analitik wisnu
Post on 11-Dec-2014
175 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sehat merupakan karunia Tuhan yang perlu disyukuri karena sehat
merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai. Sehat juga merupakan
investasi untuk meningkatkan produktivitas kerja guna meningkatkan
kesejahteraan keluarga sehingga kesehatan perlu dijaga, dipelihara,
ditingkatkan, dan diperjuangkan oleh semua pihak.1
Lingkungan permukiman dan perumahan merupakan kebutuhan dasar
manusia dan determinan kesehatan masyarakat. Rumah yang sehat mampu
melindungi dari panas dan dingin yang ekstrim, hujan dan matahari, angin, hama,
bencana seperti banjir dan gempa bumi, serta polusi dan penyakit. Rumah sehat
menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2005), merupakan bangunan
tempat tinggal yang memenuhi syarat kesehatan yaitu rumah yang memiliki
jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana
pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai
dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah.2
Seluruh penghuni di rumah perlu berperilaku sehat agar rumah tersebut
menjadi sehat. Perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan
seseorang, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati, yang
1
2
berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Perilaku seseorang
terjadi diawali dengan salah satunya adalah pengetahuan.3 Pengetahuan
dipengaruhi oleh pendidikan, baik pendidikan formal maupun pendidikan
nonformal. Dengan pendidikan tinggi, seseorang akan cenderung mendapatkan
informasi lebih banyak sehingga pengetahuannya akan semakin luas.4
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan cerminan pola hidup
keluarga yang senantiasa memperhatikan dan menjaga kesehatan seluruh
anggota keluarga. Setiap rumah tangga yang melaksanakan PHBS akan
meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit. Rumah tangga yang sehat
dapat meningkatkan produktivitas kerja anggota keluarga.1
Masih sedikitnya penelitian mengenai pengaruh tingkat penghasilan,
pengetahuan, pendidikan, dan strata PHBS terhadap rumah sehat membuat
peneliti tertarik untuk meneliti hal tersebut.
1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Apakah tingkat penghasilan berpengaruh terhadap rumah sehat?
1.2.2 Apakah tingkat pengetahuan berpengaruh terhadap rumah sehat?
1.2.3 Apakah tingkat pendidikan berpengaruh terhadap rumah sehat?
1.2.4 Apakah jumlah strata PHBS berpengaruh terhadap rumah sehat?
3
1.3 Tujuan penelitian
1) Mengetahui pengaruh tingkat penghasilan terhadap rumah sehat.
2) Mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan terhadap rumah sehat.
3) Mengetahui pengaruh tingkat pendidikan terhadap rumah sehat.
4) Mengetahui pengaruh strata PHBS terhadap rumah sehat.
1.4 Manfaat penelitian
1) Memberikan informasi mengenai pengaruh tingkat penghasilan, tingkat
pengetahuan, tingkat pendidikan, dan strata PHBS terhadap rumah sehat.
2) Sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.
4
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
1. Pengertian Rumah Sehat
Definisi perumahan (housing) menurut WHO adalah suatu struktur fisik di
mana orang menggunakannya untuk tempat berlindung, di mana lingkungan dari
struktur tersebut termasuk juga semua fasilitas dan pelayanan yang diperlukan,
perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani, rohani dan keadaan sosial yang
baik untuk keluarga dan individu.6
Menurut Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum,
rumah bagi keluarga mempunyai arti sebagai berikut:7
a. Tempat untuk berlindung.
Keluarga bertempat tinggal dalam rumah untuk melindungi diri dari panas,
hujan dan gangguan lainnya sehingga dapat tinggal dengan rasa aman dan tenteram.
b. Tempat Pembinaan Keluarga
Rumah sebagai tempat tinggal dan pertumbuhan keluarga mempunyai peranan
yang besar dalam pembinaan watak penghuninya. Rumah hendaknya dapat menjadi
wadah kegiatan pembinaan keluarga melalui bimbingan pengetahuan, ketrampilan,
perilaku yang baik. Karena rumah merupakan tempat pendidikan yang pertama dan
utama bagi keluarga, terutama bagi pengembangan kepribadian anak. Dengan
mempersiapkan rumah yang memenuhi syarat diharapkan dapat menampung kegiatan
pembinaan bagi anggota keluarga dan mendorong terciptanya kerukunan dan
kebahagiaan keluarga.
c. Tempat Kegiatan Keluarga
Rumah sebagai tempat pertemuan berbagai kegiatan keluarga, mempunyai arti
penting dalam memberikan suasana yang menunjang kegiatan itu sendiri, sehingga
dalam keluarga dapat menjalankan kegiatan dengan rasa senang, tenteram dan
4
5
nyaman. Untuk mencapai keadaan ini, perlu disiapkan rumah sehat yang dapat
menampung anggota keluarga dalam melakukan kegiatan dan kebiasaan dengan baik.
Rumah yang sehat dan nyaman akan berpengaruh pada kesehatan jasmani dan rohani
anggota keluarga itu.
Menurut WHO rumah adalah suatu struktur fisik yang dipakai orang atau
manusia untuk tempat berlindung, di mana lingkungan dari struktur tersebut termasuk
juga fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk
kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosial yang baik untuk keluarga dan
individu. Untuk mewujudkan rumah dengan fungsi di atas, rumah tidak harus
mewah/besar tetapi rumah yang sederhanapun dapat dibentuk menjadi rumah yang
layak huni.8
2. Kriteria Rumah Sehat
Rumah disamping merupakan lingkungan fisik manusia sebagai tempat
tinggal, juga dapat merupakan tempat yang menyebabkan penyakit, hal ini akan
terjadi bila kriteria rumah sehat belum terpenuhi. Menurut angka statistik kematian
dan kesakitan paling tinggi terjadi pada orang-orang yang menempati rumah yang
tidak memenuhi syarat dan terletak pada tempat yang tidak baik sanitasinya. Bila
kondisi lingkungan buruk, derajat kesehatan akan rendah demikian sebaliknya. Oleh
karena itu kondisi lingkungan pemukiman harus mampu mendukung tingkat
kesehatan penghuninya.9
Rumah yang sehat menurut Winslow dan APHA harus memenuhi beberapa
persyaratan antara lain:10
a. Memenuhi Kebutuhan fisiologis
1) Pencahayaan yang cukup, baik cahaya alam maupun buatan. Pencahayaan
yang memenuhi syarat sebesar 60 – 120 lux. Luas jendela yang baik minimal
10 % - 20 % dari luas lantai.
2) Perhawaan (ventilasi) yang cukup untuk proses pergantian udara dalam
ruangan. Kualitas udara dalam rumah yang memenuhi syarat adalah
6
bertemperatur ruangan sebesar 180 – 300 C dengan kelembaban udara sebesar
40 % - 70 %. Ukuran ventilasi yang memenuhi syarat yaitu 10 % luas lantai.
Ventilasi alami adalah penggantian udara secara alami (tidak melibatkan
peralatan mekanis, seperti mesin penyejuk udara yang dikenal dengan air
conditioner atau AC). Ventilasi alami menawarkan ventilasi yang sehat,
nyaman, dan tanpa energi tambahan.
Namun, untuk merancang ventilasi alami perlu dipikirkan syarat awal,
yaitu: 1) Tersedianya udara luar yang sehat (bebas dari bau, debu dan polutan
lain yang menganggu), 2) Suhu udara luar tidak terlalu tinggi (maksimal
280C), 3) Tidak banyak bangunan disekitar yang akan menghalangi aliran
udara horizontal (sehingga angin berhembus lancar), dan 4) Lingkungan tidak
bising.
Jika syarat awal tidak dipenuhi, maka sebaiknya tidak dipaksakan
memakai ventilasi alami karena justru akan merugikan.
3) Tidak terganggu oleh suara-suara yang berasal dari dalam maupun dari luar
rumah.
4) Cukup tempat bermain bagi anak-anak dan untuk belajar.
b. Memenuhi Kebutuhan psikologis
1) Tiap anggota keluarga terjamin ketenangannya dan kebebasannya
(privacy).
2) Memenuhi ruang tempat berkumpul keluarga.
3) Lingkungan yang sesuai, homogen, tidak terdapat perbedaan tingkat yang
drastis di lingkungannya.
4) Jumlah kamar tidur dan pengaturannya disesuaikan dengan umur dan jenis
kelaminnya. Ukuran tempat tidur anak yang berumur lebih kurang 5 tahun
minimal 4.5 m2 dan yang lebih dari 5 tahun minimal 9 m2. Kepadatan hunian
ditentukan dengan jumlah kamar tidur dibagi jumlah penghuni (sleeping
density), yaitu :
7
- Baik, bila kepadatan lebih atau sama dengan 0,7
- Cukup, bila kepadatan antara 0,5 - 0,7
- Kurang, bila kepadatan kurang dari 0,5.
5) Mempunyai WC dan kamar mandi.
6) Mempunyai halaman yang dapat ditanami pohon.
7) Hewan atau ternak peliharaan kandangnya terpisah dari rumah.
c. Pencegahan Penularan Penyakit
1) Tersedia air minum yang cukup dan memenuhi syarat kesehatan.
2) Tidak memberi kesempatan nyamuk, lalat, tikus dan binatang lain
bersarang di dalam dan di sekitar rumah.
3) Pembuangan kotoran/tinja dan air limbah memenuhi syarat kesehatan.
4) Pembuangan sampah pada tempatnya.
5) Luas kamar tidur minimal 8.5 m2 perorang dan tinggi langit-langit 2.75 m.
6) Tempat masak, menyimpan makanan hendaknya bebas dari pencemaran
atau gangguan binatang serangga atau debu.
d. Pencegahan Terjadinya Kecelakaan
1) Cukup ventilasi untuk mengeluarkan gas atau racun dari dalam ruangan dan
menggantinya dengan udara segar.
2) Cukup cahaya dalam ruangan agar tidak terjadi kecelakaan.
3) Jarak antara ujung atap dengan ujung atap tetangga minimal 3 meter.
4) Rumah dijauhkan dari pohon besar yang rapuh atau mudah runtuh.
5) Jarak rumah dengan jalan harus mengikuti peraturan garis rooi.
6) Lantai rumah yang selalu basah (kamar mandi, kamar cuci) jangan sampai
licin atau lumutan.
7) Di depan pintu utama harus diberi lantai tambahan minimal 60 cm.
8) Bangunan yang dekat api atau instalasi listrik harus terbuat dari bahan
tahan api.
8
9) Bahan-bahan beracun disimpan rapi, jangan sampai terjangkau anak-anak.
10) Rumah jauh dari lokasi industri yang mencemari lingkungan.
11) Bebas banjir, angin ribut dan gangguan lainnya.
Sedangkan menurut Dinas Cipta Karya syarat-syarat rumah sehat antara lain:7
a. Mempunyai segi kesehatan
Bagian-bagian rumah yang mempengaruhi kesehatan hendaknya dipersiapkan
dengan baik, yaitu :
1). Penerangan dan peranginan dalam setiap ruangan harus cukup.
2). Penyediaan air bersih.
3). Pengaturan pembuangan air limbah dan sampah sehingga tidak
menimbulkan pencemaran.
4). Bagian-bagian ruangan seperti lantai dan dinding tidak lembap.
5). Tidak terpengaruh pencemaran seperti bau, rembesan air kotor, udara
kotor.
6). Memiliki ruang dapur tersendiri. Luas dapur yang baik minimal 4m2
dengan lebar 1,5m.
b. Memenuhi segi kekuatan bangunan
Bagian-bagian dari bangunan rumah mempunyai kontruksi dan bahan
bangunan yang dapat dijamin keamanannya seperti :
1) Kontruksi bangunan cukup kuat, baik untuk menahan beratnya sendiri
maupun pengaruh luar seperti angin hujan, gempa dan lainnya.
2) Pemakaian bahan bangunan yang dapat dijamin keawetannya dan
kemudahan dalam pemeliharaannya.
3) Menggunakan bahan yang tahan api untuk bagian-bagian yang mudah
terbakar dan bahan-bahan air untuk bagian yang selalu basah.
c. Memperhatikan segi kenyamanan
9
Keluarga dapat tinggal dengan nyaman dan dapat melakukan kegiatan dengan
mudah, yaitu :
1) Penyediaan ruangan yang mencukupi.
2) Ukuran ruangan yang sesuai dengan kegiatan penghuni di dalamnya.
3) Penataan ruangan yang cukup baik.
4) Dekorasi dan warna yang serasi.
5) Penghijauan halaman diatur sesuai dengan kebutuhan.
Menurut Kepmenkes RI Nomor: 829/MENKES/SK/VII/1999 tentang
Persyaratan Kesehatan Perumahan, rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai
tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah sehat adalah
proporsi rumah yang memenuhi kriteria sehat minimum komponen rumah dan sarana
sanitasi dari 3 komponen (rumah, sarana sanitasi dan perilaku) di satu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu. Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan, dan
ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
b. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup,
komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah.
c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni
rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah
tangga, bebas vector penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak
berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman
dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup.
d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul
karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis
sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar,
dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.
10
e. Memenuhi persyaratan terhadap pencegahan bahaya kebakaran. Di rumah
yang baik, selain harus memenuhi syarat sebagai tempat tinggal yang sehat
dan nyaman, juga harus memenuhi syarat bahwa rumah tersebut cukup tahan
lama (awet) dan kuat konstruksinya, dan untuk memenuhi syarat ini, maka
rumah harus direncanakan agar cukup terlindung dari bahaya kebakaran,
gempa bumi, dan petir.
Di daerah kota dengan kepadatan perumahan yang tinggi, kebakaran
dapat mengakibatkan korban jiwa manusia dan kerusakan harta benda yang
besar. Tetapi prioritas pertama harus diberikan pada usaha untuk
menyelamatkan jiwa penduduk dari bahaya kebakaran, kematian pada
musibah kebakaran umumnya disebabkan oleh karena terjebak api, asap, dan
gas, atau karena tidak dapat keluar dari tempat kebakaran dengan selamat atau
karena telah terkena suhu yang tinggi dan mati dalam kericuhan.
Usaha keamanan dan pencegahan kebakaran secara umum meliputi
tindakan-tindakan berikut :
o Usaha menghindarkan terjadinya kebakaran
o Usaha membatasi penjalaran kebakaran
o Usaha pemindahan penduduk dan harta bendanya dari tempat
kebakaran ke daerah bebas kebakaran
o Usaha mengatasi kebakaran oleh penduduk
o Usaha pemadaman kebakaran oleh dinas pemadam kebakaran.
3. Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Rumah Sehat
Seluruh penghuni di sebuah rumah perlu berperilaku sehat agar rumah
tersebut menjadi rumah sehat. Perilaku seseorang tersebut diawali dengan salah
satunya pengetahuan.3 Pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan, baik formal
maupun nonformal. Dengan pendidikan yang tinggi seseorang akan cenderung
11
mendapatkan informasi lebih banyak sehingga pengetahuannya akan semakin
luas.4
4. Pengaruh Tingkat Pengetahuan terhadap Rumah Sehat
Setiap individu memiliki tingkat pengetahuan yang bervariasi terhadap
rumah sehat. Perilaku dan kebiasaan individu sehari hari sangat dipengaruhi
oleh pengetahuan yang dimilikinya, sehingga semakin tinggi tingkat
pengetahuannya, diharapkan individu tersebut dapat berperilaku hidup bersih
dan mewujudkan rumah sehat.
5. Pengaruh Tingkat Penghasilan terhadap Rumah Sehat
Tingkat penghasilan setiap keluarga antara satu dengan yang lainnya
dapat berbeda – beda. Keluarga yang berpenghasilan rata – rata atau di atas
rata – rata, diharapkan mampu untuk lebih mendorong terciptnya rumah sehat.
B. Landasan Teori
Dari dasar teori di atas diperoleh landasan teori sebagai berikut:
1. Kriteria rumah sehat memperhatikan sisi kesehatan, kenyamanan, dan
keamanan anggota keluarga yang antara lain dipengaruhi oleh jumlah anggota
keluarga.
2. Dalam mencapai rumah sehat dipengaruhi oleh perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) anggota keluarga.
3. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam
mewujudkan rumah sehat.
4. Tingkat penghasilan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam
mewujudkan rumah sehat.
5. Tingkat pengetahuan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam
mewujudkan rumah sehat.
Variabel independen:Tingkat penghasilanTingkat pengetahuanTingkat pendidikanStrata PHBS
Variabel dependen:Rumah sehat
12
C. Kerangka Teori
D. Kerangka Konsep
Rumah sehat
Tingkat pengetahuan
Tingkat penghasilan
Memenuhi kebutuhan fisiologis
Memenuhi kebutuhan psikologis (Jumlah anggota keluarga)
Memenuhi persyaratan pencegahan penyakit
Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan
Memenuhi persyaratan pencegahan kebakaran
Perilaku hidup bersih dan sehat
Tingkat pendidikan
13
E. Hipotesis
1. Ada pengaruh tingkat penghasilan terhadap rumah sehat pada bulan Januari
2013 di Dusun Karangsari, 2 Desa Sidoagung, Kecamatan Tempuran,
Kabupaten Magelang.
2. Ada pengaruh tingkat pengetahuan terhadap rumah sehat pada bulan Januari
2013 di Dusun Karangsari 2, Desa Sidoagung, Kecamatan Tempuran,
Kabupaten Magelang.
3. Ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap rumah sehat pada bulan Januari
2013 di Dusun Karangsari 2, Desa Sidoagung, Kecamatan Tempuran,
Kabupaten Magelang.
4. Ada pengaruh strata PHBS terhadap rumah sehat pada bulan Januari 2013 di
Dusun Karangsari 2, Desa Sidoagung, Kecamatan Tempuran, Kabupaten
Magelang.
14
BAB III
METODE PENELITIAN
A. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Ruang lingkup keilmuan : Ilmu Kesehatan Masyarakat
Ruang lingkup tempat : Dusun Karangsari, Kabupaten Magelang
Ruang lingkup waktu : 17-23 Januari 2013
B. RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan jenis studi
cross sectional.
Keterangan :
P
S
ba c d
15
P = populasi penelitian
S = sampel penelitian
a = kelompok analisis tingkat penghasilan
b = kelompok analisis tingkat pengetahuan
c = kelompok analisis tingkat pendidikan
d = kelompok analisis strata PHBS
C. VARIABEL PENELITIAN
1. Variabel Bebas (Variabel Independen)
Tingkat penghasilan
Tingkat pengetahuan
Tingkat pendidikan
Strata PHBS
2. Variabel Tergantung (Variabel Dependen)
Rumah sehat
D. BAHAN PENELITIAN
1. Populasi: Populasi target penelitian adalah seluruh rumah di wilayah
Desa Sidoagung, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang.
Populasi terjangkau adalah seluruh penduduk yang bertempat tinggal
di Dusun Karangsari 2, Desa Sidoagung, Kecamatan Tempuran,
Kabupaten Magelang.
2. Sampel penelitian
Rumah di wilayah Dusun Karangsari 2, Desa Sidoagung, Kecamatan
Tempuran, Kabupaten Magelang yang memenuhi kriteria penelitian
sebagai berikut:
14
16
a) Kriteria Inklusi:
a. Rumah di wilayah Dusun Karangsari 2, Desa Sidoagung,
Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang.
b. Penghuni rumah merupakan warga Dusun Karangsari 2.
c. Penghuni rumah menyetujui untuk diwawancarai
b) Kriteria Eksklusi:
a. Penghuni rumah bukan penduduk asli dusun Karangsari 2
3. Cara Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling.
Estimasi besar sampel :
Besar sampel dihitung dengan rumus:
n = (Zα) 2 PQ
(d)2
n = (1,96) 2 x 0.5 x 0,5
(0,1)2
n = 96
Keterangan:
Zα = tingkat kepercayaan 95% = 1,96
P = proporsi = 0,5
Q = 1-P = 0,5
d = presisi yang dikehendaki = 10%
E. CARA PENELITIAN
1. Cara Pengambilan Data
Pengambilan data penelitian dengan wawancara menggunakan kuesioner
dan pengamatan langsung di rumah responden yang berada di di wilayah
17
Dusun Karangsari 2, Desa Sidoagung, Kecamatan Tempuran, Kabupaten
Magelang.
2. Data yang dikumpulkan
Data yang dikumpulkan adalah data primer yang meliputi data identitas
responden, pendidikan terakhir yang telah ditempuh responden,
penghasilan, pengetahuan dan strata PHBS.
F. ANALISIS DATA
Pengolahan data dilakukan dengan tahapan editing, coding, skrining,
tabulasi dan analisis data dengan menggunakan program SPSS for Windows.
Uji statistik yang dipergunakan untuk menguji hubungan antar variabel adalah
meliputi:
1. Deskripsi dari setiap variabel bebas dengan crosstab
2. Uji komparasi Chi square yang dilanjutkan dengan penghitungan Rasio
Prevalensi
18
G. DEFINISI OPERASIONAL
Tabel 1. Definisi Operasional Variabel
No. Variabel dan Definisi Cara pengukuran Skala
1. Tingkat penghasilan Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner. Terdiri dari ≤ Rp 837.000,00 dan > 837.000
Nominal
2. Tingkat pengetahuan Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner. Terdiri dari ,<90,88 dan > 90,89.
Nominal
3. Tingkat pendidikanJenjang pendidikan terakhir yang telah ditempuh responden
Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner.Terdiri dari tidak lulus SMP dan lulus SMP atau lebih tinggi.
4. Strata PHBSTingkat perilaku hidup bersih dan sehat yang diterapkan dalam sebuah keluarga
Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner. Terdiri dari sehat pratama, sehat madya, sehat utama, sehat paripurna.
Nominal
5. Rumah sehatRumah yang memenuhi kriteria sehat
Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner. Terdiri dari rumah sehat dan tidak sehat.
Nominal
19
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Keadaan Umum
Dusun Karangsari 2 merupakan salah satu dusun yang ada di Desa
Sidoagung dengan jumlah 1 RW dan 3 RT. Batas-batas wilayah Desa
Sidoagung adalah : sebelah Utara Desa Jogomulyo , sebelah Selatan Desa
Tanggulrejo, sebelah Barat Desa Sidomulyo (Kecamatan Salaman) dan
sebelah Timur Desa Sumberarum. Berdasarkan data dari balai Desa
Sidoagung, jumlah penduduk Desa Sidoagung adalah 2054 jiwa, terdiri atas
1013 jiwa laki –laki, 1041 jiwa perempuan dan 557 kepala keluarga.
2. Keadaan Lingkungan
Wilayah penelitian dilakukan di Dusun Karangsari 2, Desa Sidoagung
yang sebagian besar wilayahnya merupakan daerah pertanian. Sebagian besar
penduduk menggunakan sumber air minum yang didapatkan dari sumur
umum/keluarga (91,21%). Perumahan penduduk sebagian belum memenuhi
kriteria rumah sehat (34,07%), pembuangan air limbah rumah tangga dialirkan
melalui saluran pembuangan air limbah (SPAL) (33,26%) dan sebagian besar
memiliki jamban (78,02%), pembuangan sampah sebagian besar dibakar /
dijadikan pupuk (47,25%).
B. Analisis Hasil Penelitian
Analisis hasil penelitian dilakukan secara bertahap, dimulai dengan analisis
deskriptif dengan menghitung besarnya persentase setiap variabel bebas,
19
20
dilanjutkan dengan analisis statistik menggunakan tabel 2 x 2 untuk mengetahui
besarnya Rasio Prevalensi (RP).
1. Analisis Statistik dengan bivariate terhadap Variabel-variabel Bebas
Analisis deskriptif dilakukan untuk melihat besarnya proporsi masing-masing
variabel bebas yang diduga menjadi faktor yang berhubungan dengan
kepemilikan rumah sehat pada subjek penelitian.
a. Tingkat Penghasilan
Proporsi variabel bebas yaitu tingkat penghasilan dengan kepemilikan
rumah sehat. Variabel bebas dikategorikan menjadi ≥ Rp. 837.000 dan <
Rp.837.000.
Tabel 2. Distribusi dan hubungan tingkat penghasilan dengan kepemilikan
rumah sehat
Rumah
belum
sehat
Rumah
sehat
Sig Val Val Low Val Up
< Rp.837.000 31 38 0,482 1,387 0,556 3,459
≥ Rp.837.000 10 17
Total 41 55
Dari tabel diatas disimpulkan bahwa tingkat penghasilan tidak
berhubungan dengan kepemilikan rumah sehat karena p>0,05 (p=0,482).
21
b. Tingkat Pengetahuan
Proporsi variabel bebas yaitu tingkat pengetahuan kepala keluarga
terhadap kepemilikan rumah sehat. Variabel bebas dikategorikan menjadi
pengetahuan buruk dan pengetahuan baik.
Tabel 3. Distribusi dan hubungan yaitu tingkat pengetahuan kepala keluarga
terhadap kepemilikan rumah sehat
Rumah
belum
sehat
Ruma
h sehat
Sig. Val Val
Low
Val
Up
Pengetahuan buruk 28 36 0,77 1,137 0,48 2,689
Pengetahuan baik 13 19
Total 41 55
Dari tabel diatas disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan kepala keluarga
tidak berhubungan dengan kepemilikan rumah sehat karena p>0,05
(p=0,77).
c. Tingkat Pendidikan
Proporsi variabel bebas yaitu tingkat pendidikan kepala keluarga
terhadap kepemilikan rumah sehat. Variabel bebas dikategorikan menjadi
pendidikan rendah dan pendidikan tinggi.
22
Tabel 4. Distribusi dan hubungan yaitu tingkat pendidikan kepala keluarga
terhadap kepemilikan rumah sehat
Rumah
belum
sehat
Rumah
sehat
Sig. Val Val
Low
Val
Up
Pendidikan rendah 24 32 0,972 1,015 0,447 2,305
Pendidikan tinggi 17 23
Total 41 55
Dari tabel diatas disimpulkan bahwa tingkat pendidikan kepala
keluarga tidak berhubungan dengan kepemilikan rumah sehat karena p>0,05
(p=0,972).
d. Strata Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Proporsi variabel bebas yaitu strata PHBS keluarga terhadap
kepemilikan rumah sehat. Variabel bebas dikategorikan menjadi strata
prtama, strata madya, strata utama, strata paripurna
Tabel 5. Distribusi dan hubungan strata PHBS keluarga terhadap kepemilikan
rumah sehat.
Rumah
belum
sehat
Rumah
sehat
Sig. Val Val
Low
Val
Up
Strata Pratama-Madya 34 13 0,001 4,130 1,748 9,754
Strata Utama-
Paripurna
19 30
Total 53 43
23
Dari tabel diatas disimpulkan bahwa strata PHBS keluarga
berhubungan dengan kepemilikan rumah sehat karena p<0,05 (p=0,000)
dimana semakin tinggi strata PHBS suatu keluarga maka akan semakin
tinggi kemungkinan keluarga tersebut memiliki rumah sehat.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian didasarkan pada hasil hasil uji statistik, data dari
wawancara berdasarkan kuesioner dan dari tinjauan pustaka. Pembahasan
dilakukan untuk menemukan alasan-alasan yang mendukung hasil penelitian.
Berdasarkan tinjauan pustaka, hasil wawancara dengan responden, hasil uji
statistik, serta hasil análisis deskriptif didapatkan hubungan yang bermakna antara
strata PHBS suatu keluarga dengan kepemilikan rumah sehat.
1. Strata PHBS
Dengan interval kepercayaan 95% dan nilai kemaknaan p=0,001 dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi strata PHBS suatu keluarga akan
meningkatkan kemungkinan suatu keluarga memiliki rumah sehat. Perilaku
keluarga yang memanfaatkan air bersih untuk masak, mandi, dan mencuci
mendorong terwujudnya rumah sehat, karena salah satu indikator rumah sehat
yaitu terdapatnya penyediaan air bersih yang terlindung dari pencemaran. Selain
itu, perilaku dan kebiasaan keluarga untuk melakukan pemberantasan sarang
nyamuk akan menurunkan angka jentik nyamuk yang akan menjadi salah satu
indikator rumah sehat yaitu bebas jentik nyamuk. Perilaku keluarga yang rutin
membersihkan rumah akan mendukung terwujudnya rumah yang bebas lalat dan
tikus serta pekarangan rumah bersih.
Berdasarkan tinjauan pustaka, hasil wawancara dengan responden, hasil uji
statistik, serta hasil análisis deskriptif tidak didapatkan hubungan antara tingkat
pengetahuan, tingkat penghasilan dan tingkat pendidikan kepala keluarga dengan
24
kepemilikan rumah sehat pada periode Januari 2013 pada penduduk di Desa
Sidoagung, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang. Walaupun secara teori
variabel-variabel diatas seharusnya memiliki hubungan dengan kepemilikan
rumah sehat, hasil ini mungkin disebabkan karena keterbatasan penelitian.
D. Keterbatasan Penelitian
Beberapa keterbatasan dan kelemahan yang terdapat dalam penelitian ini
adalah
1. Keterbatasan waktu dalam melaksanakan survei dan pembuatan laporan.
2. Keterbatasan kepustakaan yang menyebabkan kurang dalamnya pembahasan
materi.
3. Keterbatasan instrumen pengukuran yang digunakan.
25
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
A.KESIMPULANBerdasarkan hasil survey dan wawancara mengenai faktor-faktor yang
berhubungan dengan kepemilikan rumah sehat yang dilaksanakan pada tanggal
17 Januari 2013 pada penduduk di Dusun Karangsari 2, Desa Sidoagung,
Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang didapatkan hasil:
1. Tingkat penghasilan tidak berhubungan dengan kepemilikan rumah
sehat di Dusun Karangsari 2, Desa Sidoagung, Kecamatan Tempuran,
Kabupaten Magelang
2. Tingkat pendidikan kepala keluarga tidak berhubungan dengan
kepemilikan rumah sehat di Dusun Karangsari 2, Desa Sidoagung,
Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang
3. Strata PHBS keluarga berhubungan dengan kepemilikan rumah
sehat Dusun Karangsari 2, Desa Sidoagung, Kecamatan Tempuran,
Kabupaten Magelang.
Semakin tinggi strata PHBS suatu keluarga maka akan semakin tinggi
kemungkinan keluarga tersebut memiliki rumah sehat.
4. Tingkat pengetahuan kepala keluarga tidak berhubungan dengan
kepemilikan rumah sehat di Dusun Karangsari 2, Desa Sidoagung,
Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang
B.SARAN
1. Perlu ditingkatkannya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
perilaku hidup sehat dan bersih(PHBS) agar bermanfaat bagi
keberlangsungan hidup suatu rumah tangga.
25
26
2. Agar memberdayakan keluarga untuk melaksanakan perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) melalui penyuluhan
perorangan,penyuluhan kelompok, dan pergerakan masyarakat
3. Agar mengembangkan kegiatan-kegiatan yang mendukung
terwujudnya Rumah Tangga ber-PHBS.
4. Untuk para kader agar memantau kemajuan pencapaian Rumah
Tangga ber-PHBS di wilayahnya setiap tahun melaluipencatatan
PHBS di Rumah Tangga.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Proverawati A, Rahmawati E. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Yogyakarta: Nuha Medika; 2012
2. Tarigan RA. Hubungan Karakteristik, Pengetahuan, dan Sikap Kepala Keluarga Dengan Kepemilikan Rumah Sehat di Kelurahan Pekan Selesei Kecamatan Selesei Kabupaten Langkat Tahun 2010 [internet]. 2008 [cited 2013 Jan 20]. Available from: http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/25274082631.pdf
3. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan: teori & aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.
4. Wawan, Dewi. Teori & pengukuran pengetahuan, sikap, dan perilaku manusia. Yogyakarta: Nuha Medika; 2010.
5. Perilaku Hidup Bersih dan sehat dan Penyakit Berbasis Lingkungan [internet]. [cited 2013 Jan 20]. Available from: http://pamsimas.org/index.php?option=com_phocadownload&view=category&id=48:pedum-strategi-clts&download=300:phbs-kesling-penyakit&Itemid=12
6. Suharmadi. Perumahan Sehat. Proyek Pengembangan dan Pendidikan Tenaga Sanitasi Pusat, Pusdiknakes. Depkes RI. Jakarta. 1985.
7. Dinas Cipta Karya. Rumah Sehat Dalam Lingkungan Sehat. Departemen Pekerjaan Umum RI. Jakarta. 1985.
8. Suyono. Pokok Bahasan Modul Perumahan dan Pemukiman Sehat. Jakarta. Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Sanitasi Pusat, Pusdiknakes, Depkes RI. 1985.
9. Indah Entjang. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Aditya Bakti. Bandung. 1991.10. Dinas Pekerjaan Umum. Pedoman Umum Rumah Sederhana Sehat.
Departemen Pekerjaan Umum RI. Jakarta. 2006.
top related