an tibi otik

54
1 ANTIBIOTIK A. D EF I N I SI Kata antibiotik berasal dari bahasa yunani yaitu -anti (melawan) dan -biotikos (cocok untuk kehidupan). Istilah ini diciptakan oleh Selman tahun 1942 untuk menggambarkan semua senyawa yang diproduksi oleh mikroorganisme yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain. Namun istilah ini kemudian digeser dengan ditemukannya obat antibiotik sinetis. Penggunaan istilah antimikroba cenderung mengarah ke semua jenis mikroba dan termasuk di dalamnya adalah antibiotik, anti jamur, anti parasit, anti protozoa, anti virus, dll. Namun dalam pembahasan ini hanya membicarakan proses penghambatan antibiotik dalam membunuh bakteri Mikroorganisme yang dihambat oleh antibiotik khusunya adalah bakteri. Maka dari itu antibiotik bersinosim dengan anti-bakteri. Antibiotik berbeda dengan istilah disinfectant karena desifektant membunuh kuman dengan cara membuat lingkungan yang tidak wajar bagi kuman. Sedangkan kerja dari antibiotik adalah cenderung bersifat Toksisitas Selektif dalam arti dapat membunuh kuman tanpa merugikan inang. B. KL A S I F I K A SI AN T I B I OT I K Pembagian antibiotik dapat dibagi berdasarkan luasnya

Upload: agus-maulana

Post on 05-Aug-2015

54 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: An Tibi Otik

1

ANTIBIOTIK

A. D EFI NI SI

Kata antibiotik berasal dari bahasa yunani yaitu -anti (melawan) dan -biotikos

(cocok untuk kehidupan). Istilah ini diciptakan oleh Selman tahun 1942 untuk

menggambarkan semua senyawa yang diproduksi oleh mikroorganisme yang

dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain. Namun istilah ini

kemudian digeser dengan ditemukannya obat antibiotik sinetis. Penggunaan

istilah antimikroba cenderung mengarah ke semua jenis mikroba dan termasuk di

dalamnya adalah antibiotik, anti jamur, anti parasit, anti protozoa, anti virus, dll.

Namun dalam pembahasan ini hanya membicarakan proses penghambatan

antibiotik dalam membunuh bakteri

Mikroorganisme yang dihambat oleh antibiotik khusunya adalah bakteri.

Maka dari itu antibiotik bersinosim dengan anti-bakteri. Antibiotik berbeda

dengan istilah disinfectant karena desifektant membunuh kuman dengan cara

membuat lingkungan yang tidak wajar bagi kuman. Sedangkan kerja dari

antibiotik adalah cenderung bersifat Toksisitas Selektif dalam arti dapat

membunuh kuman tanpa merugikan inang.

B. KL A S I F I K A SI AN T I B I OT I K

Pembagian antibiotik dapat dibagi berdasarkan luasnya aktivitas antibiotik,

aktivitas dalam membunuh serta berdasarkan mekanisme obat antibiotik tersebut.

Berdasarkan luasnya aktivitas, antibiotik dibagi menjadi antibiotik spektrum

luas dan spektum sempit. Istilah luas mengandung arti bahwa antibiotik ini dapat

membunuh banyak jenis bakteri sedangkan sebaliknya, istilah sempit hanya

digunakan untuk membunuh bakteri yang spesifik yang telah diketahui secara

pasti. Penggunaan spektrum luas digunakan apabila identifikasi kuman penyebab

susah dilakukan namun kerugiaanya dapat menghambat pula bakteri flora normal

dalam tubuh.

Page 2: An Tibi Otik

2

Berdasarkan aktivitas dalam membunuh, antibiotik dibagai menjadi

Bactericidal dan Bacteristatic. Antibiotik yang mempunyai sifat bakterisidal

membunuh bakteri target dan cenderung lebih efektif serta tidak perlu

menggantungkan pada sistem imun manusia. Sangat perlu digunakan pada pasien

dengan penurunan sistem imun. Yang termasuk baterisidal adalah β-lactam,

aminoglycoside, dan quinolone. Bakteriostatik justru bekerja menghambat

pertumbuhan bakteri dan dapat memanfaatkan sistem imun host obat

bakteriostatik yang khas adalah tetracycline, sulfonamide, tetracycline, dan

clindamycin

Bedasarkan mekanisme kerja, antibiotik dibagi menjadi 5 jenis, yaitu :

A. Penghambatan sintetis dinding bakteri

B. Penghambat membran sel

C. Penghambatan sintetis protein di ribosom

D. Penghambatan sintetis asam nukleat

E. Penghambatan metabolik (antagonis folat)

Dari masing-masing golongan terdapat mekanisme kerja, farmakokintetik,

farmakodinamik, serta aktivitas antimikroba yang berbeda-beda. Perbedaan ini

menyebabkan perbedaan kegunaan di dalam klinik Karena perbedaan ini juga

maka mekanisme resisistensi dari masing-masing golongan juga mengalami

perbedaan.

Gambar 1. Tempat Kerja dari Masing-Masing Golongan Antibiotik

Berdasarkan struktur kimianya, antibiotik dikelompokkan sebagai

berikut: 

a. Golongan Aminoglikosida

Diantaranya amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin, neomisin,

netilmisin, paromomisin, sisomisin, streptomisin, tobramisin. 

Page 3: An Tibi Otik

3

b. Golongan Beta-Laktam 

Diantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem),

golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil,

seftazidim), golongan beta-laktam monosiklik, dan golongan penisilin

(penisilin, amoksisilin). 

c. Golongan Glikopeptida 

Diantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin. 

d. Golongan Poliketida 

Diantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin,

roksitromisin), golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin

(doksisiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin). 

e. Golongan Polimiksin 

Diantaranya polimiksin dan kolistin. 

f. Golongan Kinolon (fluorokinolon) 

Diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin,

levofloksasin, dan trovafloksasin. 

g. Golongan Streptogramin 

Diantaranya pristinamycin, virginiamycin, mikamycin, dan kinupristin-

dalfopristin. 

h. Golongan Oksazolidinon 

Diantaranya linezolid dan AZD2563. 

i. Golongan Sulfonamida 

Diantaranya kotrimoksazol dan trimetoprim. 

j. Antibiotika lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin dan asam

fusidat. 

C. R E S I STE N S I OB A T AN T I B I OT I K

Resistensi obat antibiotik oleh mikroba dapat dibagai menjadi berikut

Page 4: An Tibi Otik

4

1. Mikroba menghasilkan enzim yang merusak aktivitas obat.

Misal : Stapilokokus yang resisten terhadap penicillin menghasilkan β-

lactamase yang merusak obat-obat β-lactam

2. Mikroba merngubah permeabilitas terhadap obat.

3. Mikroba mengembangkan suatu perubahan terhadap struktur sasaran bagi obat

Misal : Berubahnya strukutr protein reseptor pada ribosom 30S menyebabkan

mikroba resisten terhadap golongan aminoglikan

4. Mikroba mengembangkan perubahan jalur metabolitk yang dihambat

Misal : Bakteri yang resisten Sulfonamides tidak memerlukan PAB

ekstraseluler dimana awalnya bakteri ini sangat membutuhkannya

5. Mikroba mengembangkan perubahan enzim yang tetap dapat melakukan

fungsi metaboliknya tetapi lebih sedikit dipengaruhi oleh obat.

Asal resistensi-resistensi di atas dapat bersifat genetik maupun non genetik.

Yang non genetik dapat berasal dari berubahnya bentuk suatu mikroba menjadi

inaktif sehingga resisten terhadap obat-obat yang kerjanya pada proses replikasi

bakteri. Sedangkan genetik dapat diturunkan dari mikroba satu ke keturunannya

melalui mutasi kromosom atau dari satu mikroba ke mikroba lain melalui plasmid.

Resistensi silang saja terjadi dari satu jenis antibiotik ke jenis lain. Misal suatu

mikroba resisten terhadap suatu jenis antibiotik dapat resisten terhadap jenis yang

lain. Reaksi silang ini dapat terjadi pada jenis-jenis yang berhubungan sacara

kimia maupun tidak

Berdasarkan mekanisme kerjanya, antimikroba dibagi dalam lima

kelompok :

1. Antimikroba yang menghambat metabolisme sel mikroba.

Obat yang termasuk golongan ini ialah :

a. Sulfonamid,

b. Trimetoprin,

c. Asam p-aminosalisilat (PAS), dan

d. Sulfon.

Dengan mekanisme kerja ini diperoleh efek bakteriostatik.

2. Antimikroba yang menghambat sintesis dinding sel mikroba.

Obat yang termasuk golongan ini ialah :

a. Penisilin,

b. Sefalosporin,

c. Basitrasin,

Page 5: An Tibi Otik

5

d. Vankomisin, dan

e. Sikloserin.

Tekanan osmotik dalam sel kuman lebih tinggi daripada di luar sel maka

kerusakan dinding sel kuman akan menyebabkan terjadinya lisis, yang merupakan

dasar efek bakterisidal pada kuman yang peka.

3. Antimikroba yang mengganggu keutuhan membran sel mikroba.

Obat yang termasuk golongan ini ialah :

a. Polimiksin,

b. Golongan Polien,

c. Antimikroba Kemoteraupetik, umpanya antiseptik surface active agents.

Kerusakan membran sel menyebabkan keluarnya berbagai komponen penting

dari dalam sel mikroba yaitu protein, asam nukleat, nukleotida, dan lain-lain.

4. Antimikroba yang menghambat sintesis protein sel mikroba.

Obat yang termasuk golongan ini ialah :

a. Aminoglikosid,

b. Makrolid,

c. Linkomisin,

d. Tetrasiklin, dan

e. Kloramfenikol.

5. Antimikroba yang menghambat sintesis asam nukleat sek mikroba.

Obat yang termasuk golongan ini ialah :

a. Rifampisin,

b. Golongan kuinolon.

D. GOLON GA N IN HI BI TOR SIN TETI S D IN DIN G BA KTER I

Bakteri mempunyai lapisan luar yang kaku yang disebut dinding sel. Dinding

sel terdapat pada baik bakteri yang gram (+) maupun bakteri gram (-). Dinding ini

berfungsi mempertahankan bentuk sel dari perbedaan tekanan osmotic internal

dan eksternal yang sangat tinggi. Pada kedua bakteri mempunyai suatu lapisan

yang bernama Peptidoglycan. Lapisan ini berfungsi mensintetis dinding bakteri

melalui reaksi yang disebut TRANSPEPTIDASI. Lapisan ini lebih tebal pada

bekteri gram (+) dan pada gram (-) di antara peptidoglycan dan dinding terdapat

lapisan membran lemak sehingga terdapat gambaran membran bilayer.

Page 6: An Tibi Otik

6

Preoses penghambatan sintetis dinding bakteri dapat melalui 2 jalur. Jalur

pertama berasal dari penghambatan proses transpeptidasi. Semua obat β-lactam

dapat menghambat proses ini. Yang termasuk dalam antibiotik β-lactam adalah

golongan Penicillin, Cephalosporins, Carbapemems, dan Monobactam. Jalur

berikutnya melalui penghambatan sintetis peptidoglycan. Yang termasuk jalur

kedua ini adalah Vancomycin dan Bacitracin. Pembagian kelompok ini dapat

dilihat pada gambar di bawah.

PENGHAMBAT SINTETIS DINDING BAKTERI

Antibiotik β-Lactam Non β-Lactam

PenicillinCephalospori

n Carbapenem MonobactamBacitracin

Ampicillin, Amoxicillin,

Imipenem AztreonamVancomycin

Azlocillin, Carbenicillin,Cloxacillin, Dicloxacillin,Methicillin, Mezlocillin,Nafcillin, Oxacillin,Penicillin G, Penicillin V,Piperacillin, Ticarcillin

Generasi I

Generasi II

Generasi III

Generasi IV

Cefadroxil, Cephradrin, Cephalotin, Cephalexin,Cephapirin

Cefaclor, Cefamandol, Cefmetazole, Cefodoxim, Cefonicid, Cefoxitin, Cefprozil, Cefotetan, Cefuroxime

Cefixime, Cefotaxime, Ceftazidime, Ceftizoxime, Ceftriaxone, Dan Moxalaktam

Cefclidine, Cefepime, Cefluprenam, Cefoselis, Cefozopran, Cefpirome, Cefquinome

Page 7: An Tibi Otik

7

Gambar 2. Bagan Pembagian Antibiotik Golongan Inhibitor Sintetis Dinding Bakteri

PENICILLIN

Penicillin yang paling terkenal dan pertama ditemukan adlah penicillin-G yang

ditemukan oleh Flamming pada 1929. Senyawa ini dihasilkan dari pembenihan

spesies Penisillium notatum. Sifat dari penicillin-G adalah kepekaannya terhadap

penghacuran cincin β-lactam oleh senyawa β-lactamase dan tidak aktif secara

relative terhadap kebanyakan bakteri gram negatif. Pengembangan terhadap

Penicillin menghasilkan turunan-turunan penicillin yang lebih stabil terhadap

asam dan aktif terhadap bakteri gram (-) maupun gram (+).

1. Struktur kimia

Semua Penicillin mempunyai struktur dasar yang sama. Terdapat cincin Beta

lactam yang dikelilingi oleh cincin tiazolodin. Beberapa turunan Penicillin

didapatkan dengan menambahkan senyawa lain pada gugus R. Struktur penicillin

dapat dilihat pada gambar.

Gambar 3. Struktur dasa Penicillin. Terdapat cincin β-lactam (kiri) yang dikelilingi cincin tiazolid (kanan).

2. Resistensi

Mekanisme resistensi terhadap Penicillin dapat dibagi dalam beberapa

mekanisme :

a. Bakteri-bakteri tertentu seperti Staphylococcus aureus, beberapa

Haemophilus influenzae dan gonokokus menghasilkan senyawa β-

lactamse yang memecah cincin β-lactam. Kontrol pembentukan β-

lactamase dikontrol oleh kromosom dan plasmid. Nafcillin tahan

terhap β-lactamase karena cincin β-lactam dilindungi oleh rantai

samping R’.

b. Beberapa mikroba kurang mempunyai reseptor spesifik dan kurangnya

permeabilitas terhadap β-lactam.

c. Organisme yang dormant seperti Mycoplasma L resistant terhadap

Page 8: An Tibi Otik

8

penicillin karena tidak mensintetis peptidoglycan

Zat-zat penghambat β-lactamase seperti clavulanic acid, sulbactam

dan, tazobactam dapat menghambat aktivitas β-lactamase yang dihasilkan

bakteri yang resisten. Pemberian tunggal obat ini kurang menunjukkan

aktivitas antibakteri. Namun kombinasi obat ini dengan obat-obat β-lactam,

misalnya clavulanic acid dan amoxcillin dapat efektif terhadap infeksi saluran

pernafasaan oleh H influenza penghasil β-lactamase.

3. Farmakokinetik

Absorpsi peroral berbeda-beda dari masing-masing obat penicillin

tergantung dari kestabilan asam dan ikatan proteinnya. Pemberian minimal

harus diberikan 1 jam sebelum atau sesudah makan untuk mengurangi ikatan

pada makanan. Absorpsi parenteral biasanya cepar. Pemberian IM sering

menimbulkan iritasi dan nyeri pada tempat suntikan. Pemberian IV bolus

intermittent dengan tetesan kontinue cenderung disukai.

Penicillin tidak larut dalam sel dan tidak masuk dalam sel inang.

Pemberian 6 gr perhari dapat menghasilkan kadar 1-6 μg/ml dalam darah.

Penicillin yang terikat kuat pada protein (oxacillin, dicloxacillin)

menghasilkan kadar obat bebas yang lebih rendah daripada yang terikat lemah

(Ampicillin, Penicillin-G)

Kadar penicillin pada jaringan setara dengan yang ada di serum. Pada

mata, protat, dan susunan syaraf pusat kadar ini lebih rendah daripada di

serum. Namun pada cairan serebospinal kadar dapat mencapai 0,2 μg/mL jika

diberikan 6 gr parenteral sehingga tidak diperlukan suntika intratekal.

Ekskresi dilakukan kebanyakan oleh ginjal. Sekitar 10% diekskresi di

glomerulus dan 90% melalui tubulus dengan kecepatan 2 gr/jm kecuali

nafcillin dimana 80% diekskresi di dalam saluran empedu. Waktu paruh

Penicillin-G adalah ½-1 ja dan pada gagal ginjal dapat mecapai 10 jam.

Ampicillin diekskresi lebih lama. Sekresi di tubulus dapat dihambat dengan

pemberian probensid dan digunakan pada jika ingin mncapai kadar sistemik

dan cairan serebospinal yang tinggi. Pada neonantus pemberian ini lebih

lambat. Ekskresi juga dapat melalui sputum dan air susu dan dapat

menimbulkan alergi pada bayi yang menyusui.

4. Kegunaan Klinik

Obat ini dikenal karena paling luas kegunaannya. Semua penicillin oral

harus diberikan minimal 1 jam sebelum/sesudah makan.

Page 9: An Tibi Otik

9

a. Penicillin-G

Obat ini masih digunakan pada infeksi pneumococcus,

streptococcus, meningococcus, staphilococcus yang tidak

menghasilkan β-lactamase, gonococcus, Treponema pallidum,

Bacillus anthracic dan bakreti gram (+) lainnya, clostridium,

actinomyces, listeria, dan bacterioid. Kebanyakan dosis yang

digunakan adalah dosis sehari (6 gram) dan umumnya diberikan secara

bolus intermittent IV. Penicillin-V diindikasikan pada infeksi ringan

saluran pernafasan dengan dosis harian 1-4 g. Pemberian oral tidak

boleh diberikan terhadap infeksi yang berat.

b. Benzathine Penicillin

Obat ini berbentuk garam yang mempunyai kelarutan dalam air

yang sangat rendah dan menghasilkan kadar rendah tetapi bertahan

lama. Kegunaannya adalah diberikan secara 1,2 juta unit IM untuk

profilaksi reinfeksi streptokokus selama 3-4 minggu.

c. Ampicillin, Amoxicillin, carbenicillin, Ticarcillin, Piperacillin,

mezlocillin, Azlocillin

Obat ini berbeda dengan penicillin-G karena punya akitivitas

lebih besar terhadp bakteri gram (-).

Ampicillin dan amoxicillin mempunyai aktivitas sama. Namun

amoxicillin lebih mudah diserap dalam usus. Diberikan secara oral

untuk ISK oleh bakteri koliformis gram (-) dan infeksi bakteri

campuran saluran nafas (sinusitis, otitis, bronchitis). Dosis yang

diberikan adalah 250-500 mg 3x sehari. Obat ini kurang efektif

terhadap enterobacter, pseudomonas dan gastroenteritis salmonella

noninvasive.

Carbenicillin lebih efektif terhadap pseudomonas dan proteus

namun lebih cepat menjadi resisten. Pemberian dengan dosis 12-

30g/hari IV biasanya diberikan berkombinasi dengan antibiotik

golongan lain untuk pengobatan sepsis pseudomonas pada luka baker.

Ticarcillin menyerupai carbenicillin tetapi dosisnya lebih

rendah (200-300mg/kg/hari). Obat yang lain mempunyai aktivitas yang

kebanyakan sama

d. Penicillin yang resisten terhadap β-lactamase

Golongan yang resisten terhadap β-lactamase adalah Oxacillin,

Page 10: An Tibi Otik

10

Cloxacillin, Dicloxacillin, dan Nafcillin. Indikasi penggunaan hanya

digunakan pada infeksi staflokokus penghasil β-lactamase. Dosis yang

digunakan adalah 0,25-0,5 g setiap 4-6 jam peroral. Untuk infeksi yang

berat diberikan 8-12 g/hari nafcillin intermittent bolus IV tiap 2-4 jam

(1-2 g tiap pemberian). Methicillin jarang digunakan karena bersifat

nefrotoksis.

5. Efek Samping

a. Hipersensitivitas

b. Neurotoksis pada dosis tinggi (>20.000 unit intratekal atau >20juta

parenteral)

c. Dyspepsia

d. Nefrotoksis (Methycillin)

e. Gangguan pendarahan (Cabenicillin)

CEPHALOSPORIN

Cephalosporin dihasilkan oleh jamur Cephalosporium. Senyawa ini mirip

dengan Penicillin namun lebih resisten terhadap β-Lactamase dan cenderung lebih

aktif terhadap bakteri gram (+) maupun gram (-).

1. S TR UK T U R K I M IA

Strutur ini mirip dengan penicillin yaitu adanya cincin β-Lactam tetapi

dilekati cincin dihydrithiazide dan terdapat gugusan R1 dan R2 yang

memungkinkan untuk dibuat turunan-turunan cephalosporin dengan aktivitas

yang lebih tinggi dan toksisitas yang lebih rendah.

Gambar 4. Struktur kimia cephalosporin

2. AK T I V IT A S AN T I M I K R O B A D A N RESISTE N SI

Aktivitas dan cara kerja antimikroba beserta mekanisme resistensi

Page 11: An Tibi Otik

11

cephalosporin analog dengan penicillin.

3. CEP HA L O SP O R IN G E N ER A SI PERT A M A

Yang termasuk obat ini adalah Cefadroxil (Duricef), Cephradrin,

Cephalotin (cephalothin; Keflin), Cephalexin, (Keflex), Cephapirin

(cephapirin; Cefadryl).

AKTIVITAS ANTIMIKROBA

Obat ini sangat aktif terhadap kokus gram positif seperti pneumokokus,

streptokokus viridan, gourp streptokokus A hemolitikum dan S aureus. Gram

negatif yang juga dapat dihambat antara lain E. coli, Klebsiella pneumoniae,

dan Proteus mirabilis. Kokus anaerob (Peptococcus, Peptostreptococcus)

biasanya sensitif kecuali B fragilis

FARMAKOLOGI & DOSIS

Oral : Cefalexin, Cefradrin, dan Cefadroxil diabsorpsi di usus

bervariasi. Pemberian 500 mg peroral hanya menghasilkan kadara 15-20

μg/mL. Kadar dalam urin biasanya sangat tinggi namun di jaringan biasanya

kadarnya lebih rendah. Dosis Cefalexin dan cefadrin diberikan 4 x 0,25-0,5 g

dan cefadroxil diberikan 3 x 0,5-1 g. Ekskresi terutama di urin dan dapat

dihambat dengan pemberian probenesid. Pada penderita gagal ginjal dosis

harus dikurangi

IV : infus IV diberikan sebanyak 1 gram dan mencapai kadar puncak

cefazolin sebanyak 90-120 μg/mL, cefalotin dan cefazolin sebanyak 40-60

μg/mL, Dosisnya untuk Cefazolin 1-2 g /8 jam, cefalotin dan cefapirin adalah

1-2 g/6 jam

IM : jarang dilakukan

PENGGUNAAN KLINIK

Walau obat ini punya spectrum luas dan tidak terlalu toksis, namun

obat ini jarang digunakan selain sebagai obat alternative untuk beberapa

infeksi. Dapat digunakan untuk ISK, luka kecil yang terdapat stafilokokus, dan

infeksi ringan lainnya. Untuk profilaksis pembedahan, Cefazolin lebih banyak

digunakan karena lebih murah serta dapat mengurangi resistensi terhadap obat

lain. Jangan digunakan untuk pengobatan infeksi berat. Cephalosporin

generasi pertama tidak dapat melakukan pentrasi ke SSP dan tidak bisa

digunakan untuk pengobatan meningitis.

Page 12: An Tibi Otik

12

4. CEP HA L O SP O R IN G E N ER A SI K E D U A

Contoh dari cephalosporin generasi kedua adalah cefaclor (Keflor,

Raniclor), cefamandol, cefmetazole, cefodoxim, cefonicid (monocid),

cefoxitin, cefprozil (cefzil), cefotetan, cefuroxime (ceftin).

AKTIVITAS ANTIMIKROBA

Aktivitas obat ini biasanya mirip dengan generasi pertama namun

mempunyai spektrum yang lebih luas terhadap bakteri gram (-) : enterobacter,

Klebsiella, dan Proteus indol-positif. Untuk pengobatan H influenza

cefamandol, cefuroxime, cefonicid, dan ceforanid lebih efektif. Untuk

pengobatan B fragilis justru cefoxitin, cefmetazole, dan cefotetan lebih efektif.

Semua generai kedua tidak aktif terhadap enterokokus dan P aeruginosa

FARMAKOLOGI & DOSIS

Oral : Cefaclor, cefuroxim, cefprozil dapat diberikan peroral. Dosis

untuk dewasa biasanya 10-15 mg/kg/hari diberikan dalam 2-4 dosis terbagi.

IV : Setelah 1 gr IV dapat menghasilkan kadar serum 75-125 μg/mL. IM :

Biasanya sangat sakit. Pada gagal ginjal dibutuhkan penyesuaian dosis

PENGGUNAAN KLINIK

Karena aktivitasnya terhadap H influenza, Cefaclor sering digunakan

untuk sinusitis dan otitis media pada pasien alergi atau tidak ada respon

terhadap Ampicillin. Hanya cefuroxim yang dapat menembus sawar otak.

Cefoxitin, cefmetazole, dan cefotetan yang efektif terhadap B fragilis dapat

digunakan untuk infeksi bakteri anaerob tersebut seperti peritonitis dan

divertikulitis.

5. CEP HA L O SP O R IN G E N ER A SI K ETI G A

Yang termasuk generasi ke 3 cephalosporin adalah cefixime,

cefotaxime, Ceftazidime, ceftizoxime, ceftriaxone, dan moxalaktam.

AKTIVITAS ANTIMIKROBA

Yang khas untuk generasi ketiga adalah mencangkupi gram negatif

yang luas dan dapat menembus sawar otak. Selain itu secara menetap generasi

ketiga juga aktif terhadap enterobacter citrobacter, S marcescens, dan

Providencia, serta Haemophilus dan Neisseria penghasil β-Lactamase.

FARMAKOLOGI & DOSIS

Kadar dalam darah adalah 60-140 μg/mL setelah pemberian infus IV 1

gram. Kadar ini akan sama di semua jaringan dan dapat mencapai sistem

Page 13: An Tibi Otik

13

syaraf pusat.

Waktu paruh untuk ceftriaxone (7-8 jam) setelah pemberian 15-30

g/kg/hari dibagi dalam dosis tiap 12-24 jam, namun pada meningitis dosis ini

diberikan setiap 12 jam. Obat lain punya waktu paruh 1-1,7 jam dapat

disuntikan setiap 6-8 jam dengan dosis 2-12 gram/hari

Ekskresi utama melalui empedu, jadi pada gagal ginjal obat ini

memerlukan penyesuaian dosis.

PENGGUNAAN KLINIK

Karena penetrasi ke sawar otak, obat generasi ketiga sering digunakan

untuk mengobati meningitis termasuk yang disebabkan oleh meningokokusm

H influenza, dan bakteri gram (-) usus yang rentan. Pada sepsis yang tidak

diketahui penyebabnya obat ini juga sering digunakan.

6. EF E K S A M PI N G

Efek samping terhadap cephalosporin yang dapat muncul pada umumnya

antara lain adalah :

a. Alergi

b. Hipoprotrombinemia dan kelainan perdarahan : diberikan vitamin K 10

mg 2 x seminggu untuk pencegahan

c. Disulfiram-like effect (penghambatan metabolisme alkohol) sehingga

jangan dberikan untuk orang alkoholisme

OBAT β-LACTAM LAINNYA

Yang termasuk kelas β-Lactam yang lain adalah monobactam dan

carbapenem.

MONOBACTAM

Obat ini mempunyai cincin β-Lactam monosiklik dan ternyata juga resisten

terhadap β-Lactamase serta aktif terhadap beberpa gram (-) seperti pseudomonas

dan Serratia. Kelemahan obat ini adalah tidak ada aktivitas terhadap bakteri gram

(+) dan bekteri anaerob. Contoh golongan ini adalah Aztreonam (azactam). Kadar

dalam serum adalah 100 μg/mL setelah pemberian 1-2 gram setiap 8 jam. Waktu

paruh 1-2 jam dan pada gagal ginjal dapat memanjang

Page 14: An Tibi Otik

14

CARBAPENEM

Obat ini adalah obat baru dengan cincin β-Lactam. Contohnya adalah

Imipenem. Obat ini mempunyai spektrum luas terhadap bakteri gram (+), gram

(-), dan anaerob. Obat ini juga punya kelebihan resisten terhadap β-Lactamase.

Namun obat ini diinaktifkan di tubulus sehingga konsentrasi dalam urin menjadi

rendah. Penetrasi baik di jaringan tubuh dan cairan serebrospinal. Dosis biasanya

0,5-1 gram IV setiap 6 jam (waktu paruh 1 jam).

Kegunaan secara pasti belum ditentukan namun mungkin digunakan atas

pengobatan terhadap infeksi yang telah resisten. Sejak Pseudomonas cepat

menjadi resisten terhadap imipenem, pemberian kombinasi obat ini dengan

aminoglican perlu dilakukan.

Efek samping masih terbatas pada mual, muntah, diare, dan kulit kemerahan

serta pada gagal ginjal gejala ini semakin terlihat.

VANCOMYCIN

Vancomycin dan bacitracin merupakan penghambat sintetis dinding sel namun

bukan termasuk golongan β-Lactam. Vancomycin dihasilkan oleh Sterptomyces.

Obat ini aktif terhadap bakteri gram (+) khususnya staphylococcus.

Struktur kimia. Struktur kimia vancomycin terdiri dari suatu glicopeptida

dengan erat molekul 1500 larut dalam air dan stabil. Mekanisme obat ini adalah

penghambatan sintetis peptidoglican di tingkan membrane sel.

Aktivitas Antimikroba. Vancomycin bersifat bakterisid untuk gram (+) pada

konsentrasi 0,5-3 μg/mL. Banyak staphylococcus yang sudah resisten terhadap

nafsilin dapat dibunuh dengan obat ini serta resistensi vancomycin terjadi sangat

lambat dan jarang.

Farmakokinetik. Vancomycin tidak diabsopsi di usus. Pengobatan peroral

digunakan untuk mengobati enterokolitis. Pemberian IV dengan dosis 0,5 gram

dapat mencapai kadar serum 10-20 μg/mL (waktu paruh 1-2 jam). Ekskresi

dilakukan oleh ginjal.

Penggunaaan Klinik. Indikasi Vancomycin adalah untuk sepsis atau

endocarditis yang disebabkan oleh staphylocoocus yang sudah resisten terhadap

obat lain dengan dosis 0,5 gram IV tiap 6-8 jam. Pengobatan peroral dengan dosis

0,125-0,5 gram tiap jam digunakan untuk enterokolitis terutama Clostridium

Page 15: An Tibi Otik

15

difficle.

Efek Samping. Jarang terjadi efek samping. Flebitis pada tempat suntikan dan

demam mungkin terjadi. Gejala flushing yang luas dapat juga terjadi (red man

syndrome).

BACITRACIN

Bacitracin merupakan campuran polipeptida siklik yang dihasilkan dari Tracy

Bacillus subtilis. Aktif terhadap mikroba gram (+). Karena efek toksisnya yang

sistemik bacitracin jarang digunakan.

Aktivitas obat ini sama seperti vancomycin yaitu untuk gram (+) khususnya

staphylococcus. Obat ini susah diabsorpsi di usus kulit, mukosa, atau yang lain

jadi sering digunakan untuk pengobataan topical dengan dosis 500 unit/gram

untuk menekan lesi permukaan kulit, pada luka, atau pada mukosa.

Efek sampingnya adalah kerusakan ginjal secara mencolok, menyebabkan

proteinuria, hematuria, dan retensi nitrogen sehingga suah tidak digunakan. Reaksi

alergi pada penggunakan topikal jarang terjadi.

E. GOLON GA N IN HI BI TOR SIN TETI S PR OTEI N

Telah dibuktikan secara klinik bahwa Tetracyclin, amonoglycoside,

Chloramphenicol, Macrolides, dan Lyncomicin dapat menghambat sintetis protein

melalui kerja di ribosom. Sel bakteri secara umumnya mempunyai beberapa tipe

ribosom antara lain ribosom 30S, ribosom 50S, dan ribosom 70S. Ribosom 80S

yang terdapat manusia, tidak terdapat pada bakteri sehingga golongan obat ini

cenderung tidak berpengaruh terhadap sintetis protein dalam jaringan manusia.

PENGHAMBAT SINTETIS PROTEIN DI RIBOSOM

Tetracycline

Aminoglycoside

Demeclocycline, Doxycycline, Minocycline, Tetracycline

Amikacin, Gentamycin, Neomycin, Metilmicin, Streptomcin, Tobramycin

Macrolide Azitromycin, Clarithromycin, Erythromycin

Cholramphenicol Lyncomycin

Page 16: An Tibi Otik

16

Thiamphenicol

Clindamycin

Page 17: An Tibi Otik

17

Gambar 5. Bagan pembagian golongan obat penghambat sintetis protein

Kerja penghambatan di masing-masing ribosom mempunyai mekanisme yang

berbeda. Golongan yang beraksi di ribosom 30S dan 70S adalah golongan

tetracycline dan amiglycoside. Sedangkan golongan lain beraksi di ribosom 50S.

Penghambat sintetis protein terbagi dalam 5 kelompok yaitu : Tetracyclin,

Amoniglycoside, Macrolide, Chloramphenicol, dan Lyncomycin.

TETRACYCLINE

Tetracycline yang pertama kali ditemukan adalah chlortetracycline yang

diisolasi dari Streptomycecs aureofaciens.

1. STRUKTUR KIMIA

Semua tetracycline mempunyai struktur yang sama. Obat ini tersedia

sebagai hidroklorida yang lebih larut. Larutan tersebut bersifat asam dan

mudah berikatan erat dengan ion-ion logam bervalensi 2 dan dapat

mengganggu absorpsi dan aktivitas.

Gambar 6. Struktur kimia tetracyclines

2. AKTIVITAS ANTIMIKROBA

Tetracycline cenderung merupakan antibakteri spektrum luas. Bersifat

bakteristatik baik untuk gram (+) dan gram (-) , bakteri anaerob, riketsia,

clamidia, micoplasma, serta untuk beberapa protozoa misalnya amuba.

Tetracyclin memasuki mikroba melalui difusi pasif dan transport aktiv

sehingga pada mikroba yang rentan terdapat penumpukan obat ini di dalam

sel. Tetracycline kemudian terikat reversible ke reseptor pada subunit 30S

Page 18: An Tibi Otik

18

ribosom dalam posisi yang menghambat pengikatan aminoasil-tRNA ke

tempat akseptor pada komplek mRNA ribosom. Efek lanjut adalah mencegah

penambahan asam amino baru ke rantai peptide yang tumbuh.

3. RESISTENSI

Resistensi muncul dengan perubahan permeabilitas pasif dan juga tidak

adanya transport aktif terhadap tetracycline. Resistensi ini muncul dipengaruhi

genetik. Kontrol resistensi oleh plasmid juga dapat resisteni terhadap obat

golongan lain. Penggunaan secara luas tetracycline bertanggung jawab

terhadap resistensi terhadap obat lain.

4. FARMAKOKINETIK

Absopsi tetracycline di usus bervariasi antara beberapa obat. Beberapa

ada yang tetap di usus dan dikeluarkan di tinja. Obat chlortetracycline hanya

30% diasorpsi. Jenis lain hanya 60-80% untuk oxytetracycline dan

demeclocycline, 90-100% untuk doxycycline dan minocycline. Absorpsi

paling baik di usus halus bagian atas dan baiknya pada saat tidak makan

karena dapat diganggu jika ada kation bervalensi dua (Ca2+, Mg2+, Fe2+),

terutama dalam susu dan antasida. Pemberian parenteral tetracycline biasanya

diracik dengan buffer khusus

Dalam darah terjadi ikatan protein berbagai tetracycline sebesar 40-

80%. Dengan dosis oral 500 mg tiap 6 jam dapat mencapai kadar 4-6 μg/mL

untuk tetracycline hydrochlorid dan oxytetracycline. Doycycline dan

minocycline agak lebih rendah. Suntikan IV membuat kadar lebih tinggi untuk

sementara waktu. Distribusi tidak dapat mencapai cairan serebrospinal.

Minosiklin khas karena konsentrasi yang tinggi di air mata dan air liur.

Tetracycline dapat melintasi plasenta dan air susu,

Ekskresi terutama di empedu dan urin. Di empedu ekskresinya lebih

banyak dan mungkin diabsorpsi kembali di usus untuk mempertahankan kadar

di serum. Sekitar 50% jenis tetracycline diekskresi di glomerulus ginjal dan

dipengaruhi oleh keadaan gagal ginjal. Doxicycline dan minocycline

diekskresi lebih lambat sehingga di dalam serum lebih lama

5. KEGUNAAN KLINIK

Tetracycline merupakan obat spektrum luas pertama dan telah

digunakan sewenang-wenang. Merupakan obat terpilih untuk infeksi

Mycoplasma pneumoniae, Clamidia, serta ricetsia. Obat ini juga berguna

Page 19: An Tibi Otik

19

untuk infeki bakteri campuran infeksi saluran pernafasan misalnya sinusitis

dan bronchitis. Dapat digunakan untuk infeksi Vibrio dan kolera namun

resistensi telah dilaporkan.

Tetracycline efektif untuk infeksi infeksi melalui hubungan seksual

yang disebabkan clamidia. Doxycycline efektif terhadap leptospirosis. Untuk

protozoa yang dapat dihabat oleh tetracycline adalah Entamoeba hitolitika atau

Plasmodium falciparum (Doxicycline).

6. EFEK SAMPING

Efek samping yag bisa timbul antara lain :

a. Efek samping pencernakan seperti mual, muntah dan diare karena

engubah flora normal. Hal ini merupakan alasan penghentian dan

pengurangan pemberian tetracycline.

b. Penumpukan di tulang dan gigi tetracycline sering terjadi. Kontra

indikasi pemberian pada ibu hamil karena dapat menumpuk di gigi

janin yang menyeabkan kekuning-kuningan pada gigi serta

penumpukan di tulang yang menyebabkan gangguan pertumbuhan

pada janin dan anak umur dibawah 8 tahun.

c. Hepatotoksis juga dapat diberikan jika diberikan pada dosis besar atau

telah terjadi insuficiensi hepar sebelumnya.

d. Trombosis vena dapat terjadi pada pemberian IV

e. Hiperfotosensitif terutama demeclocycline

f. Reaksi vestibular seperti pusing, vertigo, mual, muntah (minocycline)

AMINOGLYCOSIDE

Aminoglycoside berasal dari berbagai spesies Streptomyces. Sampai saat ini

yang masuk kelompok ini adalah Stretomycin, neomycin, gentamycinm dan lain-

lain. Semua obat ini menghambat sintetis protein dan punya kelemahan dalam

berbagai macam resistensi. Semua aminoglykoside punya potensi ototoksis dan

nefrotoksik.

Penggunaan pada umumnya digunakan terhadap bakteri enteric gram (-)

terutama pada bakteriemia, sepsis, atau endocarditis.

1. STRUKUR KIMIA

Page 20: An Tibi Otik

20

Aminoglycoside memiliki inti heksosa di samping streptidin atau

deoxistreptamin. Dimana gula amino terikat dengan ikatan glikosida.

Aminoglycoside larut dalam air, stabil dalam larutan dan lebih aktif dalam

keadaan pH alkali daripada asam.

Gambar 7. Struktur kimia Aminoglycoside secara umum

2. MEKANISME KERJA

Mekanisme kerja aminoglycoside adalah pernghambatan irreversible

sintetis protein. Diawali dengan proses tranpot aktif yang bergantung pada

oksigen sehingga tidak efektif terhadap kuman anaerob. Proses selanjutnya

adalah berikatan dengan subunit 30S ribosom. Proses sintetis dihambat degan

cara mengganggu “komplek awal” pembentukan peptide, menginduksi

kesalahan baca mRNA, serta pemecahan polisom menjadi monosom yang

tidak berfungsi

3. RESISTENSI

Ada 3 mekanisme resistensi yang telah diketahui

a. Adanya enzim yag menginaktifasikan aminogycoside dengan

adenilasasi, asetilasi, dan fosforilasi.

b. Perubahan permeabilitas

c. Perubahan reseptor di ribosom

4. STREPTOMYCIN

Streptomycin dihasilkan dari Streptomyces grieus. Turunannya adalah

dihidrostreptomycin. Aktivitas antibakteri dan resistensi masih sama dengan

jenis yang lain. Streptomycin efektif untuk mikobakteria dan beberapa spesies

lain (infeksi pes, tularemia, dan bruselosis dengan dosis 1 gram/hari ) serta

Page 21: An Tibi Otik

21

pengobatan kombinasi untuk memperkuat efektifitas antibakteri yang lain.

Efek Samping yang bias timbul adalah alergi dan gangguan vestibular-vertigo

dan keseimbangan

5. GENTAMICIN DAN TOBRAMYCIN

Baik gentamycin dan tobramycin efektif terhadap gram (+) dan gram

negatif. Spktrum aktivitas kedua obat ini sama dengan menghambat banyak

strain stafilokokus, koliform, dan bakteri gram (-) lainnya. Kombinasi yang

efektif adalah dengan dengan karbenisilin atau tikarsilin untuk pengobatan

pseudomonas, proteus, enterobacter, dan klebsiella. Namun banyak

sterptokokus resisten terhadap gentamycin.

Pemberian IM atau IV gentamycin atau tobramycin biasanya

digunakan untuk infeksi berat (sepsis) pseudomonas, enterobacter, proteus

yang telah resisten dengan obat lain. Dengan dosis 5-7 mg/kg/hari IM atau IV

obat ini dipadukan dengan cephalosporin atau penicillin untuk pengobatan

yang lebih efektif. Kombinasi dengan penicillin-G dapat digunakan untuk

endocarditis yang disebabkan oleh S viridans dan S faecalis. Gentamycin 0,1-

0,3% dalam krim atau obat salep sering digunakan untuk luka bakar, luka, dan

lesi kulit yang terinfeksi. Efek samping kedua obat analog dengan

aminoglycoside lain, seperti nefrotoksisitas dapat terjadi.

6. KANAMYCIN & NEOMYCIN

Kedua obat ini juga berhubungan erat karena mempunyai resistensi

silang yang lengkap. Neomycin susah diasorpsi secara oral, ekskresi terutama

di glomerulus. Penggunaan secara perenteral obat ini telah lama dihindari

karena efek nefrotoksis dan ototoksis yang jelas setelah pemberian. Peggunaan

paling sering adalah untuk topical atau suntikan ke dalam sendi, rongga

pleura, atau rongga abses dimana ada infeksi. Penggunaan peroral masih

digunakan untuk mengurangi flora usus sebelum pembedaha.

7. AMIKACIN

Amikacin merupakan turunan dari kanamycin yang kurang toksis

namun lebih resisten terhadap enzim penginaktif gentamycin sehingga

Page 22: An Tibi Otik

22

digunakan terapi kedua setelah gentamycin. Penggunaan amikacin efektif

untuk banyak bakteri Proteus, Pseudomonas, Enterobacter, dan Serratia.

8. NETILMYCIN

Keuntungan Netilmycin adalah obat ini cenderung lebih tahan terhadap

kerusakan yang ditimbulkan oleh bakteri yang resisten terhadap gentamycin

dan tobramycin. Indikasi terutama pada infeksi iatrofenik serta infeksi yang

beresiko untuk terjadi sepsis.

MACROLIDES

Macrolides termasuk golongan senyawa yang mempunyai cincin makrolide.

Contoh obat ini yang terkenal adalah erythromycin. Penggunaan macrolide

terbatas pada infeksi korinebakterium, klamidia, mycoplasma dan legionella.

Contoh macrolide adalah Azitromycin, Clarithromycin, Erythromycin, dan

Spiramycin

ERYTHROMYCIN

Erythromycin merupakan obat macrolide yang dihasilkan dari Streptomyces

erythreus. Aktvitas dapat hilang pada suhu 200C dan pH asam. Sediaan pada

umumnya berupa garam. Erythromycin masih efektif terhadap organisme gram

positif, terutama pneumokokus, streptokokus,, dan korinebakterium. Organisme

lain seperti mycoplasma, Clamydia trachomatis, dan Helicobacterium juga peka.

Resistensi dijumpai pada beberapa pneumokokus dan streptokokus dengan

perubahan pada reseptor. Dikontrol dengan genetik dan plasmid

Karena tidak tahan asam, erythromycin basa dirusak di dalam lambung dan

pemberian peroral harus diberikan dalam bentuk enteric coating atau dalam

bentuk stearat ester. Dosis peroral 2 g/hari mencapai kadar serum 2 μg/mL.

Sejumlah besar hilang dalam feses. Distribusi tidak dapat menembus sawar otak.

Obat ini menembus plasenta dan mencapai janin. Ekskresi dilakukan dalam

empedu

Erythromycin digunakan dalam infeksi Corynebacterium (difteri, sepsis,

eritrasma), Infeksi klamedia pada saluran pernafasan, neonantus, mata, atau

genialia, Pneumonia oleh Mycoplasma dan Legionella. Dosis oral diberikan 0,25-

Page 23: An Tibi Otik

23

0,5 gram tiap 6 jam. Efek samping yang bisa muncul berupa anoreksia, mual,

muntah, dan sifat toksis terhadap hepar.

SPIRAMYCIN

Spiramycim punya spectrum yang sama dengan erythromycin namun lebih

lemah. Keutungannya adalah daya penetrasi yang kuat di jaringan mulut,

tenggorokan dan saluran nafas sehingga sering digunakan untuk ISPA yang sukar

dicapai dengan antibiotik lain.

CHLORAMPHENICOL

Chloramphenicol berasal dari isolasi Stretomyces venezuelae. Sifat kristal

chloramphenicol sangat larut dalam alcohol dan sukar larut dalam air. Namun

Chloramphenicol suksinat sangat larut dalam air.

Obat ini mempunyai efek kuat penghambat sintetis protein mikroba. Obat ini

bersifat bakteriostatik untuk kebanyakan bakteri, namun tidak efektif untuk

klamidia. Mekanisme resistensi muncul dengan berkurangnya permeabilitas

terhadap chloramphenicol dan munculnya senyawa cholramphenicol

acetyltransferase yang dapat menginaktifasikan obat ini.

Obat ini sangat efektif untuk infeksi antara lain :

a. Salmonella simtomatik

b. Infeksi serius H influenza seperti meningitis,

c. Infeksi meningokokus dan pneumokokus pada SSP

d. Infeksi anaerobik pada SSP

Pemberian diberikan secara oral (2 gram/hari) maupun parenteral

(chloramphenicol suksinat 25-5 mg/kg/hari). Obat ini dapat mencapai SSP dengan

kadar yang sama dengan di dalam serum. Obat ini mudah diinaktifasikan di dalam

hati. Ekskresi terutama di tubulus ginjal dab sebagian kecil di empedu. Dosis tidak

perlu dikurangi pada gagal ginjal namun sangat dikurangi pada gagal hati.

CLINDAMYCIN/LYNCOMYCIN

Clindamycin merupakan turunan dari lyncomycin. Keduanya mempunyai

aktivitas yang menyerupai erythromycin namun clindamycin lebih kuat dalam

Page 24: An Tibi Otik

24

mengatasi infeksi banyak bakteri kokus gram (+), kecuali enterokokus,

Haemopgilusm Niseria, dan Mycoplasma yang resisten.

Pemberian secara oral 0,15-0,3 gram tiap 6 jam sedangka untuk IV diberikan

600 mg tiap 8 jam. Obat ini tidak dapat mencapai SSP. Ekskresi terutama di dalam

hati, empedu dan urin.

Indikasi yang penting adalah untuk mengobati infeksi anaerob berat oleh

Bacterioid dan kuman anaerob lainnya. Penggunaan lainnya sering kali digunakan

pada infeksi yang berasal dari saluran genital wanita seperti sepsis karena

keguguran atau abses pelvis.

F. GOLON GA N IN HI BI TOR FUN GSI D AN SIN TETI S ASA M NU KLEI D

Obat-obat penghambat sintetis DNA terdiri dari 3 golongan mekanisme, yaitu

penghambat replikai DNA, penghambat polymerase rNA, dan penghambat

metabolisme nukleotid. Obat golongan inhibitor replikasi DNA bekerja dengan

mem-blok aksi gyrase dan DNA topoisomerase. Sedangkan golongan inhibitor

polymerase menghambat dengan cara berikatan kuat dengan rNA polymerase.

Golongan inhibotor metabolik nukleid seperti Acyclovir menghambat sintetis

DNA dengan cara konversi senyawa ini menjadi tiphosphate dan menghambat

thymidine kinase dan polymerase DNA sehingga ada penambahan DATP ke

dalam DNA dan kekurangan tymine untuk replikasi DNA

Golongan rifamycin menghambat dengan cara melekat pada enzim

polymerase rNA sehingga DNA yang telah bertrankripsi tidak bisa diubah

menjadi mRNA. Golongan terakhir menghambat DNA girase sehinga tidak terjadi

proses trankripsi pembelahan DNA.

Page 25: An Tibi Otik

25

PENGHAMBAT SINTETIS DNA

Inhibitor ReplikasiDNA

InhibitorPolimerase rNA

Inhibitor Motabolisme

Nukelotid

Quinole

Floroqunolone

Rifamycin Acyclovir

Netroimidazole

Metronidazole

Gambar 8. Bagan pembagian golongan penghambat sintetis DNA

QUINOLONE

Quinolone merupakan turunan obat dari nalidixic acid. Obat-obat pendahulu

quinolone ini mempunyai spektrum yang lebih kecil dan biasanya digunakan

untuk antiseptik saluran kemih. Turunan terbaru yang mempunyai aktivitas

antimikroba lebih baik terbagi menjadi beberapa generasi, antara lain :

A. Generasi I : cinoxacin, flumequine, nalidixic acid, oxolinic acid,

piromidic acid, pipemidic acid, rosoxacin

B. Generasi II : ciprofloxacin, enoxacin, fleroxacin, lomefloxacin,

nadifloxacin, norfloxacin, ofloxacin, pefloxacin, rufloxacin

C. Generasi III : balofloxacin, gatifloxacin, grepafloxacin, levofloxacin,

moxifloxacin, pazufloxacin, sparfloxacin, temafloxacin, tosufloxacin

D. Genrasi IV : clinafloxacin, garenoxacin, gemifloxacin, sitafloxacin,

trovafloxacin, prulifloxacin,

Pemberian quinolone diberikan secara oral dan ekskresi terutama di ginjal.

Quinolone sering digunakan dalam infeksi saluran kemih walaupun disebabkan

karena infeksi bakteri yang kebal terhadap bermacam-macam obat. Norfloxacin

400 mg atau ciprofloxacin 500 mg diberikan peroral 2 kali sehari. Selain itu juga

dapat diberikan untuk diare infeksi, infeksi tulang, sendi, intra abdominal, serta

pada infeksi mikobakterium

METRONIDAZOLE

Page 26: An Tibi Otik

26

Metronidazole sering digunakan sebagai obat antiprotozoa untuk pengobatan

tricomoniasis, giardia lambia, B coli, serta infeksi amubiasis lainnya. Namun

selain itu metronidazole mempunyai efek antibakteri trhadap banyak kuman

anaerob. Metronidazole diberikan secara oral dan kemudian tersebar di jaringan

tubuh sampai ke serebrospinal. Ekskresi terutama di urin. Untuk pengobatan

infeksi anaerob, metronidazole sering digunakan untuk menurunkfan infeksi pasca

operasi apendektomi, bedah kolon, dll. Beberapa infeksi seperti B fragilis,

klstridia kadang-kadang masih menunjukkan respon.

RIFAMYCIN

Rifamycin masih terbukti aktif terhadap beberapa kokus gram (+) dan (-),

serta beberapa bakteri enteric, mikobakterium, klamidia, dan poxvirus. Sayangnya

banyak laporan mengenai resistensi bakteri yang cepat terhadap pengobatan

tunggal rifamycin sehingga tidak boleh diberikan sendiri. Rifamycin diabsopsi

baik secara peroral, dan diekskresikan melalui hati ke dalam empedu.

Rifamycin diberikan dengan dosis 600 mg/hari dapat diberikan untuk

pengobatan TB bersamaan dengan pemberian INH, etambutol, dll. Efek

sampingnya menimbulkan warna oranye pada urinm keringat, air mata yang

sebenarnya tidak berbahaya.

G. GOLON GA N PEN GHA MBA T MEMBR AN SEL

PENGHAMBAT MEMBRAN SEL

Polymyxin

Polyenes

Imidazole

Gambar 9. Bagan pembagian obat penghambat fungsi membran sel

Page 27: An Tibi Otik

27

Yang termasuk golongan obat ini adalah polymyxin, polyenes, imidazole, dll.

Kerja golongan ini adalah mengganggu intregitas fungisonal membran sitoplasma

sehingga terjadi kematian pada bakteri. Polymyxin bekerja pada membran bakteri

gram (-) yang kaya fosfatidil dan bekerja seperti detergen. Polyenes juga bekerja

hampir sama namun melekat pada jamur karena jamur mengandung ergosterol

sehingga akan terbentuk sebuah pori. Mekanisme lain ditunjukkan oleh imidazole

dengan cara penghambatan sintetis ergosterol.

POLYMYXIN

Polymyxin merupakan golongan polipeptida basa dan aktif terhadap bakteri

gram (-). Obat ini mempunyai efek nefrotoksis yang hebat sehingga banyak

ditinggalkan kecuali polymyxin B dan E.

Polymyxin bekerja sebagai bakterisidal dan tidak dapat diabsorpsi di dalam

usus sehingga diberikan secara parenteral. Walaupun begitu konsentrasi di dalam

darah dan jaringan cenderung rendah karena diikat erat oleh sel-sel mati. Ekskresi

terutama di ginjal.

Penggunaan polymyxin sekarang dibatasi pada penggunaa topical. Lerutan

polymyxin B 1-10 mg/mL diberikan pada permukaan yang terinfeksi, atau

disuntikkan ke dalam pleura ataupun sendi. Efek samping yang ditakutkan pada

pemberian sistemik adalah efek nefrotoksisnya.

H. GOLO N G A N I N H I B I TOR MET A BOL I SME

Golongan ni mempunyai efek kerja seperti pada golongan penghambat sintetis

DNA, yaitu penghambatan dalam proses pembentukan purin. Yang termasuk

golongan ini adalah sulfonamide dan trimetropim. Suatu kombinasi antara

golongan sulfonamide – thrimethropim dapat mengoptimalkan kerja golongan ini

dengan contoh co-tromoxazole.

Page 28: An Tibi Otik

28

PENGHAMBAT METABOLIK

SULFONAMIDE

THRIMETHROPIM

Mafenide, Silver Sulfadiazine, Succinysulfathiazole, Sulfacetamide, Sulfadiazine, Sulfamethoxazole, Sulfasalazine, Sulfisoxazole

Pyrimethamine, thrimethropim

Campuran Co-trimoxazole

Gambar 10. Bagan pembagian golongan penghambat metabolik

SULFONAMIDE

Sulfonamide secara struktural analog dengan asam p-amino benzoat (PABA).

Obat ini bekerja secara bakteriostatik. Cara kerjanya adalah pengubahan

sulfonamide oleh enzim dihidrofolat sintase menjadi analog asam folat yang tidak

berfungsi. Normalnya enzim inilah yang bertugas mengubah PABA menjadi

asasm dihidrofolat. Jadi sulfonamide hanya efektif terhadap bakteri-bakteri yang

tidak dapat membuat PABA atau membutuhkan PABA ekstrasel. Resistensi

muncul apabila bakteri tersebut bermutasi memproduksi PABA yang berlebihan,

perubahan struktur enzim.

Sulfonamide kebanyakan diberikan secara peroral dan dapat didistribusikan ke

semua jaringan termasuk ke cairan serebrospinal. Ekskresi terutama dilakukan

oleh glomerulus ginjal dengan kadar dalam urin bias mencapai 10-20 kali

konsentrasi dalam darah.

Penggunaan sulfonamide sering digunakan secara peroral untuk infeksi

saluran kemih yang belum diobati sebelumnya, infeks clamidia pada mata dan

saluran genital. Infeksi bakteri seperti streptokokus B-hemolitikum,

meningokokus dulu digunakan namun sekarang sudah banyak terjadi resisten.

Efek samping yang dilaporkan adalah pengendapan sulfonamide di saluran

kemih sehingga dapat menyebabkan obstruksi. Efek ini dapat dicegah dengan

pemberian sulfonamide paling larut. Efek lainnya adalah gangguan hematopoetik

Page 29: An Tibi Otik

29

berupa anemia (heolitik atau aplastik) granulositopenia, trombositopenia, dan

reaksi leukomoid.

THRIMETHROPIM

Thrimethropim bekerja dengan cara penghambatan kerja enzim asam

dihidrofolat reduktase yang bertugas mengubah asam dihidrofolat menjadi asam

tetrahidrofolat. Absorpsi baik melalui usus dan distribusi luas seperti sulfonamide.

Sifatnya lebih larut dalam lipid.

Pengobatan dengan thrimethropim tunggal dapat diberikan untuk infeksi

saluran kemih akut. Selain itu karena thrimethropim dapat terakumulasi pada

cairan prostate dan cairan vagina, thrimethropim sering digunakan pada infeksi

prostate dan vagina.

Efek samping serupa dengan sulfonamide berupa gangguan hematopoetik

seperti anemia megaloblastik, leukopenia, dan granulositopenia.

CO-TRIMOXAZOLE

Gabungan kombinasi antara sulfonamide dan thrimethripim ini sering kali

digunakan. Karena thrimethropim punya kelarutan lipid yang besar, perbandingan

thrimethropi : sulfonamide = 1 : 5 untuk tiap co-trimoxazole.

Penggunaan obat ini biasanya berupa pengobatan pilihan untuk infeksi

pneumonia oleh P carinii, entriris karena Shigella dan infeksi salmonella sistemik

setelah resisten terhadap Ampicillin dan khoramphenicol. Penggunaan lain adalah

pengobatan infeksi saluran kemih dan prostate

Page 30: An Tibi Otik

30

BAB III

KESIMPULAN

A. Antibiotik adalah senyawa-senyawa yang dapat menghambat dan membunuh

bakteri

B. Antibiotik dapat terbagi berdasarkan aktivitas dalam membunuh yaitu

bakteriosid dan bakteriostatik

C. Antibiotik dapat terbagai berdasarkan tempat mekanisme kerja yaitu :

Penghambatan sintetis dinding bakteri, Penghambat membran sel,

Penghambatan sintetis protein di ribosom, Penghambatan sintetis asam

nukleat, dan Penghambatan metabolik (antagonis folat)

D. Resistensi terhadap antibiotik muncul karena beberapa mekanisme seperti :

dihasilkannya enzim yang merusak aktivitas obat; pengubahan permeabilitas

terhadap obat; adanya perubahan terhadap struktur sasaran bagi obat; adanya

perubahan jalur metabolitk yang dihambat; adanya perubahan enzim yang

tetap dapat melakukan fungsi metaboliknya tetapi lebih sedikit dipengaruhi

oleh obat.

Page 31: An Tibi Otik

31

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (2008), Antibiotic, Wikipedia, diambil tanggal 25 Desember 2008, dari

http://en.wikipedia.org/wiki/Antibiotic

Bhat, V., (2008), Classification of Antibiotik, Mediacal Notebook, diambil tanggal 25

Desember 2008, dari http://pre-pg.blogspot.com/2007/03/classification-of-

antibiotics.html

Darmansjah, I., Nelwan, R., (1994) Antibiotic guideline : Farmacological, medical

journal of university of Indonesia. diambil tanggal 25 Desember 2008, dari

http://www.iwandarmansjah.web.id/attachment/at_antibiotic

%20guidelines.pdf

Katzung, E.G, (1997), Obat-Obat Kemoterapeutika, dalam Farmakologi Dasar &

Klinik, EGC : Jakarta

Rosen, E.J., Quinn, F.B., (2000), Microbiology, infections, and antibiotic therapy,

diambil tanggal 25 Desember 2008, dari http://www.utmb.edu/

otoref/grnds/Infect-0003/Infect-0003.pdF

DOSIS ANT

IBIOTIK

NAMA DOSIS

1.Penisillin

1.1 Amoxicillin Dewasa dan anak >20 kg 250-500 mg,

anak<20kg :30-75mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis IV, IM, oral

1.2 Ampicillin Dewasa dan anak >20 kg 250-500 mg

Anak<20kg:50-100/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis IV, IM, oral

2. Sefalosporin

2.1 Cefadroksil 25-50mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis

oral

2.2 Cefiksim 3-6mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis oral

2.3 Cefotaksim 50-100mg/kgBB/hari dibagi dalam 2-4dosis IV

Page 32: An Tibi Otik

32

2.4 Ceftriakson 50-75mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosisIV/IM

2.5 Ceftazidin 30-100mg/kgBB/hari dibagi dalam 2-3dosis IV/IM

2.6 Cefuroksim 50-100mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis

3. Makrolid

3.1 Spiramisin 50-75mg/kgBB/hari dibagi dalam 2-3 dosis

3. Eritromisin 30-50mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis

4. Kloramfenikol 25-50mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis oral/IV

4.1 Tiamfenikol 50mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosisoraL

5. Kuinolon

5.1 Ciprofloksasin 10-20mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis

oral

5.2 Levofloksasin 10-20mg/kgBB/hari dalam 1-2 dosis oral

6. Metronidazol 45mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis oral

7,5mg/kgBB tiap 8 jam IV

7. Klindamisin 12-24mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis