asal usul dan perkembangan seni musik tanjidor di desa

Post on 10-Nov-2023

0 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

i

ASAL USUL DAN PERKEMBANGAN SENI MUSIK TANJIDOR

DI DESA GELEBAK DALAM, KECAMATAN RAMBUTAN,

KABUPATEN BANYUASIN, 1946-1980 M

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)

Dalam Bidang Sejarah Peradaban Islam

Oleh:

ERIYANA

NIM. 1644200015

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH

PALEMBANG

2021

ii

LEMBAR PENGESAN

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi yang disusun oleh Eriyana Nim.1644200015 telah diperiksa dan disetujui

untuk diujikan.

Palembang, 22 Agustus 2021

Pembimbing I,

Dr. Nor Huda Ali, M.Ag., M.A.

NIP.197011142000031002

Palembang, 22 Agustus 2021

Pembimbing II,

Fitriah, S.S., M. Hum

NIP.19840510 201903 2 008

iv

NOTA DINAS

Perihal : Skripsi Saudari

Eriyana

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Adab dan Humaniora

UIN Raden Fatah Palembang

di-

Tempat

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi terhadap naskah

skripsi yang berjudul:

“Asal Usul dan Perkembangan Seni Musik Tanjidor di Desa Gelebak Dalam,

Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, 1946-1980 M”

Yang ditulis oleh:

Nama : Eriyana

NIM : 1644200015

Program Studi : Sejarah Peradaban Islam

Kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah dapat diajukan ke Fakultas Adab dan

Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang untuk

melaksanakan ujian munaqasyah.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Palembang, 22 Agustus 2021

Pembimbing I,

Dr. Nor Huda Ali, M.Ag.,M.A.

NIP. 19701114 200003 1 002

v

NOTA DINAS

Perihal : Skripsi Saudari

Eriyana

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Adab dan Humaniora

UIN Raden Fatah Palembang

di-

Tempat

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi terhadap naskah

skripsi yang berjudul:

“Asal Usul dan Perkembangan Seni Musik Tanjidor di Desa Gelebak Dalam,

Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, 1946-1980 M”

Yang ditulis oleh:

Nama : Eriyana

NIM : 1644200015

Program Studi : Sejarah Peradaban Islam

Kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah dapat diajukan ke Fakultas Adab dan

Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang untuk

melaksanakan ujian munaqasyah.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Palembang, 22 Agustus 2021

Pembimbing I,

Fitriah, S.S., M. Hum

NIP.19840510 201903 2 008

vi

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Eriyana

Tempat, tanggal lahir : Banyuasin, 13 Desember 1999

Nim : 1644200015

Alamat : Desa Menten, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin

Menyatakan yang sebenar-benarnya bahwa skripsi saya yang berjudul, “Asal Usul

dan Perkembangan Seni Musik Tanjidor di Desa Gelebak Dalam, Kecamatan

Rambutan, Kabupaten Banyuasin, 1946-1980 M” adalah benar karya penulis dan

bukan menjiplak, kecuali kutupan-kutipan yang disebutkan sumbernya. Jika terbukti

TIDAK ORISINAL maka sepenuhnya saya bersedia menerima sanksi yang berlaku

tanpa melibatkan orang atau lembaga.

Palembang, 29 Agustus 2021

Eriyana

NIM. 1644200015

vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Tidak ada manusia yang diciptakan gagal, yang ada hanyalah

Mereka gagal memahami potensi dan gagal merancangkesuksesannya

Tiada yang lebih berat timbangan Allah pada hari akhir nanti, selain

Taqwa dan akhlak mulia seperti wajah dipenuhi senyum

Untuk kebaikan dan tidak menyakiti sesama {HR. Tirmidzi}

Oleh karena itu

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”(Q.S. Al-Insyirah:6)

Dengan rasa syukur dan terimakasih skripsi ini saya persembahkan kepada:

Ayahanda Misdi dan ibunda Kumyati yang sangat saya sayangi dan

cintai, dua sosok karunia terbesar yang Allah berikan dalam hidup saya

keduanya selalu memberikan doa, semangat serta materi untuk kebaikan

saya.

Kakak kandung ku satu-satunya Nur Anwar dan ipar ku Murniati yang

selalu memberikan nasehat serta keponakan ku Khofifatul Khoiriyah

yang slalu memberikan kebahagiaan untuk ku.

Saudara ku Diki Suci Anggara dan Hendri Romadon, S.M yang selalu

memberikan keceriaan untuk ku.

Segenap keluarga besar Komunitas Pecinta Sejarah (PESE) UIN Raden

Fatah Palembang yang telah menjadi wadah dalam mengembangkan

intelektualitas dan kreativitas saya selama di bangku kuliah.

Rekan seperjuangan keluarga besar Sejarah Peradan Islam angkatan

2016 terkhusu 16 SPI A yang telah memberikan dukungan keepada saya

Agama, Bangsa dan Almamater tercinta UIN Raden Fatah Palembang

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena dengan

berkah dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Asal

Usul dan Perkembangan Seni Musik Tanjidor di Desa Gelebak Dalam, Kecamatan

Rambutan, Kabupaten Banyuasin, 1946-1980 M”. Shalawat beserta salam semoga

selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Beserta keluarga, sohabat

dan pengikutnya sampai akhir zaman amiin.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan guna

memperoleh gelar Sarjana Humaniora (S. Hum) pada Fakultas Adab dan Humaniora

Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang. Selama proses penulisan skripsi

ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa telah mendapat bantuan dari beberapa pihak

baik dari Fakultas, keluarga, teman, sahabat, serta pihak-pihak lainnya. Oleh karena

itu, penulis ucapkan rasa terimakasih dengan tulus kepada yang terhormat:

1. Ibu Prof. Dr. Nyayu Khodijah, S. Ag., M. Si. Selaku Rektor UIN Raden Fatah

Palembang.

2. Ibu Dr. Endang Rochmaniatun, S. Ag., M. Si. Sebagai Dekan Fakultas Adab

dan Humaniora.

3. Bapak Otoman, S.S., M. Hum. Sebagai Ketua Program Studi Sejarah

Peradaban Islam.

4. Ibu Fitriah, S.S., M. Hum. Sebagai Sekertaris Program Studi Sejarah

Peradaban Islam sekaligus sebagai pembimbing II skripsi, yang telah

membimbing, mengajari dan memberikan nasehat serta masukan. Semoga ibu

sehat selalu dan diberi keberkahan oleh Allah SWT.

5. Bapak Padila S.S., M.Hum. Sebagai penasihat akademik yang telah

memeberikan bimbingan dan nasihat.

6. Bapak Dr. Nor Huda Ali, M. Ag., M.A. Sebagai pembimbing I skripsi, yang

telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, mengajari dan

selalu memberikan nasihat serta pengaruh kepaa penulis dari awal hingga

ix

selesai skripsi ini. Semoga bapak sehat selalau dan Allah SWT balas semua

kebaikan bapak.

7. Tim penguju yang telah memberikan masukan dengan menyidiakan waktunya

untuk menghadiri persentasi skripsi.

8. Seluru Bapak dan Ibu dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah

Palembang yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan ilmunya kepada kami.

9. Bapak Hendri Sani selaku Kepala Desa Gelebak Dalam yang telah

memberikan izin penelitian di Desa Gelebak Dalam.

10. Bapak Midan, Bapak Ujang, Bapak Gani para penggagas seni musik Tanjidor

yang telah bersedia menjadi narasumber dan telah membantu pada proses

pencarian data.

11. Sahabat dan teman yang telah menjadi penghias dalam perjalanan perkuliahan

saya yaitu: Agnes Dwi AV, S. Hum, Anisa Fitri, S.Hum, Nevi Jayanti,

S.Hum, Cherly Septa A, S.Hum, Moni Erlin A, S.Hum, Damuksana Fijriani,

S.Hum, Yeni Erzita.

12. Teman-teman yang bersama-sama berjuang menyelesaikan skripsi yaitu: M.

Marta Januar, Elbit Zulkarnain, Ari Saputra.

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu penulis hingga skripsi ini dapat selesai. Semoga Allah SWT

memberikan berkah dan karunianya serta membalas kebaikan kalian semua.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan.

Karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar

dapat digunakan demi perbaikan skripsi ini. Penulis juga mengharapkan agar skripsi

ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.

x

INTISARI

Kajian Sejarah

Jurusan Sejarah Peradaban Islam

Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah

Skripsi, 2021

Eriyana, “Asal Usul dan Perkembangan Seni Musik Tanjidor di Desa Gelebak

Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, 1946-1980 M.”

X+100+Lampiran

Penelitian ini menjelaskan mengenai asal usul proses masuk dan berkembangnya seni

musik Tanjidor di Desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabupaten

Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Penelitian ini dilakukan karena atas dasar

keingintahuan mengenai sejarah lokal dan untuk memeperluas khasanah keilmuan

dalam bidang sejarah khususnya sejarah peradaban islam. Penelitian ini

menggunakan jenis data kualitatif. Kerangka pikir diperlukan karena untuk

memeberikan penjelasan mengenai objek permasalahan agar lebih jelas, pokok

permasalahn yang pertama yaitu, bagaiman kondisi umum Desa Gelebak Dalam,

bagaimana awal masuknya seni musik Tanjidor di desa Gelebak Dalam, bagaimana

perkembangan seni musik Tanjidor di desa Gelebak Dalam. Penelitian ini

menggunakan teori sejarah dan juga metodologi penelitian sejarah dengan empat

tahapan yaitu: heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Adapun tekhnik

pencarian dan pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut: pertama

observasi, wawancara, dokumentasi dan materi audio-visual. Sementara itu, data

skunder yaitu dari buku-buku, jurnal, artikel yang berkaitan dengan seni musik

Tanjidor.

Hasil dari penelitian ini yakni proses masuknya seni musik Tanjidor di Desa

Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin diawali dengan rasa

keingintahuan masyarakat terhadap seni musik Tanjidor yang dimainkan oleh anggota

ABRI di Kodam II Sriwijaya dan menganggap musik Tanjidor adalah musik yang

sangat bagus dan menarik karena pada alat musiknya mirip dengan alat musik Eropa.

Kemudian, salah satu warga Desa Gelebak Dalam tertarik dan berkeinginan untuk

mempelajarai seni musik Tanjidor lalu ia mengajak teman-temannya untuk belajar

seni musik Tanjidor di Kodam II Sriwijaya. Pada proses perkembangannya seni

musik Tanjidor di Desa Gelebak Dalam terdapat dua faktor pendukungnya yaitu

faktor internal dan eksternal. Pada setiap perkembangannya seni musik Tanjidor di

Desa Gelebak Dalam selalu ditandai dengan pergantian periode kepengurusan atau

periode angkatan yang secara langsung menjadi bukti bahwa manusia mempunyai

peran penting dalam perkembangannya. Setelah melalui proses sejarah dinamis, kini

seni musik Tanjidor identik dengan desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan,

Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.

Kata-kata kunci:-Seni Musik Tanjidor,-Sejarah Perkembangan,-Desa Gelebak

Dalam

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................ ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... iii

NOTA DINAS PEMBIMBING 1 ...................................................... iv

NOTA DINAS PEMIMBING II ........................................................ v

PERNYATAAN KEORISINALITAS ............................................... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................... vii

KATA PENGANTAR ........................................................................ viii

INTISARI ........................................................................................... x

DAFTAR ISI ...................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .............................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1

B. Rumusan dan Batasan Masalah ........................................... 9

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ......................................... 11

D. Tinjauan Pustaka ................................................................ 12

E. Kerangka Teori ................................................................... 15

F. Metode Penelitian ............................................................... 19

G. Sistematika Pembahasan ..................................................... 23

xii

BAB II DESA GELEBAK DALAMM KECAMATAN RAMBUTAN,

KABUPATEN BANYUASIN: Sebuah Gambaran Umum

A. Sejarah Sinkat Desa Gelebak Dalam .................................... 23

B. Letak Geografi dan Demografi ............................................. 27

C. Ekonomi dan Perekonomian Penduduk ................................ 34

D. Kondisi Sosial Budaya ......................................................... 38

E. Kondisi Politik dan Keagamaan ........................................... 42

BAB III PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA SENI MUSIK

TANJIDOR DI DESA GELEBAK DALAM, KECAMATAN RAMBUTAN,

KABUPATEN BANYUASIN

A. Asal Usul Seni Musik Tanjidor di Indonesia ........................ 47

B. Masuk dan Berkembangya Seni Musik Tanjidor di

Desa Gelebak Dalam ............................................................ 55

C. Tokoh Yang Berperan dalam Berdirinya Seni Musik Tanjidor

di Desa Gelebak Dalam ........................................................ 59

D. Alat Musik dan Prosesi Pertunjukan Seni Musik

Tanjidor di Desa Gelebak Dalam.......................................... 62

BAB IV PERKEMBANGAN SENI MUSIK TANJIDOR DI DESA GELEBAK

DALAM, KECAMATAN RAMBUTAN, KABUPATEN BANYUASIN

A. Seni Musik Tanjidor Periode I Tahun 1946 M-1958 M ....... 72

B. Seni Musik Tanjidor Peode II Tahun 1958 M-1976 M ......... 76

C. Seni Musk Tanjidor Periode III Tahun 1976 M-1980 M ....... 81

D. Fungsi Seni Musik Tanjidor Desa Gelebak Dalam, Kecamatan

Rambutan, Kabupaten Banyuasin ......................................... 85

xiii

BAB V PENUTUP

A. Simpulan .............................................................................. 91

B. Saran-saran .......................................................................... 94

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 96

LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................

xiv

DAFTAR BAGAN DAN TABEL

Bagan 1.1 Bagan Stuktur Teori ............................................................ 17

Tabel 2.1 Tabel Jumlah Penduduk Menurut Desa Laki-laki dan

Perempuan ........................................................................................... 31

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Wilayah Kabupaten Musi Banyuasin 1980 ............... 29

Gambar 2.2 Peta Wilayah Kabupaten Banyuasin 2002 ......................... 33

Gambar 3.1 Foto Kelompok Seni Musik Tanjidor Betawi .................... 55

Gambar 4.1 Foto Alat Musik Jidor ....................................................... 73

Gambar 4.2 Foto Alat Musik Saksofon ................................................ 74

Gambar 4.3 Foto Kelompok Seni Musik Tanjidor Gelebak Dalam ...... 76

Gambar 4.4 Foto Kelompok Seni Musik Tanjidor Gelebak Dalam ...... 78

Gambar 4.5 Foto Kelompok Seni Musik Tanjidor Gelebak Dalam ...... 78

Gambar 4.6 Foto Alat Musik Terbangan ............................................. 82

Gambar 4.7 Foto Piala Penghargaan ..................................................... 84

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seni adalah penjelmaan rasa indah yang terkandung di dalam hati seseorang yang

dilahirkan melalui perantaraan alat-alat komunikasi yang dapat dilihat oleh indra

penglihatan, pendengaran dan dapat juga dilahirkan dengan perantaraan gerak.1

Misalnya,dalam seni pertunjukan yang melibatkan aksi perindividu atau kelompok

pada tempat dan waktu tertentu, dan semua itu bertujuan untuk mendesripsikan seni

dalam wujud yang dapat dilihat atau dinikmati oleh masyarakat umum. Pada seni

pertunjukan juga biasanya akan melibatkan empat unsur yaitu waktu, ruang, tubuh

seniman, dan hubungan seniman dengan penonton.2

Seni pertunjukan sendiri dapat terbagi dalam beberapa jenis seperti seni

musik, seni teather, seni tari, dan seni lain sebagainya. Berbicara mengenai seni atau

kesenian yang ada di Indonesia ini tidak akan ada habisnya. Indonesia memiliki

banyak ragam kesenian sehingga dapat membuat Negara Indonesia dan

masyarakatnya menjadi pribadi yang unik dan juga menarik. Kesenian di Indonesia

juga memiliki peran tersendiri terhadap proses pengenalan negara dan juga terhadap

dunia internasional. Seni adalah penjelmaan rasa indah yang terdapat pada hati

seseorang yang dilahirkan melalui perantaraan alat-alat komunikasi ke dalam bentuk

1Pringgodigdo, et. al.,Ensiklopedi Umum, (Yogyakarta: Kanisius, 1991), hal. 995. 2Wikipedia, “Seni Pertunjukan”, dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Seni-pertunjukan/html (13

Desember 2020).

2

yang ditangkap oleh indra pendengaran, penglihatan, dan juga dilahirkan dengan

perantara gerak.3

Pada seni pertunjukan yang berbentuk musik, fenomennya yaitu bunyi yang

tentunya disajikan dalam bentuk musik berkualitas, dengan tuan agar para

pendengarnya menikmati. Pada pertujukan seni musik dalam penyajiannya juga

banyak jenisnya, contohnya seperti hanya menampilkan musik vocal yang hanya

menampilkan suara manusia saja, ada bentuk musik instrumental yang disajikan

menggunakan alat musik yang suara diperdengarkan, suara yang diperdengarkan

tersebut berasal dari ala-alat musik yang berupa alat musik tiup, alat gesek, dan alat

musik pukul yang setiap alatnya akan menghasilkan suara tertentu. Kemudian, ada

juga yang berbentuk musik campuran yang penyajiannya menggabungkan antara

musik vocal dan musik instrument.4 Salah satu contoh seni musik campuran di

Indonesia adalah kesenian Tanjidor. Yang mana proses penyajiannya menggunakan

lagu-lagu dari suara manusia dan alat musik sebagai pengiringnya.

Kehadiran kesenian musik Tanjidor di Indonesia terbilang sudah cukup

lama. Jika dilihat dari lahirnya kesenia yang lahir pada masa penjajahan Hindia-

Belanda di Indonesia. Tanjidor sebagai suatu jenis musik asli Betawi yang dimainkan

secara berkelompok. Mengenai asal usul sejarahnya musik ini terdapat beberapa

pendapat yang berbeda. Musik Tanjidorini di duga berasal dari bangsa Portugis yang

datang ke Betawi pada abad ke-14 sampai abad ke-16. Salah satu jenis musik Betawi

3Pringgodigdo, et. al,Ensiklopedi Umum, hal. 996 4Risma Amalia, “Pertunjukan musik dalammusik vocal dan musik instrument

(https://rismamali48.blogspot.com/2016/08/Pertunjukan-musik.html (13 Desember 2020).

3

yang mendapat pengaruh kuat dari musik Eropa, menurut sejarawan kata Tanjidor

berasal dari kata tanger yang memiliki arti alat-alat musik yang berdawai, namun

kenyataan yang di ketahui nama musik Tanjidor sudah tidak sesuai dengan nama asli

dari bangsa Portugis. Namun, yang masih sama ialah sistem musiknya yang memiliki

diatonik 12 (Dua Belas) nada berjarak sama rata.5

Kesenian Tanjidor, pada awalnya tumbuh dan berkembang dari lingkungan

Landhuis6 para pejabat VOC atau disebut para tuan-tuan pemilik tanah. Di rumah-

rumahnya yang sangat besar dan juga memiliki banyak budak, pada saat tertentu

mereka mengadakan pertunjukan musik. Dari banyaknya budak ada yang ditunjuk

khusus untuk menjadi pemain musik dari kelompok mereka inilah terbentuk group

musik. Mereka menujukan suatu gaya hidup mewah dengan derajat tertentu di

kalangan para landheer7 pada masa itu.8

Seni musik Tanjidor yang dimiliki oleh masyarkat Betawi ini cukup berbeda

dengan Tangedor yang dimiliki oleh bangsa Portugis meskipun sama-sama

menggunakan tangga nada diatonik atau nada yang memiliki 7 (Tujuh) not yang

5Thomas B. Ataladjar Beawiharta, Tanjidor dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, 2nd ed.

(Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1991), hal. .82 6Merupakan sebuah rumah besar dari batu bertingkat tanpa lorong, memiliki atap yang miring

dan dikapur putih, jendela tiggi dan kayu berukir. Sebagai tempat tinggal atau peristirahatan tuan tanah

para pejabat VOC di Batavia pada masa kolonial.Gendro Keling, “Tipologi Bangunan Kolonial

Belanda di Singaraja”, Balai Arkeologi Bali 25 Juli 2016, hal. 75. 7Adalah seorang penguasa atau pemilik particirere landerij artinya semacam penguasa domain

pribadi atau wilayah pribadi dalam sistem feodal kepemilikan tanah yang digunakan di beberapa

bagian koloni. Sumber Wikipedia Inggris terjemah diakses pada 8 April 2021 dari

https://en.m.wikipedia.org. 8Paramita Rahayu Abdurrachman, “Keroncong Moresko, Tanjidor, dan Ondel-ondel, sebuah

Dongengan Sejarah”dalam Bunga Angin Portugis di Nusantara: Jejak-jejak kebudayaan Portugis di

Indonesia, ed. Thung Ju Lan, et.al. (Jakarta: LIPI Press, 2008), hal. 47

4

berbeda di setiap oktafnya. Masyarakat Betawi ini lebih banyak didominasi oleh alat

musik tiup. Tanjidor ini merupakan kesenian musik yang dimainkan oleh sekelompok

orang, masyarakat sering menyebutnya orkes Tanjidor. Musik ini sudah berkembang

sejak abad ke-19 dan sering membawakan lagu-lagu rakyat, salah satunya lagu yang

terkenal di Betawi yaitu lagu jali-jali. Di Betawi orkes ini dapat ditemui dalam

upacara pernikahan adat Betawi, Khitanan, tahun baru Masehi dan tahun baru imlek.9

Di Kota Pontianak kesenian Tanjidor merupakan suatu aset yang dijaga dan

juga dilestarikan dengan harapan agar tidak punah dan tetap bertahan di tengah-

tengah masyarakat. Kesenian Tanjidor di Kota Pontianak sendiri merupakan seni

orkes Betawi yang diwarisi dari generasi terdahulu ke generasi selanjutnya, kesenian

ini ada sekitar tahun 1980-an. Oleh karena itu, adanya kesenian ini tidak putus pesan-

pesan dari para leluhur sebagai suatu pedoman hidup untuk masyarakat Pontianak,

dan juga kekayaan budaya dapat dilestarikan oleh masyarakat setempat.10

Pada tahun 1950 seni Tanjidor juga masuk di Kabupaten Bantaeng Sulawesi

Selatan dibawa oleh Abd Rachman dan istrinya yang pindah ke Kabupaten Bantaeng

ia memperkenalkan musik Tanjidor dan memperlihatkan kemahirannya dalam

bermain musik ini, diperkenalkannya musik ini pada sanak saudara terdekatnya

kemudian banyak tertarik dan mau ikut untuk belajar dalam memainkan musik ini.

Lalu berkembanglah musik Tanjidor ini pada tahun 2000-an dan menjadi sarana

9Thomas B. Ataladjar Beawiharta, "Tanjidor", dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, 2nd ed,

hal. 82-83. 10Imam Azhari, “Eksistensi Kesenian Tanjidor di Kota Pontianak” Skripsi, (Pontianak: Prodi

Seni Tari dan Musik Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Tanjungpura, 2017), hal. 2.

5

hiburan dalam setiap acara. Musik Tanjidor di Kabupaten Bantaeng masih dapat di

nikmati hingga saat ini.11

Di Sumatera Selatan terdapat berbagai jenis musik baik tradisional maupun

modern. Berdasarkan dari berbagai sumber baik tertulis maupun lisan, serta bukti

yang dilihat sekarang ini, musik di Sumatera Selatan ada beragam jenis, bentuk fisik,

bahan pembuatan, dan kegunaannya di masyarakat. Musik di Sumatera Selatan ada

yang dimainkan secara tunggal atau yang bersifat individual dan juga ada yang

ditampilkan secara berkelompok yaitu gabungan dari beberapa alat musik atau

bersifat ansamble. Selain itu juga musik di Palembang ada yang bersifat orkesta, yaitu

gabungan dari beberapa jenis alat musik dan di sertai vokal.12

Kegunaan dan juga fungsi musik tradisional di Sumatera Selatan juga

berbeda-beda antara satu jenis musik tradisional dengan yang lainnya. Musik

tradisional di Sumatera Selatan ada yang digunakan sebagai iringan tarian, digunakan

sebagai arak-arakan, dan juga hanya ditampilkan sebagai konser musik saja. Fungsi

musik tradisional di Sumatera Selatan ini juga hampir sama dengan musik tradisional

di daerah lain yang di luar Sumatera Selatan. Musik tradisional ini dapat berfungsi

sebagai hiburan atau pelengkap dari sebuah acara tradisi masyarakat. Musik

tradisional di Sumatera Selatan ada yang hidup dan berkembang dengan baik dari

11Utari Nur Insani Husain, “Keberadaan Tanjidor dalam Prosesi Sripingan pada Upacara

Pernikahan di Kabupaten Bantaeng”Skripsi, (Makassar: Prodi Seni Drama, Tari dan Musik Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makasar, 2018),hal. 3. 12Djohan Hanifiah, dkk.,Direktori Kesenian Sumatera Selatan, (Sumsel: Dinas dan Kebudayaan

Sumatera Selatan, 2006), hal. 39.

6

dahulu hingga sampai saat ini. Namun, ada juga yang hampir punah bahkan sudah

hilang.13

Kesenian Tanjidor atau biasa disebut jidor merupakan seni musik tradisional

yang lahir pada pada masa Kolonial. Kesenian, tidak dapat dipisahkan dari pesta-

pesta masyarakat Palembang. Kata jidor sendiri berasal dari bunyi tetabuhan dari alat

musik yang berukuran besar yag ditabuh oleh dua orang sehingga mengeluarkan

bunyi dor sehingga suasana menjadi terlihat meriah. Dari bunyi tersebutlah nama

musik Tanjidor di Sumatera Selatan ini diperoleh.14

Menurut sejarahnya, musik tradisional Tanjidor bukanlah musik asli dari

Sumatera Selatan. Namun, dikarenakan musik tradisional jidor ini sudah sering

terikat dengan masyarakat pendukungnya hingga musik ini dianggap milik Sumatera

Selatan. Seperangkat musik tradisional Tanjidor terdiri dari alat musik bass, terompet,

saksofon, dan juga drum. Namun, dalam perkembangannya oleh masyarakat

pendukungnya ditambah dengan terbangan. Musik ini biasnya digunakan untuk

mengiring pengantin, arak-arakan, pengiring tarian, dan musik tontonan. 15

Seni musik tradisional Tanjidor ini juga berkembang di berbagai wilayah di

Sumatera Selatan. Salah satunya di Kabupaten Banyuasin yaitu di desa Gelebak

Dalam Kecamatan Rambutan. Keberadaan seni musik Tanjidor di desa Gelebak

Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, mulai dibentuk pada tahun

13Ibid, hal. 40. 14Dedeh Sri Ulfa Munawaroh, Ensiklopedia Seni dan Budaya Nusantara Sumatera Selatan,

(Bekasi: PT. Mentari Utama Unggul, 2013), hal. 33. 15Djohan Hanifiah, dkk., Direktori Kesenian Sumatera Selatan, hal. 52.

7

1946 M kesenian ini muncul dan terus berkembang hingga pada saat ini. Penggagas

pertama kesenian ini ialah Bapak Nasidin atau Cik Inung (1925-2001) sebagai kepala

suku atau kepala desa pada saat itu. Kemudian pelopor kesenian Tanjidoryang kedua

yaitu Bapak Nanang (1916-1997), dan diteruskan oleh Bapak Ujang (L. 1941) dan

pada saat ini kesenian ini di pelopori oleh generasi yang keempat yaitu Bapak A.

Gani (L. 1964). Musik Tanjidorberfungsi sebagai hiburan masyarakat salah satunya

sebagai musik arak-arakan pengantin. Desa Gelebak Dalam adalah salah satu desa

dari 19 desa yang ada di Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, Provinsi

Sumatera Selatan. Secara umum desa Gelebak Dalam merupakan desa yang terletak

di dataran rendah, desa Gelebak Dalam juga merupakan desa yang Beriklim Tropis

dengan suhu sekitar 22°C-37°C. Jika dilihat dari segi topografinya maka luas wilayah

desa Gelebak Dalam adalah 2.583,70 Ha.16

Pada tahun 1970-1980-an, seni musik Tanjidor bisa dikatakan salah satu

musik atau hiburan yang paling diminati oleh masyarakat Kecamatan Rambutan.

Karena, masyarakat pendukung musik Tanjidor dapat digunakan untuk memeriahkan

hajatan seperti pernikahan, khitanan atau pesta-pesta umum masyarakat seperti hari

kemerdekan Republik Indonesia, pada saat tahun baru terkadang juga sering dipakai

pada saat perayaan hari besar Islam dan juga bahkan dipakai untuk sarana ritual yang

bersifat mistis. Selain itu group musik Tanjidor juga sering diundang di kantor

pemerintahan untuk menyambut tamu undangan pejabat-pejabat pada saat acara-acara

16 Wawancara dengan Bapak Gani (Ketua kelompok seni musik Tanjidor Periode Sekarang)

pada tanggal 06 juni 2020 di Desa Gelebak Dalam.

8

besar dikantor pemerintahan. Berbeda dengan tahun 1970-1980-an, sekitan tahun

1990-an seni tradisional seperti Tanjidor ini sudah memiliki sedikit tempat ditengah

masyarakat.Seni musik Tanjidor sudah sangat jarang ditampilkan pada acara-acara

rakyat. Dan kalaupun ada, yang menanggap seni musik Tanjidor kebanyakan dari

kalangan pengelola atau masyarakat lama dan kerabat dari pemilik kesenian itu

sendiri untuk suatu prosesi perayaan. Seperti hari perayaan kemerdekaan, tahun baru

Masehi maupun tahun baru Islam dan tahun baru Cina, terkadang juga masyarakat

menanggap musik Tanjidor hanya untuk arak-arakan pengantin dan arakan khitanan

saja. 17

Sebelum tahun 1946 M, atau sebelum adanya musik Tanjidor ini masyarakat

desa Gelebak Dalam melakukan arak-arakan pengantin dan juga hiburan dalam acara

sedekah masyarakat menggunakan musik Syarofal anam dan Gendang tetawak.

Kemudian mulai pada tahun 1946 M, masyarakat menemukan alat musik Tanjidor

yang didapatkan dari sumbangan Kodam II Sriwijaya. Pada saat itulah perubahan seni

musik terjadi dikarenakan oleh perubahan perkembangan zaman dan oleh minat

masyarakat. Maka dari itulah musik Tanjidor menjadi pengganti alat musik lawas

seperti syarofal anam dan gendang tetawak. Musik Tanjidor ini berjaya pada tahun

1980-an, karena pada saat itu belum banyak berkembang musik orkes yang seperti

17Ibid.

9

sekarang, dan pada tahun 1980 M, musik Tanjidor menjadi tren dan banyak diminati

oleh masyarakat.18

Perkembangan seni Musik Tanjidor di Indonesia telah banyak diketahui oleh

masyarakat umum. Namun, dalam penelitian mengenai asal usul dan perkembangan

seni musik Tanjidor di Desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabupaten

Banyuasin belum ada yang membahasnya lebih mendalam hal tersebut menjadikan

penulis tertarik untuk mengkajinya dalam sebuah bentuk penelitian. Dari uraian latar

belakang masalah penulis tertarik untuk mengangkat judul tentang: “Asal usul dan

Perkembangan Seni Musik Tanjidor di Desa Gelebak Dalam, Kecamatan

Rambutan, Kabupaten Banyuasin 1946-1980 M”

B. Rumusan dan Batasan Masalah

1. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan suatu penjabaran dari identifikasi masalah dan

pembatasan. Tujuan perumusan masalah adalah untuk memusatkan fikiran serta

mengarahkan cara berfikir kita.19 Secara praktis penelitian ini ingin menganalisis

beberapa masalah sebagai berikut:

18Wawancara dengan Bapak Midan(Ketua Adat Desa Gelebak Dalam) pada tanggal 08 Juni

2020 di Desa Gelebak Dalam. 19Husain Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Motodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Bumi

Askara, 1996), hal. 29.

10

a. Bagaimana gambaran umum desa Gelebak Dalam ?

b. Bagaimana proses masuk dan berkembangnya seni musikTanjidor di desa

Gelebak Dalam ?

c. Bagaimana perkembangan seni musikTanjidor di desa Gelebak Dalam ?

Rumusan masalah di atas merupakan hal yang penting sebab, gambaran umum desa

Gelebak Dalam penting karena untuk melihat kondisi pada desa, proses masuk dan

berkembangnya seni musik Tanjidor di desa Gelebak Dalam pada kajian ini untuk

melihat ataumelacak dari mana seni musik Tanjidor ini berasal sehingga bisa berada

di desa Gelebak Dalam, perkembangan seni musik Tanjidor di desa Gelebak Dalam

pada kajian tentang perkembangan ini penting untuk melihat dinamika-dinamika

karena pada tahun 1980 M Tanjidor di desa Gelebak Dalam dapat meraih

kejayaannya bahkan seni musik Tanjidor sampai pada saat ini menjadi bagian dari

desa Gelebak Dalam.

2. Batasan Masalah

penelitian ini berusaha mengungkapkan asal usul dan perkembangan seni musik

Tanjidor di desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin,

Sumatera Selatan. Penelitian ini mengambil rentang waktu tahun 1946-1980 M. Pada

tahun 1946 M diambil sebagai tolak pangkal dari penelitian karena pada tahun

tersebut seni musik Tanjidor mulai dikenalkan di desa Gelebak Dalam. Sementara itu,

pada tahun 1980 M sebagai akhir dari kajian ini karena tahun tersebut merupakan

tahun dimana seni musik Tanjidor ini meraih masa kejayaannya. Dengan demikian,

yang dimaksud dengan penelitian ini adalah peneliti mengkaji seni musik Tanjidor

11

yang ada di desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin pada

periode 1946-1980 M.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, secara umum bertujuan untuk mengkaji dan

memahami serta menggali informasi dan juga mendeksripsikan asal usul dan

perkembangan seni musi Tanjidor di desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan,

Kabupaten Banyuasi 1949-1980 M. maka penelitian ini bertujuanuntuk.

a. Untuk mengetahui gambaran umum desa Gelebak Dalam.

b. Untuk mengetahui proses masuk dan berkembangnya seni musikTanjidor di

desa Gelebak Dalam.

c. Untuk mengetahui perkembangan seni musik Tanjidor di desa Gelebak

Dalam.

2. Kegunaan Penelitian

Setiap penelitian diharapkan dapat dapat memeberikan kegunaan kepada pihak-pihak

yang membutuhkan dan kegunaan tersebut harus tetap terkait dengan maksud dan

penelitian itu sendiri.20 Disamping itu penelitian ini juga mempunyai dua kegunaan

yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan praktis. Adapun kegunaan praktis dalam

penelitian ini adalah untuk menambah wawasan pengetahuan tentang asal usul seni

20Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, (Yogyakarta: Ombak, 2011),

hal. 12.

12

musik Tanjidor di desa Gelebak Dalam dan menambah khasanah keilmuan bagi

budaya lokal dan hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kesadaran

kepada masyarakat akan pentingnya melestarikan kebudayaan serta menjadikan syiar

dalam agama Islam melalui lantunan sholawat yang dibawakan oleh groub musik

tanjidor. Sementara itu, kegunaan teoritis pada penelitian ini diharapkan dapat

menjadi bahan informan bagi penulis selanjutnya dan juga menjadi masukan untuk

menambah wawasan bagi pembaca terutama Mahasiswa jurusan Sejarah. Juga dapat

menjadi pertimbangan serta rujukan bagi masyarakat Kecamatan Rambutan dalam

upaya melestarikan seni musik tanjidor.

D. Tinjauan Pustaka

Pada penelitian ini membutuhkan kekayaan referensi untuk menkaji tentang asal usul

dan perkembangan musik Tanjidor. Dalam hal ini, peneliti melihat tinjauan dari

beberapa peneliti yang lain yang telah melakukan penelitian sebelumnya yang terkait

dengan penelitian yang dilakukan agar dapat dijadikan pacuan untuk melihat celah

yang belum dikaji oleh studi peneliti terdahulu. Kajian tentang musik Tanjidor ini

bukan kali pertama dilakukan, sebelumnya sudah ada beberapa penelitian yang

berhubungan dengan musik Tanjidor . sepanjang pengetahuan penulis diantara

tulisan-tulisan tersebut adalah sebagai berikut.

Pertama, adalah skripsi yang ditulis oleh Utari Nur Insani Husain yang

berjudul “Keberadaan Tanjidor dalam Prosesi Sripingan pada Upacara Pernikahan di

13

Kabupaten Bantaeng”.21 Menurut Utari kesenian hampir tidak terlepas dari ehidupan

masyarakat dari itulah kesnian masih terus dijaga hingga, dilestarikan dan

dikembangkan oleh masyarakat hingga pada saat ini.Kesadaran masyarakat dalam

melestarikan kesenian daerah sangatlah penting.pada dasarnya sebuah seni

pertunjukan seperti musik Tanjidor memiliki fungsi yang kompleks terkait dengan

pemenuhan kebutuhan manusia.

Kedua, adalah tulisan dalam Artikel dengan judul “Perkembangan Tanjidor

di Kecamatan Pemangkat” yang ditulis oleh Egi Putri Grandena, dkk.22 Menurut

mereka musikTanjidorpada saat ini telah mengalami perubahan yaiu adanya

penggabungan musik Tanjidordengan alat musik modern serta lagu-lagu yang

dibawakan juga menggunakan lagu-lagu modern yang ada pada saat ini sehingga

lagu-lagunya bergabung dengan gendre musik pop, qasidah, dll. Penggabungan

musik itu terjadi karena mengkuti adanya perubahan zaman dari waktu ke waktu.

Ketiga, adalah skripsi yang berjudul “Eksistensi Kesenian Tanjidor di

Pontianak” yang ditulis oleh Imam Azhari.23 Menurut Imam agar seni musik

tradisional daerah tetap tumbuh dan berkembang dalam masyarakat sangat

diperlukan pengetahuan tentang bagaimana asal mula kesenian tersebut ada, karena

hal inilah yang jarang diketahui oleh para generasi muda sekarang ini. Dan intinya

21Utari Nur Insani Husain, "Keberadaan Tanjidor dalam Prosesi Sripingan Pada Upacara

Pernikahan Di Kabupaten Bantaeng" Skripsi, hal. 8-9. 22Egi putri grandean, dkk, “Perkembangan Musik Tanjidor di Kecamatan Pemangkat,”

Http://Www.Google.Com/Url?Sa=t&sasource=web&rct=j&url=https://Media.Neliti.Com/Media/Pub

lications/215110-Perkembangan-Musik-Tanjidor-Di Kecamatan.Pdf&ved., 2016 (28 Maret 2020). 23Imam Azhari, "Eksistensi Kesenian Tanjidor Di Kota Pontianak" Skripsi, hal. 6.

14

selama adat budaya masih berjalan dalam masyarakat maka seni musik Tanjidor

akan tetap eksis di kalangan masyarakat.

Keempat, adalah skripsi yang ditulis oleh Royhan El Fikri dengan judul

“Permainan Piston Pada Kesenian Tanjidor di Sanggar Sinar Betawi Jakarata

Timur”.24 Menurutnya seni musikTanjidormasih tetap diakui sebagai seni musik

tradisional yang memiliki keunikan. Pada zaman dahulu seni musik ini menjadi hal

yang wajib pada setiap kegiatan namun sekarang seiring adanya perubahan zaman

seni musik ini dikalahkan oleh music-musik modern yang bergendre jaz, pop, dll.

Dari beberapa penelitian di atas belum ada yang mengkaji tentang asal usul

dan perkembangan musik Tanjidor di desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan,

Kabupaten Banyuasin 1946-1980 M. Akan tetapi, penelitian di atas ditemukan

sedikit kesamaan mengenai seni musik Tanjidor dari berbagai wilayah yang pada

awalnya berasal dari masyarakat Betawi. Terlepas dari kekurangan dan kelebihan

penelitian di atas beberapa tulisan tersebut menjadi referensi dari penulisan ini lebih

lanjut.

24Royhan El Fikri, "Permainan Piston Pada Kesenian Tanjidor Di Sanggar Sinar Betawi Jakarta

Timur" Skripsi, (Bandung: Prodi Pendidikan Seni Musik Fakultas Pendidikan Seni dan Desain

Universitas Indonesia, 2017), hal. 26.

15

E.Kerangka Teori

Dalam sebuah penelitian ada sebuah landasan teori merupakan hal yang sangat

penting. Karena, dengan sebuah teori penelitian dapat menerjemahkan makna

terhadap fenomena atau objek yang sedang diteliti. Landasan teori dibutuhkan

sebagai sebuah acuan dasar atau kerangka berfikir bagi seorang peneliti didalam

penelitiannya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori sebagai berikut:

1. Teori Sejarah Menurut Ibnu Khaldun

sejarah merupakan ilmu berdasarkan kenyataan, tujuan sejarah adalah agar

manusia sadar akan perubahan-perubahan masyarakat sebagai usaha

penyempurnaan kehidupan. Ibnu Khaldun telah menunjukkan bahwa sejarah

menuju pada arah timbulnya beraneka ragam masyarakat, Negara dan manusia.

Di dalam sebuah Negara mencakup berbagai macam masyarakat, adat, suku dan

juga etnis. Pada sebuah pergantian masa, dimana perubahan-perubahan yang

akan terjadi merupakan sebuah akar dari revolusi, adat, dan lembaga-lembaga

lainnya. Tidak lain dan tidak bukan manusia sendiri itulah sebagai pelaku dari

perubahan atas semua lembaga yang diciptakannya dan yang dapat menjadikan

masyarakat dan Negara tersebut maju.25

Sejarah sangat bergantung pada manusia, pengalaman-pengalaman

sejarah itu direkam dalam dokumen-dokumen yang telah diteliti oleh sejarawan

untuk menentukan fakta-fakta yang diinterpretasikan. Dari interpretasi atas fakta

25R.M, Ali, Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia, (Yogyakarta: Lkis, 2012), hal. 88.

16

barulah akan muncul tulisan sejarah.26 Menurut kuntowijoyo sejarah dalam

istilah waktu terbagi menjadi empat hal yaitu:

a. Perubahan, akan terjadi apabila masyarakat mengalami pergeseran, sama

dengan Perkembangan,akan terjadi apabila masyarakat berturut-turut dari

suatu bentuk ke bentuk lain. Masyarakat biasanya akan berubah dari

bentuk yang sederhana ke bentuk yang lebih kompleks.

b. Kesinambungan, akan terjadi bila suatu masyarakat hanya baru melakukan

adopsi lembaga-lembaga lama.

c. Pengulangan, akan terjadi bila peristiwa yang pernah terjadi dimasa

lampau akan terjadi lagi.

d. perkembangannya. Akan tetapi asumsinya adalah adanya perkembangan

besar dalam waktu yang relatif singkat dan biasanya perubahan itu akan

terjadi apabila ada pegaruh dari luar.27

26Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogakarta: Tiara Wacana, 2013), hal. 46. 27Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, 2005), hal. 9.

17

Bagan 1.1

Struktur diatas menjelaskan bahwa sejarah musik Tanjidorbermula masuk ke Desa

Gelebak Dalam kemudian dibentuk oleh kelompok masyarakat, dan kemudian sedikit

diubah oleh kelompok masyarakat tersebut mengikuti budaya mereka, seperti

penambahan pada alat musik dan lagu daerah. Lalu berkembang pada masyarakat

dengan waktu yang sangat cepat, dan beriring jalannya waktu perubahan terjadi

mengikutu zaman yang telah modern.

2. Teori Difusi Budaya A.L Krober

Penemuan ata yang disebut dengan inovasi itu sendiri merupakan hal baru yang

mana telah menentukan pertumbuhan suatu unsur kebudayaan dan juga

penemuan itu sendiri merupakan salah satu dasar dari perubahan suatu

kebudayaan. Keterkatan yang dapat dilihat dari inivasi dan difusi bahwa suasu

Masuk Dibentuk

Perubahan

Mengikutiadatbudaya

Perkembangan

Perubahanmengikuti zaman

yang berkembangmenjadi

modern

18

proses kebudayaan telah bermula dari proses onovasi, difusi itu sendiri dapat

diartikan sebagai proses penyebaran sejumlah unsure kebudayaan.28

Sebagaimana fenomena sosial yang telah peneliti amati di kalangan

masyarakat desa Gelebak Dalam, bahwa telah terjadi perubahan atau pergeseran

salah satunya pergantian alat musik atau hiburan sebelum tahun 1946 M

masyarakat mengguakan musik hiburan gendang tetawak kemudin setelah

terdapat budaya luar masuk membawa Tanjidor masyarakat menggunakan musik

Tanjidor sebagai musik hiburannya. Peneliti mengambil salah satu pemikiran

yang dikemukakan oleh Alfred L. Krober yang mana ia menjelaskan secara detai

tentang unsur penyebaran suatu kebudayaan. Sebagaimana difusi itu sendiri

menjelaskan tentang perubahan yang terjadi dalam suatu masyarakat. Difusi itu

sendiri dimaknai sebagai penyebaran unsur-unsur satu kebudayaan ke

kebudayaan lain. Menurut Krober, difusi akan selalu menimbulkan perubahan

bagi kebudayaan yang menerima unsure kebudayaanlain yang menyebar, peran

difusi dalam kebudayaan manusia dapat dikatakan sangat berperan penting.

Difusin itu sendiri akan terjai jika penemuan baru yang telah diterima

oleh masyarakat kemudian dapat diteruskan dan juga disebarkan pada

masyarakat luas. Sebagaimana masyarakat itu sendiri dapat menikmati akan

kegunaan dan daoat menjadi salah satu pendorong bagi pertumbuhan

kebudayaan masyarakat manusia. Peran yang diberikan difusi itu sendiri apabila

dilihat dari ralitas di kalangan masyarakat desa Gelebak Dalam tanpa adanya

28Judistira, Teori-teori Perubahan Sosial, (Bandung: Padjajaran, 1992), 73.

19

suatu budaya baru proses difusi itu tidak bisa menjadi pendorong terjadinya

pergesaran budaya. Penyebaran budaya atau proses difusi berlangsung ketika

terdapat suatu tempat yang mana digunakan untuk menyebarkan unsur

kebudayaan dan dilihat dari masyarakat yang berlatih Tanjidor di lapangan

dengan pelatih-pelatih dari luar kemudian menghasilkan ketertarikan masyarakat

setempat akan Tanjidor terjadilah pergeseran musik lawas ke musik yang baru.

Pada penelitian ini juga mnggunakan pendekatan antropologi. Antropologi

merupakan suatu studi disiplin ilmu yang berdasarkan rasa ingin tahun mengenai

manusia. Antropologi sendiri secara sederhana dapat diartikan sebagai ilmu yang

mempelajari tentang masyaradat juga kebudayaan. Kebudayaan tersebut yaitu hasil

dari kegiatan dan penciptaaan manusia maka, antropologi merupakan ilmu tentang

manusia terkhusus tentang asal-usul, aneka warna, bentuk fisik, adat istiadat dan juga

kepercayaan pada masa lampau.29

E. Metodologi Penelitian

Untuk mendapatkan suatu haisil penelitian agar dapat dipertanggung jawabkan secara

ilmiah, maka diperlukanlah metode yang sesuai dengan objek yang diteliti. Metode

yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode sejarah .Metode

penelitian sejarah ialah suatu penyelidikan dalam sebuah masalah dengan

mengaplikasikan jalan pemecahnya melalui perspektif historil. Menurut Gilbert J.

29Abdullah, dkk, Metodologi Penelitian Agama Sebuah Pengantar, Cet 2, (Yogyakarta: Tri

Wacana, 1990), hal. 92.

20

Gharraghan, metode penelitian merupakan sebuah seperangkat aturan dan prinsip

sistematis untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif, dan

menilainya secara kritis, serta mengajukan sintesa dari hasil-hasil yang telah dicapai

dalam bentuk yang tertulis. 30

Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam metode penelitian sejarah

adalah sebagai berikut. Pertama, heuristik (pengumpulan sumber). Pada tahap ini,

penulis mengumpulkan data melalui buku-buku, artikel, jurnal, skripsi dan

wawancara mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penelitian yang hendak

ditulis.Selain melakukan wawancara dengan informan beberapa penulis juga mencari

sumber-sumber data yang relevan dengan penelitian. Sumber itu dapat dengan

membongkar arsip-arsip yang ada, peneliti juga mencari buku-buku yang berkaitan

dengan penelitian.31

Berdasarkan sifatnya, sumber sejarah terdiri dari sumber data primer dan

skunder.Sumber data primer yaitu sumber yang waktu pembuatannya tidak jauh dari

peristiwa, sedangkan sumber data skunder yaitu sumber yang waktu pembuatanya

jauh dari peristiwa.Heuristik merupakan tekhnik pencarian data dan pengumpulan

data sember sejarah baik secara lisan maupun tulisan. Adapun teknik pencarian dan

pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Observasi yaitu, ketika peneliti turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan

aktivitas individu-individu di lokasi penelitian.Dalam pengamatannya, peneliti

30Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, (Yogyakarta: Ombak, 2011),

hal. 103. 31Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah, (Yogakarta: Ombak, 2007), hal. 76.

21

akan merekam atau mencatat baik terstruktur maupun semi struktur. misalnya

dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan yang ingin diketahui, untuk

mengetahui aktivitas-aktivitas dilokasi penelitian.

2. Wawancara, teknik ini dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung

dari sumber primer guna menjawab permasalahan yang akan dikaji. Peneliti

melakukan wawancara langsung dengan Ketua Adat desa Gelebak Dalam,

wawancara dengan pemilik musik Tanjidor, para pemain, tokoh adat dan tokoh

masyrakat sekitar. Salah satu yang akan diwawancari adalah Bapak Midan

sebagai Ketua Adat Desa Gelebak Dalam.

3. Dokumentasi, adalah catatan peristiwa yang telah berlalu. Dokumtasi tersebut

dapat berupa gambar, tulisan, atau karya-karya monumental. Proses dokumentasi

dari penelitian ini diambil dari gambar dan catatan mengenai seni musik

tradisional Tanjidor.

4. Materi audio-visual, teknik ini digunakan peneliti untuk memuat data berupa

gambar atau foto mengenai alat-alat musik Tanjidor, penampilan pada saat

pementasan di desa Gelebak Dalam

Kedua, verifikasi (kritik sumber). Kritik sumber merupakan langkah

selanjutnya setelah langkah pengumpulan sumber dilakukan. Kritik sumber juga

merupakan salah satu upaya untuk kredebilitas sumber dan otensitas. Dengan cara

melakukan kirtik, maksudnya adalah kerja intelektual dan juga rasional yang

22

mngikuti merodologi sejarah agar mendapatkan objektifitas suatu kejadian.32Data

yang telah terkumpul akan diuji kembali untuk mengetahui keontetikan dan

kredibilitas sumber dengan menggunakan kritik internal dan ekstern. Kritik intern

dilakukan untuk mengetahui kebenaran isi yang membahas tentang aktivitas suatu

organisasi, apakah sesuai dengan permasalahan atau tidak. Setelah kritik intern

dilakukan maka, dilanjutkan dengan kritik eksternal yaitu untuk mengetahui tingkat

keaslian sumber data agar memperoleh keyakinan bahwa penelitian telah dilakukan

dengan menggunakan sumber data yang tepat dan jelas.33

Ketiga, interpretasi (penafsiran). Dalam sejarah terdapat dua unsure penting

yaitu fakta sejarah dan penafsiran sejarah atau interpretasi. Jika tidak ada faktanya

maka sejarah tidak akan dibangun, juga jika tidak interpretasi maka sejarah juga tidak

lebih merupakan kronik, yaitu urutan peristiwa.34 Interpretasi dilakukan peneliti

untuk mencapai pengertian faktor-faktor yang menyebabkan suatu peristiwa itu

terjadi. Interpretasi sendiri dapat dilakukan dengan memperbandingkan data untuk

melihat peristiwa-peristiwa mana yang terjadi dalam waktu yang sama. Dalam tahap

ini penulis akan melakukan analisis sejarah terhadap sumber data yang telah

terverifikasi juga dapat dipertanggung jawabkan jika terdapat suatu sember data yang

berbeda dalam lingkup masalah yang sama. Peulis akan membandingkan antara data

32Suhartono W. Pranoto, Teori dan Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: PT. Graha Ilmu, 2010),

hal. 35 33Helius Sjamsuddin ,Metodologi Sejarah, hal. 23. 34Sugeng Priyadi, Metode Penelitian Sejarah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hal. 85.

23

yang satu dan data yang lainnya agar data menjadi sinkron untuk menentukan data

yang lebih mendekati kebenarannya.

Keempat, historiografi (Penulisan Sejarah). Tahap ini merupakan tahap

terakhir penelitian, pelaporan atau pemaparan hasil dai penelitian yang telah

dilakukan sebagai riset sejarah yang disusun secara sistematis agar mudah di fahami

oleh pembaca.35 Laporan hasil penelitian akan disajikan dari awal sampai dengan

akhir meliputi masalah-masalah yang harus dijawab. Hasil dari penelitan ini

disajikan dalam bentuk deskripsif analisis, yaitu mendeskripsikan atau memamparkan

gambar terhadap objek yang diteliti melaui data yang telah terkumpul dan

menghasilkan analisa untuk dijadikan sebuah kesimpulan.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam penulisan, penulis menggunakan sistematika penulisan

dalam Lima bab berikut:

Bab I merupakan pendahuluan. Bab ini terdiri atas tujuh sub bab yaitu.latar

belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,

tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II membahas tentang Desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan,

Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan Sebuah Gambaran Umum. Uraian

bab ini memfokuskan padasejarah singkat desa Gelebak Dalam, letak geografi dan

demografi, kondisi Demografi, ekonomi dan aktivitas perekonomian penduduk,

35Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, hal. 101-113.

24

kondisi sosial dan budaya, serta kondisi politik dan keagaam masyarakat desa

Gelebak Dalam. Maksud dari pembahasan ini adalah untuk mengetahui secara jelas

lokasi yang digunakan sebagai sasaran penelitian.

Bab III menguraikan proses masuk dan berkembangnya seni musik Tanjidor

di desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin. Bab ini akan

mendeskripsikan hasil analisis terhadap awal masuknya musik Tanjidor di Desa

Gelebak Dalam, Analisis difokuskan pada sejarah masuknya musik Tanjidor di

Indonesia, awal masuknya musik Tanjidor di desa Gelebak Dalam, dan tokoh-tokoh

yang berperan dalam berdirinya musik Tanjidor ke desa Gelebak Dalam, dan Alat

Musik dan Prosesi Pertunjukan Musik Tanjidor di desa Gelebak Dalam. Maksud dari

pembahasan ini untuk mengetahui asal mula masuknya musik Tanjidor ke desa

Gelebak Dalam.

Bab IV menganalisis perkembangan seni musik Tanjidor di desa Gelebak

Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin. Pada bab inianalisis dilakukan

untuk mendeskripsikan perkembangan musik Tanjidor di desa Gelebak Dalam.

Maksud dari pembahasan ini mengetahui bagaimana perkembangan musik Tanjidor

di desa Gelebak Dalam.

Bab V adalah penutup. Pada bab ini akan mendeskripsikan kesimpulan dan

saran. semua uraian di atas akan disimpulkan pada bab ini. kesimpulan ini merupakan

jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan dalam perumusan masalah.

Selain itu, bagian ini merupakan bentuk refleksi teoritis dari hasil penelitian.

23

BAB II

DESA GELEBAK DALAM, KECAMATAN RAMBUTAN,

KABUPATEN BANYUASIN, SUMATRA SELATAN:

Sebuah Gambaran Umum

Pada Bab II ini akan diberikan pemaparan mengenai gambaran umum pada lokasi

penelitian, Yaitu sebuah gambaran umum mengenai desa Gelebak Dalam, Kecamatan

Rambutan, Kabupaten Banyusin penjelasan yang berikan merupakan penjabaran dari

rumusan masalah yang ada, penjelasan tersebut berupa sejarah singkat desa Gelebak

Dalam, letak geografi dan monografi, kondisi ekonomi dan aktivitas perekonomian,

kondisi sosial budaya, serta kondisi politik dan keagamaan. Yang akan dijelskan

sebagai berikut.

A. Sejarah Singkat Desa Gelebak Dalam

Desa Gelebak Dalam sebagian besar adalah keturunan kaum ningrat Palembang yang

bermukim diluar kota Palembang. Desa Gelebak Dalam secara administratif berada

di wilayah Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan.

Menurut sejarahnya desa Gelebak Dalam dikenal dengan sebutan Marga Sri Kuto

Parung Priyayi yang merupakan salah satu zuriat atau keturunan Kesultanan

Palembang Darus Salam. Kemudian, menurut catatan sejarah masa pemerintahan

warga Parung Priyayi berkisaran antara tahun 1705-1907 M. Masa pemerintahan itu

kurang lebih selama 112 tahun dengan empat kali pergantian depati antara lain yaitu,

yang pertama depati Mamat memerintah sejak tahun 1705-1825 M, dilanjutkan oleh

depati Saribudin yang memerintah sejak tahun 1825-1860 M, setelah itu dilanjutkan

24

oleh depati Jakpar yang memerintah sejak tahun 1860-1895 M, dan dilanjutkan oleh

pasirah Abdul Hakim memerintah sejak tahun 1895-1907 M.36

Desa Gelebak Dalam menurut catatan sejarah merupakan gabungan dari

beberapa dusun yang berjauhan dan letaknya dalam satu wilayah warga. Adapun

dusun-dusun yang tergabung dalam desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan,

Kabupaten Banyuasin tersebut adalah. Sungai Doesoen,Talang Batu Besak dan

Talang Batu Kecik, Solumuk, Talang Badak, Rimbo, Talang Hendi, dan Seberoek.

Tepat pada tanggal 7 Juli 1907 M delapan Dusun tersebut digabungkan menjadi satu

sehingga tempat wilayah desa Gelebak Dalam yang terdiri dari satu dusun dan

sekarang telah dimekarkan menjadi tiga dusun seperti saat ini.37

Menurut hikayat yang ada, dahulu sebelum menjadi nama desa Gelebak

Dalam di tanah perkantoran Kepala Desa saat ini ditemukan sebuah kayu yang

tumbuh besar dan rindang yang dinamakan kayu Blebek hingga kini masyarakat tidak

tahu bentuk dan rupanya. Namun, masyarakat tetap menerima karena hal ini di

tunjang keterangan dari orang-orang tua. Meskipun ada juga yang tidak menerima

asal usul Gelebak Dalam yang diambil dari nama kayu tersebut, menurut pandangan

atau kajian dari segi akademiknya blebek karena nenek moyang mayoritas ahli

bertani. Pendapat ini tentunya dapat diterima oleh masyarakat untuk menunjang

36Midan, KompilasiAdatIstiadat Sri KutoParungPriyayi, (GelebakDalam: PemerintahanDesa,

2014), hal.7. 37Ibid, hal.8.

25

kemampuan nenek moyang, akan tetapi yang menjadi dasar pertimbangan kuat dalam

menetapkan sejarah asal usul desa Gelebak Dalam sumber bukti fakta.38

Di bawah kayu yang rindang tersebut bertemulah para sesepuh delapan

dusun untuk menentukan dimanakah tempat tinggal yang cocok. Kemudian mereka

bermohon kepada Allah dengan cara ritual kiyas kemudian mereka melakukan

penggalian sedalam dan sebesar kulak bersamaan menggali tanah tersebut lalu ditakar

enam kulak dan selanjutnya memasukkan tanah yang di takar tadi kembali kedalam

tanah yang dilobangi. Kemudian tanah-tanah tersebut ditakar kembali hingga

mendapatkan tujuh kulak, dari peristiwa tersebutlah para sesepuh terinspirasi tempat

yang baik dan disinilah desa Gelebak Dalam didirikan, makna kayu blebek menjadi

dusun Gelebak dan makna melobangi menjadi Dalam sehingga kesempurnaan

menjadi sebuah perkampungan baru yang disepakati oleh kedelapan sesepuh dusun

bersatu tempat tinggal yaitu dusun Gelebak Dalam.39

Pada masanya desa Gelebak Dalam mengalami beberapa kali pergantian

kepemimpinan baik kerio maupun kepala desa. Adapun nama-nama pemimpin desa

dari Kerio sampai ke kepala desa dan PJS sampai hingga sekarang yaitu. Pertama,

kerio Mursit beliau adalah seorang kerio yang dahulunya tinggal di kampung darat

atau saat ini dikenal dengan nama desa Gelebak Dalam beliau menjabat sekitar

38Wawancaradengan Bapak Hendri Sani (KepalaDesaGelebakDalam) pada 10 Januari 2021 di

DesaGelebakDalam. 39Ibid.

26

periode 1907-1927 M. Kedua, kerio Bari beliau merupakan adik dari kerio Mursit

beliau menjabat sejak tahun 1927-1945 M. Ketiga, kerio Basudin beliau adalah anak

dari kerio Bari, kerio Basudin pada awalnya tinggal disebuah desa yaitu desa

Pangkalan Gelebak sebelum menjadi desa Pangkalan Gelebak desa tersebut

dahulunya dikenal dengan nama desa Pangkalan Rumbio atau Kampung laut.

Selain itu kerio Basudin pernah menjabat pada periode 1945-1960 M. Ke

empat kerio Kabul beliau memimpin dengan cara dipilih oleh masyarakat setempat

kerio Kabul sendiri dahulunya tinggal di kampung darat dan menjabat pada periode

1960-1968 M. Ke lima kades Madan beliau adalah pemimpin yang ditunjuk dari

kampung darat bersama dengan kerio Kabul sedangkan dari kampung laut ditunjuk

kerio Ujang dan Kerio Jumat pada masa pemerintahan kerio Jumat masa

kepemimpinan kades Madan terjadi hukum pemilihan. Pada saat pemerintahan

kampung darat terjadi dua putaran Pemerintahan, pada putaran pertama dan kedua

yang berhasil memenangkan pemilihan yaitu, Haji Madan inilah yang memutuskan

untuk menjadikan desa Pangkalan Rumbia menjadi dua desa yaitu Pangkalan

Gelebak dan Gelebak Dalam, pembagian desa itu terjadi karena pada saat pemilihan

untuk wilayah kampung laut yang berhasil tepilih menjadi kerio yaitu Bapak Jumat

dan kades Madan memerintah pada periode 1970-1994 M. Ke enam, dilanjutkan oleh

PJS (Pejabat Sementara) yaitu Kades A.Rope’i, S.P memerintah hanya untuk satu

tahun yaitu pada tahun 1995 M. Ketujuh Kades A.Rifai, S.Pd memerintah dari tahun

1996-2003 M. Ke delapan Kades Junaidi beliau memerintah sejak tahun 2004-2014

M. Ke sembilan PJS (Pejabat Sementara) kades Khoirul Anwar beliau hanya

27

memerintah ditahun 2015 M. Kesepuluh, Kades Hendri Sani beliau adalah Kepala

Desa yang baru terpilih ditahun 2016 M, Kades Hendri Sani menjabat dari periode

2016-2022.40

B. Letak Geografi dan Demografi

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batasa-batasan wilayah

yang Berwewenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat.

desa juga merupakan wilayah yang penduduknya saling mengenal, hidup bergotong

royong, mempunyai adat istiadat yang sama, dan juga mempunyai tata cara sendiri

dalam mengatur kehidupan masyarakatnya. Desa merupakan daerah otonomi yang

bulat dan utuh dan juga bukan pemberian dari pemerintah, sebaliknya juga

pemerintah berkewajiban untuk menghormati otonomi asli yang dimiliki desa,

otonomi desa sendiri diakui secara nyata sehingga menjadi daerah yang bersifat

istimewa dan mandiri. Memiliki identitas sendiri dan bukan merupakan unsur

pelaksanaan administratis Kabupaten atau Kecamatan.41

Dalam ruang lingkup regional hubungan antara geografi dan sejarah akan

menelaah tempat dan aktivitas penghuninya pada waktu dan ruang tertentu. Faktor

penting geografis inilah berupa lokasi, iklim, dan morfologi permukaan bumi. Ke tiga

faktor tersebut selanjutnya diadaptasi oleh manusia sebagai tempat beraktivitas pada

40Midan, KompilasiAdatIstiadat Sri KutoParungPriyayi, hal.9-10. 41HAW. Widjaya, OtonomiDesaMerupakanOtonomi yang Asli, Bulat dan Utuh, (Jakarta:

Raja GrafindoPersada, 2003), hal. 164.

28

kehidupannya dan suatu bentang alam yang pada sekarang ini telah mengalami

perubahan secara terus menerus sebab kegiatan manusia.42

Mempelajari mengenai region geografis dapat diketahui mengenai informasi

tentang bagaimana manusia dari waktu ke waktu telah memanfaatkan kesempatan

yang telah diberikan oleh lingkungan geografis, perbedaannya kondisi geografis

menciptakan suatu perbedaan pada tingkat peradabannya. Kondisi geografis adalah

suatu wilayah yang tidak hanya menjelaskan tentang suatu fenomena alam saja. Akan

tetapi, menjelaskan juga secara luas tentang kehidupan dan kondisi yang berkaitan

dengan masyarakat. Contohnya, pengaruh dari bencana alam seperti, longsor, banjir,

tsunami akan menjadikan perubahan kondisi sosial pada wilayah awalnya menjadi

pusat peradaban atau sebaliknya.

Pada tahun 1980 M, Kabupaten Banyuasin masih tergabung dengan

Kabuaten Musi Banyuasin dan Desa Gelebak Dalam masih ikut dengan Kecamatan

Banyuasin I yang letak Kecamatannya di wilayah Maryana, Kabupaten Banyuasin

mengalami pemekaran wilayah pada tahun 2002 M, begitupun juga Kecamatan

Banyuasin I mengalami pemekaran wilayah pada tahun 2002 M dan Desa Gelebak

Dalam masuk Dalam Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin.43Berikut peta

wilayah Kabuaten Musi Banyuasin sebelum mengalami pemekaran wilayah.

42Sukma Perdana Prasetya, “TelaahIntegratifGeografiKesejarahan”, Reasearchgate, 2018, hal

.2 43Katalog BPS Kabupaten Banyuasin, Banyuasin DalamAngka2002, hal. 1.

29

Gambar 2.1 Peta Wilayah Kabupaten Musi Banyuasin 1980

Sumber: Katalog BPS Musi Banyuasin

Pada peta wilayah di atas, juga dapat dilihat bahwa Kecamatan Banyuasin I

berbatasan dengan Kecamatan Muara Padang sebelah Barat, sebelah Utara Kota

Palembang, sebelah Timur Kabupaten OKI, dan sebelah Selatansungai Ogan.

Kecamatan Banyuasin I termasuk di dalamnya desa Gelebak Dalam mempunyai

iklim tropis dan basah dengan variasi curah hujannya antara 1,97-13,32 mm

sepanjang tahunnya. Sedangkan curah hujan terbanyak terjadi pada bulan Desember

30

setiap tahun. Keadaan tanah di Kecamatan Banyuasin I juga termasuk didalamnya

desa Gelebak Dalam yaitu datran rendah dan rawa-rawa. 44

Kemudian demografi, demografi adalah suatu gambaran mengenai

kependudukan manusia yang berkaitan dengan kelahiran, kematian, dan perpindahan

penduduk. Menurut Philip M. Hauser dan Dudley Ducan (1959), ia mengatakan

bahwa demografi merupakan ilmu yang mempelajari jumlah persebaran territorial

dan komposisi penduduk dan juga perubah-perubahannya dan sebab dari perubahan

tersebut. Biasanya sebab dari perubahan tadi terjadi karena peristiwa kelahiran,

kematian, migrasi, dan mobilitas status. Daniel J. Bogue (1973) mengatakan bahwa

demografi ialah ilmu yang mempelajari secara statistik dan matematik mengenai

besaran komposisi dan distribusi penduduk juga perubahan-perubahan sepanjang

masa melalui bekerjanya lima komponen demografi yaitu, kelahiran, perkawinan,

kematian, migrasi, dan mobilitas sosial.45 Dari beberapa definisi demografi menurut

beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa demografi adalah pembahasan

mengenai kependudukan yang dinilai melalui jumlah, struktur, persebaran, serta

faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Pada tahun 1980 M, wilayah kecamatan Banyuasin I memiliki luas wilayah

2.884,57 km2/sq.km., dengan jumlah 55 (Lima Puluh Lima) Desa dan jumlah

penduduk laki-laki dan perempuan 153.323 jiwa. Desa Gelebak Dalam memiliki luas

44Katalog BPS Kabupaten Musi Banyuasin, Musi Banyuasin Dakam Angka 1980, hal. 208. 45Sonny Hary B. Harmadi, Analisis Data Demografi, (Tanggerang Selatan:Universitas

Terbuka, 2016), hal. 1-3.

31

wilyah 2.583,70 dengan jumlah penduduk 1.803 jiwa penduduk laki-laki dan

perempuan..46 Untuk memperjelas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Menurut Desa

Laki-laki dan Perempuan

No. Nama Desa Penduduk

(L)

Penduduk

(P)

Penduduk

(L+P)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

Pangkalan Gelebak

Gelebak Dalam

Sako

Tanjung Marbu

Rambutan

Tanjung Kerang

Parit

Durian Gadis

Suka Pindah

Plajau

Tanah Lembak

Kebon Sahang

Siju

Desa Baru

Menten

Sungai Dua

Sungai Pinang

Sungai Kedukan

Sungai Gerong

Sungai Rebo

Mariana

Perajin

Merah Mata

Pematang Palas

Cinta Manis

Perambahan

654

889

811

437

682

650

276

102

383

322

861

289

833

314

639

1328

2043

1684

2803

3310

6209

2144

8620

1248

924

378

678

914

837

412

723

650

279

132

432

312

359

313

838

328

666

1306

2096

1677

2840

3404

6103

2114

7979

1148

884

357

1332

1803

1648

849

1405

1300

555

234

815

634

720

602

1671

642

1305

2634

4139

3361

5643

6714

12312

4258

16599

2396

1808

735

46Katalog BPS Sumatera Selatan, Sumatera Selatan Dalam Angka1980, hal. 227.

32

27.

28.

29.

30.

31.

32.

33.

34.

35.

36.

37.

38.

39.

40.

41.

42.

43.

44.

45.

46.

47.

48.

49.

50.

51.

52.

53.

54.

55.

Cinta Manis Baru

Sebokor

Teluk Tenggirik

Sebubus

Sumber Mulyo

Margo Mulyi

Sugi Waras

Daya Bangun

Karang Anyar

Tirto Raharjo

Air Gading

Sugiharjo

Sumber Makmur

Purwodadi

Suber Sari

Tanjung Baru

Indra Pura

Sido Rejo

UPT V Jalur 18

Daya Murni

Ganesha Mukti

Margo Rukun

Argo Mulyo

Cendana

Tibul Jaya

Jalur Mulya

Tirto Mulyo

Air Solok Batu

Muara Padang

4618

840

1924

260

761

861

933

728

200

1050

875

1335

1443

1320

508

278

935

1139

650

686

730

1155

778

870

589

935

587

345

1600

4185

800

1870

287

701

783

832

671

209

956

840

1203

1300

1176

417

286

873

1108

554

620

682

1063

820

1588

585

872

500

335

1600

8803

1640

3794

547

1662

1644

1765

1399

409

2006

1715

2538

2743

2496

925

564

1808

2247

1204

1306

1412

2218

1008

1748

1174

1807

1087

680

2395

Jumlah 69757 75226 153.323

Sumber: Katalog BPS Sumatera Selatan tahun 1980.

33

Gambar 2.2 Peta wilayah Kabupaten Banyusin Tahun 2002

Setelah pemekaran dari Musi Banyuasin

Sumber: Katalog BPS Banyuasin dalam angka 2002.

Dari peta di atas dapat dilihat bahwa Kecamatan Rambutan berada dalam

wilayah Kabupaten Banyuasin. Sebagaimana daerah Kabupaten atau Kota lainnya di

Indonesia, setelah pemekaran wilayah Kabupaten Banyuasin dari Musi Banyuasin

pada tahun 2002 M, memecah wilayah menjadi Kabupaten Banyuasin dengan luas

wilayah 11.832,99 km2 dibagi habis menjadi Kecamatan kemudian Kecamatan

tersebut dibagi menjadi desa-desa dan Kelurahan. Begitu juga dengan Kecamatan

Rambutan pada tahun 2002 mengalami pemekaran wilayah, Kecamatan Rambutan

34

memisahkan diri dari Kecamatan Banyuasi I. Kecamatan Rambutan memiliki luas

wilayah 624,55 Km2/Sq.Km dengan rata-rata jumlah penduduk 57 per Km2. 47

C. Ekonomi dan Aktivitas Perekonomian Penduduk

Ekonomi adalah aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi,

pertukaran, konsumsi barang dan jasa. Ekonomi secara umum atau secara khusus

adalah aturan rumah tangga dan menejemen rumah tangga.48 Manusia hidup dalam

satu kelompok yang membentuk suatu sistem. Sistem secara sederhana dapat di

artikan sebagai interaksi, kaitan, atau hubungan dari unsur-unsur yang lebih kecil

membentuk satuan yang lebih kompleks sifatnya. Dengan demikian sistem ekonomi

merupakan interaksi dari unit-unit yang kecil ke dalam unit ekonomi yang lebih besar

di suatu wilayah tertentu. 49

Seperti yang telah dijelaskan mengenai gambaran wilayah lokasi geografis

secara tidak langsung mempunyai hubungan dengan kondisi perekonomian

penduduk. Seperti yang sudah di ketahui, wilayah Sumatera Selatan merupakan

sebuah daerah maritim yang pusat kegiatan pasarnya tergantung pada sungai baik itu

sebagai jalur transportasi maupun jalur perdagangan. Palembang sendiri merupakan

wilyah yang strategis sebagai penghubung daerah perdesaan yang ada di pedalaman,

tidak heran lagi jika Palembang menjadi sebuah jembatan yang bagus untuk

47Katalog BPS Kabupaten Banyuasin, Banyuasin Dalam Angka 2002, hal. 7. 48DepartemenPendidikan Nasional, KamusBesar Bahasa Indonesia, EdisiKelima, (Jakarta:

CV Adi Perkasa, 2016), h. 3. 49Delimove, PerkembanganPemikiranEkonomi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 2.

35

komoditas dari daerah iliran maupun huluan yang kemudian dijual sebagai komoditas

pasar Eropa.50

Desa Gelebak Dalam merupakan desa yang memiliki lahan rawa persawahan

yang sangat luas dan memiliki sungai. Sejak saat Desa Gelebak Dalam masih dalam

Marga Sri Kuto Parung Priyai berkisaran antara tahun 1705 M, masyarakatnya

bermatapencaharian dengan memanfaatkan sumber daya alam yang yang ada.

Masyarakat Sri Kuto Parung Priyai dalam kesehariannya bekerja sebagai pencari

ikan di sungai dan di sawah lebak dengan menanam padi. Pada saat itu masyarakat

menjual hasil carian ikan ke pasar kota dengan menggunakan jalan sungai Musi, sejak

tahun 1907 setelah Sri Kuto Parung Priyai terbentuk menjadi sebuah desa yaitu desa

Gelebak Dalam masyarakat mulai bekerja sebagai petani padi yang panennya setiap

satu tahun sekali. Masyarakat menghabiskan kesehariannya dengan bekerja di sawah

apalagi pada saat musim surut tiba.51

Menurut sejarahnya nenek moyang desa Gelebak Dalam merupakan ahli

peramal. Ia menafsirkan perjalanan mata, tahun, bintang yang menjadi pedoman

tentang kapan pelaksanaan membuat anak padi untuk bercocok tanam yang benar.

Jika perhitungan tidak tepat maka kemungkin besar akan mengalami gagal panen

yang diakibatkan oleh faktor alam dan gangguan hewan hama seperti burung dan

50Jeroen Peeters, Kaum Tuo-Kaum MudoPerubahan Religius di Palembang,hal. 88. 51Wawancara dengan Bapak Hendri Sani (Kepala Desa Gelebak Dalam) pada 10 Januari 2021

di Desa Gelebak Dalam.

36

tikus. Persawahan di desa Gelebak Dalam adalah persawahan tanah lebak atau lahan

rawa, lahan rawa lebak yaitu lahan rawa yang terdapat di pedalaman yang kondisi

topografinya relatif cekung dan airnya tidak dapat mengalir keluar. Pada lahan seperti

ini setiap tahunnya mengalami genangan minimal selama tiga bulan dengan tinggi

genangan minimal 50 cm. pada saat ketika musim penghujan lahan ini akan tergenang

dan akan surut pada saat musim kemarau.

Pada area persawahan seperti ini hanya dapat ditanami padi satu tahun sekali

yaitu pada musin surut. Lahan rawa lebak di Sumatera Selatan sendiri telah

diupayakan oleh petani Melayu sejak ratusan tahun lalu. Sumatera selatan juga

mempunyai lahan rawa lebak yang cukup besar, yaitu mencapai 2,98 juta Ha.52 Salah

satu desa di Sumatera Selatan yang telah mengelola lahan rawa lebak menjadi areal

persawahan adalah desa Gelebak Dalam. Mengingat padi hanya bisa ditanam dan di

panen musiman yaitu satu tahun sekali, masyarakat merasa kurang untuk kebutuhan

hidup. Lalu sejak tahun 1980 M masyarakat desa Gelebak Dalam mulai mencoba

bercocok tanam pada tanaman lain selain padi yang dapat dihasilkan dengan jangka

waktu yang dekat, kemudian mereka mencoba tanaman karet.

Perkebunan karet adalah alternatif yang dipilih oleh masyarakat desa

Gelebak Dalam karena melihat dari kondisi kesuburan tanah yang cocok. Setelah

mereka mencoba tanaman karet dan lama-kelamaan hasil dari perkebunan karet

sangat menguntungkan untuk biaya hidup sehar-hari. Kemudian seiring berjalannya

52 Badan Pusat Statistik, “Sistem Informasi Rujukan Statistik”, dalam

https://sirusabps.go.idsirusa index.php variable 2567.

37

waktu di desa Gelebak Dalam banyak masyarakat yang berkebun karet.Ketertarikan

masyarakat terhadap karet merupakan hal yang positif karena, secara ekonomi hasil

dari perkebunan karet sangat menguntungkan dari pada tanaman padi yang hanya satu

tahun sekali sedangkan karet dapat menghasilkan getah yang siap jual dalam waktu

satu minggu sekali dan mereka mendapatkan uang dari hasil penyadapan karet.

Selama karet belum berumur enam tahun masyarakat dapat menanam sayur

mayur disela-sela tanaman karet dan berternak sehingga dapat memenuhi kebutuhan

hidup sehari-hari. Meskipun masyarakat desa Gelebak Dalam sudah mendapat

penghasilan lain dari karet namun, mereka tetap berswah di sawah lebak setiap satu

tahun sekali. Jika musim sawah tiba biasanya akan tebentang luas hamparan tanaman

padi di desa Gelebak Dalam, musim itu biasanya terjadi saat bulan juni sampai

dengan desember.53 Pada kisaran tahun 1907 sampai 1980an masyarakat mengekspor

hasil panennya melalui jalur sungai dengan menggunakan tongkang karena, pada saat

itu belum ada jalur darat dan kendaraan darat yang bisa membawa hasil panen.

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa komoditi merupakan hal yang

sangat penting dalam membangun perekonomian masyarakat. Aspek lain pertanin

dan perkebunan merupakan tanda dari berkembangnya pola ekonomi pada

masyarakat yang mulai menciptakan komiditinya sendiri. Hal ini juga yang telah

menjadikan keadaan ekonomi sangat berpengaruh. Secara garis besar seperti inilah

53Wawancara dengan Bapak HendriSani (Kepala Desa Gelebak Dalam) pada 10 Januari 2021

di Desa Gelebak Dalam.

38

keadaan ekonomi dan aktivitas perekenomian di Desa Gelebak Dalam pada Tanun

1907 M sampai dengan 1980an.

D. Kondisi Sosial Budaya

Kondisi sosial adalah suatu keadaan yang ada didalam masyarakat, baik itu berupa

norma, tata, nilai ataupun struktur masyarakat. Hal tersebut merupakan kesatuan yang

membentuk pola yang ada didalam masyarakat. Kondisi sosial tentunya memiliki

hubungan yang sangat erat dengan kebudayaan. Kondisi sosial yang akan dijalankan

secara terus menerus akan membentuk suatu kebiasaan yang menjadi tradisi dan

nantinya akan menjadi faktor yang membentuk kebudayaan. Kondisi sosial dalam

suatu masyarakat akan menjelaskan tentang norma, interaksi, dan tata nilai yang ada

di dalam masyarakat tersebut. Contoh hal tersebut seperti masyarakat yang hidup

sebagai petani akan akan berbeda hubungan sosialnya dengan masyarakat yang

berdagang.54

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah yang

terbentang luas. Bukan hanya wilayahnya saja yang luas namun, Indonesia sendiri

memiliki keanekaragaman hayati dan juga berbagai macam kebudayaan, adat istiadat,

serta ciri khasnya masing-masing. Berbicara mengenai sosial dan budaya disini akan

menjelaskan bagaimana keadaan sosial dan budaya masyarakat desa Gelebak Dalam

pada tahun 1946-1980 M. Kondisi sosial masyarakat desa Gelebak Dalam setelah

54Basrowi dan Siti Juariyah, “Analisis KondisiSosialEkonomi dan Tingkat Pendidikan

Masyarakat DesaSrigading, KecamatanLabuhanMaringgi, Kabupaten Lampung Timur”,

JurnalEkonomi dan Pendidikan, Vol. 7, No. 1, (April 2010), hal. 60.

39

kemerdekaan Republik Indonesia berjalan dengan baik dan juga saling beriringan.

Seperti halnya dalam kebudayaan, tradisi, bahasa, kesenian maupun hubungannya

dengan masyarakat lainnya. Hal tersebut dikarenakan sejak Indonesia lepas dari

penjajahan jepang tidak pernah terjadi permusuhan. 55

Latar belakang masyarakat desa Gelebak Dalam merupakan masyarakat asli

Desa Setempat. Menurut penuturan Bapak Midan Sebagai Ketua Adat, Desa Gelebak

Dalam dahulunya merupakan Marga Sri Kuto Parung Priyai yang merupakan salah

satu zuriat atau keturunan kesultanan Palembang Darusalam yang tinggal di

pedalaman desa. Melihat dari keturunannya pastinya masyarakat desa Gelebak Dalam

mempunyai tata cara kebudayan, adat istiadat, dan tradisi mirip seperti masyarakat

Palembang. Kebudayaan merupakan fenomena yang universal maka Adanya

kebudayaan pada suatu masyarakat akan menjadi ciri dari suatu masyarakat tertentu.56

Sistem komunikasi antar masyarakat desa Gelebak Dalam juga berjalan dengan baik.

Hal tersebut juga dikarenakan mereka memiliki kesamaan dalam bahasa, tradisi, adat

istiadat, perilaku, bahkan dalam bidang kesenian. Pada setiap tempat dan juga daerah

pasti memiliki bahasa dan khas yang berbeda-beda. Keragaman bahasa yang ada di

Sumatera Selatan juga terdapat pada masyarakat desa Gelebak Dalam juga

mempunyai bahasa daerah tersendiri.

55Wawancaradengan Bapak Mail (Tokoh Masyarakat) pada 10 Januari 2021 di Desa Gelebak

Dalam. 56Sugiyanto, “Kehidupan Sosial Budaya Komunitas“, Jurnal Penelitian dan Pengembangan

Kesejahteraan Sosial, Vol 13, No. 02, 2008, hal. 65.

40

Jika dikaitkan dengan bahasa Indonesia pada umumnya akan menjadi seperti

pemakaian kata berikut: apa disebut apo, mana disebut mano, iya disebut iyo, berapa

disebut berapo, kuberi disebut kuenjok, injak disebut nginjek, siapa disebut hapo,

tidak disebut idak, kata siapa disebut uji hapo, kemarin disebut hore, nenek disebut

nyai, kakek disebut yai dan lain sebagainya. Kata-kata inilah yang dipakai dalam

bahasa sehari-hari desa Gelebak Dalam.57 Berdasarkan dengan pemakaian kata

tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa bahasa desa Gelebak Dalam termasuk

rumpun bahasa Melayu Palembang diketahui masyarakat desa Gelebak Dalam

merupakan keturunan priyai Palembang. Masyarakat desa Gelebak Dalam

menggunakan bahasa daerah tersebut dalam aktivitas sehari-hari baik formal maupun

non formal. Hal ini sudah menjadi ciri khas bagi masyarakat desa Gelebak Dalam

yang merupakan bahasa tersebut telah menjadi suatu warisan nenek moyang mereka

yang hingga saat ini masih digunakan oleh masyarakat desa Gelebak Dalam dalam

menjalankan aktvitas sehari-hari.

Sistem kekerabatan masyarakat desa Gelebak Dalam sejak dahulu juga

mampu berjalan beriringan. Dalam kehidupan mereka mampu untuk saling menjaga

baik dari bahasa, tradisi dan adat istiadat. Banyak hal yang dilakukan oleh masyarakat

untuk menjaga adat istiadat seperti halnya gotong royong dalam acara kematian,

pernikahan, dan lain sebgainya. Pada perkembangan selanjutnya hal tersebut

berdampak besar bagi kondisi kebudayaan masyarakat seperti tradisi. Dalam bidang

57Wawancara dengan Bapak Midan (Ketua Adat Desa Gelebak Dalam) pada tanggal 10

Januari 2021 di Desa Gelebak Dalam.

41

tradisi di desa Gelebak Dalam sangat terjaga, di desa Gelebak Dalam memiliki tradisi

yang tak pernah ditinggalkan yaitu tradisi Sedulang Setudung.

Kata dari Sedulang yang berarti dulang atau nampan besar yang terbuat dari

papan yang berisikan bermacam-macam makanan, kemudian Setudung merupakan

tudung makanan yang terbuat dari anyaman bambu yang berukuran besar, tudung

tersebut mirip dengan tudung sawah atau caping. Namun, tudung yang digunakan

dalam Sedulang Setudung berukuran sangat besar, tradisi ini diperkirakan muncul

pada tahun 1940-an. Tradisi ini dilakukan ketika hari-hari besar islam idul fitri, idul

adha, maulid Nabi, isra mi’raj, dan tahun baru islam. Selain sedulang setudung ada

juga tradisi arak-arakan pengantin, tradisi ini dilakukan setelah acara pernikahan

selesai kemudian kedua penganting diarak keliling kampung dan dihantarkan menuju

rumah mempelai laki-laki dengan diiringi musik Tanjidor. Tradisi ini tidak diketahui

kapan jelas pertama kali ada di desa ini namun, untuK diiringi musik Tanjidor mulai

sejak musik Tanjidor didirikan di Desa Ini yaitu tahun 1946 M.

Di dalam bidang keseniannya sejak tahun 1946 M, masyarakat Desa Gelebak

Dalam mempunyai kesenian yang berhasil menjadi ciri khas dari desa Gelebak Dalam

ini yaitu, kesenian musik Tanjidor yang dimainkan oleh sebuah groub musik Tanjidor

“Pelita Hati”. Kesenian ini mulai terbentuk pada akhir tahun 1946 M dan berkembang

sampai puncak masa kejayaannya pada tahun 1970an sampai 1980an. Pada tahun

tersebut musik ini memenangkan festivasl musik Se-Kabupaten Musi Banyuasin.

Kesenian ini juga tampil setiap tahunnya ikut dalam perayaan peringatan

42

Kemerdekaan Republik Indonesia, dan tampil pada acara-acara rakyat baik di dalam

desa maupun di luar desa.58

E. Kondisi Politik dan Keagamaan

Pemerintahan desa setelah kemerdekaan pemerintahan desa diatur dalam UUD 1945,

pasal 18 penjelasan II yang berbunyi sebagai berikut:

“Dalam tutorial Negara Indonesia terdapat kurang lebih 250

“Zelfbesturendelandchappen” dan “Volksgemenscappen” seperti desa di

Jawa, Bali, Negeri Minang Kabau, dusun dan marga di Palembang dan

sebgainya. Daerah-daerah itu mempunyai susunan asli dan oleh karena

itu dapat dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa Negara

Republik Indonesiamenghormati kedudukan daerah-daerah istimewa

tersebut dan segala peraturan Negara yang mengenai daerah-daerah itu

akan mengganti hak-hak asal-usul daerah tersebut”.59

Kemudian pengaturan lebih lanjut diungkapkan dalam UU Nomor 19 tahun

1965 tentang pembentukan desa praja atau daerah otonom adat yang setingkat

diseluruh Indonesia. Namun, UU ini tidak sesuai dengan isi dari Pasal 18 penjelasan

II dalan UUD 1945. Namun dalam perkembangannya peraturan ini tidak sempat

dilaksanakan karena suatu alasan pada saat itu.60

Pada masa Orde Baru, pengaturanmengenai desa diatur melaui UU Nomor 5

tahun 1979. UU ini bertujuan menyeragamkan nama, bentuk, susunan dan juga

58Wawancara dengan Bapak Midan (Ketua Adat Desa Gelebak Dalam) pada tanggal 10

Januari 2021 di Desa Gelebak Dalam. 59Rozali Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara

Langsun, (Jakarta: Raja Grafindo, 2005), hal. 27.

60HAW. Widjaya, Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat dan Utuh,hal. 89.

43

kedudukan pemerintahan desa. UU ini mengatur desa dari segi pemerintahannya,

berbeda dengan Marga dan juga adat istiadat. Secara paradigmatik konsep otonomi

desa dalam UU Nomor 5 tahun 1979 melalui konsep yang tidak tepat. Sebab, secara

teoritis otonomi Desa merupakan suatu konsep yang tidak tepatdan secara teoritis

otonomi Desa merupakan otonomi asli. Penyelenggaraan pemerintahan desa terdiri

dari kepala desa dan Lembaga musyawarah desa. Dalam pemerintahannya sehari-hari

pemerintah dibantu dengan perangkat desa sendiri yang terdiri dari sekertariat desa

dan kepala-kepala dusun.61

Pada tahun 1946 M, pemerintahan desa Gelebak Dalam juga sudah terjadi

beberapa kali pergantian kepemimpinan desa dimulai dari Kerio sampai kepala desa.

pada tahun tersebut pemerintahan desa Gelebak Dalam masih menggunakan

pemerintahan tradisional yaitu pemilihan secara musyawarah. Pada tahun 1945-1960

M. Desa Gelebak Dalam dipimpin oleh kerio Basudin, ia merupakan warga desa

Gelebak Dalam yang memimpin desa pada tahun 1945-1960 M. ia dipilih menjadi

kerio berdasarkan musyawarah perangkat desa dan tokoh-tokoh masyarakat

kemudian membentuk panitia pemilihan kerio.

Tugasnya adalah mengadakan pendaftaran calon kepala desa dengan

persyaratan tidak buta huruf, dapat menulis, dan baik kelakuannya. Setelah itu,

panitia akan membagikan binting (lidi yang dipotong-potong) lalu dimasukan ke

dalam bumbung (bambu yang dipotong seperti kentongan). Pada waktu pemilihan

bambu tempat binting tersebut diletakkan dibelakang tempat duduk calon Kerio di

61Ibid, hal. 89.

44

area pemilihan. Setelah itu, secara bergiliran para warga memasukan binting tersebut

kedalam bambu tersebut sesuai dengan pilihannya masing-masing. Setelah para

pemilih selesai akan dilakukan perhitungan binting dan yang mendapatkan binting

paling banyak itulah yang dipilih menjadi kerio.62

Setelah masa jabatan kerio Basudin selesai maka pada tahun 1960-1968 M,

terjadilah pemilihan kerio kembali dengan cara pemilihan yang sama dan yang

terpilih adalah kerio Kabul. Pada periode kepemimpinan desa berikutnya tahun 1970-

1994 M, telah terjadi perubahan dalam pemilihan. Desa Gelebak Dalam sudah terjadi

hukum pemilihan kepemimpinan desa ini sudah tidak lagi kerio tetapi menjadi kepala

desa dan kepala desa terpilih pada periode tersebut yitu kades Madan. Pemilihan

kepala desa dilaksanakan dengan asas langsung, umum, bebas, dan rahasia. Yang

dimaksud dengan langsung yaitu warga mempunyai hak suara sesuai dengan hati

nuraninya tanpa tekanan siapapun. Umum adalah semua penduduk desa harus

memenuhi persyaratan memilih telah berusia 17 tahun baik sudah menikah atau

belum.63 Bebas adalah pemilihan yang menggunakan haknya dan dijamin

keamanannya untuk menetapkan pilihannya sendiri tanpa ada pengaruh atau paksaan

dari siapapun. Rahasia adalah pemilihan dijamin oleh peraturan perundang-undang

bahwa suara yang diberikan dalam pemilihan tersebut tidak diketahui oleh siapapun

dan melalui jalan apapun. 64

62Midan, Kompilasi Adat Istiadat Sri Kuto Parung Priyayi, (Gelebak Dalam: Pemerintahan

Desa, 2014), hal. 9. 63Ibid, hal. 10. 64Kansil, Desa Kita, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984), hal.29.

45

Di dalam bidang keagamaan desa Gelebak Dalam merupakan suatu desa

yang penduduknya beragama Islam. Sebelum kemerdekaan RI sudah ada sistem

belajar mengenai pendidikan Islam salah satunya dengan cara mengaji menggunakan

sistem sorongan di langgar. Pada masa itu di perdesaan Gelebak Dalam sudah

terdapat khatib yang berperan sebagai pengajar agama pada taraf yang sangat

sederhana, khatib tersebut mengajarkan al-Qur’an dan Arab Jawi kepada anak-anak

dusun di desa Gelebak Dalam. Terkadang juga anak-anak di Gelebak Dalam

seringkali diajarkan oleh ulama yang datang dari Palembang salah satunya Ustadz

Taufik 13 Ulu dan sistem belajar megaji sorongan ini sudah ada sejak sebelum

kemerdekaan.65

Selain belajar mengaji melui sistem sorongan, pasca kemerdekaan juga telah

ada sistem belajar agama islam di sekolah. Masyarakat desa Gelebak Dalam Juga

banyak yang sekolah nyantri di pondok pesantren. Pada masa itu masyarakat desa

Gelebak Dalam meskipun sudah memeluk agama Islam namun, masyarakat masih

tetap mempertahankan adat istiadat yang sudah ada sejak nenek moyang mereka.

Suatu tradisi masih tetap dipertahankan terkait upacara ritual keagamaan seperti

upacara sedekah dusun. Masyarakat desa Gelebak Dalam juga sejak dahulu

melaksanakan sholat Jum’at berjamaah.

65Wawancara dengan Bapak Jufri (Tokoh Agama) pada tanggal 10 Januari 2021 di Desa

Gelebak Dalam.

46

Masyarakat desa Gelebak Dalam pada tahun 1946-an masih jarang yang

melakukan sholat lima waktu tetapi mereka beragama islam. Masyarakat desa

Gelebak Dalam juga sejak dahulu sudah merayakan hari-hari besar Islam seperti hari

raya Idul Fitri, Idul Adha, perayaan Isra Mi’raj, dan peringatan Maulid Nabi

Muhammad SAW. Seiring berjalannya waktu islam semakin berkembang di

masyarakat Desa Gelebak Dalam pada tahun 1970-an sudah banyak guru ngaji di

desa tersebut, guru-guru tersebut adalah warga desa yang lulus dari pondok pesantren

dan masjid pun terisi setiap sholat lima waktu, banyak masyarakat yang sholat

berjamaah di masjid terutama pada waktu Magrib dan Isya. Pada waktu Zduhur dan

asar hanya sedikit karena banyak warga yang masih berada di ladang.66

66Wawancara dengan Bapak Jufri (Tokoh Agama) pada tanggal 10 Januari 2021 di Desa

Gelebak Dalam.

47

BAB III

PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA SENI MUSIK TANJIDOR

DI DESA GELEBAK DALAM, KECAMATAN RAMBUTAN,

KABUPATEN BANYUASIN

A. Asal -Usul Seni Musik Tanjidor di Indonesia

Manusia, telah mengenal seni dan sudah diterapkan pada kehidupan manusia sehari-

hari. Seni itu sendiri juga telah menjadi suatu kebutuhan pada manusia dan sudah ada

pada diri manusia sejak lahir. Kesenian merupakan bagian dari budaya juga

merupakan bentuk yang digunakan dalam mengapresiasikan rasa keindahan pada jiwa

manusia. Seni di Indonesia sangat beranekaragam jenis dan bentuknya baik itu seni

tradisi rakyat maupun modern, yang telah dikemas sesuai dengan ciri khas dan adat

budaya daerah masing-masing. Kesenian adalah bagian dari budaya maka dari itu

kehadirannya tidak terlepas dari manusia. Begitu juga kesenian dapat menjadi

kreativitas dari jiwa manusia sebab mengandung nilai-nilai keindahan di dalamnya.67

Negara Indonesia adalah negara yang kaya akan bentuk keseniannya.

Namun, tidak Jarang kesenian yang ada di daerah sering terlupakan karena tidak

67 Evi Saharah, “Tari Nyabok di Desa Candi Kecamatan Palamak Kabupaten Kepulauan

Anambas” Skripsi, (Bandung: Prodi Pendidikan Seni Budaya Fakultas Pendidikan Seni dan Desain

Universitas Pendidikan Indonesia, 2015), hal. 1.

48

dikenal dan tidak dilestarikan keberadaannya oleh masyarakatnya sehingga zaman

semakin berkembang tidak menutup kemungkinan kesenian tradisional akan

mengalami perubahan yang mungkin akan menjadi kesenia-kesenian baru, bahkan

mungkin kesenian tradisional sudah tidak banyak orang yang mengetahuinya sebab

kurang adanya dukungan dari lembaga yang terkait. Kata “seni” merupakan ekspresi

manusia yang memiliki unsur keindahan yang diungkapkan melalui suatu media

tertentu yang bersifat nyata juga dapat dinikmati oleh kelima panca indera manusia.

Banyak yang mengatakan bahwa pada tahap awal seni merupakan cara untuk

melukiskan dan mengontribusikan sesuatu. Pada hakikatnya semua seni termasuk

musik, merupakan alat yang cara pengungkapannya melalui musik dan lagu yang

telah mengalami stilisasi. Oleh sebab itu, seni merupakan sebuah bagian dari hasil

pengungkapan nilai maupun ekspresi, curahan rasa yang menggambarkan sebuah

pengalaman jiwa berupa keindahan, pemikiran, kesenangan dan perasaan yang lahir

dari seorang dengan menggunakan media tertentu.68

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian musik secara umum

adalah suara yang berirama dan yang dapat didengarkan oleh telinga manusia. Musik

juga dapat dinikmati karena alunan dari iramanya yang dapat merubah suasana.69

Menurut Sunarko ia mengatakan bahwa musik adalah penghayatan isi hati manusia

yang digunakan dalam bentuk bunyi yang teratur dengan melodi, ritme, serta

menpunyai unsur keselarasan yang indah. Sedangkan menurut Martoyo musik

68Ibid, hal. 2. 69Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta; Balai

Pustaka, 1990), hal. 28.

49

merupakan gerakan bunyi dan musik merupakan totalitas fenomena akuistik yang

apabila diuraikan terdiri dari tiga pokok yaitu, pertama unsur yang bersifat material,

kedua unsur yang bersifat spiritual, ketiga unsur yang bersifat moral.70 Dari

pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa musik merupakan seni yang melukiskan

pemikiran dan perasaan manusia melalui keindahan suara yang terbentuk dalam

melodi, ritme, dan harmoni. Sebagaimana pula manusia menggunakan komposisi

suara untuk mengungkapkan perasaan hatinya. Musik sendiri merupakan hasil dari

cipta dan rasa manusia atas kehidupan dunianya.

Indonesia mempunyai banyak kebudayaan yang terdapat di beberapa daerah

terutama dalam bidang keseniannya. Baik seni musik, seni tari, seni rupa maupun

seni theater. Dapat dikatakan dari ujung barat hingga ujung timur masing-masing

mempunyai kesenian yang beraneka ragam, dan salah satu kesenian musik yang ada

di Indonesia adalah seni musik Tanjidor. Seni musik Tanjidor merupakan seni

pertunjukan musik campuran yang ada di Indonesia, dimana proses penyajiannya

menggunakan lagu-lagu dari suara manusia dan alat musik sebagai pengiringnya.

Membahas mengenai seni musik Tanjidor, tentunya tidak akan lepas dari maksud

atau makna dari kata Tanjidor itu sendiri. Istilah kata Tanjidor yang merupakan

berasal dari kata Portugis, Tanggedor yang memiliki arti alat musik yang berdawai.71

70Evi Saharah, “Tari Nyabok di Desa Candi Kecamatan Palamak Kabupaten Kepulauan

Anambas” Skripsi, (Bandung: Prodi Pendidikan Seni Budaya Fakultas Pendidikan Seni dan Desain

Universitas Pendidikan Indonesia, 2015),hal. 4. 71Thomas B. Ataladjar Beawiharta, “Tanjidor”, dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia, 2nd

ed. (Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1991), hal. 82.

50

Paramita R. Abdurachman, seorang peneliti sejarah menyatakan bahwa

dalam bahasa Portugis terdapat sebuah kata tanger yang mempunyai arti “memainkan

alat musik”. Kemudian seorang Tangedor hakikatnya ialah seorang yang memainkan

alat musik “snaar” atau tali diluar ruangan. Istilah tangedores berarti brass band yang

dimainkan pada saat parade militer atau digunakan pada pawai keagamaan.72 Akan

tetapi dalam kenyataanya, nama Tanjidor sendiri kurang sesuai lagi dengan istilah asli

portugis, dimana kebanyakan instrumen yang digunakan pada kesenian ini adalah alat

musik tiup dan juga beberapa alat musik pukul.

Meskipun demikian, pada kenyataanya pengertian tersebut kurang sesuai

dengan istilahnya pada seni musik Tanjidor Eropa dan Indonesia, tetapi memiliki

kesamaan dalam sistem musiknya yaitu pada sistem diatonik atau dua belas nada

berjarak sama rata. Dengan alat-alat musik yang biasa digunakan adalah jenis alat

musik tiup, seperti: clarinet, piston, trombone, trompet berjenis saksofon tenor dan

saksofon bas, drum, simbal atau perkusi, serta side drums atau tambur. Jumlah

pemain pada kesenian ini biasanya terdiri atas tujuh sampai 10 orang dimanapara

pemainnya berasal dari Desa-desa di luar kota Jakarta, seperti: daerah Tanggerang,

Indramayu dan daerahlainnya.73

Kesenian yang termasuk dalam kategori seni pertunjukan ini tentunya

memiliki sejarah yang sangat panjang dan banyak juga anggapan-anggapan terkait

72Paramita Rahayu Abdurrachman, “Keroncong Moresko, Tanjidor, dan Ondel-ondel, Sebuah

Dongengan Sejarah” dalam Bunga Angin Portugis di Nusantara: Jejak-jejak kebudayaan Portugis di

Indonesia, ed. Thung Ju Lan, et.al. (Jakarta: LIPI Press, 2008), hal. 48. 73Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta., “Ensiklopedi

Jakarta”, dalam http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detal/3135/tanjidor (01 Juni 2021).

51

asal-usulnya. Tidak dapat diketahui secara jelas kapan tepatnya kesenian ini mulai

ada dan berkembang. Namun, dari sember-sumber yang terkait menyatakan bahwa

seni musik Tanjidor ini merupakan kesenian yang sangat populer pada saat masa

penjajahan Belanda karena Tanjidor diyakini sebagai kesenian yang dibawa oleh

Belanda. Maka dari itu lagu, irama, serta alat-alat musiknya mendapat pengaruh kuat

dari kebudayaan Barat.74 Selain ituada juga beberapa pendapat yang berbeda

mengenai asal-usul Tanjidor ini. Diantaranya yaitu pendapat seorang peneliti sejarah

Paramita R. Abdurachman ia menyatakan bahwa seni musik Tanjidor tidak diketahui

secara pasti tentang asal-usulnya. Namun, ada kemungkinan bahwa kesenian ini

merupakan sisa kebudayaan Islam, apakah itu Moro atau dari daerah lain.75

Melihat dari penampilannya mengingatkan pada kebiasaan orang-orang di

daerah Maghrib seperti, Maroko, Al-Jazair, Tunisia dan sekitar Timur Tengah yang

secara berkelompok mereka memainkan musik di taman atau pada jalan kerumah-

rumah. Namun, kemungkinan lain yang menyatakan bahwa seni musik Tanjidor ini

mendapat pengaruh dari Eropa juga terlihat jelas pada penampilannya, sepertidi

Portugal yang sampai saat ini masih terdapat jenis kesenian seperti Tanjidor.

Kesenian ini dinamakan Tangedores yang dipergunakan untuk mengiringi pawai

keagamaan dan pesta penghormatan. Alat yang digunakan pada kesenian ini juga ada

kemiripan dengan alat musik Tanjidor di Indonesia.

74Thomas B. Ataladjar Beawiharta, “Tanjidor”, dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia, jilid

16 (Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1991), hal. 82. 75Paramita Rahayu Abdurrachman, “Keroncong Moresko, Tanjidor, dan Ondel-ondel, Sebuah

Dongengan Sejarah” dalam Bunga Angin Portugis di Nusantara: Jejak-jejak kebudayaan Portugis di

Indonesia, ed. Thung Ju Lan, et.al. (Jakarta: LIPI Press, 2008), hal. 48.

52

Penampilan seni musik Tanjidor di Portugal pada penyajiannya ditambahi

dengan boneka-boneka besar yang berjalan berpasang-pasangan dengan satu bentuk

perempuan dan satu bentuk laki-laki. Boneka-boneka tersebut menggunakan kostum

bermacam-macam dan biasanya dibawa oleh dua orang pada setiap penampilannya.

Hal tersebut sama persis dengan Tanjidor yang ada di Indonesia, pada zaman dahulu

Tanjidor di Indonesia selalu dibarengi dengan boneka ondel-ondel Betawi dan

diiringi dengan musik Tanjidor. Di Betawi sendiri seni musik Tanjidor sudah dikenal

sejak adanya kampung-kampung budak dari luar Indonesia. 76

Menurut Ernst Heinz, seorang musikolog Belanda yang mengadakan

penelitian musik rakyat di pinggiran Kota Jakarta pada tahun 1973, Heinz

berpendapat bahwa musik rakyat Tanjidor yang berada di pinggiran itu berasal dari

budak belian yang ditugaskan memainkan musik majikannya. Pada awalnyapemain

musik terdiri dari budak dan para serdadu. Namun, setelah sistem perbudakan

dihapuskan mereka tetap memainkan musik tersebut hanya saja penyebutannya

diganti dengan istilah pemusik bayaran. Heinz juga menyatakan bahwa para pemain

yang bertugas memainkan musik untuk majikannya tersebut merupakan orang asli

Indonesia yang berasal dari berbagai daerah. Mereka diberi alat musik Eropa

kemudian diperintahkan menampilkan bermacam-macam musik pada berbagai acara.

76Ibid, hal. 48-49.

53

Alat-alat musik yang digunakan kebanyakan alat musik tiup, seperti: clarinet,

terompet Perancis, kornet, dan tambur Turki.77

Pada awalnya para pemain musik yang merupakan budak atau serdadu

tersebut memainkan alat musik dengan lagu-lagu Eropa karena harus mengiringi

pesta dansa, polka, masrs, lancier, dan lagu-lagu parade.Lama-kelamaan mereka juga

membawakan lagu-lagu dan irama khas Betawi. Setelah para pemain musik tidak lagi

mejadi budak maka lahirlah para rombongan-rombongan amatir yang menamakan

mereka kelompok musik Tanjidor. Pendapat lain juga dinyatakan oleh ahli sejarah

Batavia lama yaitu Dr. F. De Haan, ia berpendapat bahwa pemusik keliling berasal

dari orkes-orkes budak zaman kompeni dalam karyanya yang berjudul periangan, De

Haan menunjukkan tentang Cornelia de Bevers yang mempunyai 59 orang budak

belian dalam tahun 1689 M.78

Pembagian kerja diantara budak tersebut antara lain tiga atau empat anak

laki-laki berjalan di belakang suami dan istri dan ditambah budak perempuan

sebanyak itu pula. Pada waktu makan pasangan suami istri didampingi lima atau

enam budak pelayan meja, kemudian tiga orang budak laki-laki yang masing-masing

bertugas memainkan bas, biola, dan harpa sebagai musik pengiring makan. Dikatakan

juga oleh Valenitjn tentang konser-konser yang dimainkan oleh para budak umumnya

mereka menggunakan instrumen berdawai, dan orkes tersebut makin lengkap ketika

77Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta., “Ensiklopedi

Jakarta”, dalam http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detal/3135/tanjidor (01 Juni 2021).

78Ibid.

54

ditambah dengan alat musik tiup, seperti: nekara atau pauken, tambur Turki, dan

triangle. Seperti halnya orkes milik Gubernur Jenderal Andrian Valckenier (seorang

Gubernur Jenderal India-Belanda yang ke-25 tahun 1737) yang berkekuatan 15

orang.79

Berdasarkan penjabaran di atas terkait dengan asal-usul kesenian musik

Tanjidor di Indonesia, maka dapat disimpulkan bahwa musik jenis orkes yang diakui

sebagai kesenian tradisional masyarakat Betawi ini memang kesenian asli Indonesia

yang berasal dari para budak yang ditugaskan memainkan musik untuk para

majikannya pada masa penjajahan Hindia-Belanda. Para budak atau pemain musik

Tanjidor tersebut tidak lain merupakan orang pribumi yang berasal dari desa-desa

diluar kota Jakarta, seperti: Tanggerang, Indramayu, dan daerah lainnya. Oleh karena

itu, seni musik Tanjidor ini mendapat pengaruh kuat dari musik Eropa. Sebabnya para

pemain dulunya hanya ditugaskan untuk memainkan musik atau lagu-lagu Eropa

yang tanpa diketahui jenis lagu dan asal-usulnya. Namun, lambat laun mereka

memainkan musik ini dengan lagu dan irama khas Betawi dikarenakan musik Betawi

memiliki instrumen yang kuat dan mampu bertahan hingga turun temurun.

79Ibid.

55

Gambar 3.1 Tampak kelompok kesenian Tanjidor Betawi sedang latihan

Sumber: http://www.majalahpraise.com/images/contecnt/tanjidor4-.jpeg.

pada sekarang ini musik Tanjidor di Indonesia biasanya digunakan untuk acara

pernikahan, khitanan, hari besar islam, upacara adat, tahun baru China, dan perayaan

hari ulang tahun Republik Indonesia.

B. Masuk dan Berkembangnya Seni Musik Tanjidor di Desa Gelebak Dalam

Desa Gelebak Dalam merupakan salah satu desa dari 19 desa yang ada di Kecamatan

Rambutan, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Secara umum Desa

Gelebak Dalam merupakan Desa yang terletak di dataran rendah, Desa Gelebak

Dalam juga merupakan Desa yang Beriklim Tropis dengan suhu sekitar 22°C-37°C.

dan dilihat dari segi topografinya maka luas wilayah Desa Gelebak Dalam adalah

56

2.583,70 Ha. Keseharian masyarakat Desa Gelebak Dalam pada tahun 1946 M

kebayakan dihabiskan waktunya di sawah dan di sungai, mereka tidak sempat

memikirkan hiburan atau hal-hal yang berbau seni. Disebabkan tuntutan zaman yang

membuat mereka fokus pada pekerjaan untuk menyambung hidup mereka. Hingga

pada suatu ketika kebutuhan hidup akan kesenian mulai dirasakan oleh sebagian besar

masyarakat Desa ini.80

Dari situlah masyarakat mulai sadar bahwa selain bekerja mereka juga

membutuhkan aktivitas lain yang menyegarkan jiwa dan pikiran mereka. Aktivitas

yang mampu menumbuhkan jiwa kesenangan mereka dan rasa bahagia yang didapat

dari pengalaman yang estetik. Salah satu contoh tersebut adalah berkesenian,

kesenian selain dijadikan sebuah hiburan juga dapat menjadi wadah untuk

mengekspresikan perasaan sertasebagai wujud atas proses kehidupan manusia untuk

menikmati hidup. Berkesenian adalah kreatifitas manusia yang dapat dikatakan

sebagai proses pengembangan diri terhadap apa yang ada dalam perasaan dan jiwa

manusia. Oleh sebab itu, munculah keinginan seseorang untuk belajar kesenian. Dan

begitu juga yang terjadi pada masyarakat Desa Gelebak Dalam.81

Kekosongan yang dialami sebagian masyarakat Desa Gelebak Dalam pada

saat itu menjadikan mereka berkeinginan untuk mencari solusi yaitu dengan belajar

berkesenian. Karena selain kebutuhan masyarakat Desa Gelebak Dalam juga belum

80Wawancara dengan Bapak Ujang (Salah satu penggagas seni musik Tanjidoryang masih ada)

pada 10 Januari 2021 di Desa Gelebak Dalam. 81Michel HB Raditya, “Sumber Daya Arkeologi Pada Kesenian Kuntulan”, dalam

http://kajiseni.blogspot.co.id/2012/10/sumber-daya-arkeologis-pada-kesenian.html (01 Juni 2021).

57

mempunyai ciri khaspada desa ini. Maka dengan hadirnya seni musik Tanjidor

menjadikan sebagai kesenian pertama yang dimiliki oleh Desa Gelebak Dalam. Oleh

sebab itu, sebagian besar masyarakat Desa Gelebak Dalam berharap agar kesenian ini

tetap terjaga.

Berdasarkan penuturan penggagas dan beberapa pemain musik Tanjidor,

Sebelum tahun 1946 M, atau sebelum adanya musik Tanjidor ini masyarakat Desa

Gelebak Dalam melakukan arak-arakan pengantin dan juga hiburan dalam acara

sedekah masyarakat menggunakan Syarofal anam dan Gendang tetawak. Kesenian

tersebut juga ada pada setiap desa. Hadirnya seni musik Tanjidor di Desa ini berawal

dari rasa keingintahuan beberapa masyarakat Desa Gelebak Dalam terhadap musik

yang dimainkan oleh anggota Tentara Republik Indonesia (TRI) pada setiap upacara

di Kodam II sriwijaya.82

Dimana pada waktu itu seni musik di wilayah Desa Gelebak Dalam dan

sekitarnya masih menggunakan syarofal anam. Kemudian salah seorang masyarakat

melihat musik yang dimainkan oleh para Tentara Republik Indonesia (TRI) dan

menganngap bahwa musik tersebut adalah musik yang unik dan menarik karena

banyak menggunakan alat-alat musik tiup yang meyerupai alat musik Eropa. Dan

pada saat itu di wilayah Gelebak Dalam belum ada seni musik yang berjenis orkes

apalagi pada tahun 1945 M yang merupakan hari kemerdekaan RI para prajurit

Tentara Republik Indonesia (TRI) dan masyarakat beramai-ramai memeriahan

82Wawancara dengan Bapak Ujang (Salah satu penggagas seni musikTanjidor pada tahun 1994

M, yang masih ada) pada 10 Januari 2021 di Desa Gelebak Dalam.

58

kemenangan dengan musik Tanjidor sehinggga pada tahun 1946 M beberapa

masyarakat tertarik untuk belajar seni musik Tanjidor.

Pencetus pertama seni musik Tanjidor di desa Gelebak Dalam adalah

Nasidin atau Cik Inung (1925-2001). ia mengajak beberapa temannya untuk belajar

musik Tanjidor ke Kodam II Sriwijaya, mereka juga mendatangi wilayah 13 Ulu

Palembang untuk berlatih musik Tanjidor kepada Bapak Senidin dan dilatih oleh

salah satu anggota Tentara Republik Indonesia (TRI) yaitu Agus Bahnan. Pada saat

itu masyarakat 13 Ulu Palembang sudah banyak yang mampu memainkan alat musik

Tanjidor. Dari sinilah awal masyarakat desa Gelebak Dalam mempelajari Kesenian

musik Tanjidor. Disamping menambah wawasan dalam dunia kesenian, ternyata

mereka juga berkeinginan untuk melestarikan seni Musik Tanjidor di Desa Gelebak

Dalam.

Setelah mereka sudah mulai menguasai permainam Tanjidor tersebut

Mereka berkeinginan untuk membentuk kelompokmusik Tanjidor untuk Desa

Gelebak Dalam. Sampai pada suatu ketika mereka ingin memiliki alat-alat musiknya

yaitu dengan cara bernegosiasi kepada pemain Tanjidor yang ada di Kodam II

Sriwijaya dengan membeli alat-alat musik seken yang sudah jarang terpakai. Setelah

didapatkan alat-alat musik tersebut dibawalah kesenian tersebut ke Desa Gelebak

Dalam untuk diajarkan pada masyarakat yang lain, sehingga pada akhir tahun 1946 M

terbentuklah pertama kalinya di Desa Gelebak Dalam suatu kelompok seni musik

59

Tanjidor tepatnya di yang dinamakan grup musik Tanjidor “Pelita Hati” yang diketuai

oleh Bapak Nasidin atau Cik Inung.83

C. Tokoh Yang Berperan dalam Berdirinya Seni Musik Tanjidor

di Desa Gelebak Dalam

Berdirinya seni musik Tanjidor di desa Gelebak Dalam tentunya tidak terlepas dari

tokoh-tokoh yang berkontribusi di dalamnya, khususnya saat pada awal terbentuknya

kelompokseni musik Tanjidor ini juga tak lepas dari dukungan masyarakatan Desa

Gelebak Dalam. Mereka berasal dari berbagai macam latar belakang. Akan tetapi,

mereka memiliki tujan dan niat yang satu yaitu ingin melestarikan seni musik

tradisional Tanjidor dan menjadikan kesenian tersebut sebagai wadah untuk

mengekspresikan diri dan menjadikan kesenian tersebut sebagai ciri khas dari Desa

Gelebak Dalam. Berikut para tokoh yang berperan dalam berdirinya seni musik

Tanjidor yang ada di Desa Gelebak Dalam yaitu: Agus Bahnan, Nung Cik Alidin,

Nasidin atau cik Inung, Nanang dan Ujang.84

Pertama, Agus Bahnan (1930-2003), merupakan seorang prajurit Tentara

Republik Indonesia (TRI) yang ikut bermain dalam musik Tanjidor yang ada di

kodan II Sriwijaya. Agus Bahnan juga dikenal masyarakat sebagai “Jago” Sumatera

83Wawancara dengan Bapak Gani (Ketua seni musik Tanjidor saat ini) pada 10 Januari 2021 di

Desa Gelebak Dalam. 84Wawancara dengan Bapak Ujang (Salah satu penggagas seni musik Tanjidor yang masih ada)

pada 10 Januari 2021 di Desa Gelebak Dalam.

60

Selatan, karena kepiawaiannya dalam memainkan semua alat musik Tanjidor telebih

pada alat musik terompet.AgusBahnan melatih dan memberikan pinjaman alat-alat

musik Tanjidor yang ada di Kodam II Sriwijaya. Setelah masyarakat Desa Gelebak

Dalam sudah membentuk kelompok seni musik Tanjidorsendiri ia juga ikut dalam

kelompok musik tersebut untuk mengenalkan pada masyarakat yang ada di Desa

Gelebak Dalam sampai pada tahun 1954 M Agus Bahnan dipindah tugaskan.

Kedua, Nung Cik Alidin (1916-2000), meruapakan warga 11 Iir Palembang

lorong Ketapaian ia juga merupakn seorang yang membantu dalam terbentuknya seni

musik Tanjidor yang ada di Desa Gelebak Dalam. Dialah yang mengajarkan not

musik yang dimainkan pada seni musik Tanjidor, ia juga yang membuatkan

aransemen-aransemen pada lagu-lagu yang dinyanyikan pada musik Tanjidor. Nung

Cik Alidin melatih masyarakat Desa Gelebak Dalam yang belajar musik Tanjidor

dengan kemampuannya dalam membuat aransemen.

Ketiga, Nasidin atau Cik Inung (1925-2001) adalah masyarakat asli Desa

Gelebak Dalam yang pertama kali mengajak teman-temannya untuk berlatih seni

musik Tanjidor di Kodam II Sriwijaya. Dialah orang yang pertama kali tertarik

mengenai musik Tanjidor sehingga setelah mereka belajar musik Tanjidor dan mulai

menguasai permainan musik tanjidor dan ia juga yang membentuk sebuah kelompok

musik Tanjidor yang ada di Desa Gelebak Dalam dan Nasidin atau cik Inung yang

mengetuai kelompok musik tersebut.

Keempat, Nanang (1916-1997) adalah seorang anggota musik Tanjidor

Pelita Hati dan merupakan seorang petani sawah yang ikut dalam mempelajari

61

kesenian musik Tanjidor bersama Bapak Nasidin atau Cik Inung pada saat itu. Ia

juga ikut dalam melestarikan musik Tanjidor di Desa Gelebak dalam dan memimpin

kelompok seni musik Tanjidor “Pelita Hati” setelah Bapak Nasidin tidak lagi

mengetuai.

Kelima, yaitu Bapak Ujang (L.1941) merupakan seorang warga asli Desa

Gelebak Dalam yang ikut dalam mempelajari musik Tanjidor bersama Bapak Nasidin

dan Nanang di Palembang.Pada saat itu ia adalah anggota yang paling muda dalam

kelompok musik Tanjidor Pelita Hati, dia juga merupakan pemain seni musik

Tanjidor yang menguasai permainan pada setiap alat musik dan pak Ujang mengetuai

kelompok seni musik Tanjidor “Pelita Hati” sejak tahun 1967 M-2015 M.85

Dari kelima orang tersebut, semua adalah pelatih dan juga anggota dan

pernahmengetuai kelompoksenimusik Tanjidor pada periodenya. Dan seperti

layaknya penggagas kesenian pada umumnya, mereka tidak Cuma menyampaikan

gagasan dan juga ide-ide mereka saja. Akan tetapi mereka juga turut mengajarkan dan

melestarikan senimusik tradisonal Tanjidor kepada generasi penerus hingga dapat

bertahan sampai sekarang.

85Wawancara dengan Bapak Mahudan (Salah satu penggagas musik Tanjidor) pada 10 Januari

2021 di Desa Gelebak Dalam.

62

D. Alat Musik dan Prosesi Pertunjukan Seni Musik Tanjidor di Desa Gelebak

Dalam

Seperti alat musik campuran pada umumnya, yang memadukanantara seni vocal dan

seni musik instrumental, maka pada seni musik Tanjidor di Desa Gelebak Dalam juga

memadukan antara kedua unsur seni tersebut seperti terkadang seni tari dan juga seni

theaterAbdul Muluk atau Bangsawan. Pada seni musik Tanjidor di Desa Gelebak

Dalam menggunakanalat-alatmusik antara lain sebagai berikut.Jedor (alat musik bass

drum yang berukuran besar), baas drum merupakan sebuah alat musik yang akan

menghasilkan suara jedor dengan kuat sehingga dari alat musik inilah bunyi jedor

didapatkan. Terompet, pada alat musik terompet hanya mempunyai tiga buah lubang

nadadimana pernafasan para pemain musik yang akan menjadi faktor dalam

menentukan merdu atau tidaknya suara yang dihasilkan. Panjang pendeknya nada

tentu juga akan bergantung pada panjang pendeknya nafas para pemain.

Saksofon, merupakan alat musik tiup yang terbuat dari bahan logam dan

merupakan bagian dari alat musik woodwind.86 Trombone, suara pada alat musik ini

pada umumnya dihasilkan dari getaran bibir para pemain. Dalam bahasa Italia arti

trombone adalah terompet besar. Klarinet, merupakan alat musik yang terbuat dari

bahan logam dan bentuknya mirip dengan seruling tetapi suara yang dihasilkan jauh

berbeda. Tamborin, merupakan alat musik kicrik yang mainkan dengan telapak

tangan. Snare drum, alat musik ini merupakan drum yang diberi tali sehingga saat

86Alat musik Woodwind adalah instrument musik yang menghasilkansuara getaran pada celah

sempit yang terdapat pada tepi instrument saat ditiup oleh pemainnya,

htpps;//www.google.com/url?sa=Wikipedia.com (02 Juni 2021).

63

ditabuh akan mengeluarkan suara tambahan yang gemercik. Namun terkadang alat

musik ini juga digabungkan dengan alat musik terbangan atau rebana biang yang

bentuknya lumayan besar dan ditabuh menggunakan telapak tangan pemain.87

Dalam ranah musik instrumental, musik yang digunakan pada seni musik

Tanjidor di Desa Gelebak Dalam merupakan jenis musik yang bersifat islami. Sebab

salah satu alatmusik yang digunakan pada musik ini adalah bejenis alat musik Arab

yaitu terbangan atau rebana. Menurut Ganap, musik Arab terbagi menjadi dua yaitu

ada musik yang Islami dan musik yang tidak islami. Musik Arab yang tidak islami

seperti halnya alud (gitar gambu). Sedangkan alat musik yang islami yaitu seperti

terbangan, karena alat musik terbangan adalah alat musik yang tidak bernada.88 Jadi

terbangan merupakan jenis musik yang bernuansa islami hingggadapat disimpulkan

bahwa seni musik Tanjidor di desa Gelebak Dalam yang salah satu alat musiknya

terbangan juga kesenian yang bernuansa Islami.

Untuk jenis lagu yang dibawakan seni musik Tanjidor di Desa Gelebak

Dalam ketika menampilkan musik pada saat hari-hari besar Islam. Para penyanyi

akanmelantunkan syair-syair dari kitab Al-Barzanji yang dijadikan kitab pedoman

nyanyiannya.Kitab ini sebagian besar menceritakan perjalanan Nabi Besar

Muhammad SAW. Selain itu, dalam kitab ini juga terdapat Maulid Diba’, Maulid

87Wawancara dengan Bapak Gani (Ketua kelompok seni musik Tanjidor periode sekarang) pada

12 Januari 2021 di Desa Gelebak Dalam. 88Musik Monothon ibarat musik surgawi,seperti halnya berzikir atau pembacaan ayat suci al-

Qur’an yang sifatnya berulang-ulang dan memiliki nada yang sama., Michael HB Raditya , “Sumber

Daya Arkeologi Pada Kesenian Kuntulan “, dalam http;//kajian.blogspot.co.id/2012/10/sumber-daya-

arkeologi-pada-kesenian.html (02 Juni 2021)

64

Barzanji, Maulid Syahrul Anam, DoaKhatam Maulid,Asmaul Husna, Akidatul

Awam, Ratib Haddad, Talqin Mayit, Doa Nisfu Sya’ban, Doa Khatam Qur’an, Doa

Awal-akhir tahun, Doa bulan Asyura dan doa lainya serta shalawat Badriyah. Kitab

ini disusun untuk meningkatkan cinta manusia kepada Rosulullah SAW. Sebenarnya

kitab ini memiliki nama asli bertajuk ‘Iqd Al-Jawhar fi Mawlid An-Nabiyy Al-Azhar

dan selanjutnya terkenal dengan nama kitab Al-Barzanji. Selain itu kitab ini

merupakan kitab yang memiliki tingkat tertinggi kedua setelah al-Qur’an.89

Kitab yang ditulis oleh Ja’far al-Barzanji al-Madani, seorang khatib di

Masjidilharam dan Mufti dari kalangan Syafi’iyyah, yang wafat di Madinah pada

tahun 1177 H/1763 M, dan juga telah menciptakan berbagai karya indah dan

mempunyai nilai tinggi diantara karyanya dalah Kisah Maulid Nabi Muhammad

SAW.90 Kitab ini terdiri dari dua bagian yaitu prosa dan pusisi, keduanya berisi

tentang penuturan riwayat hidup nabi Muhammad SAW. Yang menjadi lebih

istimewa menyangkut rangkaian kelahiran beliau. Kitab al-Barzanji adalah salah satu

kitab maulid yang sangat terkenal sampai ke pelosok negeri islam. Didalamnya

terkandung intisari Sirah Nabi atau kisah Nabi SAW. yang meliputi kisah

kelahirannya, pengutusannya menjadi Rosul, hijrah, akhlak, peperangan sampai

dengan wafatnya.

89Abu Ahmad Zainal Abidin, “Barzanji, Kitab Induk Peringatan Maulid Nabi Muhammad

Saw.” Dalam https://almanahaj.or.id/2583-barzanji-kitab-induk-peringatan-maulid-nabi-shalallahu-

alaihi-wassalam.html (02 Juni 2021). 90Ibid.

65

Bagi kelompok seni musik Tanjidor desa Gelebak Dalam kitab Al-Barzanji

ini menjadi pedoman dalam kesenian Tanjidor. Sebab selain dikenal masyarakat kitab

ini juga memberikan tuntunan dan pedoman hidup bagi masyarakat bila mengingat

cerita-cerita didalamnya. Dengan menggunakan kitab tersebut dalam pertunjukan seni

musik Tanjidor diharapkan dapat menimbulkan rasa cinta terhadap Nabi Muhammad

Saw, rasa syukur, rasa hormat, perjuangan, dan lain sebagainya. Maka dengan itu

dapat dikatakan bahwa kitab Al-Barzanji adalah sumber arkeologis yang dapat

dipertanggung jawabkan sebagai sumber daya dari kesenian Tanjidor di desa Gelebak

Dalam.91Berikut Shalawat Barzanji yang menjadi induk sholawat dari seni musik

Tanjidor.

لصالة ءلى النبيا

والسالم على الرسول

الشفيع االبطحى

ومحمد عربي

Selain menggunakan kitab Al-Barzanji para pemain senimusik Tanjidor desa

Gelebak Dalam juga menggunakan beberapa tembang melayu Palembang. Salah satu

tembang yang sering dibawakan dan selalu dibawakan pada setiap penampilannya

untuk mengiringi pertunjukan seni musik Tanjidor ini adalah lagu mars Sedulang

91Lentera Hati, “Buku Baru” Al-Barzanji dan terjemahnya, diterjemahkan dari Majmu’atu al-

Mawalidwa Ad’iyah, dalam https://www.facebook.com/notes/lentera-hati/buku-bari-al-barzanji-dan-

terjemah-diterjemahkan -dari-majmutu-al-mawalid-wa. (02Juni 2021).

66

Setudung yang merupakan salah satu lagu dan syair yang diciptakan oleh Bapak

Ujang Taudin dan aransemen yang diciptakan oleh Bapak Mahudan Mahudin pemain

musik Tanjidor “Pelita Hati” desa Gelebak Dalam. Pada lagu ini memiliki makna

bahwa desa Gelebak Dalam merupakan desa kita yang dahulunya merupakan marga

Parung Priyayi orangnyapun ramah-ramah dan memiliki adat tradisi yang baik

Sedulang merupakan tempat kita mengabdi dan Setudung tempat kita berteduh.

Berikut isi lagu tersebut.

“Sedulang Setudung”

Gelebak Dalam namo dusun kito Parung Priyayi namo yang dulu

Hasil bumi itu carianyo untuk nafkah anak cucunyo

Sedulang setudung falsafah hidupnyo Ramah dan sopan tuo mudonyo

Banyuasin Kabuatenyo Pangkalan Balai ibu kotanyo

Merkato itu namonyo wajik dodol dan sagon itu syaratnyo

Jambe kembang suruh carang doganpun ado

Suri cermin kain pesalin jangan lupo itulah adat dusun kito

Dari dulu sampai makini sedulang tempat kito mengabdi

Setudung tempat berteduh, Gelebak Dalam Srikuto Parung Priyayi

Zuriat kesultanan Palembang Darusalam meng cek bik cek

Caronyo ngundang itulah logat sehari-hari

Selain lagu mars Sedulang Setudung musik Tanjidor juga membawakan

lagu-lagu Melayu Sumatera Selatan lainnya dan lagu-lagu yang ngetren pada saat itu.

Kemudian seni musik Tanjidor Desa Gelebak Dalam juga sering digunakan dalam

mengiring tarian daerah seperti tari Gending Sriwijaya, Tari Tanggai, Sedulang

Setudung dan lain sebagainya. Seni musik Tanjidor desa Gelebak Dalam juga pada

67

masa itu sering berkolaborasi dengan pertujukan Abdul Muluk atau bangsawan

sebagai musik pengiringnya. Dan kostum yang digunakan para pemain juga kostum

yang bernuansa melayu dan islami dilengkapi dengan peci.92

Pada bab ini dapat disimpulkan bahwa seni musik Tanjidor di Indonesia

telah ada sejak zaman penjajahan Hindia-Belanda. Seni musik Tanjidor ini diduga

berasald ari bangsa Portugis yang datang ke Betawi pada abada ke-14 sampai abad

ke-16. Yang mana pada saat itu para pemain seni musik Tanjidor merupakan para

budak yang berasal dari pribumi yang ditugaskan untuk memainkan musik dengan

iringan lagu-lagu Eropa. Seni musik Tanjidor sendiri hadir di desa Gelebak Dalam,

Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin bermul dari rasa keingintahuan

masyarakat terhadap musik yang dimainkan para Tentara Republik Indonesia (TRI)

dan kemudian masyarakat mempelajari musik tersebut dan dikenalkan di wilayah

Desa Gelebak Dalam pada akhir tahun 1946 M dan dinamakan seni musik Tanjidor

“PelitaHati”.

Seni musik Tanjidor yang ada di desa Gelebak Dalam juga merupakan seni

musik yang memiliki unsur islami yang terlihat dari alat musiknya yang

menggunakan terbangan, karena diketahui musik terbangan merupakan musik yang

Islami karena terbangan merupakan musik yang tidak bernada. Seni musik Tanjidor

desa Gelebak Dalam juga berpedoman pada kitab al-Barzanji dalam membawakan

lagu-lagu shalawat sebab, dalam kitab tersebut banyak menceritakan kisah-kisah

92Wawancara dengan Bapak Umar (Salah satu pemain seni musikTanjidor periode sekarang)

pada 12 Januari 2021 di Desa Gelebak Dalam.

68

Nabi Muhammad SAW, dari sejak lahirnya hingga wafatnya. Selain menggunakan

kitab al-Barzanji seni musik Tanjidor desa Gelebak Dalam juga membawakan lagu-

lagu Melayu Palembang dan lagu-lagu yang populer pada zamannya juga sering

berkolaborasi dengan kesenian lain seperti, seni theater Abdul Muluk atau

Bangsawan.

68

BAB IV

PERKEMBANGAN SENI MUSIK TANJIDOR DI DESA GELEBAK DALAM,

KECAMATAN RAMBUTAN, KABUPATEN BANYUASIN

Setiap makhluk hidup atau organisme di dunia pasti akan mengalami sebuah

perkembangan. Begitupun juga yang terjadi dalam suatu kelompok organisasi. Proses

tumbuh kembangnya yang dimaksud dapat berupa perkembangan secara fisik yang

bersifat konkret maupun perkembangan psikis yang bersifat abstrak. Suatu

perkembangan terkadang disamakan dengan pertumbuhan, padahal kedua hal tersebut

memiliki perbedaan yang mendasar, pertumbuhan cenderung mengarah pada suatu

proses perubahan makhluk hidup baik itu individu ataupun kelompok (organisasi)

secara jasmani maupun berupa fisik yang bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur.

Akan tetapi, proses tersebut tersebut berbeda-beda hanya sampai pada makhluk hidup

atau individu sendiri yang mencapai kematangan dalam fisiknya saja.93

Dalam perkembangan lebih mengarah pada suatu perubahan pada makhluk

hidup baik individu ataupun kelompok (organisasi) menuju pada arah yang lebih

sempurna. Proses perubahan menuju terbentuknya makhluk hidup yang lebih

sempurna, yang terjdi sejak lahir hingga akhir hayatnya dan akan berlangsung secara

terus menerus. Perekembangan juga akan cenderung bersifat kualitatif dan bisa

berubah makhluk hidup kearah yang lebih baiksehingga dapat menjadi makhluk

hidup yang lebih sempurna dari waktu ke waktu. Dalam proses perkembangannya

makhluk hiup biasanya baik individu ataupun kelompok (organisasi) tentunya akan

93Nani Wahyuni, “Definisi Perkembangan dan Perubahan”, dalam http://www.

komposiana.com, nani-wahyuni: definisi-perkembangan, (04 Juni 2021).

69

mengalami hal-hal yang akan membuat proses tersebut akan tumbuh dan berkembang

atau malah akan semakin jatuh dan hilang.94 Kejadian seperti hal tersebut sangat

wajar dialami oleh makhluk hidup baik itu individu ataupun kelompok (organisasi)

yang sedang ada pada masa pertumbuhan untuk menuju masa perkembangan. Karena,

yang namanya faktor pendukung dan penghambat itu pastinya akan dialami oleh

setiap makhluk hidup yang sedang dalam masa erkembangan.

Hal tersebut juga terjadi pada perkembangan suatu kesenian, seperti halnya

seni musik Tanjidor di desa Gelebak Dalam. Dimana dalam proses perkembangannya

yang selalu diiringi dengan kejadian atau hal-hal yang dapat mendukung proses

perkembangannya atau malah justru akan menghambat proses perkembangannya.

Beberapa hal tersebut biasanya didapat dari dalam lingkungan maupun luar

lingkungan. Adapun beberapa faktor pendukung dalam proses perkembangan seni

musik Tanjidor di desa Gelebak Dalam adalah faktor internal dan faktor eksternal.

Dalam faktor internal pertama, yaitu adanya niat dari dalam diri penggagas kesenian

Tanjidor untuk tetap melestarikan kesenian tersebut serta menjadikan kesenian

tersebut sebagai warisan sejarah yang memiliki nilai edukasi tinggi. Kedua, rasa cinta

yang dimiliki oleh para penggagas kesenian Tanjidor. Ketiga, keterbukaan

masyarakat desa setempat dalam menerima kesenian Tanjidor. Keempat, adanya

94Roudlatul Immaroh, “Sejarah Perkembangan Kesenian Tanjidor di Desa Lembor Brondong

Lamongan Jawa Timur’ Skripsi, (Surabaya: Prodi Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan

Humaniora, 2017), hal. 76.

70

penerus atau pergantian generasi dan berbagai penemuan dan rekayasa setempat

untuk mendukung proses perkembangan kesenian Tanjidor.95

Adapun faktor pendukung eksternal sebagai berikut pertama, adanya kontak

antar seni musik Tanjidor dengan berbagai macam kesenian lain seperti halnya

pertunjukan seni musik Tanjidor dikolaborasikan dengan kesenian Abdul Muluk, seni

Tari, dan lainsebagainya. Kedua, perubahan pada lingkungan hidup serta

perkembangan zaman yang pada gilirannya akan memicu perkembangan seni musik

Tanjidor. Sedangkan faktor penghambat proses perkembangan seni musik Tanjidor di

Desa Gelebak Dalam yaitu sebagai berikut. pada faktor internal pertama, kurang

adanya kesadaran ada masyarakat akan pentingnya melestarikan suatu kesenian

tradisional berupa seni musik Tanjidor. Kedua, adanya pernyataan masyarakat yang

menganggap bahwa seni musik Tanjidor adalah seni tradisional yang kuno. Ketiga,

ketidak perdulian masyarakat terhadap seni musik Tanjidor. Penghambat

perkembangan pada faktor eksternal yaitu pertama, kurangnya pengetahuan atau

wawasan juga perkembangan pendidikan yang lambat terkait pentingnya

melestarikan kesenian tradisional Indonesia. Kedua, adanya budaya asing yang masuk

sehingga mempengaruhi masyarakat untuk mengikuti budaya luar. Ketiga, terjadinya

95Wawancara dengan Bapak Mahuda (Salah satu penggagas seni musik Tanjidor) pada 10

Januari 2021 di Desa Gelebak Dalam.

71

perubahan lingkungan dan perkembangan zaman yang membawa pengaruh dan

dampak yang buruk dalam proses pelestarian seni tradisional Tanjidor.96

Akan tetapi, di samping beberapa faktor diatas terdapat juga faktor lain yang

mempengaruhi tumbuh kembangnya suatu kesenian. Faktor tersebut adalah tingkat

peradaban masyarakat dan kondisi kondisi pemerintahannya. Karena, pada setiap

proses tumbuh kembangnya suatu kesenian tak lepas dari campur tangan masyarakat

juga kebijakan pemerintahan setempat. Oleh sebab itu, peran manusia sangatlah

dibutuhkan terlebih faktanya bahwa manusia yang menjadi pelaku utama dalam suatu

proses kesenian tersebut. Maka tidak bisa dipungkiri jika dalam beberapa proses

tumbuh kembangnya kesenian selalu dibarengi dengan peran dari manusia. Seperti

yang terbayang dari pada tiga aspek kesenia yaitu perilaku, artefak dan ide atau

gagasan.97 Kesimpulannya ketiga aspek tersebut sangat erat dengan manusia.

Beranjak dari ketiga aspek tersebut manusia nantinya akan mencapai tingkat

keluhuran yang berawal dari kebudayaan yang berupa cipta (ilmu pengetahun dan

teknologi), rasa (kesenian) dan karsa (etika atau moral yang tinggi). Dengan kata lain

pencapaian suatu perbedaan.98 Dapat disimpulkan bahwa apabila salah satu dari tiga

aspek tersebut mengalami perubahan dan perkembangan maka secara otomatis

kesenian tersebut juga akan berkembang.

96Wawancara dengan Bapak Mahudan (Salah satu penggagas seni musik Tanjidor) pada 10

Januari 2021 di Desa Gelebak Dalam. 97Roudlatul Immaroh, “Sejarah Perkembangan Kesenian Tanjidor di Desa Lembor Brondong

Lamongan Jawa Timur’ Skripsi, (Surabaya: Prodi Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan

Humaniora, 2017), hal. 78. 98Wikipedia, “Budaya”, dalam dttpss://id.wikipedia.org/wiki/budaya (04 Juni 2021).

72

Dalam proses perkembangannya seni musik Tanjidor di desa Gelebak

Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, sejak awal berdirinya akhir

tahun 1946 M sampai pada tahun 1980 M, juga selalu ditandai dengan pergantian

masa kepengurusan tau periode kepengurusan. Hal tersebut sebagai tanda bahwa

manusia memiliki pengaruh penting terhadap proses perkembangan seni musik

Tanjidor. Adapun tingkatan dalam periode kepengurusan seni musik Tanjidor di desa

Gelebak Dalam adalah sebagai berikut.

A. Seni Musik Tanjidor Periode I Tahun 1946 M-1958 M

Tahun 1946 M, menjadi tahun terbentuknya seni musik Tanjidor di desa Gelebak

Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabuaten Banyuasin. Pada periode ini dapat dikatakan

bahwa seni musik Tanjidor masih berada pada titik awal. Akan tetapi, pada periode

pertama sangatlah wajar jika pada setiap prosesnya mengalami beberapa kendala dan

kesulitan. Begitu pula pada bentuk pengemasan pertunjukan yang masih terbilang

sangat sederhana. Karena pada masa itu para pelaku seni musik Tanjidor itu sendiri

hanya belajar mendalami permainan seni musik Tanjidor itu sendiri. Akan tetapi,

kegiatan tersebut secara tidak langsung menarik perhatian masyarakat desa untuk

datang menyaksikannya pada saat itu.99 Untuk sebagian besar masyarakat desa

Gelebak Dalam melihat seni musik Tanjidor merupakan suatu tontonan yang

99Wawancara dengan Bapak Ujang (Salah satu penggagas seni musik Tanjidor yang masih ada)

pada 10 Januari 2021 di Desa Gelebak Dalam.

73

menarik dan menghibur. Mengingat pada masa-masa itu jenis pertunjukan seni musik

jarang bahkan dapat dikatakan langka untuk disaksikan oleh kalangan masyarakat

umum. Pada tahun tersebut para pemain musik Tanjidor desa Gelebak Dalam masih

menggunakan alat-alat musik sederhana yang didapat dari negosiasi membeli alat-alat

musik yang sudah tidak terpakai atau seken dari Kodam II Sriwijaya dan mereka

memperbaiki alat-alat musik yang sudah kurang bagus. Alat musik yang mereka beli

Berupa Jidor atau drum yang berukuran besar, saksofon, terompet perancis, klarinet

dan trombone. Pada era tahun 1953 M, menjadi bukti awal dimulainya perkembangan

pertama musik Tanjidor di desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabupaten

Banyuasin, mulai tahun tersebut kelompok seni musik Tanjidor “Pelita Hati” Desa

Gelebak Dalam sering diundang untuk mengisi acara dan tampil pada peringatan

kemerdekaan Republik Indonesia

Gambar 4.1

Tampak sebuah Jidor yang merupakan alat musik pertama yang masih terawat

dan digunakan dalam musik Tanjidor.

Sumber: Koleksi pribadi

74

Gambar 4.2

Tampak sebuah saksofon atau terompet asli Perancis yang merupakan alat

pertama yang dibeli dan masih terawatt

Sumber: Koleksi pribadi

Sebagai awal tumbuh kembangnya seni musik Tanjidor di desa Gelebak

Dalam telah ada sedikit tanda perkembangan dari keberadaan seni musik Tanjidor di

desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, mulai dari

diciptakannya alat musik pertama pada kesenian ini. Jika melihat kondisi dan

lingkungan dan sedikitnya media yang terkait dengan kesenian pada saat itu belum

cukup memadai untuk membangkitkan perkembangannya. Akan tetapi, karena rasa

semangat yang dimiliki oleh para pemain Tanjidor pada masa itu, karena semangat

mereka maka sesulit apapun halangan yang dihadapi tidak menjadikan para pemain

untuk menyerah begitu saja. Dari rasa semangat tersebut tumbuhlah rasa cinta dan

75

rasa ingin melestarikan atau mewariskan seni musik Tanjidor pada para penerus yang

ada di desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin.100

Selang beberapa tahun kemudian para penggagas mulai mengajak

masyarakat desa Gelebak Dalam beramai-ramai untuk belajar dan bermain seni musik

Tanjidor. Salah satu cara yang digunakan oleh para pemain pertama seni musik

Tanjidor ini untuk menarik minat masyarakat untuk berlatih musik Tanjidor adalah

dengan cara mengadakan pertunjukan. Pertunjukan tersebut dilaksanakan di lapangan

atau tempat yang setrategis seperti lahan kosong ditengah pemukiman masyarakat.

Untuk waktunyapun disesuaikan dengan kondisi saat itu, yaitu setelah musim panen,

karena setelah musim panen masyarakat lebih banyak dirumah dan usaha ini

membuahkan hasil ada beberapa masyarakat yang tertarik untuk belajar memainkan

musik Tanjidor. 101

Pada periode ini juga belum ada sistem kepengurusan atau organisasi seni

musik Tanjidor. Namun, terdapat istilah anggota seni musik Tanjidor desa Gelebak

Dalam dengan penggeraknya Bapak Nasidin atau biasa dipanggil dengan Cik Inung

(1925-2001). Oleh karena itu pada periode ini tempat yang digunakan untuk

latihanseni musik Tanjidor sekaligus tempat untuk menyimpan alat-alat musik

Tanjidor adalah rumah Bapak Nasidin atau Cik Inug. Adapun beberapa anggotanya

termasuk penggagas dan pemain adalah sebagai berikut. Nasidin atau Cik Inung,

100Wawancara dengan Bapak Ujang (Salah satu penggagas seni musik Tanjidor yang masih ada)

pada 10 Januari 2021 di Desa Gelebak Dalam. 101Wawancara dengan Bapak Gani (Ketua kelompok seni musik Tanjidor perode sekarang)

pada 10 Januari 2021 di Desa Gelebak Dalam.

76

Nanang Saludin, Ujang, Mahudin, Banudin, Abdurrohim, Heri, Midin, Dapet

Muslimin, Mahat mael, Tibut Mamut, Tohir, Abdul Hamid, Agus Bahnan.102

Gambar 4.3

Tampak kelompok seni musik Tanjidor pada tahun 1953.

Sumber: Foto koleksi Bapak Ujang Taudin

B. Seni Musik Tanjidor Periode Ke II Tahun 1958 M-1976 M

Tahun 1958 merupakan awal periode kedua dari seni musik Tanjidor di Desa Gelebak

Dalam. Pada periode ini beberapa perkembangan telah dialami oleh kesenian ini.

Mungkin pada periode sebelumnya masih ada kendala yang dihadapi oleh para

pemain seni musik Tanjidor dalam proses pengembangannya. Pada periode ini jalan

102Wawancara dengan Bapak Mahudan (Salah satu penggagas seni musik Tanjidor periode

sekarang) pada 12 Januari 2021 di Desa Gelebak Dalam.

77

terang sudah terlihat di depan mata. Keberadaan kesenian ini telah banyak diakui oleh

kalangan masyarakat baik dari dalam desa maupun luar desa. Hal ini menjadikan

popularitas seni musik Tanjidor dalam pengembangannya. Bagaimana tidak, kesenian

yang pada awalnya hanya diketahui oleh masyarakat desa Gelebak Dalam dan

masyarakat luar yang menjadi pengajar para pemain musik Tanjidor desa Gelebak

Dalam, pada periode ini musik Tanjidor “Pelita Hati” menjadi kesenian yang terkenal

dan sangat diminati oleh masyarakat sekitar bahkan sampai ke beberapa daerah dan

kecamatan sekitar.103 Pada periode inilah seni musik Tanjidor hampir setiap hari

tampil pada setiap acara seperti acara pernikahan, khitanan, acara pemerintahan

kecamatan, dan lain sebagainya.

103Wawancara dengan Bapak Gani (Ketua Kelompok seni musik Tanjidor periode sekarangg)

pada 10 Januari 2021 di Desa Gelebak Dalam.

78

Gambar 4.4

Tampak kelompok seni musik Tanjidor “Pelita Hati” Desa Gelebak

Dalammengisi acara pernikahan

Sumber: Foto koleksi Bapak Ujang Taudin

Gambar 4.5

Tampak kelompok seni musik Tanjidor “Pelita Hati” Desa Gelebak Dalam ikut

dalam memeriahkan HUT Republik Indonesia

Sumber: FotoKoleksi Bapak UjangTaudin

79

Karena sudah mendapatkan tempat sendiri dihati kalangan masyarakat desa

bahkan respon yang positifpun didapat dari masyarakat luar Desa, tidak menutup

kemungkinan para pemainnya menjadi lebih semangat dan antusias untuk lebih

mengembangkan lagi seni musik Tanjidor yang ada di Desa Gelebak Dalam,

Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin. Pada periode ini juga para pemain

memikirkan agar musik Tanjidor agar bisa lebih menarik, dan dari sinilah muncul ide

untuk berkolaborasi dengan kesenian lain yaitu berkolaborasi dengan seni theater

Abdul Muluk dan mengiring penari daerah. Namun, kolaborasi tersebut tidak

dilakukan pada setiap penampilan seni musik Tanjidor, kolaborasi tersebut hanya

dilakukan pada saat memeriahkan peringatan kemerdekaan Republik Indonesia atau

tergantung permintaan tuan rumah yang mengundang kesenian ini, dimana si

pengundang juga mengundang kesenian jenis lain dari Tanjidor.104

Tidak ada penjelasan lebih tentang bagaimana para pemain seni musik

Tanjidor berkolaborasi dengan beberapa jenis kesenian lain, menurut pengakuan

pemain yang masih ada pada saat ini bahwa seperti halnya perpaduan seni tradisional

pada umumnya yang antara satu dengan yang lain memiliki andil masing-masing

dalam pertunjukan yang sedang berlangsung tersebut. Contohnya pada kesenian

Abdul Muluk seni musik tanjidor fungsi drum dan terbangan untuk mengiringi syair-

syair bangsawan dalam kesenian Abdul Muluk, hanya saja tentu akan memiliki waktu

104Wawancara dengan Bapak Ujang (Salah satu penggagas seni musik Tanjidor yang masih ada)

pada 10 Januari 2021 di Desa Gelebak Dalam.

80

dan tempo yang berbeda dari Tanjidor yang biasanya. Pada awalnya kemungkinan

para pemain merasa canggung dan sedikit agak kesulitan dalam menggabungkan dua

jenis kesenian sekaligus. Akan tetapi, lama-kelamaan mereka mulai terbiasa dengan

pertujukan kolaborasi tersebut. Bahkan seni musik Tanjidor di desa Gelebak Dalam

telah menerima undangan dengan pertunjukan kolaborasi dengan beberapa jenis

kesenian tradisional lainnya hingga ke beberapa daerah sekitar. Kemudian untuk

perkembangan pada lagu-lahunya pada periode ini belum ada penambahan atau

pengurangan pada lagu-lagunya yang digunakan dalam pertunjukan. Namun, pada

akhir periode ini mulai digunakan melodi-melodi dari lagu-lagu yang telah

berkembang dan terkenal pada masa itu untuk membawakan beberapa lagu saat

pertunjukan.105

Pada akhir periode ini barulah dibentuk sistem kepengurusan untuk

membantu membantu kelangsunga seni musik Tanjidor di desa Gelebak Dalam.

Sebab keberadaan seni Musik Tanjidor ini juga sudah di akui oleh pemerintah

Kecamatan setempat, karena pada dasarnya fungsi dari dibentuknya sistem

kepengurusan pada kesenian baik itu kesenian tradisional ataupun kesenian modern

merupakan salah satu cara dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai suatu

tujuan dan cita-cita bersama. Dalam sebuah kepengurusan ataun organisasi juga pasti

terdapat perencanaan, pengaturan, dan pengawasan.106 Adapun beberapa anggotanya

105Wawancara dengan Bapak Mahudan (salah satu penggagas seni musik Tanjidor periode

sekarag) pada 12 Januari 2021 di Desa Gelebak Dalam. 106Asli Samiun, “Pengertian Organisasi, Tujuan, dan Fungsinya”, dalam http”//www.

informasiahli. com/2015/08/pengertian-organisasi-tujuan-dan fungsinya.html (04 Juni 2021).

81

adalah sebagai berikut. Bpk. Nasidin atau Cik Inung sebagai Koor atau Pembina,

Bpk. Ujang sebagai wakil ketua, Banudin Nanang sebagai Bendahara, dan

anggotanya yaitu Abdurrohim, Heri, Mahudin, Hambali Jamal, Tohir Jamal, Dapet

Muslimin, Tibut Mamut, dan mahat mael.107

C. Seni Musik Tanjidor Period ke III Tahun 1976 M-1980 M

Pada periode ini jalan mengarah pada perkembangan semakin terbuka lebar. Banyak

faktor dan hal-hal akan turut mempengaruhi proses perkembangan seni musik

Tanjidor di desa Gelebak Dalam. Hal ini terlihat pada puncak pencapaian yang

dialami oleh para pemain seni musik Tanjidor yang tetapgigih dalam

mempertahankan kesenian tradisional yang merupakan sebuah warisan budaya

nusantara ini, yaitu dengan mendaat perhatian khusus dari pemerintahan kecematan

setempat. Pada periode ini juga kesenian Tanjidor di desa Gelebak Dalam memulai

gebrakan baru dengan menambahkan jenis alat musik berupa terbangan pada

pertunjukannya. Dengan ditambahkannya jenis alat musik ini berharap agar

pertunjukan seni musik Tanjidor semakin lengkap dan menarik dan juga berharap

dapar menarik perhatian masyarakat agar mau melestarikan kesenian yang sudah ada.

Dengan pemain ataupun anggota dengan peralatan kesenian yang ada mereka terus

107Wawancara dengan Bapak Mahudan (Salah satu penggagas seni musik Tanjidor periode

sekarang) pada 12 Januari 2021 di Desa Gelebak Dalam.

82

membangun dan menghidupkan kesenian ini, karena mereka sadar bahwa akan

pentingnya melestarikan dan mengembangkan kesenian tradisional Indonesia.108

Gambar 4.6

Tampak sebuah alat musik terbanganyang digunakan

sebagi alat musik Tanjidor Desa Gelebak Dalam

Sumber: Koleksi pribadi

Penambahan jenis alat musik baru pada permainan musik Tanjidor tersebut

ditambahkannya tiga buah terbangan berukuran lumayan besar. Kemudian hasilnya

banyak kalangan masyarakat yang menaruh perhatian khusus pada seni musik

Tanjidor ini. Karena selain penampilannya semakin bagus ternyata dengan

ditambahkannya pada kesenian ini alat terbangan menjadikan seni musik Tanjidor

108Ibid.

83

desa Gelebak Dalam sebagai kesenian yang bernuansa islami. Karena keberadaan alat

musik jenis terbangan ini mempunyai fungsi utama untuk mentransfer norma-norma

kebudayaan dan keagamaan terhadap masyarakat melaui syair-syair yang dibawkan.

Karena syair-syair tersebut berisikan norma-norma keagamaan sebagai suatu dakwah

atau ajakan dalam maksud Amar Nahi Munkar. Selain itu juga terdapat tujuan lain

seperti meningkatkan kecintaan manusia kepaa Allah SWT dan Rosulullah SAW.109

Sebagai alat musik yang berasal dari Negara islam, terbangan memang

banyak memberikan manfaat yang positif terhadap perkembangan seni musik

Tanjidor desa Gelebak Dalam. Apalagi dengan kehadiran alat musik tersebut semakin

memperkuat tradisi-budaya serta kesenian yang ada di desa Gelebak Dalam yang

telah ada sejak lama. Oleh sebab itu, secara tidak langsung keberadaannya di tengah-

tengah seni musik Tanjidor di desa Gelebak Dalam menyatukan tradisi kesenian

Islam yang sudah ada menjadi suatu kesenian yang menarik. Pada periode ini juga

seni musik Tanjidor mengikuti festival perlombaan seni musik Tanjidor se-

Kabupaten Musi Banyuasin dan seni musik Tanjidor “Pelita Hati” desa Gelebak

Dalam mendapatkan juara pertama untuk mewakili Kecamatn Banyuasin I.110

109Sugeng, “Fungsi Alat”, dalam http://fungsi-rebana-alat-musik-tradisional_Fungsi-Alat.htm

(04 Juni 2021).

110Wawancara dengan Bapak Mahasan (pemain kesenian Tanjidor periode sekarangg) pada 12

Januari 2021 di Desa Gelebak Dalam.

84

Gambar 4.7

Tampak sebuah piala penghargaanmemenangkan

juara pertama pada festival perlombaan seni musik Tanjidor se-Kabupaten

Musi Banyuasin

Sumber: Koleksi pribadi

Pada akhir periode ini seni musik Tanjidor desa Gelebak Dalam mulai

memasukan alat musik modern pada prosesesi pertunjukan seni musik Tanjidor, yaitu

alat musik berjenis piano, dan biola. Seni musik Tanjidor sering ditampilkan pada

acara karnaval untuk memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia dan juga

karnaval dalam memperingati hari-hari besar lainnya. Dan untuk jenis lagunya pun

85

mulai merambah pada musik dangdut dan pop mengikuti tren lagu yang terkenal pada

zaman itu. Perkembangan ini menjadi bukti bahwa seni musik Tanjidor di desa

Gelebak Dalam tidak termasuk dalam kesenian tradisional yang kuno.

Pada periode ini juga terjadi perkembangan pada anggota pemain Tanjidor

yang bertambah dan juga karena pemain Tanjidor yang ikut dalam menggasas musik

Tanjidor sudah tidak ikut lagi dikarenakan oleh faktor umur mereka. Adapun

beberapa anggota seni musik Tanjidor yang ikut dalam kelompok musik Tanjidor

“Pelita Hati” sebagai berikut. Anggota barunya adalah A. Gani, Mahasan, Rizal

Palipi, Sori, Umar Hadi, Noni, Bantom, Midan, dan Slamet. Adapun para pemain dan

pengururus Tanjidor pada periode ini yaitu, Bpk. Nanang sebagai koor atau Pembina,

Bpk Ujang sebagai Ketua, Bpk A. Gani Sebagai Wakil, dan Bpk Heri Sebagai

Bendahara.111

D. Fungsi Seni Musik Tanjidor Desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan,

Kabupaten Banyuasin

Seni pertunjukan di Indonesia mempunyai fungsi dalam kehidupan masyarakat,

fungsi seni pertunjukan yaitu kegunaan dalam lingkungan masyarakat. Menurut Alan

P. Meriam terdapat sepuluh fungsi penting dari musik yang terjadi pada masyarakat

pendukungnya yaitu: Pertama ekspresi emosional, kedua kenikmatan estetis, ketiga

111Wawancara dengan Bapak Mahasan (pemain seni musik Tanjidor periode sekarang) pada 12

Januari 2021 di Desa Gelebak Dalam.

86

hiburan, keempat komunikasi, kelima penggambaran simbolik, keenam responfisik,

ketujuh penyelenggaraan kesesuaian dengannorma-norma sosial, kedelapan

pengesahan lembaga sosial dan ritual religious, kesembilan penopang kesinambungan

dan stabilitas kebudayaan, kesepuluh penopang integrasi sosial.112 Dari penjelasan di

atas terdapat kecocokan yang terjadi pada seni musik Tanjiordi desa Gelebak Dalam,

Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin pada msyarakat pendukungnya yaitu

sebagai nilai hiburan dan kenikmatan yang estetis.

Seni musik Tanjidor sebagai hiburan, yaitu pada dasarnya seni pertujukan

pada kehidupan masyarakat desa Gelebak Dalam merupakan suatu cara untuk

memeriahkan atau meramaikan suatu pesta adat yang dilaksanakan. Selainitu juga

sebagai tanda kehormatan bagi para tamu undangan serta masyarakat yang terlibat

pada pesta tersebut. Tanjidor adalah salah satu seni pertunjukan musik tradisional

yang dapat memeriahkan pesta adat yang dilaksanakan oleh masyarakat desa Gelebak

Dalam dan juga desa-desalainnya. Tanjidor sebagai musik pertunjukan atau musik

tontonan, pertunjukan musik Tanjidor pada acara masyarakat tentunya difungsikan

sebagai musik hiburan bagi masyarakat dan para tamu undangan serta untuk

pelakunya sendiri.

Kehadiran pertunjukan seni musik Tanjidor tentunya akan membuat pesta

acara tersebut menjadi semakin meriah. Sebab, dengan adanya pertunjukan Tanjidor

makamasyarakat akan tertarik untuk menghadiri acara tersebut. Dibandingkan dengan

112 Alan P. Meriam, AntropologiMusik, TerjemahTriyonoBramantyo (Yogyakarta: InstitutSeni

Indonesia Yogyakarta, 1999), hal. 21.

87

tanpa adanya pertunjukan, masyarakatakan akan malas untuk menghadiri acara tadi.

Dengan demikian agar acara terlihat ramai dan meriah maka solusinya adalah dengan

menghadir kanseni pertunjukan. Musik sebagai hiburan, sebab pertunjukan seni

musik Tanjidor akan membawakan lagu-lagu yang akan membuat masyarakat

terhibur. Lagu yang dibawakan oleh seni musik Tanjdor berupa lagu-lagu Melayu

Palembang, lagu-lagu dangdut dan lagu-lagu yang sedangnge tren pada zamannya.113

Rasa kegembiraan bagi masyarakat yang menonton pertunjukan senimusik

Tanjidor dapat dilihat dari sikap dan tingkah lakunya. Selain menjadi sebuah hiburan

bagi masyarakat yang menonton, juga menjadi hiburan bagi para pemainnya sendiri.

Hal tersebut juga dapat dilihat dari gaya bermain musik dari para pemain musik

Tanjidor tersebut, kadangkala mereka bergoyang sambil mengikuti polaritme yang

dimainkannya. Hal itu sudah menjadi cirikhas bagi pertunjukan seni musik Tanjidor

yang selalu memberikan kesenangan terhadap masyarakat dan para pemainnya.

Pada konteks acara pesta masyarakat, seni musik Tanjidor yang hadir sering

kali disuguhkan makanan khas seperti dodol, wajik dan air the atau kopi. Suguhan

tersebut diberikan dari pihak keluarga yang melaksanakan acara atau pengundang

seni musik Tanjdor tersebut dengan tujuan agar para pemain lebih semangat dan

energik dalam bermain musik Tanjidor. Selainitu adanya kedekatan antara penonton

dan pemain musik dimana para penonton juga ikut makan dan minum bersama

pemain musik. Dengan begitu hubungan interaksi sosial antara pemain musik

113Wawancara dengan Bapak Ujang (Salah satu penggagas senimusikTanjidor yang masih ada)

pada 4Agustus 2021 di Desa Gelebak Dalam.

88

Tanjidor dan masyarakat akan terjalin. Seperti yang terjadi pada kelompok seni musik

Tanjidor desa Gelebak Dalam pada saat acara terdapat sajian bolu oleh pihak

keluarga yang melaksanakan acara, agar pesta tersebu t bisa menjadi ramai dan

meriah dari pertunjukan yang berikan oleh seni musik Tanjidor tersebut. 114

Kehadiran senimusik Tanjodor pada acara pesta masyarakat hanya berfungsi

sebagai hiburan Melainkanse bagai musik penyambutan bagi para tamu undangan.

Hal tersebut dilakukan sebagai suatu kehormatan bagi para tamu undangan karena

sudah bersedia hadir pada acara tersebut. Penyambutan tersebut berupalagu-lagu yang

dibawakan oleh kelompok seni musik Tanjidor. Tidak adalagu khusus dalam

penyambutan para tamu undangandan untuk penentuanlagu yang akan dinyayikan

biasanya akan ditentukan oleh pemain terompet sebab dalam ansambel pemain

terompet sangat kompleks diibaratkan terompet tsebagai vokal dan melodi pada

ansambel tersebut.

Sedikit berbeda, musik yang disajik anantara menyambut tamu undangan

dengan menyambut rombongan keluarga pengantin. Terdapat musik khusus yang

dimainkan oleh para pemain musik Tanjidor sebagai penghormatannya, musik

tersebut dibuat lebih meriah dan bersemangat dan irama musiknya memiliki tempo

yang lebih cepat. Perbedaan musik dalam penyambutan tamu dan keluarga pengantin

dari segi tempo, lagu pada penyambutan tamu hanya memainkan lagu sesuai dengan

versi aslinya, sedangkan untuk menyambut keluarga pengantin memainkan lagu tapi

tempo lagu tersebut diubah dengan tempo yang agak cepat. Dengan demikian

114Ibid.

89

kehadiran pertunjukan seni musik Tanjidor merupakan salah satu kesenian musik

tradisional yang dapat memeriahkan suatu pesta adat dan dapat menghibur para tamu

undangan serta masyaraar yang menyaksikan.115

Seni musik Tanjidor sebagai kenikmatan yang estetis, yaitu merupakan

wujud abstrak yang dapat dinikmati oleh para pemain dan juga penonton sesuai

dengan tingkat penghatannya masing-masing.116 Kenikmatan yang estetis pada seni

musik Tanjidor dapat dirasakan salah satunya melalui nilai-nilai yang terkandung

dalam unsur musikalnya. Pada kelompok seni musik Tanjidor para pemain senantiasa

menampilkan permainan musik yang dapat dinikmati oleh para penonton dengan

gaya dan juga versinya sendiri. Memainkan lagu pop daerah, langgam daerah, atau

pun lagu-lagu dangdut dan lagu-lagu yang ngetren pada zamannya, seringkali para

pemain memberikan improvisasi pada lagunya. Hal tersebut dilakukan agar pemain

dan juga penontonnya dapat menikmati musik yang disajikan.117

Kehadiran seni musik Tanjidor pada masyarakat dapat memberikan kesan

tersendiri, bagai penontonnya yaitu mereka merasa puas dan senang saat

menyaksikan pertunjukan seni musik Tanjidor. hal itu dapat dilihat dari perilaku

penonton yang senantiasa ikut berjoget secara spontan. Dari lagu-lagu serta musik

115Wawancara dengan Bapak Gani (KetuakelompoksenimusikTanjidor periodesekarang) pada 4

Agustus 2021 di Desa Gelebak Dalam.

116Eli Irawati, EksistensiKuntlanKutai: SuatuTinjauanEtnomusikologi, (Yogyakarta:

KaukabaDipantara, 2013), hal. 31. 117Wawancara dengan Bapak Gani (KetuakelompoksenimusikTanjidor periodesekarang) pada 4

Agustus 2021 di Desa Gelebak Dalam.

90

yang dimainkan oleh para pemain musik Tanjidor membuat masyarakat serta para

tamu undangan merasa senang dan terhibur. Penyajian seni musik Tanjidor tidak

memerlukan garapan khusus terhadap lagu yang dibawakan, merekahanya

memainkan lagu sesai dengan variasi melodi dan polaritme secara spontan. Dengan

demikian, pertunjukan seni musik Tanjidor dapat dinikmati dari unsur musikalnya.118

Pada bab empat ini dapat disimpulkan bahwa seni musik Tanjidor desa

Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin pada setiap periodenya

terus mengalami perkembangan. Perkembangan sejak awal terbentuknya akhir tahun

1946 M sampai dengan tahun 1980 M juga mengalami turun naik. Sejarah

perkembangan seni musik Tanjidor di desa Gelebak Dalam mulai sejak 1946 M-1980

M, pada setiap perkembangannya selalu ditandai dengan pergantian periode

kepengurusan atau periode angkatan yang secara langsung menjadi bukti bahwa

manusia memiliki peran penting dalam tumbuh dan berkembangnya suatu kesenian.

Seni musik Tanjidor merupakan salah satu jenis kesenian yang dimiliki oleh

masyarakat desa Gelebak Dalam yang memiliki fungsi sebagai hiburan bagi

masyarakat dan juga menjadi kesenian yang memiliki kenikmatan yang estetis

dikalangan masyarakat. Karena dengan adanya musik Tanjidor dapat menjadikan

suatau acara menjad imeriah dan ramai, adanya musikTanjidor juga menjadikan

masyarakat tertarik untuk datang ke suatu acara tersebut. Kenikmatan yang estetis

pada seni musik Tanjidor dapat dirasakan oleh masyarakat salah satunya melalui

nilai-nilai yang terkandung dalam unsur musikalnya.

118Ibid.

91

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pada bab-bab yang telah diuraikan sebelumnya, terkait dengan

pembahasan dalam skripsi yang berjudul “Asal Usul dan Perkembangan Seni Musik

Tanjidor di Desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin,

1946-1980 M”, dapat penulis simpulkan bahwa keberadaan desa Gelebak Dalam,

Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuain yang merupakan desa yang terletak di

dataran rendah, Desa Gelebak Dalam juga merupakan Desa yang Beriklim Tropis

dengan suhu sekitar 22°C-37°C.

Desa Gelebak Dalam dahulunya merupakan wilayah marga Sri Kuto Parung

Priyai yang sebagian besar masyarakatnya merupakan keturunan kaum ningrat

Palembang yang bermukim di luar Kota Palembang dan dipimpin oleh Depati. Nama

desa Gelebak Dalam sendiri diambil dari kayu blebek yang terendam dalam air, pada

tahun 1907 M barulah desa ini menjadi desa Gelebak Dalam dan pada

pemerintahannya dipimpin oleh Kerio. Pada tahun 1945 M barulah dipimpin oleh

Kepala Desa.

Faktor religius, kondisi keagamaan di desa Gelebak Dalam masyarakatnya

mayoritas beragama Islam. Pada tahun 1946 M, anak-anak di desa Gelebak Dalam

sudah diajarkan agama islam di langgar. Pendidikan ini mengajarkan mengaji al-

Qur’an, pelaksanaan shalat, dan pelajaran mengenai kewajiban-kewajiban pokok

agama. Anak-anak muslin diajarkan mengaji menggunakan sistem sorongan oleh

92

guru ngaji di kampung dan terkadang juga ada ulama dari Palembang datang ke desa

Gelebak Dalam untuk mengajarkan ilmu agama, mengaji al-Qur’an dan belajar Arab

Jawi. Pasca kemerdekaan juga telah ada pelajan agama di sekolah-sekolah dari sinilah

anak-anak di desa Gelebak Dalam mendapatkan pelajaran agama Islam. Meskipun

pada masa itu masih banyak masyarakat yang masih percaya akan ritual yang ada

sejak nenek moyang mereka.

Pada tahun 1946-1980 M, desa Gelebak Dalam masih bersatu dalam

wilawah Kabupaten Musi Banyusin, Kecamatan Banyuasin Satu yang memiliki luas

wilayah 2.884,57 km2/sq.km., dengan jumlah 55 (Lima Puluh Lima) Desa dan jumlah

penduduk laki-laki dan perempuan 153.323 jiwa. Desa Gelebak Dalam memiliki luas

wilyah 2.583,70 dengan jumlah penduduk 1.803 jiwa penduduk laki-laki dan

perempuan. Pada masyarakatnya juga memiliki sifat terbuka dan jiwa kekerabatan

yang tinggi, serta menjunjung tinggi adat istiadat dan tradisi.

Di Indonesia sendiri seni musik Tanjidor sudah ada sejak lama. Kesenian ini

lahir pada masa penjajahan Hindia-Belanda di Indonesia. Tanjidorsebagai suatu jenis

musik asli Betawi yang dimainkan secara berkelompok. Mengenai asal usul

sejarahnya musik ini terdapat beberapa pendapat yang berbeda. Musik Tanjidorini di

duga berasal dari bangsa Portugis yang datang ke Betawi pada abad ke-14 sampai

abad ke-16.

Menurut sejarahnya, musik tradisional Tanjidor bukanlah musik asli dari

Sumatera Selatan. Namun, dikarenakan musik tradisional jidor ini sudah sering

terikat dengan masyarakat pendukungnya hingga musik ini dianggap milik Sumatera

93

Selatan. Seperangkat musik tradisional Tanjidor terdiri dari alat musik bass, terompet,

saksofon, dan juga drum. Namun, dalam perkembangannya oleh masyarakat

pendukungnya ditambah dengan terbangan. Musik ini biasnya digunakan untuk

mengiring pengantin, arak-arakan, pengiring tarian, dan musik tontonan saja.

Seni musik Tanjidor di desa Gelebak Dalam merupakan jenis kesenian

tradisional yang berbau islami yang mengedepankan kebersamaan antar pemain dan

menjunjung tinggi rasa cinta kasih terhadap Nabi Muhammad SAW. Selain hal

tersebut dalam kesenian ini juga merupakan jenis seni pertunjukan yang memadukan

tiga unsur seni sekaligus dalam prosesi pertunjukannya, unsur tersebut berupa seni

musik, seni gerak, dan seni suara.

Sejarah perkembangan seni musik Tanjidor di desa Gelebak Dalam mulai

sejak 1946 M-1980 M, pada setiap perkembangannya selalu ditandai dengan

pergantian periode. Sejak tahun 1946 M sampai dengan tahun 1980 M seni musik

Tanjidor “Pelita Hati” desa Glebak Dalam terjadi kepengurusan selama tiga periode.

Perode pertama diketui oleh Bapak Nasidin atau Cik Inung (1925-2001), periode

kedua diketuai oleh Bapak Nanang (1916-1997), pada periode ketiga diketuai oleh

Bapak Ujang Taudin (L.1941). Kepengurusanatau periode angkatan yang secara

langsung menjadi bukti bahwa manusia memiliki peran penting dalam tumbuh dan

berkembangnya suatu kesenian.

Pada perkembangannya seni musik Tanjidor desa Gelebak Dalam juga

mengalami dua faktor yaitu faktor eksternal dan internal. Adapun faktor internalnya

ialah adanya niat dari dalam diri penggagas seni musik Tanjidor untuk tetap

94

melestarikan kesenian tersebut serta menjadikan kesenian tersebut sebagai warisan

sejarah yang memiliki nilai edukasi tinggi dan rasa cinta yang dimiliki oleh para

penggagas seni musik Tanjidor serta keterbukaan masyarakat desa setempat dalam

menerima seni musik Tanjidor dan adanya penerus atau pergantian generasi dan

berbagai penemuan dan rekayasa setempat untuk mendukung proses perkembangan

seni musik Tanjidor. Pada Faktor Ekternalnya aial adanya kontak antara seni musik

Tanjidor dengan berbagai macam kesenian lain seperti halnya pertunjukan seni musik

Tanjidor dikolaborasikan dengan kesenian Abdul Muluk, seni Tari, dan

lainsebagainya

Seni musik Tanjidor yang ada di desa Gelebak Dalam adalah salah satu

kesenian yang mempunyai fungsi sebagai suatu hiburan bagi masyarakat juga

menjadi suatu kesenian yang mempunyai kenikmatan yang estetik di kalangan

masyarakat penggemarnya. Sebab, dengan adanya seni musik Tanjidor dapat

menjadikan masyarakat tertarik untuk datang acara-acara masyarakat. Kenikmtan

yang estetis pada seni musik Tanjidor dapat dirasakan melalaui nilai-nilai yang

terkandung pada unsur musiknya.

B. Saran-saran

Sebagai akhir pada bab ini penulis sampaikan saran-saran untuk semua pihak agar

lebih menggiatkan lagi seputar pengkajian sejarah mengenai musik tradisional di

Indonesia. Saran dari penulis sebagai berikut:

95

Pertama, mahasiswa dan para akademisi khususnya pada jurusan Sejarah

Peradaban Islam. Bahwa karya tulis ilmiah yang berjudul “Asal Usul dan

Perkembangan Seni Musik Tanjidor di Desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan,

Kabupaten Banyuasin, 1946-1980 M” ini agar dikaji lebih dalam lagi, demi

tercapainya kebenaran yang lebih sempurna. Kemudian dapat menjadi acauan bagi

para mahasiswa dan akademisi untuk mengembangkan potensi Indonesia khususnya

dalam bidang kesenian tradisional. Sebab pengetahuan tentang seni tradisional tidak

hanya terpaut pada buku pelajaran saja, mengingat pentingnya melestarikan kesenian

tradisional yang semakin hari semakin ditinggalkan oleh sebagin besar masyarakat

Indonesia.

Kedua, bagi para pemain atau pelaku kesenian supaya tetap teguh dan kuat

dalam mengangkat dunia kesenian tradisional Indonesia dan melestarikannya,

khususnya kesenian seperti seni musik Tanjidor.

Ketiga, bagi masyarakat luas, masih banyak kesenia-kesenian tradisional lain

yang terabaikan dibalik perkembangan zaman. Oleh karena itu sangat penting bagi

masyarakat luas unuk tetap menjaga dan melestarikan salah satu aset berharga yang

dimiliki oleh Negara Indonesia yaitu kesenian tradisional, terlebih lagi pada kesenian

yang Islami.

96

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Abdurrahman, Dudung. Metodologi Penelitian Sejarah Islam. Yogyakarta: Ombak, 2011.

Ali, R.M. Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia. Yogyakarta: Lkis, 2012.

Abdullah, dkk. Metodologi Penelitian Agama Sebuah Pengantar, Cet 2. Yogyakarta: Tri Wacana,

1990.

Abdullah, Rozali. Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara

Langsung. Jakarta: Raja Grafindo, 2005.

Abdurrachman, Paramita R. Bunga Angin Portugis di Nusantara: Jejak-jejak kebudayaan

Portugis di Indonesia. Jakarta: LIPI Press, 2008.

Ataladjar Beawiharta, Thomas B. Tanjidor dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jakarta: PT.

Cipta Adi Pustaka, 1991.

Delimove. Perkembangan Pemikiran Ekonomi,. Jakarta: Rajawali Pers, 2009.

Departemen Pendidikan nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia, EdisiKelima. Jakarta: CV Adi

Perkasa, 2016.

Hanifiah, Djohan, dkk. Direktori Kesenian Sumatera Selatan. Sumsel: Dinas dan Kebudayaan

Sumatera Selatan, 2006.

Hary B. Harmadi, Sonny. Analisis Data Demografi. Tanggerang Selatan:Universitas Terbuka,

2016.

Irawati, Eli. Eksistensi Kuntlan Kutai: Suatu Tinjauan Etnomusikologi. Yogyakarta: Kaukaba

Dipantara, 2013.

97

Judistira. Teori-teori Perubahan Sosial. Bandung: Padjajaran, 1992.

Kansil. Desa Kita. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984.

Katalog BPS Prov. Sumatera Selatan Dalam Angka 1980, 1980.

Katalog BPS Kab. Musi Banyuasin Dalam Angka 1980, 1980.

Katalog BPS Kab. Banyuasin Dalam Angka 2002, 2002.

Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogakarta: Tiara Wacana, 2013.

Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogakarta: PT. Bentang Pustaka, 2005.

Meriam, Alan P. Antropologi Musik, Terjemah Triyono Bramantyo. Yogyakarta: Institut Seni

Indonesia Yogyakarta, 1999.

Midan. Kompilasi Adat Istiadat Sri Kuto Parung Priyayi. Gelebak Dalam: Pemerintahan Desa,

2014.

Munawaroh, Dedeh Sri Ulfa. Ensiklopedia Seni dan Budaya Nusantara Sumatera Selatan.

Bekasi: PT. Mentari Utama Unggul, 2013.

Peeters, Jeroen. Kaum Tuo-Kaum MudoPerubahan Religius di Palembang, terjemah Sutan

Maimoen. Yogyakarta: INIS, 1997.

Pranoto, Suhartono W. Teori dan Metodologi Sejarah. Yogyakarta: PT. Graha Ilmu, 2010.

Pringgodigdo. Ensiklopedi Umum. Yogyakarta: Kanisius, 1991.

Sjamsuddin, Helius. Metodologi Sejarah. Yogakarta: Ombak, 2007.

Widjaya, HAW. Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat dan Utuh. Jakarta: Raja

GrafindoPersada, 2003.

98

Skripsi:

Azhari, Imam. “Eksistensi Kesenian Tanjidor di Kota Pontianak” Skripsi. Pontianak: Prodi Seni

Tari dan Musik Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Tanjungpura, 2017.

El Fikri, Royhan. "Permainan Piston Pada Kesenian Tanjidor Di Sanggar Sinar Betawi Jakarta

Timur" Skripsi. Bandung: Prodi Pendidikan Seni Musik Fakultas Pendidikan Seni dan

Desain Universitas Indonesia, 2017.

Husain, Utari Nur Insani. “Keberadaan Tanjidor dalam Prosesi Sripingan pada Upacara

Pernikahan di Kabupaten Bantaeng”Skripsi. Makassar: Prodi Seni Drama, Tari dan Musik

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makasar, 2018.

Immaroh, Roudlatul. “Sejarah Perkembangan Kesenian Tanjidor di Desa Lembor Brondong

Lamongan Jawa Timur’ Skripsi. Surabaya: Prodi Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab

dan Humaniora, 2017.

Saharah, Evi. “Tari Nyabok di Desa Candi Kecamatan Palamak Kabupaten Kepulauan Anambas”

Skripsi. Bandung: Prodi Pendidikan Seni Budaya Fakultas Pendidikan Seni dan Desain

Universitas Pendidikan Indonesia, 2015.

Jurnal dan Artikel:

Abidin, Abu Ahmad Zainal. “Barzanji, Kitab Induk Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw.”

Dalam https://almanahaj.or.id/2583-barzanji-kitab-induk-peringatan-maulid-nabi-

shalallahu-alaihi-wassalam.html (02 Juni 2021).

Risma Amalia, “Pertunjukan musik dalammusik vocal dan musik instrument

(https://rismamali48.blogspot.com/2016/08/Pertunjukan-musik.html (13 Desember 2020).

Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta., “Ensiklopedi

Jakarta”,dalam http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detal/3135/tanjidor (01 Juni

2021).

Basrowi dan Siti Juariyah. “AnalisisKondisiSosialEkonomi dan Tingkat Pendidikan Masyarakat

DesaSrigading, KecamatanLabuhanMaringgi, Kabupaten Lampung Timur”,

JurnalEkonomi dan Pendidikan, Vol. 7, No. 1 (April 2010).

99

Grandean, Egi Purti, dkk, “Perkembangan Musik Tanjidor di Kecamatan

Pemangkat,”Http://Www.Google.Com/Url?Sa=t&sasource=web&rct=j&url=https://Med

ia.Neliti.Com/Media/Publications/215110-Perkembangan-Musik-Tanjidor-Di

Kecamatan.Pdf&ved.. 2016 (28 Maret 2020).

Prasetya, Sukma Pedana. “Telaah Integratif Geografi Kesejarahan”, Reasearchgate. 2018.

Samiun, Asli. “Pengertian Organisasi, Tujuan, dan Fungsinya”, dalam

http”//www.informasiahli.com/2015/08/pengertian-organisasi-tujuan-dan fungsinya.html

(04 Juni 2021).

Sugiyanto. “Kehidupan Sosial BudayaKomunitas“,Jurnal Penelitiandan Pengembangan

Kesejahteraan Sosial, Vol 13, No. 02, 2008.

Sugeng. “Fungsi Alat”, dalam http://fungsi-rebana-alat-musik-tradisional_Fungsi-Alat.htm (04

Juni 2021).

Raditya, Michel HB. “Sumber Daya Arkeologi Pada Kesenian Kuntulan”, dalam http://kajiseni.

blogspot.co.id/2012/10/sumber-daya-arkeologis-pada-kesenian.html (01 Juni 2021.

Wahyuni, Nani. “Definisi Perkembangan dan Perubahan “, dalam http://www.komposiana.

com/nani-wahyuni/definisi-perkembangan (04 Juni 2021).

100

Wawancara:

Wawancara dengan Bapak Asnawi (Kadus I Desa Gelebak Dalam).

Wawancara dengan Bapak Gani (Ketua Groub seni musik Tanjidor Periode Sekarang).

Wawancara dengan Bapak Hendri Sani (Kepala Desa Gelebak Dalam).

Wawancara dengan Bapak Jufri (Tokoh Agama Desa Gelebak Dalam).

Wawancara dengan Bapak Midan (Ketua Adat Desa Gelebak Dalam).

Wawancara dengan Bapak Mahudan (Penggagas seni musik Tanjidor Perode Sekarang).

Wawancara dengan Bapak Ujang (Penggagas Seni Musik Tanjidor di Tahun 1946 Yang Masih

Ada).

96

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Wawancara Bapak Midan Wawancara Bapak Hendri Sani

(Ketua Aat) (Kepala Desa Gelebak Dalam)

Wawancara Bapak Asnawi Wawancara Bapak Mahudan

(Perangkat Desa) (penggagas Tanjidor)

Wawancara Bapak Gani Wawancara Bapak Ujang

(Ketua grub Tanjidor saat ini) (Penggagas Tanjidor)

Jalan Desa Gelebak Dalam Peta Desa Gelebak Dalam

Perkampungangan Gelebak Dalam Persawahan Desa Gelebak Dalam

SD Desa Gelebak Dalam

top related