pengukuran kinerja supply chain managementeprints.ums.ac.id/67105/12/naskah publikasi-23.pdf ·...
Post on 08-Jan-2020
7 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT
MENGGUNAKAN METODE SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE
(SCOR)
(Studi Kasus: UKM Usaha Utama Magetan)
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1
pada Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik
Oleh:
NADHIRA AULIYA SANTRI
D 600 140 093
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
i
HALAMAN PERSETUJUAN
PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT
MENGGUNAKAN METODE SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE
(SCOR)
(Studi Kasus: UKM Usaha Utama Magetan)
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
NADHIRA AULIYA SANTRI
D 600 140 093
Telah diperiksa dan disetujui oleh:
Dosen
Pembimbing
HAFIDH MUNAWIR, S.T., M. Eng
NIK. 988
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT
MENGGUNAKAN METODE SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE
(SCOR)
(Studi Kasus: UKM Usaha Utama Magetan)
OLEH
NADHIRA AULIYA SANTRI
D 600 140 093
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Sabtu, 11 Agustus 2018
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji:
1. Hafidh Munawir, S.T., M. Eng (………………..)
(Ketua Dewan Penguji)
2. Ida Nursanti S.T., M. EngSc (………………..)
(Anggota 1 Dewan Penguji)
3. Hari Prasetyo, S.T., M.T., Ph.D (………………..)
(Anggota II Dewan Penguji)
Dekan,
Ir. Sri Sunarjono, M.T., PhD
NIK. 682
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, …………………. 2018
Penulis
NADHIRA AULIYA SANTRI
D 600 140 093
1
PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT
MENGGUNAKAN METODE SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE
(SCOR)
(Studi Kasus: UKM Usaha Utama Magetan)
Abstrak
UKM Usaha Utama Magetan adalah perusahaan kulit yang melakukan
kegiatan rantai pasok. Perusahaan berupaya terus menerus untuk mengoptimalkan
produksi kulit hingga produk tersebut dapat diterima oleh konsumen. Salah satu
upaya yang dilakukan adalah melakukan kegiatan pengukuran kinerja supply chain
management.
Penelitian ini membahas tentang pengukuran kinerja supply chain
management dengan metode Supply Chain Operation Reference (SCOR) di UKM
Usaha Utama Magetan. SCOR terbagi ke dalam 5 proses yaitu plan, source, make,
deliver, dan return dengan dimensi umum yaitu reliability, responsiveness,
flexibility, cost, dan asset. Identifikasi Key Performance Indicator (KPI) menjadi
tolok ukur pengukuran kinerja perusahaan, sedangkan normalisasi Snorm de Boer
digunakan untuk menyamakan nilai KPI. Pengukuran ini juga didukung dengan
menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP).
Dengan melakukan perhitungan ini menghasilkan 21 KPI serta nilai kinerja
tertinggi terdapat pada proses plan dan make. Nilai kinerja SCM perusahaan adalah
82,80. Penelitian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan performansi supply
chain perusahaan dengan melakukan strategi perbaikan di ruang lingkup tersebut.
Kata kunci: Analytical Hierarchy Process, Industri Kulit, Supply Chain Operation
Reference.
Abstract
UKM Usaha Utama Magetan do supply chain activities. The company strives
continuously to optimize the production of leather until the product is acceptable
to the consumer. One of the efforts made are doing performance measurement
activities of the supply chain management.
This study discusses performance measurement of supply chain management
with the method of Supply Chain Operation Reference (SCOR) in UKM Usaha
Utama Magetan. SCOR is divided into 5 processes i.e., plan, source, make, deliver,
and return with a public dimension i.e. reliability, responsiveness, flexibility, cost,
and asset. The identification of Key Performance Indicator (KPI) to benchmark
company performance measurement, while normalizing Snorm De Boer used to
equate the value of a KPI. This measurement is also supported by using Analytical
Hierarchy Process (AHP).
By doing these calculations generate KPIS and performance value 21 highest
found in the process plan and make. The value of the performance of the SCM
company is 82,80. This research is expected to help increase the performance of
supply chain of companies by doing a repair strategy in the scope.
Keywords: Analytical Hierarchy Process, The Leather Industry, Supply Chain
Operation Reference
2
1. PENDAHULUAN
Kabupaten Magetan adalah daerah yang memiliki ndustri kecil menengah
cukup banyak, salah satunya adalah industri kerajinan dan penyamakan kulit.
Sektor industri ini memiliki kontribusi yang cukup besar dalam meningkatkan
perekonomian masyarakat karena mampu menyerap banyak tenaga kerja,
sehingga memiliki peranan yang cukup besar dalam mendorong laju
pertumbuhan ekonomi daerah.
UKM Usaha Utama sebagai industri penyamak kulit mempunyai kegiatan
usaha yaitu memproses dari kulit mentah menjadi bahan setengah jadi sampai
dengan menjadi bahan jadi untuk dipasarkan, dan melayani permintaan jasa
untuk mengolah kulit mentah menjadi bahan jadi. Selain memiliki potensi yang
menjanjikan, dalam proses pengelolaan produksi UKM Usaha Utama
mempunyai permasalahan yang dihadapi yang menyebabkan pengembangan
industri terhambat. Masalah utama yang dihadapi adalah datangnya kulit mentah
yang terkadang tidak tepat waktu, transportasi yang tidak sesuai jadwal
menyebabkan stok barang menumpuk agak lama di supplier, sehingga kualitas
kulit menurun dan hasil produksi tidak sesuai pesanan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka fokus bahasan penelitian adalah
berkaitan dengan upaya mengoptimalkan produksi kulit hingga produksinya
diterima oleh konsumen. Upaya yang ditempuh adalah salah satunya melakukan
pengukuran kinerja supply chain. Cara ini diharapkan agar perusahaan dapat
mengevaluasi kinerja supply chain dan dapat mengidentifikasi indikator mana
saja yang perlu melakukan perbaikan. Selain itu juga dilakukan beberapa
alternatif yang bisa dijadikan dasar pertimbangan untuk mengambil keputusan
perbaikan dan manajemen perusahaan.
2. METODE
Penelitian ini dilakukan di UKM Usaha Utama yang melibatkan 2 orang
pekerja yaitu pemilik perusahaan dan salah satu karyawan yang paling
mengerti kondisi perusahaan. Adapun tahapan penelitian adalah sebagai
berikut:
3
2.1 Observasi
Kegiatan observasi dengan melakukan penelitian secara langsung pada
obyek yang akan diteliti untuk didapatkan data primer terkait pengadaan
bahan baku, proses produksi, sampai pendistribusian produk jadi.
2.2 Wawancara
Kegiatan wawancara yaitu dengan melakukan tanya jawab kepada pihak
UKM Usaha Utama. Materi wawancara adalah permasalahan yang ada di
UKM Usaha Utama khususnya mengenai supply chain management (SCM).
Wawancara dilakukan guna mengetahui kondisi rantai pasok dan kinerja
rantai pasok produk kulit
2.3 Studi Pustaka
Studi pustaka digunakan mengetahui informasi mengenai landasan teori,
sistematika penulisan, dan kerangka berpikir ilmiah menggunakan buku-
buku acuan yang berhubungan dengan penelitian ini. Sedangkan tinjauan
pustaka diambil dari penelitian terdahulu.
2.4 Kuesioner
Kuesioner yang dibagikan adalah kuesioner pemilihan indikator untuk
mengidentifikasi dan menilai indikator perusahaan dan kuesioner
pembobotan dengan perbandingan berpasangan yang digunakan untuk
menilai pengukuran kinerja rantai pasok di UKM Usaha Utama.
2.5 Analisis Kinerja SCM dengan SCOR
a. Mengidentifikasi metrik tiap level
Metrik level 1 yaitu berupa proses yang ada pada SCOR yaitu Plan,
Source, Make, Deliver, dan Return. Metrik level 2 yaitu dimensi
pengukuran kinerja SCM antara lain Reliability, Responsiveness,
Flexibility, Cost, dan Asset. Metrik level 3 peneliti mengidentifikasi
indikator yang berpengaruh pada setiap proses dan dimensi pengukuran
kinerja SCM sehingga disebut Key Performance Indicator (KPI).
b. Mengidentifikasi Key Performance Indicator (KPI)
Identifikasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah beberapa indikator
kinerja SCM yang telah dibuat sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
4
c. Menghitung skor KPI menggunakan normalisasi Snorm De Boer
Seperti dikutip Amrullah (2011), proses agregasi membutuhkan
mekanisme untuk menyamakan skala pengukuran masing – masing
metrik. Ini diperlukan karena tiap metrik memiliki satuan yang sama
dengan beberapa skala nilai yang berbeda - beda. Maka dari itu
diperlukan penyamaan skala nilai dengan proses normalisasi Snorm De
Boer.
d. Pembobotan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP)
AHP digunakan untuk menilai tindakan yang dikaitkan dengan
beberapa alternatif pilihan.
e. Mengalikan skor normalisasi Snorm De Boer dengan pembobotan
Analytical Hierarchy Process (AHP)
2.6 Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan yaitu tentang analisis perhitungan kinerja SCM termasuk baik
atau buruk serta indikator apa saja yang memerlukan perbaikan karena
memiliki skor rendah. Saran atau usulan strategi diusulkan sebagai tindak
lanjut dari indikator tersebut.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Perhitungan Nilai Normalisasi Snorm De Boer
Misal, untuk KPI Tingkat persediaan bahan baku, nilai kinerja aktual (Si) 3
bulan sekali, maksimum (Smax) 2 bulan sekali, dan minimum (Smin) 4
bulan, kemudian proses normalisasi dihitung dengan persamaan sebagai
berikut:
Jangka waktu kedatangan bahan baku: (𝑆𝑖−𝑆𝑚𝑖𝑛)
(𝑆𝑚𝑎𝑥 −𝑆𝑚𝑖𝑛) x 100
(3−4)
(3−4) x 100 100
5
Tabel 1 menunjukkan rekapitulasi skor normalisasi KPI.
Tabel 1 Skor Normalisasi KPI
Proses Dimensi Key Performance Indicator (KPI) Skor
(level 1) (Level 2) (Level 3)
Plan
Reliability
Jangka waktu kedatangan bahan
baku 100
Waktu untuk merekrut calon
karyawan 66,67
Responsiveness Jangka waktu penjadwalan produksi 100
Flexibility Fleksibilitas dalam memenuhi
jumlah permintaan pelanggan 100
Source
Reliability
Prosentase Pemenuhan bahan baku 45,65
Kehandalan waktu dalam pengiriman
bahan baku 50
Responsiveness Lead time bahan baku 50
Flexibility Jumlah bahan baku yang dipesan 46,15
Cost Biaya untuk order ke supplier 100
Make
Reliability
Kapasitas mesin untuk mengolah
produk kulit 100
Prosentase efektivitas mesin dalam
pengolahan produk 52,17
Responsiveness
Jangka waktu mengolah produk 100
Waktu untuk menanggapi dan
melayani pesanan konsumen 100
Cost Biaya produksi 100
Asset Lama waktu pemakaian alat produksi 100
Deliver
Reliability
Jumlah pemenuhan produk untuk
dikirim ke konsumen 45,83
Jumlah hari dalam pengiriman
produk 100
Responsiveness Jangka waktu pengiriman produk ke
konsumen 66,67
Cost Biaya pengiriman produk ke
konsumen 50
Return
Reliability Jumlah komplain dari konsumen 100
Responsiveness Lama waktu untuk mengganti
produk yang tidak sesuai 100
3.2 Pembobotan dengan Analytical Hierarchy Process (AHP)
Dalam pembobotan menggunakan AHP, langkah awal yang dilakukan
membuat kuesioner perbandingan berpasangan kemudian diisi oleh pekerja
perusahaan yang telah ditentukan. Selanjutnya dilakukan perhitungan
6
menggunakan AHP. Tabel 2 menunjukkan rekapitulasi pembobotan masing
– masing level.
Tabel 2 Rekapitulasi Pembobotan dengan AHP
Proses Bobot
Dimensi Bobot
Key Performance
Indicator (KPI) Bobot
(level 1) (Level 2) (Level 3)
Plan 0.32
Reliability 0.28
Jangka waktu kedatangan
bahan baku 0.79
Waktu untuk merekrut
calon karyawan 0.21
Responsiveness 0.50 Jangka waktu
penjadwalan produksi 1
Flexibility 0.22
Fleksibilitas dalam
memenuhi jumlah
permintaan pelanggan
1
Source 0.24
Reliability 0.31
Prosentase Pemenuhan
bahan baku 0.79
Kehandalan waktu dalam
pengiriman bahan baku 0.21
Responsiveness 0.32 Lead time bahan baku 1
Flexibility 0.26 Jumlah bahan baku yang
dipesan 1
Cost 0.10 Biaya untuk order ke
supplier 1
Make 0.32
Reliability 0.41
Kapasitas mesin untuk
mengolah produk kulit 0.71
Prosentase efektivitas
mesin dalam pengolahan
produk
0.29
Responsiveness 0.32
Jangka waktu mengolah
produk 0.18
Waktu untuk
menanggapi dan
melayani pesanan
konsumen
0.82
Cost 0.19 Biaya produksi 1
Asset 0.08 Lama waktu pemakaian
alat produksi 1
Deliver 0.08 Reliability 0.10
Jumlah pemenuhan
produk untuk dikirim ke
konsumen
0.78
Jumlah hari dalam
pengiriman produk 0.22
7
Responsiveness 0.28 Jangka waktu pengiriman
produk ke konsumen 1
Cost 0.62 Biaya pengiriman produk
ke konsumen 1
Return 0.05
Reliability 0.15 Jumlah komplain dari
konsumen 1
Responsiveness 0.85
Lama waktu untuk
mengganti produk yang
tidak sesuai
1
3.3 Perhitungan Akhir Kinerja SCM
Perhitungan akhir kinerja SCM dilakukan dengan mengalikan nilai
normalisasi dengan bobot AHP.
Tabel 3 Perhitungan Nilai Akhir KPI
Proses Dimensi Key Performance
Indicator Bobot Skor Bobot x
skor (level 1) (Level 2) (Level 3)
Plan
Reliability Jangka waktu kedatangan
bahan baku 0.79 100 79,48
Waktu untuk merekrut
calon karyawan 0.21 66,67 13,68
Total 93
Responsivenes
s
Jangka waktu
penjadwalan produksi 1 100 100
Flexibility
Fleksibilitas dalam
memenuhi jumlah
permintaan pelanggan
1 100 100
Source
Reliability Prosentase Pemenuhan
bahan baku 0.79 45,65 36,28
Kehandalan waktu dalam
pengiriman bahan baku 0.21 50 10,26
Total 46,54
Responsivenes
s Lead time bahan baku 1 50 50
Flexibility Jumlah bahan baku yang
dipesan 1 46,15 46,15
Cost Biaya untuk order ke
supplier 1 100 100
Make
Reliability Kapasitas mesin untuk
mengolah produk kulit 0.71 100 71
Prosentase efektivitas
mesin dalam pengolahan
produk
0.29 52,17 15,12
Total 86,13
8
Responsivenes
s
Jangka waktu mengolah
produk 0.18 100 18,27
Waktu untuk menanggapi
dan melayani pesanan
konsumen
0.82 100 81,73
Total 100
Cost Biaya produksi 1 100 100
Asset Lama waktu pemakaian
alat produksi 1 100 100
Deliver
Reliability
Jumlah pemenuhan
produk untuk dikirim ke
konsumen
0.78 45,83 35,56
Jumlah hari dalam
pengiriman produk 0.22 100 22,40
Total 57,96
Responsivenes
s
Jangka waktu pengiriman
produk ke konsumen 1 66,67 66,67
Cost Biaya pengiriman produk
ke konsumen 1 50 50
Return
Reliability Jumlah komplain dari
konsumen 1 100 100
Responsivenes
s
Lama waktu untuk
mengganti produk yang
tidak sesuai
1 100 100
Tabel 4 Perhitungan Nilai Akhir Dimensi
Proses (level 1) Dimensi
Nilai akhir Bobot Total Total tiap
dimensi (Level 2)
Plan
Reliability 93,16 0,28 26,18
98 Responsiveness 100 0,50 49,51
Flexibility 100 0,22 22,39
Source
Reliability 46,54 0,31 14,63
52,78 Responsiveness 50 0,32 16,25
Flexibility 46,15 0,26 12,15
Cost 100 0,10 9,76
Make
Reliability 86,13 0,41 35,24
94,33 Responsiveness 100 0,32 32,31
Cost 100 0,19 18,68
Asset 100 0,08 8,09
Deliver
Reliability 57,96 0,10 5,59
55,51 Responsiveness 66,67 0,28 18,95
Cost 50 0,62 30,97
Return Reliability 100 0,15 15,44
100 Responsiveness 100 0,85 84,56
9
Tabel 5 Perhitungan Nilai Total Kinerja SCM
Perspektif Total tiap dimensi Bobot Performansi
Plan 98 0,32 30,97
Source 52,78 0,24 12,71
Make 94,33 0,32 30,12
Deliver 55,51 0,08 4,25
Return 100 0,05 4,75
Total 82.80
Perhitungan normalisasi Snorm De Boer dilakukan agar satuan ukuran yang
ada pada KPI adalah sama. Sehingga setelah skor normalisasi didapatkan
maka dilakukan pembobotan proses, dimensi, dan KPI menggunakan AHP.
Dari perhitungan yang telah dilakukan diketahui jika pada proses plan
adalah bobot tertinggi sebesar 30,12. Hasil rekap kinerja SCM di UKM
Usaha Utama dapat dilihat di tabel 5 bahwa total nilai kinerja SCM sebesar
82.80.
3.4 Identifikasi Strategi pada KPI
Adapun usulan strategi untuk jangka panjang yang dimaksudkan untuk
meningkatkan kinerja SCM, dimulai dari KPI dengan nilai terendah hingga
tertinggi.
Tabel 6 Identifikasi Strategi
No. Key Performance Indicator
(Level 3)
Bobot x
Skor Strategi
1. Kehandalan waktu dalam
pengiriman bahan baku 10,26
Meningkatkan ketepatan waktu dalam
pengiriman dan mengganti armada
pengiriman yang lebih baik.
2. Waktu untuk merekrut
calon karyawan 13,68
Membatasi umur calon pekerja,
memiliki pengalaman kerja, dan
penguasaan ilmu tentang produksi.
3.
Prosentase efektivitas
mesin dalam pengolahan
produk
15,12 Melakukan perawatan dan pembersihan
mesin
4. Jangka waktu mengolah
produk 18,27
Meningkatkan ketepatan waktu
pembuatan sesuai permintaan
konsumen.
5. Jumlah hari dalam
pengiriman produk 22,40
Meningkatkan waktu pengiriman dan
mengganti jasa pengiriman yang lebih
handal.
10
6.
Jumlah pemenuhan
produk untuk dikirim ke
konsumen
35,56
Meningkatkan kebutuhan pemenuhan
produk dan meningkatkan kualitas
produk.
7. Jumlah bahan baku yang
dipesan 46,15
Menjual produk dengan harga murah,
lebih murah dari standar harga yang
ditetapkan.
8. Lead time bahan baku 50 Meningkatkan ketepatan waktu
pengiriman dan pembayaran.
9. Biaya pengiriman produk
ke konsumen 50
Penggantian armada transportasi dan
melakukan catatan pembukuan biaya
pengiriman.
10. Jangka waktu pengiriman
produk ke konsumen 66,67 Meningkatkan ketepatan pengiriman.
11. Kapasitas mesin untuk
mengolah produk kulit 71
Menyamakan tekstur kulit agar mudah
diolah dan sesuai kapasitas
12. Jangka waktu kedatangan
bahan baku 79,48
Persiapan bahan baku yang teratur sesuai
jadwal agar kebutuhan bahan baku bisa
dipenuhi.
13.
Waktu untuk menanggapi
dan melayani pesanan
konsumen
81,73
Meningkatkan kinerja memproduksi dan
meningkatkan pelayanan.
4. PENUTUP
Setelah melakukan pengukuran kinerja SCM menggunakan SCOR, maka
kesimpulan yang diperoleh pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:
a. Hasil pengukuran kinerja menggunakan SCOR, menunjukkan jika proses
yang ada di UKM Usaha Utama terdiri dari 5 antara lain plan, source, make,
deliver, dan return. Seluruh Key Performance Indicator (KPI) yang
teridentifikasi berjumlah 21 KPI.
b. Penyamaan skor normalisasi Snorm De Boer dan pembobotan menggunakan
AHP menunjukkan nilai akhir kinerja SCM yaitu sebesar 82,80, nilai ini
menunjukkan pencapaian kinerja SCM perusahaan termasuk golongan Good.
Saran yang diberikan adalah sebagai berikut:
a. Pengukuran kinerja SCM ini berguna bagi perusahaan untuk mengevaluasi
kinerjanya selama ini, sehingga dapat melakukan perbaikan terus – menerus.
b. Perusahaan memberikan arahan tentang SCM kepada karyawan sehingga
kegiatan SCM dapat dievaluasi dan terkoordinasi dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, Hasbi Amar. 2011. Pengukuran Performansi Supply Chain Dengan
Menggunakan Metode SCOR (Supply Chain Operation Reference) dan
AHP (Analytical Hierarchy Process) Untuk meningkatkan Kinerja
Perusahaan. Fakultas Teknologi Industri: Universitas Islam Indonesia.
Darojat. 2017. Pengukuran Performansi Perusahaan dengan Menggunakan
Metode Supply Chain Operation Reference (SCOR). Program Studi
Teknik Industri: Universitas Sarjanawiyata Taman Siswa Yogyakarta.
Hanugrani, Nikita. 2017. Pengukuran Performansi Supply Chain dengan
Menggunakan Supply Chain Operation Reference (SCOR) berbasis
Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Objective Matrix (OMAX).
Program Studi Teknik Industri: Universitas Brawijaya.
Maulidiya, Nurus Shubuhi. 2016. Pengukuran Kinerja Supply Chain Berdasarkan
Proses Inti pada Supply Chain Operation Reference (SCOR) (Studi
Kasus pada PT. Arthawenasakti Gemilang Malang). Jurusan Teknik
Industi: Universitas Brawijaya.
Padillah, Herlinda. 2016. Model Supply Chain Operation Reference (SCOR) dan
Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk Sistem Pengukuran Kinerja
Supply Chain Management. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam: Universitas Jenderal Achmad Yani.
top related