hubungan komunikasi pemasaran dengan keputusan …
Post on 16-Oct-2021
2 Views
Preview:
TRANSCRIPT
109
HUBUNGAN KOMUNIKASI PEMASARAN DENGANKEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN KAMPUNG DAUN
CULTURE GALLERY & CAFÉ
Oleh :Tanti Winarti
tantiwinarti@gmail.comProgram Magister Manajemen
Universitas Katolik Parahyangan
ABSTRACTThis research aims to identify and analyze the relationship between marketingcommunications with consumers purchasing decisions Kampung Daun CultureGallery & Café. This research is a correlational research and using the surveymethod. This research was done using descriptive and quantitative analysis. Datawere collected through interviews with management Kampung Daun and thedistribution of questionnaires to respondents who are consumers Kampung Daun.Hypothesis testing is intended to determine the extent of the relationship ofindependent variables on the dependent variable. Marketing communications atKampung Daun rated quite well by the respondents. Based on the respondents,the purchase decision is made to meet their needs. The results showed that themarketing communications which consist of advertising, sales promotion, eventsand experiences, public relations and publicity, direct marketing and interactivemarketing word of mouth, and personal selling, has a significant relationship tothe consumer purchasing decisions Kampung Daun Culture Gallery & Café withFvalue= 20.082 and the coefficient (R2) = 0.604, partially events and experienceshas the most significant relationship to the buying decision with tvalue = 4,950.
Keywords: Marketing Communication, Purchase Decision
A. PENDAHULUANKota Bandung merupakan salah satu Kota yang memiliki beragam kuliner
khas, dan banyaknya jenis kuliner yang ditawarkan membuat Bandung dikenal
dengan wisata kulinernya. Hal tersebut membuat bisnis kuliner seperti hal nya
restoran maupun café berkembang pesat di Kota Bandung. Berdasarkan data BPS,
menunjukkan bahwa jumlah restoran yang ada di wilayah Jawa Barat hingga
tahun 2014 tercatat terdapat 1.189 restoran, dimana jumlah tersebut jauh lebih
besar jika dibandingkan dengan jumlah restoran di kota-kota besar lainnya di
seluruh Indonesia.
110
Gambar 1. Jumlah Restoran di Kota-kota BesarSumber data: Badan Pusat Statistik Republik Indonesia 2015
Banyaknya restoran yang tersebar luas di daerah Jawa Barat membuat setiap
restoran tidak hanya menawarkan berbagai macam jenis makanan dan minuman
yang bersaing dari segi kualitas rasa, mereka juga bersaing dalam menawarkan
produk yang unik. Ketatnya persaingan bisnis kuliner di kota Bandung
mendorong para pebisnis restoran untuk mencari strategi yang dapat memberikan
ciri khas kepada bisnisnya. Salah satu strategi yang dilakukan para pebisnis
kuliner di Bandung adalah dengan membangun restoran yang tidak hanya
menawarkan produk, tetapi mereka mencoba untuk menjual “tempat” atau
suasana (atmosphere) yang unik dan khas.
Suasana (atmosphere) merupakan salah satu faktor penting bagi seorang
konsumen dalam memilih restoran, suasana yang nyaman dapat menjadi bahan
pertimbangan tersendiri bagi konsumen sebelum memutuskan untuk melakukan
pembelian. Seiring dengan berkembangnya zaman dan perubahan gaya hidup,
selera konsumen pun terus berinovasi mengikuti apa yang diinginkan, dilihat dari
sudut pandang konsumen yang memandang sebuah restoran tidak hanya dari segi
kualitas rasa makanan dan minuman. Tetapi bagaimana mereka dapat menikmati
rasa dari makanan dan minuman tersebut pada tempat dan suasana yang nyaman.
Suasana (atmosphere) yang nyaman dapat memberikan suatu relaksasi tersendiri
bagi para konsumen yang datang, terutama bagi mereka yang beraktivitas padat.
Kampung Daun Culture Gallery & Cafe yang berlokasi di Jalan Terusan
Sersan Bajuri No. 88 adalah salah satu restoran yang menawarkan suasana
nyaman dan unik. Kampung Daun memberikan nuansa suasana tradisional
pedesaan khas sunda, dimana tempat makan berada pada saung-saung yang di
111
desain unik. Tidak hanya suasana pedesaan yang ditawarkan, suasana Kampung
Daun juga kental dengan unsur budaya lokal yang telah menjadi ciri khasnya.
Kampung Daun Culture Gallery & Cafe mempunyai beberapa pesaing terdekat
diantaranya Sapu Lidi, Dusun Bambu, Green Forest, D’Jadul Village, dan The
Peak. Dari banyaknya pesaing sekitar menjadi tantangan bagi Kampung Daun
untuk dapat lebih mengembangkan bisnisnya, dan salah satu strategi dalam
pengembangan bisnisnya adalah dengan melakukan komunikasi pemasaran untuk
dapat secara efektif menyampaikan kepada konsumen promosi serta event-event
apa saja yang ditawarkan Kampung Daun dalam menarik minat pembelian
konsumen. (Sumber: Muslahat Kepala Operasional/ Manager Kampung Daun, 22
Februari 2015).
Suasana yang nyaman dan unik dengan nuansa tradisional pedesaan yang
menjadi ciri khas Kampung Daun belum tentu dapat menarik minat pembelian
jika tidak dapat diinformasikan dengan baik kepada konsumen. Kurangnya
informasi yang diperoleh mengenai suatu produk akan berdampak kepada
keputusan pembelian konsumen. Dalam proses keputusan pembelian, konsumen
akan melalui tahap pencarian informasi untuk sebelum akhirnya memutuskan
untuk benar-benar membeli produk tersebut. Dimana ketika konsumen melalui
tahap pencarian informasi suatu produk, tetapi ketika itu juga informasi yang
diperoleh tidak sesuai dengan kebutuhannya maka keputusan pembelian akan
benar-benar tidak terealisasikan.
Komunikasi pemasaran menginformasikan sesuatu yang bernilai untuk ditukar
dengan sesuatu yang di inginkan. Itulah fungsi pemasaran dimana perusahaan
menginformasikan nilai dan manfaat produk untuk di tukar dengan keinginan dan
kebutuhan konsumen. Persepsi konsumen akan sebuah produk diperoleh dan
dibentuk dari komunikasi pemasaran. Dengan melakukan komunikasi pemasaran,
secara tidak langsung perusahaan berperan aktif untuk membantu konsumen
mengambil keputusan dalam melakukan pembelian suatu produk. Komunikasi
pemasaran yang telah dilakukan oleh Kampung Daun antara lain adalah
periklanan (seperti pemasangan billboard dan pembagian brosur), promosi
penjualan (seperti pemberian discount, voucher, dan souvenir), memberikan
112
sebuah peristiwa dan pengalaman yang menarik (seperti tema dekorasi dan
hiburan-hiburan yang menarik), hubungan masyarakat dan publisitas yaitu
bekerjasama dengan sanggar-sanggar kesenian sunda setempat, pemasaran
langsung & interaktif melalui situs Web, pemasaran dari mulut ke mulut, dan
penjualan secara personal oleh karyawan Kampung Daun kepada konsumen.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Bagaimana tanggapan konsumen mengenai komunikasi pemasaran Kampung
Daun Culture Gallery & Café?
2. Bagaimana keputusan pembelian konsumen di Kampung Daun Culture
Gallery & Café?
3. Bagaimana hubungan komunikasi pemasaran dengan keputusan pembelian
konsumen Kampung Daun Culture Gallery & Café?
4. Dari tujuh alat utama komunikasi pemasaran, manakah yang memiliki
hubungan paling kuat dengan keputusan pembelian konsumen Kampung Daun
Culture Gallery & Café?
C. KERANGKA PEMIKIRAN
Strategi pemasaran pada dasarnya adalah sebuah perencanaan yang
menyeluruh dan terpadu yang mana dapat memberikan panduan tentang kegiatan
yang akan dijalankan untuk dapat tercapainya tujuan pemasaran suatu perusahaan.
Untuk dapat mengembangkan strategi pemasaran yang efektif perusahaan harus
dapat mengetahui proses pencarian informasi yang dilakukan konsumen dalam
mendukung keputusan pembelian. Komunikasi pemasaran dalam hal ini dapat
menjadi stimulus bagi konsumen sebagai suatu informasi dalam melakukan
keputusan pembelian.
1. Komunikasi Pemasaran
Menurut Etta dan Sopiah dalam buku Perilaku Konsumen (2013: 225)
menjelaskan bahwa “komunikasi pemasaran adalah komunikasi yang
dilakukan antara produsen, perantara, pemasaran, dan konsumen yang
merupakan kegiatan untuk membantu konsumen mengambil keputusan di
113
bidang pemasaran serta mengarah ke pertukaran atau transaksi agar lebih
memuaskan dengan menyadarkan semua pihak untuk berfikir, berbuat, dan
bersikap lebih baik. Dan salah satu bentuk komunikasi adalah media
periklanan.”
Menurut Kotler dan Kevin Lane dalam buku Marketing Manajement
(2012: 498) bahwa “komunikasi pemasaran adalah sarana yang digunakan
oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan apa yang dijual oleh perusahaan
kepada masyarakat, mengingatkan konsumen atas produk yang perusahaan
jual, serta membujuk konsumen untuk melakukan pembelian.”
Hubungan antara pemasaran dengan komunikasi merupakan hubungan
yang erat. Komunikasi merupakan proses dimana pemikiran dan pemahaman
disampaikan antar individu, atau antara perusahaan dan individu. Komunikasi
dalam kegiatan pemasaran bersifat kompleks, tidak sesederhana seperti
berbincang-bincang dengan teman atau keluarga. Bentuk komunikasi yang
lebih rumit akan mendorong penyampaian pesan oleh komunikator pada
komunikan, melalui strategi komunikasi yang tepat dengan proses
perencanaan yang matang.
Penggabungan kajian pemasaran dan komunikasi akan menghasilkan
kajian baru yang disebut marketing communication (komunikasi pemasaran).
Marketing communications merupakan bentuk komunikasi yang bertujuan
untuk memperkuat strategi pemasaran, guna meraih segmen pasar yang lebih
luas. Langkah-langkah untuk dapat mendesain komunikasi pemasaran yang
efektif menurut Kotler (2006) adalah dengan (1) menentukan audiens sasaran,
(2) menentukan tujuan komunikasi, (3) menetukan strategi komunikasi, (4)
dan merancang pesan. Komunikasi pemasaran menjadi langkah awal dalam
usaha pemberian informasi yang efektif kepada konsumen. Hal ini penting
untuk dilakukan perusahaan mengingat komunikasi pemasaran adalah salah
satu aspek pendukung dalam upaya berfokus kepada pelanggan, untuk dapat
menciptakan nilai merek dalam peningkatan penjualan.
Menurut Kotler dan Keller komunikasi pemasaran terdiri dari 8 alat utama
(2012: 512-513) yaitu:
114
a. Periklanan: Menginformasikan produk secara nonpersonal, bagaimana ide
promosi barang atau jasa oleh sponsor yang teridentifikasi melalui media
cetak (koran dan majalah), media penyiaran (radio dan televise), media
jaringan (telepon, satelit, wireless), media elektronik (rekaman suara,
rekaman video, videodisk, CD-ROM, halaman web), dan display
(billboard dan poster).
b. Promosi Penjualan: berbagain insentif jangka pendek untuk mendorong
percobaan pembelian produk atau jasa termasuk promosi kepada
konsumen (seperti sampel produk, kupon, dan premi), promosi
perdagangan (seperti iklan), dan promosi melalui tenaga penjualan.
c. Peristiwa dan Pengalaman: Kegiatan dan program yang dirancang untuk
menciptakan interaksi harian atau khusus merek terkait dengan konsumen,
termasuk olahraga, seni, hiburan, dan acara lainnya yang tidak bersifat
formal yang disponsori oleh perusahaan.
d. Hubungan Masyarakat dan Publisitas: Berbagai program diarahkan secara
internal kepada karyawan perusahaan atau eksternal kepada konsumen,
perusahaan lain, pemerintah, dan media untuk mempromosikan atau
melindungi citra perusahaan atau produk yang dikomunikaikan secara
individual.
e. Pemasaran Langsung: Penggunaan surat, telepon, fax, e-mail, atau internet
untuk berkomunikasi secara langsung atau meminta respon atau dialog
kepada konsumen tertentu.
f. Pemasaran Interaktif: Aktivitas online dan program yang dirancang untuk
melibatkan konsumen secara langsung atau tidak langsung yang dapat
meningkatkan kesadaran, meningkatkan citra, sehingga dapat
meningkatkan penjualan produk dan jasa.
g. Pemasaran dari Mulut ke Mulut: Komunikasi dari satu individu kepada
individu lainnya secara lisan, tertulis, atau komunikasi melalui media
elektronik yang berhubungan dengan manfaat atau pengalaman membeli
atau menggunakan produk atau jasa.
115
h. Penjualan personal: bertatap muka dengan satu atau lebih calon pembeli
dengan tujuan untuk mengkomunikasikan produk, menjawab pertanyaa,
dan interaktif penawaran produk kepada konsumen.
Berikut adalah tujuan komunikasi pemasaran menurut Kotler & Keller (2012:
499).
To Inform: Menciptakan kesadaran merek dan pengetahuan tentang produk
atau fitur baru produk yang ada.
To Persuade: Bertujuan menciptakan kesukaan, preferensi, keyakinan, dan
pembelian produk atau jasa. Komunikasi pemasaran dengan cara
persuasive biasanya menggunakan promosi secara komparatif dimana
dilakukan perbandingan eksplisit tentang atribut dua merek atau lebih.
To Remind: Bertujuan menstimulasikan pembelian secara berulang suatu
produk atau jasa. Dimana stimulasi yang diberikan adalah dengan cara
meyakinkan konsumen bahwa mereka melakukan pilihan produk yang
tepat.
2. Keputusan Pembelian
Menurut Kotler (2012: 188) “keputusan pembelian adalah keputusan
meneruskan atau tidak meneruskan pembelian.” Suatu proses keputusan
membeli bukan sekadar mengetahui berbagai faktor yang akan mempengaruhi
pembeli, tetapi berdasarkan peranan dalam pembelian dan keputusan untuk
membeli. Terdapat lima peran yang terjadi dalam keputusan pembelian, yaitu:
Pemrakarsa (Initiator): Seseorang yang pertama kali menyarankan untuk
membeli suatu produk atau jasa tertentu.
Pemberi pengaruh (Influencer): Seseorang yang mempunyai pandangan
atau nasehat untuk memberi nilai dalam pengambilan keputusan
pembelianakhir.
Pengambil keputusan (Decider): Seseorang yang sangat menentukan
sebagian atau keseluruhan keputusan pembelian, apakah membeli, apa
yang dibeli, kapan hendak membeli, bagaimana cara membeli, dan
dimana akan membeli.
116
Pembeli (Buyer): Seseorang yang melakukan pembelian nyata, yaitu
konsumen yang benar-benar memutuskan untuk melakukan pembelian.
Pemakai (User): Seseorang yang mengkonsumsi atau menggunakan
produk atau jasa.
Terdapat enam tahap tinjuan keputusan pembelian dilakukan oleh konsumen
menurut Kotler & Keller (2012: 193), yaitu:
a. Pilihan Produk
Konsumen mengambil keputusan untuk membeli sebuah produk dan
menggunakan atau mengkonsumsi produk tersebut. Dalam hal ini
perusahaan harus memperhatikan konsumen yang mempunyai peluang
untuk dapat membeli produk perusahaan.
b. Pilihan Merek
Konsumen harus mengambil keputusan mengenai merek mana yang
akan dibeli. Setiap merek mempunyai perbedaan tersendiri, yang masing-
masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dalam hal ini perusahaan
harus mengetahui bagaimana presepsi dan pemikiran konsumen dalam
memilih sebuah merek.
c. Pilihan Disribusi
Konsumen harus mengambil keputusan tentang penyalur mana yang
akan dikunjungi. Setiap konsumen berbeda-beda dalam hal menentukan
penyalur biasanya dikarenakan faktor lokasi yang dekat, harga yang
murah, persediaan barang yang lengkap, kenyamanan belanja, keluasan
tempat dan sebagainya.
d. Jumlah Pembelian
Konsumen dapat mengambil keputusan seberapa banyak produk yang
akan dibelinya. Dalam hal ini perusahaan harus mempersiapkan
banyaknya produk sesuai dengan kebutuhan konsumen.
e. Waktu Pembelian
Keputusan konsumen dalam waktu pembelian bisa berbeda-beda,
misalnya: ada yang membeli setiap hari, seminggu sekali, dua minggu
sekali, bahkan satu bulan sekali tergantung kebutuhannya.
117
f. Metode Pembayaran
Proses pembayaran yang dilakukan konsumen juga dapat berbeda-beda,
sebagian konsumen melakukan transaksi pembelian secara kas, dan
sebagian lainnya melakukan transaksi pembelian secara kredit.
Dalam tahapannya, tinjauan keputusan pembelian konsumen
membentuk evaluasi suatu produk, yang akan mempengaruhi keputusan
pembelian. Evaluasi tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pribadi
tetapi dipengaruhi juga oleh faktor sosial. Bagaimana lingkungan sekitar
seperti teman, keluarga, dan kelompok-kelompok sosial tertentu dapat secara
aktif mempengaruhi pembelian konsumen
Gambar 2. Model Penelitian
D. METODE
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei, yaitu metode dengan
menggunakan populasi dan sampel tertentu dan didukung dengan penyebaran
kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Terdapat dua model penelitian yaitu
komunikasi pemasaran yang merupakan variabel X dan keputusan pembelian
Peristiwa & Pengalaman
Promosi Penjualan
Periklanan
Pemasaran LangsungInteraktif
Hubungan MasyarakatPublisitas
Pemasaran dari Mulut ke Mulut
Penjualan Personal
KeputusanPembelian
118
yang merupakan variabel Y. Penelitian ini dilakukan di Kampung Daun Culture
Gallery & Café, dengan konsumen Kampung Daun sebagai responden.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen
Kampung Daun Culture Gallery & Café, dan dengan menggunakan teknik
pengambilan sampel Purposive Sampling. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik field research(riset lapangan), yaitu
dengan melakukan penelitian langsung kepada subjek yang diteliti,
untukmemperoleh data primer sebagai bahan yang akan dianalisis, serta data
sekunder sebagai datapendukung seperti:
a. Wawancara: Dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada perusahaan
yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti. Wawancara sendiri
digunakan sebagai teknik pengumpulan data, apabila peneliti ingin melakukan
studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang ingin diteliti. Dalam
hal ini peneliti melakukan wawancara pihak-pihak interen Kampung Daun
dimulai dari bagian pemasaran, dan manajer perusahaan. Wawamcara itu
sendiri dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai kegiatan
operasional perusahaan, informasi terkait komunikasi pemasaran yang ingin
diteliti.
b. Kuesioner: Merupakan teknik pengumpulan data dimana penelitimembuat
serangkaian pernyataanyang telah diformulasikan terlebih dahulu sebagai
pendukung analisis permasalahan yang sedang diteliti. Pernyataan yang dibuat
mengacu kepada komunikasi pemasaran dan keputusan pembelian konsumen.
Komunikasi pemasaran mengacu kepada tujuh alat utama yaitu periklanan,
promosi penjualan, peristiwa dan pengalaman, hubungan masyarakat dan
publisitas, pemasaran langsung dan interaktif, pemasaran dari mulut ke mulut,
dan penjualan personal. Sedangkan keputusan pembelian konsumen terdiri
daripilihan produk, pilihan merek, jumlah pembelian, waktu pembelian, dan
metode pembayaran.
Setiap butir pernyataan kuesioner terlebih dahulu harus melalui uji validitas
dan reliabilitas, setelah dirasa valid dan reliable maka kuesioner dapat dibagikan
kepada seluruh populasi. Kuesioner yang dianggap sah adalah kuesioner yang
119
diisi dengan sadar oleh responden dengan jelas (tidak ada jawaban yang lebih dari
satu) dan lengkap (semua pernyataan dijawab).
Teknik analisis data yang digunakan adalah kuantitatif, yaitu menentukan
besarnya hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dari
semua sampel penelitian untuk pengujian hipotesis. Metode ini digunakan dengan
tujuan untuk mengetahui hubungan langsung dan tidak langsung antara variabel
independen (X) yaitu komunikasi pemasaran, dengan variabel dependen (Y) yaitu
keputusan pembelian. Melalui analisis korelasi, uji koefisiendeterminasi (R2), uji
signifikansi simultan (F) dan uji signifikansi parsial (t) dengan tingkat signifikasi
5%.
Analisis korelasi dilakukan untuk membuktikan hipotesis hubungan variable
independen dengan variable dependen. Seberapa besar hubungan variabel
independen secara signifikan, yaitu komunikasi pemasaran dengan variable
dependen yaitu keputusan pembelian.
Uji koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk menghitung besarnya peranan
atau hubungan variable independen yang merupakan komunikasi pemasaran
terhadap variable dependen yang merupakan keputusan pembelian
Uji signifikansi simultan (F) dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel
independen yang merupakan komunikasi pemasaran secara simultan terhadap
variabel dependen yang merupakan keputusan pembelian.
Uji signifikansi parsial (t) dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel
independen yang merupakan komunikasi pemasaran secara parsial terhadap
variabel dependen yang merupakan keputusan pembelian.
E. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil pengumpulan data kuisioner, diperoleh rekapitulasi tanggapan
responden mengenai komunikasi pemasaran di Kampung Daun Culture Gallery &
Cafe. Hasil rekapitulasi tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1. Rekapitulasi Tanggapan Konsumen Mengenai Komunikasi Pemasaran diKampung Daun Culture Gallery & Café
120
No Sub Variabel KomunikasiPemasaran
ItemPernyataan
TotalSkor
SkorRata-rata
1 Periklanan (X1.1) 5 2011 4,02
2 Promosi Penjualan (X1.2) 3 1198 3,99
3 Peristiwa dan Pengalaman (X1.3) 5 2198 4,39
4 Hubungan Masyarakat & Publisitas(X1.4)
2 881 4,40
5 Pemasaran Langsung & Interaktif(X1.5)
3 1149 3,83
6 Pemasaran dari Mulut ke Mulut(X1.6)
3 1180 3,93
7 Penjualan Personal (X1.7) 5 1945 3,89
Total 26 10562 4,06
Sumber: Pengolahan Data
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa sub variabel komunikasi
pemasaran yang memperoleh skor paling besar yaitu sub variabel hubungan
masyarakat dan publisitas dengan skor rata-rata sebesar 4,40. Hal ini menandakan
bahwa hubungan masyarakat dan publisitas merupakan sub variabel yang sangat
penting untuk mempromosikan atau melindungi citra perusahaan atau produk
yang dikomunikasikan secara individual.
Untuk dapat mengukur komunikasi pemasaran dan keputusan pembelian
konsumen Kampung Daun, peneliti menggunakan tabel distribusi frekuensi yang
di dalamnya terdapat skor aktual dan nilai rata-rata. Nilai rata-rata dari setiap
kuesioner mengenai komunikasi pemasaran dan keputusan pembelian dapat dicari
dengan menggunakan rumus: (Supranto, 2000: 64)
Dimana:
C = Perkiraan Besarnya
K = Kategori
121
Xn = Nilai Observasi Terbesar yaitu 5
X1 = Nilai Observasi Terkecil yaitu 1
Maka: perkiraan besarnya panjang interval nilai rata-rata adalah
Bahwa dari hasi perhitungan nilai rata-rata tersebut dapat diperoleh besarnya
kategori (panjang interval) yaitu 0,8 untuk setiap kategori. Dimulai dari skor
terendah yaitu 1 + 0,8 = 1,8 dan seterusnya ditambahkan dengan 0,8 sebagai
penentu besarnya panjang interval, pengkategorian dapat dilihat sebagai berikut:
1 – 1,8 Kategori Sangat Tidak Baik
1,8 – 2,6 Kategori Tidak Baik
2,6 – 3,4 Kategori Cukup Baik
3,4 – 4,2 Kategori Baik
4,2 – 5 Kategori Sangat Baik
Dari hasil nilai rata-rata keseluruhan jawaban responden variabel komunikasi
pemasaran, diperoleh nilai rata-rata sebesar 4,06. Jika digambarkan, maka tampak
sebagai berikut:
Berdasarkan gambar di atas, dapat disimpulkan bahwa tanggapan responden
Kampung Daun Culture Gallery & Café terhadap variabel komunikasi pemasaran
termasuk dalam kategori baik, yaitu berada pada interval (3,40-4,20).
Dari hasil pengumpulan data kuisioner, diperoleh rekapitulasi tanggapan
responden mengenai keputusan pembelian di Kampung Daun Culture Gallery &
Cafe. Hasil rekapitulasi tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2. Rekapitulasi Tanggapan Konsumen Mengenai keputusan pembeliandi Kampung Daun Culture Gallery & Café
1 1,80 2,60 3,40 4,20 5
Skor Minimum Skor Maksimum
SangatTidak Baik
TidakBaik
CukupBaik Baik
SangatBaik
4,06
Gambar 3. Nilai Rata-rata Variabel Komunikasi Pemasaran
122
No Sub Variabel Keputusanpembelian
ItemPernyataan
TotalSkor
SkorRata-rata
1 Pilihan Produk 2 862 4,31
2 PIlihan Merek 3 1350 4,50
3 Jumlah Pembelian 6 2393 3,99
4 Waktu Pembelian 3 1194 3,98
5 Metode Pembayaran 2 750 3,75
Total 16 6549 4,09
Sumber: Data Pengolahan SPSS
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa sub variabel keputusanpembelian yang memperoleh skor paling besar yaitu sub variabel pilihan merekdengan skor rata-rata sebesar 4,50. Dalam hal ini Kampung Daun suksesmenerapkan brand positioning kepada konsumen, bahwa Kampung Daunmerupakan restoran dengan ciri khasnya yaitu restoran dengan keindahan alamserta suasana nyaman dengan konsep budaya tradisional.
Dari hasil nilai rata-rata keseluruhan jawaban responden variabelkeputusan pembelian, diperoleh nilai rata-rata sebesar 4,09. Jika digambarkan,maka tampak sebagai berikut:
Berdasarkan gambar di atas, dapat disimpulkan bahwa tanggapan responden
Kampung Daun Culture Gallery & Café terhadap variabel keputusan pembelian
termasuk dalam kategori baik, yaitu berada pada interval (3,40-4,20).
Sedangkan dari pengolahan data statistik yang menggunakan metode analisis
kuantitatif melalui software SPSS diperoleh hasil sebagai berikut:
4,201 1,80 2,60 3,40 5
Skor Minimum Skor Maksimum
SangatTidak Baik
TidakBaik
CukupBaik Baik
SangatBaik
4,09
Gambar 4. Nilai Rata-rata Variabel Keputusan Pembelian
123
Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana tingkat keeratan
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, digunakan
kriteria keeratan korelasi sebagai berikut:
Tabel 3. Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Korelasi Tingkat Hubungan0,00-0,199 Sangat Rendah0,20-0,399 Rendah0,40-0,599 Sedang0,60-0,799 Kuat0,80-1,000 Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono, (2013: 250)
Berikut adalah tabel hasil perhitungan korelasi antara variabel independendengan variabel dependen:
Tabel 4. Analisis Korelasi
Sumber: Data Pengolahan SPSS
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa nilai koefisein korelasi yang diperoleh
antara dimensi periklanan (X1.1), promosi penjualan (X1.2),peristiwa dan
pengalaman (X1.3), hubungan masyarakat dan publisitas (X1.4), pemasaran
langsung dan interaktif (X1.5),pemasaran dari mulut ke mulut (X1.6), dan
penjualan personal (X1.7) dengan keputusan pembelian (Y) adalah sebesar
0,777. Nilai korelasi bertanda positif yang menunjukkan bahwa hubungan
yang terjadi antara variabel independen dengan variabel dependen adalah
searah. Berdasarkan kriteria interpretasi koefisien korelasi, nilai korelasi
sebesar 0,777 termasuk dalam kategori hubungan yang kuat, berada pada
interval 0,60-0,799.
Pada tabel koefisien determinasi menunjukan nilai koefisien dari variabel
komunikasi pemasaran atau R-square sebesar 0,604. Nilai tersebut
124
menunjukkan bahwaperiklanan, promosi penjualan, peristiwa dan
pengalaman, hubungan masyarakat dan publisitas, pemasaran langsung dan
interaktif, pemasaran dari mulut ke mulut, dan penjualan personal memberikan
kontribusi secara simultan atau memiliki hubungan dengan variablekeputusan
pembelian sebesar 60,4%. Sedangkan sisanya sebesar 39,6%merupakan
hubungan dari variabel lain yang tidak diteliti. Berikut adalah tabel koefisien
determinasi.
Tabel 5. Koefisien Determinasi
Sumber: Data Pengolahan SPSS
Berikut adalah tabel koefisien determinasi parsial yang menunjukkanhubungan parsial dari setiap dimensi variabel independen:
Tabel 6. Koefisien Determinasi Parsial
Sumber: Data Pengolahan SPSS
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa hubunganpaling kuat
terhadap keputusan pembelian berasal dari dimensi peristiwa dan pengalaman
(X1.3) dengan kontribusi hubungan sebesar 32,2%. Sedangkan dimensi
hubungan masyarakat dan publisitas (X1.4) memberikan kontribusi hubungan
yang paling kecil yaitu sebesar 0,8%
125
Dari tabel uji simultan (F) menunjukan bahwa komunikasi pemasaran yang
terdiri dari periklanan, promosi penjualan, peristiwa dan pengalaman,
hubungan masyarakat dan publisitas, pemasaran langsung dan interaktif,
pemasaran dari mulut ke mulut, dan penjualan personal secara simultan
memiliki hubungan signifikan dengan keputusan pembelian. Dengan nilai F-
hitung sebesar 20,082 pada tingkat kepercayaan 95%. Nilai tersebut dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 7. Pengujian Koefisien Regresi Secara Simultan
Sumber: Data Pengolahan SPSS
Dari tabel uji parsial (t) menunjukan bahwa variabel peristiwa dan
pengalaman(X1.3) merupakan variabel komunikasi pemasaran yang memiliki
hubungan paling signifikan terhadap keputusan pembelian, dengan nilai t-
hitung sebesar 4,950. Sedangkan variabel hubungan masyarakat dan
publisitas(X1.4) merupakan variabel komunikasi pemasaran yang paling tidak
memiliki hubungan yang signifikan terhadap keputusan pembelian dengan
nilai t-hitung < t-tabel yakni sebesar 0,244 dengan nilai t-tabel sebesar 1,986
pada tingkat kepercayaan 95%. Dari hasil pengujian tersebut terdapat
hubungan positif namun tidak memiliki hubungan yang signifikan antara
hubungan masyarakat dan publisitas dengan keputusan pembelian konsumen
Kampung Daun Culture Gallery & Cafe. Hal ini dikarenakan promosi melalui
kegiatan sosial ataupun citra perusahaan bukan faktor utama dalam
mendukung keputusan pembelian konsumen. Nilai dari hasil uji parsial
tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
126
Tabel 8. Pengujian Koefisien Regresi Secara Parsial
Sumber: Data Pengolahan SPSS
F. KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil analisis penelitian hubungan komunikasi pemasaran
dengan keputusan pembelian konsumen Kampung Daun Culture Gallery & Café
melalui penyebaran kuesioner, peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil kuesioner penelitian yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa tanggapan konsumen mengenai komunikasi pemasaran
Kampung Daun Culture Gallery & Café adalah baik, hal tersebut didukung
dengan nilai rata-rata keseluruhan jawaban responden mengenai variabel
komunikasi pemasaran Kampung Daun adalah sebesar 4,06 yang termasuk
kedalam kategori baik. Dalam hal ini, komunikasi pemasaran Kampung Daun
dapat dikatakan baik karena Kampung Daun melakukan ke tujuh alat
komunikasi pemasaran dalam mendukung proses bisnisnya dengan upaya
meningkatkan penjualan. Dari 7 dimensi alat komunikasi pemasaran yang
dijadikan tolok ukur penyebaran kuesioner di Kampung Daun Culture Gallery
& Café, 2 dimensi diantaranya menyatakan bahwa komunikasi pemasaran di
Kampung Daun sangat baik. 2 dimensi tersebut adalah konsumen merasa
bahwa dimensi hubungan masyarakat & publisitas, dan peristiwa &
pengalaman sangat baik dilakukan oleh Kampung Daun. Sedangkan 5 dimensi
lainnya menyatakan bahwa komunikasi pemasaran yang dilakukan Kampung
Daun adalah baik, diantaranya adalah dimensi periklanan, dimensi pemasaran
127
dari mulut ke mulut, dimensi pemasaran langsung dan interaktif, dimensi
promosi penjualan, dan dimensi penjualan personal.
2. Berdasarkan hasil kuesioner penelitian yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa keputusan pembelian konsumen di Kampung Daun
Culture Gallery & Café adalah baik. Hal tersebut didukung dengan nilai rata-
rata keseluruhan jawaban responden mengenai variabel keputusan pembelian
di Kampung Daun adalah sebesar 4,09 yang termasuk dalam kategori baik.
Dari 5 dimensi yang dijadikan tolok ukur penyebaran kuesioner keputusan
pembelian konsumen Kampung Daun Culture Gallery & Café, dimensi
pilihan merek merupakan dimensi keputusan pembelian konsumen Kampung
Daun dengan nilai rata-rata terbesar. Dalam hal ini Kampung Daun merupakan
restoran yang banyak diminati pengunjung karena ciri khasnya dalam
menyuguhkan keindahan alam serta suasana nyaman dengan konsuep budaya
tradisional.
3. Komunikasi pemasaran dengan keputusan pembelian konsumen Kampung
Daun memiliki hubungan yang positif (searah), dimana nilai koefisien korelasi
antara komunikasi pemasaran dengan keputusan pembelian adalah sebesar
0,777 termasuk dalam kategori hubungan yang kuat berada pada interval 0.60
- 0,799 yang berarti semakin baik komunikasi pemasaran, maka keputusan
pembelian akan meningkat. Komunikasi pemasaran juga memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen Kampung
Daun Culture Gallery & Cafe dengan nilai kontribusi yang diberikan sebesar
60,4%. Dimana komunikasi pemasaran menjadi sebuah langkah awal dalam
usaha untuk memberikan informasi secara efektif kepada konsumen. Hal ini
penting untuk dilakukan sebuah perusahaan mengingat komunikasi pemasaran
adalah salah satu aspek pendukung dalam upaya membantu konsumen dalam
melakukan keputusan pembelian.
4. Peristiwa dan pengalaman adalah alat komunikasi pemasaran yang memiliki
hubungan paling kuat terhadap keputusan pembelian konsumen Kampung
Daun Culture Gallery & Cafe di antara alat komunikasi pemasaran lainnya
dengan kontribusi yang diberikan sebesar 32,2%. Hal tersebut sesuai dengan
128
ciri khas Kampung Daun sendiri yaitu restoran yang tidak hanya menawarkan
produk makanan dan minuman, tetapi juga menawarkan peristiwa menarik
dari hiburan-hiburan yang diselenggarakan serta pengalaman menarik dari
konsep budaya tradisional dengan tema-tema dekorasi yang berbeda-beda.
Selanjutnya pemasaran dari mulut ke mulut dan periklanan yang memiliki
kontribusi hubungan sebesar 10% dan 7,4%. Sedangkan hubungan masyarakat
& publisitas, pemasaran langsung & interaktif, promosi penjualan, dan
penjualan personal memiliki kontribusi hubungan yang sangat kecil yaitu
kurang dari 5%.
G. SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang telah didapat oleh penulis mengenai
komunikasi pemasaran dan keputusan pembelian konsumen Kampung Daun
Culture Gallery & Cafe, terdapat beberapa saran yang ingin diberikan penulis
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan komunikasi pemasaran dalam dimensi hubungan masyarakat
dan publisitas yang sebaiknya harus semakin diapresiasi. Dimana kegiatan
hiburan-hiburan yang bertemakan kesenian daerah sebaiknya tidak hanya
diselenggarakan pada hari-hari libur atau weekend. Sebaiknya Kampung Daun
dapat senantiasa lebih ikut berpartisipasi dalam menyediakan wadah bagi
seniman-seniman lokal untuk dapat memberikan performance terbaik mereka
dengan kesempatan tampil pada penyelenggaraan hiburan Kampung Daun
dengan lebih leluasa tanpa adanya batasan hari pelaksanaan kegiatan hiburan.
Hal tersebut dapat memberikan kontribusi yang baik bagi waktu pembelian di
Kampung Daun yang tidak hanya ramai dikunjungi konsumen pada hari-hari
libur atau weekend.
2. Meningkatkan komunikasi pemasaran dalam dimensi pemasaran langsung dan
pemasaran interaktif. Dimana sebaiknya Kampung Daun dapat lebih
mengembangkan dan memperbaharui website nya. Kampung Daun dapat
mengembangkan website nya dengan menyediakan media chatting yang dapat
membantu konsumen menyalurkan aspirasi-aspirasi mereka dengan langsung
mendapatkan tanggapan dari pihak Kampung Daun itu sendiri. Hal tersebut
129
dapat berperan penting bagi Kampung Daun untuk dapat melihat sejauh mana
kepuasan konsumen, dan apa sajakah yang membuat ketidakpuasan konsumen
sehingga dapat menjadi bahan evaluasi bagi Kampung Daun. Tampilan
website juga sebaiknya di perbaharui secara berkala untuk dapat menjaga agar
website Kampung Daun dapat selalu menarik.
3. Meningkatkan komunikasi pemasaran dalam dimensi promosi penjualan,
dimana sebaiknya Kampung Daun memberikan voucher dan gift dalam
perayaan ulang tahun Kampung Daun kepada semua konsumen. Hanya saja
diberikan sedikit perbedaan, jika voucher dan gift yang tadinya hanya
diberikan kepada konsumen yang berulang tahun sama dengan Kampung
Daun. Maka bagi konsumen yang tidak berulang tahun sama dengan
Kampung Daun masih bisa mendapatkan voucher dan gift, tetapi mungkin
setelah melakukan pembelian hingga jumlah tertentu yang disesuaikan.
4. Meningkatkan komunikasi pemasaran dalam dimensi penjualan personal,
dimana sebaiknya Kampung Daun dapat lebih melatih dan mengembangkan
kinerja karyawannya dalam melakukan penawaran produk secara personal
langsung kepada konsumen. Seperti langsung melakukan penawaran produk
ketika konsumen mulai membaca menu restoran. Karena pemberian informasi
langsung dari pihak internal Kampung Daun seperti karyawan, dapat
mempengaruhi konsumen melakukan keputusan pembelian pada produk-
produk tertentu yang ditawarkan.
5. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti menganggap
bahwa setiap pernyataan dari operasional variabel keputusan pembelian masih
belum sesuai dengan tujuan penelitian. Dimana setiap pernyataan dimensi
keputusan pembelian tidak sepenuhnya dapat menunjukan maksud bahwa
keputusan pembelian yang dilakukan konsumen dipengaruhi oleh komunikasi
pemasaran Kampung Daun. Maka sebagai saran bagi peneliti selanjutnya
untuk dapat lebih menekankan setiap pernyataan dimensi keputusan
pembelian yang dilakukan berdasarkan pengaruh dari setiap dimensi
komunikasi pemasaran.
130
DAFTAR PUSTAKA
Agus Hermawan. 2012. Komunikasi Pemasaran. Erlangga. Jakarta
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. 2015. Potensi Desa/Kelurahan MenurutKeberadaan Sarana Perdagangan dan Akomodasi tahun 2014 Available at(http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1768) Diakses Tanggal 23April 2015 Pukul 15:55 WIB.
Engel, James et al. 2006. Consumer Behavior. Permissions Department, ThomsonBusiness and Economics. Mason.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS.Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang.
Kasmadi, dan Nia, Siti Nurjanah. 2013. Panduan Modern Penelitian Kuantitatif.Alfabeta. Bandung. 203
Kotler, Phillip dan Keller, Kevin Lane. 2012. Marketing Management. 14thEdition. Pearson Education, Inc. New Jersey. .
Kotler, Philip. 2006. According to Kotler. PT Bhuana Ilmu Populer. Jakarta
Lamb, Hair, dan McDaniel. 2012. Essentials of Marketing. 7th Edition. South-Western Cengage Learning. USA. .
Megha Gupta, Aquiashala Brantley, dan Dr. Vanessa P. Jackson. 2010. ProductInvolvement as a Predictor of Generation Y Consumer Decision MakingStyles. University of Kentucky (Journal The Business Review, CambridgeVol. 14 Num. 2.
Sangadji, Etta Mamang dan Sopiah. 2013. Perilaku Konsumen. Andi. Yogyakarta.
Sarwono, Jonathan. 2012. Metode Riset Skripsi. Pendekatan KuantitatifMenggunakan Prosedur SPSS. Jakarta: PT. Elex Media Koputindo
Schiffman, L. G., & Kanuk, L. L. 2007. Consumer Behavior. Pearson Education,Inc. New Jersey. 204
Sekaran, Uma. 2013. Research Method For Business Metodologi Penelitian.Salemba Empat, buku 1-2. Edisi ke - 4. Jakarta.
Silalahi, Ulber. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Refika Aditama. Bandung.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta: Bandung.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta.Bandung.
top related