allicin repaired)
TRANSCRIPT
MAKALAH FARMASETIKA NUTRISI
ALLICIN PADA GARLIC
Disusun oleh:
Alip Mutakim
Aprilla Fauzy (0806327710)
Michelle Gozal (0806327906)
Septi Hanna Dwisari (0806328083)
Devi Sofawati (0806)
DEPARTEMEN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA
2010
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME atas
terselesaikannya makalah mengenai ‘Allicin pada Garlic”. Tidak lupa penulis
berterima kasih kepada Ibu Effionora, pembimbing dalam mata kuliah
Farmasetika Nutrisi atas pengarahannya dalam pembuatan makalah ini. Selain itu,
penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam
pembuatan makalah sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
Makalah ini penulis buat dengan tujuan untuk menjelaskan pengetahuan
baru tentang banyaknya nutrisi-nutrisi yang terdapat dalam bahan makanan sehari-
hari namun terkadang masyarakat kurang mengenal dengan baik fungsinya.
Nutrisi dalam pangan bahkan sekarang pengembangannya sudah sangat pesat dan
sudah banyak beredar produk-produk nutrisi yang diisolasi dari bahan pangan
untuk kemudian dibuat dalam bentuk sediaan farmasetik. Dalam hal ini, penulis
akan mencoba untuk membahas lebih dalam nutrisi yang terdapat dalam bawang
putih, khususnya adalah kandungan allicin.
Akhir kata, penulis mengharapkan agar apa yang tertulis di dalam makalah
ini bukan hanya untuk menambah pengetahuan semata, namun juga dapat berguna
dan bermanfaat. Berikut ini adalah isi makalah ‘Allicin dalam Garlic’. Selamat
Membaca.
Depok, 1 Oktober 2010
Tim penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar............................................................................................i
Daftar Isi.....................................................................................................ii
Abstrak .......................................................................................................1
I. Pendahuluan.................................................................................2
II. Isi
III. Penutup........................................................................................
IV. Daftar Pustaka..............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Kesehatan menjadi prioritas utama bagi banyak orang karena tanpa
adanya tubuh yang sehat akan terasa sangat sulit untuk menjalani aktifitas
sehari-hari. Oleh karena itu, dewasa ini banyak sekali tenaga-tenaga
kesehatan yang berusaha untuk menemukan suatu produk yang dapat menjaga
agar tubuh tetap segar dan sehat selama menjalankan aktifitas. Salah satu
produknya adalah dengan produk nutrasetikal.
Nutrasetikal adalah suatu sediaan farmasi yang komponennya berasal
dari komoditi pangan. Produk-produk nutrasetikal telah banyak beredar dan
menjadi suatu trend tersendiri, misalnya adalah produk-produk vitamin yang
banyak tersedia dalam bentuk sediaan farmasetika. Tentu saja, bagi orang-
orang yang ingin selalu bugar ditengah padatnya aktifitas, produk nutrasetikal
memiliki daya tarik tersendiri.
Zat allicin yang ada pada bawang putih juga dapat digunakan sebagai
salah satu zat yang dapat dimanfaatkan dalam pembuatan produk nutrasetikal.
Saat ini memang bawang putih belum menjadi suatu daya tarik bagi
konsumen, namun ternyata kandungan allicin pada bawang putih memiliki
banyak manfaat yang dapat menunjang kehidupan manusia. Akan tetapi, hal
ini belum diketahui oleh masyarakat banyak sehingga bawang putih belum
banyak dimanfaatkan sebagai produk nutrasetikal.
I.2. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini ialah untuk memberikan penjelasan
mengenai zat allicin yang terdapat dalam bawang putih berserta dengan
manfaatnya bagi tubuh manusia.
I.3. Pembatasan masalah
Apakah allicin itu?
Bagaimana karakteristik dari allicin?
Produk pangan apa lagi yang mengandung allicin?
Bagaimana bioavailabilitas dari allicin?
Bagaimana cara mendapatkan allicin?
Apa saja bentuk sediaan yang mengandung allicin?
Bagaimana cara pembuatan tablet allicin?
Apa saja manfaat allicin bagi kesehatan?
Bagaimana farmakokinetik dari allicin?
I.4. Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian dan penyusunan
makalah ini yaitu metode studi pustaka. Studi pustaka ini kami ambil dari
berbagai sumber, seperti buku dan internet untuk memperkaya dan
menyempurnakan makalah ini.
I.5. Sistematika Penyajian
Makalah ini terdiri dari tiga bab. Bab I berisi pendahuluan yang terdiri
dari latar belakang, tujuan penulisan, pembatasan masalah, metode penelitian,
dan sistematika penyajian makalah. Bab II berisi pembahasan mengenai zat
allicin, sumber penghasilnya, bioavailabilitas, cara mendapatkan (isolasi dan
ekstraksi), bentuk sediaan, metode pembuatan tablet, manfaat bagi kesehatan,
dan farmakokinetik dari zat tersebut. Bab III berisi penutup yang terdiri dari
kesimpulan dan saran.
BAB II
ISI
II.1. Bawang Putih (Garlic)
Bawang putih cukup familiar di kalangan masyarakat terutama
sebagai bumbu masakan. Klasifikasi bawang putih adalah sebagai berikut
(Kartasaputro, 1992):
Devisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Liliiflorae
Famili : Liliiaceae
Genus : Allium
Spesies : Alllium sativum
Bawang putih adalah tanaman yang hampir selalu tumbuh sepanjang
tahun.
Uraian makroskopis bawang putih adalah sebagai berikut
(Kartasapoetra, 1992):
1. Merupakan umbi majemuk dengan bentuk rata-rata hampir bulat,
bergaris tengah sekitar 4 sampai 6 cm.
2. Berwarna putih, terdiri dari beberapa siung (8-20 siung), yang
seluruhnya terbungkus oleh 3-5 selaput tipis berwarna putih.
3. Tiap siungnya diliputi atau terbungkus pula dalam selaput tipis, selaput
luar berwarna mendekati putih dan agak longgar, sedangkan selaput
dalam membungkus ketat-melekat pada bagian luar daging siung,
berwarna merah jambu yang mudah dilepas atau dikupas.
Akar bawang putih berbentuk serabut dengan panjang maksimum 1
cm. Akar yang tumbuh pada batang pokok redumenter (tidak sempurna)
berfungsi sebagai alat penghisap makanan. Daunnya panjang, pipih dan tidak
berlubang, dengan banyak daun 7-10 helai pertanaman. Pelepah daunnya
yang memanjang merupakan batang semu. Bentuk bunga bawang putih
adalah majemuk bulat dan dapat membentuk biji. Biji tersebut tidak bisa
digunakan untuk pembiakan. Tidak semua jenis bawang putih dapat berbunga
(Santoso, 1989).
Gambar 1. Bawang Putih dan bagian-bagiannya
II.2. Allicin
Bawang putih (Allium sativum), seperti tanaman lain, memiliki
sistem pertahanan yang baik dengan berbagai macam komponen seperti
pada sistem imun manusia. Untuk melindungi dirinya dari serangga dan
jamur, bawang putih secara enzimatik memproduksi allicin ketika terluka.
Dengan begitu, allicin merupakan suatu insektisida alami. Allicin ditemukan
oleh Cavallito pada tahun 1944 yang pertama kali mencatat mengenai
kemampuan antimikrobial bawang putih. Allicin mendapatkan paten atas
aktivitas antijamur dalam test tubes. Akan tetapi, tidak ada percobaan klinik
yang dilakukan dengan allicin dan tidak pernah dikembangkan menjadi obat
atau produk komersial karena ketidakstabilannya terhadap penyerapan dan
bau yang tidak menyenangkan. Allicin dianggap sebagai suatu komponen
yang jarang ditemukan dalam tubuh. Allicin dianggap hanya sebagai
senyawa transisi yang secara cepat terdekomposisi menjadi senyawa lain.
Allicin yang diekstrak dari bawang putih dapat kehilangan khasiatnya
selama beberapa jam berubah menjadi senyawa yang mengandung sulfur yang
lain. Dialil trisulfat, yang mirip dengan allicin tetapi dibuat secara kimia, lebih
setabil dan digunakan untuk terapi terhadap bakteri, jamur, dan infeksi parasit.
II.2. Karakteristik Allicin
Struktur Kimia :
Gambar 2. Rumus Bangun Allicin
http://www.garlic-central.com/allicin-chemistry.html
Rumus Molekul C6H10OS2
Massa molar 162.28 g/mol
Titik leleh < 25oC
Berat jenis 1,112 gr/cm3
Allicin merupakan suatu bahan cair berminyak yang berwarna kuning,
dimana gugus SO yang dimilikinya menyebabkan bau yang khas pada
bawang putih
(North and Quadrini, 2001, www.chem.ox.ac.uk/mom/allicin/ALLICIN).
II.3. Sumber allicin
Allicin adalah zat yang sangat spesifik yang diproduksi oleh bawang
sebagai bentuk perlindungan diri terhadap bakteri ataupun jamur yang
menyerang pada saat bawang dilukai. Oleh karena itu, biasanya allicin bisa di
dapat dari tanaman dari suku Alliaceae atau suku bawang-bawangan.
II.4. Ekstraksi
Bawang putih pertama kali diekstraksi oleh Theodor Wertheim,
seorang ahli kimia bangsa Jerman. Pada tahun 1844, dia mengekstrak
minyak bawang dari bawang putih menggunakan destilasi uap. Dari
penelitiannya ini, dia menemukan suatu bahan alami yang mengandung
sulfur yang ia sebut dengan “allyl”.
Ekstrak murni bawang putih diperoleh dari bawang putih yang telah
dikupas kemudian dihancurkan, dan cairan perasan dipekatkan dengan
bantuan evaporator. Sedangkan ekstrak air dan etanol dari bawang putih
diperoleh dari bawang putih yang telah dikupas dan dibersihkan kemudian
dihancurkan dan dimaserasi dalam pelarut air atau etanol selama 3 kali 24
jam.
Maserasi adalah suatu mekanisme ekstraksi dengan cara sepuluh
bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok
dimasukkan ke dalam sebuah bejana, lalu dituang 75 bagian cairan penyari,
ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering
diaduk. setelah lima hari campuran tersebut diserkai, diperas, dicuci
ampasnya dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian.
Lalu maserat dipindahkan dalam bejana tertutup dan dibiarkan dan
dibiarkan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya selama 2 hari, maserat
diendaptuangkan atau disaring. (Anief, 1987)
Selain itu terdapat beberapa ekstraksi bawang putih lainnya untuk
mendapatkan kandungan kimianya. (Zhang, 1999).
a. Ekstraksi umbi bawang putih dengan etanol pada suhu di bawah 0oC,
akan menghasilkan alliin (2).
b. Ekstraksi dengan etanol dan air pada suhu 25oC akan menghasilkan
allisin (3) dan tidak menghasilkan alliin (2).
c. Sedang ekstraksi dengan metode distilasi uap (100oC) menyebabkan
seluruh kandungan alliin berubah menjadi senyawa allil sulfida
Oleh karena, itu proses ekstraksi perlu dilakukan pada suhu kamar.
Pemanasan dapat menurunkan aktivitas anti-kanker ekstrak umbi bawang
putih. Pengolahan ekstrak dengan microwave selama 1 menit
menyebabkan hilangnya 90% kinerja enzim allinase. Pemanasan dapat
menyebabkan reaksi pembentukan senyawa allil-sulfur terhenti (Song dan
Milner, 2001)
Ekstrak segar umbi bawang putih dapat disimpan lama dalam
ethanol 15–20%. Penyimpanan selama sekitar 20 bulan pada suhu kamar
akan menghasilkan AGE (aged garlic extract). Selama penyimpanan,
kandungan allisin akan menurun dan sebaliknya diikuti naiknya konsentrasi
senyawa- senyawa baru.
Berikut ini adalah metode pengekstraksian oleh Cavallito dan Bailey
(1994)
Gambar 3. skema isolasi dari allicin (garlic 5)
II.6. Farmakokinetik
1. Absorpsi
Allicin kurang memiliki bioavailabilitas. Sebuah studi dengan
diikuti partisipan yang mengonsumsi sejumlah besar allicin (berkisar
90.000 mcg) melalui bawang putih yang hancur (25 gram, kurang lebih
10 siung) mengungkapkan allicin dan 16 komponen turunannya tidak
dapat dideteksi dalam darah ataupun urin dari 1-24 jam setelah
mengonsumsi.
Reaktifitas dari allicin ditunjukkan dengan metabolism sempurna
dalam hati. Jika allicin berada dalam darah (dibawa ke dalam tubuh),
suatu studi menunjukkan bahwa allicin akan berubah menjadi komponen-
komponennya dalam lima menit dan dalam prosesnya ini nanti dapat
teroksidasi di dalam sel darah menyebabkan mereka kehilangan
kemampuannya untuk membawa oksigen. (Kodera, 1997).
Allinase dapat dengan mudah diinaktifkan oleh asam lambung
sehingga allicin menjadi tidak stabil sebelum diabsorpsi dalam aliran
darah.(all about fresh garlic). Baik aliin maupun aliinase, keduanya
cukup stabil ketika kering sehingga bawang putih kering masih dapat
berpotensi untuk menghasilkan allicin ketika dilembabkan. Akan tetapi,
allicin sendiri juga tidak stabil dalam panas ataupun pelarut organik yang
akan terurai menjadi beberapa komponen, yaitu diallyl sulfides (mono-,
di-, dan oligo-sulfida), vinyldithiin, dan ajoene (Dewick, 2009).
Gambar 4. Allicin dan komponen lainnya
Bioavailabilitas dari bahan aktif dalam bawang putih sangatlah
penting. SAC (S-allylcysteine) adalah salah satu senyawa organosulfur
dalam bawang putih yang larut air. Konsentrasinya meningkat selama
eksktraksi atau penyimpanan. Sifat farmakokinetik dari SAC telah
ditetapkan (Nagae et al. 1994). SAC dapat dideteksi dalam plasma, hati,
ginjal selama pemberian oral (Nagae et al. 1994).
Bioavailabilitas dari SAC adalah 103,0% dalam mencit, 98,2%
tikus dan 87,2% dalam anjing (Nagae et al. 1994). N-acetyl-SAC telah
diidentifikasi sebagai hasil metabolisme dari SAC dalam urin anjing dan
manusia. Ini membuktikan bahwa SAC dapat ditransformasi oleh N-
acetyltransferase. SAC dengan cepat diabsorbsi dari saluran
gastrointestinal. SAC dan hasil metabolismenya memungkinkan sebagai
penanda dalam studi klinis untuk bawang putih (Steiner and Li, 2001).
2. Distribusi
1,2-vinyl dithiin, komponen yng terdapat dalam sediaan minyak
bawang putih terakumulasi pada jaringan lemak. Di sisi lain ,3-vinyl
dithiin lebih hidrofilik dan tereliminasi dari serum, ginjal, dan jaringan
lemak. SAC rupanya juga dapat ditemukan dalam cairan amniotik dan
juga kelenjar air susu.
3. Metabolisme
Allicin (Allyl thiosulfinate) menunjukkan first pass effect yang
luar biasa dan melewati hati tanpa dimetabolisme hanya dalam keadaan
konsentrasi tinggi yang nantinya dapat melukai sel. Diallyl disulfide dan
allyl mercaptan diidentifikasikan sebagai metabolit Allicin (Amagase,
dkk, 2001).
Dalam sebuah penelitian allicin yang dapat ditemukan dari
isolasi hati tikus, menunjukkan first-pass effect yang luar biasa cepatnya
kemudian dimetabolisme menjadi DADS (diallyl disulfide) dan allyl
mercaptan. Allicin menghilang dengan sangat cepat ketika diinkubasi
dengan homogenasi hati sehingga tidak ada allicin yang terdeteksi dalam
serum maupun urin selama 1 sampai 24 jam setelah pencernaan 25 gram
bawang putih kasar (±90 mg allicin). Allicin dimetabolisme dalam hati
tikus dan terhomogenasi lebih cepat daripada vinyl dithiin, bahan utama
dalam sediaan minyak bawang putih.
Selain allicin, zat aktif lain yang terkandung dalam bawang putih
adalah SAC (S-allylcysteine) yang bersifat stabil, tidak berbau, senyawa
larut air dengan kemampuan kolesterol rendah (Yeh and Yeh 1994),
berperan sebagai sebuah antioksidan (Ide et al. 1997, Imai et al. 1994),
menghambat proses kanker (Amagase and Milner 1993, Li et al. 1995)
dan melindungi hati dari racun (Nakagawa et al. 1988). AGE, produk
terstandar untuk SAC, menunjukan efek kolesterol rendah dalam
beberapa studi klinis (Lau et al. 1987, Steiner et al. 1996, Yeh et al.
1995). Hasil metabolisme lain dari konstituen bawang putih, seperti N-
acetyl-S-(2-carboxypropyl)-cysteine, N acetylcysteine dan asam
hexahydrohippuric, telah dideteksi dalam urin setelah pencernaan dari
bawang putih (Jandke and Spiteller, 1987).
Setelah mengkonsumsi bawang putih, N-acetyl-S-allyl-cysteine
ditemukan dalam urin manusia. SAC hanya dipercaya sebagai penanda
pemenuhan manusia dan digunakan untuk penelitian konsumsi bawang
putih karena zat ini dapat ditemukan dan menambah secara kuantitatif
dalam darah setelah pemberian oral dari kapsul bawang putih (Steiner
and Li 2001).
LD50:
• Minyak bawang secara intra vena 135 mg/kg mencit.
• Diallyl-thiosulfonate secara intra vena 70 mg/kg, po 600 mg/kg.
• Allicin 0.15 % (3 ml/kg) 2-kali sehari – 10 minggu, tidak toksik.
II.7. Cara Pembuatan Sediaan
Empat jenis sediaan dari bawang putih yang saat ini beredar di
Amerika Serikat adalah minyak esensial bawang putih, minyak hasil
maserasi bawang putih, serbuk bawang putih, dan ekstrak bawang putih
yang lama (AGE) (Helou dan Haris, 2000). Allicin biasanya dapat dikemas
dalam tablet, kapsul, krim, liquid, dan spray. Metode dasar pembuatan
sediaan yang mengadung allicin ini adalah sebagai berikut (Anief, 1987).
1. Tablet
Metode yang digunakan umumnya adalah metode granulasi basah
karena ekstrak bawang putih umumnya cair. Ekstrak bawang putih yang
telah dipekatkan digunakan untuk melarutkan pengikat, misalnya
povidon. Pengisi, misalnya laktosa dan sebagian zat penghancur (CMC
Na, Na Alginat, dll) dicampurkan. Larutan pengikat dan ekstrak
kemudian dicampurkan dengan pengisi dan penghancur. Campuran tadi
kemudian digranulasikan. Setelah granulasi kering, granulasi
ditambahkan pelicin (talk, Mg stearat, dan lain-lain) serta sebagian
penghancur. Campuran ini kemudian dicetak dengan mesin tablet.
2. Kapsul
Kapsul yang ada di pasaran umumnya dapat berupa kapsul yang
berisi simplisia kering dari bawang putih ataupun ekstrak bawang
putihnya. Kapsul dari simplisia dibuat dengan cara simplisia kering
(umbi bawang putih yang kering) digiling dengan menggunakan grinder
sampai ukuran 40 mesh. Kemudian serbuk ini dikemas dalam kapsul.
Ekstrak kapsul dibuat dari hasil serbuk ekstrak kental dari bawang
putih. Ekstrak kental ini ditambahkan pada pengisi tepung beras 50% dan
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 4000C, baru setelah
kering dapat dimasukkan ke kapsul.
3. Krim
Bahan-bahan krim ditimbang (fase air dan fase minyak). Untuk
fase air dilarutkan dengan pemanasan sedangkan fase minyak dilebur
dalam penangas air dengan suhu 70-750C. Kedua fase tadi lalu
dicampurkan dalam lumpang yang panas dan diaduk sangat kuat dengan
stamper. Setelah terbentuk massa krim, tambahkan ekstrak kental
bawang putih (allicin).
II.5. Sediaan
Dosis pada manusia adalah (Helou dan Haris, 2000):
4 g dari bawang putih segar, kurang lebih 1 siung (4–12 mg dari allicin
atau 2–5 mg dari allicin)
Dehydrated garlic powder, 600–1200 mg dalam dosis terbagi.
AGE, 1–7.2 g/hari
Umbi kering yang bebas udara, 2–5 g
Minyak bawang putih, 2–5 mg
Umbi kering, 2–4 g setiap hari
Tinktur (1:5 in 45% alkohol), 2–4 mL tiga kali sehari
Contoh Produk mengandung Allicin
1. Alimax® Garlic ekstrak
Gambar 5. Allimax Garlic Extract®
Alimax Garlic Extract® adalah Ekstrak Bawang Putih dengan
Allicin Konsentrat. Berbeda dari dari suplemen bawang putih lainnya,
Nn Alimax Garlic Extract® SATU-SATUNYA yang benar
mengandung Allicin.
Berat : 0.1 kg, Harga: Rp.105.000
Detail Produk:
Sekarang dengan adanya Allimax Garlic Extract®, Setiap
kapsul Allimax mengandung 180 mg serbuk Allicin dari Inggris, di
ekstrak dan distabilkan dari bawang putih Spanyol, varietas terbaik dari
bawang putih, melalui proses revolusioner yang telah dipatenkan. Anda
akan mendapatkan manfaat yang optimal dari bawang putih untuk
penunjang kesehatan.
Allicin Dapat Digunakan untuk membantu proses penyembuhan
berbagai masalah kesehatan seperti: Kanker, Psoriasis, Tuberkulosis,
Koiesterol, Pneumonia, Sinusitis, Asma, Alergi, Keracunan makanan,
Diare, Demam berat, Infeksi kandung kemih, Batuk, Demam,
Influenza, Sakit tenggorokan, Keputihan, Peredaran darah lemah,
Infeksi saluran pernafasan atas, Luka, Jerawat, Jamur pada sela jari
kaki, Bisul, Jamur kuku, Demam alergi, Jamur pada kulit, Kutil, Ruam
syaraf, Kurap, Masalah kulit akibat terlalu lama berbaring, Sariawan.
2. Alligin®
Gambar 6. Alligin®
Harga : $26.00
Menguatkan dan mendukung daya tahan tubuh dengan produk ini.
Alligin® mengandung Allicin dan Ginger, dimana telah dibuktikan di tes
laboratorium keduanya memiliki efek sinergis yang sangat kuat dalam
banyak hal.
Garlic (Allium sativum) banyak digunakan dalam pengobatan dan
penunjang kesehatan selama 5000 tahun. Garluc biasa digunakan oleh
orang dahulu pada daerah Assyria, Mesir, India, Yunani dan China. Baru-
baru ini, sekitar 1200 pharmakologis meneliti tentang garlic sejak 1997,
begitu juga ratusan penelitian dalam sifat kimia dari garlic.
Diharapkan Allicin mempunyai efek yang penting sebagai antibiotic
mikroba yang resisten dan sebagai obat penyakit bakteri yang baru (SARS,
Streptococcus, Virus radang otak “West Nile”, AIDS dan lain-lain) dimana
garlic memiliki spectrum aktivitas antimikroba yang luas.
Sekitar tahun 1999 diberitakan tentang Allicin dari Ankri dan
Mirelman bahwa aktivitas antimikroba untuk antibacterial, antifungi,
antiparasit, dan antiviral. Mikroba yang dapat dihambat antara lain E. coli,
Staphylococcus Aureus, Streptococcus pyogenes, Proteus mirabilis,
Pseudomonas aeruginosa, Acetobacter baumanii, Klebsiella pneumoniae,
Enterococcus faecium, Myco-bacterium tuberculosis, H. pylori,
Salmonella, Clostridium dan Shigella.
3. HeartFast®
Gambar 7. HeartFast®
Mengandung : 60 vegetable capsules 450mg
Heartfast® adalah kombinasi Allicin, omega 3 dan 6 dari minyak
ikan, L-arginine and lada merah (cabai rawit). Heartfast dapat dengan
cepat meningkatkan sirkulasi darah dan mengurangi ketegangan hati
(stress).
Dosis normal 1-2 kapsul diberikan perhari. Maksimal dosis 6 kapsul
perhari.
Harga : $32.00 perbotol
4. Lesterol
Gambar 8. Lesterol®
Lesterol® adalah kombinasi dari Allicin dan Beta sitosterol
(mengandung sterol dan sterolin) dimana mempunyai struktur yang mirip
kolesterol yang dibuat tubuh kita. Lesterol® aman, alami, dan efektif
untuk suplemen diet melawan pembentukan kolesterol tidak sehat dalam
tubuh.
5. Allimax® Capsules
Gambar 9. Allimax® Capsule
Kapsul Allimax® mengandung allicin untuk membantu kesehatan
dan sirkulasi. Mengandung 100% allicin.
Isi : 30 Capsules/box; 180mg/Capsule
Dosis: 1 kapsul perhari
Harga : $23.00
Allimax® Cream
Gambar 10. Allimax® cream
Isi : 50 ml
Harga : $32.00
6. Nervita Garlic with Parsley®
Gambar 11. Nervita Garlic witth Parsley®
Alicin juga dapat mengikat protein dan mengubah struktur protein
menjadi lebih mudah dicerna. Bawang putih juga mengandung
Germaniun,zat pembawa oksigen yang mempunyai efek anti kanker.
Sedangkan parsley selain digunakan untuk menghilangkan bau dari
bawang putih,juga mempunyai beberapa manfaat lainnya.
Zat aktif yang terkandung didalamnya bernama Apiol (minyak ekstrak biji
dan buahnnya) dapat menurunkan tekanan darah,mengurangi kolesterol
dan dapat menjega kesehatan jantung dan hati.
Nervita Garlic With Parsley® merupakan suplemen yang terbuat dari
bahan alami yang sangat bermanfaat untuk membatu meningkatlkan daya
tahantubuh.
Manfaat:
Menurunkan kadar kolesterol,trigliserida dan konsentrasi low density
lipoprotein (LDL).
Menurunkan kadar glukosa dalam pengobatan diabetes mellitus
Menurunkan tekanan darah
Setiap satu tablet mengandung: Garlic powder 425 mg, parsley 25 mg.
Petunjuk penggunaan:
1 tablet sehari seseudah makan, ditujukan kepada: yang memiliki tekanan
darah tinggi, kolesterol tinggi, ada gangguan jantung.
Terbuat dari bahan alami sehingga tidak memiliki efek samping dan tidak
menimbulkan bau badan.
Peringatan:
Tidak sesuai untuk ibu hamil, sedang dalam massa perawatan rumah sakit.
Dalam penggunaan dapat dikonsultasikan ke dokter atau ahli gizi.
II.8. Manfaat