status fisiologis dan profil eritrosit kambing …
Post on 28-Nov-2021
6 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
STATUS FISIOLOGIS DAN PROFIL ERITROSIT
KAMBING INDUK PE DAN F1 BoerPE STUDI KASUS
UNTUK PERBAIKAN POLA MANAJEMEN KAMBING
CROSS BREEDING
SKRIPSI
Oleh :
ANANDA OCTA LUTFIA
NPM. 216.01.04.1067
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG MALANG
2020
ii
STATUS FISIOLOGIS DAN PROFIL ERITROSIT
KAMBING INDUK PE DAN F1 BoerPE STUDI KASUS
UNTUK PERBAIKAN POLA MANAJEMEN KAMBING
CROSS BREEDING
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Peternakan (S.Pt.)
Pada Fakultas Peternakan Universitas Islam Malang
Oleh :
ANANDA OCTA LUTFIA
NPM. 216.01.04.1067
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
MALANG
2020
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisa perbandingan dan perbedaan nilai
eritrosit, denyut jantung dan pernapasan induk Kambing PE dangenerasi F1 crossbreeding Kambing
Boer jantan. Materi yang digunakan adalah Kambing induk PE dan Kambing F1 BoerPE. Studi
Kasus untuk Perbaikan Pola Manajemen Kambing Cross Breeding, kambing PE yang berumur 4
tahun bisa dikatakan sebagai induk dan Kambing berumur 14 bulan dari bangsa F1 BoerPE. Metode
yang digunakan adalah metode studi kasus dengan data deskriptif. Sampel yang memiliki kerteria
yaitu kambing yang memiliki hubungan kekerabatan langsung antara lain induk Kambing PE
dengan generasi F1 BoerPE yang. Nilai eritrosit merupakan variabell yang di amati dalam penelitia,
denyut jantung dan frekuensi pernapasan. Tabel Uji t merupakan analisis data yang tidak
berpasangan. Hasil dari Uji t diperoleh bahwa nilai Eritrosit Induk PE adalah 1,286 106/Mm3 dan
generasi F1 Boer PE nya adalah 1,188 106/Mm3 menyatakan Induk PE (P>0,05) tidak berbeda nyata
terhadapp generasi F1 BoerPE, nilai denyut jantung induk PE 70,96 kali/menit dan nilai pada
generasi F1 BoerPE 60,32 kali/menit (P<0,05) menyatakan bahwa berbeda nyata dan frekuensi
pernapasan memiliki nilai pada induk PE yaitu 51,46 kali/menit dan pada generasi F1 BoerPE adalah
55,96 kali/menit ini (P>0,05) menunjukkan tidak berbeda nyata. Kesimpulan penelitian ini
berkesimpulan bahwa Nilai Eritrosit dan frekuensi pernapasan pada kambing induk dan anak
menunjukkan nilai yang relatif sama sedangkan nilai denyut jantung keduanya menunjukkan nilai
yaitu berbeda nyata.
Kata Kunci: Eritrosit, pernapasan, denyut jantung, BoerPE, Kambing Induk PE
ABSTRACT
This study is meant to know and analyze the difference of the erythrocytes, heartbeat, and
respiration of the Ettawa breeder and the F1 crossbreeding generation of the male boer goat. The
materials that have being used are PE breeder and F1 boer goat. The case study is used to improve
the management pattern of crossbreeding, 4 years as the breeder and the 14 months F1 Boer goat.
The method that used in this study was explained as descriptive data. The sample criteria for this
study are including PE breeder and F1 BoerPE that still on the same bloodline. The observed
variable are including erythrocytes points, heart rate, and respiratory rate. Data analysis is scored
by t test table non-paired. From the t test there were obtained couple of resulst such as; erythrocytes
points from PE breeders 1,286 106/Mm3 and F1 BoerPE 1,188 106/Mm3. It is clearly stated that PE
breeder is not significantly different (P>0,05) with F1 BoerPE. Heart rate from PE breeder is 70,96
beats/minute and for F1 BoerPE is 60,32 beats/minute stated that it is significantly different
(P<0,05). On the other hand, the respiratory rate of PE breeder is 51,46 beats/minute while for F1
BoerPE is 55,96 beats/minute showed that it is not significantly different (P>0,05). In conclusion,
the erythrocytes and respiratory rates of PE breeder and F1 Boerpe showed that it is not
significantly different, while both the heart rates showed that it is significantly different.
Keywords: Erythrocytes, respiratory, heart rate, BoerPE, PE breeder
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kambing Boer berasal di Afrika Selatan telah menjadi ternak yang
ter-registrasiselama lebih dari 65 tahun. Kata "Boer" artinya petani. Secara
umum Kambing Boer mempunyai tanda-tanda yang jelas yaitu: tanduk
melengkung keatas dan kebelakang, telinga lebar dan menggantung,
hidung cembung, rambut relatif pendek sampai sedang. Kambing Boer
merupakan satu-satunya kambing pedaging yang sesungguhnya, yang ada
di dunia karena pertumbuhannya yang cepat.Kambing Peranakan Ettawa
(PE) merupakan kambing hasil persilangan antara Kambing Ettawa (asal
India) dengan Kambing Kacang. Kambing ini tersebar hampir di seluruh
Indonesia. Penampilannya mirip Kambing Ettawa, tetapi lebih kecil
(Davendra dan Burns, 1994)
Kambing PE merupakan kambing tipe dwiguna, yaitu sebagai
penghasil daging dan susu (Perah). Peranakan yang penampilannya mirip
Kambing Kacang disebut Bligon atau Jawarandu yang merupakan tipe
pedaging. Ciri-ciri Kambing PE: telinga panjang dan terkulai, panjang
telinga 18–30 cm, warna bulu bervariasi dari coklat muda sampai hitam.
Bulu kambing PE jantan bagian atas leher dan pundak lebih tebal dan agak
panjang. Bulu kambing PE betina pada bagian paha panjang. Berat badan
kambing PE jantan dewasa 40 kg dan betina 35 kg, tinggi pundak 76-100
cm, (Achjadi, 2007) sedangkan Kambing Boer satu-satunya kambing tipe
pedaging yang pertumbuhannya sangat cepat yaitu 0,2-4 kg per hari dan
bobot tubuh pada umur 5-6 bulan dapat mencapai 35-45 kg dan siap untuk
dipasarkan. Presentase daging pada karkas kambing Boer mencapai 40%-
-50% dari berat badannya (Ted dan Shipley, 2005). Bobot tubuh kambing
Boer jantan umur 8 bulan dapat mencapai 64 kg, umur 12 bulan 92 kg,
sedangkan pada saat dewasa bobot tubuhnya dapat mencapai sekitar
114—116 kg. Pertumbuhan kambing Boer dapat mencapai 250 g/hari
(Barry and Godke, 1991).
Saat ini di Indonesia, Kambing PE dianggap sebagai kambing
dwiguna, namun pertumbuhannya relatif lambat, yaitu pertambahannya
sekitar 30-65 g/hari dan bobot hidup pada umur satu tahun baru mencapai
sekitar 14-17 kg. Usaha peningkatan produktivitas ternak pada dasarnya
dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu perbaikan faktor genetik dan
perbaikan faktor lingkungan.
Faktor genetik merupakan potensi atau kemampuan yang dimiliki
oleh ternak, sedangkan faktor lingkungan merupakan kesempatan yang
diperoleh ternak tempat ternak itu berada. Usaha perbaikan faktor
lingkungan seperti perbaikan kualitas dan kuantitas pakan telah banyak
dilakukan.
Salah satu cara untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu genetik
kambing adalah dengan seleksi ataupun pembentukan bangsa baru melalui
introduksi gen dari luar. Usaha ini belum banyak dilakukan secara intensif
di Indonesia. Pembentukan bangsa baru, pada umumnya dilakukan dengan
cara perkawinan ternak dari bangsa berbeda (Crossbreeding) yang disertai
dengan kegiatan seleksi. Metode ini merupakan cara yang cepat untuk
meningkatkan laju pertumbuhan ternak.
Perkawinan silang Kambing Boer ras murni dengan Kambing PE
lokal diharapkan dapat meningkatkan produktivitas kambing lokal.
Peningkatan kualitas crossbreeding akan dicapai dengan penerapan
program pemuliaan yang ditargetkan dan berkelanjutan. Evaluasi potensi
genetik BoerPE F1 jantan dengan mengidentifikasi kinerja produksi dan
analisis genetik potensi tipe daging.
Kondisi lingkungan yang terlalu panas atau terlalu dingin serta
kelembaban yang tinggi dapat memengaruhi respon fisiologi ternak. Salah
satu faktor lingkungan yang mempengaruhi produktivitas ternak ialah iklim.
Iklim satu lokasi adalah satu rantaian keadaan sistem iklim yang lebih
besar, maka perubahan dalam suatu iklim akan mengakibatkan perubahan
kepada sistem iklim yang lebih besar yang secara nyata mempengaruhi
respon fisiologis ternak, seperti suhu rektal, frekuensi pernapasan, dan
denyut jantung. suhu lingkungan panas maka terjadi peningkatan denyut
jantung dan frekuensi pernapasan sehingga panas tubuh langsung
diedarkan oleh darah kepermukaan kulit untuk dikeluarkan secara radiasi,
konveksi, konduksi, maupun evaporasi (penguapan). Beban panas yang
tinggi akan direspon oleh kambing dan selanjutnya akan mengaktifkan
sistem thermoregulasi agar suhu tubuhnya tetap berada pada kisaran
normal.
Upaya yang dilakukan kambing untuk mempertahankan agar suhu
tubuhnya tetap berada pada kondisi normal antara 38,5-40,5⁰C adalah
dengan cara melepaskan panas melalui saluran pernapasan, sehingga
semakin besar beban panas yang diterimanya maka akan semakin banyak
juga panas yang harus dilepaskan. Pelepasan panas melalui saluran
pernapasan ditunjukkan oleh respirasi, semakin banyak panas yang
dilepaskan oleh kambing tersebut maka akan semakin tinggi respirasinya,
untuk menurunkan kenaikan suhu tubuh agar mencapai suhu tubuh normal,
ternak melakukan pembuangan panas dari tubuh dengan cara
meningkatkan frekuensi pernapasan.
1.2 Rumusan Masalah
Berapakah nilai perbedaan frekuensi respirasi, denyut jantung dan
profil eritrosit pada Kambing induk PE dan F1 BoerPE.
1.3 Tujuan penelitian
Tujuan penelitian yang digunakan adalah :
1. Menganalisa profil darah khususnya eritrosit padainduk Kambing PE
dengan Kambing F1 BoerPE untuk mengetahui metabolisme pada
kambing tersebut
2. Menganalisa status fisiologi induk Kambing PE dengan Kambing F1
BoerPE untuk acuan keunggulan bibit.
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai acuan pemilihan bibit calon
pejantan yang baik dan unggul.
1.5 Hipotesis
Hipotesis yang pada penelitian ini adalah :
1. Diduga persilangan Kambing Boer dan induk PE menghasilkan bibit
yang unggul dibandingkan induk Kambing PE.
2. Metabolisme dan status fisiologis Kambing F1 BoerPE jantan lebih
baik.
BAB VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Nilai Eritrosit dan frekuensi pernapasan pada kambing induk dan
anak menunjukkan nilai yang relatif sama sedangkan nilai denyut jantung
keduanya menunjukkan nilai yaitu berbeda nyata.
6.2 Saran
Saran untuk penelitian ini :
1. Memilih kambing Crossbreed dengan produktivitas tinggi dan
metabolisme yang maksimal dapat dibantu dengan melihat profil
Eritrosit.
2. Dilakukan penelitian lanjutan untuk memperkuat jumlah nilai
frekuensi pernapasan dan denyut jantung kambing Generasi F1
hasil crossbreeding Pejantan Boer dan Induk PE dengan memeriksa
secara berkala.
DAFTAR PUSTAKA
Achjadi. 2007. Tinjauan Pustaka.
http://digilib.unila.ac.id/12545/6/9.%20I.pdf. Diakses pada
tanggal 8 Juli 2020
Anonimus. 2001. Asal Usul dan Keunggulan Kambing Ettawa. https://www.kompasiana.com/4g/5929d3ffb79373de116bde42/asalusul-dan-keunggulan-kambing-etawa?page=all. Diakses pada tanggal 11 Oktober 2019
.2015a. Beberapa Teknik Dalam Statistik. http://www.zakymedia.com/2015/03/beberapa-teknik-dalam statistik.html. Diakses pada tanggal 08 Desember 2019 .2015b.Eritrosit.https://www.edubio.info/2015/04/eritrosit-dan-hemoglobin.html. Diakses pada tanggal 17 Juni 2020
Anonimus .2017. Peranakan Etawa
https://www.peternakankita.com/beternak-kambing-pe-peranakan-etawa/. Diakses pada tanggal 08 Desember 2019
Alfiansyah, M. 2011. Macam dan Jenis Tulang Berdasarkan Bentuknya. http://www.sentraedukasi.com/2011/07/macam-jenis-tulang-berdasarkanbentuknya.html.Diakses pada tanggal 10 Oktober 2019
Amali, Humaidah, Suryanto. 2020.Analisis Stress Fisiologis Inseminasi Buatan Intracervical Kambing PE Melalui Pemeriksaan Status Faali. Skripsi Peternakan, Dosen Fakultas Peternakan Universitas Islam Malang. Malang
Arif Q dan Madi H 2019. Respons Fisiologis Dan Ketahanan Panas Kambing Boerawa Dan Peranakan Ettawa Pada Modifikasi Iklim Mikro Kandang Melalui Pengkabutan.Department of Animal Husbandry, Faculty of Agriculture, University of Lampung. Lampung
Awabien, L. R. 2007.Respon Fisiologis Domba yang diberi Minyak Ikan dalam Bentuk Sabun Kalsium. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Barry, D. M and R. A. Godke. 1991. The Boer Goat: The Potential For Cross
Breeding. Proc. National Symp. Goat Meat Production and Marketing. Oklahoma, USA. pp. 180 – 189.
Eko M, Sri S, Bambang S, Ariani T M 2019. Profil Darah Kambing
Peranakan Etawa Jantan Muda Yang Disuplementasi Daun Tanaman Dalam Konsentrat. Universitas Tribhuwana Tunggadewi, Malang
Davendra dan Burns. 1994. Tinjauan Pustaka . http://docplayer.info/50220057-
Bab-ii-tinjauan-pustaka-kambing-boer-berasal-dari-afrika-selatan-yang-merupakan-hasil-persilangan.html. Diakses pada tanggal 8 Juli 2020
Dewi A,W. I Gusti L,K. Ni Putu, S. I Nyoman, dan A. Made, D. 2015.
Pemuliaan Ternak. Bahan ajar. Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Bali.
Duke’s, N. H. 1995. The Physiology of Domestic Animal. Comstock Publishing. New York.
Frandson, J. M. 1992. Anatomi Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta. Hesty Rahayu, Roslizawaty, Amiruddin, Zuhrawaty, T. Fadrial Karmil. 2017.
Jumlah Eritrosit Kadar Hemoglobin Dan Nilai Hematokrit Kambing Kacang Betina Di Kecamatan Koto Xi Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 2Laboratorium Klinik Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
Ihsan M.N., 2010. Pengembangan Kambing dengan Inseminasi Buatan
(Kendala Dan Solusinya). Pidato Pengukuhan Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang..
I.H. Prasojo, S.Dartosukarno dan A. Purnomoadi. 2014. Respon Fisiologis
Domba Lokal Jantan Yang Diberi Pakan Dengan Waktu
Berbeda. Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas
Diponegoro. Semarang
Iskandar.2006.TinjauanPustaka.http://ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pl
uginfile.php/19322/mod_resource/content/1/Ragam%20Perkawinan%20di%20Luar%20Kerabat.pdf. Diakses pada tanggal 08 Desember 2019
Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. Kanisius. Yogyakarta Isroli, S.A.B. Santoso dan N. Haryati. 2004. Respon Termoregulasi dan
Kadar Urea Darah Domba Garut Betina yang Dipelihara Di
Dataran Tinggi Terhadap Pencukuran Wool. J. Pengembangan Peternakan Tropis. 2 (1): hal:126-131.
Karstan, A. H. 2006. Respon Fisiologis Ternak Kambing yang
Dikandangkan dan Ditambatkan Terhadap Konsumsi Pakan dan Air Minum. J. Agroforestri.
Kentjonowaty. Humaidah. Wadjdi. Susilowati 2018. Evaluation Of BoerPE
Goat Study Production Potentials Based On The Performance Of Its Cross Breeding ResultsAnd Genetic Analysis. Fakultas Peternakan Universitas Islam,Malang
Mayulu. 2012. Tinjauan Pustaka
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37522/4/Chapter%20II.pdf. Diakses pada tanggal 08 Desember 2019
Ganong. 1999. Tinjauan Pustaka http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37522/4/Chapter%20II.pdf. Diakses pada tanggal 08 Desember 2019
Guyton. 1997. Tinjauan Pustaka
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37522/4/Chapter%20II.pdff. Diakses pada tanggal 08 Desember 2019
Mahmilia, F. dan A. Tarigan. 2004. Karakteristik Morfologi dan Performans Kambing Kacang, Kambing Boer dan Persilangannya. Pros. Lokakarya Nasional Kambing Potong. Bogor, 6 Agustus 2004. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor
Mason, I.G. 1988. World Dictionary of Livestock Breeds. CAB International. Miles City. Montana
Naiddin, A., M.N. Rokhmat, S. Dartosukarno, M. Arifin dan A. Purnomoadi. 2010. Respon Fisiologis dan Profil Darah Sapi Peranakan Ongole (PO) Yang Diberi Pakan Ampas Teh dengan Level Yang Berbeda. Dalam: L. H. Prasetyo, L. Natalia, dan S. Iskandar (Eds). Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner Ramah Lingkungan dalam Mendukung Program Swasembada Daging dan Peningkatan Ketahanan Pangan. Bogor 3-4 Agustus 2014. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor.
Nuriyasa,I. M. 2017. Adaptasi Ternak (DIKTAT). Program Studi Peternakan. Fakultas Peternakan Universitas Udayana. Denpasar.
Shipley.2005.TinjauanPustaka.http://digilib.unila.ac.id/1142/3/BAB%20II.df Diakses pada tanggal 2 Februari 2020
Suherman, D. 2014. Efek Waktu Pemberian Pakan dan Level Energi Terhadap Cekaman Panas Berdasarkan Suhu Rektal dan Kulit Sapi Dara Fries Holland. Jurnal Sains Peternakan Indonesia
Sutama dan Budiarsana. 2009. Tinjauan Pustaka http://eprints.umm.ac.id/38944/3/BAB%20II.pdf. Diakses pada tanggal 2 Februari 2020
Sutama, I.K. (2007). Pengembangan kambing perah: suatu alternatif peningkatan produksi susu dan kualitas konsumsi gizi keluarga di pedesaan. Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII, Balai Penelitian Ternak Bogor.
Smith, J.B. dan S. Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Universitas Indonesia Press.Jakarta
Soebakti, 1980. Pemeriksaan Antemortem.
https://www.scribd.com/document/365634300/Pemeriksaan-antemortem. Diakses Pada Tanggal 12 November 2019
T. Nelvita, A. Purnomoadi, dan E. Rianto.2018.Pemulihan Kondisi Fisiologis, Konsumsi Pakan dan Bobot Badan Domba Ekor Tipis pada Umur Muda dan Dewasa Pasca Transportasi pada Siang Hari. Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro Semarang. Semarang
Ted dan Shipley . 2005. Tinjauan Pustaka.
http://digilib.unila.ac.id/1142/3/BAB%20II.pdf. Diakses pada tanggal 6 februari 2020
Wuryanto, I.P.R., L.M.Y.D. Darmoatmodjo, S. Dartosukarno, M. Arifin dan
A. Purnomoadi. 2010. Produktivitas, Respon Fisiologis dan Perubahan Komposisi Tubuh Sapi Jawa yang Diberi Pakan dengan Tingkat Protein Berbeda. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor 3-4 Agustus 2010. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor.
Williams. 1987. Tinjauan Pustaka http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37522/4/Chapter%20II.pdf. Diakses pada tanggal 08 Desember 2019
top related