analisis finansial rugi-laba pada usaha ternak

Upload: yusuf-rahim

Post on 15-Oct-2015

82 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

that it all

TRANSCRIPT

  • 5/25/2018 Analisis Finansial Rugi-laba Pada Usaha Ternak

    1/9

    Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011

    110

    ANALISIS FINANSIAL RUGI-LABA PADA USAHA TERNAK

    KAMBING DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN INTENSIF

    DAN SEMI INTENSIF DI PEDESAAN

    (Financial Analysis on Cost Benefit of Intensiveand SemiIntensiveGoat

    Farming System in Village Level)

    S.RUSDIANA,B.WIBOWO danR.ELIZABETH

    Pusat Penelitian Pengembangan Peternakan, Jl. Raya Pajajaran Kav. E59, Bogor 16151

    Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Jl. A Yani No.70, Bogor

    ABSTRACT

    The research was conducted in the District Citeureup, Bogor regency of West Java Province. Theresearch objective was to analyze the income statement of the goat business as an additional income in ruralareas. Research conducted by survey method using questionnaires and interviews conducted by a simple

    random (purposive random sampling). The number of samples studied were 26 respondents. Secondary dataand primary data obtained and analyzed in a descriptive qualitative and economic analysis which is calculatedbased on the income from the reduction between total revenue and total expenditure in cash out flow byusing. Profit and loss analysis is a state where a result of income minus expenses within a certain period. The

    results of goat husbandry business with semi-intensive business net income of Rp. 2.154.007/year, R/C ratio

    1.4 for intensive effort Rp. 2.691.486/year, R/C ratio of 1.9. This can increase the income of farmers inmaintaining the welfare of his family and the need for the application of technological innovations introducedso that the goat business more commercially and can be maintained presence of goats in the days to come.

    Key Words:Analysis, Financial, Goats in Farmer Income

    ABSTRAK

    Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat. Tujuanpenelitian adalah untuk menganalisis rugi laba dari usaha kambing sebagai tambahan pendapatan di pedesaan.Penelitian dilaksanakan dengan metode survei dengan menggunakan kuesioner dan wawancara yang

    dilakukan secara acak sederhana (purposive random sampling). Jumlah sampel yang diteliti sebanyak26 responden. Data sekunder dan data primer yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif

    serta analisis ekonomi yang dihitung berdasarkan hasil pendapatan dari hasil pengurangan antara totalpenerimaan dan total pengeluaran secara cash out flow dengan menggunakan analisis rugi laba yaitu suatukeadaan dimana tingkat penjualan sama besar dengan biaya (biaya tetap dan biaya variabel).Hasil penelitiandari usaha pemeliharaan ternak kambing dengan pendapatan bersih untuk usaha semi intensif sebesarRp. 2.154.007, R/C rasio 1,4 dan usaha intensif sebesar Rp. 2.691.486,3 R/C rasio 1,9. Hal ini menunjukkan

    bahwa pendapatan petani masih dapat mempertahankan kesejahteraan keluarganya.

    Kata Kunci:Analisis, Finansial, Rugi Laba, Kambing, Peternak

    PENDAHULUAN

    Di Indonesia ternak kambing mempunyaikemampuan kompetitif untuk bersaing dengansumber daging sapi dalam memenuhi

    kebutuhan hidup manusia (kebutuhan gizi) danmerupakan alternatif penyedia daging yangperlu dipertimbangkan dimasa mendatang.

    Secara sosial penduduk Indonesia terbiasamengkonsumsi daging kambing dan padadasarnya kebutuhan domestik belum terpenuhisehingga peningkatan produksi kambing

    potong akan terserap oleh pasar (TATANG,2003). Daging kambing merupakan salah satudaging yang berkualitas baik dan layak

    dikonsumsi oleh berbagai kelas lapisan

  • 5/25/2018 Analisis Finansial Rugi-laba Pada Usaha Ternak

    2/9

    Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011

    111

    masyarakat (SOEPRANIANONDO, 2009). Ternakkambing yang ada di Indonesia termasuk yang

    ada di Provinsi Jawa Barat (di KecamatanCiteureup) lebih sering digembalakan ataudiabur dan pada saat menjelang senja ternak

    kambing pulang sendiri ada pula di cari olehpemiliknya. Mengingat sifat dan reproduksinyayang cepat dan adaptasinya yang tinggi

    terhadap berbagai kondisi agroekosistem makaternak kambing banyak dipelihara di pedesaan(SIMON, 2010).

    Pemeliharaan ternak kambing dipandangsangat cocok dalam kondisi lahan pertanian,karena ternak kambing dikenal mudah

    beradaptasi pada berbagai kondisi

    agroekosistem pedesaan serta merupakan usahakomplementer dalam suatu sistem pertanian

    tanaman pangan WINARSO (2010). Secarabiologis ternak kambing cukup produktif danadaptif dengan kondisi lingkungan setempat,

    sehingga memudahkan pengembangannya.Pengembangan ini dapat lebih diarahkan keluarJawa mengingat besarnya sumberdaya alam didaerah-daerah tersebut cukup potensial.(KETUT,2004).

    Usaha ternak kambing merupakan salah

    satu sumber pertumbuhan baru dalammenunjang pendapatan petani disamping usaha

    pertanian lainnya (SAENAB et al., 2005)berpendapat bahwa salah satu faktor penentudalam keberhasilan usaha dari ternakruminansia adalah jaminan ketersediaan

    tanaman pangan yang berkualitas. Tantanganyang sering dihadapi dalam pengembanganusaha ternak adalah kemampuan untukmemenuhi kebutuhan pangan melaluiperbaikan produksi dan kualitas ternak denganjalan pembinaan kepada petani yang daerahnya

    potensial. Ketersediaan lahan pertanian, lahankosong perkebunan, tegalan, sawah dan ladang,merupakan lahan yang potensial untuk

    menyediakan hijauan pakan ternak baik rumputatau berbagai limbah pertanian yang dapatdimanfaatkanuntukpengembanganusahaternakruminansia, khususnya kambing.

    Berkaitan dengan peningkatan kebutuhanatau permintaan akan daging, ternak kambing

    mempunyai potensi yang cukup besar untukdikembangkan di daerah Citeureup. Ternakkambing mempunyai pangsa pasar khusus

    karena semakin banyak konsumen yangmemilih daging kambing (pola konsumsi backto natura). Berdasarkan latar belakang tersebut

    maka suatu penelitian dilakukan di KecamatanCiteureup Kabupaten Bogor. Tujuan penelitian

    ini adalah untuk mengetahui seberapa besarpenerimaan dan pendapatan yang diperolehusaha ternak kambing melalui analisis rugi-

    laba (profit loss).

    MATERI DAN METODE

    Penelitian ini telah dilakukan di KecamatanCiteureup, Kabupaten Bogor Provinsi JawaBarat pada tahun 2010. Penelitian dilaksanakan

    dengan metode survei menggunakan kuesionerdan wawancara yang dilakukan secara acaksederhana dengan teknik (purposipe random

    sampling). Jumlah sampel yang ditelitisebanyak 26 responden. Masing-masing 13responeden pemeliharaan semi intensif dan 13

    responden pemeliharaan intensif. Pemilihanlokasi dilakukan berdasarkan pertimbanganbahwa Kecamatan Citeureup merupakan

    kantong produksi ternak kambing. Datasekunder dan primer yang diperoleh dianalisissecara deskriptif kualitatif serta analisis

    ekonomi skala kecil di tingkat petani.Sedangkan analisis fungsi ekonomi dihitungberdasarkan tingkat pendapatan berdasarkan

    dari hasil pengurangan antara total penerimaandan total pengeluaran secara cash out flow,analsis rugi laba yaitu suatu perhitungan antara

    penerimaan (output) dengan pengeluaran(input) yang dihitung untuk periode satu tahun(LIMBONG, 1987).

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Kondisi umum wilayah

    Sebagianbesarpenduduk di Desa Citeureupmempunyai mata pencaharian sebagai petani,

    buruh tani, sedangkan lahan di perkebunanmerupakan lahan terbesar di KecamatanCiteureup menyusul kebun campuran danlahan sawah. Keadaan ini menggambarkan

    bahwa daerah ini memiliki prospekpengembangan usaha tanaman pangan, sayurandan palawija yang menunjang pengembangan

    ternak kambing. Populasi ternak kambing diKabupaten Bogor sekitar 110.980 ekor dan diKecamatan Citeureup sekitar 10.995 ekor

    dimana Kecamatan Citeureup merupakan salahsatu Kecamatan yang mempunyai populasi

  • 5/25/2018 Analisis Finansial Rugi-laba Pada Usaha Ternak

    3/9

    Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011

    112

    ternak kambing menempati peringkat ke 1(satu) dari 35 Kecamatan atau sekitar 16,01%

    dari total populasi yang ada di KabupatenBogor (DISNAK KABUPATEN BOGOR, 2009).

    Profil peternak kambing

    Pada umumnya peternak memeliharakambing sampai umur kurang dari 6 tahun,

    terutama pada ternak induk. Namun demikianpada umumnya ternak kambing dijual setelahberanak 3 kali walaupun posisi harga ternak

    kambing itu murah dipasaran. Sedangkanuntuk jantan akan dijual pada umur yang masihrelatif muda yaitu pada umur antara 8 13

    bulan. Kepemilikan ternak kambing diKecamatan Citeureup berkisar berjumlah 2 5ekor/KK. Dengan status milik sendiri.

    Hasil survei menunjukkan bahwa fungsidan peranana ternak kambing dalam sistemusahatani di Kecamatan Citeureup adalah

    sebagai sumber pendapatan dilain pihak petani

    untuk menambah pendapatan maka petanimenanam padi, jagung, ubu kayu, ubi jalar dan

    kacang tanah. Karakteristik dan fungsi dariternak kambing dalam pemeliharaan di tingkatpeternak terlihat pada Tabel 1.

    Data pada Tabel. 1 memperlihatkan bahwaperanan ternak kambing sebagai sumbertambahan pendapatan pada pemeliharaan

    masing-masing pemeliharaan semi intensif danintensif masing-masing mencapai 30,76 dan45,6%.

    TINGKAT KEPEMILIKAN TERNAKKAMBING DI PETERNAK

    Jumlah kepemilikan ternak kambing dalamusaha pemeliharaan ternak merupakan faktoryang mempengaruhi suatu usaha yang

    dijalankan oleh petani di Kecamatan Citeureupdiperlihatkan Tabel 2.

    Tabel 1.Karakteristik petani (responden) dan fungsi pemeliharaan ternak kambing

    Fungsi ternak kambing di pedesaanJumlah responden

    pemeliharasemi intensif

    %Jumlah responden

    pemelihara intensif%

    Sebagai sumber tambahan pendapatan 4 30,76 6 46,16Sebagai usaha pokok 5 38,46 2 15,38

    Sebagai tabungan 3 23,07 3 23,08

    Sebagai pengisi waktu 1 7,69 2 15,38

    Lama pemeliharaan:

    1 5 tahun 5 42,85 6 46,15

    > 6 tahun 8 57,15 7 53,85

    Tabel 2. Jumlah kepemilikan ternak kambing per peternak (ekor)

    Semi intensif (n = 13) Intensif (n = 13)Uraian

    Jumlah Rataan % Jumlah Rataan %

    Betina dewasa 34 2,61 50,80 30 2,30 50,11

    Betina muda 11 0,86 16,16 8 0,61 13,29

    Betina anak 7 0,53 10,27 6 0,45 9,80

    Jantan dewasa 2 0,15 2,90 9 0,59 12,85

    Jantan muda 6 0,46 8,91 5 0,38 8,28

    Jantan anak 8 0,61 11,82 3 0,23 5,01

    Jumlah 68 5,16 100 61 4,59 100

  • 5/25/2018 Analisis Finansial Rugi-laba Pada Usaha Ternak

    4/9

    Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011

    113

    Rataan kepemilikan ternak kambing padapemeliharaan semi intensif dan intensif

    masing-masing sebanyak 5,16 ekor/peternakdan 4,59 ekor/peternak. Setiap peternakmempunyai ternak kambing pada berbagai

    umur, namun demikian proporsi statusfisiologis pada ternak betina dewasamenempati proporsi tertinggi pada kedua

    sistem pemeliharaan ini yaitu masing-masingsebesar 2,61 ekor/peternak atau sekitar 50,80%dan 2,30 ekor/peternak atau sekitar 50,11%.

    Keadaan ini menggambarkan bahwa polausahapemeliharaan ternak kambing merupakanusaha pemeliharaan untuk mendapatkan

    keturunannya (pembibitan). Diharapkan

    pemeliharaan kambing menjadi andalan dalamsumber tambahan pendapatan untuk menujang

    kesejahteraan keluarga petani di pedesan.Sistem pemeliharaan ternak kambing di

    KecamatanCiteureupseluruhnyadikandangkanpada malam hari, baik pada pemeliharaan semiintensif maupun pemeliharaan intensif,sehingga peternak dituntut untuk menyediakanbangunan kandang. Pada sistem pemeliharaansemi intensif yang menonjol adalah adanyakegiatan penggembalaan pada siang hari atau

    diikat pindah pada berbagai lokasi (di arealkebun, di areal lahan penggembalaan yang

    terbuka) dimana lahan tersebut ditumbuhiberbagai jenis hijauan pakan (leguminose,rumpai raket, rumput kawat, alang-alang, dansisa limbah hasil pertanian). Sedangkan dalam

    usaha pemeliharaan secara intensif makaternak kambing tidak dikeluarkan dari

    kandang, kecuali pada saat-saat akan dimandikan atau dijemur di tempat yang tidakjauh dengan kandang.

    Curahan tenaga kerja

    Tenaga kerja yang digunakan untuk

    pemeliharaan ternak kambing baik dalamsistem pemeliharaan secara semi intensifmaupun secara intensif dihitung berdasarkan

    aktivitas peternak dalam keseharian yangdikonversikan dengan hari orang kerja (HOK)pada usaha tani setempat. Secara rinci

    perhitungan tercantum pada Tabel 3. Padapemeliharaan semi intensif dengan ternak yangdipelihara 5,16 ekor dan 4,59 ekor yang

    diintensif dapat dihitung dan berdasarkankonversi hari orang kerja (HOK) adalah 5 jamsebagaimana terlihat pada Tabel 3.

    Curahan tenaga kerja peternak usahakambing pada sistem semi intensif dan sistemintensif dalam 1 tahun masing-masing sebesar

    185,5 HOK dan 160,4 HOK. Sedangkanalokasi tenaga kerja pada sistem semi intensiftertinggi pada kegiatan digembalakan sebesar

    138 HOK pertahun dari seluruh tenaga yangdicurahkan. Pada pemeliharaan intensif alokasitenaga kerja paling tinggi pada kegiatan

    mencari rumput yaitu sebesar 110,7 HOK.

    Tabel 3.Rata-rata curahan tenaga kerja di lokasi penelitian

    Sistem semi intensif (n = 13)Jenis pekerjaan

    Total (jam/hari) Rata-rata Jam/tahun HOK Rp/tahun

    Menggembala 25,00 1,90 692,00 138,00 692.300

    Mengambil hijauan 3,50 0,30 108,00 21,60 108.000

    Perawatan ternak 5,00 0,38 138,40 27,70 138.461

    Jumlah 33,50 2,50 927,60 185,50 938.761

    Sistem intensif (n = 13)Jenis pekerjaan

    Total (jam/hari) Rata-rata Jam/tahun HOK Rp/tahun

    Menggembala 2,00 0,15 55,30 11,07 55.384

    Mengambil hijauan 20,00 2,53 553,80 110,7 553.846

    Perawatan ternak 7,00 0,53 193,80 38,7 193.846

    Jumlah 29,00 2,23 802,90 160,4 803.076

    5 jam kerja dihitung 1 HOK Rp. 5000

  • 5/25/2018 Analisis Finansial Rugi-laba Pada Usaha Ternak

    5/9

    Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011

    114

    Jika diperhitungkan dalam nilai rupiahdengan konversi tenaga kerja 1 hok sebesar

    Rp. 5000 maka nilai curahan tenaga kerjauntuk pemeliharaan semi intensif dan inetnsifmasing-masing adalah Rp. 927.692/tahun dan

    Rp. 803.076/tahun. Petani ternak tersebutmerasa untung, karena petani, mudah mencarirumput, mudah menjual ternak, mudah

    memelihara ternaknya karena daya dukungpakan tersedia dan kotoran kandangdikembalikan ke lahan petani sendiri yangbermanfaatuntuk kesuburan tanaman.

    HASIL PENJUALAN TERNAK

    KAMBING SELAMA SATU TAHUN

    Hasil penjualan ternak kambing di peternakselama satu tahun terlihat pada Tabel 4.

    Penerimaan dari hasil penjulanan ternakkambing merupakan penyumbang pendapatandengan rataan yang di jual pada sistem semi

    intensif sebesar 6,99 ekor/tahun per peternak

    dengan nilai total sebesar Rp. 4.274.856/tahun/peternak. Sedangkan pada sistem intensif

    adalah 7,05 ekor/tahun per peternak dengannilai sebesar Rp. 4.736.800/tahun/peternak.Hasil penjualan ternak tertinggi pada

    pemeliharaan semi intensif maupun sistemintensif yakni pada penjulan kambing jantandewasa masing-masing sebear 1,54 ekor/tahun

    dan 1,61 ekor/tahun.

    HASIL PERHITUNGAN DARI USAHA

    TERNAK KAMBING DI PEDESAAN

    Penerimaan tunai hanya terkonsentrasi padapenjualan ternak kambing per tahun dan tidak

    dialokasikan penjualan pupuk kandang, karenasemuanya dimanfaatkan untuk pupuk dilahanpeternak. Untuk melihat Analisis rugi laba,

    yang di hitung berdasarkan penerimaan dikurangi dengan biaya-biaya selamapemeliharaan, hasil perhitungan tercantum

    pada Tabel 5 dan 6.

    Tabel 4.Rataan jumlah hasil penjualan kambing selama satu tahun di lokasi penelitian

    Sistem

    Semi intensif (n = 13)Uraian

    Jumlah (ekor) Rata-rata/peternak(ekor) Rata-rata harga(Rp/ekor) Jumlah (Rp)/peternak

    Betina dewasa 19 1,46 835.000 1.219.100

    Betina muda 14 1,07 470.714 503. 664

    Betina anak 11 0,85 127.071 108.010

    Jantan dewasa 20 1,54 1.107.785 1.705.989

    Jantan muda 15 1,15 538.392 619.151

    Jantan anak 12 0,92 129.285 118.942

    Jumlah 91 6,99 - 4.274.856

    Intensif (n = 13)

    UraianJumlah (ekor)

    Rata-rata/peternak

    (ekor)

    Rata-rata harga

    (Rp/ekor)Jumlah (Rp)

    Betina dewasa 18 1,38 819.307 1.130.644

    Betina muda 15 1,15 551.076 633.737

    Betina anak 12 0,92 161.077 148.191

    Jantan dewasa 21 1,61 1.282.692 2.065.134

    Jantan muda 15 1,15 568.496 653.770

    Jantan anak 11 0,84 125.385 105.323

    Jumlah 92 7,05 - 4.736.800

    Hitungan ini berdasarkan hasil penjualan tahun 2009

  • 5/25/2018 Analisis Finansial Rugi-laba Pada Usaha Ternak

    6/9

    Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011

    115

    Penerimaan rata-rata dari hasil penjualanternak kambing selama satu tahun di tingkat

    petani dengan pemeliharaan semi intensifRp. 4.274.856,58/tahun/peternak, dan intensifRp. 4.736.799,55/tahun/peternak kedua bentuk

    perhitungan ini belum di kurangi upah ataubiaya tenaga kerja keluarga yang dihitungberdasarkan hasil wawancara dari peternak

    kambing bahwa 5 jam kerja di hitung dengan1 HOK dengan harga Rp. 5.000/hari. Usahapemeliharaan ternak kambing di daerah

    penelitian dinyatakan oleh petani ternak itusendiri untung, karena petani ternak kambingselama ini tidak pernah menghitung biaya

    tenaga kerja karena masih memanfaatkan

    tenaga kerja keluarga.

    ANALISIS FINANSIAL SECARA

    EKONOMI MIKRO

    Analisis ini merupakan suatu metodeanalisis yang digunakan untuk mengetahuihubungan antara beberapa variabel dalam

    kegiatan usaha pemeliharaan ternak kambingyang dilakukan oleh peternak kecil, sehinggadapat digambarkan seberapa besar keuntungan

    yang di dapat oleh peternak yang dihitungselama satu tahun.

    Tabel 5 dan 6 merupakan hasil analisis

    biaya dan pendapatan usaha ternak kambingdengan asumsi, dengan skala usaha yang relatifbesar untuk ukuran di perdesaan, usaha semi

    intensif dengan biaya per tahun Rp. 2.210.849

    Tabel 5. Analisis rugi laba usaha pemeliharaan kambing semi Intensif selama 2 tahun

    Uraian VolumeRata-rata/harga

    (Rp)Jumlah (Rp)

    A. Biaya investasi dan penyusutan

    1. Kandang kambing (unit) 1 unit 537.749,00 537.749,002. Penyusutan kandang/5 tahun 215.099,003. Peralatan kandang (paket) 1 paket 125.750,00 125.750,00Jumlah (2 + 3) 340.849,00

    B. Biaya variabel

    1. Tenaga kerja keluarga (HOK) 370 5.000,00 1.850.000,002. Pakan konsentrat (kg) - - -

    3. Pakan hijauan (kg) - - -

    4. Obat-obatan ( paket) 1 paket 20.000,00 20.000,00Jumlah (1 + 2 + 3) 1.870.000,00

    Total (A + B) 2.210.849,00

    C. Hasil penjualan kambing

    1. Betina dewasa (ekor) 1,46 835.000,00 1.219.100,002. Betina muda (ekor) 1,07 470.714,28 503.664,273. Betina anak (ekor) 0,85 127.071,42 108.010,704. Jantan dewasa (ekor) 1,54 1.107.785,71 1.705.989,005. Jantan muda (ekor) 1,15 538.392,85 619.151,776. Jantan anak (ekor) 0,92 129.285,71 118.942,85Jumlah 6,99 - 4.274.856,58

    Pendapatan kotor 4.274.856,58

    Pendapatan bersih 2.154.007,00

    R/C 1,40

    Analisis rugi laba ini di hitung berdasarkan hasil penjualan pada tahun 2009

  • 5/25/2018 Analisis Finansial Rugi-laba Pada Usaha Ternak

    7/9

    Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011

    116

    Tabel 6.Analisis rugi laba hasil usaha pemeliharaan kambing intensif selama 2 tahun

    Uraian Volume Rata-rata/harga (Rp) Jumlah (Rp)

    A. Biaya investasi dan penyusutan 1

    1. Kandang kambing (unit) 625.096,15 625.096,152. Penyusutan kandang/5 tahun 1 250.038,003. Peralatan dan kandang (paket) 175.275,00 175.275,00Jumlah (2 + 3) 425.313,00

    B. Biaya variabel

    1. Tenaga kerja keluarga (HOK) 320 5.000,00 1.600.000,002. Pakan konsentrat (kg) - - -

    3. Pakan hijauan (kg) - - -

    4. Obat-obatan (Paket) 1 20.000,00 20.000,00Jumlah 1.620.000,00

    Total (A + B) 2.045.313,00

    C. Hasil penjualan kambing

    1. Betina dewasa (ekor) 1,38 819.307,69 1.130.644,612. Betina muda (ekor) 1,15 551.075,92 633.737.303. Betina anak (ekor) 0,92 161.076,92 148.190,664. Jantan dewasa (ekor) 1,61 1.282.692,31 2.065.134.615. Jantan muda (ekor) 1,15 568.495,92 653.770,306. Jantan anak (ekor) 0,84 125.384,61 105.323,07Jumlah 7,05 - 4.736.799,55

    Pendapatan kotor 4.736.799,55

    Pendapatan bersih 2.691.486,00

    R/C 1,90

    Analisis rugi-laba ini di hitung berdasarkan hasil penjualan pada tahun 2009

    dan usaha intensif sebesar Rp. 2.045.313

    sebagian besar untuk biaya tenaga kerja danpenyusutan kandang, sedangkan biaya variabelper tahun untuk usaha semi intenisif sebesar

    Rp.1.870.000 dan usaha intensif Rp. 1.620.000sebagian besar merupakan biaya penyusutankandang dan tenaga kerja keluarga. Pendapatan

    kotor usaha semi intensif sebesar Rp.4.274.856,58/tahun dan intensif sebsar Rp.4.736.799,55/tahun, pendapatan bersih usaha

    semi intensif sebesar Rp. 2.154.007/tahun, R/Crasio 1,4 usaha intensif sebesar Rp. 2.691.486/tahun, R/C rasio 1,9 tidak berbeda jauh dengan

    hasil penelitian UTOMO et al. (2005) denganpendapatan bersih Rp. 2.372.960/tahun denganpemeliharaan ternak kambing 8 ekor betina dan

    1 ekor pejantan selama satu tahun.

    ASPEK SOSIAL EKONOMI

    Pengembanganbiakan ternak kambingmerupakan salah satu pendukung dalampemeliharaan ternak kambing terutama yang

    berkaitan dengan tujuan memperoleh nilaitambah pendapatan bagi peternak. Salah satu

    prinsip pengembangbiakan adalah usahamemperoleh keturunan yang berkualitas tinggisesuai dengan yang diharapkan oleh petaniternak kambing. Pemeliharaan ternak kambing

    di peternak salah satunya dapat dijadikansebagai usaha pokok petani. WINARSO (2010)berpendapat bahwa ternak kambing dapatmemperbaiki kehidupan dan menaikkan tingkatgizi para petani dan kesejahteraan keluarga

  • 5/25/2018 Analisis Finansial Rugi-laba Pada Usaha Ternak

    8/9

    Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011

    117

    Aspek sosial terhadap keberadaan ternakkambing merupakan hal penting yang perlu

    dipertimbangkan. Betapapun baiknya suatuprogram pengembangan ternak, bila aspeksosial khususnya penerimaan peternak terhadap

    program tersebut kurang baik, maka programtersebut tidak bermanfaat. Tabel 7memperlihatkan respon petani ternak terhadap

    usaha pemeliharaan ternak kambing, terlihatbahwa 69,24% peternak respondenmenyatakan senang memelihara ternak

    kambing, meskipun beberapa peternakmenyatakan sama saja 23,07% dan ada duaorang yang tidak senang sekitar 7,69%, dengan

    alasan bahwa induk kambing yang dipelihara

    tidak pernah melahirkan yang menjadiberkurang menghasilkan pendapatan bagi

    peternak.

    Tabel 7. Respon peternak kambing dengan carapemeliharaan semi intensif dan intenif(n = 26)

    Uraian Jumlah responden Persentase

    Senang 18 69,24

    Sama saja 6 23,07

    Tidak senang 2 7,69

    KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil penelitian dapatdisimpulkan bahwa petani dalam kepemilikanternak kambing rata-rata 4,59-5,16 ekor/

    peternak dari berbagai umur. Penggunaantenaga kerja keluarga tertinggi padapemeliharaan secara semi intensif yaitu di

    gembalakan sekitar 138 HOK/tahun dan secaraintensif 110,7 HOK/tahun. Pendapatan kotorusaha semi intensif sebesar Rp. 4.274.856,58/

    tahun dan intensif sebesar Rp. 4.736.799,55/

    tahun, pendapatan bersih usaha semi intensifsebesar Rp. 2.154.007/tahun, R/C rasio 1,4

    usaha intensif sebesar Rp. 2.691.486/ tahun,R/C rasio 1,9.

    Peternak masih memiliki aset ternak untukdipelihara masing-masing sebanyak 5,16 ekorpada semi intensif 4,59 ekor pada intensifuntuk dikemudian hari. Hal ini dapat

    meningkatkan pendapatan petani dalammempertahankan kesejahteraan keluarganyadan perlu adanya penerapan introduksi inovasi

    teknologi sehingga usaha ternak kambing lebih

    komersial dan dapat dipertahankankerberadaan ternak kambing di masa-masa

    yang akan datang.

    DAFTAR PUSTAKA

    DISNAK KABUPATEN BOGOR. 2009. Propinsi JawaBarat. Data Statistik Peternakan. Dinas

    Peternakan Kabupaten Bogor.

    GITINGER. J.P. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-

    Proyek Pertanian. Edisi Kedua. UniversitasIndonesia, Jakarta.

    LIMBONG.W.H dan W.P. SITORUS. 1987. Pengantar

    Tataniaga Pertanian Jurusan Ilmu-ilmu SosialEkonomi Pertanian Bogor.

    QOMARIYAH, S. MIHARDJA dan R. IDI. 2001.Pengaruh kombinasi kuning telur dengan airkelapa terhadap daya tahan hidup danabnormalitas spermatozoa domba priangan

    pada penyimpanan 5C. Pros. Seminar

    Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.

    Bogor, 17 18 September 2001. PuslitbangPeternakan, Bogor. hlm. 172 177.

    RIZAL, M., M.R. TOELIHERE, T.L. YUSUF, B.PURWANTARA dan P. SITUMORANG. 2003.Kriopreservasi semen domba Garut dalam

    pengencer Tris dengan konsentrasi laktosayang berbeda. Media Kedokteran Hewan 19:

    79 83.SAENAB. A dan WARYAT. 2005. Strategi

    pengembangan tanaman pakan ternak di

    wilayah perkotaan. Pros. Lokakarya NasionalTanaman Pakan Ternak. Bogor, 16 September2005. hlm. 83 36.

    SIMON, P.G. 2010. Beberapa alternatif skemapercepatan perkembangan dan penyebaran

    bibit kambing Boerka. Pros. Seminar Nasional

    Membangun Sistem Inovasi di Perdesaan.Bogor, 15 16 Oktober 2009. BBP2TP,Bogor. hlm. 246 255.

    SOEPRANIANONDO, K. 2009. Sistem integrasi

    peternakan kambing dengan konsep tanpalimbah. Pros. Lokakarya Nasional. SistemIntegrasi Tanaman Ternak PengembanganJejaring Penelitian dan Pengkajian. Bogor,Januari 2009. Puslitbang Peternakan, Bogor.hlm. 236 267.

    SUTAMA, I-K. 2004. Tatangan dan peluangpeningkatan produktivitas kambing melauiinovasi teknologi reproduksi. Pros. Lokakarya

    Nasional Kambing Potong. Bogor, 6 Agustus

    2003. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm,51 60.

  • 5/25/2018 Analisis Finansial Rugi-laba Pada Usaha Ternak

    9/9

    Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011

    118

    TAMBING, S.N., M.R. TOELIHERE, T.L. YUSUF, B.

    PURWANTARA, I-K. SUTAMA dan P.Z.SITUMORANG. 2003. Kualitas semen beku

    kambing Saanen pada berbagai jenispengencer semen. Hayati10:146 150.

    TATANG, M.I. 2003. Strategi penelitian hijauanmendukung pengembangan ternak kambingpotong di Indonesia. Wartazoa 13(1): 22 29.

    UTOMO, U., T. HERAWATI dan S. PRAWIRODIGDO.2005.Produktivitas induk dalam usaha ternakkambing kondisi pedesaan. Pros. Seminar

    Nasional. Teknologi Peternakan danVeteriner. Bogor, 12 13 September 2005.Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 660 665.

    VISWANATH,RdanP.SHANNONP. 2000. Storage ofbovine semen in liquid frozen state. Anim.

    Reprod. Sci. 62: 23 53.

    WINARSO.B. 2010. Prospek dan kendalapengembangan agribisnis ternak kambing dandomba di Indonesia. Pros. Seminar Nasional.

    Peningakatan Daya Saing AgribisnisBerorientasi Kesejahteraan Petani. PSE-KP,Bogor. hlm. 246 264.

    YILDIZ,C.,A.KAYA,M.AKSOY danTTEKELI. 2000.

    Influence of sugar supplementation of theextender on motility, viability and acrosomal

    integrity of dog spermatozoa during freezing.Theriogenology 54: 579 585.

    YULNAWATI, H. MAHESHWARI, M. RIZAL danHERDIS. 2010. Maltosa MempertahankanViabilitas Spermatozoa Epididimis Kerbau

    Belang yang Disimpan dalam Bentuk Cair. J.

    Veteriner 11(2): 126 132.

    YULNAWATI, M. GUNAWAN, HERDIS, HERAMAHESHWARI dan MUHAMMAD RIZAL. 2009.Peranan Gula sebagai krioprotektanekstraseluler dalam mempertahankan kualitassemen beku kerbau lumpur. Pros. Seminar

    Nasional Potensi dan Pengembangan

    Peternakan Maluku dalam MendukungKetahanan Pangan Nasional. Ambon 2 Maret2009. Jurusan Peternakan Fakultas PertanianUniversitas Pattimura Ambon. hlm. 236 250.