analisis hubungan penggunaan pil kb dengan kejadian hipertensi pada wanita

Upload: devyan22

Post on 14-Oct-2015

27 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

abstrak

TRANSCRIPT

T|~x \|t{ANALISIS HUBUNGAN PENGGUNAAN PIL KB DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA WANITA USIA SUBUR DI KECAMATAN TOMBARIRIPaul A.T. Kawatu*, Grace E.C. Korompis*, B.H.R. Kairupan**, Gaby G. Langi** Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi** Fakultas Kedokteran Universitas Sam RatulangiABSTRACTThe hypertension is factor of risk happen the cardio-vasculer disease and as the disease of number one killer in the world, including Indonesia. The result of basic health research (Riskesdas) in 2007 showed that the prevalence of hypertension is 31.7 % took the first degree of new communicable disease in Indone- sia. The hypertension has multi factorials where one of the factor the risk is used of medicine included pill KB. This research was done to knew the relationship between using of pill KB with hypertension to the growth age of woman working area of Local govern- ment Clinic Tanawangko, Tombariri sub-district.This research was analytic observational research with the case control study. The population of research is the growth age of woman in working area of Local government clinic Tanawangko with the sample was90 people which consist 45 case group and 45 control group. The data took by using sphygmomanometer of liquid and stethoscope. Bivarat analyzes used test of chi square and continued by fishers exact test.The result of this research showed that using of pill KB by the respondent of case group is 22,2 % and control group is 2,2 % and the long of using pill KB 35 Tahun2555,61226,73741,1

Tempat Tinggal(Desa)Ranowangko817,8511,11314,4

Sarani Matani48,99201314,4

Borgo24,448,966,7

Tambala1226,71533,32730

Senduk36,748,977,8

Mokupa613,312,277,8

Poopoh36,724,455,6

Teling48,936,777,8

Kumu24,412,233,3

Pinasungkulan12,212,222,2

PekerjaanIbu Rumah Tangga (IRT)2555,63373,35864,4

Pegawai Negeri Sipil (PNS)48,924,466,7

Swasta/Karyawan920715,61617,8

Wiraswasta715,636,71011,1

Penghasilan

Rata-rata Ke-luarga per Bu-< Rp. 1.250.0003168,91533,34651,1

lan

Rp. 1.250.0001431,13066,74448,9

Berdasarkan Tabel 4.1 distribusi responden berdasar- kan karakteristik umur diketahui bahwa paling banyak responden (48,9%) berada pada kelompok umur 21-35 tahun, hampir setengah responden berada pada kelom- pok umur >35 (41,1%) dan hanya 9 responden (10%) yang berada pada kelompok umur 35 tahun dan sebagian besar responden kelompok kontrol (55,6%) berada pada kelompok umur 21-35 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 1 re- sponden yang paling muda memiliki umur 17 tahun berada pada kelompok kontrol, sedangkan responden tertua berjumlah 3 orang dan berusia 49 tahun berada pada kelompok kasus. Pengelompokan umur respon- den berdasarkan usia reproduksi, dimana 35 tahun merupakan usia reproduksi yang ber- isiko sedangkan kelompok umur 21-35 tahun termasuk dalam usia reproduksi sehat. Sebagian besar responden kelompok kontrol (55,6%) berada pada kelompok umur 21-35 tahun, sedangkan sebagian besar respon- den kelompok kasus (55,6%) berada pada kelompok umur >35 tahun. Tingginya kejadian hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur yang disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar, se- hingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding pem- buluh darah menjadi lebih kaku, sebagai akibatnya terjadi peningkatan tekanan darah sistolik (Depkes,

2006).

Distribusi responden berdasarkan desa atau tempat tinggal, diketahui bahwa sebagian besar responden (30,0%) berdomisili di Desa Tambala, dan paling sedikit responden (2,2%) berdomisili di Desa Pi- nasungkulan. Hal ini disebabkan karena Desa Tambala dilakukan pengumpulan data dan pengukuran secara langsung sedangkan Desa Pinasungkulan tidak dilak- sanakan pengumpulan data secara langsung dan re- sponden diperoleh dari hasil kunjungan ke Puskesmas Tanawangko. Responden kelompok kasus (26,7%) dan kontrol (33,3%) paling banyak bertempat tinggal di Desa Tambala.

Berdasarkan pekerjaan, lebih dari setengah responden sebanyak 58 WUS (64,4%) baik dari kelompok kasus maupun kelompok kontrol memiliki pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT), 16 responden pekerja

swasta/karyawan (17,8%), 10 responden pekerja wiras- wasta (11,1%) dan hanya 5 responden (6,7%) yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Pekerjaan yang merupakan tugas yang dilakukan sehari-hari yang dilaksanankan oleh WUS bukanlah merupakan peker- jaan yang ekstrim dan bisa dikatakan hanya sedikit atau tidak memiliki pengaruh terhadap kejadian hipertensi. Ditinjau dari penghasilan rata-rata keluarga per bulan berdasarkan Upah Minimum Provinsi (UMP) Sulawesi Utara tahun 2012 (Rp. 1.250.000), menunjukkan bahwa lebih dari setengah jumlah responden (51,1%) yang terbagi atas kelompok kasus (68,8%) dan kelompok kontrol (33,4%) memiliki penghasilan rata-rata ke- luarga per bulan dibawah UMP, hal tersebut sangat berkaitan erat dengan pekerjaan responden. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa sebagian be- sar responden bekerja sebagai IRT yang artinya se- bagian besar responden tidak memiliki penghasilan sendiri atau hanya bergantung pada penghasilan suami. Diketahui juga bahwa hampir setengah dari jumlah responden (48,9%) memiliki penghasilan lebih dari UMP, dimana persentase kelompok kasus sebanyak

31,1% dan kelompok kontrol sebanyak 66,7%.

B. HipertensiTabel 4.2 Distribusi Kelompok Kasus Berdasarkan

Lama menderita Hipertensi

Lama MenderitaHipertensi Kasusn %

1 yaitu 17,2 (batas atas 79,8 dan batas bawah 3,7) maka dapat dikatakan bahwa wanita usia subur pengguna pil KB di wilayah kerja Puskesmas Tanawangko 17,2 kali lebih berisiko terkena hipertensi dari pada WUS yang tidak menggunakan pil KB sebagai kontrasepsi. Peningkatan tekanan darah yang berujung pada ke- jadian hipertensi akibat penggunaan kontrasepsi oral

1 Tahun 18 90 2 100 20 9,1

< 1 Tahun 2 10 0 0 2 90,9

Jumlah 20 100 2 100 22 100

Berdasarkan Tabel 4.7 diketahui bahwa dari semua responden yang menggunakan pil KB secara rutin, hampir semua responden (90,9%) menggunakan pil KB secara rutin selama 1 tahun, dan hanya 2 respon- den (9,1%) yang menggunakan pil KB secara rutin selama 1 tahun.

D. Hubungan antara Penggunaan Pil KB denganHipertensiPerhitungan menggunakan uji Chi Square dengan ban-

tuan program Statistical Product for Service Solution (SPSS) versi 19 menghasilkan nilai probabilitas sebe- sar 0,000 dengan tingkat kesalahan () 0,05. Berdasar- kan hasil tersebut, dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan pil KB dengan hipertensi pada WUS di wilayah kerja Puskes- mas Tanawangko Kecamatan Tombariri (lihat Tabel

4.8).

Tabel 4.8 Hubungan antara Penggunaan Pil KB den- gan Hipertensi pada WUS

WUS Kasus Kontrol Total pvalue ORn (%) n (%) n (%)

yang salah satunya adalah pil kontrasepsi disebabkan oleh ekspansi volume intravaskuler akibat dari pening- katan sistem renin-angiostensin-aldosteron (Tierney, dkk, 2002). Hasil penelitian tersebut dipengaruhi oleh ketidaktahuan respoden pengguna pil KB bahwa salah satu efek samping dari penggunaan pil KB adalah

hipertensi dan responden yang hipertensi masih terus

menggunakan pil KB sebagai kontrasepsi, hal tersebut tidak sesuai dengan pasal 78 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia tahun 2009 yang menyebutkan bahwa pemerintah bertanggungjawab dan menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan obat dalam memberikan pelayanan keluarga berencana yang aman, bermutu dan terjangkau oleh masyarakat (Anonimous, 2010). Hasil penelitian dari Sugiharto (2007) juga menunjukkan terdapat hubungan antara penggunaan pil KB selama 12 tahun berturut-turut den- gan hipertensi (p=0,004). Hasil perhitungan odd ratio menunjukkan bahwa WUS pengguna pil KB 17,2 kali lebih berisiko terkena hipertensi dari pada WUS yang tidak menggunakan pil KB sebagai kontrasepsi. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa wanita yang meng- gunakan pil KB selama 12 tahun berturut-turut berisiko terkena hipertensi sebesar 5,38 kali dibandingkan orang yang tidak menggunakan pil KB selama 12 tahun bertu- rut-turut (Sugiharto, 2007). Pil KB yang umumnya digunakan di Indonesia adalah pil kombinasi yang ban- yak mengandung hormon estrogen dan hasil penelitian Internasional yang dilakukan pada wanita 15 tahun di

PenggunaanPil KB (+)PenggunaanPil KB (-)

20(44,4) 2 (4,4)25(55,6) 43 (95,6)

22 (24,4)

68 (75,6)

Cina tahun 2010, menunjukkan bahwa terdapat hubun- gan yang signifikan antara hormon estrogen yang ter- kandung dalam kontrasepsi oral dengan hipertensi den- gan p=0,0001 dan OR=1,38 (Chen, dkk, 2010).

Total 45 (100)

45 (100) 90 (100)

p =

0,000

17,2

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan

SPSS versi 19 diperoleh nilai OR yang sama dengan

Tabel 4.9 Hubungan antara Lama Penggunaan Pil KB

d e n g a n H i p e r t e n s i p a d a W U S

p

1. Terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan pil KB dengan hipertensi pada wanita usia subur (WUS) di wilayah kerja Puskesmas

WUS Kasus Kontrol Totaln % n % n %

Peng- guna Pil KB

value

Tanawangko Kecamatan Tombariri dan WUS

pengguna pil KB 17,2 kali lebih berisiko terkena hipertensi dari pada WUS yang tidak menggunakan pil KB sebagai kontrasepsi di wilayah kerja Puskesmas Tanawangko Kecamatan Tombariri.

2. Tidak ada hubungan yang bermakna antara lama 1 18 90 2TahunPeng- 2 10 0gunaPil KB< 1Tahun

100

0

2 9,1

20 90,9

penggunaan pil KB dengan hipertensi pada WUS pengguna pil KB di wilayah kerja Puskesmas Tanawangko Kecamatan Tombariri.

B. Saran1. Bagi Puskesmas TanawangkoTotal 20 100 2 100 22 100 p =1,000Berdasarkan hasil uji Fishers Exact, diperoleh nilai probabilitas yaitu 1.000 (p>0,05) untuk melihat hubungan antara lama penggunaan pil KB dengan hipertensi sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara lamanya penggunaan pil KB dengan Hipertensi pada WUS pengguna pil KB diwilayah kerja Puskesmas Tana- wangko Kecamatan Tombariri. Apabila diuji dengan menggunakan korelasi spearman untuk mengetahui hubungan antara lama penggunaan pil KB dengan te- kanan darah baik sistolik maupun diastolik, diperoleh hasil bahwa tidak ada korelasi antara lama penggunaan pil KB dengan tekanan darah baik sistolik (p=0,689) maupun diastolik (p=0,723) pada WUS pengguna pil KB di wilayah kerja Puskesmas Tanawangko Kecama- tan Tombariri. Hal tersebut tidak sesuai dengan hasil penelitian dari Ayuningtiyas (2011) terhadap ibu-ibu berusia 17-35 tahun (masih tergolong WUS) di Pusk- esmas Kartasura yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara lama penggunaan kontrasepsi pil kombinasi dengan peningkatan tekanan darah (p=0,000), dan menurut Bustan (2007) risiko terkena hipertensi akan meninggi seiring dengan lamanya penggunaan pil KB.

PENUTUPA. KesimpulanBerdasarkan tujuan penelitian dapat diambil kesimpu- lan sebagai berikut:

Mensosialisasikan kepada WUS yang mengikuti program KB tentang keuntungan dan kekurangan setiap jenis program KB serta efek sampingnya dan menyarankan agar WUS yang menderita hipertensi tidak menggunakan pil KB sebagai kontrasepsi dan kepada petugas KB untuk tidak memberikan pil KB kepada WUS dengan Hipertensi.

2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Meningkatkan upaya pencegahan dan pengendalian terhadap penyakit hipertensi melalui promosi kese- hatan (penyuluhan kesehatan, sosialisasi, spanduk/ poster) mengenai bahaya hipertensi dengan faktor- faktor risiko yang mempengaruhinya khususnya di wilayah kerja Puskesmas Tanawangko dan men- sosialisasikan kepada setiap petugas KB di masing- masing puskesmas untuk memperhatikan dan men- gontrol tekanan darah WUS akseptor pil KB.

3. Bagi BKKBN Kabupaten Minahasa Mensosialisasikan kepada masyarakat pasangan usia subur (PUS) metode-metode kontrasepsi beserta keuntungan dan kerugiannya terlebih khusus di wilayah kerja Puskesmas Tanawangko.

4. Bagi Masyarakat

Masyarakat khususnya WUS penderita hipertensi harus terus mengontrol tekanan darah darahnya dan mengkonsumsi obat-obat antihipertensi secara teratur sesuai dengan resep yang diberikan dokter dan WUS yang akan mengikuti program KB sebaiknya berkonsultasi dengan bidan setempat sebelum memutuskan jenis program KB yang akan dipilih dan apabila ada WUS penderita hipertensi

masih menggunakan pil KB sebaiknya segera dihentikan penggunaannya dan beralih ke kontrasepsi yang lain.

5. Bagi Mahasiswa

Menjadi penelitian pembanding apabila ingin melakukan penelitian yang sama dengan variabel atau lokasi yang berbeda dan dapat menjadi landasan penelitian untuk melakukan penelitian lanjutan untuk melihat hubungan antara hipertensi dengan berbagai faktor risiko sehingga bisa dilakukan analisis multivariat.

DAFTAR PUSTAKAAnonimous. 2010. Undang-undang R.I. Nomor 36Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Undang- undang R.I. Nomor 44 tentang Rumah Sakit. Bandung: Citra Umbara.

Ayuningtyas, EP. 2011. Hubungan Lama Penggunaan Kontrasepsi Pil Kombinasi dengan Peningka- tan Tekanan Darah di Puskesmas Kartasura,

(Online),

(https://docs.google.com/viewer? a=v&q=cache:ui0qjopk4ryj:etd.eprints.ums.ac.i d/16264/1/

judul abstrak.pdf+kontrasepsi+pil+filetype:pd f, diakses 15 April 2012)

Bustan, M. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menu- lar. Jakarta: Rineka Cipta.

C Chen, Y Li, F Chen, H Pan, H Shen, Z Sun, Y Wu, J Zhou, L Ba, J Zhao. 2010. Estrogen Receptor Beta Genetic Variants And Combined OralContraceptive Use As Relates To The Risk ofHypertension In Chinese Woman. Pubmed, (online), ( http:// www. sc ienced irec t. co m/ science/article/pii/S0188440910003061, diak- ses 15 April 2012)

Davey, P. 2002. At a Glance Medicine. Terjemahan oleh Annisa Rahmalia dan Cut Novianty. 2005. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008.

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006.

Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana

Penyakit Hipertensi. Jakarta: Direktorat Pengen- dalian Penyakit Tidak Menular Direktorat Jenderal PP & PL Depkes RI.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Pan- duan Penduduk Sasaran Program Pemban- gunan Kesehatan 2007-2011. Jakarta: Pusat Data Dan Informasi Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa, 2010. ProfilKesehatan Minahasa. Tondano.

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara, 2011. ProfilKesehatan Sulawesi Utara. Manado.

Guyton, Hall. 1996. Fisiologi Kedokteran. Terjemahan oleh Irawati Setiawan, Ken Ariata Tengadi dan Alex Santoso. 1997. Jakarta: Penerbit Buku Ke- dokteran EGC.

Handayani, S. 2010. Buku Ajar Pelayanan KeluargaBerencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama. Manuaba IAC, Manuaba IBG, Manuaba IDB. 2009.Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Ja- karta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W. 2001. Kapita Selekta Kedok- teran. Jakarta: Media Aesculapius.

Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: PenerbitBuku Kedokteran EGC.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kese- hatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Price S, Wilson L. 2002. Patofisiologi Volume 1 Edisi6. Terjemahan oleh brahm Pendit, Huriawati

Hartanto, Pita Wulansari, dan Dewi Mahanani.

2005. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Puskesmas Tanawangko, 2011. Profil PuskesmasTanawangko. Tombariri.

Riyanto, A. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Ke- sehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sani, A. 2008. Hypertension Current Prespective. EdisiPertama. Jakarta: Medy Crea.

Sugiharto, A. 2007. Faktor-faktor Risiko HipertensiGrade II Pada Masyarakat(Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar), (Online), ( h t t p : / / e p r i n t s . u n d i p . a c . i d / 1 6 5 2 3 / 1 / Aris_Sugiharto.pdf, diakses 20 Februari 2012)

Tambayong, J. 2001. Anatomi dan Fisiologi untuk Ke- perawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Tierney L, McPhee S, Papadakis M. 2001. Diagnosis dan terapi Kedokteran Ilmu Penyakit Dalam. Terjemahan oleh Abdul Gofir. 2002. Jakarta: Salemba Medika.

Underwood, J. 2000. Patologi Umum dan Sistemik Vol2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. WHO. 2011. Hypertension, (Online),

( h t t p : / / w w w . s e a r o . w h o . i n t / l i n k f i l e s / non_co mmunicable_disea ses_hyperte nsio n- fs.pdf, diakses 19 Februari 2012)

Yusuf, I. 2008. Hipertensi Sekunder, (Online), (http:// j u r n a l . p d i i . l i p i . g o . i d / a d m i n / jurnal/213087179.pdf, diakses 15 April 2012)

Tidak2760gram KB

Jumlah

45

100Program

responden tidak sementara mengkonsumsi obat anti-n%n%n%hipertensi. Hal tersebut berarti bahwa sebagian besarImplant312614,6911,8kasus hipertensi tidak ditangani dengan baik. Bilamenimbulkan masalah lain berupa komplikasi berba-Pil KB208024,92228,9gai organ penting (Yusuf, 2008). Jika hipertensi tetapJumlah251004110076100