dispep akper pemda muna
Post on 12-Aug-2015
91 Views
Preview:
TRANSCRIPT
TINJAUAN TEORITIS GASTRITIS
A. Konsep Dasar Medik
1. Pengertian
Gastritis adalah merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang
bersifat akut, kronik, difus, atau lokal (Soeparman, 2000).
Gastritis adalah inflamasi pada lambung yang bersifat akut maupun
kronis (Ester.M, 2003).
Gastritis adalah inflamasi pada mucosa lambung (Brunner & Suddarth,
2002).
Dari beberapa definisi di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa gastritis
adalah merupakan inflamsi pada mukosa lambung yang dapat bersifat akut
atau kronis, difus atau local.
2. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan
Gambar 2.1 Anatomi sistem pencernaan
a. Oris (mulut)
Mulut adalah permulaann pencernaan yang terdiri dari 2 (dua) bagian
yaitu :
1) Bagian luar, yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi
2) Bagian dalam atau rongga mulut yaitu : rongga mulut yang dibatasi
sisinya oleh tulang maxilaris, palatum dan mandibularis disebelah
belakang dengan faring.
b. Faring (tekak)
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan (esophagus). Di dalam lengkungan faring terdapat tonsil
(amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung
limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi. Disini terletak
persimpangan antara jalan napas dan jalan makan, letaknya di belakang
rongga mulut dan rongga hidung di depan ruas tulang belakang.
c. Esophagus (kerongkongan)
Merupakan saluran yang menghubungkan rongga mulut dengan
lambung, panjangnya 25 cm, mulai dari faring sampai masuk kardiak di
bawah lambung. Esophagus terletak di belakang trachea dan di depan
tulang punggung setelah melalui thoraks menembus diafragma masuk ke
dalam abdomen menyambung dengan lambung.
d. Gaster (lambung)
Gambar. Anatomi Lambung
Keterangan ;
1. Fundus
2. Korpus
3. Antrum pylorus
4. Daerah kardia
5. Kurvatura mayor
6. Kurvatura minor
7. Sfingter pilorus
Lambung terletak oblik dari kiri ke kanan menyilang di abdomen atas
tepat dibawah diafragma. Dalam keadaan kosong lambung berbentuk
tabung J, dan bila penuh berbentuk seperti buah alpukat raksasa. Kapasitas
normal lambung 1 sampai 2 liter. Secara anatomis lambung terbagi atas
fundus, korpus dan antrum pilorus. Sebelah atas lambung terdapat
cekungan kurvatura minor, dan bagian kiri bawah lambung terdapat
kurvatura mayor. Sfingter kedua ujung lambung mengatur pengeluaran
dan pemasukan. Sfingter kardia atau sfingter esofagus bawah,
mengalirkan makanan yang masuk kedalam lambung dan mencegah
refluks isi lambung memasuki esofagus kembali. Daerah lambung tempat
pembukaan sfingter kardia dikenal dengan nama daerah kardia. Disaat
sfingter pilorikum berelaksasi makanan masuk kedalam duodenum, dan
ketika berkontraksi sfingter ini akan mencegah terjadinya aliran balik isis
usus halus kedalam lambung.
Lambung terdiri dari empat lapisan yaitu :
1. Lapisan peritoneal luar yang merupakan lapisan serosa.
2. Lapisan berotot yang terdiri atas 3 lapisan :
a. Serabut longitudinal, yang tidak dalam dan bersambung dengan
otot esophagus.
b. Serabut sirkuler yang palig tebal dan terletak di pylorus serta
membentuk otot sfingter, yang berada dibawah lapisan pertama.
c. Serabut oblik yang terutama dijumpai pada fundus lambunh dan
berjalan dari orivisium kardiak, kemudian membelok kebawah
melalui kurva tura minor (lengkung kelenjar).
3. Lapisan submukosa yang terdiri atas jaringan areolar berisi pembuluh
darah dan saluran limfe.
4. Lapisan mukosa yang terletak disebelah dalam, tebal, dan terdiri atas
banyak kerutan/ rugae, yang menghilang bila organ itu mengembang
karena berisi makanan. Ada beberapa tipe kelenjar pada lapisan ini dan
dikategorikan menurut bagian anatomi lambung yang ditempatinya
5. Kelenjar kardia berada dekat orifisium kardia. Kelenjar
inimensekresikan mukus. Kelenjar fundus atau gastric terletak di
fundus dan pada hampir selurus korpus lambung. Kelenjar gastrik
memiliki tipe-tipe utama sel. Sel-sel zimognik atau chief cells
mensekresikan pepsinogen. Pepsinogen diubah menjadi pepsin dalam
suasana asam. Sel-sel parietal mensekresikan asam hidroklorida dan
faktor intrinsik. Faktor intrinsik diperlukan untuk absorpsi vitamin B
12 di dalam usus halus. Kekurangan faktor intrinsik akan
mengakibatkan anemia pernisiosa. Sel-sel mukus (leher) ditemukan
dileher fundus atau kelenjar-kelenjar gastrik. Sel-sel ini mensekresikan
mukus. Hormon gastrin diproduksi oleh sel G yang terletak pada
pylorus lambung. Gastrin merangsang kelenjar gastrik untuk
menghasilkan asam hidroklorida dan pepsinogen. Substansi lain yang
disekresikan oleh lambung adalah enzim dan berbagai elektrolit,
terutama ion-ion natrium, kalium, dan klorida.
Persarafan lambung sepenuhnya otonom. Suplai saraf
parasimpatis untuk lambung dan duodenum dihantarkan ke dan dari
abdomen melalui saraf vagus. Trunkus vagus mempercabangkan ramus
gastrik, pilorik, hepatik dan seliaka. Pengetahuan tentang anatomi ini
sangat penting, karena vagotomi selektif merupakan tindakan
pembedahan primer yang penting dalam mengobati tukak duodenum.
Persarafan simpatis adalah melalui saraf splenikus major dan
ganlia seliakum. Serabut-serabut aferen menghantarkan impuls nyeri yang
dirangsang oleh peregangan, dan dirasakan di daerah epigastrium.
Serabut-serabut aferen simpatis menghambat gerakan dan sekresi
lambung. Pleksus saraf mesentrikus (auerbach) dan submukosa
(meissner) membentuk persarafan intrinsik dinding lambung dan
mengkordinasi aktivitas motoring dan sekresi mukosa lambung.
Seluruh suplai darah di lambung dan pankreas (serat hati, empedu,
dan limpa) terutama berasal dari daerah arteri seliaka atau trunkus seliaka,
yang mempecabangkan cabang-cabang yang mensuplai kurvatura minor
dan mayor. Dua cabang arteri yang penting dalam klinisadalah arteri
gastroduodenalis dan arteri pankreas tikoduodenalis (retroduodenalis)
yang berjalan sepanjang bulbus posterior duodenum. Tukak dinding
postrior duodenum dapat mengerosi arteria ini dan menyebabkan
perdarahan. Darah vena dari lambung dan duodenum, serta berasal dari
pankreas, limpa, dan bagian lain saluran cerna, berjalan kehati melalui
venaporta.
Fisiologi Lambung :
a. Mencerna makanan secara mekanikal.
b. Sekresi, yaitu kelenjar dalam mukosa lambung mensekresi 1500 –
3000 mL gastric juice (cairan lambung) per hari. Komponene
utamanya yaitu mukus, HCL (hydrochloric acid), pensinogen, dan air.
Hormon gastrik yang disekresi langsung masuk kedalam aliran darah.
c. Mencerna makanan secara kimiawi yaitu dimana pertama kali protein
dirobah menjadi polipeptida
d. Absorpsi, secara minimal terjadi dalam lambung yaitu absorpsi air,
alkohol, glukosa, dan beberapa obat.
e. Pencegahan, banyak mikroorganisme dapat dihancurkan dalam
lambung oleh HCL.
f. Mengontrol aliran chyme (makanan yang sudah dicerna dalam
lambung) kedalam duodenum. Pada saat chyme siap masuk kedalam
duodenum, akan terjadi peristaltik yang lambat yang berjalan dari
fundus ke pylorus.
e. Intestinum minor (usus halus)
Usus halus merupakan tabung kompleks, berlipat-lipat yang
membentang dari pylorus sampai katup ileosekal panjangnya 6 meter.
Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah rongga abdomen. Ujung
proksimalnya bergaris tengah sekitar 3,8 cm, tetapi semakin kebawah
lambat laun garis tengahnya berkurang sampai menjadi sekitar 2,5 cm.
Usus halus dibagi menjadi duodenum, jejenum dan ileum. Pembagiaan
ini didasarkan pada sedikit perubahan struktur dan perbedaan fungsinya.
Deudenum panjangnya sekitar 25 cm mulai dari pylorus sampai jejenum.
Pemisahan dedenum dan jejenum ditandai oleh ligamentum treitz kira-kira
2/5 dari sisi usus halus adalah jejenum dan 3/5 bagian terminalnya adalah
ileum. jejenum terletak diregio abdominalis media sebelah kiri, sedangkan
ileum cenderung terletak di regio abdominalis sebelah kanan. Masuknya
kimus kedalam usus halus diatur oleh spinter pylorus sedangkan
pengeluaran zat yang telah dicernakan kedalam usus besar diatur oleh
katup ileosekal dimana katup ini juga mencengah refluks isi usus besar
kedalam usus halus.
Otot yang meliputi usus halus mempunyai dua lapisan yaitu lapisan
luar terdiri atas serabut-serabut longitudinal yang lebih tipis dan lapisan
dalam berupa serabut-serabut sirkular. Penataan demikin membantu
gerakan peristaltik usus halus. Lapisan supmukosa terdiri atas jaringan
penyambung sedangkan lapisan mukosa bagian dalam tebal, banyak
mengandung pembuluh darah dan kelenjar.
Arteria mesentrika superior dicabangkan dari aorta tepat dibawah
arteri siliaka memperdarahi seluruh usus halus kecuali deodenum yang
diperdarahi oleh arteri gastroduodenalis dan cabangnya arteri pankrea-
tiduodenalis superior. Darah dikembalikan lewat vena mesentrika superior
yang menyatuh dengan vena lienalis membentuk vena porta.
Usus halus dipersarafi cabang-cabang kedua sistem saraf otonom
rangsangan parasimpatis merangsang aktivitas sekresi dan pergerakan,
sedangkan rangsangan simpatis menghambat pergerakan usus. Serabut-
serabut sensoris sistem simpatis mengahantarkan nyeri, sedangkan
serabut-serabut parasimpatis mengatur refleks usus. Suplai saraf intrinsif,
yang menimbulkan fungsi motorik, berjalan melalui pleksus auerbach
yang terletak dalam lapisan muskularis dan pleksus meissner dilapisan
submukosa.
f. Intestinum mayor (usus besar)
Panjang 1 ½ meter, lebarnya 5 – 6 cm, lapisan-lapisan usus besar
dari dalam keluar. Intestinum mayor terdiri dari :
1) Seikum, dibawah seikum terdapat appendiks vermiformis yang
berbentuk seperti cacing sehingga disebut juga umbai cacing,
panjangnya 6 cm.
2) Colon asendens, panjangnya 13 cm, terletak dibawah abdomen sebelah
kanan membujur keatas dari ileum ke bawah hati di bawah hati
melengkung ke kiri, lengkungan ini disebut fleksura hepatica
dilanjutkan sebagai colon tranversum.
3) Apendiks (usus buntu) bagian dari usus besar yang muncul seperti
corong dari akhir seikum mempunyai pintu keluar yang sempit tapi
masih memungkinkan dapat dilewati oleh beberapa isi usus.
4) Colon tranversum, panjangnya 38 cm, membujur dari colon
asendens sampai colon desendens berada di bawah abdomen, sebelah
kanan terdapat fleksura hepatica dan sebelah kiri terdapat fleksura
lienalis.
5) Colon desendens panjangnya 25 cm, terletak di bawah abdomen
bagian kiri membujur dari atas ke bawah dari fleksura lienalis sampai
ke depan ileum kiri, bersambung dengan colon sigmoid.
6) Colon sigmoid merupakan lanjutan dari colon desendens terletak
miring, dalam rongga pelvis sebelah kiri bentuknya menyerupai huruf
sehubungan dengan ujung bawahnya berhubungan dengan rectum.
7) Rectum terletak di bawah colon sigmoid yang menghubungkan
intestium mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os
sacrum dan os koksigeus.
8) Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan
rectum dengan dunia luar (udara luar) terletak didasar pelvis,
dindingnya diperkuat oleh 3 sfingter :
a) Sfingter ani internus (sebelah kiri), bekerja tidak menurut
kehendak
b) Sfingter levaton ani, bekerja juga tidak menurut kehendak
c) Sfingter ani eksternus (sebelah bawah) bekerja menurut kehendak
Usus halus mempunyai dua fungsi utama yaitu pencernaan dan
absorbsi bahan-bahan nutrisi dan air. Semua aktivitas lainnya mengatur atau
mempermudah berlangsungnya proses ini. Proses pencernaan dimulai dalam
mulut dan lambung oleh kerja ptialin, asam klorida, dan pepsin terhadap
makanan yang masuk. Proses dilanjutkan di dalam duodenum terutama oleh
kerja enzim-enzim pankreas yang menghidrolisis karbohidrat, lemak dan
protein menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Adanya bikarbonat dalam sekret
pankreas membantu menetralkan asam dan memberikan pH optimal untuk
kerja enzim-enzim. Sekresi empedu dari hati membantu proses pencernaan
dengan mengemulsikan lemak sehingga memberikan permukaan yang lebih
luas bagi kerja lipase pankreas.
Kerja empedu terjadi sebagai akibat dari sifat deterjen asam-asam
empedu yang dapat melarutkan zat-zat lemak dengan membentuk misel. Misel
merupakan agregat asam-asam empedu dan molekul-molekul lemak. Lemak
membentuk inti hidrofobik, sedangkan asam empedu karena merupakan
molekul polar, membentuk permukaan misel dengan ujung hidrofobik
mengarah ke dalam dan ujung hidrofilik menghadap keluar menuju medium
cair. Bagian sentral misel juga melarutkan vitamin-vitamin yang larut lemak
dan kolesterol. Jadi, asam-asam lemak bebas, gliserida dan vitamin-vitamin
yang larut dalam lemak dipertahankan dalam larutan sampai mereka dapat
diabsorpsi oleh permukaan sel epitel.
Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim dalam getah
usus (sukus enterikus). Banyak diantara enzim-enzim ini terdapat pada brush
border vili dan mencernakan zat-zat makanan sambil diabsorbsi.
Asam yang bersentuhan dengan mukosa usus menyebabkan
dikeluarkannya hormon lain, sekretin, dan jumlah yang dikeluarkan sebanding
dengan jumlah asam yang mengalir melalui duodenum. Sekretin merangsang
sekresi getah yang mengandung bikarbonat dari pankreas, dan empedu dari
hati. Pergerakan sekmental usus halus mencampur zat-zat yang dimakan
dengan sekret pankreas, hepatobiliar, dan sekresi usus, dan pergerakan
peristaltik mendorong isi dari salah satu ujung ke ujung lain dengan kecepatan
yang sesuai untuk absorpsi optimal dan suplai kontinu isi lambung.
3. Etiologi
Secara makroskopik terdapat lesi erosi mukosa dengan lokasi. Jika
ditemukan pada corpus dan fundus, biasanya disebabkan oleh stress. Jika
disebabkan karena obat-obatan AINS terutama ditemukan di daerah antrum,
namun dapat juga menyeluruh.
Gastritis akut dapat pula timbul tanpa diketahui penyebabnya. Penyebab yang
sering dijumpai ialah :
a. Obat analgetik-anti inflamasi, terutama aspirin.
b. Bahan kimia misalnya lisol.
c. Merokok.
d. Alcohol.
e. Stress fisis yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan,
gagal pernafasan, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat.
f. Refleks usus lambung.
g. Endotoksin.
4. Patofisiologi
Mekanisme kerusakan mukosa pada gastritis diakibatkan oleh ketidak
seimbangan faktor-faktor pencernaan. (Anonim, 3 Mei 2007)
Faktor-faktor pencernaan yaitu faktor agresif dan faktor defensive. Faktor-
faktor agresif adalah asam lambung, pepsin, obat-obatan, infeksi bakteri dan
bahan korosif (Asam dan Basa kuat). Sedangkan faktor-faktor defensive
adalah mucus, bikarbonat dan prostaglandin. Dalam keadaan normal, faktor
defensive mampu mengusai faktor agresif sehingga tidak terjadi kerusakan
atau kelainan patologik . (Arif Mansjoer, 2001)
Mukosa lambung cukup kuat untuk menahan asam lambung, sehingga
asam lambung tetap terjaga didalam lambung yang nantinya akan berfungsi
untuk mencerna sari-sari makanan, namun karena sering lupa makan atau
kebiasaan menunda makan, maka asam lambung bisa mengiritasi lambung.
Sehingga dinding lambung lama kelamaan tidak kuat menahan asam lambung
dan timbul penyakit gastritis. (Widfyandana, 4 juni 2007)
Gastritis membuat membran mukosa lambung menjadi edema dan
hiperemik (cairan dan darah) dan mengalami erosi sehingga akan mensekresi
sejumlah getah lambung yang mengandung sedikit asam tetapi banayak
mukus dan dapat terjasi atau menimbulkan hemoragi, akibatnya terjadi
ketidaknyamanan epigastrik.
Mukosa lambung mampu memperbaiki diri sendiri setelah mengalami
gastritis, namun kadang hemorargi memerlukan intervensi bedah. (SuZanne
C. Smeltzer, 2001)
5. Gambaran Klinik
1. Mual, muntah.
2. Nyeri epigastrium.
3. Anoreksia.
4. Hematemesis.
5. Perdararhan.
6. Rasa selalu kenyang (tidak lapar).
6. Penatalaksanaan Medik
a. Gastriris Akut
1) Menghindari makanan dan minuman yang dapat sekresi asam lambung
2) Pemakaian penghambat HO2 (seperti ranitidin untuk mengurangi
sekresi asam, sukrafat atau antacid dapat mempercepat
penyembuhan)
3) Obat-obat anti muntah dapat membantu menghilangkan mual dan
muntah.
4) Jika terjadi muntah perlu keseimbangan cairan dan elektrolit dengan
memberikan infus vena
5) Lavare jika terjadi korosif yang luas atau berat
b. Gastritis Kronik
1) Memodifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat, mengurangi stres
dan memulai farmako terapi.
2) Helicobacter pylori diatas dengan antibiotik (seperti tetraciklin atau
amoksilin) dengan garam bismut (peta bismut)
3) Menghindari alkohol dan obat-obatan yang mengiritasi mukosa
lambung
4) Vh B 12 dan terapi yang sesuai lainnya diberikan pada anemia
pernisiosa (Brunner and Suddarth, 2002 : 1063)C. Boughman, 2000)
7. Komplikasi
Komplikasi yang penting adalah :
a. Perdarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan medis.
Kadang-kadang perdararahannya cukup banyak sehingga dapat
menyebabkan kematian.
b. Terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat.
c. Jarang terjadi perforasi.
A. DISPEPSIA
1. Pengertian
a. Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari
rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau
mengalami kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa
rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini
tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III, 2000 hal : 488).
3. Etiologi
a. Perubahan pola makan
b. Pengaruh obat-obatan yang dimakan secara berlebihan dan dalam waktu
yang lama
c. Alkohol dan nikotin rokok
d. Stres
e. Tumor atau kanker saluran pencernaan
5. Manifestasi Klinik
a. nyeri perut (abdominal discomfort)
b. Rasa perih di ulu hati
c. Mual, kadang-kadang sampai muntah
d. Nafsu makan berkurang
e. Rasa lekas kenyang
f. Perut kembung
g. Rasa panas di dada dan perut
h. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)
6. Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak
jelas, zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres,
pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong,
kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat
gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat
mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya
kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata
membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan
maupun cairan.
7. Pencegahan
Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang
dengan kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak
mengkomsumsi makanan yang berkadar asam tinggi, cabai, alkohol, dan
pantang rokok, bila harus makan obat karena sesuatu penyakit, misalnya sakit
kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu fungsi lambung.
8. Penatalaksanaan Medik
a. Penatalaksanaan non farmakologis
1. Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
2. Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda, obat-
obatan yang berlebihan, nikotin rokok, dan stres
3. Atur pola makan
b. Penatalaksanaan farmakologis yaitu:
Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan
terutama dalam mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti
karena pross patofisiologinya pun masih belum jelas. Dilaporkan bahwa
sampai 70 % kasus DF reponsif terhadap placebo.
Obat-obatan yang diberikan meliputi antacid (menetralkan asam
lambung) golongan antikolinergik (menghambat pengeluaran asam
lambung) dan prokinetik (mencegah terjadinya muntah)
9. Test Diagnostik
Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama,
seperti halnya pada sindrom dispepsia, oleh karena dispepsia hanya
merupakan kumpulan gejala dan penyakit disaluran pencernaan, maka perlu
dipastikan penyakitnya. Untuk memastikan penyakitnya, maka perlu
dilakukan beberapa pemeriksaan, selain pengamatan jasmani, juga perlu
diperiksa : laboratorium, radiologis, endoskopi, USG, dan lain-lain.
a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan untuk
menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti: pankreatitis kronik,
diabets mellitus, dan lainnya. Pada dispepsia fungsional biasanya hasil
laboratorium dalam batas normal.
b. Radiologis
Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit di
saluran makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan radiologis
terhadap saluran makan bagian atas, dan sebaiknya menggunakan kontras
ganda.
c. Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi)
Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia fungsional, gambaran
endoskopinya normal atau sangat tidak spesifik.
d. USG (ultrasonografi)
Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini makin banyak
dimanfaatkan untuk membantu menentukan diagnostik dari suatu
penyakit, apalagi alat ini tidak menimbulkan efek samping, dapat
digunakan setiap saat dan pada kondisi klien yang beratpun dapat
dimanfaatkan
e. Waktu Pengosongan Lambung
Dapat dilakukan dengan scintigafi atau dengan pellet radioopak. Pada
dispepsia fungsional terdapat pengosongan lambung pada 30 – 40 %
kasus.
TUGAS : Kebutahan Medikal Bedah II
DOSEN : MUSRIANI, S.Kep. M.Kes
ANATOMI FISIOLOGI SERTA 2 MACAM
GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN
Disusun Oleh :
Wa Ode Julianti
NIM. 11.1.943
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATAN
2013
top related