mekanisme terjadinya ludwig
Post on 27-Jun-2015
494 Views
Preview:
TRANSCRIPT
MEKANISME TERJADINYA LUDWIG’S ANGINA AKIBAT ORAL PIERCING
Simfo Ferawati
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera UtaraJl. Alumni No. 2, Kampus USU, Medan 20155
__________________________________________________________________
Abstract
Body piercing in the head and neck region is an emerging practice that has gained increasing popularity as an expression of body art. The primary motivation of piercing is based predominantly on aesthetics. Available data on the extent and prevalence are limited, but there has been an increasing number of published reports on the complications related to piercing that range from damage to teeth and gingival tissues to disease transmission, infective endocarditis, and Ludwig’s angina. Ludwig’s angina is a bacterial infection of the submandibular and sublingual space that can caused by oral piercing. The aim of this article is to explain how oral piercing can cause Ludwig’s angina and how to treat it.
Keywords: Piercing, oral piercing, Ludwig’s angina, oral infection__________________________________________________________________
PENDAHULUAN
Tindik atau piercing dulunya hanya didominasi oleh wanita, namun
sekarang bukan menjadi hal aneh bagi pria. Tidak hanya itu, tindik yang dulu
dilakukan hanya di telinga, sekarang sudah dilakukan ke bagian tubuh lain yang
memiliki tulang rawan atau daging lunak, seperti hidung, bibir, alis mata hingga
lidah.
Oral piercing baik lip piercing maupun tongue piercing sangat berbahaya
dan besar resikonya, bahkan bisa menyebabkan penyakit jantung. Kita mengetahui
bahwa mulut manusia mengandung berjuta-juta bakteri, hingga lubang pada
daerah tindikan di lidah dapat menjadi sarang bakteri, kemudian bakteri ikut
mengalir bersama darah dan akhirnya menyebabkan infeksi-infeksi berat salah
satunya Ludwig’s angina.1
Komplikasi-komplikasi yang ditimbulkan akibat pemakaian tindik oral
mempunyai resiko terhadap kesehatan. Salah satu komplikasinya yang sangat
berbahaya adalah Ludwig’s angina, karena dapat menghambat jalur nafas, pernah
dilaporkan dari italia.2
1
Bressi T. melaporkan wanita berusia 25 tahun yang mengalami
pembengkakan dasar mulut yang datang ke klinik gigi, awalnya diduga karena
abses berkaitan dengan gigi, setelah di anamnese ternyata pasien memakai tindik
pada frenulum lingual dua minggu sebelumnya. Setelah itu, diputusan mengkultur
jaringan terinflamasi dan hasilnya ditemukan bakteri Streptokokus.2
Adapun maksud dari penulisan makalah ini adalah mengetahui kompliasi
dari pemakaian oral piercing, khususnya Ludwig’s angina, sehingga masyarakat
dapat mengetahui mekanisme terjadinya dan dapat segera melakukan perawatan.
DEFINISI LUDWIG’S ANGINA DAN ORAL PIERCING
Ludwig’s angina pertama sekali diperkenalkan oleh Wilhelm Frederick
Ludwig pada tahun 1836, digambarkan sebagai edema pada daerah submandibula
dan sublingual, disertai radang tenggorokan tetapi tidak melibatkan jaringan
limfe. Angina berasal dari bahasa latin yaitu angere yang artinya mencekik.
Ludwig’s angina adalah suatu infeksi bakteri, mencakup peradangan pada
jaringan dasar mulut di bawah lidah, terkenal akan sifatnya yang agresif dan
kecepatannya dalam menimbulkan masalah tinggi jika tidak dilakukan perawatan
segera.3,4
Ludwig’s angina merupakan penyebaran inflamasi berupa sellulitis yang
sangat cepat, dimulai dari dasar mulut hingga ke rongga submandibular, yang
banyak disebabkan bakteri anaerob batang gram negatif, mempunyai gambaran
klinis bengka pada leher.5
Dalam ilmu penyakit mulut diketahui suatu bengkak pada leher terdapat
banyak diagnosa bandingnya termasuk pembengkakan limfoma maupun non-
limfoma.6 Salah satu penyebab terjadinya pembengkakan adalah infeksi seperti
ludwig’s angina yang diakibatkan oleh oral piercing.
Oral piercing atau tindik rongga mulut merupakan penempatan perhiasan
pada area oral dan perioral yang meliputi lidah, bibir, pipi, frenulum, uvula, atau
kombinasi dari beberapa tempat tersebut.1,7-9 Beberapa istilah perhiasan pada oral
piercing yang perlu diketahui antara lain: bars atau barbell, gauge, labret, nesting,
dan ring jewellery. Material yang dipakai antara lain stainless steel, emas 14 karat,
titanium, dan niobium.7,9
2
Oral piercing baik lip piercing dan tongue piercing dapat menyebabkan
komplikasi pada daerah rongga mulut dan gigi, dapat akut maupun kronis.
Komplikasi dari oral piercing dapat berupa pembengkakan maupun rasa nyeri,
sehingga menganggu pengunyahan, berbicara, dan penelanan.8
ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI
Ludwig’s angina umumnya berawal dari infeksi odontogentik, terutama
dari gigi molar kedua dan ketiga rahang bawah. Gigi tersebut mempunyai akar
yang mengarah ke otot mylohyoid, sehingga dapat menyebar ke ruang
submandibula.10,11
Penyebab Ludwig’s angina lainnya yang pernah dilaporkan antara lain
sialadentis, abses peritonsial, fraktur mandibula terbuka, epilogisitis, injeksi obat-
obatan intravena pada leher, trauma bronkoskopi, intubasi endotrakea, laserasi
oral, tindik lidah, infeksi saluran pernafasan atas, dan trauma pada dasar mulut.4
Ludwig’s angina merupakan selulitis polimikrobial yang berkembang
dengan cepat dari ruang submandibula dan sublingual. Bakteri penyebab infeksi
ini merupakan gabungan dari beberapa bakteri yang didominasi oleh flora mulut.
Streptococcus viridians merupakan organisme yang paling banyak dikultur, lalu
Staphilococcus epidemidis, dan diikuti Staphilococcus aureus.4
Perkembangan penyakit Ludwig’s angina di dukung oleh karena struktur
anatomi jaringan dasar mulut.3-5,10 Hubungan margin posterior yang melingkar
pada otot mylohyoid melibatkan ruang sublingual dan kontralateralnya dengan
cepat. Tulang mandibula dan hyoid, serta lapisan superficial dari fasia servikal
membatasi perluasan jaringan bila terjadi edema sehingga menyebabkan
pergeseran dasar mulut dan lidah kearah superior dan posterior. Lapisan
superficial dari fasia servikal dalam mengelilingi kelenjar submandibula. Infeksi
atau pembengkakan kelenjar submandibula awalnya ditahan oleh lapisan ini,
namun lama-kelamaan memperlemah fasia sehingga menyebabkan infeksi cepat
meluas ke dalam ruang submandibula.11
3
PEMBAHASAN
Ludwig’s angina merupakan infeksi bakteri pada dasar mulut yang dapat
terjadi segera setelah prosedur tindik dilakukan.1,8 Tanda-tandanya meliputi rasa
sakit dan bengkak pada lidah, kesulitan menelan, berbicara dan disertai dengan
timbulya masalah pernafasan.3,4
Pasien Ludwig’s angina secara khas mempunyai riwayat, baru melakukan
pencabutan gigi, kebersihan mulut yang buruk, atau nyeri pada gigi. Tanda
klinisnya menyerupai sepsis seperti demam, tachypnea dan tarkikardi yang
diawali dengan adanya symptom berupa pembengkakan dan nyeri pada dasar
mulut dan leher bagian depan, disfagia, odynophagia, drooling, trismus serta bau
mulut. Selain itu, pasien juga dapat merasa cemas, gelisah, dan bingung.4
Ludwig’s angina diketahui berpotensi mematikan karena dapat
menimbulkan masalah pernafasan. Karakteristik yang menandakan pasien
mengalami masalah pernafasan antara lain parau, stridor, suka bernafas, sesak,
sianosis, dan sniffing position, yaitu postur tegak lurus dengan leher terdorong ke
depan dan dagu terangkat.2-4,11
Pasien umumnya menunjukkan keadaan leher yang dikenal dengan istilah
bull neck akibat peradangan yang terjadi di area submandibula serta memberikan
suatu kesan tampilan seperti mempunyai dagu yang lebar atau double chin
(Gambar 1). Selain itu, ciri khas lainnya yng lebih spesifik lagi ysitu hot potato
voice akibat edema pada pita suara. Hal ini perlu diwaspadai klinisi karena
berpotensi menimbulkan masalah pernafasan.4,12
Gambar 1. Penderita Ludwig’s angina12
4
Jenis oral piercing yang paling berpotensi menyebabkan Ludwig’s angina
yaitu tongue piercing (tindik lidah) dan merupakan bentuk infeksi sekunder akibat
penggunan tindik tersebut. 7,13
Oral piercing terdiri atas beberapa jenis walaupun tindik lidah lebih
banyak dipraktekkan. Dua tipe yang paling umum dipergunakan yaitu tipe
dorsoventral dan tipe dorsolateral. Pada tindikan dorsoventral, perhiasan
ditembuskan dari dorsal ke permukaan ventral lidah dan secara umum
ditempatkan pada tengah lidah (Gambar 2a). Sedangkan tindikan dorsolateral
tidak dianjurkan oleh penindik professional karena prosedurnya yang tidak aman
bagi vaskularisasi lidah yaitu tindi pada kedua sisi lidah (Gambar 2b).1,13,14
a
bGambar 2. a. Tindikan dorsoventral, b. Tindikan dorsolateral21
Tongue piercing umumnya ditindikkan tepat pada sulkus lidah walaupun
dapat juga ditindikkan dari permukaan dorsolateral ke frenulum lidah.14,15 Lip
piercing umumnya terletak pada bagian tengah bibir bawah, tetapi dapat juga
ditindikkan pada sudut bibir, dekat area kaninus.15
Lidah dipersarafi oleh nervus hypoglossus dan cabang pharyngeal dari
nervus vagus. Sedangkan bibir dipersarafi oleh nervus infraorbital dan nervus
5
mentalis yang merupakan percabangan dari nervus trigeminus. Ketika dilakukan
penindikan, saraf-saraf ini mungkin saja tercederai sehingga dapat menimbulkan
komplikasi.15
Prosedur piercing terdiri atas beberapa tahap. Pertama, area tindik dibilas
dengan pembersih antibakteri. Setelah itu area yang akan ditindik tersebut ditandai
dengan pena yang tidak luntur, lalu dipegang dengan clamp atau haemostat
kemudian dilakukan penembusan dengan jarum 14 atau 16 gauge.7,13-15
Ketika barbel akan ditempatkan, penyelubungnya dilepas dan bagian
bulatnya diputar sampai dijamin kuat. Panjang barbel awalnya 18 mm yang akan
mengakibatkan pembengkakan selama 5-6 hari tetapi setelah dua minggu, barbel
tersebut diganti dengan barbel yang lebih pendek (12-15 mm) lalu dipasangkan
perhiasan yang permanen.9,15 Pembengkakan akan terjadi 2-3 hari setelah
penindikan, bahkan dapat berlangsung selama 7-10 hari.7,13,16
Masa penyembuhan masing-masing tindikan berbeda tergantung pada
bagian mana tindik tersebut dipasang. Umumnya tindik lidah membutuhkan
waktu empat minggu untuk sembuh, sedangkan lip dan labret piercing
membutuhkan waktu 6-8 minggu untuk sembuh total.16
Tongue piercing mempunyai resiko tinggi terkena infeksi karena pada
lidah terdapat bermacam-macam mikroflora. Pada prosedur tongue piercing,
frenulum dan arteri lingual harus dihindari. Selain itu, saat dilakukannya
penindikan sebuah lapisan tipis dari jaringan ikat dan lapisan tebal dari jaringan
otot akan tertembus.17 Hal ini merupakan pintu masuk bakteri patogen yang ideal
karena daerah abnormal selaput mukosa dan kulit seperti luka potong, luka bakar,
dan luka lainnya sering menjadi tempat masuk bakteri untuk pertama kali.7,15,17
Setelah pemasang tindik, mulut atau lidah akan mengalami luka dan
dipenuhi oleh banyak bakteri. Infeksi akan muncul ketika keadaan rongga mulut
diliputi oleh banyak mikroorganisme yang masuk melalui jalur, dimana suplai
darah terganggu oleh karena pendarahan atau trauma. Bakteri akan bergerak
mengikuti aliran darah, menyebabkan dasar mulut segera membengkak serta dapat
menghambat jalan nafas atau penelanan daripada saliva.15-18
Bakteri-bakteri seperti stafilokokus, streptokokus, dan sejumlah bakteri
spesies lainnya dapat menghasilkan enzim hialuronidase. Enzim ini berperan dalm
6
proses infeksi, dimana asam hyaluronic yang merupakan substansi dasar pada
intrraseluler jaringan ikat didepolimerisasi oleh enzim tersebut. Ketika bakteri
masuk ke dalam jaringan dengan jumlah yang cukup banyak, bakteri akan
menyebabkan suatu peradangan. Infeksi lalu menyebar dengan cepat sepanjang
dataranfsia, mencakup seluruh jaringan. Hal ini merupakan akumulasi dari sel-sel
polimorfonuklear (PMN), edema, tekanan, nyeri, dan nekrosis.18
Infeksi sistemik disebabkan oleh bakteri yang berasal pada saat penindikan
atau dapat menyebarkan dari infeksi lokal dan hal ini dapat terjadi kapan saja.
Gejala-gejalanya berupa demam, kedinginan, gemetar, atau terdapat lapisan merah
yang terlihat di dekat area tindik.8.17 Abses seberal dan endokarditis pernah
dilaporkan terjadi sebagai komplikasi sistemik akibat tindik lidah.19
Faktor lainnya yang memiliki peranan penting dalam terjadinya Ludwig’s
angina akibat oral piercing terutama tindik togue piercing yaitu anatomi dari
dasar mulut itu sendiri. Pada jaringan dasar mulut terdapat ruangan submandibula
yang terdiri atas dua ruang yang dipisah pada bagian anteriornya oleh otot
mylohyoid, yaitu ruang sublingual pada bagian superior, dan ruang submaksila
pada bagian inferior. Ruangan ini dapat dikatakan sebagai satu kesatuan karena
batas posteror yang bebas dari otot mylohyoid menghubungkan keduanya.11,19
Lapisan superficial dari fasia servikal dalam, membantu merintangi penyebaran
infeksi sehingga apabila terjadi pembengkakan pada ruang submadibula akan
menyebabkan pergeseran dasar mulut dan lidah yang disertai dengan timbulnya
masalah jalan pernafasan.11,20
Kesukaran bernafas merupakan salah satu manifestasi klinis dari penyakit
ini. Jika hal tersebut terjadi, perawatan professional harus segera dilakukan.1
Komplikasi serius akibat tongue piercing berupa kesulitan bernafas setelah dua
hari dilakukannya penindikan pernah dilaporkan.20
PERAWATAN
Ludwig’s angina merupakan penyakit yang jarang terjadi, tetapi sudah
pernah dilaporkan sebagai akibat dari penggunaan tindik lidah. Perawatan yang
dapat dilakukan sama dengan Ludwig’s angina pada umumnya, yaitu dengan
7
pengaturan jalan nafas yang adekuat, perawatan dengan antibiotik sistemik, dan
pembedahan untuk drainase abses.3,4
Kesulitan bernafas merupakan manifestasi dari penyakit Ludwig’s angina
yang dapat saja terjadi dan dapat menyebabkan kematian. Perawatan yang dapat
dilakukan jika jalan nafas pasien benar-benar terhambat yaitu melakukan
trakeostomi.4
Trakeostomi adalah operasi membuat jalan udara melalui leher langsung
ke trakea untuk mengatasi asfiksi apabila ada gangguan jalan nafas. Trakeostomi
diindikasikan untuk membebaskan obstruksi jalan nafas bagian atas, melindungi
trakea serta cabang-cabangnya terhadap aspirasi dan tertimbunnya discharge
bronkus, serta pengobatan terhadap keadaan yang mengakibatkan insufisiensi
respirasi. Trakeostomi terkadang sangat penting dilakukan, tapi dengan teknik
intubasi lebih baik dan penempatan endotracheal tube fiber optic, kebutuhan
akan trakeostomi menjadi menurun.21
Setelah masalah pernafasan teratasi, pemberian antibiotik intravena harus
segera dilakukan. Hal ini dapat diatasi dengan pemberian penisilin dosis tinggi (2-
4 juna unit / IV), serta observasi yang hati-hati. Akan tetapi dengan meningkatnya
prevalensi dari produksi betalaktamase terutama dari spesies bakteroides,
menjadikan metronidazol dan klindamisin juga turut dipertimbangkan
penggunaannya.3,4
Ludwig’s angina umumnya diakibatkan oleh faktor odontogenik, dimana
bakteri yang berperan menimbulkan infeksi merupakan gabungan bakteri aerob
dan anaerob. Walaupun penisilin masih tetap menjadi pilihan utama dewasa ini,
akan teapi aktivitas sprektrumnya mungkin perlu ditambah. Metronidazol
merupakan salah satu kemungkinannya karena antibiotik ini sangat ampuh
melawan bakteri anaerob, tetapi lemah dalam menghambat bakteri aerob sehingga
metronidazol tidak pernah digunakan tunggal dalam perawatan infeksi
odontogenik.4
Jika pemakaian antibiotik tidak menunjukkan kemajuan, drainase abses
perlu dilakukan. Secara umum, insisi paralel 3 cm dibawah sudut mandibula.
Ukuran dan lokasi insisi ke garis tengah daripada dagu mungkin diperlukan pada
kasus yang berat. Bagian cuping dari lapisan superficial elenjar submandibula
8
dipindahkan dengan membelah otot mylohyoid untuk mengurangi tekanan di
dalam ruang yang tertutup fasia. Pembedahan dengan alat tumpul digunakan
untuk mengeksplorasi keterlibatan ruang fasia dan memecah material supuratif.
Drainase harus dimasukkan ke dalam ruang fasia untuk mencegah
terakumulasinya sisa-sisa jaringan nekrotik dan pus. Tujuan dari drainase ini
untuk menyingkirkan pus dan mengurangi tekanan pada ruang fasia yang tertutup
dileher. 4,11,19
Menghilangkan fokus infeksi juga penting dalam perawatan Ludwig’s
angina. Dalam hal ini, tindiklah yang merupakan penyebab terjadinya Ludwig’s
angina. Perhiasan tindik perlu dilepaskan seperti halnya jika akan dilakukan
radiografi dental. Bila dokter atau dokter gigi mengerti bagaimana cara
melepaskannya, hal ini tidak sulit dilakukan.17,22
Cara melepaskan perhiasan tindik yaitu dengan memutar atau membuka
bandul yang terpasang pada barbel, kemudian barbel dilepas dan dibersihkan
dengan cairan klorheksidin 0,2%. Apabila tindik telah dilepas, kebersihan mulut
tetap dijaga supaya proses penyembuhan luka tindik lebih cepat.22
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa salah satu penyebab terjadinya
Ludwig’s angina adalah oral piercing yang menyebbkan terjadinya luka sehingga
menjadi tempat masuk bakteri. Komplikasi ini dapat dihindari jika prosedur tindik
sesuai dan alat yang dipakai bersih. Jika komplikasi ini terjadi, utamakan untuk
melakukan pembebasan jalan nafas dan pemberian antibiotik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Lyoid E. Bahaya tindik lidah. 2008. <http://masenchipz.com/bahaya-
tindik-lidah> ( 1 September 2010)
2. Bressi T, Ahrens A. Ludwig’s angina and oral piercing: a case report.
<http://www.priory/den/ludwig.htm> (15 September 2010)
3. Rahardjo SP. Penatalaksanaan angina Ludwig. J Dexa Media 2008; 21 (1):
32-5.
4. Lemonick DM. Ludwig’s angina: diagnosis and treatment. 2002.
<http://www.turner-white.com/ludwig’sangina.htm> ( 20 Agustus 2010)
9
5. Van Kuilenburg JT, Van Niekerk J, Sinnige H. A woman with a swollen
neck. The Journal of Medicine 2009; 67 (9): 308-9.
6. Isidora KS, Remita AP, Emy K, et al. Beware of a swollen neck (in the
oral medicine’s field) In: Asian oral health care scientific meeting and
exhibition: proceeding of AOHC & 2nd ASEAN meeting on Dental Public
Helalth, Jakarta, 2008: 123-30.
7. Angel E. Kiss of the Needle: Tongue and oral piercings. In: The piercing
bible. America: crossing press, 2009: 105-20.
8. Theodossy T. A complication of tongue piercing: a case report and review
of the literature. BDJ 2003; 194 (10): 551-2.
9. Friedman SM, Edwards L, Blanas N, Holmes HI. Self piercing of the lip:
A case report. Israeli J Emerg Med 2005; 5 (3): 18-21.
10. Saifeldeen K, Evans R. Ludwig’s angina. Emerg Med J 2004; 21: 242-3.
11. Campbell AC, Shumrick KA. Infectius and inflammatory disorders. In:
Gumper E. Otolaryngology The essentials. USA: Thieme, 2001: 438-46.
12. Anonymous. Ludwig’s angina. <http://en.wikipedia.org/wiki/Ludwig
%27s_angina> (20 Agustus)
13. Bascones-Martinez A, Escudero-Castano N, Perea-Garcia, et al. Oral and
perioral piercing complication. Open Dent J 2008; 2: 133-6.
14. Anonymous. Tongue piercing.
<http://en.wikipedia.org/wiki/Tongue_piercing> (20 Agustus 2010)
15. De Moor RJG, De Witte AMJC, Delme KIM, et al. Dental and oral
complication of lip and tongue piercings. BDJ 2005; 199: 506-9.
16. Koenig LM, Carnes M. Body piercing: medical concerns with cutting-
edge fashion, J Gen Intern Med 1999; 14 (6) : 379-85.
17. Maheu-Robert LF, Andrian E, Grennier D. Overview of complications
secondary to tongue and lip piercing. JCDA 2007; 73 (4): 327-330.
18. Mcghee JR, Michalek SM, Cassel GH. Dental microbiology. Philadelphia
Harper and Row, 1982: 385, 408, 788.
19. Frangiskos D. Clinical instructor oral and maxillofacial surgery. Helena T.
Oral surgery. Germany: Springer, 2007: 233-40.
10
20. Rajendran R, Sivathasundharam B. Eds. Shafer’s text book of oral
pathology. 6th ED Delhi Chitre computers, 2009: 537-40.
21. Krisbudhi HR. Perawatan mandiri pasca trakeostomy. Cermin dunia
kedokteran 2004; 144:35
22. Bodine A. How to treat tongue pierching infection.
<http://www.wellnessstarts.com/how-to-treat-piercing-tongue-
infection.html> (6 September 2010)
11
top related