analisa resep ispa
DESCRIPTION
ispaTRANSCRIPT
Analisa Resep
INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Farmasi Kedokteran
Oleh :
Marlensius A. Wijaya
I1A099050
Pembimbing
Dra. Sulistianingtyas, Apt
Laboratorium FarmasiFakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat
Banjarbaru
Agustus 2006
BAB I
PENDAHULUAN
Setelah seorang dokter menentukan diagnosis yang tepat, maka
selanjutnya berupaya melakukan penyembuhan dengan berbagai cara misalnya
dengan pembedahan, fisioterapi, penyinaran, dengan obat dan lain-lain, tetapi
umumnya menggunakan obat . 1
Obat yang diberikan kepada penderita harus dipesankan dengan
menggunakan resep. Satu resep umumnya hanya diperuntukkan bagi satu
penderita. Resep selain permintaan tertulis kepada apoteker juga merupakan
perwujudan akhir dari kompetensi, pengetahuan keahlian dokter dalam
menerapkan pengetahuannya dalam bidang farmakologi dan terapi. Selain sifat-
sifat obat yang diberikan dan dikaitkan dengan variabel dari penderita, maka
dokter yang menulis resep idealnya perlu pula mengetahui penyerapan dan nasib
obat dalam tubuh, ekskresi obat, toksikologi serta penentuan dosis regimen yang
rasional bagi setiap penderita secara individual. Resep juga perwujudan hubungan
profesi antara dokter, apoteker dan penderita . 1,2
A. Definisi dan Arti Resep
Definisi
Menurut SK. Mes. Kes. No. 922/Men.Kes/ l.h menyebutkan bahwa resep
adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, atau dokter hewan kepada
Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk menyediakan dan menyerahkan obat
bagi penderita sesuai peraturan perundangan yang berlaku. 1
11
Resep dalam arti yang sempit ialah suatu permintaan tertulis dari dokter,
dokter gigi, atau dokter hewan kepada apoteker untuk membuatkan obat dalam
bentuk tertentu dan menyerahkannya kepada penderita. 2
Arti Resep
1. Dari definisi tersebut maka resep bisa diartikan/merupakan sarana komunikasi
profesional antara dokter (penulis resep), APA (apoteker penyedia/pembuat
obat), dan penderita (yang menggunakan obat).
2. Resep ditulis dalam rangka memesan obat untuk pengobatan penderita, maka
isi resep merupakan refleksi/pengejawantahan proses pengobatan. Agar
pengobatan berhasil, resepnya harus benar dan rasional. 1
B. Kertas Resep
Resep dituliskan di atas suatu kertas resep. Ukuran yang ideal ialah lebar
10-12 cm dan panjang 15-18 cm. Untuk dokumentasi, pemberian obat kepada
penderita memang seharusnya dengan resep; permintaan obat melalui telepon
hendaknya dihindarkan. 2
Blanko kertas resep hendaknya oleh dokter disimpan di tempat yang aman
untuk menghindarkan dicuri atau disalahgunakan oleh orang yang tidak
bertanggung jawab, antara lain dengan menuliskan resep palsu meminta obat
bius.2
Kertas resep harus disimpan, diatur menurut urutan tanggal dan nomor
urut pembuatan serta disimpan sekurang-kurangnya selama tiga tahun. Setelah
lewat tiga tahun, resep-resep oleh apotek boleh dimusnahkan dengan membuat
2
berita acara pemusnahan seperti diatur dalam SK.Menkes RI
no.270/MenKes/SK/V/1981 mengenai penyimpanan resep di apotek. 2
C. Model Resep yang Lengkap
Resep harus ditulis dengan lengkap, supaya dapat memenuhi syarat untuk
dibuatkan obatnya di Apotek. Resep yang lengkap terdiri atas: 2
1. Nama dan alamat dokter serta nomor surat izin praktek, dan dapat
pula dilengkapi dengan nomor telepon, jam, dan hari praktek.
2. Nama kota serta tanggal resep itu ditulis oleh dokter.
3. Tanda R/, singkatan dari recipe yang berarti “harap diambil”
(superscriptio).
4. Nama setiap jenis atau bahan obat yang diberikan serta jumlahnya
(inscriptio)
a) Jenis/bahan obat dalam resep terdiri dari :
Remedium cardinale atau obat pokok yang mutlak harus ada. Obat
pokok ini dapat berupa bahan tunggal, tetapi juga dapat terdiri dari
beberapa bahan.
Remedium adjuvans, yaitu bahan yang membantu kerja obat pokok;
adjuvans tidak mutlak perlu ada dalam tiap resep.
Corrigens, hanya kalau diperlukan untuk memperbaiki rasa, warna
atau bau obat (corrigens saporis, coloris dan odoris)
Constituens atau vehikulum, seringkali perlu, terutama kalau resep
berupa komposisi dokter sendiri dan bukan obat jadi. Misalnya
konstituens obat minum air.
3
b) Jumlah bahan obat dalam resep dinyatakan dalam suatu berat untuk
bahan padat (mikrogram, miligram, gram) dan satuan isi untuk cairan
(tetes, milimeter, liter).
Perlu diingat bahwa dengan menuliskan angka tanpa keterangan lain, yang
dimaksud ialah “gram”
5. Cara pembuatan atau bentuk sediaan yang dikehendaki
(subscriptio) misalnya f.l.a. pulv = fac lege artis pulveres = buatlah sesuai
aturan obat berupa puyer.
6. Aturan pemakaian obat oleh penderita umumnya ditulis dengan
singkatan bahasa Latin. Aturan pakai ditandai dengan signatura, biasanya
disingkat S.
7. Nama penderita di belakang kata Pro : merupakan identifikasi
penderita, dan sebaiknya dilengkapi dengan alamatnya yang akan
memudahkan penelusuran bila terjadi sesuatu dengan obat pada penderita.
8. Tanda tangan atau paraf dari dokter/dokter gigi/dokter hewan yang
menuliskan resep tersebut yang menjadikan resep tersebut otentik. Resep
obat suntik dari golongan Narkotika harus dibubuhi tanda tangan lengkap
oleh dokter/dokter gigi/dokter hewan yang menulis resep, dan tidak cukup
dengan paraf saja.
D. Seni dan Keahlian Menulis Resep yang Tepat dan Rasional 1,2
Penulisan resep adalah “tindakan terakhir” dari dokter untuk penderitanya,
yaitu setelah menentukan anamnesis, diagnosis dan prognosis serta terapi yang
akan diberikan; terapi dapat profilaktik, simptomatik atau kausal. Penulisan resep
4
yang tepat dan rasional merupakan penerapan berbagai ilmu, karena begitu
banyak variabel-variabel yang harus diperhatikan, maupun variabel unsur obat
dan kemungkinan kombinasi obat, ataupun variabel penderitanya secara
individual.1
Resep yang jelas adalah tulisannya terbaca. Misalnya nama obatnya ditulis
secara betul dan sempurna/lengkap. Nama obat harus ditulis yang betul, hal ini
perlu mendapat perhatian karena banyak obat yang tulisannya atau bunyinya
hampir sama, sedangkan khasiatnya berbeda. 2
Resep yang tepat, aman, dan rasional adalah resep yang memenuhi lima
tepat, ialah sebagai berikut : setelah diagnosanya tepat maka kemudian memilih
obatnya tepat yang sesuai dengan penyakitnya diberikan dengan dosis yang
tepat dalam bentuk sediaan yang tepat, diberikan pada waktu yang tepat
dengan cara yang tepat untuk penderita yang tepat. 2
Kekurangan pengetahuan dari ilmu mengenai obat dapat mengakibatkan
hal-hal sebagai berikut: 2
Bertambahnya toksisitas obat yang diberikan
Terjadi interaksi antara obat satu dengan obat lain
Terjadi interaksi antara obat dengan makanan atau minuman tertentu
Tidak tercapai efektivitas obat yang dikehendaki
Meningkatnya ongkos pengobatan bagi penderita yang sebetulnya dapat
dihindarkan.
5
BAB II
ANALISA RESEP
Contoh Resep dari Poliklinik Kesehatan Anak
Keterangan Resep
6
PROPINSI PEMERINTAH DAERAH TINGKAT IKALIMANTAN SELATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ULINBANJARMASIN
Nama Dokter : ............................. Tanda Tangan DokterUPF/BAGIAN : Poli Kes Anak Nama Pasien : Anugrah
Kelas I/II/III/Utama
Banjarmasin, 13 Juli 2006
R/ Ikadryl syr I
S 3 d.d cth ½
Amoxsan mg 150
Metylprednisolon mg 1,5
Theofilin mg 50
Bisolvon mg 2
Sac lact qs
m.f.l.a pulv XV
S 3 d.d pulv I
Candistatin drop I
S 3 d.d 1 ml Dr. X, SP.A
SPESIALIS ANAK
NIP………
6
Klinik : Kesehatan anak
Tanggal : 13 Juli 2006
Nama Pasien : An. Anugrah
Umur : 1 tahun 7 bulan
No. RMK : 563094
Alamat : Handil Bakti No.10 Rt. 18
Pekerjaan Orang Tua : Swasta
Diagnosa : ISPA
B. Analisa Resep
I. Penulisan Resep
Pada resep ini ukuran kertas yang digunakan lebarnya 11 cm dan
panjangnya 21 cm. Ukuran kertas resep yang ideal adalah lebar 10-12 cm dan
panjang 15-18 cm. 2 Berdasarkan ketentuan tersebut, ukuran kertas yang
digunakan pada resep ini, lebarnya sudah ideal tapi masih terlalu panjang.
Penulisan pada resep ini bisa dibaca. Pada penulisan resep yang benar
tulisan harus dapat dibaca dengan jelas agar tidak terjadi kesalahan dalam
pemberian obat.
II. Kelengkapan Resep
1. Pada resep ini identitas dokter berupa nama, unit di Rumah Sakit dan tanda
tangan dokter penulis resep sudah dicantumkan. Tetapi pencantuman identitas
tidak sesuai tempat yang ditentukan.
2. Nama kota serta tanggal resep sudah ditulis oleh dokter.
7
3. Tanda R/ juga sudah tercantum pada resep ini (superscriptio). Tanda R/ yang
singkatan dari recipe ada yang ditulis tidak jelas.
4. Inscriptio
a) Jenis/bahan obat dalam resep ini terdiri dari :
Remedium Cardinale atau obat pokok yang
digunakan adalah antibiotik amoxsan dan candistatin.
Remedium Adjuvans atau obat tambahan yang
digunakan dalam resep ini adalah ikadryl, metilprednisolon, theofilin,
bisolvon.
Corrigens yang digunakan saccharum lactis.
Constituens atau vehikulum yang digunakan adalah
aqua.
b) Resep ini, pada obat pokok maupun obat tambahan telah dicantumkan
satuan berat sediaan obat.
c) Pada resep ini seharusnya obat antibiotik dan simptomatis dipisah.
5. Pada resep ini tanda signatura telah dicantumkan, namun ada tanda signatura
yang ditulis dengan huruf yang tidak jelas. Pada resep ini tidak dicantumkan
waktu pemberian, misalnya : a.c atau p.c.
6. Nama penderita di belakang kata Pro sudah dicantumkan namun umur dan
alamat tidak ada. Seharusnya identitas penderita ditulis lengkap sehingga
mudah menelusuri bila terjadi sesuatu dengan obat pada penderita.
7. Tanda tangan dari dokter yang menuliskan resep ada.
8
III.Obat yang Digunakan
a) Amoxan
Amoxan mengandung amoksisilin. Amoksisilin adalah derivat hidroksi
dengan aktivitas sama dengan ampisilin. Tetapi resorbsinya lebih lengkap (80%)
dan pesat dengan kadar darah dua kali lipat. Persentase pengikatan proteinnya <
20% dan plasma t½-nya 1-2 jam. Difusinya ke jaringan dan cairan tubuh lebih
baik dari ampisilin, antara lain ke dalam air liur pasien bronkitis kronis. Begitu
pula kadar bentuk aktifnya dalam kemih jauh lebih tinggi daripada ampisilin
(70%) hingga lebih layak digunakan pada infeksi saluran kemih. 3,4,5
Amoksisilin merupakan antibiotik spektrum luas, aktif terhadap kuman-
kuman Gram positif dan sejumlah kuman Gram negatif. Amoksisilin tersedia
sebagai kapsul atau tablet berukuran 125, 250, dan 500 mg dan sirup 125mg/5ml.
Dosis sehari dapat diberikan lebih kecil daripada ampisilin karena absorpsinya
lebih baik daripada ampisilin, yaitu 3 kali 250-500 mg sehari. Dosis : oral dewasa
250 – 500 mg tiap 8 jam, bayi <3 kg 25 – 50 mg tiap 8 jam, bayi 6 – 8 kg 50 – 100
mg tiap 8 jam, anak <20 kg 20 – 40 mg/kgBB/hari tiap 8 jam, anak >20 kg sama
dengan dosis dewasa. 4,6
Pada resep ini amoksisilin diberikan sebanyak 150 mg perkali pemberian.
Dosis yang diberikan pada resep ini tidak sesuai, seharusnya diberikan 225 mg
perkali pemberian. Lama pemberian antibiotik pada resep ini sesuai dengan aturan
pemberian antibiotik yaitu 5 sampai 10 hari. 6
9
b) Metiprednisolon
Metilprednisolon merupakan antiinflamasi yaitu kortikosteroid golongan
glukokortikoid kerja singkat sampai sedang. Metilprednisolon berdaya 20% lebih
kuat dari prednisolon. Dosis : oral 2 – 60 mg/hari, pemeliharaan 4 mg sehari. Pada
kasus ini pemberian kortikosteroid berguna sebagai antiinflamasi. 5,6
c) Teofilin
Teofilin merupakan bronkodilator yang memiliki sejumlah khasiat antara
lain berdaya spasmolitis terhadap otot polos, menstimulasi jantung (efek inotrop
positif), menstimulasi SSP dan pernapasan, bekerja diuretis lemah dan singkat.
Dosis 3 – 4 dd 125 – 250 mg, dosis anak 10/kgBB/hari dibagi dalam 2 – 3 dosis.
Pada resep ini teofilin diberikan sebanyak 50 mg, dosis yang diberikan pada kasus
ini tidak sesuai dengan dosis seharusnya yaitu 90 mg. 4,5
d) Bisolvon
Bisolvon mengandung bromheksina HCl 4 mg/5 ml elixir. Bromhexin
berperan sebagai mukolitik sehingga dahak mudah dikeluarkan. Anak dibawa
datang salah satu keluhan berupa batuk tapi tidak diketahui jenis batuk anak
apakah berdahak atau kering. Obat ini berguna untuk merangsang pengeluaran
dahak dari saluran nafas dan mengencerkan sekret dari saluran nafas. Dosis anak 3
dd 1,6 – 8 mg dengan lama pemberian 3 hari karena jika terlalu lama akan
menimbulkan efek samping seperti mual, diare, gangguan pencernaan, perasaan
penuh diperut. 3,5,6
10
e) Ikadryl Syrup
Tiap 5 ml syrup mengandung difenhidramina HCl 5 mg, dekstrometorpan
HBr 7,5 mg, fenilefrina HCl 5 mg, amonium klorida 62,5 mg, Na sitrat 25 mg.
Dosis yang diberikan dalam bentuk sirup dewasa 2 sendok teh setiap 4 – 6 jam,
anak 2 – 4 tahun ½ sendok teh setiap 6 jam, anak 4 – 12 tahun 1 – 2 sendok sirup
setiap 6 jam. Pada resep ikadryl sirup diberikan 3 kali setiap kali makan ½ sendok
teh. 3
g) Candistatin drop
Kandistatin mengandung nistatin 100.000 UI/ml suspensi. Nistatin
menghambat pertumbuhan berbagai jamur dan ragi, tetapi tidak aktif terhadap
bakteri, protozoa, dan virus. Nistatin terutama digunakan untuk infeksi kandida di
kulit, selaput lendir dan saluran cerna. Untuk kandidiasis mulut dan esofagus
orang dewasa diberikan dosis 500.000 – 1.000.000 unit 3 atau 4 kali sehari, pada
anak dan bayi diberi bentuk suspensi masing-masing 400.000 dan 200.000 unit
empat kali sehari. 3,6 Pada resep ini candistatin drop diberikan 3 kali 1 ml, dimana
dosis ini kurang dari yang seharusnya diberikan yaitu 2 – 4 ml 3 kali sehari.
IV. Bentuk Sediaan
Bentuk sediaan yang diberikan dalam bentuk sirup. Sirup adalah bentuk
sediaan cair yang mengandung saccharosa atau gula. Obat dalam resep ini dipilih
sediaan sirup karena disesuaikan dengan penderita adalah anak berumur 19 bulan
(1 tahun 7 bulan). Untuk anak balita sebaiknya obat diberikan oral dalam bentuk
sediaan cairan karena lebih mudah diminum daripada bentuk sediaan padat.
11
V. Cara Frekuensi, waktu dan lama pemberian
Pada resep ini tidak dituliskan waktu pemberiannya, misalnya sebelum
makan (a.c) atau sesudah makan (p.c). Pemberian amoksisilin sebaiknya sebelum
makan karena absorbsi amoksisilin dihambat oleh makanan. Dosis amoksisilin
untuk anak < 20 kg adalah 20-40 mg/kg BB/hari dalam dosis terbagi tiap 8 jam
atau 3 kali sehari. 4 Amoksisilin pada resep ini diberikan untuk 5 hari. Dimana
penggunaan antibiotik biasanya selama 5-10 hari.
VI. Interaksi Obat
Obat yang diberikan pada kasus ini yaitu antibiotik, bronkodilator,
mukolitik dan antimikotik. Pemberian antibiotik amoksisilin bersama-sama
bisolvon akan meningkatkan konsentrasi antibiotik di jaringan paru-paru. 4
VII. Efek Samping Obat
1) Amoxan
Saluran cerna : mual, muntah, dan diare. Hipersensitif : urtikaria, nyeri sendi,
demam, syok neurogenik. Gangguan lambung dan rash lebih jarang terjadi. 4,5
2) Metiprednisolon
Merintangi pertumbuhan pada anak-anak akibat dipercepatnya penutupan
epifysis tulang, imunosupresi. 7
3) Teofilin
Mual muntah, gelisah, susah tidur, tremor, takikardi, aritmia, dan hipotensi. 5,6
4) Bromhexin
Gangguan saluran cerna, perasaan pusing, dan berkeringat. 5,6
5) Kandistatin
12
Mual, muntah, diare ringan. 6
VIII. Analisa Diagnosa
Dari data yang diperoleh dari status pasien, dari anamnesa hanya dapat
diketahui bahwa pasien mengalami batuk pilek, sesak napas, makan minum
kurang, dan sariawan. Diagnosa yang ditegakkan pada kasus ini adalah infeksi
saluran pernapasan akut. Ada lima kelompok penyakit ISPA : 8
1. Infeksi saluran pernapasan atas : Rhinitis, Faringitis, Tonsilitis, Otitis media
2. Laringo-trakeo bronchitis atau croup
3. Bronkhitis
4. Bronkiolitis
5. Pneumonia
Pemberian antibiotik berupa amoksisilin pada kasus ini sudah tepat. Pada
kasus ini digunakan antibiotik amoxicillin karena merupakan antibiotik
berspektrum luas. Pada kasus ini obat antibiotik digabungkan dalam satu sediaan.
Hal ini tidak rasional karena obat antibiotik harus tetap diminum dalam jangka
waktu ditentukan walau gejala penyakit hilang. Sedangkan obat simtomatik hanya
diberikan kalau masih ada gejala penyakit seperti batuk.
Mukolitik yang diberikan pada kasus ini adalah bromheksin. Obat ini
berguna untuk mengurangi kekentalan dahak dan mengeluarkan dahak dari
saluran pernapasan.
Bronkodilator yang digunakan pada kasus ini adalah teofilin yang
memberikan efek samping mual muntah, gelisah, susah tidur, tremor, takikardi,
aritmia, dan hipotensi. Teofilin memiliki luas terapeutis yang sempit dimana dosis
13
efektifnya terletak berdekatan dengan dosis toksisnya terutama sangat peka pada
anak-anak dibawah 2 tahun. Efedrin merupakan pilihan yang lebih baik dari
teofilin, efek samping efedrin lebih ringan dari teofilin. Dosis anak 2-3 mg/kgBB
sehari dalam 4 dosis. 4,5
Kandistatin mengandung nistatin yang dapat menghambat pertumbuhan
berbagai jamur dan ragi. Nistatin terutama digunakan untuk infeksi kandida di
kulit, selaput lendir dan saluran cerna.
Ikadryl sirup yang mengandung difenhidramina HCl 5 mg,
dekstrometorpan HBr 7,5 mg, fenilefrina HCl 5 mg, amonium klorida 62,5 mg,
Na sitrat 25 mg diberikan untuk mengobati batuk dan pilek yang disebabkan
alergi. Pemberian ikadryl pada kasus ini tidak mempunyai indikasi yang tepat,
dimana salah satu kandungannya adalah dekstrometorpan Hbr yang merupakan
antitusif batuk kerja sentral. Pada obat racikan puyer telah diberikan bromhexin
yang juga merupakan antitusif kerja perifer. 5
Jika diagnosa ISPA (infeksi saluran Pernafasan Atas) gejala alergi maka
pemberian obat yang mengandung kortikosteroid dan antihistamin adalah tepat.
Antihistamin yang digunakan pada kasus ini adalah klorfeniramin maleat,
merupakan derivat klor dengan daya kerja 10 kali lebih kuat. Klorfeniramin
maleat digunakan untuk reaksi alergi yang ringan : iritasi hidung, mata dan
tenggorokan. Dosis anak 0,35 mg/kgBB/hari, dibagi dalam 4 dosis. Bentuk
sediaan : tablet 4 mg, sirup 2,5 mg/5 ml. Efek sampingnya sedatif ringan. 4,5,8
14
Kortikosteroid yang digunakan pada kasus ini adalah metilprednisolon
yang merupakan kortikosteroid kerja singkat sedang yang berfungsi sebagai
antiinflamasi. 6
BAB III
15
KESIMPULAN
Berdasarkan 5 tepat pada resep rasional, maka :
1. Tepat obat
Antibiotik yang diberikan berupa amoksisilin, metilprednisolon dan
kandistatin dan bromhexin sudah tepat. Pemberian teofilin dan ikadryl sirup
tidak tepat. Obat simptomatik berupa efedrin, metilprednisolon, bromhexin,
dan antihistamin.
2. Tepat dosis
Pada resep ini dosis yang diberikan belum tepat. Pemberian amoksisilin
seharusnya diberikan 25 mg/kgBB/kali pemberian, pada kasus ini seharusnya
diberikan 225 mg/kali.
3. Tepat bentuk sediaan
Bentuk sediaan yang diberikan sudah tepat sesuai dengan keadaan pasien.
4. Waktu penggunaan obat
Pada resep ini tidak dituliskan kapan obat ini diminum.
Sedangkan kelengkapan lain yang perlu ditulis adalah :
Identitas pasien seperti umur dan alamat.
Usulan Resep
16
16
DAFTAR PUSTAKA
17
PROPINSI PEMERINTAH DAERAH TINGKAT IKALIMANTAN SELATAN
RUMAH SAKIT UMUM “ULIN”BANJARMASIN
Nama Dokter : dr Marlensius A.W Tanda Tangan DokterNIP : 145 037 204 UPF/Bagian : Anak
Banjarmasin, 13 Juli 2006
R/ Amoksisilin 4,725 g Sirupus simplex qs Aqua ad 105 ml m.f.l.a syrup S 3 d.d cth I a.c
R/ Kandistatin drop No I S 3 d.d 4 ml
R/ Efedrin 81 mg Bromhexin 5 mg Metilprednisolon 12 mg CTM 9,45 mg Sirupus simplex qs Aqua ad 45 ml m.f.l.a syrup S p.r.n 3 d.d cth I (batuk)
Pro : An. Anugrah
Umur : 1 tahun 7 bulan
Alamat : Handil Bakti No. 10 Rt. 18
1. Lestari, CS. Seni Menulis Resep Teori dan Praktek. PT Pertja. Jakarta, 2001
2. Joenoes, Nanizar Zaman. Ars Prescribendi – Penulisan Resep yang Rasional 1. Airlangga University Press. Surabaya, 1995.
3. Winotopradjoko, M dkk. Informasi Spesialite Obat Indonesia. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. Akarta, Volume 39, 2004.
4. Hardjasaputra, S.L.P dkk. Data Obat di Indonesia edisi 10. Grafidian Medipress. Jakarta, 2002.
5. Tjay dan Kirana. Obat-Obat Penting. Elex Media Komputindo. Jakarta, 1991.
6. Ganiswarna, S.G (ed). Farmakologi dan Terapi edisi 4. Bagian Farmakologi FKUI. Jakarta, 1995.
7. Katzung, B.G. Farmakologi Dasar dan Klinik Jilid 2 Edisi 8. Salemba Medika. Jakarta. 2002.
8. Hassan R, Alatas H, ed. Gastroenterologi. Dalam: Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid I Cetakan ke-9. Jakarta:,FKUI, 2000. h. 283-85, 294.
18
19