bab iii (repaired).docxlafial
Post on 08-Apr-2016
366 Views
Preview:
TRANSCRIPT
33
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
LEMBAGA FARMASI TNI AL (LAFIAL)
Drs. MOCHAMAD KAMAL
3.1. Sejarah Lembaga Farmasi TNI Angkatan Laut (Lafial)
Pada tahun 1950 berdiri sebuah unit farmasi di lingkungan ALRI
(Angkatan Laut Republik Indonesia) yang diberi nama DOAL (Depot
Obat Angkatan Laut) yang berlokasi di RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta.
Pada awalnya unit farmasi tersebut masih sangat sederhana dan baru
memiliki satu orang apoteker yaitu Drs. Mochamad Kamal, beberapa
tenaga asisten apoteker dan juru obat.
Pada tahun 1955 berdiri Depot Obat Angkatan Laut Djakarta
(DOAL-D) merupakan suatu organisasi gabungan dari Departemen
Pembuatan Obat dan Laboratorium Dinas Farmasi Bidang Kesehatan
Angkatan Laut dengan Pusat Perbekalan Barang seksi farmasi yang
fungsinya sebagai pusat perbekalan barang, pengadaan dan distribusi obat
untuk keperluan TNI Angkatan Laut yang menempati ruang kecil
disamping gudang DOAL-D. Dalam rangka perkembangan dari tiap-tiap
Departemen DOAL-D itu, di tahun 1962 lahirlah Pabrik Farmasi dan
Laboratorium Angkatan Laut Djakarta sebagai penjelmaan dari nama
Departemen Pembuatan Obat dan Laboratorium Dinas Farmasi Bidang
Kesehatan Angkatan Laut.
34
Pada tahun 1962, jajaran kesehatan Angkatan Laut Republik
Indonesia telah memiliki perwira apoteker sebanyak 20 orang yang
bertugas di TNI AL, terdapat pula 24 apoteker yang sedang mengikuti
pendidikan di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Berdasarkan SK
Menteri Kepala Staf AL KepM/KSALJ6740.1 tanggal 19 Juni 1962
ditetapkan Pabrik Farmasi AL yang berkedudukan di Jakarta dan Surabaya
(PAFAL-D dan PAFAL-S) oleh Menteri atau Kepala Staf AL Laksamana
Muda Laut R.E. Martadinata.
Pada tanggal 22 Agustus tahun 1963 diresmikan Pabrik Farmasi
dan Laboratorium AL di Jalan Bendungan Jati Luhur No. 1 Jakarta Pusat
oleh mantan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin selaku Deputi II Menteri
atau Panglima AL. Saat itu Direktur PAFAL-D dijabat oleh Kapten Drs. R.
Soekarjo, Apt., (mantan Direktur Utama PT. Kimia Farma), Sekjen
Depkes RI dan terakhir sebagai anggota MPR RI dengan pangkat
Laksamana Pertama TNI). Tanggal 22 Agustus diperingati sebagai hari jadi
Lembaga Farmasi TNI AL.
Pada tanggal 14 Agustus 1979, dengan pertimbangan efisien dan
perampingan dilakukan penggabungan 2 instansi di jajaran
kesehatan TNI AL yaitu antara PAFAL-D dan Lembaga Kimia dan
Farmasi AL. Keduanya dilebur menjadi Lembaga Farmasi TNI AL.
Penggabungan ini dilakukan oleh Bapak Kadiskesal saat itu yaitu
Laksamana Pertama TNI Dr. Soedibjo Sardadi, MPH.,dan sebagai Kepala
Lembaga Farmasi TNI AL, pertama adalah Letkol Laut (K)
Drs.Sugiyanto, Apt., dan pada tanggal 21 September 2005 sesuai surat
35
keputusan KASAL No. Skep/4832/IX12005 Lafial berganti nama menjadi
Lafial Drs. Mochamad Kamal, Apt.
Pada tahun 1998, Lafial telah memperoleh pengakuan dari
Departemen Kesehatan berupa 14 sertifikat CPOB yang diserahkan oleh
Kepala Badan POM dan diterima oleh Aspers Kasal Bapak Laksamana
Muda Bambang Suryanto. Hal ini berdasarkan Keputusan Menkes No.
34/Menkes/SK.II/1988 tentang Pedoman CPOB dan Keputusan Dirjen
POM No. 05411/A/SK/XII/1989 tertanggal 16 Desember 1989 tentang
penerapan CPOB pada industri farmasi. Sejak itu Lafial semakin
berkibar sebagai pusat kegiatan produksi dan laboratorium
Angkatan Laut dan bekerjasama dengan Lembaga Industri Farmasi dan
Penelitin Nasional serta menjadi "Pusat Komunitas" Apoteker Angkatan
Laut.
Lafial Drs. Mochamad Kamal ikut melaksanakan pengadaan obat-
obatan dalam operasi TRIKORA, DWIKORA, dan Operasi Timor-Timor.
Perwira Apoteker sebagai prajurit TNI ikut bergabung bersama–sama Tim
Kesehatan TNI Angkatan Laut melaksanakan operasi tugas–tugas tersebut.
Penelitian Farmasi Matra Laut yang dilakukan Lafial Drs. Mochamad
Kamal, contohnya penelitian biota laut di lima kepulauan Indonesia,
penelitian minyak, senjata, dan penelitian Boiler Water Treatment (BWT).
Lafial adalah unsur pelaksana teknis Diskesal yang berkedudukan
langsung dibawah Kepala Dinas Kesehatan TNI AL. Lafial bertugas
melaksanakan pembinaan farmasi TNI AL serta melaksanakan pendidikan,
penelitian, dan pengembangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut Lafial
36
menyelenggarakan fungsi-fungsi sebagai berikut :
a. Melaksanakan produksi obat-obatan
b. Melaksanakan pengujian laboratorium instrumen , kimia, mikrobiologi,
makanan dan minuman
c. Melaksanakan pembinaan material kesehatan
d. Melaksanakan pendidikan dan latihan kefarmasian
e. Melaksanakan penelitian dan pengembangan kefarmasian
f. Melaksanakan koordinasi dengan badan dan unsur lain baik didalam
maupun luar Lafial untuk kepentingan pelaksanaan tugas sesuai tingkat
dan lingkup kewenangannya
g. Mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan program latihan guna
pencapaian sasaran programnya secara berhasil dan berdaya guna
h. Mengajukan pertimbangan dan saran kepada Kadiskesal khususnya
mengenai hal-hal yang berhubungan dengan tugasnya
3.2. Visi, Misi dan Motto
3.2.1. Visi
Visi Lembaga Farmasi TNI AL adalah "Sebagai Lembaga Kefarmasian
Matra Laut Nasional yang Profesional."
3.2.2. Misi
Misi Lembaga Farmasi TNI AL adalah
1) Melaksanakan produksi bekal kesehatan untuk kebutuhan anggota TNI
Angkatan Laut beserta keluarga.
2) Melaksanakan penelitian dan pengembangan dalam bidang matra laut.
37
3.2.3. Motto
“Obat lafial aman, bermutu dan berkhasiat”
3.3. Struktur Organisasi
Organisasi Lafial terdiri dari unsur pimpinan, unsur pelayanan
dan unsur pelaksana. Secara struktural, Lafial asalah suatu unit
pelaksanaan teknis Diskesal (Dinas Kesehatan Angkatan Laut), sedangkan
secara operasional berada di bawah Denmabesal (Datasemen Markas
Besar Angkatan Laut).Struktur organisasi Diskesal sebagai Unit Pelayanan
Teknis (UPT) dapat dilihat pada Gambar III.
Gambar III.1 Struktur Organisasi DISKESAL
Pembentukan organisasi Lafial berdasarkan surat keputusan Kasal
No. 1551/XII/2008 tanggal 22 Desember 2008, tentang Organisasi dan
Prosedur Lembaga Farmasi Angkatan Laut.
38
Struktur Organisasi Lafial dapat dilihat pada Gambar III.2 berikut :
Gambar III.2 Struktur Organisasi Lafial
39
3.3.1. Unsur Pimpinan
Sebagai unsur pimpinan di Lafial Drs. Mochamad Kamal adalah
Kepala Lafial yang dijabat oleh seorang Perwira Menengah yang
berpendidikan Apoteker. Kepala Lafial adalah pembantu dan pelaksana
Kadiskesal di bidang kefarmasian dengan tugas dan kewajiban dalam
penyelenggaraan pembinaan Lafial, pengendalian semua unsur di
bawahnya dengan mengendalikan program kerja Lafial guna menjamin
sasaran program di bidang produksi dengan penerapan CPOB. Kepala
Lafial juga mempunyai tanggung jawab mengawasi dan mengendalikan
pelaksanaan program, guna menjamin pencapaian sasaran program yang
berhasil guna dan berdaya guna serta berhak mengajukan pertimbangkan
kepada Diskesal mengenai hal-hal yang berhubungan dengan tugas Lafial.
3.3.2. Unsur Pelayanan
Tata Usaha dan Urusan Dalam (TAUD) dipimpin oleh
Kataud, sebagai unsur pelayanan di Lafial yang mana dalam pelaksanaan
tugas dan kewajibannya bertanggung jawab penuh kepada Kalafial.
Tata Usaha dan Urusan Dalam terdiri dari:
a.Urusan Tata Usaha (Urtu)
Urtu bertugas melaksanakan pelayanan administrasi umum
d i l i ngkungan La f ia l t e rmasuk membantu menyiapkan
data-data pelaksanaan fungsi Lafial untuk bahan penyusunan
laporan Lafial.
40
b. Urusan Dalam (Urdal)
Urdal bertugas melaksanakan urusan dalam di lingkungan Lafial.
Dalam melaksanakan tugasnya Urdal menyelenggarakan fungsi-fungsi
sebagai berikut :
1. Melaksanakan pengamanan/penjagaan di dalam kompleks Lafial
2. Melaksanakan penegakan disiplin anggota dan tata tertib
pengunjung.
3. Melaksanakan pengaturan fasilitas sarana, perbengkelan, termasuk
fasilitas pengelolaan limbah cair dan padat.
4. Melaksanakan pelayanan angkutan personil dan material.
5. Melaksanakan pemeliharaan, perbaikan listrik dan bangunan sipil.
c.Urusan Keuangan (Urku)
Urku bertugas melaksanakan administrasi keuangan termasuk
melaksanakan pengurusan serta pembayaran gaji, dan lain-lain
yang berhubungan dengan tugasnya.
d. Urusan Administrasi Personalia (Urminpers)
Urminpers bertugas melaksanakan pelayanan administrasi personil di
lingkungan Lafial, membantu menyiapkan data personil untuk
evaluasi DSP dan membantu menyiapkan bahan-bahan untuk
pembuatan laporan bidang personil.
3.3.3. Unsur Pelaksana
Unsur Pelaksana di Lafial terdiri atas empat Departemen, yaitu
Departemen Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan (Diklitbang),
Departemen Pengawasan Mutu (Wastu), Departemen Material Kesehatan
41
(Matkes) serta Departemen Produksi.
a. Departemen Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan
(Diklitbang)
Departemen ini berugas menyelenggarakan penelitian dan
pengembangan kefarmasian, untuk melaksanakan produksi, farmasi
matra laut, farmasi militer, pendidikan dan latihan tenaga ke farmasian
serta menyusun rencana dan program pelaksanaanya.
Gambar III.3 Struktur Organisasi Departemen Litbang
Departemen Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan terdiri dari :
1. Sub departemen Pendidikan dan Latihan
Sub departemen ini bertugas menyiapkan dan melaksanakan
pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi serta mencakup
penyusunan formulasi sediaan yang diproduksi Lafial untuk
memenuhi Standar Operasional Prosedur obat Lafial.
2. Sub departemen Penelitian dan Pengembangan
Sub departemen ini yang mengurus, menyiapkan serta melaksanakan
uji coba dalam rangka pengembangan produksi dan pelatihan
farmasi matra laut untuk mendukung kegiatan operasi militer
khusus di laut, memantau perkembangan ilmu matra laut serta
melakukan uji coba dan pelatihan.
Diklitbang
Sub Dep Litbang Sub Dep Diklat
42
Departemen Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan mempunyai tugas
sebagai berikut :
1. Melaksanakan uji coba untuk menyempurnakan dan
mengembangkan produksi obat Lafial.
2. Melaksanakan uji coba bidang obat-obatan, sediaan farmasi dan
kimia lainnya guna mendukung operasi dan latihan TNI.
3. Melaksanakan pengambilan, penyimpanan, dan pengamatan
setiap item produk secara berkala dalam rangka melaksanakan
validasi mutu.
4. Melaksanakan pelayanan dan bimbingan pendidikan bagi
mahasiswa yang melakukan penelitian dan praktek kerja
lapangan di Lafial.
5. Melanjutkan kegiatan peningkatan pengetahuan dan pelatihan
tentang ilmu farmasi khususnya di bidang CPOB bagi karyawan
Lafial dalam rangka meningkatkan ketrampilannya.
6. Koordinasi dengan pihak terkait baik di lingkungan
Lafial/Diskesal, perguruan tinggi maupun TNI AL/TNI lainnya
untuk melaksanakan penelitian dan pengembangan farmasi.
7. Mendidik tenaga pelayanan perpustakaan dan melengkapi buku-
buku referensi atau literatur di bidang farmasi dan kimia.
43
b. Departemen Material Kesehatan
Gambar III.4 Struktur Organisasi Departemen Matkes
Departemen Material Kesehatan (Matkes) merupakan departemen
yang melakukan perencanaan produksi, penyediaan bahan baku
produksi dan pemeliharaan material kesehatan yang di industri swasta
pada umumnya disebut dengan PPIC ( Production Planning and
Inventory Control), akan tetapi terdapat perbedaan antara Matkes
dengan PPIC. Perbedaannya adalah perencanaan dan
penyediaan bahan baku di Lafial dilakukan oleh suatu panitia kerja
yang beranggotakan personal Lafial dan personal dari Diskesal.
Program kerja Departemen Matkes adalah :
1. Membuat daftar kebutuhan bahan baku, bahan penolong dan bahan
pengemas, berdasarkan rencana kebutuhan obat jadi sesuai dengan
program kerja dan anggaran Dinas Kesehatan AL tahun tersebut.
2. Menyusun rencana dan melaksanakan pengadaan bahan tambahan,
bahan penolong, reagensia kimia serta sarana pendukung dalam
pelaksanaan produksi.
3. Membuat Surat Perintah Produksi obat jadi dan mengendalikan
tahapan kegiatan produksi obat jadi.
4. Melaksanakan pengiriman obat jadi ke gudang MatKes pusat,
Matkes
Subdep Renprod Subdep Depo Produksi Subdep Dalharmat
44
menyiapkan konsep laporan produksi obat jadi setiap triwulan dan
tahunan ke Dinas Kesehatan TNI AL.
5. Melaksanakan administrasi pergudangan di Lafial.
6. Melaksanakan pemeliharaan alat-alat produksi, alat laboratorium dan
alat kesehatan lainnya secara periodik dan skala prioritas untuk
menunjang produksi dan pemeriksaan laboratorium.
Departemen Matkes terdiri dari tiga sub Departemen, yaitu:
1 . Sub Departemen Perencanaan Produksi
Perencanaan produksi obat disusun atas dasar kebutuhan
fasilitas kesehatan di lingkungan Angkatan Laut yang diolah
melalui hasil rapat panitia kerja untuk menetapkan jenis dan
kuantitas obat yang akan diproduksi dan disesuaikan dengan
kemampuan anggaran pemerintah yang tersedia dan laporan beban
kerja tahun sebelumnya, yaitu laporan tahunan mengenai jumlah
penderita dan jenis penyakit.
Obat yang akan diproduksi disusun berdasarkan atas urutan
prioritasnya dengan mempertimbangkan jumlah obat yang tersedia
pada awal tahun dan kecepatan produksinya. Obat yang diperiukan
dalam jumlah kecil, harganya murah dan obat-obat untuk jenis
penyakit spesifik seperti jantung, diabetes, hipertensi tidak diproduksi
oleh Lafial.
Departemen perencanaan produksi tersebut kemudian menyusun
rencana atau jadwal produksi dengan mempertimbangkan skala
prioritas, persediaan bahan baku obat, bahan pembantu atau bahan
45
tambahan, pengemas, kapasitas alat produksi dan tenaga kerja
berdasarkan rencana dan program Diskesal. Setiap bahan baku yang
dibeli harus disertai dengan COA (Certificate of Analysa) .
Meskipun telah disertai COA, untuk bahan baku zat aktif tetap
dilakukan pemeriksaan oleh Departemen Wastu Lafial.
Penyediaan bahan baku oleh Diskesal dilakukan dengan cara
lelang. Peserta lelang adalah PBF milik rekanan TNI AL yang telah
terdaftar. Bahan baku disediakan oleh rekanan yang memenangkan
lelang,sedangkan pengadaan bahan penolong dan pengemas
dilakukan oleh Lafial.
Berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan oleh Departemen ini
dengan membuat konsep SPP (Surat Perintah Produksi) yang berisi
tentang sediaan, bahan dan jumlah obat yang akan diproduksi.
Konsep Surat Perintah Produksi ditujukan ke Kalafial setelah diparaf
untuk diketahui oleh Kadep Matkes. SPP dikeluarkan oleh
Kalafial dan merupakan surat perintah untuk melaksanakan
kegiatan produksi. Tanpa adanya SPP, produksi tidak dapat
dilakukan. SPP dibuat rangkap 8 untuk diteruskan kepada Kadep
produksi (3 lembar), Kadep Matkes (1 lembar), Kadep Wastu
(1 lembar), Kasubdep Depo Produksi (2 lembar) dan Kasubdep
Renprod (1 lembar).
Proses pengadaan bahan baku obat, bahan penolong dan pengemas
dilakukan satu tahun sekali. Pengadaan bahan baku obat dilakukan
oleh Diskesal yang berada di Markas Besar Angkatan Laut
46
Cilangkap, sedangkan bahan penolong dan pengemas dilakukan oleh
Lafial.
2. Sub Departemen Depo Produksi
Depo produksi merupakan gudang atau tempat penyimpanan
sementara bahan baku untuk produksi obat yang bertugas
menyelenggarakan penerimaan dan penyimpanan serta
distribusi Matkes dari dan ke departemen terkait. Barang yang
datang dari gudang pusat farmasi Diskesal dimasukkan di gudang
karantina di Lafial dan diambil contohnya untuk diperiksa oleh
Departemen Wastu. Jika bahan tersebut telah memenuhi persyaratan,
maka Departemen Wastu akan memberikan etiket "LULUS" dan
apabila tidak memenuhi persyaratan diberi label "TIDAK LULUS"
yang akan ditempatkan diluar kemasan bahan tersebut.
J i ka ba ha n t e l a h dinyatakan "LULUS", baru dimasukkan
ke gudang penyimpanan yang sesuai.
Gudang di Lafial terbagi menjadi :
a) Gudang bahan baku Non Beta Laktam yang digunakan untuk
menyimpan bahan baku Non Beta Laktam dan bahan penolong.
b) Gudang bahan baku Beta Laktam yang digunakan untuk
menyimpan antibiotik amoxycillin, mempunyai suhu dibawah
normal (22°C).
c) Gudang obat jadi Non Beta Laktam dan pengemas, untuk
obat yang telah lulus uji kelayakan diberi tanda pada
kemasannya. Untuk obat yang waktu ED cepat dicantumkan batas
47
waktu penyimpanan, untuk yang masa ED diatas 3 tahun tidak
dicantumkan tetapi hanya dicantumkan nomor batch dan tahun
pembuatan.
d) Gudang obat jadi Beta Laktam.
e) Gudang bahan cairan atau mudah terbakar.
f) Gudang material kesehatan yang tidak terpakai.
Penyusunan barang-barang di dalam gudang berdasarkan
FIFO, FEFO dan alfabetik, dilengkapi dengan alat pengatur udara dan
kelembaban. Berdasarkan SPP yang turun, maka departemen
produksi akan mengajukan permintaan barang ke Departemen
Matkes melalui Subdep Depo Produksi. Jika tersedia maka Subdep
Depo Produksi akan menyediakan dan mengeluarkan bahan-bahan
tersebut.
Depo Produksi akan mengeluarkan bahan-bahan sesuai jumlah
yang tertera pada SPP, kemudian diambil Departemen produksi yang
memerlukannya. Penimbangan bahan baku dilakukan oleh 2 orang
dari Depo Matkes dan Produksi.
Obat jadi yang sudah dikemas dan lulus persyaratan dimasukkan
ke gudang obat jadi setelah itu siap untuk diserahkan ke Gudang Pusat
Farmasi untuk didistribusikan.
Stock opname terdiri dari kartu gantung, dan kartu meja yang
terbagi menjadi empat macam kartu antara lain: warna putih untuk
zat aktif, warna merah untuk zat warna, warna biru untuk bahan
kemas dan warna kuning untuk bahan tambahan.
48
Alur penyiapan bahan-bahan dimulai dari permintaan
Departemen produksi, kemudian Departemen gudang mengadakan
penyiapan dan penimbangan (di lakukan oleh orang-orang
departemen gudang yang disaksikan oleh petugas departemen
produksi). Setelah itu dilakukan produksi obat jika ada
sisa dikembalikan ke gudang bahan-bahan. Hasil produksi
kemudian dikemas dan di lakukan pengujian, sete lah
dinyatakan lulus maka masuk ke gudang bahan jadi. Sisa bahan
yang tidak terpakai disimpan di Lafial. Pelaporan penggunaan bahan
baku dan bahan penolong rutin dilakukan tiap 3 bulan sekali dan
pada akhir tahun pelaporan keseluruhan ke Diskesal.
3. Sub Departemen Pengendalian dan Pemeliharaan Material
Departemen ini bertugas melakukan pengendalian dan
perawatan material kesehatan meliputi alat produksi, alat-alat
laboratorium/alat-alat lainnya sebagai pendukung. Selain itu
administrasi penyelenggaraan material kesehatan berupa buku
manual alat kesehatan dan kartu pemeliharaan juga membuat
laporan kegiatan kerja mingguan, bulanan dan tahunan secara
berkala.
Untuk melakukan perbaikan/pemeliharaan alat, dahulu
Departemen yang membutuhkan pemeliharaan harus mengisi buku
permohonan perbaikan dan pemeliharaan. Sub Departemen
Dalharmat akan melakukan perbaikan atau pemeliharaan sesuai
kebutuhan, jika memungkinkan perbaikan atau pemeliharaan akan
49
dilakukan di tempat, jika tidak maka perlu diatur jadwal untuk
dibawa keluar atas perintah dari Kalafial. Jika perbaikan telah
selesai harus mengisi buku terima selesai perbaikan.
Mesin yang digunakan terdiri dari dua yaitu yang pertama
mesin lama dengan sistem single layer yang memerlukan
pemeliharaan lebih mudah tetapi kapasitas produksinya
rendah. Kemudian yang kedua mesin baru dengan sistem
double layer yang memerlukan pemeliharaan Iebih rumit tapi
kapasitas produksinya tinggi. Tiap mesin yang digunakan memiliki
kartu riwayat mesin yang digunakan untuk memudahkan
pengecekan.
c. Departemen Produksi
Departemen Produksi adalah unit pelaksana Lafial
menyelenggarakan pembuatan atau produksi obat. Departemen ini
dipimpin oleh Kadep Produksi yang melaksanakan tugas sebagai
berikut:
1. Melaksanakan program produksi obat sesuai renprod obat jadi Lafial
melalui SPP dari KaLafial.
2. Melaksanakan koreksi atas standar formula dengan spesifikasi bahan
yang digunakan untuk menyempurnakan mutu obat-obatan
3. Menerapkan seni dan teknologi farmasi dan melaksanakan tugasnya
sehingga dicapai hasil produksi yang memenuhi syarat kualitas
dan kuantitas
50
4. Melaksanakan koordinasi yang sebaik-baiknya dengan Departemen
Matkes, Departemen Diklitbang dan Departemen Wastu dalam
melaksanakan tugasnya.
5. Mengajukan pertimbangan atau saran kepada Kalafial khususnya
hal-hal yang berhubungan dengan tugasnya.
Gambar III.5 Struktur Organisasi Departemen Produksi
Departemen Produksi terdiri atas 2 sub departemen yaitu
1. Subdep produksi Beta Laktam yang terdiri dari:
a. Urusan produksi tablet
b. Urusan produksi kapsul
c. Urusan produksi sirup kering
d. Urusan produksi kemas Beta Laktam
2. Subdep Non Beta Laktam yang terdiri dari :
a. Urusan produksi tablet
b. Urusan produksi kapsul Non Beta Laktam
c. Urusan produksi krim dan salep Non Beta Laktam
d. Urusan produksi sirup dan suspensi
e. Urusan produksi cairan obat luar Non Beta Laktam
f. Urusan produksi kemas Non Beta Laktam
Produksi
Sub Dep Beta Laktam Sub Dep Non Betalaktam
51
Departemen produksi bertugas melaksanakan produksi untuk
semua produk yang telah direncanakan berdasarkan Standar
Operasional Prosedur (SOP) dari tiap produk yang ada. Tiap langkah
dan tahapan kerja dicatat dalam lembaran kerja yang ditangani oleh
petugas pelaksana sebagai dokumentasi. Untuk seluruh kegiatan
produksi sampai didapatkan produk jadi dilakukan pengawasan mutu
(IPC). Kegiatan produksi dapat dilaksanakan apabila ada Surat Perintah
Produksi (SPP) yang telah diterima oleh Kepala Departemen Produksi
yang akan dicatat dan dibukukan. SPP diteruskan ke subdep Produksi
yang terlibat untuk dibuat jadwal untuk pelaksanaan produksi dan
disiapkan peralatan, ruang dan personil untuk keperluan tersebut.
Untuk pembuatan tablet dimulai dari penimbangan, pencampuran,
granulasi, pengeringan, pencetakan, dan penyalutan sediaan tablet. IPC
dilakukan secara periodik untuk pemeriksaan sifat alir, kelembapan,
homogenitas, kerapatan, ukuran dan bentuk partikel. Untuk
memperoleh produk yang baik, dilakukan pemeriksaan terhadap produk
antara atau produk ruahan yang dilakukan secara periodik setiap 30
menit meliputi pemeriksaan keseragaman bobot, ukuran tablet
(diameter dan ketebalan) serta kekerasan. Sedangkan Departemen
Wastu melakukan pemeriksaan terhadap produk ruahan yaitu sehari
satu kali pemeriksaan selama proses produksi berlangsung, dimana
pemeriksaan harus berdasarkan persyaratan Lafial yang sudah sesuai
dengan persyaratan Farmakope Indonesia Edisi III dan IV yang
meliputi keseragaman ukuran, kekerasan tablet, keregasan tablet,
52
keragaman bobot, waktu hancur, keseragaman sediaan, dan uji disolusi.
Kegiatan produksi diteruskan setelah tanda lulus dari Departemen
Wastu dan akan diserahkan ke sub departemen untuk dikemas sesuai
permintaan dalam SPP.
Pembuatan kapsul dimulai dari proses penimbangan,
pencampuran, pengisian, serta pemeriksaan yang meliputi keseragaman
bobot, kadar, waktu hancur, dan uji disolusi. Produk ruahan di
departemen ini apabila memenuhi persyaratan dari Departemen Wastu
akan diserahkan ke sub departemen pengemasan untuk dikemas sesuai
permintaan dalam SPP.
Pembuatan salep dan krim dimulai dari proses penimbangan,
pencampuran, pembuatan basis, pengisian ke dalam tube, serta
pemeriksaan meliputi pemeriksaan kadar zat aktif, homogenitas,
viskositas, dan pH. Produk ruahan di departemen ini apabila memenuhi
persyaratan dari Departemen Wastu akan diserahkan ke sub departemen
pengemasan untuk dikemas sesuai permintaan dalam SPP.
Proses pembuatan sirup dan suspensi meliputi penimbangan,
pencampuran, pengisian, dan pengemasan. IPC yang dilakukan yaitu
pemeriksaan kadar air dan kekentalan, keseragaman konsentrasi zat
aktif, bobot jenis dan pH. Proses pembuatan cairan obat luar Non beta
laktam yaitu penimbangan, pencampuran, pengisian, dan pengemasan.
Produk ruahan di departemen ini apabila memenuhi persyaratan dari
Departemen Wastu akan diserahkan ke sub departemen pengemasan
untuk dikemas sesuai permintaan dalam SPP.
53
Produk yang telah dikemas diperiksa oleh Wastu meliputi
pemeriksaan kebocoran strip atau blister dan nomor bets, tanggal
kadaluarsa, brosur, etiket, dan kemas sekunder. Obat jadi kemudian
disimpan dalam gudang obat jadi dan selanjutnya dikirim ke Diskesal
untuk didistribusikan.
d. Departemen Pengawasan Mutu (Wastu)
Departemen Wastu disebut juga dengan Quality Control (QC),
yang bertugas menyelenggarakan pengawasan atau pengujian mutu
produksi obat Lafial. Dalam melaksanakan tugas Departemen Wastu
menyelenggarakan fungsi-fungsi sebagai berikut:
1. Melaksanakan pengambilan contoh dan pemeriksaan terhadap
obat-obatan, makanan dan air yang digunakan di lingkungan TNI
AL atau tugas-tugas TNI.
2. Melaksanakan pemeriksaan mutu bekal farmasi (bahan baku obat,
obat setengah jadi dan bahan pengemas). Dalam rangka Drug
Quality Control dan Quality Assurance produksi obat Lafial sesuai
dengan persyaratan Farmakope Indonesia.
3. Melaksanakan pemeriksaan mutu obat, makanan dan air atas
permintaan instansi TNI yang membutuhkan.
4. Mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan programnya guna
menjamin pencapaian sasaran secara berhasil dan berdaya guna.
5. Mengajukan pertimbangan dan saran kepada Kepala Lafial
khususnya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan bidang
tugasnya.
54
Departemen Wastu terdiri dari tiga sub departemen, yaitu :
1. Sub Departemen Analisis Instrumental
Sub departemen ini bertugas melaksanakan pemeriksaan
menggunakan instrumen analisis fisika kimia bahan baku obat, obat
setengah jadi dan obat jadi, dalam rangka pengawasan mutu
obat Lafial serta pengawasan obat dan makanan di lingkungan TNI
AL.
Pemeriksaan yang dilakukan terhadap sediaan tablet, kapsul
dan kaplet meliputi kadar, keseragaman bobot, keragaman bobot,
kerapuhan tablet, disolusi, disintegrasi, uji kebocoran pada kemasan
primer strip/blister.
Pemeriksaan yang dilakukan terhadap sediaan cair dan salep
meliputi kadar, bobot jenis, pH, kekentalan, konsentrasi zat aktif,
kekeruhan, homogenitas dan tes kebocoran pada kemasan botol.
2. Sub Departemen Laboratorium Kimia
Sub Departemen ini bertugas melaksanakan pemeriksaan
secara kimiawi bahan baku obat, obat setengah jadi, obat jadi dan
bahan pengemas, dalam rangka pengawasan obat dan makanan di
lingkungan TNI AL. Sub departemen ini juga bertugas
melaksanakan pemeriksaan makanan, minuman dan air dalam
rangka pengawasan obat dan makanan di Iingkungan TNI AL.
Kegiatan rutin dari sub departemen ini adalah pemeriksaan air
terutama di lingkungan Lafial sendiri. Pemeriksaan air minum di
kapal TNI AL maupun masyarakat juga dilakukan terhadap ransum
55
tempur, menu harian dan makanan kemas tentara.
3. Sub Departemen Laboratorium Mikrobiologi
Sub departemen ini bertugas melaksanakan pemeriksaan secara
mikrobiologi bahan baku, obat setengah jadi dan bahan pengemas.
Pengujian diantaranya pengujian koefisien fenol, pengujian kualitas
air, pengujian potensi antibiotika, pengujian makanan dan minuman,
pengujian sterilitas ruangan dan peralatan di Departemen Produksi
dalam rangka pengawasan obat dan makanan di lingkungan TNI AL.
3.4. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia di Lafial Drs. Mochamad Kamal, Apt., terdiri
dari 101 orang yang memiliki pendidikan apoteker, asisten apoteker,
sarjana muda biologi, sarjana muda gizi, sarjana administrasi, analis, juru
obat, juru laboratorium, teknik, pendidikan umum dan dinas khusus. Bila
dilihat dari statusnya ada tiga golongan personalia, yaitu:
1. Militer terdiri dari Perwira Menengah, Perwira Pertama, Bintara, dan
Tamtama.
2. Pegawai Negeri Sipil terdiri dari Golongan III, Golongan II dan
Golongan I.
Waktu kerja di Lafial adalah sebagai berikut :
Hari Senin-Kamis : pukul 07.00 – 16.00 WIB
Hari Jumat : pukul 07.00 – 16.30 WIB
56
3.5. Produk
Selain obat dalam dan obat luar, Lafial Drs. Mochamad Kamal juga
menghasilkan produk farmasi yang berhubungan dengan Angkatan Laut.
Namun obat-obat untuk jenis penyakit yang spesifik tidak diproduksi di
Lafial seperti obat untuk penyakit kanker.
Lafial secara keseluruhan memproduksi beberapa jenis obat yang
terbagi menjadi dua golongan yaitu :
a. Produk β-Laktam
Terdiri dari Amoxicillin 500 mg kaplet.
b. Produk Non β-Laktam
1) Obat dalam
Sediaan padat : antibiotik (cefadroxil 500 mg dan ciprofloxacin
500 mg), dan non antibiotik (acyclovir 400 mg, methyl
prednisolon, antalgin 500 mg, antidiare, allopurinol 100 mg,
ponstal 500 mg, diklofal SR 100 mg, diklofal 50 mg, metformin
500 mg, glibenclamide 5 mg, maag, vitaneuron, vitarma).
Sediaan semipadat : paracetamol syrup, cough syrup,
diphenhydramin syrup, dan naval drink.
2) Obat luar
Sediaan semipadat : acyclovir cream, chloramphenicol 2% cream,
cholacort cream, gentamicin 0,1% cream, hydrocortisone 2,5%
cream.
Sediaan cair : povidone Iodine 10% 60 ml dan 100ml.
3) Farmasi Matra Laut dan Farmasi Militer
57
Pasta penyamaran, minyak senjata dan obat nyamuk.
3.6. Lokasi dan Sarana Produksi
3.6.1. Lokasi
Lafial terletak di Jl. Bendungan Jatiluhur No. 1 Jakarta Pusat.
Sebelah selatan dibatasi dengan Jl. Farmasi, sebelah barat dengan
Lembaga Kedokteran Gigi TNI AL (Ladokgi), sebelah utara dibatasi oleh
Sekesal Jakarta dan sebelah timur dibatasi dengan Jl. Bendungan Jati
Luhur. Lafial dibangun diatas tanah seluas 0,65 hektar dengan luas
bangunan kurang lebih 2.650 meter persegi.
3.6.2. Sarana Produksi
a. Bangunan
Bangunan berbentuk segi lima terdiri dari dua lantai meliputi ruang
produksi beta laktam 17 ruang, ruang produksi non beta laktam 28
ruang, laboratorium 5 ruang, ruang pendidikan, aula, gudang 6 ruang,
ruang kepala Lafial, ruang rapat, ruang administrasi, ruang teknik,
ruang pemegang kas, ruang tamu, ruang perpustakaan, kantin, ruang
ganti dan mushola.
b. Ruang dan Peralatan Produksi
Peralatan Produksi Lafial Drs. Mochamad Kamal meliputi peralatan
produksi beta laktam dan non beta laktam.
1) Ruang dan peralatan Produksi Beta Laktam.
Ruang produksi beta laktam terpisah dengan ruang NBL. Ruang
produksi bertekanan udara negatif. Udara dialirkan secara efektif dari
koridor ke ruang pengolahan. Ruang ini sesuai dengan fungsinya terdiri
58
dari air shower, ruang penimbangan, ruang pencampuran, ruang
granulasi kering, ruang cetak tablet, ruang isi kapsul, ruang isi sirup
kering, ruang produk antara, ruang produk ruahan, ruang stripping,
ruang IPC, pengemasan, hingga pencucian alat.
Mesin yang digunakan antara lain : Mesin cetak tablet JCMCO
Doubel layer, mesin kapsul otomatis Zanasi (pengisian kapsul untuk
amoxicillin 250 mg dengan cangkang kapsul no 2) dan Forecma
(biasanya digunakan untuk pembuatan amoxicillin 500 mg dengan
cangkang kapsul no 00), mesin cetak tablet Wilhem Fette, mesin
granulasi kering Rimex Model RM 300 (India, 1997), mesin pengisi
sirup kering, pengering, mesin stripting otomatis Forecma, mesin
penghitung (counting) Cheng New, mesin kemas sekunder, mesin
Mixing Drum Power Mixer Hang Yuh dan mesin cuci botol Semi
Automatic Rotary Forecma.
2) Ruang dan peralatan Produksi non Beta Laktam
Ruang produksi non Beta laktam memiliki tekanan udara positif.
Udara dialirkan secara efektif dari ruang pengolahan ke koridor melalui
HEPA filter. Ruang pengolahan di departemen ini sudah sesuai dengan
fungsinya seperti ruang timbang, ruang antara, ruang pencampuran,
ruang isi kapsul, ruang cetak tablet, ruang produk ruahan, ruang
granulasi kering, ruang IPC, ruang produk antara, stripping, hingga
ruang pengemas.
a. Mesin yang digunakan dalam proses produksi sediaan padat antara
lain : Timbangan, Mesin granulasi basah CY-06-12 Yung (Taiwan,
59
1980), Mesin pencampuran serbuk Kikusui (Jepang,1961), Mesin isi
kapsul ada 2 yaitu semi otomatis Forecma dan otomatis KDF-6
(Taiwan, 2002) , Mesin granulasi kering Kikusui, mesin cetak tablet
ada 5 yaitu Rimex (India,2003), JCMCO Double Layer (Taiwan,
1995), ZPY Double Layer , Cadmach (India,2007), dan Courtoy
(Belgia, 1961), Mesin salut film Thai coater-25 (Thailand, 1986),
Mesin stripping Single Roll Chung Yung, dan Stripping Single Roll
Lam Lyon.
b. Mesin yang digunakan dalam proses pembuatan sirup antara lain :
Mesin cuci botol semi automatic rotary Forecma (Taiwan, 1996),
Mesin pengering botol Pharmec (Buatan Indonesia tahun 1996, botol
yang sudah dicuci dikeringkan pada suhu 100°C selama 3 jam),
mesin pengisi sirup Foong Chang FS1001A (Taiwan, 1997), Mesin
penutup sekaligus Labelling JIH Cheng (Taiwan, 1995).
c. Mesin yang digunakan dalam proses produksi salep, antara lain :
Mesin pengisi salep Fong chang (Taiwan, 2005) dan Ganzhorn
Gasti (manual, buatan Jerman 1963), Mesin emulsifyng mixing
Minoga HS-100S (Taiwan, 1997).
3.7. Unit Pengolahan Limbah
Lafial Drs. Mochamad Kamal menyadari bahwa bukan hanya
semata-mata berusaha memproduksi obat yang baik tetapi juga harus
memikirkan dampak yang diakibatkan dari produksi obat tersebut
terhadap lingkungan. Dimana dari setiap proses produksi obat juga
memberikan dampak negatif berupa limbah padat dan cair. Limbah padat
60
dan cair yang dihasilkan ini tidak dapat langsung dibuang begitu saja,
tetapi memerlukan penanganan khusus agar tidak berbahaya bagi
masyarakat dan lingkungan sekitarnya.Salah satu hal penting dan perlu
diperhatikan oleh sebuah industri farmasi adalah masalah limbah.
Limbah merupakan hasil buangan dari produksi yang harus ditangani
secara tepat agar tidak menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan
sekitar. Pihak Lafial membentuk unit pengolahan limbah dengan tujuan
untuk mengantisipasi adanya pencemaran lingkungan. Teknik pengolahan
limbah di Lafial sudah memenuhi persyaratan seperti yang telah ditetapkan
sesuai persyaratan AMDAL. Limbah di Lafial meliputi limbah cair dan
limbah padat, dan limbah gas. Limbah padat dan cair yang dihasilkan ini
tidak dapat langsung dibuang begitu saja, tetapi memerlukan penanganan
khusus agar tidak berbahaya bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Untuk Lafial melakukan upaya pengelolaan lingkungan yang terdiri dari :
3.7.1. Upaya Pengolahan Limbah Padat
Sumber pencemaran limbah padat berasal dari debu atau serbuk obat
dari sistem pengendalian debu (dust collector), obat rusak, kadaluarsa,
obat sub standar (reject), kertas, karbon, plastik bekas, botol, aluminium
foil, dan lumpur dari instalasi pengolahan air limbah. Tolak ukur dari
dampak limbah padat berdasarkan SK Men LH No.50/MenLH/1995
tentang Baku Mutu Tingkat Kebauan Lingkungan pabrik yang bersih,
tidak berbau, tidak ada limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) dan
sampah tertata rapi. Upaya pengelolaan lingkungan meliputi :
1. Sampah domestik dibuatkan tempat sampah
61
2. Sisa kertas, karton, plastik dan aluminium foil dikumpulkan kemudian
dijual ke pengumpul sampah (perusahaan daur ulang sampah)
3. Debu atau sisa serbuk, obat rusak atau kadaluarsa serta lumpur dari
IPAL di bakar melalui incenerator bekerja sama dengan Rumah Sakit
TNI-AL Mintohardjo
3.7.2. Upaya Pengolahan Limbah Cair
Upaya Pengolahan limbah Cair Beta Laktam, sebagai berikut:
1. Penyaluran air limbah
a. Air limbah dari semua outlet air limbah Beta Laktam di alirkan ke
IPAL menggunakan saluran air limbah berupa jaringan perpisahan
b. Saluran air limbah menggunakan sistem penyaring gaya berat
(gravity filters)
c. Sistem gravity filters merupakan sistem pengaliran air dari sumber
ke reservoir dengan cara memanfaatkan energi potensial gravitasi
yang dimiliki air akibat perbedaan ketinggian lokasi sumber dengan
lokasi reservoir.
d. Untuk mengontrol kebuntuan saluran menggunakan control point
dengan cara membuka tutup control point
2. Storage tank
a. Sumber air limbah Beta Laktam dialirkan lewat saluran air limbah
masuk ke storage tank
b. Alat ini berfungsi untuk menghandel kotoran padat dan kotoran
melayang/scum
62
c. Alat ini juga berfungsi untuk proses anaerob dan homogenisasi air
limbah
d. Proses aerob juga digunakan untuk memecah ikatan air limbah
e. Equalisasi juga dilengkapi pengaman agar benda padat
(batu,tali,plastik) tidak masuk ke pompa input Beta Laktam yang
bisa menyebabkan transfer pump tersumbat dan terbakar
f. Dari storage tank air limbah dipompa ke unit proses hidrolisa
3. Unit proses hidrolisa
a. Air limbah dari storage tank dipompa masuk ke unit proses hidrolisa
b. Terjadi proses penaikan pH dengan sistem otomatis yang
menggunakan cairan bahan kimia NaOH/ sejenis
c. Air limbah dari unit proses hidrolisa mengalir gravitasi ke unit
proses normalisasi.
4. Unit proses Normalisasi
a. Air limbah dari unit proses hidrolisa mengalir gravitasi ke unit
proses normalisasi
b. Di unit proses normalisasi terjadi proses penormalan pH secara
otomatis yang menggunakan cairan bahan kimia H2SO4/ sejenis.
5. Unit proses sedimentasi
a. Air limbah dari unit proses hidrolisa mengalir gravitasi ke unit
proses sedimentasi
b. Di unit proses sedimentasi terdiri dari dua stage yang difungsikan
untuk proses penyempurnaan proses sedimentasi
63
c. Dari unit proses sedimentasi air limbah mengalir gravitasi ke
anorganik handling/filter.
6. Anorganik Handling/filter
a. Air limbah dari unit proses hidrolisa mengalir gravitasi ke anorganik
handling
b. Penanganan bau dan warna terdiri dari dua tahap untuk
menyempurnakan proses dari biofilter
c. Air limbah mengalir dari atas ke bawah
d. Terjadi proses netralisasi amoniak, warna, bau dan partikel lain
Upaya pengolahan limbah Non beta laktam dan Domestik sebagai berikut:
1. Penyaluran air limbah
a. Air limbah dari semua outlet air limbah domestik dialirkan ke IPAL
biofilter menggunakan saluran air limbah berupa jaringan perpipaan
b. Saluran air limbah menggunakan sistem gravity filter dan sistem
pompa
c. Untuk mengontrol kebuntuan saluran menggunakan control point
dengan cara membuka tutup control point
2. Anaerob zat equalization tank
a. Air limbah domestik berbagai gedung dialirkan masuk ke anaerob
zat equalization tank
b. Alat ini berfungsi mengatasi kotoran padat dan kotoran melayang
c. Alat ini juga berfungsi untuk proses anaerob dan homogenisasi air
limbah
64
d. Proses anaerobic digunakan untuk memecah ikatan polyphospat
detergent/ sabun
e. Equalisasi juga dilengkapi pengaman agar benda padat (batu, tali,
plastik) tidak masuk ke transfer pump yang bisa menyebabkan
transfer pump tersumbat dan terbakar
f. Dari equalisasi air limbah dipompa ke biofilter
3. Pengukuran polutant dan aerasi di biofilter
a. Biofilter terdiri dari dua stage/ kompartemen untuk
menyempurnakan proses dan menambah efisiensi penguraian
polutan air limbah
b. Di dalam biofilter stage I dan biofilter stage II, air limbah mengalir
dari bawah ke atas dan didistribusikan oleh distributor yang terletak
di dasar biofilter
c. Polutan akan diuraikan oleh bakteri pada media dan bakteri yang
membentuk flok diantara media didalam biofilter stage I dan
biofilter stage II
d. Di biofilter stage I akan terjadi proses reduksi BOD, COD, NH3 dan
polutan air oleh bakteri dan selanjutnya akan disempurnakan
biofilter stage II
e. Kebutuhan oksigen bakteri disuplai oleh udara dari blower yang
didistribusikan oleh sparger yang terletak pada dasar biofilter stage I
dan biofilter stage II
f. Biofilter dilengkapi defoaming untuk mereduksi busa/ foam yang
timbul
65
g. Dari biofilter stage I air mengalir ke biofilter stage II
h. Dari biofilter stage II air limbah mengalir secara gravitasi ke
filter/penanganan bau dan warna
i. Air limbah setelah keluar dari tahap ini mengalir ke filter
4. Filter/ penanganan bau dan warna
a. Penanganan bau dan warna terdiri dari dua tahap untuk
menyempurnakan proses dari biofilter
b. Air limbah mengalir dari atas ke bawah
c. Terjadi proses netralisasi amoniak, warna dan bau
d. Air limbah setelah keluar dari tahap ini sudah memenuhi syarat baku
air limbah
5. Deteksi mutu effluent di dalam kolam ikan dan klorinasi
a. Air dari filter/ penanganan bau dan warna mengalir gravitasi ke
kolam indikator
b. Kolam ikan untuk memudahkan deteksi mutu air limbah
c. Juga sebagai jaminan bahwa air limbah yang sudah diolah layak
buang
d. Untuk membunuh bakteri/ kuman, pada pipa enffluent di injeksikan
kaporit cair
e. Dosis kaporit diatur dengan dosing pump
f. Air limbah yang dibuang sudah memenuhi baku limbah industri
farmasi.
Berikut ini adalah persyaratan Baku Mutu Limbah Cair industri farmasi
berdasarkan keputusan 51/MenLH/10/1995 yaitu :
66
Parameter Proses pembuatanBahan Formula
Formulasi/Pencampuran
BOD5 100 ppm 75 ppm
COD 300 ppm 150 ppm
TSS 100 ppm 75 ppm
Total N 30 ppm -
Phenol 1,0 ppm -
pH 6,0-9,0 6,0-9,0
3.7.3 Upaya Pengolahan Limbah Gas atau pencemaran udara
Sumber pencemaran gas dan udara berasal dari debu selama proses
produksi, uap lemari asam di laboratorium, uap solven, proses film
coating, asap steam boiler, generator listrik atau incenerator. Adapun yang
menjadi tolak ukur dampak adalah SK Men LH No.13/MenLH/1995
tentang Bahan Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak. Pemantauan kualitas
udara di dalam dan di luar lingkungan industri, meliputi kadar asam
sulfida, amoniak, sulfit, karbon monoksida dan nitrit. Upaya pengendalian
lingkungan meliputi :
1. Lemari asam dilengkapi dengan exhaust fan dan cerobong yang
dilengkapi dengan absorben.
2. Solven di ruang coating digunakan dust collector (wet system)
3. Debu di sekitar mesin produksi dipasang penyedot debu dan dust
collector unit.
4. Asap dari genset dan incenerator dibuat cerobong asap.
3.7.4 Upaya Pengolahan Limbah Suara dan Getaran
67
Sumber pencemaran berasal dari suara dan getaran dari mesin-mesin
pabrik, genset, dan steam boiler dengan pemantauan angka kebisingan dan
getaran di dalam dan di luar area pabrik. Kebisingan maksimal 65 dB dan
getaran maksimal 7,5 Hz. Upaya pengelolaan lingkungan meliputi :
1. Untuk menanggulangi kebisingan yang ditimbulkan oleh genset,
dibuat ruangan berdinding (double cover) dan dilakukan perawatan
mesin secara berkala.
2. Untuk menanggulangi getaran yang ditimbulkan oleh mesin genset
dan mesin-mesin lainnya, diletakkan pada lantai yang telah dicor
beton dan diberi penguat (pengunci antara mesin dan lantai).
top related