analisis deskriptif kecerdasan emosional pada kisah kisah...

95
ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH-KISAH AL-QURAN DAN UPAYA PENGEMBANGANNYA PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 9 TAHUN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh: Lia Widyawati NIM: 107011000241 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M

Upload: trinhkiet

Post on 06-Feb-2018

245 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN

EMOSIONAL PADA KISAH-KISAH AL-QURAN

DAN UPAYA PENGEMBANGANNYA PADA ANAK

USIA 6 SAMPAI 9 TAHUN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

Lia Widyawati

NIM: 107011000241

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M

Page 2: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING

ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASANEMOSIONAL PADA KISAH.KISAH AL.QURAN

DAN UPAYA PENGEMBANGANNYA PADA ANAKUSIA6SAMPAI 9TAHUN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.I)

Oleh:

Lia WidvawatiNIM: 107011000241

Dibawah Bimbingan :

NIP: 1971 103 191998032001

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAMFAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA

1435 H/2014 M

Page 3: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH

Skipsi berjudul "ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASANEMOSIONAL PADA KISAH.KISAH AL.QURAN DAN UPAYAPENGEMBANGANNYA PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 9 TAHUN"disusun oleh Lia Widyawati Nomor Induk Mahasiswa 107011000241, diajukankepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif HidayatullahJakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 03 Juli2014 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelarSarjana S1 (S.Pd.D dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, Juli20l4

Panitia Uj ian Munaqasah

Tanggal

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi)

Dr. H. Abdul Maiid Khon. M.Ae

NIP. 19580707 198703 1 005

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi)

Marhamah Saleh

NIP. 19720313 200801 2010

Penguji I

Siti 4hadiiah. MA

NrP. 19700727 199703 2 004

Penguji II

Dra. Elo AL Busis. M.As

NrP. 19560119 t99403 2 001

MA. :1) f:r?!1Lc

2p4

Mengetahui:

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

rl, t,o11"'r'T"""""""'

Tanda Tangan

NIP. 19591020 r98603 2 001

Page 4: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

SIIRAT PERNYATAAN KARYA ILMIAII

Yang bertandatangan di bawah ini:: Lia Widyawati:1070I1000241: Pendidikan Agama Islam

: Jl. H" Sulaiman No. 12 Bedahan Kec. Sawangan Kota Depok

Nama

NIMJurusan

Alamat

Nama PembimbingNIPJurusanlProgram Studi

:Dr.Sururin, MA.:1971103191998032001

: Pendidikan Agama Islam

Dengan ini menyatakan :

Bahwa skripsi yang berjudul Analisis Deskriptif Kecerdasan Emosional Pada

Kisah-Kisah Al-Qru'an Dan Pengembangannya Pada Anak Usia 6 Sampai 9

Tahun adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

Demikian surat prnyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siaprrenerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karyasendiri.

Iakarta,03 Juli 2014

Yang Menyatakan

Lia WidyawatiMM. 107011000241

Page 5: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

i

ABSTRAK

Lia Widyawati, NIM. 107011000241, Skripsi Analisis Deskriptif Kecerdasan

Emosional Pada Kisah-kisah Al-Qur’an Dan Upaya Pengembangannya Pada

Anak Usia 6 sampai 9 Tahun, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Juli 2014.

Skripsi ini membahas tentang konsep kecerdasan emosional bertujuan untuk

mengenalkan kepada manusia atau masyarakat betapa pentingnya

mengembangkan kecerdasan emosional sejak dini. Karena kecerdasan emosional

merupakan aspek pendukung dalam mengembangkan kecerdasan intelektual (IQ).

Selain itu, ia juga menjelaskan tentang perkembangan emosi anak usia 6 sampai 9

tahun dalam merealisasikan kecerdasan emosionalnya tersebut. Adapun metode

yang penulis gunakan dalam skripsi ini adalah metode deskriptif, melalui

pendekatan deskriptif dalam menemukan jawaban yang terkait dengan

permasalahan yang ada pada skripsi ini.

Dalam mencapai hasil perkembangan yang baik, terdapat lima kecakapan atau

kemahiran yang perlu dikembangkan dalam kecerdasan emosional ini, yaitu

kemahiran mengenali emosi diri, kemahiran pengaturan diri, kemahiran empati,

dan kemahiran memotivasi emosi diri, serta kemahiran dalam membina hubungan

dengan orang lain. Kelima kecakapan tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama

lain. Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut yang tidak berkembang

dengan baik, maka kecerdasan emosional seorang itu dapat dikatakan belum

sempurna dan sulit untuk mengembangkannya ketika ia telah tumbuh dewasa.

Dalam mengembangkan kecerdasan emosional dibutuhkan sarana yang

tepat yang berkaitan dengan Pendidikan Agama Islam. Oleh karenanya, dalam

pembahasan ini dikaitkan dengan kisah-kisah Nabi yang terkandung dalam

Al-Quran. Ada tiga kisah tentang Nabi yang berhubungan dengan perkembangan

emosi anak, yaitu kisah kedua putra Nabi Adam as., Nabi Nuh as., dan Kisah

kelahiran Nabi Musa as. Di dalam ketiga kisah tersebut terdapat berbagai macam

hikmah yang dapat diambil untuk diteladani dalam perkembangan pribadi seorang

anak.

Page 6: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

ABSTRACT

Lia Widyawati, NIM. 107011000241, “Skripsi”, Analysis Of Descriptive

Of Emotional Intelligence In Quran Histories And The Effort Of

Achievement In Child Of 6 To 9 Years Old. Islamic Department, July 2014.

This “Skripsi” explains about the concept of emotional intelligence that

aims to introduce human being or people how it is important to develop the

emotional intelligence in early age because it is one of many aspects needed in

developing the intelligence intellectual (IQ). Besides, it also explains about the

developing the child emotion in 6 and 9 years old in realizing that. The method

used in this “skripsi” is the descriptive method, through the descriptive approach

finding the solution and answer related to the problem which is discussed.

In achieving the result of good development, there are five accomplishments

or skills which have to be developed in this emotional intelligence, those are the

skill of recognizing the emotion, the competence of self-regulation, empathy

skills, the skills of motivating ourselves, and the skills of leading the other

relationships. The five skills mentioned cannot be separated from each other. If

one of these skills is not good, the emotional intelligence will not complete and

difficult to develop when he grows up.

In developing the emotional intelligence, it needs the proper things which

are related to the Islamic education. Therefore, this discussion is associated with

the prophet storiesin the Quran. There are three prophet stories related to the

development of the child emotion, namely the story of two Adam’s sons, Noah,

and the birth of Musa. There are many lessons which can be learned from those

stories to be applied in developing the child character.

Page 7: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

ii

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulilah, kata yang dapat saya ucapkan kepada Tuhan yang

Maha Agung dan Bijaksana, yakni Allah SWT. karena berkat limpahan rahmat

dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini yang berjudul

“ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH-

KISAH AL-QUR’AN DAN UPAYA PENGEMBANGANNYA PADA ANAK

USIA 6 SAMPAI 9 TAHUN”.

Shalawat teriring salam tidak lupa penulis sampaikan kepada sang rahmatan

lil ‘alamin Nabi Muhammad Saw. beserta keluarganya, para sahabat, dan para

pengikutnya yang setia sampai akhir zaman. Beliau yang menjadi tauladan bagi

penulis untuk terus berusaha menyelesaikan skripsi ini yang menjadi sebuah

kewajiban bahwa menuntut ilmu pengetahuan wajib hukumnya bagi setiap

muslim.

Penulis sampaikan rasa terima kasih yang begitu besar kepada kedua orang

tua yang telah menyayangi, membiayai, serta senantiasa mendoakan penulis agar

menjadi sukses dan bermanfaat setelah menempuh perjuangan masa kuliah di

universitas ini.

Salam ta’zim penuh khidmat penulis kepada Ibu Dr. Sururin, MA. yang telah

memberikan waktu luang kepada penulis dalam membimbing sehingga

terselesaikannya skripsi ini. Terima kasih atas semua kebaikan Ibunda semoga

Allah membalas dengan berlipat ganda. Amin.

Karya skripsi ini merupakan hasil perjuangan panjang yang penulis tempuh

selama mengenyam pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penyelesaian

ini tidak lepas dari motivasi dan dukungan orang-orang yang berhati luhur,

dengan segala gormat penulis sampaikan terima kasih kepada:

1. Dra. Nurlena Rifa’i, MA. Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 8: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

iii

2. Dr. H. Abdul Majid Khon, MA., ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Marhamah Saleh, Lc. MA, Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Sururin, MA, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak

memberikan pengarahan secara berkala kepada penulis hingga

terselesaikannya skripsi ini.

5. Segenap Dosen yang ada di Jurusan PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan yang telah memberikan ilmu pengetahuannya dari semester

pertama hingga semester terakhir penulis.

6. Kedua orang tua penulis, Bapak H. Bacheroni dan Ibu Hj. Rohimah serta

yang senantiasa membimbing dan memotivasi baik secara moril maupun

materil.

7. Suami penulis tercinta, Ahmad Syarif, S,Pd.I beserta buah hati tersayang,

Faazat Faradina Syarief yang selalu memberikan inspirasi dan

penyemangat penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

8. Untuk rekan-rekan seperjuangan, Jurusan PAI angkatan 2007 khususnya

kelas A yang telah memberikan warna selama menempuh studi kuliah di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Karya skripsi ini bukanlah akhir dari kesempurnaan pemikiran penulis, masih

banyak kekurangan dan kesalahan yang penulis lakukan dalam penyusunan karya

ini. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun senantiasa diharapkan guna

penyempuraan di masa mendatang.

Jakarta, 02 Juni 2014

Penyusun

Page 9: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

iv

DAFTAR ISI

JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH

LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH

ABSTRAK .......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .............................................................. 6

C. Pembatasan Masalah ............................................................. 7

D. Perumusan Masalah .............................................................. 8

E. Tujuan Penelitian .................................................................. 9

F. Kegunaan Penelitian.............................................................. 9

G. Metode Penelitian.................................................................. 9

1. Sumber Data .................................................................. 10

a. Sumber Data Primer ............................................... 10

b. Sumber Data Sekunder ........................................... 11

2. Pendekatan Penelitian ................................................... 11

3. Teknik Penulisan ........................................................... 12

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG KECERDASAN EMOSIONAL

A. Pengertian Kecerdasan Emosional ....................................... 13

1. Pengertian Emosi............................................................. 13

2. Pengertian Kecerdasan Emosional................................... 16

B. Kecakapan-kecakapan Utama Kecerdasan Emosional ......... 19

1. Mengenali Emosi Diri...................................................... 19

2. Mengelola Emosi Diri...................................................... 20

3. Memotivasi Diri Sendiri .................................................. 22

4. Mengenali Emosi Orang Lain .......................................... 23

Page 10: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

v

5. Membina Hubungan Dengan Orang Lain ....................... 24

C. Karakteristik Perkembangan Kecerdasan Emosional Untuk

Anak 6 sampai 9 Tahun......................................................... 26

D. Sasaran Kecerdasan Emosional............................................. 29

BAB III KISAH-KISAH DALAM AL-QURAN ...................................... 32

A. Pengertian Kisah Al-Quran ................................................... 32

1. Pengertian Kisah ........................................................... 32

2. Pengertian Kisah Al-Quran ........................................... 35

B. Macam-macam Kisah dalam Al-Quran ................................. 36

C. Kisah-kisah Nabi dalam Al-Quran ........................................ 38

1. Kisah Dua Putra Nabi Adam as.: Qabil dan Habil ........ 39

2. Kisah Nabi Nuh as. ........................................................ 42

3. Kisah Kelahiran Nabi Musa as. ..................................... 47

BAB IV ANALISIS KISAH-KISAH DALAM AL-QURAN MENGENAI

KECERDASAN EMOSIONAL PADA PERKEMBANGAN

ANAK USIA 6 – 9 TAHUN ....................................................... 53

A. Aspek-aspek Kemahiran Kecerdasan Emosional pada

Perkembangan Anak Usia 6 – 9 Tahun melalui Kisah-kisah

Al-Quran ............................................................................... 53

1. Kemahiran Mengenali Emosi Diri ................................ 53

2. Kemahiran Mengelola Emosi Diri ................................ 57

3. Kemahiran Memotivasi Emosi Diri .............................. 61

4. Kemahiran Mengenali Emosi Orang Lain .................... 67

5. Kemahiran Membina Hubungan Dengan Orang Lain .. 71

B. Upaya Penerapan Kecerdasan Emosional pada Anak Usia 6 – 9

Tahun ..................................................................................... 75

BAB V PENUTUP ................................................................................... 78

A. Kesimpulan ........................................................................... 78

B. Saran-saran ............................................................................ 80

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 82

Page 11: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam dunia pendidikan saat ini, banyak dari masyarakat yang

menganggap bahwa anak yang memiliki tingkat kecerdasan intelektual

(Intelligence Qoutient) yang tinggi, maka anak tersebut memiliki peluang

untuk meraih kesuksesan yang lebih besar dibanding dengan anak-anak yang

lain. Apabila melihat kenyataan yang terjadi pada saat ini, banyak sarjana

yang belum sukses dalam pekerjaannya, mirisnya lagi bahkan masih ada yang

menjadi pengangguran. Namun seringkali orang yang memiliki pendidikan

formal lebih rendah, justru sebaliknya mereka banyak yang berhasil.1

Orangtua adalah guru pertama bagi anak-anaknya, untuk itu orangtua

harus mengetahui kecerdasan apa yang pertama-tama patut dimiliki seorang

anak. Muhammmad Muhyidin mengatakan bahwa kecerdasan yang pertama-

1 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ,

(Jakarta: Arga, 2001), h. 41.

Page 12: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

2

tama patut dimiliki seorang anak adalah kecerdasan emosional, sebelum anak

memiliki kecerdasan-kecerdasan yang lain.2

Daniel Goleman, yang telah berjasa mempopulerkan kecerdasan

emosional (Emotional Qoutient) pada akhir tahun 1995, menjelaskan bahwa

ada patokan lain yang menentukan tingkat kesuksesan seseorang selain IQ

(Intelligence Quotient). Ia berpendapat bahwa keberhasilan kita tidak hanya

ditentukan oleh IQ semata tetapi juga kecerdasan emosional.3 Selanjutnya ia

juga telah membuktikan bahwa tingkat emosional manusia ternyata lebih

mampu memperlihatkan kesuksesan seseorang.

Mengadaptasi dari definisi Peter Salovey, Daniel Goleman membagi

kecakapan Kecerdasan emosional dalam lima ranah utama yaitu ; mengenali

emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang

lain dan membina hubungan.4

Kecerdasan emosional dengan beberapa kecakapan utamanya ini, tidaklah

mudah diperoleh karena ia tidak hadir dan dimiliki secara tiba-tiba atau

langsung jadi. Sebaliknya, kemampuan tersebut harus dipelajari sejak dini.

Kecerdasan emosional tumbuh dan berkembang seiring dengan pertumbuhan

seseorang sejak lahir hingga meninggal dunia. Anggapan masyarakat untuk

menekankan kecerdasan intelektual (Intelligence Qoutient) pada anak saja

tidak cukup untuk menjamin kesuksesannya, hal ini harus diimbangi dengan

menanamkan kecerdasan emosional (Emotional Qoutient). Pentingnya

penanaman kecerdasan emosional ini salah satunya dapat dilihat dalam sebuah

riset keterbatasan peranan IQ.

2 Muhammmad Muhyidin, Manajemen ESQ Power, (Jogjakarta: DIVA Press, 2007), h. 180.

3 Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi; Untuk mencapai Puncak Prestasi, Terj. dari buku,

Working with Emotional Inteligence,oleh Alex Tri Kantjono Widodo, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama, 1999), Cet. 6, h. 512. 4 Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional, Terj. dari Emotional Intellegence, oleh

T. Hermaya, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000), h. 59.

Page 13: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

3

Riset di Macaussets, Amerika. Riset ini meneliti kondisi 450 bayi hingga

40 tahun kemudian. 2/3 anak berasal dari keluarga berpenghasilan terbatas

dan hidup dengan bantuan-bantuan lembaga-lembaga sosial. IQ 1/3 anak

berada dibawah 90. Meskipun demikian, penelitian itu membuktikan bahwa

IQ memberikan pengaruh yang tidak begitu penting bagi mereka dalam

menjalankan pekerjaannya dan hidupnya. Sementara pengaruh terbesar

diberikan oleh kemampuan sederhana yang mereka dapatkan diwaktu kecil,

seperti kemampuan mernyikapi kegagalan, tidak tercapainya harapan,

mengendalikan perasaan-emosi, dan kemampuan hidup berdampingan dengan

orang lain.5

Dengan melihat hasil riset tersebut menunjukkkan EQ mempunyai peran

yang penting dalam menciptakan kemampuan dan keterampilan untuk

keberhasilan anak dimasa yang akan datang. Untuk itu diperlukan barbagai

cara untuk menerapkan kecerdasan emosional pada anak sejak dini, karena

kecerdasan emosional tidak hadir dan dimiliki secara tiba-tiba atau langsung

jadi.

Terdapat berbagai cara untuk menanamkan dan membentuk kecakapan-

kecakapan emosional pada anak. Salah satunya adalah dengan menggunakan

cerita-cerita atau kisah keteladanan. Shapiro berpendapat bahwa kisah-kisah

keteladanan bisa menjadi cara yang paling baik untuk mengajarkan

keterampilan emosional, entah dibacakan dari buku yang sudah ada atau di

karang sendiri.6

Dunia anak merupakan dunia yang pasif ide, maka untuk menunjang

menyesuaikan diri membutuhkan rangsangan yang cocok dengan jiwa

mereka. Dengan mendengarkan kisah-kisah keteladanan dapat dijadikan bekal

5 Makmun Mubayidh, Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak, Terj dari Adz-Dzaka’ Al-

Athifi wa Ash-Shihhah Al-Athifiyah, oleh. Muhammad Muchson Anasy, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,

2010), h. 16. 6 Lawrence E. Shapiro, Mengajarkan Emotional Intelligence pada Anak, oleh. Alex Tri

Kantjono, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997), h. 98.

Page 14: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

4

untuk menghadapi dunia yang akan ditempuhnya tanpa merasa dijejali. Apa

yang dibaca seseorang di masa kecil sangat membekas dan berpengaruh pada

emosi, perilaku, dan pemikirannya saat ia dewasa kelak.7 Ketika seorang anak

berhadapan dengan hal yang baru, maka mereka akan menyikapinya secara

langsung dengan meniru apa yang telah didengar. Hal ini yang menjadikan

pentingnya pengaruh kisah-kisah dalam menerapkan kecakapan-kecakapan

emosional pada diri anak.

Kisah yang yang dapat menggambarkan emosi dan perasaan anak dapat

dilakukan dengan penyajian tokoh-tokoh dalam kisah. Hal ini dapat

membantu anak memahami diri mereka sendiri, memahami orang lain, dan

memahami lingkungan tempat hidupnya serta anak dapat mengidentifikasi diri

dengan tokoh dalam kisah.8

Anak pada usia 6 sampai 9 tahun merupakan masa mendongeng atau

berkisah karena pada usia ini anak gemar sekali dengan kisah-kisah kehidupan

yang menyajikan tokoh-tokoh. Masa ini bertepatan dengan perkembangan

anak ke arah kenyataan.9 Sehingga cocok untuk menanamkan kecerdasan

emosional pada usia ini.

Sebagai pendidik, baik itu orangtua maupun guru secara teliti harus dapat

memilih kisah-kisah manakah yang dapat memberikan keteladanan kepada

anak usia 6 sampai 9 tahun. Seringkali anak pada masa itu hanya dijejali

dengan kisah-kisah yang hanya berisi kekerasan tanpa memberikan

bimbingan, sehingga anak tumbuh dewasa dengan rasa takut atau sebaliknya

cenderung beringas. Dengan demikian kesesuaian kisah-kisah yang

mengandung nilai-nilai keteladanan merupakan dasar untuk menerapkan

kecakapan-kecakapan emosional kepada mereka.

7 Makmun mubayidh, Kecerdasan Dan Kesehatan Emosional Anak (Jakarta: Pustaka al

Kautsar, 2006) h. 247. 8 Makmun mubayidh, Kecerdasan Dan Kesehatan Emosional Anak, h. 249.

9 Zulkifli, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. 2, h. 56.

Page 15: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

5

Salah satu sumber kisah yang baik untuk diajarkan pada anak adalah Al-

Quran. Al-Quran telah menunjukkan daya tarik yang luar biasa dalam segala

seginya termasuk kisah-kisah yang ada di dalamnya. Kisah-kisah Al-Quran

dikatakan menarik karena di dalamnya terdapat penjelasan-penjelasan rinci

yang mencangkup semua sisi kehidupan manusia, baik sebagai individu

maupun masyarakat, tentang karakter kehidupan, alam semesta dan dimensi

kejiwaan. Dimensi kejiwaan ini dibahas dalam banyak ayat-ayat, khususnya

ayat-ayat yang membahas tentang cerita atau kisah.

Namun sekarang ini banyak masyarakat yang kurang perhatian terhadap

manfaat yang terkandung dalam kisah-kisah Al-Quran. Mereka cenderung

meniru kehidupan barat, dengan menceritakan kisah-kisah yang belum

deketahui kebenarannya. Allah telah menceritakan kepada manusia kisah-

kisah Nabi dan menyifati kisah-kisah ini sebagai kisah yang tidak diragukan

lagi kebenarannya. Allah juga menyifati kisah-kisah ini sebagai kisah yang

terbaik (Ahsanul Qashash), sebagaimana firman Allah sebagai berikut:

Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan

mewahyukan Al-Quran ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum

(Kami mewahyukannya) adalah orang-orang yang belum mengetahui

(Q.S. Yusuf: 3)10

Allah telah memerintahkan agar meneladani orang-orang baik (shalihin)

dan penganjur kebaikan (muslihin ) dari orang-orang terdahulu, yang kisah-

kisah mereka telah dipaparkan serta telah diperlihatkan metode mereka dalam

dakwah, perbaikan (ishlah), perlawanan terhadap musuh musuh Allah,

10

Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Semarang: PT. Kumudasmoro Grafindo, 1994),

h. 348.

Page 16: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

6

perjuangan jihad, kesabaran dan keteguhan.11

Sehingga tidak diragukan lagi

bahwa kisah-kisah Nabi dalam Al-Quran yang perlu untuk disampaikan

kepada anak dalam rangka menerapkan kecerdasan emosi kepada mereka.

Dalam perkembangan tafsir tematik (maudhu’i), akan terdapat berbagai

tafsir, salah satunya tafsir kejiwaan secara umum dan tafsir emosi secara

khusus. Ayat-ayat yang berkaitan dengan emosi yang membahas tokoh-tokoh

misalkan kedua putra Nabi Adam as., Nabi Nuh as., Nabi Musa as., dan lain-

lain.

Pengamatan sementara peneliti mendapatkan bahwa masyarakat masih

asing dengan masalah kecerdasan emosional dan mereka cenderung

mengabaikan manfaat kisah-kisah dalam Al-Quran sebagai alat untuk

menerapkankan kecerdasan emosional kepada anak. Untuk itulah maka

penulis berusaha menjabarkan betapa pentingnya kisah-kisah dalam Al-Quran

sebagai alat untuk menerapkan kecerdasan emosional pada anak melalui

penulisan skripsi ini, dengan judul “ANALISIS DESKRIPTIF

KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH-KISAH AL-QURAN DAN

UPAYA PENGEEMBANGANNYA PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 9

TAHUN” .

B. Identifikasi Masalah

Seperti yang di paparkan dalam latar belakang di atas, maka penulis

mengidentifikasi masalah dalam penelitian kali ini sebagai berikut:

1. Dalam pendidikan untuk anak, mayoritas masyarakat cenderung lebih

menekankan kecerdasan intelektual daripada kecerdasan emosional,

sehingga kecerdasan emosional kurang ditekankan.

2. Perlunya cara penanaman kecerdasan emosional anak sejak dini,

karena kecerdasan emosional tidak hadir dan dimiliki secara tiba-tiba.

11

Shalah Al-Khalidy, Kisah-kisah Al qur’an Pelajaran dari Orang-orang Dahulu, Terj. dari

Qoshosul Qur’an, oleh. Setiawan Budi Utomo, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), jilid 1, h. 16.

Page 17: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

7

3. Pentingnya penyajian kisah-kisah pada perkembangan anak usia 6

sampai 9 tahun dalam penanaman kecerdasan emosional.

4. Mayoritas masyarakat belum mengetahui kisah-kisah yang

mengandung kecerdasan emosional untuk perkembangan anak.

5. Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap hikmah atau pelajaran

yang terdapat di dalam kisah Al-Quran yang mengandung kecerdasan

emosional.

6. Kecerdasan emosional pada perkembangan anak usia 6 sampai 9

tahun dapat diterapkan melalui kisah-kisah dalam Al-Quran, seperti

Kisah Kedua Putra Nabi Adam as., Nabi Nuh as., dan Nabi Musa as.

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahan yang akan diteliti

agar pembahasan ini nantinya lebih terarah, spesifik, dan sistematis. Untuk

menghindari terlalu luas dan melebarnya pembahasan, maka dalam penelitian

ini dibuat suatu batasan. Ruang lingkupnya dibatasi pada kecerdasan

emosional teori Daniel Goleman pada perkembangan anak usia 6 sampai 9

tahun yang terkandung dalam kisah Kedua Putera Nabi Adam as. dalam surat

Al-Maidah ayat 27-32, Nabi Nuh as. dalam surat Al-Ankabut ayat 14, dan

Nabi Musa as. dalam surat Thaha ayat 37-40 dan Al-Qashash ayat 1-13.

1. Kecerdasan Emosional

Kecerdasan Emosional atau Emotional Intelligence merrujuk kepada

kemampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang

lain. Kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola

emosi dengan baik pada diri sendiri serta dalam hubungannya dengan

orang lain.12

12

Daniel Goleman, op.cit., h. 512

Page 18: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

8

Adapun pembahasan dalam skripsi ini terfokus pada pembentukan

lima kecakapan utama kecerdasan emosional yang meliputi:

a. Kemahiran mengenali emosi diri

b. Kemahiran mengelola emosi diri

c. Kemahiran memotivasi emosi diri

d. Kemahiran mengenali emosi orang lain

e. Kemahiran membina hubungan dengan orang lain.

2. Cerita-cerita dalam Al-Quran

Yang dimaksud dengan cerita-cerita dalam Al-Quran disini adalah

cerita-cerita yang bersumber dari kitab suci Al-Quran kisah-kisah para

Nabi.

Dalam masalah ini, akan dibahas pengertian, macam-macam, dan

hikmah atau pelajaran yang dapat diambil dari kisah-kisah dalam Al-Quran,

yaitu kisah kedua putera Nabi Adam as. dalam surat Al-Maidah ayat 27-32,

Nabi Nuh as. dalam surat Al-Ankabut ayat 14, dan Kelahiran Nabi Musa as.

dalam surat Thaha ayat 37-40 dan Al-Qashash ayat 1-13.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, perumusan masalahnya adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana kecerdasan emosional yang terkandung pada kisah-kisah

Al-quran dalam surat Al-Maidah ayat 27-32, surat Al-Ankabut ayat

14, surat Thaha ayat 37-40 dan Al-Qashash ayat 1-13.?

2. Bagaimana pengembangan kecerdasan emosional anak usia 6 sampai

9 tahun melalui kisah-kisah Al-Quran?

Page 19: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

9

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa tujuan yang didasarkan atas perumusan

masalah di atas, tujuan tersebut yaitu mengetahui:

1. Untuk mengetahui kecerdasan emosional yang harus dimiliki oleh

anak usia 6 sampai 9 tahun.

2. Untuk memahami hikmah dan pelajaran yang terdapat di dalam Al-

Quran yang mengandung kecerdasan emosional.

F. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi penulis, diharapkan penelitian ini dapat memperlancar proses

pengambangan ilmu yang diperoleh sebagai alternatif pelaksanaan

salah satu Tri Darma Perguruan yaitu penelitian.

2. Sebagai masukan bagi pendidik baik orangtua maupun guru supaya

menjadi bahan pertimbangan bahwa dalam proses pembelajaran tidak

hanya berorientasi pada perkembangan intelektual siswa semata,

akan tetapi kecerdasan emosional anak juga perlu dikembangkan

secara lebih maksimal.

3. Bagi universitas, menambah khazanah ilmiyah di kalangan akademis

khususnya mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dan diharapkan menjadi sumbangsih

gagasan dan sebuah tawaran solusi terhadap tantangan globalisaasi.

G. Metode Penelitian

Penulisan skripsi ini bersifat kualitatif (Qualitative research). Penelitian

kualitatif adalah suatu penelitian yang diajukan untuk mendskripsikan dan

menganalisis fenomena, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi

Page 20: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

10

pemikiran orang secara individual maupun kelompok.13

Penelitian pada

skripsi ini bertujuan untuk menggambarkan dan menganalisis kecerdasan

emosional pada perkembangan anak usia 6 sampai 9 tahun melalui kisah-

kisah Al-Quran.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah

dengan menggunakan metode Deskriptif, yaitu metode pembahasan masalah

dengan cara memaparkan atau menguraikan pokok masalah secara teoritis,

kemudian menganalisanya dalam rangka mendapatkan suatu kesimpulan yang

tepat.14

Adapun yang dimaksud pada penelitian skripsi ini dengan

menggunakan pendekatan deskriptif, adalah ditujukan untuk mendeskripsikan

atau menggambarkan kecerdasan emosional pada perkembangan anak usia 6

sampai 9 tahun melalui kisah-kisah Al-Quran.

1. Sumber Data

Penulisan menggunakan metode penelitian berupa penelitian

kepustakaan (Library research) adalah penelitian yang dilakukan di

perpustakaan sebagai tempat penelitian dimana objek penelitiannya adalah

bahan-bahan perpustakaan. 15

Sumber data yang akan digunakan dalam

penulisan skripsi ini meliputi:

a. Sumber data primer

Sumber data primer adalah sumber-sumber yang dijadikan bahan

pokok dalam penulisan skripsi ini. Adapun yang dijadikan sumber

pokok dalam penulisan skripsi ini adalah :

1) Yang berhubungan dengan kecerdasan emosional:

- Buku Emotional intelligence karya Daniel Goleman.

13

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2007), Cet.3, h. 60. 14

Nana Syaodih Sukmadinata, ibid., h. 72 15

Nuraida dan halid Alkaf, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Tangerang: Islamic

Research Publising, 2009), C.1, h.20.

Page 21: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

11

- Working with Emotional Intelligence karya Daniel Goleman.

2) Yang berhubungan dengan kisah-kisah dalam Al-Quran:

- Al-Quran .

- Buku-buku tentang kisah-kisah dalam Al-Quran.

- Kitab Mabahits Fi ulumil Qur’an karangan Mana’ul Qathan.

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber-sumber yang dapat

menunjang bagi pembahasan skripsi ini. Sumber-sumber sekunder ini

antara lain berupa buku-buku kecerdasan emosional, kitab-kitab tafsir

yang terkait dengan permasalahan yang dibahas, artikel, karya ilmiah,

dan buku-buku lainnya yang menunjang penulisan skripsi ini.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitaian ini dengan

menggunakan pendekatan data kualitatif yang bersifat induktif. Dalam

proses mencari data dengan menginventarisasi seluruh data yang

berhubungan dengan kecerdasan emosional teori Daniel Goleman dan

kisah-kisah Nabi dari berbagai sumber. Kemudian kisah-kisah Nabi

dikategorisasikan pada lima kecakapan kecerdasan emosional pada

perkembangan anak usia 6 sampai 9 tahun. Usia 6 sampai 9 tahun

merupakan masa dimana seorang anak menyukai sebuah cerita atau kisah

mengenai sesuatu hal sehingga kecakapan kecerdasan emosional yang

terdapat pada perkembangan anak tersebut melalui kisah-kisah dalam Al-

Quran akan mudah terbentuk.

Dengan merujuk pada objek penelitian maka pendekatan yang

digunakan dalam kisah Al-Quran ini menggunakan pendekatan tafsir

maudhu’i. Yaitu, menghimpun ayat-ayat Al-Quran yang mempunyai

maksud yang sama dalam arti sama-sama membicarakan satu topik

Page 22: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

12

masalah dan menyusunnya berdasar kronologi serta sebab turunnya ayat-

ayat tersebut.16

3. Teknik Penulisan

Adapun untuk teknik penulisan dalam menulis skripsi ini penulis

menggunakan buku panduan dari UIN Syarif Hidayatullah yakni,

Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang ditulis oleh tim penulis: Kadir, Sururin

dkk, tahun 2011, yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

16

Al-Farmawi, Metode Tafsir mawdhu’iy, Terj. dari Al-Bidayah Fi al-Tafsir al-Mawdhu’iy,

oleh. Suryan A. Jamrah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), h. 38.

Page 23: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

13

BAB II

LANDASAN TEORI

TENTANG KECERDASAN EMOSIONAL

A. Pengertian Kecerdasan Emosional

1. Pengertian Emosi

Kata emosi berasal dari bahasa latin yaitu emovere yang berarti

bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan

bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman

emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan

biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.1

Menurut Robert K. Cooper dan Ayman Sawaf dalam bukunya

Executive EQ, kata emotion bisa didefinisikan dengan gerakan

(movement), baik secara metaforis maupun literal, kata emotion adalah

kata yang menunjukkan perasaan. Dengan begitu, menurut mereka,

1 Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi; Untuk mencapai Puncak Prestasi, Terj. dari

buku, Working with Emotional Inteligence,oleh Alex Tri Kantjono Widodo, (Jakarta:

PT. Gramedia Pustaka Utama, 1999), Cet. 6, h. 411

Page 24: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

14

kecerdasan emosionallah yang lebih memotivasi kita untuk mencarin

potensi kita sendiri, untuk mencapai tujuan unik kita yang mengaktifkan

nilai-nilai dan aspirasi-aspirasi kita yang paling dalam dari apa yang kita

pikirkan.2

Sedangkan menurut Zikri Neni Iska, emosi adalah setiap keadaan diri

seseorang yang disertai dengan warna yang efektif, baik pada tingkat

yang lemah maupun pada tingkat yang kuat. Namun ada pendapat lain

yang memberikan definisi emosi adalah reaksi yang kompleks yang

mengandung aktifitas dengan derajat yang tinggi dan adanya perubahan

dalam kejasmanian serta berkaitan dengan perasaan yang kuat.3

Ahli psikologi memandang manusia adalah makhluk yang secara

alami memiliki emosi. Menurut James, emosi adalah keadan jiwa yang

menampakan diri dengan suatu perubahan yang jelas pada tubuh. Emosi

setiap orang adalah mencerminkan keadaan jiwanya, yang akan tampak

secara nyata pada perubahan jasmaninya.4

Pada dasarnya emosi manusia bisa dibagi menjadi dua kategori umum

jika dilihat dari dampak yang ditimbulkannnya. Ketegori pertama adalah

emosi positif yang memberikan dampak yang menyenangkan dan

menenangkan. Macam dari emosi positif ini seperti tenang, santai, rileks,

gembira, lucu, haru dan senang.

Kategori kedua adalah emosi negatif yang menberikan dampak tidak

menyenangkan atau menyusahkan. Macam dari emosi negatif ini

2 Agus Efendi, Revolusi Kecerdasan Abad 21: Kritik MI, EI, SQ, AQ & Successful

Intelegence Atas IQ, (Bandung: Alfabeta, 2005), h. 176-177 3 Zikri Neni Iska, Psikologi pengantar pemahaman diri dan lingkungan, (Jakarta:

KIZI BROTHER’S, 2006),h. 104 4 Triantoro Safaria dan Nofrans Eka Saputra, Manajemen Emosi, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2009), h. 11

Page 25: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

15

diantaranya, sedih, kecewa, putus asa, depresi, tidak berdaya, frustasi,

marah, dendam dan masih banyak lagi.5

Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara

lain Descrates. Menurut Descrates, emosi terbagi atas: Desire (hasrat),

Hate (benci), Sorrow (sedih), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy

(kegembiraan).6 Sedangkan JB Watson mengemukakann tiga macam

emosi, yaitu: Fear (ketakutan), Rage (kemarahan), Love (cinta).7 Dan

menurut F. Wundi ada tiga pasang kutub emosi, yaitu: Lust-Unlust

(senang-tak senang), Spanning-Losung (tegang-tak tegang), Eerregung-

berubigung (semangat-tenang).8

Daniel Goleman mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak

berbeda jauh dengan ketiga tokoh diatas, yaitu:

1) Amarah: beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati.

2) Kesedihan: pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi

diri, putus asa.

3) Rasa takut: cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut

sekali, waspada, tidak tenang, ngeri.

4) Kenikmatan: bahagia, gembira, riang, puas, senang, terhibur,

bangga.

5) Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa

dekat, bakti, hormat, kemesraan, kasih sayang.

6) Terkejut: terkesiap, terkejut, takjub, terpana.

7) Jengkel: hina, jijik, muak, mual, tidak suka.

8) Malu: malu hati, kesal, sesal, hina.

5 Triantoro Safaria dan Nofrans Eka Saputra, Manajemen Emosi,h. 13

6 Netty Hartati, dkk., Islam dan Psikologi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003), Cet. 1,

h. 100 7 Netty Hartati, dkk., Ibid., h. 94

8 Netty Hartati, dkk., Ibid., h. 102

Page 26: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

16

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa emosi adalah

suatu perasaan (efek) yang mendorong individu untuk merespon atau

bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun

luar dirinya.

2. Pengertian kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional merupakan istilah yang belum lama dikenal

baik di dunia psikologi dan sosial pada umumnya. Sebagai sandingan IQ,

aspek terpenting Kecerdasan emosional berada pada mental dan emosi.

Topik tentang Kecerdasan emosional menjadi ramai dibicarakan oleh

masyarakat luas setelah terbitnya buku karya Daniel Goleman pada tahun

1995 yang berjudul Emotional Intelligence.

Istilah kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada tahun 1990

oleh psikolog Peter Salovey dari Yale University dan John Mayer dari

University of New Hampshire. Sebuah model pelopor lain untuk

kecerdasan emosi diajukan dalam tahun 1980-an oleh Reuven Bar-On,

seorang psikolog Israel. Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan

emosional sebagai kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan

sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaan-perasaan itu untuk

memadu pikiran dan tindakan.9

Mengutip pendapat Cooper dan Sawaf dalam buku Revolusi

Kecerdasan Abad 21 mendefinisikan Kecerdasan Emosional

nsebagaimana dibawah ini:

“Emotional Intellegence is the ability to sense, un derstand, and

effectively apply the power and acumen of emotions as a source of

human energy, information, connection, and influence. (kecerdasan

emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara

9 Daniel Goleman, op.cit., h. 513

Page 27: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

17

efektif mengaplikasikan kekuatan serta kecerdasan emosi sebagai

energy manusia, informasi, hubungan dan pengaruh)”.10

Lingkungan sangat berpengaruh terhadap kecerdasan emosional, tidak

bersifat menetap, dan dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan

lingkungan terutama orangtua pada masa kanak-kanak sangat

mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional.

Gardner mengemukakan kecerdasan emosional sebagai kemampuan

seseorang untuk memecahkan masalah dan menghasilkan produk dalam

suatu setting yang bermacam-macam dalam situasi yang nyata.11

Dalam buku Frame Of Mind, Gardner menyatakan bahwa bukan

hanya satu jenis kecerdasan yang monolitik yang penting untuk meraih

sukses dalam kehidupan, melainkan ada spectrum kecerdasan yang lebar

dengan tujuh varietas utama yaitu naturalistik, linguistik,

matematika/logika, spasial, kinestetik, musik, interpersonal dan

intrapersonal. Kecerdasan ini dinamakan oleh Gardner sebagai

kecerdasan pribadi yang oleh Daniel Goleman disebut sebagai kecerdasan

emosional.12

Menurut Gardner, “Kecerdasan antarpribadi adalah kemampuan

untuk memahami orang lain : apa yang memotivasi mereka,

bagaimana mereka bekerja, bagaimana bekerja bahu-membahu

dengan mereka. Tenaga-tenaga penjualan yang sukses , para guru,

dokter dan pemimpin keagamaan semuanya orang-orang yang

mempunyai tingkat kecerdasan pribadi yang tinggi. Kecerdasan

intrapribadi adalah kemampuan korelatif, tetapi terarah. Ke dalam

kemampuan tersebut adalah kemampuan membentuk model diri

sendiri yang diteliti dan mengacu pada diri serta kemampuan untuk

menggunakan model tadi sebagai alat untuk menempuh kehidupan

secara efektif”13

.

10

Iskandar, Psikologi Sebuuah Orientasi baru, (Ciputat: gaung Persada Press, 2009),

h. 53 11

Ibid. 12

Daniel Goleman,Kecerdasan Emosional ,Terj dari Emotinal Intellegence oleh

T. Hermaya (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), Cet. 7 h. 50-53 13

Ibid., h. 52

Page 28: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

18

Dalam rumusan lain Gadner mencatat bahwa inti kecerdasan

antarpribadi itu mencangkup “kemampuan untuk membedakan dan

menanggapi dengan tepat suasana hati, tempramen, motivasi dan hasrat

orang lain”. Dalam kecerdasan antarpribadi yang merupakan kunci

menuju pengetahuan diri, ia mencantumkan “akses menuju perasaan-

perasaan tersebut serta memanfaatkannya untuk menuntun tingkah

laku”.14

Kedua jenis kecerdasan yang dikemukakan oleh Gardner ini jelas

memperlihatkan kaitan yang erat dengan pengertian kecerdasan

emosional sebagaimana yang dikemukakan oleh Salovey dan Mayer.

Hanya saja di sini terdapat perbedaan di antara keduanya, yaitu dalam hal

ini Gardner serta rekan-rekannya tidak mengejar secara lebih terperinci

peran perasaan dalam kecerdasan, mereka lebih memfokuskan pada

pemahaman tentang perasaan dan dari sudut pandang bagaimana kognisi

melihat emosi. Fokus ini barangkali secara tidak sengaja menyebabkan

belum terjelajahinya lautan emosi yang begitu kaya dan yang membuat

kehidupan batin dan hubungan-hubungan menjadi begitu kompleks.15

Sedangkan kecerdasan emosional menurut Daniel Goleman adalah

kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain,

kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi

dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.16

Orang-orang yang terampil dalam kecerdasan sosial dapat menjalin

hubungan dengan orang lain dengan cukup lancar, peka membaca reaksi

dan perasaan mereka, mampu memimpin dan mengorganisir, dan pintar

menangani perselisihan yang muncul dalam setiap kegiatan manusia.

Mereka adalah pemimpin-pemimpin alamiah, orang yang mampu

14

Ibid., h. 53 15

Ibid., h. 53 16

Daniel Goleman, op. cit, h. 512

Page 29: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

19

menyuarakan perasaan kolektif serta merumuskannya dengan jelas

sebagai penduan bagi kelompok untuk meraih sasaran. Mereka adalah

jenis orang yang disukai oleh orang disekitarnya karena secara emosional

mereka menyenangkan. Mereka membuat orang lain merasa tenteram,

dan menimbulkan, komentar, “menyenangkan sekali bergaul

dengannya.”17

Dalam penelitian ini penulis memilih pada pendekatan yang digunakan

oleh Daniel Goleman, yang lebih mengarah kepada peranan emosi dalam

pembentukan kecerdasan emosional antara lain, kemampuan mengenali

perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi

diri sendiri, kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri

dan dalam hubungan dengan orang lain.

B. Kecakapan-kecakapan Utama Kecerdasan Emosional

Dalam definisi yang dikemukakan oleh Salovey dan Mayer serta Daniel

Goleman, disebutkan beberapa kemampuan utama yang harus dimiliki yang

berhubungan dengan kecerdasan emosional. Kemampuan-kemampuan

tersebut mencakup lima wilayah utama kecerdasan emosional yaitu:

1. Mengenali Emosi Diri

Mengenali emosi diri merupakan dasar kecerdasan emosional.

kemampuan untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu

merupakan hal penting bagi wawasan psikologi dan pemahaman diri.

Seseorang yang mempunyai kecerdasan emosi akan berusaha

menyadari emosinya ketika emosi itu menguasai dirinya. Melalui

kesadaran diri tersebut, seseorang dapat mengetahui dan memahami

emosinya. Namun kesadaran diri ini tidak berarti bahwa seseorang itu

hanyut terbawa dalam arus emosinya tersebut sehingga suasana hati

17

Agus Efendi, op. cit., h. 172

Page 30: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

20

itu menguasai dirinya sepenuhnya. Sebaliknya kesadaran diri adalah

keadaan ketika seseorang dapat menyadari emosi yang sedang

menghinggapi fikirannya akibat permasalahan-permasalahan yang

dihadapi untuk selanjutnya ia dapat menguasainya. Orang yang

keyakinannya lebih dan menguasai perasaannya dengan baik dapat

diibaratkan pilot yang andal bagi kehidupannya, karena ia

mempunyai kepekaan yang lebih tinggi akan perasaan mereka yang

sesungguhnya.18

Kesadaran emosi dimulai dengan penyelarasan diri terhadap

aliran perasaan yang terus ada dalam diri seseorang, kemudian

mengenali bagaimana emosi-emosi ini membentuk persepsi, fikiran

dan perbuatannya. Seseorang yang unggul dalam kecakapan ini selalu

sadar tentang emosinya bahkan sering dapat mengenali kehadiran

emosi-emosi itu dan merasakannya secara fisik. Ia dapat

mengartikulasikan perasaan-perasaan itu, selain menunjukkan

ekspresi sosialnya yang sesuai.19

2. Mengelola Emosi Diri

Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam

menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras,

sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Dengan kata

lain pengendalian emosi oleh diri sendiri berarti berupaya untuk

meredam atau menahan gejolak nafsu yang sedang berlaku agar

emosi tidak terekspresikan secara berlebihan sehingga seseorang

tidak sampai dikuasai sepenuhnya oleh arus emosinya.

Namun demikian pengendalian emosi diri tidak berarti

pengendalian secara berlebihan, sebab kendali diri yang berlebihan

dapat mendatangkan kerugian baik fisik maupun mental. Orang yang

18

Daniel Goleman, op. cit., h. 58 19

Daniel Goleman,,ibid., h. 86

Page 31: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

21

mematikan perasaannya, terutama perasaan negatif yang kuat,

menyebabkan meningkatnya denyut jantung sekaligus naiknya

tekanan darah. Mereka yang memendam emosi akan mendapatkan

sejumlah kerugian. Mereka mungkin tidak menunjukkan tanda-tanda

yang kelihatan bahwa mereka sedang mengalami pembajakan emosi,

tetapi sebagai gantinya mereka menderita kehancuran internal seperti;

pusing-pusing, mudah tersinggung, terlalu banyak merokok dan

minum, sulit tidur dan sebagainya. Dan mereka mempunyai resiko

yang sama dengan mereka yang mudah meledak emosinya.20

Menangani perasaan agar dapat terungkapkan secara pas adalah

kecakapan yang bergantung pada kesadaran diri. Emosi muncul

secara tiba-tiba dan cepat sekali tanpa dapat kita duga. Misalnya,

emosi marah akan menjadi aktif dan bertindak dengan cepat sekali

tanpa kita duga, ketika mendapat rangsangan emosi seperti apabila

hak kita dirampas, dicemooh orang ataupun ketika merasa disakiti

baik secara fisik maupun psikis. Dalam situasi seperti ini orang

mempunyai waktu yang sangat terbatas untuk dapat mengendalikan

emosi tersebut. Semakin cepat ia dapat menentukan dan

mengidentifikasi emosi ini maka akan semakin berpeluang untuk

dapat mengendalikannya, sehingga emosi akan tersalurkan secara

tepat, dan orang itu akan terhindar dari melampiaskan emosi ini

secara berlebihan.

Terdapat lima kemampuan utama yang berhubungan dengan

pengaturan diri sebagaimana yang diungkapkan oleh Daniel Goleman

yaitu: pengendalian diri, dapat dipercaya, kehati-hatian, adaptabilitas,

dan inovatif.21

20

Daniel Goleman, op. cit., h. 129 21

Ibid., h. 130

Page 32: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

22

3. Memotivasi Diri Sendiri

Prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri

individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri

terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta

mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusianisme,

gairah, optimis, dan keyakinan diri.

Dalam salah satu definisi kecerdasan emosional di muka telah

disebutkan bahwa kecerdasan emosional adalah mengetahui

bagaimana untuk meraih dari emosi yang negatif menjadi positif.

Dalam hal ini Motivasi diri adalah komponen utama untuk

mewujudkan hal tersebut, yaitu dengan memotivasi emosi negatif

yang sedang dirasakan. Melalui motivasi diri emosi negatif tersebut

diarahkan kepada hal-hal yang baik.

Emosi dapat dijadikan alat untuk meningkatkan prestasi fikiran

kognitif dengan cara-cara tertentu. Di antaranya adalah dengan cara

menumbuhkan harapan dalam diri seseorang itu. Harapan, menurut

penelitian modern, lebih bermanfaat daripada memberikan sedikit

hiburan di tengah kesengsaraan..22

Apabila seseorang mempunyai

harapan, maka segala kebimbangan, keputusasaan dan kesedihan

yang dialami dapat diredakan karena segala masalah dapat diatasi.

Segala pekerjaan yang diiringi dengan harapan akan dibantu perasaan

gembira dan bersemangat untuk melaksanakannya. Dan orang yang

memiliki harapan yang tinggi, menurut penemuan Snyder, memiliki

ciri-ciri tertentu, di antaranya adalah mampu memotivasi diri, merasa

cukup banyak akal untuk menemukan cara meraih tujuan, tetap

memiliki kepercayaan yang tinggi bahwa segala sesuatunya akan

beres ketika sedang menghadapi tahap sulit, cukup luwes untuk

22

Ibid.,h. 121

Page 33: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

23

menemukan cara alternatif agar sasaran tetap tercapai atau untuk

mengubah sasaran jika sasaran semula musykil dicapai.23

Adapun yang termasuk dalam kecakapan motivasi diri yang

diungkapkan oleh Daniel Goleman antara lain : Dorongan prestasi,

Komitmen, Inisiatif dan Optimisme.24

4. Mengenali Emosi Orang Lain

Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga

empati. Menurut Daniel Goleman, kemampuan seseorang untuk

mengenali perasaan orang lain atau peduli, menunjukkan kemampuan

empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih

mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang

mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih

mampu menerima sudut pandang orng lain, peka terhadap perasaan

orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain.

Seseorang yang mau membaca emosi orang lain haruslah

berempati. Empati berbeda dengan simpati. Simpati hanya sekedar

memahami masalah atau perlakuan seseorang. Empati lebih dari itu,

empati bukan hanya memahami masalah orang lain tetapi juga

merasakan apa yang dirasakan orang tersebut. Misalnya, seseorang

memahami masalah yang dihadapi temannya yang sedang tertimpa

musibah, tetapi ia tidak ikut merasakan perasaan temannya, maka

orang itu hanya bersimpati. Jika orang tersebut berempati terhadap

temannya, maka ia tidak sekedar memahami masalah yang dihadapi

temannya, tetapi meletakkan dirinya dalam kedudukan temannya

untuk merasakan perasaan temannya itu.

Rosenthal dalam openelitiannya menunjukkan bahwa orang-

orang yang mampu membaca dan isyarat non verbal lebih mampu

23

Ibid., h. 120 24

Ibid., h. 127

Page 34: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

24

membaca perasaan dan isyarat non verbal lebih mampu

menyesuaikan diri secara emosional, lebih popular, lebih mudah

bergaul dan lebih peka.25

Nowicki, ahli psikologi menjelaskan bahwa

anak-anak yang tidak mampu membaca atau mengungkapkan emosi

dengan baik akan terus menerus merasa frustasi. Seseorang yang

mampu membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri yang

tinggi. Semakin mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu

mengenal dan mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut

mempunyai kemampuan untuk membaca perasaan orang lain.26

Kemampuan empati sangat penting dalam kehidupan

bermasyarakat. Orang yang empatik lebih mampu menangkap sinyal-

sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang

dibutuhkan atau dikehendaki orang lain. Tanpa empati akan

menyebabkan seseorang sulit untuk bergaul dan membina

persahabatan yang erat dengan orang lain. Namun empati atau

memahami sudut pandang atau perspektif seseorang -tahu mengapa

mereka merasakan demikian- tidak berarti kita juga harus

mengalaminya.27

Setelah berempati barulah kita dapat membantu

dengan cara yang lebih rasional dan positif.

5. Membina Hubungan dengan Orang Lain

Kemampuan dalam membina hubungan dengan orang lain

merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas,

kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi.28

Keterampilan dalam

berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan

membina hubungan. Individu sulit untuk mendapat apa yang

25

Ibid., h. 136 26

Ibid., h. 172 27

Ibid., h. 232 28

Ibid., h. 59

Page 35: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

25

diinginkannya dan sulit juga memahami keinginan serta kemauan

orang lain.

Keterampilan berhubungan dengan orang lain merupakan sosial

yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan dengan sesame.

Tidak dimilikinya kecakapan ini akan membawa pada

ketidakcakapan dalam dunia sosial, atau berulangnya bencana antar-

pribadi. Karena tidak dimiliki keterampilan-keterampilan inilah,

orang-orang yang paling pintar otaknya dapat gagal dalam membina

hubungan mereka. Sebab, penampilan mereka angkuh, mengganggu,

atau tidak berperasaan. Kemampuan sosial ini memungkinkan orang

untuk membentuk hubungan, menggerakkan dan mengilhami orang-

orang lain, membina kedekatan hubungan, meyakinkan dan

mempengaruhi, membuat orang-orang lain merasa nyaman.29

Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina hubungan

ini akan sukses dalam bidang apapun. Orang yang berhasil dalam

pergaulan karena mampu berkomunikasi dengan lancer pada orang

lain. Orang-orang ini popular dalam lingkungannya dan menjadi

teman yang menyenangkan karena kemampuannya berkomunikasi.

Ramah tamah, baik hati, hormat dan disukai orang lain dapat

dijadikan petunjuk positif bagaimana siswa mampu membina

hubungan dengan orang lain. Sejauh mana kepribadian siswa

berkembang dilihat dari banyaknya hubungan interpersonal yang

dilakukannya.

29

Ibid., h. 158-159

Page 36: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

26

C. Karakteristik Perkembangan Kecerdasan Emosional Pada Anak Usia 6

Sampai 9 Tahun

Peran kematangan emosi berkembang seiring dengan perkembangan

intelektual anak, yang menghasilkan kemampuan untuk memahami makna

yang sebelumnya tidak dimengerti, memperhatikan satu rangsangan dalam

jangka waktu yang lebih lama dan memutuskan ketegangan emosi pada satu

objek. Demikian pula dengan kemampuan mengingat dan menduga

mempengaruhi reaksi emosional. Dengan demikian anak-anak menjadi lebih

reaktif terhadap rangsangan yang tadinya tidak mempengaruhi mereka pada

usia yang lebih muda. Kelenjar endokrin mempengaruhi kematangan perilaku

emosional selama rentang kehidupan seseorang, sejak lahir sampai usia

matang secara seksual. Pengaruh kelenjar ini membesar pada fase sampai

anak berusia 5 tahun, kemudian pembesarannya melambat pada usia 5-11

tahun, dan membesar kembali bahkan lebih pesat sampai anak berusia 16

tahun. Pengaruhnya penting terhadap keadaan emosional pada masa kanak-

kanak.30

Beriikut adalah karakteristik perkembangan emosional anak khususnya

dalam rentang 6-9 tahun. Hal ini disesuaikan dengan pembatasan pada

penelitian ini. Pada masa ini anak sudah menyadari bahwa anak tidak dapat

menyatakan dorongan dan emosinya begitu saja tanpa pertimbangan

lingkungan. Anak mulai belajar mengungkapkan perasaannya dalam perilaku

yang dapat diterima secara sosial. Tumbuhnya kesadaran ini bergantung dari

bagaimana sikap orangtua dan pendidik dalam mengajarkan perilaku sosial

pada anak. Melalui permainan dan olahraga dimungkinkan anak dapat

mengeluarkan emosinya secara wajar. Dalam hal perkembangan sosial,

keinginan untuk menjadi bagian dari suatu kelompok makin besar.

penerimaan oleh kelompok teman sebaya begitu berarti bagi anak.

30

Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Terj. dari Developmental

psicology, oleh. Istiwidayanti dan Soedjarwo, (Jakarta: Erlangga, 1998), h.213

Page 37: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

27

Rentang usia 6-10 tahun merupakan masa kritis bagi anak-anak untuk

mengembangkan kepercayaan dirinya bahwa anak mampu berkarya dan

bereksplorasi. Erik Erikson yang mengemukakan tentang perkembangan

emosi, menyatakan bahwa anak-anak di usia ini memasuki masa Industry vs.

Inferiory (berkarya/etos kerja vs. minder). Pada masa ini seharusnya anak

terlihat antusias dalam belajar dan berimajinasi, sehingga mereka tumbuh

dengan sikap ingin berkarya, bermotivasi tinggi dan beretos kerja. Sangat

penting untuk menumbuhkan kepercayaan diri bahwa “aku bisa”, “aku kuat”

atau “aku anak yang baik”, apabila ini tidak tumbuh, maka akan timbul

perasaan rendah diri atau minder, seperti “aku gagal” atau “aku tidak dapat

berkarya”. Usia ini anak paling kritis dalam membentuk kepribadian anak

yang akan menentukan masa depannya. 31

Nurani mengemukakan tentang karakteristik perkembangan emosional

anak usia 6-8 tahun, sebagai berikut: emosi cenderung meninggi bila anak

sedang sakit atau lelah, misalnya cepat marah, rewel dan susah untuk

dihadapi. Anak suka beradaptasi dengan pekerjaan orang dewasa, seperti

membantu pekerjaan orangtuanya. Anak belajar membina persahabatan

dengan anak lain. Menerima kelainan-kelainan pada teman dan menghargai

akan kebutuhan-kebutuhannya. Menunjukkan rasa setia kawan yang besar

terhadap teman sebayanya. Suka menolong dan membantu orang lain dalam

kesusahan. Berperilaku sayang pada semua ciptaan Tuhan, karena pada usia

ini kemapuan berempati sudah muncul. Menghargai pendapat orang lain saat

berinteraksi.32

Pada usia sekolah ini anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi

secara kasar tidaklah diterima, atau tidak disenangi oleh orang lain. Oleh

31

Ratna Megawati, Pendidikan yang Patut dan Menyenangkan, (Bogor: Indonesia

heritage Foundation. 2004), h. 12 32

Yuliani Nuraini, kurikulum Alternatif Berbasis Kompetensi Anak Usia Dini,

(Jakarta: Pusdiani Press, 2002), h. 82

Page 38: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

28

karena itu, dia mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol ekspresi

emosinya. Kemampuan mengontrol emosi diperolehnya melalui peniruan dan

latihan (pembiasaan).

Dalam proses peniruan, kemampuan orangtua atau guru dalam

mengendalikan emosinya sangatlah berpengaruh, apabila anak dikembangkan

di lingkungan keluarga yang suasana emosinya stabil, maka perkembangan

emosi anak cenderung stabil atau sehat. Akan tetapi, apabila kebiasaan

orangtua dalam mengepresikan emosinya kurang stabil atau kurang control

(seperti: marah-marah, mudah mengeluh, kecewa dan pesimisdalam

menghadapi masalah), maka perkembangan emosi anak, cenderung kurang

stabil atau tidak sehat.33

Menurut Aliah, anak pada usia tujuh sampai dua belas tahun

menunjukkan keterampilan regulasi diri dengan variasi yang lebih luas.

Kecanggihan dalam memahami dan menunjukkan tempilan emosi yang sesuai

dengan aturan sosial meningkat pada tahap ini. Anak mulai mengetahui kapan

harus mengontrol ekspresi emosi sebagaimana juga mereka menguasai

keterampilan regulasi perilaku yang memungkinkan mereka menyembunyikan

emosinya dengan cara yang sesuai dengan aturan sosial. Anak lebih sensitif

terhadap isyarat lingkungan sosial yang mengatur keputusan dalam

mengontrol emosi negatif. Berbagai faktor mempengaruhi keputusan perilaku,

termasuk termasuk jenis emosi yang telah dialami, hubungan dengan orang

yang melibatkan emosi, usia anak dan jenis kelamin. Anak juga sudah

membentuk serangkaian harapan tentang hasil dari ekspresi emosinya kepada

orang lain. Secara umum, anak juga lebih banyak mengatur kemarahan dan

kesedihannya kepada teman-temannya daripada orangtuanya. Karena mereka

mengharap emosi negative dari teman-temannya, sepeti ejekan atau

cemoohan.

33

Syamsu Yusuf, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Rajawali, 2011), h. 63-64

Page 39: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

29

Anak pada usia ini juga mendemonstrasikan keterampilan kognitif dan

perilaku untuk mengatasi emosinya, seperti rasionalisasi atau kejadian yang

tidak mereka sukai. Selama masa kanak-kanak pertengahan, anak mulai

memahami keadaan emosi orang lain tidak sesederhana yang mereka

perkirakan, dan seringkali merupakan hasil dari penyebab yang rumit dan

terkadang tidak jelas. Mereka juga memahami bahasa sesorang mungkin

merasakan lebih dari satu waktu, walaupun kemampuan ini terbatas dan

berkembang perlahan. Tampilan empati juga lebih sering pada tahap ini. Anak

dengan keluarga yang sering mendiskusikan kompleksitas emosi lebih siap

menghadapi hal ini daripada keluarga yang biasa menghindarinya. Orangtua

yang terbiasa memberikan aturan yang jelas dan lebih banyak memperhatikan

oranglain, lebih dapat menghasilkan anak yang empatik daripada orangtua

yang kasar dalam membatasi perilaku.34

D. Sasaran Kecerdasan Emosional

Sebagaimana dikemukakan di muka bahwa kecerdasan emosional sangat

penting dalam kehidupan manusia. Untuk itu kecerdasan emosional perlu

ditanamkan kepada anak-anak sejak dini. Upaya penanaman kecerdasan

emosional dapat dilakukan oleh orang tua dan para guru di sekolah dengan

cara-cara tertentu. Untuk itu, orang tua dan guru sebagai pendidik emosi harus

mengetahui dan memahami sasaran-sasaran yang terkandung di dalam setiap

kecakapan-kecakapan emosional. Dengan demikian, arah serta tujuannya akan

menjadi jelas dan terancang.

Adapun sasaran-sasaran di dalam lima komponen utama kecakapan

emosional, sebagaimana yang dikemukakan oleh Daniel Goleman, adalah

sebagai berikut

34

Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi perkembangan Islami, (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2008), h. 169-170

Page 40: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

30

1. Kesadaran emosi diri :

a. Perbaikan dalam mengenali dan merasakan emosinya sendiri.

b. Lebih mampu memahami penyebab perasaan yang timbul.

c. Mengenali perbedaan perasaan dan tindakan.

2. Mengelola emosi :

a. Toleransi yang lebih tinggi terhadap frustrasi dan pengelolaan

amarah.

b. Berkurangnya ejekan verbal, perkelahian, dan gangguan di ruang

kelas.

c. Lebih mampu memngungkapkan amarah dengan tepat tanpa

berkelahi.

d. Berkurangnya perilaku agresif atau merusak diri sendiri.

e. Perasaan yang lebih positif tentang diri sendiri, sekolah dan

keluarga.

f. Lebih baik dalam menangani ketegangan jiwa.

g. Berkurangnya kesepian dan kecemasan dalam pergaulan.

3. Memotivasi diri :

a. Lebih bertanggung jawab.

b. Lebih mampu memusatkan perhatian pada tugas yang dikerjakan

dan menaruh perhatian.

c. Kurang impulsif, lebih menguasai diri.

4. Empati (membaca emosi) :

a. Lebih mampu menerima sudut pandang orang lain.

b. Memperbaiki empati dan kepekaan terhadap perasaan orang lain.

c. Lebih baik dalam mendengarkan orang lain.

5. Membina hubungan dengan orang lain :

a. Meningkakan kemampuan menganalisis dan memahami

hubungan.

Page 41: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

31

b. Lebih baik dalam menyelesaikan pertikaian dan merundingkan

persengketaan.

c. Lebih baik dalam menyelesaikan persoalan yang timbul dalam

hubungan.

d. Lebih tegas dan terampil dalam berkomunikasi.

e. Lebih populer dan mudah bergaul, bersahabat dan terlibat dengan

teman sebaya.

f. Lebih dibutuhkan oleh teman sebaya.

g. Lebih menaruh perhatian dan bertenggang rasa.

h. Lebih memikirkan kepentingan sosial dan selaras dalam

kelompok.

i. Lebih suka berbagi rasa, bekerja keras,dan suka menolong.

j. Lebih demokratis dalam bergaul dengan orang lain.35

Sasaran-sasaran dalam lima komponen utama kecerdasan emosional itu

jelas mengarah pada pembentukan kecerdasan emosional. Kecakapan-

kecakapan tersebut tidak mudah diperoleh kecuali dengan adanya pendidikan

dan pelatihan emosi sejak dini. Dan hal ini adalah tugas utama bagi orang tua

dan para guru untuk mewujudkannya. Pendidikan emosi yang teratur dan

terancang dengan baik akan dapat membina anak-anak untuk memiliki

kecakapan-kecakapan emosional sebagaimana yang tersebut di atas. Salah

satu cara untuk membentuk kecakapan-kecakapan ini pada anak-anak adalah

dengan menggunakan cerita-cerita keteladanan, terutama cerita-cerita yang

ada dalam Al-Quran yang begitu kaya akan hikmah dan pelajaran hidup.

Pendekatan ini sangat baik digunakan oleh orang tua dan guru, diberikan

kepada anak-anak atau murid-muridnya agar berhasil sebagai manusia yang

seimbang perkembangan intelek, emosi dan rohaninya.

35

Daniel Goleman, op. cit., h. 403

Page 42: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

32

BAB III

KISAH-KISAH DALAM AL-QURAN

A. Pengertian Kisah Al-Quran

1. Pengertian Kisah

Dalam percakapan sehari-hari seseorang sering mendengarkan kata-

kata kisah. Ketika manusia mendengar kata kisah tersebut yang terlintas

dalam fikirannya adalah suatu cerita yang berkenaan dengan suatu

kejadian pada masa lampau tentang seseorang atau masyarakat tertentu.

Kata “kisah” berasal dari akar kata “al-qassu” yang berarti mencari

atau mengikuti jejak. Kata al-qasas adalah bentuk masdar. 1

Menurut al-

Khalidy al-qasas berarti cerita-cerita yang dituturkan (kisah).

Kisah dengan arti-arti tersebut di atas, dipergunakan juga dalam

Alquran, antara lain;

1 Manna’ Al-Qaththan, Mabahits fi „ulumil Al-Quran, (Beirut: Muassasah Ar-Risalah, 1996),

h. 305.

Page 43: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

33

a) Al-qashash berarti mengikuti jejak sebagaimana firman Allah SWT.

Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". lalu keduanya

kembali, mengikuti jejak mereka semula. (Al-Kahfi: 64)

Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan:

"Ikutilah dia". (Al-Qashash: 11)

b) Al-qashash berarti cerita-cerita yang dituturkan (kisah), seperti

dalam surat Ali Imran ayat 62 dan surat Al-Qashash ayat 25 dan

surat Yusuf ayat 3.

“Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar…”(Ali Imran: 62)

“Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syu'aib) dan

menceritakan kepadanya cerita (mengenai dirinya), Syu'aib berkata:

"Janganlah kamu takut.” (Al-Qashash: 25)

Secara terminologi kisah dalam kesusteraan bahasa Indonesia atau

Melayu dapat diartikan dengan cerita, penuturan tentang suatu peristiwa,

suatu kejadian atau seseorang.2

Pada tataran terminologi ini para pakar dan ulama pun banyak sekali

memberikan defenisi tentang pengertian kisah ini diantaranya menurut

M. Quraish Shihab dalam tafsirnya menyebutkan kisah adalah upaya

mengikuti jejak peristiwa yang benar-benar terjadi atau imajinatif, sesuai

2 AG Pringgo Digdo dan Hasan Syadily, Ensiklopedi Umun, (Yogyakarta: Ofset Kanissus,

1997), h. 567

Page 44: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

34

dengan urutan kejadiannya dan dengan jalan menceritakannya satu

episode atau episode demi episode. Al-Quran tidak selalu menggunakan

kata tersebut dalam arti mengisahkan satu kisah, tetapi ia juga digunakan

dalam arti memberi tuntutan, baik tuntutan tersebut merupakan kisah

maupun hanya pesan singkat.3

Adapun Muhammad Khalafullah mendefinisikan kisah sebagai suatu

karya kesusastraan yang merupakan hasil khayal pembuat kisah terhadap

peristiwa-peristiwa yang terjadi atas seorang pelaku yang sebenarnya

tidak ada, atau dari seorang pelaku yang benar-benar ada, tetapi

peristiwa-peristiwa yang berkisar pada dirinya dalam kisah itu tidak

benar-benar terjadi. Ataupun, peristiwa-peristiwa itu terjadi atas diri

pelaku, tetapi dalam kisah tersebut disusun atas dasar seni yang indah, di

mana sebagian peristiwa didahulukan dan sebagian lagi dibuang, atau

terhadap peristiwa baru yang tidak terjadi atau dilebih-lebihkan

penggambarannya, sehingga pelaku-pelaku sejarah keluar dari kebenaran

yang biasa dan sudah menjadi para pelaku khayali”.4

Selain itu, Al-Syiba’i al-Bayumi mengemukakan bahwa yang

dimaksud dengan kisah adalah setiap tulisan yang bersifat kesusasteraan

dan indah. Yang keluar dari seorang penulis dengan maksud untuk

menggambarkan suatu keadaan tertentu dengan suatu cara dimana

penulis melepaskan diri dari perasaan dan pikirannya, sehingga

pribadinya tercermin dalam penggambaran itu yang dapat mengadakan

dari orang lain yang mempunyai tulisan yang sama.5

Dari beberapa definisi mengenai kisah di atas dapat penulis

simpulkan bahwa yang dimaksud dengan kisah adalah sebuah cerita atau

peristiwa yang telah terjadi pada masa sebelumnya mengenai perubahan

3 M. Quraish Syihab, Tafsir al-Misbah vol 8, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 363

4 A. Hanafi. MA., Segi-segi Kesusastraan Pada Kisah-kisah Al-Qur‟an, 0(Jakarta: Pustaka

Alhusna, 1984), h. 14. 5 AG Pringgo Digdo dan Hasan Syadily, op.cit., h. 567

Page 45: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

35

alam ataupun kehidupan manusia baik bersumber dari ucapan turun

temurun maupun tulisan-tulisan yang ditemukan dari generasi ke

generasi.

2. Pengertian Kisah Al-Quran

Al-Quran banyak sekali memuat keterangan-keterangan tentang

kejadian masa lalu, sejarah bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri, dan

peninggalan atau jejak setiap umat. Semua keadaan ini diceritakan dan

disampaikan dengan cara yang menarik dan mempesona para pembaca

maupun pendengarannya. Untuk itu semua ini Al-Quran memaknai istilah

kisah Al-Quran.

Manna Al-Qattan dalam bukunya Studi ilmu-ilmu Al-Quran

menyatakan bahwa Qasas Al-Quran adalah pemberitaan Al-Quran

tentang hal ihwal umat yang telah lalu, nubuwat (kenabian) yang

terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi.6 Hasby al-Shiddieqy

juga memberikan definisi yang tidak jauh berbeda, bahwa yang dimaksud

dengan Qasasul Quran ialah kabar-kabar Al-Quran tentang keadaan umat

yang telah lalu dan kenabian masa terdahulu, peristiwa-peristiwa yang

telah terjadi. Al-Quran melengkapi tentang keterangan peristiwa-

peristiwa yang telah terjadi, keadaan negeri-negeri serta menerangkan

bekas-bekas dari kaum terdahulu tersebut.7

Dari definisi yang telah diberikan oleh pakar-pakar ilmu Al-Quran

diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kisah Al-

Quran adalah kabar atau keterangan tentang hal dan ihwal umat atau

suatu komunitas yang telah lalu ataupun yang akan datang, yang menjadi

gambaran sebuah peristiwa, untuk dapat mengambil manfaat dan

6 Manna’ Al-Qaththan, Ibid, h. 305.

7 Hasby Al-Shidieqy, Ilmu-Ilmu Al-Quran Media Pokok Dalam Penafsiran Al-Quran,

(Jakarta: Bulan Bintang, 1972), cet.1, h. 176

Page 46: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

36

pelajaran bagi generasi yang akan datang. Semua ini disampaikan dengan

gaya bahasa khas dan khusus sehingga dapat menarik perhatian.

B. Macam-Macam Kisah Dalam Al-Quran

Di dalam Alquran banyak dikisahkan beberapa peristiwa yang pernah

terjadi dalam sejarah. Dari Alquran dapat diketahui beberapa kisah yang

pernah dialami oleh orang-orang terdahulu. Al-Quran juga telah menceritakan

beberapa peristiwa yang terjadi di zaman Nabi Adam as. sampai Nabi

Muhammad Saw. Di samping itu kisah selain nabi, seperti kisah tentang

orang-orang Yahudi, Majusi dan Nasrani serta kisah orang mukmin dan

musyrik juga banyak dimuat dalam Alquran.

Untuk mengungkap macam-macam kisah dalam Alquran, terdapat tiga

pendekatan antara lain:

1) Tinjauan waktu (timing)

Ditinjau dari segi waktunya, kisah-kisah dalam Alquran dapat di

kategorikan dalam tiga bagian yaitu:

a) Kisah-kisah gaib tentang masa lampau, Contohnya:

1) Kisah tentang dialog malaikat dengan Tuhannya mengenai

penciptaan khalifah di bumi sebagaimana dijelaskan dalam QS Al-

Baqarah: 30-34.

2) Kisah tentang penciptaan alam semesta sebagaimana terdapat

dalam QS Al- Furqan: 59., Qaf: 38.

3) Kisah tentang penciptaan Nabi Adam dan kehidupannya ketika di

syurga sebagaimana terdapat dalam QS Al-A’raf: 11-25.

b) Kisah tentang hal gaib yang terjadi masa kini, Contohnya :

1) Kisah tentang turunnya malaikat-malaikat pada malam lailatul

Qadar seperti diungkapkan dalam QS Al-Qadar:1-5.

Page 47: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

37

2) Kisah-kisah tentang kehidupan makhluk-makhluk gaib seperti

setan, jin atau iblis seperti diungkapkan dalam QS Al-A’raf: 13-

14.

3) Kisah hal gaib yang akan terjadi pada masa yang akan datang,

contohnya:

a. Kisah tentang akan datangnya hari kiamat seperti dijelaskan

dalam Alquran surat Al-Qari’ah, surat Al-Zalzalah dan lainnya.

b. Kisah tentang Abi Lahab kelak di akhirat seperti diungkapkan

dalam surat Al-Lahab.

c. Kisah tentang kehidupan orang-orang di surga dan orang-orang

yang hidup di dalam neraka seperti diungkapkan dalam

Alquran surat Al-Ghasyiah dan lainnya. 8

4) Pendekatan kedua, dari sudut isi (matter), setidaknya untuk pendekatan

ini terbagi menjadi tiga bagian juga yaitu:

a) Kisah-kisah yang menyangkut para rasul dan para nabi. Kisah ini

mengandung dakwah mereka kepada kaumnya, mukjizat-mukjizat

yang memperkuat dakwahnya, sikap orang-orang yang

memusuhinya, tahapan-tahapan dakwah dan perkembangannya serta

akibat-akibat yang diterima mereka yang mempercayai dan golongan

yang mendustakan. Misalnya; kisah Nabi Nuh, Ibrahim, Musa,

Harun, Isa dan sebagainya.

b) Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang

terjadi pada masa lalu dan orang-orang yang tidak dipastikan

kenabiannya. Misalnya kisah orang-orang yang keluar dari kampung

halaman, yang beribu-ribu jumlahnya karena takut mati, kisah talut

dan jalut, dua orang putra Nabi Adam, penghuni gua, Zulkarnain,

8 Ahmad Syadali, Ulumul Al-Quran II, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997), h. 28.

Page 48: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

38

Qarun, Ashabus Sabti, Maryam, Ashabul Ukhdud, dan Ashabul Fil

dan sebagainya.

c) Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang

terjadi pada masa Rasulullah, seperti perang Badar dan perang Uhud

dalam surat Ali Imran, perang Hunain dan Tabuk dalam surat At-

Taubah, perang akhzab dalam surat Al-Ahzab, hijrah, isra’, dan lain

sebagainya. 9

5) Dari segi jenisnya, kisah-kisah Alquran terbagi menjadi dua macam yaitu:

a) Kisah yang dibawa oleh Alquran. Kisah ini terdiri dari kisah tentang

para nabi dan rasul terdahulu berikut sikap dan kesabarannya

menghadapi aneka ragam tanggapan dan tingkah laku kaumnya. Para

nabi dan rasul itu didustakan dan disakiti oleh kaum yang menentang,

tetapi pada akhirnya mereka memperoleh kemenangan atas izin

Allah, dan kaum kafir itu mendapatkan siksaan karena perbuatannya

sendiri. Dengan kisah semacam ini, dimaksudkan oleh Allah agar

Nabi Muhammad Saw. memiliki keteguhan hati dalam mengajarkan

agama Islam.

b) Kisah yang mengundang turunnya Alquran. Kisah ini berisi kasus-

kasus, fenomena-fenomena, masalah-masalah dan problem-problem

yang mendapat tanggapan Alquran, baik tanggapan positif seperti

pelajaran, pengarahan, maupun tanggapan negatif seperti

pengungkapan rahasia kejahatan, kekufuran, kemunafikan dan lain

sebagainya. Kisah jenis kedua inilah yang oleh para ahli ilmu-ilmu

Alquran diistilahkan sebagai Asbabun Nuzul. 10

9 Manna’ Al-Qaththan., op.cit., h. 306

10 Ahmad Muhammad Jamal, Koreksi Al-Quran Terhadap Ummat, (Alih bahasa; Jamaluddin

Kafie), (Jakarta: Media Da’wah, tt), h. 1.

Page 49: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

39

C. Kisah-Kisah Nabi Dalam Al-Quran

Kisah para Nabi merupakan kisah yang mengandung dakwah Nabi

kepada kaumnya, mukjizat-mukjizat yang memperkuat dakwahnya, sikap

orang-orang yang memusuhinya, tahapan-tahapan dakwah dan

perkembangannya serta akibat-akibat yang diterima oleh mereka yang

mempercayai dan golongan yang mendustakan. Misalnya kisah Nabi Nuh,

Nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi Muhammad dan Nabi-nabi serta Rasul

lainnya. 11

Untuk membatasi kisah-kisah para Nabi, maka penulis membatasi

pada tiga kisah yaitu, kisah dua anak Nabi Adam as., kisah kelahiran Nabi

Nuh as. dan kisah Nabi Musa as. Berikut kisah-kisahnya:

1. Kisah Dua Putra Nabi Adam: Qabil dan Habil

Kisah mengenai kedua Putra Nabi Adam as. merupakan kisah yang

terdapat di dalam Al-Qur’an dan diambil melalui pendekatan tafsir

maudhu’i. Sedangkan dalam segi macamnya, kisah dua putra Nabi

Adam as. termasuk ke dalam macam yang ditinjau dari sudut isi, yakni

kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada

masa lalu dan orang-orang yang tidak dipastikan kenabiannya.

Para ulama sepakat. Sejak diturunkan ke bumi, istri Adam as. yakni

Hawa melahirkan anak-anak Adam as. sebanyak 20 kali. Namun, setiap

kelahiran selalu kembar putra dan putri. Dan diantara sekian banyak anak

adam, terdapat kisah yang menjadi awal mula pembunuhan di muka

bumi. Pembunuhan itu dilakukan oleh Qabil terhadap adiknya yang

bernama Habil. Nabi Adam as. menikahkan Qabil dengan kembaran

Habil, begitu juga sebaliknya. Namun Qabil menolak karena dia merasa

lebih tua daripada Habil dan kembarannya lahir bersama dirinya. 12

11

Manna’ Khalil Al-Qaththan, Ibid, h. 436 12

Syahruddin El Fikri, Situs-Situs Dalam Al-Quran (Dari Banjir Hingga Bukit Tursina),

(Jakarta: Republika, 2010), h. 34

Page 50: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

40

Nabi Adam memerintahkan keduanya untuk berkorban, siapa yang

korbannya diterima oleh Allah SWT maka dialah yang berhak atas

saudara sekelahiran dengan Qabil. Akhirnya Allah menerima kurban

Habil. Maka terjadilah Qabil membunuh saudaranya (Habil).13

Allah Ta’ala berfirman,

Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan

Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan

korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil)

dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia berkata (Qabil): "Aku pasti

membunuhmu!". berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima

(korban) dari orang-orang yang bertakwa".(Q.S. Al-Maidah ayat 27)14

Hal ini dijelaskan pula dalam hadis shohih:

Tidaklah jiwa seorang dibunuh secara aniyaya kecuali atas putra Adam

yang pertama menanggung darahnya, karena sesungguhnya ia orang

pertama yang mengadakan peraturan pembunuhan.

Ucapan Habil ketika diancam dibunuh oleh saudaranya (Qabil):

13

Muhammad Ali ash Shabuniy, Kenabian dan Para Nabi, Terj. Dari an Nubuwwah wal

Anbiya‟oleh Arifin Jamian Maun, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1993), h. 199 14

Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit Dipenogoro, 2008), Cet.

10, h. 112 15

Muhammad Ismail Abu Abdillah al-Bukhori, Shohih Bukhori, (Beirut: Dar al-Hadist,

1987), juz. 3, h. 1213

Page 51: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

41

Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk

membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku

kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah,

Tuhan seru sekalian alam. (Q.S. Al-Maidah ayat 28)16

Menunjukkan akhlak mulia yang dimiliki Habil, serta rasa takutnya

kepada Allah SWT, dan enggan membalas saudaranya itu dengan

keburukan serupa.

Firman Allah SWT,

Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa

(membunuh)ku dan dosamu sendiri, Maka kamu akan menjadi penghuni

neraka, dan yang demikian Itulah pembalasan bagi orang-orang yang

zalim.

Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh

saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, Maka jadilah ia seorang

diantara orang-orang yang merugi. (Q.S. Al-Maidah ayat 29-30)17

Syaikh Salim bin Ied menjelaskan bahwa Habil tidak ingin membunuh

Qabil, meskipun ia lebih perkasa dan kuat dari pada Qabil. Jika Qabil

bersikeras membunuh Habil maka ia akan menanggung dosa setiap

16

Depag RI, op. cit., h. 112 17

Ibid., h. 113

Page 52: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

42

pembunuhan dan dosa-dosanya sendiri yang pernah dilakukan

sebelumnya.18

firman Allah SWT:

kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di

bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana

seharusnya menguburkan mayat saudaranya. berkata Qabil: "Aduhai

celaka Aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak

ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" karena itu

jadilah Dia seorang diantara orang-orang yang menyesal.( Q.S. Al-

Maidah ayat 31)19

Sebagian ulama menyebutkan bahwasanya setelah Qabil membunuh

saudaranya (Habil), ia menggendongnya diatas punggungnya. Dan terus

menggendongnya sehingga Allah mengirimkan dua ekor burung gagak,

lalu kedua burung itu saling bertengkar dan akhirnya salah satunya

berhasil membunuh yang lainnya. Setelah membunuh saudaranya,

burung gagak itu turun ke tanah dan menggalinya untuk mengguburkan

saudaranya itu.

Dan Akhirnya Qabil melakukan apa yang dilakukan oleh burung

gagak tersebut, menggali tanah dan menguburkannya dalam lubang

tersebut.20

Kisah antara Habil dan Qobil di atas merupakan sebuah contoh

tokoh yang memiliki sifat baik dan buruk. Keburukan atau kejahatan

yang dilakukan oleh Qobil terhadap Habil yang baik telah merugikan

18

Salim bin Ied Hilali, Kisah Shahih Para Nabi,Terj dari Shahiih Qishashil Anbiya‟ oleh M.

Abdul Goffar, ( Jakarta: Pustaka Imam asy-Syafi’I, 2009), h. 69 19

Depag RI. Loc. Cit. 20

Salim, op. cit., h. 72-73

Page 53: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

43

dirinya sendiri. Ia tidak hanya merugi di dunia, tetapi juga merugi di

akhirat. Karena perbuatan buruk akan dibalas dengan keburukan,

begitupun perbuatan baik akan dibalas dengan kebaikan oleh Allah SWT.

2. Kisah Nabi Nuh as.

Kisah mengenai Nabi Nuh as. merupakan kisah yang terdapat di

dalam Al-Qur’an dan diambil melalui pendekatan tafsir maudhu’i.

Sedangkan dalam segi macamnya, kisah mengenai Nabi Nuh as. ini

termasuk ke dalam macam yang ditinjau dari segi jenisnya, yakni jenis

kisah yang dibawa oleh Al-Quran. Kisah ini menceritakan tentang Nabi

dan Rasul terdahulu berikut sikap dan kesabarannya menghadapi aneka

ragam tanggapan dan tingkah laku kaumnya. Nabi dan Rasul tersebut telah

didustakan dan disakiti oleh kaum yang menentang, tetapi pada akhirnya ia

memperoleh kemenangan atas izin Allah, dan kaum kafir itu mendapatkan

siksaan karena perbuatannya sendiri.

Nabi Nuh as. diutus Allah SWT untuk mengajak kaumnya

menyembah Allah SWT. Dan selama kurang lebih 950 tahun. Syahruddin

menyatakan, dakwah Nabi Nuh as. yang panjang (tiga generasi kaumnya)

itu hanya mendapat pengikut sebanyak 70 orang dan delapan anggota

keluarganya.21

Firman Allah SWT:

Dan Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, Maka

ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun.

Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang

yang zalim.(Q.S. al-Ankabut ayat 14)

21

Syahruddin, op.cit. h. 50

Page 54: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

44

Firman Allah SWT:

… dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit.(Q.S.

Huud ayat 40)

Dan di dalam sektor yang lain, Nabi Nuh as. selalu memperoleh

kesakitan-kesakitan dari kaumnya..22

Firman Allah SWT:

Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai

keteguhan hati dari Rasul-rasul telah bersabar…(Q.S. al-Ahqaf ayat

35)

Setiap pergantian generasi berlangsung, mereka senantiasa berpesan

kepada generasi penerus mereka agar tidak beriman kepada Nabi Nuh as.

dan supaya melawan dan melanggarnya. Ciri khas mereka adalah

senantiasa menolak iman dan enggan mengikuti kebenaran. Oleh karena

itu Allah berfirman:23

Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka

akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan

melahirkan selain anak yang berbuat ma'siat lagi sangat kafir.(Q.S.

Nuh ayat 27)

Karena itu pula, Allah berfirman:

22

Muhammad, op. cit., h. 220 23

Salim, op. cit., h. 130

Page 55: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

45

Mereka berkata "Hai Nuh, Sesungguhnya kamu telah berbantah

dengan Kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap

Kami, Maka datangkanlah kepada Kami azab yang kamu ancamkan

kepada Kami, jika kamu Termasuk orang-orang yang benar".

Nuh menjawab: "Hanyalah Allah yang akan mendatangkan azab itu

kepadamu jika Dia menghendaki, dan kamu sekali-kali tidak dapat

melepaskan diri.(Q.S. Hud ayat 32-33)

Syaikh Salim bin Ied al-Hilali menjelaskan bahwa yang mampu

melakukan itu hanya Allah SWT. Tidak akan ada sesuatu pun yang lepas

dari-Nya.24

Setelah berdakwah siang malam namun kaumnya tak juga mau

menerima kehadirannya sebagai utusan Allah SWT. Maka Nabi Nuh as.

berdoa agar kaumnya yang suka membangkang diberikan peringatan agar

mereka mau menyembah Allah SWT. Allah memerintahkan untuk

membuat kapal sebagai persiapan bila siksa Allah berupa banjir telah

datang.25

24

Ibid. 25

Syahruddin, loc. Cit.

Page 56: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

46

Dan diwahyukan kepada Nuh, bahwasanya sekali-kali tidak akan

beriman di antara kaummu, kecuali orang yang telah beriman (saja),

karena itu janganlah kamu bersedih hati tentang apa yang selalu

mereka kerjakan. Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan

petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku

tentang orang-orang yang zalim itu, sesungguhnya mereka itu akan

ditenggelamkan. (Q.S Hud ayat 36-37)26

Nabi Nuh as. juga diperintahkan untuk membawa binatang dan semua

makhluk hidup dengan pasangan mereka masing-masing. Selain itu Nabi

Nuh as. juga diperintahkan untuk mebawa keluarganya, kecuali yang

sudah didakwahi tetapi tetap kafir. Dan juga diperintahkan agar tidak

meminta penangguhan lagi bagi kaumnya jika mereka telah tertimpa oleh

adzab.27

Firman Allah SWT:

Lalu Kami wahyukan kepadanya: "Buatlah bahtera di bawah penilikan

dan petunjuk Kami, Maka apabila perintah Kami telah datang dan

tanur (permukaan bumi) telah memancarkan air, Maka masukkanlah ke

dalam bahtera itu sepasang dari tiap-tiap (jenis), dan (juga)

keluargamu, kecuali orang yang telah lebih dahulu ditetapkan (akan

ditimpa azab) di antara mereka. dan janganlah kamu bicarakan dengan

aku tentang orang-orang yang zalim, karena Sesungguhnya mereka itu

akan ditenggelamkan.(Q.S. al-Mu’minun:27)

Firman Allah SWT:

26

Depag RI, op. cit., h.225 27

Salim, op. cit., h. 139

Page 57: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

47

Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana

gunung. dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada di

tempat yang jauh terpencil: "Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama

Kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir."

Anaknya menjawab: "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang

dapat memeliharaku dari air bah!" Nuh berkata: "tidak ada yang

melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) yang Maha

Penyayang". dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya;

Maka jadilah anak itu Termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.

(Q.S. Hud: 42-43)

Dijelaskan oleh syaikh Salim bin Ied bahwa putera Nabi Nuh as. yang

bernama Qan’an adalah seorang yang kafir dan tidak pernah berbuat amal

shalih. Ia menentang agama dan pendapat ayahnya, sehingga dia pun

binasa bersama orang-orang yang binasa. Namun demikian, banyak dari

mereka yang bukan keluarga Nabi Nuh as. yang selamat, karena mereka

sepaham dan seagama dengannya.28

Kisah mengenai Nabi Nuh as. diatas terdapat sebuah nilai yang sangat

berharga, yakni bahwa ia memiliki kesabaran yang besar dalam

berdakwah. Meskipun berdakwah selama ratusan tahun dengan hanya

mendapatkan 80 orang yang mau beriman serta mengikutinya, dan selalu

mendapat ejekan dari kaumnya yang membangkang, ia tetap sabar dalam

menghadapinya. Begitu pun terhadap keluarganya yang tidak mau

28

Salim, op. cit., h. 145

Page 58: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

48

mengikutinya, ia tetap berusaha membujuk serta mengajaknya untuk

beriman kepada Allah SWT.

3. Kisah Kelahiran Nabi Musa as.

Kisah mengenai Nabi Musa as. merupakan kisah yang terdapat di

dalam Al-Qur’an dan diambil melalui pendekatan tafsir maudhu’i.

Sedangkan dalam segi macamnya, kisah Nabi Musa as. ini merupakan

macam kisah yang ditinjau dari sudut isinya, yakni kisah yang menyangkut

seorang Nabi atau Rasul. Kisah ini mengandung dakwahnya kepada

kaumnya, mukjizat-mukjizat yang memperkuat dakwahnya, sikap orang-

orang yang memusuhinya, tahapan-tahapan dakwah dan perkembangannya

serta akibat-akibat yang diterima mereka yang mempercayai dan golongan

yang mendustakannya.

Nabi Musa as. dilahirkan di zaman tagut, yakni pada zaman Fir’aun

yang sombong dan memusuhi Allah SWT. Sebagaimana firman Allah

SWT dalam Al-Quran surah Al-Qhashas ayat 4

Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi

dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas

segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan

membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya

Fir'aun Termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.(Q.S. Al-

Qhashas ayat 4)29

Syaikh Salim bin Ied menjelaskan bahwa Fir’aun telah berbuat

sewenang-wenang, lebih mengutamakan kehidupan dunia dan menolak

29

Depag RI, op. cit., h. 385

Page 59: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

49

berbuat taat kepada Allah SWT. Fir’aun membagi rakyatnya menjadi

beberapa kelompok, dia juga menindas satu kelompok dari mereka yaitu

Bani Israil yang termasuk dalam garis silsilah Nabi Ya’kub.30

Di ayat tersebut Syaikh Salim bin Ied menjelaskan bahwa Fir’aun

berusaha keras dan mati-matian agar Nabi Musa as.tidak lahir ke dunia,

bahkan dia mengutus beberapa orang dan kabilah untuk mencari wanita-

wanita yang sedang hamil dan mendata waktu kelahirannya, sehingga

tidak ada seorang wanita pun yang melahirkan anak laki-laki melainkan

akan dibunuh. Oleh karena itu ibunda Nabi Musa as. mendapatkan ilham.31

Seperti dalam Al-Quran surah Al-Qhashas ayat 7-9:

Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah Dia, dan apabila

kamu khawatir terhadapnya Maka jatuhkanlah Dia ke sungai (Nil). dan

janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena

Sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan men-

jadikannya (salah seorang) dari Para rasul. Maka dipungutlah ia oleh

keluarga Fir'aun yang akibatnya Dia menja- di musuh dan Kesedihan

bagi mereka. Sesungguhnya Fir'aun dan Ha-man beserta tentaranya

adalah orang-orang yang bersalah. Dan berkatalah isteri Fir'aun:

"(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. janganlah kamu

30

Salim, op.cit. h. 25 31

Ibid., h. 27

Page 60: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

50

membunuhnya, Mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita

ambil ia menjadi anak", sedang mereka tiada menyadari.32

Ayat diatas menunjukkan janji Allah SWT yang akan mengembalikan

Nabi Musa as. ke pangkuan ibunya. Ibunda Nabi Musa as. melakukan

perintah Allah dengan meletakkannya di peti, lalu menghanyutkannya.

Hingga akhirnya melewati tempat tinggal Fir’aun, dan keluarga Fir’aun

memungutnya. Sebagian ulama mengatakan huruf laam pada ayat

(maka pungutlah dia) menunjukkan laam al’aaqibah yang berarti

bergantung pada kandungan pembicaraan, bahwa keluarga Fir’aun

memungut bayi yaitu nabi Musa.

Para ahli tafsir menyebutkan bahwa para budak perempuan Fir’aun

telah memungut Nabi Musa as. Namun mereka tidak berani membukanya,

hingga mereka meletakkannya dihadapan istri Fir’aun yang bernama

Asiyah binti Muzahim.

Setelah Nabi Musa as. tinggal dirumah Fir’aun, wanita-wanita didekat

dekat Fir’aun ingin menyusuinya, tetapi Nabi Musa as. menolak dan tidak

mau makan. Kemudian Nabi Musa as. dibawa ke pasar, untuk

mendapatkan wanita yang tepat untuk menyusuinya.33

Hal ini dijelaskan

dalam Firman Allah surat al-Qhashas ayat 12:

Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan

yang mau menyusui(nya) sebelum itu; Maka berkatalah saudara Musa:

"Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu ahlul bait yang akan

32

Depag RI, ibid., h. 386 33

Salim, op.cit. h. 36

Page 61: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

51

memeliharanya untukmu dan mereka dapat Berlaku baik

kepadanya?".34

Ibnu Abbas mengatakan: setelah saudara perempuan Nabi Musa as.

berkata “Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu ahlul bait yang akan

memeliharanya untukmu dan mereka dapat Berlaku baik kepadanya?”

maka mereka berkata: Dari mana kamu tahu kalau mereka akan

memelihara dan berlaku baik terhadapnya? Saudara perempuan itu pun

menjawab: “ mereka hanya ingin membahagiakan raja dan mengharap

kebaikannya.” Dan Nabi Musa as. dibawa kerumah Ibunya dan langsung

meminum susunya. Firman Allah SWT surat al-Qhashas ayat 13:

Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya

dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu

adalah benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.35

Ayat diatas menunjukkan janji Allah untuk mengembalikan Nabi

Musa as. disisi Ibunya dan mengangkatnya sebagai Rasul.

D. Manfaat Kisah-Kisah Al-Quran

Mengenai manfaat dari kisah-kisah Al-Quran, antara lain,

a) Orang tua dapat mengenalkan figur manusia-manusia yang terbaik,

yaitu para nabi.

b) Menghindarkan anak dari bersikap seperti tokoh manusia yang tidak

baik, seperti Qabil.

34

Depag RI, op. cit., h. 386 35

Ibid

Page 62: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

52

Dengan demikian, anak-anak akan terangsang untuk

mengidetifikasikan dirinya sesuai dengan perilaku figur merekaatau

bukan.

Di samping itu terdapat beberapa kegunaan yang lain dari aktivitas

berkisah di lingkungan keluarga sebagaimana yang diungkapkan oleh

Nunu Achdiyat di antaranya adalah;

a) Membantu pengajaran Al-Quran.

b) Membantu pembentukan watak dasar.

c) Membantu terciptanya hubungan harmonis.

Manna’ Al Qathan juga menyebutkan faedah mempelajari kisah-

kisah dalam Al-Quran :

a) Menjelaskan asas-asas dakwah menuju Allah dan menjelaskan

pokok-pokok syariat yang dibawa oleh para Nabi.

b) Memperkuat kepercayaan orang mukmin tentang kebenaran dan

para pendukung Nabi serta hancurnya kebathilan dan para

pembelanya.

c) Membenarkan para Nabi terdahulu, menghidupkan ketenangan

terhadap mereka serta mengabadikan jejak dan peninggalannya.

d) Menampakkan kebenaran Nabi Muhammad dalam dakwahnya

dengan apa yang diberitakannya tentang hal ihwal orang-orang

terdahulu di sepanjang kurun dan generasi

Di samping itu, kisah perlu dilaksanakan dalam sekolah sebagai

lembaga pendidikan formal, karena hal ini mempunyai beberapa

kegunaan di antaranya adalah:

a) Membantu minat anak terhadap sejarah.

b) Membantu anak bersikap ilmiah berdasarkan keimanan.36

36

Nunu Achdiat, Seni Berkisah; Memandu Anak Memahami Al-Quran, h. 75-77

Page 63: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

53

Pengajaran melalui kisah-kisah dapat dilakukan dengan memutar

media ataupun dengan menggunakan gambar-gambar, sehingga

memudahkan sang anak mengimajinasikan cerita. Mengajar melalui kisah

dalam Al-Quran lebih efektif karena dapat sekaligus mengajarkan dan

mengajak mereka untuk lebih mempercayai kitab suci Al-Quran yang

telah diturunkan oleh Allah swt. Serta dapat menumbuhkembangkan

keimanan pada diri anak sejak dini. Kisah yang diambil dari Al-Quran

adalah sebaik-baik kisah yang harus diajarkan kepada anak-anak.

Page 64: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

54

BAB IV

ANALISIS KISAH-KISAH DALAM AL-QURAN MENGENAI

KECERDASAN EMOSIONAL PADA PERKEMBANGAN

ANAK USIA 6–9 TAHUN

A. Aspek-aspek Kemahiran Kecerdasan Emosional Pada Perkembangan

Anak Usia 6 – 9 Tahun Melalui Kisah-kisah dalam Al-Quran

1. KemahiranMengenaliEmosiDiri

a. Emosi Qabil terhadap Habil

Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan

Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan

korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua

(Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia berkata (Qabil):

"Aku pasti membunuhmu!". berkataHabil: "Sesungguhnya Allah

Page 65: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

55

hanyamenerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa".(Q.S. Al-

Maidah ayat 27)1

Ayat ini merupakan sebuah peringatan dari Allah bahwa kezhaliman

dan pelanggaran janji yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi adalah

sama dengan kezhaliman yang dilakukan seorang putra Adam

terhadap saudaranya.

Makna ayat di atas adalah, jika orang-orang Yahudi itu hendak

membunuhmu wahai Muhammad, maka sesungguhnya mereka telah

membunuh para nabi sebelum kamu, dan Qabil pun membunuh Habil.

Kejahatan itu, telah ada sejak dahulu kala. Yakni, kisah ini

mengingatkan kepada mereka.2

Kedua putra Adam as., yakni Qabil dan Habil berkurban kepada

Allah. Kurban Qabil adalah segenggam sunbulah (benih) – sebab dia

adalah seorang petani – yang dipilihnya dari tanamannya yang paling

jelek. Dia kemudian menemukan sunbulah yang baik, namun dia

justru memecahkannya dan memakannya. Sedangkan kurban Habil

adalah seekor Kibasy – sebab dia adalah seorang peternak kambing –

yang diambilnya dari kambingnya yang paling baik. “maka diterima”

(kurban Habil) dan kambing itu pun diangkat ke surga.

Ketika kurban Habil diterima, sebab dia adalah orang yang beriman,

maka Qabil pun berkata kepadanya karena perasaan Hasud – sebab dia

adalah orang yang kafir, “Akankah engkau berjalan di muka bumi

dimana manusia melihatmu lebih baik dariku? „Aku pasti

membunuhmu!”. Habil berkata, “Mengapa engkau akan

membunuhku, sementara aku tidak melakukan kesalahan apapun?

Aku juga tidak berdosa bila Allah menerima kurbanku. Adapun

(karena) aku bertakwa kepada Allah dan menetapi kebenaran,

1 Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit Dipenogoro, 2008), Cet. X,

h. 112 2Syaikh Imam Al Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi Juz VI, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), h. 319-

320

Page 66: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

56

sesungguhnya Allah itu hanya akan menerima (kurban) dari orang-

orang yang bertakwa”.3

Kisah di atas menunjukkan emosi yang tidak mencerminkan pribadi

yang baik bagi seorang anak. Anak 6 sampai 9 tahun akan mengenali

dan merasakan emosi dari masing-masing perilaku Qabil dan Habil.

Anak yang tidak dapat mengenali emosi dirinya maka akan seperti

Qabil yang langsung marah ketika kurban yang diberikannya tidak

diterima Allah. SWT.

Anak usia 6 – 9 tahun yang memiliki emosi yang baik adalah

anak yang dapat mengendalikan emosinya tersebut tatkala berada pada

kondisi apapun, sebagaimana kisah tersebut menggambarkan sebuah

pertikaian dengan saudara kandungnya sendiri dikarenakan tidak

dapat mengalahkan emosi yang muncul pada suatu masalah tertentu.

b. Emosi Fir‟aun terhadap penduduknya

Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi

dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas

segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan

membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka.

SesungguhnyaFir'aunTermasuk orang-orang yang

berbuatkerusakan.(Q.S. Al-Qhashasayat 4)

Ayat ini menyatakan, Sesungguhnya Fir’aun telah berbuat sewenang-

wenang di muka bumi baik terhadap Allah dengan mengakui dirinya

sebagai tuhan, dan juga kepada manusia dengan menjadikan penduduk

negeri Mesir yang dikuasai-nyaberpecah belah menjadi dua kelompok

besar. Pertama, masyarakat Mesir dan kedua, masyarakat Bani Isra‟il.

Kesewenang-wenangan itu antara lain dengan menindas segolongan

3Syaikh Imam Al Qurthubi,ibid., h. 320-324

Page 67: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

57

dari mereka yakni golongan Bani Isra‟il, dengan menyembelih secara

kejam dan dalam jumlah yang banyak anak laki-laki merekadan

membiarkan hidup sambil mempermalukan perempuan-perempuan

mereka. Sesungguhnya dia, yakni Fir‟aun adalah salah seorang yang

termasuk kelompok para perusak, yang telah mendarah daging lagi

membudaya secara mantap sifat buruk dalam kepribadiannya.4

Kisah Fir‟aun di atas menggambarkan sebuah emosi yang tidak baik

bagi rakyatnya ataupun orang lain yang hidup bersamanya.

Anak akan mengenali emosi Fir‟aun yang sewenang-wenang terhadap

rakyatnya karena egois mementingkan kehidupan dunia dibandingkan

beriman kepada Allah. SWT. emosi tersebut merupakan emosi yang

negatif atau buruk dan tidak patut ditiru.Sebagaimana halnya emosi

anak usia 6 – 9 tahun terhadap teman-temannya, baik di sekolah

maupun di lingkungan bermain di sekitarnya, harus dapat

menunjukkan emosi yang baik dengan tidak merugikan atau melukai

jasmani maupun rohani temannya sendiri.

c. Emosi Nabi Nuh as. terhadap kaumnya

SesungguhnyajikaEngkaubiarkanmerekatinggal,

niscayamerekaakanmenyesatkanhamba-hamba-Mu,

danmerekatidakakanmelahirkanselainanak yang

berbuatma'siatlagisangatkafir.(Q.S. Nuhayat 27)

Ayat diatas menjelaskan emosi Nabi Nuh as. terhadap kaumnya

merupakan sebuah gambaran tentang pelaksanaan perintah Allah

dalam memisahkan kaumnya yang beriman dengan yang kafir. Begitu

pun pada diri anak usia 6 – 9 tahun harus memiliki emosi untuk dapat

memilih teman bermain atau bergaul. Karena emosi memilih teman

bermain atau bergaul dapat menentukan baik atau buruknya

perkembangan anak tersebut.

4M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah vol 8, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 304

Page 68: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

58

Dari analisis kisah-kisah diatas, yang dimaksud anak mahir dalam

mengenali emosi diri diantaranya adalah:

a) Mampu memperbaiki dalam mengenali dan merasakam

emosi sendiri.

b) Mampu mengenali emosinya dan pengaruhnya.

c) Mampu bersifat optimis.

Adapun cara dalam penyampaian kisah pada aspek kemahiran ini yang

harus ditekankan adalah dari segi intonasi suara, ekspresi dan nasehat

pada akhir cerita.5 Kisah-kisah mengenai pengenalan emosi pada anak

seusia itu akan terfokus jika disampaikan dengan ekspresi tertentu

seperti ekspresi ketika marah, sedih, dan lain sebagainya. Selain itu,

gerak anggota tubuh juga dapat membuat anak merasakan seperti

kisah yang sedang terjadi. Karena sebuah ekspresi dan gerak tubuh

dalam hal menyampaikan akan mengantarkan pikiran anak tersebut

menjadi sesuatu yang menarik. Dan dengan memberikan nasehat akan

membuat anak lebih memahami hikmah dari kisah-kisah yang

disampaikan.Selainitudapatdilakukandenganmemutar media

ataupunmenggunakangambar-gambar,

sehinggamemudahkananakmengimajinasikancerita.

2. KemahiranMengelola EmosiDiri

a. Ketakwaan Habil kepada Allah

Sungguhkalaukamumenggerakkantanganmukepadakuuntukmembunuh

ku, akusekali-kali

tidakakanmenggerakkantangankukepadamuuntukmembunuhmu.

5Tim Pendongeng SPA Yogyakarta, Teknik Bercerita, (Yogyakarta : PT. Kurnia Kalam

Semesta, 2010), Cet. Ke-3, h. 38

Page 69: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

59

Sesungguhnyaakutakutkepada Allah, Tuhanserusekalianalam. (Q.S.

Al-Maidah ayat 28)6

Firman Allah ta‟ala, “sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu

kepadaku”, yakni, jika engkau bermaksud untuk membunuhku, maka

aku tidak bermaksud membunuhmu. Ini merupakan kepasrahan dari

Habil. Dalam hadits dinyatakan: “Jika fitnah meletus, maka jadilah

engkau seperti orang yang terbaik dari dua putra Adam as.”.

Makna dari firman Allah tersebut adalah, aku tidak bermaksud

membunuhmu, akan tetapi aku bermaksud untuk membela diri (karena

Habil lebih kuat dari padanya). Berdasarkan pendapat ini dikatakan,

Habil sedang tidur, lalu Qabil datang dan memukul kepalanya dengan

batu. Kemudian sebelum di akhir hayatnya, Habil berkata kepadanya,

aku tidak akan berbuat zhalim, sesungguhnya aku takut kepada Allah

Tuhan seru sekalian alam.7

Kisah Habil di atas menggambarkan sebuah pengelolaan emosi yang

baik dengan tidak merubah keyakinan dan ketakwaannya kepada

Allah SWT. Seorang anak usia 6 – 9 tahun yang memiliki pengaturan

diri yang baik seperti yang dilukiskan Habil di atas, akan mampu

mengelola emosinya ketika mendapatkan suatu ancaman sehingga

mampu mengungkapkan emosi dengan tepat tanpa harus berkelahi

yang dapat merusak diri sendiri.

Dengan mengelola emosi dengan baik anak akan mempunyai

sebuah komitmen yang kuat untuk selalu berbuat baik yang bukan

hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk kedua orangtuanya,

saudara-saudaranya, orang lain yang hidup disekitarnya, serta untuk

agama atau Tuhannya.

b. Keteguhan hati Ibu Nabi Musa as.

6 Depag RI, op. cit., h. 112

7Syaikh Imam Al Qurthubi,op.cit., 325-327

Page 70: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

60

Dan hati ibu Musa menjadi kosong. Sesungguhnya hampir saja ia

menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya kami tidak teguhkan

hatinya, supaya ia termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji

Allah). (Al-Qashash ayat 10)

Ayat di atas menguraikan keadaan ibu Nabi Musa as. yang anaknya

berada di istana Fir‟aun. Ayat ini pula menyatakan, Dan menjadilah

hati ibu Musa kosong dari segala yang merisaukannya – setelah Allah

meneguhkan hatinya, sesungguhnya dia akibat kekhawaitannya yang

sangat mendalam – hampir saja menyatakannya, yakni mengakui

rahasia yang dipendamnya tentang Musa. Seandainya tidak Kami ikat

yakni teguhkan hatinya, pastilah dia mengakui bahwa anak yang

dipungut Fir‟aun itu adalah anak kandungnya. Peneguhan itu Kami

lakukan supaya ia termasuk orang-orang makmin yang mempercayai

janji-janji Allah SWT.8

Kisah Ibu Nabi Musa as. di atas mencerminkan seseorang yang dapat

menjaga amanah dengan baik, yakni dengan tidak membuka rahasia

meski hal tersebut berkaitan dengan anak kandungnya sendiri. Anak

usia 6 – 9 tahun yang telah mahir dalam mengelola emosinya adalah

anak yang dapat menjaga amanah yang telah diberikan kepadanya

tanpa mengurangi sedikitpun dari apa yang telah diamanahkannya

tersebut. Ia telah dapat bertekad untuk tidak merubah keteguhan

hatinya meskipun datang sesuatu yang hendak mengganggu hati dan

pikirannya.

c. Kesabaran Nabi Nuh as. dalam berdakwah

8M. Quraish Shihab, op.cit., h. 314

Page 71: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

61

Makabersabarlahkamuseperti orang-orang yang

mempunyaiketeguhanhatidariRasul-rasultelahbersabar…(Q.S. al-

Ahqafayat 35)

Nuh as. adalah salah satu dari lima rasul yang mendapat gelar ulul

azmi. Kaitan dengan ayat diatas ditujukan kepada Nabi Muhammad

untuk bersabar dalam menghadapi kaumnya. Pada kata فبصبز “maka

bersabarlah”, wahai Muhammad atas apapun yang menimpamu di

jalan Allah, berupa siksaan orang-orang yang mendustakanmu dari

kaummu. ب صبز أونوا انعزو seperti orang-orang yang mempunyai“ ك

keteguhan hati”, dalam menunaikan perintah Allah dan tunduk

menaati-Nya dari kalangan rasul-Nya yang tidak terhalangi untuk

tetap menunaikan perintah-Nya meski mendapat siksa dan gangguan.

Selain itu, ada yang mengatakan bahwa rasul-rasul ulum azmi

adalah mereka yang diuji dengan berbagai musibah di duniakarena

Allah, namun musibah itu justru semakin meneguhkan mereka dalam

menunaikan perintah Allah. Mereka adalah Musa, Nuh, Ibrahim, Isa,

dan Muhammad.9

Kisah Nabi Nuh as. di atas menggambarkan sebuah kesabaran

yang sangat besar dalam menghadapi kaumnya yang senantiasa

membangkang kepadanya yang sekian lama telah berjuang

menunjukkan jalan kebenaran kepada mereka. Begitu juga bagi anak

usia 6 – 9 tahun yang mahir dalam pengaturan dirinya akan memiliki

kesabaran dalam menghadapi cobaan yang menimpanya. Ia tidak

merasa putus asa dan menyesal atas apa yang telah dilakukannya,

bahkan ia jadikan hal tersebut sebuah hikmah bagi dirinya serta

meningkatkan perjuangannya demi menggapai sesuatu yang hendak

dicapainya.

9Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari, (Jakarta: Pustaka Azzam,

2009), h. 438

Page 72: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

62

Dari analisis kisah-kisah diatas, yang dimaksud anak mahir dalam

mengelola emosi diri pada anakantara lain adalah:

a) Mampu mengendalikan jiwa.

b) Mampu memperkecil perasaan gelisah yang terjadi pda dirinya.

c) Mampu mengungkapkan amarah dengan tepat tanpa berkelahi.

d) Mengurangi perilaku agresif atau merusak diri.

e) Mampu menghadapi kegagalan.

Adapun cara dalam penyampaian aspek kemahiran ini adalah dengan

mengajak anak tersebut untuk mengambil hikmah dari kisah-kisah di

atas baik dengan bercerita atau menggunakan perantara media

lainnya.10

Setelah menyampaikan sebuah kisah tertentu terutama

mengenai kisah tentang seorang tokoh di atas, harus terdapat

penyampaian nasehat di akhir kisah tersebut. Nasehat tersebut bersifat

singkat atau intinya saja dengan menuntut anak melakukan perbuatan

yang baik dan menjauhi perbuatan yang buruk.

3. KemahiranMemotivasiEmosiDiri

a. Balasan terhadap tindakan Qabil

Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa)

dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, Maka kamu akan menjadi

penghuni neraka, dan yang demikian Itulah pembalasan bagi orang-

orang yang zalim.

Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah

membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, Maka jadilah ia

seorang diantara orang-orang yang merugi. (Q.S. Al-Maidah ayat

29-30)11

10

Tim Pendongeng SPA Yogyakarta, op.cit., h. 39 11

Ibid., h. 113

Page 73: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

63

Dalam Firman Allah Ta‟ala ini, Habil berkata, “Sesungguhnya

aku tidak ingin membunuhmu. Dengan demikian, dosa yang akan

aku bawa jika aku ingin membunuhmu, aku harap akan engkau bawa

bersama dosamu karena membunuhku.

Makna ي adalah dosa yang dikhususkan kepadaku karena بإث

kesalahan-kesalahan yang aku perbuat. Maksudnya, dosa-dosaku

akan diambil dan ditimpakan kepadamu karena kezhalimanmu

terhadapku, dan engkaupun akan kembali membawa dosamu karena

membunuhku. Sebagaimana dalam sebuah hadis:

بأ ع : ي ىهس و يهع اهلل هيص اهلل لوسر بل: ق بلق ع اهلل يضر ةزيزي

وكي أ مب، قوويان ي مهحتيه، فءيش وأ ضزع ي يخأن تهظي ن جبك

ك . إىرد وأ بريد ن كي ىن إ ، وتهظي رذقب ي ذخأ حبنص مع ن ب

. )روا انبخبرى(يهع محف ببحص بثئيس ي ذخأ بثسح

“.... Rasulullah Saw. Bersabda: akan dilakukan pada hari kiamat

kepada orang yang zhalim dan dizhalimi, dimana kebaikan-kebaikan

orang yang zhalim akan diambil dan ditambahkan kepada kebaikan

orang-orang yang dizhalimi hingga lunas. Jika orang yang zhalim itu

tidak memiliki kebaikan, maka dosa-dosa orang yang dizhalimi akan

diambil dan ditimpakan kepada orang yang zhalim.”12

Selanjutnya, firman Allah Ta‟ala: “Maka hawa nafsu Qabil

menjadikannya menganggap mudah.” Yakni hawa nafsunya

membujuknya, membuatnya menganggap mudah, mendorongnya,

dan membentuk (pendapat) bahwa membunuh saudaranya

merupakan suatu perkara yang ringan dan mudah bagi dirinya.

Diriwayatkan bahwa Qabil tidak tahu bagaimana cara

membunuh Habil, lalu iblis datang dengan membawa seekor burung

12

Syaikh Imam Al Qurthubi,op.cit., h. 328

Page 74: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

64

– atau binatang lainnya – dan memukul kepala yang berada di atas

batu dengan sebongkah batu supaya diikuti oleh Qabil, lalu Qabil

pun melakukan itu. Dan Setelah kejadian itu, “Maka jadilah ia

seorang diantara orang-orang yang merugi”, yakni dia merupakan

bagian dari orang-orang yang merugi kebaikannya.13

Kisah diatas menggambarkan sifat Qabil yang tidak baik

terhadap saudara kandungnya sendiri, yakni Habil. Ia tidak senang

jika saudaranya mendapatkan apa yang seharusnya ia miliki. Dari

rasa tidak senangnya tersebut, ia tega membunuh saudaranya

tersebut. Oleh karenanya, Allah menambahkan dosa kepadanya jika

ada yang melakukan perbuatan seperti apa yang telah ia perbuat

kepada saudara kandungnya.

Anak usia 6 – 9 tahun yang mahir dalam memotivasi dirinya

selalu berusaha untuk melakukan perbuatan baik. Karena sekecil-

kecilnya perbuatan baik akan mendapatkan balasan yang baik dari

Allah. Begitupun sebaliknya, sekecil-kecilnya perbuatan buruk akan

dibalas dengan keburukan oleh Allah.

b. Janji Allah kepada Ibu Nabi Musa as.

Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah Dia, dan apabila

kamu khawatir terhadapnya Maka jatuhkanlah Dia ke sungai (Nil).

dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati,

karena Sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu,

dan menjadikannya (salah seorang) dari Para rasul. (Al-Qashash

ayat 7)

13

Syaikh Imam Al Qurthubi, ibid., h. 332-337

Page 75: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

65

Allah menetapkan bahwa apa yang dikhawatirkan oleh Fir‟aun

menyangkut kepunahan kerajaannya pasti akan terjadi melalui

seseorang, yang dipersiapkan Allah untuk maksud tersebut. Dia

adalah Nabi Musa as. Ia lahir tanpa diketahui oleh Fir‟aun, namun

ibunya sangat khawatir. Ayat ini Allah menguraikan keadaan ibu

dan sang anak, sekaligus menjelaskan langkah pertama yang

dilakukan-Nya guna memenangkan orang-orang yang tertindas dan

mengalahkan Fir‟aun dan rezimnya.

Allah berfirman: Kami menetapkan segala sesuatu sesuai

kehendak Kami, dan untuk itu Kami wahyukan, yakni bisikan

berupa ilham kepada ibu Musa yang anaknya akan berperan dalam

kebinasaan Fir‟aun dan kekuasaannya – Kami ilhamkan bahwa,

Susuilah dia yakni anakmu itu dengan tenang bila engkau merasa

tidak ada yang memperhatikanmu. Dan apabila engkau khawatir

terhadapnya, misalnya khawatir ada yang engkau curigai melihatmu

menyusukan anak lelaki atau khawatir jangan sampai anakmu itu

dibunuh atas perintah Fir‟aun, maka jatuhkanlah dia ke sungai Nil

setelah meletakkannya di peti kecil yang dapat mengapung. Dan

janganlah engkau khawatir bahwa dia akan tenggelam atau mati

kelaparan, atau terganggu oleh apapun dan jangan pula bersedih

hati karena kepergiannya, karena sesungguhnyaKami akan

mengembalikannya kepadamu dalam keadaan sehat bugar. Dan

setelah dia dewasa, Kami akan menjadikannya salah seorang dari

kelompok para rasul yang Kami utus kepada Bani Isra‟il.14

Kisah di atas menggambarkan sebuah perjuangan seorang ibu

dalam melaksanakan perintah Allah SWT. untuk sementara waktu

berpisah dengan anaknya, yakni Musa. Allah menjanjikan suatu

kebaikan atas kesabarannya dengan mempertemukan kembali

dengan anaknya serta menjadikannya salah seorang rasul Allah.

14

M. Quraish Shihab, op. cit., h. 309-310

Page 76: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

66

Begitupun seorang anak usia 6 – 9 tahun yang dapat menghadapi

cobaan dengan penuh kesabaran dan keikhlasan akan mendapatkan

balasan yang baik dari Allah di dunia bahkan di akhirat kelak.

Karena Allah itu selalu bersama dengan orang-orang yang sabar dan

janji Allah itu nyata.

c. Nasehat Allah kepada Nabi Nuh as.

Dan diwahyukan kepada Nuh, bahwasanya sekali-kali tidak akan

beriman di antara kaummu, kecuali orang yang telah beriman

(saja), karena itu janganlah kamu bersedih hati tentang apa yang

selalu mereka kerjakan. Dan buatlah bahtera itu dengan

pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu

bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim itu,

sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.(Q.S Hud ayat 36-

37)15

Ayat ini menjelaskan tentang apa yang diduga Nabi Nuh as.

terhadap kaumnya adalah benar bahwa Allah telah menetapkan

kesesatan mereka, dengan Firman-Nya: Dan diwahyukan oleh Allah

SWT kepada Nuh, bahwa setelah ini sekali-kali tidak seorang pun

akan beriman di antara kaummu yang selama ini keras kepala dan

menolak kerasulanmu, selain orang yang sebelum ini benar-benar

telah beriman, maka karena itu janganlah engkau bersedih hati

tentang apa yang selalu mereka kerjakan antara lain menolak

kerasulanmu, mendurhakai tuntunanmu lagi menyakiti hatimu,

karena tak lama lagi Kami akan menjatuhkan hukuman atas mereka.

Ketika itulah Nabi Nuh as. mengadu kepada Allah dan

bermohon. Maka Allah SWT mengabulkan permohonannya itu

15

Depag RI, op. cit., h.225

Page 77: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

67

danAllah berfirman: buatlah sebuah behtera untuk

menyelamatkanmu dan pengikut-pengikutmu dengan pengawasan

Kamidan petunjuk wahyu Kami dalam tata cara membuatnya, dan

janganlah engkau bicarakan dengan Aku dalam bentuk dan hal apa

pun tentang orang-orang yang zalim itu misalnya dengan memohon

agar mereka Aku maafkan, atau Aku tangguhkan atau ringankan

siksa-Ku, karena keputusan-Ku telah Kutetapkan bahwa

sesungguhnya mereka akan ditenggelamkan.16

Kisah di atas menggambarkan sebuah perjuangan Nabi Nuh as.

dalam berdakwah terhadap kaumnya, akan tetapi banyak dari

kaumnya tersebut tidak mau mengikutinya. Allah telah memberikan

wahyu kepada Nuh untuk menyelamatkan kaumnya yang beriman

dan menenggelamkan kaumnya yang sesat. Seorang anak usia 6 – 9

tahun yang memiliki kemahiran dalam memotivasi dirinya akan

selalu memilih kebaikan daripada keburukan. Ia akan selalu

mengambil suatu kebaikan meskipun susah mendapatkannya

daripada mengambil suatu keburukan yang mudah untuk didapatkan.

Dari analisis kisah-kisah diatas, yang dimaksud anak mahir dalam

memotivasi diri sendiri diantaranya adalah:

a) Mampu bertanggung jawab.

b) Mampu memusatkan perhatian pada tugas yang dikerjakan

dan menaruh perhatian.

c) Menambahkan semangat.

Adapun cara dalam penyampaian aspek kemahiran ini adalah

dengan menjelaskan kisah-kisah di atas apa adanya, tanpa

menambahkan sesuatu yang seharusnya tidak perlu karena akan

mengganggu keotentikan dari kisah tersebut.17

Selain itu juga karena

dalam sebuah kisah terdapat peristiwa atau perbuatan yang telah

dilakukan oleh tokoh tertentu yang mengandung akibat atau dampak

16

M. Quraish Shihab, op.cit., h. 249 17

Tim Pendongeng SPA Yogyakarta, lok.cit., h. 38

Page 78: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

68

positif maupun negatif. Menyampaikan dampak dari sebuah

perbuatan akan memotivasi anak untuk melakukan atau tidak

melakukan perbuatan tersebut.

4. KemahiranMengenali Emosi Orang Lain

a. Qabil tidak membiarkan mayat Habil

kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di

bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana

seharusnya menguburkan mayat saudaranya. berkata Qabil: "Aduhai

celaka Aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak

ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" karena itu

jadilah Dia seorang diantara orang-orang yang menyesal.( Q.S. Al-

Maidah ayat 31)18

Firman Allah Ta‟ala: “kemudian Allah menyuruh seekor burung

gagak menggali-gali di bumi.” Allah mengirim dua ekor burung

gagak, lalu keduanya berkelahi hingga salah satunya berhasil

membunuh temannya, kemudian dia menggali lubang dan

menguburkannya.

Dari burung gagak itu maka Qabil dapat menguburkannya. Ketika

itulah Qabil berkata, “Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu

berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat

saudaraku ini?‟ karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang

yang menyesal.” Sebab dia melihat Allah memuliakan Habil, yaitu

dengan mengirimkan burung gagak kepadanya hingga burung gagak

tersebut menguburkan temannya yang mati. Namun penyesalan

tersebut bukanlah penyesalan taubat. Penyesalan Qabil itu

18

Depag RI. Loc. Cit.

Page 79: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

69

dikarenakan dia telah kehilangan Habil, bukan karena dia telah

membunuhnya. Kalau pun penyesalan itu adalah penyesalan taubat,

penyesalan itu tidak mencukupi syarat-syarat taubat, atau penyesalan

itu hanyalah penyesalan sesaat dan tidak kontinyu.19

Seorang anak usia 6 – 9 tahun dilahirkan telah memiliki rasa

sosial sebagai salah satu ciri sifat kemanusiaan sebagai tanda empati

terhadap sesama. Mahir dalam empati menempatkan anak tersebut

pada posisi yang menjadikannya sebagai makhluk sosial.

Sebagaimana pada kisah di atas, meskipun sejahat-jahatnya Qobil, ia

tetap tidak menelantarkan jasad Habil yang telah ia bunuh. Ia

menguburkannya secara manusiawi walaupun tindakan membunuh

saudaranya tersebut merupakan tindakan yang sangat tidak terpuji.

b. Menyenangkan hati Ibu Nabi Musa as.

Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya

dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah

itu adalah benar, tetapi kebanyakan manusia tidak

mengetahuinya.(Al-Qashash ayat 13)

Ayat ini adalah lanjutan dari ayat sebelumnya yang menjelaskan

tentang pencegahan Allah terhadap para wanita yang hendak

menyusui musa yang disertai dengan penawaran tentang siapa yang

mampu menyusui Musa. Maka inilah janji Allah dengan mengatakan,

kami mengembalikan kepada, yakni ke pangkuan ibunya,

supayasenang hatinya melalui kebersamaan sang ibu dengan anaknya

dan tanpa rasa takut atau sembunyi.sembunyi, dan agar dia tidak

berduka cita akibat kejauhan atau kecemasannya, dan supaya ia

mengetahui dengan pengetahuan berdasar ilmu yang mantap, yaitu

19

Syaikh Imam Al Qurthubi,op.cit., 339-340

Page 80: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

70

“ain al-yaqin” bahwa janji Allah benar adanya, yakni sesuai dengan

kenyataan. Demikianlah adanya, tetapi kebanyakan mereka, yakni

rezim Fir‟aun bahkan manusia tidak mengetahui.20

Kisah di atas menggambarkan tentang keadaan ibu dari Nabi

Musa as. yang sedang berada dalam sebuah kesedihan. Ia sangat

merindukan anaknya, yakni Musa yang rindu akan air susu ibunya.

Akan tetapi, Allah SWT. telah menghiburnya sehingga ia telah dapat

menghilangkan kesedihannya tersebut. Anak usia 6 – 9 tahun yang

memiliki kemahiran empati akan selalu merasa tidak tenang jika di

sekitanya terdapat orang lain sedang dalam kesusahannya. Ia akan

berusaha membantu dan menghiburnya agar beban yang dialaminya

terasa berkurang.

c. Usaha Nabi Nuh as. membujuk anaknya

Dan

bahteraituberlayarmembawamerekadalamgelombanglaksanagunung-

gunung.danNuhmemanggilanaknya,sedangdiaberada di

tempatterpencil: "Haianakku, naiklahbersama Kami

danjanganlahberadabersama orang-orang yang kafir."

Anaknyamenjawab: "Akuakanmencariperlindungankegunung yang

dapatmemeliharakudari air bah!" Nuhberkata:

"tidakadapelindunghariinidariketetapan Allah selainsiapa yang

dirahmati". dangelombangmenjadipenghalangantarakeduanya;

Makajadilahdiatermasuk orang-orang yang ditenggelamkan. (Q.S.

Hud: 42-43)

20

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 10, h. 315-316

Page 81: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

71

Ayat di atas menjelaskan para penumpang yang berada di dalam

bahtera Nabi Nuh as. menyebut nama Allah SWT. dan menghayati

makna-makna ucapan yang diajarkan Nabi Nuh as. itu dan pada saat

sama bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang yang

demikian besar dan tinggi laksana gunung-gunung dan sebelum itu

Nabi Nuhmemanggil anaknya sedang dia anaknya itu berada di

tempat yang jauh terpencil serta jauh pula dari tuntunan agama yang

diajarkan sang ayah, maka ia berseru dengan penuh kasih dan harap

kepada anaknya, “Hai anakku yang kusayang, naiklah ke kapal

bersama kami agar engkau selamat dan janganlah berada dalam

bentuk dan keadaan apapun bersama orang-orang yang kafir, karena

tidak satu orang kafir pun hari ini yang akan diselamatkan Allah.”

Dia, yakni anaknya menjawab, “Aku akan mencari perlindungan

ke gunung yang tinggi yang dapat memeliharaku dari air bah

sehingga aku selamat, tidak tenggelam!” Dia yakni Nabi Nuh

berkata, “Tidak ada pelindung yang dapat melindungi sesuatu pada

hari ini dari ketetapan Allah, yakni ketetapan-Nya menjadikan air

membumbung tinngi dan ombak gelombang yang menggunung selain

siapa yang dirahmati oleh-Nya.”

Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; yakni antara

ayah dan anak, atau antara anak dan gunung yang akan dicapainya

sehingga mereka tidak dapat melanjutkan percakapan, dan sang anak

pun tidak dapat selamat bahkan sang anak tidak dapat lagi melihat

anaknya dengan datangnya ombak yang besar, maka serta merta dan

dengan cepat jadilah dia, yakni putra Nabi Nuh as. itu termasuk

orang-orang yang ketika itu juga benar-benar telah ditenggelamkan.21

Pencerminan atas kisah Nabi Nuh bersama anaknya merupakan suatu

pertentangan mengenai keyakinan yang dimiliki oleh keduanya.

Meskipun anaknya telah durhaka kepadanya, tetapi ia tidak akan

21

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah vol 6, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 256

Page 82: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

72

membiarkan anaknya berada dalam sebuah kesesatan, ia selalu

berusaha dengan cara membujuknya sampai ajal menjemputnya.

Seorang anak usia 6 – 9 tahun harus saling menasehati satu sama lain

untuk tidak melakukan perbuatan yang tidak baik. Jangan sampai

salah satu dari temannya tersebut berada dalam kesesatan dan selalu

berbuat dosa.

Dari analisis kisah-kisah diatas, yang dimaksud anak mahir dalam empati

diantaranya adalah:

a) Suka menolong orang lain.

b) Tidak egois.

c) Membaca pesan orang lain, baik yang diutarakan langsung

dengan kata-kata maupun tidak.

d) Mengenali perasaan dan emosi orang lain.

e) Mengetahui kebutuhan orang lain.

Adapun cara dalam penyampaian aspek kemahiran ini adalah dengan

memberikan contoh perilaku tertentu, yakni melalui pergerakan tubuh.

Anak seusia itu lebih suka dan peka terhadap kejadian atau perilaku yang

sedang dilihatnya. Penyampaian cerita dengan cara tersebut akan

mentransfer sikap pendengar (anak) seperti apa yang telah dicontohkan

kepadanya. Oleh karenanya, penyampaian cerita dengan cara ini sangat

penting bagi anak untuk diteladani atau berperilaku baik yang bukan

hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk orang

lain.Selainitudapatdilakukandenganmemutar media

ataupunmenggunakangambar-gambar,

sehinggamemudahkananakmengimajinasikancerita.

5. KemahiranMembinaHubunganDengan Orang Lain

a. Nabi Adam as. mengadakan kurban

Page 83: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

73

....

Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan

Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan

korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua

(Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil)...(Q.S. Al-Maidah

ayat 27)22

Ayat diatas merupakan penjelasan mengenai perselisihan kedua putera

Adam as. dalam memperebutkan seorang wanita yang untuk dinikahi.

Padahal semuanya telah diatur bahwa pernikahan keturunan Nabi

Adamas. dilakukan melalui persilangan dari setiap anak yang lahir

kembar siam, yaitu laki-laki dan perempuan. Tetapi ada salah satu

keturunan Adam yang hendak melanggar peraturan tersebut, yaitu

Qabil.

Awalnya Qabil ingin menikahi saudari kembarnya sendiri yang

merupakan jodoh bagi saudaranya yang lain, yaitu Habil. Oleh karena

itu, Adam memerintahkan keduanya untuk mempersembahkan

korban kepada Allah SWT. yang bertujuan untuk mengetahui korban

siapa yang diterima oleh Allah SWT, maka dialah yang berhak

menikahi wanita tersebut.23

Kisah di atas menggambarkan sebuah jalan keluar untuk memecahkan

masalah diantara perselisihan kedua putra Adam as. Nabi Adam as.

mengadakan sebuah perlombaan untuk menentukan siapa yang berhak

menjadi pasangan bagi wanita yang sedang diperebutkan. Begitu juga

bagi seorang anak, anak usia 6 – 9 tahun yang sedang berada dalam

suatu masalah dengan temannya harus dapat diselesaikan dengan cara

sehat sehingga menimbulkan pengaruh yang tidak mengarah kepada

sebuah perpecahan.

22

Depag RI, op. cit., h. 112 23

Ahmad Bahjat, Nabi-nabi Allah, (Jakarta: Qisthi Press, 2007), h. 50-51

Page 84: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

74

b. Menunjukkan solusi terbaik

Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-

perempuan yang mau menyusui(nya) sebelum itu; Maka

berkatalah saudara Musa: "Maukah kamu aku tunjukkan

kepadamu ahlul bait yang akan memeliharanya untukmu dan

mereka dapat Berlaku baik kepadanya?".(Al-Qashash ayat 12)

Ayat di atas menguraikan bagaimana Allah SWT. mengembalikan

Musa as. ke pangkuan ibunya. Allah berfirman: Dan Kami cegah

atasnya, yakni Allah menjadikan Musa enggan menyusu kepada

para wanita yang bersedia menyusukan dan dihadirkan untuk

menyusukannya sebelum itu, yakni sebelum musa dikembalikan

kepada ibunya. Maka saudara Nabi Musa as. Itu menampakkan

dirinya sebagai salah seorang yang bersedia membawa seorang

yang dapat menyusukannya dan berkatalah dia, yakni: “Maukah

aku tunjukkan kepada kamu, keluarga yang akan memeliharanya

untuk kamu mereka terhadapnya akan berlaku baik?”. Maka

keluarga Fir‟aun menyetujui penawaran tersebut.24

Kisah di atas mencerminkan sebuah pemecahan masalah yang baik

dan bermanfaat bagi orangtua si anak dan keluarga Fir‟aun.

Pemecahan masalah tersebut merupakan solusi terbaik yang

diberikan kepada sang Ibu kandung yang sekian lama rindu kepada

anaknya yakni Nabi Musa as. untuk disusui, begitu pun bagi

keluarga Fir‟aun yang merasa tenang dengan adanya orang yang

dapat menyusui si anak.

Anak usia 6 – 9 tahun yang mahir dalam membina hubungan baik

dengan orang lain atau temannya selalu memberikan solusi yang

24

M. Quraish Shihab, op. cit., h. 315

Page 85: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

75

baik dalam memecahkan suatu permasalahan agar sebuah

hubungan tetap terjalin dengan baik. Ia akan merasa tidak tenang

bila ada suatu masalah yang belum diselesaikan dengan temannya

atau diantara teman-temannya.

c. Kepedulian Nabi Nuh as. terhadap kaumnya yang beriman

Lalu Kami wahyukankepadanya: "Buatlahbahtera di

bawahpenilikandanpetunjuk Kami, MakaapabilaperintahKami

telahdatangdantanur (permukaanbumi)telahmemancarkan air,

Makamasukkanlahkedalambahteraitusepasangdaritiap-tiap

(jenis), dan (juga) keluargamu, kecuali orang yang

telahlebihdahuluditetapkan (akanditimpaazab) di antaramereka.

danjanganlahkamubicarakandenganakutentang orang-orang yang

zalim, karenaSesungguhnyamerekaituakanditenggelamkan.(Q.S.

al-Mu‟minun:27)

Kisah diatas memberikan gambaran tentang betapa penting dan

berharganya suatu kaum yang beriman serta mau mengikuti jalan

nabi Nuh as. Ia sangat peduli dengan mereka dan tidak ingin salah

satu dari mereka celaka atau hilang. Oleh karenanya ia

memutuskan untuk membuat sebuah bahtera agar mereka

terlindung dari musibah banjir besar yang hendak

menenggelamkan kota mereka.

Seorang anak usia 6 – 9 tahun dalam menjalin hubungan baik

dengan temannya akan selalu peduli di setiap keadaannya baik

susah maupun senang. Terlebih dalam keadaan susah, ia akan

bersedia hati menolong atau membantunya. Ia tidak akan

membiarkan dirinya senang di atas penderitaan temannya. Ia selalu

Page 86: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

76

merasa gelisah sebelum ia dapat menghilangkan kesusahan yang

ada pada diri temannya.

Dari beberapa analisis diatas, yang dimaksud anak mahir dalam

membina hubungan dengan orang lain diantaranya adalah:

a) Mampu mendengar orang lain secara efektif.

b) Mampu memecahkan masalah tertentu.

c) Mampu menahan beban dan mampu bertoleransi.

d) Mampu meringankan beban dan penderitaan orang lain.

e) Mampu bersikap tegas dan keras tanpa memperlihatkan sikap

marah dan negatif.

f) Mampu bekerja dalam kelompok atau team.

g) Mampu menganalisis diri dan orang lain.

h) Mampu membaca sikap dan keadaan sosial.

Adapun cara dalam penyampaian aspek kemahiran ini adalah

dengan memberikan arahan kepada anak-anak sebelum dimulainya

bercerita dari anak yang sekiranya telah mengetahui cerita atau

kisah tersebut untuk tidak mengganggu teman-temannya yang ingin

mendengarnya.25

Permulaan semacam ini telah mendidik anak

untuk dapat menghargai orang lain dengan tidak mengganggu

temannya dalam mendengarkan kisah yang belum mereka ketahui.

Selainitudapatdilakukandenganmemutar media

ataupunmenggunakangambar-gambar,

sehinggamemudahkananakmengimajinasikancerita.

B. UpayaPenerapanKecerdasanEmosionalPadaAnakUsia 6 – 9 Tahun

Sebelum seorang anak mencapai usia antara 6 – 9 tahun, pada usia 5 tahun ia

mulai mampu menjaga rahasia yang merupakan keterampilan atau

kemampuan menyembunyikan inforamasi-informasi secara terarah dan

sensitif. Jika fase ini dilalui secara alamiah dan sehat, anak yang mencapai

25

Tim Pendongeng SPA Yogyakarta, lok.cit., h. 39

Page 87: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

77

usia 6 tahun akan memiliki keterikatan yang baik dengan kedua orangtuanya.

Dan dalam batas tertentu akan terhindar dari ketakuan dan kegoncangan. Ia

akan memahami dengan baik emosi dan perasaannya, serta mampu

mengungkapkannya dengan bahasa yang tepat.

Pada usia antara 7 hingga 8 tahun, kesadaran anak atas kehidupan pribadi dan

privacy-nya akan bertambah. Ia akan lebih bersinggungan dengan gagasan

dan emosi khususnya. Pada usia ini juga anak mulai membandingkan dirinya

dengan teman seusianya. Ia akan lebih memperhatikan kemampuannya, serta

apa yang sanggup dan tidak sanggup dilakukannya. Seperti halnya ia telah

menyadari akan adanya permainan-permainan yang menuntut adanya

kelompok yang saling bekerja sama. Sedangkan pada usia 9 tahun, perhatian

anak pada permainan emajiner akan berkurang. Ia akan bertambah agresif

dalam menekan teman-temannya. Karena ia mulai mempunyai perasaan

bersalah, terkadang ia tidak membutuhkan orang lain yang menunjukkan

benar atau salahnya suatu perbuatan.26

Dalam menerapkan dan mengembangkan kecerdasan emosional pada anak,

langkah pertama adalah dengan mengajarinya bagaimana mengenali perasaan

khususnya, dan dengan mengembangkan kecakapan bahasanya agar ia bisa

mengekspresikan emosi-emosinya. Ia tidak hanya diajari, misalnya

bagaimana mengatakan bahwa dirinya sedang marah atau sedih, tetapi juga

diajari melukiskan secara detil perasaan marah dan sedihnya itu.

Disaat kita mengajari anak bagaimana cara mengekspresikan perasaannya,

sebenarnya kita juga sedang mengajarinya untuk mengemban tanggung jawab

terhadap kebutuhan emosinya. Di saat kita sedang mengajari anak bagaimana

mengenali hakekat emosinya dan mengungkapkannya dalam kata-kata, maka

sebenarnya kita sedang membekalinya kemampuan diri dalam beradaptasi

dengan emosi dan hidupnya. Jika hal ini ditambah dengan penghormatan kita

akan perasaan anak dan mengajari mereka untuk menghormati perasaan orang

lain, maka masa depan anak akan lebih gemilang. Dimana ia mampu

26

Makmun Mubayidh, Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak, (Jakarta: Pustaka Al-

Kautsar, 2006), h. 66-67

Page 88: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

78

menyelesaikan semua masalah dan konflik secara damai, jauh dari kekerasan

dan penggunaan kekuatan fisik.27

Di lingkungan sekolah, anak pada usia ini telah menginjakkan kakinya untuk

belajar ilmu-ilmu dasar setelah menempuh pendidikan persiapan di taman

kanak-kanak. Kondisi ini sangat penting mengingat bahwa hal ini merupakan

awal ia mengenal situasi pembelajaran yang baru, dan merupakan tugas

penting bagi seorang guru bagaimana cara mengenalkan kepadanya tentang

situasi serta hal apa saja yang harus dilakukan di sekolah. Oleh karenanya,

sebelum guru mengenalkan kecerdasan emosi pada anak di sekolah, ia pun

harus terlebih dahulu mempunyai sifat tersebut.

Kecerdasan emosional menentukan karakter sang anak atau murid dalam

berprilaku di sekolah ataupun di kelas. Maka peran guru sangat penting dalam

mengembangkan kecerdasan emosional murid-muridnya. Diantara peran guru

tersebut antara lain:

a. Membantu murid mempelajari bahasa emosi dan kalimat yang digunakan

untuk mengekspresikannya.

b. Membantu murid untuk “merasa” dirinya diperhatikan oleh guru, bukan

dihegemoni atau dikuasai guru.

c. Melatih murid untuk mengenali berbagai situasi emosi dan membedakan

satu emosi dengan lainnya.

d. Guru harus memahami emosi dan ketakutannya sendiri.

e. Guru berusaha mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan emosinya

muncul, dan jangan mencela murid karena emosinya sendiri.

f. Guru berusaha mengenali kebutuhan emosinya yang belum terpenuhi,

jangan sampai memenuhi kebutuhan tersebut dengan melampiaskan

emosi pada murid, atau jangan mengutamakan kebutuhan dirinya di atas

kebutuhan murid.28

27

Makmun Mubayidh,Ibid., h. 111-112 28

Makmun Mubayidh,Ibid., h. 128

Page 89: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

79

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Konsep mengenai kecerdasan emosional telah dijelaskan oleh Daniel

Goleman adalah sebuah kemampuan yang dimiliki oleh seorang anak

dalam hal mengenali emosi atau perasaannya sendiri maupun orang

lain, dapat mengendalikan dirinya dengan baik, dapat memotivasi

dirinya sendiri, empati kepada orang lain, serta dapat menjalin

hubungan baik dengan orang lain. Dan kemampuan tersebut harus

dipelajari sejak dini.

2. Salah satu cara yang paling baik untuk mengajarkan keterampilan

emosional adalah melalui kisah-kisah teladan. Dan salah satu sumber

kisah yang baik adalah Al-Quran. Kisah-kisah dalam Al-Qur’an

khususnya kisah-kisah tentang kehidupan para Nabi merupakan sebuah

alat untuk mengantarkan seorang anak menjadi baik. Karena dalam

kisah-kisah tersebut terdapat sebuah hikmah atau pelajaran yang utuk

diteladani sehingga ia dapat memilih mana perbuatan yang baik dan

yang buruk.

Page 90: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

80

3. Proses penyampaian tentang kisah-kisah dapat berjalan efektif jika

diterapkan pada anak usia 6 sampai 9 tahun. Karena pada usia tersebut

seorang anak mulai menyukai dongeng atau cerita-cerita yang

menarik. Pada usia itulah seorang anak mulai merasakan apa yang ada

pada dirinya maupun disekitarnya, serta mencoba mengembangkan

sesuatu untuk dijadikan sebuah teladan dalam dirinya.

4. Kisah tentang kedua putra Nabi Adam as. merupakan sebuah kisah

tentang dua sosok seorang anak yang memiliki karakter atau perilaku

yang bertentangan, yaitu yang baik yakni Habil, dan yang buruk yakni

Qabil. Seorang anak yang cerdas dalam mengenali emosinya akan

mengambil sosok Habil, bukan Qabil. Dan dalam membina hubungan

yang baik dengan orang lain, anak-anak akan meneladani Nabi adam

as. yang mampu memecahkan masalah dalam persoalan kedua

anaknya.

5. Kisah Nabi Nuh as. menceritakan tentang kehidupan seorang Nabi

Nuh as. yang senantiasa bersabar dalam berdakwah terhadap kaumnya.

Ia selalu mendapat hinaan atas dakwah yang telah disampaikan kepada

mereka, termasuk anaknya sendiri, yakni Kan’an. Seorang anak yang

cerdas emosinya tidak akan meneladani sikap Kan’an yang buruk

terhadap bapaknya sendiri. Maka anak yang memahami kisah tersebut

mampu untuk mengelola emosi diri.

6. Kisah Kelahiran Nabi Musa as. menceritakan tentang kehidupan Nabi

Musa as. di masa kecilnya yang pada masa bayi telah dipisahkan oleh

ibu kandungnya. Allah SWT. senantiasa memberikan kesabaran dan

keteguhan hati kepada ibunya untuk menjaga rahasia anaknya tersebut

kepada Fir’aun yang disertai pemenuhan janji untuk dipertemukan

kembali keduanya dengan ia menyusuinya, yakni nabi Musa as. anak

yang cerdas emosinya akan merasakan betapa besarnya kasih sayang

seorang ibu terhadap anak kandungnya dan akan memotivasi dirinya

ddengan senantiasa berbakti kepadanya.

Page 91: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

81

7. Dalam menyampaikan sebuah cerita atau kisah dibutuhkan teknik atau

cara yang tepat agar mendapatkan suatu hasil yang diharapkan.

Diantara teknik penyampaian dalam berkisah itu yang sangat

ditekankan adalah pada segi intonasi suara, ekspresi wajah dan gerak

tubuh. Karena kedua hal tersebut dapat membuat seorang anak yang

sedang mendengarkan sebuah kisah dapat tertarik dan terbawa ke alam

yang menyenangkan, serta dapat lebih memahami alur dari kisah

tersebut. Selain itu dapat dilakukan dengan memutar media ataupun

menggunakan gambar-gambar, sehingga memudahkan anak

mengimajinasikan cerita.

B. Saran-saran

1. Setiap orang perlu memahami konsep kecerdasan emosional yang telah

dipaparkan oleh Daniel Goleman dalam rangka mengembangkan

kepribadian seorang anak, khususnya pada anak usia 6 sampai 9 tahun.

Karena mayoritas manusia lebih banyak menekankan pada kecerdasan

intelektual dibanding kecerdasan emosional yang pada dasarnya

merupakan langkah awal sebelum mengembangkan kecerdasan

intelektual.

2. Orang tua merupakan orang yang dekat dengan anaknya. Oleh karena

itu, pendidikan informal atau keluarga sangat penting dalam hal

mengembangkan kecerdasan emosional anaknya. Dengan banyak

berkomunikasi yang baik serta berkelakuan baik ataupun

menyampaikan sebuah cerita yang baik, semuanya akan menjadi

teladan bagi anak tersebut. Orang tua adalah sebuah figur yang akan

membentuk kepribadian sang anak menjadi baik atau buruk.

3. Pendidikan formal juga merupakan suatu hal yang sangat penting

disamping pendidikan informal. Karena pendidikan formal atau

sekolah adalah pendidikan lanjutan daripada pendidikan keluarga yang

dilakukan oleh orang tua. Dalam pendidikan sekolah ini yang

ditekankan adalah seorang guru. Guru yang dapat mendidik dengan

Page 92: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

82

baik adalah guru yang mempunyai nilai seni dalam menyampaikan

pelajaran, khususnya dalam menyampaikan sebuah cerita atau kisah

dari tokoh atau peristiwa tertentu. Dengan demikian, seorang anak atau

murid akan senang kepada guru tersebut, serta dapat dijadikan teladan

untuknya.

4. Setiap lapisan masyarakat berkewajiban mendukung program

Pendidikan Islam. Program pendidikan tersebut bukan hanya terdapat

di lingkungan sekolah, tetapi juga di lingkungan masyarakat seperti

majlis ta’lim, TPQ, dan sebagainya. Tanpa dukungan tersebut maka

program Pendidikan Islam yang ada di lingkungan mereka akan

terhambat untuk berkembang bahkan dapat tertinggal dan lambat-laun

akan ditinggalkan. Oleh karenanya, program tersebut perlu adanya

sebuah sistem atau teknik dalam penyampaiannya kepada pendengar

atau anak-anak baik mengenai sebuah pelajaran maupun kisah tertentu.

Page 93: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

83

DAFTAR PUSTAKA

Achdiat, Nunu. Seni Berkisah; Memandu Anak Memahami Al-Quran.

Agustian, Ary Ginanjar. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan

Spiritual ESQ. Jakarta: Arga, 2001.

Al-Farmawi. Metode Tafsir mawdhu’iy, Terj. dari Al-Bidayah Fi al-Tafsir al-

Mawdhu’iy, oleh. Suryan A. Jamrah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

1994.

Al-Khalidy, Shalah. Kisah-kisah Al qur’an Pelajaran dari Orang-orang Dahulu,

Terj. dari Qoshosul Qur’an, oleh. Setiawan Budi Utomo. Jakarta: Gema

Insani Press, 1999.

Al-Qaththan, Manna’. Mabahits fi ‘ulumil Al-Quran. Beirut: Muassasah Ar-

Risalah, 1996.

Al-Qurthubi, Syaikh Imam. Tafsir Al Qurthubi Juz VI. Jakarta: Pustaka Azzam,

2008.

Al-Shidieqy, Hasby. Ilmu-Ilmu Al-Quran Media Pokok Dalam Penafsiran Al-

Quran. Jakarta: Bulan Bintang, 1972.

Ash-Shabuniy, Muhammad Ali. Kenabian dan Para Nabi, Terj. Dari an

Nubuwwah wal Anbiya’oleh Arifin Jamian Maun. Surabaya: PT. Bina Ilmu,

1993.

Ath-Thabari, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir. Tafsir Ath-Thabari. Jakarta:

Pustaka Azzam, 2009.

Bahjat, Ahmad. Nabi-nabi Allah. Jakarta: Qisthi Press, 2007.

Digdo, AG Pringgo dan Syadily, Hasan. Ensiklopedi Umum. Yogyakarta: Ofset

Kanissus, 1997.

Efendi, Agus. Revolusi Kecerdasan Abad 21: Kritik MI, EI, SQ, AQ & Successful

Intelegence Atas IQ. Bandung: Alfabeta, 2005.

El Fikri, Syahruddin. Situs-Situs Dalam Al-Quran (Dari Banjir Hingga Bukit

Tursina). Jakarta: Republika, 2010.

Goleman, Daniel. Kecerdasan Emosi; Untuk mencapai Puncak Prestasi, Terj. dari

buku, Working with Emotional Inteligence, oleh Alex Tri Kantjono Widodo.

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1999.

Page 94: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

84

Goleman, Daniel. Kecerdasan Emosional, Terj. dari Emotional Intellegence, oleh

T. Hermaya. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000.

Hanafi, A. MA. Segi-segi Kesusastraan Pada Kisah-kisah Al-Qur’an. Jakarta:

Pustaka Alhusna, 1984.

Hartati, Netty, dkk. Islam dan Psikologi. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003.

Hasan, Aliah B. Purwakania. Psikologi perkembangan Islami. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2008.

Hilali, Salim bin Ied. Kisah Shahih Para Nabi, Terj dari Shahiih Qishashil

Anbiya’ oleh M. Abdul Goffar. Jakarta: Pustaka Imam asy-Syafi’I, 2009.

Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan. Terj. dari Developmental

psicology, oleh. Istiwidayanti dan Soedjarwo. Jakarta: Erlangga, 1998.

Iska, Zikri Neni. Psikologi pengantar pemahaman diri dan lingkungan. Jakarta:

KIZI BROTHER’S, 2006.

Iskandar. Psikologi Sebuuah Orientasi baru. Ciputat: Gaung Persada Press, 2009.

Ismail Abu Abdillah Al-Bukhori, Muhammad. Shohih Bukhori Juz 3. Beirut: Dar

al-Hadist, 1987.

Jamal, Ahmad Muhammad. Koreksi Al-Quran Terhadap Ummat. Alih bahasa;

Jamaluddin Kafie. Jakarta: Media Da’wah, tt.

Megawati, Ratna. Pendidikan yang Patut dan Menyenangkan. Bogor: Indonesia

heritage Foundation. 2004.

Mubayidh, Makmun. Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak, Terj dari Adz-

Dzaka’ Al-Athifi wa Ash-Shihhah Al-Athifiyah, oleh. Muhammad Muchson

Anasy. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2010.

Muhyidin, Muhammmad. Manajemen ESQ Power. Jogjakarta: DIVA Press, 2007.

Nuraida dan Alkaf, Halid. Metodologi Penelitian Pendidikan. Tangerang: Islamic

Research Publising, 2009.

Nuraini, Yuliani. Kurikulum Alternatif Berbasis Kompetensi Anak Usia Dini.

Jakarta: Pusdiani Press, 2002.

RI, Depag. Al-Quran dan Terjemahnya. Semarang: PT. Kumudasmoro Grafindo,

1994.

Page 95: ANALISIS DESKRIPTIF KECERDASAN EMOSIONAL PADA KISAH KISAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25433/1/Lia... · Jika ada salah satu dari kelima kecakapan tersebut

85

RI, Depag. Al-Quran dan Terjemahnya. Bandung: CV Penerbit Dipenogoro,

2008.

Safaria, Triantoro dan Saputra, Nofrans Eka. Manajemen Emosi. Jakarta: Bumi

Aksara, 2009.

Shapiro, Lawrence E. Mengajarkan Emotional Intelligence pada Anak, oleh. Alex

Tri Kantjono. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997.

Shihab, M. Quraish Tafsir Al-Misbah vol. 6. Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Syihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah vol 8. Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Shihab, M. Quraish Tafsir Al-Misbah vol. 10. Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode penelitian Pendidikan. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2007.

Syadali, Ahmad. Ulumul Al-Quran II. Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997.

Yogyakarta, Tim Pendongeng SPA. Teknik Bercerita. Yogyakarta : PT. Kurnia

Kalam Semesta, 2010.

Yusuf, Syamsu. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rajawali, 2011.

Zulkifli. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.