documenpengaruh kinerja lingkungan dan pengungkapan lingkungan terhadap kinerja keuangant 8

130
PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Menjadi Peserta PROPER Tahun 2009-2010) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat dalam menempuh Ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama Disusun Oleh: Nama : Fitriani Zulfa Sukarta NPM : 01.08.376 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIDYATAMA Terakreditasi (accredited) SK. Ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) Nomor: 014/BAN-PT/Ak-XII/VI/2009 Tanggal 12 Juni 2009 BANDUNG 2012

Upload: reza-ismail-hasan

Post on 26-Dec-2015

144 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa EfekIndonesia dan Menjadi Peserta PROPER Tahun 2009-2010)

TRANSCRIPT

Page 1: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN

LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia dan Menjadi Peserta PROPER Tahun 2009-2010)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat dalam

menempuh Ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi

pada Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama

Disusun Oleh:

Nama : Fitriani Zulfa Sukarta

NPM : 01.08.376

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIDYATAMA

Terakreditasi (accredited)

SK. Ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT)

Nomor: 014/BAN-PT/Ak-XII/VI/2009

Tanggal 12 Juni 2009

BANDUNG

2012

Page 2: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN

LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia dan Menjadi Peserta PROPER Tahun 2009-2010)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat dalam

menempuh Ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi

pada Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama

Disusun oleh:

Fitriani Zulfa Sukarta

0108376

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

(Rima Rachmawati, S.E., M.Si, Ak.)

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi

(Dr. H. Islahuzzaman, S.E., M.Si., Ak.)

NIP. 195512181986011001

Ketua Program Studi Akuntansi S-1

(Erly Sherlita, S.E., M.Si., Ak.)

NIP.111.1199056

Page 3: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan manusia,

supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan

mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah: Adakanlah

perjalanan dimuka bumi dan perlihatkanlah bagaimana kesudahan orang-orang

yang dulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang

mempersekutukan (Allah).” (QS Ar Rum : 41-42)

Jika pohon terakhir telah ditebang, ikan terakhir telah ditangkap, sungai

terakhir telah mengering, manusia baru sadar kalau uang tak bisa dimakan.

(Suku Indian)

Page 4: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Fitriani Zulfa Sukarta

NPM : 0108376

Tempat, Tanggal lahir : Indramayu, 25 April 1990

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

“PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN

LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN”

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia dan Menjadi Peserta PROPER Tahun 2009-2010)

Merupakan pekerjaan saya sendiri. Apabila terbukti skripsi tersebut bukan hasil

pekerjaan sendiri, maka saya bersedia menerima sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian skripsi ini dibuat sebagimana mestinya benar adanya .

Bandung, Agustus 2012

Fitriani Zulfa S

Page 5: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

i

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji Pengaruh Kinerja Lingkungan dan

Pengungkapan Lingkungan terhadap Kinerja Keuangan. Kinerja lingkungan

diukur dengan hasil penilaian PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja

Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup). Pengungkapan Lingkungan

diukur dengan menggunakan indikator kinerja lingkungan yang tercakup dalam

Global Reporting Initiative. Kinerja keuangan perusahaan diukur dengan Earning

Per Share.

Data diambil dari annual report selama dua tahun dari 2009-2010. Sampel

dalam penelitian ini 16 perusahaan manufaktur, metode statistik yang digunakan

adalah analisis persamaan regresi berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan

bahwa secara simultan kinerja lingkungan dan pengungkapan lingkungan

berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. Secara parsial kinerja

lingkungan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. Serta

pengungkapan lingkungan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap

kinerja keuangan.

Kata kunci: kinerja lingkungan, pengungkapan lingkungan, kinerja keuangan,

PROPER, GRI, EPS

Page 6: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

ii

KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum wr. wb.

Segala puji bagi Allah atas segala nikmat dan hidayah-Nya, Tuhan semesta

alam yang memberi petunjuk, kekuatan lahir dan batin sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat dan salam senantiasa tercurah

kepada Rasulullah SAW, beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang

setia. Semoga kita termasuk diantara mereka, ummat yang istiqomah

memperjuangkan risalahnya hingga hari akhir.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Widyatama.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dukungan, saran, dan

fasilitas dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala

hormat dan kesungguhan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT sumber kekuatan Yang Maha Sempurna. Tiada lelah rasa

syukur ini kupanjatkan hanya pada-Mu Ya Rabbal Alamin. Pertolongan-

Mu padaku di segala keadaan.

2. Rasulullah Muhammad SAW yang selalu menjadi teladan bagi penulis dan

bagi setiap ummatnya. Sumber inspirsasi yang tak tertandingi.

3. Ayah dan Ibu tercinta atas doa, pengorbanan yang begitu besar, tidak

peduli lelah dan sakit, dukungan dan nasehatnya. Supporter paling setia

sedunia.

4. Bapak Dr. H. Islahuzzaman, S.E., M.Si., Ak., Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Widyatama.

5. Ibu Rima Rachmawati, S.E., M.Si, Ak., selaku dosen pembimbing

sekaligus Ketua Program Studi Akuntansi D3, yang telah memberikan

waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing serta memberikan

pengarahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Erly Sherlita, S.E., M.Si., Ak., selaku Ketua Program Studi Akuntansi

S1 Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama.

Page 7: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

iii

7. Ibu R. Ait Novatiani, S.E., M.Si., selaku Dosen Wali penulis, terima kasih

banyak atas bantuan, motivasi, dan bimbingan yang tak henti-hentinya

diberikan selama ini.

8. Ibu Prof. Dr. Hj. Koesbandijah Abdoel Kadir, M.S., Ak., selaku Ketua

Yayasan Universitas Widyatama Bandung.

9. Bapak Dr. H. Mame S. Sutoko, Ir., D.E.A., selaku Rektor Universitas

Widyatama.

10. Bapak Dr. H. Nuryaman, S.E., M.Si., Ak., selaku pembantu Dekan

Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama Bandung.

11. Ibu Intan Oviantari, S.E., M.Ak., Ak., selaku Sekretaris Program Studi

Akuntansi S1 Universitas Widyatama Bandung.

12. Sahabat-sahabatku Amalia, Nena, Nisa, Krisna, Pipit, Weni, Jeni, Mega,

Dera, Indah, Ijem, Ike, Linda, Nyit, Neneng, Adya, Fiska, Jeane terima

kasih atas semua kebaikan, kebersamaan, suka dukanya selama ini.

13. Deni, Dinda, Rennier, Hari, Dalas, Imam, Chandra, Ilham, Ahmad,

Ridwan, Diki, terima kasih atas segala kebaikan dan bantuannya selama

ini.

Karya kecil ini masih jauh dari sempurna. Saran dan kritik membangun

sangat dinantikan. Besar harapan penulis bahwa skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Wassalaamu’alaikum wr. wb.

Bandung, Juni 2012

Penulis

Fitriani Zulfa S.

Page 8: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................ iv

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN........................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian ................................................................ 1

1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................. 6

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 6

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 7

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Akuntansi ............................................................................................... 9

2.1.1 Pengertian Akuntansi ........................................................... 9

2.1.2 Jenis-Jenis Akuntansi ........................................................ 11

2.1.3 Prinsip-Prinsip Akuntansi .................................................... 20

2.2 Kinerja Lingkungan melalui PROPER .............................................. 22

2.2.1 Pengertian Kinerja ............................................................... 22

2.2.2 Pengertian Lingkungan ........................................................ 23

2.2.3 Kinerja Lingkungan ............................................................. 25

2.2.4 Indikator Kinerja Lingkungan .............................................. 26

2.2.5 Latar Belakang PROPER ..................................................... 27

2.2.6 Manfaat PROPER Bagi Para Stakeholder ............................ 28

2.2.7 Kriteria Penilaian ................................................................. 29

2.2.8 Penentuan Peringkat ............................................................ 30

2.3 Pengungkapan Lingkungan ................................................................ 31

Page 9: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

v

2.3.1 Pengertian Pengungkapan Lingkungan ................................ 31

2.3.2 Komponen Dasar Pengungkapan Lingkungan ...................... 34

2.3.3 GRI (Global Reporting Initiative) ........................................ 35

2.3.4 Pelaksanaan Pengungkapan Lingkungan .............................. 38

2.3.5 Manfaat Pengungkapan Lingkungan .................................... 42

2.4 Kinerja Keuangan .............................................................................. 44

2.4.1 Pengertian Kinerja Keuangan .............................................. 44

2.4.2 Tujuan Kinerja Keuangan .................................................... 45

2.4.3 Pengukuran Kinerja Keuangan ............................................ 46

2.4.3.1 Earning Per Share (EPS) ..................................... 47

2.4.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Earning Per

Share ................................................................... 48

2.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis .................................................... 49

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian ..................................................................................... 56

3.2 Metode Penelitian ................................................................................... 57

3.2.1 Jenis dan Sumber Data......................................................... 57

3.2.2 Populasi dan Sampel Penelitian ........................................... 58

3.2.2.1 Populasi Penelitian .............................................. 58

3.2.2.2 Sampel Penelitian ................................................ 59

3.2.3 Variabel Penelitian dan Operasionalisasi Variabel ............... 62

3.2.3.1 Variabel Penelitian .............................................. 62

3.2.3.2 Operasionalisasi Variabel .................................... 63

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................... 70

3.2.5 Rancangan Analisis Data dan Penetapan Hipotesis .............. 71

3.2.5.1 Rancangan Analisis Data ..................................... 71

3.2.5.2 Penetapan Hipotesis Nol dan Alternatif ................ 71

3.2.6 Pemilihan Test Statistik ....................................................... 72

3.2.7 Metode Analisis Data .......................................................... 72

3.2.7.1 Uji Asumsi Klasik ............................................... 72

Page 10: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

vi

3.2.8 Analisis Persamaan Regresi Berganda ................................. 76

3.2.9 Penetapan Tingkat Signifikansi ............................................ 78

3.2.10 Penarikan Kesimpulan ......................................................... 78

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian .................................................................................. 79

4.1.1 Gambaran Umum dan Objek Penelitian ............................... 79

4.1.2 Pengolahan Data .................................................................. 80

4.1.2.1 Kinerja Lingkungan ............................................. 80

4.1.2.2 Pengungkapan Lingkungan .................................. 83

4.1.2.3 Kinerja Keuangan ................................................ 87

4.2 Perhitungan Statistik dan Pengujian Hipotesis .................................... 89

4.2.1 Statistik Deskriptif ............................................................... 89

4.2.2 Pengaruh Kinerja Lingkungan dan Pengungkapan Lingkungan

terhadap Kinerja Keuangan .................................................. 90

4.2.2.1 Uji Asumsi Klasik ............................................... 91

4.2.2.2 Persamaan Regresi Berganda ............................... 97

4.3 Pembahasan ..................................................................................... 105

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan .......................................................................................... 109

5.2 Saran................................................................................................ 111

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 114

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 11: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penilaian PROPER ..................................................................... 30

Tabel 2.2 Indikator GRI ............................................................................. 37

Tabel 3.1 Pemilihan Sampel ....................................................................... 60

Tabel 3.2 Daftar Perusahaan (Sampel) ........................................................ 61

Tabel 3.3 Indikator Kinerja Bidang Lingkungan menurut GRI.................... 65

Tabel 3.4 Operasionalisasi Variabel ........................................................... 69

Tabel 3.5 Kriteria Autokorelasi Durbin-Watson (DW) ............................... 76

Tabel 4.1 Daftar Perusahaan (Sampel) ........................................................ 80

Tabel 4.2 Kinerja Lingkungan Perusahaan Manufaktur Yang Menjadi

Sampel ........................................................................................ 81

Tabel 4.3 Data Pengungkapan Lingkungan Indikator Kinerja Lingkungan

tahun 2009 .................................................................................. 84

Tabel 4.4 Data Pengungkapan Lingkungan Indikator Kinerja Lingkungan

tahun 2010 .................................................................................. 85

Tabel 4.5 Data Variabel Independen dan Dependen .................................... 88

Tabel 4.6 Statistik Deskriptif ...................................................................... 89

Tabel 4.7 Uji Kolmogorov-Smirnov ........................................................... 93

Tabel 4.8 Uji Multikolinieritas ................................................................... 94

Tabel 4.9 Uji Autokorelasi ......................................................................... 96

Tabel 4.10 Koefisien Regresi Berganda ........................................................ 97

Tabel 4.11 Koefisien Determinasi (R-square)............................................... 99

Tabel 4.12 Koefisien Beta dan Zero Order Correlation .............................. 100

Tabel 4.13 Uji Signifikansi (Uji F) ............................................................. 101

Tabel 4.14 Uji Hipotesis Parsial (Uji t) ....................................................... 102

Tabel 4.15 Analisa Hasil Uji Statistik ......................................................... 105

Page 12: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

viii

DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN

Gambar 1.1 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang

Tahun 2001-2011 .......................................................................... 2

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran .................................................................. 52

Gambar 4.1 Uji Normalitas dengan Metode Grafik Plot ................................. 92

Gambar 4.2 Uji Heteroskedastisitas dengan Metode Grafik ............................ 95

Page 13: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kartu Bimbingan Skripsi

Lampiran 2 Daftar Perusahaan

Lampiran 3 Hasil Penilaian PROPER

Lampiran 4 Kuantifikasi Pengungkapan Lingkungan

Lampiran 5 Hasil Perhitungan Variabel Penelitian

Lampiran 6 Hasil Olahan SPSS 20.00

Page 14: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

DAFTAR PUSTAKA

Almilia, Luciana Spica. dan Dwi Wijayanto. 2007. Pengaruh Environmental

Performance Dan Environmental Disclosure Terhadap Economic

Performance. Accounting Conference. Depok

Al-Tuwajiri, S., Christensen, T. And Hughesll, K.E. 2003. The Relations Among

Environmental Disclosure, Environmental Performance, and Economic

Performance: A Simultaneous Equations Approach. Accounting

Environment Journal. USA.

Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Badan Pengawas Pasar Modal. Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-38/ PM/

1996 (Peraturan No. VIII. G. 2) Tentang Laporan Tahunan.

Bagaeva, Alexandra. 2010. The Value Relevance Of Firms’ Integral

Environmental Impact: Evidence From Russia. Available at

http://apira2010.econ.usyd.edu.au (Diakses 5 Februari 2012)

Banafos, Hubert. 2004. “The Relationship Between Environmental and Financial

Performance of Forest Enterprises Managing Pine Platatiom in Chile”.

Universityof Durham.

Belkaoui, Ahmed Riahi. 2000. Teori Akuntansi. Jakarta : Salemba Empat.

___________________. 2006. Teori Akuntansi. Edisi Kelima. Penerbit Salemba

Empat. Jakarta.

Bernard Daulat. 2007. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Kinerja

Lingkungan Perusahaan”. Skripsi tidak dipublikasikan. FE UNPAD.

Bandung.

Budi Untung, Hendrik. 2008. “Corporate Social Responsibility”. Jakarta : Sinar

Grafika.

Bursa Efek Indonesia. Annual Report 2009, 2010. www.idx.com (Diakses tanggal

25 Maret 2012).

Chariri dan Ghozali. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit Undip.

Churchill, Gilbert A Jr. 2005. Dasar-dasar Riset Pemasaran Jilid 1 Edisi 4.

Erlangga.

Page 15: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

Desiandwi, Sherlina. 2006. “Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Financial

Performance Terhadap Pengungkapan Informasi Lingkungan Hidup

(Environmental Disclosure) pada Laporan Tahunan Perusahaan”.

Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. Malang.

Enggardian, Ermay. 2008. “Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Kinerja

Keuangan Perusahaan dengan Pengungkapan Lingkungan sebagai

Variabel Moderasi. Skripsi tidak dipublikasikan. FE UNPAD. Bandung.

Environmental Protection Agency (EPA). 2000. “The Relationship between

Firm’s Environmental Performance and Financial Performance”. United

State EPA.

Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

_____________. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS,

Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

____________. 2006. Aplikasi Analisis Mulitivariate Dengan Program SPSS,

Badan Penerbit Univesitas Dipongoro, Semarang

____________. 2007. Aplikasi Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:

BPUNDIP

Global Reporting Initiatives (GRI). 2006. Sustainability Reporting Guidelines.

Amsterdam.

Harun, Ihsan Basarah. 2009. Pengaruh Environmental Performance Terhadap

Financial Performance. Skripsi: Universitas Padjadjaran

Ikhsan, Arfan. 2008. “Akuntansi lingkungan dan pengungkapannya”. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Jusup, Haryono. 2001. Dasar-dasar akuntansi. Edisi Keenam. Aditya Media.

Yogyakarta.

Laporan Hasil Penilaian PROPER. 2010. Kementerian Lingkungan Hidup

Republik Indonesia.

____________________________. 2011. Kementerian Lingkungan Hidup

Republik Indonesia.

Lopez, Jorge Garcia. 2004. The Effectiveness of Indonesia’s Public disclosure

program PROPER.

Page 16: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

Mahoney, lois. 2000. “Corporate Social and Environmental Performance and

Their Relation to Financial Performance and Institutional Ownership

Empirical Evidence on Canadian Firms”. University of Central Florida,

School of Accounting Journal.

Mulyadi. (1997). Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Edisi 2.

Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

_______. (1999). Akuntansi Biaya, Edisi kelima. Yogyakarta. Universitas Gadjah

Mada.

_______. (2001). Sistem Akuntansi. Edisi Ketiga. Penerbit Salemba Empat.

Jakarta.

Nazir, Moh. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Novita dan Chaerul D. Djakman. 2008. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap

Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR Disclosure) pada

LaporanTahunan Perusahaan; Studi Empiris pada Perusahaan Publik

yang Tercatat diBursa Efek Indonesia tahun 2006. Makalah disampaikan

pada Simposium Nasional Akuntansi XI, Pontianak, 22 – 25 Juli 2008.

Oktavirina. 2006. Pengaruh Kinerja Keuangan dan Faktor-faktor Lainnya

terhadap Kinerja Lingkungan. Skripsi. Universitas Padjajaran, Bandung.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1: Penyajian Laporan

Keuangan. 2010. Jakarta: IAI.

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang. www.bps.go.id

(diakses 20 Maret 2012)

Purwanto, Andie Tri. 2006. Pengukuran Kinerja Lingkungan. Available at

http://andietri.tripod.com (Diakses 20 Maret 2012)

Rakhiemah, Aldilla Noor. dan Dian Agustia. 2009. Pengaruh Kinerja Lingkungan

Terhadap Corporate Social Responsibility (Csr) Disclosure Dan Kinerja

Finansial Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XII Palembang.

Sekaran, Uma. 2003. Research Methods for Business : A Skill Building Approach

2nd Edition, John Wiley and Son. New York.

Siaran Pers Hasil PROPER 2009-2010. Kementrian Lingkungan Hidup. Available

at http://www.menlh.go.id (Diakses 5 Februari 2012)

Page 17: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

Sofia, Anisa. 2009. Pengaruh Environmental Performance dan Environmental

Disclosure Terhadap Financial Performance. Skripsi: Universitas

Padjadjaran

Solihin, Ismail. 2009. “Corporate Social Responsibility from Charity to

Suistainability”. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Sucipto. 2003. Penilaian Kinerja Keuangan. Jurnal Elektronik Universitas

Sumatra Utara. Terdapat pada: library.usu.ac.id/download/fe/akuntansi-

sucipto.pdf (diakses pada 20 Maret 2012)

Sugiyono. 2007. Statistik untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta

Sumarni, Murti dan Salamah Wahyuni. 2006. Metedologi Penelitian Bisnis.

Yogyakarta: CV ANDI OFFST.

Suratno, Ignatius Bondan. Darsono. dan Siti Mutmainah. 2006. Pengaruh

Environmental Performance Terhadap Environmental Disclosure Dan

Economic Performance (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur

yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 2001-2004). Simposium

Nasional Akuntansi IX Palembang.

Susi. 2005. The Relationship Between Environmental Performance And Financial

Performance Amongst Indonesian Companies. Simposium Nasional

Akuntansi VIII Solo.

Taridi, Tirmidzi. 2009. Perkembangan GCG di Indonesia. Seminar Nasional

“Rejuvenating Our Teaching Research ini Financial Accounting and

Modeling GCG in Indonesia”. Yogyakarta.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup Republik Indonesia.

Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Warren, S Carls. Reeve, James M. Duchac, Jonathan. 2011. Financial and

Managerial Accounting. Cengage Learning.

Wibisono, Dermawan. 2002. Riset Bisnis. Gramedia Pustaka Utama.

Page 18: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Keberadaan perusahaan dalam masyarakat dapat memberikan aspek yang

positif dan negatif. Di satu sisi, perusahaan menyediakan barang dan jasa yang

diperlukan oleh masyarakat maupun lapangan kerja. Namun di sisi lain tidak

jarang masyarakat mendapatkan dampak buruk dari aktivitas bisnis perusahaan.

Banyak kasus ketidakpuasan publik yang bermunculan, baik yang berkaitan

dengan pencemaran lingkungan, serta eksploitasi besar-besaran terhadap energi

dan sumber daya alam yang menyebabkan kerusakan alam.

Selama ini perusahaan dianggap sebagai lembaga yang dapat memberikan

banyak keuntungan bagi masyarakat. Oleh karena itu, perusahaan mendapat

legitimasi bergerak leluasa melaksanakan kegiatannya. Namun, lama kelamaan

memang perusahaan ini dikenal juga sebagai “binatang ekonomi” yang mencari

keuntungan sebesar-besarnya, akhirnya semakin disadari bahwa dampak yang

dilakukannya terhadap masyarakat cukup besar dan semakin lama semakin besar

yang sukar dikendalikan tanpa tanggung jawab (Almilia, 2007).

Salah satu sektor perusahaan yang melakukan operasi tersebut adalah

perusahaan manufaktur. Dalam perekonomian di Indonesia yang menjadi andalan

adalah sektor industri manufaktur dibandingkan sektor-sektor ekonomi lainnya.

Namun perusahaan manufaktur ini mengalami beberapa permasalahan, terlihat

dari pertumbuhan produksi industri manufaktur yang berfluktuasi.

Page 19: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

2

Gambar 1.1

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang

Tahun 2001-2011

Sumber: bps.go.id, Maret 2012.

Dapat disimpulkan dari Gambar 1.1 diatas bahwa pertumbuhan produksi

industri manufaktur besar dan sedang setiap tahunnya selalu terjadi fluktuasi. Hal

ini disebabkan oleh faktor permintaan baik dalam negeri maupun luar negeri,

selain itu dipengaruhi juga oleh kondisi iklim usaha dan tingginya realisasi

investasi. Dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2011 berfluktuasi dan

pertumbuhan minus hanya terjadi pada tahun 2006 sedangkan pada tahun-tahun

lainnya terjadi pertumbuhan yang positif. Industri manufaktur yang

menyumbangkan pengaruh cukup besar untuk pertumbuhan ekonomi seharusnya

dapat lebih memaksimalkan pertumbuhannya. Perannya akan semakin terlihat

apabila industri manufaktur berhasil mengoptimalkan seluruh kinerja yang

dilakukan oleh perusahaan, salah satunya yaitu kinerja lingkungan. Hal tersebut

akan mendorong kestabilan dari faktok eksternal maupun internal perusahaan,

Page 20: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

3

sehingga dapat memaksimalkan kapasitas produksi yang diharapkan dan industri

manufaktur bisa berjalan secara efektif dan efisien.

Saat ini, permasalahan lingkungan di Indonesia sedang marak

diperbincangkan. Karena dapat di lihat dari berbagai bencana yang akhir-akhir ini

terjadi, seperti banjir, tanah longsor yang terjadi hampir di seluruh daerah di

Indonesia, kebakaran hutan yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan serta banjir

lumpur di Sidoarja Jawa Timur yang sampai sekarang belum tertangani dengan

baik. Hal ini merupakan bukti rendahnya perhatian perusahaan terhadap dampak

lingkungan dari aktifitas industrinya.

Pemerintah telah mengeluarkan beberapa Undang-undang tentang

lingkungan hidup, seperti Pasal 28H Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 menyatakan lingkungan hidup yang baik dan sehat

merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia, serta pembaruan terhadap

Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup oleh

Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup pun dilakukan.

Sejak tahun 2002 KLH (Kementrian Lingkungan Hidup) bekerja sama

dengan Bapedal dan instansi terkait lainnya mengadakan PROPER (Program

Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup)

hasil perkembangan PROPER PROKASIH berdasarkan UU No. 3/1997 dan

KepMen 127/MENLH/2002 di bidang pengendalian dampak lingkungan untuk

meningkatkan peran perusahaan dalam program pelestarian lingkungan hidup.

Serta dikeluarnya Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 05 tahun 2011

Page 21: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

4

tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan

Lingkungan Hidup.

Pada awal pelaksanaannya penilaian kinerja PROPER menggunakan tujuh

warna meliputi emas, hijau, biru, biru minus, merah, merah minus dan hitam.

Pelaksanaan PROPER yang terbaru tahun 2010 hanya terdapat lima warna,

dimana kriteria ketaatan digunakan untuk pemeringkatan biru, merah dan hitam,

sedangkan kriteria penilaian aspek lebih dari yang dipersyaratkan (beyond

compliance) adalah hijau dan emas. Pelaksanaan PROPER yang terbaru tahun

2010 telah menggunakan dasar acuan UU No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan. Peringkat kinerja perusahaan yang akan

diumumkan kepada masyarakat meliputi kategori taat dan tidak taat terhadap

peraturan-peraturan yang berlaku sesuai UU No. 32 tahun 2009. Respon baik atas

program PROPER sebagai penilaian kinerja lingkungan perusahaan terus

meningkat. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya jumlah kenaikan peserta dari

85 peserta di awal tahun didirikannya PROPER yaitu tahun 2002/2003 dan

sekarang menjadi 995 peserta di tahun 2010/2011 (Laporan Hasil Penilaian

PROPER, 2011).

Tujuan penerapan instrument PROPER adalah untuk mendorong

peningkatan kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan melalui

penyebaran informasi kinerja penaatan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan

guna mencapai peningkatan kualitas lingkungan hidup. Peningkatan kinerja

penaatan dapat terjadi melalui efek insentif dan disinsentif reputasi yang timbul

akibat pengumuman peringkat kinerja PROPER kepada publik. Pelaksanaan

Page 22: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

5

PROPER difokuskan kepada perusahaan yang memenuhi kriteria, antara lain:

perusahaan yang berdampak besar terhadap lingkungan hidup, perusahaan yang

berorientasi ekspor dan/atau produknya bersinggungan langsung dengan

masyarakat, serta perusahaan publik (Laporan Hasil Penilaian PROPER, 2010).

Menurut Budi Untung (2008:1) Corporate social responsibility adalah

komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribursi dalam

pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung

jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian

terhadap aspek ekonomis, sosial dan lingkungan. Tanggung jawab sosial

perusahaan (corporate social responsibility) merupakan salah satu dari beberapa

tanggung jawab perusahaan kepada para pemangku kepentingan (stakeholders)

(Solihin, 2009). Corporate Social Responsibility sebagai konsep akuntansi yang

baru adalah transparansi pengungkapan sosial atas kegiatan atau aktivitas sosial

yang dilakukan oleh perusahaan, dimana transparansi informasi yang diungkapkan

tidak hanya informasi keuangan perusahaan, tetapi perusahaan juga diharapkan

mengungkapkan informasi mengenai dampaksosial dan lingkungan hidup yang

diakibatkan aktivitas perusahaan (Rakhiemah, 2009).

Penelitian mengenai hubungan antara kinerja lingkungan dan

pengungkapan lingkungan terhadap kinerja keuangan menarik dan penting untuk

diteliti kembali. Atas dasar latar belakang diatas maka penulis melakukan

penelitian dengan judul “PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN

PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA

KEUANGAN”.

Page 23: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

6

1.2 Indentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka identifikasi permasalahan

dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah kinerja lingkungan dan pengungkapan lingkungan secara

simultan memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan?

2. Apakah kinerja lingkungan secara parsial memiliki pengaruh terhadap

kinerja keuangan?

3. Apakah pengungkapan lingkungan secara parsial memiliki pengaruh

terhadap kinerja keuangan?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh kinerja

lingkungan dan pengungkapan lingkungan terhadap kinerja keuangan

perusahaan manufaktur peserta PROPER yang terdaftar di BEI periode

2009/2010.

2. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh kinerja

lingkungan terhadap kinerja keuangan perusahaan manufaktur peserta

PROPER yang terdaftar di BEI periode 2009/2010.

3. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh pengungkapan

lingkungan terhadap kinerja keuangan perusahaan manufaktur peserta

PROPER yang terdaftar di BEI periode 2009/2010.

Page 24: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

7

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak

yang berkepentingan, yaitu:

1. Perusahaan selaku pelaku industri yang memiliki dampak terhadap

lingkungan agar memperhatikan pentingnya pengungkapan

pengelolaan lingkungan perusahaannya.

2. Investor sebagai alat bantu dalam mempertimbangkan keputusan

investasinya.

3. Penulis sebagai subjek yang melakukan penelitian memperoleh

manfaat berupa:

a. memberikan gambaran tentang pengaruh kinerja lingkungan

terhadap kinerja keuangan khususnya perusahaan yang

bergerak di bidang manufaktur

b. menambah wawasan tentang kinerja lingkungan dan

pengelolaan lingkungan perusahaan serta menambah literatur

yang ada mengenai kinerja lingkungan dan pengelolaan

lingkungan

c. memenuhi salah satu syarat didalam menempuh ujian sidang

sarjana Ekonomi Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas

Widyatama

Page 25: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

8

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Data yang diperlukan dalam penelitian diperoleh dengan cara

mengumpulkan data keuangan perusahaan tersebut secara on line melalui annual

report perusahaan, data yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia dan

laporan hasil penilaian PROPER Kementrian Lingkungan Hidup Republik

Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2012 sampai dengan selesai.

Page 26: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Akuntansi

2.1.1 Pengertian Akuntansi

Para akuntan memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang proses

akuntansi dalam menguraikan perbedaan teori-teori. Pandangan tersebut adalah

akuntansi sebagai bahasa, akuntansi sebagai catatan peristiwa yang lalu, akuntansi

sebagai realitas ekonomi saat ini, akuntansi sebagai sistem informasi, akuntansi

sebagai komoditas, dan akhirnya akuntansi sebagai sebuah ideologi.

Adapun definisi akuntansi menurut para ahli yaitu sebagai berikut:

1. Akuntansi Sebagai Seni

Menurut Belkaoui (2006), pengertian akuntansi sebagai seni adalah :

“Akuntansi adalah suatu seni atau keahlian yang menyarankan agar

keahlian akuntansi yang dibutuhkan untuk menjadi seorang pedagang

yang baik harus diajarkan dan memerlukan adanya pendekatan

legalistik terhadap akuntansi”.

Dapat disimpulkan bahwa akuntansi sebagai seni adalah seni

pencatatan, pengelompokan, pengikhtisaran menurut cara yang berarti dan

dinyatakan dalam nilai mata uang, semua transaksi serta kejadian yang

sedikitnya bersifat finansial dan dari catatan itu dapat ditafsirkan hasilnya.

Seni pencatatan artinya dalam melakukan pencatatan diusahakan serapih

mungkin, dengan menggunakan bahasa yang khas dalam akuntansi dan

teknik tertentu sehingga menarik dan mudah dipahami oleh para pemakai

Page 27: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

10

sedangkan teknik pengelompokan dan pengikhtisaran dilakukan menurut

aturan yang tercantum dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

2. Akuntansi Sebagai Proses

Pengertian akuntansi sebagai proses menurut Mulyadi (2001:2)

adalah:

“Proses pengolahan data keuangan untuk menghasilkan informasi

keuangan yang digunakan untuk memungkinkan pengambil keputusan

melakukan pertimbangan berdasarkan informasi dalam pengambilan

keputusan.”

Jadi, dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah proses pencatatan,

pengklasifikasian, pengelompokkan suatu transaksi yang terjadi di dalam

suatu perusahaan atau organisasi untuk suatu pengambilan keputusan.

Akuntansi sebagai proses menurut Jusup (2001) adalah:

“Proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan dan

penganalisaan data keuangan suatu organisasi”.

Hal ini berarti bahwa kegiatan akuntansi merupakan tugas yang

kompleks dan menyangkut bermacam-macam kegiatan.

Sedangkan pengertian Menurut Belkaoui (2006), akuntansi sebagai

proses adalah:

“Proses pengidentifikasian, pengukuran, dan pengkomunikasian

informasi ekonomik untuk memungkinkan pembuatan pertimbangan

dan keputusan berdasarkan informasi oleh para pengguna informasi

tersebut”.

3. Akuntansi Sebagai Sistem Informasi

Sedangkan menurut Belkaoui (2000), akuntansi sebagai sistem

informasi adalah:

Page 28: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

11

“Akuntansi adalah suatu proses yang menghubungkan sumber

informasi atau transmitter (biasanya akuntan), saluran komunikasi,

dan sekumpulan penerima (pengguna eksternal)”.

Dapat disimpulkan bahwa keunggulan pandangan akuntansi sebagai

sistem informasi yaitu sistem-sistem akuntansi alternatif tidak

membutuhkan pertimbangan yang lebih lama lagi dalam menilai

kemampuannya untuk menghasilkan true income atau dalam hal

kewajaran dari penyajian data historis. Sepanjang setiap pengguna yang

berbeda dapat menemukan informasi yang diinginkan, saat itu pula dapat

ditentukan bahwa sistem tersebut bermanfaat.

Sedangkan akuntansi sebagai sistem informasi menurut Jusup (2001)

adalah:

“Suatu disiplin yang menyediakan informasi yang diperlukan untuk

melaksanakan kegiatan secara efisien dan mengevaluasi kegiatan-

kegiatan suatu organisasi”.

Jadi dapat disimpulkan dari penjelasan diatas bahwa informasi

akuntansi sangat penting dalam menyelenggarakan kegiatan perusahaan.

Informasi ini digunakan dalam pengambilan keputusan pihak internal dan

eksternal perusahaan.

2.1.2 Jenis-Jenis Akuntansi

Masyarakat menuntut agar perusahaan senantiasa memperhatikan dampak-

dampak sosial yang timbul dan upaya untuk mengatasinya. Masyarakat

menginginkan dampak tersebut untuk dikontrol karena dampak sosial yang

ditimbulkan terhadap kehidupan masyarakat sangat besar. Dari sini

Page 29: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

12

berkembanglah ilmu akuntansi yang selama ini hanya memberikan informasi

tentang kegiatan perusahaan kepada pihak ketiga (stakeholders dan bondholders),

yang mempunyai kontribusi langsung bagi perusahaan, sedangkan pihak lain

sering diabaikan. Dengan berkembangnya ilmu akuntansi tersebut, kemudian

jenis-jenis akuntansi bermunculan, yaitu:

1. Akuntansi Biaya

Akuntansi Biaya adalah suatu bidang akuntansi yang diperuntukkan

bagi proses pelacakan, pencatatan, dan analisa terhadap biaya-biaya yang

berhubungan dengan aktivitas suatu organisasi untuk menghasilkan barang

atau jasa. Akuntansi biaya yang digunakan untuk akuntansi keuangan,

akuntansi biaya mengukur biaya produksi dan penjualan sesuai GAAP,

sedangkan akuntansi biaya yang digunakan untuk kebutuhan internal,

informasi akuntansi biaya memberikan dasar untuk perencanaan,

pengendalian dan pengambilan keputusan.

2. Akuntansi Keuangan

Akuntansi keuangan adalah bagian dari akuntansi yang berkaitan

dengan penyiapan laporan keuangan untuk pihak luar, seperti pemegang

saham, kreditor, pemasok, serta pemerintah. Akuntansi Keuangan juga

merupakan akuntansi yang berhubungan dengan pencatatan transaksi

keuangan. Hasil akhir akuntansi keuangan adalah laporan laba/rugi,

laporan perubahan modal, neraca, laporan perubahan posisi keuangan,

catatan atas laporan keuangan. Dalam penyusunan laporan keuangan harus

sesuai dengan prisip akuntansi yang berterima umum.

Page 30: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

13

Akuntansi keuangan fokus informasinya adalah informasi keuangan

masa lalu untuk menggambarkan pertanggungjawaban dana yang

dipercayakan oleh pihak luar kepada manajemen suatu perusahaan

(Mulyadi, 2001). Hal penting dari akuntansi keuangan adalah adanya

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang merupakan peraturan yang

harus digunakan didalam pengukuran dan penyajian laporan keuangan

untuk kepentingan eksternal. Dengan demikian, diharapkan pemakai dan

penyusun laporan keuangan dapat berkomunikasi melalui laporan

keuangan ini, sebab mereka menggunakan acuan yang sama yaitu SAK.

3. Akuntansi Manajemen

Akuntansi Manajemen adalah disiplin ilmu yang berkenaan dengan

pengguna informasi akuntansi oleh para manajemen dan pihak-pihak

internal lainnya untuk keperluan penghitungan biaya produk, perencanaan,

pengendalian dan evaluasi, serta pengambilan keputusan. Menurut

Mulyadi (2001) Akuntansi manajemen di samping menghasilkan

informasi masa lalu, juga menyediakan informasi keuangan masa yang

akan datang sebagai salah satu dasar bagi manajemen dalam pengambilan

keputusan. Akuntansi manajemen juga lebih banyak bersangkutan dengan

pengukuran kinerja manajemen dari berbagai jenjang organisasi. Karena

informasi akuntansi manajemen digunakan untuk mengukur kinerja

manajemen, maka aspek perilaku manusia dalam organisasi perlu

diperhatikan dalam pengolahan informasi keuangan dalam akuntansi

manajemen.

Page 31: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

14

4. Akuntansi Pemerintahan

Lembaga pemerintah dalam menjalankan pemerintahannya

memerlukan jasa akuntansi, baik analisis maupun untuk meningkatkan

mutu pengawasan, pendidikan, dan pengelolaan keuangan untuk

menghasilkan informasi yang akan digunakan. Akuntansi Pemerintahan

adalah bidang akuntansi yang berkaitan dengan lembaga pemerintahan dan

lembaga-lembaga yang tidak bertujuan mencari laba. Akuntansi

pemerintah berhubungan dengan pencatatan dan pelaporan transaksi

ekonomi di lembaga-lembaga pemerintah. Pencatatan itu mencakup

administrasi keuangan negara, pelaporan, dan pengontrolan anggaran tidak

terjadi penyimpangan dari Undang-undang dan peraturan yang berlaku.

5. Akuntansi Internasional

Akuntansi internasional didefinisikan sebagai akuntansi untuk

transaksi-transaksi internasional, perbandingan prinsip-prinsip akuntansi di

berbagai negara dan harmonisasi berbagai standar akuntansi dunia.

Kebutuhan akuntansi internasional sangat dipengaruhi oleh faktor

lingkungan. Akuntansi internasional memperluas akuntansi yang bertujuan

umum yang berorientasi nasional dalam arti luas untuk :

a. analisa komparatif internasional

b. pengukuran isu-isu pelaporan akuntansinya yang unik bagi

transaksi-transaksi bisnis multinasional

c. kebutuhan akuntansi bagi pasar-pasar keuangan internasional

Page 32: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

15

d. harmonisasi keragaman pelaporan keuangan melalui aktivitas-

aktivitas politik, organisasi, profesi, dan pembuatan standar

6. Akuntansi Pemeriksaan

Akuntansi pemeriksaan atau yang lebih banyak dikenal istilah auditing

adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti

secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan

kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian

antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah

ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang

berkepentingan. Akuntansi pemeriksaan merupakan kegiatan akuntansi

yang berhubungan dengan pemeriksaan akuntansi keuangan atau akuntansi

umum.

7. Akuntansi Perpajakan

Akuntansi pajak adalah bidang akuntansi yang mengkalkulasi,

menangani, mencatat, bahkan menganalisa dan membuat strategi

perpajakan sehubungan dengan kejadian-kejadian ekonomi (transaksi)

perusahaan. Fungsi akuntansi pajak adalah mengolah data kuantitatif yang

akan digunakan untuk menyajikan laporan keuangan yang memuat

perhitungan perpajakkan dan kelak akan digunakan dalam pengambilan

keputusan.

8. Akuntansi Penganggaran

Akuntansi Penganggaran (budgeting) adalah bidang akuntansi

bertujuan untuk menyusun rencana keuangan untuk periode tertentu di

Page 33: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

16

masa yang akan datang dan membandingkan hasil operasi dengan rencana

yang telah di tetapkan.

9. Akuntansi Sosial

Akuntansi Sosial didefinisikan oleh para pakar akuntansi sebagai

proses untuk mengukur, mengatur dan melaporkan dampak interaksi

antara perusahaan dengan lingkungan sosialnya. Akuntansi sosial secara

teoritis mensyaratkan perusahaan harus melihat lingkungan sosialnya

antara lain masyarakat, konsumen, pekerja, pemerintah dan pihak lain

yang dapat menjadi pendukung jalannya operasional karena pergeseran

tanggung jawab perusahaan. Akuntansi sosial berkaitan erat dengan

masalah:

(1) penilaian dampak sosial dari kegiatan entitas bisnis

(2) mengukur kegiatan tersebut

(3) melaporkan tanggungjawab sosial perusahaan, dan

(4) sistem informasi internal dan eksternal atas penilaian terhadap

sumber-sumber daya perusahaan dan dampaknya secara sosial

ekonomi

Dalam pertukaran yang terjadi antara perusahaan dan lingkungan

sosialnya terdapat dua dampak yang timbul yaitu dampak positif atau yang

disebut juga dengan manfaat sosial (social benefit) dan dampak negatif

yang disebut dengan pengorbanan sosial (social cost).

Page 34: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

17

10. Akuntansi Lingkungan

Akuntansi lingkungan merupakan cabang ilmu akuntansi yang disebut

akuntansi pertanggungjawaban sosial (sosial responsibility accounting).

Menurut Ikhsan (2008) banyaknya perhatian mengenai persoalan

lingkungan menjadi sangat penting untuk mempertimbangkan akuntansi

lingkungan dalam mengungkapkan informasi maka maksud dan tujuan

dikembangkannya akuntansi lingkungan antara lain meliputi:

1. Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen

lingkungan.

2. Akuntansi lingkungan sebagai alat komunikasi dengan

masyarakat.

Akuntansi lingkungan merupakan suatu upaya untuk mendapatkan

gambaran mengenai besar dan jenis biaya yang benar-benar terjadi.

Akuntansi lingkungan diterapkan oleh perusahaan untuk mengefisienkan

upaya pengelolaan lingkungan dengan melihat biaya pengelolaan

lingkungan tersebut dan manfaatnya terhadap perusahaan (economic

benefit), sehingga persoalan-persoalan lingkungan yang dihadapi

perusahaan bisa diminimalisir.

Akuntansi lingkungan sebenarnya menuntut perusahaan yang telah

mengambil apapun manfaat dari lingkungan (sumber daya alam) untuk

kegiatan bisnisnya dalam memaksimalkan laba perusahaan, untuk

melakukan suatu usaha atau kegiatan mempertanggungjawaban semua

dampak yang muncul dengan melakukan suatu kinerja pengelolaan

Page 35: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

18

lingkungan atau konservasi lingkungan. Hal ini pula yang banyak dituntut

oleh para stakeholder agar perusahaan melakukan berbagai upaya

tanggung jawab lingkungan.

Ikhsan (2008:12) menyatakan ada beberapa alasan mengapa

perusahaan perlu untuk mempertimbangkan pengadopsian akuntansi

lingkungan sebagai bagian dari sistem akuntansi perusahaan, antara lain:

a. Memungkinkan secara signifikan mengurangi dan menghapus

biaya-biaya lingkungan.

b. Biaya dan manfaat lingkungan mungkin kelihatannya melebihi

jumlah nilai rekening/akun.

c. Memungkinkan pendapatan dihasilkan dari biaya-biaya

lingkungan.

d. Memperbaiki kinerja lingkungan perusahaan yang selama ini

mungkin mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan manusia

dan keberhasilan bisnis perusahaan.

e. Diharapkan menghasilkan biaya atau harga yang lebih akurat

terhadap produk dari proses lingkungan yang diinginkan.

f. Memungkinkan keuntungan yang lebih bersaing sebagaimana

pelanggan mengharapkan produk/jasa lingkungan yang lebih

bersahabat.

g. Dapat mendukung pengembangan dan jalannya sistem manajemen

lingkungan yang menghendaki peraturan untuk beberapa jenis

perusahaan.

Page 36: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

19

Dalam akuntansi lingkungan berkaitan dengan dimasukkannya biaya

lingkungan kedalam praktek akuntansi perusahaan atau lembaga

pemerintah. Menurut Anshari (1997) yang dikutip oleh Bernard Daulat

(2007) biaya lingkungan merupakan biaya yang muncul dalam usaha

untuk mencapai tujuan seperti pengurangan biaya lingkungan,

meningkatkan pendapatan, meningkatkan kinerja lingkungan yang perlu

dipertimbangkan saat ini dan yang akan datang.

Dengan adanya dampak lingkungan yang muncul dan pelaksanaan

kinerja lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan, maka biaya

lingkungan yang ditanggung oleh perusahaan dikemukakan oleh White

and Savage (1995) yang dikutip oleh Oktavirina (2006),

pengelompokkan biaya lingkungan dibagi menjadi tiga tipe, yaitu:

1. Conventional Company Cost

Conventional Company Cost dikelompokkan sebagai biaya internal

bagi perusahaan, yaitu pengumpulan biaya yang mempengaruhi

neraca periode berjalan, peraturan yang ada, dan kondisi pasar.

Sebagian besar perusahaan didalam prakteknya hanya mencakup

conventional cost saja. Biaya ini termasuk pelepasan limbah akhir,

pembelian, dan pemeliharaan sistem pengontrol emisi udara dan

perlengkapannya.

2. Less Tengible Items

Less Tengible Items adalah biaya tidak langsung perusahaan (indirect

cost), saving atau aliran revenue yang mencakup kewajiban, ketaatan

Page 37: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

20

pada peraturan di masa mendatang, perubahan nilai saham berkaitan

dengan penilaian kinerja perusahaan atas kegiatan lingkungan,

peningkatan posisi di dalam pasar produk “hijau” dan konsekuensi

ekonomi atas perubahan citra perusahaan berkaitan dengan

performance lingkungannya.

3. Eksternal Cost

Biaya kerusakan sosial atau lingkungan yang terjadi akibat operasi

perusahaan, misalnya biaya dampak memburuknya kesehatan akibat

emisi buangan asap perusahaan yang terjadi karena perusahaan tidak

mematuhi peraturan yang ada, kerusakan bangunan atau hasil panen

akibat sulfur dan kerusakan yang bersifat tidak dapat diperbaharui

terhadap ekosistem atau spesies tertentu akibat kegiatan penambangan

atau perusakan hutan.

2.1.4 Prinsip-Prinsip Akuntansi

Prinsip akuntansi merupakan dasar atau petunjuk bagi mereka yang

melakukan praktek atau kegiatan di bidang akuntansi, sehingga wajib ditaati

khususnya dalam hal proses penyusunan laporan keuangan. Prinsip akuntansi

dapat memberikan petunjuk tentang bagaimana data sumber-sumber dan

kewajiban ekonomi dicatat sebagai harta dan kewajiban, bagaimana cara

mencatatnya, kapan perubahan tersebut dicatat serta bagaimana mengukurnya dan

informasi apa saja yang diungkapkan dan bagaimana cara mengungkapkannya.

Adapun prinsip-prinsip akuntansi yang perlu diperhatikan dan diterapkan yaitu:

Page 38: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

21

1. Prinsip Biaya Historis (Historical Cost Principle)

Prinsip ini menghendaki digunakannya harga perolehan dalam

mencatat aktiva, utang, modal dan biaya.

2. Prinsip Pengakuan Pendapatan (Revenue Recognition Principle)

Pendapatan adalah aliran masuk harta-harta (aktiva) yang timbul

dari penyerahan barang atau jasa yang dilakukan oleh suatu unit

usaha selama suatu periode tertentu. Dasar yang digunakan untuk

mengukur besarnya pendapatan adalah jumlah kas atau

ekuivalennya yang diterima dari transaksi penjualan dengan pihak

yang bebas.

3. Prinsip Mempertemukan (Matching Principle)

Yang dimaksud dengan prinsip ini adalah mempertemukan biaya

dengan pendapatan yang timbul karena biaya tersebut. Prinsip ini

berguna untuk menentukan besarnya penghasilan bersih setiap

periode. Dengan adanya prinsip ini kita harus menghitung berapa

besarnya biaya yang sudah benar-benar menjadi beban kita

meskipun belum dikeluarkan, dan berapa besarnya pendapatan

yang sudah benar-benar menjadi hak kita meskipun belum kita

terima selama periode berjalan.

4. Prinsip Konsistensi (consistency Principle)

Metode dan prosedur-prosedur yang digunakan dalam proses

akuntansi harus diterapkan secara konsisten dari tahun ke tahun.

Konsistensi tidak dimaksudkan sebagai larangan penggantian

Page 39: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

22

metode, jadi masih dimungkinkan untuk mengadakan perubahan

metode yang dipakai. Jika ada penggantian metode, maka selisih

yang cukup berarti (material) terhadap laba perusahaan harus

dijelaskan dalam laporan keuangan, tergantung dari sifat dan

perlakuan terhadap terhadap perubahan metode atau prinsip

tersebut.

5. Prinsip Pengungkapan Lengkap (Full Disclosure Principle)

Yang dimaksud dengan prinsip ini adalah menyajikan informasi

yang lengkap dalam laporan keuangan. Hal ini diperlukan karena

melalui laporan keuanganlah kita dapat mengetahui kondisi suatu

perusahaan dan mengambil keputusan atas perusahaan tersebut.

Apabila informasi yang disajikan tidak lengkap, maka laporan

keuangan tersebut bisa menyesatkan para pemakainya.

2.2 Kinerja Lingkungan melalui PROPER

2.2.1 Pengertian Kinerja

Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan

manapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam

mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Kinerja sangat berkaitan dengan

proses penilaian, pengukuran, atau avaluasi. Penilaian atas kinerja diperlukan juga

dalam rangka mengelola operasi perusahaan secara efektif dan efisien melalui

optimalisasi penggunaan sumber daya perusahaan. Penilaian kinerja menurut

Mulyadi (1997:419) adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional

Page 40: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

23

suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar

dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya.

Mulyadi (1997) juga mengatakan terdapat tiga macam ukuran yang dapat

digunakan untuk mengukur kinerja secara kuantitatif, yaitu:

a. Ukuran kinerja tunggal (single criteria), adalah ukuran kinerja

yang hanya menggunakan satu macam ukuran untuk menilai

kinerja manajer.

b. Ukuran kinerja beragam (multiple criteria), adalah ukuran kinerja

yang menggunakan berbagai macam ukuran.

c. Ukuran kinerja gabungan (composite criteria), adalah ukuran

kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran,

memperhitungkan bobot masing-masing ukuran dan menghitung

rata-ratanya sebagai ukuran menyeluruh kinerja manajer.

2.2.2 Pengertian Lingkungan

Lingkungan hidup menurut PSAK No.33, didefinisikan sebagai kesatuan

ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk

didalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan

perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan

hidup pasal 1 mendefinisikan lingkungan dengan pengertian sebagai berikut:

“Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,

termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,

kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk

hidup lain”.

Page 41: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

24

Tujuan pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup menurut pasal 3

Undang-Undang No. 32 tahun 2009 yaitu:

a. melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari

pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup

b. menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia

c. menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian

ekosistem

d. menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup

e. mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup

f. menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa

depan

g. menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup

sebagai bagian dari hak asasi manusia

h. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana

i. mewujudkan pembangunan berkelanjutan, dan

j. mengantisipasi isu lingkungan global.

Pada saat ini perusahaan tidak dapat lagi mengabaikan masalah

lingkungan hidup sebagai akibat dari kegiatan operasionalnya. Berbagai sanksi

dan denda berdasarkan peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah mengenai

pengelolaan lingkungan hidup sudah menanti bagi pihak-pihak yang

melanggarnya. Untuk itu sudah saatnya perusahaan memberikan suatu upaya yang

memperhatikan masalah- masalah lingkungan.

Page 42: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

25

2.2.3 Kinerja Lingkungan

Menurut Ikhsan (2008) kinerja lingkungan adalah aktivitas-aktivitas yang

dilakukan perusahaan yang terkait langsung dengan lingkungan alam sekitar.

Suratno (2006) kinerja lingkungan adalah kinerja perusahaan dalam menciptakan

lingkungan yang baik. Sedangkan menurut Pojasek (2001) yang dikutip oleh

Sofia (2009) kinerja lingkungan merupakan bagian dari suatu proses perencanaan

strategis yang dapat membantu menghadapi isu-isu lingkungan (environmental)

perusahaan. Pengkajian kinerja lingkungan didasarkan pada kebijakan

lingkungan, sasaran lingkungan, dan target lingkungan.

Purwanto (2006:4) kinerja lingkungan ini bisa dibagi menjadi dua, yaitu

kinerja lingkungan kuantitatif dan kinerja lingkungan kualitatif. Kinerja

lingkungan yang bersifat kuantitatif adalah hasil yang dapat diukur dari sistem

manajemen lingkungan yang terkait kontrol aspek lingkungan fisiknya, sedangkan

kinerja lingkungan kualitatif adalah hasil dari hal-hal yang terkait dengan ukuran

asset non-fisik, seperti prosedur, proses inovasi, motivasi, dan semangat kerja

yang dialami manusia pelaku kegiatan dalam mewujudkan kebijakan lingkungan

organisasi, sasaran, dan targetnya.

Beragam aktivitas dapat dilakukan oleh perusahaan dalam melakukan

tanggungjawabnya terhadap lingkungan sebagai bentuk usaha dalam

meningkatkan kinerja lingkungannya, seperti melakukan daur ulang, mengurangi

polusi, memproduksi barang yang dapat didaur ulang, memproduksi produk

dengan energi yang efisien, memproduksi produk yang tahan lama, dan

memproduksi produk yang mudah diperbaiki. Dalam rangka meningkatkan

Page 43: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

26

kinerja lingkungannya, perusahaan diharapkan bisa mengenali atau melakukan

proses produksi berkualitas tinggi yang sesuai dengan tanggung jawab

lingkungan. Menurut Roth and Keller (1997:52) yang dikutip oleh Harun

(2009) mengemukakan karakter proses berkualitas, antara lain:

1. output memuaskan konsumen

2. output sesuai dengan peraturan yang berlaku

3. terdapat variabel yang rendah terhadap dalam proses akitivitas

4. sedikit atau tidak terdapatnya pemborosan

5. Proses pengoperasian yang efisien

Dapat disimpulkan dari keseluruhan pengertian dari para ahli bahwa

kinerja lingkungan merupakan daya dan upaya yang dilakukan oleh perusahaan

untuk mengurangi dampak-dampak negatif terhadap lingkungan alam dan

sosialnya yang mungkin akan muncul akibat aktivitas operasional.

2.2.4 Indikator Kinerja Lingkungan

Salah satu alat ukur kinerja lingkungan di Indonesia adalah PROPER yang

dirintis oleh pemerintah Indonesia khususnya Kementerian Lingkungan Hidup.

Pengukuran kinerja lingkungan di Indonesia telah diresmikan sejak tahun 1995.

PROPER merupakan kependekan dari Program Penilaian Peringkat Kinerja

Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pemeringkatan perusahaan

dalam kinerja pengelolaan lingkungan dalam program ini adalah melalui lima

peringkat warna, yaitu: emas, hijau, biru, merah, dan hitam.

Page 44: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

27

Susi (2005) telah melakukan penelitian kinerja lingkungan dengan

menggunakan PROPER. Penelitiannya membuktikan bahwa rating PROPER

dapat diandalkan dan cukup terpercaya sebagai ukuran kinerja lingkungan

perusahaan, karena kesesuaiannya dengan ISO 14001. Penelitian Lopez (2004)

juga membuktikan bahwa program PROPER di Indonesia cukup efektif untuk

membuat perusahaan lebih mengontrol polusi akibat industrinya.

2.2.5 Latar Belakang PROPER

Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan

Lingkungan Hidup atau PROPER merupakan salah satu upaya alternatif

instrumen penaatan yang dilakukan oleh pemerintah sejak 1995, dalam hal ini

yaitu Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) untuk mendorong penaatan dan

kepedulian perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui penyebaran

informasi tingkat kinerja penaatan perusahaan kepada masyarakat dan

stakeholders (public information disclosure), maka diharapkan masyarakat dan

stakeholders dapat menyikapi kinerja pengelolaan lingkungan perusahaan peserta

PROPER sesuai dengan kapasitasnya.

Dasar hukum pelaksanaan PROPER dituangkan dalam Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup No. 127 Tahun 2002 tentang Program Penilaian

Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan (PROPER).

PROPER merupakan instrumen yang digunakan oleh Kementerian Negara

Lingkungan Hidup untuk mengukur tingkat ketaatan perusahaan berdasarkan

peraturan yang berlaku. Pelaksanaan PROPER merupakan upaya terpadu untuk

Page 45: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

28

melaksanakan kebijakan yang diamanatkan oleh Undang-undang No. 23 tahun

1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Program PROPER ini merupakan

gabungan dari beberapa program Kementrian Lingkungan Hidup lainnya, yaitu

terdiri dari pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara,

pengelolaan limbah B3, AMDAL, serta pengendalian pencemaran laut.

Untuk memudahkan masyarakat dan para stakeholders memahami tingkat

kinerja penaatan masing-masing perusahaan dan guna membuka lebih besar lagi

ruang apresiasi bagi perusahaan yang telah meningkatkan kinerja penaatannya,

maka saat ini kinerja perusahaan tersebut dikategorikan lima peringkat warna

dengan tujuh kategori. PROPER memberikan kesempatan kepada masyarakat luas

untuk berperan secara aktif dalam pengendalian dampak lingkungan.

Sebagaimana layaknya proses demokratisasi, peranan masyarakat dan individu

secara aktif dituntut baik sebagai individu maupun secara berkelompok. Agar

informasi yang dikeluarkan oleh PROPER legitimat dimata masyarakat maka

pelaksanaan PROPER menerapkan prinsip-prinsip Good Environment

Governance (GEG), antara lain transparansi, fairness, partisipasi stakeholders dan

akuntabel.

2.2.6 Manfaat PROPER bagi para stakeholder

Pelaksanaan PROPER memberikan berbagai manfaat bagi perusahaan dan

para stakeholder lainnya, yaitu:

a. Sebagai instrumen benchmarking bagi perusahaan untuk mengukur kinerja

pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan dengan melakukan

Page 46: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

29

pembandingan kinerja terhadap kinerja perusahaan lainnya secara nasional

(nonfinancial bencmarking).

b. Sebagai media untuk mengetahui status ketaatan perusahaan terhadap

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. Sebagai salah satu clearing house bagi investor, perbankan, masyarakat

dan LSM sekitar perusahaan untuk mengetahui kinerja pengelolaan

lingkungan perusahaan.

d. Sebagai alat promosi bagi perusahaan yang berwawasan lingkungan

terutama untuk meningkatkan daya saing perusahaan dalam perdagangan.

e. Sebagai bahan informasi bagi pemasok teknologi lingkungan terutama

berkaitan teknologi ramah lingkungan yang dibutuhkan oleh perusahaan.

f. Meningkatkan citra dan kepercayaan perusahaan di mata stakeholder.

g. Memberikan ruang partisipatif bagi para stakeholder untuk terlibat secara

langsung dalam upaya pengendalian dampak lingkungan yang ditimbulkan

dari kegiatan perusahaan.

2.2.7 Kriteria Penilaian

Peringkat kinerja PROPER berorientasi kepada hasil yang telah dicapai

perusahaan dalam pengelolaan lingkungan yang mencakupi 7 (tujuh) aspek, yaitu:

1. pentaatan terhadap peraturan pengendalian pencemaran air

2. pentaatan terhadap peraturan pengendalian pencemaran udara

3. pentaatan terhadap peraturan pengelolaan Limbah B3

4. pentaatan terhadap peraturan AMDAL

Page 47: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

30

5. sistem manajemen lingkungan

6. penggunaan dan pengelolaan sumber daya

7. community development, participation, dan relation

2.2.8 Penentuan Peringkat

Penilaian kinerja perusahaan di dapat dari hasil analisis data serial

pemantauan yang telah disyaratkan dalam peraturan pelaksana pengendalian

pencemaran lingkungan hidup. Untuk memudahkan komunikasi dengan para

stakeholder dalam menyikapi hasil kinerja penataan masing-masing perusahaan,

maka peringkat kinerja perusahaan dikelompokkan dalam lima peringkat warna:

yaitu emas, hijau, biru, merah, hitam.

Tabel 2.1

Penilaian PROPER

Tingkat

Penataan Alternatif Peringkat

Efek Publikasi Yang

Diharapkan

Lebih dari taat 5 Emas Insentif

reputasi

Penghargaan

stakeholder 4 Hijau

Taat 3 Biru

Belum taat

2 Merah Disentif

reputasi

Tekanan

stakeholder 1 Hitam

Sumber: Siaran Pers Hasil PROPER 2009 – 2010.

Page 48: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

31

2.3 Pengungkapan Lingkungan

2.3.1 Pengertian Pengungkapan Lingkungan

Secara konseptual, pengungkapan merupakan bagian integral dari laporan

keuangan sedangkan secara teknis pengungkapan merupakan langkah akhir dalam

proses akuntansi, yaitu penyajian informasi dalam bentuk seperangkat penuh

laporan keuangan. Pengungkapan meminta adanya perluasan dari pengungkapan

akuntansi konvensional untuk mengakomodasi seluruh pihak-pihak lain yang

berkepentingan, sebagai tambahan di luar pihak investor dan kreditor yang

memiliki kepentingan pribadi terhadap kegiatan-kegiatan perusahaan. Tujuan

umum pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi keuangan yang

bermanfaat untuk membantu pengambilan keputusan ekonomi. Agar hal tersebut

dapat dicapai diperlukan suatu pengungkapan yang jelas mengenai data akuntansi

dan informasi lain yang relevan.

Menurut Evans (2003) yang dikutip oleh Desiandwi (2006:24)

mengartikan pengungkapan sebagai berikut :

“Disclosure means supplying information in the financial statment,

including the statments them selve, the notes to the statments, and the

supplementary disclosure associated with the statments made by

management or information provided outside the financial statment.”

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat disclosure adalah

tingkat pengungkapan atas informasi yang diberikan sebagai lampiran pada

laporan keuangan dalam bentuk catatan kaki atau tambahan. Informasi ini

menyediakan penjelasan yang lebih lengkap mengenai posisi keuangan dan hasil

operasi perusahaan.

Page 49: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

32

Pengungkapan lingkungan juga merupakan wujud pertanggungjawaban

sosial perusahaan (corporate social responsibility). Perusahaan selain menerapkan

pengungkapan (disclosure) juga perlu melakukan CSR, atas aktivitas yang

dilakukan kepada stakeholder. Penerapan CSR adalah suatu perbuatan perusahaan

untuk menerapkan kegiatan CSR.

Di Indonesia, Corporate Social Responsibility merupakan serangkaian

kegiatan pameran, seminar, diskusi, social event yang berkaitan dengan berbagai

upaya tanggung jawab sosial korporat kepada masyarakat dan lingkungan yang

bertujuan sebagai ajang penyebarluasan informasi mengenai prestasi dan kinerja

korporasi dalam program tanggung jawab sosial perusahaan dan pemberdayaan

masyarakat.

Definisi mengenai CSR menurut WBCSD (World Business Council for

Sustainable Development) adalah :

“The continuing commitment by business to behave ethically and

contribute to economic development while improving the quality of work

life of workforce and their families as well as of the local community and

social large.”

Hal tersebut berarti bahwa definisi CSR adalah komitmen bisnis yang

berkelanjutan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan

ekonomi dengan meningkatkan kualitas kehidupan kerja karyawan dan kerja

mereka dan komunitas lokal dan masyarakat yang luas.

Melalui pengungkapan lingkungan hidup pada laporan tahunan,

masyarakat dapat memantau aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan. Dengan

pelaporan seperti itu, perusahaan memperoleh perhatian, kepercayaan dan

dukungan dari masyarakat sehingga perusahaan dapat tetap eksis. Pengungkapan

Page 50: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

33

lingkungan adalah penyajian informasi yang berkaitan dengan lingkungan di

dalam laporan tahunan perusahaan.

Pengungkapan data akuntansi lingkungan biasanya meliputi hal sebagai

berikut:

1. proses dan hasil kegiatan konservasi lingkungan

2. item-item yang membentuk standar akuntansi lingkungan

3. hasil yang dikumpulkan dari akuntansi lingkungan

Menurut Blacconiere and Patten (1994) yang dikutip oleh Oktavirina

(2006) dalam mengungkapkan pengukuran kinerja lingkungan, ada beberapa yang

harus dipertimbangkan, yaitu:

1. Pernyataan yang mengungkapkan peraturan lingkungan yang berlaku saat

ini.

2. Pernyataan yang mengungkapkan usaha apa saja yang telah dilakukan

perusahaan dalam mematuhi standar lingkungan yang ditetapkan.

3. Penyajian jumlah moneter masa lalu atau saat ini yang telah dikeluarkan

oleh perusahaan dalam memenuhi standar lingkungan yang ditetapkan.

4. Penyajian estimasi jumlah pengeluaran moneter masa mendatang untuk

pengendalian lingkungan.

5. Pengungkapan aksi tuntutan hukum lingkungan lingkungan yang potensial

ditujukan kepada perusahaan (pengungkapan tuntutan hukum lingkungan).

Page 51: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

34

2.3.2 Komponen Dasar Pengungkapan Lingkungan

Perubahan tingkat kesadaran masyarakat mengenai perkembangan dunia

bisnis di Indonesia, menimbulkan kesadaran baru tentang pentingnya

melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR). Tanggung jawab sosial

perusahaan atau CSR sebagai sebuah gagasan menjadikan perusahaan tidak lagi

dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu

nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya

(financial), tetapi CSR harus berpijak pada triple bottom lines yaitu juga

memperhatikan masalah sosial dan lingkungan (Novita, 2008).

Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibilty

(CSR) merupakan klaim agar perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan

para pemegang saham (shareholders), tapi juga untuk kemaslahatan pihak

stakeholders dalam praktik bisnis, yaitu para pekerja, komunitas lokal,

pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), konsumen dan lingkungan.

CSR menekankan bahwa perusahaan harus mengembangkan praktik bisnis yang

etis dan berkesinambungan (sustainable) secara ekonomi, sosial dan lingkungan.

Pemahaman ini dapat disebut dengan 3P (profit, people, planet), yaitu tujuan

bisnis tidak hanya mencari laba (profit), tetapi juga menyejahterakan orang

(people), dan menjamin keberlanjutan hidup planet ini.

Sedangkan komponen pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan

yang diidentifikasi oleh FASB sebagai berikut :

(1) Statement keuangan (financial statements).

(2) Catatan atas statement keuangan (notes to financial statements).

Page 52: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

35

(3) Informasi pelengkap (supplementary information).

(4) Sarana pelaporan keuangan lain (other means of financial reporting).

(5) Informasi lain (other information).

2.3.3 GRI (Global Reporting Initiative)

Standar pengungkapan lingkungan yang berkembang di Indonesia adalah

merujuk standar yang dikembangkan GRI (Global Reporting Initiatives). Global

Reporting Initiative pertama kali disusun pada tahun 1997 oleh The Boston-based

Coalition on Environmentally Responsible Economies (CERES) bekerjasama

dengan Tellus Institute. Selama lebih dari lima tahun terakhir, GRI telah masuk

dalam kriteria kerangka laporan dalam semua aspek perkembangan perusahaan.

GRI juga merupakan suatu organisasi non profit yang berkedudukan di US.

Pedoman yang dikembangkan GRI tidak hanya disusun berdasarkan

environmental standpoint tetapi dari perspektif yang luas termasuk kinerja sosial

dan kinerja ekonomi.

IAMI (Ikatan Akuntansi Manajemen Indonesia) merujuk standar yang

dikembangkan oleh GRI dalam pemberian penghargaan Indonesia Sustainability

Reporting Awards (ISRA) kepada perusahaan-perusahaan yang ikut serta dalam

membuat laporan berkelanjutan atau sustainability report. Standar GRI dipilih

karena lebih memfokuskan pada standar berbagai kinerja ekonomi, sosial, dan

lingkungan perusahaan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas, rigor, dan

pemanfaatan sustainability reporting.

Page 53: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

36

Pada tahun 2000, GRI meluncurkan The Sustainability Reporting

Guidelines yang telah diadopsi oleh kurang lebih seratus perusahaan di seluruh

dunia. Di tahun 2002, GRI diadopsi oleh UN dan The UN Global Compact seperti

yang disebutkan dalam dokumen EU dalam Kerangka CSR Eropa. Dari relasi

sosial berdasarkan NGO lokal telah menjadi standar global yang didukung oleh

bisnis, pemerintah, dan komunitas masyarakat. Secara umum, diantara bentuk

inisiatif perusahaan yang lain, dokumen ini mengambil bentuk baru dalam relasi

sosial, seperti bisnis, NGO, dan organisasi keuangan.

Tujuan GRI adalah untuk membantu para investor, pemerintah, perusahaan

dan masyarakat umum untuk memahami lebih jelas mengenai proses peningkatan

dalam pencapaian keberlanjutan (sustainability). GRI memiliki dukungan yang

kuat dari perusahaan dan NGO di seluruh dunia yang merupakan pertemuan

multistakeholder untuk mencari isu verifikasi secara umum. GRI ini mendorong

perusahaan untuk menyusun target, kemudian perusahaan melaporkan atau tidak

target yang telah dicapai tersebut. Jika perusahaan tidak menemukan targetnya,

maka mereka harus memberikan alasannya. Dengan cara ini, stakeholder memiliki

parameter yang dapat menjadi pegangan mengenai akuntabilitas perusahaan.

Selain itu, GRI juga mendorong organisasi untuk membuat perjanjian dengan

stakeholder dan dapat memilih indikator kemajuan perusahaan yang paling

relevan untuk kedua hal tersebut, yakni pelaporan organisasi dan hubungan

dengan para stakeholder-nya. Pertanyaan mengenai GRI yang termasuk dalam hal

itu adalah bagaimana perusahaan dapat berkomunikasi dengan stakeholder-nya

dan dalam isu apa yang harus dilaporkan.

Page 54: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

37

Tabel 2.2

Indikator GRI

No. INDIKATOR

KINERJA

ASPEK KINERJA

1. EC Ekonomi 1. Kinerja ekonomi

2. Presensi pasar

3. Dampak ekonomi tidak

langsung

2. EN Lingkungan 1. Bahan

2. Energi

3. Air

4. Keanekaragaman hayati

5. Emisi limbah dan sampah

6. Produk dan jasa

7. Kepatuhan

8. Transportasi

9. Keseluruhan

3. LA Praktik tenaga kerja

dan Kepuasan kerja

1. Pekerjaan

2. Buruh/hubungan manajemen

3. Kesehatan dan keselamatan

kerja

4. Pelatihan dan pendidikan

5. Perbedaan dan persamaan

kesempatan

4. HR Hak asasi manusia 1. Praktik investasi dan perolehan

2. Tidak diskriminasi

3. Kebebasan berasosiasi dan

berkumpul

4. Pekerja anak

5. Pekerja paksaan

6. Praktek keamanan

7. Hak penduduk asli

5. SO Sosial 1. Masyarakat

2. Korupsi

3. Kebijakan publik

4. Perilaku anti persaingan

5. Kepatuhan

6. PR Produk 1. Kesehatan dan keselamatan

pelanggan

Page 55: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

38

2. Label produk dan jasa

3. Komunikasi pemasaran

4. Kerahasiaan pelanggan

5. Kepatuhan

Sumber: Global Reporting Initiative, 2006.

2.3.4 Pelaksanaan Pengungkapan Lingkungan

Perubahan tingkat kesadaran masyarakat mengenai perkembangan dunia

bisnis di Indonesia, menimbulkan kesadaran baru tentang pentingnya

melaksanakan pengungkapan lingkungan. Isu-isu yang berkaitan dengan reputasi,

manajemen risiko dan keunggulan kompetitif juga menjadi kekuatan yang

mendorong perusahaan untuk melakukan pengungkapan informasi sosial. Adapun

informasi sosial tertuang dalam laporan tahunan perusahaan-perusahaan yang

telah go public. Dengan demikian diharapkan laporan tahunan tersebut dapat

menjadi media komunikasi antara perusahaan dengan masyarakat.

Menurut Bapepam No. Kep. 38/PM/1996 terdapat 2 informasi yang

diungkapan dalam laporan tahunan. Pertama adalah pengungkapan wajib

(mandatory disclosure), yaitu informasi yang harus diungkapkan oleh emiten

yang diatur oleh peraturan pasar modal di suatu negara. Sedangkan yang kedua

adalah pengungkapan sukarela (voluntary disclosure), yaitu pengungkapan yang

dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh standar yang

ada. Pengungkapan informasi sosial perusahaan melebihi persyaratan minimal

dari peraturan pasar modal yang berlaku. Oleh karenanya, perusahaan memiliki

kebebasan untuk mengungkapkan informasi sosialnya dalam laporan tahunan

Page 56: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

39

sehingga menyebabkan keragaman hasil atau variasi luas pengungkapan sukarela

antar perusahaan.

Chariri (2007) mengungkapkan bahwa informasi diungkapkan dapat

mengakibatkan kegagalan pasar, hal tersebut disebabkan karena adanya

pembenaran akan intervensi pemerintah untuk memaksa perusahaan yang cukup.

Pengungkapan itulah yang disebut pengungkapan wajib (mandatory disclosure).

Pelaksanaan pengungkapan lingkungan secara mandatory juga wajib dilaksanakan

oleh perusahaan yang menanamkan modal di Indonesia, BUMN dan juga oleh

Perusahaan Kecil dan Menengah. Sudah sepantasnya bila perusahaan-perusahaan

tersebut menganggarkan biaya pengungkapan lingkungan untuk mengatasi

dampak negatif operasi perusahaan terhadap lingkungan di sekitarnya. Sedangkan

pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) dilakukan diluar kewajiban dan

dilakukan sukarela. Pengungkapan sukarela merupakan salah satu cara untuk

meningkatkan kredibilitas pelaporan keuangan perusahaan dan untuk membantu

investor dalam memahami strategi bisnis perusahaan. Pengungkapan sukarela

dilakukan adanya asimetri informasi yang menyebabkan ketidaksempurnaan

informasi.

Menurut Suratno (2006) pengungkapan lingkungan merupakan jenis

pengungkapan sukarela. Pelaksanaan pengungkapan lingkungan di Indonesia

dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Pelaksanaan pengungkapan lingkungan secara sukarela yang dilakukan

oleh perusahaan-perusahaan multinasional ataupun pemegang franchise

dan lisensi internasional sangat dipengaruhi oleh perkembangan

Page 57: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

40

pelaksanaan pengungkapan lingkungan di negara asal perusahaan

multinasional maupun pemberi franchise dan lisensi.

2. Pelaksanaan pengungkapan lingkungan oleh perusahaan-perusahaan

domestik harus mengalami proses belajar lebih panjang dalam merancang

dan melaksanakan aktivitas pengungkapan, karena perusahaan ini pada

umumnya belum memiliki pengalaman yang banyak di dalam mengelola

aktivitas pengungkapan lingkungan.

Kewajiban pengungkapan lingkungan di Indonesia telah diatur dalam

beberapa regulasi, antara lain adalah pernyataan Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI)

yang menyarankan kepada perusahaan untuk mengungkapkan tanggung jawab

mengenai sosial dan lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari PSAK No. 1 (revisi

1998) mengenai penyajian laporan keuangan pada bagian informasi tambahan,

yaitu :

“Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan

mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added

statement) khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup

memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai

sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting.”

PSAK No. 1 tersebut menunjukkan bahwa perusahaan di Indonesia diberi

kebebasan untuk mengungkapkan atau tidak mengungkapkan informasi

lingkungan dalam laporan keuangannya. Maka dari itu, ada perusahaan yang

mengungkapkan informasi lingkungan dalam laporan keuangannya dan ada

perusahaan yang tidak mengungkapkannya. Walaupun termasuk voluntary

disclosure, kini kesadaran perusahaan publik di Indonesia untuk melakukan

Page 58: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

41

environmental disclosure mulai timbul seiring dengan meningkatnya kesadaran

akan Corporate Social Responsibility.

Di Indonesia, kesadaran akan perlunya menjaga lingkungan tersebut diatur

oleh Undang-Undang RI No.40 Pasal 74 tahun 2007, dimana perusahaan yang

melakukan kegiatan usaha di bidang/ berkaitan dengan sumber daya alam wajib

melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Undang-Undang RI No.40

Pasal 74 tahun 2007, yang mewajibkan perusahaan melaksanakan tanggung jawab

sosialnya, menunjukkan manifestasi akan kepedulian pemerintah akan masalah-

masalah sosial yang merupakan pertanggungjawaban sosial perusahaan. Standar

terhadap praktek pengungkapan sosial akan mendorong perusahaan

bertanggungjawab terhadap lingkungan sosialnya.

Kehadiran akan Undang-undang tersebut diharapkan dapat menambah

suatu wacana baru bagi perundang-undangan di Indonesia serta dapat memberikan

iklim investasi yang baik di kalangan investor. Undang-undang tersebut dapat

juga memberikan kenyamanan dan ketertarikan bagi investor jika terdapat sebuah

kepastian hukum dan jaminan akan adanya keselamatan dan kenyamanan terhadap

modal yang ditanamkan. Secara garis besar bertujuan dari dikeluarkannya

undang-undang tersebut agar dapat memberikan kepastian hukum juga adanya

transparansi dan tidak membeda-bedakan serta memberikan perlakuan yang sama

kepada investor dalam dan luar negeri.

Page 59: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

42

2.3.5 Manfaat Pengungkapan Lingkungan

Kontribusi negatif perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya telah

menyebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat, oleh karena itu dengan

mengungkapkan informasi-informasi mengenai operasi perusahaan sehubungan

dengan lingkungan sebagai tanggung jawab perusahaan diharapkan dapat

mengembalikan kepercayaan masyarakat. Jadi agar bentuk tanggung jawab yang

telah dilakukan oleh perusahaan dapat diketahui oleh berbagai pihak yang

berkepentingan, maka hal itu diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan.

Salah satu manfaat pengungkapan adalah memberikan nilai prediktif.

Pengungkapan yang informatif akan memberikan informasi baru yang relevan

bagi investor dan kreditor dalam menilai prospek risiko dan return suatu investasi.

Pemahaman yang baik atas risiko akan meningkatkan daya prediksi tentang

prospek return perusahaan.

Pengungkapan lingkungan (environmental disclosure) bisa disebut juga

sebagai pengungkapan tanggung jawab sosial. Menurut Novita (2008)

pengungkapan tanggungjawab sosial bertujuan untuk menjalin hubungan

komunikasi yang baik dan efektif antara perusahaan dengan publik dan

stakeholder lainnya tentang bagaimana perusahaan telah mengintegrasikan

kepedulian dan tanggung jawab sosial dalam setiap aspek kegiatan operasinya.

Pengungkapan kinerja lingkungan, sosial, dan ekonomi didalam laporan tahunan

atau laporan terpisah adalah untuk mencerminkan tingkat akuntabilitas,

responsibilitas dan transparansi perusahaan kepada investor dan stakeholder

lainnya. Pengungkapan yang lebih rinci mengenai perusahaan akan sangat penting

Page 60: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

43

dan bermanfaat untuk melakukan penilaian dari analisis pengambilan keputusan

yang akan mereka lakukan.

Dengan melakukan praktik dan pengungkapan CSR, perusahaan akan

mendapatkan manfaat tersendiri. Solihin (2009) menyebutkan bahwa perusahaan

akan terdorong untuk melakukan praktik dan pengungkapan CSR, karena

memperoleh manfaat seperti peningkatan penjualan dan market share,

memperkuat brand positioning, meningkatkan citra perusahaan, menurunkan

biaya operasi, serta meningkatkan daya tarik perusahaan dimata investor dan

analis keuangan.

Menurut Taridi (2009) ada beberapa manfaat dari praktik dan

pengungkapan CSR bagi perusahaan, antara lain:

1. Pengelolaan sumber daya korporasi secara amanah dan

bertanggungjawab, yang akan meningkatkan kinerja korporasi

secara sustainable.

2. Perbaikan citra korporasi sebagai agen ekonomi yang

bertanggungjawab sehingga meningkatkan nilai perusahaan.

3. Peningkatan keyakinan investor terhadap korporasi sehingga

menjadi lebih atraktif sebagai target investasi.

4. Memudahkan akses terhadap investasi domestik dan asing.

5. Melindungi Direksi dan Dewan Komisaris tuntutan hukum.

Selain itu, terdapat pula beberapa manfaat pengungkapan lingkungan yang

terkait dengan akuntansi sosial perusahaan, yaitu:

Page 61: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

44

a. Para pengguna laporan keuangan akan mendapat informasi yang lebih luas

mengenai efek lingkungan hidup terhadap perusahaan dan bagaimana

perusahaan mengatur hal ini.

b. Keterlibatan perusahaan dan pertanggungjawaban sosial akan

meningkatkan citra bagi perusahaan terhadap dunia luar.

c. Bertujuan sebagai media untuk mengkomunikasikan realitas sosial untuk

pengambilan keputusan ekonomis, sosial, dan politis. Pengungkapan sosial

juga merupakan respon terhadap kebutuhan informasi dan kebutuhan-

kebutuhan yang berkepentingan seperti serikat pekerja, aktivis lingkungan,

dan kalangan lain.

2.4 Kinerja Keuangan (Financial Performance)

2.4.1 Pengertian Kinerja Keuangan

Kinerja perusahaan seringkali dikaitkan dengan kondisi keuangan

perusahaan. Kinerja keuangan adalah ukuran umum mengenai kesehatan

keuangan suatu perusahaan secara keseluruhan pada suatu waktu tertentu atau

pengukuran secara subjektif mengenai seberapa baik sebuah perusahaan bisa

menggunakan atau mengelola aset yang dimilikinya dari kegiatan operasional

utama usaha yang dijalankan sesuai dengan kebijakan yang dibuat oleh

manajemen guna menjadi pendapatan bagi perusahaan itu sendiri pada suatu

waktu tertentu. Kinerja keuangan perusahaan dapat diukur dengan mengevaluasi

dan menganalisa laporan keuangan. Informasi posisi keuangan dan kinerja

keuangan di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi

Page 62: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

45

posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa depan dan hal-hal lain yang

menarik perhatian pemakai seperti pembayaran deviden, upah pergerakan harga

sekuritas, dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika

jatuh tempo.

Menurut Mulyadi (1997:419) penilaian kinerja adalah penentuan secara

periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan

karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang ditetapkan

sebelumnya. Untuk membahas metode penilaian kinerja keuangan perusahaan

harus didasarkan pada data keuangan yang dipublikasikan yang dibuat sesuai

prinsip akuntansi keuangan yang berlaku umum. Laporan keuangan disebut

sebagai "kartu skor" periodik yang memuat hasil investasi operasi dan

pembiayaan perusahaan, maka fokus akan diarahkan pada hubungan dan indikator

keuangan yang memungkinkan analisa penilaian kinerja masa lalu dan juga

proyeksi hasil masa depan dimana akan menekankan pada manfaat serta

keterbatasan yang terkandung didalamnya (Sucipto, 2003).

2.4.2 Tujuan Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan suatu perusahaan diwujudkan dalam berbagai kegiatan

untuk mencapai tujuan perusahaan. Setiap kegiatan tersebut memerlukan sumber

daya, maka kinerja perusahaan akan tercermin dari penggunaan sumber daya

untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut. Pentingnya laporan keuangan sebagai

informasi dalam menilai kinerja perusahaan, mensyaratkan laporan keuangan

haruslah mencerminkan keadaan perusahaan yang sebenarnya pada kurun waktu

Page 63: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

46

tertentu. Oleh sebab itu, pengambilan keputusan yang berkaitan dengan

perusahaan akan menjadi tepat, sehingga pemegang saham dapat menjadikan

laporan keuangan sebagai informasi yang berguna dalam pengambilan

keputusannya sebagai pemegang saham perusahaan.

2.4.3 Pengukuran Kinerja Keuangan

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), kinerja keuangan perusahaan

dapat diukur dangan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan. Informasi

posisi keuangan dan kinerja keuangan dimasa lalu seringkali digunakan sebagai

dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja dimasa depan dan hal-hal

lain yang menarik perhatian pemakai.

Menurut Pradhono dan Joggi (2004) yang dikutip oleh Susi (2005)

terdapat beberapa kategori pengukuran kinerja keuangan perusahaan, yaitu:

1. Earnings Measures: earning per share (EPS), return on assets (ROA),

return on net assets (RONA), return on capital employment (ROCE) and

return on equity (ROE),

2. Cash flow Measures: free cash flow, cash flow return on gross

investment (ROGI), cash flow return on investment (CFROI), total

shareholder return (TSR) and total business return (TBR),

3. Value Measures (economic value added (EVA), market value added

(MVA), cash value added (CVA) and shareholder value (SHV).

Dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan Earning Per Share

(EPS) sebagai indikator untuk mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan.

Page 64: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

47

Untuk pembahasan lebih lanjut mengenai Earning Per Share (EPS) akan

diuraikan pada poin di dibawah ini.

2.4.3.1 Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share (EPS) menunjukan besarnya jumlah uang yang akan

didapatkan atas setiap saham biasa yang beredar diperiode tersebut. EPS atau laba

per saham (LPS) menurut PSAK dihitung dengan membagi laba atau rugi bersih

yang tersedia bagi pemegang saham biasa (laba bersih residual) dengan jumlah

rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar dalam satu periode. EPS hanya

ditunjukan untuk perhitungan saham biasa (common stock).

Semakin besar laba bersih suatu perusahaan, maka akan semakin besar

EPS. Jika EPS suatu perusahaan meningkat, maka semakin besar pula laba bersih

yang akan dibagikan berupa cash dividend kepada pemegang saham biasa.

Formula perhitungan EPS menurut Warren (2011:516) adalah

�����������ℎ��� =����� ��� − ����������������

��������������� ������ℎ���������������

Nilai EPS digunakan oleh shareholder untuk menilai harga saham tersebut

dipasaran. EPS umumnya menunjukan prospek stakeholder dan manajemen

perusahaan. EPS menjadi perhatian utama investasi publik dan dipertimbangkan

sebagai salah satu indikator penting dalam menilai kesuksesan suatu perusahaan.

Rasio laba digunakan untuk meneliti penyebab dasar perubahan EPS.

Rasio-rasio laba ini menunjukkan dampak gabungan dari likuiditas dan

manajemen aktiva atau kewajiban terhadap kemampuan perusahaan menghasilkan

Page 65: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

48

laba. Rasio-rasio ini menguraikan EPS ke dalam penentu-penentu dasarnya dalam

rangka menilai faktor-faktor yang mendasari laba perusahaan. Rasio-rasio ini

membantu dalam melakukan penilaian kecukupan laba historis dan

memproyeksikan laba di masa depan melalui pemahaman yang lebih baik

terhadap sebab-sebab terjadinya laba.

Laba per saham dapat mengukur perolehan tiap unit investasi pada laba

bersih badan usaha dalam satu periode tertentu. Besar kecilnya laba per saham ini

dipengaruhi oleh perubahan variabel-variabelnya. Setiap perubahan laba bersih

maupun jumlah lembar saham biasa yang beredar dapat mengakibatkan perubahan

laba per saham (EPS).

2.4.3.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Earning Per Share

Menurut lembar saham yang beredar, Earning Per Share atau laba

perlembar saham dapat mengalami kenaikan karena beberapa faktor antara lain:

1. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap.

2. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun.

3. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun.

4. Persentase kenaikan laba bersih lebih besar daripada persentase kenaikan

jumlah lembar saham biasa yang beredar.

5. Persentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih

besar daripada persentase penurunan laba bersih.

Begitupula sebaliknya EPS dapat mengalami penurunan disebabkan

bebarapa faktor antara lain:

Page 66: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

49

1. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik.

2. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap.

3. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik.

4. Persentase penurunan laba bersih lebih besar daripada persentase

penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar.

5. Persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih

besar daripada persentase kenaikan laba.

2.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

Kinerja lingkungan merupakan upaya-upaya yang dilakukan perusahaan

untuk mengurangi dampak-dampak negatif terhadap lingkungan yang mungkin

akan muncul. Informasi mengenai aktivitas atau kinerja perusahaan merupakan

suatu hal yang sangat berharga bagi stakeholder khususnya investor.

Pengungkapan informasi mengenai hal tersebut merupakan kebutuhan bagi

stakeholder. Perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan yang baik merupakan

good news bagi investor dan calon investor. Perusahaan yang memiliki good news

yang lebih cenderung akan meningkatkan pengungkapan lingkungan dalam

laporan tahunannya (annual report).

Pengukuran kinerja lingkungan merupakan bagian penting dari sistem

manajemen lingkungan. Hal tersebut merupakan ukuran hasil dari sistem

manajemen lingkungan yang diberikan terhadap perusahaan secara riil dan

kongkrit. Selain itu, kinerja lingkungan adalah hasil yang dapat diukur dari sistem

manajemen lingkungan, yang terkait dengan kontrol aspek-aspek lingkungannya.

Page 67: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

50

Kinerja lingkungan perusahaan pada penelitian ini diukur dari prestasi

perusahaan mengikuti program PROPER yang merupakan salah satu upaya yang

dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) untuk mendorong

penataan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui instrumen

informasi. Penilaian peringkat kinerja perusahaan dalam pengelolan lingkungan

mulai dikembangkan Kementrian Lingkungan Hidup, sebagai satu alternatif

instrumen sejak 1995. Mengingat hasil penilaian peringkat PROPER ini akan

dipublikasikan secara terbuka kepada publik dan stakeholder lainnya, maka

kinerja penaatan perusahaan dikelompokkan ke dalam peringkat warna. Melalui

pemeringkatan warna ini diharapkan masyarakat dapat lebih mudah memahami

kinerja penaatan masing-masing perusahaan.

Pengungkapan lingkungan merupakan pengungkapan informasi yang

berkaitan dengan lingkungan di dalam laporan tahunan perusahaan (Suratno,

2006). Pengungkapan informasi lingkungan hidup perusahaan bertujuan

sebagai media untuk mengkomunikasikan realitas untuk pengambilan

keputusan ekonomi, sosial, dan politis. Melalui pengungkapan lingkungan hidup

pada laporan tahunan, masyarakat dapat memantau aktivitas yang dilakukan oleh

perusahaan.

Pengukuran pengungkapan lingkungan dalam penelitian ini menggunakan

Dummy Variable. Dummy Variable merupakan sebuah variabel nominal yang

digunakan di dalam regresi berganda dan diberi skor 0 dan 1. Skor 1 diberikan

jika diungkapkan dalam annual report dan skor 0 akan diberikan jika tidak

diungkapkan dalam annual report kemudian dihitung skornya.

Page 68: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

51

Mulyadi (1997) kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran

tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan

laba. Dengan kata lain kinerja keuangan mengukur hasil yang dicapai oleh

perusahaan dalam lingkup keuangan berdasarkan kebijakan-kebijakan yang telah

dibuat dan kegiatan operasional yang telah dijalankan pada suatu waktu tertentu.

Kinerja keuangan perusahaan pada dasarnya diperlukan sebagai alat untuk

mengukur financial health (kesehatan perusahaan) perusahaan. Kinerja keuangan

perusahaan digunakan sebagai media pengukuran subyektif yang menggambarkan

efektifitas penggunaan asset oleh sebuah perusahaan dalam menjalankan bisnis

utamanya dan meningkatkan pendapatan. Al-Tuwaijri (2003) pengukuran kinerja

keuangan dapat dihitung menurut accounting based measures maupun capital

market based. Pada accounting based measures dapat menggunakan analisis

rasio keuangan sebagai pengukuran secara financial. Penelitian ini menggunakan

earning per share. Earning per share atau laba per lembar saham adalah laba

bersih yang tersedia bagi pemegang saham dibagi jumlah saham beredar. Earning

per share merupakan salah satu cara pengukuran kinerja keuangan (Susi, 2005).

Perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan dan pengungkapan

lingkungan yang baik diharapkan akan membawa dampak yang baik pula bagi

investor ataupun calon investor. Perusahaan yang mengedepankan sustainability

tentu akan menterjemahkan prinsip sustainability ke dalam strategi dan operasi

perusahaan, sehingga faktor-faktor yang mendatangkan value bagi perusahaan

dapat juga menjadi bahan masukan dalam rangka pengambilan keputusan oleh

investor serta dengan pengungkapan sosial ini diharapkan investor dapat

Page 69: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

52

pemahaman yang lebih baik mengenai kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan value yang pada gilirannya akan dapat digunakan untuk

pengambilan keputusan dalam rangka memaksimalkan kemakmurannya. Ini

berarti bahwa perusahaan yang memiliki tingkat kinerja lingkungan dan

pengungkapan lingkungan yang baik tentunya akan membawa dampak yang baik

pula bagi perusahaan dan akan tercermin dalam kinerja keuangannya.

Hubungan kinerja lingkungan dan kinerja keuangan perusahaan dapat

dilihat dalam konsep Triple Bottom Line (TBL). Triple bottom line terdiri dari

social equity (people), economic prosperity (profit) dan environmental protection

(planet). Konsep triple bottom line sejalan dengan teori stakeholder, yaitu

perusahaan bertanggung jawab kepada seluruh stakeholder bukan hanya kepada

pemegang saham. Sehubungan dengan konsep stakeholder, maka triple bottom

line merupakan media yang tepat untuk membahas hubungan antara kinerja

lingkungan dengan kinerja keuangan perusahaan.

Telah banyak temuan yang menghubungkan ketiga variabel ini, hubungan

mengenai kinerja lingkungan, pengungkapan lingkungan dan kinerja keuangan

yang dilakukan Al-Tuwaijri (2003) dengan menggunakan

desain penelitian cross-sectional dan data perusahaan untuk tahun 1994. Dapat

disimpulkan bahwa kinerja lingkungan yang baik berpengaruh terhadap kinerja

finansial, dan juga dengan pengungkapan sosial yang lebih terbuka akan

berpengaruh juga terhadap hubungan tanggung jawab sosial dengan profitabilitas

perusahaan.

Page 70: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

53

Penelitian dari Almilia (2007) menemukan bahwa secara simultan

environmental performance dan environmental disclosure berpengaruh signifikan

terhadap financial performance, dan hasil uji secara parsial environmental

performance tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap financial

performance perusahaan, tetapi environmental disclosure lah yang memilki

pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan pada perusahaan pertambangan

umum dan pemegang HPH/HPHTI yang terdaftar di BEI periode tahun 2002/2005

dan terdaftar sebagai peserta PROPER periode tahun 2003/2006.

Susi (2005) yang menguji hubungan antara kinerja lingkungan terhadap

kinerja keuangan menggunakan sample 87 perusahaan di Indonesia. Kinerja

lingkungan yang diteliti diukur dengan mengunakan rating kinerja lingkungan

perusahaan atau PROPER yang disediakan oleh Bapedal/Kementerian

Lingkungan Hidup RI, sedangkan kinerja keuangan diukur dengan ROA (return

on assets). Penelitian tersebut membuktikan bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara kinerja lingkungan dan kinerja keuangan perusahaan, akan tetapi

ukuran perusahaan, listing di BEI dan ISO 14001 berhubungan secara signifikan

terhadap kinerja lingkungan. Penelitian ini juga membuktikan bahwa rating

PROPER, yang disediakan oleh pemerintah Indonesia, cukup terpercaya sebagai

ukuran kinerja lingkungan perusahaan, karena kesesuaiannya dengan sertifikasi

internasional di bidang lingkungan ISO 14001.

Sedangkan penelitian dari Suratno (2006) menghasilkan kesimpulan

bahwa environmental performance mempunyai pengaruh yang signifikan dengan

economic performance, dan juga hubungan positif signifikan antara

Page 71: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

54

environmental performance dengan environmental disclosure pada perusahaan

manufaktur yang tercatat di BEI pada periode tahun 2001/2004 dan juga terdaftar

sebagai peserta PROPER periode tahun 2001/2005.

Penelitian Rakhiemah (2009) menemukan bahwa tidak ada pengaruh

signifikan antara kinerja lingkungan dan kinerja finansial serta CSR disclosure

dengan kinerja finansial. Tetapi terdapat pengaruh yang signifikan antara kinerja

lingkungan dengan CSR dislosure. Penelitian ini dilakukan terhadap 16

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode tahun 2004/2006 dan juga

peserta PROPER sejak tahun 2004.

Penelitian mengenai kinerja lingkungan dan kinerja keuangan dilakukan di

Rusia oleh Bagaeva (2010) mereka menyimpulkan bahwa:

“The results of the study show that investors value lower environmental

impacts positively. This result indicates that superior environmental

performance achieved by lower environmental impact is valued as an

investment in Russia and has a positive impact on expected market values.

Lower environmental impacts are likely to be a result of firms’ investments

in equipment modernization. Moreover, lower environmental impacts are

likely to manifest that a firm is unlikely to incur major costs for

environmental compensation in the future”.

Bagaeva (2010) menunjukkan hasil penelitian bahwa kinerja lingkungan

yang unggul dinilai sebagai investasi positif di pasar Rusia. Kinerja ini dicapai

dengan menurunkan dampak lingkungan. Dampak lingkungan yang lebih rendah

berupa klaim dari masyarakat sekitar dan menurunnya tingkat polusi adalah hasil

dari investasi perusahaan dalam modernisasi peralatan.

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan diatas, penulis

merumuskan hipotesis yang akan dibuktikan dalam penelitian ini, yaitu:

Page 72: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

55

H1: Kinerja Lingkungan dan Pengungkapan Lingkungan berpengaruh

terhadap Kinerja Keuangan.

H2: Kinerja Lingkungan berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan.

H3: Pengungkapan Lingkungan berpengaruh terhadap Kinerja

Keuangan.

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

H1

H2

H3

KINERJA

LINGKUNGAN

(X1)

KINERJA

KEUANGAN

(Y)

PENGUNGKAPAN

LINGKUNGAN

(X2)

Page 73: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

56

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian adalah apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian

sedangkan subjek penelitian adalah tempat penelitian melekat (Arikunto, 2005).

Objek penelitian ini adalah kinerja lingkungan perusahaan (environmental

performance), pengungkapan lingkungan perusahaan (environmental disclosure)

dan kinerja keuangan perusahaan (financial performance). Subjek penelitian ini

adalah perusahaan yang bergerak pada sektor manufaktur dengan kriteria:

1. peserta Program Penilaian Peringkat Kinerja Lingkungan Hidup dari

Kementrian Lingkungan Hidup tahun 2009-2010.

2. terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2010.

Alasan peneliti memilih perusahaan sektor manufaktur karena perusahaan-

perusahaan yang bergerak dalam sektor tersebut dinilai memiliki risiko

menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Sebagai contoh, bahan baku

yang digunakan perusahaan semen sebagian merupakan jenis bebatuan yang

tergolong sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Dalam proses

produksinya pun perusahaan semen banyak menghasilkan gas karbondioksida

yang dapat memicu terjadinya pemanasan global.

Page 74: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

57

3.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

analisis. Menurut Nazir (2005:54), metode deskriptif analisis adalah:

“Metode dalam meneliti sekelompok manusia, suatu objek, suatu set

kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa

sekarang, dimana tujuannya adalah untuk membuat gambaran atau lukisan

secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta

hubungan fenomena yang diselidiki. Metode ini bukan saja memberikan

gambaran terhadap fenomena tetapi juga menerangkan hubungan, menguji

hipotesa-hipotesa, membuat prediksi serta mendapatkan makna dari suatu

masalah yang ingin dipecahkan.”

Dapat disimpulkan dari penjelasan diatas bahwa metode deskriptif analisis

bertujuan untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki

secara terperinci untuk menghasilkan rekomendasi, untuk keperluan masa yang

akan datang.

3.2.1 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan tipe data kuantitatif. Data kuantitatif adalah

data yang dinyatakan dalam angka-angka, menunjukkan nilai terhadap besaran

variabel yang diwakilinya. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

data sekunder, yaitu informasi yang dikumpulkan bukan untuk kepentingan studi

yang dilakukan saat ini tetapi untuk beberapa tujuan lain (Churchill, 2005).

Menurut Wibisono (2002) data sekunder biasanya merupakan data masa lalu atau

historikal.

Page 75: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

58

Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber

yaitu:

1. Data earning per share diperoleh dari annual report perusahaan

manufaktur yang dipublikasikan. Data didapat dari situs perusahaan yang

bersangkutan dan situs www.idx.co.id.

2. Indikator lingkungan diperoleh dari website Global Reporting Initiative

(GRI).

3. Data peringkat PROPER yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan

Hidup. Data dapat diperoleh dari situs Kementerian Lingkungan Hidup

www.menlh.go.id.

3.2.2 Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.2.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007). Populasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-2010 dan telah mengikuti Program

Penilaian Peringkat Kinerja Lingkungan Hidup dari Kementrian Lingkungan

Hidup sejak tahun 2009-2010. Populasi dalam penelitian ini adalah:

1. perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

tahun 2009-2010 berjumlah 179 perusahaan.

Page 76: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

59

2. perusahaan manufaktur yang tidak menjadi peserta PROPER tahun 2009-

2010 berjumlah 156 perusahaan.

3. perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan

menjadi peserta PROPER tahun 2009-2010 berjumlah 23 perusahaan.

3.2.2.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono, 2007). Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah purposive sampling dengan pendekatan judgment sampling,

yaitu melibatkan pengambilan sampel dari subjek yang paling dapat memberikan

informasi yang diinginkan (Sekaran, 2003:277). Sampel berasal dari populasi

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-

2010 dan yang telah terdaftar dalam PROPER Kementrian Lingkungan Hidup

tahun 2009-2010. Adapun kriteria pemilihan sampel yang digunakan adalah

sebagai berikut:

1. emiten termasuk kelompok perusahaan industri manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan menjadi peserta PROPER

tahun 2009-2010 yang mempublikasikan annual report (laporan

tahunan).

2. perusahaan yang tidak memiliki tingkat PROPER hitam.

3. memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel yang

digunakan dalam penelitian.

Page 77: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

60

Tabel dibawah ini menyajikan hasil seleksi sampel dengan menggunakan

metode purposive sampling.

Tabel 3.1

Pemilihan Sampel

Total populasi penelitian 23

Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan menjadi

peserta PROPER yang tidak mempublikasikan laporan

tahunan secara konsisten selama periode pengamatan

tahun 2009-2010

(5)

Perusahaan yang memiliki tingkat PROPER hitam (2)

Perusahaan yang tidak memiliki data yang lengkap terkait

dengan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian (0)

Total perusahaan yang menjadi sampel 16

Jumlah Observasi

Periode 2009-2010

16 Perusahaan Manufaktur x 2 tahun 32 Observasi

Sumber: Data sekunder yang diolah

Dari kriteria diatas terpilih 16 perusahaan manufaktur sebagai sampel

dalam penelitian ini dan 32 observasi sebagai sampel data karena data yang akan

diteliti selama 2 tahun yaitu tahun 2009-2010. Terdapat beberapa perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan menjadi peserta PROPER

yang tidak mempublikasikan laporan tahunan secara konsisten selama periode

pengamatan tahun 2009-2010, serta perusahaan yang memiliki tingkat PROPER

hitam dalam penelitian ini tidak dimasukkan kedalam sampel penelitian

dikarenakan nilai PROPER hitam berpengaruh terhadap earning per share yang

dihasilkan oleh perusahaan. Berdasarkan pertimbangan tersebut apabila nilai

Page 78: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

61

earning per share yang dimiliki perusahaan dengan tingkat PROPER hitam maka

akan menghasilkan data yang tidak valid. Daftar perusahaan sebagai sampel data

penelitian skripsi terangkum dalam tabel di bawah ini:

Tabel 3.2

Daftar Perusahaan (Sampel)

No NAMA PERUSAHAAN KODE BIDANG

INDUSTRI

1 PT. Asahimas Flat Glass, Tbk. AMFG KACA

2 PT. Century Tekstil Industri (Centex),

Tbk. CNTX TEKSTIL

3 PT. Citra Tubindo, Tbk. CTBN PENGOLAHAN

LOGAM

4 PT. Fajar Surya Wisesa, Tbk. FASW KERTAS

5 PT. Holcim Indonesia, Tbk. SMCB SEMEN

6 PT. Indah Kiat pulp and paper, Tbk. INKP KERTAS

7 PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. INTP SEMEN

8 PT. Indorama Synthetics, Tbk. INDR TEKSTIL

9 PT. Kalbe Farma, Tbk. KLBF FARMASI

10 PT. Kimia Farma (Persero), Tbk. KAEF FARMASI

11 PT. Pelat Timah Nusantara (Latinusa),

Tbk. NIKL

PELAPISAN

LOGAM

12 PT. Sat Nusa Persada, Tbk. PTSN ELEKTONIK

13 PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. SMGR SEMEN

14 PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. INRU PULP & PAPER

15 PT. Unggul Indah Cahaya, Tbk. (UIC) UNIC PETROKIMIA

16 PT. Unilever Indonesia, Tbk. UNVR CONSUMER

GOODS

Sumber : Data diolah sendiri

Page 79: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

62

3.2.3 Variabel Penelitian dan Operasionalisasi Variabel

3.2.3.1 Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang dapat diberi bermacam-macam nilai.

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,

kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007:2).

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa variabel

penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan

yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan ditarik kesimpulannya. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri

dari variabel independen dan variabel dependen.

1. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang menjelaskan atau

mempengaruhi variabel lain. Penelitian ini menggunakan variabel Kinerja

Lingkungan dan Pengungkapan Lingkungan sebagai variabel independen.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi

oleh variabel independen. Variabel dependen pada penelitian ini adalah

Kinerja Keuangan perusahaan.

Page 80: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

63

3.2.3.2 Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variabel dilakukan untuk memberikan gambaran

mengenai variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian agar dapat diukur

dan dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian. Sesuai dengan judul dalam

penelitian ini, yaitu pengaruh kinerja lingkungan dan pengungkapan lingkungan

terhadap kinerja keuangan, maka terdapat tiga variabel dalam penelitian ini, yaitu:

1. Kinerja Lingkungan (Variabel Independen)

Kinerja lingkungan merupakan variabel independen dalam penelitian

ini, disimbolkan dengan (X1). Menurut Pojasek (2001) yang dikutip oleh

Sofia (2009), kinerja lingkungan merupakan bagian dari suatu proses

perencanaan strategis yang dapat membantu menghadapi isu-isu lingkungan

(environmental) perusahaan. Variabel kinerja lingkungan ini diukur

menggunakan hasil penilaian PROPER. PROPER adalah salah satu program

yang dikeluarkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia

sebagai salah satu bentuk pengawasan, upaya transparansi dan peningkatan

kontribusi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup. Hasil PROPER

disampaikan kepada masyarakat disajikan dalam lima peringkat warna yaitu

emas, hijau, biru, merah dan hitam.

Peringkat emas diberikan bagi perusahaan yang telah mencapai ketaatan

penuh terhadap perundang-undangan sesuai dengan kriteria penilaian dan

memperoleh nilai tertinggi pada aspek lebih dari taat (beyond compliance)

yang meliputi 3 aspek pokok penilaian yaitu: sistem manajemen lingkungan,

pemanfaatan sumber daya alam, limbah serta pengembangan masyarakat.

Page 81: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

64

Peringkat hijau diberikan bagi perusahaan yang telah melakukan pengelolaan

lingkungan hidup dan corporate social responsibility lebih dari yang

disyaratkan. Perusahan yang melakukan kegiatannya sesuai dengan peraturan

dan Undang-undang yang berlaku diberi peringkat biru. Peringkat merah

diberikan pada perusahaan yang belum melakukan upaya pengelolaan sesuai

dengan persyaratan dan peraturan yang berlaku, sedangkan peringkat terburuk

yaitu hitam diberikan bagi perusahaan yang mengakibatkan pencemaran,

kerusakan lingkungan serta pelanggaran Undang-undang dan peraturan yang

berlaku. Peneliti akan memberi skor kepada setiap perusahaan sesuai dengan

peringkat yang dimiliki. Nilai 5 untuk emas, nilai 4 untuk hijau, nilai 3 untuk

biru, nilai 2 untuk merah, dan nilai 1 untuk hitam.

2. Pengungkapan Lingkungan (Variabel Independen)

Pengungkapan lingkungan adalah pengungkapan informasi yang

berkaitan dengan lingkungan di dalam laporan keuangan (Suratno, 2006).

Instrumen pengukuran pengungkapan lingkungan (X2) yang akan digunakan

dalam penelitian mengacu pada instrumen dalam Global Reporting Initiative

(GRI). Indikator lingkungan yang tercakup dalam GRI terdiri dari item inti

(core) dan indikator tambahan (add) pengungkapan.

Pada penelitian ini yang akan digunakan adalah indikator lingkungan

GRI yang merupakan indikator inti (core) pengungkapan saja, karena sudah

bisa mencakup keseluruhan indikator yang termaksud dan ada beberapa item

tambahan yang jika diterapkan maka ada indikator yang tidak relevan jika

diterapkan di Indonesia. Dalam Standar Global reporting Initiative GRI

Page 82: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

65

(2006) terdapat 30 item inti pengungkapan lingkungan dalam pelaporan

berdasarkan environmental indicator yang akan dijadikan dasar

pengungkapan lingkungan dalam penelitian ini, yaitu:

Tabel 3.3

Indikator Kinerja Bidang Lingkungan menurut GRI

Material

EN 1 Material yang digunakan dan diklasifikasikan berdasarkan berat dan

ukuran.

EN 2 Persentase material bahan daur ulang yang digunakan.

Energi

EN 3 Pemakaian energi yang berasal dari sumber energi utama baik secara

langsung maupun tidak langsung.

EN 4 Pemakaian energi yang berasal dari sumber utama secara tidak

langsung.

EN 5 Energi yang berhasil dihemat berkat adanya efisiensi dan konservasi

yang lebih baik.

EN 6 Inisiatif penyediaan produk dan jasa yang menggunakan energi efisien

atau sumber daya terbaru, serta pengurangan penggunaan energi sebagai

dampak dari initiatif ini.

EN 7 Inisiatif dalam pengurangan pemakaian energi secara tidak langsung

dan pengurangan yang berhasil dilakukan.

Air

EN 8 Total pemakaian air dari sumbernya.

EN 9 Pemakaian air yang memberi dampak cukup signifikan pada sumber

mata air.

EN 10 Persentase dan total jumlah air yang di daur ulang dan digunakan

kembali.

Keanekaragaman Hayati

EN 11 Lokasi dan luas lahan yang dimiliki, disewakan, dikelola, atau

berdekatan dengan area yang dilindungi dan area dengan nilai

keanekaragaman hayati yang tinggi di luar areayang dilindungi.

EN 12 Deskripsi dampak signifikan yang ditimbulkan oleh aktivitas, produk,

dan jasa pada keanekaragaman hayati yang ada di wilayah yang

dilindungi serta area dengan nilai keanekaragaman hayati di luar

wilayah yang dilindungi.

EN 13 Habitat yang dilindungi atau dikembalikan kembali.

EN 14 Strategi, aktivitas saat ini dan rencana masa depan untuk mengelola

dampak terhadap keanekaragaman hayati.

Page 83: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

66

EN 15 Jumlah spesies IUCN Red List dan spesies yang masuk dalam daftar

konservasi nasional dengan habitat di wilayah yang terkena dampak

operasi, berdasarkan risiko kepunahan.

Emisi, Efluen, dan Limbah

EN 16 Total emisi gas rumah kaca secara langsung dan tidak langsung yang

diukur berdasarkan berat.

EN 17 Emisi gas rumah kaca secara tidak langsung dan relevan yang diukur

berdasarkan berat.

EN 18 Inisiatif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan pengurangan yang

berhasil dilakukan.

EN 19 Emisi dari substansi perusak lapisan ozon yang diukur berdasarkan

berat.

EN 20 NO, SO dan emisi udara lain yang signifikan dan diklasifikasikan

berdasarkan jenis dan berat.

EN 21 Total air yang dibuang berdasarkan kualitas dan tujuan.

EN 22 Total berat dari limbah yang diklasifikasikan berdasarkan jenis dan

metode pembuangan.

EN 23 Total biaya dan jumlah yang tumpah.

EN 24 Berat dari limbah yang ditransportasikan, diimpor, diekspor atau diolah

yang dklasifikasikan berbahaya berdasarkan Basel Convention Annex I,

II, III, dan VIII, dan presentase limbah yang dikapalkan secara

internasional.

EN 25 Identitas, ukuran, status yang dilindungi dan nilai keanekaragaman

hayati yang terkandung di dalam air dan habitat yang ada disekitarnya

secara signifikan terkena dampak akibat adanya laporan mengenai

kebocoran dan pemborosan air yang dilakukan oleh perusahaan.

Produk dan Jasa

EN 26 Inisiatif untuk mengurangi dampak buruk pada lingkungan yang

diakibatkan oleh produk dan jasa, dan memperluas dampak dari inisiatif

ini.

EN 27 Persentase dari produk yang terjual dan materi kemasan dikembalikan

berdasarkan kategori.

Kesesuaian

EN 28 Nilai moneter dari denda dan jumlah biaya sanksi-sanksi akibat adanya

pelanggaran terhadap peraturan dan hukum lingkungan hidup.

Transport

EN 29 Dampak signifikan terhadap lingkungan yang diakibatkan adanya

transportasi produk, benda lain dan materi yang digunakan perusahaan

dalam operasinya mengirim para pegawainya.

Keseluruhan

EN 30 Jumlah biaya untuk perlindungan lingkungan dan investasi berdasarkan

jenis kegiatan.

Sumber: Global Reporting Initiative (GRI, 2006)

Page 84: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

67

Dalam penelitian ini, penilaian variabel pengungkapan lingkungan

dilakukan dengan Dummy Variable. Dummy Variable merupakan sebuah

variabel nominal yang digunakan di dalam regresi berganda dan diberi skor 0

dan 1. Skor 1 diberikan jika diungkapkan dalam annual report dan skor 0

akan diberikan jika tidak diungkapkan dalam annual report kemudian

dihitung skornya. Dalam penelitian ini, pengukuran item pengungkapan

lingkungan dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut:

N = ∑ itemyangdiungkapkanperusahaan

∑ itempengungkapanlingkunganGRI

3. Variabel Dependen

Kinerja keuangan merupakan variabel dependen dalam penelitian ini,

disimbolkan dengan (Y). Variabel dependen (variabel terikat) merupakan

variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel

independen (variabel bebas). Kinerja keuangan (financial performance)

merupakan kinerja perusahaan-perusahaan secara relatif dalam suatu industri

yang sama yang ditandai dengan return tahunan industri yang bersangkutan

(Rakhiemah, 2009). Dengan kata lain kinerja keuangan mengukur hasil yang

dicapai oleh perusahaan dalam lingkup keuangan berdasarkan kebijakan-

kebijakan yang telah dibuat dan kegiatan operasional yang telah dijalankan

pada suatu waktu tertentu (Mulyadi, 1999). Dalam penelitian ini digunakan

earning per share (EPS) untuk mengukur kinerja keuangan.

Page 85: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

68

Formula perhitungan EPS menurut Warren (2011:516) adalah

������������ℎ��� =�� ��!"#� − ���%%���&&�'�&���

�'������(#)��"%!"##"��ℎ����"( � ��&���

Earning Per Share (EPS) menunjukan besarnya jumlah uang yang akan

didapatkan atas setiap saham biasa yang beredar diperiode tersebut. EPS atau

laba per saham (LPS) menurut PSAK dihitung dengan membagi laba atau

rugi bersih yang tersedia bagi pemegang saham biasa (laba bersih residual)

dengan jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar dalam satu

periode. EPS hanya ditunjukan untuk perhitungan saham biasa (common

stock).

Page 86: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

69

Tabel 3.4

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator Skala

Pengukuran

Kinerja

Lingkungan

(X1)

Kinerja Lingkungan

(environmental

performance) adalah

aktivitas-aktivitas yang

dilakukan perusahaan yang

terkait langsung dengan

lingkungan alam sekitar

(Ikhsan, 2008).

Hasil penilaian kinerja lingkungan KLH

berupa warna indeks PROPER

- Emas

- Hijau

- Biru

- Merah

- Hitam

Interval

Pengungkapan

Lingkungan

(X2)

Pengungkapan lingkungan

(environmental disclosure)

merupakan pengungkapan

informasi yang berkaitan

dengan lingkungan di

dalam laporan tahunan

perusahaan (Suratno,

2006).

Indikator lingkungan menurut Global

Reporting Initiative (GRI), yaitu:

1. Material

2. Energi

3. Air

4. Keanekaragaman Hayati

5. Emisi, Efluen dan Limbah

6. Produk dan Jasa

7. Kesesuaian

8. Transport

9. Keseluruhan

Rasio

Kinerja

Keuangan (Y)

Kinerja keuangan adalah

penentuan ukuran-ukuran

tertentu yang dapat

mengukur keberhasilan

suatu perusahaan dalam

menghasilkan laba.

(Sucipto, 2003).

EPS =

*+,-./01+234+55+4+66-7-6+.8

97+4:;+.<1=+405/0110.8>:4+80<,8,:.6-.;

Rasio

Page 87: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

70

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengadakan penelitian ini penulis mengumpulkan data-data yang

mendukung dan relevan dengan topik permasalahan diatas. Selanjutnya

menggunakan data-data tersebut sebagai bahan informasi untuk dianalisis untuk

dasar pemecahan masalah. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian lapangan dilakukan untuk memperoleh data yang relevan

dengan objek yang diteliti. Penelitian lapangan dilakukan dengan

menelaah catatan dan dokumen yang berkaitan dengan masalah yang

diteliti untuk mendapatkan data yang ditransformasikan menjadi variabel

penelitian.

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mempelajari dan

mengumpulkan bahan–bahan dari berbagai sumber dan literatur-literatur

yang berhubungan dengan teknik pembahasan untuk memperoleh dasar

teoritis.

Page 88: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

71

3.2.5 Rancangan Analisis Data dan Penetapan Hipotesis

3.2.5.1 Rancangan Analisis Data

Tahap –tahap yang dilalui oleh penulis adalah:

1. Mendapatkan data yang berkaitan dengan variabel-variabel yang terkait

antara lain kinerja lingkungan, pengungkapan lingkungan dan earning per

share dari perusahaan yang telah ditetapkan.

2. Kemudian menentukan nilai-nilai variabel berdasarkan indikator yang

akan digunakan.

3. Melakukan pengujian statistik untuk menguji hipotesis.

4. Menentukan kesimpulan berdasarkan hasil pengujian statistik.

3.2.5.2 Penetapan Hipotesis Nol dan Alternatif

Hipotesis yang akan diuji dan dibuktikan dalam penelitian ini berkaitan

dengan ada atau tidaknya pengaruh signifikan dari variabel-variabel independen

terhadap variabel terikatnya. Pengujian hipotesis yang akan dilakukan adalah

pengujian hipotesis nol (H0) yang menyatakan bahwa koefisien korelasi tidak

berarti atau tidak signifikan. Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) menyatakan

bahwa koefisien korelasi berarti atau signifikan. Jika hipotesis nol (H0) ditolak

maka hipotesis alternatif (Ha) diterima.

Perumusan H0 dan Ha pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

H01 : β = 0 Kinerja Lingkungan (Environmental Performance) tidak

berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan

(Financial Performance).

Page 89: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

72

Ha1 : β ≠ 0 Kinerja Lingkungan (Environmental Performance) akan

berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan

(Financial Performance).

H02 : β = 0 Pengungkapan Lingkungan (Environmental Disclosure)

tidak berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan

(Financial Performance).

Ha2 : β ≠ 0 Pengungkapan Lingkungan (Environmental Disclosure)

akan berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan

(Financial Performance).

3.2.6 Pemilihan Tes Statistik

Untuk menguji hipotesis pada penelitian ini, peneliti menggunakan

statistik parametrik berdasarkan data-data yang diperoleh. Karena variabel

terikatnya dipengaruhi oleh dua variabel independen, maka peneliti menggunakan

analisis regresi berganda untuk mengetahui pengaruh dari variabel-variabel bebas

terhadap variabel terikatnya.

3.2.7 Metode Analisis Data

3.2.7.1 Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik ini bertujuan untuk mengetahui dan menguji

kelayakan atas model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Pengujian ini

juga dimaksudkan untuk memastikan bahwa di dalam model regresi yang

digunakan tidak terdapat multikolonieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi

Page 90: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

73

serta untuk memastikan bahwa data yang dihasilkan berdistribusi normal

(Ghozali, 2006).

a. Uji Normalitas

Sebelum dilakukan uji statistik, maka perlu dilakukan terlebih dahulu

pengujian normalitas data untuk mengetahui apakah masing-masing variabel

berdistribusi normal atau tidak. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk

melihat normalitas data dalam penelitian ini, yaitu dengan menggunakan 2 alat uji,

yaitu:

1. Grafik Normality Probability Plot, ketentuan yang digunakan adalah :

a) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal maka model regesi memenuhi asumsi normalitas.

b) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah

garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi

normalitas.

2. Uji Kolmogrov Smirnov, dalam uji ini pedoman yang digunakan dalam

pengambilan keputusan yaitu:

a. Jika nilai signifikan < 0,05 maka distribusi data tidak normal

b. Jika nilai signifikan > 0,05 maka distribusi data normal

Hipotesis yang digunakan :

(1) H0 : data residual berdistribusi normal

(2) Ha : data residual tidak berdistribusi normal

Page 91: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

74

b. Uji Multikolinearitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya

tidak terjadi korelasi diantara variabel-variabel bebasnya. Uji multikolinearitas

dilakukan dengan melihat Tolerance Value dan Variance Influence Factor (VIF).

Multikolinearitas terjadi jika nilai VIF di atas nilai 10 atau tolerance 0,01.

Nilai VIF dapat dihitung dengan rumus:

VIF = 1

@"A����!�

Dimana:

Tolerance Value < 0,01 atau VIF > 10 terjadi multikolinearitas

Tolerance Value > 0,01 atau VIF < 10 tidak terjadi multikolinearitas

c. Uji Heteroskedastisitas

Heterokedastisitas terjadi karena perubahan situasi yang tidak

tergambarkan dalam spesifikasi model regresi yang mengakibatkan terjadinya

tingkat keakuratan data. Dengan kata lain, heterokedastisitas terjadi jika residual

tidak memiliki varian yang konstan. Uji heterokedastisitas bertujuan untuk

menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual

satu pengamatan ke pengamatan lainnya (Chariri, 2007:105). Model regresi yang

baik jika data tidak terjadi heteroskedastisitas atau memiliki variance yang sama.

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisidas menggunakan

scatterplot. Sedangkan dasar pengambilan keputusan untuk uji heteroskedastisitas

adalah (Ghozali, 2001:69):

Page 92: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

75

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola tertentu

teratur (bergelombang, melebur kemudian menyempit), maka

mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan

dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi

linier ada korelasi antara kesalahan pengguna pada periode t dengan kesalahan

pada periode t-1 (Ghozali, 2005). Autokorelasi timbul karena observasi yang

berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena

residual tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang

baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Uji autokorelasi dapat dilakukan

dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW), dimana hasil pengujian

ditentukan berdasarkan nilai Durbin-Watson (DW). Dasar pengambilan keputusan

ada tidaknya autokorelasi dengan menggunakan Durbin-Watson adalah sebagai

berikut (Ghozali, 2007):

Page 93: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

76

Tabel 3.5

Kriteria Autokorelasi Durbin-Watson (DW)

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif

Tidak ada autokorelasi positif

Tidak ada autokorelasi negatif

Tidak ada autokorelasi negatif

Tidak ada autokorelasi, positif

atau negative

Tolak

No decision

Tolak

No decision

Tdk ditolak

0 < DW < dL

dL ≤ DW ≤ dU

4 – dL < DW < 4

4 – dU ≤ DW ≤ 4 – dL

dU < DW < 4 - dU

Keterangan: DW = Besaran Durbin Watson

du = batas atas

dL = batas bawah

3.2.8 Analisis Persamaan Regresi Berganda

Analisis regresi digunakan untuk menaksir nilai variabel terikat (Y)

berdasarkan nilai variabel bebas (X), serta taksiran perubahan variabel terikat (Y)

untuk setiap satuan perubahan variabel bebas (X).

Bentuk persamaan regresi linier adalah:

Y = a + b1X1 + b2X2

Dalam hal ini:

a = Konstanta

Y = Kinerja Keuangan

X1 = Kinerja Lingkungan

X2 = Pengungkapan Lingkungan

b1, b2 = Koefisien regresi variabel independen

Page 94: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

77

Koefisien b adalah jika nilai b positif, maka hal tersebut menunjukkan hubungan

searah antara variabel bebas dengan variabel terikatnya. Oleh karena itu

peningkatan besarnya variabel bebas akan diikuti oleh peningkatan besarnya

variabel terikat dan berlaku sebaliknya. Sedangkan jika nilai b negatif, maka hal

tersebut menunjukkan hubungan berlawanan antara variabel bebas dengan

variabel terikatnya, yang berarti peningkatan besarnya variabel bebas akan diikuti

oleh penurunan besarnya variabel terikat dan berlaku sebaliknya.

1. Uji F

Hal ini dilakukan untuk membuktikan ada atau tidaknya pengaruh antara

variabel bebas secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat.

F dari hasil perhitungan SPSS ver 15 dibandingkan dengan Ftabel yang

diperoleh dengan menggunakan tingkat resiko/signifikan level 5% dengan

derajat pembilang (dk1) = k dan derajat pembilang (dk2) = n-k-1, dengan

kriteria penerimaan dan penolakan H0 sebagai berikut:

bila Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak

bila Fhitung ≤ Ftabel maka H0 diterima

2. Uji t

Untuk menguji pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel

terikat digunakan pengujian koefisien regresi secara partial (uji t). Masing-

masing t hasil perhitungan, kemudian dibandingkan dengan t-tabel yang

diperoleh dengan menggunakan taraf nyata 0,05 dan dk = (n-k-1).

Page 95: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

78

Uji hipotesis ini kriteria yang digunakan adalah:

H0 diterima bila = -t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel

H0 ditolak bila = t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel

3.2.9 Penetapan Tingkat Signifikansi

Probabilitas adalah nilai peluang kekeliruan atau kegagalan untuk menolak

H0. Tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 0.95

(a=0.05) dan tes yang dilakukan adalah uji 2 pihak. Uji 2 pihak dilakukan karena

masih belum jelasnya hubungan antar variabel bebas dan tidak bebas.

α adalah kesalahan yang mungkin terjadi dalam menarik kesimpulan,

α=0,05 artinya hasil penelitian masih bisa dipertanggungjawabkan bila kekeliruan

dalam proses penelitian tidak lebih dari 5%. Pengujian hipotesis akan dilakukan

dengan menggunakan tingkat signifikansi (α=0,05), karena tingkat signifikansi itu

umum digunakan dalam penelitian ilmu-ilmu sosial dan dianggap cukup tepat

untuk mewakili hubungan antar variabel yang diteliti.

3.2.10 Penarikan Kesimpulan

Penulis dapat menarik kesimpulan apakah variabel-variabel bebas

memiliki pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap variabel terikat

berdasarkan dari hipotesis-hipotesis yang telah didapatkan. Kemudian penulis

akan melakukan analisis, dari analisis ini akan ditarik kesimpulan dan dibuat

saran-saran yang diharapkan dapat berguna untuk penelitian selanjutnya.

Page 96: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

79

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum dan Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengukur pengaruh kinerja lingkungan dan

pengungkapan lingkungan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Subjek dalam

penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) dan menjadi peserta PROPER. Alasan peneliti memfokuskan

pada sektor manufaktur karena dalam sektor tersebut terindikasi menimbulkan

dampak yang buruk terhadap lingkungan hidup sebagai aktivitas operasinya.

Populasi dalam penelitian ini sebanyak 23 perusahaan. Populasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia dan menjadi peserta Program Penilaian Peringkat Kinerja

Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER) tahun 2009-2010.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive

sampling. Pemilihan sampel secara purposive sampling dilakukan dengan tujuan

memperoleh sampel yang representatif berdasarkan kriteria yang ditentukan.

Penentuan kriteria sampel diperlukan untuk menghindari timbulnya kesalahan

dalam penentuan sampel penelitian, yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap

hasil analisis (Sumarni, 2006). Kriteria yang ditentukan dalam penelitian ini

adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang mempublikasikan

annual report (laporan tahunan) dan memiliki data yang lengkap terkait dengan

Page 97: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

80

variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian selama tahun 2009 dan 2010,

maka sampel yang didapat sebanyak 16 perusahaan. Berikut daftar sampelnya:

Tabel 4.1

Daftar Perusahaan (Sampel)

No NAMA PERUSAHAAN KODE BIDANG

INDUSTRI

1 PT. Asahimas Flat Glass, Tbk. AMFG KACA

2 PT. Century Tekstil Industri (Centex), Tbk. CNTX TEKSTIL

3 PT. Citra Tubindo, Tbk. CTBN PENGOLAHAN

LOGAM

4 PT. Fajar Surya Wisesa, Tbk. FASW KERTAS

5 PT. Holcim Indonesia, Tbk. SMCB SEMEN

6 PT. Indah Kiat pulp and paper, Tbk. INKP KERTAS

7 PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. INTP SEMEN

8 PT. Indorama Synthetics, Tbk. INDR TEKSTIL

9 PT. Kalbe Farma, Tbk. KLBF FARMASI

10 PT. Kimia Farma (Persero), Tbk. KAEF FARMASI

11 PT. Pelat Timah Nusantara (Latinusa), Tbk. NIKL PELAPISAN

LOGAM

12 PT. Sat Nusa Persada, Tbk. PTSN ELEKTONIK

13 PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. SMGR SEMEN

14 PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. INRU PULP & PAPER

15 PT. Unggul Indah Cahaya, Tbk. (UIC) UNIC PETROKIMIA

16 PT. Unilever Indonesia, Tbk. UNVR CONSUMER

GOODS

Sumber : Data diolah sendiri

4.1.2 Pengolahan Data

4.1.2.1 Kinerja Lingkungan

Pengukuran tingkat kinerja lingkungan dilakukan melalui kuantifikasi

hasil peringkat kinerja lingkungan dalam Laporan Hasil Proper yang dikeluarkan

Kementerian Lingkungan Hidup. Hasil PROPER disampaikan kepada masyarakat

Page 98: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

81

disajikan dalam lima peringkat warna yaitu emas, hijau, biru, merah dan hitam.

Peringkat emas diberikan bagi perusahaan yang telah mencapai ketaatan penuh

terhadap perundang-undangan sesuai dengan kriteria penilaian dan memperoleh

nilai tertinggi pada aspek lebih dari taat (beyond compliance) yang meliputi 3

aspek pokok penilaian yaitu: sistem manajemen lingkungan, pemanfaatan sumber

daya alam, limbah serta pengembangan masyarakat. Peringkat hijau diberikan

bagi perusahaan yang telah melakukan pengelolaan lingkungan hidup dan

corporate social responsibility lebih dari yang disyaratkan. Perusahaan yang

melakukan kegiatannya sesuai dengan peraturan dan Undang-undang yang

berlaku diberi peringkat biru. Peringkat merah diberikan pada perusahaan yang

belum melakukan upaya pengelolaan sesuai dengan persyaratan dan peraturan

yang berlaku, sedangkan peringkat terburuk yaitu hitam diberikan bagi

perusahaan yang mengakibatkan pencemaran, kerusakan lingkungan serta

pelanggaran Undang-undang dan peraturan yang berlaku. Peneliti akan memberi

skor kepada setiap perusahaan sesuai dengan peringkat yang dimiliki. Nilai 5

untuk emas, nilai 4 untuk hijau, nilai 3 untuk biru, nilai 2 untuk merah, dan nilai 1

untuk hitam.

Tabel 4.2

Kinerja Lingkungan Perusahaan Manufaktur yang Menjadi Sampel

No KODE Nama Perusahaan Peringkat

2009 2010

1 AMFG PT. Asahimas Flat Glass, Tbk. 3 3

2 CNTX PT. Century Tekstil Industri (Centex),

Tbk. 3 2

Page 99: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

82

Sumber: Data diolah sendiri

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa besarnya peringkat

kinerja lingkungan menurut indikator PROPER perusahaan manufaktur yang

paling rendah pada tahun 2010 adalah peringkat 2, yaitu kinerja lingkungan yang

dilakukan oleh PT. Century Tekstil Industri (Centex), Tbk. Hal ini berarti bahwa

PT Century Tekstil Industri mendapatkan peringkat merah dan belum melakukan

upaya pengelolaan sesuai dengan persyaratan dan peraturan yang berlaku.

Sedangkan untuk peringkat kinerja lingkungan yang paling tinggi adalah kinerja

yang dilakukan oleh PT. Holcim Indonesia, Tbk. pada tahun 2010 dan PT.

Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. pada tahun 2009 dengan peringkat 5 yaitu

emas, hal ini berarti bahwa perusahaan telah mencapai ketaatan penuh terhadap

perundang-undangan sesuai dengan kriteria penilaian dan memperoleh nilai

tertinggi pada aspek lebih dari taat (beyond compliance) yang meliputi 3 aspek

pokok penilaian yaitu: sistem manajemen lingkungan, pemanfaatan sumber daya

3 CTBN PT. Citra Tubindo, Tbk. 3 3

4 FASW PT. Fajar Surya Wisesa, Tbk. 3 3

5 SMCB PT. Holcim Indonesia, Tbk. 4 5

6 INKP PT. Indah Kiat pulp and paper, Tbk. 3 3

7 INTP PT. Indocement Tunggal Prakarsa,

Tbk. 5 4

8 INDR PT. Indorama Synthetics, Tbk. 3 3

9 KLBF PT. Kalbe Farma, Tbk. 3 3

10 KAEF PT. Kimia Farma (Persero), Tbk. 3 3

11 NIKL PT. Pelat Timah Nusantara (Latinusa),

Tbk. 3 3

12 PTSN PT. Sat Nusa Persada, Tbk. 3 3

13 SMGR PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. 4 4

14 INRU PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. 4 4

15 UNIC PT. Unggul Indah Cahaya, Tbk. (UIC) 3 3

16 UNVR PT. Unilever Indonesia, Tbk. 4 3

Page 100: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

83

alam, limbah serta pengembangan masyarakat. Bila dilihat dari jumlah

keseluruhan kinerja lingkungan yang dilakukan masing-masing perusahaan, rata-

rata perusahaan mendapatkan peringkat 3 yaitu biru, hal ini berarti bahwa

perusahaan telah melakukan kegiatannya sesuai dengan peraturan dan Undang-

undang yang berlaku. Perusahaan yang memiliki peringkat 4 (hijau) hanya

beberapa saja.

4.1.2.2 Pengungkapan Lingkungan

Pengukuran pengungkapan lingkungan dilakukan dengan menggunakan

indikator lingkungan berdasarkan Global Reporting Initiative (GRI). Indikator

lingkungan GRI menunjukkan pengungkapan informasi yang berkaitan dengan

lingkungan di dalam annual report. Indikator lingkungan GRI diukur dengan 30

item inti pengungkapan lingkungan dalam annual report setiap perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan menjadi peserta PROPER

tahun 2009-2010. Dalam penelitian ini, penilaian variabel pengungkapan

lingkungan dilakukan dengan Dummy Variable. Dummy Variable merupakan

sebuah variabel nominal yang digunakan di dalam regresi berganda dan diberi

skor 0 dan 1. Skor 1 diberikan jika diungkapkan dalam annual report dan skor 0

akan diberikan jika tidak diungkapkan dalam annual report kemudian dihitung

skornya. Dalam penelitian ini, pengukuran item pengungkapan lingkungan

dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut:

N = ∑ itemyangdiungkapkanperusahaan

∑ itempengungkapanlingkunganGRI

Page 101: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

84

Berikut ini adalah data pengungkapan lingkungan berdasarkan indikator

kinerja lingkungan tahun 2009 dan 2010. Indikator kinerja lingkungan ini dibagi

lagi kedalam sembilan aspek, yaitu: material, energi, air, keanekaragaman hayati,

emisi, efluen, dan limbah, produk dan jasa, kesesuaian, transportasi, serta aspek

keseluruhan. Dan menghasilkan 30 item pengungkapan dari segi aspek

lingkungan.

Tabel 4.3

Data Pengungkapan Lingkungan Indikator Kinerja Lingkungan tahun 2009

KODE

PENGU

NGKAP

AN

AMFG CNTX CTBN FASW SMCB INKP INTP INDR KLBF KAEF NIKL PTSN SMGR INRU UNIC UNVR

2009 2009 2009 2009 2009 2009 20009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009

EN 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1

EN 2 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1

EN 3 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1

EN 4 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1

EN 5 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1

EN 6 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1

EN 7 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1

EN 8 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1

EN 9 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0

EN 10 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1

EN 11 1 0 0 0 1 1 I 0 1 0 0 0 1 1 0 1

EN 12 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1

EN 13 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1

EN 14 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1

EN 15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0

EN 16 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1

EN 17 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1

EN 18 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1

EN 19 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1

EN 20 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1

EN 21 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1

EN 22 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1

EN 23 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1

EN 24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0

EN 25 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0

EN 26 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1

Page 102: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

85

EN 27 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1

EN 28 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1

EN 29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1

EN 30 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0

Total 6 3 3 11 17 20 7 5 14 1 5 3 30 9 3 25

JML

PENGU

NGKAP

AN

LING

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

DISCLO

SURE

SCORE

0.2 0.1 0.1 0.3667 0.5667 0.6667 0.2333 0.1667 0.4667 0.0333 0.1667 0.1 1 0.3 0.1 0.833

Sumber: Data diolah sendiri.

Tabel 4.4

Data Pengungkapan Lingkungan Indikator Kinerja Lingkungan tahun 2010

KODE

PENGU

NGKAP

AN

AMFG CNTX CTBN FASW SMCB INKP INTP INDR KLBF KAEF NIKL PTSN SMGR INRU UNIC UNVR

2009 2009 2009 2009 2009 2009 20009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009

EN 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1

EN 2 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1

EN 3 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1

EN 4 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1

EN 5 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1

EN 6 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1

EN 7 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1

EN 8 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1

EN 9 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0

EN 10 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1

EN 11 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1

EN 12 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1

EN 13 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1

EN 14 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1

EN 15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0

EN 16 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1

EN 17 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1

EN 18 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1

EN 19 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1

EN 20 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1

EN 21 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1

EN 22 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1

EN 23 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1

EN 24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0

EN 25 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0

Page 103: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

86

EN 26 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1

EN 27 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1

EN 28 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1

EN 29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1

EN 30 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0

Total 6 3 4 13 17 21 6 5 14 1 5 3 30 10 3 25

JML

PENGU

NGKAP

AN

LING

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

DISCLOSURE

SCORE

0.2 0.1 0.1333 0.4333 0.5667 0.7 0.2 0.1667 0.4667 0.0333 0.1667 0.1 1 0.3333 0.1 0.833

Sumber: Data diolah sendiri

Dapat dilihat dari Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 mengenai data pengungkapan

lingkungan menurut indikator kinerja lingkungan pada tahun 2009 dan 2010,

ditemukan bahwa tidak semua perusahaan mengungkapkan aspek lingkungannya.

Contohnya seperti PT. Kimia Farma pada tahun 2009 dan 2010 hanya

mengungkapkan 1 item dari 30 item pengungkapan yang ada dengan disclosure

score nya adalah 0.0333 atau hanya sekitar 3.33%, yaitu hanya mengungkapkan

presentase produk terjual dan kemasannya yang ditarik menurut kategori.

Sedangkan PT. Semen Gresik pada tahun 2009 dan 2010 telah

mengungkapkan seluruh pengungkapan lingkungannya yaitu 30 item

pengungkapan dengan disclosure score nya adalah 1. Ini berarti bahwa PT. Semen

Gresik sangat memperhatikan aspek-aspek lingkungan sekitarnya dari segi

material, energi, air, keanekaragaman hayati, emisi, efluen, dan limbah, produk

dan jasa, kesesuaian, transportasi, sampai aspek menyeluruh yang

mengungkapkan biaya yang dikeluarkan untuk pengelolaan lingkungan. Dapat

disimpulkan pula dari keseluruhan pengungkapan yang diungkapkan oleh masing-

masing perusahaan masih banyak perusahaan yang mengungkapkan dibawah 15

Page 104: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

87

item pengungkapan. Sedangkan yang mengungkapkan diatas 20 item hanya

beberapa perusahaan saja.

4.1.2.3 Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan perusahaan diukur dengan earning measures yaitu

earning per share (EPS). EPS menunjukan besarnya jumlah laba yang akan

didapatkan atas setiap saham biasa yang beredar pada periode tertentu. Nilai EPS

didapatkan dari annual report setiap perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia dan menjadi peserta PROPER tahun 2009-2010. Formula

perhitungan EPS menurut Warren (2011:516) adalah

������������ℎ��� =�� ��!"#� − ���%%���&&�'�&���

�'������(#)��"%!"##"��ℎ����"( � ��&���

Tabel 4.5 merupakan hasil lengkap pengolahan variabel-variabel bebas,

yaitu kinerja lingkungan sebagai variabel X1 dan pengungkapan lingkungan

sebagai X2, sedangkan variabel tidak bebasnya adalah kinerja keuangan sebagai

variabel Y.

Page 105: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

88

Tabel 4.5

Data Variabel Independen dan Dependen

No Nama Perusahaan

Kinerja

Lingkungan

Pengungkapan

Lingkungan EPS (Y)

2009 2010 2009 2010 2009 2010

1 PT. Asahimas Flat Glass,

Tbk. 3 3 0.2 0.2 155 763

2 PT. Century Tekstil Industri

(Centex), Tbk. 3 2 0.1 0.1 -.052 -0.12

3 PT. Citra Tubindo, Tbk. 3 3 0.1 0.1333 0.0177 0.0230

4 PT. Fajar Surya Wisesa, Tbk. 3 3 0.3667 0.4333 111.7 114.2

5 PT. Holcim Indonesia, Tbk. 4 5 0.5667

0.5667 117 108

6 PT. Indah Kiat pulp and

paper, Tbk. 3 3 0.6667 0.7 -0.029 0.002

7 PT. Indocement Tunggal

Prakarsa, Tbk. 5 4 0.2333 0.2 746 876

8 PT. Indorama Synthetics,

Tbk. 3 3 0.1667 0.1667 4.0 1.7

9 PT. Kalbe Farma, Tbk. 3 3 0.4667 0.4667 97 137

10 PT. Kimia Farma (Persero),

Tbk. 3 3 1 0.0333 11.25 24.98

11 PT. Pelat Timah Nusantara

(Latinusa), Tbk. 3 3 0.1667 0.1667 28 30

12 PT. Sat Nusa Persada, Tbk. 3 3 0.1 0.1 -0.0683 -0.0237

13 PT. Semen Gresik (Persero)

Tbk. 4 4 1 1 566 613

14 PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. 4 4 0.3 0.3333 -0.044 0.0003

15 PT. Unggul Indah Cahaya,

Tbk. (UIC) 3 3 0.1 0.10 0.011 0.010

16 PT. Unilever Indonesia, Tbk. 4 3 0.833 0.833 399 444

Sumber: Data diolah sendiri

Page 106: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

89

4.2 Perhitungan Statistik dan Pengujian Hipotesis

4.2.1 Statistik Deskriptif

Analisis data statistik deskriptif merupakan proses transformasi data

penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan.

Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi mendeskripsikan atau memberi

gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi

sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang

berlaku umum (Sugiyono, 2007). Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan

analisis deskriptif untuk tiga variabel yang terdapat pada tabel 4.6:

Tabel 4.6

Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Kinerja Lingkungan (X1) 32 2 5 3,31 ,644

Pengungkapan Lingkungan

(X2) 32 ,03 1,00 ,3719 ,30443

Kinerja Keuangan (Y) 32 -,5200 876,0000 167,066541 264,6295004

Valid N (listwise) 32

Sumber: Data sekunder yang diolah SPSS 20

Dapat dilihat dari tabel 4.6 mengenai hasil perhitungan analisis deskriptif

untuk tiga variabel, yaitu: variabel kinerja lingkungan, pengungkapan lingkungan

dan kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia dan menjadi peserta PROPER tahun 2009-2010.

1. Nilai terendah untuk kinerja keuangan (Y) adalah -0,520, yaitu untuk

perusahaan yang memiliki nilai EPS terendah yang dimiliki oleh PT.

Century Tekstil Industri (Centex), Tbk. Sedangkan nilai tertinggi untuk

kinerja keuangan adalah 876 yaitu untuk perusahaan yang memiliki

Page 107: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

90

nilai EPS tertinggi yang dimiliki oleh PT. Indocement Tunggal

Prakarsa, Tbk. Sedangkan rata-rata dan standar deviasi untuk kinerja

keuangan adalah 167,067 dan 264,630.

2. Nilai terendah untuk kinerja lingkungan (X1) adalah 2,00, yaitu

perusahaan yang memiliki peringkat 2 (merah) dalam PROPER

dimiliki oleh PT. Century Tekstil Industri (Centex), Tbk. Sedangkan

nilai tertinggi adalah 5,00, yaitu untuk perusahaan yang memiliki

peringkat 5 (emas) dalam PROPER dimiliki oleh PT. Holcim

Indonesia, Tbk dan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Sedangkan

rata-rata dan standar deviasinya adalah 3,313 dan 0,644.

3. Nilai terendah untuk pengungkapan lingkungan (X2) adalah 0,03.

Sedangkan nilai tertinggi adalah 1,00. Sedangkan rata-rata dan standar

deviasinya adalah 0,371 dan 0,304.

4.2.2 Pengaruh Kinerja Lingkungan dan Pengungkapan Lingkungan

terhadap Kinerja Keuangan

Dalam Penelitian ini penulis akan melakukan analisis untuk mengetahui

apakah secara statistik terdapat pengaruh antara kinerja lingkungan dan

pengungkapan lingkungan terhadap kinerja keuangan perusahaan manufaktur

yang terdaftar di BEI dan menjadi peserta PROPER tahun 2009-2010. Untuk

mengetahui bagaimana pengaruh variabel-variabel tersebut, penulis terlebih

dahulu melakukan uji normalitas, uji multikoliniearitas, uji heteroskedastisitas, uji

autokorelasi, analisis regresi berganda, analisis koefisien determinasi, uji-f dan

Page 108: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

91

uji-t. Adapun hasil yang diperoleh dari perhitungan software SPSS versi 20.0 for

windows adalah sebagai berikut:

4.2.2.1 Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pembentukan model regresi, akan dilakukan pengujian

asumsi terlebih dahulu supaya model yang terbentuk memberikan estimasi yang

BLUE (Best Linier Unbiased Estimated). Pengujian asumsi ini terdiri atas empat

pengujian, yakni Uji Normalitas, Uji Multikolinieritas, Uji Heteroskedastisitas

dan Uji Autokorelasi.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk dapat mengetahui apakah data dalam

model regresi berdistribusi secara normal. Model regresi yang baik adalah data

yang mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Salah satu cara

termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik

histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang

mendekati normal. Namun demikian hanya dengan melihat histogram, hal ini

dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode yang

lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan

distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk

satu garis diagonal dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis

diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan

data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonal.

Page 109: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

92

Berikut uji hasil uji normalitas dengan menggunakan bantuan software

SPSS 20.0 for window.

Gambar 4.1 Uji Normalitas dengan Metode Grafik Plot

Sumber: Data sekunder yang diolah SPSS 20

Berdasarkan grafik normal probability plot di atas, dapat diketahui bahwa

data (titik-titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal yang menunjukkan bahwa pola berdistribusi normal, maka model regresi

memenuhi asumsi normalitas.

Hasil tersebut diperkuat dengan melakukan uji normalitas menggunakan

uji Kolmogorov Smirnov. Secara multivariat pengujian normalitas data dilakukan

terhadap nilai residualnya. Data yang berdistribusi normal ditunjukkan dengan

nilai asymptotic significance diatas 0,05 (Ghozali, 2007). Berikut uji hasil uji

Kolmogorov Smirnov dengan menggunakan bantuan software SPSS 20.0 for

window.

Page 110: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

93

Tabel 4.7

Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 32

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 2.26442543E2

Most Extreme Differences Absolute .197

Positive .197

Negative -.144

Kolmogorov-Smirnov Z 1.112

Asymp. Sig. (2-tailed) .168

a. Test distribution is Normal.

Sumber: Data sekunder yang diolah SPSS 20

Hasil pengujian normalitas dengan uji statistik non-parametrik

Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov

adalah 1.112 dan taraf signifikan sebesar 0,168. Hal ini berarti H0 diterima berada

di atas 0,05 yang berarti data residual terdistribusi normal dan model regresi layak

untuk dipakai dalam penelitian ini.

b. Uji Multikoliniearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas/independen. Multikoliniearitas

berarti adanya hubungan linear yang sempurna di antara variabel independen yang

menjelaskan regresi. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi

diantara variabel independen, karena jika terdapat multikoliniearitas maka

koefisien regresi menjadi tidak tentu dan tingkat kesalahannya menjadi sangat

Page 111: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

94

besar. Dalam hal ini digunakan nilai Variance Inflation Factors (VIF) sebagai

indikator ada tidaknya multikoliniearitas diantara variabel bebas. Pada tabel

dibawah ini dapat dilihat nilai untuk masing-masing variabel independen.

Tabel 4.8 Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

(Constant)

kinerja_lingkungan ,890 1,123

pengungkapan_lingkungan ,890 1,123

a. Dependent Variable: kinerja_keuangan

Sumber: Data sekunder yang diolah SPSS 20

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa variabel kinerja lingkungan

(X1) dan variabel pengungkapan lingkungan (X2) tidak terjadi multikolinearitas

karena nilai VIF dari variabel-variabel tersebut lebih kecil dari 10.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lainnya (Chariri, 2007:105). Model regresi yang baik jika data tidak

terjadi heteroskedastisitas atau memiliki variance yang sama. Untuk mendeteksi

ada atau tidaknya heteroskedastisitas menggunakan scatterplot. Sedangkan dasar

pengambilan keputusan untuk uji heteroskedastisitas adalah (Ghozali, 2001:69):

Page 112: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

95

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola tertentu teratur

(bergelombang, melebur kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah

terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka

0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Berikut hasil pengujian uji heteroskedastisitas menggunakan SPSS 20.0 for

window.

Gambar 4.2 Uji Heteroskedastisitas dengan Metode Grafik

Sumber: Data sekunder yang diolah SPSS 20

Berdasarkan gambar scatterplot di atas, terlihat bahwa titik-titik koordinat

menyebar tidak beraturan atau menyebar secara acak, yang menunjukkan tidak

ditemukannya indikasi pelanggaran gejala heteroskedastisitas dalam data.

Page 113: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

96

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model

regresi linier ada korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan

waktu. Penyimpangan asumsi ini biasanya muncul pada observasi yang

menggunakan time series. Untuk mendiaknosis adanya autokorelasi dalam suatu

model regresi dilakukan melalui pengujian terhadap nilai Durbin-Watson. Output

uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.9

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .517a .268 .217 234.1207309 1.611

a. Predictors: (Constant), pengungkapan_lingkungan, kinerja_lingkungan

b. Dependent Variable: kinerja_keuangan

Sumber: Data sekunder yang diolah SPSS 20

Berdasarkan tabel 4.9 di atas, menunjukkan bahwa nilai DW sebesar 1,611

lebih besar dari batas atas (du) 1,5736 dan kurang dari 4 – 1,5736 (4 – du), maka

dengan demikian tidak terjadi autokorelasi.

Dikarenakan semua uji asumsi klasik telah terpenuhi dan tidak ada

pelanggaran, maka analisis regresi linier berganda dapat dilakukan.

Page 114: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

97

4.2.2.1 Persamaan Regresi Berganda

Persamaan regresi linier yang akan dibentuk adalah:

Y = a + b1X1 + b2X2

Dalam hal ini :

a = Konstanta

Y = Kinerja Keuangan

X1 = Kinerja Lingkungan

X2 = Pengungkapan Lingkungan

b1, b2 = koefisien regresi variabel independen

Dengan menggunakan software SPSS 20.0 for window, diperoleh hasil

analisis regresi linier berganda sebagai berikut:

Tabel 4.10 Koefisien Regresi Berganda

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) -482,992 221,102 -2,184 ,037

Kinerja lingkungan (X1) 180,106 69,151 ,439 2,605 ,014

Pengungkapan lingkungan

(X2) 143,759 146,387 ,165 ,982 ,334

a. Dependent Variable: kinerja keuangan (Y)

Sumber: Data sekunder yang diolah SPSS 20

Berdasarkan output di atas, diperoleh nilai a sebesar -482,992, nilai b1

sebesar 180,106 dan nilai b2 sebesar 143,759. Dengan demikian maka dapat

dibentuk persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:

Y = -482,992 + 180,106 X1 + 143,759X2

Page 115: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

98

Persamaan regresi tersebut mengandung arti:

1. a = Nilai Konstanta sebesar -482,992

Hal ini berarti bahwa tanpa adanya pengaruh kinerja lingkungan dan

pengungkapan lingkungan maka akan terjadi penurunan kinerja keuangan

hingga mencapai nilai sebesar 482,992.

2. b1 = Koefisien regresi variabel kinerja lingkungan (X1)

Nilai koefisien regresi positif sebesar 180,106. Hal ini berarti bahwa

setiap kenaikan proporsi kinerja lingkungan dengan asumsi variabel

lainnya tetap (cateris paribus), maka kinerja keuangan akan mengalami

peningkatan sebesar 180,106.

3. b2 = Koefisien regresi variabel pengungkapan lingkungan (X2)

Nilai koefisien regresi positif sebesar 143,759. Hal ini berarti bahwa

setiap kenaikan proporsi pengungkapan lingkungan dengan asumsi

variabel lainnya tetap (cateris paribus), maka kinerja keuangan akan

mengalami peningkatan sebesar 143,759.

a. Koefisien Determinasi (R Square)

Koefisien Determinasi (R Square) digunakan untuk mengukur seberapa

jauh kemampuan variabel-variabel independen secara simultan dalam

memberikan pengaruh terhadap variabel dependen. Dengan menggunakan

bantuan Software SPSS 20.0 for window, diperoleh output sebagai berikut:

Page 116: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

99

Tabel 4.11 Koefisien Determinasi (R-square) Model Summary

b

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the

Estimate

1 ,517a ,268 ,217 234,1207309

a. Predictors: (Constant), pengungkapan lingkungan (X2) , kinerja lingkungan (X1)

b. Dependent Variabel: kinerja keuangan (Y)

Sumber: Data sekunder yang diolah SPSS 20

Berdasarkan tabel di atas, diketahui nilai R square sebesar 0,268 atau

26,8%. Dengan demikian, nilai R square sebesar 26,8% yang menunjukkan arti

bahwa variabel kinerja lingkungan dan pengungkapan lingkungan memberikan

pengaruh simultan (bersama-sama) sebesar 26,8% terhadap kinerja keuangan pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menjadi

peserta PROPER tahun 2009-2010. Dengan kata lain, peningkatan (penurunan)

kinerja lingkungan dan pengungkapan lingkungan akan diikuti oleh besarnya

peningkatan (penurunan) kinerja keuangan. Sedangkan sisanya sebesar 73,2%

lainnya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.

Sedangkan untuk melihat besar pengaruh dari setiap variabel bebas

terhadap variabel terikat, dilakukan perhitungan dengan menggunakan formula

Beta x Zero Oder. Beta adalah koefisien regresi yang telah distandarkan,

sedangkan zero order merupakan korelasi pearson dari setiap variabel bebas

terhadap variabel terikat. Dengan bantuan Software SPSS 20.0 for window

diperoleh nilai beta dan zero order sebagai berikut:

Page 117: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

100

Tabel 4.12 Koefisien Beta dan Zero Order Correlation

Sumber: Data sekunder yang diolah SPSS 20

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilakukan perhitungan untuk memperoleh

pengaruh parsial dari setiap variabel bebas sebagai berikut:

Pengaruh kinerja lingkungan (X1) = 0,439 x 0,493 = 0,217 atau 21,7%

Pengaruh pengungkapan lingkungan (X2) = 0,165 x 0,311= -0,051 atau 5.1%

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diketahui bahwa variabel kinerja

lingkungan (X1) memberikan pengaruh terbesar terhadap kinerja keuangan

sebesar 21,7% dan diikuti oleh variabel pengungkapan lingkungan (X2) hanya

5,1%. Nilai ini menunjukkan bahwa besarnya pengaruh kinerja lingkungan

terhadap kinerja keuangan. Jadi setiap perubahan 21,7% pada kinerja keuangan

disebabkan oleh penerapan kinerja lingkungan. Dimana samakin baik penerapan

kinerja lingkungan maka kinerja keuangan akan meningkat atau sebaliknya jika

kinerja lingkungan tidak baik maka kinerja keuangan akan turun. Sedangkan

pengungkapan lingkungan tidak memberikan pengaruh yang besar terhadap

kinerja keuangan.

Coefficientsa

Model Standardized

Coefficients

Correlations

Beta Zero-order

1

(Constant)

Kinerja lingkungan (X1) ,439 ,493

Pengungkapan lingkungan

(X2) ,165 ,311

a. Dependent Variable: kinerja keuangan (Y)

Page 118: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

101

b. Pengujian Hipotesis Simultan (Uji F)

Hipotesis yang akan diuji pada pengujian secara simultan ini adalah:

H0 :β1, β1 = 0 Kinerja lingkungan (X1) dan pengungkapan lingkungan

(X2) secara simultan tidak berpengaruh terhadap kinerja

keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menjadi peserta

PROPER tahun 2009-2010.

H1: β1, β1 ≠ 0 Kinerja lingkungan (X1) dan pengungkapan lingkungan

(X2) secara simultan berpengaruh terhadap kinerja

keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menjadi peserta

PROPER tahun 2009-2010.

Tingkat signifikan (α ) sebesar 5%

Dengan menggunakan SPSS, diperoleh output sebagai berikut:

Tabel 4.13 Uji Signifikansi (Uji F)

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 581328,965 2 290664,482 5,303 ,011b

Residual 1589562,982 29 54812,517

Total 2170891,947 31

a. Dependent Variable: kinerja keuangan (Y) b. Predictors: (Constant), pengungkapan lingkungan (X2), kinerja lingkungan(X1)

Sumber: Data sekunder yang diolah SPSS 20

Page 119: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

102

Berdasarkan output di atas diketahui nilai Fhitung sebesar 5,303 dengan p-

value (sig) 0,011. Dengan α=0,05, dk1=2, dan dk2= 29 (n-k-1), maka di dapat Ftabel

3,328. Dikarenakan nilai Fhitung > Ftabel dan nilai signifikansi 0,011 < 0,05 maka H0

ditolak, artinya kinerja lingkungan (X1) dan pengungkapan lingkungan (X2) secara

simultan berpengaruh terhadap kinerja keuangan (Y) pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menjadi peserta PROPER tahun

2009-2010. Dengan kata lain, peningkatan (penurunan) kinerja lingkungan dan

pengungkapan lingkungan akan diikuti oleh besarnya peningkatan (penurunan)

kinerja keuangan. Untuk melihat signifikansi pengaruh setiap variabel bebas

secara parsial, berikut disajikan pengujian parsial menggunakan uji t.

c. Pengujian Hipotesis Parsial (Uji t)

Dengan menggunakan program SPSS, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.14 Uji Hipotesis Parsial (Uji t)

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) -482,992 221,102 -2,184 ,037

Kinerja lingkungan (X1) 180,106 69,151 ,439 2,605 ,014

Pengungkapan

lingkungan (X2) 143,759 146,387 ,165 ,982 ,334

a. Dependent Variable: kinerja keuangan (Y)

Sumber: Data sekunder yang diolah SPSS 20

Page 120: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

103

• Pengujian Hipotesis Variabel X1 (Kinerja lingkungan)

H0 (Hipotesis Nol)

H0 : β1 = 0 Kinerja lingkungan (X1) secara parsial tidak berpengaruh

signifikan terhadap kinerja keuangan (Y) pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

dan menjadi peserta PROPER tahun 2009-2010

H1 : β1 ≠ 0 Kinerja lingkungan (X1) secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap kinerja keuangan (Y) pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

dan menjadi peserta PROPER tahun 2009-2010

Tingkat signifikan (α) sebesar 5%, dk=29 sehingga diperoleh ttabel sebesar

2,045.

Dari tabel output 4.14 di atas diperoleh nilai thitung untuk kinerja

lingkungan (X1) sebesar 2,605 dan ttabel 2,045. Dikarenakan nilai thitung lebih

besar dari nilai ttabel (2,605 > 2,045) dengan nilai signifikansi 0,014 < 0,05 maka

H0 ditolak, artinya kinerja lingkungan (X1) secara parsial berpengaruh signifikan

terhadap kinerja keuangan (Y) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menjadi peserta PROPER tahun 2009-2010. Hal

ini berarti bahwa semakin baik penerapan kinerja lingkungan maka kinerja

keuangan akan meningkat atau sebaliknya jika kinerja lingkungan tidak baik maka

kinerja keuangan akan turun.

Page 121: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

104

• Pengujian Hipotesis Variabel X2 (Pengungkapan lingkungan)

H0 (Hipotesis Nol)

H0 : β2 = 0 Pengungkapan lingkungan (X2) secara parsial tidak

berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan (Y) pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) dan menjadi peserta PROPER tahun 2009-

2010

H1 : β2 ≠ 0 Pengungkapan lingkungan (X2) secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap kinerja keuangan (Y) pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

dan menjadi peserta PROPER tahun 2009-2010

Tingkat signifikan (α) sebesar 5%, dk=29 sehingga diperoleh ttabel sebesar

2,045.

Dari tabel output 4.14 di atas diperoleh nilai thitung untuk pengungkapan

lingkungan (X2) sebesar 0,982 dan ttabel 2,045. Dikarenakan nilai thitung berada

diantara nilai ttabel (-2,045 ≤ 0,982 ≤ 2,045) dengan nilai signifikansi 0,334 > 0,05

maka H0 diterima, artinya pengungkapan lingkungan (X2) secara parsial tidak

berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan (Y) pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menjadi peserta

PROPER tahun 2009-2010. Hal ini berarti bahwa penerapan pengungkapan

lingkungan tidak akan berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

Page 122: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

105

4.3 Pembahasan

Tabel 4.15 merupakan analisa hasil uji statistik baik secara simultan

maupun secara parsial:

Tabel 4.15

Analisa Hasil Uji Statistik

Pengujian

Hipotesis

Hipotesis

Awal Hasil

thitung/

Fhitung

Ttabel/

Ftabel Interpretasi

Parsial Kinerja

lingkungan

Tidak

berpengaruh Berpengaruh 2,605 > 2,045

Berpengaruh

signifikan

terhadap

kinerja

keuangan

Parsial Pengungkapan

lingkungan

Tidak

berpengaruh

Tidak

berpengaruh 0,982 < 2,045

Tidak

berpengaruh

signifikan

terhadap

kinerja

keuangan

Simultan

Kinerja

lingkungan

dan

pengungkapan

lingkungan

Tidak

berpengaruh Berpengaruh 5,303 > 3,328

Berpengaruh

signifikan

terhadap

kinerja

keuangan

Sumber: Data sekunder yang diolah SPSS 20

Dari hasil analisis diatas didapat bahwa kinerja lingkungan dan

pengungkapan lingkungan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap

kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan menggunakan EPS. Pengujian

Page 123: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

106

atas model regresi ini secara simultan menemukan nilai koefisien determinasi R

square sebesar 0,268. Hal ini berarti bahwa secara simultan kinerja lingkungan

dan pengungkapan lingkungan mempengaruhi kinerja keuangan pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menjadi peserta

PROPER tahun 2009-2010 sebesar 26,8%. Pengaruh selebihnya 73,2%

dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti seperti faktor ukuran

perusahaan atau tipe industri, environmental concern, public visibility.

Dari hasil penelitian, untuk variabel kinerja lingkungan memiliki pengaruh

signifikan. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Susi (2005) dan

Enggardian (2008) yang menyatakan bahwa kinerja lingkungan yang di ukur

dengan ROA tidak berpengaruh signifikan dengan kinerja keuangan. Namun hasil

penelitian ini sejalan dengan pernyataan Environmental Protection Agency

(EPA) (2000), yang menyatakan bahwa ada hubungan yang positif antara firm’s

environmental performance dengan financial performance dan juga sejalan

dengan penelitian Mahoney (2000) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang

signifikan positif antara environmental performance dengan financial

performance yang juga diproksi dengan ROA. Penelitian lainnya yaitu dilakukan

oleh penelitian Banafos (2004) juga menemukan hubungan yang positif

environmental performance and financial performance. Sedangkan untuk

penelitian di Indonesia hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Oktavirina

(2006) dan Bernard (2007) yang menyatakan adanya pengaruh positif antara

kinerja lingkungan dan kinerja keuangan perusahaan.

Page 124: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

107

Dengan didapatkan hasil seperti di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

perusahaan yang memiliki tingkat kinerja lingkungan akan membawa pengaruh

pula bagi kinerja keuangan perusahaan. Pengaruh kinerja yang baik akan

mempengaruhi kinerja keuangan dengan baik pula. Hal ini dapat dilihat dari

benefit yang dibawa oleh kinerja lingkungan yang dapat memenuhi earning per

share (EPS), misalnya benefit yang ada dapat dilihat dari penggunaan clean

technology. Kinerja lingkungan juga akan mengurangi tuntutan hukum dan

pengenaan sanksi atau denda lingkungan oleh pemerintah dan masyarakat.

Aktivitas operasional perusahaan yang dapat berjalan lancar tanpa gangguan yang

berarti juga perusahaan dapat terus menghasilkan profit yang baik. Banyak

perusahaan yang sadar bahwa perilaku etis membuat perusahaan aman dari

gangguan sekitar sehingga dapat beroperasi dengan lancar. Dari hal diatas dapat

disimpulkan bahwa perusahaan yang telah berupaya melakukan penyelarasan atas

tanggung jawab sosial dan lingkungannya dapat terhindar dari masalah-masalah.

Untuk variabel pengungkapan lingkungan (X2) tidak berpengaruh

signifikan terhadap kinerja keuangan. Dimana nilai thitung berada diantara nilai ttabel

(-2,045 ≤ 0,982 ≤ 2,045). Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Almilia (2007) yang menyimpulkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara environmental disclosure dengan economic performance.

Namun sejalan dengan penelitian Enggardian (2008) yang menyatakan bahwa

pengungkapan lingkungan tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan.

Hasil ini mungkin disebabkan karena perusahaan publik belum sepenuhnya

menyadari pentingnya pengungkapan informasi yang sifatnya voluntary (Suratno,

Page 125: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

108

2006). Hal ini tampak dari tingkat disclosure score yang cukup rendah ditemukan

dalam penelitian ini. Kesadaran perusahaan di Indonesia saat ini baru sampai pada

batas memenuhi kewajiban yang bersifat mandatory. Menurut Hasibuan (2005)

yang dikutip oleh Suratno (2006), perusahaan di Indonesia memiliki karakteristik

kesadaran perilaku yang sangat berbeda dengan negara barat sehingga perlu

ditelaah dengan seksama hal mana yang perlu dinyatakan sebagai kewajiban dan

hal mana yang dinyatakan sebagai pilihan. Hal ini mungkin disebabkan masih

belum adanya standar pengungkapan yang ditentukan, sehingga sulit untuk

disepadankan pengungkapan lingkungan antar tiap perusahaan dan perusahaan

akan mempertimbangkan biaya dan manfaat yang akan diperoleh ketika mereka

memutuskan untuk mengungkapkan informasi lingkungan walaupun

pengungkapan lingkungan tersebut merupakan salah satu faktor yang ikut

dipertimbangkan oleh calon investor.

Page 126: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

109

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh kinerja

lingkungan dan pengungkapan lingkungan terhadap kinerja keuangan selama

periode tahun 2009-2010 pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia dan menjadi peserta PROPER maka penulis mengambil simpulan

sebagai berikut:

1. Kinerja Lingkungan

Peringkat Kinerja lingkungan menurut indikator PROPER pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan menjadi

peserta PROPER tahun 2009-2010 menunjukkan angka rata-rata 3.31.

Perusahaan yang memiliki peringkat kinerja lingkungan yang paling tinggi

yaitu 5 adalah kinerja yang dilakukan oleh PT. Holcim Indonesia, Tbk. pada

tahun 2010 dan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. pada tahun 2009.

Peringkat kinerja lingkungan yang paling rendah yaitu 2 adalah kinerja yang

dilakukan oleh PT. Century Tekstil Industri (Centex), Tbk.

2. Pengungkapan Lingkungan

Pengungkapan lingkungan menurut indikator kinerja lingkungan pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan menjadi peserta PROPER

pada tahun 2009 dan 2010 menunjukkan angka rata-rata 0.371, sehingga luas

pengungkapan masih tergolong rendah. PT. Kimia Farma pada tahun 2009

Page 127: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

110

dan 2010 hanya mengungkapkan 1 item dari 30 item pengungkapan yang ada

dengan disclosure score nya adalah 0.0333. Sedangkan nilai tertinggi

pengungkapan lingkungan yang dilakukan oleh PT. Semen Gresik pada tahun

2009 dan 2010 telah mengungkapkan seluruh pengungkapan lingkungannya

yaitu 30 item pengungkapan dengan disclosure score nya adalah 1.

3. Kinerja Keuangan

Nilai terendah untuk kinerja keuangan (Y) adalah -0,520, yaitu untuk

perusahaan yang memiliki nilai EPS terendah yang dimiliki oleh PT. Century

Tekstil Industri (Centex), Tbk. Sedangkan nilai tertinggi untuk kinerja

keuangan adalah 876 yaitu untuk perusahaan yang memiliki nilai EPS

tertinggi yang dimiliki oleh PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk.

Sedangkan rata-rata untuk kinerja keuangan adalah 167,067.

4. Pengaruh Kinerja Lingkungan dan Pengungkapan Lingkungan terhadap

Kinerja keuangan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 16 perusahaan

manufaktur yang terdaftar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan

menjadi peserta PROPER tahun 2009-2010, peneliti menyimpulkan bahwa:

a. Secara simultan terdapat pengaruh signifikan dari kinerja lingkungan

dan pengungkapan lingkungan terhadap kinerja keuangan pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

dan menjadi peserta PROPER tahun 2009-2010, dengan total

pengaruh sebesar 26,8% sedangkan sisanya sebesar 73,2% merupakan

pengaruh dari variabel lain diluar penelitian. Dengan kata lain,

Page 128: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

111

peningkatan (penurunan) kinerja lingkungan dan pengungkapan

lingkungan akan diikuti oleh besarnya peningkatan (penurunan)

kinerja keuangan.

b. Secara parsial kinerja lingkungan berpengaruh signifikan terhadap

kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-2010 (thitung > ttabel) dengan pengaruh

sebesar 21,7%. Hal ini berarti bahwa semakin baik penerapan kinerja

lingkungan maka kinerja keuangan akan meningkat atau sebaliknya

jika kinerja lingkungan tidak baik maka kinerja keuangan akan turun.

c. Sedangkan untuk pengungkapan lingkungan secara parsial tidak

berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-

2010 (ttabel < thitung < ttabel) dengan pengaruh hanya 5,1%. Hal ini

berarti bahwa penerapan pengungkapan lingkungan tidak akan

berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

5.2 Saran

a. Saran untuk peneliti yang akan datang

Untuk peneliti selanjutnya yang tertarik untuk mengambil topik serupa,

saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah sebagai berikut:

1. Sampel perusahaan dapat ditambah agar dapat memberikan gambaran

populasi yang lebih akurat serta menambah periode penelitian lebih dari

dua tahun sehingga dapat menggambarkan kondisi yang sebenarnya.

Page 129: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

112

2. Melanjutkan penelitian dengan menggunakan variabel-variabel yang

sama, namun variabel pengungkapan lingkungan dijadikan sebagai

variabel intervening.

3. Penelitian selanjutnya disarankan untuk membedakan perlakuan

penelitian untuk tiap industri yang berbeda-beda.

4. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan laporan selain annual

report seperti laporan CSR terpisah atau sustainability reporting yang

dapat menyajikan aktivitas lingkungan secara detail.

5. Peneliti selanjutnya dapat melakukan pembobotan pengungkapan

lingkungan dengan memperhatikan segi kualitas pengungkapan dengan

cara memberikan bobot nilai pada masing-masing item pengungkapan

lingkungan yang digunakan pada penelitian tersebut, item

pengungkapan lingkungan yang baik akan mendapatkan bobot nilai

yang lebih tinggi.

b. Saran untuk perusahaan-perusahaan di Indonesia

1. Dalam pengakuan biaya lingkungan perusahaan disarankan untuk

mengakuinya sebagai asset dan bukan sebagai beban ataupun biaya

overhead, karena jika diakui sebagai beban maka akan dibebankan

sekaligus pada periode terjadinya beban, dan ini tentu akan mengurangi

laba perusahaan, dan jika dimasukkan dalam komponen biaya

overhead, maka akan menambah biaya produksi dan harga produk pun

menjadi tinggi, hal ini belum sesuai dengan keadaan konsumen di

Indonesia, untuk itu biaya lingkungan lebih baik diakui sebagai asset

Page 130: DocumenPENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGANt 8

113

yang diakui dengan nilai amortized cost-nya, sehingga biaya

lingkungan yang biasanya cukup besar tidak dibebankan sekaligus.

2. Perusahaan hendaknya disamping melakukan kinerja lingkungan,

diharapkan juga memperhatikan faktor lain yang juga berpengaruh

terhadap kinerja keuangan seperti environmental concern yaitu

keikutsertaan ISO 14000 oleh perusahaan atau public visibility atau

pemberitaan permasalahan lingkungan yang ditimbulkan perusahaan

melalui media massa, bulletin, majalah, atau situs yang juga

diperhatikan oleh publik.