papua
Post on 23-Jan-2016
216 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Papua
Hubungan Indonesia dan Australia pernah mengalami ketegangan saat 43 warga Papua
meminta suaka politik ke Australia pada 2006.
Kala itu Pemerintah Australia memberikan visa perlindungan sementara (temporary protection
visa) kepada 42 dari 43 warga Papua itu.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat itu sempat menarik duta besar Indonesia
untuk Australia Hamzah Thayeb untuk berkonsultasi di Jakarta.
Pemerintah Indonesia menyatakan tidak bisa menerima keputusan Pemerintah Australia yang
telah memberikan visa tinggal sementara kepada 42 warga Papua dan menganggap Canberra
menerapkan standar ganda dalam kasus pemberian visa tinggal sementara tersebut.
Keputusan Departemen Imigrasi Australia (DIMA) itu dianggap tidak menyenangkan karena
sejak awal pemerintah Indonesia, baik melalui Kementerian Luar Negeri maupun komunikasi
langsung Presiden SBY melalui telpon dengan PM John Howard, telah menegaskan bahwa tidak
satupun dari ke-43 warga Papua tersebut yang tengah dikejar oleh aparat.
Ketegangan itu berakhir saat Presiden SBY dan Perdana Menteri Australia saat itu John Howard
bertemu dan sepakat untuk menormalisasi hubungan bilateral dan membangun kembali
kerjasama yang lebih baik dan saling menghormati kedaulatan dan integritas wilayah.
INILAH.COM, Jakarta - Indonesia adalah tetangga Australia yang terdekat. Hubungan dua negara ini mempunyai sejarah yang panjang, tidak terlepas dari konflik.
Ketika terjadinya konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia, Australia turut campur dengan berpihak kepada Malaysia. Militer Australia yang ketika itu mendukung Malaysia terlibat pertempuran dengan militer Indonesia di Borneo (Kalimantan).
Ketika terjadi pemisahan Timor Timur (sekarang Timor Leste) dari Indonesia pada 1999, hubungan kembali memanas. Indonesia menganggap bahwa lepasnya Timor Timur di kala itu akibat dari turut campur Australia.
Baru-baru ini ada beberapa masalah membuat hubungan Indonesia dan Australia kembali tegang. Mau tahu apa saja? [rok]
Penyadapan
Isu penyadapan muncul setelah sebuah dokumen yang dibocorkan Edward Snowden diterbitkan
oleh media Australia, ABC dan Guardian. Intelijen Australia menyadap telepon seluler milik
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan sejumlah menteri.
Ternyata hal itu bukan sekadar isu. Memang benar intelijen Australia menyadap Presiden dan
beberapa menteri.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengungkapkan rasa kecewanya atas tindakan
Pemerintah Australia yang melakukan penyadapan terhadap dirinya. Ia menilai tindakan itu
menyakitkan.
Melalui akun @SBYudhoyono, yang merupakan akun pribadinya di jejaring sosial twitter,
Presiden SBY menuliskan jika Pemerintah Indonesia akan meninjau kembali kerjasama bilateral
dengan Pemerintah Australia.
"Kita juga akan meninjau kembali sejumlah agenda kerjasama bilateral, akibat perlakuan
Australia yang menyakitkan itu.*SBY*," tulisnya pada Selasa (19/11/2013) dinihari.
Menurutnya tindakan penyadapan yang dilakukan oleh Pemerintah AS dan Australia sangat
mencederai kemitraan strategis dengan Indonesia, terlebih AS dan Australia sama-sama negara
yang menganut azas demokrasi.
"Saya juga menyayangkan pernyataan PM Australia yang menganggap remeh penyadapan
terhadap Indonesia, tanpa rasa bersalah. *SBY*," katanya
Imigran
Masalah penyelundupan imigran gelap di Indonesia, khususnya Jabar seakan tidak ada henti-
hentinya. Ratusan bahkan ribuan imigran gelap asal negara-negara yang tengah berkonflik,
hampir setiap saat mencoba menyeberang melalui sejumlah titik di pesisir pantai selatan Jabar
menuju Christmas Island, Australia.
Berdasarkan data Human Right Watch (HRW), hingga Juni 2013 lalu, terdapat 9.226 imigran
asing ilegal yang masuk ke Indonesia, sebanyak 2.000 orang di antaranya adalah anak-anak.
Jumlah ini diperkirakan meningkat hingga 2.000% dibanding 2008 silam. Hal tersebut sebagai
dampak dari konflik-konflik yang terjadi di berbagai negara, seperti Afghanistan, Iran, Irak,dan
negara Timur Tengah lainnya, juga dari Asia seperti Sri Langka dan Burma. Sebagian besar
mereka masuk secara ilegal melalui jalur laut untuk dapat menyeberang ke Australia demi
mencari suaka.
Australia sendiri memang menjadi negara impian para pencari suaka. Karena,NegeriKanguru
tersebut memiliki UU Perlindungan Suaka, sehingga para pencari suara punya harapan untuk
membangun kehidupan baru. Sedangkan Indonesia hanyalah tempat transit karena negara
inibelum meratifikasi Konvensi Pencari Suaka Tahun 1951.
Kasus terakhir percobaan penyelundupan imigran gelap terjadi di Pantai Jayanti, Kecamatan
Cidaun, Cianjur Selatan, Rabu (24/7). Namun upaya menyeberang ke Australia gagal, setelah
kapal yang ditumpangi mereka karam diterjang ombak. Bahkan,16 orang tewas, sedangkan 189
imigran yang berasal dari Sri Langka, Bangladesh, Iran, Irak, dan Bahrain tersebut selamat.
Ini bukan kasus yang pertama. Dalam catatan INILAH, selama bulan Juni-Juli tahun ini, sudah
terjadi tujuh kasus percobaan penyelundupan imigran gelap ke Australia yang gagal atau
berhasil digagalkan. Kasus-kasus ini terjadi di pesisir pantai selatan, seperti Sukabumi,
Karawang, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, dan Ciamis. Jika ditotal jumlah mereka hampir
mencapai 900 orang. Namun di antara mereka banyak pula yang sudah tertangkap untuk
kesekian kalinya.
Pasalnya, para imigran yang berhasil diamankan sebagian besar dibebaskan kembali karena
memiliki dokumen keimigrasian, yakni surat jaminan pencari suaka dari UNHCR. Sesuai
peraturan internasional, para pencari suaka ini harus dilindungi oleh UNHCR dan tidak boleh
dideportasi ke negara asal. Mereka hanya diamankan di Rumah Detensi Imigrasi yang total
berjumlah 13 di berbagai provinsi di Indonesia.
Jadilah kasus penyelundupan imigran yang akan menyeberang ke Australia selalu terulang. Dan
nyatanya, para pencari suaka ini tidak akan pernah kapok untuk mencoba menyeberang ke
Christmas Island, kendati nyawa taruhannya.
Perdana Menteri Australia Tony Abbott mencak-mencak dan memperingatkan bahwa Canberra
tidak senang Jakarta menolak menyelamatkan pencari suaka yang terapung-apung di Samudera
Indonesia.
Sebanyak 63 orang perahu pencari suaka diselamatkan oleh kapal SAR Australia dari perairan
dekat Pulau Jawa pada Sabtu (9/11/2013). Menurut hukum laut internasional, mereka harus
ditampung di pelabuhan terdekat, yaitu di Pulau Jawa.
Abbot menyatakan kejengkelannya kepada Indonesia dan diungkapkan lewat siaran radio
mingguan di Sydney, Senin (11/11/2013). “Orang perahu itu perlu diselamatkan di zona search
and recue (SAR) Indonesia,” ujarnya di stasiun radio 2GB, Sydney, tulis koran Sydney Morning
Herald.
Abbott jengkel karena dalam pertemuan di KTT APEC di Bali bulan lalu dengan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono, kedua pemimpin sepakat menangani penyelundupan manusia atau
pencari suaka ke Australia dengan kerja sama yang erat.
Ketegangan mengenai orang perahu itu muncul hanya beberapa hari setelah Jakarta
menyatakan keberatannya atas operasi mata-mata Australia yang dilakukan oleh Kedutaan
Besar Australia di Jakarta.
b\
top related