analisis faktor-faktor yang mempengaruhi … · fakultas ekonomi dan ilmu sosial ... karvak nusa...
TRANSCRIPT
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KUALITAS AUDIT
(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik yang Terdapat di Jakarta)
Oleh :
Kurrotul Aini
NIM: 205082000225
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KUALITAS AUDIT
(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik yang Terdapat di Jakarta)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Kurrotul Aini
NIM: 205082000225
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Abdul Hamid, Prof, Dr., MS Hepi Prayudiawan, SE., AK., MM
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
“Analyze The Factors that Influence of Audit Quality
(Empirical Study at Public Accountant Firm in Jakarta)”
By:
Kurrotul Aini
ABSTRACT
The research purposed to analyze the factors that are influencing of audit
quality. This research use the primary data or research data which is obtained
directly from publik accountant in jakarta by presenting direct question
(questionnaires) to public accountans.
Result of the t test show signification of variable that are influencing of
audit quality other things is independency, auditor interest, and also the auditor
experience. While variable which do not have an effect on signification is
duration process audit, sum up client, size measure of properties and health of
client finance, and also make an audit fee.
Keywords: The Factors, Audit Quality.
i
“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik yang Terdapat di Jakarta)”
Oleh:
Kurrotul Aini
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas audit. Penelitian ini menggunakan data primer atau data
penelitian yang di peroleh secara langsung dari akuntan publik di jakarta dengan
cara menyajikan daftar pertanyaan langsung (kuesioner) kepada akuntan publik.
Hasil uji t menunjukkan signifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi kualitas auditor diantaranya adalah independensi, kompetensi auditor, serta
pengalaman auditor. Sedangkan variabel-variabel yang tidak berpengaruh
signifikan adalah lamanya proses audit, jumlah klien, ukuran kekayaan dan
kesehatan keuangan klien, serta audit fee.
Kata Kunci: Faktor-faktor, Kualitas Audit.
ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Kurrotul Aini
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Tempat, Tanggal lahir : Tangerang, 30 Juli 1988
4. Kewarganegaraan : Indonesia
5. Status : Belum menikah
6. Tinggi, berat badan : 165 cm, 46 Kg
7. Kesehatan : Sangat Baik
8. Agama : Islam
9. Alamat lengkap : Jl. Wadassari 3 No. 4 RT 11/RW 02 Pondok Betung
Pondok Aren , Bintaro Jaya
10. Telepon : 08161377441
: 021 7341086
II. PENDIDIKAN
Formal
1993 - 2000 : SD Arraisyiah, Jakarta
2000 - 2003 : SLTP Pamulang, Jakarta
2003 - 2005 : MA Ashri, Jember
2005 - 2009 : UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
Non Formal
2008 - 2008 : Pelatihan Bisnis Tanpa Suap (CPA), Jakarta
2009 - 2009 : Kursus Bahasa Inggris (TOEFL) di LECC, Jakarta
III. PENGALAMAN KERJA
Praktek Kerja Lapangan:
o Praktek Kerja di PT. KARVAK NUSA GEOMATIKA, Jakarta
Periode: Juli 2008 - Agustus 2008 Tujuan : Persyaratan tugas perkuliahan
Posisi : Staff Accounting
o Praktek Kerja di PT. CITRA SOFIE MANDIRI, Jakarta
Periode: Oktober 2008 - Desember 2008 Tujuan : Menambah pengalaman
Posisi : Staff Accounting
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : H. Syaiful Imam
2. Pekerjaan : Wiraswasta
3. Ibu : Titin
4. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
5. Alamat : Jl. Wadassari 3 No. 4 RT 11/RW 02 Pondok Betung
Pondok Aren , Bintaro Jaya.
6. Telepon : 021 7341086
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang karena nikmat-Nyalah telah sempurna segala
kebaikan. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada pemimpin para nabi,
sholihin, amilin, abiding dan para mujahid yang berjihat fisabilillah, baginda kita
nabi Muhammad Rosullullah SAW. Tiada yang pantas terucap selain syukur
Ahamdullillahi Robbil’alamin akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit (Studi
Empiris pada Kantor Akuntan Publik yang Terdapat di Jakarta)”.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis juga tidak luput dari berbagai
masalah dan sepenuhnya menyadari bahwa keberhasilan yang diperoleh bukanlah
semata-mata hasil usaha penulis sendiri. Melainkan berkat bantuan, sokongan dan
bimbingan yang tidak ternilai harganya dari berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada:
1. Penyejuk mata, jiwa dan hatiku : ibuku yang tiada pernah berhenti untuk
memberikan apa yang beliau miliki hanya untukku dan bapak jangan pernah
lelah karena aku akan menyenangkan kalian dengan kasih sayangku.
2. Motivasi hidupku yang membuatku semangat untuk terus berusaha untuk
menjadi contoh bagi adikku tercinta Ahmad Thoyib Siddiq. Semoga kita
selalu menjadi anak-anak dan saudara yang membahagiakan dan
membanggakan orang tua kita dengan akhlaq kita.
3. Bapak Dr. Abdul Hamid, MS selaku dosen pembimbing I sekaligus dekan
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang senantiasa ikhlas untuk meluangkan
waktu dalam memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan skripsi
ini. Semoga Allah selalu mencintai beliau karena kebaikan hatinya.
4. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM selaku dosen pembimbing II yang
dengan kesabaran hatinya memberikan penulis bimbingan dan semangat
bahwa semua itu akan menjadi mudah jika kita terus senantiasa berjuang dan
berdoa. Semoga Allah selalu memberikan kebahagian dan keberkahan di
setiap langkahnya.
5. Bapak Prof., Dr, Ahmad Rodoni selaku dosen penguji ahli dalam ujian
komprehensif dan sidang skripsi.
iii
6. Bapak Afif sulfa, SE.,Ak.,Msi, Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM, dan
Ibu Rahmawati., SE., MM. selaku dosen penguji dalam ujian komprehensif
dan ujian sidang skripsi.
7. Seluruh dosen dan karyawan dan semua orang yang selalu memfasilitasi
penulis dalam mengembangkan pengetahuan saya.
8. Teman-teman seperjuangan ku di akuntansi A angkatan 2005, Maya,
Beda, Devi, Fuah, Ita, Teguh, Ajid, Ocul, Rendy, Mas iwan, Arya, Padank,
Bedul, Ferdi, Ega, Ardy, dan teman-teman yang lain yang belum disebut
namanya.
9. Special thanks to orang yang paling special di hatiku “yayank”, makasih yaa
kamu selalu ada buat aq kapanpun dan dimanapun.
10. Teman-teman di FEIS angkatan 2005 semoga kita terus bisa menjaga
silaturrahmi diantara kita.
11. Pimpinan dan segenap pegawai KAP yang dengan penuh
kebaikan memberikan penulis kesempatan untuk melakukan
riset dikantor bapak dan ibu.
12. semua pihak yang telah membantu penulis dan belum disebutkan namanya,
terima kasih atas semua bantuannya.
Penulis juga menyadari skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, sehingga besar harapan penulis bagi segenap pembeca agar
bisa memberi masukan untuk perbaikan kedepan. Akhir kata, terima kasih
atas semua kerja samanya dan mohon maaf atas semua salah dan khilaf.
Jakarta, 06 Agustus 2009
Kurrotul Aini
iv
DAFTAR ISI
ABSTRACT............................................................................................... i
ABSTRAK ............................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................ v
DAFTAR TABEL .................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Perumusan Masalah............................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat............................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 9
A. Audit ..................................................................................... 9
1. Definisi Audit ................................................................. 9
2. Jenis-jenis Audit .............................................................. 12
3. Jenis- jenis Auditor ......................................................... 17
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit ............. 18
1. Independensi Auditor ...................................................... 20
2. Kompetensi/ Keahlian auditor eksternal ......................... 30
3. Pengalaman auditor ......................................................... 32
4. Lamanya Waktu/Proses Audit ......................................... 33
5. Jumlah klien .................................................................... 33
6. Ukuran kekayaan atau kesehatan keuangan klien ........... 33
7. Audit Fee ......................................................................... 34
C. Penelitian Terdahulu.............................................................. 39
D. Kerangka Pemikiran .............................................................. 41
E. Perumusan Hipotesis ............................................................. 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................. 43
A. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................... 43
v
B. Metode Penelitian Sampel ..................................................... 43
C. Metode Pengumpulan Data ................................................... 43
D. Metode Analisis Data ............................................................ 45
1. Uji Validitas Data ............................................................ 45
2. Uji Realibilitas ................................................................ 46
3. Uji Asumsi Klasik ........................................................... 47
a. Uji Normalitas Data..................................................... 47
b. Uji Multikolinearitas .................................................. 47
c. Uji Heterokedastisitas.................................................. 48
d. Uji Autokorelasi ......................................................... 48
4. Uji Hipotesis .................................................................... 49
a. Koefisien Determinasi ................................................ 50
b. Uji t .............................................................................. 51
c. Uji f.............................................................................. 51
E. Operasional Variabel Penelitian ............................................ 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................... 57
A. Gambaran Umum Responden ............................................... 57
B. Karekteristik Responden ....................................................... 58
C. Hasil Uji Kualitas Data.......................................................... 60
1. Uji Validitas ..................................................................... 60
2. Uji Realibilitas................................................................... 66
D. Hasil Uji Asumsi Klasik ........................................................ 70
1. Uji Normalitas ................................................................... 70
2. Uji Multikolinearitas ......................................................... 71
3. Uji Heterokedastisitas........................................................ 72
4. Uji Autokorelasi ................................................................ 73
E. Pengujian Hipotesis ............................................................... 74
1. Hasil Uji Korelasi Dan Determinasi (R2) .......................... 74
2. Koefisien Regresi ............................................................. 75
3. Hasil Uji t ......................................................................... 77
4. Hasil Uji F ........................................................................ 86
vi
BAB V PENUTUP ................................................................................... 92
A. Kesimpulan............................................................................ 92
B. Implikasi ................................................................................ 93
C. Saran ..................................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 96
vii
DAFTAR TABEL
No Keterangan Halaman
3.1 Skala Likert ................................................................................ 45
3.2 Operasional Variabel Penelitian ................................................... 52
4.1 Demografi Responden .................................................................. 58
4.2 Uji Validitas Variabel Independensi ............................................ 60
4.3 Uji Validitas Variabel Keahlian Auditor ...................................... 62
4.4 Uji Validitas Variabel Pengalaman Auditor ................................ 62
4.5 Uji Validitas Variabel Lamanya Waktu/Proses Audit ................. 63
4.6 Uji Validitas Variabel Jumlah Klien ........................................... 63
4.7 Uji Validitas Variabel Ukuran Kekayaan dan Kesehatan Keuangan
Klien ............................................................................................. 64
4.8 Uji Validitas Variabel Audit Fee.................................................. 64
4.9 Uji Validitas Variabel Kualitas Audit .......................................... 65
4.10 Uji Reabilitas Variabel Independensi ........................................... 66
4.11 Uji Reabilitas Variabel Keahlian Auditor .................................... 66
4.12 Uji Reabilitas Variabel Pengalaman Auditor .............................. 67
4.13 Uji Reabilitas Variabel Lamanya Waktu/Proses Audit ................ 67
4.14 Uji Reabilitas Variabel Jumlah Klien........................................... 68
4.15 Uji Reabilitas Variabel Ukuran Kekayaan dan Kesehatan Keuangan
Klien ............................................................................................. 68
4.16 Uji Reabilitas Variabel Audit Fee ................................................ 69
4.17 Uji Reabilitas Variabel Kualitas Audit......................................... 69
4.18 Uji Multikolinearitas .................................................................... 71
4.19 Uji Autokorelasi ........................................................................... 73
4.20 Uji Korelasi dan Koefisien Determinasi ...................................... 74
4.21 Uji Koefisien Regresi dan Uji t .................................................... 75
4.22 Uji F ............................................................................................. 86
viii
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran .................................................................... 41
4.1 Output Pengujian Normalitas Data............................................... 70
4.2 Output Pengujian Heteroskedasitas .............................................. 72
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Nama Keterangan Halaman
Lampiran 1 Kuesioner ............................................................. 102
Lampiran 2 Hasil try out uji validitas dan reabilitas ............... 103
Lampiran 3 Hasil uji validitas dan reabilitas ........................... 104
Lampiran 4 Hasil uji asumsi klasik dan uji hipotesis .............. 105
x
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik di suatu negara
adalah sejalan dengan berkembangnya perusahaan dan berbagai bentuk badan
hukum perusahaan di negara tersebut. Jika perusahaan-perusahaan di suatu
negara berkembang sedemikian rupa sehingga tidak hanya memerlukan modal
dari pemiliknya, namun mulai memerlukan modal dari kreditur, dan jika timbul
berbagai perusahaan berbentuk badan hukum perseroan terbatas yang modalnya
berasal dari masyarakat, jasa akuntan publik mulai diperlukan dan berkembang.
Melalui profesi akuntan publik inilah para investor dan para pemakai laporan
keuangan lainnya mengharapkan penilaian yang bebas tidak memihak terhadap
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan oleh seorang yang
independen untuk memastikan kewajaran dan kesesuaian laporan keuangan
yang disusun oleh pihak manajemen perusahaan sesuai dengan aturan-aturan
yang berlaku dan kenyataan yang ada.
Seseorang yang independen tersebut dalam hal ini menyangkut profesi
akuntan publik. Peran akuntan publik diharapkan dapat bertindak sebagai
komunikator perkembangan usaha, dimana melalui siklus akuntansi yang tertata
baik, masyarakat berharap dapat menerima dan memahami informasi
perkembangan kegiatan usaha secara objektif dan lengkap. Selain dari itu
profesi akuntan publik juga bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat
keandalan laporan keuangan perusahaan-perusahaan, sehingga masyarakat
1
memperoleh informasi keuangan yang andal sebagai dasar untuk memutuskan
alokasi sumber-sumber ekonomi. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor
apa saja yang dapat mempengaruhi kualitas audit.
Laporan keuangan harus diperiksa oleh auditor yang independen
untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan, dan pada era
transparan dan terbuka saat ini, menuntut auditor untuk lebih bertanggung
jawab terhadap hasil pemeriksaan yang dilakukan, dengan mendasarkan pada
kode etik dan standar profesi. Kontribusi audit adalah untuk menyajikan
akuntabilitas, selama dia memberikan pendapat yang independen, apakah
laporan keuangan suatu entitas atau organisasi menyajikan hasil operasi yang
wajar dan apakah informasi keuangan tersebut disajikan dalam bentuk yang
sesuai dengan kriteria atau aturan-aturan yang telah ditetapkan.
Ada beberapa jenis auditor salah satunya adalah auditor eksternal atau
independen yang bekerja untuk kantor akuntan publik dan statusnya diluar
struktur perusahaan yang mereka audit. Umumnya auditor eksternal
menghasilkan laporan atas financial audit atau audit laporan keuangan.
Pemeriksaan atas laporan keuangan merupakan evaluasi kewajaran laporan
keuangan yang disajikan oleh manajemen secara keseluruhan dibandingkan
dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku umum. Dalam pengertiannya
apakah laporan keuangan secara umum merupakan informasi yang dapat
ditukar dan dapat diverifikasi lalu telah disajikan sesuai dengan kriteria tertentu.
Umumnya kriteria yang dimaksud adalah standar akuntansi yang berlaku umum
seperti prinsip akuntansi yang berterima umum. Hasil audit atas laporan
2
keuangan adalah opini auditor yaitu Unqualified Opinion, Qualified Opinion,
Disclaimer Opinion dan Adverse Opinion.
Seorang auditor eksternal harus mempunyai keahlian yang memadai
dalam mengaudit laporan keuangan suatu perusahaan. Keahlian atau
kompetensi auditor dapat ditentukan oleh tiga faktor yaitu: (1) pendidikan
universitas formal untuk memasuki profesi, (2) pelatihan praktik dan
pengalaman dalam auditing, dan (3) mengikuti pendidikan profesi
berkelanjutan selama karir professional auditor. Auditor eksternal harus
mempunyai pengetahuan audit yang cukup. Pengetahuan (knowledge) itu
penting untuk dapat memahami relevansi dan keandalan informasi yang
diperoleh. Selanjutnya informasi tersebut menjadi bukti yang kompeten dalam
penentuan opini audit. Agar opini audit tidak biasa maka pihak auditor dituntut
untuk bersikap bebas (independent) dari kepentingan manapun. Independensi
adalah syarat utama agar laporan audit objektif. Kompetensi saja tidak cukup,
karena auditor juga harus bebas dari pengaruh klien dalam melaksanakan audit
serta dalam melaporkan temuan-temuannya. (Boynton, 2003:61).
Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai
yang dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan akuntansi. Dalam
melaksanakan audit, akuntan publik harus bertindak sebagai seorang ahli di
bidang akuntansi dan auditing. Pencapaian keahlian dimulai dengan pendidikan
formal yang selanjutnya diperluas melalui pengalaman dalam praktik audit.
Selain itu, akuntan publik juga harus menjalani pelatihan teknis yang cukup
yang mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum. Asisten yunior untuk
3
mencapai kompetensinya harus memperoleh pengalaman profesionalnya
dengan mendapatkan supervisi yang memadai dan review atas pekerjaannya
dari atasannya yang lebih berpengalaman. Akuntan publik harus secara terus
menerus mengikuti perkembangan yang terjadi dalam bisnis dan profesinya.
(Heri, 2008).
Beberapa studi yang pernah dilakukan dalam rangka mengevaluasi
kualitas audit adalah diantaranya dilakukan oleh Deis dan Giroux (1992) dalam
Nasrullah (2003) yang melakukan investigasi tentang determinan dari kualitas
audit oleh Independen CPA firm di Texas pada Audits of Independen School
District. Studi ini menganalisa temuan-temuan Quality Control Review (QCR)
yang diperoleh melalui pengukuran langsung secara relatif atas kualitas audit.
Deis & Giroux menjelaskan adanya dua variabel yang mempengaruhi kualitas
audit, dari dua variabel tersebut dia melahirkan 4 hipotesis, yang menyatakan
korelasinya dengan kualitas audit yaitu: 1) Tenure adalah lamanya waktu
auditor tersebut telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu unit/unit
usaha/perusahaan atau instansi, 2) jumlah klien, 3) Ukuran dan kekayaan atau
kesehatan keuangan klien, 4) Kualitas audit akan meningkat jika auditor
tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan direview oleh pihak ketiga.
Hasil penelitian Ramy Elitzur & Haim Falk (1996) dalam Nasrullah
(2003) menyatakan bahwa: 1) Ceteris paribus, auditor independen yang efisien
akan merencanakan tingkat kualitas audit yang lebih tinggi dibandingkan
dengan independen auditor yang kurang efisien, 2) Audit fees yang lebih tinggi
akan merencanakan audit kualitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan audit
4
fees yang lebih kecil, 3) Tingkat kualitas audit yang telah direncakan akan
mengurangi overtime dalam pemeriksaan. Kantor auditor yang besar
menunjukkan kredibilitas auditor yang semakin baik, yang berarti kualitas audit
yang dilakukan semakin baik pula (Hogan, 1997).
Penelitian yang dilakukan oleh Lilik (2008), berhasil membuktikan
bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini
berarti bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki kompetensi
yang baik dimana kompetensi tersebut terdiri dari dua dimensi yaitu
pengalaman dan pengetahuan.
Penelitian ini merupakan penelitian gabungan dari penelitian-
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Deis dan Giroux (1992), Ramy
Elitzur & Haim Falk (1996) dalam Nasrullah (2003), dan Lilik (2008). Variabel
dalam penelitian ini meliputi independensi, kompetensi, pengalaman auditor,
lamanya waktu audit, jumlah klien, ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan
klien, serta audit fee yang beberapa diantaranya diadopsi dari penelitian
mereka.
Kelebihan dari penelitian ini adalah penulis menambahkan variabel
pengalaman auditor sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
kualitas audit, kemudian dalam penelitian ini juga penulis mencoba
menggunakan variabel lamanya waktu audit, jumlah klien, ukuran kekayaan
dan kesehatan keuangan klien, serta audit fee yang dilakukan oleh Nasrullah
(2003), dimana dalam penelitian Nasrullah (2003) hanya mengambil intsari dari
beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Deis dan Giroux (1992),
5
Ramy Elitzur & Haim Falk (1996). Maka dari itu penulis mencoba
menggunakan variabel-varibel tersebut dalam penelitian ini.
Pentingnya penelitian mengenai kualitas audit ini dilakukan adalah
karena pada saat ini sudah banyak sekali kasus-kasus di indonesia yang
membuat kredibilitas auditor semakin dipertanyakan seperti kasus Telkom
tentang tidak diakuinya KAP Eddy Pianto oleh SEC (Securities and Exchange
Commision) dimana SEC tentu memiliki alasan khusus mengapa mereka tidak
mengakui keberadaan KAP tersebut. Hal itu bisa saja terkait dengan
kompetensi dan independensi yang dimiliki auditor masih diragukan SEC,
dimana kompetensi dan independensi merupakan karakteristik penting yang
harus dimiliki oleh auditor. Maka dari itu perlu diketahui faktor-faktor apa saja
yang dapat mempengaruhi kualitas audit, agar dapat membantu para auditor
dalam membangun audit yang lebih berkualitas dan terhindar dari kasus-kasus
tersebut.
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka judul yang diambil oleh
penulis adalah “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas
Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik yang Terdapat di
Jakarta)”
6
B. Perumusan Masalah
a. Apakah independensi auditor, kompetensi/keahlian auditor, pengalaman
auditor, lamanya waktu/proses audit, jumlah klien, ukuran kekayaan dan
kesehatan keuangan klien, audit fee secara bersama-sama berpengaruh
terhadap kualitas audit?
b. Dari beberapa variabel tersebut, variabel manakah yang paling dominan
dalam mempengaruhi kualitas audit?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Untuk mengetahui apakah independensi auditor, kompetensi/keahlian
auditor, pengalaman auditor, lamanya waktu/proses audit, jumlah klien,
ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien serta audit fee berpengaruh
terhadap kualitas audit.
b. Untuk mengetahui variabel manakah yang paling dominan dalam
mempengaruhi kualitas audit.
Sedangkan manfaat penelitian ini adalah:
a. Bagi penulis
Manfaat bagi penulis adalah agar penulis dapat membandingkan teori
yang didapat di bangku kuliah serta menambah wawasan tentang ilmu
audit.
b. Bagi Auditor
Sebagai bahan masukan, tentang bagaimana pengaruh keahlian,
independensi, pengalaman, lamanya waktu/proses audit, jumlah klien,
audit fee serta Ukuran dan kekayaan dan kesehatan keuangan klien
7
terhadap kualitas audit dan untuk meningkatkan pemahaman auditor
tentang audit agar auditor dapat meningkatkan kualitas kerjanya.
c. Bagi Akademisi
Untuk membantu siapa saja yang ingin mengetahui dan memperdalam
tentang audit dan dapat digunakan sebagai pengetahuan serta bahan
pertimbangan untuk penelitian berikutnya.
d. Bagi masyarakat umum
Manfaat bagi masyarakat umum atau pihak yang tidak terkait langsung
adalah adanya harapan dari hasil penelitian ini untuk dapat dijadikan
referensi dan dapat digunakan sebagai dokumentasi ilmiah yang berguna
untuk pengembangan ilmu dan teknologi.
8
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Audit
1. Definisi Audit
Auditing adalah jasa yang diberikan oleh auditor dalam
memeriksa dan mengevaluasi laporan keuangan yang disajikan perusahaan
klien. Pemeriksaan ini tidak dimaksudkan untuk mencari kesalahan atau
menemukan kecurangan, walaupun dalam pelaksanaannya sangat
memungkinkan diketemukannya kesalahan atau kecurangan. Pemeriksaan
atas laporan keuangan dimaksudkan untuk menilai kewajaran laporan
keuangan berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
(Agoes, 2004:3).
Arens (2008:4), mendefinisikan auditing sebagai suatu proses
pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan
melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang telah
ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan
independen.
Menurut Susan Irawati (2008), audit adalah suatu proses yang
sistematis dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti audit
mengenai kegiatan ekonomi yang mencerminkan dari informasi keuangan
suatu perusahaan tertentu. Tujuannya adalah untuk memberikan laporan
mengenai adanya tingkat perbedaan antara informasi kuantitatif dengan
9
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dan pernah dilakukan oleh
orang-orang independen dan kompeten.
Pemeriksaan akuntansi bertujuan memberikan nilai tambah bagi
laporan keuangan perusahaan, karena tujuan akhir auditing adalah
memberikan pendapat mengenai kewajaran posisi keuangan suatu
perusahaan. Auditing merupakan salah satu bentuk atestasi. Atestasi adalah
merupakan suatu komunikasi tertulis yang menjelaskan suatu kesimpulan
mengenai realibilitas dari asersi tertulis yang merupakan tanggung jawab
dari pihak lainnya. Disamping itu auditing juga merupakan salah satu
bentuk jasa assurance (Agoes, 2004:1).
Dari definisi diatas, terdapat beberapa karakteristik dalam
pengertian auditing yaitu:
a. Informasi yang dapat diukur dan kriteria yang telah ditetapkan
Dalam proses pemeriksaan, harus ditetapkan kriteria-kriteria informasi
yang diperlukan dan informasi tersebut Audit Finansial, Audit
Manajemen, dan Sistem Pengendalian Intern dapat diverifikasi
kebenarannya untuk dijadikan bukti audit yang kompeten.
b. Entitas Ekonomi (Economy Entity)
Proses pemeriksaan harus jelas dalam hal penetapan kesatuan ekonomi
dan periode waktu yang diaudit. Kesatuan ekonomi ini sesuai dengan
entity theory dalam Ilmu Akuntansi yang menguraikan posisi keuangan
suatu perusahaan terpisah secara tegas dengan posisi keuangan pemilik
perusahaan tersebut.
10
c. Aktivitas Mengumpulkan dan Mengevaluasi Bahan Bukti
Proses pemeriksaan selalu mencakup aktivitas mengumpulkan dan
mengevaluasi bukti yang dianggap kompeten dan relevan dengan proses
pemeriksaan yang sedang dilakukan. Diawali dari penentuan jumlah
bukti yang diperlukan sampai pada proses evaluasi atau penilaian
kelayakan informasi dalam pencapaian sasaran kegiatan audit.
d. Independensi dan Kompetisi Auditor Pelaksana
Auditor pelaksana harus mempunyai pengetahuan audit yang cukup.
Pengetahuan (knowledge) itu penting untuk dapat memahami relevansi
dan keandalan informasi yang diperoleh. Selanjutnya informasi tersebut
menjadi bukti yang kompeten dalam penentuan opini audit. Agar opini
publik tidak biasa maka pihak auditor dituntut untuk bersikap bebas
(independent) dari kepentingan manapun. Independensi adalah syarat
utama agar laporan audit objektif.
e. Pelaporan Audit
Hasil aktivitas pemeriksaan adalah pelaporan pemeriksaan itu. Laporan
audit berupa komunikasi dan ekspresi auditor terhadap objek yang
diaudit agar laporan atau ekspresi auditor tadi dapat dimengerti maka
laporan itu harus mampu dipahami oleh penggunanya. Artinya laporan
ini mampu menyampaikan tingkat kesesuaian antara informasi yang
diperoleh dan diperiksa dengan kriteria yang telah ditetapkan.
11
2. Jenis-jenis Audit
Agoes (2004) menyebutkan tiga jenis Auditing yang umum
dilaksanakan. Ketiga jenis tersebut yaitu :
a. Operasional Audit ( Pemeriksaan Operasional/ Manajemen)
Operasional/management audit merupakan pemeriksaan
atas semua atau sebagian prosedur dan metode operasional suatu
organisasi untuk menilai efisiensi, efektifitas, dan ekonomisasinya.
Audit operasional dapat menjadi alat manajemen yang efektif dan
efisien untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Hasil dari audit
operasional berupa rekomendasi-rekomendasi perbaikan bagi
manajemen sehingga audit jenis ini lebih merupakan konsultasi
manajemen.
Amin Widjaja (2008:13), mendefinisikan audit operasional
adalah suatu proses yang sistematis sperti dalam audit laporan
keuangan, audit operasional harus mencakup langkah-langkah atau
prosedur yang terstruktur dan diorganisasi. Aspek ini mencakup
perencanaan yang tepat dan juga mendapatkan dan secara objektif
menilai bukti yang berkaitan dengan aktivitas yang diaudit.
b. Compliance Audit ( Audit Ketaatan )
Compliance Audit merupakan pemeriksaan untuk
mengetahui apakah prosedur dan aturan yang telah ditetapkan otoritas
berwenang sudah ditaati oleh personel di organisasi tersebut.
Compliance Audit biasanya ditugaskan oleh otoritas berwenang yang
12
telah menetapkan prosedur/peraturan dalam perusahaan sehingga hasil
audit jenis ini tidak untuk dipublikasikan tetapi untuk intern
manajemen.
c. Financial audit ( Audit atas Laporan Keuangan )
Pemeriksaan atas laporan keuangan merupakan evaluasi
kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen secara
keseluruhan dibandingkan dengan standar akuntansi keuangan yang
berlaku umum. Dalam pengertiannya apakah laporan keuangan secara
umum merupakan informasi yang dapat ditukar dan dapat diverifikasi
lalu telah disajikan sesuai dengan kriteria tertentu. Umumnya kriteria
yang dimaksud adalah standar akuntansi yang berlaku umum seperti
prinsip akuntansi yang berterima umum. Hasil audit atas laporan
keuangan adalah opini auditor yaitu Unqualified Opinion, Qualified
Opinion, Disclaimer Opinion dan Adverse Opinion.
1) Audit Laporan Keuangan dan Tanggung Jawab Auditor
Audit laporan keuangan memainkan peran yang sangat
diperlukan dalam ekonomi pasar bebas. Audit laporan keuangan
yang khas terdiri dari upaya memahami bisnis dan industri klien
serta mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berkaitan dengan
laporan keuangan manajemen, sehingga memungkinkan auditor
meneliti apakah pada kenyataannya laporan keuangan tersebut
telah menyajikan posisi keuangan entitas, hasil operasi, serta arus
kas secara wajar sesuai dengan GAAP. Auditor bertanggungjawab
13
untuk mematuhi standar auditing yang berlaku umum (GAAS)
dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti, serta dalam
menerbitkan laporan yang memuat kesimpulan auditoryang
dinyatakan dalam bentuk pendapat atau opini atas laporan
keuangan.
Perlunya dilakukan audit independen atas laporan
keuangan dapat dilihat lebih lanjut pada empat kondisi berikut ini:
a) Pertentangan kepentingan (conflict of interest).
Banyak pengguna laporan keuangan yang memberikan
perhatian tentang adanya pertentangan kepentingan aktual
ataupun potensial antara mereka sendiri dan manajemen entitas.
Kekhawatiran ini berkembang menjadi ketakutan bahwa
laporan keuangan dengan data yang menyertainya telah disusun
sedemikian rupa oleh manajemen sehingga menjadi bias untuk
kepentingan manajemen. Pertentangan kepentingan juga dapat
terjadi diantara berbagai kelompok pengguna laporan keuangan
seperti para kreditor dan para pemegang saham. Oleh karena itu
para pengguna mencari keyakinan dari auditor independen luar
bahwa informasi tersebut telah (1) bebas dari bias untuk
kepentingan manajemen dan, (2) netral untuk kepentingan
berbagai kelompok pengguna (dengan perkataan lain, informasi
tidak disajikan sedemikian rupa sehingga menguntungkan salah
satu kelompok pengguna diatas kelompok lainnya).
14
b) Konsekuensi (consequence)
Laporan keuangan yang diterbitkan menyajikan informasi
penting, dan dalam beberapa kasus, merupakan satu-satunya
sumber informasi yang digunakan untuk membuat keputusan
investasi yang signifikan, peminjaman, serta keputusan lainnya.
Oleh karena itu para pengguna menginginkan laporan keuangan
tersebut memuat sebanyak mungkin data yang relevan. Karena
keputusan yang dibuat akan membawa konsekuensi ekonomi,
social, dan konsekuensi lain yang signifikan, maka para
pengguna laporan akan melirik pada auditor independen untuk
memperoleh keyakinan bahwa laporan keuangan telah disusun
sesuai dengan GAAP, termasuk semua pengungkapan yang
memadai.
c) Kompleksitas (complexity)
Masalah akuntansi dan proses penyusunan laporan keuangan
telah menjadi demikian kompleks. Dengan meningkatnya
tingkat kompleksitas, maka risiko salah interprestasi dan risiko
timbulnya kesalahan yang tidak disengaja juga ikut meningkat.
Karena para pengguna merasa semakin sulit, atau bahkan
mustahil untuk mengevaluasi sendiri mutu laporan keuangan,
maka mereka mengandalkan auditor independen untuk menilai
mutu informasi yang dimuat dalam laporan keuangan.
15
d) Keterpencilan ( remoteness)
Para pengguna laporan keuangan, bahkan pengguna yang
paling pandai sekalipun menganggap tidak praktis lagi untuk
mencari akses langsung pada catatan akuntansi utama guna
melaksanakan sendiri verifikasi atas asersi laporan keuangan
karena adanya faktor jarak, waktu, dan biaya. Dari pada
mempercayai mutu data keuangan begitu saja, sekali lagi para
pengguna lebih mengandalkan laporan auditor independen
untuk memenuhi kebutuhannya. (Boynton, 2003:53).
2) Keterbatasan Audit Laporan Keuangan
Suatu audit laporan keuangan yang dilakukan sesuai
dengan GAAS memiliki sejumlah keterbatasan yang melekat.
Diantaranya adalah:
a) Biaya yang memadai
Pembatasan biaya audit dapat menimbulkan terbatasnya
pengujian, atau penarikan sample dari catatan akuntansi atau
dqata pendukung yang dilakukan secara selektif .
b) Jumlah waktu yang memadai
Biasanya laporan auditor akan terbit dalam waktu tiga sampai
lima minggu setelah tanggal neraca. Hambatan waktu ini dapat
mempengaruhi jumlah bukti yang diperoleh tentang peristiwa
dan transaksi setelah tanggal neraca yang berdampak pada
laporan keuangan.
16
3. Jenis- jenis Auditor
Berdasarkan kelompok atau pelaksana audit, audit dibagi 4 jenis
yaitu:
a. Auditor Eksternal
Auditor eksternal bekerja untuk kantor akuntan publik yang statusnya
diluar struktur perusahaan yang mereka audit. Umumnya auditor
ekstern menghasilkan laporan atas financial audit.
b. Auditor Internal
Menurut Mulyadi (2008:29), auditor internal adalah auditor
yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara maupun
perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah
kebijakan dan prosedur yang diterapkan oleh manajemen puncak telah
dipenuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan
organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan
organisasi, serta menetukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh
bagian berbagai organisasi.
Auditor internal bekerja untuk perusahaan yang mereka audit.
Laporan audit manajemen umumnya berguna bagi manajemen
perusahaan yang diaudit. Oleh karena itu tugas internal auditor
biasanya adalah audit manajemen yang termasuk jenis compliance
audit.
17
c. Auditor Pajak
Auditor pajak bertugas melakukan pemeriksaan ketaatan wajib pajak
yang diaudit terhadap undangundang perpajakan yang berlaku.
d. Auditor Pemerintah
Tugas auditor pemerintah adalah menilai kewajaran informasi
keuangan yang disusun oleh instansi pemerintahan. Disamping itu
audit juga dilakukan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan
ekonomisasi operasi program dan penggunaan barang milik
pemerintah. Dan sering juga audit atas ketaatan pada peraturan yang
dikeluarkan pemerintah. Audit yang dilaksanakan oleh pemerintahan
dapat dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atau
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit
Kualitas audit adalah probabilitas seorang auditor atau akuntan
pemeriksa menemukan penyelewengan dalam sistem akuntansi suatu unit
atau lembaga, kemudian melaporkannya dalam laporan audit. Probabilitas
menemukan adanya penyelewengan tergantung pada kemampuan teknikal
dari auditor tersebut yang dapat dilihat pada pengalaman auditor, pendidikan,
profesionalisme dan struktur audit perusahaan. Sedangkan probabilitas
melaporkan penyelewengan tersebut dalam laporan audit tergantung pada
independensi auditor dalam menjaga sikap mentalnya. (Nasrullah, 2003).
18
De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas
dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu
pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa KAP yang besar akan berusaha untuk menyajikan
kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan KAP yang kecil. Deis
dan Giroux (1992) melakukan penelitian tentang empat hal dianggap
mempunyai hubungan dengan kualitas audit yaitu (1) lama waktu auditor
telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan (tenure), semakin
lama seorang auditor telah melakukan audit pada klien yang sama maka
kualitas audit yang dihasilkan akan semakin rendah, (2) jumlah klien,
semakin banyak jumlah klien maka kualitas audit akan semakin baik karena
auditor dengan jumlah klien yang banyak akan berusaha menjaga
reputasinya, (3) kesehatan keuangan klien, semakin sehat kondisi keuangan
klien maka akan ada kecenderungan klien tersebut untuk menekan auditor
agar tidak mengikuti standar, dan (4) review oleh pihak ketiga, kualitas audit
akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya
akan direview oleh pihak ketiga.
Kualitas audit dinilai melalui sejumlah unit standardisasi dari bukti
audit yang diperoleh oleh auditor eksternal, dan kegagalan audit dinyatakan
juga sebagai kegagalan auditor independen untuk mendeteksi suatu
kesalahan material. Untuk meningkatkan kualitas audit maka kita harus
memperhatikan beberapa hal seperti:
19
1. Perubahan accounting requirements terhadap Legislation dan Statements
of Standard Accounting Practice.
2. Perubahan lingkungan bisnis
3. Meningkatkannya kompleksitas dari sistem akuntansi yang menggunakan
komputer.
Oleh karena itu para praktisi audit harus mengerti dengan baik apa
yang membuat suatu audit itu berkualitas. Dan berdasarkan hasil survey dari
93 audit pemerintah yang dilakukan oleh American Institute of CPA Federal
assistance audit quality mengidentifikasikan sejumlah atribut umum yang
berhubungan dengan kualitas audit. Dari atribut tersebut dapat digunakan
sebagai dasar untuk meningkatkan kualitas audit.
1. Independensi Auditor
Menurut Arens (2000), independensi dalam audit berarti cara
pandang yang tidak memihak di dalam pelaksanaan pengujian, evaluasi
hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit.
Secara umum independensi terdiri dari dua yaitu Independensi
dalam kenyataan dan dalam penampilan. Independensi dalam kenyataan
merupakan sikap mental yang benar-benar ada dalam kenyataan ketika
auditor dapat mempertahankan sikap yang tidak memihak sepanjang
pelaksanaan audit.
Independensi ini terutama ditujukan ke pribadi auditor dalam
melaksanakan auditnya. Sehingga independensi dalam kenyataan ini sulit
untuk dinilai oleh orang atau pihak lain selain auditor sendiri.
20
Independensi dalam penampilan adalah hasil interprestasi atau presepsi
orang atau pihak lain mengenai independensi auditor. Walaupun auditor
dapat mempertahankan independensi dalam kenyataan, namun apabila
pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan yakin bahwa
auditor memihak kepada auditee maka opini dari hasil yang telah dibuat
oleh auditor tidak akan credible lagi.
Independensi merupakan dasar dari struktur filosofi profesi.
Bagaimana kompetennya seorang akuntan publik dalam melaksanakan
audit dan jasa atestasi lainnya, pendapatnya akan menjadi kurang bernilai
bagi mereka yang mengandalkan laporan auditor apabila akuntan publik
tersebut tidak independen. Dalam memberikan jasa-jasa tersebut para
anggota harus bersikap independen dalam segala hal, artinya para anggota
harus bertindak dengan integritas dan objektivitas. (Boynton, 2003:103).
a. Aspek Independensi
Menurut Taylor (1997), ada dua aspek independensi, yaitu:
1). Independensi sikap mental (independence of mind/independence of
mental attitude), independensi sikap mental ditentukan oleh pikiran
akuntan publik untuk bertindak dan bersikap independen.
2). Independensi penampilan (image projected to the
public/appearance of independence), independensi penampilan
ditentukan oleh kesan masyarakat terhadap independensi akuntan
publik.
21
Menurut Supriyono (1988:34) yang dikutip dalam penelitian
Mayangsari (2003), ada enam faktor yang mempengaruhi independensi
akuntan publik, salah satunya adalah jasa-jasa lain selain audit yang
dilakukan oleh auditor bagi klien. Seringkali manajemen klien
meminta kantor akuntan publik untuk memberikan jasa lain selain jasa
audit. Pemberian jasa lain selain jasa audit menimbulkan pertanyaan
yang mendasar apakah akuntan publik tersebut dapat mempertahankan
independensinya.
b. Faktor-Faktor Yang Menggangu Independensi Auditor Eksternal
Secara garis besar, standar-standar pemeriksaan seperti GAAS
menyatakan ada tiga faktor gangguan yang dapat mempengaruhi
independensi pemeriksa yaitu gangguan yang bersifat pribadi,
gangguan yang bersifat ekstern dan gangguan yang
bersifat organisatoris. Para auditor, termasuk konsultan
yang dipekerjakan dan tenaga ahli serta spesialis intern yang
melaksanakan tugas audit, perlu mempunyai pertimbangan terhadap
tiga macam gangguan ini terhadap independensi yaitu sebagai berikut:
1). Gangguan yang bersifat pribadi
Gangguan yang bersifat pribadi merupakan suatu keadaan dimana
auditor secara individual tidak dapat untuk tidak memihak, atau
dianggap tidak mungkin tidak memihak. Gangguan yang bersifat
pribadi ini dapat berlaku bagi auditor secara individual dan juga
22
dapat berlaku bagi organisasi. Gangguan independensi yang
bersifat pribadi, antara lain sebagai berikut:
a) Hubungan dinas, profesi, pribadi, atau keuangan yang mungkin
dapat menyebabkan seorang auditor membatasi pengungkapan
temuan audit, memperlemah atau membuat temuan auditnya
menjadi berat sebelah, dengan cara apapun
b) Prasangka terhadap perorangan, kelompok, organisasi atau
tujuan suatu program, yang dapat membuat pelaksanaan audit
menjadi berat sebelah.
c) Pada masa sebelumnya mempunyai tanggung jawab dalam
pengambilan keputusan atau pengelolaan suatu entitas, yang
berdampak pada pelaksanaan kegiatan atau program entitas
yang sedang berjalan atau sedang diaudit.
d) Kecenderungan untuk memihak, karena keyakinan politik atau
sosial, sebagai akibat hubungan antar pegawai, kesetian
kelompok, organisasi atau tingkat pemerintahan tertentu.
e) Pelaksanaan audit oleh seorang auditor yang sebelumnya
pernah sebagai pejabat yang menyetujui faktur, daftar gaji,
klaim, dan pembayaran yang diusulkan oleh suatu entitas atau
progam yang diaudit.
f) Pelaksanaan audit oleh seorang auditor, yang sebelumnya
pernah menyelenggarakan catatan akuntansi resmi atau
lembaga/unit kerja atau program yang diaudit.
23
g) Kepentingan keuangan secara langsung atau kepentigan
keuangan yang besar, meskipun tidak secara langsung pada
entitas atau program yang diaudit.
2). Gangguan yang bersifat ekstern.
Gangguan yang bersifat ekstern bagi organisasi/lembaga audit
dapat membatasi pelaksanaan audit atau mempengaruhi
kemampuan auditor dalam menyatakan pendapat dan kesimpulan
auditnya secara independen dan obyektif. Gangguan independensi
yang bersifat ekstern, antara lain sebagai berikut:
a) Campur tangan atau pengaruh pihak ekstern yang membatasi
atau mengubah secara tidak semestinya atau secara gegabah,
terhadap lingkup audit
b) Campur tangan pihak ekstern terhadap pemilihan dan
penerapan prosedur audit, atau dalam pemilihan transaksi yang
harus diperiksa.
c) Pembatasan waktu yang tidak masuk akal untuk penyelesaian
suatu audit.
d) Campur tangan pihak luar terhadap organisasi/lembaga audit
mengenai penugasan penunjukkan, dan promosi staff pelaksana
audit.
e) Pembatasan terhadap sumber yang disediakan bagi
organisasi/lembaga audit tersebut dalam melaksanakan
tugasnya.
24
f) Wewenang untu menolak atau mempengaruhi peertimbangan
auditor terhadap isi semetinya dari suatu laporan audit.
g) Pengaruh yang membahayakan kelangsungan auditor sebagai
pegawai, selain sebab-sebab yang berkaitan dengan kecakapan
auditor atau dengan kebutuhan jasa audit.
3). Gangguan yang bersifat organisatoris.
Independensi para auditor pemerintah dapat dipengaruhi oleh
kedudukannya dalam struktur organisasi pemerintahan, tempat
auditor tersebut ditugaskan, dan juga dipengaruhi oleh audit yang
dilaksanakannya, yaitu apakah mereka melakukan audit intern atau
audit terhadap entitas lain.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi independensi auditor eksternal.
Setiap auditor eksternal harus menjaga dan mempertahankan
independensinya dengan cara menghindari faktor-faktor yang dapat
merusak independensi. Oleh karena itu auditor eksternal harus
mengetahui faktor-faktor yang mungkin dapat merusak
independensinya. Untuk memberikan gambaran secara rinci mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi independensi auditor eksternal akan
dijelaskan dibawah ini:
1). Komite Audit
Komite audit adalah sejumlah anggota terpilih dari dewan
direksi sebuah perusahaan yang tanggung jawabnya membantu
auditor untuk tetap independen dari manajemen. Kebanyakan
25
komite audit dibuat dari tiga hingga lima atau terkadang paling
banyak tujuh direktur yang bukan dari manajemen. ( Arens. Et. Al,
2003).
Hasil riset yang dilakukan oleh Gul (1989) menunjukkan
bahwa keberadaan komite audit tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap persepsi independensi auditor eksternal.
Anggota komite audit terdiri dari non direktur eksekutif perusahaan
dan bertanggung jawab untuk menunjuk auditor dan menetapkan
Quasi judical body (seperti badan hukum) dalam masalah-masalah
yang berhubungan dengan keberadaan auditor independen yang
respek terhadap beberapa jasa yang disediakan oleh manajemen.
(Mautz dan Neary, 1979).
2). Kondisi Keuangan Perusahaan Klien.
Temuan Gul (1989) menunjukan bahwa, menurut persepsi
bankir kondisi keuangan perusahaan klien terhadap independensi
auditor tidak berpengaruh secara signifikan. Akan tetapi, penelitian
lain menunjukan bahwa kondisi keuangan perusahaan klien
berpengaruh terhadap sebagian besar auditor untuk dapat
menghindari maupun tidak dapat menghindari dari tekanan
kliennya. Shuctz dan Gustavon (1987) menemukan bukti bahwa
aktuaris merasa bahwa resiko kewajiban hokum kantor akuntan
berhubungan terbalik dengan kondisi keuangan klien. Apabila
kondisi keuangan klien buruk maka auditor tidak mungkin
26
menyerah pada tekanan kliennya sehingga merasa khawatir atau
takut dalam tuntutan hukum. Hasil riset yang dilakukan oleh
Knapp (1985) menemukan bukti bahwa pada saat kondisi
keuangan klien buruk, persepsi bankir tentang independensi auditor
meningkat. Kejadian seperti ini membuat auditor tidak mungkin
menyerah pada tekanan kliennya walaupun tuntutan hokum
meningkat.
3). Jasa Konsultasi Manajemen
Menurut Boynton (2003), jenis utama jasa-jasa yang
diberikan oleh kantor akuntan publik adalah:
a) jasa akuntansi dan kompilasi
b) jasa atestasi seperti jasa audit, pemeriksaan, jasa review,
prosedur yang disepakati
c) jasa-jasa lain seperti jasa teknologi, konsultasi manajemen,
perencanaan keuangan, serta jasa internasional.
Aktivitas kantor akuntan selain memberikan jasa audit,
juga memberikan jasa-jasa lain, pemberian jasa konsultasi ini
memungkinkan hilangnya independensi akuntan publik karena
akuntan publik akan cenderung memihak pada kepentingan
kliennya. Menurut Supriono (1988), hal ini mungkin disebabkan
oleh beberapa alasan misalnya: (a) kantor akuntan yang
memberikan saran-saran kepada klien cenderung memihak kepada
kepentingan kliennya sehingga auditor kehilangan
27
independensinya dalam melaksanakan pekerjaan audit. (b) kantor
akuntan merasa bahwa dengan pemberian jasa lain selain audit
tersebut harga dirinya dipertaruhkan untuk keberhasilan kliennya,
sehingga cenderung tidak independent didalam melaksanakan
audit. (c) pemberian jasa lain selain audit mungkin menghasurkan
kantor akuntan publik membuat keputusan tertentu untuk kliennya,
sehingga posisi akuntan publik menjadi tidak independen dalam
melaksanakan audit.
4). Tingkat Persaingan antar Kantor Akuntan Publik
Persaingan antar kantor akuntan dapat diidentifikasi
sebagai perubahan penting yang terjadi pada lingkungan pelayanan
jasa audit yang ditandai dengan adanya kantor akuntan lain yang
memasuki market audit untuk mengambil manfaat dari kesempatan
yang ada dan tidak dapat meniru siasat pemasaran agresif.
Tajamnya persaingan antar kantor akuntan publik, kemungkinan
mempunyai pengaruh besar terhadap independensi auditor
eksternal, karena tiap kantor akuntan dihadapkan pada dua pilihan
yakni kehilangan kliennya karena mencari kantor akuntan lain atau
mengeluarkan opininya sesuai dengan keinginan klien.
5). Lamanya Hubungan antara Kantor Akuntan Publik dengan Klien
Lamanya hubungan antara kantor akuntan dengan
kliennya adalah lamanya waktu yang digunakan oleh kantor
akuntan dalam melayani kebutuhan audit yang disediakan untuk
28
kliennya. (Shockley, 1981). Tingkat lamanya hubungan antara
KAP dengan kliennya diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu:
lima tahun/kurang dan lebih dari lima tahun.
d. Indikator Independensi
Mautz dan sharaf (1982) memberikan beberapa indikator
independensi professional. Indikator-indikatornya adalah:
1). Independensi dalam program audit
a) Bebas dari intervensi manajerial atas program audit
b)
Bebas dari segala intervensi atas prosedur audit
c)
Bebas dari segala persyaratan untuk penugasan audit
selain
yang memang disyaratkan untuk sebuah proses audit.
2). Independensi dalam verifikasi
a) Bebas dalam mengakses semua catatan, memeriksa aktiva, dan
karyawan yang relevan dengan audit yang dilakukan
b) Mendapatkan kerjasama yang aktif dari karyawan manajemen
selama verifikasi audit
c) Bebas dari segala usaha manajerial yang berusaha membatasi
aktivitas yang diperiksa atau membatasi pemerolehan bahan
bukti
d) Bebas dari kepentingan pribadi yang menghambat verifikasi
audit.
29
3). Independensi dalam pelaporan
a) Bebas dari perasaan wajib memodifikasi dampak atau
signifikasi dari fakta-fakta yang dilaporkan
b) Bebas dari tekanan untuk tidak melaporkan hal-hal yang
signifikan dalam laporan audit
c) Menghindari penggunaan kata-kata yang menyesatkan baik
secara sengaja maupun tidak sengaja dalam melaporkan fakta,
opini, dan rekomendasi dalam interpretasi auditor
d) Bebas dari segala usaha untuk meniadakan pertimbangan
auditor mengenai fakta atau opini dalam laporan audit.
2. Kompetensi/ Keahlian auditor eksternal
Dalam audit laporan keuangan seorang auditor eksternal harus
mempunyai keahlian yang memadai dalam mengaudit laporan keuangan
suatu perusahaan. Keahlian atau kompetensi auditor dapat ditentukan oleh
tiga faktor yaitu: (a) pendidikan universitas formal untuk memasuki
profesi (b) pelatihan praktik dan pengalaman dalam auditing, dan (c)
mengikuti pendidikan profesi berkelanjutan selama karir professional
auditor. Auditor eksternal harus mempunyai pengetahuan audit yang
cukup. Pengetahuan (knowledge) itu penting untuk dapat memahami
relevansi dan keandalan informasi yang diperoleh. Selanjutnya informasi
tersebut menjadi bukti yang kompeten dalam penentuan opini audit.
Menurut Kamus Kompetensi LOMA (1998) dalam Lasmahadi
(2002), kompetensi didefinisikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang
30
pekerja yang kemungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior. Aspek-
aspek pribadi ini mencakup sifat, motif-motif, sistem nilai, sikap,
pengetahuan dan ketrampilan dimana kompetensi akan mengarahkan
tingkah laku, sedangkan tingkah laku akan menghasilkan kinerja.
Susanto (2000) definisi tentang kompetensi yang sering dipakai
adalah karakteristik-karakteristk yang mendasari individu untuk mencapai
kinerja superior. Kompetensi juga merupakan pengetahuan, ketrampilan,
dan kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, serta kemampuan
yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan non-rutin. Definisi
kompetensi dalam bidang auditing pun sering diukur dengan pengalaman
(Mayangsari, 2003).
Menurut I Gusti Agung Rai (2008: 63), Supaya berhasil dalam
melakukan audit, seorang auditor harus memiliki mutu personal yang baik,
pengetahuan umum yang memadai, serta keahlian khusus dibidangnya.
Adapun mutu personal yang baik adalah:
1. Rasa ingin tahu
2. Berpikiran luas
3. Mampu menangani ketidakpastian
4. Mampu menerima bahwa tidak ada solusi yang mudah
5. Menyadari bahwa beberap temuan dapat bersifat subjektif
6. Mampu bekerja sama dalam tim.
31
3. Pengalaman auditor
Pengetahuan auditor tentang audit akan semakin berkembang
dengan bertambahnya pengalaman bekerja. Pengalaman kerja akan
meningkat seiring dengan semakin meningkatnya kompleksitas kerja.
(Ratnadi, 2005)
Pengalaman sebagai salah satu variabel yang banyak digunakan
dalam berbagai penelitian. Marinus, Wray (1997) dalam Meifida (2006)
menyatakan bahwa secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan
rentang waktu yang telah digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas
(job). Penggunaan pengalaman didasarkan pada asumsi bahwa tugas yang
dilakukan secara berulang-ulang memberikan peluang untuk belajar
melakukannya dengan yang terbaik. Lebih jauh Kolodner (1983) dalam
Meifida (2006), menunjukkan bagaimana pengalaman dapat digunakan
untuk meningkatkan kinerja pengambilan keputusan. Namun dilain pihak
beberapa riset menunjukkan kegagalan temuan tersebut (seperti Ashton,
1991; Blocher et al.1993), hal ini karena menurut Ashton (1991) dalam
Meifida (2006), sering sekali dalam keputusan akuntansi dan audit
memiliki sedikit waktu untuk dapat belajar.
Menurut pendapat Tubbs (1992) dalam Putri Noviyani (2002:483)
jika seorang auditor berpengalaman, maka (1) auditor menjadi sadar
terhadap lebih banyak kekeliruan, (2) auditor memiliki salah pengertian
yang lebih sedikit tentang kekeliruan, (3) auditor menjadi sadar mengenai
kekeliruan yang tidak lazim, dan (4) hal-hal yang terkait dengan penyebab
32
kekeliruan departemen tempat terjadinya kekeliruan dan pelanggaran serta
tujuan pengendalian internal menjadi relatif lebih menonjol.
4. Lamanya Waktu/Proses Audit
Lamanya waktu/proses auditor tersebut telah melakukan
pemeriksaan terhadap suatu unit/unit usaha/perusahaan atau instansi
disebut juga tenure. Peneliti berasumsi bahwa semakin lama dia telah
melakukan audit, maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin
rendah. Karena auditor menjadi kurang memiliki tantangan dan prosedur
audit yang dilakukan kurang inovatif atau mungkin gagal untuk
mempertahankan sikap professional skepticism. (Deis dan Giroux,1992
dalam Nasrullah, 2003).
5. Jumlah klien
Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa semakin banyak
jumlah klien maka kualitas audit akan semakin baik. Karena auditor
dengan jumlah klien yang banyak akan berusaha menjaga reputasinya.
(Deis dan Giroux,1992 dalam Nasrullah, 2003).
6. Ukuran kekayaan atau kesehatan keuangan klien
Ukuran dan kekayaan atau kesehatan keuangan klien juga
berkorelasi dengan kualitas audit. Dan korelasinya menunjukkan
hubungan yang negatif, dengan asumsi bahwa semakin sehat keuangan
klien, maka ada kecendrungan klien tersebut untuk menekan auditor untuk
tidak mengikuti standar. Kemampuan auditor untuk bertahan dari tekanan
klien adalah tergantung pada kontrak ekonomi dan kondisi lingkungan dan
33
gambaran perilaku auditor, termasuk di dalamnya adalah: (a) pernyataan
etika profesional, (b) kemungkinan untuk dapat mendeteksi kualitas yang
buruk, (c) figur dan visibility untuk mempertahan profesi, (d) Auditing
berada (menjadi) anggota komunitas profesional, (e) tingkat interaksi
auditor dengan kelompok Professional Peer Groups, dan (f) Normal
internasional profesi auditor. (Deis dan Giroux,1992 dalam Nasrullah,
2003).
7. Audit Fee
Menurut Abdul Halim (2001:89), Audit fee adalah biaya yang
harus ditanggung klien karena telah mendapatkan jasa audit dari sebuah
KAP. Fee audit merupakan hal yang tidak kalah pentingnya didalam
penerimaan penugasan. Oleh sebab itu, penentuan audit fee perlu
disepakati antara klien dengan auditor. Penentuan fee tidak boleh terlalu
besar atau terlalu kecil. Ada beberapa cara dalam penentuan atau
penetapan fee audit, antara lain:
a. Per diem basis
Pada cara ini, fee audit ditentukan dengan dasar waktu yang
digunakan oleh tim auditor. Pertama kali fee per jam ditentukan,
kemudian dikalikan dengan jumlah waktu atau jam yang dihabiskan
oleh tim. Tarif fee per jam untuk tiap tingkatan staf tentu dapat berbeda-
beda.
34
b. Flat atau kontrak basis
Pada cara ini fee audit dihitung sekaligus secara borongan tanpa
memperhatikan waktu audit yang dihabiskan, yang penting pekerjaan
terselesaikan sesuai dengan aturan atau perjanjian.
c. Maksimum fee basis
Cara ini merupakan gabungan dari kedua cara diatas. Pertama
kali tentukan tarif per jam, kemudian dikalikan dengan jumlah waktu
tertentu tetapi dengan batasan maksimum. Hal ini dilakukan agar
auditor tidak mengulur-ulur waktu sehingga menambah jam atau waktu
kerja.
Besarnya fee audit ditentukan oleh banyak faktor. Namun
demikian, pada dasarnya terdapat 4 faktor dominan yang menentukan
besarnya fee audit, yaitu (Abdul Halim, 2001: 89):
1) Karakteristik keuangan, seperti tingkat penghasilan, laba, aktiva,
modal, dan lain-lain.
2) Lingkungan, seperti persaingan pasar, tenaga profesional, dan lain-
lain.
3) Karakteristik operasi, seperti jenis industri, jumlah lokasi
perusahaan, jumlah lini produk, dan lain-lain.
4) Kegiatan eksternal auditor, seperti pengalaman, tingkat koordinasi
dengan internal auditor, dan lain-lain.
35
Di Indonesia, khususnya di Surabaya hasil penelitian yang
dilakukan oleh Sodik dalam Abdul Halim, (2001:89) yang meneliti
masalah ini pada tahun 1993 menunjukkan bahwa faktor yang dominan
dalam penentuan fee audit berturut-turut adalah lamanya waktu audit,
jumlah lokasi, jumlah laporan klien, frekuensi audit, ruang lingkup
audit, penggunaan jasa pihak lain, jenis industri klien, kepemilikan
klien, total aktiva klien, dan modifikasi laporan.
Lebih lanjut dijelaskan dalam Surat Keputusan No.
KEP.024/IAPI/VII/2008 tentang Kebijakan Penentuan Fee Audit. Yang
dimaksudkan untuk membantu anggota dalam menetapkan imbalan jasa
yang wajar sesuai dengan martabat profesi akuntan publik dan dalam
jumlah yang pantas untuk dapat memberikan jasa sesuai dengan
tuntutan standar profesional akuntan publik yang berlaku. Imbalan jasa
yang terlalu rendah atau secara signifikan jauh lebih rendah dari yang
dikenakan oleh auditor/akuntan pendahulu atau diajukan oleh
auditor/akuntan lain, akan menimbulkan keraguan mengenai
kemampuan dan kompetensi Anggota dalam menerapkan standar teknis
dan standar profesional yang berlaku.
Dalam menetapkan imbalan jasa (fee) audit, Akuntan Publik
harus memperhatikan tahapan-tahapan pekerjaan audit, sebagai berikut :
a. Tahap perencanaan audit antara lain : pendahuluan perencanaan,
pemahaman bisnis klien, pemahaman proses akuntansi, pemahaman
struktur pengendalian internal, penetapan risiko pengendalian,
36
melakukan analisis awal, menentukan tingkat materialitas, membuat
program audit, risk assessment atas akun, dan fraud discussion
dengan management.
b. Tahap pelaksanaan audit antara lain : pengujian pengendalian
internal, pengujian substantif transaksi, prosedur analitis, dan
pengujian detail transaksi.
c. Tahap pelaporan antara lain : review kewajiban kontijensi, review
atas kejadian setelah tanggal neraca, pengujian bukti final, evaluasi
dan kesimpulan, komunikasi dengan klien, penerbitan laporan audit,
dan capital commitment.
Selain itu, dalam menetapkan fee audit, Akuntan Publik harus
juga mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a. Kebutuhan klien
b. Tugas dan tanggung jawab menurut hukum (statutory duties)
c. Independensi
d. Tingkat keahlian (levels of expertise) dan tanggung jawab yang
melekat pada pekerjaan yang dilakukan, serta tingkat kompleksitas
pekerjaan
e. Banyaknya waktu yang diperlukan dan secara efektif digunakan
oleh Akuntan Publik dan stafnya untuk menyelesaikan pekerjaan
f. Basis penetapan fee yang disepakati.
37
Imbalan jasa dihubungkan dengan banyaknya waktu yang
digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan, nilai jasa yang diberikan
bagi klien atau bagi kantor akuntan publik yang bersangkutan.
Dalam hal imbalan jasa tidak dikaitkan dengan banyaknya waktu
pengerjaan, Anggota harus menyampaikan Surat Perikatan
(Engagement Letter) yang setidaknya memuat : (1) tujuan, lingkup
pekerjaan serta pendekatan dan metodologinya; dan (2) basis penetapan
dan besaran imbalan jasa (atau estimasi besaran imbalan jasa) serta cara
dan/atau termin pembayarannya.
Anggota diharuskan agar selalu : (1) memelihara dokumentasi
lengkap mengenai basis pengenaan imbalan jasa yang disepakati; dan
(2) menjaga agar basis pengenaan imbal jasa yang disepakati konsisten
dengan praktek yang lazim berlaku.
Untuk mempertahankan independensinya, Anggota sudah harus
menerima imbal jasa atas pekerjaan yang telah dilakukannya sebelum
memulai pekerjaan untuk periode berikutnya. Anggota tidak
diperkenankan menerima perikatan apabila klien belum membayar
lunas kewajiban kepada auditor terdahulu.
Praktek yang baik mengharuskan dilakukannya penagihan secara
bertahap atas pekerjaan yang diselesaikan untuk periode lebih dari satu
bulan. Penagihan harus segera dilakukan begitu termin yang disepakati
telah jatuh waktu.
38
Setiap Kantor Akuntan Publik wajib menerapkan ketentuan
mengenai panduan penetapan imbalan jasa (fee) audit sebagaimana
diatur dalam Lampiran 1 Surat Keputusan ini. Kebijakan penentuan fee
audit oleh Kantor Akuntan Publik menjadi salah satu aspek dalam hal
dilakukannya review mutu terhadap Kantor Akuntan Publik tersebut.
(Aron simanjuntak, 2008).
C. Penelitian Terdahulu
1. De Angelo (1981) berargumentasi bahwa kualitas audit secara langsung
berhubungan dengan ukuran dari perusahaan audit, dengan proksi untuk
ukuran perusahaan audit adalah jumlah klien. Perusahaan audit yang besar
adalah dengan jumlah klien yang lebih banyak. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa perusahaan audit yang besar akan berusaha untuk
menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan
perusahaan audit yang kecil. Karena perusahaan audit yang besar jika tidak
memberikan kualitas audit yang tinggi akan kehilangan reputasinya, dan
jika ini terjadi maka dia akan mengalami kerugian yang lebih besar dengan
kehilangan klien.
2. Deis dan Giroux (1992) yang melakukan investigasi tentang determinan
dari kualitas audit oleh Independen CPA firm di Texas pada Audits of
Independen School District. Studi ini menganalisa temuan-temuan Quality
Control Review (QCR) yang diperoleh melalui pengukuran langsung
secara relatif atas kualitas audit. Deis & Giroux menjelaskan adanya dua
variabel yang mempengaruhi kualitas audit, dari dua variabel tersebut dia
39
melahirkan 4 hipotesis, yang menyatakan korelasinya dengan kualitas
audit yaitu: 1) Tenure adalah lamanya waktu auditor tersebut telah
melakukan pemeriksaan terhadap suatu unit/unit usaha/perusahaan atau
instansi, 2) jumlah klien, 3) Ukuran dan kekayaan atau kesehatan
keuangan klien, 4) Kualitas audit akan meningkat jika auditor tersebut
mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan direview oleh pihak ketiga.
3. Hasil penelitian Ramy Elitzur & Haim Falk (1996) menyatakan bahwa:1)
Ceteris paribus, auditor independen yang efisien akan merencakan tingkat
kualitas audit yang lebih tinggi dibandingkan dengan independen auditor
yang kurang efisien, 2) Audit fees yang lebih tinggi akan merencanakan
audit kualitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan audit fees yang lebih
kecil, 3) Tingkat kualitas audit yang telah direncakan akan mengurangi
over time dalam pemeriksaan. Kantor auditor yang besar menunjukkan
kredibilitas auditor yang semakin baik, yang berarti kualitas audit yang
dilakukan semakin baik pula (Hogan, 1997; Teoh dan Wong, 1993)
4. Penelitian yang dilakukan oleh Lilik (2008), berhasil membuktikan bahwa
kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini berarti
bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki kompetensi yang
baik dimana kompetensi tersebut terdiri dari dua dimensi yaitu
pengalaman dan pengetahuan.
5. Heri (2008), memberi kesimpulan dalam penelitiannya bahwa akuntan
publik menyatakan sangat penting untuk bersikap independen terhadap
klien untuk meningkatkan kualitas audit yang dilaksanakan.
40
D. Kerangka Pemikiran
Variabel-variabel yang akan diuji dalam penelitian ini akan
dikembangkan dalam sebuah kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Independensi
(Liliek, 2008)
Keahlian
(Liliek, 2008)
Pengalaman
(Peneliti)
Lamanya Waktu/Proses
Audit
Deis dan Giroux (1992)
dalam Nasrullah (2003)
Kualitas Audit
Jumlah klien Deis dan Giroux (1992)
dalam Nasrullah (2003)
Ukuran Kekayaan dan
Kesehatan Keuangan Klien
Deis dan Giroux (1992)
dalam Nasrullah (2003)
Audit fee Ramy Elitzur & Haim Falk
(1996) dalam Nasrullah
(2003)
41
E. Perumusan Hipotesis
Perumusan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini bertujuan
untuk menguji seberapa besar pengaruh keahlian, independensi, pengalaman,
lamanya waktu/proses audit, Jumlah klien, audit fee, dan ukuran kekayaan dan
kesehatan keuangan klien, terhadap tingkat kualitas audit, maka hipotesis yang
akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H1 : Independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit
H2 : Keahlian auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit
H3 : Pengalaman auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit
H4 : Lamanya waktu/proses audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas
audit
H5 : Jumlah klien berpengaruh terhadap kualitas audit
H6 : Ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit
H7 : Audit fee berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit
H8 : Independensi auditor, kompetensi/keahlian auditor, pengalaman
auditor, lamanya waktu/proses audit, jumlah klien, ukuran kekayaan
dan kesehatan keuangan klien, audit fee secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
42
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah para auditor yang terdapat
dalam Kantor Akuntan Publik dimana ia menjalankan proses audit, yaitu yang
melakukan pengujian terhadap laporan keuangan. Alasan pemilihan tersebut
adalah karena akuntan publik melakukan pemeriksaan pengujian terhadap
laporan keuangan dan memberikan pendapat atas dasar hasil pemeriksaan
tersebut, sehingga mereka terlibat dalam penentuan kualitas audit.
B. Metode Penentuan Sampel
Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah dengan
mengambil sampel dengan menggunakan teknik Convenience Sampling yaitu
suatu metode yang memilih unit sample yang datanya mudah diperoleh
peneliti (Abdul Hamid, 2007:30). Populasi dari penelitian ini adalah Kantor
Akuntan Publik (KAP) yang terdapat di Jakarta, sedangkan sampel yang
dipilih dari populasi adalah akuntan publik yang bekerja pada KAP tersebut
dan sudah pernah mengaudit.
C. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan guna
mendukung penelitian ini, maka metode pengumpulan data yang digunakan
dalam penyusunan proposal ini adalah:
43
1. Data primer
Adapun cara untuk mendapatkan data primer yaitu dengan
meninjau secara langsung obyek penelitian serta melakukan wawancara
dengan beberapa karyawan yang bersangkutan dengan penjelasan sebagai
berikut:
a. Observasi
Observasi, yaitu peneliti langsung melakukan survei ke
lapangan, dalam penelitian ini, peneliti melaksanakan observasi
langsung ke perusahaan, yaitu Kantor Akuntan publik yang terdapat di
jakarta.
b. Kuesioner
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberikan seperangakat pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada
responden untuk dijawab. Kuesioner ini diberikan kepada auditor yang
bekerja pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta.
Skala likert (Likert Scale) merupakan metode yang mengukur
sikap dengan menyatakan setuju atau ketidaksetujuannya terhadap
subjek, objek, atau kejadian tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2002:
104).
44
Tabel. 3.1
Skala likert Bobot
Sangat setuju 5 Setuju 4
Netral 3
Tidak setuju 2
Sangat tidak setuju 1
Sumber: Indriantoro dan Supomo, 2002
2. Data Sekunder
Sumber data diperoleh dengan cara melakukan studi pustaka yaitu
usaha yang dilakukan untuk memperoleh data-data sekunder yang
diperoleh dengan cara membaca, mempelajari, menelaah, dan
menganalisis sumber kepustakaan yang relevan seperti buku, serta catatan
kuliah yang berkaitan dengan bahasan penelitian sebagai dasar
perbandingan antara teori yang relevan praktek yang terjadi di lapangan.
D. Metode Analisis Data
1. Uji Validitas Data
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh
mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi
ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai
validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya,
atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya
pengukuran tersebut. Tes yang menghasilkan data yang tidak relevan
dengan tujuan pengukuran sebagai tes yang memiliki validitas yang rendah
(Ghozali:2005).
45
Validitas menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur itu mampu
mengukur apa yang diukur (Santoso:2004). Validitas yang digunakan
dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan korelasi bivariate
antara masing-masing skor indikator dengan total skor konstruk.
Jika koefisien korelasi > 0,300, semua butir pertanyaan tersebut
dikatakan valid. Dan sebaliknya, jika harga koefisien korelasi lebih kecil
dari 0,300, maka butir pertanyaan tersebut dinyatakan tidak valid
(Sudarmanto:2004) dalam Subekti (2007).
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah penerjemahan dari kata reliability yang
mempunyai asal kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki
reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel
(Ghozali:2005). Istilah ini juga dipakai untuk menunjukan sejauh mana
suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua
kali atau lebih. Juga dapat diartikan sebagai tingkat ketepatan, ketelitian,
dan keakuratan sebuah instrumen.
Jika koefisien korelasi > 0,600, semua butir pertanyaan tersebut
dikatakan reliabel. Dan sebaliknya, jika harga koefisien korelasi lebih kecil
dari 0,600, maka butir pertanyaan tersebut dinyatakan tidak reliabel
(Ghozali:2005).
46
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas Data
Untuk mengolah data digunakan Uji Normalitas, yang menguji
apakah dalam sebuah model regresi, variabel independen dan variabel
dependen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.
Dengan menggunakan Normal P-P Plot data yang ditunjukkan
menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,
maka model regresi dapat dikatakan memenuhi asumsi normalitas
(Santoso, 2002:212).
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan dengan tujuan yaitu untuk
mengetahui hubungan yang bermakna (korelasi) antara setiap variabel
dependen dalam suatu model regresi. Model regresi yang baik adalah
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independennya
Ghozali (2005:9). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas
didalam model regresi adalah sebagai berikut:
1) Nilai R2
yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris
sangat tinggi, tetapi secara individual variabel independen banyak
yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.
2) Menaganalisis matrik korelasi variabel independen, jika variabel
independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0,90),
maka hal ini mengindikasikan adanya multikolinearitas. Tidak
47
adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti
bebas dari multikolinearitas.
3) Multikolinearitas dapat juga dilihat dari: (1) nilai tolerance dan
lawannya, (2) Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini
menunjukan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan
oleh variabel independent lainnya.
c. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual
satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dan residual suatu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut heterokedastisitas
dan jika berbeda disebut heterodastisitas. Model regresi yang baik
adalah yang terdapat homokedastisitas atau terjadi gejala
heterokedastisitas Ghozali (2005:105). Kebanyakan data crossection
mengandung situasi heterokedastisitas karena data ini menghimpun data
yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, dan besar).
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regensi linear ada kolerasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1(sebelumnya). Jika
terjadi korelasi,maka dinamakan ada problem autokolerasi. Autokolerasi
muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu satu sama
lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu)
48
tidak bebas dari satu obsevasi ke observasi lainnya. Hal ini sering
ditemukan pada data runtut waktu (time series) karena “gangguan” pada
seseorang individu kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan”
pada individu kelompok yang sama pada periode berikutnya.
4. Uji Hipotesis
Hipotesis adalah suatu perumusan sementara mengenai suatu hal
yang dibuat untuk menjelaskan hal itu dan juga dapat menuntun atau
mengarahkan penelitian selanjutnya. Jika yang dihipotesis adalah masalah
statistik, maka hipotesis ini disebut hipotesis statistik. Langkah-langkah
penyelidikan hipotesis disebut dengan pengujian hipotesis (Husein Umar,
2008:104).
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model
regresi berganda untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai
hubungan antara variabel dependen, yaitu: kualitas audit, sedangkan
variabel independennya adalah keahlian, independensi, pengalaman,
lamanya waktu/proses audit, Jumlah klien, ukuran kekayaan dan kesehatan
keuangan klien, dan audit fee Untuk menguji hipotesis (H1-H3) digunakan
model sebagai berikut:
Y= a + b1X1 +b2X2 + b3X3+b4X4+ b5X5+ b6X6+ b7X7+ e
Dimana:
Y = kualitas audit
A = konstanta
B = koefisien regresi
49
X1 = variabel independensi
X2 = variabel kompetensi/keahlian
X3 = variabel pengalaman
X4 = variabel Lamanya waktu/proses audit
X5 = variabel Jumlah klien
X6 = variablel Ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien
X7 = variabel audit fee
e = error term
Dalam uji hipotesis ini dilakukan melalui:
a. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur
kemampuan variabel-variabel independen, yaitu keahlian,
independensi, pengalaman, Lamanya waktu/proses audit, Jumlah
klien, audit fee, dan Ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien,
dalam menjelaskan variabel dependen, yaitu kualitas audit. Nilai
koefisien determinasi (R2) untuk menunjukan persentase tingkat
kebenaran prediksi dari pengujian regresi yang dilkukan. Nilai R2,
memiliki range antara 0 sampai 1. jika nilai R2
semakin mendekati 1
maka berarti semakin besar variabel independen dalam menjelaskan
variasi variabel dependen. Hubungan antara variabel-variabel
independen dengan variabel dependen, diukur dengan koefisien
korelasi (R). Jika angka R diatas 0.5 maka korelasi atau hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen adalah kuat.
50
Sebaliknya jika R di bawah 0.5 maka korelasi atau hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen adalah lamah (Santoso,
2002 :167).
b. Uji t
Uji t bertujuan untuk menguji seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual yaitu yaitu keahlian,
independensi, pengalaman, lamanya waktu/proses audit, Jumlah klien,
audit fee, dan Ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien dalam
menerangkan variabel dependen yaitu kualitas audit. Untuk dapat
mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan dari variabel masing-
masing independen, maka nilai signifikan t dibandingkan dengan
derajat kepercayaan.
Apabila sig t lebih besar dari 0.05, maka Ho diterima.
Demikian pula sebaliknya jika sig t lebih kecil dari 0.05, maka Ho
ditolak. Bila Ho ditolak ini berarti ada hubungan yang signifikan
antara variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali,
2001:48).
c. Uji F
Uji F dilakukan dengan tujuan untuk menguji variabel
independen, yaitu yaitu keahlian, independensi, pengalaman, lamanya
waktu/proses audit, Jumlah klien, audit fee, dan Ukuran kekayaan dan
kesehatan keuangan klien terhadap 1 variabel dependen yaitu kualitas
51
audit. Secara bebas dengan signifikan sebesar 0.05, dapat disimpulkan
(Ghozali,2001:45)
a) Jika nilai signifikan < 0.05, maka Ho diterima,
b) Jika nilai signifikan > 0.05, maka Ho ditolak.
E. Operasional Variabel Penelitian
Sebagai variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas audit
sedangkan variabel independennya adalah keahlian, independensi,
pengalaman, lamanya waktu audit, jumlah klien, audit fee, dan Ukuran
kekayaan dan kesehatan keuangan klien. Pengukuran dari masing-masing
variabel dapat dikemukakan sebagai berikut ini:
Tabel 3.2
Operasional varibel penelitian
Variabel Dimensi Indikator Ukuran Skala
Independensi auditor a. Aspek
independensi
1. Dalam melaksanakan audit, akuntan
publik memiliki rasa percaya diri
2. Dalam melaksanakan audit, akuntan
publik memiliki kemampuan dan keahlian
3. Dalam melaksanakan audit, akuntan
publik bersikap jujur dan adil
4. Akuntan publik harus objektif dalam
memberikan pertimbangan atau saran
terhadap klien
5. Rasa tanggung jawab yang tinggi harus
dimiliki oleh seorang akuntan publik
dalam melakukan audit
6. Akuntan publik tidak memiliki hubungan
khusus dengan klien yang diaudit 7. Akuntan publik diberi kebebasan dalam
mengaudit
8. Dalam melaksanakan audit seorang
akuntan publik bebas dari tekanan klien
9. Akuntan publik tidak memiliki
kepentingan keuangan dengan klien yang
Interval
52
Kompetensi/keahlian
auditor b. Faktor-faktor
keahlian auditor
sedang diaudit 10. Akuntan publik tidak menerima fasilitas
yang berlebihan selama melaksanakan
audit
11. Akuntan publik memberikan jasa lain selain jasa audit terhadap klien yang
sedang diaudit
12. Akuntan publik melaksanakan perikatan
dengan klien dengan batas waktu 5 tahun
saja
13. Akuntan publik tidak diperbolehkan
mengaudit laporan keungan perusahaan
milik kerabat
14. Opini yang diberikan oleh suatu kantor
akuntan publik yang berhubungan lama
dengan klien tidak dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya
15. Dalam setiap perikatan audit, akuntan
publik memegang teguh kode etik
independensi
16. Sikap independensi merupakan ukuran
profesionalisme seorang auditor
17. Sikap independensi merupakan cermin
ketaatan akuntan publik terhadap standar
profesi
18. Independensi diatur sesuai dengan standar
profesi akuntan publik 19. KAP mengikuti standar ketentuan IAI
tentang independensi personal auditor
20. Adanya sanksi bagi akuntan publik yang
tidak independen saat mengaudit
1. Akuntan publik telah menyelesaikan
pendidikan universitas formal untuk
memasuki profesi.
2. Akuntan publik telah melakukan pelatihan praktik/kursus dan mempunyai
pengalaman dalam auditing
3. Akuntan publik telah mengikuti
pendidikan profesi berkelanjutan selama karir professional auditor.
4. Semakin banyak jumlah klien yang diaudit, maka akan meningkatkan kompetensi/kehlian auditor dalam melakukan audit
5. Semakin kompeten seorang akuntan
publik, maka dapat mempengaruhi
Interval
53
ketepatan waktu penyelesaian audit
Pengalaman auditor
Lamanya proses
audit
Jumlah klien
c. Lamanya
waktu dan
banyaknya
penugasan
audit
d. Tingkat
kerumitan
tugas audit
e. Banyak atau
sedikitnya
klien yang
ditangani
1. Semakin berpengalaman seorang akuntan publik, maka akuntan publik tersebut dapat
mengembangkan kemampuannya dalam
melakukan tugas audit.
2. Semakin berpengalaman seorang akuntan
publik, maka akan semakin peka dan cepat
tanggap dalam mendeteksi adanya
kekeliruan
3. Semakin berpengalaman seorang akuntan
publik, maka akan dapat menyelesaikan
tugas audit tepat waktu.
4. Semakin berpengalaman seora ng akuntan
publik, maka akan mampu menggolongkan kekeliruan berdasarkan tujuan audit dan
sistem akuntansi yang melandasinya
5. Semakin berpengalaman seorang akuntan
publik, maka tingkat kesalahan dalam
melaksanakan tugas audit akan dapat
diminimalisasi
1. Lamanya proses audit yang dilakukan
auditor untuk menyelesaikan tugasnya
adalah tergantung dari tingkat kerumitan
tugas audit 2. Semakin rumit pekerjaan/tugas auditor,
maka semakin lama pula proses audit yang
dilakukan
3. Semakin lama proses audit yang dilakukan oleh akuntan publik, maka akan
mempengaruhi kualitas audit
4. Semakin lama proses audit yang dilakukan
oleh akuntan publik, maka tidak akan mempengaruhi kualitas audit.
1. Semakin banyak jumlah klien maka
kualitas audit akan semakin baik.
2. Auditor dengan jumlah klien yang banyak
akan berusaha menjaga reputasinya
3. Semakin banyak jumlah klien maka tidak
akan mempengaruhi kualitas audit.
Interval
Interval
Interval
54
Ukuran
Kekayaan Dan
Kesehatan
Keuangan Klien
Audit fee
f. Kepatuhan
terhadap prosedur dan
kode etik
auditor
g. Audit fee
adalah
sebagian
besar/kecil
dari total
pendapatan
KAP
Kualitas audit
1. Ukuran kekayaan atau kesehatan keuangan klien juga berkorelasi dengan kualitas
audit.
2. Semakin sehat keuangan klien, maka ada
kecendrungan klien tersebut untuk menekan auditor untuk tidak mengikuti
standar.
3. Kemampuan auditor untuk bertahan dari
tekanan klien adalah tergantung pada
kontrak ekonomi dan kondisi lingkungan
dan gambaran perilaku auditor.
1. audit fee dari suatu klien merupakan
sebagian besar dari total pendapatan suatu
KAP.
2. audit fee dari suatu klien hanya merupakan
sebagian kecil dari total pendapatan suatu
KAP.
3. fee yang diperoleh dari seseorang klien
yang merupakan sebagian besar dari
pendapatan suatu KAP, akan menghasilkan
informasi yang lebih bermanfaat dan
berkualitas
4. fee yang diperoleh dari seseorang klien
yang merupakan sebagian kecil dari
pendapatan suatu KAP, akan menghasilkan
informasi yang kurang bermanfaat dan
berkualitas
5. Audit fee yang besar, akan mempengaruhi
kualitas audit yang dilakukan oleh akuntan
publik
6. Audit fee yang kecil, tidak akan mempengaruhi kualitas audit yang
dilakukan oleh akuntan publik.
1. KAP dan Tim Audit yang mengaudit
perusahaan, sudah berpengalaman dalam mengaudit perusahaan-perusahaan yang
sejenis
2. KAP dan Tim Audit memiliki pemahaman
mengenai industri klien untuk dapat secara efektif mengaudit suatu perusahaan
3. KAP responsif terhadap kebutuhan klien
(selain kebutuhan akan opini audit atas
laporan keuangan perusahaan)
4. Anggota Tim Audit secara teknis
berkompeten dalam mengaplikasikan
PSAK (Pedoman Standar Akuntansi
Interval
Interval
Interval
55
Keuangan) dan SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik)
5. KAP dan anggota dari Tim Audit secara
individual mampu mempertahankan sikap
independen dalam kenyataan maupun dalam menjalankan proses audit
6. Anggota Tim Audit memiliki kemahiran
profesional secara cermat dan seksama
dalam semua aspek audit
7. KAP memiliki komitmen yang kuat
terhadap kualitas
8. Para manajer dari KAP secara aktif terlibat
dalam proses audit
9. Anggota-anggota dari Tim Audit dapat
melakukan pekerjaan lapangan dengan
tepat
10. Anggota Tim Audit berinteraksi secara
efektif dengan komite audit sebelum,
selama, dan sesudah proses audit
11. Anggota Tim Audit memiliki standar etik
dan memiliki pengetahuan yang lebih
tentang accounting dan auditing
12. Anggota tim Audit mempertahankan sikap
skeptis (tidak mudah percaya) dalam
menjalankan proses audit
56
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Responden
Objek penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik (KAP) yang
terdapat di wilayah Jakarta dan yang menjadi subjek penelitian adalah akuntan
publik. Pada dasarnya penulis menganalisis faktor-faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi kualitas audit di KAP tersebut. Penyebaran kuesioner dimulai
dari awal bulan Maret 2009 dan pengumpulannya sampai dengan awal bulan
Mei 2009, dalam penyebaran kuesioner peneliti mendatangi langsung Kantor
Akuntan Publik. Jumlah kuesioner yang disebarkan adalah sebanyak 100
eksemplar, dengan jumlah pengembalian sebanyak 45 eksemplar, jadi respons
rate pada penelitian ini adalah 45%. Dari 45 eksemplar kuesioner yang
dikembalikan semua kuesioner dapat diolah untuk penelitian.
Responden dari penelitian ini, dapat dibedakan berdasarkan ciri-ciri
karakteristiknya. Gambaran mengenai karakteristik dari setiap responden yang
ada di ukur berdasarkan nama KAP, usia, pendidikan terakhir, jenis kelamin,
jabatan dan lamanya menduduki jabatan di KAP yang terdapat di Jakarta.
57
B. Karekteristik Responden
Subjek penelitian ini adalah akuntan publik yang bekerja di KAP
yang terdapat di Jakarta. Demografi responden dalam penelitian ini disajikan
secara lengkap dalam tabel 4.1
Tabel 4.1
Demografi Responden
Deskripsi Jumlah Persentase
Jumlah kuesioner 45 100%
Usia
< 20 tahun 20-30 tahun
31-40 tahun
> 40 tahun
0 0% 24 53,3%
20 44,4%
1 2,2%
Jenis Kelamin Pria Wanita
27 60% 18 40%
Pendidikan Terakhir
Jabatan di KAP
D3 2 S1 43
S2 0
S3 0
Auditor yunior 15
Auditor senior 22
Supervisor 2
Manager audit 6
Partner 0
4,4% 95,5%
0%
0%
33,3%
48.8%
4,4%
13,3%
0%
Sumber : Hasil Kuesioner
58
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui jumlah responden pria lebih
banyak dari jumlah responden wanita, yaitu sebanyak 27 orang (60%)
responden pria sedangkan responden wanita sebanyak 18 orang (40%). Hal ini
disebabkan karena yang bekerja di kantor akuntan publik kebanyakan adalah
pria, dan banyak orang mengasumsikan bahwa pria lebih cocok menjadi
auditor dari pada wanita, karena menurut peneliti pekerjaan auditor
membutuhkan tingkat ketelitian yang tinggi dan harus mengeluarkan tenaga
lebih banyak dari pada pekerjaan lain, karena auditor itu kadang tidak hanya
mengaudit klien yang berada di sekitarnya saja, akan tetapi juga kadang
mereka mengaudit klien hingga ke luar kota, jadi untuk seorang wanita hal itu
juga menjadi salah satu pertimbangan mengapa mereka tidak memilih menjadi
auditor.
Usia responden yang paling banyak adalah antara 20-30 tahun
sebanyak 24 orang (53,3%), kemudian yang berumur 31-40 tahun sebanyak 20
orang (44,4%) dan yang berumur diatas 40 tahun sebanyak 1 orang (2,2%).
Hal ini disebabkan karena menurut peneliti usia yang paling muda biasanya
diperintahkan untuk melakukan hal-hal non teknis sepeti mengisi kuesioner ini
oleh karyawan yang usianya jauh diatas mereka, karena mungkin sebagian
dari mereka yang usianya lebih tua menganggap bahwa hal tersebut dapat
menggangu pekerjaan mereka.
Berdasarkan tingkat pendidikan responden, yang paling banyak
adalah lulusan Strata Satu (S1) sebanyak 43 orang atau 95,5% dan sisanya
sebanyak 2 orang (4,4%) adalah D3. Berdasarkan jabatan responden di kantor
59
akuntan publik (KAP) responden yang paling mendominasi adalah auditor
senior yaitu sebanyak 22 orang (48,8%), kemudian auditor yunior sebanyak 15
orang (33,3%), lalu manager audit sabanyak 6 orang (13,3%), dan yang
terakhir adalah supervisor sebanyak 2 orang (4,4%). Menurut peneliti hal ini
disebabkan karena untuk menjadi seorang akuntan publik biasanya kantor
akuntan publik memberikan persyaratan minimal lulus S1, sehingga yang
melamar menjadi auditor kebanyakan adalah para sarjana. Kemudian untuk
auditor senior lebih banyak dari pada yang lainnya, karena menurut peneliti
pada jenjang tersebut mereka lebih matang dalam melakukan sesuatu, dan
pengalaman yang mereka miliki sudah cukup banyak, sehingga untuk
melakukan hal-hal non teknis seperti mengisi kuesioner ini mereka menjadi
lebih paham dan mengerti.
C. Hasil Uji Kualitas Data
1. Uji Validitas
Tabel 4.2
Uji Validitas Variabel Independensi
Pernyataan
Sig
Pearson Corelation
Keterangan
ID1 0.000 0.715** Valid
ID2
0.000
0.740**
Valid
ID3
0.000
0.627**
Valid
ID4
0.000
0.612**
Valid
ID5
0.000
0.643**
Valid
ID6
0.000
0.800**
Valid
ID7
0.000
0.625**
Valid
60
ID8 0.000 0.509** Valid
ID9
0.000
0.581**
Valid
ID10
0.000
0.719**
Valid
ID11
0.000
0.719**
Valid
ID12
0.016
0.357*
Valid
ID13
0.000
0.683**
Valid
ID14
0.026
0.332*
Valid
ID15
0.000
0.690**
Valid
ID16
0.000
0.516**
Valid
ID17
0.000
0.757**
Valid
ID18
0.000
0.768**
Valid
ID19
0.000
0.705**
Valid
ID20
0.000
0.565**
Valid
Sumber : Data diolah
Tabel 4.2 diatas. menjelaskan bahwa total skor construct variable
independensi menunjukkan hasil yang signifikan yaitu dibawah 0.05. Jadi
dapat disimpulkan bahwa masing-masing indikator pertanyaan adalah valid
sehingga bisa disertakan dalam penelitian berikutnya.
61
Tabel 4.3 Uji Validitas Variabel Keahlian Auditor
Pernyataan Sig Pearson Correlation Keterangan
KA1
0.000
0.879**
Valid
KA2
0.000
0.902**
Valid
KA3
0.000
0.799**
Valid
KA4
0.000
0.859**
Valid
KA5
0.000
0.912**
Valid
Sumber : Data diolah
Tabel 4.3 diatas menjelaskan bahwa total skor construct variable
kompetensi auditor menunjukkan hasil yang signifikan yaitu dibawah 0.05.
Jadi dapat disimpulkan bahwa masing-masing indikator pertanyaan adalah
valid sehingga bisa disertakan dalam penelitian berikutnya..
Tabel 4.4
Uji Validitas Variabel Pengalaman Auditor
Pernyataan Sig Pearson Correlation Status
PA1
0.000
0.873**
Valid
PA2
0.000
0.805**
Valid
PA3
0.000
0.800**
Valid
PA4
0.000
0.763**
Valid
PA5
0.000
0.877**
Valid
Sumber : Data diolah
Tabel 4.4 diatas menjelaskan bahwa total skor construct variable
pengalaman auditor menunjukkan hasil yang signifikan yaitu dibawah 0.05.
62
Jadi dapat disimpulkan bahwa masing-masing indikator pertanyaan adalah
valid sehingga bisa disertakan dalam penelitian berikutnya.
Tabel 4.5
Uji Validitas Variabel Lamanya Proses Audit
Pernyataan Sig Pearson Correlation Keterangan
LPA1
0.000
0.853**
Valid
LPA2
0.000
0.874**
Valid
LPA3
0.000
0.770**
Valid
LPA4
0.000
0.772**
Valid
Sumber : Data diolah
Tabel 4.5 diatas menjelaskan bahwa total skor construct variable
lamanya proses audit menunjukkan hasil yang signifikan yaitu dibawah 0.05.
Jadi dapat disimpulkan bahwa masing-masing indikator pertanyaan adalah
valid sehingga bisa disertakan dalam penelitian berikutnya.
Tabel 4.6
Uji Validitas Variabel Jumlah Klien
Pernyataan Sig Pearson Correlation Keterangan
JK1
0.000
0.857**
Valid
JK2
0.000
0.826**
Valid
JK3
0.000
0.857**
Valid
Sumber : Data diolah
Tabel 4.6 diatas menjelaskan bahwa total skor construct variable
jumlah klien menunjukkan hasil yang signifikan yaitu dibawah 0.05. Jadi
dapat disimpulkan bahwa masing-masing indikator pertanyaan adalah valid
sehingga bisa disertakan dalam penelitian berikutnya.
63
Tabel 4.7 Uji Validitas Variabel Ukuran Kekayaan
Dan Kesehatan Keuangan Klien
Pernyataan Sig Pearson Correlation Keterangan
UKK1
0.000
0.896**
Valid
UKK2
0.000
0.880**
Valid
UKK3
0.000
0.918**
Valid
Sumber : Data diolah
Tabel 4.7 diatas menjelaskan bahwa total skor construct variable
ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien menunjukkan hasil yang
signifikan yaitu dibawah 0.05. Jadi dapat disimpulkan bahwa masing-masing
indikator pertanyaan adalah valid sehingga bisa disertakan dalam penelitian
berikutnya..
Tabel 4.8
Uji Validitas Variabel Audit fee
Pernyataan Sig Pearson Correlation Status
AF1
0.000
0.796**
Valid
AF2
0.000
0.775**
Valid
AF3
0.000
0.764**
Valid
AF4
0.000
0.821**
Valid
AF5
0.000
0.848**
Valid
AF6
0.004
0.426**
Valid
Sumber : Data diolah
64
Tabel 4.8 diatas menjelaskan bahwa total skor construct variable audit
fee menunjukkan hasil yang signifikan yaitu dibawah 0.05. Jadi dapat
disimpulkan bahwa masing-masing indikator pertanyaan adalah valid sehingga
bisa disertakan dalam penelitian berikutnya.
Tabel 4.9
Uji Validitas Variabel Kualitas Audit
Pernyataan
Sig
Pearson Corelation
Keterangan
KUA1 0.000 0.831** Valid
KUA2
0.000
0.841**
Valid
KUA 3
0.000
0.602**
Valid
KUA 4
0.000
0.722**
Valid
KUA 5
0.000
0.657**
Valid
KUA 6
0.000
0.659**
Valid
KUA 7
0.000
0.570**
Valid
KUA 8
0.000
0.533**
Valid
KUA 9
0.000
0.670**
Valid
KUA 10
0.000
0.860**
Valid
KUA 11
0.000
0.828**
Valid
KUA 12
0.000
0.685**
Valid
Sumber : Data diolah
Tabel 4.9 diatas menjelaskan bahwa total skor construct variable
kualitas audit menunjukkan hasil yang signifikan yaitu dibawah 0.05. Jadi
dapat disimpulkan bahwa masing-masing indikator pertanyaan adalah valid
sehingga bisa disertakan dalam penelitian berikutnya.
65
2. Uji Reliabiltas
Tabel 4.10
Uji Reliabiltas Variabel Independensi
Cronbach’s Alpha Cronbach’s Alpha
Based on standarized
Items
N of items
0.911 0.923 20
Sumber : Data diolah
Tabel 4.10 diatas menjelaskan bahwa variabel independensi
memberikan nilai cronbach’s alpha > 0,600 yaitu sebesar 92,3%. Jadi
dapat disimpulkan bahwa semua pertanyaan yang diajukan kepada
responden dinyatakan reliabel.
Tabel 4.11
Uji Reliabiltas Variabel Keahlian Auditor
Cronbach’s Alpha Cronbach’s Alpha
Based on standarized
Items
N of items
0.919 0.920 5
Sumber : Data diolah
Tabel 4.11 diatas menjelaskan bahwa variabel keahlian auditor
memberikan nilai cronbach’s alpha > 0,600 yaitu sebesar 92%. Jadi dapat
disimpulkan bahwa semua pertanyaan yang diajukan kepada responden
dinyatakan reliabel.
66
Tabel 4.12 Uji Reliabiltas Variabel Pengalaman Auditor
Cronbach’s Alpha Cronbach’s Alpha
Based on
standarized
Items
N of items
0.877 0.882 5
Sumber : Data diolah
Tabel 4.12 diatas menjelaskan bahwa variabel pengalaman auditor
memberikan nilai cronbach’s alpha > 0,600 yaitu sebesar 88,2%. Jadi
dapat disimpulkan bahwa semua pertanyaan yang diajukan kepada
responden dinyatakan reliabel.
Tabel 4.13
Uji Reliabiltas Variabel Lamanya Proses Audit
Cronbach’s Alpha Cronbach’s Alpha
Based on standarized
Items
N of items
0.823 0.835 4
Sumber : Data diolah
Tabel 4.13 diatas menjelaskan bahwa variabel lamanya proses
audit memberikan nilai cronbach’s alpha > 0,600 yaitu sebesar 83,5%.
Jadi dapat disimpulkan bahwa semua pertanyaan yang diajukan kepada
responden dinyatakan reliabel.
67
Tabel 4.14 Uji Reliabiltas Variabel Jumlah Klien
Cronbach’s Alpha Cronbach’s Alpha
Based on standarized
Items
N of items
0.802 0.802 3
Sumber : Data diolah
Tabel 4.14 diatas menjelaskan bahwa variabel jumlah klien
memberikan nilai cronbach’s alpha > 0,600 yaitu sebesar 80,2%. Jadi
dapat disimpulkan bahwa semua pertanyaan yang diajukan kepada
responden dinyatakan reliabel.
Tabel 4.15
Uji Reliabiltas Variabel Ukuran Kekayaan
Dan Kesahatan Keuangan Klien
Cronbach’s Alpha Cronbach’s Alpha
Based on
standarized
Items
N of items
0.880 0.880 3
Sumber : Data diolah
Tabel 4.15 diatas menjelaskan bahwa variabel ukuran kekayaan
dan kesehatan keuangan klien memberikan nilai cronbach’s alpha > 0,600
yaitu sebesar 88%. Jadi dapat disimpulkan bahwa semua pertanyaan yang
diajukan kepada responden dinyatakan reliabel.
68
Tabel 4.16 Uji Reliabiltas Variabel Audit Fee
Cronbach’s Alpha Cronbach’s Alpha
Based on standarized
Items
N of items
0.804 0.836 6
Sumber : Data diolah
Tabel 4.16 diatas menjelaskan bahwa variabel audit fee
memberikan nilai cronbach’s alpha > 0,600 yaitu sebesar 83,6%. Jadi
dapat disimpulkan bahwa semua pertanyaan yang diajukan kepada
responden dinyatakan reliabel.
Tabel 4.17
Uji Reliabiltas Variabel Kualitas Audit
Cronbach’s Alpha Cronbach’s Alpha
Based on standarized
Items
N of items
0.909 0.908 12
Sumber : Data diolah
Tabel 4.17 diatas menjelaskan bahwa variabel kualitas audit
memberikan nilai cronbach’s alpha > 0,600 yaitu sebesar 90,8%. Jadi
dapat disimpulkan bahwa semua pertanyaan yang diajukan kepada
responden dinyatakan reliabel.
69
D. Pengujian Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas yang digunakan adalah dengan menggunakan
analisis grafik Normal P-P Plot data yang ditunjukan menyebar disekitar
garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi
dapat dikatakan memenuhi syarat asumsi normalitas.
Berikut ini adalah hasil dari uji analisis grafik normal P-P Plot:
Gambar 4.1
Output Pengujian Normalitas Data
Histogram
Dependent Variable: KLTS
12
10
8
6
4
2
0
Normal P-P Plot of Regression
Standardized Residual
Dependent Variable: KLTS
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
-4 -3 -2 -1 0 1 2 Mean =-4.55E-
15 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 .0
Regression Standardized
Residual
Std. Dev. =0.
917… Observed Cum
Prob
Sumber data diolah
Berdasrkan P-P Plot grafik diatas dapat dilihat bahwa data
(titik) menyebar disekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti
arah garis diagonal. Begitupun dengan grafik histogramnya
menunjukan pola distribusi normal. Maka data layak digunakan dalam
statistik parametrik karena memenuhi asumsi normalitas.
70
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Collinearity Statistics
B
11.705
.244
.404
.677
.159
-.045
.283
-.399
Std. Error
12.278
.094
.193
.216
.211
.294
.260
.228
Beta
.373
.218
.354
.088
-.016
.123
-.254
t
.953
2.610
2.087
3.137
.755
-.151
1.091
-1.750
Sig.
.347
.013
.044
.003
.455
.880
.282
.088
Tolerance
.479
.898
.770
.724
.892
.768
.466
VIF
2.089
1.114
1.299
1.382
1.120
1.303
2.148
2. Uji Multikolinearitas
Tabel 4.18 dibawah ini menyajikan hasil multikolinearitas.
Tabel 4.18
Uji Multikolinearitas
Coefficients(a)
Model
1
(Constant)
IND
KEA
PEA
LPRO
JUM
KKK
AUDF
a Dependent Variable: KLTS
Sumber : Data diolah
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar
variabel independen. Jika variabel independen saling berkolerasi maka,
maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Hasil uji multikolinearitas
dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF).
Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel independen dan
manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance
mengukur variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh
variabel independen lainnya.
71
Berdasarkan tabel diatas nilai tolerance variabel-variabel
independensi (IND), keahlian auditor (KEA), pengalaman auditor
(PEA), lamanya waktu atau proses audit (LPRO), jumlah klien (JUM),
ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien (KKK), serta audit fee
(AUDF) berkisar antara 0,466 sampai 0,898 atau lebih besar dari 0,10.
Hasil perhitungan nilai tolerance tersebut menunjukan tidak ada
variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10
yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen. Hasil
perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukan hal
yang sama tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF
lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada
multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi.
3. Uji Heteroskedasitas
Dari grafik dapat dilihat bahwa tidak terdapat kemencengan
(skewness) pada grafik sehingga bisa dikatakan bahwa data normal.
Gambar 4.2
Output Pengujian Heteroskedasitas
Scatterplot
Dependent Variable: KLTS
2
1
0
-1
-2
-3
-4
-3 -2 -1 0 1 2
Regression Standardized
Predicted Value
Sumber : Data diolah
72
Berdasarkan grafik scatterplots diatas terlihat bahwa titik-titik
menyebar secara acak dan tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0
pada sumbu Y. dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedasitas pada
model regresi.
4. Uji Autokorelasi
Tabel 4.19 dibawah ini merupakan hasil output uji autokorelasi.
Tabel 4.19
Uji Autokorelasi
Model Summary(b)
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .798(a) .637 .569 2.695 2.095
a Predictors: (Constant), AUDF, JUM, PEA, KEA, LPRO, KKK, IND
b Dependent Variable: KLTS
Sumber : Data diolah
Pada tabel diatas nilai dari Durbin-Watson (DW) bernilai
2.095 nilai ini akan di bandingkan dengan nilai tabel dengan
menggunakan signifikasi 5%, jumlah sampel 45 (n) dan jumlah
variabel independen 7 (k=7), maka dari tabel Durbin Watson
didapatkan nilai dl (batas bawah) sebesar 1,189 dan du (batas atas)
sebesar 1,895. Karena nilai DW 2.095 lebih besar dari batas atas (du)
1,895 dan kurang dari 7-1,895 atau berada pada wilayah du<d<7-du,
maka dapat disimpulkan bahwa kita tidak bisa menolak H0 yang
menyatakan bahwa tidak ada auto korelasi positif atau negatif dan
dapat disimpulkan tidak terdapat auto korelasi sehingga data tersebut
layak digunakan dalam penelitian.
73
E. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi
linear berganda dengan tingkat signifikansi =0,05 yang terdiri dari :
pengujian korelasi, atau koefisien determinasi, uji F, dan uji t.
1. Hasil Uji Korelasi Dan Determinasi (R2)
Tabel 4.20
Uji Korelasi dan Koefisien Determinasi
Model Summary(b)
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin- Watson
1 .798(a) .637 .569 2.695 2.095
a Predictors: (Constant), AUDF, JUM, PEA, KEA, LPRO, KKK, IND
b Dependent Variable: KLTS
Sumber : Data diolah
Koefisien determinasi menunjukan seberapa besar variabel
independen dapat menjelaskan variabel dependennya. Nilai adjusted R2
menunjukan 0,569 atau sama dengan 56,9% jumlah prediksi faktor-faktor
yang mempengaruhi kualitas audit dijelaskan dengan menggunakan
variabel independensi (IND), keahlian auditor (KEA), pengalaman auditor
(PEA), lamanya waktu atau proses audit (LPRO), jumlah klien (JUM),
ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien (KKK), serta audit fee
(AUDF). Sedangkan sisanya 43,1% dijelaskan oleh faktor lainnya.
Faktor-faktor penyebab lainnya yang diprediksi dapat
mempengaruhi kualitas audit adalah seperti yang diungkapkan dalam
penelitian-penelitian terdahulu diantaranya penelitian yang dilakukan oleh
Nasrullah (2003), faktor-faktor tersebut adalah adanya pihak ketiga yang
akan melakukan review atas laporan audit, tingkat perencanaan kualitas
74
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Collinearity Statistics
B
11.705
.244
.404
.677
.159
-.045
.283
-.399
Std. Error
12.278
.094
.193
.216
.211
.294
.260
.228
Beta
.373
.218
.354
.088
-.016
.123
-.254
T
.953
2.610
2.087
3.137
.755
-.151
1.091
-1.750
Sig.
.347
.013
.044
.003
.455
.880
.282
.088
Tolerance
.479
.898
.770
.724
.892
.768
.466
VIF
2.089
1.114
1.299
1.382
1.120
1.303
2.148
audit, serta ukuran KAP karena perusahaan audit yang besar lebih mampu
menangkap signal akan penyelewengan keuangan yang terjadi dan
mengungkapkannya dalam pendapat audit mereka.
2. Koefisien Regresi
Tabel 4.21 dibawah ini menyajikan output hasil uji t untuk faktor-
faktor yang mempengaruhi kualitas audit.
Tabel 4.21
Uji t untuk Kualitas Audit
Coefficientsa
Model
1 (Constant)
IND
KEA
PEA
LPRO
JUM
KKK
AUDF
a Dependent Variable: KLTS
Sumber : Data diolah
Berdasarkan hasil tabel 4.17 diatas, maka dapat dibuat suatu
persamaan regresi yaitu:
Y= a + b1X1 +b2X2 + b3X3+b4X4 - b5X5+ b6X6 - b7X7
Y = 11,705+ 0,244 X1 + 0,404 X2 + 0,677 X3 + 0,159 X4 - 0,045 X5 +
0,283 X6 – 0,399 X7
75
Hasil diatas dapat dijelaskan bahwa Nilai konstanta sebesar
11,705 menyatakan bahwa jika variabel independen yaitu IND, KEA,
PEA, LPRO, JUM, KKK, AUDF dianggap konstan (tidak ada
penambahan), maka rata-rata kualitas audit sebesar 1170,5%.
Selanjutnya nilai koefesien independensi auditor sebesar 0,244
menunjukkan bahwa setiap penambahan independensi auditor sebesar
1% akan meningkatkan kualitas audit sebesar 24,4%. Nilai koefesien
keahlian auditor sebesar 0,404 menunjukkan bahwa setiap
penambahan keahlian auditor sebesar 1% akan meningkatkan kualitas
audit sebesar 40.4%. Nilai koefisien pengalaman auditor sebesar
0,677 menunjukkan bahwa setiap penambahan pengalaman auditor
sebesar 1% akan meningkatkan kualitas audit sebesar 67,7%. Nilai
koefisien lamanya waktu atau proses audit sebesar 0,159
menunjukkan bahwa setiap penambahan LPRO sebesar 1% akan
meningkatkan kualitas audit sebesar 15.9%. Nilai koefisien jumlah
klien sebesar – 0,045 menunjukkan bahwa setiap penambahan jumlah
klien sebesar 1% akan menurunkan kualitas audit sebesar 4,5%. Nilai
koefisien ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien sebesar
0,283 menunjukkan bahwa setiap penambahan ukuran kekayaan dan
kesehatan keuangan klien sebesar 1% akan meningkatkan kualitas
audit sebesar 28,3%. Nilai koefisien audit fee sebesar – 0,045
menunjukkan bahwa setiap penambahan audit fee sebesar 1% akan
menurunkan kualitas audit sebesar 4,5%.
76
Berdasarkan hasil persamaan regresi linier berganda, hasil
penelitian ini menunjukan bahwa independensi (IND), keahlian auditor
(KEA), pengalaman auditor (PEA), lamanya proses audit (LPRO) dan
ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien (KKK), memiliki
pengaruh yang positif terhadap kualitas audit (KLTS). Artinya semakin
besar nilai dari variabel-variabel independen tersebut, maka akan semakin
meningkatkan kualitas audit (KLTS). Sedangkan variabel jumlah klien
(JUM) dan audit fee (AUDF) memiliki pengaruh yang negatif terhadap
kualitas audit (KLTS).
3. Uji t-statistik
Uji t-Statistik digunakan untuk menguji signifikansi konstanta
dan variabel-variabel independen.
1) Variabel independensi
Hasil uji t untuk variabel independensi mempunyai
signifikansi 0,013 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Karena nilai hasil
uji t untuk variabel independensi lebih kecil dari 0,05 maka HI di
terima. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa
independensi auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas
audit.
Pengaruh independensi terhadap kualitas audit ini disebabkan
karena akuntan publik yang memiliki sikap independensi yang tinggi
akan berusaha memberikan opini atau pendapat atas audit yang
dilakukannya dengan objektif dan tidak memihak kepada kepentingan
77
klien. Selain itu independensi akuntan publik merupakan salah satu
karakter yang sangat penting untuk profesi akuntan publik didalam
melaksanakan pemeriksaan akuntansi terhadap kliennya. Pada saat
melaksanakan pemeriksaan akuntansi, akuntan publik memperoleh
kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan untuk
membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disusun dan disajikan
oleh klien. Klien dapat mempunyai kepentingan yang berbeda, bahkan
mungkin bertentangan dengan kepentingan para pemakai laporan
keuangan. Kepentingan pemakai laporan keuangan yang satu mungkin
berbeda dengan pemakai lainnya. Oleh karena itu dalam memberikan
pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa,
akuntan publik harus bersikap independen terhadap kepentingan klien,
para pemakai laporan keuangan, maupun terhadap kepentingan
akuntan publik itu sendiri. (Trisnaningsih, 2007:15).
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramy
dan Haim Falk (1996) dalam Nasrullah (2003), yang menyebutkan
bahwa independensi mempunyai pengaruh yang signifikan dalam
meningkatkan kualitas audit. Karena auditor yang independen akan
merencanakan tingkat kualitas audit yang lebih tinggi dibandingkan
dengan auditor yang kurang independen.
Penelitian mengenai kualitas audit juga di lakukan oleh Liliek
(2008), yang menyebutkan bahwa independensi mempunyai pengaruh
positif terhadap kualitas audit. Pengaruh independensi terhadap
78
kualitas audit ini disebabkan karena independensi merupakan suatu
standar auditing yang penting karena opini akuntan independen
bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan yang
disajikan oleh manajemen. Jika akuntan tersebut tidak independen
terhadap kliennya, maka opininya tidak akan memberikan tambahan
apapun.
Hasil penelitian ini dan penelitian-penelitian sebelumnya
sesuai dengan teori yang terdapat dalam Boynton (2003:103), yang
menyatakan bahwa seorang auditor harus mempertahankan sikap bebas
dari pertentangan kepentingan dalam melakukan tanggung jawab
professionalnya. Karena independensi merupakan dasar dari struktur
filosofi profesi. Bagaimana kompetennya seorang auditor dalam
melaksanakan audit dan jasa atestasi lainnya, pendapatnya akan
menjadi kurang bernilai bagi mereka yang mengandalkan laporan
auditor tersebut apabila auditor tersebut tidak independent.
2) Variabel keahlian auditor (KEA)
Hasil uji t untuk variabel keahlian auditor mempunyai
signifikansi 0,044 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Karena nilai hasil
uji t untuk variabel keahlian auditor lebih kecil dari 0,05 maka H2 di
terima. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa keahlian
auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. hal ini
disebabkan karena jika seorang akuntan publik memiliki keahlian yang
memadai seperti yang di jelaskan dalam standar audit maka akuntan
79
publik tesebut dapat mempengaruhi ketepatan waktu penyelesaian
audit, sehingga hasil dari audit yang mereka lakukan menjadi lebih
berkualitas.
Penelitian yang dilakukan oleh Liliek (2008) juga
menyebutkan bahwa kompetensi atau keahlian auditor mempunyai
pengaruh signifikan terhadap kualitas audit, hal ini berarti bahwa
kualitas audit dapat di capai jika auditor memiliki kompetensi yang
baik dimana kompetensi tersebut terdiri dari dua dimensi yaitu
pengalaman dan pengetahuan. Keahlian auditor merupakan aspek-
aspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan dia untuk
mencapai kinerja superior. Aspek-aspek pribadi ini mencakup sifat,
motif-motif, sistem nilai, sikap, pengetahuan dan ketrampilan dimana
kompetensi akan mengarahkan tingkah laku, sedangkan tingkah laku
akan menghasilkan kinerja.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa seorang auditor eksternal harus mempunyai keahlian yang
memadai dalam mengaudit laporan keuangan suatu perusahaan.
Keahlian atau kompetensi auditor dapat ditentukan oleh tiga faktor
yaitu: (1) pendidikan universitas formal untuk memasuki profesi, (2)
pelatihan praktik dan pengalaman dalam auditing, dan (3) mengikuti
pendidikan profesi berkelanjutan selama karir professional auditor.
Auditor eksternal harus mempunyai pengetahuan audit yang cukup.
Pengetahuan (knowledge) itu penting untuk dapat memahami relevansi
80
dan keandalan informasi yang diperoleh. Selanjutnya informasi
tersebut menjadi bukti yang kompeten dalam penentuan opini audit.
Sehingga audit yang dilakukan menjadi lebih berkualitas. (Boynton,
2003:61).
3) Variabel pengalaman auditor (PEA)
Hasil uji t untuk variabel pengalaman auditor mempunyai
signifikansi 0,003 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Karena nilai hasil
uji t untuk variabel pengalaman auditor lebih kecil dari 0,05 maka H3
diterima. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa
pengalaman auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas
audit. Hal ini disebabkan karena semakin berpengalaman seorang
akuntan publik, maka akuntan publik tersebut dapat mengembangkan
kemampuannya dalam melakukan tugas audit dan semakin peka dan
cepat tanggap dalam mendeteksi adanya kekeliruan. Selain itu semakin
berpengalaman seorang akuntan publik, maka tingkat kesalahan dalam
melaksanakan tugas audit akan dapat diminimalisasi. (Ni Made Dwi
Ratnadi:2005).
Penelitian yang dilakukan oleh Tubbs (1992) dalam Putri
Noviyani (2002) juga menyatakan bahwa pengalaman auditor
berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit, karena jika
seorang auditor berpengalaman, maka (1) auditor menjadi sadar
terhadap lebih banyak kekeliruan, (2) auditor memiliki salah
pengertian yang lebih sedikit tentang kekeliruan, (3) auditor menjadi
81
sadar mengenai kekeliruan yang tidak lazim, dan (4) hal-hal yang
terkait dengan penyebab kekeliruan departemen tempat terjadinya
kekeliruan dan pelanggaran serta tujuan pengendalian internal menjadi
relatif lebih menonjol.
Hal ini sesuai dengan teori yang terdapat dalam Boynton
(2003:61), yang menjelaskan bahwa dalam memenuhi standar audit
seorang auditor berpengalaman harus secara kritis melakukan review
atas pekerjaan yang dikerjakan dan pertimbangan yang digunakan oleh
personil kurang berpengalaman yang turut mengambil bagian dalam
audit. Karena auditor berpengalaman lebih banyak menemukan item-
item yang tidak umum dibandingkan dengan yang kurang
berpengalaman. Sehingga auditor yang lebih berpengalaman akan
menyajikan audit yang lebih berkualitas.
4) Variabel lamanya waktu/proses audit (LPRO)
Hasil uji t untuk variabel lamanya waktu/proses audit
mempunyai signifikansi 0,455 yang berarti lebih besar dari 0,05.
Karena nilai hasil uji t untuk variabel lamanya waktu/proses audit lebih
besar dari 0,05 maka H4 ditolak. Dengan demikian, maka dapat
disimpulkan bahwa lamanya waktu/proses audit tidak berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit. Hasil penelitian terdahulu Deis &
Geiroux (1992) dalam Nasrullah (2003) menyatakan bahwa terdapat
pengaruh positif yang signifikan antara lamanya waktu/proses audit
dengan kualitas audit, berbeda dengan penelitian yang sekarang bahwa
82
tidak ada pengaruh yang signifikan antara lamanya waktu/proses audit
dengan kualitas audit.
Hal ini disebabkan karena lamanya proses audit biasanya
berhubungan dengan ukuran perusahaan klien, karena ukuran
perusahan yang lebih besar biasanya memiliki pos-pos akuntansi yang
lebih banyak sehingga waktu penelusuran yang dibutuhkan juga lebih
lama. Akan tetapi dalam hal ini lamanya proses audit yang dilakukan
akuntan publik dalam mengaudit klien yang memiliki perusahaan
besar, tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Artinya, walaupun
akuntan publik itu mengaudit perusahaan besar atau kecil, kalau
mereka tidak memiliki keahlian yang memadai maka proses audit yang
dilakukannya akan semakin lama.
Dalam (SAK, 2002: SAK kerangka dasar paragraf 43).
Keterlambatan penyelesaian audit dapat disebabkan karena akuntan
publik berusaha untuk mengumpulkan informasi yang banyak untuk
menjamin keandalan dari laporan keuangan. Sehingga lamanya proses
audit bukan menjadi suatu alasan mengapa audit yang dilakukannya
tidak berkualitas. Hal itu bisa saja disebabkan karena akuntan publik
tersebut tidak kompeten dan independen dalam menjalankan tugasnya.
5) Variabel jumlah klien (JUM)
Hasil uji t untuk variabel jumlah klien mempunyai
signifikansi 0,880 yang berarti lebih besar dari 0,05. Karena nilai hasil
uji t untuk variabel jumlah klien lebih besar dari 0,05 maka H5 ditolak.
83
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah klien tidak
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Hasil penelitian terdahulu De Angelo (1981) dalam Nasrullah
(2003) menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
jumlah klien dengan kualitas audit, berbeda dengan penelitian yang
sekarang bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara jumlah
klien dengan kualitas audit. Hal ini dikarenakan baik Kantor Akuntan
Publik (KAP) yang mempunyai jumlah klien yang banyak atau
sedikitpun mereka akan berusaha melakukan audit dengan semaksimal
mungkin sehingga dapat menghasilkan audit yang berkualitas. Mereka
akan mempertahankan atau menjaga reputasi mereka agar tetap di
percaya oleh klien mereka sehingga para klien tersebut tetap mau
menggunakan jasa para akuntan publik tersebut.
Seorang auditor tidak diwajibkan untuk melaksanakan audit
laporan keuangan untuk setiap entitas yang memintanya. Dalam
menerima suatu perikatan, seorang auditor memiliki tanggung jawab
professional terhadap masyarakat, klien, dan anggota profesi akuntan
publik lainnya. Auditor harus menjaga kepercayaan masyarakat
terhadap profesi akuntan dengan mempertahankan sikap independensi,
integritas, dan objektivitas. Kepentingan klien harus dipenuhi dengan
kompetensi dan perhatian professional. Sehingga baik kantor akuntan
publik yang mempunyai jumlah klien yang banyak atau sedikitpun
mereka harus melaksanakan tugasnya dengan semaksimal mungkin,
84
karena auditor memiliki suatu tanggung jawab untuk meningkatkan
reputasi profesi dan kemampuannya untuk melayani masyarakat.
(Boynton, 2003:272).
6) Variabel ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien (KKK)
Hasil uji t untuk variabel ukuran kekayaan dan kesehatan
keuangan klien mempunyai signifikansi 0,282 yang berarti lebih besar
dari 0,05. Karena nilai hasil uji t untuk variabel ukuran kekayaan dan
kesehatan keuangan klien lebih besar dari 0,05 maka H6 ditolak.
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa ukuran kekayaan
dan kesehatan keuangan klien tidak berpengaruh signifikan terhadap
kualitas audit.
Hasil penelitian terdahulu Deis & Geiroux (1992) dalam
Nasrullah (2003) menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien
dengan kualitas audit, Akan tetapi korelasinya menunjukkan hubungan
yang negatif dengan asumsi bahwa semakin sehat keuangan klien
maka ada kecenderungan klien tersebut untuk menekan auditor agar
tidak mengikuti standar. Berbeda dengan penelitian yang sekarang
bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara Ukuran kekayaan dan
kesehatan keuangan klien dengan kualitas audit. Hal ini disebabkan
karena seorang akuntan publik yang mengaudit klien yang mempunyai
ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan yang lebih tinggi ataupun
tidak, akuntan publik tersebut harus melakukan audit tersebut sesuai
85
dengan prosedur atau standar audit dan tidak melupakan kode etiknya
sebagai auditor, sehingga tidak ada kesempatan bagi klien untuk
menekan akuntan publik tersebut.
Kemampuan auditor untuk bertahan dari tekanan klien adalah
tergantung pada kontrak ekonomi dan kondisi lingkungan dan
gambaran perilaku auditor, termasuk di dalamnya adalah: (a)
pernyataan etika profesional, (b) kemungkinan untuk dapat mendeteksi
kualitas yang buruk, (c) figur dan visibility untuk mempertahan
profesi, (d) Auditing berada (menjadi) anggota komunitas profesional,
(e) tingkat interaksi auditor dengan kelompok Professional Peer
Groups, dan (f) Normal internasional profesi auditor. (Deis & Geiroux,
1992 dalam Nasrullah, 2003).
Dalam peraturan kode etik auditor nomor 203 tentang prinsip-
prinsip akuntansi dikatakan bahwa seorang akuntan publik tidak
dibenarkan untuk menyatakan pendapat atau meyakinkan bahwa
laporan keuangan atau data keuangan lain dari setiap entitas yang
diauditnya telah disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum atau menyatakan bahwa ia tidak mengetahui setiap
modifikasi material yang telah dilakukan pada laporan keuangan
tersebut agar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum, apabila laporan atau data tersebut mengandung penyimpangan
dari prinsip akuntansi yang telah ditetapkan oleh badan berwenang
yang ditunjuk oleh dewan untuk menyusun prinsip-prinsip yang
86
mempunyai dampak material terhadap keseluruhan laporan atau data.
Oleh karena itu akuntan publik yang mengaudit klien yang mempunyai
ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan yang lebih tinggi ataupun
tidak, auditor tersebut harus tetap melakukan audit sesuai dengan
standar dan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum agar hasil
audit yang dilakukannya lebih berkualitas. (Boynton, 2003:117).
7) Variabel audit fee (AUDF)
Hasil uji t untuk variabel audit fee mempunyai signifikansi
0,088 yang berarti lebih besar dari 0,05. Karena nilai hasil uji t untuk
variabel audit fee lebih besar dari 0,05 maka H7 ditolak. Dengan
demikian, maka dapat disimpulkan bahwa audit fee tidak berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit.
Hasil penelitian terdahulu Ramy & Haim Falk (1996) dalam
Nasrullah (2003) menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara audit fee dengan kualitas audit, karena audit fee yang
besar akan merencanakan kualitas audit yang lebih tinggi
dibandingkan dengan audit fee yang lebih rendah. berbeda dengan
penelitian yang sekarang bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan
antara audit fee dengan kualitas audit. Hal ini disebabkan karena yang
menentukan imbalan atau fee yang diterima auditor adalah akuntan
publik itu sendiri dengan jumlah yang pantas untuk dapat memberikan
jasa sesuai dengan tuntutan standar profesional akuntan publik yang
berlaku dan tentunya dengan kesepakatan dari klien. Imbalan jasa yang
87
terlalu rendah atau secara signifikan jauh lebih rendah dari yang
dikenakan oleh auditor/akuntan pendahulu atau diajukan oleh
auditor/akuntan lain, akan menimbulkan keraguan mengenai
kemampuan dan kompetensi Anggota dalam menerapkan standar
teknis dan standar profesional yang berlaku
Sehingga dapat disimpulkan bahwa akuntan publik tidak akan
menetapkan fee lebih rendah dari akuntan pendahulu dengan alasan
akan menimbulkan keraguan mengenai kemampuan dan kompetensi
akuntan publik dalam menerapkan standar teknis dan standar
profesional yang berlaku. Sehingga berapapun besanya fee yang
mereka terima tidak akan mempengaruhi hasil kerja mereka. Karena
pada awalnya akuntan publik tersebut sudah mengetahui imbalan yang
akan mereka terima. (Aron Simanjuntak:2008).
. Berdasarkan pada hasil uji t-statistik, hasil penelitian ini
menunjukan bahwa variabel independensi (IND), keahlian auditor
(KEA), pengalaman audit (PEA) berpengaruh signifikan terhadap
kualitas audit (KLTS). Sedangkan untuk variabel-variabel independen
lainnya yaitu, lamanya proses audit (LPRO), jumlah klien (JUM),
ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien (KKK), dan audit fee
(AUDF) tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit (KLTS).
Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian yang dilakukan
oleh Liliek (2008) yang menunjukan bahwa variabel yang signifikan
mempengaruhi kualitas audit adalah independensi dan kompetensi
88
auditor. Pengalaman auditor juga berpengaruh signifikan terhadap
kualitas audit. Sedangkan lamanya proses audit, jumlah klien, ukuran
kekayaan dan kesehatan keuangan klien, dan audit fee tidak
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Akan tetapi berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Deis dan Giroux (1992) dalam
Nasrullah (2003) yang menyimpulkan bahwa jumlah klien, lamanya
proses audit, serta ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Serta penelitian yang
dilakukan oleh Ramy & Haim Falk (1996) dalam Nasrullah (2003),
yang menyatakan bahwa audit fee berpengaruh signifikan terhadap
kualitas audit.
4. Hasil Uji F
Tabel 4.22
Uji F Statistik Anova(b)
Model Sum of Squares Df
Mean Square F Sig.
1 Regression 472.296 7 67.471 9.291 .000(a) Residual 268.681 37 7.262
Total 740.978 44
a Predictors: (Constant), AUDF, JUM, PEA, KEA, LPRO, KKK, IND b Dependent Variable: KLTS
Sumber: Data diolah
Uji F Statistik pada dasarnya digunakan untuk melihat apakah
variabel independen dapat memprediksi atau memiliki pengaruh terhadap
variabel dependen sebagai variabel yang dipengaruhi. Dengan syarat jika
probabilitas memenuhi taraf signifikasi lebih kecil dari 0,05. Dari hasil
89
pengujian Anova atau F test didapat nilai F hitung sebesar 9,291 dengan
probabilitas 0,000. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05 maka
model regresi dapat digunakan untuk faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas audit atau dapat dikatakan bahwa independensi, kompetensi
auditor, pengalaman auditor, lamanya proses audit, jumlah klien, ukuran
kekayaan dan kesehatan keuangan klien serta audit fee secara bersama-
sama berpengaruh terhadap kualitas audit.
Berdasrakan hasil uji F, hasil penelitian ini menunjukan bahwa
bahwa independensi, kompetensi auditor, pengalaman auditor, lamanya
proses audit, jumlah klien, ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien
serta audit fee secara bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas audit.
Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasrullah (2003)
yang menunjukan bahwa secara bersama-sama terdapat pengaruh yang
signifikan antara seluruh variabel independen (Tenure, Jumlah klien,
Kesehatan keuangan klien, adanya pihak ketiga yang akan melakukan
review atas laporan audit, independen auditor yang efisien, Level of Audit
fees, Tingkat perencanaan kualitas audit) terhadap variabel dependen
kualitas audit.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa independensi, kompetensi
auditor, pengalaman auditor, lamanya proses audit, jumlah klien, ukuran
kekayaan dan kesehatan keuangan klien serta audit fee secara bersama-
sama berpengaruh terhadap kualitas audit. Semakin seorang akuntan
publik itu bersikap independen maka opini atau pendapat yang dihasilkan
90
atas pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan publik tersebut dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Sekar Mayang Sari (2003: 6) menyebutkan bahwa independensi
adalah sikap yang diharapkan dari seorang auditor untuk tidak mempunyai
kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan
dengan prinsip integritas dan objektivitas. Setiap akuntan harus
memelihara integritas dan objektivitas dalam tugas profesionalnya dan
setiap auditor harus independen dari semua kepentingan yang bertentangan
atau pengaruh yang tidak laya k. Berdasarkan pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa independensi merupakan sikap seseorang untuk
bertindak jujur, tidak memihak, dan melaporkan temuan -temuan hanya
berdasarkan bukti yang ada.
Kompetensi auditor secara bersama-sama mempengaruhi kualitas
audit. Semakin tinggi kompetensi atau keahlian seorang auditor maka
dapat mempengaruhi ketepatan waktu penyelesaian audit , karena auditor
dengan keahlian yang tinggi akan mampu meminimalisasi tingkat
kesalahan. Dalam SPAP dijelaskan tentang standar aud it diantaranya
adalah:
1. Standar Umum: auditor harus memiliki keahlian dan pelatihan teknis
yang memadai, independepensi dalam sikap mental dan kemahiran
profesional dengan cermat dan seksama
2. Standar pelaksanaan pekerjaan lapangan: perencanaan dan supervisi
audit, pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern,
dan bukti audit yang cukup dan kompeten.
91
3. Standar pelaporan: pernyataan apakah laporan keuangan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum, pernyataan mengenai
ketidakkonsistensian penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum,
pengungkapan informatif dalam laporan keuangan, dan pernyataan
pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan.
Pengalaman auditor secara bersama-sama mempengaruhi kualitas
audit, karena auditor dengan pengalaman yang banyak maka: (1) auditor
menjadi sadar terhadap lebih banyak kekeliruan, (2) auditor memiliki salah
pengertian yang lebih sedikit tentang kekeliruan, (3) auditor menjadi sadar
mengenai kekeliruan yang tidak lazim, dan (4) tingkat kesalahan dalam
audit dapat diminimalisasi, dan dapat menyelesaikan audit tepat waktu (Ni
Made: 2005).
Lamanya proses audit secara bersama-sama mempengaruhi
kualitas audit hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Deis &
Geiroux (1992) dalam Nasrullah (2003) yang menyebutkan bahwa
lamanya waktu atau proses audit mempunyai pengaruh signifikan terhadap
kualitas audit, karena semakin lama seorang auditor telah melakukan audit,
maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin rendah, karena auditor
menjadi kurang memiliki tantangan dan prosedur audit yang dilakukan
kurang inovatif atau mungkin gagal untuk mempertahankan sikap
professional skepticism.
Jumlah klien secara bersama-sama mempengaruhi kualitas audit
karena auditor dengan jumlah klien yang banyak biasanya akan menjaga
92
reputasinya. Lennox (1999), menyatakan bahwa perusahaan audit yang
besar dengan jumlah klien yang banyak lebih mampu menangkap signal
akan penyelewengan keuangan yang terjadi dan mengungkapkannya
dalam pendapat audit mereka.
Ukuran dan kekayaan atau kesehatan keuangan klien juga
berkorelasi dengan kualitas audit. Korelasinya menunjukkan hubungan
yang negatif, dengan asumsi bahwa semakin sehat keuangan klien, maka
ada kecendrungan klien tersebut untuk menekan auditor untuk tidak
mengikuti standar. Kemampuan auditor untuk bertahan dari tekanan klien
adalah tergantung pada kontrak ekonomi dan kondisi lingkungan dan
gambaran perilaku auditor, termasuk di dalamnya adalah : (a) pernyataan
etika profesional, (b) kemungkinan untuk dapat mendeteksi kualitas yang
buruk, (c) figur dan visibility untuk mempertahan profesi, (d) Auditing
berada (menjadi) anggota komunitas profesional, (e) tingkat interaksi
auditor dengan kelompok Professional Peer Groups, dan (f) Normal
internasional profesi auditor. (Nasrullah: 2003).
Audit fee secara bersama-sama dapat mempengaruhi kualitas
audit. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramy & Haim Falk
(1996) dalam Nasrullah (2003) yang menerangkan bahwa audit fee yang
lebih tinggi akan merencanakan audit kualitas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan audit fee yang lebih kecil.
Ketika seorang auditor melaksanakan tuganya untuk mengaudit
perusahaan, maka diperlukan perencanaan untuk memperhitungkan biaya
93
yang akan dikeluarkan atas jasa yang telah diterima klien dan waktu yang
akan digunakan untuk melaksanakan proses audit. Besarnya fee audit
ditentukan oleh banyak faktor. Namun demikian, pada dasarnya terdapat 4
faktor dominan yang menentukan besarnya fee audit, yaitu (Abdul Halim,
2001:89): (1) Karakteristik keuangan, seperti tingkat penghasilan, laba,
aktiva, modal, dan lain-lain, (2) Lingkungan, seperti persaingan, pasar
tenaga profesional, dan lain-lain, (3) Karakteristik operasi, seperti jenis
industri, jumlah lokasi perusahaan, jumlah lini produk, dan lain-lain, (4)
Kegiatan eksternal auditor, seperti pengalaman, tingkat koordinasi dengan
internal auditor, dan lain-lain.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
94
hwa
tian in
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas audit. Faktor-faktor tersebut adalah (1) independensi,
(2) keahlian auditor, (3) pengalaman auditor, (4) lamanya waktu/proses audit,
(5) jumlah klien, (6) ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien, (7) audit
fee. Responden pada penelitian ini adalah akuntan publik yang bekerja di
kantor akuntan publik (KAP) dan sudah pernah melakukan perikatan dengan
klien. Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah 45 orang.
Berdasarkan hasil pengujian dan analisis data dapat diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
a. Independensi auditor, kompetensi/keahlian auditor, pengalaman auditor,
lamanya waktu/proses audit, jumlah klien, ukuran kekayaan dan kesehatan
keuangan klien serta audit fee secara bersama-sama berpengaruh secara
signifikan terhadap kualitas audit.
b. Variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi kualitas audit adalah
variabel independensi auditor. Karena pada penelitian sebelumnya
menyebutkan bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap
kualitas audit, sedangkan dari hasil uji t dalam penelitian ini variabel yang
paling signifikan adalah pengalaman auditor karena variabel tersebut
memiliki nilai sifgnifikan paling rendah yaitu sebesar 0.003 sehingga
pengalaman auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
B. Implikasi
Implikasi pada peneli 95 i didasarkan dari kesimpulan ba
faktor-faktor independensi (IND), keahlian auditor (KEA), pengalaman auditor
95
(PEA), lamanya proses audit (LPRO), jumlah klien (JUM), ukuran kekayaan
dan kesahatan keuangan klien (KKK), serta audit fee (AUDF) secara bersama-
sama dapat mempengaruhi kualitas audit. Implikasinya adalah sebagai berikut:
1. Membantu para akuntan publik dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas audit, sehingga diharapkan dapat menjadi
pedoman atau acuan oleh para akuntan publik tersebut dalam membangun
audit yang berkualitas.
2. Memberikan informasi kepada para akuntan publik tentang faktor apa saja
yang membuat suatu audit itu berkualitas dan cara membangun kualitas itu
sendiri diantaranya adalah: (1) Perlunya melanjutkan pendidikan
profesionalnya bagi suatu tim audit, sehingga mempunyai keahlian dan
pelatihan yang memadai untuk melaksanakan audit. (2) Dalam
hubungannya dengan penugasan audit selalu mempertahankan
independensi dalam sikap mental, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena
ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. (3) Dalam
pelaksanaan audit dan penyusunan laporan, auditor tersebut menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. (4) Membuat
laporan audit yang menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan pengungkapan
yang informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, jika
tidak maka harus dinyatakan dalam laporan audit.
3. Menambah literatur penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas audit diantaranya adalah independensi (IND), keahlian auditor
96
(KEA), pengalaman auditor (PEA), lamanya proses audit (LPRO), jumlah
klien (JUM), ukuran kekayaan dan kesahatan keuangan klien (KKK), serta
audit fee (AUDF). Selain itu, penelitian ini bisa jadi bahan masukan bagi
Institut Akuntan Publik Indonesia sebagai organisasi profesi akuntan
publik dalam memenuhi tuntutan profesionalisme akuntan publik dalam
berpraktek.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini dan untuk penelitian-penelitian
selanjutnya penulis memberi saran-saran antara lain:
1. Penelitian selanjutnya sebaiknya lebih memperbanyak responden dalam
penelitian dan memperluas area survey tidak hanya pada satu wilayah saja,
sehingga hasil penelitian lebih dapat digeneralisasi.
2. Penelitian selanjutnya sebaiknya melibatkan responden tidak hanya dari
kalangan akuntan publik saja, tetapi juga dari para pemakai jasa akuntan
publik agar hasil penelitian lebih objektif.
3. Penelitian ini hanya menggunakan beberapa kombinasi faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas audit diantaranya independensi (IND), keahlian
auditor (KEA), pengalaman auditor (PEA), lamanya proses audit (LPRO),
jumlah klien (JUM), ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien
(KKK), serta audit fee (AUDF). Peneliti selanjutnya diharapkan
mengidentifikasi faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas
audit diantaranya adalah adanya pihak ketiga yang akan melakukan review
atas laporan audit audit serta tingkat perencanaan kualitas audit.
97
4. Pada penelitian selanjutnya waktu penelitian untuk responden akuntan
publik sebaiknya jangan dilakukan pada kurun waktu bulan Januari-April,
karena pada waktu-waktu tersebut merupakan waktu sibuk bagi akuntan
publik untuk mengaudit sehingga tingkat pengembalian data dari akuntan
publik pada kurun waktu tersebut sangat minim.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Halim. “Auditing (Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan)”, Jilid 1, UPP
AMP YKPN, Yogyakarta, 2001.
Abdul, Hamid. “Pedoman penulisan skripsi” , Jakarta, fakultas ilmu ekonomi
dan sosial UIN Syarif Hidayatullah, 2007.
98
Agoes, Sukrisno.“Auditing (Pemeriksaan Akuntan)” oleh Kantor Akuntan Publik Edisi Ketiga. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Jakarta, 2004.
Amin Widjaja Tunggal. “Dasar-Dasar Audit Operasional”, harvarindo, Jakarta,
2008.
Arens, Alvin A dan Loebbecke, James K. “Auditing: An Integrated Approach”.
8th edition: Prentice-Hall, Ney Jersey, 2000.
Arens, Alvin A, Randal J, Elder, dan Mark S, Beasley. “Auditing dan Jasa
Assurance” Edisi ke Dua belas Jilid 1, Terjemah Herman Wibowo, Erlangga, Jakarta, 2008.
Aron Simanjuntak, “Audit fee” artikel diakses tanggal 30 juli 2009, dari
http://www-wordpress.com.
Boynton, W.C, Johnson, R.N., and Kell, W.G.” Modern Auditing.” 7’th Edition John Wiley & Sons, Inc, Amerika, 2001.
Deis, Donald R. Jr & Gary A.Giroux. “Determinants of Audit Quality in the
Public Sector”, The Accounting Review, Vol 67, No.3, 1992.
Elitzur Ramy & Haim Failk. “Planned Audit Quality”, Journal of Accounting &
Public Policy 15.247-269, North Holland, 1996.
Gul, Ferdinand, A. “Banker’s perceptions of factors affecting auditor
independence accounting, auditing and accountancy journal vol. 2, no. 3”,
1989.
Hariri, Maslichah, “Pengaruh Audit Fee dan Kesadaran Etis Terhadap Perilaku
Auditor Ekstern dalam Situasi Konflik Audit pada Kantor Akuntan Publik
di Malang”, Vol 3 No. 1, Jurnal Ilmiah Bidang Manajemen Dan
Akuntansi, 2006.
Hery, Halomoan. “Analisis Efektivitas Perlakuan Independensi Akuntan Publik
dalam Membangun Kualitas Audit”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial,
UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.
Hogan, C.E. “Cost and Benefits of Audit Quality in The IPO Market: A Self Selection Analysis”. The Accounting Review, 1997.
Husein, Umar. “Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis”, Edisi Kedua, PT. Raja Grafindo Persada, Jak9a9rta, 2008.
Ida, Suraida. “Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit Dan Resiko Audit
Terhadap Skeptisme Professional Auditor Dan Ketepatan Pemberian
99
Opini Akuntan Public”, Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran, Bandung, 2005.
I Gusti, Agung Rai. “Audit Kinerja pada Sektor Public”, Salemba Empat, Jakarta
2008.
Ikatan Akuntan Indonesia. “Standar Akutansi Keuangan” Per 1 Januari 2001,
Cetakan Kesatu , Salemba Empat, Jakarta, 2002.
Imam, Ghozali.”Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”,
Universitas Diponegoro, Semarang:2005
Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang.”Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi dan Manajeman”,Yogyakarta,2002.
Knapp. M. “Audit Conflict an Empirical Study of the Perceived Ability of the
Auditor to Resist Management Pressure” The Accounting Review, April, 1985.
Lasmahadi, A. “Sistem Manajemen SDM Berbasis Kompetensi”. http://www.e-
psikologi.com, 2000.
Liliek Purwanti. “Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas
Audit dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi”, Fakultas
Ekonomi, Universitas Brawijaya Malang, 2008.
Mautz, R.K. dan Neary, R.D. “Coorporate Audit Committee- Quo Vadis” the
accounting review, Oktober, 1979.
Mayang, Sari. “Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi Terhadap Pendapat
Audit: Sebuah Kuasi Eksperimen”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.
6. No. 1. Januari, p. 1-22, 2003.
Meifida, Ilyas. “Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Penggunaan Bukti
Tidak Relevan Dalam Auditor Judgment”, Universitas Satya Negara
Indonesia, 2006.
Mulyadi. “Auditing”, Buku Satu, Edisi ke-6, Universitas Gajah Mada, Salemba
Empat, Jakarta, 2008.
Nasrullah Djamil. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit Pada
Sektor Public Dan Beberpa Karakteristik Untuk Meningkatkannya”, STIE
nasional Banjarmasin, 2003.
Ni Made Dwi Ratnadi. “Pengaruh Independensi, Keahlian Professional, dan
Pengalaman Kerja Pengawas Intern Terhadap Efektifitas Struktur
Pengendalian Internal”, Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, 2005.
100
Putri Noviani,. “Pengaruh pengalaman dan dan pelatihan pada struktur pengetahuan auditor tentang kekeliruan”, Simposium Nasional Akuntansi
5. Semarang. 2002.
Ridwan. “Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti
Pemula”. Cetakan Pertama, Alfabeta, Bandung, 2005.
Santoso, S. “Buku Latihan SPSS Statistik Parametik”, PT. Elex Media
Komputindo. Jakarta, 2002.
Sawyer, Lawrence B. “Internal Auditing” edisi 5. Salemba Empat .Jakarta, 2005.
Schulz, J.J dan Gustavon, S.D. “Actuaries Perceptions Of Variables Affecting The
Independent Auditors Legal Liability” the accounting review, July, 1987.
Shockley, R.A.” Perceptions of Auditor Independency an Empirical Analysis”
The Acconting Review, Oktober, 1981.
Sugiono. ”Metode Penelitian Bisnis”, CV Alfabeta, Bandung, 1999.
Susan, Irawati. “Auditing”, Cetakan Kesatu, Pustaka, Bandung, 2008.
Susanto,A B. ”competency based HRM”. http//www.jakartaconsultinggroup.com.
Supriyono, R. A. “Pemeriksaan akuntan (auditing): faktor-faktor yang mempengaruhi independensi penampilan akuntan publik”. 1988.
Tuanakotta, T.M. ”Auditing Petunjuk Pemeriksaan Akuntan Publik”, Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Edisi
ketiga, Jakarta,1982.
Wulandari, soliyah. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Independensi
Auditor Eksternal Menurut Persepsi Bankir” Fakultas Ekonomi dan
Ilmu Sosial, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007.
101
LAMPIRAN 1
KUESIONER
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KUALITAS AUDIT
(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik yang Terdapat di Jakarta)
Oleh:
Kurrotul Aini
NIM : 205082000225
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
102
LAMPIRAN 2
HASIL TRY OUT UJI
VALIDITAS DAN REABILITAS
103
LAMPIRAN 3
HASIL UJI VALIDITAS DAN REABILITAS
104
LAMPIRAN 4
HASIL UJI ASUMSI KLASIK
DAN UJI HIPOTESIS
105
A. Identitas Responden
Untuk keperluan keabsahan data penelitian ini, saya harapkan
kepada Bapak/Ibu/Sdra/Sdri untuk mengisi data-data berikut ini:
Nama KAP :
Umur responden :
Jenis kelamin : ( ) Pria ( ) Wanita
Pendidikan terakhir : ( ) D3 ( ) S1 ( ) S2
Jabatan di KAP : ( ) Auditor Yunior ( ) Auditor senior
( ) Supervisor ( ) Manager
( ) Partner
Lama bekerja : ( ) < 1 tahun ( ) 1-5 tahun
( ) 6-10 tahun ( ) 11-20 tahun
( ) 21 tahun atau lebih
B. Cara Pengisian Kuesioner
Pernyataan-pernyataan dibawah ini bertujuan untuk mengetahui
pendapat anda tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit. Pada
setiap pertanyaan telah disediakan bagian lima poin skala disampingnya
dengan keterangan sebagai berikut:
1. Sangat tidak setuju (STS)
2. Tidak setuju (TS)
3. Netral (N)
4. Setuju (S)
5. Sangat setuju (SS)
Anda diminta untuk memberikan jawaban yang tersedia di samping
pertanyaan sesuai dengan jawaban/keadaan anda dengan cara memberi tanda
silang (X).
C. Daftar Pertanyaan
INDEPENDENSI
No Pertanyaan STS TS N S SS
Dalam melaksanakan audit, akuntan publik 1
memiliki rasa percaya diri
Dalam melaksanakan audit, akuntan publik 2
memiliki kemampuan dan keahlian
Dalam melaksanakan audit, akuntan publik 3
bersikap jujur dan adil
Akuntan publik harus objektif dalam
4 memberikan pertimbangan atau saran
terhadap klien
Rasa tanggung jawab yang tinggi harus
5 dimiliki oleh seorang akuntan publik dalam
melakukan audit
Akuntan publik tidak memiliki hubungan 6
khusus dengan klien yang diaudit
Akuntan publik diberi kebebasan dalam 7
mengaudit
Dalam melaksanakan audit seorang akuntan 8
publik bebas dari tekanan klien
Akuntan publik tidak memiliki kepentingan 9
keuangan dengan klien yang sedang diaudit
Akuntan publik tidak menerima fasilitas 10
yang berlebihan selama melaksanakan audit
Akuntan publik memberikan jasa lain selain
11 jasa audit terhadap klien yang sedang
diaudit
Akuntan publik melaksanakan perikatan
12 dengan klien dengan batas waktu 5 tahun
saja
Akuntan publik tidak diperbolehkan
13 mengaudit laporan keungan perusahaan
milik kerabat
Opini yang diberikan oleh suatu kantor
akuntan publik yang berhubungan lama 14
dengan klien tidak dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya
Dalam setiap perikatan audit, akuntan
15 publik memegang teguh kode etik
independensi
Sikap independensi merupakan ukuran 16
profesionalisme seorang auditor
Sikap independensi merupakan cermin
17 ketaatan akuntan publik terhadap standar
profesi
Independensi diatur sesuai dengan standar 18
profesi akuntan publik
KAP mengikuti standar ketentuan IAI 19
tentang independensi personal auditor
Adanya sanksi bagi akuntan publik yang 20
tidak independen saat mengaudit
KOMPETENSI/KEAHLIAN AUDITOR
No Pertanyaan STS TS N S SS
Akuntan publik telah menyelesaikan
1 pendidikan universitas formal untuk
memasuki profesi.
Akuntan publik telah melakukan pelatihan
2 praktik/kursus dan mempunyai pengalaman
dalam auditing.
Akuntan publik telah mengikuti pendidikan
3 profesi berkelanjutan selama karir
professional auditor.
Semakin banyak jumlah klien yang diaudit,
4 maka akan meningkatkan kompetensi/kehlian
auditor dalam melakukan audit.
Semakin kompeten seorang akuntan publik,
5 maka dapat mempengaruhi ketepatan waktu
penyelesaian audit.
PENGALAMAN AUDITOR
No Pertanyaan STS TS N S SS
Semakin berpengalaman seorang akuntan
publik, maka akuntan publik tersebut dapat 1
mengembangkan kemampuannya dalam
melakukan tugas audit.
Semakin berpengalaman seorang akuntan
publik, maka akan semakin peka dan cepat 2
tanggap dalam mendeteksi adanya
kekeliruan.
Semakin berpengalaman seorang akuntan 3
publik, maka akan dapat menyelesaikan tugas
audit tepat waktu.
Semakin berpengalaman seorang akuntan
publik, maka akan mampu menggolongkan 4
kekeliruan berdasarkan tujuan audit dan
sistem akuntansi yang melandasinya.
Semakin berpengalaman seorang akuntan
publik, maka tingkat kesalahan dalam 5
melaksanakan tugas audit akan dapat
diminimalisasi.
LAMANYA PROSES AUDIT
No Pertanyaan STS TS N S SS
Lamanya proses audit yang dilakukan auditor
1 untuk menyelesaikan tugasnya adalah
tergantung dari tingkat kerumitan tugas audit.
Semakin rumit pekerjaan/tugas auditor, maka
2 semakin lama pula proses audit yang
dilakukan
Semakin lama proses audit yang dilakukan
2 oleh akuntan publik, maka akan
mempengaruhi kualitas audit.
Semakin lama proses audit yang dilakukan
3 oleh akuntan publik, maka tidak akan
mempengaruhi kualitas audit.
JUMLAH KLIEN
No Pertanyaan STS TS N S SS
Semakin banyak jumlah klien maka 1
kualitas audit akan semakin baik.
Auditor dengan jumlah klien yang banyak 2
akan berusaha menjaga reputasinya.
Semakin banyak jumlah klien maka tidak 3
akan mempengaruhi kualitas audit.
UKURAN KEKAYAAN DAN KESEHATAN KEUANGAN KLIEN
No Pertanyaan STS TS N S SS
Ukuran kekayaan atau kesehatan keuangan
1 klien juga berkorelasi dengan kualitas
audit.
Semakin sehat keuangan klien, maka ada
kecendrungan klien tersebut untuk 2
menekan auditor untuk tidak mengikuti
standar.
Kemampuan auditor untuk bertahan dari
tekanan klien adalah tergantung pada 3
kontrak ekonomi dan kondisi lingkungan
dan gambaran perilaku auditor.
AUDIT FEE
No Pertanyaan STS TS N S SS
Jika audit fee dari suatu klien merupakan
sebagian besar dari total pendapatan suatu 1
KAP, hal ini dapat mempengaruhi kualitas
audit.
Jika audit fee dari suatu klien hanya
merupakan sebagian kecil dari total 2
pendapatan suatu KAP, hal ini dapat
mempengaruhi kualitas audit.
Jika bapak/ibu mengetahui bahwa fee yang
diperoleh dari seseorang klien merupakan
sebagian besar pendapatan suatu KAP, 3
maka informasi yang disajikan didalam
laporan pemeriksaannya lebih bermanfaat
dan berkualitas .
Jika bapak/ibu mengetahui bahwa fee yang
diperoleh dari seseorang klien merupakan
sebagian kecil pendapatan suatu KAP, 4
maka informasi yang disajikan didalam
laporan pemeriksaannya kurang bermanfaat
dan berkualitas.
Audit fee yang besar, akan mempengaruhi
5 kualitas audit yang dilakukan oleh akuntan
publik.
Audit fee yang kecil, tidak akan
6 mempengaruhi kualitas audit yang
dilakukan oleh akuntan publik.
KUALITAS AUDIT
No Pertanyaan STS TS N S SS
KAP dan Tim Audit yang mengaudit
perusahaan, sudah berpengalaman dalam 1
mengaudit perusahaan-perusahaan yang
sejenis
KAP dan Tim Audit memiliki pemahaman
2 mengenai industri klien untuk dapat secara
efektif mengaudit suatu perusahaan
KAP responsif terhadap kebutuhan klien
3 (selain kebutuhan akan opini audit atas
laporan keuangan perusahaan)
Anggota Tim Audit secara teknis
berkompeten dalam mengaplikasikan PSAK
4 (Pedoman Standar Akuntansi Keuangan)
dan SPAP (Standar Profesional Akuntan
Publik)
KAP dan anggota dari Tim Audit secara
individual mampu mempertahankan sikap 5
independen dalam kenyataan maupun
dalam menjalankan proses audit
Anggota Tim Audit memiliki kemahiran
6 profesional secara cermat dan seksama
dalam semua aspek audit
KAP memiliki komitmen yang kuat 7
terhadap kualitas
Para manajer dari KAP secara aktif terlibat 8
dalam proses audit
Anggota-anggota dari Tim Audit dapat 9
melakukan pekerjaan lapangan dengan tepat
10 Anggota Tim Audit berinteraksi secara
efektif dengan komite audit sebelum,
selama, dan sesudah proses audit
Anggota Tim Audit memiliki standar etik
11 dan memiliki pengetahuan yang lebih
tentang accounting dan auditing
Anggota tim Audit mempertahankan sikap
12 skeptis (tidak mudah percaya) dalam
menjalankan proses audit
----------TERIMA KASIH----------
Hal : Permohonan Pengisian Kuesioner
Kepada Yth,
Bapak/Ibu/Sdra/Sdri Auditor Independen
Di Kantor Akuntan Publik
Dengan hormat,
Sehubungan dengan tugas akhir yang sedang saya tempuh, maka bersama ini
saya:
Nama : Kurrotul Aini
NIM : 205082000225
Jurusan : Akuntansi/Audit
Fakultas : Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Bermaksud menyampaikan kuesioner penelitian yang berkaitan dengan topik yang
sedang saya teliti, yaitu “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas
Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik yang Terdapat di
Jakarta)”.. Sehubungan dengan hal tersebut, maka saya meminta kesediaan
Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner tersebut dengan objektif. Semua
informasi yang diberikan hanya digunakan untuk kepentingan akademik. Atas
kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i, saya ucapkan terima kasih.
Mengetahui, Hormat Saya,
Pembimbing I Peneliti
(Prof.Dr.Abdul Hamid,MS) (Kurrotul Aini)
Hal : Permohonan Pengisian Kuesioner
Kepada Yth,
Bapak/Ibu/Sdra/Sdri Auditor Independen
Di Kantor Akuntan Publik
Dengan hormat,
Sehubungan dengan tugas akhir yang sedang saya tempuh, maka bersama ini
saya:
Nama : Kurrotul Aini
NIM : 205082000225
Jurusan : Akuntansi/Audit
Fakultas : Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Bermaksud menyampaikan kuesioner penelitian yang berkaitan dengan topik
yang sedang saya teliti, yaitu “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kualitas Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik yang
Terdapat di Jakarta)”.. Sehubungan dengan hal tersebut, maka saya
meminta kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner tersebut
dengan objektif. Semua informasi yang diberikan hanya digunakan untuk
kepentingan akademik. Atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i, saya ucapkan terima
kasih.
Mengetahui, Hormat Saya,
Pembimbing II Peneliti
(Hepi Prayudiawan, SE.,Ak.,MM) (Kurrotul Aini)