metode dinamika kelompok berpeluang efektif bagi
Post on 22-Jan-2022
18 Views
Preview:
TRANSCRIPT
METODE DINAMIKA KELOMPOK BERPELUANG EFEKTIF
BAGI PENDAMPINGAN IMAN ANAK DI WILAYAH DONOHARJO UTARA PAROKI MLATI
YOGYAKARTA
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh: Yohanes Pratamto Henri
NIM: 051124032
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2009
ii
iii
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada orang-orang yang saya sayangi, kedua
orangtuaku tercinta Yohanes Margina dan Theresia Tukindaryati. Kedua kakakku
Maria Asumpta Rahma Prawinta Keni dan Fransiskus Oklih Prawoko Hepi, serta
kekasihku Cicilia Pratiwi.
v
MOTTO
“Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai.”
(Mzm 126 : 5)
vi
vii
viii
ABSTRAK
Judul skripsi ini adalah “METODE DINAMIKA KELOMPOK BERPELUANG EFEKTIF BAGI PENDAMPINGAN IMAN ANAK DI WILAYAH DONOHARJO UTARA PAROKI MLATI YOGYAKARTA”. Alasan penulis memilih judul skripsi ini dilatarbelakangi oleh kegiatan Pendampingan Iman Anak (PIA) di Wilayah Donoharjo Utara Paroki Mlati yang berlangsung kurang efektif. Masalah tersebut dapat dilihat dari metode yang dipergunakan oleh para pendamping PIA yang kurang bervariasi sehingga menjadikan anak bosan dan kurang berminat dalam mengikuti kegiatan PIA. Anak-anak ini membutuhkan pendampingan dari orang yang lebih dewasa terutama orang tua mereka. Kesibukan orang tua menjadikan mereka mempercayakan pendidikan dan perkembangan iman anaknya pada PIA.
Menanggapi hal itu, penulis melihat bahwa anak-anak di Wilayah Donoharjo Utara Paroki Mlati Yogyakarta sangat membutuhkan pendampingan iman yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Dengan demikian, penulis melaksanakan penelitian tentang pelaksanaan Pendampingan Iman Anak di Wilayah Donoharjo Utara Paroki Mlati Yogyakarta berkaitan dengan penggunaan metode dinamika kelompok dalam kegiatan PIA.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara pada 2 pengurus wilayah dan 10 pendamping PIA. Wawancara dengan pengurus wilayah dilakukan untuk memperoleh data mengenai situasi umum Wilayah Donoharjo Utara Yogyakarta. Sedangkan wawancara dengan para pendamping PIA dilakukan untuk memperoleh data penelitian tentang pelaksanaan PIA di Wilayah Donoharjo Utara Yogyakarta.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode dinamika kelompok berpeluang efektif dalam kegiatan PIA. Dinamika kelompok dapat menumbuhkan minat anak dalam mengikuti kegiatan PIA. Metode dinamika kelompok merupakan metode yang bermanfaat untuk digunakan dalam pelaksanaan kegiatan PIA.
Untuk menindaklanjuti hal tersebut, penulis membuat usulan program kaderisasi Pendampingan Iman Anak dengan menggunakan metode dinamika kelompok bagi para pendamping PIA. Penulis berharap melalui kaderisasi ini, para pendamping dapat melaksanakan kegiatan PIA secara efektif, sehingga anak-anak peserta PIA menjadi termotivasi untuk aktif dalam mengikuti kegiatan PIA dan terbantu memperdalam imannya.
ix
ABSTRACT
The title of this thesis is “GROUP DYNAMICS METHOD HAS EFFECTIVE OPPRTUNITY FOR FAITH CHILD ASSISTANCE IN NORTH DONOHARJO REGION IN THE PARISH OF MLATI OF YOGYAKARTA”. The author chose the title of this thesis based on the activities of the Faith Child Assistance (FCA) in the North Donoharjo region in the Parish of Mlati, which was less effective. These problems could be seen from the methods used by the facilitators of the FCA that were less varied so, in turn, caused children bored and less interested in joining the FCA activities. These children need more attention from a more mature person, especially their parents. As they are busy parents entrust the education and the faith development of their children in the FCA.
In response, the author noticed that the children in the North Donoharjo region in the Parish of Mlati of Yogyakarta were in need of faith assistance in accordance with their needs. Thus, the authors conducted research on the implementation of the Faith Child Assistance in the North Donoharjo region in the Parish of Mlati of Yogyakarta in connection with the use of group dynamics method in FCA activities.
This research used a qualitative approach. Data was gathered by using the interview method on the 2 officials of the region and 10 FCA facilitators. Interviews with regional officials were carried out to obtain data on the general situation in Northern Donoharjo Territory of Yogyakarta. While the interview with facilitators was conducted to obtain data about the implementation of FCA in the North Donoharjo region in the Parish of Mlati.
The results of this research indicated that the group dynamics method has effective opportunity in FCA activities. Group dynamics can foster children's interests in the following FCA activities. Group dynamics method is a useful method to use in conducting FCA activities.
To follow up on this, the author has proposed a program of forming facilitators of FCA about using group dynamics method for the FCA activities. The author hopes, through this coaching they can carry FCA activities effectively, so that the participants become motivated to be active in participating in the FCA activities and helped to deepen their faith.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas segala rahmat, berkat, karunia serta bimbinganNya
yang dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik. Kekuatan Allah serta kesetiaanNya dalam mendampingi dan
menuntun penulis sungguh dirasakan oleh penulis, sehingga penulis dapat selalu
mendapatkan jalan setiap kali menemui kesulitan.
Skripsi ini berjudul “METODE DINAMIKA KELOMPOK
BERPELUANG EFEKTIF BAGI PENDAMPINGAN IMAN ANAK DI
WILAYAH DONOHARJO UTARA PAROKI MLATI YOGYAKARTA”.
Melalui skripsi ini penulis bermaksud memberikan sumbangan pemikiran
untuk kelompok Pendampingan Iman Anak (PIA) di Wilayah Donoharjo Utara
Paroki Mlati Yogyakarta, khususnya bagi para pendamping dalam melaksanakan
pendampingan iman bagi anak-anak PIA dengan menggunakan metode dinamika
kelompok.
Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari bantuan,
dukungan, dan perhatian dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Dra. J. Sri Murtini, M.Si., selaku dosen pembimbing utama dan penguji I, yang
dengan sabar, teliti, dan meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
membimbing penulis mulai dari penyusunan hingga penyelesaian skripsi ini.
xi
2. Yoseph Kristianto, SFK. selaku dosen pembimbing akademik dan penguji II,
yang dengan setia dan sabar membimbing penulis selama masa studi sampai
pada penyusunan skripsi dan penyelesaiannya.
3. Y.H. Bintang Nusantara, SFK, M.Hum. selaku dosen penguji III, yang telah
merelakan pikiran, waktu dan tenaga dalam membimbing penulis sejak
persiapan penulisan sampai terselesaikan skripsi ini.
4. Drs. H. J. Suhardiyanto, SJ. selaku Ketua Program Studi IPPAK-USD yang
telah memberi ijin dan kesempatan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.
5. Ketua Wilayah, umat, para pendamping PIA, dan anak-anak PIA di Wilayah
Donoharjo Utara Paroki Mlati yang telah memberikan bantuan untuk
memperoleh data yang diperlukan penulis dalam penyusunan skripsi ini.
6. Keluarga besar IPPAK – USD yang telah membekali penulis dengan
pengetahuan, pengalaman serta fasilitas demi memperlancar studi dan
penyelesaian skripsi.
7. Teman-teman IPPAK angkatan 2005 yang selalu memberi dukungan,
semangat, dan perhatian kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
8. Keluargaku yang telah mendukung secara spiritual, moril, maupun dalam
bentuk apa saja sampai terselesaikannya skripsi ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah
berperan dalam proses studi khususnya dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari karya ini tidak lepas dari kekurangan. Oleh karena itu
dengan segala kerendahan hati dan keterbukaan, penulis menerima kritik dan
saran demi penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat
xii
memberikan sumbangan pemikiran bagi para pendamping PIA di Wilayah
Donoharjo Utara Paroki Mlati Yogyakarta.
Yogyakarta, 09 September 2009
Penulis,
Yohanes Pratamto Henri
xiii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv
MOTTO .............................................................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS .......................................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
ABSTRACT........................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................ x
DAFTAR ISI....................................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN.. ............................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG................................................................... 1
B. RUMUSAN PERMASALAHAN.................................................. 9
C. TUJUAN PENULISAN................................................................. 10
D. MANFAAT PENULISAN ............................................................ 10
E. METODE PENULISAN................................................................ 11
F. SISTEMATIKA PENULISAN ...................................................... 11
xiv
BAB II PENDAMPINGAN IMAN ANAK DAN DINAMIKA
KELOMPOK........................................................................................ 13
A. SEJARAH, PESERTA, DASAR, TUJUAN, CIRI KHAS PIA.... 13
1. Sejarah PIA ................................................................................ 13
2. Peserta PIA................................................................................. 14
3. Dasar PIA................................................................................... 16
a. Dasar Kitab Suci .................................................................... 16
b. Dasar dari Dokumen Resmi Gereja ....................................... 17
4. Tujuan PIA................................................................................. 19
5. Ciri khas PIA.............................................................................. 20
B. PENDAMPING PIA...................................................................... 22
1. Spiritualitas Pendamping PIA.................................................... 22
2. Kualifikasi Pendamping PIA...................................................... 24
C. MACAM-MACAM METODE DALAM PIA .............................. 26
1. Metode Ekspresi ........................................................................ 27
2. Metode Populer.......................................................................... 27
3. Metode Dinamika Kelompok..................................................... 28
4. Metode Eksploratif dan Simulatif .............................................. 28
5. Metode Naratif ........................................................................... 28
6. Memainkan Suatu Kisah............................................................ 29
7. Metode Bernyanyi...................................................................... 29
8. Metode Tanya jawab.................................................................. 30
9. Metode Permainan ..................................................................... 30
xv
10. Karyawisata ............................................................................. 31
11. Metode Diskusi ........................................................................ 31
D. METODE DINAMIKA KELOMPOK.......................................... 32
1. Pengertian Dinamika Kelompok ................................................ 32
a. Kelompok............................................................................... 32
b. Dinamika ............................................................................... 33
c. Dinamika Kelompok.............................................................. 33
2. Tujuan Dinamika Kelompok...................................................... 34
3. Fungsi Dinamika Kelompok ...................................................... 34
4. Metode Dinamika Kelompok dalam PIA................................... 35
a. Makna Dinamika Kelompok dalam PIA. .............................. 35
b. Tujuan Dinamika Kelompok dalam PIA. .............................. 35
c. Fungsi Dinamika Kelompok dalam PIA................................ 36
d. Batasan Usia Anak dalam Dinamika Kelompok. .................. 36
5. Macam-macam Metode Dinamika Kelompok dalam PIA......... 37
a. Metode Permainan ................................................................. 37
b. Metode Diskusi...................................................................... 38
c. Memainkan Suatu Kisah ....................................................... 38
d. Outbound ............................................................................... 39
BAB III GAMBARAN UMUM PIA DI WILAYAH DONOHARJO UTARA
PAROKI MLATI YOGYAKARTA ................................................. 41
A. SITUASI UMUM WILAYAH DONOHARJO UTARA
YOGYAKARTA ........................................................................... 41
xvi
1. Gambaran Wilayah Donoharjo Utara......................................... 41
2. Situasi anak-anak PIA Wilayah Donoharjo Utara ..................... 43
3. PIA dalam pelaksanaannya di wilayah ...................................... 43
B. PENELITIAN TENTANG PELAKSANAAN PIA DI WILAYAH
DONOHARJO UTARA YOGYAKARTA ................................... 44
1. Persiapan penelitian ................................................................... 44
2. Metodologi Penelitian ................................................................ 48
3. Hasil Penelitian .......................................................................... 50
4. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................... 56
5. Rangkuman Hasil Penelitian...................................................... 64
C. KESIMPULAN.............................................................................. 67
BAB IV USULAN PROGRAM KADERISASI BAGI PARA PENDAMPING PIA
DI WILAYAH DONOHARJO UTARA PAROKI MLATI
YOGYAKARTA................................................................................ 68
A. LATAR BELAKANG PENYUSUNAN PROGRAM .................. 68
B. ALASAN PEMILIHAN TEMA .................................................... 70
C. URAIAN TEMA DAN TUJUAN ................................................. 73
D. PENJABARAN PROGRAM......................................................... 76
E. PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM ................................ 80
F. CONTOH SATUAN PERSIAPAN KADERISASI PIA TENTANG
PENGGUNAAN METODE DINAMIKA KELOMPOK
BAGI PARA PENDAMPING PIA ............................................... 81
Contoh Persiapan .......................................................................... 81
xvii
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 93
A. KESIMPULAN.............................................................................. 93
B. SARAN.......................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 97
LAMPIRAN
Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian .......................................................................... (1)
Lampiran 2: Surat Keterangan Selesai Penelitian................................................. (2)
Lampiran 3: Daftar Responden ............................................................................. (3)
Lampiran 4: Pedoman Pertanyaan Wawancara..................................................... (4)
Lampiran 5: Hasil Wawancara Penulis dengan Pengurus Wilayah
Donoharjo Urara, Paroki Mlati, Yogyakarta................................... (5)
Lampiran 6 : Contoh Jawaban Pertanyaan Wawancara Pendamping PIA ........... (8)
xviii
DAFTAR SINGKATAN
A. SINGKATAN KITAB SUCI
Seluruh singkatan dari Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci
Perjanjian Baru yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia ditambah
dengan Kitab-Kitab Deuterokanonika yang diselenggarakan oleh Lembaga
Biblika Indonesia (Konferensi Wali Gereja Indonesia, 1992).
B. SINGKATAN DOKUMEN GEREJA
CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II
kepada para uskup, klerus dan segenap umat beriman tentang katekese
masa kini, 16 Oktober 1979.
GE : Gravissimum Educationis, Dokumen Gereja dari Konsili Vatikan II
tentang Pendidikan Kristen, 28 Oktober 1965.
KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh
Paus Yohanes Paulus II tanggal 25 Januari 1983.
C. SINGKATAN LAIN
BIAK :Bina Iman Anak Katolik
BIA :Bina Iman Anak
BKSN : Bulan Kitab Suci Nasional
h : halaman
IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
KAS : Keuskupan Agung Semarang
xix
KK : Kepala Keluarga
KOMSOS : Komunikasi Sosial
Lansia : Lanjut usia
Luk : Lukas
Mat : Matius
Mudika : Muda Mudi Katolik
No : Nomor
Pasutri :Pasangan suami istri
PIA :Pendampingan Iman Anak
PIR : Pendampingan Iman Remaja
Pr : Projo
PSE : Pengembangan Sosial Ekonomi
PUSKAT : Pusat Kateketik
R : Responden
Rm : Romo
RT : Rumah Tangga
SJ : Serikat Yesus
St : Santo
TCK : Tabungan Cinta Kasih
UII : Universitas Islam Indonesia
USD : Universitas Sanata Dharma
WIB : Waktu Indonesia Barat
WK : Wanita Katolik
BAB I
PENDAHULUAN
Bab pertama skripsi ini menguraikan tentang latar belakang penulisan,
rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan,
dan sistematika penulisan.
A. LATAR BELAKANG
Keberadaan Gereja Mlati berawal dari kapel Duwet yang didirikan oleh Rm.
Strater, SJ. Mengacu dari buku Perjalanan Gereja Katolik Santo Aloysius
Gonzaga Mlati yang disusun oleh tim penulis sejarah Gereja Mlati, maka
disajikan gambaran umum Gereja Mlati Yogyakarta. Secara strategis kapel
tersebut dapat menampung umat dari Duwet sendiri, Kebonagung, Jaten, Beran,
Ngepos, dan Denggung. Kapel tersebut diberkati pada tanggal 8 Desember 1931
dalam ekaristi Pesta Bunda Maria tak Bernoda. Seiring berjalannya waktu, kapel
tersebut sudah tidak dapat menampung umat yang semakin banyak, maka Rm.
Strater, SJ berniat untuk merenovasi kapel Duwet menjadi gereja. Bapak Fr.
Sumitro seorang guru HIS Bruderan di Kidul Loji yang tinggal di Mlati
memberikan pertimbangan kepada Rm. Strater, SJ agar gereja dibangun di Mlati,
sebab jika didirikan di Duwet letaknya terpencil. Mlati merupakan daerah yang
strategis karena terletak di pinggir jalan besar dan dekat dengan tempat
pemerintahan setempat. Pembangunan gereja Mlati dimulai pada tahun 1935 dan
pemberkatan gereja terjadi pada hari minggu pahing 26 Juli 1936. Gereja tersebut
dapat menampung 1500 umat ( 2006:15-16).
2
Stasi Mlati ditingkatkan menjadi Paroki pada tanggal 16 Agustus 1960.
Adapun para Romo yang bertugas di Paroki Mlati antara lain: Rm. Antonius
Wignyamartoyo, Pr yang merupakan pastor pertama (1960-1969), Rm. Rommens,
SJ (1969-1972), Rm. T. Wignyasupadmo, SJ (1974-1981), Rm. FX.
Murdisusanto, Pr (1981-1987), Rm. FA. Suntoro, Pr (1987-1998), Rm.
Kartasudarma, Pr (1998-1999), Rm. P. Riana Prapdi (1999-2001), dan Rm. Ag.
Sukandar, Pr (2000-2002), Rm. St. Istoto Raharjo, Pr (2001-2005) dan Rm. Ig.
Nandy Winarta, Pr, Rm. Ag. Sudarisman, Pr (2005-sekarang) (2006:31).
Arah dan tujuan pelayanan kepada umat dilakukan dalam berbagai aspek dan
macam kegiatan, antara lain: bidang liturgi dan peribadatan yang meliputi
pertemuan Prodiakon secara rutin sebulan sekali, paguyuban putra putri altar,
pelayanan ibadat sabda di wilayah atau lingkungan, pembinaan lektor, pembinaan
pemazmur, pembinaan dirigen. Bidang pewartaan meliputi tim pewarta paroki,
seksi Kitab Suci, seksi PIA (Pendampingan Iman Anak). Bidang pendampingan
keluarga meliputi pertemuan calon pengantin yang diadakan satu minggu sekali
dan kunjungan umat. Bidang sosial ekonomi meliputi pinjaman modal bakul kecil,
pemeriksaan kesehatan, bantuan pembangunan rumah dan beasiswa sekolah.
Bidang KOMSOS yakni bidang yang menerbitkan tabloid Kasih sebagai wadah
komunikasi antar umat dan sebagai tempat kaum muda untuk menuangkan ide.
Bidang kunjungan umat, yaitu meliputi kunjungan keluarga oleh Romo dan
Dewan Paroki dalam rangka mewujudnyatakan arah pastoral “Membangun
Paguyuban yang Memikat”. Dan selanjutnya bidang tabungan cinta kasih (TCK),
hasil dari TCK ini sebagian akan digunakan untuk kegiatan sosial (2006:53-55).
3
Paroki Mlati terbagi menjadi 16 wilayah yang terdiri dari 68 lingkungan,
yaitu: Santo Paulus Donoharjo Selatan, Santo Yakobus Tambakrejo, Santo
Yohanes Berkisan, Santo Venatius Dukuh, Santo Ignatius Tridadi, Santo Markus
Mlati Utara, Santo Markus Mlati Selatan, Santo Thomas Duwet, Santo Alfonsus
De Liguori Karangmloko, Santo Antonius Plasa Panca, Aloysius Kronggahan,
Agustinus Getas, Santo Petrus Warak, Santo Yosef Cebongan, Santo Paulus
Bolawen dan Santo Petrus Donoharjo Utara (2006:57-125).
Wilayah Donoharjo Utara termasuk bagian dari paroki Mlati Yogyakarta, di
mana wilayah tersebut berada paling utara di antara wilayah-wilayah yang
lainnya. Di Wilayah Donoharjo Utara terdapat empat lingkungan yaitu lingkungan
Ngepas (St. Robertus), Gondanglutung (St. Paulus), Brengosan (St. Yusuf) dan
Kayunan (St. Stefanus). Kegiatan umat di Wilayah Donoharjo Utara meliputi:
Paguyuban Adi Sepuh (lansia), Pasutri Keluarga Katolik Muda, Paguyuban
Pangruktiloyo, Yusuf Arimatea, Mudika, dan PIA (2006:75-76). Selain itu ada
juga seksi-seksi yang terlibat dalam kepengurusan di Wilayah Donoharjo Utara,
antara lain seksi liturgi, sosial ekonomi, prodiakon, lektor, tabungan cinta kasih,
ibu wilayah, pewartaan, pembangunan, koor, karawitan dan RT. Kapel.
Berdasarkan kegiatan-kegiatan di atas, di Wilayah Donoharjo Utara juga terdapat
kegiatan yang mengacu dari paroki, antara lain: mudika, PIA, liturgi, sosial
ekonomi, tabungan cinta kasih, dan pewartaan.
Wilayah Donoharjo Utara memiliki kapel yang bernama St. Petrus, kapel
tersebut selesai dibangun pada tahun 1974. Pada tahun itu juga kapel diberkati
oleh Vicaris Jendral Keuskupan Semarang, yaitu Rm. Joyosiswoyo, Pr. Letak
Kapel tersebut berada di dusun Kayunan yang berdekatan dengan sawah. Dengan
4
dimilikinya kapel, maka kegiatan pembinaan iman Umat sangat efektif. Kegiatan
tersebut meliputi: Misa Kudus sebulan dua kali yaitu minggu II dan IV, rekoleksi,
pertemuan mudika, pendampingan PIA, misa Arwah, pertemuan prodiakon paroki
(2006:76).
Anak-anak PIA di Wilayah Donoharjo Utara berjumlah 20 anak dan rata-rata
mereka adalah siswa Sekolah Dasar yaitu kelas 1 sampai dengan kelas 6. Anak-
anak tersebut biasanya berkumpul dalam kegiatan PIA yang diadakan sebulan dua
kali yaitu setiap minggu I dan III dari pukul 10.00 sampai dengan pukul 11.30 di
Kapel St Petrus. Karena letak Kapel cukup jauh dari rumah umat, maka anak-anak
biasanya pergi mengikuti PIA menggunakan sepeda, ada pula yang diantar
menggunakan kendaraan oleh orang tuanya. Selain mengikuti kegiatan PIA, anak-
anak juga disibukkan dengan kegiatan yang lain seperti koor, karena PIA di
Wilayah Donoharjo Utara juga sering mendapat tugas koor baik di Gereja Paroki
maupun di Kapel wilayah. Di samping tugas koor misa biasa, anak-anak PIA
Wilayah Donoharjo Utara juga terlibat dalam tugas koor misa Paskah dan Natal
anak di Paroki, dan mereka juga ikut terlibat dalam perarakan persembahan yang
telah dipilih oleh pendampingnya dari masing-masing wilayah di Paroki Mlati.
Selain kegiatan di atas ada juga Safari Novena Rosario, camping dan outbound
PIA, serta lomba BKSN.
Keadaan ekonomi orang tua anak-anak PIA bervariasi mulai dari yang
berekonomi atas, menengah, dan bawah, namun pada umumnya mereka
berekonomi menengah ke bawah. Pekerjaan keluarga mereka juga bervariasi, ada
yang menjadi pengusaha, pegawai negeri, guru, membuka toko, kepala sekolah,
membuka warung, sopir, penjahit, dan buruh. Dengan kondisi ekonomi menengah
5
ke bawah, mereka tetap memberikan perhatian kepada perkembangan iman anak-
anak mereka. Hal ini terlihat dari keterlibatan orang tua dalam bentuk bantuan
mempersiapkan konsumsi secara bergilir antara masing-masing orang tua anak,
sehingga dapat meringankan para pendamping dalam mengurus masalah
konsumsi PIA.
Maka orangtualah yang bertanggung jawab akan pendidikan terhadap anak-
anaknya. Ditegaskan dalam Konsili Vatikan II, khususnya di dalam Deklarasi
tentang pendidikan Kristiani, bahwa orangtua memiliki kewajiban untuk medidik
anak-anaknya, karena orangtualah yang harus diakui menjadi pendidik pertama
dan utama dalam memperkembangkan putera-puteri mereka. Tugas dalam
mendidik anak merupakan tanggung jawab keluarga, namun dalam usaha medidik
anak juga memerlukan bantuan masyarakat. Oleh sebab itu, selain orang tua
masyarakat pun mempunyai kewajiban untuk menolongnya (GE, art. 3).
Dalam hal ini orang tua memiliki kewajiban dan tanggung jawab yang begitu
besar dalam mendidik, memotivasi dan membimbing iman anak-anaknya agar
anak-anak memiliki sikap dan wawasan iman Kristiani serta bangga atasnya, serta
mampu pula mengungkapkan dan mewujudkan imannya sesuai usia mereka.
Kesibukan orang tua, membuat sebagian besar orang tua tidak banyak memiliki
waktu untuk memberikan pendidikan iman kepada anak mereka, sehingga orang
tua membutuhkan bantuan masyarakat Gereja yaitu para pendamping PIA.
Pendampingan Iman Anak merupakan salah satu bentuk katekese anak.
Dengan dilaksanakannya PIA, anak-anak diharapkan supaya lebih mengenal dan
mencintai Kristus dan hidup iman mereka menjadi lebih baik serta mewujud
nyatakan cinta kasih akan Kristus. Sumber utama katekese adalah Kitab Suci dan
6
tradisi Gereja. Kitab Suci dikaitkan dengan pengalaman hidup jemaat. Jemaat
mengkomunikasikan pengalaman hidupnya dengan Sabda Allah agar pengalaman
tersebut dapat dimaknai atas nama-Nya. Melalui pemaknaan itu, jemaat
diharapkan dapat menghadirkan Allah di tengah-tengah hidup mereka dan
mendewasakan iman mereka.
Membaca uraian di atas, maka tujuan Pendampingan Iman Anak dapat
dirumuskan sebagai berikut: PIA ingin membantu orang tua kristiani dalam usaha
menyiapkan lingkungan atau iklim untuk pembimbingan anak-anak yang sedang
berkembang menuju ke masa remaja, di dalam iman dan di dalam kepribadian
mereka.
Jumlah pendamping PIA di Wilayah Donoharjo Utara mengalami
perubahan. Pada tahun 2005-2007 ada 5 orang, mereka juga disibukkan dengan
aktifitas perkuliahan. Namun makin lama jumlah pendamping diperiode itu
berkurang karena mereka sudah disibukkan dengan pekerjaan dan kegiatan kuliah,
sehingga hanya tinggal 1 orang pendamping saja. Saat itu penulis belum memiliki
peran dan tanggung jawab sebagai pendamping PIA, namun hanya membantu dan
mengamati pelaksanaan PIA walaupun tidak rutin.
Sejauh pengamatan penulis, metode yang pernah dipakai dalam kegiatan
PIA oleh kakak-kakak pendamping ialah metode bercerita, memainkan suatu
kisah, bernyanyi, tanya-jawab, bermain, karyawisata, deklamasi, dan mewarnai
gambar. Namun metode tersebut tidak semuanya sering digunakan, akan tetapi
hanya beberapa saja. Metode yang sering digunakan antara lain: metode bernyanyi
dan bercerita. Metode yang sering diberikan tersebut cenderung membuat anak
menjadi bosan dan kurang semangat dalam mengikuti kegiatan PIA. Semuanya itu
7
mempengaruhi minat anak dalam mengikuti PIA. Hal ini nampak dalam kegiatan
PIA yang jumlah pesertanya sedikit. Melihat keadaan ini, penulis merasa prihatin
menyimak permasalahan yang dialami PIA di Wilayah Donoharjo Utara, karena
metode yang dipakai kurang bervariasi sehingga anak kurang termotivasi untuk
mengikuti PIA. Kurangnya keterlibatan anak-anak dalam kegiatan PIA tersebut
akan mempengaruhi hidup berimannya, sehingga cenderung akan menghambat
perkembangan imannya.
Pada bulan Mei tahun 2009 dilaksanakan regenerasi pengurus wilayah, dan
di situ penulis ditunjuk untuk menjadi koordinator pendamping PIA di Wilayah
Donoharjo Utara, lalu para pengurus wilayah tersebut dilantik pada tanggal 5
Agustus 2009. Saat ini jumlah pendamping PIA ada 5 orang termasuk penulis,
namun tidak semua pendamping aktif dalam mendampingi anak karena alasan
pekerjaan, kuliah dan kegiatan-kegiatan lainnya, sehingga hanya 2 pendamping
saja yang aktif. Para pendamping PIA yang aktif ini merupakan mahasiswa yang
masih kuliah, mereka sangat mencintai anak-anak, bergembira, sabar,
bersemangat, tegas, dan terbuka untuk belajar. Selain mendampingi PIA di
wilayah, mereka juga terlibat dalam kegiatan di Paroki antara lain: pertemuan
rutin pendampingan PIA, menyelenggarakan camping PIA, menyelenggarakan
acara temu gembira PIA, dan week end pendamping PIA.
Selama penulis mendampingi PIA, penulis sering menggunakan beberapa
metode di antaranya metode bercerita, diskusi, memainkan suatu kisah, bernyanyi,
tanya-jawab, permainan dalam kelompok, deklamasi, dan mewarnai gambar. Dari
berbagai macam metode tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa metode
yang banyak diminati oleh anak-anak ialah metode permainan dalam kelompok
8
dan memainkan suatu kisah, metode tersebut termasuk dalam metode dinamika
kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa metode dinamika kelompok merupakan
metode yang berpeluang efektif untuk PIA. Kegiatan PIA di Wilayah Donoharjo
Utara saat ini sudah mengalami peningkatan dalam hal keaktifan kegiatan PIA,
dibandingkan dengan tahun yang lalu, karena tahun 2009 ini ada regenerasi
pendamping baru yang memiliki semangat yang baru.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk memberikan
masukan berupa usulan program kaderisasi Pendampingan Iman Anak tentang
penggunaan metode dinamika kelompok bagi para pendamping dalam kegiatan
PIA di Wilayah Donoharjo Utara Paroki Mlati Yogyakarta. Bertitik tolak dari hal
tersebut, metode yang akan diungkap dalam penulisan ini adalah metode dinamika
kelompok.
Dinamika kelompok berarti suatu kelompok yang teratur dari dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan yang lain. Dengan kata lain, antar anggota kelompok mempunyai hubungan psikologis yang berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama-sama (Santosa, 1999:9).
Dari definisi di atas, dinamika kelompok merupakan keadaan kelompok yang
teratur, terdiri lebih dari satu orang yang di dalamnya terdapat hubungan
psikologis yang jelas antara anggota lainnya, artinya antara anggota yang satu
dengan yang lainnya saling mengenal. Dengan demikian, dinamika kelompok
dapat dialami dalam situasi bersama. Selain itu dinamika kelompok dalam
konteks sosial merupakan sistem tindakan yang diambil oleh setiap individu yang
apabila disatukan akan menghasilkan suatu kekuatan yang dapat dimanfaatkan
untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditentukan (Syamsu, Yusril dan
Suwarto, 1991:53). Dengan metode dinamika kelompok, anak mendapatkan
9
pengalaman belajar dan tidak menutup kemungkinan untuk tumbuhnya minat
dalam diri anak untuk mengenal Kitab Suci sehingga mampu memperkembangkan
imannya. Artinya, metode dinamika kelompok merupakan salah satu metode yang
berpeluang efektif untuk digunakan dalam kegiatan PIA. Namun metode dinamika
kelompok belum digunakan secara optimal oleh para pendamping dalam kegiatan
PIA di Wilayah Donoharjo Utara, mereka hanya menggunakan metode dinamika
kelompok sebagai salah satu variasi metode tanpa menyadari secara mendalam
bahwa metode dinamika kelompok memiliki kontribusi untuk mengembangkan
minat dan diri anak-anak dalam kegiatan PIA secara efektif.
Berkaitan dengan uraian di atas yaitu dengan melihat keprihatinan dalam
Pendampingan Iman Anak di Wilayah Donoharo Utara Paroki Mlati, maka skripsi
ini penulis beri judul “METODE DINAMIKA KELOMPOK BERPELUANG
EFEKTIF BAGI PENDAMPINGAN IMAN ANAK DI WILAYAH
DONOHARJO UTARA PAROKI MLATI YOGYAKARTA”.
B. RUMUSAN PERMASALAHAN
Berdasarkan uraian di atas, masalah penulisan ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan metode dinamika kelompok dalam PIA?
2. Bagaimana gambaran umum tentang pelaksanaan PIA di Wilayah Donoharjo
Utara?
3. Bagaimana usaha yang dapat dilakukan untuk mengembangkan PIA di
Wilayah Donoharjo Utara khususnya tentang kaderisasi pendamping PIA?
10
C. TUJUAN PENULISAN
Skripsi ini ditulis dengan tujuan:
1. Menyampaikan penjelasan mengenai metode dinamika kelompok dalam PIA.
2. Mengetahui pelaksanaan Pendampingan Iman Anak di Wilayah Donoharjo
Utara.
3. Memberikan sumbangan gagasan tentang metode dinamika kelompok untuk
mengembangkan minat anak-anak dalam mengikuti kegiatan PIA di Wilayah
Donoharjo Utara.
D. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi Gereja
a. Dengan metode dinamika kelompok ini diharapkan mampu memberikan
sumbangan yang berguna bagi Gereja, khususnya dalam hal Pendampingan
Iman Anak.
b. Memberikan sumbangan pemikiran bagi karya pastoral Gereja, khususnya
dalam meningkatkan efektivitas bagi para calon pendamping PIA.
2. Bagi para pendamping PIA
a. Menambah pengetahuan mengenai metode dinamika kelompok dalam PIA.
b. Membantu para pendamping PIA dalam usaha mendampingi PIA secara
efektif.
3. Bagi penulis
a. Menambah wawasan serta pengetahuan penulis dalam karyanya mendampingi
iman anak.
11
b. Memicu semangat penulis untuk lebih aktif terlibat dalam kegiatan menggereja,
khususnya dalam mendampingi PIA.
E. METODE PENULISAN
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif
analitis, yaitu berdasarkan studi dan analisa pustaka yang dilengkapi dengan
observasi serta wawancara dengan pengurus wilayah dan para pendamping PIA
sehubungan dengan pendampingan yang telah dilaksanakan.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Skripsi yang berjudul “Metode Dinamika Kelompok Berpeluang Efektif
bagi Pendampingan Iman Anak di Wilayah Donoharjo Utara Paroki Mlati
Yogyakarta” ini, akan diuraikan dalam lima bab sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini berisikan pendahuluan yang meliputi latar belakang penulisan,
rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan,
dan sistematika penulisan.
BAB II: PENDAMPINGAN IMAN ANAK
Dalam bab ini, penulis akan memaparkan dan menjelaskan mengenai
sejarah, peserta, dasar, ciri khas, tujuan, pendamping PIA, macam-macam metode
dalam PIA, dan metode dinamika kelompok. Metode dinamika kelompok sebagai
metode yang berpeluang efektif untuk digunakan dalam mendampingi iman anak.
BAB III: GAMBARAN UMUM PIA DI WILAYAH DONOHARJO UTARA
PAROKI MLATI YOGYAKARTA
12
Bab ini akan menjelaskan tentang gambaran umum Wilayah Donoharjo
Utara, situasi anak-anak PIA, dan pendampingan yang telah dilaksanakan di
Wilayah Donoharjo Utara. Bab III ini juga menjelaskan tentang pelaksanaan
penelitian di Wilayah Donoharjo Utara Paroki Mlati Yogyakarta yang meliputi:
hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian, dan rangkuman hasil penelitian.
BAB IV: USULAN PROGRAM KADERISASI BAGI PARA
PENDAMPING PIA DI WILAYAH DONOHARJO UTARA
PAROKI MLATI YOGYAKARTA
Dalam bab ini dipaparkan tentang usulan program kaderisasi PIA tentang
penggunaan metode dinamika kelompok bagi para pendamping dalam kegiatan
PIA. Usulan program tersebut diharapkan membantu para pendamping PIA untuk
menjalankan tugasnya dalam mendampingi PIA secara efektif.
BAB V: PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran.
BAB II
PENDAMPINGAN IMAN ANAK DAN DINAMIKA KELOMPOK
Bab II ini berupa Kajian Pustaka yang akan penulis uraikan dalam empat
bagian. Pertama tentang sejarah, peserta, dasar, tujuan, ciri khas PIA. Kedua,
tentang pendamping PIA. Ketiga, mengenai macam-macam metode dalam PIA,
dan yang terakhir tentang metode dinamika kelompok.
A. SEJARAH, PESERTA, DASAR, TUJUAN, CIRI KHAS PIA
Pembicaraan tentang sejarah PIA berikut ini disusun dari manuskrip bahan
mata kuliah PIA oleh Suhardiyanto, 2006.
1. Sejarah PIA
PIA adalah singkatan dari Pendampingan Iman Anak yang sebelumnya
biasa disebut Sekolah Minggu. Istilah Sekolah Minggu cukup kita kenal untuk
masa sekarang ini. Berdasarkan asal katanya Sekolah Minggu berasal dari bahasa
Inggris, yaitu Sunday School. Sunday berarti hari pertama dalam satu minggu, hari
istirahat dan hari ibadat bagi orang Kristen. School merupakan suatu lembaga
formal yang menangani masalah pendidikan. Dengan demikian Sunday School
adalah suatu kegiatan yang dihadiri oleh anak-anak yang berlangsung di Gereja
dengan maksud untuk mengikuti pelajaran agama.
Pelaksanaan pelajaran agama untuk anak-anak yang berlangsung di Gereja
Indonesia pada mulanya hanya dilaksanakan oleh Gereja Kristen Protestan.
Sekolah Minggu sebagai salah satu kegiatan untuk membina iman anak telah
dilaksanakan dalam Gereja Kristen Protestan sebelum tahun 1965 yaitu sebagai
14
lembaga resmi seperti sekolah yang lain dan peserta tidak terbatas pada anak-anak
yang sudah dibaptis, dengan kata lain yang belum dibaptis pun boleh
mengikutinya. Bertolak dari pengalaman pelaksanaan Sekolah Minggu dalam
Gereja Kristen Protestan, kemudian dalam Gereja Katolik berkembang pelayanan
iman bagi anak- anak. Pelayanan iman yang kita kenal dengan Sekolah Minggu
muncul dalam Gereja Katolik berasal dari penerjemahan sebuah buku penuntun
Sekolah Minggu dari Gereja Kristen Protestan. Buku penuntun Sekolah Minggu
tersebut diterbitkan pada tahun 1965. Perkembangan lebih lanjut setelah
penerjemahan buku itu adalah diadakannya pertemuan rutin (periodik)
sekelompok anak-anak di kota Malang yang berkumpul untuk bernyanyi, bermain
dan berdoa bersama. Pertemuan rutin ini terjadi sejak tahun 1972.
Akhirnya untuk masa sekarang ini diberbagai daerah di Indonesia Sekolah
Minggu telah menjadi salah satu kegiatan paroki. Sekolah Minggu dalam Gereja
Katolik di Indonesia pada masa sekarang ini telah berkembang sebagai suatu
kegiatan yang penting dalam kehidupan paroki. Hal ini secara nyata dapat kita
lihat dan kita ketahui dengan adanya Sekolah Minggu hampir di setiap paroki di
Indonesia khususnya di Keuskupan Agung Semarang meskipun dengan nama atau
istilah yang berbeda-beda. Istilah lain untuk Sekolah Minggu misalnya Bina Iman
Anak, Minggu Gembira, Taman Tunas Iman, PIA, dan sebagainya.
2. Peserta PIA
Yang dimaksud dengan peserta PIA di sini adalah mereka yang duduk di
bangku Sekolah Dasar. Anak-anak tersebut memerlukan pendampingan yang baik
di mana pendampingan tersebut sebaiknya diberikan oleh orang tua, namun pada
15
kenyataannya kondisi keluarga terkadang menjadikan orang tua sibuk dan kurang
peduli akan perkembangan iman anak-anaknya. Melihat kondisi tersebut maka
sangat baik bila anak-anak dilibatkan dalam kegiatan PIA.
Secara psikologis anak mempunyai ciri perkembangan kejiwaan yang
khusus. Pertumbuhan kejiwaan anak usia 4-13 tahun memiliki ciri-ciri sebagai
berikut: ciri pertama, pertumbuhan fisik dan motoriknya maju pesat, hal ini
berperan penting bagi perkembangan yang dibutuhkan oleh anak-anak sebagai
mekhluk individu dan makhluk sosial. Ciri kedua, kehidupan sosialnya diperkaya,
selain memiliki kemampuan dalam hal bekerjasama anak-anak juga memiliki
kemampuan dalam hal bersaing di antara hidup dengan teman sebaya. Ciri ketiga,
semakin menyadari diri, selain memiliki keinginan dan perasaan tertentu anak
juga semakin memiliki minat tertentu. Ciri keempat, kemampuan berpikir anak-
anak masih berada dalam tingkat persepsional. Ciri kelima, dalam bergaul,
bekerjasama, dan berkegiatan bersama anak-anak tidak membedakan jenis tetapi
yang menjadikan dasar adalah perhatian dan pengalaman yang sama. Ciri keenam,
anak-anak memiliki kesanggupan untuk mengalami hubungan sebab akibat. Ciri
ketujuh, ketergantungan pada orang dewasa semakin berkurang dan kurang
memerlukan perlindungan orang dewasa. Seorang pendamping perlu mendalami
ciri-ciri dalam pertumbuhan kejiwaan anak-anak, sehingga seorang pendamping
dalam melaksanakan pendampingan dapat menjadi peka untuk melihat perubahan
tingkah laku yang terjadi dalam peserta PIA (Sene, 1985: 48-49).
Berkaitan dengan pengalaman anak sesuai usia dapat diambil suatu
kesimpulan yang dapat dipergunakan dalam kegiatan PIA adalah sebagai berikut:
16
Usia 3-5 tahun : hubungan yang dialami sebagai hubungan seorang individu
yang tergantung pada orang lain. Hubungan yang dialami
ialah hubungan seseorang sebagai anggota keluarga.
Usia 6-8 tahun : hubungan yang dialami sebagai hubungan yang semakin
luas, di mana hubungan yang hanya ada di keluarga meluas
ke sekolah dan kelompok-kelompok di luar keluarga.
Usia 9-11 tahun : pengalaman menjadi anggota dalam kelompok sebaya.
Pengalaman tersebut membuat anak mengalami perasaan
bahwa seseorang perlu medukung dan didukung oleh orang-
orang di luar keluarganya.
Usia 12-14 tahun : pengalaman tumbuh dalam hubungan-hubungan antar
pribadi yang lebih mendalam terutama hubungan dengan
kawan dan hingga hubungan antara laki-laki dan perempuan
(Goretti, 1999:73).
Jadi peserta PIA adalah anak-anak yang pada umumnya sedang belajar di
Taman Kanak-Kanak sampai SMP kelas 2. Kegiatan PIA ini diutamakan bagi
yang sudah dipermandikan, namun tidak menutup kemungkinan bagi yang belum
dipermandikan.
3. Dasar PIA
Tinjauan kita tentang dasar PIA dapat kita lakukan dari beberapa sudut
yaitu terutama dari sudut biblis (Kitab Suci) dan berdasarkan dokumen Gereja.
a. Dasar Kitab Suci
17
Kitab Suci yang mengemukakan pentingnya pendidikan iman bagi anak-
anak antara lain Injil Luk 18:15-17. Dalam teks tersebut terungkap sikap Yesus
terhadap anak-anak. Yesus bersabda: "Biarkanlah anak-anak itu datang kepadaKu
dan jangan kamu menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti
itulah yang empunya Kerajaan Allah". Yesus penuh perhatian terhadap anak-anak.
Dan perhatian terhadap anak-anak seperti yang dilakukan oleh Yesus inilah yang
menjadi dasar bagi pelaksanaan PIA sebagai suatu kegiatan yang memang
dikhususkan bagi anak-anak untuk membina iman mereka. Teks lainnya dari
Kitab Suci sehubungan dengan pendidikan iman ialah dalam Injil Mat 28:19-20
yang berbunyi: “ Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan
baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka
melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintakan kepadamu”. Perkataan Yesus
kepada murid-muridNya ini berarti bahwa Yesus sangat mempercayakan kepada
para muridNya untuk mewartakan kabar suka cita kepada semua orang sesuai
dengan ajaran Yesus yang selalu menyertai sampai akhir zaman. Dengan hal
tersebut, maka mewartakan kabar gembira tidak hanya ditujukan kepada
kelompok tertentu, melainkan ditujukan kepada semua orang baik orangtua,
dewasa, maupun kepada anak-anak. Hal tersebut menjelaskan bahwa anak-anak
mendapat tempat dalam pewartaan iman akan Yesus Kristus.
b. Dasar dari Dokumen Resmi Gereja
Ajaran Gereja tentang Pendidikan Kristiani dinyatakan dalam Dokumen-
Dokumen Gereja sebagai berikut:
1) Semua orang sebagai pribadi mempunyai hak atas pendidikan yang sesuai
dengan bakat dan tujuannya masing-masing. Maka umat Kristen pun
18
hendaknya mencurahkan tenaganya supaya anak-anak menerima pendidikan
serta pengajaran yang pantas.
2) Orang tualah yang harus diakui sebagai pendidik pertama dan utama. Sebab
merupakan kewajiban orang tua: menciptakan lingkup keluarga, yang diliputi
semangat bakti kepada Allah dan kasih sayang terhadap sesama sedemikian
rupa, sehingga menunjang kebutuhan pendidikan pribadi dan sosial anak-anak
mereka. Maka keluarga itulah lingkungan pendidikan pertama keutamaan-
keutamaan sosial, yang dibutuhkan oleh setiap masyarakat. (GE, art. 3)
3) Anak-anak sudah saatnya memasuki kalangan sosial yang lebih luas seperti
sekolah dan Gereja, tetapi juga saatnya terlibat dalam kegiatan katekese yang
bertujuan memasukkan anak secara organis ke dalam kehidupan Gereja.
Katekese mencakup persiapan langsung untuk merayakan Sakramen-
Sakramen, menyingkap makna Sakramen-Sakramen tetapi juga sekaligus
menerima dari pengalaman Sakramen-Sakramen suatu dimensi yang hidup
sehingga tidak bersifat doktriner belaka. Katekese memberikan kepada anak-
anak kegembiraan menjadi saksi Kristus dalam hidup sehari-hari (CT, art. 37).
4) Selain dari Kitab Suci, Dokumen Gereja "Gravissimum Educationis" (art. 3),
KHK, dan CT, juga dikemukakan tentang peranan setiap orang Kristen
dalam usaha untuk memperdalam dan mengembangkan iman anaknya. Orang
tua, karena telah memberi hidup kepada anak-anaknya, terikat kewajiban yang
sangat berat dan mempunyai hak untuk mendidik mereka; maka dari itu adalah
pertama-tama tugas orang tua kristiani untuk mengusahakan pendidikan
kristiani anak-anak menurut ajaran yang diwariskan Gereja (KHK, Kanon
226).
19
4. Tujuan PIA
Melalui kegiatan PIA, Gereja bermaksud untuk membantu para orang tua
kristiani dalam mendampingi anak-anak mereka yang sedang berkembang.
Pendampingan PIA merupakan salah satu bentuk karya pewartaan Gereja untuk
memperdalam iman dan membantu anak untuk semakin masuk dan terlibat dalam
hidup menggereja.
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam PIA, antara lain:
a. Menciptakan suasana yang mendukung bagi anak-anak yang sedang tumbuh
menuju ke masa remaja.
b. Menciptakan berkembangnya iman di dalam pribadi anak-anak.
c. Memperluas pemahaman agama kristiani ke arah penghayatan iman yang
sesuai dengan keadaan pribadi anak, dengan berpegang kepada pribadi Yesus.
d. Menciptakan penghayatan iman anak melalui komunikasi iman dengan sesama
melalui teman-temannya dan peristiwa yang dialami.
e. Mengembangkan pemahaman anak mengenai ibadat.
f. Mendukung anak dalam persiapan penerimaan komuni pertama.
g. Menanamkan sikap saling kerjasama, saling menolong, menghargai antara
sesama.
h. Mengembangkan bakat dan kreatifitas anak.
i. Menciptakan harga diri yang sehat.
j. Memupuk sikap peduli terhadap orang lain.
k. Meningkatkan keterlibatan dalam menciptakan suasana yang baik.
l. Mengembangkan sikap rukun dan gembira di dalam kehidupan.
20
m. Mengembangkan sikap rajin membaca dan memperdalam Kitab Suci (Goretti,
1999:18).
5. Ciri khas PIA
Bila kelompok PIA sungguh ingin konsekuen menjadi wadah bagi
pertumbuhan dan penyadaran iman yang telah dimiliki anak, maka ciri suasana
kelompok perlu diperhatikan. Dalam kegiatan PIA terdapat enam ciri suasana
yang harus diperhatikan oleh pendamping (Goretti, 1999:19-20):
a. Gembira
Suasana gembira perlu tercipta dalam kegiatan PIA, karena situasi gembira
dekat dengan pribadi anak-anak. Dengan demikian kegiatan PIA perlu
menghadirkan situasi yang menyenangkan, menggembirakan, menarik, sehingga
anak-anak merasa betah dan selalu ingin berkumpul lagi. Pendamping perlu
berusaha supaya tidak muncul suasana yang membosankan.
b. Bebas
Kebebasan menjadi hal yang pokok dalam rangka memperdalam iman.
Pendamping PIA ingin membantu anak-anak peserta PIA agar menyadari iman
yang mereka miliki, sehingga memungkinkan berkembangnya iman dalam diri
anak. Dengan demikian suasana yang membebaskan penting untuk dimiliki oleh
kelompok PIA. Maka dengan hal ini memungkinkan tumbuhnya iman yang
sedang berkembang dalam diri anak-anak.
c. Bermain
Usia 4-10 tahun merupakan usia yang dekat dengan permainan, sehingga
anak-anak senang sekali bermain. Sesuai dengan usia anak tesebut, maka
21
pertemuan di dalam kegiatan PIA perlu melibatkan unsur bermain. Dengan
bermain dapat menumbuhkan kreativitas, juga meningkatkan sosialisasi, dan
wawasan menjadi luas. Sehingga dapat mengembangkan keterlibatan anak dalam
menciptakan suasana yang baik bagi sesama.
d. Mendalam
Pendamping perlu memilih kegiatan atau permainan yang akan dipakai
dalam kegiatan PIA. Kegiatan atau permainan tersebut perlu dilihat secara
mendalam. Setelah suatu kegiatan permainan selesai dilaksanakan, pendamping
mengajak anak-anak untuk melihat kembali perasaan yang muncul selama
bermain. Sehingga dalam kegiatan PIA tidak hanya sekedar bermain saja, namun
melalui kegiatan tersebut anak-anak PIA juga dapat mengambil hikmah yang
berguna dalam hidupnya.
e. Beriman
Ciri ini juga termasuk salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam
kelompok PIA. Ciri ini dapat muncul perlahan-lahan melalui proses perkenalan
dan perkembangan kehidupan kristiani anak-anak. Kehidupan kristiani berarti
kehidupan yang berpola pada Yesus Kristus. Dengan memperkenalkan pribadi
Yesus Kristus, maka anak diharapkan semakin berkembang dalam hidupnya
seperti yang dicita-citakan oleh Yesus. Beriman berarti semakin mengikuti Kristus
secara penuh. Begitu pula dengan anak-anak PIA, mereka diharapkan mencintai
Kristus secara penuh.
f. Menjemaat
Beriman juga tumbuh di dalam hidup bersama dengan orang lain, di dalam
kelompok orang-orang yang beriman dan di dalam jemaat. Belajar hidup berteman
22
dengan baik, belajar saling memahami, belajar bekerjasama, belajar saling
memaafkan dan seterusnya terlaksana dalam kelompok PIA. Dengan latihan-
latihan dan pengalaman tersebut, melatih anak-anak untuk hidup bersama di
dalam jemaat.
B. PENDAMPING PIA
1. Spiritualitas Pendamping PIA
a. Pengertian spiritualitas
Kata Spiritualitas berkaitan dengan kata spirit atau roh, yang artinya daya
kekuatan yang menghidupkan atau menggerakkan seseorang untuk
mempertahankan, memperkembangkan dan mewujudkan kehidupan. Spiritualitas
tidak hanya bersifat rohani saja, namun spiritualitas adalah kesadaran atau sikap
hidup seseorang untuk dapat bertahan untuk mewujudnyatakankan tujuan dan
harapannya.
b. Spiritualitas Rasuli
Spiritualitas rasuli berarti bahwa seorang pendamping dalam melaksanakan
kegiatan PIA bukan karena dorongan manusia saja namun karena dorongan
kerasulan, yaitu kesadaran sebagai seorang yang beriman kristiani secara dewasa
yang dipanggil dan diutus dalam rangka memperluas Kerajaan Allah. Maka dari
itu, sebagai seorang beriman kristiani yang dipanggil dan diutus oleh Kristus
diharapkan memiliki:
1) Iman yang dewasa
Seorang yang beriman kristiani yang dewasa akan Kristus ialah seseorang
yang mempunyai keyakinan yang mendalam akan karya cinta kasih Allah yang
23
telah menyelamatkan umat manusia melalui hidup dan karya Yesus Kristus.
Dengan hal tersebut maka seorang pendamping PIA hendaknya sadar untuk
meresapi hidup berimannya secara penuh dengan meneladani hidup dan karya
Yesus Kristus yang diungkapkan kepada anak-anak.
2) Berorientasi kepada Yesus Kristus sang Guru
Melalui sakramen permandian, seorang pribadi yang beriman akan Kristus
dipanggil dan diutus dalam rangka memperluas kabar penyelamatan Allah kepada
manusia. Untuk mempermudah dalam kegiatan PIA, maka seorang pendamping
hendaknya berorientasi kepada Yesus Kristus, supaya tindakkannya tidak
menyimpang dari ajaran Kristus melainkan sesuai dengan ajaran Kristus. Maka
orientasi tersebut dapat dirinci dalam 3 hal:
a) Memusatkan dan mendasarkan kegiatan pendampingannya kepada Yesus Sang
Guru.
b) Berkepribadian sesuai dengan ajaran Yesus Kristus.
c) Memiliki sikap seperti yang telah diajarkan oleh Yesus Kristus.
3) Bersemangat Rasul
Yesus memberikan tugas dan mengutus kepada para rasul, hal ini nampak
dalam Kitab Suci yaitu dalam Injil Mat 28:19-20, dalam Injil tersebut para
pendamping PIA perlu menghayatinya, karena melalui Injil tersebut Yesus
memberikan perintah kepada dirinya untuk mewartakan kabar gembira kepada
seluruh umat manusia. Pendamping harus memperhatikan perintah perutusan
tersebut dan menghayatinya sungguh-sungguh sebagai kabar gembira yang
membawa arti baru bagi hidup pendamping PIA.
24
2. Kualifikasi Pendamping PIA
Berikut ini adalah kualifikasi yang perlu dimiliki oleh seorang
pendamping PIA:
a. Jalan menuju Kristus
Melalui kesaksian imannya, para pendamping PIA dapat mewartakan
kabar gembira akan Yesus Kristus, maka pendamping harus selalu memperdalam
iman dalam hidupnya melalui Yesus Kristus dan mengacu dari hidup serta karya
dalam pribadi Yesus Kristus Sang Guru. Pokok-pokok dalam pewartaannya yaitu
Yesus Kristus yang telah menyelamatkan manusia. Dalam definisi inilah seorang
pendamping diajak untuk mendalami dan menghayati hidup berimannya sesuai
dengan Yesus Kristus, sehingga peserta PIA dapat diperkenalkan dan dibimbing
akan Yesus Kristus.
b. Mampu menciptakan hubungan yang mesra antara dirinya dengan anak-anak
Sebagai orang beriman, seorang pendamping mempunyai hubungan yang
erat dengan Tuhan. Hubungan ini juga akan tercermin di dalam kehidupan sehari-
hari dan dalam relasi dengan orang lain. Ia akan melihat sesama sebagai saudara,
sebagai rekan dan sebagai pribadi. Demikian pula sikapnya terhadap anak-anak,
seorang pendamping diharapkan mampu menyelami dan memahami situasi dan
kebutuhan anak-anak.
c. Dapat menampakkan dan membagikan kegembiraan
Gembira merupakan ciri khas dari kegiatan PIA. Modal awal dalam
mencipakan situasi yang menggembirakan tidak berada di luar jangkauan pribadi
pendamping PIA namun suasana kegembiraan itu ada di dalam pribadi
pendamping tersebut. Ciri gembira dalam kegiatan PIA didasari oleh sikap
25
gembira yang tertuang dalam kata-kata dan tindakan. Kegiatan yang
menggembirakan akan menumbuhkan minat anak untuk selalu hadir dalam setiap
pertemuan dalam kegiatan PIA.
d. Mencintai anak
Seorang pendamping PIA harus mencintai anak-anak, sebagaimana Yesus
mencintai umatNya. Pendamping perlu berusaha untuk memahami secara
mendalam tentang kebutuhan-kebutuhan anak sesuai situasi dan keadaan mereka.
Meka dengan hal itu akan muncul rasa cinta yang mendalam, baik dari anak
maupun diri pendamping sendiri.
e. Sabar
Kesabaran merupakan bagian penting dari hukum cinta kasih yang tidak
dapat terpisahkan, maka dari itu seorang pendamping PIA dituntut untuk sabar,
karena ia berhadapan dengan pribadi anak-anak yang sedang tumbuh. Dengan
adanya kesabaran, maka segala usaha yang dijalankan akan berjalan sesuai degan
ajaran Kristus.
f. Tegas
Dalam kegiatan PIA diperlukan ketegasan, karena tanpa ketegasan
pendamping akan mengalami kesulitan-kesulitan dalam kegiatan
pendampingannya. Walaupun dalam kegiatan PIA terdapat ciri bebas, namun
pendamping membimbing peserta PIA dengan tegas, sehingga anak dilatih untuk
bersikap sabar. Maka dengan hal ini, anak dapat mendalami arti kebebasan dengan
penuh tanggung jawab, sehingga anak dapat selalu berkreativitas, karena
ketegasan itu berawal dari rasa cintanya kepada anak-anak.
g. Disiplin
26
Keberhasilan berawal dari sikap disiplin, maka dalam kegiatan PIA
seorang pendamping berperan sebagai seorang pendidik, diharapkan seorang
pendamping memiliki sikap kedisiplinan yang tinggi, karena akan memperkokoh
dan menunjang kewibawaannya dalam mendampingi anak-anak.
h. Memiliki fantasi dan kreasi
Seorang pendamping PIA juga dituntut untuk kreatif. Kreatif menciptakan
bermacam-macam kegiatan yang menyenangkan dan bermanfaat bagi anak-anak
PIA, dengan sikap kreatif yang dimiliki oleh pendamping, maka akan dapat
melancarkan suasana pendampingan yang menarik bagi para peserta PIA. Ia harus
berani berkreasi dan menciptakan kegiatan baru, sehingga metode yang digunakan
dapat bervariatif.
i. Bersedia selalu belajar
Untuk dapat melaksanakan pendampingan, sebaik mungkin diperlukan
pemahaman yang cukup terhadap anak-anak. Pendamping PIA perlu memahami
watak anak, kebutuhan anak-anak, cita-citanya dan lain sebagainya. Maka
pendamping perlu selalu belajar menangani hal tersebut. Selain hal tersebut,
pendamping juga perlu meningkatkan keterampilan-keterampilan dan
pengetahuan sehubungan dengan PIA, artinya pendamping selalu mencari jalan
yang terbaik demi mendekatkan diri mereka kepada Yesus Kristus (Lembaga
Pengembangan Kateketik PUSKAT, 1993:92-98).
C. MACAM-MACAM METODE DALAM PIA
Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu
pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki (Tim Penyusun Kamus
27
Pusat Bahasa, 2001). Macam-macam metode dalam PIA ini meliputi antara lain
metode ekspresi, populer, dinamika kelompok, eksploratif dan simulatif, naratif,
memainkan suatu kisah, bernyanyi, tanya jawab, permainan, karyawisata, dan
metode diskusi yang diambil dari Komisi Kateketik KAS, 2008: 45-46 dan
Lembaga Pengembangan Kateketik PUSKAT, 1993: 110-111.
1. Metode Ekspresi
Metode ini dipakai untuk mengajak anak-anak mengekspresikan idenya
yang telah diterima dalam pertemuan kegiatan PIA baik secara individu maupun
kelompok. Ekspresinya meliputi irama, gambar, gerak dan lagu, dan puisi.
Ekspresi gerak antara lain: anak-anak diminta mengekspresikan idenya dengan
gerak mencipta bentuk, misalnya dengan menari. Ekspresi irama meliputi: anak
diajak untuk mengekspresikan idenya dengan menghasilkan bunyi-bunyian,
mengubah bernyanyi dengan diiringi musik. Ekspresi gambar antara lain:
pendamping mengajak anak untuk melukis sesuai dengan ide yang dimilikinya,
mewarnai gambar, melengkapi gambar yang belum sempurna, dan sebagainya.
Ekspresi puisi meliputi: pendamping mengajak anak-anak untuk menciptakan
sebuah karya puisi dan membacakan puisinya di depan teman-temannya dalam
kegiaan PIA.
2. Metode Populer
Metode ini digunakan dengan maksud untuk mengajak anak-anak
mendalami proses kegiatan pendampingan dengan bermacam-macam model yang
sedang populer, diminati, dan dikenal oleh anak-anak, misalnya dalam acara
28
televisi yaitu cerdas cermat, talk show, permainan yang dikemas seperti kuis, juga
film, tebak gambar, dan missing liyric (tebak lirik dalam lagu).
3. Metode Dinamika Kelompok
Metode ini digunakan dalam kegiatan PIA untuk mengajak peserta PIA
mendalami lebih jauh sehubungan dengan materi dan juga proses pendampingan
dalam bentuk dramatisasi, outbound, diskusi, permainan yang menghibur,
menyenangkan, dan mendidik anak-anak. Sehingga dengan metode dinamika
kelompok ini, peserta PIA dapat mengambil nilai-nilai yang berguna dalam hidup
mereka, seperti nilai kerjasama, saling menolong, menumbuhkan rasa solideritas,
peka terhadap sesama, dan belajar bersosialisasi dengan teman-temannya.
4. Metode Eksploratif dan Simulatif
Metode eksploratif adalah metode yang dipakai untuk mengajak anak-anak
dalam rangka mendalami materi dan proses kegiatan PIA dengan cara eksploratif
yakni dengan melihat, mengamati, mengunjungi dan mendeskripsikan alat peraga.
Kemudian metode simulatif adalah metode yang digunakan dalam proses kegiatan
PIA untuk memahami materi dengan cara melakukan praktik secara langsung
(simulai).
5. Metode naratif
Metode ini dipakai oleh pendamping PIA untuk mengajak peserta
mendalami materi serta proses pendampingan dalam bentuk cerita, baik yang
berkaitan dengan cerita rakyat, cerita binatang (fabel), cerita bergambar yang
29
menarik, dan cerita Kitab Suci. Secara psikologis anak-anak senang
mendengarkan cerita, apalagi cerita yang disampaikan menarik bagi anak-anak,
akan tetapi metode bercerita dapat dirasa tidak menarik karena cerita yang
dibawakan sangat monoton. Maka dari itu, seorang pendamping perlu
membawakan cerita secara menarik dan penuh penghayatan, ia juga perlu
memahami alur cerita serta tingkah laku pelaku yang diceritakannya.
6. Memainkan suatu kisah
Metode ini dipakai untuk mengajak anak-anak mendalami materi serta
proses pendampingan melalui pertunjukan suatu kisah. Peserta dapat
membawakannya dengan dramatisasi. Masing-masing peserta diberi peran yang
akan dimainkan dalam satu cerita. Anak-anak akan merasa senang sebab dapat
mengekspresikan diri mereka dan mereka dapat mengerti perasaan orang lain.
Melalui metode ini anak-anak diharapkan dapat meresapi dan mendalami materi
yang diberikan oleh pendamping, sehingga materi yang diberikan dapat diingat
oleh peserta. Selain hal tersebut, melalui metode ini anak juga dilatih untuk
bekerja sama dengan orang lain, saling mendengarkan, berinisiatif serta berkreasi.
7. Metode bernyanyi
Bernyanyi dapat menimbulkan suasana yang menyenangkan dan
menggembirakan bagi anak-anak. Maka dari itu pendamping harus
memperhatikan nyanyian yang diketahui oleh anak-anak, mudah dihafal, dan
cocok dengan usia anak-anak. Selain untuk menciptakan suasana gembira,
nyanyian juga dapat berfungsi untuk mendalami suatu materi tertentu, sehingga
30
nyanyian tersebut tidak hanya terkesan menyenangkan saja namun juga sebagai
sarana yang dapat membantu peserta PIA dalam mendalami materi yang agak
susah.
8. Metode tanya jawab
Suasana komunikatif antara pendamping dan anak-anak PIA dapat terjadi
melalui tanya jawab, karena melalui metode tanya-jawab pendamping dan peserta
PIA dapat berinteraksi. Melalui metode tanya-jawab, pendamping dapat
menanyakan apakah anak-anak telah memahami tentang materi yang sudah
diajarkan. Metode ini bukan untuk mengetes atau menguji materi yang telah
diberikan pada minggu yang lalu, namun melalui tanya jawab pendamping perlu
mengetahui kemampuan peserta PIA. Maka dengan tanya jawab, pendamping
dapat menggali pengalaman peserta secara lebih mendalam. Selain itu, dengan
metode tanya-jawab dapat membantu mengarahkan peserta kepada tema yang
sedang dibahas.
9. Metode permainan
Bermain termasuk salah satu metode yang dapat memperkembangkan
sikap sosial dan sikap solider terhadap orang lain. Karena dengan kegiatan
permainan anak dapat berpartisipasi dalam kelompok dan berhadapan dengan
teman-temannya yang berbeda dengan pribadinya. Dengan permainan anak-anak
dilatih untuk mengembangkan kepekaan menghormati dan mengakui kemampuan
temannya. Kemampuan yang dimiliki orang lain sebaiknya dimaknai sebagai
sesuatu yang berguna untuk mengembangkan kemampuannya secara lebih
31
mendalam. Dalam kegiatan PIA, metode ini penting untuk digunakan dalam
rangka mengembangkan sikap percaya kepada orang lain dan membangkitkan
semangat serta menumbuhkan minat anak-anak PIA dalam mengikuti kegiatan
PIA.
10. Karyawisata
Dengan karyawisata, pendamping menyajikan materi yang berkaitan
dengan alam dan mengagumi kebesaran Tuhan melalui alam sekitar. Anak-anak
juga dapat lebih melihat langsung keindahan dan kebesaran ciptaan Tuhan.
Melalui karyawisata anak-anak diajak untuk mensyukuri akan karya ciptaan
Tuhan yang begitu luar biasa yang harus dirawat dan dijaga.
11. Metode diskusi
Diskusi merupakan salah satu metode yang dapat mengembangkan
keberanian anak-anak dalam mengungkapkan pendapatnya, karena di dalam
diskusi terjadi proses interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling
tukar-menukar pengalaman, informasi, dan bekerjasama memecahkan masalah.
Dalam diskusi, anak-anak akan menjadi aktif, artinya tidak ada yang pasif sebagai
pendengar saja. Selain itu, peserta PIA dibantu untuk menghargai pendapat orang
lain walaupun berbeda pendapatnya. Melalui diskusi, peserta PIA dapat
mendalami materi yang telah disampaikan oleh pendamping, sebab dalam
kegiatan diskusi tersebut anak telah melakukan interaksi dan membahas persoalan
yang dihadapi bersama dengan teman-temannya.
32
D. METODE DINAMIKA KELOMPOK
1. Pengertian Dinamika Kelompok
Dinamika kelompok berasal dari kata dinamika dan kelompok
a. Kelompok
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri,
sehingga manusia membutuhkan orang lain untuk hidup bersama dalam satu
kelompok. Dengan adanya keadaan tersebut, maka kelompok adalah
Kumpulan dua orang atau lebih yang saling berinteraksi satu sama lainnya secara teratur dan intensif, mereka sadar bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang memiliki sistem norma dan sanksi, struktur tugas dan peranan masing-masing anggota dalam mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan (Syamsu, Yusril, dan Suwarto, 1991: 52).
Dari definisi di atas, dapat dijelaskan bahwa kelompok merupakan kumpulan yang
memiliki anggota lebih dari satu individu yang di dalamnya terdapat aturan-aturan
yang mengikat. Selain hal tersebut, dalam suatu kelompok juga terdapat suatu
interaksi antara individu secara teratur. Menurut Tim Penyusun Kamus Pusat
Bahasa (2001) interaksi adalah hubungan antara orang yang satu dan yang lain
dengan menggunakan bahasa. Dengan demikian, setiap individu dapat
berkomunikasi dengan individu lainnya untuk mencapai tujuan bersama.
H. Smith juga menguraikan bahwa kelompok dapat diartikan sebagai suatu
unit yang terdapat beberapa individu yang memiliki kemampuan untuk berbuat
dengan kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan persepsi. Menurut
W.H.Y. Sprott mendefinisikan kelompok sebagai beberapa orang yang bergaul
satu dengan yang lain (Santosa, 1999: 8).
33
Kesimpulan dari berbagai pendapat ahli tentang pengertian kelompok
adalah kelompok tidak terlepas dari elemen keberadaan dua orang atau lebih yang
melakukan interaksi untuk mencapai suatu tujuan.
b. Dinamika
Dinamika berarti tingkah laku warga yang satu secara langsung
mempengaruhi warga yang lain secara timbal balik. Jadi dinamika berarti adanya
hubungan dan saling ketergantungan antara anggota kelompok maupun dengan
kelompok secara keseluruhan. Keadaan ini dapat terjadi karena selama ada
kelompok, semangat kelompok (group spirit) terus-menerus ada dalam kelompok
itu, oleh karena itu kelompok tersebut bersifat dinamis, artinya setiap saat
kelompok yang bersangkutan dapat berubah (Santosa, 1999: 9).
c. Dinamika Kelompok
Dinamika kelompok berarti dua individu atau lebih yang mempunyai
hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan yang lain. Dengan
kata lain, antar anggota kelompok memiliki hubungan psikologi yang berlangsung
dalam situasi yang dialami secara bersama. Menurut Syamsu, Yusril, dan Suwarto
(1991), dinamika kelompok adalah suatu studi yang menganalisis berbagai
kekuatan yang menentukan perilaku anggota dan perilaku kelompok yang
menyebabkan terjadinya perubahan dalam kelompok untuk mencapai tujuan
bersama yang telah ditetapkan.
Dengan demikian dinamika kelompok didefinisikan sebagai sistem
tindakan yang diambil oleh setiap individu yang apabila dihimpun sedemikian
rupa akan menciptakan suatu kekuatan yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu (Syamsu, Yusril, dan Suwarto, 1991: 53).
34
2. Tujuan Dinamika Kelompok
Dinamika kelompok mempunyai beberapa tujuan, antara lain:
a. Membangkitkan kepekaan diri seorang anggota kelompok terhadap anggota
kelompok lain, sehingga dapat menimbulkan rasa saling menghargai.
b. Menimbulkan rasa solidaritas anggota sehingga dapat saling menghormati dan
saling menghargai pendapat orang lain.
c. Menciptakan komunikasi yang terbuka terhadap sesama anggota kelompok.
d. Menimbulkan adanya itikad yang baik di antara sesama anggota kelompok.
3. Fungsi Dinamika Kelompok
a. Individu satu dengan yang lain akan terjadi kerjasama saling membutuhkan
(individu tidak dapat hidup sendiri di dalam masyarakat).
b. Dinamika kelompok memudahkan segala pekerjaan (dalam dinamika
kelompok dapat saling membantu antara anggota satu dengan anggota yang
lain).
c. Melalui dinamika kelompok segala pekerjaan yang membutuhkan pemecahan
masalah dapat teratasi, mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar,
sehingga waktu untuk menyelesaikan pekerjaan dapat diatur secara tepat dan
efektif. Efektif menurut Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa (2001) adalah
sesuatu yang dapat membawa hasil, berhasil guna. Dalam dinamika kelompok
pekerjaan besar akan dibagi-bagi sesuai dengan bagian kelompoknya masing-
masing, sehingga pada akhirnya akan membawa hasil yang berguna.
35
d. Meningkatkan masyarakat yang demokratis, individu satu dengan yang lain
dapat memberikan masukan atau berinteraksi dengan lainnya dan memiliki
peran yang sama dalam masyarakat (Purwandari, 2009).
4. Metode Dinamika Kelompok dalam PIA
Berikut ini akan dijelaskan mengenai metode dinamika kelompok dalam
PIA, yang meliputi:
a. Makna Dinamika Kelompok dalam PIA
Dinamika Kelompok adalah komunikasi yang terjadi di dalam suatu
kelompok di mana kelompok tersebut terdiri dari dua anak atau lebih yang
memiliki hubungan psikologis secara jelas. Artinya, antara anak satu dengan yang
lainnya saling mengenal, dan dalam kelompok tersebut terdapat suatu hubungan
timbal balik antara masing-masing anak. Dengan kata lain, anak-anak dalam suatu
kelompok dapat saling mengkomunikasikan pendapatnya untuk mencapai tujuan
bersama secara efektif dengan gembira, bebas, dan mendalam.
b. Tujuan Dinamika Kelompok dalam PIA
1) Memperdalam pemahaman iman anak akan Yesus Kristus melalui komunikasi
iman dengan teman-temannya dan peristiwa yang dijumpai dalam keseharian
mereka.
2) Menimbulkan rasa saling kerjasama dan saling menolong antar teman-
temannya.
3) Membangkitkan rasa solidaritas dalam anggota kelompok, saling menghargai
pendapat teman-temannya, dan sikap kritis menanggapi sesuatu.
36
4) Meningkatkan kemandirian, termasuk mengikis ketergantungan pada orang
tuanya baik berhadapan pada suatu permasalahan yang harus dipecahkan,
mencari dan mendekati teman-temannya untuk berinteraksi aktif.
5) Menciptakan kegembiraan anak-anak dalam kegiatan PIA.
c. Fungsi Dinamika Kelompok dalam PIA
1) Meningkatkan keterlibatkan dalam menciptakan suasana yang baik dengan
teman-temannya.
2) Melalui dinamika kelompok anak dapat belajar kreatif dan efektif untuk
memecahkan masalah serta mengembangkan ide dan gagasannya.
3) Meningkatkan bakat dan ketrampilan anak, karena dalam dinamika kelompok
anak diajak untuk belajar berani tampil di depan teman-temannya.
4) Mampu memecahkan masalah secara efektif, karena melalui dinamika
kelompok segala pekerjaan dapat dikerjakan secara bersama-sama.
d. Batasan Usia Anak dalam Dinamika Kelompok
Anak-anak yang dapat terlibat dalam kegiaan dinamika kelompok ialah
anak-anak yang sudah memasuki usia 9-11 tahun. Anak-anak mulai berusaha
berelasi dalam kelompok sebaya karena mengalami perkembangan sosial.
Perkembangan sosial anak dimulai dari usia prasekolah sampai akhir masa
sekolah yang ditandai oleh meluasnya lingkungan sosial mereka. Anak mulai
melepaskan diri dari keluarganya dan makin mendekatkan diri pada orang lain di
sekitarnya. Anak pada usia tersebut biasanya berusaha untuk menjadi anggota
suatu kelompok dan sudah mampu mengalami perasaan bahwa seseorang perlu
medukung dan didukung oleh orang-orang di luar keluarganya. Sehingga mereka
37
mulai dapat belajar bersama, bermain bersama, hingga bekerjasama dengan
teman-temannya (Goretti, 1999:73).
5. Macam-macam Metode Dinamika Kelompok dalam PIA
a. Metode Permainan
Bentuk rekreasi yang paling sederhana bagi semua umur adalah permainan
kelompok. Banyak permainan jenis ini tidak memerlukan alat-alat apapun dan
dapat dilakukan di luar maupun di dalam rumah. Permainan kelompok dapat
dinikmati oleh siapa saja, baik orang dewasa maupun anak-anak. Melalui
permainan kelompok kita dapat mengambil banyak pelajaran, misalnya rasa
gotong-royong, menimbulkan keberanian, percaya diri, dan memberi kesempatan
memimpin anggota kelompok. Hal ini penting bagi setiap peserta untuk
berpartisipasi dalam permainan kelompok dan menikmatinya ( Gray Ethne, 1975:
23). Permainan merupakan salah satu metode yang dapat memperkembangkan
sikap sosial dan sikap saling menghargai orang lain. Oleh sebab itu, melalui
permainan anak-anak PIA dilibatkan dalam kelompok dan berhadapan dengan
teman-temannya yang berbeda dengan pribadinya. Melalui permainan dalam
kelompok, anak-anak diajak untuk menumbuhkan sikap perhatian dan menghargai
orang lain. Kemampuan yang telah dimiliki oleh orang lain seharusnya dimaknai
sebagai sesuatu yang sangat berguna dalam mengembangkan kemampuannya,
sehingga kemampuan yang telah mereka miliki akan semakin kaya dan terus
tumbuh dalam diri mereka. Dalam rangka kegiatan PIA, metode ini sangat penting
karena mampu membangkitkan semangat, minat anak-anak PIA, menumbuhkan
sikap kerja sama dan sikap solider kepada temannya.
38
b. Metode Diskusi
Diskusi menurut Kamdhi (1995) adalah suatu proses berpikir bersama
untuk memahami suatu masalah, menemukan sebab-akibatnya, serta mencari jalan
keluar. Di lain pihak, berpikir bersama mengandaikan komunikasi dalam
kelompok, hubungan timbal-balik, kemufakatan, dan kebersamaan.
Dari definisi di atas, maka dapat diuraikan bahwa diskusi dalam kegiatan
PIA merupakan salah satu kegiatan untuk menumbuhkan keberanian anak-anak
dalam mengungkapkan pendapatnya. Melalui diskusi, maka anak-anak PIA dapat
termotivasi untuk dapat berkomunikasi secara lisan, memberikan kesempatan
kepada teman-temannya untuk menggunakan pengetahuan dan informasi yang
telah dimiliki, mengembangkan sikap saling hormat menghormati dan tenggang
rasa terhadap keragaman pendapat orang lain, serta dapat mengembangkan
kecerdasan interpersonal siswa.
Dengan menggunakan metode diskusi, peserta diajak untuk menggali
secara lebih mendalam sehubungan dengan materi yang sedang dibahas melalui
diskusi dengan teman-temannya (Lembaga Pengembangan Kateketik PUSKAT,
1993: 111).
c. Memainkan Suatu Kisah
Pada umumnya anak-anak menggemari bermacam-macam bentuk seni
drama, baik sebagai pelaku maupun penonton. Tetapi sebagai pelaku dalam
drama, anak akan lebih banyak belajar daripada sebagai penonton. Maka setiap
anak hendaknya diberi kesempatan untuk menjadi pelaku. Anak-anak juga perlu
belajar sebagai penonton yang sopan, serta dapat menghargai permainan teman-
temannya. Penggunaan seni drama untuk melatih anak-anak bekerja sama dalam
39
kelompok, yang paling penting adalah perkembangan pribadi anak-anak yang
berpartisipasi dan bukan penyajian pertunjukan yang sempurna kepada para
penonton ( Gray Ethne, 1975: 36). Metode ini digunakan untuk mengajak peserta
PIA dalam rangka mendalami materi pertemuan serta proses pendampingan
melalui dramatisasi. Anak-anak akan merasa senang sebab mereka dapat
mengekspresikan dirinya di depan teman-temanya. Malalui metode dramatisasi
ini, anak dilatih untuk memahami perasaan orang lain, berkreasi, bertanggung
jawab, mendengarkan pendapat orang lain, bekerja sama dengan orang lain,
berinisiatif, serta belajar mengambil keputusan dalam kelompok.
d. Outbound
Outbound adalah suatu kegiatan di alam terbuka yang mendasarkan pada
pengalaman langsung yang disajikan dalam bentuk permainan, simulasi, diskusi,
dan petualangan sebagai media penyampaian materi. Dalam kegiatan outbound,
peserta secara aktif dilibatkan dalam seluruh kegiatan yang dilakukan. Dengan
aktivitas langsung tersebut, peserta akan segera mendapat umpan balik mengenai
dampak dari kegiatan yang dilakukan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pengembangan diri masing-masing (Ancok, 2003: 41). Kegiatan outbound sering
dipakai karena metode ini merupakan simulasi kehidupan yang komplek yang
dibuat menjadi sederhana, metode ini menggunakan pendekatan metode belajar
melalui pengalaman. Oleh karena adanya pengalaman langsung terhadap sebuah
fenomena, orang dengan mudah menangkap esensi pengalaman itu. Selain hal
tersebut, metode ini juga penuh kegembiraan karena dilakukan dengan permainan,
ciri ini membuat orang merasa senang di dalam pelaksanaan kegiatan (Ancok,
2003: 4). Bermain merupakan hal yang dekat dengan anak. Dengan bermain anak
40
dapat belajar menggali dan mengembangkan potensi, dan rasa ingin tahu serta
meningkatkan rasa percaya dirinya. Kegiatan outbound membentuk pola pikir
yang kreatif, meningkatkan kecerdasan emosional dan spiritual dalam berinteraksi
serta membentuk unsur-unsur ketangkasan, kebersamaan, keberanian dalam
memecahkan masalah. Kegiatan ini akan menambah pengalaman hidup seseorang
menuju sebuah pendewasaan diri.
Melalui kegiatan outbound, anak-anak PIA akan mendapatkan manfaat
yang beragam. Manfaat tersebut antara lain anak-anak dapat memperoleh
pengalaman baru, dapat memacu rasa keberanian, membangun rasa kebersamaan,
menciptakan komunikasi yang efektif antar sesama, kemampuan bertindak sesuai
dengan situasi dan kondisi, memahami setiap kelebihan maupun kekurangan yang
ada pada dirinya maupun orang lain, dan dapat menimbulkan rasa saling
menghargai dalam setiap keputusan.
BAB III
GAMBARAN UMUM PIA DI WILAYAH DONOHARJO UTARA PAROKI
MLATI YOGYAKARTA
Dalam bab III ini penulis akan membahas tentang gambaran umum
Pendampingan Iman Anak di Wilayah Donoharjo Utara Paroki Mlati Yogyakarta.
Gambaran tentang pelaksanaan kegiatan PIA di Wilayah Donoharjo Utara akan
dapat dipahami secara lebih jelas jika penulis terlebih dahulu mendalami tentang
situasi umum Wilayah Donoharjo Utara Yogyakarta dilihat dari letak geografis
dan gambaran situasi anak-anak PIA Wilayah Donoharjo Utara. Kemudian
penulis akan memaparkan tentang PIA dalam pelaksanaannya di wilayah dan hasil
penelitian di lapangan beserta pembahasannya. Akhirnya penulis merangkum
permasalahan pokok sehubungan dengan kegiatan Pendampingan Iman Anak
tersebut.
A. SITUASI UMUM WILAYAH DONOHARJO UTARA YOGYAKARTA
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengurus Wilayah Donoharjo Utara
Paroki Mlati Yogyakarta pada tanggal 9 Juli 2009 , maka dalam bagian ini penulis
akan memaparkan mengenai letak Wilayah Donoharjo Utara, gambaran situasi
anak-anak PIA Wilayah Donoharjo Utara dan Pendampingan Iman Anak dalam
pelaksanaannya di wilayah.
1. Gambaran Wilayah Donoharjo Utara
Wilayah Donoharjo Utara merupakan bagian dari Paroki Mlati, Yoyakarta.
Wilayah ini berdasarkan letak geografisnya berada di sebelah utara dari Paroki
42
Mlati, Yogyakarta dan berada di Kelurahan Donoharjo, Kecamatan Ngaglik,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun batas-batas Wilayah
Donoharjo Utara yakni:
a. Batas Timur : berbatasan dengan Paroki Banteng
b. Batas Barat : berbatasan dengan Paroki Somoitan
c. Batas Utara : berbatasan dengan Paroki Pakem
d. Batas Selatan : berbatasan dengan wilayah Donoharjo Selatan
Di Wilayah Donoharjo Utara terdapat empat lingkungan yaitu lingkungan Ngepas
(St. Robertus), Gondanglutung (St. Paulus), Brengosan (St. Yusuf) dan Kayunan
(St. Stefanus).
Kegiatan-kegiatan menggereja yang dilakukan oleh umat Wilayah
Donoharjo Utara antara lain: kegiatan sosial yang meliputi: Arimatea, Tabungan
Cinta Kasih, Sosial Ekonomi, PSE, PIA (Pendampingan Iman Anak), MUDIKA
(Muda Mudi Katolik), PIR (Pendampingan Iman Remaja), Pasutri Keluarga
Katolik Muda, Paguyuban Pangruktiloyo, ibu-ibu WK, Misa di Kapel 1 bulan 2
kali yaitu setiap minggu ke II dan IV, Misa Wilayah, dan pertemuan Lingkugan.
Wilayah Donoharjo Utara terdiri dari umat yang berekonomi atas,
menengah, dan bawah. Mereka pada umumnya berekonomi menengah ke bawah.
Pekerjaan umat di Wilayah Donoharjo Utara bervariasi, ada yang menjadi
pengusaha, mendirikan pertokoan, kepala sekolah, pegawai negeri, guru, pegawai
swasta, membuka warung, sopir, penjahit, tukang kayu, petani, buruh pabrik, dan
pedagang kecil.
Jumlah umat di Wilayah Donoharjo Utara selalu berubah, kadangkala
bertambah, kadangkala berkurang. Bertambahnya umat karena penerimaan
43
Sakramen Baptis baik baptisan bayi maupun dewasa dan pertambahan umat yang
datang dan menetap dari luar kota. Sedangkan umat berkurang karena kematian
dan kepindahan umat Katolik Wilayah Donoharjo Utara ke daerah lain, seperti
bekerja di luar kota. Menurut data terakhir dari buku Perjalanan Gereja Katolik
Santo Aloysius Gonzaga Mlati yang disusun oleh Tim Penulis Sejarah Gereja
Mlati tahun 2006, jumlah umat Katolik Wilayah Donoharjo Utara adalah 93
Kepala Keluarga dan 298 jiwa, dengan rincian sebagai berikut: Lingkungan
Ngepas (St. Robertus) terdiri dari 24 KK 87 jiwa; Lingkungan Kayunan (St.
Sefanus) terdiri dari 32 KK 90 jiwa; Lingkungan Gondanglutung (St. Paulus)
terdiri dari 20 KK 64 jiwa dan Lingkungan Brengosan (St. Yusuf) terdiri dari 17
KK 298 jiwa [Lampiran 5 h. (6)].
2. Situasi anak-anak PIA Wilayah Donoharjo Utara
Secara umum situasi anak-anak PIA Wilayah Donoharjo Utara memiliki
latar belakang yang berbeda-beda, mulai dari yang berkecukupan menengah atas
(kaya) maupun ekonomi menengah ke bawah (miskin). Rata-rata mereka masih
duduk di bangku Sekolah Dasar, namun ada pula yang masih duduk di Taman
Kanak-Kanak. Sebagian besar mereka berasal dari suku Jawa, namun ada pula
yang berasal dari keturunan Palembang [Lampiran 5 h. (5)].
3. PIA dalam pelaksanaannya di wilayah
Kegiatan-kegiatan PIA di Wilayah Donoharjo Utara Paroki Mlati untuk
saat ini meliputi: latihan koor, tugas koor di Kapel Wilayah, dan tugas koor di
Paroki. Pelaksanaan PIA dilakukan 1 bulan 2 kali yaitu minggu I dan III dari
44
pukul 10.00 sampai dengan pukul 11.30 di Kapel St Petrus. Kegiatan PIA tersebut
bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan iman anak-anak agar mereka
dapat mengerti dan memahami ajaran-ajaran kristiani dalam hidupnya baik dalam
sikap maupun perbuatan [Lampiran 5 h. (6)].
B. PENELITIAN TENTANG PELAKSANAAN PIA DI WILAYAH
DONOHARJO UTARA YOGYAKARTA
Gambaran umum Wilayah Donoharjo Utara akan dilengkapi dengan
penelitian tentang pelaksanaan kegiatan Pendampingan Iman Anak di Wilayah
Donoharjo Utara Paroki Mlati Yogyakarta. Bagian ini akan membicarakan
mengenai persiapan penelitian, hasil penelitian dan pembahasan tentang
pelaksanaan kegiatan Pendampingan Iman Anak di Wilayah Donoharjo Utara.
1. Persiapan penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data yang aktual tentang
pelaksanakan Pendampingan Iman Anak di Wilayah Donoharjo Utara
Yogyakarta.
a. Latar Belakang
Pendampingan Iman Anak merupakan tugas seluruh umat beriman kristiani.
Namun secara khusus orang tua adalah pendidik utama dan pertama dalam
pendidikan iman anak. Ditegaskan dalam Konsili Vatikan II, khususnya di dalam
Deklarasi tentang pendidikan Kristiani, bahwa orangtua memiliki kewajiban
dalam medidik anak-anaknya, oleh sebab itu orangtualah yang harus diakui
menjadi pendidik pertama dan utama dalam memperkembangkan putera-puteri
mereka. Orangtua memiliki peran dalam mendidik anak-anaknya khusunya dalam
45
keluarga, namun dalam medidik anak-anak juga memerlukan bantuan masyarakat.
Maka dari itu, selain orang tua masyarakat pun mempunyai kewajiban untuk
menolongnya (GE, art. 3).
Dalam hal ini orang tua memiliki peranan dan tanggung jawab yang sangat
penting dalam mendidik anak-anaknya supaya anak-anak mereka mempunyai
sikap dan wawasan akan iman Kristiani, serta dapat mewujudkan nyatakan
imannya dalam hidup sehari-hari. Akan tetapi sering kali orang tua memiliki
berbagai macam kesibukan, hal itu membuat sebagian besar orang tua tidak
banyak memiliki waktu untuk memberikan pendidikan iman kepada anak mereka,
sehingga orang tua membutuhkan bantuan masyarakat Gereja yaitu para
pendamping PIA.
Namun pada akhir-akhir ini banyak terjadi kemunduran dalam kegiatan
PIA yang disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya: metode yang digunakan
dalam kegiatan PIA kurang menarik bagi anak-anak serta kesibukan para
pendamping PIA. Kurangnya minat anak-anak untuk hadir dalam kegiatan PIA itu
mulai kelihatan di Wilayah Donoharjo Utara. Oleh sebab itu penulis
melaksanakan penelitian untuk memperoleh data yang nyata tentang pelaksanaan
kegiatan PIA di Wilayah Donoharjo Utara, sehingga dengan itu penulis dapat
memberikan usulan program kaderisasi bagi para pendamping PIA dalam rangka
memperkembangkan PIA di Wilayah Donoharjo Utara Paroki Mlati Yogyakarta.
b. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini ada dua variabel yang terdiri dari 1 variabel bebas
dan 1 variabel terikat. Variabel bebas merupakan karakteristik yang dimanipulasi
untuk menerangkan hubungannya dengan fenomena yang diobservasi. Variabel
46
ini berdasarkan fungsinya sering disebut sebagai variabel pengaruh karena
berfungsi untuk mempengaruhi variabel lain. Variabel terikat yaitu karakteristik
yang berubah atau mengganti variabel bebas, variabel ini dipengaruhi oleh
variabel lain, karenanya juga sering disebut variabel yang dipengaruhi atau
variabel terpengaruhi (Narbuko dan Achmadi, 2007: 119). Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah metode dinamika kelompok dan yang menjadi variabel
terikat adalah Pendampingan Iman Anak. Kedua variabel dalam penelitian ini
dapat didefinisikan sebagai berikut:
1) Metode Dinamika Kelompok
Metode dinamika kelompok merupakan salah satu cara yang dapat dipakai
dalam suatu kegiatan, di mana tindakan yang diambil oleh setiap individu dalam
kegiatan tersebut apabila disatukan akan menghasilkan suatu kekuatan yang dapat
dimanfaatkan untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditentukan. Sehingga
individu mendapatkan pengalaman belajar dan tidak menutup kemungkinan untuk
berkembang.
2) Pendampingan Iman Anak
Pendampingan Iman Anak adalah pendampingan iman yang
diselenggarakan oleh Gereja untuk memperkembangkan iman anak. Dalam Gereja
Pendampingan Iman Anak sering kali disebut dengan istilah PIA, namun istilah
PIA bukan satu-satunya istilah karena ada banyak istilah lain di berbagai Paroki
dan Keuskupan, yaitu Bina Iman Anak (BIA), Bina Iman Anak Katolik (BIAK),
Sekolah Minggu, dan sebagainya (Komisi Kateketik KAS, 2008:7).
Pendampingan Iman Anak merupakan tugas dan tanggung jawab seluruh umat
beriman kristini. Namun secara nyata orang tua adalah pendidik utama dan
47
pertama dalam pendidikan iman anak. Tugas mendidik anak adalah wewenang
orang tua, tetapi diakui pula bahwa tugas ini membutuhkan bantuan masyarakat
dan jemaat beriman. Maka di samping orang tua, orang lain pun dapat
menolongnya.
a) Kisi-kisi wawancara dengan pengurus wilayah mengenai gambaran
umum Wilayah Donoharjo Utara Paroki Mlati Yogyakarta
No Daftar Pertanyaan No. Soal
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Letak geografis Wilayah Donoharjo Utara
Kegiatan menggereja yang dilakukan oleh umat
Gambaran situasi anak-anak
Kegiatan PIA dalam pelaksanaannya di
Wilayah Donoharjo Utara
Kondisi ekonomi umat
Jumlah dan perkembangan umat
Penilaian responden terhadap kegiatan PIA di
Wilayah Donoharjo Utara
Harapan responden untuk PIA ke depan
A1
A2
A3
A4
A5
A6
A7
A8
b) Kisi-kisi wawancara bagi para pendamping PIA
No Variabel Aspek yang Diuji No. Soal
1 Metode
Dinamika
Kelompok
• Metode dalam PIA
• Metode dinamika
• B6, B7,
B8, B9
• B13,
48
kelompok dalam PIA B14,
B15,
B16
2 Pendampingan
Iman Anak
• Persiapan dalam PIA
• Pelaksanaan PIA
• Keterlibatan anak dalam
PIA
• Kesulitan dalam
pelaksanaan PIA
• Usaha untuk mengatasi
masalah yang ada
• B1, B2,
B4
• B3, B5,
B12
• B10, B11
• B17
• B18
2. Metodologi Penelitian
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, maka penulis mencoba
melakukan penelitian sederhana. Beberapa hal yang dibutuhkan dalam penelitian
ini antara lain:
a. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Metodologi kualitatif adalah prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati
(Moleong, 2006:4). Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan
49
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian
misalnya: perilaku, motivasi, presepsi, tindakan (Moleong, 2006:6).
b. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian berada di Wilayah Donoharjo Utara Paroki Mlati
Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 3 Juli 2009 sampai dengan
tanggal 16 Juli 2009.
c. Responden Penelitian
Responden penelitian ini terdiri dari 2 pengurus wilayah dan 10
pendamping PIA Wilayah Donoharjo Utara Paroki Mlati Yogyakarta.
Keseluruhan responden berjumlah 12 orang, responden selengkapnya dapat dilihat
di dalam lampiran [Lampiran 3 h. (3)].
d. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif ini instrumen utama ialah peneliti, yang
dilakukan dengan pendekatan wawancara dan observasi. Teknik pengumpulan
data yang dilakukan penulis adalah wawancara. Wawancara dengan pengurus
wilayah dilakukan untuk memperoleh data mengenai gambaran umum Wilayah
Donoharjo Utara Yogyakarta. Sedangkan wawancara dengan para pendamping
PIA dilakukan untuk memperoleh data penelitian tentang pelaksanaan PIA di
Wilayah Donoharjo Utara Yogyakarta.
Adapun pertanyaan-pertanyaan dipersiapkan penulis sebelum
melaksanakan penelitian dan pertanyaan tersebut diarahkan untuk mendapatkan
informasi-informasi sehubungan dengan topik yang dikerjakan. Penulis memilih
pendekatan kualitatif karena wawancara mempunyai beberapa kelebihan, di
antaranya: responden merasakan kehangatan dan sikap simpatik dari pihak
50
pewawancara, responden dapat mengutarakan perasaannya atau pandangannya
secara bebas (Narbuko dan Achmadi, 2007:88). Kelebihan lainnya dari
wawancara ialah sifatnya luwes, metode wawancara cocok dipakai untuk alat
verifikasi data yang diperoleh dengan jalan observasi, tanpa mengenal batas umur
dan pendidikan responden selama dapat memberikan jawaban (Narbuko dan
Achmadi, 2007:97).
e. Keabsahan Data
Keabsahan data yang diperoleh dari wawancara diusahakan dengan cara
validitas. Reliabilitas data dilakukan dengan memberikan laporan tertulis
mengenai wawancara yang telah dilaksanakan untuk dibaca dan bila ada yang
kurang dapat diperbaiki oleh responden.
f. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data yang telah
masuk, kemudian data-data tersebut dikelompokkan sesuai dengan permasalahan.
Teknik yang terakhir ialah dengan cara penarikan kesimpulan.
3. Hasil penelitian
Dalam penelitian ini penulis mewawancarai 12 responden yang terdiri dari
2 pengurus wilayah dan 10 pendamping PIA. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan
pada tanggal 3 Juli 2009 sampai dengan tanggal 16 Juli 2009. Waktu yang
digunakan tidak tentu, kadang siang, sore, bahkan malam hari. Hal ini disebabkan
karena kesibukan dari responden maupun peneliti. Sehingga waktunya santai dan
tidak terlalu formal. Berikut ini adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh
51
peneliti melalui wawancara. Data yang penulis dapatkan akan diuraikan sesuai
dengan daftar pertanyaan seperti tertulis di bawah ini.
a. Menurut pengalaman anda, apa tujuan PIA itu?
Mengenalkan dan mendidik ajaran Tuhan Yesus secara dini sesuai dengan
iman kristiani : R1, R3, R5, R9, R10 (50%)
Memperkembangkan iman dan sosialisasi dengan teman-teman : R2, R6, R7
(30%)
Agar mendalam dalam hal iman : R4 (10%)
Agar anak dapat kerjasama : R8 (10%)
b. Menurut anda apa saja ciri khas PIA itu?
Gembira : R1, R2, R3, R4, R5, R6, R7, R8, R9, R10 (100%)
Ada unsur rohani : R2, R5 (20%)
Menggereja : R4 (10%)
Bermain : R5 (10%)
Berkumpul : R6 (10%)
c. Bagaimana pelaksanaan kegiatan PIA yang ada di Wilayah? Apakah berjalan
rutin, terprogam atau kegiatan apa adanya?
Rutin : R1, R3, R4 (30%)
Tidak terprogram : R2 (10%)
Apa adanya : R5, R6, R7, R8, R9, R10 (60%)
d. Apakah sebelum mendampingi PIA anda terlebih dahulu membuat persiapan
tertulis?
Tidak : R1, R2, R3, R7, R8, R9, R10 (70%)
Jarang membuat persiapan tertulis : R4, R5, R6 (30%)
52
e. Sarana apa saja yang anda gunakan dalam kegiatan PIA?
Papan tulis : R1, R2, R3 (30%)
Kitab suci : R1, R3, R4, R5, R6 (50%)
Alat tulis : R1, R9, R10 (30%)
Gitar : R2, R4 (20%)
Koran : R5 (10%)
Buku cerita : R7, R8, R9, R10 (40%)
Kertas lipat : R7 (10%)
Pensil warna : R8 (10%)
Buku gambar : R8, R9, R10 (30%)
f. Metode apa saja yang dapat digunakan dalam kegiatan PIA?
Dramatisasi : R1 (10%)
Permainan : R1, R4, R9 (30%)
Bercerita : R1, R2, R5, R6, R7, R8, R9, R10 (80%)
Tanya jawab : R2 (10%)
Deklamasi : R3 (10%)
Bernyanyi : R4 (10%)
g. Metode apa saja yang sering anda gunakan dalam PIA?
Dramatisasi : R1 (10%)
Tanya jawab : R2 (10%)
Metode deklamasi : R3 (10%)
Bernyanyi : R4, R7, R8 (30%)
Membuat doa : R5 (10%)
Bercerita : R6, R9 (20%)
53
Permainan : R10 (10%)
h. Apakah metode tersebut memiliki tujuan dan bermanfaat bagi anak-anak PIA?
Ya, memiliki tujuan dan manfaat : R1, R2, R3, R4, R5, R6, R7, R8, R9 (90%)
Kadang-kadang tidak memiliki tujuan dan manfaat: R10 (10%)
i. Apakah metode tersebut efektif digunakan dalam PIA?
Efektif : R1, R3, R4, R5, R6, R8, R9 (70%)
Tidak efektif : R2, R7, R10 (30%)
j. Bagaimana keterlibatan anak-anak atas kegiatan PIA yang dilaksanakan di
Wilayah, apakah mereka sangat tertarik, biasa-biasa saja, atau mereka masa
bodoh?
Tertarik : R1, R3, R7 (30%)
Biasa-biasa saja : R2, R6, R8, R9 (40%)
Masa Bodoh : R4, R5, R10 (30%)
k. Bagaimanakah perasaan anak-anak ketika mengikuti proses kegiatan PIA?
Apakah senang, biasa-biasa saja atau tidak senang?
Senang : R1, R2, R3, R7 (40%)
Biasa-biasa saja : R6 (10%)
Tidak senang : R4, R5, R8, R9, R10 (50%)
l. Kegiatan seperti apa yang anak-anak sukai dalam PIA?
Dinamika kelompok: R1, R5, R7 (30%)
Permainan : R2, R3, R6, R9, R10 (50%)
Outbound : R4 (10%)
Mewarnai gambar : R8 (10%)
54
m. Apakah anda pernah menggunakan metode dinamika kelompok dalam kegiatan
PIA? Jika pernah, metode dinamika kelompok seperti apa yang pernah anda
gunakan?
Pernah, metode dramatisasi: R1, R6 (20%)
Pernah, metode diskusi : R2, R8 (20%)
Pernah, metode permainan : R3, R4, R5, R7, R9, R10 (60%)
n. Apakah metode dinamika kelompok bermanfaat dalam kegiatan PIA? Jika ada,
seperti apa manfaat itu?
Metode tersebut bermanfaat, lebih asik dan anak-anak lebih memperhatikan :
R1, R2 (20%)
Metode tersebut bermanfaat, karena melatih anak untuk kerja sama: R3, R4, R9
(30%)
Metode tersebut bermanfaat, karena anak-anak menjadi kompak, percaya diri,
kerja sama, merasa tidak sendiri dan senang : R5, R7, R10 (30%)
Metode tersebut bermanfaat, karena anak dapat menjadi kreatif : R6 (10%)
Metode tersebut bermanfaat, karena anak menjadi berkembang, dapat tukar
pikiran, bekerja sama R8 (10%)
o. Menurut anda, apakah metode dinamika kelompok dapat menumbuhkan minat
anak dalam mengikuti PIA?
Ya, dapat menumbuhkan minat anak dalam mengikuti kegiatan PIA: R1, R2,
R3, R4, R5, R6, R7, R8, R9, R10 (100%)
p. Menurut anda, apakah metode dinamika kelompok dapat efektif digunakan
dalam kegiatan PIA?
55
Ya, metode dinamika kelompok dapat efektif digunakan dalam kegiatan PIA:
R1, R2, R3, R4, R5, R6, R7, R8, R9, R10 (100%)
q. Permasalahan atau keprihatinan apa yang dialami berkaitan dengan kegiatan
PIA di Wilayah?
Kegiatan PIA mengalami kemacetan, karena kesibukan pendamping dan
kurang dukungan dari orang tua : R1, R5, R6, R8, R10 (50%)
Bosan dengan metode yang sering digunakan : R2 (10%)
Anak-anak susah diatur, tidak memperhatikan : R3 (10%)
Kekurangan pendamping, sarana dan dana : R4 (10%)
Kekurangan materi : R7 (10%)
Anak-anak kurang berminat mengikuti PIA : R9 (10%)
r. Usaha apa yang dilakukan oleh pendamping untuk mengatasi permasalahan
tersebut?
Mencari pendamping baru :R1 (10%)
Pertukaran pendamping :R2(10%)
Diancam agar memperhatikan :R3(10%)
Pendamping membuat paguyuban :R4(10%)
Belum dipikirkan :R5, R8, R9, R10 (40%)
Memberi undangan :R6(10%)
Mencari informasi tentang materi PIA :R7(10%)
56
4. Pembahasan Hasil Penelitian
Berikut ini merupakan pembahasan dari hasil penelitian yang dilakukan
oleh peneliti melalui metode wawancara pada para pendamping PIA Wilayah
Donoharjo Utara Paroki Mlati Yogyakarta:
a. Tujuan PIA
Dari hasil penelitian, sebagian besar responden (50%) mengungkapkan
bahwa PIA memiliki tujuan untuk mengenalkan dan mendidik anak tentang
ajaran Tuhan Yesus secara dini sesuai dengan iman kristiani mereka. Selain itu
menurut 3 responden (30%), PIA memiliki tujuan untuk memperkembangkan
iman serta sosialisasi dengan teman-temannya. Di samping itu juga bertujuan
untuk memperdalam iman, mendidik serta agar anak dapat saling bekerjasama
(10%).
PIA memiliki tujuan untuk meningkatkan dan memperdalam pemahaman
agama kristiani ke arah penghayatan iman yang nyata sesuai dengan
perkembangan jiwa anak, dengan mengacu kepada sikap dan pribadi Yesus,
menghidupkan penghayatan iman anak melalui komunikasi iman dengan orang
lain melalui teman-temannya dan peristiwa yang dijumpai. Memupuk sikap rasa
saling kerjasama, saling menolong, menghargai dan sikap kritis menanggapi
sesuatu (Goretti, 1999:18). Pernyataan ini sangat sesuai dengan apa yang
diungkapkan oleh para Pendamping PIA bahwa PIA memiliki tujuan untuk
mengenalkan dan mendidik anak tentang ajaran Tuhan Yesus secara dini sesuai
dengan iman kristiani mereka, memperkembangkan iman anak melalui
komunikasi iman dengan orang lain melalui teman-temannya, serta mampu untuk
bekerjasama.
57
b. Ciri khas PIA
Ciri khas PIA menurut responden adalah gembira. Hal ini diungkapkan
oleh seluruh responden (100%). Ciri lainnya adalah dalam kegiatan PIA terdapat
unsur kerohanian. Sebanyak 2 responden (20%) memaparkan hal tersebut.
Menggereja, bermain, dan berkumpul juga merupakan ciri PIA menurut
responden. Gorreti (1999: 19-20) memaparkan bahwa PIA memiliki ciri gembira,
bebas, bermain, mendalam, beriman, dan menjemaat. Hal ini sesuai dengan
jawaban yang diungkapkan oleh para Pendamping PIA bahwa ciri khas PIA
meliputi suasana yang menggembirakan, bermain, bebas, beriman, dan mendalam.
Sehingga dalam kegiatan PIA tidak hanya terdapat unsur menyenangkan saja,
namun juga secara mendalam. Dengan hal itu maka anak-anak dalam mengikuti
kegiatan PIA dapat mendalami iman Kristus dengan suasana yang gembira.
c. Pelaksanaan kegiatan PIA yang ada di Wilayah
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pelaksanaan kegiatan PIA di
Wilayah Donoharjo Utara Paroki Mlati Yogyakarta selama ini dilakukan dengan
apa adanya. Pendamping kurang mempersiapkan pelaksanaan PIA dan tidak
membuat program pelaksanaan secara tertulis. Hal ini ditunjukkan oleh 6
responden (60%) menjawab kegiatan dilaksanakan dengan apa adanya. Selain itu
sebanyak 3 responden (30%) mengatakan bahwa pelaksanaan kegiatan PIA
dilakukan secara rutin. Hal ini didukung oleh jawaban 1 orang responden (10%)
yang mengatakan bahwa pelaksanaan PIA dilakukan dengan tidak terprogram.
Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa kegiatan PIA di Wilayah Donoharjo
Utara Paroki Mlati Yogyakarta cenderung dilaksanakan tidak rutin dan kegiatan
dilakukan dengan apa adanya dan tidak terprogram. Program memiliki peranan
58
yang penting dalam pelaksanaan kegiatan PIA, agar pelaksanaan PIA dapat
terlaksana susuai dengan tujuan dan arah yang diharapkan. Sehingga dengan
program terencana kegiatan PIA dapat berjalan dengan efektif
d. Persiapan tertulis dalam mendampingi PIA
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap pendamping
PIA dapat dilihat bahwa sebanyak 7 responden (70%) tidak membuat persiapan
secara tertulis dalam pelaksanaan PIA. Hal ini mendukung hasil wawancara point
c bahwa pendamping tidak melaksanakan kegiatan PIA dengan persiapan yang
cukup baik. Selain itu sebanyak 3 responden (30%) mengatakan bahwa selama ini
mereka jarang membuat persiapan secara tertulis. Dengan hal ini dapat dikatakan
bahwa sebagian besar para pendamping PIA tidak membuat persiapan secara
tertulis. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh
Suhardiyanto (2006) bahwa dalam pelaksanaan kegiatan PIA persiapan tertulis
penting untuk dipersiapkan karena tanpa persiapan tertulis ada beberapa bahaya,
antara lain pendampingan menjadi tak terarah karena pikiran manusia mudah ke
mana-mana atau meloncat-loncat, pendampingan cenderung menjadi pelaksanaan
ide sesaat sehingga kesinambungan sulit terjadi, kesulitan bagi pendamping
pengganti untuk membantu bila pendamping yang biasanya melayani berhalangan
(Suhardiyanto, 2006).
e. Penggunaan sarana dalam kegiatan PIA
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diketahui sebanyak 5 responden
(50%) mengatakan bahwa sarana yang paling sering digunakan dalam kegiatan
PIA adalah Kitab Suci. Buku cerita juga merupakan sarana yang digunakan dalam
kegiatan PIA. Hal ini diungkapkan oleh 4 responden (40%). Sarana lainnya adalah
59
papan tulis, alat tulis, buku gambar (30%). Selain itu juga terdapat sarana-sarana
lain yakni gitar, koran, kertas lipat, dan pensil warna. Sarana adalah segala sesuatu
yang dapat dipakai sebagai alat bantu untuk mencapai maksud dan tujuan proses
pendampingan. Sarana yang tepat harus mengandung unsur indrawi, permainan,
populer dan edukatif (Komisi Kateketik KAS, 2008:42).
f. Metode yang dapat digunakan dalam kegiatan PIA.
Dari 8 orang responden (80%) mengungkapkan bahwa metode yang dapat
digunakan dalam kegiatan PIA antara lain: metode bercerita. Metode permainan
juga merupakan metode yang dapat digunakan, hal ini diungkapkan oleh 3
responden (30%). Selain itu juga terdapat metode-metode lain yaitu dramatisasi,
tanya jawab, deklamasi, bernyanyi (10%). Pendamping dapat menggunakan aneka
metode yang tepat dan sederhana, tetapi menarik, menyenangkan dan membantu
untuk mengembangkan kepribadian dan iman anak-anak. Dalam memilih dan
menggunakan metode, pendamping diharapkan memperhitungkan beberapa unsur
antara lain: gerak, irama, lagu, permainan, cerita, dan sebagainya yang bersifat
partisipatif, eksploratif, sosial, dan variatif (Komisi Kateketik KAS, 2008: 44-45).
g. Metode yang sering digunakan dalam PIA
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa metode yang selama ini
sering digunakan dalam pelaksanaan kegiatan PIA di Wilayah Donoharjo Utara
adalah bernyanyi. Hal ini diungkapkan oleh 3 responden (30%). Selain itu 2
responden mengungkapkan bahwa metode yang juga sering digunakan adalah
bercerita (20%). Metode dramatisasi, tanya jawab, deklamasi, dan permainan
merupakan metode yang pernah digunakan namun jarang digunakan oleh para
pendamping PIA.
60
h. Tujuan dan manfaat metode bernyanyi dan bercerita bagi anak-anak PIA
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh metode-metode yang selama ini
digunakan memiliki manfaat dan tujuan. Hal ini didukung oleh 9 responden
(90%). Namun terdapat responden yang mengatakan bahwa metode yang
diungkapkannya kadang-kadang tidak memiliki tujuan dan manfaat (10%).
Melalui metode yang ada, anak-anak diharapkan merasa krasan dan bahagia
melalui kegiatan PIA, tidak merasa jenuh (Komisi Kateketik KAS, 2008: 44).
Setiap metode yang digunakan dalam pelaksanaan PIA hendaknya memiliki
manfaat dan tujuan yang jelas bagi anak-anak, serta menjadikan suasana kegiatan
PIA menyenangkan. Dengan demikian metode tersebut dapat mendukung anak-
anak dalam memperkembangkan imannya.
i. Keefektifan metode yang pernah digunakan selama pelaksanaan PIA
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa metode yang pernah
digunakan oleh pendamping efektif. Hal ini diungkapkan oleh 7 responden (70%).
Namun ada pula yang mengungkapkan bahwa metode yang selama ini digunakan
dalam kegiatan PIA tidak efektif, hal ini diungkapkan oleh 3 responden (30%).
Artinya metode yang selama ini dipakai oleh para pendamping PIA dianggap
memiliki tujuan dan manfaat bagi anak-anak PIA. Meskipun demikian, tidak
semua metode yang sering digunakan memiliki manfaat dan memiliki tujuan yang
jelas. Efektif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) adalah sesuatu yang
dapat membawa hasil, berhasil guna. Melalui definisi tersebut, dapat diartikan
bahwa metode yang selama ini digunakan dalam kegiatan PIA berhasil dan
berguna, namun tidak sepenuhnya berhasil karena ada 3 responden yang
61
mengungkapkan bahwa metode yang selama ini mereka gunakan tidak
membuahkan hasil sesuai dengan tujuan PIA.
j. Keterlibatan anak-anak atas kegiatan PIA yang dilaksanakan di Wilayah.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat diketahui sebanyak 4
orang responden (40%) mengungkapkan bahwa keterlibatan anak-anak terhadap
kegiatan PIA biasa-biasa saja. Di samping itu, sebanyak 3 responden (30%) juga
mengungkapkan bahwa terdapat anak-anak yang nampak tertarik untuk terlibat
dalam kegiatan PIA yang dilaksanakan di wilayah. Namun demikian sebanyak
30% responden mengungkapkan adanya beberapa anak yang bersikap masa
bodoh.
k. Perasaan anak-anak ketika mengikuti proses kegiatan PIA.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebanyak 5 orang
responden (50%) mengungkapkan adanya perasaan tidak senang yang nampak
pada anak-anak selama mengikuti kegiatan PIA. Namun di lain sisi, terdapat 4
responden (40%) yang mengungkapkan bahwa anak-anak merasa senang saat
mengikuti kegiatan PIA. Dan 1 responden mengatakan perasaan anak-anak biasa-
biasa saja dalam mengikuti kegiatan PIA. Sesuai data di atas terlihat bahwa
perasaan anak-anak selama mengikuti kegiatan PIA tidak sepenuhnya merasa
senang. Kehidupan anak berkaitan erat dengan suasana gembira, dengan suasana
kegembiraan tersebut anak akan dapat tumbuh berkembang secara baik, maka
diharapkan dalam kegiatan PIA anak merasa senang dan pada akhirnya mereka
akan merasa kerasan dalam mengikuti kegiatan PIA, oleh karena itu tidak
menutup kemungkinan untuk mekarnya benih iman dalam diri anak-anak.
Berdasarkan pendapat responden, yakni sebanyak 50%, mengungkapkan bahwa
62
perasaan anak tidak senang dalam mengikuti kegiatan PIA. Perasaan tidak senang
selama proses kegiatan PIA tidak sesuai dengan yang diungkapkan oleh Goretti
(1999), bahwa dalam kegiatan PIA perlu tercipta suasana yang menyenangkan,
menggembirakan, menarik sehingga anak-anak merasa kerasan dan selalu ingin
berkumpul lagi (Goretti, 1999:19).
l. Kegiatan-kegiatan yang disukai anak-anak selama kegiatan PIA.
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa pelaksanaan PIA meliputi
berbagai macam kegiatan. Kegiatan permainan merupakan kegiatan yang paling
disukai oleh anak-anak. Hal ini diungkapkan oleh 5 orang responden (50%).
Selain itu terdapat bentuk kegiatan lain yang disukai oleh anak-anak yaitu
kegiatan dinamika kelompok (30%), outbound dan mewarnai gambar sebanyak
10%.
m. Penggunaan metode dinamika kelompok dalam kegiatan PIA.
Semua responden menjawab bahwa mereka pernah menggunakan metode
dinamika kelompok dalam kegiatan PIA. Metode dinamika kelompok yang
pernah digunakan oleh para pendamping PIA antara lain: metode dramatisasi,
metode diskusi, dan metode permainan. Metode permainan dalam kelompok
merupakan salah satu metode yang paling diminati oleh anak-anak PIA (60%).
Menurut Komisi Kateketik KAS (2008:46), outbound, aneka permainan yang
menghibur namun mendidik termasuk dalam metode dinamika kelompok. Namun
metode dinamika kelompok secara keseluruhan dalam pelaksanaannya jarang
digunakan oleh pendamping dalam kegiatan PIA. Hal ini terlihat dari jawaban
responden di atas bahwa penggunaan metode dinamika kelompok sudah pernah
63
digunakan oleh para pendamping PIA, namun metode dinamika kelompok tidak
selalu menjadi metode yang sering digunakan dalam kegiatan PIA.
n. Manfaat yang diperoleh anak-anak PIA dengan penggunaan metode dinamika
kelompok dalam kegiatan PIA
Semua responden menjawab bahwa penggunaan metode dinamika
kelompok ada manfaatnya. Manfaat metode dinamika kelompok dalam kegiatan
PIA antara lain: dapat melatih anak untuk berkerja sama. Hal ini diungkapkan
oleh 3 orang pendamping (30%). Manfaat lainnya adalah anak-anak menjadi
kompak, percaya diri, merasa tidak sendiri dan senang (30%), lebih asyik dan
anak-anak lebih memperhatikan, anak menjadi berkembang, bertukar pikiran,
anak dapat menjadi kreatif. Pernyataan ini sangat sesuai dengan apa yang
diungkapkan oleh Purwandari (2009) bahwa dinamika kelompok memiliki
manfaat antara lain kerjasama, saling membantu, berinteraksi dengan individu
yang lain (Purwandari, 2009).
o. Apakah metode dinamika kelompok dapat menumbuhkan minat anak dalam
mengikuti PIA?
Semua responden mengungkapkan bahwa metode dinamika kelompok
dapat menumbuhkan minat anak untuk mengikuti PIA. Selain itu metode
dinamika kelompok merupakan metode yang efektif digunakan dalam proses
kegiatan PIA. Hal ini diungkapkan oleh kesepuluh responden (100%).
p. Permasalahan atau keprihatinan yang berkaitan dengan kegiatan PIA di
Wilayah.
Sebagian besar permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan kegiatan
PIA di wilayah adalah terjadinya kemacetan dalam pelaksanaan kegiatan PIA. Hal
64
ini diungkapkan oleh responden 6 responden (60%). Kemacetan tersebut terjadi
karena kesibukan dari para pendamping PIA itu sendiri dan kurangnya dukungan
dari para orang tua anak-anak PIA (50%), serta terbatasnya jumlah pendamping,
sarana dan dana (10%). Di samping itu terdapat juga masalah yang berkaitan
dengan keterbatasan materi dan metode (40%). Masalah tersebut antara lain: rasa
jenuh terhadap metode (10%), kekurangan materi (10%), kurangnya minat untuk
mengikuti PIA (10%), dan kesulitan untuk mengatur anak-anak selama kegiatan
PIA berlangsung (10%).
q. Usaha yang dilakukan oleh pendamping untuk mengatasi permasalahan
tersebut.
Dengan munculnya beberapa masalah yang terjadi dalam kegiatan PIA,
sebanyak 4 responden (40%) mengungkapkan bahwa mereka belum memikirkan
cara untuk mengatasi masalah tersebut. Namun di sisi lain juga terdapat beberapa
bentuk usaha yang diungkapkan oleh para responden yakni dengan berusaha
mencari pendamping baru, pertukaran pendamping dengan wilayah lain,
pendamping membuat sebuah paguyuban bahkan juga dengan memberikan
ancaman kepada peserta PIA apabila mereka mulai sulit diatur.
5. Rangkuman Hasil Penelitian
Berdasarkan uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa kegiatan
PIA di Wilayah Donoharjo Utara selama ini dilakukan dengan apa adanya.
Pendamping kurang mempersiapkan pelaksanaan PIA dan tidak membuat
program serta tidak membuat persiapan pelaksanaan secara tertulis. Metode yang
selama ini sering digunakan dalam pelaksanaan kegiatan PIA di Wilayah
65
Donoharjo Utara adalah bernyanyi. Menurut para Pendamping PIA, metode yang
pernah digunakan oleh pendamping tersebut efektif, namun tidak sepenuhnya
efektif. Hal ini dapat dilihat dari jawaban seluruh responden, hanya 70%
responden yang mengungkapkan bahwa metode tersebut efektif, artinya ada
beberapa pendamping PIA yang mengungkapkan bahwa metode yang sering
digunakan tersebut kurang efektif.
Di sisi lain kegiatan permainan merupakan kegiatan yang paling disukai
oleh anak-anak. Akan tetapi keterlibatan anak-anak dalam kegiatan PIA biasa-
biasa saja, hal ini menunjukkan adanya perasaan tidak senang dan jenuh yang
nampak pada diri anak-anak selama mengikuti kegiatan PIA.
Tekait dengan pertanyaan yang berhubungan dengan metode dinamika
kelompok semua responden menjawab bahwa mereka pernah menggunakan
metode dinamika kelompok dalam kegiatan PIA dan semua responden
mengungkapkan bahwa penggunaan metode dinamika kelompok bermanfaat.
Manfaat tersebut antara lain: metode dinamika kelompok dapat melatih anak
untuk kerja sama, kompak, percaya diri, merasa tidak sendiri, senang, lebih asyik,
anak-anak lebih memperhatikan, anak menjadi berkembang, bertukar pikiran, dan
anak dapat menjadi kreatif. Selain hal itu, semua responden juga mengungkapkan
bahwa metode dinamika kelompok dapat menumbuhkan minat anak dalam
mengikuti kegiatan PIA. Seluruh responden mengungkapkan bahwa metode
dinamika kelompok merupakan metode yang efektif untuk digunakan dalam
pelaksanaan kegiatan PIA. Namun pada kenyataannya metode dinamika
kelompok tersebut jarang sekali digunakan oleh para Pendamping PIA. Selain itu
66
metode dinamika kelompok merupakan metode yang efektif untuk digunakan
selama pelaksanaan kegiatan PIA,
Terdapat dua masalah besar terkait dengan PIA di Wilayah Donoharjo
Utara yaitu masalah kemacetan dalam pelaksanaan PIA dan masalah metode. Pada
penelitian ini penulis memilih dan memfokuskan penelitian pada masalah metode,
yaitu dengan menyumbangkan usulan program dinamika kelompok sebagai salah
satu metode yang berpeluang efektif digunakan dalam kegiatan PIA di Wilayah
Donoharjo Utara Paroki Mlati Yogyakarta.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Efektif Tidak efektif
70%
30%
100%
0%
Metode yang sering dipakai Metode dinamika kelompok
Grafik 1: Keefektifan metode yang sering dipakai dan metode dinamika
kelompok.
67
C. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti melalui wawancara
secara langsung terbukti bahwa metode dinamika kelompok dapat berpeluang
efektif bagi Pendampingan Iman Anak di Wilayah Donoharjo Utara Paroki Mlati
Yogyakarta. Keefektifan metode dinamika kelompok dapat dilihat dari adanya
manfaat yang diungkapkan oleh para pendamping PIA, manfaat tersebut antara
lain dapat melatih anak untuk bekerja sama dengan teman-temannya, menjadikan
anak kompak, melatih kepercayaan diri, memiliki rasa kebersamaan, senang
dalam mengikuti kegiatan, anak-anak lebih memperhatikan, anak menjadi tumbuh
berkembang, dapat belajar berpendapat, dan anak dapat menjadi kreatif. Hal ini
sesuai dengan hipotesis awal penulis bahwa metode dinamika kelompok
merupakan metode yang efektif untuk PIA. Maka dari itu, metode dinamika
kelompok menjadi salah satu metode yang efektif digunakan dalam kegiatan PIA
karena dapat menumbuhkan minat anak dalam mengikuti kegiatan PIA, dengan
minat anak yang semakin berkembang dalam kegiatan PIA, maka tidak menutup
kemungkinan untuk tumbuhnya benih iman dalam diri anak-anak, menghidupkan
komunikasi iman dengan teman-temannya, meningkatkan bakat dan ketrampilan
anak, serta menumbuhkan partisipasi anak dalam menciptakan suasana yang baik
bagi semua orang melalui cinta kasih Yesus Kristus.
BAB IV
USULAN PROGRAM KADERISASI BAGI PARA PENDAMPING PIA DI
WILAYAH DONOHARJO UTARA PAROKI MLATI
YOGYAKARTA
Dalam sebuah perencanaan hal utama yang harus ada adalah program.
Program adalah rancangan mengenai dasar serta usaha yang akan dilaksanakan
(Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2001). Program sangat membantu
kelancaran suatu kegiatan, dan dengan adanya program suatu rancangan akan
berjalan dengan lancar karena akan teratur dan terarah. Program kaderisasi ini
dibuat untuk membantu para pendamping PIA supaya mampu melaksanakan
proses kegiatan PIA secara efektif.
Dalam bab ini penulis akan menguraikan usulan program kaderisasi
Pendampingan Iman Anak tentang penggunaan metode dinamika kelompok bagi
para pendamping dalam kegiatan PIA di Wilayah Donoharjo Utara Paroki Mlati
Yogyakarta. Untuk itu penulis perlu memikirkan dan merencanakan segala
sesuatu yang diperlukan dalam pembuatan program antara lain: latar belakang
penyusunan program, alasan pemilihan tema atau materi, penjabaran program,
petunjuk pelaksanaan program dan contoh satuan pendampingan kaderisasi bagi
pendamping PIA.
A. LATAR BELAKANG PENYUSUNAN PROGRAM
Dalam suatu kegiatan perlu memiliki rencana yang sistematis dan
persiapan yang matang agar dapat terlaksana sesuai dengan tujuan. Dalam proses
69
kaderisasi pendamping PIA juga perlu suatu rencana atau program agar proses
kegiatan berjalan dengan baik. Begitu juga dengan proses kaderisasi pendamping
PIA di Wilayah Donoharjo Utara Paroki Mlati Yogyakarta, perlu membuat suatu
program agar kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik. Berdasarkan data
yang diperoleh dari hasil penelitian dengan metode wawancara kepada para
pendamping, menunjukkan bahwa kegiatan PIA di Wilayah Donoharjo Utara
Paroki Mlati Yogyakarta mengalami kemacetan. Hal ini disebabkan karena
penggunaan metode dan materi yang kurang menarik sehingga anak mengalami
kebosanan dan kurang berminat mengikuti kegiatan PIA.
Dengan melihat keprihatinan tersebut, penulis ingin menawarkan suatu
program kaderisasi Pendampingan Iman Anak tentang penggunaan metode
dinamika kelompok bagi para pendamping dalam melaksanakan kegiatan PIA..
Melalui program kaderisasi tersebut, diharapkan para pendamping PIA mampu
menggunakan metode dinamika kelompok dalam melaksanakan kegiatan PIA
secara efektif. Metode dinamika kelompok menjadi salah satu metode yang efektif
digunakan untuk menumbuhkan minat anak dalam mengikuti kegiatan PIA,
karena metode tersebut dapat melatih anak untuk berkerja sama, kompak, percaya
diri, merasa tidak sendiri, merasa senang, lebih asyik mengikuti PIA, anak-anak
juga dapat lebih memperhatikan, anak menjadi berkembang, bertukar pikiran, dan
anak dapat menjadi kreatif. Penulis menyusun program ini guna membantu para
pendamping agar dapat melaksanakan kegiatan PIA secara efektif sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai. Program ini selain menambah wawasan bagi para
pendamping PIA, juga sangat mambantu anak dalam manghayati dan menangkap
materi yang diberikan oleh pendamping.
70
Dengan demikian, metode dinamika kelompok mempunyai peranan yang
sangat penting dalam kegiatan PIA agar anak-anak mendapatkan pengalaman
belajar dan tidak menutup kemungkinan untuk tumbuhnya minat dalam diri anak
untuk mengenal Kitab Suci sehingga mampu memperkembangkan imannya.
B. ALASAN PEMILIHAN TEMA
Program adalah rancangan mengenai dasar serta usaha yang akan
dilaksanakan (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2001). Dengan demikian
dalam pembuatan program perlu memperhatikan prosedur sistematis yang
meliputi tema, tujuan, judul kegiatan, metode, sumber bahan, dan sarana yang
sangat penting dalam pelaksanaan suatu kegiatan. Dalam program ini tema
mempunyai fungsi yang sangat penting demi tercapainya suatu tujuan dari
kegiatan.
Dalam pembuatan suatu program, pemilihan tema sangat berpengaruh
terhadap hasil dari suatu tujuan kegiatan. Tema yang diambil dalam program
hendaknya cocok dan sesuai dengan kebutuhan yang ada di lapangan, sehingga
sangat membantu pendamping dalam mengatasi permasalahan tersebut.
Tema umum yang akan diangkat dalam usulan program ini adalah
”Menjadi Pendamping PIA Yang Kreatif dan Efektif”. Alasan penulis mengambil
tema ini bahwa para pendamping PIA di Wilayah Donoharjo Utara Paroki Mlati
Yogyakarta adalah orang-orang yang memiliki pengetahuan yang cukup luas.
Namun dalam kenyataannya, mereka belum memiliki wawasan yang cukup untuk
mengenal dan mengetahui tentang PIA. Dalam proses pendampingan seorang
pendamping harus mampu menguasai pengetahuan tantang PIA, diantaranya
71
sejarah, peserta, dasar, tujuan, ciri khas, spiritualitas pendamping, kualifikasi
pendamping, dan metode dalam PIA, sehingga ia dapat mendampingi anak-anak
PIA secara kreatif dan efektif. Tekanan utama dalam program ini ialah
penggunaan metode yang efektif dalam kegiatan PIA. Pada kenyataannya, metode
yang sering digunakan oleh para pendamping PIA di Wilayah Donoharjo Utara
Paroki Mlati Yogyakarta ialah bernyanyi dan bercerita. Metode yang sering
digunakan tersebut cenderung menjadikan anak-anak PIA bosan dan kurang
berminat dalam mengikuti kegiatan PIA, hal ini terlihat dari kegiatan PIA yang
jumlah pesertanya semakin sedikit.
Melihat situasi tersebut, maka penulis mengusulkan untuk diadakannya
kaderisasi Pendampingan Iman Anak tentang penggunaan metode dinamika
kelompok bagi para pendamping dalam kegiatan PIA di Wilayah Donoharjo
Utara. Dengan penggunaan metode dinamika kelompok dalam kegiatan PIA,
maka diharapkan anak dapat termotivasi untuk aktif dalam kegiatan PIA serta
mendapatkan pengalaman belajar dengan teman-temannya. Anak-anak PIA
Wilayah Donoharjo Utara adalah penerus gereja masa yang akan datang, sehingga
mereka harus diberi pendidikan iman yang matang dan baik demi masa depannya.
Mereka harus kita arahkan untuk bersosialisasi dengan teman-temannya supaya
kelak ketika mereka sudah beranjak dewasa dapat bersosialisasi dengan
masyarakat luas dengan baik. Tujuan umum tema ini adalah
1. Supaya para pendamping PIA mengenal sejarah, peserta, dasar, tujuan, dan ciri
khas.
72
2. Agar para pendamping PIA mampu meresapi spiritualitas dan kualifikasi
seorang pendamping PIA sehingga dapat mendampingi anak secara optimal
dan efektif.
3. Para pendamping mengenal metode-metode dalam PIA.
4. Membantu para pendamping PIA agar dapat mengembangkan minat anak-anak
dalam kegiatan PIA secara kreatif dan efektif melalui metode dinamika
kelompok.
5. Para pendamping dapat mempersiapkan materi dan satuan persiapan PIA untuk
disimulasikan dalam kelompok.
Adapun tujuan khusus dari tema umum ini adalah membantu para pendamping
PIA untuk mempersiapkan diri menjadi seorang pendamping PIA yang
berwawasan luas, berkualitas, terampil, kreatif dan efektif.
Tema umum ini akan dijabarkan dalam 6 (enam) judul pertemuan yaitu:
Bergembira Mendalami Dunia Anak-Anak PIA, Spiritualitas dan Kualifikasi
Pendamping PIA, Metode-Metode dalam PIA, Metode Dinamika Kelompok
dalam PIA, Cara Praktis Mempersiapkan Satuan Persiapan PIA, Simulasi PIA dan
Evaluasi.
. Judul pertemuan yang pertama bertujuan agar para pendamping PIA
mampu mendampingi anak-anak dengan baik serta dapat memberi pengetahuan
dan pengalaman kepada anak-anak. Judul pertemuan yang kedua bertujuan agar
para pendamping PIA mampu meresapi spiritualitas dan kualifikasi seorang
pendamping PIA sehingga dapat mendampingi anak secara optimal dan efektif.
Judul pertemuan yang ketiga agar para pendamping PIA semakin kreatif dalam
memilih metode yang sesuai dengan keadaan peserta sehingga mampu
73
mendampingi PIA secara efektif. Judul pertemuan yang keempat bertujuan agar
para pendamping PIA menyadari bahwa metode dinamika kelompok memiliki
peran yang sangat penting dalam usaha memperkembangkan minat dan diri anak
secara efektif. Judul pertemuan yang kelima bertujuan agar para pendamping PIA
mampu membuat satuan persiapan PIA sesuai dengan situasi konkret peserta.
Tema pertemuan yang keenam bertujuan agar para pendamping PIA mampu
melaksanakan proses pendampingan secara kreatif dan efektif dengan
menggunakan metode dinamika kelompok dalam kegiatan PIA.
C. URAIAN TEMA DAN TUJUAN
Tema umum beserta penjabaran judul pertemuan diuraikan di dalam
program kaderisasi pendamping PIA. Uraian tema, judul pertemuan, serta tujuan
pertemuan yang akan digunakan dalam program diuraikan sebagai berikut:
Tema Umum : Menjadi Pendamping PIA Yang Kreatif dan Efektif.
Tujuan Umum: 1. Supaya para pendamping PIA mengenal sejarah, peserta, dasar,
tujuan, ciri khas, spiritualitas pendamping, dan kualifikasi
pendamping PIA.
2. Agar para pendamping PIA mampu meresapi spiritualitas dan
kualifikasi seorang pendamping PIA sehingga dapat
mendampingi anak secara optimal dan efektif.
3. Para pendamping mengenal metode-metode dalam PIA.
4. Membantu para pendamping PIA agar dapat memahami dan
menggunakan metode dinamika kelompok dalam kegiatan PIA
secara kreatif dan efektif.
74
5. Para pendamping dapat mempersiapkan materi dan satuan
persiapan PIA untuk disimulasikan dalam kelompok.
Tujuan Khusus: Membantu para pendamping PIA untuk mempersiapkan diri
menjadi seorang pendamping PIA yang berwawasan luas,
berkualitas, terampil, kreatif dan efektif.
Judul 1 : Bergembira Mendalami Dunia Anak-Anak PIA
Tujuan 1 : Para pendamping PIA mampu mendampingi anak-anak dengan
baik serta dapat memberi pengetahuan dan pengalaman kepada
anak-anak.
Judul 2 : Spiritualitas dan Kualifikasi Pendamping PIA
Tujuan 2 : Agar para pendamping PIA mampu meresapi spiritualitas dan
kualifikasi seorang pendamping PIA sehingga dapat
mendampingi anak secara optimal dan efektif.
Judul 3 : Metode-Metode dalam PIA.
Tujuan 3 : Para pendamping PIA semakin kreatif dalam memilih metode
yang sesuai dengan keadaan peserta sehingga mampu
mendampingi PIA secara efektif.
Judul 4 : Metode Dinamika Kelompok dalam PIA.
Tujuan 4 : Para pendamping PIA menyadari bahwa metode dinamika
kelompok memiliki peran yang sangat penting dalam usaha
memperkembangkan minat dan diri anak secara efektif.
Judul 5 : Cara Praktis Mempersiapkan Satuan Persiapan PIA.
Tujuan 5 : Para pendamping PIA mampu membuat satuan persiapan PIA
sesuai dengan situasi konkret peserta.
75
Judul 6 : Simulasi PIA dan Evaluasi
Tujuan 6 :Para pendamping PIA mampu melaksanakan proses
pendampingan secara kreatif dan efektif dengan menggunakan
metode dinamika kelompok dalam kegiatan PIA.
76
D. PENJABARAN PROGRAM
Tema Umum : Menjadi Pendamping PIA Yang Kreatif dan Efektif
Tujuan Umum :
1. Supaya para pendamping PIA mengenal sejarah, peserta, dasar, tujuan, dan ciri khas.
2. Agar para pendamping PIA mampu meresapi spiritualitas dan kualifikasi seorang pendamping PIA sehingga dapat mendampingi anak secara
optimal dan efektif.
3. Para pendamping mengenal metode-metode dalam PIA.
4. Membantu para pendamping PIA agar dapat mengembangkan minat anak-anak dalam kegiatan PIA secara kreatif dan efektif melalui metode
dinamika kelompok.
5. Para pendamping dapat mempersiapkan materi dan satuan persiapan PIA untuk disimulasikan dalam kelompok.
Tujuan Khusus: Membantu para pendamping PIA untuk mempersiapkan diri menjadi seorang pendamping PIA yang berwawasan luas,
berkualitas, terampil, kreatif dan efektif.
77
No Waktu Pelaksanaan
Judul Pertemuan
Tujuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 3 Januari
2010 Bergembira Mendalami Dunia Anak-Anak PIA
Para pendamping PIA mampu mendampingi anak-anak dengan baik serta dapat memberi pengetahuan dan pengalaman nya kepada anak-anak.
• Sejarah PIA • Dunia anak • Peserta PIA • Tujuan PIA • Ciri Khas PIA
• Informasi • Ceramah • Tanya Jawab • Diskusi
kelompok • Bernyanyi • Permainan
• Hand Out • Gitar • Teks Lagu • Alat tulis
• Suhardiyanto, H. J. (2006). Manuskrip Bahan Mata Kuliah PIA. Yogyakarta: IPPAK.
• Goretti, M. (1999). PIA, Pendampingan Iman Anak. Yogyakarta: FIPA-USD.
• Sene, Alfons. (1985). Kita Berkatekese Demi Anak. Ende: Nusa Indah.
2 3 Januari 2010
Spiritualitas dan Kualifikasi Pendamping PIA
Agar para pendamping PIA mampu meresapi spiritualitas dan kualifikasi seorang pendamping PIA sehingga dapat mendampingi anak secara optimal dan efektif.
• Spiritualitas pendamping PIA
• Kualifikasi pendamping PIA
• Informasi • Ceramah • Tanya Jawab • Permainan • Bernyanyi
• Hand Out • Teks lagu • Gitar • Alat tulis
• Lembaga Pengembangan Kateketik. (1993). Kateketik Paroki II. Yogyakarta: Pusat Kateketik.
• Komisi Kateketik Keuskupan Agung Semarang. (2008). Dasar-Dasar Pendampingan Iman Anak. Yogyakarta: Kanisius.
3 3 Januari 2010
Metode-Metode dalam PIA
Para pendamping PIA semakin kreatif dalam memilih metode yang sesuai dengan keadaan peserta sehingga mampu mendampingi PIA secara efektif.
• Metode Ekspresi • Metode Populer • Metode Dinamika
Kelompok • Metode Eksploratif
dan Simulatif • Metode naratif
• Informasi • Simulasi dari
pemandu dan peserta
• Dinamika kelompok
• Tanya Jawab
• Hand Out • Teks lagu • Alat tulis • Gitar
• Komisi Kateketik Keuskupan Agung Semarang. (2008). Dasar-Dasar Pendampingan Iman Anak. Yogyakarta: Kanisius.
78
• Memainkan suatu kisah
• Metode bernyanyi • Metode tanya jawab • Metode permainan • Karyawisata • Metode diskusi
• Bernyanyi • Lembaga Pengembangan Kateketik. (1993). Kateketik Paroki II. Yogyakarta: Pusat Kateketik.
• Kristanto, Purnawan. (2003). Permainan Asyik. Yogyakarta:PBMR ANDI.
4 10 Januari 2010
Metode Dinamika Kelompok dalam PIA
Para pendamping PIA menyadari bahwa metode dinamika kelompok memiliki peran yang sangat penting dalam usaha memperkembangkan minat dan diri anak secara efektif.
• Pengertian dinamika kelompok dalam PIA
• Tujuan dinamika kelompok dalam PIA
• Fungsi dinamika kelompok dalam PIA
• Macam-macam metode dinamika kelompok dalam PIA
• Informasi • Ceramah • Tanya Jawab • Permainan
kelompok
• Hand Out • Alat tulis • Balon
• Purwandari, Retno. (2009). Dinamika Kelompok.
• Ancok, Djamaluddin. (2003). Outbound Management Training. Yogyakarta: UII.
• Gray, Ethne. (1975). Kreasi dan Ekspresi Melalui Permainan. Jakarta: BPK GUNUNG MULIA.
• Slamet, Santosa. (1999). Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara.
• Syamsu, Syahriman., Yusril, M. & Suwarto, FX. (1991). Dinamika Kelompok dan Kepemimpinan. Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atma Jaya.
79
• Gerungan, W. A. (1988). Psikologi Sosial. Bandung: Eresco.
5 10 Januari 2010
Cara Praktis Mempersiapkan Satuan Persiapan PIA
Para pendamping PIA mampu membuat satuan persiapan PIA sesuai dengan situasi konkret peserta.
• Pemilihan tema • Pemilihan teks
Kitab Suci • Merumuskan tujuan • Memikirkan sarana
dan metode • Proses kegiatan • Menyusun langkah-
langkah • Persiapan pibadi • Refleksi/pengendap
an
• Ceramah • Informasi • Tanya
Jawab • Diskusi • Bernyanyi
• Hand Out • Gitar • Kitab Suci
• Suhardiyanto, H. J. (2006). Manuskrip Bahan Mata Kuliah PIA. Yogyakarta: IPPAK.
• Lembaga Alkitab Indonesia. (1992). Alkitab. Jakarta.
• Pusat Musik Liturgi. (1993). Madah Bakti. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.
6 17 Januari 2010
Simulasi PIA Evaluasi
• Para pendamping PIA mampu melaksanakan proses pendampingan secara kreatif dan efektif dengan menggunakan metode dinamika kelompok dalam kegiatan PIA
• Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dari keseluruhan program yang telah diberikan selama proses kaderisasi.
• Untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang masih ada selama proses pelaksanaan berlangsung.
• Satuan persiapan yang telah disusun oleh peserta
• Beberapa
pertanyaan yang mengacu pada proses pelaksanaan kegiatan
• Informasi • Tanya Jawab
• Sharing pengalaman
• Kitab Suci Perjanjian Baru
• Hand Out • Teks lagu
• Panduan
pertanyaan • Pena • Kertas tulis
• Lembaga Alkitab Indonesia. (1992). Alkitab. Jakarta.
• Hand Out
80
E. PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM
Program kaderisasi Pendampingan Iman Anak yang diusulkan oleh penulis
ini hanya dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan. Tema umum yang diangkat
dalam program kaderisasi bagi para pendamping PIA di Wilayah Donoharjo Utara
adalah ” Menjadi Pendamping PIA Yang Kreatif dan Efektif”. Tema umum ini
menjiwai judul-judul lainnya yang disusun secara berurutan dan akan diuraikan
dalam penjabaran program dengan metode dinamika kelompok.
Materi-materi dalam program ini merupakan suatu rangkaian yang
berkesinambungan, oleh sebab itu materi tersebut disajikan secara berurutan dan
berkesinambungan juga, karena materi yang telah dipilih dalam setiap pertemuan
merupakan materi yang saling berhubungan. Penulis memberikan satu contoh
satuan persiapan dalam rangka kaderisasi pendamping PIA di Wilayah Donoharjo
Utara Paroki Mlati Yogyakarta.
Materi yang akan diberikan dalam program ini disertai dengan sumber
bahan yang dapat memperluas pengetahuan peserta. Melalui program kaderisasi
pendamping PIA tersebut, diharapkan para pendamping PIA mampu
menggunakan metode dinamika kelompok secara efektif dalam melaksanakan
kegiatan PIA di wilayah. Selain itu, dengan penggunaan metode dinamika
kelompok hendaknya dapat menjadikan kegiatan PIA tidak membosankan,
sehingga mampu menumbuhkan minat anak untuk mengikuti kegiatan PIA.
81
F. CONTOH SATUAN PERSIAPAN KADERISASI PIA TENTANG
PENGGUNAAN METODE DINAMIKA KELOMPOK BAGI PARA
PENDAMPING PIA
Berdasarkan usulan program di atas, maka pada bagian ini penulis akan
memaparkan satu contoh satuan persiapan kaderisasi bagi para pendamping PIA
di Wilayah Donoharjo Utara Paroki Mlati Yogyakarta. Contoh satuan persiapan
ini merupakan salah satu dari lima pertemuan dalam program kaderisasi
Pendampingan Iman Anak tentang penggunaan metode dinamika kelompok bagi
para pendamping dalam kegiatan PIA.
Contoh Persiapan
1. Identitas
a. Judul Pertemuan : Metode Dinamika Kelompok dalam PIA.
b. Tujuan Pertemuan : Para pendamping PIA menyadari bahwa metode dinamika
kelompok memiliki peran yang sangat penting dalam
usaha memperkembangkan minat dan diri anak secara
efektif.
c. Peserta : Mudika dan para pendamping PIA Wilayah Donoharjo
Utara Paroki Mlati Yogyakarta.
d. Tempat : Kapel St. Petrus Kayunan.
e. Pelaksana : Yohanes Pratamto Henri.
f. Hari/Tanggal : Minggu, 10 Januari 2010.
g. Waktu : Pukul 10.00-12.00 WIB.
82
2. Pemikiran Dasar
Melihat kenyataan yang ada, anak-anak katolik di Wilayah Donoharjo
Utara Paroki Mlati Yogyakarta cukup banyak, akan tetapi hanya beberapa saja
yang mau terlibat dalam kegiatan PIA di wilayah. Jumlah pesertanya pun semakin
lama semakin menurun, hal ini disebabkan karena metode yang digunakan oleh
para pendamping kurang menarik dan kurang efektif. Selain masalah metode,
jumlah pendamping pun juga menjadi kendala karena di Wilayah Donoharjo
Utara mengalami kekurangan tenaga pendamping dalam mendampingi PIA.
Sehingga dengan keadaan tersebut kegiatan PIA mengalami kemacetan dan anak-
anak pun enggan untuk terlibat dalam kegiatan PIA di wilayah.
Adapun pendamping dan calon pendamping PIA di Wilayah Donoharjo
Utara yang bersedia menjadi penggembala dan mau menjadi pendamping PIA,
namun mereka kurang mendapat wawasan pengetahuan dan ketrampilan dalam
mendampingi anak-anak PIA. Seorang pendamping perlu memiliki pengetahuan
dan menguasai pengetahuan tentang PIA, sehingga nantinya dapat mendampingi
anak-anak secara efektif serta mempu memberikan pengetahuan dan pengalaman
yang menarik kepada anak-anak.
Dengan melihat keadaan di atas, maka penulis berinisiatif untuk
memberikan pembekalan bagi para pendamping dan calon pendamping PIA
berkaitan dengan Pendampingan Iman Anak. Secara khusus penulis akan
memberikan pembekalan sehubungan dengan penggunaan metode dinamika
kelompok dalam kegiatan PIA, sehingga para pendamping maupun calon
pendamping PIA pada akhirnya akan mampu mendampingi PIA secara efektif.
83
Metode dinamika kelompok menjadi salah satu metode yang efektif
digunakan untuk menumbuhkan minat anak dalam mengikuti kegiatan PIA, selain
metode dinamika kelompok ini menyenangkan, metode dinamika kelompok juga
dapat melatih anak untuk belajar bekerja sama, menjalin kekompakkan, melatih
sikap percaya diri, anak tidak merasa sendiri, anak-anak juga dapat lebih
memperhatikan dalam proses kegiatan PIA, anak menjadi berkembang, belajar
bertukar pendapat, dan anak dapat menjadi kreatif. Penulis menyusun program ini
agar membantu para pendamping dan calon pendamping PIA di Wilayah
Donoharjo Utara Paroki Mlati supaya mampu mendampingi anak-anak PIA secara
efektif sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
3. Tujuan Pertemuan
Para pendamping PIA menyadari bahwa metode dinamika kelompok
memiliki peran yang sangat penting dalam usaha memperkembangkan minat dan
diri anak secara efektif.
4. Materi
Pengertian dinamika kelompok, tujuan dinamika kelompok, fungsi
dinamika kelompok, dan macam-macam metode dinamika kelompok dalam PIA.
5. Sumber Bahan
a. Purwandari, Retno. 2009. Dinamika Kelompok.
b. Ancok, Djamaluddin. 2003. Outbound Management Training. Yogyakarta:
UII.
c. Gray, Ethne. 1975. Kreasi dan Ekspresi Melalui Permainan. Jakarta: BPK
GUNUNG MULIA.
d. Slamet, Santosa. 1999. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara.
84
e. Syamsu, Syahriman., Yusril, M. & Suwarto, FX. 1991. Dinamika Kelompok
dan Kepemimpinan. Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atma Jaya.
f. Gerungan, W. A. (1988). Psikologi Sosial. Bandung: Eresco.
6. Metode
a. Informasi
b. Ceramah
c. Tanya Jawab
d. Permainan kelompok
7. Sarana
Hand Out
8. Proses Pendampingan
a. Pengantar
Teman-teman yang terkasih selamat siang, selamat datang di pertemuan
kita pada siang hari ini. Pada kesempatan hari ini kita bersama-sama diajak untuk
lebih terbuka dan terlibat menjadi pendamping PIA dengan segala yang kita miliki
baik pengetahuan ataupun keterampilan. Secara khusus dalam pertemuan kali ini
kita akan mendalami tentang metode dinamika kelompok dalam PIA. Sebagai
pendamping dan calon pendamping PIA, kita diharapkan mampu mengolah
pertemuan PIA secara efektif, salah satunya dengan menggunakan metode
dinamika kelompok.
b. Doa Pembukaan
Ya Bapa yang penuh kasih sayang, terimakasih atas pertemuan yang boleh
kami alami hari ini. Datanglah kepada kami dalam pertemuan ini, curahkanlah
Roh KudusMu untuk memberi semangat dan kekuatan bagi kami para
85
pendamping dan calon pendamping PIA sebagai alatMu sendiri dalam
mendampingi anak-anak kami. Amin.
c. Permainan kelompok ”Kepala Ekor Ular”
1) Aturan permainan:
a) Peserta dibagi dalam beberapa kelompok.
b) Jumlah kelompok menyesuaikan jumlah peserta.
c) Setelah peserta terbagi dalam kelompok-kelompok, masing-masing kelompok
berbaris berjajar seperti ular.
d) Setiap tangan anggota kelompok berpegang pada pundak teman kelompoknya.
e) Peserta paling depan berperan sebagai kepala yang nantinya akan mengejar
balon yang ada di ekor ular kelompok lainnya.
f) Peserta paling belakang diberi sebuah balon yang ditalikan di pinggang agar
dikejar kelompok yang lain.
g) Peserta lainnya dari anggota kelompok bertugas melindungi balon agar tidak
dapat diambil oleh kelompok lain.
h) Setelah semua kelompok siap, maka pemandu memberi aba-aba dengan
mengatakan ”mulai!”
i) Jika kelompok putus dari barisannya, maka kelompok tersebut dinyatakan
kalah.
j) Yang menjadi pemenang adalah kelompok yang memperoleh balon paling
banyak, sedangkan kelompok yang balonnya diambil oleh kelompok lain
dinyatakan kalah.
2) Pendalaman permainan kelompok
86
Pemandu mengajak peserta untuk mendalami permainan kelompok
tersebut dengan tuntunan beberapa pertanyaan sebagai berikut:
a) Bagaimana perasaan teman-teman ketika ikut terlibat dalam permainan
kelompok tadi?
b) Bagaimana perasaan kelompok yang kalah dalam permainan kelompok tadi?
c) Bagaimana perasaan kelompok yang menang dalam permainan kelompok tadi?
d) Nilai-nilai apa yang dapat kita petik melalui permainan kelompok tadi?
3) Pemandu merangkum hasil dari jawaban peserta seperti berikut:
Dalam permainan kelompok yang baru saja kita lakukan tadi, kita dapat
merasakan kegembiraan bersama dengan teman-teman kita, selain permainan tadi
menyenangkan, kita juga dapat mengambil banyak pelajaran seperti: belajar
bekerja sama, menjalin kekompakkan, menjalin kebersamaan, serta dapat menjadi
kreatif.
d. Pendalaman Materi
Berikut ini akan dijelaskan mengenai metode dinamika kelompok dalam
PIA, yang meliputi:
1) Makna Dinamika Kelompok dalam PIA
Dinamika Kelompok adalah komunikasi yang terjadi di dalam suatu
kelompok di mana kelompok tersebut terdiri dari dua anak atau lebih yang
memiliki hubungan psikologis secara jelas. Artinya, antara anak satu dengan yang
lainnya saling mengenal, dan dalam kelompok tersebut terdapat suatu hubungan
timbal balik antara masing-masing anak. Dengan kata lain, anak-anak dalam suatu
kelompok dapat saling mengkomunikasikan pendapatnya untuk mencapai tujuan
bersama secara efektif dengan gembira, bebas, dan mendalam.
87
2) Tujuan Dinamika Kelompok dalam PIA
a) Memperdalam pemahaman iman anak akan Yesus Kristus melalui komunikasi
iman dengan teman-temannya dan peristiwa yang dijumpai dalam keseharian
mereka.
b) Menimbulkan rasa saling kerjasama dan saling menolong antar teman-
temannya.
c) Membangkitkan rasa solidaritas anggota kelompok, saling menghargai
pendapat teman-temannya, dan sikap kritis menanggapi sesuatu.
d) Meningkatkan kemandirian, termasuk mengikis ketergantungan pada orang
tuanya baik berhadapan pada suatu permasalahan yang harus dipecahkan,
mencari dan mendekati teman-temannya untuk berinteraksi aktif.
e) Menciptakan kegembiraan anak-anak dalam kegiatan PIA.
3) Fungsi Dinamika Kelompok dalam PIA
a) Meningkatkan keterlibatkan dalam menciptakan suasana yang baik dengan
teman-temannya.
b) Melalui dinamika kelompok anak dapat belajar kreatif dan efektif untuk
memecahkan masalah serta mengembangkan ide dan gagasannya.
c) Meningkatkan bakat dan ketrampilan anak, karena dalam dinamika kelompok
anak diajak untuk belajar berani tampil di depan teman-temannya.
d) Mampu memecahkan masalah secara efektif, karena melalui dinamika
kelompok segala pekerjaan dapat dikerjakan secara bersama-sama.
4) Batasan Usia Anak dalam Dinamika Kelompok
Anak-anak yang dapat terlibat dalam kegiaan dinamika kelompok ialah
anak-anak yang sudah memasuki usia 9-11 tahun. Anak-anak mulai berusaha
88
berelasi dalam kelompok sebaya karena mengalami perkembangan sosial.
Perkembangan sosial anak dimulai dari usia prasekolah sampai akhir masa
sekolah yang ditandai oleh meluasnya lingkungan sosial mereka. Anak mulai
melepaskan diri dari keluarganya dan makin mendekatkan diri pada orang lain di
sekitarnya. Anak pada usia tersebut biasanya berusaha untuk menjadi anggota
suatu kelompok dan sudah mampu mengalami perasaan bahwa seseorang perlu
medukung dan didukung oleh orang-orang di luar keluarganya. Sehingga mereka
mulai dapat belajar bersama, bermain bersama, hingga bekerjasama dengan
teman-temannya.
5) Macam-macam Metode Dinamika Kelompok dalam PIA
a) Metode Permainan
Bentuk rekreasi yang paling sederhana bagi semua umur adalah permainan
kelompok. Banyak permainan jenis ini tidak memerlukan alat-alat apapun dan
dapat dilakukan di luar maupun di dalam rumah. Permainan kelompok dapat
dinikmati oleh siapa saja, baik orang dewasa maupun anak-anak. Melalui
permainan kelompok kita dapat mengambil banyak pelajaran, di antaranya:
(1) Rasa gotong-royong.
(2) Menimbulkan keberanian.
(3) Percaya diri.
(4) Belajar memimpin anggota kelompok.
(5) Menumbuhkan sikap perhatian.
(6) Menghargai orang lain.
(7) Memperkembangkan sikap sosial.
89
Hal ini penting bagi setiap peserta untuk berpartisipasi dalam permainan
kelompok dan menikmatinya. Oleh sebab itu, melalui permainan anak-anak PIA
dilibatkan dalam kelompok dan berhadapan dengan teman-temannya yang
berbeda dengan pribadinya. Oleh sebab itu, dalam kegiatan PIA metode ini sangat
penting dan efektif digunakan karena mampu membangkitkan semangat, minat
anak-anak PIA, menumbuhkan sikap kerja sama dan sikap solider kepada
temannya.
b) Metode Diskusi
Diskusi adalah suatu proses berpikir bersama untuk memahami suatu
masalah, menemukan sebab-akibatnya, serta mencari jalan keluar. Di lain pihak,
berpikir bersama mengandaikan komunikasi dalam kelompok, hubungan timbal-
balik, kemufakatan, dan kebersamaan.
Diskusi dalam kegiatan PIA merupakan salah satu kegiatan untuk
menumbuhkan keberanian anak-anak dalam mengungkapkan pendapatnya.
Melalui diskusi, anak-anak dapat mengambil banyak pelajaran, di antaranya:
(1) Anak-anak PIA dapat termotivasi untuk dapat berkomunikasi dengan teman-
temannya.
(2) Memberikan kesempatan kepada teman-temannya untuk menggunakan
pengetahuan dan informasi yang telah dimiliki.
(3) Mengembangkan sikap saling hormat menghormati dan tenggang rasa
terhadap keragaman pendapat orang lain.
(4) Serta dapat mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa.
90
Dengan metode diskusi, peserta diajak untuk menggali secara lebih
mendalam sehubungan dengan materi yang sedang dibahas melalui diskusi
dengan teman-temannya.
c) Memainkan Suatu Kisah
Pada umumnya anak-anak menggemari bermacam-macam bentuk seni
drama, baik sebagai pelaku maupun penonton. Tetapi sebagai pelaku dalam
drama, anak akan lebih banyak belajar daripada sebagai penonton. Maka setiap
anak hendaknya diberi kesempatan untuk menjadi pelaku. Anak-anak juga perlu
belajar sebagai penonton yang sopan, serta dapat menghargai permainan teman-
temannya. Penggunaan seni drama ini untuk melatih anak-anak agar:
(1) Belajar bekerja sama dalam kelompok.
(2) Memperkembangkan pribadi anak-anak untuk berpartisipasi pertunjukan.
(3) Memahami perasaan orang lain.
(4) Berkreasi.
(5) Bertanggung jawab.
(6) Mendengarkan pendapat orang lain.
(7) Berinisiatif, serta belajar mengambil keputusan dalam kelompok.
Metode ini digunakan untuk mengajak peserta PIA dalam rangka
mendalami materi pertemuan serta proses pendampingan melalui dramatisasi.
Anak-anak akan merasa senang sebab mereka dapat mengekspresikan dirinya di
depan teman-temanya dalam kegiatan PIA.
d) Outbound
Outbound adalah suatu kegiatan di alam terbuka yang mendasarkan pada
pengalaman langsung yang disajikan dalam bentuk permainan, simulasi, diskusi,
91
dan petualangan sebagai media penyampaian materi. Dalam kegiatan outbound,
peserta secara aktif dilibatkan dalam seluruh kegiatan yang dilakukan. Dengan
aktivitas langsung tersebut, peserta akan segera mendapat umpan balik mengenai
dampak dari kegiatan yang dilakukan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pengembangan diri masing-masing. Kegiatan outbound sering dipakai karena
metode ini merupakan simulasi kehidupan yang komplek yang dibuat menjadi
sederhana, metode ini menggunakan pendekatan metode belajar melalui
pengalaman. Oleh karena adanya pengalaman langsung terhadap sebuah
fenomena, orang dengan mudah menangkap esensi pengalaman itu. Selain hal
tersebut, metode ini juga penuh kegembiraan karena dilakukan dengan permainan,
ciri ini membuat orang merasa senang di dalam pelaksanaan kegiatan. Bermain
merupakan hal yang dekat dengan anak. Dengan kegiatan ini, anak dapat:
(1) Belajar menggali dan mengembangkan potensi dalam dirinya.
(2) Meningkatkan rasa percaya diri.
(3) Membentuk pola pikir yang kreatif.
(4) Meningkatkan kecerdasan emosional dan spiritual dalam berinteraksi.
(5) Membentuk unsur-unsur ketangkasan, kebersamaan, keberanian dalam
memecahkan masalah.
(6) Memperluas pengalaman hidup ke arah pendewasaan diri.
(7) Menciptakan komunikasi yang efektif antar sesama.
(8) Memahami setiap kelebihan maupun kekurangan yang ada pada dirinya
Melalui kegiatan outbound, anak-anak PIA akan mendapatkan manfaat
yang beragam, sehingga melalui kegiatan ini anak akan tumbuh secara dewasa
dan mampu menumbuhkan minat anak dalam mengikuti kegiatan PIA.
92
e. Rangkuman dan Penutup
Teman-teman semua, saya ucapkan terima kasih atas kesediaan dan
kerelaan dari teman-teman untuk mengikuti kegiatan ini. Demikian beberapa hal
penting yang dapat saya sampaikan sehubungan dengan metode dinamika
kelompok dalam PIA. Melalui pertemua pada hari ini, kita diharapkan semakin
mampu menjadi seorang pendamping yang kreatif dalam menggunakan metode
dan mengolah pertemuan PIA menjadi efektif, salah satunya ialah dengan
memanfaatkan metode dinamika kelompok. Dengan metode dinamika kelompok,
diharapkan kegiatan PIA di Wilaah Donoharjo Utara Paroki Yogakarta ini akan
semakin hidup, serta mampu memupuk minat anak-anak dalam mengikuti
kegiatan PIA di wilayah.
Doa Penutup
Alah Bapa yang maha baik, kami mengucapkan syukur kepada-Mu atas
segala berkat dan kebaikan-Mu yang telah Engkau berikan kepada kami
khususnya penyertaanMu pada kesempatan hari ini. Kami mohon semoga segala
sesuatu yang telah kami bagi bersama memberikan semangat bagi kami untuk
mendampingi anak-anakMu yang Engkau percayakan kepada kami. Berikan
kesehatan serta semangat pelayanan untuk berbagi kasih kepada orang lain. Dan
kami mohonkan semoga Engkau menemani dan menyertai kami dalam perjalanan
ke tempat kami masing-masing sehingga sampai dengan selamat. Doa ini kami
haturkan kepadaMu dengan perantaraan Yesus Kristus perantara kami. Amin
93
BAB V
PENUTUP
Dalam bab ini penulis akan membuat kesimpulan dan membuat saran-
saran. Kesimpulan ini menguraikan beberapa pokok penting yang perlu
ditegaskan kembali sehubungan dengan Pendampingan Iman Anak di Wilayah
Donoharjo Utara Paroki Mlati Yogyakarta melalui metode dinamika kelompok.
A. KESIMPULAN
Pada bagian kesimpulan ini, penulis akan mengemukakan beberapa hal
yang perlu ditegaskan kembali untuk diperkembangkan secara lebih mendalam
sehubungan dengan kegiatan PIA melalui metode dinamika kelompok.
Pendampingan Iman Anak merupakan salah satu kegiatan bagi anak-
anak yang beragama Katolik, di dalam kegiatan inilah anak-anak dapat berelasi
dan berkomunikasi dengan teman sebayanya secara terarah. Hal tersebut hanya
mungkin terwujud apabila pendamping dapat memahaminya secara utuh, sehingga
mereka dapat mengetahui minat, kebutuhan, dan juga harapan-harapannya.
Anak seusia ini lebih dipahami dengan sebutan anak usia sekolah
sehingga memiliki kematangan untuk dididik dan juga menjalin relasi dengan
orang lain. Anak pada masa ini masih bersifat egois dan lingkup sosialnya hanya
dalam keluarga, maka melalui pendampingan iman ini diharapkan anak dapat
mulai terarah keluar serta memiliki pengetahuan yang luas dengan belajar bekerja
sama dan bersosialisasi dengan teman-temannya. Berdasarkan kenyataan yang ada
pada akhir-akhir ini kegiatan PIA di Wilayah Donoharjo Utara Paroki Mlati
94
mengalami kemacetan. Peserta PIA yang ada semakin menyusut jumlahnya. Hal
ini menjadi keprihatinan bagi banyak pihak termasuk penulis. Dengan keadaan
tersebut, maka penulis melaksanakan penelitian tentang kegiatan PIA di Wilayah
Donoharjo Utara Paroki Mlati.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa masalah
besar dalam kegiatan PIA di wilayah, di antaranya metode, materi, dan sarana
yang diberikan oleh pendamping kurang menarik, hal ini menjadikan anak-anak
kurang berminat dalam mengikuti kegiatan PIA. Dengan masalah tersebut, maka
kegiatan PIA mengalami kemacetan. Selain masalah di atas, kurangnya dorongan
dari orang tua dan kurangnya tenaga pendamping juga menjadi faktor yang
mempengaruhi dalam pelaksanaan kegiatan PIA.
Bertitik tolak dari hal itu, penulis mencoba menawarkan alternatif untuk
mengembangkan pengetahuan para calon pendamping dan pendamping PIA untuk
mendampingi anak-anak dalam kegiatan PIA di wilayah. Alternatif tersebut
berupa kaderisasi pendamping PIA di Wilayah Donoharjo Utara Paroki Mlati
Yogyakarta. Melalui alternatif tersebut, diharapkan pendamping PIA mampu
menggunakan metode dinamika kelompok dalam proses kegiatan PIA sehingga
dapat mewujudkan proses kegiatan PIA secara efektif. Penulis menawarkan
metode dinamika kelompok karena melalui metode dinamika kelompok kegiatan
PIA akan lebih efektif, keefektifan metode dinamika kelompok ini dapat dilihat
dari manfaat yang muncul diantaranya memungkinkan timbulnya rasa untuk kerja
sama dengan sesama, menjadi kompak, percaya diri, merasa tidak sendiri,
menjadikan perasaan senang, lebih asyik mengikuti PIA, anak-anak juga dapat
lebih memperhatikan, anak menjadi berkembang, dapat bertukar pikiran, dan anak
95
dapat menjadi kreatif. Anak-anak PIA tersebut untuk masa yang akan datang
dapat dibanggakan, menjadi pewaris Gereja dan dapat menjadi perpanjangan
tangan Tuhan di dunia, maupun menjadi garam dan lilin di masyarakat sehingga
dapat berperan aktif dan bersedia untuk mewartakan Kabar Keselamatan akan
Kristus. Dengan demikian maka peserta semakin disempurnakan dalam kehidupan
imannya sehingga dapat berkembang menuju iman yang matang.
B. SARAN
PIA adalah salah satu tempat untuk membimbing dan mendampingi anak
dalam memperkembangkan hidup berimannya, sehingga mereka mampu
mendalami nilai-nilai yang diajarkan Kristus dan sanggup menjadi saksi iman di
tengah-tengah masyarakat.
Perkembangan terakhir yang ada menunjukkan bahwa pelaksanaan
kegiatan PIA di wilayah mengalami kemacetan dan kemunduran yang disebabkan
karena metode yang dipergunakan kurang menarik. Bertitik tolak dari hal itu,
maka sebagai pendamping PIA hendaknya:
1. Memperhatikan perkembangan anak dengan melihat dan menemukan apa yang
menjadi kebutuhan serta harapan-harapan anak. Berdasarkan hal tersebut dapat
diusahakan metode, sarana, dan materi yang sesuai dengan kebutuhan anak,
sehingga menumbuhkan minat anak-anak dalam mengikuti kegiatan PIA secara
efektif. Salah satunya dengan memanfaatkan metode dinamika kelompok.
2. Bergembira merupakan modal dasar dalam mendampingi PIA. Maka seorang
pendamping hendaknya dapat membagikan kegembiraannya kepada anak-anak
dalam kegiatan PIA. Kegembiraan dapat diungkapkan melalui kata-kata dan
96
tindakan. Suasana gembira akan mendorong minat anak untuk selalu ingin
bertemu dengan teman-teman dan pendampingnya dalam kegiatan PIA.
3. Pendamping PIA juga memiliki fantasi dan kreasi, sehingga dapat
mengupayakan bermacam-macam kegiatan dan menciptakan kegiatan baru
untuk melancarkan pendampingan yang menarik dan efektif.
97
DAFTAR PUSTAKA Ancok, Djamaluddin. (2003). Outbound Management Training. Yogyakarta: UII. Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI. (1992). Catechesi Tradendae.
Jakarta. Gerungan, W. A. (1988). Psikologi Sosial. Bandung: Eresco. Goretti, M. (1999). PIA, Pendampingan Iman Anak. Yogyakarta: FIPA-USD. Gray, Ethne. (1975). Kreasi dan Ekspresi Melalui Permainan. Jakarta: BPK
GUNUNG MULIA. Kamdhi, J. S. (1995). Diskusi Yang Efektif. Yogyakarta: Kanisius. Komisi Kateketik Keuskupan Agung Semarang. (2008). Dasar-Dasar
Pendampingan Iman Anak. Yogyakarta: Kanisius. Konfrensi Waligereja Indonesia. (2006). Kitab Hukum Kanonik, Jakarta. Konsili Vatikan II, (1993). Dokumen Konsili Vatikan II, Jakarta: Obor. Kristanto, Purnawan. (2003). Permainan Asyik. Yogyakarta:PBMR ANDI. Lembaga Alkitab Indonesia. (1992). Alkitab. Jakarta. Lembaga Pengembangan Kateketik. (1993). Kateketik Paroki II. Yogyakarta:
Pusat Kateketik. Moleong, Lexy J. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi).
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Monks, F.J, Knoer, A.M.P & Haditono, Sri Rahayu. (2006). Psikologi
Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Narbuko, Cholid & Achmadi, H. Abu. (2007). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT.
Bumi Aksara. Purwandari, Retno. (2009). Dinamika Kelompok.
www.google.co.id/search?q=difinisi+dinamika+kelompok&btnG=Telusuri&hl=id&client=firefox-a&channel=s&rls=org.mozilla%3Aen-US%3Aofficial&sa=2, diambil Rabu 24 Juni 2009, pukul 12:10 WIB.
Pusat Musik Liturgi. (1993). Madah Bakti. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi. Sene, Alfons. (1985). Kita Berkatekese Demi Anak. Ende: Nusa Indah Slamet, Santosa. (1999). Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara. Suhardiyanto, H. J. (2006). Manuskrip Bahan Mata Kuliah PIA. Yogyakarta:
IPPAK. Syamsu, Syahriman., Yusril, M. & Suwarto, FX. (1991). Dinamika Kelompok dan
Kepemimpinan. Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atma Jaya. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka. Tim Penulis Sejarah Gereja Mlati. (2006). Perjalanan Gereja Katolik Santo
Aloysius Gonzaga Mlati. Yogyakarta.
(1)
(2)
(3)
Lampiran 3: Daftar Responden A. Pengurus wilayah
1. P. Mulyono 2. MM. Astiani
B. Pendamping PIA
1. Thomas Joko Krismanto 2. Veronoka Westri Asih 3. Yohana Fransisca Marita 4. Subastianus Jony Yudyantara 5. Robertus Stiyanto 6. Margareta Novita R 7. Fransisca Rika 8. Katarina Sinta Krisnawati 9. Bernandus Krisna P 10. Theresia Nita Febriani
(4)
Lampiran 4 : Pedoman Pertanyaan Wawancara A. Bagi Pengurus Wilayah 1. Bagaimana letak geografis Wilayah Donoharjo Utara? 2. Kegiatan-kegiatan menggereja seperti apakah yang dilakukan oleh umat-umat
Wilayah Donoharjo Utara? 3. Bagaimanakah gambaran situasi anak-anak PIA Wilayah Donoharjo Utara? 4. Bagaimana kegiatan PIA dalam pelaksanaannya di wilayah? 5. Bagaimana kondisi ekonomi umat di Wilayah Donoharjo Utara? 6. Bagaimanakah jumlah dan perkembangan umat di Wilayah Donoharjo Utara? 7. Bagaimanakah penilaian bapak atas kegiatan PIA di Wilayah Donoharjo Utara? 8. Apa yang menjadi harapan bapak untuk PIA ke depan? B. Bagi Para Pendamping PIA 1. Menurut pengalaman anda, apa tujuan PIA itu? 2. Menurut anda apa saja ciri khas PIA itu? 3. Bagaimana pelaksanaan kegiatan PIA yang ada di Wilayah? Apakah berjalan
rutin, terprogam atau kegiatan apa adanya? 4. Apakah sebelum mendampingi PIA anda terlebih dahulu membuat persiapan
tertulis? 5. Sarana apa saja yang anda gunakan dalam kegiatan PIA? 6. Metode apa saja yang dapat digunakan dalam kegiatan PIA? 7. Metode apa saja yang sering anda gunakan dalam PIA? 8. Apakah metode tersebut memiliki tujuan dan bermanfaat bagi anak-anak PIA? 9. Apakah metode tersebut efektif digunakan dalam PIA? 10. Bagaimana keterlibatan anak-anak atas kegiatan PIA yang dilaksanakan di
Wilayah, apakah mereka sangat tertarik, biasa-biasa saja, atau mereka masa bodoh?
11. Bagaimanakah perasaan anak-anak ketika mengikuti proses kegiatan PIA? Apakah senang, biasa-biasa saja atau tidak senang?
12. Kegiatan seperti apa yang anak-anak sukai dalam PIA? 13. Apakah anda pernah menggunakan metode dinamika kelompok dalam kegiatan
PIA? Jika pernah, metode dinamika kelompok seperti apa yang pernah anda gunakan?
14. Apakah metode dinamika kelompok bermanfaat dalam kegiatan PIA? Jika ada, seperti apa manfaat itu?
15. Menurut anda, apakah metode dinamika kelompok dapat menumbuhkan minat anak dalam PIA?
16. Menurut anda, apakah metode dinamika kelompok dapat efektif digunakan dalam PIA?
17. Permasalahan atau keprihatinan apa yang dialami berkaitan dengan kegiatan PIA? 18. Usaha apa yang dilakukan oleh pendamping untuk mengatasi permasalahan
tersebut?
(5)
Lampiran 5 : Hasil Wawancara Penulis dengan pengurus Wilayah Donoharjo Urara, Paroki Mlati, Yogyakarta.
A. Pelaksanaan:
Hari/Tanggal : Kamis, 9 Juli 2009 Waktu : 14.30-15.30 dan 15.00-16.00 WIB Tempat : Rumah Ibu MM. Astiani dan Bpk. P. Mulyono Peneliti : Yohanes Pratamto Henri Yang diwawancarai : Ibu MM. Astiani dan Bpk. P. Mulyono
B. Pokok-pokok Pertanyaan dan Jawaban:
1. Bagaimana letak geografis Wilayah Donoharjo Utara?
Jawaban: Wilayah Donoharjo Utara merupakan bagian dari Paroki Mlati, Yoyakarta. Wilayah ini berdasarkan letak geografisnya berada di sebelah utara dari Paroki Mlati, Yogyakarta dan berada di Kelurahan Donoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun batas-batas wilayah Donoharjo Utara yakni:
a. Batas Timur : berbatasan dengan Paroki Banteng b. Batas Barat : berbatasan dengan Paroki Somoitan c. Batas Utara : berbatasan dengan Paroki Pakem d. Batas Selatan : berbatasan dengan Donoharjo Selatan
Di wilayah Donoharjo Utara terdapat empat lingkungan yaitu lingkungan Ngepas (St. Robertus), Gondanglutung (St. Paulus), Brengosan (St. Yusuf) dan Kayunan (St. Stefanus).
2. Kegiatan-kegiatan menggereja seperti apakah yang dilakukan oleh umat-umat
Wilayah Donoharjo Utara? Jawaban: Kegiatan-kegiatan menggereja yang dilakukan oleh umat Wilayah
Donoharjo Utara antara lain: Rapat Wilayah, kegiatan sosial yang meliputi: Arimatea, Tabungan Cinta Kasih, Sosial Ekonomi, PSE. Kegiatan lainnya diantaranya PIA (Pendampingan Iman Anak), MUDIKA (Muda Mudi Katolik), PIR (Pendampingan Iman Remaja), Pasutri Keluarga Katolik Muda, Paguyuban Pangruktiloyo, ibu-ibu WK, Misa di Kapel 1 bulan 2 kali yaitu setiap minggu ke II dan IV, Misa Wilayah, pertemuan Lingkugan.
3. Bagaimanakah gambaran situasi anak-anak PIA Wilayah Donoharjo Utara?
Jawaban: Secara umum situasi anak-anak PIA Wilayah Dooharjo Utara memiliki latar belakang yang berbeda-beda, mulai dari yang berkecukupan menengah atas (kaya) maupun ekonomi menengah ke bawah (miskin). Rata-rata mereka masih duduk di bangku Sekolah Dasar, namun ada pula yang masih duduk di Taman Kanak-Kanak. Sebagian
(6)
besar mereka berasal dari suku Jawa, namun ada pula yang berasal dari keturunan Palembang.
4. Bagaimana kegiatan PIA dalam pelaksanaannya di wilayah?
Jawaban: Kegiatan-kegiatan PIA di Wilayah Donoharjo Utara Paroki Mlati untuk saat ini meliputi: latihan koor, tugas koor di Kapel Wilayah, dan tugas koor di Paroki. Pelaksanaan PIA dilakukan 1 bulan 2 kali yaitu minggu I dan III dari pukul 10.00 sampai dengan pukul 11.30 di Kapel St Petrus. Kegiatan PIA tersebut bertujuan untk meningkatkan dan mengembangkan iman anak-anak agar mereka dapat mengerti dan memahami ajaran-ajaran kristiani dalam hidupnya baik dalam bentuk sikap dan perbuatan.
5. Bagaimana kondisi ekonomi umat di Wilayah Donoharjo Utara?
Jawaban: Wilayah Donoharjo Utara terdiri dari umat yang berekonomi atas, menengah, dan bawah. Mereka pada umumnya berekonomi menengah ke bawah. Umat yang berekonomi menengah ke atas bekerja sebagai wiraswasta yaitu mendirikan pertokoan, kepala sekolah. Dan umat yang berekonomi menengah bekerja sebagai Pegawai Negri, guru, Pegawai Swasta, membuka warung, sopir dan penjahit. Sedangkan umat yang berekonomi bawah kebanyakan bekerja sebagai tukang kayu, petani, buruh pabrik, dan pedagang kecil.
6. Bagaimanakah jumlah dan perkembangan umat di Wilayah Donoharjo Utara?
Jawaban: Jumlah umat di Wilayah Donoharjo Utara selalu berubah, kadangkala bertambah, kadangkala berkurang. Bertambahnya umat karena penerimaan Sakramen Baptis baik baptisan bayi maupun dewasa dan pertambahan umat yang datang dan menetap dari luar kota. Sedangkan umat berkurang karena kematian dan kepindahan umat Katolik Wilayah Donoharjo Utara ke daerah lain, seperti bekerja di luar kota. Jumlah umat Donoharjo Utara menurut data terakhir dari buku Perjalanan Gereja Katolik Santo Aloysius Gonzaga Mlati yang disusun oleh Tim Penulis Sejarah Gereja Mlati tahun 2006 adalah 93 Kepala Keluarga dan 298 jiwa, dengan rincian sebagai berikut: Lingkungan Ngepas (St. Robertus) terdiri dari 24 KK 87 jiwa; Lingkungan Kayunan (St. Sefanus) terdiri dari 32 KK 90 jiwa; Lingkungan Gondanglutung (St. Paulus) terdiri dari 20 KK 64 jiwa dan Lingkungan Brengosan (St. Yusuf) terdiri dari 17 KK 298 jiwa.
7. Bagaimanakah penilaian bapak atas kegiatan PIA di Wilayah Donoharjo Utara?
Jawaban: Kegiatan Pendampingan Iman Anak di wilayah untuk saat ini sudah berjalan cukup baik. Namun terkadang jumlah pesertanya menurun. Hal ini disebabkan kegiatan di luar lebih menarik, orang tua kurang mendukung. Pendamping tidak selalu hadir rutin sehingga kadang-kadang kegiatan PIA mengalami kemacetan.
(7)
8. Apa yang menjadi harapan bapak untuk PIA ke depan? Jawaban: Kegian PIA di wilayah lebih diaktifkan namun jangan melupakan
kegiatan sekolah formal di sekolah. Metode dalam kegiatan PIA diperbaiki, lebih berfariasi. Pertemuan PIA tepat waktu dan kegiatannya padat berisi.
(8)
Lampiran 6 : Contoh Jawaban Pertanyaan Wawancara Pendamping PIA Berikut ini akan disampaikan contoh jawaban pertanyaan wawancara dengan Pendamping PIA, data selengkapnya ada pada penulis. Pokok-pokok Pertanyaan dan Jawaban: 1. Menurut pengalaman anda, apa tujuan PIA itu?
Jawaban R2: Tujuan PIA adalah untuk memperkembangkan iman, dapat saling kenal
dengan anak PIA lainnya. R7: Anak biar berkembang, tahu seluk beluk Gereja.
2. Menurut anda apa saja ciri khas PIA itu? Jawaban R2: Ciri khas PIA adalah gembira dan ada unsur rohaninya. R7: Gembira.
3. Bagaimana pelaksanaan kegiatan PIA yang ada di Wilayah? Apakah berjalan rutin, terprogam atau kegiatan apa adanya? Jawaban R2: Pelaksanaan kegiatan PIA di wilayah tidak terprogram dan tidak rutin. R7: Apa adanya.
4. Apakah sebelum mendampingi PIA anda terlebih dahulu membuat persiapan tertulis? Jawaban R2: Sebelum mendampingi PIA tidak membuat persiapan secara tertulis. R7: Tidak membuat persiapan tertulis.
5. Sarana apa saja yang anda gunakan dalam kegiatan PIA? Jawaban R2: Sarana yang digunakan dalam kegiatan PIA antara lain: papan tulis dan gitar. R7: Buku cerita dan kertas lipat.
6. Metode apa saja yang dapat digunakan dalam kegiatan PIA? Jawaban R2: Metode yang dapat digunakan dalam kegiatan PIA ialah tanya jawab dan
bercerita. R7: Bercerita.
7. Metode apa saja yang sering anda gunakan dalam PIA? Jawaban R2: Metode yang sering digunakan dalam kegiatan PIA ialah metode tanya jawab. R7:Metode bernyanyi.
(9)
8. Apakah metode tersebut memiliki tujuan dan bermanfaat bagi anak-anak PIA? Jawaban R2: Metode tanya jawab memiliki tujuan dan manfaat bagi anak-anak PIA. R7:Metode bernyanyi yang sering saya gunakan tersebut memiliki tujuan dan
manfaat, yaitu agar anak bisa bernyanyi.
9. Apakah metode tersebut efektif digunakan dalam PIA? Jawaban R2: Metode tanya jawab tidak efektif digunakan dalam kegiatan PIA, hal ini dapat
dilihat dari sikap anak-anak yang tidak memperhatikan dalam kegiatan PIA, karena sering ribut dengan teman-temannya.
R7: Metode bernyanyi yang sering saya pakai tersebut tidak efektif digunakan dalam PIA.
10. Bagaimana keterlibatan anak-anak atas kegiatan PIA yang dilaksanakan di
Wilayah, apakah mereka sangat tertarik, biasa-biasa saja, atau mereka masa bodoh? Jawaban R2: Menurut saya keterlibatan anak-anak dalam kegiatan PIA di wilayah biasa-
biasa saja. R7: Anak-anak tertarik atas kegiatan PIA yang dilaksanakan di wilayah.
11. Bagaimanakah perasaan anak-anak ketika mengikuti proses kegiatan PIA?
Apakah senang, biasa-biasa saja atau tidak senang? Jawaban R2: Anak-anak merasa senang ketika mengikuti proses sekolah minggu. R7: Anak-anak merasa senang dalam mengikuti kegiatan sekolah minggu.
12. Kegiatan seperti apa yang anak-anak sukai dalam PIA? Jawaban R2: Kegiatan yang anak-anak sukai dalam PIA ialah permainan. R7: Anak-anak suka dengan kegiatan permainan kelompok.
13. Apakah anda pernah menggunakan metode dinamika kelompok dalam kegiatan PIA? Jika pernah, metode dinamika kelompok seperti apa yang pernah anda gunakan?
Jawaban R2: Saya pernah menggunakan metode dinamika kelompok dalam kegiatan PIA,
yaitu metode diskusi. R7: Pernah menggunakan metode dinamika kelompok dalam PIA yakni metode
permainan. 14. Apakah metode dinamika kelompok bermanfaat dalam kegiatan PIA? Jika ada,
seperti apa manfaat itu? Jawaban R2: Metode dinamika kelompok bermanfaat dalam kegiatan PIA, manfaat tersebut
di antaranya: anak-anak lebih memperhatikan dalam kegiatan PIA.
(10)
R7: Metode dinamika kelompok bermanfaat dalam kegiatan PIA, di antaranya; anak menjadi lebih berani, percaya diri, belajar berpendapat, dan belajar bekerja sama.
15. Menurut anda, apakah metode dinamika kelompok dapat menumbuhkan minat
anak dalam PIA? Jawaban R2: Menurut saya metode dinamika kelompok dapat menumbuhkan minat anak
dalam mengikuti PIA. R7: Metode dinamika kelompok dapat menumbuhkan minat anak dalam PIA.
16. Menurut anda, apakah metode dinamika kelompok dapat efektif digunakan dalam
PIA? Jawaban R2: Menurut saya metode dinamika kelompok dapat efektif digunakan dalam
kegiatan PIA. R7: Metode dinamika kelompok dapat efektif digunakan dalam PIA.
17. Permasalahan atau keprihatinan apa yang dialami berkaitan dengan kegiatan PIA di Wilayah?
Jawaban R2: Permasalahan yang dialami berkaitan dengan kegiatan Pendampingan Iman
Anak di wilayah adalah anak-anak bosan dengan kegiatan yang itu-itu saja (metode yang digunakan tidak bervariasi).
R7: Permasalahan yang dialami berkaitan dengan kegiatan PIA di wilayah adalah kadang-kadang bingung apa yang mau disampaikan (kekurangan materi).
18. Usaha apa yang dilakukan oleh pendamping untuk mengatasi permasalahan
tersebut? Jawaban R2:Usaha yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut ialah pertukaran
antar pendamping tetapi anak-anak banyak yang takut dan member hadiah. R7: Bertanya kepada pendamping yang lainnya.
top related