papua

4
Papua Hubungan Indonesia dan Australia pernah mengalami ketegangan saat 43 warga Papua meminta suaka politik ke Australia pada 2006. Kala itu Pemerintah Australia memberikan visa perlindungan sementara (temporary protection visa) kepada 42 dari 43 warga Papua itu. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat itu sempat menarik duta besar Indonesia untuk Australia Hamzah Thayeb untuk berkonsultasi di Jakarta. Pemerintah Indonesia menyatakan tidak bisa menerima keputusan Pemerintah Australia yang telah memberikan visa tinggal sementara kepada 42 warga Papua dan menganggap Canberra menerapkan standar ganda dalam kasus pemberian visa tinggal sementara tersebut. Keputusan Departemen Imigrasi Australia (DIMA) itu dianggap tidak menyenangkan karena sejak awal pemerintah Indonesia, baik melalui Kementerian Luar Negeri maupun komunikasi langsung Presiden SBY melalui telpon dengan PM John Howard, telah menegaskan bahwa tidak satupun dari ke-43 warga Papua tersebut yang tengah dikejar oleh aparat. Ketegangan itu berakhir saat Presiden SBY dan Perdana Menteri Australia saat itu John Howard bertemu dan sepakat untuk menormalisasi hubungan bilateral dan membangun kembali kerjasama yang lebih baik dan saling menghormati kedaulatan dan integritas wilayah. INILAH.COM, Jakarta - Indonesia adalah tetangga Australia yang terdekat. Hubungan dua negara ini mempunyai sejarah yang panjang, tidak terlepas dari konflik. Ketika terjadinya konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia, Australia turut campur dengan berpihak kepada Malaysia. Militer Australia yang ketika itu mendukung Malaysia terlibat pertempuran dengan militer Indonesia di Borneo (Kalimantan). Ketika terjadi pemisahan Timor Timur (sekarang Timor Leste) dari Indonesia pada 1999, hubungan kembali memanas. Indonesia menganggap bahwa lepasnya Timor Timur di kala itu akibat dari turut campur Australia.

Upload: hendraryuga

Post on 23-Jan-2016

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

im

TRANSCRIPT

Page 1: Papua

Papua

Hubungan Indonesia dan Australia pernah mengalami ketegangan saat 43 warga Papua

meminta suaka politik ke Australia pada 2006.

Kala itu Pemerintah Australia memberikan visa perlindungan sementara (temporary protection

visa) kepada 42 dari 43 warga Papua itu.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat itu sempat menarik duta besar Indonesia

untuk Australia Hamzah Thayeb untuk berkonsultasi di Jakarta.

Pemerintah Indonesia menyatakan tidak bisa menerima keputusan Pemerintah Australia yang

telah memberikan visa tinggal sementara kepada 42 warga Papua dan menganggap Canberra

menerapkan standar ganda dalam kasus pemberian visa tinggal sementara tersebut.

Keputusan Departemen Imigrasi Australia (DIMA) itu dianggap tidak menyenangkan karena

sejak awal pemerintah Indonesia, baik melalui Kementerian Luar Negeri maupun komunikasi

langsung Presiden SBY melalui telpon dengan PM John Howard, telah menegaskan bahwa tidak

satupun dari ke-43 warga Papua tersebut yang tengah dikejar oleh aparat.

Ketegangan itu berakhir saat Presiden SBY dan Perdana Menteri Australia saat itu John Howard

bertemu dan sepakat untuk menormalisasi hubungan bilateral dan membangun kembali

kerjasama yang lebih baik dan saling menghormati kedaulatan dan integritas wilayah.

INILAH.COM, Jakarta - Indonesia adalah tetangga Australia yang terdekat. Hubungan dua negara ini mempunyai sejarah yang panjang, tidak terlepas dari konflik.

Ketika terjadinya konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia, Australia turut campur dengan berpihak kepada Malaysia. Militer Australia yang ketika itu mendukung Malaysia terlibat pertempuran dengan militer Indonesia di Borneo (Kalimantan).

Ketika terjadi pemisahan Timor Timur (sekarang Timor Leste) dari Indonesia pada 1999, hubungan kembali memanas. Indonesia menganggap bahwa lepasnya Timor Timur di kala itu akibat dari turut campur Australia.

Baru-baru ini ada beberapa masalah membuat hubungan Indonesia dan Australia kembali tegang. Mau tahu apa saja? [rok]

Penyadapan

Isu penyadapan muncul setelah sebuah dokumen yang dibocorkan Edward Snowden diterbitkan

oleh media Australia, ABC dan Guardian. Intelijen Australia menyadap telepon seluler milik

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan sejumlah menteri.

Ternyata hal itu bukan sekadar isu. Memang benar intelijen Australia menyadap Presiden dan

Page 2: Papua

beberapa menteri.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengungkapkan rasa kecewanya atas tindakan

Pemerintah Australia yang melakukan penyadapan terhadap dirinya. Ia menilai tindakan itu

menyakitkan.

Melalui akun @SBYudhoyono, yang merupakan akun pribadinya di jejaring sosial twitter,

Presiden SBY menuliskan jika Pemerintah Indonesia akan meninjau kembali kerjasama bilateral

dengan Pemerintah Australia.

"Kita juga akan meninjau kembali sejumlah agenda kerjasama bilateral, akibat perlakuan

Australia yang menyakitkan itu.*SBY*," tulisnya pada Selasa (19/11/2013) dinihari.

Menurutnya tindakan penyadapan yang dilakukan oleh Pemerintah AS dan Australia sangat

mencederai kemitraan strategis dengan Indonesia, terlebih AS dan Australia sama-sama negara

yang menganut azas demokrasi.

"Saya juga menyayangkan pernyataan PM Australia yang menganggap remeh penyadapan

terhadap Indonesia, tanpa rasa bersalah. *SBY*," katanya

Imigran

Masalah penyelundupan imigran gelap di Indonesia, khususnya Jabar seakan tidak ada henti-

hentinya. Ratusan bahkan ribuan imigran gelap asal negara-negara yang tengah berkonflik,

hampir setiap saat mencoba menyeberang melalui sejumlah titik di pesisir pantai selatan Jabar

menuju Christmas Island, Australia.

Berdasarkan data Human Right Watch (HRW), hingga Juni 2013 lalu, terdapat 9.226 imigran

asing ilegal yang masuk ke Indonesia, sebanyak 2.000 orang di antaranya adalah anak-anak.

Jumlah ini diperkirakan meningkat hingga 2.000% dibanding 2008 silam. Hal tersebut sebagai

dampak dari konflik-konflik yang terjadi di berbagai negara, seperti Afghanistan, Iran, Irak,dan

negara Timur Tengah lainnya, juga dari Asia seperti Sri Langka dan Burma. Sebagian besar

mereka masuk secara ilegal melalui jalur laut untuk dapat menyeberang ke Australia demi

mencari suaka.

Australia sendiri memang menjadi negara impian para pencari suaka. Karena,NegeriKanguru

tersebut memiliki UU Perlindungan Suaka, sehingga para pencari suara punya harapan untuk

membangun kehidupan baru. Sedangkan Indonesia hanyalah tempat transit karena negara

inibelum meratifikasi Konvensi Pencari Suaka Tahun 1951.

Kasus terakhir percobaan penyelundupan imigran gelap terjadi di Pantai Jayanti, Kecamatan

Cidaun, Cianjur Selatan, Rabu (24/7). Namun upaya menyeberang ke Australia gagal, setelah

kapal yang ditumpangi mereka karam diterjang ombak. Bahkan,16 orang tewas, sedangkan 189

Page 3: Papua

imigran yang berasal dari Sri Langka, Bangladesh, Iran, Irak, dan Bahrain tersebut selamat.

Ini bukan kasus yang pertama. Dalam catatan INILAH, selama bulan Juni-Juli tahun ini, sudah

terjadi tujuh kasus percobaan penyelundupan imigran gelap ke Australia yang gagal atau

berhasil digagalkan. Kasus-kasus ini terjadi di pesisir pantai selatan, seperti Sukabumi,

Karawang, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, dan Ciamis. Jika ditotal jumlah mereka hampir

mencapai 900 orang. Namun di antara mereka banyak pula yang sudah tertangkap untuk

kesekian kalinya.

Pasalnya, para imigran yang berhasil diamankan sebagian besar dibebaskan kembali karena

memiliki dokumen keimigrasian, yakni surat jaminan pencari suaka dari UNHCR. Sesuai

peraturan internasional, para pencari suaka ini harus dilindungi oleh UNHCR dan tidak boleh

dideportasi ke negara asal. Mereka hanya diamankan di Rumah Detensi Imigrasi yang total

berjumlah 13 di berbagai provinsi di Indonesia.

Jadilah kasus penyelundupan imigran yang akan menyeberang ke Australia selalu terulang. Dan

nyatanya, para pencari suaka ini tidak akan pernah kapok untuk mencoba menyeberang ke

Christmas Island, kendati nyawa taruhannya.

Perdana Menteri Australia Tony Abbott mencak-mencak dan memperingatkan bahwa Canberra

tidak senang Jakarta menolak menyelamatkan pencari suaka yang terapung-apung di Samudera

Indonesia.

Sebanyak 63 orang perahu pencari suaka diselamatkan oleh kapal SAR Australia dari perairan

dekat Pulau Jawa pada Sabtu (9/11/2013). Menurut hukum laut internasional, mereka harus

ditampung di pelabuhan terdekat, yaitu di Pulau Jawa.

Abbot menyatakan kejengkelannya kepada Indonesia dan diungkapkan lewat siaran radio

mingguan di Sydney, Senin (11/11/2013). “Orang perahu itu perlu diselamatkan di zona search

and recue (SAR) Indonesia,” ujarnya di stasiun radio 2GB, Sydney, tulis koran Sydney Morning

Herald.

Abbott jengkel karena dalam pertemuan di KTT APEC di Bali bulan lalu dengan Presiden Susilo

Bambang Yudhoyono, kedua pemimpin sepakat menangani penyelundupan manusia atau

pencari suaka ke Australia dengan kerja sama yang erat.

Ketegangan mengenai orang perahu itu muncul hanya beberapa hari setelah Jakarta

menyatakan keberatannya atas operasi mata-mata Australia yang dilakukan oleh Kedutaan

Besar Australia di Jakarta.

b\