analisis dan mitigasi risiko rantai pasok pada pengelolaan …eprints.ums.ac.id/73080/10/naskah...
TRANSCRIPT
ANALISIS DAN MITIGASI RISIKO RANTAI PASOK PADA
PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN KLATEN
DENGAN PENDEKATAN HOUSE OF RISK (HOR)
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk menyelesaikan Program Studi Strata-1 Pada Jurusan
Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta
Oleh:
ADILA FIRDAUSI PUTRI
D 600 150 097
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
1
ANALISIS DAN MITIGASI RISIKO RANTAI PASOK PADA
PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN KLATEN
DENGAN PENDEKATAN HOUSE OF RISK (HOR)
ABSTRAK
Tingginya kepadatan penduduk selaras dengan meningkatnya konsumsi masyarakat. Hal ini
mengakibatkan bertambahnya sampah yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi supply chain dan risiko supply chain pada pengelolaan sampah di Kabupaten
Klaten. Selain itu tujuan dari penelitian ini untuk memberikan strategi mitigasi untuk
meminimalkan dan mencegah risiko pada supply chain pengelolaan sampah di Kabupaten Klaten.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu House Of Risk (HOR). HOR terbagi menjadi
2 tahap yaitu HOR fase 1 dan HOR fase 2. Hasil penelitian pada HOR fase 1 menunjukkan
bahwa terdapat 28 jenis risiko dan 28 sumber risiko yang teridentifikasi. Melalui nilai ARP dan
diagram pareto didapatkan 14 sumber risiko dominan. Pada HOR fase 2 didapatkan 12 strategi
mitigasi yang digunakan untuk 14 sumber risiko dominan. Selain itu dari penelitian ini dapat
diketahui bahwa pihak yang paling berdampak adalah Tempat Pembuangan Sementara (TPS)
dengan total nilai ARP sebesar 10143.
Kata Kunci: House Of Risk, Mitigasi Risiko, Rantai Pasok, Risiko, Sampah
ABSTRACT
The high population density is in line with the increase in public consumption. This results in
increased waste generated. This study aims to identify supply chain and supply chain risks in
waste management in Klaten Regency. In addition, the purpose of this study is to provide
mitigation strategies to minimize and prevent risk in the waste management supply chain in
Klaten Regency. The method used in this study is House Of Risk (HOR). HOR is divided into 2
stages, namely phase 1 HOR and phase 2 HOR. The results of the research in phase 1 HOR
indicate that there are 28 types of risks and 28 sources of risk identified. Through ARP and
Pareto diagrams, there are 14 dominant risk sources. In phase 2 HOR there were 12 mitigation
strategies used for 14 dominant risk sources. In addition, from this study, it can be seen that the
most affected party is the Temporary Disposal Site (TPS) with a total ARP value of 10143.
Keywords: House Of Risk, Risk Mitigation, Supply Chain, Risk, Waste
2
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Meningkatnya penduduk selaras dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat. Sehingga
sampah yang dihasilkan menumpuk. Begitupun dengan Kabupaten Klaten yang merupakan
kota dengan jumlah penduduk terbanyak se-Karesidenan Surakarta. Menurut Dinas
Pembangunan Umum (DPU) Kabupaten Klaten, masyarakat Klaten dapat menghasilkan
sampah dengan jumlah 860 m3/hari. Banyaknya permasalahan yang ditimbulkan dari
sampah, perlunya mitigasi dalam mengatasi masalah tersebut. Salah satu strategi yang dapat
dilaksanakan dengan mengelola setiap proses supply chain pengelolaan sampah.
Dalam setiap kegiatan supply chain akan mendapatkan peluang munculnya sebuah
risiko, tidak terkecuali aktivitas supply chain management. Maka manajemen risiko
dibutuhkan untuk menangani risiko agar dapat menurunkan risiko dan akibat dari risiko
tersebut (Hanafi, 2016). Menurut Juttner (2013), manajemen risiko rantai pasok adalah
urutan kegiatan dari identifikasi serta mengelah risiko rantai pasok yang tergabung diantara
bagian rantai pasok, sehingga dapat meminimalkan risiko rantai pasok keseluruhan.
1.2. Rumusan Masalah
Masalah yang terdapat pada latar belakang, dapat dibuat rumusan masalah yaitu
“Bagaimana analisa risiko rantai pasok pada pengelolaan sampah di Kabupaten Klaten
dengan pendekatan House Of Risk (HOR) ?”.
1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi supply chain pengelolaan sampah di Kab. Klaten.
2. Mengidentifikasi risiko supply chain pada pengelolaan sampah di Kab. Klaten.
3. Memberikan strategi mitigasi untuk meminimalkan dan mencegah risiko pada supply
chain pengelolaan sampah di Kab. Klaten.
2. METODE
2.1 House Of Risk
Penelitian dilakukan di pengelolaan sampah Kabupaten Klaten. Penelitian ini
menggunakan metode House Of Risk. HOR merupakan manajemen risiko, dimana risk agent
yang teridentifikasi sebagai penyebab risk event dapat diolah untuk ditentukan yang
dominan. House Of Risk terbagi menjadi 2 tahap yaitu HOR fase 1 dan HOR fase 2. Fase 1
untuk menentukan sumber risiko yang dominan untuk dilakukan mitigasi risiko, sedangkan
fase 2 untuk menentukan mitigasi risiko.
3
Tahap pertama HOR fase 1 yaitu melakukan wawancara kepada pihak pengelola sampah
dari sumber sampah hingga ke TPA untuk mengetahui risiko apa saja dan sumber risiko yang
bisa muncul dari pengelolaan sampah. Setelah di dapatkan risiko dan sumber risiko, nantinya
akan digunakan untuk wawancara kepada orang yang ahli dan paham mengenai risiko dari
pengelolaan sampah di Kabupaten Klaten yaitu bapak Asep yang menjabat sebagai pengawas
pengelolaan sampah di Kabupaten Klaten. Wawancara tersebut dilakukan untuk menentukan
nilai dari tingkat keparahan (severity) masing-masing risiko, tingkat probabilitas
(occurrence) sumber risiko muncul dan kolerasi dari risiko dan sumber risiko. Nilai yang
telah didapatkan nantinya akan digunakan untuk perhitungan Aggregate Risk Potential
(ARP).
Pada HOR fase 2 ini, sumber risiko yang menjadi prioritas untuk ditangani akan
dirumuskan strategi penanganannya. Perumusan strategi penanganan diperoleh dengan
diskusi antara peneliti dengan pihak yang ahli dan paham mengenai risiko dari pengelolaan
sampah di Kabupaten Klaten yaitu bapak Asep yang menjabat sebagai pengawas pengelolaan
sampah di Kabupaten Klaten.
2.2 Kerangka Penelitian
Tahapan penelitian dapat digambarkan melalui Gambar 1.
Mulai
Observasi Awal
Identifikasi Masalah
Studi Pustaka Metode
HORWawancara
Studi Lapangan
Pengelolaan Sampah
Penentuan Tujuan Penelitian
(HOR 1)
1. Identifikasi risk event
2. Menentukan nilai severity
3. Identifikasi risk agent
4. Menentukan nilai occurrence
5. Menentukan kolerasi antara ris event dengan risik agent
6. Menghitung nilai ARP
7. Membuat rangking sumber risiko
Penarikan Kesimpulan
Selesai
Analisis
(HOR 2)
1. Pilih sumber risiko dominan dari HOR 1
2. Identifikasi mitigasi risiko
3. Menentukan kolerasi antara sumber risiko dominan dan mitigasi risiko
4. Menghitung total efektivitas (Tek)
5. Menentukan derajat kesulitan (Dk)
6. Menghitung total efektif rasio kesulitan (ETDk)
7. Membuat rangking mitigasi risiko
Gambar 1. Kerangkan Penelitian
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Perolehan Data
Data diperoleh dengan wawancara kepada pihak DPU Kabupaten Klaten. Tahapan
pengumpulan data yang dilakukan pertama kali adalah mencari informasi mengenai supply
chain pengelolaan sampah di Kabupaten Klaten yang dapat dilihat pada Gambar 2.
4
Sumber SampahTempat
Pembuangan Sementara (TPS)
Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) IPSD
Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Controlled Landfill
Informasi: Kapasitas Sampah
Material: Sampah
Gambar 2 Supply Chain Pengelolaan Sampah Kab. Klaten
Setelah mendapatkan supply chain pengelolaan sampah, maka dilakukan identifikasi risiko
dan sumber risiko pada setiap jaringannya. Identifikasi dilakukan dengan wawancara kepada
pihak pengelola sampah dari sumber sampah hingga ke TPA. Hasil wawancara didapatkan
28 risk event dan 28 risk agent pada supply chain pengelolaan sampah yang ditunjukkan
pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1 Hasil Identifikasi Risk Event
Jaringan Risk Event Kode Severity
Pengambilan sampah di sumber sampah tidak sesuai jadwal E1 4
Kapasitas sumber sampah penuh E2 3
Kapasitas gerobak dari sumber sampah penuh E3 3
Terkena penyakit kulit dari sumber sampah E4 2
Terkena penyakit pernafasan dari sumber sampah E5 2
Terkena benda tajam dari sumber sampah E6 2
Terdapat sampah yang jatuh di jalan menuju TPS E7 3
Terkena penyakit kulit di TPS E8 3
Terkena penyakit pernafasan di TPS E9 9
Terkena benda tajam di TPS E10 7
Kapasitas TPS penuh E11 8
Pengambilan sampah di TPS tidak sesuai jadwal E12 8
Pencemaran udara di sekitar TPS E13 7
Pencemaran lingkungan sekitar TPS E14 2
Kapasitas truk dari TPS penuh E15 6
Terkena penyakit kulit di TPA controlled landfill E16 3
Terkena penyakit pernafasan di TPA controlled landfill E17 9
Terkena benda tajam di TPA controlled landfill E18 7
Pencemaran udara di jalan menuju TPA controlled landfill E19 4
Pencemaran udara di TPA controlled landfill E20 3
Terkena penyakit kulit di TPA IPSD E21 3
Terkena penyakit pernafasan di TPA IPSD E22 3
Terkena benda tajam di TPA IPSD E23 3
Pencemaran udara di jalan menuju TPA IPSD E24 4
Tertundanya proses daur ulang di TPA IPSD karena sampah belum datang E25 2
Penumpukan sampah yang akan di daur ulang di TPA IPSD E26 7
Pencemaran udara di TPA IPSD E27 2Terkena mesin pengelolaan sampah E28 10
Sumber Sampah
Tempat
Pembuangan
Sementara (TPS)
Tempat
Pembuangan
Akhir (TPA)
controlled landfill
Tempat
Pembuangan
Akhir (TPA)
IPSD
5
Tabel 2 Hasil Identifikasi Risk Agent
3.2 Perhitungan Nilai Aggregate Risk Potential (ARP)
Nilai Aggregate Risk Potential didapatkan dari perhitungan dengan menggunakan skala
severity, occurrence, dan correlation yang didapatkan dari orang yang ahli dan paham
mengenai risiko dari pengelolaan sampah di Kabupaten Klaten yaitu bapak Asep yang
menjabat sebagai pengawas pengelolaan sampah di Kabupaten Klaten. Skala severity,
occurrence, dan correlation diinputkan kedalam matriks HOR fase 1 yang dapat dilihat pada
Gambar 3.
Gambar 3 Matriks HOR Fase 1
Selanjutnya dari nilai ARP yang didapatkan dilakukan pengolahan menggunakan
diagram pareto untuk mengetahui sumber risiko dominan. Hasil dari sumber risiko dominan
yang didapatkan nantinya akan menjadi input dalam perumusan strategi mitigasi risiko di
HOR fase 2. Diagram pareto nilai ARP dapat dilihat dari Gambar 4.
Risk Agent Pihak Terkait Kode
Keterbatasan jumlah tenaga kerja Pengelola sumber sampah Pengelola sumber sampah A1
Keterbatasan jumlah tenaga kerja Pengelola TPS Pengelola TPS A2
Kapasitas gerobak tidak memadai Pengelola sumber sampah A3
Gerobak rusak Pengelola sumber sampah A4
Keterbatasan jumlah gerobak Pengelola sumber sampah A5
Pengelola sumber sampah tidak memakai sarung tangan Pengelola sumber sampah A6
Pengelola sumber sampah tidak memakai masker Pengelola sumber sampah A7
Pengelola sumber sampah tidak memakai sepatu Pengelola sumber sampah A8
Pengelola TPS tidak memakai sarung tangan Pengelola TPS A9
Pengelola TPS tidak memakai masker Pengelola TPS A10
Pengelola TPS tidak memakai sepatu Pengelola TPS A11
Pengelola TPA IPSD tidak memakai sarung tangan Pengelola TPA IPSD A12
Pengelola TPA IPSD tidak memakai masker Pengelola TPA IPSD A13
Pengelola TPA IPSD tidak memakai sepatu Pengelola TPA IPSD A14
Pengelola TPA controlled landfill tidak memakai sarung tangan Pengelola TPA controlled landfill A15
Pengelola TPA controlled landfill tidak memakai masker Pengelola TPA controlled landfill A16
Pengelola TPA controlled landfill tidak memakai sepatu Pengelola TPA controlled landfill A17
DPU tidak memperhatikan K3 pada pekerja TPS Pengelola TPS A18
DPU tidak memperhatikan K3 pada pekerja TPA IPSD Pengelola TPA IPSD A19
DPU tidak memperhatikan K3 pada pekerja TPA controlled landfill Pengelola TPA controlled landfill A20
Truk rusak Pengelola TPS dan TPA IPSD A21
Keterbatasan jumlah truk Pengelola TPS dan TPA IPSD A22
Pengelola sumber sampah tidak masuk Pengelola sumber sampah A23
Kapasitas truk tidak memadai Pengelola TPS, TPA IPSD dan TPA controlled landfill A24
Truk tidak diberi penutup Pengelola TPA IPSD dan TPA controlled landfill A25
Alat berat rusak di TPA controlled landfill Pengelola TPA controlled landfill A26
Lahan TPS terbatas Pengelola TPS A27Kerusakan mesin di TPA IPSD Pengelola TPA IPSD A28
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 A13 A14 A15 A16 A17 A18 A19 A20 A21 A22 A23 A24 A25 A26 A27 A28
E1 9 9 3 9 4
E2 3 3 9 9 3 3
E3 1 9 9 3
E4 9 9 2
E5 9 2
E6 9 9 2
E7 3 9 3
E8 9 9 9 3
E9 9 9 9
E10 9 9 9 7
E11 3 9 3 1 9 8
E12 9 9 9 9 8
E13 3 3 1 1 3 7
E14 3 3 1 1 3 2
E15 1 3 9 6
E16 9 9 9 3
E17 9 9 3 9
E18 9 9 9 7
E19 9 9 4
E20 9 3
E21 9 9 9 3
E22 9 9 3
E23 9 9 9 3
E24 9 9 4
E25 9 9 9 2
E26 9 7
E27 9 2
E28 1 3 10
5 8 2 2 3 6 6 6 7 7 10 8 7 8 2 8 3 9 8 8 10 7 4 6 10 10 8 7
240 984 90 180 198 216 108 216 630 567 900 512 189 432 180 648 270 1539 648 1368 1950 987 180 1290 720 540 792 693
19 6 28 24 22 20 27 20 13 14 7 16 23 17 24 11 18 2 11 3 1 5 24 4 9 15 8 10
Jaringan Risk EventRisk Agent
Severity
Sumber Sampah
Tempat Pembuangan
Sementara (TPS)
Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) controlled
landfill
Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) IPSD
Occurrence
ARP
Priority
6
Gambar 4 Diagaram Pareto Nilai ARP
Berdasarkan Gambar 4 dapat diketahui bahwa prinsip diagram pareto 80/20 yang artinya
80% sumber risiko (risk agent) dengan nilai ARP tertinggi dapat mewakili populasi yang
ada, maka 14 risk agent tersebut menjadi prioritas sumber risiko pada pengelolaan sampah di
Kabupaten Klaten. Adapun deskripsi 14 sumber risiko dominan tersebut dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3 Risk Agent Dominant
3.3 Perumusan Strategi
Pada fase House Of Risk fase 2 ini, sumber risiko dominan akan dirumuskan mitigasi
risikonya. Perumusan mitigasi risiko dilakukan dengan diskusi antara peneliti dengan pihak
yang ahli dan paham mengenai risiko dari pengelolaan sampah di Kabupaten Klaten yaitu
bapak Asep yang menjabat sebagai pengawas pengelolaan sampah di Kabupaten Klaten.
Pengolahan data pada HOR fase 2 ditunjukkan pada Gambar 5.
Kode Risk Agent Dominant ARP
A21 Truk rusak 1950
A18 DPU tidak memperhatikan K3 pada pekerja TPS 1539
A20 DPU tidak memperhatikan K3 pada pekerja TPA controlled landfill 1368
A24 Kapasitas truk tidak memadai 1290
A22 Keterbatasan jumlah truk 987
A2 Keterbatasan jumlah tenaga kerja pengelola TPS 984
A11 Pengelola TPS tidak memakai sepatu 900
A27 Lahan TPS terbatas 792
A25 Truk tidak diberi penutup 720
A28 Kerusakan mesin di TPA IPSD 693
A16 Pengelola TPA controlled landfill tidak memakai masker 648
A19 DPU tidak memperhatikan K3 pada pekerja TPA IPSD 648
A9 Pengelola TPS tidak memakai sarung tangan 630
A10 Pengelola TPS tidak memakai masker 567
7
Gambar 5 Matriks HOR Fase 2
Hasil dari pengolahan data pada HOR fase 2 didapatkan urutan mitigasi risiko yang dominan
berdasarkan dari nilai ETD tertinggi. Urutan dari mitigasi risiko dominan ditunjukkan pada
Tabel 4.
Tabel 4 Urutan Mitigasi Risiko Dominan
4. PENUTUP
4.1 Penarikan Kesimpulan
Hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:
1. Supply chain pengelolaan sampah Kabupaten Klaten dimulai dari sumber sampah ke TPS
kemudian ke TPA IPSD dan TPA controlled landfill.
2. Pada HOR fase 1 didapatkan identifikasi risiko sebanyak 28 jenis dengan 28 jenis sumber
risiko. Hasil yang didapatkan dari pengolahan HOR fase 1 yaitu terdapat 14 sumber risiko
dominan untuk dirumuskan strategi penanganan di HOR fase 2. Selain iu pengolahan
HOR fase 1 dapat diketahui pihak yang paling berdampak adalah Tempat Pembuangan
Sementara (TPS) dengan total nilai ARP sebesar 10143.
3. Pada HOR fase 2 didapatkan 12 strategi penanganan risiko untuk 15 sumberrisiko
dominan.
PA1 PA2 PA3 PA4 PA5 PA6 PA7 PA8 PA9 PA10 PA11 PA12
A21 3 9 1950
A18 1 1 9 9 9 1539
A20 1 1 9 9 9 1368
A24 1 1 1290
A22 9 3 987
A2 9 984
A11 9 9 1 3 900
A27 9 3 792
A25 9 720
A28 9 693
A16 9 9 1 3 648
A19 1 1 9 9 9 648
A9 9 9 1 3 630
A10 9 9 1 3 567
Total
Effectifness 28260 28260 31995 34740 16023 6237 7128 2376 21801 40230 8856 6480
Degree Of
Difficulty 4 5 3 4 3 4 4 5 4 4 4 3
Effectiveness
To Difficulty 7065 5652 10665 8685 5341 1559,25 1782 475,2 5450,25 10057,5 2214 2160
Rank Priority 4 5 1 3 7 11 10 12 6 2 8 9
Risk AgentStrategi Penanganan Risiko
ARP
Kode Urutan Mitigasi Risiko Dominan ETD
PA3 Memberikan pelayanan kesehatan setiap 3 bulan kepada pengelola sampah 10665
PA10 Mengontrol kelengkapan alat kerja 10058
PA4 Menyediakan perlengkapan kerja secara lengkap kepada pengelola sampah 8865
PA1 Memberikan sosialisasi K3 terhadap pengelola sampah mengenai pentingnya APD saat bekerja 7065
PA2 Membuat papan peraturan berupa pentingnya penggunaan alat kerja 5652
PA9 Melakukan perawatan transportasi secara rutin setiap bulan 5450
PA5 Memberikan usulan kepada atasan untuk penambahan armada pengangkutan sampah 5341
PA11 Melakukan perekrutan pekerja 2214
PA12 Menyadiakan penutup berupa terpal di setiap truk 2160
PA7 Melakukan pemeriksaan TPS setiap minggu 1782
PA6 Melakukan perawatan rutin setiap bulan pada mesin di TPA IPSD 1559
PA8 Memilih lokasi TPS yang jauh dari lingkungan penduduk 475