library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2doc/2012-2... · web viewkata rupiah...
Post on 05-Feb-2020
8 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB 2
DATA & ANALISA
2. 1 Sumber Data
Data dan literatur Tugas Akhir ini, didapat penulis dari berbagai
sumber seperti Tinjauan Pustaka (media internet maupun cetak),
kunjungan ke Bank Indonesia, wawancara narasumber. Data yang
diperoleh oleh penulis ini nantinya akan dituangkan kedalam karya
Animasi Edukasi 2D yang berisikan tentang perlakuan terhadap uang.
2. 1. 1 Literatur Buku
Penulis mengacu kepada buku-buku yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia, guna untuk mengetahui secara rinci tentang uang yang
seharusnya beredar di masyarakat. Selain buku-buku yang di terbitkan
dari Bank Indonesia, penulis juga menggunakan literatur buku lain
sebagai data-data umum.
Direktorat Pengedaran Uang. (2011). Buku Panduan Uang Rupiah.
Jakarta: Bank Indonesia
Direktorat Pengedaran Uang. (2011). Buku Materi Ciri-ciri Keaslian
Uang Rupiah. Jakarta: Bank Indonesia
Direktorat Pengedaran Uang. (2010). Buku Panduan Ciri-ciri
Keaslian dan Standar Kualitas Uang Rupiah. Jakarta: Bank
Indonesia
2. 1. 2 Wawancara Narasumber
Agar mendapatkan informasi yang lebih akurat, penulis melakukan
beberapa wawancara dengan narasumber dari Bank Indonesia, Bapak
Eko Yulianto selaku Kepala Grup Kebijakan Pengelolaan Uang untuk
mengetahui berapa lama usia edar uang yang seharusnya beredar di
3
4
lingkup masyarakat dan alasan-alasan mengapa perlunya melakukan
uang dengan baik. Bapak Ery Setiawan selaku Kepala Divisi Penelitian
dan Pengembangan Pengedaran Uang untuk mengetahui hukum yang
berlaku jika melakukan perusakan terhadap uang dan bahan-bahan yang
digunakan. Ibu Wijayanti Yuwono selaku Deputi Direktur Divisi
Pengelolaan Data dan Penanggulangan Pemalsuan Uang untuk
mengetahui penyebab dari uang lusuh dan akibat jika tidak
memperlakukan uang dengan baik.
2. 2 Data Umum
2.2.1 Pengertian Uang
Beberapa definisi/pengertian uang oleh ahli ekonomi :
Albert Gailort Hart, uang adalah kekayaan yang oleh pemiliknya
dapat digunakan untuk membayar sejumlah utang dengan segera
dan tanpa menunda.
Rollin G. Thomas, uang adalah sesuatu yang siap dan umum
diterima oleh publik dalam pembayaran bagi pembelian barang-
barang, jasa-jasa, dan kekayaan bernilai lainnya serta untuk
pembayaran utang
George N. Halm, uang adalah alat untuk
mempermudah pertukaran dan segera dapat mengatasi kesukaran-
kesukaran dari barter.
Robertson, uang adalah sesuatu yang umum (luas) diterima untuk
pembayaran barang-barang.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan mengenai pengertian uang,
yaitu alat yang digunakan agar mempermudah transaksi ekonomi
(money was made to facility business transaction), yang secara umum
dapat diterima di dalam bentuk pembelian barang-barang atau jasa-
jasa serta untuk pembayaran utang.
5
sumber : Pengertian Uang diakses pada tanggal 23 Juli 2013
http://ssbelajar.blogspot.com/2013/03/pengertian-uang.html
2.2.2 Sejarah Uang
Pada tahun 9000-6000 SM, sebelum manusia mengenal uang
sebagai alat jual-beli, manusia menerapkan sistem Barter. Barter ialah
dimana menukarkan barang yang kita miliki dengan barang yang
orang lain miliki. Biasanya, hewan ternak dijadikan tolak ukur sebagai
nilai penukaran, pada masa itu. Namun, setelah berganti menjadi Masa
Bercocok Tanam, hasil kebun dan tanaman yang menjadi tolak ukur
nilai penukaran.
Pada tahun 1200 SM, di Cina mulai menggunakan Kerang
sebagai alat jual-beli. Kerang merupakan alat pertama yang digunakan
sebagai uang, bahkan digunakan sampai abad pertengahan.
Lalu ditahun 1000 SM, di Zaman Batu, mulai dibuat kerang
tiruan, yang diperkirakan sebagai awal mula perkembangan uang
logam, dengan ditambahkan alat-alat yang terbuat dari bahan baku
metal seperti pedang dan pisau sebagai uang. Dari teknik inilah, lalu
berkembang menjadi koin yang kita gunakan sekarang ini. Koin kuno
Cina ini biasanya dibuat dengan lubang ditengahnya sehingga, mudah
untuk diikat dan disatukan dengan koin yang lain.
Sekitar tahun 500 SM, menggunakan lempengan perak sebagai
koin atau uang logam yang pertama. Seberjalannya waktu, manusia
pada masa itu mulai menggunakan gambar Dewa-dewa atau para raja
untuk menunjukkan besar nilai uang. Koin ini pertama di temukan di
Lydia (atau sekarang Turki), namun teknik ini digunakan terus-
menerus dan berkembang pada masa Kekaisaran Yunani, Persia,
Masedonia, dan Romawi. Tidak seperti koin Cina yang hanya
menggunakan logam dasar, koin-koin baru ini mulai dimodifikasi
menggunakan campuran logam seperti perunggu, emas, perak yang
mana meningkatkan nilai tukar.
6
Di tahun 118 SM, di Cina mulai menggunakan kulit Kijang
putih sebagai uang kertas untuk ditukarkan dengan bahan baku. Pada
masa ini merupakan awal mula dari uang kertas.
Dari abad ke 9 sampai abad ke 15, di Cina mulai menggunakan
bahan baku kertas sebagai uang, dan ini merupakan pertama kalinya
uang kertas diciptakan. Sayangnya, di tahun 1455 karena uang kertas
ini menyebabkan inflasi, Cina memberhentikan penggunaan uang
kertas. Di Eropa belom menggunakan uang kertas dalam jangka waktu
yang sangat lama.
Di tahun 1500, masyarakat Indian di Amerika Utara
menggunakan Potlach, istilah yang digunakan untuk pertukaran
hadiah pada perjamuan, tarian, dan berbagai ritual. Pada tahun 1535,
masyarakat Indian ini mulai menggunakan seikat manik-manik yang
terbuat dari kerang, yang disebut Wampum, sebagai uang.
Inggris menggunakan emas sebagai tolak ukur sebuah harga, di
tahun 1816, yang berarti nilai uang di patok dengan sejumlah ons
emas. Sedangkan di Amerika Serikat, menggunakan emas sebagai
standard di tahun 1900. Pada tahun 1930, Amerika Serikat mengalami
Depresi hebat, sehingga tidak lagi menggunakan emas sebagai
standard harga, dan sampai sekarang pemerintahan dan institusi
keuangan lainnya masih mangupayakan agar tidak terjadi inflasi.
Sampai sekarang kita menggunakan uang logam dan uang
kertas. Kita sudah bisa memprediksi, uang yang dipakai di masa
depan, dimana sekarang sudah mulai banyak menggunakan Electronic
money (E-Money) sebagai alat transaksi.Sumber : The History of Money diakses pada tanggal 23 Juli 2013
http://www.pbs.org/wgbh/nova/moolah/history.html
7
2.2.3 Sejarah Uang Kertas di Indonesia
Kata Rupiah berasal dari kata Rupee, mata uang India. Indonesia
menggunakan mata uang Gulden Belanda dari tahun 1610 hingga
1817, setelah tahun 1817 dikenalkan mata uang Gulden Hindia
Belanda.
Mata uang Rupiah resmi diperkenalkan pertama kali pada
zaman pendudukan Jepang sewaktu masa Perang Dunia II dengan
nama Rupiah Hindia Belanda. Setelah PD II berakhir, Bank Java
(Javaans Bank, yang sekarang menjadi Bank Indonesia)
memperkenalkan mata uang Rupiah Jawa sebagai pengganti. Mata
uang gulden NICA yang dibuat oleh Sekutu dan beberapa mata uang
juga berlaku pada masa itu.
Keadaan ekonomi Indonesia pada awal kemerdekaan mengalami
hiperinflasi karena peredaran beberapa mata uang yang tidak
terkendali, sementara Pemerintah RI belum memiliki mata uang. Tiga
mata uang yang dinyatakan berlaku pada tanggal 1 Oktober 1945 oleh
pemerintah RI, yaitu mata uang Jepang, mata uang Hindia Belanda,
dan mata uang De Javasche Bank. Diantara ketiga mata uang ini, yang
nilai tukar mengalami penurunan tajam ialah mata uang Jepang,
sehingga menjadi sumber hiperinflasi.
Kekacauan ekonomi ini diperparah oleh kebijakan Panglima
AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies), Letjen Sir Montagu
Stopford, yang pada 6 Maret 1946 mengumumkan pemberlakuan mata
uang NICA di seluruh wilayah Indonesia yang telah diduduki AFNEI.
Pemerintah RI menentang keras dikarenakan perintah tersebut akan
mengacaukan perekonomian Indonesia, sehingga dapat menyebabkan
krisis kepercayaan rakyat terhadap kemampuan pemerintah RI, namun
protesnya tidak ditanggapi oleh AFNEI.
Karena tidak di tanggapi, maka pemerintah RI mengeluarkan
kebijakan yang melarang rakyat menggunakan seluruh mata uang
NICA sebagai alat tukar. Langkah ini sangat penting, karena NICA,
peredaran mata uangnya diluar kendali pemerintah RI.
8
AFNEI tetap tidak mencabut pemberlakuan mata uang NICA,
maka pada tanggal 26 Oktober 1946, pemerintah RI memberlakukan
mata uang baru, ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai alat tukar
yang sah di seluruh wilayah Republik Indonesia. Sejak saat itu mata
uang Jepang, mata uang Hindia Belanda dan mata uang De Javasche
Bank, sudah tidak berlaku lagi. Dengan demikian hanya ada dua mata
uang, yaitu NICA dan ORI, dan masing-masing mata uang hanya
diakui oleh yang mengeluarkannya. Rakyat ternyata lebih banyak
memberikan dukungan kepada ORI.
Konferensi Meja Bundar (KMB) 1949 mengakhiri konflik
Indonesia dan Belanda, ditetapkan kemudian DJB (De Javasche Bank)
sebagai bank sentral bagi Republik Indonesia Serikat (RIS). Status ini
terus bertahan hingga masa kembalinya Republik Indonesia dalam
negara kesatuan. Berikutnya sebagai bangsa dan negara yang
berdaulat, Republik Indonesia menasionalisasi bank sentralnya. Maka
sejak 1 Juli 1953 berubahlah DJB menjadi Bank Indonesia, bank
sentral bagi Republik Indonesia.
Krisis ekonomi Asia tahun 1998 menyebabkan nilai tukar mata
uang rupiah jatuh hingga 35% dan dengan melemahnya mata
uang rupiah keadaan perekonomian di Indonesia menjadi menurun
pada saat itu dan beberapa tahun kedepan.sumber : Sejarah/Biografi Mata Uang Rupiah diakses pada tanggal 23 Juli 2013
http://info-biografi.blogspot.com/2012/09/sejarahbiografi-mata-uang-rupiah.html
2.3 Data Uang
2.3.1 Syarat-syarat Uang
Alat pertukaran yang dapat disebut sebagai uang, harus
memiliki syarat-syarat sebagai berikut.
1. Digemari atau diterima oleh umum (acceptability).
2. Mudah disimpan dan dipindahtangankan (portability).
3. Tahan lama dan tidak lekas rusak (durability).
4. Dapat dibagi-bagi dan tidak mengurangi nilainya (divisibility).
9
5. Mempunyai nilai yang stabil atau tetap (stability of value).
6. Jumlahnya memenuhi kebutuhan (scarcity)
7. Mempunyai kesamaan kualitas (uniformity)
sumber : Pengertian Uang paragraf ke 3, diakses pada tanggal 23 Juli 2013
http://ssbelajar.blogspot.com/2013/03/pengertian-uang.html
2.3.2 Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 tahun 2011 tentang
Mata Uang
Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagai suatu negara yang merdeka dang berdaulat
memiliki mata uang sebagai salah satu simbol
kedaulatan negara yang harus dihormati dan
dibanggakan oleh seluruh warga Negara Indonesia
Bab IV
PENGELOLAAN RUPIAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 11
(1) Pengelolaan Rupiah meliputi tahapan:
a. Perencanaan;
b. Pencetakan;
c. Pengeluaran;
d. Pengedaran
e. Pencabutan dan Penarikan; dan
f. Pemusnahan.
(2) Perencanaan, Pencetakan, dan Pemusnahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Bank Indonesia yang
berkoordinasi dengan Pemerintah.
10
(3) Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang
berwenang melakukan Pengeluaran, Pengedaran, dan/atau
Pencabutan dan Penarikan Rupiah.
(4) Dalam melaksanakan Pengedaran Rupiah sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), Bank Indonesia menentukan nomor seri
uang kertas.
Bab VII
LARANGAN
Pasal 25
(1) Setiap orang dilarang merusak, memotong, menghancurkan,
dan/atau mengubah Rupiah dengan maksud merendahkan
kehormatan Rupiah sebagai symbol negara
Pasal 35
(1) Setiap Orang yang dengan sengaja merusak, memotong,
menghancurkan, dan/ atau mengubah Rupiah dengan maksud
merendahkan kehormatan Rupiah sebagai symbol negara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda
paling banyak Rp 1.000.000.000 (satu milyar rupiah).
Dengan adanya pernyataan yang tercantum dalam undang-undang
tersebut, sudah seharusnya masyarakat di Indonesia memiliki
kesadaran untuk memperlakukan uang dengan sebagaimana
semestinya. Namun kesadaran ini tidak dapat tumbuh begitu saja
jika masyarakat sendiri belum mengerti kegunaannya, dan
keuntungannya bagi masyarakat itu sendiri.
11
2.4 Analisa Data Uang
2. 4. 1 Bank Indonesia (BI)
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2011
tentang Mata Uang Pasal 11 yang memberikan mandat bagi Bank
Indonesia menjadi satu-satunya lembaga yang berwenang melakukan
Pengeluaran, Pengedaran, dan/atau Pencabutan dan Penarikan Rupiah.
Amanat dari Undang-Undang tersebut dijabarkan dalam misi BI yaitu
memenuhi kebutuhan uang di masyarakat dalam jumlah nominal yang
cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi yang
layak. Untuk menunjang misi tersebut, BI melakukan beberapa proses
dalam pengelolaan Rupiah yang terdiri dari perencanaan, pencetakan,
pengeluaran, pencabutan dan penarikan, serta pemusnahan Rupiah.
Sejalan dengan itu, BI juga berupaya untuk menjaga kualitas uang
yang beredar dalam kondisi layak sehingga akan mempermudah
masyarakat mengenali ciri-ciri keaslian dan terhindar dari ancaman
peredaran uang palsu. Kebijakan BI ini disebut Clean Money Policy.
Namun dalam meningkatkan mutu dan kualitas Rupiah, selain kualitas
dari bahan uang dan teknologi percetakannya, faktor yang juga
mempengaruhi kelayakan edar uang ialah perilaku masyarakat dalam
menggunakan uang.
Dengan ini BI menghimbau masyarakat agar lebih peduli dalam
memperlakukan uang yaitu dengan tidak melipat, mencoret-coret,
merobek, membasahi dan perilaku lainnya yang bersifat merusak atau
dapat mengurangi usia edar uang. Disamping itu proses pembuatan uang
tidaklah sederhana. Diperlukan biaya yang cukup banyak kurang lebih
sekita 2.5 trilliun Rupiah pertahunnya . Biaya ini merupakan pengeluaran
kedua terbesar setelah biaya pengelolaan moneter.
Jika masyarakat tidak mengubah perilakunya dalam memperlakukan
uang, maka uang menjadi tidak awet dan usia edar nya pun semakin
pendek. Biaya yang dikeluarkan pun bertambah. Padahal biaya yang
digunakan bisa saja untuk keperluan negara lainnya seperti pendidikan,
kesehatan, perbaikan jalan, atau fasilitas umum lainnya.
12
2.4.2 Clean Money Policy
Merupakan sebuah kebijakan yang dikeluarkan BI, yaitu
mengedarkan uang dalam masyarakat dalam jumlah yang cukup,
pecahan yang sesuai dan kondisi yang layak edar.
Dengan adanya kebijakan ini, BI menyarankan agar masyarakat
menukarkan uang tidak layak edar, ke BI atau bank-bank setempat,
yang nantinya akan diganti dengan uang yang layak edar. Semua ini
bertujuan, agar uang yang beredar di masyarakat dapat memenuhi
standar kualitas uang, dengan begitu masyarakat mudah mengenali
keaslian Rupiah dan dapat lebih waspada dengan adanya peredaran
uang palsu. Disamping itu, uang yang bersih atau uang yang layak
edar cenderung lebih nyaman untuk digunakan masyarakat
dibandingkan uang lusuh, dalam menyangkut faktor kebersihan.
2.4.3 Standar Kualitas Uang
Penentuan kualitas uang diseleksi dengan menggunakan Mesin
Sortasi Uang Kertas (MSUK). Uang yang masuk atau diterima BI
akan disaring dan dimasukan ke dalam MSUK, dan diukur tingkat
kelusuhannya (soil level). Acuan tingkat pengukuran MSUK
mempunyai nilai yang berbeda-beda, tergantung pada merek nya,
namun pada umumnya, tiap MSUK terdapat 15 tingkatan. Tingkat 7
sampai 15 dinyatakam uamg uang tidak layak edar, dan tingkat 1- 6
batasan uang yang layak edar. (Buku Panduan Ciri-ciri Keaslian dan
standar Kualitas Rupiah 2010:34)
MSUK bekerja dengan mengitung kadar tanah yang terkandung
dalam uang, kadar tanah ini bisa berupa keringat atau kotoran yang
terdapat pada setiap tangan, pada dasarnya MSUK menghitung
seberapa lama uang tersebut sudah berpindah tangan.
2.4.3.1 Uang Layak Edar
Uang Layak Edar (ULE) merupakan uang asli yang memenuhi
persyaratan untuk diedarkan berdasarkan standar kualitas yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia. Berikut ini merupakan Standar
13
Kualitas Uang, sebagai tolak ukur agar, masyarakat dapat menentukan
apakah uangnya masih layak edar atau tidak.
2.4.3.1.1 Uang Kertas
Uang kertas yang dapat diedarkan kembali adalah uang yang
memenuhi kriteria layak edar sebagaimana yang dijelaskan dalam
dibawah ini:
Uang Rupiah asli bukan Uang Rupiah palsu atau yang diduga
palsu
Emisi Uang yang masih berlaku sebagai alat pembayaran
yang sah dan belum dinyatakan dicabut dan ditarik dari
peredaran
Uang tersebut tidak mengalami kerusakan (lubang, robek,
selotip, terbakar, dan hilang sebagian) yang besarnya tidak
melebihi batas toleransi yang telah ditetapkan BI
Table 1 Kriteria Kualitas Uang Layak Edar pada Uang Kertas
Kriteria Kualitas Uang Layak EdarNo. Kriteria Standar Kualitas1 Lubang Max. 10 mm22 Sobek Max. 8 mm3 Sebagian hilang Max. 50 mm24 Selotip Max. 225 mm25 Perubahan ukuran uang Max. 8 %
6 Unsur pengaman hilang
Tidak ada unsur pengaman yang hilang
7 Noda dan Coretan Tidak ada noda, coretan dan stempel8 Lusuh Gambar di bawah
9 Uang disambungTidak terdapat bagian-bagian uang
yang disambung menjadi satu dengan menggunakan perekat atau lem.
Sumber : Buku Panduan Ciri-ciri Keaslian dan Standar Kualitas Uang Rupiah
Jika uang tidak dapat memenuhi salah satu kriteria dan standar tersebut, maka
dikategorikan Uang Tidak Layak Edar.
2.4.3.1.2 Uang Logam
14
Adapun uang logam yang dapat diedarkan kembali adalah uang
logam yang memenuhi kriteria :
Uang logam asli
Tidak berubah warna yang disebabkan zat kimia, terbakar, kotor
dan korosi
Tidak terdapat lubang, bagian yang hilang, terpotong dan
bengkok/lekuk
Memiliki bentuk standar
Table 2 Kriteria Uang Layak Edar pada Uang Logam
Krtiteria Uang Layak Edar Pada Logam
No. Kriteria1 Tidak berubah warna2 Tidak berlubang3 Tidak hilang sebagian4 Tidak terpotong5 Tidak bengkok/lekuk
Sumber : Buku Panduan Ciri-ciri Keaslian dan Standar Kualitas Uang Rupiah
Jika uang tidak dapat memenuhi salah satu kriteria dan standar tersebut, maka
dikategorikan Uang Tidak Layak Edar.
2.4.3.2 Uang Tidak Layak Edar
Uang Tidak Layak Edar (UTLE) merupakan uang asli yang tidak
memenuhi persyaratan untuk diedarkan berdasarkan standar
kualitas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, yaitu uang lusuh,
uang cacat, uang rusak dan uang yang telah dicabut atau ditarik
dari peredaran. Uang Tidak Layak Edar terdiri dari :
a) Uang Lusuh : Uang yang ukuran fisiknya tidak berubah dari
ukuran aslinya tetapi kondisi Uang telah berubah yang
disebabkan antara
b) lain karena jamur, minyak, bahan kimia, coret-coretan
15
c) Uang Cacat : Uang hasil cetak yang spesifikasi teknisnya
tidak sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh Bank
Indonesia
d) Uang yang dicabut dan ditarik dari peredaran
e) Uang Rusak : Uang yang ukuran atau fisiknya telah berubah
dari ukuran aslinya, antara lain karena terbakar, berlubang,
hilang sebagian, atau uang yang ukuran fisiknya tidak
berubah dari ukuran aslinya antara lain karena robek, atau
Uang yang mengerut.
Masyarakat dapat menukarkan Uang Tidak Layak Edar ke kantor
Bank Indonesia di wilayah setempat, bank yang beroperasi di
Indonesia, atau pihak lain yang ditunjuk oleh Bank Indonesia.
Table 3 Ketentuan Penukaran Uang Tidak Layak Edar
Ketentuan Penukaran Uang Tidak Layak Edar
No. Jenis Uang Tidak Layak Edar
Keterangan
1 Uang Lusuh Selama keasliannya masih dapat dikenali, BI memberikan penggantian sebesar nilai nominal uang uang ditukarkan kepada
masyarakat yang menukarkan2 Uang Cacat Kondisi sama seperti diatas3 Uang yang dicabut
dan dtarik dari peredaran
Kondisi sama seperti diatas, namun uang yang dicabut atau ditarik masih dalam jangka 10
tahun sejak tanggal pencabutan
4 Uang Rusak Kondisi sama seperti diatas, dengan ketentuan seperti di gambar
16
Sumber : Buku Panduan Ciri-ciri Keaslian dan Standar Kualitas Uang Rupiah
2.4.3.2.1 Ilustrasi Uang Layak Edar dan Tidak Layak Edar
Sumber : Buku Panduan Uang Rupiah - BIGambar 1 Kategori Rupiah Logam Tidak Layak Edar
17
Gambar 2 Ilustrasi Rupiah Layak Edar dan Tidak Layak Edar Rp 100.000Sumber : Buku Panduan Uang Rupiah - BI
Gambar 3 Ilustrasi Rupiah Layak Edar dan Tidak Layak Edar Rp 50.000Sumber : Buku Panduan Uang Rupiah - BI
Gambar 4 Ilustrasi Rupiah Layak Edar dan Tidak Layak Edar Rp 20.000Sumber : Buku Panduan Uang Rupiah - BI
18
Gambar yang tertera diatas merupakan Uang Tidak Layak Edar menurut
hasil penyeleksian melalui Mesin Sortasi Uang Kertas, yang merupakan
termasuk dalam tingkat 7.
Gambar 5 Ilustrasi Rupiah Layak Edar dan Tidak Layak Edar Rp 10.000
Sumber : Buku Panduan Uang Rupiah - BI
Gambar 6 Ilustrasi Rupiah Layak Edar dan Tidak Layak Edar Rp 5.000
Sumber : Buku Panduan Uang Rupiah - BI
19
Gambar 7 Ilustrasi Rupiah Layak Edar dan Tidak Layak Edar Rp 1000
Sumber : Buku Panduan Uang Rupiah - BI
Gambar 8 Ilustrasi Rupiah Layak Edar dan Tidak Layak Edar Rp 2000
Sumber : Buku Panduan Uang Rupiah - BI
20
Gambar yang tertera diatas merupakan Uang Tidak Layak Edar menurut
hasil penyeleksian melalui Mesin Sortasi Uang Kertas, yang merupakan
termasuk dalam tingkat 7.
2.5 Uang Tidak Layak yang Beredar
Kantor BI Purwokerto, selama semester I di tahun 2012, menerima uang tidak
layak edar sebesar Rp 811,11 milliar. Uang tidak layak edar yang ditemukan
dengan kriteria lusuh, dicoret-coret, dan ukuran yang sudah tidak sesuai bila
dicek dengan mesin standar uang. Selain itu, juga masih banyak masyarakat
yang mensteples uang, padahal hal itu menyebabkan uang menjadi rusak dan
tidak layak edar. Selain uang tidak layak edar, juga ditemukan uang palsu
sebanyak 1584 lembar dengan nominal Rp 132,82 juta. Pecahan paling banyak
100.000 sejumlah 1.130 lembar.
(Sumber : www.suaramerdeka.com ; 22 November 2012)
Jakata : Selama 10 bulan terakhir ditahun 2012 telah memusnahkan uang kartal
senilai Rp 42,4 trilliun karena dinilai sudah tidak layak edar. Uang kartal tidak
layak edar yang dimusnahkan itu berasal dari berbagai pecahan yang mencapai
3,1 milliar bilyet uang. Sementara itu, terkait temuan uang palsu selama
Januari-September 2013 telah mencapai sebanyak 10.731 lembar, dengan
nominal yang dimiripkan mencapai sebesar Rp11,8 milliar.
(Sumber : www.bisnisindonesia.com ; 20 November 2012)
Kepala Departemen Pengedaran Uang Bank Indonesia, Lambok Antonius
Siahaan menyampaikan bahwa sepanjang tahun 2012, Bank Indonesia
memusnahkan uang tidak layak edar senilai Rp 2,4 triliun, dengan jumlah
uangnya 345,4 juta lembar. Uang tak layak edar setiap tahunnya terus
meningkat, namun masyarakat diminta untuk sadar menggunakan uang dengan
sebaik-baiknya, agar tingkat kerusakan uang bisa diminimalisir. Bapak
Lambok mengatakan, masyarakat dihimbau untuk memperlakukan uang
dengan baik karena biaya pencetakan uang tergolong mahal.
(Sumber : www.tribunjogja.com ; 6 Februari 2013)
21
2.6 Uang yang Beredar di Jepang
Lain halnya dengan keadaan uang di Jepang. Jepang merupakan salah satu
negara maju di Asia, namun masyarakat di Jepang masih menyukai
menggunakan uang kas, dari pada uang kredit/e-money. Dibandingkan negara
maju lainnya seperti, Amerika, Eropa atau Inggris, angka peredaran uang kas di
Jepang masih paling tinggi.
Sulit sekali untuk menemukan uang tidak layak edar di Jepang. Bahkan uang
yang di dapat dari pasar ikan sekalipun, uangnya masih bersih dan lurus.
Menjaga kualitas dan kelayakan uang memang menjadi tugas dari bank
sentral. Namun, dalam pelaksanaannya, budaya dan perilaku keseharian
masyarakat turut mendukung dan memiliki peran yang penting. Di Jepang,
masyarakatnya sangat mencintai keindahan dan kebersihan. Mereka jarang
sekali melipat-lipat uang kertas, karena takut merusak keindahannya.
Budaya menghargai keindahan itu tercermin pula di setiap aspek kehidupan
masyarakat Jepang serba rapih dan teratur. Kultur tersebut ternyata berdampak
positif terhadap keadaan Yen di Jepang.
(Sumber : junantoherdiawan.com)
Tidak ada salahnya jika masyarakat Indonesia dapat meniru perilaku yang
baik tersebut dari negara Jepang. Menghargai keindahan dan kebersihan dari
hal-hal yang sepele namun memiliki dampak yang besar, seperti halnya
menjaga keindahan dan kebersihan uang. Tidak dapat dipungkiri bahwa
keadaan fisik sebuah uang di suatu negara mencerminkan kualitas
masyarakatnya. Oleh karena itu, salah satu tujuan dari presentasi ini adalah
melakukan edukasi agar mulai dari diri kita sendiri, mulai dari sekarang dan
mulai dari hal kecil seperti memperlakukan uang Rupiah dengan baik sehingga
secara kolektif masyarakat Indonesia mempunyai perilaku yang baik,
menghargai keindahan dan kebersihan uang.
22
2.7 Analisa SWOT
Strenght (Kekuatan) :
Kurangnya media yang menginformasikan atau mengedukasi tentang uang
Animasi yang mengulas tentang pentingnya merawat dan menghargai uang
belum ada di Indonesia
Weakness (Kelemahan):
Kepedulian yang timbul cenderung sementara, jika hanya ada kasus saja
atau jika isu nya masih baru atau hangat.
Opportunities (Peluang) :
Animasi edukasi yang dibungkus secara menarik dan fun sehingga dapat
membuka wawasan masyarakat terhadap uang.
Animasi edukasi ini nantinya bisa menjadi bagian dari penyuluhan kepada
masyarakat.
Threat (Ancaman):
Kesadaran yang masih rendah tentang lingkungan
Masyarakat yang kurang peduli
Pemerintah yang tidak menganggap kepedulian terhadap rupiah sebagai
suatu hal yang penting
2.8 Target Audience
Target audience untuk animasi edukasi ini ditujukan kepada semua kalangan
masyarakat, namun lebih dikhususkan kepada usia 8 - 13 Tahun
23
top related