artikel ilmiah oleh : nama : eka yusma npm : 4009011 prodi...
Post on 04-Jan-2020
15 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENERAPAN METODE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING
PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP
NEGERI SELANGIT TAHUN PELAJARAN 2014/2015
ARTIKEL ILMIAH
Oleh :
Nama : Eka Yusma
NPM : 4009011
Prodi : Pendidikan Matemetika
Dosen Pembimbing : 1. Drs. Sukasno, M.Pd
2. Annisah, M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
( STKIP-PGRI ) LUBUKLINGGAU
2015
APPLYING OF METODE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING
TOWARD LEARNING MATEMATIC TO THE EIGHT GRADE STUDENT
OF SMP NEGERI SELSNGIT IN ACADEMIC YEARS OF 2014/2015.
By : Eka Yusma
ABSTRACT
This Thesis entitled " Application of Metode Student Facilitator and Explaining
In Learning Mathematics Class VIII Students of SMP Negeri Selangit ".
Formulation of the problem in this study is " What is the result of learning
mathematics class VIII SMP Selangit academic years 2014/2015 after the
application of mathematics learning with Metode Student Facilitator and
Explaining significantly is completed ? " . Purpose of this study was to determine
the completeness of the results of learning mathematics students using the Metode
Student Facilitator and Explaining in class VIII SMP Negeri Selangit.
This research is a quasi experimental study conducted in the absence of a
comparison class . The population is the entire class VII student of SMP Negeri
Selangit Academic Years 2014/2015 . While the sample is taken VII.2 class using
simple random sampling technique . The data collection was done by using a
description of eight -shaped test questions . The data were analyzed using t-test at
significance level α = 0.05 , obtained t ( 2.79 ) > t table ( 1.706 ) . Based on the
results of t-test calculations it can be concluded that the " results graders learn
math SMP Negeri Selangit been completed " , an average of 78.21 students'
learning outcomes and achieving student mastery learning ( 85.18 % ) .
Keywords : SFAE , Results Learning , Math
A. Pendahuluan
Usaha peningkatan kualitas pendidikan tidak pernah berhenti dilakukan
oleh pemerintah. Berbagai diperkenalkan dan dilakukan, antara lain dalam bidang
pengelolahan sekolah, peningkatan sumber daya tenaga pendidikan, perubahan
kurikulum, dan sebagainya. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan keagamaan,
pengendali diri, kepribadian, kecerdasan, dan akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara (Hanafiah dan Suhana
2010:20)
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan
penting dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah
lebih banyak di banding pelajaran yang lain. Banyak orang yang memandang
matematika sebagai bidang studi yang paling sulit. Meskipun demikian semua
orang harus mempelajarinya karena merupakan sarana untuk memecahkan
masalah kehidupan sehari-hari.
Pada saat ini pembelajaran matematika di sekolah cenderung pada
ketercapaian target materi menurut kurikulum atau buku ajar yang dipakai sebagai
buku wajib, bukan pada pemahaman, penguasaan materi yang dipelajari. Siswa
cenderung menghapal konsep-konsep matematika, seringkali dengan mengulang-
ulang menyebutkan definisi yang diberikan guru yang tertulis dalam buku, tanpa
memahami maksud dan isinya. Selain itu, kebiasaan para guru yang hanya
menerapkan metode ceramah dalam proses kegiatan pembelajaran mengakibatkan
siswa menjadi pasif. Dengan demikian pembelajaran ini kurang bervariasi ( dalam
hal pengunaan metode belajar- mengajar), sehingga dapat menimbulkan
kejenuhan pada siswa. Hal semacam ini tentulah akan menjadikan pandangan
siswa terhadap pelajaran matematika sebagai pelajaran yang sangat membosankan
dan menyusahkan. Pada akhirnya akan berpengaruh terhadap rendahnya tingkat
hasil belajar matematika siswa.
Berdasarkan Observasi dan informasi dari guru mata pelajaran matematika
kelas VIII SMP Negeri Selangit tahun pelajaran 2014/2015, diperoleh informasi
bahwa kurangnya kemampuan siswa dalam memahami materi dan pembelajaran
masih terpusat pada guru. Guru memberikan materi disertai dengan contoh soal,
kemudian siswa diberikan beberapa soal untuk latihan. Proses belajar seperti ini
pada akhirnya menyebabkan siswa tidak banyak berperan dan tidak terlibat secara
aktif. Mereka lebih banyak menunggu sajian yang diberikan oleh guru daripada
mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, yang mereka butuhkan.
Rata-rata hasil ulangan harian siswa kelas VIII yaitu 57,00. Hasil ini
masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah
yaitu 70. Dari 102 siswa hanya 21 siswa ( 20,59 % ) yang dinyatakan tuntas dan
81 siswa ( 79,41 % ) yang tidak tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar
matematika siswa kelas VIII SMP Negeri Selangit tergolong rendah.
Permasalahan ini disebabkan karena siswa tidak bersemangat mengikuti pelajaran
dan menganggap bahwa mata pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang
membosankan sehingga siswa menjadi pasif. Disamping itu pada saat
mengerjakan latihan soal siswa malas untuk belajar sendiri dan hanya
mengandalkan siswa yang mereka anggap bias, mereka malu bertanya jika tidak
mengerti.
Untuk mengatasi permasalahan ini, guru harus bisa memilih metode
pembelajaran yang menarik dan tepat serta menyenangkan bagi siswa. Salah satu
metode pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk aktif dan menguasai
materi pelajaran dengan baik. Salah satunya adalah Metode Student Facilitator
And Explaining. Menurut Suyatno ( 2009:126 ), “Metode Student Facilitator and
explaining merupakan suatu metode yang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mempresentasikan ide atau pendapatnya kepada peserta didik lainya”.
Dengan pembelajaran Metode Student Facilitator and explaining ini siswa relatif
bebas bersikap dan berpikir, siswa relatif bebas memilih perilaku yang dapat
diterima oleh teman-temannya, siswa bebas menguji kemampuan pola berpikirnya
dengan pola berpikir teman-temannya. Dengan pola bebas berpikir yang dimiliki
itu maka diharapkan anak-anak dapat lebih aktif dalam berinteraksi, sehingga
dapat mempermudah mereka dalam belajar dengan memahami materi yang
sedang diajarkan oleh gurunya.
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: “Apakah hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP
Negeri Selangit tahun pelajaran 2014/2015 setelah diterapkan metode Student
Facilitator and Explaining secara signifikan tuntas?”.
B. Landasan Teori
1. Pengertian Pembelajaran Aktif
Menurut Suyatno, (2009:107), secara pedagogis pembelajaran aktif (active
learning) adalah proses pembelajaran yang tidak hanya didasarkan pada proses
mendengarkan dam mencatat. Menurut Bonwell dan Eison (dalam Suyatno,
2009:107) mengemukakan bahwa pembelajaran aktif adalah melibatkan siswa
dalam melakukan sesuatu dan berfikir tentang apa yang mereka/siswa lakukan.
Pada hakikatnya metode pembelajaran aktif adalah untuk mengarahkan keikut
sertaan peserta didik terhadap materi yang dipelajari (Suprijono, 2009:111).
Menurut Suprijono (2009:111), macam-macam pembelajaran aktif di
antaranya adalah Learning Starts With A Question, Team Quis, Grup Resume,
Index Match, Snobawball Trowing, Student Facilitator and Explaining, Concept
Sentence dsb.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar dengan
aktif untuk ikut serta dalam proses pembelajaran biasanya peserta didik akan
merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat
dimaksimalkan
2. Metode Student Facilitator and Explaining (SFE)
Menurut Suyatno (2009:126) Metode Student Facilitator and Explaining
adalah suatu metode yang memberikan kesempatan kepada siswa atau peserta
didik untuk mempresentasikan ide atau pendapat pada rekan peserta didik lainnya,
melalui bagan/peta konsep maupun media lainnya. Sedangkan menurut Hanafia
dan Suhana (2009:50) Metode Student Facilitator and Explaining merupakan
suatu metode yang efektif melatih siswa dalam berbicara untuk menyampaikan
ide/ pendapat sendiri.
Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Metode
Student Facilitator and Explaining adalah suatu metode pembelajaran yang
efektif melatih siswa dalam berbicara dengan cara memberikan kesempatan
kepada siswa atau peserta didik untuk menyampaikan ide/pendapatnya sendiri
kepada peserta didik lainnya, melalui bagan/peta konsep maupun media lainnya.
Langkah-langkah Pembelajaran dengan Metode Studen Facilitato and
Explaining.
Menurut Suyatno (2009:126), langkah-langkah dalam metode Student
Facilitator and Explaining adalah:
1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin di capai
2) Guru menyajikan/mendemontrasikan materi.
3) Memberi kesempatan siswa/peserta didik untuk menjelaskan kepada
peserta didik lainnya baik melalui bagan/peta konsep maupun yang
lainnya.
4) Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa.
5) Guru menerangkan semua materi yang di sajikan saat itu.
6) Penutup
Menurut Hanafiah dan Suhana (2010:50) langkah-langkah yang dapat
dilakukan dalam metode SFE adalah :
1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2) Guru menyajikan materi.
3) Guru memberikan kesempatan peserta didik untuk menjelaskan kepada
peserta didik lainnya, baik melalui bagan/peta konsep maupun media
lainnya.
4) Guru menyimpulkan gagasan dari peserta didik.
5) Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
6) penutup.
Menurut Suprijono (2009:128) langkah-langkah metode Student
Facilitator and Explaining yaitu:
1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin di capai
2) Guru menyajikan/mendemontrasikan materi.
3) Memberi kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya
misalnya melalui bagan/peta konsep.
4) Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa
5) Guru menerangkan semua materi yang di sajikan saat itu.
6) Penutup
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan langkah-langkah
pembelajaran dengan metode Student Facilitator and Explaining yang akan
dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2) Guru menyajikan/mendemontrasiikan materi.
3) Guru memberikan kesempatan siswa/peserta didik untuk menjelaskan kepada
siswa/peserta didik lainnya, melalui bagan/peta konsep maupun media
lainnya.
4) Guru menyimpulkan gagasan/pendapat dari siswa/peserta didik.
5) Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
6) Penutup.
Kelebihan dan kekurangan metode Student Facilitator and Explaining
(SFE) yaitu (Istarani, 20 November 2013) :
1) Kelebihan
a) Materi yang disampaikan lebih jelas dan konkrit karena disediakan
bagan/peta konsep.
b) Dapat meningkatkan daya serap siswa karena pembelajaran
dilakukan dengan demontrasi.
c) Melatih siswa menjadi guru, karena siswa diberi kesempatan untuk
menjelasan materi di depan kelas dan siswa lainnya
mendengarkan.guru yang telah dia dengar.
d) Memacu motivasi siswa untuk menjadi yang terbaik dalam
menjelaskan materi ajar.
e) Mengetahui kemampuan siswa dalam menyampaikan ide.
2) Kelemahan
a) Siswa yang malu tidak mau mendemontrasikan apa yang diperintahkan
oleh guru kepadanya atau banyak siswa kurang aktif.
b) Tidak semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan
(menjelaskan kembali kepada temannya karena keterbatasan waktu
pembelajaran)
c) Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang tampil.
d) Tidak mudah bagi siswa untuk membuat peta konsep atau menerangkan
materi ajar secara ringkas.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang dilaksanakan tanpa
adanya kelas pembanding. Desain eksperimen yang digunakan berbentuk
ekperimen semu kategori Pre-test and Pos-test Group. Adapun desain ekperimen
semu Menurut Arikunto (2010:124) dapat digambarkan sebagai berikut:
E O1 X O2
Keterangan:
E = Kelas Eksperimen
01 = Pre-test
X = Pembelajaran dengan metode Student Facilitator and Explaining
02 = Post-test
Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah tes. Tes merupakan
serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur pengetahuan
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok
(Arikunto, 2010:193). Teknik tes yang digunakan untuk memperoleh data tentang
hasil belajar siswa adalah tes tertulis. Tes dalam penelitian ini dilakukan sebanyak
dua kali yaitu sebelum (pre-test) dan sesudah (pos-test) materi yang diajarkan. Tes
yang diberikan berbentuk essay sebanyak lima soal.
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Data Hasil Pre-test (Tes Awal)
Pre-tes ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum
diberikan pembelajaran matematika dengan menggunakan metode Student
Facilitator and Explaining. Kemampuan awal tersebut menggambarkan kesiapan
siswa dalam menerima pembelajaran yang akan disampaikan oleh guru. Pre-test
dilaksanakan pada tanggal 19 Agustus 2014 dan di ikuti oleh 27 siswa. Soal pre-
test yang digunakan berbentuk essay yang berjumlah lima soal.
Rekapitulasi hasil pre-test (tes awal) siswa (lampiran C) dapat dilihat pada
tabel 4.1
Tabel 4.1
Rekapitulasi Hasil Pre-test
Kategori Hasil
Nilai rata-rata 22,88
Nilai tertinggi 47,05
Nilai terendah 0,00
Siswa yang tuntas 0 (0%)
Siswa yang tidak tuntas 27 (100%)
2. Data Hasil Post-test (Tes Akhir)
Setelah kemampuan awal (pre-test) siswa diketahui, dilanjutkan kegiatan
pembelajaran dengan metode Student Facilitator and Explaining. Kegiatan
pembelajaran dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan yaitu pada tanggal 21,
23, dan 28 Agustus 2014. Pada akhir penelitian dilakukan tes akhir (post-test)
untuk mengetahui kemampuan akhir siswa. Tes akhir (post-test) dilaksanakan
pada tanggal 30 Agustus 2014. Kemampuan akhir siswa adalah kemampuan siswa
dalam penguasaan materi operasi aljabar yang merupakan hasil belajar siswa
setelah proses pembelajaran dengan metode Student Facilitator and Explaining.
Pos-test (tes akhir) dilakukan untuk melihat hasil belajar siswa setelah
mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan metode Student
Facilitator and Explaining.
Rekapitulasi hasil post-test (tes akhir) (lampiran E) dapat dilihat pada tabel
4.2
Tabel 4.2
Rekapitulasi Hasil Post-test
Kategori Hasil
Nilai rata-rata 78,21
Nilai tertinggi 100
Nilai terendah 29,41
Siswa yang tuntas 23 (85,18%)
Siswa yang tidak tuntas 4 (14,81%)
Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.2 dapat di lihat bahwa rata-rata nilai dan
persentase jumlah siswa yang tuntas terjadi peningkatan setelah diterapkan
pembelajaran dengan menggunakan metode Student Facilitator and Explaining
pada materi operasi aljabar. Rata-rata nilai dan persentase ketuntasan belajar siswa
meningkat sebesar 55.33 dan 85,18%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
grafik 4.1
Grafik 4.1. Rata-rata nilai dan ketuntasan belajar
3. Analisis Inferensial Data Penelitian
a. Uji Normalitas
Berdasarkan hasil perhitungan data post-test (Lampiran C) diperoleh
6,39 < 11,07 yang berarti 2 hitung <
2 tabel, maka data berdistribusi normal.
b. Analisis Uji Hipotesis (Uji-t)
Berdasarkan uji normalitas, maka data berdistribusi normal dan simpangan
baku populasinya tidak diketahui, maka untuk menguji hipotesis dalam
penelitian ini digunakana rumus uji-t yang dikemukakan oleh (sugiyono,
2010:96), yaitu:
𝑡 =𝑥 − 𝜇𝑜
𝑠
𝑛
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Rata-Rata Nilai Ketuntasan Belajar
Pretest
Postest
85,18%
0%
78,21
22,28
Berdasarkan hasil perhitungan data posttest (Lampiran E) diperoleh t
hitung = 2,79 dan t tabel = 1,706. Hal ini menunjukan bahwa t hitung > t tabel yaitu t
hitung (2,79) > t tabel (1,706) berarti Ho ditolak dan Ha diterima.
Pada pertemuan pertama peneliti terlebih dahulu menjelaskan
pembelajaran dengan metode Student Facilitator and Explaining. Setelah siswa
memahami metode pembelajaran tersebut, langkah pertama adalah peneliti
menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai yaitu siswa dapat mengenal bentuk
aljabar, penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar. Kemudian peneliti
menjelaskan materi mengenal bentuk aljabar, penjumlahan dan pengurangan
bentuk aljabar. Seteah peneliti menjelaskan materi, peneliti memberikan contoh
soal sebanyak 3 soal dan 1 soal peneliti yang menjawab sedangkan 2 soal dijawab
oleh siswa di papan tulis setelah itu dijelaskan.
Peran siswa disini adalah sebagai fasilitator dimana tugas siswa tersebut
menjelaskan kepada teman sekelasnya tentang jawaban yang diselesaikan di
papan tulis. Sebelum peneliti menyuruh salah satu siswa maju ke depan kelas,
siswa harus menyelesaikan soal yang diberikan oleh penelitiu di bangkunya
masing-masing agar ada kesiapan siswa ketika menjelaskan di depan kelas. Pada
pertemuan pertama ads 3 orang siswa yang maju ke depan kelas, 2 orang siswa
menyelesaikan soal dan menerangkannya di depan kelas, ternyata siswa tersebut
masih malu-malu untuk menjelaskan di depan kelas layaknya seorang guru, tetapi
semua itu bias teratasi dengan bimbingan peneliti. Kemudian 1 siswa lagi di minta
untuk menjelaskan materi dari awal sampai menjelaskan contoh soal di depan
kelas dengan kemampuan yang dimilikinya kepada siswa lainnya.
Pada saat penerapan metode Student Facilitator and Explaining
berlangsung ada siswa yang tidak mau maju ke depan. Kiat-kiat yang dilakukan
peneliti adalah memberikan penghargaan untuk siswa yang mau menjelaskan di
depan sehingga mereka berlomba-lomba ingin mendapatkan penghargaan
tersebut. Setelah siswa menjelaskan di depan kelas, peneliti menyimpulkan
ide/pendapat dari siswa. Agar siswa lebih memahami materi tersebut peneiti
menjelaskan secara singkat dan jelas semua materi yang dipelajari pada saat itu.
Pada pertemuan kedua peneliti menjelaskan materi tentang operasi
perkalian bentuk aljabar. Proses belajar pada pertemuan kedua ini sama dengan
pertemuan pertama tetapi pada pertemuan kedua ini siswa lebih aktif untuk
berlomba-lomba maju ke depan kelas karena siswa mulai terbiasa dengan metode
pembelajaran Student Facilitator and Explaining. Contoh soal pada pertemuan
kedua ini sebanyak 4 soal. Rara-rata siswa bias menjawab soal tersebut. Namun,
untuk menjelaskan mereka masih ragu-ragu dan kalimat yang digunakan masih
bercampur dengan bahasa sehari-hari. Maka pada pertemuan kedua ini hanya ada
4 siswa yang maju ke depan kelas untuk menjawab soal serta menjelaskannya di
depan kelas.
Proses belajar mengajar pada pertemuan ketiga ini cukup baik, siswa mulai
terbiasa untuk menyelesaikan soal dan menjelaskan di depan kelas kepada teman-
temannya. Pada pertemuan ketiga ini siswa yang menjelaskan kedepan kelas lebih
kurang ada 6 orang siswa. Siswa pertam yang maju ke depan pada pertemuan
ketiga ini bernama Ummi, siswa ini menyelesaikan soal dan kemudian
menjelaskannya ke depan kelas. Ada salah satu siswa yang kurang mengerti maka
Ummi pun menjelaskan kembali kepada teman-temannya. Proses tanya jawab
juga terjadi pada pertemuan ini, sehingga mereka saling menghargai pendapat satu
sama lain.
Pada saat pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode
pembelajaran Student Facilitator and Explaining peneliti menemukan beberapa
hambatan. Hambatan yang di temui pada pada pertemuan pertama antara lain :
1. Ketidaksiapan siswa mengikuti proses pembelajaran menggunakan metode
Student Facilitator and Explaining. Hal ini terjadi karena siswa sudah terbiasa
dengan interaksi yang terjadi dalam proses pembelajaran selama ini yang hanya
berlangsung satu arah, yaitu guru ke siswa.
2. Timbulnya keribbutan pada saat siswa diberi bahan pelajaran/materi ajar dan
siswa banyak memiliki pendapat yang sama pada saat melakukan presentasi di
depan kelas sehingga hanya sebagian saja yang tampil.
3. Siswa masih pasif dan kurang percaya diri pada saat melakukan presentasi
ide/pendapatnya kepada siswa lainnya.
Hambatan yang terjadi pada pertemuan pertama ini peneliti atasi dengan
cara memberikan waktu kepada siswa untuk mempelajari materi ajar tersebut
dan memberikan contoh bagaimana cara presentasi di depan. Peneliti juga
memberikan motivasi kepada siswa dengan cara memberikan hadiah bagi siswa
yang berani untuk melakukan presentasi di kelas. Peneliti juga mengatasi siswa
yang gaduh dengan cara menenangkan kondisi kelas.
Pertemuan kedua hambatan-hambatan yang terjadi pada pertemuan
pertama perlahan-lahan mulai berkurang, pada pertemuan kedua ini masih ada
siswa yang bingung dan malu-malu dalam mempresentasikan pendapatnya di
depan kelas, sehingga peneliti memberikan motivasi kepada siswa supaya siswa
tidak canggung dan tidak takut salah dalam memberikan penjelasan kepada
siswa lain, karena dengan belajar akan mendapat pengalaman.
Pertemuan ketiga hambatan-hambatan yang terjadi pada pertemuan
pertama dan kedua mulai berkurang, pada pertemuan ketiga ini tidak ada lagi
siswa yang malu-malu untuk mempresentasi di depan kelas. Siswa juga mulai
tertarik belajar dengan menggunakan metode Student Facilitator and
Explaining. Dengan diterapkannya metode Student Facilitator and Explaining,
siswa mulai aktif dalam belajar dan tidak merasa malu untuk berbicara di depan
kelas. Siswa juga senang saat belajar karena diberi kesempatan untuk menjadi
seorang guru bagi teman-temannya dan merasakan bagaimana menjadi seorang
guru.
E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan data tentang penerapan
metode Student Facilitator and Explaining pada pembelajaran matematika siswa
kelas VIII SMP Negeri Selangit Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan uraian materi
pokok yaitu operasi bentuk aljabar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
matematika siswa kelas VIII SMP Negeri Selangit Tahun Pelajaran 2014/2015
setelah penerapan pembelajaran matematika dengan menggunakan metode
Student Facilitator and Explaining secara signifikan tuntas. Rata-rata nilai akhir
matematika sebesar 78,21 dan persentase jumlah siswa yang tuntas mencapai
85,18%.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suhersimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rieneka Cipta.
BiantoroWahyudi Agung. 2010. Pengertian kerangka berpikir.http://rujukan
skripsi.www.mediaskripsi.com/artikel/400.diunduh tanggal 10 September
2014
Djamrah dan Zain. 2006. Strategi Belajar-Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Djamrah dan Zain. 2010. Strategi Belajar-Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rieneka cipta
Hamalik, Oemar. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hanafiah dan Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika
Aditama.
Hadis, A. 2006. Psikologi dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Istarina. 2012. Metode Pembelajaran dengan Student Facilitator and Explaining.
[online].http://matematika-sd.blogspot.com/2012/10/model-
pembelajaranstudent facilitator.htmls. [28 November 2013].
Suyatno. 2009. Menjelajahi Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Mas Media Buana
Pustaka.
Suprijono, A. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Syamsuri, 2012. Penerapan Metode Student Facilitator And Explaining Pada
Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Lubuklinggau.
Lubuklinggau: STKIP-PGRI Lubuklinggau.
Suherman dan Sukjaya. 1990. Petunjuk Praktis Untuk Melaksanakan Evaluasi
Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah.
Sugiyono, 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabet.
top related