analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi …repository.unair.ac.id/8341/1/282.pdf ·...
TRANSCRIPT
/ p^.&rA'AJ/A-Aj - /-/<-oAJo*r f2 6l*E<&£ /
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KEDELAI DI JAWA TIMUR
TAHUN 1979-1992
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI—
JURUSAN STUDI PEMBANGUNAN Mi i . rERHj*'
“UNIVERSITY A 'tNQQA' S U R A B n ^ A
B U
c\
DIAJUKAN OLEH
LENA ELLITANNo. Pokok : 049013554
K E P A D A
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS AIRLANGGA
S U R A B A Y A
1994
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
SKRIPSI
ANALISIS FARTOR-FAKTOR YANG MEHPENGARUHI.
PRODUKSI KEDELAI DI JAWA TIMUR
TAHUN 1979 - 1992
DIAJUKAN OLEH :
LENA ELLITAN
No. Pokok : 049013554
TELAH DISETUJUI DAN DITERIMA DENGAN BAIK OLEH
DOSEN PEMBIMBING*
TANGGAL
KETUA JURUSAN
DRS. EC. SQEKARNQTQ TANGGAL I fg J
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
KATA PENGANTAR
Syukur dan terima kasih atas segala pimpinan dan
bimbingan ALLAH Yang Maha Kasih sehingga penulis dapat
menyelesaikan tug'as akhir penulisan skripsi ini. Namun
demikian penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh
dari sempurna baik dalam penyajian materi maupun teknik
penulisannya, oleh karena itu saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Di samping itu penulis juga menyadari bahwa penye- r
lesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan serta
dukungan, moril, saran, kritik, dan bimbingan dari ber-
bagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terima kasih -yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Ibu Dra. E c . P. M. Sriasih selaku * dosen
pembimbing yang dengan penuh ketekunan dan
kesabaran tel ah membimbing penulis sampai
selesainya skripsi ini.
2. Bapak Dekan Fakultas Ekonomi dan Ketua
Jurusan Studi Pembangunan yang telah
memberikan kesempatan pada penulis.
3. Bapak Suherman Rosyidi dan Ibu Nuryani yang
telah memberikan *pengar.ahan kepada penulis.
i i i
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
4. Saudara Jajuk, Joseph, Sovie, Yudha. Juli,
Reti, dan teman-teman SP'90 yang telah
memberikan dorongan dan bantuan kepada
penulis.
Kami menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan di dalam penyusunan skripsi ini, untuk itu
kami sangat menghargai adanya kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak.
Surabaya, Desember 1994
Penulis
iv
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
DAFTAR ISI
Halaman Judul .......................................... 1
Halaman Persetujuan ................................... ii
Kata Pengantar ......................................... iii
Daftar Isi .................................... ....... iv
Daftar Tabel ........................................... viii
Daftar Gambar .......................................... ix
Daftar Lampiran ........................................ x
Abstraksi ............................................... xi
Bab I. Pendahuluan .................................. 1
1.1. Latar Belakang Masalah .............. 1
1.2. Peruinusan Masalah .................... 10
1.3. Tujuan Penelitian .................... 11
1.4. Manfaat Penelitian ................... 12
1.5. Sistematika Penulisan Skripsi ...... 12
Bab IX. Tinjauan Pustaka ........................... 14
2.1. Landasan Teori ........................ 14
2.1.1. Produksi, Faktor Produksi, dan Proses Produksi .................... 14
2.1.2. Fungsi Produksi .................... 19
2.1.3. Total Physical Product ( TPP ),Marginal Physical Product ( MPP ),dan Average Physical Product (APP) 21
Halaman
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
2.1.3.1. Tahap Produksi I ................. ' 24
*2.1.3.2. Tahap Produksi II ............... .......27
2.1.3.3. Tahap Produksi III .............. .......28
2.1.4. Elastisitas Produksi .............. .......29
2.1.5. Pengertian Produktivitas ......... .......29
2.1.6. Fungsi Produksi Jenis Cobb-Douglas 34
2.2. Hipotesis dan Model Analisis ....... .......38
2.2.1..Hipotesis ........................... .......40
2.2.2. Model Analisis ..................... .......40
2.3. Metode Penelitian ..................... .......42
2.3.1. Definisi Operasional .............. .......42
2.3.2. Identifikasi Variabel ............. .......43
2.3.3. Jenis'dan Sumber Data ............. ....... 43
2.3.4. Prosedur Penentuan Sampel ........ .......44
2.3.5. Prosedur Pengumpulan Data ........ .......44
2.3.6. Teknik Analisis .................... .......45
Bab III. Analisa Perkembangan Produksi Dan Upaya
Peningkatan Produksi Kedelai Di Jawa
Timur ........................................ .......49
3.1. Gambaran Umum ......................... .......49
3.1.1. Perkembangan Produksi Kedelai DiJawa Timur .......................... .......49
3.1.2. Kebijakan Pemerintah Dalam Meningkatkan Produksi Kedelai diJawa Timur . . *...............................57
vi
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
3.1.3. Upaya Peningkatan Produksi Kedelaidi Jawa Timur .............................. 59
3.1.3.1. Perluasan Areal Baru ................... 59
3.1.3.2. Perluasan Intensifikasi dan Peningkatan Mutu Intensifikasi 60
3.1.3.3. Diversifikasi Tanaman .................. 63
3.1.3.4. Penggunaan Teknologi Produksi .. 64
3.1.4. Beberapa Masalah dan Pemecahannya Dalam Usaha Pengembangan Kedelaidi Jawa Timur ..............................71
3.1.4.1. Aspek Teknologi .................. .......73
3.1.4.2. Aspek Sosial Ekonomi ...................76
3.2..Analisis Model ........................
BAB IV. Kesimpulan Dan Saran ..............................89
4.1. Kesimpulan ....................................89
4.2. Saran ..........................................90
Daftar Pustaka ................................................92
vi i
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Kesenjangan Produktivitas ( ton/ha ) beberapa Jenis Tanaman Palawijia di Indonesia ................................... 6
Tabel 2 : Luas Panen, Hasil Produksi dan Produksi Rata-Rata Per Hektar Kedelai di Indonesia 1984-1990........................ 8
Tabel 3 : Produksi Kedelai Indonesia, Produksi Kedelai Jawa Timur, dan Persentase Produksi Kedelai Jawa Timur Terhadap Produksi Kedelai Nasional ............... 50
Tabel 4 : Produksi Kedelai Jawa Timur tahun 1979 -1992 dalam biji kering.................... 53
Tabel 5 : Luas Panen Tanaman Kedelai di Jawa Timurtahun 1979 - 1992.......................... 54
Tabel 6 : Rata-rata Produksi tiap Hektar atau Produktivitas Tanaman Kedelai di Jawa Timur tahun 1979 - 1992................... 55
Tabel 7 : Luas Tanam Kedelai di Jawa Timur tahun1991 - 1992.................................. 61
Tabel 8 : Luas Tanam Tanaman kedalam lahan Intensifikasi dan Non Intensifikasi di Jawa Timur tahun 1992 ( Dalam Hektar ).. 65
Tabel 9 : Paket Teknologi Dalam Intensifikasi danEkstensifikasi kedelai.................... 67
Tabel 10: Varietas Kedelai yang dilepas tahun 1987-1991.......................................... 69
Tabel 11: Realisasi Penggunaan Pupuk untuk Intensifikasi Kedelai di Jawa Timur tahun 1992................................... 81
Tabel 12: Hasil Estimasi fungsi Produksi Kedelaidi Jawa Timur............................... 83
Halaman
vi i i
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1 ; Fungsi Produksi .......................... 21
GAMBAR 2 : Hubungan TPP, MPP, APP .................. 26
Halaman
ix
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Produksi Kedelai Menurut Propinsi 1981-1990
Lampiran 2 : Hasil Perhitungan Estimasi Fungsi Produksi Kedelai di Jawa Timur
Lampiran 3 : Tabel t
Lampiran 4 : Tabel F
x
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
ABSTRAKSI
Kedelai* merupakan tanaman palawija sebagai sumber protein nabati yang penting dalam usaha meningkatkan gizi masyarakat Indonesia. Produk kedelai diirianfaatkan untuk konsumsi, sebagai bahan baku mskanan ternak, dan input dalam usaha tani kedelai berupa bibit. Adanya perubahan permintaan makanan dari kedelai dan kemajuan teknik pengolahannya menyebabkan permintaan kedelai semakin meningkat. Selain itu kebutuhan untuk industri pakan ternak di masa yang akan datang, pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi juga meningkatkan permintaan terhadap kedelai tersebut. Di sisi lain sampai saat ini tingkat produksi yang dicapai belum mampu mengimbangi kenaikan kebutuhan, sehingga untuk menutup kekur&ngan tersebut Indonesia harus mengimpor dari negara lain.
Jawa Timur sebagai daerah / propinsi penghasil kedelai terbesar di Indonesia pun ternyata memiliki tingkat produktivitas dan produksi per hektar yang masih tercapai oleh Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Dalam usaha meningkatkan produksi dan produktivitas kedelai di daerah ini pemerintah melakukan usaha - usaha dan menetapkan kebijaksanaan antara lain dengan perluasan areal baru, perluasan intensifikasi dan peningkatan mutu intensifikasi, diversifikasi, dan penggunaan teknologi produksi. Selanjutnya ju^'a diusahakan pemecahan masalah baik yang bersifat teknik mmipun sosial e.konomis dalam usaha tani kedelsi di Jawa Tir.jur.
Dari hasil analisis kuantitatif diperoleh hasil bahwa 98,4 % produksi kedelai dip*ngaruhi oleh penggunaan masukan /' input berupa bibit, urea, TSP, KCL, manure dan pestisida. Semua variabel / berpengaruh nyata pada produksi kedelai walaupun dengan tingkat signifikan yang berbeda. Penggunaan bibit, urea, TSP, KCL, Manure berpengaruh* positif sedangkan penggunaan pestisida berpengaruh negatif yang mengindikasikan bahwa penggunaan varians atau uji F diperoleh hasil bahwa variabel yang diabstraksikan ke dalam model secara serempak berpengaruh terhadap produksi kedelai terbukti dengan uji F yang signifikan pada taraf nyata 1 %.
xi
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
BAB I
PENDAHULUAN M I i * k P E R P I j . V j
©NIVERSliAjj Ait: AftUUA'
S U R A B a Y A I1.1. Latar Belakanq Masalah
Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Republik Indonesia tahun 1992, sektor pertanian menga-
lami pertumbuhan rata-rata sebesar 4,5% per tahun. Sek
tor tersebut menyumbangkan 34% dari seluruh ekspor non
migas atau 20% dari total ekspor Indonesia. Sektor per
tanian merupakan lapangan kerja utama yang menyerap 55%
dari seluruh angkatan kerja.1 Kalau kita melihat kontri-
busi yang diberikan masing-masing sektor ekonomi ter
hadap pembentukan pendapatan nasional, maka sampai saat
ini sektor pertanian masih memberikan andil yang besar.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa peranan sektor pertanian
masih dominan dalam perekonomian Indonesia. Begitu
besarnya* ^peranan sektor pertanian sehingga tidak
mengherankan apabila pemerintah dalam rangka pembangunan
nasional khususnya pembangunan ekonomi selalu dititik-*
beratkan pada sektor pertanian.
Sampai saat ini pembangunan pertanian masih ber-
tujuan dan bertumpu pada usaha melestarikan swasembada
xBadan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 5 tahun BPP, Departemen Pertanian, Jakarta, 1992, hal. 5.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
pangan, meningkatkan produksi dan produktivitas,
meningkatkan pendapatan petani, serta mendorong perkem
bangan pertanian dengan tetap menjaga kelestarian sumber
daya a lam*
Untuk dapat mencapai tujuan pembangunan pertanian
banyak kendala yang masih dihadapi dewasa ini antara
lain : tingkat perkembangan penduduk yang tinggi, lapa-
ngan kerja yang terbatas, dan masih rendahnya pendapatan
petani .3
Tantangan pembangunan pada masa-masa yang akan
datang semakin rumit jika dibandingkan dengan saat ini.
Dari sekian masalah yang ada ternyata 'pangan' merupakan
suatu masalah yang penting. Buktinya akhir-akhir ini
sering ada himbauan para ahli yang mengisyaratkan agar
masalah pangan lebih diutamakan. Ada berbagai syarat
yang dibutuhkan agar masalah pangan tidak menjadi dilema
nasional. Salah satu diantaranya adalah perlu mendalami
masa1ah-masa1 ah yang terjadi saat ini. Menurut Prof.
Andi Hakim Nasution salah satu alternatif yang diajukan
untuk mengatasi masalah pangan adalah memanfaatkan lahan
sempit yang ' dimiliki petani kecil, agar dapat
*Dwi Praptomo Sudjatmika, Peningkatan Pendapatan Regional Sektor Pertanian Melalui Perubahan Pola UsahaTani di Lombok, BPPS-UGM, Yogyakarta, 1991, hal. 357.
3 Ibi d. , hal. 3 5 8
M I L I Kf e r p u s t a k a a n
®NIVERSJ . a s A * R 4 N GGA*
S U R A H 4 t A
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
dioptimalisasikan terutama untuk mencukupi kebutuhan
pangan sendiri? Sedangkan yang dimaksud 'pangan' disini
adalah padi, palawija, dan tanaman holtikultura (sayur
mayur dan buah-buahan). Sampai akhir Pelita IV
pelaksanaan pembangunan pertanian telah mampu memberikan
hasil yang memuaskan dalam peningkatan produksi beras,
namun untuk peningkatan produksi tanaman palawija dan
holtikultura masih belum menggembirakan.
Palawija merupakan tanaman pangan terpenting kedua
setelah padi, sehingga tanaman ini dikenal juga dengan
sebutan secondary crop. Meskipun sebutan ini begitu
populer namun ini tidak berarti penanganan terhadap
palawija menempati urutan kedua. Keadaan ini akan
berubah sesuai perubahan pola konsumsi masyarakat, serta
perubahan situasi dan kondisi yang ada.
Sampai dekade yang lalu pembangunan pertanian di
Indonesia masih diarahkan pada pencapaian swasembada
beras. Hal ini cukup mempunyai alasan yang kuat untuk
dilakukan mengingat pada waktu itu Indonesia merupakan
pengimpor beras terbesar di dunia yaitu 3035 dari jumlah
yang diperdagangkan.5 Situasi yang demikian kalau terus
4Andi Hakim Nasution, Ekonomi Pertanian Indonesia. Penerbit Angk'asa, Bandung, 1984, hal. 77.
5Sefrimon, Perkembangan Produksi Palawija, Maialah Ilmiah (Jniversitas Jambi, Jambi, 1990, hal.2.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
menerus terjadi akan sangat berpengaruh terhadap
cadangan devisa negara. Kemudian untuk raemacu kenaikan
produksi dan sekaligun menuju swasembada beras berbagai
upaya telah dilakukan. Suatu 'action research' IPB
bekerja sama dengan Lembaga Koordinasi Pengabdian
Masyarakat Departemen PTIPT pada musim tanam 1963/1964
dalam bentuk Pilot Proyek Panca Usaha Lengkap ternyata
marnpu meningkatkan hasil padi paling sedikit dua kali
lipat. Seiring dengan perkembangan zaman, ketersediaan
idana dan majunya teknologi, model ini juga mengalami
perkembangan dan perubahan yang dikenal dengan sebutan
Bimas. Penyempurnaan Simas dengan segala p^rangkatnya
terus juga dikembangkan, disamping pencetakan sawah
baru. sehingga pada tahun 1984 Indonesia telah mampu
mencapai swasembada beras.
Seiring dengan prestasi yang telah dicapai
tersebut, sebenarnya sejak tahun 1979 usaha peningkatan
produksi palawija telah dilakukan6 Adapun sasarannya
adalah bahwasanya sebelum akhir Pelita IV swasembada
palawija terutama kedelai dan jagung telah dapat
dicapai. Selama ini telah terjadi kesenjangan
produktivitas pada tanaman palawija di Indonesia karena
adanya per-bedaan yang menyolok antara potensi produksi
dengan hasil yang nyata-nyata dicapai oleh petani.
4.
6Ibid., h a l . 33
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
seperti yang dapat dilihat dalam tabel 1.
Selanjutnya dalam skripsi ini penulis akan membahas
mengenai peningkatan produksi salah satu palawija yaitu
kedelai dengan Jawa Timur sebagai daerah penelitian.
Kedelai merupakan tariamon palawija s;ebagai sumber
protein nabati yang penting dalam usaha meningkatkan
gisi masyarakat Indonesia. Produksi kedelai dimanfaatkan
masyarakat untuk konsumsi, sebagai bahan baku makanan
ternak. dan input dalam usaha tani kedelai berupa bibit.
5
TABEL 1
■KES'ENJANGAN PRODUKTIVITAS (TON/HA) BEBERAPA JENIS TANAMAN PALAWIJA DI INDONESIA
Jenis tanaman Potensi produksi Produksi rata- rata petani |
Jagung 4.0 1,5
Kede1ai 1,6 0,8
'Kacang tanah 1,6 0,9
Kacang hijau 1.2 0,5
Ubi jalar 25,0 8,4
jJbi kayu 30,0 9.5
Sumber : Sagan Litbana Pertanian,1984
Kedelai sebagian besar dikonsumsi masyarakat dalam
Dontuk Oiihcin cian hair/a sebayian kecii saja yang
di konsumsi 1 ang.su n g . Avia berbagai mac am makanan yang
.Derasai ciari KOrdelai yap. 1.7 inanraatnya semakin dirasakan
i u c i s y a j c i a ci
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
Adanya perubahan pernuntaan makanan dari kedelai
dan kemajuan teknik dalam pengolahannya menyebabkan
permintaan kedelai semakin meningkat. Selain itu
kebutuhan untuk industri pakan ternak di masa yang akan
datang. pertumbuhan penduduk, dan adanya pertumbuhan
ekonomi juga menyebabkan meningkatnya permintaan kedelai
tersebut. Di si si lain tingkat produksi yang dicapai
sampai saat ini belum mampu mengimbangi kenaikan
kebutuhan, s e h m g g a untuk menutup kekuiangan tersebut
Indonesia harus mengimpor dari riegara lain. Kekurangan
kedelai yang untuk dikonsumsi berpengaruh pula pada pola
konsumsi masyarakat yang dimanifestasikan dalam bentuk,
pergeseran menu makanan yang lebih banyak mengandung
te'uir atau daging.7
Walaupun produksi kedelai meningkat yaitu dari 492
ribu ton rata-rata per tahun dalam Pelita I menjadi 562
ribu tor. pada Pel iLa IE. o22 ribu ton pada Pelita III,
1.3 juta i.on pada Pelita IV dari 1,5 juta ton pada Pelita
V. tetapi ini belum rueucukupi kebutuhan dalam negeri.
Pa la Pelita I Indonesia mampu mengekspor rata-rata 9
ribu ton per tiahun, pada Pelita II Indonesia berbalik
mengimpor 82 ribu ton per tahun karena produksi tidak
dapat rii'T ncukupi kebutuhan. Sejak Pelita II ekspor
.Yio.'.-m j L awa t : c l a 1 . . Pengaruh Harga Kedelai dan Fak tor- Fak tei 'Jos i a i Ek^nom i Pe tan l Terhadap PenawaranKede 1 a i d i Kabupa ten Lombok Tengah , BPPS-UGM, Yogyakar y t, . ! i .■ 1 1 . «'vl.
6
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
kedelai tidak pernah dilakukan lagi bahkan impor kedelai
meningkat menjadi 322 ribu ton per tahun pada Peiita III
dan mencapai 512 ribu ton pada tahun 1989. Konsumsi per
kapita kedelai dalam negeri sampai tahun 1985 telah
mencapai 6,5 kilogram por kapita per tahun atau sekitar
1.5 juta ton per tahun. DibaridingXan dengan produksi
kedelai pada tahun 1985 yang masih mencapai sekitar 0.8
juta ton per tahun berarti masih terdapat kekurangan
sekitar 0,7 juta ton per tahun. Untuk memenuhi Keku
rangan tersebut. Indonesia telah mengimpor kedelai dalam
.volume yang besar. Pada. tahun 1905 Indonesia telah*
mengimpor kedelai sebesar 691 ribu ton dan pada tahun
1989 untuk memenuhi kebutuhan kedelai sebesar 1.764.990
ton masih harus mengimpor sebesar 511.674 ton. Angka ini
akan terus meningkat jika tidak ada usaha meningkatkan
produksi dalam negeri. Kedelai impor dialokasikan untuk
memenuhi kebutuhan induotri di dalam negeri yang
men.golah kedelai nienjadi tempe. tahu. kecap. susu.
tenung. . inyak dan mdustri pakan ternak.
Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa produksi dan
produktivi tas/produksi rata-rata kedelai di Indonesia
masih sangat rendah. Produktivitas kedelai dunia. dan
ner;ara penghasi 1 kedelai utarna (Amerika Serikat) telah
mencapai 1,92 ton/ha. tahun 1985. .dan pada tahun 1987
mencapai 2,29 r.on/ha. Dari petak percobaan di Indonesia
sendiri, yang dilakukan oleh Badan PeneJitian dan
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
P e r n j t v m L a i i y a 11 Pc-i t a i i i a i i |.K.-r n a i i me m.’ a p a i p r o d uk Livitasnya
yang Lci'tinggi sebesar 3,0 ton/ha. Ini berarti
produktivitas dan produksi kedelai di Indonesia masih
memiliki peluang untuk ditingkatkan.
TABEL 2
L U A S P A N E N , H A S I L P R O D U K S I , DAN PRODUKSI RATA-RATA PER HEKTAR KEDELAI DI INDONESIA 1984-1990
8
Tahun Luas panen (000 ha)
Produksi COOO ton)
Produksirata-rata(ton/ha)
1984 859 770 0,90
1985 896 870 0,97
1986 1.245 1.227 0,98
1987 1 .101 1.161 1,01
1988 1.177 1.270 1,08
1989 1 .198 1 .315 1,10 j
| 1990 1 .334 1.487 1,11 |
S uniter : Stat:stjk Inco-hrS i a . BPS, Jakarta. 1934-1990.
:Pruduko] 'ian produkiivi • > yang maaih rendah. disebabkan
o:£f: i a* tor Ley. n is fcua i-iaya yang belum d i 1 aksanakan
urruyaii .jci : , j ny i l r a m o rma s i leknoiogz dan sistem
al c : ! U i>T! J U!l l !■*.-! *_ * • .i r !l L t l Lw .1 p - K l c i i ' 1 S II i is .
eRu sHidd i f l . dl.. Etisi*nsi Rulati[ dan Pengaruh Sikap F l ani Terhadap Reaiko Pengembangan Kedelai, 3PPS-jJG M , Yotj/akarta, i‘J93 , hai . .190.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
Dilihat dari aspek fisik dan teknisnya, Indonesia
sebenarnya tidak perlu mengimpor kedelai karena lahan
yang dapat ditanami kedelai cukup. luas yaitu sebesar
8.919.078 ha tegalan dan 8.112.833 ha lahan sawah.
Indonesia dapat dikatakan memiliki potensi pengembangan
kedelai yang cukup besar. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa kedelai dapat tumbuh dengan baik tidak
hanya di lahan sawah, tetapi dapat juga di lahan kering
apabila dikelola dengan baik dan menggunakan teknologi
yang lebih maju. Usaha peningkatan produksi kedelai di
Indonesia yang dilakukan melalui program intensifikasi,
ekstensifikasi, dan diversifikasi belum menunjukkan
hasil yang memuaskan. Kenyataannya produktivitas yang
dicapai dari Pelita ke Pelita masih tergolong rendah.
Produktivitas yang dicapai pada Pelita I sebesar 0,73
ton/ha. pada Pelita II sebesar 0,8 ton/ha, dan pada
Pelita III sebesar 0,87 ton/ha. Pada tahun 1990
produktivitas kedelai meningkat menjadi 1,15 ton/ha.
CSumber : Direktorat Bina Produksi Tanaman Pangan).
Jawa Timur merupakan salah satu daerah yang
potensial untuk pengembangan kedelai di Indonesia. Jawa
Tiraur juga merupakan propinsi penghasil kedelai terbesar
dari tahun ke tahun. Pada tahun 1990 Jawa Timur memenuhi
27% kebutuhan kedelai nasional, sekitar 29% dipenuhi
dengan mengimpor dari negara lain dan sisanya dipenuhi
oleh daerah-daerah lain di Indonesia. Usaha peningkatan
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
produksi' kedelai merupakan program yang penting untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri, menghemat devisa
negara, dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan
petani J9 Mengingat pentingnya upaya pengembangan kedelai
tersebut. maka dengan berbagai cara, produksi harus
dapat ditingkatkan dalam rangka turut menunjang usaha
peningkatan produksi pangan.
1.2. Perumusan Masalah
Dengan memperhatikan keadaan alam secara umum
seperti keadaan tanah, kemiringan, curah hujan, serta
iklim di Jawa Timur, maka daerah ini dirasa cukup
potensial untuk pengembangan kedelai.
Selama di daerah ini dibudidayakan tanaman kedelai,
produktivitasnya masih "dikatakan rendah jika dibanding-
kan dengan produktivitas yang dicapai Lembaga Penelitian
dan Pengembangan Pertanian. Menurut data yang ada dari
iDinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Timur, produktivitas
kedelai di daerah ini masih mencapai 1,154 ton/ha pada
tahun 1988. 1,158 ton/ha pada tahun 1989, 1.208 ton/ha
pada tahun 1990, 1,223 ton/ha pada tahun 1991, dan 1,260
ton/ha pada tahun 1992 atau dapat dikatakan dalam kurun
waktu 5 tahun terakhir produktivitas kedelai di Jawa
10
’Muhammad Akib Tuwo, Analisis Produksi Kedelai di Sulawesi Tenggara, Majalah Ilmiah Universitas Haluoleo, nomor 7, tahun V, Kendari 1991. hal. 79.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
Timur masih mencapai 1,2 ton/ha. Angka ini masih jauh di
bawah produktivitas yang telah dicapai Lembaga
Penelitian dan Pengembangan Pertanian yaitu antara 2,0-
2.7 ton/ha, bahkan di petak percobaan pernah mencapai
produktivitas tertinggi sebesar 3,0 ton/ha.
Berdasarkan uraian di atas, perumusan masalah yang
diajukan adalah : Apakah faktor-faktor produksi bibit,
pupuk urea, T*SP, KCL, pupuk kandang, berpengaruh
terhadap produksi kedelai dan kalau berpengaruh,
seberapa pengaruh masing-masing variabel tersebut ?
1,3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1.3.1. Mengetahui berbagai faktor yang mempengaruhi
produksi kedelai di Jawa Timur.
1.3.2. Melihat G-.lS-st i si tas penggunaan masukan atau
input dalam produksi kedelai di Jawa Timur.
1.3.3. Mengetahui bagaimana hubungan variabe1-variabe1
bibit, urea, TSP, KCL, pupuk kandang terhadap
produksi kedelai.
11
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
1.4. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian di atas maka man
faat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah ;
1.4.1. Manfaat ilmiah dari penelitian ini adalah agar
dapat digunakan bagi pengembangan ilmu ekonomi,
memahami teori ekonomi secara lebih mendalam
khususnya teori ekonomi produksi.
1.4.2. Manfaat kebijaksanaan dari penelitian ini adalah
diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan bagi pemerintah dalam menentukan
kebijaksanaan yang berkaitan dengan bidang
pertanian khususnya dalam usaha meningkatkan
produksi pertanian.
1.4.3. Sebagai bahan acuan bagi peneliti lain yang
berminat mengadakan penelitian lebih lanjut.
1.4.4. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah Jawa
Timur dalam perencanaan pembangunan pertanian.
1.5. Siatematika Skripsi
Skripsi ini^terdiri dari empat bab yang disusun
sebagai berikut :
Bab X : Pendahuiuan
Dalam bab ini berisi penjeiasan tentang latar
belakang masalah; perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian. dan sistemati-
ka skripsi.
12
M I L I KFERPUSTAK*4N
*PNIVERSn>S *il VOCM' S U R A «
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
Bab II Tinjauan Pustaka
Dalam bab ini diuraikan beberapa teori yang
berkaitan dengan pokok permasalahan antara
lain ; Pengertian produksi, proses produksi
dan faktor produksi, Fungsi produksi, konsep
tentang TPP, MPP, APP, dan hubungannya dengan
tahap produksi, Pengertian produktivitas, dan
Fungsi produksi tipe Cobb-Douglas. Setelah itu
secara berurutan akan dilanjutkan dengan
penelitian sebelumnya, hipotesis, model
analisis dan metodologi penelitian yang
terdiri dari prosedur pengumpulan data serta
teknik analisis.
Bab III : Analisis
Dalam bab ini dijelaskan tentang gambaran
umum, setelah itu diuraikan tentang hasil
estimasi serta analisis model.
Bab IV : Dalam bab ini terdiri dari kesimpulan dan
saran.
Pada bagian akhir berisikan Daftar Pustaka
serta lampiran.
13
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Produksi, Faktor .Produksi, dan Proses Produksi
Beberapa buku teori ekonomi mendefinisikan produksi
sebagai penciptaan guna. Guna berarti kemampuan barang
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Ada tiga
macam pengertian dari guna yaitu guna tempat, guna
bentuk, dan guna waktu.
Menurut definisi tersebut produksi mengandung
pengertian yang sangat luas, meliputi semua aktivitas
yang menghasilkan barang dan jasa, Jadi produksi tidak
hanya mencakup pembuatan barang yang dapat dilihat saja,
tetapi menurut pengertian ini jasa bank, menulis buku,
pemain musik termasuk dalam pengertian produksi. Dalam
hal ini kita mengalami kesulitan untuk menunjukkan
secara pasti input-input yang digunakan untuk
menghasilkan produk-produk tersebut. Padahal jelas untuk
menghasilkan jasa-jasa tersebut perlu ketrampilan teknis
dan intelektual. Oleh karena itu konsep produksi lebih
jelas diaplikasikan pada penciptaan barang dan bukan
10 Ari Sudarraan, Teori Ekonomi Mikro, BPFE, Yoyakarta, 1984, hal. 120.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
DaLam kasus produksi barang masalahnya akan menjadi
lebih jelas dan sederhana karena faktqr-faktor produksi
yang digunakan dan produk yang dihasilkan dapat
,diidentifisir dengan mudah baik kualitas maupun
ikuantitasnya.
Selanjutnya teori produksi terdiri dari beberapa
analisa bagaimana seharusnya produsen atau pengusaha
dalam tingkat teknologi tertentu mengombinasikan
beberapa macam faktor produksi untuk menghasilkan produk
seefisien mungkin!1 Agar produksi dapat dijalankan
untuk menciptakan hasil/produk maka diperlukan beberapa
input atau faktor produksi. Secara garis besar faktor
produksi diklasifikasikan menjadi : faktor produksi
alam, tenaga kerja, modal, dan skill. Keempat faktor
produksi tersebut penting artinya dalam suatu proses
produksi.
Faktor produksi alam meliputi tanah, bahan tambang,
mineral air dan kekuatan alam. Tanah merupakan bagian
yang terpenting dalam faktor produksi alam yang
dipergunakan sebagai teropat dan mengandung zat/unsur
yang berguna bagi pertanian. Faktor produksi alam
disebut juga faktor produksi asli, yaitu segala sesuatu
yang bisa menjadi faktor produksi, yang disediakan oleh
alam dan tidak berasal dari kegiatan manusia.
15
" Ibid., h a l .121
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
Faktor produksi tenaga kerja (human resources)
dilihat dari sudut ekonomi adalah setiap pengorbanan
pikiran dan fisik yang sebagian atau seluruhnya
ditujukan untuk menghasilkan barang dan jasa, atau dapat
dikatakan sebagai usaha manusia yang bersifat fisik
maupun pikiran yang ditujukan untuk produksi. Bersama
dengan faktor produksi alam, tenaga kerja juga
digolongkan sebagai faktor produksi asli. Faktor
produksi tenaga kerja merupakan elemen yang mengorgani-
sasikan proses produksi. Tenaga kerja disini mencakup
tenaga kerja terdidik atau tidak, trampil atau tidak,
dan tenaga terlatih atau tidak terlatih, yang semuanya
dapat disumbangkan untuk memproduksi barang dan jasa.
Faktor produksi modal adalah semua jenis barang
yang dibuat untuk menunjang kegiatan produksi barang
lain. Faktor produksi modal tidak termasuk faktors
produksi asli, artinya tidak diproduksi oleh alam. Jadi
barang modal yaitu barang yang timbul karena produksi
dan yang berguna lagi untuk proses produksi selanjut-
nya. Yang termasuk dalam barang modal misalnya : mesin
pabrik, peralatan produksi, dan lain-lain. Sedangkan
modal dalam pertanian dapat diartikan sebagai bentuk
kekayaan baik berupa uang maupun barang yang digunakan
dalam proses produksi baik. langsung maupun tidak lang-
16
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
sung?8 Modal pertanian di luar tanah adalah cangkul,
dan alat-alat pertanian lainnya, termasuk juga bibit,
pupuk, hasil panen yang belum dijual, tanaman yang masih
ada di sawah, dan lain-lain.13
Faktor produksi yang terakhir adalah skill/
kecakapan atau entrepreneurship, Faktor produksi ini
tidak dapat dilihat wujudnya tetapi hanya dapat
dirasakan keberadaannya. Sekalipun demikian entre
preneurship/ski 1 1/keahl ian sangat penting peranannya
dalam kegiatan produksi. Skill menjadi semakin penting
apabila dikaitkan dengan efisiensi artinya sekalipun
faktor produksi yang lain tersedia cukup tetapi kalau
tidak dikelola dengan baik maka produksi yang efisien
tidak akan tercapai.
Keempat faktor produksi yang telah disebutkan di
atas adalah unsur yang saling terkait dan harus bekerja
sama dalam proses produksi. Namun dalam setiap proses
produksi tidak harus semua faktor tersebut ada. Dalam
kenyataannya proses produksi dapat berlangsung walaupun
hanya menggunakan dua faktor produksi saja, misalnya
mengambil buah-buahan di hutan hanya perlu dua faktor
produksi saja yaitu faktor produksi alam dan tenaga
17
1JSukartawi, Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Rajawali Press, Jakarta, 1987, hal. 15.
u Mubyarto, Penqantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta, 1985, hal. 91.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
kerja.
Untuk memudahkan analisis dilakukan penyederhanaan
klasifikasi faktor produksi agar seluruh perhatian dapat
ditujukan kepada masalah-masalah pokok, yaitu mengenai
prinsip-prinsip produksi itu sendiri. Dalam analisis
proses produksi secara fisik dan hubungannya dengan
biaya produksi, faktor produksi dapat diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu faktor produksi tetap (fixed input)
dan faktor produksi variabel (variabel input). Faktor
produksi tetap adalah faktor produksi yang jumlahnya
tidak dapat diubah dalam waktu yang relatif singkat.
Kenyataannya tidak ada satu pun faktor produksi yang
mutlak tetap, akan tetapi untuk penyederhanaan analisis
biasanya ada beberapa faktor produksi yang bersifat
tetap misalnya : tanah, gedung. Faktor produksi variabel
adalah faktor produksi yang jumlahnya dapat diubah-ubah
dalam waktu yang relatif singkat, seperti pupuk, bibit,
pestisida. Faktor produksi variabel dapat dikombinasikan
dengan faktor produksi tetap dalam proporsi berbeda-
beda, untuk menghasilkan tingkatan produksi. Untuk
imenganalisa faktor produksi digunakan asumsi hanya satu
faktor produksi yang berubah-ubah, dan yang lainnya
tetap ,u
Selanjutnya untuk menghasilkan output maka faktor-
18
“ibid., hal. 58.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
faktor produksi perlu diproses bersama-sama dalam suatu
proses produksi. Jadi proses produksi adalah suatu
kombinasi dari faktor-faktor produksi yang dibutuhkan
untuk memproduksi satu-satuan produk. Biasanya untuk
memproduksi satu-satuan produk dapat digunakan lebih
dari satu metode produksi!9
2.1.2. Fungs_i____produk_ai
Antara faktor produksi di satu pihak dengan hasil
produksi di lain pihak terdapat hubungan yang saling
terkait. Dalam bukunya 'Teori Ekonomi Mikro' Ari Su-
darman menjelaskan :
Dalam pembicaraan mengenai teori produksi hal yang selalu mendapat tekanan adalah jumlah output selalu tergantung atau merupakan fungsi dari faktor-faktor produksi yang digunakan, Hubungan antara output yang dihasilkan dan faktor-faktor produksi yang digunakan sering dinyatakan dalam suatu fungsi produksi.“
Uraian tersebut menunjukkan bahwa antara input dan
output terdapat keterkaitan yang erat, yaitu adanya
ketergantungan output terhadap input. Fungsi produksi
merupakan hubungan input dan output berupa barang atau
19
19Gunawan Sumodiningrat, Ekonomi Produksi. Karunika- Universitas Terbuka, Jakarta, 1987, hal. 14.
u Ari Sudarman, o p . cit.. hal. 124.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
jasa per unit waktu!7 Disamping itu fungsi produksi
menggarabarkan teknologi yang digunakan perusahaan atau
industri atau perekonomian secara keseluruhan.
Jadi fungsi produksi adalah tranformasi dari faktor
produksi sehingga menghasilkan output dalam setiap
periode waktu tertentu, atau dengan kata lain fungsi
produksi mencerminkan teknologi yang dipakai perusa-
haan/industri dalam kurun waktu tertentu. Apabila
teknologi berubah maka fungsi produksi juga berubah.
Dalam pembahasan teori produksi telaahan fungsi
produksi dianggap penting karena :
a. Dengan fungsi produksi peneliti dapat menge- tahui hubungan antara faktor produksi/input dan produk/output secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah dimengerti.
b. Dengan fungsi produksi peneliti dapat menge- tahui hubungan antara variabel yang dijelaskan dengan variabel yang menjelaskan dan sekalicjus mengetahui hubungan antar variabel penjelas?
Suatu fungsi produksi dapat diwujudkan dalam bentuk
grafik dan persamaan aljabar matematik. Jika pada sumbu
itegak menunjukkan produk dan sumbu mendatar menunjukkan
masukan variabel, maka dapat dibuat fungsi produksi
secara grafik, seperti pada gambar 1. Fungsi produksi
merupakan suatu kurva yang mula-mula naik secara lambat.
20
17Richard A. Billas, Mikro Ekonomi, Erlangga, Jakarta, 1987, hal, 135.
18 Sukartawi, Teori Ekonomi Produksi, Denaan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas, Rajawali Press, Jakarta, 1990, hal'. 15.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
setelah sampai pada titik tertentu kemudian berubah arah
sampai dengan titik maksimum, kemudian berbalik turun
kembali secara terus menerus.
21
GAMBAR 1
FUNGSI PRODUKSI
Yproduk
input variabel
Sumber : Suratno, Penqantar Ekonomi Pertanian, Karunia UT, Jakarta, 1986, hal. 3.4.
Sedangkan dalam persamaan aljabar fungsi produksi dalam
bentuk umum adalah :
Y = f (X,, X , .............. (2.1.)
di mana : Y = Output
Xj, X, , . . .Xn = berbagai input
f = simbol' fungsional
Adapun berdasarkan bentuknya fungsi produksi yang
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
sering digunakan oleh berbagai peneliti adalah :19
a. Fungsi produksi linier, biasanya dibedakan
menjadi dua yaitu fungsi produksi linier
sederhana dan fungsi linier berganda. Dalam
fungsi produksi linier sederhana hanya satu
variabel X yang digunakan dalam model, sedangkan
dalam fungsi produksi linier berganda lebih dari
satu variabel X yang dipakai.
b. Fungsi produksi kuadratik, dengan menggunakan
persamaan kuadrat. Fungsi produksi kuadratik
disebut juga fungsi produksi poliniminal
kuadratik.
c. Fungsi produksi polinomial akar pangkat dua.
d. Fungsi produksi eksponensial. Di dalam fungsi
produksi eksponensial terdapat bilangan
berpangkat, sehingga penyelesaiannya memerlukan
bantuan logaritma.
e. Fungsi produksi CES, diperkenalkan oleh Arrow
d k k . Fungsi produksi jenis ini dipakai bila
berlaku asumsi constant return to scale.
Kemudian fungsi ini dimodifikasikan oleh
Fletcher dan Lu dengan Variabel Elasticity of
Substitution (VES). Ciri dari VES ini adalah
mempunyai produk marjinal positif yang menu^run.
22
19 Ibid. , hal . 16-24.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
Kelemahan dari VES adalah variabel yang dipakai
tidak boleh lebih dari dua.
f. Fungsi produksi trancendental, diperkenalkan
oleh Halter pada tahun 1957. Keunggulannya
adalah dapat menggambarkan kondisi di mana
produk dapat menaik, menurun dan menurun dalam
negatif. Kelemahan dari fungsi produksi jenis
ini adalah bila salah satu nilai X nya nol maka
fungsi Transendental tidak bisa diselesaikan.
g. Fungsi produksi Cobb-Douglas, akan dibahas
khusus dalam sub bab berikutnya karena dalam
penelitian ini lebih ditekankan pada penggunaan
fungsi produksi Cobb-Douglas yang lebih umum.
2.1.3. Total Physical Product (TPP). Marginal Physical
Product (MPP). dan Average Physical Product (APP)
Perabahasan fungsi produksi tidak terlepas dari
masalah output. Jumlah seluruh produk yang dihasilkan
oleh beberapa unit output dalam suatu proses produksi
disebut output total atau TPP. TPP dapat digambarkan
dalam bentuk'kurva maupun persamaan. Bentuk kurva TPP
adalah seperti yang dapat dilihat pada gambar 1, sedang
dalam bentuk persamaan adalah :30
TPP = f(X) atau Y = .f(X)
23
70 Suratno, Ekonomi Pertanian. Karunika UT, Jakarta, 1986, h a l . 34.
M I L I K fE R P U S T A K A A N
’ U N IV E R SIT as A N G Q A '
S V R A B w A f
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
Tambahan output yang dihasilkan sebagai akibat
adanya tambahan satu unit input variabel disebut produk
marjinal/MPP, Dalam bentuk persamaan MPP ditulis sebagai
berikut ?'
MPPxm ^ r atau m ppx= 4 ^ (2.2)o x oX
Dengan demikian berarti MPP merupakan turunan pertama/
first derivative dari fungsi produksi.
Selanjutnya, produksi rata-rata dari suatu
input/faktor produksi atau APP adalah total produksi
dibagi dengan jumlah faktor produksi yang digunakan
untuk menghasilkan produk tersebut.”
TP? Y f(X)APP, = ------ = --- = ------ (2.3)
X X X
Antara TPP, MPP. dan APP mempunyai hubungan yang
erat. Dari hubungan tersebut dapat dijelaskan tahap-
tahap produksi dan hukum kenaikan hasil yang semakin
berkurang.
Dalam ilmu ekonomi digunakan asumsi dasar mengenai
sifat fungsi produksi yaitu 'fungsi produksi semua
produsen dianggap tunduk pada hukum kenaikan hasil yang
24
“ Ibid. h a l . 3.5.
” Suratno, log, cit .
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
semakin' berkurang (law of diminishing return)1 ” Hukum
tersebut menunjukkan arah umum tingkat perubahan outputI
bila salah satu sumber yang digunakan diubah jumlahnya.
Richard H. Leftwich dalam bukunya 'Mikro Ekonomi'
mendefinisikan hukum kenaikan hasil yang semakin
berkurang sebagai berikut :
Jika masukan salah satu sumber dinaikkan per unit waktu sedangkan masukan lain tidak berubah, maka produk total akan meningkat, tetapi setelah melewati batas tertentu kenaikan produksi yang diperoleh menjadi semakin kecil. jika kenaikan masukan yang bersangkutan terus-menerus ditambah, produk total akan mencapai suatu maksimal dan sesudah itu mungkin menurun terus.4
Hukum tersebut menjelaskan bahwa dalam kombinasinya
dengan input tetap, ada juga jumlah input variabel
optimal yang harus digunakan, tidal lebih dan tidak
kurang. Hukum hasil yang semakin berkurang juga
menjelaskan bahwa metode produksi tidak berubah seperti
perubahan dalam jumlah input variabel. Perubahan itu
lebih dimaksudkan pada perubahan proporsi antara input
variabel dan input tetap. Hukum tersebut tidak berlaku
bila seluruh input (variabel maupun tetap) berubah.
Kembali pada hubungan antara TPP, MPP, dan APP,
yang dapat dijelaskan dengan menggunakan gambar 2, di
mana gambar A menunjukkan kurva TPP dan gambar B
33Boediono, Ekonomi Mi-kro, BPFE, Yogyakarta, 1982, hal. 56.
24 Richard H. Leftwich, Mikro Ekonomi. PT Bina Aksara, Jakarta, 1984, hal. 141.
25
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
menunjukkan kurva MPP dan APP. Penjelasan hubungan
ketiga kurva serta tahap-tahap dalam produksi adalah
sebagai berikut :
2.1.3.1. Tahap produksi I
Tahap produksi I yaitu pada saat penggunaan X
antara 0 dan , dengan penjelasan sebagai berikut :
GAMBAR 2
HUBUNGAN TPP, MPP, APP.
26
Sumber : Mubyarto, Pencrantar Ekonomi Pertanian, LP3ES, Jakarta, 1985, hal. 67.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
27
a. Pada saat penggunaan masukan X antara 0
sampai Xx kurva TPP cekung ke atas, MPP
mengalami kenaikan, demikian pula APP. Pada
titik A, TPP mulai berubah arah, MPP
mencapai maksimal, dan hukum kenaikan hasil
yang semakin berkurang mulai berlaku.
b. Setelah melewati titik A, TPP terus menaik
dan cembung ke atas, MPP menurun, dan APP
terus menaik hingga mencapai titik maksimum
(titik B) atau hingga penggunaan masukan X
sebanyak X2 .
Pada tahap I ini produk rata-rata menaik dengan
ditambahnya masukan variabel. Bila harga faktor produksi
variabel per unit tetap, maka naiknya produk rata-rata
masukan variabel berarti ongkos produksi per unit
semakin kecil dengan ditambahnya masukan variabel
tersebut. Produsen tidak akan beroperasi pada tahap ini
karena dengan memperluas produksinya ia dapat menekan
ongkos produksi per unit, dan dengan tingkat harga
penjualan produk yang sama per unit berarti memperbesar
keuntungan. Pada tahap ini efisiensi produksi tidak
maksimal .”
35 Ari Sudarman, o p . c i t . , hal. 138.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
2.1.3.2; Tcfow. Pr<?4uKg* II
Tahap II dalam produksi yaitu pada saat penggunaan
X antara X, dan X , . Tahap ini terjadi saat MPP menurun
dan besarnya lebih kecil daripada APP, dimulai dari saat
APP mencapai maksimum dan berakhir pada saat MPP = 0.
Dengan kata lain dalam tahap ini MPP menurun tetapi
masih positif. Efisiensi penggunaan input variabel
mencapai puncaknya pada awal tahap II, dan efisiensi
penggunaan 'input tetap' paling tinggi dicapai pada
akhir tahap II. Hal ini disebabkan jumlah 'input tetap'
konstan sehingga output total per unit 'input tetap'
adalah terbesar.”
Efisiensi maksimal produksi terjadi pada tahap ini
karena ongkos produksi per unit lebih kecil dibanding
dengan tahap I, dan hasil produksi yang dicapai lebih
besar.
2.1.3,3. Tahap Produksi III
Tahap ini terjadi pada saat penggunaan masukan X
sebanyak Xj atau lebih. Mulai awal tahap III (titik C ) ,
TPP terus menurun, demikian pula APP turun sampai
mendekati nol apabila penggunaan masukan X terus
ditambah. Sedangkan MPP pada tahap ini negatif. MPP yang
negatif menunjukkan bahwa dalam kombinasinya dengan
28
a* Gunawan Sumodiningrat, op. cit, hal. 2.29.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
input' tetap, juralah input variabel yang dipakai terlalu
berlebihan .37
Pada tahap III produksi tidak efisien dan tidak
rasional, sehingga dengan mengurangi masukan variabel
akan dapat menaikkan hasil produksi atau dengan kata
lain jumlah produksi yang sama dapat dicapai dengan
input yang lebih sedikit.
2.1.4. Elastisitas Produksi
Elastisitas produksi adalah suatu konsep yang
mengukur derajat kepekaan perubahan output yang
disebabkan oleh perubahan pemakaian input. Sebagaimana
koefisien elastisitas lainnya, elastisitas produksi juga
tidak meraerlukan ukuran satuan tertentu. Elastisitas
produksi dapat dirumuskan sebagai berikut :8
Persentase perubahan output^ = --------------------------------------------------------
Persentase perubahan input
atau dapat ditulis :
I IB y _ bY X _ bY 1
~ bX Y ' IX~yTxX
29
27 Gunawan Sumodiningrat, loc. c it.
” Ibid, hal. 2.31.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
30
MPP= ------ (2.4)
APP
Selanjutnya nilai elastisitas produksi yang dapat
diketahui pada gambar 2 adalah :29
a. Elastisitas produksi lebih besar dari satu
terjadi pada saat' MPP > APP atau terletak
pada tahap I. Selama elastisitas produksi
lebih besar dari satu berarti masih ada
kesempatan bagi produsen untuk memperoleh
produk total yang lebih besar dengan jumlah
faktor produksi yang sama. Dalam keadaan
denukian berarti produksi tidak efisien.
b. Elastisitas produksi sama dengan satu
terjadi pada saat MPP = APP (pada titik B)
atau pada saat MPP memotong APP di titik
maksimal. Elastisitas produksi sebesar satu
artinya satu persen perubahan input akan
mengakibatkan perubahan output sebesar satu
persen pula.
c. Elastisitas produksi lebih besar dari nol
dan lebih kecil dari satu ( 0<$<1 )
terjadi pada APP di atas MPP, sebelum MPP
bernilai negatif, atau berada pada tahap II
yang merupakan tahap efisien dan rasional
a*Mubyarto, o p . c i t . hal. 68-69.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
dalam produksi.
d. Elastisitas produksi sama dengan nol
terjadi pada saat MPP sama dengan nol, TPP
rnaksimum, atau tepat di titik C (batas
antara tahap II dan tahap III).
e. Elastisitas produksi negatif terjadi pada
saat MPP negatif. Pada saat elastisitas
produksi negatif produk total mengalami
penurunan.
2.1.5. Pengertian Produktivitas
Secara harafiah produktivitas berasal dari kata
produktif, yang artinya banyak mendatangkan hasil,
misalnya dalam pertanian produktivitas merupakan
kemampuan satuan luas tanah tertentu dalam menghasilkan
sejumlah hasil pertanian tertentu. Jadi suatu usaha yang
produktif adalah suatu usaha yang produktivitasnya
tinggi. Oleh karena itu salah satu cara untuk raemper-
besar jumlah produk adalah dengan jalan meningkatkan
produktivi tasnya.
Pada dasarnya produksi dan produktivitas mempunyai
pengertian yang berbeda. Produksi menunjukkan suatu
hasil yang dicapai. Jadi peningkatan produksi berarti
adanya pertambahan hasil yang dicapai, sedang produk
tivitas mengandung pengertian perbaikan cara pencapaian
31
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
32
produksi ?°
Secara umum produktivitas mengandung pengertian
perbandingan antara hasil yang dicapai dengan
keseluruhan input/sumber daya yang digunakan.31
Sedangkan Mubyarto dalam bukunya ‘Pengantar Ekonomi
Pertanian* menjelaskan pengertian produktivitas dalam
usaha tani sebagai berikut :
Produktivitas dalam usaha tani sebenarnya merupakan gabungan pengertian/konsepsi efisiensi usaha/fisik dan kapasitas tanah. Efisiensi fisik mengukur jumlah hasil produksi yang dapat diperoleh dari satu kesatuan input. Sedangkan kapasitas tanah tertentu menggambarkan kemampuan tanah untuk menyerap tenaga kerja dan modal sehingga memberikan hasil produksi brutQ yang sebesar-besarnya pada tingkatan teknologi tertentu. Jadi produktivitas merupakan perkalian antara efisiensi dengan kapasitas.
Untuk mengukur produktivitas dikenal beberapa
33tingkat skala kegiatan ekonomi, antara lain :
a. Pengukuran produktivitas tingkat nasional
atau makro adalah ratio antara keluaran
30Payaman Simanjuntak, Produktivitas Kerja dan Ruang Lingkupnya, Prisma no. X I , LP3ES, Jakarta, 1983, hal. 24.
31 J . Ravianto, Produktivitas dan Mutu Kehidupan, Lembaga Sarana Informasi Usaha dan Produktivitas, Jakarta, 1985, hal. 51.
32 Mubyarto, op. c it. , hal. 57-58.
33 Mathias Aroef, Pengukuran Produktivitas Kebutuhan mendesak di Indonesia, Prisma X I , LP3ES, Jakarta, 1986, hal. 60-63.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
nasional dengan jumlah penduduk.
b. Pengukuran produktivitas tingkat perusahaan
atau pengukuran produktivitas total.
c. Pengukuran produktivitas tingkat industri
atau tingkat sektor. Model yang digunakan
dalam pengukuran produktivitas ini sama
dengan pengukuran produktivitas tingkat
nasional.
d. Pengukuran produktivitas tingkat faktor
produksi atau disebut juga pengukuran
produktivitas tingkat parsial. Pengukuran
ini dilihat dengan melihat peranan masing-
masing faktor produksi terhadap produk
fisik. Produktivitas faktor parsial ini
dapat dihitung dengan melihat produk
marjinal dari faktor produksi dan atau
produksi rata-ratanya.
Peningkatan produktivitas dapat terlaksana apabila
salah satu dari lima situasi ini tercapai :
a. Dengan menggunakan sumber daya yang lebih
sedikit diperoleh jumlah produksi yang
sama.
b. Dengan menggunakan sumber daya yang lebih
sedikit diperoleh jumlah produksi yang
lebih besar.
c. Dengan menggunakan sumber daya yang sama
33
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
diperoleh hasil produksi yang lebih banyak,
d. Dengan menggunakan sumber daya yang lebih
banyak diperoleh jumlah output yang jauh
lebih besar.34
e. Penurunan jumlah output yang lebih lambat
dari penurunan sumber daya yang diguna-
, 39k a n .
2.1.6. Funasi Produksi Jenis Cobb-Douglas
Fungsi produksi Cobb-Douglas pertama kali
diperkenalkan oleh C.W. Cobb dan P. H. Douglas pada
tahun 1928 melalui artikelnya 'A Theory of Production'
yang dimuat pertama kali dalam majalah 'American
Economic Review', terdiri dari 18 suplemen.3* Untuk
lebih jelasnya, uraian dan definisi fungsi produksi
Cobb-Douglas adalah sebagai berikut :
Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu persamaan atau fungsi yang melibatkan dua variabel atau lebih di mana variabel yang satu disebut variabel depen- den atau variabel yang dijelaskan, (Y), dan yang lain disebut variabel independen, atau variabel yang menjelaskan, (X). Penyelesaian hubungan Y dan X biasanya dengan cara regresi di mana variasi dariY akan dipengaruhi variasi dari X. Dengan demikian kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku dalam
34
34Payaman Simanjuntak, Pengantar Ekonomi Sumber Dava Manusia. FE-UI, Jakarta, 1985, hal. 30.
55Hidayat, Konsep Dasar dan Pengertian ProduktivitasSerta Interpretasi Hasil Pengukurannya, Prisma no. X I . Jakarta, 1986, hal. 8-
Sukartawi, op. c i t. hal 159.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
35
penyelesaian fung3i produksi Cobb-Douglas?7
Dalam definisi tersebut dikatakan bahwa penyelesaian
fungsi produksi Cobb-Douglas dilakukan dengan cara
regresi sehingga persyaratan yang berlaku pada garis
regresi berlaku pula dalam menyelesaikan fungsi produksi
Cobb-Douglas. Untuk mendapatkan garis regresi yang baik
perlu dipenuhi beberapa persyaratan antara lain :
a. Bila variabel X mempunyai hubungan yang kuat dengan Y di mana X mempunyai pengaruh yang kuat terhadap Y.
b. Persyaratan a. akan terlihat kalau secara teoritis dapat diterangkan bahwa '•Y' memang dipengaruhi X,.
c. Bentuk hubungan Y dan X dapat diduga sebeluranya, ka_l.au hubungan tersebut tel ah dibuat diagram sebaran titik. Diagram sebaran titik ini akan menentukan apakah hubungan X dan Y akan merupakan hubungan^ garis lurus atau linier.30
Secara matematis fungsi produksi Cobb-Douglas dapat
ditulis sebagai berikut :39
Y = a Xt*“*X .....X,*'..... V e (2.5)
Bila fungsi produksi Cobb-Douglas tersebut dinyatakan
oleh hubungan X dan Y maka ;
Y = f C X|4| X 2 ......X,..... X y )
Y - variabel yang dijelaskan
37 Ibid . , hal . 159-160.
36 Ibid. , h a l . 114.
39 Ibid . , hal. 160.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
36
X = variabel yang menjelaskan
= parameter yang diduga
u = variabel gangguan
e = logaritma natural
a = intercept
Untuk raemudahkan pendugaan terhadap persamaan di atas,
maka persamaan diubah menjadi bentuk linier berganda
dengan melogaritmakan atau melogaritmanaturalkan
persamaan tersebut. Bentuk logaritma natural In yaitu
'logaritma dengan bilangan dasar e - 2,718.*°
Karena penyelesaian fungsi produksi Cobb-Douglas
selalu dilogaritmakan dan diubah bentuk fungsinya
menjadi fungsi linier, maka ada beberapa persyaratan
yang harus dipenuhi sebelum menggunakan fungsi Cobb-
Douglas. Adapun persyaratan-persyaratannya adalah
sebagai berikut :
a. Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol. Sebab logaritma dari nol adalah suatu bilangan yang tidak terhingga besarnya.
b. Dalam fungsi produksi perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan atau non neutral difference in the respective technologies. Hal ini berarti kalau fungsi produksi Cobb-Douglas dipakai sebagai model dalam pengamatan, dan bila diperlukan analisis yang memerlukan lebih dari satu model maka perbedaan model tersebut terletak pada interseptnya dan bukan pada kemiringan garis model tersebut.
c. Tiap variabel X adalah perfect competition.
40Damodar Gujarati. Dasar-Dasar Ekonometrika. Er- langga, Jakarta, 1987, h a l . 49.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
37
d. Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) sudah masuk ke dalam variabel peng- ganggu.
Selanjutnya untuk memudahkan pembahasan fungsi
produksi Cobb-Douglas persamaan 2.5 ditulis sebagai
berikut :
Y = f ( \, X a )
Y = a X ^ X ^ eu (2.6)
Bentuk logaritma dari persamaan di atas adalah :
In Y = In a In If + iJ^ln X, + u
Dari persamaan 2.6 dapat diturunkan beberapa aspek
fungsi produksi antara lain :
a. Marginal Physical Product dari faktor produksi.
y - a x ^ x ^ e »
6 Y -w V ^ H v U a U - ^ • a b txx x2 e u
“ i j {ax^xf3 e “ ) X ' 1
4i Sukartawi, op. ci t . , hal 161-162
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
38
A y YDengan cara yang sama diperoleh .Jadi
0 /(j
MPP dari suatu faktor produksi adalah :
MPPt -b iA P P l
b. Elastisitas produksi dapat diperoleh dengan
cara :
BYX^*
6 rY
8 r Jfi BYXl~ 6 x ^
E yx^ i ~ y
EYXt =b±
EYX1 = Elastisitas \ terhadap Y
Elastisitas X, terhadap Y dapat diperoleh dengan
cara yang sama sehingga EYXz = Secara umum
elastisitas \ terhadap Y adalah :
EYXi = lj (2.8)
Dari sini dapat diketahui bahwa nilai parameter
b l t b 2 * dan 1} sekaligus menunjukkan besarnya
elastisitas produksi dari masing-masing faktor
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
produksi.
Selanjutnya mengenai pengertian dari p a r a m e t e r ^
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Parameter b Q merupakan indeks efisiensi yang men- cerminkan hubungan antara kuantitas produksi pada satu pihak dihadapkan pada faktor produksi ( X x, X2 ) bersama-sama pada lain pihak. Tinggi rendahnya ni- lai 2>0 menggambarkan berapa banyaknya faktor produksi yang dibutuhkan untuk memproduksi output.
Dari uraian ini dapat diketahui bahwa dalam model fungsi
produksi Cobb-Douglas efisiensi organisasi produksi
secara keseluruhan tercermin pada besar kecilnya b 0
Jika nilai b 0 semakin besar berarti produksi semakin
efisien, Hal ini mudah dimengerti karena pada tingkat
Xx,X 2, b x dan b2 yang sama, dengan parameter I3 yang
lebih besar berarti akan lebih besar pula nilai out-
putnya. Sedangkan b x dan b j menggambarkan hubungan antar
faktor produksi Xx dan X2
Dalam model fungsi produksi Cobb-Douglas jumlah an
tara b x dan b 2 menunjukkan return to scale atau derajat
perubahan output apabila semua input-inputnya diubah de
ngan proporsi yang sama. Ada tiga jenis return to scale
• i_yaitu : '
a. Decreasing return to scale, bila Gbx + b2 X I
artinya proporsi penambahan faktor produksi
39
43Sudarsono, Pengantar Ekonomi Mikro. LP3ES, Jakarta, 1988, h a l . 116.
43 Sukartawi, op. c i t . . hal. 170.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
melebihi proporsi perubahan produksi.
b. Constan return to scale, bila (t + b 2 )=l
artinya penambahan faktor produksi
proporsional dengan pertambahan produksi yangpdi pero1 e h .
c. Increasing return to scale, bila (lj + b 2)>l
artinya proporsi penambahan faktor produksi
akan menghasilkan tambahan produksi yang
proporsinya lebih besar.
2.2. Hipotesis Dan Model A-naliais.
2.2.1. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini :
a. Diduga penggunaan bibit pupuk urea, TSP, KCL,
pupuk kandang dan pestisida berpengaruh
terhadap produksi kedelai.
b. Diduga variabe1-variabe1 tersebut diatas
berpengaruh positif terhadap produksi kedelai
di Jawa Timur.
2.2.2. Model AnaTisis
Model analisis yang digunakan untuk mengetahui
pengarurr penggunaan 'bibit., urea, TSP, KCL, pupuk
k,andang/hi jau/manure dan pestisida terhadap produksi
kedelai di Jawa Timur ad a 1 ah model analiyis fungsi
pjroC;uksi jen is Cobb- Doug 1 a s .
40
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
Y = fcfc if1 u m t m it' K d ^ - p ^ e ?
41.
di mana : Y = kuantitas produksi kedelai
EL = kuantitas bibit yang digunakan
U - kuantitas pupuk urea yang digunakan
T -- Kuantitas TSP yang digunakan
K = kuantitas KCL yang digunakan
Kd= kuantitas pupuk kandang/hijau/manure
yang digunakan
p = kuantitas pestisida yang.digunakan
£ q = intercept
, b2, b2, bg, b5, b6 = koefisien regresi atau
elastisitas produksi masing-masi ng
variabel bebas
u = kesalahan pengganggu
i = observasi i
Selanjutnya agar model tersebut dapat diselesaikan
dengan metode pangkat dua terkecil (MKT) maka model di
atas ditranformasikan ke dalam bentuk logaritma natural
sebagai berikut :
In Y = In bQ + b^ In B + b2 In U + b3 In T +£>4 In K
+ b5 1 n Kd + b6 1 n P +
di mana : Y = produksi kedelai per hektar, dalam kg/ha
B « kuantitas bibit yang digunakan, dalam
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
kg/ha
U = kuantitas urea yang digunakan, dalam
kg/ha
T = kuantitas TSP yang digunakan, dalam
kg/ha
K = kuantitas KCL yang digunakan, dalam
kg/ha
Kd= kuantitas manure yang digunakan, dalam
kg/ha
P = kuantitas pestisida yang digunakan,
dalam kg/ha
b l t b 2 lb s 'b Alb t ,b i - koefisien regresi
u = semua variabel lain yang berpengaruh
terhadap produksi kedelai di Jawa Timur
yang tidak terdapat dalam model
b 0 = intercept
42
2.3. Metode Penelitian
2.3.1. Definlsi Qperasional
Produksi kedelai yang dimaksud di sini adalah
banyaknya kedelai yang dihasilkan per hektar di Jawa
Timur berupa biji kering pada tahun 1979-1992, yang
meliputi hasil panen lahan intensifikasi dan non
intensifikasi, diukur dalam satuan kg/ha.
Bibit yang di-maksud di sini adalah banyaknya bibit
kedelai yang digunakan per hektar baik pada lahan
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
intensi f ikasi maupun non intensi f ikasi pada tahun 1979-
1992 di Jawa Timur, diukur dalam satuan kg/ha.
Urea. TSP, KCL, manure yang dimaksud di sini adalah
banyaknya pupuk organik maupun -a'norganik yang digunakan
untuk tanaman kedelai per hektar di Jawa Timur tahun
1979-1992, baik pada lahan intensifikasi maupun non
intensifikasi, diukur dalam satuan kg/ha.
Pestisida yang dimaksud di sini adalah banyaknya
obat-obatan atau pestisida yang digunakan per hektar
untuk membasmi hama dan penyakit tanaman kedelai di Jawa
Timur pada tahun 1979-1992. Selanjutnya diasumsikan
bahwa semua obat-obatan tersebut disalurkan dan
digunakan oleh petani baik pada lahan intensifikasi
maupun non intensifikasi, diukur dalam satuan kg/ha.
43
2.3.2. Identl_f_lkasi Variabel
* Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah :
a. Variabel terikat : produksi kedelai.
b. Variabel bebas : bibit, urea, TSP, KCL,
pupuk kandang/hi jau/manure, pestisida.
2.3.3. Jenls d&n Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder. Adapun sumber data dan berbagai informasi
diperoleh dari : Statistik Indonesia, Jawa Timur Dalam
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
Angka, Struktur Gngkos Usaha Tani Padi dan Palawija,
Laporan Tahunan dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Daerah Tingkat I Jawa Timur, Laporan dari Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian Republik
Indonesia, dan majalah-majalah ilmiah yang berhubungan
dengan penelitian ini.
2.3.4. Prosedur Penentuan Sampel
Dalam penelitian ini sampel data yang digunakan
berbentuk time series, berasal dari data yang diambil di
Jawa Timur selama 14 tahun yaitu tahun 1979-1992.
2.3.5. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan
dengan cara :
a. Studi kepustakaan, yaitu cara pengumpulan
data yang berasal dari 1iteratur-1iteratur
sebagai bahan referensi.
b. Data sekunder, yaitu pengumpulan data yang
berasal dari instansi-instansi terkait,
seperti Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Daerah, Biro Pusat Statistik, dan Kantor
statistik daerah setempat.
44
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
2 . 3 . 6 . T e k n i k A n a l i s i s
Dalam skripsi ini digunakan teknik analisis secara
diskriptif dan teknik analisis secara kuantitatif.
Analisis secara diskriptif yaitu dengan menggambarkan
keadaan umum propinsi Jawa Timur, menggambarkan
perkembangan produksi, luas panen, dan produktivitas
kedelai di Jawa Timur, kebijaksanaan pemerintah dan
berbagai upaya dalam meningkatkan kedelai di daerah
tersebut.
Teknik analisis secara kuantitatif yaitu
menggunakan fungsi produksi jenis Cobb-Douglas yang
diselesaikan dengan regresi linier berganda. Dalam
analisis ini metode yang dipakai untuk mengestimasi
parameter model adalah metode OLS (Ordinary Least
Squares Method) atau metode pangkat dua terkecil (MKT),
yang merupakan pemeriksa ‘linear terbaik yang tidak
bias' atau lebih populer disebut dengan the best linear
unbiased estimate (BLUE).
Untuk mendapatkan garis penduga yang baik dari
analisis regresi berganda maka perlu asumsi yang lengkap
sebagai berikut 44
a. Variabel u adalah variabel acak yang riil.
b. Variabel acak u mempunyai nilai tengah nol.
c. Homoskedastisitas, di mana ragam dari setiap
45
44 Ibid. . hal 147
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
ui adalah sama.
d. Besaran Ui menyebar secara normal.
e. Tidak ada autokolerasi.
f. Nilai ui dari Xjadalah independen.
g. Tidak ada kesalahan dalam pengamatan X dan Y.
h. Tidak ada mul tikol inear itas sempurna (r X* Yi
= tidak "tinggi").
i. Bila variabel yang dipakai adalah gabungan
lebih dari satu, maka mengagregasikannya
harus benar.
j. Spesifikasi model dan variabel juga harus
besar.
Berdasarkan hasil perhitungan nantinya diperoleh
koefisien parameter estimasi baik yang bertanda positif
maupun yang bertanda negatif. Selanjutnya dari hasil
estimasi diperoleh nilai atau angka koefisien
determinasi ( J?2 ) , koefisien kolerasi(j? ), dan koefisien
determinasi parsial atau rf Koefisien determinasi ( R2 )
digunakan untuk melihat keteapatan garis regresi dan
mengukur kemampuan model dalam menjelaskan perubahan
variabel tidak bebas (Y), atau dapat dikatakan koefisien
determinasi ( R2 ) menunjukkan besarnya surabangan variabel
bebas terhadap variabel tidak bebas (Y). Semakin besar
R2 (mendekati satu), semakin baik model tersebut atau
semakin kuat model tersebut dalam menerangkan variasi
46
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
variabel tergantung (Y). Koefisien kolerasi adalah suatu
bilangan yang mengukur sampai seberapa besar keeratan
hubungan antara dua variabel. Sedangksn koefisien
determinasi parsial (r ) untuk mengetahui hubungan
masing-masing variabel bebas terhadap variabel tidak
bebasnya (tergantung).
Langkah berikutnya adalah melakukan pengujian
hipotesis secara statistik melalui pendekatan uji
signifikan atau test of significance dengan menggunakan
tingkat kepercayaan tertentu atau level of significance
tertentu. Untuk keperluan ini maka koefisien regresi (b)
harus diuji dahulu dengan menggunakan uji t (t-test).
Dalam uji t jika lebih besar dari tt#b#, maka H0
ditolak dan H diterima artinya variabel bebas dapat
menerangkan variabel tidak bebasnya. Sebaliknya jika t;b,
lebih kecil daripada maka H q diterima dan H,
ditolak, artinya variabel bebas tidak dapat menjelaskan
variabel tidak bebasnya.
Setelah itu pengujian dilanjutkan dengan menguji
variansnya atau sering dinamakan uji F (F-test). Dari
hasil perhitungan jika ?0 (observasi) lebih kecil dari Ft
(tabel) maka }% diterima dan H, ditolak artinya variasi
dari model regresi tidak berhasil menjelaskan variasi
variabel tidak bebasnya. Sebaliknya jika £ lebih besar
daripada Ft maka H 0 ditolak H, diterima, artinya variasi
dari model regresi berhasil menjelaskan variasi variabel
47
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
bebasnya. Uji F ini untuk mengetahui sejauh mana
pengaruh variabel bebas secara serentak (bersama-sama)
terhadap variabel tergantung (tidak bebas).
48
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
BAB III
ANALISIS PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN UPAYA
PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI DI JAWA TIMUR
3 . 1 . G a r o b a r a n Urnum
3.1.1. PerkembftngftD_Produkgi Ke_d_el_al Di Jawa Timur
Jawa Timur merupakan salah satu dari 27 propinsi
yang ada di Indonesia. Daerah ini memiliki luas wilayah
sebesar 157.992,48 km^ dengan luas daratan sebesar
47.992 km4, dan lautan seluas + 110.000 km* , serta
memiliki pulau-pulau kecil sejumlah 68 buah. Secara
geografis Jawa Timur terletak antara 111-114°4' bujur
timur dan 7 \ 2 ,-8°48' lintang selatan. Kurang lebih 2/3
daratan di daerah ini merupakan pegunungan dan bukit,
selebihnya adalah dataran rendah. Jawa Timur memiliki
tanah yang subur.45
Daerah ini merupakan propinsi penghasil kedelai
terbesar di Indonesia, dengan demikian sumbangan daerah
ini dalam memenuhi kebutuhan kedelai nasional adalah
paling besar dibanding propinsi-propinsi lain yang ada
di Indonesia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada*
lampiran 1. Pada tabel 3 berikut menunjukkan besarnya
produksi kedelai di Indonesia, produksi kedelai Jawa
Timur, dan persentase produksi kedelai Jawa Timur
Buku Laporan Tahunan. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dati I Jawa Timur, Surabaya, 1992, hal. 9-10.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
terhadap produksi kedelai nasional pada tahun 1980-1990.
50
TABEL 3
PRODUKSI KEDELAI INDONESIA, PRODUKSI KEDELAI JAWA TIMUR, DAN PERSENTASE PRODUKSI KEDELAI
JAWA TIMUR TERHADAP PRODUKSI KEDELAI NASIONAL
TahunProduksi kedelai Indonesia (ton)
Produksi kedelai Jawa Timur (ton)
Persentase produksi
kedelai Jawa Timur
1980 652.762 371.621 41,161981 703.811 377.312 53,611982 521.394 293.477 56,291983 536.103 253.157 47,221984 769.384 325.931 42,361985 869.718 371.024 42,661986 1.226.727 391.977 31,951987 1.160.963 416.610 35,881988 1.270.418 448.213 35,291989 1.315.113 459.218 34,921990 1.487.433 471.495 31,70
Sumber : Statistik Indonesia. BPS, Jakarta, 1980-1990.
Dari tabel 3 dapat juga dilihat bahwa produksi
kedelai Jawa Timur meningkat terus sejak tahun 1984,
walaupun secara proporsional mengalami penurunan
dibanding tahun-tahun sebelumnya. Menurunnya proporsi
produksi kedelai daerah ini terhadap produksi kedelai
nasional disebabkan adanya peningkatan produksi kedelai
di daerah-daerah lain seperti Jawa Tengah, Jawa Barat,
dan daerah-daerah di luar Jawa. Namun demikian Jawa
Timur masih dominan dalam 'produksi kedelai1 di Indone
sia, terbukti bahwa antara tahun 1980-1985 persentase
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
produksi kedelai Jawa Timur berkisar 41,16%-56,29%
terhadap produksi kedelai nasional atau rata-rata
sebesar 322.087 ton per tahun dalam kurun waktu itu.
Kemudian dalam kurun waktu tahun 1986-1990 berkisar
antara 31,70%-35,88% atau rata-rata sebesar 471.495 ton
per tahun.
Selanjutnya perkembangan produksi kedelai di Jawa
Timur, perkembangan luas panen, dan perkembangan produk-
tivitas kedelai dapat dilihat secara berturut-turut pada
tabel 4. 5, dan 6. Produksi kedelai yang dihitung di
sini adalah banyaknya hasil dalam biji kering. Adapun
wujud kedelai dalam biji kering ini sebenarnya masih
dibedakan menjadi :
a. Keadaan kering kupas yaitu kedelai kupasan
dengan kadar air maksimum 18%, kotoran maksi-
mum 7%, but-ir belah maksimum 3%, butir keri-
put maksimum 5%, dan warna lain maksimum 5%.
b. Keadaan kering pasar yaitu kedelai kupasan
dengan kadar air maksimum 16%, kotoran maksi
mum 5%, butir belah maksimum 4%, butir keri-
put maksimum 3%, dan warna lain maksimum 5%.
c. Keadaan kering simpan yaitu kedelai kupasan
dengan kadar air maksimum 14%, kotoran maksi
mum 3%, butir belah maksimum 3%, butir keri-
put maksimum 3%, dan warna lain maksimum 5%.
Dalam perhitungan hasil produksi di sini tidak membeda-
51
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
kan tiga keadaan tersebut. Sedangkan yang dimaksud luas
panen adalah luas tanaman yang dipanen berhasil dan
dipungut' hasilnya setelah tanaman cukup umur. Tanaman
yang dipanen belum waktunya tidak terhitung dalam luas
panen yang berhasil.
Produksi kedelai Jawa Timur pada tahun 1979 sebesar
361.146 ton, kemudian meningkat menjadi 371.621 ton pada
tahun 1980 atau meningkat sebesar 2.90%, dan pada tahun
1981 meningkat lagi menjadi 377.312 ton (meningkat 1,53%
dibanding dengan tahun sebelumnya). Peningkatan produksi
pada tahun 1980 salah satunya disebabkan adanya pening
katan produktivitas. Walaupun saat itu luas panen menu-
run sebesar 764 ha (0,2%) tetapi produktivitas meningkat
lebih tinggi, yaitu sebesar 0,3 ku/ha (3,11%). Sebalik
nya pada tahun 1981 peningkatan produksi disebabkan oleh
adanya peningkatan luas panen yang lebih besar diban-
dingkan dengan penurunan produktivitas, di mana luas
panen meningkat sebesar 22.324 ha (5,98%) sedangkan
produktivitas menurun sebesar 0,42 ha (4,22%). Seandai-
nya saja kenaikan luas panen dibarengai dengan kenaikan
produktivitas maka peningkatan produksi yang dicapai
akan lebih tinggi.
52
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
53
PRODUKSI KEDELAI JAWA TIMUR TAHUN 1979-1992 DALAM BIJI KERING
TABEL 4
Tahun
Produksi Kedelai |
Produksi(ton)
Perkembangan |
ton %
1979 361.146 - -
1980 371.621 10.475 2,90
1981 377.312 5.691 1, 53
1982 293.477 (85.835) (22,20)
1983 253.157 (40.320) (13,74)
1984 325.931 72.774 20,75
1985 371.024 45.093 13,84 j
1986 391.377 20.953 5,65 j
1987 416.610 24.633 6,28 |
1988 448.293 31.683 7,61
1989 459.268 10.975 2,45
1990 471.495 12.227 2,66
1991 481.001 9.506 2,02 1
1992 564.979 83.978 17,45 I
Suraber : Buku Laporan Tahunan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dati I Jawa Timur, tahun 1979-1992.
Keterangan : Angka dalam ( ) menunjukkan nilai negatif.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
54
LUAS PANEN TANAMAN KEDELAI DI JAWA TIMUR TAHUN 1979-1992
TABEL 5
Tahun
Luas Panen (hektar)
LuasPanen
Perkembangan
hektar %
1979 373.858 - -
1980 373.094 (764) (0,20)
1981 395.418 22.324 5,98
1982 313.654 (81.764) (20,68)
1983 285.181 (28.473) (9,08)
1984 336.340 51.159 17,94
1985 350.072 13.731 * o CD
1986 411.884 61.812 17,66
1987 380.293 (30.961) (7,52)
1988 388.386 7.463 1,96
1989 396.732 3.846.
2,15
1990 390.418 (6.314) (1,59)
1991 393.508 3.090 0,79
1992 448.460 54.952 13,96
Sumber : Buku Laporan Tahunan. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dati I Jawa Timur, tahun 1979-1992.
Keterangan : Angka dalam ( ) menunjukkan nilai negatif.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
55
RATA-RATA PRODUKSI TIAP HEKTAR ATAU PRODUKTIVITAS TANAMAN KEDELAI DI JAWA TIMUR TAHUN 1979-1992
TABEL 6
Tahun
Rata-rata produksi per hektar
Produktivitas(kg/ha)
Perkembangan
kg/ha %
1979 9, 66 - -
1980 9,96 0,30 3,11
1981 9,54 (0,42) (4,22)
1982 9,36 (0,16) (1,68)
1983 8,88 (0,48) (5,13)
1984 9,69 0,81 9,12
1985 10,60 0,91 9,39
1986 9,52 (1,08) (10,19)
1987 10,91 1,39 14,60
1988
in*HH
0,63 5,77
1989 11,58 0,04 0,35
1990 12,08 0,50 4,32
1991 12,22 0,14 1.16
1992 12,60 0,38 3,11
Sumber : Buku Laporan Tahunan. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dati I Jawa Timur, tahun 1979-1992.
Keterangan : Angka dalam ( ) menunjukkan nilai negatif.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
56
Peningkatan produksi kedelai tersebut tidak berlan-
jut karena pada tahun 1982 terjadi penurunan produksi
yang tajam yaitu sebesar 83.835 ton (22,2%) dari tahun
sebelumnya. Hal ini antara lain disebabkan adanya penu
runan luas panen yang disertai dengan penurunan produk
tivitas. Kemudian penurunan produksi tersebut masih
berlanjut sampai tahun 1983 di mana produksi menurun
lagi sebesar 40.320 ton (13,74%). Baik luas panen maupun
produktivitas manurun lagi pada tahun 1983 ini. Penu
runan produksi, luas panen, dan produktivitas kedelai
pada waktu itu disebabkan oleh terjadinya musim kemarau
yang panjang, keadaan iklim yang kurang menguntungkan
yaitu adanya kekeringan, sehingga kegagalan panen pun
tidak bisa dihindarkan.
Dalam perkembangan selanjutnya, yaitu pada tahun
1984 sampai tahun 1992 produksi kedelai terus meningkat
dengan kenaikan rata-rata sebesar 7,118% per tahun.
Meskipun pada tahun 1987 dan 1990 sempat terjadi penu
runan luas panen tetapi hal tersebut dapat diatasi
dengan adanya peningkatan produktivitas yang lebih
besar. Dalam kurun waktu 1984-1992 ini rata-rata
kenaikan luas panen kedelai di Jawa Timur sebesar 3,66%
per tahun, sedangkan prod-uktivitas rata-rata meningkat
sebesar 3,336% per tahun. Untuk mencukupi kebutuhan
kedelai yang terus meningkat maka produksi dan produkti-
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
vitas kedelai harus terus ditingkatkan.
3.1.2. Kebijaksanaan Pemerintah Dalam Meninakatkan
Produksi Kedelai di Jawa Timur
Kebijaksanaan pemerintah dalam meningkatkan produk
si kedelai di Jawa Timur pada dasarnya sama dengan
kebijaksanaan pemerintah dalam pengembangan produksi
kedelai secara nasional dan pengembangan tanaman pangan
lainnya seperti padi, jagung, kacang tanah, ketela, dan
tanaman holtikultura, yaitu melalui usaha-usaha eksten-
sifikasi, intensifikasi. diversifikasi dan rehabili-
tasi , yang dilaksanakan secara terpadu, serasi, dan
merata, dengan tetap menjaga kelestarian sumber daya
alam dan lingkungan hidup, untuk mencapai pertanian yang
tangguh. Selain yang disebut di atas, pemerintah juga
mengadakan perlindungan terhadap tanaman, penanganan
harga, dan penyuluhan dalam rangka penyelamatan dan
peningkatan produksi.
Usaha pokok intensifikasi diarahkan pada perluasan
dan peningkatan mutu intensifikasi, serta perluasan
intensifikasi khusus. Usaha pokok ekstensifikasi
diarahkan pada perluasan areal terutama di daerah-daerah
baru atau pada lahan yang bereaksi masam. Perbaikan
lahan dilakukan dengan pemberian kapur pertanian. Usaha
diversifikasi tanaman dilakukan dengan peningkatan
intensitas tanaman, optimasi pola tanam (tumpang
57
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
sari/gilir tanam), baik pada lahan sawah, lahan kering,
dan pekarangan maupun pada lahan perkebunan besar,
rehabilitasi dilaksanakan pada tanah yang bereaksi masam
tetap diprioritaskan oleh pemerintah supaya lahan
tersebut dapat dimanfaatkan untuk penanaman dan
pengembangan kedelai.
Kebijaksanaan perlindungan terhadap tanaman kedelai
ditujukan untuk memperkecil resiko berproduksi karena
banjir, kekeringan, dan eksplosi hama, meningkatkan
hasil rata-rata dengan menekan kehilangan hasil, dan
memantapkan tercapainya produksi yang tinggi. Selain itu
perlindungan terhadap tanaman juga ditujukan untuk
mengurangi pencemaran dan mempertahankan kelestarian
lingkungan. Perluasan penerapan konsepsi pengendalian
hama terpadu merupakan prioritas utama pemerintah dalam
kebijaksanaan per 1indungan tanaman.
Pada dasarnya pengendalian dan peinberantasan hama
adalah kewajiban petani sehingga semua pengeluaran untuk
pemberantasan hama/jasad pengganggu dipikul oleh petani
yang bersangkutan. Sedangkan peranan pemerintah di sini
adalah raemberikan bimbingan, penyediaan teknologi, mem-
berikan informasi, meningkatkan kesadaran, pengetahuan,
dan ketrampilan petani, serta menyediakan sarana pengen-
dali jasad pengganggu jika-timbul eksplosi.
Kebijaksanaan perianganan harga untuk pengembangan
produksi kedelai meliputi peningkatan harga dasar untuk
50
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
mendorong petani dalam meningkatkan produksinya. Hal ini
sesuai dengan pendapat Mosher yang mengatakan bahwa
'perangsang untuk meningkatkan hasil produksi adalah
dengan menaikkan harga komoditi yang bersangkutan'.
Dalam usaha merangsang petani untuk meningkatkan hasil
produksi melalui harga ini, pemerintah telah berupaya
menetapkan harga dasar kedelai dan pada tahun 1990 harga
dasar kedelai yang ditetapkan pemerintah adalah Rp 500,-
per kilogram biji kering. Namun demikian usaha tersebut
belum memberikan hasil banyak"
Selain berbagai kebijaksanaan di atas pemerintah
juga melakukan penyuluhan yang dilakukan oleh PPL.
mengembangkan teknologi dalam bentuk pengujian sesuai
dengan tipe lahan, tipe wilayah dengan memperhatikan
masalah yang ada di tiap-tiap daerah.
3 . 1 . 3 . U p a y a P e n i n g k a t a n P r o d u k s i K e d e l a i d i J a w a T i m u r
Dalam memenuhi kebutuhan kedelai yang terus mening
kat, berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan
produksi kedelai di Jawa Timur antara lain dengan :
3 . 1 . 3 . 1 . P e r l u a s a n A r e a l B a r u
Usaha perluasan areal baru di Jawa Timur dilakukan
dengan memasukkan tanaman kedelai dalam pola tanam pada
59
46Rosmilawati et. a l ., o p . c i t .. hal. 354.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
lahan sawah dan lahan kering yang selama ini masih
tersedia dan memiliki peluang tetapi belum dimanfaatkan
serta menjadikan kedelai sebagai tanaman sela pada
proyek-proyek perkebunan.
Perluasan areal baru dibuktikan dengan adanya
peningkatan luas tanam kedelai di Jawa Timur. Pada tahun
1991 daerah ini memiliki luas tanam sebesar 412.288 ha.
Kemudian meningkat menjadi 459.930 ha pada tahun 1992
atau meningkat sebesar 47.642 ha (11,56%). Pada tabel 7
dapat dilihat beberapa daerah di Jawa Timur yang
mengalami kenaikan areal tanam dan sebagian kecil yang
mengaiami penurunan, seperti Sidoarjo, Kediri, Nganjuk,
Malang, Tulungagung, Pasuruan. Bangkalan, Bondowoso, dan
Situbondo. Sedangkan di 20 Kabupaten lainnya mengalami
peningkatan luas tanam.
3 . 1 . 3 . 2 . R e r l t f f l S A n ___ IntflnalJf4kflqA___ d a n ^ E a a l J i c d c a l a n „ M u t u
I n t e n s i f i k a s i
Intensifikasi merupakan alat/instrumen dari
pelaksanaan modernisasi di bidang pertanian. Usaha
intensifikasi dilakukan melalui panca usaha tani, menuju
ke arah usaha tani yang baik. Adapun yang dimaksud panca
usaha tani adalah 47
60
47 Dawam Raharjo, Tranformasi Pertanian. Industri- alisasi dan Kesempatan Keria: Ul-Press, Jakarta, 1986, hal. 66.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
61
TABEL 7
LUAS TANAM KEDELAI DI JAWA TIMUR TAHUN 1991-1992
Daerah Luas Tanam 1991
(hektar)
Luas Tanain 1992
(hektar)
Perkembangan(*)
Surabaya 17 58 241,17Gresik 13.302 15/615 18,89Sidoarjo 786 772 -1,78Mojokerto 8.436 9.583 13,56Jombang 18.204 21.473 17,96Bojonegoro 13.989 24.778 77,12Tuban 10.578 14.056 32,88Lamongan 27.472 34.944 27,20Madiun 11.159 11.710 4,94Magetan 2.834 2.901 2,36Ngawi 16.942 21.511 26,97Po.norogo 25.856 27.301 5,58Pacitan 5.813 7.619 31,07Kediri 7.673 5.614 -26,83Nganjuk 18.273 17.306 -5,29Blitar 13.142 16.117 22,64Tulungagung 5.621 4.372 -22,20Trenggalek 5.374 8.642 60,81Malang 1.495 1 .409 -5,75Pasuruan 32.139 25.723 -19,96Probolinggo 12.629 10.145 -19,67Lumajang 26.422 30.615 15,87Bondowoso 2.970 2.604 -12,32Situbondo 2.768 2.691 -2,78Jember 48.396 54.634 12,89Banyuwangi 51 .671 55.941 8,26Pamekasan 1.134 1.680 48,15Bangkalan 2.285 2.187 -4,28Sanvpang 18.034 19.326 7,16Sumenep 6.874 8.403 22,24
Jumlah 412.288 459.930 11,56
Sumber : Buku Laporan Tahunan. Dinas Pertanian Tana-man Pangan Dati I Jawa Timur, Surabaya, 1992.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
62
a. Penggunaan bibit unggul yang banyak hasilnya,
mempunyai ketahanan hidup yang tinggi, dan
masa tumbuh yang reiatif pendek.
b. Tersedianya pupuk yang cukup bagi petani, dan
ada di tempat pada waktu dibutuhkan.
c. Tersedianya obat pemberantas hama penyakit.
d. Tersedianya obat yang cukup.
e. Cara bercocok tanam yang baik sehingga
produktivitas dapat ditingkatkan.
Kedelai yang diusahakan melalui program intensi-
fikasi disebut dengan kedelai intensifikasi yaitu
kedelai yang ditanam secara intensif dengan menerapkan
panca usaha tani dan jarak tanam tertentu dengan
populasi tanam 75% dari populasi normal per hektar yang
dianjurkan.
Program intensifikasi selalu ditingkatkan
kualitasnya. Untuk meningkatkan mutu intensifikasi
tersebut, sejak tahun 1979 diperkenalkan program Insus
(Intensifikasi Khusus). Melalui Insus ini petani
diorganisir dalam kelompok berdasarkan hamparan sawah.
Dalam kelompok tersebut petani dididik untuk bekerja
sama mulai dari membuat persemaian, penanaman bersama,
penyaluran air, pemupukan, pemberantasan dan
pengendalian hama dan penyakit tanaman. Seiring dengan
peningkatan mutu intensifikasi tersebut, ditingkatkan
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
pula luas tanam kedelai yang dilakukan dengan
intensifikasi. Pada tahun 1992 luas tanam kedelai yang
diusahakan dengan intensifikasi sebesar 443.523 hektar,
sedangkan kedelai yang ditanam tidak dengan
intensifikasi sebesar 16.407 hektar atau sekitar 3,56
persen saja dari total tanam.
Kedelai intensifikasi di Jawa Timur dibedakan
menjadi kedelai intensifikasi khusus dan kedelai
intensifikasi umum. Yang dimaksud intensifikasi khusus
di sini adalah tanaman kedelai intensifikasi yang
ditanam secara kelompok sehamparan. Sedangkan
intensifikasi umum adalah intensifikasi yang belum
dilaksanakan petani secara kelompok sehamparan,
Secara lebih terperinci luas tanam kedelai yang
dilakukan dengan intensifikasi dan non intensifikasi di
berbagai daerah di Jawa Timur pada tahun 1992 dapat t
dilihat pada tabel 8.
3 . 1 . 3 . 3 . D i v e r s l f i k a s i T a n a m a n
Diversifikasi tanaman kedelai dilakukan dengan
optimasi pola tanam tumpang sari/tumpang gilir.
Diversifikasi tersebut ditingkatkan melalui peningkatan
intensitas tanam atau cropping intensity. Tumpang sari
dilakukan pada lahan sawah dan lahan kering, pekarangan
maupun perkebunan besar pada tahun pertama hingga ketiga
atau keempat, yaitu pada sela-sela tanaman perkebunan
63
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
yang masih muda.
Pengembangan kedelai tumpang sari dengan tanaman
tebu populer dengan sebutan 'bule' . Selain itu
pengembangan diversifikasi tanaman kedelai juga
dilakukan dengan padi sawah, khususnya untuk pengadaan
benih pada musim berikutnya. Diversifikasi juga
dilakukan dengan ubi kayu dan ubi jalar.
Perencanaan kedelai sebagai tanaman sela pada lahan
TRI dan TRIS raulai dilakukan pada musim tanam 1984/1985,
pada lahan seluas 7000 hektar di Jawa Timur, Jawa
Tengah, dan Jawa Barat, yang merupakan demonstrasi usaha
tani.
3 . 1 . 3 . 4 . P e n q g u n a a n T e k n o l o g i P r o d u k s i
'Teknologi adalah breakthrough yang menembus
hambatan dalam perkembangan pertanian. '*8 Hal tersebut♦
dikemukakan oleh Lester Brown yang maksudnya adalah :
dalam meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian
harus menggunakan sarana teknologi sebagai penerobos.
Sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan kedelai maka
langkah yang lebih efektif perlu diambil untuk
meningkatkan produksi dan produktivitas yaitu dengan
memanfaatkan teknologi. Teknologi tepat guna yang saat
ini dapat dimanfaatkan dan diterapkan dalam rangka
64
4* Ibid. . h a l . 68.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
65
TABEL 8
LUAS TANAM TANAMAN KEDELAI LAHAN INTENSIFIKASI DAN NON INTENSIFIKASI DI JAWA TIMUR TAHUN 1992
(DALAM HEKTAR)
Daerah Luas tanam Intensifikasi
Luas tanam non
intensifika si
'Totaltanam
Surabaya 58 0 58Gresik 15.815 0 15.815Sidoarjo 772 0 772Jombang 21.473 0 21.473Mojokerto 9.583 0 9.583Bojonegoro. 24.735 43 24.778Tuban 14.056 0 14.056Lamongan 34.944 0 34.944Madiun 11.075 635 11.710Magetan 2.764 137 2.901Ngawi 20.115 1.396 21.511Ponorogo 27.236 65 27.301Pacitan 3.746 3.873 7.619Kediri 5.614 0 5.614Nganjuk 17.306 0 17.306B1itar 16.117 0 16.117Tulungagung 4.372 0 4.372Trenggalek 8.642 0 8.642Maiang 1.122 287 1.409Pasuruan 20.017 5.706 25.723Probolinggo 7.437 2.708 10-145Lumajang 30.218 397 30.615Bondowoso 2.577 27 2.604Situbondo 2.691 0 2.691Jember 54.634 0 54.634Banyuwangi 55.744 197 55.941Pamekasan 1.680 0 1.680Bangkalan 2.181 6 2.187Sampang 19.326 0 19.326Sumenep 8.403 0 8.403
Jumlah 443.523 16.407 459.930 |
Sumber : Buku Laporan Tahunan. Dinas Pertanian Tanaman' Pangan Dati I Jawa Timur. Surabaya, 1992.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
meningkatkan produksi kedelai antara lain adalah
penggunaan legin, pemanfaatan kapur pertanian pada lahan
yang beraksi masam, peningkatan mutu benih, penggunaan
pupuk, di samping Panca Usaha tani lainnya. Teknologi
tepat guna disusun dalam bentuk tiga paket teknologi
yaitu paket I sampai III seperti yang terlihat pada
tabel 9,berikut ini :
Penggunaan varietas unggul umumnya mempunyai
adaptasi tinggi terhadap pola tanam dan kondisi
setempat. Di pulau Jawa varietas kedelai yang disenangi
umumnya adalah varietas yang berumur pendek dan berbiji
kecil. Jenis varietas yang demikian disenangi karena
dapat dimanfaatkan untuk mengisi pola tanam yang
waktunya hanya 80 hari.
Dibanding dengan padi dan jagung, kedelai,
menghadapi kendala pengembangan yang lebih besar, yaitu
dalam resiko keberhasilan usahanya. Kedelai memerlukan
persyaratan tertentu dalam pertumbuhannya. antara lain
yang berkaitan dengan ketersediaan air, suhu, serta
unsur hara. Tanaman ini banyak mengalami serangan hama
sejak dalam stadia kecambah hingga mengisi polong.
Karena kedelai tergolong tanaman yang peka terhadap't.'t ■
il-kim maka masa tanam harus benar-benar diperhatikan.
Masa tanam yang tepat . sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan hasil tanaman. Penelitian di Banyuwangi
taenunjukkan bahwa keterlambatan tanam selama 5 hari
66
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
67
TABEL 9
PAKET TEKNOLOGI DALAM INTENSIFIKASI DAN INTENSIFIKASI KEDELAI
Komponen Paket I Paket II. Paket III
Varietas Lokal Unggul baru Unggul baru- Mutu Ditingkatkan Di ti ngkatkan Di tingkatkan
benih 60-70 kg/ha 60-70 kg/ha 60-70 kg/ha- Jumlah
benih Ditingkatkan Di ti ngkatkan Di ti ngkatkanLegin 150 Legin 150 Legin 150
Budidaya gr/ha gr/ha gr/ha-Inoculum Penyiangan Penyiangan Penyiangan
Herbisida Herbisida HerbisidaPengendali Mu Isa Mu 1 sa Mulsaangulma Pestisida Pestisida Pestisida
4-6 kg/ha 4-6 kg/ha 4-6 kg/ha
Pemberanta Khusus Khusus Khusussan hama PjQ. K,0 P P v Kp P 30 5 , vp
Pupuk - Di tegalan Sawah dan tegalan
Pengolahan Sawah Sawah, te Sawah dantanah galan tegalan
Lahan
Pengapuran
«
4000 kg/ha kemudian 500 kg/ha per tahun setelah 5 Lahun
Sumber : Direktorat Jendral Pertanian Tanaman Pangan, dalam 1Kedelai1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perta-nian Tanaman Pangan, Bogor, 1985, hal. 36.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
68
menurunkan varietas wilis sebesar 50% dan penurunan
hasil tersebut disebabkan oleh adanya akumulasi hama,
kekeringan, dan komposisi gulma.
Berdasarkan uraian tersebut di atas varietas unggul
yang memiliki mutu tinggi sangat dibutuhkan dalam
budidaya kedelai. Varietas unggul kedelai yang paling
populer akhir-akhir ini adalah wilis, selain itu juga
varietas lokon dan orba. Varietas lokon relatif lebih
lama terhadap musim kemarau dan umumnya relatif lebih
pendek namun produktivitas per hektarnya lebih rendah
dibanding dengan wilis. Varietas-varietas kedelai yang
ditanam di Jawa Timur tahun 1992 antara lain adalah ;
wilis, raung, no. 29, tidar, loken, sinyonya, prosi,
galunggung, orba, dan varietas lokal.
Realisasi penyebaran varietas tanam kedelai di Jawa
Timur tahun 1992 terdiri dari : wilis sebesar 319.705
ha, raung 12.162 ha. tidar 850 ha, lokon 7.384 ha,
sinyonya 8.877 ha, prosi 3.968 ha, orba 428 ha,
galunggung 2.795 ha, lokal 27.828 ha, no. 29 28.837 ha, ■»
dan yang lainnya sebesar 33.301 ha. Dapat dilihat bahwa
varietas wilis paling populer dan dominan dalam
realisasi tanam kedelai di Jawa Timur. Pada tahun 1987
pemerintah telah melepaskan 10 varietas kedelai yang
memiliki hasil tinggi, dengan umur panen antara 74
sampai 88 hari. Adapun kesepuluh varietas itu dapat
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
69
dilihat dalam tabel 10 berikut ini :
TABEL 10
VARIETAS KEDELAI YANG DILEPAS TAHUN 1987-1991
Varietas Umur(hari)
Kisaran hasil (ton/ha)
Tidar '■87 75 1,4-2,0Rinjani'89 88 1,5-2,5Petek'89 80 1,0-1,5Tambora'89 85 1,5-2,0Lompo batang 86 1,5-2,5Lumajang bewok 80 1,2-1,7La w u’91 74 1,2-1,7Dieng191 78 1,2-2,0Jayawi jaya'91 87 1,2-2,5Tengger 79 1,2-2,0
Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 5 tahun BPP, Departemen Pertanian, Jakarta, 1992.
Diharapkan dengan semakin banyaknya jenis varietas
unggul tersebut produksi kedelai dapat ditingkatkan.
Penerapan teknologi yang lain dilakukan juga dengan
pemberian legin, kapur pertanian, dan pemupukan. Legin
merupakan bioteknologi di bidang pertanian yang
berfungsi untuk membantu tanaman kedelai dalam
penyediaan nitrogen, yang diikat dari udara. Penggunaan
kapur pertanian yang memenuhi kriteria tertentu, seperti
ukuran butir, kadar CaCQ, Si02 , A1 dan Fe, serta
kandungan air, sesuai dengan ketetapan surat keputusan
Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan dan juga
pemupukan akan meningkatkan produksi. oleh karena itu
dalam usaha meningkatkan produksi kedelai i Jawa Timur
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
perlu adanya pengelolaan tanah yang baik, penggunaan
legin, kapur pertanian, pemupukan dan varietas yang
baik, seperti yang ada dalam paket teknologi yang
dianjurkan. Untuk memperlancar penggunaan teknologi
produksi tersebut pemerintah mengadakan dan menyalurkan
benih, legin, kapur pertanian, pupuk, pestisida, melalui
lembaga-lembaga yang ada seperti KUD/Puskud. Untuk
meningkatkan mutu benih maka peranan BPSP (Balai
Pengawasan dan Sertifikasi Benih) di daerah-daerah perlu
ditingkatkan. Pembinaan serta pengawasan mutu sejak
pertanaman di lapangan hingga pengolahan benih, terutama
dalam pengecekan daya kecambah perlu diperhatikan.
Selanjutnya usaha pengendalian hama/penyakit
tanaman dan gulma harus dilakukan dengan tetap berpegang
pada konsepsi pengendalian hama terpadu, mengingat raasih
besarnya luas lahan yang terserang jasad pengganggu dan
penyakit tanaman seperti ulat grayak, pengerek batang,
karat daun, tikus, ulat kacang, dan penyakit lainnya.
Luas serangan jasad pengganggu pada kedelai di Jawa
Timur pada tahun 1985 sebesar 9.562 ha, kemudian pada
tahun 1987 menurun menjadi 2.943 ha, dan pada tahun 1989
menurun lagi menjadi 2.943 ha. Selanjutnya tahun 1991
luas lahan yang terserang jasad pengganggu tinggal
sekitar 1.446 ha. Hal ini disebabkan adanya penggunaan
obat-obatan yang lebih baik serta kemajuan teknologi.
Upaya peningkatan produksi kedelai di Jawa Timur
70
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
juga -ditempuh melalui proyek pembangunan pertanian
pemerintah. Pemerintah melaksanakan proyek pembangunan
pertanian terpadu (yang berasal dari Bappeda) dan proyek
bantuan luar negeri. Pada tahan 1992 Pemerintah Daerah
Jawa Timur bekerja sama Team Agriculture Technical
Meeting ROC Taiwan bertujuan mengadakan alih teknologi
antara lain : pemurnian benih kedelai, pengolahan hasil,
dan pelatihan budidaya kedelai. Di samping itu team ATM
ROC juga melaksanakan Demonstrasi Area penggunaan sex
pheremone pada tanaman kedelai seluas 50 ha di Kabupaten
Jombang sebagai tindak lanjut program tahun sebelumnya
dan sekaligus bertujuan meyakinkan petani kedelai Jawa
Timur khususnya Kabupaten Jombang dalam pemberantasan
hama kedelai terutama ulat grayak. Selain itu pemerintah
juga bekerja sama dengan Masyarakat Ekonomi Eropa dengan
nama 'Palawija Seed Production and Marketing Project'
dengan tujuan memperkuat instuisi pembenihan yang telah
ada serta sistem pengolahannya. Persiapan program itu
dilaksanakan pada tahun 1992 dan untuk meningkatkan
produksi benih palawija khususnya kedelai.
3.1.4. Beberaoa Masai ah dan Pemecahannva Dalam Usaha
Pengembanqran_Kedelai di Jawa Timur
Dalam usaha pengembangan kedelai di Jawa Timur
masih terdapat berbagai hambatan baik yang bersifat
teknis maupun non teknis. Perlu diingat juga bahwa usaha
71
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
pengembangan kedelai tidak bisa lepas dari bantuan alam
seperti keadaan tanah, iklim, curah hujan dan lain
sebagainya, di mana kegiatan usaha tani kedelai
d i 1aksanakan. Selain itu kemampuan dan sikap mental
petani yang senantiasa ingin maju dan bersedia
menerapkan teknologi baru sangat dibutuhkan agar seraua
tujuan dapat tercapai.
Peranan pemerintah sangat dibutuhkan baik sebagai
motivator maupun dinamisator dalam pembangunan
pertanian. Peran pemerintah juga sangat dibutuhkan
khususnya dalam usaha peningkatan produksi dan
produktivitas pertanian, Pemerintah mengarahkan dan
membantu petani baik dari segi teknis maupun sosial
ekonomis, membantu pemecahan masalah yang belum mampu
diatasi oleh petani sendiri, sehingga usaha peningkatan
produksi dan produktivitas dapat tercapai yang pada
gilirannya nanti dapat meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan petani.
Dalam usaha meningkatkan produksi dan produktivitas
kedelai di Jawa Timur ini penulis membedakan masalah
atau hambatan menjadi dua aspek yaitu aspek teknologi
dan aspek sosial ekonomi dan selanjutnya dikemukakan
pula beberapa cara pemecahan masing-masing masalah yang
ada.
72
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
2 . 3 . 4 . 1 . A s p e k T e k n o l o g i
Dalam permasalahan ini, yang sering dijumpai dan
diutarakan oleh berbagai sumber informasi, umumnya
berhubungan dengan masalah benih. pemakaian legin dan
kapur pertanian serta pengendalian hama, penyakit
tanaman dan gulma.
Mengenai volume penggadaan benih unggul sampai saat
ini belum mampu menyediakan atau mencukupi kebutuhan
untuk intensifikasi tanaman kedelai. Selain itu mutu
benih yang digunakan hasilnya sering kurang
tnenggembirakan karena pada umumnya daya kecambah telah
merosot sebelum benih tersebut ditanam. Untuk mengatasi
hal itu maka seharusnya dilakukan usaha-usaha sebagai
berikut :
a. Melaksanakan usaha inventarisasi varietas
lokal, memurnikan kembali varietas-varietas
yang telah lama berkembang di daerah-
daerah .
b. Menggalakkan penyimpanan benih bermutu
dalam kaleng atau plastik yang tertutup
rapat dan kering.
c. Perlunya dihindari penyimpanan benih yang
lebih lama dari 2-3 bulan, dengan
memanfaatkan sistem Jabal (Jalinan Arus
Benih Antar Lapang). Dalam penyaluran benih
tersebut sistem Jabal dapat terjadi antar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
desa, kecamatan, bahkan antar propinsi,
maupun antar lahan sawah.
Dalam pemakaian legin dan kaptan dihadapi
permasalahan antara lain : harga legin dirasakan masih
cukup tinggi oleh petani dan petugas penyuluh lapangan
belum dibekali dengan pedoman tentang penggunaan legin
yang tepat sesuai kondisi dan kebutuhan. Untuk ini perlu
adanya petunjuk praktis mengenai penggunaan legin dan
kaptan yang harus diberikan pada PPL di daerah, sebagai
bekal penyuluhan kepada petani. Selain itu kemasan legin
dapat dibuat lebih sederhana dengan tidak mengurangi
mutu sehingga d'iharapkan harganya dapat lebih murah.
Sedangkan dalam pengendalian hama, penyakit
tanaman, dan gulma, usaha pengembangan kedelai di Jawa
Timur menghadapi masalah-masalah antara lain :
a. Pengetahuan dan ketrampilan petugas, baik
dalam pelayanan maupun penyluhan tentang
hama, penyakit tanaman, dan gulma, serta
pengendaliannya masih sangat terbatas.
b. Kesadaran petani terhadap pentingnya
pengendalian hama, penyakit tanaman dan
gulma kedelai masih kurang. Petani lebih
banyak menggunakan pestisida untuk
pemberantasan hama, penyakit, dan gulma
daripada melakukan penyemprotan .’Gcara
preventif. Ketrampilan petani dalam me-
74
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
ngendalikan hama, penyakit tanaman dan
gulma masih sangat rendah.
c. Pengamatan dan pelaporan tentang hama,
penyakit tanaman, dan gulma kedelai masih
belum seperti yang diharapkan. Hal tersebut
menyebabkan tindakan pengendaliannya sering
tidak dapat dilaksanakan semestinya.
d. Sarana pengendalian hama seperti pestisida
dan alat aplikasinya sering belum tepat
jenis, jumlah, dan waktunya. Selain itu
penggunaannya sering pula tidak tepat
dengan tempatnya atau keadaan daerahnya.
e. Teknologi tentang hama, penyakit dan gulma
serta pengendaliannya masih kurang
dibanding permasalahan yang ada.
Melihat berbagai permasalahan di atas maka langkah-lang-
kah yang sebaiknya diambil untuk pemecahannya adalah :
a, Mengadakan latihan khusus terhadap petugas
proteksi (pengamat hama, penyakit tanaman,
dan gulma kedelai, brigade proteksi tanaman
dan sebagainya) serta petugas penyuluh
(PPS, PPM, PPL) tentang pengendalian hama,
penyakit tanaman dan gulma.
b. Kegiatan peoyuluhan harus ditingkatkan
dengan LAKU (Latihan dan Kunjungan) oleh
petugas penyuluh maupun melaiui media massa
75
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
lainnya (radio, TV, surat kabar, dsb,).
c. Petunjuk pengamatan, pelaporan, dan pengen-
dalian hama penyakit tanaman, dan gulma
harus diberikan kepada daerah-daerah
sehingga diharapkan informasi tentang
keadaannya dapat segera diperoleh untuk
pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit
tanaman yang tepat waktu. Dari laporan
keadaan tersebut, yang diperoleh dari
daerah-daerah, dapat diketahui jenis-jenis
hama, penyakit tanaman, dan gulma di
masing-masing daerah sehingga alokasi
pestisida dapat disesuaikan. Untuk menjaga
mutu pestisida perlu adanya peningkatan
pengawasan terhadap penggunaan, peredaran,
dan penyimpanan pestisida, latihan bagi
penyalur pestisida (KUD dan PUSKUD).
3 . 1 . 4 . 2 . A s s e k S o g i a l E k o n o m i
Aspek sosial ekonomi diamati dalam penelitian ini
meliputi masalah-masalah yang ada dalam usaha tani
kedelai seperti pemilikan lahan, status kedelai dalam
usaha tani, dan penyuluhan. Di samping itu sebenarnya
masih ada aspek sosial ekonomi yang lain rjeperti tingkat
pendidikan petani dan pemilikan modal. Akan tetapi hal
tersebut tidak dibahas di sini mengingat sulitnya
76
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
mendete-ksi dan mengamati kedua hal tersebut. Hanya
secara umum, dari informasi yang diperoleh menyebutkan
bahwa rata-rata pendidikan petani di Jawa Timur masih
rendah. Selanjutnya akan dibahas satu persatu dari aspek
sosial ekonomi yang tersebut di atas.
Pemilikan lahan oleh petani di Jawa Timur adalah
terbatas, selain itu letaknya juga terpisah-pisah atau
berserak-serak. Ini sangat berpengaruh terhadap
efisiensi usaha dan pengembangan kedelai di daerah
tersebut. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Mubyarto :
'faktor yang mempengaruhi langsung efisiensi usaha tani
adalah perpencaran dan perpecahan. Ketidakefisienan
tersebut terutama tampak dalam waktu, tenaga, dan biaya
yang dikeluarkan lebih besar, daripada lahan yang
terpusat pada satu lokasi. Selain itu pengawasannya juga
lebih mudah apabila lahan terletak di satu lokasi. Untuk
mengatasi hal ini diusahakan adanya penanaman serempak
dalam hamparan yang luas. Pengembangan tanaman kedelai
akan berhasil baik apabila penanamannya dilakukan pada
hamparan yang cukup luas, (lebih dari 10 ha) dan
dilaksanakan serempak dengan menggunakan tata tertib
yang ditaati bersama. Oleh karena itu sebaiknya sistem
pengembangan kedelai dilakukan dengan menerapkan
konsepsi tata penyelenggaraan usaha tani berkelompok
atau Insus.
Status kedelai dalam usaha tani rakyat di Jawa
77
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
Timur -adalah sebagai tanaman pengisi waktu atau lahan
kosong yang tersisa dari penggunaan lahan untuk tanaman
pokok seperti padi dan jagung. Melihat hal tersebut maka
pengembangan tanaman kedelai seharusnya merupakan bagian
organik dari suatu pola tanam yang cocok dengan kondisi
lingkungan, sumber daya alam, dan keadaan sosial ekonomi
daerah setempat. Karena itu perencanaan pengembangan
kedelai di suatu daerah harus dikaitkan dengan pola
tanam yang memanfaatkan sumber daya alam, sumber daya
manusia, dari wilayah yang bersangkutan secara optimal
dan diarahkan pada pengendalian hama terpadu.
Untuk mempercepat proses alih teknologi dalam usaha»
meningkatkan produksi kedelai kepada petani secepat
mungkin perlu adanya penyuluhan pra dan panca panen
serta penyuluhan di bidang sosial ekonomi. Penyuluhan di
bidang sosial ekonomi diperlukan dalam menumbuhkan
kelompok yang dinamis sebagai upaya menciptakan iklim
yang merangsang adopsi dan inovasi teknologi baik bagi
petani atau kelompok yang belum pernah mengusahakan
kedelai maupun petani kedelai dengan penguasaan
teknologi yang rendah. Adapun masalah-masalah yang ada
di bidang penyuluhan ini antara lain adalah :
a. Para penyuluh pertanian belum menguasai
teknologi kedelai dan aspek sosial ekonomi
secara lebih mendalam.
78
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
b. Para petugas penyuluh pada umumnya belum
terampil dalam menyusun dan melaksanakan
program penyuluhan sebagai upaya pengembangan
kedelai di wilayahnya.
c. Alokasi dana bagi kegiatan penyuluhan untuk
menunjang program pengembangan kedelai roasih
terbatas.
d. Pendayagunaan BPP (Balai Penyuluhan Pertani
an) sebagai pusat percontohan di daerah
sentra kedelai oleh PPL, PPM, dan PPS masih
rendah.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah-
masalah tersebut di atas dapat dilakukan dengan :
a. Memperkuat jajaran penyuluhan dalam
penguasaan teknologi kedelai serta aspek-
aspek sosial ekonomi melalui 1atihan-latihan.
b. Memperkuat kelompok-kelompok tani dalam
wilayah sentra pengembangan kedelai melalui
kunjungan yang teratur dan berkelanjutan,
melalui pertemuan-pertemuan khusus (temu
karya dan temu wicara) dengan tujuan
mempertinggi daya serap informasi dan
komunikasi antar kelompok.
d. Menyusun pola- sebaran informasi paket
teknologi (demonstrasi, materi penyuluhan).
Selanjutnya agar penyuluhan lebih komunikatif maka
79
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
penyuluh harus benar-benar memahami materi yang
disuluhkan, memahami cara penyuluhan yang akan
dilaksanakan, apakah dengan komunikasi langsung seperti
kunjungan rumah, pertemuan umum, pertemuan diskusi, dan
sebagainya, dapat juga dengan cara tidak langsung
seperti demonstrasi percontohan, pertunjukkan dan
pameran, dan siaran lewat radio. Jadual penyuluhan
sedapatnya dilaksanakan secara teratur dan tepat, Kurang
mampunya petugas penyuluh atas bahan-bahan dan cara
penyuluhan yang diberikan pada petani merupakan sebab-
sebab gagalnya program penyuluhan per tani dn .49
49Mulyadi Banuwidjojo, Pembanaunan Pertanian, Usaha Nasional, Surabaya, hal. 61.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
81
TABEL 11
REALISASI PENGGUNAAN PUPUK UNTUK INTENSIFIKASI TANAMAN KEDELAI DI JAWA TIMUR TAHUN 1992
Daerah Urea(ton)
TSP ('boVD ZA (tan) KCL(4pn>
SurabayaGresik 131,75 1638,25 55,00SidoarjoMojokerto 479,15 767,63 29,49Jombang 54,06 98,30Bojonegoro 1380,51 2485,10 1035.61Tuban 246,68 1258.50Lamongan 1836,39 2800,63Madiun 594,08 1189,08Magetan 140,90 211,35 179,66Ngawi 614,62 1155,04 24,85 179,52Ponorogo 1362,00 803,00 jPaci tan 281,13 368,61 1Kediri 343,90 715,00 435,00 358,00 |Nganjuk 837,40 1356.92 55, 50 176,60
j Blitar 1247,35 1546,40 259,60Tulungagung 189,20 271.60 1Trengga1ek 501,40 761,00 IMalang 25,00 38,00 jPasuruan 7697,00 3094,00 2265.00Probolinggo 710,15 1065,22Lumajang 2294,10 3058,80Bondowoso 147,12 226,20Situbondo 148.00 336,37Jember 3004,87 5736,57
1 Banyuwangi 2854,86 5766,51 2230,00Pamekasan 170,40 93,40 0,80Bangkalan 109,15 176,20 28,25Sampang 1058,79 2117,59 to CD
Sumenep 417,50 728,30
Jumlah 30568,25 39854,72 517,60 6449,89 J
Sumber *. Buku Laporan Tahunan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dati I Jawa Timur, Surabaya, 1992, hal. 369-370.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
82
3 . 2 . A n a l i s i s M o d e l
Untuk melihat peranan faktor produksi berupa bibit,
pupuk urea. TSP, KCL, pupuk kandang/hijau/manure dan
pestisida dalam produksi kedelai di Jawa Timur dilakukan
dengan menganalisis pengaruh penggunaan masukan-masukan
tersebut di atas terhadap produksi kedelai. Hubungan
antara hasil produksi kedelai sebagai output dan bibit,
pupuk urea. TSP, KCL, pupuk kandang /hijau/manure dan
pestisida sebagai input didasarkan pada asumsi :
a. Ada hubungan langsung antara produk dan
masukan.
b. Produksi mengarah pada hukum hasil yang
semakin berkurang (the law of diminishing
return) .
Kemudian untuk melakukan proses estimasi penulis
menggunakan alat bantu program microstat dan data yang
digunakan adalah data time series yaitu data tahun 1979-
1992. Estimasi ini menggunakan metode pangkat dua
terkecil (MKT). Hasil estimasi yang diperoleh adalah
sebagai berikut :
In Y = 5,345 + 0,294 In B + 0,097 In U + 0,031
In T + 0,118 In K + 0,028 In Kd - 0,174
In P
Data selengkapnya tentang hasil analisis regresi faktor-
faktor yang mempengaruhi produksi kedelai di Jawa Timur
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
dapat dilihat pada tabel 11 berikut ini
83
TABEL 12
HASIL ESTIMASI FUNGSI PRODUKSI KEDELAI DI JAWA TIMUR
Keterangan KoefisienRegresi
t-test Koefisien determinasi
parsial (ra )
Konstanta 5,345
Bibit 0,294 3,101 0,5788
Urea 0,097 8,772 0,9166
TSP 0,031 2,595 0,4903
KCL 0,118 7,584 0,8915
Pupuk kandang /hijau/manure
0,028 2,509 0,4735
1 Pestisida -0,174 -6,180 0,8451
R 3 = 0.984
adjusted R 2 = 0,971
R = 0,992
73,765
SEE = 0,018
Dari hasil estimasi diperoleh koefisien determinasi
sebesar 0,984, R a = 0,984, artinya secara bersama-sama,
keseluruhan variabel bebas yang digunakan mampu
menjelaskan variabel terikat sebesar 98,4'ft atau dapat
dikatakan pengaruh penggunaan input berupa bibit, pupuk
urea, TSP, KCL, pupuk kandang/hijau/manure dan pestisida
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
terhadap produksi kedelai di Jawa Timur sebesar 98,4%
sedang sisanya sebesar 0,16% dipengaruhi faktor-faktor
lain di luar mode l.
Sesuai dengan landasan teori bahwa besarnya nilai
parameter .....Af atau koefisien regresi fungsi
produksi jenis Cobb-Douglas yang dimiliki masing-masing
variabel bebas menunjukkan pula besarnya elastisitas
masing-masing variabel bebas yang bersangkutan. Dari
hasil perhitungan yang diperoleh. koefisien regresi atau
elastisitas produksi pestisida mempunyai nilai negatif
sedangkan variabel bebas yang lain (bibit, pupuk urea,
TSP, KCL, dan manure) memiliki elastisitas
produksi/koefisien regresi positif.
Selanjutnya pengaruh masing-masing variabel bebas
ter-hadap variabel terikatnya atau pengaruh penggunaan
bibit, pupuk urea, TSP, KCL, manure dan pestisida
terhadap produksi kedelai di Jawa Timur dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Koefisien regresi variabel bibit sebesar 0,294
signifikan pada taraf nyata 5% menunjukkan bahwa
penambahan penggunaan bibit terhadap produksi kedelai di
Jawa Timur mempunyai pengaruh positif atau dengan kata
lain dapat meningkatkan produksi. Koefisien regresi
sebesar 0.294 artinya setiap penambahan 1% bibit akan
meningkatkan produksi sebesar 0,294%. Besarnya koefisien
determinasi parsial ra = 0,5788 artinya perubahan
84
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
penggunaan bibit akan mempengaruhi produksi kedelai
sebesar 57,88%. Nilai elastisitas produksi sebesar 0,294
variabel bibit menunjukkan bahwa penggunaan bibit
terletak pada tahap II produksi yaitu suatu tahap yang
efisien dan rasional, karena saat ini nilai elastisitas
produksi lebih besar dari nol dan lebih kecil dari satu.
Penambahan penggunaan urea terhadap produksi
kedelai di Jawa Timur memiliki pengaruh positif. Hal ini
dapat dilihat dari nilai koefisien regresi sebesar 0,097
yang memiliki tingkat signifikan pada taraf nyata 1%,
artinya penggunaan urea berpengaruh sangat nyata pada
produksi kedelai dan setiap penambahan penggunaan pupuk
urea sebesar 1% akan meningkatkan produksi sebesar<i
0,097%. Nilai koefisien regresi atau elastisitas
produksi sebesar 0,097 menunjukkan pula bahwa penggunaan
urea terletak pada tahap II produksi. Selanjutnya bila
dilihat koefisien determinasi parsialnya sebesar 0,9166
(r2 = 91,66%) artinya adalah perubahan pupuk urea akan
mempengaruhi produksi kedelai sebesar 91,66%,
Penambahan penggunaan pupuk TSP, pada produksi
keclelai di daerah ini juga berpengaruh positif atau
masih dapat meningkatkan produksi kedelai karena
besarnya koefisien regresi atau elastisitas produksi
memiliki nilai positif sebesar 0,031 signifikan pada
taraf nyata 5% artinya setiap penambahan penggunaan
pupuk TSP sebesar 1% akan meningkatkan produksi sebesar
85
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
0,0319s. Nilai elastisitas produksi sebesar 0,031
menunjukkan bahwa penggunaan variabel atau faktor
produksi TSP berada dalam tahap II produksi. Besarnya
koefisien determinasi parsial 0,4903 (r2 = 49,03%)
menunjukkan bahwa perubahan produksi kedelai yang dapat
disebabkan oleh perubahan penggunaan TSP adalah sebesar
49,03%.
Koefisien regresi/elastisitas produksi variabel KCL
sebesar 0,118 menunjukkan bahwa penggunaan KCL pada
tanaman kedelai berpengaruh positif. Koefisien regresi
KCL sebesar 0,118 signifikan pada taraf nyata 1% artinya
penggunaan KCL pada tanaman kedelai berpengaruh sangat
nyata dan setiap penambahan 1% KCL akan meningkatkan
produksi sebesar 0,118%.
Elastisitas produksi KCL sebesar 0,113 menunjukkan
bahwa penggunaan KCL berada pada tahap II produksi
karena D < Ep = 0,118 < 1. Koefisien determinasi sebesar
0,8915 (r2 = 0,8915) artinya adalah perubahan penggunaan
KCL akan mempengaruhi perubahan produk kedelai sebesar
89,15%.
Penggunaan pupuk kandang/hijau/manure pada produksi
kedelai akan meningkatkan hasil produksi karena
koefisien regresi atau elastisitas produksi yang
dimiliki variabel ini adal.ah positif sebesar 0,028 dan
signifikan pada taraf nyata 1%. Penambahan 1% pupuk ini
akan menaikkan produksi sebesar 0,028%. Besarnya
86
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
koefisien determinasi parsial senilai 0.4735 artinya
adalah pengaruh penggunaan pupuk kandang /pupuk
hijau/manure pada produksi kedelai sebesar 47,35%.
Koefisien regresi atau elastisitas produksi
pestisida/obat-obatan memiliki nilai negatif sebesar
-0,174 dan signifikan pada taraf nyata 1%. Hal ini
berarti penggunaan pestisida pada tanaman kedelai
berpengaruh sangat nyata pada produksi yang dihasilkan
dan setiap penambahan 1% pestisida akan mengakibatkan
turunnya produksi sebesar 0,174% dan sebaliknya
pengurangan penggunaan pestisida sebesar 1% akan
meningkatkan produksi sebesar 0,174%. Elastisitas
produksi pestisida yang negatif menunjukkan bahwa
penggunaan pestisida terletak pada tahap III yang
merupakan tahap yang tidak efisien dan tidak rasional
dalam produksi. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa
penggunaan pestisida pada usaha tani kedelai di Jawa
Timur telah melebihi ukuran ideal yang seharusnya
digunakan dengan kata lain penggunaan pestisida terlalu
berlebihan atau dapat juga disebabkan oleh penggunaan
pestisida yang kurang tepat jenis, jumlah dan waktunya.
Selanjutnya nilai koefisien determinasi parsial sebesar
0,8451 (ra = 84,51%) menunjukkan pengaruh perubahan
penggunaan pestisida terhadap produksi kedelai di daerah
ini sebesar 84,51%.
Nilai konstanta sebesar 5,345 (merupakan nilai
87
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
dalam logaritma natural) perlu dikemukakan di sini
karena besarnya nilai konstanta dalam fungsi produksi
jenis Cobb-Douglas menunjukkan tingkat efisiensi
produksi. Jadi besarnya nilai a adalah 209,56,
Uraian tersebut di atas hanya didasarkan pada
pengujian secara parsial untuk setiap variabel bebasnya,
sampai seberapa jauh pengaruhnya terhadap variabel
terikat. Bila dianalisis secara lebih jauh dengan
melihat variabel bebas secara simultan, sampai seberapa
besar pengaruhnya terhadap variabel terikat ternyata
mempunyai pengaruh yang sangat ■nyata pada taraf
signifikan 1%. Hal ini dapat dilihat dari hasil
per'nitungan F-observasi = 73,765 yang lebih besar dari F
tabel = 7,19 artinya secara keseluruhan variabel
bebasnya yang digunakan sesuai untuk memprediksi
produksi kedelai Jawa Timur. H J pot ntt i & portfttfia d<nl<*ni
penelitian ini yang menyatakan bahwa variabel-variabel
bibit, urea, TSP, KCL, pestisida, pupuk kandang
berpengaruh pada produksi kedelai diterima dan hipotesis
kedua yang menyatakan variabel-variabel di atas ber
pengaruh positif ditolak. karena pestisida berpengaruh
negatif yang menunjukkan penggunaan pestisida sudah
jenuh.
Bila dilihat dari besarnya jumlah koefisien regresi
0,494 menunjukkan bahwa hukurn yang berlaku dalam proses
produksi tersebut adalah decreasing return to scale.
88
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpu1 an
Dari hasil penelitian pengaruh penggunaan input
berupa bibit. pupuk urea. TSP, pupuk kandang/hijau
/manure, dan pestisida per hektar terhadap produksi
kedelai di Jawa Timur dapat diambil kesimpulan :
a. Pendekatan model fungsi produksi jenis Cobb-
Douglas cukup baik dan sesuai sebagai penduga
produksi kedelai di Jawa Timur. Variabel be
bas yang diabstraksikan ke dalam model secara
serempak berpengaruh terhadap produksi kede
lai di daerah tersebut, terbukti dengan uji F
yang signifikan pada taraf nyata \% . Hasil
estimasi dengan menggunakan fungsi produksi
Cobb-Doug 1 as menunjukkan bahwa penggunaan
bibit. urea. TSP. KCL, pupuk kandang/hi-
jau/manure dan pestisida berpengaruh nyata
terhadap produksi kedelai di Jawa Timur
walaujbun dengan taraf signifikan yang ber-
beda. Ini menunjukkan bahwa hipotesis pertama
yang men vat: akan bahwa penggunaan bibit urea,
TSP . KCL . da n pupuk kandang/hi jau/rnanure ber-
pengaruh pada produksi kedt-1 ai diterima.
b. Besarnya koeiisien r e g r o m atau elastisitas
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
4.2. Saran
5 a r c i Tt
prouuKsi Dibit. urea, TSP, KCL, aan pupuk
kandang/hijau/manure mempunyai nilai positif
artinya penambahan penggunaan bibit, pupuk
area, TSP. KCL. dan manure akan meuingkaikan
produksi, sedangXan ko«f reyresi vaila
bel pestisida Lernilai negatif, artinya
penambahan penygunaan pestisida justru menu-
runkan nasii produksi. Hal ini disebabkan
penggunaan pestisida yang berlebih, dan telah
melampaui batas efisien dan rasional dalam
produksi. Bila penggunaan pestisida dikurangi
dan digunakan dengan cara yang tepat sesuai
dengan aturan maka produksi akan dapat di
tingkatkan. Dengan hasil ini berarti hipo-
tesis kedua dalam penelitian yang menyatakan
jjai’iWu pengguriuun Dibit urea, TSP, KCL, pupuk
kanaeing. dan pestisida tcrpengar uh posiL.ii
d 1tolaA.
Jumlah koefituen regresi/elastisitas proauKsi
di a i m menunjukkan bahwa hukum produksi yang
beriVKu adalah decreasing return to scale.
Alokasi faktor produksi belum optimal. Aloka-
si faktor produksi akan lebih baik bila peng-
gunaari pestisida dikurangi.
yang diberikan dari hasil penelitian ini
90
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
91
a. Texuoiogi penggunaan bibit, pupuk kimia,
pupu>: organiK., dan pestisida/obat-obatan
daiam produksi kedelai di Jawa Timur perlu
diperbaiki sehingga produksi dapat diting
katkan .
b. Fenggunaan pestisida untuk tanaman kedelai
harus dikurangi karena penggunaan pestisida
sadali jenuli. r'eucuauaiian penggunaan pestisida
justru dieiiurunkaw hasi! produksi .
c. fenyu 1 uiiQn kepaaa petani harus ter us menerus
dilakukan. u’znyan menamuan jumian tenaga pe
nyuluh, memper i uas w i 1 ayah penyuluhan sehi ng-
ga petani d.ipai melaksanakan usaha taninya
dengan baik dan dapat menerapkan panca usaha
tani dengan benar. Selain itu' perlu juga
adanya bimb i nyan dan pengarahan yang terus
meneruu terhadap petani kedelai di daerah
tersebut unl.uk meningkatkan kemc.mpuan petani
vi a 1 dm u.-'alia *. 'jii.i iiya .
oi . PerPu ad.nnya peneiitian Lvbih lanjut terhadap
seber apa koiiibinasi pengg unaau sarsna
p." Ou uk. S j. vai'i'j ilia l flia i -r 11 i Jiy y a UdpcH'. u i idku~
A a ijv f uufli idi! ~ p t*x' ubai JaJ'i pc ; i(j a fioiafj Sal' ana
p i u u u k . s i .-j'. h i n g g a p r o d u k s i k e d e l a i d a p a t
ciu ci i cm :
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
DAFTAR PUSTAKA
92
Andi Hakim Nasution, Ekonomi Pertanian Indonesia. Penerbit Angkasa, Bandung, 1984.
Ari Sudarroan, Teori Ekonomi Mikro, BPFE, Yoyakarta, 1984.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 5 tahun BPP, Departemen Pertanian, Jakarta, 1992.
Billas., Richard A., Mikro Ekonomi, Erlangga, Jakarta, 1987.
Biro Pusat Statistik, Statistik Indonesia. Jakarta, 1984-1992.
-------.Jawa Timur Dalam Angka. Jakarta, 1984-1992.
-------^Survey Pertanian, Luas dan Intensitas SeranganJasad Penganggu Padi dan Palawija di Jawa. Jakarta, 1982-1991.
-------.Struktur Ongkos Usaha Tani Padi dan Palawiia.Jakarta. 1979-1992.
Damodar Gujarati, Dasar-dasar Ekonometrika. Erlangga, Jakarta, 1987.
Dawam Raharjo, Tranformasi Pertanian, Industrialisasi dan Kemampuan Keria, UI Press, Jakarta, 1986.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Daerah Tingkat I Jawa Timur, Buku Laporan Tahunan, Surabaya, 1979-1992.
Dwi Praptomo Sudjatmiko, Peningkatan Pendapatan Sektor Pertanian, Berkala Penelitian Pasca Sarjana, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 1991.
Hidayat, Konsep Dasar dan'Pengertian Produktivitas Serta Interpretasi Hasil Pengukurannya, Prisma no. X I . Jakarta, 1986.
Gunawan Sumodiningrat, Ekonomi Produksi, Karunika Universitas Terbuka, Jakarta, 1987.
J. Ravianto, Produktivitas Keria dan Mutu Kehidupan, Lembaga dan Sarana Informasi Usaha dan Produktivitas, Jakarta, 1985.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
93
Leftwich, Richard H., Mikro Ekonomi. PT Bina Aksara, Jakarta, 1904.
Mathias Aroef, Pengukuran Produktivitas Kebutuhan Mendesak Indonesia. Prisma no. X I . Jakarta, 1986.
Mubyarto, Penqantar Ekonomi Pertanian, LP3ES, Jakarta, 1905.
Muhammad Akib Towo, Analisis Produksi Kedelai di Sulawesi Tenggara, Maialah Ilmiah Universitas Haluoleo no. 7 . Kendari, 1991.
Mulyadi Banuwidjojo, Pembanqunan Pertanian. Usaha Nasional, Surabaya, 1903.
Payaman Simanjuntak, Penaantar Ekonomi Sumber Dava Manusia. FE-UI, Jakarta, 1905.
-------, Produktivitas Kerja dan Ruang Lingkupnya,Prisma no. X I . LP3ES, Jakarta, 1983.
Rusmadi et. al., Efisiensi Relatif dan Pengaruh Sikap Petani Terhadap Resiko Pengembangan Kedelai, Berkala Penelitian Pasca Sariana Universitas Gaiah Ma d a . Yogyakarta, 1993.
Rosmilawati et. al., Pengaruh Harga Kedelai dan Faktor- Faktor Sosial Ekonomi Petani Terhadap Penawaran Kedelai di Kabupaten Lombok Tengah, Berkala Penelitian Pasca Sariana Universitas Gaiah Ma d a . Yogyakarta. 1992.
Sadikin Somaatmadja et. a l ., Kedelai. Badan Litbang Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian Tanaman Pangan, Bogor, 1985.
Sefrimon, Perkembangan Produksi Palawija, Maialah Ilmiah Universitas Jambi, no. 4, Jambi, 1991.
Sudarsono, Penqantar Ekonomi Mikro . LP3ES, Jakarta, 1900.
Sukartawi, Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Fungsi Cobb-Douglas. Rajawali Press, Jakarta, 1990.
------- * Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. RajawaliPress, Jakarta, 1987.
Lj
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
94
Suratno,- Ekonomi Pertanian, Karunika Terbuka, Jakarta, 1986.
Universitas
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
MM
EHO
<rx
<d
</'>
0u
*i^
'0
IO
N-
“* «•
gnr<mr<w>
m
© S
^ r»
^
f**i CM
'JO,
p~ r l v0
i25
/i j. n
ri
r •,
O —
C- —
3N »f
vs-c
i> r* r
i,
f*'. — T
*fn
np
(X
, f^i r*-. f. n
r i•/~ -t
•© f*“
r-
—*r
- •*
Tfsc
“* •
i
5"T§
f*>. r- *
2O
*
- —
r i
n
^
IS
ss
ss
ss
ss
%
— ^
t/lf^
so
©—
**/■» ©
oo
v^
—Q
— rJ •—
—
co
_> i
c<
i O 90 -
M
— r* r* 'C
ro
^ to
ri"
■ft'O
®'
r-
\o V
' —
v
r-O'!
V*/"JO
'c*
C2
$Z
K
-flr*
n
v» r- •—
r
i oJ
*r4u-»i/i
^ *
“* "1
p- n
— o
r* w m
v>0r-
> as —
rt r-i ao *rro
^4
§—
mO
—3
'>£)30o
p-l t*\ t~\ r
iri
r-1 ri
rio—
CO.'O
SOv
3o>009kJSJsoO
i
0001 §8
’ S
o
^'O
Oe
Nf^
-■"
ft
—
• ^lO
iOM
Sg
SlQ
«^
?3
?S
3
s
ss
a
•s
ss
^s
f1
©
§
*
v> e» ro
00 ©
—
r-
—
ci' r- </i
ch h* —
o
t" 1 ©
v m O
p
i2
S
SS
~* •
M n
(O
r ix
5\ J
r
.ro
<* r-j
NO
vo m
r~> to
^
ra
a
v} *
r5
§
3r-c*iin
♦ w
*.
On h* </l r
i 00 r- 1
§
. '£
££
&
»o •-• o» —
* r**iS
.
S
Nf
*r
*v
^'f
r*
f
—
—
j;
gj
r* v
t ro v
i ■•
*Ty
f p*J cm
eo r-^
oe
,«
/i ^
t'^v
pQ
«">
>0 <5 O'
f4> ro
— <3SP>
—<4
<y» — o© r*>
rsi•—
(N ro
ri
•—
S2
8S
2S
R
I
’£
§S
£
55
29
.^2
^5
S
S
3S
S5
: "
n
^
n
i/i «—
© ^
M
lt) •«* i/io
. o
r-o
v
2
S?
£~
a
ri'O
'OO
f-
ag
$g
Ow
O'f*
<
s «<i
0> <*0 V
• J-.r* S
' *t-
r'i
WN
n
k
i «
i-iEOvr-
aos
H
'C
w-) h
- >*- q
o c4
r- r-
V") M
. pj
S
S3
£
^
rorjw
vn—v-»
&k
S*
8S
S
g
's
il
l
g
??
5f
;•M
fX
(O
§s&
f*"i O
' v£>
ro
00 •“* ft
2
^
0(
00
&
-
5?
fnQ
m Ch 5^ r5
fO
^P
V“J •-»
<n aos
-i ^©
\V
O'
'tfS
*->to
^3
fO"*
fS
O'
£
N K
) 51 Ot
o» ^ ^
.OO
DN
ON
M
•><
^ Vft -f l/»
O W
M
wi
sn
'O
Q►O
o
w*
1^ HI/) H
oO
m-
i00
KS
HC
O►O
■ CO H
l/lto Ops
gM
r« o> p-* k>
H©
O 'O
os
® ®
o>h
Q00 «/> V
«CO
-<o
►<■> oo vo o>00
HN
Nv>
HI/D
O««*-
<♦•'T
» N
Vi'O
US 1/1 K1 V
(NVo
H H
pH l/J
*>»o
fM m
tI/I
rt
inw
-*rH
rH
-to►O
■N(NI
h-
W>s
© */>
<© Ml
CO
O O
H l/l
V^
i/ii/iCia
OK
i"<
9>CT> rv
N«
f HN
#- »o
HI
001Ov(/)
CD O 9
r»
r-* 'tf-17» trt «
<«
ae
H
pHOrJ
^ r*J i/>M
HO
'T'O
WN
tO
N
i/»
MN
mN
CO © T
t f-5>
•<? v r-
fM
o1is»Ms
Oj n
o rf 1/1 O
O'
* *r f*Jr- —<
LrtCO9
CO ao s <d
un rsi <7v rj •O
HM
CO
%
* «
to <7t
NK
>(C
9)
rgeeK» 1-1oo r-
i/ivOi/i
h
hM
NH
NN
i/l©iN
^O
0B
crk
r*>
<s
i^o
*o
O'«
«
>0 «rN
<N 9N
No
nh
in
f*.CO
Id
N H
OO
* O
O O
h«
►oto
H'O
I/IO
lO
>0oe
«/)N
V ^
psH
*0
l/lfH
fO•«*
N >0
H to
ifl V
V1
HIO
Oi«n<o
'rf- l/» HI
VN
OlM
W
M/H
f1/1 N
«H
v6ooa
. o
VO
tn
«m
•nn O
t-.
»♦->
m
* w
4 **rw
u2<S.
^ $ 2 J SQ
►§
Q
0» O ^
^ O
^ rH
^
tam
ma
mm
mm
f* <0 u<« n 00 oo oo oo
h- H
m <4
VI </»
• >
i9
l/)'0*- -<
4
smm
rnm
w’S
ub
£
1
S
§
S
i
££
££
. •. *
• ~N
eo
wo
H H
H N
«J••
'ifi S
«rt
« *j
oo
u
oo rt oo
«
Ch
C
• H *«4 -«4 'f<
111 (A
V) ID
£$
$¥
(9 <1
<9 n
^
w
H N
rt 'f
M <N
fvj CMM
hm
m
Tfr-50fi
>/1»-•
00oc5
/*8ad»•«r*v
.00.*o9t<•43
trtIS1 o
^«S
r« »h
<x> ve
<tf CC N P»
\0*o
h.
fMIO
r-t f'JP
-N
l/1 CO O
lM5
cc
nh
«f-
V >£>
o»H
l-'l CO N• O
O H
CO *fi/I
M/I
rOo
M 00
oO
I
Si
fO
r*»- ><t ro
rsiw
4 H
to*+ t*> O
HO
■ <-00
i-•
fcO»H
n<5jOi/I
V*<o
•O'
»o
«HfNl
•ML/>
or~-
Sumber : Statistlk Indonesia, BPS, Jakarta, 1981-1990.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
----------------- re gr es sio n anal ys is --------R DATA FOR: B;BERTI LABEL: Produksi Kedelai R OF CASES: 14 NUMBER OF VARIABLES: 7
Lempiran 2
Pengaruh Input. Tehhadap Produksi Kcade I a.i.
NAME 'MEAN STD.DEv .In B ' 3-815 , 01 n U 3. 6 51 ' y n■BIn T 3.7X3 .63In K . .786 ,.42i / c:--In Kd 2.3 74 . 6C■9In P .809 . 27'5
VAR. i: In Y 6.972 . 104
JDENT VARIABLE: In Y
REGRESSION COEFFICIENT STD . ERROR T(DF = / ) PROB.„ 294 „ 095 '■> 101 .01729. 097 .011 S ,
-y y ,y a 00005. 031 , 0 1 7 .»•i| 5 9 5 .03570-1 : ' . 3 .016 ..... 584 n 000 j. 3
1 028 . 011 SO1" . 04047-■.174 . 028 C> j18- * . 00045
'ANT ■ 5.3 45
PARTIAL r. 578 .916 . 490 .891 5 . 4735 .. 8451
ERROR of EST. « .018nTED R SQUARED " .971
R SQUARED - .984MULTIPLE R =-- .992
ANALYSIS OF VARIANCE TABLEkCE SUM OF SQUARES D,F„ MEAN SQUARE F RATIO PROB."SSIQN ,139 6 «023 73.765'5.688E-06DUAL 2. 1996E--03 7 3.1423E.04
.141 1.3
STANDARD I ZED RES I DUALSOBSERVED CALCULATED RESIDUAL --- n 0 0 2. <
6.873 6. 885 “ ,012 #6*904 6 ,389 , 0.15 ! #6,861 6,865 -3.534E-03 * :6.342 6.855 - „ 013 !6.859 6.851 8 3127E--03 ; *6,876 6 B 87.1. 4.5794E—03 ; *
' 6.966 6 = 975 -9.11RF.03 V !' 6.981 6.978 2.6612E-03 ! *6.995 6 = 978 .017 \ *7:051 7 ,080 - . 029 % I7.054 7,062 -8.122E-03 'H !7.096 7. 089 6.Q771E-03 i * .
7.109 7 « 098 .011 *7.139 7.130 8 7687E-03 \ *
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
Lampiran 3
Tabel t
u H If il 11 II II II V-zz n 3 ttt zz r. in cr".T ~ ZZ TtH *w ■ ' ’■ m tTt 7 iz w wd . f ^ . 1 0 0 * . 0 5 0 ^ . 0 2 5 ^ . 0 1 0 . 005 d . f
1 3 . 0 7 8 6 . 3 1 4 12.70G 3 1 . 8 2 1 6 3 . 6 5 7 12 1 .8 8 6 2 . 9 2 0 4 . 3 0 3 tK9C>5 9 . 9 2 6 23 1 .8 3 0 2 , 3 5 3 3 .1U 2 4 . 5 4 1 5 . 0 4 1 34 1 .5 3 3 2 .1 3 2 . 2 . 776 3 . 7 4 7 4 . 6 0 4 45 1 , 4 7 6 2 . 0 1 5 2 . 5 7 1 3 . 3 6 5
» <1.032 5
6 1 . 4 4 0 1 , 9 4 3 2 , 4 4 7 3 . 1 4 3 3 , 7 0 7 67 1 . 4 1 5 1 .8 9 5 2 . 3 6 5 2 . 9 9 8 3 . 4 9 9 7o 1 . 3 9 7 1 . 0 6 0 2 . 3 0 6 2 . 8 9 6 3 . 3 5 5 89 1 .3 8 3 1 .8 3 3 2 . 2 6 2 2 . 8 2 1 3 , aeo 9
10 1 . 3 7 2 1 .0 1 2 2 . 2 2 0 2 . 7 0 4 3„ UiO 10
i i 1 .3 6 3 1 .7 9 6 2 . 2 0 1 2 . 7 1 8 . 3 . 106 1112 1 . 3 5 6 1 .7 8 2 2 . 1 7 9 2 . 6 8 1 3 . 0 5 5 1213 1 .3 5 0 1 , 7 7 1 2 . 1 6 0 2 . 6 5 0 3 . 0 1 2 1314 1 . 3 4 5 1 .7 6 1 2 . 1 4 5 2 . 6 2 4 2 . 9 7 7 1415 1 .3 4 1 1 . 7 5 3 2 . 1 3 1 2 . 6 0 2 2.,047 15
16 1 . 3 3 7 1 .7 4 6 2 : i 2 0 2 . 6 8 3 ■ ' 2 . 9 2 1 ' - ’ 16------17 1 . 3 3 3 1 . 7 4 0 2 . 1 1 0 2 . 5 6 7 2 , W98 17 118 1 . 3 3 0 1 . 7 3 4 2 . 1 0 1 2 . 5 5 2 2 . 0 7 8 1819 1*328 1 . 7 2 # 2 . 0 9 3 2 , 5 3 9 Z.UHl 1920 1 .3 2 5 1 . 7 2 5 2 . 0 8 6 2.5215 2 . U4f> 20
21 1 .3 2 3 1 . 7 2 1 2 .0 8 C 2 . 5 1 3 2 . 0 3 1 2122 1 .3 2 1 1 . 7 1 7 2 . 0 7 4 2 . 5 0 0 3 . 0 1 9 - 2223 1 .3 1 9 1 . 7 1 4 2.0(39 2 . 5 0 0 2.U0Y 2324 1 . 3 1 8 1 . 7 1 1 2 . 0 6 4 2 . 4 9 2 2 . V97 2425 1 .3 1 0 1 . 7 0 8 2 . 0 6 0 2 . 4 8 5 2 .7 8 7 25
26 1 . 3 1 5 1 .7 0 6 2 . 0 5 6 2 . 4 7 9 2 . 7 7 9 2627 1 . 3 1 4 1 . 7 0 3 2 . 3 5 2 2 . 4 7 3 2 . 7 7 1 2728 1 , 3 1 3 1 :7 0 1 * 2 . 0 4 8 2 . 4 6 7 2 . 7 6 3 2829 1 .3 1 1 1 . 6 9 9 ’ 2 . 045 2 . 4 6 ? 2 . 7 5 6 29
i a f . 1 .2 8 2 1 . 6 4 5 1 .9 6 0 2 . 3 2 6 2 . 5 7 6 I n f .
Source E,S. Pearson and Hartley, Biometrlka Tables Sta - tistician, vol 1, table 12, PufalisKecTFor the Biometrxka Trusted of the University Press, Cambridge.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN
c®L.■MaECOmJ
LLa>.o©K
MI
LU
UE
RP
US
TA
K.A
AN
•0WVERSIT/.S Alft* 4
NGOA'
S U
R A
B A
*
A
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR.... LENA ELLITAN