analisis dinamika sedimentasi dengan metode …repository.ugm.ac.id/135501/1/geo105 analisis...

11
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA 659 ANALISIS DINAMIKA SEDIMENTASI DENGAN METODE LITOFASIES PADA FORMASI SONDE DI JALUR SUNGAI KEDAWUNG, KECAMATAN MONDOKAN, KABUPATEN SRAGEN, PROVINSI JAWA TENGAH Rizky Wahyu Utama * , Wartono Rahardjo , Moch. Indra Novian Jurusan Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada *corresponding author : [email protected] ABSTRAK Formasi Sonde pada jalur Sungai Kedawung, Kecamatan Mondokan, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, tersusun atas batugamping klastik, napal, dan batulempung. Pengukuran stratigrafi dimulai dari Formasi Kalibeng sebagai batas bawah Formasi Sonde, dan diakhiri oleh Formasi Pucangan pada bagian atasnya. Pembagian fasies didasarkan pada pengamatan batuan secara megaskopis, yang meliputi jenis litologi dan tumpukannya dengan batuan lain. Pengamatan petrografis batuan pada 15 sampel dilakukan untuk membantu menentukan jenis komposisi tiap fasies, serta pengamatan foraminifera kecil bentonik dilakukan untuk mengetahui paleobathimetri tiap lingkungan pengendapannya. Daerah penelitian dapat dibagi menjadi 8 fasies, yaitu fasies grainstone dengan struktur sedimen sejajar (fasies 1), napal (fasies 2), packstone (fasies 3), grainstone dengan struktur sedimen silangsur (fasies 4), rudstone dengan struktur sedimen perlapisan sejajar (fasies 5), batulempung (fasies 6), rudstone dengan struktur sedimen silangsur (fasies 7), dan wackstone (fasies 8). Daerah penelitian dapat dibagi menjadi 6 asosiasi fasies. Pengendapan Formasi Sonde dimulai pada Pliosen Bawah (N19), berupa asosiasi fasies A, tersusun atas perselingan fasies 1 dan fasies 3, dengan sisipan fasies 3 yang terendapkan pada deep shelf margin. Di atasnya terdapat asosiasi fasies B, tersusun atas fasies 4, fasies 5, fasies 3, dengan sisipan fasies 6 yang terendapkan pada foreslope- winnowed platform. Di atasnya terdapat asosiasi fasies C, tersusun atas perselingan fasies 1 dan fasies 3, dengan sisipan fasies 6 yang terendapkan pada open platform. Asosiasi fasies C kembali muncul di atas asosiasi fasies B yang tersusun oleh fasies 4, fasies 7, fasies 1, dan fasies 2. Di atasnya terdapat asosiasi fasies D, tersusun atas fasies 6 yang terendapkan pada lacustrine. Pengendapan Formasi Sonde diakhiri oleh asosiasi fasies C, tersusun oleh fasies 2, fasies 1, fasies 8, dan fasies 7 yang berumur Pliosen Tengah (N20). I. PENDAHULUAN Formasi Sonde merupakan suatu formasi yang berada di Zona Kendeng. Formasi ini tersebar pada jalur yang sempit dari desa Sumberlawang dan Gundih di bagian barat hingga daerah Mojokerto di bagian timur (Harsono, 1982). Penelitian ini dilakukan pada Formasi Sonde, di Sungai Kedawung, Kecamatan Mondokan, Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah (Gambar 1). Fokus penelitian ini adalah pada penafsiran dinamika sedimentasi batuan berdasar litofasiesnya. Lokasi ini dipilih karena litologi pada Formasi Sonde yang tersingkap dalam kondisi yang baik, menerus, dan tidak terganggu oleh struktur geologi regional. Selain itu, litologi pada Formasi Sonde ini secara langsung dibatasi oleh formasi-formasi lain d i bagian bawah dan atasnya, sehingga mudah untuk dilakukan pengukuran stratigrafi. Dalam 1 section yang lengkap Formasi Sonde di daerah penelitian sangat bervariasi, seperti adanya batugamping klastik (wackstone, packstone, grainstone, dan rudstone), napal, dan batulempung. II. KONDISI GEOLOGI REGIONAL Merujuk pada stratigrafi regional menurut Harsono (1982), Formasi Sonde di lokasi tipenya (Desa Sonde, barat Ngawi) tersusun atas batugamping Klitik yang terdiri dari batugamping klastik (grainstone dan packstone), boundstone, dan batugamping yang bersifat breksian. Di atas batugamping

Upload: lammien

Post on 28-May-2019

244 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS DINAMIKA SEDIMENTASI DENGAN METODE …repository.ugm.ac.id/135501/1/GEO105 ANALISIS DINAMIKA SEDIMENTASI...Batas awal pengukuran stratigrafi dimulai ... kuantitatif, yang

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage

15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

659

ANALISIS DINAMIKA SEDIMENTASI DENGAN METODE LITOFASIES PADA FORMASI SONDE DI JALUR SUNGAI KEDAWUNG, KECAMATAN MONDOKAN,

KABUPATEN SRAGEN, PROVINSI JAWA TENGAH

Rizky Wahyu Utama*, Wartono Rahardjo , Moch. Indra Novian

Jurusan Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada *corresponding author : [email protected]

ABSTRAK Formasi Sonde pada jalur Sungai Kedawung, Kecamatan Mondokan, Kabupaten Sragen, Jawa

Tengah, tersusun atas batugamping klastik, napal, dan batulempung. Pengukuran stratigrafi dimulai

dari Formasi Kalibeng sebagai batas bawah Formasi Sonde, dan diakhiri oleh Formasi Pucangan

pada bagian atasnya. Pembagian fasies didasarkan pada pengamatan batuan secara megaskopis,

yang meliputi jenis litologi dan tumpukannya dengan batuan lain. Pengamatan petrografis batuan

pada 15 sampel dilakukan untuk membantu menentukan jenis komposisi tiap fasies, serta pengamatan

foraminifera kecil bentonik dilakukan untuk mengetahui paleobathimetri tiap lingkungan

pengendapannya. Daerah penelitian dapat dibagi menjadi 8 fasies, yaitu fasies grainstone dengan

struktur sedimen sejajar (fasies 1), napal (fasies 2), packstone (fasies 3), grainstone dengan struktur

sedimen silangsur (fasies 4), rudstone dengan struktur sedimen perlapisan sejajar (fasies 5),

batulempung (fasies 6), rudstone dengan struktur sedimen silangsur (fasies 7), dan wackstone (fasies

8). Daerah penelitian dapat dibagi menjadi 6 asosiasi fasies. Pengendapan Formasi Sonde dimulai

pada Pliosen Bawah (N19), berupa asosiasi fasies A, tersusun atas perselingan fasies 1 dan fasies 3,

dengan sisipan fasies 3 yang terendapkan pada deep shelf margin. Di atasnya terdapat asosiasi fasies

B, tersusun atas fasies 4, fasies 5, fasies 3, dengan sisipan fasies 6 yang terendapkan pada foreslope-

winnowed platform. Di atasnya terdapat asosiasi fasies C, tersusun atas perselingan fasies 1 dan

fasies 3, dengan sisipan fasies 6 yang terendapkan pada open platform. Asosiasi fasies C kembali

muncul di atas asosiasi fasies B yang tersusun oleh fasies 4, fasies 7, fasies 1, dan fasies 2. Di atasnya

terdapat asosiasi fasies D, tersusun atas fasies 6 yang terendapkan pada lacustrine. Pengendapan

Formasi Sonde diakhiri oleh asosiasi fasies C, tersusun oleh fasies 2, fasies 1, fasies 8, dan fasies 7

yang berumur Pliosen Tengah (N20).

I. PENDAHULUAN

Formasi Sonde merupakan suatu formasi yang

berada di Zona Kendeng. Formasi ini tersebar

pada jalur yang sempit dari desa

Sumberlawang dan Gundih di bagian barat

hingga daerah Mojokerto di bagian timur

(Harsono, 1982). Penelitian ini dilakukan pada

Formasi Sonde, di Sungai Kedawung,

Kecamatan Mondokan, Kabupaten Sragen,

Provinsi Jawa Tengah (Gambar 1). Fokus

penelitian ini adalah pada penafsiran dinamika

sedimentasi batuan berdasar litofasiesnya.

Lokasi ini dipilih karena litologi pada Formasi

Sonde yang tersingkap dalam kondisi yang

baik, menerus, dan tidak terganggu oleh

struktur geologi regional. Selain itu, litologi

pada Formasi Sonde ini secara langsung

dibatasi oleh formasi-formasi lain d

i bagian bawah dan atasnya, sehingga mudah

untuk dilakukan pengukuran stratigrafi. Dalam

1 section yang lengkap Formasi Sonde di

daerah penelitian sangat bervariasi, seperti

adanya batugamping klastik (wackstone,

packstone, grainstone, dan rudstone), napal,

dan batulempung.

II. KONDISI GEOLOGI REGIONAL

Merujuk pada stratigrafi regional menurut

Harsono (1982), Formasi Sonde di lokasi

tipenya (Desa Sonde, barat Ngawi) tersusun

atas batugamping Klitik yang terdiri dari

batugamping klastik (grainstone dan

packstone), boundstone, dan batugamping

yang bersifat breksian. Di atas batugamping

Page 2: ANALISIS DINAMIKA SEDIMENTASI DENGAN METODE …repository.ugm.ac.id/135501/1/GEO105 ANALISIS DINAMIKA SEDIMENTASI...Batas awal pengukuran stratigrafi dimulai ... kuantitatif, yang

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage

15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

660

tersebut, terdapat napal pasiran yang semakin

ke atas bersifat lempungan. Bagian teratas

ditempati oleh lempung berwarna hijau

kebiruan. Pada beberapa tempat, Forma-si

Sonde tersusun atas batugamping Klitik yang

berkembang menjadi perselingan napal

pasiran. Kemudian pada bagian paling atas

tersusun atas lempung hitam dengan sisipan

batupasir tufan.

III. SAMPEL DAN METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan cara membuat

kolom stratigrafi terukur dengan skala 1:100.

Batas awal pengukuran stratigrafi dimulai

pada Formasi Sonde yang berbatasan langsung

dengan Formasi Kalibeng di bawahnya. Batas

teratas pengukuran stratigrafi dilakukan

hingga ditemukan-nya rudstone dengan

kandungan balanus, yang merupakan batas

tidak langsung dengan Formasi Pucangan di

atasnya. Formasi Pucangan ini dicirikan

dengan floatstone dengan fragmen tuf

karbonatan yang bergradasi menjadi

mudstone. Berdasarkan data paleontologi,

formasi tersebut berumur N21. Pengam-bilan

sampel dilakukan dengan metode semi-

kuantitatif, yang meliputi sampel petrografis

(15 sampel), sampel XRD batuan terpilih (2

sampel), dan sampel ayak foram kecil bentonik

(12 sampel).

IV. DATA DAN ANALISIS FASIES

Berdasarkan aspek jenis litologi dan struktur

sedimennya, daerah pene-litian dapat dibagi

menjadi 9 fasies, yaitu:

Fasies grainstone berlapis sejajar (Gm)

Fasies ini berwarna coklat, ukuran butir pasir

kasar, kemas grain supported, tersusun atas

foraminifera, fragmen cangkang moluska,

litoklas, dan alga, dengan struktur sedimen

berlapis sejajar (Gambar 2). Pada bagian

kontak dengan Formasi Kalibeng, fasies ini

memiliki komposisi berupa litoklas yang cukup

melimpah. Litoklas tersebut merupakan

fragmen napal dengan derajat kebun-daran

menyudut tanggung. Banyaknya litoklas napal

ini kemungkinan berasal dari hasil erosi

batuan Formasi Kalibeng di bawahnya.

Semakin ke atas komposisi litoklas di dalam

fasies grainstone ini semakin sedikit dan

berubah menjadi material bioclastic yang

dominan,

Fasies napal (Mm)

Fasies ini berwarna coklat kehijauan dalam

keadaan segar, ukuran butir matriks <0,02 mm,

butiran karbonat 0,02-2,0 mm, kemas terbuka,

komposisi matriks material kabonat berukuran

lanau, butiran karbonat berupa foraminifera,

cangkang moluska, dan litoklas, dengan

struktur sedimen berlapis sejajar (Gambar 3).

Fasies ini mengalami perkembangan ke atas di

dalam kolom stratigrafi. Pada bagian bawah,

fasies ini hanya berupa sisipan di antara

batugamping, kemudian berkem-bang menjadi

semakin tebal dan ditemukan berlapis dengan

batuan lain pada bagian atas.

Fasies packstone (Pm)

Fasies ini berwarna putih kecoklatan, ukuran

butir pasir sedang, kemas grain supported,

mengandung micrite, ter-susun atas

foraminifera, cangkang moluska, dan litoklas,

dengan struktur sedimen berlapis sejajar

(Gambar 2). Pada ketebalan 16 meter, pada

bagian atas dari fasies ini terdapat fosil jejak

berupa Planolites (kumpulan fosil jejak

Cruziana), yang memiliki kenampakan lurus,

tanpa lobus, dan horisontal.

Fasies grainstone silangsiur palung (Gt)

Fasies ini berwarna coklat, ukuran butir pasir

kasar, kemas grain supported, tersusun atas

foraminifera, oolite, fragmen cangkang

moluska, alga, dan litoklas, dengan struktur

sedimen silangsiur palung (Gambar 4).

Struktur sedimen tersebut dapat terbentuk

akibat adanya rip current (Tucker and Maurice,

1990). Pada interval ketebalan 13,1 meter dan

37,1 meter, pada bagian atas lapisan

grainstone ini terdapat fosil jejak dari

golongan Skolitos, yang memiliki kenampakan

Page 3: ANALISIS DINAMIKA SEDIMENTASI DENGAN METODE …repository.ugm.ac.id/135501/1/GEO105 ANALISIS DINAMIKA SEDIMENTASI...Batas awal pengukuran stratigrafi dimulai ... kuantitatif, yang

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage

15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

661

berupa galian vertikal dengan bentuk lurus,

tidak bercabang, dan berukuran sekitar 10 cm.

Fasies rudstone berlapis sejajar (Rm).

Fasies ini berwarna putih kecoklatan, ukuran

butir matriks pasir kasar dan fragmen <7 cm,

kemas grain supported, dan tersusun atas

foraminifera, fragmen cangkang moluska,

balanus, litoklas, dan alga, dengan struktur

sedimen berlapis sejajar (Gambar 5).

Fasies batulempung berlapis sejajar (Cm)

Fasies ini berwarna coklat, dan tersusun atas

material silisiklastik berukuran lempung,

dengan struktur sedimen berlapis sejajar

(Gambar 5). Dilihat dari dari warna dan

kilapnya, kemungkinan mineral yang

menyusun fasies ini adalah limonit dan

hematit. Di lapangan, fasies ini hanya berupa

sisipan yang berada di antara batugamping

klastik.

Fasies rudstone silangsiur sejajar (Rp)

Fasies ini berwarna putih kecoklatan, ukuran

butir fragmen 2-10 cm dan matriks pasir kasar,

kemas grain supported, dan tersusun atas alga,

fragmen cangkang moluska, koral, balanus,

foraminifera, dan litoklas, dengan struktur

sedimen silangsiur sejajar (Gambar 6). Struktur

sedimen tersebut dapat terbentuk karena

adanya migrasi dari sand-waves (bars) yang

berbentuk linier (Tucker, 2003).

Fasies ini mengalami perkembangan komposisi

penyusun di dalam batuan semakin ke atas.

Pada interval ketebalan 101,6-102,5 meter

fasies ini memiliki kandungan fragmen balanus

yang melimpah. Hal tersebut menunjukkan

bahwa semakin ke atas, koloni-koloni balanus

semakin berkembang di lingkungan tempatnya

hidup (rocky coast)

Fasies batulempung masif (Cms)

Fasies ini berwarna abu-abu cerah dan abu-

abu gelap, beberapa bagian pada fasies ini

terlihat nodul-nodul berwarna biru, ukuran

butir lempung, bedding fissility sedang-rendah,

dan tersusun atas material silisiklastik

berukuran lempung dan foraminifera kecil,

dengan struktur sedimen masif (Gambar 7).

Ciri lain dari fasies ini adalah adanya nodul-

nodul berwarna kebiruan yang disebabkan

oleh kehadiran mineral anhidrit di dalam

batuan (Tabel 1).

Fasies wackstone (Wm)

Fasies ini berwarna coklat, ukuran butir lanau,

kemas mud supported, tersusun atas

foraminifera, fragmen cangkang moluska, dan

litoklas, dengan struktur sedimen berlapis

sejajar.

LINGKUNGAN PENGENDAPAN

Di lihat dari jenis litologi, struktur sedimen,

komposisi batuan, paleo-bathimetri, dan pola

tumpukan sedimen-nya, fasies-fasies tersebut

terendapkan pada lingkungan pengendapan

pantai (high energy). Pratt et al, in Walker and

James (ed) (1992) membagi lingkungan

pengendapan ini menjadi 3 zona berdasarkan

paleobathimetrinya, yaitu Zona Subtidal,

Intertidal, dan Supratidal.

Lingkungan pengendapan pantai zona subtidal

merupakan lingkungan yang selalu di bawah

permukaan air laut. Zona ini dibagi menjadi 2

subzona, yaitu subtidal bawah dan subtidal

atas. Zona subtidal bawah merupakan

lingkungan yang tenang dan tidak terganggu

oleh gelombang harian. Fasies yang

terendapkan pada lingkungan ini antara lain

fasies grainstone berlapis sejajar (Gm), fasies

napal (Mm), fasies packstone (Pm), fasies

rudstone berlapis sejajar (Rm), fasies

batulempung berlapis sejajar (Cm), dan fasies

wackstone (Wm). Sedangkan zona subtidal

atas merupakan lingkungan yang masih

dipengaruhi oleh gelombang harian. Fasies

yang terendapkan pada lingkungan ini adalah

fasies grainstone silangsiur palung (Gt).

Lingkungan ini pada umumnya berada pada

laut dangkal dengan kedalaman + 20-0 meter.

Lingkungan pengendapan pantai zona

intertidal merupakan lingkungan yang dapat

berada di bawah maupun atas gelombang

Page 4: ANALISIS DINAMIKA SEDIMENTASI DENGAN METODE …repository.ugm.ac.id/135501/1/GEO105 ANALISIS DINAMIKA SEDIMENTASI...Batas awal pengukuran stratigrafi dimulai ... kuantitatif, yang

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage

15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

662

harian. Lingkungan ini memiliki beberapa

sublingkungan, seperti tidal creek, channel,

pond, dan lingkungan pantai itu sendiri. Pada

daerah pantai, lingkungan sangat dipengaruhi

oleh wave swash, tidal current, maupun

longshore current. Faktor tersebut yang

menyebabkan fasies pada lingkungan ini

adalah fasies rudstone silangsiur sejajar (Rp).

Oleh karena lingkungan ini yang sangat

dangkal (20-0 meter), beberapa lapisan dari

fasies ini menunjukkan adanya proses

karstitikasi (Gambar 8).

Fasies batulempung masif (Cms) juga

terendapkan pada lingkungan intertidal,

namun pada bagian pond yang cenderung

tertutup dan tenang (Gambar 9). Lingkungan

ini merupakan hasil limpahan banjir dari suatu

channel yang menuju ke arah laut. Minimnya

karbonat pada fasies batulempung ini menun-

jukkan bahwa lingkungan laut menjadi keruh

dan dingin akibat sedimen silisiklastik yang

masuk ke laut cenderung banyak. Hal tersebut

menye-babkan pasokan material karbonat

menjadi sedikit akibat terumbu sebagai

pengahasil karbonat tidak dapat tumbuh.

Berdasarkan interpretasi lingkung-an

pengendapannya, dinamika sedimen-tasi

daerah penelitian sangat dinamis.

Pengendapan Formasi Sonde diawali dengan

pengendapan perselingan fasies grainstone

(Gm), fasies packstone (Pm), dengan sisipan

napal (Mm), yang menumpang secara tidak

selaras di atas napal Formasi Kalibeng. Urutan

ini terendapkan pada lingkungan pantai zona

subtidal bawah, di open marine. Urutan

menunjukkan pola mendangkal ke atas yang

ditunjukkan oleh data paleobathimetrinya.

Di atas urutan ini, terendapkan fasies

packstone (Pm), rudstone (Rm), dengan sisipan

batulempung yang berkembang menjadi

graintone silangsiur palung (Gt). Pada satuan

ini terjadi perulangan urutan yang

menunjukkan pola mendangkal ke atas (zona

subtidal bawah hingga subtidal atas).

Akibat muka air laut relatif yang turun,

terendapkan perselingan fasies grainstone

(Gm) dan fasies packstone (Pm) dengan sisipan

fasies batulempung (Cm) yang terendapkan

pada lingkungan pantai zona subtidal bawah,

di open platform (Gambar 10). Lingkungan

open platform ini ditunjukkan dengan adanya

penipisan batuan ke arah tepi (pinch out),

jumlah genus globigerinoides yang lebih

melimpah dibanding globorotalia, dan

bervariasinya kandungan butiran karbonatnya

(Flugel, 1982).

Muka air laut relatif kembali naik sehingga

lingkungan pengendapan kembali ke open

marine. Pada lingkung-an ini terendapkan

fasies grainstone (Gm) dan fasies rudstone

(Rm) yang berkembang menjadi fasies

grainstone silngsiur palung (Gt). Urutan

tersebut menunjukkan pola mendangkal ke

atas (subtidal bawah-subtidal atas).

Di atas urutan tersebut terendap-kan fasies

napal (Mm), fasies grainstone (Gm), dan

rudstone (Rm) yang berkem-bang menjadi

fasies rudstone dengan struktur sedimen

silangsiur sejajar (Rp). Pada satuan ini terjadi

perulangan urutan yang menunjukkan pola

mendangkal ke atas (zona subtidal bawah

hingga intertidal). Pendangkalan ke atas dipicu

oleh semakin banyaknya sedimen yang masuk

ke dalam cekungan dan kondisi muka air laut

global yang terus turun. Akibat muka air laut

relatif yang terus turun, suatu ketika sebagian

batuan akan terekspos ke permukaan. Oleh

sebab itu, beberapa batuan menunjukkan

lubang-lubang hasil pelarutan (karstifikasi).

Pengendapan sedimen kembali terjadi ketika

cekungan mengalami penurunan, sehingga

urutan mendangkal ke atas ini kembali

terbentuk di atas bidang ketidakselarasan.

Di atas satuan ini terendapkan batulempung

masif (Cms) yang ter-endapkan pada

lingkungan pond. Tebalnya fasies batulempung

masif (Cms) ini disebabkan oleh cekungan

yang mendapat pasokan sedimen silisiklastik

yang melimpah dari darat (Kusumastuti et al,

1999).

Page 5: ANALISIS DINAMIKA SEDIMENTASI DENGAN METODE …repository.ugm.ac.id/135501/1/GEO105 ANALISIS DINAMIKA SEDIMENTASI...Batas awal pengukuran stratigrafi dimulai ... kuantitatif, yang

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage

15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

663

Kemudian, di atas urutan batulempung masif

ini, secara tidak langsung terendapkan urutan

yang tidak lengkap dari lingkungan pantai zona

subtidal bawah hingga intertidal. Hal tersebut

disebabkan oleh sebagian batuan yang

tertutup oleh endapan sungai recent. Urutan

ini berada pada interval ketebalan 83,2-102,5

meter.

V. KESIMPULAN

Litologi yang berada di daerah penelitian

terendapkan pada lingkungan pengendapan

pantai dengan kedalaman +20-0 meter. Pola

sedimentasi yang ditunjukkan oleh tumpukan

fasies-fasiesnya menunjukkan pola yang

bervariasi, yaitu terlihat dari adanya

perulangan urutan yang mendangkal ke atas.

VI. ACKNOWLEDGEMENT

Penulis sangat berterimakasih kepada Jurusan

Teknik Geologi FT Universitas Gadjah Mada

dan jajaran komite beasiswa 2000 yang telah

membantu dalam pendanaan ketika

pengolahan data dilakukan

.

DAFTAR PUSTAKA Flugel, E., 1982, Microfacies Analysis of Limestone, Springer-Verlag, Berlin, 633 p.

Harsono, P., 1982, Biostratigrafi and Paleogeografi Cekungan Jawa Timur Utara, Suatu Pendekatan Baru, Disertasi Doktor, Institut Teknologi Bandung, 183 p.

Gibert, J. M. and Martinell, J., 1996, Trace Fossil Assemblages and Their Paleoenvironmental Significance in the Pliocene Marine Deposites of Baix Ebre (Catalonia, NE Spain), Journal of Geologie Mediterraneenne, p. 211-225.

Jones, B., 1992, Shallow Platform Carbonates, in Walker and James (ed), Facies Models “Response to Sea Level Change”, Geological Association of Canada, Ontario, p. 277-301.

Koesoemo, Y. P., Yuwono, N. T., and Musliki, S., 2006, Sequence Stratigraphy Concept Applied to the Middle Miocene to Pliocene Outcrops in the Northeast Java Basin, Indonesia, Proceeding of the

International Symposium on Sequence Stratigraphy in S.E. Asia, 1996, p. 329-344.

Kusumastuti, A., Darmoyo, A. B., Suwarlan, W., and , Sosromihardjo, S. P. C., 1999, The Wunut Field: Pleistocen Volcaniclastic Gas Sands in East Java, Proceedings of Indonesian Petroleum Association, Seventieth Annual Convention & Exhibition, p. 195-216

Musliki, S., 1997, Hydrocarbon Prospects of the Pliocene Carbonate Deposites in the Northeast Java Basin, Proceeding of National Seminar of Human Resources of Indonesian Geologist, p. 16-32.

Pratama, G. A. P., 2015, Skripsi: Biostratigrafi Foraminifera Plangtonik Formasi Kalibeng Atas dan Sonde, Jalur Sungai Kedawung, Kecamatan Mondokan, Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah, Universitas Gadjah Mada, 135 p.

Pratt, B. R., James, N. P., Cowan, C. A., 1992, Peritidal Carbonate, in James and Walker (ed), Facies Models “Response to Sea Level Change”, Geological Association of Canada, Ontario, p. 303-322.

Tucker, M. E. and Wright, V.P., 1990, Carbonate Sedimentology, Blackwell Science, Oxford, 482 p.

Scholle, P. A. and Scholle, D. S. U., 2003, A Color Guide to the Petrography of Carbonate Rocks: Grains, textures, porosity, diagenesis, Tulsa, The American Association of Petroleum Geologist, 459 p.

Smyth, H., Hall, R., Hamilton, J., and Kinny, P., 2005, East Java: Cenozoic Basins, Volcanoes, and Ancient Basement, Proceedings of Indonesian Petroleum Association, Thirty-Fifth Annual Convention & Exhibition, p. 251-266.

Page 6: ANALISIS DINAMIKA SEDIMENTASI DENGAN METODE …repository.ugm.ac.id/135501/1/GEO105 ANALISIS DINAMIKA SEDIMENTASI...Batas awal pengukuran stratigrafi dimulai ... kuantitatif, yang

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage

15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

664

Walker, R.G., 1992, Facies, Facies Models, and Modern Stratigraphic Concepts, in Walker and James (ed), Facies Models “Response to Sea Level Change”, Geological Association of Canada, Ontario, p. 1-14.

TABEL Tabel 1. Komposisi mineral pada fasies batulempung (Cms) dari data XRD

Sampel 13A Sampel 13B

No Jenis Mineral No Jenis Mineral

1 Kuarsa 1 Kuarsa

2 Kaolinit 2 Kaolinit

3 Montmorilonit 3 Montmorilonit

4 Illit 4 Illit

5 Anhidrit 5 Anhidrit

6 Gipsum 6 Gipsum

7 Pirit

8 Hornblenda

Page 7: ANALISIS DINAMIKA SEDIMENTASI DENGAN METODE …repository.ugm.ac.id/135501/1/GEO105 ANALISIS DINAMIKA SEDIMENTASI...Batas awal pengukuran stratigrafi dimulai ... kuantitatif, yang

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage

15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

665

Tabel 2. Ringkasan analisa petrografi batuan-batuan yang berada di daerah penelitian

Nomor Sampel 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 PENJELASAN

DESKRIPSI

Kemas O o c c - c c c c c o o - o o

Kemas

Ukuran butir (mm)

0,6-0,02

0,8-0,1

0,7-0,02

1,1-0,1

0,004 1,1-0,02

2,0-0,1

3,0-0,1

2,0-0,2

4,0-0,1

1,6-0,2

1,1-0,02

0,004 1,3-0,1

<0,6

o = terbuka

Persentase

c = tertutup

Micrite 58 30,5 37 7 - - 35 25 - 3 63,7 55 100 69 98

Mud - - - - 100 - - - - - 17,2 37,9 - - -

Nama Batuan

Semen - 9 10 17 - 30 10 5 13,5 20 - - - 1,5 -

M = Mudstone

Butiran karbonat W = Wackstone

Alga hijau - - - - - 6,5 1 16,7 2,3 34,5 - - - - -

P = Packstone

Alga merah - - - 0,5 - 0,8 2 - 28 14,5 - - - - -

G = Grainstone

Briozoa 0,5 - - - 13,1 - - - - - - - - -

R = Rudstone

Echinodermata - - - 0,5 - 0,8 1 - - - - - - - -

MM = Muddy micrite

Foram besar 4 3 2 11 - 16,2 7,3 23 15,3 10,4 1 - - 11,5 -

BL = Batulempung

Foram kecil 36 55 48 34 - 23,2 31,5 18,3 7,3 4,3 13,1 4 - 6 2

Moluska - 3 8 - 2,4 7,6 6 4,7 10 0,4 - - 7 -

= Bioklas

Sponge - - - - - - - 2 - - - - - - -

dominan

Litoklas 2 2 - 12 - 7 4,6 4 3,8 3,3 1,6 - - 0,5 -

Oolite - - - - - - - - 16,7 - - - - - -

Oncolite - - - - - - - - 4,4 - - - - - -

Tidak teridentifikasi - - - 10 - - - - - - - - - 2 -

Butiran non-karbonat - - - - - - - - 4 - 3 3,1 - 2,5 -

Nama Batuan W P P G BL G P R G R MM MM BL W M

Page 8: ANALISIS DINAMIKA SEDIMENTASI DENGAN METODE …repository.ugm.ac.id/135501/1/GEO105 ANALISIS DINAMIKA SEDIMENTASI...Batas awal pengukuran stratigrafi dimulai ... kuantitatif, yang

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage

15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

666

GAMBAR

Gambar 1. Posisi relatif daerah penelitian terhadap kota-kota di sekitarnya.

Gambar 2. Kenampakan fasies grainstone berlapis sejajar (Gm) dengan fasies packstone (Pm) pada interval ketebalan 7,9-8,3 meter.

Gambar 3. Kenampakan fasies napal (Mm) pada interval ketebalan 61,6-63,4 meter.

Gambar 4. Kenampakan fasies grainstone silangsiur palung (Gt) pada interval ketebalan

Gambar 5. Kenampakan fasies rudstone (Rm) dengan fasies betulempung (Cm) pada interval

Page 9: ANALISIS DINAMIKA SEDIMENTASI DENGAN METODE …repository.ugm.ac.id/135501/1/GEO105 ANALISIS DINAMIKA SEDIMENTASI...Batas awal pengukuran stratigrafi dimulai ... kuantitatif, yang

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage

15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

667

13,5-14,75 meter. ketebalan 16-16,9 meter.

Gambar 6. Kenampakan fasies rudstone silangsiur sejajar (Rp) pada interval ketebalan 48,5-52,4 meter.

Gambar 7. Kenampakan fasies batulempung masif (Cms) pada interval ketebalan 48,5-52,4 meter.

Gambar 8. Kenampakan karstifikasi pada fasies rudstone (Rp) interval ketebalan 99,5-100,7 meter.

Gambar 9. Lingkungan pengendapan pantai zona intertidal, bagian pond pada daerah penelitian (model menurut Pratt et al, 1992, dengan modifikasi).

Gambar 10. Lingkungan pengendapan pantai zona subtidal bawah, bagian open platform pada daerah penelitian (model menurut Pratt et al, 1992, dengan modifikasi).

Gambar 11. Kenampakan sayatan tipis fasies grainstone berlapis sejajar (Gm) sampel nomor 06 pada sayatan tipis.

Page 10: ANALISIS DINAMIKA SEDIMENTASI DENGAN METODE …repository.ugm.ac.id/135501/1/GEO105 ANALISIS DINAMIKA SEDIMENTASI...Batas awal pengukuran stratigrafi dimulai ... kuantitatif, yang

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage

15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

668

Gambar 12. Kenampakan sayatan tipis fasies packstone berlapis sejajar (Pm) sampel nomor 02 pada sayatan tipis

Gambar 13. Kenampakan sayatan tipis fasies grainstone silangsiur palung (Gt) sampel nomor 04 pada sayatan tipis

Gambar 14. Kenampakan sayatan tipis fasies rudstone berlapis sejajar (Rm) sampel nomor 08 pada sayatan tipis

Gambar 15. Kenampakan sayatan tipis fasies rudstone silangsiur sejajar (Rp) sampel nomor 10 pada sayatan tipis

Gambar 16. Kenampakan sayatan tipis fasies batulempung masif (Cms) sampel nomor 13 pada sayatan tipis

Gambar 17. Kenampakan sayatan tipis fasies wackstone (Wm) sampel nomor 14 pada sayatan tipis

Page 11: ANALISIS DINAMIKA SEDIMENTASI DENGAN METODE …repository.ugm.ac.id/135501/1/GEO105 ANALISIS DINAMIKA SEDIMENTASI...Batas awal pengukuran stratigrafi dimulai ... kuantitatif, yang

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage

15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

669

Gambar 18. Kolom stratigrafi Formasi Sonde Jalur Sungai Kedawung (Utama, 2015)