2.866 x 3 ) + 8.598

ROP = 8.598 + 8.598

ROP = 17.196 pcs

d. Total Biaya Persediaan (Total Inventory

Cost) 𝑇𝐼𝐶 = √2. 𝐷𝑆𝐻

𝑇𝐼𝐶 = √2 𝑥 1.582.412 𝑥 16.192.650 𝑥 971

𝑇𝐼𝐶 = 223.071.126,79

Persediaan Plug 5,8 Yang Optimal Dengan

Metode EOQ

Pembelian plug 5,8 pada PT. Tsuzuki

Indonesia Manufacturing ditunjukkan pada

Tabel 5.17 sebagai berikut :

Tabel 5.17 Pembelian Plug 5,8

PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing Tahun

2018

Tabel 5.18 Pemakaian Plug 5,8

PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing Tahun

2018

Bulan Jumlah Pemesanan Biaya Pemesanan Total Biaya

Pemesanan

Januari 219.265 Rp 10,00 Rp 2.292.650,00

Februari 140.000 Rp 10,00 Rp 1.400.000,00

Maret 150.000 Rp 10,00 Rp 1.500.000,00

April 170.000 Rp 10,00 Rp 1.700.000,00

Mei 120.000 Rp 10,00 Rp 1.200.000,00

Juni 100.000 Rp 10,00 Rp 1.000.000,00

Juli 100.000 Rp 10,00 Rp 1.000.000,00

Agustus 100.000 Rp 10,00 Rp 1.000.000,00

September 120.000 Rp 10,00 Rp 1.200.000,00

Oktober 150.000 Rp 10,00 Rp 1.500.000,00

November 130.000 Rp 10,00 Rp 1.300.000,00

Desember 120.000 Rp 10,00 Rp 1.200.000,00

Jumlah 1.619.265 Rp 16.192.650,00

Bulan Tahun 2018

Januari 1.174.195

Februari 640.000

Maret 700.000

April 700.000

Mei 650.000

Juni 550.000

Juli 600.000

Agustus 550.000

September 600.000

Oktober 700.000

November 630.000

Desember 600.000

Jumlah 8.094.195

Rata-Rata 674.516

Bulan Pembelian Plan

Pemakaian

Pemakaian

Max

Plan

Stock

Plan Stock

Max

Des 2017 385.120 385.120

Januari 1.174.195 686.230 696.866 873.085 862.449

Februari 640.000 607.861 611.821 905.225 890.628

Maret 700.000 750.768 780.846 854.456 809.783

April 700.000 702.364 711.996 852.092 797.787

Mei 650.000 759.988 751.536 742.104 696.251

Juni 550.000 432.684 451.536 859.420 794.290

Juli 600.000 617.081 625.931 842.339 768.359

Agustus 550.000 653.960 673.501 738.379 644.858

September 600.000 656.265 661.361 682.114 583.497

Oktober 700.000 739.244 772.601 642.870 510.897

November 630.000 706.974 721.851 565.896 419.046

Desember 600.000 598.641 623.766 567.255 395.280

Jumlah 8.094.195 7.912.060 8.084.035

Rata-Rata 674.516 659.338 673.670

Tabel 5.19 Biaya Pemesanan Plug 5,8

PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing Tahun

2018

Tabel 5.20 Biaya Penyimpanan Plug 5,8

PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing Tahun

2018

Tahun Biaya Penyimpanan

2018 Rp 949,00/pcs

a. Perhitungan Economical Order Quantity

(EOQ)

𝐸𝑂𝑄 = √2𝑆𝐷

𝐻

= √2 𝑥 80.941.950𝑥 7.912.060

949

= 1.161.752,21𝑃𝑐𝑠

(Dibulatkan menjadi 1.161.752 pcs)

Frekuensi pembelian = 7.912.000

1.161.752= 6,81

(Dibulatkan menjadi 7 kali)

b. Persediaan Pengamanan (Safety Stock)

Safety stock = (Pemakaian Maksimum –

Pemakaian Rata-rata) Lead Time

= (673.670 – 659.338)x 3

= 14.332 x 3

= 42.996 Pcs

c. Titik Pemesanan Kembali (Reoder Point)

ROP = ( d x L ) + Safety Stock

ROP = (14.332 x 3 ) + 42.996

ROP = 42.996 + 42.996

ROP = 85.992 pcs

d. Total Biaya Persediaan (Total Inventory

Cost) 𝑇𝐼𝐶 = √2. 𝐷𝑆𝐻

𝑇𝐼𝐶 = √2 𝑥 7.912338 𝑥 80.941.950 𝑥 949

𝑇𝐼𝐶 = 1.102.522.220,52

5. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh

kesimpulan bahwa metode EOQ lebih efisien

dibanding dengan kebikajan perusahaan. Hal

tersebut dibuktikan dengan adanya pembelian

yang optimal dan penghematan total inventory

cost (TIC) sebagai berikut :

1. Economical order quantity (EOQ).

Hasil penelitian menunjukan bahwa

dengan menerapkan metode economical

order quantity (EOQ), maka pengadaan

dan persediaan bahan baku akan

menimbulkan efek yang baik dari segi

waktu dan biaya.Perhitungan Persediaan

bahan baku antara kebijakan perusahaan

dan metode EOQ, pembelian yang

optimal menggunakan metode EOQ

adalah sebesar shaft stator 155.087 pcs

dengan frekuensi pembelian 10 kali, set

ring 15 mm 248.510 pcs dengan

frekuensi pembelian 6 kali, needle brg

142.499 pcs dengan frekuensi

pembelian 11 kali, plug 5,3 229.732 pcs

dengan frekuensi pembelian 7 kali, dan

plug 5,8 1.161.752 pcs dengan frekuensi

7 kali.

2. Persediaan Pengamanan (Safety Stock)

Hasil penelitian menunjukan bahwa

dengan menerapkan persediaan

pengamanan (safety stock), maka dapat

meminimumkan biaya persediaan bahan

baku dan untuk menghindari timbulnya

biaya kehabisan persediaan bahan baku.

Sehingga dengan menerapkan

persediaan pengamanan (safety stock)

yang tepat dapat mengefisiensikan

jumlah persediaan yang harus ada.

Persediaan pengaman shaft stator 8.517

pcs, set ring 15 mm 8.517 pcs, needle

brg 8.598 pcs, plug 5,3 8,598 pcs dan

plug 5,8 42.996 pcs.

3. Titik Pemesanan Kembali (Reorder

Point)

Bulan Jumlah Pemesanan Biaya Pemesanan Total Biaya Pemesanan

Januari 1.174.195 Rp 10,00 Rp 11.741.950,00

Februari 640.000 Rp 10,00 Rp 6.400.000,00

Maret 700.000 Rp 10,00 Rp 7.000.000,00

April 700.000 Rp 10,00 Rp 7.000.000,00

Mei 650.000 Rp 10,00 Rp 6.500.000,00

Juni 550.000 Rp 10,00 Rp 5.500.000,00

Juli 600.000 Rp 10,00 Rp 6.000.000,00

Agustus 550.000 Rp 10,00 Rp 5.500.000,00

September 600.000 Rp 10,00 Rp 6.000.000,00

Oktober 700.000 Rp 10,00 Rp 7.000.000,00

November 630.000 Rp 10,00 Rp 6.300.000,00

Desember 600.000 Rp 10,00 Rp 6.000.000,00

Jumlah 8.094.195 Rp 80.941.950,00

Hasil penelitian menunjukan bahwa

dengan menerapkan titik pemesanan

kembali (reorder point), dapat

mengefektifkan pembelian dan

persediaan bahan baku sehingga biaya

persediaan bahan baku lebih efektif.

Dalam menerapkan reorder point harus

dipastikan sesuai kebutuhan dan lead

time barang yang akan datang. Titik

pemesanan kembali (reorder point),

shaft stator 17.034 pcs, set ring 15 mm

17.196 pcs, needle brg 17.196 pcs, plug

5,3 17.196 pcs dan plug 5,8 85.992 pcs.

4. Total Biaya Persediaan (Total Inventory

Cost)

Hasil penelitian menunjukan bahwa,

dengan pembelian yang ekonomis maka

total biaya persediaan (total invenroty

cost) dibandingkan dengan metode

kebijakan persahaan saat ini didapatkan

selisih. Selisih total biaya persediaan

shaft stator Rp 3.126.156.121,01, set

ring 15 mm Rp 98.248.474,55, needle

brg Rp 828.870.286,17, plug 5,3 Rp

99.284.501,21 dan plug 5,8 Rp

494.552.941,00.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka

dapat memberikan saran kepada perusahaan

yang dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan untuk membuat kebijakan

persediaan, saran tersebut meliputi :

1. Dalam menentukan persediaan bahan

baku yang optimal dengan biaya yang

minimum, perusahaan sebaiknya

mempertimbangkan untuk menerapkan

metode economical order quantity

(EOQ). Karena dengan menerapkan

metode economical order quantity

(EOQ) perusahaan dapat melakukan

pembelian bahan baku dengan jumlah

yang optimal dan frekuwensi

pemesanan yang minimal. 2. Dalam menentukan safety stock

sebaiknya juga dipertimbangkan

mengenai jumlah ng produk. Jika ng

produk dalam proses melebihi target

yang ditetapkan perusahaan, sebaiknya

safety stock ditambahan dengan melihat

laporan bulan sebelumnya untuk

menentukan buffer stock agar produksi

berjalan lancar.

DAFTAR PUSTAKA Sudarismiati A dan Zainuddin, 2018. Analisis

Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Dengan Metode Economic Order

Quantity (EOQ) Pada PT. Mitra Multi

Perdana, terbit dijurnal Ekonomi dan

Bisnis GROWTH (JIBG) Vol.16, No.

1, Mei 2018;1-17.

Indroprasto dan Erma S, 2012. Analisi

Pengendalian Persedian Produk

Dengan Metode EOQ Menggunakan

Algoritma Genetika untuk

Mengefisiensikan Biaya Persediaan,

terbit dijurnal Teknik ITS Vol. 1,

(Sept, 2012) ISSN: 2301-9271.

Nababan D, 2017. Sistem Pengontrolan

Persediaan Barang Dengan Metode

Economic Order Quantity (EOQ)

Menggunakan Algoritma Genetika,

terbit dijurnal ISD Vol.2 No.1

Januari - Juni 2017 pISSN : 2477-

863X .

Candra YP, Nengah S, 2016. Penerapan

Metode EOQ (Economic Order

Quantity) Dalam Rangka

Meminimumkan Biaya Persediaan

Bahan Baku, terbit dijurnal

Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 36

No. 1 Juni 2016.

Amrillah AF, et al, 2016. Analisis Metode

Economic Order Quantity (EOQ)

Sebagai Dasar Pengendalian

Persediaan Bahan Baku Pembantu,

terbit dijurnal Administrasi Bisnis

(JAB) Vol. 33 No. 1 April 2016.

Trihudiyatmanto M, 2017. Analisis

Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Dengan Menggunakan Metode

Economic Order Quantity (EOQ),

terbit dijurnal PPKM III (2017) 220 –

234.

Wijaya D, et al, 2016. Analisis Pengendalian

Persediaan Bahan Baku Ikan Pada PT.

Celebes Minapratama Bitung, terbit

dijurnal EMBA Juni, Hal. 578-591.

Suryanto MR, Sadjiarto A, 2012. Efisiensi

Penggunaan Model EOQ (Economic

Order Quantity) Pada PT. Puspa Madu

Sari Salatiga, terbit dijurnal 44 Among

Makarti Vol.5 No.10, Desember.

Mahata GC, Goswani A, 2009. Fuzzy EOQ

Models for Deteriorating Items with

Stock Dependent Demand & Non-

Linier Holding Costs, terbit dijurnal

International Journal of Applied

Mathematics and Computer Sciences

5:2.

Wahab MIM, et al, 2011. EOQ models for a

coordinated two-level international

supply chain considering imperfect

items and environmental impact, terbit

dijurnal M.I.M. Wahab et al. / Int. J.

Production Economics 134 (2011)

151–158.