asal usul dan perkembangan seni musik tanjidor di desa
Post on 10-Nov-2023
0 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
ASAL USUL DAN PERKEMBANGAN SENI MUSIK TANJIDOR
DI DESA GELEBAK DALAM, KECAMATAN RAMBUTAN,
KABUPATEN BANYUASIN, 1946-1980 M
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)
Dalam Bidang Sejarah Peradaban Islam
Oleh:
ERIYANA
NIM. 1644200015
PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2021
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi yang disusun oleh Eriyana Nim.1644200015 telah diperiksa dan disetujui
untuk diujikan.
Palembang, 22 Agustus 2021
Pembimbing I,
Dr. Nor Huda Ali, M.Ag., M.A.
NIP.197011142000031002
Palembang, 22 Agustus 2021
Pembimbing II,
Fitriah, S.S., M. Hum
NIP.19840510 201903 2 008
iv
NOTA DINAS
Perihal : Skripsi Saudari
Eriyana
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Raden Fatah Palembang
di-
Tempat
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi terhadap naskah
skripsi yang berjudul:
“Asal Usul dan Perkembangan Seni Musik Tanjidor di Desa Gelebak Dalam,
Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, 1946-1980 M”
Yang ditulis oleh:
Nama : Eriyana
NIM : 1644200015
Program Studi : Sejarah Peradaban Islam
Kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah dapat diajukan ke Fakultas Adab dan
Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang untuk
melaksanakan ujian munaqasyah.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Palembang, 22 Agustus 2021
Pembimbing I,
Dr. Nor Huda Ali, M.Ag.,M.A.
NIP. 19701114 200003 1 002
v
NOTA DINAS
Perihal : Skripsi Saudari
Eriyana
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Raden Fatah Palembang
di-
Tempat
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi terhadap naskah
skripsi yang berjudul:
“Asal Usul dan Perkembangan Seni Musik Tanjidor di Desa Gelebak Dalam,
Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, 1946-1980 M”
Yang ditulis oleh:
Nama : Eriyana
NIM : 1644200015
Program Studi : Sejarah Peradaban Islam
Kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah dapat diajukan ke Fakultas Adab dan
Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang untuk
melaksanakan ujian munaqasyah.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Palembang, 22 Agustus 2021
Pembimbing I,
Fitriah, S.S., M. Hum
NIP.19840510 201903 2 008
vi
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Eriyana
Tempat, tanggal lahir : Banyuasin, 13 Desember 1999
Nim : 1644200015
Alamat : Desa Menten, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin
Menyatakan yang sebenar-benarnya bahwa skripsi saya yang berjudul, “Asal Usul
dan Perkembangan Seni Musik Tanjidor di Desa Gelebak Dalam, Kecamatan
Rambutan, Kabupaten Banyuasin, 1946-1980 M” adalah benar karya penulis dan
bukan menjiplak, kecuali kutupan-kutipan yang disebutkan sumbernya. Jika terbukti
TIDAK ORISINAL maka sepenuhnya saya bersedia menerima sanksi yang berlaku
tanpa melibatkan orang atau lembaga.
Palembang, 29 Agustus 2021
Eriyana
NIM. 1644200015
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Tidak ada manusia yang diciptakan gagal, yang ada hanyalah
Mereka gagal memahami potensi dan gagal merancangkesuksesannya
Tiada yang lebih berat timbangan Allah pada hari akhir nanti, selain
Taqwa dan akhlak mulia seperti wajah dipenuhi senyum
Untuk kebaikan dan tidak menyakiti sesama {HR. Tirmidzi}
Oleh karena itu
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”(Q.S. Al-Insyirah:6)
Dengan rasa syukur dan terimakasih skripsi ini saya persembahkan kepada:
Ayahanda Misdi dan ibunda Kumyati yang sangat saya sayangi dan
cintai, dua sosok karunia terbesar yang Allah berikan dalam hidup saya
keduanya selalu memberikan doa, semangat serta materi untuk kebaikan
saya.
Kakak kandung ku satu-satunya Nur Anwar dan ipar ku Murniati yang
selalu memberikan nasehat serta keponakan ku Khofifatul Khoiriyah
yang slalu memberikan kebahagiaan untuk ku.
Saudara ku Diki Suci Anggara dan Hendri Romadon, S.M yang selalu
memberikan keceriaan untuk ku.
Segenap keluarga besar Komunitas Pecinta Sejarah (PESE) UIN Raden
Fatah Palembang yang telah menjadi wadah dalam mengembangkan
intelektualitas dan kreativitas saya selama di bangku kuliah.
Rekan seperjuangan keluarga besar Sejarah Peradan Islam angkatan
2016 terkhusu 16 SPI A yang telah memberikan dukungan keepada saya
Agama, Bangsa dan Almamater tercinta UIN Raden Fatah Palembang
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena dengan
berkah dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Asal
Usul dan Perkembangan Seni Musik Tanjidor di Desa Gelebak Dalam, Kecamatan
Rambutan, Kabupaten Banyuasin, 1946-1980 M”. Shalawat beserta salam semoga
selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Beserta keluarga, sohabat
dan pengikutnya sampai akhir zaman amiin.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan guna
memperoleh gelar Sarjana Humaniora (S. Hum) pada Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang. Selama proses penulisan skripsi
ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa telah mendapat bantuan dari beberapa pihak
baik dari Fakultas, keluarga, teman, sahabat, serta pihak-pihak lainnya. Oleh karena
itu, penulis ucapkan rasa terimakasih dengan tulus kepada yang terhormat:
1. Ibu Prof. Dr. Nyayu Khodijah, S. Ag., M. Si. Selaku Rektor UIN Raden Fatah
Palembang.
2. Ibu Dr. Endang Rochmaniatun, S. Ag., M. Si. Sebagai Dekan Fakultas Adab
dan Humaniora.
3. Bapak Otoman, S.S., M. Hum. Sebagai Ketua Program Studi Sejarah
Peradaban Islam.
4. Ibu Fitriah, S.S., M. Hum. Sebagai Sekertaris Program Studi Sejarah
Peradaban Islam sekaligus sebagai pembimbing II skripsi, yang telah
membimbing, mengajari dan memberikan nasehat serta masukan. Semoga ibu
sehat selalu dan diberi keberkahan oleh Allah SWT.
5. Bapak Padila S.S., M.Hum. Sebagai penasihat akademik yang telah
memeberikan bimbingan dan nasihat.
6. Bapak Dr. Nor Huda Ali, M. Ag., M.A. Sebagai pembimbing I skripsi, yang
telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, mengajari dan
selalu memberikan nasihat serta pengaruh kepaa penulis dari awal hingga
ix
selesai skripsi ini. Semoga bapak sehat selalau dan Allah SWT balas semua
kebaikan bapak.
7. Tim penguju yang telah memberikan masukan dengan menyidiakan waktunya
untuk menghadiri persentasi skripsi.
8. Seluru Bapak dan Ibu dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah
Palembang yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan ilmunya kepada kami.
9. Bapak Hendri Sani selaku Kepala Desa Gelebak Dalam yang telah
memberikan izin penelitian di Desa Gelebak Dalam.
10. Bapak Midan, Bapak Ujang, Bapak Gani para penggagas seni musik Tanjidor
yang telah bersedia menjadi narasumber dan telah membantu pada proses
pencarian data.
11. Sahabat dan teman yang telah menjadi penghias dalam perjalanan perkuliahan
saya yaitu: Agnes Dwi AV, S. Hum, Anisa Fitri, S.Hum, Nevi Jayanti,
S.Hum, Cherly Septa A, S.Hum, Moni Erlin A, S.Hum, Damuksana Fijriani,
S.Hum, Yeni Erzita.
12. Teman-teman yang bersama-sama berjuang menyelesaikan skripsi yaitu: M.
Marta Januar, Elbit Zulkarnain, Ari Saputra.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis hingga skripsi ini dapat selesai. Semoga Allah SWT
memberikan berkah dan karunianya serta membalas kebaikan kalian semua.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan.
Karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar
dapat digunakan demi perbaikan skripsi ini. Penulis juga mengharapkan agar skripsi
ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.
x
INTISARI
Kajian Sejarah
Jurusan Sejarah Peradaban Islam
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah
Skripsi, 2021
Eriyana, “Asal Usul dan Perkembangan Seni Musik Tanjidor di Desa Gelebak
Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, 1946-1980 M.”
X+100+Lampiran
Penelitian ini menjelaskan mengenai asal usul proses masuk dan berkembangnya seni
musik Tanjidor di Desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabupaten
Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Penelitian ini dilakukan karena atas dasar
keingintahuan mengenai sejarah lokal dan untuk memeperluas khasanah keilmuan
dalam bidang sejarah khususnya sejarah peradaban islam. Penelitian ini
menggunakan jenis data kualitatif. Kerangka pikir diperlukan karena untuk
memeberikan penjelasan mengenai objek permasalahan agar lebih jelas, pokok
permasalahn yang pertama yaitu, bagaiman kondisi umum Desa Gelebak Dalam,
bagaimana awal masuknya seni musik Tanjidor di desa Gelebak Dalam, bagaimana
perkembangan seni musik Tanjidor di desa Gelebak Dalam. Penelitian ini
menggunakan teori sejarah dan juga metodologi penelitian sejarah dengan empat
tahapan yaitu: heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Adapun tekhnik
pencarian dan pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut: pertama
observasi, wawancara, dokumentasi dan materi audio-visual. Sementara itu, data
skunder yaitu dari buku-buku, jurnal, artikel yang berkaitan dengan seni musik
Tanjidor.
Hasil dari penelitian ini yakni proses masuknya seni musik Tanjidor di Desa
Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin diawali dengan rasa
keingintahuan masyarakat terhadap seni musik Tanjidor yang dimainkan oleh anggota
ABRI di Kodam II Sriwijaya dan menganggap musik Tanjidor adalah musik yang
sangat bagus dan menarik karena pada alat musiknya mirip dengan alat musik Eropa.
Kemudian, salah satu warga Desa Gelebak Dalam tertarik dan berkeinginan untuk
mempelajarai seni musik Tanjidor lalu ia mengajak teman-temannya untuk belajar
seni musik Tanjidor di Kodam II Sriwijaya. Pada proses perkembangannya seni
musik Tanjidor di Desa Gelebak Dalam terdapat dua faktor pendukungnya yaitu
faktor internal dan eksternal. Pada setiap perkembangannya seni musik Tanjidor di
Desa Gelebak Dalam selalu ditandai dengan pergantian periode kepengurusan atau
periode angkatan yang secara langsung menjadi bukti bahwa manusia mempunyai
peran penting dalam perkembangannya. Setelah melalui proses sejarah dinamis, kini
seni musik Tanjidor identik dengan desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan,
Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.
Kata-kata kunci:-Seni Musik Tanjidor,-Sejarah Perkembangan,-Desa Gelebak
Dalam
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................ ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... iii
NOTA DINAS PEMBIMBING 1 ...................................................... iv
NOTA DINAS PEMIMBING II ........................................................ v
PERNYATAAN KEORISINALITAS ............................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................ viii
INTISARI ........................................................................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Rumusan dan Batasan Masalah ........................................... 9
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ......................................... 11
D. Tinjauan Pustaka ................................................................ 12
E. Kerangka Teori ................................................................... 15
F. Metode Penelitian ............................................................... 19
G. Sistematika Pembahasan ..................................................... 23
xii
BAB II DESA GELEBAK DALAMM KECAMATAN RAMBUTAN,
KABUPATEN BANYUASIN: Sebuah Gambaran Umum
A. Sejarah Sinkat Desa Gelebak Dalam .................................... 23
B. Letak Geografi dan Demografi ............................................. 27
C. Ekonomi dan Perekonomian Penduduk ................................ 34
D. Kondisi Sosial Budaya ......................................................... 38
E. Kondisi Politik dan Keagamaan ........................................... 42
BAB III PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA SENI MUSIK
TANJIDOR DI DESA GELEBAK DALAM, KECAMATAN RAMBUTAN,
KABUPATEN BANYUASIN
A. Asal Usul Seni Musik Tanjidor di Indonesia ........................ 47
B. Masuk dan Berkembangya Seni Musik Tanjidor di
Desa Gelebak Dalam ............................................................ 55
C. Tokoh Yang Berperan dalam Berdirinya Seni Musik Tanjidor
di Desa Gelebak Dalam ........................................................ 59
D. Alat Musik dan Prosesi Pertunjukan Seni Musik
Tanjidor di Desa Gelebak Dalam.......................................... 62
BAB IV PERKEMBANGAN SENI MUSIK TANJIDOR DI DESA GELEBAK
DALAM, KECAMATAN RAMBUTAN, KABUPATEN BANYUASIN
A. Seni Musik Tanjidor Periode I Tahun 1946 M-1958 M ....... 72
B. Seni Musik Tanjidor Peode II Tahun 1958 M-1976 M ......... 76
C. Seni Musk Tanjidor Periode III Tahun 1976 M-1980 M ....... 81
D. Fungsi Seni Musik Tanjidor Desa Gelebak Dalam, Kecamatan
Rambutan, Kabupaten Banyuasin ......................................... 85
xiii
BAB V PENUTUP
A. Simpulan .............................................................................. 91
B. Saran-saran .......................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 96
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................
xiv
DAFTAR BAGAN DAN TABEL
Bagan 1.1 Bagan Stuktur Teori ............................................................ 17
Tabel 2.1 Tabel Jumlah Penduduk Menurut Desa Laki-laki dan
Perempuan ........................................................................................... 31
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Wilayah Kabupaten Musi Banyuasin 1980 ............... 29
Gambar 2.2 Peta Wilayah Kabupaten Banyuasin 2002 ......................... 33
Gambar 3.1 Foto Kelompok Seni Musik Tanjidor Betawi .................... 55
Gambar 4.1 Foto Alat Musik Jidor ....................................................... 73
Gambar 4.2 Foto Alat Musik Saksofon ................................................ 74
Gambar 4.3 Foto Kelompok Seni Musik Tanjidor Gelebak Dalam ...... 76
Gambar 4.4 Foto Kelompok Seni Musik Tanjidor Gelebak Dalam ...... 78
Gambar 4.5 Foto Kelompok Seni Musik Tanjidor Gelebak Dalam ...... 78
Gambar 4.6 Foto Alat Musik Terbangan ............................................. 82
Gambar 4.7 Foto Piala Penghargaan ..................................................... 84
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seni adalah penjelmaan rasa indah yang terkandung di dalam hati seseorang yang
dilahirkan melalui perantaraan alat-alat komunikasi yang dapat dilihat oleh indra
penglihatan, pendengaran dan dapat juga dilahirkan dengan perantaraan gerak.1
Misalnya,dalam seni pertunjukan yang melibatkan aksi perindividu atau kelompok
pada tempat dan waktu tertentu, dan semua itu bertujuan untuk mendesripsikan seni
dalam wujud yang dapat dilihat atau dinikmati oleh masyarakat umum. Pada seni
pertunjukan juga biasanya akan melibatkan empat unsur yaitu waktu, ruang, tubuh
seniman, dan hubungan seniman dengan penonton.2
Seni pertunjukan sendiri dapat terbagi dalam beberapa jenis seperti seni
musik, seni teather, seni tari, dan seni lain sebagainya. Berbicara mengenai seni atau
kesenian yang ada di Indonesia ini tidak akan ada habisnya. Indonesia memiliki
banyak ragam kesenian sehingga dapat membuat Negara Indonesia dan
masyarakatnya menjadi pribadi yang unik dan juga menarik. Kesenian di Indonesia
juga memiliki peran tersendiri terhadap proses pengenalan negara dan juga terhadap
dunia internasional. Seni adalah penjelmaan rasa indah yang terdapat pada hati
seseorang yang dilahirkan melalui perantaraan alat-alat komunikasi ke dalam bentuk
1Pringgodigdo, et. al.,Ensiklopedi Umum, (Yogyakarta: Kanisius, 1991), hal. 995. 2Wikipedia, “Seni Pertunjukan”, dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Seni-pertunjukan/html (13
Desember 2020).
2
yang ditangkap oleh indra pendengaran, penglihatan, dan juga dilahirkan dengan
perantara gerak.3
Pada seni pertunjukan yang berbentuk musik, fenomennya yaitu bunyi yang
tentunya disajikan dalam bentuk musik berkualitas, dengan tuan agar para
pendengarnya menikmati. Pada pertujukan seni musik dalam penyajiannya juga
banyak jenisnya, contohnya seperti hanya menampilkan musik vocal yang hanya
menampilkan suara manusia saja, ada bentuk musik instrumental yang disajikan
menggunakan alat musik yang suara diperdengarkan, suara yang diperdengarkan
tersebut berasal dari ala-alat musik yang berupa alat musik tiup, alat gesek, dan alat
musik pukul yang setiap alatnya akan menghasilkan suara tertentu. Kemudian, ada
juga yang berbentuk musik campuran yang penyajiannya menggabungkan antara
musik vocal dan musik instrument.4 Salah satu contoh seni musik campuran di
Indonesia adalah kesenian Tanjidor. Yang mana proses penyajiannya menggunakan
lagu-lagu dari suara manusia dan alat musik sebagai pengiringnya.
Kehadiran kesenian musik Tanjidor di Indonesia terbilang sudah cukup
lama. Jika dilihat dari lahirnya kesenia yang lahir pada masa penjajahan Hindia-
Belanda di Indonesia. Tanjidor sebagai suatu jenis musik asli Betawi yang dimainkan
secara berkelompok. Mengenai asal usul sejarahnya musik ini terdapat beberapa
pendapat yang berbeda. Musik Tanjidorini di duga berasal dari bangsa Portugis yang
datang ke Betawi pada abad ke-14 sampai abad ke-16. Salah satu jenis musik Betawi
3Pringgodigdo, et. al,Ensiklopedi Umum, hal. 996 4Risma Amalia, “Pertunjukan musik dalammusik vocal dan musik instrument
(https://rismamali48.blogspot.com/2016/08/Pertunjukan-musik.html (13 Desember 2020).
3
yang mendapat pengaruh kuat dari musik Eropa, menurut sejarawan kata Tanjidor
berasal dari kata tanger yang memiliki arti alat-alat musik yang berdawai, namun
kenyataan yang di ketahui nama musik Tanjidor sudah tidak sesuai dengan nama asli
dari bangsa Portugis. Namun, yang masih sama ialah sistem musiknya yang memiliki
diatonik 12 (Dua Belas) nada berjarak sama rata.5
Kesenian Tanjidor, pada awalnya tumbuh dan berkembang dari lingkungan
Landhuis6 para pejabat VOC atau disebut para tuan-tuan pemilik tanah. Di rumah-
rumahnya yang sangat besar dan juga memiliki banyak budak, pada saat tertentu
mereka mengadakan pertunjukan musik. Dari banyaknya budak ada yang ditunjuk
khusus untuk menjadi pemain musik dari kelompok mereka inilah terbentuk group
musik. Mereka menujukan suatu gaya hidup mewah dengan derajat tertentu di
kalangan para landheer7 pada masa itu.8
Seni musik Tanjidor yang dimiliki oleh masyarkat Betawi ini cukup berbeda
dengan Tangedor yang dimiliki oleh bangsa Portugis meskipun sama-sama
menggunakan tangga nada diatonik atau nada yang memiliki 7 (Tujuh) not yang
5Thomas B. Ataladjar Beawiharta, Tanjidor dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, 2nd ed.
(Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1991), hal. .82 6Merupakan sebuah rumah besar dari batu bertingkat tanpa lorong, memiliki atap yang miring
dan dikapur putih, jendela tiggi dan kayu berukir. Sebagai tempat tinggal atau peristirahatan tuan tanah
para pejabat VOC di Batavia pada masa kolonial.Gendro Keling, “Tipologi Bangunan Kolonial
Belanda di Singaraja”, Balai Arkeologi Bali 25 Juli 2016, hal. 75. 7Adalah seorang penguasa atau pemilik particirere landerij artinya semacam penguasa domain
pribadi atau wilayah pribadi dalam sistem feodal kepemilikan tanah yang digunakan di beberapa
bagian koloni. Sumber Wikipedia Inggris terjemah diakses pada 8 April 2021 dari
https://en.m.wikipedia.org. 8Paramita Rahayu Abdurrachman, “Keroncong Moresko, Tanjidor, dan Ondel-ondel, sebuah
Dongengan Sejarah”dalam Bunga Angin Portugis di Nusantara: Jejak-jejak kebudayaan Portugis di
Indonesia, ed. Thung Ju Lan, et.al. (Jakarta: LIPI Press, 2008), hal. 47
4
berbeda di setiap oktafnya. Masyarakat Betawi ini lebih banyak didominasi oleh alat
musik tiup. Tanjidor ini merupakan kesenian musik yang dimainkan oleh sekelompok
orang, masyarakat sering menyebutnya orkes Tanjidor. Musik ini sudah berkembang
sejak abad ke-19 dan sering membawakan lagu-lagu rakyat, salah satunya lagu yang
terkenal di Betawi yaitu lagu jali-jali. Di Betawi orkes ini dapat ditemui dalam
upacara pernikahan adat Betawi, Khitanan, tahun baru Masehi dan tahun baru imlek.9
Di Kota Pontianak kesenian Tanjidor merupakan suatu aset yang dijaga dan
juga dilestarikan dengan harapan agar tidak punah dan tetap bertahan di tengah-
tengah masyarakat. Kesenian Tanjidor di Kota Pontianak sendiri merupakan seni
orkes Betawi yang diwarisi dari generasi terdahulu ke generasi selanjutnya, kesenian
ini ada sekitar tahun 1980-an. Oleh karena itu, adanya kesenian ini tidak putus pesan-
pesan dari para leluhur sebagai suatu pedoman hidup untuk masyarakat Pontianak,
dan juga kekayaan budaya dapat dilestarikan oleh masyarakat setempat.10
Pada tahun 1950 seni Tanjidor juga masuk di Kabupaten Bantaeng Sulawesi
Selatan dibawa oleh Abd Rachman dan istrinya yang pindah ke Kabupaten Bantaeng
ia memperkenalkan musik Tanjidor dan memperlihatkan kemahirannya dalam
bermain musik ini, diperkenalkannya musik ini pada sanak saudara terdekatnya
kemudian banyak tertarik dan mau ikut untuk belajar dalam memainkan musik ini.
Lalu berkembanglah musik Tanjidor ini pada tahun 2000-an dan menjadi sarana
9Thomas B. Ataladjar Beawiharta, "Tanjidor", dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, 2nd ed,
hal. 82-83. 10Imam Azhari, “Eksistensi Kesenian Tanjidor di Kota Pontianak” Skripsi, (Pontianak: Prodi
Seni Tari dan Musik Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Tanjungpura, 2017), hal. 2.
5
hiburan dalam setiap acara. Musik Tanjidor di Kabupaten Bantaeng masih dapat di
nikmati hingga saat ini.11
Di Sumatera Selatan terdapat berbagai jenis musik baik tradisional maupun
modern. Berdasarkan dari berbagai sumber baik tertulis maupun lisan, serta bukti
yang dilihat sekarang ini, musik di Sumatera Selatan ada beragam jenis, bentuk fisik,
bahan pembuatan, dan kegunaannya di masyarakat. Musik di Sumatera Selatan ada
yang dimainkan secara tunggal atau yang bersifat individual dan juga ada yang
ditampilkan secara berkelompok yaitu gabungan dari beberapa alat musik atau
bersifat ansamble. Selain itu juga musik di Palembang ada yang bersifat orkesta, yaitu
gabungan dari beberapa jenis alat musik dan di sertai vokal.12
Kegunaan dan juga fungsi musik tradisional di Sumatera Selatan juga
berbeda-beda antara satu jenis musik tradisional dengan yang lainnya. Musik
tradisional di Sumatera Selatan ada yang digunakan sebagai iringan tarian, digunakan
sebagai arak-arakan, dan juga hanya ditampilkan sebagai konser musik saja. Fungsi
musik tradisional di Sumatera Selatan ini juga hampir sama dengan musik tradisional
di daerah lain yang di luar Sumatera Selatan. Musik tradisional ini dapat berfungsi
sebagai hiburan atau pelengkap dari sebuah acara tradisi masyarakat. Musik
tradisional di Sumatera Selatan ada yang hidup dan berkembang dengan baik dari
11Utari Nur Insani Husain, “Keberadaan Tanjidor dalam Prosesi Sripingan pada Upacara
Pernikahan di Kabupaten Bantaeng”Skripsi, (Makassar: Prodi Seni Drama, Tari dan Musik Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makasar, 2018),hal. 3. 12Djohan Hanifiah, dkk.,Direktori Kesenian Sumatera Selatan, (Sumsel: Dinas dan Kebudayaan
Sumatera Selatan, 2006), hal. 39.
6
dahulu hingga sampai saat ini. Namun, ada juga yang hampir punah bahkan sudah
hilang.13
Kesenian Tanjidor atau biasa disebut jidor merupakan seni musik tradisional
yang lahir pada pada masa Kolonial. Kesenian, tidak dapat dipisahkan dari pesta-
pesta masyarakat Palembang. Kata jidor sendiri berasal dari bunyi tetabuhan dari alat
musik yang berukuran besar yag ditabuh oleh dua orang sehingga mengeluarkan
bunyi dor sehingga suasana menjadi terlihat meriah. Dari bunyi tersebutlah nama
musik Tanjidor di Sumatera Selatan ini diperoleh.14
Menurut sejarahnya, musik tradisional Tanjidor bukanlah musik asli dari
Sumatera Selatan. Namun, dikarenakan musik tradisional jidor ini sudah sering
terikat dengan masyarakat pendukungnya hingga musik ini dianggap milik Sumatera
Selatan. Seperangkat musik tradisional Tanjidor terdiri dari alat musik bass, terompet,
saksofon, dan juga drum. Namun, dalam perkembangannya oleh masyarakat
pendukungnya ditambah dengan terbangan. Musik ini biasnya digunakan untuk
mengiring pengantin, arak-arakan, pengiring tarian, dan musik tontonan. 15
Seni musik tradisional Tanjidor ini juga berkembang di berbagai wilayah di
Sumatera Selatan. Salah satunya di Kabupaten Banyuasin yaitu di desa Gelebak
Dalam Kecamatan Rambutan. Keberadaan seni musik Tanjidor di desa Gelebak
Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, mulai dibentuk pada tahun
13Ibid, hal. 40. 14Dedeh Sri Ulfa Munawaroh, Ensiklopedia Seni dan Budaya Nusantara Sumatera Selatan,
(Bekasi: PT. Mentari Utama Unggul, 2013), hal. 33. 15Djohan Hanifiah, dkk., Direktori Kesenian Sumatera Selatan, hal. 52.
7
1946 M kesenian ini muncul dan terus berkembang hingga pada saat ini. Penggagas
pertama kesenian ini ialah Bapak Nasidin atau Cik Inung (1925-2001) sebagai kepala
suku atau kepala desa pada saat itu. Kemudian pelopor kesenian Tanjidoryang kedua
yaitu Bapak Nanang (1916-1997), dan diteruskan oleh Bapak Ujang (L. 1941) dan
pada saat ini kesenian ini di pelopori oleh generasi yang keempat yaitu Bapak A.
Gani (L. 1964). Musik Tanjidorberfungsi sebagai hiburan masyarakat salah satunya
sebagai musik arak-arakan pengantin. Desa Gelebak Dalam adalah salah satu desa
dari 19 desa yang ada di Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, Provinsi
Sumatera Selatan. Secara umum desa Gelebak Dalam merupakan desa yang terletak
di dataran rendah, desa Gelebak Dalam juga merupakan desa yang Beriklim Tropis
dengan suhu sekitar 22°C-37°C. Jika dilihat dari segi topografinya maka luas wilayah
desa Gelebak Dalam adalah 2.583,70 Ha.16
Pada tahun 1970-1980-an, seni musik Tanjidor bisa dikatakan salah satu
musik atau hiburan yang paling diminati oleh masyarakat Kecamatan Rambutan.
Karena, masyarakat pendukung musik Tanjidor dapat digunakan untuk memeriahkan
hajatan seperti pernikahan, khitanan atau pesta-pesta umum masyarakat seperti hari
kemerdekan Republik Indonesia, pada saat tahun baru terkadang juga sering dipakai
pada saat perayaan hari besar Islam dan juga bahkan dipakai untuk sarana ritual yang
bersifat mistis. Selain itu group musik Tanjidor juga sering diundang di kantor
pemerintahan untuk menyambut tamu undangan pejabat-pejabat pada saat acara-acara
16 Wawancara dengan Bapak Gani (Ketua kelompok seni musik Tanjidor Periode Sekarang)
pada tanggal 06 juni 2020 di Desa Gelebak Dalam.
8
besar dikantor pemerintahan. Berbeda dengan tahun 1970-1980-an, sekitan tahun
1990-an seni tradisional seperti Tanjidor ini sudah memiliki sedikit tempat ditengah
masyarakat.Seni musik Tanjidor sudah sangat jarang ditampilkan pada acara-acara
rakyat. Dan kalaupun ada, yang menanggap seni musik Tanjidor kebanyakan dari
kalangan pengelola atau masyarakat lama dan kerabat dari pemilik kesenian itu
sendiri untuk suatu prosesi perayaan. Seperti hari perayaan kemerdekaan, tahun baru
Masehi maupun tahun baru Islam dan tahun baru Cina, terkadang juga masyarakat
menanggap musik Tanjidor hanya untuk arak-arakan pengantin dan arakan khitanan
saja. 17
Sebelum tahun 1946 M, atau sebelum adanya musik Tanjidor ini masyarakat
desa Gelebak Dalam melakukan arak-arakan pengantin dan juga hiburan dalam acara
sedekah masyarakat menggunakan musik Syarofal anam dan Gendang tetawak.
Kemudian mulai pada tahun 1946 M, masyarakat menemukan alat musik Tanjidor
yang didapatkan dari sumbangan Kodam II Sriwijaya. Pada saat itulah perubahan seni
musik terjadi dikarenakan oleh perubahan perkembangan zaman dan oleh minat
masyarakat. Maka dari itulah musik Tanjidor menjadi pengganti alat musik lawas
seperti syarofal anam dan gendang tetawak. Musik Tanjidor ini berjaya pada tahun
1980-an, karena pada saat itu belum banyak berkembang musik orkes yang seperti
17Ibid.
9
sekarang, dan pada tahun 1980 M, musik Tanjidor menjadi tren dan banyak diminati
oleh masyarakat.18
Perkembangan seni Musik Tanjidor di Indonesia telah banyak diketahui oleh
masyarakat umum. Namun, dalam penelitian mengenai asal usul dan perkembangan
seni musik Tanjidor di Desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabupaten
Banyuasin belum ada yang membahasnya lebih mendalam hal tersebut menjadikan
penulis tertarik untuk mengkajinya dalam sebuah bentuk penelitian. Dari uraian latar
belakang masalah penulis tertarik untuk mengangkat judul tentang: “Asal usul dan
Perkembangan Seni Musik Tanjidor di Desa Gelebak Dalam, Kecamatan
Rambutan, Kabupaten Banyuasin 1946-1980 M”
B. Rumusan dan Batasan Masalah
1. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan suatu penjabaran dari identifikasi masalah dan
pembatasan. Tujuan perumusan masalah adalah untuk memusatkan fikiran serta
mengarahkan cara berfikir kita.19 Secara praktis penelitian ini ingin menganalisis
beberapa masalah sebagai berikut:
18Wawancara dengan Bapak Midan(Ketua Adat Desa Gelebak Dalam) pada tanggal 08 Juni
2020 di Desa Gelebak Dalam. 19Husain Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Motodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Bumi
Askara, 1996), hal. 29.
10
a. Bagaimana gambaran umum desa Gelebak Dalam ?
b. Bagaimana proses masuk dan berkembangnya seni musikTanjidor di desa
Gelebak Dalam ?
c. Bagaimana perkembangan seni musikTanjidor di desa Gelebak Dalam ?
Rumusan masalah di atas merupakan hal yang penting sebab, gambaran umum desa
Gelebak Dalam penting karena untuk melihat kondisi pada desa, proses masuk dan
berkembangnya seni musik Tanjidor di desa Gelebak Dalam pada kajian ini untuk
melihat ataumelacak dari mana seni musik Tanjidor ini berasal sehingga bisa berada
di desa Gelebak Dalam, perkembangan seni musik Tanjidor di desa Gelebak Dalam
pada kajian tentang perkembangan ini penting untuk melihat dinamika-dinamika
karena pada tahun 1980 M Tanjidor di desa Gelebak Dalam dapat meraih
kejayaannya bahkan seni musik Tanjidor sampai pada saat ini menjadi bagian dari
desa Gelebak Dalam.
2. Batasan Masalah
penelitian ini berusaha mengungkapkan asal usul dan perkembangan seni musik
Tanjidor di desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin,
Sumatera Selatan. Penelitian ini mengambil rentang waktu tahun 1946-1980 M. Pada
tahun 1946 M diambil sebagai tolak pangkal dari penelitian karena pada tahun
tersebut seni musik Tanjidor mulai dikenalkan di desa Gelebak Dalam. Sementara itu,
pada tahun 1980 M sebagai akhir dari kajian ini karena tahun tersebut merupakan
tahun dimana seni musik Tanjidor ini meraih masa kejayaannya. Dengan demikian,
yang dimaksud dengan penelitian ini adalah peneliti mengkaji seni musik Tanjidor
11
yang ada di desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin pada
periode 1946-1980 M.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, secara umum bertujuan untuk mengkaji dan
memahami serta menggali informasi dan juga mendeksripsikan asal usul dan
perkembangan seni musi Tanjidor di desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan,
Kabupaten Banyuasi 1949-1980 M. maka penelitian ini bertujuanuntuk.
a. Untuk mengetahui gambaran umum desa Gelebak Dalam.
b. Untuk mengetahui proses masuk dan berkembangnya seni musikTanjidor di
desa Gelebak Dalam.
c. Untuk mengetahui perkembangan seni musik Tanjidor di desa Gelebak
Dalam.
2. Kegunaan Penelitian
Setiap penelitian diharapkan dapat dapat memeberikan kegunaan kepada pihak-pihak
yang membutuhkan dan kegunaan tersebut harus tetap terkait dengan maksud dan
penelitian itu sendiri.20 Disamping itu penelitian ini juga mempunyai dua kegunaan
yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan praktis. Adapun kegunaan praktis dalam
penelitian ini adalah untuk menambah wawasan pengetahuan tentang asal usul seni
20Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, (Yogyakarta: Ombak, 2011),
hal. 12.
12
musik Tanjidor di desa Gelebak Dalam dan menambah khasanah keilmuan bagi
budaya lokal dan hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kesadaran
kepada masyarakat akan pentingnya melestarikan kebudayaan serta menjadikan syiar
dalam agama Islam melalui lantunan sholawat yang dibawakan oleh groub musik
tanjidor. Sementara itu, kegunaan teoritis pada penelitian ini diharapkan dapat
menjadi bahan informan bagi penulis selanjutnya dan juga menjadi masukan untuk
menambah wawasan bagi pembaca terutama Mahasiswa jurusan Sejarah. Juga dapat
menjadi pertimbangan serta rujukan bagi masyarakat Kecamatan Rambutan dalam
upaya melestarikan seni musik tanjidor.
D. Tinjauan Pustaka
Pada penelitian ini membutuhkan kekayaan referensi untuk menkaji tentang asal usul
dan perkembangan musik Tanjidor. Dalam hal ini, peneliti melihat tinjauan dari
beberapa peneliti yang lain yang telah melakukan penelitian sebelumnya yang terkait
dengan penelitian yang dilakukan agar dapat dijadikan pacuan untuk melihat celah
yang belum dikaji oleh studi peneliti terdahulu. Kajian tentang musik Tanjidor ini
bukan kali pertama dilakukan, sebelumnya sudah ada beberapa penelitian yang
berhubungan dengan musik Tanjidor . sepanjang pengetahuan penulis diantara
tulisan-tulisan tersebut adalah sebagai berikut.
Pertama, adalah skripsi yang ditulis oleh Utari Nur Insani Husain yang
berjudul “Keberadaan Tanjidor dalam Prosesi Sripingan pada Upacara Pernikahan di
13
Kabupaten Bantaeng”.21 Menurut Utari kesenian hampir tidak terlepas dari ehidupan
masyarakat dari itulah kesnian masih terus dijaga hingga, dilestarikan dan
dikembangkan oleh masyarakat hingga pada saat ini.Kesadaran masyarakat dalam
melestarikan kesenian daerah sangatlah penting.pada dasarnya sebuah seni
pertunjukan seperti musik Tanjidor memiliki fungsi yang kompleks terkait dengan
pemenuhan kebutuhan manusia.
Kedua, adalah tulisan dalam Artikel dengan judul “Perkembangan Tanjidor
di Kecamatan Pemangkat” yang ditulis oleh Egi Putri Grandena, dkk.22 Menurut
mereka musikTanjidorpada saat ini telah mengalami perubahan yaiu adanya
penggabungan musik Tanjidordengan alat musik modern serta lagu-lagu yang
dibawakan juga menggunakan lagu-lagu modern yang ada pada saat ini sehingga
lagu-lagunya bergabung dengan gendre musik pop, qasidah, dll. Penggabungan
musik itu terjadi karena mengkuti adanya perubahan zaman dari waktu ke waktu.
Ketiga, adalah skripsi yang berjudul “Eksistensi Kesenian Tanjidor di
Pontianak” yang ditulis oleh Imam Azhari.23 Menurut Imam agar seni musik
tradisional daerah tetap tumbuh dan berkembang dalam masyarakat sangat
diperlukan pengetahuan tentang bagaimana asal mula kesenian tersebut ada, karena
hal inilah yang jarang diketahui oleh para generasi muda sekarang ini. Dan intinya
21Utari Nur Insani Husain, "Keberadaan Tanjidor dalam Prosesi Sripingan Pada Upacara
Pernikahan Di Kabupaten Bantaeng" Skripsi, hal. 8-9. 22Egi putri grandean, dkk, “Perkembangan Musik Tanjidor di Kecamatan Pemangkat,”
Http://Www.Google.Com/Url?Sa=t&sasource=web&rct=j&url=https://Media.Neliti.Com/Media/Pub
lications/215110-Perkembangan-Musik-Tanjidor-Di Kecamatan.Pdf&ved., 2016 (28 Maret 2020). 23Imam Azhari, "Eksistensi Kesenian Tanjidor Di Kota Pontianak" Skripsi, hal. 6.
14
selama adat budaya masih berjalan dalam masyarakat maka seni musik Tanjidor
akan tetap eksis di kalangan masyarakat.
Keempat, adalah skripsi yang ditulis oleh Royhan El Fikri dengan judul
“Permainan Piston Pada Kesenian Tanjidor di Sanggar Sinar Betawi Jakarata
Timur”.24 Menurutnya seni musikTanjidormasih tetap diakui sebagai seni musik
tradisional yang memiliki keunikan. Pada zaman dahulu seni musik ini menjadi hal
yang wajib pada setiap kegiatan namun sekarang seiring adanya perubahan zaman
seni musik ini dikalahkan oleh music-musik modern yang bergendre jaz, pop, dll.
Dari beberapa penelitian di atas belum ada yang mengkaji tentang asal usul
dan perkembangan musik Tanjidor di desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan,
Kabupaten Banyuasin 1946-1980 M. Akan tetapi, penelitian di atas ditemukan
sedikit kesamaan mengenai seni musik Tanjidor dari berbagai wilayah yang pada
awalnya berasal dari masyarakat Betawi. Terlepas dari kekurangan dan kelebihan
penelitian di atas beberapa tulisan tersebut menjadi referensi dari penulisan ini lebih
lanjut.
24Royhan El Fikri, "Permainan Piston Pada Kesenian Tanjidor Di Sanggar Sinar Betawi Jakarta
Timur" Skripsi, (Bandung: Prodi Pendidikan Seni Musik Fakultas Pendidikan Seni dan Desain
Universitas Indonesia, 2017), hal. 26.
15
E.Kerangka Teori
Dalam sebuah penelitian ada sebuah landasan teori merupakan hal yang sangat
penting. Karena, dengan sebuah teori penelitian dapat menerjemahkan makna
terhadap fenomena atau objek yang sedang diteliti. Landasan teori dibutuhkan
sebagai sebuah acuan dasar atau kerangka berfikir bagi seorang peneliti didalam
penelitiannya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori sebagai berikut:
1. Teori Sejarah Menurut Ibnu Khaldun
sejarah merupakan ilmu berdasarkan kenyataan, tujuan sejarah adalah agar
manusia sadar akan perubahan-perubahan masyarakat sebagai usaha
penyempurnaan kehidupan. Ibnu Khaldun telah menunjukkan bahwa sejarah
menuju pada arah timbulnya beraneka ragam masyarakat, Negara dan manusia.
Di dalam sebuah Negara mencakup berbagai macam masyarakat, adat, suku dan
juga etnis. Pada sebuah pergantian masa, dimana perubahan-perubahan yang
akan terjadi merupakan sebuah akar dari revolusi, adat, dan lembaga-lembaga
lainnya. Tidak lain dan tidak bukan manusia sendiri itulah sebagai pelaku dari
perubahan atas semua lembaga yang diciptakannya dan yang dapat menjadikan
masyarakat dan Negara tersebut maju.25
Sejarah sangat bergantung pada manusia, pengalaman-pengalaman
sejarah itu direkam dalam dokumen-dokumen yang telah diteliti oleh sejarawan
untuk menentukan fakta-fakta yang diinterpretasikan. Dari interpretasi atas fakta
25R.M, Ali, Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia, (Yogyakarta: Lkis, 2012), hal. 88.
16
barulah akan muncul tulisan sejarah.26 Menurut kuntowijoyo sejarah dalam
istilah waktu terbagi menjadi empat hal yaitu:
a. Perubahan, akan terjadi apabila masyarakat mengalami pergeseran, sama
dengan Perkembangan,akan terjadi apabila masyarakat berturut-turut dari
suatu bentuk ke bentuk lain. Masyarakat biasanya akan berubah dari
bentuk yang sederhana ke bentuk yang lebih kompleks.
b. Kesinambungan, akan terjadi bila suatu masyarakat hanya baru melakukan
adopsi lembaga-lembaga lama.
c. Pengulangan, akan terjadi bila peristiwa yang pernah terjadi dimasa
lampau akan terjadi lagi.
d. perkembangannya. Akan tetapi asumsinya adalah adanya perkembangan
besar dalam waktu yang relatif singkat dan biasanya perubahan itu akan
terjadi apabila ada pegaruh dari luar.27
26Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogakarta: Tiara Wacana, 2013), hal. 46. 27Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, 2005), hal. 9.
17
Bagan 1.1
Struktur diatas menjelaskan bahwa sejarah musik Tanjidorbermula masuk ke Desa
Gelebak Dalam kemudian dibentuk oleh kelompok masyarakat, dan kemudian sedikit
diubah oleh kelompok masyarakat tersebut mengikuti budaya mereka, seperti
penambahan pada alat musik dan lagu daerah. Lalu berkembang pada masyarakat
dengan waktu yang sangat cepat, dan beriring jalannya waktu perubahan terjadi
mengikutu zaman yang telah modern.
2. Teori Difusi Budaya A.L Krober
Penemuan ata yang disebut dengan inovasi itu sendiri merupakan hal baru yang
mana telah menentukan pertumbuhan suatu unsur kebudayaan dan juga
penemuan itu sendiri merupakan salah satu dasar dari perubahan suatu
kebudayaan. Keterkatan yang dapat dilihat dari inivasi dan difusi bahwa suasu
Masuk Dibentuk
Perubahan
Mengikutiadatbudaya
Perkembangan
Perubahanmengikuti zaman
yang berkembangmenjadi
modern
18
proses kebudayaan telah bermula dari proses onovasi, difusi itu sendiri dapat
diartikan sebagai proses penyebaran sejumlah unsure kebudayaan.28
Sebagaimana fenomena sosial yang telah peneliti amati di kalangan
masyarakat desa Gelebak Dalam, bahwa telah terjadi perubahan atau pergeseran
salah satunya pergantian alat musik atau hiburan sebelum tahun 1946 M
masyarakat mengguakan musik hiburan gendang tetawak kemudin setelah
terdapat budaya luar masuk membawa Tanjidor masyarakat menggunakan musik
Tanjidor sebagai musik hiburannya. Peneliti mengambil salah satu pemikiran
yang dikemukakan oleh Alfred L. Krober yang mana ia menjelaskan secara detai
tentang unsur penyebaran suatu kebudayaan. Sebagaimana difusi itu sendiri
menjelaskan tentang perubahan yang terjadi dalam suatu masyarakat. Difusi itu
sendiri dimaknai sebagai penyebaran unsur-unsur satu kebudayaan ke
kebudayaan lain. Menurut Krober, difusi akan selalu menimbulkan perubahan
bagi kebudayaan yang menerima unsure kebudayaanlain yang menyebar, peran
difusi dalam kebudayaan manusia dapat dikatakan sangat berperan penting.
Difusin itu sendiri akan terjai jika penemuan baru yang telah diterima
oleh masyarakat kemudian dapat diteruskan dan juga disebarkan pada
masyarakat luas. Sebagaimana masyarakat itu sendiri dapat menikmati akan
kegunaan dan daoat menjadi salah satu pendorong bagi pertumbuhan
kebudayaan masyarakat manusia. Peran yang diberikan difusi itu sendiri apabila
dilihat dari ralitas di kalangan masyarakat desa Gelebak Dalam tanpa adanya
28Judistira, Teori-teori Perubahan Sosial, (Bandung: Padjajaran, 1992), 73.
19
suatu budaya baru proses difusi itu tidak bisa menjadi pendorong terjadinya
pergesaran budaya. Penyebaran budaya atau proses difusi berlangsung ketika
terdapat suatu tempat yang mana digunakan untuk menyebarkan unsur
kebudayaan dan dilihat dari masyarakat yang berlatih Tanjidor di lapangan
dengan pelatih-pelatih dari luar kemudian menghasilkan ketertarikan masyarakat
setempat akan Tanjidor terjadilah pergeseran musik lawas ke musik yang baru.
Pada penelitian ini juga mnggunakan pendekatan antropologi. Antropologi
merupakan suatu studi disiplin ilmu yang berdasarkan rasa ingin tahun mengenai
manusia. Antropologi sendiri secara sederhana dapat diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari tentang masyaradat juga kebudayaan. Kebudayaan tersebut yaitu hasil
dari kegiatan dan penciptaaan manusia maka, antropologi merupakan ilmu tentang
manusia terkhusus tentang asal-usul, aneka warna, bentuk fisik, adat istiadat dan juga
kepercayaan pada masa lampau.29
E. Metodologi Penelitian
Untuk mendapatkan suatu haisil penelitian agar dapat dipertanggung jawabkan secara
ilmiah, maka diperlukanlah metode yang sesuai dengan objek yang diteliti. Metode
yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode sejarah .Metode
penelitian sejarah ialah suatu penyelidikan dalam sebuah masalah dengan
mengaplikasikan jalan pemecahnya melalui perspektif historil. Menurut Gilbert J.
29Abdullah, dkk, Metodologi Penelitian Agama Sebuah Pengantar, Cet 2, (Yogyakarta: Tri
Wacana, 1990), hal. 92.
20
Gharraghan, metode penelitian merupakan sebuah seperangkat aturan dan prinsip
sistematis untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif, dan
menilainya secara kritis, serta mengajukan sintesa dari hasil-hasil yang telah dicapai
dalam bentuk yang tertulis. 30
Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam metode penelitian sejarah
adalah sebagai berikut. Pertama, heuristik (pengumpulan sumber). Pada tahap ini,
penulis mengumpulkan data melalui buku-buku, artikel, jurnal, skripsi dan
wawancara mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penelitian yang hendak
ditulis.Selain melakukan wawancara dengan informan beberapa penulis juga mencari
sumber-sumber data yang relevan dengan penelitian. Sumber itu dapat dengan
membongkar arsip-arsip yang ada, peneliti juga mencari buku-buku yang berkaitan
dengan penelitian.31
Berdasarkan sifatnya, sumber sejarah terdiri dari sumber data primer dan
skunder.Sumber data primer yaitu sumber yang waktu pembuatannya tidak jauh dari
peristiwa, sedangkan sumber data skunder yaitu sumber yang waktu pembuatanya
jauh dari peristiwa.Heuristik merupakan tekhnik pencarian data dan pengumpulan
data sember sejarah baik secara lisan maupun tulisan. Adapun teknik pencarian dan
pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Observasi yaitu, ketika peneliti turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan
aktivitas individu-individu di lokasi penelitian.Dalam pengamatannya, peneliti
30Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, (Yogyakarta: Ombak, 2011),
hal. 103. 31Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah, (Yogakarta: Ombak, 2007), hal. 76.
21
akan merekam atau mencatat baik terstruktur maupun semi struktur. misalnya
dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan yang ingin diketahui, untuk
mengetahui aktivitas-aktivitas dilokasi penelitian.
2. Wawancara, teknik ini dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung
dari sumber primer guna menjawab permasalahan yang akan dikaji. Peneliti
melakukan wawancara langsung dengan Ketua Adat desa Gelebak Dalam,
wawancara dengan pemilik musik Tanjidor, para pemain, tokoh adat dan tokoh
masyrakat sekitar. Salah satu yang akan diwawancari adalah Bapak Midan
sebagai Ketua Adat Desa Gelebak Dalam.
3. Dokumentasi, adalah catatan peristiwa yang telah berlalu. Dokumtasi tersebut
dapat berupa gambar, tulisan, atau karya-karya monumental. Proses dokumentasi
dari penelitian ini diambil dari gambar dan catatan mengenai seni musik
tradisional Tanjidor.
4. Materi audio-visual, teknik ini digunakan peneliti untuk memuat data berupa
gambar atau foto mengenai alat-alat musik Tanjidor, penampilan pada saat
pementasan di desa Gelebak Dalam
Kedua, verifikasi (kritik sumber). Kritik sumber merupakan langkah
selanjutnya setelah langkah pengumpulan sumber dilakukan. Kritik sumber juga
merupakan salah satu upaya untuk kredebilitas sumber dan otensitas. Dengan cara
melakukan kirtik, maksudnya adalah kerja intelektual dan juga rasional yang
22
mngikuti merodologi sejarah agar mendapatkan objektifitas suatu kejadian.32Data
yang telah terkumpul akan diuji kembali untuk mengetahui keontetikan dan
kredibilitas sumber dengan menggunakan kritik internal dan ekstern. Kritik intern
dilakukan untuk mengetahui kebenaran isi yang membahas tentang aktivitas suatu
organisasi, apakah sesuai dengan permasalahan atau tidak. Setelah kritik intern
dilakukan maka, dilanjutkan dengan kritik eksternal yaitu untuk mengetahui tingkat
keaslian sumber data agar memperoleh keyakinan bahwa penelitian telah dilakukan
dengan menggunakan sumber data yang tepat dan jelas.33
Ketiga, interpretasi (penafsiran). Dalam sejarah terdapat dua unsure penting
yaitu fakta sejarah dan penafsiran sejarah atau interpretasi. Jika tidak ada faktanya
maka sejarah tidak akan dibangun, juga jika tidak interpretasi maka sejarah juga tidak
lebih merupakan kronik, yaitu urutan peristiwa.34 Interpretasi dilakukan peneliti
untuk mencapai pengertian faktor-faktor yang menyebabkan suatu peristiwa itu
terjadi. Interpretasi sendiri dapat dilakukan dengan memperbandingkan data untuk
melihat peristiwa-peristiwa mana yang terjadi dalam waktu yang sama. Dalam tahap
ini penulis akan melakukan analisis sejarah terhadap sumber data yang telah
terverifikasi juga dapat dipertanggung jawabkan jika terdapat suatu sember data yang
berbeda dalam lingkup masalah yang sama. Peulis akan membandingkan antara data
32Suhartono W. Pranoto, Teori dan Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: PT. Graha Ilmu, 2010),
hal. 35 33Helius Sjamsuddin ,Metodologi Sejarah, hal. 23. 34Sugeng Priyadi, Metode Penelitian Sejarah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hal. 85.
23
yang satu dan data yang lainnya agar data menjadi sinkron untuk menentukan data
yang lebih mendekati kebenarannya.
Keempat, historiografi (Penulisan Sejarah). Tahap ini merupakan tahap
terakhir penelitian, pelaporan atau pemaparan hasil dai penelitian yang telah
dilakukan sebagai riset sejarah yang disusun secara sistematis agar mudah di fahami
oleh pembaca.35 Laporan hasil penelitian akan disajikan dari awal sampai dengan
akhir meliputi masalah-masalah yang harus dijawab. Hasil dari penelitan ini
disajikan dalam bentuk deskripsif analisis, yaitu mendeskripsikan atau memamparkan
gambar terhadap objek yang diteliti melaui data yang telah terkumpul dan
menghasilkan analisa untuk dijadikan sebuah kesimpulan.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam penulisan, penulis menggunakan sistematika penulisan
dalam Lima bab berikut:
Bab I merupakan pendahuluan. Bab ini terdiri atas tujuh sub bab yaitu.latar
belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,
tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II membahas tentang Desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan,
Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan Sebuah Gambaran Umum. Uraian
bab ini memfokuskan padasejarah singkat desa Gelebak Dalam, letak geografi dan
demografi, kondisi Demografi, ekonomi dan aktivitas perekonomian penduduk,
35Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, hal. 101-113.
24
kondisi sosial dan budaya, serta kondisi politik dan keagaam masyarakat desa
Gelebak Dalam. Maksud dari pembahasan ini adalah untuk mengetahui secara jelas
lokasi yang digunakan sebagai sasaran penelitian.
Bab III menguraikan proses masuk dan berkembangnya seni musik Tanjidor
di desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin. Bab ini akan
mendeskripsikan hasil analisis terhadap awal masuknya musik Tanjidor di Desa
Gelebak Dalam, Analisis difokuskan pada sejarah masuknya musik Tanjidor di
Indonesia, awal masuknya musik Tanjidor di desa Gelebak Dalam, dan tokoh-tokoh
yang berperan dalam berdirinya musik Tanjidor ke desa Gelebak Dalam, dan Alat
Musik dan Prosesi Pertunjukan Musik Tanjidor di desa Gelebak Dalam. Maksud dari
pembahasan ini untuk mengetahui asal mula masuknya musik Tanjidor ke desa
Gelebak Dalam.
Bab IV menganalisis perkembangan seni musik Tanjidor di desa Gelebak
Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin. Pada bab inianalisis dilakukan
untuk mendeskripsikan perkembangan musik Tanjidor di desa Gelebak Dalam.
Maksud dari pembahasan ini mengetahui bagaimana perkembangan musik Tanjidor
di desa Gelebak Dalam.
Bab V adalah penutup. Pada bab ini akan mendeskripsikan kesimpulan dan
saran. semua uraian di atas akan disimpulkan pada bab ini. kesimpulan ini merupakan
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan dalam perumusan masalah.
Selain itu, bagian ini merupakan bentuk refleksi teoritis dari hasil penelitian.
23
BAB II
DESA GELEBAK DALAM, KECAMATAN RAMBUTAN,
KABUPATEN BANYUASIN, SUMATRA SELATAN:
Sebuah Gambaran Umum
Pada Bab II ini akan diberikan pemaparan mengenai gambaran umum pada lokasi
penelitian, Yaitu sebuah gambaran umum mengenai desa Gelebak Dalam, Kecamatan
Rambutan, Kabupaten Banyusin penjelasan yang berikan merupakan penjabaran dari
rumusan masalah yang ada, penjelasan tersebut berupa sejarah singkat desa Gelebak
Dalam, letak geografi dan monografi, kondisi ekonomi dan aktivitas perekonomian,
kondisi sosial budaya, serta kondisi politik dan keagamaan. Yang akan dijelskan
sebagai berikut.
A. Sejarah Singkat Desa Gelebak Dalam
Desa Gelebak Dalam sebagian besar adalah keturunan kaum ningrat Palembang yang
bermukim diluar kota Palembang. Desa Gelebak Dalam secara administratif berada
di wilayah Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan.
Menurut sejarahnya desa Gelebak Dalam dikenal dengan sebutan Marga Sri Kuto
Parung Priyayi yang merupakan salah satu zuriat atau keturunan Kesultanan
Palembang Darus Salam. Kemudian, menurut catatan sejarah masa pemerintahan
warga Parung Priyayi berkisaran antara tahun 1705-1907 M. Masa pemerintahan itu
kurang lebih selama 112 tahun dengan empat kali pergantian depati antara lain yaitu,
yang pertama depati Mamat memerintah sejak tahun 1705-1825 M, dilanjutkan oleh
depati Saribudin yang memerintah sejak tahun 1825-1860 M, setelah itu dilanjutkan
24
oleh depati Jakpar yang memerintah sejak tahun 1860-1895 M, dan dilanjutkan oleh
pasirah Abdul Hakim memerintah sejak tahun 1895-1907 M.36
Desa Gelebak Dalam menurut catatan sejarah merupakan gabungan dari
beberapa dusun yang berjauhan dan letaknya dalam satu wilayah warga. Adapun
dusun-dusun yang tergabung dalam desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan,
Kabupaten Banyuasin tersebut adalah. Sungai Doesoen,Talang Batu Besak dan
Talang Batu Kecik, Solumuk, Talang Badak, Rimbo, Talang Hendi, dan Seberoek.
Tepat pada tanggal 7 Juli 1907 M delapan Dusun tersebut digabungkan menjadi satu
sehingga tempat wilayah desa Gelebak Dalam yang terdiri dari satu dusun dan
sekarang telah dimekarkan menjadi tiga dusun seperti saat ini.37
Menurut hikayat yang ada, dahulu sebelum menjadi nama desa Gelebak
Dalam di tanah perkantoran Kepala Desa saat ini ditemukan sebuah kayu yang
tumbuh besar dan rindang yang dinamakan kayu Blebek hingga kini masyarakat tidak
tahu bentuk dan rupanya. Namun, masyarakat tetap menerima karena hal ini di
tunjang keterangan dari orang-orang tua. Meskipun ada juga yang tidak menerima
asal usul Gelebak Dalam yang diambil dari nama kayu tersebut, menurut pandangan
atau kajian dari segi akademiknya blebek karena nenek moyang mayoritas ahli
bertani. Pendapat ini tentunya dapat diterima oleh masyarakat untuk menunjang
36Midan, KompilasiAdatIstiadat Sri KutoParungPriyayi, (GelebakDalam: PemerintahanDesa,
2014), hal.7. 37Ibid, hal.8.
25
kemampuan nenek moyang, akan tetapi yang menjadi dasar pertimbangan kuat dalam
menetapkan sejarah asal usul desa Gelebak Dalam sumber bukti fakta.38
Di bawah kayu yang rindang tersebut bertemulah para sesepuh delapan
dusun untuk menentukan dimanakah tempat tinggal yang cocok. Kemudian mereka
bermohon kepada Allah dengan cara ritual kiyas kemudian mereka melakukan
penggalian sedalam dan sebesar kulak bersamaan menggali tanah tersebut lalu ditakar
enam kulak dan selanjutnya memasukkan tanah yang di takar tadi kembali kedalam
tanah yang dilobangi. Kemudian tanah-tanah tersebut ditakar kembali hingga
mendapatkan tujuh kulak, dari peristiwa tersebutlah para sesepuh terinspirasi tempat
yang baik dan disinilah desa Gelebak Dalam didirikan, makna kayu blebek menjadi
dusun Gelebak dan makna melobangi menjadi Dalam sehingga kesempurnaan
menjadi sebuah perkampungan baru yang disepakati oleh kedelapan sesepuh dusun
bersatu tempat tinggal yaitu dusun Gelebak Dalam.39
Pada masanya desa Gelebak Dalam mengalami beberapa kali pergantian
kepemimpinan baik kerio maupun kepala desa. Adapun nama-nama pemimpin desa
dari Kerio sampai ke kepala desa dan PJS sampai hingga sekarang yaitu. Pertama,
kerio Mursit beliau adalah seorang kerio yang dahulunya tinggal di kampung darat
atau saat ini dikenal dengan nama desa Gelebak Dalam beliau menjabat sekitar
38Wawancaradengan Bapak Hendri Sani (KepalaDesaGelebakDalam) pada 10 Januari 2021 di
DesaGelebakDalam. 39Ibid.
26
periode 1907-1927 M. Kedua, kerio Bari beliau merupakan adik dari kerio Mursit
beliau menjabat sejak tahun 1927-1945 M. Ketiga, kerio Basudin beliau adalah anak
dari kerio Bari, kerio Basudin pada awalnya tinggal disebuah desa yaitu desa
Pangkalan Gelebak sebelum menjadi desa Pangkalan Gelebak desa tersebut
dahulunya dikenal dengan nama desa Pangkalan Rumbio atau Kampung laut.
Selain itu kerio Basudin pernah menjabat pada periode 1945-1960 M. Ke
empat kerio Kabul beliau memimpin dengan cara dipilih oleh masyarakat setempat
kerio Kabul sendiri dahulunya tinggal di kampung darat dan menjabat pada periode
1960-1968 M. Ke lima kades Madan beliau adalah pemimpin yang ditunjuk dari
kampung darat bersama dengan kerio Kabul sedangkan dari kampung laut ditunjuk
kerio Ujang dan Kerio Jumat pada masa pemerintahan kerio Jumat masa
kepemimpinan kades Madan terjadi hukum pemilihan. Pada saat pemerintahan
kampung darat terjadi dua putaran Pemerintahan, pada putaran pertama dan kedua
yang berhasil memenangkan pemilihan yaitu, Haji Madan inilah yang memutuskan
untuk menjadikan desa Pangkalan Rumbia menjadi dua desa yaitu Pangkalan
Gelebak dan Gelebak Dalam, pembagian desa itu terjadi karena pada saat pemilihan
untuk wilayah kampung laut yang berhasil tepilih menjadi kerio yaitu Bapak Jumat
dan kades Madan memerintah pada periode 1970-1994 M. Ke enam, dilanjutkan oleh
PJS (Pejabat Sementara) yaitu Kades A.Rope’i, S.P memerintah hanya untuk satu
tahun yaitu pada tahun 1995 M. Ketujuh Kades A.Rifai, S.Pd memerintah dari tahun
1996-2003 M. Ke delapan Kades Junaidi beliau memerintah sejak tahun 2004-2014
M. Ke sembilan PJS (Pejabat Sementara) kades Khoirul Anwar beliau hanya
27
memerintah ditahun 2015 M. Kesepuluh, Kades Hendri Sani beliau adalah Kepala
Desa yang baru terpilih ditahun 2016 M, Kades Hendri Sani menjabat dari periode
2016-2022.40
B. Letak Geografi dan Demografi
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batasa-batasan wilayah
yang Berwewenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat.
desa juga merupakan wilayah yang penduduknya saling mengenal, hidup bergotong
royong, mempunyai adat istiadat yang sama, dan juga mempunyai tata cara sendiri
dalam mengatur kehidupan masyarakatnya. Desa merupakan daerah otonomi yang
bulat dan utuh dan juga bukan pemberian dari pemerintah, sebaliknya juga
pemerintah berkewajiban untuk menghormati otonomi asli yang dimiliki desa,
otonomi desa sendiri diakui secara nyata sehingga menjadi daerah yang bersifat
istimewa dan mandiri. Memiliki identitas sendiri dan bukan merupakan unsur
pelaksanaan administratis Kabupaten atau Kecamatan.41
Dalam ruang lingkup regional hubungan antara geografi dan sejarah akan
menelaah tempat dan aktivitas penghuninya pada waktu dan ruang tertentu. Faktor
penting geografis inilah berupa lokasi, iklim, dan morfologi permukaan bumi. Ke tiga
faktor tersebut selanjutnya diadaptasi oleh manusia sebagai tempat beraktivitas pada
40Midan, KompilasiAdatIstiadat Sri KutoParungPriyayi, hal.9-10. 41HAW. Widjaya, OtonomiDesaMerupakanOtonomi yang Asli, Bulat dan Utuh, (Jakarta:
Raja GrafindoPersada, 2003), hal. 164.
28
kehidupannya dan suatu bentang alam yang pada sekarang ini telah mengalami
perubahan secara terus menerus sebab kegiatan manusia.42
Mempelajari mengenai region geografis dapat diketahui mengenai informasi
tentang bagaimana manusia dari waktu ke waktu telah memanfaatkan kesempatan
yang telah diberikan oleh lingkungan geografis, perbedaannya kondisi geografis
menciptakan suatu perbedaan pada tingkat peradabannya. Kondisi geografis adalah
suatu wilayah yang tidak hanya menjelaskan tentang suatu fenomena alam saja. Akan
tetapi, menjelaskan juga secara luas tentang kehidupan dan kondisi yang berkaitan
dengan masyarakat. Contohnya, pengaruh dari bencana alam seperti, longsor, banjir,
tsunami akan menjadikan perubahan kondisi sosial pada wilayah awalnya menjadi
pusat peradaban atau sebaliknya.
Pada tahun 1980 M, Kabupaten Banyuasin masih tergabung dengan
Kabuaten Musi Banyuasin dan Desa Gelebak Dalam masih ikut dengan Kecamatan
Banyuasin I yang letak Kecamatannya di wilayah Maryana, Kabupaten Banyuasin
mengalami pemekaran wilayah pada tahun 2002 M, begitupun juga Kecamatan
Banyuasin I mengalami pemekaran wilayah pada tahun 2002 M dan Desa Gelebak
Dalam masuk Dalam Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin.43Berikut peta
wilayah Kabuaten Musi Banyuasin sebelum mengalami pemekaran wilayah.
42Sukma Perdana Prasetya, “TelaahIntegratifGeografiKesejarahan”, Reasearchgate, 2018, hal
.2 43Katalog BPS Kabupaten Banyuasin, Banyuasin DalamAngka2002, hal. 1.
29
Gambar 2.1 Peta Wilayah Kabupaten Musi Banyuasin 1980
Sumber: Katalog BPS Musi Banyuasin
Pada peta wilayah di atas, juga dapat dilihat bahwa Kecamatan Banyuasin I
berbatasan dengan Kecamatan Muara Padang sebelah Barat, sebelah Utara Kota
Palembang, sebelah Timur Kabupaten OKI, dan sebelah Selatansungai Ogan.
Kecamatan Banyuasin I termasuk di dalamnya desa Gelebak Dalam mempunyai
iklim tropis dan basah dengan variasi curah hujannya antara 1,97-13,32 mm
sepanjang tahunnya. Sedangkan curah hujan terbanyak terjadi pada bulan Desember
30
setiap tahun. Keadaan tanah di Kecamatan Banyuasin I juga termasuk didalamnya
desa Gelebak Dalam yaitu datran rendah dan rawa-rawa. 44
Kemudian demografi, demografi adalah suatu gambaran mengenai
kependudukan manusia yang berkaitan dengan kelahiran, kematian, dan perpindahan
penduduk. Menurut Philip M. Hauser dan Dudley Ducan (1959), ia mengatakan
bahwa demografi merupakan ilmu yang mempelajari jumlah persebaran territorial
dan komposisi penduduk dan juga perubah-perubahannya dan sebab dari perubahan
tersebut. Biasanya sebab dari perubahan tadi terjadi karena peristiwa kelahiran,
kematian, migrasi, dan mobilitas status. Daniel J. Bogue (1973) mengatakan bahwa
demografi ialah ilmu yang mempelajari secara statistik dan matematik mengenai
besaran komposisi dan distribusi penduduk juga perubahan-perubahan sepanjang
masa melalui bekerjanya lima komponen demografi yaitu, kelahiran, perkawinan,
kematian, migrasi, dan mobilitas sosial.45 Dari beberapa definisi demografi menurut
beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa demografi adalah pembahasan
mengenai kependudukan yang dinilai melalui jumlah, struktur, persebaran, serta
faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Pada tahun 1980 M, wilayah kecamatan Banyuasin I memiliki luas wilayah
2.884,57 km2/sq.km., dengan jumlah 55 (Lima Puluh Lima) Desa dan jumlah
penduduk laki-laki dan perempuan 153.323 jiwa. Desa Gelebak Dalam memiliki luas
44Katalog BPS Kabupaten Musi Banyuasin, Musi Banyuasin Dakam Angka 1980, hal. 208. 45Sonny Hary B. Harmadi, Analisis Data Demografi, (Tanggerang Selatan:Universitas
Terbuka, 2016), hal. 1-3.
31
wilyah 2.583,70 dengan jumlah penduduk 1.803 jiwa penduduk laki-laki dan
perempuan..46 Untuk memperjelas dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Menurut Desa
Laki-laki dan Perempuan
No. Nama Desa Penduduk
(L)
Penduduk
(P)
Penduduk
(L+P)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
Pangkalan Gelebak
Gelebak Dalam
Sako
Tanjung Marbu
Rambutan
Tanjung Kerang
Parit
Durian Gadis
Suka Pindah
Plajau
Tanah Lembak
Kebon Sahang
Siju
Desa Baru
Menten
Sungai Dua
Sungai Pinang
Sungai Kedukan
Sungai Gerong
Sungai Rebo
Mariana
Perajin
Merah Mata
Pematang Palas
Cinta Manis
Perambahan
654
889
811
437
682
650
276
102
383
322
861
289
833
314
639
1328
2043
1684
2803
3310
6209
2144
8620
1248
924
378
678
914
837
412
723
650
279
132
432
312
359
313
838
328
666
1306
2096
1677
2840
3404
6103
2114
7979
1148
884
357
1332
1803
1648
849
1405
1300
555
234
815
634
720
602
1671
642
1305
2634
4139
3361
5643
6714
12312
4258
16599
2396
1808
735
46Katalog BPS Sumatera Selatan, Sumatera Selatan Dalam Angka1980, hal. 227.
32
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
Cinta Manis Baru
Sebokor
Teluk Tenggirik
Sebubus
Sumber Mulyo
Margo Mulyi
Sugi Waras
Daya Bangun
Karang Anyar
Tirto Raharjo
Air Gading
Sugiharjo
Sumber Makmur
Purwodadi
Suber Sari
Tanjung Baru
Indra Pura
Sido Rejo
UPT V Jalur 18
Daya Murni
Ganesha Mukti
Margo Rukun
Argo Mulyo
Cendana
Tibul Jaya
Jalur Mulya
Tirto Mulyo
Air Solok Batu
Muara Padang
4618
840
1924
260
761
861
933
728
200
1050
875
1335
1443
1320
508
278
935
1139
650
686
730
1155
778
870
589
935
587
345
1600
4185
800
1870
287
701
783
832
671
209
956
840
1203
1300
1176
417
286
873
1108
554
620
682
1063
820
1588
585
872
500
335
1600
8803
1640
3794
547
1662
1644
1765
1399
409
2006
1715
2538
2743
2496
925
564
1808
2247
1204
1306
1412
2218
1008
1748
1174
1807
1087
680
2395
Jumlah 69757 75226 153.323
Sumber: Katalog BPS Sumatera Selatan tahun 1980.
33
Gambar 2.2 Peta wilayah Kabupaten Banyusin Tahun 2002
Setelah pemekaran dari Musi Banyuasin
Sumber: Katalog BPS Banyuasin dalam angka 2002.
Dari peta di atas dapat dilihat bahwa Kecamatan Rambutan berada dalam
wilayah Kabupaten Banyuasin. Sebagaimana daerah Kabupaten atau Kota lainnya di
Indonesia, setelah pemekaran wilayah Kabupaten Banyuasin dari Musi Banyuasin
pada tahun 2002 M, memecah wilayah menjadi Kabupaten Banyuasin dengan luas
wilayah 11.832,99 km2 dibagi habis menjadi Kecamatan kemudian Kecamatan
tersebut dibagi menjadi desa-desa dan Kelurahan. Begitu juga dengan Kecamatan
Rambutan pada tahun 2002 mengalami pemekaran wilayah, Kecamatan Rambutan
34
memisahkan diri dari Kecamatan Banyuasi I. Kecamatan Rambutan memiliki luas
wilayah 624,55 Km2/Sq.Km dengan rata-rata jumlah penduduk 57 per Km2. 47
C. Ekonomi dan Aktivitas Perekonomian Penduduk
Ekonomi adalah aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi,
pertukaran, konsumsi barang dan jasa. Ekonomi secara umum atau secara khusus
adalah aturan rumah tangga dan menejemen rumah tangga.48 Manusia hidup dalam
satu kelompok yang membentuk suatu sistem. Sistem secara sederhana dapat di
artikan sebagai interaksi, kaitan, atau hubungan dari unsur-unsur yang lebih kecil
membentuk satuan yang lebih kompleks sifatnya. Dengan demikian sistem ekonomi
merupakan interaksi dari unit-unit yang kecil ke dalam unit ekonomi yang lebih besar
di suatu wilayah tertentu. 49
Seperti yang telah dijelaskan mengenai gambaran wilayah lokasi geografis
secara tidak langsung mempunyai hubungan dengan kondisi perekonomian
penduduk. Seperti yang sudah di ketahui, wilayah Sumatera Selatan merupakan
sebuah daerah maritim yang pusat kegiatan pasarnya tergantung pada sungai baik itu
sebagai jalur transportasi maupun jalur perdagangan. Palembang sendiri merupakan
wilyah yang strategis sebagai penghubung daerah perdesaan yang ada di pedalaman,
tidak heran lagi jika Palembang menjadi sebuah jembatan yang bagus untuk
47Katalog BPS Kabupaten Banyuasin, Banyuasin Dalam Angka 2002, hal. 7. 48DepartemenPendidikan Nasional, KamusBesar Bahasa Indonesia, EdisiKelima, (Jakarta:
CV Adi Perkasa, 2016), h. 3. 49Delimove, PerkembanganPemikiranEkonomi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 2.
35
komoditas dari daerah iliran maupun huluan yang kemudian dijual sebagai komoditas
pasar Eropa.50
Desa Gelebak Dalam merupakan desa yang memiliki lahan rawa persawahan
yang sangat luas dan memiliki sungai. Sejak saat Desa Gelebak Dalam masih dalam
Marga Sri Kuto Parung Priyai berkisaran antara tahun 1705 M, masyarakatnya
bermatapencaharian dengan memanfaatkan sumber daya alam yang yang ada.
Masyarakat Sri Kuto Parung Priyai dalam kesehariannya bekerja sebagai pencari
ikan di sungai dan di sawah lebak dengan menanam padi. Pada saat itu masyarakat
menjual hasil carian ikan ke pasar kota dengan menggunakan jalan sungai Musi, sejak
tahun 1907 setelah Sri Kuto Parung Priyai terbentuk menjadi sebuah desa yaitu desa
Gelebak Dalam masyarakat mulai bekerja sebagai petani padi yang panennya setiap
satu tahun sekali. Masyarakat menghabiskan kesehariannya dengan bekerja di sawah
apalagi pada saat musim surut tiba.51
Menurut sejarahnya nenek moyang desa Gelebak Dalam merupakan ahli
peramal. Ia menafsirkan perjalanan mata, tahun, bintang yang menjadi pedoman
tentang kapan pelaksanaan membuat anak padi untuk bercocok tanam yang benar.
Jika perhitungan tidak tepat maka kemungkin besar akan mengalami gagal panen
yang diakibatkan oleh faktor alam dan gangguan hewan hama seperti burung dan
50Jeroen Peeters, Kaum Tuo-Kaum MudoPerubahan Religius di Palembang,hal. 88. 51Wawancara dengan Bapak Hendri Sani (Kepala Desa Gelebak Dalam) pada 10 Januari 2021
di Desa Gelebak Dalam.
36
tikus. Persawahan di desa Gelebak Dalam adalah persawahan tanah lebak atau lahan
rawa, lahan rawa lebak yaitu lahan rawa yang terdapat di pedalaman yang kondisi
topografinya relatif cekung dan airnya tidak dapat mengalir keluar. Pada lahan seperti
ini setiap tahunnya mengalami genangan minimal selama tiga bulan dengan tinggi
genangan minimal 50 cm. pada saat ketika musim penghujan lahan ini akan tergenang
dan akan surut pada saat musim kemarau.
Pada area persawahan seperti ini hanya dapat ditanami padi satu tahun sekali
yaitu pada musin surut. Lahan rawa lebak di Sumatera Selatan sendiri telah
diupayakan oleh petani Melayu sejak ratusan tahun lalu. Sumatera selatan juga
mempunyai lahan rawa lebak yang cukup besar, yaitu mencapai 2,98 juta Ha.52 Salah
satu desa di Sumatera Selatan yang telah mengelola lahan rawa lebak menjadi areal
persawahan adalah desa Gelebak Dalam. Mengingat padi hanya bisa ditanam dan di
panen musiman yaitu satu tahun sekali, masyarakat merasa kurang untuk kebutuhan
hidup. Lalu sejak tahun 1980 M masyarakat desa Gelebak Dalam mulai mencoba
bercocok tanam pada tanaman lain selain padi yang dapat dihasilkan dengan jangka
waktu yang dekat, kemudian mereka mencoba tanaman karet.
Perkebunan karet adalah alternatif yang dipilih oleh masyarakat desa
Gelebak Dalam karena melihat dari kondisi kesuburan tanah yang cocok. Setelah
mereka mencoba tanaman karet dan lama-kelamaan hasil dari perkebunan karet
sangat menguntungkan untuk biaya hidup sehar-hari. Kemudian seiring berjalannya
52 Badan Pusat Statistik, “Sistem Informasi Rujukan Statistik”, dalam
https://sirusabps.go.idsirusa index.php variable 2567.
37
waktu di desa Gelebak Dalam banyak masyarakat yang berkebun karet.Ketertarikan
masyarakat terhadap karet merupakan hal yang positif karena, secara ekonomi hasil
dari perkebunan karet sangat menguntungkan dari pada tanaman padi yang hanya satu
tahun sekali sedangkan karet dapat menghasilkan getah yang siap jual dalam waktu
satu minggu sekali dan mereka mendapatkan uang dari hasil penyadapan karet.
Selama karet belum berumur enam tahun masyarakat dapat menanam sayur
mayur disela-sela tanaman karet dan berternak sehingga dapat memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari. Meskipun masyarakat desa Gelebak Dalam sudah mendapat
penghasilan lain dari karet namun, mereka tetap berswah di sawah lebak setiap satu
tahun sekali. Jika musim sawah tiba biasanya akan tebentang luas hamparan tanaman
padi di desa Gelebak Dalam, musim itu biasanya terjadi saat bulan juni sampai
dengan desember.53 Pada kisaran tahun 1907 sampai 1980an masyarakat mengekspor
hasil panennya melalui jalur sungai dengan menggunakan tongkang karena, pada saat
itu belum ada jalur darat dan kendaraan darat yang bisa membawa hasil panen.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa komoditi merupakan hal yang
sangat penting dalam membangun perekonomian masyarakat. Aspek lain pertanin
dan perkebunan merupakan tanda dari berkembangnya pola ekonomi pada
masyarakat yang mulai menciptakan komiditinya sendiri. Hal ini juga yang telah
menjadikan keadaan ekonomi sangat berpengaruh. Secara garis besar seperti inilah
53Wawancara dengan Bapak HendriSani (Kepala Desa Gelebak Dalam) pada 10 Januari 2021
di Desa Gelebak Dalam.
38
keadaan ekonomi dan aktivitas perekenomian di Desa Gelebak Dalam pada Tanun
1907 M sampai dengan 1980an.
D. Kondisi Sosial Budaya
Kondisi sosial adalah suatu keadaan yang ada didalam masyarakat, baik itu berupa
norma, tata, nilai ataupun struktur masyarakat. Hal tersebut merupakan kesatuan yang
membentuk pola yang ada didalam masyarakat. Kondisi sosial tentunya memiliki
hubungan yang sangat erat dengan kebudayaan. Kondisi sosial yang akan dijalankan
secara terus menerus akan membentuk suatu kebiasaan yang menjadi tradisi dan
nantinya akan menjadi faktor yang membentuk kebudayaan. Kondisi sosial dalam
suatu masyarakat akan menjelaskan tentang norma, interaksi, dan tata nilai yang ada
di dalam masyarakat tersebut. Contoh hal tersebut seperti masyarakat yang hidup
sebagai petani akan akan berbeda hubungan sosialnya dengan masyarakat yang
berdagang.54
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah yang
terbentang luas. Bukan hanya wilayahnya saja yang luas namun, Indonesia sendiri
memiliki keanekaragaman hayati dan juga berbagai macam kebudayaan, adat istiadat,
serta ciri khasnya masing-masing. Berbicara mengenai sosial dan budaya disini akan
menjelaskan bagaimana keadaan sosial dan budaya masyarakat desa Gelebak Dalam
pada tahun 1946-1980 M. Kondisi sosial masyarakat desa Gelebak Dalam setelah
54Basrowi dan Siti Juariyah, “Analisis KondisiSosialEkonomi dan Tingkat Pendidikan
Masyarakat DesaSrigading, KecamatanLabuhanMaringgi, Kabupaten Lampung Timur”,
JurnalEkonomi dan Pendidikan, Vol. 7, No. 1, (April 2010), hal. 60.
39
kemerdekaan Republik Indonesia berjalan dengan baik dan juga saling beriringan.
Seperti halnya dalam kebudayaan, tradisi, bahasa, kesenian maupun hubungannya
dengan masyarakat lainnya. Hal tersebut dikarenakan sejak Indonesia lepas dari
penjajahan jepang tidak pernah terjadi permusuhan. 55
Latar belakang masyarakat desa Gelebak Dalam merupakan masyarakat asli
Desa Setempat. Menurut penuturan Bapak Midan Sebagai Ketua Adat, Desa Gelebak
Dalam dahulunya merupakan Marga Sri Kuto Parung Priyai yang merupakan salah
satu zuriat atau keturunan kesultanan Palembang Darusalam yang tinggal di
pedalaman desa. Melihat dari keturunannya pastinya masyarakat desa Gelebak Dalam
mempunyai tata cara kebudayan, adat istiadat, dan tradisi mirip seperti masyarakat
Palembang. Kebudayaan merupakan fenomena yang universal maka Adanya
kebudayaan pada suatu masyarakat akan menjadi ciri dari suatu masyarakat tertentu.56
Sistem komunikasi antar masyarakat desa Gelebak Dalam juga berjalan dengan baik.
Hal tersebut juga dikarenakan mereka memiliki kesamaan dalam bahasa, tradisi, adat
istiadat, perilaku, bahkan dalam bidang kesenian. Pada setiap tempat dan juga daerah
pasti memiliki bahasa dan khas yang berbeda-beda. Keragaman bahasa yang ada di
Sumatera Selatan juga terdapat pada masyarakat desa Gelebak Dalam juga
mempunyai bahasa daerah tersendiri.
55Wawancaradengan Bapak Mail (Tokoh Masyarakat) pada 10 Januari 2021 di Desa Gelebak
Dalam. 56Sugiyanto, “Kehidupan Sosial Budaya Komunitas“, Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Kesejahteraan Sosial, Vol 13, No. 02, 2008, hal. 65.
40
Jika dikaitkan dengan bahasa Indonesia pada umumnya akan menjadi seperti
pemakaian kata berikut: apa disebut apo, mana disebut mano, iya disebut iyo, berapa
disebut berapo, kuberi disebut kuenjok, injak disebut nginjek, siapa disebut hapo,
tidak disebut idak, kata siapa disebut uji hapo, kemarin disebut hore, nenek disebut
nyai, kakek disebut yai dan lain sebagainya. Kata-kata inilah yang dipakai dalam
bahasa sehari-hari desa Gelebak Dalam.57 Berdasarkan dengan pemakaian kata
tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa bahasa desa Gelebak Dalam termasuk
rumpun bahasa Melayu Palembang diketahui masyarakat desa Gelebak Dalam
merupakan keturunan priyai Palembang. Masyarakat desa Gelebak Dalam
menggunakan bahasa daerah tersebut dalam aktivitas sehari-hari baik formal maupun
non formal. Hal ini sudah menjadi ciri khas bagi masyarakat desa Gelebak Dalam
yang merupakan bahasa tersebut telah menjadi suatu warisan nenek moyang mereka
yang hingga saat ini masih digunakan oleh masyarakat desa Gelebak Dalam dalam
menjalankan aktvitas sehari-hari.
Sistem kekerabatan masyarakat desa Gelebak Dalam sejak dahulu juga
mampu berjalan beriringan. Dalam kehidupan mereka mampu untuk saling menjaga
baik dari bahasa, tradisi dan adat istiadat. Banyak hal yang dilakukan oleh masyarakat
untuk menjaga adat istiadat seperti halnya gotong royong dalam acara kematian,
pernikahan, dan lain sebgainya. Pada perkembangan selanjutnya hal tersebut
berdampak besar bagi kondisi kebudayaan masyarakat seperti tradisi. Dalam bidang
57Wawancara dengan Bapak Midan (Ketua Adat Desa Gelebak Dalam) pada tanggal 10
Januari 2021 di Desa Gelebak Dalam.
41
tradisi di desa Gelebak Dalam sangat terjaga, di desa Gelebak Dalam memiliki tradisi
yang tak pernah ditinggalkan yaitu tradisi Sedulang Setudung.
Kata dari Sedulang yang berarti dulang atau nampan besar yang terbuat dari
papan yang berisikan bermacam-macam makanan, kemudian Setudung merupakan
tudung makanan yang terbuat dari anyaman bambu yang berukuran besar, tudung
tersebut mirip dengan tudung sawah atau caping. Namun, tudung yang digunakan
dalam Sedulang Setudung berukuran sangat besar, tradisi ini diperkirakan muncul
pada tahun 1940-an. Tradisi ini dilakukan ketika hari-hari besar islam idul fitri, idul
adha, maulid Nabi, isra mi’raj, dan tahun baru islam. Selain sedulang setudung ada
juga tradisi arak-arakan pengantin, tradisi ini dilakukan setelah acara pernikahan
selesai kemudian kedua penganting diarak keliling kampung dan dihantarkan menuju
rumah mempelai laki-laki dengan diiringi musik Tanjidor. Tradisi ini tidak diketahui
kapan jelas pertama kali ada di desa ini namun, untuK diiringi musik Tanjidor mulai
sejak musik Tanjidor didirikan di Desa Ini yaitu tahun 1946 M.
Di dalam bidang keseniannya sejak tahun 1946 M, masyarakat Desa Gelebak
Dalam mempunyai kesenian yang berhasil menjadi ciri khas dari desa Gelebak Dalam
ini yaitu, kesenian musik Tanjidor yang dimainkan oleh sebuah groub musik Tanjidor
“Pelita Hati”. Kesenian ini mulai terbentuk pada akhir tahun 1946 M dan berkembang
sampai puncak masa kejayaannya pada tahun 1970an sampai 1980an. Pada tahun
tersebut musik ini memenangkan festivasl musik Se-Kabupaten Musi Banyuasin.
Kesenian ini juga tampil setiap tahunnya ikut dalam perayaan peringatan
42
Kemerdekaan Republik Indonesia, dan tampil pada acara-acara rakyat baik di dalam
desa maupun di luar desa.58
E. Kondisi Politik dan Keagamaan
Pemerintahan desa setelah kemerdekaan pemerintahan desa diatur dalam UUD 1945,
pasal 18 penjelasan II yang berbunyi sebagai berikut:
“Dalam tutorial Negara Indonesia terdapat kurang lebih 250
“Zelfbesturendelandchappen” dan “Volksgemenscappen” seperti desa di
Jawa, Bali, Negeri Minang Kabau, dusun dan marga di Palembang dan
sebgainya. Daerah-daerah itu mempunyai susunan asli dan oleh karena
itu dapat dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa Negara
Republik Indonesiamenghormati kedudukan daerah-daerah istimewa
tersebut dan segala peraturan Negara yang mengenai daerah-daerah itu
akan mengganti hak-hak asal-usul daerah tersebut”.59
Kemudian pengaturan lebih lanjut diungkapkan dalam UU Nomor 19 tahun
1965 tentang pembentukan desa praja atau daerah otonom adat yang setingkat
diseluruh Indonesia. Namun, UU ini tidak sesuai dengan isi dari Pasal 18 penjelasan
II dalan UUD 1945. Namun dalam perkembangannya peraturan ini tidak sempat
dilaksanakan karena suatu alasan pada saat itu.60
Pada masa Orde Baru, pengaturanmengenai desa diatur melaui UU Nomor 5
tahun 1979. UU ini bertujuan menyeragamkan nama, bentuk, susunan dan juga
58Wawancara dengan Bapak Midan (Ketua Adat Desa Gelebak Dalam) pada tanggal 10
Januari 2021 di Desa Gelebak Dalam. 59Rozali Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara
Langsun, (Jakarta: Raja Grafindo, 2005), hal. 27.
60HAW. Widjaya, Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat dan Utuh,hal. 89.
43
kedudukan pemerintahan desa. UU ini mengatur desa dari segi pemerintahannya,
berbeda dengan Marga dan juga adat istiadat. Secara paradigmatik konsep otonomi
desa dalam UU Nomor 5 tahun 1979 melalui konsep yang tidak tepat. Sebab, secara
teoritis otonomi Desa merupakan suatu konsep yang tidak tepatdan secara teoritis
otonomi Desa merupakan otonomi asli. Penyelenggaraan pemerintahan desa terdiri
dari kepala desa dan Lembaga musyawarah desa. Dalam pemerintahannya sehari-hari
pemerintah dibantu dengan perangkat desa sendiri yang terdiri dari sekertariat desa
dan kepala-kepala dusun.61
Pada tahun 1946 M, pemerintahan desa Gelebak Dalam juga sudah terjadi
beberapa kali pergantian kepemimpinan desa dimulai dari Kerio sampai kepala desa.
pada tahun tersebut pemerintahan desa Gelebak Dalam masih menggunakan
pemerintahan tradisional yaitu pemilihan secara musyawarah. Pada tahun 1945-1960
M. Desa Gelebak Dalam dipimpin oleh kerio Basudin, ia merupakan warga desa
Gelebak Dalam yang memimpin desa pada tahun 1945-1960 M. ia dipilih menjadi
kerio berdasarkan musyawarah perangkat desa dan tokoh-tokoh masyarakat
kemudian membentuk panitia pemilihan kerio.
Tugasnya adalah mengadakan pendaftaran calon kepala desa dengan
persyaratan tidak buta huruf, dapat menulis, dan baik kelakuannya. Setelah itu,
panitia akan membagikan binting (lidi yang dipotong-potong) lalu dimasukan ke
dalam bumbung (bambu yang dipotong seperti kentongan). Pada waktu pemilihan
bambu tempat binting tersebut diletakkan dibelakang tempat duduk calon Kerio di
61Ibid, hal. 89.
44
area pemilihan. Setelah itu, secara bergiliran para warga memasukan binting tersebut
kedalam bambu tersebut sesuai dengan pilihannya masing-masing. Setelah para
pemilih selesai akan dilakukan perhitungan binting dan yang mendapatkan binting
paling banyak itulah yang dipilih menjadi kerio.62
Setelah masa jabatan kerio Basudin selesai maka pada tahun 1960-1968 M,
terjadilah pemilihan kerio kembali dengan cara pemilihan yang sama dan yang
terpilih adalah kerio Kabul. Pada periode kepemimpinan desa berikutnya tahun 1970-
1994 M, telah terjadi perubahan dalam pemilihan. Desa Gelebak Dalam sudah terjadi
hukum pemilihan kepemimpinan desa ini sudah tidak lagi kerio tetapi menjadi kepala
desa dan kepala desa terpilih pada periode tersebut yitu kades Madan. Pemilihan
kepala desa dilaksanakan dengan asas langsung, umum, bebas, dan rahasia. Yang
dimaksud dengan langsung yaitu warga mempunyai hak suara sesuai dengan hati
nuraninya tanpa tekanan siapapun. Umum adalah semua penduduk desa harus
memenuhi persyaratan memilih telah berusia 17 tahun baik sudah menikah atau
belum.63 Bebas adalah pemilihan yang menggunakan haknya dan dijamin
keamanannya untuk menetapkan pilihannya sendiri tanpa ada pengaruh atau paksaan
dari siapapun. Rahasia adalah pemilihan dijamin oleh peraturan perundang-undang
bahwa suara yang diberikan dalam pemilihan tersebut tidak diketahui oleh siapapun
dan melalui jalan apapun. 64
62Midan, Kompilasi Adat Istiadat Sri Kuto Parung Priyayi, (Gelebak Dalam: Pemerintahan
Desa, 2014), hal. 9. 63Ibid, hal. 10. 64Kansil, Desa Kita, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984), hal.29.
45
Di dalam bidang keagamaan desa Gelebak Dalam merupakan suatu desa
yang penduduknya beragama Islam. Sebelum kemerdekaan RI sudah ada sistem
belajar mengenai pendidikan Islam salah satunya dengan cara mengaji menggunakan
sistem sorongan di langgar. Pada masa itu di perdesaan Gelebak Dalam sudah
terdapat khatib yang berperan sebagai pengajar agama pada taraf yang sangat
sederhana, khatib tersebut mengajarkan al-Qur’an dan Arab Jawi kepada anak-anak
dusun di desa Gelebak Dalam. Terkadang juga anak-anak di Gelebak Dalam
seringkali diajarkan oleh ulama yang datang dari Palembang salah satunya Ustadz
Taufik 13 Ulu dan sistem belajar megaji sorongan ini sudah ada sejak sebelum
kemerdekaan.65
Selain belajar mengaji melui sistem sorongan, pasca kemerdekaan juga telah
ada sistem belajar agama islam di sekolah. Masyarakat desa Gelebak Dalam Juga
banyak yang sekolah nyantri di pondok pesantren. Pada masa itu masyarakat desa
Gelebak Dalam meskipun sudah memeluk agama Islam namun, masyarakat masih
tetap mempertahankan adat istiadat yang sudah ada sejak nenek moyang mereka.
Suatu tradisi masih tetap dipertahankan terkait upacara ritual keagamaan seperti
upacara sedekah dusun. Masyarakat desa Gelebak Dalam juga sejak dahulu
melaksanakan sholat Jum’at berjamaah.
65Wawancara dengan Bapak Jufri (Tokoh Agama) pada tanggal 10 Januari 2021 di Desa
Gelebak Dalam.
46
Masyarakat desa Gelebak Dalam pada tahun 1946-an masih jarang yang
melakukan sholat lima waktu tetapi mereka beragama islam. Masyarakat desa
Gelebak Dalam juga sejak dahulu sudah merayakan hari-hari besar Islam seperti hari
raya Idul Fitri, Idul Adha, perayaan Isra Mi’raj, dan peringatan Maulid Nabi
Muhammad SAW. Seiring berjalannya waktu islam semakin berkembang di
masyarakat Desa Gelebak Dalam pada tahun 1970-an sudah banyak guru ngaji di
desa tersebut, guru-guru tersebut adalah warga desa yang lulus dari pondok pesantren
dan masjid pun terisi setiap sholat lima waktu, banyak masyarakat yang sholat
berjamaah di masjid terutama pada waktu Magrib dan Isya. Pada waktu Zduhur dan
asar hanya sedikit karena banyak warga yang masih berada di ladang.66
66Wawancara dengan Bapak Jufri (Tokoh Agama) pada tanggal 10 Januari 2021 di Desa
Gelebak Dalam.
47
BAB III
PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA SENI MUSIK TANJIDOR
DI DESA GELEBAK DALAM, KECAMATAN RAMBUTAN,
KABUPATEN BANYUASIN
A. Asal -Usul Seni Musik Tanjidor di Indonesia
Manusia, telah mengenal seni dan sudah diterapkan pada kehidupan manusia sehari-
hari. Seni itu sendiri juga telah menjadi suatu kebutuhan pada manusia dan sudah ada
pada diri manusia sejak lahir. Kesenian merupakan bagian dari budaya juga
merupakan bentuk yang digunakan dalam mengapresiasikan rasa keindahan pada jiwa
manusia. Seni di Indonesia sangat beranekaragam jenis dan bentuknya baik itu seni
tradisi rakyat maupun modern, yang telah dikemas sesuai dengan ciri khas dan adat
budaya daerah masing-masing. Kesenian adalah bagian dari budaya maka dari itu
kehadirannya tidak terlepas dari manusia. Begitu juga kesenian dapat menjadi
kreativitas dari jiwa manusia sebab mengandung nilai-nilai keindahan di dalamnya.67
Negara Indonesia adalah negara yang kaya akan bentuk keseniannya.
Namun, tidak Jarang kesenian yang ada di daerah sering terlupakan karena tidak
67 Evi Saharah, “Tari Nyabok di Desa Candi Kecamatan Palamak Kabupaten Kepulauan
Anambas” Skripsi, (Bandung: Prodi Pendidikan Seni Budaya Fakultas Pendidikan Seni dan Desain
Universitas Pendidikan Indonesia, 2015), hal. 1.
48
dikenal dan tidak dilestarikan keberadaannya oleh masyarakatnya sehingga zaman
semakin berkembang tidak menutup kemungkinan kesenian tradisional akan
mengalami perubahan yang mungkin akan menjadi kesenia-kesenian baru, bahkan
mungkin kesenian tradisional sudah tidak banyak orang yang mengetahuinya sebab
kurang adanya dukungan dari lembaga yang terkait. Kata “seni” merupakan ekspresi
manusia yang memiliki unsur keindahan yang diungkapkan melalui suatu media
tertentu yang bersifat nyata juga dapat dinikmati oleh kelima panca indera manusia.
Banyak yang mengatakan bahwa pada tahap awal seni merupakan cara untuk
melukiskan dan mengontribusikan sesuatu. Pada hakikatnya semua seni termasuk
musik, merupakan alat yang cara pengungkapannya melalui musik dan lagu yang
telah mengalami stilisasi. Oleh sebab itu, seni merupakan sebuah bagian dari hasil
pengungkapan nilai maupun ekspresi, curahan rasa yang menggambarkan sebuah
pengalaman jiwa berupa keindahan, pemikiran, kesenangan dan perasaan yang lahir
dari seorang dengan menggunakan media tertentu.68
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian musik secara umum
adalah suara yang berirama dan yang dapat didengarkan oleh telinga manusia. Musik
juga dapat dinikmati karena alunan dari iramanya yang dapat merubah suasana.69
Menurut Sunarko ia mengatakan bahwa musik adalah penghayatan isi hati manusia
yang digunakan dalam bentuk bunyi yang teratur dengan melodi, ritme, serta
menpunyai unsur keselarasan yang indah. Sedangkan menurut Martoyo musik
68Ibid, hal. 2. 69Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta; Balai
Pustaka, 1990), hal. 28.
49
merupakan gerakan bunyi dan musik merupakan totalitas fenomena akuistik yang
apabila diuraikan terdiri dari tiga pokok yaitu, pertama unsur yang bersifat material,
kedua unsur yang bersifat spiritual, ketiga unsur yang bersifat moral.70 Dari
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa musik merupakan seni yang melukiskan
pemikiran dan perasaan manusia melalui keindahan suara yang terbentuk dalam
melodi, ritme, dan harmoni. Sebagaimana pula manusia menggunakan komposisi
suara untuk mengungkapkan perasaan hatinya. Musik sendiri merupakan hasil dari
cipta dan rasa manusia atas kehidupan dunianya.
Indonesia mempunyai banyak kebudayaan yang terdapat di beberapa daerah
terutama dalam bidang keseniannya. Baik seni musik, seni tari, seni rupa maupun
seni theater. Dapat dikatakan dari ujung barat hingga ujung timur masing-masing
mempunyai kesenian yang beraneka ragam, dan salah satu kesenian musik yang ada
di Indonesia adalah seni musik Tanjidor. Seni musik Tanjidor merupakan seni
pertunjukan musik campuran yang ada di Indonesia, dimana proses penyajiannya
menggunakan lagu-lagu dari suara manusia dan alat musik sebagai pengiringnya.
Membahas mengenai seni musik Tanjidor, tentunya tidak akan lepas dari maksud
atau makna dari kata Tanjidor itu sendiri. Istilah kata Tanjidor yang merupakan
berasal dari kata Portugis, Tanggedor yang memiliki arti alat musik yang berdawai.71
70Evi Saharah, “Tari Nyabok di Desa Candi Kecamatan Palamak Kabupaten Kepulauan
Anambas” Skripsi, (Bandung: Prodi Pendidikan Seni Budaya Fakultas Pendidikan Seni dan Desain
Universitas Pendidikan Indonesia, 2015),hal. 4. 71Thomas B. Ataladjar Beawiharta, “Tanjidor”, dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia, 2nd
ed. (Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1991), hal. 82.
50
Paramita R. Abdurachman, seorang peneliti sejarah menyatakan bahwa
dalam bahasa Portugis terdapat sebuah kata tanger yang mempunyai arti “memainkan
alat musik”. Kemudian seorang Tangedor hakikatnya ialah seorang yang memainkan
alat musik “snaar” atau tali diluar ruangan. Istilah tangedores berarti brass band yang
dimainkan pada saat parade militer atau digunakan pada pawai keagamaan.72 Akan
tetapi dalam kenyataanya, nama Tanjidor sendiri kurang sesuai lagi dengan istilah asli
portugis, dimana kebanyakan instrumen yang digunakan pada kesenian ini adalah alat
musik tiup dan juga beberapa alat musik pukul.
Meskipun demikian, pada kenyataanya pengertian tersebut kurang sesuai
dengan istilahnya pada seni musik Tanjidor Eropa dan Indonesia, tetapi memiliki
kesamaan dalam sistem musiknya yaitu pada sistem diatonik atau dua belas nada
berjarak sama rata. Dengan alat-alat musik yang biasa digunakan adalah jenis alat
musik tiup, seperti: clarinet, piston, trombone, trompet berjenis saksofon tenor dan
saksofon bas, drum, simbal atau perkusi, serta side drums atau tambur. Jumlah
pemain pada kesenian ini biasanya terdiri atas tujuh sampai 10 orang dimanapara
pemainnya berasal dari Desa-desa di luar kota Jakarta, seperti: daerah Tanggerang,
Indramayu dan daerahlainnya.73
Kesenian yang termasuk dalam kategori seni pertunjukan ini tentunya
memiliki sejarah yang sangat panjang dan banyak juga anggapan-anggapan terkait
72Paramita Rahayu Abdurrachman, “Keroncong Moresko, Tanjidor, dan Ondel-ondel, Sebuah
Dongengan Sejarah” dalam Bunga Angin Portugis di Nusantara: Jejak-jejak kebudayaan Portugis di
Indonesia, ed. Thung Ju Lan, et.al. (Jakarta: LIPI Press, 2008), hal. 48. 73Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta., “Ensiklopedi
Jakarta”, dalam http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detal/3135/tanjidor (01 Juni 2021).
51
asal-usulnya. Tidak dapat diketahui secara jelas kapan tepatnya kesenian ini mulai
ada dan berkembang. Namun, dari sember-sumber yang terkait menyatakan bahwa
seni musik Tanjidor ini merupakan kesenian yang sangat populer pada saat masa
penjajahan Belanda karena Tanjidor diyakini sebagai kesenian yang dibawa oleh
Belanda. Maka dari itu lagu, irama, serta alat-alat musiknya mendapat pengaruh kuat
dari kebudayaan Barat.74 Selain ituada juga beberapa pendapat yang berbeda
mengenai asal-usul Tanjidor ini. Diantaranya yaitu pendapat seorang peneliti sejarah
Paramita R. Abdurachman ia menyatakan bahwa seni musik Tanjidor tidak diketahui
secara pasti tentang asal-usulnya. Namun, ada kemungkinan bahwa kesenian ini
merupakan sisa kebudayaan Islam, apakah itu Moro atau dari daerah lain.75
Melihat dari penampilannya mengingatkan pada kebiasaan orang-orang di
daerah Maghrib seperti, Maroko, Al-Jazair, Tunisia dan sekitar Timur Tengah yang
secara berkelompok mereka memainkan musik di taman atau pada jalan kerumah-
rumah. Namun, kemungkinan lain yang menyatakan bahwa seni musik Tanjidor ini
mendapat pengaruh dari Eropa juga terlihat jelas pada penampilannya, sepertidi
Portugal yang sampai saat ini masih terdapat jenis kesenian seperti Tanjidor.
Kesenian ini dinamakan Tangedores yang dipergunakan untuk mengiringi pawai
keagamaan dan pesta penghormatan. Alat yang digunakan pada kesenian ini juga ada
kemiripan dengan alat musik Tanjidor di Indonesia.
74Thomas B. Ataladjar Beawiharta, “Tanjidor”, dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia, jilid
16 (Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1991), hal. 82. 75Paramita Rahayu Abdurrachman, “Keroncong Moresko, Tanjidor, dan Ondel-ondel, Sebuah
Dongengan Sejarah” dalam Bunga Angin Portugis di Nusantara: Jejak-jejak kebudayaan Portugis di
Indonesia, ed. Thung Ju Lan, et.al. (Jakarta: LIPI Press, 2008), hal. 48.
52
Penampilan seni musik Tanjidor di Portugal pada penyajiannya ditambahi
dengan boneka-boneka besar yang berjalan berpasang-pasangan dengan satu bentuk
perempuan dan satu bentuk laki-laki. Boneka-boneka tersebut menggunakan kostum
bermacam-macam dan biasanya dibawa oleh dua orang pada setiap penampilannya.
Hal tersebut sama persis dengan Tanjidor yang ada di Indonesia, pada zaman dahulu
Tanjidor di Indonesia selalu dibarengi dengan boneka ondel-ondel Betawi dan
diiringi dengan musik Tanjidor. Di Betawi sendiri seni musik Tanjidor sudah dikenal
sejak adanya kampung-kampung budak dari luar Indonesia. 76
Menurut Ernst Heinz, seorang musikolog Belanda yang mengadakan
penelitian musik rakyat di pinggiran Kota Jakarta pada tahun 1973, Heinz
berpendapat bahwa musik rakyat Tanjidor yang berada di pinggiran itu berasal dari
budak belian yang ditugaskan memainkan musik majikannya. Pada awalnyapemain
musik terdiri dari budak dan para serdadu. Namun, setelah sistem perbudakan
dihapuskan mereka tetap memainkan musik tersebut hanya saja penyebutannya
diganti dengan istilah pemusik bayaran. Heinz juga menyatakan bahwa para pemain
yang bertugas memainkan musik untuk majikannya tersebut merupakan orang asli
Indonesia yang berasal dari berbagai daerah. Mereka diberi alat musik Eropa
kemudian diperintahkan menampilkan bermacam-macam musik pada berbagai acara.
76Ibid, hal. 48-49.
53
Alat-alat musik yang digunakan kebanyakan alat musik tiup, seperti: clarinet,
terompet Perancis, kornet, dan tambur Turki.77
Pada awalnya para pemain musik yang merupakan budak atau serdadu
tersebut memainkan alat musik dengan lagu-lagu Eropa karena harus mengiringi
pesta dansa, polka, masrs, lancier, dan lagu-lagu parade.Lama-kelamaan mereka juga
membawakan lagu-lagu dan irama khas Betawi. Setelah para pemain musik tidak lagi
mejadi budak maka lahirlah para rombongan-rombongan amatir yang menamakan
mereka kelompok musik Tanjidor. Pendapat lain juga dinyatakan oleh ahli sejarah
Batavia lama yaitu Dr. F. De Haan, ia berpendapat bahwa pemusik keliling berasal
dari orkes-orkes budak zaman kompeni dalam karyanya yang berjudul periangan, De
Haan menunjukkan tentang Cornelia de Bevers yang mempunyai 59 orang budak
belian dalam tahun 1689 M.78
Pembagian kerja diantara budak tersebut antara lain tiga atau empat anak
laki-laki berjalan di belakang suami dan istri dan ditambah budak perempuan
sebanyak itu pula. Pada waktu makan pasangan suami istri didampingi lima atau
enam budak pelayan meja, kemudian tiga orang budak laki-laki yang masing-masing
bertugas memainkan bas, biola, dan harpa sebagai musik pengiring makan. Dikatakan
juga oleh Valenitjn tentang konser-konser yang dimainkan oleh para budak umumnya
mereka menggunakan instrumen berdawai, dan orkes tersebut makin lengkap ketika
77Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta., “Ensiklopedi
Jakarta”, dalam http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detal/3135/tanjidor (01 Juni 2021).
78Ibid.
54
ditambah dengan alat musik tiup, seperti: nekara atau pauken, tambur Turki, dan
triangle. Seperti halnya orkes milik Gubernur Jenderal Andrian Valckenier (seorang
Gubernur Jenderal India-Belanda yang ke-25 tahun 1737) yang berkekuatan 15
orang.79
Berdasarkan penjabaran di atas terkait dengan asal-usul kesenian musik
Tanjidor di Indonesia, maka dapat disimpulkan bahwa musik jenis orkes yang diakui
sebagai kesenian tradisional masyarakat Betawi ini memang kesenian asli Indonesia
yang berasal dari para budak yang ditugaskan memainkan musik untuk para
majikannya pada masa penjajahan Hindia-Belanda. Para budak atau pemain musik
Tanjidor tersebut tidak lain merupakan orang pribumi yang berasal dari desa-desa
diluar kota Jakarta, seperti: Tanggerang, Indramayu, dan daerah lainnya. Oleh karena
itu, seni musik Tanjidor ini mendapat pengaruh kuat dari musik Eropa. Sebabnya para
pemain dulunya hanya ditugaskan untuk memainkan musik atau lagu-lagu Eropa
yang tanpa diketahui jenis lagu dan asal-usulnya. Namun, lambat laun mereka
memainkan musik ini dengan lagu dan irama khas Betawi dikarenakan musik Betawi
memiliki instrumen yang kuat dan mampu bertahan hingga turun temurun.
79Ibid.
55
Gambar 3.1 Tampak kelompok kesenian Tanjidor Betawi sedang latihan
Sumber: http://www.majalahpraise.com/images/contecnt/tanjidor4-.jpeg.
pada sekarang ini musik Tanjidor di Indonesia biasanya digunakan untuk acara
pernikahan, khitanan, hari besar islam, upacara adat, tahun baru China, dan perayaan
hari ulang tahun Republik Indonesia.
B. Masuk dan Berkembangnya Seni Musik Tanjidor di Desa Gelebak Dalam
Desa Gelebak Dalam merupakan salah satu desa dari 19 desa yang ada di Kecamatan
Rambutan, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Secara umum Desa
Gelebak Dalam merupakan Desa yang terletak di dataran rendah, Desa Gelebak
Dalam juga merupakan Desa yang Beriklim Tropis dengan suhu sekitar 22°C-37°C.
dan dilihat dari segi topografinya maka luas wilayah Desa Gelebak Dalam adalah
56
2.583,70 Ha. Keseharian masyarakat Desa Gelebak Dalam pada tahun 1946 M
kebayakan dihabiskan waktunya di sawah dan di sungai, mereka tidak sempat
memikirkan hiburan atau hal-hal yang berbau seni. Disebabkan tuntutan zaman yang
membuat mereka fokus pada pekerjaan untuk menyambung hidup mereka. Hingga
pada suatu ketika kebutuhan hidup akan kesenian mulai dirasakan oleh sebagian besar
masyarakat Desa ini.80
Dari situlah masyarakat mulai sadar bahwa selain bekerja mereka juga
membutuhkan aktivitas lain yang menyegarkan jiwa dan pikiran mereka. Aktivitas
yang mampu menumbuhkan jiwa kesenangan mereka dan rasa bahagia yang didapat
dari pengalaman yang estetik. Salah satu contoh tersebut adalah berkesenian,
kesenian selain dijadikan sebuah hiburan juga dapat menjadi wadah untuk
mengekspresikan perasaan sertasebagai wujud atas proses kehidupan manusia untuk
menikmati hidup. Berkesenian adalah kreatifitas manusia yang dapat dikatakan
sebagai proses pengembangan diri terhadap apa yang ada dalam perasaan dan jiwa
manusia. Oleh sebab itu, munculah keinginan seseorang untuk belajar kesenian. Dan
begitu juga yang terjadi pada masyarakat Desa Gelebak Dalam.81
Kekosongan yang dialami sebagian masyarakat Desa Gelebak Dalam pada
saat itu menjadikan mereka berkeinginan untuk mencari solusi yaitu dengan belajar
berkesenian. Karena selain kebutuhan masyarakat Desa Gelebak Dalam juga belum
80Wawancara dengan Bapak Ujang (Salah satu penggagas seni musik Tanjidoryang masih ada)
pada 10 Januari 2021 di Desa Gelebak Dalam. 81Michel HB Raditya, “Sumber Daya Arkeologi Pada Kesenian Kuntulan”, dalam
http://kajiseni.blogspot.co.id/2012/10/sumber-daya-arkeologis-pada-kesenian.html (01 Juni 2021).
57
mempunyai ciri khaspada desa ini. Maka dengan hadirnya seni musik Tanjidor
menjadikan sebagai kesenian pertama yang dimiliki oleh Desa Gelebak Dalam. Oleh
sebab itu, sebagian besar masyarakat Desa Gelebak Dalam berharap agar kesenian ini
tetap terjaga.
Berdasarkan penuturan penggagas dan beberapa pemain musik Tanjidor,
Sebelum tahun 1946 M, atau sebelum adanya musik Tanjidor ini masyarakat Desa
Gelebak Dalam melakukan arak-arakan pengantin dan juga hiburan dalam acara
sedekah masyarakat menggunakan Syarofal anam dan Gendang tetawak. Kesenian
tersebut juga ada pada setiap desa. Hadirnya seni musik Tanjidor di Desa ini berawal
dari rasa keingintahuan beberapa masyarakat Desa Gelebak Dalam terhadap musik
yang dimainkan oleh anggota Tentara Republik Indonesia (TRI) pada setiap upacara
di Kodam II sriwijaya.82
Dimana pada waktu itu seni musik di wilayah Desa Gelebak Dalam dan
sekitarnya masih menggunakan syarofal anam. Kemudian salah seorang masyarakat
melihat musik yang dimainkan oleh para Tentara Republik Indonesia (TRI) dan
menganngap bahwa musik tersebut adalah musik yang unik dan menarik karena
banyak menggunakan alat-alat musik tiup yang meyerupai alat musik Eropa. Dan
pada saat itu di wilayah Gelebak Dalam belum ada seni musik yang berjenis orkes
apalagi pada tahun 1945 M yang merupakan hari kemerdekaan RI para prajurit
Tentara Republik Indonesia (TRI) dan masyarakat beramai-ramai memeriahan
82Wawancara dengan Bapak Ujang (Salah satu penggagas seni musikTanjidor pada tahun 1994
M, yang masih ada) pada 10 Januari 2021 di Desa Gelebak Dalam.
58
kemenangan dengan musik Tanjidor sehinggga pada tahun 1946 M beberapa
masyarakat tertarik untuk belajar seni musik Tanjidor.
Pencetus pertama seni musik Tanjidor di desa Gelebak Dalam adalah
Nasidin atau Cik Inung (1925-2001). ia mengajak beberapa temannya untuk belajar
musik Tanjidor ke Kodam II Sriwijaya, mereka juga mendatangi wilayah 13 Ulu
Palembang untuk berlatih musik Tanjidor kepada Bapak Senidin dan dilatih oleh
salah satu anggota Tentara Republik Indonesia (TRI) yaitu Agus Bahnan. Pada saat
itu masyarakat 13 Ulu Palembang sudah banyak yang mampu memainkan alat musik
Tanjidor. Dari sinilah awal masyarakat desa Gelebak Dalam mempelajari Kesenian
musik Tanjidor. Disamping menambah wawasan dalam dunia kesenian, ternyata
mereka juga berkeinginan untuk melestarikan seni Musik Tanjidor di Desa Gelebak
Dalam.
Setelah mereka sudah mulai menguasai permainam Tanjidor tersebut
Mereka berkeinginan untuk membentuk kelompokmusik Tanjidor untuk Desa
Gelebak Dalam. Sampai pada suatu ketika mereka ingin memiliki alat-alat musiknya
yaitu dengan cara bernegosiasi kepada pemain Tanjidor yang ada di Kodam II
Sriwijaya dengan membeli alat-alat musik seken yang sudah jarang terpakai. Setelah
didapatkan alat-alat musik tersebut dibawalah kesenian tersebut ke Desa Gelebak
Dalam untuk diajarkan pada masyarakat yang lain, sehingga pada akhir tahun 1946 M
terbentuklah pertama kalinya di Desa Gelebak Dalam suatu kelompok seni musik
59
Tanjidor tepatnya di yang dinamakan grup musik Tanjidor “Pelita Hati” yang diketuai
oleh Bapak Nasidin atau Cik Inung.83
C. Tokoh Yang Berperan dalam Berdirinya Seni Musik Tanjidor
di Desa Gelebak Dalam
Berdirinya seni musik Tanjidor di desa Gelebak Dalam tentunya tidak terlepas dari
tokoh-tokoh yang berkontribusi di dalamnya, khususnya saat pada awal terbentuknya
kelompokseni musik Tanjidor ini juga tak lepas dari dukungan masyarakatan Desa
Gelebak Dalam. Mereka berasal dari berbagai macam latar belakang. Akan tetapi,
mereka memiliki tujan dan niat yang satu yaitu ingin melestarikan seni musik
tradisional Tanjidor dan menjadikan kesenian tersebut sebagai wadah untuk
mengekspresikan diri dan menjadikan kesenian tersebut sebagai ciri khas dari Desa
Gelebak Dalam. Berikut para tokoh yang berperan dalam berdirinya seni musik
Tanjidor yang ada di Desa Gelebak Dalam yaitu: Agus Bahnan, Nung Cik Alidin,
Nasidin atau cik Inung, Nanang dan Ujang.84
Pertama, Agus Bahnan (1930-2003), merupakan seorang prajurit Tentara
Republik Indonesia (TRI) yang ikut bermain dalam musik Tanjidor yang ada di
kodan II Sriwijaya. Agus Bahnan juga dikenal masyarakat sebagai “Jago” Sumatera
83Wawancara dengan Bapak Gani (Ketua seni musik Tanjidor saat ini) pada 10 Januari 2021 di
Desa Gelebak Dalam. 84Wawancara dengan Bapak Ujang (Salah satu penggagas seni musik Tanjidor yang masih ada)
pada 10 Januari 2021 di Desa Gelebak Dalam.
60
Selatan, karena kepiawaiannya dalam memainkan semua alat musik Tanjidor telebih
pada alat musik terompet.AgusBahnan melatih dan memberikan pinjaman alat-alat
musik Tanjidor yang ada di Kodam II Sriwijaya. Setelah masyarakat Desa Gelebak
Dalam sudah membentuk kelompok seni musik Tanjidorsendiri ia juga ikut dalam
kelompok musik tersebut untuk mengenalkan pada masyarakat yang ada di Desa
Gelebak Dalam sampai pada tahun 1954 M Agus Bahnan dipindah tugaskan.
Kedua, Nung Cik Alidin (1916-2000), meruapakan warga 11 Iir Palembang
lorong Ketapaian ia juga merupakn seorang yang membantu dalam terbentuknya seni
musik Tanjidor yang ada di Desa Gelebak Dalam. Dialah yang mengajarkan not
musik yang dimainkan pada seni musik Tanjidor, ia juga yang membuatkan
aransemen-aransemen pada lagu-lagu yang dinyanyikan pada musik Tanjidor. Nung
Cik Alidin melatih masyarakat Desa Gelebak Dalam yang belajar musik Tanjidor
dengan kemampuannya dalam membuat aransemen.
Ketiga, Nasidin atau Cik Inung (1925-2001) adalah masyarakat asli Desa
Gelebak Dalam yang pertama kali mengajak teman-temannya untuk berlatih seni
musik Tanjidor di Kodam II Sriwijaya. Dialah orang yang pertama kali tertarik
mengenai musik Tanjidor sehingga setelah mereka belajar musik Tanjidor dan mulai
menguasai permainan musik tanjidor dan ia juga yang membentuk sebuah kelompok
musik Tanjidor yang ada di Desa Gelebak Dalam dan Nasidin atau cik Inung yang
mengetuai kelompok musik tersebut.
Keempat, Nanang (1916-1997) adalah seorang anggota musik Tanjidor
Pelita Hati dan merupakan seorang petani sawah yang ikut dalam mempelajari
61
kesenian musik Tanjidor bersama Bapak Nasidin atau Cik Inung pada saat itu. Ia
juga ikut dalam melestarikan musik Tanjidor di Desa Gelebak dalam dan memimpin
kelompok seni musik Tanjidor “Pelita Hati” setelah Bapak Nasidin tidak lagi
mengetuai.
Kelima, yaitu Bapak Ujang (L.1941) merupakan seorang warga asli Desa
Gelebak Dalam yang ikut dalam mempelajari musik Tanjidor bersama Bapak Nasidin
dan Nanang di Palembang.Pada saat itu ia adalah anggota yang paling muda dalam
kelompok musik Tanjidor Pelita Hati, dia juga merupakan pemain seni musik
Tanjidor yang menguasai permainan pada setiap alat musik dan pak Ujang mengetuai
kelompok seni musik Tanjidor “Pelita Hati” sejak tahun 1967 M-2015 M.85
Dari kelima orang tersebut, semua adalah pelatih dan juga anggota dan
pernahmengetuai kelompoksenimusik Tanjidor pada periodenya. Dan seperti
layaknya penggagas kesenian pada umumnya, mereka tidak Cuma menyampaikan
gagasan dan juga ide-ide mereka saja. Akan tetapi mereka juga turut mengajarkan dan
melestarikan senimusik tradisonal Tanjidor kepada generasi penerus hingga dapat
bertahan sampai sekarang.
85Wawancara dengan Bapak Mahudan (Salah satu penggagas musik Tanjidor) pada 10 Januari
2021 di Desa Gelebak Dalam.
62
D. Alat Musik dan Prosesi Pertunjukan Seni Musik Tanjidor di Desa Gelebak
Dalam
Seperti alat musik campuran pada umumnya, yang memadukanantara seni vocal dan
seni musik instrumental, maka pada seni musik Tanjidor di Desa Gelebak Dalam juga
memadukan antara kedua unsur seni tersebut seperti terkadang seni tari dan juga seni
theaterAbdul Muluk atau Bangsawan. Pada seni musik Tanjidor di Desa Gelebak
Dalam menggunakanalat-alatmusik antara lain sebagai berikut.Jedor (alat musik bass
drum yang berukuran besar), baas drum merupakan sebuah alat musik yang akan
menghasilkan suara jedor dengan kuat sehingga dari alat musik inilah bunyi jedor
didapatkan. Terompet, pada alat musik terompet hanya mempunyai tiga buah lubang
nadadimana pernafasan para pemain musik yang akan menjadi faktor dalam
menentukan merdu atau tidaknya suara yang dihasilkan. Panjang pendeknya nada
tentu juga akan bergantung pada panjang pendeknya nafas para pemain.
Saksofon, merupakan alat musik tiup yang terbuat dari bahan logam dan
merupakan bagian dari alat musik woodwind.86 Trombone, suara pada alat musik ini
pada umumnya dihasilkan dari getaran bibir para pemain. Dalam bahasa Italia arti
trombone adalah terompet besar. Klarinet, merupakan alat musik yang terbuat dari
bahan logam dan bentuknya mirip dengan seruling tetapi suara yang dihasilkan jauh
berbeda. Tamborin, merupakan alat musik kicrik yang mainkan dengan telapak
tangan. Snare drum, alat musik ini merupakan drum yang diberi tali sehingga saat
86Alat musik Woodwind adalah instrument musik yang menghasilkansuara getaran pada celah
sempit yang terdapat pada tepi instrument saat ditiup oleh pemainnya,
htpps;//www.google.com/url?sa=Wikipedia.com (02 Juni 2021).
63
ditabuh akan mengeluarkan suara tambahan yang gemercik. Namun terkadang alat
musik ini juga digabungkan dengan alat musik terbangan atau rebana biang yang
bentuknya lumayan besar dan ditabuh menggunakan telapak tangan pemain.87
Dalam ranah musik instrumental, musik yang digunakan pada seni musik
Tanjidor di Desa Gelebak Dalam merupakan jenis musik yang bersifat islami. Sebab
salah satu alatmusik yang digunakan pada musik ini adalah bejenis alat musik Arab
yaitu terbangan atau rebana. Menurut Ganap, musik Arab terbagi menjadi dua yaitu
ada musik yang Islami dan musik yang tidak islami. Musik Arab yang tidak islami
seperti halnya alud (gitar gambu). Sedangkan alat musik yang islami yaitu seperti
terbangan, karena alat musik terbangan adalah alat musik yang tidak bernada.88 Jadi
terbangan merupakan jenis musik yang bernuansa islami hingggadapat disimpulkan
bahwa seni musik Tanjidor di desa Gelebak Dalam yang salah satu alat musiknya
terbangan juga kesenian yang bernuansa Islami.
Untuk jenis lagu yang dibawakan seni musik Tanjidor di Desa Gelebak
Dalam ketika menampilkan musik pada saat hari-hari besar Islam. Para penyanyi
akanmelantunkan syair-syair dari kitab Al-Barzanji yang dijadikan kitab pedoman
nyanyiannya.Kitab ini sebagian besar menceritakan perjalanan Nabi Besar
Muhammad SAW. Selain itu, dalam kitab ini juga terdapat Maulid Diba’, Maulid
87Wawancara dengan Bapak Gani (Ketua kelompok seni musik Tanjidor periode sekarang) pada
12 Januari 2021 di Desa Gelebak Dalam. 88Musik Monothon ibarat musik surgawi,seperti halnya berzikir atau pembacaan ayat suci al-
Qur’an yang sifatnya berulang-ulang dan memiliki nada yang sama., Michael HB Raditya , “Sumber
Daya Arkeologi Pada Kesenian Kuntulan “, dalam http;//kajian.blogspot.co.id/2012/10/sumber-daya-
arkeologi-pada-kesenian.html (02 Juni 2021)
64
Barzanji, Maulid Syahrul Anam, DoaKhatam Maulid,Asmaul Husna, Akidatul
Awam, Ratib Haddad, Talqin Mayit, Doa Nisfu Sya’ban, Doa Khatam Qur’an, Doa
Awal-akhir tahun, Doa bulan Asyura dan doa lainya serta shalawat Badriyah. Kitab
ini disusun untuk meningkatkan cinta manusia kepada Rosulullah SAW. Sebenarnya
kitab ini memiliki nama asli bertajuk ‘Iqd Al-Jawhar fi Mawlid An-Nabiyy Al-Azhar
dan selanjutnya terkenal dengan nama kitab Al-Barzanji. Selain itu kitab ini
merupakan kitab yang memiliki tingkat tertinggi kedua setelah al-Qur’an.89
Kitab yang ditulis oleh Ja’far al-Barzanji al-Madani, seorang khatib di
Masjidilharam dan Mufti dari kalangan Syafi’iyyah, yang wafat di Madinah pada
tahun 1177 H/1763 M, dan juga telah menciptakan berbagai karya indah dan
mempunyai nilai tinggi diantara karyanya dalah Kisah Maulid Nabi Muhammad
SAW.90 Kitab ini terdiri dari dua bagian yaitu prosa dan pusisi, keduanya berisi
tentang penuturan riwayat hidup nabi Muhammad SAW. Yang menjadi lebih
istimewa menyangkut rangkaian kelahiran beliau. Kitab al-Barzanji adalah salah satu
kitab maulid yang sangat terkenal sampai ke pelosok negeri islam. Didalamnya
terkandung intisari Sirah Nabi atau kisah Nabi SAW. yang meliputi kisah
kelahirannya, pengutusannya menjadi Rosul, hijrah, akhlak, peperangan sampai
dengan wafatnya.
89Abu Ahmad Zainal Abidin, “Barzanji, Kitab Induk Peringatan Maulid Nabi Muhammad
Saw.” Dalam https://almanahaj.or.id/2583-barzanji-kitab-induk-peringatan-maulid-nabi-shalallahu-
alaihi-wassalam.html (02 Juni 2021). 90Ibid.
65
Bagi kelompok seni musik Tanjidor desa Gelebak Dalam kitab Al-Barzanji
ini menjadi pedoman dalam kesenian Tanjidor. Sebab selain dikenal masyarakat kitab
ini juga memberikan tuntunan dan pedoman hidup bagi masyarakat bila mengingat
cerita-cerita didalamnya. Dengan menggunakan kitab tersebut dalam pertunjukan seni
musik Tanjidor diharapkan dapat menimbulkan rasa cinta terhadap Nabi Muhammad
Saw, rasa syukur, rasa hormat, perjuangan, dan lain sebagainya. Maka dengan itu
dapat dikatakan bahwa kitab Al-Barzanji adalah sumber arkeologis yang dapat
dipertanggung jawabkan sebagai sumber daya dari kesenian Tanjidor di desa Gelebak
Dalam.91Berikut Shalawat Barzanji yang menjadi induk sholawat dari seni musik
Tanjidor.
لصالة ءلى النبيا
والسالم على الرسول
الشفيع االبطحى
ومحمد عربي
Selain menggunakan kitab Al-Barzanji para pemain senimusik Tanjidor desa
Gelebak Dalam juga menggunakan beberapa tembang melayu Palembang. Salah satu
tembang yang sering dibawakan dan selalu dibawakan pada setiap penampilannya
untuk mengiringi pertunjukan seni musik Tanjidor ini adalah lagu mars Sedulang
91Lentera Hati, “Buku Baru” Al-Barzanji dan terjemahnya, diterjemahkan dari Majmu’atu al-
Mawalidwa Ad’iyah, dalam https://www.facebook.com/notes/lentera-hati/buku-bari-al-barzanji-dan-
terjemah-diterjemahkan -dari-majmutu-al-mawalid-wa. (02Juni 2021).
66
Setudung yang merupakan salah satu lagu dan syair yang diciptakan oleh Bapak
Ujang Taudin dan aransemen yang diciptakan oleh Bapak Mahudan Mahudin pemain
musik Tanjidor “Pelita Hati” desa Gelebak Dalam. Pada lagu ini memiliki makna
bahwa desa Gelebak Dalam merupakan desa kita yang dahulunya merupakan marga
Parung Priyayi orangnyapun ramah-ramah dan memiliki adat tradisi yang baik
Sedulang merupakan tempat kita mengabdi dan Setudung tempat kita berteduh.
Berikut isi lagu tersebut.
“Sedulang Setudung”
Gelebak Dalam namo dusun kito Parung Priyayi namo yang dulu
Hasil bumi itu carianyo untuk nafkah anak cucunyo
Sedulang setudung falsafah hidupnyo Ramah dan sopan tuo mudonyo
Banyuasin Kabuatenyo Pangkalan Balai ibu kotanyo
Merkato itu namonyo wajik dodol dan sagon itu syaratnyo
Jambe kembang suruh carang doganpun ado
Suri cermin kain pesalin jangan lupo itulah adat dusun kito
Dari dulu sampai makini sedulang tempat kito mengabdi
Setudung tempat berteduh, Gelebak Dalam Srikuto Parung Priyayi
Zuriat kesultanan Palembang Darusalam meng cek bik cek
Caronyo ngundang itulah logat sehari-hari
Selain lagu mars Sedulang Setudung musik Tanjidor juga membawakan
lagu-lagu Melayu Sumatera Selatan lainnya dan lagu-lagu yang ngetren pada saat itu.
Kemudian seni musik Tanjidor Desa Gelebak Dalam juga sering digunakan dalam
mengiring tarian daerah seperti tari Gending Sriwijaya, Tari Tanggai, Sedulang
Setudung dan lain sebagainya. Seni musik Tanjidor desa Gelebak Dalam juga pada
67
masa itu sering berkolaborasi dengan pertujukan Abdul Muluk atau bangsawan
sebagai musik pengiringnya. Dan kostum yang digunakan para pemain juga kostum
yang bernuansa melayu dan islami dilengkapi dengan peci.92
Pada bab ini dapat disimpulkan bahwa seni musik Tanjidor di Indonesia
telah ada sejak zaman penjajahan Hindia-Belanda. Seni musik Tanjidor ini diduga
berasald ari bangsa Portugis yang datang ke Betawi pada abada ke-14 sampai abad
ke-16. Yang mana pada saat itu para pemain seni musik Tanjidor merupakan para
budak yang berasal dari pribumi yang ditugaskan untuk memainkan musik dengan
iringan lagu-lagu Eropa. Seni musik Tanjidor sendiri hadir di desa Gelebak Dalam,
Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin bermul dari rasa keingintahuan
masyarakat terhadap musik yang dimainkan para Tentara Republik Indonesia (TRI)
dan kemudian masyarakat mempelajari musik tersebut dan dikenalkan di wilayah
Desa Gelebak Dalam pada akhir tahun 1946 M dan dinamakan seni musik Tanjidor
“PelitaHati”.
Seni musik Tanjidor yang ada di desa Gelebak Dalam juga merupakan seni
musik yang memiliki unsur islami yang terlihat dari alat musiknya yang
menggunakan terbangan, karena diketahui musik terbangan merupakan musik yang
Islami karena terbangan merupakan musik yang tidak bernada. Seni musik Tanjidor
desa Gelebak Dalam juga berpedoman pada kitab al-Barzanji dalam membawakan
lagu-lagu shalawat sebab, dalam kitab tersebut banyak menceritakan kisah-kisah
92Wawancara dengan Bapak Umar (Salah satu pemain seni musikTanjidor periode sekarang)
pada 12 Januari 2021 di Desa Gelebak Dalam.
68
Nabi Muhammad SAW, dari sejak lahirnya hingga wafatnya. Selain menggunakan
kitab al-Barzanji seni musik Tanjidor desa Gelebak Dalam juga membawakan lagu-
lagu Melayu Palembang dan lagu-lagu yang populer pada zamannya juga sering
berkolaborasi dengan kesenian lain seperti, seni theater Abdul Muluk atau
Bangsawan.
68
BAB IV
PERKEMBANGAN SENI MUSIK TANJIDOR DI DESA GELEBAK DALAM,
KECAMATAN RAMBUTAN, KABUPATEN BANYUASIN
Setiap makhluk hidup atau organisme di dunia pasti akan mengalami sebuah
perkembangan. Begitupun juga yang terjadi dalam suatu kelompok organisasi. Proses
tumbuh kembangnya yang dimaksud dapat berupa perkembangan secara fisik yang
bersifat konkret maupun perkembangan psikis yang bersifat abstrak. Suatu
perkembangan terkadang disamakan dengan pertumbuhan, padahal kedua hal tersebut
memiliki perbedaan yang mendasar, pertumbuhan cenderung mengarah pada suatu
proses perubahan makhluk hidup baik itu individu ataupun kelompok (organisasi)
secara jasmani maupun berupa fisik yang bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur.
Akan tetapi, proses tersebut tersebut berbeda-beda hanya sampai pada makhluk hidup
atau individu sendiri yang mencapai kematangan dalam fisiknya saja.93
Dalam perkembangan lebih mengarah pada suatu perubahan pada makhluk
hidup baik individu ataupun kelompok (organisasi) menuju pada arah yang lebih
sempurna. Proses perubahan menuju terbentuknya makhluk hidup yang lebih
sempurna, yang terjdi sejak lahir hingga akhir hayatnya dan akan berlangsung secara
terus menerus. Perekembangan juga akan cenderung bersifat kualitatif dan bisa
berubah makhluk hidup kearah yang lebih baiksehingga dapat menjadi makhluk
hidup yang lebih sempurna dari waktu ke waktu. Dalam proses perkembangannya
makhluk hiup biasanya baik individu ataupun kelompok (organisasi) tentunya akan
93Nani Wahyuni, “Definisi Perkembangan dan Perubahan”, dalam http://www.
komposiana.com, nani-wahyuni: definisi-perkembangan, (04 Juni 2021).
69
mengalami hal-hal yang akan membuat proses tersebut akan tumbuh dan berkembang
atau malah akan semakin jatuh dan hilang.94 Kejadian seperti hal tersebut sangat
wajar dialami oleh makhluk hidup baik itu individu ataupun kelompok (organisasi)
yang sedang ada pada masa pertumbuhan untuk menuju masa perkembangan. Karena,
yang namanya faktor pendukung dan penghambat itu pastinya akan dialami oleh
setiap makhluk hidup yang sedang dalam masa erkembangan.
Hal tersebut juga terjadi pada perkembangan suatu kesenian, seperti halnya
seni musik Tanjidor di desa Gelebak Dalam. Dimana dalam proses perkembangannya
yang selalu diiringi dengan kejadian atau hal-hal yang dapat mendukung proses
perkembangannya atau malah justru akan menghambat proses perkembangannya.
Beberapa hal tersebut biasanya didapat dari dalam lingkungan maupun luar
lingkungan. Adapun beberapa faktor pendukung dalam proses perkembangan seni
musik Tanjidor di desa Gelebak Dalam adalah faktor internal dan faktor eksternal.
Dalam faktor internal pertama, yaitu adanya niat dari dalam diri penggagas kesenian
Tanjidor untuk tetap melestarikan kesenian tersebut serta menjadikan kesenian
tersebut sebagai warisan sejarah yang memiliki nilai edukasi tinggi. Kedua, rasa cinta
yang dimiliki oleh para penggagas kesenian Tanjidor. Ketiga, keterbukaan
masyarakat desa setempat dalam menerima kesenian Tanjidor. Keempat, adanya
94Roudlatul Immaroh, “Sejarah Perkembangan Kesenian Tanjidor di Desa Lembor Brondong
Lamongan Jawa Timur’ Skripsi, (Surabaya: Prodi Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan
Humaniora, 2017), hal. 76.
70
penerus atau pergantian generasi dan berbagai penemuan dan rekayasa setempat
untuk mendukung proses perkembangan kesenian Tanjidor.95
Adapun faktor pendukung eksternal sebagai berikut pertama, adanya kontak
antar seni musik Tanjidor dengan berbagai macam kesenian lain seperti halnya
pertunjukan seni musik Tanjidor dikolaborasikan dengan kesenian Abdul Muluk, seni
Tari, dan lainsebagainya. Kedua, perubahan pada lingkungan hidup serta
perkembangan zaman yang pada gilirannya akan memicu perkembangan seni musik
Tanjidor. Sedangkan faktor penghambat proses perkembangan seni musik Tanjidor di
Desa Gelebak Dalam yaitu sebagai berikut. pada faktor internal pertama, kurang
adanya kesadaran ada masyarakat akan pentingnya melestarikan suatu kesenian
tradisional berupa seni musik Tanjidor. Kedua, adanya pernyataan masyarakat yang
menganggap bahwa seni musik Tanjidor adalah seni tradisional yang kuno. Ketiga,
ketidak perdulian masyarakat terhadap seni musik Tanjidor. Penghambat
perkembangan pada faktor eksternal yaitu pertama, kurangnya pengetahuan atau
wawasan juga perkembangan pendidikan yang lambat terkait pentingnya
melestarikan kesenian tradisional Indonesia. Kedua, adanya budaya asing yang masuk
sehingga mempengaruhi masyarakat untuk mengikuti budaya luar. Ketiga, terjadinya
95Wawancara dengan Bapak Mahuda (Salah satu penggagas seni musik Tanjidor) pada 10
Januari 2021 di Desa Gelebak Dalam.
71
perubahan lingkungan dan perkembangan zaman yang membawa pengaruh dan
dampak yang buruk dalam proses pelestarian seni tradisional Tanjidor.96
Akan tetapi, di samping beberapa faktor diatas terdapat juga faktor lain yang
mempengaruhi tumbuh kembangnya suatu kesenian. Faktor tersebut adalah tingkat
peradaban masyarakat dan kondisi kondisi pemerintahannya. Karena, pada setiap
proses tumbuh kembangnya suatu kesenian tak lepas dari campur tangan masyarakat
juga kebijakan pemerintahan setempat. Oleh sebab itu, peran manusia sangatlah
dibutuhkan terlebih faktanya bahwa manusia yang menjadi pelaku utama dalam suatu
proses kesenian tersebut. Maka tidak bisa dipungkiri jika dalam beberapa proses
tumbuh kembangnya kesenian selalu dibarengi dengan peran dari manusia. Seperti
yang terbayang dari pada tiga aspek kesenia yaitu perilaku, artefak dan ide atau
gagasan.97 Kesimpulannya ketiga aspek tersebut sangat erat dengan manusia.
Beranjak dari ketiga aspek tersebut manusia nantinya akan mencapai tingkat
keluhuran yang berawal dari kebudayaan yang berupa cipta (ilmu pengetahun dan
teknologi), rasa (kesenian) dan karsa (etika atau moral yang tinggi). Dengan kata lain
pencapaian suatu perbedaan.98 Dapat disimpulkan bahwa apabila salah satu dari tiga
aspek tersebut mengalami perubahan dan perkembangan maka secara otomatis
kesenian tersebut juga akan berkembang.
96Wawancara dengan Bapak Mahudan (Salah satu penggagas seni musik Tanjidor) pada 10
Januari 2021 di Desa Gelebak Dalam. 97Roudlatul Immaroh, “Sejarah Perkembangan Kesenian Tanjidor di Desa Lembor Brondong
Lamongan Jawa Timur’ Skripsi, (Surabaya: Prodi Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan
Humaniora, 2017), hal. 78. 98Wikipedia, “Budaya”, dalam dttpss://id.wikipedia.org/wiki/budaya (04 Juni 2021).
72
Dalam proses perkembangannya seni musik Tanjidor di desa Gelebak
Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, sejak awal berdirinya akhir
tahun 1946 M sampai pada tahun 1980 M, juga selalu ditandai dengan pergantian
masa kepengurusan tau periode kepengurusan. Hal tersebut sebagai tanda bahwa
manusia memiliki pengaruh penting terhadap proses perkembangan seni musik
Tanjidor. Adapun tingkatan dalam periode kepengurusan seni musik Tanjidor di desa
Gelebak Dalam adalah sebagai berikut.
A. Seni Musik Tanjidor Periode I Tahun 1946 M-1958 M
Tahun 1946 M, menjadi tahun terbentuknya seni musik Tanjidor di desa Gelebak
Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabuaten Banyuasin. Pada periode ini dapat dikatakan
bahwa seni musik Tanjidor masih berada pada titik awal. Akan tetapi, pada periode
pertama sangatlah wajar jika pada setiap prosesnya mengalami beberapa kendala dan
kesulitan. Begitu pula pada bentuk pengemasan pertunjukan yang masih terbilang
sangat sederhana. Karena pada masa itu para pelaku seni musik Tanjidor itu sendiri
hanya belajar mendalami permainan seni musik Tanjidor itu sendiri. Akan tetapi,
kegiatan tersebut secara tidak langsung menarik perhatian masyarakat desa untuk
datang menyaksikannya pada saat itu.99 Untuk sebagian besar masyarakat desa
Gelebak Dalam melihat seni musik Tanjidor merupakan suatu tontonan yang
99Wawancara dengan Bapak Ujang (Salah satu penggagas seni musik Tanjidor yang masih ada)
pada 10 Januari 2021 di Desa Gelebak Dalam.
73
menarik dan menghibur. Mengingat pada masa-masa itu jenis pertunjukan seni musik
jarang bahkan dapat dikatakan langka untuk disaksikan oleh kalangan masyarakat
umum. Pada tahun tersebut para pemain musik Tanjidor desa Gelebak Dalam masih
menggunakan alat-alat musik sederhana yang didapat dari negosiasi membeli alat-alat
musik yang sudah tidak terpakai atau seken dari Kodam II Sriwijaya dan mereka
memperbaiki alat-alat musik yang sudah kurang bagus. Alat musik yang mereka beli
Berupa Jidor atau drum yang berukuran besar, saksofon, terompet perancis, klarinet
dan trombone. Pada era tahun 1953 M, menjadi bukti awal dimulainya perkembangan
pertama musik Tanjidor di desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabupaten
Banyuasin, mulai tahun tersebut kelompok seni musik Tanjidor “Pelita Hati” Desa
Gelebak Dalam sering diundang untuk mengisi acara dan tampil pada peringatan
kemerdekaan Republik Indonesia
Gambar 4.1
Tampak sebuah Jidor yang merupakan alat musik pertama yang masih terawat
dan digunakan dalam musik Tanjidor.
Sumber: Koleksi pribadi
74
Gambar 4.2
Tampak sebuah saksofon atau terompet asli Perancis yang merupakan alat
pertama yang dibeli dan masih terawatt
Sumber: Koleksi pribadi
Sebagai awal tumbuh kembangnya seni musik Tanjidor di desa Gelebak
Dalam telah ada sedikit tanda perkembangan dari keberadaan seni musik Tanjidor di
desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, mulai dari
diciptakannya alat musik pertama pada kesenian ini. Jika melihat kondisi dan
lingkungan dan sedikitnya media yang terkait dengan kesenian pada saat itu belum
cukup memadai untuk membangkitkan perkembangannya. Akan tetapi, karena rasa
semangat yang dimiliki oleh para pemain Tanjidor pada masa itu, karena semangat
mereka maka sesulit apapun halangan yang dihadapi tidak menjadikan para pemain
untuk menyerah begitu saja. Dari rasa semangat tersebut tumbuhlah rasa cinta dan
75
rasa ingin melestarikan atau mewariskan seni musik Tanjidor pada para penerus yang
ada di desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin.100
Selang beberapa tahun kemudian para penggagas mulai mengajak
masyarakat desa Gelebak Dalam beramai-ramai untuk belajar dan bermain seni musik
Tanjidor. Salah satu cara yang digunakan oleh para pemain pertama seni musik
Tanjidor ini untuk menarik minat masyarakat untuk berlatih musik Tanjidor adalah
dengan cara mengadakan pertunjukan. Pertunjukan tersebut dilaksanakan di lapangan
atau tempat yang setrategis seperti lahan kosong ditengah pemukiman masyarakat.
Untuk waktunyapun disesuaikan dengan kondisi saat itu, yaitu setelah musim panen,
karena setelah musim panen masyarakat lebih banyak dirumah dan usaha ini
membuahkan hasil ada beberapa masyarakat yang tertarik untuk belajar memainkan
musik Tanjidor. 101
Pada periode ini juga belum ada sistem kepengurusan atau organisasi seni
musik Tanjidor. Namun, terdapat istilah anggota seni musik Tanjidor desa Gelebak
Dalam dengan penggeraknya Bapak Nasidin atau biasa dipanggil dengan Cik Inung
(1925-2001). Oleh karena itu pada periode ini tempat yang digunakan untuk
latihanseni musik Tanjidor sekaligus tempat untuk menyimpan alat-alat musik
Tanjidor adalah rumah Bapak Nasidin atau Cik Inug. Adapun beberapa anggotanya
termasuk penggagas dan pemain adalah sebagai berikut. Nasidin atau Cik Inung,
100Wawancara dengan Bapak Ujang (Salah satu penggagas seni musik Tanjidor yang masih ada)
pada 10 Januari 2021 di Desa Gelebak Dalam. 101Wawancara dengan Bapak Gani (Ketua kelompok seni musik Tanjidor perode sekarang)
pada 10 Januari 2021 di Desa Gelebak Dalam.
76
Nanang Saludin, Ujang, Mahudin, Banudin, Abdurrohim, Heri, Midin, Dapet
Muslimin, Mahat mael, Tibut Mamut, Tohir, Abdul Hamid, Agus Bahnan.102
Gambar 4.3
Tampak kelompok seni musik Tanjidor pada tahun 1953.
Sumber: Foto koleksi Bapak Ujang Taudin
B. Seni Musik Tanjidor Periode Ke II Tahun 1958 M-1976 M
Tahun 1958 merupakan awal periode kedua dari seni musik Tanjidor di Desa Gelebak
Dalam. Pada periode ini beberapa perkembangan telah dialami oleh kesenian ini.
Mungkin pada periode sebelumnya masih ada kendala yang dihadapi oleh para
pemain seni musik Tanjidor dalam proses pengembangannya. Pada periode ini jalan
102Wawancara dengan Bapak Mahudan (Salah satu penggagas seni musik Tanjidor periode
sekarang) pada 12 Januari 2021 di Desa Gelebak Dalam.
77
terang sudah terlihat di depan mata. Keberadaan kesenian ini telah banyak diakui oleh
kalangan masyarakat baik dari dalam desa maupun luar desa. Hal ini menjadikan
popularitas seni musik Tanjidor dalam pengembangannya. Bagaimana tidak, kesenian
yang pada awalnya hanya diketahui oleh masyarakat desa Gelebak Dalam dan
masyarakat luar yang menjadi pengajar para pemain musik Tanjidor desa Gelebak
Dalam, pada periode ini musik Tanjidor “Pelita Hati” menjadi kesenian yang terkenal
dan sangat diminati oleh masyarakat sekitar bahkan sampai ke beberapa daerah dan
kecamatan sekitar.103 Pada periode inilah seni musik Tanjidor hampir setiap hari
tampil pada setiap acara seperti acara pernikahan, khitanan, acara pemerintahan
kecamatan, dan lain sebagainya.
103Wawancara dengan Bapak Gani (Ketua Kelompok seni musik Tanjidor periode sekarangg)
pada 10 Januari 2021 di Desa Gelebak Dalam.
78
Gambar 4.4
Tampak kelompok seni musik Tanjidor “Pelita Hati” Desa Gelebak
Dalammengisi acara pernikahan
Sumber: Foto koleksi Bapak Ujang Taudin
Gambar 4.5
Tampak kelompok seni musik Tanjidor “Pelita Hati” Desa Gelebak Dalam ikut
dalam memeriahkan HUT Republik Indonesia
Sumber: FotoKoleksi Bapak UjangTaudin
79
Karena sudah mendapatkan tempat sendiri dihati kalangan masyarakat desa
bahkan respon yang positifpun didapat dari masyarakat luar Desa, tidak menutup
kemungkinan para pemainnya menjadi lebih semangat dan antusias untuk lebih
mengembangkan lagi seni musik Tanjidor yang ada di Desa Gelebak Dalam,
Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin. Pada periode ini juga para pemain
memikirkan agar musik Tanjidor agar bisa lebih menarik, dan dari sinilah muncul ide
untuk berkolaborasi dengan kesenian lain yaitu berkolaborasi dengan seni theater
Abdul Muluk dan mengiring penari daerah. Namun, kolaborasi tersebut tidak
dilakukan pada setiap penampilan seni musik Tanjidor, kolaborasi tersebut hanya
dilakukan pada saat memeriahkan peringatan kemerdekaan Republik Indonesia atau
tergantung permintaan tuan rumah yang mengundang kesenian ini, dimana si
pengundang juga mengundang kesenian jenis lain dari Tanjidor.104
Tidak ada penjelasan lebih tentang bagaimana para pemain seni musik
Tanjidor berkolaborasi dengan beberapa jenis kesenian lain, menurut pengakuan
pemain yang masih ada pada saat ini bahwa seperti halnya perpaduan seni tradisional
pada umumnya yang antara satu dengan yang lain memiliki andil masing-masing
dalam pertunjukan yang sedang berlangsung tersebut. Contohnya pada kesenian
Abdul Muluk seni musik tanjidor fungsi drum dan terbangan untuk mengiringi syair-
syair bangsawan dalam kesenian Abdul Muluk, hanya saja tentu akan memiliki waktu
104Wawancara dengan Bapak Ujang (Salah satu penggagas seni musik Tanjidor yang masih ada)
pada 10 Januari 2021 di Desa Gelebak Dalam.
80
dan tempo yang berbeda dari Tanjidor yang biasanya. Pada awalnya kemungkinan
para pemain merasa canggung dan sedikit agak kesulitan dalam menggabungkan dua
jenis kesenian sekaligus. Akan tetapi, lama-kelamaan mereka mulai terbiasa dengan
pertujukan kolaborasi tersebut. Bahkan seni musik Tanjidor di desa Gelebak Dalam
telah menerima undangan dengan pertunjukan kolaborasi dengan beberapa jenis
kesenian tradisional lainnya hingga ke beberapa daerah sekitar. Kemudian untuk
perkembangan pada lagu-lahunya pada periode ini belum ada penambahan atau
pengurangan pada lagu-lagunya yang digunakan dalam pertunjukan. Namun, pada
akhir periode ini mulai digunakan melodi-melodi dari lagu-lagu yang telah
berkembang dan terkenal pada masa itu untuk membawakan beberapa lagu saat
pertunjukan.105
Pada akhir periode ini barulah dibentuk sistem kepengurusan untuk
membantu membantu kelangsunga seni musik Tanjidor di desa Gelebak Dalam.
Sebab keberadaan seni Musik Tanjidor ini juga sudah di akui oleh pemerintah
Kecamatan setempat, karena pada dasarnya fungsi dari dibentuknya sistem
kepengurusan pada kesenian baik itu kesenian tradisional ataupun kesenian modern
merupakan salah satu cara dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai suatu
tujuan dan cita-cita bersama. Dalam sebuah kepengurusan ataun organisasi juga pasti
terdapat perencanaan, pengaturan, dan pengawasan.106 Adapun beberapa anggotanya
105Wawancara dengan Bapak Mahudan (salah satu penggagas seni musik Tanjidor periode
sekarag) pada 12 Januari 2021 di Desa Gelebak Dalam. 106Asli Samiun, “Pengertian Organisasi, Tujuan, dan Fungsinya”, dalam http”//www.
informasiahli. com/2015/08/pengertian-organisasi-tujuan-dan fungsinya.html (04 Juni 2021).
81
adalah sebagai berikut. Bpk. Nasidin atau Cik Inung sebagai Koor atau Pembina,
Bpk. Ujang sebagai wakil ketua, Banudin Nanang sebagai Bendahara, dan
anggotanya yaitu Abdurrohim, Heri, Mahudin, Hambali Jamal, Tohir Jamal, Dapet
Muslimin, Tibut Mamut, dan mahat mael.107
C. Seni Musik Tanjidor Period ke III Tahun 1976 M-1980 M
Pada periode ini jalan mengarah pada perkembangan semakin terbuka lebar. Banyak
faktor dan hal-hal akan turut mempengaruhi proses perkembangan seni musik
Tanjidor di desa Gelebak Dalam. Hal ini terlihat pada puncak pencapaian yang
dialami oleh para pemain seni musik Tanjidor yang tetapgigih dalam
mempertahankan kesenian tradisional yang merupakan sebuah warisan budaya
nusantara ini, yaitu dengan mendaat perhatian khusus dari pemerintahan kecematan
setempat. Pada periode ini juga kesenian Tanjidor di desa Gelebak Dalam memulai
gebrakan baru dengan menambahkan jenis alat musik berupa terbangan pada
pertunjukannya. Dengan ditambahkannya jenis alat musik ini berharap agar
pertunjukan seni musik Tanjidor semakin lengkap dan menarik dan juga berharap
dapar menarik perhatian masyarakat agar mau melestarikan kesenian yang sudah ada.
Dengan pemain ataupun anggota dengan peralatan kesenian yang ada mereka terus
107Wawancara dengan Bapak Mahudan (Salah satu penggagas seni musik Tanjidor periode
sekarang) pada 12 Januari 2021 di Desa Gelebak Dalam.
82
membangun dan menghidupkan kesenian ini, karena mereka sadar bahwa akan
pentingnya melestarikan dan mengembangkan kesenian tradisional Indonesia.108
Gambar 4.6
Tampak sebuah alat musik terbanganyang digunakan
sebagi alat musik Tanjidor Desa Gelebak Dalam
Sumber: Koleksi pribadi
Penambahan jenis alat musik baru pada permainan musik Tanjidor tersebut
ditambahkannya tiga buah terbangan berukuran lumayan besar. Kemudian hasilnya
banyak kalangan masyarakat yang menaruh perhatian khusus pada seni musik
Tanjidor ini. Karena selain penampilannya semakin bagus ternyata dengan
ditambahkannya pada kesenian ini alat terbangan menjadikan seni musik Tanjidor
108Ibid.
83
desa Gelebak Dalam sebagai kesenian yang bernuansa islami. Karena keberadaan alat
musik jenis terbangan ini mempunyai fungsi utama untuk mentransfer norma-norma
kebudayaan dan keagamaan terhadap masyarakat melaui syair-syair yang dibawkan.
Karena syair-syair tersebut berisikan norma-norma keagamaan sebagai suatu dakwah
atau ajakan dalam maksud Amar Nahi Munkar. Selain itu juga terdapat tujuan lain
seperti meningkatkan kecintaan manusia kepaa Allah SWT dan Rosulullah SAW.109
Sebagai alat musik yang berasal dari Negara islam, terbangan memang
banyak memberikan manfaat yang positif terhadap perkembangan seni musik
Tanjidor desa Gelebak Dalam. Apalagi dengan kehadiran alat musik tersebut semakin
memperkuat tradisi-budaya serta kesenian yang ada di desa Gelebak Dalam yang
telah ada sejak lama. Oleh sebab itu, secara tidak langsung keberadaannya di tengah-
tengah seni musik Tanjidor di desa Gelebak Dalam menyatukan tradisi kesenian
Islam yang sudah ada menjadi suatu kesenian yang menarik. Pada periode ini juga
seni musik Tanjidor mengikuti festival perlombaan seni musik Tanjidor se-
Kabupaten Musi Banyuasin dan seni musik Tanjidor “Pelita Hati” desa Gelebak
Dalam mendapatkan juara pertama untuk mewakili Kecamatn Banyuasin I.110
109Sugeng, “Fungsi Alat”, dalam http://fungsi-rebana-alat-musik-tradisional_Fungsi-Alat.htm
(04 Juni 2021).
110Wawancara dengan Bapak Mahasan (pemain kesenian Tanjidor periode sekarangg) pada 12
Januari 2021 di Desa Gelebak Dalam.
84
Gambar 4.7
Tampak sebuah piala penghargaanmemenangkan
juara pertama pada festival perlombaan seni musik Tanjidor se-Kabupaten
Musi Banyuasin
Sumber: Koleksi pribadi
Pada akhir periode ini seni musik Tanjidor desa Gelebak Dalam mulai
memasukan alat musik modern pada prosesesi pertunjukan seni musik Tanjidor, yaitu
alat musik berjenis piano, dan biola. Seni musik Tanjidor sering ditampilkan pada
acara karnaval untuk memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia dan juga
karnaval dalam memperingati hari-hari besar lainnya. Dan untuk jenis lagunya pun
85
mulai merambah pada musik dangdut dan pop mengikuti tren lagu yang terkenal pada
zaman itu. Perkembangan ini menjadi bukti bahwa seni musik Tanjidor di desa
Gelebak Dalam tidak termasuk dalam kesenian tradisional yang kuno.
Pada periode ini juga terjadi perkembangan pada anggota pemain Tanjidor
yang bertambah dan juga karena pemain Tanjidor yang ikut dalam menggasas musik
Tanjidor sudah tidak ikut lagi dikarenakan oleh faktor umur mereka. Adapun
beberapa anggota seni musik Tanjidor yang ikut dalam kelompok musik Tanjidor
“Pelita Hati” sebagai berikut. Anggota barunya adalah A. Gani, Mahasan, Rizal
Palipi, Sori, Umar Hadi, Noni, Bantom, Midan, dan Slamet. Adapun para pemain dan
pengururus Tanjidor pada periode ini yaitu, Bpk. Nanang sebagai koor atau Pembina,
Bpk Ujang sebagai Ketua, Bpk A. Gani Sebagai Wakil, dan Bpk Heri Sebagai
Bendahara.111
D. Fungsi Seni Musik Tanjidor Desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan,
Kabupaten Banyuasin
Seni pertunjukan di Indonesia mempunyai fungsi dalam kehidupan masyarakat,
fungsi seni pertunjukan yaitu kegunaan dalam lingkungan masyarakat. Menurut Alan
P. Meriam terdapat sepuluh fungsi penting dari musik yang terjadi pada masyarakat
pendukungnya yaitu: Pertama ekspresi emosional, kedua kenikmatan estetis, ketiga
111Wawancara dengan Bapak Mahasan (pemain seni musik Tanjidor periode sekarang) pada 12
Januari 2021 di Desa Gelebak Dalam.
86
hiburan, keempat komunikasi, kelima penggambaran simbolik, keenam responfisik,
ketujuh penyelenggaraan kesesuaian dengannorma-norma sosial, kedelapan
pengesahan lembaga sosial dan ritual religious, kesembilan penopang kesinambungan
dan stabilitas kebudayaan, kesepuluh penopang integrasi sosial.112 Dari penjelasan di
atas terdapat kecocokan yang terjadi pada seni musik Tanjiordi desa Gelebak Dalam,
Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin pada msyarakat pendukungnya yaitu
sebagai nilai hiburan dan kenikmatan yang estetis.
Seni musik Tanjidor sebagai hiburan, yaitu pada dasarnya seni pertujukan
pada kehidupan masyarakat desa Gelebak Dalam merupakan suatu cara untuk
memeriahkan atau meramaikan suatu pesta adat yang dilaksanakan. Selainitu juga
sebagai tanda kehormatan bagi para tamu undangan serta masyarakat yang terlibat
pada pesta tersebut. Tanjidor adalah salah satu seni pertunjukan musik tradisional
yang dapat memeriahkan pesta adat yang dilaksanakan oleh masyarakat desa Gelebak
Dalam dan juga desa-desalainnya. Tanjidor sebagai musik pertunjukan atau musik
tontonan, pertunjukan musik Tanjidor pada acara masyarakat tentunya difungsikan
sebagai musik hiburan bagi masyarakat dan para tamu undangan serta untuk
pelakunya sendiri.
Kehadiran pertunjukan seni musik Tanjidor tentunya akan membuat pesta
acara tersebut menjadi semakin meriah. Sebab, dengan adanya pertunjukan Tanjidor
makamasyarakat akan tertarik untuk menghadiri acara tersebut. Dibandingkan dengan
112 Alan P. Meriam, AntropologiMusik, TerjemahTriyonoBramantyo (Yogyakarta: InstitutSeni
Indonesia Yogyakarta, 1999), hal. 21.
87
tanpa adanya pertunjukan, masyarakatakan akan malas untuk menghadiri acara tadi.
Dengan demikian agar acara terlihat ramai dan meriah maka solusinya adalah dengan
menghadir kanseni pertunjukan. Musik sebagai hiburan, sebab pertunjukan seni
musik Tanjidor akan membawakan lagu-lagu yang akan membuat masyarakat
terhibur. Lagu yang dibawakan oleh seni musik Tanjdor berupa lagu-lagu Melayu
Palembang, lagu-lagu dangdut dan lagu-lagu yang sedangnge tren pada zamannya.113
Rasa kegembiraan bagi masyarakat yang menonton pertunjukan senimusik
Tanjidor dapat dilihat dari sikap dan tingkah lakunya. Selain menjadi sebuah hiburan
bagi masyarakat yang menonton, juga menjadi hiburan bagi para pemainnya sendiri.
Hal tersebut juga dapat dilihat dari gaya bermain musik dari para pemain musik
Tanjidor tersebut, kadangkala mereka bergoyang sambil mengikuti polaritme yang
dimainkannya. Hal itu sudah menjadi cirikhas bagi pertunjukan seni musik Tanjidor
yang selalu memberikan kesenangan terhadap masyarakat dan para pemainnya.
Pada konteks acara pesta masyarakat, seni musik Tanjidor yang hadir sering
kali disuguhkan makanan khas seperti dodol, wajik dan air the atau kopi. Suguhan
tersebut diberikan dari pihak keluarga yang melaksanakan acara atau pengundang
seni musik Tanjdor tersebut dengan tujuan agar para pemain lebih semangat dan
energik dalam bermain musik Tanjidor. Selainitu adanya kedekatan antara penonton
dan pemain musik dimana para penonton juga ikut makan dan minum bersama
pemain musik. Dengan begitu hubungan interaksi sosial antara pemain musik
113Wawancara dengan Bapak Ujang (Salah satu penggagas senimusikTanjidor yang masih ada)
pada 4Agustus 2021 di Desa Gelebak Dalam.
88
Tanjidor dan masyarakat akan terjalin. Seperti yang terjadi pada kelompok seni musik
Tanjidor desa Gelebak Dalam pada saat acara terdapat sajian bolu oleh pihak
keluarga yang melaksanakan acara, agar pesta tersebu t bisa menjadi ramai dan
meriah dari pertunjukan yang berikan oleh seni musik Tanjidor tersebut. 114
Kehadiran senimusik Tanjodor pada acara pesta masyarakat hanya berfungsi
sebagai hiburan Melainkanse bagai musik penyambutan bagi para tamu undangan.
Hal tersebut dilakukan sebagai suatu kehormatan bagi para tamu undangan karena
sudah bersedia hadir pada acara tersebut. Penyambutan tersebut berupalagu-lagu yang
dibawakan oleh kelompok seni musik Tanjidor. Tidak adalagu khusus dalam
penyambutan para tamu undangandan untuk penentuanlagu yang akan dinyayikan
biasanya akan ditentukan oleh pemain terompet sebab dalam ansambel pemain
terompet sangat kompleks diibaratkan terompet tsebagai vokal dan melodi pada
ansambel tersebut.
Sedikit berbeda, musik yang disajik anantara menyambut tamu undangan
dengan menyambut rombongan keluarga pengantin. Terdapat musik khusus yang
dimainkan oleh para pemain musik Tanjidor sebagai penghormatannya, musik
tersebut dibuat lebih meriah dan bersemangat dan irama musiknya memiliki tempo
yang lebih cepat. Perbedaan musik dalam penyambutan tamu dan keluarga pengantin
dari segi tempo, lagu pada penyambutan tamu hanya memainkan lagu sesuai dengan
versi aslinya, sedangkan untuk menyambut keluarga pengantin memainkan lagu tapi
tempo lagu tersebut diubah dengan tempo yang agak cepat. Dengan demikian
114Ibid.
89
kehadiran pertunjukan seni musik Tanjidor merupakan salah satu kesenian musik
tradisional yang dapat memeriahkan suatu pesta adat dan dapat menghibur para tamu
undangan serta masyaraar yang menyaksikan.115
Seni musik Tanjidor sebagai kenikmatan yang estetis, yaitu merupakan
wujud abstrak yang dapat dinikmati oleh para pemain dan juga penonton sesuai
dengan tingkat penghatannya masing-masing.116 Kenikmatan yang estetis pada seni
musik Tanjidor dapat dirasakan salah satunya melalui nilai-nilai yang terkandung
dalam unsur musikalnya. Pada kelompok seni musik Tanjidor para pemain senantiasa
menampilkan permainan musik yang dapat dinikmati oleh para penonton dengan
gaya dan juga versinya sendiri. Memainkan lagu pop daerah, langgam daerah, atau
pun lagu-lagu dangdut dan lagu-lagu yang ngetren pada zamannya, seringkali para
pemain memberikan improvisasi pada lagunya. Hal tersebut dilakukan agar pemain
dan juga penontonnya dapat menikmati musik yang disajikan.117
Kehadiran seni musik Tanjidor pada masyarakat dapat memberikan kesan
tersendiri, bagai penontonnya yaitu mereka merasa puas dan senang saat
menyaksikan pertunjukan seni musik Tanjidor. hal itu dapat dilihat dari perilaku
penonton yang senantiasa ikut berjoget secara spontan. Dari lagu-lagu serta musik
115Wawancara dengan Bapak Gani (KetuakelompoksenimusikTanjidor periodesekarang) pada 4
Agustus 2021 di Desa Gelebak Dalam.
116Eli Irawati, EksistensiKuntlanKutai: SuatuTinjauanEtnomusikologi, (Yogyakarta:
KaukabaDipantara, 2013), hal. 31. 117Wawancara dengan Bapak Gani (KetuakelompoksenimusikTanjidor periodesekarang) pada 4
Agustus 2021 di Desa Gelebak Dalam.
90
yang dimainkan oleh para pemain musik Tanjidor membuat masyarakat serta para
tamu undangan merasa senang dan terhibur. Penyajian seni musik Tanjidor tidak
memerlukan garapan khusus terhadap lagu yang dibawakan, merekahanya
memainkan lagu sesai dengan variasi melodi dan polaritme secara spontan. Dengan
demikian, pertunjukan seni musik Tanjidor dapat dinikmati dari unsur musikalnya.118
Pada bab empat ini dapat disimpulkan bahwa seni musik Tanjidor desa
Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin pada setiap periodenya
terus mengalami perkembangan. Perkembangan sejak awal terbentuknya akhir tahun
1946 M sampai dengan tahun 1980 M juga mengalami turun naik. Sejarah
perkembangan seni musik Tanjidor di desa Gelebak Dalam mulai sejak 1946 M-1980
M, pada setiap perkembangannya selalu ditandai dengan pergantian periode
kepengurusan atau periode angkatan yang secara langsung menjadi bukti bahwa
manusia memiliki peran penting dalam tumbuh dan berkembangnya suatu kesenian.
Seni musik Tanjidor merupakan salah satu jenis kesenian yang dimiliki oleh
masyarakat desa Gelebak Dalam yang memiliki fungsi sebagai hiburan bagi
masyarakat dan juga menjadi kesenian yang memiliki kenikmatan yang estetis
dikalangan masyarakat. Karena dengan adanya musik Tanjidor dapat menjadikan
suatau acara menjad imeriah dan ramai, adanya musikTanjidor juga menjadikan
masyarakat tertarik untuk datang ke suatu acara tersebut. Kenikmatan yang estetis
pada seni musik Tanjidor dapat dirasakan oleh masyarakat salah satunya melalui
nilai-nilai yang terkandung dalam unsur musikalnya.
118Ibid.
91
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pada bab-bab yang telah diuraikan sebelumnya, terkait dengan
pembahasan dalam skripsi yang berjudul “Asal Usul dan Perkembangan Seni Musik
Tanjidor di Desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin,
1946-1980 M”, dapat penulis simpulkan bahwa keberadaan desa Gelebak Dalam,
Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuain yang merupakan desa yang terletak di
dataran rendah, Desa Gelebak Dalam juga merupakan Desa yang Beriklim Tropis
dengan suhu sekitar 22°C-37°C.
Desa Gelebak Dalam dahulunya merupakan wilayah marga Sri Kuto Parung
Priyai yang sebagian besar masyarakatnya merupakan keturunan kaum ningrat
Palembang yang bermukim di luar Kota Palembang dan dipimpin oleh Depati. Nama
desa Gelebak Dalam sendiri diambil dari kayu blebek yang terendam dalam air, pada
tahun 1907 M barulah desa ini menjadi desa Gelebak Dalam dan pada
pemerintahannya dipimpin oleh Kerio. Pada tahun 1945 M barulah dipimpin oleh
Kepala Desa.
Faktor religius, kondisi keagamaan di desa Gelebak Dalam masyarakatnya
mayoritas beragama Islam. Pada tahun 1946 M, anak-anak di desa Gelebak Dalam
sudah diajarkan agama islam di langgar. Pendidikan ini mengajarkan mengaji al-
Qur’an, pelaksanaan shalat, dan pelajaran mengenai kewajiban-kewajiban pokok
agama. Anak-anak muslin diajarkan mengaji menggunakan sistem sorongan oleh
92
guru ngaji di kampung dan terkadang juga ada ulama dari Palembang datang ke desa
Gelebak Dalam untuk mengajarkan ilmu agama, mengaji al-Qur’an dan belajar Arab
Jawi. Pasca kemerdekaan juga telah ada pelajan agama di sekolah-sekolah dari sinilah
anak-anak di desa Gelebak Dalam mendapatkan pelajaran agama Islam. Meskipun
pada masa itu masih banyak masyarakat yang masih percaya akan ritual yang ada
sejak nenek moyang mereka.
Pada tahun 1946-1980 M, desa Gelebak Dalam masih bersatu dalam
wilawah Kabupaten Musi Banyusin, Kecamatan Banyuasin Satu yang memiliki luas
wilayah 2.884,57 km2/sq.km., dengan jumlah 55 (Lima Puluh Lima) Desa dan jumlah
penduduk laki-laki dan perempuan 153.323 jiwa. Desa Gelebak Dalam memiliki luas
wilyah 2.583,70 dengan jumlah penduduk 1.803 jiwa penduduk laki-laki dan
perempuan. Pada masyarakatnya juga memiliki sifat terbuka dan jiwa kekerabatan
yang tinggi, serta menjunjung tinggi adat istiadat dan tradisi.
Di Indonesia sendiri seni musik Tanjidor sudah ada sejak lama. Kesenian ini
lahir pada masa penjajahan Hindia-Belanda di Indonesia. Tanjidorsebagai suatu jenis
musik asli Betawi yang dimainkan secara berkelompok. Mengenai asal usul
sejarahnya musik ini terdapat beberapa pendapat yang berbeda. Musik Tanjidorini di
duga berasal dari bangsa Portugis yang datang ke Betawi pada abad ke-14 sampai
abad ke-16.
Menurut sejarahnya, musik tradisional Tanjidor bukanlah musik asli dari
Sumatera Selatan. Namun, dikarenakan musik tradisional jidor ini sudah sering
terikat dengan masyarakat pendukungnya hingga musik ini dianggap milik Sumatera
93
Selatan. Seperangkat musik tradisional Tanjidor terdiri dari alat musik bass, terompet,
saksofon, dan juga drum. Namun, dalam perkembangannya oleh masyarakat
pendukungnya ditambah dengan terbangan. Musik ini biasnya digunakan untuk
mengiring pengantin, arak-arakan, pengiring tarian, dan musik tontonan saja.
Seni musik Tanjidor di desa Gelebak Dalam merupakan jenis kesenian
tradisional yang berbau islami yang mengedepankan kebersamaan antar pemain dan
menjunjung tinggi rasa cinta kasih terhadap Nabi Muhammad SAW. Selain hal
tersebut dalam kesenian ini juga merupakan jenis seni pertunjukan yang memadukan
tiga unsur seni sekaligus dalam prosesi pertunjukannya, unsur tersebut berupa seni
musik, seni gerak, dan seni suara.
Sejarah perkembangan seni musik Tanjidor di desa Gelebak Dalam mulai
sejak 1946 M-1980 M, pada setiap perkembangannya selalu ditandai dengan
pergantian periode. Sejak tahun 1946 M sampai dengan tahun 1980 M seni musik
Tanjidor “Pelita Hati” desa Glebak Dalam terjadi kepengurusan selama tiga periode.
Perode pertama diketui oleh Bapak Nasidin atau Cik Inung (1925-2001), periode
kedua diketuai oleh Bapak Nanang (1916-1997), pada periode ketiga diketuai oleh
Bapak Ujang Taudin (L.1941). Kepengurusanatau periode angkatan yang secara
langsung menjadi bukti bahwa manusia memiliki peran penting dalam tumbuh dan
berkembangnya suatu kesenian.
Pada perkembangannya seni musik Tanjidor desa Gelebak Dalam juga
mengalami dua faktor yaitu faktor eksternal dan internal. Adapun faktor internalnya
ialah adanya niat dari dalam diri penggagas seni musik Tanjidor untuk tetap
94
melestarikan kesenian tersebut serta menjadikan kesenian tersebut sebagai warisan
sejarah yang memiliki nilai edukasi tinggi dan rasa cinta yang dimiliki oleh para
penggagas seni musik Tanjidor serta keterbukaan masyarakat desa setempat dalam
menerima seni musik Tanjidor dan adanya penerus atau pergantian generasi dan
berbagai penemuan dan rekayasa setempat untuk mendukung proses perkembangan
seni musik Tanjidor. Pada Faktor Ekternalnya aial adanya kontak antara seni musik
Tanjidor dengan berbagai macam kesenian lain seperti halnya pertunjukan seni musik
Tanjidor dikolaborasikan dengan kesenian Abdul Muluk, seni Tari, dan
lainsebagainya
Seni musik Tanjidor yang ada di desa Gelebak Dalam adalah salah satu
kesenian yang mempunyai fungsi sebagai suatu hiburan bagi masyarakat juga
menjadi suatu kesenian yang mempunyai kenikmatan yang estetik di kalangan
masyarakat penggemarnya. Sebab, dengan adanya seni musik Tanjidor dapat
menjadikan masyarakat tertarik untuk datang acara-acara masyarakat. Kenikmtan
yang estetis pada seni musik Tanjidor dapat dirasakan melalaui nilai-nilai yang
terkandung pada unsur musiknya.
B. Saran-saran
Sebagai akhir pada bab ini penulis sampaikan saran-saran untuk semua pihak agar
lebih menggiatkan lagi seputar pengkajian sejarah mengenai musik tradisional di
Indonesia. Saran dari penulis sebagai berikut:
95
Pertama, mahasiswa dan para akademisi khususnya pada jurusan Sejarah
Peradaban Islam. Bahwa karya tulis ilmiah yang berjudul “Asal Usul dan
Perkembangan Seni Musik Tanjidor di Desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan,
Kabupaten Banyuasin, 1946-1980 M” ini agar dikaji lebih dalam lagi, demi
tercapainya kebenaran yang lebih sempurna. Kemudian dapat menjadi acauan bagi
para mahasiswa dan akademisi untuk mengembangkan potensi Indonesia khususnya
dalam bidang kesenian tradisional. Sebab pengetahuan tentang seni tradisional tidak
hanya terpaut pada buku pelajaran saja, mengingat pentingnya melestarikan kesenian
tradisional yang semakin hari semakin ditinggalkan oleh sebagin besar masyarakat
Indonesia.
Kedua, bagi para pemain atau pelaku kesenian supaya tetap teguh dan kuat
dalam mengangkat dunia kesenian tradisional Indonesia dan melestarikannya,
khususnya kesenian seperti seni musik Tanjidor.
Ketiga, bagi masyarakat luas, masih banyak kesenia-kesenian tradisional lain
yang terabaikan dibalik perkembangan zaman. Oleh karena itu sangat penting bagi
masyarakat luas unuk tetap menjaga dan melestarikan salah satu aset berharga yang
dimiliki oleh Negara Indonesia yaitu kesenian tradisional, terlebih lagi pada kesenian
yang Islami.
96
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Abdurrahman, Dudung. Metodologi Penelitian Sejarah Islam. Yogyakarta: Ombak, 2011.
Ali, R.M. Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia. Yogyakarta: Lkis, 2012.
Abdullah, dkk. Metodologi Penelitian Agama Sebuah Pengantar, Cet 2. Yogyakarta: Tri Wacana,
1990.
Abdullah, Rozali. Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara
Langsung. Jakarta: Raja Grafindo, 2005.
Abdurrachman, Paramita R. Bunga Angin Portugis di Nusantara: Jejak-jejak kebudayaan
Portugis di Indonesia. Jakarta: LIPI Press, 2008.
Ataladjar Beawiharta, Thomas B. Tanjidor dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jakarta: PT.
Cipta Adi Pustaka, 1991.
Delimove. Perkembangan Pemikiran Ekonomi,. Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
Departemen Pendidikan nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia, EdisiKelima. Jakarta: CV Adi
Perkasa, 2016.
Hanifiah, Djohan, dkk. Direktori Kesenian Sumatera Selatan. Sumsel: Dinas dan Kebudayaan
Sumatera Selatan, 2006.
Hary B. Harmadi, Sonny. Analisis Data Demografi. Tanggerang Selatan:Universitas Terbuka,
2016.
Irawati, Eli. Eksistensi Kuntlan Kutai: Suatu Tinjauan Etnomusikologi. Yogyakarta: Kaukaba
Dipantara, 2013.
97
Judistira. Teori-teori Perubahan Sosial. Bandung: Padjajaran, 1992.
Kansil. Desa Kita. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984.
Katalog BPS Prov. Sumatera Selatan Dalam Angka 1980, 1980.
Katalog BPS Kab. Musi Banyuasin Dalam Angka 1980, 1980.
Katalog BPS Kab. Banyuasin Dalam Angka 2002, 2002.
Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogakarta: Tiara Wacana, 2013.
Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogakarta: PT. Bentang Pustaka, 2005.
Meriam, Alan P. Antropologi Musik, Terjemah Triyono Bramantyo. Yogyakarta: Institut Seni
Indonesia Yogyakarta, 1999.
Midan. Kompilasi Adat Istiadat Sri Kuto Parung Priyayi. Gelebak Dalam: Pemerintahan Desa,
2014.
Munawaroh, Dedeh Sri Ulfa. Ensiklopedia Seni dan Budaya Nusantara Sumatera Selatan.
Bekasi: PT. Mentari Utama Unggul, 2013.
Peeters, Jeroen. Kaum Tuo-Kaum MudoPerubahan Religius di Palembang, terjemah Sutan
Maimoen. Yogyakarta: INIS, 1997.
Pranoto, Suhartono W. Teori dan Metodologi Sejarah. Yogyakarta: PT. Graha Ilmu, 2010.
Pringgodigdo. Ensiklopedi Umum. Yogyakarta: Kanisius, 1991.
Sjamsuddin, Helius. Metodologi Sejarah. Yogakarta: Ombak, 2007.
Widjaya, HAW. Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat dan Utuh. Jakarta: Raja
GrafindoPersada, 2003.
98
Skripsi:
Azhari, Imam. “Eksistensi Kesenian Tanjidor di Kota Pontianak” Skripsi. Pontianak: Prodi Seni
Tari dan Musik Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Tanjungpura, 2017.
El Fikri, Royhan. "Permainan Piston Pada Kesenian Tanjidor Di Sanggar Sinar Betawi Jakarta
Timur" Skripsi. Bandung: Prodi Pendidikan Seni Musik Fakultas Pendidikan Seni dan
Desain Universitas Indonesia, 2017.
Husain, Utari Nur Insani. “Keberadaan Tanjidor dalam Prosesi Sripingan pada Upacara
Pernikahan di Kabupaten Bantaeng”Skripsi. Makassar: Prodi Seni Drama, Tari dan Musik
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makasar, 2018.
Immaroh, Roudlatul. “Sejarah Perkembangan Kesenian Tanjidor di Desa Lembor Brondong
Lamongan Jawa Timur’ Skripsi. Surabaya: Prodi Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab
dan Humaniora, 2017.
Saharah, Evi. “Tari Nyabok di Desa Candi Kecamatan Palamak Kabupaten Kepulauan Anambas”
Skripsi. Bandung: Prodi Pendidikan Seni Budaya Fakultas Pendidikan Seni dan Desain
Universitas Pendidikan Indonesia, 2015.
Jurnal dan Artikel:
Abidin, Abu Ahmad Zainal. “Barzanji, Kitab Induk Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw.”
Dalam https://almanahaj.or.id/2583-barzanji-kitab-induk-peringatan-maulid-nabi-
shalallahu-alaihi-wassalam.html (02 Juni 2021).
Risma Amalia, “Pertunjukan musik dalammusik vocal dan musik instrument
(https://rismamali48.blogspot.com/2016/08/Pertunjukan-musik.html (13 Desember 2020).
Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta., “Ensiklopedi
Jakarta”,dalam http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detal/3135/tanjidor (01 Juni
2021).
Basrowi dan Siti Juariyah. “AnalisisKondisiSosialEkonomi dan Tingkat Pendidikan Masyarakat
DesaSrigading, KecamatanLabuhanMaringgi, Kabupaten Lampung Timur”,
JurnalEkonomi dan Pendidikan, Vol. 7, No. 1 (April 2010).
99
Grandean, Egi Purti, dkk, “Perkembangan Musik Tanjidor di Kecamatan
Pemangkat,”Http://Www.Google.Com/Url?Sa=t&sasource=web&rct=j&url=https://Med
ia.Neliti.Com/Media/Publications/215110-Perkembangan-Musik-Tanjidor-Di
Kecamatan.Pdf&ved.. 2016 (28 Maret 2020).
Prasetya, Sukma Pedana. “Telaah Integratif Geografi Kesejarahan”, Reasearchgate. 2018.
Samiun, Asli. “Pengertian Organisasi, Tujuan, dan Fungsinya”, dalam
http”//www.informasiahli.com/2015/08/pengertian-organisasi-tujuan-dan fungsinya.html
(04 Juni 2021).
Sugiyanto. “Kehidupan Sosial BudayaKomunitas“,Jurnal Penelitiandan Pengembangan
Kesejahteraan Sosial, Vol 13, No. 02, 2008.
Sugeng. “Fungsi Alat”, dalam http://fungsi-rebana-alat-musik-tradisional_Fungsi-Alat.htm (04
Juni 2021).
Raditya, Michel HB. “Sumber Daya Arkeologi Pada Kesenian Kuntulan”, dalam http://kajiseni.
blogspot.co.id/2012/10/sumber-daya-arkeologis-pada-kesenian.html (01 Juni 2021.
Wahyuni, Nani. “Definisi Perkembangan dan Perubahan “, dalam http://www.komposiana.
com/nani-wahyuni/definisi-perkembangan (04 Juni 2021).
100
Wawancara:
Wawancara dengan Bapak Asnawi (Kadus I Desa Gelebak Dalam).
Wawancara dengan Bapak Gani (Ketua Groub seni musik Tanjidor Periode Sekarang).
Wawancara dengan Bapak Hendri Sani (Kepala Desa Gelebak Dalam).
Wawancara dengan Bapak Jufri (Tokoh Agama Desa Gelebak Dalam).
Wawancara dengan Bapak Midan (Ketua Adat Desa Gelebak Dalam).
Wawancara dengan Bapak Mahudan (Penggagas seni musik Tanjidor Perode Sekarang).
Wawancara dengan Bapak Ujang (Penggagas Seni Musik Tanjidor di Tahun 1946 Yang Masih
Ada).
96
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Wawancara Bapak Midan Wawancara Bapak Hendri Sani
(Ketua Aat) (Kepala Desa Gelebak Dalam)
Wawancara Bapak Asnawi Wawancara Bapak Mahudan
(Perangkat Desa) (penggagas Tanjidor)
Wawancara Bapak Gani Wawancara Bapak Ujang
(Ketua grub Tanjidor saat ini) (Penggagas Tanjidor)
Jalan Desa Gelebak Dalam Peta Desa Gelebak Dalam
top related