praktikum pengenceran suatu larutan
Post on 10-Aug-2015
3.955 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul percobaan
Pengenceran Suatu Larutan
B. Tujuan praktikum
Melatih menggunakan labu ukur di dalam membuat pengenceran atau suatu
larutan.
1
BAB II
METODE
A. Alat dan Bahan
Alat:
Tabung reaksi
Labu ukur 100 ml
Pipet ukur
Propipet
Penjepit
Bahan:
Aquades
H2SO4 pekat 96% 3 ml
HCl 0,1 N 10 ml
2
B. Cara Kerja
Pengenceran HCl 0.1 N
Pengenceran H2SO4 96%
3
Larutan HCl 0,1 N diambil dengan menggunakan pipet ukur
sebanyak 10 ml
Larutan HCl 0,1 N 10 ml dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml
Larutan HCl 0,1 N 10 ml ditambah dengan aquades sampai
dengan batas leher labu ukur
Normalitas HCl 0,1 N setelah pengenceran dihitung
Aquades sebanyak 7 ml diambil dan dimasukkan ke dalam
tabung reaksi
Suhu awal di catat
Larutan H2SO4 96% sebanyak 3 ml ditambahkan ke dalam
tabung reaksi secara perlahan melalui dinding
Perubahan panas yang terjadi diamati dan di catat
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Percobaan
Dari percobaan yang telah dilakukan, yaitu mengenai pengenceran HCl
0.1 N 10 ml dan H2SO4 pekat 3 ml didapatkan hasil sebagai berikut,
HCl 0,1 N
Pengamatan Sebelum Pengenceran Setelah Pengenceran
Volume HCl 10 ml 100 ml
Konsentrasi 0,1 N 0,01 N
H2SO4 pekat
Pengamatan Sebelum Pengenceran Setelah Pengenceran
Suhu Standar panas
Volume H2SO4 3 ml 10 ml
Konsentrasi 96% 28,8%
B. Pembahasan
Dalam kehidupan sehari-hari kegiatan pengenceran selalu terjadi,
misalnya ketika ibu sedang memasak di dapur, apabila sayur yang disiapkan
ternyata terlampui asin, maka ibu kembali menambahkan air ke dalam sayur
tersebut. Demikian juga ketika kita mempersiapkan air teh manis, kadang-
kadang yang kita persiapkan terlampau manis sehingga kita akan
menambahkan air ke dalamnya atau sebaliknya, air teh yang kita persiapkan
kurang manis, sehingga kita menambahkan gula ke dalamnya. Dari dua
kejadian di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa pengenceran adalah
4
berkurangnya rasio zat terlarut di dalam larutan akibat penambahan pelarut
(Zulfikar, 2009).
Sebaliknya pemekatan adalah bertambahnya rasio konsentrasi zat
terlarut di dalam larutan akibat penambahan zat terlarut. Dalam laboratorium
kimia selalu terjadi kegiatan pengenceran dan umumnya tersedia zat padat
atau larutan dalam konsentrasi yang besar atau dengan tingkat kemurnian
yang tinggi (Zulfikar, 2009). Sehingga pengenceran bertujuan untuk
mengurangi konsentrasi zat terlarut dengan penambahan pelarut.
Dalam melakukan proses pengenceran, penambahan lebih banyak
pelarut ke dalam sejumlah tertentu larutan stok akan mengubah (mengurangi)
konsentrasi larutan tanpa mengubah jumlah mol zat terlarut yang terdapat
dalam larutan sehingga, mol zat terlarut sebelum pengenceran = mol zat
terlarut sebelum pengenceran (Chang, 2005). Unsur yang paling penting
menentukan keadaan bahan dalam larutan adalah pelarut, sedangkan
komponen yang ditemukan dalam jumlah sedikit dinamakan zat terlarut.
Larutan yang menggunakan air sebagai pelarut dinamakan larutan dalam air
atau aqueos. Larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah banyak
disebut larutan pekat. Jika jumlah zat terlarut sedikit, larutan disebut larutan
encer (Petrucci, 1987).
Cara pengenceran yaitu dengan menggunakan labu ukur dimana zat
yang terlarut ditambahkan sejumlah pelarut hingga mencapai batas leher pada
labu ukur. Sedangkan untuk mengencerkan zat kuat pekat dan reaktif terhadap
air seperti H2SO4 dengan meletakkan terlebih dahulu zat pelarut baru sedikit
demi sedikit zat terlarut ditambahkan. Rumus yang digunakan dalam
pengenceran adalah
5
V1 . N1 = V2 . N2
V1 adalah volume dari zat sebelum diencerkan, N1 adalah normalitas zat
sebelum pengenceran, V2 adalah volume total pelarut dan zat terlarut, N2
adalah normalitas zat sesudah pengenceran.
Pada percobaan kali ini dilakukan pengenceran pada HCl 0,1 N
sebanyak 10 ml dan H2SO4 pekat 96% sebanyak 3 ml. Asam klorida atau HCl
merupakan asam kuat karena ia terionisasi sempurna dalam air. Asam klorida
adalah zat atau larutan yang sangat korosif (Anonim, 2011). HCl akan
bereaksi sangat kuat dengan logam, contohnya Fe (Azizah, 2010).
Asam sulfat banyak digunakan dalam industry, cairan kental, amat
korosif, bereaksi dengan jaringan tubuh dan berbahaya bila kontak dengan
kulit dan mata. Bereaksi hebat dengan air dan mengeluarkan panas
(eksotermis). Bereaksi pula dengan logam, kayu, pakaian dan zat organik.
Uapnya amat iritatif terhadap saluran pernapasan (Anonim, 2004).
Pengenceran HCl berarti mengurangi konsentrasi HCl dengan
menambahkan zat pelarut yang dalam hal ini adalah aquades. Ketika HCl
ditambahkan dengan air, ion H+ akan ditarik oleh H2O sehingga menghasilkan
H3O+ dan ion Cl- .Suatu asam akan tinggi konsenrasinya apabila memiliki ion
H+ yang banyak. Pada pengenceran, sebagian besar ion H+ ditarik oleh ikatan
hydrogen pada H2O sehingga konsentrasi dari HCl akan turun. Selain
dihasilkan H3O+ , juga dihasilkan ion Cl- .
Pada pengenceran H2SO4 berbeda dengan pengenceran pada HCl. Pada
pengenceran ini, aquades sebanyak 7 ml dimasukkan ke dalam labu ukur.
Setelah itu, barulah H2SO4 dituangkan secara perlahan melalui dinding labu.
H2SO4 dapat bercampur dengan air dalam segala perbandingan dengan
mengeluarkan panas (eksotermik).
6
2HCl(aq)+ 2H2O(aq) 2Cl- (g)+ 2H3O+ (aq)
Asam sulfat seperti halnya asam nitrat adalah oksidator kuat. Reaksi
hidrasi asam sulfat adalah reaksi eksoterm yang kuat. Jika air ditambahkan ke
asam sulfat pekat akan langsung mendidih. Hal ini dikarenakan perbedaan
berat jenis kedua cairan. Berat jenis air lebih kecil dibandingkan dengan asam
sulfat dan cenderung untuk terapung di atas asam (Panjaitan, 2009).
Asam adalah suatu zat yang meningkatkan konsentrasi ion hidronium
(H3O+) ketika dilarutkan dalam air. Definisi yang pertama kali dikemukakan
oleh Svante Arrhenius ini membatasi asam dan basa untuk zat-zat yang dapat
larut dalam air. Suatu asam bereaksi dengan suatu basa dalam reaksi
penetralan untuk membentuk garam. Asam (yang sering diwakili dengan
rumus umum HA) secara umum merupakan senyawa kimia yang bila
dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7.
Bila dinetralkan pHnya akan mendekati 7(Petrucci, 1987)..
Dalam definisi modern, asam adalah suatu zat yang dapat memberi
proton (ion H+) kepada zat lain (yang disebut basa), atau dapat menerima
pasangan elektron bebas dari suatu basa. Dalam definisi Bronsted-Lowry,
keasaman suatu senyawa ditentukan oleh kestabilan ion hidronium dan basa
konjugat terlarutnya ketika senyawa tersebut telah memberi proton ke dalam
larutan tempat asam itu berada. Stabilitas basa konjugat yang lebih tinggi
menunjukkan keasaman senyawa bersangkutan lebih tinggi. Dalam air, reaksi
kesetimbangan berikut terjadi antara suatu asam (HA) dan air, yang berperan
sebagai basa,
HA + H2O ↔ A- + H3O+
(Petrucci, 1987)
Dalam asam sulfat yang dilarutkan dengan air, terjadi reaksi pembentukan ion
hidronium, yaitu:
7
H2SO4 (aq) + H2O (l) H3O+(aq) + HSO4
–(aq)
Pada pengenceran ini, ion H+ pada H2SO4 diikat oleh H2O membentuk
H3O+ dan HSO4
– . Oleh karena H2SO4 terurai menjadi seperti di atas, maka
konsentrasi dari H2SO4 akan berkurang menjadi tidak lebih pekat. Pada
peristiwa swa-ionisasi air, proton dipindah dari suatu molekul air ke molekul
lainnya menghasilkan ion – ion H3O+ dan OH-. Asam kuat mengalami ionisasi
sempurna di dalam larutan dengan pelarut air menghasilkan H3O+ dan basa
kuat mengion sempurna menghasilkan OH-. Pada asam atau basa lemah
ionisasi asam dan basa tidak terjadi sempurna (Petrucci, 1987).
Selain keadaan H2SO4 yang menjadi lebih encer dari 96% menjadi
28,8%, perubahan juga terjadi terhadap suhu system. Pada awalnya suhu
system normal. Akan tetapi, setelah terjadi reaksi antara asam sulfat pekat
96% dengan air, suhu dari system berubah menjadi lebih panas. Seperti
penjelasan di atas, hal ini dikarenakan karena sifat asam sulfat yang
eksotermik. Perbedaan berat jenis kedua cairan ini pula yang membuat
perubahan suhu yang terjadi.
8
BAB IV
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan yaitu mengenai pengenceran suatu
larutan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Proses pengenceran adalah proses penurunan konsentrasi zat terlarut
dengan menambahkan pelarut.
2. Setelah pengenceran normalitas larutan HCl mengalami penurunan dari
0.1 N menjadi 0,01 N.
3. Labu ukur berfungsi untuk pengenceran suatu larutan dengan kadar tepat.
4. Setelah pengenceran konsentrasi larutan H2SO4 berubah dari 96%
menajdi 28,8%.
5. Larutan H2SO4 bersifat eksotermis karena afinitas yang kuat terhadap air
dan cenderung melepas panas ke lingkungan.
9
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2004. Kimi@net Portal Kimia Indonesia.
http://www.kimianet.lipi.go.id/database.cgi?
bacadatabase&&&1&1098595676&1098638744. Diakses pada 23
September 2012.
Anonim. 2011. Pengertian Asam Klorida.
http://www.sisilain.net/2011/12/pengertian-asam-klorida.html. Diakses
pada 23 September 2012.
Azizah, Utiya. 2010. Asam dan Basa Bersifat Korosif. http://www.chem-is-
try.org/materi_kimia/kimia_dasar/asam_dan_basa/asam-dan-basa-
bersifat-korosif/. Diakses pada 23 September 2012.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Edisi 3 Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Panjaitan, Rumintang Ruslinda. 2009. Research of Chloride Test in Sulphate
Acid Commodity. http://www.bsn.go.id/files/348256349/Litbang
%202009/Bab%203.pdf. Diakses pada 17 September 1012.
Petrucci, Ralph H. 1987. Kima Dasar : Prinsip dan Terapan Modern Edisi 4
Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Zulfikar. 2010. Pengenceran. http://www.chem-is-try.org. Diakses pada 17
September 2012.
10
LAMPIRAN
A. Perhitungan Pengenceran HCl 0,1 N:
Diketahui :
Volume HCl sebelum pengenceran = 10 ml
Volume HCl setelah pengenceran (Volume total)= 100 ml
Konsentrasi (N) HCl sebelum pengenceran = 0,1 N
Ditanyakan:
Normalitas HCl 0,1 N setelah pengenceran (N2)
Jawaban:
(V. N)sebelum pengenceran = (V . N)setelah pengenceran
10. 0,1 = 100. N
N = 10.0,1
100
= 0,01 N
B. Perhitungan Pengenceran H2SO4 pekat 96%:
Diketahui:
Volume H2SO4 pekat 96% sebelum pengenceran = 3 ml
Volume H2SO4 pekat 96% setelah pengenceran = 10 ml
Konsentrasi awal = 96% (0,96)
Ditanyakan:
Konsentrasi H2SO4 pekat 96% setelah pengenceran
Jawaban:
(V. N)sebelum pengenceran = (V . N)setelah pengenceran
(3. 0,96) = (10. N)
11
N = 3.0,96
10
= 0,288
= 28,8 %
12
top related