leng kap
Post on 07-Jul-2016
218 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penyakit berbasis lingkungan memang berhubungan dengan sanitasi. Menurut
Notoatmodjo (2003) sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan
yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan
sebagainya. Hampir tidak ada daerah di Indonesia yang terbebas dari serangan
penyakit DBD. Penelitian menunjukkan bahwa DBD telah ditemukan di seluruh
propinsi di Indonesia. Dua ratus kota melaporkan adanya Kejadian Luar Biasa (KLB).
Angka kejadian meningkat dari 0,005 per 100.000 penduduk pada tahun 1968 dan
secara drastis melonjak menjadi 627 per 100.000 penduduk. Di musim hujan,
penyakit DBD meningkat kejadiannya dan tidak jarang menelan korban. Di tahun
2004, penyakit ini menjadi berita utama di hampir semua surat kabar nasional. Semua
rumah sakit kebanjiran penderita DBD dan tidak sedikit kasus yang berakhir dengan
kematian. Dari tahun ke tahun, terjadi peningkatan kasus DBD di semua negara Asia.
Salah satu penyebabnya, yaitu pengaruh globalisasi dan mobilisasi yang semakin
tinggi turut mempermudah penyebaran penyakit DBD. Cukup sulit untuk menghindari
penyakit DBD. Anda dapat tertular saat berada di bus, di tempat bekerja, atau saat
bercengkerama di halaman
DBD merupakan penyakit endemik dan epidemik yang menyebar luas di
beberapa daerah di termasuk Indonesia. Penyakit ini terutama ditemukan di daerah
subtropik dan tropik. Demam berdarah adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui
1
gigitan nyamuk Aedes aegypti. Demam berdarah dengue merupakan suatu penyakit
dengan angka kematian dan kesakitan yang tinggi di Indonesia (Depkes RI, 1982).
Penyakit demam dengue dan DBD pada seseorang dapat disebabkan oleh virus
dengue yang termasuk family Flaviviridae. Virus dengue terdiri dari 4 serotip, yaitu:
DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Nyamuk Aedes aegypti sebagai pembawa virus
dengue mengalami empat stadium dalam siklus hidupnya, yaitu: telur, larva, pupa dan
dewasa. Tempat untuk perindukan paling potensial adalah tempat penampungan air
(TPA) yang digunakan utuk keperluan sehari-hari: drum, bak mandi, bak WC,
gentong/ tempayan dan lain-lain. Tempat perindukan lain yang non-TPA adalah vas
bunga, pot tanaman hias, ban bekas, kaleng bekas, botol bekas, tempat minum burung
dan lain-lain, serta tempat penampungan air alamiah: lubang pohon, pelepah daun
pisang, pelepah daun keladi, lubang batu dan lain-lain. Tempat perindukan yang
paling disukai adalah yang berwarna gelap, terbuka lebar dan terlindungi dari sinar
matahari langsung
Infeksi virus Dengue merupakan suatu penyakit yang dapat menular yang
disebabkan oleh virus Dengue dengan manifestasi klinis adanya panas tinggi
mendadak tanpa disertai kebocoran plasma dan perdarahan yang bertendensi
menimbulkan DHF bahkan DSS. Infeksi virus Dengue sampai saat ini masih
merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat Indonesia yang cenderung
meningkat jumlah penderitanya dan semakin luas penyebarannya. Hal ini karena
masih tersebarnya nyamuk Aedes aegypti di seluruh pelosok tanah air, kecuali pada
daerah dengan ketinggian lebih dari 1000 m diatas permukaan air laut .
2
Data Nasional Pusat Komunikasi Publik Departemen Kesehatan menunjukkan
bahwa penderita DBD di Indonesia cenderung meningkat dari tahun 2007 hingga
bulan Februari 2008. Khusus di provinsi Jatim pada tahun 2007 terdapat 24.878 kasus
DBD dengan 345 kematian. Untuk bulan Januari hingga akhir Februari 2008 sudah
tercatat 577 kasus dengan 14 kematian. Angka penderita DBD di Jateng selain
dipengaruhi cuaca dan siklus peningkatan penyebaran juga disebabkan oleh
rendahnya perilaku sehat dari masyarakat. Tahun 2014 jumlah kasus dbd sejumlah
1.628 kasus atau turun 31.13% dari 2.364 kasus pada tahun 2013. Sedangkan IR DBD
tahun 2013 yang semula 134,09 turun menjadi 92,43 atau turun 41,47% pada tahun
2014. Jumlah kematian pada tahun 2014 27 kasus atau tetap sama tahun 2013 yang
berjumlah 27 kasus. IR DBD kota Semarang dari tahun 2006 sampai tahun 2014
selalu jauh lebih tinggi dari pada IR Jawa Tengah dan IR nasional. Tahun 2014 IR
DBD kota semarang 3 kali lebih tinggi daripada IR jawa tengah dan IR nasional.
Kasus DBD berdasarkan golongan umur terbanyak pada golongan 5-9 tahun yaitu
sebanyak 436 kasus atau 27% dan terendah golongan umur >60 tahun sebanyak 3
kasus. IR kecamatan Tembalang DBD 166,89/100000 penduduk menduduki peringkat
IR DBD kecamatan tertinggi kota Semarang. Pada urutan kedua kecamatan Genuk
126,12/100000 dan kecamatan Ngaliyan di ururtan ketiga dengan IR DBD
106,10/100000. Kecamatan dengan IR terendah adalah kecamatan Tugu dengan IR
43,37/100000 (Profil Kesehatan Kota Semarang Dinas Kesehatan,2014)
Keberhasilan dalam upaya penanganan kasus infeksi virus Dengue ini
terutama ditentukan oleh kecermatan dalam mendiagnosa secara dini serta
penatalaksanaannya dan perawatan termasuk observasi tekanan darah, denyut nadi
serta pemberian cairan untuk mencegah hingga mengatasi syok .
3
Untuk memberantas penyakit ini diperlukan pembinaan peran serta
masyarakat yang terus-menerus dalam memberantas nyamuk penularnya dengan cara
3 M yaitu menguras bak mandi, menutup tempat penyimpanan air dan mengubur
barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan (Rejeki dkk, 1999). Penulis
tertarik untuk lebih mendalami Diagnosis Holistik Dan Terapi Komprehensif Dalam
Layanan Kedokteran Keluarga Terhadap Seorang Laki-laki 22tahun Dengan Infeksi
Dengue Dengan Pendekatan HL Blum.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Bagaimana diagnosis Holistik Dan Terapi Komprehensif Dalam Layanan
Kedokteran Keluarga Terhadap Seorang Laki-laki 22tahun Dengan Infeksi Dengue
Dengan Pendekatan HL Blum?
4
1.3 TUJUAN
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi mengenai diagnosis Holistik Dan Terapi
Komprehensif Dalam Layanan Kedokteran Keluarga Terhadap Seorang Anak
Perempuan 6 tahun Dengan Infeksi Dengue Dengan Pendekatan HL Blum.
1.3.2. Tujuan Khusus
a) Untuk memperoleh informasi mengenai faktor perilaku yang
mempengaruhi terjadinya infeksi dengue.
b) Untuk memperoleh informasi mengenai faktor lingkungan yang
mempengaruhi terjadinya infeksi dengue.
c) Untuk memperoleh informasi mengenai faktor pelayanan kesehatan yang
mempengaruhi terjadinya infeksi dengue.
d) Untuk memberikan solusi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya Infeksi dengue.
1.4 MANFAAT
1.4.1. Bagi Masyarakat
a) Masyarakat mengetahui mengenai infeksi dengue
b) Masyarakat mengetahui tentang kesehatan lingkungan yang
berpengaruh dengan terjadinya infeksi dengue
1.4.2. Bagi Mahasiswa
5
a) Mahasiswa melakukan diagnosis Holistik Dan Terapi Komprehensif
Dalam Layanan Kedokteran Keluarga
BAB II
ANALISA SITUASI
2.1 CARA PENGAMATAN DAN WAKTU PENGAMATAN
Pengamatan dilakukan secara langsung terhadap aspek perilaku, lingkungan.
Aspek lingkungan dilakukan diamati dengan melakukan alloanamnesis dengan orang
tua pasien dan kunjungan rumah pasien di Genuk Sari 005/ 007 wilayah kerja
Puskesmas Genuk Semarang.
Waktu pengamatan:
1) Sabtu, 2 Januari 2015 pukul 09.00 WIB
2.2 HASIL PENGAMATAN
2.2.1 Anamnesis Holistik
2.2.1.1 Aspek 1 Personal
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. Vivi
Usia : 6 th
Jenis kelamin : perempuan
6
Pendidikan : -
Alamat : Genuk Sari 5 / 7 Semarang
Keluhan utama : panas mendadak
Harapan : pasien sembuh dan aktif seperti sedia kala
Kekhawatiran : panas terus menerus, pasien meninggal
2.2.1.2 Aspek 2 Anamnesis Medis Umum
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang
4 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien panas tinggi mendadak,
terus menerus, tanpa sebab, menggigil (-),batuk (-), nyeri perut (+),
mual (+), muntah (-), mencret (-) bintik merah seperti digigit nyamuk
(-), riwayat pergi keluar kota(1 minggu terakhir) disangkal, berak
seperti petis (-), muntah darah (-), berak tak ada kelainan, kencing tak
ada kelainan, warna kuning jernih. Pasien kemudian di obati dengan
obat warung setelah di obati
Tetangga maupun teman penderita ada yang sakit seperti ini. Tetapi
sudah sembuh.
1 hari sebelum masuk RS pasien mengeluh panas tidak membaik.
Timbul bintik bintik merah di paha. Penderita dibawa ke Klinik
7
Pratama As Syifa. Dan dilakukan uji laboratorium dengan hasil
trombosit 30.000 dan kemudian di usulkan untuk dirujuk ke RSISA.
Di RSISA penderita disarankan mondok .
Riwayat Penyakit Dahulu
- Penderita baru pertama kali sakit seperti ini
- Tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.
- tidak mempunyai sakit kelainan darah, jantung, alergi, dan lain
sebagainya.
Riwayat Penyakit Keluarga
- Keluhan serupa (-)
- Tetangga ada yang sakit serupa tapi sudah sembuh.
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tinggal bersama ayah, ibu, dan ketiga kakaknya. Ayah bekerja
pengepul rosok penghasilan Rp / bulan.Ibu tidak bekerja, menanggung
3 orang anak yang sudah mandiri.Tidak ada sumber penghasilan
selain yang sudah disebutkan.
Kesan : Tingkat sosial ekonomi cukup/ marginal.
8
2.2.1.3 Aspek 3 Kondisi Internal
Pasien berumur 6 tahum sehingga pasien tidak memiliki pengetahuan
mengenai infeksi dengue. Pasien memiliki kebiasaan bermain di kumpulan
rosok bersama teman-teman pasien. Pasien mandi minimal 2x dalam sehari.
2.2.1.4 Aspek 4 Kondisi Eksternal
Perilaku kesehatan orang tua pasien
Pengetahuan keluarga pasien kurang mengenai infeksi
dengue, pasien berkebiasaan menggantung baju di ruang keluarga,
keluarga tidak pernah ikut kerja bakti untuk membersihkan
lingkungan. Keluarga juga memiliki pengetahuan yang kurang
dalam penerapan PHBS. Menggunakan repellan dan menyalakan
obat nyamuk bakar apabila banyak nyamuk di rumah.
Pelayanan Kesehatan
Keluarga pasien tinggal di Genuk Sari 5/7 cakupan Puskesmas
Genuk. Jarak rumah tempat tinggal keluarga pasien dengan puskesmas
tidak jauh sehingga sangat mudah dicapai dengan akses transportasi
9
apapun. Keluarga pasien selalu memeriksakan diri ke puskesmas saat
merasa mengalami keluhan
2.2.1.5 Derajat fungsional
Derajat fungsional : 2 (dua)
2.2.1.6 Anamnesis Keluarga
ANAMNESIS KELUARGA
Genogram
keterangangabar:
: Laki-laki
: Perepuan
: Pasien
Bentuk dan struktur keluarga
Pasien merupakan anak ke empat dari empat bersaudara tinggal
dari kecil dengan ayah, ibu, dan kakak lak-lakinya yang belum
menikah.
Fase kehidupan keluarga
Ayah dan ibu pasien menikah saat usia 18tahun, anak pertama
10
laki-laki lahir tahun 1990, anak kedua laki-laki lahir tahun 1995, anak
ketiga lahir tahun 2009. Anak pertama dan kedua sudah bekerja dan
berpenghasilan, juga membantu ekonomi keluarga.
Identifikasi fungsi keluarga
Menu makanan dirumah selalu diusahakan makan sayur dan lauk
pauk
Sumber penghasilan dari ayah yang bekerja sebagai pengepul
rosok.
Keluarga tidak mengatur penghasilan dan kebutuhannya
Risiko-risiko internal keluarga
Keluarga pasien terdiri dari seorang ayah, ibu dan dua orang
anak, aspek kebiasaan keluarga pasien menjadi aspek resiko bagi
penyakit yang dialaminya saat ini.
Risiko-risiko eksternal keluarga
Perilaku kesehatan lingkungan
Pengetahuan lingkungan rumah tinggal pasien kurang
mengenai infeksi dengue, berkebiasaan menggantung baju di
ruang keluarga, jarang ikut kerja bakti untuk membersihkan
11
lingkungan. Tidak teratur menguras bak mandi.
Keadaan Lingkungan
Pasien tinggal di limgkungan Genuk Sari, rumah sekitar 20
meter dari gang. Luas rumah lebih kurang 5x13m2 .Batas kanan, kiri,
adalah dinding yang langsung berbatasan dengan rumah tetangga.
Batas belakang merupakan dinding yang tidak berhubungan langsung
dengan halaman belakang . Halaman rumah pasien terdapa tkumoulan
barang rosok plastik yang mudah di genangi air. Tidak terdapat ruang
tamu dan ruang keluarga tidak dibatasi oleh bilik. Bagian belakang
rumah adalah dapur, kamar mandi, dan tempat mencuci, tidak ada
ventilasi maupun genting kaca di bagian belakang. Di bagian belakang
rumah terdapat sumur artetis yang digunakan pasien untuk mencuci
pakaian, mencuci alat alat makan. Terdapat tiga kamar tidur di dalam
rumah. Penerangan berasal dari lampu listrik tanpa adanya akses
untuk mendapatkan cahaya matahar sepanjang waktu dari hingga sore
hari. Sumber air bersih untuk air minum didapatkan dari PAM. Untuk
keperluan minum, biasanya air PAM dimasak lebih dulu sampai
mendidih. Penilaian air minum secara fisik: kualitas air jernih, tidak
berwarna, tidak berbau.
Pasien membuat wadah pembuangan sampah yang terbuat dari
ember bekas berukuran besar dan diletakkan di tepi gang depan
rumahnya yang berjarak 5 m dan 7 m dari sumur. Sampah
12
tersebut dikumpulkan setiap hari oleh petugas sampah. Jika petugas
sampah tidak datang, nenek pasien membuang sampah di tempat
pembuangan sampah yang ada di dekat rumah.
Denah Rumah Keluarga Pasien
Pelayanan Kesehatan
Masyarakat sekitar rumah tempat tinggal juga berada dalam
wilayah cakupan Puskesmas Genuk. Akses terhadap puskesmas juga
mudah dijangkau baik dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan
13
umum.
2.2.2 Pemeriksaan Fisik
Status praesens
Umur : 6 th
BB : 13 kg
PB : 115 cm
Keadaan umum : baik
Kesadaran : komposmentis
Tanda Vital
Nadi : 100 x/menit, isi dan tegangan cukup
RR : 26 x/menit
Temperatur 37,2 C
Keadaan tubuh
Anemik : (-)
Sianotik : (-)
Ikterik : (-)
Turgor : cukup
Tonus : normotoni
Rambut : kemerahan, tidak mudah dicabut
Kulit : petechie (-)
Oedema : (-)
Cerebral : kejang (-)
Dyspnoe : (-)
14
Kepala
Lingkar kepala : mesosefal (lingkar kepala 49 cm)
UUB : datar
Mata : konjungtiva palpebra anemis - / -
Hidung : napas cuping (-), perdarahan hidung (-)
Telinga : sekret (-)
Mulut : sianosis (-), kering (-)
Bibir : kering (-), mukosa dalam sianosis (-)
Selaput lendir: kering (-)
Lidah : kotor (-), tremor (-)
Gigi : karies (-)
Tenggorokan : T1-1, faring hiperemi(-), pseudomembran (-)
Leher : Pembesaran nnll (-)
Dada
Paru
Inspeksi : simetris, statis, dinamis, retraksi (-)
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi :
suara dasar : vesikuler
suara tambahan : ronkhi -/-, bising -/-, hantaran -/- seluruh lapangan
paru
Jantung
15
Batas kiri : SIC V 2 cm medial LMCS
Batas atas : SIC II LPS sinistra
Batas kanan : SIC II LPS dextra
Bunyi jantung : BJ I-II normal, bising (-), gallop (-)
Apex cordis : tidak kuat angkat dan tidak melebar
Frekuensi : 120 x/menit
Aktivitas : normoaktif
Thrill : (-)
Irama : reguler
Souffle : (-)
Mitral : M1 > M2
Aortal : A1 < A2
Pulmonal : P1 < P2
Abdomen
Inspeksi : Datar, lemas, venektasi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) Normal
Perkusi : Hepar : ¼ - ¼ BH, tympani
Lien : So
Palpasi : Hepar teraba
Lien tak teraba
Alat kelamin : tidak dilakukan
Kelenjar
16
Pembesaran nnll leher (-)
Anggota gerak Superior Inferior
Akral dingin - / - - / -
Sianosis - / - - / -
Oedem - / - - / -
Capp. Refill < 2” < 2”
Reflek fisiologis + / + N + / + N
Reflek patologis - / - - / -
Uji tourniquet : -
PEMERIKSAAN STATUS GIZI
Status Gizi Antropometri NCHS – WHO
Laki-laki : BB = 13 kg, PB = 115cm
BMI : Gizi Cukup
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Tidak dilakukan
2.2.3 Diagnosis Holistik
a Aspek 1 Personal
- Keluhan utama : panas mendadak
- Harapan : pasien sembuh dan aktif seperti sedia kala
- Kekhawatiran : panas terus menerus, pasien meninggal
b Aspek 2 Anamnesis Medis Umum
17
- Diagnosis kerja : susp. DHF
- Diagnosis Banding : typhoid
c Aspek 3 Kondisi Internal
Pasien berumur 3 tahum sehingga pasien tidak memiliki
pengetahuan mengenai infeksi dengue. Pasien memiliki kebiasaan
bermain di kumpulan rosok bersama teman-teman pasien. Pasien
mandi minimal 2x dalam sehari.
d Aspek 4 Kondisi Eksternal
Pengetahuan keluarga pasien kurang mengenai infeksi dengue,
pasien berkebiasaan menggantung baju di ruang keluarga, keluarga
tidak pernah ikut kerja bakti untuk membersihkan lingkungan.
Keluarga juga memiliki pengetahuan yang kurang dalam
penerapan PHBS. Menggunakan repellan dan menyalakan obat
nyamuk bakar apabila banyak nyamuk di rumah.
e Aspek 5 Derajat Fungsional
Derajat fungsional: 2
2.2.4 Diagnosis keluarga
18
a Aspek 1 Personal
- Keluhan : panas mendadak
- Kekhawatiran : keadaan memburuk, pasien meninggal
- Harapan : agar sehat
b Aspek 2 Anamnesis Medis Umum
- Diagnosis kerja : susp. DHF
- Diagnosis Banding : typhoid
c Aspek 3 Kondisi Internal
Pasien berumur 3 tahum sehingga pasien tidak memiliki
pengetahuan mengenai infeksi dengue. Pasien memiliki
kebiasaan bermain di kumpulan rosok bersama teman-teman
pasien. Pasien mandi minimal 2x dalam sehari.
d Aspek 4 Kondisi Eksternal
e Pengetahuan keluarga pasien kurang mengenai infeksi dengue,
pasien berkebiasaan menggantung baju di ruang keluarga, keluarga
tidak pernah ikut kerja bakti untuk membersihkan lingkungan.
Keluarga juga memiliki pengetahuan yang kurang dalam penerapan
PHBS. Menggunakan repellan dan menyalakan obat nyamuk bakar
apabila banyak nyamuk di rumah.
f Aspek 5 Derajat Fungsional
Derajat fungsional: 7
19
Usulan Penatalaksanaan Komprehensif
1) Identifikasi Masalah
Dalam kasus ini terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi
penyebab timbulnya infeksi dengue pada anak, yaitu:
1. Lingkungan tempat tinggal pasien yang merupakan daerah
dengan ABJ rendah
2. Lingkungan tempat tinggal pasien adalah lingkungan yang
banyak terdapat kumpulan rosok yang digenangi air
3. Bagian belakamg rumah pasien yang lembab dan kurang
pencahayaan
4. Terdapat Sumur artetis yang tidak tertutupi yang tidak pernah
di bersihkan
5. Tngkat pengetahuan pasien dan lingkungan yang kurang dalam
kaitannya dengan infeksi dengue
6. Kebiasaan pasien dan keluarga menggantung baju
20
GENETIKA
- Pengetahuan kurang- Kebiasaan bermain di
kumpulan rosok yang di genangi air.
- menggantung pakaian
PERILAKU
Tidak ada peran genetic dalam kejadian infeksi dengue
- Banyak barang rosok digenangi air
- Rumah yang kurang pencahayaan
- ABJ rendah
PELAYANAN
INFEKSI DENGUE
LINGKUNGAN
Gambar 2.1 Diagram HL Blum
Permasalahan yang teridentifikasi tersebut kemudian ditentukan prioritas masalahnya
dengan menggunakan metode Hanlon kualitatif dengan 3 Kelompok kriteria :
1. Kelompok kriteria U : Mendesak (Urgency)
Pertimbangan ini dari aspek waktu, masih dapat ditunda atau harus segera
ditanggulangi. Semakin pendek tenggang waktunya, semakin mendesak untuk
ditanggulangi.
2. Kelompok Kriteria S : Kegawatan (Seriousness)
Besarnya akibat atau kerugian yang dinyatakan dalam besaran kuantitatif
berapa rupiah, orang dll.
3. Kelompok Kriteria G : Perkembangan (Growth)
Kecenderungan atau perkembangan akibat dari permasalahan. Semakin
berkembang masalah, semakin diprioritaskan.
Metode Hanlon Kualitatif
Tabel 2.1 Kriteria Urgency
Masalah 1 2 3 4 5
21
PELAYANAN
1 - - - + 1
2 - - - 0
3 - - 0
5 + 1
6 -
Tabel 2.2 Kriteria Seriously
Masalah 1 2 3 4 51 - - - + 1
2 - - - 0
3 + + 4
4 + 1
5 -
Tabel 2.3 Kriteria Growth
Masalah 1 2 3 4 51 - - - + 1
2 - - - 0
3 - - 0
4 + 1
5 -
22
Keterangan :
1. Banyak pakaian tergantung di beberapasudut
2. Jentiknyamuk
3. Pengetahuankurang
4. Pencahayaankurang
5. Lingkungan rumah terdapat barang bekas yang digenangi air
Tabel 2.4 Urutan Prioritas Masalah
Masalah U S G Total Prioritas1 1 1 1 3 42 0 0 0 0 13 0 4 0 4 54 2 2 2 6 65 1 1 1 3 36 - - - - 2
Urutan prioritas masalah
1. Jentik nyamuk
2. Lingkungan rumah terdapat kumpulan rosok yang di genangii air
3. Pencahayaan kurang dan suasana lembab
4. Banyak pakaian tergantung di beberapa sudut
5. Pengetahuankurang
23
Table 2.5 Plan of Action
No
Kegiatan Tujuan Sasaran Tempat Waktu Pelaks P.dana
Metode Tolokukur program
Tolokukurhasil
1 Pemberantasanjentiknyamuk
Mengurangi vector dengue
Rumahwarga + jentik
Kudu 2/ 3
Koas Koas Ikanisasi Terbaginya ikan pada 5 rumah + jentik
Berkurangnyabakberjentiknyamuk
2 Menutup barang kumpulan rosok
Meniadakantempat berkembangbiaknya vektor
Rumahwarga yang ada barang rosok yang tergenang air
Kudu 2/3
Koas Koas Menutup dengan terpal
Menutup barang rosok dengan terpal
Berkurangnya genangan air pada barang rosok.
3 Pencahayaan rumah
Pencahayaan rumah baik, rumah tidak lembab
Rumahpasien infeksi dengue
Kudu 2/3
Koas Koas Gentingkaca
Terpasangnya genting kaca
Pencahayaan rumah baik, rumah tdk lembab
4 Pembagian container
PSN Rumahpasieninfeksi dengue
Kudu 2/3
Selasa 27/10/15
Koas Koas Container
Penempatan container pakaian
Penggunaan container untukpakaianbekaspakai
24
5 Penyuluhan
Wargamengertittg DBD
Warga Kudu 2/3
Selasa 27/10/15
Koas Koas Penyuluhan + leaflet
Terbaginya leaflet minimal 20 rumah
Meningkatnyaengetahuanttg PSN dan DBD
2) Intervensi
a Promotif
Patient centered
Pasien dijelaskan tentang infeksi dengue serta cara-cara yang dapat dilakukan
dalam rangka pemberantasan dan pencegahan penyakit tersebut.
Penjelasan tentang infeksi dengue meliputi : Penyebab dari penyakit ini adalah
virus dengue yang ditularkan dengan perantaraan nyamuk Aedes aegypti.
Nyamuk tersebut hitam berbintik-bintik putih di seluruh tubuh dan kaki,
aktivitas menggigit biasanya mulai pagi sampai petang hari dan dengan 2
puncak aktifitas antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00 dan lebih suka pada
tempat genangan air yang bersih. Dijelaskan pula bahwa penyakit tersebut
sangat berbahaya karena dapat mematikan..
Family oriented
Penjelasan tentang infeksi dengue meliputi : Penyebab dari penyakit ini
adalah virus dengue yang ditularkan dengan perantaraan nyamuk Aedes
aegypti. Nyamuk tersebut hitam berbintik-bintik putih di seluruh tubuh dan
kaki, aktivitas menggigit biasanya mulai pagi sampai petang hari dan dengan
2 puncak aktifitas antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00 dan lebih suka
25
pada tempat genangan air yang bersih. Dijelaskan pula bahwa penyakit
tersebut sangat berbahaya karena dapat mematikan.
Community oriented
Penjelasan tentang infeksi dengue meliputi : Penyebab dari penyakit ini
adalah virus dengue yang ditularkan dengan perantaraan nyamuk Aedes
aegypti. Nyamuk tersebut hitam berbintik-bintik putih di seluruh tubuh dan
kaki, aktivitas menggigit biasanya mulai pagi sampai petang hari dan dengan
2 puncak aktifitas antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00 dan lebih suka
pada tempat genangan air yang bersih. Dijelaskan pula bahwa penyakit
tersebut sangat berbahaya karena dapat mematikan.
Patient centered
1) Menggunakan mosquito repellent atau insektisida bentuk spray.
Family oriented
1) Pemberantasan vektor jangka panjang / pemberantasan sarang nyamuk
(PSN)
2) Menutup tempat-tempat penyimpanan air
3) Mengubur barang-barang bekas seperti kaleng, botol atau ban bekas
serta semua barang bekas yang memungkinkan nyamuk bersarang.
26
4) Menguras bak mandi / tempat menampung airMemperbanyak istirahat
di rumah dan mengurangi bermain bersama teman-teman sesama balita.
5) Menyimpan baju dalam lemari.
6) Mengganti sebagian genting kaca sehingga pencahayaan cukup.
Community oriented
1) Pemberantasan vektor jangka panjang / pemberantasan sarang
nyamuk (PSN)
2) Menutup tempat-tempat penyimpanan air
3) Mengubur barang-barang bekas seperti kaleng, botol atau ban bekas
serta semua barang bekas yang memungkinkan nyamuk bersarang.
4) Menguras bak mandi / tempat menampung air
5) Memperbanyak istirahat di rumah dan mengurangi bermain bersama
teman-teman sesama balita
6) Mengganti sebagian genting kaca sehingga pencahayaan cukup.
b Kuratif
Patient centered
1. Perawatan
Infus kristaloid iv6-7cc/kgBB/jam
2. Medikamentosa
PO : Parasetamol 3x500mg
Vit B complex 3x1 tab
27
Vit. C 3x500 mg
3. Diet
3 x lunak
3 x 200 cc susu
1 x buah
banyak minum
Kebutuhan
24 jam
Cairan (cc)
4896
Kalori (kkal)
1360
Protein (gr)
64Iv 2 jalur 3000 576 -3 x 100 lunak saring
300 1017 43,26
3 x 200 cc susu 600 366 18,6
1 x buah 100 50 9,6
Mx : - Pengawasan keadaan umum dan tanda vital.
- Pengawasan perkembangan dan fluktuasi jumlah trombosit,
hemoglobin dan hematokrit
4. Rujuk ke Rumah SakitIslam Sultan Agung
28
Family oriented
1) Memeriksakan anggota keluarga yang sedang sakit ke pelayanan
kesehatan terdekat
Community oriented
1) Memeriksakan warga yang sedang sakit ke pelayanan kesehatan
terdekat
29
c Rehabilitatif
Patient centered
1) Rutin kontrol pengobatan hingga pasien ditanyakan sembuh oleh
dokter
2) Untuk menjaga gizi tetap baik, maka penderita diberitahukan untuk
menjaga kualitas dan kuantitas makanan anak sehari-hari di rumah,
agar kebutuhan asupan makanan anak tetap terpenuhi dengan baik.
Family oriented
1) Memotivasi keluarga untuk menghindarkan pasien hal-hal yang
memungkinkan memperburuk keadaan pasien atau menyebabkan
kekambuhan
2) Memotivasi keluarga untuk mengantarkan pasien kontrol ke puskesmas
hingga dinyatakan sembuh oleh dokter
3) Untuk menjaga gizi tetap baik, maka penderita diberitahukan untuk
menjaga kualitas dan kuantitas makanan anak sehari-hari di rumah,
agar kebutuhan asupan makanan anak tetap terpenuhi dengan baik.
Community oriented
-
30
1) Follow up
Kondisi Pasien
Hari/ tanggal SOAP
2 Januari 2016 S: tak
O: RR 16 x/menit, T 37,10C
A: Post DHF
5 Januari 2016 S: tak
O: RR 16x/menit, T 36,80C
A: Post DHF
31
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. GAMBARAN PROSES DAN MASALAH YANG DIAMATI
Gambar 3.1 Diagram HL Blum
3.2. URAIAN TEMUAN PADA SETIAP ASPEK
Berdasarkan masalah yang ditemukan dari aspek yang berhubungan dengan
munculnya infeksi dengue pada pasien, analisis terhadap masalah tersebut didasarkan
pada teori adalah sebagai berikut:
32
GENETIKA
- Pengetahuan kurang- Kebiasaan menggantung
pakaian-
Tidak ada permasalahan dalam pelayanan kesehatan
dengan infeksi dengue
PERILAKU
Tidak ada peran genetic dalam kejadian infeksi dengue
- Banyak barang bekas sampah botol plastik bekas yangdi genangi air
- Rumah yang kurang pencahayaan
- Lingkungan yang lembab
- ABJ rendah
PELAYANAN KESEHATAN
INFEKSI DENGUE
LINGKUNGAN
1. Perilaku
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon individu terhadap
rangsangan yang terkait dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan serta lingkungan. Blum mengatakan derajat kesehatan manusia
dipengaruhi 4 faktor yaitu genetik (hereditas), lingkungan, pelayanan kesehatan,
perilaku. Pengetahuan seseorang sangat berpengaruh dalam perilaku pencegahan
demam berdarah dengue karena pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi
setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu
(Notoatmodjo, 2007).
Sedang menurut Purwanto (1999) faktor yang mempengaruhi perilaku
seseorang adalah keturunan yang berarti sebagai pembawaan atau heredity dan
lingkungan yang berarti segala apa yang berpengaruh pada diri individu dalam
berperilaku, lingkungan turut berpengaruh dalam perkembangan bawaan atau
kehidupan seseorang.
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau
masyarakat dalam pencegahan DBD ditentukan oleh pengetahuan, kepercayaan,
norma, keturunan dan lingkungan dari atau masyarakat yang bersangkutan.
Disamping itu ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan juga akan mendukung
dan memperkuat terbentuknya perilaku pencegahan DBD.
33
2. Lingkungan
Penyebaran penyakit DBD dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain kondisi
lingkungan, movilitas penduduk, kepadatan penduduk, adanya kontainer buatan
atau alami di tempat pembuangan akhir sampah (TPA) ataupun di tempat sampah
lainnya, faktor lingkungan berupa keberadaan kontainer air, merupakan faktor
yang sangat berperan terhadap penularan ataupun terjadinya KLB penyakit DBD.
Kepadatan populasi sangat nyata pengaruhnya terhadap kasus penularan DBD.
Mengatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan, kebiasaan menggantung
baju, kondisi tempat penampungan air (TPA), kebersihan lingkungan dengan
kejadian DBD.
Lingkungan fisik rumah yang tidak memenuhi syarat memberikan peluang
yang besar terhadap terjadinya penyakit DBD, di mana keadaan rumah
berdasarkan kepadatan penghuni merupakan salah satu faktor yang mendukung,
karena luas bangunan rumah harus sesuai dengan jumlah penghuninya, sebab
akan mengakibatkan over crowding atau kepadatan yang berlebihan. Banyak
orang atau anggota keluarga yang tinggal dalam rumah akan berpengaruh
terhadap keadaan rumah dan lingkungannya. Demikian pula terhadap kejadian
demam berdarah yang banyak di pengaruhi oleh keadaan lingkungan, banyak
penghuni yang tinggal dalam satu rumah akan mempengaruhi pola hidup dan
keadaan lingkungan serta kepadatan penduduk tempat itu sendiri. Jadi selain akan
berpengaruh terhadap pola hidup kebiasaan masyarakat, kepadatan rumah juga
akan berpengaruh terhadap kepadatan penduduk di lingkungan yang dapat
memudahkan terjadinya penularan di wilayah tersebut karena jarak terbang
34
nyamuk 50-100 meter, sehingga mudah bagi nyamuk Aedes aegypti untuk
berpindah dari satu rumah ke rumah lainnya. Di Indonesia, nyamuk penular
(vektor) penyakit DBD yang penting adalah Aedes aegypti, Ae. albopictus, Ae.
scutellaris, tapi yang menjadi vektor utama dari penyakit DBD adalah Ae.
aegypti. Nyamuk Ae. Aegypti bersifat urban hidup di perkotaan dan lebih sering
hidup di dalam dan disekitar rumah (domestik) dan sangat erat hubungannya
dengan manusia. Tempat perindukan nyamuk ini terdapat di dalam rumah
(indoor) dan di luar rumah (outdoor). Tempat perindukan di dalam rumah,antara
lain: bak air mandi, bak air WC, tandon air minum, tempayan, gentong tanah liat,
gentong plastik, ember, drum, vas tanaman hias, pernagkap semut dan lain-lain.
Sedangkan tempat perindukan yang ada di luar rumah (halaman): drum, kaleng
bekas, botol bekas, ban bekas, pot bekas, pot tanaman hias yang terisi oleh air
hujan, tandon air minum dan lain-lain (Soegijanto, 2004). Upaya pengendalian
populasi nyamuk Aedes telah dilakukan dengan cara pemberantasan pada
sarangnya, yaitu dikenal dengan istilah gerakan PSN dengan 3M plus, yang
dilakukan secara sistematis dan terus menerus serta serentak sehingga tercipta
lingkungan yang bersih dan sehat serta tidak kondusif untuk menjadi lingkungan
nyamuk Aedes (Judarwanto, 2007 dalam CHPSC, 2007). Gerakan PSN dengan
3M plus ini, meliputi:\
a) Membersihkan (menguras) dan menyikat tempat-tempat penyimpanan air
sekurang-kurangnya seminggu sekali, seperti bak mandi/ WC, drum dan
lain-lain.
35
b) Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti tempayan, drum
dan lain-lain agar nyamuk tidak dapat masuk dan berkembang biak di
tempat itu.
c) Mengubur barang-barang bekas yang tidak bisa dibakar dan yang dapat
menampung air hujan agar tidak menjadi tempat berkembang biak
nyamuk, seperti kaleng bekas, ban bekas, botol-botol pecah dan lain-lain.
d) Menutup lubang pada pagar bambu dengan tanah atau adukan semen.
e) Mengganti air di vas kembang, tempat minum burung, perangkap semut
dan lain-lain sekurang-kurangnya seminggu sekali.
f) Membakar potongan bambu, tempurung kelapa dan lain-lain supaya tidak
menjadi sarang nyamuk.
g) Melipat pakaian/ kain yang bergantungan dalam kamar supaya tidak
menjadi tempat sarang nyamuk.
(Siswono, 2004 dalam CHPSC, 2007)
3. Pelayanan Kesehatan
Tidak ada masalah pada pelayanan kesehatan dalam hubungannya dengan
infeksi dengue.
36
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari laporan kasus ini adalah:
1.1.1 Pengetahuan masyarakat Genuk Sari , Genuk masih sangat kurang dalam
pencegahan infeksi dengue.
1.1.2 Perilaku masyarakat sebagai faktor resiko timbulnya infeksi dengue seperti tidak
menguras bak mandi, menggantung pakaian, masih ditemukan.
1.1.3 Faktor lingkungan seperti, banyak rosok di halaman rumah yang digenangi air,
pencahayaan rumah yang kurang sehingga lembab, menjadi faktor resiko
timbulnya infeksi dengue.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan laporan kasus di atas:
5.2.1 Pasien dapat menjaga kebersihan lingkungan dan berperilaku sehat yang
kaitannya mencegah infeksi dengue, seperti menguras bak mandi secara teratur,
menutup barang rosok di halaman rumah yang digenangi air, tidak menggantung
37
pakaian, memperhatikan pencahayaan rumah, dan mengerti cara penularan,
tindakan yang harus dilakukan dalam mencegah dan terkena infeksi dengue.
5.2.2 Untuk puskesmas dapat meningkatkan pengetahuan dan pendidikan keluarga
seperti menggandeng kelurahan untuk mengadakan kegiatan aktif kebersihan
lingkungan, menggalakkan kader-kader untuk memeriksa jentik dan penyuluhan
rumah ke rumah.
5.2.3 Untuk FK Unissula agar dapat membantu masyarakat dan puskesmas untuk
berpartisipasi dalam menanggulangi infeksi dengue.
38
DAFTAR PUSTAKA
Sri Rezeki, Soegeng Soegijanto, Suharyono Wuryadi, Thomas Suroso, editors. Tatalaksana demam
dengue/demam berdarah dengue. Edisi pertama. Jakarta : Departemen Kesehatan RI, 1999.
Hendarwanto. Dengue. Di dalam : Sjaifoellah Noer, Sarwono Waspadji, A Muin Rachman dkk,
editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 1. Edisi ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 1997 :
417-26.
Satari, Hindra. I & Meiliasari, Mila. 2004. Demam Berdarah : Perawatan di Rumah
dan Rumah Sakit + Menu. Jakarta: Pustaka Dwipa.
Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Buku kuliah ilmu kesehatan anak jilid 2. Rusepno
Hassan, Husein Alatas, editors. Edisi ketujuh. Jakarta : Infomedika, 1997 : 607-21.
Subdit Arbovirus ,Ditjen PPM dan PLP .1 januari sampai 31 desember 1999
Scott B.Halstead. Dengue fever/Dengue Hemorrhagic Fever.Nelson.Textbook of
pediatri.16thedition,WB Saunder Company.A division of hartcourt Brace and Company
Soegijanto, Soegeng. 2004. Demam Berdarah Dengue. Surabaya: Airlangga
University Press
Sumarmo, Wydia MS. Dengue Hemorrhagic Fever Klinis, Dignosis dan Pengobatan. Dalam :
Sumarmo, Tjokronegoro, editor Demam Berdarah Dengue Sepuluh Tahun Penelitian Pada Anak
di Jakarta. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 1985: 1 – 17.
Hasyimi. Pemeriksaan Laboratorium Penderita Demam Berdarah Dengue: Mengapa Uji HI. Media
Litbangkes, 1992; IV: 13 – 6.
39
Lampiran 1 Formulir Pendaftaran Pasien Baru
REKAM MEDIS PELAYANAN DOKTER KELUARGADENGAN DIAGNOSIS HOLISTIK DAN TERAPI KOMPREHENSIF
No RmIdentitas Umum PasienNama LengkapTempat Tanggal LahirJenis Kelamin LAKI – LAKI PEREMPUANAlamatDESA/KELURAHANKABUPATEN/KOTA
AgamaISLAM
KRISTENKATHOLIK
HINDU BUDHALAIN - LAIN
Status Perkawinan KAWIN BELUM KAWIN
JANDADUDA
Pendidikan Terakhir SD SMP SMA DIPLOMA S1 S2
LAIN - LAIN
Pekerjaan PNSWIRASWASTA
TNI/POLRI
PELAJAR/MAHASISWA LAIN - LAIN
Kewarganegaraan WNI WNACara Pembayaran ASURANSI SWASTA BPJS UMUM/MANDIRINama Penanggung JawabNotelp/ HpKlinik Yang Dituju Balai Pengobatan Umum
Kesehatan Ibu Dan BayiLansiaRehabilitasi Medik
Dengan ini saya menyatakan setuju untuk dilakukan pemeriksaan dan tindakan yang diperlukan dalam upaya kesembuhan / keselamatan jiwa saya/ pasien tersebut di atas
Semarang, …………………………………
40
(……………………………………….)
Lampiran 1 Foto kondisi rumah
41
42
top related