hukum hardy-weinberg 2

Post on 04-Aug-2015

603 Views

Category:

Documents

74 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

Asas Hardy-Weinberg menyatakan bahwa frekuensi alel dan frekuensi genotipe dalam suatu populasi akan tetap konstan, yakni berada dalam kesetimbangan dari satu generasi ke generasi lainnya kecuali apabila terdapat pengaruh-pengaruh tertentu yang mengganggu kesetimbangan tersebut

Pengaruh-pengaruh tersebut meliputi perkawinan tak acak, mutasi, seleksi, ukuran populasi terbatas, hanyutan genetik, dan aliran gen. Adalah penting untuk dimengerti bahwa di luar laboratorium, satu atau lebih pengaruh ini akan selalu ada. Oleh karena itu, kesetimbangan Hardy-Weinberg sangatlah tidak mungkin terjadi di alam. Kesetimbangan genetik adalah suatu keadaan ideal yang dapat dijadikan sebagai garis dasar untuk mengukur perubahan genetik.

Frekuensi alel yang statis dalam suatu populasi dari generasi ke generasi mengasumsikan adanya perkawinan acak, tidak adanya mutasi, tidak adanya migrasi ataupun emigrasi, populasi yang besarnya tak terhingga, dan ketiadaan tekanan seleksi terhadap sifat-sifat tertentu.

Meliputi tiga langkah, yaitu :(1)    Dari tetua kepada gamet-gamet yang dihasilkannya(2)    Dari penggabungan gamet-gamet kepada genotipe zigot yang dibentuk(3)    Dari genotipe zigot kepada frekuensi alel pada generasi keturunan.

Kembali kita misalkan bahwa pada generasi tetua terdapat genotipe AA, Aa, dan aa, masing-masing dengan frekuensi P, H, dan Q.  Sementara itu, frekuensi alel A adalah p, sedang frekuensi alel a adalah q. Dari populasi generasi tetua ini akan dihasilkan dua macam gamet, yaitu A dan a. Frekuensi gamet A sama dengan frekuensi alel A (p). Begitu juga, frekuensi gamet a sama dengan frekuensi alel a (q).

Dengan berlangsungnya kawin acak, maka terjadi penggabungan gamet A dan a secara acak pula. Oleh karena itu, zigot-zigot yang terbentuk akan memilki frekuensi genotipe sebagai hasil kali frekuensi gamet yang bergabung. Pada Tabel 15.1 terlihat bahwa tiga macam genotipe zigot akan terbentuk, yakni AA, Aa, dan aa, masing-masing dengan frekuensi p2,  2pq, dan q2.

Setiap gen mempunyai viabilitas dan fertilitas yang sama

Perkawinan terjadi secara acak Tidak terjadi mutasi gen atau frekuensi terjadinya

mutasi, sama besar. Tidak terjadi migrasi Jumlah individu dari suatu populasi selalu besar Jika syarat-syarat tersebut terpenuhi, maka

frekuensi alel dan frekuensi genotipe dalam suatu populasi akan konstan dan evolusi pun tidak akan terjadi. Tetapi dalam kehidupan, syarat-syarat tersebut tidak mungkin terpenuhi sehingga evolusi dapat terjadi.

Bila frekuensi gen yang satu dinyatakan dengan simbol p dan alelnya dengan simbol q, maka secara matematis hukum tersebut dapat ditulis sebagai berikut:

1.    Bila dalam suatu populasi masyarakat terdapat perasa kertas PTC 64% sedangkan bukan perasa PTC (tt) 36%,

a.    Berapa frekuensi gen perasa (T) dan gen bukan perasa (t) dalam populasi tersebut?

b.    Berapakah rasio genotifnya?

2.    Dalam masyarakat A yang berpenduduk 10.000 orang terdapat 4 orang albino. Berapa orang pembawa sifat albino pada masyarakat tersebut?

Frekuensi orang albino pada suatu daerah adalah 25 di antara 10.000 orang. Frekuensi genotip orang pembawa sifat albino yang heterozygot berjumlah ?

qq = √25/10.000 = √ 0.0025 = 0.05p + q = 10.05 + q = 1q = 0.95

Heterozygot, maka :2pq = 2 x 0.05 x 0.95 = 0.095Maka orang yang pembawa sifat albino

yang heterozygot berjumlah 0.095 x 10.000 = 950 orang

6% dari laki-laki di suatu daerah menderita penyakit buta warna merah hijau. Hitung:a. frekuensi dari perempuan didaerah itu yang diduga normalb. frekuensi dari permpuan yang buta warna

frekuensi gen buta warna c = q = 0.06* frekuensi gen normal

(C) = p = 1 – 0.06 = 0.94]frekuensi perempuan diduga normal

adalah (CC dan Cc) p2+ 2pq  = (0.94)2 + 2 (0.94) (0.06) =

0.9964.b. frekuensi perempuan diduga buta

warna (cc) q2 = (0.06)2 = 0.0036.

top related