analisa isi pesan pada dakwah dalam novel cinta di...
TRANSCRIPT
i
ABSTRAK
Lintang Marisa (105051001900)
Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Novel Cinta di Ujung Sajadah
Novel adalah salah satu media yang banyak diminati oleh berbagai
kalangan, dan dapat digunakan sebagai media dakwah secara bil Al-Qolam, hal
ini tentu menjadi sebuah alternatif cara berdakwah oleh karena itu penulis
mengangkat novel “Cinta di Ujung Sajadah” karya Asma Nadia sebagai salah satu
novel Islami diantara banyak novel Islami lainnya yang juga mengandung pesan
dakwah.
Karena novel menjadi salah satu media yang dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan dakwah, Asma Nadia memasukan pesan dakwah melalui
tulisannya. Diantaranya novel Cinta di ujung Sajadah. Seperti penelitian analisis
lainnya, pada skripsi ini penulis mengkategorisasikan, pesan apa saja yang
terkandung dalam novel tersebut? Dan pesan dakwah apa yang cenderung
mendominasi isi novel Cinta di ujung Sajadah?
Analisis isi (Content Anaiysis) merupakan tehnik penelitian untuk
memperoleh keterangan dari isi komunikasi dalam bentuk lambang ataupun
tulisan. Analisis isi merupakan tehnik penelitian untuk memperoleh gambaran
pesan komunikasi yang dilakukan secara objektif. Lalu dalam penelitian ini
penulis menggunakan metode analisis isi yakni melalui pendekatan kuantitatif,
dengan membuat kategorisasi pesan meliputi pesan aqidah, akhlak, dan syariah
yang terdapat pada paragraf dan dialog dalam novel “Cinta di ujung Sajadah”.
Pesan-pesan yang diangkat untuk memyampaikan nilai-nilai ketauhidan
pada novel Cinta di ujung Sajadah meliputi nilai aqidah, akhlak, dan syariah. dari
uraian penelitian ini dapat disimpulkan pesan dakwah yang terdapat dalam novel
“Cinta di ujung Sajadah” karya Asma Nadia pengandung pesan aqidah sebanyak
28,6%, pesan akhlak sebanyak 54,3%, pesan syariah sebanyak 17,1% dan pesan
yang paling dominan dalam katogori besar adalah pesan akhlak dengan
prosentasi54,3%.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillhirabbil’alamin, segala puji bagi Allah sang pencipta alam,
yang telah memberikan nikmat yang tiada terkira bagi semua mahluk-Nya.
Shalawat serta salam untuk Nabi Muhammad Saw, yang telah Engkau berikan
kemuliaan serta wahyu kepadanya. Sehingga sampai kepada kami umatnya, yaitu
ajaran tentang Ibadah Kepada Allah yang Maha Esa. Salawat serta salam juga
tercurah kepada keluarganya, sahabatnya-sahabatnya, serta para pengikutnya yang
setia mengajarkan dan menyebarkan ajaran-ajarannya yang Rahmatan lil’alamin.
Merupakan sebuah anugrah terindah serta, kebahagiaan yang tiada terkira
dirasakan oleh penulis, setelah pada akhirnya skripsi ini terselesaikan. Semua
impian dan cita-cita penulis dapat terwujud karena adanya dukungan dari
beberapa pihak, yang dengan senang hati memberikan bantuan, serta bimbingan
dan motifasi kepada penulis.
Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tiada terkita
kepada:
1. Dr. Arif Subhan, M.A, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Pudek I Drs.Wahidin Saputra, M.A, selaku bidang Akademi. Pudek II Drs.
H. Mahmud Djalal, M.A, selaku bidang Administrasi dan Kepegawaian.
Pudek III Drs. Studi Rizal, LK, M.A, selaku bidang Kemahasiswaan
3. Drs. Jumroni, M.Si, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam.
i
4. Umi Musyarrofah, M.A, selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam sekaligus sebagai pembimbing skripsi, yang telah
meluangkan waktu dan pikiran serta memberikan saran, kritik dan
motivasi dalam membimbing untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Para dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan
banyak ilmu serta pengetahuan yang tiada terkira kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan pendidikan jenjang S-I di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Mba’ Asma Nadia sebagai pengarang Novel yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk memberikan banyak informasi kepada
penulis, Mas Andi yang telah memfasilisasi pertemuan dengan Pengarang.
7. Kedua orang tua saya tercinta, H. Mulyono. SH., serta Hj. Rr. Supantini.
S.pd., atas segenap doa, cinta dan kasih sayang, serta motivasi baik moril
maupun materiil yang di berikan ke
8. pada saya. Tanpa mereka saya bukanlah siapa-siapa.
9. Mas Wiko, Mba’ Wulan dan Surya, sebagai kakak dan adik tercinta, serta
keluarga besar saya yang selalu memberikan perhatian, dukungan dan
do’a.
10. Kak Rosdiana, Ani, dan Mas Luqman sebagai juri/koder, yang telah
meluangkan waktu untuk membaca, mengerti dan meresapi novel ”Cinta
di Ujung Sajadah” sehingga dapat bertindak sebagai juri.
11. Aa’ Ubay Ashari (Fak. Adab) yang pernah dan telah banyak memberikan
motifasi, semoga Allah berkenan menjaga silaturahmi yang telah terjalin
i
sejak sekolah, kuliah dan hingga saat ini, Amin. Mas Ferly dan Keluarga
yang banyak memberikan support, Bang Ferdy, serta semua Anak BPAP
2009, Bang Yudi Nur, yang selalu memberikan semangat. Sahabat-
Sahabatku, Aa’Bai, Ii khoirul, Aziz, (Fak. Ekonomi), Tofik, Bang Ayik,
Bang Hamdi, Kak Rika, Ani.
12. Rekan-rekan KPI 2005, khususnya KPI B, ”yang telah menjalani
kebersamaan selama empat tahun, menimba ilmu di kampus tercinta ini.
Semoga kita dapat mengembangkan diri serta mengaplikasikan ilmu yang
telah kita pelajari, semangat terus dalam mengapai cita-cita!!”, Kru
Majalah Risalah NU, ”yang telah memberikan kesempatan saya untuk
menjadi Jurnalis. Teman-teman magang serta karyawan Bank Muamalat,
Tbk. yang telah memberikan kesempatan untuk belajar hal-hal baru.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT jualah, penulis kembalikan semoga
semua yang di berikan kepada penulis menjadi amal ibadah yang tak terhapuskan
untuk selamanya.
Tiada hal yang lebih berarti selain harapan dan doa, semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi para pembaca pada umumnya.
Amin. Wassalam.
Jakarta, 01 Februari 2010
Penulis
i
DAFTAR ISI
ABSTRAK................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.............................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................ v
DAFTAR TABEL .................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................ 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...................................... 6
D. Metodologi Penelitian ................................................... 6
E. Tinjauan Pustaka........................................................... 10
F. Sistematika Penulisan ................................................... 10
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Analisis Isi .................................................. 12
B. Konsep Dakwah........................................................... 13
1. Pengertian Dakwah ................................................. 13
2. Meteri Dakwah.......................................................... 16
3. Tujuan Dakwah....................................................... 18
C. Ruang Lingkup Novel ................................................... 22
1. Pengertian Novel..................................................... 22
2. Pengertian Novel Islam ........................................... 23
3. Unsur Intrinsik Novel.............................................. 24
D. Novel Sebagai Media Dakwah ...................................... 27
i
BAB III SEKILAS TENTANG NOVEL CINTA DI UJUNG
SAJADAH
A. Latar Belakang Terwujudnya Novel Cinta Di Ujung Sajadah
Karya Asma Nadia........................................................ 29
B. Sinopsis Novel Cinta di Ujung Sajadah dan Karya-
Karya Asma Nadia........................................................ 29
1. Sinopsis Novel Cinta di Ujung Sajadah ................... 29
2. Sinopsis Novel Emak Ingin Naik Haji ..................... 32
3. Sinopsis Novel Jilbab Traveler ................................ 34
4. Asma Nadia dan Karya - Karyanya ......................... 36
BAB IV ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM NOVEL
CINTA DI UJUNG SAJADAH KARYA ASMA NADIA
A. Isi pesan Dakwah dalam novel Cinta di Ujung Sajadah . 42
B. Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Novel Cinta di
Ujung Sajadah..................................................................... 55
C. Kategorisasi Pesan Yang Paling Dominan Dalam Novel
Cinta di Ujung Sajadah ................................................. 69
BAB V PENUNTUP
A. Kesimpulan................................................................... 71
B. Saran............................................................................. 72
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 73
LAMPIRAN
i
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kategori Pesan Dakwah............................................................ 8
Tabel 2 Koefisien Reliabilitas Kesepakatan........................................... 43
Tabel 3 Rincian Hasil Kategori Pesan Aqidah ....................................... 45
Tabel 4 Rincian Kategorisasi Pesan Aqidah .......................................... 45
Tabel 5 Rincian Hasil Kategori Pesan Akhlak ....................................... 47
Tabel 6 Rincian Kategorisasi Pesan Akhlak .......................................... 48
Tabel 7 Rincian Hasil Kategori Pesan Syariah....................................... 53
Tabel 8 Rincian Kategorisasi Pesan Syariah .......................................... 53
Tabel 9 Pesan Dakwah Yang Paling Dominan....................................... 70
i
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Surat Permohonan Bimbingan Skripsi
Lampiran II : Surat Penelitian / Wawancara
Lampiran III : Surat Keterangan Telah Melakukan Wawancar Dengan
Narasumber
Lampiran IV : Isi Hasil Wawancara
Lampiran V : Kumpulan Isi Kalimat Dan Paragraf Dalam Dialog
Pada Novel Cinta di Ujung Sajadah
Lampiran VI : Kumpulan Kooding Sheet Isi Pesan Dakwah dalam
Novel Cinta di ujung Sajadah
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini dengan perkembangan media komunikasi dan informasi,
memudahkan kita dalam memperoleh informasi. Media komunikasi yang
telah ada seperti surat kabar, buku, majalah dan novel masih menjadi pilihan
khalayak dalam memenuhi informasi yang dibutuhkan, ditengah kemajuan
media komunikasi dan informasi elektronik seperti e-book, internet, televisi
dan radio. Namun novel atau buku sebagai sumber informasi yang diterbitkan
masih tetap eksis di kalangan pembaca.
Pada mulanya Islam disebarkan dengan cara bil Al-lisan yaitu
penyampaian melalui mulut kemulut atau dikenal dengan ceramah. Cara
berdakwah seperti ini di anggap sangat efektif, walaupun hambatannya sangat
besar. Hal ini dilakukan karena pada saat itu media dakwah dengan tulisan
belum banyak berkembang.
Namun dengan perkembangan zaman yang semakin baik, telah
menimbulkan perubahan yang sangat signifikan dalam penyebaran agama
Islam. Saat ini kegiatan dakwah juga dapat dilakukan melalui tulisan. Novel
adalah salah satu bentuk karya sastra yang memiliki kemampuan untuk
menyampaikan pesan komunikasi kepada khalayak sebagai bentuk alternatif
dari media komunikasi. Jika di tinjau dari segi prosesnya Aktifitas dakwah
merupakan proses komunikasi. Dalam bukunya “Komunikasi Dakwah” Toto
Tasmara menjelaskan bahwa dakwah adalah proses komunikasi yang khas1
dari hal itu jelas salah satu hasil dari perkembangan zaman yang banyak
digunakan saat ini
1 Toto Tasmara, komunikasi dakwah. (Bandung: Alumni, 1991) Cet Ke-2, h. 16
i
Sudah jelas motifasi Al-Qur’ an yang memerintahkan umatnya untuk
belajar membaca Al-Quran. Hal ini secara eksplisit disebutkan dalam lima
ayat permulaan surat Al-Alaq [96] yang memiliki arti sebagai berikut:2
�������� ���� � �� ���� ������� ������ ��� ������
�� !"#$%�� &��' (����) �*� �������� ��+����, )-���./���
�0� ������� �1��2 ��34�5�� � �� �1��2 �� !"#$%�� ��' �35
839:�; � �
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang
paling pemurah yang mengejar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Bagi Thanthawi Jawhari, 3sebagaimana dikutip oleh Suf Kasman
dalam bukunya Jurnalisme Universal: menelusuri Prinsip-Prinsip Dakwah Bi
Al-Qalam dalam Al-Qur’an, menyebutkan bahwa ayat tersebut mendobrak
kejumudan masyarakat Arab kala itu yang hanya mementingkan tradisi
pengindraan, hafalan dan tutur kata, dengan menyodorkan hal-hal yang tidak
kalah penting, yaitu: tulisan.4
Dakwah sendiri menurut Syaikh Ali Makhfudz dalam Hidayat Al-
Mursyidin sebagaimana di kutip oleh Nurul Badrutamam, adalah
�� �� ا��� س ��� ا���� وا��� �� وا � �� �� ���� و ف وا���� ا��� �
��*( ز �� �'$� دة ا�$� "! وا# "!
2 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya:
Penerbit CV. Jaya Sakti, 1989), h. 1079 3 Thanthawi Jawhari adalah seorang cendikiawan mesir kelahiran tahun 1870 beliau
adalah salah seorang tokoh pembaharu yang memotivasi kaum muslimin untuk menguasai ilmu
secara luas. Beliau juga seorang ahli filsafat dan seorang tokoh “musafir ilmu” yang luas
ilmunya. Gagasan dan pemikiran membuat Thanthawi di perhitungkan dalam jajaran pemikir
islam terlihat dalam 3 hal: (1) obsesinya untuk memajukan daya pikir islam, (2) pentingnya ilmu
bahasa dalam menguasai idiom-idiom modern, (3) pengkajian terhadap Al-Qur’an sebagai satu-
satunya kitab suci yang memotifasi pengembang ilmu. Ensiklopedi Islam, Dewan Redaksi
Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Penerbit Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997), cet. Ke-4, jilid 2, h.107 4 Suf Kasman, Jurnalisme Universal: Mendasari Prinsip-Prinsip Dakwah Bi Al-Qolam,
(Jakarta: penerbit TERAJU,2005), cet. Ke-1, h.87
i
(usaha mendorong manusia kearah kebajikan dan petunjuk Tuhan dan
mengajak berbuat yang makruf dan menjauhi yang munkar agar meraih
kebahagiaan dunia akhirat.)5
Sedangkan dalam al-Qalam menurut Abdurrahman Bin Nasir AL-
Sa’di, seperti yang di kutip oleh Suf Kasman adalah mencangkup segala
keseluruhan apa yang dipergunakan untuk menulis sebagai ilmu pengetahuan.
AL-Mansyur dan Al-Manuzum (menyiarkan dan sistematis). Dengan demikian
dakwah bil qalam sebagaimana yang diungkapkan oleh Jalaludin Rakhmat
dalam Islam Aktual, sebagaimana yang dikutip oleh Suf Kasman adalah
dakwah melalui media cetak.6 Seiring dengan kemajuan teknologi informasi
yang memungkinkan seseorang berkomunikasi secara intens dan
menyebabkan pesan dakwah bisa menyebar seluas-luasnya.
Salah satu media cetak yang di dalamnya terdapat pesan dakwah yaitu
Dalam novel ”Cinta Di Ujung Sajadah karya Asma nadia” di dalam novel ini
pengarang ingin melukiskan kisah seorang gadis kecil yang di tinggalkan
karena masa lalu ibunya yang kelam. gadis kecil itu tinggal bersama ibu dan
kedua saudara tirinya. Kedua saudaranya selalu membuat gadis kecil bernama
Cinta kehilangan kasih sayang keluarga yang utuh, namun dengan ke
ikhlasannya menjalani hidup ia selalu merasa bahwa setiap perjalanan
memiliki makna. Dari sudut pandang yang berbeda penulis ingin memasukan
pesan-pesan dakwah di setiap cerita dalam novel ” Cinta Di Ujung Sajadah”.
Tidak seperti kisah yang banyak di alami anak-anak lazimnya merasa
lengkap dengan ke dua orang tua tetapi tidak dengan seorang ”Cinta” anak
tunggal yang hidup dengan keterasingan dalam keluarga karena harus berbagi
kasih sayang seorang ayah kepada saudara tirinya yang selalu merasa
tersaingi. Tokoh utama dalam novel ini mengambarkan sosok seorang anak
perempuan yang kuat meski tidak pernah mengenal sosok ibunya yang telah
5 Nurul Badrutamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, (Jakarta: Grafindo, 2005), cet.
Ke-1, h.36 6 Suf Kasman , Ibid, h. 118
i
tiada. Di dalam novel di ceritakan melalui ungkapan Mbo Nah, seorang
pengasuh Cinta, kronologi kepergian Ibu yang di sayangi oleh cinta.
Konflik yang di bangun dalam setiap ceritanya sangat beragam,
perjalanan tiap tokoh juga sangat menarik. Dalam novel ini juga di ceritakan
tahapan-tahapan perjalanan atau kronologis awal perkenalan yang di alami
tokoh utama, hingga akhirnya berjumpa dengan ibu kandungnya setelah
pencarian panjang dalam kerinduannya.
Dalam novel ini tokoh utama di gambarkan oleh sosok perempuan
yang bernama Cinta, lembut dan pintar dalam kesehariannya ia begitu ramah.
Hal ini mengangkat nilai-nilai moral dalam kehidupan sosial. Pemecahan
konflik dalam cerita ini mengangkat jiwa berserah kepada Allah SWT.
Sebagai pencipta yang mengetahui apa-apa yang tidak di ketahui manusia.
Novel ini menjelaskan bentuk ketakwaan yang dimiliki setiap manusia dengan
cara yang berbeda-beda, unik dan istimewa.
Itulah hubungan novel dengan dakwah sebagai media komunikasi
dimana di dalamnya terdapat proses komunikasi yang mengandung pesan-
pesan dan moral. Biasanya pesan moral itu mencerminkan pandangan hidup
pengarang yang bersangkutan tentang nilai-nilai kebenaran.7
Menurut Ir. Hadianto, M.Si dalam buku Membudayakan Kebiasaan
Menulis, ia mengatakan bahwa kebiasaan menulis (dalam hal ini adalah
termasuk novel) bisa diartikan secara sederhana. Namun dapat pula
ditafsirkan lebih luas. Jadi tidak sekedar menuangkan informasi atau pesan
dari bahasa lisan kebahasa tulisan. Karena dilihat dari pandangan komunikasi,
pertanyaan “mengapa kita menulis” dapat ditelusuri dari segi motifasi menulis
dan tujuan-tujuan yang paling hakiki dari komunikasi. Tetapi, masih menurut
beliau, apapun juga motivasinya tulis-menulis selalu berhubungan dengan
usaha atau kegiatan yang di lakukan oleh seorang penulis mengungkapkan
7 Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajahmada University
Press, 1995), cet. Ke-1, h. 322
i
fakta-fakta, perasaaan, dan isi pikirannya secara jelas dan efektif kepada
pembaca.8
Sejalan dengan mengikuti alur logika tersebut, dapat dikatakan bahwa
karya sastra Asma Nadia yang berjudul Cinta di Ujung Sajadah yang menjadi
pokok penelitian yang memuat pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam
ajaran Islam. Karena Asma Nadia adalah seorang muslimah dan aktifis
dakwah, dan oleh karenanya tidak mustahil bila ia mendasari pandangan
tentang nilai-nilai ketauhidan sebagaimana yang diajarkan Islam. Hasyim
mengatakan dan telah dikutup oleh Prof. Dr. Nabilah Lubis: “ Apabila karya
sastra itu mengajak kejalan yang benar, dan menegakkan amal saleh melalui
tokoh-tokohnya maka ia berarti mereka menganut ajaran bahwa segala sesuatu
dari Allah, untuk Allah dan karena Allah. Sedangkan bila sastra itu
mempunyai tujuan lain dan melepaskan diri dari ajaran agama, maka karya-
karya sastranya mengandung ajaran seni untuk seni atau seni untuk sastra.”9
Nabilah Lubis pun mengatakan bahwa seorang ”sastrawan” termasuk
khalifah Allah dibidang bahasa dan sastra dan sastra mempunyai tanggung
jawab dan kewajiban seperti khalifah Allah pada bidang-bidang yang lain, dan
harus bergerak dalam melaksanakan amanat Allah mengajak umat untuk
menuju ke jalan yang benar dan menjauhi larangan-Nya, yaitu “amar ma’ruf
nahi munkar”.10
Berdasar hal inilah, yang menjadi landasan mengapa peneliti tertarik
mengangkat judul Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Novel Cinta di Ujung
Sajadah karya Asma Nadia.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada dialog-dialog yang terdapat dalam paragraf
pada Novel Cinta di Ujung Sajadah Karya Asma Nadia yang mengandung
8 Hadiyanto, Membudayakan Kebiasaan Menulis, (Jakarta: PT. Fikahati Areksa, 2001),
cet. Ke-1, h. 9-10 9 Nabilah Lubis, Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi, (Jakarta,: Penerbit
Yayasan Media Alo Indonesia, 2001), cet. Ke-2, h. 12 10 Ibid., h. 12
i
unsur-unsur pesan dakwah yaitu aqidah, akhlak dan syariah. Mengacu pada
hal diatas, dirumuskan ke dalam perumusan masalah penelitian. Adapun
rumusan masalah tersebut sebagai berikut:
1. Pesan apa saja yang terkandung dalam novel Cinta di Ujung Sajadah
Karya Asma Nadia?
2. Pesan dakwah apa yang cenderung mendominasi isi novel Cinta di Ujung
Sajadah Karya Asma Nadia?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam novel Cinta
di Ujung Sajadah Karya Asma Nadia.
b. Mengetahui pesan dakwah yang paling dominan yang terdapat dalam
novel Cinta di Ujung Sajadah Karya Asma Nadia.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Praktis yaitu memperkaya khazanah intelektual, wawasan dan
gambaran secara utuh tentang dunia pernovelan islam.
b. Manfaat Akademis yaitu memberikan kontribusi tentang
pengembangan media dakwah dengan memasukan pesan dakwah ke
dalam karya tulis berupa novel.
D. Metodologi Penelitian
Analisis ini mengunakan analisis isi yang biasa di pakai untuk
memberikan gambaran secara jelas tentang kecenderungan pesan-pesan
dakwah.
R. Holisty mendefinisikan analisis isi sebagai metode analisis isi pesan
alam suatu yang sistematis menjadi petunjuk untuk mengamati dan
menganalisis pesan-pesan tatanan yang di sampaikan. Menemukan teori-teori
tentang tulisan sastra dan dakwah di dalam novel Cinta di Ujung Sajadah.
i
Jadi bukan hanya sekedar sebuah tulisan semata melainkan sebagai media
yang di dalamnya terdapat pesan-pesan dakwah.11
Metode analisis isi juga di artikan sebagai objek data analisis secara
manifest, artinya di analisis menutut apa yang di katakannya (tersurat) bukan
menutut arti yang terkandung di atas baris demi baris (tersirat).12
Menurut Klaus Krippendorf, metode analisis isi adalah suatu teknik
penelitian yang di manfatkan untuk menarik kesimpulan yang reflicable (yang
dapat ditiru) dan shahih dari data atas dasar konteksnya.13
Metode yang digunakan analisis isi yakni membaca novel “ Novel
Cinta di Ujung Sajadah” karya Asma Nadia yang di terbitkan oleh PT.
Lingkar Pena Kreativa, Agustus 2008, dan unit pengamatannya adalah tiap
paragraph dan dialog yang mengandung pesan dakwah dalam novel tersebut.
1. Alat Pengumpulan Data
a. (coding sheet), yaitu tabel yang berisi kategori-kategori pesan
dakwah yang menjadi objek penelitian. Coding sheet di buat
berdasarkan kategori yang di tetapkan.
b. Wawancara merupakan alat pengumpulan informasi yang langsung
tentang beberapa jenis data. Teknik yang di gunakan adalah interview
terpimpin, yaitu penulis mengajukan beberapa pertanyaan kepada
pengarang novel ” Novel Cinta di Ujung Sajadah.”, yang di jawab
langsung bebas dan terbuka. Dalam hal ini penulis melakukan
wawancara dengan Asma Nadia (pengarang) pada, hari Jumat, 8
Januari 2010 dikediamannya, Jl. Kemang Swatama, Studio Alam
Depok. Penulis juga berkomunikasi lewat media handphone di nomor
0818674667 dan media email dengan Alamat email
asma.nadia@gmail.
11 R. Holisty, Et al, Konteks Analisis dalam Handbook Psykology, edit by: Gardner
Lindsey 12 Bambang Prasetyo, Lina Miftahul Jannah. Metode Penelitian Kuantitatif. Teori dan
Aplikasi (jakarta: PT. Raja Grafindo, 2006), h.7 13 Klaus Krippendrof, analisis isi: Pengantar Teori dan Metodologi (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 1993) h.56
i
c. Studi dokumentasi, dengan mengumpulkan data-data berupa buku-
buku yang menunjang penulisan skripsi ini, seperti buku penelitian,
buku dakwah, buku komunikasi, dan novel.
Setelah mengumpulkan data-data dari hasil dokumentasi dan
wawancara. Kemudian mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan
jalan membuat ringkas, kemudian hasilnya di uraikan dengan dijelaskan
dalam deksripsi hasil penelitian. Karena teknik analisis data yang dipakai
oleh penulis adalah analisis deskriptif. Maka data-data yang terkumpul
dari hasil dokumentasi dan wawancara dijabarkan dengan memberikan
analisis kemudian diambil kesimpulan akhir.
2. Teknik Pengumpulan data
a. Kategorisasi
Penyusunan kategori pesan yang di teliti meliputi tiga kategori
besar yaitu aqidah, akhlak, syariah. Data tersebut di buat dalam bentuk
cooding sheet. Dan untuk memperoleh rehabilitas dan validitas
kategori-kategori isi tulisan, dimintakan pengujian kategori kepada
tiga orang juri/koder.
Tabel 1
Kategorisasi Pesan
No KATEGORI
1 Aqidah
2 Akhlak
3 Syariah
Setelah itu untuk menghitung frekuensi masing-masing ketegori
mengunakan rumus sebagai berikut:
%100×=
N
FP
Keterangan : P = Prosentase
F = Frekuensi
N = Jumlah Populasi
i
b. Analisis Data
Data akan dianalisa mengunakan metode kuantitatif dengan
mengunakan analisa deskriptif. Kegiatan deskriptif dilakukan dengan
menjelaskan dan menggambarkan tokoh dan menganalisis isi novel
Novel Cinta di Ujung Sajadah karya Asma Nadia. Adapun penelitian
ini bertujuan untuk mengadakan pengamatan yang cermat mengenai isi
novel Cinta di Ujung Sajadah karya Asma Nadia. Dan untuk
memperoleh reliabilitas dan validitas kategori-kategori isi tulisan
dimintakan pengujian kategori kepada tiga juri atau koder. Hasil
kesepakatan tim juri tersebut, dijadikan koefisien reliabilitas dengan
rumus dari Holisty14
, yaitu :
Koefisien Reliabilitas = 21
2
NN
M
+
Keterangan :
2M : Nomor keputusan yang sama antar juri
N1+N2 : Jumlah item yang dibuat oleh tim juri
M : Kesepakatan dengan juri
N : Jumlah yang di teliti
Setelah itu diperoleh rata-rata nilai keputusan antara juri
(komposit reliabilitas) dengan menggunkan rumus:
Komposit Reliabilitas = )()1(1
)(
juriantarXN
juriantarXN
−=
Keterangan :
N : Jumlah juri
X : Rata-rata
14 Jumroni & Suhaimi, Metode-Metodegi Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta
Prees, 2006), cet ke-1
i
E. Tinjauan Pustaka
Terdapat banyak skripsi yang membahas tentang analisis isi, terbukti
dengan banyaknya skripsi yang ditemukan penulis di Perpustakaan Fakultas
Dakwah dan Komunikasi serta di Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, penulis menjadikan skripsi berikut sebagai referensi
yaitu: Analisis isi pesan Dakwah dalam novel ”Terbakar Kumandang Azan”
karya Yusni A. Ghazali yang di tulis oleh Izzah, 2009. Diketahui bahwa pesan
doniman dalam novel ”Terbakar Kumandang Azan” yaitu pesan Syariah
dengan hasil prosentase 37,2%, pesan Akhlak dengan prosentase 36,2%, dan
pesan Aqidah mendapatkan prosentase terendah yaitu 26,6%.
Kemudian skripsi yang berjudul Analisis isi pesan dakwah dalam
novel ”Gadis Pantai” karya Pramoedya Ananta Toer, ditulis oleh Toni
Sultoni, 2007.
Secara garis besar ia membahas pesan moral yang terdapat dalam
novel ”Gadis Pantai”. Dengan mengunakan pendekatan kuantitatif. Pesan
dakwah yang paling dominan yaitu dengan prosentase 38,1%, akhlak 28,6%
dan syariah 11,2%.
Dari sekian banyak skripsi yang membahas analisis isi, belum terdapat
skripsi yang membahas analisis isi pesan dakwah dalam ”Novel Cinta di
Ujung Sajadah.” Oleh karena itu penulis mengajukan judul tersebut.
F. Sistematika Penulisan
Agar penulisan skripsi ini lebih sistematis sehingga antara bab satu
dengan bab lainnya saling berhubungan, maka penulisan skripsi ini disusun
kedalam lima bagian:
BAB I : Pendahuluan berisi latar belakang masalah pembatasan dan
perumusan masalah, Tujuan dan manfaat penelitian, Metodologi
penelitian, Tinjauan pustaka, Sistematika penulisan.
i
BAB II : Landasan teoritis berisikan, Pengertian analisis isi, Konseptual
dakwah, Pengertian dakwah, Materi dakwah, Tujuan dakwah,
Ruang lingkup novel, Pengertian novel dan pengertian novel
Islam, Unsur intrinsik novel, Novel sebagai media dakwah.
BAB III : Sekilas tentang nonel Cinta Di Ujung Sajadah karya Asma
Nadia, sinopsis Novel Cinta Di Ujung Sajadah, sinopsis Emak
Ingin Naik Haji, sinopsis novel Jilbab Traveler karya Asma
Nadia. Asma Nadia dan karya-karya Asma Nadia.
BAB IV : Analisis isi pesan dakwah dalam Novel Cinta di Ujung Sajadah
Karya Asma Nadia, Isi pesan dakwah dalam novel cinta di ujung
sajadah, Analisis isi pesan dakwah dalam novel cinta di ujung
sajadah, Kategorisasi pesan yang paling dominan dalam novel
cinta di ujung sajadah.
BAB V : Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran-saran.
i
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Analisis Isi
Jalaludin Rahmat menjelaskan dalam bukunya, definisi analisis isi
(content) merupakan teknik penelitian untuk memperoleh keterangan dari isi
komunikasi yang dalam bentuk lambang. Analisis isi dapat digunakan untuk
menganalisis semua bentuk komunikasi, seperti: surat kabar, buku, puisi, lagu,
cerita rakyat, lukisan, novel, dll.15
Agus Putranto menjelaskan penelitian dengan menggunakan analisis isi
yaitu pendekatan penelitian yang menggunakan penyajian data yang
terstruktur serta memberikan gambaran secara terperinci tentang objek
penelitian yaitu beberapa pesan komunikasi.16
Menurut Wazer dan Wiener analisis isi adalah suatu prosedur
sistematika yang disusun untuk menguji isi informasi yang terekam.17
Berger menyatakan bahwa, analisis isi adalah teknik penelitian yang
melibatkan pengukuran suatu pesan. Seperti menghitung kekerasan,
menentukan presentase orang kulit hitam, atau apapun secara acak dari
beberapa bentuk komunikasi seperti: komik, komedi situasi, opera sabun,
berita, dsb.18
Atberton dan Klemmack (1982) mendefinisikan analisis isi (content
analysis) sebagai studi tentang arti komuniksi verbal. Bahan yang di pelajari
dapat berupa bahan yang diucapkan atau bahan tertulis. Biasanya, peneliti
tertarik akan ide atau sikap dan tidak dengan pengetahuan, kinerja dan tingkah
laku atau keadaan mental.19
15 Jalaluddin Rahmat, Metode Penelitian, Komunikasi, (Jakarta: PT. Remaja
Rosdakarya, 1993), hal. 19 16 M. Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikaisi: Teori dan Aplikasi,
(Yogyakarta: Gintanyali, 2004), cet ke-1, hal.146 17 Jumroni & Suhaimi, Metode-Metode Penelitian Komuniksi, (Jakarta: UIN
Jakarta Prees, 2006), cet ke-1, hal.68-69 18 Ibidh, hal.69 19 Irawa Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),
cet. Ke-6, h.72
i
Pelopor analisis isi adalah Harold D Laswell, yang mempelopori teknik
symbol cooding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis untuk
kemudian di beri interpretasi.20
B. Konsep Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Adapun beberapa definisi mengenai pengertian dakwah, didalam
kamus bahasa Arab definisi dakwah yaitu:
a. Dakwah Secara Etimologi
Kata dakwah dari Bahasa Arab yaitu ‘da’awatan’ sebuah isim
masdar dari kata da’a yad’u, yang berarti memanggil, mengajak atau
menyeru.21
Pengertian dakwah menurut etimologis adalah, panggilan, seruan,
ajakan. Pengertian dakwah menurut istilah dalam arti terbatas yaitu,
penyampaian Islam kepada manusia, baik secara lisan, tulisan,maupun
secara lukisan (panggilan, seruan ajakan kepada manusia kepada Islam)22
Dakwah dalam arti amar ma’ruf nahi munkar adalah syarat mutlak
bagi kesempurnaan dan keselamatan hidup masyarakat. Ini merupakan
kewajiban fitrah manusia sebagai makhluk sosial (makhluq ijtima’i) dan
kewajiban yang ditegaskan oleh Risallah Kitabullah dan Sunah Rasul23
.
Secara harfiyah, dakwah seperti yang disebutkan Al-Quran yaitu:
Ajakan: sesuai dengan surat An-Nahl ayat 125:
أدعإ��'�0!��070�� �3(ا��(�36ا��سن3(��2ا��01ا�/�ه-أ�'ن.
“Ajaklah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah (kebijaksanaan)...”
Islam adalah agama dakwah, karena disebarkan dan diperkenalkan
20 Bambang Setiwan, Materi Pokok Metode Penelitian Komunikasi,h.7-9 21 Muhammad Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia 22 Saifuddin Anshari, Wawasan Islam: Paradigma dan Sistem Islam ,( Jakarta: Gema
Insani, 2004 ), h.152 23 M. Natsir. Fiqhud Dakwah ( Solo: CV. Ramdani, 1965 ), h. 109
i
melalui aktivitas dakwah dan mendorong pemeluknya untuk senantiasa
aktif dalam berdakwah. Alquran merupakan sumber utama dalam
melakukan dakwah, yang mengandung pesan untuk melaksanakan nilai-
nilai kebenaran.24
Dakwah Islam tidak sekedar diartikan sebagai ajaran Islam, tetapi
lebih diartikan sebagai “mengundang” objek dakwah untuk menerima
informasi keIslaman. Dengan demikian, para dai sebagai pengundang
harus menempatkan objek dakwah sebagai tamu yang mesti dihormati.25
Dalam buku Membumikan Al-Quran, Quraisy Syihab berpendapat
bahwa pesan dakwah adalah Al Islam yang bersumber pada Al-Quran dan
Hadist sebagai sumber utama yang meliputi akidah, ibadah, dan akhlak.
Dasar dari pembagian tersebut merujuk pada tujuan pokok diturunkannya
Al-Quran yaitu sebagai petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus
dianut oleh manusia serta petunjuk mengenai akhlak dengan jalan
menerangkan norma-norma agama dan susila.26
b. Dakwah Secara Terminologi
Dalam Ensiklopedi Islam, dakwah berarti setiap kegiatan yang
bersifat menyeru, mengajak, memanggil orang untuk beriman dan taat
pada Allah SWT. Sesuai dengan garis Aqidah, Syariah, dan Akhlak
Islamiyah.27
Menurut Prof. H Muzayyin Arifin, ia mendefinisikan dakwah
sebagai suatu kegiatan berupa ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan,
tingkah laku, dan sebagainya. Yang dilakukan secara sadar dan
terencana dalam usaha mempengaruhi orang lain. Baik secara
individual ataupun secara kelompok, agar timbul di dalam diri
seseorang suatu pengertian, kesadaran, sikap, penghayatan serta
24 Enung Asamaya, Aa Gym Sejuk Dalam Masyarakat Majemuk, ( Jakarta: PT Mizan
Publika, 2004 ), h.33 25 Thohir Luth. M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya ( Jakarta: Gema Insani, 1999 ),
h.80
26 Quraisy Syihab, Membumikan Al-Quran, ( Bandung: Mizan,1997 ), h.40
27 Faizah, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Pradana Media, 2006), Cet. I, hal.Vii
i
pengalaman terhadap agama sebgai Message (pesan) yang
disampaikan kepadanya tanpa ada unsur-unsur paksaan.28
Menurut Prof. Thoha Yahya Umar M.A Dakwah dapat diartikan
dalam dua perspekfif, yaitu:
a. Pengertian dakwah secara Umum
Adalah suatu ilmu pengetahuan yang berisikan cara-cara,
tuntunan
b. Pengertian dakwah menurut ajaran agama
Ialah mengajak manusia dengan cara yang bijaksana pada
jalan yang benar, sesuai dengan perintah tuhan untuk kemaslahatan
dan kebahagiaan mereka. Baik di dunia maupun di akherat.29
Ahmad Mubarok mendefinisikan kegiatan dakwah ialah,
mengajak atau mendorong manusia kepada tujuan definitif.
Sedangkan perumusannya dapat diambil dari al-quran dan hadist.
Dakwah ditunjukan kepada manusia, sementara manusia bukan
hanya mahluk yang memiliki telingan dan mata. Tatapi juga
mahluk yang berjiwa dan juga dapat berfikir. Yang dapat
menerima dan menolak sesuai dengan persepsinya terhadap
dakwah yang ia terima.30
Dakwah Islam tidak hanya diartikan sebagai ajaran Islam,
tetapi lebih diartikan sebagai “mengundang” objek dakwah untuk
menerima informasi keIslaman. Dengan demikian, para dai sebagai
pengundang harus menempatkan objek dakwah sebagai tamu yang
mesti dihormati.31
Dakwah menurut Syaikh Ali Mahfudz yaitu mengajak
manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk,
menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari
28 Arifin H. M, Psikologi Dsakwah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), cet ket-4, hal.6 29 H. Hasanudin, Retorika Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1986), cet ke-2, hal. 8 30 Ahmad Mubarok, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Pranada Media, 2006), cet ke-1, hal. vii 31 Thohir Luth. M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya (Jakarta: Gema Insani, 1999), h.80
i
perbuatan jelek, agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan
di akherat.32
Dakwah dalam arti amar ma’ruf nahi munkar adalah syarat
mutlak bagi kesempurnaan dan keselamatan hidup masyarakat. Ini
merupakan kewajiban fitrah manusia sebagai mahluk sosial
(makhluq ijtima’i) dan kewajiban yang ditegaskan oleh Risallah
Kitabullah dan sunah Rasul.33
Dari penjabaran di atas, terdapat banyak perbedaan dalam
perumusan mengenai definisi dakwah. Tetapi jika dilihat dari sudut
pandang yang sama dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah suatu
usaha untuk mengajak individu atau golongan, agar mengikuti
ajaran Islam dan dapat di aplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari. Dakwah yang di ajarkan oleh Rasullulah mengajarkan kita
untuk menjadikan dakwah itu mudah, jika tidak bisa melalui
ucapan, lakukanlah dengan tulisan jika tidak dapat, contohkan lah
melalui perbuatan dengan tujuan mendapatkan kehidupn yang
bahagia, baik di dunia maupun di akherat.
2. Materi dakwah
Maddah (materi dakwah) adalah masalah isi pesan atau materi
yang disampaikan da’i pada mad’u dalam hal ini sudah jelas bahwa yang
menjadi maddah dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri. Oleh karena itu,
membahas yang menjadi dakwah adalah membahas ajaran Islam itu
sendiri, sebab semua ajaran Islam yang sangat luas itu bisa dijadikan
maddah dakwah Islam. Akan tetapi, ajaran Islam yang dijadikan maddah
dakwah itu pada garis besarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok yaitu, akidah, syari’ah, akhlak.34
A. Aqidah, pengertian aqidah secara terminologi yaitu, wajib
dibenarkan hati dan jiwa menjadi tentram karenanya sehingga
32 Hasanuddin, Hukum Dakwah: Tinjauan Aspek Hukum Dalam Berdakwah di
Indonesia, (jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. Ke-1, h.28 33 M. Natsir. Fiqhud Dakwah (Solo: CV. Ramdani, 1965), h.109 34 Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam, (Jakarta: Rajawali, 1996), h. 71
i
menjadi suatu keyakinan yang teguh dan kokoh, yang tidak
tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan. Aqidah artinya
ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil
keputusan. Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya
berkaitan dengan keyakinan, bukan perbuatan seperti aqidah
dengan adanya Allah dan diutusnya para Rasul35
.
Aqidah dalam Islam adalah bersifat ‘Itiqad bathinyah yang
mencakup masalah-masalah yang erat hubungannya dengan
iman.36
a) Iman kepada Allah SWT
b) Iman kepada Malaikat-Nya
c) Iman kepada Kitab-kitab-Nya
d) Iman kepada Rasul-rasul-Nya
e) Iman kepada hari akhir
f) Iman kepada qadha dan qadhar37
B. Akhlak, kata akhlak sebenarnya berasal dari Al-Quran, yang
berasal dari kata khalaqa-yakhluqu yang artinya menciptakan.
Maka akhlak berarti segala sikap dan tingkah laku manusia
yang datang dari pencipta (Allah Swt). Sedangkan menurut Al-
Ghazali akhlak diartikan sebagai suatu sifat yang tetap pada
seseorang yang mendorong untuk melakukan perbuatan yang
mudah tanpa membutuhkan sebuah pemikiran. Secara garis besar
akhlak terbagi menjadi:
1.) Akhlak kepada Allah
2.) Akhlak terhadap sesama manusia
3.) Ahlak terhadap hewan, tumbuhan, alam.
C. Syariah, secara etimologis berarti jalan. Syariah adalah segala
yang diturunkan oleh Allah swt. Kepada nabi Muhammad saw.
35 AA. Hamid Al-Atsari, Intisari Aqidah Ahlu Sunnah Wal Jama’ah, (Jakarta, Niaga
Swadaya, 2004), h.34 36 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ihklas,1983), h.
60 37 Moh. Ali Aziz, ilmu dakwah,h.95
i
Berbentuk wahyu di dalam Al-Quran dan sunnah. Syariah yang
mencakup pengertian dalam hukum-hukum yang berdalil pasti
dan tegas yang tertera dalam Al-Quran dan hadits shahih atau
ditetapkan dengan ijma’.38
1) Ibadah (dalam arti sempit) seperti, thaharah, sholat, zakat,
shaum (puasa), haji bila mampu.
2) Muamalah (dalam arti luas) meliputi: Al-Qununul Khas
(hukum perdata); muamalah (hukum niaga), munakahat
(hukum nikah), waratsah (hukum waris) dan sebagainya.
Kemudian Al- Qunnul’am (hukum publik), hinayah, (hukum
pidana), khilafah (hukum negara), jihad (hukum perang dan
damai) dan sebagainya.
3. Tujuan Dakwah
Tujuan pelaksanaan dakwah ada dua yaitu:
a. Tujuan langsung yakni ditujukan langsung kepada masyarakat agar
melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangnnya.
b. Tujuan tidak langsung, yaitu dengan membentuk kader-kader da’i baik
melalui jenjang pendidikan formal maupun non formal, sehingga
mereka dapat diterjunkan langsung kedalam masyarakat.39
Jadi tujuan utamanya adalah mempertemukan kembali fitrah
manusia dengan agama atau menyadarkan manusia supaya mengakui
kebenaran Islam dan mau mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi
orang baik.40
Secara garis besar, ajaran Islam meliputi tiga aspek penting yaitu
Aqidah, Syariah, dan Akhlak. Dengan begitu bisa di katakan akhlak
merupakan sepertiga dari ajaran Islam dan sekaligus menjadi puncak dari
38 M. Abdul Mujieb, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), cet. Ke-1,
h. 343
39 Hasanudin, Hukum Dakwah :Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia,
h. 35 40 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h. 5
i
seluruh rangkaian ajaran Islam. Bahkan, semua bentuk ibadah bermuara
pada pembentukan akhlak yang mulia.41
Dalam Kategori, aspek-aspek ini digunakan untuk kepentingan
pengukuran analisis isi, dengan terlebih dahulu penulis harus membuat
karakteristik yang spesifik.42
Dalam penelitian ini kategori-kategori yang digunakan ialah:
1. Aqidah
Pengertian Aqidah, Aqidah secara etimologi berasal dari
al’Aqlidu yakni ikatan yang kuat. Dapat berarti juga teguh, dan
mantap.43
Aqidah atau iman yaitu pengakuan dengan lisan dan
membenarkan dalam hati bahwa semua yang dibawa Rasullulah adalah
benar dan hak. Dalam hal ini iman ditetapkan sebagai landasan yang
disebut rukun iman.44
Dalam ensiklopedi Islam, aqidah dalam Islam I’tiqad bersifat
yang menckup masalah-masalah yang berhubungan dengan rukun
iman.45
2. Syari’ah
Secara bahasa (etimologi), kata “syari’ah” berasal dari Bahasa
Arab yaitu yasro’u sebuah fiil mudhore dari syaro’a,46
yang berarti
peraturan atau undang-undang, yaitu peraturan-peraturan mengenai
tingkah laku yang meningkat harus di patuhi dan dilaksanakan
sebagaimana mestinya. 47
Dalam syariah terkandung nilai-nilai yang jelas, adapun nilai-
nilai tersebut yaitu:
41 Didin Hafidhuddin, Akhlak Sosial Muslim: Satu Hati dan Perbuatan, (Jakarta: Pusaka
Zaman, 2000), cet ke-1, h.71 42 Jumroni & Suhaimi, Metode-Metode Penelitian Komuniksi, (Jakarta: UIN Jakarta
Prees, 2006), cet ke-1, hal. 74 43 Kamus Lisan al-Arab. III:295-300
44 Syeikh Thahir Bin Shaleh, Al-Jawahirul Kalamiyah, (al-Qahirah: 1386 H, T.pn), hlm, 3
45 Toha Yahya Umar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: PT. Wijaya, 1971), Cet. 2, hal. 1 46
47 M. Abdul Mujieb, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), cet. Ke-1,
h. 343
i
1) Ibadah, secara bahasa berasal dari abada-ya’budu-‘abdan-
‘ibaadatan yang berarti taat, tunduk, patuh, merendahkan diri dan
hina. Kesemua pengertian itu mempunyai makna yang
berdekatan.48
a. Secara bahasa berasal dari kata ‘aamala-yu’aamilu-
mu’aamalatan sama dengan wazan faa’ala-yufaa’ila-
mufaa’alatan, artinya saling bertindak, saling berbuat, dan
saling mengamalkan.49
b. Menurut istilah, pengertian muamalah dapat di bagi dua
macam, yaitu pengertian muamalah secara luas dan secara
sempit.
Definisi muamalah di jelaskan oleh para ahli sebagai berikut: Al-
Dimyati berpendapat bahwa muamalah adalah: Menghasilkan duniawi,
supaya menjadi sebab suksesnya masalah ukhrawi.50
dalam arti luas
yaitu, Al-Qununul khas (hukum perdata), muamalah (hukum niaga),
munakahat (hukum nikah), waratsah (hukum waris), dan lain
sebagainya.
Sedangkan pengertian muamalah dalam arti sempit (khas),
didefinisikan oleh ulama sebagai berikut:
Muamalah menurut Fuqaha yaitu segala hokum yang
dilaksanakan untuk kebaikan keluarga, masyarakat dan Negara atau
kemaslahatan dunia.51
3. Akhlak
Akhlak secara etimologi berarti tingkah laku atau perbuatan. Dan
secara terminologis akhlak adalah tingkah laku (etik) manusia dalam
hubungannya dengan Tuhan, dengan sesama manusia dan dengan alam
sekitarnya52
48 Al-Qardhawi Yusuf, Al-Ibadah fi al-Islam, Munassasah al-Risalah, (Beirut:
T.pn.,1979). Cet. 6, h.27 49 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT> Raja Grafindo Persada, 2002), h. 1 50 Al-Dimyanti, dalam: I’anat al Thalibin, Toha Putra, Semarang, tt, hlm. 2 51 Tengku Muhammad Habsyi Ash-Siddieqy, Kuliah Ibadah, h. 5 52 E. Hasan Shaleh, studi Islam di Perguruan Tingg, h.57
i
Akhlak berarti segala sikap dan tingkah laku manusia yang
ciptakan oleh Allah kepada manusia. akhlak berarti sifat yang ada
dalam diri manusia, yang mendorong seseorang untuk melakukan
perbuatan yang mudah tanpa membutuhkan sebuah pemikiran. Dalam
hal ini secara garis besar akhlak di bagi menjadi :
1. Akhlak kepada Allah SWT
Akhlak kepada Allah, yaitu adab kepada Al-Khaliq (Maha
Pencipta) yang telah menciptakan makhluk-makhluk yang ada di
dunia ini. Manusia wajib tunduk terhadap peraturan Allah, serta
dan berserah kepada apa yang telah di tetapkan-Nya. Hal ini tentu
mengambarkan sifat manusia sebagai hamba.
2. Akhlak terhadap sesama manusia, prinsip hidup dalam Islam yaitu
kewajiban memperhatikan kehidupan antara sesama manusia,
kedudukan seorang muslim dengan muslim lainnya adalah ibarat
satu jasad, dimana satu anggota badan dengan anggota badan
lainnya mempunnyai hubungan yang erat.
3. Akhlak terhadap sesama makhluk Allah, adalah sikap menghargai
semua makhluk yang Allah ciptakan, bahwa sesungguhnya seluruh
alam bersujud kepada Allah, sehingga sesama makhluk Allah yang
berjalan di muika bumi ini harus saling menjaga, menghargai,
menyayangi ciptaanya seperti, tumbuhan, hewan, alam semesta.
C. Ruang Lingkup Novel
1. Pengertian Novel
Novel adalah istilah asing yang pada masa penjajahan Belanda di
gunakan untuk terjemahan dari istilah Roman. Kata novel berasal dari
bahasa Italia yang kemudian berkembang di Inggris dan Amerika Serikat.
Sedang istilah roman berasal dari genre romeance dari abad pertengahan
yang merupakan cerita panjang tentang kepahlawanan dan percintaan.
i
Istilah roman berkembang di Jerman, Belgia, Prancis dan bagian-bagian
Eropa daratan yang lain53
Ismail Kusmayadi, menjelaskan dalam bukunya “Think Smart
Bahasa Indonesia” bahwa Novel adalah karya sastra yang berbentuk
prosa narasi, bersifat imajinatif, ceritanya lebih panjang dari cerpen,
merupakan peniruan dari kehidupan manusia, dan melibatkan banyak
tokoh54
Henry Guntur Tarigan dalam bukunya Prinsip-prinsip Dasar
Sastra menjelaskan kata novel berasal dari kata latin novellus yang di
turunkan pula dari kata novies yang berarti “baru”55
Menurut Abdullah Ambary, Novel adalah cerita yang
menceritakan suatu kejadian luar biasa dari kehidupan pelakunya yang
menyebabkan perubahan sikap hidup atau menentukan nasibnya56
Menurut Suprapto novel adalah karangan prosa yang panjang
mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang disekelilingnya dengan
menonjolkan watak dan sikap perilaku.57
Zainuddin, berpendapat dalam bukunya “Materi Pokok Bahasa
dan Sastra Indonesia” Novel adalah salah satu karya yang berbentuk
prosa, dimana sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar
kesusastraan, standar kesusastraan yang dimaksud adalah penggunaan kata
yang indah dan daya bahasa serta gaya cerita yang menarik.58
Novel merupakan satu jenis prosa fiksi. Prosa fiksi adalah karya
sastra yang khasnya mempunyai elemen-elemen seperti: plot, tokoh,
setting, dan lain-lain. Dalam sebuah novel juga cenderung menitikberatkan
munculnya kompleksitas
Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat di simpulkan bahwa
Secara istilah banyak para ahli mengartikan novel sebagai suatu karya
53 Jakob Sumardjo dan Saini K.M Apresiasi Ksusasrtaan, (Jakarta: Penerbit Gramedia,
1986), cet. Ke-1, h.29 54 Ismail Kusmayadi, Think Smart Bahasa Indonesia, (Bandung:Media Grafindo Pratama
2006), h.45 55 Henry Guntur Tarigan, Prinsip-prinsip Dasar Sastra, (Bandung: Angkasa, 1984),
h. 164 56 Abdullah Ambary, Inti Sari Sastra Indonesia,(Bandung: Djantika, 1983), h. 16 57 Suprapto, Kumpulan Istilah dan Apresiasi Sastra Bahasa Indonesia, (Surabaya: Indah,
1993), h. 53 58 Zainuddin, Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1992),h.99
i
yang menceritakan tentang kehidupan baik secara fiksi yang mengandung
suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan penulisnya.
Novel merupakan produk masyarakat kota yang terpelajar, mapan,
kaya, cukup waktu luang untuk menikmatinya. Di Indonesia, masa
perkembangannya terjadi pada tahun 1970-an.59
2. Pengertian Novel Islam
Novel Islam merupakan karya sastra, yang berisikan kisah cerita
yang memiliki nilai-nilai dakwah. Dalam alur cerita novel tersebut
terdapat unsur-unsur dakwah. Nilai-nilai dakwah yang dimasukkan dalam
isi cerita novel memberikan pesan dakwah yang sengaja dimasukkan oleh
pengarang novel. Adapun nilai-nilai dakwah yang dimasukkan seperti
aqidah, akhlak, syariah.
Sunarwoto Prono Legsono, mengartikan sastra Islami dalam 3
bagian yaitu:
a. Sastra Islami adalah karya sastra yang menampilkan persoalan (tema)
dan latar belakang dunia Islam. Tidak hanya dalam konteks Indonesia,
tetapi dunia Islam secara universal.
b. Sastra Islami adalah karya yang menampilkan tokoh-tokoh Islam. Para
pelaku cerita adalah orang-orang Islam yang berjuang atau
memperjuangkan ke-Islamannya.
c. Para penulis adalah orang-orang Islam.60
3. Unsur Intrinsik Novel
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut
membangun cerita. Dengan adanya perpaduan unsur intrinsik inilah yang
membuat sebuah novel terwujud.
Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar
karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung yang berbeda mempengaruhi.
59 Jacob Sumardjo, Konteks Sosial Novel Indonesia 1970-1977, (Bandung: Alumni,
1999), h.12 60 Sunarwoto Prono Legsono, Menandai Kebangkitan Fiksi Islam. h.30
i
Menurut Welleck dan Warren, sebagaimana dikutip Burhan Nurgiantoro
bahwa unsur-unsur tersebut antara lain keadaan subjektifitas pengarang yang
memiliki sikap, keyakinan dan pandangan hidup yang kesemuanya akan
mempengaruhi karya yang ditulisnya.61
Diantara beberapa unsur intrinsik dalam novel atau prosa yaitu:
1. Plot
Plot merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tak sedikit orang
yang menganggapnya sebagai yang terpenting diantara berbagai unsur
fiksi lain62
. Hal itu kiranya beralasan, sebab kejelasan plot, kejelasan
tentang kaitan antara peristiwa yang dikisahkana secara linear, akan
mempermudah pemahaman kita terhadap cerita yang ditampilkan.
Kejelasan plot dapat berarti kejelasan cerita, kesederhanan plot berarti
kemudahan cerita untuk dimengerti. Sebaliknya plot sebuah karya fiksi
yang kompleks dan sulit dikenali hubungan kausalitas antar peristiwanya,
menyebabkan cerita menjadi lebih sulit dipahami63
.
Plot sering dikupas menjadi lima elemen penting, yaitu pengenalan,
timbulnya konflik, konflik memuncak, klimaks, dan pemecahan
masalah64
.
Secara teoritis plot dapat dibedakan menjadi dua kategori. Pertama,
plot progresif atau lurus, yaitu jika peristiwa-peristiwa yang diceritakan
bersifat kronologis, peristiwa yang pertama kali diikuti oleh (atau:
menyebabkan terjadinya) peristiwa-peristiwa yang kemudian. Atau secara
berurutan cerita dimulai dari tahap awal (penyituasian, pengenalan,
pemunculan konflik), tengah (konflik meningkat, klimaks), dan akhir
(penyelesaian). Kedua, plot regresif atau alur sorot balik (flash back),
yakni peristiwa yang diceritakan tidak bersifat kronologis. Cerita tidak
dimulai dari tahap awal melainkan mulai dari tahap tengah atau bahkan
61 Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajahmada University
Press,1995), h.23 62 Ibid , h.110 63 Ibid , h.120 64 Jacob Sumardjo dan Saini K. M, Apresiasi Kesusastraan, (Jakarta: Penerbit PT.
Gramedia 1986), h.49
i
tahap akhir, baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan. Namun tidak ada
novel yang secara mutlak berplot lurus-kronologis atau sebaliknya sorot-
balik. Maka Burhan Nurgiantoro dalam pembahasan yang sama mengenai
plot, menambahkan satu kategori plot yaitu progresif-regresif atau dapat
dinamakan plot-campuran65
.
2. Tokoh dan Penokohan
Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, misalnya
sebagai jawaban terhadap pertanyaan: “siapakah tokoh utama novel itu?”,
atau ada beberapa jumlah pelaku novel itu?” dan lain sebagainya. Watak,
perwatakan, dan karakter, menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh
seperti yang ditafirkan oleh pembaca, lebih menunujuk pada sifat dan
sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk
pada kualitas pribadi seorang tokoh. Penokohan dan karakterisasi
menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak tertentu
dalam sebuah cerita. Atau seperti yang dikatakan Jones, sebagaimana
dikutip oleh Burhan Nurgiantoro, penokohan adalah pelukisan gambaran
yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita66
.
Tokoh dapat dibedakan menjadi tokoh utama, protagonis, antagonis,
tritagonis, dan tokoh pembantu:
a. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritannya dalam
sebuah novel. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan,
baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian, termasuk
konflik sehingga tokoh tersebut mempengaruhi perkembangan plot67
.
Kriteria yang digunakan untuk menentukan tokoh utama bukan
frekuensi kemunculan tokoh itu dalam cerita, melainkan intensitas
keterlibatan tokoh-tokoh didalam peristiwa-peristiwa yang
membangun cerita68
.
65 Burhan Nurgiantoro, , Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajahmada University
Press,1995), h.153-156 66 Ibid, h. 164-165 67 Ibid , h. 176 68 Adib Sofia dan Sugihastuti, Feminisme dan Sastra: Menguak Citra Perempuan dalam
Layar Terkembang, (Bandung : Katarsis, 2003), h.16
i
b. Tokoh Protagonis
Altenberhand dan Lewis, sebagaimana yang dikutip oleh Burhan
Nurgiantoro, mengartikan tokoh protagonis sebagai tokoh yang kita
kagumi, tokoh yang merupakan pengejawatahan norma-norma, nilai-
nilai yang ideal bagi kita69
.
c. Tokoh Antagonis
Yaitu tokoh atau pelaku yang menentang tokoh protagonis sehingga
terjadi konflik dalam cerita70
d. Tokoh Tritagonis
Yaitu tokoh yang menjadi penengah antara pelaku protagonis dengan
antagonis.
e. Tokoh pembantu atau tambahan
Yaitu pelaku yang bertugas membantu pelaku utama dalam rangkaian
mata rantai cerita pelaku pembantu, mungkin berperan sebagai
pahlawan, mungkin juga sebagai pemenang atau penengah jika terjadi
konflik.
3. Setting atau latar
Latar atau setting, menurut M.H. Abrams adalah sebagaimana yang
dikutip oleh Burhan Nurgiantoro, dapat juga disebut sebagai landas tumpu
yang menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan
sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar atau
tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya
fiksi. Latar waktu lampau berhubungan dengan masalah kapan terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar sosial
menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan
sosial masyarakat disuatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi71
.
4. Point Of View
69 Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajahmada University
Press, 1995), h. 178 70 Ibid , h.180 71 Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta : Gajah mada University
Press, 1995), h.81
i
Sudut pandang atau point of view oleh Robert Stanton, sebagaimana
yang dikutip oleh Adib Sofia dan Sugihastuti, diartikan sebagai posisi
yang merupakan dasar berpijak kita untuk melihat secara hati-hati agar
ceritanya dapat memiliki hasil yang sangat memadai72
.
Unsur lain yang menarik dari novel dapat dilihat dari isi dialog
dalam sebuah novel. Dialog dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
memiliki arti percakapan (sandiwara atau cerita), atau karya tulis yang
disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih73
.
D. Novel Sebagai Media Dakwah
Pengertian media itu sendiri secara etimologi diambil dari bahasa latin
yaitu “median” yang berarti alat perantara dalam buku Asmuni Syukir
mendefinisikan media sebagai sesuatu yang dapat di jadikan alat perantara
untuk mencapai tujuan tertentu, dapat berupa (material), orang, tempat,
kondisi tertentu dan sebagai.74
Kebutuhan media untuk menyapaikan pesan dakwah sangat urgen
sekali seperti yang di ungkapkan oleh M. Bahri Ghazali “kepentingan dakwah
terhadap media atau alat sangat urgen sekali, sehingga dapat dikatakan
dengan menggunakan media, dakwah akan mudah di cerna dan diterima oleh
komunikan (mad’unya)75
Tulisan merupakan cara atau media informasi yang memiliki kelebihan
diantara media-media dakwah lainnya seperti, elektronik, berceramah, dan
lainnya. Hal ini di buktikan dengan adanya perbedaan cara penyampaiannya.
Berdakwah melalui media elektronik tentu hanya bisa dinikmati pada satu
saat, dalam kesempatan yang berbeda tentu akan berbeda pula yang di terima
mad’u. Sedangkan pada media bi Al-qolam atau media tulisan, disaat yang
72 Adib Sofia dan Sugihastuti, Feminisme dan Sastra: Menguak Citra Perempuan dalam
Layar Terkembang, (Bandung : Katarsis, 2003) h.16 73 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta :
Balai Pustaka, 1988), h. 204 74 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam,(Surabaya:Al-Ihklas, 1983. h.
104 75 M. Bahri Ghazali, Dakwah Komuniktif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu
Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Media Dakwah, 1984 Cet Ke-2 h. 225
i
berbeda mad’u masih bisa menciptakan rasa, pesan, pengertian yang sama dari
sumber tulisan yang pernah di bacanya.
Novel Islam sebagai media tulis yang memiliki kelebihan, banyak
novelis Islam yang memasukan nilai-nilai dakwah. Karena hal itu merupakan
salah satu cara mengemas materi dakwah agar selalu terlihat menarik, tidak
monoton, dapat menghibur, dapat di nikamati kapan saja, dalam jangka waktu
yang lama, pembaca juga dapat membaca ulang jika lupa.
Dakwah melalui tulisan adalah salah satu metode dakwah Rasulullah
Saw. Hal ini pernah dilakukan dengan mengirim surat pada sejumlah
pengurus Arab saat itu Atau yang paling mungkin lagi karena pesan pertama
Al-Quran adalah membaca, tentu perintah membaca ini erat kaitannya dengan
perintah menulis76
.
Sebuah novel bernilai dakwah bila segala unsur yang terdapat dalam
novel tersebut memiliki pesan-pesan dakwah dan nilai-nilai keIslaman. Hal itu
juga bisa dilihat dari pribadi pengarangnya, keinginan pengarang dalam
berdakwah, dan pengetahuan pengarang mengenai Islam.
Dalam novel banyak terdapat pesan-pesan dakwah yang disampaikan di
setiap uraian kalimatnya. Dengan membaca novel Islam, pembaca secara tidak
langsung telah mendapat pesan-pesan dakwah serta pengetahuan tentang
Islam yang terdapat didalam novel yang dibacanya. Pembaca juga akan
mencerna nilai-nilai dakwah yang terkandung di dalam novel. Dengan narasi
dan alur cerita yang di ciptakan, pembaca akan memperoleh pengetahuan baru
tanpa merasa digurui. Novel sebagai media informasi tertulis, tidak terbatas
ruang dan waktu sehingga pembaca memiliki waktu untuk memahami pesan-
pesan dakwah dalam novel tersebut. Pembaca diharapkan dapat
mengaplikasikan pesan-pesan dakwah tersebut dalam berbagai kesempatan
dan kehidupan bermasyarakat.
76 Aep Kusnawan, Berdakwah Lewar Tulisan, (Bandung : Mujahid, 2004), h.5
i
BAB III
SEKILAS TENTANG NOVEL CINTA DI UJUNG SAJADAH
A. Latar Belakang Terwujudnya Novel Cinta di Ujung Sajadah Karya
Asma Nadia
Asma adalah seorang penulis yang telah banyak menciptakan karya
tulis, karyanya berupa cepen dan novel. Salah satunya adalah novel dengan
judul ”Air Mata Peri” yang ceritanya berkaitan erat dengan kehidupan sosial
yang ada di sekeliling kita. Menurut Asma Nadia novel ini cukup diminati
oleh berbagai kalangan, sehingga keinginannya besar untuk menambahkan
beberapa cerita agar dapat menguatkan isi didalam tulisannya. Dari
penambahan tersebut Asma mencetak ulang sebagai edisi revisi dari cerita
dalam novel “Air Mata Peri” menjadi “Cinta Di ujung Sajadah”. Dalam novel
edisi revisi ada beberapa bab yang di tambahkan di tengah dan akhir novel ini.
Dalam novel ini Asma terinspirasi dari beberapa hasil pengamatannya,
milinglis, dan masalah sosial yang sering terjadi saat ini. Saat ini nilai-nilai
penghormatan terhadap orang tua menurut Asma di rasa sangat kurang sekali,
sehingga Asma merasa perlu menulis sebagai media komunikasi, serta
penyampaian pesan melalui cerita tanpa ada kesan menggurui pembaca.
Menurut Asma menulis adalah media iklan, sehingga Asma dapat
menggambarkan nilai-nilai di dalamnya.
B. Sinopsis Novel Cinta di Ujung Sajadah dan Karya-Karya Asma Nadia
1. Sinopsis Novel Cinta di Ujung Sajadah
Tokoh utama dari novel Cinta di ujung sajadah adalah seorang anak
perempuan bernama “Cinta” yang sejak kecil ditinggal ibunya.
Ayuningsih adalah ibu Cinta, ibunya memiliki masa lalu yang berbeda,
tidak seperti kebanyakan orang, masa lalu yang kelam membuat ibunya
enggan membiarkan Cinta tau akan keberadaannya. Ia meninggalkan
i
anaknya, karena ia tidak ingin anaknya malu ketika mengetahui masa lalu
ibunya. Ayuningsih menitipkan anaknya kepada orang yang telah ia
percaya yaitu Mbok Nah, Mbok Nah mengurus Cinta dari kecil hingga
dewasa bersama ayah dan ibu tiri Cinta. Ia sangat menyayangi Cinta
seperti anaknya sendiri,
Dengan berlalunya waktu Cinta pun tumbuh besar, saat itu ia berfikir
siapakah orang yang melahirkannya itu, dimana dan kenapa ia pergi
meninggalkan Cinta. Mbok Nah yang mengetahui pertanyaan itu merasa
bimbang, Ayuningsih pernah berpesan jangan pernah memberitahukan
tentang keberadaannya. Mbok Nah Merasa iba melihat Cinta yang begitu
ingin melihat sosok ibunya, ia berjanji akan mengatakan semuanya kepada
Cinta saat waktunya telah tiba.
Kakak tiri Cinta yang kurang bersahabat membuat Cinta merasa
kehilangan kasih sayang ayah kandungnya. Anggun dan Cantik selalu
menginginkan Cinta untuk tidak bahagia. Sehingga setiap ada kesempatan
ke dua kakak tirinya selalu membuat papa marah dengan Cinta dengan
tingkahnya. Namun Cinta beruntung Allah memberikan teman-teman yang
begitu mencintainya. Senyuman teman-temannya mengobati luka hatinya
terhadap kakak tirinya.
Kerinduan pada ibu selalu ia rasakan walau ia telah memiliki
pengganti ibu, hal itu tidak lebih baik menurutnya untuk menutupi
kekosongan di hatinya. Sering ia berfikir bahkan bertanya kepada teman-
temannya, bagaimana caranya ia bisa memeluk ibu, ia ingin sekali
berbakti kepada ibu seperti anak-anak lainnya, sehingga ia berfikir apa
yang bisa membuat ibu bangga, bahagia. Suatu ketika Cinta pernah
mengungkapkan tentang keinginannya mengunakan jilbab, tapi ia masih
harus menyiapkan dirinya. Dukungan dari teman-temannya pun membuat
Cinta menjadi yakin ia akan segera melaksanakannya.
Makky tetangga dekat rumahnya, sangat baik mau mengajarkan
Cinta untuk belajar photografi, Makky kadang main kerumah Cinta hanya
untuk mengajaknya mengenal lebih jauh aktifitas photografinya. Sehingga
i
membuat kakak Cinta marah karena mereka juga ingin berteman dengan
Makky. Berjalan dengan waktu Mbok Nah ingin memberi tahu Cinta
tentang ibunya, namun waktu datang ketika Cinta berjalan genap 17 tahun
yang artinya Cinta akan lebih siap dari bebelumnya untuk mengetahui
tentang ibunya. Saat itu cinta berusaha menyiapkan dirinya menjelang
usianya yang ke 17 tahun dengan segala perubahan yang di inginkannya
ke arah yang lebih baik dari sebelumnya.
Saat malam tiba Cinta mengistirahatkan tubuhnya untuk menyambut
pertambahan usianya esok pagi, tiba-tiba kakaknya, Anggun dan Cantik
tanpa di ketahui oleh siapapun masuk kedalam kamar Cinta dan
memotong rambut Cinta, yang diakui banyak orang bahwa mahkota kita
adalah rambut. Kegalauan pun terjadi saat pagi, Cinta menyambut hari
bahagianya dengan mendapati potongan rambut dekat tempat tidurnya, ia
terkejut melihat rambutnya yang tak beraturan. Termenung Cinta dalam
kamarnya, berfikir siapa orang yang mampu melakukannya, apa yang di
inginkan orang itu dengan memotong rambutnya.
Ingatan pada ibu membuat ia merasa rindu dan berharap ini adalah
saat yang tepat untuk menunjukkan rasa sayangnya kepada ibu. Di hari
ulang tahunnya ia meneguhkan diri untuk memakai jilbab sebagai wujud
baktinya kepada orang tua. Saat itu ketika keluarganya berkumpul untuk
merayakan pesta, ayah Cinta terkejut dan semua pun tidak percaya dengan
apa yang di lakukan Cinta “ ia menutupi hampir sebagian tubuhnya”77
ayahnya merasa ia masih terlalu muda untuk melakukan itu. Tapi
keyakinannya menghantarkannya untuk bertemu ibu.
Saat itulah Mbok Nah menceritaka ibunya, selang beberapa waktu
lalu ia bergegas mencarinya. Beberapa tempat ia singgahi Ibunya belum
juga di temukan. Perjalanan panjang ia tempuh hingga ia bertemu dengan
seorang laki-laki bernama Adji, mereka berkenalan, Adji sempat
membantunya mencari alamat. Dengan waktu yang semakin sore akhirnya
77 Asma Nadia, Cinta di Ujung Sajadah, (Depok: PT. Lingkar Pena Kreativa, 2008),
i
Cinta memutuskan untuk melanjutkan perjalannya ke Jogja dan Adji
mengantarkannya sampai stasiun.
Selang beberapa hari Cinta meninggalkan rumah sampai di kota
Jogja Cobaan silih berganti, dan tak lama kemudian Ia di berikan obat
kesendiriannya jalan oleh Allah, setelah sms dari kawan-kawannya yang
tidak selalu di balasnya dengan alasan tidak ingin merepotkan, teman-
temannya memberikan kejutan. Mereka datang ke Jogja untuk membantu
Cinta menemukan ibunya. Adji pun ikut serta dalam pencarian itu. Waktu
semakin larut mereka mengistirahatkan diri untuk pencarian besok pagi.
Hari pun terus berlalu, setelah pagi tiba Cinta bersama teman-teman
melanjutkan pencariannya. hingga akhirnya Cinta dapat menemukan
seorang ibu yang mengetahui keberadaan Ibunya. dan cinta mendapati
makam ibu yang selama ini di carinya. Cinta ingin menjadi anak yang
berbakti kepada ibunya, ia pun melakukan apa yang biasa ia lalukan untuk
Almarhum Ibu.
Akhir dari cerita hidup Cinta, Ia menjalani hidupnya bersama
Makky, laki-laki yang juga pernah menemani pencariannya saat di Jogja.
Yang juga berakhlak baik, “yang seumur hidupnya menjauhi hal-hal yang
di larang Allah karena nasehat ayahnya” 78
2. Sinopsis Emak Ingin Naik Haji
“Mak
Ingin ku bawa kau
Pada rumah impianmu
Yang dari dalamnya
Terpancar keindahan ilahi
Dan berjuta kebesaran-nya
Tapi mak
Tanganku terlalu lemah
Dan daya yang kupunya
78 Asma Nadia, Cinta di Ujung Sajadah, (Depok: PT. Lingkar Pena Kreativa, 2008),
h.318
i
Melintas celah batu karang79
Harapan seorang anak yang ingin sekali memberangkatkan ibunya
ke tanah suci mekkah, menjadi cerita yang sangat menarik seperti apa
yang pernah kita pelajari Haji adalah rukun Islam yang ke-5. oleh karena
itu berangkat haji adalah impian semua orang. Sama halnya dengan Emak
yang berharap suatu saat bisa berangkat haji. Namun keterbatasan biaya
yang semakin meningkat membuat hambatan Emak untuk mewujudkan
mimpinya. Zein anak Emak satu-satunya berharap suatu saat bisa
memberangkatkan Emak pergi haji. Seperti juragan haji yang setiap tahun
bisa berangkat haji. Emak melihat mudahnya juragan haji untuk
melaksanakan ibadah haji. Tidak Cuma haji konon juragan hajipernah
sampai membawa 22 orang sanak keluarganya dalam paket umroh
bersama selebritis terkenal80
.
Zein sebagai anak Emak satu-satunya ia terus berusaha mewujudkan
mimpi Emaknya. “sudah lima jam dan Zein belum juga mendapatkan
pembeli. Meski lelaki itu sudah membanting harga bahkan menawarkan
fasilitas khusus81
. Zein berfikir, menurutnya hanya merampok dan
membunuh saja yang belum pernah ia lakukan. Dalam beberapa waktu
Emak sering menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan Ibadah Haji,
mulai dari rasa air zam-zam, sosok Emak hingga berdiri berjam-jam
memandangi rumah juragan haji, memberikan semangat pada Zein untuk
mengisi satu demi satu kolom dalam kertas undian yang hampir
terabaikan. Mulai dari nama, alamat, no KTP, sambil berdoa tak putus.
Dengan harapan yang ia bangkitkan membuat niat jeleknya untuk
menyatroni rumah juragan Haji pudar.
Hari-demi hari, hingga waktu yang di nantinya tiba, yaitu waktu
dimana pengumuman akan segera di beritahu melalui surat kabar pagi hari
ini. “Dan Zein merasa dadanya meledak saat menemukan namanya
79 Asma Nadia, Emak ingin Naikm Haji, (Asma Nadia Publishing House 2009),
Cover belakang novel emak ingin naik haji 80 Asma Nadia, Emak ingin Naikm Haji, (Asma Nadia Publishing House 2009), h.2 81 Asma Nadia, Emak ingin Naikm Haji, (Asma Nadia Publishing House 2009), h.4
i
tercantum di halaman depan. Keriangan yang membuatnya melompat dan
menari-nari di sepanjang jalan82
. kebahagiaan itu menyelimutinya
dengan senangnya Zein berusaha nenunjukan kepada Emak, namun angin
telah lebih dulu merebut paksa hingga Porche hitam menabrak tubuhnya
dengan keras.
Dalam pandangannya yang mulai mengabur, Zein melihat Emak
dengan pakaian Ihram, mengelilingi Ka’bah. “Wajah Emak tersenyum
menayapnya”83
.
Dalam novel Enak ingin naik Haji, Asma Nadia menggambarkan
tentang kisah seorang anak yang dengan tulus ingin memberikan hal yang
sangat di impikan Ibunya, dalan novel ini memiliki pesan moral ke
cintaannya ke pada orang tua, hal ini masuk dalam kategori pesan ahlak
kepada sesama manusia.
3. Sinopsis Novel Jilbab Traveler
Dalam novel Jilbab traveler, terdapat perbedaan antara novel yang
telah Asma Nadia ciptakan dengan karya yang lain karena di dalam buku
ini tidak hanya terdapat cerita sastra semata, tetapi menyerupai kamu
kantong. Hal ini di yakinkan dengan adanya translater dari beberapa
bahasa beserta artinya, seperti bahasa ketika ada di kariabia Asma Nadia
menggunakan bahasa negara tersebut, untuk membuat pembacanya terasa
nyaman membaca novelnya. Asma tidak hanya bercerita namun
memberikan tips, trik dan bahasa yang kiranya akan selalu di gunakan dan
di perlukan selama perjalanan ke karibia seperti. Hola, Como : Halo Esta
usted? : apa kabarmu
Muy bien, gracias. Y usted : Sangat baik, terimakasih. Dan kamu? Dll.
Pada bab2 berikut Asma dan kawan-kawan menceritakan
perjalannya ke beberapa negara seperti Belanda, Asma tidak hanya
menceritakan perjalannya ke Belanda melaikan memberikan banyangan
seorang muslimah atau wanita berjilbab juga bisa keluar negeri tanpa
82 Asma Nadia, Emak ingin Naikm Haji, (Asma Nadia Publishing House 2009), h.12
83 Asma Nadia, Emak ingin Naikm Haji, (Asma Nadia Publishing House 2009), h. 4
i
khawatir, namun tips-tips pun tak lupa di berikan Asma untuk bisa survive
hidup di negara orang. Dalam bab ini Asma pun menuliskan beberapa
kalimat yang sering di butuhkan saat ke Belanda seperti, Apa kabar: Hallo
Saya tidak bisa berbahasa : ik spreek geen Nederlands.
Apakah anda bisa berbahasa inggris? : Speekt u engel/
Jangan pegang saya! : Blijf van me af!
Akan saya penggil polisi : ik roep de politie.dll
Dalam pertengahan novel Asma dan kawan-kawan menceritakan
saat perjalanannya ke Hongkong, di tulis oleh Wina Karni. Wina Karni
menggambarkan bahwa jilbab bukan masalah saat pergi ke Hongkong,
menurutnya disana ada kurang lebih 120.000 warga Indonesia di antara
apartemen-apartemen menjulang. Wina memberikan gambaran pada
pembaca tentang sejarah negara itu adalah bekas jajahan Inggris yang
diserahkan ke pangkuan Cina pada tanggal 1 juli 1997. disana termasuk
minoritas penduduk muslim tetapi tidak ada alasan untuk tidak
menginjakan kaki disana karena muslimah. Wina berpendapat tidak sidikit
orang yang merasa menemukan hidayah dan merasa menjadi muslimah
yang kaffah setelah berada di Hongkong. Wina pun memberikan tips
sebelum bepergian ke Hongkong. Di harapkan banyak orang yang bisa
mempersiapkan lebih matang agar tidak ada hal-hal yang di inginkan.
Mulai dari memeriksa paspor, “sebagai turis, kamu nggak perlu
membuat visa kunjungan, cukup membayar fiskal di kantor imigrasi yang
besarnya kurang lebih Rp.1.000.000.00. tapi kabarnya, kalau kita udah
punya NPWP, urusan fiskal gratis kok84
. Hongkong memiliki empat
musim : musim dingin, musim panas, musim gugur, dan musim kemarau.
Di Hongkong cuaca yang paling dingin jatuh di bulan Desember dan
Januari.
Adapun kata-kata yang sering sekali di gunakan saat berkomunikasi
dengan masyarakat Hongkong. Oleh karena itu Wina memberikan kamus
survive di Hongkong. Bahasa pokok masyarakat Hongkong yaitu bahasa
84 Asma Nadia, dkk, jilbab traveler, (Asma Nadia Publishing House 2009), h. 176
i
Cantonis. Bahasa nasionalnya bahasa nasionalnya bahasa Inggris. Adapun
kata-kata yang sering di gunakan seperti.
Niko kei ti Jien? : ini berapa harganya.
Hou beng a : sangat murah
Hou kuai a : sangat mahal.
Ni/Le yiu pin to : anda akan pergi kemana?
Novel ini sangat menarik untuk di baca karena kita dapat
memperoleh informasi negara-negara, tips, dan trik yang di berikan oleh
para penulis sehingga kita memiliki banyak referensi perjalanan dengan
kamus survive di negara orang, dalam novel ini mengangkat tentang dunia
sosial. Sehingga dalam pengamatan dapat di kategorikan memiliki pesan
akhlak.
4. Asma Nadia dan karya-karyanya
Penulis novel Cinta di Ujung Sajadah adalah Asma Nadia yang
merupakan nama pena dari Asmarani Rosalba. Wanita kelahiran Jakarta
26 Meret 1972. Asma Nadia telah menikah dan dianugrahi dua anak.
Saat ini Asma Nadia bertempat tinggal di Jalan Kemang Swatama
Residance, Blok-B no.3, Studio Alam Depok. Mba Asma begitu
panggilan akrabnya, merupakan pribadi yang sangat baik dan
penyayang. Saat ini Asma Nadia di kenal sebagai ketua Forum
Lingkar Pena (FLP). 85
Ketika di temui disela-sela kesibukannya saat baru tiba di rumah
pada hari jumat, 8 Januari 2010 di daerah Depok, Asma Nadia banyak
bercerita tentang pengalamannya menjadi seorang penulis. Selain penulis
Asma Nadia juga seorang ibu yang sangat menyayangi keluarganya, ia
cukup perhatian dengan anak-anaknya terbukti saat ditemui di
kediamannya ketika di wawancara, Asma Nadia menyertakan anak
keduanya, Adam untuk ikut serta menjawab sejarah kecil pada saat ibu
dua anak itu mulai menulis. Asma Nadia juga bercerita tentang anak
pertama dan keduanya yang bernama Caca dan Adam kedua anaknya juga
85 Wawancara pribadi dengan Asma Nadia, Jumat 8 Januari 2010
i
memiliki hobi yang sama yaitu menulis. Ia bersyukur memiliki suami
yang sangat pengertian dan mendukung aktifitasnya86
. Ia juga memberikan
kepercayaan kepada sang suami, akan anak-anaknya ketika ia sedang
melakukan kegiatan di luar rumah. Dukungan dari kedua anak dan
suaminya membuat Asma Nadia dapat selalu menciptakan karya-karya
yang indah serta dapat di nikmati oleh berbagai kalangan.
Anak ke dua dari pasangan H. Amin Ivo’s dan Hj. Maria Amin.
Memiliki hobi membaca, menulis, Adik dari Helvy Tiana Rosa ini juga
sangat menyukai traveling, sehingga dari hobinya tersebut Asma Nadia
menciptakan sebuah karya yaitu Novel Jilbab Traveler. Menurutnya
menulis itu adalah sebuah media iklan yang memberikan kontribusi
kepada para pembaca, hal ini dimanfaatkan Asma Nadia untuk
mengungkapkan hal-hal yang ingin pembaca ketahui serta tidak sempat
terpikirkan oleh pembaca itu sendiri, sehingga tulisannya memiliki nilai-
nilai pesan moral.87
Asma, kecil bersekolah di SD Kartini 2 Kebayoran Baru, Jakarta.
Mba Asma di besarkan dari keluarga seniman. Asma tergolong anak yang
cukup pintar. Asma melanjutkan sekolahnya di SMP 78, dan ia mulai
mengembangkan hobinya saat duduk di kelas 2 SMP. serta mulai
mempublikasikan karyanya semenjak lulus dari SMA 1 Budi Utomo
Jakarta sasarannya adalah berbagai majalah keIslaman.
Ia juga menulis lirik sejumlah lagu, misalnya yang dinyanyikan oleh
kelompok Snada.88
Asma dikenal sebagai penulis yang gencar mengajak
kepada kebaikan. Jenis karyanya berupa Buku fiksi maupun non fiksi,
karya yang di tulisnya kerap mengundang simpati pembacanya. Karyanya
yang berupa Buku-buku kumpulan cerpen maupun kumpulan novel remaja
cukup di gemari, hal ini di buktikan dengan karyanya “Cinta Tak Pernah
Menar,” kumpulan Cerpennya meraih Pena Award. Rembulan di Mata Ibu
86 ibid 87 Wawancara pribadi dengan Asma Nadia, Jumat 8 Januari 2010 88 Asma Nadia, Cinta di Ujung Sajadah, (Depok: PT. Lingkar Pena Kreativa, 2008),
h. 325
i
(2001), memenangkan penghargaan Adikarya IKAPI sebagai buku remaja
terbaik nasional. Dengan diraihnya Pena Award Adikarya IKAPI. Hal
tersebut membuktikan bahwa karya-karyanya memiliki pengaruh,
terhadap dunia kepenulisan di Indonesia. serta mendapat tempat di hati
pembacanya. 89
Dengan karya-karya yang diciptakannya Asma tidak hanya
menghibur pembacanya. Melainkan juga dapat menjadi teladan bagi
pembaca-pembacanya. Di dalam dunia kepengarangan, Asma juga tidak
hanya di kenal sebagai pengarang fiksi remaja, namun juga dikenal
sebagai pengarang yang karyanya dapat diterima oleh berbagai kalangan.
Novel Cinta di Ujung Sajadah, adalah novel yang di buat sebagai
penyepurna novel awal yang berjudul Air Mata Peri, Asma merasa harus
menambahkan bab pada novel Air Mata Peri agar lebih menarik,
penambahan itu terdapat pada awal bagian serta akhir bagian. Asma
berharap novel ini dapat memberikan nilai manfaat untuk para
pembacanya.90
Asma berharap, semua kalangan dapat menikmati kisah yang ada di
dalamnya, sehingga dapat menjadi informasi positif. Bagi ibu yang
membacanya menjadi lebih sayang kepada anaknya, dan untuk para anak,
akan lebih menghormati ibu serta bertambah sayang pula terhadap ibunya.
Ia juga menyampaikan pesan ahlak yaitu kita harus selalu berbakti
walaupun orang tua kita telah meninggal. Terciptanya novel Cinta di
Ujung Sajadah adalah media iklan yang positif sebagai masukan agar
pembaca tidak merasa di gurui.91
Aktifitas menulisnya di awali dari keresahan, ketika Ia melihat
sesuatu Ia merasa resah dan harus membuat hal yang dapat memenuhi
kebutuhan para pembacanya, seperti saat Asma melihat saat ini banyak
sekali anak yang kurang mencintai ibunya, ibu yang juga kurang
89 Wawancara pribadi dengan Asma Nadia, Jumat 8 Januari 2010 90 Wawancara pribadi dengan Asma Nadia, Jumat 8 Januari 2010 91 Wawancara pribadi dengan Asma Nadia, Jumat 8 Januari 2010
i
mencintai anaknya, sehingga terciptalah novel ini, begitupun ketika Ia
melihat fonomena lain yang ada di sekelilingnya. 92
Inspirasinya di dapat tidak hanya dari lingkungannya, tetapi ia
menciptakanan karya dengan kepekaannya terhadap kebutuhan para
pembacanya.93
. Saat ini Nadia telah telah menghasilkan 34 lebih buku
hasil karyanya. karya-karyanya tidak hanya dibuatnya sendiri tetapi juga
ada beberapa karyanya yang di buat bersama penulis lainnya. 94
Kemampuannya dalam menulis membuatnya mendapatkan
penghargaan dari Mejelis Sastra Asia Tenggara (MASTERA). Ia juga
pernah membuat Preh (A Waiting), adalah naskah dua bahasa, diterbitkan
oleh Dewan Kesenian Jakarta. Ia berharap lewat tulisannya memberikan
nilai-nilai yang sedikit terabaikan karena perbedaan zaman, hal ini juga di
sampaikan di dalam novel Cinta di Ujung Sajadah, yaitu nilai
penghormatan terhadap orang tua khususnya ibu yang telah memberikan
kehidupan.95
Asma sebagai penulis, yang juga sebagai ketua FLP, mencoba
menyuarakan sebuah gerakan “Perempuan Indonesia Menulis”. Dan
melalui mailing list yang dibuatnya sejak tanggal 24 Maret tahun 2008,
yaitu: [email protected], Asma juga berhasil
memberdayakan pembacanya untuk ikut bersamanya menyusun buku.96
Ia juga menjadi Ketua Yayasan Lingkar Pena, dan manajer Lingkar
Pena Publishing House. Karena karya-karyanya ia pernah mendapat
berbagai penghargaan. Selain menulis, Asma sering diminta untuk
memberi materi dalam berbagai loka karya yang berkaitan dengan
penulisan serta keperempuanan, baik di dalam maupun di luar negeri.
Terakhir dalam perjalanannya keliling Eropa usai mendapatkan
undangan writers in residence dari Le Chateau de Lavigny (Agustus -
92 Wawancara pribadi dengan Asma Nadia, Jumat 8 Januari 2010
93 Wawancara pribadi dengan Asma Nadia, Jumat 8 Januari 2010 94 Asma Nadia, Cinta di Ujung Sajadah, (Depok: PT. Lingkar Pena Kreativa, 2008),
h. 325 95 Wawancara pribadi dengan Asma Nadia, Jumat 8 Januari 2010 96 Asma Nadia, Cinta di Ujung Sajadah, (Depok: PT. Lingkar Pena Kreativa, 2008),
h. 325
i
September 2009), Asma sempat diundang untuk memberikan workshop
dan dialog kepenulisan. di PTRI Jenewa, Masjid Al Falah Berlin (bekerja
sama dengan FLP dan KBRI di sana), KBRI Roma, Manchester (dalam
acara KIBAR Gathering), dan Newcastle.
Terakhir melalui Yayasan Asma Nadia, mba Asma merintis Rumah
Baca Asma Nadia RBA), rumah sederhana untuk membaca dan
beraktivitas bagi anak-anak dan remaja kurang mampu. Saat ini RBA ada
di tiga titik di Jakarta, Gresik, Bogor, Balikpapan, Pekanbaru, Jogja, dll. 97
Sejak tahun 2009 awal, Asma merintis penerbitan sendiri: “Asma
Nadia Publishing House”. Salah satu buku yang diterbitkan telah
dialihkan ke layar lebar, berjudul Emak Ingin Naik Haji. Uniknya, seluruh
royalti dari buku tersebut diberikan untuk sosial kemanusiaan khususnya
membantu mewujudkan mimpi mereka yang saleh dan salehan, yang rindu
tanah suci tapi kurang mampu.98
Karya-karya Amar Asma Nadia
Adapun karya-karya yang telah dibuatnya, banyak diantara di
terbitkan oleh Penerbit Mizan, yaitu :
a. Preh (A Waiting), naskah drama dua bahasa, diterbitkan oleh Dewan
Kesenian
b. Jakarta Cinta Tak Pernah Menar, kumpulan cerpen, meraih Pena
Award
c. Rembulan di Mata Ibu (2001), novel, memenangkan penghargaan
Adikarya IKAPI sebagai buku remaja terbaik nasional
d. Dialog Dua Layar, memenangkan penghargaan Adikarya IKAPI, 2002
e. 101 Datang meraih penghargaan Adikarya IKAPI, 2005
f. Jangan Jadi Muslimah Nyebelin!, nonfiksi, best seller.
g. Emak Ingin Naik Haji: Cinta Hingga Ke Tanah Suci (Asma Nadia
Publishing House)
97 Asma Nadia, Emak ingin Naik Haji, (Asma Nadia Publishing House 2009), h. 185 98 Asma Nadia, Emak ingin Naik Haji, (Asma Nadia Publishing House 2009), h.186
i
h. Jilbab Traveler (AsmaNadia Publishing House)
i. Muhasabah Cinta Seorang Istri
j. Catatan hati bunda
Karya-karya berikut ditulis bersama penulis lain:
a. Ketika Penulis Jatuh Cinta, Penerbit Lingkar Pena, 2005
b. Kisah Kasih dari Negeri Pengantin, Penerbit Lingkar Pena, 2005
c. Jilbab Pertamaku, Penerbit Lingkar Pena, 2005
d. Miss Right Where R U? Suka Duka dan Tips Jadi Jomblo Beriman,
Penerbit Lingkar Pena, 2005
e. Jatuh Bangun Cintaku, Penerbit Lingkar Pena, 2005
f. Gara-gara Jilbabku, Penerbit Lingkar Pena, 2006
g. Galz Please Don’t Cry, Penerbit Lingkar Pena, 2006
h. The Real Dezperate Housewives, Penerbit Lingkar Pena, 2006
i. Ketika Aa Menikah Lagi, Penerbit Lingkar Pena, 2007
j. Karenamu Aku Cemburu, Penerbit Lingkar Pena, 2007
k. Catatan Hati di Setiap Sujudku, Penerbit Lingkar Pena, 2007.
l. Badman: Bidin
m. Suparman Pulang Kampung
n. Pura-Pura Ninja
o. Catatan Hati di Setiap Sujudku (kumpulan tulisan dari mailing list).
i
BAB IV
ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM NOVEL
CINTA DI UJUNG SAJADAH KARYA ASMA NADIA
A. Isi Pesan Dakwah dalam Novel Cinta di Ujung Sajadah
Adapun pengertian akhlak yang terkait dengan isi novel Cinta di Ujung
Sajadah yaitu, akhlak adalah tindakan seseorang untuk mendorong,
melakukan perbuatan yang mudah tanpa membutuhkan sebuah pemikiran.
Secara garis besar akhlak terbagi menjadi:
4.) Akhlak kepada Allah
5.) Akhlak terhadap sesama manusia
6.) Ahlak terhadap hewan, tumbuhan, alam.
Pada pembahasan Bab IV ini penulis akan menguraikan data dalam
memperoleh validitas dan reliabilitas tentang isi pesan dakwah dalam novel
“Cinta di Ujung Sajadah” karya Asma Nadia. Data yang diolah berupa kalimat
atau dialog yang terdapat dalam paragrap yang mengandung pesan dakwah.
Di dalam novel ini banyak terdapat pesan akhlak
Pengolahan data pada novel “Cinta di Ujung Sajadah” sesuai dengan
kategori yang ditentukan, yaitu kategori pesan aqidah, yang meliputi Iman
kepada Allah, Iman Kepada Rasul, Iman Kepada Kitab. Kemudian akhlak
yang meliputi akhlak kepada Allah, akhlak kepada sesama manusia.
Selanjutnya kategori syariah dengan subkategori ibadah dan muamalah, yang
kemudian akan ditampilkan dalam data dan jumlah frekuensi.
Untuk memperoleh reliabilitas dan validitas kategori isi pesan dalam
novel “Cinta di Ujung Sajadah”, peneliti membuat pengujian kategori yang
sudah penulis tetapkan kepada tiga orang juri yang dipilih berdasarkan latar
belakang pendidikan mereka dan pengetahuan mereka dalam bidang dakwah
dan komunikasi. Koder terdiri dari juri 1 yaitu Rosdiana, juri 2 yaitu Triani
Sugianingsih, juri 3 yaitu Luqman Sjarif. Hasil dari kesepakatan tim juri
i
tersebut dijadikan sebagai koefisien. Berikut ini adalah tabel rincian
kesepakatan antar juri.
Untuk memperoleh koefisien reliabilitas kategori antar juri, penulis
menguraikan rumus dari Hostly99
, sebagai berikut:
Koefisien reliabilitas = 21
2
NN
M
+
2M = Nomor keputusan yang sama antar juri
NI+N2 = Jumlah item yang dibuat oleh tim juri
M = Kesepakatan antar juri
N = Jumlah yang diteliti
Tabel yang menunjukkan tingkat kesepakatan antar juri berada pada
halaman lampiran.
Berikut ini adalah tabel hasil kesepakatan antar juri:
Tabel 2
Koefisien Reliabilitas Kesepakatan
Antar Juri Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai
Ke 1 dan 2 70 65 5 0,93
Ke 2 dan 3 70 68 2 0,97
Ke 1 dan 3 70 64 6 0,91
Dari tabel diatas menunjukkan tingkat kesepakatan antar juri 1 dan 2
sebesar 0,93 , menujukkan bahwa terdapat kesepakatan yang cukup tinggi
antar juri. Pada kesepakatan juri 2 dan 3 nilai kesepakatannya sebesar 0,97,
angka tersebut menunjukkan kesepakatan yang tinggi antar kedua juri.
Sedangkan kesepakatan tertinggi berada pada kesepakatan antar juri 1 dan 3
sebesar 0,91, itu berarti juri 2 dan juri 3 lebih memahami pesan-pesan dakwah
yang terdapat dalam novel “Cinta di Ujung Sajadah”.
99 Jumroni, Metodologi Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006),
cet ke-1
i
Kemudian untuk menghitung rata-rata perbandingan nilai kesepakatan
antar juri dapat dihitung dengan rumus komposit reliabilitas sebagai berikut:
Komposit Reliabilitas = ))(1(1
)(
juriantarXN
juriantarXN
−+
Keterangan :
N = Jumlah juri
X = Rata-rata
Aqidah = 20 : 70 = 0,28
Akhlak = 38 : 70 = 0,54
Syariah = 12 : 70 = 0,17
Jadi 0,28+0,54+0,17 = 0,99
Komposit Reliabilitas = ))(1(1
)(
juriantarXN
juriantarXN
−+
= )99,0)(13(1
)99,0(3
−+
= 98,11
97,2
+
= 0,99
Dari hasil yang ditemukan penulis maka rata-rata tingkat kesepakatan
antar juri cukup tinggi yaitu sebesar 0,99
Setelah penulis melakukan perhitungan reliabilitas kepada tiga juri
terhadap kategori-kategori yang telah penulis buat. Selanjutnya akan
ditampilkan data mengenai kalimat atau dialog dalam paragraf yang
mengandung pesan dakwah, kemudian dihitung mendapatkan nilai frekuensi
dari masing-masing kategori tersebut.
Berikut ini merupakan rincian hasil penelitian dengan memakai rumus
penelitian:
P= F/N X 100%
Keterangan:
i
P : Presentase
F : Frequensi data
N : Jumlah data yang dimaksud
Tabel 3
Rincian Hasil Penelitian Kategori Pesan Aqidah
Novel “Cinta di Ujung Sajadah”
No. Kategori pesan aqidah F %
1. Iman kepada Allah 16 80
2. Iman kepada Rasul 4 20
Jumlah 20 100
Dari rincian hasil kategorisasi diatas menunjukkan pesan aqidah yang
terdapat dalam novel “Cinta di Ujung Sajadah” adalah pesan yang
mengandung unsur Iman kepada Allah yang mendominasi terlihat dari hasil
prosentase Iman Kepada Allah sebanyak 80%, sedangkan prosentase Iman
kepada Rasul hanya 20%.
Berikut ini adalah tabel yang mengandung rincian kategorisasi pesan
aqidah.
Tabel 4
Rincian Kategorisasi Pesan Aqidah
No Halaman/
Paragraph Kutipan/uraian Keterangan
1. H.3 , P.1 Ia, Allah mengabulkan doanya. Iman kepada Allah
2. H.4, P.9 Ya Allah, bisiknya. Iman kepada Allah
3. H.5, P.2 Berkali - kali perempuan muda
itu menyapa dan bershalawat,
hingga langkahnya menjauhi
Raudhah.
Iman kepada Allah
4. H.5, P.3 Allah mengembalikan ruh Nabi Iman kepada Rasul
i
untuk menjawab siapa saja yang
mengucap salam dan shalawat
kepada Nabi di masjidnya.
5. H.5, P.3
Itu sebabnya dia selalu ingin
mengulang salam kepada lelaki
yang telah memberikannya
cahaya bagi seluruh manusia.
Iman kepada Rasul
6. H.5, P.4 Assalamu’alaika ya
rosuulallahi….
Iman kepada Rasul
7. H.119, P.8
Memanglah, Islam itu rahmatan
lil alamim. Anak ibarat investasi
orang tua di masa depan. Anak
ibarat….”
Iman kepada Rasul
8. H.142, P.1 Tidak jarang perempuan dengan
tahi lalat itu minta di ajarkan
mengaji oleh Mbok Nah.
Iman kepada Allah
9. H.146, P.4 “Allah bersama tiap niat baik,
Cinta!”
Iman kepada Rasul
10. H.147, P.5 Amiin. Iman kepada Allah
11. H.147, P. 6 “Allah memberikan ilmu dan
hidayah pada siapa yang di
kehendakinya, bukan begitu?”
12. H.162, P.8 Allah, mulai hari ini,
kusandarkan diri sepenuhnya,
padaMu..
Iman kepada Allah
13. H.187, P.1 Tuhan, ini seperti jawaban atas
semua doa dan kerinduan.
Iman kepada Allah
14. H.232, P.2 “sebab Ayah tahu, ayah bisa
menitipkan istri dan anak-anak
ayah, pada penjagaan Allah. Dan
Dia…”
Iman kepada Allah
15. H.232, P.4 “Hanya Dia sebaik-baik penjaga,
Makky.”
Iman kepada Allah
16. H.234, P.6 Apakah ini cara-Nya memberi Iman kepada Allah
i
kemudahan untuk menguak
semua rahasia?
17. H.237, P.5 Allah. Hati Cinta berbisik. Iman kepada Allah
18. H.266, P.2 Ya Allah.
Cinta bersender di dinding
tembok sebuah rumah mencoba
menarik napas dalam-dalam.
Iman kepada Allah
19. H.288, P.10 Dia senang perjalanan ini telah
mendekatkan Cinta, yang baru
berjilbab, untuk bersandar
sepenuhnya kepada Allah.
Iman kepada Allah
20. H.299, P.9 Hanya Gusti Allah yang tahu,
bagaimana dia menangis sejak
jauh darimu.
Iman kepada Allah
Tabel 5
Rincian Hasil Penelitian Kategori Pesan Akhlak
Novel “Cinta di Ujung Sajadah”
No. Kategori pesan akhlak F %
1. Akhlak kepada Allah 2 5,3
2. Akhlak kepada sesama manusia 36 94.7
Jumlah 38 100
Dari rincian hasil penelitian kategorisasi pesan akhlak diatas, sub
kategori hubungaan sesama manusia yang lebih banyak dimuat dalam novel
“Cinta di Ujung Sajadah” dengan prosentase 94,7% sedangkan hubungan
antar sesama manusia prosentasenya sebesar 5,3%.
Berikut ini adalah tabel yang mengandung rincian kategorisasi pesan
akhlak.
Tabel 6
i
Rincian Kategorisasi Pesan Akhlak
No. Halaman/
Paragraf Kutipan/uraian Keterangan
1. H.6, P.4
Dan jika ada pahala dan kebaikan,
limpahkan untuk Ibu, yang kini
disisi-Mu. Rindu ke rumah-Mu,
adalah rindunya juga
Akhlak kepada
sesama manusia
2. H.36, P.5 “Sabar ya, Non. Bapak mungkin lagi
banyak pikiran.”
Akhlak kepada
sesama manusia
3. H.41, P.5 “Non, kedalam yuk, nanti masuk
angin!” Mbok Nah melingkarkan
sweater ke pundak Cinta
Akhlak kepada
sesama manusia
4. H.43, P.5 Peter tidak keberatan, “Setidaknya
aku bersyukur, Cinta. Punya Mami
yang baik banget!”
Ya, tentu saja. Siapa yang tidak?
“Wajar surga di taruh di kaki Ummi,
ya? Aisyah tersenyum lagi.
Akhlak kepada
sesama manusia
5. H.44, P.5 Jika saja mama masih ada. Cinta
siap sujud dan mencium kaki
perempuan itu.
Akhlak kepada
sesama manusia
6. H.47, P.4 “Assalamu’alaikum!” Akhlak kepada
Allah
7. H.49, P.6 “aku masuk dulu, Makky.” Akhlak kepada
sesama manusia
8. H.53, P.4 “Betul, Nak! Itu artinya sudah ada
kecenderungan hati. Awalnya
simpati. Maka hati kita akan terus
mengingat dia, lidah kita akan terus
menyebut namanya, dan perbuatan
kita selalu ditujukan untuk meraih
Akhlak kepada
sesama manusia
i
dan perhatian dia.”
9. H.119, P.5
“Kalau begitu masih nyambung ya
antara orang tua yang sudah
meninggal dengan anak yang masih
di dunia?”
Akhlak kepada
sesama manusia
10. H.121, P.4 Duh, Ibu! Bakti seperti apa yang
bisa ananda persembahkan?
Cikupkah dengan doa dan sholat?
Akhlak kepada
sesama manusia
11. H.125, P.1 Alhamdullilah. Kalimat itu tidak
terucap, tapi terlihat jelas dari gerak-
gerik mulut Aisyah, yang hari itu
mengenakan kerudung super
lebarnya.
Akhlak kepada
Allah
12. H.127, P.2 “harus kita tengok. Ujian sudah
dekat. Ada yang tahu nggak
alamatnya?”
Akhlak kepada
sesama manusia
13. H.127, P. 4 “boleh! Jangan lupa patungan, ya.
Beliin apa gitu.”
“black forest yang enak!”
Akhlak kepada
sesama manusia
14. H.131, P.3 Seorang anak perempuan, mungkin
adik Mirna menyilakan duduk. Lalu
sambil melompat-lompat berlari ke
dalam dan berteriak nyaring.
Akhlak kepada
sesama
manusia.
15. H.135, P.5 Berarti masalahnya bukan soal ibu
kandung atau bukan. Tapi lebih
kepada kasih sayang, cinta dan
perhatian manusia kepada manusia
lainnya. Lantas, Jika kasusnya
seperti Mirna, masih haruskah anak
berbakti?
Akhlak kepada
sesama manusia
16. H.143, P.1 Bahwa arti hidup baginya kini Akhlak kepada
i
adalah mempersembahkan bakti
terbaik untuk almarhumah Ibu.
sesama manusia
17. H.148, P.3 “Eh, iya terima kasih, Nak! Intinya
saya salut sama komitmen Cinta
untuk tidak bergosip lagi. Itu benar-
benar sikap yang tegas dari seorang
muslim, sikap salih, dan menjadi
amal jariah bagi orang tua. Insya
Allah!”
Akhlak kepada
sesama manusia
18. H.170, P.1 Cinta talah mempersiapkan lahir
batinnya untuk hari ini. Ia akan jadi
sebaik-baik anak, agar bisa
mengalirkan pahala terus menerus
pada Ibu. Cuma itu bakti satu-
satunya yang mungkin belum ia
persembahkan, kepada Ibu yang
telah berpulang.
Akhlak kepada
sesama manusia
19. H.187, P.7 Dulu sekali ia hampir menolak
ketika majikannya meminta untuk
merahasiakan semua dan baru
memberikan surat-surat yang dia
kirimkan setelah Cinta berusia tujuh
belas tahun.
Akhlak kepada
sesama manusia
20. H.188, P.1 Setelah itu terserah Cinta. Bok, biar
dia mengambil sikap.
Akhlak kepada
sesama manusia
21. H.196, P3 “Saya duduk disini, ya?”
Cinta mengangguk.
“Boleh?”
Cinta mengangguk lagi.
“Nanti nggak ada yang marah?”
Aduh, Cinta mulai mengomel dalam
hati, cowok ko bawel banget sih?
Akhlak kepada
sesama manusia
i
“Silahkan!” jawabnya pendek.
22. H.198, P.2 Dia bersyukur, Allah mengutus dua
sahabat terbaik. Neta dan Aisyah,
hingga gadis itu bisa meniti hari,
tanpa godaan yang berarti.
Akhlak kepada
Allah
23. H.234, P.5 Udah atuh ikut sama Ibu, mau? Ada
kamar biar tidak besar. Milik putri
Ibu dulu.”
Akhlak kepada
sesama manusia
24. H.256, P.4 “Cari siapa, Cah Ayu?”
“dari Jakarta, ya?”
“Celana Jinsnya apik!”
Akhlak kepada
sesama manusia
25. H.257, P.3 “Cari siapa, Dik?”
Seorang lelaki dengan kumis tebal
dan tato naga di lengannya, keluar
dari sebuah rumah, dan menegur
Cinta. Perempuan-perempuan yang
berusaha mendekati Cinta, serempak
membuat jarak
Akhlak kepada
sesama manusia
26. H.268, P.4 “Maafin aku, Net. Aku Cuma nggak
ingin merepotkan kalian.”
Akhlak kepada
sesama manusia
27. H.269, P.1 “Aku minta maaf, juga pada Aisyah.
Sebab telah membuat kalian
binggung.
Akhlak kepada
sesama manusia
28. H.273, P.1 “Assalamua’laikum, apa kabar,
Cinta?”
Akhlak kepada
sesama manusia
29. H.279, P.7 “Kita harus beli sesuatu buat ibumu,
Cinta.”
Akhlak kepada
sesama manusia
30. H.279, P.8 Hadiah untuk Ibu. Ya…harusnya
begitu. Tapi bagaimana kalau Ibu
sudah tidak ada…sudah mening…
Akhlak kepada
sesama manusia
i
31. H.296, P.1 Sementara Adji masih meneriakan
salam lewat jendela.
Akhlak kepada
sesama manusia
32. H.296, P.4 “Maaf, Bu…kami mencari…”
Adji yang tiba-tiba suda berdiri di
samping Makky melengkapi, ”Kami
mencari Ibu Ayuningsih.
Akhlak kepada
sesama manusia
33. H.302, P.5 Terbatuk-batuk perempuan itu
berjalan ke belakang. Tidak berapa
lama, keluar dengan beberapa gelas
air putih di atas baki,
“Diminum, Nak….ayo!.”
Akhlak kepada
sesama manusia
34. H.302, P.6 Neta dan Aisyah mengangguk
sopan.
Akhlak kepada
sesama manusia
35. H.303,P.2 “Maaf, Bu…apakah Cinta, bisa
bertemu Ibu Ayuningsih sekarang?
Apakah beliau sakit?” Adji
mengambil inisiatif bertanya.
Akhlak kepada
sesama manusia
36. H.305, P.4 “Maafkan saya….,”perempuan itu
menubruk Cinta yang berjongkok
dengan wajah pasi. Menyentuh pipi
gadis itu lembut, “Maafkan
saya…Cinta!”
Akhlak kepada
sesama manusia
37. H.309, P.3 Terakhir, Cinta mencium tangan
perempuan sederhana itu dengan
hormat, “Saya pamit Bu.”
Akhlak kepada
sesama manusia
38. H.309, P.5 “Datanglah kalau kamu kangen.” Akhlak kepada
sesama manusia
Tabel 7
Rincian Hasil Penelitian Kategori Pesan Syariah
Novel “Cinta di Ujung Sajadah”
i
No. Kategori pesan syariah F %
1. Ibadah 10 83,3
2. Muamalah 2 16.7
Jumlah 12 100
Dari rincian hasil penelitian penelitian dalam novel “Cinta di Ujung
Sajadah” banyak terdapat pesan ibadah terlihat dari prosentase data sebesar
83,3%, untuk pesan yang mengandung muamalah prosentase data sebesar
16,7%.
Berikut ini adalah tabel yang mengandung rincian kategorisasi pesan
syariah.
Tabel 8
Rincian Kategosisasi Pesan Syariah
No. Halaman/
paragraf Kutipan/uraian Keterangan
1. H.3 , P.2 Rukun dan wajib haji, kecuali tawaf
Waada’sudah selesai
Ibadah
2. H.102, P. 4 “artinya, sunatullah itu sudah dari
sononya begitu. Ada yang putih ada
yang hitam, Ada yang hak ada yang
batil. Ada yang baik dan juga ada yang
jahat. Ada yang kurus dan ada yang
….”sambil mengarahkan pandangan ke
Aisyah.
Muamalah
3. H.119, P. 2 “ada tiga perkara, yang menolong orang
yang sudah meninggal. Pertama: amal
jariah. Kedua: ilmu yang bermanfaat.
dan tiga ananda cinta yang baik…”
Iwan menatap Cinta dengan pandangan
Muamalah
i
kebapaan, ketiga Adalah,"anak yang
sholeh Atau nasihat!”
4. H.162, P.5 Cinta pasrah dalam sujud panjang
pertamanya, hari ini.
Ibadah
5. H.170, P.2 Ia membalut kepalanya dengan sehelai
jilbab. Kain persegi panjang berwarna
pink. Sambil meniatkan, dalam hati.
Ibadah
6. H.232, P.6 Makky bangkit, menggulung kaus
tangan panjangnya setengah lengan lalu
melangkah ke kamar mandi untuk
mengmbil wudhu.
Ibadah
7. H.232, P.7 Dia akan shalat dan menerima kepada
Allah dalam sujud akhir, untuk menjaga
Cinta, untuknya.
Ibadah
8. H.238, P.1 “Yang Heran, si Lin rajin sholatnya,
Neng. Setiap sholat dia berdoa lama
sekali. Meski sampai sekarang Ibu tak
pernah mengerti benar apa doanya.”
Ibadah
9. H.274, P.5 Allah memberi banyak kejutan hari ini.
Hadiah karena sholat malamnya kah?
Ibadah
10. H.274, P.7 Allah Maha Baik. Padahal shalat
malamnya sudah mepet azan subuh!
Ibadah
11. H.289, P.2 Tengah malam saat terbangun, Aisyah
menemukan Cinta sudah
menghampamparkan sajadah. Sedang
khusyuk berdoa. Wajah beningnya
dalam balutan mukena putih,
menengadah. Ada titik air mata yang
mengalir deras sementara bibirnya
melantunkan doa-doa panjang. Tidak
lama dilihatnya Cinta bersujud, lama
Ibadah
i
sekali.
12. H.291, P. 4 Cinta semakin memperkuat doa.
Semoga Allah memberinya kesempatan
bertemu ibu, memeluk dan menciumi
wajahnya, lalu bersimpuh di kakinya,
dimana surga terlukis disana.
Ibadah
B. Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Novel Cinta di Ujung Sajadah
Setelah melakukan pengolahan data untuk memperoleh koefisien
reliabilitas kategori dan rincian hasil hasil kategorisasi pesan yang terdapat
dalam novel “Cinta di Ujung Sajadah”, maka dapat ditemukan pesan-pesan
dakwah yang terdapat dalam novel tersebut seperti terlihat dalam uraian
berikut.
1. Pesan Dakwah yang mengandung Aqidah
Aqidah Islam dasarnya adalah Iman Kepada Allah, Iman Kepada
Malaikat, Iman kepada Rasul, Iman kepada Kitab, Iman kepada Hari
Akhir, dan Iman kepada qadha dan qadar.
Berikut ini adalah kutipan pesan dakwah aqidah yang termasuk
dalam iman kepada Allah dalam novel “Cinta di Ujung Sajadah”
Ia bersyukur, Allah mengabulkan doanya. Mengizinkan kakinya menapaki
tanah suci H.3 , P.1
Kalimat tersebut, terdapat di bagian awal cerita dalam novel Cinta di
Ujung Sajadah. Hal ini menjelaskan tentang keadaan tokoh utama dalam
novel ini, yang berucap syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan
kesempatan padanya untuk menapaki kakinya di tanah suci. Sebagai
manusia kita wajib bersyukur kepada Allah dengan memenuhi
pangilannya jika kita sudah di percayakan atau di cukupkan.
Ya Allah, bisiknya. H.4, P.9
i
Berkali - kali perempuan muda itu menyapa dan bershalawat, hingga
langkahnya menjauhi Raudhah. H.5, P.2
Allah mengembalikan ruh Nabi untuk menjawab siapa saja yang
mengucap salam dan shalawat kepada Nabi di masjidnya. H.5, P.3
Penulis ingin menyampaikan pesan untuk hamba Allah,
Berbanyaklah berucap salam atas junjungan Nabi besar dimanapun,
karena Nabi dan Rasul Allah mendengar dan menjawab salam kita.
Itu sebabnya dia selalu ingin mengulang salam kepada lelaki yang telah
memberikannya cahaya bagi seluruh manusia. H.5, P.3
Pengarang novel ingin menyampaikan pesan kepada kita, bahwa
kerinduan akan menjadikan kita semakin dekat dengan bersalawat kepada
kekasih Allah, secara tidak langsung kita akan mendapatkan berkah serta
menentramkam jiwa.
Assalamu’alaika ya rasuulallahi…. H.5, P.4
Pesan yang terdapat didalam kalimat ini adalah iman kepada Rasull
yang telah membawa kita dari zaman jahiliah kezaman yang berakhlak
mulia. Hendaknya kita memberikan salam sebagai tanda keimanan kita
kepada Allah seperti dalam rukun Iman.
Memanglah, Islam itu rahmatan lil alamim. Anak ibarat investasi orang
tua di masa depan. Anak ibarat….” H.119, P.8
Islam adalah agama yang di rahmati Allah, penulis juga
menyampaikan pesan bahwa doa anak kepada orang tuanya akan sampai
walau terbatas ruang dan waktu, bahkan ketikan orang tuanya telah tiada.
Oleh karena itu di katakana anak ibarat investasi orang tuanya.
Tidak jarang perempuan dengan tahi lalat itu minta di ajarkan mengaji
oleh Mbok Nah. H.142, P.1
Pesan yang di sampaikan dalam kalimat ini yaitu penulis
menggambarkan sosok seorang perempuan yang masih ingin belajar
i
mengaji walaupun usianya tidak lagi remaja. Di dalam Al-Quran di
jelaskan dalam surat Al-A’laq “Yang artinya bacalah dengan nama
Tuhanmu yang menciptakan manusia dari segumpal daging…”
“Allah bersama tiap niat baik, Cinta!” H.146, P.4
Penulis ingin menyampaikan pesan kepada kita jika kita memiliki
niat baik segeralah untuk di laksanakan. Karena di setiap niat, Allah pasti
mengetahui. Karena kita pun hidup tidak akan selamanya.
Amiin. H.147, P.5
Dalam kata ini mengandung nilai pesan berharap ke riddhaan Allah,
penulis menyampaikan nilai-nilai iman kepada Allah ketika kita memiliki
pengharapan atas doa kita mengucapkan Amin.
“Allah memberikan ilmu dan hidayah pada siapa yang di kehendakinya,
bukan bgitu?” H.147, P. 6
Penulis menggambarkan kepada kita bahwa tidak ada yang tidak
mungkin di dunia ini jika Allah mengijinkan untuk terjadi bgitupun
dengan ilmu yang akan Allah Beri kepada siapa yang di
kehendakinyaNya.
Allah, mulai hari ini, kusandarkan diri sepenuhnya, padaMu.. H.162, P.8
Pesan yang dapat di ambil dari pengalan kalimat ini adalah,
kepasrahan tokoh utama yang bermana Cinta ketika ia meksanakan
shalatnya yang lebih khuysuk dari biasanya, ia menumpahkan kesedihan,
kemarahan, kekecewaan, rasa takut yang gamang kepada EmpuNya. Hal
ini dapat mencerminkan kita untuk selalu mendekatkan diri kepada Yang
Maha Kuasa karena hanya kepadanya kita dapat mengenbalikan apa-apa
yang kita jalani.
i
Tuhan, ini seperti jawaban atas semua doa dan kerinduan. H.187, P.1
Doa kita setiap saat pasti akan di ijabah oleh Allah hanya kita tidak
tahu kapan Allah akan mewujudkannya, namun kita sebagai mahluk
ciptaannya haru selalu memohon dann berdoa karena Allah lebih tau
waktu yang terbaik untuk kita. seperti Cinta dalam novel ini yang selalu
berdoa dan Allah menjawab Atas doa dan kerinduannya terhadap Ibunya.
“sebab Ayah tahu, ayah bisa menitipkan istri dan anak-anak ayah, pada
penjagaan Allah. Dan Dia…” H.232, P.2
Dalam novel ini pengarang menggambarkan pesan Iman kepada
Allah melalui Sosok seorang ayah dari Makky, yaitu kita semata-mata
hanya dapat menjaga orang-orang yang di cintai sebatas pandangan kasat
mata tetapi sesungguhnya penjagaan Allah lah yang lebih utama dan
sesungguhnya Allah Maha Tinggi.
“Hanya Dia sebaik-baik penjaga, Makky.” H.232, P.4
Dalam memunajat kepada Allah serta memohon penjagaan, dalam
novel ini di ungkapkan oleh sosok Makky, pemuda yang baik percaya
bahwa hanya Allah yang dapat menjaga hambanya. Oleh karena itu kita
hanya boleh memohon penjagaaan kepadaNya.
Apakah ini cara-Nya memberi kemudahan untuk menguak semua
rahasia?. H.234, P.6
Pesan yang dapat di tarik dari cerita ini yaitu, Allah tidak akan
mencoba hambanya di luar batas kemampuan hambanya, oleh karena itu
kita dalam menemui keberhasilan pasti akan melewati cobaan yang
menguji kesabaran dan ke ikhlasan kita.
i
Allah. Hati Cinta berbisik. Tersentuh dengan ketulusan perempuan yang
ada di depannya, orang lain boleh melihat Lin sebagai anak yang malang ,
karena lahir tidak normal H.237, P.5
Selalu mengingat Allah adalah baik untuk kita dimana pun kita
berada agar selalu dalam lindungannya.
Ya Allah.
Cinta bersender di dinding tembok sebuah rumah mencoba menarik napas
dalam-dalam. H.266, P.2
Cinta dalam cerita ini sebagai tokoh utama selalu mengingat Allah
dimanapun ia berada sebagai rasa kepasrahan terhadap Allah dari setiap
cobaan.
Dia senang perjalanan ini telah mendekatkan Cinta, yang baru berjilbab,
untuk bersandar sepenuhnya kepada Allah. H.288, P.10
Pengarang menceritakan betapa kagumnya seorang Makky dengan
Cinta yang tambah dekat dengan Allah dengan memilih untuk berjilbab.
Hal ini juga berklaitan dengan perintah Allah dalam Al’Quran.
“Hanya Gusti Allah yang tahu, bagaimana dia menangis sejak jauh
darimu”. H.299, P.9
Allah maha melihat apa-apa yang tidak di ketahui hambanya, dalam
novel ini menceritakan kepasrahan seorang ibu yang jauh dari anaknya.
Pesan yang di sammpaikan adalah kesabaran akan takdir yang di tetapkan
Allah.
2. Pesan Dakwah yang mengandung Akhlak
Berikut ini adalah kutipan pesan dakwah aqidah yang termasuk
dalam akhlak kepada Allah dan Akhlak kepada sesama dalam novel
“Cinta di Ujung Sajadah”
i
Dan jika ada pahala dan kebaikan, limpahkan untuk Ibu, yang kini disisi-
Mu. Rindu ke rumah-Mu, adalah rindunya juga. H.6, P.4
Harapan seorang anak kepada Allah untuk ibunnya yang juga
merindukan rumah Allah.
“Sabar ya, Non. Bapak mungkin lagi banyak pikiran.” H.36, P.5
Sifat bijak yang dimiliki Mbo Nah, mencerminkan akhlak kita
terhadap sesama manusia, yang tidak luput dari amarah.
“Non, kedalam yuk, nanti masuk angin!” Mbok Nah melingkarkan
sweater ke pundak Cinta. H.41, P.5
Kasih sayang seorang mbo kepada anak majikannya, mengambarkan
sifat kasih sayang antar sesama
Peter tidak keberatan, “Setidaknya aku bersyukur, Cinta. Punya Mami
yang baik banget!”
Ya, tentu saja. Siapa yang tidak?
“Wajar surga di taruh di kaki Ummi, ya? Aisyah tersenyum lagi. H.43, P.5
Pengarang mengambarkan adab terhadap orang tua melalui seorang
Peter (teman sekolah Cinta), yang mengungkapkan kepada teman-
temannya bahwa ia bersyukur memiliki orang tua yang menyayanginya,
perhatian padanya.
Jika saja mama masih ada. Cinta siap sujud dan mencium kaki perempuan
itu. H.44, P.5
Pengarang mencerminkan akhlak kepada sesama manusia terutama
dengan Ibu melalui sosok cinta, karena kita ketahui bahwa surga berada di
bawah telapak kaki Ibu.
“Assalamu’alaikum!” H.47, P.4
i
Pengarang ingin menyampaikan melalui ungkapan salam, karena di
dalam ajaran agama Islam berucap salam sama dengan kita mendoakan
seseorang yang kita ucapkan salam.
“aku masuk dulu, Makky.” H.49, P.6
Pengarang ingin menyampaikan pesan melalui sapaan kecil kepada
Makky, sebagai adab ketika meninggalkan seseorang dengan berpamitan.
“Betul, Nak! Itu artinya sudah ada kecenderungan hati. Awalnya simpati.
Maka hati kita akan terus mengingat dia, lidah kita akan terus menyebut
namanya, dan perbuatan kita selalu ditujukan untuk meraih dan perhatian
dia.” H.53, P.4
Jika kita suka dengan sesuatu, akan timbul bayangan untuk selalu
mengingat, dalam cerita ini Cinta selalu membicarakan anak Makky laki-
laki yang tinggal tidak jauh dari rumahnya, sehingga temannya merasa ada
yang berbeda dari Cinta.
“Kalau begitu masih nyambung ya antara orang tua yang sudah meninggal
dengan anak yang masih di dunia?” H.119, P.5
Pengarang ingin mengulas tentang hal-hal yang terkait dengan adab
terhadap orang tua. Bahwa sesungguhnya doa anak yang sholeh itu
sampai kepada orang tua yang telah tiada.
Duh, Ibu! Bakti seperti apa yang bisa ananda persembahkan? Cikupkah
dengan doa dan sholat? H.121, P.4
Rasa Cinta dan sayangnya terhadap Ibu ia lukiskan dengan harapan
apa yang dia lakukan dapat membuat Ibunya bangga walau hanya seuntai
doa.
Alhamdullilah. Kalimat itu tidak terucap, tapi terlihat jelas dari gerak-
gerik mulut Aisyah, yang hari itu mengenakan kerudung super lebarnya.
H.125, P.1
Aisyah mengambarkan rasa bahagianya, sehingga mengucapkan
tanda syukur. Hal ini mencontohkan kepada kita arti penting rasa syukur.
i
“harus kita tengok. Ujian sudah dekat. Ada yang tahu nggak alamatnya?”
H.127, P.2
Perhatian yang di gambarkan oleh teman-teman Cinta untuk
menjenguk Mirna, hal yang patut di teladani, karena sesama manusia
harus saling tolong menolong, jika ada sodara semuslim tertimpa musibah,
kita pun merasa sakitnya. Seperti satu tubuh.
“boleh! Jangan lupa patungan, ya. Beliin apa gitu.”
“black forest yang enak!” H.127, P. 4
Ketika kita nenjenguk orang sakit tentulah utama doa yang kita
bawa, buah tangan adalah rasa syukur kita kepada Allah untuk berbagi
pada sesama.
Seorang anak perempuan, mungkin adik Mirna menyilakan duduk. Lalu
sambil melompat-lompat berlari ke dalam dan berteriak nyaring. H.131,
P.3
Anak-anak itu seperti kertas yang akan bernuansa ketika kita mulai
mencoretkan pena, sehingga kita harus dapat mencontohkan hal yang baik
kepada anak-anak agar kelak dapat memahami nilai-nilai.
Berarti masalahnya bukan soal ibu kandung atau bukan. Tapi lebih
kepada kasih sayang, cinta dan perhatian manusia kepada manusia
lainnya. Lantas, Jika kasusnya seperti Mirna, masih haruskah anak
berbakti? H.135, P.5
Kita sebagai anak memiliki kewajiban untuk selalu menghormati
orang tua, seperti apa yang di katakan pengarang saat wawancara, bahwa
kita tidak selalu mengerti cara orang tua menyayangi kita.
Bahwa arti hidup baginya kini adalah mempersembahkan bakti terbaik
untuk almarhumah Ibu. H.143, P.1
i
Di ulas dengan indah oleh pengarang, bahwa pesan akhlak ini
mengingatkan kepada pembaca, bahwa seorang anak harus menyadari
pengorbanan seorang Ibu. Sehingga kita harus tetap berbuat baik padanya.
“Eh, iya terima kasih, Nak! Intinya saya salut sama komitmen Cinta untuk
tidak bergosip lagi. Itu benar-benar sikap yang tegas dari seorang muslim,
sikap salih, dan menjadi amal jariah bagi orang tua. Insya Allah!” H.148,
P.3
Hal ini memberikan kita pemahaman bahwa, sikap istiqomah harus
ada di dalam jiwa setiap muslim agar dapat menjaga nilai-nilai yang di
ketahui.
Cinta talah mempersiapkan lahir batinnya untuk hari ini. Ia akan jadi
sebaik-baik anak, agar bisa mengalirkan pahala terus menerus pada Ibu.
Cuma itu bakti satu-satunya yang mungkin belum ia persembahkan,
kepada Ibu yang telah berpulang. H.170, P.1
Cinta memilih untuk mendekatkan diri dengan berjilbab, karena ia
merasa hanya ini yang bisa ia persembahkan. Rasa sayang, ikhlas akan
membuat segala yang dapat dilakukan dengan syariat menjadi indah.
Dulu sekali ia hampir menolak ketika majikannya meminta untuk
merahasiakan semua dan baru memberikan surat-surat yang dia kirimkan
setelah Cinta berusia tujuh belas tahun. H.187, P.7
Sikap Mbo Nah, mengambarkan kepada kita tentang arti sebuah
kejujuran, oleh karena itu ia merasa anak harus tau oleh siapa di lahirkan,
kesabaran Mbo Nah patut di teladani.
Setelah itu terserah Cinta. Bok, biar dia mengambil sikap. H.188, P.1
Manusia harus memiliki harapan. Dari cerita ini kita di ajarkan untuk
bias menjadi orang yang sabar.
“Saya duduk disini, ya?”
Cinta mengangguk.
“Boleh?”
Cinta mengangguk lagi.
i
“Nanti nggak ada yang marah?”
Aduh, Cinta mulai mengomel dalam hati, cowok ko bawel banget sih?
“Silahkan!” jawabnya pendek. H.196, P3
Cinta merasa Adji laki-laki yang baru di kenalnya terlalu berlebihan,
hingga membuat cinta kurang merasa nyaman dengan duduknya. Hal ini
dapat memberikan kita gambaran bagaimana cara yang baik dalam
berkomunikasi dengan orang lain.
Dia bersyukur, Allah mengutus dua sahabat terbaik. Neta dan Aisyah,
hingga gadis itu bisa meniti hari, tanpa godaan yang berarti. H.198, P.2
Manusia tidak ada yang dapat hidup sendiri, cinta bersyukur karena
Allah maha baik, begitu pun dengan kita harus bersyukur dengan titipan
Allah, keluarga, teman yang berbaik kepada kita.
Udah atuh ikut sama Ibu, mau? Ada kamar biar tidak besar. Milik putri
Ibu dulu.” H.234, P.5
Dalam keadaan sulit, seorang Ibu tak di kenal berbuat baik kepada
Cinta, hal ini mencontohkan kepada kita untuk selalu berbua baik tanpa
harus menilai dari golonggan, fisik dan kedudukan.
“Cari siapa, Cah Ayu?”
“dari Jakarta, ya?”
“Celana Jinsnya apik!” H.256, P.4
Dimanapun kita berada kita harus memiliki tata krama sehingga
orang pun dapat menghargai kita.
“Cari siapa, Dik?”
Seorang lelaki dengan kumis tebal dan tato naga di lengannya, keluar dari
sebuah rumah, dan menegur Cinta. Perempuan-perempuan yang berusaha
memdekati Cinta, serempak membuat jarak H.257, P.3
Sesungguhnya setiap manusia terpadat rasa kasih dan sayang,
tercermin dari pengalan dialog di atas, bahwa tidak semua dapat di nilai
i
dari luarnya saja, bagus diluar belum tentu bagus di dalam demikian
sebaliknya.
“Maafin aku, Net. Aku Cuma nggak ingin merepotkan kalian.” H.268, P.4
Cinta yang rindu terhadap Ibu merasa cukup dia yang mencari,
Ahlak yang baik membuat teman-temannya menyayanginya. Sehingga
sikap Cinta patut di teladani.
“Aku minta maaf, juga pada Aisyah. Sebab telah membuat kalian
binggung. H.269, P.1
Ia pun sayang terhadap teman-temannya, karena didalam
persahabatan harus saling pengertian.
“Assalamua’laikum, apa kabar, Cinta?” H.273, P.1
Ucapan salam dari Makky ini membuat cinta bahagia karena, Makky
beserta kawan-kawannya sampai juga di jogja.
“Kita harus beli sesuatu buat ibumu, Cinta.” H.279, P.7
Hal ini mengambarkan indahnya kebersamaan, cinta kepada orang
tua.
Hadiah untuk Ibu. Ya…harusnya begitu. Tapi bagaimana kalau Ibu sudah
tidak ada…sudah mening… H.279, P.8
Putus asa adalah hal yang di benci Allah, oleh karena itu kita harus
tetap optimis dalam segala hal, agar kehidupan kita menjadi indah.
Sementara Adji masih meneriakan salam lewat jendela. H.296, P.1
i
Adji, teman baru cinta memiliki kepribadian yang berbeda dengan
makky.
“Maaf, Bu…kami mencari…”
Adji yang tiba-tiba suda berdiri di samping Makky melengkapi, ”Kami
mencari Ibu Ayuningsih. H.296, P.4
Makky membantu Cinta untuk menemukan Ibunya, hal ini adalah
rasa kesetiakawanan terhadap sahabat.
Terbatuk-batuk perempuan itu berjalan ke belakang. Tidak berapa lama,
keluar dengan beberapa gelas air putih di atas baki,
“Diminum, Nak….ayo!.” H.302, P.5
Seorang Ibu yang baik hati, memberikan minum kepada cinta dan
kawan-kawan.
Neta dan Aisyah mengangguk sopan. H.302, P.6
Sikap yang dapat di teladani ketika kita bertamu ke rumah orang
lain.
“Maaf, Bu…apakah Cinta, bisa bertemu Ibu Ayuningsih sekarang?
Apakah beliau sakit?” Adji mengambil inisiatif bertanya. H.303,P.2
Harapan Cinta adalah harapan kawan-kawannya yang ingin melihat
cinta bahagia bertemu dengan ibunya.
“Maafkan saya….,”perempuan itu menubruk Cinta yang berjongkok
dengan wajah pasi. Menyentuh pipi gadis itu lembut, “Maafkan
saya…Cinta!” H.305, P.4
Setiap anak yang menyayangi Ibunya pasti ingin sekali berbakti,
bgitupun dengan Cinta, namun kenyataan selalu sama dengan harapan.
Terakhir, Cinta mencium tangan perempuan sederhana itu dengan hormat,
“Saya pamit Bu.” H.309, P.3
i
Cinta mencerminkan anak yang Sholeha, ia tetap menghormati orang
lain yang lebih tua seperti menghormati orang tuanya.
“Datanglah kalau kamu kangen.” H.309, P.5
Datang ke pusara Ibunya, dapat mengobati hatinya yang rindu.
3. Pesan Dakwah yang Mengandung Syariah.
Berikut ini adalah kutipan pesan dakwah aqidah yang termasuk
Ibadah dan Muamalah Dalam novel “Cinta di Ujung Sajadah”
Rukun dan wajib haji, kecuali tawaf Waada’sudah selesai. Tetapi hatinya
merasa ibadah terasa lengkap setelah ia mencapai Madinah.H.3 , P.2
Kerinduannya terhadap rumah Allah menjadi contoh kita agar selalu
optimis, bahwa Allah akan membuat indah pada waktunya.
“artinya, sunatullah itu sudah dari sononya begitu. Ada yang putih ada
yang hitam, Ada yang hak ada yang batil. Ada yang baik dan juga ada
yang jahat. Ada yang kurus dan ada yang ….”sambil mengarahkan
pandangan ke Aisyah. H.102, P. 4
Allah ciptakan ada siang dan malam, ada baik juga buruk, hal ini
menjawab ke alpaan kita bahwa didunia tidak di ciptakan baik semua
tetapi juga sebaliknya agar menjadi seimbang.
“ada tiga perkara, yang menolong orang yang sudah meninggal. Pertama:
amal jariah. Kedua: ilmu yang bermanfaat. dan tiga ananda Cinta yang
baik…” Iwan menatap Cinta dengan pandangan kebapaan, ketiga Adalah,
"anak yang sholeh Atau salehat!” H.119, P. 2
Hal ini mengingatkan kepada kita tentang anak yang sholeh yang
selalu ingin memberikan kebahagiaan kepada orang tuannya.
Cinta pasrah dalam sujud panjang pertamanya, hari ini. H.162, P.5
i
Cinta merasa ini saatnya mengadu kepada Allah atas kesedihan yang
di alaminya, hal ini memberikan kita cerminan bahwa, hanya kepada Allah
sajalah kita memohon dan meminta.
Ia membalut kepalanya dengan sehelai jilbab. Kain persegi panjang
berwarna pink. Sambil meniatkan, dalam hati. H.170, P.2
Niatnya yang baik membuatnya menemukan apa yang ia cari. Yaitu
bisa membahagiakan Ibu.
Makky bangkit, menggulung kaus tangan panjangnya setengah lengan lalu
melangkah ke kamar mandi untuk mengmbil wudhu. H.232, P.6
Makky laki-laki yang baik dan bertanggung jawab, mengerti akan
kewajibannya sebagai manusia untuk mensucikan diri dan beribadah, kita
pun harus mengetahui kewajiban kita kepada Allah
Dia akan shalat dan meminta kepada Allah dalam sujud akhir, untuk
menjaga Cinta, untuknya. H.232, P.7
Manusia hanya dapat menjaga manusia lainnya sebatas pandangan
mata, namun Allah yang maha tinggi akan menjaga apa-apa yang Dia
kehendaki.
“Yang Heran, si Lin rajin sholatnya, Neng. Setiap sholat dia berdoa lama
sekali. Meski sampai sekarang Ibu tak pernah mengerti benar apa
doanya.”.238, P.1
Lin anak yang berbeda dengan anak lainnya, Namun dengan
keterbatasannya ia selalu berdoa kepada Allah. Mengingatkan kepada kita
yaitu yang membedakan kita di mata Allah bukanlah nilai, golongan,
tetapi kadar ke imanan.
Allah memberi banyak kejutan hari ini. Hadiah karena sholat malamnya
kah? H.274, P.5
Berbaik sangka kepada Allah, Allah memberikan apa yang kita
minta, Allah juga memberikan Apa yang terbaik untuk kita.
i
Allah Maha Baik. Padahal shalat malamnya sudah mepet azan subuh!
H.274, P.7
Allah akan memberi apa yang hambanya minta, dengan Rahmannya
dengan Maha Rahimnya, Allah dekat sedekat urat nadi kita.
Tengah malam saat terbangun, Aisyah menemukan Cinta sudah
menghampamparkan sajadah. Sedang khusyuk berdoa. Wajah beningnya
dalam balutan mukena putih, menengadah. Ada titik air mata yang
mengalir deras sementara bibirnya melantunkan doa-doa panjang. Tidak
lama dilihatnya Cinta bersujud, lama sekali. H.289, P.2
Hanya kepadanya kita kembali, sehingga hanya kepadanya juga kita
patut berserah diri.
Cinta semakin memperkuat doa. Semoga Allah memberinya kesempatan
bertemu ibu, memeluk dan menciumi wajahnya, lalu bersimpuh di
kakinya, dimana surga terlukis disana. H.291, P. 4
Setiap orang harus berusaha dan berdoa karena itu adalah jalan dari
jawaban yang akan Allah berikan.
C. Kategorisasi Pesan yang Paling Dominan Dalam Novel “Cinta di Ujung
Sajadah”
Dalam mencari pesan dakwah yang paling dominan dalam novel “Cinta
di Ujung Sajadah” ini, maka penulis menggunakan rumus:
NFP
%100×=
Berikut ini tabel penghitungan pesan yang paling dominan dalam novel
“Cinta di Ujung Sajadah”
Tabel 9
i
No. Kategorisasi Frekuensi Prosentase
1. Aqidah 20 28,6
2. Akhlak 38 54,3
3. Syariah 12 17,1
Total 70 100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kalimat dan dialog yang terdapat
dalam paragraf yang mengandung pesan aqidah yaitu sebesar 28,6%, yang
mengandung pesan akhlak sebesar 54,3%, dan untuk pesan syariah yang
terdapat dalam novel “Pesantren Ilalang adalah sebesar 17,1%. Dapat
diketahui dari hasil penelitian diatas pesan dakwah yang paling dominan
dalam novel “Pesantren Ilalang adalah pesan akhlak dengan prosentase
sebesar 54,3%.
i
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menjelaskan dan menganalisa pembahasan-pembahasan yang telah
dikemukakan pada bab sebelumnya, maka penulis mencoba memberikan
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam novel “ Cinta di ujung Sajadah “ mengandung nilai pesan dakwah
di antaranya pesan Akidah, Ahklak, dan Syariah. Namun di dalam novel
ini pesan yang paling dominan adalah pesan ahklak. Melalui novel ini
Asma Nadia ingin menyampaikan pesan dakwah yang berkaitan erat
dengan penghormatan kepada orang tua, kepribadian, serta cara berbakti
kepada orang tua. Seperti adab kita terhadap orang tua, Asma Nadia
menceritakan bagaimana menghormati ibu, melakukan bakti walaupun ibu
yang telah melahirkan kita telah tiada.
2. Dari kategori besar yang terdapat dalam novel “Cinta di ujung Sajadah”
pesan yang paling dominan adalah pesan akhlak dengan prosentase
sebesar 54,3%, kemudian diikuti oleh pesan akidah dengan prosentase
sebesar 28,6%, selanjutnya yang terakhir yaitu pesan syariah dengan
prosentase sebesar 17,1%. Akhlak dalam penelitian ini merupakan
kategorisasi yang paling dominan dalam novel “Cinta di ujung Sajadah”,
karena novel ini banyak mengangkat nilai nilai akhlak kepada sesama
manusia dan nilai-nilai akhlak kepada Allah.
Kita tidak selamanya memahami cara orang tua memberi kasih dan
sayangnya” oleh karena itu novel ini dapat menjadi jawaban akan rasa
cinta dan sayang orang tua terhadap anaknya. Dalam cerita ini
mengungkapkan kepada pembaca bahwa dalam kondisi apapun kita
sebagai anak memiliki kewajiban untuk berbakti kepada ke dua orang tua.
i
Katagori pesan Aqidah yang terdapat dalam novel “Cinta di ujung
Sajadah” karya Asma Nadia meliputi Iman kepada Allah dengan
presentase 80% Iman kepada Rasulluloh dengan presentase sebesar 20%.
Katagori pesan Akhlak yang dapat dalam novel “Cinta di ujung
Sajadah” karya Asma Nadia meliputi Ahlak kepada Allah dengan
persentase yaitu 51,3% dan ahlak kepada sesama manusia sebesar 94,7%.
Kategori pesan Syariah yang terdapat pada novel “Cinta di ujung
Sajadah” karya Asma Nadia meliputi ibadah kepada Allah presentase
sebesar 83,3% dan muamalah sebesar 16,7%.
.
B. Saran
1. Semakin pesatnya perkembangan teknologi komunikasi dan informasi,
media cetak mampu memberikan kontribusi positif untuk para pembaca,
sehingga diharapkan para akademisi Fakultas Dakwah dan komunikasi
dapat lebih memperhatikan novel sebagai media cetak, karena novel dapat
dijadikan sebagai media dakwah. Dengan keunggulannya, yaitu tidak
terbatas ruang dan waktu, dapat di baca berulang-ulang, serta dapat
bertahan lama. Semoga novel-novel Islami mengalami perkebangan
kearah positif serta dapat berkembang lebih pesat di zaman yang semakin
maju.
2. Kepada pengarang, semoga semangat akan selalu ada. Semoga Mba Asma
Nadia dapat terus berkarya, untuk mengembangkan sayap yang lebih lebar
lagi di dunia pernovelan, jangan pernah berhenti semangat untuk
melahirkan karya-karya yang dapat menghidupkan kembali nafas-nafas
Islam di hati para pembacanya yang mulai terkikis. Khususnya kaum
muslimin yang pada saat ini semakin hari semakin jauh dari nilai-nilai
keislamannya.
3. Kepada seluruh aktivis dakwah, para novelis di Indonesia, semoga dapat
terus berkarya. Jangan pernah ragu untuk melahirkan karya-karya yang
bernuansa keIslaman, karena hal itu merupakan bagian dari dakwah bi
Al’qolam yang sangat baik.
i
DAFTAR PUSTAKA
Ahamad, Amrullah, Dasar-dasar Strategi Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1983, Cet
ke-1
Al-Dimyanti, dalam: I’anat al Thalibin, Toha Putra, Semarang, hlm. 2
Al-Qardhawi Yusuf, Al-Ibadah fi al-Islam, Munassasah al-Risalah, Beirut: T.pn.,
1979. Cet. 6
Ali Aziz, Moh., ilmu dakwah,h.95
Anshari Saifuddin, Wawasan Islam: Paradigma dan Sistem Islam ,( Jakarta:
Gema Insani, 2004 ), h.152
Ambary, Abdullah, Inti Sari Sastra Indonesia,Bandung: Djantika, 1983
Arifin H. M, Psikologi Dakwah, Jakarta: Bumi Aksara, 1997, cet ket-4
Asamaya Enung, Aa Gym Sejuk Dalam Masyarakat Majemuk, ( Jakarta: PT
Mizan Publika, 2004 ), h.33
Asmuni, Syukir, Dasar-dasar Dakwah Islam, Surabaya: Ikhlas, 1983. Cet. Ke-1
Badrutamam, Nurul, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, Jakarta: Grafindo, 2005,
cet. Ke-1
Birowo, M. Antonius, Metode Penelitian Komunikaisi: Teori dan Aplikasi,
Yogyakarta: Gintanyali, 2004, cet ke-1
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya:
Penerbit CV. Jaya Sakti, 1989
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta : Balai Pustaka, 1988
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Penerbit Ichtiar
Baru Van Hoeve, 1997, cet. Ke-4, jilid 2
Ensiklopedi Islam, Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Penerbit Ichtiar
Baru Van Hoeve, 1997), cet. Ke-4, jilid 2, h.107
Faizah, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Pradana Media, 2006), Cet. I, hal.Vii
i
Gazali, M. Bahri, Dakwah Komuniktif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu
Komunikasi Dakwah, Jakarta: Media Dakwah, 1984 Cet Ke-2
Hamid al-Atsari AA., Intisari Aqidah Ahlu Sunnah Wal Jama’ah, (Jakarta, Niaga
Swadaya, 2004), h.34
Hasanudin, H, Retorika Dakwah Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1986, cet ke-2
Hadiyanto, Membudayakan Kebiasaan Menulis, Jakarta: PT. Fikahati Areksa,
2001, cet. Ke-1
Hafidhuddin, Didin, Akhlak Sosial Muslim: Satu Hati dan Perbuatan, Jakarta:
Pusaka Zaman, 2000, cet ke-1
Hasanudin, Hukum Dakwah, Jakarta” Pedoman Ilmu Jaya, 1996.
Holisty, R. Et al, konteks Analisis dalam Handbook Psykology, edit by: Gardner
Lindsey
Jumroni, Metodologi Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006),
cet ke-1
Kamus Lisan al-Arab. III:295-300
Kasman, Suf, Jurnalisme Universal: Mendasari Prinsip-Prinsip Dakwah Bi Al-
Qolam, Jakarta: Penerbit TERAJU,2005, cet. Ke-1
Kippendorff, Klaus, Analisis isi Pengantar Teori dan Metodologi, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1993, cet. Ke-3
Kusmayadi, Ismail, Think Smart Bahasa Indonesia, Bandung:Media Grafindo
Pratama 2006
Kusnawan, Aep, Berdakwah Lewar Tulisan, Bandung : Mujahid, 2004
Lubis, Nabilah, Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi, Jakarta,: Penerbit
Yayasan Media Alo Indonesia, 2001, cet. Ke-2
Luth, Thohir. M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya Jakarta: Gema Insani, 1999
Mubarok, Ahmad, Psikologi Dakwah, Jakarta: Pranada Media, 2006, cet ke-1
Muhammad Habsyi Ash-Siddieqy,Tengku, Kuliah Ibadah, h. 5
i
Mujieb, M. Abdul, Kamus Istilah Fiqih, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994, Cet.
Ke-1
Nadia, Asma, Cinta di Ujung Sajadah, Depok: PT. Lingkar Pena Kreativa, 2008
Nadia, Asma, dkk, Jilbab Traveler, (Asma Nadia Publishing House 2009)
Nadia, Asma, Emak Ingin Naik Haji, (Asma Nadia Publishing House 2009
Nurgiantoro, Burhan, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gajahmada University
Press,1995
Natsir, M, Fiqhud Dakwah ( Solo: CV. Ramdani, 1965 ), h. 109
Prasetyo, Bambang, Lina Miftahul Jannah. Metode Penelitian Kuantitatif. Teori
dan Aplikasi Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2006
Prono Legsono, Sunarwoto, Menandai Kebangkitan Fiksi Islam. h.30
Rahmat, Jalaluddin, Metode Penelitian, Komunikasi, Jakarta: PT Remaja
Rosdakarya, 1993
Soehartono, Irawa, Metode Penelitian Sosial, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2004, cet. Ke-6
Shihab, Quraisy, Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1997.
Sofia, Adib dan Sugihastuti, Feminisme dan Sastra: Menguak Citra Perempuan
dalam Layar Terkembang, Bandung : Katarsis, 2003
Suhaimi & Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi, Jakarta: UIN Jakarta
Prees, 2006, Cet ke-1
Suhendi, Hendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002
Sumardjo, Jacob dan Saini K. M, Apresiasi Kesusastraan, Jakarta: Penerbit PT.
Gramedia 1986
Sumardjo, Jacob, Konteks Sosial Novel Indonesia 1970-1977, (Bandung: Alumni,
1999).
Suprapto, Kumpulan Istilah dan Apresiasi Sastra Bahasa Indonesia, Surabaya:
Indah, 1993
Syeikh Thahir Bin Shaleh, Al-Jawahirul Kalamiyah, al-Qahirah: 1386 H, T.pn
Tarigan, Henry Guntur, Prinsip-prinsip Dasar Sastra, Bandung: Angkasa, 1984
Tasmara, Toto,. Komunikasi Dakwah, Jakarta, 16 Februari 2009.
i
Umar, Toha Yahya, Ilmu Dakwah,Jakarta: PT. Wijaya, 1971, Cet. 2
Wahyudi, J.B., Komunikasi Jurnalistik Pengetahuan Praktis Bidang
Kewartawanan, Surat Kabar, Majalah, Radio, dan Televisi. Bandung:
Alumni, 1991 Cet Ke-2
Yunus Muhammad, Kamus Bahasa Arab-Indonesia.
Zainuddin, Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia, Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1992