amdal final paper
TRANSCRIPT
1
Perkiraan Dampak Lingkungan Menggunakan Metode Flowchart, Matriks
Leopold, dan Overlays dalam Pemrakarsaan Proyek Pembangkit Listrik
Tenaga Uap Batubara*
*Muh. Ridwan Arif Cahyono, Yoga prisusatyo, Alief Aficenna Luthfie
Jurusan Teknik Fisika, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Abstrak
Indonesia yang merupakan salah satu negara sedang berkembang, penyediaan energi
merupakan faktor yang sangat penting dalam mendorong pembangunan, salah satunya adalah
penyediaan energi listrik. Indonesia merupakan produsen batubara terbesar kelima di dunia,
hal ini sangat berpotensi untuk dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap barubara.
Dalam pembangunan proyek PLTU Batubara pemrakarya proyek harus membuat
dokumen AMDAL. Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 17 tahun 2001,
PLTU dengan daya lebih dari 100 MW termasuk dalam daftar wajib ANDAL.
Perkiraan dampak lingkungan merupakan bagian dari dokumen AMDAL. Dalam paper
ini akan dibahas perkiraan dampak lingkungan menggunakan metode flowchart, matriks
leopold, dan overlays. Metode flowchart memberi gambaran singkat untuk matriks leopold.
Pada matriks leopold komponen yang akan dilakukan mitigasi diberi warna kuning. Pada
metode overlays, dihasilkan perkiraan daerah sesuai tingkat pencemaran udara.
Keyword : PLTU batubara, AMDAL, flowchart, matriks leopold, overlays
LATAR BELAKANG
Ketersediaan energi di masa
mendatang merupakan permasalahan yang
senantiasa menjadi perhatian semua
bangsa karena bagaimanapun juga
kesejahteraan manusia dalam kehidupan
modern sangat terkait dengan jumlah dan
mutu energi yang dimanfaatkan. Bagi
Indonesia yang merupakan salah satu
negara sedang berkembang, penyediaan
energi merupakan faktor yang sangat
penting dalam mendorong pembangunan.
Seiring dengan meningkatnya
pembangunan terutama pembangunan di
sektor industri, pertumbuhan ekonomi dan
pertumbuhan penduduk, kebutuhan akan
energi terus meningkat.
Keberadaan dan keberdayaan
energi listrik merupakan sebuah keharusan
sebagai motor penggerak roda kehidupan
pada sebuah bangsa untuk tetap bergerak
dan mengarah maju ke depan. Tanpa
keberadaan dan keberdayaan energi listrik
akan menghambat hingga menghentikan
aktivitas masyarakat dunia usaha dan
rumahan, serta berujung terhambatnya atau
terhentinya kemajuan umat pada suatu
bangsa. Menyadari kebergantungan yang
sangat besar kepada minyak bumi tersebut,
maka sejak beberapa waktu yang lalu telah
dilakukan upaya untuk menekan
pertumbuhan penggunaan bahan bakar
minyak (BBM) dengan menggunakan
bahan bakar non-minyak untuk memenuhi
energi di dalam negeri, salah satunya
adalah batubara.
Saat ini, berdasarkan data dari
Kementerian Sumber Energi dan Mineral,
total sumber daya batubara di Indonesia
diperkirakan mencapai 105 miliar ton,
dimana cadangan batu bara diperkirakan
21 miliar ton. Produksi batubara
meningkat sebesar 16% per tahun selama 5
tahun terakhir. Pada tahun 2009, total
produksi batubara Indonesia mencapai 263
juta ton, 230 juta ton diantaranya diekspor
ke berbagai negara, atau dengan kata lain
sekitar 87% dari total produksi batubara
negeri ini diekspor ke luar negeri. Hanya
2
sekitar 13 persen atau 33 juta ton yang
dimanfaatkan untuk kebutuhan domestik.
Jumlah ini menempatkan Indonesia
sebagai produsen batubara terbesar kelima
di dunia, dan pengekspor batubara terbesar
kedua di dunia.
Pembangkit Listrik Tenaga Uap
Batubara adalah salah satu jenis instalasi
pembangkit tenaga listrik dimana tenaga
listrik didapat dari mesin turbin yang
diputar oleh uap yang dihasilkan melalui
pembakaran batubara. Pembangkit Listrik
Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar
batubara memiliki baik karena mampu
memproduksi listrik dengan biaya paling
murah dibandingkan sistem pembangkit
listrik lainnya. Biaya operasi PLTU
batubara kurang lebih 30 persen lebih
rendah dibandingkan sistim pembangkit
listrik yang lain. Atas dasar tersebut,
PLTU batubara merupakan salah satu
solusi yang prospektif dan solutif untuk
dibangun dan mengurangi konsumsi
minyak.
Dalam pembangunan proyek PLTU
Batubara pemrakarya proyek harus
membuat dokumen AMDAL.
AMDAL/EIA (Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan / Environmental
Impact Assessment) merupakan studi
lingkungan untuk melihat besar dan
pentingnya dampak suatu kegiatan
terhadap lingkungan. Baik lingkungan
fisik (struktur tanah, geologi, bentang
lahan), kimia (pencemaran air, udara dan
tanah), biologi (dampak terhadap floa dan
fauna), sosial, ekonomi, budaya, dan
kesehatan masyarakat.
Kewajiban AMDAL di Indonesia
diatur dalam : PP no. 27 tahun 1999.
Untuk kegiatan wajib AMDAL diatur
dalam Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup No. 17 tahun 2001. Sedangkan
kegiatan yang tidak wajib AMDAL
diwajibkan melaksanakan Upaya
Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan
Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).
DESKRIPSI PROYEK
Lokasi Proyek
PLTU Jawa Timur 2 berlokasi di
Kabupaten Probolinggo, tepatnya di
daerah pesisir dan di lahan kosong.
Pemillihan lokasi ini tentu saja tidak asal
tunjuk, tetapi dengan telah
mempertimbangkan berbagai dampak yang
akan terjadi baik ketika PLTU pra-
konstruksi, konstruksi, maupun operasi.
Gambar 1. Siklus PLTU Jawa Timur 2
3
Deskripsi Proses
Proses pembangkitan yang terjadi dalam
PLTU Batubara ditunjukan seperti pada
gambar 1.
Keterangan Siklus:
1. Coal dari stockpile yang merupakan
bahan bakar ditransportasikan dengan
menggunakan conveyor (melewati
berbagai peralatan seperti crusher
house, metal detector, magnet
separator, dll) menuju
ke coal bunker atau silo.
2. Dari coal bunker batubara masuk ke
dalam mill atau pulveriser untuk
dihaluskan dengan menggunakan
grinding wheel dan bowl hingga
mencapai tingkat kelembutan yang
diinginkan. Selanjutnya butiran halus
batu bara dihembuskan ke atas menuju
furnace dengan menggunakan primary
air dari PA Fan.
3. Di dalam furnace akan terjadi heat
transfer dari pembakaran batu bara ke
tube atau pipa yang berisi air hingga
air menjadi uap. Oleh karena itu
furnace atau secara keseluruhan
disebut sebagai boiler
dinamakan steam generator.
4. Flue gas merupakan sisa pembakaran
yang harus dibuang. Namun dengan
alasan efesiensi maka panas dari
Fluegas ini dapat dimanfaatkan untuk
memanaskan udara pembakaran
sehingga tingkat hilangnya energy
dalam proses dapat dikurangi. Untuk
memindahkan panas dari flue gas ke
combustion air (primary air –masuk
ke dalam mill- dan secondary air –
masuk ke dalam furnace bersama
bahan bakar-) digunakan Gas Air
Heater yang berupa roda yang
ditempatkan horizontal berisi basket
(sebagai media heat transfer) yang
diputar. Setengah luasan sebagai
tempat flue gas mengalir, sepertiga
bagian untuk primary air dan sisanya
(sekitar dua pertiga) untuk aliran
secondary air.
5. Untuk menyediakan udara
pembakaran digunakan dua jenis fan
yaitu Primary Air Fan dan Forced
Draft Fan sebagai Combustion Air
Fan. Pada PLTU Jawa Timur 2
digunakan dua buah FD fan dan dua
buah PA Fan.
6. Flue Gas Precipitator (ESP)
merupakan equipment yang digunakan
untuk mengurangi kadar debu yang
terdapat pada raw flue gas. Dengan
menggunakan prinsip listrik static
untuk memisahkan debu (dust) dari
flue gas. Flue gas diberi charging
electron dengan menggunangkan wire
DE (discharge electrode) yang
diletakkan di bagian tengah
selanjutnya ditarik oleh kutub yang
lebih positif pada bagian collecting
plate (terhubung dengan ground).
Discharge electrode diberi tegangan
negative (di PLTU Jawa Timur 2
menggunakan 65 KV DC).
7. Bagian ini merupakan Induced Draft
Fan yang fungsi utamanya adalah
untuk menciptakan kevakuman di
bagian furnace.
8. FGD atau Flue gas
desulphurization merupakan bagian
dari pembangkit yang bertujuan
mengurangi kadar SO2 (de-SOX) di
flue gas dengan memanfaatkan
flushing dari air laut.
9. Stack atau chimney merupakan
bagian dari PLTU yang digunakan
untuk mengalirkan flue gas
(diharapkan sudah berupa clean flue
gas) ke atmosfer dengan
memanfaatkan panas yang masih
tersimpan di flue gas dan perbedaan
tekanan.
10. Ash handling equipment merupakan
perlatan yang berfungsi untuk
mengangkut ash atau abu sisa
pembakaran batu bara, dalam hal ini
berupa bottom ash. Peralatan
utamanya adalah SSCC dan Skip
lorry.
11. Steam turbin yang mengubah energy
kinetic dari steam menjadi energy
4
mekanik untuk memutar shaft turbin
yang dikopel dengan poros generator.
Di PLTU Jawa Timur 2 menggunakan
1 HP turbin, 1 IP turbin dan 2 LP
turbin.
12. Generator mengubah energy mekanik
menjadi energy listrik. Pada PLTU
Jawa Timur 2 spesifikasi generator ini
adalah 100 MW (biasa beroperasi
maksimal 210 MW), 3 phasa, 12kV,
3000rpm, 2kutub.
13. Main transformer yang menaikkan
tegangan dari 12kV menjadi 100kV
dan siap ditransmisikan lewat jaringan
PLN.
14. Condenser merupakan komponen
yang berfungsi untuk mengubah steam
menjadi kondensat, dengan
memanfaatkan kevakuman ruangan
dan heat transfer dari pendingin air
laut.
15. Condensate pump (CEP) berfungsi
memompa air kondensate ke preheater
dan selanjutnya ke feed water storage
tank.
16. Preheater atau air heater berfungsi
untuk memanaskan air condensate
dengan memanfaatkan extraction
steam dari IP dan LP turbin.
17. Feedwater storage tank merupakan
tanki yang berfungsi menyimpan
sementara air condensate dan
memisahkan oksigen dari air (kadar
O2 yang terlalu tinggi di air
condensate menyebabkan korosi pada
pipa di boiler dan main steam) pada
bagian deaerator dan memanaskan air
condensate dengan menggunakan
steam dari IP turbin.
18. Feedwater pump berfungsi
memompa air condensate ke steam
drum dan selanjutnya akan dialirkan
ke economizer. Di PLTU Jawa Timur
2 digunakan 2 Turbin feedwater pump
yang menggunakan baby turbin
sebagai penggerak utama dan 1
Electric feedwater pump
menggunakan tenaga motor.
19. Boiler drum atau steam drum, fungsi
utamanya adalah untuk menerima air
dari feedwater pump, mengalirkan ke
economizer dan menerima steam dari
ecomizer, dan juga tempat dozing
beberapa bahan kimia untuk menjaga
kualitas air serta membuang air ke
blowdown tank jika diperlukan atau
dalam kondisi kualitas air tidak sesuai.
Jadi di sini terdapat dua bentuk fluida
yaitu air dan steam.
20. Merupakan intake canal yang
digunakan sebagai jalur masuknya air
laut untuk digunakan sebagai
pendingin condensator.
21. Cooling atau circulating water pump
22. Seal wall atau Seal pit
23. Outlet canal
Keterangan :
· Steam atau uap yang mengalir pada
pipa dari boiler menuju turbin
memiliki tekanan 100 bar dan suhu
340oC, diharapkan dengan kondisi
tersebut uap berupa uap kering dengan
fraction uap sekitar 83-90%. Dengan
cara itu maka turbin akan memiliki life
time yang lebih panjang (karena turbin
yang dimiliki berupa turbin uap,
sehingga adanya air akan merusak
sudu-sudu turbin).
· Kecepatan putaran nominal turbin di
PLTU Jawa Timur 2 adalah 3000rpm
dengan toleransi maksimal sekitar 10%.
Jika kecepatan melebihi batas maka
relay overspeed akan bekerja dan akan
membuka katup (valve pengaman) pada
turbin. Valve yang dimaksud adalah
combined control valve dan stop valve
(jika di pabrik gula ini biasanya disebut
sebagai governor valve). Tujuan utama
penggunaan valve ini adalah untuk
mengatur ukuran uap yang masuk ke
dalam turbin baik itu pressure, flow,
maupun temperature.
5
PERMASALAHAN
PLTU batubara dengan kapasitas
lebih dari 100 MW berdasarkan Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup No. 17 tahun
2001 termasuk dalam wajib AMDAL,
sehingga pemrakarsa wajib membuat
analisis dampak terkait kegiatan, baik dari
prakonstruksi, kontruksi, dan operasional.
Tujuan adanya dokumen AMDAL
tersebut adalah untuk mengurangi atau
meniadakan akibat (yang tidak
direncanakan) atas perubahan lingkungan,
khususnya akibat yang mendasar, meluas,
berjangka panjang, kemudian untuk
mengidentifikasi pemecahan masalah yang
optimal. Selain itu dokumen AMDAL
dibutuhkan untuk mencegah atau
mengatasi konflik kepentingan, yang
melibatkan publik dan menjamin
keterbukaan proses pengambilan
keputusan. Fungsi dari dokumen AMDAL
itu sendiri adalah sebagai salah satu upaya
preventif pengendalian dampak
Lingkungan oleh kegiatan pembangunan
(selain tata ruang, tata guna lahan, audit
lingkungan, plca, dsb).
Dalam dokumen AMDAL terdapat
perkiraan dampak lingkungan. Perkiraan
dampak lingkungan dapat dinyatakan
dalam metode flowchart, matriks, maupun
overlays. PLTU batubara biasanya
dibangun di kawasan pesisir. Dalam paper
ini akan di bahas perkiraan dampak PLTU
batubara dengan metode flowchart,
matriks leopold, dan overlays dengan
batasan masalah lokasi pendirian
pembangkit di daerah pesisir di atas lahan
kosong.
PERKIRAAN DAMPAK
1. Flow Chart
Gambar 2. Flow chart Perkiraan dampak PLTU Batubara
Pembangunan
PLTU
Pra Konstruksi
PerijinanPembebasan
Lahan
Biota Pantai
Terganggu
Penggusuran
Nelayan
Konstruksi
Mobilisasi
Pekerja, Alat,
Material
Polusi Udara
Material
Penambangan
Material
Operasi
KebisinganPencemaran
Udara
Kenaikan Suhu Air
Laut
Biota Laut
Terganggu
6
2. Matriks Leopold
Tabel 1. Matriks Leopold Perkiraan Dampak PLTU Batubara
KOMPONEN AKTIFITAS
KOMPONEN lINGKUNGAN
FASE AKTIFITAS PRA - KONSTRUKSI
KONSTRUKSI
OPERASI
Pro
ses P
erijin
an
Mobili
sasi P
ekerja
Mobili
sasi M
ate
rial dan P
era
lata
n
Mate
rial (M
obili
sasi la
ut)
Pengkondis
ian T
anah (
Levelin
g)
Rekla
masi P
esis
ir
Konstr
uksi B
angunan d
an F
asili
tas P
endukung
Pengeru
kan L
aut
Dem
obili
sasi P
era
lata
n
Dem
obili
sasi P
ekerja
Mobili
sasi P
ekerja
Opera
si P
LT
U d
an F
asili
tas P
endukung
Pera
wata
n P
LT
U d
an F
asili
tas P
endukung
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 1. FISIK-KIMIA A. Kualitas Udara
Kualitas Udara (Debu) -2/I -1/NI -1/NI -1/NI -2/NI Asap, Polusi, Radiasi -3/I
B. Kebisingan Kebisingan -2/NI -2/I -1/NI -2/NI -1/NI
C. Hidrooceanografi Kualitas Air Laut -2/NI -3/I -3/I -2/I Perubahan Garis Pantai -3/I -3/I -2/I -3/I
D. Tanah dan Ruang Penggunaan Tanah +2/NI -2/I
E. Transportasi Gangguan Lalu Lintas Laut -2/NI -2/I -2/I -2/I -3/I Peningkatan Trafik Lalu Lintas -2/NI -1/NI Kerusakan Jalan -2/NI
II. BIOLOGI Biota Lokal -1/NI -2/I -2/I -2/I -3/I -2/NI
III. SOSIAL, EKONOMI, DAN KEBUDAYAAN A. Sosial-Ekonomi
Pendapatan Masyarakat Lokal +1/NI +1/NI +1/NI Kesempatan Kerja +3/I -2/NI +2/NI +1/NI
Kesempatan Bisnis +3/I B. Sosial-Budaya
Tanggapan Masyarakat -2/NI -2/NI -2/NI -1/NI -1/NI -2/NI Perhatian Masyarakat -2/NI -2/NI -2/NI -2/NI -2/NI Gangguan Kepada Nelayan -2/I -1/NI -1/NI -2/I -2/I Gangguan pada Perkapalan -2/I -2/I -2/I
IV. Kesehatan Masyarakat Sanitasi -2/I -2/I -2/I Tingkat Kesehatan Masyarakat -2/I -2/I -2/I
Ket : Magnitude ditunjukan pada diagonal atas dengan skala -3 s.d +3, dan Importance
ditunjukan di diagonal bawah, I = Importance, NI = Non Importance.
7
3. Overlays
Pada metode overlays berdasarkan studi kasus pada PLTU Jawa Timur 2.
Gambar 3. Lokasi PLTU Jawa Timur 2 ditunjukan dalam peta
Gambar 4. Model Perkiraan Konsentrasi Gas Buang PLTU terhadap Jarak
8
Gambar 5. Profil Kecepatan Angin di kawasan PLTU Jawa Timur 2.
Gambar 6. Perkiraan Lokasi yang Terkena Dampak Pencemaran Gas Buang PLTU (SOx, CO,
NOx, Pm)
9
PEMBAHASAN
1. Perkiraan dampak berdasarkan
metode Matriks Leopold
Matriks Leopold sebagaimana
ditunjukkan pada subbab perkiraan
dampak, berisi perkiraan-perkiraan
dampak yang mungkin terjadi akibat
PLTU Batubara, mulai dari prakonstruksi
sampai saat operasi. Matriks Leopold tidak
hanya menyajikan perkiraan-perkiraan
dampak negatif, tetapi juga menyajikan
perkiraan-perkiraan dampak positif.
Sebelum memasuki pembahasan mengenai
matriks Leopold, berikut ini di jelaskan
bagaimana cara membaca matriks
Leopold.
Cara membaca matriks Leopold
harus diperhatikan dari sisi baris dan dari
sisi kolom. Sisi baris menjelaskan
beberapa aktifitas yang dilakukan, mulai
dari prakonstruksi, sampai pada tahap
opersi PLTU Batubara. Pada
prakonstruksi, hanya terdapat proses
perijinan yang meliputi ijin konstruksi,
pembebasan lahan, dan lain sebagainya.
Pada fase konstruksi terdapat sembilan
aktifitas, yaitu:
1) Mobilisasi Pekerja
2) Mobilisasi Material dan Peralatan
3) Material
4) Pengkondisian Tanah (Leveling)
5) Reklamasi pesisir
6) Konstruksi Bangunan dan Fasilitas
Pendukung
7) Pengerukan Laut
8) Demobilisasi Peralatan
9) Demobilisasi Pekerja
Pada fase operasi, hanya terdapat
tiga akfitas, yaitu mobilisasi pekerja,
operasi PLT dan fasilitas pendukung, dan
perawatan PLT dan fasilitas pendukung.
Sisi kolom menjelaskan komponen
lingkungan apa saja yang mungkin akan
terkena dampak. Komponen-komponen ini
terbagi menjadi tiga sector, yaitu sector
fisik-kimia, sector biologi, sector social,
okonomi, dan budaya, serta sector
kesehatan masyarakat. Sektor fisik-kimia
meliputi kualitas udara, kebisingan,
hidrooceanografi, tanah dan ruang, dan
transportasi. Sector biologi meliputi biota
lokal dimana PLT itu didirikan. Sektor
social, okonomi, dan budaya meliputi
social-ekonomi dan social-budaya.
Sementara sector kesehatan masyarakat
meliputi kebersihan air (sanitasi), dan
tingkat kesehatan masyarakat.
Dengan melihat aktifitas-aktifitas
apa saja yang berlangsung, dapat diketahui
komponen-komponen lingkungan apa saja
yang mungkin terkena dampak, baik itu
dampak positif, maupun dampak negative.
Dampak positif ditandai dengan tanda
plus, sementara dampak negatif ditandai
dengan tanda minus. Selain itu, tampak
simbol NI dan I. kedua simbol ini
menunjukkan ada tidaknya penurunan
kualitas suatu komponen lingkungan atau
tidak, dimana NI berarti tidak ada
penurunan kualitas sementara I berarti
aktifitas tersebut menyebabkan penurunan
kualitas lingkugan.
Pada matriks Leopold yang disajikan
pada subbab perkiraan dampak, dampak
negatif yang menjadi sorotan utama yaitu
yang diberi tanda berwarna kuning.
Dampak-dampak ini memiliki nilai -2
sampai -3 dan juga diberi simbol NI,
sehingga harus dicari solusinya agar tidak
berkelanjutan dan akan merusak tatanan
lingkungan.
Dengan menggunakan matriks
Leopold, dapat diketahui aktifitas mana
yang menyebabkan kerugian terhadap
komponen lingkungan dan juga yang dapat
menyebabkan penurunan kualitas
lingkungan. Dengan begitu, setelah
aktifitas-aktifitas ini diketahui, maka dapat
dicari solusi yang dapat memecahkan
permasalahan tersebut. Aktifitas-aktifitas
tersebut akan dilakukan mitigasi agar tidak
terjadi keberlanjutan dalam merusak
tatanan lingkungan.
Dalam matriks leopold telah
ditunjukan dampak yang akan di mitigasi.
Kateogri suatu dampak dinyatakan sebagai
10
dampak penting apabila dampak tersebut
bersifat irreversibel artinya mengubah
kondisi lingkungan. Pada matriks leopold
dampak penting dinyatakan apabila
memiliki nilai lebih dari 2 dan I
(importance). Hubungan sebat akibat
pendugaan dampak penting sebagai
berikut.
a. Mobilisasi Pekerja
• Kesempatan kerja -> +3/I
Dengan pembangunan PLTU
Batubara ini akan membuka kesempatan
kerja kepada masyarakat lokal sebagai
karyawan PLTU. Analoginya setiap
industri yang baru dibuka akan
membutuhkan karyawan untuk proses
berlangsungnya industri tersebut.
• Kesempatan bisnis -> +3/I
Dengan adanya kumpulan
manusia (karyawan) di suatu lokasi,
maka akan mendorong usaha lain
misalnya bisnis penjual makanan, bisnis
kost, dll. Hal ini akan dimitigasi dengan
bekerjasama dengan pemerintah daerah
dengan memberi pelatihan kerja ke
masyarakat.
b. Mobilisasi Material dan Peralatan
(transportasi darat)
• Debu -> -2/I
Perpindahan material dan
peralatan dalam proses
mobilisasinya akan menyebabkan
debu terutama di sekitar pinggir
jalan. Pergerakan kendaraan akan
menyebabkan debu yang dijalan
berterbangan. Selain hal ini juga
disebabkan apabila barang yang
diangkut merupakan material ringan
yang mudah beterbangan.
• Sanitasi -> -2/I
Ketika banyak debu yang
beterbangan, dimana debu
merupakan sarana penyebaran
penyakit, serta dapat mengakibatkan
gangguan saluran pernafasan. Hal ini
tentunya akan mengurangi sanitasi
lingkungan.
• Tingkat kesehatan masyarakat -> -2/I
Dengan sanitasi lingkungan
yang buruk, maka akan menurunkan
tingkat kesehatan masyarakat.
c. Material (Pengolahan dan Penyediaan
material melalui laut)
• Kebisingan -> -2/I
Transportasi laut untuk
mengangkut material (komponen turbin,
generator, dll) umumnya kapal besar.
Kapal besar tentunya menggunakan
mesin yang besar pula. Hal ini
berdampak timbul kebisingan.
• Gangguan pada perkapalan -> -2/I
Karena adanya transportasi kapal
untuk mengangkut material, dimana
kapal material ini akan secara tidak
langsung memotong/mengganggu jalur
transportasi perkapalan di area tersebut.
• Gangguan pada nelayan -> -2/I
Dengan terganggunya sistem
perkapalan, maka hal ini juga
berdampak pada nelayan yang setiap
saat berlayar mencari ikan di daerah
tersebut.
d. Reklamasi Pesisir
• Penggunaan tanah -> -2/I
Reklamasi pesisir merupakan
proses pengkondisian pantai, dimana
mengkondisikan tanah yang nantinya
akan dibangun suatu bangunan
diatasnya. Umumnya kondisi pantai
tanahnya tidak rata datar, selain itu
strukturnya berupa pasir dan karang.
Agar dapat dibangun bangunan maka
pantai harus dikondisikan. Caranya
dengan mendatarkan permukaan pantai,
yaitu dengan penimbunan tanah. Hal ini
secara langsung berakibat pada
berkurangnya jumlah tanah didaerah
lain.
• Kualitas Air Laut -> -3/I
Dengan adanya penimbunan
tanah di sekitar pantai, maka sebagian
dari tanah akan bercampur dengan air
laut. Hal ini berdampak air laut menjadi
keruh.
• Perubahan garis pantai -> -3/I
Reklamasi pesisir umumnya
dilakukan tidak hanya menimbun
dengan tanah pada daerah yang tidak
terkena air laut saja, tetapi pada daerah
11
yang terendam air laut dengan tujuan
memperluas daratan. Hal ini tentunya
berdampak pada perubahan garis pantai.
• Biota lokal -> -2/I
Dengan menurunnya kualitas air
laut maka biota laut disekitar pantai
tersebut akan terganggu. Selain itu
dengan penimbunan tanah, maka biota
yang hidup ditempat yang ditimbun
dengan tnah tersebut akan terganggu
habitanya.
• Gangguan lalu lintas laut -> -2/I
Pada saat proses reklamasi pesisir,
akan ada perpindahan material melalui
jalur laut, hal ini akan menggangu lalu
lintas laut. Selain itu ketika proses
reklamasi, daerah sekitar tempat
reklamasi tidak dapat dilalui kapal.
e. Konstruksi Bangunan dan Fasilitas
Pendukung
• Perubahan garis pantai -> -3/I
Dalam proses konstruksi masih
berkaitan dengan reklamasi pesisir.
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa hal
ini akan mengubah garis pantai.
• Gangguan lalu lintas laut -> -2/I
Dengan adanya transportasi
material maka lalu lintas laut di area
tersebut akan terganggu.
• Biota lokal -> -2/I
Pada saat konstruksi, sering
digunakan bahan kimia seperti semen,
dll. Apabila bahan kimia ini masuk
dalam air laut, maka biota lokal akan
teracuni.
• Sanitasi -> -2/I
Pada saat konstruksi,
dimungkinkan akan timbul debu dan
limbah cair. Hal ini akan berpengaruh
pada sanitasi di daerah tersebut.
• Tingkat kesehatan Masyarakat -> -2/I
Dengan menurunnya sanitasi,
maka tingkat kesehatan masyarakat
sekitar akan menurun.
f. Pengerukan Laut
• Perubahan garis pantai -> -3/I
Pengerukan laut merupakan
bagian dari reklamasi pesisir. Hal ini
dilakukan dengan tujuan untuk
membuat dermaga kapal. Kapal
untuk berlabuh tanpa karam,
memerlukan kedalaman tertentu.
Ketika laut dikeruk, maka garis
pantai akan berubah.
• Biota lokal -> -2/I
Pengerukan pantai akan
mencemari laut dan akan merusak
terumbu karang di daerah yang
dikeruk. Hal ini akan berakibat juga
pada biota lokal.
• Gangguan lalu lintas laut -> -2/I
Dengan adanya pengerukan
laut, maka pada area yang sedang
dikeruk, dalam proses pengerukan
dan daerah yang sedang dikeruk
merupakan jalur lalu lintas, maka
pada saat pengerukan laut akan
mengganggu lalu lintas laut.
• Gangguan pada perkapalan -> -2/I
Ketika lalu lintas laut
terganggu, secara langsung akan
berdampak pada sistem perkapalan
di area tersebut.
• Gangguan pada nelayan -> -2/I
Dengan terganggunya lalu
lintas laut dan sistem perkapalan, hal
ini akan berdampak pula pada
nelayan.
g. Operasi PLTU dan fasilitas Pendukung
• Asap, polusi, radiasi -> -3/I
PLTU batubara akan
mengeluarkan gas buang berupa
asap. Hal ini akan menimbulkan
polusi udara. Selain itu berdasarkan
penelitian, gas buang PLTU batubara
juga mengandung bahan radioaktif.
• Kualitas air laut -> -2/I
PLTU batubara membutuhkan
suatu air pendingin. Air pendingin
diambil dari air laut. Hal ini akan
berdampak kenaikan suhu air laut
terutama pada daerah outlet.
• Gangguan lalu lintas laut -> -3/I
Ketika proses produksi, maka
membutuhkan bahan bakar.
Umumnya batubara di Indonesia
disupply dari kalimantan dan dalam
pengirimannya menggunakan kapal.
Perjalanan kapal batubara ini akan
12
mengganggu sistem lalu lintas laut
yang sudah ada.
• Gangguan pada perkapalan -> -2/I
Ketika lalu lintas laut
terganggu, secara langsung akan
berdampak pada sistem perkapalan
di area tersebut.
• Gangguan pada nelayan -> -2/I
Dengan terganggunya lalu
lintas laut dan sistem perkapalan, hal
ini akan berdampak pula pada
nelayan.
• Sanitasi -> -2/I
Dengan adanya gas buang dari
PLTU batubara yang mengandung
asap dan zat radioaktif, maka udara
sekitar PLTU akan tercemar.
• Tingkat kesehatan Masyarakat -> -
2/I
Dengan menurunnya sanitasi,
maka tingkat kesehatan masyarakat
sekitar akan menurun.
2. Perkiraan dampak berdasarkan
metode Overlay
Metode Overlay adalah metode
dimana perhatian lebih ditekankan pada
area-area yang paling besar
kemungkinannya terkena dampak dari
PLTU Batubara. Pada subab perkiraan
dampak, ditampilkan metode overlay
untuk dampak akibat gas buang dari PLTU
Batubara Jawa Timur 2. Untuk mengetahui
area-area mana saja yang paling besar
dampaknya, maka perlu diketahui jenis-
jenis gas apa saja yang terkandung dalam
gas buang PLTU Batubara dan profil angin
dimana PLTU Batubara tersebut didirikan.
Jenis-jenis gas yang terkandung
dalam gas buang PLTU Batubara adalah
NOx, Sox, Co, dan pm10. Jenis-jenis gas
ini memiliki karakteristik sendiri-sendiri,
akibatnya dampak yang dihasilkan oleh
gas-gas ini pun berbeda-beda. Pada subbab
perkiraan dampak, ditunjukkan profil
angin dimana PLTU Batubara Jawa Timur
didirikan. Dengan mengacu pada profil
angin dan karakteristik gas-gas tersebut,
maka dapat dibuat grafik pemodelan
konsentrasi gas buang yang dialami suatu
area tertentu akibat gas-gas tersebut
berdasarkan jarak area tersebut dari PLTU
Batubara. Selain itu juga dapat
digambarkan daerah-daerah mana yang
lebih besar kemungkinannya terkena
dampak akibat gas-gas tersebut.
Pada grafik pemodelan konsentrasi
gas buang, dapat dilihat bahwa semakin
jauh suatu daerah dari PLTU Batubara,
maka semakin kecil dampak yang dialami
oleh daerah tersebut. Hal ini jelas, karena
semakin jauh dari PLTU Batubara, gas-gas
tersebut sudah berkurang konsentrasinya
dan bercampur dengan udara, sehingga
dampak yang diakibatkan menjadi
berkurang. Hal yang menarik adalah
sebelum 500 m, tidak ada dampak yang
signifikan akibat keempat jenis gas
tersebut. Baru setelah melewati 500 m,
dampak yang diakibatkan melonjak naik
dan pada jarak sekitar 1100 m, dampak
dari keempat gas itu mencapai puncaknya,
kemudian meluruh seiring bertambahnya
jarak. Tidak adanya dampak sebelum 500
m itu karena gas buang yang dikeluarkan
oleh PLTU Batubara dikeluarkan melalui
cerobong asap, akibatnya daerah yang
dekat dengan PLTU Batubara malah tidak
terkena dampak secara langsung.
Selain dari grafik tersebut, dampak
yang diakibatkan oleh gas-gas tersebut
dapat juga dilihat pada gambar perkiraan
lokasi yang terkena dampak yang
ditunjukkan pada gambar 6. Pada gambar-
gambar tersebut, warna yang lebih gelap
menunjukkan daerah yang kemungkinan
terkena dampaknya lebih besar. Dari
gambar-gambar tersebut dapat diperoleh
gambaran penyebaran dampak yang
diakibatkan oleh gas-gas buang PLTU
Batubara sehingga dapat diketahui daerah
mana yang perlu diberi perhatian lebih
(metode overlay).
3. Metode Penanganan Dampak Penting
Sebagaimana disebutkan sebelumnya
bahwa pembangunan PLTU Batu bara
hingga pengoperasiannya tidak lepas dari
13
berbagai dampak penting. Berikut ini
adalah beberapa mitigasi yang kami
sarankan:
• Menurunnya kualitas udara:
1. Menutup material yang dibawa
oleh truk sehingga selama
perjalanan material yang sedang
dibawa tersebut tidak mencemari
udara.
2. Menyiram jalan untuk mengurangi
debu yang disebabkan oleh
kendaran-kendaraan proyek yang
lalu lalang.
3. Memasang kolektor debu di area
pembangunan PLTU Batu bara.
• Meningkatnya emisi gas buang:
1. Pengoptimalan pengontrol emisi
gas buang sehingga gas buang yang
dihasilkan tidak terlalu mencemari
udara sekitar.
2. Pengoptimalan proses operasi
PLTU sehingga proses PLTU tidak
terlalu banyak menghasilkan gas
buang.
3. Pengoptimalan monitoring emisi
yang ditujukan untuk mengontrol
emisi gas buang.
• Bertambahnya kebisingan:
1. Mewajibkan pekerja memasang
peralatan keselamatan (ear plug).
2. Menanam pohon di sekitar PLTU
sebagai penyerap suara.
3. Mengatur pergerakan kendaraan
agar suara yang dihasilkan tidak
terlalu membuat bising bagi daerah
sekitarnya (misal kendaraan proyek
tidak berduyun-duyun saat
beroperasi).
• Menurunnya kualitas air:
1. Memisahkan air hujan dengan air
limbah sehingga air limbah tidak
bercampur dengan air hujan yang
terserap ke tanah.
2. Mengolah air limbah untuk
mengurangi racun yang terkandung
di dalamnya.
3. Pengaturan limbah oli dan limbah
cair yang lain agar tidak
mencemari lingkungan sekitar.
4. Pengoptimalan heat exchanger agar
air yang keluar dari heat exchanger
tidak terlalu panas.
• Perubahan garis pantai:
1. Pemasangan tanggul untuk
membatasi garis pantai.
2. Penanaman tanaman mangrove
agar batas pantai tidak mengalami
abrasi.
• Meningkatnya trafik lalu lintas:
1. Meningkatkan kemampuan supir
dalam mengemudi agar tidak
menimbulkan kemacetan akibat
supir yang sembrono.
2. Penggunaan truk sesuai batas
muatan.
3. Pemasangan simbol lalu lintas
yang diperlukan agar lalu lintas
tetap teratur walaupun banyak
kendaraan proyek yang
berseliweran.
• Gangguan sistem transportasi:
1. Memanfaatkan transportasi darat
dan laut agar tidak terjadi
penumpukan kendaraan di darat.
2. Penyediaan tempat parkir truk yang
sesuai agar truk tidak mengganggu
lalu lintas.
3. Menyediakan bus karyawan untuk
mengurangi kendaraan pribadi
yang dibwa oleh karyawan-
karyawan PLTU.
4. Pengaturan jadwal penerimaan
kapal batubara agar tidak
mengganggu jadwal kapal
penumpang.
• Gangguan ekosistem terestrial:
Penanaman pohon sebagai habitat
burung dan area penyangga
lingkungan
• Peluang bisnis dan pekerjaan yang
lebih baik:
1. Bekerjasama dengan pemerintah
daerah memberi pelatihan
kemampuan kerja kepada
masyarakat.
2. Lebih memprioritaskan pegawai
dari masyarakat sekitar PLTU.
14
• Sanitasi dan kesehatan:
1. Peningkatan layanan kesehatan
dengan bekerjasama dengan
poliklinik lokal dan puskesmas.
2. Peningkatan kesadaran masyarakat
tentang pola hidup sehat agar
masyarakat juga turut berperan
dalam menjaga kesehatan mereka.
3. Hanya membuang sampah di
tempat yang ditentukan sehingga
pencemaran udara akibat sampah
dapat diminimalisir.
4. Mengolah limbah domestik sesuai
prosedur.
PERHITUNGAN DAMPAK
A. Kenaikan kepadatan penduduk
1. Kepadatan pddk sebelum ada proyek
(tp)
Dtp = { Po ( 1 + rtp)t } / Ltot , orang/km
2
Dtp = { 1.092.036 ( 1 + 0,0101)5 } /
16.961,7 km2
Dtp = { 1.092.036 ( 1 + 0,0101)5 } /
16.961,7 km2
Dtp = 67,700 orang / km2
2. Kepadatan pddk setelah ada proyek
(dp)
Ddp = { Po ( 1 + rdp)t } / Ltot-Li, orang/km
2
Ddp = { 1.092.036 ( 1 + 0,0101)5 } /
(16.961,7 – 4) km2
Ddp = 67,716 orang / km2
3. Dampak Pembebasan lahan thd
kepadatan penduduk (∆D)
∆D = Ddp - Dtp
∆D = 67,716 - 67,700 orang / km2
∆D = 0,016 orang / km2
dengan:
D = Kepadatan penduduk, orang / km2
P = Populasi/jumlah penduduk, orang =
1.092.036
r = laju pertumbuhan penduduk, %
= lahir + min – meninggal - mout = 1,01%
Ltot = Luas lahan, km2 = 16.961,7 km
2
(purbalingga)
Li = 2 km2
t = periode waktu perhitungan, tahun = 5
tahun
(sumber : www.probolinggokab.go.id)
B. Penurunan hasil pertanian
Karena PLTU Batubara didirikan
diatas lahan kosong, pesisir pantai yang
tidak dimanfaatkan untuk pertanian, maka
penurunan hasil pertanian ∆Pr = 0
C. Penggusuran penuduk
Lahan yang digunakan untuk
proyek PLTU Batubara adalah dipesisir
pantai, sehingga dalam pembebasan lahan
tidak melakukan menggusuran terhadap
penduduk. Maka penduduk yang tergusur
Y = 0.
D. Kenaikan tekanan penduduk
- Tekanan penduduk (TP) adalah suatu
keadaan dimana lahan tempat ia
tinggal/lahan pertanian yang dimiliki
tidak mampu menopang hidup secara
layak
- Sumber data: data
kependudukan+pekerjaan, peta
topografi wilayah, atau peta photo
udara, peta tataguna lahan
- Jika TP diatasi dengan membuka lahan
baru (misal: konversi hutan
lindung�lahan pertanian), maka luas
lahan baru yng dirambah/dikonversi
akibat tekanan penduduk:
luas lahan dikonversi = (TP – 1) ltot
1. Tanpa proyek:
Pt = P0 (1 + r)t
Pt = { 1.092.036 ( 1 + 0,0101)5 } orang
Pt = 1.148.309
TPtp = ztp ( 1 – α tp) ftp .Pt / β.ltot, dng α <
1
TPtp = 0,32( 1 – 0,168) 0,832 X 1.148.309
/ 0,9 X 919,74
TPtp = 3,08
Dengan:
z = 0,55
f = 0,832
α = 0,168
β = 0,9
15
2. Dengan proyek:
TPdp = zdp ( 1 – α dp) fdp .Pt / β.(ltot-l)
TPdp = 0,55 (1 – 0,168) 0,832 X 1.148.309
/ 0,9 X (919,74 – 4 )
TPdp =5,28
3. Dampak proyek terhadap tekanan
penduduk:
∆TP = TPdp - TPtp
∆TP = 5,28 - 3,08
∆TP = 2,2
E. Perhitungan luas kerusakan hutan
- Data empirik menunjukkan presentasi
penduduk merusak hutan naik dari 50% (=
a) menjadi 60% (= b):
Rumus Umum: Y (ha) = ( TP – 1 ) . ψ %.
ltot
Luas penebangan hutan:
1. Tanpa Proyek:
Y= (3,08– 1 ) . 50 %. 919,74ha
= 956,53ha
2. Dengan Proyek
Y= ( 5,28– 1 ) . 60 %. (919,74– 4) ha
= 2351,6203 ha
3. Dampak Proyek terhadap penebangan
hutan:
∆ Y = 2351,6203ha - 956,53 ha
= 1395,1 ha
F. Kenaikan run-off karena erosi
-faktor berpengaruh: presipitasi, intersepsi
(tataguna lahan/pelingkupan), jenis tanah,
luas lahan yang dikonversi, dsb.
o Luas hutan yg dikonversi pddk
akibat proyek = 1395,1 ha
o Koefisien run-off hutan (0,01 –
0,10), rerata = 0,05
o Koefisien run-off pertanian = 0,25
o Intensitas rerata hujan 5 mm/hari-
hujan
1. Diskripsi proyek:
Kompleks industri, kantor, gedung, tempat
parkir = 28 ha
Taman = 9 ha
Jalan = 3 ha
-------------------------------------- +
Luas kawasan industri = 40 ha
2. Data koefisien run-off (dari
daftar/table):
Kompleks industri, kantor, gedung, tempat
parkir = 0,90
Taman = 0,15
Jalan = 0,95
Pedesaan (rerata) = 0,25
3. Rerata koefisian run-off
Ĉ = (C1.a+C2.b+C3.c)/(a+b+c)
= (0,9x28 + 0,15x9 + 0,95x3)/40
= 0,735
4. Dampak konstruksi thd run-off jika
intensitas hujan = 5 mm/hari-hujan
∆Q = (Ĉ – Cdesa). I (m/hr-hujan). A (m2)
∆Q = (0,735–0,25)x5.10-3
m/hari-hujan
x40.104m
2
∆Q = 970 m3/hari-hujan
Kenaikan limpasan permukaan/air
larian (run-off)
1. Debit air larian:
Q (m3/hr-hujan) = C . I (m/hr-
hujan). A (m2)
= 0.05 . 5x10-3
. 40x104
= 100 m3/hr-hujan
2. Dampak konversi tataguna lahan
thd air larian:
∆ Q = (Cp – Ch ) . I . Y ; m3/hari-
hujan
= ( 0,25 – 0,05) . 5 10-3
m/hari-
hujan . 1395,1 104 m
2
= 135,91 m3 /hari-hujan
G. Kenaikan laju erosi
Karena proyek dibangun tidak jauh
dari pantai dan dibangun di atas lahan
yang datar(tidak mempunyai kemiringan)
maka kenaikan laju erosi adalah 0
H. Arus urbanisasi
- Ada atau tidak ada proyek, TP
mendorong pddk untuk rambah hutan
atau urbanisasi.
16
- % pddk urban TPtp = a= 3,08, dan %
pddk urban TPdp = b = 5,28� secara
empirik a% > b% , yakni rerata: a =
50% dan b = 40%,
Jumlah penduduk yang terdorong urban
SEBELUM ada proyek
Xtp = [ 1 – 1/{TPtp (100-a)%}] . ftp. Pttp
Xtp = [ 1 – 1/{3,08 (100-50)%}] x 0,832 x
1.148.309
Xtp = 949.189 orang
Jumlah penduduk yang terdorong urban
SETELAH ada proyek
Xdp = [ 1 – 1/{TPdp (100-b)%}] . fdp. Ptdp
Xdp = [ 1 – 1/{5,28 (100-30)%}] x 0,832 x
1.148.309
Xdp = 952803 orang
Dampak proyek terhadap Arus Urbanisasi:
∆X = Xdp - Xtp
∆X = 952803 - 949.189
∆X = 3614 orang
I. Kenaikan produksi limbah
- Populasi penduduk dan PDB naik �
pola hidup konsumtif.
- Kualitas limbah/toksisitas meningkat
(organik � anorganik; dekomposisi )
- menurut WHO, produksi sampah
rerata (b) di kawasan berpenghasilan
rendah/kawasan urban di Asteng = 0,4
kg/orang/hari.
- Produk limbah akibat urban:
Z (kg/hari) = ∆X orang . b kg/orang/hari.
Z (kg/hari) = 3614 x 0,4 kg/orang/hari.
Z (kg/hari) = 1445,6 kg/hari
KESIMPULAN
1. Dampak penting yang akan dimitigasi
ditunjukan dengan matriks leopold
yang diberi warna kuning, dengan
kriteria memiliki dampak dengan
kategori Importance (I), dan memiliki
nilai lebih dari 2.
2. Dengan mengacu pada karakteristik
gas buang (bargantung jenis gas buang
tersebut yang terdiri atas NOx, Sox,
Co, dan pm10,) dan profil angin, maka
didapatkan grafik serta gambar
perkiraan dampak sehingga dapat
diketahui bahwa semakin jauh suatu
daerah dari PLTU Batubara, semakin
sedikit kemungkinan terkena
dampaknya dan dapat diketahui
daerah-daerah sebelum jarak 500 m,
tidak terkena dampak yang terlalu
signifikan.
SARAN
1. Perkiraan dampak dengan metode
overlays ebaiknya menggunakan data
kecepatan angin minimal 5 tahun
terakhir.
2. Perlu dilakukan analisis dampak
lingkungan terhadap fase komisioning
dan dekomisioning.
3. Bapedal harap menyetujui proyek ini
agar kebutuhan energi listrik dapat
terjamin khususnya Jawa-Bali, dan
dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat lokal.
4. Perlu dilakukan kajian lebih lanjut
terkait EBL
5. Perlu dilakukan kajian ambang emisi
dan efluent
17
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Lingkungan Hidup,
“Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup No. 17 tahun 2001 : Daftar
Wajib AMDAL”, 2001
Budhi, Agus. “Bahan Ajar Analisa
Mengenai Dampak Lingkungan”,
Jurusan Teknik Fisika UGM : 2012
PT. Holcim, “Construction of Cement
Plant and PLTU Unit, Port, Facility
Mining, and Supporting PT Semen
Dwima Agung in Tuban”, 2008
PT. PLN (Persero), “Upper Cisokan
Pumped Storage Hydro Electric
Power Plant : Consolidated
Environmental Impact Assessment”,
2011
Dian et al, “Modeling Studies of Air
Pollution Dispersionas Supporting
Tool For New Power Plant
Environmental Impact Assessment
(A case study of EIA PLTU 2 Jawa
Timur)”, 2007
Alam et al, “Evaluation of possible
environmental impacts for
Barapukuria thermal power plant
and coal mine”, 2011
Messer, Jay J. “Impacts of Western Coal,
Oil Shale, and Tar Sands
Development on Aquatic
Environmental Quality: A Technical
Information Matrix; Volume 1
Introduction and Instructions”, Utah
State University : 1982
Anonim, Data BPS dan Geografis
Kabupaten Probolinggo,
www.probolinggokab.go.id tanggal
sunting 15 Juni 2012