analisis kinerja dan lingkungan agroindustri …digilib.unila.ac.id/22107/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
ANALISIS KINERJA DAN LINGKUNGANAGROINDUSTRI BIHUN TAPIOKA DI KOTA METRO
(Skripsi)
Oleh
Arif Rahmatulloh
JURUSAN AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG2016
ABSTRAK
ANALISIS KINERJA DAN LINGKUNGAN AGROINDUSTRIBIHUN TAPIOKA DI KOTA METRO
Oleh
Arif Rahmatulloh
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kinerja usaha dan kondisi lingkunganinternal dan eksternal agroindustri bihun tapioka di Kota Metro. Pengumpulan datadilaksanakan pada Bulan Maret 2015 sampai dengan Juni 2015 dengan metode sensus.Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.Responden dalam penelitian ini adalah pemilik atau pegawai yang mengetahui tentangagroindustri bihun tapioka di Kota Metro. Data dianalisis dengan menggunakan metodekuantitatif dan deskriptif kualitatif. Metode kuantitatif untuk mengetahui kinerjaagroindustri berdasarkan produktivitas, kapasitas produksi dan pendapatan, dan metodedeskriptif kualitatif untuk mendapatkan gambaran lingkungan internal dan eksternalyang dihadapi perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kinerjaagroindustri secara umum sudah baik dengan produktivitas rata-rata per bulan sebesar69,02 kg/HOK, kapasitas produksi rata-rata sebesar 62 persen, dan pendapatan rata-ratadiperoleh sebesar Rp74.903.601 per bulan dengan R/C rasio 1,56 (R.C > 1). (2)identifikasi lingkungan internal dan eksternal diperoleh; kekuatan : kebutuhan inputproduksi mudah diperoleh, bihun tapioka bermutu baik, telah ada pembagian tugas yangjelas dalam organisasi perusahaan, lokasi usaha strategis, dan sistem pemasaran yangtertata. Kelemahan : sulit menambah teknologi karena terkendala modal, dan rata-ratatenaga kerja memiliki pendidikan yang rendah. Peluang : bihun tapioka dapat diterimaoleh masyarakat Indonesia khususnya Provinsi Lampung, tersedianya teknologi untukmeningkatkan produktivitas, permintaan bihun tapioka tidak terpengaruh musim dancuaca. Ancaman : perekonomian yang belum stabil terutama gejolak harga bahan bakarminyak, mahalnya pengembangan teknologi produksi, adanya produk substitusi berupabihun jagung dan mi terigu, proses produksi kadang terganggu cuaca hujan, masihminimnya kerjasama dan dukungan pemerintah Kota Metro.
Kata kunci: Agroindustri, Bihun Tapioka, Kinerja
ABSTRACT
PERFORMANCE AND ENVIRONMENTAL ANALYSIS OF TAPIOCAVERMICELLI AGROINDUSTRI IN METRO CITY
By
Arif Rahmatulloh
This research aims to study the performance of business and the conditions of internaland external environmental of tapioca vermicelli agroindustry in Metro City. Datacollection was conducted in March to June 2015 by using census methodology. Thedata was collected in this study are primary data and secondary data. The respondentof this research is the owner or an employee who have understand about tapiocavermicelli agroindustry in Metro City. Data were analyzed using descriptivequantitative and qualitative methods. The quantitative method use to determine theperformance of the agroindustry based on productivity, production capacity andrevenue, and a qualitative descriptive method used to get an overview of internal andexternal environment of the company. The results showed that (1) the performance ofagroindustry in general was in good category with average productivity per monthamounted to 69.02 kg / HOK, the production capacity of an average of 62 percent, andthe average income earned by Rp74,903,601 per month with R / C ratio of 1.56 (R.C>1). (2) the identification of internal and external environment was obtained; strength:the input of production was easily obtained, tapioca vermicelli has good quality, therewhere clear division of tasks within the company's organization, strategic businesslocations, and the orderly marketing system. Weaknesses: there were difficult to addtechnology cause capital obstacles, and the average of employe have low education.Opportunities: tapioca vermicelli could be accepted by Indonesian, especially of theProvince of Lampung, the availability of technology to improve productivity, demandtapioca vermicelli unaffected season and the weather. Threat: the economy was not yetstable, especially volatility of fuel prices, the high cost to develop the technology ofproduction, the existence of substitution products such as corn vermicelli and wheatnoodle, the production process was sometimes disturbed by rainy weather, there wasstill the lack of cooperation and government support of Metro City.
Key words: Agroindustry, Performance, Tapioca vermicelli
ANALISIS KINERJA DAN LINGKUNGAN AGROINDUSTRIBIHUN TAPIOKA DI KOTA METRO
Oleh
ARIF RAHMATULLOH
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan AgribisnisFakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kecamatan Way Jepara, Kabupaten Lampung Timur pada
tanggal 26 Oktober 1989 merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan
Bapak Yusuf Ibrahim (Alm) dan Ibu Ngatmiatun. Penulis menamatkan
pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) di TK Pertiwi Srirejosari pada tahun 1996,
Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 5 Labuhan Ratu Satu, Way Jepara pada tahun
2002, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Way Jepara, Lampung Timur
pada tahun 2005 serta Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Way Jepara, Lampung
Timur pada tahun 2008. Penulis diterima di Universitas Lampung, Fakultas
Pertanian Jurusan Agribisnis pada tahun 2008 melalui jalur SNMPTN.
Penulis mengikuti beberapa kegiatan kemahasiswaan selama menempuh proses
pendidikan diantaranya menjadi bagian keluarga muda Forum Studi Islam (FOSI)
Fakultas Pertanian pada tahun 2008. Penulis juga pernah aktif sebagai anggota
Bidang IV dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Agribisnis Universitas
Lampung periode 2009-2010, dan tergabung dalam organisasi Ikatan Mahasiswa
(IKAM) Lampung Timur tahun 2009-2010.
Penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Toto Mulyo, Kecamatan
Gunung Terang, Kabupaten Tulang Bawang Barat pada tahun 2011 dan Praktik
Umum (PU) di PT. Perkebunan Nusantara Unit Usaha Bergen Lampung Selatan
pada tahun 2012.
SANWACANA
Alhamdulillahirabbil‘alamin, puji dan syukur selalu terpanjatkan kehadirat Allah
SWT atas karunia nikmat, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian skripsi yang berjudul “Analisis Kinerja dan Lingkungan
Agroindustri Bihun Tapioka di Kota Metro”. Shalawat serta salam semoga selalu
teriring untuk Nabi Muhammad SAW yang akan selalu dinantikan syafa’atnya di
Yaumil Akhir nanti. Aamiin.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Pertanian pada Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
Bersama selesainya penulisan skripsi ini penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dr. Ir. Wuryaningsih Dwi Sayekti, M.S. selaku dosen pembimbing utama
atas segala bimbingan, bantuan, nasihat, motivasi, saran dan kesabaran yang
sangat berarti hingga selesainya penulisan skripsi ini.
2. Ibu Ir. Rabiatul Adawiyah, M.Si. selaku dosen pembimbing kedua, atas segala
bimbingan, saran dan perbaikan dalam penulisan skripsi ini.
3. Ibu Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.S. selaku dosen penguji dan selaku
Ketua Jurusan Agribisnis yang senantiasa memberikan pengarahan selama
perkuliahan dan pembahasan skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku pembimbing akademik,
atas segala bimbingan, bantuan, nasihat dan motivasi yang berharga bagi
penulis.
5. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung yang telah memberikan kemudahan-kemudahan selama
perkuliahan.
6. Seluruh dosen Jurusan Agribisnis atas ilmu yang telah diberikan kepada
penulis.
7. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Yusuf Ibrahim (alm) dan Ibunda
Ngatmiatun, atas kasih sayang, doa, nasihat, motivasi, dukungan, dan segala
yang terbaik yang tiada henti diberikan kepada penulis untuk terus berjuang
menapaki kehidupan, i love you so much.
8. Kakwan Heri Kurniawan dan Kak Rosmala, Adik ku Juli Setia Nur Alimin,
terima kasih kasih sayang, bantuan, nasihat, doa yang tiada henti hingga saat
ini.
9. Sahabat seperjuangan di bangku kuliah Guntur Nugrahana, Taufiq Aji,
Bondan Galuh, Ribut Widayanto, Iwan Kurniawan, Andi Saputra Agung
Mubyarto, Risha Oktaviana, dan Umiyati Kulsum yang selalu memberikan
semangat, dorongan, dan kebersamaan kepada penulis. Semoga kita selalu
diberikan kebahagiaan dan semoga kesuksesan selalu bersama kita.
10. Laskar Pecinta Ruang Baca : Ari Budi Setiawan, Agnes Purna Yesica, Andan
Novalita, Arief Nurdiansyah, Guntur Nugrahana, Indah Listianti, Linanda
Anggraini, Muhammad Fariando, Rani Oni Heryani, Rian Arya, Risa Yanita,
Taufiq Aji Nugraha, Umi Muslimawati, dan Vitho Yerianda atas segala
kebersamaan, persahabatan, bantuan, kebahagiaan, canda dan tawa yang telah
dilewati bersama. Tak ada yang tak mungkin kawan, karena usaha itu selalu
berbanding lurus dengan hasilnya.
11. Keluarga besar Agribisnis 2008 kelas Ganjil dan Genap, rekan-rekan 2007,
2009, 2010, 2011 dan teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
12. Para pegawai gedung N; Mba Iin, Mba Ayi’, Mas Bo, Mas Kardi, dan Mas
Boim yang telah banyak membantu selama perkuliahan dan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
13. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu
yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan. Aamiin
Bandar Lampung, Desember 2015Penulis,
Arif Rahmatulloh
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................... i
DAFTAR TABEL ...................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. iii
I. PENDAHULUANA. Latar Belakang .............................................................................. 1B. Perumusan Masalah ...................................................................... 5C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 8D. Kegunaan Penelitian ..................................................................... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRANA. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 9
1. Bihun ........................................................................................ 92. Ruang Lingkup Agribisnis dan Agroindustri ........................... 133. Industri kecil/Usaha kecil ......................................................... 184. Kinerja ...................................................................................... 195. Faktor Lingkungan Perusahaan ................................................ 226. Kajian Penelitian Terdahulu ..................................................... 24
B. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 28
III. METODE PENELITIANA. Konsep Dasar dan Batasan Operasional ........................................ 31B. Lokasi, Responden, dan Waktu Penelitian .................................... 34C. Metode Penelitian dan Pengumpulan Data ..................................... 35D. Metode Analisis Data ..................................................................... 35
1. Metode analisis kuantitatif ....................................................... 35a. Produktivitas ...................................................................... 36b. Kapasitas ............................................................................ 36c. PendapatanAgroindustri ..................................................... 36
2. Metode analisis deskriptif kualitatif ........................................ 37
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIANA. Kondisi Historis Kota Metro.......................................................... 39B. Keadaan Geografis Kota Metro ..................................................... 40C. Keadaan Demografi ....................................................................... 41
D. Gambaran Umum Industri di Kota Metro...................................... 43E. Latar Belakang Pendirian Usaha.................................................... 44
V. HASIL DAN PEMBAHASANA. Karakterisktik Agroindustri Bihun Tapioka .................................. 46B. Keragaan Agroindustri Bihun Tapioka di Kota Metro .................. 48
1. Proses Pembuatan Bihun Tapioka............................................ 482. Produksi.................................................................................... 52
a. Bahan baku .......................................................................... 52b. Bahan Penolong................................................................... 55c. Tenaga Kerja ....................................................................... 56d. Hasil .................................................................................... 58
3. Pemasaran................................................................................. 59C. Kinerja Produksi ............................................................................ 60
1. Produktivitas ............................................................................ 602. Kapasitas .................................................................................. 613. Pendapatan (rugi/laba) ............................................................. 63
D. Analisis Lingkungan Internal......................................................... 641. Produksi ................................................................................... 652. Manajemen dan Pendanaan...................................................... 663. Sumber Daya Manusia ............................................................. 684. Lokasi Agroindustri ................................................................. 695. Pemasaran ................................................................................ 71
E. Analisis Lingkungan Eksternal ...................................................... 721. Ekonomi, Sosial, dan Budaya .................................................. 722. Teknologi ................................................................................. 733. Pesaing ..................................................................................... 754. Iklim dan Cuaca ....................................................................... 755. Kerjasama dan Pembinaan (Kebijakan Pemerintah)................ 77
VI. KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan .................................................................................... 79B. Saran .............................................................................................. 80
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Perkembangan luas panen, produksi, dan produktivitas komoditasubi kayu beberapa daerah sentra di Indonesia 2007-2011 ................... 2
2. Komposisi zat gizi dari tepung terigu, tepung tapioka, dan tepungberas per 100gr .................................................................................... 4
3. Kandungan gizi mi dan bihun per 100 gr bahan .................................. 10
4. Mutu bihun menurut SNI No. 10-3742-1995, tahun 1995 ................... 11
5. Luas lahan berdasarkan penggunaanya di Kota Metro, 2013................ 40
6. Panjang jalan menurut jenis permukaan di Kota Metro, 2013............... 41
7. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin tahun 2013.......................... 42
8. Penyebaran jumlah penduduk Kota Metro menurut umurtahun 2012 .............................................................................................. 42
9. Jumlah perusahaan, tenaga kerja, dan investasi menurutkelompok industri di Kota Metro tahun, 2013 ....................................... 43
10. Karakteristik agroindustri biun tapioka di Kota Metro ....................... 47
11. Frekuensi produksi agroindustri bihun tapioka di Kota Metro ............ 51
12. Penggunaan bahan baku tepung tapioka agroindustri bihun tapiokadi Kota Metro ....................................................................................... 53
13. Biaya bahan penolong pada agroindustri bihun tapiokadi Kota Metro ....................................................................................... 55
14. Penggunaan perbulan tenaga kerja pengolahan dan tenaga kerja setelahpengolahan pada agroindustri bihun tapioka di Kota Metro................ 57
15. Produksi bihun tapioka per bulan di Kota Metro................................. 58
16. Produktivitas per bulan agroindustri bihun tapioka di Kota Metro ..... 61
17. Kapasitas produksi per bulan agroindustri bihun tapiokadi Kota Metro ....................................................................................... 62
18. Laporan rugi/laba dalam satu bulan produksi agroindustri bihuntapioka di Kota Metro .......................................................................... 64
19. Faktor lingkungan internal dan eksternal agroindustri bihuntapioka di Kota Metro .......................................................................... 78
20. Frekuensi produksi agroindustri bihun tapioka di Kota Metrotahun 2015............................................................................................ 83
21. Biaya bahan baku dan bahan penolong agroindustri bihun tapiokadi Kota Metro ....................................................................................... 84
22. Penggunaan tenaga kerja pengolahan agroindustri bihun tapiokadi Kota Metro ....................................................................................... 86
23. Penggunaan tenaga kerja setelah pengolahan agroindustri bihuntapioka di Kota Metro .......................................................................... 87
24. Total penggunaan tenaga kerja (HOK) per bulan agroindustri bihunTapioka di Kota Metro......................................................................... 88
25. Kinerja agroindustri bihun tapioka di Kota Metro............................... 89
26. Penerimaan agroindustri bihun tapioka di Kota Metro per bulan........ 90
27. Investasi dan biaya penyusutan agroindustri bihun tapiokadi Kota Metro ....................................................................................... 91
28. Laporan rugi laba agroindustri bihun tapioka di Kota Metro .............. 93
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Proses Pembuatan Bihun Tapioka........................................................ 12
2. Kerangka Pemikiran Analisis Kinerja dan Lingkungan AgroindustriBihun di Kota Metro............................................................................. 30
3. Diagram Alir Pembuatan Bihun Tapioka ............................................. 50
4. Saluran Pemasaran Bihun Tapioka....................................................... 60
5. Struktur Organisasi Agroindustri Bihun Tapioka di Kota Metro......... 68
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dan strategis bagi suatu
negara, mengingat pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling
utama. Ketahanan pangan perlu mendapat perhatian dan prioritas guna
mencapai kesejahteraan bangsa saat ini dan di masa depan. Peraturan
Pemerintah No. 68 Th. 2002 tentang pangan menyebutkan bahwa ketahanan
pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang
tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,
aman, bergizi, beragam, tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia dan
terjangkau daya beli masyarakat.
Indonesia merupakan negara berkembang dengan ketergantungan yang tinggi
terhadap beras. Konsumsi beras masih mendominasi dalam pola konsumsi
sebagian besar masyarakat Indonesia. Pada tahun 2011 konsumsi beras
Indonesia mencapai 139 kg per kapita per tahun, jauh lebih besar dari
konsumsi beras negara-negara Asia lainnya yang tak lebih dari 100 kg per
kapita per tahun. Dengan demikian total jumlah permintaan beras akan jauh
lebih besar mengingat jumlah penduduk Indonesia yang telah melebihi 240 juta
jiwa (Sekretariat Negara, 2011).
2
Ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras dapat menjadi masalah
karena kebutuhan beras Indonesia tidak selalu dapat dipenuhi secara mandiri
sepanjang tahun, sehingga membuka peluang impor beras yang dapat
merugikan petani. Oleh sebab itu, diperlukan diversifikasi pangan untuk
mengatasi tingginya konsumsi beras. Program diversifikasi pangan masyarakat
merupakan salah satu aspek yang ditangani dalam mewujudkan ketahanan
pangan masyarakat. Upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional harus
bertumpu pada sumberdaya lokal yang mengandung keragaman antar daerah
dan harus dihindari sejauh mungkin ketergantungan pada pemasukan atau
impor pangan. Ubi kayu merupakan salah satu komoditas pangan pengganti
beras di Indonesia. Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah sentra
produksi ubi kayu di Indonesia, hal ini dapat dilihat dalam Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas komoditas ubikayu beberapa daerah sentra di Indonesia tahun 2007-2011
No Keterangan Tahun Luas Panen(ha)
Produksi(ton)
Produktivitas(ton/ha)
1 Lampung 20072008200920102011
316.806318.969309.047346.217368.096
6.394.9067.721.8827.569.1788.637.5949.193.676
20,1824,2124,4924,9424,97
2 Jawa Timur 20072008200920102011
223.348220.394207.507188.158199.407
3.423.6303.533.7723.222.6373.667.0584.032.081
15,3916,0314,9319,4820,22
3 Jawa Tengah 20072008200920102011
198.714191.053190.851188.080173.195
3.410.4693.325.0993.676.8093.876.2423.501.458
17,1617,4019,2620,6120,21
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2012
3
Dalam Tabel 1 dapat dilihat bahwa Provinsi Lampung merupakan sentra
produksi ubi kayu terbesar di Indonesia. Hasil produksi ubi kayu tersebut
sebagian besar dipergunakan sebagai bahan baku pembuatan tepung tapioka,
hal itu terlihat dari banyaknya jumlah pabrik pengolahan ubikayu menjadi
tepung tapioka di Provinsi Lampung. Menurut Kementrian Perindustrian
Republik Indonesia (2014) terdapat 42 pabrik tepung tapioka di Provinsi
Lampung.
Nilai ekonomis ubi kayu atau tepung tapioka dapat ditingkatkan dengan
pengolahan lanjutan, oleh karena itu perlu dilakukan suatu upaya pembangunan
dan pengelolaan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri.
Agribisnis merupakan sektor pertanian yang melingkupi kegiatan mulai dari
menghasilkan dan mendistribusikan, memasarkan, memroses serta
mendistribusikan produk usaha tani kepada pemakai akhir. Pengembangan
agribisnis merupakan suatu upaya yang sangat penting untuk mencapai
beberapa tujuan yaitu menarik dan mendorong timbulnya industri baru di
sektor pertanian, menciptakan struktur perekonomian yang tangguh, efisien dan
fleksibel, menciptakan nilai tambah, menciptakan lapangan kerja dan
memperbaiki pendapatan. Kegiatan agroindustri sebagai subsistem dari
agribisnis diarahkan guna meningkatkan kemampuan pengelolaan usaha
pertanian. Agroindustri adalah industri yang berbahan baku utama produk
pertanian. Adanya sistem manajemen dan usaha pengelolaan terhadap hasil
pertanian diharapkan mampu menciptakan nilai tambah hasil produk pertanian
tersebut (Soekartawi, 2000).
4
Salah satu bidang agroindustri pengolahan bahan makanan yang perlu
dikembangkan dan memiliki sinergi yang kuat dengan pembangunan ketahanan
pangan adalah agroindustri bihun. Bihun memiliki potensi yang cukup baik
sebagai pangan alternatif selain nasi. Bihun merupakan mi yang terbuat dari
bahan tepung beras. Bahan baku bihun yang terbuat dari beras adalah beras
pera (beras dengan penyerapan air rendah) yang telah dibuat menjadi tepung.
Namun selain beras, terdapat bahan alternatif lain yang dapat menggantikan
beras yaitu tepung tapioka. Harga tepung tapioka relatif lebih murah
dibandingkan dengan tepung beras, sehingga memungkinkan pemilihan tapioka
sebagai bahan baku bihun lebih diminati oleh pengusaha bihun.
Ditinjau dari segi kandungan gizinya, tepung tapioka memiliki kandungan
karbohidrat dan energi yang dapat dikatakan setara dengan tepung terigu dan
tepung beras. Meskipun bihun tapioka dari segi gizi yang lain masih kurang
namun hal itu dapat diatasi dengan memberikan bahan tambahan lain dalam
pengolahan atau penyajiannya. Komposisi zat gizi pada tepung terigu, tepung
tapioka dan tepung beras per 100 g dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi zat gizi tepung terigu, tepung tapioka dan tepung beras per100 g
Zat Gizi Tepung Terigu Tepung Tapioka Tepung BerasEnergi (kkal)Protein (g)Lemak (g)Karbohidrat (g)Kalsium (mg)Fosfor (mg)Besi (mg)Vitamin B1(mg)Air (g)
365,008,901,30
77,3016,00
106,001,200,12
12,00
362,000,500,30
86,900,000,000,000,12
12,00
364,007,000,50
80,005,00
140,008,000,12
12,00Sumber : Astawan, 2006
5
B. Perumusan Masalah
Mengingat Provinsi Lampung sebagai salah satu sentra komoditas ubi kayu
(bahan baku tepung tapioka) di Indonesia, maka usaha bihun tapioka memiliki
potensi yang baik dikembangkan sebagai pangan alternatif dalam mewujudkan
ketahanan pangan masyarakat Provinsi Lampung. Kota Metro merupakan
sentra produksi bihun tapioka di Provinsi Lampung. Berdasarkan hasil studi
pendahuluan diketahui bahwa pabrik bihun tapioka yang ada di Kota Metro
berjumlah empat unit usaha. Menurut kriteria Badan Pusat Statistik (2009),
jika dilihat dari jumlah tenaga kerja yang digunakan maka agroindustri bihun
tapioka di Kota Metro termasuk dalam industri kecil dimana tenaga kerja yang
digunakan hanya berkisar 5-20 orang saja.
Agroindustri pangan skala Industri Kecil Menengah (IKM) berperan dalam
peningkatan pendapatan rumah tangga petani dan pengusaha agroindustri.
Peningkatan pendapatan petani terkait dengan keberlanjutan usahanya sebagai
pemasok bahan baku agroindustri. Peningkatan pendapatan pengusaha
agroindustri terkait dengan keberlanjutan produksi dan jaringan pemasaran.
Peningkatan pendapatan baik individu maupun terkait kelompok tersebut akan
mengurangi kemiskinan. Dengan demikian pengembangan agroindustri pada
skala kecil menengah mendukung konsep pemerataan dan pertumbuhan
ekonomi.
Dalam proses pelaksanaan aktivitas agroindustri perlu dilakukan pengukuran
terhadap kinerja. Pengukuran kinerja merupakan hal yang sangat penting bagi
manajemen untuk melakukan evaluasi terhadap performa agroindustri dan
6
perencanaan tujuan di masa mendatang. Berbagai informasi dihimpun agar
pekerjaan yang dilakukan dapat dikendalikan dan dipertanggungjawabkan.
Hal ini dilakukan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas pada seluruh proses
bisnis agroindustri.
Agroindustri bihun di Kota Metro dapat bersaing dengan produk sejenis
maupun produk pangan lain, hal ini ditunjukkan dengan tetap eksisnya
agroindustri bihun yang telah berdiri sejak tahun 70-an hingga saat ini. Proses
produksi agroindustri bihun di Kota Metro dilakukan hampir setiap hari. Rata-
rata setiap pabrik dapat memproduksi lebih dari satu ton bihun tapioka dalam
sehari, namun jumlah bihun yang diproduksi tidak selalu sama sepanjang tahun
karena harus menyesuaikan permintaan pasar yang fluktuatif.
Agroindustri bihun tapioka di Kota Metro telah menggunakan bantuan mesin
guna menambah daya produksi perusahaan, namun selain menggunakan
bantuan mesin proses produksi bihun tapioka juga menggunakan tenaga kerja
manusia. Tenaga kerja yang digunakan berasal dari luar keluarga dengan
menggunakan sistem balas jasa berupa upah atau gaji. Tenaga kerja ini
bertugas melakukan proses produksi yang dimulai dari pengolahan tepung
tapioka sampai bihun siap dipasarkan. Anggota keluarga hanya membantu
atau mengawasi jalannya kegiatan produksi. Jumlah tenaga kerja yang
digunakan menyesuaikan target jumlah bihun yang akan diproduksi. Alur
distribusi pemasaran banyak dilakukan melalui sales, atau langsung ke
pedagang grosir dan pedagang pengecer.
7
Agroindustri bihun di Kota Metro tidak terlepas dari masalah dalam
menjalankan usahanya. Kepemilikan usaha yang berupa perorangan
menyebabkan terbatasnya modal untuk produksi. Fluktuasi permintaan pasar
terhadap bihun tapioka akan berpengaruh pada frekuensi produksi, hal ini akan
berdampak pada penerimaan dan kelancaran agroindustri. Fluktuasi harga
bahan baku juga akan mempengaruhi jumlah penerimaan pelaku usaha.
Kelancaran kegiatan agroindustri juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
yang dihadapi dimana selain terdapat pesaing ada juga produk substitusi yang
dapat dipilih oleh masyarakat. Pesaing yang dimaksudkan adalah persaingan
dengan produsen bihun dari luar Lampung, dan dari Lampung sendiri
khususnya Kota Metro, sedangkan produk substitusi dapat berupa pangan
setengah jadi yang lain seperti mi instan yang sudah lama dikenal masyarakat.
Meskipun begitu, produk bihun tetap memiliki pangsa pasar tersendiri melihat
kegunaannya sebagai pangan pelengkap dalam berbagai jenis makanan
masyarakat Indonesia, hal ini dapat menjadi peluang bagi pelaku usaha
agroindustri bihun.
Mencermati permasalahan berupa pendapatan dan produksi yang fluktuatif,
belum ada kajian mengenai aspek kinerja dan finansial, kondisi cuaca yang
tidak menentu untuk produksi dan pemasaran yang optimal maka penelitian ini
difokuskan untuk mempelajari kinerja usaha dan menganalisis kondisi
lingkungan internal dan eksternal pada usaha agroindustri bihun tapioka di
Kota Metro, Provinsi Lampung.
8
Berdasarkan uraian yang telah disebutkan di atas maka dapat dirumuskan
beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu :
a. Bagaimana kinerja agriondustri bihun tapioka di Kota Metro?
b. Bagaimana kondisi lingkungan eksternal dan lingkungan internal
agroindustri bihun tapioka di Kota Metro?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan dari uraian latar belakang yang ada, tujuan
penelitian ini adalah :
a. Mengetahui kinerja agroindustri bihun tapioka di Kota Metro
b. Mengetahui kondisi lingkungan eksternal dan lingkungan internal
agroindustri bihun tapioka di Kota Metro
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai :
a. Bahan pertimbangan bagi para pelaku agroindustri bihun tapioka dalam
menjalankan kegiatan usahanya.
b. Bahan informasi dan referensi bagi peneliti lain yang berhubungan dengan
penelitian ini.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Bihun
Menurut Astawan (2006) secara terminologi bihun berasal dari bahasa Cina,
yaitu : bie (beras) dan hun (Tepung), yang berarti tepung beras. Di berbagai
negara, bihun telah banyak dikenal dengan berbagai sebutan seperti, bihon,
bijon, befun, mehon dan vemicelli. Bahan baku pembuatan bihun adalah
tepung, biasanya tepung beras, tepung tapioka, dan tepung jagung atau tepung
maizena. Bihun merupakan salah satu jenis makanan yang termasuk dalam
kelompok mi. Sebagai makanan alternatif pengganti beras bihun masih
termasuk diminati, meskipun tidak selaku mi. Tahap pembuatannya adalah
tepung dimasak dan dicetak menjadi benang-benang, dilipat, dijemur,
kemudian dikemas.
Jenis bihun yang beredar di pasar ada dua, yaitu bihun kering dan bihun
instant. Menurut SII No. 0288-79 (1979), bihun merupakan suatu bahan
makanan yang dibuat dari tepung beras dengan/tanpa bahan tambahan dengan
bentuk benang-benang. Menurut SII No. 01-3742-1995 (1995), bihun instant
adalah produk makanan kering dari tepung beras (dengan/tanpa penambahan
bahan makanan lain yang diizinkan), berbentuk benang-benang, dan matang
setelah dimasak atau diseduh dengan air mendidih paling lama tiga menit.
10
Pemanfaatan bihun saat ini sudah cukup bervariasi, antara lain sebagai bihun
goreng, bahan tambahan pada makanan, seperti bakso, ketoprak, gado-gado,
dan sebagai bahan pengisi pada lumpia, buras, tahu isi, bahkan di negara
asalnya yaitu Cina, bihun termasuk diantara sepuluh macam hidangan penutup
dalam suatu jamuan atau perayaan tertentu (seperti ulang tahun) untuk
melambangkan atau mendoakan agar berumur panjang. Komposisi kandungan
gizi bihun per 100 g bahan disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Kandungan gizi mi dan bihun per 100 g bahan
No Zat Gizi Mi Basah Mi Kering Bihun1 Energi (kkal) 86,0 337,0 360,02 Protein (g) 0,6 7,9 4,73 Lemak (g) 3,3 11,8 0,14 Karbohidrat (g) 14,0 50,0 82,05 Kalsium (mg) 14,0 49,0 6,06 Fosfor (mg) 13,0 47,0 35,07 Besi (mg) 0,8 2,8 1,88 Vitamin A (SI) 0,0 1,0 0,09 Vitamin B (mg) 0,0 0,0 0,010 Vitamin C (mg) 0,0 0,0 0,011 Air (g) 80,0 28,6 12,9
Sumber : Astawan (2006)
Ditinjau dari segi kandungan gizinya, bihun lebih unggul daripada mi dalam
hal kandungan karbohidrat dan energi, tetapi lebih rendah dalam hal
kandungan protein. Hal ini disebabkan oleh perbedaan bahan bakunya. Mi
dibuat dari terigu yang kandungan proteinnya lebih tinggi dibandingkan
dengan tepung beras (bahan baku bihun).
Penilaian mutu bihun yang utama adalah penampakan dan teksturnya. Bihun
yang baik mempunyai penampakan dengan warna putih, berbentuk silinder
yang licin, seragam, dan terpisah satu sama lain (tidak menggumpal menjadi
11
satu). Tekstur bihun yang baik adalah tidak mudah patah dan tidak hancur bila
direndam dalam air minimum 10 menit serta bau dan rasanya khas bihun.
Syarat mutu bihun menurut Standar Industri Indonesia (SII) tahun 1979 adalah
air maksimum 13 persen dan abu maksimum 0,5 persen, protein maksimum
5 persen, dan serat kasar maksimum 0,5 persen. Syarat mutu bihun menurut
Standar Nasional Indonesia (SNI) disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Mutu bihun menurut SNI No. 10-3742-1995, tahun 1995
Uraian Satuan Persyaratan1. Keadaan:
Bau NormalRasa NormalWarna Normal
2 Benda-benda asing % b/b Tidak boleh ada3 Keutuhan Menit Minimum 904 Uji kematangan Maksimum 3
(bihun:air = 1:5) b/b % b/b5 Air % b/b Maksimum 116 Abu tanpa garam % b/b Maksimum 27 Protein (Nx6,25) Mg KOH/100g Minimum 68 Derajat asam Contoh Maksimum 3
9 Bahan tambahan makanan SesuaiSNI 01-0222-1995dan peratutanMen.kesno722/men.Kes/per/ix/88
10 Pencemaran logamTimbal (Pb) Mg/kg Maksimum 1,0Tembaga (Cu) Mg/kg Maksimum 10,0Seng (Zn) Mg/kg Maksimum 40,0Raksa (Hg) Mg/kg Maksimum 0,05
11 Arsen (As) Mg/kg Maksimum 0,512 Cemaran mikroba
Angka lempeng total Koloni/g Maksimum1,0x10
E. Coli APM/g Di bawah 3Kapang Koloni/g Maksimum 1,0x10
Sumber: Astawan, (2006)
12
Astawan (2006) menyatakan bahwa proses pembuatan bihun dapat dilakukan
secara sederhana dan tidak sulit. Proses yang dilaksanakan dari tepung hingga
menjadi bihun melalui tahap pembersihan dengan cara pembersihan tepung,
pengadukan tepung menjadi bubur, pengepresan, pemasakan tahap pertama,
pencetakkan bihun, pemasakan tahap kedua, penjemuran, dan pengemasan.
Bahan yang digunakan adalah beras atau dapat diganti tepung tapioka dan
jagung, air, dan sodium bisulfit. Peralatan yang digunakan adalah penggiling
pengayak atau penyaring tepung, wadah perendam, filter press, screw extruder,
pengukus (dandang), pengering. Proses pembuatan bihun tapioka dapat dilihat
pada Gambar 1.
Gambar 1. Proses Pembuatan Bihun Tapioka
Pembersihan tapioka
Bubur tapioka
Pengukusan tahap I ± 1 jam
Pengukusan tahap II ± 45 menit
Penjemuran ± 7-8 jam
Pengepresan (cake) ± 1 jam
Pencetakan bihun
Pengemasan
13
(1) Tepung tapioka dibersihkan dengan cara diayak agar tepung terpisah dari
kotoran yang terbawa, selain itu untuk menghaluskan tepung yang masih
bergumpal.
(2) Tepung tapioka dicampur dengan air dan diaduk agar menjadi seperti bubur,
lalu bubur tersebut dipress agar kandungan air kurang lebih 40 % yang
disebut cake. Lama pencampuran air dan press kurang lebih 1 jam.
(3) Cake hasil pengepresan kemudian diaduk menjadi lebih halus
menggunakan mesin screw extruder sehingga menjadi pelet.
(4) Pelet dikukus dengan menggunakan suhu 100oC selama kurang lebih 1 jam
sehingga menjadi pelet matang.
(5) Pelet yang telah matang tersebut kemudian digiling kembali dengan
menggunakan screw extruder. Lubang pengeluaran pada extruder berupa
lubang-lubang kecil sehingga bahan keluar dari extruder berupa benang
yang disebut bihun basah.
(6) Bihun basah dipotong dalam ukuran tertentu kemudian kukus kembali
dalam suhu diatas 100oC selama 45 menit.
(7) Setelah pengukusan kedua, bihun dikeringkan dengan oven pengering atau
dengan cara dijemur selama 7-8 jam.
(8) Bihun yang sudah kering siap dikemas.
2. Ruang lingkup agribisnis dan agroindustri
Downey dan Erickson (1992) mendefinisikan agribisnis dalam arti sempit dan
arti luas. Agribisnis dalam arti sempit atau tradisional hanya merujuk pada
sektor masukan yang menyediakan perbekalan kepada para pengusaha untuk
14
dapat memproduksi hasil tanaman dan ternak yang diproses dan diserahkan
kepada konsumen akhir oleh sektor keluaran. Definisi agribisnis secara luas,
meliputi seluruh sektor bahan masukan, usahatani, produk yang memasok
bahan masukan usahatani, terlibat dalam produksi, dan pada akhirnya
menangani pemrosesan, penyebaran, penjualan secara borongan dan penjualan
eceran kepada konsumen akhir.
Menurut Hernanto (1991) agribisnis merupakan kegiatan ekonomi yang
berhulu pada dunia pertanian yang mencakup semua kegiatan mulai dari
pengadaan dan penyaluran sarana produksi sampai kegiatan tataniaga produk
pertanian.
Agribisnis mencakup beberapa subsistem yaitu:
(1) Subsistem pengadaan dan penyaluran
Subsistem pengadaan dan penyaluran meliputi sarana produksi yang terdiri
dari bibit, pupuk, obat-obatan, kredit, bahan bakar, alat dan mesin
pertanian. Kegiatan ini dilakukan oleh perorangan, pengusaha-pengusaha,
koperasi, atau lembaga pertanian.
(2) Subsistem pertanian usahatani.
Subsistem pertanian usahatani dilakukan oleh produsen-produsen yang
terdiri dari petani, peternak, pengusaha tambak, pengusaha perkebunan,
tanaman hias, dan lain-lain.
(3) Subsistem pengelolaan dan pemasaran merupakan rangkaian kegiatan
mulai dari pengumpulan produk, usahatani, pengolahan, penyimpanan dan
distribusi.
15
Agroindustri adalah salah satu sub sistem yang bersama-sama sub sistem lain
membentuk sistem agribisnis. Sistem agribisnis terdiri dari sub sistem input,
usahatani (pertanian), output, pemasaran dan penunjang. Agroindustri tidak
dapat dilepaskan dari pembangunan agribisnis secara keseluruhan karena
agroindustri merupakan kegiatan industri pengadaan (input) dan penyaluran
produksi pertanian (output), atau industri pengadaan yang memanfaatkan
produk hasil pertanian sebagai bahan baku. Agroindustri terbagi atas :
(1) Agroindustri hulu pertanian
Termasuk didalamnya adalah penghasil dan penyalur sarana produksi
(input).
(2) Agroindustri hilir
Termasuk didalamnya adalah pengolahan hasil- hasil pertanian (output).
Menurut Soekartawi (2000) Agroindustri dapat diartikan sebagai suatu tahapan
pembangunan sebagai kelanjutan dari pembangunan pertanian, tetapi sebelum
tahapan pembangunan tersebut mencapai tahapan pembangunan industri.
Pentingnya agroindustri sebagai suatu pendekatan pembangunan pertanian
dapat dilihat dari kontribusinya terhadap :
(1) mampunya kegiatan agroindustri untuk meningkatkan pendapatan pelaku
agribisnis;
(2) mampunya menyerap banyak tenaga kerja;
(3) mampunya meningkatkan perolehan devisa; dan
(4) mampunya mendorong tumbuhnya industri yang lain.
16
Meskipun demikian, pembangunan agroindustri masih dihadapkan oleh
berbagai tantangan atau permasalahan yang ada di dalam negeri atau luar
negeri. Beberapa diantara permasalahan di dalam negeri yaitu:
(1) beragamnya permasalahan berbagai agroindustri menurut macam
usahanya, khususnya kurang tersedianya bahan baku yang cukup dan
kontinyu;
(2) kurang nyatanya agroindustri di perdesaan karena masih berkonsentrasinya
agroindustri di perkotaan;
(3) kurang konsistennya kebijakan pemerintah terhadap agroindustri;
(4) kurangnya fasilitas permodalan (perkreditan) dan kalaupun ada
prosedurnya amat ketat;
(5) keterbatasan pasar; dan
(6) kualitas produksi dan prosesing yang belum mampu bersaing.
Agroindustri sebagai sektor bisnis tidak terlepas dari tujuan utama yaitu
meningkatkan keuntungan dan nilai tambah. Agroindustri itu sendiri meliputi
tiga kegiatan utama yaitu; pengadaan bahan baku, pengolahan atau proses
produksi dan pemasaran.
(1) Pengadaan bahan baku
Pengadaan bahan baku merupakan salah satu unsur yang paling aktif
dalam operasi perusahaan yang secara terus menerus diperoleh, diolah, dan
dijual kembali. Persediaan sangat penting artinnya bagi suatu perusahaan
karena berfungsi untuk menghubungkan proses-proses yang berurutan
dalam pembuatan suatu barang dan menyampaikannya kepada konsumen.
17
Ketersediaan bahan baku produksi bagi perusahaan agroindustri yang
secara tepat waktu, berkualitas dan secara kuantitas mencukupi serta
tersedia secara berkelanjutan akan menjamin penampilan suatu perusahaan
dalam waktu yang relatif lama.
Faktor pengadaan bahan baku berfungsi menyediakan bahan baku bagi
subsistem pengolahan dalam jumlah yang tepat, mutu yang baik, dan
tersedia secara berkesinambungan. Kekurangan bahan baku dan
ketersediaan yang tidak kontinyu menyebabkan sistem kerja agroindustri
tidak efektif dan efisien, sedangkan menurunnya mutu bahan baku akan
menyebabkan menurunnya mutu produk olahan menjadi rendah. Oleh
karena itu pengadaan bahan baku bagi industri yang mengolah produk
pertanian harus terorganisasi dengan baik, sehingga mampu menyediakan
bahan baku secara efisien dalam jumlah yang tepat serta mutu yang baik.
(2) Pengolahan bahan baku
Agroindustri sebagai sektor bisnis tidak terlepas dari tujuan utama yaitu
meningkatkan keuntungan dan nilai tambah. Selain itu pengolahan hasil
pertanian juga menjadi penting karena pertimbangan :
- meningkatkan kualitas hasil;
- meningkatkan penyerapan tenaga kerja;
- meningkatkan keterampilan produsen; dan
- meningkatkan pendapatan konsumen.
Berdasarkan lokasi kegiatannya, agroindustri dapat berlangsung di tiga
tempat, yaitu: (1) dalam rumah tangga yang dilakukan oleh anggota
18
rumah tangga petani penghasil bahan baku, (2) dalam bangunan yang
menempel atau terpisah dari rumah tempat tempat tinggal tetapi masih
dalam satu pekarangan dengan menggunakan bahan baku yang dibeli di
pasar dan menggunakan tenaga kerja keluarga, (3) dalam perusahaan kecil,
sedang, atau besar yang mengunakan buruh upahan dan modal yang lebih
intensif dibandingkan dengan industri rumah tangga.
(3) Pemasaran produk
Aspek pemasaran akan menguntungkan semua pihak apabila mekanisme
pemasaran berjalan baik. Peranan lembaga pemasaran yang biasanya
terdiri dari produsen, tengkulak, pedagang pengumpul, eksportir, importir
atau lainnya menjadi amat penting. Lembaga pemasaran ini khususnya di
negara berkembang dicirikan oleh lemahnya pemasaran hasil pertanian.
3. Industri Kecil/Usaha Kecil
Menurut BPS yang dimaksud industri kecil adalah industri dengan tenaga kerja
berjumlah antara 5 sampai 19 orang, sedangkan berdasarkan Undang Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan
menengah, kriteria usaha kecil adalah:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar
lima ratus juta rupiah)
19
Menurut Anoraga (2000), karakteristik sektor usaha kecil antara lain:
a. sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak mengikuti
kaidah administrasi pembukuan standar;
b. margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan usaha yang tinggi;
c. modal terbatas;
d. pengalaman manajerial dalam mengelola perusahaan masih sangat terbatas,
e. skala ekonomi yang terlalu kecil sehingga sulit mengharapkan untuk mampu
menekan biaya mencapai efisiensi jangka panjang;
f. kemampuan pemasaran dan negosiasi, serta diversifikasi pasar sangat
terbatas.
4. Kinerja
Menurut Amstrong dan Baron (Dalam Wibowo, 2008), kinerja mempunyai
makna yang luas, bukan hanya menyatakan sebagai hasil kerja, tetapi juga
bagaimana proses kerja berlangsung. Kinerja adalah tentang apa yang
dikerjakan, bagaimana cara mengerjakannya dan hasil yang dicapai dari hasil
pekerjaan tersebut. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai
hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen, dan
memberikan kontribusi ekonomi.
Manajemen kinerja merupakan kebutuhan mutlak bagi organisasi untuk
mencapai tujuannya dengan mengatur kerja sama secara harmonis dan
terintegrasi antara pemimpin dan bawahannya. Manajemen kinerja diawali
dengan perumusan dan penetapan tujuan yang hendak dicapai. Tujuan yang
diharapkan tersebut merupakan titik awal dalam perencanaan kinerja
20
organisasi. Kinerja merupakan implementasi dari rencana yang telah disusun
tersebut. Kinerja organisasi juga ditunjukkan oleh bagaimana berlangsungnya
kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut.
Dalam proses pelaksanaan aktivitas harus selalu dilakukan monitoring,
penilaian dan review atau peninjauan ulang terhadap kinerja sumber daya
manusia. Melalui monitoring dilakukan pengukuran dan penilaian kinerja
secara periodik untuk mengetahui pencapaian kemajuan kinerja serta prediksi
apakah terjadi deviasi pelaksanaan terhadap rencana yang dapat mengganggu
pencapaian tujuan. Pengukuran kinerja dilakukan untuk mengetahui apakah
terdapat deviasi antara progres yang direncanakan dengan kenyataan. Apabila
terdapat deviasi berupa progres yang lebih rendah daripada rencana, perlu
dilakukan langkah-langkah untuk memacu kegiatan agar tujuan yang
diharapkan dapat dicapai.
Menurut Prasetya dan Fitri (2009) tipe pengukuran kinerja diantaranya yaitu
produktivitas, kapasitas, dan pendapatan. Tipe pengukuran kinerja tersebut di
uraikan sebagai berikut:
a. Produktivitas
Produktivitas merupakan suatu ukuran seberapa baik kita mengonversi input
dari proses transformasi menjadi output.
Produktivitas =
21
b. Kapasitas
Kapasitas adalah sutau ukuran yang menyangkut kemampuan output dari
suatu proses.
Capacity Utilization =
c. Pendapatan Agroindustri
Keuntungan atau laba merupakan salah satu tujuan didirikannya suatu
usaha. Keuntungan atau laba menunjukkan sejauh mana suatu usaha telah
berhasil mengelola modal yang dijalankan. Untuk mendapatkan keuntungan
maksimum dari usaha maka para pengelola harus dapat melakukan usaha
untuk memadukan berbagai faktor produksi yang ada seperti produksi,
tenaga kerja, modal, dan kemampuan manajemen, sehingga usaha dapat
berjalan dengan baik.
Menurut Soekartawi (2000) pendapatan agroindustri dapat diperoleh dengan
menghitung selisih antara total penerimaan yang diterima dari hasil usaha
dengan total biaya produksi yang dikeluarkan. Penerimaan total
agroindustri merupakan jumlah uang yang diterima dari hasil penjualan
produk yang dihasilkan, sedangkan biaya merupakan jumlah uang yang
dikeluarkan selama proses pengolahan. Tujuan analisis pendapatan adalah
untuk menggambarkan tingkat keberhasilan suatu kegiatan usaha dan
keadaan yang akan datang melalui perencanaan yang dibuat. Secara
matematis pendapatan usaha dirumuskan sebagai berikut:
22
π = Y.Py - ∑ . – BTT
Keterangan :π = Pendapatan (Rp)
Y = Produksi (kg)Py = Harga hasil produksi (Rp/kg)∑ = Jumlah faktor produksi ke i (i = 1,2,3,....n)P = Harga produk ke i (Rp)BTT = Biaya tetap total (Rp)
Jumlah pendapatan belum menunjukkan apakah agroindustri
menguntungkan atau tidak. Untuk mengetahui apakah agroindustri
menguntungkan atau tidak maka digunakan analisis imbangan penerimaan
dan biaya, yang dirumuskan:
R/C =
Keterangan :R/C = Nisbah antara penerimaan dan biayaPT = penerimaan totalBT = biaya total yang dikeluarkan oleh petani
Jika R/C > 1, maka agroindustri yang diusahakan mengalami keuntungan.
Jika R/C < 1, maka agroindustri yang diusahakan mengalami kerugian.
5. Faktor Lingkungan Perusahaan
Lingkungan merupakan variabel yang sangat penting dalam menentukan
strategi bisnis suatu perusahaan. Lingkungan usaha merupakan lingkungan
yang dihadapi organisasi dan harus dipertimbangkan dalam pengambilan
keputusan bisnis (perusahaan). Aktivitas keseharian organisasi mencakup
interaksi dengan lingkungan kerja. Hal ini termasuk hubungannya dengan
23
pelanggan, supliers, serikat dagang dan pemegang saham. Lingkungan usaha
berperan dalam mempengaruhi penetapan strategi organisasi. Lingkungan
organisasi dapat dibedakan atas lingkungan internal (internal environment) dan
lingkungan eksternal (external environment) (Wheleen dan Hunger, dalam
Kuncoro, 2006).
Lingkungan internal terdiri dari struktur (structure), budaya (culture), sumber
daya (resources). Lingkungan internal perlu dianalisis untuk mengetahui
kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknesses) yang ada dalam perusahaan.
Struktur adalah bagaimana perusahaan diorganisasikan yang berkenaan dengan
komunikasi, wewenang dan arus kerja. Struktur sering juga disebut rantai
perintah dan digambarkan secara grafis dengan menggunakan bagan
organisasi. Budaya merupakan pola keyakinan, pengharapan, dan nilai-nilai
yang dibagikan oleh anggota organisasi. Norma-norma organisasi secara
khusus memunculkan dan mendefinisikan perilaku yang dapat diterima
anggota dari manajemen puncak sampai karyawan operatif. Sumber daya
adalah aset yang merupakan bahan baku bagi produksi barang dan jasa
organisasi. Aset ini dapat meliputi sumber modal, kemampuan manajerial,
SDM, pengetahuan keuangan, produksi, teknologi, kemampuan, dan bakat
manajerial seperti aset keuangan dan fasilitas perusahaan dalam wilayah
fungsional.
Lingkungan eksternal adalah lingkungan yang berada di luar organisasi dan
perlu dianalisis untuk menentukan kesempatan (opportunities) dan ancaman
(threath) yang akan dihadapi perusahaan. Terdapat dua perspektif untuk
24
meng-konseptualisasikan lingkungan eksternal. Heizer dan Render dalam
Kuncoro, (2006) menyatakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
lingkungan eksternal adalah kondisi perekonomian, budaya, demografi, dan
peraturan pemerintah. Bourgeois (dalam Kuncoro, 2006) mengatakan bahwa
lingkungan eksternal juga dipengaruhi oleh konsumen, pesaing, pemasok,dan
peraturan pemerintah.
6. Kajian Penelitian Terdahulu
Iryanti (2010), dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Kinerja, Nilai
Tambah, dan Strategi Pengembangan Agroindustri Kecil Kelanting (studi
kasus di Desa Gantiwarno Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung
Timur)”. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa kinerja produksi secara
keseluruhan sudah baik karena nilai rasio R/C diatas biaya total yang didapat
≥1 (yaitu 1,42), produktivitas ≥ 7,2 kg/HOK (yaitu 11,49 kg/HOK), dan
kapasitas ≥ 0,5 atau 50 persen (yaitu 0,91 atau 91 persen). Agroindustri
kelanting di Desa Gantiwarno memiliki nilai tambah yang tinggi yaitu sebesar
Rp1061,44 per kilogram ubi kayu atau sebesar 41,74 persen. Agroindustri
kelanting berada pada kuadran 1, strategi yang harus diterapkan dalam kondisi
ini adalah a) mempertahankan kualitas produk untuk memenuhi keinginan
masyarakat yang terus meningkat, b) mempertahankan kualitas produk untuk
melakukan kerja sama dengan pihak luar, c) menghasilkan produk yang
berkualitas untuk meningkatkan preferensi penduduk terhadap makanan
tradisional, d) memanfaatkan kerja sama dengan pihak luar untuk menigkatkan
25
jaringan pasar dan, e) menggunakan teknologi yang tepat guna untuk
mengatasi keterbatasan pekerja.
Andika (2012), dalam penelitiannya mengenai “Kinerja Usaha dan Strategi
Pengembangan Agroindustri Skala Kecil Kopi Bubuk di Kota Bandar
Lampung” bahwa kinerja agroindustri kopi bubuk di Kota Bandar Lampung
secara keseluruhan sudah baik. Rata-rata R/C rasio, BEP, produktivitas,
kapasitas, dan kualitas termasuk dalam katagori baik. Rata-rata nilai tambah
yang diperoleh dari agroindusri adalah Rp9.967,89 per kilogram bahan baku
biji kopi. Strategi pengembangan agroindustri yaitu menghasilkan produk
yang berkualitas sehingga mampu bersaing dengan produk kopi bubuk lain,
memanfaatkan tenaga kerja yang berpengalaman dalam menghadapi
persaingan bisnis dan mengoptimalkan kinerja karyawan.
Sagala (2013), dalam penelitiannya dengan judul “Kinerja Usaha dan Strategi
Pengembangan Agroindustri Kecil Kelanting di Desa Karang Anyar
Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran”. Berdasarkan penelitian
diperoleh hasil bahwa kinerja agroindustri secara keseluruhan menguntungkan.
R/C rasio masing-masing kelanting getuk dan parut sebesar 1,24 dan 1,25 (R/C
>1), produktivitas sebesar 16,26 kg/HOK dan 13,82 kg/HOK (> 7,2 kg/HOK)
dan kapasitas sebesar 0,93 dan 0,85 (> 0,5). Strategi pengembangan
agroindustri kecil kelanting di Desa Karang Anyar berdasarkan tiga strategi
prioritas yaitu (a) mengoptimalkan tenaga kerja yang ada sehingga
meningkatkan jumlah produksi yang akan menambah pendapatan agar dapat
mengadopsi teknologi yang tepat guna (b) memanfaatkan tenaga kerja yang
26
sudah berpengalaman untuk menghadapi pesaing bisnis industri kelanting
lainnya (c) memanfaatkan tenaga kerja yang berpengalaman dan banyak untuk
mengikuti perkembangan teknologi.
Savitri (2010), dalam penelitiannya mengenai potensi agroindustri berdasarkan
kinerja usaha dan strategi pengembangannya dengan lokasi penelitian di Dusun
Sanan, Kecamatan Belimbing, Kota Malang. Dari hasil penelitian didapatkan
bahwa agroindustri tempe dan keripik tempe memiliki tingkat keuntungan yang
tidak berbeda nyata. Keuntungan agroindustri tempe sebesar Rp145.125,03
untuk satu kali produksi, sedangkan keuntungan agroindustri keripik tempe
sebesar Rp207.915,89. Nilai R/C rasio dan nilai tambah agroindustri keripik
tempe lebih besar daripada agroindustri tempe. Nilai R/C rasio sebesar 1,57
pada agroindustri keripik tempe dan 1,26 pada agroindustri tempe. Rasio nilai
tambah pada agroindustri keripik tempe sebesar 46,10%, dan 24,63% pada
agroindustri tempe. Berdasarkan hasil identifikasi lingkungan internal dan
eksternal dan pemetaan matrik Grand Strategy dapat diketahui bahwa
agroindustri tempe dan keripik tempe terletak pada kuadran I, sehingga strategi
yang dapat diterapkan adalah mendukung kebijakan pertumbuhan Aggresive.
Strategi yang dapat digunakan seperti mempertahankan kualitas, efisiensi
proses produksi, dan diversifikasi produk.
Rochmah (2005), tentang analisis nilai tambah dan keuntungan pada
agroindustri bihun dan soun di Kota Metro. Berdasarkan hasil penelitian
diperoleh pendapatan per satu kali produksi menguntungkan yakni pendapatan
agroindustri bihun tapioka atas biaya tunai adalah Rp259.495,45 dengan R/C
27
rasio adalah 1,18 dan pendapatan atas biaya total Rp173.626,88 dengan R/C
rasio 1,12. Pendapatan agroindustri bihun beras atas biaya tunai adalah
Rp469,069,05 dengan R/C rasio 1,29 dan pendapatan atas biaya total adalah
Rp383.392,00 dengan R/C rasio 1,22. Agroindustri bihun di Kota Metro
memberikan nilai tambah yang positif yaitu sebesar Rp419,91 untuk industri
bihun tapioka, dan Rp513,65 untuk industri bihun beras setiap kali proses
produksi.
Wibowo (2009), dalam penelitiannya dengan judul “Analisis Kinerja dan
Strategi Pengembangan Usaha Kerajinan Sepatu di Kabupaten Bogor”,
menunjukkan hasil tingkat keuntungan usaha kerajinan sepatu adalah
Rp.117.091.555, nilai ROI dari usaha kerajinan sepatu sebesar 19,71 persen,
dan nilai rasio R/C sebesar 1,15. Berdasarkan analisis SWOT, strategi yang
dapat dijalankan dalam rangka mengembangkan usaha kerajinan sepatu adalah
pemerintah membantu kerajinan sepatu dengan regulasi yang mendukung
perkembangan usaha tersebut, misalnya: pemberian kredit lunak tanpa agunan,
mendirikan koperasi atau paguyuban yang memfasilitasi kebutuhan modal dan
ketersediaan bahan baku yang relatif lebih murah.
Menurut Aji (2012), dalam penelitian dengan judul “Strategi Pengembangan
Agroindustri Keripik Pisang di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten
Karanganyar”. Hasil penelitian diketahui bahwa biaya total rata-rata dalam
satu kali produksi adalah Rp3.254.932,00 dengan penerimaan rata-rata
Rp4.160.480,00 dan pendapatan rata-rata Rp905.549,00. Hasil penelitian
faktor-faktor internal menunjukkan bahwa bobot kekuatan lebih kuat
28
dibandingkan kelemahan. Kemudian faktor-faktor eksternal menunjukkan
bahwa bobot peluang lebih kuat dibandingkan dengan ancaman. Alternatif
strategi yang dihasilkan antara lain mempertahankan kualitas produksi dan
pemgembangan pasar, memanfaatkan teknologi untuk efisiensi produksi,
diversifikasi produk untuk memenuhi pangsa pasar.
B. Kerangka Pemikiran
Kegiatan agroindustri bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah,
menghasilkan produk yang dapat dipasarkan atau digunakan, atau dimakan,
meningkatkan daya simpan, dan meningkatkan pendapatan dan keuntungan
produsen. Pengembangan agroindustri lebih diarahkan ke wilayah pedesaan
guna meningkatkan perekonomian daerah pada umumnya dan pengembangan
pedesaan pada khususnya. Salah satu contoh agroindustri tersebut adalah
agroindustri bihun.
Agroindustri bihun merupakan salah satu agroindustri unggulan di Kota Metro
yang telah mulai berdiri sejak tahun 70-an. Agroindustri bihun di Kota Metro
sebagian besar menggunakan tepung tapioka sebagai bahan baku utama. Letak
Kota Metro yang strategis di tengah Provinsi Lampung memudahkan akses
perusahaan terhadap tepung tapioka. Harga yang relatif lebih murah
dibandingkan dengan tepung beras juga mendukung dipilihnya tepung tapioka
sebagai bahan baku.
Dalam penelitian ini kinerja agroindustri bihun tapioka di Kota Metro akan
dilihat dari produktivitas, kapasitas, dan pendapatannya. Kinerja agroindustri
29
tersebut akan berpengaruh terhadap hasil produksinya, yang akan langsung
mempengaruhi pendapatan yang akan diterima agroindustri. Selain itu
penelitian ini melihat bagaimana kondisi lingkungan internal dan eksternal
yang dihadapi oleh usaha agroindustri bihun tapioka. Kondisi lingkungan
internal dan eksternal tersebut dapat memberikan gambaran guna merumuskan
strategi yang dapat digunakan untuk mengembangkan usaha lebih lanjut.
Kerangka pemikiran analisis kinerja dan strategi pengembangan agroindustri
bihun tapioka di Kota Metro dapat dilihat pada Gambar 2.
30
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Analisis Kinerja dan Lingkungan Agroindustri Bihun Tapioka di Kota Metro
Pendapatan
AGROINDUSTRI BIHUN TAPIOKA
Proses Produksi Bihun Tapioka
Produktivitas Kapasitas
Lingkungan Agroindustri
Lingkungan Internal :1. Produksi2. Manajemen dan pendanaan3. Sumber daya Manusia4. Lokasi agroindustri5. Pemasaran
Lingkungan Eksternal :1. Ekonomi, sosial, budaya2. Teknologi3. Sosial4. Iklim, cuaca5. Kebijakan pemerintah
Kinerja
Pendapatan
31
III. METODE PENELITIAN
A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional
Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang
digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan tujuan
penelitian.
Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari bagian-bagiannya (subsistem)
yang berorientasi untuk memberikan hasil akhir berupa produk dari sistem
yang bersangkutan.
Pengembangan usaha adalah upaya-upaya untuk mengembangkan dengan
melihat kondisi lokasi suatu wilayah, prospeknya dimasa yang akan datang dan
komponen-komponen lain yang mendukung.
Agroindustri adalah subsistem dari sistem agribisnis yang memanfaatkan dan
mempunyai kaitan langsung dengan produk-produk pertanian yang akan
ditransformasikan menjadi produk bernilai ekonomis tinggi.
Proses produksi adalah suatu proses mentransformasikan bahan baku tepung
tapioka hingga menghasilkan output berupa produk bihun tapioka dalam
kemasan.
32
Produksi bihun adalah kegiatan produksi yang dilakukankan oleh agroindustri
bihun selama satu bulan dan dihitung dari setiap proses produksi dikalikan
dengan frekuensi produksi masing-masing agroindustri pada bulan tersebut.
Kinerja adalah hasil kerja dari suatu agroindustri yang dilihat dari aspek teknis
juga ekonomis produksi yang meliputi produktivitas (kg/HOK), kapasitas (%),
dan pendapatan (Rp).
Masukan (Input) adalah sumberdaya yang digunakan dalam proses produksi
bihun. Masukan berupa bahan baku (kg), peralatan, tenaga kerja (HOK), dan
bahan penolong.
Bahan baku adalah jumlah tepung tapioka yang digunakan dalam kegiatan
pembuatan bihun tapioka selama proses produksi dan diukur dengan satuan
kilogram (kg).
Bahan penolong adalah bahan produksi selain dari bahan baku yang digunakan
dalam proses produksi untuk membantu agar bahan baku (tepung tapioka)
dapat diproses lebih lanjut misalnya plastik yang diukur dalam satuan kilogram
(kg), bahan bakar minyak diukur dalam liter (l), tali rafia dalam kilogram (kg),
dan kayu bakar diukur dalam meter kubik ( ).
Keluaran (Output) adalah hasil dari proses produksi yaitu berupa bihun
tapioka, diukur dalam jumlah satuan kilogram (kg).
Harga produk (output) adalah harga bihun yang diterima oleh pengusaha
agroindustri dan diukur dengan satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).
33
Jumlah tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja, baik didalam maupun luar
anggota keluarga, yang digunakan dalam proses produksi bihun yang diukur
dalam satuan hari orang kerja (HOK).
Biaya produksi adalah korbanan sejumlah sumber daya yang dikeluarkan
dalam proses produksi dan dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). Biaya
produksi terdiri atas biaya tetep dan biaya variabel.
Biaya tetap yaitu korbanan yang dikeluarkan dalam usaha agroindustri yang
besarnya tidak terpengaruh oleh jumlah sarana produksi tiap tahun atau biaya
yang tiap tahunnya selalu tetap yang dihitung dari besarnya penyusutan
peralatan yang digunakan per bulan (Rp).
Biaya variabel yaitu biaya yang dikeluarkan dalam usaha agroindustri yang
jumlahnya selalu berubah sesuai dengan perubahan volume produksi bihun
tapioka. Biaya variabel dalam industri bihun tapioka berupa biaya tenaga kerja
dan biaya bahan baku per bulan (Rp).
Penerimaan adalah jumlah uang yang diterima produsen dari penjualan bihun
hasil produksi. Penerimaan total diperoleh dengan mengalikan jumlah
produksi bihun dengan harga jual, diukur dengan satuan rupiah (Rp).
Pendapatan adalah balas jasa yang diterima perusahaan dari pengolahan tepung
tapioka menjadi bihun. Besarnya pendapatan dihitung dengan mengurangi
penerimaan agroindustri bihun dengan biaya-biaya yang dikeluarkan, diukur
dengan satuan rupiah (Rp).
34
Produktivitas adalah perbandingan antara output dan input dalam proses
produksi tepung tapioka menjadi bihun. Produktifitas dihitung berdasarkan
jumlah output/bihun (kg) terhadap tenaga kerja (HOK) dan dinyatakan dengan
satuan kg/HOK.
Kapasitas adalah perbandingan antara output (bihun) yang dihasilkan dalam
satu kali proses produksi dengan kapasitas maksimal produksi bihun yang
dapat dihasilkan, dinyatakan dalam persen (%).
Analisis lingkungan internal agroindustri adalah suatu cara untuk
mengidentifikasi faktor-faktor strategis dari dalam agroindustri yang
mempengaruhi keberhasilan misi, tujuan, dan kebijakan agroindustri, seperti
kondisi keuangan, sumberdaya manusia, produksi, pemasaran, manajemen.
Analisis lingkungan eksternal agroindustri adalah suatu cara untuk
mengidentifikasi faktor-faktor strategis dari luar agroindustri yang
mempengaruhi pencapaian misi, tujuan, dan kebijakan agroindustri, seperti
pesaing, pelanggan, pemasok, keadaan alam, kebijakan pemerintah, kondisi
ekonomi, sosial budaya dan teknologi
B. Lokasi, Responden, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Metro, Provinsi Lampung. Pemilihan lokasi
penelitian ini dilakukan dengan sengaja (purposive). Lokasi penelitian dipilih
dengan pertimbangan bahwa Kota Metro merupakan sentra produksi bihun
tapioka di Provinsi Lampung.
35
Responden dalam penelitian ini adalah para pelaku usaha agroindustri bihun di
Kota Metro yang berjumlah empat unit agroindustri. Waktu pengambilan data
dalam penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai dengan bulan
juni 2015.
C. Metode Penelitian dan Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode sensus dengan
pertimbangan bahwa agroindustri bihun tapioka yang ada di Kota Metro hanya
berjumlah sedikit. Metode sensus merupakan kegiatan pengambilan data dari
semua elemen/anggota dari suatu populasi (Singarimbun, 1989). Jenis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data
primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pemilik usaha dan
menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan. Data sekunder diperoleh
dari literatur dan instansi terkait, seperti Badan Pusat Statistik, serta lembaga
lain yang dapat mendukung ketersediaan data penelitian.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis kuantitatif dan deskriptif kualitatif.
1. Metode analisis kuantitatif
Metode analisis kuantitatif digunakan untuk menjawab tujuan pertama
penelititan ini, yaitu mengetahui kinerja agroindustri bihun, yang dianalisis
menggunakan produktifitas, kapasitas, dan pendapatan agroindustri.
36
a. Produktivitas
Produktivitas adalah suatu ukuran seberapa baik kita mengonversi
masukan (input) dari proses transformasi ke dalam produksi (output).
Produkivitas yang dihitung adalah produktivitas antara output terhadap
tenaga kerja, dirumuskan :
Produktivitas =( )( )
Ukuran produktivitas ini dinyatakan dalam satuan kg/HOK, dimana
semakin besar angka produktivitas yang diperoleh maka semakin baik
kinerja agroindustri yang dilaksanakan.
b. Kapasitas
Kapasitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kemampuan output
dari suatu proses, dirumuskan :
Capacity Utilization =
Keterangan :Actual Output = Output (bihun) yang diproduksi (kg)Design Capacity = Kapasitas maksimal memproduksi bihun (kg)
c. Pendapatan agroindustri
Pendapatan agroindustri diperoleh dengan menghitung selisih antara
penerimaan dari hasil usaha dengan biaya produksi yang dikeluarkan
dalam satu bulan, dirumuskan sebagai berikut :
37
π = Y .Py - ∑Xi .Pxi – BTT
Keterangan :
π = Pendapatan (Rp)
Y = Produksi (kg)Py = Harga hasil produksi (Rp/kg)∑Xi = Jumlah faktor produksi ke i (i = 1,2,3,....n)Px = Harga produksi ke i (Rp)BTT = Biaya tetap total (Rp)
Untuk mengetahui apakah usaha agroindustri bihun menguntungkan atau
tidak, maka digunakan analisis imbangan penerimaan dan biaya yang
dirumuskan :
R/C =
Keterangan :R/C = Nisbah antara penerimaan dengan biayaTR = Total Revenue (Penerimaan total)TC = Total Cost (Biaya total)
Jika R/C > 1, maka agroindustri bihun yang diusahakan mengalami
keuntungan. Jika R/C < 1, maka agroindustri bihun yang diusahakan
mengalami kerugian, dan jika R/C = 1 maka usaha yang dijalankan
berada pada titik impas.
2. Metode analisis deskriptif kualitatif
Metode deskriptif kualitatif dalam penelitian ini digunakan untuk menjawab
tujuan kedua yaitu identifikasi lingkungan internal dan eksternal
agroindustri bihun tapioka di Kota Metro. Identifikasi ini bertujuan untuk
38
mendapatkan gambaran kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap
usaha agroindustri bihun tapioka di Kota Metro. Lingkungan internal
agroindustri bihun tapioka akan memberi pengaruh berupa kekuatan dan
ancaman bagi agroindustri. Lingkungan eksternal agroindustri bihun
tapioka akan memberikan pengaruh berupa peluang dan ancaman terhadap
keberadaan agroindustri.
Lingkungan internal dalam ini meliputi kondisi produksi, manajemen dan
pendanaan, sumberdaya manusia, pemasaran, dan lokasi agroindustri.
Lingkungan ekternal ini meliputi pesaing, aplikasi teknologi, keadaan iklim
dan cuaca, kondisi ekonomi, sosial dan budaya, serta kebijakan pemerintah.
Penilaian terhadap kekuatan dan kelemahan lingkungan internal serta
peluang dan ancaman pada linkungan eksternal ini didasarkan pada
informasi yang diperoleh dalam penelitian dan didasarkan pada penilaian
subyektif peneliti.
39
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Kondisi Historis Kota Metro
Kota Metro merupakan salah satu kota di Provinsi Lampung yang berjarak
sekitar 45 km dari ibu kota provinsi Lampung yaitu Bandar Lampung.
Pembentukan Kota Metro memiliki sejarah panjang dan beberapa kali
mengalami perubahan bentuk pemerintahan sejak jaman pendudukan Belanda
hingga saat ini. Harapan untuk memperoleh otonomi daerah terjadi pada tahun
1999 dengan dibentuknya Kota Metro sebagai daerah otonom berdasarkan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1999 tanggal 20 April 1999. Pada saat
diresmikan Kota Metro terdiri dari 2 (dua) kecamatan yaitu Kecamatan Metro
Raya dan Kecamatan Bantul.
Secara administratif sampai dengan akhir tahun 2009 Kota Metro dibagi
menjadi lima kecamatan yaitu Kecamatan Metro Timur, Metro Barat, Metro
Utara, Metro Selatan, dan Kecamatan Metro Pusat sebagai pusat pemerintahan.
Kota Metro merupakan salah satu daerah di Provinsi Lampung yang terdapat
agroindustri bihun tapioka. Lokasi usaha bihun tapioka di Kota Metro terdapat
di Kecamatan Metro Timur dan Kecamatan Metro Utara. Usaha ini pertama
kali didirikan oleh Warga Negara Indonesia yang masih keturunan China pada
pertengahan tahun 1970-an.
40
B. Keadaan Geografis Kota Metro
Secara geografis Kota Metro terletak di tengah Provinsi Lampung pada
kedudukan 5 5’ Lintang Selatan sampai 5 10’ Lintang Selatan, dan 105 15’
Bujur Timur sampai 105 20’ Bujur Timur dan berbatasan dengan :
a. Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Timur di sebelah utara
b. Kabupaten Lampung Timur di sebelah selatan
c. Kabupaten Lampung Timur di sebelah timur
d. Kabupaten Lampung Tengah di sebelah barat
Topografi Kota Metro berupa daerah dataran aluvial dan berada pada
ketinggian 25-75 meter dari permukaan laut dengan kemiringan 0 sampai 3
persen. Kota Metro memiliki wilayah keseluruhan seluas 6.874 ha.
Berdasarkan Metro Dalam Angka (2014), penggunaan lahan Kota Metro dapat
dilihat dalam Tabel 5.
Tabel 5. Luas lahan berdasarkan penggunaannya di Kota Metro, 2013
No Penggunaan Luas (ha) Persentase (%)1 Sawah 2.978,20 43,322 Rumah, bangunan dan halaman 2.432,55 35,383 Hutan Rakyat 138,00 2,004 Rawa 22,70 0,335 Kolam 75,48 1,096 Tegal/Kebun 86,20 1,257 Padang rumput 13,60 0,198 Ladang/Huma 76,00 1,109 Lainnya 1.052,13 15,30Jumlah 6.874,86 100,00
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014
Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa luas areal lahan di Kota Metro sebagian
besar digunakan sebagai areal persawahan. Keadaan ini juga didukung dengan
41
adanya beberapa sungai yang melewati Kota Metro seperti sungai Way
Sekampung, Way Batanghari, Way Bunut dan Way Raman.
Kota Metro memiliki prasarana transportasi yang terbilang baik. Hampir
seluruh jalanan di Kota Metro telah menggunakan aspal. Hal tersebut akan
memperlancar proses transportasi dan distribusi barang keluar dan masuk Kota
Metro, yang berarti juga mendukung bagi adanya industri. Panjang jalan di
Kota Metro dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Panjang jalan menurut jenis permukaan di Kota Metro, 2013 (km)
No Jenis PermukaanStatus Jalan
Jalan Negara Jalan Provinsi Jalan Kota Jalan Desa1 Aspal 5,74 21,90 365,41 441,402 Kerikil/Onderlagh 0,00 0,00 0,00 7,403 Tanah 0,00 0,00 0,00 3,004 Tidak Dirinci 0,00 0,00 0,00 0,00
Jumlah 5,47 21,90 365,41 451,80Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014
C. Keadaan Demografi
Jumlah penduduk Kota Metro tahun 2013 adalah 153.517 jiwa (berdasarkan
proyeksi hasil sensus penduduk tahun 2010). Luas wilayah Kota Metro adalah
68,74 Km sehingga kepadatan penduduk Kota Metro adalah 2.233/Km .
Kota Metro menempati urutan kedua di Provinsi Lampung untuk kepadatan
penduduk setelah Kota Bandar Lampung. Keadaan penduduk Kota Metro
berdasarkan jenis kelamin tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 7.
42
Tabel 7. Jumlah penduduk Kota Metro menurut jenis kelamin tahun 2013
No Klasifikasi Jumlah (orang) Persentase(%)
1 Laki-laki 76.828 50,042 Perempuan 76.689 49,96
Jumlah 153.517 100,00Sex Ratio 100,18
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014
Tabel 7 menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki di Kota Metro lebih
besar dari jumlah penduduk perempuan, hal ini dapat dilihat dari sex rationya
yaitu sebesar 100,18 yang berarti jumlah penduduk laki-laki 0,18 persen lebih
besar dari jumlah penduduk perempuan. Sebaran penduduk menurut umur
pada tahun 2013, dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Penyebaran penduduk Kota Metro menurut umur tahun 2013
Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)0-14 39.974 26,0415-29 41.955 27,3330-44 36.728 23,9345-59 24.157 15,7360+ 10.703 6,97
Jumlah 153.517 100,00Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014
Menurut Mantra (2004), kelompok penduduk usia 15-64 tahun adalah
kelompok penduduk usia produktif. Tabel 8 memperlihatkan bahwa penduduk
berdasarkan umur dengan jumlah paling besar di Kota Metro berada pada
kisaran usia 15-29 tahun yaitu sebesar 27,33 persen dari total 153.517 jiwa.
Posisi kedua yaitu sebesar 26,04 persen adalah penduduk usia 0-14 tahun. Hal
ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Kota Metro telah memasuki
43
tahap usia produktif untuk bekerja, kondisi ini merupakan potensi positif bagi
pembangunan Kota Metro.
D. Gambaran Umum Industri di Kota Metro
Pembangunan sektor industri merupakan bagian dari pembangunan nasional
dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Sektor industri
merupakan salah satu sektor yang menyerap tenaga kerja paling besar di Kota
Metro. Kota metro memiliki industri yang terdiri dari berbagai skala, dimulai
dari industri besar, industri menengah, dan industri kecil.
Unit usaha industri kecil pada tahun 2013 di Kota Metro sebanyak 1.681 unit
dengan jumlah tenaga kerja yang terserap sebanyak 4.529 orang. Unit usaha
industri menengah yang terdapat di Kota Metro sebanyak 4 unit usaha dan
menyerap tenaga kerja sebanyak 154 orang. Usaha industri besar hanya
terdapat satu perusahaan dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 47 orang.
Jumlah perusahaan, tenaga kerja, dan investasi industri di Kota Metro dapat
dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Jumlah perusahaan, tenaga kerja, dan investasi menurut kelompokindustri di Kota Metro tahun, 2013.
No Kelompok Industri JumlahPerusahaan
Tenaga Kerja(orang)
Investasi(000 Rupiah)
1 Industri pangan 422 1.384 9.652.4002 Bahan kimia dan bangunan 489 1.372 12.238.2003 Industri logam dan jasa 634 1.363 20.999.9004 Industri sandang dan kulit 38 116 740.0005 Industri kerajinan dan umum 98 294 1.989.000
Jumlah 1.681 4.529 45.619.500Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014
44
Berdasarkan Tabel 9 terbilang bahwa industri pangan merupakan penyerap
tenaga kerja tertinggi meskipun dalam segi jumlah perusahaannya menempati
urutan ketiga setelah industri logam dan jasa serta industri bahan kimia dan
bangunan. Letak Kota Metro yang berbatasan langsung dengan beberapa
daerah penghasil pertanian yaitu Lampung Tengah dan Lampung Timur juga
akan memudahkan dalam memperoleh input produksi. Industri pengolahan
pangan banyak dipilih oleh masyarakat karena dalam pengerjaannya relatif
lebih mudah dan menggunakan alat-alat sederhana.
Laju pertumbuhan industri pangan di Kota Metro dari tahun 2010 ke 2012
mengalami peningkatan sebesar 13,23 persen. Semakin banyak industri
pengolahan maka akan semakin banyak tenaga kerja yang dapat diserap.
Umumnya masyarakat perdesaan belum memiliki pendidikan yang tinggi,
sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya banyak yang memilih untuk
bekerja atau membantu dalam proses produksi olahan. Sektor industri secara
umum dan industri pangan khususnya diharapkan dapat membantu peningkatan
perekonomian, khususnya bagi lingkungan pedesaan.
E. Latar Belakang Pendirian Usaha
Agroindustri bihun tapioka di Kota Metro pertama kali dirintis pada
pertengahan tahun 1970-an. Pemilik industri rumah tangga bihun tapioka di
Kota Metro pada awalnya adalah penduduk yang merupakan warga negara
Indonesia keturunan China. Salah satu alasan usaha ini didirikan karena
melihat kondisi daerah yang sangat cocok untuk didirikan industri rumah
tangga bihun. Selain itu, melihat jumlah penduduk yang sudah banyak
45
memungkinkan jumlah kebutuhan akan konsumsi makanan seperti bihun
tapioka dapat menjadi alternatif.
Pemilihan bahan baku tepung tapioka dilakukan karena biaya pengolahan lebih
murah dibandingkan dengan bihun beras, serta kemampuan yang dimiliki para
pengusaha adalah mengolah bihun berbahan tapioka. Kemampuan membuat
bihun ini telah diwariskan secara turun-temurun dalam keluarga para
pengusaha agroindustri bihun tapioka di Kota Metro.
Seluruh agroindustri bihun tapioka di Kota Metro merupakan usaha pertama
yang didirikan oleh para pengusaha bihun tapioka. Para pengusaha melihat
prospek usaha bihun tapioka yang cukup menjanjikan keuntungan besar pada
waktu itu. Modal finansial yang digunakan pada awal pendirian usaha berasal
dari milik pribadi dan melakukan peminjaman ke bank. Sebagian besar usaha
agroindustri bihun tapioka ini dikelola sendiri oleh pemilik usaha dengan
menggunakan tenaga kerja dari penduduk sekitar tempat usaha. Sejak
dijalankan, usaha ini ternyata mampu berkembang dan memberikan
penghidupan bagi keluarga, sehingga usaha ini tetap dijalankan hingga saat ini.
79
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di agroindustri bihun tapioka
di Kota Metro, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Kinerja agroindustri bihun tapioka di Kota Metro secara keseluruhan sudah
baik. Produktivitas rata-rata sebesar 69,02 kg/HOK, kapasitas rata-rata
sebesar 62 persen, dan R/C rasio rata- rata diperoleh sebesar 1,56.
2. Identifikasi lingkungan internal dan eksternal agroindustri bihun tapioka di
Kota Metro didapatkan bahwa :
a. Kekuatan yang dimiliki agroindustri bihun tapioka adalah kebutuhan
input produksi mudah diperoleh, bihun tapioka bermutu baik, telah ada
pembagian tugas yang jelas dalam organisasi perusahaan, lokasi usaha
strategis, dan sistem pemasaran yang tertata.
b.Kelemahan yang dimiliki agroindustri bihun tapioka adalah sulit
menambah teknologi karena terkendala modal, dan rata-rata pendidikan
yang rendah pada tenaga kerja.
c. Peluang yang dimiliki agroindustri adalah bihun tapioka dapat diterima
oleh masyarakat Indonesia khususnya Provinsi Lampung, tersedianya
teknologi untuk meningkatkan produktivitas agroindustri, permintaan
bihun tapioka tidak terpengaruh musim dan cuaca
80
d.Ancaman yang dihadapi agroindustri berupa perekonomian yang belum
stabil terutama gejolak harga Bahan Bakar Minyak (BBM), mahalnya
pengembangan teknologi produksi, adanya produk substitusi berupa
bihun jagung dan mi terigu, proses produksi kadang terganggu cuaca
hujan, masih minimnya kerjasama dan dukungan pemerintah Kota Metro.
B. Saran
1. Pengusaha agroindustri bihun tapioka di Kota Metro sebaiknya melakukan
pencatatan keuangan dan investasi yang terperinci dan membangun
kemitraan dengan lembaga keuangan yang dapat membantu menambah
modal usaha dan menyelesaikan masalah permodalan jika sewaktu-waktu
dibutuhkan.
2. Pemerintah diharapkan dapat memberikan perhatian berupa pemberian
akses menambah pendanaan, membantu menambah kemitraan pengusaha
bihun tapioka dengan pihak-pihak yang dapat membantu usaha, dan
memudahkan alur birokrasi usaha bagi pengusaha agroindustri bihun
tapioka.
3. Peneliti lain diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini mengenai analisis
resiko usaha dan efisiensi pemasaran guna pengembangan agroindustri
bihun tapioka agar menjadi lebih baik.
81
DAFTAR PUSTAKA
Aji, B. P. 2012. Strategi Pengembangan Agroindustri Keripik Pisang diKecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. Fakultas Pertanian.Universitas Sebelas Maret Surakarta. Jurnal Agrista Volume 1 Nomor 2.http://agribisnis.fp.uns.ac.id/category/naskah-publikasi-mahasiswa-2012.Diakses 14 Mei 2013
Andika, M. S. 2012. Kinerja Usaha dan Strategi Pengembangan AgroindustriSkala Kecil Kopi Bubuk di Kota Bandar Lampung. Skripsi. FakultasPertanian. Universitas Lampung
Anoraga, P. 2000. Manajemen Bisnis. Jakarta: Rineka Cipta
Astawan, M. 2006. Membuat Mie dan Bihun. Jakarta: Penebar Swadaya
Badan Pusat Statistik. 2009. Profil Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga.Badan Pusat Statistik. Jakarta
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2012. Lampung Dalam Angka 2012.Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Bandar Lampung
Badan Pusat Statistik Kota Metro. 2014. Metro Dalam Angka 2014. Badan PusatStatistik Kota Metro. Metro
Downey, W. D, dan P.S Ericson. 1992. Manajemen Agribisnis. Jakarta: Erlangga
Hernanto, F. 1991. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya
Hunger, J.D dan T.L Wheelen. 2003. Manajemen Strategi. Yogyakarta: PenerbitAndi.
Iryanti, D. 2010. Analisis Kinerja, Nilai Tambah, dan Strategi PengembanganAgroindustri Kecil Kelanting di Kecamatan Pekalongan KabupatenLampung Timur. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung.
Kemenperin Republik Indonesia. Direktori Perusahaan Industri.http://www.kemenperin.go.id/direktoriperusahaan?what=tepung&prov=18. Diakses tanggal 28 Oktober 2014
Kuncoro, M. 2006. Strategi: Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif. Jakarta:Erlangga
82
Mantra, I.B. 2004. Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Prasetya, H dan Fitri. L. 2009. Manajemen Operasi. Yogyakarta: MediaPresindo
Rochmah, S. 2005. Analisis Nilai Tambah dan Keuntungan pada AgroindustriBihun dan Soun di Metro. Skripsi. Fakultas Pertanian.Universitas Lampung
Sagala, I. C. 2013. Kinerja Usaha Agroindustri Kelanting di Desa Karang AnyarKecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran.Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. JIIA Volume 1 no. 1.http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/view/132. Diakses 4 Maret2014
Savitri, S. L. 2011. Potensi Agroindustri Berdasarkan Kinerja Usaha dan StrategiPengembangannya. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. UniversitasBrawijaya. Jurnal AGRISE Volume X No. 3.http://agrise.ub.ac.id/index.php/agrise/article/view/47/75. Diakses 2 April2014
Sekretariat Negara. 2011. Inflasi dan Kenaikan Harga Beras.http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=5171&itemid=29. Diakses tanggal 11 April 2013
Singarimbun, M. 1989. Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES
Soekartawi. 2000. Pengantar Agroindustri. Jakarta: PT. Radja Grafindo Persada
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, danMenengah Pasal 6, Ayat 2.
Wibowo. 2008. Manajemen Kinerja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Wibowo, A. 2009. Analisis Kinerja dan Strategi Pengembangan UsahaKerajinan Sepatu di Kabupaten Bogor. Skripsi.http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/11581. Diakses pada Mei2013
83
http://gapoktanharapanmukti.blogspot.com/2011/03/cara-membuat-bihun.htmldiakses 24 Juli 2013
http://kreasiumbiku.blogspot.com/2011/08/v-behaviorurldefaultvml-o.html
http://lordbroken.wordpress.com/2011/11/08/proses-pembuatan-bihun/
http://lindanoer.wordpress.com/2014/01/08/pembelanjaan-ekspansi/ 16 mei 2014,11:23 wib