persediaan bahan baku mie instan

167
ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PRODUK MIE INSTAN DI PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK Oleh RANI ANGGRAENI H24103072 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Upload: emil-salim

Post on 24-Oct-2015

1.239 views

Category:

Documents


40 download

TRANSCRIPT

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU

PRODUK MIE INSTAN

DI PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK

Oleh

RANI ANGGRAENI

H24103072

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007

ABSTRAK

Rani Anggraeni. H24103072. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan BakuProduk Mie Instan di PT Indofood Sukses Makmur, Tbk. Di bawah bimbinganH.Musa Hubeis dan Heti Mulyati

PT Indofood Sukses Makmur, Tbk sebagai salah satu produsen mie instan diIndonesia harus dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya danmeningkatkan daya saingnya, melalui mutu, pelayanan, serta harga. Hal tersebutdapat dikendalikan melalui pengelolaan persediaan yang efektif dan efisien. Salahsatu metode pengendalian persediaan bahan baku adalah metode simulasi. Metodesimulasi jika diterapkan pada sistem persediaan bahan baku dapat menentukanjumlah pemesanan dan waktu pemesanan yang dapat meminimalkan biaya totalpersediaan pada saat permintaan serta waktu tunggu yang tidak konstan.

Penelitian ini bertujuan : (1) Mengetahui dan menganalisis sistem persediaanbahan baku pada Divisi Noodle, PT Indofood Sukses Makmur, Tbk, (2)Menghitung dan menganalisis pengendalian persediaan bahan baku denganmetode simulasi pada PT Indofood Sukses Makmur, Tbk, serta (3) Menganalisisdan mengevaluasi tingkat pemesanan bahan baku dan biaya persediaan bahanbaku yang optimal bagi perusahaan.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan datasekunder, baik kuantitatif maupun kualitatif. Data primer diperoleh daripengamatan langsung pada proses produksi dan gudang, serta wawancaralangsung dengan karyawan bagian bahan baku, karyawan bagian gudang,supervisor bagian Quality Control (QC) dan manajer Production Planning andInventory Control (PPIC). Data sekunder diperoleh dari laporan-laporanmanajemen perusahaan dan studi pustaka. Data yang telah diperoleh diolahdengan Minitab versi 14, Microsoft Excel dan MATLAB versi 13 untukmenghasilkan peramalan penjualan produk mie instan, jumlah persediaanpengaman dan titik pemesanan kembali, serta jumlah pemesanan ekonomis.

Divisi Noodle,menggunakan bahan baku tepung terigu cap Cakra Kembar,Segitiga Biru, Segitiga Hijau dan tepung tapioka. Waktu tunggu pengadaan bahanbaku tepung terigu adalah tiga hari dan waktu tunggu tepung tapioka adalah tujuhhari. Biaya penyimpanan, biaya pemesanan dan kekurangan bahan berbeda untuksetiap jenis bahan bakunya. Berdasarkan kebijakan perusahaan selama ini, totalbiaya persediaaan adalah Rp 1.647.041.822 per tahun.

Di dalam penelitian ini model simulasi yang dikembangkan adalah modelsimulasi skenario 1 dan model simulasi skenario 2. Model simulasi skenario 1adalah model simulasi berdasarkan reorder point perhitungan penulis. Modelsimulasi skenario 2 adalah model simulasi berdasarkan reorder point perusahaan.Dari hasil perhitungan, total biaya persediaan bahan baku yang paling optimaldengan menggunakan model simulasi skenario 1 adalah Rp 790.594.896, dengantotal penghematan biaya persediaan bahan baku perusahaan 35%. Total biayapersediaan bahan baku yang paling optimal dengan menggunakan model simulasiskenario 2 adalah Rp 831.443.496, dengan total penghematan biaya persediaanadalah 33%.

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU

PRODUK MIE INSTAN

DI PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

RANI ANGGRAENI

H24103072

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU

PRODUK MIE INSTAN

DI PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

RANI ANGGRAENI

H24103072

Menyetujui, Mei 2007

Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing, DEADosen Pembimbing I

Heti Mulyati, STP, MTDosen Pembimbing II

Mengetahui

Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.ScKetua Departemen

Tanggal Ujian : 24 Mei 2007 Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 13 Agustus 1985 di kota Jakarta, Propinsi DKI

Jakarta. Penulis yang bernama lengkap Rani Anggraeni adalah anak bungsu

pasangan ayahanda Maman Sukirman dan ibunda Ecih Sukaesih.

Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-Kanak Sawitri tahun 1990, lulus

tahun 1991. Kemudian melanjutkan ke pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri

02 Duren Sawit, Jakarta Timur tahun 1991 dan lulus tahun 1997. Pada tahun 1997

penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri

27 Duren Sawit, Jakarta Timur, lulus pada tahun 2000. Dan penulis menamatkan

pendidikan menengah atas pada Sekolah Menengah Umum Negeri 81 Jakarta,

pada tahun 2003, kemudian pada tahun yang sama melanjutkan studi di Institut

Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada

Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajeman (FEM).

Selama belajar di Depatemen Manajemen, penulis aktif di dalam organisasi

kemahasiswaan, seperti Sharia Economic Student Club (SES-C) periode 2004-

2005 sebagai Staf Departemen Kerjasama dan Usaha Mandiri serta pada periode

selanjutnya yaitu 2004-2005 penulis dipercaya untuk menjadi sekretaris corporate

II Centre Of M@nagement (COM@) yang merupakan Himpunan Profesi

Departemen Manajemen.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta pertolongan-Nya, sehingga

penyusunan skripsi yang berjudul Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Produk Mie Instan di PT Indofood Sukses Makmur, Tbk dapat penulis selesaikan.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini, banyak pihak yang telah

memberikan saran, bimbingan, bantuan dan dukungan baik secara langsung

maupun tidak langsung sejak awal penulisan sampai skripsi ini terselesaikan. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, Dipl. Ing, DEA selaku dosen pembimbing yang

telah memberikan kesempatan, bimbingan, bantuan, motivasi, saran dan

pengarahan yang berarti.

2. Heti Mulyati, STP, MT selaku dosen pembimbing II yang dengan sabar

memberikan masukan dan mendengarkan keluh kesah penulis.

3. Dr. Ir. Muhamad Syamsun, M.Sc. selaku dosen penguji yang telah

meluangkan waktunya dan memberikan pengarahan, kritik serta saran demi

perbaikan skripsi ini.

4. Bapak Banu Wirawan selaku Faktory Manager pada Divisi Noodle, PT

Indofood Sukses Makmur, Tbk (PT ISM), Bapak Eko S, Bapak Sakhuri,

Bapak Sartono, Bapak Lili, Ibu Etti S, serta seluruh pihak dari PT ISM yang

telah yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan

penelitian dan membantu terlaksananya penelitian ini.

5. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM dan Ibu Hardiana Widyastuti, S.Hut, MM

selaku Komisi Pendidikan, terima kasih atas segala saran dan masukan bagi

penulis

6. Seluruh dosen dan staf Fakultas Ekonomi dan Manajemen, khususnya Mas

Dedi, Mas Hadi, Pak ‘Cep, Mba Dina, Mas Yadi, Gusniawan Trihadi dan

seluruh staff Departemen Manajemen FEM IPB lainnya atas bantuannya.

7. Bapak, Mama dan Kakak-Kakak ku atas segenap daya upaya yang selalu

mendoakan, memberi kasih sayang, dorongan, dan kesabarannya dalam

menghadapi penulis.

iv

8. Andi Irvansyah yang tiada henti memberikan semangat, dukungan dan

masukan yang sangat berarti bagi penulis.

9. Indras, Yusi, Dewi, Else, Ayu Irma, Evi, Restu, Kania, Dewi, Melly, Cici dan

Linda F, Lindawati serta rekan-rekan manajemen 40, terima kasih atas

motivasi, bantuan dan dukungannya.

10. Anak-anak Pondok Nuansa Sakinah makasih banyak atas dukungan dan

kebersamaan serta keceriaan selama ini.

11. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan,

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, sehingga

skripsi ini dapat membawa manfaat bagi semua pihak.

Bogor, 24 Mei 2007

Penulis

v

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................

KATA PENGANTAR ....................................................................................

DAFTAR TABEL ... .....................................................................................

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................

iii

iv

viii

ix

x

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .............................................................................1.2. Perumusan Masalah .. ...................................................................1.3. Tujuan Penelitian .. .......................................................................

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Persediaan...........................................................................2.2. Persediaan ....................................................................................

2.2.1. Pengertian Persediaan .....................................................2.2.2. Peranan dan Fungsi Persediaan.......................................2.2.3. Jenis dan Tipe Persediaan ...............................................2.2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persediaan ..............2.2.5. Biaya-Biaya Persediaan ..................................................

2.3. Kebijakan Pengendalian Persediaan Bahan Baku ................... .....2.3.1. Peramalan Permintaan.....................................................2.3.2. Jumlah Pemesanan Ekonomis .........................................

145

66679

1114

151617

2.3.3.2.3.4.2.3.5.

Lead Time........................................................................Safety Stock .....................................................................Reorder Point ..................................................................

171819

2.4. Simulasi ........................................................................................2.4.1. Model Simulasi ...............................................................2.4.2. Simulasi Monte Carlo .....................................................

2.5. Penelitian Terdahulu ......................................................................

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian .....................................................3.2. Pengumpulan Data .......................................................................3.3. Pengolahan dan Analisis Data ......................................................

3.3.1. Peramalan Permintaan ...................................................3.3.2. Menentukan Lead Time...................................................3.3.3. Menentukan Safety Stock ................................................3.3.4. Menentukan Reorder Point .............................................

vi

202022

23

25272828303031

3.3.5. Pengolahan Data dengan Metode Simulasi..................... 31

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Perusahaan ...................................................................4.1.1. Sejarah PT Indofood Sukses Makmur, Tbk ....................4.1.2. Struktur Organisasi .........................................................4.1.3. Kondisi Sumber Daya Manusia Perusahaan ...................

4.2. Aspek Produksi ..............................................................................4.2.1. Gambaran Produk ...........................................................4.2.2. Proses Produksi ...............................................................

34343537

393939

4.3 Sistem Persediaan Bahan Baku Divisi Noodle, PT ISM, Tbk ....... 444.3.1. Kharakteristik Bahan Baku .............................................4.3.2. Identifikasi Kebutuhan Bahan Baku ...............................4.3.3. Prosedur Pembelian dan Penerimaan ..............................4.3.4. Penyimpanan Bahan Baku ..............................................4.3.5. Pengujian dan Pengawasan Mutu Bahan Baku...............4.3.6. Biaya-Biaya Persediaan Bahan Baku..............................

4.4 Pengendalian Persediaan Bahan Baku ...........................................4.4.1. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Perusahaan .........4.4.2. Peramalan Permintaan Produk Mie Instan......................4.4.3. Perhitungan Lead Time, Safety Stock, dan Reorder Point4.4.4. Pengendalian Persediaan Bahan Baku dengan

Metode Simulasi..............................................................4.4.4.1. Metode Simulasi Skenario 1...........................4.4.4.2. Metode Simulasi Skenario 2...........................

4.5 Perbandingan Biaya Persediaan antara Model PengendalianPersediaan di Perusahaan dengan Model Simulasi ........................

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan ...............................................................................................2. Saran .........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

LAMPIRAN ..................................................................................................

vii

454748505253

57575965

676873

78

8182

83

85

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Kebutuhan, jenis, metode dan sumber data................................................2. Probabilitas dan interval angka acak untuk pemakaian

bahan baku per hari ....................................................................................3. Bagan aliran proses pembuatan mie instan ................................................4. Standar bahan baku tepung terigu ..............................................................5. Biaya pemesanan bahan baku per pesanan ................................................6. Biaya penyimpanan bahan baku per zak per tahun...................................7. Biaya penyimpanan bahan baku per zak per hari.......................................8. Biaya kekurangan bahan baku per zak.......................................................9. Frekuensi pemesanan per hari, rataan jumlah persediaan bahan baku,

dan rataan kekurangan bahan baku per hari pada tahun 2006 ...................10. Total biaya persediaan bahan baku per hari ...............................................11. Total biaya persediaan bahan baku tahunan...............................................12. Kombinasi nilai konstanta pemulusan .......................................................13. Hasil peramalan jumlah penjualan produk mie instan ...............................14. Perhitungan safety stock skenario 1 untuk masing-masing bahan baku ....15. Safety stock skenario 2 untuk masing-masing bahan baku ........................16. Perhitungan reorder point skenario 1 untuk masing-masing bahan baku..17. Perhitungan reorder point skenario 2 untuk masing-masing bahan baku..18. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu

Cakra Kembar skenario 1...........................................................................19. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu

Segitiga Biru skenario 1 .............................................................................20. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu

Segitiga Hijau skenario 1 ...........................................................................21. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung tapioka skenario 1........22. Total biaya persediaan bahan baku terendah tahunan skenario 1 ..............23. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu

Cakra Kembar skenario 2...........................................................................24. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu

Segitiga Biru skenario 2 .............................................................................25. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu

Segitiga Hijau skenario 2 ...........................................................................26. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung tapioka skenario 2........27. Total biaya persediaan bahan baku terendah tahunan skenario 2 ..............28. Perbandingan biaya persediaan model kebijakan perusahaan dan

model simulasi ...........................................................................................

viii

27

32424654555657

585959626365666667

69

70

717273

74

75

767778

80

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Perkiraan konsumsi per kapita mie instan nasional ..................................2. Perkembangan jumlah perusahaan mie instan Indonesia .........................3. Perkembangan volume produksi mie instan Indonesia …………..............4. Pangsa pasar mie instan nasional pada tahun 2005 …………..................5. Faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku .......................6. Kerangka pemikiran penelitian ..................................................................7. Tahapan proses simulasi ............................................................................8. Diagram alir produksi mie instan...............................................................9. Data penjualan mie instan pada tahun 2005...............................................10. Data penjualan mie instan pada tahun 2006...............................................11. Times series plot data penjualan mie instant pada tahun 2005-2006.........12. Nilai peramalan beserta nilai selang kepercayaan 95%..............................

ix

1223

1326334460606163

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Struktur organisasi Divisi Noodle, PT. ISM, Tbk .................................... 852. Perhitungan simpangan baku pemakaian bahan baku per hari.............. .... 873. Perhitungan peluang dan interval angka acak pemakaian bahan

baku ….............. ......................................................................................... 984. Perhitungan simulasi .................................................................................. 106

x

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada saat ini, industri mie instan adalah salah satu sektor industri pangan

yang sudah cukup pesat perkembangannya dan memiliki prospek yang baik.

Perkembangan industri mie instan dapat dilihat dari beberapa faktor. Faktor

pertama adalah dilihat dari jumlah konsumsi mie instan per kapita di

Indonesia yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Jika tahun 2000

konsumsi mie instan per kapita hanya mencapai 3,7 kilogram (sama dengan

53,1 bungkus), pada tahun 2005 meningkat 46% menjadi 5 kilogram.

Meningkatnya jumlah konsumsi mie instan memberikan kesan bahwa

industri mie instan merupakan industri yang tahan krisis dan memiliki

peluang yang lebih besar pada masa yang datang. Perkiraan konsumsi mie

instan nasional dapat dilihat pada Gambar 1.

6

5

4.5

5

43.7 3.8 4 4.1

3

2

1

0

2000 2001 2002 2003 2004 2005

Gambar 1. Perkiraan konsumsi per kapita mie instan nasional(www.wartaekonomi.com , 2006)

Faktor kedua adalah meningkatnya jumlah perusahaan yang menjadi

produsen mie instan di Indonesia. Jika pada tahun 2001 terdapat 57

perusahaan yang terjun ke dalam industri ini, setahun kemudian terjadi

peningkatan menjadi 59 perusahaan dan pada tahun 2005 terdapat 84

perusahaan. Perkembangan jumlah perusahaan mie instan di Indonesia dapat

dilihat pada Gambar 2.

84

7065

5957

2

90

80

70

60

50

40

30

20

10

0

2001 2002 2003 2004 2005

Gambar 2. Perkembangan jumlah perusahaan mie instan Indonesia(www.wartaekonomi.com , 2006)

Faktor ketiga adalah meningkatnya volume produksi mie instan setiap

tahunnya. Jika pada tahun 2004 volume produksi mencapai 975.000 ton,

pada tahun 2005 meningkat 30% menjadi 1.272.000 ton. Perkembangan

volume produksi mie instan di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 3.

1400

1200

1272

1000 862 906958 975

800

600

400

200

02001 2002 2003 2004 2005

Gambar 3. Perkembangan volume produksi mie instan Indonesia(www.wartaekonomi.com , 2006)

PT Indofood Sukses Makmur (PT ISM), Tbk merupakan produsen mie

instan di Indonesia yang memproduksi mie instan dengan 40 citarasa dan

beberapa merek. PT ISM, Tbk pada awalnya menguasai pangsa pasar mie

instan di Indonesia 80%, namun seiring dengan semakin banyaknya

perusahaan yang menjadi produsen mie instan, pangsa pasar PT ISM, Tbk

menurun menjadi 70%. Pembagian pangsa pasar mie instan di Indonesia

dapat dilihat pada Gambar 4.

3

Lain-lain, 10%wings food,

20%

indofood, 70%

Gambar 4. Pangsa pasar mie instan nasional tahun 2005(www.wartaekonomi.com , 2006)

Banyaknya produk mie instan yang beredar di pasaran dan persaingan

tingkat produsen yang semakin tinggi, menyebabkan PT ISM, Tbk harus

dapat bertahan dengan baik dan meningkatkan daya saing. Salah satu cara

meningkatkan daya saing adalah perusahaan harus mengoptimalkan kinerja

dari fungsi-fungsi yang ada di perusahaan.

Fungsi produksi dan operasi memegang peranan yang cukup penting

dalam kelangsungan hidup perusahaan, karena 50-60% kegiatan perusahaan

merupakan aktifitas produksi dan operasi (Render dan Heizer, 2005). Oleh

sebab itu, perusahaan harus memperhatikan setiap kegiatan produksinya dan

meningkatkan efisiensi produksi agar dapat menekan biaya secara

keseluruhan. Efisiensi produksi dapat dilakukan dengan cara melakukan

pengendalian persediaan bahan baku dengan baik.

Bahan baku perlu mendapat perhatian ekstra dari perusahaan, karena

bahan baku sangat menentukan mutu produk mie instan itu sendiri. Sebaik

apapun proses produksi mie instan suatu perusahaan, tidak akan

menghasilkan produk mie instan yang baik dan bermutu, jika bahan baku

yang digunakan tidak bermutu atau dalam kondisi yang tidak baik. Hal ini

menyebabkan pengendalian persediaan bahan baku mutlak perlu dilakukan

perusahaan, baik dari saat pemesanan sampai dengan penyimpanan di

gudang.

Selain itu, sebagian besar perusahaan melibatkan investasi yang besar

pada aspek persediaan bahan baku, yaitu 30-40% (Hill, 1994). Divisi

Noodle, PT ISM, Tbk menggunakan bahan baku tepung terigu dan tepung

tapioka dalam jumlah yang cukup besar yaitu sebesar 1.394.837 zak per

tahun dan 10.902 zak per tahun. Jumlah persediaan bahan baku yang

berlebihan akan meningkatkan biaya penyimpanan dan akan menyebabkan

4

opportunity cost atas modal yang seharusnya dapat diinvestasikan pada

sektor lain yang lebih menguntungkan.

Sebaliknya, jumlah persediaan bahan baku yang tidak mencukupi

kebutuhan akan menyebabkan terganggunya kontinuitas proses produksi dan

operasi perusahaan. Hal ini menyebabkan perusahaan harus mengeluarkan

biaya pengadaan darurat yang lebih mahal. Selain itu juga mengakibatkan

mutu pelayanan perusahaan kepada konsumen berkurang dan dapat

membuat konsumen kecewa, serta beralih kepada merek atau perusahaan

lain. Oleh sebab itu, pengendalian persediaan bahan baku mutlak harus

dilakukan perusahaan mengingat konsukuensi yang dihadapi perusahaan

atas kekurangan dan kelebihan persediaan bahan baku.

Salah satu metode pengendalian persediaan bahan baku adalah metode

simulasi. Metode simulasi adalah suatu metode yang mampu menganalisa

situasi dunia nyata yang kompleks dan rumit menjadi sebuah model

manajemen operasi sederhana sehingga dapat memecahkan permasalahan.

Tipe simulasi yang menunjukan peluang dari perusahaan untuk

menyelesaikan masalah dengan pengambilan contoh secara acak adalah

simulasi Monte Carlo. Metode simulasi ini perlu dikembangkan untuk dapat

menentukan jumlah pemesanan dan waktu pemesanan yang dapat

meminimalkan total biaya persediaan pada saat permintaan dan waktu

tunggu yang tidak konstan. Di dalam penelitian ini model simulasi yang

dikembangkan adalah model simulasi skenario 1 dan model simulasi

skenario 2. Model simulasi skenario 1 adalah model simulasi berdasarkan

reorder point perhitungan penulis. Model simulasi skenario 2 adalah model

simulasi berdasarkan reorder point perusahaan.

1.2. Perumusan Masalah

1. Bagaimana sistem persediaan bahan baku pada Divisi Noodle, PT

Indofood Sukses Makmurm Tbk ?

2. Divisi Noodle, PT Indofood Sukses Makmur, Tbk menggunakan metode

simulasi apakah untuk mengendalikan persediaan bahan bakunya ?

5

3. Seberapa besar tingkat pemesanan bahan baku dan biaya persediaan

bahan baku yang optimal bagi Divisi Noodle, PT Indofood Sukses

Makmur, Tbk ?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui dan menganalisis sistem persediaan bahan baku pada Divisi

Noodle, PT Indofood Sukses Makmur, Tbk.

2. Menghitung dan menganalisis pengendalian persediaan bahan baku

dengan metode simulasi pada PT Indofood Sukses Makmur, Tbk.

3. Menghitung dan mengevaluasi tingkat pemesanan bahan baku dan biaya

persediaan bahan baku yang optimal bagi perusahaan.

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Persediaan

Baroto (2002) mendefinisikan sistem persediaan sebagai suatu

mekanisme mengenai bagaimana mengelola masukan-masukan yang

sehubungan dengan persediaan menjadi output, dimana untuk itu diperlukan

umpan balik agar output memenuhi standar tertentu. Mekanisme sistem ini

adalah pembuatan serangkaian kebijakan yang memonitor tingkat

persediaan, menentukan persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan

harus diisi dan berapa besar pesanan harus dilakukan.

Sistem persediaan bertujuan menetapkan dan menjamin tersedianya

sumber daya yang tepat, dalam kuantitas yang tepat dan pada waktu yang

tepat. Atau dengan kata lain, sistem dan model persediaan bertujuan untuk

meminimumkan biaya total melalui penentuan apa, berapa dan kapan

pesanan dilakukan secara optimal (Handoko, 2000).

2.2. Persediaan

2.2.1. Pengertian Persediaan

Persediaan adalah barang yang disimpan atau digunakan atau

dijual pada periode mendatang, dapat berupa bahan baku yang

disimpan untuk diproses, komponen yang diproses, barang dalam

proses pada proses manufaktur, dan barang jadi yang disimpan untuk

dijual (Kusuma, 2004). Pengertian persediaan menurut Pardede

(2003) adalah sejumlah bahan atau barang yang tersedia untuk

digunakan sewaktu-waktu pada masa yang akan datang. Persediaan

terjadi apabila jumlah bahan atau barang yang diadakan melalui

proses produksi atau pembelian lebih besar daripada jumlah yang

digunakan (dijual atau diolah sendiri).

Persediaan merupakan material yang ditempatkan di sepanjang

jaringan proses produksi dan jalur distribusi (Render dan Heizer,

2005). Menurut Rangkuti (2004), persediaan adalah suatu aktiva

yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk

dijual dalam suatu periode usaha yang normal, atau persediaan

7

barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi,

ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya

dalam suatu proses produksi.

2.2.2. Peranan dan Fungsi Persediaan

Menurut Sumayang (2003) terdapat tiga alasan mengapa

persediaan diperlukan :

1. Menghilangkan Pengaruh Ketidakpastian.

Untuk menghadapi ketidakpastian, pada sistem persediaan

ditetapkan persediaan darurat yang dinamakan safety stock.

2. Memberi Waktu Luang untuk Pengelolaan Produksi dan

Pembelian.

Tujuan ini memberikan kemudahan untuk :

a. Memberikan kemungkinan untuk menyebarkan dan

meratakan beban biaya investasi pada sejumlah produk.

b. Memungkinkan penggunaan satu peralatan untuk

menghasilkan bermacam-macam jenis produk.

3. Mengantisipasi Perubahan pada Demand dan Supply.

Persediaan disiapkan untuk menghadapi beberapa kondisi yang

menunjukan perubahan demand dan supply.

a. Bila ada perkiraan perubahan harga dan persediaan bahan

baku.

b. Sebagai persiapan menghadapi promosi pasar, dimana

sejumlah besar barang jadi disimpan menunggu penjualan

tersebut.

c. Perusahaan yang melakukan produksi dengan jumlah output

tetap akan mengalami kelebihan produk pada kondisi

permintaan yang rendah atau pada kondisi musim lesu atau

low season. Kelebihan produk akan disimpan sebagai

persediaan yang akan digunakan nanti apabila produksi

output tidak dapat memenuhi lonjakan permintaan yaitu pada

musim ramai atau pada peak season.

8

Alasan diperlakukannya persediaan oleh suatu perusahaan pabrik

menurut Assauri (2000) adalah :

1. Dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi,

untuk memindahkan produk dari suatu tingkat ke tingkat proses

yang lain, yang disebut persediaan dalam proses dan

pemindahan.

2. Alasan organisasi, untuk memungkinkan satu unit atau bagian

membuat jadwal operasinya secara bebas, tidak tergantung dari

yang lainnya.

Menurut Assauri (2000), persediaan yang diadakan mulai dari

bentuk bahan mentah sampai dengan barang jadi yang mana berguna

untuk :

1. Menghilangkan risiko keterlambatan datangnya barang atau

bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan.

2. Menghilangkan risiko dari material yang dipesan tidak baik,

sehingga harus dikembalikan.

3. Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman

sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.

4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin

kelancaran arus produksi.

5. Mencapai penggunaan mesin yang optimal.

6. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya

dimana keinginan pelanggan pada suatu waktu dapat dipenuhi

atau memberikan jaminan tetap tersediannya barang jadi tersebut.

7. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan

penggunaan atau penjualannya.

Menurut Rangkuti (2004) terdapat tiga fungsi persediaan, yaitu :

1. Fungsi Decoupling

Fungsi decoupling persediaan adalah fungsi persediaan yang

memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan

pelanggan tanpa tergantung kepada pemasok. Persediaan bahan

mentah diadakan agar perusahaan tidak akan sepenuhnya

9

tergantung pada pengadaan dalam hal kuantitas dan waktu

pengiriman. Persediaan barang dalam proses dilakukan agar

departemen-departemen dan proses-proses individual perusahaan

terjaga kebebasannya. Persediaan barang jadi diperlukan untuk

memenuhi permintaan produk yang tidak pasti dari para

pelanggan.

2. Fungsi Economic Lot Sizing

Fungsi economic lot sizing adalah fungsi persediaan yang

perlu mempertimbangkan penghematan atau potongan

pembelian, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah dan

sebagainya.

3. Fungsi Antisipasi

Fungsi antisipasi adalah fungsi persediaan dalam menghadapi

fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan

berdasarkan pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu

permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat

mengadakan persediaan musiman atau seasional inventories.

Selain itu perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastian

jangka waktu pengriman dan permintaan barang-barang selama

periode tertentu. Dalam hal ini perusahaan memerlukan

persediaan ekstra yang disebut persediaan pengaman atau safety

stock.

2.2.3. Jenis dan Tipe Persediaan

Menurut Assauri (2000), berdasarkan fungsinya persediaan

dibedakan atas :

1. Batch stock atau lot size inventory adalah persediaan yang

diadakan karena membeli atau membuat bahan-bahan atau

barang-barang dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah

yang dibutuhkan pada saat itu.

2. Fluctuation stock adalah persediaan yang diadakan untuk

menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat

diramalkan.

10

3. Anticipation stock adalah persediaan yang diadakan untuk

mengahadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan,

berdasarkan pola musiman yang terdapat pada satu tahun dan

untuk menghadapi penggunaan atau penjualan permintaan yang

meningkat.

Menurut Handoko (2000), berdasarkan jenisnya persediaan dapat

dibedakan atas :

1. Persediaan bahan mentah atau raw material, yaitu persediaan

barang-barang berwujud, seperti baja, kayu, dan komponen-

komponen lainnya yang digunakan dalam proses produksi.

Bahan mentah dapat diperoleh dari sumber-sumber alam atau

dibeli dari para pemasok atau dibuat sendiri oleh perusahaan

untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya.

2. Persediaan komponen-komponen rakitan atau purchased part,

yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-

komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, dimana secara

langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.

3. Persediaan bahan penolong atau supplies, yaitu persediaan

barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi

tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi.

4. Persediaan barang dalam proses atau work in process, yaitu

persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap

bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi

suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi

barang jadi.

5. Persediaan barang jadi atau finished goods, yaitu persediaan

barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam

pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim kepada pelanggan.

Pembagian tipe persediaan berdasarkan sifat permintaan

(Sumayang, 2003), terbagi atas :

1. Independent demand (permintaan bebas) atas persediaan, yaitu

persediaan untuk jenis-jenis produk atau bahan baku yang

11

permintaan atau penggunaaannya tidak bergantung kepada

produk atau bahan baku lain.

2. Dependent demand (Permintaan terikat) atas persediaan, yaitu

persediaan untuk jenis-jenis produk atau bahan baku yang

permintaan atau penggunaaannya bergantung kepada produk atau

bahan baku lain. Biasanya digunakan untuk jenis-jenis

persediaan komponen dan barang dalam proses untuk

menghasilkan produk akhir.

2.2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persediaan

Pelaksanaan persediaan bahan baku yang dilakukan perusahaan

akan ditentukan oleh faktor-faktor yang saling berkaitan dengan

bahan baku. Faktor-faktor tersebut menurut Ahyari (1999) adalah :

1. Perkiraan Pemakaian

Perkiraan bahan baku yang dipergunakan dalam proses

produksi pada suatu produk dilakukan sebelum melakukan

kegiatan pembelian bahan baku. Perkiraan kebutuhan bahan baku

ini merupakan perkiraan tentang besarnya jumlah bahan baku

yang akan dipergunakan dalam perusahaan untuk keperluan

proses produksi pada periode yang akan datang.

2. Harga Bahan Baku

Harga bahan baku merupakan dasar penyusunan perhitungan

berapa besar dana perusahaan yang harus disediakan untuk

investasi dalam persediaan bahan baku.

3. Biaya-Biaya Persediaan

Biaya-biaya untuk menyelenggarakan persediaan bahan baku

ini sudah selayaknya diperhitungkan pula di dalam penentuan

besarnya persediaan bahan baku. Terdapat dua tipe biaya, yaitu

biaya-biaya yang semakin besar dengan semakin besarnya rataan

persediaan, serta biaya yang justru semakin kecil dengan semakin

besarnya rataan persediaan.

12

4. Kebijakan Pembelanjaan

Besarnya bahan baku mendapatkan dana dari perusahaan

tergantung kepada kebijakan pembelanjaan dari dalam

perusahaan tersebut.

5. Pemakaian Sesungguhnya

Untuk dapat menyusun perkiraan kebutuhan bahan baku

mendekati kepada kenyataan, harus dianalisa besarnya

penyerapan bahan baku oleh proses produksi perusahaan dan

hubungannya dengan pemakaian yang sudah disusun. Selain itu

harus diperhatikan faktor pemakaian bahan baku sesungguhnya

dari periode-periode yang lalu.

6. Waktu Tunggu

Waktu tunggu atau lead time adalah tenggang waktu yang

diperlukan antara saat pemesanan bahan baku dengan datangnya

bahan baku itu sendiri. Waktu tunggu harus diperhatikan karena

berhubungan dengan penentuan saat pemesanan kembali. Dengan

diketahuinya waktu tunggu yang tepat, maka perusahaan dapat

membeli pada saat yang tepat pula, sehingga risiko penumpukan

persediaan atau kekurangan persediaan dapat ditekan seminimal

mungkin.

Hubungan dari faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan

bahan baku tersebut ditunjukan pada Gambar 5.

Menurut Yamit (2003), terdapat empat faktor yang

mempengaruhi persediaan, diantaranya :

1. Faktor Waktu

Faktor yang menyangkut lamanya proses produksi dan

distribusi sebelum barang jadi sampai kepada konsumen. Waktu

diperlukan untuk membuat jadwal produksi, memotong bahan

baku, pengiriman bahan baku, pengawasan bahan baku, produksi

dan pengiriman barang jadi ke pedagang besar atau konsumen.

13

2. Faktor Ketidakpastian Waktu Datang dari Pemasok

Faktor ini menyebabkan perusahaan memerlukan persediaan,

agar tidak menghambat proses produksi maupun keterlambatan

pengiriman kepada konsumen. Ketidakpastian ini dapat diredam

dengan mengadakan persediaan.

3. Faktor Ketidakpastian Penggunaan dari Dalam Perusahaan

Faktor ini disebabkan oleh kesalahan dalam peramalan

permintaan, kerusakan mesin, keterlambatan operasi, bahan cacat

dan berbagai kondisi lainnya.

4. Faktor Ekonomis

Adanya keinginan perusahaan untuk mendapatkan alternatif

biaya rendah dalam memproduksi atau membeli item dengan

menentukan jumlah yang paling ekonomis. Pembelian dalam

jumlah besar memungkinkan perusahaan mendapatkan potongan

harga yang dapat menurunkan biaya.

Biaya-Biaya KebijakanPersediaan

Perkiraan Pemakaian

PemakaianSesungguhnya

Waktu Tunggu

Harga Bahan Baku

Jumlah PembelianOptimal

Persediaan Pengaman

Pembelian/Pemesanan Kembali

Pembelanjaan

PersediaanBahan Baku

Produksi

Gambar 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku(Ahyari, 1999)

14

2.2.5. Biaya-Biaya Persediaan

Menurut Rangkuti (2004) untuk mengambil keputusan penentuan

besarnya jumlah persediaan, biaya-biaya yang harus

dipertimbangkan adalah :

1. Biaya Penyimpanan atau Holding Cost

Biaya penyimpanan atau holding cost adalah biaya-biaya

yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan.

Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila

kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak atau rataan

persediaan semakin tinggi. Biaya-biaya yang termasuk sebagai

biaya penyimpanan adalah :

a. Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan termasuk penerangan,

pendingin ruangan, dan sebagainya.

b. Biaya modal atau opportunity cost of capital, yaitu alternatif

pendapatan atas dana yang diinvestasikan dalam persediaan.

c. Biaya keusangan.

d. Biaya perhitungan fisik.

e. Biaya asuransi persediaan.

f. Biaya pajak persediaan.

g. Biaya pencurian, pengerusakan, atau perampokan.

h. Biaya penanganan persediaan dan sebagainya.

2. Biaya Pemesanan atau Ordering Cost

Pada umumnya, biaya pemesanan (di luar biaya bahan dan

potongan kuantitas) tidak naik, apabila kuantitas pesanan

bertambah besar. Biaya-biaya pesanan meliputi :

a. Pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi.

b. Upah.

c. Biaya telepon.

d. Pengeluaran surat menyurat.

e. Biaya pengepakan dan penimbangan.

f. Biaya pemeriksaan atau inspeksi penerimaan.

g. Biaya pengiriman ke gudang.

15

h. Biaya utang lancar dan sebagainya.

3. Biaya Penyiapan atau Set-Up Cost

Biaya penyiapan atau set-up cost terjadi apabila bahan-bahan

tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri dalam pabrik perusahaan.

Biaya-biaya ini terdiri dari :

a. Biaya mesin-mesin menganggur.

b. Biaya persiapan tenaga kerja langsung.

c. Biaya penjadwalan.

d. Biaya ekspedisi dan sebagainya.

4. Biaya Kehabisan atau Kekurangan Bahan atau Shortage Cost

Biaya kehabisan atau kekurangan bahan atau shortage cost

adalah biaya yang timbul apabila persediaan tidak mencukupi

adanya permintaan bahan. Biaya-biaya yang termasuk biaya

kekurangan bahan adalah :

a. Kehilangan penjualan.

b. Kehilangan pelanggan.

c. Biaya pemesanan khusus.

d. Biaya ekspedisi.

e. Kehilangan keuntungan.

f. Terganggunya operasi.

g. Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial dan sebagainya.

2.3. Kebijakan Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Pengendalian persediaan adalah aktivitas mempertahankan jumlah

persediaan pada tingkat yang dikehendaki (Sumayang, 2003). Sedangkan

pengertian pengendalian persediaan menurut Menurut Pardede (2003),

adalah segala tindakan yang dilakukan untuk mengusahakan tersedianya

bahan-bahan sediaan dalam jumlah tertentu dan pada satu titik waktu

tertentu.

Menurut Assauri (2000), pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan

untuk menentukan tingkat dan komposisi dari persediaan parts, bahan baku

dan barang hasil atau produk, sehingga perusahaan dapat melindungi

kelancaran produksi dan penjualan serta kebutuhan-kebutuhan pembelanjaan

16

perusahaan dengan efektif dan efisien. Kebijakan pengendalian persediaan

bahan baku meliputi peramalan permintaan, penentuan jumlah pemesanan

ekonomis, lead time, safety stock dan reorder point.

2.3.1. Peramalan Permintaan

Peramalan adalah prediksi, proyeksi, atau estimasi tingkat

kejadian yang tidak pasti dimasa yang akan datang. Dalam

lingkungan perusahaan, peramalan banyak digunakan untuk

memprediksi atau mengestimasi permintaan pada masa yang akan

datang (Yamit, 2003).

Peramalan merupakan kegiatan yang berhubungan dengan

meramalkan atau memproyeksikan hal-hal yang terjadi di masa

lampau kemasa depan. Peramalan permintaan adalah istilah yang

sangat populer di dunia bisnis dan menyangkut permalan permintaan

yang akan datang berdasarkan permintaan yang lalu atau berdasarkan

perhitungan tertentu (Indrajit dan Pranoto, 2003).

Menurut Baroto (2002), karakteristik peramalan permintaan

adalah :

1. Faktor penyebab yang berlaku di masa lalu diasumsikan akan

berfungsi juga di masa yang akan datang.

2. Peramalan tidak pernah sempurna, permintaan aktual selalu

berbeda dengan permintaan yang diramalkan.

3. Tingkat ketepatan ramalan akan berkurang dalam rentang waktu

yang semakin panjang. Implikasinya peramalan untuk rentang

yang pendek akan lebih akurat dibanding peramalan untuk waktu

yang panjang.

Salah satu metode untuk menghitung peramalan adalah metode

Winters. Metode Winters adalah salah satu metode peramalan yang

digunakan untuk meramalkan seasonal time series data (data deret

waktu musiman). Model dari data musiman dapat dibedakan menjadi

dua jenis yaitu model multiplikatif dan model aditif. Model

multiplikatif pada prinsipnya mengandung penggandaan antara

komponen trend dengan komponen musim sedangkan untuk model

17

aditif mengandung penjumlahan komponen trend dengan komponen

musim. Model multiplikatif biasanya digunakan jika data pada

musim tertentu proporsional terhadap musim-musim sebelumnya.

Sedangkan model aditif biasanya digunakan jika perbedaan data pada

setiap musim relatif konstan (Montgomery et al., 1990).

2.3.2. Jumlah Pemesanan Ekonomis

Menurut Rangkuti (2004), jumlah pemesanan ekonomis adalah

jumlah pemesanan bahan mentah pada setiap kali pesan dengan

jumlah biaya yang paling rendah. Jumlah pemesanan ekonomis

merupakan besarnya pesanan yang diadakan agar menghasilkan

biaya-biaya persediaan yang minimal (Assauri, 2000).

Untuk menentukan jumlah pemesanan yang ekonomis, harus

diupayakan agar biaya-biaya penyimpanan, kekurangan bahan dan

pemesanan diperkecil. Jumlah pemesanan ekonomis dan waktu

pemesanan kembali dapat diperoleh dengan menggunakan metode

simulasi. Serangkaian simulasi mencoba beragam jumlah pemesanan

untuk mendapatkan total biaya persediaan yang minimal.

2.3.3. Lead Time

Di dalam pengisian persediaan terdapat suatu perbedaan waktu

yang cukup lama antara saat mengadakan pemesanan untuk

penggantian kembali persediaan dengan saat penerimaan barang-

barang yang dipesan tersebut diterima dan dimasukkan ke dalam

persediaan. Perbedaan waktu inilah yang disebut lead time.

Pengertian lead time adalah lamanya waktu antara mulai

dilakukannya pemesanan bahan-bahan sampai dengan kedatangan

bahan-bahan yang dipesan tersebut dan diterima di gudang

persediaan (Assauri, 2000).

Menurut Ahyari (1999), penentuan waktu tunggu mempunyai

dua macam biaya, yaitu :

1. Biaya Penyimpanan Tambahan

Biaya penyimpanan tambahan (BPT) atau sering disebut

dengan extra carrying cost adalah biaya penyimpanan yang harus

18

dibayar oleh perusahaan oleh karena adanya surplus bahan baku.

Keadaan ini disebabkan oleh karena datangnya bahan yang

dipesan lebih awal dari waktu yang telah direncanakan.

2. Biaya Kekurangan Bahan

Biaya kekurangan bahan (BKB) atau sering disebut dengan

stock out cost adalah merupakan biaya yang harus dikeluarkan

perusahaan karena perusahaan kekurangan bahan baku untuk

keperluan proses produksinya. Biaya-biaya untuk mendapatkan

bahan baku pengganti, termasuk selisih harganya merupakan

contoh dari biaya kekurangan bahan ini. Hal ini disebabkan

apabila perusahaan tidak berhasil mendapatkan pengganti bahan

berarti proses produksi perusahaan akan terhenti. Keadaan

kekurangan bahan ini diakibatkan oleh karena bahan baku yang

dipesan datangnya lebih lama dari waktu yang sudah ditentukan.

2.3.4. Safety Stock

Persediaan pengaman adalah persediaan tambahan yang diadakan

untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan

bahan. Kekurangan bahan dapat disebabkan karena penggunaan

bahan baku yang lebih besar dari perkiraan semula, atau

keterlambatan dalam penerimaan bahan baku yang dipesan.

Persediaan pengaman dapat mengurangi kerugian akibat kekurangan

bahan, tetapi menambah biaya penyimpanan bahan (Assauri, 2000).

Menurut Rangkuti (2004), persediaan pengaman adalah

persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga

kemungkinan terjadinya kekurangan bahan. Ada beberapa faktor

yang menentukan besarnya persediaan pengaman, yaitu :

1. Rataan tingkat permintaan dan rataan masa tenggang

2. Keragaman permintaan pada masa tenggang

3. Keinginan tingkat pelayanan yang diberikan.

Besarnya persediaan pengaman dapat diperoleh dengan

menggunakan beberapa rumus berikut :

L (d) d 2 (L) .................................................(3)

19

1. Persediaan Pengaman Untuk Jumlah Permintaan Tidak Tetap dan

Lead Time Tetap.

SS = Z L (d) ....................................................................(1)

SS

Z

L

d

= Safety stock

= Service level

= Lead time

= Simpangan baku dari tingkat pemakaian bahan baku per

hari

2. Persediaan Pengaman Untuk Jumlah Permintaan Tetap dan Lead

Time Tidak Tetap.

SS

SS

Z

d

= Z d (L ) .....................................................................(2)

= Safety stock

= Service level

= Tingkat pemakaian bahan baku per hari

L = Simpangan baku dari lead time

3. Persediaan Pengaman Untuk Jumlah Permintaan dan Lead Time

Tidak Tetap.

SS = Z 2 2

SS

Z

d

d

L

= Safety stock

= Service level

= Simpangan baku dari tingkat pemakaian bahan baku per

hari

= Tingkat pemakaian bahan baku per hari

= Lead time

L = Simpangan baku dari lead time

2.3.5. Reorder Point

Reorder point (ROP) atau titik pemesanan kembali adalah suatu

titik atau batas dari jumlah persediaan yang ada pada suatu saat

dimana pemesanan harus diadakan kembali. Menurut Rangkuti

(2004), ROP merupakan batas titik jumlah pemesanan kembali

termasuk permintaan yang diinginkan atau dibutuhkan selama masa

tenggang, misalnya suatu tambahan atau ekstra.

20

ROP terjadi apabila jumlah persediaan yang terdapat di dalam

stok berkurang terus. Dengan demikian, perusahaan harus

menentukan berapa banyak batas minimal tingkat persediaan yang

harus dipertimbangkan sehingga tidak terjadi kekurangan persediaan.

Umumnya, model ROP ditentukan oleh sifat pemakaian, yaitu :

1. ROP dengan Tingkat Pemakaian Bahan Baku Tetap.

Dalam model ini, besarnya permintaan tetap, sehingga tidak

ada penambahan persediaan. Rumusnya adalah :

ROP = d x L…………………………………….......................(4)

ROP = Reorder point (unit)

d

L

= Pemakaian bahan baku per hari (unit/hari)

= Pemakaian bahan baku tahunan : jumlah hari kerja tahun.

= Lead time untuk pemesanan baru (hari).

2. ROP dengan Tingkat Pemakaian Bahan Baku Tidak Tetap

Dalam model ini, besarnya permintaan tidak tetap. Besarnya

ROP pada model ini merupakan penjumlahan antara besarnya

permintaan yang diharapkan selama masa tenggang dan

persediaan tambahan atau disebut dengan safety stock. Maka

rumusnya menjadi :

ROP = (d x L) + SS.........………...……....................................(5)

ROP = Reorder point (unit)

d

L

SS

= Pemakaian bahan baku per hari (unit/hari)

= Pemakaian bahan baku tahunan : jumlah hari kerja tahun.

= Lead time untuk pemesanan baru (hari)

= Safety Stock atau persediaan pengaman (unit)

2.4. Simulasi

2.4.1. Model Simulasi

Menurut Render dan Heizer (2005) simulasi diartikan sebagai

sebuah usaha untuk menyalin fitur, tampilan dan karakteristik sebuah

sistem nyata. Dalam simulasi suatu sistem diabstraksikan dalam

bentuk model matematika yang biasanya melalui sebuah model yang

terkomputerisasi. Kemudian model tersebut dikembangkan, sehingga

21

menggambarkan sistem yang sesungguhnya. Model ini kemudian

akan digunakan untuk memperkirakan efek dari berbagai tindakan.

Simulasi mampu menyediakan suatu pendekatan alternatif untuk

permasalahan yang sangat kompleks secara matematik.

Sebagai alat analisa, simulasi mempunyai kelebihan dan

kekurangan. Menurut Render dan Heizer (2005), kelebihan dan

kekurangan simulasi dalam manajemen produksi operasi dijelaskan

berikut :

1. Kelebihan Simulasi

a. Simulasi relatif sederhana dan fleksibel.

b. Kemajuan software membuat beberapa model simulasi

mudah untuk dikembangkan.

c. Simulasi dapat digunakan untuk menganalisis situasi nyata

dunia yang luas dan rumit yang tidak bisa diselesaikan

dengan menggunakan model analisis kuantitaif konvensional.

d. Simulasi memungkinkan pertanyaan “bagaimana akibatnya

jika”. Para manajer ingin mengetahui terlebih dahulu pilihan

mana yang menjadi pilihan yang paling menarik. Dengan

sebuah model yang terkomputerisasi, seorang manajer dapat

mencoba beberapa keputusan kebijakan dalam waktu yang

hanya beberapa menit.

e. Simulasi tidak bertentangan dengan sistem dunia nyata.

f. Simulasi memungkinkan kita untuk mempelajari hubungan

dampak dari sebuah komponen atau peubah untuk

mengetahui komponen atau peubah mana yang penting.

g. Simulasi memungkinkan adanya faktor pemadatan waktu.

Dampak dari pemesanan, iklan dan kebijakan lain dalam

waktu bulanan atau tahunan dapat diperoleh dengan simulasi

komputer dalam waktu yang singkat.

2. Kekurangan Simulasi

a. Model simulasi yang baik untuk situasi yang rumit dapat

menjadi sangat mahal. Model simulasi yang baik

22

membutuhkan waktu yang lama dan proses sangat rumit

untuk mengembangkannya.

b. Simulasi tidak menghasilkan solusi untuk suatu masalah

seoptimal alat analisis kuantitatif lainnya. Simulasi

merupakan sebuah pendekatan trial and error yang dapat

menghasilkan solusi berbeda jika diulangi.

c. Para manajer harus menetapkan semua kondisi dan kendala

untuk solusi yang ingin mereka uji. Model simulasi tidak

menghasilkan jawaban tanpa adanya input yang cukup dan

realistis.

d. Setiap model simulasi bersifat unik. Solusi sebuah model dan

kesimpulannya pada umumnya tidak dapat diterapkan pada

persoalan lain.

2.4.2. Simulasi Monte Carlo

Menurut Yamit (2003), Simulasi Monte Carlo adalah tipe

simulasi peluang untuk mencari penyelesaian masalah dengan

penarikan contoh dari proses acak.

Menurut Render dan Heizer (2005), terdapat lima langkah di

dalam teknik simulasi Monte Carlo, yaitu :

1. Menetapkan Distribusi Peluang

Tujuan umum membuat distribusi peluang bagi setiap peubah

adalah untuk membangkitkan nilai setiap peubah dari model

yang sedang diuji. Peluang atau frekuensi relatif untuk setiap

nilai yang mungkin bagi setiap peubah ditentukan dengan

membagi frekuensi dari setiap nilai yang mungkin bagi peubah

dengan jumlah pengamatan. Dalam sistem dunia nyata, sebagian

besar peubah memiliki peluang alami.

2. Membuat Distribusi Peluang Kumulatif Bagi Setiap Peubah

Distribusi kumulatif merupakan akumulasi peluang individu

dalam sebuah distribusi.

23

3. Menetapkan Interval Angka Acak.

Angka acak merupakan serangkaian digit yang telah dipilih

oleh sebuah proses acak yang sempurna.

4. Membangkitkan Angka Acak

Angka acak dapat dibangkitkan dengan dua cara. Jika

persoalan yang dihadapi besar dan proses yang sedang diteliti

melibatkan banyak percobaan simulasi, maka digunakan program

komputer untuk membangkitkan angka acak. Jika simulasi

dilakukan dengan perhitungan tangan, angka acak dapat diambil

dari sebuah tabel angka acak.

5. Mensimulasikan Serangkaian Percobaan

Peubah yang akan digunakan dalam simulasi dibuat dalam

berbagai variasi. Variasi-variasi dari peubah tersebut pada tahap

ini dicoba untuk disimulasikan.

2.5. Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian Purwani (2006) mengenai Kajian Persediaan Bahan

Baku Kulit Sintetik di Perusahaan Sumber Karya Indah (SKI) dengan

menggunakan Metode Simulasi menunjukan bahwa pengendalian persediaan

bahan baku pada perusahaan SKI belum optimal. Hal ini dilihat dari total

biaya persediaan yang dikeluarkan oleh perusahaan. Perusahaan SKI

mengeluarkan Rp 13.716.000,00 per tahun untuk biaya persediaan.

Sedangkan dengan metode simulasi Perusahaan SKI mengeluarkan Rp

1.841.191,00 per tahun. Hal ini menunjukan dengan menggunakan metode

simulasi perusahaan dapat melakukan penghematan 86%.

Dalam penelitian Putra (2005) mengenai Analisis Pengendalian

Persediaan Bahan Baku Produk Ban pada PT Goodyear Indonesia, Tbk,

Bogor, menunjukkan bahwa kebijakan pengendalian persediaan yang

dilakukan perusahaan masih belum optimal. Untuk bahan baku lokal, terlihat

perbedaan frekuensi pemesanan bahan baku relatif sangat kecil.

Penghematan yang dapat dilakukan apabila perusahaan menggunakan

metode Economic Order Quantity (EOQ) adalah sebesar Rp 108.190 atau

0,904%. Pengadaan persediaan bahan baku impor dengan menggunakan

24

metode EOQ menghasilkan biaya yang lebih rendah daripada yang

dikeluarkan oleh perusahaan. Penghematan yang dapat dilakukan dengan

menggunakan metode EOQ mencapai 16,44%.

Dalam penelitian Anggraini (2002) mengenai Analisis Pengendalian

Persediaan Tepung Terigu Sebagai Bahan Baku Utama Produk Biskuit pada

PT Arnott’s Indonesia. Penelitian ini membandingkan metode MRP, yaitu

teknik Lot for Lot, teknik EOQ dan Teknik PBB, dengan metode yang

diterapkan oleh perusahaan. Hasil perbandingan tersebut menunjukan bahwa

pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan perusahaan belum

optimal. Penghematan terbesar yang dapat dilakukan adalah apabila

perusahaan menggunakan teknik Lot for Lot. Metode EOQ dapat digunakan

oleh perusahaan, karena metode EOQ dapat melakukan penghematan biaya

persediaan bahan baku, walaupun tidak sebesar apabila menggunakan teknik

Lot for Lot. Metode EOQ lebih relevan digunakan oleh perusahaan daripada

metode Lot for Lot, karena metode Lot for Lot meminimumkan jumlah

persediaan di gudang dapat menimbulkan resiko kekurangan bahan baku

apabila terjadi perubahan jadwal produksi.

25

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Bahan baku perlu mendapat perhatian ekstra dari perusahaan, karena

bahan baku sangat menentukan mutu produk mie instan itu sendiri. Sebaik

apapun proses produksi mie instan suatu perusahaan, tidak akan

menghasilkan produk mie instan yang baik dan bermutu jika bahan baku

yang digunakan tidak bermutu atau dalam kondisi yang tidak baik. Hal ini

menyebabkan pengendalian persediaan bahan baku mutlak perlu dilakukan

perusahaan, baik dari saat pemesanan sampai dengan penyimpanan di

gudang.

Jumlah persediaan bahan baku yang berlebihan akan meningkatkan

biaya penyimpanan dan akan menyebabkan opportunity cost atas modal

yang seharusnya dapat diinvestasikan pada sektor lain yang lebih

menguntungkan. Sebaliknya, jumlah persediaan bahan baku yang tidak

mencukupi kebutuhan akan menyebabkan terganggunya kontinuitas proses

produksi dan operasi perusahaan. Hal ini menyebabkan perusahaan harus

mengeluarkan biaya pengadaan darurat yang lebih mahal dan juga

mengakibatkan mutu pelayanan perusahaan kepada konsumen berkurang

serta dapat membuat konsumen kecewa atau beralih kepada merek atau

perusahaan lain. Oleh sebab itu, pengendalian persediaan bahan baku,

mutlak harus dilakukan perusahaan mengingat konsukuensi yang dihadapi

perusahaan atas kekurangan dan kelebihan persediaan bahan baku.

Salah satu metode pengendalian persediaan bahan baku adalah metode

simulasi. Metode simulasi adalah suatu metode yang mampu menganalisa

situasi dunia nyata yang kompleks dan rumit menjadi sebuah model

manajemen operasi sederhana, sehingga dapat memecahkan permasalahan.

Metode simulasi jika diterapkan pada sistem persediaan bahan baku dapat

menentukan jumlah pemesanan dan waktu pemesanan yang dapat

meminimalkan biaya total persediaan pada saat permintaan dan waktu

tunggu yang tidak konstan. Tipe simulasi yang menunjukkan peluang dari

perusahaan untuk menyelesaikan masalah dengan pengambilan contoh

26

secara acak adalah simulasi Monte Carlo. Simulasi skenario 1 dan skenario

2 dikembangkan agar dapat megendalikan persediaan bahan baku untuk

meperoleh tingkat persediaan yang optimal sehingga menunjang kelancaran

produksi serta dapat memenuhi jadwal produksi barang dengan ketentuan

yang disepakati. Simuasi skenario 1 adalah simulasi berdasarkan reorder

point. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 6.

Persaingan Antara Produsen Mie Instan yang Semakin Meningkat

Perusahaan Harus Mempertahankan Kelangsungan Hidupdan Meningkatkan Daya Saing

Fungsi Produksidan Operasi

Sistem Persediaan Bahan Baku

Pengendalian Persediaan Bahan baku

Model Persediaan diPerusahaan

Model Simulasi denganSkenario 1 dan 2

Perbandingan antara model persediaan perusahaan dan model simulasi

Tingkat Persediaan dan Kebijakan

Pengendalian Persediaan Bahan Baku yang Optimal

Gambar 6. Kerangka pemikiran penelitian

Kebutuhan Data Jenis Data Metode Sumber DataIdentifikasiperkembanganindustri mie instan diIndonesia.

Sekunder Studi literature Internet

Data umumperusahaan:

Sejarah danperkembanganperusahaanVisi dan misiperusahaanLokasi perusahaanStruktur organisasiperusahaan

Primer

Sekunder

SurvaiWawancaraDokumen danlaporanperusahaan

Divisi Noodle, PTISM, Tbk

27

3.2. Pengumpulan Data

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposif dengan

pertimbangan bahwa PT ISM merupakan salah satu perusahaan pangan

terbesar di Indonesia dan memproduksi produk mie instan yang memliki

pangsa pasar sebesar 70%.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data primer

adalah data yang langsung dikumpulkan dari Divisi Noodle, PT Indofood

Sukses Makmur (ISM), Tbk. Data primer diperoleh dari pengamatan

langsung pada proses produksi dan gudang serta wawancara langsung

dengan berbagai pihak yang berkepentingan seperti bagian Production

Planning and Inventory Control (PPIC), karyawan bagian bahan baku,

karyawan bagian gudang, supervisor bagian Quality Control (QC) dan

manajer PPIC.

Data sekunder merupakan data yang telah tersusun dalam bentuk

dokumen-dokumen tertulis. Data sekunder diperoleh dari dokumen-

dokumen dan laporan-laporan manajemen perusahaan, terutama bagian

produksi dan logistik, literatur, hasil penelitian terdahulu, bahan pustaka,

internet maupun data instasi seperti BPS dan instasi yang terkait. Kebutuhan,

jenis, metode dan sumber data dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kebutuhan, jenis, metode dan sumber data

Kebutuhan Data Jenis Data Metode Sumber DataData khususperusahaan:

Data produksiData penjualanbarang jadiData pemesananbahan bakuData pemakaianbahan baku.Data laporanpersediaan bahanbakuData harga beliper unit bahanbakuData biayapersediaan bahanbakuData lead time(waktu tunggu)dan safety stock(persediaanpengaman)

Primer

Sekunder

SurvaiWawancaraDokumen danlaporan bagianproduksi, PPIC,dan gudang

Bagian PPIC, DivisiNoodle, PT ISM, Tbk

28

Lanjutan Tabel 1.

3.3. Pengolahan dan Analisis Data

3.3.1. Peramalan Permintaan

Peramalan permintaan merupakan kegiatan yang berhubungan

dengan meramalkan atau memproyeksikan permintaan yang akan

datang berdasarkan permintaan yang lalu atau berdasarkan

perhitungan tertentu. Alat yang digunakan untuk meramalkan

permintaan pada penelitian ini adalah metode Winters. Metode

Winters adalah salah satu metode peramalan yang digunakan untuk

meramalkan data deret waktu musiman.

Perhitungan peramalan dengan metode winters menggunakan

perangkat lunak Minitab versi 14. Perhitungan metode Winters ini

melalui beberapa tahap, yaitu :

29

1. Memplotkan Data

Pada tahap ini data deret waktu harus diplotkan dalam bentuk

grafik. Tujuan dari memplotkan data dalam bentuk grafik adalah

untuk melihat bagaimana pola data tersebut. Jika data berpola

musiman, maka data dapat diramalkan dengan metode Winters.

2. Pengidentifikasian Model

Model dari data musiman dapat dibedakan menjadi dua jenis

yaitu model multiplikatif dan model aditif. Model multiplikatif

pada prinsipnya mengandung penggandaan antara komponen

trend dengan komponen musim sedangkan untuk model aditif

mengandung penjumlahan komponen trend dengan komponen

musim. Model multiplikatif biasanya digunakan jika data pada

musim tertentu proporsional terhadap musim-musim

sebelumnya. Sedangkan model aditif biasanya digunakan jika

perbedaan data pada setiap musim relatif konstan.

Model yang sesuai untuk meramalkan permintaan penjualan

mie instan pada Divisi Noodle, PT ISM, Tbk adalah model

multiplikatif. Data deret waktu musiman multiplikatif

digambarkan dengan model berikut :

x tb1 b 2 tc t t ……………………………………….......(6)

Dimana b1 merupakan konstanta pemulusan dasar atau komponen

permanen, b 2 merupakan konstanta pemulusan trend,

c t merupakan konstanta pemulusan musiman dant adalah

komponen acak.

3. Pengestimasian Nilai Kostanta Pemulusan

Nilai konstanta pemulusan model diestimasikan dengan cara

trial and error. Nilai setiap konstanta pemulusan ditentukan

secara subyektif dalam selang 0-1. setelah nilai setiap konstanta

pemulusan ditentukan, maka akan muncul nilai Mean Absolute

Percentage Error (MAPE), Mean Absolute Deviation (MAD)

dan Mean Square Deviation (MSD). MAPE, MAD dan MSD

merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat

30

keakuratan dari hasil peramalan. Semakin kecil nilai MAPE,

MAD, dan MSD maka, semakin baik nilai setiap konstanta

pemulusan.

4. Penggunaan Model Untuk Peramalan

Nilai konstanta pemulusan yang terbaik yang telah diperoleh

digunakan untuk menentukan peramalan.

Tahapan

3.3.2. Menentukan Lead Time

Lead time adalah lamanya waktu antara mulai dilakukannya

pemesanan bahan-bahan sampai dengan kedatangan bahan-bahan

yang dipesan tersebut dan diterima di gudang persediaan. Lamanya

waktu tunggu dapat ditentukan dari rataan lamanya waktu tunggu

periode-periode sebelumnya.

3.3.3. Menentukan Safety Stock

Besarnya Safety stock atau persediaan pengaman dipengaruhi

oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Rataan tingkat permintaan dan rataan masa tenggang

2. Keragaman permintaan pada masa tenggang

3. Keinginan tingkat pelayanan yang diberikan.

Divisi Noodle, PT ISM, Tbk memiliki tingkat pemakaian bahan

baku tidak konstan dan lead time yang konstan. Besarnya persediaan

pengaman untuk jumlah pemakaian bahan baku yang tidak konstan

dan lead time konstan dapat diperoleh dengan menggunakan rumus :

SS = Z L (d) ..........................................................................(7)

SS

Z

L

d

= Safety stock

= Service level

= Lead time

= Simpangan baku dari tingkat pemakaian bahan baku per

hari

31

3.3.4. Menentukan Reorder Point

Reorder point (ROP) merupakan titik dimana perusahaan harus

melakukan pemesanan bahan baku lagi, sehingga bahan baku yang

dipesan tersebut datang tepat pada saat jumlah persediaan bahan

baku sama dengan safety stock. ROP juga merupakan peubah input

dalam perhitungan dengan metode simulasi. Rumus ROP adalah :

ROP = (d x L) + SS........................................................................(8)

Dimana:

ROP = Reorder point (unit)

d

L

SS

= Pemakaian bahan baku per hari (unit/hari)

= Pemakaian bahan baku tahunan : jumlah har kerja per tahun

= lead time untuk pemesanan baru (hari)

= Safety stock (unit)

3.3.5. Pengolahan Data dengan Metode Simulasi

Simulasi adalah sebuah usaha untuk menyalin fitur, tampilan dan

kharakteristik sebuah sistem nyata. Pada kasus persediaan bahan

baku, metode simulasi dapat digunakan untuk merumuskan skenario

kebijakan pembelian bahan baku terbaik berdasarkan kriteria biaya

persediaan pada saat pemakaian bahan baku maupun lead time tidak

konstan.

Perhitungan simulasi dapat dilakukan dengan menggunakan

software MATLAB 7.1 dan Microsoft Excel. Simulasi pengendalian

persediaan bahan baku mempunyai beberapa tahapan proses, yaitu :

1. Mendefinisikan Masalah

Masalah yang didefinisikan adalah minimisasi total biaya

persediaan.

2. Memperkenalkan Peubah Penting yang Berkaitan dengan

Masalah.

Dalam simulasi sistem persediaan terdapat dua peubah input

yaitu titik pemesanan kembali dan jumlah pemesanan. Nilai

output yang akan dioptimisasi adalah rataan biaya total

PeluangPermintaan Frekuensi Peluang Kumulatif

Kejadian

Intervaal

Acak

xx xx Xx Xx x–x

xx xx Xx Xx x–x

xx xx Xx Xx x–x

xx xx Xx Xx x–x

32

persediaaan, sedangkan faktor acak yang terdapat pada sistem

adalah jumlah pemakaian bahan baku dan waktu tunggu pesanan.

3. Mengembangkan Sebuah Model Kuantitatif

Berdasarkan teknik simulasi Monte Carlo, langkah-langkah

yang dilakukan dalam mengembangkan sebuah model kuantitatif

untuk pengendalian persediaan adalah :

a. Menetapkan Distribusi Peluang

Ide dasar simulasi Monte Carlo adalah untuk membangkitkan

nilai peubah pada model yang sedang diuji. Dalam sistem

dunia nyata, sebagian besar peubah memiliki peluang alami.

Peubah yang akan dinilai distribusi peluangnya adalah

pemakaian bahan baku per hari.

b. Membuat Distribusi Peluang Kumulatif Bagi Setiap Peubah.

Distribusi kumulatif merupakan akumulasi peluang individu

dalam sebuah distribusi, pada tahap ini pemakaian bahan

baku per hari akan ditentukan distribusi peluang

kumulatifnya.

c. Menetapkan Interval Angka Acak

Angka acak merupakan serangkaian digit yang telah terpilih

oleh sebuah proses acak yang sempurna. Angka acak ini

berfungsi mewakili setiap nilai atau output yang mungkin

dari pemakaian bahan baku per hari. Pada Tabel 2 disajikan

peluang dan interval angka acak untuk permintaan.

Tabel 2. Peluang dan interval angka acak untuk pemakaian bahan baku per hari

xx Xx

33

d. Membangkitkan Angka Acak

Angka acak dapat dibangkitkan dengan dua cara. Jika

persoalan yang dihadapi besar dan proses yang sedang diteliti

melibatkan banyak percobaan simulasi, maka digunakan

program komputer untuk membangkitkan angka acak. Jika

simulasi dilakukan dengan perhitungan tangan, angka acak

dapat diambil dari sebuah tabel angka acak.

4. Mensimulasikan Serangkaian Percobaan

5. Memutuskan Tindakan Apa yang Diambil (Memilih Skenario

Terbaik)

Mempertimbangkan hasil atau mungkin memodifikasi dan

mengubah input. Maksud dari langkah ini adalah membuat

alternatif besarnya jumlah pemesanan bahan baku yang

bervariasi atau menyiapkan kejadian yang mungkin terjadi dalam

pengujian. Tahapan proses simulasi dapat dilihat Gambar 7.

Definisikan masalah

Memperkenalkan peubah

Mengembangkan model

Umpan balikMenetapkan nilai peubah

Umpan balikMelaksanakan simulasi

Menguji hasil simulasi

Memilih cara yang terbaik

Gambar 7. Tahapan proses simulasi (Render dan Heizer, 2005)

34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Perusahaan

4.1.1. Sejarah PT Indofood Sukses Makmur, Tbk

PT ISM, Tbk bergerak dalam bidang industri makanan olahan

yaitu pembuatan mie instan dan pengemasannya. PT ISM, Tbk

didirikan pada tahun 1970 dengan nama PT Sanmaru Food

Manufacturing Co, Ltd. Perusahaan ini mulai berproduksi secara

komersial pada tahun 1971 dengan jumlah karyawan yang

dipekerjakan sebanyak 70 orang.

Pada tahun 1984 dan tahun 1988 terdapat dua perusahaan yang

bergabung dengan PT Sanmaru Food Manufacturing Co, Ltd, yaitu

PT Sarimi Asli Jaya dan PT Lambang Insan Makmur. Kemudian,

pada tahun 1990 PT Sanmaru Food Manufacturing Co, Ltd

mengubah namanya menjadi PT Panganjaya Intikusuma berdasarkan

akta pendirian No. 228, tanggal 14 Agustus 1990.

Pada tahun 1994, perusahaan ini merubah namanya menjadi PT

ISM berdasarkan akta pendirian No. 51, tanggal 5 Februari 1994.

Seminggu kemudian yaitu pada tanggal 12 Februari 1994,

perusahaan melakukan merger atau penggabungan dengan 18

perusahaan lain yang juga bergerak dalam bidang industri makanan.

Perusahaan-perusahaan yang melakukan merger tersebut selanjutnya

dibagi menjadi beberapa divisi di PT ISM. Divisi-divisi tersebut,

antara lain Divisi Noodle, Divisi Ingredient, Divisi Packaging, Divisi

Baby Food, Divisi Beverage, Divisi Snack, Divisi Distribusi, dan

Divisi Pastry.

Pada tanggal 7 Maret 1994, PT ISM mengubah statusnya dari

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) menjadi berstatus

Penanaman Modal Asing (PMA) dan pada tahun yang sama, PT ISM

telah menjadi perusahaan yang go public dengan nama PT ISM, Tbk.

Divisi Noodle yang merupakan salah satu divisi dalam PT ISM,

Tbk mempunyai 15 kantor cabang yang tersebar di seluruh Indonesia

35

yaitu di Medan, Lampung, Palembang, Pontianak, Pekanbaru,

Banjarmasin, Semarang, Cibitung, Ancol, Bandung, Surabaya, Beji,

Teluk Kumai, Menado, dan Ujung Pandang. Divisi Noodle cabang

Ancol tergolong berskala besar dan merupakan pabrik yang pertama

kali berdiri.

Divisi Noodle, PT ISM, Tbk cabang Ancol terletak di Jalan

Ancol I No. 4-5, Ancol Barat Jakarta Utara. Perusahaan ini

berbatasan dengan PT Wirantono di sebelah utara, gudang kaca PT

Asahi Mas di sebelah timur, Jalan Ancol I di sebelah selatan dan PT

Wuhan di sebelah barat.

4.1.2. Struktur Organisasi

Organisasi merupakan alat manajemen pada praktik

penyelenggaraan tugas dan kewajiban guna mencapai sarana

perencanaan. Pentingnya manajemen dalam suatu perusahaan adalah

untuk mengelola sumber daya yang ada sehingga dapat menghindari

kesimpangsiuran kegiatan dalam perusahaan tersebut. Berdasarkan

pola hubungan kerja, wewenang dan tanggung jawab, struktur

organisasi perusahaan menggunakan struktur organisasi fungsional.

Divisi Noodle, PT ISM, Tbk mempunyai 15 pabrik yang tersebar

di seluruh Indonesia dan setiap pabrik dipimpin oleh seorang

General Manager atau Kepala Cabang. Khusus untuk pabrik di

Tanggerang dan Ancol dipimpin oleh satu orang General Manager,

demikian juga untuk dua pabrik di Surabaya.

Pada Divisi Noodle, PT ISM, Tbk cabang Ancol, dipimpin oleh

General Manajer DKI yang mempuyai kewajiban umum memimpin

unit produksi cabang dan membina hubungan dengan kantor pusat.

General Manager juga bertanggung jawab penuh dalam penentuan

arah organisasi dan memiliki otoritas tertinggi untuk menggerakkan

semua komponen ke arah tujuan perusahaan. Dalam menjalankan

tugasnya, General Manager membawahi 5 (lima) Manager, yaitu :

36

1. Factory Manager

Factory Manager bertanggung jawab dalam mengendalikan

pelaksanaan proses produksi, mulai dari penyediaan bahan baku,

perencanaan produksi, proses produksi sampai ke pergudangan.

Dalam menjalankan tugasnya Factory Manager dibantu oleh

Production Manager, Technik Manager, Ware House Manager,

PPIC Supervisor, dan Purchasing Supervisor.

2. Process Development and Quality Control (PDQC) Manager

PDQC Manager mempunyai tugas menjaga mutu dan

perkembangan produk. Dalam menjalankan tugasnya PDQC

Manager dibantu oleh QC Supervisor.

3. Personel Manager

Personel Manager mempunyai tugas terhadap tercapainya

produktivitas dan kesejahteraan karyawan yang meliputi

penggajian dan latihan kerja. Dalam menjalankan tugasnya,

Personel Manager dibantu oleh Personel Supervisor dan Kepala

Satpam.

4. Financial and Accounting Manager

Financial and Accounting Manager bertanggungjawab pada

pelaksanaan dan pengontrolan hal-hal yang berkaitan dengan

keuangan, seperti dalam hal administrasi penerimaan, kegiatan

laporan keuangan, pengelolaan pembukuan yang berhubungan

dengan pengelolaan pembelian. Dalam menjalankan tugasnya

Financial and Accounting Manager dibantu oleh Accounting

supervisor.

5. Area Sales Promotion (ASP) Manager

ASP Manager bertanggungjawab pada aspek produksi dan

penjualan. Dalam menjalankan tugasnya ASP Manager dibantu

oleh Area Sales Promotion Supervisor (ASPS), Electronic Data

Processing (EDP) dan Administrasi, High Class Officer,

Customer Service, dan Distribution Supervisor.

37

Gambar struktur organisasi Divisi Noodle, PT ISM, Tbk dapat

dilihat pada Lampiran 1.

4.1.3. Kondisi Sumber Daya Manusia Perusahaan

Pada saat ini Divisi Noodle, PT ISM, Tbk cabang Ancol

memiliki kurang lebih 1011 karyawan yang terdiri dari 700 orang

pegawai pabrik dan 311 orang staf manajemen. Tingkat pendidikan

yang dimiliki oleh karyawan bervariasi mulai dari SD sampai dengan

Strata Satu.

Karyawan non-manufacturing bekerja pada hari Senin sampai

Jumat, mulai pukul 08.00-17.00 WIB dengan waktu istirahat satu

jam. Sedangkan karyawan Manufacturing bekerja pada hari Senin

sampai Jumat, mulai pukul 08.00-16.00 WIB dengan waktu istirahat

satu jam dan hari Sabtu, mulai pukul 08.00-12.00. Untuk kegiatan

produksi atau karyawan buruh pabrik dan bagian keamanan berlaku

tiga shift, yaitu :

1. Shift satu, mulai pukul 07.00-14.30

2. Shift dua, mulai pukul 14.30-22.00, dan

3. Shift tiga, mulai pukul 22.00-06.30.

Perusahaan memberikan gaji setiap bulan sebagai kompensasi

bagi setiap karyawan. Selain gaji, karyawan menerima tunjangan

berupa tunjangan hari raya, tunjangan akhir tahun, biaya kesehatan

dan rawat jalan bagi karyawan yang sakit serta karyawan

diikutsertakan dalam Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja).

Pemberian kompensasi ini bertujuan untuk mensejahterakan

karyawan dan sebagai motivasi agar karyawan mau bekerja secara

optimal.

Dalam penerimaan pegawai, Divisi Noodle, PT ISM, Tbk

menerapkan sistem berikut :

1. Internal

Apabila perusahaan membutuhkan seseorang untuk mengisi

suatu jabatan tertentu, maka akan ditinjau dulu pegawai yang

telah ada dan berpotensi untuk promosi jabatan. Pendaftaran

38

calon tenaga kerja internal dilakukan melalui kepala bagian

masing-masing dengan disertai rekomendasi untuk masing-

masing calon dan selanjutnya bagian personalia melakukan

seleksi atau tes.

2. Eksternal

HRD akan merekrut SDM dari luar yang bermutu dengan

spesifikasi pekerjaan yang dibutuhkan melalui kantor

Departemen Tenaga Kerja, iklan, Biro Konsultasi, atau dengan

pemasangan pengumuman di lingkungan perusahaan.

Dalam rangka memperbaiki atau meningkatkan komitmen

perusahaan terhadap kepercayaan pelanggan, maka perusahaan

berusaha untuk meningkatkan mutu dan inovasi, khususnya pada

tenaga kerja. Salah satu cara yang dilakukan perusahaan untuk

memperbaiki dan meningkatkan mutu dan inovasi tenaga kerja

adalah melalui pelatihan. Pelatihan yang dilakukan perusahaan terdiri

dari tiga kategori, yaitu :

1. Pelatihan Dasar

Pelatihan dasar adalah pelatihan pembekalan dasar seseorang

karyawan untuk dapat bekerja dan berprilaku sebagai karyawan

yang baik. Pelatihan ini terdiri dari pelatihan Good

Manufacturing Practice (GMP) dan Kesepakatan Kerja Bersama

(KKB) untuk karyawan manufacturing dan non-manufacturing,

serta pelatihan Hazard Analytical Critical Control Point

(HACCP) khusus untuk karyawan manufactring.

2. Pelatihan Teknis Fungsional

Pelatihan teknis fungsional adalah jenis pelatihan yang

berguna untuk memperbaiki tingkat pengetahuan dan

keterampilan masing-masing karyawan sesuai bidang tugasnya.

3. Pelatihan Manajerial

Pelatihan manajerial adalah jenis pelatihan untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan manajerial.

39

4.2. Aspek Produksi

4.2.1. Gambaran Produk

Dalam kegiatan usahanya Divisi Noodle, PT ISM, Tbk

memproduksi jenis mie instan dengan merk dagang Indomie,

Supermie, Sarimi, Sakura, Pop Mie, Mie Telor Cap 3 Ayam dan

beberapa merk khusus untuk kegiatan tertentu dan ekspor.

4.2.2. Proses Produksi

Proses pembuatan mie instan terdiri dari delapan tahap, yaitu

mixing (pencampuran), pressing (pengepresan), slitting

(pembentukan untaian), steaming (pengukusan), cutting and folder

(pemotongan dan pencetakan), frying (penggorengan), cooling

(pendinginan) dan packing (pengemasan). Proses yang terjadi pada

setiap tahap adalah :

1. Mixing atau Pencampuran

Proses awal dalam pembuatan mie instan adalah

pencampuran atau proses mixing. Proses mixing adalah proses

pencampuran dan pengadukan material-material yang terdiri dari

meterial tepung dan air alkali (campuran antara air dan beberapa

ingredient yang ditentukan) sehingga diperoleh adonan yang

merata atau homogen. Mutu adonan yang baik adalah yang tidak

lembek dan tidak perau atau dengan kata lain memiliki kadar air

sebesar 32% sampai dengan 34%. Proses pencampuran ini

berlangsung kurang lebih selama 15 menit dengan suhu 35° C

2. Pressing atau Pengepresan

Setelah adonan menjadi homogen, campuran tersebut masuk

ke dalam mesin pengepres adonan. Di dalam mesin pengepres,

adonan melalui beberapa roll press. Adonan akan mengalami

peregangan pada saat dipress dan terjadi relaksasi pada saat

keluar dari roll press. Hal ini terjadi beberapa kali pada saat

melalui roll press sehingga terbentuk lembaran yang lembut,

homogen, elastik dan tidak terputus dengan ketebalan tertentu.

Tebal lembaran yang dihasilkan bergantung dengan jenis mesin

40

yang digunakan. Rataan tebal lembaran yang dihasilkan adalah

1,12-1,18 mm.

3. Slitting atau Pembentukan Untaian

Pembentukan untaian adalah suatu proses pemotongan

lembaran adonan menjadi untaian mie dan kemudian siap

dibentuk gelombang mie. Jumlah untaian mie yang dihasilkan

dapat diatur sesuai dengan jenis mie yang sedang diproduksi.

Selanjutnya untaian mie tersebut dilewatkan ke dalam suatu

laluan berbentuk segi empat yang disebut waving net, sehingga

terbentuk gelombang mie yang merata dan terbagi dalam

beberapa jalur.

4. Steaming atau Pengukusan

Proses selanjutnya adalah proses pengukusan untaian mie

yang keluar dari slitter secara kontinu dengan menggunakan

steam box atau mesin yang memiliki tekanan uap cukup tinggi

dengan suhu tertentu. Proses pengukusan akan berlangsung

selama dua menit dangan suhu pemanasan ± 65°C. Tujuan proses

pengukusan adalah memasak mie mentah menjadi mie dengan

sifat fisik padat. Dalam proses steaming ini akan terjadi proses

gelatinisasi pati dan koagulasi gluten, yang menyebabkan

gelombang mie bersifat tetap dan memiliki tekstur lembut, lunak,

elastis dan terlindungi dari penyerapan minyak yang terlalu

banyak pada proses penggorengan atau frying.

5. Cutting and Folder atau Pemotongan dan Pencetakan

Pemotongan dan pencetakan adalah suatu proses memotong

lajur mie pada ukuran tertentu dan melipat menjadi dua bagian

sama panjang, kemudian mendistribusikannya ke mangkok

penggorengan. Mie dipotong dengan menggunakan alat berupa

pisau yang berputar.

6. Frying atau Penggorengan

Proses penggorengan adalah suatu proses merapikan mie di

dalam mangkok pengorengan, kemudian merendamnya di dalam

41

media penghantar panas. Dalam hal ini minyak olein atau minyak

goreng pada suhu tertentu dalam waktu tertentu. Tujuan dari

proses penggorengan adalah untuk mengurangi kadar air dalam

mie dan pemantapan pati tergelatinisasi. Kadar air setelah

penggorengan adalah 4% sehingga mie menjadi matang, kaku

dan awet.

7. Cooling atau Pendinginan

Proses pendinginan adalah proses pengangkutan mie panas

setelah proses penggorengan ke dalam ruangan pendingin mie.

Ruangan pendingin mie adalah ruangan atau lorong yang terdiri

dari sejumlah kipas untuk menghembuskan udara segar ke mie-

mie yang dilewatkan dalam ruangan tersebut. Tujuan proses

pendinginan adalah untuk mendinginkan mie panas yang keluar

dari proses penggorengan hingga diperoleh suhu ± 30°C sebelum

dikemas dengan etiket. Dengan diperolehnya suhu mie yang

rendah sebelum dikemas maka mie akan lebih awet untuk

disimpan dalam etiket selama beberapa waktu dan menghindari

penguapan air yang kemudian menempel pada permukaan bagian

dalam etiket yang dapat menyebabkan timbulnya jamur.

Lamanya proses pendinginan adalah kurang lebih dua menit.

8. Packing atau Pengemasan

Proses yang terakhir dalam produksi mie adalah pengemasan

atau packing. Pengemasan mie adalah proses penyatuan dan

pembungkusan mie, bumbu, minyak bumbu dan solid ingredient

lainya dengan menggunakan etiket sesuai dengan standar yang

telah ditetapkan. Tujuan dari proses pengemasan adalah untuk

melindungi mie dari kemungkinan-kemungkinan tercemar atau

rusak sehingga mie tidak mengalami penurunan mutu ketika

sampai kepada konsumen. Setelah dikemas, selanjutnya mie

tersebut akan dimasukkan ke dalam karton. Setelah mie

dimasukkan ke dalam karton seluruhnya, karton akan direkatkan

dan kemudian menuju gudang untuk disalurkan. Secara

Tahapan Proses

ProduksiSimbol Deskripsi

MixingPencampuran tepung dan air alkali

Pembuatan adonan mie instan

Pressing

Masuk ke mesin press

Adonan melewati beberapa roll press

Pembuatan adonan menjadi lembaran

Pemeriksaan ketebalan lembaran

Sliting

Lembaran mie melewati mesin sliting

dan waving net

Pembentukan untaian dan gelombang

mie

Pemeriksaan jumlah untaian mie

SteamingUntaian mie melewati steam box

Proses pengukusan untaian mie

Cutting and

folder

Untaian mie masuk ke mesin cutting

Proses pemotongan dan pelipatan

untaian mie

42

Sistematis alur proses produksi mie instan dapat dilihat pada

Tabel 3 dan Gambar 8.

Tabel 3. Bagan aliran proses pembuatan mie instan

Lanjutan Tabel 3

Tahapan Proses

ProduksiSimbol Deskripsi

Frying

Mie masuk ke mangkok

penggorengan

Pemeriksaan dan merapikan posisi

mie pada mangkok penggorengan

Proses penggorengan mie

CoolingMasuk ke lorong pendinginan

Proses pendinginan mie

Packing

Masuk ke area packing

Pemeriksaan mie instan (bentuk dan

warna)

Proses pengemasan mie dengan etiket

Pemeriksaan hasil pengemasan dan

pemberian kode

Proses pengemasan mie dengan

karton

Pemeriksaan hasil pengemasan dan

pemberian kode

Penyimpanan mie instan dalam

gudang

43

Keterangan : = Operasi, = Transportasi, = Inspeksi

= Penundaan atau delay, = Penyimpanan

44

Tepung(Flour)

Pencampuran(Mixing)

Bahan TambahanLainnya

(Other Raw Material)

Pengepresan(Pressing)

PembentukanUntaian Mie

(Slitting)

Pengukusan(Steaming)

Pemotongandan Pencetakan

(Cutting andFolder)

Penggorengan(Frying)

Pendinginan(Cooling)

Pengemasan(Packing)

Gambar 8. Diagram alir produksi mie instan

4.3. Sistem Persediaan Bahan Baku Divisi Noodle, PT ISM, Tbk

Divisi Noodle, merupakan divisi dari PT ISM, Tbk yang melaksanakan

proses produksinya dengan menggunakan bahan baku yang cukup besar

kuantitasnya. Mengingat begitu pentingnya pengadaan bahan baku untuk

mendukung aktivitas produksi, maka perusahaan memandang perlu untuk

dilakukan sistem persediaan bahan baku yang terpadu sehingga efektifitas

pengadaan bahan baku dapat tercapai.

Motivasi perusahaan dalam melaksanakan sistem persediaan bahan baku

adalah tercapainya efisiensi dan efektivitas produksi dimana kelangsungan

proses produksi dapat berjalan dengan lancar. Ini berarti dengan adanya

sistem persediaan bahan baku dalam jumlah, mutu dan waktu yang tepat,

serta biaya minimal yang dapat memberikan dukungan terhadap kelancaran

produksi.

Sistem persediaan bahan baku pada Divisi Noodle, PT ISM, Tbk

menjadi tanggung jawab Departemen PPIC. Departemen ini berperan dalam

menyusun rencana produksi, mengkoordinir pengadaan bahan baku untuk

kegiatan produksi, memonitor tingkat persediaan, menentukan persediaan

yang harus dijaga, kapan persediaan harus diisi dan berapa pesanan yang

45

harus dilakukan. Departemen PPIC dipimpin oleh seorang PPIC Supervisor,

yang dibantu oleh sejumlah staf administrasi untuk mendukung

pekerjaannya. Dalam struktur organisasi Divisi Noodle, PT ISM, Tbk,

Departemen PPIC berada dalam naungan Direktorat Manufacturing yang

dipimpin oleh Factory Manager.

4.3.1. Karakteristik Bahan Baku

Divisi Noodle, PT ISM, Tbk menggunakan beberapa bahan baku

dalam pembuatan mie instan. Bahan baku yang digunakan

didatangkan dari beberapa perusahaan yang telah memenuhi

persyaratan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Adapun bahan

baku tersebut adalah :

1. Tepung Terigu

Bahan baku utama pembuatan mie instan adalah tepung

terigu. Tepung terigu diperoleh dari biji gandum yang digiling.

Fungsi tepung terigu dalam pembuatan mie instan, antara lain

memberi atau membentuk adonan selama proses pencampuran,

menarik atau mengikat bahan lain dan mendistribusikan secara

merata, mengikat gas selama proses penggorengan, membentuk

struktur mie instan, serta sebagai sumber karbohidrat dan protein.

Tepung terigu yang digunakan Divisi Noodle, PT ISM, Tbk

secara rutin diperoleh dari perusahaan lokal yaitu PT Bogasari

Flour Mills Indonesia.

Divisi Noodle, PT ISM, Tbk menggunakan tiga jenis tepung

terigu sebagai bahan baku utama, yaitu strong flour (tepung keras

cap Cakra Kembar), medium flour (tepung setengah keras cap

Segitiga Biru) dan soft flour (tepung lunak cap Segitiga Hijau).

Ketiga jenis tepung tersebut bukan dianggap sebagai kelas-kelas

mutu tepung, tetapi mempunyai klasifikasi khusus sehingga akan

disesuaikan untuk tujuan penggunaan berbeda. Ketiga jenis

tepung tersebut sudah mengandung telur sehingga mempunyai

kadar protein tertentu. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan

No. Jenis Tepung pH Kadar Air (%) Gluten (%) Protein (%)

1. Cakra Kembar 5,5-6,8 14,5 (max) 31 (min) 13

2. Segitiga Biru 5,5-6,8 14 (max) 25 (min) 10,5-11,5

3. Segitiga Hijau 5,5-6,8 14 (max) 21 (min) 9

46

penanganan dalam proses pembuatan mie instan. Adapun standar

bahan baku tepung terigu dapat telihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Standar bahan baku tepung terigu

Dalam proses pembuatan mie instan dikehendaki terigu yang

memiliki kadar protein 8-12% untuk menghasilkan tekstur dan

rasa yang khas dari produk. Tepung terigu cap Cakra Kembar

adalah terigu yang bermutu paling baik untuk pembuatan roti dan

mie karena memiliki kandungan protein yang paling tinggi, yaitu

sebesar 13% yang dihasilkan dari 100% hard wheat, mempunyai

masa gluten yang kuat dan ulet dengan daya serap air minimal

60%, serta memiliki daya mengembang yang paling baik.

Tepung terigu cap Segitiga Biru adalah tepung medium yang

dihasilkan dari pencampuran gandum berkadar protein tinggi

dengan protein rendah, sehingga kadar proteinnya 10,5-11,5%,

mempunyai daya serap air minimal 58% serta memiliki daya

mengembang yang sedang. Sedangkan tepung terigu cap Segitiga

Hijau adalah tepung lunak yang dihasilkan dari gandum berkadar

protein rendah (9%), mempunyai daya serap air minimal 57%

serta memiliki daya mengembang yang rendah. Masing-masing

jenis tepung terigu tersebut dikemas dalam karung dengan berat

per karung 25 kg.

2. Tepung Tapioka

Selain tepung terigu, campuran lain untuk adonan mie instan

adalah tepung tapioka. Tepung tapioka digunakan untuk

membentuk tekstur mie menjadi lebih keras, sehingga adonan

mudah dibentuk sesuai dengan yang diinginkan. Tepung tapioka

yang baik digunakan untuk pembuatan mie instan adalah

47

memiliki pH 4-8 dan kadar pati 80%. Tepung tapioka ini

diperoleh dari perusahaan Darma Grindo, Lampung. Tepung

tapioka ini dikemas dalam karung dengan berat per karung 50 kg.

3. Bahan Baku Tambahan

Bahan baku tambahan merupakan bahan yang dipakai dalam

proses produksi yang akan mempengaruhi mutu adonan yang

dibuat. Bahan baku tambahan yang dipakai adalah :

a. Air

Air digunakan untuk membentuk tekstur adonan dan

gluten, mengkontrol kepadatan dan suhu adonan, melarutkan

garam dan bahan-bahan tambahan lainnya, sehingga bahan-

bahan tersebut dapat tersebar secara merata dalam adonan.

Air yang digunakan harus air bersih, baik secara kimiawi

maupun mikro biologis dan berasal dari Perusahaan Air

Minum (PAM).

b. Alkali

Alkali merupakan campuran dari zat antioksidan,

pengemulsi, pengatur keasaman, pengental, pengembang,

pewarna, mineral dan penguat rasa yang aman untuk

dikonsumsi dan berfungsi untuk membuat bentuk, warna,

rasa dan mutu mie instan lebih baik.

Dalam penelitian ini dibahas pengendalian persediaan bahan

baku tepung terigu dan tepung tapioka. Hal ini disebabkan tepung

terigu dan tepung tapioka adalah bahan baku utama dan

pemakaiannya paling besar.

4.3.2. Identifikasi Kebutuhan Bahan Baku

Identifikasi kebutuhan bahan baku adalah penentuan jumlah

bahan baku yang diperlukan untuk produksi mendatang. Identifikasi

tersebut dilakukan berdasarkan perkiraan penjualan produk mie

instan yang dihasilkan perusahaan dan pemakaian bahan baku pada

periode sebelumnya.

48

4.3.3. Prosedur Pembelian dan Penerimaan

Sistem pembelian dan penerimaan bahan baku pada Divisi

Noodle, PT ISM, Tbk melibatkan beberapa pihak yang saling

berkepentingan menurut fungsinya dalam perusahaan, yaitu

Departemen ASP, PPIC, Purchasing (Pembelian), Ware House

(Gudang), PDQC dan Finance and Accounting. Ke enam bagian ini

memegang peranan penting dalam pengadaan bahan baku baik secara

langsung maupun tidak langsung, sehingga produksi dapat

berlangsung karena ketersediaan bahan baku tersebut.

Sebelum melakukan pemesanan bahan baku, Departemen ASP

memberikan masukan kepada Departemen PPIC berupa peramalan

atau prediksi penjualan produk jadi untuk satu minggu ke depan

berdasarkan kondisi pasar dan pengalaman pada periode-periode

sebelumnya.

Selanjutnya dari peramalan penjualan produk dan data

pemakaian bahan baku tiga perode sebelumnya, Departemen PPIC

akan merencanakan kebutuhan bahan baku. Kemudian, Departemen

PPIC mengajukan permintaan pembelian dengan membuat atau

mengisi formulir permintaan pembelian atau Purchase Requition

(PR). Formulir ini diberikan kepada atasan yang berwenang untuk

dimintakan tanda tangan sebagai bukti persetujuan. Formulir tersebut

selanjutnya diberikan kepada Departemen Purchasing untuk

dilakukan pembelian.

Departemen Purchasing yang menerima PR dari Departemen

PPIC, kemudian memeriksanya. Apabila permintaan pembelian

tersebut tidak sesuai dengan syarat-syarat dan anggaran yang telah

ditetapkan, maka PR tersebut dikembalikan pada Departemen PPIC.

Tetapi apabila syarat-syarat telah terpenuhi dan sesuai dengan

anggaran, maka Departemen Purchasing akan menandatangani PR

tersebut.

Berdasarkan PR yang telah ditandatangani oleh Departemen

Purchasing, kemudian dibuat penawaran harga atau Price Offer (PF)

49

untuk meminta penawaran harga dari pemasok untuk setiap jenis

bahan baku yang dibutuhkan. Pada bahan baku tepung tapioka dan

tepung terigu, baik Cakra Kembar, Segitiga Biru, maupun Segitiga

Hijau perusahaan sudah memiliki sistem kontrak dengan pihak

pemasok. Sistem kontrak dilakukan untuk menjaga kontinuitas

pasokan bahan baku, kestabilan harga, dan mutu yang baik sesuai

dengan standar yang telah disepakati.

Setelah PF disepakati oleh kedua belah pihak, yaitu pihak

perusahaan dan pihak pemasok, maka kemudian dibuatlah

permintaan pesanan atau Purchase Order (PO). Di dalam PO sudah

dinyatakan nama pemasok, nomor pesanan, jumlah yang dipesan,

harga dan tanggal penerimaan barang.

Pemesanan ini melibatkan sejumlah dana yang dibayarkan

kepada pihak pemasok bahan baku tersebut. Salah satu dokumen PO,

didistribusikan ke Departemen Finance and Accounting dengan

tujuan untuk mendapatkan dana yang dibutuhkan untuk membayar

pesanan tersebut.

Pada saat barang-barang yang dikirim pemasok telah sampai di

perusahaan, Petugas warehouse (gudang) dan QC bertugas menerima

barang tersebut dengan terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan.

Petugas gudang akan memeriksa dengan teliti mengenai kelengkapan

dokumen atau surat jalan, kondisi kemasan, label, segel, kuantitas

pesanan (volume atau berat) dan jumlah barang yang diterima

dengan yang tercantum di dalam PO. Kemudian barang diuji oleh

Departemen QC dengan mengambil contoh secara acak.

Jika hasil dari pemeriksaan dan pengujian tidak sesuai dengan

yang tercantum dalam PO dan standar dalam kontrak ataupun

dokumennya tidak lengkap, maka bagian Departemen Purchasing

akan mengembalikan barang tersebut kepada pihak pemasok dan

meminta penggantian barang. Sedangkan apabila barang yang

diterima telah memenuhi syarat, maka bagian penerimaan di gudang

50

akan mengeluarkan bukti penerimaan dan mencatat barang-barang

yang diterima ke dalam kartu persediaan.

4.3.4. Penyimpanan Bahan Baku

Bahan baku yang menjadi bagian penting dalam proses produksi

ditempatkan di gudang bahan baku. Hal yang berkenaan dengan

penyimpanan bahan baku berada pada wewenang Departemen

Warehouse (Gudang). Departemen Gudang bertanggungjawab atas

keluar masuknya bahan baku serta penyimpanannya.

Dalam manajemen gudang bahan baku Divisi Noodle, PT ISM,

Tbk terdapat prosedur penanganan bahan baku, yaitu :

1. Penerimaan

Penerimaan bahan baku ke Departemen Warehouse (Gudang)

merupakan hasil pemesanan yang dilakukan oleh Departemen

Purchasing. Sebelum masuk gudang, bagian penerimaan barang

digudang akan mengontrol jumlah yang diterima berdasarkan

pesanan (PO) dan selanjutnya Departemen QC akan mengambil

contoh untuk memeriksa mutu yang telah ditetapkan. Apabila

sudah sesuai standar kemudian Departemen Gudang akan

membuat nota bukti penerimaan bahan dan mencatatnya ke

dalam kartu persediaan.

Perhitungan jumlah bahan baku tepung terigu dan tepung

tapioka akan disesuaikan dengan standar yang telah ditetapkan

oleh Divisi Noodle, PT ISM, Tbk. Tepung tapioka mempunyai

berat 50 kg per zak, dan perusahaan telah memperhitungkan

rendemen, sehingga berat per zak 49,85 kg. Sedangkan untuk

tepung terigu, berat per zaknya 25 kg dan perusahaan juga telah

memperhitungkan rendemennya sehingga berat per zak 24,55-

24,85 kg.

2. Penyusunan

Setelah bahan baku diterima oleh petugas penerimaan

Departemen Gudang, selanjutnya dilakukan kegiatan pengeluaran

bahan baku dari dalam truk atau kontainer. Kegiatan pengeluaran

51

bahan baku untuk jenis tepung dilakukan dengan cara diangkat

oleh kuli angkut. Setelah bahan baku diturunkan dari truk atau

kontainer, bahan baku terlebih dahulu ditumpuk secara bersilang

agar saling mengunci antar satu lapisan dengan lapisan lainnya di

atas palet, sehingga bahan baku tidak terkontak langsung dengan

lantai. Tinggi tumpukan maksimal tepung adalah 10 zak per

palet.

Bahan baku yang sudah disusun di atas palet akan

dimasukan ke dalam gudang dengan menggunakan forklift.

Kemudian bahan baku tersebut disimpan di dalam gudang

dengan jarak simpan dari dinding 10-30 cm. Hal ini dilakukan

agar bahan baku lebih mudah dalam pengeluaran, memudahkan

pengontrolan dan pembersihan di ruang penyimpanan serta

mencegah kontaminasi terhadap bahan baku. Kemudian, bahan

baku tersebut diberi label sesuai tanggal kedatangan dan lokasi

penempatannya. Pemberian label ini bertujuan untuk mengetahui

umur bahan baku.

3. Pengeluaran

Pengeluaran bahan baku dilakukan apabila bagian produksi

memerlukan bahan baku dalam proses produksi. Bahan baku

yang akan digunakan untuk proses produksi, biasanya akan

dikirimkan dari gudang sehari sebelumnya untuk menghindari

kemacetan produksi akibat menunggu bahan baku dari gudang.

Apabila ada bahan baku yang berlebih, maka bahan baku tersebut

akan dikirim kembali ke gudang. Semua kegiatan pengeluaran

ataupun pengembalian bahan baku dari bagian gudang dilakukan

dengan bukti atau laporan tertulis mengenai berapa jumlah bahan

baku yang keluar dari gudang dan berapa bahan baku yang

dikembalikan ke gudang.

Bahan baku yang dikeluarkan mengikuti sistem First In First

Out (FIFO) yaitu bahan baku yang pertama masuk ke gudang

dikeluarkan lebih dahulu dari gudang untuk proses produksi. Hal

52

ini berkaitan dengan sifat bahan baku yang mempunyai batas

kadarluasa dan kerugian akibat penyimpanan yang terlalu lama.

Bahan baku tepung terigu mempunyai batas penyimpanan di

gudang bahan baku, yaitu satu bulan. Pada cuaca panas,

penyimpanan melebihi satu bulan akan menimbulkan kutu pada

tepung terigu.

4. Administrasi

Sistem pencatatan terhadap semua barang yang masuk atau

keluar dari gudang dilakukan setiap hari dimana pengecekan

barang oleh operator gudang akan dilaporkan kepada bagian

administrasi gudang. Bagian administrasi mencatat seluruh

laporan yang masuk ke dalam Daily Stock Report (Laporan Stok

Harian).

5. Kontrol

Pengontrolan dilakukan terhadap keadaan bahan baku di

tempat penyimpanan. Pengontrolan dilakukan setiap harinya

pada pukul 09.00-10.00 WIB. Hal ini dilakukan untuk

penelusuran apabila ada kesalahan dalam penanganan barang.

Selain itu pengontrolan terhadap jumlah bahan bahan baku

dilakukan dengan melihat Laporan Stok Harian. Hal ini

dikarenakan besarnya jumlah bahan baku, sehingga tidak

dilakukan perhitungan manual di lapangan. Perhitungan manual

terhadap jumlah bahan baku hanya dilakukan pada saat bahan

baku tersebut masuk dan keluar dari gudang.

4.3.5. Pengujian dan Pengawasan Mutu Bahan Baku

Pengujian mutu bahan baku bertujuan agar bahan baku yang

dipakai memenuhi standar mutu yang berlaku, sehingga tidak terjadi

penyimpangan standar kualitas produk akhir. Dalam industri pangan,

pengawasan mutu bahan baku merupakan salah satu hal yang penting

untuk menjaga mutu produk, mengendalikan agar menghasilkan

mutu yang konsisten dan yang paling penting adalah sebagai jaminan

keamanan pangan.

53

Pengujian mutu bahan baku pada Divisi Noodle, PT ISM, Tbk

dilakukan oleh Departemen QC. Untuk bahan baku tepung terigu,

dilakukan pemeriksaan secara fisik, kimia, organoleptik, biologi dan

atau mikrobiologi.

Pengujian kualitas bahan baku dilakukan dengan cara

pengambilan acak. Bagian QC akan mengambil contoh dari setiap

batch yang berbeda tanggal masuknya ke dalam gudang. Kemudian

contoh dari masing-masing batch tersebut diuji. Apabila hasil

pengujian tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan maka

bahan baku tersebut tidak layak digunakan untuk kegiatan produksi.

Bahan baku yang tidak layak digunakan tersebut apabila masih

dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati antara perusahaan

dengan pihak pemasok, maka bahan baku tersebut dapat

dikembalikan kepada pihak pemasok. Namun jika telah melewati

jangka waktu yang telah ditetapkan, maka bahan baku tersebut akan

dimusnahkan oleh Departemen QC dengan sepengetahuan

Departemen Gudang, PPIC dan Purchasing.

4.3.6. Biaya-Biaya Persediaan Bahan Baku

Secara umum total biaya persediaan di Divisi Noodle, PT ISM,

Tbk terdiri dari biaya pemesanan, biaya penyimpanan dan biaya

kekurangan bahan. Biaya penyiapan tidak diperhitungkan, karena

biaya tersebut timbul apabila perusahaan memproduksi bahan

bakunya sendiri, sedangkan Divisi Noodle, PT ISM, Tbk tidak

memproduksi sendiri bahan bakunya.

Biaya pemesanan adalah biaya yang timbul akibat dari pembelian

bahan baku. Komponen biaya pemesanan tepung terigu dan tapioka

meliputi biaya telepon (telepon dan faksimili) dan biaya administrasi.

Biaya ini bersifat konstan sehingga tidak terpengaruh dengan jumlah

bahan baku yang dipesan perusahaan. Biaya telepon dan faksimili

diperlukan saat pemesanan barang dan untuk mengirimkan PO

kepada pemasok. Sedangkan biaya administrasi pesan diperlukan

untuk surat menyurat, prosedur pembuatan faktur, pengiriman order

No Jenis BahanBaku

Komponen Biaya Jumlah Biaya(Rp/Pemesanan)

1 Cakra KembarBiaya Telepon dan Faksimili 12.000

Biaya Administrasi Pesan 6.000

Total 18.000

2 Segitiga BiruBiaya Telepon dan Faksimili 12.000

Biaya Administrasi Pesan 6.000

Total 18.000

3 Segitiga HijauBiaya Telepon dan Faksimili 12.000

Biaya Administrasi Pesan 6.000

Total 18.000

4 Tepung TapiokaBiaya Telepon dan Faksimili 18.000

Biaya Administrasi Pesan 6.000

Total 24.000

54

dan pencatatan pemesanan tepung terigu. Biaya pengiriman atau

biaya clearance tidak dibebankan ke dalam biaya pemesanan, karena

biaya-biaya ini ditanggung oleh pemasok. Komponen biaya

pemesanan bahan baku tepung terigu dan tepung tapioka per

pemesanan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Biaya pemesanan bahan baku per pemesanan

Harga pembelian tepung terigu Cakra Kembar Rp 88.800 per

zak, tepung terigu Segitiga Biru sebesar Rp 79.200 per zak, tepung

terigu Segitiga Hijau sebesar Rp 66.300 per zak dan tepung tapioka

sebesar Rp 222.000 per zak. Pemasok tidak membatasi jumlah

pembelian karena selama ini pemasok mampu memenuhi kebutuhan

perusahaan.

Biaya penyimpanan adalah biaya yang timbul akibat dari bahan

baku yang disimpan. Biaya penyimpanan terdiri dari biaya utilitas,

biaya upah, equipment dan maintenance, serta biaya opportunity cost

of capital (biaya modal).

Biaya utilitas merupakan biaya fasilitas penyimpanan seperti air

dan listrik untuk pencahayaan, pemanas atau pendingin. Biaya upah

merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk

No Jenis Bahan Baku Komponen Biaya Jumlah Biaya(Rp/zak/tahun)

1 Terigu Cakra

Kembar

Biaya Utilitas 9.360Biaya Upah 5.928

Biaya Maintenance danEquipment

4.680

Biaya Modal 8.112Total 28.080

2 Terigu Segitiga

Biru

Biaya Utilitas 9.360Biaya Upah 5.928

Biaya Maintenance danEquipment

4.680

Biaya Modal 7.488Total 27.456

3 Terigu Segitiga

Hijau

Biaya Utilitas 9.360Biaya Upah 5.928

Biaya Maintenance danEquipment

4.680

Biaya Modal 6.240Total 26.208

55

memperkerjakan karyawan dalam pengangkutan, pemeliharaan dan

penjagaan bahan baku. Equipment dan maintenance adalah biaya

yang dikeluarkan dalam pengelolaan dan pemeliharaan bahan baku

tersebut di gudang, seperti pemeliharaan forklift, pemeliharaan ruang

penyimpanan, pembersihan dan penyemprotan fungisida serta

aktifitas lain yang mengeluarkan sejumlah dana bagi perusahaan.

Biaya modal atau disebut dengan opportunity cost of capital

merupakan alternatif pendapatan atas dana yang diinvestasikan

dalam persediaan. Biaya modal dihitung dari harga bahan baku

dikalikan dengan suku bunga simpanan. Suku bunga simpanan

berjangka rupiah menurut kelompok Bank Umum, pada tahun 2007

adalah sebesar 9,25% (www.bi.go.id, 2007). Besarnya biaya

penyimpanan bahan baku per zak per tahun dapat dilihat pada Tabel

6.

Tabel 6. Biaya penyimpanan bahan baku per zak per tahun (Rp/zak/tahun)

No Jenis Bahan Baku Komponen Biaya Jumlah Biaya(Rp/zak/tahun)

4 Tepung Tapioka

Biaya Utilitas 15.600Biaya Upah 9.360

Biaya Maintenance danEquipment

5.616

Biaya Modal 20.592Total 51.168

No Jenis Bahan Baku Biaya penyimpanan(Rupiah/zak/hari)

1 Terigu Cakra Kembar 902 Terigu Segitiga Biru 883 Terigu Segitiga Hijau 84

4 Tepung Tapioka 164

56

Lanjutan Tabel 6.

Simulasi yang digunakan pada sistem persediaan bahan baku di

Divisi Noodle, PT ISM, Tbk, adalah per hari, sehingga biaya

penyimpanan bahan baku yang digunakan dalam simulasi adalah

biaya harian. Sehingga biaya penyimpanan untuk setiap jenis bahan

baku di Divisi Noodle, PT ISM, Tbk per zak per hari dapat dilihat

pada Tabel 7.

Tabel 7. Biaya penyimpanan bahan baku per zak per hari (Rupiah /zak/hari)

Biaya kekurangan bahan adalah biaya yang timbul apabila

persediaan tidak mencukupi adanya kebutuhan pemakaian bahan

baku. Biaya kekurangan bahan yang diperhitungkan adalah biaya

pemesanan khusus dan biaya kehilangan kesempatan menerima

keuntungan. Biaya pemesanan khusus adalah biaya yang dikeluarkan

perusahaan untuk mengadakan pemesanan khusus sejumlah bahan

baku yang dibutuhkan. Biaya pemesanan khusus terdiri dari biaya

pengiriman secara kilat dan biaya tambahan pengepakan. Biaya

kehilangan kesempatan mendapatkan keuntungan adalah sejumlah

keuntungan yang hilang, karena tidak ada produk yang diproduksi

dan dijual kepada konsumen akibat tidak tersediaanya bahan baku

No Jenis Bahan Baku Komponen Biaya Jumlah Biaya (Rp/zak)

1 Terigu Cakra KembarBiaya Pemesanan Khusus 2.500

Biaya Kehilangan Keuntungan 24.361

Total 26.861

2 Terigu Segitiga BiruBiaya Pemesanan Khusus 2.500

Biaya Kehilangan Keuntungan 24.361

Total 26.861

3 Terigu Segitiga HijauBiaya Pemesanan Khusus 2.500

Biaya Kehilangan Keuntungan 24.361

Total 26.861

4 Tepung TapiokaBiaya Pemesanan Khusus 10.000

Biaya Kehilangan Keuntungan 48.722

Total 58.722

57

yang dibutuhkan. Besarnya biaya kekurangan bahan per zak dapat

dilihat pada Tabel. 8

Tabel 8. Biaya kekurangan bahan baku per zak (Rupiah/zak)

4.4. Pengendalian Persediaan Bahan Baku

4.4.1. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Perusahaan

Biaya persediaan merupakan keseluruhan biaya yang mencakup

biaya pemesanan, biaya penyimpanan dan biaya kekurangan bahan.

Total biaya pemesanan per hari adalah biaya pemesanan per pesanan

dikalikan dengan frekuensi pemesanan bahan baku per hari. Total

biaya penyimpanan per hari adalah biaya penyimpanan bahan baku

per zak per hari dikalikan dengan rataan jumlah persediaan bahan

baku. Total biaya kekurangan bahan per hari adalah biaya

kekurangan bahan baku per unit dikalikan jumlah rataan kekurangan

bahan baku per hari.

Pada tahun 2006, Divisi Noodle, PT ISM, Tbk melakukan

pemesanan dengan frekuensi yang berbeda untuk setiap jenis bahan

baku. Untuk bahan baku tepung terigu, baik tepung terigu Cakra

Kembar, Segitiga Biru maupun Segitiga hijau perusahaan memesan

sebanyak 51 kali pemesanan selama satu tahun atau 0,16 kali

Jenis Bahan

Baku

Frekuensi

Pemesanan / Hari

Jumlah Persediaan

Bahan Baku (zak)

Rataan JumlahKekurangan Bahan

(zak)

Cakra Kembar 0,16 14.126 92

Segitiga Biru 0,16 673 4

Segitiga Hijau 0,16 4.710 31

Tepung Tapioka 0,04 589 0,6

58

pemesanan per hari. Sedangkan untuk bahan baku tepung tapioka

perusahaan memesan sebanyak 13 kali pemesanan atau 0,04 kali

pemesanan per hari. Jumlah unit bahan baku yang dipesan adalah

bervariasi setiap kali pemesanan. Rataan jumlah persediaan bahan

baku dan rataan jumlah kekurangan bahan per hari bervariasi untuk

setiap jenis bahan baku. Frekuensi pemesanan per hari, rataan jumlah

persediaan bahan baku dan rataan kekurangan bahan per hari dapat

dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Frekuensi pemesanan per hari, rataan jumlah persediaan bahan baku danrataan kekurangan bahan per hari pada tahun 2006

Total biaya persediaan bahan baku di Divisi Noodle, PT ISM,

Tbk pada tahun 2006 adalah Rp 5.278.980 per hari atau Rp

1.647.041.622 per tahun. Biaya persediaan bahan baku terbesar

selama tahun 2006 adalah biaya persediaan bahan baku jenis tepung

terigu Cakra Kembar, yaitu Rp 3.745.432 per hari atau Rp.

1.168.574.784 per tahun. Sementara itu yang terendah adalah jenis

bahan baku tepung tapioka Rp 132.789 per hari atau Rp 41.430.230

per tahun. Besarnya biaya persediaan bahan baku tepung terigu

Cakra Kembar dikarenakan jumlah persediaan rataan bahan baku

tepung terigu Cakra Kembar cukup besar, yaitu 14.126 zak dan

rataan kekurangan bahan yang juga besar, yaitu 92 per hari.

Sedangkan rendahnya biaya persediaan bahan baku tepung tapioka

dikarenakan jumlah persediaan rataan bahan baku tepung tapioka

Jenis BahanBaku

Total BiayaPemesanan

Total BiayaPenyimpanan

Total BiayaStock Out

Total BiayaPersediaan

Cakra Kembar 2.880 1.271.340 2.471.212 3.745.432

Segitiga Biru 2.880 59.224 107.444 169.548

Segitiga Hijau 2.880 395.640 832.691 1.231.211

Tepung Tapioka 960 96.596 35.233 132.789

Total 9.600 1.822.800 3.446.580 5.278.980

Jenis BahanBaku

Total BiayaPemesanan

Total BiayaPenyimpanan

Total BiayaStock Out

Total BiayaPersediaan

Cakra Kembar 898.560 396.658.080 771.018.144 1.168.574.784

Segitiga Biru 898.560 18.477.888 33.522.528 52.898.976

Segitiga Hijau 898.560 123.439.680 259.799.592 384.137.832

Tepung Tapioka 299.520 30.137.952 10.992.758 41.430.230

Total 2.995.200 568.713.600 1.075.333.022 1.647.041.822

59

rendah yaitu 589 zak dan rataan kekurangan bahan yang rendah,

yaitu 0,6 zak per hari. Total biaya persediaan bahan baku per hari

untuk masing-masing bahan baku dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Total biaya persediaan bahan baku per hari (Rupiah / hari)

Berdasarkan total biaya persediaan bahan baku per hari, maka

total biaya persediaan bahan baku yang telah dikeluarkan oleh

perusahaan per tahun dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Total biaya persediaan bahan baku pada tahun 2006 (Rupiah / tahun)

4.4.2. Peramalan Permintaan Produk Mie Instan

Berdasarkan data perusahaan tahun 2005-2006, pola data

permintaan atau penjualan produk mie instan Divisi Noodle, PT ISM,

Tbk cenderung berfluktuatif. Rataan jumlah penjualan produk mie

instan 345.907 karton mie instan per minggu. Gambar 9 dan 10

menyajikan jumlah penjualan produk mie instan mulai bulan Januari

2005-Desember 2006.

60

500000

400000

300000

200000

100000

0

1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49

week

Gambar 9. Data penjualan mie instan tahun 2005

500000

400000

300000

200000

100000

01 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49

Gambar 10. Data penjualan mie instan tahun 2006

Jumlah penjualan mie instan tertinggi adalah 468.251 karton

pada minggu ke 40. Tingginya penjualan mie instan ini disebabkan

oleh peningkatan permintaan pasar atas produk mie instan menjelang

Hari Raya Idul Fitri. Penjulan mie instan terendah adalah 33.290

karton pada minggu 44. Rendahnya penjualan mie instan ini

dikarenakan minggu 44 bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri,

dimana seluruh kegiatan pada Divisi Noodle, PT ISM, Tbk

diliburkan.

Jika data penjualan mie instan Divisi Noodle, PT Indofood

Sukses Makmur, Tbk tahun 2005-2006 diplotkan menurut Time

Series Plot dapat terlihat seperti Gambar 11.

Jum

lah

Pen

juala

n

61

T i m e S e r i e s P l o t o f J u m l a h P e n ju a l a n

500000

400000

300000

200000

100000

01 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

W eek

Gambar 11. Times series plot data penjualan mie instan pada tahun 2005-2006

Dari plot di atas terlihat adanya data yang memencil pada minggu

ke 44 dan minggu ke 95, serta pencilan tersebut terjadi karena pada

minggu-minggu tersebut bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri

tahun 2005 dan tahun 2006, sehingga jumlah penjualan produk mie

instan menjadi lebih sedikit dibandingkan minggu-minggu lainnya.

Dari data yang diketahui, diambil kesimpulan secara kasar bahwa

data tersebut cenderung sebagai data musiman, dengan panjang

musim selama satu tahun.

Model dari data musiman dapat dibedakan menjadi dua jenis,

yaitu model multiplikatif dan model aditif. Model multiplikatif pada

prinsipnya mengandung penggandaan antara komponen trend

dengan komponen musim sedangkan untuk model aditif

mengandung penjumlahan komponen trend dengan komponen

musim. Model multiplikatif biasanya digunakan jika data pada

musim tertentu proporsional terhadap musim-musim sebelumnya.

Sedangkan model aditif biasanya digunakan jika perbedaan data pada

setiap musim relatif konstan. Untuk data jumlah penjualan ini lebih

cocok jika menggunakan metode Winters dengan jenis model

multiplikatif.

Konstanta PemulusanMAPE MAD MSD

Alpha Gamma Delta

0.2 0.2 0.2 8 27.939 1.268.301.859

0.1 0.1 0.1 8 26.750 1.127.981.288

0.05 0.05 0.05 8 25.709 1.065.180.080

0.05 0.04 0.01 7 25.139 1.018.871.416

62

Untuk melakukan peramalan dengan menggunakan metode

Winters, maka perlu dilakukan adalah menentukan smoothing

constanta (konstanta pemulusan). Konstanta pemulusan untuk

metode Winters terdapat tiga jenis, yaitu Alpha, Gamma dan Delta.

Alpha adalah komponen dasar, Gamma adalah komponen trend dan

Delta adalah komponen musim. Nilai masing-masing konstanta

adalah 0-1.

Kombinasi nilai konstanta pemulusan ditentukan secara

subyektif. Untuk menghasilkan peramalan yang akurat, maka

ditentukan beberapa kombinasi nilai konstanta pemulusan. Setelah

ditentukan beberapa kombinasi nilai konstanta pemulusan, maka

dibandingkan nilai MAPE, MAD dan MSD output dari masing-

masing kombinasi nilai konstanta pemulusan. Kombinasi konstanta

yang paling baik adalah pada saat nilai MAPE, MAD, dan MSD

paling kecil.

Empat kombinasi nilai konstanta pemulusan dan nilai MAPE,

MAD, dan MSD yang dihitung dengan menggunakan software

Minitab 14 dapat dilihat pada Tabel 12

Tabel 12. Kombinasi nilai konstanta pemulusan

Berdasarkan Tabel 12, nilai MAPE, MAD dan MSD terkecil

diperoleh pada saat kombinasi nilai konstanta pemulusan alpha =

0,05, Gamma = 0,04 dan dan Delta = 0,01. Selanjutnya dilakukan

peramalan dengan metode Winters multiplikatif dengan

menggunakan kombinasi nilai konstanta pemulusan tersebut. Hasil

peramalan penjualan produk mie instan dapat dilihat pada Tabel 13.

Minggu ke- Jumlah penjualan (karton) Batas Atas Batas Bawah105 298.912 237.323 360.502106 387.970 326.322 449.617107 350.837 289.129 412.545108 311.687 249.916 373.457109 433.195 371.360 495.029110 406.496 344.596 468.397111 409.419 347.451 471.388112 391.018 328.980 453.056113 356.379 294.269 418.488114 335.280 273.098 397.463115 361.703 299.444 423.961116 320.575 258.240 382.910117 353.575 291.161 415.989118 260.371 197.876 322.866119 372.569 309.992 435.147120 302.294 239.633 364.956121 359.175 296.427 421.923122 337.095 274.259 399.931123 345.903 282.977 408.829124 355.084 292.067 418.101125 422.987 359.876 486.097126 392.436 329.230 455.641127 374.298 310.996 437.600

Jum

lah

Pen

juala

n

63

Winters' Method Plot for Jumlah PenjualanMultiplicative Method

600000

500000

400000

300000

200000

100000

0

Variable

Actual

Smoothed

Forecasts

95,0% PI

Smoothing Constants

Alpha (level) 0,05

Gamma (trend) 0,04

Delta (seasonal) 0,01

Accuracy Measures

MAPE 7

MAD 25139

MSD 1018871416

1 16 32 48 64 80 96 112 128 144Week

Gambar 12. Nilai peramalan beserta nilai selang kepercayaan 95%

Tabel 13. Hasil peramalan jumlah penjualan produk mie instan

Minggu ke- Jumlah penjualan (karton) Batas Atas Batas Bawah128 386.586 323.186 449.987129 396.247 332.746 459.748130 407.527 343.924 471.130131 396.071 332.364 459.777132 405.952 342.140 469.765133 419.414 355.495 483.334134 420.843 356.815 484.872135 359.334 295.195 423.472136 441.531 377.280 505.781137 348.113 283.748 412.478138 439.479 374.999 503.959139 451.069 386.472 515.667140 409.100 344.384 473.816141 443.114 378.278 507.951142 491.767 426.808 556.726143 467.409 402.326 532.491144 470.661 405.453 535.869145 447.808 382.474 513.143146 38.033 -27.430 103.496147 361.818 296.225 427.411148 430.994 365.269 496.719149 382.474 316.616 448.332150 404403 338410 470396151 428.372 362.243 494.501152 426.190 359.924 492.457153 416.686 350.279 483.092154 425.074 358.527 491.621155 361.748 295.059 428.438156 310.092 243.259 376.925

64

Lanjutan Tabel 13

Hasil peramalan penjualan produk mie instan pada Tabel 13

menunjukkan bahwa dari minggu ke minggu jumlah penjualan

produk mie instan semakin meningkat. Peningkatan ini disebabkan

karena peramalan penjualan didasarkan pada jumlah penjualan

sebelumnya. Hal ini yang menjadi salah satu alasan peramalan

hanya dilakukan selama satu tahun. Semakin panjang waktu

peramalan, maka tingkat keakuratan hasil peramalan akan semakin

kecil. Hal lain yang menjadi alasan peramalan dilakukan selama satu

tahun adalah pola data yang menunjukan pola data musiman dengan

panjang musim satu tahun.

Jenis Bahan

Baku

Service Level

(Z = 98%)

Akar Lead

Time

Simpangan Pemakaian

Bahan Baku per Hari.

Safety

Stock

Cakra Kembar 2,06 1,732 852 3.040

Segitiga Biru 2,06 1,732 41 146

Segitiga Hijau 2,06 1,732 284 1.013

Tapioka 2,06 2,65 9 49

65

4.4.3. Perhitungan Lead Time, Safety Stock dan ROP

1. Lead Time atau Waktu Tunggu

Lead time atau waktu tunggu adalah waktu yang diperlukan

oleh perusahaan sejak pemesanan bahan baku sampai dengan

bahan baku sampai di gudang. Lamanya lead time atau waktu

tunggu untuk bahan baku tepung terigu, baik tepung terigu Cakra

Kembar, Segitiga Biru maupun Segitiga Hijau adalah 3 hari.

Sedangkan lamanya lead time untuk bahan baku tepung Tapioka

adalah 7 hari. Perbedaan lamanya waktu tunggu antara tepung

terigu dan tepung tapioka disebabkan pemasok tepung tapioka

berasal dari Lampung, sedangkan pemasok tepung terigu berasal

dari Jakarta.

2. Safety Stock atau Persediaan Pengaman

Safety stock atau persediaan pengaman adalah unit tambahan

persediaan yang diadakan untuk menjaga atau mengurangi

kemungkinan kekurangan bahan. Safety stock diperoleh dengan

mengalikan service level yang diinginkan (z) dan akar lead time

L dengan deviasi atau standar penyimpangan pemakaian

bahan baku per harid untuk masing-masing bahan baku.

Perhitungan safety stock untuk masing-masing bahan baku dapat

dilihat pada Tabel 14. Perhitungan simpangan baku pemakaian

bahan baku per hari disajikan pada Lampiran 2.

Tabel 14. Perhitungan safety stock skenario 1 untuk masing-masing bahan baku

No Jenis Bahan Baku Safety Stock (Zak)

1. Tepung Terigu Cakra Kembar 2.460

2. Tepung Terigu Segitiga Biru 97

3. Tepung Terigu Segitiga Hijau 855

4. Tepung Tapioka 39

Jenis BahanBaku

Pemakaian BahanBaku Per Hari (d)

Lead Time(L)

Safety Stock(SS)

Reorder Point(dL + SS)

Cakra Kembar 3.441 3 3.040 12.783Segitiga Biru 164 3 146 638Segitiga Hijau 1.147 3 1.013 4.454Tapioka 37 7 49 308

66

Safety stock skenario 2 merupakan safety stock yang selama

ini digunakan oleh perusahaan dalam pengendalian persediaan

bahan bakunya. Safety stock skenario 2 dapat dilihat pada Tabel

15.

Tabel 15 . Safety stock Skenario 2 untuk masing-masing bahan baku

3. Reorder Point

ROP merupakan titik dimana perusahaan harus melakukan

pemesanan bahan baku lagi, sehingga bahan baku yang dipesan

tersebut datang tepat pada saat persediaaan bahan baku sama

dengan safety stock. Perhitungan ROP skenario 1 dapat dilihat

pada Tabel 16.

Tabel 16. Perhitungan ROP skenario 1 untuk masing-masing bahan baku

ROP skenario 2 merupakan ROP yang selama ini digunakan

oleh perusahaan dalam pengendalian persediaan bahan bakunya.

Perhitungan ROP skenario 2 untuk masing-masing bahan baku

dapat dilihat pada Tabel 17.

Jenis BahanBaku

Pemakaian BahanBaku Per Hari (d)

Lead Time(L)

Safety Stock(SS)

Reorder Point(dL + SS)

Cakra Kembar 3.441 3 2.460 12.783Segitiga Biru 164 3 97 589Segitiga Hijau 1.147 3 855 4.296

Tapioka 37 7 39 298

67

Tabel 17. Perhitungan ROP skenario 2 untuk masing-masing bahan baku

4.4.4. Pengendalian Persediaan Bahan Baku dengan Metode Simulasi

Model simulasi bertujuan untuk merumuskan skenario kebijakan

pembelian bahan baku terbaik berdasarkan kriteria biaya persediaan.

Simulasi dilakukan dengan menggunakan dua skenario. skenario 1

adalah simulasi dengan menggunakan data safety stock dan ROP

perhitungan skenario 1. Skenario 2 adalah simulasi dengan

menggunakan data safety stock dan ROP yang telah digunakan oleh

perusahaan dalam pengendalian persediaaan bahan bakunya selama

ini.

Pemakaian bahan baku pada Divisi Noodle, PT ISM, Tbk tidak

konstan. Oleh sebab itu, simulasi ini bertujuan untuk mencari jumlah

pemesanan bahan baku yang optimal, sehingga menghasilkan biaya

persediaan yang minimal pada saat pemakaian bahan baku tidak

konstan dan lead time konstan. Simulasi dilakukan dengan mencoba

beragam kombinasi jumlah pemesanan bahan baku dan tititk

pemesanan kembali.

Langkah pertama dari proses simulasi Monte Carlo adalah

dengan menetapkan distribusi peluang bagi peubah yang penting

dalam model persediaan bahan baku. Peubah penting yang

ditentukan peluangnya hanyalah jumlah pemakaian bahan baku per

hari. Waktu tunggu tidak ditentukan peluangnya dalam perhitungan

ini, karena pada Divisi Noodle, PT ISM, Tbk waktu tunggu

kedatangan bahan baku adalah konstan.

Langkah selanjutnya adalah menentukan peluang kumulatif

jumlah pemakaian bahan baku dengan cara menjumlahkan nilai

peluang setiap kolom dengan nilai probabilitas kolom sebelumnya.

68

Tahap berikutnya menetapkan angka acak. Angka acak dibangkitkan

dengan program komputer, angka acak yang digunakan adalah angka

acak yang berdistribusi seragam. Lampiran 3 menyajikan peluang

dan interval angka acak untuk pemakaian bahan baku tepung terigu

dan tepung tapioka.

Berdasarkan Lampiran 3 untuk pemakaian bahan baku sebanyak

0 unit per hari, frekuensi kejadiannya adalah dua, sehingga dari

kejadian sebanyak 104 kali peluangnya adalah 0,019, maka interval

angka acaknya adalah dari 1-19, dan seterusnya dalam menentukan

angka acak jumlah pemakaian bahan baku. Semua angka acak ini

mempunyai peluang muncul yang sama dalam proses simulasi.

Tahap selanjutnya adalah mensimulasikan serangkaian

percobaan. Simulasi dilakukan 1000 kali dengan tujuan hasil yang

diperoleh dari simulasi ini mendekati situasi sebenarnya.

4.4.4.1. Metode Simulasi Skenario 1

1. Bahan Baku Tepung Terigu Cakra Kembar

Perhitungan simulasi Skenario 1 untuk bahan baku

tepung terigu Cakra Kembar menghasilkan biaya

tertinggi Rp. 95.733.000 per hari atau

Rp 29.868.696.000 per tahun, yaitu pada saat jumlah

pemesanan bahan baku 26 zak per pesan. Jumlah

pemesanan ini terlalu kecil, sehingga mengakibatkan

rataan kekurangan bahan menjadi besar. Rataan

kekurangan bahan yang semakin banyak dapat

meningkatkan biaya kekurangan bahan dan

meningkatkan total biaya persediaan bahan baku secara

keseluruhan.

Biaya persediaan total terendah bahan baku tepung

terigu Cakra Kembar Rp. 1.886.100 per hari atau Rp.

588.463.200 per tahun, yaitu pada saat jumlah

pemesanan 18.772 zak per pesan. Hal ini disebabkan

Q(zak)

RataanPersediaan

Akhir(zak)

RataanKekurangan

Bahan(zak)

RataanFrekuensi

Pemesanan(zak)

BiayaPenyimpanan

BiayaKekurangan

Bahan

BiayaPemesanan

Total BiayaPersediaan

26 0 4 0,25 0 95.728.000 4.500 b95.733.000

18.772 8.536 41 0,185 768.250 1.114.500 3.330 a1.886.100

69

karena besarnya biaya kekurangan bahan tidak terlalu

besar.

Berdasarkan hasil simulasi untuk bahan baku

tepung terigu Cakra Kembar, semakin besar jumlah

pembelian bahan baku akan menyebabkan jumlah

persediaan yang disimpan akan semakin besar, sehingga

meningkatkan biaya penyimpanan bahan baku. Semakin

kecil jumlah pembelian bahan baku akan menyebabkan

jumlah kekurangan bahan semakin besar, sehingga

meningkatkan biaya kekurangan bahan. Biaya

persediaan harian total bahan baku tepung terigu Cakra

Kembar Skenario 1 dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu Cakra Kembarskenario 1 (dalam Rupiah)

Keterangan : ab

: Total biaya persediaan harian terendah: Total biaya persediaan harian tertinggi

2. Bahan Baku Tepung Terigu Segitiga Biru

Perhitungan simulasi Skenario 1 untuk bahan baku

tepung terigu Segitiga Biru menghasilkan biaya tertinggi

Rp 4.451.100 per hari atau Rp 1.388.743.200 per tahun,

yaitu pada saat jumlah pemesanan 6 (enam) zak per

pemesanan. Jumlah pemesanan ini terlalu kecil, sehingga

mengakibatkan rataan kekurangan bahan menjadi besar.

Rataan kekurangan bahan yang semakin banyak dapat

meningkatkan biaya kekurangan bahan dan meningkatkan

total biaya persediaan.

Biaya persediaan total terendah bahan baku tepung

terigu Segitiga Biru Rp 115.510 per hari atau

Q(zak)

RataanPersediaan

Akhir(zak)

RataanKekurangan

Bahan(zak)

RataanFrekuensi

Pemesanan(zak)

BiayaPenyimpanan

BiayaKekurangan

Bahan

BiayaPemesanan

Total BiayaPersediaan

6 16 165 0,25 1.418 4.445.100 4.500 b4.451.100

670 1.094 0,55 0,25 96.290 14.720 4.500 a115.510

70

Rp 36.039.120 per tahun yaitu pada saat jumlah

pemesanan 670 zak per pemesanan. Hal ini disebabkan

karena besarnya biaya kekurangan bahan tidak terlalu

besar.

Berdasarkan hasil simulasi untuk bahan baku tepung

terigu Segitiga Biru, semakin besar jumlah pembelian

bahan baku akan menyebabkan jumlah persediaan yang

disimpan akan semakin besar, sehingga meningkatkan

biaya penyimpanan bahan baku. Semakin kecil jumlah

pembelian bahan baku akan menyebabkan jumlah

kekurangan bahan semakin besar, sehingga meningkatkan

biaya kekurangan bahan. Biaya persediaan harian total

bahan baku tepung terigu Segitiga Biru Skenario 1 dapat

dilihat pada Tabel 23.

Tabel 19. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu Segitiga Biruskenario 1(dalam Rupiah)

Keterangan : ab

: Total biaya persediaan mingguan terendah: Total biaya persediaan mingguan tertinggi

3. Bahan Baku Tepung Terigu Segitiga Hijau

Perhitungan simulasi Skenario 1 untuk bahan baku

tepung terigu Segitiga Hijau menghasilkan biaya tertinggi

Rp 31.851.000 per hari atau Rp 9.937.512.000 per tahun,

yaitu pada saat jumlah pemesanan 14 zak per pemesanan.

Jumlah pemesanan ini terlalu kecil, sehingga

mengakibatkan rataan kekurangan bahan menjadi besar.

Rataan kekurangan bahan yang semakin besar dapat

meningkatkan biaya kekurangan bahan dan meningkatkan

total biaya persediaan.

Q(zak)

RataanPersediaan

Akhir(zak)

RataanKekurangan

Bahan(zak)

RataanFrekuensi

Pemesanan(zak)

BiayaPenyimpanan

BiayaKekurangan

Bahan

BiayaPemesanan

Total BiayaPersediaan

14 0 1.186 0,25 0 31.846.000 4.500 b31.851.000

6.122 2.874 7 0,191 241.390 195.600 3.438 a440.430

71

Biaya persediaan total terendah bahan baku tepung

terigu Segitiga Hijau Rp 440.430 per hari atau Rp

137.414.160 per tahun yaitu pada saat jumlah pemesanan

sebesar 6.122 zak per pemesanan. Hal ini disebabkan

besarnya biaya kekurangan bahan tidak terlalu besar.

Berdasarkan hasil simulasi untuk bahan baku tepung

terigu Segitiga Hijau, semakin besar jumlah pembelian

bahan baku akan menyebabkan jumlah persediaan yang

disimpan, maka dapat semakin besar, sehingga

meningkatkan biaya penyimpanan bahan baku. Semakin

kecil jumlah pembelian bahan baku dapat menyebabkan

jumlah kekurangan bahan semakin besar, sehingga

meningkatkan biaya kekurangan bahan. Biaya persediaan

harian total bahan baku tepung terigu Segitiga Hijau

Skenario 1 dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu Segitiga Hijauskenario 1(dalam rupiah)

Keterangan : ab

: Total biaya persediaan mingguan terendah: Total biaya persediaan mingguan tertinggi

4. Bahan Baku Tepung Tapioka

Perhitungan simulasi Skenario 1 untuk bahan baku

tepung tapioka menghasilkan biaya tertinggi Rp

2.166.900 per hari atau Rp 676.072.800 per tahun, yaitu

pada saat jumlah pemesanan 1 (satu) zak per pemesanan.

Jumlah pemesanan ini terlalu kecil, sehingga

mengakibatkan rataan kekurangan bahan menjadi besar.

Rataan kekurangan bahan yang semakin besar dapat

Q(zak)

RataanPersediaan

Akhir(zak)

RataanKekurangan

Bahan(zak)

RataanFrekuensi

Pemesanan(zak)

BiayaPenyimpanan

BiayaKekurangan

Bahan

BiayaPemesanan

Total BiayaPersediaan

1 13 37 0,25 2.145 2,158,700 6.000 b2.166.900

147 427 0,271 0,25 70.005 15,914 6.000 a91.918

72

meningkatkan biaya kekurangan bahan dan meningkatkan

total biaya persediaan.

Biaya persediaan total terendah bahan baku tepung

tapioka Rp 91.918 per hari atau Rp 28.678.416 per tahun

yaitu pada saat jumlah pemesanan 147 zak per

pemesanan. Hal ini disebabkan karena besarnya biaya

kekurangan bahan tidak terlalu besar.

Berdasarkan hasil simulasi untuk bahan baku tepung

tapioka, semakin besar jumlah pembelian bahan baku

dapat menyebabkan jumlah persediaan yang disimpan

akan semakin besar, sehingga meningkatkan biaya

penyimpanan bahan baku. Semakin kecil jumlah

pembelian bahan baku akan menyebabkan jumlah

kekurangan bahan semakin besar, sehingga meningkatkan

biaya kekurangan bahan. Biaya persediaan harian total

bahan baku tepung tapioka Skenario 1 dapat dilihat pada

Tabel 21.

Tabel 21. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung tapioka skenario 1(dalam rupiah)

Keterangan : ab

: Total biaya persediaan mingguan terendah: Total biaya persediaan mingguan tertinggi

5. Total Biaya Persediaan Bahan Baku

Total biaya persediaan per tahun terendah dengan

menggunakan metode simulasi pada skenario 1 dapat

dilihat pada Tabel 22.

No Bahan Baku Total Biaya Persediaan Tahunan1. Tepung Terigu Cakra Kembar 588.463.2002. Tepung Terigu Segitiga Biru 36.039.1203. Tepung Terigu Segitiga Hijau 137.414.1604. Tepung Tapioka 28.678.416

Total 790.594.896

73

Tabel 22. Total biaya persediaan bahan baku terendah tahunan skenario 1

Biaya persediaan total terendah berdasarkan hasil

perhitungan simulasi skenario 1 untuk semua bahan

baku Rp. 790.594.896 per tahun. Berdasarkan hasil

simulasi untuk semua bahan baku semakin sedikit

jumlah pembelian bahan baku, maka akan semakin

besar biaya kekurangan bahannya dan semakin besar

jumlah pembelian bahan baku, maka semakin besar

biaya total penyimpanan bahan baku.

4.4.4.2. Metode Simulasi Skenario 2

1. Bahan Baku Tepung Terigu Cakra Kembar

Perhitungan simulasi skenario 2 untuk bahan baku

tepung terigu Cakra Kembar menghasilkan biaya

tertinggi Rp. 95.819.000 per hari atau Rp.

29.895.528.000 per tahun, yaitu pada saat jumlah

pemesanan bahan baku 14 zak per pesan. Jumlah

pemesanan ini terlalu kecil, sehingga mengakibatkan

rataan kekurangan bahan menjadi besar. Rataan

kekurangan bahan yang semakin banyak dapat

meningkatkan biaya kekurangan bahan dan

meningkatkan total biaya persediaan.

Biaya persediaan total terendah bahan baku tepung

terigu Cakra Kembar Rp. 1.948.500 per hari atau Rp.

607.932.000 per tahun yaitu pada saat jumlah

pemesanan 18.004 zak per pesan. Hal ini disebabkan

besarnya biaya kekurangan bahan tidak terlalu besar.

Q(zak)

RataanPersediaan

Akhir(zak)

RataanKekurangan

Bahan(zak)

RataanFrekuensi

Pemesanan(zak)

BiayaPenyimpanan

BiayaKekurangan

Bahan

BiayaPemesanan

Total BiayaPersediaan

14 0 3.567 0,25 0 95.814.000 4.500 b95.819.000

18.004 8.280 45 0,192 745.170 1.199.900 3.456 a1.948.500

74

Berdasarkan hasil simulasi untuk bahan baku

tepung terigu Cakra Kembar, semakin besar jumlah

pembelian bahan baku dapat menyebabkan jumlah

persediaan yang disimpan akan semakin besar, sehingga

meningkatkan biaya penyimpanan bahan baku. Semakin

kecil jumlah pembelian bahan baku akan menyebabkan

jumlah kekurangan bahan semakin besar, sehingga

meningkatkan biaya kekurangan bahan. Biaya

persediaan harian total bahan baku tepung terigu Cakra

Kembar skenario 2 dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu Cakra Kembarskenario 2 (dalam rupiah)

Keterangan : ab

: Total biaya persediaan mingguan terendah: Total biaya persediaan mingguan tertinggi

2. Bahan Baku Tepung Terigu Segitiga Biru

Perhitungan simulasi skenario 2 untuk bahan baku

tepung terigu Segitiga Biru menghasilkan biaya

tertinggi Rp 4.467.100 per hari atau Rp 1.393.735.200

per tahun, yaitu pada saat jumlah pemesanan 3 zak per

pemesanan. Jumlah pemesanan ini terlalu kecil,

sehingga mengakibatkan rataan kekurangan bahan

menjadi besar. Rataan kekurangan bahan yang semakin

banyak dapat meningkatkan biaya kekurangan bahan

dan meningkatkan total biaya persediaan.

Biaya persediaan total terendah bahan baku tepung

terigu Segitiga Biru Rp 126.210 per hari atau Rp

39.377.520 per tahun yaitu pada saat jumlah

pemesanan sebesar 660 zak per pemesanan. Hal ini

Q(zak)

RataanPersediaan

Akhir(zak)

RataanKekurangan

Bahan(zak)

RataanFrekuensi

Pemesanan(zak)

BiayaPenyimpanan

BiayaKekurangan

Bahan

BiayaPemesanan

Total BiayaPersediaan

3 17 166 0,25 1.532 4.461.100 4.500 b4.467.100

660 1.006 1,24 0,25 88.480 33.227 4.500 a126.210

75

disebabkan besarnya biaya kekurangan bahan tidak

terlalu besar.

Berdasarkan hasil simulasi untuk bahan baku

tepung terigu Segitiga Biru, semakin besar jumlah

pembelian bahan baku dapat menyebabkan jumlah

persediaan yang disimpan akan semakin besar, sehingga

meningkatkan biaya penyimpanan bahan baku. Semakin

kecil jumlah pembelian bahan baku dapat menyebabkan

jumlah kekurangan bahan semakin besar, sehingga

meningkatkan biaya kekurangan bahan. Biaya

persediaan harian total bahan baku tepung terigu

Segitiga Biru skenario 2 dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu Segitiga Biruskenario 2 (dalam rupiah)

Keterangan : ab

: Total biaya persediaan mingguan terendah: Total biaya persediaan mingguan tertinggi

3. Bahan Baku Tepung Terigu Segitiga Hijau

Perhitungan simulasi Skenario 2 untuk bahan baku

tepung terigu Segitiga Hijau menghasilkan biaya

tertinggi Rp 31.814.000 per hari atau Rp 9.925.968.000

per tahun, yaitu pada saat jumlah pemesanan 8

(delapan) zak per pemesanan. Jumlah pemesanan ini

terlalu kecil, sehingga mengakibatkan rataan

kekurangan bahan menjadi besar. Rataan kekurangan

bahan yang semakin banyak dapat meningkatkan biaya

kekurangan bahan dan meningkatkan total biaya

persediaan.

Q(zak)

RataanPersediaan

Akhir(zak)

RataanKekurangan

Bahan(zak)

RataanFrekuensi

Pemesanan(zak)

BiayaPenyimpanan

BiayaKekurangan

Bahan

BiayaPemesanan

Total BiayaPersediaan

8 0 1.184 0,25 0 31.809.000 4.500 b31.814.000

6.586 3.204 8,3 0,175 269.120 222.870 3.150 a495.130

76

Biaya persediaan total terendah bahan baku tepung

terigu Segitiga Hijau Rp 495.130 per hari atau

Rp 154.480.560 per tahun, yaitu pada saat jumlah

pemesanan 6.586 zak per pemesanan. Hal ini

disebabkan besarnya biaya kekurangan bahan tidak

terlalu besar.

Berdasarkan hasil simulasi untuk bahan baku

tepung terigu Segitiga Hijau, semakin besar jumlah

pembelian bahan baku akan menyebabkan jumlah

persediaan yang disimpan akan semakin besar, sehingga

meningkatkan biaya penyimpanan bahan baku. Semakin

kecil jumlah pembelian bahan baku dapat menyebabkan

jumlah kekurangan bahan semakin besar, sehingga

meningkatkan biaya kekurangan bahan. Biaya

persediaan harian total bahan baku tepung terigu

Segitiga Hijau skenario 2 dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu Segitiga Hijauskenario 2 (dalam rupiah)

Keterangan : ab

: Total biaya persediaan mingguan terendah: Total biaya persediaan mingguan tertinggi

4. Bahan Baku Tepung Tapioka

Perhitungan simulasi skenario 2 untuk bahan baku

tepung tapioka menghasilkan biaya tertinggi

Rp 2.161.800 per hari atau Rp 674.481.600 per tahun,

yaitu pada saat jumlah pemesanan sebesar 2 zak per

pemesanan. Jumlah pemesanan ini terlalu kecil,

sehingga mengakibatkan rataan kekurangan bahan

menjadi besar. Rataan kekurangan bahan yang semakin

Q(zak)

RataanPersediaan

Akhir(zak)

RataanKekurangan

Bahan(zak)

RataanFrekuensi

Pemesanan(zak)

BiayaPenyimpanan

BiayaKekurangan

Bahan

BiayaPemesanan

Total BiayaPersediaan

2 13 37 0,25 2.087 2.153.700 6.000 b2.161.800

148 455 0,25 0,25 74.598 14.446 6.000 a95.043

77

besar dapat meningkatkan biaya kekurangan bahan dan

meningkatkan biaya total persediaan.

Biaya persediaan total terendah bahan baku tepung

tapioka Rp 95.043 per hari atau Rp 29.653.416 per

tahun, yaitu pada saat jumlah pemesanan 148 zak per

pemesanan. Hal ini disebabkan besarnya biaya

kekurangan bahan tidak terlalu besar.

Berdasarkan hasil simulasi untuk bahan baku

tepung tapioka, semakin besar jumlah pembelian bahan

baku dapat menyebabkan jumlah persediaan yang

disimpan akan semakin besar, sehingga meningkatkan

biaya penyimpanan bahan baku. Semakin kecil jumlah

pembelian bahan baku dapat menyebabkan jumlah

kekurangan

meningkatkan

bahan

biaya

semakin

kekurangan

besar,

bahan.

sehingga

Biaya

persediaan harian total bahan baku tepung tapioka

skenario 2 dapat dilihat pada Tabel 26.

Tabel 26. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung tapioka skenario(Dalam rupiah)

Keterangan : ab

: Total biaya persediaan mingguan terendah: Total biaya persediaan mingguan tertinggi

5. Total Biaya Persediaan Bahan Baku

Total biaya persediaan terendah dengan

menggunakan metode simulasi pada skenario 2 dapat

dilihat pada Tabel 27.

No Bahan Baku Total Biaya Persediaan Tahunan1. Tepung Terigu Cakra Kembar 607.932.0002. Tepung Terigu Segitiga Biru 39.377.5203. Tepung Terigu Segitiga Hijau 154.480.5604. Tepung Tapioka 29.653.416

Total 831.443.496

78

Tabel 27. Total biaya persediaan bahan baku terendah tahunan skenario 2

Biaya persediaan total terendah berdasarkan hasil

perhitungan simulasi skenario 2 untuk semua bahan

baku adalah sebesar Rp. 831.443.496 per tahun.

Berdasarkan hasil simulasi untuk semua bahan baku

semakin sedikit jumlah pembelian bahan baku akan

semakin besar biaya kekurangan bahannya dan semakin

besar jumlah pembelian bahan baku maka akan semakin

besar biaya total penyimpanan bahan baku.

4.5. Perbandingan Biaya Persediaan antara Model Pengendalian Persediaandi Perusahaan dengan Model Simulasi

Total biaya persediaan yang telah dikeluarkan oleh perusahaan untuk

bahan baku tepung terigu Cakra Kembar Rp 1.168.574.784 per tahun. Biaya

persediaan total ini lebih besar dibandingkan dengan model simulasi, baik

model simulasi skenario 1 maupun model simulasi skenario 2. Pengendalian

persediaan bahan baku dengan model simulasi skenario 1 menghasilkan total

biaya persediaan bahan baku tepung terigu Cakra Kembar yang terendah,

(Rp 588.463.200 per tahun). Besarnya penghematan perusahaan apabila

menggunakan metode simulasi pada skenario 1 dalam pengendalian

persediaan bahan baku Rp 580.111.584 per tahun atau 33%. Sedangkan total

biaya persediaan bahan baku dengan model simulasi skenario 2 adalah Rp

607.932.000 per tahun. Besarnya penghematan perusahaan apabila

menggunakan metode simulasi pada skenario 2 dalam pengendalian

persediaan bahan baku Rp 560.642.784 per tahun atau 32%.

Total biaya persediaan yang telah dikeluarkan oleh perusahaan untuk

bahan baku tepung terigu Segitiga Biru Rp 52.898.976 per tahun. Biaya

persediaan total ini lebih besar dibandingkan dengan model simulasi, baik

79

model simulasi skenario 1 maupun model simulasi skenario 2. Pengendalian

persediaan bahan baku dengan model simulasi skenario 1 menghasilkan total

biaya persediaan bahan baku tepung terigu Segitiga Biru yang terendah, (Rp

36.039.120 per tahun). Besarnya penghematan perusahaan apabila

menggunakan metode simulasi pada skenario 1 dalam pengendalian

persediaan bahan baku Rp 16.859.856 per tahun atau 19%. Sedangkan total

biaya persediaan bahan baku dengan model simulasi skenario 2 adalah Rp

39.377.520 per tahun. Besarnya penghematan perusahaan apabila

menggunakan metode simulasi pada skenario 2 dalam pengendalian

persediaan bahan baku Rp 13.521.456 per tahun atau 15%.

Total biaya persediaan yang telah dikeluarkan oleh perusahaan untuk

bahan baku tepung terigu Segitiga Hijau Rp 384.137.832 per tahun. Biaya

persediaan total ini lebih besar dibandingkan dengan model simulasi, baik

model simulasi skenario 1 maupun model simulasi skenario 2. Pengendalian

persediaan bahan baku dengan model simulasi skenario 1 menghasilkan total

biaya persediaan bahan baku tepung terigu Segitiga Hijau yang terendah,

(Rp 137.414.160 per tahun). Besarnya penghematan perusahaan apabila

menggunakan metode simulasi pada skenario 1 dalam pengendalian

persediaan bahan baku Rp 246.723.672 per tahun atau 47%. Sedangkan total

biaya persediaan bahan baku dengan model simulasi skenario 2 adalah Rp

154.480.560 per tahun. Besarnya penghematan perusahaan apabila

menggunakan metode simulasi pada skenario 2 dalam pengendalian

persediaan bahan baku sebesar Rp 229.657.272 per tahun atau 43%.

Total biaya persediaan yang telah dikeluarkan oleh perusahaan untuk

bahan baku tepung tapioka Rp 41.430.230 per tahun. Biaya persediaan total

ini lebih besar dibandingkan dengan model simulasi, baik model simulasi

skenario 1 maupun model simulasi skenario 2. Pengendalian persediaan

bahan baku dengan model simulasi skenario 1 menghasilkan total biaya

persediaan bahan baku tepung tapioka yang terendah (Rp 28.678.416 per

tahun). Besarnya penghematan perusahaan apabila menggunakan metode

simulasi pada skenario 1 dalam pengendalian persediaan bahan baku Rp

12.751.814 per tahun atau 18%. Sedangkan total biaya persediaan bahan

No BahanBaku

KebijakanPerusahaan

ModelSimulasi 1

ModelSimulasi 2

Keterangan

1 CakraKembar

1.168.574.784 588.463.200 607.932.000 Model simulasi 1paling optimal

2 SegitigaBiru

52.898.976 36.039.120 39.377.520 Model simulasi 1paling optimal

3 SegitigaHijau

384.137.832 137.414.160 154.480.560 Model simulasi 1paling optimal

4 TepungTapioka

41.430.230 28.678.416 29.653.416 Model simulasi 1paling optimal

80

baku dengan model simulasi skenario 2 adalah Rp 29.653.416 per tahun.

Besarnya penghematan perusahaan apabila menggunakan metode simulasi

pada skenario 2 dalam pengendalian persediaan bahan baku Rp 11.776.814

per tahun atau 17%. Perbandingan biaya persediaan bahan baku antara

model pengendalian persediaan perusahaan dengan model simulasi dapat

dilihat pada Tabel 28.

Tabel 28. Perbandingan biaya persediaan model kebijakan perusahaan dan modelSimulasi

81

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

1. Bahan baku utama yang digunakan oleh Divisi Noodle, PT ISM, Tbk

adalah tepung terigu dan tepung tapioka. Tepung terigu yang digunakan

oleh Divisi Noodle, PT ISM, Tbk terdiri dari tiga jenis, yaitu strong flour

(tepung keras cap Cakra Kembar), medium flour (tepung setengah keras

cap Segitiga Biru) dan soft flour (tepung lunak cap Segitiga Hijau).

Penentuan jumlah bahan baku yang dipesan didasarkan oleh perkiraan

perusahaan terhadap jumlah penjualan produk mie instan pada masa

mendatang dan rataan pemakaian bahan baku pada tiga periode

sebelumnya. Sistem pengendalian persediaan bahan baku di Divisi Noodle,

PT ISM, Tbk menghasilkan total biaya persediaan untuk semua bahan

baku Rp 1.647.041.822 per tahun

2. Total biaya persediaan bahan baku dengan menggunakan model simulasi

skenario 1 Rp 790.594.896 per tahun. Total biaya persediaan bahan baku

dengan menggunakan model simulasi skenario 2 Rp 831.443.496 per

tahun. Penghematan biaya perusahaan apabila menggunakan model

simulasi pada skenario 1 adalah 35% dan simulasi skenario 2 adalah 33%.

3. Hasil anasisis dari biaya persediaan bahan baku, adalah :

a. Biaya persediaan bahan baku tepung terigu Cakra Kembar yang paling

optimal diperoleh dengan metode simulasi skenario 1, yaitu Rp

588.463.200 per tahun. Biaya ini diperoleh pada saat perusahaan

melakukan pemesanan tepung terigu Cakra Kembar 18.722 zak per

pesanan dan pada titik pemesanan kembali 13.363 zak.

b. Biaya persediaan bahan baku tepung terigu Segitiga Biru yang paling

optimal diperoleh dengan metode simulasi skenario 1, yaitu Rp

36.039.120 per tahun. Biaya ini diperoleh pada saat perusahaan

melakukan pemesanan tepung terigu Segitiga Biru 670 zak per pesanan

dan pada titik pemesanan kembali 638 zak.

c. Biaya persediaan bahan baku tepung terigu Segitiga Hijau yang paling

optimal diperoleh dengan metode simulasi skenario 1, yaitu Rp

82

137.414.160 per tahun. Biaya ini diperoleh pada saat perusahaan

melakukan pemesanan tepung terigu Segitiga Hijau 6.122 zak per

pesanan dan pada titik pemesanan kembali 4.454 zak.

d. Biaya persediaan bahan baku tepung tapioka yang paling optimal

diperoleh dengan metode simulasi skenario 1, yaitu Rp 28.678.416 per

tahun. Biaya ini diperoleh pada saat perusahaan melakukan pemesanan

tepung tapioka 147 zak per pesanan dan pada titik pemesanan kembali

308 zak.

2. Saran

1. Divisi Noodle, PT ISM, Tbk sebaiknya melakukan pembelian bahan baku

pada saat persediaan bahan baku sudah mencapai titik pemesanan kembali

paling optimal dan dengan jumlah unit per pesanan paling optimal,agar

perusahaan perusahaan tidak mengalami kelebihan ataupun kekurangan

bahan baku.Titik pemesanan kembali paling optimal adalah titik

pemesanan kembali pada skenario 1. Dalam hal ini, jumlah unit per

pesanan paling optimal adalah :

a. 18.722 zak per pesan untuk bahan baku tepung terigu cap Cakra

Kembar.

b. 670 zak per pesan untuk bahan baku tepung terigu cap Segitiga Biru

c. 6.122 zak per pesan untuk bahan baku tepung terigu cap Segitiga Hijau

d. 147 zak per pesan untuk bahan baku tepung tapioka

2. Divisi Noodle, PT Indofood Sukses Makmur sebaiknya menambah jumlah

persediaan pengamannya bagi semua jenis bahan baku, mengingat biaya

kekurangan bahan memiliki proporsi besar terhadap

bahan baku.

biaya persediaan

83

DAFTAR PUSTAKA

Ahyari, A. 1999. Efisiensi Persediaan Bahan. BPFE, Yogyakarta

Anggraini, R. 2002. Analisa Pengendalian Persediaan Tepung Terigu SebagaiBahan Baku Utama Produk Biskuit Pada PT.Arnott’s Indonesia. Skripsipada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Assauri, S. 2000. Manajemen Produksi dan Operasi. Lembaga Penerbit FakultasEkonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Baroto, T. 2002. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Penerbit GhaliaIndonesia, Jakarta.

Handoko, T. H. 2000. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. PenerbitBPFE, Yogyakarta.

Hill, T. 1994. Strategy Manufacturing : Manjemen Strategis dari FungsiManufacturing (Terjemahan). UI Press, Jakarta.

Indrajit, R.E dan R.D Pranoto. 2003. Manajemen Persediaan. PT GramediaWidiasarana Indonesia, Jakarta.

Kusuma, H. 2004. Manajemen Produksi. Andi Yogyakarta, Yogyakarta.

Montgomery, D.C, L.A Johnson and J.S Gardiner. 1990. Forecasting and TimeSeries Analysis. Mc Graw Hill Inc, Singapura.

Pardede, P.M. 2002. Manajemen Operasi dan Produksi. Andi Yogyakarta,Yogyakarta.

Purwani, Ari. 2006. Kajian Persediaan bahan Baku Kulit Sintetik di PerusahaanSumber Karya Indah dengan Metode Simulasi. Skripsi pada DepartemenManajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor,Bogor.

Putra, T. A. 2005. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Produk BanPada PT.Goodyear Indonesia, Tbk. Skripsi pada Fakultas Ekonomi danManajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Rangkuti, F. 2004. Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis. Erlangga,Jakarta.

Render, B dan J.Heizer. 2005. Manajemen Operasi (Terjemahan). SalembaEmpat, Jakarta.

84

Sumayang, L. 2003. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. SalembaEmpat, Jakarta.

Yamit, Z. 2003. Manajemen Persediaan. Ekonesia Kampus Fakultas Ekonomi UIIYogyakarta, Yogyakarta.

www.wartaekonomi.com/indikator.asp?/aid=7375&cid=25 . 2006 ”Mie Instan:Mulai Mengganti Bahan Makanan Pokok”. [ 13 September 2006].

www.bi.go.id/biweb/Templates/Dynamic/SukuBunga_ID.2007Bank Indonesia”.[2 Februari 2007]

”Suku Bunga

85

LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur organisasi Divisi Noodle, PT ISM, Tb

86

General Manager

Sekretaris

ProdMgr

TechMgr

Factory Mgr

WHMgr

BPDQC Mgr Personel Mgr ASP Mgr Fin & Acct Mgr

ProdSpv

TechSpv

WHSpv

PPICSpv

PurchSpv

QCSpv

PersSpv

KASatpam

ASPS Fin & Acct Mgr

SectSpvProd(11

SectSpvTech

(9Org)

SectSpvWH(11

StafPPIC

(2 Org)

Purchaser

(1 Org)

PD(1 Org)

Admin/Buyer(5Org)

AsstPersSpv

(5 Org)

ASPR/TL(18

Org)

EDP &Admin(3 Org)

Asst Acct(12 Org)

Org) Org)

Helper/Opr/

Admin(852Org)

Staf &Admin

(39Org)

Helper/Admin

(91Org)

Admin(5 Org)

Admin/Buyer

(3 Org)

QCField(28

Org)

Admin&

Crew(60

Org)

Admin&

Crew(19

Org)

Driver(16

Org)

Admin(9 Org)

Admin(1 Org)

WEEK Y Y Y− Y 2Y− Y1 3.669 3.441 228 51.790

2 3.812 3.441 371 137.9643 2.914 3.441 (527) 277.5284 3.383 3.441 (58) 3.3885 3.173 3.441 (268) 71.7876 1.783 3.441 (1.658) 2.749.9927 3.180 3.441 (261) 68.3258 3.046 3.441 (395) 156.4099 2.960 3.441 (481) 231.308

10 2.428 3.441 (1.013) 1.026.89411 3.181 3.441 (260) 67.40012 2.416 3.441 (1.025) 1.050.02813 3.391 3.441 (50) 2.50414 3.545 3.441 104 10.79815 3.868 3.441 427 181.99816 2.117 3.441 (1.324) 1753.47817 2.649 3.441 (792) 626.72718 2.526 3.441 (915) 836.94519 3.078 3.441 (363) 131.76020 3.777 3.441 336 113.02821 1.253 3.441 (2.188) 4.788.14022 2.678 3.441 (763) 582.27523 3.155 3.441 (286) 81.62924 2.769 3.441 (672) 452.02625 2.882 3.441 (559) 312.54226 2.915 3.441 (526) 276.58827 3.062 3.441 (379) 143.984

87

Lampiran 2. Perhitungan simpangan baku pemakaian bahan baku per hari

σd

n∑ Y− Y1

n− 1

2

h

d = Simpangan baku pemakaian bahan baku per hari

Y = Pemakaian bahan baku per hari

Y = Rataan pemakaian bhan baku per hari

n = Banyaknya data

Hasil Perhitungan Simpangan Baku Pemakaian Bahan BakuCakra Kembar per Hari

Tepung Terigu

WEEK Y Y Y− Y2

Y− Y28 3.553 3.441 112 12.55429 3.449 3.441 8 6930 3.728 3.441 287 82.31731 3.523 3.441 82 6.76932 3.153 3.441 (288) 83.10633 3.198 3.441 (243) 59.23534 3.626 3.441 185 34.18535 2.951 3.441 (490) 239.85936 4.074 3.441 633 400.54337 3.679 3.441 238 56.84938 3.970 3.441 529 279.78339 3.929 3.441 488 238.08840 3.916 3.441 475 225.76141 4.730 3.441 1289 1.661.29942 5.084 3.441 1643 2.698.95043 5.017 3.441 1576 2.483.22944 0 3.441 (3.441) 1.1840.48145 2.575 3.441 (866) 749.39446 3.596 3.441 155 24.02847 3.615 3.441 174 30.18948 3.578 3.441 137 18.72949 3.639 3.441 198 39.22750 3.859 3.441 418 174.76151 4.140 3.441 699 488.01852 2.748 3.441 (693) 480.02053 3.678 3.441 237 56.31054 3.066 3.441 (375) 140.64155 3.676 3.441 235 55.00756 3.294 3.441 (147) 21.49057 2.833 3.441 (608) 369.63258 3.809 3.441 368 135.40259 3.873 3.441 432 186.62360 4.015 3.441 574 329.30861 4.063 3.441 622 386.52662 3.458 3.441 17 30563 3.396 3.441 (45) 2.02864 3.178 3.441 (263) 69.21765 2.577 3.441 (864) 746.83366 3.603 3.441 162 26.30267 2.212 3.441 (1.229) 151.027868 3.775 3.441 334 111.60669 2.464 3.441 (977) 953.88670 3.440 3.441 (1) 1

88

Lanjutan Lampiran 2.

WEEK Y Y Y− Y2

Y− Y71 3.166 3.441 (275) 75.54972 3.589 3.441 148 21.94373 3.219 3.441 (222) 49.15674 4.270 3.441 829 686.67275 4.822 3.441 1.381 1.906.05676 3.712 3.441 271 73.67077 3.348 3.441 (93) 8.65578 3.674 3.441 233 54.31079 4.017 3.441 576 332.31580 4.195 3.441 754 567.83881 4.332 3.441 891 794.69682 4.316 3.441 875 765.19183 4.037 3.441 596 355.61484 4.099 3.441 658 433.60185 3.386 3.441 (55) 29.9886 3.353 3.441 (88) 7.73287 3.864 3.441 423 179.05388 3.807 3.441 366 134.25389 5.100 3.441 1.659 2.752.96890 5.281 3.441 1.840 3.384.89091 4.211 3.441 770 593.08492 4.187 3.441 746 557.19193 4.220 3.441 779 607.33694 3.824 3.441 383 146.40495 0 3.441 (3.441) 1.184.48196 3.273 3.441 (168) 28.27497 4.115 3.441 674 454.52098 4.235 3.441 794 629.68099 3.596 3.441 155 23.875

100 3.966 3.441 525 275.302101 3.803 3.441 362 131.010102 3.962 3.441 521 271.788103 4.148 3.441 707 499.216104 1.985 3.441 (1.456) 2.120.903

n2

∑1Y− Y 74.683.837

n2

∑1Y− Yn− 1

725.086

d 852

89

Lanjutan Lampiran 2

WEEK Y Y Y− Y 2Y− Y1 175 164 11 1142 182 164 18 3083 139 164 (25) 6374 161 164 (3) 85 151 164 (13) 1666 85 164 (79) 6.2587 151 164 (13) 1598 145 164 (19) 3609 141 164 (23) 531

10 116 164 (48) 2.34211 151 164 (13) 15612 115 164 (49) 2.39513 161 164 (3) 614 169 164 5 2315 184 164 20 40716 101 164 (63) 3.99417 126 164 (38) 1.43218 120 164 (44) 1.91019 147 164 (17) 30420 180 164 16 25221 60 164 (104) 10.88722 128 164 (36) 1.33123 150 164 (14) 18924 132 164 (32) 1.03425 137 164 (27) 71626 139 164 (25) 63427 146 164 (18) 33228 141 164 (23) 53729 164 164 0 030 178 164 14 18331 168 164 4 1432 150 164 (14) 19233 152 164 (12) 13834 173 164 9 7535 141 164 (23) 55136 194 164 30 90037 175 164 11 12638 189 164 25 62739 187 164 23 533

90

Lanjutan Lampiran 3

Hasil Perhitungan Standar Deviasi Pemakaian Bahan Baku Tepung TeriguSegitiga Biru per Hari

WEEK Y Y Y− Y2

Y− Y40 186 164 22 50541 225 164 61 3.75042 242 164 78 6.09843 239 164 75 5.60944 0 164 (164) 26.89645 123 164 (41) 1.71146 171 164 7 5247 172 164 8 6648 170 164 6 4149 173 164 9 8650 184 164 20 39151 197 164 33 1.09752 131 164 (33) 1.09853 175 164 11 12454 146 164 (18) 32455 175 164 11 12256 157 164 (7) 5157 135 164 (29) 84658 181 164 17 30259 184 164 20 41760 191 164 27 73961 193 164 29 86862 165 164 1 063 162 164 (2) 564 151 164 (13) 16165 123 164 (41) 1.70566 172 164 8 5767 105 164 (59) 3.44168 180 164 16 24969 117 164 (47) 2.17670 164 164 0 071 151 164 (13) 17572 171 164 7 4873 153 164 (11) 11574 203 164 39 1.54675 230 164 66 4.30376 177 164 13 16377 159 164 (5) 2178 175 164 11 12079 191 164 27 74680 200 164 36 1.27781 206 164 42 1.79082 206 164 42 1.72383 192 164 28 798

91

Lanjutan Lampiran 2

WEEK Y Y Y− Y2

Y− Y84 195 164 31 97485 161 164 (3) 886 160 164 (4) 1987 184 164 20 40088 181 164 17 29989 243 164 79 6.22090 251 164 87 7.65091 201 164 37 1.33492 199 164 35 1.25393 201 164 37 1.36794 182 164 18 32795 0 164 (164) 26.89696 156 164 (8) 6697 196 164 32 1.02298 202 164 38 1.41799 171 164 7 52

100 189 164 25 617101 181 164 17 292102 189 164 25 609103 198 164 34 1.122

104 95 164 (69) 4.829n

2

∑1Y− Y 169.353n

2

∑1Y− Yn− 1 1.644

d 41

WEEK Y Y Y− Y 2Y− Y1 1.223 1.147 76 5.7542 1.271 1.147 124 15.3293 971 1.147 (176) 30.8364 1.128 1.147 (19) 3765 1.058 1.147 (89) 7.9766 594 1.147 (553) 305.5557 1.060 1.147 (87) 7.5928 1.015 1.147 (132) 17.3799 987 1.147 (160) 25.701

10 809 1.147 (338) 114.099

92

Lanjutan Lampiran 3

Hasil Perhitungan Standar Deviasi Pemakaian Bahan Baku Tepung TeriguSegitiga Hijau per Hari

WEEK Y Y Y− Y2

Y− Y11 1.060 1.147 (87) 7.48912 805 1.147 (342) 116.67013 1.130 1.147 (17) 27814 1.182 1.147 35 1.20015 1.289 1.147 142 20.22216 706 1.147 (441) 194.83117 883 1.147 (264) 69.63618 842 1.147 (305) 92.99419 1.026 1.147 (121) 14.64020 1.259 1.147 112 12.55921 418 1.147 (729) 532.01622 893 1.147 (254) 64.69723 1.052 1.147 (95) 9.07024 923 1.147 (224) 50.22525 961 1.147 (186) 34.72726 972 1.147 (175) 30.73227 1.021 1.147 (126) 15.99828 986 1.147 (161) 26.01029 1.150 1.147 3 830 1.243 1.147 96 9.14631 1.174 1.147 27 75232 1.051 1.147 (96) 9.23433 1.066 1.147 (81) 6.58234 1.209 1.147 62 3.79835 984 1.147 (163) 26.65136 1.358 1.147 211 44.50537 1.226 1.147 79 6.31738 1.323 1.147 176 31.08739 1.310 1.147 163 26.45440 1.305 1.147 158 25.08541 1.577 1.147 430 184.58942 1.695 1.147 548 299.88343 1.672 1.147 525 275.91444 0 1.147 (1.147) 1.315.60945 858 1.147 (289) 83.26646 1.199 1.147 52 2.67047 1.205 1.147 58 3.35448 1.193 1.147 46 2.08149 1.213 1.147 66 4.35950 1.286 1.147 139 19.41851 1.380 1.147 233 54.22452 916 1.147 (231) 53.33653 1.226 1.147 79 6.25754 1.022 1.147 (125) 15.627

93

Lanjutan Lampiran 2

WEEK Y Y Y− Y2

Y− Y55 1.225 1.147 78 6.11256 1.098 1.147 (49) 2.38857 944 1.147 (203) 41.07058 1.270 1.147 123 15.04559 1.291 1.147 144 20.73660 1.338 1.147 191 36.59061 1.354 1.147 207 42.94762 1.153 1.147 6 3463 1.132 1.147 (15) 22564 1.059 1.147 (88) 7.69165 859 1.147 (288) 82.98166 1.201 1.147 54 2.92267 737 1.147 (410) 167.80968 1.258 1.147 111 12.40169 821 1.147 (326) 105.98770 1.147 1.147 0 071 1.055 1.147 (92) 8.39472 1.196 1.147 49 2.43873 1.073 1.147 (74) 5.46274 1.423 1.147 276 76.29775 1.607 1.147 460 211.78476 1.237 1.147 90 8.18677 1.116 1.147 (31) 96278 1.225 1.147 78 6.03479 1.339 1.147 192 36.92480 1.398 1.147 251 63.09381 1.444 1.147 297 88.30082 1.439 1.147 292 85.02183 1.346 1.147 199 39.51384 1.366 1.147 219 48.17885 1.129 1.147 (18) 33386 1.118 1.147 (29) 85987 1.288 1.147 141 19.89588 1.269 1.147 122 14.91789 1.700 1.147 553 305.88590 1.760 1.147 613 376.09991 1.404 1.147 257 65.89892 1.396 1.147 249 61.91093 1.407 1.147 260 67.48294 1.275 1.147 128 16.26795 0 1147 (1147) 1.315.60996 1.091 1147 (56) 3.14297 1.372 1147 225 50.50298 1.412 1147 265 69.964

94

Lanjutan Lampiran 2

WEEK Y Y Y− Y 2Y− Y1 40 37 3 72 41 37 4 173 31 37 (6) 314 37 37 0 05 34 37 (3) 86 19 37 (18) 3157 34 37 (3) 78 33 37 (4) 179 32 37 (5) 26

10 26 37 (11) 11711 34 37 (3) 712 26 37 (11) 11913 37 37 0 014 38 37 1 215 42 37 5 2316 23 37 (14) 20017 29 37 (8) 7118 27 37 (10) 9519 33 37 (4) 1420 41 37 4 1421 14 37 (23) 55122 29 37 (8) 6623 34 37 (3) 924 30 37 (7) 5125 31 37 (6) 35

WEEK Y Y Y− Y2

Y− Y99 1.199 1.147 52 2.653

100 1.322 1.147 175 30.589101 1.268 1.147 121 14.557102 1.321 1.147 174 30.199103 1.383 1.147 236 55.468

104 662 1.147 (485) 235.656n

2

∑1Y− Y 8.298.204n

2

∑1Y− Yn− 1 80.565

d 284

95

Lanjutan Lampiran 2

Hasil Perhitungan Standar Deviasi Pemakaian Bahan Baku Tepung Tapioka perHari

WEEK Y Y Y− Y2

Y− Y26 31 37 (6) 3127 33 37 (4) 1628 32 37 (5) 2629 37 37 0 030 40 37 3 1031 38 37 1 132 34 37 (3) 933 35 37 (2) 634 39 37 2 535 32 37 (5) 2636 44 37 7 4937 40 37 3 738 43 37 6 3439 42 37 5 2940 42 37 5 2841 51 37 14 19742 55 37 18 31943 54 37 17 29444 0 37 (37) 1.36945 28 37 (9) 8546 39 37 2 347 39 37 2 448 39 37 2 349 39 37 2 550 42 37 5 2251 45 37 8 5952 30 37 (7) 5453 40 37 3 754 33 37 (4) 1555 40 37 3 756 36 37 (1) 257 31 37 (6) 4158 41 37 4 1759 42 37 5 2360 43 37 6 4061 44 37 7 4762 37 37 0 063 37 37 0 064 34 37 (3) 765 28 37 (9) 8466 39 37 2 467 24 37 (13) 17268 41 37 4 1469 27 37 (10) 108

96

Lanjutan Lampiran 2

WEEK Y Y Y− Y2

Y− Y70 37 37 0 071 34 37 (3) 872 39 37 2 373 35 37 (2) 574 46 37 9 8375 52 37 15 22676 40 37 3 977 36 37 (1) 178 40 37 3 779 43 37 6 4080 45 37 8 6881 47 37 10 9582 47 37 10 9283 44 37 7 4384 44 37 7 5385 37 37 0 086 36 37 (1) 187 42 37 5 2288 41 37 4 1789 55 37 18 32690 57 37 20 40091 45 37 8 7192 45 37 8 6793 46 37 9 7394 41 37 4 1895 0 37 (37) 1.36996 35 37 (2) 397 44 37 7 5598 46 37 9 7699 39 37 2 3

100 43 37 6 34101 41 37 4 16102 43 37 6 33103 45 37 8 60

104 21 37 (16) 243n

2

∑1Y− Y 8.703n

2

∑1Y− Yn− 1 84

d 9

97

Lanjutan Lampiran 2

PemakaianHarian

Frekuensi Peluangkejadian

PeluangKumulatif

Interval AngkaAcak

0 2 0,0192 0,019 0-191.253 1 0,0096 0,029 20-291.783 1 0,0096 0,038 30-381.985 1 0,0096 0,048 39-482.117 1 0,0096 0,058 49-582.212 1 0,0096 0,067 59-672.428 1 0,0096 0,087 78-872.464 1 0,0096 0,096 88-962.526 1 0,0096 0,106 97-1062.575 1 0,0096 0,115 107-1152.577 1 0,0096 0,125 116-1252.649 1 0,0096 0,135 126-1352.678 1 0,0096 0,144 136-1442.748 1 0,0096 0,154 145-1542.769 1 0,0096 0,163 155-1632.833 1 0,0096 0,173 164-1732.882 1 0,0096 0,183 174-1832.914 1 0,0096 0,192 184-1922.915 1 0,0096 0,202 193-2022.951 1 0,0096 0,212 203-2122.957 1 0,0096 0,221 213-2212.960 1 0,0096 0,231 222-2313.046 1 0,0096 0,240 232-2403.062 1 0,0096 0,250 241-2503.066 1 0,0096 0,260 251-2603.078 1 0,0096 0,269 261-2693.153 1 0,0096 0,279 270-2793.155 1 0,0096 0,288 280-2883.166 1 0,0096 0,298 289-2983.173 1 0,0096 0,308 299-3083.178 1 0,0096 0,317 309-3173.180 1 0,0096 0,327 318-3273.181 1 0,0096 0,337 328-3373.198 1 0,0096 0,346 338-3463.219 1 0,0096 0,356 347-3563.273 1 0,0096 0,365 357-3653.294 1 0,0096 0,375 366-3753.348 1 0,0096 0,385 376-3853.353 1 0,0096 0,394 386-394

98

Lampiran 3. Perhitungan Peluang dan Interval Angka Acak Pemakaian BahanBaku

Peluang dan interval angka acak pemakaian bahan baku tepung terigu CakraKembar per hari

PemakaianHarian

Frekuensi Peluangkejadian

PeluangKumulatif

Interval AngkaAcak

3.383 1 0,0096 0,404 395-4043.386 1 0,0096 0,413 405-4133.391 1 0,0096 0,423 414-4233.396 1 0,0096 0,433 424-4333.440 1 0,0096 0,442 434-4423.449 1 0,0096 0,452 443-4523.458 1 0,0096 0,462 453-4623.523 1 0,0096 0,471 463-4713.545 1 0,0096 0,481 472-4813.578 1 0,0096 0,490 482-4903.589 1 0,0096 0,500 491-5003.596 1 0,0096 0,510 501-5103.596 1 0,0096 0,519 511-5193.603 1 0,0096 0,529 520-5293.615 1 0,0096 0,538 530-5383.626 1 0,0096 0,548 539-5483.639 1 0,0096 0,558 549-5583.669 1 0,0096 0,567 559-5673.674 1 0,0096 0,577 568-5773.676 1 0,0096 0,587 578-5873.678 1 0,0096 0,596 588-5963.679 1 0,0096 0,606 597-6063.712 1 0,0096 0,615 607-6153.728 1 0,0096 0,625 616-6253.775 1 0,0096 0,635 626-6353.777 1 0,0096 0,644 636-6443.803 1 0,0096 0,654 645-6543.807 1 0,0096 0,663 655-6633.809 1 0,0096 0,673 664-6733.812 1 0,0096 0,683 674-6833.824 1 0,0096 0,692 684-6923.859 1 0,0096 0,702 693-7023.864 1 0,0096 0,712 703-7123.868 1 0,0096 0,721 713-7213.873 1 0,0096 0,731 722-7313.916 1 0,0096 0,740 732-7403.929 1 0,0096 0,750 741-7503962 1 0,0096 0,760 751-7603.966 1 0,0096 0,769 761-7693.970 1 0,0096 0,779 770-7794.015 1 0,0096 0,788 780-7884.017 1 0,0096 0,798 789-7984.037 1 0,0096 0,808 799-808

99

Lanjutan Lampiran 3

PemakaianHarian

Frekuensi Peluangkejadian

PeluangKumulatif

Interval AngkaAcak

4.063 1 0,0096 0,817 809-8174.074 1 0,0096 0,827 818-8274.099 1 0,0096 0,837 828-8374.115 1 0,0096 0,846 838-8464.140 1 0,0096 0,856 847-8564.148 1 0,0096 0,865 857-8654.187 1 0,0096 0,875 866-8754.195 1 0,0096 0,885 876-8854.211 1 0,0096 0,894 886-8944.220 1 0,0096 0,904 895-9044.235 1 0,0096 0,913 905-9134.270 1 0,0096 0,923 914-9234.316 1 0,0096 0,933 924-9334.332 1 0,0096 0,942 934-9424.730 1 0,0096 0,952 943-9524.822 1 0,0096 0,962 953-9625.017 1 0,0096 0,971 963-9715.084 1 0,0096 0,981 972-9815.100 1 0,0096 0,990 982-9905.281 1 0,0096 1 991-1.000

PemakaianHarian

Frekuensi Peluangkejadian

PeluangKumulatif

Interval AngkaAcak

0 2 0,0192 0,019 0-1960 1 0,0096 0,029 20-2985 1 0,0096 0,038 30-3895 1 0,0096 0,048 39-48

101 1 0,0096 0,058 49-58105 1 0,0096 0,067 59-67115 1 0,0096 0,077 68-77116 1 0,0096 0,087 78-87117 1 0,0096 0,096 88-96120 1 0,0096 0,106 97-106123 2 0,0192 0,125 107-125126 1 0,0096 0,135 126-135128 1 0,0096 0,144 136-144131 1 0,0096 0,154 145-154132 1 0,0096 0,163 155-163135 1 0,0096 0,173 164-173137 1 0,0096 0,183 174-183

100

Lanjutan Lampiran 3

Peluang dan interval angka acak pemakaian bahan baku tepung terigu SegitigaBiru per hari

101

Lanjutan Lampiran 3Pemakaian

Harian FrekuensiPeluangkejadian

PeluangKumulatif

Interval AngkaAcak

139 2141 3145 1146 2147 1150 2151 5152 1153 1156 1157 1159 1160 1161 3162 1164 2165 1168 1169 1170 1171 3172 2173 2175 5177 1178 1180 2181 3182 2184 4186 1187 1189 3191 2192 1193 1194 1195 1196 1197 1198 1199 1200 1

0,01920,02880,00960,01920,00960,01920,04810,00960,00960,00960,00960,00960,00960,02880,00960,01920,00960,00960,00960,00960,02880,01920,01920,04810,00960,00960,01920,02880,01920,03850,00960,00960,02880,01920,00960,00960,00960,00960,00960,00960,00960,00960,0096

0,2020,2310,2400,2600,2690,2880,3370,3460,3560,3650,3750,3850,3940,4230,4330,4520,4620,4710,4810,4900,5190,5380,5580,6060,6150,6250,6440,6730,6920,7310,7400,7500,7790,7980,8080,8170,8270,8370,8460,8560,8650,8750,885

184-202203-231232-240241-260261-269270-288289-337338-346347-356357-365366-375376-385386-394395-423424-433434-452453-462463-471472-481482-490491-519520-538539-558558-606607-615616-625626-644645-673674-692693-731732-740741-750751-779780-798799-808809-817818-827828-837838-846847-856857-865866-875876-885

PemakaianHarian

Frekuensi Peluang kejadian PeluangKumulatif

IntervalAngka Acak

0 2 0,0192 0,019 0-19418 1 0,0096 0,029 20-29594 1 0,0096 0,038 30-38662 1 0,0096 0,048 39-48706 1 0,0096 0,058 49-58737 1 0,0096 0,067 59-67805 1 0,0096 0,077 68-77809 1 0,0096 0,087 78-87821 1 0,0096 0,096 88-96842 1 0,0096 0,106 97-106858 1 0,0096 0,115 107-115859 1 0,0096 0,125 116-125883 1 0,0096 0,135 126-135893 1 0,0096 0,144 136-144916 1 0,0096 0,154 145-154923 1 0,0096 0,163 155-163944 1 0,0096 0,173 164-173961 1 0,0096 0,183 174-183971 1 0,0096 0,192 184-192972 1 0,0096 0,202 193-202984 1 0,0096 0,212 203-212986 1 0,0096 0,221 213-221987 1 0,0096 0,231 222-231

1.015 1 0,0096 0,240 232-2401.021 1 0,0096 0,250 241-2501.022 1 0,0096 0,260 251-2601.026 1 0,0096 0,269 261-269

PemakaianHarian

Frekuensi Peluangkejadian

PeluangKumulatif

Interval AngkaAcak

201 2 0,0192 0,904 886-904202 1 0,0096 0,913 905-913203 1 0,0096 0,923 913-923206 2 0,0192 0,942 924-942225 1 0,0096 0,952 943-952230 1 0,0096 0,962 953-962239 1 0,0096 0,971 963-971242 1 0,0096 0,981 972-981243 1 0,0096 0,990 982-990251 1 0,0096 1 991-1.000

102

Lanjutan Lampiran 3

Peluang dan interval angka acak pemakaian bahan baku tepung terigu SegitigaHijau per hari

PemakaianHarian

Frekuensi Peluang kejadian PeluangKumulatif

IntervalAngka Acak

1.051 1 0,0096 0,279 270-2791.052 1 0,0096 0,288 280-2881.055 1 0,0096 0,298 289-2981.058 1 0,0096 0,308 299-3081.059 1 0,0096 0,317 309-3171.060 2 0,0192 0,337 318-3371.066 1 0,0096 0,346 338-3461.073 1 0,0096 0,356 347-3561.091 1 0,0096 0,365 357-3651.098 1 0,0096 0,375 366-3751.116 1 0,0096 0,385 376-3851.118 1 0,0096 0,394 386-3941.128 1 0,0096 0,404 395-4041.129 1 0,0096 0,413 405-4131.130 1 0,0096 0,423 414-4231.132 1 0,0096 0,433 424-4331.147 1 0,0096 0,442 434-4421.150 1 0,0096 0,452 443-4521.153 1 0,0096 0,462 453-4621.174 1 0,0096 0,471 463-4711.182 1 0,0096 0,481 472-4811.193 1 0,0096 0,490 482-4901.196 1 0,0096 0,500 491-5001.199 2 0,0192 0,519 501-5191.201 1 0,0096 0,529 520-5291.205 1 0,0096 0,538 530-5381.209 1 0,0096 0,548 539-5481.213 1 0,0096 0,558 549-5581.223 1 0,0096 0,567 559-5671.225 2 0,0192 0,587 568-5871.226 2 0,0192 0,606 588-6061.237 1 0,0096 0,615 607-6151.243 1 0,0096 0,625 616-6251.258 1 0,0096 0,635 626-6351.259 1 0,0096 0,644 636-6441.268 1 0,0096 0,654 645-6541.269 1 0,0096 0,663 655-6631.270 1 0,0096 0,673 664-6731.271 1 0,0096 0,683 674-6831.275 1 0,0096 0,692 684-6921.286 1 0,0096 0,702 693-7021.288 1 0,0096 0,712 703-712

103

Lanjutan Lampiran 3

PemakaianHarian

Frekuensi Peluang kejadian PeluangKumulatif

IntervalAngka Acak

1.289 1 0,0096 0,721 713-7211.291 1 0,0096 0,731 722-7311.305 1 0,0096 0,740 732-7401.310 1 0,0096 0,750 741-7501.321 1 0,0096 0,760 751-7601.322 1 0,0096 0,769 761-7691.323 1 0,0096 0,779 770-7791.338 1 0,0096 0,788 780-7881.339 1 0,0096 0,798 789-7981.346 1 0,0096 0,808 799-8081.354 1 0,0096 0,817 809-8171.358 1 0,0096 0,827 818-8271.366 1 0,0096 0,837 828-8371.372 1 0,0096 0,846 838-8461.380 1 0,0096 0,856 847-8561.383 1 0,0096 0,865 857-8651.396 1 0,0096 0,875 866-8751.398 1 0,0096 0,885 876-8851.404 1 0,0096 0,894 886-8941.407 1 0,0096 0,904 895-9041.412 1 0,0096 0,913 905-9131.423 1 0,0096 0,923 914-9231.439 1 0,0096 0,933 924-9331.444 1 0,0096 0,942 934-9421.577 1 0,0096 0,952 943-9521.607 1 0,0096 0,962 953-9621.672 1 0,0096 0,971 963-9711.695 1 0,0096 0,981 972-9811.700 1 0,0096 0,990 982-9901.760 1 0,0096 1 991-1.000

PemakaianHarian

Frekuensi Peluangkejadian

PeluangKumulatif

IntervalAngka Acak

0 2 0.0192 0.019 0-19

14 1 0.0096 0.029 20-29

19 1 0.0096 0.038 30-38

21 1 0.0096 0.048 39-48

23 1 0.0096 0.058 49-58

24 1 0.0096 0.067 59-67

26 2 0.0192 0.087 68-87

27 2 0.0192 0.106 88-106

104

Lanjutan Lampiran 3

Peluang dan interval angka acak pemakaian bahan baku tepung tapioka per hari

28 2 0.0192 0.125 107-125

29 2 0.0192 0.144 126-144

30 2 0.0192 0.163 145-163

31 4 0.0385 0.202 164-202

32 3 0.0288 0.231 203-231

33 4 0.0385 0.269 232-269

34 7 0.0673 0.337 270-337

35 3 0.0288 0.365 338-365

36 3 0.0288 0.394 366-394

37 7 0.0673 0.462 395-462

38 2 0.0192 0.481 463-481

39 8 0.0769 0.558 482-558

40 7 0.0673 0.625 559-625

41 7 0.0673 0.692 626-692

42 6 0.0577 0.750 693-750

43 5 0.0481 0.798 751-798

44 5 0.0481 0.846 799-846

45 5 0.0481 0.894 847-894

46 3 0.0288 0.923 895-923

47 2 0.0192 0.942 924-942

51 1 0.0096 0.952 943-952

52 1 0.0096 0.962 953-962

54 1 0.0096 0.971 963-971

55 2 0.0192 0.990 972-990

57 1 0.0096 1.000 991-1000

105

106

Lampiran 4. Perhitungan Simulasi

1. Perhitungan Simulasi Bahan Baku Cakra Kembar Skenario 1

function [TOTAL,pesanan,TOTAL_so] = sim_es_ck(order_quantity,data)

order_quantity = 31685;reorder_point = 13363;units_received = 0;begining_inventory = order_quantity+3040;ending_inventory = 0;

clc;pesanan = 0;TOTAL_so = 0;stock_out = 0;T = zeros(1000,7);TOTAL = 0;pesan = 0;belum_pesan = true;for i = 1:1000

random_number = round(1+(1000-1)*rand(1));demand = data(random_number);stock_out = 0;if(begining_inventory - demand >= 0)

ending_inventory = begining_inventory - demand;elseif (begining_inventory - demand < 0)

stock_out = demand - begining_inventory;TOTAL_so = TOTAL_so + stock_out;ending_inventory = 0;

end

TOTAL = TOTAL + ending_inventory;T(i,2) = begining_inventory;T(i,3) = random_number;T(i,4) = demand;T(i,5) = ending_inventory;T(i,6) = stock_out;T(i,7) = TOTAL;

if (ending_inventory <= reorder_point & belum_pesan)pesan = i + 3;pesanan = pesanan + 1;belum_pesan = false;

end

107

Lanjutan Lampiran 4

if (i == pesan)units_received = order_quantity;belum_pesan = true;

end

T(i+1,1) = units_received;begining_inventory = units_received + ending_inventory;

if (i == pesan)units_received = 0;pesan = 0;

endend

%csvwrite(['D:\coba2\ES_CK1.csv'],T);

clc;tabel = zeros(31685,7);for i = 1:31685

order_quantity = i;biaya_simpan_per_unit = 90;biaya_per_pesanan = 18000;biaya_so_per_unit = 26861;

[total,pesanan,total_so] = sim_es_ck(order_quantity,data);rataan_pers_akhir = total / 1000;rataan_so = total_so / 1000;rataan_pesanan = pesanan / 1000;

biaya_simpan = rataan_pers_akhir * biaya_simpan_per_unit;biaya_pesanan = rataan_pesanan * biaya_per_pesanan;biaya_so = rataan_so * biaya_so_per_unit;

TOTAL_BIAYA = biaya_simpan + biaya_pesanan + biaya_so;tabel(i,1) = order_quantity;tabel(i,2) = rataan_pers_akhir;tabel(i,3) = rataan_so;tabel(i,4) = rataan_pesanan;tabel(i,5) = biaya_simpan;tabel(i,6) = biaya_so;tabel(i,7) = biaya_pesanan;tabel(i,8) = TOTAL_BIAYA;

endclc;csvwrite(['D:\coba2\HS_CK1.csv'],tabel);

108

Lanjutan Lampiran 4

2. Perhitungan Simulasi Bahan Baku Cakra Kembar Skenario 2

function [TOTAL,pesanan,TOTAL_so] = sim_es_ck(order_quantity,data)

order_quantity = 31685;reorder_point = 12783;units_received = 0;begining_inventory = order_quantity+2460;ending_inventory = 0;

clc;pesanan = 0;TOTAL_so = 0;stock_out = 0;T = zeros(1000,7);TOTAL = 0;pesan = 0;belum_pesan = true;for i = 1:1000

random_number = round(1+(1000-1)*rand(1));demand = data(random_number);stock_out = 0;if(begining_inventory - demand >= 0)

ending_inventory = begining_inventory - demand;elseif (begining_inventory - demand < 0)

stock_out = demand - begining_inventory;TOTAL_so = TOTAL_so + stock_out;ending_inventory = 0;

end

TOTAL = TOTAL + ending_inventory;T(i,2) = begining_inventory;T(i,3) = random_number;T(i,4) = demand;T(i,5) = ending_inventory;T(i,6) = stock_out;T(i,7) = TOTAL;

if (ending_inventory <= reorder_point & belum_pesan)pesan = i + 3;pesanan = pesanan + 1;belum_pesan = false;

end

109

Lanjutan Lampiran 4

if (i == pesan)units_received = order_quantity;belum_pesan = true;

end

T(i+1,1) = units_received;begining_inventory = units_received + ending_inventory;

if (i == pesan)units_received = 0;pesan = 0;

endend

%csvwrite(['D:\coba2\ES_CK2.csv'],T);

clc;tabel = zeros(31685,7);for i = 1:31685

order_quantity = i;biaya_simpan_per_unit = 90;biaya_per_pesanan = 18000;biaya_so_per_unit = 26861;

[total,pesanan,total_so] = sim_es_ck(order_quantity,data);rataan_pers_akhir = total / 1000;rataan_so = total_so / 1000;rataan_pesanan = pesanan / 1000;

biaya_simpan = rataan_pers_akhir * biaya_simpan_per_unit;biaya_pesanan = rataan_pesanan * biaya_per_pesanan;biaya_so = rataan_so * biaya_so_per_unit;

TOTAL_BIAYA = biaya_simpan + biaya_pesanan + biaya_so;tabel(i,1) = order_quantity;tabel(i,2) = rataan_pers_akhir;tabel(i,3) = rataan_so;tabel(i,4) = rataan_pesanan;tabel(i,5) = biaya_simpan;tabel(i,6) = biaya_so;tabel(i,7) = biaya_pesanan;tabel(i,8) = TOTAL_BIAYA;

endclc;csvwrite(['D:\coba2\HS_CK2.csv'],tabel);

110

Lanjutan Lampiran 4

3. Perhitungan Simulasi Bahan Baku Segitiga Biru Skenario 1

function [TOTAL,pesanan,TOTAL_so] = sim_es_ck(order_quantity,data)

order_quantity = 1509;reorder_point = 638;units_received = 0;begining_inventory = order_quantity+146;ending_inventory = 0;

clc;pesanan = 0;TOTAL_so = 0;stock_out = 0;T = zeros(1000,7);TOTAL = 0;pesan = 0;belum_pesan = true;for i = 1:1000

random_number = round(1+(1000-1)*rand(1));demand = data(random_number);stock_out = 0;if(begining_inventory - demand >= 0)

ending_inventory = begining_inventory - demand;elseif (begining_inventory - demand < 0)

stock_out = demand - begining_inventory;TOTAL_so = TOTAL_so + stock_out;ending_inventory = 0;

end

TOTAL = TOTAL + ending_inventory;T(i,2) = begining_inventory;T(i,3) = random_number;T(i,4) = demand;T(i,5) = ending_inventory;T(i,6) = stock_out;T(i,7) = TOTAL;

if (ending_inventory <= reorder_point & belum_pesan)pesan = i + 3;pesanan = pesanan + 1;belum_pesan = false;

end

111

Lanjutan Lampiran 4

if (i == pesan)units_received = order_quantity;belum_pesan = true;

end

T(i+1,1) = units_received;begining_inventory = units_received + ending_inventory;

if (i == pesan)units_received = 0;pesan = 0;

endend

%csvwrite(['D:\coba2\ES_SB1.csv'],T);

clc;tabel = zeros(1509,7);for i = 1:1509

order_quantity = i;biaya_simpan_per_unit = 88;biaya_per_pesanan = 18000;biaya_so_per_unit = 26861;

[total,pesanan,total_so] = sim_es_ck(order_quantity,data);rataan_pers_akhir = total / 1000;rataan_so = total_so / 1000;rataan_pesanan = pesanan / 1000;

biaya_simpan = rataan_pers_akhir * biaya_simpan_per_unit;biaya_pesanan = rataan_pesanan * biaya_per_pesanan;biaya_so = rataan_so * biaya_so_per_unit;

TOTAL_BIAYA = biaya_simpan + biaya_pesanan + biaya_so;tabel(i,1) = order_quantity;tabel(i,2) = rataan_pers_akhir;tabel(i,3) = rataan_so;tabel(i,4) = rataan_pesanan;tabel(i,5) = biaya_simpan;tabel(i,6) = biaya_so;tabel(i,7) = biaya_pesanan;tabel(i,8) = TOTAL_BIAYA;

endclc;csvwrite(['D:\coba2\HS_SB1.csv'],tabel);

112

Lanjutan Lampiran 4

4. Perhitungan Simulasi Bahan Baku Segitiga Biru Skenario 2

function [TOTAL,pesanan,TOTAL_so] = sim_es_ck(order_quantity,data)

order_quantity = 1509;reorder_point = 589;units_received = 0;begining_inventory = order_quantity+97;ending_inventory = 0;

clc;pesanan = 0;TOTAL_so = 0;stock_out = 0;T = zeros(1000,7);TOTAL = 0;pesan = 0;belum_pesan = true;for i = 1:1000

random_number = round(1+(1000-1)*rand(1));demand = data(random_number);stock_out = 0;if(begining_inventory - demand >= 0)

ending_inventory = begining_inventory - demand;elseif (begining_inventory - demand < 0)

stock_out = demand - begining_inventory;TOTAL_so = TOTAL_so + stock_out;ending_inventory = 0;

end

TOTAL = TOTAL + ending_inventory;T(i,2) = begining_inventory;T(i,3) = random_number;T(i,4) = demand;T(i,5) = ending_inventory;T(i,6) = stock_out;T(i,7) = TOTAL;

if (ending_inventory <= reorder_point & belum_pesan)pesan = i + 3;pesanan = pesanan + 1;belum_pesan = false;

end

113

Lanjutan Lampiran 4

if (i == pesan)units_received = order_quantity;belum_pesan = true;

end

T(i+1,1) = units_received;begining_inventory = units_received + ending_inventory;

if (i == pesan)units_received = 0;pesan = 0;

endend

%csvwrite(['D:\coba2\ES_SB2.csv'],T);

clc;tabel = zeros(1509,7);for i = 1:1509

order_quantity = i;biaya_simpan_per_unit = 88;biaya_per_pesanan = 18000;biaya_so_per_unit = 26861;

[total,pesanan,total_so] = sim_es_ck(order_quantity,data);rataan_pers_akhir = total / 1000;rataan_so = total_so / 1000;rataan_pesanan = pesanan / 1000;

biaya_simpan = rataan_pers_akhir * biaya_simpan_per_unit;biaya_pesanan = rataan_pesanan * biaya_per_pesanan;biaya_so = rataan_so * biaya_so_per_unit;

TOTAL_BIAYA = biaya_simpan + biaya_pesanan + biaya_so;tabel(i,1) = order_quantity;tabel(i,2) = rataan_pers_akhir;tabel(i,3) = rataan_so;tabel(i,4) = rataan_pesanan;tabel(i,5) = biaya_simpan;tabel(i,6) = biaya_so;tabel(i,7) = biaya_pesanan;tabel(i,8) = TOTAL_BIAYA;

endclc;

csvwrite(['D:\coba2\HS_SB2.csv'],tabel);

114

Lanjutan Lampiran 4

5. Perhitungan Simulasi Bahan Baku Segitiga Hijau Skenario 1

function [TOTAL,pesanan,TOTAL_so] = sim_es_ck(order_quantity,data)

order_quantity = 10562;reorder_point = 4454;units_received = 0;begining_inventory = order_quantity+1013;ending_inventory = 0;

clc;pesanan = 0;TOTAL_so = 0;stock_out = 0;T = zeros(1000,7);TOTAL = 0;pesan = 0;belum_pesan = true;for i = 1:1000

random_number = round(1+(1000-1)*rand(1));demand = data(random_number);stock_out = 0;if(begining_inventory - demand >= 0)

ending_inventory = begining_inventory - demand;elseif (begining_inventory - demand < 0)

stock_out = demand - begining_inventory;TOTAL_so = TOTAL_so + stock_out;ending_inventory = 0;

end

TOTAL = TOTAL + ending_inventory;T(i,2) = begining_inventory;T(i,3) = random_number;T(i,4) = demand;T(i,5) = ending_inventory;T(i,6) = stock_out;T(i,7) = TOTAL;

if (ending_inventory <= reorder_point & belum_pesan)pesan = i + 3;pesanan = pesanan + 1;belum_pesan = false;

end

115

Lanjutan Lampiran 4

if (i == pesan)units_received = order_quantity;belum_pesan = true;

end

T(i+1,1) = units_received;begining_inventory = units_received + ending_inventory;

if (i == pesan)units_received = 0;pesan = 0;

endend

%csvwrite(['D:\coba2\ES_SH1.csv'],T);

clc;tabel = zeros(10562,7);for i = 1:10562

order_quantity = i;biaya_simpan_per_unit = 84;biaya_per_pesanan = 18000;biaya_so_per_unit = 26861;

[total,pesanan,total_so] = sim_es_ck(order_quantity,data);rataan_pers_akhir = total / 1000;rataan_so = total_so / 1000;rataan_pesanan = pesanan / 1000;

biaya_simpan = rataan_pers_akhir * biaya_simpan_per_unit;biaya_pesanan = rataan_pesanan * biaya_per_pesanan;biaya_so = rataan_so * biaya_so_per_unit;

TOTAL_BIAYA = biaya_simpan + biaya_pesanan + biaya_so;tabel(i,1) = order_quantity;tabel(i,2) = rataan_pers_akhir;tabel(i,3) = rataan_so;tabel(i,4) = rataan_pesanan;tabel(i,5) = biaya_simpan;tabel(i,6) = biaya_so;tabel(i,7) = biaya_pesanan;tabel(i,8) = TOTAL_BIAYA;

endclc;

csvwrite(['D:\coba2\HS_SH1.csv'],tabel);

116

Lanjutan Lampiran 4

6. Perhitungan Simulasi Bahan Baku Segitiga Hijau Skenario 2

function [TOTAL,pesanan,TOTAL_so] = sim_es_ck(order_quantity,data)

order_quantity = 10562;reorder_point = 4296;units_received = 0;begining_inventory = order_quantity+855;ending_inventory = 0;

clc;pesanan = 0;TOTAL_so = 0;stock_out = 0;T = zeros(1000,7);TOTAL = 0;pesan = 0;belum_pesan = true;for i = 1:1000

random_number = round(1+(1000-1)*rand(1));demand = data(random_number);stock_out = 0;if(begining_inventory - demand >= 0)

ending_inventory = begining_inventory - demand;elseif (begining_inventory - demand < 0)

stock_out = demand - begining_inventory;TOTAL_so = TOTAL_so + stock_out;ending_inventory = 0;

end

TOTAL = TOTAL + ending_inventory;T(i,2) = begining_inventory;T(i,3) = random_number;T(i,4) = demand;T(i,5) = ending_inventory;T(i,6) = stock_out;T(i,7) = TOTAL;

if (ending_inventory <= reorder_point & belum_pesan)pesan = i + 3;pesanan = pesanan + 1;belum_pesan = false;

end

117

Lanjutan Lampiran 4

if (i == pesan)units_received = order_quantity;belum_pesan = true;

end

T(i+1,1) = units_received;begining_inventory = units_received + ending_inventory;

if (i == pesan)units_received = 0;pesan = 0;

endend

%csvwrite(['D:\coba2\ES_SH2.csv'],T);

clc;tabel = zeros(10562,7);for i = 1:10562

order_quantity = i;biaya_simpan_per_unit = 84;biaya_per_pesanan = 18000;biaya_so_per_unit = 26861;

[total,pesanan,total_so] = sim_es_ck(order_quantity,data);rataan_pers_akhir = total / 1000;rataan_so = total_so / 1000;rataan_pesanan = pesanan / 1000;

biaya_simpan = rataan_pers_akhir * biaya_simpan_per_unit;biaya_pesanan = rataan_pesanan * biaya_per_pesanan;biaya_so = rataan_so * biaya_so_per_unit;

TOTAL_BIAYA = biaya_simpan + biaya_pesanan + biaya_so;tabel(i,1) = order_quantity;tabel(i,2) = rataan_pers_akhir;tabel(i,3) = rataan_so;tabel(i,4) = rataan_pesanan;tabel(i,5) = biaya_simpan;tabel(i,6) = biaya_so;tabel(i,7) = biaya_pesanan;tabel(i,8) = TOTAL_BIAYA;

endclc;

csvwrite(['D:\coba2\HS_SH2.csv'],tabel);

118

Lanjutan Lampiran 4

7. Perhitungan Simulasi Bahan Baku Tepung Tapioka Skenario 1

function [TOTAL,pesanan,TOTAL_so] = sim_es_ck(order_quantity,data)

order_quantity = 1482;reorder_point = 308;units_received = 0;begining_inventory = order_quantity+49;ending_inventory = 0;

clc;pesanan = 0;TOTAL_so = 0;stock_out = 0;T = zeros(1000,7);TOTAL = 0;pesan = 0;belum_pesan = true;for i = 1:1000

random_number = round(1+(1000-1)*rand(1));demand = data(random_number);stock_out = 0;if(begining_inventory - demand >= 0)

ending_inventory = begining_inventory - demand;elseif (begining_inventory - demand < 0)

stock_out = demand - begining_inventory;TOTAL_so = TOTAL_so + stock_out;ending_inventory = 0;

end

TOTAL = TOTAL + ending_inventory;T(i,2) = begining_inventory;T(i,3) = random_number;T(i,4) = demand;T(i,5) = ending_inventory;T(i,6) = stock_out;T(i,7) = TOTAL;

if (ending_inventory <= reorder_point & belum_pesan)pesan = i + 7;pesanan = pesanan + 1;belum_pesan = false;

end

119

Lanjutan Lampiran 4

if (i == pesan)units_received = order_quantity;belum_pesan = true;

end

T(i+1,1) = units_received;begining_inventory = units_received + ending_inventory;

if (i == pesan)units_received = 0;pesan = 0;

endend

%csvwrite(['D:\coba2\ES_TA1.csv'],T);

clc;tabel = zeros(1482,7);for i = 1: 1482

order_quantity = i;biaya_simpan_per_unit = 164;biaya_per_pesanan = 24000;biaya_so_per_unit = 58722;

[total,pesanan,total_so] = sim_es_ck(order_quantity,data);rataan_pers_akhir = total / 1000;rataan_so = total_so / 1000;rataan_pesanan = pesanan / 1000;

biaya_simpan = rataan_pers_akhir * biaya_simpan_per_unit;biaya_pesanan = rataan_pesanan * biaya_per_pesanan;biaya_so = rataan_so * biaya_so_per_unit;

TOTAL_BIAYA = biaya_simpan + biaya_pesanan + biaya_so;tabel(i,1) = order_quantity;tabel(i,2) = rataan_pers_akhir;tabel(i,3) = rataan_so;tabel(i,4) = rataan_pesanan;tabel(i,5) = biaya_simpan;tabel(i,6) = biaya_so;tabel(i,7) = biaya_pesanan;tabel(i,8) = TOTAL_BIAYA;

endclc;

csvwrite(['D:\coba2\HS_TA1.csv'],tabel);

120

Lanjutan Lampiran 4

8. Perhitungan Simulasi Bahan Baku Tepung Tapioka Skenario 2

function [TOTAL,pesanan,TOTAL_so] = sim_es_ck(order_quantity,data)

order_quantity = 1482;reorder_point = 298;units_received = 0;begining_inventory = order_quantity+39;ending_inventory = 0;

clc;pesanan = 0;TOTAL_so = 0;stock_out = 0;T = zeros(1000,7);TOTAL = 0;pesan = 0;belum_pesan = true;for i = 1:1000

random_number = round(1+(1000-1)*rand(1));demand = data(random_number);stock_out = 0;if(begining_inventory - demand >= 0)

ending_inventory = begining_inventory - demand;elseif (begining_inventory - demand < 0)

stock_out = demand - begining_inventory;TOTAL_so = TOTAL_so + stock_out;ending_inventory = 0;

end

TOTAL = TOTAL + ending_inventory;T(i,2) = begining_inventory;T(i,3) = random_number;T(i,4) = demand;T(i,5) = ending_inventory;T(i,6) = stock_out;T(i,7) = TOTAL;

if (ending_inventory <= reorder_point & belum_pesan)pesan = i + 7;pesanan = pesanan + 1;belum_pesan = false;

end

121

Lanjutan Lampiran 4

if (i == pesan)units_received = order_quantity;belum_pesan = true;

end

T(i+1,1) = units_received;begining_inventory = units_received + ending_inventory;

if (i == pesan)units_received = 0;pesan = 0;

endend

%csvwrite(['D:\coba2\ES_TA2.csv'],T);

clc;tabel = zeros(1482,7);for i = 1: 1482

order_quantity = i;biaya_simpan_per_unit = 164;biaya_per_pesanan = 24000;biaya_so_per_unit = 58722;

[total,pesanan,total_so] = sim_es_ck(order_quantity,data);rataan_pers_akhir = total / 1000;rataan_so = total_so / 1000;rataan_pesanan = pesanan / 1000;

biaya_simpan = rataan_pers_akhir * biaya_simpan_per_unit;biaya_pesanan = rataan_pesanan * biaya_per_pesanan;biaya_so = rataan_so * biaya_so_per_unit;

TOTAL_BIAYA = biaya_simpan + biaya_pesanan + biaya_so;tabel(i,1) = order_quantity;tabel(i,2) = rataan_pers_akhir;tabel(i,3) = rataan_so;tabel(i,4) = rataan_pesanan;tabel(i,5) = biaya_simpan;tabel(i,6) = biaya_so;tabel(i,7) = biaya_pesanan;tabel(i,8) = TOTAL_BIAYA;

endclc;

csvwrite(['D:\coba2\HS_TA2.csv'],tabel);