abstrakeprints.unpam.ac.id/1881/7/jurnal.docx · web viewbeberapa penelitian tentang karakter...
Post on 24-Dec-2019
7 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ABSTRAK
Nama : Anggy Anugrah PandiniNIM : 2013121930Judul : Pengaruh Karakter Eksekutif, Leverage, dan Konservatisme
Akuntansi terhadap Tindakan Tax Avoidance
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan mengetahui seberapa besar pengaruh karakter eksekutif, leverage, dan konservatisme akuntansi terhadap tindakan tax avoidance pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2012-2016. Variabel bebas (independen) penelitian ini yaitu karakter eksekutif, leverage, dan konservatisme akuntansi, sedangkan variabel terikat (dependen) yaitu tindakan tax avoidance.
Metode penelitian ini menggunakan jenis dan data sekunder. Dimana penelitian ini dilakukan pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 13 perusahaan dengan periode amatan dari tahun 2012-2016, sehingga total sampel dalam penelitian ini sebanyak 65. Penentuan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Pengujian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis regresi linear berganda, Uji Koefisien Determinasi (R2), Uji Signifikan Parsial (uji t) dan Uji Signifikan Simultan (Uji F).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa karakter eksekutif berpengaruh dan signifikan terhadap tindakan tax avoidance, leverage berpengaruh dan signifikan terhadap tindakan tax avoidance, dan konservatisme akuntansi tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap tindakan tax avoidance. Secara simultan karakter eksekutif, leverage, dan konservatisme akuntansi berpengaruh dan signifikan terhadap tindakan tax avoidance.
Kata kunci: karakter eksekutif, risiko perusahaan, leverage, debt to asset ratio, konservatisme akuntansi, tax avoidance (ETR)
I. PENDAHULUAN
Pengertian definisi pajak dari
beberapa pendapat tersebut sangat
jelas menunjukkan bahwa semua
rakyat yang menurut Undang-
undang termasuk sebagai wajib pajak
harus membayar pajak sesuai dengan
kewajibannya dan pihak pemerintah
sebagai pemungut pajak tidak
mempunyai kewajiban apapun untuk
memberikan jasa timbal balik apapun
kepada pembayar.
Menurut Siahaan dalam
Cahyono dkk. 2016. Ada tiga
tahapan atau langkah akan dilakukan
perusahaan dalam meminimalkan
pajak yang dikenakan langkah yaitu :
1. Perusahaan berusaha untuk
menghindari pajak baik
secara legal maupun ilegal.
2. Mengurangi beban pajak
seminimal mungkin baik
secara legal maupun ilegal.
3. Apabila kedua langkah
sebelumnya tidak dapat
dilakukan maka wajib pajak
akan membayar pajak
tersebut.
Fenomena penghindaran pajak
di Indonesia dapat dilihat dari rasio
pajak (tax ratio) negara Indonesia.
Rasio pajak menunjukkan
kemampuan pemerintah dalam
mengumpulkan pendapatan pajak
atau menyerap kembali PDB dari
masyarakat dalam bentuk pajak.
Semakin tinggi rasio pajak suatu
negara, maka semakin baik kinerja
pemungutan pajak negara tersebut
(Sari dkk.,2016:4)
Indonesia sedang berada pada
kondisi darurat aliran uang ilegal dari
tahun 2003 total aliran uang ilegal
dari Indonesia keluar negeri
mencapai Rp 141,82 triliun,
meningkat menjadi Rp 227,75 triliun
pada tahun 2014. Khususnya untuk
sektor pertambangan kenaikan aliran
uang ilegal sangat fantastis, kurun
2013-2014 mencapai 102,43 persen.
Hal ini terjadi karena disebabkan
oleh tingginya indikasi terjadinya
penghindaran pajak yang melibatkan
perusahaan pertambangan di
indonesia. Hal ini bisa dilihat dari
data realisasi penerimaan pajak di
sektor pertambangan hanya sebesar
Rp 96,9 triliun. Bandingkan dengan
Produk Dosmetik Bruto (PDB)
sektor pertambangan yang mencapai
Rp1.026 triliun. (Laisila, 2015)
Beberapa penelitian tentang
karakter eksekutif telah dilakukan
Butje dan Tjondro (2014:3)
mengatakan bahwa semakin
eksekutif bersifat risk taker, nilai \
ETR akan semakin rendah yang
mengindikasikan tax avoidance
makin tinggi. Maharani dan
Suardana (2014:4) dalam
penelitiannya menghasilkan bahwa
karakter eksekutif berpengaruh
positif terhadap keputusan tax
avoidance. Hal ini berarti karakter
eksekutif memiliki peran yang cukup
tinggi dalam mendorong perusahaan
melakukan tindakan tax avoidance.
Selain itu faktor yang
mendorong perusahaan melakukan
tindakan tax avoidance yaitu
leverage. Leverage merupakan rasio
yang menunjukkan besarnya
komposisi utang suatu perusahaan.
Pada umumnya perusahaan
menggunakan utang kepada pihak
ketiga dalam menjalankan aktivitas
operasi perusahaan (Nurfadilah dkk.,
2016:1).
Konservatisme Akuntansi
adalah praktik menurunkan laba dan
aset bersih dalam merespon kabar
buruk, namun tidak menaikkan laba
dan menaikkan aset bersih dalam
merespon kabar baik (Basu dalam
Pramudito dan Sari, 2015:3). Hal
inilah yang menyebabkan prinsip
konservatisme yang diterapkan
perusahaan secara tidak langsung
akan mempengaruhi laporan
keuangan yang diterbitkan
perusahaan, dimana laporan
keuangan yang disusun tersebut
nantinya akan dijadikan dasar
pengambilan keputusan bagi
manajemen dalam mengambil
kebijakan terkait dengan perusahaan.
Kebijakan terkait perusahaan dalam
hal ini tentunya termasuk juga dalam
hal perpajakan, khususnya terkait
dengan tax avoidance karena tax
avoidance yang dilakukan oleh
perusahaan biasanya dilakukan
melalui kebijakan yang diambil oleh
pemimpin perusahaan dan bukanlah
tanpa sengaja (Budiman dan Setyono
dalam Sari dkk., 2015:4).
1.2 Perumusan Masalah
Penelitian
Berdasarkan latar belakang
penelitian, penulis dapat
merumuskan masalah yang terjadi
yaitu sebagai berikut :
1. Apakah karakteristik
eksekutif berpengaruh
terhadap tindakan tax
avoidance?
2. Apakah leverage
berpengaruh terhadap
tindakan tax avoidance?
3. Apakah konservatisme
akuntansi berpengaruh
terhadap tindakan tax
avoidance?
4. Seberapa besarkah pengaruh
karakter eksekutif, leverage,
dan konservatisme
akuntansi terhadap tindakan
tax avoidance?
5.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai penulis
sebagai berikut :
1. Untuk menguji dan
mendapatkan bukti empiris
pengaruh karakter eksekutif
terhadap tindakan tax
avoidance.
2. Untuk menguji dan
mendapatkan bukti empiris
pengaruh leverage terhadap
tindakan tax avoidance.
3. Untuk menguji dan
mendapatkan bukti empiris
pengaruh konservatisme
akuntansi terhadap tindakan
tax avoidance.
4. Untuk menguji dan
mendapatkan bukti empiris
pengaruh karakter eksekutif,
leverage, dan konservatisme
akuntansi terhadap tindakan
tax avoidance.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Bagi Keilmuan
1. Bagi Penulis
Menambah wawasan
dan pengetahuan baru bagi
penulis serta dapat
menerapkan teori-teori yang
telah diperoleh.
2. Bagi Universitas
Semoga hasil tulisan
ini dapat menjadi tambahan
ilmu dan pengetahuan
mengenai pengaruh karakter
eksekutif, leverage dan
konservatisme akuntansi
terhadap tindakan tax
avoidance serta hasil
penelitian ini diharapkan
dapat digunakan sebagai
dasar penelitian dan
referensi selanjutnya.
3. Bagi Pembaca
Menambah informasi
sumbangan pemikiran dan
bahan kajian dalam
penelitian, menjadi ilmu
tambahan dan pengetahuan,
serta dapat dijadikan
sebagai bahan referensi.
1.4.2 Manfaat Bagi Investor
Sebagai bahan untuk menilai
dan memprediksi kinerja perusahaan
sehingga dapat membantu dalam
pengambilan keputusan investasi
yang tepat.
1.4.3 Manfaat Bagi Regulator
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat menjadi masukan dan
pertimbangan ketik merancang
kebijakan dan peraturan mengenai
penghindaran pajak.
1.4.4 Manfaat Bagi Perusahaan
Dapat mengetahui karakater
eksekutif, leverage, dan
konservatisme akuntansi terhadap
tindakan tax avidance serta dapat
memberikan masukan kepada
perusahaan untuk membantu proses
pengambilan keputusan.
II. METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif. Penelitian
kuantitatif dapat diartikan sebagai
metode penelitian yang digunakan
untuk meneliti pada populasi atau
sampel tertentu dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah
ditetapkan dengan banyaknya
penggunaan angka dari pengumpulan
data serta dari hasilnya. Penelitian ini
adalah kuantitatif karena peneliti
ingin menjelaskan permasalahan
yang terjadi karena adanya praktik
penghindaran pajak yang dilakukan
perusahaan untuk meningkatkan
keuntungan.
2.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil data
penelitian berupa laporan tahunan
perusahaan sektor pertambangan
yang terdaftar di bursa efek
Indonesia tahun 2012-2016. Alasan
peneliti melakukan penelitian pada
perusahaan sektor utama yaitu karena
jumlah perusahaan pertambangan
yang tidak melaporkan SPT lebih
besar dari jumlah perusahaan
pertambangan yang melaporkan SPT.
Hal ini diduga karena perusahaan-
perusahaan tersebut melakukan suatu
tindakan penghindaran pajak
2.3 Variabel dan Pengukuran
Variabel penelitian adalah
suatu atribut, sifat atau nilai dari
orang, obyek, atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2013:64).
Untuk menguji hipotesis yang
diajukan, variabel yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu :
1. Variabel dependen
Menurut Sekaran (2011:116)
Variabel dependen adalah variabel
utama yang menjadi factor yang
berlaku dalam investigasi. Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah
tindakan tax avoidance. Untuk
mengukur tindakan tax avoidance ini
menggunakan metode pengukuran
Effective Tax Rate (ETR).
2. Variabel independen
Menurut sekaran (2011:117)
variabel independen adalah variabel
yang mempengaruhi variabel terikat,
baik secara positif maupun negatif.
Variabel independen dalam
penelitian ini adalah :
1. Karakter Eksekutif (X1)
Eksekutif merupakan
individu yang menempati
sebuah posisi penting dalam
sebuah posisi dalam system
kepemimpinan dalam
sebuah perusahaan dan atau
suatu organisasi. Karakter
eksekutif dibedakan menjadi
dua yaitu risk taker dan risk
averse yang tercermin dari
besar kecilnya risiko
perusahaan.
2. Leverage (X2)
Leverage
menggambarkan tingkat
risiko dari perusahaan
yang diukur dengan
membandingkan total
hutang perusahaan
dengan total aset yang
dimiliki perusahaan.
Untuk perhitungan
leverage digunakan
dengan debt to asset ratio
(DAR). Debt to asset
ratio adalah rasio utang
yang digunakan untuk
mengukur perbandingan
antara total utang dengan
total aset (Kasmir,
2015:156)
3. Konservatisme akuntansi
(X3)
Konservatisme
Akuntansi adalah praktik
menurunkan laba dan
aset bersih dalam
merespon kabar buruk,
namun tidak menaikkan
laba dan menaikkan aset
bersih dalam merespon
kabar baik. Sari dkk.
(2012:5) mengukur
konservatisme dengan
mengurangkan net
income yang ditambah
depresiasi aset tetap lalu
dikurang dengan arus kas
aktivitas operasi (CFO)
dibagi total aset.
2.4 Populasi dan Sampel
Populasi menurut Sugiyono
(2014:80) adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek
atau subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
Sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut
(Sugiyono, 2014:81). Sampel dipilih
berdasarkan metode purposive
sampling, yaitu sampel yang didasari
oleh kesesuaian karakteristik sampel
dengan kriteria pemilihan sampel
yang telah ditentukan. Kriteria yang
harus dimiliki sampel adalah sebagai
berikut :
1. Penelitian ini menggunakan
perusahaan pertambangan
yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama tahun
2012 – 2016
2. Memiliki laporan keuangan
lengkap selama periode
penelitian.
3. Perusahaan yang tidak
memiliki kompensasi rugi
fiskal, agar tidak
menyebabkan distorsi dalam
pengukuran penghindaran
pajak.
4. Perusahaan yang memiliki
laporan keuangan yang
mendukung variabel
penelitian
2.5 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, metode
yang digunakan untuk pengumpulan
data adalah metode dokumenter,
yaitu teknik pengambilan data
dengan cara mengumpulkan,
mencatat, dan mengkaji data
sekunder yang berupa laporan
tahunan perusahaan sektor utama
yang dipublikasikan oleh Bursa Efek
Indonesia, Teknik pengumpulan data
dengan studi kepustakaan dilakukan
dengan mengolah artikel, jurnal,
hasil penelitian terdahulu, maupun
media tertulis lainnya yang berkaitan
dengan topik pembahasan dari
penelitian.
2.6 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses
mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dati
hasil wawancara, catatan lapangan,
dan bahan-bahan lain sehingga dapat
mudah dipahami, dan temuannya
dapat diinformasikan kepada orang
lain. Teknik analisis yang digunakan
peneliti dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
2.6.1 Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan
untuk memberikan gambaran atau
deskripsi variabel-variabel yang
terdapat dalam penelitian ini.
Statistik deskriptif memberikan
gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata
(mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range,
kurtosis dan skewness
(kemencengan) (Ghozali,2016:19).
Statistik deskriptif menyajikan
ukuran-ukuran numerik yang sangat
penting bagi data sampel, sehingga
secara konstektual dapat lebih mudah
dimengerti oleh pembaca.
2.7 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan
agar model regresi tidak terdapat
masalah multikolinieritas,
heteroskedadastisitas, autokorelasi,
dan data terdistribusi normal. Jika
asumsi klasik terpenuhi maka akan
menghasilkan estimator yang sesuai
Best Linear Unbiased Estimator
(BLUE), yang artinya model regresi
dapat digunakan sebagai alat estimasi
penelitian (Widarjono dalam
Handayani dkk. 2015).
1. Uji Normalitas
Pengujian ini bertujuan
untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel
pengganggu atau residual
memiliki distribusi normal. Model
regresi yang baik adalah data yang
didistribusi normal atau
mendekati normal. Analisis
statistik yang digunakan dalam
penelitian ini untuk menguji
normalitas residual yaitu one
sample kolmogorov-smirnov test.
Dalam uji ini akan digunakan uji
one sample kolmogorov-smirnov
test dengan menggunakan taraf
signifikansi 0,05. Data dinyatakan
berdistribusi normal jika
signifikansi lebih besar dari 5%
(persen) atau 0,05.
2. Uji Heteroskedastisitas
Untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variansi dari
residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Salah
satu cara guna mendeteksi
ada atau tidaknya
heteroskedasitas adalah
dengan melihat pola pada
grafik scatterplot antara
nilai prediksi variabel
terikat (dependen) yaitu
ZPRED dengan residualnya
SRESID
(Ghozali,2016:134).
Pengambilan keputusannya
yaitu:
1) Jika pola titik-titik data
pada grafik scatterplot
membentuk suatu pola
yang bergelombang,
pola yang teratur,
melebar, menyempit,
kemudian melebar
kembali maka terdapat
heteroskedasitas.
2) Sebaliknya, jika pola
titik data pada grafik
scatterplot tidak ada
pola yang jelas, titik-
titik data tersebar diatas
dan dibawah atau
disekitar angka 0, maka
tidak terdapat
heteroskedasitas.
3. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas
bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi
ditemukan adanya kolerasi
antar variabel bebas
(independen)
(Ghozali,2016:103). Maka
uji ini hanya digunakan
untuk penelitian yang
memiliki lebih dari satu
variabel independen. Model
regresi yang baik
seharusnya tidak ada
korelasi antar variabel
independen.
Multikolinearitas dapat
dilihat dari nilai tolerance
dan variance inflation factor
(VIF). Nilai cutoff yang
umum dipakai untuk
menunjukkan adanya
multikolinearitas adalah
nilai tolerance ≤0,10 atau
sama dengan nilai VIF ≥10.
Dengan kata lain, tidak
adanya korelasi antar
variabel independen jika
nilai tolerance ≥0,10 atau
sama dengan nilai VIF ≤10
(Ghozali,2016:103)
Adapun cara dalam
mengatasi multikolinieritas
adalah sebagai berikut
(Ghazali, 2016:107):
1) Menggabungkan data
crossection dan time
series (pooling data)
2) Keluarkan satu atau
lebih variabel bebas
yang mempunyai
korelasi yang tinggi
dari model regresi dan
identifikasikan variabel
bebas lainnya untuk
membantu prediksi.
3) Transformasi Variabel
merupakan cara
mengurangi hubungan
linier diantara variabel
bebas. Transformasi
data dilakukan dalam
bentuk logaritma.
4) Gunakan model dengan
variabel bebas yang
mempunyai korelasi
tinggi hanya semata-
mata untuk prediksi
(jangan mencoba untuk
mengintepretasikan
kofiesien regresinya).
5) Gunakan korelasi
sedeharna antar setiap
variabel bebas dan
variabel terikat untuk
memahami hubungan
variabel bebas dan
variabel terikat.
4. Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali
(2016:107) uji autokorelasi
bertujuan untuk mengetahui
apakah dalam model regresi
linier ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-
1 (sebelumnya). Model
regresi yang baik adalah
regresi yang bebas dari
autokorelasi. Dalam
penelitian ini untuk
mendeteksi autokorelasi
dengan menggunakan
metode Durbin Watson. Uji
autokorelasi dapat dilakukan
dengan membandingkan
nilai Durbin-Watson melalui
perbandingan du < d < 4 –
du.
2.8 Uji Regresi Linear Berganda
Model regresi linier berganda
yaitu untuk menguji ada tidaknya
pengaruh antara dua atau lebih
variabel bebas (independen) terhadap
variabel terikat (dependen). Analisis
ini untuk mengetahui arah hubungan
antara variabel independen dengan
variabel dependen apakah masing-
masing variabel independen
berhubungan positif atau negatif dan
untuk memprediksi nilai dari variabel
dependen apabila nilai variabel
independen mengalami kenaikan
atau penurunan.
2.9 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R²)
pada intinya mengukur seberapa
besar kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel
dependen. Kelemahan mendasar
penggunaan koefisien determinasi
adalah bias terhadap jumlah variabel
independen yang dimasukkan
kedalam model. Nilai koefisien
determinasi yaitu antara 0 (nol) dan 1
(satu). Nilai R² yang kecil berarti
kemampuan variabel – variabel
independen dalam menjelaskan
variasi variabel dependen sangat
terbatas. Nilai yang mendekati 1
(satu) berarti variabel – variabel
independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variasi variabel
(Ghozali, 2016:95)
2.10 Uji Signifikan Parsial (Uji T)
Uji t atau test of significance
digunakan untuk mengetahui
seberapa jauh pengaruh variabel
independen terhadap variabel
dependen. Uji t dilakukan dengan
membandingkan antara t hitung dengan
t tabel. Nilai thitung ditentukan dengan
tidak memperhatikan nilai positif
atau negatif dari nilai t hitung tersebut
karena nilai t hitung merupakan nilai
mutlak | t |. Uji t dilakukan dengan
menganalisa hasil dari tabel
coefficients. Syaratnya, jika nilai
signifikasi lebih besar dari ɑ= 0,05
maka hipotesis ditolak, apabila nilai
signifikansi lebih kecil dari ɑ= 0,05
maka hipotesis diterima, yang artinya
masing-masing variabel independen
dapat mempengaruhi variabel
dependen.
2.11Uji Signifikan Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk
mengetahui apakah variabel-variabel
independen secara bersama-sama
(simultan) berpengaruh signikan
terhadap variabel dependen. Uji
signifikansi F dilakukan dengan
menggunakan tingkat signifikansi
0,05 dengan kriteria penolakan atau
penerimaan hipotesis sebagai
berikut : (a) Jika nilai signifikansi <
0,05 berarti semua variabel
independen secara bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel
dependen (b) Jika nilai signifikansi >
0,05 berarti semua variabel
independen secara bersama-bersama
tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen (Siregar, 2016:10).
III. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
3.1 Uji Statistik Deskriptif
Uji stastistik deskriptif
bertujuan untuk mendeskripsikan
atau memberikan gambaran secara
statistik terkait data yang digunakan
dalam penelitian melalui data sampel
atau populasi. Pada bagian ini akan
dijelaskan hasil statistik deskriptif
dari masing-masing variabel dilihat
dari nilai minimum, nilai maksimum,
nilai rata-rata (mean), dan standar
deviasi.
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Sumber : Data yang telah diolah,
2017
Dari hasil uji statistik deskriptif
diatas dapat dilihat bahwa variabel
karakter eksekutif memiliki nilai
minimum sebesar 0,003 atau 0,3%
dan nilai maksimum sebesar 0,387
atau 38,7% dengan rata-rata 0,11992
atau 11,992%. Hal ini berarti bahwa
perusahaan sampel memiliki risiko
terkecil senilai 0,003 atau 0,3% dan
tertinggi 0,387 atau 38,7%. Rata-rata
sampel 0,11992 atau 11,992% ,
karena nilai rata-rata risiko
perusaahaan cenderung berada di
nilai minimum, maka dapat
dikatakan bahwa perusahaan lebih
cenderung memiliki karakteristik risk
averse. Jadi perbandingan antara
EBIT dengan total aset perusahaan
0,76704 artinya total aset perusahaan
dapat menghasilkan EBIT 0,76704
kali.
Pada variabel leverage yang
dikur dengan nilai debt to asset ratio
(DAR) memiliki nilai minimum
0,145 atau 14,5% dan nilai
maksimum sebesar 0,797 atau 79,7%
dengan rata-rata 0,43201 atau
43,201%. Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata perusahaan
pertambangan yang menjadi sampel
memiliki solvabilitas yaitu
perusahaan untuk menyelesaikan
segala kewajibannya sebesar 43,20%
aset yang dimilikinya dibiayai oleh
utang baik utang jangka pendek
maupun jangka panjang. Standar
deviasi sebesar 0,170592 sedangkan
nilai rata-rata sebesar 0,43201
(43,201%) menunjukkan bahwa
standar deviasi lebih besar dari mean
dan kemampuan perusahaan dalam
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviati
on
Karakter
Eksekutif65 ,003 ,387 ,11992
,07600
4
Leverage65 ,145 ,797 ,43201
,17059
2
Konservat
isme
Akuntansi
65 -,324 ,134-,0261
8
,07371
8
Tax
Avoidanc
e
65 ,163 1,657 ,39999,21761
9
Valid N
(listwise)65
membayar utang yang dimiliki
dengan membandingkan aset yang
dimiliki kurang baik.
Pada variabel konservatisme
akuntansi yang diukur dengan akrual.
Apabila akrual bernilai negatif, maka
laba digolongkan konservatif.
Variabel konservatisme akuntansi
memiliki nilai minimum sebesar –
0,324 dan nilai maksimum sebesar
0,134. Nilai rata-rata akrual -0,2618
menunjukkan bahwa laba perusahaan
digolongkann konservatif yang
disebabkan karena laba lebih rendah
dari arus kas yang diperoleh oleh
perusahaan pada periode tertentu.
Tax avoidance yang diukur
dengan Effective Tax Rate (ETR).
Semakin tinggi tingkat presentase
ETR yaitu mendekati tarif pajak
penghasilan badan sebesar 25%
mengindikasikan bahwa semakin
rendah tingkat tax avoidance
perusahaan, sebaliknya semakin
rendah tingkat presentase ETR
mengindikasikan bahwa semakin
tinggi tingkat tax avoidance
perusahaan. Perusahaan
pertambangan yang dijadikan sampel
memiliki nilai minimum 0,163 atau
16,3% dan nilai maksimum sebesar
1,657 dengan rata-rata 0,39999 atau
39,999%. Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata ETR dari perusahaan
diatas tarif pajak penghasilan badan
sebesar 25% mengidikasikan bahwa
perusahaan tidak melakukan tax
avoidance.
3.2 Uji Asumsi Klasik
Tujuan pengujian asumsi
klasik ini adalah untuk memberikan
kepastian bahwa persamaan regresi
yang didapatkan memiliki ketepatan
dalam estimasi, tidak bias dan
konsisten. Perlu diketahui, terdapat
kemungkinan data aktual tidak
memenuhi syarat asumsi klasik ini.
Beberapa perbaikan, baik
pengecekan kembali data outlier
maupun recollecterror dapat
dilakukan. Uji asumsi klasik dalam
penelitian ini terdiri dari uji
normalitas, uji mutikolinearitas, uji
heteroskedastisitas, dan uji
autokorelasi.
1. Uji Normalitas
Uji ini bertujuan untuk
menguji apakah dalam sebuh
model regresi, variabel
independen, variabel dependen
atau keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak. Suatu
model regresi yang baik adalah
yang memiliki distribusi data
normal atau mendekati normal.
Uji normalitas dapat dilakukan
dilakukakan dengan uji statistik
non parametik One-sample
Kolmogrov-Smirnov, analisis
grafik histogram, dan uji normal
probability plot.
Dari hasil pengujian
normalitas dengan uji One-Sample
Kolmogorov-Smirnov yang tersaji
pada tabel 4.5, memperlihatkan
nilai Asymp. Sig. berada di atas
0,05 atau 5% yaitu sebesar 0,200.
Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa data seluruh
variabel memiliki distribusi
normal.
Hasil Uji Normalitas Grafik
Histogram
Sumber : Data yang telah diolah,
2017
Berdasarkan pada hasil analisis
grafik histogram yang terdapat pada
gambar 4.1 diatas, terdapat bentuk
kurva simetris yang tidak condong ke
kiri dan ke kanan, sehingga
berdasarkan kurva histogram tersebut
model regresi dinyatakan
terdistribusi normal.
Hasil Uji Normalitas Normal
Probability Plot
Sumber : Data yang telah diolah,
2017
Berdasarkan hasil uji normal
probability plot yang terdapat pada
gambar 4.2 diatas menunjukkan
bahwa titik-titik menyebar di sekitar
garis diagonal, mendekati garis
diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal. Jadi dapat disimpulan
bahwa model regresi yang digunakan
dalam penelitian ini terdistribusi
normal.
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk
menguji apakah dalam model
regresi terjadi atau terdapat
ketidaksamaan variance dari
residual dari suatu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika
variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain
tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi
yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak
terjadi heteroskedastisitas.
Di bawah ini merupakan
hasil dari pengujian
heteroskedastisitas dengan
melihat pola pada grafik
scatterplot antara variabel
dependen pada sumbu X adalah
ZPRED dan variabel independen
pada sumbu Y adalah residualnya
SRESID. Pengambilan
keputusannya yaitu jika titik-titik
data pada scatterplot membentuk
suatu pola yang bergelombang,
pola teratur, melebar, menyempit,
kemudian melebar kembali maka
mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas. Sebaliknya,
jika pada scatterplot tidak ada
pola yang jelas, titik-titik data
tersebar di atas dan di bawah atau
di sekitar angka 0, maka tidak
terjadi heteroskedastisitas.
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Grafik Scatterplot
Sumber : Data yang telah diolah,
2017
Berdasarkan hasil uji
heteroskedastisitas dengan
menggunakan grafik scatterplot yang
tersaji pada gambar 4.3, terlihat
bahwa tidak ada pola yang jelas,
titik-titik data tersebar di atas dan di
bawah atau di sekitar angka 0, maka
dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi heteroskedastisitas.
3. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas berarti
terjadi interkorelasi antar variabel
bebas yang menunjukkan adanya
lebih dari satu hubungan linier
yang signifikan. Apabila koefisien
korelasi variabel yang
bersangkutan nilainya terletak
diluar batas-batas penerimaan
(critial value) maka koefisien
korelasi bermakna dan terjadi
multikolineritas dan jika korelasi
terletak di dalam batas-batas
penerimaan maka koefisien
korelasinya tidak bermakna dan
tidak terjadi multikolinearitas.
4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi
bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode
sebelumnya. Jika terjadi
korelasi maka dinamakan
dengan ada problem
autokorelasi.
3.3 Uji Regresi Linear Berganda
Untuk menguji mengenai
pengaruh dan kekuatan hubungan
variabel independen dengan variabel
dependen dapat digunakan alat
analisa statistik yaitu dengan uji
regresi linear berganda. Pengujian
ini untuk memprediksikan nilai dari
variabel dependen apabila nilai
variabel independen mengalami
kenaikan atau penurunan dan untuk
mengetahui arah hubungan antara
variabel independen dengan variabel
dependen apakah masing-masing
variabel independen berhubungan
positif atau negatif.
Dari analisis regresi linear
berganda diatas didapatkan model
persamaan regresi :
Y = 0,412 + (-0,937X1) + 0,168X2 +
0,309X3 + e
Berdasarkan pada persamaan
regresi diatas yang menunjukan nilai
konstanta sebesar 0,412. Hal ini
menyatakan bahwa jika karakter
eksekutif, leverage, dan
konservatisme akuntansi dianggap
konstan, maka tindakan tax
avoidance akan konstan sebesar
0,412 satuan.
Koefisien regresi pada
variabel karakter eksekutif yaitu
sebesar -0,937 maka dapat
disimpulkan bahwa karakter
eksekutif memiliki hubungan negatif
terhadap tindakan tax avoidance. Hal
ini berarti nilai risiko perusahaan
naik atau bertambah satu satuan,
maka persistensi laba perusahaan
akan menurun sebesar -0,937 satuan
atau sebesar -93%.
3.4 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Untuk mengetahui seberapa
besar prosentase variasi variabel
independen yang digunakan dalam
model regresi mampu menjelaskan
variasi variabel dependen dibutuhkan
suatu koefisien determinasi (R2).
Nilai R2 yaitu antara 0-1. Nilai R2
yang mendekati 1 berarti variabel-
variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi
variasi variabel dependen.
3.5 Uji Signifikan Parsial (Uji T)
Uji t pada dasarnya
menunjukan seberapa jauh pengaruh
satu variabel independen secara
individual dalam menerangkan
variasi variabel dependen. Kriteria
diterima atau ditolaknya hipotesis
yaitu jika signifikansi > 0,05 (5%),
maka hipitesis ditolak (koefisien
regresi tidak signifikan). Sebaliknya
jika signifikansi < 0,05 (5%) maka
hipotesis tidak dapat ditolak
(koefisien regresi signifikan).
1. Pengaruh Karakter Eksekutif
terhadap Tindakan Tax Avoidance
Berdasarkan hasil uji t
dapat diketahui jika variabel
karakter eksekutif secara parsial
menunjukan nilai t sebesar 4,595
dengan tingkat signifikan sebesar
0,000. Hal ini berarti thitung lebih
besar dari ttabel yaitu 4,595 >
2,00247 dan nilai signifikan
sebesar 0,000 < 0,05. Dengan
demikian dapat disimpulan bahwa
variabel karakter eksekutif
berpengaruh dan signifikan
terhadap tindakan tax avoidance,
maka hipotesis (H1) diterima.
2. Pengaruh leverage terhadap
tindakan tax avoidance
Berdasarkan hasil uji t
dapat diketahui jika variabel
leverage secara parsial
menunjukan nilai t sebesar 2,217
dengan tingkat signifikan sebesar
0,031. Hal ini berarti thitung lebih
besar dari ttabel yaitu 2,217 >
2,00247 dan nilai signifikan
sebesar 0,031 < 0,05. Dengan
demikian dapat disimpulan bahwa
variabel leverage berpengaruh dan
signifikan terhadap tindakan tax
avoidance, maka hipotesis (H2)
diterima.
3. Pengaruh konservatisme
akuntansi terhadap tindakan tax
avoidance
Berdasarkan hasil uji t
dapat diketahui jika variabel
konservatisme akuntansi secara
parsial menunjukan nilai t sebesar
1,831 dengan tingkat signifikan
sebesar 0,072. Hal ini berarti thitung
lebih kecil dari ttabel yaitu 1,831 <
2,00247 dan nilai signifikan
sebesar 0,072 > 0,05. Dengan
demikian dapat disimpulan bahwa
variabel konservatisme akuntansi
tidak berpengaruh dan tidak
signifikan terhadap tindakan tax
avoidance, maka hipotesis (H3)
ditolak.
3.6 Uji Signifikan Simultan (Uji F)
Uji F bertujuan untuk
menunjukan apakah semua variabel
independen dalam model regresi
memepunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel
dependen. Jika signifikansi < 0,05
(5%) maka hipotesis diterima
sebaliknya jika signifikansi > 0,05
(5%), maka hipotesis ditolak
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan
pengujian mengenai pengaruh
karakter eksekutif, leverage, dan
konservatisme akuntansi terhadap
tindakan tax avoidance pada
perusahaan pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2012-2016. Maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut.
1. Karakter eksekutif berpengaruh
dan signifikan terhadap tindakan
tax avoidance. Penelitian ini
sejalan dengan penelitian Alviyani
(2016) yang mengatakan bahwa
karakter eksekutif berpengaruh
terhadap tax avoidance. Dalam
penelitian ini mengungkapkan
hasil bahwa semakin tinggi
karakter eksekutif maka tindakan
tax avoidance akan semakin
rendah. Perusahaan yang memiliki
tingkat risiko perusahaan yang
tinggi cenderung akan menyajikan
laporan keuangan apa adanya
untuk melihat seberapa jauh
kinerja yang telah dilakukan oleh
perusahaan sehingga peluang
untuk melakukan penghindaran
pajak menjadi rendah.
2. Leverage berpengaruh dan
signifikan terhadap tindakan tax
avoidance. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian Dharma dan
Ardiana (2016) yang mengatakan
bahwa leverage berpengaruh
terhadap tax avoidance.
Perusahaan yang menggunakan
utang pada komposisi
pembiayaan, maka akan ada
beban bunga yang harus dibayar.
Bunga tetap yang timbul dapat
mengurangi laba kena pajak.
Semakin tinggi nilai rasio
leverage maka semakin tinggi
melakukan tindakan tax
avoidance.
3. Konservatisme akuntansi
berpengaruh dan tidak signifikan
terhadap tindakan tax avoidance.
Penelitian ini sejalan dengan
dengan Penelitian ini sejalan
dengan penelitian Alviyani (2016)
yang mengatakan bahwa
konservatisme akuntansi
berpengaruh dan tidak signifikan
terhadap tax avoidance. Penelitian
ini menunjukan bahwa
penggunaan metode akuntansi
yang konservatif tidak akan
meningkatkan kecenderungan
perusahaan untuk melakukan
tindakan tax avoidance, karena
dengan adanya Peraturan
Pemerintah maka kecenderungan
untuk melakukan penghindaran
pajak akan semakin sempit
4. Karakter eksekutif, leverage, dan
konservatisme akuntansi
berpengaruh dan signifikan
terhadap tindakan tax avoidance.
V.DAFTAR PUSTAKA
Alviyani, Khoirunnisa. (2016).
Pengaruh Corporate
Governance, Karakter
Eksekutif, Ukuran
Perusahaan, dan
Leverage Terhadap
Penghindaran Pajak
(Tax Avoidance). Jurnal
of Manajemen.
Universitas Riau.
Diakses tanggal 20
September 2017.
Budiman, Judi dan Setyono.
(2012). Pengaruh
Karakter Eksekutif
Terhadap Penghindaran
Pajak (Tax Avoidance).
Jurnal Akuntansi.
Universitas Gadjah
Mada. Diakses tanggal
17 Oktober 2016.
Butje, Stella dan Elisa Tjondro.
(2014). Pengaruh
Karakter Eksekutif Dan
Koneksi Politik Terhadap
Tax Avoidance. Jurnal
Akuntansi Pajak.
Universitas Kristen Petra.
Diakses tanggal 27
Oktober 2016.
Cahyono, Deddy Dias, dkk
(2016). Pengaruh Komite
Audit, Kepemilikan
Institusional, Dewan
Komisaris, Ukuran
Perusahaan (Size),
Leverage (Der) Dan
Profitabilitas (Roa)
Terhadap Tindakan
Penghindaran Pajak
(Tax Avoidance) Pada
Perusahaan Perbankan
Yang Listing Bei Periode
Tahun 2011 – 2013.
Jurnal Akuntansi.
Universitas Padjadjaran.
Diakses tanggal 27
Oktober 2016.
Darmawan, I Gede Hendi dan I
Made Sukartha. (2014).
Pengaruh Penerapan
Corporate Governance,
Leverage, Return On
Assets, Dan Ukuran
Perusahaan Pada
Penghindaran Pajak.
Jurnal Akuntansi.
Universitas Udayana.
Diakses tanggal 4
November 2016.
Dharma, I Made Surya dan Putu
Agus Ardiana. (2016).
Pengaruh Leverage,
Intensitas Aset Tetap,
Ukuran Perusahaan,
Dan Koneksi Politik
Terhadap Tax
Avoidance. Jurnal
Akuntansi. Universitas
Udayana. Diakses
tanggal 27 Oktober 2016.
Ghozali, Imam. (2016). Aplikasi
Analisis Multivariate
dengan Program IBM
SPSS 21. Badan Penerbit
Univeristas Diponegoro.
Semarang.
Handayani, Cahyaning Dewi.Dkk.
(2015). Pengaruh Return
On Asset, Karakter
Eksekutif, Dan Dimensi
Tata Kelola Perusahaan
Yang Baik Terhadap Tax
Avoidance. Jurnal
Akuntansi. Universitas
Muhammadiyah
Surakarta. Diakses
tanggal 27 Oktober 2016.
Indarti, Kentris dan Akbar Hadi
Winoto. (2015).
Pengaruh Return On
Assets, Leverage,
Corporate Governance,
Dan Karakter Eksekutif
Terhadap Tax
Avoidance. Jurnal
Akuntansi. Universitas
Stikubang Semarang.
Diakses tanggal 20
September 2017.
Kasmir. 2015. Analisis Laporan
Keuangan. Jakarta. PT.
Raja Grafindo Persada
Maharani, I Gusti Ayu Cahya dan
Ketut Alit Suardana.
(2014). Pengaruh
Corporate Governance,
Profitabilitas Dan
Karakteristik Eksekutif
Pada Tax Avoidance
Perusahaan Manufaktur.
Jurnal Akuntansi.
Universitas Udayana.
Diakses tanggal 27
Oktober 2016.
Mardiasmo.2013. Perpajakan
Edisi Revisi.
Andioffset.Jakarta
Mulyani, Sri., dkk (2014).
Pengaruh Karakteristik
Perusahaan, Koneksi
Politik Dan Reformasi
Perpajakan Terhadap
Penghindaran Pajak
(Studi Pada Perusahaan
Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek
Tahun 2008-2012).
Jurnal Bisnis. Universitas
Brawijaya. Diakses
tanggal 27 Oktober 2016.
Nurfadilah., dkk. (2016).
Pengaruh Leverage,
Ukuran Perusahaan dan
Kualitas Audit, Terhadap
Penghindaran Pajak.
Jurnal Akuntansi. STIE
Ahmad Dahlan Jakarta.
Diakses tanggal 12
November 2016.
Pajriyansyah, Ridwan Dan Amrie
Firmansyah. (2016).
Pengaruh Leverage,
Kompensasi Rugi Fiskal
dan Manajemen Laba
Terhadap Penghindaran
Pajak. Jurnal Akuntansi.
Politeknik Keuangan
Negara STAN Indonesia.
Diakses tanggal 18
September 2017.
Pramudito, Batara Wiryo dan
Maria M Ratna Sari.
(2015). Pengaruh
Konservatisme
Akuntansi, Kepemilikan
Manajerial Dan Ukuran
Dewan Komisaris
Terhadap Tax
Avoidance. Jurnal
Akuntansi. Universitas
Udayana. Diakses
tanggal 12 November
2016.
Praptidewi, Luh Putu Mayta dan I
Made Sukartha. (2016).
Pengaruh Karakteristik
Eksekutif Dan
Kepemilikan Keluarga
Pada Tax Avoidance
Perusahaan. E-Jurnal
Akuntansi. Universitas
Udayana. Diakses
tanggal 12 November
2016.
Prasiwi, Kristantina Wahyu.
(2015). Pengaruh
Penghindaran Pajak
Terhadap Nilai
Perusahaan: Transparansi
Informasi Sebagai
Variabel Pemoderasi.
Skripsi. Universitas
Diponegoro
Sarra, Hustna Dara. (2017).
Pengaruh Konservatisme
Akuntansi, Komite Audit
Dan Dewan Komisaris
Independen Terhadap
Penghindaran Pajak.
Jurnal Akuntansi.
Universitas
Muhammadiyah
Tangerang. Diakses
tanggal 22 September
2017.
Sari, Nila., dkk. (2016). Pengaruh
Konservatisme
Akuntansi, Kualitas
Audit, Ukuran
Perusahaan Terhadap
Penghindaran Pajak.
Jurnal Akuntansi. STIE
Ahmad Dahlan Jakarta.
Diakses tanggal 12
November 2016.
Sekaran, Uma. (2011). Research
Methods For Bussiness.
Salemba Empat. Jakarta
Setyaningsih, Hesty. (2008).
Pengaruh Tingkat
Kesulitan Keuangan
Perusahaan Terhadap
Konservatisme
Akuntansi. Jurnal
Akuntansi. Universitas
Muhammadiyah
Yogyakarta. Diakses
tanggal 18 November
2016.
Siahaan, Jupri. (2015). Pengaruh
Karakter Eksekutif dan
Corporate Governance
Terhadap Penghindaran
Pajak. Skripsi.
Universitas Komputer
Indonesia. Diakses
tanggal 2 Oktober 2017.
Siregar, Rifka dan Dini
Widyawati. (2016).
Pengaruh Karakteristik
Perusahaan Terhadap
Penghindaran Pajak
Pada Perusahaan
Manufaktur Di BEI.
Jurnal Akuntansi.
Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Indonesia
(STIESIA) Surabaya.
Diakses tanggal 27
Oktober 2016.
Sjahrial, Dermawan. (2008).
Manajemen Keuangan
Edisi 2. Mitra Wacana
Media. Jakarta.
Suandy, Early. (2013).
Perencanaan Pajak Edisi
5. Salemba Empat.
Jakarta
Laisila, Laban. (2015).
Pemerintah Didesak
Transparan soal Pajak
Tambang.
http://m.suara.com/bisnis
/2015/10/043000/pemeri
ntah-didesak-transparan-
soal-pajak-tambang.
Diakses tanggal 14
Oktober 2017
Sugiyono. (2011). Metode
Penelitian Pendidikan
(Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D).
Alfabeta. Bandung
Sugiyono. (2014). Metode
Penelitian Pendidikan
(Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D).
Alfabeta. Bandung
Swingly, Calvin dan I Made
Sukartha. (2015).
Pengaruh Karakter
Eksekutif, Komite Audit,
Ukuran Perusahaan,
Leverage Dan Sales
Growth Pada Tax
Avoidance. Jurnal
Akuntansi. Universitas
Udayana. Diakses
tanggal 27 Oktober 2016.
Sumber hukum :
The Financial Accounting
Standards Board (FASB,
1983) Concepts
Statement No. 2
UU No. 6 Tahun 1983
sebagaimana telah
disempurnakan terakhir
dengan UU No.16 Tahun
2009 Tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara
Perpajakan pasal 1 ayat
(1)
top related