analisis kinerja beberapa ruas jalan akibat pengaruh hambatan samping
TRANSCRIPT
ANALISIS KINERJA BEBERAPA RUAS JALAN AKIBAT
PENGARUH HAMBATAN SAMPING
(Studi Kasus Pada Jalan Sutomo, Jalan Merdeka, dan Jalan Patuan Anggi di
Kota Pematangsiantar)
PROPOSAL TUGAS AKHIR
JUNIARTI BASARIA SIAHAAN
090424065
Dosen Pembimbing :
Medis Surbakti, S.T, M.T
NIP : 197109142000121001
PROGRAM PENDIDIKAN EKSTENSION
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
ANALISIS KINERJA BEBERAPA RUAS JALAN AKIBAT PENGARUH
HAMBATAN SAMPING
(Studi Kasus Pada Jalan Sutomo, Jalan Merdeka, dan Jalan Patuan Anggi di Kota Pematangsiantar)
I. Umum
Perkembangan dan pertumbuhan suatu daerah/kota pada dasarnya ditentukan
oleh tiga faktor utama, yakni: pertambahan jumlah penduduk, intensitas kegiatan
penduduk dan pergerakan penduduk antar pusat kegiatan, dimana ketiga faktor
tersebut diwujudkan dalam bentuk fisik kota. Faktor pergerakan penduduk antar
pusat kegiatan merupakan salah satu faktor yang harus dipertimbangkan dalam
membahas perkembangan dan pertumbuhan suatu daerah kota.
Pertambahan jumlah penduduk dan perkembangan sosial ekonomi suatu
daerah atau kota akan menyebabkan tuntutan kebutuhan ruang kota yang lebih besar.
Hal ini terlihat dari pola penggunaan lahan suatu kota. Selanjutnya, perkembangan
kegiatan sosial ekonomi penduduk mengakibatkan meningkatnya intensitas
pergerakan penduduk. Kegiatan pergerakan penduduk ini biasa disebut sebagai
kegiatan perangkutan atau transportasi.
Peningkatan pergerakan penduduk kota menyebabkan meningkatnya
kebutuhan akan ketersediaan prasarana dan sarana transportasi perkotaan. Kebutuhan
pengembangan prasarana dan sarana transportasi pada umumnya mencakup:
a. Pembangunan jalan baru.
b. Peningkatan kinerja pelayanan jalan yang sudah ada.
c. Pertambahan jumlah sarana angkutan (bus, taksi dan kereta api).
d. Fasilitas penunjang transportasi (terminal, halte, parker, traffic light, marka,
dan rambu jalan).
Pertambahan jaringan jalan perkotaan (panjang jalan dan kualitas jaringan)
harus mampu mengimbangi pertambahan jumlah kendaraan. Bila diantara keduanya
tidak terdapat keseimbangan, maka masalah transportasi perkotaan seringkali terjadi
seperti; penurunan kecepatan perjalanan dan kemacetan lalu lintas.
II. Latar Belakang
Transportasi secara sederhana dapat didefenisikan sebagai pergerakan barang
atau orang dengan menggunakan fasilitas. Untuk tujuan pergerakan masalah
transportasi sendiri tidaklah sederhana karena dalam sistem transportasi melibatkan
tiga unsur utama yaitu; dalam sistem kegiatan, sistem jaringan dan sistem
pergerakan.
Pada daerah perkotaan, masalah transportasi merupakan masalah utama yang
sulit dipecahkan apalagi masalah kemacetan lalu lintas. Dengan bertambahnya
kepemilikan kendaraan dan cara pengoperasian fasilitas yang belum optimal maka
akan mengakibatkan peningkatan kemacetan lalu lintas yang semakin tinggi.
Maka dari itu perencanaan jalan raya dengan segala fasilitasnya harus
direncanakan dengan baik sehingga kelancaran, keamanan dan kenyamanan
pengguna jalan akan terpenuhi. Dalam hal ini tingkat pelayanan suatu ruas jalan
perlu dijaga dan dipelihara agar benar-benar memberikan pelayanan yang maksimal.
Kota Pematangsiantar merupakan kota yang pada awalnya terbentuk karena
adanya kepentingan jalur perkebunan, wisata, sehingga dapat dikatakan sebagai kota
persinggahan ataupun crossroad city. Dengan luas ± 7997 Ha, Pematangsiantar
merupakan kota kecil yang sangat ramai dan sibuk, khususnya di kawasan pusat kota
yang terletak disepanjang jalan Sutomo-Merdeka, yang merupakan koridor utama di
kota Pematangsiantar yang memiliki tingkat aksesibilitas yang tinggi dan merupakan
kawasan yang secara umum diperuntukkan bagi bangunan umum/usaha atau jasa
komersil. Kawasan ini juga merupakan kawasan yang memiliki berbagai jenis
aktivitas yang tinggi.
Pada ruas jalan Sutomo, Jalan Merdeka, dan Jalan patuan Anggi Pematang
Siantar merupakan ruas jalan dengan arus lalu lintas tinggi. Kegiatan transportasi di
ruas-ruas jalan tersebut akhir-akhir ini menunjukkan kecenderungan yang terus
meningkat. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh adanya pertambahan kegiatan
perkotaan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Terjadinya peningkatan kegiatan
perkotaan adalah disebabkan oleh adanya pertambahan jumlah penduduk,
peningkatan kebutuhan sosial ekonomis penduduk, perluasan dan peningkatan fungsi
sosial politik dari kota terhadap daerah pelayanan serta adanya perkembangan
teknologi.
Kondisi lalu lintas (traffic) di pusat Kota Pematangsiantar (pusat lokasi
penelitian) pada saat ini menunjukkan tundaan (delay) yang terus meningkat, juga
kemacetan lalu lintas yang semakin meningkat.
Disekitar jalan termasuk daerah dengan tingkat kesibukan
tinggi, karena disepanjang jalan terdapat sarana perdagangan,
sarana pendidikan, dan fasilitas Rumah Sakit, sehingga sering
terjadi konflik dari bergeraknya arus lalu lintas yang menyebabkan
terjadinya kemacetan dan ketidakteraturan di sepanjang ruas jalan
Sutomo, jalan Merdeka, dan jalan Patuan Anggi.
Masalah yang terjadi adalah tidak tersedianya kawasan parkir
tersendiri pada masing-masing sarana tersebut di atas, sehingga
parkir dilakukan dengan memakai badan jalan, terdapat warung-
warung pada jalur pejalan kaki yang mengakibatkan banyak
pejalan kaki menggunakan badan jalan, juga terjadinya proses naik
turun baik penumpang angkutan umum maupun barang di
sepanjang ruas jalan, yang tentunya hal-hal tersebut akan
mengurangi kapasitas ruas jalan dan akan menyebabkan
penurunan kecepatan bagi kendaraan yang melintasinya.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut di atas, maka
diperlukan studi dan analisa untuk mengetahui nilai kapasitas,
derajat kejenuhan dan tingkat pelayanan ruas jalan terhadap arus
lalu lintas yang bergerak, sehingga dapat dicari solusi
permasalahannya.
III. TUJUAN PENELITIAN
Ada pun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari penyebab
kemacetan lalu lintas yang terjadi di kawasan jalan Sutomo,
jalan Merdeka, dan jalan Patuan Anggi Pematang Siantar,
yaitu:
Volume lalu lintas
Kecepatan rata-rata kendaraan
Volume parkir
Volume penyebrang jalan
2. Menganalisis tingkat pelayanan (Level Of Service) pada ruas
jalan Sutomo, Pematang Siantar.
IV. MANFAAT PENELITIAN
Dengan adanya penelitian ini diharapkan hasilnya berguna
untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi semua pihak yang
berkepentingan terhadap masalah kemacetan lalu lintas yang
disebabkan aktivitas tepi jalan atau hambatan samping.
V. PEMBATASAN MASALAH
Untuk menganalisis permasalahan dan memudahkan dalam
menganalisa, maka dibuat batasan-batasan masalah sebagai
berikut:
a. Lokasi penelitian yang dipilih dalam penelitian ini
adalah kawasan jalan Sutomo, jalan Merdeka, dan jalan
Patuan Anggi Pematang Siantar selama 3 hari, yaitu hari
senin, selasa dan rabu dengan pertimbangan bahwa pada
hari tersebut dianggap mewakili kondisi arus lalu lintas yang
padat, aktivitas kegiatan sangat tinggi karena merupakan
hari kerja.
b. Penelitian ini dilakukan hanya pada volume
kendaraan, kecepatan, derajat kejenuhan dan hambatan
samping.
c. Penelitian ini tidak membahas sikap dan perilaku
pengemudi kendaraan.
VI. METODOLOGI PENELITIAN
1. Studi Literatur
Studi literatur ini meliputi pengambilan teori-teori serta rumus-rumus dari
beberapa sumber bacaan buku, jurnal ilmiah, makalah-makalah, seminar atau
symposium ilmiah, sumber-sumber dariinternet yang berkaitan dengan Tugas Akhir
ini.
2. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil di lapangan dengan cara pencatatan
langsung. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara, yaitu survey volume lalu
lintas, survey kecepatan kendaraan serta survey hambatan samping pada ruas jalan
Sutomo, jalan Merdeka, dan Jalan Patuan Anggi Pematang Siantar.
3. Data Sekunder
Data sekunder didapatkan melalui instansi-instansi pemerintahan/swasta yang
terkait yang berkaitan dengan parameter yang akan dicari dalam tugas akhir ini.
Selanjutnya data-data primer dan sekunder yang telah diperoleh kemudian dianalisa
hingga didapat nila-nilai atau parameter yang dimaksud. Nilai-nilai atau parameter
ini tercakup dalam suatu kesimpulan penelitian.
VII. TINJAUAN PUSTAKA
VII.1. Karakteristik Arus Lalu Lintas
Arus lalu lintas merupakan gabungan dari beberapa kendaraan dan pejalan
kaki yang bergerak mengikuti lintasan yang sama. Parameter arus lalu lintas
ditentukan oleh kemampuan pengemudi dan pejalan kaki untuk mengantisipasi
pengguna jalan lainnya, karakteristik kendaraan, geometric desain jalan termasuk
kondisi permukaan jalan. Parameter tersebut adalah volume, kecepatan, kepadatan,
tingkat pelayanan dan derajat kejenuhan.
Karakteristik arus lalu lintas menjelaskan ciri arus lalu lintas secara
kuantitatif maupun kualitatif dalam kaitannya dengan kecepatan, besarnya arus dan
kepadatan lalu lintas serta hubungannya dengan waktu maupun jenis kendaraan yang
menggunakan ruang jalan. Karakteristik diperlukan untuk menjadi acuan dalam
perencanaan lalu lintas.
VII.1.1. Volume Lalu Lintas
Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melintasi suatu ruas
jalan pada periode waktu tertentu diukur dalam satuan kendaraan per satuan waktu
(Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997).
Dengan :
MC = Sepeda Motor (emp = 0,4)
LV = Mobil Penumpang (emp = 1)
HV = Kendaraan Berat (emp = 1,2)
Manfaat data (informasi) volume adalah :
Nilai kepentingan relatif suatu rute
Fluktuasi arus lalu lintas
Distribusi lalu lintas dalam sebuah sistem jalan
Kecenderungan pemakai jalan
Data volume lalu lintas berupa :
1. Volume berdasarkan arah arus :
Dua arah
Satu arah
Arus lurus
Arus belok, baik belok kiri, maupun belok kanan
2. Volume berdasarkan jenis kendaraan, seperti antara lain :
Mobil penumpang atau kendaraan ringan
Kendaraan berat (truk besar, bus)
Sepeda motor
3. Volume berdasarkan waktu pengamatan survey lalu lintas, seperti 5
menitan, 15 menit, atau 1 jam.
Volume lalu lintas mempunyai istilah khusus berdasarkan bagaimana
data tersebut diperoleh yaitu:
a. ADT (average dayli traffic) atau dikenal juga sebagai LHR
(lalu lintas harian ratarata) yaitu volume lalu lintas rata-rata
harian berdasarkan pengumpulan data selama χ hari, dengan
ketentuan 1 < χ < 365. sehingga ADT dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
ADT =
Dengan: Qx = Volume lalu lintas yang diamati selama lebih dari 1 hari dan
kurang dari 365 hari
X = Jumlah hari pengamatan
b. AADT (Average Annual Daily Traffic) atau dikenal juga
sebagai LHRT (Lalu lintas harian rata-rata), yaitu total
volume rata-rata harian (seperti ADT), akan tetapi
pengumpulan datanya harus > 365 hari ( x > 365 hari).
c. AAWT (Average Annual Weekly Traffic), yaitu volume rata-
rata harian selama hari kerja berdasarkan pengumpulan data
> 365 hari, sehingga AAWT dapat dihitung sebagai jumlah
volume pengamatan selama hari kerja dibagi dengan jumlah
hari kerja selama pengumpulan data.
d. Maximum Annual Hourly Volume, yaitu volume tiap jam
yang terbesar untuk suatu tahun tertentu.
e. 30 HV (30th highest annual hourly volume) atau disebut juga
sebagai DHV (design hourly volume), yaitu volume lalu
lintas tiap jam yang dipakai sebagai volume
desain. Dalam setahun besarnya volume ini
dilampui 29 data.
f. Flow Rate adalah volume yang diperoleh dari pengamatan
yang lebih kecil dari 1 jam, akan tetapi kemudian
dikonversikan menjadi volume 1 jam secara linear.
g. Peak Hour Factor (PHF) adalah perbandingan volume satu
jam penuh dengan puncak dari flow rate pada jam tersebut,
sehingga PHF dapat dihitung dengan rumus berikut :
VII.1.2. Kecepatan
Kecepatan menentukan jarak yang akan dijalani pengemudi kendaraan
dalam waktu tertentu. Pemakai jalan dapat menaikkan kecepatan untuk
memperpendek waktu perjalanan atau memperpanjang jarak perjalanan. Nilai
perubahan kecepatan adalah mendasar tidak hanya untuk berangkat dan berhenti
tetapi untuk seluruh arus lalu lintas yang dilalui.
Kecepatan adalah sebagai perbandingan jarak yang dijalani dan waktu
perjalanan, atau dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dengan: S = kecepatan (km/jam; m/dt)
d = jarak tempuh kendaraan (km; m)
t = waktu tempuh kendaraan (jam; detik)
Pada penelitian ini kecepatan yang ditinjau adalah kecepatan rata-rata ruang
(Space Mean Speed (SMS)), karena penggunaan waktu tempuh rata-rata
memperhitungkan panjang waktu yang dipergunakan setiap kendaraan didalam
ruang. Jika waktu tempuh t1,t2,t3,...,tn, diamati untuk n kendaraan yang melalui
suatu penggal jalan sepanjang L, maka kecepatan tempuh rata-ratanya adalah,
Dengan : Vs = Kecepatan tempuh rata-rata (km/jam; m/dt)
L = Panjang penggal jalan (km;m)
ti = Waktu tempuh kendaraan ke I untuk melalui
n = Jumlah waktu tempuh yang diamati
sedangkan formula yang digunakan utnuk kecepatan arus bebas adalah
berdasarkan MKJI 1997 :
Fv = (Fvo + FVw) x FFsf x FFVcs
Dimana :
Fv = kecepatan arus bebas
Fvo = kecepatan arus bebas dasar (km/jam)
FVw = penyesuaian lebar jalur lalu lintas jalan (km/jam)
FFsf = faktor penyesuaian hambatan samping
FFVcs = faktor penyesuaian ukuran kota
VII.1.3. Kepadatan
Kepadatan didefinisikan sebagai jumlah kendaraan yang menempati panjang
ruas jalan atau lajur tertentu, yang umumnya dinyatakan sebagai jumlah kendaraan
per kilometer atau satuan mobil penumpang per kilometer (smp/km). Jika panjang
ruas yang diamati adalah L, dan terdapat N kendaraan, maka kepadatan k dapat
dihitung sebagai berikut:
Kepadatan sukar diukur secara langsung (karena diperlukan titik ketinggian
tertentu yang dapat mengamati jumlah kendaraan dalam panjang ruas jalan tertentu),
sehingga besarnya ditentukan dari dua parameter volume dan kecepatan, yang
mempunyai hubungan sebagai berikut:
VII.1.4. Hubungan Antara Arus, Kecepatan, dan Kepadatan
Analisa karakteristik arus lalu lintas untuk ruas jalan dapat dilakukan
dengan mempelajari hubungan matematis antara kecepatan, arus, dan kepadatan lalu
lintas yang terjadi. Persamaan dasar yang menyatakan hubungan matematis antara
kecepatan, arus, dan kepadatan adalah;
V = D . S
Dimana : V = Arus (volume) lalu lintas, smp/jam
D = Kepadatan (density), smp/km
S = Kecepatan (speed), km/jam
VII.2. Bangkitan Parkir
VII.2.1. Pengertian Parkir
Parkir adalah tempat khusus bagi kendaraan untuk berhenti demi
keselamatan. Salah satu kriteria seseorang memilih lokasi parkir adalah aksesibilitas.
Umumnya ketersediaan tempat parkir, baik di badan jalan (on street parking)
maupun bukan di badan jalan (off street parking) belum dapat mengimbangi
kebutuhan akan tempat parkir, terutama di pusat kota menengah dan besar seiring
dengan meningkatnya kepemilkian kendaraan pribadi yang mutlak memerlukan
prasarana parkir untuk menunjang aksesibilitas.
Salah satu faktor utama yang perlu diperhitungkan dalam perencanaan
penyediaan parkir adalah kebutuhan untuk menimbulkan gangguan akibat on-street
parking terhadap arus lalu lintas. Penggunaan badan jalan sebagai tempat parkir jelas
memperkecil kapasitas jalan tersebut.
Secara umum parkir dapat dibagi atas 2 (dua) yaitu :
a. Parkir di badan jalan (on street parking)
Bergantung pada durasi, pergantian, tingkat pengisian parkir dan
distribusi ukuran kendaraan, kita mungkin dapat menentuka geometri parkir
pada badan jalan. Walaupun parkir miring dapat menyediakan lebih banyak
ruang per kaki linear kerebnya, parkir miring ini akan membatasi pergerakan
lalu lintas di jalan daripada parkir sejajar. Parkir sejajar tandem akan
mengurangi maneuver parkir dan disarankan untuk jalan-jalan utama dengan
lalu lintas yang sibuk. Pertimbangan keselamatan harus dipertimbangkan
pada susunan parkir pada badan jalan, dan factor ini sangat erat kaitannya
dengan volume dan kecepatan lalu lintas di jalan yang bersangkutan (C. John
Khisty dan B. Kent Lall, 2003).
Parkir pada badan jalan ini mengambil tempat di sepanjang jalan
dengan atau tanpa melebarkan jalan untuk pembatas parkir. Parkir ini baik
bagi pengunjung yang ingin dekat dengan tujuannya, tetapi untuk lokasi
dengan intensitas penggunaan lahan yang cukup tinggi , cara ini kurang
menguntungkan. Parkir pada badan jalan menimbulkan beberapa kerugian,
antara lain :
1. Mengganggu kelancaran arus lalu lintas
2. Berkurangnya lebar jalan sehingga menyebabkan berkurangnya
kapasitas jalan.
3. Menimbulkan kemacetan lalu lintas
Gangguan samping akan mempengaruhi kapasitas ruas jalan. Salah
satu bentuk gangguan samping yang paling banyak dijumpai di daerah
perkotaan adalah kegiatan perparkiran yang menggunakan badan jalan. Lebar
jalan yang tersita oleh kegiatan perparkiran (termasuk lebar maneuver) tentu
mengurangi kemampuan jalan tersebut dalam menampung arus kendaraan
yang lewat, atau dengan kata lain terjadi fluktuasi arus lalu lintas di ruas jalan
tersebut (Ofyar Z. Tamin, 2000).
b. Parkir di luar badan jalan (off-street parking)
Banyak kota dan daerah pinggiran memiliki parkir di luar badan jalan
yang terbuka untuk umum secara gratis. Perimbangan nyata parkir luar badan
jalan adalah sewa parkir atau parkir dengan juru parkir. Fasilitas sewa parkir
sejauh ini telah cepat menjadi metode perparkiran yang paling lazim. Yang
menjadi sasaran ahli teknik adalah banyaknya kapasitas simpan maksimum
dari area kerja yang ada, yang konsisten dengan distribusi ukuran dan
dimensi modelnya. Kapasitas dan ruang titik akses ke fasilitas parkir harus
cukup untuk menampung kendaraan yang masuk tanpa berjejal di jalan (C.
Jotin Khisty dan B. Kent Lall, 2003).
VII.2.2. Pengukuran Karakteristik Parkir
Pengukuran parkir dilakukan untuk mengenali kekurangan atau
mengembangkan usul guna memperbaiki penyediaan parkir di areal tertentu.
Menurut Hobbs(1995), pengukuran karakteristik parkir meliputi :
a. Akumulasi parkir
Akumulasi parkir adalah jumlah kendaraan yang diparkir di area
parkir pada waktu tertentu.
Akumulasi = Ei – Ex + X
Dengan : Ei = Entry (jumlah kendaraan yang masuk pada lokasi
parkir)
Ex = Exit (kendaraan yang keluarpad lokasi parkir)
X = jumlah kendaraan yang ada sebelumya
b. Volume parkir
Menurut Hobbs (1995), volume parkir menyatakan jumlah kendaraan
yang termasuk dalam beban parkir (yaitu jumlah kendaraan pada
periode waktu tertentu). Waktu yang digunakan kendaraan untuk
parkir, dalam menitan atau jam-jaman, menyatakan waktu parkir.
c. Durasi parkir
d. Pergantian parkir
e. Indeks parkir.
VII.2.3. Kebutuhan Ruang Parkir
Satuan Ruang Parkir (SRP) adalah ukuran luas efektif untuk
meletakkan kendaraan (mobil penumpang, bus/truk atau sepeda motor), termasuk
ruang bebas dan lebar bukaan pintu. Satuan ruang parkir merupakan ukuran
kebutuhan ruang untuk parkir kendaraan agar nyaman dan aman, dengan besaran
ruang dibaut seefisien mungkin. Dalam perencanaan fasilitas parkir, hal utama
yang harus diperhatikan adalah dimensi kendaraan dan perilaku dari pemakai
kendaraan kaitannya dengan besaran satuan ruang parkir, lebar jalur gang yang
diperlukan dan konfigurasi parkir. Penentuan besarnya satuan ruang parkir
tergantung beberapa hal:
SRP4 = f (D,Ls,Lm,Lp)
SRP2 = f (D,Ls,Lm)
Dimana :
SRP4 = Satuan ruang parkir untuk kendaraan roda 4
SRP2 = Satuan ruang parkir untuk kendaraan roda 2
D = Dimensi kendaraan standar
Ls = Ruang bebas samping arah lateral
Lm = Ruang bebas samping arah membujur
Lp = Lebar bukaan pintu
Penentuan Ruang Parkir
Jenis Kendaraan Satua Ruang Parkir
(m²)
Mobil Penumpang Golongan I
Mobil Penumpang Golongan II
Mobil penumpang Golongan III
Sepeda Motor
Bus / Truk
2,30 x 5,00
2,50 x 5,00
3,00 x 5,00
0,75 x 2,00
3,40 x 12,50
Sumber : Departemen Perhubungan 1988
VII.3. Pejalan Kaki
Berjalan kaki adalah suatu bentuk transportasi yang penting di daerah
perkotaan. Oleh karena itu kebutuhan para pejalan kaki merupakan suatu bagian
yang integral/ terpadu dalam sistem transportasi jalan. Para pejalan kaki berada pada
posisi yang lemah jika mereka bercampur dengan kendaraan, maka mereka akan
memperlambat arus lalu lintas. Oleh karena itu pejalan kaki harus dipisahkan dari
arus kendaraan bermotor, tanpa menimbulkan gangguan-gangguan yang besar
terhadap aksesibilitas.
VII.3.1. Failitas Pejalan Kaki
Fasilitas pejalan kaki dibutuhkan untuk mengakomodasikan dan melindungi
pergerakan pejalan kaki. Fasilitas pejalan kaki diwujudkan dengan prasarana sebagai
berikut :
a. Trotoar : Trotoar adalah sebagian dari jalan yang disediakan
khusus bagi pejalan kaki yang pada umumnya ditempatkan sejajar
dengan jalur lalu lintas, berupa kerb (bagian jalan yang ditinggikan dan
merupakan batas luar daerah manfaat jalan). Penyeberangan : Kriteria
yang terpenting dalam merencanakan fasilitas penyeberangan adalah
bertingkat.
VII.4. Penyebrang Jalan
VII.4.1. Volume Penyeberang Jalan
Volume penyeberang jalan adalah pergerakan memotong ruas jalan pada
periode waktu tertentu.
VII.4.2. Tipe Fasilitas Penyeberangan Pejalan Kaki
Metode umum untuk mengidentifikasi permasalahan – permasalahan yang
mungkin terjadi adalah melalui pengukuran konflik kendaraan / pejalan kaki.
Pengukuran tingkat konflik = P.V²
Dimana :
P = Volume pejalan kaki yang menyeberangi jalan (orang/jam),
V = Volume kendaraan per jam (smp/jam)
VII.5. Analisis Regresi
Analisis ini memungkinkan kita untuk mendapatkan hubungan variabel-
variabel dalam bentuk persamaan matematik
Persamaan yang digunakan untuk analisis regresi adalah:
Y = a + bx
Di mana :
Y = variabel tak bebas/variabel dependen
x = variabel bebas/variabel independent
a = Intersep atau konstanta regresi
b = Koefesien regresi
VII.6. Kapasitas Jalan
Kapasitas suatu ruas jalan didefinisikan sebagai jumlah maksimum kendaraan
yang dapat malintasi suatu ruas jalan yang uniform per jam, dalam satu arah untuk
jalan dua jalur dua arah dengan median atau total dua arah untuk jalan dua jalur tanpa
median, selama satuan waktu tertentu pada kondisi jalan dan lalu lintas yang tertentu.
Kondisi jalan adalah kondisi fisik jalan, sedangkan kondisi lalu lintas adalah sifat
lalu lintas (nature of traffic).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kapasitas jalan antara lain:
1. Faktor jalan, seperti lebar lajur, kebebasan lateral, bahu jalan, ada median
atau tidak, kondisi permukaan jalan, alinyemen, kelandaian jalan, trotoar dan
lain-lain.
2. Faktor lalu lintas, seperti komposisi lalu lintas, volume, distribusi lajur, dan
gangguan lalu lintas, adanya kendaraan tidak bermotor, gangguan samping,
dan lain-lain.
3. Faktor lingkungan, seperti misalnya pejalan kaki, pengendara sepeda,
binatang yang menyeberang, dan lain-lain.
Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 (MKJI 1997), memberikan metoda
untuk memperkirakan kapasitas jalan di Indonesia yaitu dengan rumus sebagai
berikut:
C = Co x Fcw x FCsp x FCsf x FCcs
Dimana :
C = Kapasitas (smp/jam)
Co = Kapasitas dasar (smp/jam)
Fcw = Faktor penyesuaian akibat lebar jalur lalu lintas
FCsp = Faktor penyesuaian akibat pemisah arah
FCsf = Faktor penyesuaian akibat hambatan samping
FCcs = Faktor penyesuaian untuk ukuran kota
Bagan Alir Rencana Kegiatan
Mengumpulkan Bahan Referensi
Identifikasi Data
Data Sekunder
Peta Lokasi
Pengolahan Data
Analisa Data
Analisa Kapasitas
Analisa Hambatan Samping
Analisa Tingkat Pelayanan
Kesimpulan dan Saran
Data PrimerSurvey Volume Lalu LintasSurvey KecepatanSurvey Hambatan Samping
Menentukan Tujuan Penelitian
VIII. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memberikan gambaran garis besar penulisan tuga akhir ini, maka isi
tugas akhir ini dapat diuraikan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Merupakan bingkaian studi atau rancangan yang akan
dilakukan meliputi latar belakang, rumusan masalah, maksud
dan tujuan, pembatasan masalah, keaslian penelitian,
gambaran umum mengenai lokasi penelitian.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Merupakan kajian berbagai literature serta hasil studi yang
relevan dengan pembahasan ini. Bab ini berisikan tentang
Tinjauan Pustaka atau landasan teori.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang metode yang dipakai dalam
penelitian ini termasuk pemilihan lokasi penelitian,
pengumpulan data, langkah penelitian analisa data dan
perhitungan dalam menganalisis.
BAB IV : ANALISIS DATA
Berisikan pembahasan mengenai data-data yang
dikumpulkan lalu dianalisis sehingga diperoleh kesimpulan
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan tentang kesimpulan yang diperoleh dari
pembahasan bab-bab sebelumnya dan saran mengenai
temuan-temuan penting untuk dijadikan pertimbangan serta
saran tindak lanjut terhadap hasil yang diperoleh dari
penulisan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Edward . K. Morlock, 1991, Pengantar Teknik dan Perencanaan
Transportasi, Erlangga, Jakarta.
Hobbs, F.D, 1995, Perencanaan Teknik Lalu Lintas, Universitas Gajah
Mada, Yogyakarta.
Herlina, N., Pengaruh Hambatan Samping Terhadap Kecepatan di Jalan
Perkotaan.
Khisty, C. Jotin dan B. Kent Lall. (2003). Dasar-Dasar Rekayasa
Transportasi. Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta.
MKJI, (1997). Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI). Direktorat Jendral
Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
Miro, F., (2002). Perencanaan Transportasi. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Nasution, M.N., (2003). Manajemen Transportasi, Penerbit Ghalia Indonesia,
Jakarta.
Sukawati, N., (2012). Dampak Hambatan Samping Terhadap Kecepatan Lalu
Lintas di Kawasan Jalan Kartini Denpasar.
Tamin, O.Z., (2000). Perencanaan dan pemodelan Transportasi. Penerbit
ITB, Bandung
Wahyuni, R. (2008). Pengaruh Parkir Pada Badan Jalan Terhadap Kinerja
Ruas Jalan. Tugas Akhir, Subt. Dept. Rekayasa Transportasi,
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara
Yunianta, A. (2006). Pengaruh Manuver Kendaraan Parkir Badan Jalan
terhadap Karakteristik Arus Lalu Lintas Di Jalan Diponegoro
Yogyakarta. Tesis Magister, Sub. Dept. Rekayasa Transportasi,
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Diponegoro