analisis kesulitan belajar siswa ...repository.uinjambi.ac.id/3778/1/tm161373, analisis...analisis...
TRANSCRIPT
-
ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERKEBUTUHAN
KHUSUS (AUTISME) DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA DI KELAS INKLUSI
SKRIPSI
SITI SONALIA PUTRI
NIM. TM.161373
PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2020
-
i
ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERKEBUTUHAN
KHUSUS (AUTISME) DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA DI KELAS INKLUSI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan
SITI SONALIA PUTRI
NIM. TM.161373
PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2020
-
ii
-
iii
-
iv
-
v
:
-
vi
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur kehadirat Allah Subhaanahu Wa Ta’ala karya ini
penulis persembahkan untuk :
1. Allah Subahanu Wa Ta’ala
2. Ayahku Muhammad Yatin, dan Ibuku Poniah, yang telah memberikan
dukungan dan semangat, terima kasih atas bimbingan, doa, cinta, dan kasih
sayang yang tiada tara.
3. Almamater Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
4. Sahabat-sahabatku yang turut serta dalam membantu jalannya skripsi
5. Nusa dan Bangsa
-
vii
MOTTO
…Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, (5)
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan (6)…
(Q.S. Al-Insyirah (94) : ayat 5-6)
-
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirahim
Segala puji hanya milik Allah Subhanahu Wa Ta‟ala, yang tidak pernah
menyia-nyiakan siapapun yang mengharapkan keridhaanNya, dan tidak pernah
menampik siapapun yang memanjatkan doa kepadaNya. Segala puji hanya
bagiNya, yang dengan segala taufiq dan pertolonganNya semata, apapun wujud
kepentingan, insyaAllah dapat dilaksanakan dengan sempurna. Shalawat dan salam
semoga senantiasa terlimpah atas junjungan kita, Rasulullah Shallallahu’Alaihi
Wasallam, keluarga, shahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Sebagai seorang hamba yang berkemampuan terbatas, tidak sedikit kendala
yang dialami oleh penulis dalam penyusunan skripsi ini. Berkat pertolongan dari-
Nya dan bantuan berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung sehingga
kendala tersebut dapat diatasi. Olehnya dalam kesempatan ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Muhammad Yatin dan Ibunda Poniah
atas segala doa, cinta, kasih sayang, didikan, kepercayaan dan pengorbanan
ayahanda dan ibunda untuk Ananda. Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sepanjang hidupnya.
Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada:
1. Prof. Dr. H. Su’aidi, MA., Ph.D selaku rektor Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk menuntut ilmu di Perguruan Tinggi yang dipimpin.
2. Dr. H. Fadlilah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang telah memberi
peluang untuk mengikuti proses perkuliahan.
3. Drs. Sunarto, M.Pd dan Ali Murtadlo, MS, M.Ag. selaku Kaprodi dan
Sekprodi.
-
ix
4. Dr. Idarianty, M.Pd.I selaku Dosen Pembimbing I dan Della Amrina Yusra,
M.Pd selaku Dosen Pembibing II yang dengan sabar, tekun, tulus, dan ikhlas
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam memberikan bimbingan,
motivasi, arahan, dan saran-saran yang sangat berharga kepada penulis selama
penyusunan skripsi.
5. Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, khususnya Program Studi Tadris
Matematika yang dengan tulus ikhlas telah mendidik dan mengajarkan ilmunya
kepada penulis.
6. Kepala SABK Unggul Sakti Jambi yang telah memberikan kemudahan kepada
penulis dalam memperoleh data di lapangan.
7. Rekan-rekan mahasiswa angakatan 2016 kelas A yang telah menorehkan
berbagai kesan dan cerita dalam kehidupan penulis selama menjalani
pendidikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sebab
kesempurnaan itu hanyalah milik Allah Subhanahu Wa Ta‟ala, namun saran dan
kritik yang sifatnya membangun senantiasa penulis harapkan agar ke depannya
bisa menjadi lebih baik lagi. Pada akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi pengembangan Pendidikan.
Jambi, Maret 2020
Penulis
Siti Sonalia Putri
NIM.TM161373
-
x
ABSTRAK
Nama : Siti Sonalia Putri
Program Studi : Tadris Matematika
Judul : Analisis Kesulitan Belajar Anak Berkebutuhan Khusus
(Autisme) dalam Pembelajaran Matematika di Kelas Inklusi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesulitan yang dialami oleh anak
berkebutuhan khusus (Autisme) dalam pembelajaran matematika di kelas inklusi.
Informan dalam penelitian ini adalah siswa autis. Siswa autis memiliki kesulitan
berkomunikasi dalam pembelajaran sehingga cenderung diam. Data dikumpulkan
dengan metode angket, wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data
kualitatif melalui 3 alur yaitu reduksi data, display data, menarik kesimpulan. Dari
hasil penelitian ini didapatkan bahwa proses pembelajaran matematika untuk anak
berkebutuhan khusus memerlukan penanganan khusus serta kurikulum yang
disesuaikan dengan kemampuan awal siswa sehingga setiap siswa berkebutuhan
khusus akan ada perbedaan dalam kurikulum matematika dengan anak-anak yang
reguler.
Kata kunci : kesulitan belajar, anak berkebutuhan khusus (autisme), pembelajaran
matematika, inklusi
-
xi
ABSTRACT
Name : Siti Sonalia Putri
Study Program : Tadris Matematika
Title : Analysis of Learning Difficulties of Children with Special
Needs (Autism) in Mathematics Learning in Inclusive
Classes
Thus study aims to determine the difficulties experienced by children with special
needs (autism) in learning mathematics in inclusive classes. The informant in this
study were autistic students. Autistic students have difficulty communicating in
learning mathematics so it tends to be silent. Data collected by questionnaire,
interview, observation and documentation. Qualititative data analysis has 3 flows
namely data reduction, data display and conclucions drawing. From the research
result, it can be concluded that mathematics learning process for students with
special needs requires a special treatment and a curriculum adjusted to the initial
student‟s ability so that students with special needs have a different mathematics
curriculum than that of regular students.
Keyword : difficulty learning, children with special needs (autism), mathematics
learning, inclusion
-
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
NOTA DINAS ....................................................................................................... ii
PENGESAHAN .................................................................................................... iv
PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................................ v
PERSEMBAHAN ................................................................................................. vi
MOTTO ............................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
ABSTRAK ............................................................................................................. x
ABSTRACT .......................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ......................................... Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ........................................................................................... 3
D. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................................ 4
F. Manfaat Penelitian................................................................................................ 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 5
A. Deskripsi Teoritik......................................................................................... 5
1. Pengertian Analisis....................................................................................... 5
2. Kesulitan Belajar .......................................................................................... 5
3. Anak Berkebutuhan Khusus (Autisme) .................................................... 10
4. Kelas Inklusi .............................................................................................. 18
B. Studi Relevan ...................................................................................................... 22
C. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 25
A. Pendekatan dan Metode Penelitian .................................................................. 25
B. Setting dan Subjek Penelitian ........................................................................... 26
C. Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 26
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 27
-
xiii
E. Teknik Analisis Data .................................................................................. 35
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ............................................................. 37
I. Jadwal Penelitian ........................................................................................ 40
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ....................................................... 42
A. Temuan Umum ............................................................................................ 42
B. Temuan Khusus ........................................................................................... 47
C. Pembahasan ................................................................................................. 64
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 69
A. Kesimpulan .................................................................................................. 69
B. Saran ............................................................................................................ 70
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 72
LAMPIRAN-LAMPIRAN
-
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Kesalahpahaman tentang Autistic Spectrum Dysorders (ASD) ......... 15
Tabel 3.1. Kisi-kisi Angket ................................................................................... 29
Tabel 3.2. Kisi-kisi Wawancara ........................................................................... 30
Tabel 3.3. Kisi-kisi Observasi ............................................................................... 32
Tabel 3.4. Jadwal Penelitian.................................................................................. 40
Tabel 4.1. Hasil Angket Faktor Internal Kesulitan Belajar Matematika ............... 54
Tabel 4.2. Hasil Angket Faktor Eksternal Kesulitan Belajar Matematika ............ 61
-
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir ............................................................................ 24
Gambar 4.1. Proses Pembelajaran Matematika di Kelas Inklusi .......................... 48
Gambar 4.2. Subjek Mendekati Siswa Reguler untuk Mengerjakan Latihan ....... 51
Gambar 4.3. Subjek SA1 Mencatat Materi Pembelajaran Matematika di Kelas
Inklusi .............................................................................................. 57
Gambar 4.4. Subjek SA2 Mencatat Materi Pembelajaran Matematika di Kelas
Inklusi .............................................................................................. 60
-
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Angket SA1 .................................................................... 75
Lampiran 2. Lembar Angket SA2 ................................................................... 78
Lampiran 3. Lembar Wawancara GPK1 .......................................................... 81
Lampiran 4. Lembar Wawancara GPK2 .......................................................... 85
Lampiran 5. Lembar Wawancara SA1 ............................................................. 88
Lampiran 6. Lembar Wawancara SA2 ............................................................. 89
Lampiran 7. Lembar Observasi di Kelas Inklusi ............................................. 90
Lampiran 8. Triangulasi Sumber...................................................................... 95
Lampiran 9. Perhitungan Angket (Skala Likert) .............................................. 97
Lampiran 10. Lembar Validasi Instrumen ....................................................... 100
Lempiran 11. Lembar Pengesahan Judul ......................................................... 101
Lampiran 12. Lembar Izin Riset/Penelitian ..................................................... 102
Lampiran 13. Lembar Surat Perintah Riset/Penelitian ..................................... 103
Lampiran 14. Data Siswa/I SMP Unggul Sakti ............................................... 104
Lampiran 15. Kartu Bimbingan/Konsul Skripsi .............................................. 106
Lampiran 16. Daftar Riwayat Hidup (Curricullum Vitae) ............................... 108
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan sarana untuk menuju ke penghidupan yang layak
maka perlu dikembangkan pendidikan bagi semua kalangan. Yang menjadi
perhatian adalah ketika ada perbedaan perlakuan pemerintah terhadap anak-
anak yang memiliki kebutuhan khusus dalam pendidikan belum terakomodir
oleh pemerintah sehingga banyak anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus
tidak dapat mengenyam pendidikan yang layak sebagaimana yang diterima oleh
anak-anak reguler pada umumnya. Hal ini menjadi perhatian khusus pemerintah
dalam membina dan mengembangkan solusi pendidikan berbasis inklusi ke
beberapa sekolah umum yang menjadi wadah bagi anak-anak berkebutuhan
khusus untuk dapat mengenyam dan merasakan pendidikan seperti layaknya
anak-anak reguler.
Menurut pasal 15 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, bahwa jenis
pendidikan bagi Anak berkebutuan khusus adalah Pendidikan Khusus. Pasal 32
(1) UU No. 20 tahun 2003 memberikan batasan bahwa Pendidikan khusus
merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam
mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial,
dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
Teknis layanan pendidikan jenis Pendidikan Khusus untuk peserta didik
yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa dapat
diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada
tingkat pendidikan dasar dan menengah. Jadi Pendidikan Khusus hanya ada
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Dengan adanya Undang-Undang
tersebut maka anak berkebutuhan khusus mendapat kesempatan untuk bisa
lebih beradaptasi dengan anak normal lainnya. Setiap guru diharapkan mampu
menghadapi permasalahan-permasalahan yang menimbulkan ketidakselarasan
pembelajaran yang terjadi didalam kelas.
-
2
Kesulitan-kesulitan yang terjadi diantaranya dikarenakan kurangnya
komunikasi antara anak berkebutuhan khusus (ABK) dengan guru maupun
siswa dengan siswa. Komunikasi merupakan hal yang terpenting dalam
penyampaian materi kepada siswa, maka guru harus memahami kebutuhan tiap
siswanya, agar pembelajaran berjalan dengan baik dan tidak ada kesenjangan
antara mereka yang normal dan ABK. Kesiapan mental guru dan siswa mutlak
diperlukan agar terjalin hubungan yang baik dalam pembelajaran matematika
di kelas inklusi.
Pendidikan inklusi merupakan pendekatan yang berusaha
mentransformasi sistem pendidikan dengan meniadakan hambatan-hambatan
yang dapat menghalangi setiap siswa untuk berpartisipasi penuh dalam
pendidikan. Hambatan yang ada bisa terkait dengan masalah etnik, gender,
status sosial, kemiskinan dan lain-lain. Jadi bisa diartikan bahwa pendidikan
inklusi adalah pendidikan anak-anak berkebutukan khusus bersama dengan
anak normal lainya. Dengan adanya pendidikan inklusi ini diharapkan bahwa
sekolah maupun layanan pendidikan lainya dapat memberikan pelayanan yang
maksimal kepada anak-anak berkebutuhan khusus dalam menempuh
pendidikan tanpa membedakan mereka dengan siswa normal lainnya.
Peneliti mendapat informasi bahwa SMP Unggul Sakti Jambi merupakan
salah satu sekolah yang menerapkan pendidikan inklusi. Seperti yang telah
diketahui, inklusi merupakan gabungan dari anak normal dan anak
berkebutuhan khusus yang memiliki Intelligence Quiotient atau IQ dibawah
rata-rata. Dari data siswa/I inklusi SMP Unggul Sakti tahun pelajaran
2019/2020 tercatat ada 18 anak berkebutuhan khusus. Berdasarkan hasil
wawancara dan observasi peneliti dengan Kepala Sekolah Anak Berkebutuhan
Khusus pada tanggal 29 Agustus 2019, didapatkan data dan informasi bahwa
dari 18 anak berkebutuhan khusus tersebut memiliki jenis kekhususan yang
berbeda-beda diantaranya adalah gangguan belajar (Disleksia), gangguan
perkembangan (Tuna Daksa), gangguan perilaku (ADHD), gangguan perilaku
(ASD), gangguan perkembangan (Tuna Grahita), gangguan belajar (ADD).
-
3
Gangguan perilaku (ASD) yang memiliki arti Autism Spectrum Disorder
atau biasa disebut autis menjadi pusat perhatian peneliti. Di kelas VIII terdapat
dua siswa autis masing-masing ada pada kelas VIII B dan VIII C. Dalam satu
kelas terdapat dua guru pembimbing khusus yang tugasnya membimbing dan
membantu anak berkebutuhan khusus dalam pembelajaran matematika di kelas
inklusi secara bergantian. Dalam satu kelas terdapat 30 siswa regular digabung
dengan tiga anak berkebutuhan khusus yang berbeda jenis kekhususannya.
Ketika siswa autis belajar dalam kelas inklusi, mereka memiliki kesulitan dalam
pembelajaran matematika.
Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti termotivasi untuk melakukan
penelitian dengan judul “Analisis Kesulitan Belajar Anak Berkebutuhan
Khusus (Autisme) dalam Pembelajaran Matematika di Kelas Inklusi”.
B. Fokus Penelitian
Mengingat keterbatasan kemampuan, waktu dan dana yang peneliti miliki
agar peneliti ini lebih terarah dan tidak terjadi kesalah pahaman, maka peneliti
memberikan fokus permasalahan sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan hanya pada siswa autis dikelas inklusi.
2. Penelitian hanya mengacu pada aktifitas dan kesulitan belajar siswa autis
pembelajaran matematika di kelas inklusi.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah dalam penelitian ini
dirumuskan adalah:
1. Bagaimana aktifitas siswa autis dalam pembelajaran matematika di kelas
inklusi?
2. Apa faktor kesulitan yang dialami siswa autis dalam pembelajaran
matematika dikelas inklusi?
-
4
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka
tujuan penelitian adalah untuk:
a. Mendeskripsikan aktifitas siswa autis dalam pembelajaran matematika
di kelas inklusi.
b. Mengetahui faktor kesulitan yang dialami siswa autis dalam
pembelajaran matematika dikelas inklusi.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
memberikan gambaran yang jelas guna menjawab permasalahan yang ada.
Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi yang telah ada
mengenai aktifitas siswa autis dalam pembelajaran matematika di kelas
inklusi.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi
penelitian lain yang berminat meneliti mengenai faktor kesulitan yang
dialami siswa autis dalam pembelajaran matematika dikelas inklusi.
2. Manfaat Praktis
Manfaat dalam penelitian adalah sebagai berikut:
a. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data untuk
mengetahui faktor kesulitan yang dialami siswa autis dalam
pembelajaran matematika dikelas inklusi
b. Bagi guru, penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam
meningkatkan proses pembelajaran.
c. Bagi peneliti, melatih kemampuan serta menambah pengalaman sebagai
bekal dalam melaksanakan tugas mengajar.
-
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritik
1. Pengertian Analisis
Kata analysis berasal dari Bahasa Greek (Yunani), terdiri dari kata
“ana” dan “lysis”. Ana artinya atas (above), lysis artinya memecahkan atau
menghancurkan. Analisis data disebut juga pengolahan data dan penafsiran
data. Analisis data adalah rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokkan,
sistematisasi, penafsiran dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki
nilai sosial, akademis dan ilmiah (Mamik, 2015:133)
Jadi, dapat dipahami bahwa analisis merupakan proses pencarian dan
penyusunan data secara sistematis terhadap transkripsi wawancara, catatan
lapangan, dan bahan-bahan lain yang telah dikumpulkan dengan tujuan
untuk menguji data tersebut yang kemudian digambarkan kesimpulannya.
2. Kesulitan Belajar
a. Pengertian Kesulitan Belajar
Pada umumnya kesulitan belajar merupakan terjemahan dari Bahasa
Inggris “Learning Disability” yang berarti ketidakmampuan belajar. Kata
disability diterjemahkan “kesulitan” untuk memberikan kesan optimis
bahwa anak sebenarnya masih mampu untuk belajar. Menurut seorang ahli
pedidikan, Dimyati Mahmud (2006: 23) mengemukakan bahwa “Belajar
adalah perubahan dalam diri seseorang yang terjadi karena pengalaman”.
Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dan suatu proses
belajar yang ditandai adanya hambatan - hambatan tertentu untuk mencapai
hasil belajar. Hambatan-hambatan belajar ini bukan hanya masalah
intruksional atau pedagogis saja, tetapi merujuk pada masalah psikologis.
Peserta didik yang mengalami hambatan dalam proses pembelajaran akan
mendapatkan hasil pembelajaran yang kurang optimal.
-
6
Menurut Mulyadi (2010: 6), kesulitan belajar mempunyai pengertian
yang luas, meliputi :
1) Learning Disorder adalah keadaan dimana proses belajar seseorang
terganggu karena timbulnya respon yang bertentangan. Dengan
demikian, hasil belajar yang dicapai akan lebih rendah dari potensi
yang dimiliki.
2) Learning Disabilities (ketidakmampuan belajar) adalah
ketidakmampuan seseorang yang mengacu kepada gejala dimana
seseorang tidak mampu belajar (menghindari belajar) sehingga hasil
belajarnya dibawah potensi intelektualnya.
3) Learning disfunction (ketidakfungsian belajar) adalah menunjukkan
gejala dimana proses belajar tidak berfungsi dengan baik meskipun
pada dasarnya tidak ada tanda-tanda subnormalitas mental,
gangguan alat indera atau gangguan psikologis lainnya.
4) Under Achiever adalah mengacu pada seseorang yang memiliki
tingkat potensi intelektual diatas normal, tetapi prestasi belajarnya
tergolong rendah.
5) Slow Learner adalah seseorang yang lambat dalam proses
belajarnya sehingga membutuhkan waktu dibandingkan seseorang
yang lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama. .
b. Karakteristik Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar menurut Ni’matuzahoh (Friend:2005) memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1) Karakteristik kognitif: kurangnya perhatian (kesulitan untuk
mengikuti satu stimulus lingkungan), memiliki masalah persepsi
(membedakan kiri dan kanan, menulis huruf terbalik, kaku ketika
berjalan, kurang keseimbangan dan dalam berbagai aktivitas motor,
memiliki masalah dalam STM dan LTM nya atau bahkan pada
keduanya, kurang baik dalam pemrosesan informasi atau
kemampuan berfikirnya, terutama kurang mampu untuk secara aktif
mempertimbangkan bagaimana informasi yang baru dipelajari
-
7
berhubungan dengan informasi lain yang baru saja disimpan, atau
bagaimana menerapkan pengetahuan ini dalam situasi belajar yang
baru.
2) Karakteristik akademik Mengalami masalah penting dalam
membaca, khususnya dalam wilayah kesadaran phonologi,
kelancaran dan pemahaman, bahasa verbal terutama dalam area
phonology, morphology, syntax atau pragmatic, masalah dalam
bahasa tulisan (terutama kesulitan membedakan penggunaan
homonyms tertentu, tidak mampu mengingat ketika mereka telah
memiliki kesalahan dalam menulis kata yang salah), kesulitan dalam
matematika (dyscalculia).
3) Karakteristik sosial dan emosional Memiliki selfesteem rendah,
kurang mampu untuk menginterpretasi secara akurat komunikasi
nonverbal seperti ekspresi wajah, sikap, dan kontak mata, tidak
memiliki motivasi belajar.
4) Karakteristik perilaku yang sama dengan ADHD.
Sedangkan untuk karakteristik anak berkesulitan belajar matematika
disebut juga diskalkulia (dyscalculis)(Lerner dalam Mulyadi,
2010:174). Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder, bahwa gangguan matematika adalah salah satu gangguan
belajar. Gangguan matematika dikelompokkan menjadi empat
keterampilan, yaitu : (a) keterampilan linguistik (yang berhubungan
dengan mengerti istilah matematika dan merubah masalah tertulis
menjadi simbol metamatika), (b) keterampilan perseptual
(kemampuan mengenali dan mengerti simbol dan mengurutkan
kelompok angka), (c) keterampilan matematika (penambahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian dasar dan urutan operasi
dasar), (d) kemampuan atensional (menyalin angka dengan benar
dan mengamati simbol operasional dengan benar). (Kaplan dalam
Mulyadi, 2010:174).
-
8
Sedangkan menurut Lerner dalam Mulyadi, (2010:175)
karakteristik kesulitan belajar matematika yaitu :
1) Gangguan hubungan keruangan
2) Abnormalitas persepsi visual
3) Asosiasi visual-motor
4) Perseverasi (fokus pada satu objek)
5) Kesulitan mengenal dan memahami symbol
6) Gangguan penghayatan tubuh
7) Kesulitan dalam Bahasa dan membaca
8) Performa IQ jauh lebih rendah daripada skor herbal IQ
c. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Fenomena kesulitan belajar merupakan salah satu yang menjadi
dampak terhadap prestasi belajar peserta didik menjadi rendah baik
yang datang dari diri sendiri maupun lingkungan terdekat peserta didik.
Penyebab kesulitan belajar yang dialami peserta didik dapat
dipengaruhi oleh motivasi belajar peserta didik yang rendah. Faktor
utama yang mempengaruhi kesulitan belajar pada anak berasal dari
dalam diri anak sendiri (internal). Banyak ahli yang mengemukakan
faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dengan sudut pandang mereka
masing-masing.
Menurut Syah (2008: 173)” faktor-faktor kesulitan belajar peserta
didik meliputi gangguan atau ketidakmampuan psiko-fisik peserta
didik” yaitu :
1) Yang bersifat kognitif (ranah cipta) yaitu antara lain seperti
rendahnya kapasitas intelektual atau intelegensi peserta didik.
2) Yang bersifat afektif (ranah rasa) yaitu meliputi labilnya emosi,
minat dan sikap peserta didik.
3) Yang bersifat psikomotorik (ranah karsa) yaitu meliputi
terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengaran (mata
dan telinga).
-
9
Senada dengan pendapat di atas, Ahmadi dan Supriyono dalam
Ni’mah (2016: 20) juga mengungkapkan bahwa faktor penyebab
kesulitan belajar dapat digolongkan dalam dua dolongan, yakni:
1) Faktor intern (faktor dalam diri siswa)
a) Faktor fisiologi yang dapat menyebabkan munculnya kondisi
kesulitan belajar pada siswa seperti kondisi siswa yang sedang
sakit, kurang sehat, adanya kelemahan atau cacat tubuh, dan
sebagainya.
b) Faktor psikologi yang dapat menyebabkan munculnya kesulitan
belajar meliputi tingkat intelegensia yang pada umumnya
rendah, bakat yang tidak sesuai dengan mata pelajaran, minat
belajar yang kurang, motivasi yang rendah, kondisi kesehatan
mental yang kurang, serta tipe belajar yang berbeda.
2) Faktor ekstern (faktor dari luar siswa)
a) Faktor non sosial yang dapat menyebabkan kesulitan belajar
pada siswa dapat berupa media belajar yang kurang lengkap,
gedung sekolah yang kurang layak, kurikulum yang sangat sulit
dijabarkan oleh guru dan dikuasai oleh siswa, waktu
pelaksanaan proses pembelajaran yang kurang disiplin, dan
sebagainya.
b) Faktor sosial yang dapat menyebabkan munculnya kesulitan
belajar seperti faktor keluarga, faktor sekolah, teman bermain,
dan faktor lingkungan masyarakat yang lebih luas. Faktor
keluarga yang berpengaruh terhadap proses belajar seperti
hubungan orang tua dan anak, suasana rumah, bimbingan orang
tua, keadaan ekonomi keluarga.
Menurut Fakhrul Jamal (2014:20) kesulitan atau kendala belajar
yang dialami siswa dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal.
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa,
misalnya kesehatan, bakat minat, motivasi, intelegensi dan sebagainya.
Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar
-
10
diri siswa misalnya dari lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan
lingkungan masyarakat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab kesulitan belajar terdapat 2
faktor yaitu faktor internal misalnya kesehatan siswa, karakteristik
siswa dan juga faktor eksternal misalnya lingkungan sekolah, keluarga
dan teman.
3. Autisme
a. Pengertian Autis
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memerlukan
penanganan khusus karena adanya gangguan perkembangan dan
kelainan yang dialami anak. Berkaitan dengan istilah disability, maka
anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki keterbatasan di
salah satu atau beberapa kemampuan baik itu bersifat fisik seperti
tunanetra dan tunarungu, maupun bersifat psikologis seperti autism dan
ADHD.
Pengertian lainnya bersinggungan dengan istilah tumbuh-kembang
normal dan abnormal, pada anak berkebutuhan khusus bersifat
abnormal, yaitu terdapat penundaan tumbuh kembang yang biasanya
tampak di usia balita seperti baru bisa berjalan di usia 3 tahun. Hal lain
yang menjadi dasar anak tergolong berkebutuhan khusus yaitu ciri-ciri
tumbuh-kembang anak yang tidak muncul (absent) sesuai usia
perkembangannya seperti belum mampu mengucapkan satu kata pun
di usia 3 tahun, atau terdapat penyimpangan tumbuh-kembang seperti
perilaku echolalia atau membeo pada anak autis.
Pemahaman anak berkebutuhan khusus terhadap konteks, ada yang
bersifat biologis, psikologis, sosio-kultural. Dasar biologis anak
berkebutuhan khusus bisa dikaitkan dengan kelainan genetik dan
menjelaskan secara biologis penggolongan anak berkebutuhan khusus,
seperti brain injury yang bisa mengakibatkan kecacatan tunaganda.
Dalam konteks psikologis, anak berkebutuhan khusus lebih mudah
-
11
dikenali dari sikap dan perilaku, seperti gangguan pada kemampuan
belajar pada anak slow learner, gangguan kemampuan emosional dan
berinteraksi pada anak autis, gangguan kemampuan berbicara pada
anak autis dan ADHD. Konsep sosio-kultural mengenal anak
berkebutuhan khusus sebagai anak dengan kemampuan dan perilaku
yang tidak pada umumnya, sehingga memerlukan penanganan khusus.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan khusus
adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak
pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan
mental, emosi atau fisik.
Autis berasal dari kata autos yang artinya segala sesuatu yang
mengarah pada diri sendiri. Dalam Kamus Lengkap Psikologi, autisme
didefinisikan sebagai: (1) cara berpikir yang dikendalikan oleh
kebutuhan personal atau oleh diri sendiri, (2) menanggapi dunia
berdasarkan penglihatan, harapan sendiri, dan menolak realitas (3)
keasyikan ekstrim dengan pikiran dan fantasi sendiri (Dinie, 2016:28
dalam Chaplin, 2005). Autistic Spectrum Disorder adalah adanya
gangguan atau abnormalitas perkembangan pada interaksi sosial dan
komunikasi serta ditandai dengan terbatasnya aktifitas dan
ketertarikan. Munculnya gangguan ini sangat tergantung pada tahap
perkembangan dan usia kronologis individu. Autistic Disorder
dianggap sebagai early infantile autism, childhood autism, atau
Kanner’s autism (American Psychiatric Association,2000).
Berdasarkan beberapa definisi, dapat disimpulkan bahwa autis
adalah suatu gangguan yang kompleks dalam perkembangan
menyangkut imajinasi, komunikasi, dan interaksi sosial dengan orang
lain serta gangguan dalam membangun hubungan dengan orang lain.
b. Karakteristik Autis
Terdapat tiga gejala utama individu dengan Autistic Spectrum
Disorder (ASD), yaitu gangguan dalam interaksi, komunikasi, dan
perilaku. Selain itu, individu dengan ASD juga memiliki karakteristik-
-
12
karakteristik tambahan, yaitu gangguan dalam kognisi, persepsi
sensori, motorik, afek atau mood, tingkah laku agresif dan impulsif,
serta gangguan tidur dan makan (Hallahan & Kauffman, 2006).
1) Gangguan Interaksi Sosial
Gejala anak dengan ASD ditunjukkan sejak bayi, adapun ciri-ciri
terkait interaksi sosial yang biasanya muncul, yaitu:
a) Bayi atau balita autis tidak berespon normal ketika diangkat
atau dipeluk.
b) Bayi autis ketika disusui ibu tidak mau menatap mata ibu dan
tidak mau menjalin interaksi nonverbal dengan ibu.
c) Anak-anak autis tidak menunjukkan perbedaan respon ketika
berhadapan dengan orang tua, saudara kandung atau guru,
dengan orang asing.
d) Enggan berinteraksi secara aktif dengan orang lain. Ia tidak
berminat pada orang, melainkan asyik sendiri dengan benda-
benda dan lebih senang menyendiri.
e) Tidak tersenyum pada situasi sosial, tetapi tersenyum atau
tertawa ketika tidak ada sesuatu yang lucu menurutnya.
f) Tatapan mata berbeda, terkadang menghindari kontak mata
atau melihat sesuatu dari sudut matanya.
g) Tidak bermain seperti selayaknya anak normal.
2) Gangguan Komunikasi
Anak dengan ASD memiliki keterbatasan kemampuan
berkomunikasi dengan ciri, sebagai berikut:
a) Tidak memiliki perhatian untuk berkomunikasi atau tidak
ingin berkomunikasi untuk tujuan sosial. Bahkan, 50%
berpikir untuk mute, atau tidak menggunakan bahasa sama
sekali (Scheurmann & Webber, 2002 dalam Hallahan &
Kauffman, 2006).
b) Gumaman yang biasanya muncul sebelum anak dapat berkata-
kata mungkin tidak nampak pada anak autis.
-
13
c) Mereka yang berbicara mengalami abnormalitas dalam
intonasi, rate, volume, dan isi bahasa. Misalnya berbicara
seperti robot, echolalia, mengulang-ulang apa yang didengar;
reverse pronouns; sulit menggunakan bahasa dalam interaksi
sosial karena mereka tidak sadar terhadap reaksi
pendengarnya.
d) Sering tidak memahami ucapan yang ditujukan kepada
mereka.
e) Sulit memahami bahwa satu kata mungkin memiliki banyak
arti.
f) Menggunakan kata-kata yang aneh atau kiasan, seperti
seorang anak yang berkata “... sembilan” setiap kali melihat
kereta api.
g) Terus mengulangi pertanyaan biarpun telah mengetahui
jawabannya atau memperpanjang pembicaraan mengenai
topik yang ia sukai tanpa peduli dengan lawan bicaranya.
h) Sering mengulangi kata-kata yang baru saja atau pernah
mereka dengar, tanpa maksud berkomunikasi. Mereka sering
berbicara pada diri sendiri atau mengulangi potongan kata
atau cuplikan lagu dari iklan di televisi dan mengucapkannya
di muka orang lain dalam suasana yang tidak sesuai.
i) Gangguan dalam komunikasi nonverbal, misalnya tidak
menggunakan gerakan tubuh dalam berkomunikasi
selayaknya orang lain ketika mengekspresikan perasaannya
atau merasakan perasaan orang lain, seperti: menggelengkan
kepala, melambaikan tangan, mengangkat alis.
j) Tidak menunjuk atau memakai gerakan tubuh untuk
menyampaikan keinginannya, melainkan mengambil tangan
orang tuanya untuk mengambil objek yang dimaksud.
3) Gangguan Perilaku
-
14
Perilaku anak dengan ASD juga mengalami gangguan, yaitu dalam
bentuk:
a) Repetitif (pengulangan), misalnya: tingkah laku motorik ritual
seperti berputar-putar dengan cepat (twirling), memutar-
mutar objek, mengepak-ngepakkan tangan (flapping),
bergerak maju mundur atau kiri kanan (rocking).
b) Asyik sendiri atau preokupasi dengan objek dan memiliki
rentang minat yang terbatas, misalnya berjam-jam bermain
dengan satu objek saja.
c) Sering memaksa orang tua untuk mengulang satu kata atau
potongan kata.
d) Mungkin sulit dipisahkan dari suatu benda yang tidak lazim
dan menolak meninggalkan rumah tanpa benda tersebut,
misalnya seorang anak laki-laki yang selalu membawa
penghisap debu kemanapun.
e) Tidak suka dengan perubahan yang ada di lingkungan atau
perubahan rutinitas. Seperti tidak mau melalui jalan yang
tidak biasa dilaluinya, tidak mau memakai baju baru atau tidak
mau makanmakanan yang tidak biasa dimakannya. (Dinie,
2016:27-31).
Karakteristik umum dari gangguan autis adalah gangguan dalam
kognisi sosial (kurang mampu mempertimbangkan persepktif orang
lain, keterampilan sosial dan interaksi sosial, menyendiri dan
membentuk kelekatan emosional yang lemah atau bahkan sama sekali
tidak mampu melakukan kelekatan dengan orang lain dan munculnya
perilaku repetitif, perilaku yang aneh dan jarang ditemui diantara anak-
anak seusianya (Ni’matuzahroh dalam Ormrod, 2009).
Setiap anak autis memiliki kebutuhan berbeda. Ini sesuai dengan
sifat autis yang berspektrum. Misalnya ada anak yang butuh belajar
komunikasi dengan intensif, ada yang perlu belajar bagaimana
mengurus dirinya sendiri dan ada juga yang hanya fokus pada masalah
-
15
akademis. Perlakuan terhadap penyandang autis diatas umur lima tahun
berbeda dengan penyandang autis dibawah umur lima tahun. Terapi
penyandang autis diatas umur lima tahun lebih kepada pengembangan
bina diri agar bisa bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, hal ini
wajib hukumnya karena umur diatas lima tahun sudah waktunya untuk
memasuki sekolah.
Jika penyandang autis yang berumur diatas lima tahun belum bisa
bersosialisasi sama sekali, maka akan diberikan pelatihan tambahan
yang mengarah kepada peningkatan syaraf motorik kasar dan halus.
Bagi penyandang yang sudah bisa bersosialisasi, maka akan langsung
ditempatkan di sekolah regular, dengan catatan mereka harus tetap
mengikuti pelajaran tambahan di sekolah khusus penyandang autis.
Penyandang autis dibawah lima tahun diberikan terapi terpadu seperti
terapi perilaku dan wicara. Terapi perilaku bertujuan untuk
meningkatkan kepatuhan, meniru, dan okupasi. Terapi wicara dimulai
dengan melakukan hal-hal yang sederhana seperti meniup lilin, tisu,,
melafalkan huruf A, dan melafalkan konsonan.
Mengumpulkan sejumlah mitos tentang Autistic Spectrum
Dysorders yang beredar pada masyarakat luas, tetapi dia juga
menggambarkan fakta yang sebenarnya.
Tabel 2.1 Kesalahpahaman tentang Autistic Spectrum Dysorders
(ASD)
MITOS FAKTA
Autisme adalah sebuah
deskripsi tunggal yang
digambarkan dengan jelas.
Autisme terdiri dari spectrum kesulitan
yang luas mulai dari yang paling berat
sampai pada yang ringan.
Orang-orang ASD lemah
dalam intelektual dan tidak
bisa menempuh
ASD adalah orang-orang yang
memiliki kapasitas intelektual penuh.
Meskipun sebagian besar memiliki
-
16
pendidikan dan profesi
yang tinggi.
kelemahan dalam intelektual, sebagian
kecil adalah Asperger Syndrome yang
memiliki intelektual tinggi, bisa
menempuh pendidikan tinggi, dan
menjadi profesional yang sukses.
Semua anak autis
mengalami kelemahan
dalam kognisi tetapi
sangat cerdas dana tau
jenius dibidang lain.
Hanya sedikit dari anak autis yang
memiliki keterampilan yang sangat
luar biasa. Orang seperti ini disebut
“Autistic Savant” dimana orang ini
tidaklah jenius tetapi memiliki
keterampilan khusus yang terpisah dari
keterampilan fungsional.
Autisme merupakan
epidemic yang berbahaya
dilingkungan kita, sama
berbahayanya seperti
racun atau virus.
Makin banyak anak terdiagnosis
autism. Ada tiga hal utama yang
menjadi penyebabnya yaitu: makin
berkembangnya kriteria yang
digunakan dalam mendiagnosis
autisme, termasuk pengetahuan
mengenai Asperger Syndrome;
meningkatnya kepedulian masyarakat
luas terhadap autisme seperti dunia
medis, psikologi, pendidikan; dan
mendiagnosis orang dengan
karakteristik autistic yang dulunya
menerima diagnosis yang berbeda-
beda, misalnya retadasi mental.
Vaksin campak,
gondongan, dan rubella
(MMR) menyebabkan
autisme.
Institut Kedokteran di Amerika Serikat
melakukan review terhadap bukti
yang ada yang hasilnya
-
17
memperlihatkan tidak ada kaitan
antara vaksin MMR dan autisme.
Pola pengasuhan yang
tidak baik, seperti sikap
dingin, ibu yang tidak
responsif (ibu lemari es)
dapat menyebabkan
autisme.
Tidak ada bukti bahwa pengasuhan
yang tidak baik berpengaruh terhadap
autisme. Orang tua bersikap tidak
responsif merupakan reaksi terhadap
bayi yang memiliki tingkat respon
yang rendah atau karena stress
pengasuhan yang diakibatkan oleh
perilaku tidak normal dari anaknya.
(Sumber: Halahan dalam Dadang:2015)
c. Ciri-Ciri Siswa Autis
Menurut Dadang, 2015:20 anak autis memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Mengalami hambatan didalam Bahasa
2) Kesulitan dalam mengenal dan merespon emosi dengan isyarat
social
3) Kekakuan dan miskin dalam mengekspresikan perasaan
4) Kurang memiliki perasaan dan empati
5) Sering berperilaku diluar kontrol dan meledak-ledak
6) Secara menyeluruh mengalami masalah dalam perilaku
7) Kurang memahami akan keberadaan dirinya sendiri
8) Keterbatasan dalam mengekspresikan diri
9) Berperilaku monoton dan mengalami kesulitan untuk beradaptasi
dengan lingkungan
d. Kebutuhan Pembelajaran Siswa Autis
Anak autis membutuhkan pembelajaran khusus sebagai berikut :
1) Diperlukan adanya pengembangan strategi untuk belajar dalam
setting kelompok.
-
18
2) Perlu menggunakan beberapa teknik, dalam menghilangkan
perilaku-perilaku negatif yang muncul dan mengganggu
kelangsungan proses belajar secara keseluruhan (stereotip).
3) Guru perlu mengembangkan ekspresi dirinya secara verbal dengan
berbagai bantuan.
4) Guru terampil mengubah lingkungan belajar yang nyaman dan
menyenangkan bagi anak, sehingga tingkah laku anak dapat
dikendalikan pada hal yang diharapkan. (Dadang, 2015:20)
4. Kelas Inklusi
a. Pengertian Kelas Inklusi
Sekolah inklusi merupakan salah satu bentuk pemerataan dan
bentuk perwujudan pendidikan tanpa diskriminasi dimana anak
berkebutuhan khusus dan anak-anak pada umumnya dapat
memperoleh pendidikan yang sama. Dalam pendidikan inklusi anak
berkebutuhan khusus tidak mendapat perlakuan khusus ataupun
hak-hak istimewa, melainkan persamaan hak dan kewajiban yang
sama dengan peserta didik lainnya. Kerjasama dari berbagai pihak
baik itu pemerintah, pihak sekolah, dan masyarakat sangat
berpengaruh dalam pelaksaannya, karena sekolah inklusi
merupakan tantangan baru bagi pihak sekolah dan masyarakat.
Dengan pelaksanaan sekolah inklusi ini diharapkan mampu
menciptakan generasi penerus yang dapat memahami dan menerima
segala bentuk perbedaan dan tidak menciptakan diskriminasi dalam
kehidupan masyarakat kedepannya. Pendidikan inklusi telah
disepakati oleh banyak negara untuk diimplementasikan dalam
rangka memerangi perlakuan diskriminatif di bidang pendidikan.
Pendidikan inklusi menurut beberapa ahli mempunyai
pengertian yang beragam, diantarannya :
-
19
1) Tarmansyah (2009:75) mengatakan bahwa sekolah inklusi
adalah sekolah yang menampung semua murid di kelas yang
sama.
2) Tarmansyah (2009:76) mengemukakan bahwa pendidikan
inklusi adalah penempatan anak berkelainan tingkat ringan,
sedang dan berat secara penuh di kelas regular.
3) L.K.M. Marentek (2007:145) mengemukakan pendidikan
inklusi adalah pelayanan pendidikan bagi peserta didik yang
mempunyai kebutuhan pendidikan khusus di sekolah regular
(SD, SMP, SMA, dan SMK) yang tergolong luar biasa baik
dalam arti berkelainan, lamban belajar (slow learner) maupun
yang berkesulitan belajar lainnya.
b. Model-model Pendidikan Inklusi
Ni’matuzahro dam Yuni (2016) menguraikan beberapa model
pelaksanaan pendidikan inklusif yang telah dilakukan selama ini di
dunia:
1) Inklusif Penuh
Dalam model ini semua murid yang memiliki keterbatasan
khusus ditempatkan disekolah yang dekat dengan rumahnya dan
mengikuti pendidikan dengan anak-anak normal secara penuh
(tidak ada pemisahan atau perpindahan kelas sewaktu-waktu)
dan guru kelas memiliki tanggungjawab utama dalam
menangani anak berkebutuhan khusus tersebut (Hallahan &
Kauffman, 2006), jadi dalam model inklusif penuh ini, tidak
mempermasalahkan apakah anak dapat mengikuti program
reguler, akan tetapi lebih melihat pada kemampuan dan
keinginan guru, sekolah dan sistemnya untuk melakukan
adaptasi atau modifikasi program pendidikan sesuai dengan
kebutuhan anak (Mangunsong, 2006).
-
20
2) Integrasi Model Umum
Dalam model ini anak-anak berkebutuhan khusus dididik
dalam setting terpisah terlebih dahulu, barulah setelah anak
tampak siap, anak digabung kedalam kelas reguler. Model ini
diawal dengan menyiapkan anak melalui pendekatan intervensi
baik dari sisi emosi maupun dari sisi perilaku. Jika psikolog atau
terapis menyatakan bahwa anak dinilai telah siap untuk
mengikuti kelas reguler, barulah anak dapat mengikuti kelas
yang ditunjuk.
3) Integrasi Model Lanjutan
Dalam model lanjutan ini kelompok atau individu-individu
dari kelas khusus mengunjungi kelas reguler untuk aktivitas
bersama atau mata pelajaran tertentu. Model ini menunjukkan
bahwa anak berkebutuhan khusus harus menyesuaikan dengan
ketentuan sistem dan kelas reguler, sehingga anak yang
berkebutuhan khusus sering dianggap "tamu" dikelas reguler.
4) Model Inklusif
Didalam pembelajaran inklusif, Hallahan dan Kaufman
(2006) menegaskan ada beberapa hal mendasar yang harus
diperhatikan agar inklusif dapat berjalan yaitu tidak melabel
anak ABK sebagai sesuatu yang membahayakan, mengubah
pandangan dan hati untuk menerima perbedaan, reorientasi yang
berkaitan dengan assemen, metode pengajaran dan menejemen
kelas termasuk penyesuaian lingkungan, redefinisi peran guru
dan realokasi sumber daya manusia, penyediaan bantuan
profesional dan pelatihan guru, pembentukan, peningkatan dan
pengembangan kemitraan antara guru, orangtua untuk berbagi
pengalaman, kurikulum dan evaluasi pembelajaran yang
fleksibel.
-
21
c. Tujuan Pendidikan Inklusif
Menurut Dadang, 2015:43 pendidikan inklusif di Indonesia
diselenggarakan dengan tujuan :
1) Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua
anak (termasuk anak berkebutuhan khusus) mendapatkan
pendidikan yang layak sesuai dengan kebutuhannya.
2) Membantu mempercepat program wajib belajar pendidikan
dasar.
3) Membantu meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah
dengan menekan angka tinggal kelas dan putus sekolah.
4) Menciptakan system pendidikan yang menghargai
keanekaragaman, tidak diskriminatif, serta ramah terhadap
pembelajaran.
5) Memenuhi amanat Undang-Undang Dasar 1945, khususnya
Pasal 32 ayat 1 yang berbunyi, “setiap warga negara berhak
mendapat pendidikan”, dan ayat 2 yang berbunyi, “setiap warga
negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya”, UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang SPN,
khususnya Pasal 5 ayat 1 yang berbunyi, “setiap warga negara
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu”. UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak, khususnya Pasal 51 yang berbunyi, “anak yang
menyandang cacat fisik dan/atau mental diberikan kesempatan
yang sama dan aksesibilitas untuk memperoleh pendidikan
biasa dan pendidikan luar biasa.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan dan
dipahami bahwa kelas inklusi merupakan kelas yang tidak
membedakan keragaman karakteristik individu dalam dunia
pendidikan dimana dalam satu kelas terdapat siswa reguler dan
anak berkebutuhan khusus yang memiliki jenis kekhususan
yang berbeda.
-
22
B. Studi Relevan
Berdasarkan telaah kepustakaan yang telah peneliti lakukan ada beberapa
hasil penelitian yang relevan, diantaranya yaitu:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Alfian Nur Aziz tahun 2015dengan judul
Analisis Proses Pembelajaran Matematika pada Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK) Slow Learner di Kelas Inklusif SMP Negeri 7 Salatiga. Berdasarkan
hasil analisis diperoleh hasil : (1) Guru mata pelajaran matematika sudah
memahami karakterstik siswa slow learner secara umum. Tidak Terdapat
perbedaan dalam Rencana Pelaksanan Pembelajaran (RPP) namun
perencanaan tetap memperhatikan karakteristik siswa slow learner. (2)
Dalam pelaksanaan pembelajaran guru melakukan pengkondisian dengan
mempersiapkan siswa secara fisik dan psikis. Penggunaan model, metode,
media pembelajaran disamakan antara siswa reguler dan slow learner.
Dalam pelaksanaan ada metode yang sudah dapat mengakomodir siswa
reguler dan siswa slow learner, namun masih ada metode yang membuat
siswa slow learner semakin mengalami kesulitan dalam belajar.(3) Kegiatan
evaluasi dilakukan ketika satu materi bahasan selesai dan dilakukan dengan
tes tertulis maupun tes lisan. Hasil evaluasi digunakan sebagai acuan
kegiatan tidak lanjut yang dilaksanakan di bimbingan khusus oleh Guru
Pendamping Khusus (GPK).
2. Penelitian oleh Dewi Mufidatul Ummah dan Agustan Arifin mahasiswa
Universitas Khairun dalam Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan tahun
2018, yang berjudul Analisis Kesulitan Belajar Pada Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK) di SMA Negeri 10 Kota Ternate tersebut memperoleh
kesimpulan subjek tunagrahita memiliki kemampuan inteligensi dibawah
rata-rata dan kurang percaya diri, kesulitan belajar yang dialami pada semua
mata pelajaran yang berkaitan praktek dan teori. Kesulitan belajar
disebabkan keterbatasan psikis yakni slow respons dan juga slow learner
dalam menerima pelajaran dan masih sulit untuk menulis serta membaca.
Persamaannya adalah terletak pada subjeknya yaitu anak berkebutuhan
khusus. Sedangkan perbedaannya pada fokus penelitian.
-
23
3. Penelitian yang dilakukan Liling Kristin Setyowati tahun 2014 tentang
Analisis Kesulitan Anak Berkebutuhan Khusus Dalam Belajar Matematka
Di Kelas Inklusi (Penelitian Dilaksanakan Di SMK N 9 Surakarta). Hasil
penelitian menunjukan bahwa setiap ABK mengalami kesulitan dalam
belajar matematika di kelas inklusi, kesulitan ABK bervariasi sesuai dengan
kebutuhan mereka, bagi ABK tuna wicara dan tuna rungu mengalami
kesulitan dalam mendengar selama pelajaran, bagi ABK diskalkulitia
mengalami kesulitan dalam menghitung angka dan penerapan dalam soal
matematika, ABK yang ber IQ rendah kesulitan dalam memahami materi
yang diberikan oleh guru, Ada juga yang mengalami kesulitan belajar
karena strategi pembelajaran di kelas sangat membosankan, dan guru tidak
memberikan penjelasan lebih lanjut tentang materi yang dipelajari, guru
hanya memberikan rumus. Guru juga tidak memberikan perlakuan khusus
untuk ABK.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Kamid tahun 2012 tentang analisis kendala
siswa autis dalam menyelesaikan soal matematika bentuk cerita (kasus low
function). Penelitiannya menyimpulkan bahwa subjek autis dengan
kecenderungan gangguan low funcion mengalami kendala dalam
memahami unsur-unsur soal, sehingga mengalami hambatan pula dalam
menentukan langkah dan jawaban soal. Langkah-langkah yang dilakukan
hanya bersifat stereotif dan repetitive saja. Berbeda dengan bahan yang
ditulis penulis dilihat dari variabel yang memperngaruhi yaitu analisis
kemampuan komunikasi matematis di tambah dengan metode penelitian
bersifat kualitatif.
C. Kerangka Berpikir
Autisme adalah gangguan perkembangan nerobiologi yang berat yang
terjadi pada anak sehingga menimbulkan masalah pada anak. Akibatnya mereka
mengalami keterbatasan dalam menerima pelajaran. Di antaranya pada mata
pelajaran matematika. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui kesulitan
belajar yang dialami oleh anak sehingga dapat menyesuaikan dengan upaya
-
24
penyelesaiannya. Pada penelitian ini, subyek yang akan diambil adalah autisme
dengan kategori ringan.
Identifikasi faktor penyebab kesulitan belajar matematika tersebut akan
disesuaikan dengan jenis kesulitan belajar matematiaka, yaitu kesulitan
berhitung (dyscalculia learning). Selain dari faktor gangguan mental yang
dialami oleh anak autis, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesulitan anak
pada pelajaran matematika. Faktor-faktor itu dapat berupa faktor internal
maupun faktor eksternal.
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Kesulitan Belajar ABK Autis dalam
Pembelajaran Matematika di Kelas
Inklusi
Aktifitas Pembelajaran
Matematika di Kelas Inklusi
Faktor Penyebab Kesulitan
Belajar
Kesimpulan dan saran
-
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, diperlukan suatu metode yang dapat mengarahkan dan
memudahkan peneliti mendapat tujuan dari penelitian yang dilakukan. Adapun
metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah
instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive
dan snowbaal, Teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan
makna daripada generalisasi. (Sugiyono, 2015:15)
Adapun pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan jenis penelitian yang banyak
digunakan dalam dunia pendidikan terutama dalam bidang penelitian psikilogi
pendidikan. Istilah “deskriptif” berasal dari Bahasa inggris to describe yang
berarti memaparkan atau menggambarkan sesuatu hal misalnya keadaan,
kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan dan lain-lain. Hal yang dideskripsikan dalam
penelitian ini adalah bagaimana aktifitas siswa dalam pembelajaran matematika
dikelas inklusi serta apa saja faktor yang memperngaruhi kesulitan belajar ABK
dalam kelas inklusi. Dalam penelitian ini, peneliti berupaya menggambarkan
kegiatan penelitian yang dilakukan, yaitu menganalisis kesulitan belajar Anak
Berkebutuhan Khusus dalam pembelajaran matematika dikelas VIII inklusi SMP
Unggul sakti Jambi. Pendeskripsian ini akan ditelusuri melalui pengamatan
langsung, yaitu dengan menganalisis hasil angket yang dikerjakan oleh subjek
penelitian (siswa autis) serta hasil wawancara yang dilakukan.
-
26
B. Setting dan Subjek Penelitian
Dari subjek penelitian yang diambil ini tidak digunakan istilah populasi
maupun sampel, karena penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
sebagaimana yang dikemukakan oleh Sugiyono (2015:297) bahwa “dalam
penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley
dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen
yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi
secara sinergis”.
Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan yaitu nonprobability
sampling dengan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2016:85)
bahwa purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data
dengan pertimbangan tertentu. Alasan menggunakan teknik purposive sampling
adalah karena tidak semua subjek memiliki kriteria yang sesuai dengan
fenomena yang diteliti. Oleh karena itu, penulis memilih teknik purposive
sampling yang menetapkan pertimbangan-pertimbangan atau kriteria-kriteria
tertentu yang harus dipenuhi oleh subjek-subjek yang digunakan dalam
penelitian ini.
Subjek dari penelitian ini adalah siswa autis kelas VIII inklusi di SMP
Unggul sakti Jambi yang berjumlah 2 orang. Penentuan subjek penelitian
diambil berdasarkan data yang telah ada pada sekolah tersebut. Penelitian ini
dilaksanakan pada semester II (genap), pada tahun ajaran 2019/2020 dari bulan
Januari 2020 sampai pertengahan februari 2020.
C. Jenis dan Sumber Data
Yang menjadi sumber data di dalam penelitian ini adalah siswa kelas inklusi
SMP Unggul Sakti Jambi.
1. Jenis data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil langsung dari peneliti kepada
sumbernya, Tanpa adanya Perantara. Yakni data yang diperoleh secara
-
27
langsung melalui wawancara dan pengamatan (observasi) terhadap
realita bentuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran khususnya
matematika di SMP Unggul Sakti Jambi. Adapun data primer tersebut
adalah sebagai berikut :
1) Angket
2) Observasi
3) Wawancara
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri
pengumpulannya oleh peneliti misalnya dari dokumentasi, angket atau
publikasi lainnya. Data sekunder yang peneliti maksudkan dalam
penelitian ini adalah data yang sudah terdokumentasi di SMP Unggul
Sakti Jambi. Adapun data sekunder tersebut adalah sebagai berikut:
1) Historis dan Geografis
2) Keadaan sekolah
3) Data siswa
2. Sumber Data
Sumber data disini merupakan subjek darimana data dapat diperoleh, yaitu:
a. Sumber data yang berupa manusia, yakni guru pembimbing khusus dan
siswa autis SMP Unggul Sakti Jambi.
b. Sumber data berupa suasana, dan kondisi pelaksanaan kegiatan
pembelajaran matematika siswa autis di SMP Unggul Sakti Jambi.
c. Sumber data berupa dokumentasi yaitu berupa foto kegiatan
pembelajaran matematika siswa autis SMP Unggul Sakti Jambi.
D. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2015:308) teknik pengumpulan data merupakan
langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian
adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, peneliti
tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
-
28
1. Metode Angket
Kuisioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2015:199). Teknik
penggunaan angket ini digunakan untuk mengukur dan mengetahui faktor
penyebab kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran matematika di kelas
inklusi.
2. Metode Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti,
dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil (Sugiyono, 2015:194).
Wawancara yang peneliti gunakan adalah wawancara semiterstruktur.
Menurut Sugiyono (2015:320) jenis wawancara ini sudah termasuk dalam
kategori in-depth interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila
dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Wawancara yang digunakan
dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang faktor
kesulitan belajar dan aktifitas pembelajaran matematika di kelas inklusi.
3. Metode observasi
Menurut Sugiyono (2015:203) teknik pengumpulan data dengan observasi
digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja,
gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.
Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan informasi
tentang aktifitas belajar di kelas inklusi. Observasi yang digunakan adalah
observasi partisipatif. Menurut sugiyono (2015:310) dalam observasi
partisipatif, peneliti terllibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang
diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.
4. Metode Dokumentasi
Digunakan untuk memperoleh data nama siswa, foto siswa dalam proses
pembelajaran matematika di kelas inklusi.
-
29
Sebelum melakukan penelitian, peneliti menyusun instrumen penelitian
berupa pedoman angket, wawancara dan observasi. Setelah pedoman angket,
wawancara dan observasi disusun peneliti menyebarkan angket kepada siswa
autis kelas VIII SMP Unggul Sakti Jambi. Selanjutnya diadakan wawancara
setelah angket diisi oleh siswa. Selajutnya melakukan wawancara terhadap guru
pendamping khusus di kelas inklusi lalu melakukan observasi di kelas inklusi
tersebut. Pada saat wawancara peneliti membuat catatan-catatan untuk
mendapatkan data tentang ekspresi siswa saat menjawab pertanyaan yang
diberikan peneliti.
Table 3.1
Kisi-Kisi Lembar Angket (Faktor Kesulitan Belajar Anak Berkebutuhan
Khusus (Autisme) dalam Pembelajaran Matematika di Kelas Inklusi)
No Komponen Sub Komponen No Item Jumlah
Item
1 Diri Anak a. Kebiasaan belajar
b. Pengalaman
belajar
c. Motivasi diri
1,2,3
4,5,6
7,8,9
3
3
3
2 Lingkungan a. Sekolah
b. Guru
c. Teman
10,11
12,13
14,15,16
2
2
3
3 Keluarga a. Perhatian orang
tua
b. Kebiasaan
keluarga
17,18,19
20,21,22,23
3
4
2
-
30
c. Kondisi
perekonomian
24,25
Jumlah 25
Table 3.2
Kisi-Kisi Lembar Wawancara (Kesulitan Belajar Anak Berkebutuhan Khusus
(Autisme) dalam Pembelajaran Matematika di Kelas Inklusi)
NO Variabel Indikator Bentuk Pertanyaan
1 Jenis kesulitan
belajar
matematika
Kesulitan
memahami konsep
Apakah kamu selalu
menuliskan rumus saat menulis
catatan?
kesulitan dalam
keterampilan
Apakah kamu mengerjakan
jawaban hingga tuntas jika
terdapat soal yang sulit?
kesulitan
pemecahan
masalah
Apakah kamu selalu
menyelesaikan soal yang kamu
kerjakan?
2 Faktor penyebab
kesulitan belajar
matematika
Sikap dalam belajar Apakah kamu menyukai
pelajaran matematika?
Motivasi belajar Apakah kamu belajar meskipun
tidak ada ulangan?
Kesehatan tubuh Apakah kamu memiliki
penyakit sehingga mengganggu
pelajaran?
-
31
Kemampuan
pengindraan
Apakah kamu dapat melihat
papan tulis dengan jelas?
Variasi mengajar
guru
Apakah kamu pernah belajar
dengan berdiskusi kelompok
dikelas?
Penggunaan media
pembelajaran
Apa media yang dipakai oleh
bapak/ibu guru saat
menjelaskan pelajaran
matematika?
Sarana prasarana
disekolah
Apakah kondisi ruang kelasmu
mendukung dalam
pembelajaran matematika?
Lingkungan
keluarga
Apakah kamu belajar
didampingi orang tua?
3 Upaya mengatasi
kesulitan
pembelajaran
matematika
Mengikuti jam
pelajaran tambahan
Apa yang kamu lakukan untuk
mengatasi kesulitan belajar
matematika?
-
32
Table 3.3
Kisi-kisi Observasi di Kelas Inklusi
Nama Sekolah :
Mata Pelajaran :
Kelas/Semester :
Hari/Tanggal/Jam ke :
Jumlah Peserta Didik : orang, hadir : orang, tidak hadir : orang
NO ASPEK YANG DIAMATI YA TIDAK CATATAN
GURU BIDANG STUDI
I. PERANGKAT GURU
1 Ada silabus yang didalamnya terdapat
kegiatan tatap muka, penugasan
terstruktur, dan tugas mandiri tidak
terstruktur
2 Ada rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) memuat:
a. Kegiatan tatap muka, penugasan
terstruktur
b. Identitas mapel, SK-KD, indicator,
tujuan pembelajaran materi
pembelajaran, alokasi waktu,
metode pembelajaran, penilaian
hasil belajar dan sumber belajar.
3 Ada instrumen penilaian
-
33
4 Ada program remedial dan program
pengayaan
5 Ada buku nilai yang memuat semua
hasil belajar (nilai tugas, ulangan harian,
ulangan tengah semester, dan ulangan
akhir semester) yang telah dilaksanakan
II. KEGIATAN PEMBELAJARAN
A. PENDAHULUAN
1 Pembelajaran dilaksanakan diruang
kelas/kelas mata pelajaran (penerapan
moving class)
2 Guru memberi apersepsi dan motivasi
3 Guru memberitahu kompetensi yang
akan dicapai (tujuan pembelajaran)
4 Guru menyiapkan bahan ajar
B. KEGIATAN INTI
1 Guru tampak menguasai materi
pembelajaran (materi pelajaran yang
disampaikan dengan jelas)
2 Guru mengelola kelas dengan baik
3 Metode/pendekatan variative
4 Guru menggunakan alat bantu/media
pembelajaran (alat peraga, kaset & tape
-
34
recorder, computer & LCD, CD
interaktif, dsb)
5 Guru berperan sebagai fasilitator dalam
membantu mengatasi kesulitan peserta
didik
6 Guru menggunakan teknik bertanya
dengan Bahasa yang baik dan benar
7 Guru mendorong peserta didik untuk
memanfaatkan tekonologi informasi
(computer & internet)
8 Peserta didik berpartisipasi secara aktif
dalam pembelajaran
C. PENUTUP
1 Guru merefleksikan pembelajaran
2 Guru memberikan apresiasi kepada
peserta didik
3 Guru menutup pelajaran dengan
menyimpulkan pelajaran
GURU PENDAMPING KHUSUS
1 Komunikasi dengan siswa autis
2 Membantu kesulitan siswa autis dalam
belajar
3 Memiliki keterampilan
-
35
4 Memperhatikan siswa autis belajar
5 Memiliki catatan materi
E. Teknik Analisis Data
Analisis adalah suatu usaha untuk menguraikan suatu masalah menjadi
bagian-bagian (decomposition) sehingga susunan bentuk sesuatu yang diuraikan
itu tampak dengan jelas sehingga dapat dimengerti permasalahannya. Analisis
data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh
diri sendiri atau orang lain (Sugiyono, 2015:334). Analisis data penelitian
kualitatif memiliki tujuan untuk menganalisis proses berlangsungnya suatu
fenomena sosial dan memperoleh suatu gambaran yang tuntas terhadap proses
tersebut.
Tahap analisis data dilakukan setelah penggalian data yang diperoleh
dianggap cukup untuk memenuhi maksud dan tujuan penelitian. Setelah data
yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti, kemudian dianalisis
kembali secara lebih mendalam kemudian ditarik kesimpulan. Dalam penelitian
kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal dan sepanjang proses penelitian
berlangsung.
Analisis data angket menggunakan skala likert. Skala Likert digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fonomena sosial (Sugiyono, 2015:134). Analisis data wawancaraa
(kualitatif) dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis
yang mengacu pada pendapat Miles dan Huberman (Sugiyono,2015:337),
yaitu:(1) data reduction (reduksi data); (2) datadisplay (penyajian data); dan
(3)conclusion drawing/verification (penarikan kesimpulan).
-
36
1. Reduksi Data
Mereduksi data merupakan merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya
(Sugiyono, 2015:338). Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya. Reduksi data yang dilakukan
dalam penelitian ini, akan memfokuskan pada kesulitan belajar siswa autis
dalam pembelajaran matematika dan proses pembelajaran matematika di
kelas VIII inklusi.
2. Penyajian Data
Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2012:95) menyatakan
yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian
kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Pemaparan data
merupakan proses penyusunan informasi secara sistematis dalam rangka
memperoleh kesimpulan sebagai temuan penelitian dan pengambilan
tindakan. Pemaparan data dilakukan dalam rangka menyusun teks naratif
dari sekumpulan informasi yang berasal dari hasil reduksi data, sehingga
dapat memungkinkan untuk ditarik suatu kesimpulan. Dalam pemaparan
data pada penelitian ini adalah pengklasifikasian dan identifikasi data
mengenai kesulitan yang paling dominan dialami siswa autis dalam
pembelajaran matematika.
3. Penarikan kesimpulan dan Verifikasi
Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini didasarkan pada hasil
analisis terhadap data yang telah terkumpul, baik hasil pekerjaan tertulis
maupun transkip audio yang diperoleh dari hasil wawancara yang dilakukan
oleh peneliti terhadap subjek penelitian. Penarikan kesimpulan didasarkan
atas sajian data dengan maksud untuk memperoleh kesimpulan tentang
kesulitan belajar siswa autis dalam pembelajaran matematika.
-
37
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Menurut Sugiyono (2015:368), uji kredibilitas data atau kepercayaan
terhadap data hasil penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan perpanjangan
pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi
dengan teman sejawat, analisis kasus negatif dan memberi check. Lebih lanjut
Sugiyono (2015:372) mengemukakan bahwa triangulasi dalam pengujian
kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber, berbagai
cara, dan berbagai waktu.
Untuk mempertanggung jawabkan kredibilitas dalam penelitian ini, peneliti
melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Melakukan triangulasi teknik dan sumber. Menurut Sugiyono (2015:373),
triangulasi teknik adalah menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
Sedangkan triangulasi sumber adalah menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
Triangulasi teknik dilakukan dengan tujuan untuk mencari kesesuaian data
yang bersumber dari hasil tertulis dan wawancara. Dengan cara demikian
diharapkan keseluruhan data saling menguatkan dan memberikan
pemahaman yang lebih mendalam mengenai kesulitan belajar matematika
siswa autis di kelas VIII inklusi SMP Unggul Sakti Jambi.
2. Membuat catatan setiap tahapan penelitian dan dokumentasi yang lengkap.
3. Melakukan pentranskripan segera setelah melakukan pengambilan data. Hal
ini dilakukan agar unsur-unsur subjektifitas peneliti tidak ikut
mengintervensi data penelitian.
4. Melakukan pengecekan berulang kali terhadap lembar jawaban dan
transkrip agar diperoleh hasil yang sahih.
-
40
Tabel 3.4
Jadwal Penelitian
Kegiatan Penelitian
Tahun 2019-2020
Bulan
Agust-19 Sept -19 Okt -19 Nov- 19 Des -19 Jan -20 Feb-20 Mar- 20
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Pengajuan Judul
Pembuatan Proposal
Pengajuan Dosen
Pembimbing
Konsultasi &
Perbaikan Proposal
Pengajuan Seminar
Seminar
Perbaikan Hasil
Seminar
-
41
Izin Riset
Pengolahan Data
Penyusunan Laporan
Konsultasi
Pembimbing 1
Konsultasi
Pembimbing 2
Perbaikan Skripsi
-
42
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum
1. Profil Pendidikan Inklusi Unggul Sakti
Yayasan Pendidikan Unggul Sakti berdiri pada tahun 1995 dan
memiliki satuan Pendidikan dimulai dari tingkat TK-SD-SMP-SMA/SMK-
SABK. Yayasan Pendidikan Unggul Sakti memberikan kesempatan kepada
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dengan menyelengggarakan Pendidikan
inklusif sejak tahun 2009 sesuai dengan Permen Dikbud RI Nomor 70
Tahun 2009, dimana ABK ikut belajar bersama dengan siswa reguler.
Adapun ABK telah mengikuti Pendidikan inklusif di Yayasan
Pendidikan Unggul Sakti adalah sebagai berikut:
a. Hambatan pendengaran (Tunarungu)
b. Hambatan perkembangan intelektual (Tunagrahita)
c. Hambatan fisik dan motoric (Tunadaksa)
d. Hambatan perkembangan social emosional (Tunalaras)
e. Hambatan belajar (Disleksia)
f. Hambatan pemusatan perhatian dengan/tanpa hiperaktivitas (Attention
Defivit Hyperactivity Disorder (ADHD), Attention Deficit Disorder
(ADD))
g. Hambatan komunikasi dan social (Autism Spectrum Disorder (ASD))
h. Hambatan majemuk (Tunadaksa+Low vision)
ABK juga melaksanakan kegiaan ekstrakurikuler untuk menumbuhkan
minat dan bakat masing-masing. Adapun kegiatan ekstrakurikuler yang
dilaksanakan adalah:
a. Ekstrakurikuler Art work
b. Ekstrakurikuler keterampilan dan olahraga
c. Ekstrakurikuler IT
d. Ekstrakurikuler komunikasi
-
43
Dalam menyelenggarakan pendidikan inklusif, Yayasan Pendidikan
Unggul Sakti bekerja sama dengan Sekolah Anak Berkebutuhan Khusus
Unggul Sakti sebagai pusat sumber awal yang mengidentifikasi,
mengasesmen siswa sesuai dengan kekhususannya, mengarahkan ABK
ketingkat pendidikan yang sesuai dengan kemampuannya, serta
memberikan pendampingan untuk mengikuti pembelajaran di kelas reguler.
ABK yang masuk ke Sekolah Anak Berkebutuhan Khusus Unggul Sakti
akan di didik terlebih dahulu di dalam kelas terapi secara individu. Materi
pembelajaran yang diberikan sesuai dengan jenis kekhususan siswa, seperti
kemampuan imitasi (menirukan), kemampuan bahasa reseptif
(identifikasi/perintah sederhana).
ABK yang telah memiliki kemampuan berinteraksi sosial dan
komunikasi dengan cukup baik, maka akan dikelaskan ke dalam kelas
prainklusif untuk mengenal materi pembelajaran dasar seperti membaca,
menulis dan berhitung. Kelas prainklusif juga diperuntukkan bagi siswa
pindahan yang dirujuk ke kelas inklusif. Proses observasi akan berlangsung
kurang lebih 3 bulan dan kemudian ABK akan dievaluasi untuk diarahkan
ke kelas yang dirujuk dari sekolah sebelumnya.
a. Kelas TK & SD
Siswa prainklusif yang telah mempunyai pemahaman dasar secara
akademik akan dilanjutkan pada jenjang Taman Kanak-Kanak (TK) dan
jenjang Sekolah Dasar (SD) dengan bimbingan dari Guru Pendamping
Khusus (GPK). Di dalam kelas reguler ABK akan mengikuti proses
pembelajaran seperti siswa pada umumnya.
b. Kelas SMP-SMA/SMK
ABK yang telah lulus Sekolah Dasar (SD) selanjutnya akan diarahkan
pada jenjang Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Unggul
Sakti dan begitu juga untuk ABK yang telah lulus Sekolah Menengah
Pertama (SMP) akan diarahkan ke jenjang Pendidikan Sekolah
Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
-
44
Kurikulum ABK yang diadaptasi dari kurikulum yang sama dengan
masing-masing tingkat pendidikan, yang mana materi yang diberikan akan
disesuaikan dan diulang kembali di ruang khusus, jika ABK masih kesulitan
dalam memahami materi. Jika ada bidang studi yang cukup dipahami oleh
ABK, maka tidak akan ada perubahan dalam kurikulumnya. Hal tersebut
kondisional ketika pembelajaran berlangsung.
SMP Unggul Sakti memiliki 14 tenaga pendidik Guru Pendamping
Khusus (GPK) yang membantu Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) belajar.
Terkadang ABK belajar di kelas inklusi dan terkadang di kelas khusus. Hal
tersebut sesuai dengan jadwal yang telah disusun oleh kepala sekolah dan
tenaga pendidik lainnya yang bertujuan untuk melatih komunikasi ABK
dengan siswa reguler serta mencegah ABK agar tidak cepat jenuh.. Tugas
GPK juga bergantian mengawasi ABK belajar di kelas inklusi.
Sarana dan prasarana yang dimilliki oleh SMP Unggul Sakti adalah
sebagai berikut:
a. Ruang kepala sekolah
b. Ruang kelas
c. Ruang khusus
d. Ruang fisioterapi
e. Ruang UKS
f. Ruang serba guna
g. Ruang perpustakaan
h. Laboratorium
i. Sarana cuci tangan
j. Kantin
k. Toilet
l. Tempat parkir
-
45
2. Temuan Data Pra Penelitian
Penelitian dengan judul “Analisis Kesulitan Belajar Anak Berkebutuhan
Khusus (Autisme) dalam Pembelajaran Matematika di Kelas Inklusi”
merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan
kesulitan belajar anak berkebutuhan khusus (Autisme) dalam pembelajaran
matematika di kelas inklusi. Penelitian ini dilakukan di SMP Unggul Sakti
Jambi yang terletak di Jl. Jaya Wijaya No. 18, Talang Banjar, Jambi Timur,
Kota Jambi. SMP Unggul Sakti merupakan salah satu sekolah yang
menerapkan sistem inklusi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK), di dalam kelas inklusi SMP Unggul Sakti
terdapat guru pembimbing khusus yang tugas nya membantu anak
berkebutuhan khusus belajar. Guru Pembimbing Khusus (GPK) selalu
mengontrol dan mengawasi proses belajar mengajar di kelas inklusi. Di
dalam satu kelas terdapat 2 GPK yang bergantian bertugas dan terdapat 3
ABK yang memiliki jenis kekhususan yang berbeda. Tetapi fokus subjek
pada penelitian ini adalah siswa autis. Siswa autis hanya ada satu dalam
setiap kelas yaitu VIII B dan VIII C. Untuk mempermudah pemahaman
mengenai siapa siswa autis yang menjadi unit analisis, maka peneliti
memberi inisial mengenai subjek. Subjek siswa autis pertama adalah SA1
dan subjek siswa autis kedua adalah SA2. Sedangkan untuk guru
pembimbing khusus pertama adalah GPK1 dan guru pembimbing khusus
kedua adalah GPK2.
a. Identitas Subjek SA1
Nama : MM
Alamat : Jl. Blekok IV No. 083 Perum Kota Baru
Jenis Kelamin : Laki-laki
Nama ayah : DM
Pekerjaan : Polisi Kota Jambi
Nama ibu : BT
Kelas : VIII B
-
46
b. Identitas Subjek SA2
Nama : MR
Alamat : Jl. P. Diponegoro Lrg. Koni 3 No. 37
Jenis Kelamin : Laki-laki
Nama Ayah : T
Pekerjaan : Dinhub Kota Jambi
Nama Ibu : L
Kelas : VIII C
Sumber bahan ajar atau materi yang digunakan guru mata pelajaran
matematika berasal dari buku paket dan Lembar Kerja Siswa. Tetapi untuk
target pencapaian materi siswa regular/normal berbeda dengan siswa autis.
Ketika siswa regular/normal mencapai dua Bab secara keseluruhan, maka
siswa autis hanya mendapat pembahasan materi yang mendasar. Hal
tersebut disebabkan karena lambannya siswa autis menerima materi.
Pembelajaran matematika ini dilakukan sesuai dengan jadwal yang
diberikan dari pihak sekolah yaitu satu kali pertemuan memiliki estimasi 2
jam. Sebelum dilaksanakan proses pembelajaran, guru mata pelajaran
matematika membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan
silabus, tetapi terkadang proses pembelajarannya secara spontanitas
berubah sesuai dengan kondisi kelas. Sedangkan guru pembimbing khusus
tidak membuat RPP lagi, karena tugas guru pembimbing khusus di kelas
inklusi hanya membantu dalam kesulitan belajar anak berkebutuhan khusus.
Akan tetapi guru pembimbing khusus selalu mencatat di buku khusus materi
ABK apa yang telah dicatat oleh guru mata pelajaran matematika di depan
kelas. Setelah itu untuk siswa autis yang tertinggal dalam mencatat bisa
melihat catatan GPK.
-
47
3. Temuan Hasil Validasi Instrumen
Untuk mengukur kesahihan dan kevalidan instrumen angket,
wawancara dan observasi maka peneliti melakukan validasi instrumen.
Hasil validasi angket, wawancara dan observasi dari validator yaitu Ibu
Ainun Mardia, S.Pd, M.Sc menyatakan bahwa instrumen layak digunakan
untuk mengambil data dengan revisi sesuai saran, adapun sarannya adalah
pertanyaan harus sesuai dengan kisi-kisi instrumen dan pertanyaan harus
fokus ke pembelajaran matematika. Setelah seluruh instrumen tersebut di
revisi, maka instrumen dapat digunakan peneliti dalam melakukan
penelitian di kelas VIII inklusi SMP Unggul Sakti Jambi.
B. Temuan Khusus
1. Aktifitas siswa autis dalam pembelajaran matematika di kelas inklusi
Pembelajaran matematika di sekolah merupakan salah satu mata
pelajaran wajib yang harus ditempuh oleh siswa. Pembelajaran matematika
di kelas VIII B dan VIII C diikuti oleh siswa reguler dan siswa ABK salah
satunya siswa autis. Proses pembelajaran dilakukan secara bersama-sama di
kelas antara siswa reguler dan siswa autis.
Pelaksanaan pembelajaran di sekolah ini sama seperti dengan