penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. buku pegangan tahun 2007. pengembangan ekonomi...
Post on 04-Apr-2018
246 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
7/31/2019 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Buku Pegangan Tahun 2007. Pengembangan Ekono
1/231
-
7/31/2019 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Buku Pegangan Tahun 2007. Pengembangan Ekono
2/231
Bismillairramairraim,
Assalamalaikm Waramatllai Wabarakat,
TAhun 2007 ii merpaka ta ketiga dalam pemeritaa di
bawa kepemimpia saya. Sebagaimaa da ta sebelmya, tekad
kita tk mempercepat tercapaiya kesejateraa rakyat, dega jala
mematapka oks pelaksaaa pembaga di segala bidag, ters
kita kosolidasika. Karea it, sebagaimaa pada ta 2006 yag lal,
ta 2007 ii p, Pemerita kembali meys da meerbitka
Bk Pegaga tetag Peyeleggaraa Pemeritaa da Pem-
baga Daera. Megigat pembaga daera merpaka
bagia itegral dari pembaga asioal, maka Pemerita tersmemberika peratia yag sgg-sgg teradap kelagsga
da keberasila pembaga di daera. Perspekti iila yag
medasari peysa bk ii, da diormlasika ke dalam tema
Pegembaga Ekoomi Daera da Siergi Kebijaka Ivestasi Psat
da Daera.
Pemerita Daera memiliki gsi gada, yait sebagai peyeleggara
pemeritaa, sekaligs sebagai peyeleggara tama pembaga
di daera. Sebagai peyeleggara pemeritaa di daera, PemeritaDaera berpera meata keidpa masyarakat dalam keragka
reglasi. Sedagka sebagai peyeleggara tama pembaga
di daera, Pemerita Daera berpera sebagai pelaksaa da
peaggg jawab tama atas keselra proses pembaga yag
dilaksaaka di daera, yait dalam keragka ivestasi, peyediaa
barag da pelayaa pblik. Sema ii ars dilakka secara bear,
seigga tja desetralisasi yait meigkatka kesejateraa rakyat,
pemerataa, keadila da aktabilitas pemeritaa, dapat dicapai
secara terkr.
Kata Sambutan
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-
7/31/2019 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Buku Pegangan Tahun 2007. Pengembangan Ekono
3/231
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
Dalam paya meciptaka pertmba ekoomi di daera yag
lebi berkalitas da berkelajta, perekoomia daera perl
didkg dega ivestasi di sektor-sektor prodkti da jasa. Saat
ii, kita merasaka betapa petigya peraa ivestasi swasta,
megigat keterbatasa kapasitas fskal pemerita (Psat, Provisi,
Kabpate/Kota). Keterbatasa ii aka semaki meylitka kita
dalam medorog pertmba ekoomi di daera, bila pertmba
ekoomi di daera p megadalka kosmsi masyarakat. Saya
aki, tidak ada jrs kci da jala mls tk memecaka sema
it, tetapi saya percaya bila Pemerita Daera bersgg-sgg
bekerja dega baik, maka pertmba ekoomi yag diragsag
ole ivestasi swasta aka ters mekar, da pada akirya aka
meyejateraka rakyat di daera.
Kita sema tela megetai bawa ivestasi dapat mejadi pedorog
roda perekoomia daera da meigkatka kesejateraa, tatkala
sema piak medapat maaat (gai) maksimal dari aktivitas tersebt.
Dalam sitasi ii, pegsaa medapat ketga yag memadaitk melakka peambaa modal, meigkatka prodktiftas,
meigkatka kesejateraa pekerja, da melakka ekspasi saa.
Bagi teaga kerja, doroga kegiata ekoomi melali ivestasi da
perdagaga dapat megragi pegaggra. Kita p sda sagat
paam iklim ivestasi di daera belm tercipta sebagaimaa diarapka.
Daya saig atardaera di bidag ii jga masi sagat timpag. Ada
daera yag memiliki daya saig tiggi, berbadig terbalik dega
daera lai, yag daya saigya sagat reda.
Kedala-kedala yag diadapi ole Pemerita Daera memag
beragam. nam seja yag tela diketai, kedala-kedala yag
dirasaka pada saat ii, berakar pada kekelira pikira da ilai dasar
(midset) megeai akikat otoomi. Akibatya tidak sedikit daera
yag seola-ola berlomba meciptaka reglasi, yag sbstasiya
meimblka beba biaya gada bagi dia saa, da pada akirya
berakibat terjadiya ekoomi biaya tiggi. hal ii tidak dapat kita
biarka ters-meers mewarai peyeleggaraa pemeritaa da
pembaga di daera.
-
7/31/2019 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Buku Pegangan Tahun 2007. Pengembangan Ekono
4/231
Pemerita Daera perl megambil lagka-lagka kreati
da iovati dalam meciptaka iklim yag kodsi, tertama
pemeritaa, da ligkga ekoomi. Bila al ii dapat dilakka
ole sema Pemerita Daera, maka aka tercipta ligkga ekoomi
yag kompetiti. Setiap wilaya ata daera aka memiliki keggla
tertet yag dapat meragsag para pegsaa tk berivestasi.
Dalam bga it, pemeritaa yag memiliki wilaya dega
keggla yag relati sama, baka berbeda sekalip perl mejali
kerjasama yag bersiat prodkti dalam meciptaka ligkga
ekoomi yag berdaya saig.
Peyeleggaraa pemeritaa da pembaga di daera,
merpaka da sisi kegiata yag salig berbga sat sama
lai. Perorma pembaga di daera, sesggya merpaka
cermia atas perorma peyeleggaraa pemeritaa, begit
sebalikya. Karea it, ke depa kita perl melakka lagka-lagka
kosolidasi teradap cara berpikir seperti ii dalam meyeleggaraka
pemeritaa da pembaga di daera. Tjaya adala agarkita tidak sala kapra dalam mewjdka visi pembaga dalam
keragka otoomi daera.
upaya meciptaka tata kepemeritaa yag baik, walap tela
megasilka kemaja di beberapa daera, am kita ars
megaki sejjr-jrya bawa di daera lai al ii belm sepeya
dapat diwjdkaya. Sekarag saatya kita melakka percepata
tk merealisasika al it. Kosep ii memerlka kecerdasa
tertet, baik pada tatara memaami map melaksaakaya.Sebagai seba kosep, tata kepemeritaa yag baik merpaka
sat kosepsi tetag peyeleggaraa pemeritaa yag bersi,
demokratis da eekti. Di dalamya megatr pola bga yag
siergis da kostrkti atara pemerita, dia saa swasta da
masyarakat.
Mewjdka tata kepemeritaa yag baik membtka komitme
kat, tekad tk berba mejadi lebi baik da sikap kosiste. hal ii
memag tidak mda, karea diperlka pembelajara, pemaama,
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-
7/31/2019 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Buku Pegangan Tahun 2007. Pengembangan Ekono
5/231
v
serta implemetasi ilai-ilai ata prisip-prisipya secara t.
nam, betapap slitya, kita tidak memiliki pilia lai, kecali
ars melaksaakaya. Trasparasi, partisipasi, peegaka km
da aktabilitas, merpaka empat prisip tama dalam kosep
ii. Prisip-prisip ii perl dikembagka da dielaborasi mejadi
prisip-prisip tra yag bersiat implemetati dalam tgas pokok
setiap orgaisasi.
Akirya, secara kss saya capka terima kasi kepada Meteri
negara Perecaaa Pembaga nasioal/Kepala Bappeas yag
tela megordiasika peysa Bk Pegaga Ta 2007 ii
bersama jajara Kemeteria Koordiator Bidag Perekoomia,
Departeme Keaga da Departeme Dalam negeri.
Saya istrksika kepada selr aggota Kabiet Idoesia Bersat
beserta jajaraya, serta kepada para Kepala Daera, baik provisi,
kabpate da kota tk meggaka Bk Pegaga Ta 2007
ii sebaik-baikya dalam ragka pelaksaaa tgas-tgas pemeritaada pembaga di daera. Di atas segala-galaya al ii dimaksdka
tk kesejateraa rakyat kita, da demi peigkata arkat da
martabat mereka.
Semoga Alla SWT seatiasa meridoi paya kita dalam membag
bagsa da egara Idoesia yag kita citai ii.
Sekia da Selamat bekerja.
Wassalamalaikm Waramatllai Wabarakat.
Jakarta, 17 April 2007
PRESIDEn REPuBLIK InDOnESIA,
DR. h. SuSILO BAMBAnG YuDhOYOnO
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-
7/31/2019 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Buku Pegangan Tahun 2007. Pengembangan Ekono
6/231
Datar Isi
KATA SAMBUTAN .................................................................................................... i
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... x
DAFTAR SINGKATAN .............................................................................................. xi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG ..................... ........................ ........................ ................. I - 2
1.2 FUNGSI PEMERINTAH DAERAH ..................... ........................ ................. I - 6
1.3 MAKSUD DAN TUJUAN .................... ........................ ........................ ......... I - 7
1.4 SISTEMATIKA PEMBAHASAN ...................... ........................ ..................... I - 8
BAB II
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
2.1 REVITALISASI PELAKSANAAN DESENTRALISASI DANOTONOMI DAERAH..................................................................................... II - 2
2.1.1 Review Pelaksanaan Grand StrategyImplementasi
Otonomi Daerah ...................... ........................ ........................ ......... II - 3
(1) Penataan Urusan Pemerintah ..................... ........................ ......... II - 3
(2) Penataan Kelembagaan Pemerintah Daerah ....................... . II - 5
(3) Penataan Kepegawaian Daerah ..................... ........................ ..... II - 6
(4) Revitalisasi Peran Lembaga Perwakilan Daerah ................... II - 6
(5) Penataan Pengelolaan Keuangan Daerah ............................. . II - 7
(6) Peningkatan Pelayanan Publik ........................ ........................ ..... II - 8(7) Pembinaan dan Pengawasan ...................... ........................ ......... II - 9
2.1.2 Penataan Daerah Otonom Baru ..................... ........................ ..... II - 10
2.2 STATUS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAN
PEMBANGUNAN DAERAH (KONDISI TERKINI) ..................... ............. II - 11
2.3 RENCANA AKSI NASIONAL DESENTRALISASI FISKAL (RANDF) ... II - 17
2.4 KERJASAMA ANTAR DAERAH ..................... ........................ ..................... II - 19
2.5 ISU-ISU STRATEGIS ..................... ........................ ........................ ................. II - 21
Daftar Isi
-
7/31/2019 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Buku Pegangan Tahun 2007. Pengembangan Ekono
7/231
Buku Pegangan 2007 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
i
(1) Tata Kepemerintahan yang Baik ........................ ........................ .. II - 21(2) Standar Pelayanan Minimum (SPM) ..................... ...................... II - 23
(3) Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan ... II - 24
(4) Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah ................ II - 24
(5) Pengembangan Kapasitas ....................... ........................ .............. II - 25
2.6. KELEMBAGAAN TERKAIT PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
DAERAH DAN PERBAIKAN IKLIM INVESTASI DI DAERAH .............. II - 26
(1) Dewan Perwakilan Daerah (DPD)................................................ II - 26
(2) Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah (DPOD) .................. II - 28
(3) Asosiasi Pemerintah Daerah ....................... ........................ .......... II - 29
(4) Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ..................... .. II - 29
BAB III
PEMBANGUNAN DAERAH, PENINGKATAN INVESTASI,
DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN
3.1. PEMBANGUNAN DAERAH ...................... ........................ ........................ .. III - 2
3.2. PERANAN INVESTASI BAGI PEMBANGUNAN DAERAH ................... III - 6
(1) Keragaan Investasi di Daerah ..................... ........................ .......... III - 8
(2) Kendala dan Tantangan Investasi di Daerah ..................... ...... III - 11
(3) Daya Tarik Investasi Daerah ..................... ........................ .............. III - 15
(4) Daya Saing Daerah ..................... ........................ ........................ ...... III - 17
3.3. KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH YANG BERPENGARUH
TERHADAP INVESTASI ...................... ........................ ........................ .......... III - 24
(1) Kerangka Regulasi ...................... ........................ ........................ ...... III - 25
(2) Kerangka Anggaran ....................... ........................ ........................ .. III - 27
(3) Peningkatan Kualitas Pelayanan ....................... ........................ .. III - 29
(4) Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) dan Koperasi ........................ ........................ ...................... III - 31
(5) Pengembangan Klaster ........................ ........................ .................. III - 33
BAB IV
SINKRONISASI PUSAT DAN DAERAH DALAM
PERBAIKAN IKLIM INVESTASI
4.1. PAKET KEBIJAKAN PERBAIKAN IKLIM INVESTASI ........................ ...... IV - 2
(1) Bidang Umum ...................... ........................ ........................ .............. IV - 3
(2) Bidang Kepabeanan dan Cukai ...................... ........................ ...... IV - 6
-
7/31/2019 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Buku Pegangan Tahun 2007. Pengembangan Ekono
8/231
Datar Isi
ii
(3) Bidang Perpajakan............................... ........................ ..................... IV - 7(4) Bidang Ketenagakerjaan ....................... ........................ ................. IV - 13
(5) Bidang Pemberdayaan UKMK ..................... ........................ ......... IV - 14
4.2. PAKET KEBIJAKAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR ......................................................................................... IV - 15
(1) Sektor Perhubungan ....................... ........................ ........................ . IV - 18
(2) Sektor Energi ..................... ........................ ........................ ................. IV - 22
(3) Sektor Telekomunikasi ....................... ........................ ..................... IV - 25
(4) Sektor Air Minum ........................ ........................ ........................ ..... IV - 29
(5) Kemajuan Pelaksanaan Paket Kebijakan Percepatan
Pembangunan Inrastruktur ........................ ........................ ......... IV - 31
4.3. PAKET KEBIJAKAN SEKTOR KEUANGAN ..................... ........................ . IV - 33
(1) Stabilitas Sistem Keuangan ...................... ........................ ............. IV - 34
(2) Lembaga Keuangan Perbankan dan Non Bank ..................... IV - 34
(3) Pasar Modal ........................ ........................ ........................ ................. IV - 35
4.4. KEBIJAKAN PERTANAHAN ....................... ........................ ........................ . IV - 40
4.5. PEMANTAPAN KEAMANAN, KETERTIBAN, DAN
STABILITAS POLITIK..................................................................................... IV - 49
4.6. PENGEMBANGAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS ...................... ..... IV - 51
(1) Kriteria Penetapan Lokasi Kawasan Ekonomi Khusus
di Indonesia ....................................................................................... IV - 53
(2) Kelembagaan Kawasan Ekonomi Khusus ....................... ......... IV - 54
BAB V
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAN KEBIJAKAN
ANGGARAN 2007
5.1. TEMA DAN PRIORITAS RKP TAHUN 2007 ....................... ..................... V - 2
5.2 SASARAN-SASARAN RKP TAHUN 2007 ....................... ........................ . V - 3
5.3 PRIORITAS ANGGARAN 2007 ..................... ........................ ..................... V - 8
5.3.1 Arah Kebijakan Fiskal, Asumsi Ekonomi Makro
dan Postur APBN ...................... ........................ ........................ ......... V - 8
(1) Arah Kebijakan Fiskal ...................... ........................ ........................ . V - 8
(2) Asumsi Ekonomi Makro ..................... ........................ ..................... V - 10
-
7/31/2019 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Buku Pegangan Tahun 2007. Pengembangan Ekono
9/231
Buku Pegangan 2007 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
iii
(3) Postur APBN ...................... ........................ ........................ .................. V - 115.3.2 Belanja Negara ..................... ........................ ........................ .............. V - 13
(1) Belanja Pemerintah Pusat ........................ ........................ .............. V - 13
(2) Belanja Daerah ..................... ........................ ........................ .............. V - 13
LAMPIRAN
1 Perkembangan Realisasi Investasi (Izin Usaha Tetap) PMDN
Menurut Lokasi, 2001-September 2006 ............................................ L - 2
Perkembangan Realisasi Investasi (Izin Usaha Tetap) PMA
Menurut Lokasi, 2001-September 2006 ............................................. L - 3
2 Indikator Utama dan Variabel Penentu Daya Saing Daerah ........ L - 4
3 Rekapitulasi Alokasi Anggaran Tahun 2007
Menurut Lokasi (Provinsi) dan Kementerian / Lembaga .............. L - 10
4 Penetapan Alokasi Dana Bagi Hasil Sumberdaya Alam
Pertambangan Umum Tahun Anggaran 2007
untuk Kabupaten/kota se-Indonesia .................................................. L - 18
5 Rincian Dana Alokasi Umum Daerah Provinsi
dan Kabupaten/Kota Tahun 2007 ......................................................... L - 31
6 Dana Penyesuaian DAU Tahun 2007 ...................... ........................ ...... L - 46
7 Penetapan Alokasi Dana Alokasi Khusus Tahun
Anggaran 2007 untuk Kabupaten/kota se-Indonesia .................. L - 47
8 Dana Penyesuaian Inrastruktur Jalan dan Lainnya
Tahun 2007 ......................... ........................ ........................ ........................ .. L - 56
9 Posisi Penghimpunan Dana Bank Umum Menurut
Lokasi Dati.I .................................................................................................. L - 63
10 Perkembangan Infasi 45 Kota ..................... ........................ .................. L - 64
11 Perkembangan Jumlah BPR Nasional ....................... ........................ .. L - 66
12 Perkembangan Jumlah Kantor Bank Syariah ..................... .............. L - 67
13 Posisi Kredit Bank Umum Menurut Lokasi Proyek Dati.I .............. L - 68
-
7/31/2019 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Buku Pegangan Tahun 2007. Pengembangan Ekono
10/231
ix
Daftar Tabel
Tabel 2.1 Perkembangan Penyusunan Peraturan Pelaksana
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 ...................... ................. II - 12
Tabel 2.2 Perkembangan Penyusunan Peraturan Pelaksana
Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 ...................... ................. II - 16
Tabel 2.3 Perkembangan Penyusunan Peraturan Pelaksana
Undang-Undang No. 25 tahun 2004 ....................................... II - 17
Tabel 3.1 Distribusi Investasi di Indonesia menurut
Provinsi Tahun 2005 (dalam %) ..................... ........................ ..... III - 9
Tabel 3.2 Kontribusi Investasi terhadap PDRB menurut
Provinsi di Indonesia Tahun 2005 (dalam %) ........................ III - 10
Tabel 3.3 Perbandingan Kemudahan Memulai Usaha Negara-
Negara di Kawasan Asia Tenggara, China, dan India ......... III - 14
Tabel 3.4 Indikator dan Sub Indikator Penentu
Daya Saing Daerah ......................................................................... III - 22
Tabel 3.5 Komposisi Skala Usaha Menurut Wilayah .............................. III - 32
Tabel 4.1 Rekapitulasi Jumlah Tindakan Paket Kebijakan
Perbaikan Iklim Investasi .............................................................. IV - 3
Tabel 4.2 Bidang Usaha Tertentu dan Daerah Tertentu ...................... . IV - 9
Tabel 4.3 Rekapitulasi Jumlah Keluaran Paket Kebijakan
Percepatan Pembangunan Inrastruktur Tahun 2006 ....... IV - 16
Tabel 4.4 Rekapitulasi Jumlah Kebijakan, Program dan
Tindakan Paket Kebijakan Sektor Keuangan ........................ IV - 34
Tabel 4.5 Perkembangan Jumlah Bank Umum ....................................... IV - 37
Tabel 4.6 Matriks Perbandingan Perpres Nomor 36/2005 dan
Perpres Nomor 65/2006 ............................................................... IV - 42
Tabel 5.1 Asumsi Ekonomi Makro ................................................................ V - 11
Tabel 5.2 APBN-P 2006 dan APBN 2007 dalam triliun rupiah ............ V - 12
Tabel 5.3 Alokasi Dana Alokasi Khusus ...................................................... V - 16
Datar Tabel
-
7/31/2019 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Buku Pegangan Tahun 2007. Pengembangan Ekono
11/231
Buku Pegangan 2007 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
x
Daftar Gambar
Gambar 1.1 Pelaku Pembangunan ............................................................I - 7
Gambar 2.1 Pola Interaksi Tiga Pilar Good Governance.......................II - 22
Gambar 3.1 Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah,
Pembangunan Daerah, dan Pembangunan
Nasional .......................................................................................III - 4
Gambar 3.2 Hubungan Kinerja Pembangunan Daerah dan
Kinerja Pembangunan Nasional .........................................III - 5
Gambar 3.3 Daya Tarik Investasi Daerah Berdasarkan
Persepsi Dunia Usaha ............................................................. III - 16
Gambar 3.4 Kerangka Kebijakan Investasi Daerah............................... III - 26
Gambar 4.1 Kawasan Ekonomi Khusus di Guangzhou, Cina ............ IV - 52
-
7/31/2019 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Buku Pegangan Tahun 2007. Pengembangan Ekono
12/231
xi
Daftar Singkatan
AAMDAL : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
APBD : Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
APBN : Anggaran Pendapatan Belanja Negara
APEKSI : Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia
API : Arsitektur Perbankan Indonesia
APKASI : Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia
APPSI : Asosiasi Pemerintah Propinsi Seluruh Indonesia
APS : Angka Partisipasi Sekolah
BBAPPENAS : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
BBN-KB : Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
BKPM : Badan Koordinasi Penanaman Modal
BLK : Balai Latihan Kerja
BPK : Badan Pemeriksa Keuangan
BPN : Badan Pertanahan Nasional
BTB : Bantuan Tunai Bersyarat
BUMD : Badan Usaha Milik Daerah
CCIP : Competitiveness Industrial Performance
D
DAK : Dana Alokasi KhususDAU : Dana Alokasi Umum
DBH : Dana Bagi Hasil
Depdagri : Departemen Dalam Negeri
DME : Dimethyl Ether
DP : Dana Penyesuaian
DPD : Dewan Perwakilan Daerah
DPOD : Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah
DPR : Dewan Perwakilan Rakyat
DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Datar Singkatan
-
7/31/2019 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Buku Pegangan Tahun 2007. Pengembangan Ekono
13/231
Buku Pegangan 2007 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
xii
EEDI : Electronic Data Interchange
EPPD : Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
FFDR : Financing to Deposit Ratio
FSAP : Financial Sector Assessment Program
G
GTL : Gas to Liquid
IIICE : Indonesian Infrastructure Conference and Exhibition
IKM : Industri Kecil dan Menengah
IMB : Ijin Mendirikan Bangunan
IMD : Institute of Management and Development
Inpres : Instruksi Presiden
KKBI : Kawasan Barat Indonesia
KEK : Kawasan Ekonomi Khusus
KEKI : Kawasan Ekonomi Khusus Indonesia
KEN : Kebijakan Energi Nasional
KKN : Korupsi, Kolusi & Nepotisme
KPBC : Kantor Pelayanan Bea dan Cukai
KPPOD : Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah
KPT : Kantor Pelayanan Terpadu
KUA : Kebijakan Umum Anggaran
KWBC : Kanwil Ditjen Bea dan Cukai
LLKPKD : Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah
LLAJ : Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
LPEI : Lembaga Pembiayaan Ekspor Nasional
LPPD : Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
-
7/31/2019 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Buku Pegangan Tahun 2007. Pengembangan Ekono
14/231
Datar Isi
xiii
MMPR : Majelis Permusyawaratan Rakyat
NNJKP : Nilai Jual Kena Pajak
NPF : Non Performing Financing
OOrnop : Organisasi non-pemerintah
PP4T : Pemanaatan, Penggunaan, Penguasaan
dan Pemilikan Tanah
PAD : Pendapatan Asli Daerah
PBB : Pajak Bumi dan Bangunan
PDAM : Perusahaan Daerah Air Minum
PDB : Produk Domestik Bruto
PDRB : Produk Domestik Regional Bruto
PEN : Pengelolaan Energi Nasional
Perda : Peraturan Daerah
Permendagri : Peraturan Menteri Dalam Negeri
Perpres : Peraturan Presiden
PILKADA : Pemilihan Kepala Daerah
PJP : Pajak Penerangan Jalan
PKB : Pajak Kendaraan Bermotor
PLTG : Pusat Listrik Tenaga Gas
PMA : Penanaman Modal Asing
PMDN : Penanaman Modal Dalam Negeri
PNBP : Penerimaan Negara Bukan Pajak
PNS : Pegawai Negeri Sipil
PP : Peraturan Pemerintah
PPh : Pajak Penghasilan
PPN : Pajak Pertambahan Nilai
PPP : Public Private Partnership
PRONA : Proyek Operasional Nasional Agraria/Pertanahan
PRONADA : Proyek Operasional Nasional Agraria/Pertanahan Daerah
PSO : Public Service Obligation
-
7/31/2019 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Buku Pegangan Tahun 2007. Pengembangan Ekono
15/231
Buku Pegangan 2007 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
xi
RRPP : Rancangan Peraturan Pemerintah
RAD-PK : Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi
RANDF : Rencana Aksi Nasional Desentralisasi Fiskal
RAN-PK : Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi
RAPBN : Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Negara
RAPERDA : Rancangan Peraturan Daerah
Renja SKPD : Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah
Renstra SKPD : Rencana Strategi Satuan Kerja Perangkat Daerah
RKA-SKPD : Rencana Kerja dan Anggaran Satuan KerjaPerangkat Daerah
RKP : Rencana Kerja Pemerintah
RKPD : Rencana Kerja Pemerintah Daerah
RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah
RUU : Rencana Undang-Undang
SSDA : Sumber Daya Alam
SE : Surat Edaran
SEZ : Special Economic Zones
SIABE : Sistem Inormasi Agroindustri Berorientasi Ekspor
SIB-ES : Sistem Informasi Baseline Economic Survey
SI-LMUK : Sistem Inormasi Lending Model Usaha Kecil
SIMTANAS : Sistem Inormasi dan Manajemen Pertanahan Nasional
SIPKD : Sistem Inormasi Pengelolaan Keuangan Daerah
SI-PMK : Sistem Inormasi Prosedur Memperoleh Kredit
SI-PUK : Sistem Inormasi Terpadu Pengembangan Usaha Kecil
Sistranas : Sistem Transportasi Nasional
SPKUI : Sistem Penunjang Keputusan untuk Investasi
SPM : Standar Pelayanan Minimal
TTAGP : Trans ASEAN Gas Pipeline
TFP : Total Factor Productivity
TKI : Tenaga Kerja Indonesia
TPB : Tempat Penimbunan Berikat
-
7/31/2019 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Buku Pegangan Tahun 2007. Pengembangan Ekono
16/231
x
UUU : Undang-Undang
UMKM : Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
UNIDO : United Nations Industrial Development Organization
UPT : Unit Pelayanan Terpadu
USO : Universal Service Obligation
WWEF : World Economic Forum
Datar Singkatan
-
7/31/2019 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Buku Pegangan Tahun 2007. Pengembangan Ekono
17/231
BAB I
Pendahuluan
-
7/31/2019 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Buku Pegangan Tahun 2007. Pengembangan Ekono
18/231
Buku Pegangan 2007 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
I - 2
1.1 LATAR BELAKANG
Tujuan utama kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah adalahpercepatan terwujudnya peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat.
Kita semua mengetahui bahwa landasan hukumnya adalah Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun
2004. Sudah barang tentu, reormasi pola kepemerintahan ini diharapkan
berdampak positi terhadap kinerja ekonomi, meskipun hal ini jelas
melibatkan proses yang berjangka waktu lama. Dengan mendekatkan
pengambilan keputusan ke masyarakat, perumusan strategi dan
langkah-langkah pembangunan diharapkan lebih responsi menangkap
kebutuhan ataupun isu yang berkembang. Bahkan, dengan perspekti
yang lebih demokratis tersebut, diharapkan nilai tambah ekonomi
yang dihasilkan menjadi lebih tinggi dan manaatnya dirasakan lebih
langsung oleh seluruh masyarakat.
Investasi adalah salah satu aktor penting penentu keberhasilan
pembangunan ekonomi. Keberadaannya merupakan modal dasar bagi
perwujudan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Dalam jangka
panjang, bila dibarengi dengan peningkatan daya saing, investasi akan
Melalui Buku Pegangan yang diterbitkan setiap tahun ini, semua
pihak yang berkepentingan diharapkan dapat memperoleh
gambaran umum tentang proses penyelenggaraan pemerintahan
dan pembangunan daerah. Tema utama tahun 2007 ini adalah
pengembangan ekonomi daerah dan sinergi kebijakan investasi
pusat dan daerah. Dengan demikian, upaya pencapaian sasaran
pembangunan nasional khususnya yang berkaitan dengan
peningkatan investasi dapat tersinergi secara harmonis dengan
sasaran pembangunan daerah, serta sesuai dengan potensi dan
kekhususan yang dimiliki masing-masing daerah.
Tujuan utamakebijakan
desentralisasi dan
otonomi daerah
adalah percepatan
terwujudnya
peningkatan
kesejahteraan
seluruh
masyarakat.
Investasi adalah
salah satu faktor
penting penentu
keberhasilan konkrit
dari pembangunan
ekonomi.
BABI PENDAHULUAN
-
7/31/2019 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Buku Pegangan Tahun 2007. Pengembangan Ekono
19/231
Pendahuluan
I -
meningkatkan penawaran melalui peningkatan stok kapital yang padagilirannya akan meningkatkan pula kemampuan masyarakat untuk
menghasilkan output atau melakukan kegiatan-kegiatan produksi.
Kegiatan produksi tersebut akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja
dan proses tersebut pada akhirnya meningkatkan kualitas pembangunan
ekonomi karena diversikasi kegiatannya.
Peningkatan nilai tambah perekonomian di daerah tersebut akan
memberikan dampak positi pada besaran balas jasa terhadap aktor-
aktor produksi, misalnya dalam bentuk sewa tanah, upah, bungadan keuntungan akan meningkat karena adanya aktivitas penanaman
modal. Selain itu, meningkatnya intensitas perekonomian akan
membuka peluang kerja bagi perekonomian dan penduduk di daerah
sekitar penanaman modal. Dengan demikian, secara langsung dan tidak
langsung akan terwujud eekmultiplierterhadap kegiatan ekonomi dan
pendapatan penduduk di kawasan-kawasan sekitar dan pada gilirannya
akan meningkatkan pendapatan daerah secara keseluruhan. Lingkaran
ekonomi ini akan semakin besar dengan munculnya investasi pada
potensi-potensi baru dalam membangun sektor industri lainnya.
Dengan diserahkannya kewenangan atas sejumlah urusan pemerintahan,
termasuk di bidang ekonomi kepada pemerintah daerah, maka para
pelaku usaha akan lebih banyak berhubungan langsung dengan
pemerintah daerah, daripada dengan pemerintah pusat. Oleh karena
itu, jelas bahwa kinerja dan pembangunan ekonomi nasional akan
makin terkait erat dengan kinerja penyelenggaraan asilitasi usaha
oleh pemerintah. Hanya bila masing-masing pemerintahan daerahmelaksanakan tanggung jawab tersebut dengan mengembangkan
berbagai inovasi dalam pembangunan ekonomi yang dibarengi pula
dengan peningkatan transparansi dan akuntabilitas, maka perwujudan
suatu perekonomian daerah yang sehat dan berdaya saing serta mampu
menciptakan kesempatan kerja yang luas bagi masyarakat setempat akan
tercipta. Pada gilirannya, terwujudnya kondisi ini di berbagai daerah
akan memperkuat ketahanan dan daya saing ekonomi nasional.
Kinerja dan
perkembangan
ekonomi serta
investasi secara
nasional tidak lagi
dapat dilepaskan
dari kinerja
penyelenggaraan
fasilitasi usaha di
berbagai daerah.
-
7/31/2019 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Buku Pegangan Tahun 2007. Pengembangan Ekono
20/231
Buku Pegangan 2007 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
I -
Kondisi ideal sebagaimana yang digambarkan di atas belum terjadi.Negara kita, dewasa ini masih dihadapkan pada sejumlah masalah
mendasar. Meskipun stabilitas ekonomi makro terus terjaga, sebagian
besar pelaku usaha merasa belum mantap untuk mengambil keputusan
berinvestasi karena kondisi lingkungan berusaha sering dipandang
belum bersahabat. Rendahnya investasi bersamaan dengan turunnya
total factor productivity (TFP) menyebabkan pertumbuhan ekonomi
rendah pada periode 1998 2005. Pertumbuhan ekonomi yang rendah
menyulitkan upaya penyerapan kesempatan kerja dan pengentasan
kemiskinan. Peningkatan jumlah pengangguran dan kemiskinan masihsangat mengkhawatirkan. Rendahnya investasi juga memperkecil
peluang alih teknologi dan teknokrasi yang dibawa oleh investasi.
Adanya langkah sinergis seluruh komponen bangsa dalam rangka
meningkatkan investasi menjadi semakin mendesak dan perlu. Oleh
karena itulah, mempertimbangkan berbagai hal tersebut di atas,
perekonomian daerah dan investasi menjadi tema sentral dari Buku
Pegangan 2007 ini.
Permasalahan investasi di Indonesia secara ringkas tertuang dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2004-2009.
Secara lebih spesik, rinciannya adalah sebagai berikut:
(1) Prosedur perijinan yang terkait dengan investasi yang panjang,
dimana prosedur perijinan untuk memulai usaha di Indonesia
termasuk relati lebih lama, mahal dan cukup rumit dibandingkan
dengan beberapa negara tetangga di kawasan Asia-Pasik;
(2) Masih rendahnya kepastian hukum yang tercermin dari masih
banyaknya tumpang-tindih kebijakan antara pusat dan daerah sertakebijakan antar sektor;
(3) Belum menariknya insenti bagi kegiatan investasi, dimana jika
dibandingkan dengan negara-negara lain, Indonesia termasuk
tertinggal di dalam menyusun insenti investasi;
(4) Rendahnya kualitas dan kapasitas inrastruktur yang sebagian besar
terus memburuk sejak krisis;
(5) Iklim ketenagakerjaan yang kurang kondusi; dan
(6) Kurangnya jaminan keamanan untuk melakukan kegiatan investasi/
usaha.
Adanya langkahsinergis seluruh
komponen bangsa
dalam rangka
meningkatkan
investasi menjadi
semakin mendesak
dan perlu.
-
7/31/2019 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Buku Pegangan Tahun 2007. Pengembangan Ekono
21/231
Pendahuluan
I -
Dalam kerangka pola pemerintahan yang telah terdesentralisasi,peningkatan investasi merupakan hasil dari sebuah kemitraan yang
sinergis antara para pemeran (stakeholders) ekonomi, baik yang ada
di tingkat nasional maupun daerah. Kejelasan pembagian tugas dan
tanggung jawab antara berbagai tingkatan pemerintahan menjadi sangat
penting di dalam mewujudkan pola pengelolaan secara esien berbagai
sumber daya yang tersedia untuk menciptakan kesempatan lapangan
kerja dan menggiatkan (stimulasi) ekonomi (nasional dan daerah).
Dengan bentang geograsnya yang luas hingga meliputi tiga zona waktu,wilayah Indonesia terdiri dari perairan dan daratan yang di dalamnya
terkandung berbagai sumber daya alam dan keanekaragaman hayati yang
sangat tinggi. Keragaman ini seharusnya merupakan modal potensial
sebagai daya tarik investasi. Namun perlu diingat bahwa daya tarik
investasi suatu negara atau suatu daerah tidak terjadi dengan serta merta,
dan yang lebih penting lagi, tidak melulu tergantung dari ketersediaan
SDA dan tenaga kerja yang murah tetapi juga adanya inrastruktur
yang memadai, insenti, dan kondisi kelembagaan yang menyediakan
kemudahan iklim usaha. Kombinasi ketersediaan aktor-aktor tersebut
akan menciptakan kekuatan yang solid untuk meningkatkan daya tarik
investasi dan daya saing daerah. Dinamika kemampuan daerah-daerah
dalam mengembangkan potensi unggulannya, baik secara agregat
maupun sinergi antardaerah selanjutnya akan meningkatkan daya saing
nasional.
Secara lebih spesik, investasi atau penanaman modal membutuhkan
iklim usaha yang sehat, kemudahan serta kejelasan prosedur. Ikliminvestasi meliputi kebijakan, kelembagaan, dan lingkungan, baik yang
sedang berlangsung maupun yang diharapkan terjadi di masa datang,
yang dapat mempengaruhi tingkat pengembalian dan resiko suatu
investasi. Tiga aktor utama dalam iklim investasi yang sehat tersebut
mencakup: (1) kondisi ekonomi makro: termasuk stabilitas ekonomi
makro, keterbukaan ekonomi, persaingan pasar, dan stabilitas sosial
dan politik; (2) pengelolaan kepemerintahan dan berbagai aturan main
seperti perpajakan dan kebijakan skal, kompetensi lembaga asilitasi
Peningkataninvestasi merupakan
sebuah kemitraan
yang sinergis antara
para pemeran
(stakeholders)
ekonomi, baik
yang ada di tingkat
nasional maupun
daerah.
Investasi
membutuhkan iklim
usaha yang sehat,kemudahan serta
kejelasan prosedur
penanaman modal.
-
7/31/2019 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Buku Pegangan Tahun 2007. Pengembangan Ekono
22/231
Buku Pegangan 2007 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
I -
kegiatan usaha, feksibilitas pasar tenaga kerja serta keberadaan tenagakerja yang terdidik dan terampil; dan (3) inrastruktur yang mencakup
antara lain sarana ekonomi seperti lembaga keuangan sampai dengan
sarana sik seperti jaringan transportasi, serta kapasitas telekomunikasi,
listrik, dan air.
Pembentukan daya tarik investasi, berlangsung secara terus menerus dari
waktu ke waktu dan dipengaruhi oleh banyak aspek. Faktor ekonomi,
politik dan kelembagaan, sosial dan budaya, diyakini merupakan
beberapa aktor kunci pembentuk daya tarik investasi suatu negaraatau daerah. Keberhasilan negara atau daerah untuk meningkatkan
daya tariknya terhadap investasi salah satunya tergantung dari
komitmen dan kemampuan negara atau daerah dalam merumuskan
dan mengimplementasikan secara konsisten kebijakan yang berkaitan
dengan investasi dan dunia usaha.
Dalam konteks pembangunan nasional dewasa ini, kepentingan
peningkatan investasi sesungguhnya memiliki tujuan yang lebih luas
daripada hanya sekedar penciptaan pertumbuhan ekonomi secara
berkelanjutan. Berkaitan dengan isu dan permasalahan yang kita hadapi,
misi peningkatan investasi pada dasarnya mencakup tiga tujuan yang
saling berkaitan, yaitu: (1) penciptaan pertumbuhan ekonomi dan
kesempatan lapangan kerja; (2) berkurangnya jumlah penduduk miskin,
dan pada gilirannya (3) terwujudnya kesejahteraan masyarakat yang
berkelanjutan. Berkenaan dengan tujuan tersebut, upaya peningkatan
investasi sangat terkait erat dengan upaya peningkatan kualitas pelayanan
terhadap masyarakat. Dalam kaitan inilah, diperlukan kepemimpinanyang visioner untuk mengintegrasikan berbagai kepentingan dan upaya
memobilisasi para pelaku, organisasi dan sumberdaya.
1.2 FUNGSI PEMERINTAH DAERAH
Pemerintah Daerah memiliki ungsi ganda, yaitu sebagai penyelenggara
pemerintahan dan sekaligus sebagai penyelenggara utama dalam
Faktor ekonomi,
politik dan
kelembagaan,
sosial dan budaya,
diyakini merupakanbeberapa faktor
kunci pembentuk
daya tarik investasi
suatu negara atau
daerah.
Diperlukan
kepemimpinan
yang visioner untukmengintegrasikan
berbagai
kepentingan dan
upaya memobilisasi
para pelaku,
organisasi dan
sumberdaya.
-
7/31/2019 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Buku Pegangan Tahun 2007. Pengembangan Ekono
23/231
Pendahuluan
I - 7
pembangunan di daerah. Sebagai penyelenggara pemerintahan di daerah,Pemerintah Daerah berperan utama mengatur tatanan kehidupan
bermasyarakat di daerah dalam kerangka regulasi. Sedangkan sebagai
penyelenggara utama dalam pembangunan daerah, Pemerintah Daerah
berperan sebagai pelaksana dan penanggung jawab utama dalam
keseluruhan proses pembangunan yang dilaksanakan di daerah, yaitu
dalam kerangka investasi dan penyediaan barang dan pelayanan publik
(Gambar 1.1). Dalam penyelenggaraan pemerintahan, Pemerintah
Daerah tetap berprinsip pada asas umum dalam penyelenggaraan
negara, yaitu asas kepastian hukum, asas tertib penyelenggara negara,asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas proporsionalitas, asas
proesionalitas, asas akuntabilitas, asas esiensi, dan asas eektivitas.
Gambar 1.1 Pelaku Pembangunan
1. MAKSUD DAN TUJUAN
Buku ini dimaksudkan untuk menyamakan persepsi antara Pemerintah
Pusat dan Daerah tentang hak, kewajiban, dan tanggungjawab serta
peranan dari masing-masingnya dalam penyelenggaraan pemerintahan
dan pembangunan daerah, khususnya upaya peningkatan investasi
Pemerintah Daerahmemiliki fungsi
ganda, yaitu sebagai
penyelenggara
pemerintahan dan
sekaligus sebagai
penyelenggara
utama dalam
pembangunan di
daerah.
Buku ini
dimaksudkan untuk
menyamakan
persepsi antara
Pemerintah Pusat
dan Daerah.
-
7/31/2019 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Buku Pegangan Tahun 2007. Pengembangan Ekono
24/231
Buku Pegangan 2007 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
I -
dalam rangka meningkatkan kesempatan kerja dan mengurangikemiskinan.
Secara spesik, tujuan yang ingin dicapai adalah:
(1) Memantapkan koordinasi antara Pemerintah Pusat dan Daerah
dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah
khususnya dalam upaya perbaikan iklim investasi;
(2) Meningkatkan pemahaman mengenai berbagai landasan hukum
dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah
khususnya dalam upaya perbaikan iklim investasi;(3) Meningkatkan pemahaman mengenai aspek-aspek penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan daerah khususnya dalam upaya
perbaikan iklim investasi;
(4) Memahami berbagai permasalahan strategis dan solusi pemecahan
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah
khususnya dalam upaya perbaikan iklim investasi;
(5) Mengembangkan dan memantapkan sistem pengendalian dan
pengawasan (safeguarding system) terhadap pelaksanaan RKP 2007;
(6) Mengembangan dan memantapkan sistem peringatan dini (early
warning system) terhadap berbagai permasalahan yang terjadi di
daerah;
(7) Optimalisasi investasi pemerintah dan investasi swasta di daerah.
1. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Materi buku ini sesungguhnya terbagi atas 3 (tiga) bagian besar. Bagian
pertama berkenaan dengan deskripsi mengenai progres pelaksanaan
kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah sampai dengan akhir
tahun 2006 lalu dan berbagai pemikiran yang akan dikembangkan untuk
merevitalisasi pelaksanaan dalam tahun 2007 ini. Bagian ini dibahas
dalam Bab 2. Bagian kedua menguraikan berbagai prinsip dan perspekti
tentang urgensi dari pengembangan ekonomi dan peningkatan investasi
daerah serta berbagai inisiati yang telah diselenggarakan terutama oleh
pemerintah pusat didalam mewujudkan iklim usaha sehat. Diharapkan
-
7/31/2019 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Buku Pegangan Tahun 2007. Pengembangan Ekono
25/231
Pendahuluan
I -
dengan inormasi ini, berbagai daerah dalam mengambil langkah-langkahyang diperlukan secara sinergis. Bagian ini diuraikan dalam Bab 3 dan
Bab 4. Sedangkan bagian yang terakhir adalah merupakan deskripsi dari
program dan arah kebijakan pemerintah pusat sebagaimana tertuang
dalam RKP 2007. Bagian ini diuraikan dalam Bab 5.
-
7/31/2019 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Buku Pegangan Tahun 2007. Pengembangan Ekono
26/231
-
7/31/2019 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Buku Pegangan Tahun 2007. Pengembangan Ekono
27/231
Buku Pegangan 2007 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
II - 2
2.1 REVITALISASI PELAKSANAAN DESENTRALISASI DAN
OTONOMI DAERAH
Salah satu tujuan desentralisasi yang diakui secara universal berdasarkan
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 (Pemerintahan Daerah) danUndang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 (Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah) adalah mendorong
terciptanya demokratisasi dalam pemerintahan. Tujuan demokrasi
akan memposisikan Pemerintah Daerah sebagai instrumen pendidikan
politik di tingkat lokal yang secara agregat akan menyumbang
terhadap pendidikan politik secara nasional sebagai elemen dasar
dalam menciptakan kesatuan dan persatuan bangsa dan negara serta
mempercepat terwujudnya masyarakat madani (civil society).
Implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah yang
eekti diharapkan mampu mendorong proses transormasi
pemerintahan daerah yang efsien, akuntabel, responsi dan
aspirati. Untuk itu, dalam tataran pelaksanaan diperlukan
sejumlah perangkat pendukung (regulasi) baik berupa peraturan
atau perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan teknis
guna menunjang keberhasilan tersebut.
Secara khusus bab ini menguraikan beberapa komponen utama
desentralisasi dan otonomi daerah diantaranya: elemen-elemen
dasar desentralisasi, status peraturan perundang-undangan dan
peraturan turunan terkait, rencana aksi nasional desentralisasi
fskal, kerjasama antar daerah dalam penyediaan pelayanan publik
dasar dan sejumlah isu-isu strategis.
Pada bagian akhir bab ini, akan dipaparkan sejumlah lembaga
kunci (strategis) yang berperan dalam menunjang keberhasilan
implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah.
Salah satu tujuan
desentralisasi
adalah mendorong
terciptanya
demokratisasi
dalam
pemerintahan.
BABII PENYELENGGARAANPEMERINTAHANDAERAH
-
7/31/2019 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Buku Pegangan Tahun 2007. Pengembangan Ekono
28/231
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
II -
Disamping itu, desentralisasi juga bertujuan untuk meningkatkankesejahteraan rakyat, pemerataan dan keadilan serta akuntabiltas
pemerintahan. Tujuan ini menuntut Pemerintah Daerah untuk
melaksanakan percepatan pembangunan daerah, penyediaan kualitas
dan kuantitas pelayanan yang lebih baik dan mendorong pemerintah
menjadi lebih akuntabel terhadap masyarakat.
2.1.1 Review Pelaksanaan Grand Strategy Implementasi
Otonomi Daerah
Untuk mengoptimalkan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah
sebagai instrumen demokratisasi dan peningkatan kesejahteraan di
tingkat lokal, telah disusun Strategi Besar (Grand Strategy) Pelaksanaan
Otonomi Daerah dengan tujuan menjadi pedoman bagi pemerintahan
daerah dalam melaksanakan otonomi daerah secara eekti, esien,
ekonomis dan akuntabel. Grand Strategy Pelaksanaan Otonomi
Daerah ini akan dipayungi dalam bentuk Surat Edaran dari Menteri
Dalam Negeri. Elemen dasar pemerintahan daerah mencakup: (1)
urusan pemerintahan, (2) kelembagaan, (3) personil, (4) perwakilan,
(5) keuangan daerah, (6) pelayanan publik, dan (7) pengawasan.
(1) Penataan Urusan Pemerintah
Salah satu permasalahan yang menonjol dalam konteks kebijakan desen-
tralisasi dan otonomi daerah adalah perbedaan persepsi yang luas
mengenai pengertian kewenangan (authority) dan urusan (unctions).
Secara konseptual, istilah kewenangan tidak bisa disamakan dengan
istilah urusan pemerintahan, karena kewenangan dapat diartikan sebagai
hak dan atau kewajiban untuk menjalankan satu atau beberapa ungsi
manajemen (pengaturan, perencanaan, pengorganisasian, pengurusan,
pengawasan). Sedangkan urusan pemerintahan lebih melekat pada
pengertian ungsi publik (Hoessein, 1993).
Penataan urusan pemerintahan bertujuan untuk memperjelas dan
menentukan pembagian kewenangan masing-masing tingkatan
Telah disusun
Grand Strategy
Implementasi
Otonomi Daerah
dengan tujuan
menjadi pedoman
bagi pemerintahan
daerah dalam
melaksanakan
otonomi daerahsecara eekti,
efsien, ekonomis
dan akuntabel.
Kewenangan dapat
diartikan sebagai
hak dan atau
kewajiban untuk
menjalankan satu
atau beberapa
ungsi manajemen
Desentralisasijuga bertujuan
untuk meningkat
kesejahteraan
rakyat, pemerataan
dan keadilan
serta akuntabiltas
pemerintahan.
-
7/31/2019 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Buku Pegangan Tahun 2007. Pengembangan Ekono
29/231
Buku Pegangan 2007 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
II -
pemerintahan secara proporsional sehingga nantinya prinsip moneyollows unctions dan structures ollows unctions dapat direalisasikan.
Kriteria pembagian urusan pemerintahan adalah sebagai berikut :
Pertama,urusan menjadi urusan Pemerintah Pusat mencakup: politik
luar negeri, pertahanan, keamanan, moneter dan skal nasional, yustisi,
dan agama.
Kedua, urusan yang bersiatconcurrentatau urusan yang dikelola bersama
antara Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota. Pembagianurusan tersebut berdasarkan kriteria eksternalitas, akuntabilitas, dan
esiensi dengan memperhatikan keserasian hubungan antar susunan
pemerintahan.
Ketiga, urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan
daerah terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan
pemerintahan yang bersiat wajib berpedoman pada Standar Pelayanan
Minimal (SPM) yang dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh
Pemerintah. Beberapa bidang yang berkaitan dengan pelayanan dasar
seperti pendidikan, kesehatan, pemenuhan kebutuhan hidup minimal,
prasarana lingkungan dasar dan sebagainya. Sedangkan urusan
pemerintahan yang bersiat pilihan adalah urusan pemerintahan yang
secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan
daerah yang bersangkutan.
Tindak lanjutnya, pemerintah telah menyelesaikan RancanganPeraturan Pemerintah (RPP) tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
antara Pemerintah Pusat, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. RPP tersebut akan mengatur
pembagian kewenangan yang meliputi 31 bidang urusan pemerintahan,
yaitu: pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, penataan ruang,
perumahan, perencanaan pembangunan, perhubungan, lingkungan
hidup, pertanahan, kependudukan dan catatan sipil, pemberdayaan
perempuan dan perlindungan anak, keluarga berencana dan keluarga
Pemerintah telah
menyelesaikan
Rancangan Peraturan
Pemerintah (RPP)
tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan
antara Pemerintah
Pusat, Pemerintahan
Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota
-
7/31/2019 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Buku Pegangan Tahun 2007. Pengembangan Ekono
30/231
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
II -
sejahtera, sosial, ketenagakerjaan dan ketransmigrasian, koperasi danusaha kecil menengah, penanaman modal, kebudayaan dan pariwisata,
kepemudaan dan olah raga, kesatuan bangsa dan politik dalam negeri,
otonomi daerah-pemerintahan umum-administrasi keuangan daerah-
perangkat daerah-kepegawaian dan persandian, pemberdayaan
masyarakat dan desa, statistik, kearsipan, perpustakaan, komunikasi
dan inormatika, pertanian dan ketahanan pangan, kehutanan, energi
dan sumberdaya mineral, kelautan dan perikanan, perdagangan, dan
perindustrian. Sampai dengan saat ini (Januari 2007), ada 6 (enam)
bidang yaitu pendidikan nasional, lingkungan hidup, perhubungan,pertanahan, badan koordinasi penanaman modal, dan arsip yang belum
disepakati (deeniti) dan dikonsultasikan kembali ke departemen teknis
oleh Departemen Dalam Negeri ke departemen terkait.
(2) Penataan Kelembagaan Pemerintah Daerah
Penyelenggara pemerintahan daerah adalah pemerintahan daerah
(pemerintah daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota yang masing-masing
dikepalai oleh Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati dan
Walikota/Wakil Walikota) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (yang
terdiri dari DPRD Propinsi dan Kabupaten/Kota, yang masing-masing
merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan
sebagai lembaga pemerintahan daerah di tingkat Propinsi dan
Kabupaten/Kota).
Untuk menciptakan kelembagaan yang berorientasi pada pelayanan
publik masing-masing daerah dalam menyusun kelembagaan peme-
rintahan daerah perlu memperhatikan: dimensi right sizing, jumlah
penduduk dan sumber daya aparatur pemerintah daerah (nilai
rasio pemberi pelayanan dan jumlah yang dilayani), potensi dan
kemampuan keuangan daerah (PDRB dan PAD), dan kemampuan
untuk menggerakkan investasi melalui kerjasama kemitraan antara
pemerintah-masyarakat-swasta.
-
7/31/2019 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Buku Pegangan Tahun 2007. Pengembangan Ekono
31/231
Buku Pegangan 2007 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
II -
() Penataan Kepegawaian Daerah
Sejalan dengan UU Nomor 43 Tahun 1999 tentang perubahan atas
UU Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, sistem
manajemen Pegawai Negeri Sipil (PNS) menggunakan gabungan dari
unifed system dan separated system. PNS baik di Pusat maupun di
Daerah diharapkan memiliki kualitas yang setara dan memiliki norma,
standar, dan prosedur manajemen kepegawaian yang sama. Selain itu,
pelaksanaan mutasi kepegawaian baik vertikal maupun horisontal perlu
dikonsultasikan kepada organisasi pemerintah di atasnya agar terwujud
prinsip pembinaan karier PNS yang utuh dalam kerangka Negara
Kesatuan RI. Hal tersebut akan sangat membantu dalam mewujudkan
akurasi data mutasi pegawai dalam mendukung pengalokasian dana
perimbangan secara nasional.
Dengan penataan urusan pemerintahan secara benar, pembentukan
kelembagaan secara tepat, dan personil yang memiliki kapasitas dan
proesionalisme memadai, penyelenggaraan otonomi daerah diharapkan
akan semakin membaik dan mampu meningkatkan pelayanan dan
kesejahteraan rakyat.
Pada saat ini sedang disusun pola pengembangan karier PNS meliputi
standar kompetensi, kebijakan minus growth, perencanaan karir dan
pengembangan karir dan pengembangan jabatan untuk ungsional
(mengurangi tekanan pada jabatan struktural).
() Revitalisasi Peran Lembaga Perwakilan Daerah
Dalam UU No. 32 Tahun 2004 secara garis besar telah diatur beberapa
prinsip pengaturan mengenai tugas, wewenang dan kewajiban, serta
larangan bagi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Sedangkan
pengaturan tentang eksistensi dan peran DPRD selain diatur dalam UU
Nomor 32 Tahun 2004 juga diatur dalam UU Nomor 22 Tahun 2003
tentang Susunan Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD. Secara
lebih rinci pengaturan untuk DPRD dilengkapi dengan PP Nomor 24
Tahun 2004 yang disempurnakan dengan PP Nomor 37 Tahun 2005;
Pada saat
ini sedang
disusun pola
pengembangan
karier PNS
-
7/31/2019 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Buku Pegangan Tahun 2007. Pengembangan Ekono
32/231
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
II - 7
dan PP Nomor 25 Tahun 2004 yang disempurnakan dengan PP Nomor53 Tahun 2005. Secara khusus PP Nomor 37 Tahun 2006 akan ditinjau
ulang agar tidak merugikan negara.
Dengan terbitnya berbagai peraturan perundang-undangan tersebut,
masing-masing lembaga diharapkan dapat menjalankan tugas dan
ungsi secara optimal sekaligus mempertegas hubungan kemitraan
antara Pemerintah Daerah dan DPRD. Kedudukan yang setara
bermakna bahwa lembaga pemerintahan daerah memiliki kedudukan
yang sama, sejajar dan tidak saling membawahi. Hal ini tercermindalam pembuatan kebijakan daerah (berdasarkan aspirasi masyarakat)
berupa peraturan daerah untuk melaksanakan otonomi daerah sesuai
dengan ungsinya sehingga antara kedua lembaga itu terbangun suatu
hubungan kerja yang sinergis.
() Penataan Pengelolaan Keuangan Daerah
Melalui desentralisasi skal, Pemerintah Daerah dituntut untuk
mengelola keuangan daerah secara akuntabel dan transparan. Dengan
kebijakan normati yang ada, pemerintah daerah diberi kesempatan
untuk melakukan perubahan kebijakan dan sistem pengelolaan keuangan
daerah. Dasar-dasar yang melatarbelakangi perubahan adalah :pertama,
perubahan paradigma penyelenggaraan pemerintahan seiring otonomi
daerah dan desentralisasi, kedua, semangat reinventing governance dan
good governance, dan ketiga, realitas regulasi dan instrumen pengelolaan
keuangan daerah dalam bentuk peraturan pelaksanaan yang baru dan
mendorong terciptanya iklim investasi yang baik.
Hak Pemerintah Daerah dalam pengelolaan keuangan daerah adalah:
(1) memungut pajak dan restribusi daerah serta mengelola kekayaan
daerah; (2) memperoleh dana perimbangan, dan (3) melakukan
pinjaman. Dalam melaksanakan hak tersebut, Pemerintah Daerah
mempunyai kewajiban untuk: (1) mengelola sumber keuangan daerah
secara eekti, esien, transparan, akuntabel dan taat sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku; (2) mensinergikan
kebijakan pembangunan daerah dan kebijakan nasional; serta (3)
Masing-masing
lembaga
diharapkan dapat
menjalankan tugas
dan ungsi secara
optimal sekaligus
mempertegas
hubungan kemitraanantara Pemerintah
Daerah dan DPRD.
Pemerintah
Daerah dituntutuntuk mengelola
keuangan daerah
secara akuntabel
dan transparan.
-
7/31/2019 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Buku Pegangan Tahun 2007. Pengembangan Ekono
33/231
Buku Pegangan 2007 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
II -
melaporkan dan mempertanggungjawabkan kepada pemerintah pusatdan masyarakat.
Beberapa kinerja yang telah dicapai pada aspek ini adalah : (1) penataan
regulasi di bidang keuangan daerah dengan menerbitkan: PP No. 6 Tahun
2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, RUU tentang
Badan Usaha Milik Daerah (telah disampaikan ke Departemen Hukum
dan HAM), RUU tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (sedang
dalam proses pembahasan dengan DPR); (2) Peningkatan Kapasitas
Pengelolaan Keuangan Daerah meliputi Penyusunan Pedoman EvaluasiPerda APBD, Evaluasi Raperda Propinsi tentang APBD dan Rapergub
tentang Penjabaran APBD TA 2005 dan 2006, Sosialisasi dan Bimbingan
Teknis PP No. 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan
Permendagri No. 13 Tahun 2006; (3) Pengembangan Sistem Inormasi
Pengelolaan Keuangan Daerah dan Sistem Inormasi Keuangan Daerah
melalui pengembangan Daerah Media Inkubator SIPKD di 71 Daerah
Terpilih.
() Peningkatan Pelayanan Publik
Penyelenggaraan kebijakan desentralisasi merupakan upaya nyata dari
pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pemberian
pelayanan umum yang lebih optimal. Sebagai acuan penyediaan
pelayanan masyarakat, pemerintah daerah harus berpedoman kepada
PP Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan
Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang akan dijabarkan dalam bentuk
peraturan menteri yang bersangkutan.
Untuk itu setiap pemerintah daerah diwajibkan menyusun rencana
pencapaian SPM yang memuat target tahunan pencapaian SPM dengan
mengacu pada batas waktu pencapaian SPM. Rencana pencapaian SPM
dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) dan Rencana Strategi Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra
SKPD). Untuk target tahunan pencapaian SPM, dituangkan dalam
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Rencana Kerja Satuan
Pemerintah daerah
harus berpedoman
kepada PP Nomor
65 Tahun 2005
tentang Pedoman
Penyusunan dan
Penerapan Standar
Pelayanan Minimal
(SPM) sebagai
pegangan hukumbagi pelaksana
SPM.
-
7/31/2019 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Buku Pegangan Tahun 2007. Pengembangan Ekono
34/231
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
II -
Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD), Kebijakan Umum Anggaran(KUA), Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah
(RKA-SKPD) sesuai klasikasi belanja daerah dengan memperhatikan
kemampuan keuangan daerah.
(7) Pembinaan dan Pengawasan
Pembinaan penyelenggaraan pemerintahan daerah dilakukan oleh
Pemerintah Pusat dan atau Gubernur selaku Wakil Pemerintah di
Daerah. Pemerintah Pusat melalui Menteri dan Pimpinan LembagaNon Departemen melakukan pembinaan sesuai dengan kewenangan
teknis masing-masing yang dikoordinasikan oleh Menteri Dalam Negeri
untuk pembinaan provinsi dan dikoordinasikan oleh Gubernur untuk
tingkat kabupaten/kota.
Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah kegiatan
yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintahan daerah berjalan
sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundangan yang
berlaku. Pengawasan pemerintah terutama dilakukan terhadap peraturan
daerah dan peraturan kepala daerah. Dalam upaya mengoptimalkan
ungsi pembinaan dan pengawasan, pemberian sanksi akan dilakukan
apabila diketemukan adanya penyimpangan dan pelanggaraan atas
penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Salah satu pedoman dalam pembinaan dan pengawasan ini, telah
diterbitkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada
Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah
Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Inormasi Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat. Disamping
itu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2005
tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasann Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah
Pengawasan atas
penyelenggaraan
pemerintahan daerah
adalah kegiatan
yang ditujukanuntuk menjamin
agar pemerintahan
daerah berjalan sesuai
dengan rencana dan
ketentuan peraturan
perundangan yang
berlaku.
-
7/31/2019 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Buku Pegangan Tahun 2007. Pengembangan Ekono
35/231
Buku Pegangan 2007 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
II - 10
2.1.2 Penataan Daerah Otonom Baru
Sejak pelaksanaan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang-
undang Nomor 32 Tahun 2004, telah terbentuk 363 Kabupaten, 93
Kota, dan 33 Provinsi (tidak termasuk 5 Kotamadya dan 1 Kabupaten
Administrati di DKI Jakarta).
Hasil evaluasi awal terhadap beberapa daerah otonom baru, hanya
sebagian kecil daerah yang mampu memberikan pelayanan yang baik
kepada masyarakat. Sebagian besar daerah otonom baru lainnya masih
menghadapi permasalahan mendasar seperti: keterbatasan pembiayaan,
penetapan batas wilayah, rencana tata ruang dan wilayah, penyerahan
aset, dan kedudukan ibukota
Berdasarkan inormasi yang dihimpun oleh Departemen Dalam Negeri,
animo masyarakat (kelompok tertentu) untuk membentuk daerah
otonom baru relati tinggi. Hal ini dapat terlihat dari data usulan
pembentukan daerah otonom hingga saat ini (Januari 2007) sebanyak
21 usulan pembentukan provinsi dan 110 usulan pembentukan
kabupaten/kota. Dari jumlah tersebut terdapat 16 calon kabupaten/
kota yang sudah dibahas dalam sidang DPOD, dan selebihnya ditunda
pembahasannya menunggu penyelesaian PP pengganti PP Nomor 129
Tahun 2000 tentang Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran,
Penghapusan dan Penggabungan Daerah. Kelemahan mendasar dari
PP ini adalah menggunakan sistem agregat(tanpa ada komponen yang
mempunyai bobot tertentu baik bobot teknis dan administrati) dalam
menentukan kelayakan pembentukan daerah otonom baru. Revisi PPtersebut diharapkan dapat menjadi pedoman (acuan ) penataan daerah
ke depan. Beberapa hal yang menjadi perhatian dalam revisi PP ini adalah
: penambahan pengeluaran eksekuti dan legislati harus proposional
dengan pengeluaran untuk kesejahtraan masyarakat dan pelayanan
publik (nasional, propinsi, kabupaten dan kota), pembentukan daerah
otonom baru harus terintegrasi dan selaras dengan arah pembangunan
daerah secara nasional.
Hasil evaluasi
awal terhadap
beberapa daerah
otonom baru,
hanya sebagian
kecil daerah
yang mampu
memberikan
pelayanan yang
baik kepada
masyarakat.
-
7/31/2019 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Buku Pegangan Tahun 2007. Pengembangan Ekono
36/231
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
II - 11
Berdasarkan pasal 6 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, daerahdapat dihapuskan dan digabung dengan daerah lain apabila daerah yang
bersangkutan tidak mampu menyelenggarakan otonom daerah.
2.2 STATUS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN
DAERAH (KONDISI TERKINI)
Untuk mempercepat pelaksanaan otonomi daerah yang diamanatkan
UU 32 Tahun 2004 dan UU 33 Tahun 2004, pemerintah telahmenerbitkan sejumlah peraturan perundang-undangan. Berdasarkan
hasil inventarisasi, terdapat 28 Peraturan Pemerintah, 2 Peraturan
Presiden dan 2 Permendagri yang merupakan penjabaran langsung UU
Nomor 32 Tahun 2004.
Perkembangan penyusunan peraturan pelaksanaan UU Nomor 32
Tahun 2004 sampai saat ini sebagai berikut : sudah selesai sebanyak 12
(dua belas) PP, 1 (satu) Perpres, 2 (dua) Permendagri, sudah disampaikan
ke Dapartemen Hukum dan HAM/Setneg sebanyak 6 (enam) RPP, serta
dalam proses nalisasi dra di Departemen Dalam Negeri sebanyak 10
(sepuluh) RPP dan 1 (satu) Rancangan Perpres (tabel 2.1).
Terdapat 28 Peraturan
Pemerintah, 2Peraturan Presiden
dan 2 Permendagri
yang merupakan
penjabaran langsung
UU Nomor 32 Tahun
2004.
-
7/31/2019 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Buku Pegangan Tahun 2007. Pengembangan Ekono
37/231
Buku Pegangan 2007 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
II - 12
Tabel 2.1Perkembangan Penyusunan Peraturan Pelaksana
Undang-Undang No. 2 Tahun 200
No.PERATURANPELAKSANAAN
DASARPENGATURANUU
32/2004
STATUSPENYUSUNAN
I.PERATURANPEMERINTAH
1. PP tentang pemilihan,
pengesahan danPemberhentian KepalaDaerah dan Wakil KepalaDaerah
Pasal 33 ayat (3) Selesai dengan
diterbitkannya PPNo. 6 Tahun 2005
2. PP tentang PedomanPembentukan dan SusunanOrganisasi Satuan PolisiPamong Praja
Pasal 148 ayat (2) Selesai denganditerbitkannya PPNo 32 Tahun 2004
3. PP tentang StandarAkuntansi Pemerintahan
Pasal 184 Selesai denganditerbitkannya PPNo 24 Tahun 2005
4. PP tentang Pedoman
Penyusunan PeraturanTatatertib DPRD
Pasal 43 ayat (8),
Pasal 46 ayat (2),Pasal 54 ayat (6), danPasal 55 ayat (5)
Selesai dengan
diterbitkannya PPno.53 tahun 2005
5. PP tentang KedudukanProtokoler, KeuanganPimpinan dan Anggota DPRD
Pasal 44 ayat (2) Selesai denganditerbitkannya PPno. 37 tahun 2005
6. PP tentang PedomanPengelolaan KawasanPerkotaan
Pasal 199 Dalam prosespenyelesaian
7. PP tentang Desa Pasal 203, Pasal 208,Pasal 210, Pasal 211,
Pasal 213, Pasal 214,dan Pasal 216
Selesai denganditerbitkannya PP
No. 72 tahun 2005
8. PP tentang Kelurahan Pasal 127 Selesai denganditerbitkannya PPno. 73 tahun 2005
9. PP tentang PengangkatanSekretaris Desa menjadi PNS
Pasal 202 Dalam prosespenyelesaian
10. PP tentang PedomanPengelolaan Barang MilikNegara/Daerah
Pasal 178 Selesai denganditerbitkannya PPNo.6 Tahun 2006
-
7/31/2019 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Buku Pegangan Tahun 2007. Pengembangan Ekono
38/231
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
II - 1
No.PERATURANPELAKSANAAN
DASARPENGATURANUU
32/2004
STATUSPENYUSUNAN
11. PP tentang PedomanPembinaan dan PengawasanPenyelenggaraanPemerintahan Daerah
Pasal 223 Selesai denganditerbitkannya PPNo. 79 Tahun 2005
12. PP tentang EvaluasiPenyelenggaraanPemerintahan Daerah
Pasal 6 ayat (3) danPasal 27 ayat (5)
Dalam prosespenyelesaian
13. PP tentang Tata Cara
Pembentukan, Penghapusan,dan Penggabungan Daerah
Pasal 4, Pasal 5 dan
Pasal 6
Dalam proses
penyelesaian
14. PP tentang PedomanPenyusunan Standardan Penerapan StandarPelayanan Minimal
Pasal 11 ayat (4) Selesai denganditerbitkannya PPNo. 65 Tahun 2005
15. PP tentang PembagianUrusan Pemerintahan AntaraPemerintah, PemerintahanDaerah Provinsi dan Pemerin-tahan Kabupaten/Kota
Pasal 11, Pasal 12,Pasal 13 dan Pasal 14ayat (1) dan ayat (2)
Dalam prosespenyelesaian
16. PP tentang Belanja KepalaDaerah dan Wakil KepalaDaerah
Pasal 168 ayat (1) Dalam prosespenyelesaian
17. PP tentang LaporanPenyelenggaraanPemerintahan Daerah,
Pasal 27 ayat (2) danayat (3)
Dalam prosespenyelesaian
18. PP tentang LaporanKeterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah
Pasal 42 ayat (1)huru h
Dalam prosespenyelesaian
19. PP tentang HubunganPelayanan Umum AntaraPemerintah dengan
Pemerintahan Daerah danantar Pemerntah Daerah
Pasal 15 dan Pasal 16 Dalam prosespenyelesaian
20. PP tentang PerubahanBatas, Perubahan Nama danPemindahan Ibukota
Pasal 7 ayat (2) Dalam prosespenyelesaian
21. PP tentang FungsiPemerintahan Tertentu
Pasal 9 ayat (3) Dalam prosespenyelesaian
22. PP tentang Tata CaraPenetapan Kawasan Khusus
Pasal 9 ayat (6) Dalam prosespenyelesaian
23. PP tentang Tata CaraPelaksanaan Kerjasama Antar
Daerah
Pasal 197 Dalam prosespenyelesaian
-
7/31/2019 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Buku Pegangan Tahun 2007. Pengembangan Ekono
39/231
Buku Pegangan 2007 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
II - 1
No.PERATURANPELAKSANAAN
DASARPENGATURANUU
32/2004
STATUSPENYUSUNAN
24. PP tentang Penegasan BatasDaerah
Pasal 229 Dalam prosespenyelesaian
25. PP tentang PedomanOrganisasi Perangkat Daerah
Pasal 128 ayat (1),ayat (2), dan ayat (3)
Dalam prosespenyelesaian
26. PP tentang Tahapan,Tata Cara Penyusunan,Pengendalian dan EvaluasiPelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah
Pasal 154 Dalam prosespenyelesaian
27. PP tentang KedudukanKeuangan Gubernur SelakuWakil Pemerintah
Pasal 38 ayat (3) Dalam prosespenyelesaian
28. PP tentang Tata CaraPelaksanaan Tugas danWewenang Gubernur selakuWakil Pemerintah
Pasal 38 ayat (4) Dalam prosespenyelesaian
29. PP tentang Tata CaraPengelolaan danPertanggungjawaban
Penggunaan Dana Darurat
Pasal 165 ayat (3) Dalam prosespenyelesaian
30. PP tentang Insenti dan/atau Kemudahan KepadaMasyarakat/Investor
Pasal 176 Dalam prosespenyelesaian
31. PP tentang PedomanStandar, Norma dan ProsedurPembinaan dan PengawasanManajemen PNS Daerah
Pasal 135 ayat (2) Dalam prosespenyelesaian
32. PP tentang PembentukanKecamatan
Pasal 127 Dalam prosespenyelesaian
II.PERATURANPRESIDEN
1. Peraturan Presiden tentangDewan PertimbanganOtonomi Daerah
Pasal 224 Selesai denganditerbitkannyaPerpres No. 28 Tahun2005 tentang DPOD
2. Peraturan Presiden tentangTata Cara MempersiapkanRancangan Peraturan Daerah
Pasal 140 ayat (3) Dalam prosespenyelesaian
-
7/31/2019 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Buku Pegangan Tahun 2007. Pengembangan Ekono
40/231
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
II - 1
No.PERATURANPELAKSANAAN
DASARPENGATURANUU
32/2004
STATUSPENYUSUNAN
3. Peraturan Presiden tentangPedoman PengembanganKapasitas dalam MendukungDesentralisasi danPemerintahan Daerah
Dalam prosespenyelesaian
III.PERATURANMENTERIDALAMNEGERI
1. Peraturan Mendagri tentangPerpindahan Menjadi
Pegawai Negeri Sipil Pusatdan Pegawai Negeri SipilDaerah
Pasal 131 ayat (2) Selesai denganditerbitkannya
Permendagri No 10Tahun 2006 tentangPerpindahanMenjadi PegawaiNegeri Sipil Pusatdan Pegawai NegeriSipil Daerah
2. Peraturan Menteri DalamNegeri tentang PedomanPenegasan Batas Daerah
Pasal 229 Selesai denganditerbitkannyaPermendagri No.1tentang PedomanPenegasan BatasDaerah
3. Peraturan Menteri DalamNegeri tentang Tata CaraPerubahan Batas, PerubahanNama dan PemindahanIbukota
Pasal 7 ayat (2) Dalam prosespenyelesaian
-
7/31/2019 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Buku Pegangan Tahun 2007. Pengembangan Ekono
41/231
Buku Pegangan 2007 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
II - 1
Tabel 2.2Perkembangan Penyusunan Peraturan Pelaksana
Undang-Undang No. Tahun 200
No.PERATURANPELAKSANAAN
DASARPENGATURANUU
33/2004
STATUSPENYUSUNAN
A.PERATURANPEMERINTAH
1. PP tentang DanaPerimbangan
Pasal 26, 37, dan 42 Telah selesaidengan keluarnya
PP No 55 Tahun2005
2. PP tentang PinjamanDaerah
Pasal 65 (Jugadiamanatkan oleh UUNo 32/2004 Pasal 171ayat 1)
Telah selesaidengan keluarnyaPP No 54 Tahun2005
3. PP tentang Sistem InormasiKeuangan Daerah
Pasal 104 Telah selesaidengan keluarnyaPP No 56 Tahun2005
4. PP tentang PengelolaanKeuangan Daerah
Pasal 86 (Jugadiamanatkan oleh UU
No 32/2004 Pasal 23ayat 2, Pasal 194 danPasal 182)
Telah selesaidengan keluarnya
PP No 58 Tahun2005
5. PP tentang Hibah ke daerah Pasal 45 Telah selesaidengan keluarnyaPP No 57 Tahun2005
6. PP tentang PengelolaanDana Darurat
Pasal 48 Dalam prosespenyelesaian
7. PP tentang PengelolaanDana Dekonsentrasi dan
Tugas Pembantuan
Pasal 92 dan 99 Sedang dalamtahap persiapan
8. PP tentang PengelolaanKeuangan Badan LayananUmum
- Telah selesaidengan keluarnyaPP No 23 Tahun2005
-
7/31/2019 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Buku Pegangan Tahun 2007. Pengembangan Ekono
42/231
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
II - 17
Tabel 2.Perkembangan Penyusunan Peraturan Pelaksana
Undang-Undang No. 2 tahun 200
No.PERATURANPELAKSANAAN
DASARPENGATURANUU25/2004
STATUSPENYUSUNAN
A.PERATURANPEMERINTAH
1. PP tentang TataCara Pengendalian
dan EvaluasiPelaksanaan RencanaPembangunan
Pasal 30 Telah selesai dengankeluarnya PP No 39
Tahun 2006
2. PP tentang Tata CaraPenyusunan RencanaPembangunanNasional
Pasal 27 ayat (1) danayat (2)
Telah selesai dengankeluarnya PP No 40Tahun 2006
2. RENCANA AKSI NASIONAL DESENTRALISASI FISKAL
(RANDF)
Sebagai bagian dari pelaksanaan Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2004-2009, khususnya Bab 12 Revitalisasi Proses Desentralisasi dan
Otonomi Daerah, dan penjabaran dari Grand Strategy Pelaksanaan
Otonomi Daerah, pemerintah telah menyusun Rencana Aksi Nasional
Desentralisasi Fiskal (RANDF). RANDF diharapkan menjadi payung
kebijakan dan peraturan perundang-undangan bagi pelaksanaan
Revitalisasi Proses Desentralisasi dan Otonomi Daerah. PenyusunanRANDF dikoordinasikan oleh tiga Menteri Negara, yaitu Menteri
Dalam Negeri, Menteri Keuangan dan Menteri Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS.
Tujuan penyusunan RANDF adalah untuk menyediakan suatu kerangka
kerja yang akan membantu meningkatkan esiensi dan pemerataan
dari aliran skal pemerintah pusat terhadap daerah dan juga untuk
mendukung eektivitas pengelolaan keuangan daerah. Secara khusus
RANDF diharapkan
menjadi payung
kebijakan dan
peraturan perundang-
undangan bagi
pelaksanaan
Revitalisasi Proses
Desentralisasi dan
Otonomi Daerah
-
7/31/2019 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Buku Pegangan Tahun 2007. Pengembangan Ekono
43/231
Buku Pegangan 2007 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
II - 1
RANDF bertujuan untuk : (1) menjabarkan berbagai tujuan, strategi,dan aksi pemerintah yang berhubungan dengan desentralisasi skal
dalam waktu lima tahun ke depan; (2) menyediakan suatu kerangka kerja
yang akan membantu meningkatkan esiensi dan pemerataan transer
keuangan pemerintah pusat terhadap daerah; serta (3) mendukung
pengelolaan keuangan daerah secara eekti.
RANDF menjelaskan sembilan (9) tujuan kunci untuk perbaikan
desentralisasi skal dan memuat strategi dan aksi untuk membantu
mencapai berbagai tujuan sebagai berikut :
(1) Memperjelas kewenangan pengeluaran antartingkat pemerintahan
yang berbeda;
(2) Memastikan keseimbangan antara kewenangan pengeluaran dan
dana yang tersedia;
(3) Merestrukturisasi pengeluaran publik untuk pelayanan sesuai
prioritas pembangunan;
(4) Meningkatkan kapasitas penerimaan;
(5) Meningkatkan keseimbangan horisontal dan vertikal dalam
hubungaan pusat dan daerah;
(6) Memasilitas sistem pinjaman daerah guna mendukung investasi;
(7) Meningkatkan eektivitas, disiplin, dan akuntabilitas dari pengelolaan
lokal;
(8) Memperkuat kapasitas pengelolaan keuangan pusat dan daerah;
dan
(9) Meningkatkan koordinasi keseluruhan dari berbagai masalah skal
di bawah payung DPOD.
Berbagai strategi serta rincian kegiatan dalam RANDF dapat
dikelompokkan menurut isu-isu sebagai berikut: (1) pengaturan urusan;
(2) perimbangan urusan dan pendanaan; (3) standar pelayanan minimum;
(4) restrukturisasi organisasi pemerintah daerah; (5) Pendapatan Asli
Daerah (PAD); (6) Dana Bagi Hasil (DBH); (7) Dana Alokasi Umum
(DAU); (8) Dana Alokasi Khusus (DAK); (9) Pinjaman daerah; (10)
pengelolaan aset dan keuangan; (11) akuntabilitas; (12) pengembangan
kapasitas; dan (13) koordinasi, monitoring dan evaluasi.
-
7/31/2019 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Buku Pegangan Tahun 2007. Pengembangan Ekono
44/231
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
II - 1
Salah satu kendala dalam pelaksanaan RANDF adalah belum selesai-nya revisi PP 25 Tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan
kewenangan provinsi sebagai daerah otonom, yang menjadi landasan
hukum bagi pengaturan pembagian kewenangan atas urusan peme-
rintahan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Provinsi
dan Kabupaten/Kota).
2. KERJASAMA ANTAR DAERAH
Setiap Pemerintah Kabupaten/Kota sebagai daerah otonom dituntut
dapat menyediakan pelayanan publik yang optimal. Di samping itu,
Pemerintah Kabupaten/Kota juga diharapkan kreati dan inovati
dalam mengelola sumberdaya bagi pembangunan ekonomi. Perbaikan
pelayanan publik akan meningkatkan daya tarik investasi dan
mendorong pertumbuhan ekonomi sehingga kesejahteraan masyarakat
akan meningkat.
Salah satu kendala dalam peningkatan pelayanan publik dan
pengembangan ekonomi daerah adalah keterbatasan kapasitas daerah
(sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya keuangan,
kelembagaan dan asset daerah). Salah satu inovasi untuk mengatasi
masalah tersebut adalah kerjasama antardaerah. Pengalaman di berbagai
negara dan prakarsa yang dilakukan oleh pemerintah daerah di Indonesia
menunjukkan bahwa kerjasama antardaerah akan meningkatkan
kapasitas Pemda dalam mewujudkan pelayanan publik yang berkualitas
dan terjangkau, dan percepatan pembangunan daerah.
Kerjasama antardaerah akan menjadi pilihan yang paling rasional di masa
depan dengan empat pertimbangan. Pertama, sebagian besar daerah
menghadapi permasalahan keterbatasan skal. Kerjasama antardaerah
yang berdekatan akan meningkatkan esiensi penggunaan sumber daya
dalam penyediaan pelayanan publik. Kedua, perkembangan wilayah
dan dinamika pergerakan manusia semakin mengaburkan batas-batas
administrati. Dalam konteks pengembangan ekonomi lokal, kerjasama
Kerjasama
antardaerah akan
menjadi pilihan
yang paling
rasional di masa
depan.
Setiap pemerintah
kabupaten/
kota sebagai
daerah otonom
dituntut dapat
menyediakan
pelayanan publik
yang optimal.
Kendala dalampelaksanaan
RANDF adalah
belum adanya
aspek legal yang
menjadi landasan
-
7/31/2019 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Buku Pegangan Tahun 2007. Pengembangan Ekono
45/231
Buku Pegangan 2007 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
II - 20
mendorong pengembangan klaster industri untuk meningkatkan dayasaing produk. Sumberdaya masing-masing daerah dapat dikembangkan
secara sinergis menjadi suatu keunggulan bersama yang saling melengkapi.
Ketiga, adanya eksternalitas dalam setiap kegiatan pembangunan, baik
positi maupun negati. Kerjasama antardaerah dapat meningkatkan
eektivitas dan esiensi dalam pemecahan masalah eksternalitas negati
yang sering terjadi seperti bencana banjir, kekeringan, kebakaran dan
tanah longsor sebagai akibat dari pemanaatan sumberdaya alam yang
kurang bijaksana. Kerjasama antardaerah juga akan menciptakan
eksternalitas positi berupa pengelolaan sumberdaya, peningkatanproduktivitas, perluasan pemasaran dan penciptaan lapangan kerja
bagi penduduk sekitar. Keempat, adanya kesenjangan antardaerah dan
antarpenduduk dan munculnya masalah sosial baru sebagai akibat
migrasi penduduk dari daerah miskin ke daerah kaya. Kerjasama
antardaerah akan meningkatkan eektivitas pemecahan masalah
kependudukan dan kemiskinan. Kelima, terjadinya tumpang tindih
perizinan pengelolaan sumber daya alam. Pengeluaran surat izin,
surat keterangan dan bukti hak atas kepemilikan tanah ulayat yang
terjadi di wilayah perbatasan antardaerah oleh masing-masing daerah
seringkali tumpang tindih sehingga mengakibatkan konfik horisontal
dan berdampak pada terjadinya gangguan keamanan dan ketertiban
umum.
Kerjasama antardaerah dapat dilakukan untuk mengoptimalkan
pengelolaan sumberdaya, dan pemecahan masalah lintasdaerah
dalam bidang: (1) peningkatan pelayanan publik; (2) penataan ruang
antardaerah; (3) penanggulangan kemiskinan dan masalah sosial lain;(4) pengembangan kawasan perbatasan; (5) penanggulangan bencana;
(6) penanganan potensi konfik; dan (7) pengembangan ekonomi dan
promosi. Peran pemerintah provinsi sangat penting dalam mendorong
dan memasilitasi kerjasama antardaerah.
Beberapa contoh kerjasama antardaerah yang telah berjalan baik selama
ini antara lain adalah: (1) KARTAMANTUL (bentukan kerjasama
antara Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul); (2)
SUBOSUKAWONOSRATEN (kerjasama diantara 6 kabupaten dan 1
-
7/31/2019 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Buku Pegangan Tahun 2007. Pengembangan Ekono
46/231
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
II - 21
kota eks Karesidenan Solo: Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar,Wonogiri, Sragen, Klaten), (3) JAvA PROMO (beranggotakan
sebanyak 14 kab/kota, di Provinsi DIY dan Provinsi Jawa Tengah); (4)
BARLINGMASCAKEB (kerjasama antar daerah yang melibatkan
Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, dan Kebumen); (5)
Pengelolaan sampah terpadu di JABODETABEKJUR (Jakarta, Bogor,
Depok, Tangerang, Bekasi, dan Cianjur); (6) Kerjasama Pengembangan
Wilayah PAWONSARI (Pacitan, Wonogiri, dan Gunung Kidul); (7)
Badan Kerjasama Pegunungan Tengah dan Pantai Selatan (BK-PTSP)
yang meliputi Pegunungan Bintang, Yahukimo, Tolikara, Jayawijaya,Mimika, Nabire, Paniai, Puncak Jaya, Mimika, Asmat, Boven Digoel
dan Kaimana.
Pada saat ini sudah diusulkan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP)
tentang Kerjasama Antar Pemerintah Daerah. Peraturan ini akan menjadi
pedoman bagi pemerintahan daerah untuk melakukan kerjasama sesuai
dengan karateristik dan kebutuhan lokal. Di samping itu, kerjasama
antara daerah diharapkan menjadi salah satu solusi (terobosan) untuk
mengurangi dorongan pemekaran daerah.
2. ISU-ISU STRATEGIS
(1) Tata Kepemerintahan yang Baik
Tata kepemerintahan yang baik (good governance) merupakan
suatu konsepsi tentang penyelenggaraan pemerintahan yang bersih,demokratis dan eekti, serta di dalamnya mengatur pola hubungan
yang sinergis dan konstrukti antara pemerintah, dunia usaha
swasta dan masyarakat. Tata kepemerintahan yang baik meliputi tata
kepemerintahan untuk sektor publik (good public governance) yang
merujuk pada lembaga penyelenggara negara (eksekuti, legislati dan
yudikati) dan tata kepemerintahan untuk dunia usaha swasta (good
corporate governance), serta adanya partisipasi akti dari masyarakat
(civil society). Para pihak inilah yang sering disebut sebagai 3 (tiga) pilar
penyangga penyelenggaraan pemerintahan yang baik.
Tata kepemerintahan
yang baik (good
governance)merupakan suatu
konsepsi tentang
penyelenggaraan
pemerintahan yang
bersih, demokratis
dan eekti, serta di
dalamnya mengatur
pola hubungan yang
sinergis dan konstrukti
antara pemerintah,
dunia usaha swasta dan
masyarakat.
-
7/31/2019 Penyelenggar
top related