bab ii kajian pustaka 2.1. 2.1.1
Post on 29-Jan-2022
18 Views
Preview:
TRANSCRIPT
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
2.1.1. Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Terdapat beberapa definisi UMKM di Indonesia, pertama definisi menurut
undang-undang nomor 9 Tahun 1995. Usaha kecil didefinisikan sebagai:
“Usaha produktif milik warga negara Indonesia yang berbentuk badan usaha
perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha
berbadan hukum, termasuk koperasi.”
Definisi lain menurut undang-undang nomor 20 Tahun 2008 Pasal 1 tentang
kententuan umum Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; sebagai berikut :
“Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini.”
“Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah
atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana
dimaksud dalam undang-undang ini.”
“Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil
atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.”
2.1.2. Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Berdasarkan definisi UMKM menurut undang-undang, setiap ukuran badan
usaha diklasifikasikan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Undang-undang Nomor
10
20 Tahun 2008 BAB IV Pasal 6 mengenai kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Kriteria UMKM
Ukuran
Usaha
Aset Omzet
Usaha
Mikro
Maksimal Rp50.000.000
(lima puluh juta rupiah)
Maksimal
Rp300.000.000 (tiga
ratus juta rupiah)
Usaha
Kecil
Rp50.000.000 (lima puluh
juta rupiah) sampai dengan
Rp500.000.000 (lima ratus
juta rupiah)
Rp300.000.000 (tiga
ratus juta rupiah)
sampai dengan
Rp2.500.000.000
(dua milyar lima
ratus juta rupiah)
Usaha
Menengah
Rp500.000.000 (lima ratus
juta rupiah) sampai dengan
Rp1.000.000.000 (satu
milyar rupiah)
Rp2.500.000.000
(dua milyar lima
ratus juta rupiah)
sampai dengan
Rp50.000.000.000
(lima puluh milyar
rupiah)
2.2. Akuntansi UMKM
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang ada di Indonesia terbagi menjadi
empat macam yang lebih dikenal dengan empat pilar standar akuntansi keuangan.
Standar tersebut disusun mengikuti perkembangan dunia usaha yang ada di
Indonesia. Adapun empat pilar standar keuangan tersebut antara lain: PSAK-IFRS,
SAK-ETAP, PSAK Syariah, dan SAP Pemerintahan. Standar-standar tersebut
memiliki fungsinya masing-masing. PSAK-IFRS diterapkan untuk badan
akuntabilitas publik/umum seperti perusahaan publik, BUMN, perbankan, dan lain
11
sebagainya. SAK-ETAP diterapkan untuk badan yang tidak memiliki akuntabilitas
publik misalnya Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
SAK ETAP berbeda dengan SAK untuk perusahaan go public. Jika dilihat
dari tingkat kompleksitasnya, PSAK ETAP ini lebih mudah dipahami jika
dibandingkan dengan PSAK lainnya dan juga lebih sederhana. Sesuai dengan ruang
lingkup SAK ETAP maka standar tersebut dimaksudkan untuk entitas tanpa
akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas publik yang dimaksud adalah entitas
yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan dan menerbitkan laporan
keuangan untuk tujuan umum general purpose financial statement bagi pengguna
eksternal (DSAK, 2009). Selain SAK ETAP ada pun standar yang dikhususkan untuk
pelaporan entitas mikro, kecil, dan menengah.
2.3. SAK EMKM (Entitas Mirko Kecil dan Menengah)
SAK EMKM adalah penyederhanaan dari SAK ETAP yang dikhususkan bagi
Entitas Mikro Kecil dan Menengah. SAK EMKM berisi pengaturan akuntansi yang
lebih sederhana dari SAK ETAP karena mengatur transaksi yang dilakukan olek
EMKM dengan pengukuran yang menggunakan biaya historis. SAK ini diharapkan
dapat membatu pelaku UMKM dalam menyusun laporan keuangan sehingga
memudahkan pelaku usaha dalam mendapatkan pendanaan (IAI, 2016).
Dalam memudahkan pelaku usaha, laporan keuangan untuk UMKM yang
diatur dalam SAK EMKM minimal terdiri dari:
a. Laporan posisi keuangan pada akhir periode,
b. laporan laba rugi selama periode, dan
12
c. catatan atas laporan keuangan yang berisi tambahan dan rincian pos-pos tertentu
yang relevan.
Tiga ketentuan laporan keuangan diatas bisa disusun secara otomatis oleh aplikasi SI
APIK hanya dengan memasukkan transaksi-transaksi.
2.4. Sistem Informasi Aplikasi Pencatatan Informasi Keuangan (SI APIK)
SI APIK atau singkatan dari Sistem Informasi Aplikasi Pencatatan Informasi
Keuangan merupakan aplikasi akuntansi dibuat oleh Bank Indonesia (BI) yang
menawarkan pencatatan keuangan sederhana, mudah, dan cepat yang berbasis mobile
apps. SI APIK ini tidak hanya aplikasi untuk mencatat keuangan namun juga
menyediakan proses akuntansi hingga penyusunan laporan keuangan. Laporan
keuangan yang dihasilkan oleh aplikasi ini mengacu pada standar yang disusun oleh
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Aplikasi ini mencatat sistem double entry dengan
input single entry sehingga dapat memudahkan pengguna dan pencatatan persediaan
menggunakan metode FIFO (First In First Out) (Marlina et. al. 2018).
13
Berikut ini adalah beberapa gambar tampilan dari aplikasi SI APIK :
Gambar 2.1
Tampilan Pembuka Aplikasi SI APIK
Gambar 2.2
Halaman Daftar Usaha
14
Halaman daftar usaha memberikan opsi kepada kita untuk bisa menyimpan
beberapa usaha dalam sebuah platform. Kita bisa memilih beberapa jenis usaha dari
perdagangan, manufaktur hingga jasa.
Gambar 2.3
Tampilan Menu Transaksi
Dalam tampilan menu transaksi, terdapat dua pilihan menu transaksi yang
dapat kita pilih sesuai yang dibutuhkan yaitu transaksi penerimaan dan transaksi
pengeluaran. Dalam transaksi penerimaan terdapat beberapa submenu yang berisikan
transaksi-transaksi masuknya uang antara lain penjualan, hutang, modal, penghasilan
lain, dan lain sebagainya. Begitu pula dengan transaksi pengeluaran, terdapat
beberapa submenu yang berisikan transaksi-transaksi keluarnya uang antara lain,
pembelian persediaan, pembayaran kewajiban, pembelian aset, beban, penghapusan
piutan, dan lain sebagainya.
15
Gambar 2.4
Tampilan Menu Penjualan
Menu pertama adalah menu penjualan, dalam menu penjualan terdapat
beberapa klasifikasi transaksi, antara lain penjualan tunai, penjualan kredit,
penbayaran utang dari pelanggan, penjualan aset, penjualan ekspor dan lain
sebagainya. Dalam setiap klasifikasi transaksi tersebut terdapat petunjuk yang
disediakan oleh aplikasi SI APIK yang dapat memudahkan pengguna dalam
melakukan input. Misalnya pada sub menu klasifikasi transaksi penjualan tunai,
setelah memilih penjualan tunai maka akan ada pop-up information yang
menunjukkan definisi dari transaksi tersebut, contoh kasus dan cara untuk
menggunakan atau menginput datanya.
16
Gambar 2.5
Tampilan Menu Pembelian
Menu selanjutnya adalah menu pembelian, dalam menu pembelian ada dua
submenu jenis transaksi yaitu penjualan persediaan tunai dan penjualan persediaan
kredit. Seperti pada menu pembelian, setelah kita memilih sub menu transaksi
pembelian persediaan tunai maupun kredit, akan muncul pop up information yang
memberikan penjelasan mengenai definisi transaksi tersebut serta contoh kasus
beserta jurnal akuntansinya.
17
Gambar 2.6
Tampilan Menu Laporan
SI APIK menyediakan menu laporan yang dapat langsung dibaca hanya
dengan memilih menu laporan dan memilih laporan yang ingin dibuat. Dalam menu
laporan terdapat beberapa laporan yang dapat kita pilih, yaitu laporan posisi
18
keuangan (neraca), laporan laba rugi dan saldo laba, laporan arus kas, dan lain
sebagainya. Cara membuat laporannya sangat mudah, kita hanya perlu memasukkan
periode laporan yang akan kita lihat dan laporan tersebut dengan sendirinya akan
terbentuk. Selain itu laporan juga bisa disimpan dalam bentuk .pdf maupun .xls.
2.5. Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT)
Venkatesh et al. (2003) merancang teori dengan menggabungkan (unified)
delapan model penerimaan teknologi yang telah exist sebelumnya, yaitu TRA
(Theory of Reason Action), TAM (Technology Acceptance Model), MM
(Motivational Model), TPB (Theory od Planned Behavior), C-TAM-TPB (Combined
TAM and TPB), MPCU (Model of PC Utilities), IDT (Innovation Diffusion Theory),
SCT (Social Cognitive Theory).
Venkatesh et al. (2003) menggunakan delapan teori yang sudah ada
sebelumnya untuk mengembangkan sebuah model baru yang saling terhubung.
Gabungan model (unified model) tersebut kemudian disebut dengan nama teori
gabungan penerimaan dan penggunaan teknologi (Univied Theory of Acceptance and
Use of Technology) atau yang dikenal dengan singkatannya yaitu UTAUT.
19
Teori ini digunakan untuk menilai bagaimana pengguna mau menerima dan
menggunakan sebuah teknologi baru. Untuk menilai dan menggambarkan bagaimana
pengguna menerima dan menggunakan teknologi, teori ini menggunakan empat
konstruk yaitu performance expectancy, effort expectancy, social influence dan
facilitating condition untuk memprediksi niat keperilakuan (behavioral intention) dan
perilaku menggunakan (use behavior). Gambar 2.4 menjelaskan hubungan antar
masing-masing variabel dalam teori UTAUT.
Sumber: (Venkatesh et al., 2003)
Gambar 2.7
Hubungan Antar Konstruk dalam UTAUT
20
a. Performance Expectancy (Ekspektansi Kinerja)
Performance Expectancy dapat didefinisikan sebagai harapan kinerja dari
sistem atau tingkat dimana seseorang percaya bahwa dengan menggunakan suatu
sistem akan membantu dia untuk mendpatkan keuntungan dalam kinerja (Jogiyanto,
2007). Menurut Venkatesh et al., (2003) konstruk ini tersusun atas lima variabel dari
beberapa model sebelumnya tentang penerimaan dan penggunaan teknologi yaitu :
extrinsic motivation, job-fit, outcome expectations, perceived usefulness, dan relative
adventage.
b. Effort Expectancy (Ekspektansi Usaha)
Venkatesh et al. (2003) mendefinisikan effort expectancy sebagai harapan
usaha yang dikeluarkan untuk mengoperasikan sistem atau tingkat kemudahan (dapat
mengurangi upaya tenaga dan waktu) yang dirasakan seorang individu terkait dengan
penggunaan sistem. Kemudahan tersebut dapat menimbulkan kepercayaan pengguna
bahwa sistem tersebut memberikan manfaat sehingga timbul rasa nyaman apabila
menggunakan sistem tersebut dalam melakukan pekerjaan (Hamzah, 2009).
c. Social Influence (Pengaruh Sosial)
Social Influence dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan oleh individu
dalam mengubah sebuah kepercayaan, persepsi dan tingkah laku orang lain atau
tingkat kepercayaan seseorang bahwa orang lain dapat mempengaruhi perilaku untuk
menggunakan teknologi informasi terbaru (Venkatesh et al., 2003). Menurut
Venkatesh & Davis, (2000) pengaruh sosial mempunyai dampak perilaku individual
melalui tiga mekanisme yaitu internalisasi (internalization), ketaatan (compliance),
21
dan identifikasi (identification). Dapat disimpulkan bahwa semakin besar pengaruh
yang diberikan dalam sebuah lingkungan terhadap calon pengguna teknologi untuk
menggunakan suatu teknologi yang baru makan semakin besar minat yang dapat
timbul dari calon pengguna tersebut karena pengaruh yang kuat dari lingkungan.
d. Facilitating Condition (Kondisi yang Memfasilitasi)
Facilitating Condition dapat diartikan sejauh mana seseorang percaya bahwa
infrastruktur (baik perangkat maupun informasi) yang tersedia bagi dirinya dapat
mendukung operasional suatu sistem (Venkatesh et al., 2003). Dalam konstruk ini
terdapat gabungan variabel dari model penelitian sebelumnya tentang model TAM.
Variabel tersebut adalah: facilitating conditions, compability, dan perceived
behavioral intention (Jogiyanto, 2007).
e. Behavioral Intention (Niat Keperilakuan)
Menurut Jogiyanto (2007) seorang individu akan melakukan suatu perilaku
jika mempunyai keinginan atau minat untuk melakukannya. Behavioral Intention
digunakan untuk menggambarkan seberapa besar keinginan calon pengguna untuk
menggunakan teknologi tersebut.
Dalam penelitian ini, peneliti menambahkan tiga konstruk tambahan yang
diambil dari beberapa penelitian terdahulu. Konstruk tersebut antara lain technology
anxiety, perceived trust dan perceived risk.
a. Technology Anxiety (Kecemasan Teknologi)
Kecemasan akan teknologi (Technology Anxiety/TA) adalah respon emosional
dan/atau berkaitan dengan ketakutan atau ketidaknyamanan pengalaman seseorang
22
ketika mereka memikirkan tentang penggunaan teknologi (Hoque & Sorwar, 2017).
TA merupakan salah satu indikasi calon pengguna teknologi mau menggunakannya
atau tidak. Tentu saja apabila calon pengguna memiliki pandangan terhadap suatu
perkembangan teknologi akan berdampak pada keinginan dalam menggunakan
teknologi tersebut.
Ketakutan konsumen seperti melakukan kesalahan saat menggunakan
aplikasi, merusak peralatan, atau terlihat tidak mampu menggunakannya dapat
membuat perasaan yang mempengaruhi sikap terhadap suatu teknologi. Sikap ini
dinamakan Information Technology and Computer Anxiet (Dilek & Hatice, 2018).
b. Perceived Risk (Persepsi Risiko)
Persepsi Risiko (Perceived Risk/PR) didefinisikan sebagai ukuran mau
tidaknya calon pengguna teknologi menerima bahwa mereka mungkin akan
mendapatkan beberapa risiko dari penggunaan teknologi tersebut (Abrahão,
Moriguchi, & Andrade, 2016). Semakin tingginya persepsi risiko dapat menyebabkan
orang ketakutan lebih tinggi pula pada saat menggunakan aplikasi tersebut, begitu
pula sebaliknya.
SI APIK adalah aplikasi yang dikembangkan oleh Bank Indonesia berbasis
mobile platform yang dapat terhubung dengan internet. Hal tersebut menjadikan SI
APIK sangat mudah untuk mendapat risiko seperti kebocoran data pribadi,
pembajakan, dan lain sebagainya.
c. Perceived Trust (Persepsi Kepercayaan)
Variabel lain yang memiliki pengaruh terhadap minat penggunaan teknologi
adalah kepercayaan. Kepercayaan menjadi hal yang sangat penting dalam dunia
23
bisnis, dan juga menjadi pendorong calon pengguna teknologi untuk mau
menggunakan atau tidak (Giovanis et al., 2018). Persepsi kepercayaan (Perceived
Trust/PT) dapat diartikan sebagai yakin tidaknya calon pengguna tekonogi tersebut
bahwa teknologi tersebut aman digunakan.
2.6. Penelitian Terdahulu
Berikut merupakan tabel penelitian terdahulu yang dijadikan acuan penulis
dalam penelitian dan digunakan peneliti dalam menentukan variabel penelitian
sebagai berikut:
Tabel 2.2
Tabel Penelitian Terdahulu
No Penelitian dan
Tahun Judul Penelitian
Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
1. Winduwiratsoko
(2018) Analisis
Penerapan Model
UTAUT untuk
Memahami
Penerimaan dan
Penggunaan
Layanan E-
Banking oleh
Nasabah di
Provinsi Daerah
Istimewa
Yogyakarta
Independen:
Harapan
kinerja,
harapan usaha,
pengaruh
sosisal, kondisi
fasilitas,
keinginan
menggunakan
Dependen:
Penggunaan
nyata
Harapan kinerja,
kondisi fasilitas dan
harapan usaha,
memiliki pengaruh
signifikan terhadap
minat untuk
menggunakan.
Pengaruh social
tidak memiliki
pengaruh signifikan
terhadap minat
untuk
menggunakan.
2. Hoque & Sorwar
(2017)
Understanding
Factors
Influencing the
Adoption of
mHealth by the
Elderly: An
Extention of the
UTAUT Model
Independen: Performance
expectancy,
effort
expectancy,
social
influence,
facilitating
conditions,
Performance
expectancy, effort
expectancy, social
influence, memiliki
pengaruh positif
signifikan terhadap
behavioral
intention.
24
No Penelitian dan
Tahun Judul Penelitian
Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
technology
anxiety,
resistance to
change,
behavioral
intention
Dependen:
Use behavior
technology anxiety dan resistance to
change
berpengaruh
negative signifikan.
Sedangkan
facilitating
conditions tidak
memiliki pengaruh
signifikan terhadap
behavioral
intention.
3. Hsu, Lin, Chen,
Chang, & Hsieh
(2017)
Investigating the
determinants of e-
book adoption
Independen: Performance
expectancy,
effort
expectancy,
social
influence,
social
influence,
facilitating
conditions,
environmental
concern,
perceived
benefit,
benevolence
trust.
Dependen:
Usage
Intention
Performance
expectancy, effort
expectancy, social
influence, dan
facilitating
conditions memiliki
pengaruh signifikan
terhadap usage
intention.
Sedangkan
environmental
concern, perceived
benefit, dan
benevolence trust
tidak memiliki
pengaruh signifikan
terhadap usage
intention.
4. Sharma &
Bansal (2013)
Using UAUT 2
model to predict
mobile app based
shopping:
evidence from
India
Independen:
Facilitating
conditions,
performance
expectancy,
effort
expectancy,
social
influence,
hedonic
motivations,
Performance
expectancy, effort
expectancy, social
influence, hedonic
motivations, habit,
price value
memiliki pengaruh
signifikan terhadap
behavioral
intention.
25
No Penelitian dan
Tahun Judul Penelitian
Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
price value,
habit,
behavioral
intentions,
deal
proneness.
Dependen:
Use behavior
5. Abrahão,
Moriguchi, &
Andrade (2016)
Intention of
adoption of
mobile payment:
An analysis in the
light of the
Unifies Theory of
Aceptance and
Use od
Technology
(UTAUT)
Independen:
Performance
expectancy,
effort
expectancy,
social
influence,
perceived risk,
perceived cost.
Dependen:
Behavioral
intention
Performance
expectancy, effort
expectancy, social
influence,
berpengaruh positif
signifikan terhadap
behavioral
intention.
Perceived risk
berpengaruh
signifikan terhadap
behavioral
intention.
6. Aulia (2018) Penerapan Model
Unified Theory of
Acceptance and
Use of
Technology 2
Terhadap Minat
dan Perilaku
Penggunaan E-
TICKET di
Yogyakarta
Independen:
Ekspektansi
Kinerja,
Ekspektansi
Usaha,
Motivasi
Hedonisme,
Nilai Harga,
Kondisi yang
Memfasilitasi,
Kebiasaan,
Minat
Penggunaan e-
Ticket
Dependen:
Perilaku
Penggunaan E-
Ticket
Ekspektansi Usaha,
Motivasi
Hedonisme, Nilai
Harga, Kebiasaan
berpengaruh positif
signifikan terhadap
minat penggunaan.
Ekspektansi
Kinerja, Kondisi
yang Memfasilitasi
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
minat penggunaan.
7. Giovanis,
Assimakopoulos,
Adoption of
mobile self-Independen:
Performace
Performance
expectancy, effort
26
No Penelitian dan
Tahun Judul Penelitian
Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
& Sarmaniotis
(2018)
service retail
banking
technologies, The
role of
technology,
social, channel
and personal
factors.
expectancy,
effort
expectancy,
social
influence,
perceived risk,
perceived
trust,
innovativeness
Dependen:
Intention to
use
expectancy,
perceived trust,
innovativeness
berpengaruh positif
signifikan terhadap
intention to use.
Perceived risk
berpengaruh
negative signifikan
terhadap intention
to use.
2.7. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis penelitian ini dapat
dilihat sebagai berikut
2.7.1. Facilitating Conditions dan Niat untuk Menggunakan Aplikasi SI APIK
Facilitating Conditions adalah persepsi konsumen tentang media berupa
dukungan (pengetahuan dan kemampuan pengguna) dan perangkat yang tersedia
untuk melakukan suatu perilaku (Venkatesh et al., 2003). Facilitating conditions
memiliki pengaruh terhadap minat menggunakan teknologi, maka semakin tinggi
dukungan pengetahuan, kemampuan pengguna, dan adanya perangkat pendukung
maka semakin tinggi minat perilaku penggunaan teknologi tersebut.
Teori tersebut didukung oleh penelitian Hsu et al. (2017) yang menyebutkan
bahwa facilitating conditions memiliki pengaruh positif signifikan terhadap minat
menggunakan teknologi. Hal tersebut menyatakan bahwa facilitating conditions atau
kondisi yang memfasilitasi memiliki pengaruh terhadap minat untuk menggunakan
27
teknologi. Hal tersebut berarti bahwa semakin tinggi dukungan yang tersedia seperti
perangkat mobile, informasi tentang teknologi dan tingginya kemampuan pengguna
akan mempunyai pengaruh terhadap minat menggunakan. Oleh karena itu, semakin
banyak tersedianya dukungan (pengetahuan, kemampuan, perangkat) para pemilik
UMKM, maka pemilik UMKM akan berkeinginan untuk menggunakan SI APIK
sebagai aplikasi pencatatan akuntansi mereka. Berdasarkan uraian tersebut dapat
disimpulkan dengan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Facilitating Conditions berpengaruh positif terhadap niat pemilik UMKM
untuk menggunakan Aplikasi SI APIK
2.7.2. Effort Expectancy dan Niat untuk Menggunakan Aplikasi SI APIK
Venkatesh et al., (2003) mendeskripsikan bahwa effort expectancy merupakan
tingkat kemudahan dalam penggunaan teknologi baik dapat mengurangi upaya
tenaga maupun waktu individu dalam melakukan pekerjaannya. Ada tiga indikator
yang membentuk konsep ini yaitu, kemudahan penggunaan (ease of use), kemudahan
penggunaan persepsian (perceived ease of use), dan kompleksitas. Hasil penelitian
Dalam penelitiannya, Venkatesh et al. (2003) mengutarakan bahwa kemudahan
penggunaan sistem informasi akan menimbulkan perasaan seseorang bahwa dengan
menggunakan sebuah sistem akan memberikan manfaat dan terciptanya rasa nyaman.
Hasil penelitian Winduwiratsoko (2018) yang membahas tentang analisis
penerapan model utaut untuk memahami penerimaan dan penggunaan layanan e-
banking oleh nasabah di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta didapat hasil bahwa
pengguna yang memiliki harapan usaha effort expectancy tinggi mempunyai
keinginan menggunakan sistem e-banking yang lebih tinggi daripada pengguna yang
28
memiliki harapan usaha yang rendah. Sama halnya dengan penelitian Hsu et al.
(2017) menyatakan bahwa effort expectancy berpengaruh positif dan signifikan
terhadap minat menggunakan. Oleh karena itu, jika pemilik UMKM
mengekspektasikan SI APIK dapat digunakan dengan mudah maka mereka akan
berkeinginan untuk menggunakan aplikasi SI APIK, begitu pula sebaliknya.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan dengan hipotesis sebagai berikut :
H2 : Effort Expectancy memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap niat
pemilik UMKM untuk menggunakan Aplikasi SI APIK
2.7.3. Social Influence dan Niat untuk Menggunakan Aplikasi SI APIK
Social Influence menggambarkan pengaruh faktor lingkungan seperti
pendapat dari teman, kerabat atau orang-orang yang memiliki hubungan khusus
dalam meyakinkan pengguna untuk menggunakan suatu teknologi baru (Venkatesh et
al., 2003). Social Influence adalah keyakinan dimana pengguna merasa bahwa orang-
orang berpengaruh disekitarnya (teman dan keluarga) percaya mereka harus
menggunakan suatu teknologi tertentu untuk menunjang kegiatannya (Venkatesh,
Thong, & Xu, 2012). Pendapat orang-orang tesebut akan mempengaruhi intensi
pemilik UMKM terhadap minat untuk menggunakan SI APIK, sehingga semakin
tinggi intensi pemilik UMKM terpengaruh terhadap lingkungan sosialnya, semakin
tinggi pula minatnya untuk menggunakan SI APIK.
Penelitian Hoque & Sorwar (2017) yang membahas mengenai faktor yang
mempengaruhi adopsi mHealth terhadap orang tua di Bangladesh didapat hasil bahwa
para orangtua mengadopsi mHealth karena adanya dorongan dari lingkungannya
terkhusus anggota keluarganya. Begitupula dengan penelitian lain oleh Hsu et al.
29
(2017), Sharma & Bansal (2013), Abrahão et al. (2016) sejalan dengan pernyataan
Venkatesh (2012) bahwa social influence memiliki pengaruh positif signifikan
terhadap minat konsumen untuk menggunakan sebuah teknologi. Hal tersebut
menyatakan bahwa social influence berpengaruh terhadap minat untuk menggunakan
sebuah sistem atau teknologi. Maka dari itu, apabhila pemilik UMKM mendapat
dorongan sosial yang tinggi dari orang-orang disekitarnya untuk menggunakan SI
APIK akan dapat menjadikan pemilik UMKM ingin menggunakan aplikasi SI APIK
tersebut sebagai aplikasi pencatatan akuntansi mereka. Dengan demikian, penulis
merumuskan hipotesis berdasarkan penelitian oleh terdahulu bahwa:
H3 : Social Influence berpengaruh positif terhadap niat pemilik UMKM untuk
menggunakan Aplikasi SI APIK
2.7.4. Performance Expectancy dan Niat untuk Menggunakan Aplikasi SI APIK
Performance Expectancy adalah tingkat dimana pelanggan yakin dengan
penggunaan teknologi yang diadopsi akan memberikan manfaat ketika melakukan
aktivitas tertentu (Venkatesh et al., 2012). Seseorang yakin bahwa dalam
menggunakan sebuah teknologi akan menguntungkan dan meningkatkan kinerja
penggunanya. UTAUT menjelaskan bahwa performance expectancy dapat
mempengaruhi minat seseorang dalam menggunakan teknologi. Semakin SI APIK
berguna bagi pekerjaan, maka pengguna akan merespon positif terhadap aplikasi SI
APIK sehingga performance expectancy dapat mempengaruhi minat pengguna untuk
mengadopsi SI APIK. Ketika pemilik atau manajer UMKM menggunakan SI APIK
dan memungkinkan mereka untuk menyelesaikan pekerjaan (melakukan pembukuan
hingga pembuatan laporan keuangan) dan meningkatkan produktivitasnya, maka
30
mereka akan semakin berminat untuk menggunakan SI APIK. Hal tersebut
dikarenakan para pengguna merasa mendapat banyak manfaat yang berguna untuk
penyelesaian pekerjaannya. Minat seseorang dalam menggunakan sistem atau
teknologi baru tidak hanya diukur dari seberapa besar sistem memberikan dampak
positif tetapi juga seberapa sistem ini dapat memberikan kemudahan (Venkatesh &
Davis, 2000).
Variabel ini dianggap penting karena pada penelitian sebelumnya terbukti
sebagai faktor yang paling mempengaruhi penerimaan seseorang terhadap teknologi.
Pendapat tersebut didukung secara empiris oleh penelitian Winduwiratsoko (2018),
Hoque & Sorwar (2017), Hsu et al. (2017), Sharma & Bansal (2013), Abrahão et al.
(2016) yang menjelaskan bahwa tingkat keyakinan bahwa sistem dapat memberikan
kemudahan dalam pekerjaan mereka akan memunculkan minat penggunaan yang
positif. Hal tersebut menjelaskan bahwa performance expectancy berpengaruh
terhadap minat menggunakan. Dengan demikian peneliti merumuskan hipotesis
sebagai berikut:
H4 : Performance Expectancy berpengaruh positif terhadap niat pemilik UMKM
untuk menggunakan Aplikasi SI APIK
2.7.5. Technology Anxiety dan Niat untuk Menggunakan Aplikasi SI APIK
Technology Anxiety menjelaskan tentang ketakutan dan rasa ketidak
nyamanan pemilik UMKM dalam menggunakan aplikasi SI APIK. Menurut Hoque &
Sorwar (2017) Technology Anciety adalah respon emosional negative yang
berhubungan dengan ketakutan atau ketidaknyamanan pengalaman seseorang ketika
31
mereka berpikir tentang penggunaan teknologi. Rasa tidak nyaman seperti takut
melakukan kesalahan saat mencatat transaksi, rasa takut mengalami kerusakan
perangkat dapat berdampak negatif terhadap sikap untuk menggunakan aplikasi SI
APIK. Rasa takut dan tidak nyaman yang dialami oleh pengguna akan berdampak
terhadap minat untuk menggunakan teknologi tersebut. Hasil penelitian Hoque &
Sorwar (2017) menjelaskan bahwa technology anxiety memberikan dampak negatif
terhadap minat pengguna untuk mengadopsi sebuah teknologi. Hal tersebut
dikarenakan para pengguna merasakan adanya ketidaknyamanan dalam
menggunakan aplikasi tersebut sehingga menurunkan minat untuk menggunakannya.
H5 : Technology Anxiety berdampak negatif terhadap niat pemilik UMKM untuk
menggunakan Aplikasi SI APIK
2.7.6. Perceived Risk dan Niat untuk Menggunakan Aplikasi SI APIK
Abrahão et al. (2016) Perceived Risk ini didefinisikan sebagai tingkat dimana
konsumen percaya bahwa mereka akan terkena risiko keuangan, sosial, psikologis,
fisik ataupun waktu. Persepsi risiko atau perceived risk dalam konteks penelitian ini
yaitu adanya kemungkinan pemilik UMKM mendapatkan kerugian yang berarti
dibanding dengan manfaat yang didapatkannya, seperti adanya kehilangan data
sensitif, risiko terjadinya kesalahan dalam penggunaan SI APIK, dan lain sebagainya.
Persepsi risiko yang tinggi dapat menyebabkan seseorang memiliki ketakutan yang
lebih tinggi dalam menerima teknologi baru, begitu pula sebaliknya. Hal tersebut
akan memberikan dampak negatif terhadap niat pemilik UMKM untuk menggunakan
aplikasi SI APIK.
32
Hasil penelitian Abrahão et al. (2016) dan Giovanis et al. (2018) menjelaskan
bahwa perceived risk berdampak negatif signifikan terhadap minat menggunakan.
Hal tersebut diakibatkan karena semakin tinggi tingkat anggapan risiko yang diterima
pengguna akan mengakibatkan rendahnya minat pengguna untuk menggunakan
aplikasi atau teknologi tersetbut. Dengan demikian penulis merumuskan hipotesis
sebagau berikut:
H6 : Perceived Risk berdampak negatif terhadap niat pemilik UMKM untuk
menggunakan aplikasi SI APIK
2.7.7. Perceived Trust dan Niat untuk Menggunakan Aplikasi SI APIK
Konstruk lain yang memiliki peran penting dalam penelitian adopsi
penerimaan teknologi adalah persepsi kepercayaan (perceived trust). Trust memiliki
peran yang penting dalam menjelaskan adopsi, trust mengacu pada keyakinan
subyektif pengguna bahwa penyedia layanan dapat memenuhi kebutuhan dan haknya
Giovanis et al., (2018). Dalam konteks penelitian ini perceived trust meliputi
kepercayaan pemilik UMKM terhadap aplikasi SI APIK bahwa penyedia layanan
dapat memberikan hak pengguna sebagaimana mestinya seperti menjamin pengguna
bahwa aplikasi SI APIK ini aman digunakan, aplikasi ini dapat dipercaya dan lain
sebagainya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Giovanis et al. (2018) menjelaskan
bahwa perceived trust berdampak positif dan signifikan terhadap minat untuk
menggunakan sebuah teknologi. Hal tersebut dikarenakan pengguna merasa percaya
bahwa teknologi yang akan digunakannya akan memberikan hak pengguna
sebagaimana mestinya. Semakin tinggi developer sebuah aplikasi memberikan
33
jaminan menganai keamanan data dan sebagainya akan sangat mempengaruhi minat
pengguna untuk menggunakannya dimasa mendatang. Dengan demikian peneliti
merumuskan hipotesis sebagai berikut:
H7 : Perceived Trust berdampak positif terhadap niat pemilik UMKM untuk
menggunakan aplikasi SI APIK
2.8. Model Penelitian
Penelitian ini menggunakan model kerangka penelitian teoritis yaitu UTAUT
dalam lingkungan penggunaan aplikasi sistem pencatatan akuntansi. Berdasarkan
pada uraian sebelumnya, sesuai dengan ruang lingkup penelitian maka model yang
telah dimodifikasi sedemikian rupa hingga menjadi lebih sederhana dan dengan
ditambah beberapa konstruk lain menjadi seperti gambar berikut.
Gambar 2.8
Gambar Model Penelitian
Bagan diatas memberikan gambaran bahwa ada pengaruh beberapa faktor dari
Facilitating Conditions (FC), Effort Expectation (EE), Social Influence (SI),
34
Performance Expectancy (PE), Technology Anxiety (ANX), Perceived Risk (PR),
Perceived Trust (PT) terhadap Behavioral Intention (BI) dalam menggunakan
aplikasi SI APIK.
top related