an tip end a rah an
TRANSCRIPT
SKRINING BIOAKTIVITAS BAHAN ALAM
DESAIN FARMAKOLOGI BAHAN ALAM EKSTRAK ETANOL
DAUN PEGAGAN (Centella asiatica) SEBAGAI ANTI PERDARAHAN
Oleh:
Made Ari Puji Astuti (0808505013)
I G.A.Mira Semara Wati (0808505016)
Wayan Ria Medisina (0808505030)
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perdarahan merupakan hilangnya darah dari sistem peredaran darah yang diakibatkan
karena defisiensi salah satu faktor-faktor pembekuan. Perdarahan dapat terjadi secara internal
maupun eksternal. Penyakit-penyakit hati seperti hepatitis dan sirosis dapat menekan sistem
pembekuan sedemikian kuat sehingga pasien cenderung mengalami perdarahan.
Terapi medis bagi penderita perdarahan yaitu dengan pemberian faktor-faktor pembekuan
darah seperti faktor IV (kalsium) faktor anti hemofilik yang diijeksikan ke dalam tubuh pasien.
Akan tetapi penatalaksanaan terapi ini memiliki kelemahan yaitu pasien rentan tertular penyakit
yang ditularkan melalui darah, disamping biaya yang dikeluarkan untuk terapi sangat mahal.
Alasan inilah yang mendasari penggunaan sumber alami yang bersal dari tumbuhan sebagai
alternatif dalam terapi perdarahan.
Pegagan mengandung kelompok senyawa terpenoid, flavonoid, senyawa polifenol, dan
senyawa poliasetilena. Senyawa yang terpenting dan telah diteliti memiliki efek menyembuhkan
luka atau luka bakar adalah senyawa golongan triterpen saponin dan sapogenin yaitu, asam asiata,
asam madekasat,dan asiatikosid (Suratman,dkk.,1996).
Pegagan atau Centella asiatica merupakan tanaman yang banyak digunakan dalam
pengobatan di dunia. Tanaman pegagan digunakan sebagai antimikroba, antijamur, anti kanker,
anti inflamasi, anti piretik, penyembuh luka, penenang, anti alergi dan hipotensi. Ekstrak etanol
dari tanaman pegagan dapat digunakan sebagai penyembuh luka. Tanaman ini mengandung
triterpenoid, minyak atsiri dan flavonoid (Warnasuriya and Dissanayake, 1999). Pendekatan
taksonomi dilakukan berdasarkan penelitian Zhang (2009) yang dipublikasikan pada Yakugaku
Zasshi (855-859) akar dari Angelica sinesnis (famili Apiaceae) memiliki aktivitas
antipendarahan. Ekstrak minyak esensial dari akar Angelica sinesnis dalam konsentrasi 10 atau
40 mg / kg tidak berpengaruh nyata terhadap waktu koagulasi, termasuk waktu trombloplastin
parsial aktif dan waktu prothrombin pada tikus. Penelitian ini menunjukkank pertama kalinya
kandungan Z-ligustilide (LIG) yang terkandung dalam ekstrak minyak esensial akar Angelica
sinesnis mungkin mengerahkan aktivitas antipendarahan melalui penghambatan agregasi
trombosit, tanpa mempengaruhi waktu pembekuan darah perifer.
Selain memiliki keunggulan, bahan obat tradisional juga memiliki kekurangan salah
satunya adalah efek farmakologis yang lama, bahan baku belum terstandar, bersifat voluminous,
aktivitas farmakologis yang belum diteliti dan mudah terkontaminasi dengan adanya
mikroorganisme. Pegagan ini oleh masyarakat digunakan secara empiris oleh sebab itu, perlu
dilakukannya pengujian aktivitas dari zat aktif dari tanaman tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah metode uji aktivitas anti perdarahan pada Centella asiatica ?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui metode yang dilakukan dalam uji aktivitas anti perdarahan pada
ekstrak etanol Centella asiatica.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Darah
2.1.1.Pengertian
Darah merupakan suspensi partikel yang terdapat dalam larutan koloid cair dan
mengandung elektrolit. Darah memiliki fungsi sebagai medium pertukaran antara sel yang
terfiksasi dalam tubuh dan lingkungan luar (Baldy,1994).darah biasanya berwarna merah, warna
merah tersebut tidak selalu tetap, tetapi berubah-ubah karena pengaruh zat yang dikandungnya,
terutama kadar oksigen dan karbondioksida. Volume darah pada manusia adalah 8% berat
badannya. Komponen penyusun darah dapat dibagi menjadi dua yaitu, sel darah dan plasma
darah, dimana tiap komponen darah terdiri dari :
Gambar 1.komponen penyusun darah.
1. Sel darah
a. Sel darah merah
Sel darah merah memiliki ciri-ciri yaitu berukuran 7,5-7,7 μm, berbentuk bikonkaf, tidak
berinti, tidak dapat bergerak bebas yaitu hanya berada pada pembuluh darah, tidak dapat
menembus dinding kapiler, serta berwarna merah (Anonim,tt). Bagian stroma dari sel
darah merah dapat mengandung protein yang terdiri dari antigen A dan B, serta faktor Rh
yang digunakan untuk menentukan golongan darah seseorang. Komponen utama sel
darah merah yaitu protein hemoglobin yang dapat mengangkut oksigen dan
karbondioksida dan hemoglobin juga berfungsi untuk mempertahankan pH normal darah
melalui proses dapar intraseluler. Pembentukan sel darah merah terjadi di sumsum tulang,
dimana pembentukan sel darah akan dirangsang oleh hormon glikoprotein dan
eritropoetin. Pembentukan eritropoetin akan dipengaruhi oleh hipoksia jaringan sehingga,
pembentukan sel darah merah akan dipengaruhi oleh kadar oksigen. Eritropetin ini akan
merangsang sel darah untuk berploriferasi dan juga merangsang pematangan sel darah
merah (Baldy,1994).
b. Sel darah putih
Sel darah putih atau leukosit memiliki ciri-ciri yaitu berukuran 10-12 μm, mempunyai
bentuk yang bervariasi, selnya berinti, dapat bergerak bebas secara ameboid, dan dapat
menembus dinding kapiler (diapedesis). Pembentukan sel darah putih dapat terjadi di
sumsum tulang merah, limpa, kelenjar limpa, dan jaringan retikulo indotel. Sel darah
putih mempunyai fungsi utama untuk melawan kuman yang masuk ke dalam tubuh
dengan cara fagositosis (Anonim,tt). Sel darah putih dapat dibedakan menjadi dua
kelompok yang didasarkan ada tidaknya granula dalam sitoplasmanya yaitu granulosit
dan agranulosit. Sel darah putih bergranulosit dapat dibedakan menjadi tiga berdasarkan
afinitas granula terhadap zat warna tertentu, yaitu :
1. Netrofil
Netrofil bersifat fagosit, plasmanya bersifat netral, bentuk intinya bermacam-
macam seperti batang, berinti banyak, berinti bengkok, dan lain-lain (Anonim,tt).
2. Basofil
Basofil memiliki afinitas zat warna biru, dan plasma basofil bersifat basa. Basofil
akan menbawa heparin (antikoagulan), faktor-faktor pengaktifan histamin dan
platelet dalam granulanya untuk menimbulkan peradangan pada jaringan
(Baldy,1994).
3. Eosinofil
Eosinofil memiliki afinitas eosin yang berwarna merah sampai merah jingga
(Baldy,1994). Eosinofil bersifat fagosit, plasmanya bersifat asam, berbintik-bintik
kemerahan yang jumlahnya akan meningkat bila terjadi infeksi (Anonim,tt).
Sedangkan sel darah putih yang tidak bergranulosit dapat dibedakan menjadi :
1. Monosit
Monosit memiliki satu inti, yang terlipat atau berlekuk, serta sitoplasmanya dapat
menyerap warna biru keabuan. Monosit memiliki fungsi fagositosis , membuang
sel-sel yang cidera dan mati. Setelah monosit meninggalkan sirkulasi maka,
monosit akan mejadi makrofag jaringan dan merupakan bagian monosit makrofag
(Baldy,1994).
2. Limfosit
Limfosit merupakan leukosit mononuklear dalam darah perifer. Sel limfosit berinti
satu dan berbentuk bulat atau oval yang dikelilingi sitoplasma yang berwarna biru.
Limfosit dapat dibedakan menjadi dua yaitu, limfosit T yang dimatangkan di
timus, memiliki umur panjang dan bertanggung jawab atas respon kekebalan
seluler, dan limfosit B yang pembentukan maupun pematangannya terjadi di
sumsum tulang, dimana limfosit B akan bertanggung jawab atas respon kekebalan
humoral (Baldy,1994).
c. Sel darah pembeku (trombosit)
Trombosit atau platelet bukan merupakan sel melainkan adalah pecahan granular sel,
yang berbentuk pipih dan tidak berinti. Trombosit memiliki peranan yang sangat penting
dalam hemostasis dan pembekuan. Trombosit berukuran 1-4 μm dan berumur kira-kira 10
hari. Granula trombosit mengandung serotonin vasokonstriktor yang kuat, faktor agregasi
adenosine difosfat, fibrinogen, faktor 3 dan 4 trombosit (faktor penetral heparin), dan
kalsium (Baldy,1994). Bila trombosit tersentuh benda yang permukaannya kasar, maka
trombosit akan mudah pecah (Anonim,tt).
2. Plasma darah
Plasma darah merupakan bagian cair dari darah, dimana plasma darah terdiri dari 91%
sampai 92% air yang berperan sebagai medium transport, dan 7-9% terdiri dari zat padat seperti
protein, zat anoganik, zat organik (Baldy,1994). Zat yang terlarut dalam plasma dapat
dikelompokan menjadi :
a. Zat makanan dan mineral, seperti glukosa, asam amino, asam lemak, kolesterol dan
garam mineral (Anonim,tt).
b. Zat makanan dan mineral, seperti enzim, hormon, dan antibodi (Anonim,tt).
c. Protein darah yang tersusun atas beberapa asam amino, yaitu :
1. Albumin, berperan dalam mempertahankan volume darah dengan menjaga
tekanan osmotic koloid, pH dan keseimbangan elektrolit serta transport ion-ion
logam, asam lemak, steroid, hormone, dan obat-obatan (Blady,1994).
2. Fibrinogen, jumlahnya hanya 4% dan penting untuk pembekuan darah
(Baldy,1994).
3. Globulin, merupakan 43% dari protein serum, yang dibentuk di hati dan jaringan
limfoid. Globulin bertanggung jawab atas pembentukan antibodi dan
protrombin(Baldy,1994).
4. Zat-zat metabolisme, seperti urea, asam urat, dan lain-lain (Anonim,tt).
5. Gas pernapasan yang larut dalam plasma, seperti oksigen, karbondioksida, dan
nitrogen (Anonim,tt).
2.1.2.Fungsi darah
Di dalam tubuh, darah memiliki fungsi sebagai pengangkut oksigen dan karbondioksida
dari alat pernapasan ke jaaringan dan ke seluruh tubuh; mengangkut sari-sari makanan ke seluruh
tubuh; mengangkut sisa-sisa metabolisme ke alat ekskresi, dan mengedarkan hormon dari
kelenjar hormon ke tempat yang membutuhkan(Anonim,tt).
2.2. Perdarahan
Perdarahan dapat terjadi akibat defisiensi salah satu faktor-faktor pembekuan, misalnya
defisiensi vitamin K, hemofilia (defisiensi faktor VIII), dan defisiensi trombosit.
1. Vitamin K
Vitamin K berfungsi untuk membentuk faktor pembekuan yang penting yaitu
protrombin, faktor VII, faktor IX, faktor X, dan protein. Defisiensi vitamin K dapat
disebabkan karena kegagalan hati dalam mensekresi empedu ke dalam traktus
gastrointestinal dimana kekurangan empedu akan mengakibatkan terjadinya gangguan
pada pencernaan dan absorbsi lemak, sehingga akan menekan absorbsi vitamin K dan
faktor pembekuan tidak akan terbentuk (Guyton and Hall, 1997).
2. Hemofilia / defisiensi faktor VIII
Faktor VIII terdiri dari dua komponen yaitu komponen besar dan komponen kecil.
Komponen kecil ini penting untuk jalur pembekuan intrinsik dan defisiensi komponen
ini akan menyebabkan timbulnya hemofili klasik (Guyton and Hall, 1997).
3. Defisiensi trombosit
Perdarahan akan terjadi jika jumlah trombosit dalam darah kurang dari 50.000 per
mikroliter. Nilai normal trombosit yaitu 150.000 sampai 300.000 dan jika kadarnya
mencapai 10.000 per mikroliter dapat menimbulkan kematian (Guyton and Hall,
1997).
Tabel 1. Faktor-Faktor Pembekuan dalam Darah dan Sinonimnya.
Faktor Pembekuan Sinonim
Fibrinogen Faktor I
Protrombin Faktor II
Faktor jaringan Faktor III; tromboplastin jaringan
Kalsium Faktor IV
Faktor V Proaccelerin; faktor labil; Ac-globulin (Ac-G)
Faktor VII Akselarator konversi protrombin serum (SPCA);
faktor stabil
Faktor VIII Faktor antihemofilik (AHF); globulin
antihemofilik (AHG); faktor A antihemofilik
Faktor IX Komponen tromboplastin plasma (PTC); faktor
Christmas; faktor B
Faktor X Faktor Stuart; faktor Stuart Power
Faktor XI Anteseden tromboplastin plasma (PTA); faktor C
antihemolitik
Faktor XII Faktor Hageman
Faktor XIII Faktor stabilisasi fibrin
Prekalikrein Faktor Fletcher
Kininogen dengan
berat molekul besar
Faktor Fitzgerals; HMWK
Trombosit
(Guyton and Hall, 1997).
2.2.1. Mekanisme pembekuan darah
Hemostasis dan pembekuan darah adalah serangkaian kompleks reaksi yang
mengakibatkan pengendalian perdarahan melalui pembentukan bekuan trombosit dan fibrin pada
tempat cedera. Pembekuan diikuti oleh resolusi atau lisis bekuan dan regenerasi endotel. Pada
keadaan hemostasis, hemostasis dan bekuan akan melindungi individu dari perdarahan massif
sekunder akibat dari terjadinya trauma (Baldy,1994). Secara umum pembekuan darah dapat
melalui tiga langkah utama yaitu:
1. Terjadinya ruptur pada pembuluh darah atau kerusakan darah itu sendiri, yang
melibatkan berbagai faktor pembekuan darah sampai terbentuknya aktivator
protrombin.
2. Aktivator protrombin mengkatalisis reaksi perubahan protrombin menjadi trombin.
3. Trombin yang terbentuk akan bekerja sebagai enzim untuk mengubah fibrinogen
menjadi benang fibrin. Benang-benang fibrin selanjutnya akan merangkai trombosit,
sel darah, dan plasma untuk membentuk bekuan.
(Guyton and Hall, 1997).
2.2.2.Awal proses pembekuan
Mekanisme pembekuan darah diawali dengan terjadinya trauma berupa gangguan fisik
maupun kimia pada dinding pembuluh darah dan jaringan yang berdekatan dengan tempat
terjadinya trauma. Trauma juga dapat terjadi pada sel-sel darah, dimana trauma terjadi jika
darah kontak dengan sel endotel yang rusak atau dengan kolagen atau dengan unsur jaringan
lainnya di luar sel endotel pembuluh darah. Mekanisme tersebut menyebabkan pembentukan
aktivator protrombin. Aktivator protrombin secara umum dapat dibentuk melalui dua cara yaitu
melalui jalur ekstrinsik yang dimulai dengan terjadinya trauma pada dinding pembuluh dan
jaringan sekitarnya, atau melalui jalur intrinsik yang berawal dari sel-sel darah itu sendiri
(Guyton and Hall, 1997).
2.2.3. Mekanisme ekstrinsik
Meknisme ekstrinsik diawali dengan terjadinya cedera pada jaringan. Cedera pada
jaringan akan memicu pelepasan faktor jaringan atau tromboplastin jaringan atau faktor III.
Faktor ini terdiri dari fosfolipid dari membran jaringan dan kompleks lipoprotein yang
mengandung enzim proteolitik. Dengan adanya bantuan dari faktor jaringan, faktor VII akan
teraktivasi menjadi faktor VII yang selanjutnya faktor VIIA akan bergabung dengan kompleks
lipoprotein dari faktor jaringan serta ion Ca2+ yang berfungsi sebagai enzim. Faktor-faktor ini
(faktor VIIA, faktor jaringan , dan ion Ca2+) akan mengaktivasi faktor X menjadi X teraktivasi.
Faktor X teraktivasi akan berikatan dengan fosfolipid jaringan yang berasal dari faktor jaringan
atau fosfolipid tambahan yang dilepaskan dari trombosit, faktor V, serta ion Ca2+ untuk
membentuk aktivator protrombin. Senyawa ini akan memecah protrombin menjadi trombin.
Pada tahap permulaan, faktor V yang terdapat dalam kompleks aktivator protrombin bersifat
inaktif, tetapi jika proses pembekuan dimulai dan trombin mulai terbentuk, maka kerja proteolitik
dari trombin akan mengaktifkan faktor V (Guyton and Hall, 1997)
Gambar 2. Jalur ekstrinsik sebagai awal pembekuan darah (Guyton and Hall, 1997).
2.2.4. Mekanisme intrinsik
Mekanisme intrinsik diawali dengan terjadinya trauma pada darah yang disebabkan
karena, darah kontak dengan kolagen pada dinding pembuluh darah yang rusak sehingga terjadi
perubahan terhadap dua faktor pembekuan yaitu faktor XII dan trombosit. Jika terjadi trauma,
maka faktor XII akan terganggu sehingga faktor XII akan diaktifkan menjadi faktor XII
teraktivasi yang berfungsi sebagai enzim proteolitik. Pada saat yang bersamaan, trauma akan
merusak trombosit dan akan melepaskan fosfolipid trombosit yang mengandung lipoprotein.
Faktor XII teraktivasi akan bekerja secara enzimatik terhadap faktor XI dan mengaktifkannya,
dimana pada proses ini memerlukan kininogen HMW (high molecul weight), dan dipercepat
dengan adanya prekalikrein. Faktor XI yang teraktivasi dan dengan bantuan dari ion Ca2+ akan
bekerja secara enzimatik untuk mengaktifkan faktor IX menjadi faktor IX teraktaktivasi. Faktor
IX yang teraktivasi akan bekerja sama dengan faktor VIII teraktivasi yang diaktifkan oleh faktor
VIII yang dibantu dengan trombin, fosfolipid trombosit, faktor III dari trombosit yang rusak, dan
ion Ca2+ yang selanjutnya akan mengaktifkan faktor X. Faktor X teraktivasi akan bergabung
dengan ion Ca2+, faktor V, dan fosfolipid trombosit untuk membentuk suatu kompleks yang
disebut aktivator protrombin. Aktivator protrombin akan memecah protrombin menjadi thrombin
dengan bantuan dari ion Ca2+ dan fosfolipid trombosit dan selanjutnya trombin akan mengubah
fibrinogen menjadi benang fibrin sehingga perdarahan dapat dihentikan (Guyton and Hall, 1997).
Gambar 3. Jalur intrinsik sebagai awal pembekuan darah (Guyton and Hall, 1997).
2.2.5. Perubahan protrombin menjadi trombin
Aktivator protrombin akan terbentuk akibat pecahnya pembuluh darah atau kerusakan
pada zat-zat aktivator khusus dalam darah, kemudian dengan adanya ion Ca2+ yang cukup, maka
aktivator protrombin akan mengubah protrombin menjadi trombin. Trombin yang terbentuk akan
menyebabkan terjadinya polimerasi molekul fibrinogen menjadi benang fibrin. Protrombin
merupakan suatu protein plasma (α2-globulin) dengan berat molekul 68.700, dan protrombin
merupakan protein yang tidak stabil dan mudah pecah menjadi senyawa kecil seperti trombin
dengan berat molekul 33.700 (Guyton and Hall, 1997).
2.2.6. Perubahan fibrinogen mejadi fibrin
Fibrinogen adalah protein dengan berat molekul 340.000 yang terdapat di dalam plasma
dan dibentuk di hati. Trombin adalah enzim protein dengan kemampuan proteolitik. Trombin
bekerja dengan cara melepaskan empat peptide (BM rendah) dari setiap molekul fibrinogen,
sehingga akan terbentuk fibrin monomer yang memiliki kemampuan berpolimerisasi dengan
molekul fibrin monomer yang lain, sehingga akan terbentuk benang fibrin yang panjang dan
retikulum bekuan (Guyton and Hall, 1997).
Pada tingkat awal polimerisasi ini, molekul fibrin monomer saling berikatan melalui
ikatan hidrogen nonkovalen yang lemah, sehingga bekuan yang dihasilkan tidak kuat dan mudah
dipecah sehingga perlu mengaktifkan faktor stabilisasi fibrin. Faktor stabilisasi fibrin juga
diaktifkan oleh trombin, kemudian faktor ini akan bekerja sebagai enzim untuk menimbulkan
ikatan kovalen antara benang-benang fibrin yang berdekatan, sehingga dapat menambah kekuatan
jaringan fibrin secara tiga dimensi (Gu.yton and Hall, 1997).
Gambar 4. Skema perubahan protrombin menjadi trombin dan polimerisasi
fibrinogen untuk membentuk benang fibrin (Guyton and Hall,
1997).
2.3. Tinjauan pustaka tentang tanaman
Tanaman yang digunakan dalam praktikum ini adalah pegagan (Centella asiatica).
Gambar 5. Tanaman pegagan (Centella asiatica).
2.3.1. Klasifikasi tanaman
Nama latin : Centella asiatica
Nama daerah : Pegaga, Daun kaki kuda, Kaki kuda, Antanan, Paiduh, Sarowati, Bebele, wisu-
wisu, Dogauke (Anonim,1977).
Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida(monokotil)
Ordo : Apiales
Famili : Apiaceae
Genus : Centella
Spesies : Centella asiatica
2.3.2. Morfologi tanaman
Terna atau herba tahunan, tanpa batang tetapi dengan rimpang pendek dan stolon-stolon
yang melata, panjang 10 cm sampai 80 cm. Daun tunggal, tersusun dalam roset yang terdiri dari 2
sampai 10 daun, kadang-kadang agak berambut; tangkai daun panjang sampai 50 mm; helai daun
berbentuk ginjal,lebar, dan bundar dengan garis tengah 1 cm sampai 7 cm, pinggir daun beringgit
sampai beringgit-bergerigi, terutama ke arah pangkal daun. Perbungaan berupa payung tunggal
atau 3 sampai 5 bersama-sama keluar dari ketiak daun kelopak, gagang perbungaan 5 mm sampai
50 mm, lebih pendek dari tangkai daun. Bunga umumnya 3, yang di tengah duduk, yang di
samping bergagang pendek; daun pelindung 2, panjang 3 mm sampai 4 mm, bentuk bundar telur;
tajuk berwarna merah lembayung, panjang 1 mm sampai 1,5 mm, lebar sampai 0,75 mm. Buah
pipih, lebar lebih kurang 7 mm dan tinggi lebih kurang 3 mm, berlekuk dua, jelas berusuk,
berwarna kuning kecoklatan, berdinding agak tebal (Anonim,1977).
2.3.2. Ekologi dan penyebaran
Tumbuh liar di seluruh Indonesia serta daerah-daerah beriklim tropik pada umumnya, dari
dataran rendah hingga ketinggian 2500 m di atas permukaan laut. Tumbuh di tempat yang
terbuka atau sedikit terkena cahaya. Pada tanah yang lembab dan subur seperti di tegalan, padang
rumput, tepi parit, diantara batu-batu, di tepi jalan dan tembok (Anonim,1977).
2.3.3. Kandungan kimia
Kandungan dari pegagan yaitu terdiri dari triterpenoid, minyak atsiri dan flavonoid.
Triterpenoid merupakan senyawa mayor dari pegagan seperti asiatosid, asam asiatik, asam
madecassik, asiaticosid, madicassosid, asam brahmik (Warnasuriya and Dissanayake, 1999).
Senyawa yang berperan dalam pemyembuhan luka adalah triterpenoid golongan saponin dan
sapogenin, yaitu asam asiatik, asam madekasat, dan asiatikosid (Suratman,dkk.,1996).
Gambar 6. Struktur kimia senyawa yang terkandung dalam Centella asiatica
2.3.4. Efek farmakologi
Tanaman pegagan Centella asiatica memiliki efek anti-inflamasi, digunakan dalam
pengobatan peptic ulcer, sebagai antimikroba, agen penyembuh luka, dan digunakan dalam
pengobatan hepatitis (Warnasuriya and Dissanayake, 1999).
BAB III
METODE SKRINING BIOAKTIVITAS
3.1. Uji in vitro
3.1.1. Perlakuan Hewan Coba
Hewan coba dibagi menjadi lima kelompok percobaan, masing-masing kelompok terdiri
dari lima ekor tikus.
Kelompok I (kontrol normal) : hewan diberi CMC-Na 0,5 %.
Kelompok II (kontrol positif) : hewan diberi vitamin K dan CMC-Na 0,5 %.
Kelompok III (kontrol perlakuan) : hewan diberi ekstrak pegagan dengan dosis 50 mg/Kg.
Kelompok IV (kontrol perlakuan) : hewan diberi ekstrak pegagan dengan dosis 122,5
mg/Kg.
Kelompok V (kontrol perlakuan) : hewan diberi ekstrak pegagan dengan dosis 300
mg/Kg.
3.2. Metode Uji
3.2.1.Preparasi sampel
Daun pegagan (Centella asiatica) segar diekstraksi dengan menggunakan etanol 70%
dengan metode ekstraksi panas yaitu metode sokhletasi. Hewan coba pada uji ketiga, keempat
dan kelima diberikan ektrak etanol dengan dosis 50 mg/kg, 122,5 mg/kg, dan 300 mg/kg.
Sebelum tikus diminumkan ekstrak, terlebih dahulu ekstrak dibuat dalam bentuk suspensi dengan
menambahkan CMC-Na sebanyak 0,5%.
Dosis ekstrak pegagan yang diperbolehkan terhadap tikus yaitu tidak lebih dari 350
mg/Kg berat badan, karena pada dosis 350 mg/Kg menunjukan efek yang toksik terhadap tikus.
Dosis ekstrak pegagan yang diberikan kepada tikus yaitu 50-300 mg/Kg, perhitungan dosis ini
didapatkan dengan menggunakan rumus :
F =
F =
F = 2,4495
Sehingga dosisnya menjadi = 50 mg/Kg x 2,4495
= 122,5 mg/Kg.
Dosis ekstrak yang diberikan kepada hewan coba yaitu : 50 , 122,5, dan 300 mg/Kg.
Dosis sediaan ekstrak pegagan yaitu 50; 122,5; dan 300 mg/Kg, sehingga jumlah ekstrak
yang diminumkan kepada hewan uji jika konsentrasi ekstrak yang didapat 5%b/v, yaitu :
Jika dimisalkan berat badan tikus yaitu 100 mg, 150 mg, dan 200 mg dan dosis sediaan
50;122,5 ;300 mg/Kg.
Berat badan tikus 100 mg dan dosis sediaan 50 mg/Kg.
Jumlah ekstrak (mL) =
=
= 0,1 mL.
Dengan cara yang sama, didapatkan hasil sebagai berikut :
Berat Badan Dosis (mg/Kg) Jumlah yang diminum (mL)
100 mg
50 0,1
122,5 0,245
300 0,6
150 mg
50 0,15
122,5 0,3675
300 0,9
200 mg
50 0,2
122,5 0,49
300 1,2
3.2.2. Uji Masa Protrombin (In Vitro)
Disiapkan lima buah tabung reaksi untuk satu kelompok hewan uji, sehingga perlu
disiapkan sebanyak 25 tabung uji untuk pengujian ini. Selanjutnya, masing-masing tabung
ditambahkan 0,1 mL plasma normal yang diambil dari masing-masing kelompok hewan coba,
kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selama 2 menit. Setelah proses inkubasi selesai, sampel
ditambahkan dengan 0,2 mL reagen tromboplastin hangat, dan sampel dimasukkan ke dalam
koagulator. Waktu terjadinya pembekuan dicatat pada masing-masing tabung (Anonim a,tt).
3.2.3. Uji Masa Tromboplastin Parsial Aktif (In Vitro)
Kalsium klorida dimasukkan ke dalam tabung reaksi pada suhu 37°C selama 5 menit
sebelum digunakan. Dipipet sebanyak 0,1 mL reagen aPPT ke dalam 2 tabung pembekuan pada
suhu 37°C dan ditambahkan sebanyak 0,1 mL plasma kontrol ke dalam tabung pertama.
Dilakukan pencampuran dan dihitung waktunya dengan menggunakan stopwatch. Pada tabung
kedua ditambahkan sebanyak 0,1 mL plasma kontrol dan dilakukan pencampuran. Setelah waktu
inkubasi terpenuhi, ditambahkan sebanyak 0,1 ml kalsium klorida pada masing-masing tabung
secara bergantian, hitung waktu pada setiap pergantian tabung lain. Dicampur. Dicatat waktu
yang diperlukan untuk pembekuan (Anonim b,tt).
3.3. Skema Kerja
3.3.1.Preparasi Sampel
Dibagi menjadi 5 kelompok
Daun pegagan segar diekstraksi dengan menggunakan etanol 70% dengan metode soxhletasi
25 ekor tikus jantan Sprague Dawley BB 100-200 g, telah diadaptasikan selama 1 minggu dan dipuasakan selama 12-18 jam
Kelompok I (kontrol normal)
Kelompok II (kontrol positif)
Kelompok III (kelompok perlakuan)
Kelompok IV (kelompok perlakuan)
Kelompok V (kelompok perlakuan)
Diukur waktu perdarahan
3.3.2. Uji Masa Protrombin
Masing-masing hewan coba diambil darahnya
3.3.3. Uji Masa Tromboplastin Parsial Aktif
Diambil darah dari masing-masing hewan coba
Disiapkan 25 tabung reaksi, kemudian ditambahkan 0,1 mL plasma normal
Diinkubasi pada suhu 37 °C selama 2 menit
Ditambahkan 0,2 mL reagen tromboplastin dan dimasukkan ke dalam koagulator
Dicatat waktu pembekuan darah
Dimasukkan kalsium klorida ke dalam 25 tabung dan diinkubasi selama 5 menit pada 37°C
Dipipet 0,1mL regen aPPT ke dalam 2 tabung pembekuan pada suhu 37°C
Ditambahkan 0,1 mL plasma normal ke dalam 25 tabung pertama
Kelompok I (kontrol normal)
Kelompok II (kontrol positif)
Kelompok III (kontrol perlakuan)
Kelompok IV (kontrol perlakuan)
Kelompok V (kontrol perlakuan)
3.4. Analisis Hasil
Dari penggunaan secara empiris bahwa pegagan dapat menyembuhkan luka sehingga
ekstrak ini menunjukan efek anti perdarahan yang diuji pada tikus. Pertama dilakukan uji
kehomogenan pengaruh ekstrak terhadap waktu perdarahan. Kehomogenan didapatkan jika
signifikasi p > 0,05. Setelah dilakukan uji kehomogenan, dilanjutkan dengan uji ANOVA dan
LSD. Pengujian dengan ANOVA dan LSD diharapkan memberikan signifikasi p <0,05 yang
menyatakan bahwa data analisis tidak berbeda bermakna dan > 0,05 menyatakan bahwa data
analisis berbeda bermakna.
Diharapkan data yang diperoleh dari uji Protrombin time dan aPPT menunjukkan bahwa,
pada perlakuan dengan menggunakan ekstrak pegagan memberikan waktu pembekuan darah atau
menghentikan perdarahan lebih cepat dibandingkan terhadap hewan kontrol normal (yang hanya
diberikan aquades) dan tidak berbeda bermakna dengan kontrol yang diberikan perlakuan dengan
vitamin K.
Dicampur dan dihitung waktu pembekuan
Pada 25 tabung kedua, ditambahkan plasma kontrol dan dicampur
Ditambahkan sebanyak 0,1 mL kalsium klorida dan dicampur
Dicatat waktu terjadinya pembekuan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonym. 1977. Materia Medika Indonesia Jilid I. Jakarta : Depkes RI
Anonim . 2011. Herbarium Bandungense.
Available at : http://www.sith.itb.ac.id/herbarium/index.php?
c=herbs&view=detail&spid=198264
Opened at : 21 Maret 20011
Anonim a. tt. Protrombin Time
Available at :
http://www.wfh.org/2/docs/Publications/Diagnosis_and_Treatment/Lab_M
anual2010/Lab_Manual_Section-12.pdf
Opened at : 18 Maret 2011
Anonim b. tt. Activated Partial Thromboplastin Time
Available at :
http://www.wfh.org/2/docs/Publications/Diagnosis_and_Treatment/Lab_M
anual2010/Lab_Manual_Section-13.pdf
Opened at : 18 Maret 2011
Anonym e .tt. Sistem Peredaran Darah Manusia.
Available at :http://aas07.files.wordpress.com/2009/06/sistem-peredaran-darah-
manusia2.pdf
Opened at : 7 Maret 2011
Baldy, Chaherine M. 1994. Patofisiologi Edisi IV-Gangguan Hematologi. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran ECG.
Guyton,Arthur C and John E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta
: ECG Penerbit Buku Kedokteran.
Suratman, Sri Adi Sumiwi, dan Dolih Gozali. 1996. Pengarauh ekstrak Antanan dalam
Bentuk Salep, Krim, dan Jelly terhadap Penyembuhan Luka Bakar. Bandung :
Universitas Padjajaran.
Available at : http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/108963136.pdf
Opened at : 14 April 2011
Warnasuriya, Dilmanni and Harshani Dissanayake . 1999. Centella Asiatica.
Available at : http://dl.nsf.ac.lk/bitstream/1/5368/1/NA_217.pdf
Opened at : 21 Maret 2011
Zhang, L., Jun-Rong Du., Jin Wang., Dong-Ke Yu., Ya-Shu Chen., Yao He., Chen-Yuan
Wang. 2009. Z-ligustilide Extracted from Radix Angelica Sinensis Decrease
Platelet Aggregation Induced by ADP Ex Vivo and Arterio-venous Shunt
Thrombisis In Vivo in Rats. Yakugaku Zasshi 129 (7) 855-859 The
Pharmaceutical Society of Japan