contoh lap pkn
Post on 28-Jan-2023
6 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seperti yang tercantum dalam GBHN 1998 bahwa tujuan
pendidikan kejuruan menengah adalah untuk menciptakan
manusia yang mampu berperan aktif sebagai tenaga
terampil tingkat menengah yang layak bekerja dalam
berbagai sector pembangunan.
Dalam konteks pembangunan secara menyeluruh, pendidikan
menduduki posisi sentral dan paling menentukan
keberhasilan pembangunan. Suka bekerja keras dan
memiliki sikap mandiri untuk melanjutkan kejenjang
pendidikan selanjutnya dan di harapkan mampu manusia-
manusia pembangunan yang mampu membangun dirinya dan
bersama-sama bertanggung jawab terhadap pembangunan
bangsa dan Negara.
Keberhasilan-keberhasilan yang telah di capai pada
pelita V bukan berarti masalah pembangunan menjadi
kecil, bahkan akan lebih kompleks pada pelita yang akan
datang. Untuk itu kaitanya dalam sekolah yang merupakan
salah satu wadah pendidikan lebih di tuntut untuk
mempercepat adanya tenaga-tenaga pembangunan yang cakap
dan terampil untuk mempercepat dan memecahkan masalah-
masalah yang timbul dalam pembangunan. Pelita yang
merupakan tahap akhir dalam pembangunan jangka panjang.
Dalam sebuah kutipan GBHN yang berbunyi :
“………..di samping itu perlu dikembangkan kerjasama
antara dunia pendidikan dengan dunia usaha dalam rangka
memenuhi kebutuhan tenaga-tenaga kerja yang cakap dan
terampil dalam pembangunan…………”
Yang merupakan kebijakan pemerintah yang di dalamnya
terkandung makna yang cukup mantap kaitanya antara
dunia pendidikan dengan dunia usaha.
Seiring dengan laju pembangunan nasional, maka
tenaga kerja memilih kecakapan dan keterampilan yang
sesuai dengan keperluan pembangunan. Mutlak diperlukan
dan dipersiapkan. Untuk itulah sangat diperlukan system
pendidikan yang mengacu kearah keperluan pembangunan.
Dari sinilah letak peranan dan tanggung jawab
pendidikan kejuruan lainya, yang formal maupun non
formal seperti adanya SMK dan sekolah kejuruan lainya
dalam menjalankan fungsi dan tugasnya untuk memenuhi
tenaga kerja yang cakap dan terampil di berbagai
bidang, karenanya pula pembangunan serta pembenahan
sekolah kejuaruan sellalu di tangkatkan baik perananya
maupun mutau kelulusanya. Oleh karena itu sesuai dengan
program pemerintah yang antara lain peningkatan bidang
indistri, maka jelaslah kebutuhan tenaga terampil
lulusan dari sekolah kejuruan sangat mutlak diperlukan
dalam berbagai program tersebut.
1.2 Tujuan Pembuatan Laporan
1.2.1. Tujuan Pembuatan Laporan
a. Untuk dapat mengaplikasikan dan mengetahui bidang
keilmuwan yang didapat di bangku praktik kedalam dunia
kerja Industri.
b. Untuk memenuhi mata praktik wajib di jurusan Teknik
Instalasi Listrik di SMK NEGERI 2 GARUT
c. Sebagai sarana penghubung kerjasama antar lembaga
sekolah dengan perusahaan dalam hal ketenagakerjaan dan
sebaliknya.
d. Sebagai salah satu bentuk latihan, dalam menghadapi
Uji Kompetensi pada akhir Proses Pembelajaran .
e. Sebagai salah satu tugas yang di syaratkan untuk
menempuh UAS/UN.
1.2. 2. Tujuan Pelaksanaan Prakerin
Melalui pendekatan pembelajaran ini peserta
diharapkan :
a. Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dunia
kerja yang sesungguhnya
b. Memiliki tingkat kompetensi standar sesuai yang
dipersyaratkan oleh dunia kerja
c. Menjadi tenaga kerja yang berwawasan mutu, ekonomi,
bisnis kewirausahaan dan produktif
d. Dapat menyerap perkembangan teknologi dan budaya
kerja untuk kepentingan pengembangan dirimya.
1.3 Pembatasan Ruang Lingkup
1.3.1 Batasan Masalah Laporan
Berdasarkan masalah diatas, maka penyusun perlu
membatasi ruang
lingkup permasalahan yang ada pada KP. SUKAWENNING
RAYON CIBATU untuk memudahkannya penyusun melakukan
identifikasi terutama dalam hal
membatasi permasalahan-permasalahn yang ada agar tidak
terlalu meluas
dikarenakan adanya keterbatasan baik secara internal
maupun eksternal.
Adapun batasan masalah yang perlu diambil adalah
sebagai berikut :
1. Penyusun hanya menganalisis Sistem distribusi Tenaga
Listrik
2. Membahas lebih detail mengenai Gardu Distribusi
3. Membahas tentang pemeliharaan Gardu dan Jaringan
4. Membahas Gangguan pada SUTM
5. Pemasangan instalasi penerangan
1.3.2 Rumusan Masalah
Adapun kerja praktek yang di lakukan selama ini
terdapat beberapa masalah seperti
Bagaimana sistem distribusi apabila terjadi gangguan
Bagaimana pengaruh gangguan sistem tenaga listrik pada
jaringan 20 Kv KP. SUKAWENING
Bagaimana Cara mengatasi kerugian akibat terjadinya
gangguan pada Jaringan Distribusi
Bagaimana Gardu Distribusi bisa menyuplai tegangan
sampai ke konsumen
Bagaimana pemeliharaan Gardu supaya tidak terjadi
kecelakaan terhadap pelaksana pada waktu pemeliharaan
Bagaimana Pemeliharaan jaringan yang harus di lakukan
supaya jaringan Distribusi terbebas dari gangguan
1.3.3 Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat
diguakan untuk mengumpulkan data. “cara” menunjuk pada
sesuatu yang abstrak yang tidak dapat ditunjukkan
secara kasat mata tetapi hanya dapat diperlihatkan
pengunaannya.
Beberapa metode yang kami lakukan dalam mengumpulkan
data yang kami perlukan, diantaranya :
1. Interview
Metode ini dilakukan dengan bertanya langsung kepada
karyawan/karyawati utamanya kepada pembimbing kami di
kantor/yang ada di perusahaan tersebut.
2. Praktek
Dengan praktek, penulis dapat secara langsung melihat
kenyaataan yang terjadi pada perusahaan sehingga dapat
menarik suatu kesimpulan yang dibuat dalam bentuk
laporan kegiatan.
3. Dokumentasi
Data dapat diperoleh dengan cara melihat langsung
bukti-bukti atau dokumen-dokumen yang telah ada dan
terjadi di perusahaan tersebut.
4. Observasi
Salah satu teknik mengumpulkan data adalah observasi
yaitu melalui pengamatan atau penelitian terhadap
situasi dan kondisi perusahaan.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Instalasi Penerangan
Listrik merupakan energi yang bersih, mudah
dibangkitkan, disalurkan, dikendalikan dan diubah dalam
berbagai bentuk energi lain seperti cahaya, gerak,
panas dan sebagainya. Oleh karena itu listrik banyak
dimanfaatkan untuk menunjang kehidupan, baik dalam
rumah tangga, industri, komersial maupun pelayanan
umum. Menurut peraturan menteri pertambangan dan energi
nomor : 03 P/40/ M.PE/1990, instalasi ketenagalistrikan
adalah bangun-bangunan sipil dan elektromekanik, mesin-
mesin, peralatan, saluran-saluran dan perlengkapannya,
yang digunakan untuk pembangkitan, konversi,
transformasi, penyaluran, distribusi dan pemanfaatan
tenaga listrik.
Dalam suatu sistem tenaga listrik, beroperasinya
suatu bagian mempengaruhi bagian sistem mempengaruhi
bagian sistem yang lain. Jika pengaruh itu melebihi
batas tertentu, misalnya menimbulkan goncangan
tegangan, goncangan frekwensi atau harmonisa yang
berlebihan, maka ada bagian sistem yang akan terganggu
operasinya. Oleh karena itu, instalasi yang tersambung
pada suatu sistem harus pula tidak menganggu operasi
bagian sistem yang lain. Hal ini diatur dalam keputusan
direksi PT. PLN (persero) No : 109 K/039/DIR/1997
tentang ketentuan jual beli tenaga listrik dan
penggunaan piranti tenaga listrik, yang disahkan oleh
Direktur Jendral Listrik dan pengembangan Energi dengan
surat NO:6795/04/600.3/97.
KOMPONEN DAN PERALATAN INSTALASI LISTRIK
Pengenalan komponen instalasi listrik
sangat diperlukan untuk mengetahui fungsi masing-masing
komponen tersebut dengan benar. Di toko perlengkapan
listrik banyak sekali merek komponen instalasi yang
beredar. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan
standar aman bagi komponen instalasi yang akan
digunakan. Disarankan untuk memilih komponen untuk
perlengkapan instalasi listrik yang mencantumkan hal-
hal sebagai berikut.
1. Nama pembuat atau merek dagang.
2. Keterangan tentang daya, tegangan atau arus
pengenal.
3. Tanda pengenal standar yang digunakan, seperti
Standar Nasional
Indonesia (SNI) atau Standar Perusahaan Listrik Negara
(SPLN).
Berikut ini adalah komponen-komponen instalasi listrik
pada bangunan rumah.
1. APP dari PLN (kWH Meter)
APP (Alat Pengukur dan Pembatas) biasa disebut juga
dengan meteran PLN (kWH meter). Alat ini berfungsi
sebagai tempat penyambungan kabel dari tiang listrik ke
instalasi dalam rumah. Selain itu, APP berfungsi
sebagai pengukur daya listrik (kWH meter) yang
digunakan disebuah rumah, dan sebagai pembatas/pemutus
arus saat arus listrik di rumah tersebut berlebihan.
Pemutus arus ini berupa MCB (Mini Circuit Breaker) atau
sekring. APP manyalurkan listrik menuju ke PHB
(Perlengkapan Hubung Bagi) atau disebut box MCB.
2. PHB (Box MCB)
PHB berfungsi untuk menerima energi listrik dari APP,
mendistribusikan dan mengontrol penyalurannya melalui
sirkuit cabang ke PHB cabang (misalnya pada rumah
bertingkat) atau dari PHB langsung melalui sirkuit
akhir ke beban, seperti stop kontak, lampu dan
peralatan listrik lainnya.
Di dalam PHB terdapat alat pengaman berupa MCB atau
pengaman lebur (sekring) dengan ukuran tertentu.Selain
itu, di dalam PHB juga terdapat perlengkapan lainnya
seperti kabel pembumian dan terminal kabel.
Alat pengaman berfungsi untuk memutus arus saat terjadi
beban listrik berlebih dan terjadi hubung pendek
(korsleting).Alat pengaman merupakan bagian dari PHB
(box MCB).
4. Elektrode Pembumian (Arde)
Pembumian adalah penyaluran hubungan ke bumi jika
terdapat kebocoran instalasi atau arus listrik, karena
bumi merupakan penetral arus listrik yang
besar. Menurut PUIL 2000, elektrode pembumian
adalah bagian konduktif atau kelompok bagian konduktif
yang membuat kontak langsung dan memberikan hubungan
listrik dengan bumi. Elektrode pembumian dibuat dari
bahan tembaga atau baja yang digalvanisasi (dilapisi
tembaga). Alat ini digunakan untuk melindungi
keselamatan pemilik instalasi dan
peralatan/perlengkapan listrik agar terhindar dari
kerusakan.
Prinsip instalasi elektrode pembumian sama dengan
instalasi penangkal petir, terutama pada bagian
penyalur sampai ke elektrode tanah. Resistasi elektrode
harus dapat diukur.Alat yang digunakan untuk mengukur
resistansi elektrode pembumian adalah Earth Tester.
5. Penghantar Pentanahan
Penghantar pentanahan adalah penghantar pengaman yang
digunakan pada sistem pentanahan, yaitu untuk
menghubungkan sistem pentanahan dari elektrode
pentanahan ke terminal utama pentanahan dan dari
terminal utama pentanahan sampai ke peralatan listrik
yang ditanahkan.Penghantar tanah harus dibuat dari
bahan tembaga, aluminium, baja atau perpaduan dari
bahan tersebut. Berdasarkan kekuatan mekanisnya, luas
penampang minimum penghantar bumi yaitu:
a. Untuk penghantar yang terlindung kokoh secara
mekanis 1.5 mm2 tembaga atau 2.5 mm2 aluminium.
b. Untuk penghantar yang tidak terlindungi kokoh secara
mekanis 4 mm2 tembaga atau pita baja yang tebalnya 2.5
mm2 dan luas penampangnya 50 mm2.
6. Penghantar Instalasi
Penghantar terdiri dari dua jenis yaitu kabel dan
kawat.Kabel adalah penghantar yang dilapisi dengan
bahan isolasi (penghantar berisolasi).Sebuah kabel
listrik terdiri dari isolator dan konduktor.Isolator
adalah bahan pembungkus kabel yang biasanya terbuat
dari karet atau plastik, sedangkan konduktor terbuat
dari serabut tembaga atau tembaga pejal.Kawat adalah
penghantar tanpa dilapisi bahan isolasi (penghantar
telanjang).
Kemampuan hantar sebuah kabel listrik ditentukan oleh
KHA yang dimilikinya dalam satuan Ampere.Kemampuan
hantar arus ditentukan oleh luas penampang konduktor
yang berada dalam kabel listrik. Sedangkan tegangan
listrik dinyatakan dalam Volt, besar daya yang diterima
dinyatakan dalam satuan Watt, yang merupakan perkalian
dari :
I(ampere) x V(volt) =
P(watt)
Mengenai penghantar yang akan digunakan dalam instalasi
penerangan rumah tinggal diantaranya kabel NYA dan
kabel NYM.
a. Kabel NYA
Biasanya digunakan untuk instalasi rumah dan sistem
tenaga. Dalam instalasi rumah digunakan ukuran 1.5
mm2 dan 2.5 mm2, berinti tunggal, berlapis bahan
isolasi PVC (polyvinyl chloride) dan seringnya untuk
instalasi kabel udara. Kode warna isolasi ada warna
merah, kuning, biru dan hitam.Lapisan isolasinya hanya
satu lapis sehingga mudah cacat, tidak tahan air dan
mudah digigit tikus.
Agar aman memakai kabel tipe ini, kabel harus dipasang
dalam pipa/conduit jenis PVC atau saluran
tertutup.Sehingga tidak mudah menjadi sasaran gigitan
tikus, dan apabila ada isolasi yang terkelupas tidak
tersentuh langsung oleh orang.
Kode Pengenal Jenis Kabel:
N: Kabel standar penghantar tembaga
Y: Isolasi dari PVC
A: Penghantar berisolasi PVC (berinti satu
penghantar)
b. Kabel NYM
Digunakan untuk kabel instalasi listrik rumah atau
gedung dan sistem tenaga.Kabel NYM berinti lebih dari
satu ada yang berinti dua, tiga, atau empat dan
memiliki lapisan isolasi PVC.Kabel NYM memiliki lapisan
isolasi dua lapis, sehingga tingkat keamanannya lebih
baik dari kabel NYA tetapi harganya lebih mahal dari
NYA.Kabel ini dapat dipergunakan dilingkungan yang
kering dan basah, namun tidak boleh ditanam.
Kabel NYM dapat digunakan di atas dan di luar plesteran
pada ruang kering dan lambab, serta di udara
terbuka.Penghantarnya terdiri dari penghantar padat
bulat atau dipilin bulat berkawat banyak dari tembaga
polos yang dipijarkan.Isolasi inti NYM harus diberi
warna hijau-kuning, biru muda, merah, hitam atau
kuning.Khusus warna hijau-kuning tersebut pada seluruh
panjang inti dan dimaksudkan untuk penghantar
tanah.Sedangkan warna selubung luar kabel harus
berwarna putih atau putih keabu-abuan.
Kode Pengenal Jenis Kabel:
N: Kabel standar penghantar tembaga
Y: Isolasi dari PVC
M: Kabel berselubung PVC (biasanya berinti dua, tiga,
atau empat dengan isolasi PVC dua lapis)
7. Stop Kontak
Stop kontak merupakan komponen instalasi listrik yang
berfungsi untuk mendistribuskan energi listrik dari
instalasi rumah ke beban (telivisi, radio, rice cooker,
mesin cuci dan alat elektronik lainnya). Stop kontak
biasa disebut juga dengan kotak kontak. Pasangan stop
kontak adalah tusuk kontak yang biasa disebut juga
dengan steker (colokan).
8. Pipa Instalasi (Pipa Kabel)
Pipa instalasi berfungsi sebagai isolator pada kabel
instalasi listrik. Oleh karena itu, pipa instalasi
harus terbuat dari bahan yang tahan terhadap tekanan
mekanis, panas, serta tidak menjalarkan nyala api dan
kelembapan. Bahan tersebut misalnya PVC atau
baja.Permukaan bagian dalam dan luar pipa harus rata
dan tidak kasar.
Selain berfungsi sebagai isolator pada kabel instalasi
listrik, pipa instalasi juga berfungsi untuk memudahkan
penggantian kabel-kabel tanpa harus membongkar
dinding.Artinya, kabel tinggal dikeluarkan dan
dimasukan kembali melalui pipa tersebut.Pipa kabel bisa
ditanam di dalam dinding ataupun dipasang di permukaan
dinding.
9. Saklar dan Fitting Lampu
Saklar dan fitting lampu merupakan sirkit penerangan
pada instalasi listrik rumah.Saklar berfungsi untuk
menyalakan dan mematikan lampu.Fitting adalah rumah
atau tempat untuk memasang lampu, saklar dan fitting
lampu dapat ditanam di dalam dinding atau dipasang di
luar dinding.
B. KWH Meter
keuntungan LPB dibanding Analog
- Pemakaian listrik lebih terkendali
- Tanpa ada sanksi pemutusan
- Tanpa dikenakan denda keterlambatan
- Tanpa Uang Jaminan Pelanggan
- Tanpa ada pencatatan meter
- Privasi tidak terganggu
- Tidak dikenakan biaya beban bulanan
- Kemudahan pembelian Token / STROOM
- Pembelian disesuaikan kemampuan.
- Tidak ada batas masa aktif (aktif selama kWH
masih tersisa).
Bagaimana Proses Pasang Baru Stroom Steer LPB ?
- Calon pelanggan melakukan pendaftaran
- Petugas PLN melakukan survey
- Penerbitan surat persetujuan
- Calon pelanggan menyampaikan Sertifikasi Laik
Operasi (SLO).
- Calon pelanggan membayar biaya penyambungan
dan Stroom perdana
- Calon pelanggan menandatangani surat
perjanjian jual beli tenaga listrik (SPJBTL)
- Petugas PLN melaksanakan penyambungan
proses Migrasi dari Pasca Bayar Analog ke Stroom Steer
LPB
- Pelanggan melakukan pendaftaran dilengkapi KTP
dan denah lokasi
- Penerbitan surat persetujuan
- Membayar biaya Stroom perdana
- Menandatangani surat perjanjian jual beli
tenaga listrik (SPJBTL)
- Petugas PLN melaksanakan penggantian kWH meter
Pengawatan Meter Prabayar dan Munculnya Tulisan
“PERIKSA”
KWH tipe digital yang dipasang di instalasi listrik
rumah
Karakteristik Meter Prabayar
Disini kita tidak membicarakan secara detail mengenai
kelebihan dan kekurangan LPB dibanding dengan Listrik
PascaBayar secara umum.
MPB mempunyai karakteristik yang sangat berbeda dengan
kWh-meter model lama. Selain menggunakan teknologi
digital (yang model lama berteknologi analog dan
piringan berputar), dengan aplikasi mikroprosessor, MPB
ini juga dilengkapi Contact Relay di dalam meter yang
berfungsi memutuskan arus listrik.Jadi bisa saja
listrik di rumah padam karena sesuatu masalah, tetapi
MCB tidak trip.
Selain itu, MPB juga melakukan pengukuran pemakaian
daya listrik dengan sensor arus listrik pada sisi
kabel phasedan netral-nya. Arus phase yang masuk ke
instalasi rumah harus sama dengan arus netral yang
keluar. Jika terjadi perbedaan atau jika hanya salah
satu penghantar saja (netral atau phase) yang mengalirkan
arus listrik, maka MPB akan memunculkan alarm.
Seringkali munculnya alarm ini adalah karena cara
pengawatan atau penyambungan kabel netral dan grounding
pada MPB dan MCB Box yang tidak sesuai. Penyambungannya
harus pada titik yang benar. Jika tidak, sangat besar
kemungkinan terjadi aliran arus pada kabel netral yang
melewati MPB bahkan disaat pelanggan tidak menggunakan
energi listrik sama sekali di rumahnya. Akibatnya
sensor arus netral akan mendeteksi seolah-olah ada
pemakaian dan tentunya bisa merugikan konsumen.
Bila kasus ini terjadi, MPB akan memunculkan tulisan
“PERIKSA” dan gambar “TANGAN”. Artinya ada masalah
dengan grounding dan netral-nya pada sistem instalasi
listrik di rumah tersebut.
Pengawatan Meter Prabayar.
Pengawatan MPB yang benar harus seperti gambar dibawah
ini.Warna hitam adalah penghantar phase, warna biru
adalah penghantar netral dan warna hijau adalah
penghantar grounding.
Pengawatan MPB dengan Titik Ground pada MCB Box
Kabel Netral dan kabel grounding harus disambung di
titik sebelum MPB dan harus terpisah total setelah
MPB.Sedangkan posisi grounding rod-nya sendiri (yang
tertanam di tanah) bisa berada lebih dekat ke MPB atau
MCB Box.
Sisi sebelah kiri (P-N, dengan N ditanahkan) adalah
bagian dari Trafo Distribusi PLN yang netral-nya
ditanahkan. Sedangkan yang paling kanan adalah stop
kontak.
Pengawatan MPB dengan Titik Ground di kWh-Meter
Seperti penjelasan sebelumnya, saat terjadi
ketidakseimbangan beban pada trafo distribusi, akan ada
arus netralyang mengalir kearah MPB. Walaupun saat itu
tidak ada pemakaian energi listrik di rumah (MCB
“OFF”). Dengan pengawatan yang seperti ini, maka
arus netral penyelinap tadi bisa dialirkan
ke grounding tanpa melewati MPB (lihat gambar dibawah
ini) :
Arus Netral ke kWh-Meter Saat Terjadi Beban 3 Phase
Tidak Seimbang
Arus Netral ke kWh-Meter Saat Terjadi Beban 3 Phase
Tidak Seimbang
Munculnya Tanda “PERIKSA”
Bila ada sambungan antara kabel grounding dan netral
pada titik setelah MPB, seperti pada pengawatan seperti
di bawah ini, maka arus netral penyelinap tadi bisa
mengalir melewati MPB. Walaupun konsumen sama sekali
tidak menggunakan energi listrik dan juga posisi MCB
“OFF”. Arus netral penyelinap seperti ini akan
mengakibatkan sensor arus netral MPB mengukur seolah-
olah ada pemakaian dan bisa merugikan konsumen. Karena
itu di MPB akan muncul tulisan “PERIKSA” dan gambar
“TANGAN”.
Kabel netral dan ground disambung kembali pada MCB Box,
akibatnya ada sebagian arus netral yang mengalir
melewati MPB.
Mengatasi Tanda “PERIKSA”
Bila tulisan “PERIKSA” tadi masih berkedip-kedip, maka
masih ada ground yang terhubung ke netral (masih belum
murni terpisah). Bisa diperiksa pada MPB atau MCB Box.
Jika pengawatan MPB sudah sesuai dengan petunjuk pada
gambar diatas, tetapi masih muncul tulisan “PERIKSA”,
maka kemungkinan
ada terjadi hubungan ground dan netral pada alat listrik
atau beban listrik, misal : komputer, AC atau TV. Salah
satu caranya : coba lakukan pemutusan satu persatu alat
listrik atau beban listrik tadi, apakah tulisan
“PERIKSA” tadi tidak berkedip-kedip atau hilang
(sudah clear). Jika ada ditemukan hal seperti itu,
kemungkinan alat listrik tadi mengalami masalah dan
harus diperiksa.
Jika tidak ada peralatan listrik yang bermasalah,
kemungkinan berikutnya adalah pada sistem instalasi
listriknya. Hal yang paling mudah dilakukan adalah
memeriksa sambungan pada stop kontak. Bila merasa
kesulitan atau khawatir kesetrum, lebih baik memanggil
instalatir listrik yang kompeten.
Jika tulisan “PERIKSA” tadi sudah tidak berkedip lagi,
artinya ground dan netral sudah “bersih”. Kita bisa
menghubungi PLN untuk meminta clear tamper token agar bisa
mereset tulisan tadi.
C. D istribusi Tenaga Listrik
Pengertian Distribusi Tenaga Listrik
Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga
listrik.Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan
tenaga listrik dari sumber daya listrik besar sampai ke
konsumen. Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah;
1) pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa
tempat (pelanggan),
2) merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung
berhubungan dengan pelanggan, karena catu daya pada
pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung melalui
jaringan distribusi.
Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit tenaga
listrik besar dengan tegangan dari 11 kV sampai 24 kV
dinaikkan tegangannya oleh gardu induk dengan
transformator penaik tegangan menjadi 70 kV ,150kV,
atau 500kV kemudian disalurkan melalui saluran
transmisi. Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan
lagi menjadi 20 kV dengan transformator penurun
tegangan pada gardu induk distribusi, kemudian dengan
sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik
dilakukan oleh saluran distribusi primer. Dari saluran
distribusi primer inilah gardu-gardu distribusi
mengambil tegangan untuk diturunkan tegangannya dengan
trafo distribusi menjadi sistem tegangan rendah, yaitu
220/380Volt.Selanjutnya disalurkan oleh saluran
distribusi sekunder ke konsumen-konsumen.Dengan ini
jelas bahwa sistem distribusi merupakan bagian yang
penting dalam system tenaga listrik secara keseluruhan.
3.2 Pengelompokan Jaringan Distribusi Tenaga Listrik
Untuk kemudahan dan penyederhanaan, lalu diadakan
pembagian serta pembatasan-pembatasan sebagai berikut:
Daerah I : Bagian pembangkitan (Generation)
Daerah II : Bagian penyaluran (Transmission)
Daerah III : Bagian Distribusi (Distribution)
Daerah IV : (Di dalam bangunan pada beban/konsumen),
Instalasi, bertegangan rendah
Berdasarkan pembatasan-pembatasan tersebut, maka
diketahui bahwa porsi materi Sistem Distribusi adalah
Daerah III dan IV, Dengan demikian ruang lingkup
Jaringan Distribusi adalah:
SUTM (Saluran Udara Tegangan Menengah), terdiri dari :
Tiang dan peralatan kelengkapannya, konduktor dan
peralatan per-lengkapannya, serta peralatan pengaman
dan pemutus.
SKTM (Saluran Kabel Tegangan Menengah),, terdiri dari :
Kabel tanah, indoor dan outdoor termination, batu bata,
pasir dan lain-lain.
SUTR (Saluran Udara Tegangan Rendah) dan SKTR (Saluran
Kabel Tegangan Rendah), terdiri dari: sama dengan
perlengkapan/ material pada SUTM dan SKTM yang
membedakan hanya dimensinya.
Gambar 3.1 Pembagian/Pengelompokan Tegangan Sistem
Tenaga Listrik
3.3 Klasifikasi Saluran Distribusi Tenaga Listrik
Secara umum, saluran tenaga Listrik atau saluran
distribusi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
3.3.1 Menurut Nilai Tegangannya:
Klasifikasi saluran distribusi tenaga listrik menurut
nilai tegangannya dibedakan menjadi dua yaitu saluran
distribusi primer dan saluran distribusi sekunder
Saluran Distribusi Primer.
Terletak pada sisi primer trafo distribusi, yaitu
antara titik Sekunder trafo substation (G.I.) dengan
titik primer trafo distribusi.Saluran ini bertegangan
menengah 20kV. Jaringan listrik 70 kV atau 150 kV, jika
langsung melayani pelanggan bisa disebut jaringan
distribusi.
Saluran Distribusi Sekunder.
Terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu
antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban
atau konsumen .
Menurut Jenis/Tipe Konduktornya:
Berikut ini adalah beberapa jenis/tipe konduktor
saluran distribusi tenaga listrik:
Saluran udara, dipasang pada udara terbuka dengan
bantuan support (tiang) dan perlengkapannya, dibedakan
atas:
Saluran kawat udara, bila konduktornya telanjang, tanpa
isolasi pembungkus.
Saluran kabel udara, bila konduktornya terbungkus
isolasi.
Saluran Bawah Tanah, dipasang di dalam tanah, dengan
menggunakan kabel tanah (ground cable).Saluran Bawah
Laut, dipasang di dasar laut dengan menggunakan kabel
laut (submarine cable)
Jaringan Sistem Distribusi Primer.
Sistem distribusi primer digunakan untuk menyalurkan
tenaga listrik dari gardu induk distribusi ke pusat-
pusat beban. Sistem ini dapat menggunakan saluran
udara, kabel udara, maupun kabel tanah sesuai dengan
tingkat keandalan yang diinginkan dan kondisi serta
situasi lingkungan. Saluran distribusi ini direntangkan
sepanjang daerah yang akan di suplai tenaga listrik
sampai ke pusat beban.
Tegangan Sistem Distribusi Sekunder
Ada bermacam-macam sistem tegangan distribusi sekunder
menurut standar; (1) EEI : Edison Electric Institut,
(2) NEMA (National Electrical Manufactures
Association). Pada dasarnya tidak berbeda dengan system
distribusi DC, factor utama yang perlu diperhatikan
adalah besar tegangan yang diterima pada titik beban
mendekati nilai nominal, sehingga peralatan/beban dapat
dioperasikan secara optimal.
D. Gardu Distribusi
Jenis Gardu Yang Digunakan Untuk Tegangan Menegah
Ø Gardu Hubung (GH)
Gardu hubung ini berfungsi sebagai penyalur daya dari
gardu induk ke gardu distribusi tanpa penurunan
tegangan.Untuk membagi feeder menjadi beberapa jurusan
dan bisa juga untuk pertemuan beberapa feeder dimana
dapat digunakan manuver jaringan apabila diperlukan.
Ø Gardu Distribusi (GD)
Gardu distribusi merupakan salah satu komponen dari
suatu system distribusi yang berfungsi untuk
menghubungkan jaringan ke konsumen atau untuk
membagikan / mendistribusikan tenaga listrik pada
beban/konsumen baik konsumen tegangan menengah maupun
konsumen tegangan rendah.
Transformator distribusi digunakan untuk menurunkan
tegangan listrik dari jaringan distribusi tegangan
tinggi menjadi tegangan terpakai pada jaringan
distribusi tegangan rendah (step down transformator);
misalkan tegangan 20 KV menjadi tegangan 380 volt atau
220 volt. Sedang transformator yang digunakan untuk
menaikan tegangan listrik (step up transformator),
Jenis transformator yang digunakan adalah transformator
satu phasa dan transformator tiga phase. Adakalanya
untuk melayani beban tiga phase dipakai tiga buah
transformator satu phase dengan hubungan bintang (star
conection) Ү atau hubungan delta (delta conection) Δ.
Fungsi Gardu Distribusi Adalah Sebagai Berikut :
1. Menyalurkan/ meneruskan tenaga listrik tegangan
menengah ke konsumen tegangan rendah.
2. Menurunkan tegangan menengah menjadi tegangan rendah
selanjutnya disalurkan kekonsumen tegangan rendah.
3. Menyalurkan/ meneruskan tenaga listrik tegangan
menengah ke gardu distribusi lainnya dan ke gardu
hubung.
B. Macam-Macam Gardu Distribusi
Gardu distribusi dapat dibedakan dari beberapa hal
yang diantaranya :
A.GARDU TIANG
Secara umum komponen utama GTT adalah sebagai berikut
Transformator : berfungsi sebagai trafo daya merubah
tegangan menengah (20 kV) menjadi tegangan rendah
(380/200) Volt.
Fuse Cut Out (CO) : sebagai pengaman penyulang, bila
terjadi gangguan di gardu (trafo) dan melokalisir
gangguan di trafo agar peralatan tersebut tidak rusak.
CO di pasang pada sisi tegangan menengah (20 kV).
Arrester : sebagai pengaman trafo terhadap tegangan
lebih yang disebabkan oleh samabaran petir dan
switching (SPLN se.002/PST/73).
NH Fuse : sebagai pengaman trafo terhadap arus lebih
yang terpasang di sisi tegangan rendah (220 Volt),
untuk melindungi trafo terhadap gangguan arus lebih
yang disebabkan karena hubung singkat dijaringan
tegangan rendah maupun karena beban lebih.
Grounding Arrester : untuk menyelurkan arus ketanah
yang disebabkan oleh tegangan lebih karena sambaran
petir dan switching.
Graunding Trafo : untuk menghindari terjadi tegangan
lebih pada phasa yang sehat bila terjadi gangguan satu
fasa ketanah mauoun yang disebutkan oleh beban tidak
seimbang.
Gardu Beton
Yaitu gardu distribusi yang bangunan pelindungnya
terbuat dari beton (campuran pasir, batu dan
semen).Gardu beton termasuk gardu jenis pasangan dalam,
karena pada umumnya semua peralatan penghubung/
pemutus, pemisah dan trafo distribusi terletak di dalam
bangunan beton.Dalam pembangunannya semua peralatan
tersebut di disain dan diinstalasi di lokasi sesuai
dengan ukuran bangunan gardu.Gambar 3.19 memperlihatkan
sebuah gardu distribusi konstruksi beton.
Keterangan :
1. Kabel masuk-pemisah atau sakelar beban (load break)
2. Kabel keluar-sakelar beban (load break)
3. Pengaman transformator-sakelar beban+pengaman lebur.
4. Sakelar beban sisi TR.
5. Rak TR dengan 4 sirkit bekan.
6. Pengaman lebur TM (HRC-Fuse)
7. Pengaman lebur TR (NH - Fuse)
8. Transformator
Ketentuan teknis komponen gardu beton, komponen
tegangan menengah (contoh rujukan PHB tegangan
menengah), yaitu; a) Tegangan perencanaan 25 kV; b)
Power frekuensi withstand voltage 50 kV untuk 1 menit;
c) Impulse withstand voltage 125 kV; d) Arus nominal
400A; e) Arus nominal transformator 50A; f) Arus hubung
singkat dalam 1 detik 12,5 kA; g) Short circuit making
current 31,5 kA.
Komponen tegangan rendah (contoh rujukan PHB tegangan
rendah), yaitu;
a) Tegangan perencanaan 414 Volt(fasa-fasa);
b) Power frekuensi withstand 3 kV untuk 1 menit test
fasa-fasa;
c) Impulse withstand voltage 20 kV;
d) Arus perencanaan rel/busbar 800 A, 1.200 A, 1.800 A;
e) Arus perencanaan sirkit keluar 400A;
f) Test ketahanan tegangan rendah.
Gardu Metal Clad (Gardu Besi)
Yaitu gardu distribusi yang bangunan pelindungnya
terbuat dari besi.Gardu besi termasuk gardu jenis
pasangan dalam, karena pada umumnya semua peralatan
penghubung/pemutus, pemisah dan trafo distribusi
terletak di dalam bangunan besi.Semua peralatan
tersebut sudah di instalasi di dalam bangunan besi,
sehingga dalam pembangunan nya pelaksana pekerjaan
tinggal menyiapkan pondasinya saja.Gambar 3-21
memperlihatkan sebuah gardu distribusi berupa gardu
besi berbentuk kios.
Gardu Tiang Tipe Portal.
Gardu Tiang, yaitu gardu distribusi yang bangunan
pelindungnya/ penyangganya terbuat dari tiang.Dalam hal
ini trafo distribusi terletak di bagian atas
tiang.Karena trafo distribusi terletak pada bagian atas
tiang, maka gardu tiang hanya dapat melayani daya
listrik terbatas, mengingat berat trafo yang relatif
tinggi, sehingga tidak mungkin menempatkan trafo
berkapasitas besar di bagian atas tiang (± 5 meter di
atas tanah).Untuk gardu tiang dengan trafo satu fasa
kapasitas yang ada maksimum 50 KVA, sedang gardu tiang
dengan trafo tiga fasa kapasitas maksimum 160 KVA (200
kVA).Trafo tiga fasa untuk gradu tiang ada dua macam,
yaitu trafo 1x3 fasa dan trafo 3x1fasa.Gambar 3-22
memperlihatkan sebuah gardu distribusi tiang tipe
portal lengkap dengan perlengkapan proteksinya dan
panel distribusi tegangan rendah yang terletak di
bagian bawah tiang (tengah).
Gardu portal adalah gardu listrik tipe terbuka
(outdoor) yang memakai konstruksi tiang/menara
kedudukan transformator minimal 3 meter diatas
platform.Umumnya memakai tiang beton ukuran 2x500 daN.
Perlengkapan peralatan terdiri atas :
Fuse cut out
Arrester lighting
Transformer type 250, 315, 400 WA
Satu lemari PHB tegangan rendah maksimal 4 jurusan
Isolator tumpu atau gantung
Sistem Pentanahan
1. Arrester.
2. Proteksi cut out fused
3. Trafo Distribusi
4. Sakelar beban tegangan rendah
5. PHB tegangan rendah
6. Sirkit keluar dilengkapi pengaman lebur (NH. Fuse)
Lemari PHB TR dipasang minimal 1,2 meter diatas
permukaan tanah atau 1,5 meter pada daerah yang sering
terkena banjir. Pada beberapa tempat gardu portal juga
dipasang trafo arus untuk pengukuran alat ukur
pelanggan-pelanggan tegangan rendah.
3.4.4 Gardu Tiang Tipe Cantol.
Gardu Cantol adalah type.gardu listrik dengan
transformator yang dicantolkan pada tiang listrik
besamya kekuatan tiang minimal 500 daN.
- Instalasi gardu dapat berupa :
• 1 Cut out fused
• 1 lighting arrester.
• 1 panel PHB tegangan rendah dengan 2 jurusan atau
transformator completely self protected (CSP -
Transformator)
A. Sambungan Gardu Tiang Tipe Cantol
Gardu cantol 1 fasa dengan transformator CSP
(completely self protected) untuk pelayanan satu fasa.
Untuk pelayanan sistem 3 fasa memakai 3 buah trafo 1
fasa dengan titik netral digabungkan dari tiap-tiap
transformator menjadi satu.
Instalasi dalam PHB terbagi atas 6 bagian utama.
Instalasi switch gear tegangan menengah
Instalasi switch gear tegangan rendah
Instalasi transformator
Instalasi kabel tenaga dan kabel kontrol
Instalasi pembumian
Bangunan fisik gardu.
Gardu Trafo Tiang (GTT) adalah merupakan salah satu
komponen instalasi tenaga listrik yang terpasang di
jaringan distribusi.Berfungsi sebagai trafo daya
penurun tegangan dari tegangan menengah ke tegangan
rendah, dan selanjutnya tegangan tersebut disalurkan ke
konsumen.
E. Komponen Gardu distribusi
Fungsi masing-masing komponen :
Trafo Distribusi berfungsi untuk menurunkan tegangan 20
KV menjadi tegangan rendah yaitu 380/220 Volt sesuai
tegangan JTR.
Fuse Cut Out berfungsi sebagai pengaman utama trafo dan
merupakan pengaman cadangan bila terjadi beban
berlebihan atau gangguan hubung singkat pada LV dan
JTR.
NH Fuse berfungsi sebagai pengaman utama bila terjadi
beban lebih atau terjadi hubung singkat antar fasa atau
fasa kebumi pada JTR.
Arrester berfungsi sebagai pengaman tegangan
Surya/petir atau tegangan Swithing.
Pembumian Arrester berfungsi untuk menyalurkan arus ke
bumi akibat tegangan surya atau swithing.
Pembumian titik netral trafo berfungsi membatasi
kenaikan tegangan fasa yang tidak terganggu saat
terjadi gangguan satu fasa ke bumi akibat beban tidak
seimbang.
Pembumian badan trafo dan LV Panel berfungsi :
Untuk membatasi tegangan antara bagian peralatan yang
dialiri arus dengan peralatan ke bumi pada suatu harga
yang aman (tidak membahayakan) pada kondisi operasi
normal dan gangguan.
Untuk memperoleh impedansi yang kecil dari jalan balik
arus hubung singkat ke bumi sehingga bila terjadi satu
fasa ke badan peralatan, arus yang terjadi mengikuti
sifat pada pembumian netral.
Penghantar
Penghantar JTM
1. AAC (All-Alumunium Conductor), yaitu kawat
penghantar yang seluruhnya
terbuat dari alumunium.
2. AAAC (All-Alumunium-Alloy Conductor), yaitu kawat
penghantar yang
seluruhnya terbuat dari campuran alumunium.
3. ACSR (Alumunium Conductor, Steel-Reinforced), yaitu
kawat penghantar
alumunium berinti kawat baja.
4. AAACS (All Alumunium Alloy Conductor Solasi ) yaitu
kawat penghantar alumunium yang berisolasi
Penghantar JTR
Kabel utama, terdiri atas tiga kabel fasa dan satu
kabel netral
Dua kabel lainnya untuk hantaran lampu penerangan jalan
Kabel twisted
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang ukuran kabel
twisted dapat dilihat
pada pada tabel berikut ini.
Penghantar jaringan sekunder menggunakan kabel twisted,
dimana kabel ini mempunyai keuntungan antara lain :
Tidak memerlukan banyak peralatan
Penghantar tidak terpisah – pisah sehingga menjadi satu
bagian
Keamanan lebih terjamin sehingga sulit untuk disadap
Pelaksanaan pemasangan lebih sederhana dan relatif
mudah
Aman terhadap cuaca
Aman terhadap gangguan ranting – ranting pohon
Sedangkan untuk kawat penghantar untuk SR (Saluran
Rumah ) menggunakan kabel TIC =Twisted Isolated Cable
Proteksi dan indikasi gangguan Distribusi Tenaga
Listrik pada JTM 20 KV
Indikasi Gangguan pada sistem distribusi JTM 20 KV
terdiri dari :
1. Relay arus lebih (Over Current Relay/OCR)
Relay arus lebih adalah relay yang bekerja terhadap
arus lebih, ia akan bekerja bila arus yang mengalir
melebihi nilai settingnya ( I set ).
Prinsip kerja OCR pada dasarnya adalah
suatu alat yang mendeteksi besaran arus yang
melalui suatu jaringan dengan bantuan trafo arus.Harga
atau besaran yang boleh melewatinya disebut dengan
setting.
2. Relay gangguan ke tanah (Ground Fault Relay/GFR)
Relay gangguan ke tanah (Ground Fault Relay/GFR)
adalah alat yang berfungsi untuk mengamankan
sistem dari arus lebih yang diakibatkan adanya
gangguan satu fasa ketanah.
3. Kawat penghantar putus ( Broken Conductor /BC)
Broken conductor adalah suatu keadaan gangguan dimana
gangguan sistem distribusi yang di sebabkan oleh
putusnya kawat penghantar .
Proteksi Pada distribusi JTM 20KV adalah:
Sistem pengamanan pada jaringan SUTM ini perlu
dikoordinasikan dengan baik, agar keamanan jaringan
dapat terpelihara dengan baik sehingga jika terjadi
gangguan dapat dilakukan perbaikan dengan cepat.Adapun
tujuan dari system pengamanan ini ialah terpeliharanya
distribusi pasokan tenaga listrik kepada pelanggan.
Sistem yang digunakan pada pengamanan jaringan ini
adalah sebagai berikut :
4.1 Pemutus Tenaga
Pemutus Tenaga (PMT) adalah alat pemutus otomatis yang
mampu memutus/menutup rangkaian pada semua kondisi,
yaitu pada kondisi normal ataupun gangguan. Secara
singkat tugas pokok pemutus tenaga adalah :
1. Keadaan normal, membuka / menutup rangkaian listrik.
2. Keadaan tidak normal, dengan bantuan relay, PMT
dapat membuka
sehingga gangguan dapat dihilangkan.
Recloser
Pemutus balik otomatis (Automatic circuit recloser =
Recloser) ini secara fisik mempunyai kemampuan
seperti pemutus beban yang dapat bekerja secara
otomatis untuk mengamankan sistem dari arus
lebih yang diakibatkan adanya gangguan hubung
singkat.
Saklar seksi otomatis (sectionaliser)
Sectionaliser adalah alat perlindungan terhadap arus
lebih, hanya dipasang bersama-sama dengan PBO yang
berfungsi sebagai pengaman back-up nya. Alat ini
menghitung jumlah operasi pemutusan yang dilakukan oleh
perlindungan back-up nya secara otomatis
disisi hulu dan SSO ini membuka pada saat
peralatan pengaman disisi hulunya sedang dalam
posisi terbuka.
Load breake switch (LBS)
Adalah suatu alat pemutus tegangan pada jaringan dengan
kondisi diberi beban.Alat ini memungkinkan perbaikan
jaringan saat terjadi gangguan ditengahtengah jalur
jaringan, sehingga tidak sampai memutuskan aliran
listrik. Dalam pendistribusian tenaga listrik dari satu
jaringan ke jaringan yang lain, akan dijumpai suatu
titik temu yang disebut gardu hubung / Key Point. Hal ini
memungkinkan untuk mengisi dan menerima distribusi
tenaga listrik dari satu penyulang ke penyulang lain
yang mengalami gangguan .
F. Proteksi pada Gardu Distribusi
Fuse Cut Out (FCO)
Adalah peralatan proteksi yang bekerja apabila terjadi
gangguan arus lebih. Alat ini akan memutuskan rangkaian
listrik yang satu dengan yang lain apabila dilewati
arus yang melewati kapasitas kerjanya.
Fungsi peralatan pelindung arus lebih pada suatu sistem
jaringan adalah mendeteksi gangguan dalam rangkaian,
dan memutus arus lebih pada harga rating pemutusnya,
sertadapat membantu bilamana peralatan pelindung yang
lain yang berdekatan tidak dapat bekerja dengan baik.
Peralatan FCO digunakan sebagai pengaman dan pemisah
daerah yang terkena gangguan, agar daerah pemadaman
tidak terlalu luas. Pada sistem jaringan distribusi,
FCO juga dipasang untuk mengamankan instrumen lainnya,
seperti : peralatan transformator, capasitor pengatur
tegangan dan jaringan percabangan satu phasa.
Namun ada kelemahan dari pengaman jenis ini, yaitu
penggunaannya terbatas pada penyaluran daya yang kecil,
serta tidak dilengkapi dengan alat peredam busur api
yang timbul pada saat terjadi gangguan hubung singkat.
FCO ini di sistem jaringan distribusi yang dioperasikan
untuk tegangan diatas 600 Volt digolongkan sebagai
Distribution Cut Out (Power Fuse), Adapun cara mencari
ukuran fuse Link adalah :
R = P/V.√3
Dimana :
R : Hambatan
P : Daya Transformator
V : Tegangan = 20.000 volt (tegangan JTM)
Adapun Untuk mencari Ukuran Nh fuse adalah :
R = P/V.√3 setelah itu dibagi 3 karena Nh Fuse untuk 3
Fasa
Dimana :
R : Hambatan
V = Tegangan = 400 volt (tegangan fasa-fasa )
P : Daya transformator
Arrester
Pengertian
Arrester petir atau disingkat arrester adalah suatu
alat pelindung bagi peralatan system tenaga listrik
terhadap surya petir. Alat pelindung terhadap gangguan
surya ini berfungsi melindungi peralatan system tenaga
listrik dengan cara membatasi surja tegangan lebih yang
datang dan mengalirkannya ke tanah.
Berhubung dengan fungsinya itu ia harus dapat menahan
tegangan system 50 Hz untuk waktu yang terbatas dan
harus dapat melewatkan surja arus ke tanah tanpa
mengalami kerusakan. Ia berlaku sebagai jalan pintas
sekitar isolasi. Arrester membentuk jalan yang mudah
untuk dilalui oleh kilat atau petir, sehingga tidak
timbul tegangan lebih yang tinggi pada peralatan.
Selain melindungi perlatan dari tegangan lebih yang
diakibatkan oleh tegangan lebih external, arrester juga
melindungi peralatan yang diakibatkan oleh tegangan
lebih internal seperti surja hubung, selain itu
arrester juga merupakan kunci dalam koordinasi isolasi
suatu system tenagan listrik. Bila surja dating ke
gardu induk arrester bekerja melepaskan muatan listrik
serta mengurangi tegangan abnormal yang akan mengenai
peralatan dalam gardu induk.
G. Keselamatan Kerja
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
1. Pengertian Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian
dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses
pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya
serta cara-cara melakukan pekerjaan ( Suma’mur, 1985)
Kesehatan kerja menurut ILO/WHO didefinisikan sebagai
promosi dan pemaliharaan fisik, mental dan
kesejahteraan sosial pekerja pada tingkat tertinggi
pada setiap pekerjaan melalui usaha preventif,
mengontrol risiko dan pengadaptasian pekerjaan ke
pekerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja menurut ILO/WHO Joint
Safety and Committe , 1998 yaitu promosi dan
pemeliharaan derajat tertinggi fisik, mental dan
kesejahteraan sosial setiap pekerja disemua pekerjaan,
pencegahan gangguan kesehatan terhadap pekerja yang
disebabkan oleh kondisi kerja, melindungi pekerja dari
risiko dan faktor risiko.
ALAT NPELINDUNG DIRI (APD)
1. Definisi Alat Pelindung Diri
Seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk
melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya terhadap
kemungkinan adanya potensi bahaya atau kecelakaan
kerja.
APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha
melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa
(engineering) dan administratif tidak dapat dilakukan
dengan baik. Namun pemakaian APD bukanlah pengganti
dari kedua usaha tersebut, namun sebagai usaha akhir.
BAB III
Pelaporan
A. Pemeriksaan
Right of Way (ROW) Atau Pemangkasan Pohon Yang
Menggangu Jaringan SUTM
Pelaksanaan pemangkasan pohon yang menggangu jaringan
Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) atau istilah
kerennya Right of Way (ROW) yang dilaksanakan Yantek KP
Sukawening.
Tanpa pelaksanaan ROW yang benar, maka satu batang
ranting yang terbang mengenai jaringan SUTM dapat
menyebabkan trip atau padam yang merugikan ribuan
pelanggan dan merugikan petugas PLN sendiri.
B. Pengukuran
Pengukuran Gardu
Pengukuran Gardu adalah suatu pekerjaan dimana setiap
gardu distribusi di ukur pada waktuWBP ( Waktu beban
Puncak ) terutama pada malam hari tepat nya pada pukul
17.00 sampai pukul 22.00 karena pada waktu tersebut
arus listrik sedang di gunakan semua.
SOP pada pengukuran gardu istribusi antara lain
adalah :
PERALATAN KERJA
1.1. Alat Kerja dan Alat Bantu
a. Radio Komunikasi
b. Tang Kombinasi (Alat Bantu)
c. Tool set
d. Alat Ukur Gardu – Tang ampere
e. Alat Ukur Pentanahan
f. Senter
1.2. Perlengkapan K3
a. Helm kerja
b. Sepatu alas karet tahan tegangan 20 kV
c. Sarung tangan 20 kV
e. Kaca Mata Kerja
f. Pakaian kerja
g. Sarung tangan kaos
h. Sepatu alas karet
Tujuan Pengukurtan gardu distribusi :
Prosedur ini bertujuan untuk mengatur dan mengendalikan
seluruh kegiatan yang berkaitan
dengan kegiatan pengukuran Beban Gardu Distribusi dan
Tegangan Ujung yang berlangsung di wilayah kerja PT PLN
(PERSERO) Area Cibatu .
Tindak Lanjut Pemeliharaan
Setelah dilakukan analisa kondisi trafo (Metode CBM)
dan
didapat kondisi trafo yang real maka dilakukan
rekomendasi
pemeliharaan. Apabila trafo dinyatakan overload normal
rekomendasi pemeliharaan dapat berupa uprating atau
sisipan
untuk menurunkan pembebanan trafo. Apabila trafo dalam
kondisi
overload tidak normal/tidak sesuai standar kriteria
trafo sehat
dilihat dari segi instalasi, kesesuaian peralatan
proteksi,
pembebanan, thermal, dan minyak maka dilakukan tindak
lanjut
sesuai dengan acuan ketidaknormalan dari segi yang
telah
disebutkan.
C. Gangguan
1. Relay arus lebih (Over Current Relay/OCR)
Relay arus lebih adalah relay yang bekerja terhadap
arus lebih, ia akan bekerja bila arus yang mengalir
melebihi nilai settingnya ( I set ).
Prinsip kerja OCR pada dasarnya adalah
suatu alat yang mendeteksi besaran arus yang
melalui suatu jaringan dengan bantuan trafo arus.Harga
atau besaran yang boleh melewatinya disebut dengan
setting.
2. Relay gangguan ke tanah (Ground Fault Relay/GFR)
Relay gangguan ke tanah (Ground Fault Relay/GFR)
adalah alat yang berfungsi untuk mengamankan
sistem dari arus lebih yang diakibatkan adanya
gangguan satu fasa ketanah.
3. Kawat penghantar putus ( Broken Conductor /BC)
Broken conductor adalah suatu keadaan gangguan dimana
gangguan sistem distribusi yang di sebabkan oleh
putusnya kawat penghantar
4. Manuver saat terjadi gangguan
LBS atau kepanjangan dari Load Break Switch adalah
pemutus Jaringan Tegangan Menengah (JTM) yang dilakukan
secara manual dengan cara memutar stang sehingga pisau
yang ada dijaringan terbuka ataupun tertutup, yang
tujuannya untuk memutus dan menyambungkan arus listrik.
Fungsi LBS yaitu untuk memisahkan jaringan SUTM yang
berlainan wilayah atau untuk memutuskan arus disaat ada
pekerjaan ataupun disaat terjadi gangguan.
Mengganti Fuse Cut Out atau memasukan Fuse Link Karena
Gangguan OCR ( Over Current )
Konstruksi Fuse Cut Out
1. Isolator Porselin
2. Kontak Tembaga (disepuh perak)
3. Alat Pemadam/Pemutus Busur
4. Tutup Yang Dapat dilepas (dari kuningan)
5. Mata kait (dari brons) 6. Tabung pelebur (dari
resin)
7. Penggantung (dari kuningan)
8. Klem pemegang (dari baja)
9. Klem terminal (dari kuningan)
SOP PENGGANTIAN FCO
I. PETUGAS YANG TERKAIT
1. Regu Pemeliharaan
2. Pelaksana Lapangan
3. Piket Operasi
4. Perbekalan / Gudang
II. PERALATAN KERJA
1. Tool Kit lengkap
2. Tool Bag ( Kantong Kerja )
3. Tambang Plastik 25 M
4. Slink untuk Roller Gantung
5. Roller Gantung
6. Terpal Plastik
7. Radio komunikasi
8. Stick 20 kV
III. PERLENGKAPAN K3
1. Helm Pengaman
2. Pakaian Kerja / Work Pack
3. Sepatu Kerja
4. Tangga
5. Alat Pentanahan
6. Sabuk Pengaman
7. Sarung Tangan
IV. ALAT UKUR
1. Multi Tester
2. Megger Isolasi 5000 Volt DC
3. Voltage Detector
V. MATERIAL
1. F C O
2. Fuse Link
VI. PROSEDUR KERJA
TAHAP PERSIAPAN
1. Pelaksana lapangan menerima PK dari Regu
Pemeliharaan
2. Pastikan pelaksana lapangan memahami data PK
3. Membuat Kode 7 untuk mengambil material ke gudang
4. Persiapkan peralatan kerja, perlengkapan K3 dan alat
ukur
5. Lakukan pengujian dan pengukuran barrel FCO 20 kV
untuk memastikan FCO keadaan baik dengan megger isolasi
5000 Volt DC
6. Lakukan koordinasi dengan piket Operasi
TAHAP PELAKSANAAN PEMBEBASAN TEGANGAN
1. Mengadakan koordinasi pembagian tugas
2. Lakukan komunikasi dengan piket Operasi untuk
permintaan padam sesuai dengan SOP komunikasi.
3. Kenakan peralatan keselamatan kerja
4. Pasang tangga, dan pastikan tangga terpasang kokoh
5. Lakukan pengecekan tegangan TM setempat dengan
voltage detector untuk memastikan sudah tidak ada
tegangan
6. Pasang alat pentanahan setempat, dipasang dari arah
sumber tegangan
TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN PENGGANTIAN FCO
1. Pasang Roller gantung lengkap dengan tambang, pada
travers dudukan FCO
2. Naikkan Tool bag yang sudah dilengkapi kunci sesuai
dengan kebutuhan dan penerating oil.
3. Buka jumper-jumper FCO
4. Ikat FCO yang akan dibongkar dengan tambang
5. Bongkar dan turunkan FCO yang rusak dengan tambang
6. Naikkan FCO dan tabung FCO pengganti dengan tambang
7. Pasang FCO baru, berikut jumper-jumpernya
8. Periksa dan yakinkan kembali pemasangan FCO dan
jumper-jumper apakah sudah terpasang dengan baik dan
benar
9. Turunkan tool bag lengkap dengan isinya
10. Lepas dan turunkan pentanahan
11. Lepas dan turunkan roller gantung dengan tambang
12. Periksa dan pastikan tidak ada peralatan kerja, K3
dan alat Bantu tertinggal
13. Turunkan tangga dari tiang
TAHAP PENORMALAN TEGANGAN
1. Lakukan komunikasi dengan piket Operasi bahwa
pekerjaan penggantian FCO telah selesai sesuai SOP
komunikasi
2. Mintakan kembali untuk penormalan tegangan ke piket
Operasi sesuai SOP komunikasi
3. Lapor kembali pada piket dispatcher bahwa tegangan
sudah normal secara keseluruhan
4. Bereskan semua peralatan kerja, K3 dan alat ukur
pada tempat yang telah disediakan.
D. Memasang dan menyetel
Instalasi listrik kwh meter dan MCB
Aliran listrik yang masuk ke rumah kita berasal dari
kabel PLN yang masuk melewati KWH meter dan MCB, dengan
urutan uturan sebagai berikut :
1. Pertama tama 2 buah kabel hitam (kabel Tuis) dari
tiang listrik disekitar rumah akan dibentangkan kerumah
kita, dua kabel itu terdiri dari kabel Fasa atau
positif dan kabel netral atau negatif.
2. Kabel fasa akan disambung ke input KWH meter
kemudian akan disambungkan ke input MCB, dari kabel MCB
Fasakan masuk kedalam rumah berupa kabel NYM berwarna
hitam yang selanjutnya digunakan ke konsumen.
3. Kabel netral atau negatif dari PLN akan tersambung
ke terminal KWH Meter kemudian akan masuk ke kerumah
konsumen untuk digunakan.
4. Selain dua buah kabel yang datang dari PLN ada juga
kabel yang khusus dipasang sabagai grounding/arde,
kabel ini terhunbung langsung ketanah/bumi dengan cara
menanamkan pipa besi kedalam tanah dengan kedalaman
tertentu untuk kemudian akan dihubungkan dengan kabel
NYM yang berwarna kuning, kabel ini akan dihubungkan
pada seteiap terminal stop kontak.
5. Fungsi kabel grounding/arde adalah untuk
menghilangkan stroom kecil yang biasanya terdapat badan
alat elektronik seperti : Kulkas, Komputer, Dll. Selain
itu grounding berfungsi untuk membuang arus liar yang
dapat menimbulakan percikan api pada stop kontak.
Gambar Memasang Dan Menyetel KWH Meter
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah kami selesai menyusun karya tulis ini dan
telah selesai pula prakerin, maka kami telah dapat
mengambil suatu kesimpulan serta saran yang kami
tujukan pad pihak sekolah dan industri.
1. kesimpulan
Setelah kami selesai menjalankan program prakrin,
maka kami mengambil beberapa kesimpulan yang bermanfaat
bagi kami. Kami telah menimba ilmu tentang bagaimana
cara pendisrtribusian listrik, serta bagaimana cara
perbaikan alat-alat instalasi listrik lainnya semisal
lampu dll selama tiga bulan ini, dan hasilnya telah
kami rasakan manfaatnya.
Kesimpulan kami tentang kegiatan ini antara lain
yaitu :
1. Prakerin dapat meningkatkan pengetahuan
siswa lebih luas
2. Prakerin dapat memberikan pengalaman kepada
siswa sehingga dapat merasakan begaimana keadaan suatu
pekerjaan di suatu perusahaan.
3. Prakerin di sp.sukaweuning tidak terpaku
pada suata pekerjaan, melainkan mencakup beberapa aspek
yaitu pendistribusian, pemasangan dan perbaikan
material.
4. dalam pelaksanaan prakerin, kami
mendapatkan bimbingan langsung dari pihak yang
berkepentingan, sehingga kami dapat melaksanakan denagn
baik dan benar serta tidak menimbulkan kerugian yang
fatal bagi perusahaan.
2. Saran
2.1. Saran untuk pihak sekolah
Setelah selesai melaksanakan Prakerin ini kami
memberikan saran bagi pihak sekolah bahwa dengan adanya
pelaksanaan Prakerin / PKL ini, maka di sarankan
terutama bagi pihak sekolah agar sekolah dan industri
lebih terjalin hubungan yang erat dengan memberikan
bimbingan yang sifatnya berkesinambungan, sehingga
dapat terkontrol serta terlihat kamajuan dan
kemundurannya di tempat melaksanakan program Prakerin
yaitu di perusahaan. Selain itu, pihak sekolah agar
lebih meningkatkan hubungan dengan pihak pelatiahan di
induk agar tidak terjadi kesalah fahaman antara pihak
sekolah dan pelatihan yang dapat menimbulkan
ketegangan-ketegangan di antara kedua belah pihak
2.2. Saran bagi pihak perusahaan
Selama mengikuti Prakerin / PKL di PLN
SP.Sukawening Rayon Cibatu kami akan memberikan saran
bagi pihak perusahaan agar lebih memperhatikan peserta
pelatihan dan membimbing dengan sungguh-sungguh
sehingga peserta pelatihan mendapatkan ilmu yang
bermanfaat. Dengan adanya jalinan hubungan yang baik
antara pihak perusahaan dengan peserta pelatihan akan
menumbuhkan kedisiplanan kerja yang terkoordinir dan
berkesinambungan.
Untuk itu, kami mengharapkan kepada pihak
perusahaan untuk menyusun program-program kerja atau
rencana-rencana kerja yang akan di laksanakan oleh
setiap peserta pelatihan di perusahaan ini, sehingga
akan benar-benar terasa manfaatnya dalam melaksanakan
praktek di perusahaan.
Diposkan oleh Cep Arif Aripin di 05.36
top related