makalah pnddkan keting
Post on 11-Apr-2016
248 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
MAKALAH
“LANDASAN PSIKOLOGIS PENDIDIKAN”
DISUSUN OLEH:YUSRIN KADIR (562415029)
SARTIKA AHMAD (562415018)
AMAR FILZA (562415012)
CHARLY T.BONDE (562415004)
PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015
KATA PENGANTAR
Asalamualaikum warahmatulahi wabarakatu, puji dan syukur kita panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala limpahan rahmat dan hidayat-
Nya yang di berikan kepada kita, sehingga kita dapat di pertemukan pada kesempatan
ini dalam rangka proses belajar mengajar.
Makalah ini dibuat dengan judul “Landasan Psikologis Pendidikan”
diharapkan bisa membuat pembaca mengerti tentang landasan-landasan fiosofis
pendidikan,serta mengetahui aliran-aliran pendidikan.
Makalah ini masih sangat sederhana dan masih banyak sekali ditemukan
kekurangan baik isi, atau kata yang kurang tepat dalam penyajiannya dan kami sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Walaupun
demikian makalah ini juga sangat bermanfaat bagi kita karena dengan membaca
makalah ini kita mengetahui Pengertian landasan psikologis pendidikan dan aliran
alirannya serta implikasinya terhadap pendidikan. Demikian sebagai pengantar
makalah ini
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan masalah
C. Tujuan makalah
BAB II URAIAN PEMBAHASAN
A. Pengertian Landasan Psikologis Pendidikan
B. Situasi Pergaulan Pendidikan
C. Beberapa Dimensi Proses Pendididkan
D. Tugas-Tugas Pokok Perkembngan
E. Pemahaman Terhadap Perkembangan Anak
F. Beberapa Teori Belajar Dalam Anak
G. Jenis-Jenis Upaya Pendidikan
BAB III PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia, dengan
pendidikan manusia dapat memaksimalkan potensi yang ada pada dirinya. Banyak
para pendidik yang memaksakan kehendaknya kepada peserta didik untuk melakukan
hal yang mereka inginkan sedangkan peserta didik sendiri tidak membutuhkanya.,
maka setiap guru dituntut untuk memahami teori psikologi pendidikan agar potensi
yang ada pada peserta didik dapat dikembangkan berdasarkan tahap
perkembangannya. Banyak para ahli yang memaparkan tentang perkembangan
peserta didik diantaranya Piaget, Carl R. Rogers, Kohnstamm.
Karena pentingnya landasan psikologi pendidikan dalam proses pembelajaran
maka pada kesempatan ini kami akan membahas makalah tentang pengertian
landasan pendidikan, bagaimana situasi pergaulan pendidikan setiap individu, apa
saja dimensi dalam proses pendidikan, apa saja tugas-tugas pokok perkembangan,
bagaimana pemahaman guru terhadap perkembangan pribadi anak, apa saja teori-
teori belajar dalam pendidikan, dan apa saja jenis-jenis upaya dalam proses
pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Landasan Psikologis Pendidikan?
2. Bagaimana situasi Pergaulan Pendidikan setiap individu?
3. Apa saja dimensi dalam proses pendidikan?
4. Apa saja tugas-tugas pokok perkembangan?
5. Bagaimana pemahaman guru terhadap perkembangan pribadi anak?
6. Apa saja teori-teori belajar dalam pendidikan?
7. Apa saja jenis-jenis upaya dalam proses pendidikan?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian landasan psikologis pendidikan.
2. Untuk mengetahui situasi pergaulan pendidikan pada setiap individu.
3. Untuk megetahui dimensi-dimensi dalam proses pendidikan.
4. Untuk mengetahui apa saja tugas-tugas pokok perkembangan.
5. Untuk memberikan pemahaman kepada guru terhadap perkembangan pribadi anak.
6. Untuk mengetahui teor-teori belajar dalam pendidikan.
7. Untuk mengetahui jenis-jenis upaya dalam proses pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Landasan Psikologis Pendidikan
Proses kegiatan pendidikan melibatkan proses interaksi psikho-fisik dalam sosio-
kultural yang antropologis- filosofis – normative. Artinya pendidikan adalah suatu
kegiatan yang menyangkut interaksi kejiwaan antara pendidik dan peserta didik
dalam suasana nilai- nilai budaya suatu masyarakat yang didasarkan pada nilia-nilai
kemanusiaan. Pendidikan selalu melibatkan aspek- aspek yang tidak dipisahkan satu
sama lain yaitu aspek kejiwaan,kebudayaan, kemasyarakatan, norma- norma, dan
kemanusiaan.
Landasan Psikologis Pendidikan adalah kajian tentang dasar- dasar psikologi yang
dapat menjadi landasan teori maupun praktek pendidikan. Adapun tujuan pendidikan
adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, yaitu pendidik tidak saja mencerdaskan
intelektualnya saja tetapi pendidik juga harus mengembangkan kecerdasan spiritual,
emosional, sosial, dan tingkatan yang lebih tinggi adalah kecerdasan kognitif.
Manusia mempunyai banyak kebutuhan dalam hidupnya merurut A.H Maslow
dalam Individual and society mengkategorikan 5 kebutuhan ( krech,dkk.1992:76)
yaitu:
a. Kebutuhan fisik, contoh lapar, haus.
b. Kebutuhan keamanan, contoh keamanan, aturan.
c. Kebutuhan memiliki & rasa cinta, contoh kasih sayang.
d. Kebutuhan penghargaan, contoh prestasi, harga diri.
e. Kebutuhan aktualisasi diri, contoh kebutuhan untuk menyempurnakan diri.
Menurut Maslow kebutuhan yang lebih tinggi dapat di penuhi jika kebutuhan
dasar terpenuhi dan sampai kemampuan untuk merealisasikan/ mengaktualisasikan
diri seseorang dapat terwujud dalam kehidupan sehari- hari.
B. Situasi Pergaulan Pendidikan
Pergaulan pendidikan adalah hubungan antara dua pihak yang mempunyai
maksud yang disengaja untuk mempengaruhi anak didik sehingga anak didik tersebut
berkembang menuju kedewasaan. Proses pendidikan tidak langsung menghasilkan
kekedewasaan melainkan peserta didik akan secara bertahap menuju kekedewasaan.
Karena kedewasaan merupakan suatu proses yang berkesinambungan, saling
berbuhungan terus menerus.
Manusia adalah makluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri, manusia hidup di
lingkungan sesuai dengan aktualisasinya ,keluarga merupakan pendidikan pertama
bagi anak yang dapat mempengaruhi kepribadian anak . misalnya anak hidup di
keluarga yang ceria, soleh, akrab ramai, maka anak akan bersikap seperti itu, dan
sebaliknya. Peserta didik itu merupakan individu yang unik mempunyai potensi dan
sikap yang berbeda maka pendidik harus memahami perkembangannya agar
perkembangan anak didik bisa secara tepat, baik kebutuhannya, cita- cita, dan tujuan
hidup.
C. Beberapa Dimensi Proses Pendidikan
Pendidikan pada dasarnya mempunyai dimensi tujuan untuk memperbaiki
perilaku. Berbeda dengan hewan, manusia makhluk yang berakal yang bisa dididik
dan perlu pendidikan, maka pendidikan berlaku bagi manusia sepanjang hayat.
Inti dari pendidikan bukan memperbaiki keterampilan seperti pada hewan tetapi
kita mendidik anak agar anak memiliki integritas kepribadian dan mampu untuk
bertanggung jawab. Untuk menumbuhkan sikap tanggung jawab membutuhkan
memilih nilai kesusilaan, agar dapat berbuat kebaikan, karena manusia mempunyai
kata hati yang mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, antara
yang jelek dan tidak, dsb.
Prof. Dr. Kohnstamm tokoh pendidik Belanda, mengadakan pembedaan antara
berbagai lapisan perilaku pada berbagai jenis makhluk yang disebut “nevous van
gedringen” yaitu :
1. Lapisan perilaku anorganis, seperti peristiwa jatuh baik pada makhluk
Hidup maupun mati, yang keduanya tunduk pada hukum alam yang berupa
gaya tarik bumi atau gravitasi.
2. Lapisan Vegetatif /nabati, yaitu lapisan tentang segala proses yang terdapat dalam
tubuh untuk memelihara kehidupan jasmani, seperti pernapasan, pertukaran zat-zat
dalam tubuh yang diambil dari alam sekitar.
3. Perilaku animal atau hewani, yaitu lapisan yang sifatnya sudah berupa dorongan
yang bersifat instinktif /naluriah, misalnya nafsu makan, dorongan seks, berkelahi,
dll.
4. Perilaku Human/Insani atau manusawi, yaitu lapisan perilaku yang hanya
dimiliki manusia. Lapisan ini meliputi potensi-potensi manusiawi yaitu :
a. Adanya kemauan yang dapat menguasai hawa nafsu, sehingga manusia dapat
menunda perbuatannya. Kemampuan ini berimplikasi pada kemampuan membuat
perencanaan untuk kegitan yang akan dilakukan.
b. Adanya kesadaran intelektual, sehingga manusia dapat mengembangkan
ilmunya, memecahkan persoalan-persoalan dengan kemampuan logikanya dan
kritisisme.
c. Adanya kesadaran diri, yaitu kemampuan menyadari terhadap sifat-sifat yang
ada pada dirinya, menilai diri dan mengembangkan diri.
d. Manusia sebagai makhluk sosial, dapat mengatur hidupnya dengan orang lain,
mengadakan komunikasi, persabatan, perkawinan, dan kehidupan bersama dengan
sesama manusia lain dalam masyarakat.
e. Manusia mempunyai bahasa simbolis
f. .Manusia dapat menyadari nilai-nilai seperti kesusilaan, kebenaran, keadilan,
keindahan, dll.
5. Lapisan mutlak (Absolut), dalam lapisan ini manusia dapat menghayati kehidupan
beragama dan religius, sehingga dapat berkomunikasi dengan Tuhan dan dapat
menghayati nilai-nilai kehidupan manusia yang tertinggi, yaitu kehidupan ketuhannan
dan nilai-nilai keberagamaan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa proses pendidikan dapat berlangsung dalam
berbagai jenis dimensi perilaku, dan menyangkut aspek kognitif yang dapat
berlangsung di sekolah, aspek afektif, religious dan kepribadian yang utuh dapat
dilakukan di rumah atau lingkungan keluarga., sedangkan aspek motorik dapat
didapatkan dari koordinasi tubuh.
D. Tugas- Tugas Pokok Perkembangan
Proses pendewasaan manusia itu adalah pertemuan antara pertumbuhan potensi
dari dalam pada anak, dari pengaruh lingkungan, yang sebagian diatur dengan sengaja
yang disebut pendidikan.
Pendidikan terdiri atas pelaksanaan tugas- tugas perkembangan, yaitu
memperhatikan tahap- tahap pertumbuhan, dan perkembangan anak yang mempunyai
dasar pemikiran teori sendiri sesuai dengn konsep yang dipakai untuk melaksanakan
periodesasi itu.
Adapun tugas perkembangan menurut Robert Havinghurst adalah suatu tugas yang
berada pada tahap kehidupan seseorang yang akan membawa individu kepada
kebahagiaan dan keberhasilan tugas- tugas perkembangan berikutnya, yaitu pada
tahap kehidupan tersebut dijalani dengan berhasil. Sedangkan dalam kegagalan dalam
perkembangan dapat mengakibatkan kehidupan tidak bahagia dan kesulitan- kesulitan
lain dalam kehidupannya kelak.
Tahapan- tahapan perkembngan menurut Erikson yang diadopsi oleh Sikun
Pribadi (1984;156-159) sbb.
1. The sense of trust ( kemampuan mempercayai) kira- kira umur 0-12 bulan.
Kemampuan ini mulai berkembang sejak lahir, karena diliputi oleh suasana yang
hangat, mesra, dan kasih sayang orang tua terhadap anak dan semua anggota
keluarga, sehingga mempercayai bahwa kebutuhan hidupnya terpenuhi. Kemampuan
ini merupakan dasar kepercayaan pada orang lain, diri sendiri, dan percaya bahwa
hidup ini penuh dengan kebaikan.
2. The sence of authonomy ( kemampuan berdiri sendiri) kira-kira umur 1,5-3
tahun. Pada masa ini anak bukan berarti tidak memerlukan orang lain tetapi anak
mempunyai kemauan sendiri serta dapat berdiri sendiri. Seorang pendidik tidak boleh
meremehkan anak dan jangan sampai dipermalukan. Kita harus mendukung perasaan
anak bahwa ia adalah pribadi yang mempunyai harga diri yang harus kita perlakukan
adalah menghargai, toleransi dan memberi penghargaan. Kepribadian anak
merupakan pantulan dari orang tuanya, seorang ibu yang mempunyai jiwa penyayang
dan penuh kepercayaan diri maka anak akan percaya diri secara mantap.
3. The tense of initiative ( kemampuan berprakarsa) kira- kira umur 3,5- 5,5
tahun. Anak pada umur ini ingin menemukan kemampuan yang tersimpan dalam
dirinya. Dia ingin melakukan kebebasan untuk mengetahui sesuatu hal dengan cara
meniru, dan bereksplorasi dan mengembangkan daya fantasinya, dalam hal ini anak
membutuhkan dukungan, motivasi, bukan kritikan atau penekanan.
4. The tense ofaccomplisment ( kemampuan menyelesaikan tugas) kira- kira
umur 6-12 tahun. Anak ada keinginan dalam dirinya untuk meyelesaikan tugas,
sehingga anak akan kelihatan rajin, aktif, maka sebagi pendidik kita harus bisa
menjaga perasaanya agar anak tidak rendah diri dan merasa tidak berprestasi dan
sikap putus asa.
5. The sense of identity ( kemampuan mengenali identitasnya) kira- kira
umur 12-18 tahun. Pada masa ini anak sudah menginjak masa remaja dimana dia
akan mencari siapa aku, bagaimana sifat dan sikap baiknya, bagaimana pergaulan
dengan orang lain. Biasanya mengalami masa ombang- ambing dan merasa masih
kanak- kanak dan dia mencoba memainkan pberbagai peran.
6. Tahap kedewasaan, ada 3 tahap periode ini yaitu:
a. keakraban ( intimacy)
b. kemampuan mengurus (generativity), pada periode ini akan menujukan dapat
mengurisi orang lain.
c. tahap keutuh an kepribadian (integrity).
E. Pemahaman terhadap Perkembangan Anak
Kita sebagai calon guru bukan hanya dituntut untuk hanya memahami
perkembangan pribadi anak dari segi biologisnya saja, melainkan kita juga harus
paham bahwa selain sebagain makhluk biologis anak juga sebagai makhluk psikis dan
spiritual. Sebagai makhluk biologis artinya anak itu dapat dikenali dari segi fisik dan
instinktifnya, misal instink mempertahankan diri, instink seks, berkelahi, lari dan
berasosiasi dengan orang lain. Sedangkan dari aspek psikisnya kita dapat mengenali
dimensi jiwa anak seperti motivasinya, emosinya, kognisinya, serta kehidupan
psikomotornya. Pemahaman terhadap diri ini adalah dalam rangka untuk
mengembangkan potensi anak agar memahami kemampuan dirinya, dan mencapai
kedewasaan. Selain dengan observasi pemahaman terhadap dunia anak juga dapat
dilakukan dengan intropeksi dan empati yaitu kemampuan menempatkan diri dalam
diri anak.
Secara umum perkembangan kehidupan anak dibagi dalam empat periodisasi,
yaitu :
1. Anak bayi (0-1 tahun)
Periode ini disebut dengan periode vital. Periode ini mempunyai makna
mempertahankan hidup, anak dibekali dengan beberapa kemampuan terutama instink.
Instink ini adalah kemampuan untuk terhadap lingkungan yang telah ada sejak lahir.
Instink ini meliputi segi kognitif, afektif, dan konatif serta kejasmanian yang terjadi
secara spontan, tanpa belajar terlebih dahulu. Misalnya perilaku instink pada anak
ialah saat menyusu. Pada anak juga telah nampak instink sosial, yaitu sebagai alat
komunikasi dengan lingkungannya. Misalnya ketika seorang ibu mengajak bicara
anak, kadang anak tersebut mereaksi dengan senyum. Selain itu, jika anak merasa
kurang nyaman terhadap sesuatu dia akan menangis. Pada anak juga telah ada instink
meniru yaitu anak suka meniru perbuatan ibunya, misal menirukan kata kata mama
dan papa. Ada juga instink refleks yang dibawa sejak lahir misal refleks biji mata,
lutut, terkejut, menggenggam, jari kaki dll. Selain instink releks, anak usia 0-1 tahun
juga memiliki kemampuan untuk belajar. Bayi dapat meningkatkan keterampilan-
keterampilan yang menyangkut gerak-gerik badan dan anggota tubuh lainnya seperti
tangan dan kakinya. Dia juga dapat belajar memegang benda, berbaring dengan sisi
badannya, merangkak, duduk, berdiri, menelungkup, dll. Belajar pada anak juga bisa
dalam bentuk pembiasaan misalnya tidur, makan, bangun pada waktu dan tempat
tertentu.
Dalam hal yang berkaitan dengan psikis anak dapat dilihat dengan adanya
kesadaran sensorik, artinya anak dapat mereaksi terhadap rangsangan luar melalui
alat indranya yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan cita rasa.
Anak juga dilengkapi dengan potensi perkuasan dunia yaitu dengan penjelajahan
ruang. Saat anak sudah mulai belajar berjalan, ia dapat mengenali tempat dan
lingkungan sekitar, mereka dapat menemukan benda, orang/hal-hal lain yang akalnya
tidak dipahami oleh anak. Pada perode ini juga adanya perkembangan bahasa
pada anak. Apabila pada usia ini anak belum belajar bercakap/berjalan, ada indikasi
anak tersebut terhambat perkembangannya.
2. Masa kanak-kanak (3-5 tahun)
Disebut juga masa peralihan dari masa bayi ke masa anak sekolah (pra sekolah).
Biasanya anak yang dimasukan ke TK/TPA terlebih dahulu, maka jiwanya telah
matang untuk bersekolah. Seorang ahli benama Kohnstamm menyebut periode ini
dengan periode estetis yang berarti keindahan karena pada periode ini anak
mempunyai 3 ciri khas yang tidak terdapat pada periode lain yaitu : perkembangan
emosi, kegembiraan hidup, kebebasan dan adaptasi. Ketiga ciri itu berkembang
dengan berbagai bentuk ekspresi seperti permainan, dongeng, nyanyian dan
menggambar. Masa yang bebas dan gembira merupakan unsur yang penting dalam
kehidupan anak. Masa ini merupakan reaksi yang dapat mengimbangi kehidupan
intelektual dalam mencari daya guna dari segala kehidupan manusia. Seperti yang
dikemukakan oleh J.J Rousseau dari Prancis bahwa masa kanak-kanak adalah masa
bahagia sebagai hak setiap anak dalam susasana kebebasan dan kegembiraan hidup.
Dengan mengembangkan keempat jenis kegiatan yaitu bermain, menyanyi,
mendongeng, menggambar dapat mengembangkan kreativitasnya dengan
mengggunaka daya fantasinya.
Selain itu pada periode ini terjadi perkembangan daya pengindraan meliputi
pembedaan warna, pendengaran termsuk nyanyian meraba, mencium, mencicipi dsb.
Juga terjadi perkembangan bahasa yang mempunyai 3 fungsi yaitu untuk menyatakan
isi hati dan perasaan, mengadakan komunikasi dengan oranglain, dan sebagai fungsi
berpikir. Fungsi bahasa sebagai alat berpikir adalah fungsi yang paling sulit karena
menggunakan symbol-simbol dan lambang. Oleh karena itu pembelajaran yang
dimulai sejak kanak-kanak merupakan cara yang paling efektif dalam rangka
mengembangkan daya piker, berimajinasi, kreasi sosial dan emosi. Pada masa kanak-
kanak anak sedang berada pada periode egosentris dan ceria.
3. Masa Sekolah (6-12 tahun)
Menurut Kohnstamm periode ini disebut perode intelektual karena sebagian besar
waktunya dipergunakan untuk pengembangan kemampuan intelektualnya. Anak pada
usia ini telah ada pada sekolah dasar yang mulai belajar tentang alam dan masyarakat.
Minat pada periode ini disebut periode objektif yang perhatiannya lebih ditujukan
kepada dunia kenyataan yang dianalisis dan memahami adanya hubungan sebab
akibat. Anak pada usia ini mudah melaksanakan tugas yang kita berikan dan bila
mereka berada pada lingkungan yang penuh pengertian, maka dia akan mudah beajar
berbagai kebiasaan misalnya tidur dan bangun tepat waktu. Pada usia ini anak juga
mudah diajak bekerja sama dan patuh. Jika pada usia ini terjadi kesalahan pemberian
pendidikan maka akan timbul berbagai masalah perillaku seperti mengompol,
berbohong, nakal, suka berkelahi, tidak naik kelas dll.
4. Masa Remaja ( pubertas dan Adolensi)
Pubertas adalah periode antara 12-15 tahun saat anak duduk di sekolah lanjutan
pertama. Sesudah itu tiba waktu adolensi sampai usia 21 tahun saat anak sudah
memasuki Perguruan Tinggi. Nah pada periode ini anak sudah mulai menunjukkan
sifat-sifat kedewasaan, lebih stabil, lebih besar tanggung jawabnya, tertarik pada
pekerjaan dan cita-cita yang mantap. Prestasi sekolah yang baik akan membawa
stabilitas kepribadian anak yang lebih matap, sebaliknya bila terjadi kegagalan dalam
sekolah akan menimbulkan berbagai jenis masalah dan tidak sesuai perilaku.
Kohnstamm menyebut periode ini dengan periode :
a. Periode sosial karena anak mulai memilki minat terhadap hal-hal
Kemasyarakatan.
b. Remaja sangat menonjol perkembangan nafsu birahinya karena aktifnya
kelenjar-kelenjar hormone seks, dan mulai tertarik pada lawan jenis.
c. Pada usia inti anak juga mengalami pertumbuha jasmani yang cepat.
d. Moral anak pada usia ini juga berkembang. Anak mulai mengenal nilai-nilai
rohani sperti kebenaran, keadailan, kebaikan, keindahan dan ketuhanan.
F. Beberapa Teori Belajar dalam Anak
1. Teori Psikologi Kognitif (Kognitivisme)
Psikologi kognitif yang dipengaruhi oleh Kurt Lewin, John Dewey, dan Kohler
mempunyai pandangan bahwa proses belajar pada manusia melibatkan proses
pengenalan yang bersifat kognitif. Jean Piaget membagi tapan-tahtan kognisi dari
usia anak dan remaja menjadi 4, yaitu :
a. Tahap sensori-motorik (0,0 - 2,0);
b. Tahap operasi awal (2,0 - 6,0);
c. Tahap Operasi Konkret (7,0 - 11,0);
d. Tahap Operasi Formal (12,0 sampai ke atas).
Menurut Brunner, perkembangan intelektual dapat dielaskan kepada 3
sistem/tahapan, yaitu :
a. Tahap enactive, yaitu tahap perkambangan kognisi anak dalam memahami
lingkungan melalui reaksi-reaksi motorik;
b. Tahap iconic, yaitu perkembangan kognisi anak yang mulai mampu berpikir atas
model gambar atau hal-hal konkret;
c. Tahap Simbolik yaitu tahap berpikir anak yang tidak terbatas pada hal-hal konkrit,
anak mampu berpikir atas dasar symbol bahasa mampu menggunakan bahasa sebagai
alat berpikir, hingga dapat diketahui tingkat struktur pengetahuan seseorang atau
sebaliknya.
Guru harus memilki rancangan materi yang memungkinkan anak dapat
mengembangkan kesadaran terhadap masalahnya sendiri. Guru mempunyai peranan
penting dalam aktifitas belajar mengajar yaitu guru harus lebih aktif dalam kegiatan
belajar mengajar, memilih materi belajar,dan menciptakan situasi belajar, sehingga
anak terlibat secara aktif.
Peranan guru dalam proses belajar mengajar berdasarkan teori Piaget :
· Merancang program menata lingkungan yang kondusif, memilih materi
pembelajaran, dan mengendalikan aktifitas murid untuk melakukan inkuiri dan
interaksi dengan ligkungan
· Mendiagnosa tahap perkembangan murid, menyajikan permasalahan kepada murid
yang sejajar dengan tingkat perkembangannya
· Mendorong perkembangan murid kea rah perkembangan berikutnya dengan cara
memberikan latihan, bertanya dan mendorong murid untuk melakukan eksplorasi.
Redja Mudyahardo mengemukakan bahwa pengaruh teori belajar kognitif terhadap
pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Individuslisasi: perlakuan individual di dasarkan pada tingkat perkembangan anak
b. Motivasi: motivasi belajar bersifat instrinsik.
c. Metodologi: menggunakan kurikulum dan metode yang mengembangkan
keterampilan dasar berfikir dan bahan pelajaran
d. Tujuaan kulikuler: memusatkan diri pada kemampuan secara keseluruhan
e. Bentuk pengelolaan kelas: berpusat pada anak
f. Efektifitas pengajaran: disusun dalam bentuk pengetahuan yang terpadu, konsep
dan keteram[pilan dirancang secara hierarkis
g. Partisipasi siswa: siswa dituntut untuk melakukan pengembangan kemampuan
berfikir dan melalui belajar dan bekerja
h. Kegiatan belajar siswa: mengutamakan metode tilikan dan pemahaman
i. Tujuan umum pendidikan: mengembangkan fungsi-fungsi kognitif secara optimal
2. Teori psikologi humanistik
Tokoh yang mempelopori teori ini adalah Abraham H.maslow dan carl R. Rogers
menurut aliran ini bahwa perilaku manusia itu ditentukan oleh dirinya sendiri, faktor
internal, dan bukan oleh kondisi lingkungan ataupun pengetahuannya. Manusia yang
mencapai punck perkembangannnya adalah yang mampu mengaktualisasikan dirinya,
mengembangkan potensinya, dan merasa dirinya itu utuh, bernakna, dan berfungsi
(full functioning person)
Carl R. Rogers dalam dasar- dasar kependidikan mengemukakan prinsip- prinsip
belajar yaitu:
a. Manusia mempunyai dorongan untuk belajar, ingin tau, melakukan eksplorasi, dan
mengasimilasi pengalaman baru
b. Belajar akan bermakna bila yang dipelajari itu relevan dengan kebutuhan anak.
c. Belajar di perkuat dengan mengurangi ancaman eksternal seperti hukuman,
merendahkan murid.dsb.
d. Belajar dengan insiatif sendiri akan melibatkan keseluruhan pribadi
e. Sikap berdiri sendiri, kreatifitas dan percaya diri diperkuat dengan penilaian diri
sendiri.
Pandangan kaum humanistik tentang proses belajar mengimplikasikan perlunya
penataan prioritas kegiatan pendidikan dan peranan guru.Pendidikan yang bersifat
humanistik menekankan pada pertumbuahan yang seimbang antara kognitif dan
afektif dari pada isi yang dipelajari, peran guru lebih pada sebagai fasilitator yang
menurut Carl R. Rogers memiliki tugas yaitu :
a. Membantu menciptakan iklim kelas yang kondusif
b. Membantu siswa mengklasifikasikan tujuan belajar
c. Membantu siswa mengembangkan dorongan dan tujuannya sebagai kekuatan untuk
belajar
d. Menyediakan sumber-sumber belajar.
Menurut Carl R. Rogers menyarakan beberapa teknik untuk membantu guru
menciptakan iklim kelas yang memungkinkan terjadinya proses belajar bermakna
yaitu:
a. Terimalah kondisi siswa sebagai mana apa adanya.
b. Kenali dan biua minat siswa
c. Usahakan sumberbelajar yang dapat diperoleh siswa dan memungkinkan siswa
dapat memilih dan menggunakannyaGunakan pendekatan ‘Discovery”
d. Tekankanlah pentingnya penilaian diri sendiri dan biarkan siswa mengambil
tanggung jawab untuk memenuhi tujaunnya itu.
Redja Mudyahardjo menguraikan tentang pengaruh teori belajar humanistic
terhadap pendidikan
a. Individualisasi: Perlakuan individual didasarkan pada kebutuhan dan perkembangan
individualitas/kepribadian anak;
b. Motivasi: belajar bersifat instinktif dan menekankan pada pemuassan kebutuhan
individu;
c. Metodologi: lebih menekankan pada pendekatan proyek dan kehidupan sosial;
d. Tujuan Kurikuler: Lebih menekankan pada pengembangan sosial, keterampilan
komuniakasi, tanggap pada kebutuhan kelompok dan individu
e. Usaha mengefektifkan mengajar: Pengajaran disusun dalam bentuk topic yang
terpadu berdasarkan kebutuhan individual anak
f. Partisipasi siswa: Partsisipasi aktif siswa sangat diutamakan.
g. Kegiatan belajar siswa: Belajar melalui pemahaman dan pengertian, bukan hanya
memperoleh pengetahuan belaka
h. Tujuan umum pendidikan: Mencapai kesemurnaan diri dan pemahaman.
3. Teori Belajar Behavioristik
Tokoh pelopor teori ini adalah E.L. Thordike dan B.F Skinner yang memandang
bahwa perilaku manusia adalah hasil pembentukan melalui kondisi lingkungan.
Asumsi pokok yang melandasi teori ini menurut M.I. Soelaeman (1985; 335)
adalah:
a. Perilaku ini dipelajari dan dibentuk dengan adanya ikatan asosiatif antara stimulus
dan respon (S-R)
b. Manusia pada dasarnya mencari kesenangan dan menghindari hal-hal yang
menyakitkan
c. Perilaku pada dasarnya ditentukan oleh lingkungan
Menurut teori ini, ada tiga hal yang mempengaruhi proses belajar seseorang yaitu
stimulus, respon, dan akibat. Tujuan Pendidikan aliran ini bersifat eksternal yaitu
ditentukan berdasarkan pengaruh lingkungan yang berorientasi pada pengembangan
kompetensi, penguasaan secara tuntas terhadap apa-apa yang dipelajari. Peranan guru
dalam proses belajar adalah sebagai pengambil inisiatif dan pengendali proses belajar,
yaitu:
a. Mengidentifikasi perilaku yang dipelajari dan merumuskannya dalam rumusan yang
spesifik
b. Mengidentifikasi perilaku yang diharapkan dari proses belajar
c. Mengidentifikasi reinorcer yang memadai
d. Menghindarkan perilaku yang tidak diharapkan
Ada dua hal pokok yang merupakan implikasi dari teori ini yaitu:
· Modifikasi perilaku menggunakan cara-cara spesifik menggunakan system
ganjaran
· Pengajaran berprogram
Menurut Redja Mudyahardjo, pengaruh teori behaviorisme terhadap pendidikan,
yaitu:
a. Individualisasi : Perlakuan individu didassrkan pada tugas, ganjaran, dan disiplin.
b. Motivasi: Bersifat ekstrinsik melalui pembiasaan terus menerus.
c. Metode: Dijabarkan secara rinci.
d. Tujuan-tujaun kurikuler: Memusatkan diri pada pada pengetahuan dan keterampilan
akademis serta tingkah laku sosial.
e. Bentuk pengelolaan kelas: bersusat pada guru.
f. Usaha mengefektifkan kelas: Disusun secara rinci dan bertingkat dan lebih
mengutamakan penguasaan bahan.
g. Partisipasi siswa: Siswa menunjukan perilaku pasif.
h. Kegiatan belajar siswa: Pemahiran keterampilan melalui pembiasaan bertahan.
G. Jenis-jenis Upaya pendidikan
Upaya pendidikan adalah suatu cara usaha pendidikan untukk membimbing anak
mencapai kedewasaannya. Usaha itu dapat berbentuk pendidikan atau situasi yang
dengan sengaja diadakan untuk mendidik anak.
Setiap upaya pendidikan dilaksanakan behubungan dengan empat hal yaitu:
1. Untuk mencapai suatu tujuan pendidikan.
2. Dihubungkan dengan siapa yang menggunakan upaya itu, walaupun upaya itu jelas
tujuannya belum tentu seseorang memakainya secara efektif
3. Dihubungkan dengan cara/bentuk upaya yang dipergunakan seperti larangan dsb.
4. Bagaimana efeknya terhadap anak.
Berdasarkan uraian tersebut mempunyai implikasi bahwa setiap upaya atau
pelaksanaan proses pendidikan sebenarnya adalah suatu perbuatan wibawa, dimana
nilai atau maksud yang dinginkan harus sesuai dengan kenyataan. Pendidikan pada
hakikatnya tidak dilaksanakan dalam kepura-puraan, pendidik harus jujur, murni dan
otentik. Pendidik juga dituntut untuk berbuat sesuai asas kepatuhan artinya setiap
perbuatan mendidik akan mengandung konsekuensi logis baik dari segi logika,
praktika, etika, dan estetika. Oleh karena itu, guru selalu dipandang sebagai panutan,
idola, dan sebagai orang yang menjalankan berbagai perilaku yang bermoral.
Manakala guru berlaku tidak sesuai dengan harapan masyarakat maka akan dianggap
sebagai guru yang tidak patut, tidak layak jadi panutan, disebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Landasan Psikologis Pendidikan
adalah kajian tentang dasar- dasar psikologi yang dapat menjadi landasan teori
maupun praktek pendidikan. Dalam praktek pendidikan ini seorang guru terlebih
dahulu harus mengetahui dan mengenal tentang situasi pergaulan pendidikan yang
akan terjadi pada setiap individu, be bera dimensi dalam proses pendidikan, tugas-
tugas pokok perkembangan, pemahaman terhadap perkembangan pribadi anak, teori-
teori belajar dalam pendidikan, dan jenis-jenis upaya pendidikan, agar guru tersebut
ketika dia terjun ke dalam bisa mengatasi berbagai permasalahan-permasalahan yang
terjadi pada anak didiknya sehingga potensi-potensi yang ada pada diri anak dapat
dibantu untuk dikembangkan.
B. Saran
Makalah yang kami buat ini masih banyak kekuranggannya, dan masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu Kami mohon kritik, saran serta masukan-masukan
dari rekan-rekan yang membaca makalah kami, agar kedepannya dalam pembuatan
makalah kami bisa lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Dahlan, MD. (1984). Model-Model Mengajar; Beberapa Alternatif Interakasi
Belajar. Bandung: CV. Diponegoro.
Joyce, Bruce and Weil, Marsha. (1980). Models of Teaching. Englewood Clifs:
Prentice Hall International.
Noor, Madjid. (1987). Filsafat dan Teori Pendidikan. Bandung: Subkoordinar Mata
Kuliah Filsafat dan Teori Pendidikan, Falsafat Ilmu Pendidikan, IKIP Bandung.
Pribadi, Sikun. (1984). Landasan Kependidikan. Bandung: Jurusan Filsafat dan
Sosiologi Pendidikan IKIP Bandung.
Yelon, L. Stephen and Weinsten, W. Grace. (1977). A Teacher World; Psychology
in the Classroom. Aucland, Bogota, etc., McGraw-Hill Kogakusha.
top related