analisis faktor faktor yang mempengaruhi...
TRANSCRIPT
i
ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PEMBIAYAAN SEKTOR PERINDUSTRIAN PADA BANK
PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) DI INDONESIA PERIODE
2011-2015
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah ( S. E. Sy)
Oleh:
Irvanka Kema Nuzula
NIM. 1112046100112
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1437 H/ 2016
iv
LEMBAR PERNYATAAN KARYA PRIBADI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Irvanka Kema Nuzula
Nomor Induk Mahasiswa : 1112046100112
Fakultas : Syariah dan Hukum
Konsentrasi/Prodi : Perbankan Syariah / Muamalat (Ekonomi Islam)
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang dibuat dengan sungguh-
sungguh untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1
(S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemuadian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, September 2016
Irvanka Kema Nuzula
v
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui dan menganalisa faktorfaktor
yang mempengaruhi pembiayaan sektor perindustrian pada Bank Perkreditan
Rakyat Syariah di Indonesia. Faktor-faktor tersebut yaitu Capital Adequacy Ratio
(CAR), Return On Asset (ROA), Financing Deposit Ratio (FDR), Biaya Promosi
dan Inflasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data runtut (time
series) bulanan dari Januari 2011 – Juni 2015 yang dipublikasikan oleh Bank
Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan dalam laporan keuangan bulanan perbankan
syariah. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa CAR, ROA, FDR, Biaya Promosi
dan Inflasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan sektor
perindustrian. Untuk hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa CAR,
ROA, FDR, dan Inflasi berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan sektor
perindustrian akan tetapi Biaya Promosi tidak berpengaruh signifikan terhadap
pembiayaan sektor perindustrian.
Kata Kunci : CAR, ROA, FDR, Biaya Promosi, Inflasi dan pembiyaan sektor
perindustrian.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, Rabb semesta alam yang tiada henti
memberikan nikmat, rahmat, dan karunia-Nya yang begitu banyak kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “ANALISIS FAKTOR-
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN SEKTOR
PERINDUSTRIAN PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH
(BPRS) DI INDONESIA PERIODE 2011-2015 ” dengan baik. Shalawat dan salam
selalu tercurah kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang telah menuntun
ummatnya dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang penuh
dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Alhamdulillahirabbil’alamin, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini sebagai puncak dari proses menuntut ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Semoga skripsi yang ditulis dengan penuh kerja keras ini bisa memberikan
kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ekonomi Islam.
Selesainya skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang turut memberikan
bantuan dalam menghadapi segala bentuk tantangan dalam skripsi ini. Maka dari
itu, izinkanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., Ph.D. sebagai Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
vii
2. Bapak A.M Hasan Ali, M.A., selaku Ketua Program Studi Muamalat dan
Abdurrauf, Lc., M.A., selaku Sekretaris Program Studi Muamalat, Fakultas
Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Sofyan Rizal, S.E., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang di
tengah kesibukannya selalu meluangkan waktunya dan tidak pernah lelah
membimbing serta memberikan arahan selama kuliah di FSH UIN Jakarta.
4. Ibu Yuke Rahmawati, S.Ag., MA selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang di
tengah kesibukannya selalu meluangkan waktunya dan tidak pernah lelah
membimbing serta memberikan arahan dalam penulisan skripsi.
5. Seluruh dosen dan civitas akademik FSH UIN Jakarta yang selalu memberikan
ilmunya yang insyaa Allah akan menjadi amal jariyyah di akhirat nanti.
6. Pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum
yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi perpustakaan.
7. Kedua orang tua saya, Bapak Hidayat Saputra dan Ibu Siti Inayah, serta keempat
saudara kandung saya yang selalu memberikan do’a, semangat, dan motivasi
tiada henti serta rela mengorbankan segala hal untuk membantu penulis
menjalankan perkuliahan. Semoga Allah membalas dengan keberkahan yang
berlipat ganda. Aamiin.
8. Kawan-kawan Perbankan Syariah 2012, geng kosan: Alex, Wiwin, Hafsah,
Rian, Kamal, Abel, Leni, Salman, Alfi, Fawwaz, Kahfi, Hary, Taufiq, Ghaus.
Terima kasih atas segala bentuk dukungan yang selalu diberikan kepada penulis
dalam masa penulisan skripsi.
viii
9. Kawan-kawan HMI, PMII dan KKN BRIGHT yang telah mendukung penulis
dalam masa penulisan skripsi ini.
10. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namanya yang
sangat membantu dalam penulisan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak
langsung. Akhir kata, semoga Allah membalas semua kebaikan pihak-pihak
yang turut membantu terselesaikannya skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi seluruh masyarakat dan mampu berkontribusi dalam
perkembangan ekonomi syariah.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, 14 September 2016
Irvanka Kema Nuzula
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…..............................…………………………………….......i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………………......ii
LEMBAR PENGESAHAN….......…………………………………………….....iii
LEMBAR PERNYATAAN...………………………………………………….....iv
ABSTRAK.......…..………………………………………………………………..v
KATA PENGANTAR...............………………………………………………….vi
DAFTAR ISI....…..……………………………………………………………….ix
DAFTAR TABEL..………………………………………………………………xii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………..xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ….……………………..…………………….1
B. Identifikasi Masalah..........………..……………………..…………….8
C. Pembatasan Dan Rumusan Masalah......................................................9
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian...............………..…………………....10
E. Hipotesis.....…..………………….....…………………………….......11
F. Sistematika Penulisan............………………………………………...12
G. Kerangka Pemikiran.............................................................................14
BAB II LANDASAN TEORI
A. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).............………………….15
1. Pengertian Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)..................15
2. Kegiatan Usaha BPRS....................................................................19
B. Pembiayaan BPRS.................................................................………...21
1. Pengertian Pembiayaan...................................................................21
2. Jenis-jenis Pembiayaan...................................................................23
x
3. Pembiayaan Sektor Industri.............................................................24
C. Faktor-Faktor Pembiayaan Sektor Industri…………………………....27
1. Faktor Internal.................................................................................27
1.1 Capital Adequacy Ratio (CAR).................................................27
1.2 Return On Assets (ROA)...........................................................28
1.3 Financing to Deposit Ratio (FDR)............................................30
1.4 Biaya Promosi............................................................................32
2. Faktor Eksternal...............................................................................33
2.1 Inflasi.........................................................................................33
D. Studi Penelitian Terdahulu ....................................................................36
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian...…..……………………………………....39
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian........................……………………....39
C. Jenis dan Sumber Data................…..……………………………........40
D. Objek Penelitian..........................…..……………………………........40
E. Operasional Variabel Penelitian..........…..…………………………....41
F. Metode Analisis Data......................……..…………………………....44
1. Uji Asumsi Klasik........…..……………………………………....45
2. Uji Hipotesis.........................……..……………………………...48
a. Uji F (Simultan).......………………………………………...49
b. Uji T (Parsial)......…………………………………………....50
c. Koefisien Determinasi (R2)...........…..……………………....50
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Uji Asumsi Klasik......…..……………………………………...52
1. Uji Normalitas............…..……………………………………...56
2. Uji Multikolinearitas …........…………………………………...57
3. Uji Auto Korelasi.....…………………………………………...58
4. Uji Heteroskedastisitas............….……………………………...59
B. Analisis Regresi Linier Berganda..............…………………………...60
C. Uji Hipotesis..........…………………………………....……………...61
xi
a. Uji F…..…………………………................….……………...61
b. Uji T..………………………………………….........………...63
c. Koefisien Determinasi (R2)…..…………………….....……....65
D. Pembahasan..........…………………………………………….....…...66
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ……..…………………………………………………….70
B. Saran.......……………………………………………………………..71
DAFTAR PUSTAKA ……..………………………………………….................72
LAMPIRAN ……..…………………………………………………….............76
xii
DAFTAR TABEL
No Keterangan Hal
1.1 Pertumbuhan Kinerja BPRS 8
2.1 Kriteria Kesehatan Yang Ditetapkan Oleh Bank Indonesia 28
2.2 Klasifikasi Tingkat ROA menurut BI 29
4.1 Pembiayaan Sektor Perindustrian, CAR, ROA, FDR, Biaya Promosi, dan
Inflasi Bank Perkreditan Rakyat Syariah Periode Januari 2011 – Juni 2015 53
4.2 Lanjutan Pembiayaan Sektor Perindustrian, CAR, ROA, FDR, Biaya
Promosi, dan Inflasi Bank Perkreditan Rakyat Syariah Periode Januari 2011 –
Juni 2015 54
4.3 Data Setelah di Transform kedalam Bentuk LN Pembiayaan Sektor
Perindustrian, CAR, ROA, FDR, Biaya Promosi, dan Inflasi Bank
Perkreditan Rakyat Syariah Periode Januari 2011 – Juni 2015 54
4.4 Lanjutan Data Setelah di Transform kedalam Bentuk LN Pembiayaan Sektor
Perindustrian, CAR, ROA, FDR, Biaya Promosi, dan Inflasi Bank
Perkreditan Rakyat Syariah Periode Januari 2011 – Juni 2015 55
4.5 Lanjutan Data Setelah di Transform kedalam Bentuk LN Pembiayaan Sektor
Perindustrian, CAR, ROA, FDR, Biaya Promosi, dan Inflasi Bank
Perkreditan Rakyat Syariah Periode Januari 2011 – Juni 2015 56
4.6 Hasil Uji Normalitas 57
4.7 Hasil Uji Multikolinearitas 58
4.8 Hasil Uji Auto Korelasi 59
4.9 Hasil Uji Regresi Linear Berganda 60
4.10 Hasil Uji F 62
4.11 Hasil Uji T 63
4.12 Hasil Uji Koefisien Determinasi 66
xiii
DAFTAR BAGAN, GRAFIK, DAN GAMBAR
No Keterangan Hal
1.1 Grafik Penghimpunan Dana, Penyauran Dana dan Pendapatan 6
1.2 Bagan Kerangka Pemikiran 14
4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas 59
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara-negara di dunia terus berupaya untuk menumbuhkan ekonominya.
Salah satu langkah yang diambil yaitu pengembangan industri. Industri adalah
kegiatan ekonomi dengan memproses atau mengolah bahan-bahan atau barang
dengan menggunakan sarana dan peralatan, seperti mesin, untuk menghasilkan
barang (jadi) atau jasa.1 Menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian,
industri ialah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,
barang setengah jadi, atau barang jadi menjadi barang yang memiliki nilai tinggi
untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan
industri.2 Industri memang menjadi faktor fenomenal untuk menunjang
perdagangan. Mereka saling bersaing untuk mendapatkan tempat di pasar global.
Karena di dalam pasar global terjadi perdagangan bebas yang menggambarkan
karakter ekonomi suatu negara. Di Indonesia, industri (perindustrian) merupakan
salah satu komponen perekonomian yang penting. Kenaikan pembiayaan sektor
perindustrian menunjukan pertumbuhan industri semakin meningkat di Indonesia.
Hal ini dapat membawa dampak positif karena Industri mempunyai peranan penting
sebagai sektor pemimpin (leading sector). Leading Sector maksudnya adalah
1 Sigit Winarno dan Sujana Ismaya, Kamus Besar Ekonomi, Bandung: Pustaka Grafika,
2007, h.252.
2 Undang-Undang No. 5 Tahun 1984 Tentang Perindustrian
2
dengan pembangunan industri maka akan memacu dan mengangkat pembangunan
sektor lainnya seperti pertanian dan jasa.3
Tahun 2011 hingga triwulan I tahun 2015 pertumbuhan industri non migas
selalu diatas pertumbuhan ekonomi, hanya pada tahun 2013 pertumbuhan industri
non migas sedikit dibawah pertumbuhan ekonomi. cabang industri yang tumbuh
tinggi pada triwulan I tahun 2015 antara lain Industri Kimia, Farmasi dan Obat
Tradisional sebesar 9,05%; Industri Logam Dasar sebesar 8,66%; Industri Makanan
dan Minuman sebesar 8,16%; serta Industri Barang Logam, Komputer, Barang
Elektronik, Optik,dan Peralatan Listrik sebesar 8,14%. investasi PMDN pada
triwulan I tahun 2015 mencapai Rp 17,45 triliun atau meningkat sebesar 57,01%
dari periode yang sama tahun 2014. Sedangkan investasi PMA sebesar USD 2,87
miliar atau menurun 17,92% dibandingkan periode yang sama tahun 2013.4 Sektor
industri dapat tumbuh rata-rata mencapi 12,8%. Industri pengolahan berkontribusi
terbesar terhadap PDB (21,14%) namun dihadapkan pada kandungan import
content dalam bahan bakunya sehingga akan cukup mahal khususnya ketika nilai
tukar terdepresiasi cukup signifikan.5 Kecepatan ini logis karena baru dalam taraf
3 Basuki Pujoalwanto, Perekonomian Indonesia: Tinjauan Historis, Teoritis dan Empiris,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), hlm.221. 4 Siaran Pers Menperin: Pertumbuhan Industri Triwulan I Tahun 2015 Lebih Tinggi
Dibanding Pertumbuhan Ekonomi. 15 Mei 2015 di Denpasar. Diakses pada 12 April 2016 dari
http://www.kemenperin.go.id/artikel/12021/Menperin:-Pertumbuhan-Industri-Triwulan-I-Tahun-
2015-Lebih-Tinggi-Dibanding-Pertumbuhan-Ekonomi
5 Otoritas Jasa Keuangan: “Potensi Pertumbuhan Ekonomi ditinjau dari Penyaluran Kredit
Perbankan Kepada Sektor Prioritas” 7 Januari 2016, Jakarta. Diakses pada 21 Agustus
2016http://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/publikasi/Pages/Potensi-Pertumbuhan-Ekonomi-
ditinjau-dari-Penyaluran-Kredit-Perbankan-Kepada-Sektor-Prioritas.aspx
3
awal melalui penanaman modal secara besar-besaran, tetapi kemudian
pertumbuhannya menurun bila mendekati titik kejenuhan, kecuali bila pasarannya
dapat dikembangkan terus-menerus.
Industri nasional selama ini lebih menekankan pada industri berskala luas
dan industri teknologi tinggi. Namun untuk mencapai industri berskala luas, sistem
perindustrian melalaikan kebutuhan mendasar dari warga negara. Sehingga strategi
ini mengakibatkan berkembangnya industri yang berbasis impor. Import terknologi,
tenaga ahli, dan sumber bahan pendukung. Bahkan harus mendatangkan produk
yang sama dengan hasil industri dalam negeri. Bukan hanya kalah bersaing di pasar
internasional, perindustrian di Indonesia juga gagal saing di rumah sendiri. Akibat
kalah bersaing di pasar internasional, sektor ini juga berdampak pada nilai tukar
rupiah. Industri-industri tersebut sering terpukul oleh depresiasi mata uang rupiah
yang tajam.
Komoditi primer yang merupakan andalan ekspor Indonesia pada umumnya
dalam bentuk bahan mentah sehingga nilai tambah yang diperoleh sangat kecil. Dan
ekspor produk industri didominasi oleh hanya beberapa cabang industri, dan
kegiatan sektor industri lebih banyak terpusat di Pulau Jawa.6 Misalnya Indonesia
mengekspor kayu dalam bentuk gelondongan, yang kemudian diimpor lagi dalam
bentuk mebel karena terbatasnya penguasaan desain dan teknologi. Hampir semua
hasil bumi Indonesia di jual pada masa yang kurang tepat. Dalam artian, belum
6 Yusuf Kurniawan. “Kebijakan Pembangunan Industri” Da Real Economy, 14 Maret
2015 diakses pada 20 Agustus 2016 dari http://darealekonomi.blogspot.co.id/2015/03/kebijakan-
pembangunan-industri.html
4
selesai dalam proses produksi. Begitu pula dengan beberapa komoditas dan hasil
bumi lainnya.
Masih relatif rendahnya kualitas sumber daya manusia. Hal ini sangat
dipengaruhi oleh sistem pendidikan formal dan pola pelaksanaan pelatihan yang
cenderung masih bersifat umum dan kurang berorientasi pada perkembangan
kebutuhan dunia usaha. Selain itu, rendahnya kualitas sumber daya manusia akibat
dari pola penyerapan tenaga kerja di masa lalu yang masih mementingkan pada
jumlah tenaga manusia yang terserap daripada kualitas tenaga manusianya.
Berbagai kendala yang dialami sektor perindustrian, menjadikan sektor ini
tidak dapat tumbuh secara optimal. Permasalahan ini sangat mempengaruhi
pendapatan dan pertumbuhan sektor ini. Tidak dapat dipungkiri bahwa
pengembangan sektor ini sangat memerlukan budget yang tidak sedikit. Untuk itu
diperlukan kebijakan guna menopang permodalan guna pengembangan usaha
perindustrian. Pembangunan industri harus mengacu kepada amanat pembangunan
bangsa yang termuat dalam konstitusi, dengan menganut azas-azas yang diletakkan
untuk menjamin terpenuhinya aspirasi kemajuan ekonomi, budaya, teknologi dan
keamanan, demi keberlanjutan eksistensi bangsa, dan kemajuan kesejahteraan
rakyat, dan generasi bangsa di masa depan.7 Pemerintah, lembaga keuangan da
7 Yusuf Kurniawan. “Kebijakan Pembangunan Industri” Da Real Economy, 14 Maret
2015 diakses pada 20 Agustus 2016 dari http://darealekonomi.blogspot.co.id/2015/03/kebijakan-
pembangunan-industri.html
5
stakeholder lainnya harus bekerja sama dalam pembangunan sistem perindustrian
yang kondusif. Sehingga perekonomian Indonesia mampu tumbuh dengan cepat.
Berbagai macam industri berkembang di Indonesia. Dari industri berskala
kecil hingga besar, dari sektor pertanian hingga industri manufaktur, dari yang di
pusat kota hingga di pelosok desa berkembang beriringan menopang perekonomian
Indonesia. Jika dikaitkan dengan permasalahan pengembangan usaha industri yang
memerlukan tambahan modal, maka pemerintah pusat dan daerah memikul
tanggung jawab yang sama. Pemerintah diharuskan berkerjasama dengan lembaga
keuangan yang mampu menyentuh semua sektor perekonomian.
BPR/BPRS merupakan satu diantara banyak lembaga keuangan yang
diproyeksikan untuk menjangkau lapisan masyarakat hingga ke pelosok.
Keunggulan BPRS dalam beroperasi di daerah-daearah terpencil bahkan sampai
pada daerah remote area sehingga dapat memberikan pelayanan dengan jangkauan
yang lebih luas kepada masyarakat.8 Dengan sistem operasional sesuai pedoman
perbankan, BPR/BPRS dinilai mampu menyeragamkan kegiatan usahanya dan
masih terjamin oleh otoritas. Selain itu modal awal BPR/BPRS juga cenderung
lebih besar dibanding lembaga keuangan mikro lainnya. Pertumbuhan kinerja
BPR/BPRS menunjukkan tren positif dari tahun ke tahun.
8 Bank Indonesia, Outlook Perbankan Syariah 2013, (Jakarta: Bank Indonesia), hlm. 5.
6
Grafik 1.1 : Penghimpunan Dana, Penyauran Dana dan Pendapatan
Sumber : Statistik Perbankan Syariah 2015, OJK
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) tetap optimistis menghadapi 2016
meski kondisi ekonomi masih belum pulih. Produk khas yang sesuai nilai syariah
harus jadi keunggulan BPRS menghadapi persaingan di industri.9 Menurut data
Bank Indonesia pada bulan Desember 2015 total aset BPR Syariah mencapai Rp
7,739 triliun, naik dari 2014 yang hanya sekitar Rp 6,573 triliun. Dana pihak ketiga
dan pembiayaan yang diberikan masing-masing mencapai Rp 4,801 triliun dan Rp
5,765 triliun degan tingkat financing to deposit rasio (FDR) sekitar 120 persen.
Menggambarkan bahwa pembiayaan yang dibutuhkan masyarakat melebihi DPK
yang diterima oleh BPR Syariah.
9 Republika Online : BPRS Optimis Hadapi 2016. 11 Januari 2016, Jakarta. Diakses pada
12 April 2016 dari http://www.republika.co.id/berita/koran/urbana/16/01/11/o0s3k73-bprs-
optimistis-hadapi-2016
01000002000003000004000005000006000007000008000009000001000000
0
1000000
2000000
3000000
4000000
5000000
6000000
7000000
Funding Financing Pendapatan
7
Bila dilihat dari data statistik perbankan syariah tahun 2011-2014, rata-rata
penyaluran pembiayaan untuk sektor perindustrian menempati urutan kedelapan
yakni setelah sektor lain-lain (konsumsi); sektor perdagangan, jasa dunia usaha,
pertanian, konstruksi, jasa sosial, pengangkutan, pergudangan dan komunikasi.10
Selain itu, nilai maksimal yang disalurkan untuk pembiayaan sektor ini hanya
1,26% dari keseluruhan total pembiayaan.
Tabel 1.1
Rata-rata Porsi Pembiayaan Bank Perkreditan Rakyat Syariah berdasarkan
Sektor Ekonomi dalam bentuk Persentase (%)
Sumber : Diolah, Statistik Perbankan Syariah 2011-2014
Kebijakan penyaluran dana untuk kegiatan pembiayaan dipengaruhi oleh
faktor internal dan eksternal bank. Faktor internal bank antara lain berkaitan dengan
persepsi bank terhadap prospek usaha debitur, rasio keuangan bank dan promosi
yang dilakukan untuk mengumpulkan dana pihak ketiga. Rasio keuangan yang
10 Bank Indonesia, Statistik Perbankan Syariah Desember 2011, 2012, 2013, 2014,
(Jakarta: Bank Indonesia, 2011, 2012, 2013, 2014).
sektor ekonomi 2011 2012 2013 2014
pertanian, kehutanan dan sarana pertanian 8,37 9,88 8,78 6,52
pertambangan 0,09 0,22 0,14 0,14
perindustrian 1,26 0,88 0,90 1,06
listrik, gas dan air 0,10 0,11 0,16 0,19
konstruksi 3,46 3,52 3,54 4,74
perdagangan, restoran dan hotel 37,61 34,40 32,57 31,47
pengangkutan, pergudangan dan komunikasi 1,36 1,90 1,60 1,66
jasa dunia usaha 9,54 7,45 7,64 9,83
jasa sosial/masyarakat 3,44 6,39 8,23 9,16
lain-lain 34,76 35,25 36,44 35,23
8
sering seperti kecukupan modal (CAR), laba yang diperoleh (ROA) dan batas aman
pemberian pembiayaan (FDR) digunakan. Sedangkan faktor eksternal bank
berkaitan dengan kondisi perekonomian seperti inflasi.11
Modal merupakan salah satu faktor penting dalam rangka pengembangan
bisnis dan menampung risiko kerugian. Semakin tinggi CAR maka semakin kuat
kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap pembiayaan yang
disalurkan. Sedangkan ROA menggambarkan tingkat profitabilitas yang mampu
diperoleh dari setiap satuan aset yang dimiliki. Profitabilitas atau keuntungan
menjadi salah satu tujuan utama setiap bisnis. Dalam industri keuangan,
profitabilitas merupakan refleksi dari kinerja bank dalam mengelola dana yang
telah dihimpun. Namun banyak bank khususnya BPRS yang masih memberikan
pembiayaan melebihi jumlah dana pihak ketiga yang telah dikumpulkan. Artinya
FDR bank tersebut lebih dari 100% atau dalam artian lain ada dana selain dari pos
DPK disalurkan ke pembiayaan, seperti modal atau bahkan aset dari bank tersebut.
Maka dari itu ROA dianggap lebih tepat untuk mewakili rasio profitabilitas.
Pertimbangan dalam menyalurkan pembiayaan juga mempertimbangkan
kondisi sektor rill serta penawaran maupun permintaan pembiayaan. Bila kondisi
sektor riil tergambarkan dari nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi. Dalam penelitian
ini hanya menggunakan tingkat inflasi karena BPRS dilarang melakukan kegiatan
11 Buchari Alma, dan Donni Juni Priansa. Manajemen Bisnis Syariah. Bandung: CV
Alvabeta. 2014.
9
usaha dalam valuta asing. Sedangkan kondisi penawaran dan permintaan
pembiayaan BPRS tergambar dari usaha BPRS dalam meningkatkan nasabah
pembiayaan. Mayoritas BPRS menggunakan sistem jemput bola untuk
mendapatkan nasabah. Untuk itu dibutuhkan biaya lebih sering disebut biaya
promosi. Semakin besar upaya memperoleh nasabah maka semakin besar pula
biaya yang akan dikeluarkan. Biaya promosi yang dikeluarkan mempengaruhi
jumlah pembiayaan karena akan mengurangi ketersediaan dana di BPRS.
Tabel 1.2 : Pertumbuhan Kinerja BPRS
No Periode CAR ROA FDR No Periode CAR ROA FDR
1 Jul-14 21,86 2,45 135,04 7 Jan-15 24,43 2,31 123,50
2 Aug-14 21,78 2,49 129,96 8 Feb-15 24,67 2,23 124,75
3 Sep-14 21,80 2,26 131,70 9 Mar-15 23,04 2,07 125,60
4 Oct-14 22,22 2,18 130,14 10 Apr-15 22,53 2,19 126,67
5 Nov-14 22,34 2,21 129,27 11 May-15 21,73 2,17 129,63
6 Dec-14 22,77 2,26 124,24 12 Jun-15 21,73 2,30 135,68
Sumber : Statistik Perbankan Syariah 2015, OJK
Berdasarkan fenomena diatas mendorong penulis untuk lebih lanjut meneliti
hal tersebut dengan mengangkat judul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pembiayaan Sektor Perindustrian pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
di Indonesia periode 2011-2015.”
10
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, maka
penulis mengidentifikasikan beberapa permasalahanyang ada sebagai berikut:
1. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan sektor
perindustrian pada bank pembiayaan rakyat syariah.
2. Pertumbuhan usaha pada bidang perindustrian meningkat, namun tidak di
ikuti dengan meningkatnya pembiayaan pada sektor perindustrian oleh
BPRS.
3. Sektor industri termasuk ke dalam sektor prioritas pembiayaan oleh
perbankan, namun pada BPRS volumenya masih kecil.
4. Industri berkontribusi terbesar terhadap PDB, maka seharusnya volume
penyalurannya juga harus ditingkatkan.
5. NPF pembiayaan sektor industri tinggi, penyaluran pembiayaan sektor
industri tinggi.
6. Lebih dari 50 % pembiayaan untuk modal kerja, namun bukan pada sektor
industri.
C. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang sudah diidentifikasikan pada sub-bab
sebelumnya maka terdapat batasan masalah dalam penelitian ini yakni hanya pada
faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan sektor perindustrian pada Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia periode 2011-2015.
11
Adapun rumusan masalah dalam penelitian adalah :
1. Bagaimana faktor internal secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
pembiayaan sector perindustrian yang diberikan oleh Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia?
2. Bagaimana faktor eksternal secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
pembiayaan sektor perindustrian yang diberikan oleg Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia ?
3. Bagaimana faktor internal dan faktor eksternal secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap pembiayaan sektor perindustrian yang diberikan oleh
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia ?
4. Mana yang paling mempengaruhi signifikan terhadap pembiayaan sektor
perindustrian yang diberikan oleh Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) di Indonesia ?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dikemukakan, maka
tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk menjelaskan apakah faktor internal berpengaruh secara parsial dan
signifikan terhadap pembiayaan sektor perindustrian yang diberikan oleh
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia.
2. Untuk menjelaskan apakah faktor eksternal berpengaruh secara parsial dan
signifikan terhadap pembiayaan sektor perindustrian yang diberikan oleh
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia.
12
3. Untuk menjelaskan apakah faktor internal dan eksternal berpengaruh secara
simultan dan signifikan terhadap pembiayaan sektor perindustrian yang
diberikan oleh Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia.
4. Untuk menjelaskan mana yang paling mempengaruhi signifikan terhadap
pembiayaan sektor perindustrian yang diberikan oleh Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia.
Manfaat yang diperoleh atau diharapkan dari hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu
pengatahuan tentang analisis pembiayaan pada sektor perindustrian dan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya.
2. Bagi Akademisi, dengan adanya penelitian ini diharapkan akan menjadi
tambahan ilmu pengetahuan dan referensi untuk memperkaya konsep dan
teori yang berkaitan dengan factor –faktor yang mempengaruhi pembiayaan
sektor perindustrian pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
3. Bagi instansi terkait (pihak bank), penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai sarana evaluasi untuk terus melakukan perubahan kearah yang lebih
baik lagi terhadap kinerja keuangan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) khusunya dalam upaya mengoptimalkan dan meningkatkan
pembiayaan sektor perindustrian yang disalurkan.
4. Bagi masyarakat, sebagai kontribusi positif dalam rangka menyediakan
informasi mengenai kondisi dan perkembangan Bank Pembiayaan Rakyat
13
Syariah (BPRS) di Indonesia terutama dalam hal pembiayaan sektor
perindustrian yang diberikan oleh BPRS.
E. Kerangka Teori
1. Hubungan Capital Adequacy Ratio (CAR) dengan Pembiayaan
CAR merupakan rasio yang biasa digunakan untuk mengukur
kecukupan modal lembaga keuangan dalam menjalankan bisnis
keuangannya. Peraturan dari Bank Indonesia No. 10/15/PBI/2008
menjelaskan “bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8%
(delapan persen) dari aset tertimbang menurut risiko (ATMR).” Tingkat
kecukupan modal pada perbankan diwakilkan dengan capital adequacy
ratio (CAR). Semakin tinggi nilai CAR, mka bank tersebut dinilai mampu
membiayai operasional bank, keadaan tersebut akan memberikan kontribusi
yang besar bagi profitabilias.12 Karena bank mampu menanggung risiko dari
setiap pembiayan yang berpotensi gagal bayar. Sehigga bank memeliki
lebih banyak peluang untuk mengembangkan jenis-jenis usahanya,
termasuk jumlah pembiayaan yang diisalurkan. Sementara itu, Bank
Indonesia telah menetapkan kewajiban penyediaan modal inti minimum
bank umum sebesar Rp 80 Milyar pada akhir tahun 2007 dan meningkat
12 Mudrajat Kuncoro dan Suharjo, Manajemen Perbankan: teori dan Aplikasi,
(Yogyakarta:BPFE,2002) h.573.
14
menjadi Rp 100 Milyar pada akhir tahun 2010.13 CAR dapat dirumuskan
sebagai berikut :
CAR = Mtier1 + Mtier2 + Mtier3 – Penyertaan X 100%
ATM
Berdasarkan rumus diatas, jika CAR meningkat maka modal yang
dimiliki bank lebih banyak disalurkan untuk melindungi Aktiva bank yang
mengandung resiko sehingga modal yang digunakan utuk pembiayaan akan
berkurang. Dengan demikian dapat dikatakan terjadi hubungan antara CAR
dan pembiayaan.
2. Hubungan Return on Asset (ROA) dengan Pembiayaan
Return on Asset (ROA) merupakan suatu pengukuran kemampuan
manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Jika
ROA suatu bank semakin besar,maka semakin besar pula tingkat
keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baikposisi bank
tersebut dari segi pengamanan asset. yang diperhitungkan. 14
Rumus ROA ROA = Laba sebelum pajak X 100%
Rata-rata Total Aset
13 Hamonangan Reynaldo dan Hasan Sakti Siregar, Pengaruh Capital Adequacy
Ratio, Debt to Equity Ratio, (on Performing Loan, Operating Ratio, dan Loan
to Deposit Ratio terhadap Return on Equity (ROE) Perusahaan Perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, (Sumatera Utara: USU, 2009). 14Farah Margaretha, Manajemen Keuangan Bagi Industri Jasa (Jakarta: Grasindo,2007),
h.61.
15
Semakin tinggi nilai ROA semakin tinggi profitabilitas suatu bank dan
ketika tingkat profitabilitas bank tinggi maka pembiayaan yang disalurkan
semakin meningkat.
3. Hubungan Financing Deposite Ratio( FDR) dengan Pembiayaan
Financing Deposito Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur komposisi jumlah pembiayaan yang diberikan dibandingkan
dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan.
Besarnya LDR menurut peraturan pemerintah maksimum 110%.15
Berdasarkan rumus diatas maka semakin tinggi FDR maka semakin tinggi
pembiayaan yang disalurkan kepada masyarakat. Dengan demikian FDR
memiliki pengaruh terhadap pembiayaan.
4. Hubungan Biaya Promosi dengan Pembiayaan
Biaya promosi adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan untuk
promosi.16 Biaya promosi merupakan sejumlah dana yang dikucurkan
perusahaan kedalam promosi untuk meningkatkan penjualan.17
Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya promosi
adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam
15 Kasmir, Analisis Laporan Keuangan. Rajawali Pers (Jakarta: 2009) 16 Philip Kotler. Manajemen pemasaran. Terjemahan. Benyamin molan. Jakarta: Erlangga.
2000. h. 640.
17 Henry Simamora. Akuntansi manajemen. Jakarta: Salemba empat. 2002. h. 762.
16
melakukan kegiatan promosi untuk meningkatkan penjualan.
Dari penjelasan diatas, biaya promosi dapat mempengaruhi
pembiayaan sektor industri karena semakin besar biaya yang digunakan
untuk promosi dalam hal meningkatkan produk yang ditawarkan oleh
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) maka akan menurunkan jumlah
pembiayaan sektor industri yang diberikan.
5. Hubungan Inflasi dengan Pembiayaan
Inflasi adalah suatu kejadian yang menunjukkan kenaikan tingkat
harga secara umum dan berlangsung secara terus menerus.18 Kenaikan
harga barang akan menyebabkan turunya daya beli masyarakat sehingga
terjadi kelesuan ekonomi. Selain itu dampak dari inflasi akan
menyebabkan orang akan enggan menabung karena nilai mata uang yang
ditabung semakin menurun, bila orang enggan menabung, maka dana
pihak ketiga di bank akan menurun. Menurunya dana dari masyarakat akan
berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan. Dengan demikian terdapat
hubungan negatif antara inflasi dengan tingkat pembiayaan.
18 Ekonomika Makro. Asfia Murni. PT. Refika Aditama (Bandung: 2006)
17
F. Kerangka Pemikiran
G. Hipotesis
Adapun hipotesis statistic dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Ho 1 : terdapat pengaruh positif signifikan antara CAR dengan
pembiayaan sekor perindustrian.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN SEKTOR
PERINDUSTRIAN PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT SYRIAH (BPRS) DI
INDONESIA PERIODE 2011-2015
18
Ha 1 : tidak terdapat pengaruh positif signifikan antara CAR dengan
pembiayaan sekor perindustrian.
2. Return On Assets (ROA)
Ho 2 : terdapat pengaruh positif signifikan antara ROA dengan
pembiayaan sekor perindustrian.
Ha 2 : tidak terdapat pengaruh positif signifikan antara ROA dengan
pembiayaan sekor perindustrian.
3. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Ho 3 : terdapat pengaruh positif signifikan antara FDR dengan
pembiayaan sekor perindustrian.
Ha 3 : tidak terdapat pengaruh positif signifikan antara FDR dengan
pembiayaan sekor perindustrian.
4. Biaya Promosi
Ho 4 : terdapat pengaruh negatif signifikan antara biaya promosi dengan
pembiayaan sekor perindustrian.
Ha 4 : tidak terdapat pengaruh negatif signifikan antara biaya promosi
dengan pembiayaan sekor perindustrian.
5. Inflasi
Ho 5 : terdapat pengaruh negatif signifikan antara inflasi dengan
pembiayaan sekor perindustrian.
Ha 5 : tidak terdapat pengaruh negatif signifikan antara inflasi dengan
pembiayaan sekor perindustrian.
19
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan pola dalam penyusunan laporan untuk
gambaran secara garis besar bab demi bab. Dengan sistematika penulisan,
diharapkan para pembaca akan lebih dalam memahami isi dari sebuah laporan :
1. BAB I: Pendahuluan
Berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian,
sistematika penuliasan.
2. BAB II: Landasan Teori
Bab ini membahas mengenai tinjauan teoritis tentang informasi mengenai
teori-teori yang berkaitan Capital Adeuacy Ratio (CAR), Return On Assets
(ROA), Financing to Deposit Ratio (FDR), biaya promosi dan inflasi. Studi
terdahulu, Kerangka Teori dan Konsep serta hubungan antar varibel-
variabel penelitian.
3. BAB III: Metode Penelitian
Bab ini berisi penjelasan mengenai ruang lingkup penelitian, pendekatan
metode penelitian, jenis penelitian, sumber dan criteria data penelitian,
teknik pengumpulan data, subjek-subjek penelitian, teknik pengolahan data
dan metode analisis data.
4. BAB IV: Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini berisi tentang hasil analisis dari pengplahan data, yaitu hasil analisis
regresi linier berganda dengan terlebih dahulu melakukan uji asumsi klasik
20
serta analisis pengujian hipotesis yang telah dilakukan.selanjutnya
dilakukan pembahasan mengenai pengaruh Capital Adeuacy Ratio (CAR),
Return On Assets (ROA), Financing to Deposit Ratio (FDR), biaya promosi
dan inflasi.
5. BAB V: Penutup
Bab ini memaparkan kesimpulan, keterbatasan dan saran dari hasil analisis
data yang berkaitan dengan penelitian.
21
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
1. Pengertian Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah
Sebelum lahirnya BPR Syari’ah di Indonesia, masyarakat terlebih dahulu
mengenal adanya Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Menurut UU No. 21 Tahun
2008 disebutkan bahwa BPR adalah bank konvensional yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dimana
BPR konvensional masih menerapkan sistem bunga dalam operasionalnya.
Maka dari itu, harus dibedakan antara BPR Konvensional dan BPR Syari’ah.
Perbedaan Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS) dengan Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) adalah sebagai berikut:19
a. Akad dan aspek legalitas.
Dalam BPR Syari’ah akad yang dilakukan memiliki konsekuensi duniawi
dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum Islam. Sering
nasabah berani melanggar kesepakatan atau perjanjian yang telah dilakukan
bila hukum hanya berdasarkan hukum positif.
b. Adanya Dewan Pengawas Syari’ah dalam struktur organisasinya yang
bertujuan mengawasi praktik operasional BPR Syari’ah agar tidak
menyimpang dari prinsip Syari’ah.
19 Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, Yogyakarta: UPP AMP, 2002, h. 56.
22
c. Penyelesaian sengketa yang terjadi dapat diselesaikan melalui Badan
Arbitrase Syari’ah maupun Pengadilan Agama.
d. Bisnis dan usaha yang dibiayai tidak boleh bisnis yang haram, syubhat
ataupun dapat menimbulkan kemadharatan bagi pihak lain.
e. Praktik operasional BPR Syari’ah, baik untuk penghimpunan maupun
penyaluran pembiayaan, menggunakan sistem bagi hasil dan tidak
menggunakan sistem bunga.
Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah (BPRS) adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prisnsip Syari’ah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bentuk
hukumnya dapat berupa : Perseroan Terbatas/PT, Koperasi atau Perusahaan
Daerah (Pasal 2 PBI No. 6/17/PBI/2004). Undang-undang Nomor 21 Tahun
2008 menyebutkan Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS) yaitu Bank
Syari’ah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.20 Yang perlu diperhatikan dari ketentuan diatas adalah
kepanjangan dari BPR Syari’ah yang berupa Bank Perkreditan Syari’ah. Ini
berarti semua peraturan perundangan-undangan yang menyebut BPR Syari’ah
dengan Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah harus dibaca dengan Bank
Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS).21
20 Khotibul Umam, S.H.,LL.M. Trend pembentukan Bank Umum Syari’ah Pasca Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2008 (Konsep, Regulasi, dan Implementasi), Yogyakarta : BPFE
Yogayakrta, 2009, h. 41. 21 Zubairi Hasan, Undang-Undang Perbankan Syari’ah Titik Temu Hukum Islam dan
Hukum Nasional, Jakarta: PT Rajagrafindo persada, 2009, h. 7.
23
Undang-Undang (UU) Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Bank Syari’ah telah
mengatur secara khusus eksistensi Bank Syari’ah di Indonesia. Undang-Undang
tersebut melengkapi dan menyempurnakan UU No. 7 Tahun 1992 Tentang
Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 yang
belum spesifik sehingga perlu diatur khusus dalam Undang-Undang tersendiri.
Menurut Pasal 18 UU No. 21 Tahun 2008, Bank Syari’ah terdiri atas Bank
Umum Syari’ah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah.
Pasal 1 UU No. 21 Tahun 2008 tentang Ketentuan Umum disebutkan
pengertian dari Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS) adalah Bank
Syari’ah yang dalam kegiatanya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.22
Sedangkan Pasal 2 UU No. 21 Tahun 2008 dijelaskan bahwa Perbankan
Syari’ah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan Prinsip Syari’ah,
demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian.23
Ada beberapa tujuan yang dikehendaki dari pendirian BPR Syari’ah di
dalam perekonomian, yaitu sebagai berikut:
a. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam, terutama masyarakat
golongan ekonomi lemah yang pada umumnya berada di daerah pedesaan.
22 Ahmad Ifham, Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syari’ah, Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2010, h. 3. 23 Menurut pasal 1 UU No. 21 Tahun 2008 yang dimaksud prinsip syari’ah adalah prinsip
hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang
memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syari’ah.
24
b. Menambah lapangan kerja, terutama ditingkat kecamatan sehingga dapat
mengurangi arus urbanisasi.
c. Membina semangat ukhuwah islamiyah melalui kegiatan ekonomi dalam
rangka meningkatkan pendapatan perkapita menuju kualitas hidup yang
memadai.24
Dalam aktivitas operasional perbankannya berdasarkan UU No. 21
Tahun 2008, Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS) dilarang:25
a. Melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip Syari’ah.
b. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas
pembayaran.
c. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing, kecuali penukaran uang
asing dengan izin Bank Indonesia.
d. Melakukan kegiatan usaha perasuransian, kecuali sebagai agen pemasaran
produk asuransi Syari’ah.
e. Melakukan penyertaan modal, kecuali pada lembaga yang dibentuk untuk
menanggulangi kesulitan likuiditas Bank Pemiayaan Rakyat Syari’ah.
f. Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha yang telah diatur dalam
Undang-Undang.
24 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah Deskripsi dan Ilustrasi Cetakan
Pertama, Yogyakarta: EKONESIA, 2003, h. 85.
25 Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syari’ah Suatu Kajian Teoritis Praktis,
Bandung: CV Pustaka Setia, 2012, h. 200.
25
2. Kegiatan Usaha BPR Syari’ah
Adapun kegiatan usaha dari BPR Syari’ah intinya hampir sama dengan
kegiatan dari Bank Umum Syari’ah, yaitu berupa penghimpunan dana,
penyaluran dana, dan kegiatan di bidang jasa. Yang membedakannya adalah
bahwa BPR Syari’ah tidak diperkenankan memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran, misalnya ikut dalam kegiatan kliring, inkaso, dan menertibkan
giro.26
Kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh BPR Syari’ah versi Undang-
Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syari’ah diatur dalam Pasal
21, yaitu bahwa kegiatan usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah meliputi :27
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk:
1. Simpanan berupa tabungan atau yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan
prinsip Syari’ah; dan
2. Investasi berupa deposito atau tabungan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah atau akad lain
yang tidak bertentangan dengan prinsip Syari’ah.
b. Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk:
1. Pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah atau musyarakah.
26 Khotibul Umam, S.H.,LL.M. Trend pembentukan Bank Umum Syari’ah Pasca Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2008 (Konsep, Regulasi, dan Implementasi), Yogyakarta : BPFE
Yogayakrta, 2009, h. 41.
27 Khotibul Umam, S.H.,LL.M. Trend pembentukan Bank Umum Syari’ah Pasca Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2008 (Konsep, Regulasi, dan Implementasi), Yogyakarta : BPFE
Yogayakrta, 2009, h. 53-54.
26
2. Pembiayaan berdasarkan akad murabahah, salam, atau istishna’.
3. Pembiayaan berdasarkan akad qardh.
4. Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada
nasabah berdasarkan akad ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah
muntahiya bittamlik; dan
5. Pengambilalihan utang berdasarkan akad hawalah.
c. Menempatkan dana pada Bank Syari’ah lain dalam bentuk titipan
berdasarkan akad wadi’ah atau investasi berdasarkan akad mudharabah
dan atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip Syari’ah.
d. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah melalui rekening Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah
yang ada di Bank Umum Syari’ah , Bank Umum Konvensional dan UUS.
e. Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Syari’ah
lainnya yang sesuai dengan prinsip Syari’ah berdasarkan persetujuan Bank
Indonesia.
Kegiatan usaha BPR Syari’ah secara teknis operasional berkaitan dengan
produk-produknya mendasarkan pada Pasal 2 dan Pasal 3 PBI No. 9/19/PBI/2007
tentang pelaksanaan prinsip Syari’ah dalam kegiatan penghimpunan dana dan
penyaluran dana serta pelayanan jasa Bank Syari’ah sebagaimana telah diubah
dengan PBI No. 10/16/PBI/2008. Lebih teknis lagi mengacu SEBI No. 10/14/DPbS
Jakarta, 17 Maret 2008 perihal pelaksanaan prinsip dalam kegiatan penghimpunan
dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa Bank Syari’ah.
27
Perlu ditekankan disini bahwa setiap pihak dilarang melakukan kegiatan
penghimpunan dana dalam bentuk simpanan atau investasi berdasarkan prinsip
Syari’ah tanpa izin terlebih dahulu dari Bank Indonesia, kecuali diatur dalam
undang-undang lain. Dengan demikian untuk dapat melakukan kegiatan-kegiatan
sebagaimana dimaksud di atas secara a contrario dapat ditafsirkan harus ada izin
terlebih dahulu dari Bank Indonesia.28
B. Pembiayaan BPRS
1. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian
fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang
merupakan defisit unit.29 Pengertian pembiayaan adalah pendanaan yang
diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang
telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain,
pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang
telah direncanakan.30
Menurut Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah,
pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu
berupa:
28 Khotibul Umam, S.H.,LL.M. Trend pembentukan Bank Umum Syari’ah Pasca Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2008 (Konsep, Regulasi, dan Implementasi), Yogyakarta : BPFE
Yogayakrta, 2009, h. 55. 29 Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani,
2011, h. 160. 30Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: UPP YKPN, 2002,
h.17.
28
a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah.
b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa-beli dalam bentuk
ijarah muntahiya bittamlik.
c. Transaksi jual-beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna.
d. Transaksi pinjam-meminjam dalam bentuk piutang qardh.
e. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multi
jasa, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan atau bank syariah dan/atau
Unit Usaha Syariah (UUS) dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut
setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau
bagi hasil. Dalam pelaksanaan pembiayaan, Bank Syari’ah harus
memenuhi:31
1. Aspek Syari’ah, berarti dalam setiap realisasi pembiayaan kepada para
nasabah Bank Syari’ah harus tetap berpedoman pada syariat Islam (antara
lain tidak mengandung unsure maisir, gharar, dan riba serta usahanya
harus halal).
2. Aspek ekonomi, berarti disamping mempertimbangkan hal-hal Syari’ah,
Bank Syari’ah tetap mempertimbangkan perolehan keuntungan baik bagi
bank Syari’ah maupun bagi nasabah bank Syari’ah.
31 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: UPP YKPN, 2002,
hal. 16.
29
Adapun tujuan pembiayaan adalah untuk peningkatan ekonomi umat,
tersedianya dana bagi peningkatan usaha, meningkatkan produktifitas ,
membuka lapangan kerja baru, dan terjadi distribusi pendapatan.32
2. Jenis-Jenis Pembiayaan
Secara garis besar, pembiayaan dibagi dua jenis, yaitu sebagai berikut:
a. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk
pembiayaan yang bersifat konsumtif, seperti pembiayaan untuk pembiayaan
rumah, kendaraan bermotor, pembiayaan pendidikan, dan apapun yang
sifatnya konsumtif.
b. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk pembiayaan
sektor produktif, seperti pembiayaan modal kerja, pembiayaan pembeliaan
barang modal dan lainnya yang mempunyai tujuan memberdayakan sektor
riil. Salah satu fungsi utama dari perbankan adalah menyalurkan dana yang
telah dihimpunnya kepada masyarakat melalui pembiayaan kepada nasabah.
Jenis-jenis pembiayaan pada dasarnya dapat dikelompokan menurut beberapa
aspek, diantaranya pembiayaan menurut tujuan, yaitu pembiayaan modal kerja,
yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk mendapatkan modal dalam rangka
pengembangan usaha, dan pembiayaan investasi yaitu pembiayaan yang
dimaksudkan untuk melakukan investasi atau pengadaan barang konsumtif.
Pembiayaan menurut jangka waktu, yaitu pembiayaan jangka pendek, pembiayaan
32 Sutan Remy syahdeini, Perbankan Syariah dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum
Perbankan Indonesia, Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 2002, h. 20.
30
yang dilakukan dengan waktu 1 bulan sampai dengan 1 tahun, pembiayaan jangka
waktu menengah, pembiayaan yang dilakukan dengan waktu 1 tahun sampai
dengan 5 tahun, dan pembiayaan jangka waktu panjang, pembiayaan yang
dilakukan dengan waktu lebih dari 5 tahun. 33
Jenis pembiayaan pada bank syariah akan diwujudkan dalam bentuk aktiva
produktif dan aktiva tidak produktif, yaitu pembiayaan dengan prinsip bagi hasil.
Untuk jenis pembiayaan dengan prinsip ini meliputi pembiayaan murabahah, dan
pembiayaan musyarakah. Pembiayaan dengan prinsip jual beli (piutang). Untuk
jenis pembiayaan dengan prinsip ini meliputi pembiayaan murabahah, pembiayaan
salam, dan pembiayaan istishna. Pembiayaan dengan prinsip sewa. Untuk jenis
pembiayaan dengan prinsip ini meliputi pembiayaan ijarah, dan pembiayaan ijarah
muntahiya bittamlik/wa iqtina.
3. Pembiayaan Sektor Industri
a. Pengertian Industri
Sektor Industri pembiayaan yang diberikan kepada nasabah yang bergerak
dalam sektor industri, yaitu sektor usaha yang mengubah bentuk dari bahan baku
menjadi barang jadi atau mengubah suatu barang menjadi barang lain yang
memiliki faedah lebih tinggi. Beberapa contoh sektor industri antara lain:
industri elektronik, pertambangan, dan kimia, tekstil. Kredit industri, merupakan
33 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: UPP YKPN, 2002,
hal. 22.
31
kredit yang diberikan untuk membiayai industri, baik industri kecil, industri
menengah atau industri besar.
Industri adalah kegiatan ekonomi dengan memproses atau mengolah bahan-
bahan atau barang dengan menggunakan sarana dan peralatan, seperti mesin,
untuk menghasilkan barang (jadi) atau jasa.34
Industri mempunyai dua pengertian, pengertian secara luas, industri
mencakup semua usaha dan kegiatan di bidang ekonomi bersifat produktif.
Dalam pengertian secara sempit, industri hanyalah mencakup industri
pengolahan yaitu suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah
suatu barang dasar mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang
setengah jadi dan atau barang jadi, kemudian barang yang kurang nilainya
menjadi barang yang lebih nilainya dan sifatnya lebih kepada pemakaian akhir.35
Dari berbagai definisi yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa industri adalah kegiatan ekonomi dalam mengolah
atau memproses serta menghasilkan barang dan atau jasa dengan menggunakan
sarana tertentu sehingga nilai guna (utility) dari barang tersebut meningkat.
Menurut Badan Pusat Statistik tahun 2002 Industri di Indonesia dapat
digolongkan ke dalam beberapa macam kelompok. Industri didasarkan pada
banyaknya tenaga kerja dibedakan menjadi 4 golongan, yaitu industri besar,
34 Sigit Winarno dan Sujana Ismaya, Kamus Besar Ekonomi, Bandung: Pustaka Grafika,
2007, h.252.
35 Badan Pusat Statistik (BPS). 2008. Indikator statistik industri besar dan sedang. Jakarta:
Badan Pusat Statistik
32
memiliki jumlah tenaga kerja 100 orang atau lebih, industri sedang, memiliki
jumlah tenaga kerja antara 20–99 orang, industri kecil, memiliki jumlah tenaga
kerja antara 5–19 orang dan industri rumah tangga, memiliki jumlah tenaga
kerja antara 1–4 orang.
Definisi yang senada dijelaskan dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2008
mengelompokkan industri kedalam tiga kategori, yaitu :
1) Industri mikro, yaitu usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp
50.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau
memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00.
2) Industri kecil, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah
atau usaha besar yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00
sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp
300.000.000,00 sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00.
3) Industri menengah, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil
atau Usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih lebih dari Rp
33
500.000.000,00 sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan
tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 sampai dengan paling banyak Rp
50.000.000.000,00
C. Faktor-Faktor Pembiayaan Sektor Industri
1. Faktor Internal
a. Capital Adequacy Ratio (CAR)
CAR merupakan rasio yang mengukur kecukupan modal bank dalam
menyerap kerugian dan pemenuhan ketentuan KPMM yang berlaku. Peraturan
dari Bank Indonesia No. 10/15/PBI/2008 menjelaskan “bank wajib
menyediakan modal minimum sebesar 8% (delapan persen) dari aset
tertimbang menurut risiko (ATMR).” Tingkat kecukupan modal pada
perbankan diwakilkan dengan capital adequacy ratio (CAR). Sementara itu,
Bank Indonesia telah menetapkan kewajiban penyediaan modal inti minimum
bank umum sebesar Rp 80 Milyar pada akhir tahun 2007 dan meningkat
menjadi Rp 100 Milyar pada akhir tahun 2010.36 CAR dapat dirumuskan
sebagai berikut :
CAR = Mtier1 + Mtier2 + Mtier3 – Penyertaan X 100%
ATM
36 Hamonangan Reynaldo dan Hasan Sakti Siregar, Pengaruh Capital Adequacy
Ratio, Debt to Equity Ratio, (on Performing Loan, Operating Ratio, dan Loan
to Deposit Ratio terhadap Return on Equity (ROE) Perusahaan Perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, (Sumatera Utara: USU, 2009).
34
Tabel 2.1: kriteria kesehatan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
Peringkat Nilai CAR Predikat
1 CAR ≥ 12% Sangat Baik
2 9% ≤ CAR < 12% Baik
3 8% ≤ NPF < 9% Cukup Baik
4 6% ≤ NPF < 8% Kurang Baik
5 CAR ≤ 6% Tidak Baik
Sumber : SE BI 2011
CAR digunakan untuk mengukur tingkat kecukupan modal bank dalam
menyerap kerugian. CAR memiliki hubungan positif dengan debt financing
karena apabila CAR meningkat, maka dana yang disalurkan oleh bank akan
meningkat pula. Dengan demikian semakin besar modal suatu bank maka
alokasi pemberian pinjaman/pembiayaan berbasis debt financing pada nasabah
juga semakin besar.
b. Return On Assets (ROA)
ROA merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengelola aset guna memperoleh
keuntungan (laba) secara keseluruhan. ROA dihitung dengan rumus sebagai
berikut :37
ROA = Laba sebelum pajak X 100%
Rata-rata Total Aset
37Farah Margaretha, Manajemen Keuangan Bagi Industri Jasa (Jakarta : Grasindo,2007),
h.61.
35
Klasifikasi tingkat ROA menurut Peraturan Bank Indonesia (PBI)
No.14/18/PBI/2012 adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2: Klasifikasi Tingkat ROA menurut BI
Tingkat ROA Predikat
Diatas 1,22% Sehat
0,99% - 1,22% Cukup Sehat
0,77% - 0,99% Kurang Sehat
Dibawah 0,77% Tidak Sehat
Sumber :www.bi.go.id
Berdasarkan tabel klasifikasi tingkat ROA, semakin besar Return On
Assets (ROA) suatu bank maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang
dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi
penggunaan aset, peningkatan ROA juga menunjukkan kinerja perusahaan
yang semakin baik.
1. Return On Assets (ROA) yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva
yang digunakan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk
beroperasi, perusahaan mampu memberikan laba dari perusahaan.
Sebaliknya dari return on assets (ROA) yang negatif menunjukkan bahwa
dari total aktiva yang dipergunakan, perusahaan mendapat kerugian. Jadi
jika suatu perusahaan mempunya ROA yang tinggi maka perusahaan
tersebut berpeluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan bank tersebut.
36
Tetapi jika total aktiva yang dipergunakan tidak memberikan laba maka
perusahaan akan mengalami kerugian dan dapat menghambat pertumbuhan.
2. Berdasarkan kajian teori yang diuraikan diatas, Return On Assets (ROA)
mempunyai hubungan positif terhadap dana yang disalurkan bank, yang
artinya semakin tinggi ROA maka senkin besar pula keuntungan yang
dicapai bank, sehingga dapat meningkatkan keuntungan bank yang akan
meningkatkan juga dana yang disalurakan bank melalui pembiayaan debt
financing, dengan asumsi bahwa keuntungan yang diperoleh oleh bank
digunakan untuk meningkatkan atau menambah jumlah dana yang
disalurkan untuk debt financing.
3. Pratami menyatakan bahwa laba yang tinggi akan menciptakan kepercayaan
dari masyarakat sehingga memungkinkan bank untuk meghimpun modal
yang lebih banyak dan bank dapat memberikan pembiayaan yang lebih
besar. Dengan demikian, besarnya ROA mampu mempengaruhi besarnya
pembiayaan yang disalurkan oleh bank.
c. Financing to Deposit Ratio (FDR)
FDR (Financing Deposit to Ratio) adalah rasio antara seluruh jumlah
kredit yang diberikan dengan dana yang diterima bank.38 FDR tersebut
menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali
penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang
38 Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan Ed. 2, (Galia Indonesia: Bogor), 2005.
h.116.
37
diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh
pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank
untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali
uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit. Financing
deposit rasio (FDR) dirumuskan sebagai berikut39 :
Batas maksimum untuk financing deposit rasio (FDR) adalah sebesar
110%, dimana apabila melebihi batas tersebut berarti liquiditas bank sudah
termasuk kategori buruk, sebagian praktisi perbankan menyepakati batas aman
dari financing deposit rasio (FDR) sebesar 80 % dengan batas toleransi antara
85 % dan 100 %.
Jika rasio FDR suatu bank berada di bawah 80 % misalnya 60 % maka
dapat disimpulkan bahwa bank tersebut hanya dapat meyalurkan sebesar 60 %
dari seluruh dana yang dihimpun, dan 40 % dari seluruh dana yang di himpun
tidak disalurkan kepada nasabah, jika FDR mencapai lebih dari 110 % berarti
total pembiayaan yang diberikan bank tersebut melebihi dana yang di himpun,
oleh karena dana yang dihimpun dari masyarakat sedikit.40
39 Dendawijaya, Lukman, 2005. Manajemen Perbankan, Edisi Kedua, Cetakan Kedua,
Ghalia Indonesia, Bogor Jakarta, h. 116
40 Dendawijaya, Lukman, 2005. Manajemen Perbankan, Edisi Kedua, Cetakan Kedua,
Ghalia Indonesia, Bogor Jakarta, h. 114
38
Semakin tinggi rasio FDR tersebut memberikan indikasi semakin
rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan
karena jumlah dana yang diperlukan untuk pembiayaan menjadi semakin
besar, demikian pula semakin jika terjadi penurunan maka pembiayaan yang
disalurkan juga mengalami penurunan.
d. Biaya Promosi
1. Pengertian Biaya Promosi
Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk barang
untuk jasa yang diharapkan memberi manfaat pada saat ini atau di masa
mendatang bagi organisasi.41 Biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan
atau digunakan dalam rangka memperoleh pengahasilan atau Revenue yang
akan dipakai sebagai pengurangan penghasilan.42
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa biaya adalah pengeluaran
atau pengorbanan yang digunakan untuk memberi manfaat saat ini dan masa
mendatang bagi organisasi sebagai pengurangan penghasilan.
Biaya promosi adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan untuk
promosi.43Biaya promosi merupakan sejumlah dana yang dikucurkan
perusahaan kedalam promosi untuk meningkatkan penjualan.44
41 Henry Simamora. Akuntansi manajemen. Jakarta: Salemba empat. 2002. h. 36. 42 Supriyono. Akuntansi biaya, buku 1, edisi dua. Yogyakarta : BPFE. 2000. h. 16. 43 Philip Kotler. Manajemen pemasaran. Terjemahan. Benyamin molan. Jakarta: Erlangga.
2000. h. 640.
44 Henry Simamora. Akuntansi manajemen. Jakarta: Salemba empat. 2002. h. 762.
39
Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya promosi
adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam melakukan
kegiatan promosi untuk meningkatkan penjualan.
Dari penjelasan diatas, biaya promosi dapat mempengaruhi pembiayaan
sektor industri karena semakin besar biaya yang digunakan untuk promosi
dalam hal meningkatkan produk yang ditawarkan oleh Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS) maka akan menurunkan jumlah pembiayaan sektor
industri yang diberikan.
2. Faktor Eksternal
a. Inflasi
Inflasi adalah kenaikan tingkat harga yang terjadi secara terus menerus,
mempengaruhi individu, pengusaha dan pemerintah.45 Menurut Milton
Friedman inflasi selalu dan dimana pun merupakan fenomena moneter. Ia
menganggap bahwa sumber semua episode inflasi adalah tingkat pertumbuhan
uang beredar yang tinggi: Hanya dengan mengurangi tingkat pertumbuhan
uang beredar hingga tingkat yang rendah, inflasi dapat dihindarkan.46 Inflasi
merupakan suatu keadaan perekonomian di mana tingkat harga dan biaya-biaya
45 Frederic S Mishkin. Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan: Buku 2.
Terjemahan Lana Soelistianingsih dan Beta Yulianita G. Jakarta: Salemba Empat. 2008. h. 13.
46 Frederic S Mishkin. Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan: Buku 2.
Terjemahan Lana Soelistianingsih dan Beta Yulianita G. Jakarta: Salemba Empat. 2008. h. 339.
40
umum naik; misal naiknya harga beras, harga bahan bakar, harga mobil, upah
tenaga kerja, harga tanah, sewa barang-barang modal.47
Inflasi merupakan suatu kejadian yang menggambarkan situasi dan kondisi
dimana harga barang mengalami kenaikan dan nilai mata uang mengalami
pelemahan, dan jika ini terjadi secara terus-menerus akan mengakibatkan
memburuknya kondisi ekonomi secara menyeluruh serta mampu
mengguncang tatanan politik suatu negara.48 Inflasi yang tinggi merupakan
masalah ekonomi. Tenaga beli uang (pendapatan) turun. Masyarakat yang
pendapatannya tetap akan dirugikan sedangkan yang berpenghasilan tidak
tetap kadangkala diuntungkan. Dengan demikian inflasi dapat mempengaruhi
distribusi pendapatan.49 Yang dimaksud inflasi adalah proses kenaikan harga-
harga umum barang-barang secara terus-menerus. Ini tidak berarti bahwa
harga-harga berbagai macam barang itu naik dengan presentase yang sama.
Mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidaklah bersamaan. Yang penting
terdapat kenaikan harga umum barang secara terus-menerus selama satu
periode tertentu. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja (meskipun dengan
presentase yang cukup besar) bukanlah merupakan inflasi.50 Menurut Bank
Indonesia inflasi adalah meningkatnya harga harga secara umum dan terus
47 Zakaria Junaiddin. Pengantar Teori Ekonomi Makro. Jakarta : GP Press. 2009. h. 61.
48 Fahmi Irham, dan Yovi Lavianti Hadi. Pengantar Manajemen Perkreditan. Bandung :
Alfabeta. 2010. h.165. 49 Nopirin. Ekonomi Moneter. Buku II. Edisi ke 1. Cetakan Kesepuluh. BPFE
UGM.Yogyakarta. 2000. h. 14. 50 Nopirin. Ekonomi Moneter. Buku II. Edisi ke 1. Cetakan Kesepuluh. BPFE
UGM.Yogyakarta. 2000. h. 174.
41
menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut
inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga)
pada barang lainnya.
Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga secara umum secara terus
menerus yang berakibat pada perubahan daya beli masyarakat yang akan
menurun secara riil tingkat pendapatannya juga menurun dengan asumsi bahwa
tingkat pendapatan konstan.51 Risiko keuangan juga muncul dikarenakan
adanya inflasi, apabila terdapat kenaikan inflasi yang tak terduga maka akan
menyebabkan risiko daya beli. Risiko adaya beli yaitu nilai riil dari uang yang
dipinjamkan ditambah dengan pembayaran bunga menjadi lebih kecil dari pada
yang diharapkan52.
Hubungan yang terjadi antara inflasi dengan pembiayaan bermasalah terjadi
pada perubahan daya beli yang akan menurun karena secara riil tingkat
pendapatannya juga menurun pada saat inflasi. Saat konsumsi akan barang dan
jasa turun artinya permintaan terhadap barang dan jasa juga turun. Dengan
asumsi tingkat penawaran konstan, maka pada akhirnya akan berpengaruh
terhadap tingkat penghasilan produsen. Sehingga pada akhirnya akan
mempengaruhi kapasitas debitur dalam hal ini produsen dalam pengembalian
pinjamannya. Selain itu, saat terjadi inflasi akan menyebabkan beban hidup
semakin tinggi karena biaya untuk melakukan konsumsi juga meningkat, dan
51 Iskandar Putong. Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro. Edisi Kedua. Penerbit
Ghalia Indonesia. Jakarta. 2002. 52 A. Eugene. Diulio, Uang dan Bank. Jakarta: Erlangga. 1993.
42
bila secara riil pendapatan menurun maka akan menjadi kesulitan debitur untuk
mengembalikan pinjaman pada bank.
D. Review Studi Terdahulu
Sebelumnya beberapa peneliti telah melakukan penelitian untuk melakukan
penelitian terkait faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan sektor
perindustrian pada bank perkreditan rakyat syariah dengan variasi waktu dan
indikator yang beragam, yakni:
1. Neil Al Muna (2013), Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri
Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan melakukan penelitian yang berjudul
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Sektor Pertanian, Kehutanan,
Dan Sarana Pertanian Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di
Indonesia, dengan analisis regresi linear berganda menunjukan bahwa keenam
variabel yang terdiri dari NPF khusus pertanian, kehutanan dan sarana
pertanian; CAR; ROA; FDR; biaya promosi dan inflasi dapat menjelaskan
variabel pembiayaan sektor pertanian, kehutanan dan sarana pertanian sebesar
90,1%. Sedangkan sisanya (100% - 90,1% = 9,9%) dijelaskan oleh variabel
lain yang tidak dimasukkan dalam model persamaan.
Perbedaan : variabel independen yang digunakan untuk penelitian, objek
penelitian, dan periode yang digunakan.
2. Annisa Kurniasih Fauziyah (2015), Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negri Jakarta dengan melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh
Variabel Makro Ekonomi Terhadap Pembiayaan Bermasalah Sektor Industri
43
Manufaktur Pada Perbankan Syariah Periode 2009-2013, dengan uji regresi
linear berganda, hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama
variabel ekonomi makro (Nilai Tukar, Inflasi, BI Rate dan Pertumbuhan
Ekspor) berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan bermasalah sektor
Industri Manufaktur. Secara parsial Inflasi dan BI Rate berpengaruh signifikan
negatif dan positif terhadap pembiayaan bermasalah sektor Industri
Manufaktur.
Perbedaan : variabel independen yang digunakan untuk penelitian, objek
penelitian, dan periode yang digunakan.
3. Hery Supratman (2015), Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (TESIS)
yang berjudul Pengaruh Liquiditas dan Pengeluaran Modal Terhadap
Pembiayaan Eksternal (Studi Kasus pada Sektor Industri Manufaktur di Bursa
Efek Jakarta Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi), Hasil pengolahan data
menggunakan metode ordinary least square (OLS) menunjukkan bahwa ada
pengaruh yang signifikan antara variabel sumber pembiayaan internal terhadap
sumber pembiayaan eksternal. Pada periode sebelum krisis, perusahaan-
perusahaan di BEJ telah mengikuti pola pembiayaan berdasarkan kedua teori
di atas. Akan tetapi setelah krisis, perusahaan-perusahaan cenderung
mengubah pola pembiayaan mereka, dengan tidak mengikuti pola pembiayaan
berdasarkan hierarki pecking order, akan tetapi masih mengikuti prinsip
maturity matching.
Perbedaan : variabel independen yang digunakan untuk penelitian, objek
penelitian, dan periode yang digunakan.
44
4. Lia Dwi Musyarofatun (2013), Fakultas Ekonomi Universitas Negri Semarang
Indonesia (Accounting Analysis Journal) yang berjudul Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Rentabilitas Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten
Magelang, dengan menggunakan regresi linear berganda, hasil penelitian
menunjukkan bahwa pertama, variabel independen secara simultan
berpengaruh terhadap ROA. Kedua, CAR berpengaruh negatif tidak signifikan
terhadap ROA. Ketiga, NPL berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap
ROA. Keempat, LDR berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap ROA.
Kelima, BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA.
Perbedaan : variabel independen yang digunakan untuk penelitian, objek
penelitian, dan periode yang digunakan.
5. Andryani Isna K dan Kunti Sunaryo (2012), Fakultas Ekonomi UPN Veteran
Yogyakarta dalam Jurnal Ekonomi dan Bisnis yang berjudul Analisis Pengaruh
ROA, BOPO dan Suku Bunga Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito
Mudharabah Pada Bank Umum Syariah, dengan menggunakan regresi linear
berganda, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ROA, BOPO dan Suku
Bunga secara bersamaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil
deposito mudharabah dengan signifikan > 5%.
Perbedaan : variabel independen yang digunakan untuk penelitian, objek
penelitian, dan periode yang digunakan.
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Peneliti memfokuskan penelitian pada variabel dependen yaitu pembiayan
sektor perindustrian dan variabel independennya difokuskan pada Capital
Adequacy Ratio (CAR), Return On Assets (ROA), Financing to Deposit Ratio
(FDR), Biaya Promosi, dan Inflasi. Ruang lingkup penelitian ini adalah dengan
menganalisa factor-faktor (variabel independen) yang memiliki dugaan sementara
berpengaruh signifikan terhadap komposisi pembiayaan yang diberikan BPRS pada
sektor perindustrian (variabel dependen) secara teoritis dan empiris.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data bulanan mulai dari
periode januari 2011 samapai desember 2015 yang dipublikasikan pada statistik
perbankan syariah.
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, yaitu merupakan salah
satu jenis kegiatan penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana dan
terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitian, baik
tentang tujuan penelitian, subjek penelitian, objek penelitian, sampel data, sumber
data, maupun metodologinya (mulai pengumpulan data hingga analisis data)53.
Fokus penelitian kuantitatif didefinisikan sebagai proses kerja yang berlangsung
53 Puguh Suharso, Metode Penelitian KuantitatifUntuk Bisnis: Pendekatan Filosofis dan
Praktis, (Jakarta: PT Indeks, Cet 1, 2009), h.3.
46
secara ringkas, terbatas, dan memilah-milah permasalahan menjadi bagian yang
dapat diukur atau dinyatakan dalam angka-angka.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan penelitian deskriptif,
penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang
terjadi. Penelitian dekriptif memusatkan perhatian kepada masalah-masalah actual
sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung. Melalui penelitian
deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi
pusat perhatian tanpa memberikan perhatian khusus terhadap peristiwa
tersebut.Variabel yang diteliti bisa tunggal (satu variabel) bisa juga lebih dari satu
variabel.
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
bersifat time series, yakni data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media
perantara atau diperoleh dan dicatat oleh pihak lain. Adapun sumber data sekunder
yang diambil umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah
tersusun dalam arsip data dokumenter yang dipublikasikan54. Dalam penelitian ini
data sekunder diperoleh dari laporan statistik perbankan syariah dari periode
Januari 2011 sampai dengan Juni 2015.
D. Objek Penelitian
Objek pada penelitian ini adalah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
di Indonesia.
54 Nur Indrianto dan Bambang Suporno, Metode Penelitian Bisnis, (Yogyakarta : BPFE,
2002), h147.
47
E. Operasional Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri dari satu variabel
terikat (dependen) yaitu pembiayaan sektor perindustrian dan 5 (lima) variabel
independen yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Assets (ROA),
Financing to Deposit Ratio (FDR), Biaya Promosi, dan Inflasi.
1. Variabel Bebas (Independen)
Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
a. Capital Adequacy Ratio (CAR)
CAR merupakan rasio yang mengukur kecukupan modal bank dalam
menyerap kerugian dan pemenuhan ketentuan KPMM yang berlaku. Peraturan
dari Bank Indonesia No. 10/15/PBI/2008 menjelaskan “bank wajib
menyediakan modal minimum sebesar 8% (delapan persen) dari aset
tertimbang menurut risiko (ATMR).” Tingkat kecukupan modal pada
perbankan diwakilkan dengan capital adequacy ratio (CAR). Sementara itu,
Bank Indonesia telah menetapkan kewajiban penyediaan modal inti minimum
bank umum sebesar Rp 80 Milyar pada akhir tahun 2007 dan meningkat
menjadi Rp 100 Milyar pada akhir tahun 201055. CAR dapat dirumuskan
sebagai berikut :
55 Hamonangan Reynaldo dan Hasan Sakti Siregar, Pengaruh Capital Adequacy
Ratio, Debt to Equity Ratio, (on Performing Loan, Operating Ratio, dan Loan
to Deposit Ratio terhadap Return on Equity (ROE) Perusahaan Perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, (Sumatera Utara: USU, 2009).
48
CAR = Mtier1 + Mtier2 + Mtier3 – Penyertaan X 100%
ATM
b. Return On Assets (ROA)
ROA merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengelola aset guna memperoleh
keuntungan (laba) secara keseluruhan. ROA dihitung dengan rumus sebagai
berikut :56
ROA = Laba sebelum pajak X 100%
Rata-rata Total Aset
c. Financing to Deposit Ratio (FDR)
FDR (Financing Deposit to Ratio) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit
yang diberikan dengan dana yang diterima bank.57 FDR tersebut menyatakan
seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana
yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai
sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada
nasabah kredt dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi
permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah
digunakan oleh bank untuk memberikan kredit.
56Farah Margaretha, Manajemen Keuangan Bagi Industri Jasa (Jakarta : Grasindo,2007),
h.61. 57 Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan Ed. 2, (Galia Indonesia: Bogor), 2005.
h.116.
49
d. Biaya Promosi
Biaya promosi adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan untuk
promosi.58Biaya promosi merupakan sejumlah dana yang dikucurkan
perusahaan kedalam promosi untuk meningkatkan penjualan.59
Menurut Bruce J. Walker alih bahasa H. Djaslim Saladi , SE. Dalam
bukunya Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran menyatakan “Promosi Penjualan
adalah merupakan kegiatan-kegiatan promosi yang ditujukan untuk
mendorong permintaan konsumen dan membantu pekerjaan penjualan dalam
pemasaran”. Untuk melaksanakan kegiatan ini pastinya membutuhkan biaya
yang dikelaurkan oleh perusahaan. Oleh karena itu biaya promosi adalah biaya
yang digunakan untuk membiayai kegiatan promosi penjualan.
e. Inflasi
Inflasi adalah kenaikan tingkat harga yang terjadi secara terus menerus,
mempengaruhi individu, pengusaha dan pemerintah.60 Milton Friedman dalam
proposisinya yang terkenal mengatakan “inflasi selalu dan dimana pun
merupakan menomena moneter”. Ia menganggap bahwa sumber semua
episode inflasi adalah tingkat pertumbuhan uang beredar yang tinggi: Hanya
dengan mengurangi tingkat pertumbuhan uang beredar hingga tingkat yang
58 Philip Kotler. Manajemen pemasaran. Terjemahan. Benyamin molan. Jakarta: Erlangga.
2000. h. 640.
59 Henry Simamora. Akuntansi manajemen. Jakarta: Salemba empat. 2002. h. 762. 60 Frederic S Mishkin. Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan: Buku 2.
Terjemahan Lana Soelistianingsih dan Beta Yulianita G. Jakarta: Salemba Empat. 2008. h. 13.
50
rendah, inflasi dapat dihindarin.61 Inflasi merupakan suatu keadaan
perekonomian di mana tingkat harga dan biaya-biaya umum naik, misal
naiknya harga beras, harga bahan bakar, harga mobil, upah tenaga kerja, harga
tanah, sewa barang-barang modal.62
2. Variabel Terikat (Dependen)
Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembiayaan sektor
perindustrian. Pembiayaan atau Financing yaitu pendanaan yang diberikan oleh
suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan,
baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah
pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan.63
F. Metode Analisis Data
Metode yang digunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini adalah
analisis regresi linier berganda (multiple linier regression method). Metode analisis
ini digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian yang variabel dependen
dan variabel independennya metric serta variabel independennya lebih dari satu.64
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini digunakan model berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e
61 Frederic S Mishkin. Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan: Buku 2.
Terjemahan Lana Soelistianingsih dan Beta Yulianita G. Jakarta: Salemba Empat. 2008. h. 339. 62 Zakaria Junaiddin. Pengantar Teori Ekonomi Makro. Jakarta : GP Press. 2009. h. 61.
63 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), h.17. 64 Imam Ghozali, AplikasI Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19 (Semarang
: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2011), h.7.
51
P.DebtFin = a +b1CAR + b2ROA + b3FDR + b4Biaya Promosi + b5Inflasi + e
LnP. DebtFin = a + b1CAR + b2ROA + b3FDR + b4Biaya Promosi + b5 Inflasi + e
Keterangan :
LnP. DebtFin = Pembiayaan Sektor Perindustrian
a = Nilai Konstanta
b1, b2, b3, b4, b5 = Koefisien Regresi
CAR = Capital Adequacy Ratio (CAR)
LnROA = Return On Assets (ROA)
LnFDR = Financing to Deposit Ratio (FDR)
LnBiaya Promosi = Biaya Promosi
LnInflasi = Inflasi
e = Error terms atau faktor pengganggu, diasumsikan 0 (nol).
Nilai koefisien regresi sangat berarti sebagai dasar analisis. Koefisien b akan
bernilai positif (+) jika menunjukkam hubungan yang searah antara variabel
independen dengan variabel dependen, artinya kenaikan variabel independen akan
mengakibatkan kenaikan variabel dependen, begitu pula sebaliknya jika variabel
independen mengalami penurunan. Sedangkan nilai b negatif (-) jika menunjukkan
hubungan yang berlawanan, artinya kenaikan variabel independen akan
mengakibatkan penurunan variabel dependen, demikian sebaliknya. Uji yang
pertama dilakukan adalah uji normalitas dimana untuk melihat apakah nilai residual
terdistribusi normal atau tidak. Selanjutnya model persamaan yang diperoleh dari
52
pengolahan data diupayakan tidak terjadi gejala multikolinieritas,
heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala-
gejala tersebut akan dilakukan uji terlebih dahulu dengan asumsi klasik. Berikut ini
merupakan alat untuk menguji suatu nilai residual, yaitu :
1. Uji Asumsi Klasik
Pengujian klasik dilakukan untuk memastikan bahwa autokorelasi,
multikolinearitas dan heteroskedastisitas tidak terdapat dalam penelitian ini atau
data yang dihasilkan berdistribusi normal. Apabila hal tersebut tidak ditemukan
maka asumsi klasik regresi telah terpenuhi. Beberapa uji asumsi klasik yang
digunakan adalah :
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi
variabel terikat dan bebas keduanya terdistribusi normal atau tidak. Model regresi
yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.
Untuk mengetahui apakah data normal atau tidak normal digunakan metode
Kolmogorov-Smirnov. Nilai Kolmogorov-Smirnov digunakan untuk mengetahui
bagaimana distribusi normal data, jika :
Asymp.Sig (2-tailed) < 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Asymp.Sig (2-tailed) > 0.05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.
53
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah pada sebuah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar-variabel independen. Jika terjadi korelasi
maka terdapat masalah multikolinieritas.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi
yaitu dengan menggunaakan VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance.65
Untuk mengetahui apa atau tidaknya multikolinearitas pada model regresi, dapat
dilihat dari berbagai hal, diantaranya:
a) Jika nilai VIF tidak lebih dari 10 (VIF ≥ 10), maka model regresi bebas dari
multikolinieritas.
b) Nilai Tolerance tidak kurang dari 1 (Tolerance ≤ 1 atau 0.10), maka model
regresi bebas dari multikolinieritas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas yaitu kondisi dimana semua residual atau error
mempunyai varian yang tidak konstan atau berubah-ubah.66 Tujuan uji
heteroskedastisitas adalah untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi
65 Imam Ghazali, Analisis Multivariate Lanjutan dengan Program SPSS, Ed 1 (Semarang
: BPUD, 2006), h.93. 66 Nachrowi dan Usman, Pendekatan Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan
(Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2006), h.109.
54
terjadi ketidaksamaan varians pada residual (error) sari satu pengamatan
kepengamatan lain.67
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas, dalam penelitian ini
peneliti menggunakan grafik Scatterplot. Dasar pengambilan keputusan dalam uji
ini ialah sebagai berikut68 :
Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang
teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka telah terjadi
heteroskedastisitas.
Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah suatu keadaan dimana terjadi korelasi antara residual tahun
ini dengan tingkat kesalahan tahun sebelumnya. Uji autokorelasi bertujuan untuk
mengkaji apakah suatu model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan
pengganggu paada periode t dengan kesalahan pada periode sebelumnya (t-1).
Autokorelasi didefinisikan terjadinya korelasi antara data pengamatan sebelumnya,
67 Singgih Santoso, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik (Jakarta : PT Elex Media
Komputindo, 2000), h. 238. 68Singgih Santoso, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik (Jakarta : PT Elex Media
Komputindo, 2000), h.240.
55
dengan kata lain munculnya suatu data dipengaruhi oleh data sebelumnya. Jika
terjadi korelasi, berarti ada masalah autokorelasi69.
Salah satu ukuran dalam menentukan ada atau tidaknya masalah autokorelasi
ialah dengan menggunakan uji dubin-watson dengan ketentuan sebagai berikut70:
Terjadi autokorelasi positif, jika nilai d dibawah -2 (d<-2).
Tidak terjadi autokorelasi, jika nilai d berada diantara -2 dan +2 atau -2 ≤ d ≤
+2.
Terjadi autokorelasi negatif, jika nilai d diatas +2 atau d > +2.
2. Uji Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan yang didefinisikan dengan baik mengenai
karakteristik populasi dan merupakan proposisi yang akan diuji keberlakuannya
atau merupakan suatu jawaban sementara atas pertanyaan penelitian71.
a. Uji F (Simultan)
Uji F statistik adalah uji secara bersama-sama atau simultan pengaruh variabel
independen Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Assets (ROA), Financing to
Deposit Ratio (FDR), Biaya Promosi, dan Inflasi terhadap variabel dependen
pembiayaan sektor perindustrian.
69Singgih Santoso, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik (Jakarta : PT Elex Media
Komputindo, 2000), h.215. 70 Danang Sunyoto, Uji J Khi Kuadrat dan Regresi untuk Penelitian (Yogyakarta : Graha
Ilmu, 2010), h. 110. 71 Prasetyo Bambang dan Miftahul Jannah Lina, Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan
Aplikasi (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005), h.76
56
Pengujian semua koefisien regresi secara bersama-sama dilakukan dengan uji-
F dengan pengujian, yaitu :72
1) Kriteria keputusan yang diambil berdasarkan perbandingan Fhitung dan Ftabel.
Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti variabel
bebas secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan dengan variabel
terikat.
Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti variabel
bebas secara simultan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan dengan
variabel terikat.
2) Kriteria keputusan yang diambil berdasarkan nilai probability
Jika P-value < α = 0.05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti
menunjukkan bahwa variabel bebas secara simultan mempunyai pengaruh
yang signifikan dengan variabel terikat.
Jika P-value > α = 0.05 maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini menunjukkan
bahwa variabel bebas secara simultan tidak mempunyai pegaruh signifikan
dengan variabel terikat.
b. Uji T (Parsial)
Uji T sattistik adalah uji parsial (individu) dimana uji ini dilakukan untuk
menguji apakah setiap variabel bebas (independen) secara masing-masing (parsial)
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (dependen) pada
tingkat signifikan 0.05 (5%) dengan menganggap variabel bebas bernilai konstan.
72 Prasetyo Bambang dan Miftahul Jannah Lina, Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan
Aplikasi (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005), h.17
57
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk uji t dengan pengujian sebagai
berikut :73
Kriteria keputusan yang diambil berdasarkan nilai probability
Bila Probability i-value > 0.05 maka tidak signifikan, H0 diterima dan H1
ditolak.
Bila Probability i-value < 0.05 maka signifikan, H0 ditolak dan H1 diterima.
c. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi merupakan besarnya kontribusi variabel bebas terhadap
variabel terikat. Semakin tinggi koefisien determinasi, semakin tinggi pula
kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variasi perubahan pada variabel
terikat.74 Selain itu juga merupakan kemampuan variabel independen menjelaskan
variabel dependen (terikat). Koefisien determinasi yang dinotasikan dengan R2,
merupakan suatu ukuran yang penting dalam regresi. Nilai koefisien determinasi
(R2) ini mencerminkan seberapa besar variasi dari variabel terikat Y yang dapat
dijelaskan oleh X. Bila koefisien determinasi sama dengan 0 (R2 = 0), artinya variasi
dari Y tidak dapat diterangkan Oleh X sama sekali. Sementara bila R2 = 1, artinya
variasi dari Y secara keseluruhan dapat diterangkan oleh X.75 Dengan demikian
73Prasetyo Bambang dan Miftahul Jannah Lina, Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan
Aplikasi (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005), h.18-19. 74 Suliyanto, Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi dengan SPSS (Yogyakarta :
ANDI, 2011), h.55. 75 Nachrowi D Nachrowi dan Hardinus Usman, Pendekatan Ekonometrika untuk Analisis
Ekonomi dan Keuangan (Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
2006), h.20
58
baik atau buruknya persamaan regresi ditentukan oleh R2 nya yang mempunyai
antara nol dan satu. Koefisien determinasi dirumuskan dengan:
KD = R2 X 100%
59
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL UJI ASUMSI KLASIK
Sebelum dilakukan analisis regresi linier berganda dan pengujian hipotesis,
terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik untuk mengetahui apakah data
setiap variabel tersebut layak untuk digunakan atau tidak pada penelitian ini.
Hasil olah data statistik dalam skripsi ini menggunakan aplikasi SPSS 23.00
dengan menggunakan input berupa data mentah Pembiayaan Sektor Perindustrian,
Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Assets (ROA), Financing to Deposit
Ratio (FDR), Biaya Promosi, dan Inflasi dari Januari 2011 sampai Juni 2015. Pada
penelitian ini proses pengolahan data pada SPSS menggunakan metode stepwise.
Metode stepwise adalah salah satu metode untuk mendapatkan model
terbaik dari sebuah analisis regresi. Secara definisi adalah gabungan antara metode
forward dan backward, variabel yang pertama kali masuk adalah variabel yang
korelasinya tertinggi dan signifikan dengan variabel dependen, variabel yang
masuk kedua adalah variabel yang korelasi parsialnya tertinggi dan masih
signifikan, setelah variabel tertentu masuk ke dalam model maka variabel lain yang
ada di dalam model dievaluasi, jika ada variabel yang tidak signifikan maka
variabel tersebut dikeluarkan.76
76 Azwar Rhosyied. “Apa itu Regresi Stepwise” Analysis Solution, 18 Agustus 2009
diakses pada 5 September 2016 dari https://statisticsanalyst.wordpress.com/2009/08/18/apa-itu-
regresi-stepwise/
60
Tabel 4.1
Pembiayaan Sektor Perindustrian, CAR, ROA, FDR, Biaya Promosi, dan
Inflasi Bank Perkreditan Rakyat Syariah Periode Januari 2011 – Juni 2015
No Bulan -
Tahun
Pembiayaan
Sektor
Perindustrian
CAR ROA FDR Biaya
Promosi Inflasi
1 Jan-11 25637000000 30,12 2,83 127,04 428000000 7,02
2 Feb-11 25783000000 29,75 2,84 128,27 919000000 6,84
3 Mar-11 25605000000 28,42 2,71 129,40 1516000000 6,65
4 Apr-11 25447000000 27,71 2,65 130,38 1892000000 6,16
5 Mei-11 25929000000 24,63 2,73 133,22 2526000000 5,98
6 Jun-11 27433000000 26,71 2,72 136,20 3132000000 5,54
7 Jul-11 29600000000 25,24 2,74 137,29 3969000000 4,61
8 Agu-11 29178000000 25,24 2,72 139,58 4901000000 4,79
9 Sep-11 28907000000 24,75 2,80 134,75 5446000000 4,61
10 Okt-11 30275000000 24,63 2,39 133,53 6505000000 4,42
11 Nov-11 30793000000 24,78 2,53 132,26 7243000000 4,15
12 Des-11 33781000000 23,49 2,67 127,71 8228000000 3,79
13 Jan-12 36733000000 25,90 2,65 124,41 833000000 3,65
14 Feb-12 35762000000 25,24 2,70 125,03 1631000000 3,56
15 Mar-12 38193000000 24,93 2,73 125,53 2227000000 3,97
16 Apr-12 36496000000 24,53 2,66 124,98 3130000000 4,50
17 Mei-12 35298000000 23,28 2,59 126,04 4429000000 4,45
18 Jun-12 33220000000 24,33 2,74 129,73 5624000000 4,53
19 Jul-12 35733000000 24,36 2,67 129,76 7209000000 4,56
20 Agu-12 31567000000 24,48 2,57 127,74 8734000000 4,58
21 Sep-12 31654000000 25,26 2,58 126,71 9933000000 4,31
22 Okt-12 33273000000 25,04 2,82 124,82 11245000000 4,61
23 Nov-12 32256000000 23,87 2,76 124,21 12812000000 4,32
24 Des-12 31314000000 25,16 2,64 120,96 14130000000 4,30
25 Jan-13 33754000000 25,06 3,07 119,48 1734000000 4,57
26 Feb-13 31070000000 24,45 3,05 119,46 2752000000 5,31
27 Mar-13 34498000000 24,10 3,06 119,67 4994000000 5,90
28 Apr-13 34498000000 22,76 3,14 122,50 6467000000 5,57
29 Mei-13 33779000000 22,44 3,10 125,40 7632000000 5,47
30 Jun-13 36458000000 22,40 2,98 129,63 9664000000 5,90
31 Jul-13 35537000000 22,09 2,87 131,51 11804000000 8,61
61
Tabel 4.2 Lanjutan
Pembiayaan Sektor Perindustrian, CAR, ROA, FDR, Biaya Promosi, dan
Inflasi Bank Perkreditan Rakyat Syariah Periode Januari 2011 – Juni 2015
32 Agu-13 36367000000 22,10 2,63 129,96 13804000000 8,79
33 Sep-13 37324000000 21,96 2,85 126,52 15620000000 8,40
34 Okt-13 38166000000 22,40 2,90 125,92 17674000000 8,32
35 Nov-13 40647000000 24,63 2,89 124,76 19833000000 8,37
36 Des-13 39681000000 22,08 2,79 120,93 22303000000 8,38
37 Jan-14 40010000000 24,62 2,78 120,52 2803000000 8,22
38 Feb-14 47099000000 23,78 2,81 122,30 5287000000 7,75
39 Mar-14 50975000000 23,08 2,71 123,10 6828000000 7,32
40 Apr-14 51725000000 22,78 2,56 126,58 9388000000 7,25
41 Mei-14 58267000000 22,50 2,47 130,09 11776000000 7,32
42 Jun-14 47221000000 22,21 2,77 134,64 13333000000 6,70
43 Jul-14 49274000000 21,86 2,45 135,04 15052000000 4,53
44 Agu-14 48676000000 21,78 2,49 129,96 16880000000 3,99
45 Sep-14 58282000000 21,80 2,26 131,70 18899000000 4,53
46 Okt-14 52687000000 22,22 2,18 130,14 20716000000 4,83
47 Nov-14 52866000000 22,34 2,21 129,27 22189000000 6,23
48 Des-14 58026000000 22,77 2,26 124,24 23980000000 8,36
49 Jan-15 51616000000 24,43 2,31 123,50 1444000000 6,96
50 Feb-15 50024000000 24,67 2,23 124,75 2624000000 6,29
51 Mar-15 51419000000 23,04 2,07 125,60 4283000000 6,38
52 Apr-15 59852000000 22,53 2,19 126,67 5911000000 6,79
53 Mei-15 58845000000 21,73 2,17 129,63 7162000000 7,15
54 Jun-15 56099000000 21,73 2,30 135,68 8767000000 7,26
(Sumber : Statistik Perbankan Syariah Periode Januari 2011 - Juni 2015)
Tabel 4.3
Data Setelah di Transform kedalam Bentuk LN Pembiayaan Sektor
Perindustrian, CAR, ROA, FDR, Biaya Promosi, dan Inflasi Bank
Perkreditan Rakyat Syariah Periode Januari 2011 – Juni 2015
No Bulan -
Tahun
Pembiayaan
Sektor
Perindustrian
CAR ROA FDR Biaya
Promosi Inflasi
1 Jan-11 23,97 3,41 1,04 4,84 19,87 1,95
2 Feb-11 23,97 3,39 1,04 4,85 20,64 1,92
3 Mar-11 23,97 3,35 1 4,86 21,14 1,89
62
Tabel 4.4 Lanjutan
Data Setelah di Transform kedalam Bentuk LN Pembiayaan Sektor
Perindustrian, CAR, ROA, FDR, Biaya Promosi, dan Inflasi Bank
Perkreditan Rakyat Syariah Periode Januari 2011 – Juni 2015
4 Apr-11 23,96 3,32 0,97 4,87 21,36 1,82
5 Mei-11 23,98 3,2 1 4,89 21,65 1,79
6 Jun-11 24,04 3,29 1 4,91 21,86 1,71
7 Jul-11 24,11 3,23 1,01 4,92 22,1 1,53
8 Agu-11 24,1 3,23 1 4,94 22,31 1,57
9 Sep-11 24,09 3,21 1,03 4,9 22,42 1,53
10 Okt-11 24,13 3,2 0,87 4,89 22,6 1,49
11 Nov-11 24,15 3,21 0,93 4,88 22,7 1,42
12 Des-11 24,24 3,16 0,98 4,85 22,83 1,33
13 Jan-12 24,33 3,25 0,97 4,82 20,54 1,29
14 Feb-12 24,3 3,23 0,99 4,83 21,21 1,27
15 Mar-12 24,37 3,22 1 4,83 21,52 1,38
16 Apr-12 24,32 3,2 0,98 4,83 21,86 1,5
17 Mei-12 24,29 3,15 0,95 4,84 22,21 1,49
18 Jun-12 24,23 3,19 1,01 4,87 22,45 1,51
19 Jul-12 24,3 3,19 0,98 4,87 22,7 1,52
20 Agu-12 24,18 3,2 0,94 4,85 22,89 1,52
21 Sep-12 24,18 3,23 0,95 4,84 23,02 1,46
22 Okt-12 24,23 3,22 1,04 4,83 23,14 1,53
23 Nov-12 24,2 3,17 1,02 4,82 23,27 1,46
24 Des-12 24,17 3,23 0,97 4,8 23,37 1,46
25 Jan-13 24,24 3,22 1,12 4,78 21,27 1,52
26 Feb-13 24,16 3,2 1,12 4,78 21,74 1,67
27 Mar-13 24,26 3,18 1,12 4,78 22,33 1,77
28 Apr-13 24,26 3,13 1,14 4,81 22,59 1,72
29 Mei-13 24,24 3,11 1,13 4,83 22,76 1,7
30 Jun-13 24,32 3,11 1,09 4,86 22,99 1,77
31 Jul-13 24,29 3,1 1,05 4,88 23,19 2,15
32 Agu-13 24,32 3,1 0,97 4,87 23,35 2,17
33 Sep-13 24,34 3,09 1,05 4,84 23,47 2,13
34 Okt-13 24,37 3,11 1,06 4,84 23,6 2,12
35 Nov-13 24,43 3,2 1,06 4,83 23,71 2,12
36 Des-13 24,4 3,09 1,03 4,8 23,83 2,13
63
Tabel 4.5 Lanjutan
Data Setelah di Transform kedalam Bentuk LN Pembiayaan Sektor
Perindustrian, CAR, ROA, FDR, Biaya Promosi, dan Inflasi Bank
Perkreditan Rakyat Syariah Periode Januari 2011 – Juni 2015
37 Jan-14 24,41 3,2 1,02 4,79 21,75 2,11
38 Feb-14 24,58 3,17 1,03 4,81 22,39 2,05
39 Mar-14 24,65 3,14 1 4,81 22,64 1,99
40 Apr-14 24,67 3,13 0,94 4,84 22,96 1,98
41 Mei-14 24,79 3,11 0,9 4,87 23,19 1,99
42 Jun-14 24,58 3,1 1,02 4,9 23,31 1,9
43 Jul-14 24,62 3,08 0,9 4,91 23,43 1,51
44 Agu-14 24,61 3,08 0,91 4,87 23,55 1,38
45 Sep-14 24,79 3,08 0,82 4,88 23,66 1,51
46 Okt-14 24,69 3,1 0,78 4,87 23,75 1,57
47 Nov-14 24,69 3,11 0,79 4,86 23,82 1,83
48 Des-14 24,78 3,13 0,82 4,82 23,9 2,12
49 Jan-15 24,67 3,2 0,84 4,82 21,09 1,94
50 Feb-15 24,64 3,21 0,8 4,83 21,69 1,84
51 Mar-15 24,66 3,14 0,73 4,83 22,18 1,85
52 Apr-15 24,82 3,11 0,78 4,84 22,5 1,92
53 Mei-15 24,8 3,08 0,77 4,86 22,69 1,97
54 Jun-15 24,75 3,08 0,83 4,91 22,89 1,98
(Sumber : Statistik Perbankan Syariah Periode Januari 2011 - Juni 2015)
1. Uji Normalitas
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode one sample
Kolmogorov-Smirnov untuk uji normalitas data. Cara mendeteksi normalitas data
dengan metode one sample Kolmogorov-Smirnov adalah dengan melihat nilai
signifikansi residual. Jika signifikansi lebih besar dari 0,05 maka residual
terdistribusi secara normal77.
77 Duwi Priyanto, Mandiri Belajar Analisis Data dengan SPSS (Yogyakarta: Mediakom,
2013), h.51.
64
Hasil uji normalitas dengan menggunakan one sample Kolmogorov-
Smirnov dapat dilihat pada tabel hasil output SPSS berikut ini :
Tabel 4.6
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 54 Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,11015522 Most Extreme Differences Absolute ,081
Positive ,048 Negative -,081
Test Statistic ,081 Asymp. Sig. (2-tailed) ,200
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance.
(Sumber : hasil pengolahan data dari SPSS)
Berdasarkan tabel diatas hasil uji normalitas dapat diketahui bahwa nilai
signifikansi (Asymp.Sig. 2-tailed) adalah sebesar 0,200. Karena nilai signifikansi
lebih besar dari 0,05 maka residual terdistribusi normal. Dengan demikian, data
variabel independen (CAR, ROA, FDR, Biaya Promosi dan Inflasi) dan variabel
dependen (Pembiayaan Sektor Perindustrian) merupakan data yang berdistribusi
secara normal.
2. Uji Multikolinearitas
Untuk menguji apakah antara variabel-variabel independen yang digunakan
mempunyai kolinearitas yang tinggi atau tidak digunakan nilai Variance Inflation
Factor (VIF) dan Tolerance. Jika VIF kurang dari 10 dan Tolerance lebih dari 0,1
maka model regresi bebas dari multikolinieritas. Hasil uji multikolinieritas terhadap
65
nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance dapat dilihat pada tabel hasil
output spss berikut ini :
Tabel 4.7
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 40,417 2,529 15,983 ,000
Ln_CAR -2,161 ,338 -,655 -6,394 ,000 ,370 2,701
Ln_ROA -1,355 ,170 -,540 -7,990 ,000 ,850 1,177
Ln_FDR -1,484 ,451 -,218 -3,294 ,002 ,887 1,127
Ln_Biaya Promosi
-,042 ,027 -,155 -1,557 ,126 ,391 2,558
Ln_Inflasi ,156 ,062 ,162 2,523 ,015 ,938 1,066
a. Dependent Variabel: Ln_Pembiayaan Sektor Perindustrian
(Sumber: Hasil Pengolahan Data dari SPSS)
Pada hasil uji multikolinieritas diketahui tidak ada satupun variabel
independen yang memiliki nilai tolerance lebih dari 0,10 dan nilai Variance
Inflation Factor (VIF) tidak ada yang lebih dari 10. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi multikolinieritas.
3. Uji Auto Korelasi
Metode yang dipakai untuk uji autokorelasi adalah dengan melihat nilai
Durbin-Watson (DW). Jika nilai durbin-watson berada pada kisaran -2 sampai +2,
maka dapat dikatakan tidak terjadi masalah autokorelasi. Hasil uji autokorelasi
dengan nilai durbin-watson dapat dilihat pada tabel hasil output spsss sebagai
berikut :
66
Tabel 4.8
Hasil Uji Auto Korelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 ,902a ,814 ,794 ,11575 1,276
a. Predictors: (Constant), Ln_Inflasi, Ln_ROA, Ln_Biaya Promosi, Ln_FDR, Ln_CAR
b. Dependent Variabel: Ln_Pembiayaan Setor Perindustrian
(Sumber: hasil pengolahan dari spss)
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai Durbin-Watson
sebesar 1,276. Karena nilai Durbin-Watson tersebut berada pada kisaran -2 dan +2,
maka tidak terjadi masalah autokorelasi dan model regresi ini layak digunakan.
4. Uji Heteroskedastisitas
Grafik 4.1
Hasil Uji Heteroskedastisitas
67
Berdasarkan grafik scatterplot, tidak ada pola tertentu karena titik-titik
menyebar tidak beraturan diatas dan dibawah sumbu 0 pada sumbu Y. maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala heteroskedastisitas atau H0 diterima.
B. ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA
Hasil analisis regresi linier berganda dalam penelitian ini dapat dilihat
pada hasil output SPSS berikut ini :
Tabel 4.9
Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 40,417 2,529 15,983 ,000
Ln_CAR -2,161 ,338 -,655 -6,394 ,000
Ln_ROA -1,355 ,170 -,540 -7,990 ,000
Ln_FDR -1,484 ,451 -,218 -3,294 ,002
Ln_Biaya Promosi
-,042 ,027 -,155 -1,557 ,126
Ln_Inflasi ,156 ,062 ,162 2,523 ,015
a. Dependent Variabel: Ln_Pembiayaan Sektor Perindustrian
(Sumber : hasil pengolahan data dari spss)
Berdasarkan dari hasil analisis regresi berganda diatas, maka diperoleh
persamaan regresi:
Y = 15,983 - 6,394 CAR - 7,990 ROA - 3,294 FDR - 1,557 Biaya Promosi +
2,523 Inflasi
Dari rumus regresi diatas dapat dinyatakan nilai koefisien regresinya sebagi berikut
:
a. Nilai konstanta sebesar 15,983, hasil ini menunjukkan apabila semua
variabel independen bernilai nol, maka pembiayaan yang diberikan nilainya
akan sebesar 15,983.
68
b. Koefisien regresi variabel CAR (X1) sebesar -6,394, artinya jika variabel
independen lainnya bernilai tetap dan CAR mengalami kenaikan 1 % maka
pembiayaan yang diberikan akan megalami penurunan sebesar 6,394.
c. Koefisien regresi variabel ROA (X2) sebesar -7,990, artinya jika variabel
independen lainnya bernilai tetap dan ROA mengalami kenaikan 1% maka
pembiayaan yang diberikan akan megalami penurunan sebesar 7,990.
d. Koefisien regresi variabel FDR (X3) sebesar -3,294, artinya jika variabel
independen lainnya bernilai tetap dan FDR mengalami kenaikan 1% maka
pembiayaan yang diberikan akan megalami penurunan sebesar 3,294.
e. Koefisien regresi variabel Biaya Promosi (X4) sebesar -1,557, artinya jika
variabel independen lainnya bernilai tetap dan Biaya Promosi mengalami
kenaikan 1 rupiah maka pembiayaan yang diberikan akan megalami
penurunan sebesar 1,557.
f. Koefisien regresi variabel Inflasi (X5) sebesar 2,523, artinya jika variabel
independen lainnya bernilai tetap dan Inflasi mengalami kenaikan 1% maka
pembiayaan yang diberikan akan megalami kenaikan sebesar 2,523.
C. Uji Hipotesis
1. Uji F (Simultan)
Dalam penelitian ini, untuk mengetahui pengaruh simultan antara CAR,
ROA, FDR, Biaya Promosi dan Inflasi terhadap pembiayaan sektor
perindustrian yang diberikan maka digunakan uji F. Uji F adalah pengujian
yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh bersama-sama (simultan) variabel
69
independen terhadap variabel dependen. Hasil uji F dapat dilihat pada tabel
output spss berikut ini :
Tabel 4.10
Hasil Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 2,810 5 ,562 41,947 ,000b
Residual ,643 48 ,013
Total 3,453 53
a. Dependent Variabel: Ln_Pembiayaan Sektor Perindustrian b. Predictors: (Constant), Ln_Inflasi, Ln_ROA, Ln_Biaya Promosi, Ln_FDR, Ln_CAR
(Sumber : hasil pengolahan data dari Spss)
Dari uji ANOVA atau F test, didapat F hitung untuk model 1 atau model
yang dipakai adalah 41,947. Dengan menggunkan tingkat keyakinan 95%, α = 5%,
df 1 (jumlah variabel – 1) atau 6-1= 5 dan df 2 (n-k-1) atau 54-5-1= 48 (n adalah
jumlah data dan k adalah jumlah variabel independen), maka hasil yang diperoleh
untuk FTabel adalah sebesar 2,41.
Karena nilai Fhitung> Ftabel(41,947> 2,41), dengan tingkat signifikansi lebih
kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) maka model regresi bisa dipakai untuk memprediksi
pembiayaan yang disalurkan bank syariah. Artinya, Capital Adequacy Ratio
(CAR), Return On Assets (ROA), Financing to Deposit Ratio (FDR), Biaya
Promosi, dan Inflasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap pembiayaan sektor
perindustrian yang diberikan bank perkreditan rakyat syariah.
70
2. Uji T
Uji t bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing
variabel independen secara individual (parsial) terhadap variabel dependen.
Hasil analisis uji t dapat dilihat dari hasil output spss berikut ini :
Tabel 4.11
Hasil Uji T
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 40,417 2,529 15,983 ,000
Ln_CAR -2,161 ,338 -,655 -6,394 ,000
Ln_ROA -1,355 ,170 -,540 -7,990 ,000
Ln_FDR -1,484 ,451 -,218 -3,294 ,002
Ln_Biaya Promosi -,042 ,027 -,155 -1,557 ,126
Ln_Inflasi ,156 ,062 ,162 2,523 ,015
(Sumber : Hasil pengolahan data dari spss)
1) Uji parsial pengaruh CAR terhadap pembiayaan sektor perindustrian.
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui nilai probabilitas (Sig) sebesar
0,000. Karena uji dua arah maka dengan tingkat kesalahan (α) 5% atau
0,05 dibagi dua sehingga tingkat kesalahan (α) menjadi sebesar 2,5%
atau 0,025.
Karena probabilitas (Sig)< tingkat kesalahan (α) atau 0,000 < 0,025
maka H0 diterima, artinya CAR berpengaruh signifikan terhadap
pembiayaan yang diberikan.
71
2) Uji parsial pengaruh ROA terhadap pembiayaan sektor perindustrian.
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui nilai probabilitas (Sig) sebesar
0,000. Karena uji dua arah maka dengan tingkat kesalahan (α) 5% atau
0,05 dibagi dua sehingga tingkat kesalahan (α) menjadi sebesar 2,5%
atau 0,025.
Karena probabilitas (Sig) < tingkat kesalahan (α) atau 0,000 < 0,025
maka H0 diterima, artinya ROA berpengaruh signifikan terhadap
pembiayaan yang diberikan.
3) Uji parsial pengaruh FDR terhadap pembiayaan sektor perindutrian.
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui nilai probabilitas (Sig) sebesar
0,002. Karena uji dua arah maka dengan tingkat kesalahan (α) 5% atau
0,05 dibagi dua sehingga tingkat kesalahan (α) menjadi sebesar 2,5%
atau 0,025.
Karena probabilitas (Sig) < tingkat kesalahan (α) atau 0,002 < 0,025
maka H0 diterima, artinya FDR berpengaruh signifikan terhadap
pembiayaan yang diberikan.
4) Uji parsial pengaruh Biaya Promosi terhadap pembiayaan sektor
perindustrian. Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui nilai probabilitas
(Sig) sebesar 0,126. Karena uji dua arah maka dengan tingkat kesalahan
(α) 5% atau 0,05 dibagi dua sehingga tingkat kesalahan (α) menjadi
sebesar 2,5% atau 0,025.
72
Karena probabilitas (Sig) > tingkat kesalahan (α) atau 0,126 > 0,025
maka H0 ditolak, artinya Biaya Promosi tidak berpengaruh signifikan
terhadap pembiayaan yang diberikan.
5) Uji parsial pengaruh Inflasi terhadap pembiayaan sektor perindutrian.
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui nilai probabilitas (Sig) sebesar
0,015. Karena uji dua arah maka dengan tingkat kesalahan (α) 5% atau
0,05 dibagi dua sehingga tingkat kesalahan (α) menjadi sebesar 2,5%
atau 0,025.
Karena probabilitas (Sig) < tingkat kesalahan (α) atau 0,015 < 0,025
maka H0 diterima, artinya Inflasi berpengaruh signifikan terhadap
pembiayaan yang diberikan.
3. Koefisien Determinasi (R2)
Merupakan kemampuan variabel independen menjelaskan variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi (R2) mencerminkan seberapa besar variasi
dari variabel terikat Y yang dapat diterangkan oleh variabel bebas X. bila koefisien
determinasi sama dengan nol (R2 = 0), artinya variasi Y tidak dapat diterangkan
oleh X sama sekali. Sementara bila R2=1, artinya variasi Y secara keseluruhan dapat
diterangkan oleh X.
73
Tabel 4.12
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
R Square Change
F Change df1 df2
Sig. F Change
1 ,902a ,814 ,794 ,11575 ,814 41,947 5 48 ,000
a. Predictors: (Constant), Ln_Inflasi, Ln_ROA, Ln_Biaya Promosi, Ln_FDR, Ln_CAR
b. Dependent Variabel: Ln_Pembiayaan Sektor Perindustrian
(Sumber : Hasil pengolahan data dari SPSS)
Berdasarkan tabel diatas, pada model 1 diketahui hasil uji determinasi
(Adjusted R Square) sebesar 0,794 atau 79,4%. Hal ini menunjukkan bahwa
persentase sumbangan variabel independen yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR),
Return On Assets (ROA), Financing to Deposit Ratio (FDR), Biaya Promosi, dan
Inflasi terhadap variabel dependen yaitu Pembiayaan Sektor Perindustrian adalah
sebesar 79,4%. Sedangkan sisanya sebesar 20,6% (100% - 79,4% = 20,6%
dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar varibel yang dipilih.
D. PEMBAHASAN
1. Pengaruh CAR, ROA, FDR, Biaya Promosi, dan Inflasi terhadap
pembiayaan sektor perindustrian yang diberikan BPRS.
Hasil analisis variabel independen CAR, ROA, FDR, Biaya Promosi,
dan Inflasi secara bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh signifikan
terhadap variabel dependen yaitu pembiayaan sektor perindustrian. Hal tersebut
dapat dilihat dari tingkat signifikansi sebesar 0,000 yang jauh lebih kecil dari
74
0,05. Pengaruh tersebut tergolong tinggi dimana variabel independen mampu
menjelaskan sebesar 79,4% terhadap variabel dependen.
2. Pengaruh CAR terhadap pembiayaan sektor perindustrian yang diberikan
BPRS
Dalam penelitian ini, hasil perhitungan uji t dari variabel CAR
menunjukkan secara parsial CAR berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan
yang diberikan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi variabel CAR
0,000<0,025. Berarti hipotesis yang menunjukkan variabel CAR berpengaruh
signifikan terhadap pembiayaan dapat diterima. Hasil penelitian ini didukung
oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ekarina Katmas78 yang
menyatakan bahwa CAR memiliki pengaruh terhadap volume pembiayaan
perbankan syariah.
3. Pengaruh ROA terhadap Pembiayaan
Dalam penelitian ini, hasil perhitungan uji t dari variabel ROA
menunjukkan secara parsial ROA berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan
yang diberikan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi variabel CAR
0,000<0,025. Berarti hipotesis yang menunjukkan variabel ROA berpengaruh
positif dan signifikan terhadap pembiayaan dapat diterima, hasil penelitian ini
didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Aristantia Radis
78 Ekarina Katmas. “Pengaruh Faktor Eksternal Dan Internal Terhadap Volume
Pembiayaan Perbankan Syariah Di Indonesia”. (Skripsi S1 Fakultas Syariah Dan Hukum
Universitas Islam Negri Jakarta, 2014).
75
Agista79 yang menyatakan bahwa variabel DPK dan ROA berpengaruh
signifikan terhadap pembiayaan dengan signifikansi t hitung sebesar 0,0000 dan
0,0377 (<0,05).
4. Pengaruh FDR terhadap pembiayaan
Dalam penelitian ini, hasil perhitungan uji t dari variabel FDR
menunjukkan secara parsial FDR berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan
yang diberikan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi variabel FDR
0,002<0,025. Berarti hipotesis yang menunjukkan variabel FDR berpengaruh
signifikan terhadap pembiayaan dapat diterima, hasil penelitian ini didukung
oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Neil Al Muna80 yang
menyatakan bahwa FDR berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan sektor
pertanian, kehutanan dan sarana pertanian.
5. Pengaruh Biaya Promosi terhadap pembiayaan
Dalam penelitian ini, hasil perhitungan uji t dari variabel Biaya Promosi
menunjukkan secara parsial Biaya Promosi berpengaruh negatif terhadap
pembiayaan yang diberikan. Hal ini ditunjukkan dengan dikeluarkannya variabel
Biaya Promosi dalam output SPSS. Berarti hipotesis yang menunjukkan variabel
Biaya Promosi berpengaruh negatif terhadap pembiayaan dapat diterima, hasil
penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan semakin tinggi jumlah Biaya
79Aristantantia Radis Agista. “ Analisis Pengaruh DPK, CAR, NPF, dan ROA Terhadap
Pembiayaan Di PT. Bank Muamalat Indonesia TBK. Periode 2007-2013”. (Naskah Publikasi
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakata, 2015) 80Neil Al Muna. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Sektor Pertanian,
Kehutanan Dan Sarana Pertanian Pada BPRS Di Indonesia”. (Skripsi S1 Fakultas Syariah Dan
Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013)
76
Promosi yang dikeluarkan oleh BPRS, maka akan menurunkan jumlah
pembiayaan yang akan disalurkan. Akan tetapi biaya promosi tidak berpengaruh
signifikan terhadap pembiayaan sektor perindustrian, karna biaya promosi bukan
faktor utama yang dapat mempengaruhi pembiayaan.
6. Pengaruh Inflasi terhadap pembiayaan
Dalam penelitian ini, hasil perhitungan uji t dari variabel Inflasi
menunjukkan secara parsial Inflasi berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan
yang diberikan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi variabel Inflasi
0,015<0,025. Berarti hipotesis yang menunjukkan variabel Inflasi berpengaruh
signifikan terhadap pembiayaan dapat diterima, hasil penelitian ini bertolak
belakang dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Neil Al Muna81
yang menyatakan bahwa Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap
pembiayaan sektor pertanian, kehutanan dan sarana pertanian. Akan tetapi
penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ekarina Katmas82
yang menyatakan bahwa Inflasi memiliki pengaruh terhadap volume
pembiayaan perbankan syariah.
81Neil Al Muna. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Sektor Pertanian,
Kehutanan Dan Sarana Pertanian Pada BPRS Di Indonesia”. (Skripsi S1 Fakultas Syariah Dan
Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013) 82 Ekarina Katmas. “Pengaruh Faktor Eksternal Dan Internal Terhadap Volume
Pembiayaan Perbankan Syariah Di Indonesia”. (Skripsi S1 Fakultas Syariah Dan Hukum
Universitas Islam Negri Jakarta, 2014).
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka kesimpulan yang diperoleh dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil uji parsial (Uji T) faktor internal yakni CAR, ROA, FDR menunjukkan
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan sektor
perindustrian dengan nilai signifikansi masing-masing (0,000, 0,000 dan
0,002 < 0,025) akan tetapi Biaya Promosi tidak berpengaruh signifikan
terhadap pembiayaan sektor perindustrian.
2. Hasil uji parsial (Uji T) faktor eksternal yakni Inflasi menunjukkan secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan sektor perindustrian
dengan nilai signifikansi 0,015<0,025.
3. Hasil analisis variabel independen CAR, ROA, FDR, Biaya Promosi, dan
Inflasi secara bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh signifikan
terhadap variabel dependen yaitu pembiayaan sektor perindustrian. Hal
tersebut dapat dilihat dari tingkat signifikansi sebesar 0,000 yang jauh lebih
kecil dari 0,05. Pengaruh tersebut tergolong tinggi dimana variabel
independen mampu menjelaskan sebesar 79,4% terhadap variabel dependen.
78
4. Yang paling mempengaruhi signifikan terhadap pembiayaan sektor
perindustrian yang diberikan oleh BPRS di Indonesia yaitu CAR dan ROA
dengan nilai signifikansi 0,000.
B. Saran
Untuk penelitian selanjutnya, penelitian ini akan lebih sempurna dengan
memasukkan beberapa variabel yang mendukung dalam penelitian ini, selain itu
periode penelitian diperpanjang agar mampu memberikan gambaran yang lebih
luas. Dan juga, akan lebih baik jika pada penelitian selanjutnya dilakukan
wawancara dengan pihak manajemen BPRS maupun Bank ataupun stakeholders
lainnya. Dengan begitu, kita akan mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam
tentang tema yang diusung melalui penelitian ini.
79
DAFTAR PUSTAKA
Agista, Aristantantia Radis, “Analisis Pengaruh DPK, CAR, NPF, dan ROA
Terhadap Pembiayaan Di PT. Bank Muamalat Indonesia TBK. Periode
2007-2013”. (Naskah Publikasi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Surakata), 2015.
Al Arif, Nur Rianto, Lembaga Keuangan Syari’ah Suatu Kajian Teoritis Praktis,
(Bandung: CV Pustaka Setia), 2012.
Al Muna, Neil, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Sektor
Pertanian, Kehutanan Dan Sarana Pertanian Pada BPRS Di Indonesia”.
(Skripsi S1 Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta), 2013.
Alma, Buchari dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah, (Bandung: CV
Alvabeta), 2014.
Antonio, Muhammad Syafii, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema
Insani), 2011.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2008. Indikator statistik industri besar dan sedang.
Jakarta: Badan Pusat Statistik
Bambang, Prasetyo dan Miftahul Jannah Lina, Metode Penelitian Kuantitatif:
Teori dan Aplikasi (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada), 2005.
Bank Indonesia, Outlook Perbankan Syariah 2013, (Jakarta: Bank Indonesia),
2013.
Bank Indonesia, Statistik Perbankan Syariah Desember 2011, 2012, 2013, 2014,
(Jakarta: Bank Indonesia, 2011, 2012, 2013, 2014).
Dendawijaya, Lukman, Manajemen Perbankan Ed. 2, (Galia Indonesia: Bogor),
2005.
Diulio, A. Eugene, Uang dan Bank, (Jakarta: Erlangga), 1993.
Ghazali, Imam, Analisis Multivariate Lanjutan dengan Program SPSS, Ed 1
(Semarang : BPUD), 2006).
Ghazali, Imam, AplikasI Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19
(Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro), 2011).
80
Hasan, Zubairi, Undang-Undang Perbankan Syari’ah Titik Temu Hukum Islam dan
Hukum Nasional, (Jakarta: PT Rajagrafindo persada), 2009.
Ifham, Ahmad, Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syari’ah, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama), 2010.
Indrianto, Nur dan Bambang Suporno, Metode Penelitian Bisnis, (Yogyakarta :
BPFE), 2002.
Irham, Fahmi, dan Yovi Lavianti Hadi, Pengantar Manajemen Perkreditan.
(Bandung : Alfabeta), 2010.
Junaiddin, Zakaria, Pengantar Teori Ekonomi Makro, (Jakarta : GP Press) 2009.
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: Rajawali Pers), 2009.
Katmas, Ekarina, “Pengaruh Faktor Eksternal Dan Internal Terhadap Volume
Pembiayaan Perbankan Syariah Di Indonesia”. (Skripsi S1 Fakultas
Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negri Jakarta), 2014.
Kuncoro, Mudrajat dan Suharjo, Manajemen Perbankan: teori dan Aplikasi,
(Yogyakarta:BPFE), 2002.
Kotler, Philip, Manajemen pemasaran, Terjemahan, Benyamin Molan, (Jakarta:
Erlangga), 2000.
Margaretha, Farah, Manajemen Keuangan Bagi Industri Jasa (Jakarta : Grasindo),
2007.
Menurut pasal 1 UU No. 21 Tahun 2008 yang dimaksud prinsip syari’ah adalah
prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang
dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan
fatwa di bidang syari’ah.
Mishkin, Frederic S, Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan: Buku 2.
Terjemahan Lana Soelistianingsih dan Beta Yulianita G, (Jakarta: Salemba
Empat), 2008.
Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, (Yogyakarta: UPP AMP), 2002.
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN), 2005.
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP YKPN),
2002.
81
Nachrowi dan Usman, Pendekatan Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan
Keuangan (Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia), 2006.
Nopirin, Ekonomi Moneter, Buku II. Edisi ke 1, Cetakan Kesepuluh, (Yogyakarta :
BPFEE UGM), 2000.
Priyanto, Duwi, Mandiri Belajar Analisis Data dengan SPSS (Yogyakarta:
Mediakom), 2013.
Pujoalwanto, Basuki, Perekonomian Indonesia: Tinjauan Historis, Teoritis dan
Empiris, (Yogyakarta: Graha Ilmu), 2004.
Putong, Iskandar, Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro, Edisi Kedua (Jakarta :
Ghalia Indonesia), 2002.
Reynaldo, Hamonangan dan Hasan Sakti Siregar, Pengaruh Capital Adequacy
Ratio, Debt to Equity Ratio, (on Performing Loan, Operating Ratio, dan
Loan
to Deposit Ratio terhadap Return on Equity (ROE) Perusahaan Perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, (Sumatera Utara: USU), 2009.
Santoso, Singgih, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik (Jakarta : PT Elex Media
Komputindo), 2000.
Simamora, Henry, Akuntansi manajemen, (Jakarta: Salemba empat), 2002.
Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah Deskripsi dan Ilustrasi
Cetakan Pertama, (Yogyakarta: EKONESIA), 2003.
Suharso, Puguh, Metode Penelitian KuantitatifUntuk Bisnis: Pendekatan Filosofis
dan Praktis, (Jakarta: PT Indeks, Cet 1), 2009.
Suliyanto, Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi dengan SPSS (Yogyakarta :
ANDI), 2011.
Sunyoto, Danang, Uji J Khi Kuadrat dan Regresi untuk Penelitian (Yogyakarta :
Graha Ilmu), 2010.
Supriyono. Akuntansi biaya, buku 1, edisi dua, (Yogyakarta : BPFE), 2000.
Syahdeini, Sutan Remy, Perbankan Syariah dan Kedudukannya Dalam Tata
Hukum Perbankan Indonesia, (Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti), 2002.
82
Umam, Khotibul, S.H.,LL.M. Trend pembentukan Bank Umum Syari’ah Pasca
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 (Konsep, Regulasi, dan
Implementasi), (Yogyakarta : BPFE Yogayakrta), 2009.
Undang-Undang No. 5 Tahun 1984 Tentang Perindustrian
Winarno, Sigit dan Sujana Ismaya, Kamus Besar Ekonomi, (Bandung: Pustaka
Grafika), 2007.
Azwar Rhosyied. “Apa itu Regresi Stepwise” Analysis Solution, 18 Agustus 2009
diakses pada 5 September 2016 dari
https://statisticsanalyst.wordpress.com/2009/08/18/apa-itu-regresi-
stepwise/
Kurniawan, Yusuf, “Kebijakan Pembangunan Industri” Da Real Economy, 14
Maret 2015 diakses pada 20 Agustus 2016 dari
http://darealekonomi.blogspot.co.id/2015/03/kebijakan-pembangunan-
industri.html
Otoritas Jasa Keuangan: “Potensi Pertumbuhan Ekonomi ditinjau dari Penyaluran
Kredit Perbankan Kepada Sektor Prioritas” 7 Januari 2016, Jakarta.
Diakses pada 21 Agustus 2016 dari http://www.ojk.go.id/id/berita-dan-
kegiatan/publikasi/Pages/Potensi-Pertumbuhan-Ekonomi-ditinjau-dari
Penyaluran-Kredit-Perbankan-Kepada-Sektor-Prioritas.aspx
Republika Online: BPRS Optimis Hadapi 2016. 11 Januari 2016, Jakarta. Diakses
pada 12 April 2016 dari
http://www.republika.co.id/berita/koran/urbana/16/01/11/o0s3k73-bprs-
optimistis-hadapi-2016
Siaran Pers Menperin: Pertumbuhan Industri Triwulan I Tahun 2015 Lebih Tinggi
Dibanding Pertumbuhan Ekonomi. 15 Mei 2015 di Denpasar. Diakses
pada 12 April 2016 dari
http://www.kemenperin.go.id/artikel/12021/Menperin: Pertumbuhan-
Industri-Triwulan-I-Tahun-2015-Lebih-Tinggi-Dibanding Pertumbuhan-
Ekonomi
83
LAMPIRAN
Grafik 1.1 : Penghimpunan Dana, Penyauran Dana dan Pendapatan
Sumber : Statistik Perbankan Syariah 2015, OJK
Tabel 1.1
Rata-rata Porsi Pembiayaan Bank Perkreditan Rakyat Syariah berdasarkan
Sektor Ekonomi dalam bentuk Persentase (%)
Sumber : Diolah, Statistik Perbankan Syariah 2011-2014
0
200000
400000
600000
800000
1000000
0
1000000
2000000
3000000
4000000
5000000
6000000
7000000
Jan
-15
Feb
-15
Mar
-15
Ap
r-1
5
Mei
-15
Jun
-15
Jul-
15
Agu
-15
Sep
-15
Okt
-15
No
v-1
5
Des
-15
Funding Financing Pendapatan
sektor ekonomi 2011 2012 2013 2014
pertanian, kehutanan dan sarana pertanian 8,37 9,88 8,78 6,52
pertambangan 0,09 0,22 0,14 0,14
perindustrian 1,26 0,88 0,90 1,06
listrik, gas dan air 0,10 0,11 0,16 0,19
konstruksi 3,46 3,52 3,54 4,74
perdagangan, restoran dan hotel 37,61 34,40 32,57 31,47
pengangkutan, pergudangan dan komunikasi 1,36 1,90 1,60 1,66
jasa dunia usaha 9,54 7,45 7,64 9,83
jasa sosial/masyarakat 3,44 6,39 8,23 9,16
lain-lain 34,76 35,25 36,44 35,23
84
Tabel 1.2 : Pertumbuhan Kinerja BPRS
No Periode CAR ROA FDR No Periode CAR ROA FDR
1 Jul-14 21,86 2,45 135,04 7 Jan-15 24,43 2,31 123,50
2 Aug-14 21,78 2,49 129,96 8 Feb-15 24,67 2,23 124,75
3 Sep-14 21,80 2,26 131,70 9 Mar-15 23,04 2,07 125,60
4 Oct-14 22,22 2,18 130,14 10 Apr-15 22,53 2,19 126,67
5 Nov-14 22,34 2,21 129,27 11 May-15 21,73 2,17 129,63
6 Dec-14 22,77 2,26 124,24 12 Jun-15 21,73 2,30 135,68
Sumber : Statistik Perbankan Syariah 2015, OJK
Tabel 4.1
Pembiayaan Sektor Perindustrian, CAR, ROA, FDR, Biaya Promosi, dan
Inflasi Bank Perkreditan Rakyat Syariah Periode Januari 2011 – Juni 2015
No Bulan -
Tahun
Pembiayaan
Sektor
Perindustrian
CAR ROA FDR Biaya
Promosi Inflasi
1 Jan-11 25637000000 30,12 2,83 127,04 428000000 7,02
2 Feb-11 25783000000 29,75 2,84 128,27 919000000 6,84
3 Mar-11 25605000000 28,42 2,71 129,40 1516000000 6,65
4 Apr-11 25447000000 27,71 2,65 130,38 1892000000 6,16
5 Mei-11 25929000000 24,63 2,73 133,22 2526000000 5,98
6 Jun-11 27433000000 26,71 2,72 136,20 3132000000 5,54
7 Jul-11 29600000000 25,24 2,74 137,29 3969000000 4,61
8 Agu-11 29178000000 25,24 2,72 139,58 4901000000 4,79
9 Sep-11 28907000000 24,75 2,80 134,75 5446000000 4,61
10 Okt-11 30275000000 24,63 2,39 133,53 6505000000 4,42
11 Nov-11 30793000000 24,78 2,53 132,26 7243000000 4,15
12 Des-11 33781000000 23,49 2,67 127,71 8228000000 3,79
13 Jan-12 36733000000 25,90 2,65 124,41 833000000 3,65
14 Feb-12 35762000000 25,24 2,70 125,03 1631000000 3,56
15 Mar-12 38193000000 24,93 2,73 125,53 2227000000 3,97
16 Apr-12 36496000000 24,53 2,66 124,98 3130000000 4,50
85
17 Mei-12 35298000000 23,28 2,59 126,04 4429000000 4,45
18 Jun-12 33220000000 24,33 2,74 129,73 5624000000 4,53
19 Jul-12 35733000000 24,36 2,67 129,76 7209000000 4,56
20 Agu-12 31567000000 24,48 2,57 127,74 8734000000 4,58
21 Sep-12 31654000000 25,26 2,58 126,71 9933000000 4,31
22 Okt-12 33273000000 25,04 2,82 124,82 11245000000 4,61
23 Nov-12 32256000000 23,87 2,76 124,21 12812000000 4,32
24 Des-12 31314000000 25,16 2,64 120,96 14130000000 4,30
25 Jan-13 33754000000 25,06 3,07 119,48 1734000000 4,57
26 Feb-13 31070000000 24,45 3,05 119,46 2752000000 5,31
27 Mar-13 34498000000 24,10 3,06 119,67 4994000000 5,90
28 Apr-13 34498000000 22,76 3,14 122,50 6467000000 5,57
29 Mei-13 33779000000 22,44 3,10 125,40 7632000000 5,47
30 Jun-13 36458000000 22,40 2,98 129,63 9664000000 5,90
31 Jul-13 35537000000 22,09 2,87 131,51 11804000000 8,61
Tabel 4.2 Lanjutan
Pembiayaan Sektor Perindustrian, CAR, ROA, FDR, Biaya Promosi, dan
Inflasi Bank Perkreditan Rakyat Syariah Periode Januari 2011 – Juni 2015
32 Agu-13 36367000000 22,10 2,63 129,96 13804000000 8,79
33 Sep-13 37324000000 21,96 2,85 126,52 15620000000 8,40
34 Okt-13 38166000000 22,40 2,90 125,92 17674000000 8,32
35 Nov-13 40647000000 24,63 2,89 124,76 19833000000 8,37
36 Des-13 39681000000 22,08 2,79 120,93 22303000000 8,38
37 Jan-14 40010000000 24,62 2,78 120,52 2803000000 8,22
38 Feb-14 47099000000 23,78 2,81 122,30 5287000000 7,75
39 Mar-14 50975000000 23,08 2,71 123,10 6828000000 7,32
40 Apr-14 51725000000 22,78 2,56 126,58 9388000000 7,25
41 Mei-14 58267000000 22,50 2,47 130,09 11776000000 7,32
42 Jun-14 47221000000 22,21 2,77 134,64 13333000000 6,70
43 Jul-14 49274000000 21,86 2,45 135,04 15052000000 4,53
44 Agu-14 48676000000 21,78 2,49 129,96 16880000000 3,99
45 Sep-14 58282000000 21,80 2,26 131,70 18899000000 4,53
46 Okt-14 52687000000 22,22 2,18 130,14 20716000000 4,83
47 Nov-14 52866000000 22,34 2,21 129,27 22189000000 6,23
48 Des-14 58026000000 22,77 2,26 124,24 23980000000 8,36
86
49 Jan-15 51616000000 24,43 2,31 123,50 1444000000 6,96
50 Feb-15 50024000000 24,67 2,23 124,75 2624000000 6,29
51 Mar-15 51419000000 23,04 2,07 125,60 4283000000 6,38
52 Apr-15 59852000000 22,53 2,19 126,67 5911000000 6,79
53 Mei-15 58845000000 21,73 2,17 129,63 7162000000 7,15
54 Jun-15 56099000000 21,73 2,30 135,68 8767000000 7,26
(Sumber : Statistik Perbankan Syariah Periode Januari 2011 - Juni 2015)
Tabel 4.3
Data Setelah di Transform kedalam Bentuk LN Pembiayaan Sektor
Perindustrian, CAR, ROA, FDR, Biaya Promosi, dan Inflasi Bank
Perkreditan Rakyat Syariah Periode Januari 2011 – Juni 2015
No Bulan -
Tahun
Pembiayaan
Sektor
Perindustrian
CAR ROA FDR Biaya
Promosi Inflasi
1 Jan-11 23,97 3,41 1,04 4,84 19,87 1,95
2 Feb-11 23,97 3,39 1,04 4,85 20,64 1,92
3 Mar-11 23,97 3,35 1 4,86 21,14 1,89
Tabel 4.4 Lanjutan
Data Setelah di Transform kedalam Bentuk LN Pembiayaan Sektor
Perindustrian, CAR, ROA, FDR, Biaya Promosi, dan Inflasi Bank
Perkreditan Rakyat Syariah Periode Januari 2011 – Juni 2015
4 Apr-11 23,96 3,32 0,97 4,87 21,36 1,82
5 Mei-11 23,98 3,2 1 4,89 21,65 1,79
6 Jun-11 24,04 3,29 1 4,91 21,86 1,71
7 Jul-11 24,11 3,23 1,01 4,92 22,1 1,53
8 Agu-11 24,1 3,23 1 4,94 22,31 1,57
9 Sep-11 24,09 3,21 1,03 4,9 22,42 1,53
10 Okt-11 24,13 3,2 0,87 4,89 22,6 1,49
11 Nov-11 24,15 3,21 0,93 4,88 22,7 1,42
12 Des-11 24,24 3,16 0,98 4,85 22,83 1,33
13 Jan-12 24,33 3,25 0,97 4,82 20,54 1,29
14 Feb-12 24,3 3,23 0,99 4,83 21,21 1,27
15 Mar-12 24,37 3,22 1 4,83 21,52 1,38
16 Apr-12 24,32 3,2 0,98 4,83 21,86 1,5
17 Mei-12 24,29 3,15 0,95 4,84 22,21 1,49
87
18 Jun-12 24,23 3,19 1,01 4,87 22,45 1,51
19 Jul-12 24,3 3,19 0,98 4,87 22,7 1,52
20 Agu-12 24,18 3,2 0,94 4,85 22,89 1,52
21 Sep-12 24,18 3,23 0,95 4,84 23,02 1,46
22 Okt-12 24,23 3,22 1,04 4,83 23,14 1,53
23 Nov-12 24,2 3,17 1,02 4,82 23,27 1,46
24 Des-12 24,17 3,23 0,97 4,8 23,37 1,46
25 Jan-13 24,24 3,22 1,12 4,78 21,27 1,52
26 Feb-13 24,16 3,2 1,12 4,78 21,74 1,67
27 Mar-13 24,26 3,18 1,12 4,78 22,33 1,77
28 Apr-13 24,26 3,13 1,14 4,81 22,59 1,72
29 Mei-13 24,24 3,11 1,13 4,83 22,76 1,7
30 Jun-13 24,32 3,11 1,09 4,86 22,99 1,77
31 Jul-13 24,29 3,1 1,05 4,88 23,19 2,15
32 Agu-13 24,32 3,1 0,97 4,87 23,35 2,17
33 Sep-13 24,34 3,09 1,05 4,84 23,47 2,13
34 Okt-13 24,37 3,11 1,06 4,84 23,6 2,12
35 Nov-13 24,43 3,2 1,06 4,83 23,71 2,12
36 Des-13 24,4 3,09 1,03 4,8 23,83 2,13
Tabel 4.5 Lanjutan
Data Setelah di Transform kedalam Bentuk LN Pembiayaan Sektor
Perindustrian, CAR, ROA, FDR, Biaya Promosi, dan Inflasi Bank
Perkreditan Rakyat Syariah Periode Januari 2011 – Juni 2015
37 Jan-14 24,41 3,2 1,02 4,79 21,75 2,11
38 Feb-14 24,58 3,17 1,03 4,81 22,39 2,05
39 Mar-14 24,65 3,14 1 4,81 22,64 1,99
40 Apr-14 24,67 3,13 0,94 4,84 22,96 1,98
41 Mei-14 24,79 3,11 0,9 4,87 23,19 1,99
42 Jun-14 24,58 3,1 1,02 4,9 23,31 1,9
43 Jul-14 24,62 3,08 0,9 4,91 23,43 1,51
44 Agu-14 24,61 3,08 0,91 4,87 23,55 1,38
45 Sep-14 24,79 3,08 0,82 4,88 23,66 1,51
46 Okt-14 24,69 3,1 0,78 4,87 23,75 1,57
47 Nov-14 24,69 3,11 0,79 4,86 23,82 1,83
48 Des-14 24,78 3,13 0,82 4,82 23,9 2,12
49 Jan-15 24,67 3,2 0,84 4,82 21,09 1,94
88
50 Feb-15 24,64 3,21 0,8 4,83 21,69 1,84
51 Mar-15 24,66 3,14 0,73 4,83 22,18 1,85
52 Apr-15 24,82 3,11 0,78 4,84 22,5 1,92
53 Mei-15 24,8 3,08 0,77 4,86 22,69 1,97
54 Jun-15 24,75 3,08 0,83 4,91 22,89 1,98
(Sumber : Statistik Perbankan Syariah Periode Januari 2011 - Juni 2015
Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 54
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,11015522
Most Extreme Differences Absolute ,081
Positive ,048
Negative -,081
Test Statistic ,081
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
89
b. Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 40,417 2,529 15,983 ,000
Ln_X1 -2,161 ,338 -,655 -6,394 ,000 ,370 2,701
Ln_X2 -1,355 ,170 -,540 -7,990 ,000 ,850 1,177
Ln_X3 -1,484 ,451 -,218 -3,294 ,002 ,887 1,127
Ln_X4 -,042 ,027 -,155 -1,557 ,126 ,391 2,558
Ln_X5 ,156 ,062 ,162 2,523 ,015 ,938 1,066
a. Dependent Variabel: Ln_Y
c. Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Mod
el R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
Durbin-
Watson
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 ,902a ,814 ,794 ,11575 ,814 41,947 5 48 ,000 1,276
a. Predictors: (Constant), Ln_X5, Ln_X2, Ln_X4, Ln_X3, Ln_X1
b. Dependent Variabel: Ln_Y
d. Uji Heterkedastisitas
90
Uji regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 40,417 2,529 15,983 ,000
Ln_X1 -2,161 ,338 -,655 -6,394 ,000
Ln_X2 -1,355 ,170 -,540 -7,990 ,000
Ln_X3 -1,484 ,451 -,218 -3,294 ,002
Ln_X4 -,042 ,027 -,155 -1,557 ,126
Ln_X5 ,156 ,062 ,162 2,523 ,015
a. Dependent Variabel: Ln_Y
Uji Hipotesis
a. Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2,810 5 ,562 41,947 ,000b
Residual ,643 48 ,013
Total 3,453 53
a. Dependent Variabel: Ln_Y
b. Predictors: (Constant), Ln_X5, Ln_X2, Ln_X4, Ln_X3, Ln_X1
91
b. Uji T
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 40,417 2,529 15,983 ,000
Ln_X1 -2,161 ,338 -,655 -6,394 ,000
Ln_X2 -1,355 ,170 -,540 -7,990 ,000
Ln_X3 -1,484 ,451 -,218 -3,294 ,002
Ln_X4 -,042 ,027 -,155 -1,557 ,126
Ln_X5 ,156 ,062 ,162 2,523 ,015
a. Dependent Variabel: Ln_Y
c. Uji Adjusted R
Model Summaryb
Mode
l R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square
Change F Change df1 df2
Sig. F
Change
1 ,902a ,814 ,794 ,11575 ,814 41,947 5 48 ,000
a. Predictors: (Constant), Ln_X5, Ln_X2, Ln_X4, Ln_X3, Ln_X1
b. Dependent Variabel: Ln_Y