tugas agama kelompok 8
Post on 15-Jun-2015
1.156 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KAIDAH AGAMA TERHADAP TUGAS DAN
PERAN MANUSIA
TUGAS AGAMA
DOSEN : H. Abidin Ja’far, Lc
Oleh
Kelompok 10
Muhammad Fithri R Mariati
Mey Hesmi F Abnor Mira
Mariatul A Mariatul Q
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
BANJARMASIN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2007 / 2008
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesungguhnya manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah paling sempurna
dibandingkan dengan machluk yang lainya, termasuk diantaranya Malaikat, Jin, Iblis,
Binatang, dllnya. Tetapi kita sendiri sebagai manusia tidak tahu atau tidak kenal akan
diri kita sendiri sebagai manusia. Untuk itu marilah kita pelajari diri kita ini sebagai
manusia, Siapa diri kita ini? Dari mana asalnya? Mau kemana nantinya? Dan yang
paling penting adalah bagaimana kita menempuh kehidupan didunia ini supaya
selamat didunia dan achkirat nanti?
Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi nutfah,
alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling sempurna yang
memiliki berbagai kemampuan. Oleh karena itu, manusia wajib bersyukur atas
karunia yang telah diberikan Allah Swt.
Manusia menurut pandangan al-Quran, al-Quran tidak menjelaskan asal-usul
kejadian manusia secara rinci. Dalam hal ini al-Quran hanya menjelaskan mengenai
prinsip-prinsipnya saja. Ayat-ayat mengenai hal tersebut terdapat dalam surat Nuh 17,
Ash-Shaffat 11, Al-Mukminuun 12-13, Ar-Rum 20, Ali Imran 59, As-Sajdah 7-9, Al-
Hijr 28, dan Al-Hajj 5.
Katakanlah: Sesungguhnya sembah yangku, ibadatku, hidupku dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian
2
Itulah yang diperintahkan kepadaku dan Aku adalah orang yang pertama-tama
menyerahkan diri (kepada Allah)”. (al-An’am;162-163)
BAB II
3
ISI
A. Pengertian Manusia
Para ahli berbeda-beda dalam membuat pengertian tentang manusia. Ada yang
mengatakan bahwa manusia itu adalah makhluk cerdas (homo sapiens), ada yang
mengatakan hewan yang bisa berfikir, ada yang mengatakan hewan yang mampu
berbicara dan lain-lain. Pengertian di atas mengesankan bahwa perbedaan antara
manusia dan binatang hanya pada aktifitas berfikir dan berbicara, atau hanya pada
kecerdasannya saja. Kesan itu tidak berlebihan karena pengertian itu dirumuskan
dengan dasar materi saja.
Adapun pendapat yang mendekati pada kebenaran menyebutkan bahwa
manusia adalah makhluk (ciptaan Tuhan) yang tampak, bertanggung jawab terhadap
perbuatannya, dan diberi anugerah sifat-sifat ketuhanan. Inilah pengertian yang
disebutkan oleh sebagian ulama’ Islam
Pengertian ini menegaskan empat hal pada manusia, yaitu;
1. Manusia adalah ciptaan Allah, tidak berevolusi atau ada dengan
sendirinya.
2. Manusia adalah ciptaan yang tampak karena terdiri dari ruh dan jasad,
tidak seperti jin dan malaikat yang bersifat ghaib.
3. Kelak manusia harus mempertanggungjawabkan seluruh perbuatannya
di dunia, khususnya di akhirat kelak, tetapi di dunia pun manusia juga
harus selalu mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan
manusia.
4. Manusia diberi anugerah sifat ketuhanan, seperti manusia memiliki
sifat penyayang, pemaaf, ilmu, berkehendak dan lain-lainnya. Sifat-
sifat itu adalah sebagain dari sifat-sifat Allah, hanya bedanya sifat
Allah itu sempurna sedangkan sifat manusia tidak sempurna
4
Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda menurut biologis, rohani,
dan istilah kebudayaan, atau secara campuran.
Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin
untuk manusia), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak
berkemampuan tinggi.
Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang
bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan
ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan
dengan ras lain.
Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan
bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan
teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok
dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.
Penggolongan manusia yang paling utama adalah berdasarkan jenis
kelaminnya. Secara alamiah, jenis kelamin seorang anak yang baru lahir entah laki-
laki atau perempuan. Anak muda laki-laki dikenal sebagai putra dan laki-laki dewasa
sebagai pria. Anak muda perempuan dikenal sebagai putri dan perempuan dewasa
sebagai wanita. 8 Definisi Manusia Menurut al- Toumy al- Syaibani :
1. Manusia sebagai makhluk Allah yang paling mulia di muka bumi.
2. Manusia sebagai khalifah di muka bumi.
3. insan makhluk sosial yang berbahasa.
4. insan mempunyai tiga dimensi yaitu: badan, akal dan ruh
5. insan dengan seluruh perwatakannya dan ciri pertumbuhannya adalah hasil
pencapaian 2 faktor, yaitu faktor warisan dan lingkungan
6. manusia mempunyai motivasi, kecenderungan dan kebutuhan awal baik yang
diwarisi mauun yang diperoleh dalam proses sosialisasi.
7. manusia mempunyai perbedaan sifat antara yang satu dengan yang lainnya.
8. insan mempunyai sifat luwes, lentur, bisa dibentuk , bisa diubah.
5
B. Hakikat manusia dalam islam
Hakikat manusia menurut Allah adalah makhluk yang dimuliakan, dibebani
tugas, bebas memilih dan bertanggung jawab.
1. Makhluuq (yang diciptakan)
Berada dalam fitrah Fitrah dapat membawa manusia ke arah kebaikan misalnya
hati nurani dapat membedakan mana yang baik, dan mana yang buruk. [QS Ar
Ruum:30]
. [QS An Nisaa’:48]
Bodoh Beban amanat yang begitu besar dari Allah, diterima oleh manusia, disaat
makhluk lainnya tidak menyanggupi amanat tersebut karena beratnya amanat tersebut.
[QS Al Ahzab;72]
Memiliki kebutuhan Sebagai makhluk yang terbatas secara fisik dan kemampuan.
Maka sangat mungkin manusia memiliki kebutuhan atau kehendak kepada Allah. [QS
Faathir:15]
2. Mukarram (yang dimuliakan)
a. Ditiupkan ruh [QS As Sajdah:9]
6
b. Diberi keistimewaan [QS Al Isra:70]
c. Ditundukkan alam untuknya . Semua alam ini termasuk dengan isinya
ini Allah peruntukkan untuk manusia. [QS Al Jaatsiyah:12-13]
3. Mukallaf (yang mendapatkan beban)
Ibadah Manusia secara umum diciptakan oleh Allah untuk beribadah sebagai
konsekuensi dari kesempurnaan yang diperolehnya. [QS Adz Dzaariyaat:56]
7
Khilafah Allah mengetahui siapa sebenarya manusia, sehingga Allah tetap
menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi walaupun malaikat tidak setuju. [QS Al
Baqarah:30]
4. Mukhayyar (yang bebas mamilih)
Manusia diberi kebebasan memilih untuk beriman atau kafir pada Allah. [QS Al
kahfi :29]
5. Majziy (yang mendapat balasan)
Surga Manusia diminta pertanggungjawaban atas segala sesuatu yang
dilakukannya, Allah menyediakan surga untuk mereka yang beriman dan beramal
soleh yaitu mereka yang menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya.
[QS As Sajdah:19, Al Hajj:14]
Neraka Balasan di akhirat terhadap perbuatan manusia adalah bentuk keadilan
yang Allah berikan di akhirat. Mereka yang tidak menjalankan perintah Allah
mendapatkan hukuman yang setimpal yaitu dimasukkan ke dalam neraka. [QS As
Sajdah:20
8
C. Proses kejadian Manusia Dan Asal Mula kejadian Manusia Menurut Al –
Qur’an
Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi nutfah,
alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling sempurna yang
memiliki berbagai kemampuan. Oleh karena itu, manusia wajib bersyukur atas
karunia yang telah diberikan Allah Swt.
Manusia menurut pandangan al-Quran, al-Quran tidak menjelaskan asal-usul
kejadian manusia secara rinci. Dalam hal ini al-Quran hanya menjelaskan mengenai
prinsip-prinsipnya saja. Ayat-ayat mengenai hal tersebut terdapat dalam surat Nuh 17,
Ash-Shaffat 11, Al-Mukminuun 12-13, Ar-Rum 20, Ali Imran 59, As-Sajdah 7-9, Al-
Hijr 28, dan Al-Hajj 5.
Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal tanah dengan mempergunakan
bermacam-macam istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah. Hal ini
dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari bermacam-macam unsure
kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam proses selanjutnya,
al-Quran tidak menjelaskan secara rinci. Manusia yang sekarang ini, prosesnya dapat
diamati meskipun secara bersusah payah. Berdasarkan pengamatan yang mendalam
dapat diketahui bahwa manusia dilahirkan ibu dari rahimnya yang proses
penciptaannya dimulai sejak pertemuan antara permatozoa dengan ovum.
Ayat-ayat yang menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari tanah, umumnya
dipahami secara lahiriah. Hal ini itu menimbulkan pendapat bahwa manusia benar-
benar dari tanah, dengan asumsi karena Tuhan berkuasa , maka segala sesuatu dapat
9
terjadi. Akan tetapi ada sebagian umat islam yang berpendapat bahwa Adam bukan
manusia pertama. Pendapat tersebut didasarkan atas asumsi bahwa:
Ayat-ayat yang menerangkan bahwa manusia diciptakan dari tanah tidak
berarti bahwa semua unsure kimia yang ada dalam tanah ikut mengalami reaksi kimia.
Hal itu seperti pernyataan bahwa tumbuh-tumbuhan bahan makanannya dari tanah,
karena tidak semua unsur kimia yang ada dalam tanah ikut diserap oleh tumbuh-
tumbuhan, tetapi sebagian saja. Oleh karena itu bahan-bahan pembentuk manusia
yang disebut dalam al-Quran hanya merupakan petunjuk manusia yang disebut dalam
al-Quran , hanya merupakan petunjuk dimana sebenarnya bahan-bahan pembentuk
manusia yaitu ammonia, menthe, dan air terdapat, yaitu pada tanah, untuk kemudian
bereaksi kimiawi. Jika dinyatakan istilah “Lumpur hitam yang diberi bentuk”
(mungkin yang dimaksud adalah bahan-bahan yang terdapat pada Lumpur hitam yang
kemudian diolah dalam bentuk reaksi kimia). Sedangkan kalau dikatakan sebagai
tembikar yang dibakar , maka maksudnya adalah bahwa proses kejadiannya melalui
oksidasi pembakaran. Pada zaman dahulu tenaga yang memungkinkan terjadinya
sintesa cukup banyak dan terdapat di mana-mana seperti panas dan sinar ultraviolet.
Ayat yang menyatakan ( zahir ayat ) bahwa jika Allah menghendaki sesuatu
jadi maka jadilah ( kun fayakun ), bukan ayat yang menjamin bahwa setiap yang
dikehendaki Allah pasti akan terwujud seketika. Dalam hal ini harus dibedakan antara
kalimat kun fayakun dengan kun fa kana. Apa yang dikehendaki Allah pasti terwujud
dan terwujudnya mungkin saja melalui suatu proses. Hal ini dimungkinkan karena
segala sesuatu yang ada didunia juga mengalami prosi yang seperti dinyatakan antara
lain dalam surat al-A’la 1-2 dan Nuh 14.
Jika diperhatikan surat Ali Imran 59 dimana Allah menyatakan bahwa
penciptaan Isa seperti proses penciptaan Isa seperti proses penciptaan Adam, maka
dapat menimbulkan pemikiran bahwa apabila isa lahir dari sesuatu yang hidup, yaitu
maryam, maka Adam lahir pula dari sesuatu yang hidup sebelumnya. Hal itu karena
kata “tsumma” yang berarti kemudian, dapat juga berarti suatu proses.
Perbedaan pendapat tentang apakah adam manusia pertama atau tidak,
diciptakan langsung atau melalui suatu proses tampaknya tidak akan ada ujungnya
karena masing-masing akan teguh pada pendiriannya. Jika polemik ini senantiasa
10
diperpanjang, jangan-jangan hanya akan menghabiskan waktu dan tidak sempat lagi
memikirkan tentang status dn tugas yang telah ditetapkan Allah pada manusia al-
Quran cukup lengkap dalam memberikan informasi tentang itu.
Untuk memahami informasi tersebut secara mendalam, ahli-ahli kimia,
biologi, dan lain-lainnya perlu dilibatkan, agar dalam memahami ayat-ayat tersebut
tidak secara harfiah. Yang perlu diingatkan sekarang adalah bahwa manusia oleh
Allah, diharapkan menjadi khalifah ( pemilih atau penerus ajaran Allah ). Status
manusia sebagai khalifah , dinyatakan dalam al-baqarah 30. kata khalifah berasal dari
kata khalafa yakhlifu khilafatan atau khalifatan yang berarti meneruskan, sehingga
kata khalifah dapat diartikan sebagai pemilih atau penerus ajaran Allah. Kebanyakan
umat Islam menerjemahkan dengan pemimpin atau pengganti, yang biasanya
dihubunkan dengan jabatan pimpinan umat islam sesudah Nabi Muhammad saw
wafat , baik pimpinan yang termasuk khulafaurrasyidin maupun di masa
Muawiyah-‘Abbasiah.
Perlu diingat bahwa istilah khalifah pernah dimunculkan Abu bakar pada
waktu dipercaya untuk memimpin umat islam. Pada waktu itu beliau mengucapkan
inni khalifaur rasulillah, yang berarti aku adalah pelanjut sunah rasulillah. Dalam
pidatonya setelah diangkat oleh umat islam, abu bakar antara lain menyatakan
“selama saya menaati Allah, maka ikutilah saya, tetapi apabila saya menyimpang ,
maka luruskanlah saya”. Jika demikian pengertian khalifah, maka tidak setiap
manusia mampu menerima atau melaksanakan kekhalifahannya. Hal itu karena
kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua orang mau memilih ajaran Allah.
Dalam penciptaannya manusia dibekali dengan beberapa unsure sebagai
kelengkapan dalam menunjang tugasnya. Unsur-unsur tersebut ialah :
jasad ( al-Anbiya’ : 8, Shad : 34 ). Jasad adalah bentuk lahiriah manusia,
Ruh (al-Hijr 29, As-Sajadah 9, Al-anbiya’ :91 dan lain-lain); Ruh
adalah daya hidup
Nafs (al-Baqarah 48, Ali Imran 185 dan lain-lain ) ; Nafs adalah
jiwa
11
Aqal ( al-Baqarah 76, al-Anfal 22, al-Mulk 10 dan lain-lain); Aqal
adalah daya fakir
Qolb ( Ali Imran 159, Al-Ara’f 179, Shaffat 84 dan lain-lain ).
Qolb adalah daya rasa.
Di samping itu manusia juga disertai dengan sifat-sifat yang negatif seperti
lemah ( an-Nisa 28 ), suka berkeluh kesah ( al-Ma’arif 19 ), suka bernuat zalim dan
ingkar ( ibrahim 34), suka membantah ( al-kahfi 54 ), suka melampaui batas ( al-‘Alaq
6 ) suka terburu nafsu ( al-Isra 11 ) dan lain sebagainya. Hal itu semua merupakan
produk dari nafs , sedang yang dapat mengendalikan kecenderungan negatif adalah
aqal dan qolb. Tetapi jika hanya dengan aqal dan qolb, kecenderungan tersebut belum
sepenuhnya dapat terkendali, karena subyektif. Yang dapat mengendalikan adalah
wahyu, yaitu ilmu yang obyektif dari Allah. Kemampuan seseorang untuk dapat
menetralisasi kecenderungan negatif tersebut ( karena tidak mungkin dihilangkan
sama sekali ) ditentukan oleh kemauan dan kemampuan dalam menyerap dan
membudayakan wahyu.
Berdasarkan ungkapan pada surat al-Baqarah 30 terlihat suatu gambaran
bahwa Adam bukanlah manusia pertama, tetapi ia khalifah pertama. Dalam ayat
tersebut, kata yang dipakai adalah jaa’ilun dan bukan khaaliqun. Kata khalaqa
mengarah pada penciptaan sesuatu yang baru, sedang kata ja’ala mengarah pada
sesuatu yang bukan baru,dengan arti kata “ memberi bentuk baru”. Pemahaman
seperti ini konsisten dengan ungkapan malaikat yang menyatakan “ apakah engkau
akan menjadikan di bumi mereka yang merusak alam dan bertumpah darah?”
ungkapan malaikat tersebut memberi pengertian bahwa sebelum adam diciptakan,
malaikat melihat ada makhluk dan jenis makhluk yang dilihat adalah jenis yang selalu
merusak alam dan bertumpah darah. Adanya pengertian seperti itu dimungkinkan,
karena malaikat tidak tahu apa yang akan terjadi pada masa depan, sebab yang tahu
apa yang akan terjadi dimasa depan hanya Allah.
Dengan demikian al-Quran tidak berbicara tentang proses penciptaan manusia
pertama. Yang dibicarakan secara terinci namun dalam ungkapan yang tersebar
adalah proses terciptanya manusia dari tanah, saripati makanan, air yang kotor yang
keluar dari tulang sulbi, alaqah, berkembang menjadi mudgah, ditiupkannya ruh,
12
kemudian lahir ke dunia setelah berproses dalam rahim ibu. Ayat berserak, tetapi
dengan bantuan ilmu pengetahuan dapat dipahami urutannya. Dengan demikian,
pemahaman ayat akan lebih sempurna jika ditunjang dengan ilmu pengetahuan.
Oleh karena al-Quran tidak bicara tentang manusia pertama. Biarkanlah para
saintis berbicara tentang asal-usul manusia dengan usaha pembuktian yang
berdasarkan penemuan fosil. Semua itu bersifat sekedar pengayaan saint untuk
menambah wawasan pendekatan diri pada Allah. Hasil pembuktian para saintis hanya
bersifat relatif dan pada suatu saat dapat disanggah kembali, jika ada penemuan baru.
Misalnya, mungkinkah penemuan baru itu dilakukan oleh ulama islam?.
Persamaan dan perbedaan manusia dengan makhluk lain Dibanding makhluk lainnya
manusai mempunyai kelebihan-kelebihan. Kelebihan-kelebihan itu membedakan
manusia dengan makhluk lainnya. Kelebihan manusia adalah kemampuan untuk
bergerak dalam ruang yang bagaimanapun, baik didarat, dilaut, maupun diudara.
Sedangkan binatang bergerak diruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang
bergerak didarat dan dilaut, namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa
melampaui manusia. Mengenai kelebihan manusia atas makhluk lain dijelaskan surat
al-Isra’ ayat 70.
Disamping itu, manusia diberi akal dan hati, sehingga dapat memahami ilmu
yang diturunkan Allah, berupa al-Quran menurut sunah rasul. Dengan ilmu manusia
mampu berbudaya.
Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya (at-Tiin : 95:4).
Namun demikian, manusia akan tetap bermartabat mulia kalau mereka
sebagai khalifah ( makhluk alternatif ) tetap hidup dengan ajaran Allah ( QS. Al-
An’am : 165 ). Karena ilmunya itulah manusia dilebihkan ( bisa dibedakan ) dengan
makhluk lainny. Jika manusia hidup dengn ilmu selain ilmu Allah, manusia tidak
bermartabat lagi. Dalam keadaan demikian manusia disamakan dengan binatang,
13
“mereka itu seperti binatang ( ulaaika kal an’aam ), bahkan lebih buruk dari binatang (
bal hum adhal ). Dalam keadaan demikian manusia bermartabat rendah.
1. PERINGKAT SATU
NUTFAH : iaitu peringkat pertama bermula selepas persenyawaan atau
minggu pertama. Ianya bermula setelah berlakunya percampuran air mani
Maksud firman Allah dalam surah al-Insan : 2
" Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari pada setitis air
mani yang bercampur yang Kami (hendak mengujinya dengan perintah dan
larangan), kerana itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat "
Menurut Ibn Jurair al-Tabari, asal perkataan nutfah ialah nutf ertinya
air yang sedikit yang terdapat di dalam sesuatu bekas samada telaga, tabung
dan sebagainya. Sementara perkataan amsyaj berasal daripada perkataan
masyj yang bererti percampuran
Berasaskan kepada makna perkataan tersebut maksud ayat di atas ialah
sesungguhnya Kami (Allah) menciptakan manusia daripada air mani lelaki
dan air mani perempuan.
Daripada nutfah inilah Allah menciptakan anggota-anggota yang
berlainan , tingkahlaku yang berbeza serta menjadikan lelaki dan perempuan.
Daripada nutfah lelaki akan terbentunya saraf, tulang dan fakulti , manakala
dari nutfah perempuan akan terbentuknya darah dan daging.
14
A- Sperma B-Sperma menembusi ovum
2. PERINGKAT KEDUA
ALAQAH : Peringkat pembentukan alaqah ialah pada hujung minggu
pertama/hari ketujuh . Pada hari yang ketujuh telor yang sudah disenyawakan
itu akan tertanam di dinding rahim (qarar makin). Selepas itu Kami mengubah
nutfah menjadi alaqah.Firman Allah :
" Kemudian Kami mengubah nutfah menjadi alaqah, al-Mukminun : 14
Kebanyakan ahli tafsir menafsirkan alaqah dengan makna segumpal
darah. Ini mungkin dibuat berasaskan pandangan mata kasar. Alaqah
sebenarnya suatu benda yang amat seni yang diliputi oleh darah. Selain itu
alaqah mempunyai beberapa maksud :
sesuatu yang bergantung atau melekat
pacat atau lintah
15
suatu buku atau ketulan darah
3. PERINGKAT KETIGA
MUDGHAH : Pembentukan mudghah dikatakan berlaku pada minggu
keempat. Perkataan mudghah disebut sebanyak dua kali di dalam al-Quran
iaitu surah al-Hajj ayat 5 dan surah al-Mukminun ayat 14
Firman Allah :
"lalu Kami ciptakan darah beku itu menjadi seketul daging"al-
Mukminun : 14
Diperingkat ini sudah berlaku pembentukan otak, saraf tunjang, telinga
dan anggota-anggota yang lain. Selain itu sistem pernafasan bayi sudah
terbentuk.Vilus yang tertanam di dalam otot-otot ibu kini mempunyai saluran
darahnya sendiri. Jantung bayi pula mula berdengup. Untuk perkembangan
seterusnya, darah mula mengalir dengan lebih banyak lagi kesitu bagi
membekalkan oksigen dan pemakanan yang secukupnya. Menjelang tujuh
minggu sistem pernafasan bayi mula berfungsi sendiri.
4. PERINGKAT KEEMPAT
IZAM DAN LAHM : Pada peringkat ini iaitu minggu kelima, keenam
dan ketujuh ialah peringkat pembentukan tulang yang mendahului
pembentukan oto-otot. Apabila tulang belulang telah dibentuk, otot-otot akan
membungkus rangka tersebut.
Firman Allah :
16
"Lalu Kami mengubahkan pula mudghah itu menjadi izam da
kemudiannya Kami membalutkan Izam dengan daging" al-Mukminun : 14
Kemudian pada minggu ketujuh terbentuk pula satu sistem yang
kompleks. Pada tahap ini perut dan usus , seluruh saraf, otak dan tulang
belakang mula terbentuk. Serentak dengan itu sistem pernafasan dan saluran
pernafasan dari mulut ke hidung dan juga ke pau-paru mula kelihatan. Begitu
juga dengan organ pembiakan, kalenjar, hati, buah penggang, pundi air
kencing dan lain-lain terbentuk dengan lebih sempurna lagi. Kaki dan tangan
juga mula tumbuh. Begitu juga mata, telinga dan mulut semakin sempurna.
Pada minggu kelapan semuanya telah sempurna dan lengkap.
Janin pada usia 12 minggu
5. PERINGKAT KELIMA
NASY'AH KHALQAN AKHAR : Pada peringkat ini yaitu
menjelang minggu kelapan , beberapa perubahan lagi berlaku. Perubahan pada
tahap ini bukan lagi embrio tetapi sudah masuk ke peringkat janin.Pada bulan
17
ketiga, semua tulang janin telah terbentuk dengan sempurnanya Kuku-
kukunya pun mula tumbuh. Pada bulan keempat, pembentukan uri menjadi
cukup lengkap menyebabkan baki pranatel bayi dalam kandungan hanya untuk
menyempurnakan semua anggota yang sudah wujud. Walaupun perubahan
tetap berlaku tetapi perubahannya hanya pada ukuran bayi sahaja.
Janin mendapat makanan melalui uri
6. PERINGKAT KE ENAM
NAFKHUR-RUH yaitu peringkat peniupan roh. Para ulamak Islam
menyatakan bilakah roh ditiupkan ke dalam jasad yang sedang berkembang?
Mereka hanya sepakat mengatakan peniupan roh ini berlaku selepas empat
puluh hari dan selepas terbentuknya organ-organ tubuh termasuklah organ
seks. Nilai kehidupan mereka telah pun bermula sejak di alam rahim lagi.
Ketika di alam rahim perkembangan mereka bukanlah proses perkembangan
fizikal semata-mata tetapi telahpun mempunyai hubungan dengan Allah s.w.t
melalui ikatan kesaksian sebagaimana yang disebutkan oleh Allah di dalam al-
Quran surah al-A'raf : 172. Dengan ini entiti roh dan jasad saling bantu
membantu untuk meningkatkan martabat dan kejadian insan disisi Allah SWT
Setetes Mani
Selama persetubuhan seksual, 250 juta sperma terpancar dari si laki-
laki pada satu waktu. Sperma-sperma melakukan perjalanan 5-menit yang sulit
di tubuh si ibu sampai menuju sel telur. Hanya seribu dari 250 juta sperma
yang berhasil mencapai sel telur. Sel telur, yang berukuran setengah dari
18
sebutir garam, hanya akan membolehkan masuk satu sperma. Artinya, bahan
manusia bukan mani seluruhnya, melainkan hanya sebagian kecil darinya. Ini
dijelaskan dalam Al-Qur'an :
"Apakah manusia mengira akan dibiarkan tak terurus? Bukankah ia hanya
setitik mani yang dipancarkan?" (QS Al Qiyamah:36-37)
Seperti yang telah kita amati, Al-Qur'an memberi tahu kita bahwa
manusia tidak terbuat dari mani selengkapnya, tetapi hanya bagian kecil
darinya. Bahwa tekanan khusus dalam pernyataan ini mengumumkan suatu
fakta yang baru ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern itu merupakan
bukti bahwa pernyataan tersebut berasal dari Ilahi.
Segumpal Darah Yang Melekat di Rahim
Ketika sperma dari laki-laki bergabung dengan sel telur wanita, intisari
bayi yang akan lahir terbentuk. Sel tunggal yang dikenal sebagai "zigot" dalam
ilmu biologi ini akan segera berkembang biak dengan membelah diri hingga
akhirnya menjadi "segumpal daging". Tentu saja hal ini hanya dapat dilihat
oleh manusia dengan bantuan mikroskop.
Namun, zigot tersebut tidak melewatkan tahap pertumbuhannya begitu
saja. Ia melekat pada dinding rahim seperti akar yang kokoh menancap di
bumi dengan carangnya. Melalui hubungan semacam ini, zigot mampu
mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu bagi pertumbuhannya.
(Moore, Keith L., E. Marshall Johnson, T. V. N. Persaud, Gerald C.
Goeringer, Abdul-Majeed A. Zindani, and Mustafa A. Ahmed, 1992, Human
Development as Described in the Qur'an and Sunnah, Makkah, Commission
on Scientific Signs of the Qur'an and Sunnah, s. 36)
Di sini, pada bagian ini, satu keajaiban penting dari Al Qur'an
terungkap. Saat merujuk pada zigot yang sedang tumbuh dalam rahim ibu,
Allah menggunakan kata "'alaq" dalam Al Qur'an:"Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah menciptakan
manusia dari 'alaq (segumpal darah). Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemurah." (QS Al 'Alaq:1-3)
19
Arti kata "'alaq" dalam bahasa Arab adalah "sesuatu yang menempel
pada suatu tempat". Kata ini secara harfiah digunakan untuk menggambarkan
lintah yang menempel pada tubuh untuk menghisap darah.
Pembungkusan Tulang oleh Otot
Sisi penting lain tentang informasi yang disebutkan dalam ayat-ayat Al
Qur'an adalah tahap-tahap pembentukan manusia dalam rahim ibu. Disebutkan
dalam ayat tersebut bahwa dalam rahim ibu, mulanya tulang-tulang terbentuk,
dan selanjutnya terbentuklah otot yang membungkus tulang-tulang ini.
"Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal
darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan
daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka
Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik" (QS Al Mu'minun:14)
Embriologi adalah cabang ilmu yang mempelajari perkembangan
embrio dalam rahim ibu. Hingga akhir-akhir ini, para ahli embriologi
beranggapan bahwa tulang dan otot dalam embrio terbentuk secara bersamaan.
Karenanya, sejak lama banyak orang yang menyatakan bahwa ayat ini
bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Namun, penelitian canggih dengan
mikroskop yang dilakukan dengan menggunakan perkembangan teknologi
baru telah mengungkap bahwa pernyataan Al Qur'an adalah benar kata demi
katanya.
Penelitian di tingkat mikroskopis ini menunjukkan bahwa
perkembangan dalam rahim ibu terjadi dengan cara persis seperti yang
digambarkan dalam ayat tersebut. Pertama, jaringan tulang rawan embrio
mulai mengeras. Kemudian sel-sel otot yang terpilih dari jaringan di sekitar
tulang-tulang bergabung dan membungkus tulang-tulang ini.Peristiwa ini
digambarkan dalam sebuah terbitan ilmiah dengan kalimat berikut: Dalam
minggu ketujuh, rangka mulai tersebar ke seluruh tubuh dan tulang-tulang
mencapai bentuknya yang kita kenal. Pada akhir minggu ketujuh dan selama
minggu kedelapan, otot-otot menempati posisinya di sekeliling bentukan
tulang. (Moore, Developing Human, 6. edition,1998.)
20
D. Komponen Penting Dalam diri Manusia
Sesungguhnya manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah paling
sempurna dibandingkan dengan machluk yang lainya, termasuk diantaranya
Malaikat, Jin, Iblis, Binatang, dllnya. Tetapi kita sendiri sebagai manusia tidak
tahu atau tidak kenal akan diri kita sendiri sebagai manusia. Untuk itu marilah
kita pelajari diri kita ini sebagai manusia, Siapa diri kita ini? Dari mana
asalnya? Mau kemana nantinya? Dan yang paling penting adalah bagaimana
kita menempuh kehidupan didunia ini supaya selamat didunia dan achkirat
nanti?
Sebenarnya manusia itu terdiri atas 3 unsur yaitu:
1. Jasmani.
Terdiri dari Air, Kapur, Angin, Api dan Tanah.
2. Ruh.
Terbuat dari cahaya (NUR). Fungsinya hanya untuk menghidupkan
jasmani saja.
3. Jiwa.(An Nafsun/rasa dan perasaan).
Terdiri atas 3 unsur:
o Syahwat/Lawwamah (darah hitam), dipengaruhi sifat Jin,
sifatnya adalah: Rakus, pemalas, Serakah, dll
(kebendaan/materialis)-menjadi beban masyarakat.
o Ghodob/Ammarah ( Darah merah ), dipengaruhi oleh sifat
Iblis, Sifatnya adalah: Sombong, Merusak, Angkara murka dll
(Menentang)-Menjadi pengacau masyarakat.
o Natiqoh/Muthmainah (darah Putih), Dipengarui sifat
malaikat, Sifatnya adalah: Bijaksana, Tenang, Berbudi luhur,
Berachlak Tinggi dan Mulia- Menciptakan kedamaian dan
kasih sayang.
Alat dari pada Jiwa yaitu otak, yang terdiri atas 3 bagian juga:
1. Akal (timbangan) haq atau bathil
21
2. Pikir (hitungan) Untung rugi
3. Zikir (ingatan) Ingat Allah
Jadi kalau diibaratkan mobil maka jasmani ini adalah Body daripada
mobil sedangkan Ruh sebagai Accu yang sifatnya hanyalah sebagai yang
menghidupkan saja dan Jiwa adalah sopir atau yang mengendalikan dari pada
mobilnya dimana dialah yang bertanggung jawab atas keselamatan dari pada
mobil itu sendiri. Jadi Disini jelaslah bahwa yang dikatakan manusia itu
adalah Jiwanya dimana dialah yang bertanggung jawab atas
perbuatanya. Machluk machluk yang diciptakan Allah ( dimana ada yang
menjadi musuh atau lawan manusia yaitu Iblis dan Jin kafir.)
Ada 6 makhluk yaitu:
1. Malaikat, Dari Nur (cahaya) menerangi/mengawasi manusia.
2. Iblis, Dari Nar (Api), sifatnya merusak, merupakan musuh manusia.
3. Jin, Dari asap yang beracun, sifatnya memabukan, merupakan
penggoda dan juga membantu manusia.
4. Tumbuhan, Hanya mempunyai naluri, berfaedah, untuk kebutuhan
manusia.
5. Hewan, Syahwat dan ghodob, berfaedah untuk kepentingan manusia.
6. Manusia, Sebagai pengatur alam, pengurus dunia(khalifah rachmatan
lil alamin).
Corak corak Manusia:
Mu'min
Kafir
Munafi
Perjalanan Kehidupan Manusia:
1. Alam Arwah/Ruh, Masih didalam alam suci/taqdir ketentuan
2. Alam Rahim, Didalam Kandungan Ibu/Qadarditentukan
3. Alam Dunia/Alam Qodho, Penyelesaian/Untuk sementara
4. Alam Kubur/Alam Barzah, Dalam tahanan alam Kubur/prefentif
22
5. Alam Mizan, Timbangan Alam dibangkitkanya kembali Manusia
6. Yaumil Ma'lum ( Hari Pengumuman/Keputusan), Sorga bagi yang
beramal baik; Neraka bagi yang beramal buruk
E. Tugas Manusia
Allah yang telah menciptakan manusia menginformasikan bahwa
tujuan diciptakannya manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya,
sebagaimana firman Allah;
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku. (adz-Dzariyat:56)
Ayat di atas dibuka dengan huruf naïf “maa” yang berarti tidak. Kata
ini menafika segala kata yang terletak di depannya, dalam hal ini adalah
penciptaan jin dan manusia. Selanjutnya kita dapati kata pengecualian dari
peniadaan di awal yaitu “illa” (kecuali), yang berfungsi untuk menetapkan
sesuatu yang telah dinafikan, yaitu penciptaan. Terakhir kali menerangkan
bahwa penetapan itu berkaitan dengan tujuan penciptaan yaitu untuk
beribadah kepada Allah. Susunan kalimat demikian itu bisa difahami bahwa
tujuan dari penciptaan jin dan manusia tiada lain adalah untuk beribadah
kepada Allah. Dan manusia tidak diijinkan untuk mengisi kehidupannya selain
untuk beribadah kepada Allah saja. Firman Allah;
23
Katakanlah: Sesungguhnya sembah yangku, ibadatku, hidupku dan
matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya;
dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan Aku adalah orang yang
pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”. (al-An’am;162-163)
Hanya saja ibadah di sini tidak bisa difahami sebagai bentuk ritual
berhubungan dengan Allah saja. Ibnu Taimiyah mengartikan ibadah sebagai
segala sesuatu yang disukai dan diridlai oleh Allah baik berupa berupa amal
dhahir seperti ucapan dan perbuatan maupun amal bathin. Sedangkan Abul
A’la al-Maududi mengatakan bahwa ibadah adalah, “Takut Anda kepada
Allah dalam seluruh urusan hidup Anda pada setiap waktu, sikap Anda
menjadikan keridlaan Allah sebagai tujuan Anda, kesediaan Anda mematuhi
undang-undang-Nya, penolakan Anda terhadap keuntungan yang Anda
peroleh atau mungkin Anda peroleh dengan mendurhakai-Nya, dan kesabaran
Anda atas tiap-tiap kerugian yang menimpa Anda karena taat kepada-Nya.
Berdasarkan dua rumusan ibadah tersebut, dapat diketahui bahwa
ibadah dalam Islam mencakup ibadah yang khusus dan ibadah umum. Ibadah
khusus adalah ibadah yang hanya memiliki dimensi fertikal, berkaitan dengan
tata cara berhubungan dengan Allah secara langsung seperti shalat, do’a puasa
dan lain-lain. Sedangkan ibadah umum adalah ibadah yang juga memiliki
dimensi horizontal, berkaitan dengan hubungan sesama makhluk, disamping
dimensi fertikal, seperti jual beli, mendidik anak, membantu fakir miskin dan
lain-lain.. Jadi dalam Islam tidak ada sesuatu yang lepas dari hubungan dengan
Allah.
F. Kedudukan manusia; sebagai khalifah
Selain bertugas sebagai hamba yang harus selalu mengabdi, manusia hidup di
dunia memiliki kedudukan terhadap makhluk-makhluk yang lainnya. Fungsi ini
dinamakan dengan fungsi kekhalifahan (khilafah), sebagaimana disebutkan di dalam
firman Allah;
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” (al-baqarah:30)
24
Khalifah secara bahasa berarti pengganti atau wakil. Maka manusia di muka
bumi ini menjadi khalifah Allah, atau wakil Allah. Ibnu Jarir at-Thabari menjelaskan,
bahwa Allah mengangkat manusia sebagai khalifah-Nya untuk menggantikan Allah
dalam memutuskan perkara secara adil terhadap makhluk-makhluk Allah.
Dr. Quraisy Syihab menjelaskan tentang kekhalifahan ini, “Ia berkewajiban
untuk menciptakan suatu masyarakat yang hubungannya dengan Allah baik,
kehidupan masyarakatnya harmonis, dan agama, akal dan budayanya terpelihara”.
Pengangkatan manusia sebagai khalifah ini berkaitan dengan anugerah sifat
ketuhanan kepada manusia, di antaranya adalah kehendak (iradah). Manusia yang
bebas berkehendak dan bebas memilih ini diuji oleh Allah, mau berkehendak yang
sesuai dengan Dzat yang mewakilkan atau tidak. Dan kelak manusia akan dimintai
pertanggungjawaban oleh Allah atas jabatannya sebagai khalifah itu di akhirat.
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Manusia adalah makhluk (ciptaan Tuhan) yang tampak, bertanggung jawab
terhadap perbuatannya, dan diberi anugerah sifat-sifat ketuhanan
2. Hakikat manusia menurut Allah adalah makhluk yang dimuliakan, dibebani
tugas, bebas memilih dan bertanggung jawab
3. Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi
nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling
sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Oleh karena itu, manusia
wajib bersyukur atas karunia yang telah diberikan Allah Swt.
4. Manusia itu terdiri atas 3 unsur yaitu: Jasmani (Terdiri dari Air, Kapur,
Angin, Api dan Tanah), Ruh (Terbuat dari cahaya (NUR). Fungsinya hanya
untuk menghidupkan jasmani saja), Jiwa (An Nafsun/rasa dan perasaan).
5. Allah yang telah menciptakan manusia menginformasikan bahwa tujuan
diciptakannya manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya, sebagaimana
firman Allah;
B. Saran
Sebagai manusia kita harus menjadi Makhluk yang terbaik, dalam hal dunia
maupun akhirat, dan terlebih kita harus selalu ingat kepada Allah SWT agar tidak
tersesat dikemudian hari. Amin
26
DAFTAR PUSTAKA
Al – Qur’an
Al – Hadits
http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=582
http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=38
www.alsofwah.or.id
http://www.mail-archive.com/radioliner@yahoogroups.com/msg00932.html
27
top related