laporan kasus tifoid
Post on 21-Jul-2016
94 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
IDENTITAS PENDERITA
Nama Penderita : Nn.H
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 23-7-1991
Alamat : Komp BTP
No. Rekam Medik : B5549
Tanggal Pemeriksaan : 7-1-14
Anamnesis : Autoanamnesis
Keluhan utama : Demam
Anamnesis terpimpin : Dialami sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, demam tidak terus-menerus lebih tinggi pada saat malam hari.menggigil ada .kejang tidak ada .Memburuk sehari sebelum masuk rumah sakit.Keringat banyak dikeluhkan oleh penderita
Penderita juga mengeluhkan pusing dan sakit kepala tapi hanya kadang-kadang ,Tegang leher tidak ada. Batuk tidak ada.sesak tidak ada .Pasien mengeluh merasa mual, muntah tidak ada. Pasien mengeluh pahit ditenggorokan saat menelan. Riwayat Muntah ada ± 2 kali berisi makanan dan air, tidak meneyemprot, Jumlah muntah hanya sedikit sekali menurut pasien. Pasien malas makan dan minum.
Penderita belum buang air besar sejak 1 minngu yang lalu. Buang air kecil kuning lancar.
Riwayat penyakit sebelumnya dengan gejala yang sama tidak ada. Dalam keluarga tidak ada yang menderita sama dengan dengan penderita. Riwayat penyakit DM dan Hipertensi tidak ada.
Keadaan umum : Sakit sedang / Gizi cukup / Kesadaran Komposmentis
Berat badan : 46 kg
Tinggi badan : 155 cm
Tanda vital :
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
1
Pernapasan : 20 kali/menit
Suhu : 38,6 oC
Pemeriksaan Fisik
Kepala
Ekspresi : biasa
Simetris muka : simetris kiri = kanan
Deformitas : Tidak ada
Rambut : tidak mudah dicabut hitam lurus , alopesia (-)
Mata
Eksoptalmus/Enoptalmus : Tidak
Gerakan : ke segala arah
Kelopak Mata : edema (-)
Konjungtiva : anemis (-)
Sklera : ikterus (-)
Kornea : jernih
Pupil : bulat isokor
Telinga
Pendengaran : normal
Tophi : tidak
Nyeri tekan di prosesus mastoideus : tidak
Hidung
Perdarahan : tidak ada
Sekret : tidak ada
Mulut
Bibir : pucat (-), kering (-)
Lidah : kotor (+), tremor (-), hiperemis (-)
Tonsil : T1 – T1, hiperemis (-)
2
Faring : hiperemis (-),
Gigi geligi : dalam batas normal
Gusi : dalam batas normal
Leher
Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran
Kelenjar gondok : tidak ada pembesaran
DVS : R-2 cmH2O
Pembuluh darah : tidak ada kelainan ,arteri karotis teraba
Kaku kuduk : tidak ada
Tumor : tidak ada
Dada
Inspeksi :
Bentuk : simetris kiri = kanan
Pembuluh darah : tidak ada kelainan
Sela iga : dalam batas normal
Lain – lain : (-)
Paru
Palpasi :
Fremitus raba : tidak ada
Nyeri tekan : tidak ada
Perkusi :
Paru kiri : sonor
Paru kanan : sonor
Batas paru-hepar : ICS Th VI dekstra anterior,
Batas paru belakang kanan : CV Th. VIII dekstra
Batas paru belakang kiri : CV Th. XI sinistra
Auskultasi :
Bunyi pernapasan : vesikuler
Bunyi tambahan : Rh -/-
Wh -/-
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
3
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung normal .Pekak.Batas atas ICS II sinistra ; Batas kanan
ICS III parasternalis ;Batas kiri ICS Linea clavikularis anterior sinistra
Auskultasi : bunyi jantung I/II murni regular, bunyi tambahan (-)
Perut
Inspeksi : datar, ikut gerak napas
Palpasi : Nyeri tekan (-) MT (-)
Hepar tidak teraba
Limpa tidak teraba.
Ginjal tidak teraba
Perkusi: timpani
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal (8x)
Alat Kelamin
Tidak dilakukan pemeriksaan
Anus dan Rektum
Tidak dilakukan pemeriksaan
Punggung
Palpasi : NT (-), MT (-)
Nyeri ketok : (-)
Auskultasi : BP: vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
Gerakan : dalam batas normal
Lain – lain : (-)
Ekstremitas
Edema -/-, tanda perdarahan (-)
4
Laboratorium
Jenis Pemerikaan Hasil Nilai Rujukan
DARAH
RUTIN
(7/1/14)
WBC 9,82x103/uL 4 - 10 x 103/uL
RBC 4,54x106/uL 4–6 x 106/uL
HGB 13,2 g/dL 12 - 16 g/dL
HCT 37,2% 37 – 48%
MCV 81,9 pl 76 – 92 pl
MCH 29,1 pg 22 – 31 pg
MCHC 35,5 g/dl 32 – 36 g/dl
PLT 229x 103/uL 150-400x 103/uL
RDW-SD 37,3 PL 37.0-54.0 PL
RDW-CV 12.6% 10.0-15.0 %
PDW 11,3 pl 10.0-18.0 pl
MPV 10,3 pl 6.50-11.0 pl
P-LCR 27,1 % 13.0-43.0 %
PCT 0.24% 0.15-0.50 %
NEUT 7,16x103/uL 52-75 x 103/uL
LYMPH 1.92x103/uL 20-40 x 103/uL
MONO 0.73x103/uL 2-8 x 103/uL
EO 0.19x103/uL 1-3 x103/uL
BASO 0.01x103/uL 0-10 x 103/uL
Jenis Pemerikaan Hasil Nilai Rujukan
ANTIBODI MALARIA
(7/1/14)
Negatif Negatif
Jenis Pemerikaan Hasil Nilai Rujukan
GLUKOSA (7/1/14) GDS : 95 mg/dl 140 mg/dl
GINJAL HIPERTENSI (7/1/14) Ureum : 11 mg/dl 10-50 mg/dl
KIMIA HATI (7/1/14) SGOT : 187 u/l <38 u/l
5
SGPT : 177 u/l <41 u/l
Jenis Pemerikaan Hasil Nilai Rujukan
Elektrolit (7/1/14)
Natrium 135 mmol/l
Kalium 4,9 mmol/l
Klorida 103 mmol/l
136-145 mmol/l
3,5-5,2 mmol/l
97-111 mmol/l
IgM Salmonella (TF semikuantitatif)
(7/1/14)
Positif (+6) Negatif
Jenis Pemerikaan Hasil Nilai Rujukan
DARAH
RUTIN
(11/1/14)
WBC 5,71x103/uL 4 - 10 x 103/uL
RBC 4,191x106/uL 4–6 x 106/uL
HGB 12,3 g/dL 12 - 16 g/dL
HCT 36% 37 – 48%
MCV 86 pl 76 – 92 pl
MCH 29,5pg 22 – 31 pg
MCHC 34,3 g/dl 32 – 36 g/dl
PLT 287x 103/uL 150-400x 103/uL
MPV 7,4 pl 6.50-11.0 pl
NEUT 42,4x103/uL 52-75 x 103/uL
LYMPH 52,3x103/uL 20-40 x 103/uL
MONO 0.73x103/uL 2-8 x 103/uL
EO 0.9x103/uL 1-3 x103/uL
BASO 0.9x103/uL 0-10 x 103/uL
6
Immunoserology
(11/1/14)
Hasil rujukan
Salmonella Typhi H positif 1/160 Negative
Salmonella part A Negative Negative
Salmonella part B OB 1/80 Negative
Salmonella part c Oc 1/80 Negative
Pemeriksaan Penunjang Lainnya:
- Tidak ada
I. DIAGNOSIS AWAL :
Demam tifoid
II. PENATALAKSANAAN AWAL
- IVFD NaCl 0,9% 28 tpm
- Ceftriaxon 2 gr /24 jam/i
- PCT 500 mg 3x1
- Dulcolax oral 1 kali
Rencana Pemeriksaan
DR (control)
RESUME
Pasien bernama Nn Andi hermi masuk rumah sakit dengan keluhan demam yang dialami sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, demam tidak terus-menerus lebih tinggi pada saat malam hari.menggigil ada .kejang tidak ada .Memburuk sehari sebelum masuk rumah sakit.Keringat banyak dikeluhkan oleh penderita
Penderita juga mengeluhkan pusing dan sakit kepala tapi hanya kadang-kadang ,Tegang leher tidak ada. Batuk tidak ada.sesak tidak ada .Pasien mengeluh merasa mual tapi muntah tidak ada Riwayat Muntah ada tapi cuma sesekali berisi makanan dan air .Jumlah muntah hanya sedikit sekali menurut pasien
Penderita belum buang air besar sejak 1 minggu yang lalu. Buang air kecil kuning lancar.
7
Riwayat penyakit sebelumnya dengan gejala yang sama tidak ada. Dalam keluarga tidak ada yang menderita sama dengan dengan penderita. Riwayat penyakit DM dan Hipertensi disangkal .Riwayat Alergi disangkal oleh pasien
Keadaan umum sakit sedang, gizi cukup, komposmentis. Berat badan 46 kg, tinggi badan : 155 cm.
Tekanan darah : 100/70 mmHg, Nadi : 80 kali/menit, Pernapasan : 20 kali/menit, Suhu : 38,6oC. Lidah kotor (+), tanda perdarahan tidak ada.
Hasil pemeriksaan laboratorium
White Blood Cell : 98.200
Platelet : 229.000
IgM Salmonella (TF semikuantitatif) : Positif (+6)
DISKUSI STATUS
Seorang pasien bernama Nn Andi Hermi masuk rumah sakit dengan keluhan demam. Dialami sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit, demam tidak terus-menerus lebih tinggi pada malam hari
Penderita juga mengeluhkan pusing dan sakit kepala tapi hanya kadang-kadang, merasa mual dan muntah tiap kali makan. Penderita belum buang air besar sejak 1 minggu yang lalu. Buang air kecil lancar.
Riwayat penyakit sebelumnya tidak ada. Dalam keluarga tidak ada yang menderita sama dengan dengan penderita. Riwayat pengobatan sebelumnya tidak ada.
Keadaan umum sakit sedang, gizi cukup, komposmentis. Berat badan 56 kg, tinggi badan : 162 cm.
Tekanan darah : 110/70 mmHg, Nadi : 80 kali/menit, Pernapasan : 20 kali/menit, Suhu : 36,8 oC. Lidah kotor (+), tanda perdarahan tidak ada.
Hasil pemeriksaan laboratorium
White Blood Cell : 98.200
Platelet : 229.000
IgM Salmonella (TF semikuantitatif) : Positif (+6)
IgM Salmonella (TF semikuantitatif) : Positif (+6)
8
Kuman Salmonella typhosa dan endotoksinnya yang merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh lekosit pada jaringan yang meradang selanjutnya membawa zat pirogen ke dalam peredaran darah hal ini dapat mempengaruhi pusat termoregulator di hipotalamus yang dapat meningkatkan suhu tubuh.1,2,3
Salmonella typhosa yang mengadakan multiplikasi pada usus halus mengakibatkan inflamasi pada daerah setempat yang mempengaruhi mekanisme kerja usus dan mengiritasi mukosa usus. Apabila terjadi gangguan absorbsi pada usus dan peristaltik akan terjadi konstipasi.1,2,3
Demam Tifoid
9
Salah satu penyakit infeksi sistemik akut yang banyak dijumpai di berbagai belahan dunia
hingga saat ini adalah demam tifoid yang disebabkan oleh bakteri gram negatif Salmonella
typhi. Di Indonesia, demam tifoid lebih dikenal oleh masyarakat dengan istilah “penyakit
tifus”.
Dalam empat dekade terakhir, demam tifoid telah menjadi masalah kesehatan global bagi
masyarakat dunia. Diperkirakan angka kejadian penyakit ini mencapai 13-17 juta kasus di
seluruh dunia dengan angka kematian mencapai 600.000 jiwa per tahun. Daerah endemik
demam tifoid tersebar di berbagai benua, mulai dari Asia, Afrika, Amerika Selatan, Karibia,
hingga Oceania. Sebagain besar kasus (80%) ditemukan di negara-negara berkembang,
seperti Bangladesh, Laos, Nepal, Pakistan, India, Vietnam, dan termasuk Indonesia.
Indonesia merupakan salah satu wilayah endemis demam tifoid dengan mayoritas angka
kejadian terjadi pada kelompok umur 3-19 tahun (91% kasus).1,3,4
Munculnya daerah endemik demam tifoid dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain laju
pertumbuhan penduduk yang tinggi, peningkatan urbanisasi, rendahnya kualitas pelayanan
kesehatan, kurangnya suplai air, buruknya sanitasi, dan tingkat resistensi antibiotik yang
sensitif untuk bakteri Salmonella typhi, seperti kloramfenikol, ampisilin, trimetoprim, dan
ciprofloxcacin.1
Penularan Salmonella typhi terutama terjadi melalui makanan atau minuman yang
terkontaminasi. Selain itu, transmisi Salmonella typhi juga dapat terjadi secara transplasental
dari ibu hamil ke bayinya.4
Manifestasi Klinik dan Temuan Fisik
Masa inkubasi Salmonella typhi antara 3-21 hari, tergantung dari status kesehatan dan
kekebalan tubuh penderita. Pada fase awal penyakit, penderita demam tifoid selalu menderita
demam dan banyak yang melaporkan bahwa demam terasa lebih tinggi saat sore atau malam
hari dibandingkan pagi harinya. Ada juga yang menyebut karakteristik demam pada penyakit
ini dengan istilah ”step ladder temperature chart”, yang ditandai dengan demam yang naik
bertahap tiap hari, mencapai titik tertinggi pada akhir minggu pertama kemudian bertahan
tinggi, dan selanjutnya akan turun perlahan pada minggu keempat bila tidak terdapat fokus
infeksi.1,4
Gejala lain yang dapat menyertai demam tifoid adalah malaise, pusing, batuk, nyeri
tenggorokan, nyeri perut, konstipasi, diare, myalgia, hingga delirium dan penurunan
10
kesadaran. Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan adanya lidah kotor (tampak putih di
bagian tengah dan kemerahan di tepi dan ujung), hepatomegali, splenomegali, distensi
abdominal, tenderness, bradikardia relatif, hingga ruam makulopapular berwarna merah
muda, berdiameter 2-3 mm yang disebut dengan rose spot.2,4
Penegakan Diagnosis
Pada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan adanya penurunan kadar hemoglobin,
trombositopenia, kenaikan LED, aneosinofilia, limfopenia, leukopenia, leukosit normal,
hingga leukositosis.5 2
Gold standard untuk menegakkan diagnosis demam tifoid adalah pemeriksaan kultur darah
(biakan empedu) untuk Salmonella typhi. Pemeriksaan kultur darah biasanya akan
memberikan hasil positif pada minggu pertama penyakit. Hal ini bahkan dapat ditemukan
pada 80% pasien yang tidak diobati antibiotik. Pemeriksaan lain untuk demam tifoid adalah
uji serologi Widal dan deteksi antibodi IgM Salmonella typhi dalam serum. 1,2,4
Uji serologi widal mendeteksi adanya antibodi aglutinasi terhadap antigen O yang berasal
dari somatik dan antigen H yang berasal dari flagella Salmonella typhi. Diagnosis demam
tifoid dapat ditegakkan apabila ditemukan titer O aglutinin sekali periksa mencapai ≥ 1/200
atau terdapat kenaikan 4 kali pada titer sepasang. Apabila hasil tes widal menunjukkan hasil
negatif, maka hal tersebut tidak menyingkirkan kemungkinan diagnosis demam tifoid.4,5
Penatalaksanaan
Terapi pada demam tifoid adalah untuk mencapai keadaan bebas demam dan gejala,
mencegah komplikasi, dan menghindari kematian. Yang juga tidak kalah penting adalah
eradikasi total bakeri untuk mencegah kekambuhandan keadaan carrier. Pemilihan antibiotik
tergantung pada pola sensitivitas isolat Salmonella typhi setempat. Munculnya galur
Salmonella typhi yang resisten terhadap banyak antibiotik (kelompok MDR) dapat
mengurangi pilihan antibiotik yang akan diberikan. Terdapat 2 kategori resistensi antibiotik
yaitu resisten terhadap antibiotik kelompok chloramphenicol, ampicillin, dan trimethoprim
sulfamethoxazole (kelompok MDR) dan resisten terhadap antibiotik fluoroquinolone.
Nalidixic acid resistant Salmonella typhi (NARST) merupakan petanda berkurangnya
sensitivitas terhadap fluoroquinolone. Terapi antibiotik yang diberikan untuk demam tifoid
tanpa komplikasi berdasarkan WHO tahun 2003 dapat dilihat pada tabel.3
11
Antibiotik golongan fluoroquinolone (ciprofloxacin, ofl oxacin, dan pefl oxacin) merupakan
terapi yang efektif untuk demam tifoid yang disebabkan isolat tidak resisten terhadap
fluoroquinolone dengan angka kesembuhan klinis sebesar 98%, waktu penurunan demam 4
hari, dan angka kekambuhan dan fecal carrier kurang dari 2%.3
Fluoroquinolone memiliki penetrasi ke jaringan yang sangat baik, dapat membunuh S. typhi
intraseluler di dalam monosit/makrofag, serta mencapai kadar yang tinggi dalam kandung
empedu dibandingkan antibiotik lain. Berbagai studi telah dilakukan untuk menilai efektivitas
fluoroquinolone dan salah satu fluoroquinolone yang saat ini telah diteliti dan memiliki
efektivitas yang baik adalah levofloxacin. Studi komparatif, acak, dan tersamar tunggal telah
dilakukan untuk levofl oxacin terhadap obat standar ciprofloxacin untuk terapi demam tifoid
tanpa komplikasi. Levofloxacin
diberikan dengan dosis 500 mg, 1 kali sehari dan ciprofloxacin diberikan dengan dosis 500
mg, 2 kali sehari masing-masing selama 7 hari. Kesimpulan dari studi ini adalah bahwa pada
saat ini levofloxacin lebih bermanfaat dibandingkan ciprofloxacin dalam hal waktu penurunan
demam, hasil mikrobiologi dan secara bermakna memiliki efek samping yang lebih sedikit
dibandingkan ciprofloxacin.3
Di Amerika Serikat, pemberian regimen ciprofloxcacin atau ceftriaxone menjadi first line
bagi infeksi Salmonella typhi yang resisten terhadap kloramfenikol, ampisilin, trimethoprim-
sulfamethoxazole, streptomycin, sulfonamides, atau tetrasiklin.1
Tabel 1: Antibiotik yang diberikan pada demam tifoid tanpa komplikasi menurut WHO 2003
Terapi Optimal Terapi Alternatif
Sensitivitas AntibiotikDosis
mg/kgHari Antibiotik
Dosis
mg/kgHari
Fully
Sensitive
Fluoroquinolone
(ofloxacin atau
ciprofloxacin)
15 5-7
Chloramphenicol
Amoxicillin
TMP-SMX
50 – 75
75 – 100
8 - 40
14-
21
14
14
Multidrug Fluoroquinolone 15 5-7 Azithromycin 7
12
ResistenAtau
Cefixime15 – 20 7-14 Cefixime 7-14
Quinolone
Resisten
Azithromycin
atau Ceftriaxone
8 – 10
75
7
10-
14
Cefixime 7-14
Tabel 2: Antibiotik yang diberikan pada demam tifoid berat menurut WHO 2003
Terapi Optimal Terapi Alternatif
Sensitivitas AntibiotikDosis
mg/kgHari Antibiotik mg/kg Hari
Fully Sensitive
Fluoroquinolone
(ofloxacin)15 10-
14
Chloramphenicol
Amoxicillin
TMP-SMX
100
100
8 - 40
14-21
14
14
Multidrug Resisten Fluoroquinolone 15 10-
14Ceftriaxone
Cefotaxime
60
8010-14
Quinolone
ResistenCeftriaxone
Cefotaxime
60
8010-14 Fluoroquinolone 20 7-14
Pemberian steroid diindikasikan pada kasus toksik tifoid (disertai gangguan kesadaran
dengan atau tanpa kelainan neurologis dan hasil pemeriksaan CSF dalam batas normal) atau
pasien yang mengalami renjatan septik. Regimen yang dapat diberikan adalah
deksamethasone dengan dosis 3x5 mg. Sedangkan pada pasien anak dapat digunakan
deksametashone IV dengan dosis 3 mg/kg dalam 30 menit sebagai dosis awal yang
dilanjutkan dengan 1 mg/kg tiap 6 jam hingga 48 jam. Pengobatan lainnya bersifat
simtomatik.4,5
Komplikasi
Salah satu komplikasi demam tifoid yang dapat terjadi pada pasien yang tidak mendapatkan
pengobatan secara adekuat adalah perforasi dan perdarahan usus halus. Komplikasi ini sering
13
terjadi pada minggu ketiga yang ditandai dengan suhu tubuh yang turun mendadak, adanya
tanda-tanda syok dan perforasi intestinal seperti nyeri abdomen, defance muscular, redup
hepar menghilang. Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah pneumonia, miokarditis, hingga
meningitis.2,4 3
Pencegahan
Pencegahan infeksi Salmonella typhi dapat dilakukan dengan penerapan pola hidup yang
bersih dan sehat. Berbagai hal sederhana namun efektif dapat mulai dibiasakan sejak dini
oleh setiap orang untuk menjaga higientias pribadi dan lingkungan, seperti membiasakan cuci
tangan dengan sabun sebelum makan atau menyentuh alat makan/minum, mengkonsumsi
makanan dan minuman bergizi yang sudah dimasak matang, menyimpan makanan dengan
benar agar tidak dihinggapi lalat atau terkena debu, memilih tempat makan yang bersih dan
memiliki sarana air memadai, membiasakan buang air di kamar mandi, serta mengatur
pembuangan sampah agar tidak mencemari lingkungan.
14
Daftar Pustaka
1. Cammie F. Lesser, Samuel I. Miller, 2005. Salmonellosis. Harrison’s Principles of
Internal Medicine (16th ed), 897-900.
2. Chambers, H.F., 2006. Infectious Disease: Bacterial and Chlamydial. Current Medical
Diagnosis and Treatment (45th ed), 1425-1426.
3. Brusch, J.L., 2010, Typhoid Fever. (http://emedicine.medscape.com/article/231135-
overview)
4. IDI Continuing Medical Education, 2012, Tatalaksana terkini Demam Tifoid, Divisi
Penyakit Tropik dan Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK-UI/RSCM, Jakarta
5. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2006, Standar Pelayanan
Medik, PB PABDI, Jakarta.
6. Communicable Disease Surveillance and Response Vaccines and Biological, 2007,
Background Document: The Diagnosis, Treatmen, and Prevention of Typhoid Fever,
WHO, Switzerland
15
FOLLOW UP
Tanggal Perjalanan Penyakit Instruksi Dokter7/1/14T : 100/70N 85x/iP 28x/iS 39,8oC
S: pasien mengeluh demam sejak 1 minggu SMRS.demam terutama saat sore hari turun dengan obat penurun panas menggigil (+) mual (+) muntah (+) kadang berisi makanan .Pasien juga mengeluh pahit ditenggorokan saat menelan BAK baik BAB belum BAB 1 minggu
Ku : sakit sedang Kes : CM TD 100/70 RR : 28x/iN 85x/I S : 38,6
Mata : Anemis (-) ikterik (-)Thoraks : bunyi nafas vesikuler Rh -/-Wh -/-Jantung : bunyi jantung i/ii murni regular ,murmur(-) gallop (-) Abd : supel,nyeri tekan epigastrium
Lab : Igm Sakmonella : +6Ur:11Cr:0,9SGOT: 187SGPT : 177Na: 135K: 4,9Cl: 103GDS : 95
A: demam tifoid
Diet biasaIvfd naCL 0.9% 28 tpm Inj.ceftriaxone 1 gr/12 jam /drips dlm NaCl 0,9%PCT 3x500mgDulcolax --- tunda
8/1/14 S : demam (+) BAB Baik Mual (+) Muntah (-)
S : Ku : sakit sedang Kes : CM TD 100/70 N: 82x/iRR : 20x/I S : 37,9 C
Mata :anemis(-)Pernapasan : Vesikuler , Wh -/- Rh -/-Jantung : BJ I dan II murni rwgulwr ,murmur (-)Abd : Nyeri tekan (-) , supel ,peristaltic normal A : demam tifoid
Diet Lunak IVFD RL 28 tpmDrips ceftrianxone 1 gr/12 jam dalan Nacl 0.9% 100 cc Inj.Ranitidin 50 mg /12 jam PCT 500 mg 3 x 1
16
9/1/14 S : demam (+)rasa keringat terus menerus
S : Ku : sakit sedang Kes : CM TD 90/60 N: 84x/iRR : 16x/I S : 38,3 C
Mata :anemis(-)Pernapasan : Vesikuler , Wh -/- Rh -/-Jantung : BJ I dan II murni rwgulwr ,murmur (-)Abd : Nyeri tekan (-) , supel ,peristaltic normal A : demam tifoid
Diet Lunak IVFD RL 28 tpmInj Ceftriaxone 1 gr/12 jam/ivInj.Ranitidin 50 mg /12 jam PCT 500 mg 3 x 1
10/1/14 S : demam (+)sulit tidur (+)
S : Ku : sakit sedang Kes : CM TD 90/60 N: 108x/iRR : 16x/I S : 37,6 C
Mata :anemis(-)Pernapasan : Vesikuler , Wh -/- Rh -/-Jantung : BJ I dan II murni rwgulwr ,murmur (-)Abd : Nyeri tekan (-) , supel ,peristaltic normal A : demam tifoid
Diet Lunak IVFD RL 28 tpmInj Ceftriaxone 1 gr/12 jam/ivInj.Ranitidin 50 mg /12 jam PCT 500 mg 3 x 1Metoclopramide 10 mg /8 jam/iv
11/1/14 S : sulit tidur (+) mual (+)
S : Ku : sakit sedang Kes : CM TD 100/60 N: 108x/iRR : 20x/I S : 38 C
Mata :anemis(-)Pernapasan : Vesikuler , Wh -/- Rh -/-Jantung : BJ I dan II murni rwgulwr ,murmur (-)Abd : Nyeri tekan (-) , supel ,peristaltic normal A : demam tifoid
Diet Lunak IVFD RL 28 tpmInj Ceftriaxone 2 gr/24 jam/ivInj.Ranitidin 50 mg /12 jam /ivPCT 500 mg 3 x 1Metoclopramide 10 mg /8 jam/iv
PLAN :Darah Rutin Ulang, Widal
17
top related