analisis kebijakan pembangunan pertanian...
TRANSCRIPT
LAPORAN AKHIR TAHUN
ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PENINGKATAN PRODUKSI
PADI MELALUI SL-PTT DI PROVINSI BENGKULU
EMLAN FAUZI
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN
2013
No. Kode: 26/1801.015/011/Lapkir/2013
2
LAPORAN AKHIR TAHUN
ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PENINGKATAN PRODUKSI
PADI MELALUI SL-PTT DI PROVINSI BENGKULU
Emlan Fauzi Dedi Sugandi Andi Ishak
Rudi Hartono Hamdan Alfayanti
Wawan Eka Putra Bastian
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2013
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat karunia-Nyalah Laporan Akhir Tahun 2013 Kegiatan Analisis Kebijakan
Peningkatan Produksi Padi Melalui Program SL-PTT di Provinsi Bengkulu dapat
diselesaikan. Laporan ini berisi mengenai hasil pelaksanaan kegiatan yang
dilakukan selama bulan Januari hingga Desember 2013.
Kegiatan analisis ini bertujuan untuk mengkaji kinerja program SL-PTT
terhadap peningkatan produksi padi di Provinsi Bengkulu serta merumuskan
alternatif rekomendasi perbaikan pelaksanaan program SL-PTT di Provinsi
Bengkulu sehingga diharapkan akan didapatkan strategi untuk perbaikan kinerja
dalam pelaksanaan SL-PTT baik untuk institusi pelaksana maupun lembaga
pendukung pelaksanaan SL-PTT. Sinergi antar institusi/lembaga pelaksana,
lembaga pendukung serta petani sasaran yang sangat diperlukan dalam
peningkatan produksi padi melalui program SL-PTT di Provinsi Bengkulu.
Demikanlah laporan ini kami buat dengan harapan laporan ini dapat
bermanfaat untuk semua pihak yang berkepentingan. Kami sadari laporan ini
belum sempurna untuk itu kami harapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan
laporan ini. Kepada anggota tim yang telah melaksanakan tugasnya kami
sampaikan terimakasih.
Bengkulu, Desember 2013
Penanggung Jawab
Emlan Fauzi, SP NIP 19810909 200801 1 010
ii
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul RPTP : Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian: Peningkatan Produksi Padi Melalui SL-PTT di Provinsi Bengkulu
2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu 3. Alamat Unit Kerja : JL. Irian KM, 6,5 Bengkulu 38119 4. Sumber Dana : DIPA BPTP TA. 2013 5. Status Penelitian (L/B) : Baru 6. Penanggung Jawab : a. Nama : Emlan Fauzi, SP b. Pangkat/Golongan : Penata Muda TK I /IIIb c. Jabatan Fungsional : Peneliti Pertama 7. Lokasi : Provinsi Bengkulu 8. Agroekosistem : Lahan basah Dataran Rendah/Tinggi Iklim
Basah 9. Tahun Mulai : 2013 10. Tahun Dimulai : 2013 11. Output Tahunan : Kinerja program SL PTT terhadap peningkatan
produksi padi di Provinsi Bengkulu 12. Output Akhir : Rumusan alternatif rekomendasi perbaikan
pelaksanaan program SLPTT di Provinsi Bengkulu
13. Biaya : Rp 90.231.000 (Sembilan puluh juta dua ratus tiga puluh satu ribu rupiah)
Koordinator Program,
Dr. Ir. Wahyu Wibawa, MP NIP. 19690429 199803 1 001
Penanggung Jawab RPTP,
Emlan Fauzi, SP NIP. 19810909 200801 1 010
Mengetahui, Kepala BBP2TP,
Dr. Ir. Agung Hendriadi,M.Eng NIP. 19610802 198903 1 011
Kepala BPTP Bengkulu,
Dr. Ir Dedi Sugandi, MP NIP. 19590206 198603 1 002
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... ii DAFTAR ISI .................................................................................... iii DAFTAR TABEL ............................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ............................................................................ v DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ vi RINGKASAN .................................................................................... vii SUMMARY ........................................................................................ x I. PENDAHULUAN ................................................................. 1
1.1. Latar Belakang................................................................ 1 1.2. Tujuan ........................................................................... 3 1.3. Keluaran yang diharapkan ............................................... 4 1.4. Hasil yang diharapkan .................................................... 4 1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak ....................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 6
2.1. Kerangka Teoritis ............................................................. 6 2.2 Hasil-hasil Penelitian/Pengkajian Terkait. ........................... 7
III. METODOLOGI .................................................................... 9
3.1. Metode Pengkajian ......................................................... 9 3.2. Waktu dan Lokasi ............................................................ 9 3.3. Pengumpulan Data .......................................................... 9 3.4. Analisis Data................................................................... 10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 11
4.1. Produksi sebelum dan sesudah SL-PTT .............................. 11 4.2. Gambaran Usahatani Petani Peserta SL-PTT dan
Non SL-PTT .................................................................... 12 4.3. Pengatahuan dan Adopsi Komponen Teknologi PTT ............ 15 4.4. Sebaran SL-PTT di Provinsi Bengkulu ................................ 17 4.5. Kinerja Kelembagaan Penentu Kebijakan Tingkat Provinsi
dan Kabupaten dalam Mendukung SL-PTT ........................ 29 V. KESIMPULAN .................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 24
ANALISIS RISIKO ................................................................... 25
JADWAL KERJA ....................................................................... 26
PEMBIAYAAN .......................................................................... 27
PERSONALIA ........................................................................... 28
LAMPIRAN ............................................................................... 29
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Perkembangan Luas Panen, Produktiitas dan Produksi Padi 2009-2013 ...................................................................................... 11
2. Penggunaan Sarana Produksi dan Pendapatan Petani SL-PTT dan
Non SL-PTT di Provinsi Bengkulu tahun 2013 ............................... 12 3. Gambaran Usahatani Petani Peserta SL-PTT Sebelum dan
Sesudah Penerapan Komponen PTT di Kabupaten Seluma dan Bengkulu Tengah ..................................................................... 14
4. Sebaran Program SL-PTT di Provinsi Bengkulu ............................ 18 5. Persentase Pelaksanaan Tugas Tim Pembina P2BN Tingkat
Provinsi .................................................................................. 19
6. Tugas Dinas Pertanian Sesuai dengan Permentan 45 Tahu 2011 di Kabupaten Seluma, Rejang Lebong dan Bengkulu Utara .......... 20
7. Tugas BP4K Sesuai dengan Permentan 45 Tahu 2011 di
Kabupaten Seluma, Rejang Lebong dan Bengkulu Utara .............. 25
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Pengetahuan dan Adopsi Komponen PTT padi Sawah pada Petani
SL-PTT di Provinsi Bengkulu ....................................................... 15
2. Pengetahuan dan Adopsi Komponen PTT padi Sawah pada Petani
SL-PTT di Provinsi Bengkulu ...................................................... 17
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Dokumentasi kegiatan ........................................................... 30
vii
RINGKASAN
1. Judul : Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian:
Peningkatan Produksi Padi Melalui SL-PTT di
Provinsi Bengkulu
2. Unit kerja : BPTP Bengkulu
3. Tujuan 1. Mengkaji Kinerja program SL PTT terhadap
peningkatan produksi padi di Provinsi
Bengkulu
2. Merumuskan alternatif rekomendasi
perbaikan pelaksanaan program SL PTT di
Provinsi Bengkulu.
4. Keluaran : 1. Kinerja program SLPTT terhadap
peningkatan produksi padi di Provinsi
Bengkulu.
2. Rumusan alternatif rekomendasi perbaikan
pelaksanaan program SLPTT di Provinsi
Bengkulu
5. Metodologi : - Study Pustaka
- Survey
- Tabulasi Data
- Analisis dan Pelaporan
6. Capaian : 1. Gambaran kinerja program SLPTT padi di
Provinsi Bengkulu
2. Alternatif rekomendasi perbaikan
pelaksanaan program SLPTT di Provinsi
Bengkulu
7. Prakiraan Manfaat : 1. Masing masing lembaga memahami,
melaksanakan tupoksinya dan berupaya
untuk senantiasa berkoordinasi demi
suksesnya Program SL-PTT secara efektif,
efisien dan bersinergi.
2. Peningkatkan kinerja sektor pertanian,
viii
terutama dalam peningkatan produktivitas
dan produksi padi melalui melalui sinergi
positif antar lembaga/institusi pelaksana
utama dan pendukung SL-PTT (Dinas
Pertanian, Lembaga penyuluhan, BPTP,
Produsen Benih BLBU, Perusahaan pupuk:
Pusri dan Petro kimia Gresik) serta
petani/kelompok tani pelaksana program SL-
PTT.
3. Koordinasi antar institusi/lembaga pelaksana
berjalan lancar yang akan berpengaruh
positif terhadap peningkatan adopsi
komponen PTT dalam pelaksanaan Program
SLPTT di Provinsi Bengkulu.
4. Hasil pengkajian diharapkan dapat menjadi
bahan dalam penyusunan serta
penyempurnaan kebijakan pelaksanaan
Program SLPTT di Provinsi Bengkulu.
8. Prakiraan Dampak : 1. Produksi padi meningkat secara signifikan
sebagai akibat peningkatan luas tanam dan
juga peningkatan produktivitas sebagai
konsekuensi logis dari peningkatan adopsi
komponen PTT dari petani pelaksana
Program SLPTT maupun di luar program
PTT.
2. Dukungan program SLPTT terhadap Program
P2BN di Provinsi Bengkulu semakin nyata
yang sekaligus memberikan kontribusi
terhadap pencapaian 4 sukses Kementerian
Pertanian.
3. Komoditas padi tidak hanya sebagai
komoditas strategis, tetapi juga ekonomis
dan layak sebagai agribisnis yang
ix
menguntungkan.
4. Peningkatan adopsi komponen teknologi
berdampak terhadap peningkatan produksi
dan juga pendapatan petani padi.
9. Jangka Waktu : 1 (satu)Tahun
10. Biaya : Rp 90.231.000,- (Sembilan Puluh Juta Dua Ratus
Tiga Puluh Satu Rupiah)
x
SUMMARY
1. Title : Policy Analysis of Agricultural Development:
Increasing Rice Production Through SL-PTT in
Bengkulu Province
2. Unit of work : Assesment Institute for Agriculture Tecnology of
Bengkulu
3. Objective : 1. Assess program performance SL PTT to increase
rice production in the province of Bengkulu
2. Alternative to formulate recommendations for
improvement in program implementation SL PTT
Bengkulu province.
3. Exodus : 1. Performance SLPTT program to increase rice
production in the province of Bengkulu.
2. Alternative formulation of recommendations for
improvement in program implementation SLPTT
Bengkulu Province
5. Methodology : - Study Library
- Survey
- Data Tabulation
- Analysis and Reporting
6. Results : 1. Picture of program performance SLPTT rice in
Bengkulu Province
2. Alternative recommendations for improvement in
program implementation SLPTT Bengkulu Province
7. Forecast Benefits : 1. Each agency to understand, implement tupoksinya
and strive to always coordinate for the successful
SL-PTT program effectively, efficiently and
synergy.
2. Increasing the performance of the agricultural
sector, particularly in increasing productivity and
production of rice through positive synergies
through inter-agency / institution and the main
xi
implementing support SL-PTT (Department of
Agriculture, Institute for counseling, BPTP, BLBU
Seed Producers, Fertilizer Company: Petro
chemistry Pusri and Gresik) and farmers / farmer
groups implementing SL-PTT program.
3. Coordination among institutions / implementing
agency run smoothly which will impact positively
on the increased adoption of PTT in the
implementation of program components SLPTT in
Bengkulu province.
4. The assessment results are expected to be
material in the preparation and implementation of
policy improvements SLPTT program in Bengkulu
province.
8. Forecast Impact : 1. Rice production increased significantly as a result
of increased acreage and also an increase in
productivity as a consequence of the increase of
farmers' adoption of PTT component SLPTT
Program implementers and outside the PTT
program.
2. Support the Program P2BN SLPTT program in
Bengkulu province increasingly evident that also
contribute to the successful achievement of the
Ministry of Agriculture 4.
3. Paddy not only as a strategic commodity, but also
economically feasible as a profitable agribusiness.
4. Increased adoption of the technology components
resulted in increased production and income of
rice farmers.
9. Duration : 1 (one) year
10. Budget : Rp 90,231,000, - (Twenty Nine Million Two Hundred
and Thirty-One Rupiah)
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Misi utama Badan Litbang Pertanian adalah menciptakan inovasi pertanian
(teknologi, kelembagaan dan kebijakan) yang maju dan strategis serta
mengadaptasikan menjadi teknologi tepat guna spesifik pemakai dan lokasi.
Badan Litbang Pertanian telah cukup berhasil dalam pengadaan inovasi
pertanian. Namun berdasarkan evaluasi kecepatan dan tingkat pemanfaatan
inovasi yang dihasilkan cenderung melambat bahkan menurun (Suryana dan
Sarwani, 2007).
Analisis kebijakan diarahkan untuk memfasilitasi adopsi teknologi,
pengembangan agribisnis, serta mendukung pembangunan pertanian wilayah
dan perdesaan. Sintesa kebijakan diharapkan mampu memecahkan
permasalahan teknis, sosial, dan ekonomi pembangunan pertanian wilayah
dalam arti luas, baik yang bersifat responsif maupun antisipatif (Badan Litbang
Pertanian, 2003).
Produktivitas, efisiensi, produksi dan pendapatan petani sangat dipengaruhi
oleh tingkat adopsi atau penggunaan inovasi teknologi. Semakin banyak inovasi
teknologi yang diadopsi akan berdampak pada peningkatan efisiensi usaha tani,
produktivitas, nilai tambah dan daya saing, serta pendapatan petani.
Senjang hasil/produktivitas (yield gap) merupakan salah satu indikator
untuk mengetahui tingkat adopsi teknologi. Senjang hasil yang lebar antara hasil
riel dengan potensi hasil dari suatu komoditas menunjukkan bahwa adopsi
teknologi masih rendah.
Padi merupakan komoditas utama tanaman pangan di Provinsi Bengkulu.
Senjang hasil (yield gap) padi di tingkat petani masih cukup besar. Produktivitas
padi di Provinsi Bengkulu masih relatif rendah yaitu 4,06 t/ha (BPS Provinsi
Bengkulu, 2010), dibandingkan dengan produktivitas nasional yang sudah
mencapai 4,95 t/ha (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan,
2010). Salah satu cara untuk mengurangi senjang hasil adalah dengan
menerapkan teknologi yang spesifik lokasi dengan pendekatan pengelolaan
tanaman dan sumberdaya terpadu (PTT). PTT adalah suatu pendekatan inovatif
dan dinamis dalam upaya meningkatkan produksi dan pendapatan petani melalui
2
perakitan komponen teknologi secara partisipatif bersama petani (Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2009).
Produksi padi dipengaruhi oleh luas areal panen dan produktivitas. Upaya
peningkatan produksi padi di Provinsi Bengkulu telah dilaksanakan melalui
berbagai program, yang diantaranya adalah SL-PTT. SL-PTT adalah program
strategis Kemtan untuk mencapai swasembada beras lestari dan bahkan menjadi
ekportir beras pada tahun 2020. Komponen teknologi yang disusun dalam PTT
bersifat spesifik lokasi dan mempertimbangkan keragaman sumberdaya, iklim,
jenis tanah, sosial-ekonomi-budaya masyarakat, serta menjaga kelestarian
lingkungan (Sembiring dan Abdulrahman, 2008). Komponen teknologi PTT
dipilahkan menjadi dua komponen teknologi, yaitu komponen dasar dan
komponen pilihan. Komponen teknologi dasar yaitu teknologi yang sangat
dianjurkan untuk diterapkan di semua lokasi padi sawah. Komponen teknologi ini
terdiri dari atas:
(1) Varietas unggul baru, inbrida atau hibrida
(2) Benih bermutu dan berlabel
(3) Pemberian bahan organik melalui pengembalian jerami ke sawah atau dalam
bentuk kompos.
(4) Pengaturan populasi tanaman secara optimum
(5) Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah
(6) Pengendalian OPT (organisme pengganggu tanaman) dengan pendekatan
PHT (Pengendalian Hama Terpadu).
Komponen teknologi pilihan yaitu teknologi yang disesuaikan dengan
kondisi, kemauan dan kemampuan petani setempat. Teknologi ini terdiri atas:
(1) Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam
(2) Penggunaan bibit muda (< 21 hari)
(3) Tanam bibit 1 – 3 batang per rumpun
(4) Pengairan secara efektif dan efisien
(5) Penyiangan dengan landak atau gasrok
(6) Panen tepat waktu dan gabah segera dirontok.
Data BPS dalam kurun waktu 5 tahun terakhir menunjukkan bahwa
peningkatan produksi padi di Provinsi Bengkulu lebih dipengaruhi oleh
peningkatan luas areal panen, bukan oleh peningkatan produktivitas. Kondisi ini
menunjukkan bahwa pelaksanaan SL-PTT belum mampu meningkatkan
3
produktivitas secara signifikan. Upaya dan strategi untuk meningkatkan
produktifitas dan produksi mutlak diperlukan melalui implementasi inovasi
teknologi (Kustiyanto, 2001). Untuk itu perlu dilakukan analisis yang berkaitan
dengan kebijakan dan pelaksanaan SL-PTT yang difokuskan untuk mengevaluasi
tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.
Permasalahan-permasalahan dalam upaya peningkatan produktivitas
bersifat kompleks, menyangkut koordinasi dan tupoksi lintas institusi, sehingga
seringkali sulit diselesaikan secara permanen. Untuk itu perlu dicari solusi dan
akar permasalahan. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari permasalahan
yang berulang dalam upaya peningkatan produksi yang ditekankan melalui
peningkatan produktivitas. Permasalahan yang sering muncul dalam upaya
peningkatan produktivitas adalah: pemanfaatan benih unggul, masalah pupuk,
maslah irigasi, masalah iklim dan bencana alam, masalah ledakan OPT, pasca
panen, masalah harga (Andi Nuhung, 2010)
Ada perbedaan yang mendasar antara penelitian sosial ekonomi (policy
research) dengan sintesa kebijakan (policy analysis). Policy research harus
mengikuti standar baku ilmiah, sedangkan police analysis bersifat review dan
sisntesis yang pada hakekatnya memadukan penguasaan ilmu pengetahuan,
pengalaman/keterampilan, dan seni (science, craft, and art) (Badan Litbang
Pertanian, 2003).
1.2. Tujuan
a. Mengkaji kinerja program SLPTT terhadap peningkatan produksi padi di
Provinsi Bengkulu
b. Menyusun alternatif rekomendasi perbaikan pelaksanaan program
SLPTT di Provinsi Bengkulu
1.3. Keluaran yang diharapkan
a. Kinerja program SPTT terhadap peningkatan produksi padi di Provinsi
Bengkulu
b. Rumusan alternatif rekomendasi perbaikan pelaksanaan program SLPTT
di Provinsi Bengkulu
4
1.4. Hasil yang diharapkan
Mendapatkan strategi untuk perbaikan kinerja dalam pelaksanaan SL-PTT
baik untuk institusi pelaksana maupun lembaga pendukung pelaksanaan SL-PTT.
Sinergi antar institusi/lembaga pelaksana, lembaga pendukung serta petani
sasaran sangat diperlukan dalam peningkatan produktivitas padi melalui
program SL-PTT di Provinsi Bengkulu.
Menemukan permasalah utama yang menjadi faktor pembatas adopsi
komponen teknologi PTT, untuk dievaluasi, dianalisis dan ditentukan cara
penyelesaian masalahnya. Rumusan kebijakan responsif yang disintesis dari
perbaikan kinerja, hasil identifikasi permasalahan utama dan upaya pemecahan
masalah dalam peningkatan produktivitas padi.
1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak
1.5.1. Manfaat
1). Masing masing lembaga memahami, melaksanakan tupoksinya dan
berupaya untuk senantiasa berkoordinasi demi suksesnya Program SL-
PTT secara efektif, efisien dan bersinergi.
2). Peningkatkan kinerja sektor pertanian, terutama dalam peningkatan
produktivitas dan produksi padi melalui melalui sinergi positif antar
lembaga/institusi pelaksana utama dan pendukung SL-PTT (Dinas
Pertanian, Lembaga penyuluhan, BPTP, Produsen Benih BLBU,
Perusahaan pupuk: Pusri dan Petro kimia Gresik) serta
petani/kelompok tani pelaksana program SL-PTT.
3). Koordinasi antar institusi/lembaga pelaksana berjalan lancar yang akan
berpengaruh positif terhadap peningkatan adopsi komponen PTT
dalam pelaksanaan Program SL-PTT di Provinsi Bengkulu.
4). Hasil pengkajian diharapkan dapat menjadi bahan dalam penyusunan
serta penyempurnaan kebijakan pelaksanaan Program SL-PTT di
Provinsi Bengkulu.
5
1.5.2.Dampak
1). Produksi padi meningkat secara signifikan sebagai akibat peningkatan
luas tanam dan juga peningkatan produktivitas sebagai konsekuensi
logis dari peningkatan adopsi komponen PTT dari petani pelaksana
Program SL-PTT maupun di luar program PTT.
2. Dukungan program SL-PTT terhadap Program P2BN di Provinsi
Bengkulu semakin nyata yang sekaligus memberikan kontribusi
terhadap pencapaian 4 sukses Kemtan.
3. Komoditas padi tidak hanya sebagai komoditas strategis, tetapi juga
ekonomis dan layak sebagai agribisnis yang menguntungkan.
4. Peningkatan adopsi komponen teknologi berdampak terhadap
peningkatan produksi dan juga pendapatan petani padi.
6
II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teoritis
Kebijakan publik adalah tindakan kolektif melalui kewenangan pemerintah
dan ditetapkan berdasarkan prosedur yang legitimate. Bidang liputan sintesa
kebijakan adalah kebijakan publik yang terkait langsung maupun tidak langsung
dengan kehidupan petani dan perilaku agribisnis lainnya. Salah satu spesifikasi
aspek sintesa kebijakan adalah metoda atau prosedur operasionalnya tidak
mengikuti standard ilmiah baku, tetapi merupakan review dan sintesis teori,
informasi, dan hasil penelitian ilmiah secara sistematis dan logis (Badan Litbang
Pertanian, 2003).
Senjang hasil (yield gap) antara hasil penelitian dengan hasil riel petani
padi di Provinsi Bengkulu sangat lebar (46%). Salah satu cara untuk mengurangi
senjang hasil adalah dengan menerapkan teknologi yang spesifik lokasi dengan
pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT). Adopsi teknologi perlu
diakselerasi dalam upaya peningkatan produktivitas, efisiensi, produksi dan
pendapatan petani.
PTT adalah suatu pendekatan inovatif dan dinamis dalam upaya
meningkatkan produksi dan pendapatan petani melalui perakitan komponen
teknologi secara partisipatif bersama petani (Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan, 2009). Dengan pendekatan ini diharapkan selain produksi padi
naik, biaya produksi optimal, produknya berdaya saing dan lingkungan tetap
terpelihara sehingga bisa berkelanjutan.
Inovasi teknologi berpeluang untuk diadopsi oleh petani apabila teknologi
yang diintroduksikan memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1. Bermanfaat bagi petani secara nyata.
2. Lebih unggul dibandingkan dengan teknologi yang telah ada.
3. Bahan, sarana, alat mesin, modal dan tenaga untuk mengadopsi teknologi
tersedia.
4. Memberikan nilai tambah dan keuntungan ekonomi.
5. Meningkatkan efisiensi dalam berproduksi.
6. Bersifat ramah lingkungan dan menjamin keberlanjutan usaha pertanian (
Kartono, 2009).
7
Dari sisi petaninya sendiri, mereka juga mempertimbangkan beberapa
faktor sebelum mengadopsi teknologi. Faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh
petani diantaranya adalah:
1. Ketersediaan pasar hasil panen dengan harga pasar yang layak serta
keuntungan yang baik.
2. Kepastian diperolehnya hasil panen dengan resiko kegagalan yang minimal.
3. Penerapan teknologi tidak sulit bagi petani.
4. Petani mampu menyediakan modal untuk mengadopsi teknologi.
5. Memberikan nilai tambah dan keuntungan nyata bagi petani.
Kebijakan pemerintah adalah serangkaian tindakan yang akan, sedang dan
telah dilakukan pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan kebijakan
pertanian di indonesia adalah untuk memajukan pertanian, mengusahakan
pertanian menjadi lebih produktif, produksinya efisien, pendapatan meningkat
dan kesejahteraan akan lebih merata (Mubyarto, 1993). Untuk mencapai tujuan
tersebut pemerintah pusat maupun daerah mengeluarkan peraturan yang
berbentuk undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan presiden,
keputusan menteri, keputusan gubernur dan lain-lain.
Analisis kebijakan adalah proses atau kegiatan mensintesa informasi,
termasuk hasil- hasil penelitian untuk menghasilkan rekomendasi opsi desain
kebijakan publik. Kebijakan publik adalah keputusan atau tindakan pemerintah
yang berpengaruh atau mengarah pada tindakan individu dalam kelompok
masyarakat, pada prinsipnya bertujuan memecahkan masalah-masalah yang ada
di dalam masyarakat (Sutopo dan Sugiyanto, 2001; Simatupang, 2003).
2.2. Hasil-hasil penelitian/pengkajian yang terkait
Hasil penelitian yang menyangkut analisis kebijakan pembangunan
ketahanan pangan, utamanya di Provinsi Bengkulu masih sangat
terbatas. Hasil survey menunjukkan bahwa rata-rata produktivitas padi di 4
kabupaten (Lebong, Seluma, Rejang Lebong dan Bengkulu Utara) baru mencapai
3,76 t/ha. Rendahnya produktivitas dikarenakan banyak komponen teknologi
budidaya yang belum diterapkan. Secara umum komponen teknologi anjuran
yang diterapkan baru sekitar 25%. Adapun komponen teknologi yang sudah
diadopsi diantaranya adalah komponen pengendalian OPT, sistem tanam dan
penanaman bibit muda.
8
Rendahnya produktivitas padi di Provinsi Bengkulu merupakan hasil kinerja
kolektif antar institusi. Permentan No. 45 tahun 2011 mengatur tata hubungan
kerja antar kelembagaan teknis, penelitian dan pengembangan, dan penyuluhan
pertanian dalam mendukung peningkatan produksi beras nasional (P2BN).
Koordinasi tidaklah semudah yang dibayangkan, karena harus melewati 4
tahapan yaitu introduction, communication, colaboration, dan coordination.
Kualitas dari koordinasi sangat dipengaruhi oleh interaksi dari semua pihak.
Kadang-kadang kita sudah merasa melakukan koordinasi walaupun baru
melakukan introduction dan communication. Empat tahapan dalam coordination
bersifat interlocked.
Di Provinsi Bengkulu belum terbentuk kelembagaan baik untuk tim
pembina maupun tim pelaksana yang mengacu pada pelaksanaan Permentan
No.11 Tahun 2011. Masing-masing Dinas/instansi melaksanakan tupoksinya
secara parsial, sehingga koordinasi dan sinergitas belum berjalan secara optimal.
Masing-masing Dinas/Instansi pelaksana program P2BN harus memahami
mekanisme dan tata hubungan kerja antar tim serta tugas yang harus
disinergikan secara harmonis. Sinergitas yang harmonis akan berdampak
terhadap meningkatnya kinerja yang signifikan dari masing-masing dinas/institusi
maupun tim dalam mewujudkan pertumbuhan dan peningkatan produksi beras
sebesar 5,22%/tahun.
9
III. METODOLOGI
3.1 Metode Pengkajian
Analisis Kebijakan Peningkatan Produksi Padi melalui SLPTT di Provinsi
Bengkulu dilakukan dengan metode survei untuk mengetahui kinerja program
SLPTT terhadap peningkatan produksi padi. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai
suatu bentuk evaluasi yang dilakukan dari hasil kegiatan SLPTT. Metode evaluasi
yang dilakukan adalah evaluasi summatif (Singarimbun, 1989) yaitu setelah
suatu kegiatan selesai dilaksanakan.
3.2 Waktu dan Lokasi
Kegiatan Analisis Kebijakan pada tahun 2013 dilaksanakan di Kabupaten
Seluma, Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah dan Lebong.
3.3 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer
dikumpulkan melalui kegiatan survei melalui wawancara terhadap para
pemangku kebijakan tingkat provinsi (Dinas Pertanian, Bakorluh, BPTP), tingkat
kabupaten (Dinas Pertanian, Bapeluh, LO BPTP), dan pelaksana SLPTT di tingkat
lapangan (PPL, petani) serta lembaga pendukung benih dan pupuk. Responden
petani sebanyak 80 orang. Wawancara terhadap pemangku kebijakan diarahkan
untuk menilai pelaksanaan Permentan 45 tahun 2011.
Data primer yang dikumpulkan di tingkat petani adalah sebagai berikut:
1) Penerapan teknologi dan keragaan usahatani petani peserta SL-PTT dan non
SL-PTT.
2) Dukungan petugas dalam pelaksanaan Progran SLPTT.
Data sekunder merupakan data pendukung yang dikumpulkan dari
dinas/instansi terkait.
10
3.4 Analisis Data
1) Analisis data dilakukan secara deskripsi, untuk melihat kinerja lembaga terkait sesuai dengan permentan 45 2011 tentang P2BN.
2) Kinerja program SLPTT terhadap peningkatan produksi padi di Provinsi Bengkulu. Kinerja program SLPTT dalam peningkatan produksi padi dianalisis secara
deskriptif. Peningkatan produksi padi di tingkat petani dianalisis
menggunakan rumus (Werimon, 1992 dalam Yulianto, 2009):
PP = [ (PS – PE) / PE ] x 100 %
Dimana:
PP = peningkatan produksi padi PS = produksi padi SL-PTT PE = produksi padi non PTT
3) Analisis usahatani untuk mengetahui peningkatan pendapatan petani SL-PTT
dan non SL-PTT.
4) Perumusan alternatif rekomendasi pelaksanaan SL-PTT di Provinsi Bengkulu.
11
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Produksi sebelum dan sesudah SL-PTT
SL-PTT adalah suatu tempat pendidikan non formal bagi petani untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengenali potensi,
menyusun rencana usahatani, mengatasi permasalahan, mengambil keputusan
dan menerapkan teknologi yang sesuai dengan kondisi sumberdaya setempat
secara sinergis dan berwawasan lingkungan sehingga usahataninya menjadi
efisien, berproduktivitas tinggi dan berkelanjutan. Indikator keberhasilan SL-PTT
dapat dilihat dari peningkatan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap,
penerapan budidaya yang baik dan benar, peningkatan produktivitas dan
keberlanjutan serta replikasinya. Salah satu indikator keberhasilan SL-PTT adalah
peningkatan produksi dan produktivitas padi.
Produksi padi dalam 5 tahun terakhir Provinsi Bengkulu meningkat rata-
rata 5,74 %/tahun, dari 484.594 ton GKG pada tahun 2009 menjadi 600.282 ton
GKG pada tahun 2013 (ARAM II) sedangkan laju peningkatan produktivitas
mencapai 2,34%/tahun dan luas panen meningkat rata-rata 3,25 %/tahun,
sebagaimana terlihat dalam Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi 2009-2013 di Provinsi Bengkulu.
No Tahun Luas Panen Produktivitas Produksi
Ha % Ku/Ha % Ton % 1 2009 120.882 40.09 484.594
2 2010 121.877 0.82 40.36 0.67 491.901 1.50
3 2011 115.611 -5.18 41.17 2.00 475.944 -3.24
4 2012 128.131 10.82 42.99 4.42 550.795 15.73
5 2013 136.549* 6.56 43.96* 2.25 600.282* 8.98
Rata-rata 3.25 2.34 5.74
Ket : * Angka Ramalan 2 Distan Prov. 2013
Peningkatan produksi tidak terlepas dari peran program SL-PTT, hal ini
dapat dilihat dari tabel 1 sebelum ada program SL-PTT produksi sebesar 484.594
ton (2009) menjadi 550.792 ton (2012) atau mengalami peningkatan sebesar
13,66%. Peningkatan produksi padi di Provinsi Bengkulu terjadi karena
meningkatnya produktivitas padi di tingkat petani. Peningkatan produktivitas
disebabkan para petani sudah banyak yang mengadopsi teknologi PTT misalnya
12
pemakaian benih varietas unggul bermutu produktivitas tinggi termasuk benih
padi inbrida dan hibrida, tanam umur bibit muda (< 21 hari) dan penanganan
panen.
4.2. Gambaran Usahatani Petani Peserta SL-PTT dan Non SL-PTT
Penggunaan input produksi pada kegiatan usahatani merupakan hal yang
sangat penting karena akan mempengaruhi produksi yang dihasilkan.
Penggunaan input yang dianalisis meliputi penggunaan benih, pupuk, pestisida
dan tenaga kerja. Gambaran penggunaan input pada usahatani padi sawah
petani SL-PTT dan non SL-PTT dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Penggunaan sarana produksi dan pendapatan petani SL-PTT dan Non SL-PTT di Provinsi Bengkulu Tahun 2013
No Uraian Satuan Petani SL-PTT Petani Non SL-PTT
1. Benih Kg/Ha 43,64 57,56
2. Pupuk Kg/Ha
- Urea 159,07 159,69
- SP 36 58,47 61,90
- NPK 158,39 117,52
3. Pestisida ml/Ha 439,77 672,00
4. Tenaga Kerja HOK/Ha 13,37 16,49
5. Produksi Ton/Ha/MT 4,64 3,03
6. Penerimaan (R) Rp/Ha/MT 17.291.647,- 10.374.143,-
7. Biaya input (C) Rp/Ha/MT 7.552.561,- 6.271.486,-
8. Pendapatan (B) Rp/Ha/MT 9.628.137,- 4.102.657,- Sumber: Data primer diolah, 2013
Secara umum jumlah input yang digunakan oleh petani SL-PTT lebih
sedikit bila dibandingkan dengan petani non SL-PTT kecuali input pupuk NPK.
Jumlah penggunaan benih memang masih belum sesuai dengan rekomendasi
yaitu 25 kg/ha, namun penggunaan benih petani SL-PTT 24,19% lebih sedikit
dibandingkan dengan petani non SL-PTT. Jumlah penggunaan input benih yang
masih belum sesuai dengan rekomendasi ini dikarenakan petani masih terbiasa
melakukan penyemaian benih dalam jumlah yang banyak dengan harapan tidak
akan terjadi kekurangan bibit bila saat tanam tiba.
Penggunaan pupuk urea, SP 36 dan NPK petani SL-PTT dan Non SL-PTT
pada umumnya tidak memiliki yang signifikan. Hanya penggunaan pupuk NPK
petani SL-PTT 34,78% lebih banyak dibandingkan dengan petani Non SL- PTT.
Meningkatnya penggunaan pupuk majemuk oleh petani SL-PTT karena petani
berusaha melakukan pemupukan secara berimbang. Dengan menggunakan
13
pupuk majemuk petani berharap jumlah hara yang dibutuhkan oleh lahan
usahatani mereka telah terpenuhi.
Pupuk merupakan salah satu sarana produksi pertanian yang penting
dalam meningkatkan produksi tanaman. Penggunaan pupuk diusahakan secara
efisien dan berimbang karena akan meningkatkan efisiensi pemupukan, produksi
tanaman, mampu menghemat pupuk dan devisa negara, dalam jangka panjang
dapat mengurangi pencemaran lingkungan (Hartatik dan Setyorini, 2008). Secara
umum penggunaan pupuk oleh petani belum sesuai anjuran, hal ini disebabkan
rendahnya pengetahuan petani tentang pupuk dan waktu pengaplikasian yang
tidak tepat. Selain itu faktor ketersediaan ditingkat petani dan harga pupuk juga
ikut mempengaruhi jumlah pupuk yang digunakan (Hamdan, 2012).
Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dengan pola
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) juga mampu menurunkan jumlah pengunaan
pestisida pada petani SL-PTT. PHT yang merupakan pendekatan berbasis terapan
mengintegrasikan berbagai praktek untuk mengendalikan hama. OPT tidak hanya
dikendalikan dengan penggunaan bahan kimia namun pengendalian juga
dilakukan dengan menggunakan bahan alami atau dikendalikan secara biologi
dan teknis. Pengendalian dengan pestisida merupakan pilihan terakhir bila
serangan OPT berada diatas ambang ekonomi. Hal inilah yang mengakibatkan
penggunaan pestisida petani SL-PTT lebih kecil dibandingkan dengan petani Non
SL-PTT.
Penggunaan input tenaga kerja pada petani SL-PTT lebih rendah 12,44%
dibandingkan dengan petani Non SL-PTT. Petani Non SL-PTT rata-rata
mengusahakan usahataninya secara konvensional dimana tujuan usahataninya
lebih kepada pemenuhan kebutuhan bahan pangan bukan peningkatan produksi
ataupun komersial sehingga dalam tahapan budidayanya petani Non SL-PTT
tidak memperhitungkan efisiensi waktu dalam tahapan budidayanya seperti
persiapan lahan dan kegiatan lainnya. Dibandingkan dengan faktor produksi
lainnya, tenaga kerja merupakan faktor terpenting. Aplikasi teknologi varietas
unggul, pupuk dan irigasi dapat mendorong aplikasi tenaga kerja sehingga usaha
tani padi bersifat padat tenaga kerja (Rusastra IW dan Suryadi, 2004)
Peningkatan produksi dan penurunan biaya input tentu saja
mengakibatkan jumlah pendapatan petani SL-PTT lebih tinggi dibandingkan
dengan petani non SL-PTT karena jumlah produksi dan jumlah biaya input
14
merupakan faktor utama penentu besar kecilnya pendapatan usahatani. Hal ini
sama dengan beberapa hasil penelitian sejenis seperti penelitian Nurbaeti et
all.,(2006) di Kabupaten Sumedang menunjukkan bahwa penerapan PTT dapat
meningkatkan hasil panen (GKP) sebanyak 15% dan juga meningkatkan efisiensi
masukan input terutama dalam penggunaan benih dan pupuk masing-masing 35-
40% dan 30-66%. Fachrista (2012) mengemukakan bahwa penerapan PTT di
Bangka Belitung meningkatkan produktivitas sebesar 0,5-1 ton/ha. Selanjutnya
penelitian Adnyana dan Kariyasa (2006) di Propinsi Sumatera Utara, Jawa Timur,
Bali dan Nusa Tenggara Barat menyatakan bahwa penerapan PTT meningkatkan
keuntungan petani pada MK I masing-masing sebesar 15,2-25,1%;11,61-
1,9%;3,7-18,0% dan 7,1-10,9%.
Apabila produksi dan jumlah input petani peserta SL-PTT dibandingkan
dengan produksi dan jumlah input yang mereka gunakan pada saat sebelum
mengenal program SL-PTT ternyata juga menunjukkan perbedaan yang nyata.
Nilai R/C ratio usahatani padi sawah mereka yang diusahakan dengan
menerapkan komponen PTT lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum mereka
menerapkan komponen PTT. Artinya usahatani padi sawah mereka yang dikelola
dengan menerapkan komponen PTT lebih layak dan menguntungkan
dibandingkan dengan tidak menerapak komponen PTT.
Tabel 3. Gambaran Usahatani Petani Peserta SL-PTT sebelum dan sesudah penerapan komponen PTTdi Kabupaten Seluma dan Bengkulu Tengah
Uraian Satuan
Kabupaten Seluma Kabupaten Bengkulu Tengah
Sebelum PTT
Setelah PTT Sebelum PTT
Setelah PTT
Benih Kg/Ha 70,40 37,75 80,19 46,47
Pupuk Kg/Ha
-Urea 116,46 203,07 44,11 90,48
-SP 36 52,56 81,37 7,52 25,06
-KCl 5,52 14,856 0 6,27
-NPK Phonska 44,52 217,57 88,72 245,61
-Pupuk kompos 0,00 316,29 0 252,63
Tenaga kerja HOK/Ha 125,64 125,64 97,61 97,61
Produksi Ton/Ha/MT 3,42 5,08 2,87 4,47
Penerimaan (R) Rp/Ha/MT 11.554.552 17.139.262 8.619.602,58 13.415.782,31
Total Biaya (C) Rp/Ha/MT 7.062.642 8.050.761 4.826.466 5.580.050
Pendapatan (B) Rp/Ha/MT 4.491.910 9.088.500 3.793.136,41 7.835.732,19
R/C 1,64 2,13 1,78 2,40
Sumber: data primer diolah, 2013
15
4.3. Pengetahuan dan Adopsi Komponen Teknologi PTT
Pengetahuan adalah adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh
manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang
menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang
belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Adopsi komponen PTT dapat
diartikan sebagai komponen PTT yang telah dilaksanakan oleh petani. Menurut
Soekartawi (2005) terdapat lima tahapan yang dilalui oleh petani dalam
mengadopsi suatu inovasi, yakni: (i) tahap kesadaran dengan mengetahui
informasi yang masih bersifat umum, (ii) tahap menaruh minat dengan
mengumpulkan dan mencari informasi dari berbagai sumber, (iii) tahap evaluasi
yaitu dengan mempetimbangkan lebih lanjut apakah minatnya diteruskan atau
tidak, (iv) tahap mencoba menerapkan dalam skala kecil, dan (v) tahap adopsi
dengan menerapkan di lahan skala yang lebih luas. Pengetahuan dan adopsi
komponen PTT petani SL PTT dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Pengetahuan dan adopsi komponen PTT padi sawah pada petani SL PTT di Provinsi Bengkulu
Secara umum semua komponen PTT telah diketahui dan dilaksanakan
oleh semua petani peserta SL-PTT (> 50%) walau memang tidak semua
komponen PTT yang diketahui mereka terapkan dalam usahatani. Tidak
diterapkannya komponen PTT yang diketahuinya tersebut disebabkan oleh
berbagai faktor seperti ketersediaan sarana dan prasarana, modal usaha serta
kendala teknis. Komponen dasar yang diketahui petani namun banyak tidak
79.41 79.41
61.76
76.47 76.47
91.18
76.47
58.82 61.76
94.12
73.53 73.53
52.94
70.59 70.5976.47
67.65
55.88 58.82
0102030405060708090
100P
e
r
s
e
n
t
a
s
e
Komponen PTT
Tahu
Melaksanakan
16
mereka laksanakan adalah penggunaan pupuk berimbang. Hal ini disebabkan
karena penghitungan kebutuhan pupuk tanaman dan status hara tanah hanya
dapat dilakukan dengan menggunakan Bagan Warna Daun (BWD), Perangkat Uji
Tanah Sawah (PUTS) atau diuji langsung di Laboratorium Tanah. Keterbatasan
alat yang dimiliki oleh petani dan jauhnya akses ke Laboratorium membuat
petani melakukan pemupukan sesuai dengan inisiatifnya sendiri dan sesuai
dengan dana yang dimilikinya.
Komponen pilihan yang diketahui namun tidak dilaksanakan terbanyak
adalah penggunaan bibit muda. Komponen PTT ini sulit diterapkan karena
menurut petani bila bibit ditanam terlalu muda maka akan terjadi serangan hama
keong yang dapat merusak tanaman mereka. Namun demikian komponen pilihan
untuk pengelolaan panen dan pasca panen. Penanganan panen dan pasca panen
menurut mereka akan memberikan hasil yang optimal karena dengan
penanganan yang baik akan mengurangi kehilangan hasil produksi.
Komponen PTT padi sawah selain diketahui dan diadopsi oleh petani
peserta SL-PTT juga diketahui dan diadopsi oleh petani yang bukan menjadi
peserta program SL-PTT. Mereka mengetahui komponen PTT tersebut dari
berbagai sumber misalnya informasi dari Penyuluh Pertanian, sesama petani dan
melihat aplikasi komponen PTT di lahan sawah petani lain. Pengetahuan dan
adopsi komponen PTT padi sawah pada petani Non SL-PTT di Provinsi Bengkulu
dapat dilihat pada gambar 2.
17
Gambar 2. Pengetahuan dan adopsi komponen PTT padi sawah pada petani Non SL-PTT di Provinsi Bengkulu
Komponen dasar yang paling banyak diketahui dan dilaksanakan oleh
petani Non SL-PTT adalah perlindungan tanaman dari OPT berdasarkan prinsip
dan strategi PHT. Informasi mengenal PHT diperoleh petani dari Penyuluh
Pertanian Lapangan (PPL) yang bertugas di desa mereka. Perlindungan tanaman
dengan prinsip PHT diajarkan oleh PPL dikarenakan dibeberapa lokasi telah
terjadi resurjensi atau resistensi OPT akibat petani menggunakan dosis pestisida
yang berlebihan dalam melindungi tanaman mereka.
Komponen pilihan penanganan panen dan pasca panen menjadi
komponen dasar yang paling banyak diketahui dan dilaksanakan oleh petani.
Hampir sama dengan petani SL PTT alasan utama mereka memilih komponen ini
untuk dilaksanakan karena dengan penanganan panen dan pasca panen yang
benar maka akan mengurangi kehilangan hasil produksi. Bila kehilangan hasil
produksi bisa diminimalisir maka kerugian dapat diminimalisir pula.
4.4. Sebaran SL-PTT di Provinsi Bengkulu
Luas sebaran SL-PTT komoditas padi di Provinsi Bengkulu sebanyak
69.200 ha yang tersebar di 9 kabupaten dan 1 kota. Sebaran lokasi
pendampingan SL-PTT di Bengkulu dapat dilihat pada Tabel 3.
18.18 18.18
4.55
45.45 40.9136.36
18.18
27.2722.73
59.09
22.7318.18
50
36.36
40.91
31.82 31.82
68.18
01020304050607080P
e
r
s
e
n
t
a
s
e
Komponen PTT
Tahu
Melaksanakan
18
Tabel 3. Sebaran Program SL-PTT di Provinsi Bengkulu
No Kabupaten Sebaran SL-PTT Luas Lahan Sawah Baku
1 Bengkulu Tengah 4.000 7.624
2 Seluma 12.800 20.150
3 Kaur 6.100 7.870
4 Rejang Lebong 7500 9.704
5 Bengkulu Selatan 8000 11.290
6 Muko-Muko 6700 9.418
7 Lebong 6.000 10.270
8 Kota Bengkulu 2.800 2.789
9 Kepahiang 3.000 5.287
10 Bengkulu Utara 12.300 15.300
Jumlah 69.200 99.702
Sumber : data primer 2013 diolah
Berdasarkan tabel 3 di atas, jumlah sebaran SL-PTT di Provinsi Bengkulu
sudah mencapai 68,41 % dari total luas lahan sawah baku di Provinsi Bengkulu.
Kabupaten yang paling luas sebaran SL-PTT adalah Kabupaten Seluma dan
Bengkulu Utara dengan masing-masing sebaran mencapai 12.800 ha dan 12.300
ha. Disamping itu juga kedua kabupaten tersebut merupakan kabupaten yang
paling luas lahan sawah bakunya yaitu 20.150 ha dan 15.300 ha. Kegiatan SL-
PTT tahun 2013 dalam rangka meningkatkan produksi padi untuk mengamankan
penyediaan pangan melalui penyediaan komoditi padi dalam jumlah cukup,
berkualitas baik dan kontinuitas produksinya terjamin melalui peningkatan
produksi, produktivitas dan pengembangan padi di Provinsi Bengkulu yang
bertujuan :
1. Untuk memperkenalkan teknologi baru kepada petani dimana nantinya
diharapkan dapat ditransferkan kepada petani sekitar-nya.
2. Sarana promosi kepada para petani pada daerah-daerah SL-PTT Padi
sentra-sentra kawasan pengembangan padi dengan menerapkan sistem
agribisnis secara utuh yang mampu mendorong dan menjadi contoh
untuk pertumbuhan kawasan-kawasan produksi yang baru dan
memantapkan sentra-sentra produksi yang telah ada.
3. Mendorong tumbuh dan tersedianya fasilitas prasarana dan sarana yang
diperlukan untuk mendukung pengembangan dan penerapan sistem
agribisnis pada kegiatan usahatani yang dilakukan masyarakat.
19
4. Mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi perdesaan dengan
masukan modal, teknologi, manajemen dan akses pasar melalui pola-pola
kemitraan antara petani dengan swasta/BUMN/Koperasi dalam upaya
pengembangan dan penerapan sistem agribisnis dan agroindustri.
5. Menyiapkan sumber daya petani untuk tahu, mau dan mampu menerapkan
prinsip-prinsip agribisnis secara utuh dalam melaksanakan usahatani
sehingga terciptanya petani-petani sebagai wiraswata agribisnis skala
kecil, menengah dan bila mungkin skala besar.
6. Meningkatkan produksi padi untuk mengamankan penyediaan pangan
melalui penyediaan komoditi padi dalam jumlah cukup, berkualitas baik
dan kontinuitas produksinya terjamin melalui peningkatan produksi,
produktivitas dan pengembang padi.
4.5. Kinerja Kelembagaan Penentu Kebijakan Tingkat Provinsi dan Kabupaten dalam mendukung SL-PTT
Untuk meningkatkan sinergi dan koordinasi dalam rangka pelaksanaan
peningkatan program P2BN, dibentuk Tim Pembina di Tingkat Provinsi, dan
Tim Pelaksana di Tingkat Kabupaten/Kota. Untuk meningkatkan efektivitas
pelaksanaan tugas tim pembina dan tim pelaksana ada mekanisme dan tata
hubungan kerja antara kelembagaan teknis, kelembagaan penelitian dan
pengembangan, dan kelembagaan penyuluhan pertanian mulai dari tingkat
provinsi, kabupaten/kota dan kecamatan. Mekanisme dan tata hubungan kerja ini
dimaksudkan untuk memberikan acuan bagi kelembagaan teknis, kelembagaan
penelitian dan pengembangan, serta kelembagaan penyuluhan pertanian di
provinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan dalam mendukung program P2BN.
Di Provinsi Bengkulu sudah terbentuk kelembagaan baik untuk tim
pembina maupun tim pelaksana yang mengacu pada pelaksanaan Permentan No.
45 Tahun 2011. Masing-masing dinas/instansi masih melaksanakan tupoksinya
secara parsial, sehingga koordinasi dan sinergitas belum berjalan secara optimal.
20
Tabel 4. Persentase Pelaksanaan Tugas Tim Pembina P2BN tingkat Provinsi Bengkulu.
No Instansi Persentase Pelaksanaan Tugas
1 Dinas Pertanian 66,76
2 BPTP 83,33
3 Bakorluh 60,00 Sumber : data primer 2013 diolah
Berdasarkan tabel 4 maka dapat dilhat bahwa rata-rata pelaksanaan
tugas sesuai dengan permentan 45 tahun 2011 dari masing-masing instansi
sudah mencapai rata-rata 70 %. Masing-masing dinas/instansi pelaksana
program P2BN harus memahami mekanisme dan tata hubungan kerja antar tim
serta tugas yang harus disinergikan secara harmonis. Lemahnya koordinasi antar
penentu kebijakan berdampak pada pelaksanaan SL-PTT di tingkat lapangan.
Sinergitas yang harmonis akan berdampak terhadap meningkatnya kinerja yang
signifikan dari masing-masing dinas/institusi maupun tim dalam mewujudkan
pertumbuhan dan peningkatan produksi padi.
Untuk meningkatkan koordinasi dan sinergitas program dan kegiatan
antara dinas teknis pertanian yang membidangi tanaman pangan, peneliti
pendamping (LO) dan Kelembagaan Penyuluhan di tingkat kabupaten/kota maka
masing-masing instansi mempunyai tugas sesuai dengan permentan 45 tahun
2011 seperti tabel 5.
Tabel 5. Tugas Dinas Pertanian sesuai dengan Permentan 45 Tahun 2011 di Kabupaten Seluma, Lebong dan Bengkulu Utara.
No Uraian Tugas Seluma Lebong Utara
1 Merencanakan dan Menetapkan target
produksi padi dengan adanya SL-PTT
1 0 1
2 Produksi sebelum SL-PTT 0 0 0
3 Target Produksi Selama program SL-PTT 1 0 1
4 Realisasi produksi selama program SL-PTT 1 1 1
5 Target Produksi setelah program SL-PTT 0 0 0
6 Apakah ada matrik program yang disusun
selama kegiatan SL-PTT
0 0 1
7 Melaksanakan program/kegiatan berdasarkan matrik program
0 0 0
8 Koordinasi dalam satu tahun dengan tim
pelaksana di tingkat kabupaten
1 1 1
9 Menetapkan kebutuhan sarana produksi 1 1 1
10 Perencanaan saprodi sesuai dengan kebutuhan
di lapang
1 1 1
21
No Uraian Tugas Seluma Lebong Utara
11 Kendala dalam pengadaan saprodi 1 1 1
12 Apakah pengadaan saprodi sesuai dengan 6
prinsip tepat (waktu, tempat, jumlah, dosis, harga dan kualitas)
0 0 0
13 Sudah menerapkan rekomendasi teknologi
spesifk lokasi
0 0 0
14 Apakah dinas membuat/mencetak lahan sawah
baru selama kegiatan SL-PTT
1 0 1
15 Menyiapkan laporan pelaksanaan peningkatan produksi padi
1 1 0
16 Laporan pelaksanaan SL-PTT 1 1 1
17 Menyusun laporan tim Pelaksana 0 0 0
Jumlah 10 7 10
Nilai 0.59 0.41 0.59
Persentase (%) 58.82 41.18 58.82
Sumber: data primer 2013 diolah
Berdasarkan tabel 5 di atas ketiga kabupaten telah melaksanakan tugas
dengan baik walaupun masih banyak tugas yang belum dilaksanakan seperti
penetapan produksi sebelum SL-PTT, menetapkan target produksi setelah
program SL-PTT, tidak membuat matrik program yang disusun selama kegiatan
SL-PTT, tidak melaksanakan program/kegiatan berdasarkan matrik program,
tidak berjalannya pengadaan saprodi sesuai dengan 6 prinsip tepat (waktu,
tempat, jumlah, dosis, harga dan kualitas) sebagai contoh pupuk bersubsidi
dimana saat musim tanam langka di pasaran kalaupun ada harganya jauh di atas
harga subsidi (HET), tidak menerapkan rekomendasi teknologi spesifk lokasi, dan
tidak pernah menyusun laporan tim pelaksanaan SL-PTT tingkat kabupaten.
Kelembagaan pelayanan pertanian seperti permodalan, penyuluhan,
penelitian dan informasi masih lemah dan tersekat-sekat menurut sektoral atau
sub sektoral. Disamping itu perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi ke
desentralisasi banyak personil penyuluh di lapangan masuk ke jajaran struktural,
hal ini mengakibatkan berkurangnya jumlah petugas lapangan yang merupakan
unsur terdepan dan terpenting dalam pembangunan pertanian.
22
Koordinasi antara Dinas Pertanian, BP4K dan Peneliti Pendamping tidak
berjalan baik sesuai dengan permentan 45 tahun 2011. Selama ini masing-
masing penentu kebijakan berjalan sesuai dengan tupoksi mereka atau berjalan
sendiri-sendiri.
Tabel 6. Tugas BP4K sesuai dengan permentan 45 Tahun 2011 di Kabupaten Seluma, Lebong dan Bengkulu Utara.
No Uraian Tugas Seluma Lebong Utara
1 Menyusun programa penyuluhan untuk mendukung
program SL-PTT
1 1 1
2 Menyusun materi penyuluhan untuk mendukung program SL-PTT
1 0 0
3 Menyebarluaskan teknologi spesifik lokasi yang direkomendasikan oleh BPTP
0 0 0
4 Menugaskan penyuluh pertanian untuk mendukung program SL-PTT
1 1 1
5 Melaksanakan penyuluhan melalui media cetak dan elektronik
0 1 1
6 Melakukan pelatihan di tingkat BPP dalam rangka mendukung program SL-PTT
0 0 0
7 Menetapkan lokasi demplot, demfarm di lokasi SL-PTT 1 1 0
8 Merencanakan dan melaksanakan pertemuan dengan petani, temu teknis dan temu tugas
1 1 1
9 Melakukan seleksi dan mengusulkan calon penerima penghargaan bagi penyuluh dan petani berprestasi yang berhasil meningkatkan produksi padi
0 0 0
Jumlah 5 5 4
Nilai 0.56 0.56 0.44
Persentase (%) 55.56 55.56 44.44
Gerakan peningkatan produksi beras nasional (P2BN) merupakan alat
(instrument) untuk mengusahakan agar petani secara massal mau dan mampu
melaksanakan penerapan teknologi baru dengan pendekatan pengelolaan
tanaman sumberdaya terpadu. Kegiatan penyuluhan pertanian diarahkan untuk
meningkatkan produktivitas dan pendapatan usahatani melalui pemasyarakatan
teknologi sesuai dengan anjuran, meningkatkan kemampuan kelompok tani,
serta kelembagaan pedesaan lainya dengan pola agribisnis. Kendala yang
dihadapi BP4K adalah jumlah penyuluh masih kurang/belum sesuai dengan
jumlah desa/kelurahan, banyak tenaga penyuluh yang alih fungsi ke struktural,
pengangkatan baru (formasi PP) ditempatkan diluar lembaga penyuluhan dan
banyak yang sudah hampir pensiun dan bertempat tinggal di luar lokasi desa
binaan. Selain hal tersebut masalah yang di hadapi BP4K adalah tidak
tersedianya anggaran untuk membuat bahan penyuluhan, tidak tersedianya
bahan materi yang mendukung program SL-PTT.
23
V. KESIMPULAN
1. Pelaksanaan Program SL-PTT di Provinsi Bengkulu telah mampu
meningkatkan produksi padi sebanyak 13,66% atau dari 484.594 ton (2009)
menjadi 550.792 ton (2012).
2. Jumlah input yang digunakan oleh petani SL-PTT lebih sedikit bila
dibandingkan dengan petani non SL-PTT.
3. Secara umum semua komponen PTT telah diketahui dan dilaksanakan oleh
semua petani peserta SL-PTT (> 50%) walaupun tidak semua komponen
PTT yang diketahui mereka terapkan dalam usahatani.
4. Jumlah sebaran SL-PTT di Provinsi Bengkulu sudah mencapai 68,41 % dari
total luas lahan sawah baku di Provinsi Bengkulu.
5. Kinerja Kelembagaan Penentu Kebijakan Tingkat Provinsi dan Kabupaten
dalam mendukung SL-PTT rata-rata sudah mencapai 55 %.
24
DAFTAR PUSTAKA
Biro Pusat Statistik Provinsi Bengkulu. 2010. Bengkulu dalam angka tahun 2010.
Choiritunnisa, Sutarto, dan Supanggyo. 2008. Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani dengan Tingkat Penerapan Model Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah di Desa Joho Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.Jurnal Agritexts No 24
Kustiyanto. 2001. Kriteria seleksi untuk sifat toleran cekaman lingkungan biotik dan abiotik. Makalah Penelitian dan Koordinasi pemuliaan Partisipatif (Shuttle Breeding) dan Uji Multilokasi. Sukamandi.
Mubyarto. 1993. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta
Ditjen Tanaman Pangan. 2009. Pedoman Umum: Peningkatan Produksi dan Produktivitas Padi, Jagung, dan Kedelai melalui pelaksanaan SL-PTT. Dirjen Tanaman Pangan. 72 p.
Puslitbangtan, 2009. Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT. Kerjasama Puslitbangtan, BBP2TP, BPTP Jawa Barat dan BPTP Bali. 20 p.
Rakhmat,J. 2001. Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi. PT. Remaja Rosdakarya.Bandung
Rangkuti, F. 2008. Analisis SWOT – Teknik Membedah Kasus Bisnis. Cetakan kelimabelas. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Rosman. 2000.Tingkat Produktfitas Kerja Terhadap Umur Petani di Indonesia. Jurnal Pertanian No 87 :12-19
Sembiring, H. dan Abdulrahman, H. 2008. Filosofi dan Dinamika Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah. BB Penelitian Padi sawah. Sukamandi.
Sevilla, C.G., J.A. Ochave, T.G. Punsalan, B.P. Regala dan G.G. Uriarte. 1993. Pengantar Metode Penelitian. UI Press. Jakarta
Simatupang, P. 2003. Analisis Kebijakan : Konsep Dasar dan Prosedur Pelaksanaan dalam Analisis Kebijakan Pertanian (Agricultural Policy Analysis) Volume I Nomor 1. Maret 2003
Singarimbun, M. 1989. Metode dan Proses Penelitian. Dalam Singarimbun, M. dan S. Effendi (pnyt) Metode Penelitian Survai. Cetakan Kedua. LP3ES. Jakarta.
Soekartawi. 2005. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Universitas Indonesia Press. Jakarta
Yulianto, G. 2009. Evaluasi Dampak Penyuluhan Pertanian di Kecamatan
Imogiri Kabupaten Bantul. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Volume 5, Nomor 2, Desember 2009. STPP Magelang.
25
ANALISIS RISIKO
Analisis risiko diperlukan untuk mengetahui berbagai risiko yang
mungkin dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan diseminasi/pendampingan.
Dengan mengenal risiko, penyebab, dan dampaknya maka akan dapat disusun
strategi ataupun cara penanganan risiko baik secara antisipatif maupun
responsif. Daftar risiko dan penangannya disusun seperti tabel berikut.
Tabel 7. Risiko, penyebab, dan dampaknya terhadap pelaksanaan pengkajian Analisis Kebijakan Tahun 2013
No. Risiko Penyebab Dampak
1. Data yang diperoleh kurang lengkap
Informasi yang diberikan responden kurang valid
Alternatif rekomendasi yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang seharusnya
Tabel 8. Risiko, penyebab, dan Penanganannya dalam pelaksanaan pengkajian Analisis Kebijakan Tahun 2013
No. Risiko Penyebab Penanganan risiko
1. Data yang diperoleh kurang lengkap
Informasi yang diberikan responden kurang valid
Melakukan validasi terhadap data yang diperoleh
26
JADWAL KERJA
No Uraian Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Studi literatur X X
2 Penyusunan ROPP, seminar ROPP serta perbaikan ROPP
X X
3 Penyusunan kuesioner survei X
4 Koordinasi persiapan survei dengan petugas instansi terkait, petugas lapangan, dan kelompok tani
X X
5 Penjelasan pengisian kuesioner X
6 Survei pendahuluan untuk pretest kuesioner survei (10 responden)
X
7 Perbaikan kuesioner survei X
8 Survei pada 3 kabupaten lokasi Program SL-PTT Spesifik Lokasi yaitu Kabupaten Bengkulu Tengah Seluma, Bengkulu Utara dan Lebong
X X X
9 Entry, validasi, pengolahan dan interpretasi data hasil survei
X
10 Sosialisasi hasil survei di kabupaten X
11 Penyusunan laporan tengah tahun dan laporan akhir tahun
X X
27
PEMBIAYAAN
a. Rencana Anggaran Belanja (RAB)
No Jenis Pengeluaran Vol Harga Satuan
(Rp.000)
Biaya (Rp.000)
1 Belanja Bahan (521211) 22.131
ATK kegiatan, komputer suply dan pelaporan
1 pkt 6.781 6.781
Bahan pengkajian dan pendukung lainnya, penggandaan dan laminasi
1 pkt 11.850 11.850
Konsumsi dalam rangka sosialisasi,
Focus Group Discussion, pertemuan
70 oh 50 3.500
2 Honor Output Kegiatan (521213) 2.800
Honor petani sampel 80 OH 35 2.800
3 Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Dalam Kota (524114)
6.500
Akomodasi dalam rangka sosialisasi, Focus Group Discussion, pertemuan
2 kali 3.250 6.500
4 Belanja Sewa (522141) 5.000
Sewa kendaraan 10 hr 500 5.000
5 Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota (DN) (524119)
53.800
Perjalanan persiapan, pelaksanaan pengkajian
120 OP 365 43.800
Perjalanan luar propinsi, konsultasi, seminar, ekspose
2 OP 5.000 10.000
Jumlah 90.231
b.Realisasi Anggaran
No Jenis Pengeluaran Realisasi Anggaran
(Rp)
Persentase Keuangan
(%)
Persentase Fisik (%)
1 Belanja Bahan (521211) 16.197.800 37,02 100
ATK kegiatan, komputer suply dan pelaporan
6.737.500 99,00 100
Bahan pengkajian dan pendukung lainnya, penggandaan dan laminasi
7.215.300 61,90 100
Konsumsi dalam rangka sosialisasi, Focus Group Discussion, pertemuan
2.245.000 64,29 100
2 Honor Output Kegiatan (521213) 2.800.000 100 100
Honor petani sampel 2.800.000 100 100
3 Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Dalam Kota (524114)
6.500.000 100 100
Akomodasi dalam rangka sosialisasi, Focus Group Discussion, pertemuan
6.500.000 100 100
4 Belanja Sewa (522141) 4.900.000 98,00 100
Sewa kendaraan 4.900.000 98,00 100
5 Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota (DN) (524119)
51.935.400 97,00 100
Perjalanan persiapan, pelaksanaan pengkajian
42.511.500 97,00 100
Perjalanan luar propinsi, konsultasi, seminar, ekspose
9.423.900 94,00 100
Total 83.541.700 91,25 100
28
PERSONALIA
No
Nama/NIP Jabatan Fungsional/Bidang
keahlian
Jabatan dalam
Kegiatan
Uraian Tugas Alokasi Waktu (Jam
/minggu)
1 Emlan Fauzi, SP Peneliti Pertama/Sosek
Penanggung jawab
- Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan penelitian
- Menyusun RPTP, ROPP, Juknis, dan kuesioner
- Melakukan koordinasi dan survey
- Melakukan validasi dan interpretasi data
5
2 Dr. Ir. Dedi Sguandi, MP
Peneliti Madya/Sosek
Anggota - Mengkoordinir Seluruh Kegiatan
5
3 Dr. Rudi Hartono, SP,MP.
Peneliti Muda/Sosek Anggota - Menyusun RPTP, ROPP, Juknis, dan kuesioner
- Melakukan koordinasi dan survey
5
4 Andi Ishak, MSi Peneliti Muda/Sosek Anggota - Menyusun RPTP, ROPP, Juknis, dan kuesioner
- Melakukan koordinasi dan survey
5
5 Hamdan, SP, MSi
Peneliti Pertama/Sosek
Anggota - Melakukan survey - Melakukan entry
dan pengolahan data
10
6 Alfayanti, SP Calon Peneliti/Sosek Anggota - Membuat laporan bulanan kegiatan
- Melakukan survey - Melakukan entry
dan pengolahan data
10
7 Wawan Eka Putra, SP
Calon Peneliti/Sosek Anggota - Mengurusi pengadaan bahan pengkajian
- Melakukan survey - Melakukan entry
dan pengolahan data
10
8 Bastian Administrasi Anggota - Membantu administrasi kegiatan
- Membantu pelaksanaan survei
10
30
Lampiran 1. Dokumentasi kegiatan
Pengambilan data awal mengenai kegiatan SL-PTT di Bengkulu Tengah melalui
wawancara dengan PPTK Tanaman Pangan Kabupaten Bengkulu Tengah ,Joko
Santoso, SP (kiri) dan Diskusi penentuan calon lokasi survei kegiatan Analisis Kebijakan Dengan Kabid Pertanian Dsnakbun Kabupaten Seluma, Ir. Midi
Hermantono (kanan)
Koordinasi dengan Ketua Gapoktan Rimbo Jaya (kiri) dan ketua Kelompok Tani Harapan Maju (Kanan) Desa Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan Kabupaten Seluma
Koordinasi dengan Ketua Gapoktan Rimbo Jaya (kiri) dan ketua Kelompok Tani Harapan Maju (Kanan) Desa Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan Kabupaten
Seluma.
Pelaksanaan Survei di Kabupaten Seluma
31
Wawancara dan diskusi dengan Kepala BP4K Kabupaten Seluma dan Kabid
Tanaman Pangan Kabupaten Lebong Mengenai Pelaksanaan SL-PTT sesuai dengan permentan 45 tahun 2011
Wawancara dan diskusi dengan Kepala Bidang Kelembagaan BP4K Kabupaten
Bengkulu Utara dan survey di tingkat Petani pelaksana SL-PTT dan non SL-PTT di Kabupaten Bengkulu Utara